BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB III METODOLOGI PENELITIAN"

Transkripsi

1 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 PENDAHULUAN Teknik pemilihan metode konstruksi dalam penulisan tesis ini dilakukan dengan pendekatan kuantitatif dan kualitatif yang dikuantitatifkan. Pendekatan kuantitatif akan menghasilkan pilihan yang sifatnya secara teori mempunyai derajad matematis teknis memenuhi syarat. Sedang pendekatan kualitatif akan menghasilkan pilihan yang sifatnya heuristik berdasarkan batasan-batasan teknis. Kedua pendekatan tersebut mempunyai kelebihan dan kekurangannya, suatu pilihan kuantitatif secara teknis dapat merupakan pilihan yang terbaik, tetapi apabila lingkungan secara teknis tidak memungkinkan, maka suatu pilihan belum tentu terbaik. Demikian juga sebaliknya, suatu pilihan kualitatif secara mutu dan lingkungan sudah memenuhi syarat, tetapi standard teknis kurang terpenuhi. Idealnya suatu pilihan. memenuhi kedua syarat pendekatan tersebut secara penuh, sayangnya jarang bahwa suatu pilihan dapat memenuhi syarat kedua pendekatan tersebut secara penuh bersama-sama. Pada tesis ini dicoba untuk melakukan perumusan suatu teknik pemilihan metode konstruksi basemet yang menggunakan teknik pendekatan kuantitatif sebagai dasar untuk mendapatkan hasil yang optimum. Pengolahan data yang diambil adalah pengolahan data deskriptif dengan membandingkan kedua metode konstruksi, dimana data yang diperoleh adalah data lapangan yaitu wawancara. 3.2 KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESA PENELITIAN Dalam sebuah proyek konstruksi, salah satu kriteria perencanaan proyek yang baik adalah terintegrasinya seluruh aspek dengan baik. Aspek pemilihan metode konstruksi perlu pengintegrasian secara optimal dengan aspek kondisi teknis dan lingkungan serta aspek biaya dan juga aspek banyaknya tingkat basement. Hubungan dari ketiga aspek tersebut terdapat pada perencanaan pemakaian sumberdaya. Analisa pemakaian sumber daya menjadi asumsi dasar penetapan perencanaan tiga aspek tersebut

2 13 Iman Soeharto, Manajemen Proyek, Erlangga, Jakarta, 1997,1 Dalam mengeksekusi proyek banyak kombinasi pilihan skenario yang tersedia, namun tidak semuanya feasible dan dapat dijadikan baseline pengerjaan. Sementara itu, dalam teknik pemilihan metode konstruksi banyak variable yang harus dianalisa apalagi jika menyangkut perubahan asumsi dasar untuk mencari solusi pilihan khususnya masalah varians biaya dan waktu serta mutu menjadi dorongan untuk menyempurnakan proses perhitungan matematis metode tersebut. Untuk menjelajahi solusi dalam ruang pencarian yang sangat besar tersebut digunakan pendekatan kuantitatif dengan dasar informasi dari pakar ahli yang memiliki pengetahuan dan pengalaman (expert knowledge) dibidang basement bangunan bertingkat.dalam pencarian solusi untuk pemilihan metode dan optimasi pada tiap kegiatan atau work breakdown structures Expert Knowledge Dalam bidang sistim informasi itu hal yang biasa untuk membedakan antara data, informasi, dan pengetahuan. Istilah data mengacu pada angka ( atau bukan angka) tanda-tanda tsb dengan sendirinya tidak mempunyai arti apapun. Bentuknya dapat berupa keadaan nyata atau gambar yang dapat diproses. Informasi adalah data yang tersusun sedemikian rupa sehingga ada artinya bagi seseorang yang menerimanya. Pengetahuan mempunyai beberapa definisi diantaranya adalah informasi yang tersusun yang dapat digunakan untuk pemecahan masalah. Definisi pengetahuan yang lain adalah oleh Sowa 1985: Pengetahuan meliputi pembahasan eksplisit yang terkandung dalam object sebagai satu kesatuan, operasi, yang berhubungan dengan keadaan umum dan spesifik heuristik serta apabila akan mengambil kesimpulan harus menggambarkan situasi yang dimodelkan 14. Data, Informasi, dan pengetahuan dapat digolongkan dalam tingkatan atau derajat abstrak jumlahnya( gambar 3.1). Pengetahuan kebanyakan bentuknya adalah abstrak dan sangat sedikit jumlahnya Sowa; J. F. (1984). Conceptual Structures. Reading, MA: Addison-Wesley. 15 Newell, A., and H. A. Simon. (1972). Human Problem Solving. Englewood Cliffs, NJ: Prentice-Hall 67

3 High Degree of Abstraction Knowledge Informasi Low Data Quantity Gambar 3.1 Tingkat Abstrak dan Jumlah dari Data, Informasi dan Knowledge Sebagai proses pembelajaran dapat menggunakan pengetahuan dari pengalaman orang lain yang mempunyai keahlian dibidangnya. Pengetahuan juga termasuk informasi yang telah tersusun dan dapat dianalisa untuk membuat sesuatu dapat dimengerti dan dapat diterapkan dalam pemecahan masalah atau pengambilan keputusan.. Kumpulan pengalaman yang berhubungan dengan suatu masalah yang dapat digunakan dalam sistem disebut suatu dasar pengetahuan (knowledge base). Kebanyakan basis pengetahuan sangat terbatas dari segi jenis khususnya pada beberapa spesifik, pada umumnya sempit wilayahnya atau pokok masalahnya. Sekali dasar pengetahuan dapat dibangun dan memiliki arti dan dapat diterima oleh akal pikiran maka dapat memberikan kemampuan untuk digunakan dalam perhitungan. Perhitungan selanjutnya dapat digunakan untuk membuat kesimpulan dan pertimbangan yang berdasar pada fakta dan hubungan yang ada kaitannya dengan dasar pengetahuan Waterman, D. (1986). A Guide to Expert Systems. Reading, MA: Addison-Wesley. 68

4 Dengan dasar pengetahuan dan kemampuan untuk menggambarkan kesimpulan maka hal tersebut dapat dipergunakan oleh seseorang dalam praktek sebagai pemecahan masalah dan pengambilan keputusan. Para tenaga ahli memiliki sistem pengolahan pengalamannya sendiri yaitu dengan menganalisa kemampuan yang dimilikinya, dengan belajar dari hal tersebut dan mengembangkannya sebagai pembimbing untuk mencapai apa yang menjadi tujuannya sehingga menjadi seorang pakar (expert). Seorang Pakar yang dapat menggabungkan dari beberapa bagian pengalaman tenaga ahli lainnya yang diketahui memiliki pengalaman khusus, pertimbangan, pengalaman biasa, dan memiliki metoda penerapan bakat dalam pemecahan masalah untuk membentuk dasar pengetahuan karena kemampuannya tersebut maka dapat disebut seorang pakar yang memiliki pengetahuan (expert knowledge) yang mampu menggunakan pengetahuan tersebut untuk mengetahui keadaan mana yang penting dan memiliki arti didalam hubungan kehidupan nyata 17. Sedikitnya dua orang atau lebih berpartisipasi dalam pengembangan sistem para pakar (expert system), minimal ada pakar dan pelaku. Terbentuknya pengetahuan sering terjadi dari bebebrapa pengalaman tenaga ahli dan di bangun dari sistem dimana tiap-tiap pelaku memiliki peran sesuai bidangnya masingmasing ( lihat gambar 3.2). Pengalihan dari pengetahuan yang didapat dari pengetahuan tenaga ahli yang berpengalaman yang merupakan akumulasi, perpindahan, dan perubahan bentuk dalam proses pemecahan masalah dari beberapa sumber pengetahuan untuk membangun dan mengembangkan dasar pengetahuannya. Dasar acuan yang digunakan oleh seorang Pakar dalam expert system adalah dengan menghubungkan saling keterkaitan antara satu atau lebih tenaga ahli yang sesuai keahliannya masing-masing untuk dibangun suatu dasar pengetahuan dari beberapa pengalamannya Benders, J., and F. Manders. (1993). "Expert Systems and Organizational Decision Making." Information and Management, Vol. 25, pp Badire, A. B. (1992). Expert Systems Applications in Engineering and Manufacturing. Englewood Cliffs, NJ: Prentice Hall. 69

5 CONSULTATION ENVIRONMENT DEVELOPMENT ENVIRONMENT User User Interface Facts about the Spesific Incident Explanation Facility Knowledge Base Facts: What is Know about the Domain Area Rules: Logical Reference (e.g, Between Symptoms and Causes) Recommended Action Inference Engine Draws Conclusion -Interpreter -Scheduler -Consistency Enforcer Knowledge Engineer Knowledge Acquisition Expert Knowledge Blackboard (Workplace) Plan Agenda Solution Problem Description Knowledge Refinement Gambar 3. 2 Expert Knowledge dalam Struktur Expert System 70

6 3.2.2 Hipotesa Penelitian Ada tiga faktor yang mempengaruhi jenis pertanyaan penelitian, yakni: jenis pertanyaan yang digunakan, kendali terhadap peristiwa yang diteliti dan fokus terhadap peristiwa yang sedang berjalan atau baru diselesaikan. Robert Yin (1994) mengatakan bahwa survey merupakan strategi penelitian yang memfokuskan pada suatu kegiatan di masa sekarang (zaman sekarang) dengan interval waktu tertentu, yang memiliki bentuk pertanyaan penelitian seperti apa, siapa, dimana, dan berapa besar (what, who, where, how much, how many) 19, seperti lihat dalam tabel 3.1. Pada umumnya, pertanyaan "apa" bisa eksploratoris (bisa menggunakan strategi yang manapun) dan bisa lainnya (menggunakan survey atau analisis rekaman arsip). Data-data yang diperlukan diperoleh dengan menggunakan bantuan pertanyaan yang sesuai dengan metode penelitian tersebut yaitu : - Apa? Maksudnya adalah apakah ada keterkaitan antara kondisi teknis dan lingkungan serta biaya, terhadap jumlah tingkat basement pada proyek konstruksi dapat dirumuskan untuk proses pemilihan metode konstruksi dan apabila metode yang sudah dipilih tersebut maka apa saja yang dapat dilakukan untuk optimalisasi pelaksanaannya, dalam hal ini metode konstruksi bottom-up. Tabel 3.1 Strategi Penelitian Untuk Berbagai Situasi Strategi Bentuk pertanyaan penelitian Membutuhkan pengendalian thd perilaku kegiatan yang diteliti Memfokuskan pada kegiatan di masa sekarang dengan interval waktu tertentu Eksperimen Bagaimana, Mengapa ya ya Survey Siapa, Apa, Di mana, Berapa besar Tidak ya Analisa Arsip Siapa, Apa, Di mana, Berapa besar Tidak ya / Tidak Sejarah Bagaimana, Mengapa Tidak Tidak Studi Kasus Bagaimana, Mengapa Tidak ya Sumber : Diterjemahkan dari (Yin,1994) 71

7 Yin,Robert K, Case Study Research; Design and Methods, Sage Publication Inc, USA, Untuk menjawab pertanyaan Apa seperti yang dikemukakan diatas, maka strategi penelitian yang dipilih adalah dengan melakukan survey atau analisa dengan pengumpulan data wawancara kepada pakar ahli dengan dasar pengalaman dan kemampuan untuk menggambarkan kesimpulan maka hal tersebut dapat dipergunakan oleh seseorang dalam praktek sebagai pemecahan masalah dan pengambilan keputusan (expert knowledge). Berdasarkan dasar pemikiran yang disusun dari studi literatur pada penelitian ini dapat diambil hipotesis sebagai berikut : "Dengan menggunakan dasar Expert Knowledge dari Faktor kinerja proyek dan kondisi teknis dan lingkungan terhadap jumlah tingkat basement pada pemilihan metode konstruksi dapat memberikan solusi tercepat dalam pengambilan keputusan bagi kontraktor serta mengoptimalkan pelaksanaannya dari keputusan yang diambil dalam hal ini metode konstruksi bottom-up. Suatu desain penelitian adalah logika yang menghubungkan data yang dikumpulkan dan kesimpulan-kesimpulan yang akan diambil dengan pertanyaan-pertanyaan yang akan diajukan kepada para pakar /tenaga ahli pada awal penelitian. Berkenaan dengan desain penelitian sekurang-kurangnya ada empat problem, yaitu pertanyaan apa yang harus diajukan, bagaimana data relevan, data apa yang harus dikumpulkan, dan bagaimana menganalisis hasilnya. 72

8 TUJUAN PENELITIAN HASIL YANG INGIN DICAPAI HUB KOND TEKNIS & LINGK, BIAYA THD JML LANTAI BASEMENT UTK KEDUA METODE STUDI LITERATUR DATA KUANTITATIF KONDISI UMUM MUTU PD TIAP KEGIATAN YANG SIGNIFIKAN INGIN DICAPAI DG MTD KONSTRUKSI BOTTOM-UP BATAS UMUM KONDISI PILIHAN METODE KONSTRUKSI VRBL TDK BEBAS X (JMLH LT BSMNT) & VRBL BEBAS Y (BIAYA, KNDS LINGK DAN MAT) WAWANCARA KPD PARA AHLI KONSTRUKSI BASEMENT GED BERTINGKAT (EXPERT KNOWLEDGE) KONDISI BATAS PARAMETER METODE KONSTRUKSI BOTTOM-UP PENGOLAHAN DATA DESKRIPTIF KOMPARATIF PENGOLAHAN DATA DESKRIPTIF TEMUAN PENELITIAN VALIDASI PAKAR (EXPERT KNOWLEDGE) ANALISA HASIL SESUAI SKALA PRIORITAS PEMILIHAN METODE KONSTRUKSI PEMBAHASAN PROSES ANALISA OPTIMASI PADA SETIAP KEGIATAN METODE KONSTRUKSI BOTTOM-UP HASIL PENELITIAN 73

9 Gambar 3.3. Skema Penelitian 3.3 PEMILIHAN STRATEGI PENELITIAN Untuk menjawab pertanyaan Apa seperti yang dikemukakan pada pertanyaan penelitian maka strategi penelitian yang dipilih adalah dengan melakukan wawancara kepada para pakar yang memiliki kemampuan dan pengalaman teknis dibidang bangunan basement pada bangunan bertingkat (expert knowledge). 3.4 PROSES PENELITIAN Penelitian ini secara umum dilakukan melalui tiga tahapan, yakni: 1. Tahap identifikasi Pada tahap ini dimulai dengan merumuskan masalah dari latar belakang yang telah dikemukakan selanjutnya ditentukan topik penelitian yang akan dibahas. Kemudian melakukan studi literatur mengenai topik yang telah ditetapkan. Pada penelitian ini topik yang dipilih adalah penerapan pendekatan kuantitatif dalam proses pemilihan metode konstruksi dan optimasi pada tiap kegiatan atau work breakdown structures pada proses optimasi metode konstruksi bottom-up. Setelah ditentukan topik dari penelitian ini tindakan selanjutnya adalah menyusun referensi-referensi yang berkaitan dengan topik tersebut. Tahap selanjutnya adalah mengemukakan hipotesis serta menyusun alur tentang bagaimana metode yang akan digunakan pada penelitian ini. 2. Tahap pengumpulan dan pengolahan data Data pada penelitian ini dengan menggunakan wawancara yang ditujukan kepada Para pakar ahli dibidang pembangunan basement, Project Manajer, General Superintendent (Site Manager), atau Engineering Manajer dari proyek bangunan bertingkat yang ada di Jakarta. Dengan sampel tersebut setelah dikumpulkan maka dilakukan analisis untuk mendapatkan model deskriptif komparatif tentang hubungan antara kondisi teknis dan lingkungan serta variabel biaya terhadap jumlah tingkat basement dalam pelaksanaan pemilihan metode konstruksi kemudian dilakukan analisis pula untuk mendapatkan model deskriptif tentang hubungan kegiatan atau work breakdown structures dalam proses optimasi. Data yang telah diperoleh selanjutnya akan diolah sehingga didapat dihasilkan suatu permodelan permasalahan yang representatif. 74

10 3. Tahap Analisa dan kesimpulan Dari permodelan yang dihasilkan dilakukan suatu analisa untuk mendapatkan usulan pemilihan metode konstruksi yang tepat dan mengoptimalkan pelaksanaannya dalam hal ini metode konstruksi bottom-up yang dipilih. Kemudian dilakukan validasi berupa respon berbagai pihak terkait pemilihan tersebut terhadap solusi yang diusulkan. Terakhir adalah menyimpulkan hasil dari penelitian serta memberikan saran dan masukan berkaitan dengan penelitian yang telah dilaksanakan Variabel Penelitian Dalam penentuan variabel-variabel yang berpengaruh, pertama-tama perlu dilakukan telaah kembali mengenai manajemen suatu proyek secara umum, kemudian secara khusus dalam manajemen pekerjaan konstruksi basement. Pada umumnya variabel dalam manajemen proyek adalah : Jadwal (waktu), Biaya dan mutu. Variabel dalam manajemen pekerjaan konstruksi basement adalah kemampuan teknis dan kondisi lingkungan sekitar konstruksi tersebut dibangun, Getaran akibat pekerjaan pelaksanaan, jumlah lantai basement, mobilisasi/transportasi ke dan dari lokasi proyek dan terlebih lagi parameter-parameter tanah di lokasi. Tujuannya adalah agar dicapai suatu hasil yang optimal pada pelaksanaan proyek itu. Biaya :Pengendalian biaya merupakan pengaturan alokasi biaya seefisien mungkin dan pemilihan teknik pelaksanaan yang sesuai agar biaya yang dikeluarkan efektif. Kondisi Lingkungan :Lingkungan sekeliling proyek dimana basement akan dibangun akan menyebabkan secara teknis suatu metode pelaksanaan basement tidak mungkin dilakukan Tinggi MAT :Tanah adalah salah satu bagian dari ilmu teknik sipil yang mempunyai tingkat ketidakpastian yang cukup besar. Ketiga variabel tersebut saling melengkapi pengaruhnya terhadap jumlah 75

11 lantai basement dalam teknik pemilihan metode konstruksi sehingga apabila suatu tindakan atau teknik yang dipergunakan dapat mencakup salah satu bidang dan mendukung bidang yang lain, maka akan sangat berguna dalam manajemen suatu proyek. Secara umum dapat dikatakan, semakin dalam atau semakin banyak jumlah lantai basement akan memberikan biaya pelaksanaan yang semakin tinggi mengingat tingkat kesulitan semakin besar. Untuk itu penelitian dilakukan pemilihan metode konstruksi yang tepat terhadap basement yang menggunakan metode Top-Down dan dengan metode Bottom-Up (konvensional). Jadi secara singkat dapat dikatakan bahwa penelitian yang akan dilaksanakan terpusat pada jumlah basement untuk memperoleh model kecenderungan hubungannya dengan parameter kondisi teknis dan lingkungan serta biaya. "Tujuan dari mencari huhungan dari dua populasi data adalah memprediksi nilai dari salah satu populasi berdasarkan populasi lainnya. Suatu prediksi merupakan hal yang penting dalam bidang rekayasa bila Y tidak dapat diobservasi langsung, oleh sebab itu nilai tersebut diramal dari suatu nilai yang diketahui yaitu X". (Lapin, 1983) 20 Dalam menentukan model penelitian kuantitatif ini dilakukan pendekatan statistik seperti yang disebutkan tadi. Tujuannya adalah menjabarkan bagaimana variabelvariabel yang diukur berhubungan. Dalam merumuskan cara memperoleh dan mengolah data hasil penelitian serta teknik pemilihan metode konstruksi ini, dibuat suatu sistematika urut-urutan studi. Untuk melihat hubungan antara biaya, kondisi lingkungan dan tinggi MAT terhadap jumlah lantai basement dbuatlah suatu tabel hubungan antara Y (biaya, kondisi lingkungan dan tinggi MAT) dan X (Jumlah lantai basement), yang sudah barang tentu terdapat beberapa variasi mengingat data diambil 5 (pakar) yang memiliki pengalaman yang berbeda beda. Pada penelitian ini akan dicari hubungan antara jumlah lantai basement dengan biaya per meter persegi lantai basement, jumlah sisi lingkungan bangunan disekitar lokasi konstruksi dan tinggi muka air tanah (MAT) dari permukaan lokasi konstruksi berdasarkan metode konstruksi. apabila dapat diramalkan biaya, 76

12 20 Lapin,Lawrence L: Probability And Statistics For Modern Engineering, PWS Publisher, Boston-Massachusetts,1983 jumlah sisi bangunan yang diijinkan dan tinggi muka air tanah yang diijinkan untuk masing-masing jenis metode konstruksi tersebut. Data diperoleh dari wawancara dengan para pakar yang ahli dibidang teknik bangunan basement, sedang yang berasal dari literatur diambil sebagai dasar dalam pertanyaan kepada para pakar. Hasil dari pengolahan data yang diturunkan dari wawancara tersebut dijadikan model untuk mencari variabel tidak bebas yang kemudian dapat dijadikan prediksi biaya, jumlah sisi bangunan dan tinggi muka air tanah (MAT). Hasilnya dapat dijadikan pembanding dalam menentukan pilihan metode konstruksi dan dalam proses optimasi penelitian yang dilakukan terpusat pada tiap kegiatan atau work breakdown structures Instrumen Penelitian Pada penelitian ini instrumen penelitian yang diperlukan adalah data wawancara yang meliputi perhitungan skala prioritas dalam proses pemilihan metode konstruksi dan prosedur networking dan scheduling dalam proses optimasi. Perhitungan skala prioritas yang paling utama adalah berhubungan dengan keselamatan nyawa manusia kemudian nilai kerugian lain yang bersifat materi yang besar yang akan digunakan dalam proses pemilihan metode konstruksi. Perhitungan Precedence Diagramming Method (PDM) hanya sebagai dasar acuan dalam wawancara yang akan digunakan dalam proses optimasi metode konstruksi bottom-up Pengumpulan Data Data yang diperlukan dalam menyusun penelitian ini pada tahap awal adalah: informasi umum proyek secara keseluruhan, Work Breakdown Structures (WBS) proyek, rincian kegiatan proyek, rincian kebutuhan sumberdaya per kegiatan dan produktifitas unit kegiatan.. Pengumpulan data dilakukan melalui penelusuran dokumen perencanaan, data historis, studi literatur dan wawancara kepada para pakar yang memiliki kemampuan dan pengalaman teknis dibidang pembangunan basement (Expert Knowledge) Metode Analisis Data Pada penelitian ini diawali dengan penentuan tujuan penelitian yaitu 77

13 memberikan solusi efektif dan efisien dalam penggunaan metode konstruksi basement pada pembangunan basement bangunan bertingkat di Jakarta dengan batasan kondisi teknis dan lingkungan serta biaya terhadap jumlah tingkat basement, selanjutnya melakukan studi literatur meliputi kegiatan mengumpulkan dasar teori yang mendukung dalam penelitian ini, dari studi literatur tersebut diambil data kuantitatif dari ketiga variabel tersebut yang diperlukan selanjutnya penentuan tujuan untuk pemilihan metode konstruksi yang ingin dicapai adalah hubungan kondisi teknis, kondisi lingkungan dan biaya terhadap jumlah lantai basement untuk kedua metode konstruksi dari hasil yang ingin dicapai tersebut ditentukanlah batasan umum kondisi variabel tidak bebas x (jumlah lantai basement) dan variabel bebas y (variabel biaya, kondisi teknis dan kondisi lingkungan) begitu juga untuk proses optimasi dari penentuan data kuantitatif ditentukanlah tujuan yang ingin dicapai adalah mutu pada setiap kegiatan metode konstruksi bottom-up kemudian penentuan batasan umum metode bottom-up, data pada penelitian ini dengan menggunakan wawancara yang ditujukan kepada Para pakar ahli dibidang pembangunan basement, Project Manajer, General Superintendent (Site Manager), atau Engineering Manajer dari proyek bangunan bertingkat yang ada di Jakarta, data yang diperoleh selanjutnya akan disusun analisa secara deskriptif komparatif pilihan-pilihan apa saja yang mungkin diambil pada tiap metode konstruksi, kemudian data tersebut secara kuantitatif dengan dasar informasi dari pakar ahli yang memiliki pengetahuan dan pengalaman (Expert Knowledge) yang akan digunakan untuk prosses pemilihan metode konstruksi sesuai dengan kondisi teknis dan lingkungan serta nilai variabel biaya terhadap jumlah tingkat basement yang diinginkan dengan melakukan penyusunan skala prioritas. Solusi yang dihasilkan kemudian dijadikan usulan untuk pertimbangan dalam pengambilan keputusan pemilihanm metode konstruksi proyek tersebut. Selanjutnya dilakukan pula analisa deskriptif work break down structures dari data tersebut selanjutnya disusun opsi-opsi apa saja yang mungkin diambil pada tiap kegiatan proyek untuk dicari skenario pengerjaan proyek yang dapat menghasilkan solusi optimum. Solusi yang dihasilkan kemudian dijadikan usulan untuk pertimbangan dalam proses optimasi metode konstruksi bottom-up untuk mendapatkan pelaksanaan proyek yang efektif dan efisien. Terakhir adalah menyimpulkan hasil dari penelitian serta memberikan saran dan masukan berkaitan dengan penelitian yang telah dilaksanakan. 78

14 BAB IV PELAKSANAAN PENELITIAN 4.1 PEMILIHAN METODE KONSTRUKSI Perumusan teknik pemilihan metode konstruksi basemet yang menggunakan Faktor kinerja Proyek yaitu kinerja biaya sebagai dasar untuk mendapatkan hasil yang optimum pada teknik ini yang dipilih adalah pengolahan data tabulasi, dimana data yang diperoleh adalah data lapangan dari para pakar, begitu juga untuk kondisi teknis dan lingkungan yang mempengaruhi pemilihan metode pelaksanaan konstruksi basement. Pendekatan yang dilakukan berada dalam ruang lingkup dan batasan-batasan seperti yang secara umum telah disebutkan pada Bab I di atas. Untuk selanjutnya pembahasan tesis ini mengacu pada batasan dan ruang lingkup seperti yang sudah disebut pada bab-bab sebelumnya Faktor Kinerja Proyek (Biaya) Metode konstruksi adalah salah satu aspek dalam manajemen konstruksi yang dapat memberi pengaruh pada ketiga variabel biaya, waktu dan mutu. Suatu metode konstruksi akan memberikan pengaruh pada waktu dan mutu, karena suatu teknik pelaksanaan direncanakan untuk mencapai mutu tertentu dan sudah barang tentu jabaran kegiatannya akan memberikan suatu pola waktu tertentu. Tetapi terhadap biaya, pengaruh metode konstruksi adalah relatif, sangat tergantung pada kondisi lokasi setempat. Atas dasar tersebut diatas maka dalam penulisan tesis ini akan membatasi variabel-variabel yang akan diukur mengacu kepada pemilihan metode konstruksi basement yang disesuaikan dengan kondisi di Indonesia yaitu di Jakarta di mana penelitian lapangan ini dilakukan. Variabel yang akan menjadi dasar pertanyaan dalam wawancara adalah : Biaya Langsung meliputi : Biaya langsung meliputi biaya dinding penahan tanah, konstruksi plat lantai, sumber daya, konstruksi sementara, waterproofing, penggalian tanah, dinding basement, dan biaya-biaya lain proses pelaksanaan. Pada penelitian ini akan dicari hubungan antara jumlah lantai basement dengan biaya per meter persegi lantai basement berdasarkan metode konstruksi. Dengan 79

15 demikian diharapkan akan didapat suatu batasan pemilihan metode konstruksi apabila dapat diramalkan biaya untuk masing-masing jenis metode konstruksi tersebut. Data diperoleh dari wawancara yang diajukan kepada para pakar dibidang bangunan basement dengan cara mempertanyakan hubungan biaya langsung pelaksanaan atau biaya rencana untuk tiap lantai basement pada masingmasing metode konstruksi. Hasil dari data tersebut dibuat tabulasi dan diklasifiksikan untuk mengetahui kondisi biaya pada tiap lantai basement untuk masing-masing metode konstruksi dan hasilnya dapat dijadikan pembanding dalam menentukan pilihan metode konstruksi Biaya Tak Langsung : Biaya tak langsung meliputi biaya-biaya lain yang tidak berhubungan langsung dengan kegiatan pekerjaan proyek, seperti : gaji staf manajemen yang ditempatkan dan lain sebagainya 21. Biaya tak langsung, yang merupakan overhead, juga menjadi salah satu variabel dalam pemilihan metode secara kuantitatif. Hal ini dikarenakan biaya tak langsung merupakan cerminan dari waktu pelaksanaan. Semakin singkat waktu semakin murah nominal biaya tak langsung, demikian juga sebaliknya 22. Secara umum dapat dikatakan, dengan kondisi seperti tersebut pada bab II, semakin dalam atau semakin banyak jumlah lantai basement akan memberikan biaya pelaksanaan yang semakin tinggi mengingat tingkat kesulitan semakin besar. Untuk itu penelitian dilakukan terhadap basement yang menggunakan metode bottom-up-dan dibandingkan dengan metode top down, dimana penelitian yang akan dilaksanakan terpusat pada jumlah basement dan biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh model kecenderungan hubungan antara parameter jumlah basement dan biaya Faktor Kondisi Teknis dan Lingkungan Faktor kondisi teknis dan lingkungan antara lain adalah tinggi muka air tanah, jenis properties tanah, ruang gerak pada lokasi, tingkat kedap air yang 21 Asiyanto, Construction Project Cost Management, Cet.2. Pradnya Paramita. Jakarta Rao, S S : "Optimization : Theory and Application", Wiley Eastern Limited, New Delhi, 2nd edition,

16 diminta, peraturan setempat mengenai dampak lingkungan suatu pelaksanaan proyek, padat tidaknya sekeliling proyek dengan bangunan struktur lainnya, peralatan dan material yang tersedia dan hal-hal lainnya yang bersangkutan dengan perlengkapan dan kondisi yang mempengaruhi pemilihan salah satu metode konstruksi basement Tinggi Muka Air Tanah (MAT) Alasan teknis yang timbul dari variabel ini adalah terutama karena kondisi basement yang ada di dalam tanah. Seperti telah disebutkan pada bab-bab terdahulu, bahwa tanah adalah salah satu bagian dari ilmu teknik sipil yang mempunyai tingkat ketidak pastian yang cukup besar 23. Sebagai misal pada kondisi muka air tanah tinggi, maka proses pelaksanaan basement yang menuntut spesifikasi tingkat kedap air yang tinggi, akan menyebabkan persoalan yang tidak mudah untuk hanya ditentukan secara teknis semata, karena faktor ekonomi juga turut memberikan andil dalam menentukan keputusan Kondisi Lingkungan Sekeliling Lokasi Konstruksi Lingkungan sekeliling proyek dimana basement akan dibangun akan menyebabkan secara teknis suatu metode pelaksanaan basement tidak mungkin dilakukan 24. Sebagai misal apabila lokasi proyek dikelilingi oleh bangunan tinggi lainnya yang bahkan mungkin juga menggunakan basement, maka suatu pemilihan metode pelaksanaan basement akan sangat menentukan. Dari pengamatan, lingkungan sekeliling di mana suatu proyek basement akan dibangun memberikan pengaruh terhadap pemilihan penggunaan metode konstruksi basement. Suatu area di mana jumlah bangunan struktur lainnya di sekitar mempunyai tingkat struktur tinggi, sebagai misal bangunan tinggi, jalan layang, basement dan lain sebagainya, akan memberikan peningkatan resiko klaim yang tinggi dan kemungkinan lahan pelaksanaan konstruksi yang sempit. Hal ini dapat terjadi karena beberapa hal yaitu 23 Cowdell, CA, Deep Basement Construction in Saturated Sands On Gold Coast, Makalah Seminar Innovation And Economics in Building Conference, Brisbane, Howe, John : "Introduction To Top-Down Construction", makalah seminar satu hari Top-Down Construction, Jakarta,

17 Penggunaan ground anchor yang melebihi batas tapak tanah. Getaran yang ditimbulkan oleh pemancangan tiang. Turunnya bangunan sekeliling akibat turunnya tegangan efektif tanah akibat proses dewatering. Turunnya bangunan sekeliling akibat bergeraknya tanah akibat kegagalan sheet pile penahan tanah. Area tapak gedung yang memenuhi denah. Penggunaan fasilitas jalan yang akan mengakibatkan pengaruh pada kelancaran bagi pemakai jalan lainnya selama proses konstruksi berjalan. Timbulnya fenomena Heave. Kedua variabel diatas akan menjadi dasar pemilihan metode konstruksi basement dalam tesis ini. Dalam merumuskan model data yang akan diambil menggunakan wawancara dengan para ahli dibidang teknik pembangunan basement.. Tujuan dari pendekatan ini adalah untuk memperoleh dasar pemilihan metode konstruksi berdasarkan faktor-faktor pengalaman teknis yang dimiliki oleh para ahli yang mengacu kepada pengalaman yang sudah ada dan alasan umum teknis yang berlaku. Alasan umum teknis yang berlaku pada tesis ini tidak dibahas secara detail mengingat merupakan faktor tersebut dianggap sudah baku. Untuk melakukan pendekatan pemecahan akan dilakukan analisa data dari hasil wawancara dari pakar Hasil Penelitian Data yang dikumpulkan melibatkan 5 ahli yang sudah berpengalaman pada proyek konstruksi bangunan bertingkat sebagai nara sumber. Para nara sumber tersebut sebagai berikut : 1. Ir. Asiyanto, MBA, IPM (Staf Ahli) Bekerja di PT. Waskita Karya selama 38 tahun Memiliki pengalaman dibidang pembangunan Basement Gedung Bertingkat dan Jalan Raya 2. Ir. Yauhar AS,CES Bekerja di Departemen PU selama 25 tahun 82

18 Memiliki pengalaman dibidang pembangunan Basement Gedung Bertingkat, Jalan Raya dan Jembatan 3. Ir. Handri Sarosa, MT Bekerja di Departemen PU selama 17 tahun Memiliki pengalaman dibidang pembangunan Basement Gedung Bertingkat, Jalan Raya dan Bendungan 4. Ir. Achmad Subkhi, MT Bekerja di Departemen PU selama 15 tahun Memiliki pengalaman dibidang pembangunan Basement Gedung Bertingkat dan Jalan Raya 5. Bhima Dhananjaya, ST Bekerja di Departemen PU selama 2 tahun Memiliki pengalaman dibidang pembangunan Basement Gedung Bertingkat Pendapat Nara Sumber Dalam pengumpulan data terdapat 21 variabel yang dijadikan variabel utama, dengan pendapat dari para ahli tersebut diatas diharapkan hasilnya dapat menjadi parameter data yang lengkap dan akurat untuk pemilihan metode konstruksi basement. Perincian data tersebut sebagai berikut : A. Biaya/m 2 (Biaya Langsung dan Tak Langsung 1. Dari dan hingga lantai basement berapa yang efektif untuk pelaksanaan metode Bottom-Up dimana biayanya lebih efisien atau lebih menguntungkan. - Bottom-Up : 1-2 lantai - Alasan : Pada lantai 1-2 untuk ground support dan dewatering masih layak. b. Nara sumber 2 -Bottom-Up : 2 lantai maksimal -Alasan : Kebutuhan penguatan untuk perancah lebih hemat metode konstruksinya simpel. 83

19 c. Nara sumber 3 -Bottom-Up : 2 lantai -Alasan : Agar dihemat kebutuhan perancah. d. Nara sumber 4 -Bottom-Up : 2 lantai -Alasan : Kebutuhan perancah untuk perkuatan lebih hemat dan strukturnya ringan e. Nara sumber 5 -Bottom-Up : 1-2 lantai -Alasan : Metode bottom-up efektif untuk basement kurang dari 2 lantai. 2. Dari dan hinggá lantai basement berapa yang efektif untuk pelaksanaan metode Top Down dimana biayanya lebih efisien atau lebih menguntungkan? -Top-Down : Lebih dari 3 lantai -Alasan : Dapat mengurangi pekerjaan perancah dan dapat memperingan struktur dinding basement terhadap beban samping tanah. b. Nara sumber 2 -Top-Down : Lantai 3 kebawah -Alasan : Metode konstruksinya menggunakan teknologi lebih canggih sehingga efisien. c. Nara sumber 3 -Top-Down : Lantai 3 kebawah -Alasan : Metode konstruksi khusus. d. Nara sumber 4 -Top-Down : Lantai 3 dst -Alasan : Metode konstruksinya dapat menggunakan 84

20 teknologi tinggi sehingga lebih efisien. e. Nara sumber 5 -Top-Down : 3-4 lantai dst -Alasan : Metode Top-Down akan efektif untuk basement 3 lantai dst. 3. Di lantai basement berapa untuk pelaksanaan metode Bottom-Up dan Top-Down dimanna biayanya sama. - : Lantai 3 -Alasan : Untuk lantai 3 basement kelebihan dan kekurangan masing-masing metode berimbang. b. Nara sumber 2 - : Lantai 3 -Alasan : Metode konstruksi bottom-up lebih banyak biaya sedangkan Top down kurang optimal baik dari segi efektifitasnya dan efisiensinya. c. Nara sumber 3 - : Lantai 3 -Alasan : Bottom-Up dituntut lebih besar biaya sedangkan Top-Down tidak optimal efisiensinya. d. Nara sumber 4 - : Lantai 3 -Alasan : Penggunaan metode konstruksi Bottom-Up dituntut lebih banyak biaya sedangkan Top-Down efisiensinya dan efektifitasnya kurang optimal. e. Nara sumber 5 - : Lantai 3 -Alasan : Di lantai basement tsb nilai biaya kira-kira hampir sama untuk kedua metode. 85

21 B. Kondisi Teknis 4. Dari dan hinggá lantai basement berapa yang efektif untuk pelaksanaan metode Bottom-Up bila Tinggi Muka Air Tanah (MAT) kedalamannya dari permukaan tanah kurang dari 1 (satu) meter? -Bottom-Up : 1 (satu) lantai basement -Alasan : Untuk galian basement satu lantai beban dewatering belum berat ( dengan asumsi debit rembesan besar). b. Nara sumber 2 -Bottom-Up : Lantai 2 -Alasan : Dewatering dapat dilaksanakan secara simple. c. Nara sumber 3 -Bottom-Up : lantai 1 -Alasan : Pengeringan MAT bisa dilakukan konvensional. d. Nara sumber 4 -Bottom-Up : Lantai 1 -Alasan : Karena masih dapat dilakukan dewatering dengan metode tertentu. e. Nara sumber 5 -Bottom-Up : 1lantai -Alasan : Galian basement 1 lantai beban dewatering akibat 1 meter< MAT < 4 meter sudah cukup tinggi 5. Dari dan hinggá lantai basement berapa yang efektif untuk pelaksanaan metode Top-Down bila Tinggi Muka Air Tanah (MAT) kedalamannya dari permukaan tanah kurang dari 1 (satu) meter? -Top Down : Lebih dari 3 lantai -Alasan : Dinding basement pada metode Top Down juga berfungsi sebagai deawatering sistem cut off.. 86

22 b. Nara sumber 2 -Top-Down : Lantai 2 lebih -Alasan : Metode konstruksinya pengamanan dapat dilakukan dengan metode konstruksi konvensional. c. Nara sumber 3 -Top-Down : Lantai 2 -Alasan : Metode konstruksinya dengan konstruksi tertentu. d. Nara sumber 4 -Top-Down : Lantai 2 dst -Alasan : Dikarenakan metode konstruksi atau pelaksanaan saat ini sudah dimungkinkan menggunakan teknologi tertentu. e. Nara sumber 5 -Top-Down : 2 lantai dst -Alasan : Metode Top-Down juga sebagai dewatering untuk MAT <1 meter. 6. Dari dan hinggá lantai basement berapa yang efektif untuk pelaksanaan metode Bottom-Up bila Tinggi Muka Air Tanah (MAT) kedalamannya dari permukaan tanah kurang dari 2 (dua) meter? -Bottom-Up : 1 lantai basement -Alasan : Untuk selisih MAT sebelum 1 meter kondisi masih sama dengan B.4 diatas. b. Nara sumber 2 -Bottom-Up : Lantai 1 -Alasan : Metode konstruksinya banyak pilihan alternatifnya. c. Nara sumber 3 -Bottom-Up : Lantai 2 87

23 -Alasan : Metode konstruksi banyak alternatifnya. d. Nara sumber 4 -Bottom-Up : Lantai 2 -Alasan : Metode konstruksi/pelaksanaannya saat ini banyak tersedia alternatif. e. Nara sumber 5 -Bottom-Up : 1 lantai -Alasan : Sama dengan B Dari dan hinggá lantai basement berapa yang efektif untuk pelaksanaan metode Top-Down bila Tinggi Muka Air Tanah (MAT) kedalamannya dari permukaan tanah kurang dari 2 (dua) meter? -Top Down : Lebih dari 3 lantai -Alasan : Sama dengan B5 diatas. b. Nara sumber 2 -Top-Down : Lantai 2 dst -Alasan : Sama dengan B.5 c. Nara sumber 3 -Top-Down : Lantai 3 -Alasan : Metode konstruksi banyak pilihan d. Nara sumber 4 -Top-Down : lantai 2 dst -Alasan : Metode konstruksinya saat ini banyak pilihannya. e. Nara sumber 5 -Top-Down : 2 lantai -Alasan : Sama dengan B.5. 88

24 8. Dari dan hinggá lantai basement berapa yang efektif untuk pelaksanaan metode Bottom-Up bila Tinggi Muka Air Tanah (MAT) kedalamannya dari permukaan tanah kurang dari 3 (tiga) meter? -Bottom-Up : 2 lantai basement -Alasan : Dengan MAT sedalam 3 meter dari permukaan, galian 2 lantai basement masih dapat diatasi dengan layak b. Nara sumber 2 -Bottom-Up : Lantai 2 -Alasan : Biaya lebih hemat bila sampai basement lantai 2. c. Nara sumber 3 -Bottom-Up : Lantai 2 -Alasan : Metode konstruksi konvensional lebih hemat sampai dengan lantai 2. d. Nara sumber 4 -Bottom-Up : lantai 2 -Alasan : Metode konstruksi/pelaksanaannya akan lebih efisien hanya sampai dengan 2 lantai selebihnya dari itu dibutuhkan perkuatan yang mahal. e. Nara sumber 5 -Bottom-Up : 2 lantai -Alasan : Sama dengan B Dari dan hinggá lantai basement berapa yang efektif untuk pelaksanaan metode Top-Down bila Tinggi Muka Air Tanah (MAT) kedalamannya dari permukaan tanah kurang dari 3 (tiga) meter? -Top Down : Lebih dari 3 lantai -Alasan : Sama dengan B.5 diatas. 89

25 b. Nara sumber 2 -Top-Down : Lantai 3 dan seterusnya -Alasan : Konstruksi penahan tanah berbeda dengan metode konstruksi Bottom-Up c. Nara sumber 3 -Top-Down : Lantai 3 kebawah -Alasan : Konstruksi penahan tanah berbeda dengan pada Bottom-Up. d. Nara sumber 4 -Top-Down : Lantai 3 dst -Alasan : Diperlukan konstruksi penahan tanah dan metode konstruksi berbeda dengan bottom-up. e. Nara sumber 5 -Top-Down : Lebih dari 3 lantai -Alasan : Sama dengan B Dari dan hinggá lantai basement berapa yang efektif untuk pelaksanaan metode Bottom-Up bila Tinggi Muka Air Tanah (MAT) kedalamannya dari permukaan tanah kurang dari 4 (empat) meter? -Bottom-Up : 2 lantai basement -Alasan : Sama dengan B.8 diatas. b. Nara sumber 2 -Bottom-Up : Samapai dengan lantai 1 -Alasan : Untuk lantai 2 danseterusnya lebih efisien dengan metode Top-Down. c. Nara sumber 3 -Bottom-Up : Lantai 2 -Alasan : Selebihnya lebih cocok dengan Top-Down. 90

26 d. Nara sumber 4 -Bottom-Up : Sampai dengan lantai 2 -Alasan : Lantai selebihnya lebih efisien dengan metode konstruksi Top-Down. e. Nara sumber 5 -Bottom-Up : 2 lantai -Alasan : Sama dengan B Dari dan hinggá lantai basement berapa yang efektif untuk pelaksanaan metode Top-Down bila Tinggi Muka Air Tanah (MAT) kedalamannya dari permukaan tanah kurang dari 4 (empat) meter? -Top Down : Lebih dari 3 lantai basement -Alasan : Sama dengan B.5 diatas. b. Nara sumber 2 -Top-Down : Lantai 3 -Alasan : Sama dengan B.7. c. Nara sumber 3 -Top-Down : Lantai 3 kebawah -Alasan : Konstruksi penahan tanah lebih murah dengan Top- Down.. d. Nara sumber 4 -Top-Down : Lantai 3 dst -Alasan : Perkuatan penahan tanah metode konstruksi ini lebih efisien. e. Nara sumber 5 -Top-Down : 3 lantai dst -Alasan : Sama dengan B.5. C. Kondisi Lingkungan 91

27 12. Dari dan hinggá lantai basement berapa yang efektif untuk pelaksanaan metode Bottom-Up bila kondisi sekeliling lokasi yang akan dibangun merupakan lahan yang luas? -Bottom-Up : 1-3 lantai -Alasan : Dapat melakukan galian basement dengan sistem open cut tanpa support. b. Nara sumber 2 -Bottom-Up : Lantai 3 -Alasan : Jalan keluar masuk kendaraan masih dapat dilaksanakan. c. Nara sumber 3 -Bottom-Up : Lantai 3 -Alasan : Jalan keluar masuk angkutan masih tersedia. d. Nara sumber 4 -Bottom-Up : Lantai 3 -Alasan : Detour untuk angkutan masih memadai untuk dilewati. e. Nara sumber 5 -Bottom-Up : 1-2 lantai -Alasan : Cukup aman untuk pelaksanaan tanpa pendukung Dari dan hinggá lantai basement berapa yang efektif untuk pelaksanaan metode Top-Down bila kondisi sekeliling lokasi yang akan dibangun merupakan lahan yang luas? -Top Down : Lebih dari 3 lantai -Alasan : Top Down baru efektif untuk lebih dari 3 basement atau 4 lantai keatas tidak dipengaruhi oleh kondisi lahan yang luas dalam kondisi yang lain. 92

28 b. Nara sumber 2 -Top-Down : Lantai 3 dan seterusnya -Alasan : Sama dengan B.10. c. Nara sumber 3 -Top-Down : Lantai 3 dst -Alasan : Sama dengan B.11 d. Nara sumber 4 -Top-Down : Lantai 3 dst -Alasan : Metode konstruksi dan perancah penahan tanah lebih cocok dengan Top-Down.. e. Nara sumber 5 -Top-Down : > 3 lantai -Alasan : Kondisi sekeliling cukup aman untuk pelaksanaan yang ideal. 14. Dari dan hinggá lantai basement berapa yang efektif untuk pelaksanaan metode Bottom-Up bila 1 (satu) sisi kondisi sekeliling lokasi yang akan dibangun terdapat bangunan gedung? -Bottom-Up : 1-2 lantai -Alasan : Tiga sisi yang lain dapat open cut sedangkan satu sisi masih dapat menggunakan support. b. Nara sumber 2 -Bottom-Up : Maksimal 2 lantai -Alasan : Sama dengan B.13. c. Nara sumber 3 -Bottom-Up : Sampai dengan lantai 2 -Alasan : Sampai dengan B13. d. Nara sumber 4 93

29 -Bottom-Up : Maksimal lantai 2 -Alasan : Lebih dari lantai tsb akan lebih efisien dengan metode Top-Down. e. Nara sumber 5 -Bottom-Up : 1-2 lantai -Alasan : Ada bangunan disamping site yang perlu diperhatikan apakah mempunyai basement juga. 15. Dari dan hinggá lantai basement berapa yang efektif untuk pelaksanaan metode Top-Down bila 1 (satu) sisi kondisi sekeliling lokasi yang akan dibangun terdapat bangunan gedung? -Top Down : Lebih dari 3 lantai -Alasan : Sama dengan C.13 diatas. b. Nara sumber 2 -Top-Down : Lantai 3 dan seterusnya -Alasan : Diperlukan metode khusus. c. Nara sumber 3 -Top-Down : Lantai 3 kebawah -Alasan : Supaya efisien metode konstruksinya dipilih teknologi khusus. d. Nara sumber 4 -Top-Down : Lantai 3 dst -Alasan : Metode konstruksi diperlukan teknologi khusus sehingga lebih efisien.. e. Nara sumber 5 -Top-Down : 1-2 lantai -Alasan : Sama dengan C

30 16. Dari dan hinggá lantai basement berapa yang efektif untuk pelaksanaan metode Bottom-Up bila 2 (dua) sisi kondisi sekeliling lokasi yang akan dibangun terdapat bangunan gedung? -Bottom-Up : 1-2 lantai -Alasan : Sama dengan C.14 (Sebenarnya kondisi sekeliling lokasi tidak masalah selama support galian dapat diatasi. b. Nara sumber 2 -Bottom-Up : Sampai dengan lantai 2 -Alasan : Konstruksi pengamanan masih dapat dilaksanakan dengan leluasa. c. Nara sumber 3 -Bottom-Up : Sampai dengan lantai 2 -Alasan : Pemasangan perkuatan konstruksinya masih leluasa dilaksanakan. d. Nara sumber 4 -Bottom-Up : Sampai dengan lantai 2 -Alasan : Pengamanan konstruksi disekitarnya masih leluasa dilaksanakan perkuatan e. Nara sumber 5 -Bottom-Up : 1-2 lantai -Alasan : Sama dengan C Dari dan hinggá lantai basement berapa yang efektif untuk pelaksanaan metode Top-Down bila 2 (dua) sisi kondisi sekeliling lokasi yang akan dibangun terdapat bangunan gedung? -Top Down : Lebih dari 3 lantai -Alasan : Sama dengan C.13 diatas. 95

31 b. Nara sumber 2 -Top-Down : Lantai 3 dan seterusnya -Alasan : Sama dengan C15 c. Nara sumber 3 -Top-Down : Lantai 3 dst -Alasan : Sama dengan C15 d. Nara sumber 4 -Top-Down : Lantai 3 dst -Alasan : Metode konstruksi, perancahnya diperlukan teknologi khusus supaya lebih efisien.. e. Nara sumber 5 -Top-Down : > 3 lantai -Alasan : Sama dengan C Dari dan hinggá lantai basement berapa yang efektif untuk pelaksanaan metode Bottom-Up bila 3 (tiga) sisi kondisi sekeliling lokasi yang akan dibangun terdapat bangunan gedung? -Bottom-Up : 1 lantai -Alasan : Dapat menggunakan support dengan struktur yang ringan b. Nara sumber 2 -Bottom-Up : Lantai 1 -Alasan : Lahan untuk keluar masuk kendaraan terbatas. c. Nara sumber 3 -Bottom-Up : Lantai 1 -Alasan : Jalan angkutan terbatas. d. Nara sumber 4 -Bottom-Up : 1 lantai 96

32 -Alasan : Lahan untuk Detour terbatas e. Nara sumber 5 -Bottom-Up : 1 lantai -Alasan : Pakai support yang ringan strukturnya 19. Dari dan hinggá lantai basement berapa yang efektif untuk pelaksanaan metode Top-Down bila 3 (tiga) sisi kondisi sekeliling lokasi yang akan dibangun terdapat bangunan gedung? -Top Down : Lebih dari 3 lantai -Alasan : Sama dengan C.13 diatas. b. Nara sumber 2 -Top-Down : Lantai 2 dan seterusnya -Alasan : Sama dengan C18. c. Nara sumber 3 -Top-Down : Lantai 2 dst -Alasan : Jalan angkutan terbatas. d. Nara sumber 4 -Top-Down : Lantai 2 dst -Alasan : Keterbatasan jalan keluar masuk angkutan e. Nara sumber 5 -Top-Down : > 3lantai -Alasan : Sama dengan C Dari dan hinggá lantai basement berapa yang efektif untuk pelaksanaan metode Bottom-Up bila 4 (empat) sisi kondisi sekeliling lokasi yang akan dibangun terdapat bangunan gedung? -Bottom-Up : 1 lantai -Alasan : Dapat menggunakan struktur support galian yang 97

33 ringan b. Nara sumber 2 -Bottom-Up : Lantai 1 -Alasan : Menggunakan struktur penahan tanah galian yang ringan. c. Nara sumber 3 -Bottom-Up : Tidak dapat dilaksanakan -Alasan : Tidak ada lahan untuk angkutan bahan material d. Nara sumber 4 -Bottom-Up : Tidak bisa dilaksanakan. -Alasan : Tidak ada lahan detour untuk jalan keluar dan masuk angkutan. e. Nara sumber 5 -Bottom-Up : 1 lantai -Alasan : Sama dengan C.14 dan perlu ada struktur pendukung tambahan. 21. Dari dan hinggá lantai basement berapa yang efektif untuk pelaksanaan metode Top-Down bila 4 (empat) sisi kondisi sekeliling lokasi yang akan dibangun terdapat bangunan gedung? -Top Down : Lebih dari 3 lantai -Alasan : Sama dengan C.13 diatas. b. Nara sumber 2 -Top-Down : Lantai 2 dan seterusnya -Alasan : Metode ini lebih cocok bila sekelilingnya ada bangunan.. c. Nara sumber 3 -Top-Down : Lantai 2dst 98

34 -Alasan : Metode ini cocok dipakai karena ada konstruksi bangunan disekitarnya. d. Nara sumber 4 -Top-Down : Lantai 2 dst -Alasan : Metode ini lebih aman digunakan karena terdapat konstruksi bangunan disekitarnya. e. Nara sumber 5 -Top-Down : > 3 lantai -Alasan : Sama dengan C14 dan perlu ada struktur pendukung tambahan. 99

35 No Data Pertanyaan Pendapat Para Nara Sumbe Rangkuman Nara Sumber 1 Nara Sumber 2 Nara Sumber 3 Nara Sumber 4 Nara Sumber 5 Dari dan hinggá lantai 1 (satu) lantai Lantai 2: Dewatering lantai 1: Pengeringan Lantai 1: Karena 1lantai: Galian Lantai 1: Untuk galian basement berapa yang efektif basement: Untuk dapat dilaksanakan MAT bisa dilakukan masih dapat dilakukan basement 1 lantai basement satu lantai untuk pelaksanaan metode galian basement satu secara simple. konvensional. dewatering dengan beban dewatering beban dewatering belum Bottom-Up bila Tinggi Muka lantai beban dewatering metode tertentu akibat 1 meter< MAT < berat ( dengan asumsi 4 Air Tanah (MAT) belum berat ( dengan 4 meter sudah cukup debit rembesan besar). kedalamannya dari asumsi debit rembesan tinggi permukaan tanah kurang dari besar). 1 (satu) meter? Dari dan hinggá lantai Lebih dari 3 lantai: Lantai 2 lebih: Lantai 2: Metode Lantai 2 dst: 2 lantai dst: Metode Lantai 2 dst: Metode basement berapa yang efektif Dinding basement pada Metode konstruksinya konstruksinya dengan Dikarenakan metode Top-Down juga Top-Down juga sebagai untuk pelaksanaan metode metode Top Down juga pengamanan dapat konstruksi tertentu. konstruksi atau sebagai dewatering dewatering untuk MAT Top-Down bila Tinggi Muka berfungsi sebagai dilakukan dengan pelaksanaan saat ini untuk MAT <1 meter. <1 meter. 5 Air Tanah (MAT) deawaterin g sistem cut metode konstruksi sudah dimungkinkan kedalamannya dari off.. konvensional. menggunakan permukaan tanah kurang dari teknologi tertentu. 1 (satu) meter? Dari dan hinggá lantai 1 lantai basement: Lantai 1: Metode Lantai 2: Metode Lantai 2: Metode 1 lantai: Sama dengan Lantai 1: Galian basement berapa yang efektif Untuk selisih MAT konstruksinya banyak konstruksi banyak konstruksi/pelaksanaan B.4 basement 1 lantai beban untuk pelaksanaan metode sebelum 1 meter pilihan alternatifnya. alternatifnya nya saat ini banyak dewatering akibat 1 Bottom-Up bila Tinggi Muka kondisi masih sama tersedia alternatif. meter< MAT < 4 meter 6 Air Tanah (MAT) dengan B.4 diatas sudah cukup tinggi kedalamannya dari permukaan tanah kurang dari 2 (dua) meter? Dari dan hinggá lantai Lebih dari 3 lantai: Lantai 2 dst: Sama Lantai 3: Metode lantai 2 dst: Metode lantai 2: Sama dengan Lantai 2 dst: Metode basement berapa yang efektif Sama dengan B5 diatas dengan B.5 konstruksi banyak konstruksinya saat ini B.5. Top-Down juga sebagai untuk pelaksanaan metode pilihan banyak pilihannya. dewatering untuk MAT Top-Down bila Tinggi Muka <1 meter. 7 Air Tanah (MAT) kedalamannya dari permukaan tanah kurang dari 2 (dua) meter? 101

36 No Data Pertanyaan Pendapat Para Nara Sumber Rangkuman Nara Sumber 1 Nara Sumber 2 Nara Sumber 3 Nara Sumber 4 Nara Sumber 5 Dari dan hinggá lantai 1 lantai: Dapat 1 lantai: Tidak dapat Tidak bisa 1 lantai: Sama dengan Lantai 1: Dapat basement berapa yang menggunakan struktur Menggunakan struktur dilaksanakan: Tidak dilaksanakan: Tidak C.14 dan perlu ada menggunakan struktur efektif untuk pelaksanaan support galian yang penahan tanah galian ada lahan untuk ada lahan detour untuk struktur pendukung support galian yang metode Bottom-Up bila 4 ringan yang ringan angkutan bahan jalan keluar dan masuk tambahan ringan 20 (empat) sisi kondisi material angkutan sekeliling lokasi yang akan dibangun terdapat bangunan gedung? Dari dan hinggá lantai Lebih dari 3 lantai: Lantai 2 dan Lantai 2 dst: Metode Lantai 2 dst: Metode > 3 lantai: Sama Lantai 2 dst: Metode basement berapa yang Sama dengan C.13 seterusnya: Metode ini cocok dipakai ini lebih aman dengan C14 dan perlu ini lebih aman efektif untuk pelaksanaan diatas ini lebih cocok bila karena ada konstruksi digunakan karena ada struktur pendukung digunakan karena metode Top-Down bila 4 sekelilingnya ada bangunan disekitarnya terdapat konstruksi tambahan terdapat konstruksi 21 (empat) sisi kondisi bang unan bangunan disekitarnya bangunan disekitarnya sekeliling lokasi yang akan dibangun terdapat bangunan gedung? 105

37 4.2 OPTIMASI METODE KONSTRUKSI BOTTOM-UP Manajemen proyek Dalam kegiatan proyek dapat dibagi dalam 3 tahap pelaksanaan yaitu : a. Perencanaan (Planning) Pada tahap ini dilakukan suatu penjabaran pekerjaan yang umum disebut sebagai Work Breakdown Structure (WBS). Selain itu pada tahap ini juga dilakukan perhitungan-perhitungan lainnya yaitu - Kebutuhan akan tenaga kerja, material dan peralatan. - Estimasi biaya dan durasi masing-masing item pekerjaan. b. Penjadwalan (scheduling) Penjadwalan adalah melakukan pengaturan item-item pekerjaan berbasis waktu dimana pekerjaan itu dilaksanakan. Pada tahap ini dapat ditentukan jumlah sumber daya yang dibutuhkan dalam suatu waktu dalam pelaksanaan. Dan waktu yang diharapkan untuk menyelesaikan pekerjaan juga ditentukan pada phase ini. c. Pengendalian (Control) Tahap ini dilakukan pada saat pelaksanaan sedang berlangsung atau akan berlangsung, dengan tujuan agar pelaksanaan di lapangan dapat sesuai atau diusahakan sesuai dengan kedua tahap di atas apabila terjadi penyimpangan 25. Ketiga faktor tersebut di atas sangat menentukan apakah suatu proyek dapat berlangsung dengan baik sehingga berhasil dengan baik pula atau sebaliknya. Sebelum dilakukan analisa optimasi terlebih dahulu dilihat ciri-ciri atau karakteristik kegiatan-kegiatan yang pada umumnya ada pada metode Bottom-up. Sehingga dapat diramalkan kegiatan-kegiatan apa saja yang dapat dioptimasi. Secara garis besar dapat disebutkan bahwa pada umumnya kegiatan-kegiatan dalam pelaksanaan basement dengan metode Bottom-Up adalah : 1. Pekerjaan persiapan (mobilisasi peralatan. 2. Pelaksanaan pondasi tiang 3. Pelaksanaan dinding penahan tanah (sheet pile). 4. Exkavasi (penggalian) dan pembuangan tanah. 5. Dewatering. 6. Poer pondasi. 25 Hendrickson, Chris Au, Tung "Project Management For Construction", Prentice Hall, New Jersey,

BAB V TEMUAN DAN PEMBAHASAN

BAB V TEMUAN DAN PEMBAHASAN BAB V TEMUAN DAN PEMBAHASAN 5.1 TEMUAN PENELITIAN PEMILIHAN METODE KONSTRUKSI Tabel 5.1Temuan Penelitian Metode Konstruksi No Data pertanyaan Temuan Penelitian 1 2 Dari dan hingga lantai basement berapa

Lebih terperinci

PEMILIHAN DAN OPTIMASI METODE KONSTRUKSI BOTTOM-UP PADA PEMBANGUNAN BASEMENT BANGUNAN BERTINGKAT DI JAKARTA BERBASIS EXPERT KNOWLEDGE TESIS

PEMILIHAN DAN OPTIMASI METODE KONSTRUKSI BOTTOM-UP PADA PEMBANGUNAN BASEMENT BANGUNAN BERTINGKAT DI JAKARTA BERBASIS EXPERT KNOWLEDGE TESIS 120/FT.01/TESIS/06/2008 PEMILIHAN DAN OPTIMASI METODE KONSTRUKSI BOTTOM-UP PADA PEMBANGUNAN BASEMENT BANGUNAN BERTINGKAT DI JAKARTA BERBASIS EXPERT KNOWLEDGE TESIS Oleh S U L O K O 6405010634 PROGRAM STUDI

Lebih terperinci

Pengenalan Sitem Pakar

Pengenalan Sitem Pakar Pengenalan Sitem Pakar Sistem Pakar (Expert System) Diderifasikan dari term Sistem Pakar Berbasis Pengetahuan (Knowledgebased expert System) Merupakan sebuah sistem mengunakan pengetahuan manusia dan mengimplementasikannya

Lebih terperinci

JURNAL KARYA TEKNIK SIPIL, Volume 3, Nomor 4, Tahun 2014, Halaman 950

JURNAL KARYA TEKNIK SIPIL, Volume 3, Nomor 4, Tahun 2014, Halaman 950 JURNAL KARYA TEKNIK SIPIL, Volume 3, Nomor 4, Tahun 2014, Halaman 950 JURNAL KARYA TEKNIK SIPIL, Volume 3, Nomor 4, Tahun 2014, Halaman 950 955 Online di: http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkts

Lebih terperinci

ESTIMASI BIAYA PROYEK KONSTRUKSI

ESTIMASI BIAYA PROYEK KONSTRUKSI ESTIMASI BIAYA PROYEK KONSTRUKSI 1. Pendahuluan adalah seni memperkirakan kemungkinan jumlah biaya yang diperlukan untuk suatu kegiatan yang didasarkan pada informasi yang tersedia pada waktu itu (Iman

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Metode pelaksanaan pekerjaan sub struktur yang umum atau sering digunakan adalah

BAB I PENDAHULUAN. Metode pelaksanaan pekerjaan sub struktur yang umum atau sering digunakan adalah BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini akan dijelaskan latar belakang mengapa dilakukan penelitian ini, identifikasi masalah dan rumusan masalah berdasarkan latar belakang penelitian, maksud dan tujuan dari penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam dunia konstruksi high risk building tentu memerlukan metode. Keberadaan bangunan sekitar gedung memberikan andil dalam proses

BAB I PENDAHULUAN. Dalam dunia konstruksi high risk building tentu memerlukan metode. Keberadaan bangunan sekitar gedung memberikan andil dalam proses BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Dalam dunia konstruksi high risk building tentu memerlukan metode pelaksanaan yang tepat sehingga dicapai sasaran proyek tepat mutu, tepat waktu, dan tepat biaya. Keberadaan

Lebih terperinci

PELAKSANAAN KONSTRUKSI DENGAN SISTEM TOP-DOWN

PELAKSANAAN KONSTRUKSI DENGAN SISTEM TOP-DOWN Simposium Nasional RAPI XIV - 2015 FT UMS ISSN 1412-9612 PELAKSANAAN KONSTRUKSI DENGAN SISTEM TOP-DOWN Maksum Tanubrata Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik Sipil Universitas Kristen Maranatha Jl.Prof

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Pendahuluan Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui bagaimanakah menentukan durasi dan biaya yang optimum, pada kondisi diperlukannya percepatan waktu dengan menggunakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3. 1. PENDAHULUAN Pendekatan yang digunakan pada penelitian ini mengacu pada kerangka pemikiran dasar manajemen risiko yaitu dengan melakukan identifikasi risiko hingga analisa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. basement. Pekerjaan basement adalah pekerjaan yang paling krusial dalam

BAB I PENDAHULUAN. basement. Pekerjaan basement adalah pekerjaan yang paling krusial dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Suatu konstruksi bangunan tingkat tinggi bukan tidak mungkin akan ada lantai sub struktur / yang lebih sering kita dengar dengan basement. Pekerjaan basement adalah

Lebih terperinci

BAB V METODE PELAKSANAAN KONSTRUKSI BASEMENT

BAB V METODE PELAKSANAAN KONSTRUKSI BASEMENT BAB V METODE PELAKSANAAN KONSTRUKSI BASEMENT 5.1 Uraian Umum Metode konstruksi adalah bagian yang sangat penting dalam proyek konstruksi untuk mendapatkan tujuan dari proyek, yaitu biaya, kualitas dan

Lebih terperinci

MONITORING PENJADWALAN PROYEK & EVALUASI JUMLAH TOWER CRANE PADA PROYEK CONDOMINIUM & PODIUM SEBUAH PLAZA DI TENGAH KOTA

MONITORING PENJADWALAN PROYEK & EVALUASI JUMLAH TOWER CRANE PADA PROYEK CONDOMINIUM & PODIUM SEBUAH PLAZA DI TENGAH KOTA MONITORING PENJADWALAN PROYEK & EVALUASI JUMLAH TOWER CRANE PADA PROYEK CONDOMINIUM & PODIUM SEBUAH PLAZA DI TENGAH KOTA Agnes Maria Wijaya 1, Ayu Wirastuti 2, Paulus Nugraha 3, Sandra Loekita 4 ABSTRAK

Lebih terperinci

PERANCANGAN SYSTEM PAKAR GENERIC MENGGUNAKAN BINARY TREE

PERANCANGAN SYSTEM PAKAR GENERIC MENGGUNAKAN BINARY TREE PERANCANGAN SYSTEM PAKAR GENERIC MENGGUNAKAN BINARY TREE Luky Agus Hermanto, ST., MT. Jurusan Teknik Informatika Fakultas Teknologi Informasi Institut Teknologi Adhi Tama Surabaya Jl. Arif Rahman Hakim

Lebih terperinci

ANALISIS RISIKO FONDASI BORED PILE DAN TIANG PANCANG PROYEK TUNJUNGAN PLAZA 6 SURABAYA

ANALISIS RISIKO FONDASI BORED PILE DAN TIANG PANCANG PROYEK TUNJUNGAN PLAZA 6 SURABAYA ANALISIS RISIKO FONDASI BORED PILE DAN TIANG PANCANG PROYEK TUNJUNGAN PLAZA 6 SURABAYA Felicia T. Nuciferani [1], Mohamad F.N Aulady [2], Nila A. Putri [3] Jurusan Teknik Sipil-InstitutTeknologi Adhi Tama

Lebih terperinci

BAB 1 PENGENALAN SISTEM PAKAR

BAB 1 PENGENALAN SISTEM PAKAR BAB 1 PENGENALAN SISTEM PAKAR DEFINISI System yang berusaha mengadopsi pengetahuan manusia ke komputer, agar komputer dapat menyelesaikan masalah seperti yang biasa dilakukan para ahli. ES dikembangkan

Lebih terperinci

JURUSAN SIPIL F AKUL T AS TEKNIK UNIVERSITAS HASANUDDIN 2016

JURUSAN SIPIL F AKUL T AS TEKNIK UNIVERSITAS HASANUDDIN 2016 TUGAS AKHIR ANALISA PERBANDINGAN WAKTU PELAKSANAAN METODE KONSTRUKSI BOTTOM-UP DENGAN TOP DOWN (Study Kasus Proyek Hotel Howard Johnson) : DISUSUN OLEH: MEGATRI SERANG 011110 288 JURUSAN SIPIL F AKUL T

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Dewasa ini penggunaan alat berat jenis Tower Crane pada proyek-proyek

BAB 1 PENDAHULUAN. Dewasa ini penggunaan alat berat jenis Tower Crane pada proyek-proyek BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dewasa ini penggunaan alat berat jenis Tower Crane pada proyek-proyek besar seperti pembangunan gedung bertingkat tinggi (high rise building) atau proyek pembangunan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. (resource) yang ada. Yang dimaksud dengan sumber daya (resource) di sini

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. (resource) yang ada. Yang dimaksud dengan sumber daya (resource) di sini BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 DEFINISI MANAJEMEN PROYEK Pengertian sederhana dari manajemen proyek adalah proses dalam pencapaian suatu tujuan yang telah disepakati dan dibatasi dengan waktu dan sumber daya

Lebih terperinci

Sistem Pendukung Keputusan. Lecture s Structure. Pengambilan Keputusan

Sistem Pendukung Keputusan. Lecture s Structure. Pengambilan Keputusan Sistem Pendukung Keputusan Yudi Agusta, PhD Sistem Informasi Manajemen, Lecture 11 Lecture s Structure Pengambilan Keputusan Struktur Masalah Konsep dan Tujuan DSS Sistem Pendukung Keputusan Kelompok Kecerdasan

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI. baik investasi kecil maupun besar dalam skala proyek memerlukan suatu

BAB III LANDASAN TEORI. baik investasi kecil maupun besar dalam skala proyek memerlukan suatu BAB III LANDASAN TEORI III. 1. Manajemen Proyek Kemajuan dan perkembangan dalam perindustrian telah mendorong untuk melakukan beberapa aspek pengelolaan dan manajemen yang dituntut memiliki kinerja, kecermatan,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1. KERANGKA BERPIKIR Dalam melakukan penelitian ini, ada beberapa langkah yang menjadi kerangka berpikir yang dijadikan acuan jalan penelitian. Urutan kerangka perpikir tersebut

Lebih terperinci

Pendahuluan PENGERTIAN SISTEM PAKAR

Pendahuluan PENGERTIAN SISTEM PAKAR (Sistem Pakar) Pendahuluan PENGERTIAN SISTEM PAKAR Kecerdasan Buatan adalah salah satu bidang ilmu komputer yang mendayagunakan komputer sehingga dapat berperilaku cerdas seperti manusia. Cabang-cabang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring dengan berjalannya waktu, kita dihadapkan pada suatu permasalahan tentang keterbatasan lahan yang berakibat melambungnya harga tanah, maka dari itu diperlukan

Lebih terperinci

Rancangan Sistem Pakar Pemilihan Program Studi Untuk Calon Mahasiswa Baru (dengan studi kasus di IAIN Raden Fatah Palembang)

Rancangan Sistem Pakar Pemilihan Program Studi Untuk Calon Mahasiswa Baru (dengan studi kasus di IAIN Raden Fatah Palembang) Rancangan Sistem Pakar Pemilihan Program Studi Untuk Calon Mahasiswa Baru (dengan studi kasus di IAIN Raden Fatah Palembang) Oleh : Ruliansyah *) Abstract : Expert systems are one branch of artificial

Lebih terperinci

SISTEM PAKAR. Entin Martiana, S.Kom, M.Kom

SISTEM PAKAR. Entin Martiana, S.Kom, M.Kom SISTEM PAKAR Entin Martiana, S.Kom, M.Kom EXPERT SYSTEM (SISTEM PAKAR) Definisi : Sebuah program komputer yang dirancang untuk memodelkan kemampuan menyelesaikan masalah seperti layaknya seorang pakar

Lebih terperinci

ANALISIS KONSEP CADANGAN WAKTU PADA PENJADWALAN PROYEK DENGAN CRITICAL PATH METHOD (CPM) (Studi Kasus : Proyek Pembangunan Rumah Sakit Prima)

ANALISIS KONSEP CADANGAN WAKTU PADA PENJADWALAN PROYEK DENGAN CRITICAL PATH METHOD (CPM) (Studi Kasus : Proyek Pembangunan Rumah Sakit Prima) ANALISIS KONSEP CADANGAN WAKTU PADA PENJADWALAN PROYEK DENGAN CRITICAL PATH METHOD (CPM) (Studi Kasus : Proyek Pembangunan Rumah Sakit Prima) Gea Geby Aurora Syafridon 1 dan Syahrizal 2 1 Departemen Teknik

Lebih terperinci

STUDI MENGENAI MODEL ESTIMASI DURASI KONSTRUKSI BANGUNAN GEDUNG

STUDI MENGENAI MODEL ESTIMASI DURASI KONSTRUKSI BANGUNAN GEDUNG Konferensi Nasional Teknik Sipil I (KoNTekS I) Universitas Atma Jaya Yogyakarta Yogyakarta, 11 12 Mei 2007 STUDI MENGENAI MODEL ESTIMASI DURASI KONSTRUKSI BANGUNAN GEDUNG Peter F. Kaming 1, F.. Junaedi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1.2. Perumusan Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1.2. Perumusan Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan apartemen adalah salah satu pembangunan yang menimbulkan risiko tinggi bagi proyek tersebut maupun lingkungan sekitarnya dibandingkan dengan pembangunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. McGraw-Hill, Journal of Construction Engineering and Management, Vol. 119, No.4, December, 1993, pg ), hal.

BAB I PENDAHULUAN. McGraw-Hill, Journal of Construction Engineering and Management, Vol. 119, No.4, December, 1993, pg ), hal. BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Proyek konstruksi semakin hari menjadi semakin kompleks karena membutuhkan biaya serta perhatian yang besar dalam pengelolaan waktu dan sumber daya lebih baik

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. tidak bisa dipisahkan dari proses bisnis, bahkan tidak jarang teknologi informasi menjadi

BAB 1 PENDAHULUAN. tidak bisa dipisahkan dari proses bisnis, bahkan tidak jarang teknologi informasi menjadi BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini, teknologi informasi telah menjadi salah satu bagian penting yang tidak bisa dipisahkan dari proses bisnis, bahkan tidak jarang teknologi informasi menjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam melakukan pekerjaan, seorang Engineer diharapkan dapat menentukan solusi terbaik dari masalah yang dihadapinya. Solusi tersebut harus sesuai dengan ketersediaan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Metode penelitian dapat diartikan dengan cara dan tahapan penelitian yang akan dilakukan untuk meneliti suatu topik permasalahan, yang dapat memberikan gambaran mengenai tahap-tahap

Lebih terperinci

PEMBUATAN APLIKASI MANAJEMEN PROYEK DALAM MENGELOLA PROYEK DI PT. X

PEMBUATAN APLIKASI MANAJEMEN PROYEK DALAM MENGELOLA PROYEK DI PT. X PEMBUATAN APLIKASI MANAJEMEN PROYEK DALAM MENGELOLA PROYEK DI PT. X Silvia Rostianingsih 1, Arlinah Imam Raharjo 2, & Basuki Setiawan 3 1,2,3 Jurusan Teknik Informatika, Universitas Kristen Petra, Siwalankerto

Lebih terperinci

MODEL HEURISTIK. Capaian Pembelajaran. N. Tri Suswanto Saptadi

MODEL HEURISTIK. Capaian Pembelajaran. N. Tri Suswanto Saptadi 1 MODEL HEURISTIK N. Tri Suswanto Saptadi 2 Capaian Pembelajaran Mahasiswa dapat memahami dan mampu mengaplikasikan model Heuristik untuk menyelesaikan masalah dengan pencarian solusi terbaik. 1 3 Model

Lebih terperinci

DAFTAR PUSTAKA. xiv

DAFTAR PUSTAKA.   xiv DAFTAR PUSTAKA Peurifoy, Robert L, Oberlender, Garold D. Estimating Construction Cost. New York : McGraw-Hill, Inc. 2002 Pembangunan Perumahan, PT. Buku Referensi untuk Kontraktor Bangunan Gedung dan Sipil.

Lebih terperinci

Struktur Sistem Pakar

Struktur Sistem Pakar Sistem Pakar Struktur Sistem Pakar Kelas A & B Jonh Fredrik Ulysses jonh.fredrik.u@gmail.com Definisi Sistem pakar adalah suatu program komputer yang dirancang untuk mengambil keputusan seperti keputusan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN Agar proyek dermaga dapat selesai tepat waktu, diperlukan suatu metode penjadwalan yang dapt menjelaskan urutan kegiatan, hubungan kegiatan, durasi kegiatan yang sangat berguna dalam penentuan durasi total

Lebih terperinci

Jurnal Teknik Sipil Untag Surabaya 163

Jurnal Teknik Sipil Untag Surabaya 163 EXTRAPOLASI Jurnal Teknik Sipil Untag Surabaya P-ISSN: 1693-8259 Desember 2015, Vol. 8 No. 2, hal. 163-168 ANALISIS PEKERJAAN BASEMENT (PEKERJAAN GALIAN DAN DIAPHRAGM WALL) PADA METODE TOP - DOWN DENGAN

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 33 BAB III METODE PENELITIAN Pada bab ini akan di jelaskan metode penelitian yang digunakan untuk mencari faktor-faktor penyebab keterlambatan pada pekerjaan proyek konstruksi. Agar data yang dihasilkan

Lebih terperinci

Praktek Perencanaan dan Pengendalian Proyek pada Kontraktor Kecil

Praktek Perencanaan dan Pengendalian Proyek pada Kontraktor Kecil Praktek Perencanaan dan Pengendalian Proyek pada Kontraktor Kecil Muhamad Abduh 1, Andri Yanuar Rosyad 2, dan Susman Hadi 2 Abstrak: Kontraktor kecil di Indonesia menjadi bagian penting dari usaha pengembangan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Manajemen Proyek Proyek merupakan sekumpulan aktivitas yang saling berhubungan dimana ada titik awal dan titik akhir serta hasil tertentu, proyek biasanya bersifat

Lebih terperinci

P12 AI, ES & DSS. A. Sidiq P. Universitas Mercu Buana Yogyakarta

P12 AI, ES & DSS. A. Sidiq P. Universitas Mercu Buana Yogyakarta P12 AI, ES & DSS A. Sidiq P. Universitas Mercu Buana Yogyakarta 1 AI Artifical Intellegence Kecerdasan buatan Adalah aktifitas penyediaan mesin seperti komputer yang memiliki kemampuan menampilkan perilaku

Lebih terperinci

PROGRAM MAGISTER TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERITAS JANABADRA

PROGRAM MAGISTER TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERITAS JANABADRA PROGRAM MAGISTER TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERITAS JANABADRA Dinamika Struktur (Structural Dynamic) Metode Elemen Hingga (Finite Element Method) Metode Eksperimen Structur (Structure Experiment Method)

Lebih terperinci

Universitas Indonesia. Pengaruh proses perencanaan..., Leonard, FT UI, 2009

Universitas Indonesia. Pengaruh proses perencanaan..., Leonard, FT UI, 2009 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam suatu proyek, perencanaan biasanya dilakukan untuk memastikan bahwa suatu pekerjaan dilakukan sesuai dengan kualitas yang diinginkan; dalam jangka waktu yang

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN BAB 3 METODE PENELITIAN 3. 1 PENDAHULUAN Pada bab 2 telah dibahas tentang pengertian sisa material konstruksi, jenis-jenis, klasifikasi dan faktor-faktor penyebab terjadinya sisa material konstruksi. Disamping

Lebih terperinci

LEMBAR PENGESAHAN SIDANG SARJANA PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN UNIVERSITAS MERCU BUANA

LEMBAR PENGESAHAN SIDANG SARJANA PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN UNIVERSITAS MERCU BUANA LEMBAR PENGESAHAN SIDANG SARJANA PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN UNIVERSITAS MERCU BUANA Q Semester : Genap Tahun Akademik : 2011/2012 Tugas akhir ini untuk melengkapi

Lebih terperinci

STUDI KASUS TERHADAP PELAKSANAAN BASEMENT 5 LANTAI DI WILAYAH SURABAYA BARAT

STUDI KASUS TERHADAP PELAKSANAAN BASEMENT 5 LANTAI DI WILAYAH SURABAYA BARAT STUDI KASUS TERHADAP PELAKSANAAN BASEMENT 5 LANTAI DI WILAYAH SURABAYA BARAT Ho Steven 1, Erron Gunardi 2, Paravita Sri Wulandari 3, Benjamin Lumantarna 4 ABSTRAK : Pembuatan basement pada bangunan bertingkat

Lebih terperinci

Proses manajemen. Suhada, ST., MBA

Proses manajemen. Suhada, ST., MBA Proses manajemen Suhada, ST., MBA Umum Dlm rangka pencapaian tujuan organisasi diperlukan serangkaian kegiatan yg disebut proses manajemen Proses manajemen terdiri dari: - penetapan tujuan - perencanaan

Lebih terperinci

ANALISIS KOMPOSISI BIAYA DOMINAN PADA PROYEK BANGUNAN GEDUNG DI KOTA MEDAN

ANALISIS KOMPOSISI BIAYA DOMINAN PADA PROYEK BANGUNAN GEDUNG DI KOTA MEDAN ANALISIS KOMPOSISI BIAYA DOMINAN PADA PROYEK BANGUNAN GEDUNG DI KOTA MEDAN TUGAS AKHIR Ditulis Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mendapatkan Gelar Sarjana Sains Terapan oleh: M. IRVAN LUBIS NIM: 0905141015

Lebih terperinci

PANDUAN PENYUSUNAN PROPOSAL TUGAS AKHIR SEKOLAH TINGGI INFORMATIKA & KOMPUTER INDONESIA

PANDUAN PENYUSUNAN PROPOSAL TUGAS AKHIR SEKOLAH TINGGI INFORMATIKA & KOMPUTER INDONESIA PANDUAN PENYUSUNAN PROPOSAL TUGAS AKHIR SEKOLAH TINGGI INFORMATIKA & KOMPUTER INDONESIA REVISI TAHUN 2016 PANDUAN PENYUSUNAN PROPOSAL TUGAS AKHIR Setiap mahasiswa yang akan mengerjakan Tugas Akhir sebagai

Lebih terperinci

PERBANDINGAN KOMPOSISI PEKERJA PASANGAN DINDING BATA ANTARA SNI 2008 DENGAN KENYATAAN DI LAPANGAN PADA PROYEK PERUMAHAN

PERBANDINGAN KOMPOSISI PEKERJA PASANGAN DINDING BATA ANTARA SNI 2008 DENGAN KENYATAAN DI LAPANGAN PADA PROYEK PERUMAHAN PERBANDINGAN KOMPOSISI PEKERJA PASANGAN DINDING BATA ANTARA SNI 2008 DENGAN KENYATAAN DI LAPANGAN PADA PROYEK PERUMAHAN Stanislaus Tjahjadi 1, Yonathan Hans Christian 2 dan Ratna Setiawardani Alifen 3

Lebih terperinci

Manajemen Proyek Sistem Informasi

Manajemen Proyek Sistem Informasi Modul ke: 07 Fakultas Bambang FASILKOM Manajemen Proyek Sistem Informasi Dengan semakin banyaknya pekerjaan-pekerjaan bidang TI dan karakteristik TI itu sendiri akan menciptakan adanya proyek-proyek secara

Lebih terperinci

PERBANDINGAN BIAYA DAN WAKTU PENGERJAAN PONDASI PADA PROYEK YANG MENGGUNAKAN UP DOWN CONSTRUCTION DENGAN MENGGUNAKAN METODA KONVENSIONAL

PERBANDINGAN BIAYA DAN WAKTU PENGERJAAN PONDASI PADA PROYEK YANG MENGGUNAKAN UP DOWN CONSTRUCTION DENGAN MENGGUNAKAN METODA KONVENSIONAL PERBANDINGAN BIAYA DAN WAKTU PENGERJAAN PONDASI PADA PROYEK YANG MENGGUNAKAN UP DOWN CONSTRUCTION DENGAN MENGGUNAKAN METODA KONVENSIONAL Rahmat Hidayatulloh NRP : 0321082 Pembimbing : Herianto Wibowo.Ir.,Msc

Lebih terperinci

BAB III METODA PENELITIAN

BAB III METODA PENELITIAN BAB III METODA PENELITIAN Untuk mencapai tujuan penelitian diperlukan berbagai tahapan yang harus dilaksanakan secara cermat dan sistematis. Tahapan yang akan dilaksanakan pada bab ini membahas mengenai

Lebih terperinci

BAB I MANAGEMENT PROYEK

BAB I MANAGEMENT PROYEK BAB I MANAGEMENT PROYEK PENDAHULUAN Kemajuan dalam kegiatan industri pada bebrapa aspek memerlukan manajemen atau ketelitian serta keamanan yang tinggi dalam rangka memperoleh hasil yang sesuai harapan.

Lebih terperinci

Manajemen Lingkup Proyek

Manajemen Lingkup Proyek Manajemen Lingkup Proyek 1 Tujuan Pembelajaran Memahami elemen-elemen yg membuat manajemen lingkup yang baik adalah sesuatu yang penting Menjelaskan proses perencanaan dan cakupan lingkup Menjelaskan prose

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Definisi Faktor Sukses, Kontraktor dan Perumahan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Definisi Faktor Sukses, Kontraktor dan Perumahan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Definisi Faktor Sukses, Kontraktor dan Perumahan Faktor sukses adalah suatu bagian penting, dimana prestasi yang memuaskan diperlukan untuk suatu organisasi agar dapat mencapai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manajemen konstruksi. Setidaknya upaya yang dilakukan merupakan usaha untuk

BAB I PENDAHULUAN. manajemen konstruksi. Setidaknya upaya yang dilakukan merupakan usaha untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan teknologi konstruksi pada saat ini mengalami kemajuan pesat yang ditandai dengan hadirnya berbagai jenis material dan peralatan yang modern terutama

Lebih terperinci

PENERAPAN PRECEDENCE DIAGRAM METHOD DALAM KONSTRUKSI BANGUNAN (Studi Kasus: Gedung GMIM Syaloom di Karombasan)

PENERAPAN PRECEDENCE DIAGRAM METHOD DALAM KONSTRUKSI BANGUNAN (Studi Kasus: Gedung GMIM Syaloom di Karombasan) PENERAPAN PRECEDENCE DIAGRAM METHOD DALAM KONSTRUKSI BANGUNAN (Studi Kasus: Gedung GMIM Syaloom di Karombasan) Leonardo A. Kalangi Robert J. M. Mandagi, Deane R. O. Walangitan Fakultas Teknik, Jurusan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1. PENDAHULUAN Pada bab ini segala langkah, dasar pemikiran yang menyertai langkah penelitian, dan metode penelitian yng dilakukan hingga alat ukur yang digunakan dalam melakukan

Lebih terperinci

9- STRUKTUR BASEMENT

9- STRUKTUR BASEMENT 9- STRUKTUR BASEMENT Struktur basement gedung bertingkat (tidak termasuk pondasi tiang), secara garis besar terdiri dari 1. Raft foundation 2. Kolom 3. Dinding basement 4. Balok dan plat lantai Pelaksanaan

Lebih terperinci

Analisa Time Cost-Trade Off Pada Pembangunan Perluasan Rumah Sakit Petrokimia Gresik

Analisa Time Cost-Trade Off Pada Pembangunan Perluasan Rumah Sakit Petrokimia Gresik 1 Analisa Time Cost-Trade Off Pada Pembangunan Perluasan Rumah Sakit Petrokimia Gresik Hendrawan Martha Pradikta, Yusroniya Eka Putri Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Institut

Lebih terperinci

ANALISIS PERBANDINGAN WAKTU DAN BIAYA DALAM PENGGUNAAN BATA MERAH DENGAN M-PANEL

ANALISIS PERBANDINGAN WAKTU DAN BIAYA DALAM PENGGUNAAN BATA MERAH DENGAN M-PANEL ANALISIS PERBANDINGAN WAKTU DAN BIAYA DALAM PENGGUNAAN BATA MERAH DENGAN M-PANEL (Studi Kasus : Proyek Apartemen GCC Tower B Jl. Gajah Mada Jakarta Barat) Heny Purwanti ABSTRAK Dalam merencanakan atau

Lebih terperinci

COST CONTROL Rencana Anggaran Pelaksana

COST CONTROL Rencana Anggaran Pelaksana 1 COST CONTROL Pada bab Cost control akan membahas kegiatan pengendalian dan evaluasi biaya proyek sejak saat proyek tersebut dimulai sampai dengan proyek tersebut selesai berdasarkan suatu tolak ukur

Lebih terperinci

Gambar 2.8 Diagram RSM untuk proyek enam unit setelah menaikkan gradien C.

Gambar 2.8 Diagram RSM untuk proyek enam unit setelah menaikkan gradien C. dinaikkan dari ¼ u/hr menjadi ½ u/hr. Gradien ini lebih dari atau sama dengan gradien garis A dan garis-garis ini akan saling menyempit. Perubahan dari melebar menjadi menyempit menyebabkan perpindahan

Lebih terperinci

PERENCANAAN METODE PELAKSANAAN STRUKTUR BASEMENT PADA PEMBANGUNAN SEMINYAK HOTEL DEVELOPMENT

PERENCANAAN METODE PELAKSANAAN STRUKTUR BASEMENT PADA PEMBANGUNAN SEMINYAK HOTEL DEVELOPMENT PERENCANAAN METODE PELAKSANAAN STRUKTUR BASEMENT PADA PEMBANGUNAN SEMINYAK HOTEL DEVELOPMENT I Gede Arya Kusmawan 1), I Ketut Nuja S. 2), I Wayan Jawat 2) 1) Mahasiswa Program S1 Teknik Sipil Universitas

Lebih terperinci

REKAYASA BIAYA KONSTRUKSI

REKAYASA BIAYA KONSTRUKSI REKAYASA BIAYA KONSTRUKSI Dr. Ir. Budi Susetyo, MT Fakultas TEKNIK Program Studi S2 SIPIL MK 1 Bagian Isi 1. Estimasi biaya konstruksi 2. Estimasi biaya tahap konseptual dan detail 3. Biaya dan kontrak

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 34 BAB III METODOLOGI PENELITIAN Untuk mendapatkan hasil penelitian yang akurat, maka pada bab ini akan dijelaskan mengenai metodologi penelitian yang digunakan secara rinci tentang bahan atau materi penelitian,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. struktur, arsitektur, dan MEP yang telah dimulai pada tahun 2016.

BAB I PENDAHULUAN. struktur, arsitektur, dan MEP yang telah dimulai pada tahun 2016. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang masalah Kompleks Thamrin Nine yang merupakan gedung mixed use, berlokasi di Jl Thamrin, Jakarta Pusat dikembangkan oleh PT Putragaya Wahana. Konstruksi terbagi dalam

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISIS PENGGUNAAN SOFTWARE ESTIMASI BIAYA PADA PROYEK KONSTRUKSI DI INDONESIA

BAB 4 ANALISIS PENGGUNAAN SOFTWARE ESTIMASI BIAYA PADA PROYEK KONSTRUKSI DI INDONESIA BAB 4 ANALISIS PENGGUNAAN SOFTWARE ESTIMASI BIA PADA PROYEK KONSTRUKSI DI INDONESIA 4.1 UMUM Pada bab ini akan dibahas mengenai hasil perbandingan antara data yang didapat dari literatur dengan data dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Semakin pesatnya perkembangan bahan material untuk. pembangunan konstruksi banyak melahirkan produk-produk baru.

BAB I PENDAHULUAN. Semakin pesatnya perkembangan bahan material untuk. pembangunan konstruksi banyak melahirkan produk-produk baru. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang masalah Semakin pesatnya perkembangan bahan material untuk pembangunan konstruksi banyak melahirkan produk-produk baru. Bahanbahan material tersebut dipercaya memiliki

Lebih terperinci

EXPERT SYSTEM DENGAN BEBERAPA KNOWLEDGE UNTUK DIAGNOSA DINI PENYAKIT-PENYAKIT HEWAN TERNAK DAN UNGGAS

EXPERT SYSTEM DENGAN BEBERAPA KNOWLEDGE UNTUK DIAGNOSA DINI PENYAKIT-PENYAKIT HEWAN TERNAK DAN UNGGAS EXPERT SYSTEM DENGAN BEBERAPA KNOWLEDGE UNTUK DIAGNOSA DINI PENYAKIT-PENYAKIT HEWAN TERNAK DAN UNGGAS Agus Sasmito Aribowo Teknik Informatika. UPN Veteran Yogyakarta Jl. Babarsari no 2 Tambakbayan 55281

Lebih terperinci

LAMPIRAN 3 : PERENCANAAN AUDIT PROYEK

LAMPIRAN 3 : PERENCANAAN AUDIT PROYEK 95 LAMPIRAN 3 : PERENCANAAN AUDIT PROYEK Start Situation Analysis Planning PM Audit Management & QA Dept Lesson Learn Performance Analysis PM Audit Report- Generation PM Audit Presentation PM Audit Close

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Persaingan dalam era globalisasi semakin lama semakin ketat, ditambah

BAB I PENDAHULUAN. Persaingan dalam era globalisasi semakin lama semakin ketat, ditambah BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Persaingan dalam era globalisasi semakin lama semakin ketat, ditambah dengan perkembangan yang pesat dalam bidang Information System and Technology. Pada beberapa

Lebih terperinci

PM & Project Financial Management

PM & Project Financial Management PM & Project Financial Management Fakultas Magister Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh FT Sipil - MK 01 MK10000 Abstract Pengertian investasi proyek, manajemen proyek konstruksi, dan pemahaman lanjut manajemen

Lebih terperinci

STMIK GI MDP. Program Studi Sistem Informasi Skripsi Sarjana Komputer Semester Genap Tahun 2009/2010

STMIK GI MDP. Program Studi Sistem Informasi Skripsi Sarjana Komputer Semester Genap Tahun 2009/2010 STMIK GI MDP Program Studi Sistem Informasi Skripsi Sarjana Komputer Semester Genap Tahun 2009/2010 SISTEM PENGOLAHAN TRANSAKSI PADA PT SUKSES CITRA PANGAN PALEMBANG Afandi 2005240234 Abstrak Tujuan penulisan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Menentukan Topik Permasalahan : Komparasi Metode Konstruksi. Studi Literatur. Pengumpulan Data.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Menentukan Topik Permasalahan : Komparasi Metode Konstruksi. Studi Literatur. Pengumpulan Data. BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Kerangka Pemikiran Menentukan Topik Permasalahan : Komparasi Metode Konstruksi Studi Literatur Pengumpulan Data Pembahasan : - Klasifiskasi pekerjaan - Analisa harga satuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam kondisi saat ini dengan semakin maraknya perkembangan bisnis konstruksi menyebabkan persaingan antar kontraktor tidak dapat terelakkan lagi. Agar dapat memenangkan

Lebih terperinci

PENERAPAN SISTEM PAKAR DALAM MENGANALISIS PENGARUH RELAKSASI MANAJEMEN STRES

PENERAPAN SISTEM PAKAR DALAM MENGANALISIS PENGARUH RELAKSASI MANAJEMEN STRES PENERAPAN SISTEM PAKAR DALAM MENGANALISIS PENGARUH RELAKSASI MANAJEMEN STRES Chandra Wijaya K. 1, Rangga Firdaus 2 1 Program Studi Manajemen Informatika 2 Program Studi Teknik Informatika Sekolah Tinggi

Lebih terperinci

MODEL PRODUKTIVITAS DENGAN PENDEKATAN FUZZY-LOGIC UNTUK MENINGKATKAN DAYA SAING ORGANISASI PROYEK

MODEL PRODUKTIVITAS DENGAN PENDEKATAN FUZZY-LOGIC UNTUK MENINGKATKAN DAYA SAING ORGANISASI PROYEK MODEL PRODUKTIVITAS DENGAN PENDEKATAN FUZZY-LOGIC UNTUK MENINGKATKAN DAYA SAING ORGANISASI PROYEK Budi Susetyo Program Studi Teknik Arsitektur & Sipil, Universitas Mercu Buana, Jakarta b2susetyo@yahoo.com

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sejak dilahirkan hingga tumbuh dewasa manusia diciptakan dengan kecerdasan yang luar biasa, kecerdasan juga akan berkembang dengan pesat. Kecerdasan tersebut yang dapat

Lebih terperinci

Pengelolaan Proyek Sistem Informasi Manajemen Ruang Lingkup Proyek. Sistem Informasi Bisnis Pertemuan 2-3

Pengelolaan Proyek Sistem Informasi Manajemen Ruang Lingkup Proyek. Sistem Informasi Bisnis Pertemuan 2-3 Pengelolaan Proyek Sistem Informasi Manajemen Ruang Lingkup Proyek Sistem Informasi Bisnis Pertemuan 2-3 Gambaran Klasik Kegagalan Manajemen Proyek SI Definisi Ruang Lingkup Proyek adalah acuan semua pekerjaan

Lebih terperinci

5- PEKERJAAN DEWATERING

5- PEKERJAAN DEWATERING 5- PEKERJAAN DEWATERING Pekerjaan galian untuk basement, seringkali terganggu oleh adanya air tanah. Oleh karena itu, sebelum galian tanah untuk basement dimulai sudah harus dipersiapkan pekerjaan pengeringan

Lebih terperinci

Adapun pengukuran produktivitas tenaga kerja dapat diketahui dengan beberapa metode sebagai berikut:

Adapun pengukuran produktivitas tenaga kerja dapat diketahui dengan beberapa metode sebagai berikut: 19 BAB III LANDASAN TEORI 3.1. Produktivitas secara umum, produktvitas dapat diartikan sebagai perbandingan antara hasil yang dicapai (output) dengan keseluruhan sumber daya yang digunakan yang dapat berupa

Lebih terperinci

PROPORSI HARGA UPAH, BAHAN DAN ALAT PADA ELEMEN-ELEMEN STRUKTUR BETON BERTULANG PROYEK KONSTRUKSI BANGUNAN BERTINGKAT TINGGI

PROPORSI HARGA UPAH, BAHAN DAN ALAT PADA ELEMEN-ELEMEN STRUKTUR BETON BERTULANG PROYEK KONSTRUKSI BANGUNAN BERTINGKAT TINGGI PROPORSI HARGA UPAH, BAHAN DAN ALAT PADA ELEMEN-ELEMEN STRUKTUR BETON BERTULANG PROYEK KONSTRUKSI BANGUNAN BERTINGKAT TINGGI Laurensia Nadia 1, Cindy Aristia 2, Indriani Santoso 3, and Budiman Proboyo

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bisnis konstruksi saat ini semakin marak perkembangannya, sehingga persaingan antar kontraktor tidak dapat terelakkan lagi. Di satu sisi kondisi ini sangat menguntungkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sangat pesat. Hal ini dapat dilihat dari banyaknya proyek-proyek konstruksi di

BAB I PENDAHULUAN. sangat pesat. Hal ini dapat dilihat dari banyaknya proyek-proyek konstruksi di BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah Dunia konstruksi di Indonesia dewasa ini mengalami perkembangan yang sangat pesat. Hal ini dapat dilihat dari banyaknya proyek-proyek konstruksi di Indonesia

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bersifat unik, membutuhkan sumber daya (manpower, material, machine, money,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bersifat unik, membutuhkan sumber daya (manpower, material, machine, money, BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Proyek Konstruksi Menurut Ervianto (2002), suatu proyek konstruksi merupakan suatu rangkaian kegiatan yang hanya satu kali dilaksanakan dan umumnya berjangka waktu pendek.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Globalisasi dan perkembangan industri teknologi informasi dewasa ini telah meningkatkan tekanan terhadap perusahaan dan bisnis yang dijalankan untuk tetap dapat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Layanan jasa profesional atau biasa disebut Professional Services berkemban g menjadi pasar yang menjanjikan pada era sekarang ini. Bidang usaha ini berkembang karena

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di negara yang sedang berkembang, tuntutan akan terselenggaranya kegiatan yang efektif dan efisien sangat diperlukan sedangkan sumber daya yang tersedia baik berupa

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. ABSTRAK... i. ABSTRACT... ii. KATA PENGANTAR... iii. DAFTAR ISI... v. DAFTAR TABEL... ix. DAFTAR GAMBAR... x. DAFTAR LAMPIRAN...

DAFTAR ISI. ABSTRAK... i. ABSTRACT... ii. KATA PENGANTAR... iii. DAFTAR ISI... v. DAFTAR TABEL... ix. DAFTAR GAMBAR... x. DAFTAR LAMPIRAN... DAFTAR ISI LEMBAR PENGESAHAN ABSTRAK... i ABSTRACT... ii KATA PENGANTAR... iii DAFTAR ISI... v DAFTAR TABEL... ix DAFTAR GAMBAR... x DAFTAR LAMPIRAN... xii BAB I PENDAHULUAN... 1 1.1 Latar Belakang Masalah...

Lebih terperinci

PRIYANTO D

PRIYANTO D EVALUASI BIAYA PEKERJAAN PROYEK PEMBANGUNAN GEDUNG KULIAH 5 LANTAI DENGAN SISTEM DAKTAIL PENUH DI WILAYAH GEMPA 3 Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I pada Jurusan Teknik

Lebih terperinci

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN. WIKA Gedung yang mengerjakan proyek bangunan gedung apartemen di Kota

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN. WIKA Gedung yang mengerjakan proyek bangunan gedung apartemen di Kota BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan Dari penelitian yang telah dilakukan terhadap pekerja pada perusahan kontraktor WIKA Gedung yang mengerjakan proyek bangunan gedung apartemen di Kota Bandung dapat

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Perencanaan MEP Proyek Whiz Hotel Yogyakarta di Yogyakarta, yang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Perencanaan MEP Proyek Whiz Hotel Yogyakarta di Yogyakarta, yang BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Pada penelitian ini, dijelaskan secara singkat mengenai Pelaksanaan Perencanaan MEP Proyek Whiz Hotel Yogyakarta di Yogyakarta, yang merupakan sebuah proyek

Lebih terperinci

MANAJEMEN PROYEK. Pembelajaran Daring Indonesia Terbuka & Terpadu

MANAJEMEN PROYEK. Pembelajaran Daring Indonesia Terbuka & Terpadu Program Mata Kuliah Terbuka MANAJEMEN PROYEK Pembelajaran Daring Indonesia Terbuka & Terpadu MATERI DAN REFERENSI Dokumen ini merupakan rangkaian dari dokumen pembelajaran program mata kuliah terbuka MANAJEMEN

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Jenis Penelitian Untuk memecahkan dan membahas permasalahan yang terjadi peneliti menggunakan penelitian deskriptif atau survey dengan metode penelitian studi kasus.

Lebih terperinci

SISTEM PAKAR BERBASIS WEB UNTUK DIAGNOSA HAMA DAN PENYAKIT PADA TANAMAN MELON

SISTEM PAKAR BERBASIS WEB UNTUK DIAGNOSA HAMA DAN PENYAKIT PADA TANAMAN MELON SISTEM PAKAR BERBASIS WEB UNTUK DIAGNOSA HAMA DAN PENYAKIT PADA TANAMAN MELON Bambang Yuwono, Ario Wibowo, Dessyanto Boedi P Jurusan Teknik Informatika UPN Veteran Yogyakarta Jl. Babarsari 2 Tambakbayan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian sebelumnya mengenai Green Construction telah dilakukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian sebelumnya mengenai Green Construction telah dilakukan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Studi Literatur Penelitian sebelumnya mengenai Green Construction telah dilakukan sebelumnya oleh beberapa peneliti di Indonesia antara lain: 1. Atmaja (2011), dalam skripsinya

Lebih terperinci