Background Paper PEMBIAYAAN UNTUK PEMBANGUNAN
|
|
- Sonny Kusnadi
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 Background Paper PEMBIAYAAN UNTUK PEMBANGUNAN Pendahuluan Bakground Paper ini disusun sebagai informasi awal untuk memberikan gambaran mengenai posisi diskursus pembiayaan pembangunan saat ini. Diharapkan tulisan ini bisa menjadi bahan untuk menentukan tema atau fokus dalam melakukan advokasi ke depan baik di tingkat nasional maupun internasional, mengingat saat ini tengah disusun agenda pembangunan paska 2015 dan rencana konferensi Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) mengenai pembiayaan pembangunan yang akan digelar di tahun 2015 atau Ada dua area hal yang diulas dalam paper ini yaitu sumber sumber pembiayaan di luar Official Development Assitance (ODA) dan peran lembaga keuangan yang berkaitan dengan sumber sumber pembiayaan tersebut. Latar belakang Pertanyaan yang akan diulas dalam paper ini yaitu bagaimana perkembangan diskursus mengenai pembiayaan pembangunan dalam debat internasional saat ini?serta bagaimana peran lembaga keuangan internasional dalam situasi saat ini? Pertanyaan ini berkaitan dengan tengah dibahasnya agenda pembangunan paska 2015 oleh PBB. Perdebatan mengenai bagaimana agenda pembangunan setelah berakhirnya Millenium Development Goals (MDGs) telah dimulai sejak tahun 2012 saat PBB mengadakan Konferensi Pembangunan yang Berkelanjutan di Brazil atau dikenal dengan Rio+20 Summit. Sejak saat itu, berbagai forum diselenggarakan dengan melibatkan beragam multi stakeholder global dengan tujuan untuk mendapatkan masukan mengenai agenda pembangunan ke depan. Selain menyusun tujuan dan target pembangunan yang akan menjadi komitmen bersama, agenda lain yang tidak kalah penting yaitu mekanisme pelaksanaan (means of implementation) dari tujuan dan target pembangunan terutama terkait dengan kerjasama global. Hal ini didasarkan pada kenyataan di mana negara negara yang ada tidak memiliki kapasitas dan sumber daya yang sama, baik sumber daya keuangan, sumber daya manusia, maupun kemajuan tekhnologi, dan lain sebagainya. Oleh karena itu, kesepakatan mengenai mekanisme pelaksanaan terkait dengan skema kerjasama global amatlah penting. Pada saat yang sama, terjadi pergeseran peta politik dan ekonomi global akibat krisis berkepanjangan yang dialami negara negara maju dan juga tumbuhnya negara negara emerging seperti China, India, Rusia, Brazil dan juga Indonesia. Pergeseran ini juga membawa perubahan terhadap komitmen negara negara maju untuk memberikan bantuan berupa pinjaman luar negeri ke negara negara miskin dan berkembang. ODA yang selama ini diandalkan sebagai sumber
2 pembiayaan pembangunan terutama untuk tercapaianya MDGs kian berkurang dan tidak signifikan dibanding sumber sumber pembiayaan lainnya. ODA dan Perjalanan panjang pembiayaan pembangunan MDGs menetapkan pembiayaan untuk pembangunan menjadi agenda bersama yang tertuang dalam tujuan kedelapan yaitu kerjasama global. Di dalam goal delapan tersebut, terdapat empat indikator kerjasama global yaitu bantuan dari negara negara maju ke negara negara miskin dan berkembang dalam bentuk ODA atau pinjaman luar negeri, perdagangan terutama terkait dengan akses pasar, keberlanjutan pinjaman luar negeri, dan kerjasama farmasi untuk pemenuhan obat dasar bagi negara miskin dan berkembang. Dua tahun setelah MDGs disepakati menjadi komitmen global (2002), diadakan konferensi yang berlangsung di Monterrey, Meksiko, dengan agenda membahas pembiayaan untuk pembangunan. Tujuan utama dari konferensi tersebut yaitu untuk mobilisasi pendanaan untuk mencapai target MDGs. Konferensi tersebut kemudian menghasilkan konsensus di antara negara negara maju berupa komitmen bantuan dalam bentuk ODA kepada negara negara miskin sebesar 0,7% dari produk domestik bruto. Komitmen ini kemudian dikenal dengan Monterrey Concencus. Tiga tahun berikutnya (2005), OECD (Organization of Economic Cooperation and Development) mengadakan pertemuan di Paris yang bertujuan untuk melakukan harmonisasi di antara negaranegara maju dalam rangka meningkatkan efektivitas bantuan. Pertemuan Paris menghasilkan lima poin kerjasama terdiri atas ownership (kepemilikan), alignment (keterpaduan), harmonisation (harmonisasi), result based oriented (berdasarkan pada hasil), dan mutual accountability (akuntabilitas timbal balik). Lima pilar ini kemudian dikenal dengan Deklarasi Paris yang hingga saat ini digunakan sebagai acuan dalam kerjasama bantuan berupa pinjaman luar negeri. Beragam pertemuan yang diadakan tersebut untuk memastikan efektivitas bantuan agar dapat mendukung tujuan pembangunan millenium. Namun berdasarkan laporan PBB di tahun 2012 (tiga tahun sebelum berakhirnya MDGs), hanya lima negara yang menjalankan komitmennya yaitu Swedia, Norwegia, Luxemburg, Denmark, dan Belanda. Sementara sebagian besar tidak mencapai target yang diharapkan. Secara total, ODA ditahun 2011 sebesar 0,31% dari GDP, jauh di bawah konsensus Monterrey. Meskipun ODA dianggap tidak mampu memenuhi harapan global terkait dengan pembiayaan pembangunan, namun bagi negara negara miskin (least developed countries/ldcs) menganggap ODA masih diperlukan guna mendukung pembangunan di negara mereka.
3 Tabel 1: Gap komitmen ODA dan implementasinya Sumber: OECD Potensi Sumber Pembiayaan untuk Pembangunan High level Panel of Eminent Person on Post 2015 Development Agenda (HLPEP) yang dibentuk Sekjend PBB, Ban Ki Moon, dengan mandat menyusun agenda pembangunan paska 2015 menekankan dua sumber pembiayaan yaitu pertama, ODA dengan komitmen yang sama yaitu 0,7% dari GDP dan 0,15 sampai 0,20 total GDP negara negara maju untuk LDCs, dan kedua, mengurangi pelarian modal dan pajak termasuk mengembalikan aset yang dicuri. Dua sumber tersebut menggambarkan sumber pembiayaan diharapkan selain dari bantuan luar negeri, juga didapat dari mobilisasi sumber daya domestik. Dokumen tersebut menggambarkan pergeseran kekuatan ekonomi global akibat krisis yang terjadi di Uni Eropa dan Amerika Serikat. Krisis yang mulai terjadi di tahun 2008 dan hingga kini masih belum pulih menyebabkan negara negara maju mengurangi ODA dan mendorong pencarian sumber sumber pembiayaan baru. Terdapat beberapa usulan yang mengemuka di berbagai forum internasional seperti G20, APEC, PBB mengenai pembiayaan pembangunan, mulai dari kerjasama perpajakan, meningkatkan investasi khususnya FDI (Foreign Direct Investment), transparansi industri ekstraktif, hingga pelibatan swasta dalam pembangunan melalui public private partnership (PPP). Berikut beberapa usulan terkait dengan pembiayaan pembangunan yang berkembang dalam berbagai fora tersebut. Tabel 3. Sumber pembiayaan pembangunan No. Potensi Keterangan 1. Mobilisasi sumber Pajak: OECD dan G20 tengah mendorong peningkatan daya domestik kerjasama perpajakan untuk mengatasi penghindaran pajak. (Domestik resource Hal ini mendapat dukungan dari masyarakat sipil mengingat mobilisation) potensi dana yang akan diperoleh jika kerjasama ini dilakukan. Berdasarkan laporan dari Global Integrity Network (2013), terdapat potensi penerimanaan global sebesar US$946.7 billion (Rp triliun) dari sektor pajak yang hilang akibat pelarian pajak ke surga surga pajak (tax haven). Indonesia merupakan
4 sepuluh negara terbesar yang kehilagan potensi pendapatannya karena pelarian modal. Pendapatan dari industri ekstraktif: Pemerintah Indonesia secara khusus menyinggung ini di forum Asia Pacific Outreach Meeting on Financing for Development yang diselenggarakan oleh UNESCAP. Namun belum secara detail diurai bagaimana ini bisa ditingkatkan untuk mendukung pembangunan. 2. FDI dan PPP G20 dan APEC tengah mengodok skema long term financing for investment in infrastructure and SMEs. Skema ini untuk memperkuat pembiayaan terutama infrastruktur dan SMEs melalui PPP. Yang dilakukan G20 dan APEC adalah mendorong global enabling environment untuk PPP sekaligus adanya policy coordination untuk mendorong praktek PPP. Terkait dengan hal ini, masyarakat sipil global memberi perhatian yang serius karena dikhawatirkan skema ini dapat mempercepat kerusakan lingkungan dan juga konflik sosial. 3. Pasar keuangan Masyarakat sipil di tingkat internasional tengah mendorong FTT (Financial Transaction Cost) guna mengurangi dominasi sektor keuangan di perekonomian. Secara khusus G20 merupakan forum yang secara intens membahas regulasi di sektor keuangan, namun hingga saat ini belum ada kemajuan yang berarti selain terbentuknya Financial Stability Board (FSB). 4. Inklusi keuangan Isu inklusi keuangan di tingkat internasional berkembang seiring dengan berkembangnya perhatian terhadap SMEs akibat krisis keuangan di tahun Ide dasarnya untuk memperkuat akses permodalan SMEs agar mampu bersaing di pasar. Hanya saja, perhatian terutama OECD dan G20 lebih pada meningkatkan 5. Kerjasama selatanselatan, Triangular, dan kerjasama regional peran negara dibanding peran perbankan. Kerjasama Selatan Selatan ditandai dengan terbentuknya Asia Infrastructure Fund yang diinisiasi oleh China. Tujuan utamanya untuk mendukung pembiayaan infrastruktur. Masyarakat sipil memberikan perhatian ke hal ini karena skema pembiayaan yang diinisiasi China tidak disertai dengan framework perlindungan lingkungan, sosial dan ekonomi masyarakat yang akan terkena dampak dari pembangunan. 6. Remitansi Cadangan devisa dari remitansi terus meningkat seiring dengan pasar tenaga kerja yang makin terbuka. Isu terkait dengan yang berkembang di tingkat global ada dua yaitu menurunkan biaya remitansi hingga 5% dan meningkatkan remitansi agar dapat meningkatkan cadangan devisa seperti yang diulas di awal. 7. Pembiayaan untuk perubahan iklim (Climate Finance)
5 Peran Lembaga Keuangan Internasional Dalam konteks nasional, setelah dibubarkanya Consultative Group on Indonesia (CGI) seolah olah peran lembaga keuangan internasional terutama multilateral melemah karena forum multilateral yang mengurusi bantuan telah dibubarkan. Pembubaran CGI mendorong menguatnya kerjasama bilateral karena perjanjian bantuan langsung dilakukan secara bilateral. Namun yang sebenarnya, peran lembaga multilateral masih sangat besar dalam menentukan skema bantuan melaui pembentukan trust fund seperti PNPM Support Facility dan BaKTI yang dikoordinir oleh Bank Dunia. Pembentukan trust fund ini merupakan upaya harmonisasi antara multilateral dengan bilateral yang dikoordinir oleh lembaga keuangan internasional. Selain dalam konteks harmonisasi, lembaga keuangan internasional juga memberikan bantuan langsung ke pemerintah Indonesia. Mulai tahun 2000 an, bantuan Bank Dunia ditujukan pada perubahan kebijakan pembangunan yang tertuang dalam pinjaman Development Policy Loan (DPL). DPL inilah yang mengarahkan kebijakan di Indonesia termasuk juga dalam hal pembiayaan pembangunan seperti pajak, PPP, inklusi keuangan, juga remitansi. Selain kebijakan, DPL juga mendorong pembentukan kelembagaan seperti pembentukan Indonesia Infrastructure Fund dan lain sebagainya. Ditingkat regional, Asia Development Bank (ADB) lebih mendorong regional integrity khususnya di kawasan Asia termasuk ASEAN melalui paket paket pinjamannya. ADB juga melalui DPL, sama dengan Bank Dunia, mendorong perubahan kebijakan dan juga pembentukan kelembagaan terkait dengan area area pembiyaan pembangunan seperti PPP. Bisa dikatakan, lembaga keuangan internasional khususnya Bank Dunia dan ADB masih memiliki peranan besar terkait dengan pembiayaan pembangunan. 000
Press Release The Asia Pacific Regional Parliamentarian and CSO Forum on MDG Acceleration and the Post 2015 Development Agenda
Press Release The Asia Pacific Regional Parliamentarian and CSO Forum on MDG Acceleration and the Post 2015 Development Agenda Nusa Dua Bali, 25 26 Maret 2013 --------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Lebih terperinciDiskusi Post event Feedback G20 Summit. INFID, 3 Oktober 2013
Diskusi Post event Feedback G20 Summit INFID, 3 Oktober 2013 Framework G20 Usulan Masyarakat Sipil: Hasil G20 Summit Inklusif sebagai pilar keempat dari Strong, Framework G20 tetap yaitu Strong, Sustainable
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Globalisasi menjadi sebuah wacana yang menarik untuk didiskusikan
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Globalisasi menjadi sebuah wacana yang menarik untuk didiskusikan dalam berbagai bidang, tak terkecuali dalam bidang ekonomi. Menurut Todaro dan Smith (2006), globalisasi
Lebih terperinciPENDANAAN UNTUK PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN
KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL PENDANAAN UNTUK PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN Wakil Menteri PPN/Wakil Kepala Bappenas Intergovernmental Committee of Experts
Lebih terperinciDepartemen Internasional BANK INDONESIA 27 Januari 2017
1 Prioritas dan Agenda Finance Track Departemen Internasional BANK INDONESIA 27 Januari 2017 Tema, Prioritas dan Program Kerja Finance Track Presidensi G20 Jerman 2017 2 Tema utama Presidensi G20 Jerman
Lebih terperinciOleh Sugeng Bahagijo. International NGO Forum on Indonesian Development-INFID
MDGs dan Post MDGs: PELUANG UNTUK PEMBANGUNAN YANG LEBIH BERMARTABAT BERKELANJUTAN DAN ADIL PASKA 2015 Presentasi untuk forum Konsultasi Agenda Pembangunan Post 2015 oleh Diselenggarakan oleh Komite Nasional
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Era globalisasi menuntut adanya keterbukaan ekonomi yang semakin luas dari setiap negara di dunia, baik keterbukaan dalam perdagangan luar negeri (trade openness) maupun
Lebih terperinciProses dan Negosiasi Agenda Pembangunan Berkelanjutan 2030 (SDGs)
Proses dan Negosiasi Agenda Pembangunan Berkelanjutan 2030 (SDGs) Toferry P. Soetikno Direktur Pembangunan, Ekonomi dan Lingkungan Hidup Kementerian Luar Negeri 2015 Outline Pentingnya SDGs Proses dan
Lebih terperinciPertama-tama, perkenanlah saya menyampaikan permohonan maaf dari Menteri Luar Negeri yang berhalangan hadir pada pertemuan ini.
PAPARAN WAKIL MENTERI LUAR NEGERI NILAI STRATEGIS DAN IMPLIKASI UNCAC BAGI INDONESIA DI TINGKAT NASIONAL DAN INTERNASIONAL PADA PERINGATAN HARI ANTI KORUPSI SEDUNIA JAKARTA, 11 DESEMBER 2017 Yang terhormat
Lebih terperinciMinistry of National Development Planning/Bappenas Kerjasama Pembangunan Internasional dalam Rangka Pelaksanaan SDGs di Indonesia
Ministry of National Development Planning/Bappenas Kerjasama Pembangunan Internasional dalam Rangka Pelaksanaan SDGs di Indonesia Direktorat Politik Luar Negeri dan Kerjasama Pembangunan Internasional
Lebih terperinciPENGANTAR PRESIDEN RI PADA SIDKAB TERBATAS BID. PEREKONOMIAN DI NUSA DUA, BALI, 28 MARET 2013 Kamis, 28 Maret 2013
PENGANTAR PRESIDEN RI PADA SIDKAB TERBATAS BID. PEREKONOMIAN DI NUSA DUA, BALI, 28 MARET 2013 Kamis, 28 Maret 2013 PENGANTAR PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PADA SIDANG KABINET TERBATAS BIDANG PEREKONOMIAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara berkembang yang sedang membangun, membutuhkan dana yang cukup besar untuk membiayai pembangunan.
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Indonesia sebagai negara berkembang yang sedang membangun, membutuhkan dana yang cukup besar untuk membiayai pembangunan. Penanaman modal dapat dijadikan sebagai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Globalisasi adalah suatu fenomena yang tidak bisa dielakkan. Globalisasi
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Globalisasi adalah suatu fenomena yang tidak bisa dielakkan. Globalisasi tidak hanya berelasi dengan bidang ekonomi, tetapi juga di lingkungan politik, sosial, dan
Lebih terperinciBENTUK KERJASAMA EKONOMI INTERNASIONAL.
BENTUK KERJASAMA EKONOMI INTERNASIONAL BADAN-BADAN KERJASAMA EKONOMI KERJA SAMA EKONOMI BILATERAL: antara 2 negara KERJA SAMA EKONOMI REGIONAL: antara negara-negara dalam 1 wilayah/kawasan KERJA SAMA EKONOMI
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. setiap negara bertujuan agar posisi ekonomi negara tersebut di pasar internasional
BAB I PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Penelitian Negara-negara di seluruh dunia saat ini menyadari bahwa integrasi ekonomi memiliki peran penting dalam perdagangan. Integrasi dilakukan oleh setiap negara
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. semakin penting sejak tahun 1990-an. Hal tersebut ditandai dengan. meningkatnya jumlah kesepakatan integrasi ekonomi, bersamaan dengan
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Integrasi suatu negara ke dalam kawasan integrasi ekonomi telah menarik perhatian banyak negara, terutama setelah Perang Dunia II dan menjadi semakin penting sejak tahun
Lebih terperinciSATU DEKADE KERJASAMA EKONOMI UNI EROPA-INDONESIA EKSPOR-IMPOR PENDORONG INVESTASI UNI EROPA DI INDONESIA
RINGKASAN EKSEKUTIF SATU DEKADE KERJASAMA EKONOMI UNI EROPA-INDONESIA EKSPOR-IMPOR PENDORONG INVESTASI UNI EROPA DI INDONESIA DAFTAR ISI KATA PENGANTAR 4 INVESTASI UNI EROPA PENDORONG PERDAGANGAN INDONESIA
Lebih terperinciStatement INFID Menyambut UN High Level Event on MDGs, 25 September 2008
( NGO in Special Consultative Status with the Economic and Social Council of the United Nations, Ref. No : D1035 ) Jl. Mampang Prapatan XI No. 23, Jakarta 12790- Indonesia * Phone (62-21) 79196721, 79196722,
Lebih terperinciKERTAS POSISI MASYARAKAT SIPIL INDONESIA 1
KERTAS POSISI MASYARAKAT SIPIL INDONESIA 1 G20 dan Menjawab Masalah Ketimpangan, Pengangguran dan Pendanaan: Rangkuman dari Berbagai Usulan Masyarakat Sipil Indonesia Tahun 2014 merupakan tahun ke-6 pertemuan
Lebih terperinciMeninjau Kerjasama Pembangunan bagi Pembiayaan Kesejahteraan
Meninjau Kerjasama Pembangunan bagi Pembiayaan Kesejahteraan Mickael B. Hoelman choki.nainggolan@gmail.com Twitter: @ChokiHoelman Naskah disampaikan pada Konferensi PRAKARSA 2014 Akselerasi Transformasi
Lebih terperinciOUTLINE SITUASI GLOBAL HASIL-HASIL TINDAK LANJUT DAN KORELASI DENGAN PEMBANGUNAN NASIONAL
1 DR. Ir. LUKITA DINARSYAH TUWO, MA WAKIL MENTERI NEGARA PPN/ WAKIL KEPALA BAPPENAS Disampaikan dalam Seminar dan Diskusi Publik Indonesia dan Implementasi Agenda Pembangunan G20 Pasca KTT Seoul yang diselenggarakan
Lebih terperinciKerja sama ekonomi internasional
Meet -12 1 hubungan antara suatu negara dengan negara lainnya dalam bidang ekonomi melalui kesepakatankesepakatan tertentu, dengan memegang prinsip keadilan dan saling menguntungkan. Tujuan umum kerja
Lebih terperinciBAB 4 PENUTUP 4.1 Kesimpulan
BAB 4 PENUTUP 4.1 Kesimpulan Akuntansi merupakan satu-satunya bahasa bisnis utama di pasar modal. Tanpa standar akuntansi yang baik, pasar modal tidak akan pernah berjalan dengan baik pula karena laporan
Lebih terperinciKEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA KETERANGAN PERS
KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA GEDUNG DJUANDA I, JALAN DR. WAHIDIN NOMOR I, JAKARTA 10710, KOTAK POS 21 TELEPON (021) 3449230 (20 saluran) FAKSIMILE (021) 3500842; SITUS www.kemenkeu.go.id KETERANGAN
Lebih terperinciMobilisasi Sumber Daya untuk Transformasi Sosial: Tantangan Kita
Mobilisasi Sumber Daya untuk Transformasi Sosial: Tantangan Kita Kamala Chandrakirana Seminar Nasional Program Studi Kajian Gender UI Depok, 11 Februari 2015 Disampaikan dalam Seminar Nasional "Jaringan
Lebih terperinciPerumusan Strategi dan Posisi Indonesia Menghadapi G20 Turki Badan Kebijakan Fiskal, Kementerian Keuangan RI Jakarta, 3 Maret 2015
Perumusan Strategi dan Posisi Indonesia Menghadapi G20 Turki 2015 Badan Kebijakan Fiskal, Kementerian Keuangan RI Jakarta, 3 Maret 2015 Tema Presidensi Turki: Pertumbuhan inklusif yang kuat Inclusiveness
Lebih terperinciPerekonomian Suatu Negara
Menteri Keuangan RI Jakarta, Maret 2010 Perekonomian Suatu Negara Dinamika dilihat dari 4 Komponen= I. Neraca Output Y = C + I + G + (X-M) AS = AD II. Neraca Fiskal => APBN Total Pendapatan Negara (Tax;
Lebih terperinci1. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pariwisata saat ini telah menjadi salah satu motor penggerak ekonomi dunia terutama dalam penerimaan devisa negara melalui konsumsi yang dilakukan turis asing terhadap
Lebih terperincimenjadi katalisator berbagai agenda ekonomi Cina dengan negara kawasan Indocina yang semuanya masuk dalam agenda kerja sama Cina-ASEAN.
BAB V KESIMPULAN Kebangkitan ekonomi Cina secara signifikan menguatkan kemampuan domestik yang mendorong kepercayaan diri Cina dalam kerangka kerja sama internasional. Manuver Cina dalam politik global
Lebih terperinciBAB IX KONTROVERSI PENANAMAN MODAL ASING (PMA) & UTANG LUAR NEGERI (ULN)
BAB IX KONTROVERSI PENANAMAN MODAL ASING (PMA) & UTANG LUAR NEGERI (ULN) 1997 INDONESIA KRISIS EKONOMI Kondisi krisis diperburuk oleh praktek-praktek ekonomi yang tidak sesuai /tidak mengindahkan tata
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bidang, tak terkecuali dalam bidang ekonomi. Menurut Todaro dan Smith (2006), globalisasi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Globalisasi menjadi sebuah wacana yang menarik untuk didiskusikan dalam berbagai bidang, tak terkecuali dalam bidang ekonomi. Menurut Todaro dan Smith (2006), globalisasi
Lebih terperinciGROWTH AND RESILIENCY: THE ASEAN STORY. (Nugraha Adi) I. Latar Belakang
GROWTH AND RESILIENCY: THE ASEAN STORY (Catatan Pertemuan the 8 th ASEAN Finance Ministers Investor Seminar (AFMIS), 8 November 2011, Jakarta I. Latar Belakang (Nugraha Adi) Kawasan ASEAN telah menjadi
Lebih terperinciDiplomasi Ekonomi pada G20: Perkembangan pada Sherpa Track
Diplomasi Ekonomi pada G20: Perkembangan pada Sherpa Track Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia Direktorat Pembangunan, Ekonomi, dan Lingkungan Hidup Direktorat Jenderal Multilateral 18 Februari
Lebih terperinciKerjasama Pembangunan Internasional: Dinamika Pembahasan Agenda Pembiayaan untuk Pembangunan
Kerjasama Pembangunan Internasional: Dinamika Pembahasan Agenda Pembiayaan untuk Pembangunan Direktorat Pembangunan, Ekonomi dan Lingkungan Hidup Kementerian Luar Negeri Maret 2015 1 Outline Milestone
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional tersebut agar terlaksananya tujuan dan cita-cita bangsa
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan merupakan suatu rangkaian yang terencana menuju keadaan ke arah yang lebih baik. Tahun 1969 pemerintah dan seluruh rakyat Indonesia mulai melaksanakan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi suatu negara sangat ditunjang oleh indikator tabungan dan investasi domestik yang digunakan untuk menentukan tingkat pertumbuhan dan pembangunan ekonomi
Lebih terperinciIndonesia, G20 dan Komitmen Anti Korupsi
Indonesia, G20 dan Komitmen Anti Korupsi 1 OLEH: MAHENDRA SIREGAR WAKIL MENTERI PERDAGANGAN PADA ROUND TABLE DISCUSSION INDONESIA, G-20 DAN KOMITMEN ANTI-KORUPSI Diselenggarakan oleh INFID. Hotel Santika
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN. ini terjadi dan meningkatnya kebutuhan suatu negara akibat berkembangnya
BAB V KESIMPULAN Keamanan energi erat hubungannya dengan kelangkaan energi yang saat ini terjadi dan meningkatnya kebutuhan suatu negara akibat berkembangnya industrialisasi dan kepentingan militer. Kelangsungan
Lebih terperinciMENTERI NEGARA PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL,
SALINAN KEPUTUSAN MENTERI NEGARA PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL NOMOR KEP.99/M.PPN/HK/11/2011 TENTANG RENCANA PEMANFAATAN HIBAH TAHUN 2011-2014 MENTERI
Lebih terperinciDEKLARASI BERSAMA TENTANG KEMITRAAN STRATEGIS ANTARA PERANCIS DAN INDONESIA
DEKLARASI BERSAMA TENTANG KEMITRAAN STRATEGIS ANTARA PERANCIS DAN INDONESIA Jakarta, 1 Juli 2011 - 1 - Untuk menandai 60 tahun hubungan diplomatik dan melanjutkan persahabatan antara kedua negara, Presiden
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. samping komponen konsumsi (C), investasi (I) dan pengeluaran pemerintah (G).
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dalam sistem perekonomian terbuka, perdagangan internasional merupakan komponen penting dalam determinasi pendapatan nasional suatu negara atau daerah, di
Lebih terperinciRio Deklarasi Politik Determinan Sosial Kesehatan Rio de Janeiro, Brasil, 21 Oktober 2011.
Rio Deklarasi Politik Determinan Sosial Kesehatan Rio de Janeiro, Brasil, 21 Oktober 2011. 1. Atas undangan Organisasi Kesehatan Dunia, kami, Kepala Pemerintahan, Menteri dan perwakilan pemerintah datang
Lebih terperinciBAB I PENGANTAR. Gejolak krisis ekonomi yang dialami Amerika Serikat dan beberapa negara
1 BAB I PENGANTAR 1.1. Latar Belakang Gejolak krisis ekonomi yang dialami Amerika Serikat dan beberapa negara maju di kawasan Eropa masih belum sepenuhnya mereda. Permasalahan mendasar seperti tingginya
Lebih terperinciImplementasi SDGs di Tingkat Global dan Keterkaitannya dengan Isu Kekayaan Intelektual
Implementasi SDGs di Tingkat Global dan Keterkaitannya dengan Isu Kekayaan Intelektual Toferr y P. Soetikno Direktur Pembangunan, Ekonomi dan Lingkungan Hidup Kementerian Luar Negeri, 2016 Outline: 1.
Lebih terperincihttp://www.hadiborneo.wordpress.com/ The Asian Development Bank (Bank Pembangunan Asia) Bank Dunia (World Bank) Dana Moneter Internasional (IMF) ADB merupakan lembaga pengembangan keuangan internasional
Lebih terperinciLaporan Delegasi Indonesia pada High-level Dialogue Regional Economic Cooperation and Integration, UN-ESCAP 21 April 2017
Laporan Delegasi Indonesia pada High-level Dialogue Regional Economic Cooperation and Integration, UN-ESCAP 21 April 2017 Dr. Ir. Suprayoga Hadi, MSP Ketua Delegasi Indonesia pada HLD RECI UN-ESCAP Bangkok,
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Isu globalisasi sering diperbincangkan sejak awal tahun Globalisasi
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Isu globalisasi sering diperbincangkan sejak awal tahun 1980. Globalisasi selain memberikan dampak positif, juga memberikan dampak yang mengkhawatirkan bagi negara yang
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bagi sebuah negara, keberhasilan pembangunan ekonominya dapat diukur dan digambarkan secara umum oleh tingkat laju pertumbuhan ekonominya. Mankiw (2007) menyatakan
Lebih terperinciOleh: Wahyu Susilo dalam Pertemuan Nasional Masyarakat Sipil untuk SDGs Jakarta, 6-7 Oktober 2015
Oleh: Wahyu Susilo dalam Pertemuan Nasional Masyarakat Sipil untuk SDGs Jakarta, 6-7 Oktober 2015 MDGs (dan dokumen luasnya Millennium Development Goals) diadopsi oleh UN GA September 2000 oleh 189 negara
Lebih terperinciCHAPTER 14. Asrofi Rama Saputra 11/316615/EK/18639
CHAPTER 14 Asrofi Rama Saputra 11/316615/EK/18639 The International Flow of Financial Resources Pada chapter ini, kita akan membahas tentang The International Flow of Financial Resources, yang mempunyai
Lebih terperinciPercepatan Peningkatan Aksi-aksi Perubahan Iklim di Tingkat Global : Pandangan Kelompok Masyarakat Sipil
Percepatan Peningkatan Aksi-aksi Perubahan Iklim di Tingkat Global : Pandangan Kelompok Masyarakat Sipil Climate Summit 2014 merupakan event penting dimana negara-negara PBB akan berkumpul untuk membahas
Lebih terperinciProses Pembahasan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (Sustainable Development Goals/SDGs) di Tingkat Global. Kementerian Luar Negeri
Proses Pembahasan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (Sustainable Development Goals/SDGs) di Tingkat Global Kementerian Luar Negeri 30/01/2014 1 KTT Rio+20: the Future We Want Konferensi PBB untuk Pembangunan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dalam mewujudkan pembangunannya, suatu negara membutuhkan biaya yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam mewujudkan pembangunannya, suatu negara membutuhkan biaya yang besar. Biaya biaya tersebut dapat diperoleh melalui pembiayaan dalam negeri maupun pembiayaan
Lebih terperinciVII. SIMPULAN DAN SARAN
VII. SIMPULAN DAN SARAN 7.1. Simpulan Hasil analisis menunjukkan bahwa secara umum dalam perekonomian Indonesia terdapat ketidakseimbangan internal berupa gap yang negatif (defisit) di sektor swasta dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pembangunan ekonomi. Dengan kata lain, pertumbuhan ekonomi yang dicapai
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pertumbuhan ekonomi yang tinggi merupakan salah satu tujuan pembangunan ekonomi. Dengan kata lain, pertumbuhan ekonomi yang dicapai suatu negara menandakan berhasilnya
Lebih terperinciBismillahirrohmannirrohiim Assalamu alaikum Wr.Wb. Selamat pagi dan salam sejahtera bagi kita semua,
Sambutan Pembukaan Menteri Ketenagakerjaan Republik Indonesia Pada Sustainable Development Goals (SDGs) Conference Indonesia s Agenda for SDGs toward Decent Work for All Hotel Borobudur Jakarta, 17 Februari
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. <http://www.japantimes.co.jp/news/2013/06/01/world/the-evolution-of-ticad-since-its-inception-in-1993/>, diakses 16 Juni 2016.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sejak kebijakan ODA Jepang mulai dijalankan pada tahun 1954 1, ODA pertama kali diberikan kepada benua Asia (khususnya Asia Tenggara) berupa pembayaran kerusakan akibat
Lebih terperinciTujuan Pembangunan Berkelanjutan (TPB/SDGs): Refleksi dan Strategi Penanggulangan Kemiskinan di Indonesia
Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (TPB/SDGs): Refleksi dan Strategi Penanggulangan Kemiskinan di Indonesia Wahyuningsih Darajati Direktur Kehutanan dan Konservasi Sumber Daya Air Kementerian PPN/Bappenas
Lebih terperinciKeterangan Pers Presiden RI pada Acara Kunjungan Kenegaraan Presiden Amerika Serikat, Selasa, 09 November 2010
Keterangan Pers Presiden RI pada Acara Kunjungan Kenegaraan Presiden Amerika Serikat, 09-11-2010 Selasa, 09 November 2010 KETERANGAN PERS PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PADA ACARA KUNJUNGAN KENEGARAAN PRESIDEN
Lebih terperinciKEDUDUKAN BILATERAL INVESTMENT TREATIES (BITs) DALAM PERKEMBANGAN HUKUM INVESTASI DI INDONESIA
KEDUDUKAN BILATERAL INVESTMENT TREATIES (BITs) DALAM PERKEMBANGAN HUKUM INVESTASI DI INDONESIA LATIF, BIRKAH Pembimbing : Prof. Dr. Muchammad Zaidun, SH., Msi INTERNATIONAL LAW ; INVESTMENT, FOREIGN KKB
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Millenium Development Goals disingkat MDGs merupakan sebuah cita-cita
132 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Millenium Development Goals disingkat MDGs merupakan sebuah cita-cita pembangunan global yang menitikberatkan pembangunan pada pembangunan manusia (human development).
Lebih terperinciMasyarakat Sipil Indonesia untuk G20. Halal bi Halal,
Usulan Masyarakat Sipil Indonesia untuk G20 Dialog Kebijakan G20 dan Halal bi Halal, 22Agustus 2013 1 Latar Belakang 1. Kelompok kerja masyarakat sipil Indonesia: pangan, inklusi keuangan, infrastruktur,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu faktor pendorong meningkatnya arus migrasi internasional adalah dengan adanya perkembangan perekonomian antar negara. Sejarah mencatat berbagai ekspedisi
Lebih terperinciGambaran Umum G20. Asisten Deputi Kerja Sama Ekonomi Multilateral dan Pembiayaan. Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian
Gambaran Umum G20 Asisten Deputi Kerja Sama Ekonomi Multilateral dan Pembiayaan Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Latar Belakang Faktor utama terbentuknya G20 Ketergantungan antar negara semakin
Lebih terperinciSIARAN PERS. Masyarakat Bisnis Indonesia dan Eropa Mengidentifikasi Peluang Pertumbuhan Menuju Perjanjian Kemitraan Ekonomi Uni Eropa Indonesia
SIARAN PERS Masyarakat Bisnis Indonesia dan Eropa Mengidentifikasi Peluang Pertumbuhan Menuju Perjanjian Kemitraan Ekonomi Uni Eropa Indonesia Pada Dialog Bisnis Uni Eropa - Indonesia (EIBD) keempat yang
Lebih terperinciHUBUNGAN KUALITAS LINGKUNGAN ( EMISI CO 2 ) DENGAN EKSPOR INDONESIA DALAM KERANGKA PERDAGANGAN DENGAN ASEAN5 +CHINA SKRIPSI. Oleh: Ayu Andria Sari
HUBUNGAN KUALITAS LINGKUNGAN ( EMISI CO 2 ) DENGAN EKSPOR INDONESIA DALAM KERANGKA PERDAGANGAN DENGAN ASEAN5 +CHINA SKRIPSI Diajukan sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar Sarjana Pada Program
Lebih terperinciLAPORAN PENGELOLAAN PINJAMAN DAN HIBAH
LAPORAN PENGELOLAAN PINJAMAN DAN HIBAH EDISI JANUARI 2016 Direktorat Pinjaman dan Hibah Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang Kementerian Keuangan Direktorat Pinjaman dan Hibah merupakan unit eselon II
Lebih terperinciMateri Minggu 12. Kerjasama Ekonomi Internasional
E k o n o m i I n t e r n a s i o n a l 101 Materi Minggu 12 Kerjasama Ekonomi Internasional Semua negara di dunia ini tidak dapat berdiri sendiri. Perlu kerjasama dengan negara lain karena adanya saling
Lebih terperinciNo ke luar Indonesia. Dengan adanya pusat-pusat pelarian pajak/perlindungan dari pengenaan pajak (tax haven), dan belum adanya mekanisme serta
TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I No.6051 KEUANGAN. Perpajakan. Informasi. Akses. (Penjelasan atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2017 Nomor 95) PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Menurut Tinbergen (1954), integrasi ekonomi merupakan penciptaan struktur
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Menurut Tinbergen (1954), integrasi ekonomi merupakan penciptaan struktur perekonomian internasional yang lebih bebas dengan jalan menghapuskan semua hambatanhambatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sebagai sebuah negara yang sedang berkembang, pembangunan ekonomi
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sebagai sebuah negara yang sedang berkembang, pembangunan ekonomi merupakan suatu tujuan utama. Hal ini juga merupakan tujuan utama negara kita, Indonesia. Namun,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Krisis finansial yang terjadi di Amerika Serikat pada tahun 2007 telah berkembang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Krisis finansial yang terjadi di Amerika Serikat pada tahun 2007 telah berkembang menjadi masalah serius. Amerika Serikat merupakan negara adidaya dimana ketika perekonomiannya
Lebih terperinciNOTA KEBIJAKAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN (PK): TREN, PERMASALAHAN, DAN REKOMENDASI
NEWSLETTER infid@infid.org @infidjkt Infid Jakarta NO. 01 OKTOBER 2014 WWW.INFID.ORG infid NOTA KEBIJAKAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN (PK): TREN, PERMASALAHAN, DAN REKOMENDASI Oleh: Sugeng Bahagijo Direktur
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. (Weygandt et al., 2008). Keseluruhan proses akuntansi pada akhirnya akan menghasilkan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Akuntansi merupakan sistem informasi yang mengidentifikasi, merekam dan mengkomunikasikan kejadian ekonomik dari suatu entitas pada pengguna yang berkepentingan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
Pendahuluan BAB I PENDAHULUAN Melalui Buku Pegangan yang diterbitkan setiap tahun ini, semua pihak yang berkepentingan diharapkan dapat memperoleh gambaran umum tentang proses penyelenggaraan pemerintahan
Lebih terperinciKERJASAMA EKONOMI INTERNASIONAL. Bab 3
KERJASAMA EKONOMI INTERNASIONAL Bab 3 1. Pengertian Kerjasama Ekonomi Internasional Hubungan antara suatu negara dengan negara lainnya dalam bidang ekonomi melalui kesepakatan-kesepakatan tertentu, dengan
Lebih terperinciMenuju Warsawa: Isu-isu Utama Negosiasi Pendanaan. Suzanty Sitorus Pokja Pendanaan Dewan Nasional Perubahan Iklim
Menuju Warsawa: Isu-isu Utama Negosiasi Pendanaan Suzanty Sitorus Pokja Pendanaan Dewan Nasional Perubahan Iklim Proses UNFCCC terkait pendanaan, 2013 ADP 2-1 Bonn 29 Apr-3 Mei Intersessional Bonn 3-14
Lebih terperinciSambutan Pembukaan Gubernur Agus D.W. Martowardojo Pada Joint IMF-Bank Indonesia Conference. Development. Jakarta, 2 September 2015
Sambutan Pembukaan Gubernur Agus D.W. Martowardojo Pada Joint IMF-Bank Indonesia Conference The Future of Asia s Finance: Financing for Development Jakarta, 2 September 2015 Yang terhormat Managing Director
Lebih terperinciOutline Presentasi. PRB dan API dalam Draft Sasaran Pembangunan Berkelanjutan Pasca 2015 dan HFA II. Proses Penyusunan SDGs. Proses Penyusunan SDGs
Outline Presentasi PRB dan API dalam Draft Sasaran Pembangunan Berkelanjutan Pasca 2015 dan HFA II Bengkulu, 14 Oktober 2014 Kristanto Sinandang UNDP Indonesia Proses Penyusunan SDGs Tujuan dan sasaran
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Transportasi merupakan urat-nadi kehidupan politik, ekonomi, sosial budaya, dan pertahanan keamanan nasional yang sangat vital perannya dalam ketahanan nasional. Sistem
Lebih terperinciMENUJU KERANGKA KERJA STRATEGIS MENGENAI PERUBAHAN IKLIM DAN PEMBANGUNAN UNTUK KELOMPOK BANK DUNIA RANGKUMAN
MENUJU KERANGKA KERJA STRATEGIS MENGENAI PERUBAHAN IKLIM DAN PEMBANGUNAN UNTUK KELOMPOK BANK DUNIA RANGKUMAN 11. Penanggulangan perubahan iklim merupakan tema inti agenda pembangunan dan pengentasan kemiskinan.
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Perdagangan internasional merupakan salah satu aspek penting dalam
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perdagangan internasional merupakan salah satu aspek penting dalam perekonomian setiap negara di dunia. Dengan perdagangan internasional, perekonomian akan saling terjalin
Lebih terperinciGrowth and poverty reduction in agriculture s three worlds. Disusun oleh: Restra Pindyawara Hanif Muslih Kahfi Maulana Hanung
Growth and poverty reduction in agriculture s three worlds Disusun oleh: Restra Pindyawara Hanif Muslih Kahfi Maulana Hanung Outline 1. Growth and poverty reduction in agriculture s three worlds 2. The
Lebih terperinciPEMBENTUKAN ASEAN INFRASTRUCTURE FUND (AIF) Tabel 1: Perbandingan Global Cakupan Pelayanan Infrastruktur. (Nugraha Adi) I.
PEMBENTUKAN ASEAN INFRASTRUCTURE FUND (AIF) (Catatan Hasil Pertemuan High Level Task Force on AIF VI, Jakarta, 15 Juli 2011 dan Informal AFMM, Washington DC, 24 September 2011) I. PENDAHULUAN (Nugraha
Lebih terperinciASEAN ( Association of Southeast Asia Nations ) adalah organisasi yang dibentuk oleh perkumpulan Negara yang berada di daerah asia tenggara
ASEAN ( Association of Southeast Asia Nations ) adalah organisasi yang dibentuk oleh perkumpulan Negara yang berada di daerah asia tenggara ASEAN didirikan di Bangkok 8 Agustus 1967 oleh Indonesia, Malaysia,
Lebih terperinciBAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN
BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN I. Ekonomi Dunia Pertumbuhan ekonomi nasional tidak terlepas dari perkembangan ekonomi dunia. Sejak tahun 2004, ekonomi dunia tumbuh tinggi
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Tabel 1. Pertumbuhan Ekonomi Negara di Dunia Periode (%)
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Pertumbuhan ekonomi di kawasan Asia pada periode 24 28 mulai menunjukkan perkembangan yang pesat. Kondisi ini sangat memengaruhi perekonomian dunia. Tabel 1 menunjukkan
Lebih terperinciKajian Tengah Waktu Strategi 2020. Menjawab Tantangan Transformasi Asia dan Pasifik
Kajian Tengah Waktu Strategi 2020 Menjawab Tantangan Transformasi Asia dan Pasifik Menjawab Tantangan Transformasi Asia dan Pasifik Kajian Tengah Waktu (Mid-Term Review/MTR) atas Strategi 2020 merupakan
Lebih terperinciPERENCANAAN HIBAH (IMPLEMENTASI PP NO. 10/2011 & PERMEN PPN NO. 4/2011)
KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL PERENCANAAN HIBAH (IMPLEMENTASI PP NO. 10/2011 & PERMEN PPN NO. 4/2011) Oleh Direktur Perencanaan dan Pengembangan Pendanaan
Lebih terperinciDPR TOLAK PEMBERIAN PINJAMAN KEPADA IMF
DPR TOLAK PEMBERIAN PINJAMAN KEPADA IMF tribunnews.com Rencana pemerintah untuk membeli obligasi i yang dikeluarkan International Monetary Fund (IMF) ii seharga US$1 miliar ditentang Komisi XI DPR. Komisi
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Berdasarkan laporan WTO (World Trade Organization) tahun 2007
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Berdasarkan laporan WTO (World Trade Organization) tahun 2007 (Business&Economic Review Advisor, 2007), saat ini sedang terjadi transisi dalam sistem perdagangan
Lebih terperinciuntuk memastikan agar liberalisasi tetap menjamin kesejahteraan sektor swasta. Hasil dari interaksi tersebut adalah rekomendasi sektor swasta yang
Bab V KESIMPULAN Dalam analisis politik perdagangan internasional, peran politik dalam negeri sering menjadi pendekatan tunggal untuk memahami motif suatu negara menjajaki perjanjian perdagangan. Jiro
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN. Jepang merupakan salah satu negara maju dimana Official Development
BAB V KESIMPULAN Jepang merupakan salah satu negara maju dimana Official Development Assistance (ODA) digunakan sebagai kebijakan bantuan luar negeri yang bergerak dalam hal pembangunan bagi negara-negara
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. besar pada sektor infrastruktur. Bagi sebagian pengambil kebijakan, kesuksesan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peran investasi infrastruktur dalam proses pertumbuhan ekonomi menjadi perhatian sejak suksesnya perekonomian Asia Timur yang melakukan investasi besar pada sektor
Lebih terperinciAnalisis Asumsi Makro Ekonomi RAPBN Nomor. 01/ A/B.AN/VI/2007 BIRO ANALISA ANGGARAN DAN PELAKSANAAN APBN SETJEN DPR RI
Analisis Asumsi Makro Ekonomi RAPBN 2008 Nomor. 01/ A/B.AN/VI/2007 Asumsi Dasar dan Kebijakan Fiskal 2008 Sesuai dengan ketentuan UU Nomor 17 Tahun 2003, Pemerintah Pusat diwajibkan untuk menyampaikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dilihat dari kondisi masyarakat saat ini, jarang sekali orang tidak
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dilihat dari kondisi masyarakat saat ini, jarang sekali orang tidak mengenal bank dan tidak berhubungan dengan bank. Perbankan sendiri memegang peranan penting
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Setiap negara membutuhkan modal untuk membiayai proyek
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Setiap negara membutuhkan modal untuk membiayai proyek pembangunannya. Tentunya ketersediaan modal sangat dipengaruhi oleh laju pertumbuhan ekonomi. Bagi sebuah negara,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan semakin terbukanya perekonomian Indonesia terhadap
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Seiring dengan semakin terbukanya perekonomian Indonesia terhadap aliran modal asing, tekanan internasionalpun semakin besar. Rentannya sistem keuangan Indonesia
Lebih terperinciKEPUTUSAN PBB DAN BANK DUNIA MELUNCURKAN PRAKARSA ( STOLEN ASSET RECOVER ) UNTUK MEMBERANTAS KORUPSI
KEPUTUSAN PBB DAN BANK DUNIA MELUNCURKAN PRAKARSA StAR (STOLEN ASSET RECOVERY) UNTUK MEMBERANTAS KORUPSI ABSTRAK Oleh: ANTONIUS MARIANUS CEME NUWA 1510802100 JURUSAN ILMU HUBUNGANN INTERNASIONAL FAKULTAS
Lebih terperinciKEBIJAKAN PENGUATAN SEKTOR RIIL DI INDONESIA Kamis, 16 Juli 2009
KEBIJAKAN PENGUATAN SEKTOR RIIL DI INDONESIA Kamis, 16 Juli 2009 Â Krisis keuangan global yang melanda dunia sejak 2008 lalu telah memberikan dampak yang signifikan di berbagai sektor perekonomian, misalnya
Lebih terperinci