II. TINJAUAN PUSTAKA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "II. TINJAUAN PUSTAKA"

Transkripsi

1 30 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Integrasi Pasar Konsep teori dari integrasi pasar adalah hukum satu harga untuk seluruh pasar, dimana diasumsikan apabila tidak ada biaya transaksi, komoditi yang sama pada pasar yang berbeda akan memiliki harga yang sama pula. Lebih lanjut dijelaskan, jika suatu barang diperdagangkan pada dua harga yang berbeda orangorang akan memilih untuk membeli pada pasar yang menjual barang dengan harga terendah dan produsen akan mencoba menjual barang pada pasar yang menjual barang dengan harga tertinggi. Akibatnya seiring dengan naiknya permintaan harga akan naik namun pada pasar yang sebelumnya memiliki harga yang tinggi seiring dengan naiknya penawaran harga akan turun sehingga tindakan ini membuat harga antarpasar menjadi sama (Nicholson, 2000). Integrasi pasar dapat juga dipahami dari dua aspek yaitu integrasi vertikal dan integrasi horizontal. Konsep yang pertama dipahami sebagai integrasi industri yang mencerminkan sifat dari agribisnis. Integrasi pasar vertikal menunjukkan perubahan harga di suatu pasar akan direfleksikan pada perubahan harga di pasar lain secara vertikal dalam produk yang sama. Integrasi vertikal adalah keterkaitan hubungan antara suatu lembaga pemasaran dengan lembaga pemasaran lainnya dalam suatu rantai pemasaran (Suparmin, 2005 dalam Irawan dan Rosmayanti, 2007). Pengertian integrasi atau keterpaduan pasar juga dapat dipahami sebagai sampai seberapa jauh pembentukan harga suatu komoditas pada suatu tingkat lembaga pemasaran tertentu dipengaruhi oleh harga di tingkat lembaga pemasaran

2 31 lainnya. Dalam suatu sistem pasar terpadu yang efisien akan terlihat adanya korelasi yang tinggi sepanjang waktu dari beberapa pasar (Heytens, 1986). Konsep yang kedua adalah integrasi yang didalamnya termasuk integrasi pasar spasial, integrasi pasar temporal, integrasi harga silang dan integrasi silang bentuk produk. Integrasi pasar silang mencerminkan efek perubahan harga di satu tingkat pemasaran terhadap harga pada tingkat di atasnya misalnya perubahan harga di tingkat petani akan mempengaruhi harga di tingkat pedagang. Integrasi dikatakan terjadi apabila terdapat kondisi harga di tingkat selanjutnya sama dengan harga ditingkat sekarang ditambah dengan biaya pemasaran. Integrasi pasar temporal mencerminkan pengaruh dari perubahan harga di waktu sekarang terhadap harga di waktu yang akan datang. Integrasi silang bentuk produk mencerminkan pengaruh perubahan harga pada satu produk terhadap harga produk turunannya. Integrasi pasar spasial merupakan tingkat keterkaitan hubungan antara pasar regional dan pasar regional lainnya. Integrasi pasar spasial mencerminkan efek dari perubahan harga pada satu pasar terhadap pasar lainnya dimana hal ini diasumsikan pada integrasi sempurna dengan dua daerah yang berbeda. Dua pasar dikatakan terintegrasi apabila perubahan harga pada satu pasar akan mempengaruhi harga pasar lainnya dengan arah yang sama dan tingkat yang sama pula. Integrasi pasar spasial digambarkan sebagai hubungan harga dari pasarpasar yang terpisah secara geografis. Konsep ini diterangkan dengan menggunakan model keseimbangan spasial (spatial equilibrium model). Model ini dikembangkan dengan menggunakan kurva kelebihan penawaran (excess supply)

3 32 dan kelebihan permintaan (excess demand) pada dua wilayah yang melakukan perdagangan. Harga yang terbentuk pada masing-masing pasar dan jumlah komoditi yang diperdagangkan dapat diduga melalui model keseimbangan parsial (Tomek dan Robinson, 1990). Prinsip yang digunakan untuk mengembangkan model perdagangan antar daerah digambarkan dengan bantuan diagram yang menunjukkan fungsi penawaran dan permintaan dari masing-masing pasar seperti yang terlihat pada Gambar 2. Harga ES S A Harga S B P 1 P 1 a b c d P 2 ED D B 0 D A 0 Jumlah a. Pasar A: Surplus b. Pasar B: Defisit Jumlah Sumber: Tomek dan Robinson, 1990 Gambar 2. Model Keseimbangan Spasial Dua Kawasan Analisis pasar dibagi dalam dua kategori antara lain pasar yang memiliki potensi surplus dan pasar yang berpotensi defisit. Misalkan pada pasar A adalah pasar yang berpotensi surplus dan pasar B adalah pasar yang berpotensi defisit, dari Gambar 2 dapat dilihat bahwa pasar A tidak ada perdagangan maka harga

4 33 yang terbentuk adalah P 1 di Pasar A dan P 2 di pasar B dimana P 1 <P 2. Kelebihan cadangan konsumsi di pasar A akan mendorong pelaku pasar di pasar tersebut untuk menjual kelebihan cadangannya ke pasar lain sedangkan pelaku di pasar B akan mendatangkan komoditi dari pasar lain untuk memenuhi permintaan pada pasar B. Model keseimbangan spasial ini digunakan untuk menjelaskan hubungan harga akibat perdagangan yang terjadi antara dua pasar. Kelebihan penawaran adalah selisih antara jumlah yang ditawarkan dengan jumlah yang diminta pada suatu tingkat harga pada waktu tertentu, yang akan meningkat dengan semakin tingginya harga dan akan bernilai nol pada saat terjadi keseimbangan pasar A (P 1 ). Kelebihan permintaan adalah selisih antara jumlah yang diminta dengan jumlah yang ditawarkan pada suatu tingkat harga dan waktu tertentu, akan meningkat dengan semakin rendahnya harga dan waktu tertentu, dan akan bernilai nol pada saat keseimbangan pasar B (P 2 ). Kurva yang terbentuk tersebut berlaku jika memenuhi beberapa asumsi. Pertama adalah tidak adanya hambatan perdagangan. Prakteknya integrasi yang sempurna yang ditandai dengan terciptanya law of one price ini sangat mungkin tidak terjadi hal ini dapat dijelaskan berdasarkan alasan berikut kawasan tidak terkait secara arbitrase berarti masing-masing kawasan tidak terbuka untuk dimasuki oleh pelaku pasar lainnya. Halangan untuk terjadinya keterpaduan karena adanya hambatan dalam perdagangan, informasi yang tidak sempurna dan adanya pengalihan resiko yang ketiga dapat juga karena terjadi kompetisi yang tidak sempurna.

5 34 Ada beberapa alasan kenapa suatu kawasan atau negara tidak terbuka untuk dimasuki oleh pelaku pasar dari kawasan lain, salah satunya karena pemerintah negara tersebut menciptakan pembatas atau hambatan dalam perdagangan, sehingga pelaku pasar tidak dapat keluar masuk pasar dengan bebas. Hambatan perdagangan yang umum diterapkan oleh pemerintah suatu negara dalam bentuk hambatan tarif maupun nontarif. Hambatan tarif adalah dalam bentuk pajak, sedangkan hambatan nontarif misalnya dalam bentuk ketentuan ketentuan yang harus dipenuhi oleh pelaku pasar. Hambatan yang diterapkan itu akan meningkatkan biaya transfer sehingga perdagangan akan terus berlangsung sampai biaya transfer sama dengan selisih harga atau bahkan melebihi. Jika hal ini terjadi maka pelaku pasar tidak akan memperoleh keuntungan melakukan perdagangan antarpasar. Akibatnya transfer kelebihan permintaan maupun kelebihan penawaran tidak akan terjadi dan harga akan bergerak secara individu pada masing-masing pasar. Asumsi kedua yang harus dipenuhi adalah tidak terdapat biaya transaksi yang terjadi di masing-masing pasar. Informasi dapat diakses oleh seluruh pelaku pasar dengan baik sehingga dapat digunakan seluruhnya untuk memprediksikan harga di masa depan. Perubahan harga yang terjadi di salah satu pasar (Pasar A dan Pasar B) akan ditransmisikan dengan sempurna dalam waktu yang singkat. Sesuai dengan Gambar 2 maka dengan adanya informasi harga yang dapat diakses oleh seluruh pihak dapat dijelaskan dengan melihat seberapa besar persentase perubahan harga di Pasar A menyebabkan persentase perubahan pula di Pasar B dan sebaliknya. Perbaikan arus informasi menyebabkan perubahan harga pada satu pasar akan langsung ditransmisikan dengan sempurna, besarnya

6 35 ' P1 ' nilai ( P P ) ( P ) atau dengan kata lain adalah persentase perubahan harga di Pasar A akan sama dengan persentase perubahan harga di Pasar B. Harga (P) Transfer Biaya (TC) PB 1 PE B2 Excess Supply di pasar 1 (ES A ) PE PE A2 Excess Demand di pasar 2 (ED B ) PA 1 PB 1 -PA 1 TC x y 0 QE 2 QE 1 Komoditi (Q) Sumber: Tomek dan Robinson, 1990 Gambar 3. Model Perdagangan Pasar A dan Pasar B Kurva excess supply dan excess demand dapat berubah searah dengan perubahan kekuatan penawaran dan permintaan pada masing-masing pasar. Berdasarkan Gambar 3 jika tidak ada biaya transfer antarpasar (A dan B) maka total unit komoditi yang akan ditransfer dari pasar A ke pasar B sebesar OQE 1 dengan tingkat harga yang sama antara keduanya yaitu sebesar OPE. Volume perdagangan antarkedua pasar akan semakin menurun dengan adanya biaya transfer. Jika biaya transfer lebih besar dari PB 1 PA 1 maka tidak akan ada perdagangan antara keduanya. Pada kasus ini permintaan dan penawaran akan

7 36 sama antarkedua daerah sedangkan perbedaan harga akan semakin kecil dibandingkan biaya transfer. Efek perubahan biaya transfer yang terjadi antardua pasar (A dan B) dapat dijelaskan dengan membangun garis volume perdagangan (xy). Pada garis ini dapat dilihat apabila biaya transfer yang terjadi sebesar nol maka perdagangan akan maksimum dan sebaliknya bila biaya transfernya adalah sebesar PB 1 PA 1 maka tidak akan terjadi perdagangan. Perdagangan yang terjadi akan menyebabkan harga komoditi di pasar A akan naik menjadi OPE B2 dan di pasar B akan turun menjadi OPE A2. Keterangan tersebut menjelaskan bahwa perubahan harga di suatu pasar akibat perubahan kekuatan pasar akan menyebabkan perubahan harga di pasar lain yang melakukan perdagangan dengan pasar tersebut. Hal ini menunjukkan adanya integrasi pasar antara kedua daerah yang melakukan perdagangan. Integrasi pasar vertikal digunakan untuk melihat tingkat keeratan hubungan antarsuatu lembaga pemasaran dengan lembaga pemasaran lainnya dalam suatu rantai pemasaran. Integrasi pasar vertikal dipengaruhi oleh penyebaran informasi harga yang merata ke seluruh lembaga pemasaran (produsen grosir retail-konsumen). Apabila informasi tersebut tidak tersebar secara sempurna sampai ke konsumen maka harga yang terbentuk di pasar tidak menunjukkan adanya integrasi pasar vertikal yang baik Konsep Persaingan Sempurna Pasar adalah suatu institusi atau badan yang menjalankan aktivitas jual beli barang dan jasa (Sugiarto, 2002). Adapun pengertian pasar secara definisi

8 37 ekonomi menurut Dahl dan Hammond (1977) adalah ruang atau dimensi tempat bekerjanya penawaran dan permintaan dengan kekuatannya masing-masing, sehingga mampu menentukan dan mengubah harga. Sebuah konsep pasar yang ideal didefinisikan sebagai suatu pasar dimana kompetisi yang terjadi mencerminkan pasar persaingan sempurna. Adapun ciri dari pasar persaingan sempurna adalah komoditas yang diperjualbelikan adalah sama dengan jumlah pembeli dan penjual yang sangat banyak, indikasi dari barang yang sama ini adalah semua pelaku pasar bertindak sebagai penerima harga, tidak ada satu pihak pun yang mampu merubah harga keseimbangan yang terjadi. Harga terbentuk sepenuhnya karena proses tarik menarik antara kurva permintaan dan penawaran. Seluruh pelaku pasar bebas untuk berusaha dan pihak satu tidak dapat mempengaruhi keputusan pelaku lainnya. Ciri penting lainnya dari pasar persaingan sempurna adalah masingmasing pihak yang terlibat dalam pasar memiliki pengetahuan yang sempurna mengenai harga. Akibatnya harga yang berlaku di pasar tidak bisa dipengaruhi oleh salah satu pihak saja dan pelaku pasar adalah price taker. Akibat banyaknya pelaku pasar maka hambatan pasar tidak ada dan pembeli maupun penjual dapat dengan mudah untuk keluar masuk pasar. Tanpa adanya informasi yang jelas mengenai kualitas dan harga suatu barang maka akan mengurangi ketepatan pelaku pasar dalam mengambil suatu keputusan. Berdasarkan perbedaan penguasaan informasi yang ada antarpelaku pelaku pasar akan menimbulkan pergerakan ke arah kombinasi keseimbangan antara harga dan kuantitas namun dengan kecepatan penyesuaian yang berbeda antara harga dan kuantitas. Penjelasan dari adanya jeda waktu untuk mencapai

9 38 keseimbangan karena adanya biaya transaksi. Biaya ini dikeluarkan oleh pelaku pasar untuk mendapatkan informasi contohnya, produsen akibat tidak mengetahui seberapa besar permintaan terhadap produk yang akan dihasilkan maka mereka harus mengeluarkan biaya untuk pemeliharaan dan penyesuaian stok (Nicholson, 2000). Pada pasar berjangka informasi antara lain tentang harga dan volume dapat diakses sepenuhnya oleh para pelaku pasar sehingga masing-masing dapat mengambil keputusan berdasarkan informasi yang tepat. Membaiknya arus informasi yang berhubungan dengan harga, produksi, konsumsi, volume perdagangan dan juga perkiraan (ekspektasi) pasar, membuat pasar berjangka lebih transparan dan bersaing (competitive). Semakin banyak informasi tentang pasar diketahui orang, akan membuat mereka semakin mampu mengantisipasi pembentukan harga di pasar. Menurut suatu hasil studi yang dilakukan oleh Bappebti tentang pasar berjangka ternyata bahwa pendapatan yang diperoleh mereka yang menggunakan pasar berjangka untuk tujuan untuk lindung nilai lebih stabil dibandingkan dengan mereka yang tidak menggunakannya. Bagi para penggunanya, pasar berjangka memberi kesempatan untuk menstabilkan pendapatan mereka Konsep Pasar Berjangka Perdagangan dengan menggunakan kontrak berjangka pertama kali diperkenalkan di Chicago pada tahun 1860an. Perbedaan antara penjualan tunai dengan kontrak berjangka adalah pada penjualan tunai melibatkan pengiriman barang sebenarnya dari komoditi dan kebanyakan penjualan tunai tidak dibuat di

10 39 pasar sentral sedangkan penjualan dengan menggunakan kontrak berjangka melibatkan pembelian dan penjualan kontrak yang terstandarisasi untuk pengiriman komoditi di masa yang akan datang (Tomek dan Robinson, 1972). Pelaksanaan pasar berjangka adalah dengan menandatangani kontrak yang menentukan harga, kualitas, kuantitas dan waktu penyerahan. Pengiriman barang berdasarkan pada waktu yang spesifik dengan ukuran yang jelas dan pada harga tertentu dimana dalam kontrak disebutkan pula grade yang spesifik dan lokasi penyerahan. Patut diingat bahwa tidak ada pasar sekunder untuk kontrak pada perdagangan berjangka dimana kontrak diciptakan di pasar berjangka yang disebut bursa. Sebagai pasar yang terorganisasi, transaksi di bursa hanya dilakukan anggota bursa yang terdiri dari pialang berjangka dan pedagang berjangka. Para pengguna bursa yang bukan anggota bursa tetapi ingin memanfaatkan bursa untuk tujuan lindung nilai (hedging) atau spekulasi harus menyalurkan keinginannya tersebut melalui anggota bursa yang berstatus pialang berjangka. Lebih lanjut dijelaskan bahwa fungsi dari pasar berjangka adalah sebagai alokasi sementara dari komoditi musiman yang diproduksi. Pasar berjangka membantu pembeli sehingga dapat menghemat biaya penyimpanan karena komoditi yang dibelinya akan datang pada saat dibutuhkan saja sesuai dengan tanggal kontrak yang sudah disepakati. Fungsi yang kedua adalah untuk pengalihan resiko, dimana kerugian yang dialami dalam penjualan tunai akan dapat tertutupi dengan penjualan pada penjualan di pasar berjangka. Walaupun pada pasar berjangka tidak mendapatkan harga yang benar-benar tinggi namun juga tidak akan didapatkan harga yang benar-benar rendah seperti pada penjualan

11 40 tunai. Harga cenderung stabil karena harga yang dimasa akan datang sudah ditetapkan pada saat sekarang. Fungsi yang ketiga adalah bursa berjangka sebagai lindung nilai pada operasional dan marjin. Contohnya pabrik pengolahan tepung dapat membeli gandum di pasar tunai dan kemudian menjual tepungnya dengan menggunakan pasar berjangka, sehingga diharapkan biaya penyimpanan tepung akan mampu ditutupi oleh penjualan tepung. Fungsi yang keempat adalah sebagai tempat pembentukan harga dimana harga yang terjadi di pasar berjangka (forward) merefleksikan konsensus antara sejumlah besar pembeli dan penjual yang memiliki kesempatan yang sama untuk melakukan penjualan dan pembelian di pasar. Harga tersebut tidak hanya merefleksikan keadaan pasokan dan permintaan yang sebenarnya dari komoditi yang bersangkutan namun juga perkiraan pasokan dan permintaan untuk masa yang akan datang. Harga di pasar berjangka akan selalu berubah menyesuaikan diri dengan perubahan informasi pasar yang terjadi. Hal ini penting bagi perencanaan produksi, pengolahan dan pemasaran komoditi, sehingga membantu mengurangi biaya-biaya operasional yang pada akhirnya memberikan manfaat bagi ekonomi. Setiap pelaku pasar berjangka harus selalu siap dengan informasi yang akurat mengenai harga di pasar spot. Prinsipnya adalah pembentukan harga terjadi akibat adanya kebutuhan barang untuk penyimpanan dan untuk hedging tergantung dari permintaan dan penawaran yang berlangsung, dengan adanya fungsi ini maka pembentukan harga pada pasar berjangka sangat dipengaruhi oleh perubahan informasi yang terjadi dimana hipotesisnya harga pada pasar berjangka akan bereaksi berlebihan terhadap informasi baru. Selain itu dengan adanya

12 41 spekulator perubahan sedikit harga tapi dilakukan dalam jumlah yang besar akan ikut mempengaruhi pembentukan harga yang baru. Antara pasar berjangka dan pasar spot terdapat hubungan satu sama lainnya. Harga pada pasar berjangka saat jatuh tempo akan dijadikan sebagai pedoman untuk menentukan harga pada pasar spot pada waktu yang sama, sehingga ada kemungkinan harga pada pasar berjangka saat jatuh tempo akan sama dengan harga spot pada waktu yang sama. Adapun perbedaan harga yang terjadi antara pasar berjangka dengan harga spot pada waktu yang sama disebut dengan basis. Mekanisme dalam perdagangan berjangka, seorang nasabah tidak perlu menyetor uang sebesar nilai kontrak yang diperjualbelikan, tetapi hanya dalam sejumlah persentase kecil berkisar 3-5 persen dari nilai kontrak. Sejumlah uang ini disebut dengan marjin. Setiap saat nasabah dapat melepas atau menjual kontraknya sebelum kontrak jatuh tempo, namun harus diingat bahwa transaksi jual beli yang terjadi adalah suatu bisnis yang tidak hanya senilai marjin yang disetorkan, tetapi sesungguhnya sebesar nilai kontrak tersebut, dengan demikian, bila terjadi kenaikan harga komoditi yang menjadi subyek suatu kontrak di pasar yang amat besar maka marjin yang disetorkan bisa berlipat atau hilang dalam waktu singkat. Lebih lanjut Kang dan Mahajan (2006), menerangkan tentang keuntungan dari dilaksanakannya market based instrument yang menerapkan pasar berjangka sebagai salah satu alat dalam manajemen resiko dibandingkan dengan kebijakan lainnya yang dilakukan oleh pemerintah dalam mengatasi volatilitas harga. Adapun keuntungan dilaksanakannya market based instrument adalah pendekatan

13 42 ini menyediakan penerimaan yang pasti di masa yang akan datang sehingga pengguna dapat merencanakan aliran dana. Pada kebijakan lain pemerintah menerapkan pendekatan stabilisasi dalam mengatasi gejolak harga. Pemerintah berusaha mempengaruhi harga di pasar dengan cara mengalirkan dana ke produsen sehingga harga dapat seimbang saat harga rendah. Konsepnya adalah terjadi transfer resiko dari produsen ke pemerintah. Kelemahan dari cara ini adalah dibutuhkan dana yang besar untuk dapat dilaksanakan dan tindakan ini tidak membangun pasar menjadi lebih baik karena semuanya tergantung pada pemerintah. Penerapan market based instrument lebih kearah harga pasar daripada harga yang ditetapkan oleh pemerintah sehingga harga dapat bergerak secara wajar dan komoditi turunan akan memperbaiki pembiayaan. Pasar berjangka komoditi juga memiliki mekanisme pembentukan harga yang lebih efisien karena dalam pasar ini menerapkan instrumen pembiayaan berdasarkan strategi harga di depan yang melibatkan penetapan harga, batasan harga bagi produk yang akan dikirimkan dimasa depan. Kemudian dijelaskan keuntungan lain dari diterapkannya market based instrument adalah pasar berjangka komoditi memiliki mekanisme pembentukan harga yang lebih efisien, menyediakan informasi yang bisa diandalkan pada perdagangan fisik karena banyak kalangan yang dapat menggunakan pasar ini, setiap partisipan memiliki andil dalam proses pembentukan harga dan akan menghasilkan informasi bagi permintaan di masa datang dan kondisi penawaran. Sebaliknya dibandingkan dengan pasar cash pasar berjangka lebih transparan sehingga manipulasi harga lebih sulit untuk dilakukan.

14 43 Fakta yang menunjukkan selalu bergejolaknya harga-harga untuk masa mendatang secara sederhana merefleksikan berubahnya konsensus di antara peserta pasar karena diterimanya informasi terkini mengenai situasi pasokan/permintaan komoditi yang diperdagangkan oleh mereka. Harga di pasar berjangka akan selalu berubah menyesuaikan diri dengan perubahan informasi pasar yang terjadi. Hal ini penting bagi perencanaan produksi, prosesing dan pemasaran komoditi, sehingga membantu mengurangi biaya-biaya operasional yang pada akhirnya memberikan manfaat bagi ekonomi. Adanya pasar berjangka juga dapat membantu terintegrasinya pasar-pasar lokal ke dalam pasar nasional atau bahkan internasional. Makna terintegrasinya pasar nasional adalah harga di berbagai tingkat pemasaran yang berbeda akan bergerak mendekati pasar-pasar nasional dan internasional. Hal ini akan menjamin lebih realistisnya harga komoditi. Yang, Bessler dan Leatham (2001) dalam penelitiannya menyebutkan bahwa harga pada pasar berjangka adalah refleksi dari estimasi harga di spot periode kedepannya. Termasuk dalam transaksi spot antara lain adalah serah terima barang saat transaksi berlangsung dan langsung dibayar tunai pada saat itu juga, atau dapat juga serah terima barang saat transaksi dan dibayar kemudian sesuai kesepakatan atau dengan melakukan ijon yaitu membayar sekarang saat komoditi masih diproses. Contoh dari pasar spot yang ada di dalam negeri adalah pasar spot CPO di Medan. Pelaksanaan kontrak berjangka adalah dengan menandatangani kontrak yang menentukan harga kualitas, kuantitas dan waktu penyerahan. Kontrak ini dalam prakteknya dapat diperjual belikan sebelum jatuh tempo penyerahan

15 44 dimana dengan harga yang bergerak harga beli bisa lebih besar, sama atau lebih kecil dibandingkan dengan harga jual (spekulatif). Lebih jauh dijelaskan bahwa walaupun berjangka transaksi ini pada akhirnya bermaksud melakukan serah terima barang secara fisik. Pelaksanaan dengan cara ini dilakukan untuk mengurangi resiko produsen dari biaya antara lain membayar denda barang di dalam kapal yang sudah berlabuh atau pembayaran sewa gudang, saat pembeli mangkir. Contoh pasar berjangka (forward) adalah di pasar forward di Rotterdam. Di pasar forward ini harga CPO dunia terbentuk dimana transaksinya berasal dari produsen dan konsumen CPO termasuk Indonesia yang merupakan negara produsen. Mengenai cara pelaksanaan manajemen resiko harga dalam tulisannya Kang dan Mahajan (2006), menyebutkan bahwa instrumen yang digunakan dalam penentuan harga komoditi ada dua kategori yang pertama adalah instrumen yang terstandarisasi yang memperdagangkan komoditi yang diperjualbelikan. Kategori selanjutnya adalah over the counter yaitu transaksi bilateral antara dua perusahaan tanpa adanya pertukaran dimana harga ditentukan oleh keputusan perdagangan daripada lelang. Definisi dari kontrak forward adalah persetujuan antara penjual dan pembeli untuk mengirimkan sejumlah barang yang spesifik di satu waktu tertentu pada waktu yang akan datang dengan harga yang sudah ditentukan. Terdapat tiga konsep penting dalam definisi ini yaitu: (1) tidak ada transfer tunai ketika kontrak dibuat, (2) tidak terdapat resiko default tergantung dari reputasi penjual dan pembeli yang terlibat, dan (3) dalam kontrak ini kedua belah pihak harus saling menaati perjanjian.

16 45 Terdapat beberapa tipe kontrak forward yaitu: (1) kontrak harga tetap (fixed price pontract) dimana dalam kontrak ini digunakan harga yang tetap (flat price) produsen berjanji untuk mengirim pada saat yang ditentukan dan dibayar saat pengiriman, dengan cara ini ada kemungkinan produsen kehilangan kesempatan potensial apabila harga naik, (2) kontrak harga yang ditetapkan (price to be fixed contracts) dimana dengan tipe ini pelaku pasar memiliki kemampuan untuk menetapkan harga pada saat yang paling menguntungkan, (3) harga yang tertunda atau harga ditetapkan nanti dengan tipe ini terjadi transfer resiko penyimpanan ke pembeli, (4) kontrak untuk menunda pembayaran (deffered payment contract) biasanya untuk menghindari pajak, (5) kontrak harga minimum, dan (6) kontrak harga forward dengan referensi (reference price forward contract). Pelaksanaan forward contract dalam manajemen resiko harga oleh pelaku pasar terbagi dalam dua posisi. Posisi pertama disebut sebagai posisi short apabila pelaku harga yang bertindak sebagai produsen atau pedagang membeli komoditas pada pasar fisik sekarang untuk dijual pada pasar yang akan datang dengan tingkat harga yang telah disepakati. Apabila pedagang atau produsen membeli komoditas untuk waktu pengiriman yang akan datang maka posisinya dalam bursa berjangka dalam posisi long. Adapun definisi dari future contract adalah untuk menjelaskan forward yang terstandarisasi dimana sebuah future contract bukanlah suatu stok atau komoditi tapi bisa diperdagangkan sebagai stok. Penjual dan pembeli pada perjanjian future contract bertransaksi sebagaimana pada forward contract namun dapat saja tidak berupa penjualan yang aktual dan dapat ditutup dengan pengalihan kontrak kepada pihak lain. Penting untuk diketahui bahwa cara ini

17 46 bukan untuk meningkatkan pendapatan produsen namun sebagai media untuk meminimalkan resiko karena pergerakan harga. Definisi dari option adalah perdagangan komoditi dimasa datang dengan range harga dimana penjual mendapatkan semacam asuransi berupa penerimaan harga penjualan minimum dan bagi pembeli akan membayar dengan harga tertinggi. Option dapat digunakan untuk menyediakan perlindungan cadangan sementara di sisi lain pelaku pasar berusaha mendapatkan keuntungan potensial. Adapun SWAP dikembangkan sebagai instrumen manajemen resiko jangka panjang. Sebuah komoditi kontrak SWAP diobligasi dalam dua perusahaan untuk menyikapi harga yang mengambang dengan harga tetap (atau kebalikannya) untuk ukuran tertentu komoditi pada interval waktu tertentu. Artinya suatu perjanjian SWAP antara dua perusahaan (hedger dan penyedia hedge) dimana hedger (pengguna komoditi atau produsen) setuju untuk membayar harga yang tetap dan menerima harga yang mengambang untuk volume tertentu dari komoditi untuk periode tertentu. Berdasarkan UU No. 32/1997, tentang perdagangan berjangka komoditi, disebutkan beberapa institusi yang terlibat dalam aktivitas Perdagangan Berjangka, yakni: (1) pengguna/pemakai, yaitu dunia usaha dan masyarakat umum yang terdiri lagi atas kelompok hedger dan kelompok investor/spekulator yang memanfaatkan pergerakan harga komoditi yang terjadi di pasar berjangka untuk mencari keuntungan, (2) penyelenggara, yang terdiri dari Bursa Berjangka Jakarta dan Kliring Berjangka Indonesia, dan (3) pelaku dan penunjang. Pengguna dari pasar berjangka antara lain adalah produsen, pengolah, pedagang, eksportir dan konsumen yang ingin melindungi dirinya dari resiko

18 47 fluktuasi harga. Mereka yang menggunakan pasar berjangka untuk tujuan ini disebut dengan hedger yaitu pihak-pihak yang ingin mengurangi resiko flutuasi harga. Selain hedger maka ada pelaku yang disebut spekulator yaitu mereka yang ingin mencari keuntungan dari adanya fluktuasi harga dimana mereka membeli kontrak berjangka pada saat harga rendah dan menjualnya pada saat harga naik. Terdapat beberapa definisi yang sering dihubungkan dengan spekulator pada pasar berjangka. Pertama adalah spreaders yaitu pihak yang berperan dalam transaksi dengan melihat perbedaan harga. Fungsi dari spreaders adalah untuk melihat perbedaan harga di kedua pasar dan berdasarkan selisih harga di kedua pasar tersebut dia akan membeli di pasar yang harganya rendah untuk dijual kembali di pasar yang harganya tinggi sehingga dengan aktivitasnya tersebut kedua pasar akan mengalami penyesuaian dan harga menjadi relatif sama. Kedua adalah scalpers adalah spekulan yang fungsinya melakukan spekulasi pada transaksi harian. Akibat adanya scalpers maka akan terjadi kesinambungan transaksi karena seorang scalpers akan mengumpulkan informasi-informasi yang dapat mempengaruhi keseimbangan harga pada hari itu baik formal maupun informal (Hakim, 2009). Bursa Berjangka Indonesia merupakan institusi yang menyediakan fasilitas bagi terselenggaranya kegiatan transaksi berjangka. Sebagai penyelenggara akitivitas perdagangan berjangka, Bursa Berjangka Jakarta (BBJ) melakukan fungsi pengawasan dan memiliki wewenang membuat peraturan sendiri (dengan persetujuan Bappebti) untuk dipatuhi oleh anggota dan pihakpihak lain yang terlibat dalam transaksi, adalah badan hukum yang bertugas menyelesaikan semua tertib administrasi bagi tiap transaksi. Selain BBJ yang

19 48 bertindak sebagai penyelenggara pada pasar berjangka adalah lembaga kliring. Tugas lembaga kliring adalah untuk mencatat posisi setiap anggota pasar saat transaksi berakhir. Kliring Berjangka Indonesia melakukan kegiatan administrasi pelaporan, pemantauan dan pemeriksaan terhadap anggotanya untuk memastikan aktivitas perdagangan berjangka komoditi dijalankan sebagaimana peraturannya. Tugas lembaga kliring lainnya adalah memungut marjin, dimana definisi dari marjin adalah sejumlah dana yang harus dipertahankan seorang nasabah kepada broker anggota kliring dari suatu bursa atau oleh broker kepada lembaga kliring untuk menjamin broker atau lembaga kliring yang bersangkutan terhadap kerugian yang mungkin terjadi. Pelaku dan penunjang dalam pasar berjangka terdiri dari unsur pelaku adalah Pialang Berjangka dan Perdagangan Berjangka. Pialang Berjangka adalah badan hukum yang boleh menerima amanat (order) dari nasabah. Pialang Berjangka harus memiliki izin usaha dari Bappebti, menjadi anggota Bursa Berjangka Jakarta dan dapat pula menjadi anggota Kliring Berjangka Indonesia. Pialang Berjangka dalam melaksanakan kegiatannya wajib menunjuk wakil Pialang Berjangka sebagai tenaga ahli yang telah lulus ujian profesi yang diselenggarakan oleh pihak Bappebti. Pedagang Berjangka adalah anggota Bursa Berjangka Jakarta harus memiliki sertifikat pendaftaran Bappebti. Pedagang Berjangka adalah orang yang melakukan transaksi untuk rekeningnya sendiri dan atau kelompok usahanya. Unsur penunjang adalah Penasehat Berjangka (analisis pasar berjangka dan komoditi yang diperdagangkan) bertugas memberikan nasehat kepada kliennya, Pengelola Sentra Dana Berjangka (badan hukum dengan ijin usaha dari Bappebti)

20 49 bertugas sebagai penyelenggara kegiatan menghimpun dana dari masyarakat, perbankan, tenaga ahli akutansi, hukum, pergudangan, serta lembaga penguji mutu. Pengawas, yakni Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi adalah pembina, pengatur dan pengawasan sehari-hari seluruh kegiatan perdagangan berjangka komoditi di Indonesia. Bappebti mewujudkan kegiatan perdagangan berjangka komoditi agar teratur, wajar, efisien dan efektif, serta menumbuhkan suasana persaingan yang sehat. Untuk itulah Bappebti juga bertindak sebagai pelindung kepentingan semua pihak dalam perdagangan berjangka komoditi sehingga terwujud perdagangan berjangka komoditi yang berfungsi sebagai pengelola resiko dan pembentukan harga Model Analisis dengan Pendekatan Vector Autoregression Untuk menyelesaikan permasalahan pada data time series salah satu alat analisis yang dapat digunakan adalah menggunakan Vector Autoregression (VAR) dimana jenis pendekatan ini biasanya digunakan untuk meramalkan perubahan dari error term (inovasi) suatu sistem time series. VAR dibentuk dengan menyusun sistem persamaan dimana semua variabel diperlakukan endogenous (variabel dependen). Definisi dari VAR adalah suatu sistem persamaan yang memperlihatkan setiap variabel sebagai fungsi linier dari konstanta dan nilai selang (lampau) dari variabel itu sendiri serta nilai selang dari variabel lain yang ada dalam sistem. Panjangnya selang variabel yang optimal diperlukan untuk menangkap pengaruh dari setiap variabel terhadap variabel yang lain di dalam sistem VAR. Penentuan

21 50 panjangnya selang optimal ini bisa menggunakan beberapa kriteria antara lain Akaike Information Criteria (AIC), Schwartz Information Criteria (SIC), Hannah- Quin Criteria (HQ), Likehood Ratio (LR), maupun Final Prediction Error (FPE). Panjang selang yang optimal terjadi jika nilai-nilai kriteria yang telah disebutkan mempunyai nilai absolut paling kecil dan pada beberapa kriteria panjang selang optimal terjadi jika nilai adjusted R 2 adalah paling tinggi. Thomas (1997) menjelaskan bahwa kelebihan dari metode ini dapat digunakan untuk data dari berbagai waktu, hasil yang diperoleh tidak spurious (palsu), dapat menentukan besar integrasi, arah transformasi harga, pasar yang menjadi pemimpin atau pengikut harga maupun pasar yang terisolasi. Struktural VAR tidak hanya menghasilkan rekomendasi berdasarkan keluaran modelnya dalam merespon adanya suatu shock tetapi juga sesuai dengan model teoritik dan dapat melihat respon jangka panjang berdasarkan data historisnya. Selain itu model VAR adalah model linier sehingga model VAR mudah diestimasi dengan menggunakan model OLS. Tulisan lain terkait tentang penggunaan pendekatan VAR untuk menyelesaikan masalah ekonomi dibahas oleh Widarjono (2007), dimana dalam tulisannya dinyatakan bahwa model VAR dibangun dengan pertimbangan meminimalkan pendekatan teori dengan tujuan agar mampu menangkap fenomena ekonomi dengan baik, dengan demikian VAR adalah model nonstruktural atau merupakan model tidak teoritis (ateoritis). Pada pembentukan VAR nonstruktural model tidak dibuat berdasarkan bangunan teori yang ada namun lebih menekankan pada ada tidaknya saling ketergantungan antar variabel ekonomi. Syarat agar VAR dapat digunakan dalam analisis data adalah semua variabel tak

22 51 bebas harus bersifat stasioner artinya data time series yang dipakai tidak memiliki trend. Apabila dilakukan analisis pada data yang tidak stasioner akan menghasilkan hasil regresi yang palsu dan akan menyebabkan nilai standard error menjadi kecil dan t besar (sebaran t tidak valid). Syarat lain yang harus dipenuhi adalah semua sisaan bersifat white noise yaitu memiliki rataan nol, ragam konstan dan diantara variabel tidak bebas tidak ada korelasi. Lebih lanjut dijelaskan dalam VAR tidak perlu membedakan variabel yang menjadi eksogen maupun yang menjadi endogen. Semua variabel baik endogen maupun eksogen yang dipercaya saling berhubungan seharusnya dimasukkan dalam model dan untuk melihat hubungan antara variabel di dalam VAR kita membutuhkan sejumlah selang variabel yang ada. Selang variabel ini dibutuhkan untuk menangkap efek dari variabel tersebut terhadap variabel lain dalam model. Kemudian Widarjono menjelaskan bahwa proses pembentukan model VAR langkah pertamanya adalah dengan melakukan uji stasionaritas data. Uji ini adalah untuk melihat apakah pergerakan data yang akan diuji memiliki trend atau tidak. Uji kestasioneran data dapat menggunakan uji Augmented Dickey Fuller (ADF). Uji ADF terdiri dari perhitungan regresi yang dirumuskan sebagai berikut : Y t 1 2 t Y t 1 m i 1 Y t 1 t dimana: Yt = Selisih variabel harga t = Trend waktu,, 1 2, = Koefisien k = Jumlah selang

23 52 t = Galat persamaan Jika data adalah stasioner pada level maka disebut dengan model VAR biasa (unrestricted VAR), VAR in level atau model nonstruktural disebut begitu karena tidak memerlukan keberadaan hubungan secara teoritis antarvariabel, dan sebaliknya jika data tidak stasioner pada tingkat level tetapi stasioner pada proses differensi data, maka harus diuji apakah data mempunyai hubungan dalam jangka panjang atau tidak dengan melakukan uji kointegrasi. Rumus umum dari uji kointegrasi ini adalah sebagai berikut : Y AY... t 1 t 1 A Y p t p BX t t dimana: Yt = k vektor dari variabel nonstasioner I(1) Xt = d vektor dari variabel determinastik t = vektor dari inovasi. Suatu persamaan dikatakan terkointegrasi apabila antarvariabel memiliki hubungan jangka panjang. Mengenai hal ini Widarjono menjelaskan sesuai dengan yang dimaksudkan oleh Engle dan Granger bahwa walaupun suatu data time series seringkali tidak stasioner pada level atau disebut nonstasionaritas data tetapi kombinasi linier antara dua atau lebih data nonstasioner dapat menjadi stasioner, menurutnya data time series yang tidak stasioner ini dikatakan terkointegrasi. Lebih lanjut dijelaskan salah satu asumsi yang harus dipenuhi dalam VAR adalah semua variabel tak bebas bersifat stasioner. Apabila data tidak stasioner, maka perlu dilakukan uji kointegrasi, dimana jika data yang tidak stasioner terkointegrasi, maka kombinasi linier variabel-variabel dalam sistem

24 53 akan bersifat stasioner, sehingga dapat diperoleh sistem persamaan jangka panjang yang stabil (Enders, 1995). Suatu deret waktu dikatakan terintegrasi pada selang ke-d atau I(d) jika data tesebut bersifat stasioner setelah pendiferensian sebanyak d kali. Variabel-variabel tidak stasioner yang terintegrasi pada tingkat yang sama dapat membentuk kombinasi linier yang bersifar stasioner. Komponen dari vektor Y t dikatakan terkointegrasi jika ada vektor = ( 1, 2,..., n ) sehingga kombinasi linier Y t bersifat stasioner, dengan syarat ada unsur matrikas bernilai tidak sama dengan nol. Vektor dinamakan vektor kointegrasi. Rank kointegrasi (r) dari vektor adalah banyaknya vektor kointegrasi yang saling bebas. Nilai (r) dapat diketahui melalui uji Johansen. Hipotesisnya adalah: H 0 = rank r H 1 = rank>r Apabila rank kointegrasi lebih besar dari nol, maka model yang digunakan adalah VECM dan apabila rank kointegrasi sama dengan nol, maka model yang digunakan adalah VAR dengan pendiferensian sampai selang ke d. Apabila terdapat kointegrasi maka model yang terbentuk disebut Vector Error Correction Model (VECM). Model VECM ini merupakan model yang terestriksi (restricted VAR) karena adanya kointegrasi yang menunjukkan hubungan teoritis jangka panjang antar variabel dalam sistem VAR. Spesifikasi VECM merestriksi hubungan perilaku jangka panjang antar variabel yang ada agar konvergen ke dalam hubungan kointegrasi namun tetap membiarkan perubahan-perubahan dinamis dalam jangka pendek. Terminologi kointegrasi ini dikenal sebagai koreksi kesalahan (error correction) karena bila terjadi deviasi terhadap keseimbangan

25 54 jangka panjang akan dikoreksi secara bertahap melalui penyesuaian parsial jangka pendek. Apabila data stasioner pada proses differensi namun variabel tidak terkointegrasi disebut dengan model VAR dengan data diferensi (VAR in difference). Persamaan VAR dapat ditulis sebagai berikut: Y t Y t 1 p 1 i 1 i Y t i BX t t dimana: p i 1 A i I p i A j j i 1 Teorema Granger menerangkan bahwa jika koefisien matriks mengurangi pangkat r<k kemudian terdapat matriks k x r masing-masing telah dan dengan pangkat r sehingga = dan Yt adalah I(0). r adalah jumlah hubungan kointegrasi (pangkat kointegrasi) dan tiap kolom dari Metode Johansen adalah untuk menduga matriks adalah vektor kointegrasi. dari suatu unrestriksi VAR (VAR yang tidak dibatasi) dan untuk menguji apakah kita bisa menolak batasan yang diimplikasikan dengan pengurangan pangkat dari. VAR digunakan sebagai sebuah sistem peramalan dari variabel time series yang saling berhubungan dan digunakan untuk menganalisis dampak dinamis dari gangguan yang bersifat random di dalam sistem VAR. Untuk itu sistem VAR memerlukan sebuah pembuatan model setiap variabel endogen didalam sistem sebagai fungsi dari selang semua variabel endogen didalam sistem VAR. Spesifikasi model VAR dengan demikian meliputi dua hal yaitu pemilihan variabel endogen dan penentuan panjangnya selang setiap variabel endogen. Sebagai sebuah persamaan persamaan simultan maka suatu model VAR harus diidentifikasi apakah model tersebut dapat diestimasi atau tidak, dimana terdapat

26 55 tiga kemungkinan hasil identifikasi model yaitu: (1) tidak teridentifikasi terjadi jika jumlah informasi kurang dari jumlah parameter yang diestimasi, (2) tepat teridentifikasi terjadi jika jumlah informasi sama dengan jumlah parameter yang diestimasi, dan (3) over identifikasi terjadi jika informasi melebihi jumlah parameter yang diestimasi Tinjauan Penelitian Terdahulu Penelitian tentang integrasi yang telah dilakukan di berbagai penelitian biasanya bermanfaat untuk menyelesaikan permasalahan yang melibatkan satu pasar dengan pasar lainnya terkait dengan harga yang terjadi di kedua pasar tersebut seperti yang dilakukan dengan oleh Adiyoga, Keith dan Suherman (2006), dalam penelitian tentang integrasi pasar kentang dimana dengan penelitian mereka itu akan memberikan informasi penting menyangkut cara kerja pasar yang dapat berguna untuk memperbaiki kebijakan liberalisasi pasar, memantau pergerakan harga melakukan peramalan harga dan memperbaiki kebijakan investasi infrastruktur pemasaran kentang. Penelitian yang dilakukan oleh Irawan dan Rosmayanti (2007), mempelajari mekanisme perambatan harga dari satu pasar ke pasar lain dengan integrasi harga sehingga dapat membantu pemerintah untuk memahami struktur, tingkah laku dan efektivitas pasar sehingga dapat mengambil kebijakan harga yang tepat untuk mengatasi masalah ketahanan pangan di Bengkulu. Hal ini juga yang melatarbelakangi penelitian yang dilakukan oleh Sitorus (2004), yang ingin mengetahui seberapa besar pengaruh perubahan harga ikan tuna segar yang terjadi di pasar tujuan di Jepang memiliki pengaruh terhadap perubahan harga di pasar lokal di Benoa Indonesia. Sejalan dengan hal diatas

27 56 Anwar (2005), juga melakukan kajian tentang Integrasi untuk pengambilan kebijakan pengembangan ekspor dan pemasaran karet alam khususnya pasar domestik. Hal ini adalah pengembangan dari penelitian yang telah dilakukan sebelumnya oleh Simatupang dan Situmorang (1988) yang membahas tentang integrasi pasar dan mekanisme rambatan harga karet Jakarta dan Singapura. Kajian tentang integrasi pasar merupakan langkah yang tepat untuk menjawab hal itu. Penelitian integrasi pasar digunakan untuk menegtahui efisiensi suatu pasar dan untuk melihat apakah pasar tesebut bersifat persaingan sempurna ataukah parsial monopoli/oligopoli. Menurut Sitorus (2004), integrasi atau keterpaduan pasar dapat terjadi jika terdapat informasi pasar yang memadai dan informasi ini disalurkan dengan cepat dari satu pasar ke pasar yang lain, dengan demikian perubahan harga yang terjadi pada suatu pasar dapat dengan segera tertangkap oleh pasar lain dengan ukuran perubahan yang sama. Senada dengan Sitorus, Adiyoga, et al. (2006), menjelaskan bahwa pasar akan memeragakan fungsinya secara efisien jika memanfaatkan semua informasi yang tersedia. Dengan kata lain jika pasar menggunakan harga yang lalu (past price) secara tepat dalam penentuan harga pada saat ini (current price determination) sistem pemasaran yang berlaku dapat dikategorikan efisien. Informasi harga dalam sistem tersebut dan kemungkinan substitusi produk antarpasar selalu berpengaruh terhadap prilaku penjual dan pembeli. Transmisi dan pemanfaatan informasi diantara berbagai pasar dapat mengakibatkan harga dari komoditas tertentu bergerak secara bersamaan di berbagai pasar tersebut. Jika suatu pasar tidak terintegrasi maka ditingkat nasional dan regional secara agregat akan banyak kehilangan informasi spesifik pada pasar individual.

28 57 Lebih lanjut dijelaskan bahwa jika pasar tidak terintegrasi maka kondisi pasar persaingan sempurna tidak terpenuhi antarpasar yang tersegmentasi. Pasar yang tersegmentasi berarti memiliki kekuatan tersendiri dalam mempengaruhi harga masing-masing misalnya harga suatu komoditi sekarang (X t ) hanya dipengaruhi oleh harga komoditi pada periode sebelumnya (X t-1 ) (Irawan dan Rosmayanti, 2007). Mendukung pendapat Irawan dan Rosmayanti, penelitian yang dilakukan Anwar (2005), menerangkan konsekuensi jika tidak terbentuk pasar persaingan sempurna dan malahan terbentuk pasar tidak sempurna baik itu dalam kondisi monopoli, monopsoni, oligopoli atau oligopsoni. Kesimpulan yang diturunkan dari asumsi persaingan sempurna tidak dapat digunakan untuk menetapkan suatu kebijakan. Beberapa pendekatan yang dapat digunakan untuk menganalisis integrasi pasar yaitu pendekatan dengan metode korelasi antara harga yang bergerak secara bersamaan pada pasar yang diuji (Autoregressive Distributed Lag), metode regresi sederhana, dan metode kointegrasi dengan pendekatan Vector Autoregression (VAR). Kesemua metode tersebut digunakan untuk menganalisis keterpaduan pasar dengan menggunakan harga komoditi dalam bentuk time series sebagai input yang dianalisis. Metode regresi sederhana bisa menjelaskan bahwa harga di suatu pasar merupakan fungsi dari harga pada pasar lainnya. Kelebihan metode ini adalah dapat menunjukkan nilai keeratan hubungan antarpasar yang terintegrasi. Tetapi terdapat kelemahan pada metode ini yaitu tidak dapat memisahkan harga sebagai variabel dependen maupun variabel independen karena model regresi sederhana memiliki sifat inverse.

29 58 Analisis dengan menggunakan Model Index of Market Conection (IMC) dengan pendekatan Autoregressive Distributed Lag, contohnya seperti yang dilakukan oleh Sitorus (2005), untuk komoditi tuna. Analisis ini dilakukan dengan menggunakan persamaan yang diturunkan dan dimodifikasi dari model Ravallion (1986). Model keterpaduan pasar dengan IMC dapat digunakan untuk mengukur bagaimana harga di pasar lokal dapat dipengaruhi harga referensi (acuan) dengan mempertimbangkan harga pada waktu (t) tertentu dan harga pada waktu sebelumnya (t-1). Dengan menggunakan parameter hasil estimasi model maka dapat dihitung IMC. Secara umum persamaan Ravallion menunjukkan bagaimana harga di pasar lain (lokal) dengan mempertimbangkan pengaruh pada waktu tertentu (t) dengan harga pada waktu sebelumnya (t-1) pada rentang waktu tertentu bertujuan untuk melihat fluktuasi harga yang terjadi. Interpretasi dari nilai IMC yang didapatkan dapat menjelaskan apakah dua pasar terintegrasi atau tidak dimana kedua tingkat pasar terpadu secara sempurna jika nilai IMC sama dengan nol dan masih cukup kuat jika IMC<1 dan jika IMC>1 berarti integrasi lemah dan bila IMC nilainya tidak hingga maka hal tersebut mengindikasikan bahwa dua tingkatan pasar tersebut sama sekali tidak berhubungan. Berbeda dengan Sitorus, Simbolon (2005), menggunakan metode korelasi dalam melakukan kajian integrasi ini. Lebih lanjut dijelaskan bahwa penggunaan metode korelasi dapat digunakan apabila arus perdagangan komoditi antarpasar tidak terlalu jelas arah atau arah transmisi harga bukan fokus utama penelitian. Kelemahan metode ini diatasi dengan menggunakan data harga riil berdasarkan indeks harga konsumen pada setiap pasar sehingga pengaruh perubahan harga akibat inflasi dapat dikoreksi. Metode ini hanya dapat menjelaskan keterkaitan

30 59 harga antarpasar namun tidak dapat menentukan besarnya pengaruh dan saling mempengaruhi antarpasar yang diuji. Kelemahan lain dari model ini adalah memberikan kesimpulan yang keliru, karena pergerakan harga dapat terjadi sebagai akibat pasar memiliki kesamaan faktor yang mempengaruhi harga. Sehingga harga di kedua pasar menunjukkan korelasi yang tinggi walaupun tidak terintegrasi. Alat analisis lain yang dapat digunakan dalam kajian tentang integrasi pasar adalah dengan menggunakan uji kointegrasi yang bisa membuktikan adanya keterkaitan harga pada jangka pendek dan jangka panjang antarpasar dalam suatu kawasan. Kelemahan metode ini yaitu tidak adanya prosedur yang sistematis untuk mengestimasi vektor kointegrasi berganda secara terpisah, selain itu tahapan estimasi dalam model ini melalui dua tahap dimana apabila terjadi pendugaan yang salah pada tahap pertama akan berlanjut ke tahap kedua. Lebih jauh Widarjono (2007), menjelaskan bahwa hasil estimasi VAR seringkali tidak memuaskan dilihat dari uji t. Selang variabel endogen di dalam sistem VAR kemungkinan tidak nyata secara statistik. Selain itu secara individual koefisien di dalam model VAR sulit diinterpretasikan. Berdasarkan kelebihan dan kelemahan yang terdapat pada VAR maka model VAR digunakan untuk analisis dinamis data time series antara lain untuk: (1) peramalan, (2) impulse response, (3) variance decompotision, dan (4) uji kausalitas. Penelitian terdahulu yang menggunakan metode ini sebagai alat analisisnya adalah seperti yang dilakukan oleh Anwar (2005), dengan komoditinya adalah karet, Adiyoga, et al. (2006), untuk melihat integrasi pasar kentang, dan Rifin (2008), untuk melihat integrasi antara pasar CPO dan minyak goreng. Mereka menggunakan pendekatan dua tahap Engel

31 60 Granger. Tahap pertama ditempuh dengan melakukan pengujian apakah data harga yang dikaji bersifat nonstasioner berdasarkan uji (Augmented) Dickey Fuller atau berdasarkan uji unit root lainnya. Tahap kedua dilakukan dengan mengestimasi suatu model statis sederhana dari serial harga I(1) terhadap serial harga lainnya I(1) serta menguji apakah residualnya bersifat stasioner I(0). Selanjutnya ditarik kesimpulan bahwa harga-harga menyebar menuju suatu ekuilibrium jangka panjang dan bahwa pasar terintegrasi jika hipotesis nol dari simpangan nonstasioner ditolak. Prasyarat uji kointegrasi adalah melakukan verifikasi bahwa suatu serial harga bersifat nonstasioner dan menetapkan urutan (order) integrasi variabel. Alat uji yang paling sering digunakan untuk menentukan sifat nonstasioner dari suatu serial harga adalah uji unit root ADF. Pada pengujian ini hipotesis nol adalah data bersifat nonstasioner (mengandung suatu unit root) melawan hipotesis alternatifnya yaitu data yang bersifat stasioner. Lebih lanjut dalam Adiyoga, et al. (2006), dijelaskan bahwa diferensiasi suatu variabel bersifat nonstasioner biasanya dapat menghasilkan variabel yang bersifat stasioner, namun suatu data yang didefferensiasi hingga beberapa kali diindikasikan akan mengakibatkan terjadinya kehilangan informasi jangka pendek. Jika suatu data serial waktu didefferensiasikan sebanyak d kali sampai menjadi stasioner (mengandung d unit root) maka data ini disebut terintegrasi dengan order d atau dikenal sebagai I(d). Variabel-variabel yang bersifat stasioner dalam tingkatannya yaitu I(0) harus dihilangkan dari analisis kointegrasi. Pada kebanyakan kasus bukanlah suatu keharusan bahwa semua variabel memiliki order integrasi yang sama. Alternatif pengujian untuk mengkaji kointegrasi adalah menggunakan VAR yang dikembangkan oleh Johansen.

VI. IMPLIKASI KEBIJAKAN

VI. IMPLIKASI KEBIJAKAN 119 VI. IMPLIKASI KEBIJAKAN 6.1. Hubungan Harga Crude Palm Oil Indonesia dan Rotterdam Berdasarkan hasil analisis dari impulse response maka dapat didapatkan hasil bahwa respon Indonesia pada bulan pertama

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian Respon PDB terhadap shock

METODE PENELITIAN. Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian Respon PDB terhadap shock 40 III. METODE PENELITIAN Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian Respon PDB terhadap shock kredit perbankan, pembiayaan pada lembaga keuangan non bank dan nilai emisi saham pada pasar modal

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN. Untuk membatasi ruang lingkup permasalahan yang dijadikan objek

METODOLOGI PENELITIAN. Untuk membatasi ruang lingkup permasalahan yang dijadikan objek III. METODOLOGI PENELITIAN A. Ruang Lingkup Penelitian Untuk membatasi ruang lingkup permasalahan yang dijadikan objek penelitian, maka penelitian ini hanya menganalisis mengenai harga BBM dan nilai tukar

Lebih terperinci

BAB III METODELOGI PENELITIAN. variabel- variabel sebagai berikut : tingkat gross domestic product(gdp), total

BAB III METODELOGI PENELITIAN. variabel- variabel sebagai berikut : tingkat gross domestic product(gdp), total BAB III METODELOGI PENELITIAN A. Obyek Penelitian Obyek yang diteliti dalam penelitian ini adalah semua data mengenai variabel- variabel sebagai berikut : tingkat gross domestic product(gdp), total pembiayaan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Penelitian Perusahaan merupakan suatu badan hukum yang memiliki suatu tujuan yang ingin dicapai salah satunya yaitu mendapatkan keuntungan. Untuk mencapai

Lebih terperinci

III METODE PENELITIAN

III METODE PENELITIAN 18 III METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Mengetahui kointegrasi pada setiap produk adalah salah satu permasalahan yang perlu dikaji dan diteliti oleh perusahaan. Dengan melihat kointegrasi produk,

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Kerangka Pemikiran

METODE PENELITIAN Kerangka Pemikiran 20 III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Kerangka pemikiran dalam penelitian dapat dijadikan landasan dalam setiap tahap penelitian. Salah satu tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui metode

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Obyek Penelitian Obyek penelitian adalah sesuatu yang menjadi perhatian dalam suatu penelitian, objek penelitian ini menjadi sasaran dalam penelitian untuk mendapatkan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Bentuk data berupa data time series dengan frekuensi bulanan dari Januari 2000

III. METODE PENELITIAN. Bentuk data berupa data time series dengan frekuensi bulanan dari Januari 2000 28 III. METODE PENELITIAN 3.1. Data 3.1.1. Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Bentuk data berupa data time series dengan frekuensi bulanan dari Januari

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Fluktuasi dan Volatilitas Harga Fluktuasi merupakan istilah yang mengacu pada ketidakstabilan, ketidaktetapan, guncangan, kelabilan, dan perubahan. Menurut Kamus Besar Bahasa

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 45 BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Untuk menggambarkan bagaimana pengaruh capital gain IHSG dengan pergerakan yield obligasi pemerintah dan pengaruh tingkat suku bunga terhadap IHSG dan

Lebih terperinci

BAB III DATA DAN METODOLOGI PENELITIAN

BAB III DATA DAN METODOLOGI PENELITIAN BAB III DATA DAN METODOLOGI PENELITIAN III.1 Data penelitian Penelitian interdependensi pasar saham indonesia dengan pasar saham dunia ini menggunakan data sekunder berupa nilai penutupan harian/daily

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Untuk membatasi ruang lingkup permasalahan maka yang dijadikan objek

III. METODOLOGI PENELITIAN. Untuk membatasi ruang lingkup permasalahan maka yang dijadikan objek 53 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Ruang Lingkup Penelitian Untuk membatasi ruang lingkup permasalahan maka yang dijadikan objek penelitian yang dilakukan, maka penelitian ini akan menganalisis kinerja kebijakan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. 4.1 Jenis dan Sumber Data

METODE PENELITIAN. 4.1 Jenis dan Sumber Data 41 IV. METODE PENELITIAN 4.1 Jenis dan Sumber Data Analisis integrasi pasar dan transmisi harga merupakan bagian dari analisis data time series. Penelitian ini menggunakan data bulanan pada periode Januari

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data time series

III. METODE PENELITIAN. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data time series 40 III. METODE PENELITIAN 3.1. Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data time series sekunder. Data-data tersebut diperoleh dari berbagai sumber, antara lain dari

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN A. Objek Penelitian BAB III METODE PENELITIAN Obyek/Subyek yang diamati dalam penelitian ini adalah Pembiayaan Modal Kerja UMKM dengan variabel independen DPK, NPF, Margin, dan Inflasi sebagai variabel

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Data-data tersebut berupa data bulanan dalam rentang waktu (time series) Januari

III. METODOLOGI PENELITIAN. Data-data tersebut berupa data bulanan dalam rentang waktu (time series) Januari 40 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis dan Sumber Data Berdsarkan kajian beberapa literatur penelitian ini akan menggunakan data sekunder. Data-data tersebut berupa data bulanan dalam rentang waktu (time

Lebih terperinci

III. KERANGKA PENELITIAN

III. KERANGKA PENELITIAN 23 III. KERANGKA PENELITIAN 3.1 Teori Harga Harga merupakan sinyal utama yang menjadi arah bagi pengambilan keputusan produsen, konsumen dan dan pelaku pemasaran dalam pasar. Menurut Kohls & Uhl (2002),

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. tahun 1980 hingga kuartal keempat tahun Tabel 3.1 Variabel, Notasi, dan Sumber Data

III. METODE PENELITIAN. tahun 1980 hingga kuartal keempat tahun Tabel 3.1 Variabel, Notasi, dan Sumber Data III. METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder berupa data kuartalan. Periode waktu penelitian ini dimulai dari kuartal pertama tahun

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN 23 III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Teori Dasar Perdagangan Internasional Teori perdagangan internasional adalah teori yang menganalisis dasardasar terjadinya perdagangan internasional

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. sekunder yang akan digunakan ialah data deret waktu bulanan (time series) dari bulan

BAB III METODE PENELITIAN. sekunder yang akan digunakan ialah data deret waktu bulanan (time series) dari bulan 40 BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Jenis dan Sumber Data Data yang akan dipakai dalam penelitian ini berupa data sekunder. Data sekunder yang akan digunakan ialah data deret waktu bulanan (time series)

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Objek Penelitian. Dalam penelitian ini penulis memilih impor beras sebagai objek melakukan riset di Indonesia pada tahun 1985-2015. Data bersumber dari Badan Pusat Statistika

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. dikumpulkan dari berbagai sumber yaitu Badan Pusat Statistik (BPS), Food and

BAB III METODE PENELITIAN. dikumpulkan dari berbagai sumber yaitu Badan Pusat Statistik (BPS), Food and BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang dikumpulkan dari berbagai sumber yaitu Badan Pusat Statistik (BPS), Food and

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan pada bulan Januari hingga Maret 2012. Penelitian dilakukan di Asosiasi Kakao Indonesia (Askindo). Penentuan tempat dilakukan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan untuk penelitian ini adalah pengeluaran riil pemerintah (G t ), PBD riil (Y t ), konsumsi (CC t ), investasi (I t ), Indeks Harga Konsumen

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Pengujian kestasioneran data diperlukan pada tahap awal data time series

HASIL DAN PEMBAHASAN. Pengujian kestasioneran data diperlukan pada tahap awal data time series IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Pengujian Pra Estimasi 4.1.1. Kestasioneran Data Pengujian kestasioneran data diperlukan pada tahap awal data time series untuk melihat ada tidaknya unit root yang terkandung

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. penelitian ini adalah data sekunder, yaitu data yang telah dikumpulkan oleh pihak

III. METODE PENELITIAN. penelitian ini adalah data sekunder, yaitu data yang telah dikumpulkan oleh pihak 46 III. METODE PENELITIAN A. Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini bersifat kuantitatif, yaitu berupa data tahunan yang berbentuk angka dan dapat diukur/dihitung. Sumber

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. analisis yang berupa angka-angka sehingga dapat diukur dan dihitung dengan

BAB III METODE PENELITIAN. analisis yang berupa angka-angka sehingga dapat diukur dan dihitung dengan BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah kuantitatif. Penelitian kuantitatif merupakan analisis yang berupa angka-angka sehingga dapat diukur dan dihitung dengan menggunakan

Lebih terperinci

3. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran

3. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran 3. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Pengembangan bahan bakar alternatif untuk menjawab isu berkurangnya bahan bakar fosil akan meningkatkan permintaan terhadap bahan bakar alternatif, dimana salah

Lebih terperinci

INTEGRASI PASAR FISIK CRUDE PALM OIL DI INDONESIA, MALAYSIA DAN PASAR BERJANGKA DI ROTTERDAM DIAN HAFIZAH

INTEGRASI PASAR FISIK CRUDE PALM OIL DI INDONESIA, MALAYSIA DAN PASAR BERJANGKA DI ROTTERDAM DIAN HAFIZAH 1 INTEGRASI PASAR FISIK CRUDE PALM OIL DI INDONESIA, MALAYSIA DAN PASAR BERJANGKA DI ROTTERDAM DIAN HAFIZAH SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009 2 SURAT PERNYATAAN Saya menyatakan dengan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 49 BAB III METODE PENELITIAN A. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional 1. Variabel Penelitian Variabel-variabel dalam penelitian ini menggunakan variabel dependen dan independen. Variabel dependen

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. METODE PENELITIAN 1. Objek Penelitian Objek dalam penelitian ini adalah Perbankan Syariah di Indonesia yang mempunyai laporan keuangan yang transparan dan di publikasikan oleh

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Metode yang digunakan untuk menganalisis data dalam penelitian ini

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Metode yang digunakan untuk menganalisis data dalam penelitian ini 51 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Metode yang digunakan untuk menganalisis data dalam penelitian ini adalah metode analisis Vector Error Correction (VEC) yang dilengkapi dengan dua uji lag structure tambahan

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. Untuk memenuhi salah satu asumsi dalam uji data time series dan uji

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. Untuk memenuhi salah satu asumsi dalam uji data time series dan uji BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Uji Stasioneritas Untuk memenuhi salah satu asumsi dalam uji data time series dan uji VECM, maka perlu terlebih dahulu dilakukan uji stasioneritas. Uji stationaritas yang

Lebih terperinci

INTEGRASI SPASIAL PADA PASAR MINYAK GORENG DI INDONESIA

INTEGRASI SPASIAL PADA PASAR MINYAK GORENG DI INDONESIA 101 IX. INTEGRASI SPASIAL PADA PASAR MINYAK GORENG DI INDONESIA Meskipun industri minyak goreng sawit telah tersebar di 19 propinsi, sentra produksi minyak goreng yang utama masih terpusat di Indonesia

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. kegunaan tertentu. Cara ilmiah berarti kegiatan penelitian itu didasarkan pada

BAB III METODE PENELITIAN. kegunaan tertentu. Cara ilmiah berarti kegiatan penelitian itu didasarkan pada BAB III METODE PENELITIAN Menurut Sugiyono (2013), Metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Berdasarkan hal tersebut terdapat empat

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Indonesia dan variabel independen, yaitu defisit transaksi berjalan dan inflasi.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Indonesia dan variabel independen, yaitu defisit transaksi berjalan dan inflasi. BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini difokuskan pada variabel dependen utang luar negeri Indonesia dan variabel independen, yaitu defisit transaksi berjalan dan inflasi.

Lebih terperinci

III.METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif, karena penelitian ini

III.METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif, karena penelitian ini 43 III.METODE PENELITIAN A. Jenis dan Sumber Data Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif, karena penelitian ini disajikan dengan angka-angka. Hal ini sesuai dengan pendapat Arikunto (2006) yang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. JENIS PENELITIAN Jenis penelitian ini adalah kuantitatif. Penelitian kuantitatif merupakan analisis yang berupa angka-angka sehingga dapat diukur dan dihitung dengan menggunakan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. series. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah BI rate, suku bunga

III. METODE PENELITIAN. series. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah BI rate, suku bunga III. METODE PENELITIAN A. Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder dalam bentuk time series. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah BI rate, suku

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Pada penelitian ini jenis data yang digunakan adalah data sekunder.data ini

METODE PENELITIAN. Pada penelitian ini jenis data yang digunakan adalah data sekunder.data ini 27 III. METODE PENELITIAN A. Jenis dan Sumber Data Pada penelitian ini jenis data yang digunakan adalah data sekunder.data ini bersumber dari Bank Indonesia (www.bi.go.id), Badan Pusat Statistik (www.bps.go.id).selain

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Obyek Penelitian Dalam penelitian ini, obyek yang diamati yaitu inflasi sebagai variabel dependen, dan variabel independen JUB, kurs, BI rate dan PDB sebagai variabel yang

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah PDB, Ekspor, dan

METODE PENELITIAN. Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah PDB, Ekspor, dan III. METODE PENELITIAN A. Deskripsi Data Input Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah PDB, Ekspor, dan Foreign Direct Investment ((FDI). Deskripsi tentang satuan pengukuran, jenis

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. terdiri dari data pinjaman luar negeri, pengeluaran pemerintah, penerimaan pajak,

METODE PENELITIAN. terdiri dari data pinjaman luar negeri, pengeluaran pemerintah, penerimaan pajak, III. METODE PENELITIAN 3.1. Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data terdiri dari data pinjaman luar negeri, pengeluaran pemerintah, penerimaan pajak,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Data yang digunakan dalam analisis ini adalah data sekunder berupa data

BAB III METODE PENELITIAN. Data yang digunakan dalam analisis ini adalah data sekunder berupa data BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan dalam analisis ini adalah data sekunder berupa data bulanan periode 1998-2010. Variabel, data, satuan dan sumber data yang digunakan

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. langkah yang penting sebelum mengolah data lebih lanjut. Data time series yang

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. langkah yang penting sebelum mengolah data lebih lanjut. Data time series yang 60 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Uji Stasioneritas Hasil dan pembahasan dalam penelitian ini akan didasarkan pada langkahlangkah yang telah dijelaskan sebelumnya pada Bab III. Langkah pertama merupakan

Lebih terperinci

III. METODELOGI PENELITIAN. Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah current account

III. METODELOGI PENELITIAN. Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah current account III. METODELOGI PENELITIAN A. Deskripsi Variabel Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah current account sebagai variabel terikat dan nilai tukar, inflasi, PDB, dan aktiva luar negeri

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Pengujian Akar Unit (Unit Root Test) bahwa setiap data time series yang akan dianalisis akan menimbulkan spurious

HASIL DAN PEMBAHASAN Pengujian Akar Unit (Unit Root Test) bahwa setiap data time series yang akan dianalisis akan menimbulkan spurious 48 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Pengujian Akar Unit (Unit Root Test) Pengujian akar unit merupakan tahap awal sebelum melakukan estimasi model time series. Pemahaman tentang pengujian akar unit ini mengandung

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Obyek dan Subyek Penelitian 1. Obyek Penelitian Obyek penelitian ini adalah pertumbuhan indeks pembangungan manusia Indonesia dan metode penelitiannya adalah analisis kuantitatif

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. metode Vector Auto Regression (VAR) dan dilanjutkan dengan metode Vector

HASIL DAN PEMBAHASAN. metode Vector Auto Regression (VAR) dan dilanjutkan dengan metode Vector 52 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Metode analisis yang digunakan oleh penulis dalam penelitian ini adalah metode Vector Auto Regression (VAR) dan dilanjutkan dengan metode Vector Error Correction Model (VECM).

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian Analisis Faktor-Faktor Yang

III. METODE PENELITIAN. Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian Analisis Faktor-Faktor Yang III. METODE PENELITIAN A. Deskripsi Data Variabel Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Cadangan Devisa di Indonesia Periode 2000-2014 adalah cadangan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. merupakan data time series dari bulan Januari 2002 sampai Desember Data

METODE PENELITIAN. merupakan data time series dari bulan Januari 2002 sampai Desember Data 23 III. METODE PENELITIN 3.1 Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang merupakan data time series dari bulan Januari 2002 sampai Desember 2009. Data

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder menurut runtun

III. METODE PENELITIAN. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder menurut runtun III. METODE PENELITIAN A. Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder menurut runtun waktu (timeseries) yang diperoleh dari Statistik Ekonomi dan Keuangan Indonesia

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. minyak kelapa sawit Indonesia yang dipengaruhi oleh harga ekspor minyak

BAB III METODE PENELITIAN. minyak kelapa sawit Indonesia yang dipengaruhi oleh harga ekspor minyak BAB III METODE PENELITIAN A. Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa seberapa besar volume ekspor minyak kelapa sawit Indonesia yang dipengaruhi oleh harga ekspor minyak kelapa

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. atas, data stasioner dibutuhkan untuk mempengaruhi hasil pengujian

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. atas, data stasioner dibutuhkan untuk mempengaruhi hasil pengujian BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Uji Kualitas dan Instrumen Data 1. Uji Stasioneritas Tahap pertama yang harus dilalui untuk mendapatkan estimasi VECM adalah pengujian stasioneritas data masing-masing

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode dan Sifat Penelitian Jenis penelitian ini menggunakan metode kuantitatif karena menggunakan data penelitian berupa angka-angka dan analisis dengan menggunakan metode

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Penelitian Perusahaan memiliki tujuan yang pada dasarnya mendapatkan keuntungan demi kelancaran usahanya dan mampu bersaing dalam lingkungan bisnis secara

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. bentuk runtut waktu (time series) yang bersifat kuantitatif yaitu data dalam

III. METODE PENELITIAN. bentuk runtut waktu (time series) yang bersifat kuantitatif yaitu data dalam 48 III. METODE PENELITIAN A. Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder dalam bentuk runtut waktu (time series) yang bersifat kuantitatif yaitu data dalam

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN 44 V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Analisis Integrasi Pasar (keterpaduan pasar) Komoditi Kakao di Pasar Spot Makassar dan Bursa Berjangka NYBOT Analisis integrasi pasar digunakan untuk mengetahui bagaimana

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jawa Tengah diproxykan melalui penyaluran pembiayaan, BI Rate, inflasi

BAB III METODE PENELITIAN. Jawa Tengah diproxykan melalui penyaluran pembiayaan, BI Rate, inflasi BAB III METODE PENELITIAN A. Objek dan Subjek Penelitian Objek dalam penelitian ini adalah pertumbuhan ekonomi di Jawa Tengah. Sedangkan subjek penelitian menggunakan perbankan syariah di Jawa Tengah diproxykan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Pendekatan Penelitian Pendekatan penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif yaitu pendekatan dengan cara mengukur variabel yang di lingkari oleh teori atau satu

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Populasi Populasi dari penelitian ini adalah perbankan yang go public di Bursa Efek Indonesia (BEI) dan menerbitkan laporan keuangan yang lengkap (Annual Report) pada periode

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIN. yaitu ilmu yang valid, ilmu yang dibangun dari empiris, teramati terukur,

BAB III METODE PENELITIN. yaitu ilmu yang valid, ilmu yang dibangun dari empiris, teramati terukur, BAB III METODE PENELITIN A. Jenis dan Pendektan Penelitian 1. Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif. Penelitian kuantitatif adalah suatu penelitian yang didasari oleh falsafah

Lebih terperinci

BAB III METODELOGI PENELITIAN. Pencarian data dilakukan melalui riset perpustakaan (library research)

BAB III METODELOGI PENELITIAN. Pencarian data dilakukan melalui riset perpustakaan (library research) BAB III METODELOGI PENELITIAN 3.1. Metode Pengumpulan Data Pencarian data dilakukan melalui riset perpustakaan (library research) dilakukan dengan mempelajari berupa catatan yaitu melakukan pencatatan

Lebih terperinci

BAB IV. METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV. METODOLOGI PENELITIAN 43 BAB IV. METODOLOGI PENELITIAN Analisis data dilakukan melalui serangkaian tahapan pengujian menggunakan analis Vector Auto Regression (VAR). Pada tahap pertama dilakukan pengujian terhadap variabel

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN 69 IV. METODE PENELITIAN 4.1. Jenis dan Sumber Data Penelitian menggunakan data sekunder, baik data yang bersifat kuantitatif maupun kualitatif. Data kuantitatif yang digunakan adalah data sekunder dengan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Data yang digunakan dalam penulisan proposal ini adalah data sekunder yang

III. METODE PENELITIAN. Data yang digunakan dalam penulisan proposal ini adalah data sekunder yang 30 III. METODE PENELITIAN A. Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penulisan proposal ini adalah data sekunder yang diperoleh dari Laporan Bank Indonesia, Statistik Ekonomi dan Keuangan Indonesia,

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dan kuantitatif. Penelitian kualitatif adalah

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dan kuantitatif. Penelitian kualitatif adalah III. METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dan kuantitatif. Penelitian kualitatif adalah penelitian tentang riset yang bersifat deskriptif dan cenderung menggunakan

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis berisi tentang konsep-konsep teori yang dipergunakan atau berhubungan dengan penelitian yang akan dilaksanakan. Berdasarkan

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN

IV METODE PENELITIAN IV METODE PENELITIAN 1.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan pada bulan Februari hingga April 2011. Penelitian dilakukan dengan mengunjungi PT. Kharisma Pemasaran Bersama Nusantara (PT.

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Jenis data yang digunakan adalah data sekunder berupa time series

III. METODE PENELITIAN. Jenis data yang digunakan adalah data sekunder berupa time series 30 III. METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan adalah data sekunder berupa time series bulanan periode Mei 2006 sampai dengan Desember 2010. Sumber data di dapat dari Statistik

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN 34 IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian faktor-faktor yang mempengaruhi harga komoditas kakao dunia tidak ditentukan. Waktu pengumpulan data dilaksanakan pada bulan Februari

Lebih terperinci

BAB II PERDAGANGAN BERJANGKA

BAB II PERDAGANGAN BERJANGKA BAB II PERDAGANGAN BERJANGKA 2.1. PENGERTIAN KONTRAK BERJANGKA Bagi masyarakat Indonesia, kontrak berjangka dan kegiatan perdagangan berjangka, masih merupakan sesuatu yang baru. Berbeda dengan pengertian

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 46 III. METODE PENELITIAN 3.1. Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan adalah data sekunder berupa data time series dari tahun 1986-2010. Data tersebut diperoleh dari Badan Pusat Statistik (BPS),

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis Penelitian ini menggunakan teori sistem pemasaran dengan mengkaji saluran pemasaran, fungsi pemasaran, struktur pasar, perilaku pasar, marjin pemasaran,

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang

METODE PENELITIAN. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang III. METODE PENELITIAN 3.1. Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang diperoleh dari Pusat Data dan Informasi Kementerian Energi dan Sumberdaya Mineral

Lebih terperinci

INTEGRASI PASAR CPO DUNIA DAN DOMESTIK

INTEGRASI PASAR CPO DUNIA DAN DOMESTIK 81 VII. INTEGRASI PASAR CPO DUNIA DAN DOMESTIK Indonesia merupakan produsen CPO terbesar di dunia saat ini dengan produksi CPO pada tahun 2010 mencapai 23,6 juta ton atau mencapai 44% dari total produksi

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 56 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Metode analisis yang digunakan oleh penulis dalam penelitian ini adalah metode Vector Auto Regression (VAR) dan dilanjutkan dengan metode Vector Error Correction Model (VECM).

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Exchange Rate Rp/US$ ER WDI Tax Revenue Milyar Rupiah TR WDI Net Export US Dollar NE WDI

BAB III METODE PENELITIAN. Exchange Rate Rp/US$ ER WDI Tax Revenue Milyar Rupiah TR WDI Net Export US Dollar NE WDI 3 BAB III METODE PENELITIAN 3. Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang diperoleh dari berbagai instansi yang terkait dengan permasalahan penelitian seperti

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 61 BAB 4 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Uji Stasioneritas Dalam meneliti data time series, yang pertama harus dilakukan adalah dengan menggunakan uji stasioneritas. Uji stasioneritas yang digunakan

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada semester genap tahun akademik 2014/2015

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada semester genap tahun akademik 2014/2015 25 III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan pada semester genap tahun akademik 2014/2015 bertempat di Jurusan Matematika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan

Lebih terperinci

ANALISIS INTEGRASI PASAR BAWANG MERAH MENGGUNAKAN METODE VECTOR ERROR CORRECTION MODEL

ANALISIS INTEGRASI PASAR BAWANG MERAH MENGGUNAKAN METODE VECTOR ERROR CORRECTION MODEL ANALISIS INTEGRASI PASAR BAWANG MERAH MENGGUNAKAN METODE VECTOR ERROR CORRECTION MODEL (VECM) (Studi Kasus: Harga Bawang Merah di Provinsi Jawa Tengah) SKRIPSI Disusun Oleh: RIZKY ADITYA AKBAR 24010212130056

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. waktu (time series) dari tahun 1986 sampai Data tersebut diperoleh dari

METODE PENELITIAN. waktu (time series) dari tahun 1986 sampai Data tersebut diperoleh dari 40 III. METODE PENELITIAN 3.1. Jenis Dan Sumber Data Jenis data yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang relevan dengan penelitian. Semua data yang digunakan merupakan data deret

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. A. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional. Dalam penelitian ini variabel terikat (dependent variabel) yang digunakan adalah

METODE PENELITIAN. A. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional. Dalam penelitian ini variabel terikat (dependent variabel) yang digunakan adalah III. METODE PENELITIAN A. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional 1. Variabel Penelitian Dalam penelitian ini variabel terikat (dependent variabel) yang digunakan adalah nilai tukar rupiah, sedangkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Dengan semakin menyatunya perekonomian nasional ke dalam tatanan ekonomi dunia, ketidakpastian usaha akan menjadi ciri dalam dinamika perekonomian global yang harus

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. urutan waktu dimulai dari penerapan Base Money Targeting Framework

III. METODOLOGI PENELITIAN. urutan waktu dimulai dari penerapan Base Money Targeting Framework 63 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Data dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder dengan urutan waktu dimulai dari penerapan Base Money Targeting Framework (BMTF) periode

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN Tinjauan Pustaka Jagung merupakan salah satu komoditas utama tanaman pangan yang mempunyai peranan strategis dalam pembangunan pertanian dan perekonomian

Lebih terperinci

VII. ANALISIS STRUKTUR, PERILAKU, DAN KERAGAAN PASAR RUMPUT LAUT

VII. ANALISIS STRUKTUR, PERILAKU, DAN KERAGAAN PASAR RUMPUT LAUT 55 VII. ANALISIS STRUKTUR, PERILAKU, DAN KERAGAAN PASAR RUMPUT LAUT Bab ini membahas sistem pemasaran rumput laut dengan menggunakan pendekatan structure, conduct, dan performance (SCP). Struktur pasar

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. time series. Data time series umumnya tidak stasioner karena mengandung unit

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. time series. Data time series umumnya tidak stasioner karena mengandung unit 48 V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Uji Kestasioneritasan Data Uji stasioneritas data dilakukan pada setiap variabel yang digunakan pada model. Langkah ini digunakan untuk menghindari masalah regresi lancung

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA 28 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kebijakan Kerjasama Perdagangan di ASEAN Kerjasama di sektor perdagangan barang diawali dengan ditandatanganinya ASEAN PTA tahun 1977 di Manila yang mulai diberlakukan pada

Lebih terperinci

Universitas Indonesia. Respon tingkat..., Adi Gemilang Gumiwang, FE UI, 2009

Universitas Indonesia. Respon tingkat..., Adi Gemilang Gumiwang, FE UI, 2009 46 BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Model Penelitian Darat 1988, 1990 dan Wasserfallen 1989, melalui penelitian sebelumnya, telah menguji pengaruh informasi variable variabel makroekonomi masa lalu terhadap

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Dalam penelitian yang berjudul Analisis Pengaruh ProdukDomestikBruto (PDB),

III. METODOLOGI PENELITIAN. Dalam penelitian yang berjudul Analisis Pengaruh ProdukDomestikBruto (PDB), III. METODOLOGI PENELITIAN A. Definisi Operasional Variabel Dalam penelitian yang berjudul Analisis Pengaruh ProdukDomestikBruto (PDB), SukuBunga Deposito, Inflasi, dan Obligasi PemerintahTerhadap Simpanan

Lebih terperinci

BAB 3 DATA DAN METODOLOGI

BAB 3 DATA DAN METODOLOGI 23 BAB 3 DATA DAN METODOLOGI Model-model ekonometrika yang digunakan di dalam penelitian biasanya merupakan persamaan struktural, yaitu model yang dibangun berdasarkan hubungan antara variabel berdasarkan

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Tabel 5.1 Uji Stasioneritas Data

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Tabel 5.1 Uji Stasioneritas Data BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Uji Kausalitas dan Instrumen Data 1. Uji Stasioner Test Variabel Level t-statistik Sumber: Data Diolah Tabel 5.1 Uji Stasioneritas Data Prob ULN 2.065415 0.9998

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. stasioner dari setiap masing-masing variabel, baik itu variabel independent

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. stasioner dari setiap masing-masing variabel, baik itu variabel independent BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Uji Kausalitas Intrumen Data. 1. Uji Stasioner Data. Tahap pertama dalam metode VECM yaitu dengan melakukan pengujian stasioner dari setiap masing-masing variabel,

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Objek Penelitian Penilitian ini adalah pengaruh Dana Pihak Ketiga (DPK), Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS), dan Non Performing Financing (NPF) terhadap Pembiayaan

Lebih terperinci

3 KERANGKA PEMIKIRAN

3 KERANGKA PEMIKIRAN 12 3 KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis Keseimbangan Pasar Menurut Baye (2010), pembentukan harga keseimbangan pasar ditentukan oleh interaksi antara pemintaan dan penawaran pasar. Harga keseimbangan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. besar bagi neraca berjalan maupun bagi variabel-variabel makroekonomi

BAB 1 PENDAHULUAN. besar bagi neraca berjalan maupun bagi variabel-variabel makroekonomi BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perbedaan nilai tukar suatu mata uang negara (kurs) pada prinsipnya ditentukan oleh besarnya permintaan dan penawaran mata uang (Tajul, 2000:129). Kurs merupakan salah

Lebih terperinci

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN BAB IV METODOLOGI PENELITIAN Pada bab sebelumnya telah disinggung mengenai error correction model (ECM) seringkali digunakan dalam menguji stabilitas permintaan uang. Penggunaannya karena ECM memiliki

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Data penelitian ini menggunakan data sekunder berupa data runtun waktu (time

METODE PENELITIAN. Data penelitian ini menggunakan data sekunder berupa data runtun waktu (time 37 III. METODE PENELITIAN A. Jenis dan Sumber Data Data penelitian ini menggunakan data sekunder berupa data runtun waktu (time series) dari periode 2005Q1 2014Q4. Penggunaan data pada penelitian ini meliputi

Lebih terperinci