HASIL DAN PEMBAHASAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "HASIL DAN PEMBAHASAN"

Transkripsi

1 HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Tahapan ini merupakan tahap awal dengan menjabarkan beberapa kondisi umum tapak yang meliputi kondisi biofisik, kondisi sosial, dan kebijakan pemerintah setempat. Kondisi Biofisik Kondisi biofisik tapak yang diamati adalah lokasi, aksesibilitas, jenis tanah, topografi, iklim, vegetasi, drainase, street furniture, tata guna lahan dan kondisi jalan. Gambaran umum kondisi biofisik lokasi penelitian dijelaskan sebagai berikut. 1. Lokasi Tapak yang diamati mempunyai letak yang sangat strategis, yaitu terletak di tengah-tengah Kota Bogor, tepatnya di Jalan Lingkar Kebun Raya Bogor dengan posisi geografis BT dan LS. Tapak mempunyai panjang jalan 3880 meter. Terdapat empat jalan yang ada di Jalan Lingkar Kebun Raya Bogor, yakni: Jalan Pajajaran, Jalan Jalak Harupat, Jalan Juanda, dan Jalan Otto Iskandardinata. Sepanjang jalan-jalan tersebut terdapat pertigaan-pertigaan jalan yang jumlahnya sebanyak 19 pertigaan, terdiri dari 6 pertigaan besar (mayor) dan 13 pertigaan kecil (minor). Enam pertigaan mayor terdiri dari pertigaan Tugu Kujang, Plasa Pangrango, Polisi Militer, Bank Mandiri, Bogor Trade Mall, dan Plasa Bogor. Pertigaan minor merupakan pertigaan yang ukurannya lebih kecil dari pertigaan mayor. Denah lokasi penelitian di Jalan Lingkar Luar Kebun Raya Bogor dapat dilihat pada Gambar 8. Batas tapak lokasi penelitian berdasarkan peta batas administrasi Kota Bogor (BAPPEDA, 2007) adalah sebelah utara berbatasan dengan Kelurahan Babakan, Sempur, dan Pabaton; sebelah barat berbatasan dengan Kelurahan Paledang; sebelah selatan berbatasan dengan Kelurahan Babakan Pasar dan Gudang; sebelah timur berbatasan dengan Kelurahan Tegalega dan Babakan.

2 22

3 23 2. Aksesibilitas Akses menuju kawasan Jalan Lingkar Kebun Raya Bogor ini sangat mudah, mengingat letaknya yang strategis di tengah-tengah Kota Bogor. Untuk menuju kawasan jalan ini dapat dilakukan dari berbagai arah, baik menggunakan kendaraan umum (misalnya angkot), kendaraan pribadi (misalnya mobil dan sepeda motor) maupun berjalan kaki. 3. Jenis Tanah Jenis tanah yang terdapat pada tapak dan sekitarnya adalah latosol coklat kemerahan, kecuali di daerah bantaran Sungai Ciliwung dan anak sungainya yang berjenis tanah aluvial kelabu (Lembaga Penelitian Tanah, 1966 dan Effendie, 2000). Latosol coklat kemerahan mempunyai beberapa sifat, di antaranya, memiliki solum tanah sedang sampai dalam tekstur halus, struktur remah sampai bergumpal lemah, konsistensi gembur sampai agak teguh, aerasi dalam tanah baik, permeabilitas dan drainase sedang sampai agak cepat, dan kadar fraksi liat agak tinggi sampai tinggi. Sifat tanah aluvial kelabu adalah berwarna kelabu sampai coklat, teksturnya halus kadang-kadang berkerikil dan berbeda-beda pada tempat tertentu, strukturnya remah sampai gumpal di lapisan atas dan di lapisan bawah strukturnya pejal, konsistensinya agak lekat (basah) sampai agak teguh (lembab), agak masam, kadar bahan organik dan hara dalam tanaman sedang sampai rendah, dan cadangan mineralnya rendah (Effendie, 2000). 4. Topografi Jalan Lingkar Kebun Raya Bogor berada pada ketinggian m dpl (di atas permukaan laut). Daerah disebelah barat dan timur tapak mempunyai topografi yang relatif datar, sedangkan daerah disebelah utara dan selatan tapak topografinya relatif curam, yaitu mengarah pada Sungai Ciliwung yang membentang dari arah selatan menuju ke arah utara (Gambar 9). Pada peta kondisi topografi tersebut terlihat bahwa garis kontur pada tengah tapak yang menuju ke Sungai Ciliwung lebih rapat dibandingkan dengan

4 24 garis kontur yang berada di sebelah barat dan timur tapak. Daerah yang berada di sepanjang Sungai Ciliwung ini yang merupakan titik terendah pada tapak. Gambar 9. Kondisi Topografi pada Jalan Lingkar Kebun Raya Bogor 5. Iklim Iklim yang ada pada tapak mengikuti iklim makro Kota Bogor, dengan keadaan udara dan cuacanya cukup sejuk. Suhu udara rata-rata setiap bulannya sekitar 26,2 o C, suhu udara maksimum 31 o C, dan suhu udara minimum 21,8 o C dengan kelembaban kurang lebih 78,3 % setiap bulannya. Kecepatan angin ratarata 1,9 km/jam setiap bulan, curah hujan 337,7 mm/bulan, dan hari hujan 17 hari/bulan (Tabel 2). Iklim mikro yang ada pada tapak juga terkendali dengan baik karena adanya vegetasi yang tinggi sekitar Kebun Raya Bogor.

5 25 Tabel 2. Data Iklim setiap Bulan Kota Bogor Tahun 2008 Bulan Suhu Udara ( C) Kelembaban Udara (%) Kecepatan Angin Curah Hujan Hari Hujan Maks Min Rata-Rata (Km/jam) (mm) (hari) Januari 30,7 23,1 18,9 80, Februari 28,2 22,3 25,3 87 1, Maret 30,4 22, ,7 1, April 30,8 22,4 26,7 80,7 1, Mei 31,7 22,4 27,6 75,3 1, Juni 31,5 22,2 27,4 75,7 1, Juli 32,2 21,3 27,6 71 2, Agustus 31,4 21,9 27,1 77,7 1, September 32,3 22,2 27,6 71,3 2, Oktober 31,8 21,1 27,4 77 2, November 30,9 20,2 26,7 78 2, Desember 29,9 19,8 26,2 81 1, Jumlah 371,8 261,3 314, , Rata-rata 31 21,8 26,2 78,3 1,9 337,7 17,25 * Sumber: Stasiun Cuaca Klimatologi Baranangsiang FMIPA IPB (2008) 6. Vegetasi Vegetasi merupakan unsur fisik kota yang penting. Unsur ini dapat meningkatkan daya tarik kota dan membantu menjaga kebersihan udara kota (Branch, 1995). Vegetasi yang ada pada Jalan Lingkar Kebun Raya Bogor didominasi oleh pepohonan besar yang berasal dari jalur hijau jalan dan pepohonan yang ditanam di dalam Kebun Raya Bogor sehingga mampu mempengaruhi kondisi iklim mikro sekitarnya menjadi sejuk dan teduh. Khusus untuk setiap pertigaan di Jalan Lingkar Kebun Raya Bogor terdiri dari pohon, susunan semak, dan penutup tanah yang bervariasi menurut jenis dan fungsinya. Sepanjang jalan lingkar Kebun Raya Bogor tersusun atas berbagai jenis vegetasi (Lampiran 3). Jalan Pajajaran didominasi oleh pohon kenari, ki damar, mahoni, ki hujan, tanjung, kerai payung, bungur, angsana, palem putri, dan semak berupa bugenvil. Jalan Jalak Harupat didominasi oleh pohon mahoni, tanjung, ki hujan, sengon, flamboyan, nangka, merak, dan nusa indah. Sepanjang Jalan Juanda didominasi oleh kenari, beringin, beringin karet, kecrutan, palem raja, glodogan tiang, pinus, bambu, cemara gembel, palem hijau, dan palem putri. Jalan

6 26 Otto Iskandardinata didominasi oleh pohon bunga kupu-kupu, palem ekor ikan (tukas), bungur, phoenix roebelinii, phoenix canariensis, dan angsana (Gambar 10). Kenari Tanjung Mahoni Nangka Gambar 10. Contoh Vegetasi pada Jalan Lingkar Kebun Raya Bogor 7. Drainase Drainase atau saluran air yang ada pada tapak terbagi menjadi dua, yaitu drainase alam dan drainase buatan. Drainase alam pada tapak terlihat dengan adanya beberapa saluran air yang langsung menuju pada Sungai Ciliwung dan di bagian tertentu yang masih tersusun oleh rumput (tanpa adanya perkerasan) langsung masuk ke dalam tanah (Gambar 11). Drainase buatan yang ada pada tapak mengikuti pola jaringan jalan yang ada dengan desain konstruksi yang standar atau sesuai untuk saluran air pada jalan.

7 27 Drainase buatan yang ada pada tapak didesain sedemikian rupa sesuai dengan aturan yang ada. Terdapat dua tipe drainase buatan, yakni drainase terbuka dan drainase tertutup. Pada drainase buatan yang terbuka, desain konstruksi drainase dibiarkan terbuka tanpa adanya penutup (Gambar 11). Drainase terbuka terdapat pada ruas jalan yang mempunyai jalur hijau, yakni Jalan Pajajaran dan Jalak Harupat, sedangkan pada drainase buatan yang tertutup (berupa goronggorong) pada tapak banyak ditemui di sepanjang trotoar Jalan Jalan Juanda dan Otto Iskandardinata. Drainase buatan yang tertutup ini berada di bawah trotoar untuk para pejalan kaki (Gambar 11). Drainase Alam (Besar) Drainase Buatan Tertutup Drainase Buatan Terbuka Gambar 11. Kondisi Umum Drainase yang ada pada Jalan Lingkar Kebun Raya Bogor 8. Kondisi Jalan Jalan Lingkar Kebun Raya Bogor terletak di tengah-tengah Kota Bogor dan terdapat empat jalan, yaitu Jalan Pajajaran, Jalan Jalak Harupat, Jalan Juanda, dan Jalan Otto Iskandardinata (Tabel 3). Berdasarkan sifat dan pergerakan lalu lintas dan angkutan jalan (BAPPEDA, 2007), fungsi jalan pada Jalan Lingkar Kebun Raya Bogor termasuk dalam jalan arteri sekunder dan kolektor primer. Jalan Pajajaran mempunyai fungsi sebagai jalan arteri sekunder yang berfungsi sebagai penghubung antarpusat kegiatan nasional atau pusat kegiatan nasional dan pusat kegiatan wilayah. Jalan Jalak Harupat, Jalan Juanda, dan Jalan Otto Iskandardinata termasuk dalam jalan kolektor primer yang berfungsi

8 28 menghubungkan antarpusat kegiatan nasional dean pusat kegiatan lokal, antarpusat kegiatan wilayah, atau antara pusat kegiatan wilayah dan pusat kegiatan lokal (Gambar 12). Gambar 12. Peta Pembagian Fungsi Jalan pada Jalan Lingkar Kebun Raya Bogor (Berdasarkan Peta Administrasi Kota Bogor Tahun 2007 dan Data Jaringan Jalan Kota Bogor Tahun 2005) Jalur hijau yang ada di sekitar jalan raya mempunyai peran penting dalam menyangga aktivitas yang ada, menyerap polusi udara, dan kebisingan. Sepanjang Jalan Lingkar Kebun Raya Bogor tidak semuanya mempunyai jalur hijau. Berdasarkan pengamatan di lapang, jalur hijau didominasi pada ruas Jalan Pajajaran dan Jalan Jalak Harupat. Kedua jalan tersebut telah memenuhi standar jalan yang baik dengan adanya jalur hijau tersebut. Hal ini berbeda dengan kondisi jalan pada ruas Jalan Juanda dan Jalan Otto Iskandardinata yang tidak mempunyai jalur hijau (Gambar 13). Upaya untuk mengatasinya, adalah dengan merencanakan adanya jalur hijau yang tidak hanya berfungsi sebagai peneduh

9 29 sekitar jalan, tetapi mampu menyerap polusi udara dan kebisingan secara optimal, serta memberikan nilai estetika untuk memperbaiki kualitas visual sepanjang jalan. Untuk ruas jalan yang sempit jalur hijaunya dapat berupa penyediaan bakbak tanaman yang desainnya sesuai dengan tata guna lahan sekitarnya agar lebih unity. Tabel 3. Kondisi Umum Masing-masing Jalan yang terdapat di Sekitar Jalan Lingkar Kebun Raya Bogor No Kondisi Umum Jl. Pajajaran Jl. Jalak Harupat Jl. Juanda Jl. Otto Iskandardinata 1 Status Jalan Nasional Provinsi Provinsi Provinsi 2 Fungsi Jalan Arteri Kolektor Kolektor Kolektor Primer Sekunder Primer Primer 3 Panjang Jalan 0,4 km 0,95 km 1,73 km 0,8 km 4 Lajur Jalan Arah Jalan Lebar Jalan DAMIJA 40 m 13 m 16 m 15 m Jalur Lalu Lintas 20 m 8 m 12 m 9 m 7 Perkerasan Jenis Aspal Aspal Aspal Aspal Kondisi Sedang Baik Baik Sedang 8 Trotoar Lebar Ki 3 m 1,2 m 1,5 m 1,5 m Ka 3 m 1,3 m 1,5 m 1,5 m Jenis Ki Bt+Ub Bt+Ub Bt+Ub Bt+Ub Ka Bt+Ub Bt+Ub Bt+Ub Bt+Ub Kondisi Ki Sedang Sedang Baik Buruk Ka Sedang Sedang Baik Buruk 9 Saluran Lebar Ki 1 m 1 m 0,5 m - Ka 1 m 1 m 0,5 m 1 m Jenis Ki Tb Tb Tt Tt Ka Tb Tb Tt Tt Kondisi Ki Buruk Sedang Sedang Buruk Ka Sedang Sedang Sedang Sedang *Keterangan: Ki: Kiri, Ka: Kanan, Bt+Ub: Beton+Ubin, Tb: Terbuka, Tt: Tertutup Sumber: Dinas Bina Marga (2005) dan Pengamatan Lapang (2009) Sepanjang Jalan Lingkar Kebun Raya Bogor tersebut terdapat pertigaanpertigaan jalan yang jumlahnya sebanyak 19 pertigaan, terdiri dari 6 pertigaan besar (mayor) dan 13 pertigaan kecil (minor). Enam pertigaan mayor terdiri dari pertigaan yang ada di Tugu Kujang, Plasa Pangrango, Polisi Militer, Bank Mandiri, Bogor Trade Mall, dan Plasa Bogor). Pertigaan minor adalah pertigaan pada Jalan Rumah Sakit I, Rumah Sakit II, Malabar I, Malabar II, Pangangro,

10 30 Salak, Lapangan Sempur, Gedung Sawah, Kantor Batu, Paledang, Lawang Sketeng, Kenteng, dan Bangka. Jalan Pajajaran Jalan Jalak Harupat Jalan Juanda Jalan Otto Iskandardinata Gambar 13. Bentuk Potongan Jalan yang Terdapat di Lingkar Kebun Raya Bogor (Pengamatan Lapang, 2009) Dalam studi ini ditekankan bahwa Jalan Lingkar Kebun Raya Bogor merupakan jalan utama yang tersusun atas jalan arteri sekunder dan kolektor primer. Jalan lain yang berhubungan dengan jalan lingkar tersebut merupakan jalan sekunder yang tersusun atas jalan kolektor primer, kolektor sekunder, dan jalan lokal (Gambar 14). Penentuan pertigaan mayor dan minor didasarkan oleh fungsi jalan dimana pertigaan-pertigaan tersebut berada. Pertigaan mayor merupakan pertigaan yang menghubungkan kombinasi fungsi jalan, yakni tersusun atas tipe (a) dua ruas jalan arteri sekunder dengan satu ruas kolektor primer, tipe (b) tiga ruas jalan kolektor primer, dan tipe (c) dua ruas jalan kolektor primer dengan satu ruas jalan kolektor sekunder (Gambar 15). Pertigaan minor tersusun atas dua kombinasi fungsi jalan,

11 31 yakni tipe (a) dua ruas jalan arteri sekunder dengan satu ruas jalan lokal dan tipe (b) dua ruas jalan kolektor primer dengan satu ruas jalan lokal (Gambar 16). Gambar 14. Ilustrasi Umum Kombinasi Jalan pada Setiap Pertigaan Mayor dan Pertigaan Minor Gambar 15. Ilustrasi Kombinasi Fungsi Jalan yang Menyusun Pertigaan Mayor, tipe (a) dua ruas jalan arteri sekunder dengan satu ruas kolektor primer, tipe (b) tiga ruas jalan kolektor primer, dan tipe (c) dua ruas jalan kolektor primer dengan satu ruas jalan kolektor sekunder Kombinasi fungsi jalan yang menyusun pertigaan mayor tipe (a) terdapat pada pertigaan mayor Tugu Kujang dan Plasa Pangrango, tipe (b) pada pertigaan Polisi Militer, Bank Mandiri, dan Plasa Bogor. Tipe (c) terdapat pada pertigaan Bogor Trade Mall. Kombinasi fungsi jalan yang menyusun pertigaan minor tipe (a) terdapat pada pertigaan Jalan Rumah Sakit I, Rumah Sakit II, Malabar I, dan Malabar II. Pertigaan minor tipe (b) terdapat pada Pangangro, Salak, Lapangan Sempur, Gedung Sawah, Kantor Batu, Paledang, Lawang Sketeng, Kenteng, dan Bangka.

12 32 Gambar 16. Ilustrasi Kombinasi Fungsi Jalan yang Menyusun Pertigaan Minor, tipe (a) dua ruas jalan arteri sekunder dengan satu ruas jalan lokal dan tipe (b) dua ruas jalan kolektor primer dengan satu ruas jalan lokal 9. Street Furniture Street furniture atau yang biasa dikenal dengan bangunan pelengkap jalan sangat diperlukan dalam sebuah sistem jaringan jalan (BAPPEDA, 2008). Street furniture yang terdapat pada Jalan Lingkar Kebun Raya Bogor sangat bervariasi (Gambar 17). Beberapa contoh Street furniture yang ada pada tapak tersebut terdiri dari peralatan pengatur lalu lintas (seperti rambu-rambu lalu lintas, papan penunjuk informasi atau sign board untuk jalan atau tempat tertentu, dan marka jalan), fasilitas jalan (seperti bak tanaman, bak sampah, papan iklan, telepon umum, shelter, hidrant dan kotak surat), dan perlengkapan jalan (seperti lampu jalan, instalasi listrik, dan instalasi telepon). Tabel 4. Elemen Penunjang pada Setiap Pertigaan Mayor di Jalan Lingkar Kebun Raya Bogor Kode Pertigaan Pertigaan Mayor Elemen Penunjang Ma 1 Tugu Kujang Tugu Kujang, Lampu Lalu Lintas, Rambu Lalu Lintas, Marka Jalan, Lampu Jalan, Lampu Taman, Telepon Umum, Papan Reklame, Pos Polisi dan Bak Tanaman

13 33 Lanjutan Tabel 4 Kode Pertigaan Pertigaan Mayor Elemen Penunjang Ma 2 Plasa Pangrango Billboard, Lampu Lalu Lintas, Rambu Lalu Lintas, Marka Jalan, Lampu Jalan, Lampu Taman, Telepon Umum, Papan Reklame, Bak Tanaman, Pagar Pembatas, Pos Polisi, Zebra Cross, dan Sign Board Ma 3 Polisi Militer Lampu Lalu Lintas, Rambu Lalu Lintas, Marka Jalan, Lampu Jalan, Lampu Taman, Pos Polisi, dan Pagar Pembatas Ma 4 Bank Mandiri Lampu Lalu Lintas, Rambu Lalu Lintas, Marka Jalan, Lampu Jalan, Lampu Taman, Bak Tanaman, Pagar Pembatas, Pos Polisi, dan Sign Board Ma 5 Bogor Trade Mall Patung Rusa, Rambu Lalu Lintas, Marka Jalan, Lampu Jalan, Lampu Taman, Bak Tanaman, Pagar Pembatas, Papan Reklame, dan Sign Board Ma 6 Plasa Bogor Rambu Lalu Lintas, Marka Jalan, Lampu Jalan, Telepon Umum, dan Papan Reklame *Sumber: Pengamatan Lapang (2009) Gambar 17. Contoh Street Furniture yang Terdapat di Jalan Lingkar Kebun Raya Bogor

14 Tata Guna Lahan Pola penggunaan lahan mencerminkan aktivitas kegiatan manusia yang ada didalamnya (Muhajir, 2007). Pada lahan sekitar tapak penelitian, pola penggunaan lahannya terdiri dari lahan permukiman, perkantoran (pemerintahan, perbankan, militer, dan kesehatan), wisata ilmiah dan ruang terbuka hijau, jasa dan perdagangan, dan pendidikan (BAPPEDA, 2000). Hal ini dijelaskan pada peta tata guna lahan yang menunjukkan pola penggunaan lahan pada tapak (Gambar 18). Pola penggunaan lahan pada Jalan Lingkar Kebun Raya Bogor yang utama adalah sebagai jalur lalu lintas dalam kota yang menghubungkan antar daerah dalam Kota Bogor. Gambar 18. Peta Tata Guna Lahan pada Jalan Lingkar Kebun Raya Bogor Peta tata guna lahan diatas menunjukkan bahwa masing-masing jalan yang ada pada Jalan Lingkar Kebun Raya Bogor memiliki pola penggunaan lahan yang berbeda-beda. Jalan Pajajaran dan Otto Iskandardinata lebih didominasi oleh lahan untuk jasa dan perdagangan (Mall atau Pusat Hiburan, Outlet-outlet, Hotel,

15 35 dan Restoran), Jalan Jalak Harupat lebih banyak digunakan sebagai lahan permukiman, dan Jalan Juanda untuk lahan perkantoran (pemerintahan dan perbankan). Kondisi Sosial Kondisi sosial yang diamati pada tapak merupakan cerminan persepsi (pandangan) dan keinginan masyarakat pengguna tapak. Hal ini dikarenakan masyarakat merupakan pengguna utama pada Jalan Lingkar Kebun Raya Bogor, khususnya pengguna jalan pertigaan (baik pertigaan mayor maupun pertigaan minor). Peran masyarakat tidak hanya semata-mata sebagai pengguna pertigaan yang ada pada Jalan Lingkar Kebun Raya Bogor, tetapi juga berperan dalam upaya memelihara kondisi jalan secara umum sehingga dalam penggunaannya sehari-hari sesuai dengan aturan yang berlaku tanpa merusak fasilitas dan pelengkap jalan yang tersedia. Pengguna potensial pada tapak terdiri dari pengguna yang merupakan penduduk asli Kota Bogor dan pengguna yang berasal dari luar Kota Bogor (masyarakat pendatang). Aspek sosial (keinginan masyarakat) yang diamati meliputi jenis pengguna tapak, aktivitas pengguna, dan intensitas pengguna. Cara pengambilan data untuk mengetahui aspek sosial (persepsi dan keinginan masyarakat) tersebut dilakukan dengan wawancara, baik secara langsung dengan instansi terkait (pemerintah setempat) maupun dengan menyebar kuisioner pada setiap pertigaan (pertigaan mayor dan pertigaan minor). Pertigaan yang ada pada Jalan Lingkar Kebun Raya Bogor berjumlah 19 pertigaan, yang terdiri dari 6 pertigaan mayor (besar) dan 13 pertigaan minor (kecil). Pelaksanaan wawancara dan penyebaran kuisioner penelitian melibatkan 40 reponden yang tersebar di sekitar Jalan Lingkar Kebun Raya Bogor. Kuisioner yang disebarkan pada setiap responden berdasarkan kelompok jenis kelamin (laki-laki dan perempuan), usia (usia tahun, tahun, tahun, dan diatas 50 tahun), tingkat pendidikan (SD, SMP, SMA, Diploma, Sarjana, Pasca Sarjana, dan lainnya), dan jenis pekerjaan (Pegawai Negeri Sipil, Pegawai Swasta, TNI/POLRI, Wiraswasta, Pensiunan, Pelajar, Mahasiswa, dan

16 36 lainnya). Rincian pertanyaan yang digunakan dalam kuisioner berisi persepsi masyarakat tentang kondisi mum, permasalahan, dan keinginan masyarakat terhadap lanskap pertigaan yang ada di Jalan Lingkar Kebun Raya Bogor (Lampiran 1). Hasil penyebaran kuisioner (Lampiran 2) terhadap 40 responden yang tersebar di sekitar Jalan Lingkar Kebun Raya Bogor diperoleh bahwa responden terdiri dari 19 orang laki-laki (47,5 %) dan 21 orang perempuan (52,55 %). Berdasarkan kelompok usia diperoleh bahwa kelopok usia tahun merupakan kelompokk terbesar dengan presentase 40 % (Gambar 19). Pengguna potensial tapak berasal dari dalam Kota Bogor dengann presentase 92,5 % dan pengguna dari luar Kota Bogor hanya sebesar 7,5 %. Gambar 19. Persentase Kelompok Usia Responden Masyarakat Pemakai Jalan Lingkar Kebun Raya Bogor Tingkat pendidikan responden yang memakai Jalan Lingkar Kebun Raya Bogor diperoleh bahwa responden dengan tingkat pendidikann SMA/sederajat merupakan kelompok responden yang paling mendominasi, yakni 47,,5 % (Gambar 20). Persentase jenis pekerjaan responden pada tapak dipengaruhii oleh keragaman jenis pekerjaan setiap responden. Responden dengan status pelajar lebih banyak ditemui pada Jalan Lingkar Kebun Raya Bogor, yakni dengan persentasee 30 % dari total responden yang diambil pada tapak (Gambar 21).

17 ,5 % Persentase (%) % 15 % 10 % 22,5 % 0% 0% Tingkat Pendidikan Gambar 20. Persentase Tingkat Pendidikan Responden Masyarakat Pemakai Jalan Lingkar Kebun Raya Bogor % Persentase (%) % 10 % 5% 10 % 0% 22,5 % 17,5 % Jenis Pekerjaan Gambar 21. Persentase Jenis Pekerjaan Responden Masyarakat Pemakai Jalan Lingkar Kebun Raya Bogor Berdasarkan hasil kuisioner yang telah disebarkan, diperoleh hasil persepsi dan keinginan masyarakat terhadap kondisi umum Jalan Lingkar Kebun Raya Bogor. Responden yang mengisi kuisioner diketahui bahwa tingkat keseringan

18 38 (kontinuitas) responden melewati Jalan Lingkar Kebun Raya Bogor hampir dilakukan setiap hari dengan persentase 50 %. Masyarakat dominan melewatinya pada waktu pagi dan sore di hari kerja (65 %). Hal ini dikarenakan 57,5 % responden melakukan pekerjaan/aktivitas di sekitar Jalan Lingkar Kebun Raya Bogor. Persepsi sebagian besar masyarakat terhadap kondisi jalur sirkulasi kendaraan adalah baik (77,5 %). Hal yang sama juga menyebutkan bahwa kondisi jalur sirkulasi pejalan kaki yang ada sudah baik dengan persentase sebesar 67,5 %. Namun untuk kondisi jalan pertigaan yang ada, responden dominan menganggap kondisinya ramai (55 %). Lebar jalur pejalan kaki (trotoar) menurut sebagian besar responden (67,5 %) menyatakan berukuran lebar. Pada umumnya responden mengalami kesulitan dalam menyeberang jalan, khususnya di setiap pertigaan yang ada dengan persentase sebesar 60 %. Hal ini terlihat dari kebiasaan sebagian responden dalam menyeberang jalan yang mencapai 67,5 % memilih menyeberang jalan di setiap sudut jalan manapun yang sepi kendaraan. Persentase persepsi responden terhadap keberadaan pedagang kaki lima pada jalur pejalan kaki (trotoar) bervariasi, dimana 40 % menganggap keberadaan pedagang kaki lima bersifat mengganggu, 30 % menyatakan keberadaannya biasa saja, 12,5 % menyatakan sangat mengganggu, dan 17,5 % menganggap bermanfaat bagi pejalan kaki. Sedangkan persepsi terhadap kebersihan jalan raya dan trotoar mempunyai persentase yang sama, yakni kondisinya kotor (35 %) dan cukup bersih (35 %). Kelengkapan elemen/fasilitas jalan menurut sebagian besar responden (50 %) masih kurang. Lokasi yang berada di sekitar Kebun Raya Bogor menyebabkan 75 % responden menyatakan bahwa sinar matahari yang dirasakan teduh. Namun 87,5 % respoden menganggap penataan tanaman di sekitar jalan kurang penataan dan pemeliharaan. Sebagian responden berharap desain Jalan Lingkar Kebun Raya Bogor khususnya pada setiap pertigaan mampu menciptakan lingkungan yang aman dan nyaman (57,5 %), akses mudah (25 %), fasilitas semakin lengkap (15 %), dan harapan lainnya sebesar 2,5 %.

19 39 Beberapa responden juga memberikan saran dan usulan agar dalam desain lanskap Jalan Lingkar Kebun Raya Bogor, khususnya untuk lanskap pertigaan yang ada, menjadi lebih ideal, yaitu sebagai berikut: a. membuat zonasi yang jelas bagi pengguna pedestrian dan pertigaan agar menjadi lebih teratur; b. menjaga nilai ekologi setiap pertigaan dengan tidak mengubah kondisi topografi yang ada karena topografi ini merupakan potensi yang dapat dioptimalkan dalam mendesain; c. meningkatkan kualitas sarana penyeberangan dan fasilitas pencahayaan agar kenyamanan dan keamanan meningkat; d. menanam tanaman pada bagian yang tidak ternaungi dengan menyesuaikan ketinggian tanaman agar kondisi lebih nyaman; e. menggunakan sistem sirkulasi dengan traffic island untuk meminimalkan kepadatan volume kendaraan dan mengurangi kemacetan lalu lintas pada lampu merah (akses lebih mudah); f. mengatur penempatan papan reklame agar tidak mengganggu informasi rambu-rambu lalu lintas dan pemandangan yang ada; g. mengatur tata letak elemen dan fasilitas jalan yang sesuai dengan tempat dan fungsinya, terutama pada spot-spot yang ramai dan rawan kecelakaan; h. mengatur pedagang kaki lima agar lebih rapi dan tidak mengganggu lalu lintas kendaraan dan pejalan kaki; i. mengatur keberadaan pohon dan fasilitas agar tidak mengganggu pemakai jalan; j. menambah fasilitas pelengkap jalan, misalnya tempat sampah. Kebijakan Pemerintah Kebijakan Pemerintah setempat dalam hal ini Pemerintah Daerah Kota Bogor sangat dibutuhkan terutama sebagai pedoman atau patokan dalam mengembangkan Kota Bogor secara umum. Jalan Lingkar Kebun Raya Bogor termasuk dalam kawasan Bogor Tengah, dimana tapak ini terletak di pusat Kota Bogor. Hal ini menyebabkan kawasan jalan lingkar perlu perhatian dalam pengembangan agar sesuai dengan aturan yang ada.

20 40 Berdasarkan konteks struktur internal Kecamatan Bogor Tengah, struktur ruang dibentuk berdasarkan kegiatan-kegiatan yang ada pada tapak, seperti kegiatan perbelanjaan, dan niaga, kawasan perkantoran/pemerintahan, dan kawasan wisata ilmiah (BAPPEDA, 2002). Hal ini dapat disimpulkan bahwa gambaran arah perkembangan fisik Kota Bogor bagian tengah, yaitu Kecamatan Bogor Tengah cenderung berpotensi sebagai pusat perdagangan dan jasa yang ditunjang oleh perkantoran dan wisata ilmiah. Oleh karena itu jalan sebagai prasarana transportasi merupakan hal penting yang diperhatikan pada kawasan ini agar jalur lalu lintas kendaraan pada tapak menjadi semakin baik dan nyaman. Menurut Undang-Undang Nomor 38 Tahun 2004 Pasal 1 Ayat 4, jalan merupakan prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian jalan, termasuk bangunan pelengkap dan perlengkapannya yang diperuntukkan bagi lalu lintas yang berada pada permukaan tanah, di atas permukaan tanah, di bawah permukaan tanah atau air, serta di atas permukaan air kecuali jalan kereta api, jalan lori, dan jalan kabel. Penentuan hierarki atau jenjang jaringan jalan didasarkan pada fungsi primer dan fungsi sekunder, serta disesuaikan dengan keadaan jaringan jalan yang ada di Kecamatan Bogor Tengah. Untuk lebih memperlancar pola pergerakan dan memberi kemudahan hubungan antar zona-zona bagian dalam Kecamatan Bogor Tengah, maka diperlukan adanya peningkatan fungsi jaringan jalan (BAPPEDA, 2002). Rencana prasarana transportasi yang dikhususkan sebagai prasarana pejalan kaki (pedestrian) berupa jalur trotoar di sisi ruas jalan bertujuan untuk mengamankan pergerakan pejalan kaki dari kendaraan di badan jalan (BAPPEDA, 2002). Rencana pengembangan prasarana pejalan kaki di Kecamatan Bogor Tengah diarahkan dengan mempertimbangkan hal-hal berikut: a. keamanan, kenyamanan dan pertimbangan estetika, melalui pengendalian penggunaan jalur pejalan kaki oleh kegiatan yang tidak pada tempatnya, seperti pedagang kaki lima dan pemberhentian kendaraan bermotor (parkir); b. jalur pejalan kaki sebaiknya dilengkapi dengan jalur hijau sebagai peneduh;

21 41 c. pengembangan prasarana jalur pejalan kaki diprioritaskan pada kawasan pusat-pusat kegiatan kota (komersial) serta pusat kegiatan kemasyarakatan (fasilitas sosial). Lebar jalur pejalan kaki harus disesuaikan dengan jenjang hirarki jalan dan dominasi kegiatan di kawasan tersebut. Sebaiknya jalur pejalan kaki disediakan di kedua sisi jalan dengan lebar antara 1-1,5 meter. Solusi untuk permasalahan pada jalur pejalan kaki adalah dengan mengoptimalkan jalur pejalan kaki yang sudah ada dan menyediakan kekurangannya, sehingga keamanan, kenyamanan dan pertimbangan estetika bagi pengguna jalur pejalan kaki dapat terwujud. Analisis dan Sintesis Tahap analisis dan sintesis merupakan tahap kedua setelah tahap inventarisasi. Pada tahap ini segala potensi dan kendala yang ada pada tapak, khususnya setiap pertigaan (baik pertigaan mayor maupun pertigaan minor) di Jalan Lingkar Kebun Raya Bogor dianalisis sesuai dengan kondisi umum yang terdapat pada tapak. Hasil analisis potensi dan kendala tersebut dijadikan patokan dalam memberikan solusi dan sintesis terhadap tapak yang diamati. Kondisi Biofisik Berdasarkan kondisi biofisik tapak yang diamati, maka diperlukan sebuah penataan lanskap yang sesuai dengan kondisi pada Jalan Lingkar Kebun Raya Bogor khususnya penataan lanskap pertigaan-pertigaan yang ada agar tidak menimbulkan permasalahan bagi pengguna tapak. Aspek biofisik yang dianalisis antara lain: 1. Lokasi Jalan Lingkar Kebun Raya Bogor mempunyai letak yang strategis, yakni di tengah-tengah Kota Bogor yang sekaligus merupakan jalan transportasi dalam kota yang mendukung kelancaran aktivitas masyarakat pengguna jalan. Selain itu tapak mempunyai potensi daya tarik tersendiri dengan adanya Kebun Raya Bogor yang merupakan icon Kota Bogor. Hal ini menyebabkan perlu diatur dan dijaga kemudahan dalam mencapai lokasi tersebut, misalnya dengan adanya penunjuk arah dan papan informasi.

22 42 2. Aksesibilitas Akses pada Jalan Lingkar Kebun Raya Bogor ini mudah dicapai dari berbagai arah, baik dengan menggunakan kendaraan pribadi, kendaraan umum, maupun berjalan kaki. Pada Jalan Lingkar tersebut, sirkulasi untuk setiap pertigaan jalan yang ada (baik pertigaan mayor ataupun minor) berbeda-beda dengan arus yang bervariasi (Tabel 5). Secara keseluruhan, sirkulasi yang sesuai untuk mengelilingi Jalan Lingkar Kebun Raya Bogor adalah sirkulasi yang berlawanan dengan arah jarum jam (Gambar 22). Hal ini disebabkan adanya ruas jalan (Jalan Jalak Harupat dan Jalan Otto Iskandardinata) dengan arus hanya satu arah dalam melewati Jalan Lingkar Kebun Raya Bogor. Gambar 22. Sirkulasi yang Sesuai untuk Mengelilingi Jalan Lingkar Luar Kebun Raya Bogor Permasalahan aksesibilitas yang ada pada tapak adalah padatnya arus kendaraan yang melewati Jalan Lingkar Kebun Raya Bogor, khususnya pada jam-

23 43 jam sibuk (jam kerja) yakni pagi, siang, dan sore menjelang malam hari. Hal ini menyebabkan perlunya solusi dalam mengatasi permasalahan tersebut, yakni dengan peningkatan aksesibilitas melalui pengaturan dan pengelolaan dari segi keluar masuknya kendaraan dari luar Kota Bogor (eksternal) yang berjalur cepat dengan kendaraan dalam kota (internal) dengan jalur lambat. Tabel 5. Ilustrasi Sirkulasi Setiap Pertigaan Mayor dan Pertigaan Minor pada Jalan Lingkar Kebun Raya Bogor No Jenis Pertigaan Ilustrasi Sirkulasi Pertigaan Titik-titik Pertigaan 1 Pertigaan Mayor (Ma) (a) Tugu Kujang (Ma 1), Polisi Militer (Ma 3), dan Bank Mandiri (Ma 4) (b) Plasa Pangrango (Ma 2) dan Bogor Trade Mall (Ma 5) (c) Plasa Bogor (Ma 6) 2 Pertigaan Minor (Mi) (a) Jl. Rumah Sakit I (Mi 1), Jl Rumah Sakit II (Mi 2), Jl. Malabar I (Mi 3), Jl. Malabar II (Mi 4), Jl. Lapangan Sempur (Mi 7), Jl. Gedung Sawah (Mi 8), Jl. Kantor Batu (Mi 9), dan Jl. Paledang (Mi 10) (b) Jl. Pangrango (Mi 5) (c) Jl. Salak (Mi 6) (d) Jl. Lawang Sketeng (Mi 11) dan Jl. Bangka (Mi 13) (e) Jl. Kenteng (Mi 12) * Sumber: Pengamatan Lapang (2009)

24 44 Langkah ini dapat diwujudkan dengan pengaturan moda angkutan terutama angkutan yang melalui jalur cepat tersebut. Integrasi yang baik antara jaringan jalan arteri sekunder (Jl. Pajajaran) dan jalan kolektor primer (Jl. Juanda, Jl. Jalak Harupat, dan Otto Iskandardinata) sebagai jalur masuk dan keluar ke pusat kegiatan kota akan meningkatkan aksesibilitas. Hal lain yang dapat mendukung pengurangan pergerakan pada jalur jalan tersebut adalah meningkatkan pelayanan dari segi jenis sarana dan prasarana angkutan lain dalam hal ini diantaranya melalui moda angkutan Kereta Api. 3. Jenis Tanah Jenis dan sifat tanah yang pada tapak mempengaruhi kemampuan pertumbuhan tanaman dan pembangunan struktur bangunan yang ada. Jenis tanah pada tapak didominasi oleh jenis tanah latosol coklat kemerahan, kecuali di daerah bantaran Sungai Ciliwung dan anak sungainya yang berjenis tanah aluvial kelabu. Salah satu potensi tanah latosol adalah tanah ini mempunyai banyak kandungan bahan organik, Fe, dan Mn sehingga jenis tanahnya tergolong subur dengan kedalaman top soil antara cm. Hal ini berpengaruh pada kesuburan tanaman yang ada pada tapak. Namun, tanah latosol mempunyai tingkat permeabilitas rendah sehingga beresiko rawan genangan air. Kendala tersebut dapat diatasi dengan memperbaiki sistem drainase pada tapak. 4. Topografi Keadaan topografi pada tapak terlihat pada daerah disebelah Barat dan Timur tapak mempunyai topografi yang relatif datar, sedangkan daerah disebelah Utara dan Selatan tapak topografinya relatif curam yaitu mengarah pada Sungai Ciliwung yang membentang dari arah Selatan menuju ke arah Utara. Daerah yang berada di sepanjang Sungai Ciliwung ini yang merupakan titik terendah pada tapak. Keadaan topografi tersebut berkaitan erat dengan sistem drainase yang ada. Aliran air yang ada dialirkan menuju badan sungai melalui saluran-saluran drainase, baik drainase terbuka maupun tertutup. Sebagian aliran air juga langsung

25 45 masuk dalam tanah (mengalami infiltrasi) pada bagian yang tidak terdapat perkerasan (masih hamparan rumput). Sistem drainase pada tapak dapat diatasi dengan mengarahkan aliran air ke tempat yang lebih rendah, dalam hal ini menuju Sungai Ciliwung sebagai tujuan akhir. Selain itu bisa dengan menggunakan teknik rekayasa pemberian kemiringan beberapa persen pada saluran drainase agar aliran air dapat mengalir dengan lancar dan tidak menimbulkan genangan. 5. Iklim Iklim sekitar Jalan Lingkar Kebun Raya Bogor mengikuti iklim makro Kota Bogor, dimana keadaan udara dan cuaca cukup sejuk. Lebih sempit lagi iklim mikro yang ada pada tapak juga terkendali dengan baik karena adanya vegetasi yang tinggi sekitar Kebun Raya Bogor sehingga menjadikan udara sekitarnya menjadi teduh dan sejuk. Hal ini diperkuat oleh hasil kuisioner tentang kenyamanan sinar matahari yang dirasakan pada siang hari di sekitar tapak, dimana sebagian besar responden (75 %) menyatakan keadaannya teduh. Hal ini karena sebagian besar daerah pada jalan lingkar ini ternaungi oleh pohon-pohon tinggi. Sedangkan sisanya (25 %) beranggapan bahwa sinar matahari yang dirasakan terik sampai sangat terik. Anggapan ini didasarkan karena beberapa titik (spot) sekitar Jalan Lingkar Kebu Raya Bogor tidak ternaungi oleh pepohonan (Gambar 23). Kualitas iklim Kota Bogor cenderung menurun dengan semakin meningkatnya suhu udara dalam kota. Hal ini disebabkan antara lain karena semakin berkurangnya ruang terbuka hijau kota, bertambahnya permukiman dan industri, serta semakin banyaknya kendaraan bermotor dalam kota. Solusi yang mampu mengatasi permasalahan tersebut adalah penanaman tanaman di sekitar Jalan Lingkar Kebun Raya Bogor, khususnya di kawasan pertigaan yang mempunyai fungsi sebagai tanaman peneduh (pengontrol sinar matahari), penyerap polusi dan kebisingan, sekaligus menambah nilai estetika. Hal ini bertujuan agar kondisi sekitar tapak menjadi lebih nyaman dan estetik. Suhu rata-rata pada tapak berkisar 26,2 o C setiap bulan, dengan suhu udara maksimum 31 o C dan suhu udara minimum 21,8 o C. Hal ini merupakan

26 46 kisaran suhu yang relatif sejuk untuk di daerah tropis seperti Indonesia. Kisaran suhu untuk kondisi daerah tropis antara o C, sedangkan menurut Laurie (1986) suhu pada kondisi nyaman berkisar antara 10-26,6 o C. Kecepatan angin rata-rata 1,9 km/jam setiap bulan, dimana kecepatan angin ini dipengaruhi oleh padat tidaknya bangunan yang ada pada tapak. Curah hujan 337,7 mm/bulan, hari hujan 17 hari/bulan dengan kelembaban kurang lebih 78,3 % setiap bulannya. Adanya curah hujan dan hari hujan yang cukup tinggi di sekitar tapak menyebabkan berbagai masalah, yakni jalan menjadi licin, tumbangnya pohon-pohon yang telah tua (keropos), jatuhnya ranting dan dahan pohon yang telah lapuk, dan penggenangan air di bagian jalan yang kondisi drainasenya kurang baik. Namun, permasalahan tersebut dapat diatasi dengan pemeliharaan dan penyulaman tanaman yang telah tua/lapuk secara intensif pada musim penghujan, memilih jenis tanaman yang mampu beradaptasi dengan cuaca yang ada, dan mendesain sistem drainase menjadi lebih baik agar tidak terjadi genangan air pada musim penghujan. Gambar 23. Peta Persebaran Daerah Ternaungi dan tidak Ternaungi di Jalan Lingkar Kebun Raya Bogor pada Siang Hari

27 47 6. Vegetasi Jenis vegetasi yang ada di tapak merupakan potensi yang harus dipertahankan. Keberadaaan vegetasi pada Jalan Lingkar Kebun Raya Bogor sangat mempengaruhi iklim mikro sekitar tapak menjadi asri, teduh, dan nyaman. Namun, ada beberapa kendala karena pohon yang ada di sekitar jalan lingkar ini didominasi oleh pepohonan besar dan berusia raturan tahun maka perlu adanya pemeliharaan khususnya pada musim hujan agar ranting atau batang yang telah rapuh (tua) tidak jatuh sembarangan di jalan raya dan membahayakan pemakai jalan. Selain itu dalam peletakan vegetasi sekitar jalan harus memperhatikan letak lampu jalan, ketinggian kanopi pohon, dan kerapatan tajuk pohon agar tidak terjadi permasalahan yang tidak diinginkan serta kondisinya menjadi lebih nyaman. Tanaman dan vegetasi tropis yang khas yang memiliki nilai-nilai hias dan unik dari daun, bunga, dan bentuk percabangannya. Hal ini dapat disarankan dan diintroduksikan untuk ditanam pada taman-taman kota sejauh kondisi lingkungan tumbuhnya memungkinkan untuk ditanami, baik secara alami, melalui perbaikan sifat-sifat tanah (fisik dan kimia) atau kemungkinan untuk menggantinya. Hal ini, untuk mempertahankan fungsi tata hijau yang diinginkan pada rencana awal dan juga harus diperhitungkan mengingat kondisi lingkungan tumbuh tanaman (kondisi udara, tanah, dan air) di kawasan perkotaan sudah sangat berbeda dengan lingkungan tumbuh alaminya. Jenis-jenis tanaman tropis ini diajurkan untuk digunakan terutama yang terkait atau yang dapat merupakan ciri dan identitas daerah, seperti tanaman Kenari sebagai identitas Kota Bogor. Khusus untuk penanaman dalam kawasan kota, pemilihan tanaman sangat diperhatikan karena tanaman mempunyai bagian-bagian dalam merekayasa lingkungan. Kegiatan untuk pemilihan jenis tanaman tidak hanya pada pemilihan berdasarkan bangun, bentuk, atau karakteristik arsitektural secara individual (bentuk segitiga, bulat, ellips, merunduk, memayung, dan lain-lain) serta berkelompok, tetapi juga pada fungsi-fungsi yang diinginkan (aksentuasi, pelembut bangunan, peredam kebisingan, penyerap partikel debu dan polusi, monumental, perlindungan fisik, konservasi hayati, rekreasi, dan lain-lain) pada bagian atau tapak tersebut, serta persyaratan budidayanya (toleransi terhadap

28 48 kekeringan dan salinitas, toleransi pada kondisi lingkungan tercemar dan tanah marginal serta hama dan penyakit tanaman, vandalisme, keinginan untuk mendapatkan kerimbunan daun dan bunga, dan sebagainya), pada lingkungan tumbuh (tanah, air, dan udara) yang marjinal serta tingkat pengelolaan dan pemeliharaan (intensif dan kurang intensif). Dinas Pertamanan (2005) menyatakan empat faktor utama yang harus diperhatikan untuk keberhasilan penanaman di kawasan kota: a. sesuai dengan rencana dan rancangan yang telah dibuat (dalam faktor ini maka bangun arsitektur dan fungsi sudah ditetapkan); b. dapat tumbuh dan berkembang baik di lingkungan tumbuhnya yang baru; c. dapat diterima oleh pemakai (users) di kawasan ini dan warga kotanya; d. relatif mudah (managable) dan murah pemeliharaannya. 7. Drainase Drainase atau saluran air yang ada pada tapak terbagi menjadi dua, yaitu drainase alam dan drainase buatan. Drainase alam pada tapak terlihat dengan adanya beberapa saluran air yang langsung menuju pada Sungai Ciliwung dan dibagian tertentu yang masih tersusun oleh rumput (tanpa adanya perkerasan) langsung masuk kedalam tanah. Drainase buatan yang ada pada tapak mengikuti pola jaringan jalan yang ada sesuai dengan desain konstruksi drainase. Drainase buatan ini dibagi menjadi dua tipe, yaitu drainase terbuka dan drainase tertutup. Saluran terbuka yang terdapat pada Jalan Pajajaran dan Jalak Harupat terdiri dari saluran besar dan kecil. Saluran besar berfungsi menampung air yang berasal dari badan jalan, trotoar, dan air yang tidak terserap oleh jalur hijau. Saluran besar tersebut kemudian mengalirkan aliran air ke Sungai Ciliwung. Sedangkan saluran kecil berfungsi untuk mengalirkan aliran air permukaan pada badan jalan ke saluran besar. Jenis drainase yang mendominasi pada Jalan Juanda dan Otto Iskandardinata adalah drainase buatan tertutup berupa gorong-gorong, dimana drainase buatan ini ada dibawah trotoar pejalan kaki. Sistem aliran air drainase yang ada mengikuti pola jaringan jalan dan kondisi fisik salurannya masih berfungsi dengan baik. Hal ini karena pemeliharaan saluran air cukup diperhatikan

29 49 oleh pemerintah setempat. Kegiatan pemeliharaan dapat berupa pembersihan dan pengambilan sampah-sampah di saluran yang berpotensi menyebabkan saluran tersumbat dan tidak lancar (Gambar 24). Gambar 24. Kegiatan Pemeliharaan Saluran Drainase pada Ruas Jalan Juanda 8. Kondisi Jalan Jalan yang ada pada kawasan Jalan Lingkar Kebun Raya Bogor mempunyai kondisi yang berbeda-beda. Hal ini telah dijelaskan sebelumnya pada Tabel 3 tentang kondisi umum masing-masing jalan yang terdapat di sekitar Jalan Lingkar Kebun Raya Bogor. Jalan Pajajaran (arteri sekunder) tidak boleh terganggu oleh jalur kendaraan lambat apalagi terdapatnya beberapa titik persimpangan, maka harus diperketat lagi dengan sistem rambu lalu lintas serta pembagian ruas-ruas jalan arteri dengan desain geometris tertentu (BAPPEDA, 2002). Berdasarkan pengamatann pada tapak, ada beberapa permasalahan yang muncul pada ruas Jalan Pajajaran, diantaranya tingginya tingkat kemacetan sehingga menyebabkan polusi udara di kawasan jalan ini semakin meningkat, kesulitan dan ketidaknyamanan pemakai jalan khususnya para pejalan kaki untuk menyeberang jalan, beberapa pohon besar yang kondisinya sudah sangat tua dan kurang pemeliharaan berpotensi mengalami tumbang khususnya pada musim penghujan, dan rawan tindak kejahatan terutama pada malam hari karena kurangnyaa pencahayaan.

30 50 Berbeda dengan kondisi Jalan Jalak Harupat yang sebagian ruas jalannya hanya dibuat satu arah sehingga tingkat kemacetan pada jalan ini relatif lebih rendah, namun hal ini menyebabkan kenyamanan dan keamanan para pejalan kaki semakin menurun karena kendaraan yang melalui ruas Jalan Jalak Harupat ratarata melaju dengan kecepatan cukup tinggi (50 km/jam) dan keberadaan trotoar (jalur pedestrian) langsung berdekatan dengan badan jalan tanpa adanya jalur hijau yang memisahkannya. Hal inilah yang menjadi permasalahan pada ruas Jalan Jalak Harupat. Jalan Juanda juga mempunyai potensi rawan kemacetan karena volume kendaraan yang melewati jalan ini relatif tinggi. Bentuk jalan yang ada sama dengan kondisi jalan pada ruas Jalan Jalak Harupat, yakni antara badan jalan dengan trotoar (jalur pedestrian) tidak dipisahkan dengan jalur hijau. Hal ini juga menimbulkan permasalahan yang sama, berupa ketidaknyamanan dan ketidakamanan para pemakai jalan khususnya para pejalan kaki dalam berjalan maupun menyeberang jalan. Hal ini dapat diminimalisir dengan pelebaran trotoar (jalur pedestrian) dengan mengambil bagian pada badan jalan yang ada dan menyediakan sedikit jalur hijau berupa pot-pot yang berisi tanaman yang selain berfungsi untuk keamanan (pelindung) bagi para pejalan kaki juga berfungsi sebagai penyerap polusi, kebisingan, dan estetika. Jalan Otto Iskandardinata mempunyai potensi pada badan jalan yang relatif lebar dengan volume kendaraan yang melewatinya cukup rendah. Namun, karena adanya pasar pada kawasan jalan ini, maka tingkat permasalahan yang ditimbulkan lebih besar dibandingkan dengan ruas jalan yang lain. Permasalahan yang ada mulai dari tingkat kemacetan pada pertigaan depan Plasa Bogor karena banyaknya pedagang kaki lima di sepanjang trotoar jalan, polusi udara dan kebisingan akibat kemacetan kendaraan yang ada, banyaknya sampah pedagang, bau tidak sedap dari kotoran kuda (delman), dan sebagian badan jalan banyak digunakan angkot dan delman sehingga badan jalan terlihat sempit. Hal ini menyebabkan para pemakai jalan khususnya para pejalan kaki merasa tidak nyaman dan aman melewati jalan tersebut.

31 51 Gambar 25. Peta Persebaran Daerah Rawan Kemacetan pada Jalan Lingkar Kebun Raya Bogor Hambatan pada arus pergerakan lalu lintas sudah dapat menimbulkan antrian kendaraan (kemacetan lalu-lintas). Kemacetan lalu lintas juga disebabkan oleh tingkat disiplin pengemudi yang rendah dan kurangnya pemahaman pengemudi terhadap peraturan lalu lintas. Untuk mengatasi hal ini dilakukan pendekatan sosio-kultural serta penerapan sanksi yang tegas dan konsisten sesuai dengan peraturan yang berlaku (BAPPEDA, 2006). 9. Street Furniture Keadaan street furniture (bangunan pelengkap jalan) pada Jalan Lingkar Kebun Raya Bogor sudah cukup baik, tapi masih belum memadai jumlah dan tata letaknya. Tata letak sebagian street furniture, baik peralatan pengatur lalu lintas (seperti rambu-rambu lalu lintas, papan penunjuk informasi atau sign board untuk jalan atau tempat tertentu, dan marka jalan), fasilitas jalan (seperti bak tanaman, bak sampah, papan iklan, telepon umum, shelter, hidrant dan kotak surat), maupun perlengkapan jalan (seperti lampu jalan, instalasi listrik, dan instalasi

32 52 telepon) masih kurang sesuai dan membutuhkan perhatian dalam peletakannya. Hal ini dimaksudkan agar keberadaan street furniture yang tersebar di sekitar Jalan Lingkar Kebun Raya Bogor diletakkan di area yang strategis sesuai fungsinya masing-masing dan tidak mengganggu pemakai jalan sehingga keberadaannya dapat dimanfaatkan semaksimal mungkin oleh pengguna. Permasalahan street furniture yang paling menonjol pada tapak adalah Penempatan (peletakan) papan reklame yang kurang sesuai dan minimnya pencahayaan. Penempatan papan reklame pada tapak harus disesuaikan, ditata, dan tidak menutup (memblok) view yang sebenarnya berpotensi memberikan kenyamanan visual bagi pemakai jalan. Kondisi pencahayaan pada tapak masih sangat kurang. Pencahayaan yang ada hanya berasal dari penerangan jalan umum (PJU), sedangkan penerangan untuk trotoar sekitar jalan lingkar belum maksimal. Hal ini karena sebagian lampu yang ditujukan untuk trotoar banyak yang mengalami kerusakan akibat vandalisme dan kurang pemeliharaan. Pada malam hari untuk ruas Jalan Jalak Harupat, Juanda, dan Otto Iskandardinata masih tidak mengurangi kenyamanan bagi pemakai jalan, khususnya para pejalan kaki. Hal ini dikarenakan adanya lampu dari bangunan yang ada di sekitar jalan tersebut dan lampu trotoar sebagian besar tidak dihalangi oleh kanopi (tajuk) pohon yang ada. Berbeda dengan ruas Jalan Pajajaran, kondisi malam hari kurang nyaman dan cukup mengganggu pemakai jalan, khususnya para pejalan kaki karena lampu trotoar dan lampu jalan terhalang oleh kanopi (tajuk) pohon yang ada. Hal ini disebabkan oleh keberadaan trotoar yang dipisahkan oleh jalur hijau yang ada. Khusus untuk Jalan Pajajaran ini diperlukan sebuah sistem penerangan lampu yang mampu mengatasi masalah yang ada sehingga para pengguna jalan dapat dengan nyaman melewati jalan tersebut. 10. Tata Guna Lahan Pola penggunaan lahan identik dengan struktur penggunaan lahan. Pada umumnya wilayah permukiman yang ada berkembang secara linier mengikuti jaringan jalan yang ada, sehingga berpotensi dalam menambah laju tingkat perkembangan wilayah Kota Bogor. Kecamatan Bogor Tengah cenderung

33 53 berpotensi sebagai pusat perdagangan dan jasa yang ditunjang oleh perkantoran dan wisata ilmiah. Hal ini sesuai dengan hasil analisa yang dilakukan oleh BAPPEDA (2002), menyatakan bahwa potensi serta kebijaksanaan yang sedang dan telah diterapkan, maka Kota Bogor yang terkenal dengan sebutan Kota dalam Taman dengan Visi pembangunannya mewujudkan Kota Bogor sebagai Kota Internasional sehingga layak memiliki fungsi kota sebagai berikut: a. Kota Permukiman b. Kota Jasa dan Perdagangan Regional c. Kota Pendidikan d. Kota Industri e. Kota Wisata Ilmiah. Pola penggunaan lahan pada Jalan Lingkar Kebun Raya Bogor yang utama adalah sebagai jalur lalu lintas dalam kota yang menghubungkan antar daerah dalam Kota Bogor. Jalan tidak hanya memberikan kelancaran dalam melakukan aktivitas perkotaan yang ramai dan padat, tetapi jalan juga harus memberikan pengalaman visual bagi para pemakai jalan. Oleh karena itu desain lanskap jalan, khususnya lanskap pertigaan harus mampu menghasilkan sebuah akses transportasi yang lancar, aman, dan nyaman serta meningkatkan kualitas visual jalan untuk mendukung aktivitas pemakai jalan pada kawasan jalan lingkar ini. Kondisi Sosial Peran masyarakat pada tapak tidak hanya semata-mata sebagai pengguna pertigaan yang ada pada Jalan Lingkar Kebun Raya Bogor, tetapi juga berperan dalam upaya memelihara kondisi jalan yang ada secara umum sehingga dalam penggunaannya sehari-hari sesuai dengan aturan yang berlaku tanpa merusak fasilitas dan pelengkap jalan yang tersedia. Berdasarkan hasil kuisioner yang telah disebarkan kepada 40 responden yang ada di Jalan Lingkar Kebun Raya Bogor diperoleh bahwa pengguna potensial pada tapak terdiri dari pengguna yang merupakan penduduk asli Kota Bogor dan pengguna yang berasal dari luar Kota Bogor (masyarakat pendatang). Pengguna yang berasal dari dalam Kota Bogor lebih mendominasi pada tapak dibandingkan dengan pengguna yang berasal dari luar Kota Bogor.

34 54 Secara umum, aktivitas dan intensitas pemakai jalan yang ada di Jalan Lingkar Kebun Raya Bogor sangat beragam (Tabel 6). Aktivitas yang dominan dilakukan para pemakai jalan diantaranya berjalan-jalan (di trotoar), olah raga, menyeberang jalan, menunggu kendaraan, berkendaraan (mobil dan motor), bersepeda, mengemdarai delman, berjualan, duduk-duduk, berbincang-bincang, berbelanja, dan rekreasi. Intensitas waktu yang digunakan untuk beraktivitas pada tapak dominan pada pagi hari, siang hari, sore hari, dan malam hari baik pada hari kerja maupun pada hari libur. Jenis aktivitas dan intensitas pemakai jalan pada tapak dapat menjadi sebuah kendala dan potensi pada tapak. Aktivitas dan intensitas yang berlebihan tanpa aturan yang berlaku dapat menimbulkan berbagai masalah, antara lain kemacetan lalu lintas; vandalisme pada fasilitas-fasilitas yang ada di sekitar jalan; pencemaran udara, air, dan tanah dengan pembuangan sampah sembarangan; berkembangnya pedagang kaki lima (PKL); dan munculnya tindak kejahatan (pencopetan dan praktek prostitusi). Apabila aktivitas dan intensitas pemakai jalan yang ada diatur dengan aturan dan kesinambungan antar desain jalan, trotoar (jalan pedestrian), serta kondisi lanskap yang ada maka kemungkinan terjadi masalah yang tidak diinginkan akan relatif kecil dan mudah diatasi. Tabel 6. Jenis Aktivitas dan Intensitas Pemakai Jalan yang Dominan pada Setiap Ruas Jalan di Jalan Lingkar Kebun Raya Bogor No Nama Jalan Jenis Aktivitas Intensitas 1 Jalan Pajajaran Berjalan-jalan Olah Raga Menyeberang Jalan Menunggu Kendaraan Berkendaraan (mobil dan motor) Bersepeda Mengendarai Delman Berjualan Duduk-duduk Berbincang-bincang Berbelanja Rekreasi Pagi dan sore hari Pagi hari (di hari libur) Pagi sampai malam hari Pagi sampai malam hari Pagi sampai malam hari Pagi sampai sore hari (jarang) Siang dan sore hari (di hari libur) Pagi sampai sore hari Siang dan sore hari Siang dan sore hari Siang hari (jarang) Siang dan sore hari (di hari libur)

35 55 Lanjutan Tabel 6 No Nama Jalan Jenis Aktivitas Intensitas 2 Jalan Jalak Harupat Berjalan-jalan Olah Raga Menyeberang Jalan Menunggu Kendaraan Berkendaraan (mobil dan motor) Bersepeda Mengendarai Delman Berjualan Duduk-duduk Berbincang-bincang Berbelanja Rekreasi 3 Jalan Juanda Berjalan-jalan Olah Raga Menyeberang Jalan Menunggu Kendaraan Berkendaraan (mobil dan motor) Bersepeda Mengendarai Delman 4 Jalan Otto Iskandardinata Berjualan Duduk-duduk Berbincang-bincang Berbelanja Rekreasi Berjalan-jalan Olah Raga Menyeberang Jalan Menunggu Kendaraan Berkendaraan (mobil dan motor) Bersepeda Mengendarai Delman Berjualan Duduk-duduk Berbincang-bincang Berbelanja Rekreasi *Sumber: Pengamatan Lapang (2009) Pagi dan sore hari Pagi hari (di hari libur) Pagi sampai malam hari (jarang) Pagi sampai malam hari (jarang) Pagi sampai malam hari Pagi sampai sore hari (jarang) Siang dan sore hari (di hari libur) Siang hari Siang hari (jarang) - - Siang hari (jarang) Pagi sampai sore hari Pagi hari (di hari libur) Pagi sampai malam hari Pagi sampai malam hari Pagi sampai malam hari Pagi sampai sore hari (jarang) Siang dan sore hari (di hari libur) Pagi sampai malam hari Siang dan sore hari Siang dan sore hari Pagi sampai malam hari Siang dan sore hari Pagi sampai sore hari Pagi hari (di hari libur) Pagi sampai malam hari Pagi sampai malam hari Pagi sampai malam hari Pagi sampai sore hari (jarang) Pagi sampai sore hari Pagi sampai malam hari Siang dan sore hari Siang dan sore hari Pagi sampai malam hari Siang dan sore hari Kebijakan Pemerintah Kebijakan Pemerintah Kota Bogor sangat berperan sebagai pedoman atau patokan dalam mengembangkan Kota Bogor secara umum. Jalan Lingkar Kebun Raya Bogor yang terletak di kawasan Bogor Tengah sangat mempengaruhi akses jalan transportasi di pusat Kota Bogor. Desain jalan secara umum dan jalan-jalan pertigaan harus diperhatikan agar kelancaran dan kenyamanan lalu lintas pada

36 56 jalan lingkar ini tetap dapat terjaga. Hal ini menyebabkan kawasan jalan lingkar perlu perhatian dalam pengembangannya agar sesuai dengan aturan yang ada. Rencana pengembangan dan penataan ruang yang ada ditujukan untuk mengembangkan potensi struktur tata ruang wilayah Kecamatan Bogor Tengah dengan kegiatan-kegiatan yang telah membentuk wujud sebuah kota. Kegiatan yang ada pada tapak tersebut, seperti kegiatan perbelanjaan dan niaga, kawasan perkantoran (pemerintahan), dan kawasan wisata ilmiah (BAPPEDA, 2002). Selanjutnya dilakukan upaya-upaya penataan terhadap elemen-elemen kota terutama yang bermasalah sehingga pada masa yang akan datang akan lebih tercipta Kota Bogor yang sesuai dengan sebutan atau motto "Kota Beriman (Bersih, Indah dan Nyaman)". Karakter Lanskap Pertigaan Sepanjang Jalan Lingkar Kebun Raya Bogor terdapat pertigaan jalan yang jumlahnya sebanyak 19 pertigaan, terdiri dari 6 pertigaan besar (mayor) dan 13 pertigaan kecil (minor). Enam pertigaan mayor tersebut terdiri dari pertigaan yang ada di Tugu Kujang, Plasa Pangrango, Polisi Militer, Bank Mandiri, Bogor Trade Mall, dan Plasa Bogor). Sedangkan pertigaan minor adalah pertigaan yang ukurannya lebih kecil dari pertigaan mayor, diantaranya pertigaan pada Jalan Rumah Sakit I, Rumah Sakit II, Malabar I, Malabar II, Pangrango, Salak, Lapangan Sempur, Gedung Sawah, Kantor Batu, Paledang, Lawang Sketeng, Kenteng, dan Bangka. Pertigaan yang ada pada Jalan Lingkar Kebun Raya Bogor, baik pertigaan mayor maupun minor mempunyai karakteristik yang berbeda-beda. Komponen karakter lanskap pertigaan yang dijelaskan dan dianalisis meliputi tipe pertigaan, bentuk landform pertigaan (topografi, denah, dan ilustrasi potongan), sirkulasi pertigaan, jenis dan fungsi vegetasi yang ada di sekitar pertigaan, dan elemen penunjang pada pertigaan (Lampiran 5 dan Lampiran 6).

37 57 Tabel 7. Pembagian Jenis Jalan Pertigaan yang Tersebar di Setiap Ruas Jalan pada Jalan Lingkar Kebun Raya Bogor No Nama Jalan Pertigaan Mayor Pertigaan Minor 1 Jalan Pajajaran Tugu Kujang (Ma 1) Plasa Pengrango (Ma2) Jalan Rumah Sakit I (Mi 1) Jalan Rumah Sakit II (Mi 2) Jalan Malabar I (Mi 3) Jalan Malabar II (Mi 4) 2 Jalan Jalak Harupat - Jalan Pangrango (Mi 5) Jalan Salak (Mi 6) Jalan Lapangan Sempur (Mi 7) 3 Jalan Juanda Polisi Militer (Ma 3) Bank Mandiri (Ma 4) Bogor Trade Mall (Ma 5) Jalan Gedung Sawah (Mi 8) Jalan Kantor Batu (Mi 9) Jalan Paledang (Mi 10) Jalan Lawang Sketeng (Mi 11) 4 Jalan Otto Iskandardinata Plasa Bogor (Ma 6) Jalan Kenteng (Mi 12) Jalan Bangka (Mi 13) *Sumber: Pengamatan Lapang (2009) Tipe pertigaan, baik pertigaan mayor ataupun minor secara umum terbagi menjadi bentuk T dan Y. Landform masing-masing pertigaan mempunyai karakter yang beragam. Menurut Booth (1988), landform merupakan salah satu elemen terpenting dalam desain lanskap yang erat hubungannya dengan topografi. Beberapa peran landform diantaranya secara langsung melahirkan karakter estetika, ritme (pergerakan), komposisi dan elemen visual dalam suatu tapak; mempengaruhi iklim mikro setempat (banyaknya sinar matahari yang masuk, aliran angin, dan akumulasi presipitasi); dan mempengaruhi penggunaan lahan suatu kawasan dengan pola pengembangannya. Bentuk landform secara umum dibagi menjadi lima, yakni landform datar, cembung (convex), ridge, cekung (concave), dan valley (Booth, 1988). Masingmasing bentuk landform tersebut mempunyai karakter yang berbeda-beda. Landform datar mempunyai karakter bahwa adanya keterbukaan ruang dan dapat memperluas pandangan. Kelemahan landform datar adalah: a. tidak adanya ruang terlindung, b. tidak ada sense of privacy, dan c. tidak terdapat perlindungan terhadap gangguan.

38 58 Penekanan secara horizontal pada landform datar dapat menjadi elemen yang harmonis jika dipadukan dengan setting lingkungan disekitarnya dan penekanan secara vertikal pada landform datar dapat menjadi elemen kontras yang dapat menjadi focal point. Landform cembung (convex) dapat menjadi focal point bila dikelilingi dengan landform datar. Kombinasi dua landform cembung yang berdampingan dapat membatasi ruang, pandangan, dan dapat dijadikan sebagai penghalang pergerakan angin di musim dingin. Bentukan landform seperti ini akan menyebabkan pandangan ke arah samping akan terhalang. Bentuk landform ridge merupakan titik-titik tertinggi permukaan yang berbentuk linier dengan bentukan lahan yang menyerupai landform cembung (convex). Ridge juga berfungsi sebagai pengatur arah jatuhnya air hujan sehingga membagi kawasan menjadi beberapa daerah aliran sungai. Landform cekung (concave) merupakan bentukan lahan cekung yang ada pada tapak. Orientasi pandangan yang terjadi pada bentuk landform ini adalah ke arah dalam dan berpotensi ideal sebagai panggung. Bentuk landform valley (lembah) merupakan ruang positif karena dapat dilakukan berbagai aktivitas didalamnya. Penggunaan landform mampu menciptakan rangkaian pemandangan yang berbeda selama perpindahan menuju objek tertentu. Hal ini karena landform dapat digunakan untuk mempengaruhi arah, kecepatan, dan ritme pergerakan manusia maupun kendaraan. Adanya landform datar membuat manusia atau kendaraan bergerak lebih cepat dibandigkan dengan landform yang berlerang. Selain itu, landform dapat dimodifikasi untuk menutupi pemandangan yang tidak bagus, seperti tempat pembuangan sampah dan area parkir. Daerah persimpangan (intersection) merupakan jalur dan bagian jalan yang berpotensi terjadi konflik lalu lintas dan sering menyebabkan berbagai permasalahan, khususnya kecelakaan. Jenis sirkulasi yang ada adalah sirkulasi dengan menggunakan traffic island (berupa taman pertigaan dan tugu) dan tanpa traffic island. Sirkulasi masing-masing pertigaan mengikuti aturan yang telah ditetapkan oleh pemerintah setempat dengan rambu-rambu lalu lintas agar akses di sekitar jalan lingkar ini menjadi lancar dan tidak terjadi konflik lalu lintas.

39 59 Vegetasi merupakan salah satu elemen lanskap yang menyusun karakter lanskap pertigaan. Jenis dan fungsi vegetasi mampu mempengaruhi identitas dan karakter lanskap yang ada. Berbagai jenis pohon, semak, dan penutup tanah yang ada di setiap kawasan pertigaan mempunyai fungsi masing-masing, yakni fungsi pereduksi kebisingan, penyerap polusi, pengontrol radiasi matahari (peneduh), pengarah, dan fungsi estetika. Vegetasi yang ada pada setiap pertigaan dominan berfungsi sebagai vegetasi peneduh. Selain itu keberadaan elemen penunjang di kawasan pertigaan sangat mempengaruhi aktivitas yang ada. Secara umum elemen penunjang yang ada di setiap pertigaan adalah lampu lalu lintas, rambu lalu lintas, marka jalan, lampu jalan, lampu taman, pagar pembatas, sign board, bak tanaman, tempat sampah, telepon umum, tugu, patung, pos polisi, papan reklame, dan billboard. 1. Pertigaan Besar (Mayor) Pertigaan mayor merupakan pertigaan yang secara fisik mempunyai ukuran lebih besar dibandingkan dengan pertigaan minor. Batasan analisis yang dilakukan pada setiap pertigaan mayor adalah mengambil batas sejauh 50 meter dari titik pusat pertigaan untuk menganalisis karakter lanskap pertigaannya. Karena belum adanya peraturan yang menekankan batasan studi jalan pertigaan, maka jarak tersebut diambil sebagai patokan untuk menganalisis setiap pertigaan mayor agar lebih mudah. Selain ukuran, batasan juga didasarkan pada fungsi jalan yang menyusun pertigaan mayor (Tabel 8). Tabel 8. Pembagian Tipe Kombinasi Fungsi Jalan yang Menyusun Pertigaan Mayor pada Jalan Lingkar Kebun Raya Bogor No Tipe Kombinasi Pertigaan Nama Pertigaan Mayor 1 Tugu Kujang Plasa Pangrango Kode Pertigaan Mayor Ma 1 Ma 2

40 60 Lanjutan Tabel 8. No Tipe Kombinasi Pertigaan Nama Pertigaan Mayor 2 Bank Mandiri Plasa Bogor Kode Pertigaan Mayor Ma 4 Ma 6 3 Polisi Militer Bogor Trade Mall Ma 3 Ma 5 *Sumber: Peta Administrasi Kota Bogor (2007), Data Jaringan Jalan Kota Bogor (2005), dan Pengamatan Lapang (2009) Tabel 9. Pembagian Tipe Pertigaan di Setiap Pertigaan Mayor pada Jalan Lingkar Kebun Raya Bogor No Tipe Pertigaan Nama Pertigaan Mayor 1 Bentuk T Tugu Kujang Bank Mandiri Ma 1 Ma 4 Kode Pertigaan Mayor 2 Bentuk Y Plasa Pangrango Polisi Militer Bogor Trade Mall Plasa Bogor Ma 2 Ma 3 Ma 5 Ma 6 *Sumber: Peta Administrasi Kota Bogor (2007) dan Pengamatan Lapang (2009)

41 61 Tabel 10. Pembagian Bentuk Sirkulasi di Setiap Pertigaan Mayor pada Jalan Lingkar Kebun Raya Bogor No Bentuk Sirkulasi Pertigaan Nama Pertigaan Mayor 1 Sirkulasi dengan menggunakan traffic island (berupa taman pertigaan dan tugu) Tugu Kujang Plasa Pangrango Bank Mandiri Bogor Trade Mall Ma 1 Ma 2 Ma 4 Ma 5 Kode Pertigaan Mayor 2 Sirkulasi tanpa menggunakan traffic island Polisi Militer Plasa Bogor Ma 3 Ma 6 *Sumber: Pengamatan Lapang (2009) Tabel 11. Pembagian Bentuk Landform di Setiap Pertigaan Mayor pada Jalan Lingkar Kebun Raya Bogor No Bentuk Landform Pertigaan Nama Pertigaan Kode Pertigaan Mayor Mayor Denah Pertigaan Ilustrasi Potongan Tugu Kujang Plasa Pangrango Polisi Militer Bank Mandiri Bogor Trade Mall Plasa Bogor Ma 1 Ma 2 Ma 3 Ma 4 Ma 5 Ma 6 *Sumber: Pengamatan Lapang (2009) a. Pertigaan Tugu Kujang (Ma 1) Pertigaan mayor ini terdapat pada segmen ruas Jalan Pajajaran yang menghubungkan antara Jalan Pajajaran dengan Jalan Otto Iskandardinata. Pertigaan ini mempunyai point of interest yakni dengan adanya Tugu Kujang di tengah-tengah pertigaan yang merupakan salah satu icon Kota Bogor. Kondisi lalu

42 62 lintas pada pertigaan ini sangat ramai, terutama pada jam-jam kerja dan hari libur. Tingkat kemacetan lalu lintas pada pagi hari (mulai pukul sampai 08.00) ketika orang mengawali aktivitas seperti berangkat kerja dan sekolah; siang hari (mulai pukul sampai 13.30) kemacetan karena banyaknya pengguna jalan khususnya di sekitar pusat perbelanjaan dan hiburan yang ada di sekitar Jalan Pajajaran; sore hari menjelang petang (mulai sampai 18.30) didominasi oleh para pegawai, pekerja, sebagian anak sekolah (kembali ke rumah), dan masyarakat umum yang sedang jalan-jalan (refreshing); dan malam hari (sekitar pukul sampai 21.00) didominasi oleh para pengguna jalan yang mengakhiri aktivitas berbelanja maupun mencari hiburan di Botani Square (Gambar 26). Pagi Hari Siang Hari Sore Hari Malam Hari Gambar 26. Kondisi Pertigaan Tugu Kujang Puncak kemacetan terlihat pada akhir pekan atau hari-hari libur dengan aktivitas dan intensitas pengguna yang sangat ramai (mulai dari pagi sampai malam hari). Hal ini menyebabkan arus lalu lintas menjadi padat dan kondisi udara semakin buruk (polusi suara dan udara). Dampak tersebut ditimbulkan oleh

43 63 adanya penggunaan jalan yang ada belum maksimal, kurang tertibnya kendaraan yang melintas khususnya angkot dan angkutan umum, jumlah kendaraan yang melintas melebihi kapasitas, serta banyaknya pengamen dan pedagang asongan. Kondisi karakter lanskap pertigaan pada Tugu Kujang yang tidak sesuai sangat memerlukan perbaikan agar menghasilkan suasana yang aman, nyaman, dan estetis, yakni masih kurangnya vegetasi peneduh, pengarah, dan estetik yang ada di sekitar pertigaan. Sedangkan potensi yang ada seperti bentuk landform dan letaknya yang strategis dapat dipertahankan, dikembangkan, dan lebih ditingkatkan agar pemanfaatan lanskap menjadi optimal. b. Pertigaan Plasa Pangrango (Ma 2) Pertigaan Plasa Pangrango terdapat pada segmen ruas Jalan Pajajaran yang menghubungkan antara Jalan Pajajaran dengan Jalan Jalak Harupat. Ciri khas pertigaan ini adalah dengan adanya taman pada tengah-tengah pertigaan (traffic island), namun terdapat ketimpangan dan ketidakunitian dengan adanya billboard iklan yang berukuran besar di tengah-tengah taman. Pagi Hari Siang Hari Sore Hari Malam Hari Gambar 27. Kondisi Pertigaan Plasa Pangrango

44 64 Kondisi lalu lintas yang ada tergolong biasa saja (cukup lancar) dengan tingkat kemacetannya lebih rendah dari pertigaan Tugu Kujang. Tingkat kemacetan lalu lintas dominan terjadi pada jam-jam kerja dan hari libur (Gambar 27), yakni aktivitas pengguna jalan terjadi pada pagi hari (mulai pukul sampai 08.00); siang hari (mulai pukul sampai 13.30); sore hari menjelang petang (mulai sampai 18.30); dan malam hari (sekitar pukul sampai 21.00). Lanskap pertigaan pada Plasa Pangrango sudah cukup baik, yakni dengan adanya penataan taman yang ada di tengah-tengah pertigaan mampu menghadirkan suasana yang berbeda dan nyaman bagi pengguna jalan. Berbagai elemen penunjang pertigaan yang ada sudah sesuai penempatannya dengan tetap menyesuaikan kondisi landform yang ada. Ketidaksesuaian pada tapak terlihat dengan adanya billboard yang berukuran cukup besar pada tengah-tengah taman pertigaan. Seharusnya keberdaan billboard tersebut dapat digantikan dengan sesuatu yang mencirikan identitas Kota Bogor (landmark) agar kondisi lanskap jalan sekitar Jalan Lingkar Kebun Raya Bogor lebih menyatu dan menghasilkan pengalaman visual yang menarik bagi pengguna jalan dengan lanskap sekitarnya, yakni Kebun Raya Bogor dan Istana Bogor. Adanya bentukan landform yang landai pada salah satu sisi pertigaan mempunyai potensi dan kendala tersendiri. Landform yang ada mampu memberikan pengalaman visual tersendiri bagi pengguna jalan, namun tingkat keamanannya masih kurang. Hal ini disebabkan tidak adanya polisi tidur (rem jalan) dan rambu lalu lintas pada sisi pertigaan yang landai (menurun) searah dengan arus lalu lintas kendaraan yang ada. Kondisi tersebut sangat berpotensi terjadi kecelakaan, oleh karena itu perlu adanya rambu lalu lintas yang mengatur dan membuat kondisi lanskap yang tadinya tertutup oleh dinding masif menjadi dalam keadaan terbuka dengan kombinasi tanaman dan pagar pembatas yang tidak masif. c. Pertigaan Polisi Militer (Ma 3) Pertigaan Polisi Militer terdapat pada segmen ruas Jalan Juanda yang menghubungkan antara Jalan Juanda dengan Jalan Jalak Harupat dan Jalan Sudirman. Pertigaan ini berbeda dengan pertigaan yang ada di Tugu Kujang dan Plasa Pangrango, yakni tidak adanya traffic island baik berupa taman pertigaan

45 65 maupun tugu. Kondisi lalu lintas yang ada tergolong cukup lancar dengan adanya pengaturan lampu dan rambu lalu lintas. Padatnya lalu lintas kendaraan terjadi pada jam-jam kerja dan hari libur (Gambar 28), yakni pada pagi hari (mulai pukul sampai 08.00); siang hari (mulai pukul sampai 14.00); sore hari menjelang petang (mulai sampai 18.30); dan malam hari (sekitar pukul sampai 21.00). Kondisi lanskap pertigaan Polisi Militer secara umum cukup baik. View dari arah Jalan Sudirman memberikan kesan tersendiri, yakni mengarah pada Istana Bogor. Hal ini merupakan potensi untuk menambah pengalaman visual pengguna jalan ketika melewati pertigaan atau berhenti ketika lampu merah sehingga pada pertigaan ini tidak terdapat traffic island agar tidak mengganggu pandangan ke arah Istana Bogor. Pagi Hari Siang Hari Sore Hari Malam Hari Gambar 28. Kondisi Pertigaan Polisi Militer Namun, pada bagian yang dekat dengan pos polisi (sekitar Regina Pacis) kondisinya kurang baik karena adanya pedagang kaki lima, jajaran beberapa becak dan gerobak yang sudah tidak dipakai, serta kondisi tanaman yang kurang

46 66 pemeliharaan. Ketidaksesuaian pada tapak juga terlihat dengan adanya spandukspanduk yang penempatannya kurang sesuai dan mengurangi nilai keindahan dan kenyamanan. Seharusnya keberdaan spanduk-spanduk tersebut tertata dengan baik agar tidak mengganggu pemandangan pada lanskap pertigaan tersebut. d. Pertigaan Bank Mandiri (Ma 4) Pertigaan mayor ini terdapat pada segmen ruas Jalan Juanda yang menghubungkan antara Jalan Juanda dengan Jalan Kapten Muslihat. Pengalaman visual pada pertigaan ini adalah adanya view yang mengarah ke dalam lingkungan Istana Bogor yang banyak terdapat rusa. Pagi Hari Siang Hari Sore Hari Malam Hari Gambar 29. Kondisi Pertigaan Bank Mandiri Pertigaan Bank Mandiri mempunyai traffic island dengan taman kecil yang ada di tengah-tengah pertigaan sebelah kanan dan kiri yang mengatur jalur

47 67 lalu lintas kendaraan. Kondisi lalu lintas pada pertigaan Bank Mandiri sangat ramai, terutama pada jam-jam kerja dan hari libur. Tingkat kemacetan lalu lintas pada pagi hari (mulai pukul sampai 08.00); siang hari (mulai pukul sampai 14.00); sore hari menjelang petang (mulai sampai 19.00); dan malam hari (sekitar pukul sampai 21.00) (Gambar 29). Pada pertigaan ini banyak ditemui para penjual asongan, penjual koran, dan pengamen yang memanfaatkan kondisi lampu merah. Kondisi lanskap pertigaan Bank Mandiri yang kurang sesuai terlihat pada kondisi taman dan tanaman yang ada kurang pemeliharaan sehingga diperlukan perbaikan dalam desain taman pertigaan dan taman sudut yang ada agar menghasilkan suasana yang aman, nyaman, dan estetis. Sedangkan potensi yang ada seperti bentuk landform dapat dipertahankan dan dikembangkan agar menghasilkan pengalaman visual tersendiri. e. Pertigaan Bogor Trade Mall (Ma 5) Pertigaan Bogor Trade Mall terdapat pada segmen ruas Jalan Juanda yang menghubungkan antara Jalan Juanda dengan Jalan Saleh Sarif Bustaman. Keadaan lanskap sekitar pertigaan ini sangat buruk, hal ini karena letaknya yang berdekatan dengan pasar tradisional di sekitar Jalan Lawang Sketeng dan Bogor Trade Mall. Pada kawasaan pertigaan ini banyak ditemui penyimpangan penggunaan lahan khususnya jalur pedestrian dan sebagian jalan digunakan oleh pedagang kaki lima (PKL), angkot yang berhenti (ngetem) di sepanjang jalan pasar, ojek, becak, dan delman. Kondisi inilah yang menyebabkan kawasan pertigaan Bogor Trade Mall sangat ramai dan menimbulkan permasalahan-permasalahan akibat aktivitas yang ada. Permasalahan dan penyimpangan pada lanskap pertigaan ini diantaranya tingkat kemacetan yang sangat tinggi terutama pada jam-jam kerja dan hari libur sehingga menimbulkan polusi udara dan kebisingan; penyalahgunaan sebagian badan jalan dan jalur pedestrian oleh pedagang kaki lima, angkot, ojek, becak, dan delman; tata letak reklame yang kurang sesuai dan penghalangi view yang ada; tidak adanya lampu lalu lintas yang mengatur lalu lintas kendaraan; kurangnya tanaman peneduh sehingga pada siang hari kawasan pertigaan ini sangat panas;

48 68 dan kurang pemeliharaan elemen lanskap yang ada (lampu, taman pertigaan, jalur pedestrian, dan badan jalan yang sebagian rusak). Kondisi lalu lintas pada pertigaan Bank Mandiri sangat ramai, terutama pada jam-jam kerja dan hari libur. Tingkat kemacetan lalu lintas pada pagi hari (mulai pukul sampai 08.00); siang hari (mulai pukul sampai 14.00); sore hari menjelang petang (mulai sampai 19.00); dan malam hari (sekitar pukul sampai 21.00) (Gambar 30). Pagi Hari Siang Hari Sore Hari Malam Hari Gambar 30. Kondisi Pertigaan Bogor Trade Mall Pertigaan Bogor Trade Mall mempunyai potensi visual yang mampu meningkatkan pengalaman visual para pemakai jalan, yakni pemandangan gunung salak yang dilihat dari arah Pasar Bogor menuju Jalan Saleh Sarif Bustaman. Potensi ini dapat dioptimalkan sebagai nilai tambah untuk kenyamanan dan estetika dengan tidak memasang papan reklame yang berukuran besar sehingga tidak memblok view tersebut. Selain itu, traffic island dengan taman kecil yang

49 69 ada di tengah-tengah pertigaan harus disesuaikan dengan lingkungan sekitar dan mampu menampilkan ciri khas Kota Bogor, baik dalam penggunaan jenis dan fungsi vegetasi maupun sculpture pada tengah taman. f. Pertigaan Plasa Bogor (Ma 6) Pertigaan Plasa Bogor terdapat pada segmen ruas Jalan Juanda yang menghubungkan antara Jalan Juanda dengan Jalan Otto Iskandardinata dan Jalan Surya Kencana. Keadaan lanskap sekitar pertigaan ini sangat buruk, hal ini karena letaknya yang berdekatan dengan pasar tradisional (Pasar Bogor) dan pintu utama Kebun Raya Bogor. Pada kawasaan pertigaan ini banyak ditemui penyimpangan penggunaan lahan khususnya jalur pedestrian dan sebagian badan jalan digunakan oleh pedagang kaki lima (PKL) baik yang menjual souvenir, buah-buahan, makanan dan minuman, dan hewan peliharaan (Kelinci dan Hamster); dan banyaknya angkot, becak, serta delman yang berhenti (ngetem) di sepanjang jalan pasar. Pagi Hari Siang Hari Sore Hari Malam Hari Gambar 31. Kondisi Pertigaan Plasa Bogor

50 70 Lalu lintas pada pertigaan Plasa Bogor setiap harinya sangat ramai dengan kendaraan, para pedagang dan pembeli di Pasar Bogor, serta para pengunjung Kebun Raya Bogor terutama pada hari libur (Gambar 31). Tingkat kemacetan lalu lintas pada pagi hari (mulai pukul sampai 09.00); siang hari (mulai pukul sampai 14.00); sore hari menjelang petang (mulai sampai 19.00); dan malam hari (sekitar pukul sampai 21.00). Pada malam hari aktivitas yang menonjol pada pertigaan ini adalah adanya pasar malam yang dimulai dari pukul sampai dini hari (menjelang subuh). Pasar tersebut menggunakan badan jalan dan trotoar untuk berdagang berbagai jenis sayuran dan buah-buahan. Kemacetan pada pertigaan ini lebih disebabkan oleh adanya kegiatan pasar tersebut dan banyaknya mobil yang mengangkut barang dagangan. Hal ini menyebabkan arus lalu lintas kendaraan pada pertigaan ini menjadi terganggu dan hanya menggunakan satu lajur badan jalan. Permasalahan yang menonjol pada pertigaan ini adalah tingkat kemacetan yang sangat tinggi terutama pada jam-jam kerja dan hari libur, banyaknya sampah di sekitar pertigaan, kondisi jalan dan jalur pedestrian yang kurang pemeliharaan (sebagian mengalami kerusakan). Keunikan yang ada pada kawasan pertigaan ini dibandingkan dengan pertigaan yang lain adalah pada malam hari (dimulai sekitar pukul sampai menjelang subuh) tapak dijadikan pasar malam bagi pedagang yang menjual berbagai sayuran dan buah-buahan (Gambar 32). Gambar 32. Suasana Pasar Malam yang Menjual Sayuran dan Buah-buahan di Pertigaan Plasa Bogor

51 71 Kondisi seperti ini sebaiknya diatasi dengan menyediakan lokasi alternatif untuk pasar malam tersebut agar tidak mengunakan kawasan pertigaan Plasa Bogor menjadi tempat berdagang sehingga kawasan ini tetap terjaga kebersihan, keamanan, kenyamanan, kelancaran lalu lintas kendaraan, dan nilai estetikanya. Tabel 12. Hasil Analisis terhadap Kondisi Awal Lanskap Pertigaan Mayor No Komponen Hasil Analisis 1 Tipe Pertigaan Tipe pertigaan secara umum didominasi oleh bentuk Y (Plasa Pangrango, Polisi Militer, Bogor Trade Mall, dan Plasa Bogor) dan dua pertigaan dengan tipe bentuk T (Tugu Kujang dan Bank Mandiri) 2 Landform Pertigaan Bentuk landform yang ada dipertahankan (tanpa adanya grading) sebagai potensi dalam meningkatkan visual lanskap pertigaan 3 Sirkulasi Pertigaan Mengatur sirkulasi dengan rambu lalu lintas dan peraturan yang lebih tegas agar akses menjadi lancar (tidak menimbulkan kemacetan) Terdapat empat pertigaan mayor yang menggunakan traffic island (Tugu Kujang, Plasa Pangrango, Bank Mandiri, dan Bogor Trade Mall) dan dua pertigaan yang tidak menggunakan traffic island (Polisi Militer dan Plasa Bogor) Sirkulasi pejalan kaki sebaiknya dipisahkan dengan badan jalan, yakni penggunaan pot tanaman agar kenyamanan dan keamanan tetap terjaga 4 Vegetasi Pertigaan Penggunaan jenis vegetasi diutamakan yang mampu tumbuh secara optimal dengan lingkungan yang ada Pemilihan jenis vegetasi yang mampu menonjolkan identitas Kota Bogor Penggunaan kombinasi pohon, semak, dan penutup tanah yang mampu memberikan nilai fungsional dan estetika pada tapak (fungsi ekologis, peneduh dan kontrol sinar matahari, penyerap polusi, pengontrol kebisingan, pengarah jalan, dan estetika) 5 Elemen Penunjang Pertigaan Penempatan fasilitas pengatur lalu lintas yang sesuai dan tidak mengganggu (rambu-rambu lalu lintas dan papan informasi) Pengaturan penempatan fasilitas dan perlengkapan jalan yang sesuai tanpa menggangu pandangan dan visual pada tapak (bak tanaman, bak sampah, telepon umum, hydrant, lampu jalan, lampu taman, dan papan reklame) Penyediaan penerangan (sesuai dengan tema yang ditampilkan) pada jalur pedestrian, papan informasi, tugu, sculpture, dan tanaman yang menjadi point of interest pada tapak Pemeliharaan terhadap fasilitas dan perlengkapan jalan yang ada secara rutin agar optimal penggunaannya

52 72 2. Pertigaan Kecil (Minor) Pertigaan minor merupakan pertigaan yang secara fisik mempunyai ukuran lebih kecil dibandingkan dengan pertigaan mayor. Batasan analisis pertigaan minor tidak menggunakan patokan ukuran seperti pada analisis pertigaan mayor, hal ini dikarenakan analisis pertigaan minor hanya secara umum untuk mengetahui kondisi pertigaan minor yang ada dibandingkan dengan pertigaan mayor yang mempunyai peran lebih utama dalam lalu lintas pada Jalan Lingkar Kebun Raya Bogor. Batasan analisis pertigaan minor juga didasarkan pada fungsi jalan yang menyusun pertigaan tersebut dengan dua tipe kombinasi fungsi jalan yang menyusun pertigaan minor yang ada di Jalan Lingkar Kebun Raya Bogor. Tabel 13. Pembagian Tipe Kombinasi Fungsi Jalan yang Menyusun Pertigaan Minor pada Jalan Lingkar Kebun Raya Bogor No Tipe Kombinasi Pertigaan Nama Pertigaan Minor Kode Pertigaan Minor 1 Jalan Rumah Sakit I Jalan Rumah Sakit II Jalan Malabar I Jalan Malabar II Mi 1 Mi 2 Mi 3 Mi 4 2 Jalan Pangrango Jalan Salak Jalan Lapangan Sempur Jalan Gedung Sawah Jalan Kantor Batu Jalan Paledang Jalan Lawang Sketeng Jalan Kenteng Jalan Bangka Mi 5 Mi 6 Mi 7 Mi 8 Mi 9 Mi 10 Mi 11 Mi 12 Mi 13 *Sumber: Peta Administrasi Kota Bogor (2007), Data Jaringan Jalan Kota Bogor (2005), dan Pengamatan Lapang (2009) Sebagian besar pengaturan lalu lintas dan penyeberangan yang ada di setiap pertigaan-pertigaan minor yang tersebar di Jalan Lingkar Kebun Raya Bogor tidak menggunakan lampu lalu lintas melainkan dibantu oleh petugas informal dari masyarakat. Pertigaan yang menggunakan petugas informal ini diantaranya pertigaan pada Jalan Rumah Sakit I, Rumah Sakit II, Lapangan

53 73 Sempur, Gedung Sawah, Kantor Batu, Paledang, dan Kenteng. Sedangkan pertigaan minor yang tidak menggunakan bantuan dari petugas informal dalam mengatur lalu lintas dan penyeberangan diantaranya pertigaan pada Jalan Malabar I, Malabar II, Pangrango, Salak, Lawang Sketeng, dan Bangka (Gambar 33). Gambar 33. Peta Persebaran Pengaturan Lalu Lintas dan Penyeberangan pada Pertigaan Minor Tabel 14. Pembagian Tipe Pertigaan di setiap Pertigaan Minor pada Jalan Lingkar Kebun Raya Bogor No Tipe Pertigaan Nama Pertigaan Minor Kode Pertigaan Minor 1 Bentuk T Jalan Rumah Sakit I Jalan Rumah Sakit II Jalan Malabar I Jalan Malabar II Jalan Pangrango Jalan Salak Jalan Kantor Batu Jalan Paledang Jalan Lawang Sketeng Jalan Kenteng Jalan Bangka Mi 1 Mi 2 Mi 3 Mi 4 Mi 5 Mi 6 Mi 9 Mi 10 Mi 11 Mi 12 Mi 13

54 74 Lanjutan Tabel 14. No Tipe Pertigaan Nama Pertigaan Minor Kode Pertigaan Minor 2 Bentuk Y Jalan Lapangan Sempur Jalan Gedung Sawah Mi 7 Mi 8 *Sumber: Peta Administrasi Kota Bogor (2007) dan Pengamatan Lapang (2009) Tabel 15. Pembagian Bentuk Sirkulasi di setiap Pertigaan Minor pada Jalan Lingkar Kebun Raya Bogor No Bentuk Sirkulasi Pertigaan Nama Pertigaan Minor Kode Pertigaan Minor 1 Sirkulasi dengan menggunakan traffic island Sirkulasi tanpa menggunakan traffic island Jalan Rumah Sakit I Jalan Rumah Sakit II Jalan Malabar I Jalan Malabar II Jalan Pangrango Jalan Salak Jalan Lapangan Sempur Jalan Gedung Sawah Jalan Kantor Batu Jalan Paledang Jalan Lawang Sketeng Jalan Kenteng Jalan Bangka Mi 1 Mi 2 Mi 3 Mi 4 Mi 5 Mi 6 Mi 7 Mi 8 Mi 9 Mi 10 Mi 11 Mi 12 Mi 13 *Sumber: Pengamatan Lapang (2009)

55 75 Tabel 16. Pembagian Bentuk Landform di setiap Pertigaan Minor pada Jalan Lingkar Kebun Raya Bogor No Bentuk Landform Pertigaan Nama Pertigaan Minor Denah Pertigaan Ilustrasi Potongan 1 Jalan Rumah Sakit I Jalan Rumah Sakit II Jalan Malabar I Jalan Malabar II Jalan Salak Jalan Gedung Sawah Jalan Kantor Batu Jalan Paledang Jalan Lawang Sketeng Kode Pertigaan Minor Mi 1 Mi 2 Mi 3 Mi 4 Mi 6 Mi 8 Mi 9 Mi 10 Mi 11 2 Jalan Pangrango Jalan Lapangan Sempur Jalan Kenteng Mi 5 Mi 7 Mi 12 *Sumber: Pengamatan Lapang (2009) a. Pertigaan Jalan Rumah Sakit I (Mi 1) Pertigaan ini terdapat pada ruas Jalan Pajajaran dan merupakan jalur masuk pintu utama ke Kampus IPB Baranangsiang. Para pemakai jalan yang melewati pertigaan ini didominasi oleh mahasiswa IPB, dosen IPB, dan sebagian masyarakat yang tinggal di sekitar kawasan ini. Aktivitas pada pertigaan ini biasa saja (Gambar 34), terlihat ramai pada jam-jam tertentu, yakni pada pagi hari (memulai aktivitas) dan sore hari (mengakhiri aktivitas) serta siang hari pada jam-jam istirahat (pukul sampai 13.00). Pada malam hari kondisi pertigaan ini relatif sepi hanya beberapa orang yang melewati jalan pertigaan ini.

56 76 Pagi Hari Sore Hari Gambar 34. Kondisi Pertigaan Jalan Rumah Sakit I b. Pertigaan Jalan Rumah Sakit II (Mi 2) Pertigaan ini juga terdapat pada ruas Jalan Pajajaran yang merupakan jalur masuk pintu utama ke Rumah Sakit PMI Bogor. Para pemakai jalan yang melewati pertigaan ini didominasi oleh masyarakat, perawat, dokter, dan pegawai Rumah Sakit yang masuk dan keluar Rumah Sakit. Pada jalan ini tidak dilewati oleh angkot atau angkutan umum lainnya. Aktivitas pada pertigaan ini relatif ramai dari pagi sampai sore hari (Gambar 35). Pagi Hari Sore Hari Gambar 35. Kondisi Pertigaan Jalan Rumah Sakit II c. Pertigaan Jalan Malabar I (Mi 3) Pertigaan ini terdapat pada ruas Jalan Pajajaran yang merupakan jalur masuk ke Perumahan Malabar. Para pemakai jalan yang melewati pertigaan ini didominasi oleh masyarakat yang tinggal di Perumahan Malabar dan yang berkunjung ke Plasa Pangrango. Pada jalan ini tidak dilewati oleh angkot atau

57 77 angkutan umum lalinnya. Aktivitas pada pertigaan ini tergolong biasa saja, tidak menimbulkan kemacetan lalu lintas, hanya ketika siang hari, sore hari, dan hari libur pertigaan ini ramai (Gambar 36). Pagi Hari Siang Hari Gambar 36. Kondisi Pertigaan Jalan Malabar I d. Pertigaan Jalan Malabar II (Mi 4) Pertigaan ini juga terdapat pada ruas Jalan Pajajaran yang merupakan jalur masuk ke Perumahan Malabar dan Kelurahan Babakan. Para pemakai jalan yang melewati pertigaan ini sama seperti pada Jalan Malabar I, yakni didominasi oleh masyarakat yang tinggal di Kelurahan Babakan, Perumahan Malabar, dan pengunjung Plasa Pangrango. Pagi Hari Siang Hari Gambar 37. Kondisi Pertigaan Jalan Malabar II

58 78 Pada jalan ini tidak dilewati oleh angkot atau angkutan umum lainnya. Aktivitas pada pertigaan ini tergolong biasa saja, tidak menimbulkan kemacetan lalu lintas, hanya ketika siang hari, sore hari, dan hari libur pertigaan ini ramai (Gambar 37). e. Pertigaan Jalan Pangrango (Mi 5) Pertigaan minor ini terdapat pada ruas Jalan Jalak Harupat yang merupakan pertigaan dengan jalur searah dari arah Jalan Pengrango. Para pemakai jalan yang melewati pertigaan ini didominasi oleh masyarakat yang tinggal di sekitar Jalan Jalak Harupat dan Jalan Pangrango; pengguna yang berkunjung ke RRI, Bogor Hotel Institut, maupun ke Restoran atau Kedai makanan yang ada di sekitar kawasan tersebut. Aktivitas pada pertigaan ini tergolong biasa saja, tidak menimbulkan kemacetan lalu lintas. Jenis kendaraan yang melewati adalah kendaraan pribadi (mobil dan motor) dan angkot 08. Intensitas kendaraan terlihat ramai hanya pada siang hari, sore hari, dan hari libur (Gambar 38). Pagi Hari Siang Hari Gambar 38. Kondisi Pertigaan Jalan Pangrango f. Pertigaan Jalan Salak (Mi 6) Pertigaan minor ini terdapat pada ruas Jalan Jalak Harupat yang merupakan jalur utama kendaraan yang menuju kawasan Bogor Kota. Jenis kendaraan yang melewati pertigaan ini adalah kendaraan pribadi (mobil dan motor) dan angkot 03. Para pemakai jalan yang melewati pertigaan ini adalah masyarakat (baik dari dalam maupun dari luar Kota Bogor). Aktivitas dan

59 79 intensitas pada pertigaan ini tergolong ramai (Gambar 39), terutama pada pagi hari ketika orang mulai beraktivitas (bekerja dan sekolah), siang hari (pada jamjam istirahat kantor), sore hari menjelang petang ketika orang mengakhiri aktivitasnya, dan hari libur (karena dekat dengan lapangan sempur). Pagi Hari Siang Hari Gambar 39. Kondisi Pertigaan Jalan Salak g. Pertigaan Jalan Lapangan Sempur (Mi 7) Pertigaan minor ini juga terdapat pada ruas Jalan Jalak Harupat yang merupakan jalur pertigaan menuju kawasan Lapangan Sempur. Jenis kendaraan yang melewati pertigaan ini hanya kendaraan pribadi (mobil, motor, dan sepeda). Para pemakai jalan yang melewati pertigaan ini didominasi oleh masyarakat yang tinggal dan beraktivitas di sekitar kawasan Lapangan Sempur. Pagi Hari Siang Hari Gambar 40. Kondisi Pertigaan Jalan Lapangan Sempur

60 80 Aktivitas dan intensitas pada pertigaan ini pada hari biasa tidak menjukkan kemacetan dan keramaian, tetapi tingkat kemacetan dan keramaian terlihat pada hari minggu yakni dengan banyaknya pengunjung yang berolah raga dan adanya pasar minggu di Lapangan Sempur (Gambar 40). h. Pertigaan Jalan Gedung Sawah (Mi 8) Pertigaan minor ini terdapat pada ruas Jalan Juanda. Jenis kendaraan yang melewati pertigaan ini hanya kendaraan pribadi (mobil, motor, dan sepeda). Para pemakai jalan yang melewati pertigaan ini adalah para pegawai Pengadilan Negeri Bogor, Hotel Salak, dan masyarakat yang tinggal dan beraktivitas di sekitar Jalan Gedung Sawah. Aktivitas dan intensitas pada pertigaan ini terlihat ramai, baik pada hari kerja maupun hari libur (Gambar 41). Puncak keramaian lalu lintas pada pertigaan ini mulai pada pagi hari ketika masyarakat mulai beraktivitas, siang hari pada jam istirahat (mulai pukul sampai 13.00), dan sore hingga petang hari (mulai pukul sampai 18.30). Fenomena yang menonjol pada kawasan pertigaan ini adalah penggunaan sebagian badan jalan pertigaan untuk parkir kendaraan dan tempat mangkal tukang becak. Hal ini sangat menggangu visual dan kelancaran lalu lintas pada jalan pertigaan tersebut. Pagi Hari Siang Hari Gambar 41. Kondisi Pertigaan Jalan Gedung Sawah i. Pertigaan Jalan Kantor Batu (Mi 9) Pertigaan minor ini juga terdapat pada ruas Jalan Juanda. Jenis kendaraan yang melewati pertigaan ini didominasi oleh kendaraan pribadi (mobil, motor, dan sepeda), namun beberapa angkot 02 yang menuju arah Bubulak atau Laladon juga

61 81 ada yang lewat jalan tersebut (sebagai jalan pintas). Para pemakai jalan yang melewati pertigaan ini adalah masyarakat yang tinggal di kawasan tersebut maupun masyarakat luar Kota Bogor yang memang melewati pertigaan jalan tersebut. Pagi Hari Siang Hari Gambar 42. Kondisi Pertigaan Jalan Kantor Batu Aktivitas dan intensitas pada pertigaan ini secara umum cukup baik, namun pada pagi hari ketika masyarakat mulai beraktivitas dan siang hari biasanya kendaraan yang melewatinya cukup ramai, oleh karena itu sering ada petugas (baik dari kepolisian maupun informal dari masyarakat) yang membantu mengatur lalu lintas dan penyeberangan di kawasan pertigaan ini (Gambar 42). j. Pertigaan Jalan Paledang (Mi 10) Pertigaan minor ini merupakan pertigaan yang terdapat pada ruas Jalan Juanda dan menghubungkan dengan Jalan Paledang. Jenis kendaraan yang melewati pertigaan ini adalah kendaraan pribadi (mobil, motor, dan sepeda) dan kendaraan umum (khususnya angkot 02 jurusan Sukasari ke Bubulak atau ke Laladon). Para pemakai jalan yang melewati pertigaan ini adalah masyarakat yang tinggal di kawasan tersebut maupun masyarakat luar Kota Bogor yang memang beraktivitas dan melewati pertigaan jalan tersebut. Aktivitas dan intensitas pada pertigaan ini secara umum masih kurang baik, hal ini terlihat pada jam-jam kerja dan hari libur keadaan lalu lintas pada pertigaan ini sangat ramai dan memerlukan adanya petugas (baik dari kepolisian maupun informal dari masyarakat) yang membantu mengatur lalu lintas dan

62 82 penyeberangan di kawasan pertigaan ini. Tingkat keramaian lalu lintas kendaraan pada pertigaan ini pada pagi dan siang hari karena banyaknya pengguna jalan yang mulai beraktivitas (Gambar 43). Sedangkan pada sore dan malam hari kondisi lalu lintas pada jalan pertigaan ini cukup baik (tidak menimbulkan kemacetan lalu lintas). Pagi Hari Siang Hari Gambar 43. Kondisi Pertigaan Jalan Paledang k. Pertigaan Jalan Lawang Sketeng (Mi 11) Pertigaan minor ini terdapat pada ruas Jalan Juanda dan merupakan sebuah kawasan pertokoan dan sebagian pasar tradisional yang bersifat permanen. Sepanjang jalan pertigaan tersebut terdapat toko-toko dan pedagang kaki lima dengan membuat tenda-tenda dan menjual berbagai jenis sayuran, buah-buahan, dan kebutuhan lain. Hal ini merupakan fenomena yang kurang baik, karena sekitar kawasan ini berdekatan dengan kawasan pemerintahan (perkantoran), pusat perbelanjaan (Bogor Trade Mall), dan tidak adanya vegetasi peneduh atau penghalang view yang kurang baik sehingga terdapat ketidakserasian (ketidakunitian). Kondisi sekitar pertigaan ini sangat memprihatinkan, tidak adanya vegetasi peneduh dan banyak terdapat sampah akibat aktivitas pasar sehingga kondisinya sangat panas, ketidakteraturan para penjual dan pembeli, banyaknya angkot yang berhenti (ngetem) sehingga menimbulkan munculnya terminal bayangan, dan kondisi jalan yang buruk terutama pada musim penghujan banyak terdapat genangan air di sekitar jalan pertigaan ini. Jenis kendaraan yang melewati pertigaan ini adalah angkot, kendaraan terbuka yang mengangkut barang

63 83 dagangan, mobil, motor, sepeda, dan becak (Gambar 44). Para pemakai jalan pada pertigaan ini didominasi oleh masyarakat Kota Bogor (penjual dan pembeli). Pagi Hari Siang Hari Gambar 44. Kondisi Pertigaan Jalan Lawang Sketeng l. Pertigaan Jalan Kenteng (Mi 12) Pertigaan pada Jalan Kenteng merupakan pertigaan yang terdapat pada ruas Jalan Otto Iskandardinata dan merupakan sebuah kawasan pasar tradisional (Pasar Bogor). Sepanjang jalan pertigaan tersebut terdapat pedagang kaki lima dengan membuat tenda-tenda dan menjual berbagai jenis sayuran, buah-buahan, dan kebutuhan lain. Jenis kendaraan yang melewati pertigaan ini didominasi oleh angkot, kendaraan terbuka yang mengangkut barang dagangan, kendaraan pribadi (mobil, motor, dan sepeda), delman, dan becak. Para pemakai jalan pada pertigaan ini didominasi oleh masyarakat yang melakukan aktivitas di Pasar Bogor, baik dari dalam maupun dari luar Kota Bogor (Gambar 45). Pagi Hari Siang Hari Gambar 45. Kondisi Pertigaan Jalan Kenteng

64 84 Kondisi sekitar pertigaan ini sangat memprihatinkan karena merupakan kawasan pasar tradisional sehingga banyak terdapat sampah akibat aktivitas pasar, tidak adanya vegetasi peneduh sehingga cuacanya sangat panas, ketidakteraturan para penjual dan pembeli, banyaknya angkot dan delman yang berhenti di sekitar pertigaan (ngetem) sehingga menimbulkan munculnya terminal bayangan, timbul bau tidak sedap akibat sampah dan kotoran lainnya, dan kondisi jalan sekitar pertigaan banyak yang mengalami kerusakan. m. Pertigaan Jalan Bangka (Mi 13) Pertigaan minor ini terdapat pada ruas Jalan Otto Iskandardinata. Jenis kendaraan yang melewati jalan pertigaan ini adalah kendaraan pribadi (mobil, motor, dan sepeda) dan kendaraan umum (angkot 01, 01A, dan 03 dari arah belakang Terminal Baranang Siang). Para pemakai jalan yang melewati pertigaan ini adalah masyarakat baik dari dalam maupun dari luar Kota Bogor. Aktivitas dan intensitas pada pertigaan ini secara umum masih kurang baik, hal ini terlihat pada jam-jam kerja dan hari libur keadaan lalu lintas pada pertigaan ini sangat ramai dan macet akibat banyaknya angkot yang menuju pertigaan Tugu Kujang, baik dari arah Pasar Bogor maupun dari Jalan Bangka tersebut (Gambar 46). Tingkat keramaian lalu lintas kendaraan pada pertigaan ini pada pagi hari (mulai pukul sampai 08.00), siang hari (mulai pukul sampai 13.30), dan sore hari sampai petang (17.00 sampai 18.30). Pagi Hari Siang Hari Gambar 46. Kondisi Pertigaan Jalan Bangka

65 85 Berdasarkan karakter lanskap pertigaan minor yang telah dijelaskan, maka secara keseluruhan pertigaan-pertigaan minor tersebut mempunyai kendala dan potensi masing-masing. Hal ini dijelaskan pada tabel 30 mengenai hasil analisis secara keseluruhan pertigaan minor pada Jalan Lingkar Kebun Raya Bogor. Tabel 17. Hasil Analisis terhadap Kondisi Awal Lanskap Pertigaan Minor No Komponen Hasil Analisis 1 Tipe Pertigaan Tipe pertigaan secara umum didominasi oleh bentuk T (kecuali pertigaan Lapangan Sempur dan Gedung Sawah berbentuk Y) 2 Landform Pertigaan Bentuk landform yang ada pada setiap pertigaan minor dipertahankan (tanpa adanya grading) sebagai potensi dalam meningkatkan visual lanskap pertigaan Pada bagian landform yang landai tetap dipertahankan tetapi di beri rem jalan untuk mengurangi kecepatan sehingga tidak terjadi konflik lalu lintas (kecelakaan) 3 Sirkulasi Pertigaan Mengatur sirkulasi dengan penambahan rambu lalu lintas dan peraturan yang lebih tegas agar akses menjadi lancar sehingga tidak membutuhkan petugas untuk mengatur lalu lintas dan penyeberangan Sirkulasi yang ada di setiap pertigaan minor tidak menggunakan traffic island 4 Vegetasi Pertigaan Penggunaan jenis vegetasi diutamakan yang mampu tumbuh secara optimal dengan lingkungan yang ada Pemilihan jenis vegetasi yang mampu menonjolkan identitas Kota Bogor Penggunaan kombinasi pohon, semak, dan penutup tanah yang mampu memberikan nilai fungsional dan estetika pada tapak (fungsi ekologis, peneduh dan kontrol sinar matahari, penyerap polusi, pengontrol kebisingan, pengarah jalan, dan estetika) 5 Elemen Penunjang Pertigaan Penempatan fasilitas pengatur lalu lintas yang sesuai dan tidak mengganggu (rambu-rambu lalu lintas dan papan informasi) Pengaturan penempatan fasilitas dan perlengkapan jalan yang sesuai tanpa menggangu pandangan dan visual pada tapak (bak tanaman, bak sampah, telepon umum, hydrant, lampu jalan, lampu taman, dan papan reklame) Penyediaan penerangan (sesuai dengan tema yang ditampilkan) pada jalur pedestrian, papan informasi, maupun tanaman yang ada pada tapak Pemeliharaan terhadap fasilitas dan perlengkapan jalan yang ada secara rutin agar optimal penggunaannya Penertiban para pedagang kaki lima (PKL) dengan menyediakan tempat khusus atau membatasi keberadaannya untuk berdagang sehingga tidak mengganggu aktivitas lalu lintas pada pertigaan minor

66 86 Pengembangan Konsep Konsep Dasar Konsep dasar lanskap pertigaan, khususnya pertigaan besar (mayor) adalah menciptakan sebuah konsep desain yang mampu memberikan keamanan, kenyamanan, serta pengalaman visual bagi pengguna jalan pertigaan di kawasan Jalan Lingkar Kebun Raya Bogor yang mencirikan identitas Kota Bogor (Kebun Raya Bogor dan Istana Bogor). Konsep Ruang Konsep ruang merupakan konsep pengembangan desain yang membagi ruang-ruang berdasarkan karakteristik yang ada pada tapak. Ruang-ruang tersebut didasarkan pada fungsi ruang yang ada, baik dari segi aktivitas maupun tata guna lahan lingkungan sekitar. Pembagian ruang tersebut terdiri dari: 1. Ruang Inti (Utama), merupakan ruang utama pada pembagian konsep ruang pada lanskap jalan pertigaan yang berupa badan jalan (jalan raya) sebagai ruang untuk kegiatan utama (lalu lintas kendaraan). 2. Ruang Sekunder, merupakan ruang kedua yang mempengaruhi keberlangsungan dan aktivitas dari ruang utama, yakni berupa jalur pedestrian (trotoar) yang digunakan oleh para pejalan kaki. 3. Ruang Pendukung (Penyangga), merupakan ruang yang secara ekologi dan estetika mempengaruhi keadaan lanskap sekitar ruang utama dan ruang sekunder, yakni berupa taman di tengah-tengah pertigaan, taman sudut, maupun jalur hijau jalan yang tersusun atas kombinasi pohon, semak, dan penutup tanah. Adanya keterkaitan diantara ketiga ruang tersebut dalam desain lanskap pertigaan dapat mempengaruhi keberlangsungan kondisi dan keindahan lanskap pertigaan yang ada. Konsep ruang yang direkomendasikan untuk semua pertigaan adalah antara ruang inti dan ruang sekunder dipisahkan oleh ruang pendukung (penyangga), hal ini dikarenakan untuk keamanan dan kenyamanan para pejalan kaki. Oleh karena itu, pembagian secara jelas antar ruang-ruang tersebut sangat

67 87 berpengaruh dalam menghasilkan sebuah desain lanskap jalan pertigaan yang ideal. Gambar 47. Ilustrasi Konsep Ruang pada Lanskap Jalan Pertigaan Konsep Sirkulasi Konsep sirkulasi merupakan konsep pengembangan desain yang mengatur pergerakan (manusia dan kendaraan) pada tapak. Berdasarkan konsep ruang yang telah diusulkan maka konsep sirkulasi pada tapak mengikuti konsep ruang yang ada, yakni sirkulasi kendaraan (mobil, motor, dan sepeda) pada ruang inti (badan jalan) dan sirkulasi pejalan kaki pada ruang sekunder (jalur pedestrian atau trotoar). Adanya zebracross pada titik-titk tertentu merupakan sirkulasi penghubung diantara jalur pejalan kaki yang saling berseberangan. Secara umum konsep sirkulasi pada setiap pertigaan-pertigaan (baik pertigaan mayor maupun minor) pada Jalan Lingkar Kebun Raya Bogor sudah cukup baik, namun karena masih kurangnya kesadaran masyarakat terhadap aturan yang berlaku maka berbagai permasalahan khususnya masalah sirkulasi (kemacetan lalu lintas) sering terjadi hampir disetiap jalan dan pertigaan-pertigaan yang ada di Jalan Lingkar Kebun Raya Bogor. Permasalahan tersebut dapat diatasi dengan lebih menegaskan aturan yang berlaku dari Pemerintah Kota Bogor dan rambu-rambu lalu lintas yang ada lebih diperhatikan sesuai dengan aturan yang berlaku sehingga sirkulasi pada tapak menjadi lancar dan mudah. Selain itu pengoptimalan dan penegasan bagi para

68 88 pejalan kaki untuk menggunakan jalur pedestrian (Trotoar) sebagaimana mestinya dan menyeberang jalan dengan memanfaatkan zebra cross yang ada. Konsep Vegetasi Konsep vegetasi merupakan konsep pengembangan desain yang berkaitan dengan kondisi dan penataan tata hijau pada tapak. Konsep penataan vegetasi ini didasarkan pada jenis dan fungsi vegetasi yang ditampilkan pada lanskap pertigaan, yakni: 1. Vegetasi pengontrol sinar matahari (peneduh) dengan tajuk pohon yang berbentuk menaungi (memayung), rindang, dan masif. 2. Vegetasi pengarah jalan dan pembatas pandangan dengan pola penanaman vegetasi yang serempak. 3. Vegetasi pengontrol kebisingan dengan tanaman yang mempunyai daun lebat sepanjang tahun dengan pola daun menyebar hingga ke permukaan tanah. 4. Vegetasi penyerap polusi udara. 5. Vegetasi estetis yang mempunyai nilai hias dan unik sesuai dengan kondisi lingkungan dan ciri khas Kota Bogor. Secara umum fungsi vegetasi yang direkomendasikan adalah vegetasi yang mampu membingkai jalan, pengarah dan pembatas pandangan, menciptakan batas-batas jalan, memisahkan antara struktur jalan dan bangunan yang ada, serta sebagai aksen untuk melembutkan kesan kaku yang ditimbulkan oleh bangunan atau elemen hard material yang ada. Rekomendasi Desain Lanskap Pertigaan Berdasarkan konsep dasar, konsep ruang, konsep sirkulasi, dan konsep vegetasi yang telah dijelaskan untuk desain lanskap pertigaan, maka rekomendasi desain lanskap pertigaan yang dapat diusulkan pada setiap pertigaan besar (mayor) adalah sebagai berikut: a. Pertigaan Tugu Kujang (Ma 1) Kondisi lanskap pertigaan Tugu Kujang sangat memerlukan perbaikan agar tercipta suasana lanskap yang aman, nyaman, monumental, dan estetik.

69 89 Konsep umum desain lanskap pertigaan Tugu Kujang adalah menonjolkan kesan dan karakter monumental Tugu Kujang. Tabel 18. Rekomendasi Desain Lanskap Pertigaan Tugu Kujang No Rekomendasi Desain Lanskap Pertigaan Tugu Kujang 1 Kondisi landform yang ada dipertahankan sebagai potensi untuk meningkatkan visual lanskap pertigaan, yakni adanya view ke arah Gunung Salak 2 Sirkulasi pada tapak dipertahankan (traffic island) namun lebih dipertegas lagi dengan aturan yang berlaku (pengoptimalan rambu lalu lintas dan marka jalan serta larangan bagi angkot yang berhenti atau ngetem) 3 Penggunaan bak tanaman yang bertema monumental sesuai dengan keberadaan Tugu Kujang dan diletakkan di sekitar jalur pedestrian untuk meningkatkan keamanan dan kenyamanan para pejalan kaki 4 Penggunaan jenis tanaman pengarah, peneduh (kontrol sinar matahari), pengontrol kebisingan dan polusi udara pada bagian jalur hijau di sepanjang jalur pedestrian 5 Penggunaan kombinasi tanaman (pohon, semak, dan penutup tanah) pada jalur hijau pertigaan dengan tanaman yang tidak mencolok (bertema sama dengan Tugu Kujang) 6 Penggunaan dan penataan tanaman semak pendek hingga sedang dalam pot di sekitar taman tengah Tugu Kujang agar tidak menutupi pandangan bagi pengguna jalan 7 Mengoptimalkan pencahayaan pada Tugu Kujang yang merupakan point of interest dan merupakan salah satu icon Kota Bogor sehingga pada malam hari dapat terlihat kesan monumentalnya 8 Memberi pencahayaan pada jalur pedestrian agar keamanan dan kenyamanan pejalan kaki pada malam hari tetap terjaga dengan desain lampu yang bertema kolonial 9 Sebaiknya pertigaan dibebaskan dari reklame agar tidak merusak kesan monumental Tugu Kujang, jika memungkinkan harus diatur tata letak reklame dan fasilitas lainya (bak sampah, telephon umum, hydrant, dsb) agar tidak mengganggu visual tapak Gambar 48. Konsep Lanskap Pertigaan Tugu Kujang

70 90 Gambar 49. Rekomendasi Desain Lanskap Pertigaan Tugu Kujang b. Pertigaan Plasa Pangrango (Ma 2) Pertigaan Plasa Pangrango merupakan salah satu pertigaan mayor yang mempunyai taman di tengah-tengah pertigaan (traffic island) yang memberi nilai tersendiri. Namun keberadaan Billboard yang berukuran besar di tengah-tengah taman sangat tidak sesuai dan tidak unity dengan lingkungan sekitar (Kebun Raya Bogor dan Istana Bogor). Hal ini merupakan permasalahan terhadap visual lanskap pertigaan. Konsep umum desain lanskap pertigaan Plasa Pangrango adalah menonjolkan kesan dan karakter kolonial Kota Bogor. Tabel 19. Rekomendasi Desain Lanskap Pertigaan Plasa Pangrango No Rekomendasi Desain Lanskap Pertigaan Plasa Pangrango 1 Kondisi landform yang ada dipertahankan sebagai potensi untuk meningkatkan visual lanskap pertigaan 2 Sirkulasi pada tapak dipertahankan (traffic island) namun lebih dipertegas lagi dengan aturan yang berlaku (mengoptimalkan rambu lalu lintas) 3 Pemberian rem jalan pada bagian jalan yang menuru n agar tidak terjadi konflik lalu lintas

71 91 Lanjutan Tabel 19 No Rekomendasi Desain Lanskap Pertigaan Plasa Pangrango 4 Billboard yang ada sebaiknya diganti dengan sculpture yang melambangkan identitas Kota Bogor agar lebih unity dengan lingkungan sekitar (Kebun Raya Bogor dan Istana Bogor), misalnya penggunaan sculpture Bunga Rafflesia 5 Penggunaan bak tanaman pada taman pertigaan yang bertema sama ( bergaya kolonial) agar lebih seragam dan unity 6 Penggunaan jenis tanaman (semak pendek sampai sedang) pada taman pertigaan yang estetis dan mampu beradaptasi dengan lingkungan Kota Bogor 7 Penggunaan jenis tanaman pengarah, peneduh (kontrol sinar matahari), pengontol kebisingan dan polusi udara pada bagian jalur hijau di sepanjang jalur pedestrian 8 Penggunaan kombinasi tanaman (pohon, semak, dan penutup tanah) pada jalur hijau pertigaan agar tidak monoton 9 Mengoptimalkan pencahayaan pada taman pertigaan dengan tema pencahayaan yang sesuai agar memberi pengalaman visual pada malam hari 10 Memberi pencahayaan pada jalur pedestrian agar keamanan dan kenyamanan pejalan kaki pada malam hari tetap terjaga dengan desain lampu yang bertema kolonial dengan pot-pot bunga yang bergantung pada lampu 11 Mengatur tata letak papan reklame dan fasilitas lainya (bak sampah, telephon umum, hydrant, dsb) agar tidak mengganggu visual dan nilai estetika pada tapak Gambar 50. Konsep Lanskap Pertigaan Plasa Pangrango

72 92 Gambar 51. Rekomendasi Desain Lanskap Pertigaan Plasa Pangrango c. Pertigaan Polisi Militer (Ma 3) Pertigaan Polisi Militer merupakan pertigaan mayor yang tidak mempunyai traffic island. Hal ini karena adanya view yang menarik ke arah Istana Bogor yang dilihat dari arah Jalan Sudirman sehingga pertigaan ini dibiarkan terbuka agar tidak menutup potensi view tersebut. Konsep umum desain lanskap pertigaan Polisi Militer adalah menonjolkan kesan dan karakter kolonial Kota Bogor (Istana Bogor). Tabel 20. Rekomendasi Desain Lanskap Pertigaan Polisi Militer No Rekomendasi Desain Lanskap Pertigaan Polisi Militer 1 Kondisi landform yang ada dipertahankan sebagai potensi untuk meningkatkan visual lanskap pertigaan yaitu view ke arah Istana Bogor 2 Sirkulasi pada tapak dipertahankan (tanpa traffic island) dan lebih dipertegas lagi dengan aturan yang berlaku (mengoptimalkan rambu lalu lintas) 3 Penggunaan bak tanaman pada jalur pedestrian sebagai jalur hijau untuk keamanan dan kenyamanan pejalan kaki

73 93 Lanjutan Tabel 20 No Rekomendasi Desain Lanskap Pertigaan Polisi Militer 4 Penggunaan jenis tanaman pengarah, peneduh (kontrol sinar matahari), pengontrol kebisingan dan polusi udara pada bagian jalur hijau di sepanjang jalur pedestrian 5 Penggunaan kombinasi tanaman (pohon, semak, dan penutup tanah) pada jalur hijau pertigaan agar tidak monoton 6 Mengoptimalkan pencahayaan pada jalur pedestrian dengan tema pencahayaan yang sesuai agar memberi pengalaman visual yang menarik pada malam hari dan desain lampu gaya kolonial dengan penambahan pot-pot bunga yang bergantung pada lampu 7 Sebaiknya pertigaan ini dibebaskan dari reklame, jika dibutuhkan dapat diatur tata letak reklame dan fasilitas lainya agar tidak mengganggu visual dan nilai estetika pada tapak Gambar 52. Konsep Lanskap Pertigaan Polisi Militer d. Pertigaan Bank Mandiri (Ma 4) Pertigaan Bank Mandiri merupakan pertigaan yang sering mengalami kemacetan lalu lintas akibat dari aktivitas pengguna jalan yang melewati jalan ini sangat tinggi. Kondisi lanskap yang ada belum maksimal dan memerlukan masukan desain lanskap pertigaan yang sesuai. Konsep umum desain lanskap pertigaan Bank Mandiri adalah menonjolkan kesan dan karakter kolonial Kota Bogor (Istana Bogor).

74 94 Gambar 53. Rekomendasi Desain Lanskap Pertigaan Polisi Militer Tabel 21. Rekomendasi Desain Lanskap Pertigaan Bank Mandiri No Rekomendasi Desain Lanskap Pertigaan Bank Mandiri 1 Kondisi landform yang ada dipertahankan sebagai potensi untuk meningkatkan visual lanskap pertigaan 2 Sirkulasi pada tapak dipertahankan (traffic island) dan lebih dipertegas lagi dengan aturan yang berlaku (mengoptimalkan rambu dan lampu lalu lintas) 3 Penggunaan bak tanaman pada jalur pedestrian sebagai jalur hijau untuk keamanan dan kenyamanan pejalan kaki 4 Penggunaan jenis tanaman pengarah, peneduh (kontrol sinar matahari), pengontrol kebisingan dan polusi udara pada bagian jalur hijau di sepanjang jalur pedestrian 5 Penggunaan kombinasi tanaman (pohon, semak, dan penutup tanah) pada jalur hijau pertigaan agar monoton 6 Penggunaan dan penataan tanaman semak pendek hingga sedang di sekitar taman tengah agar tidak menutupi pandangan bagi pengguna jalan (khususnya pengendara kendaraan) 7 Mengoptimalkan keberadaan taman sudut yang ada di sebelah SMA 1 Bogor dengan desain yang sesuai agar memberi nilai estetika pada kawasan pertigaan ini 8 Mengoptimalkan pencahayaan pada taman sudut, taman pertigaan, dan jalur pedestrian dengan tema pencahayaan yang sesuai agar memberi pengalaman visual yang menarik pada malam hari dengan desain lampu bergaya kolonial 9 Sebaiknya pertigaan ini dibebaskan dari reklame, jika dibutuhkan dapat diatur tata letak reklame dan fasilitas lainya agar tidak mengganggu visual dan nilai estetika pada tapak

75 95 Gambar 54. Konsep Lanskap Pertigaan Bank Mandiri Gambar 55. Rekomendasi Desain Lanskap Pertigaan Bank Mandiri

76 96 e. Pertigaan Bogor Trade Mall (Ma 5) Kondisi lanskap pada pertigaan ini sangat kurang sesuai karena berdekatan dengan pusat perbelanjaan dan pasar tradisional sehingga tingkat kemacetan, kebisingan, dan polusi udara sangat tinggi. Selain itu banyaknya pedagang kaki lima dan kurang tertibnya kendaraan (khususnya angkot) juga menjadi penyebab kemacetan lalu lintas. Hal ini dapat diminimalisir dengan pengaturan dan penegasan lalu lintas serta memperbaiki desain lanskap pertigaan yang ada. Konsep umum desain lanskap pertigaan Bogor Trade Mall adalah menghadirkan kesan dan ciri khas Kota Bogor di tengah-tengah pusat jasa dan perdagangan. Tabel 22. Rekomendasi Desain Lanskap Pertigaan Bogor Trade Mall No Rekomendasi Desain Lanskap Pertigaan Bogor Trade Mall 1 Kondisi landform yang ada dipertahankan sebagai potensi untuk meningkatkan visual lanskap pertigaan, khususnya untuk melihat view Gunung Salak ke arah Jalan Saleh Sarif Bustaman 2 Sirkulasi pada tapak dipertahankan (traffic island)dan lebih dipertegas lagi dengan aturan yang berlaku (mengoptimalkan rambu lalu lintas) 3 Penggunaan bak tanaman pada jalur pedestrian sebagai jalur hijau untuk keamanan dan kenyamanan pejalan kaki 4 Penggunaan jenis tanaman pengarah, peneduh (kontrol sinar matahari), pengontrol kebisingan dan polusi udara pada bagian jalur hijau di sepanjang jalur pedestrian 5 Penggunaan kombinasi tanaman (pohon, semak, dan penutup tanah) pada jalur hijau pertigaan yang sesuai dengan kondisi sekitar agar tidak monoton 6 Penggunaan dan penataan tanaman semak pendek hingga sedang di sekitar taman tengah pertigaan Bogor Trade Mall agar tidak menutupi pandangan bagi pengguna jalan (khususnya pengendara kendaraan) 7 Billboard yang ada di tengah-tengah taman pertigaan sebaiknya diganti dengan sculpture yang melambangkan identitas Kota Bogor agar lebih unity dengan lingkungan sekitar, misalnya penggunaan sculpture hewan Rusa 8 Mengoptimalkan pencahayaan pada taman tengah pertigaan dengan tema pencahayaan yang menarik dan dinamis (kawasan jasa dan perdagangan) agar memberi pengalaman visual yang menarik pada malam hari 9 Mengoptimalkan pencahayaan pada jalur pedestrian dengan tema pencahayaan dan desain lampu yang unik dan dinamis sesuai dengan kawasan jasa dan perdagangan serta tidak meninggalkan ciri khas Kota Bogor 10 Mengatur tata letak papan reklame dan fasilitas lainya (bak sampah, hydrant, telephon umum, dsb) agar tidak mengganggu visual dan nilai estetika pada tapak 11 Pengaturan dan penyediaan lokasi khusus untuk para pedagang kaki lima (PKL) agar tidak mengganggu kenyamanan pejalan kaki dan arus lalu lintas, yakni membuat kawasan street mall (kawasan Jalan Lawang Sketeng) yang bertujuan untuk menertibkan lokasi yang khusus menjual souvenir dan makanan khas Kota Bogor agar tidak mengganggu kualitas fisik kota

77 97 Gambar 56. Konsep Lanskap Pertigaan Bogor Trade Mall Gambar 57. Rekomendasi Desain Lanskap Pertigaan Bogor Trade Mall

78 98 f. Pertigaan Plasa Bogor (Ma 6) Kondisi lanskap pada pertigaan ini hampir sama dengan pertigaan Bogor Trade Mall sangat kurang sesuai karena berdekatan dengan pusat perbelanjaan dan pasar tradisional sehingga tingkat kemacetan, kebisingan, dan polusi udara sangat tinggi. Hal yang membedakannya adalah pertigaan ini tidak mempunyai traffic island karena arus lalu lintasnya dibuat searah. Pedagang kaki lima dan kurang tertibnya kendaraan (khususnya angkot dan delman) juga menjadi penyebab kemacetan lalu lintas dan menurunnya nilai estetika pada kawasan pertigaan ini. Hal ini dapat diminimalisir dengan pengaturan dan penegasan lalu lintas serta memperbaiki desain lanskap pertigaan yang ada. Konsep umum desain lanskap pertigaan Plasa Bogor adalah menghadirkan kesan dan ciri khas Kota Bogor di tengah-tengah pusat jasa dan perdagangan. Tabel 23. Rekomendasi Desain Lanskap Pertigaan Plasa Bogor No Rekomendasi Desain Lanskap Pertigaan Plasa Bogor 1 Kondisi landform yang ada dipertahankan sebagai potensi untuk meningkatkan visual lanskap pertigaan 2 Sirkulasi pada tapak dipertahankan (tanpa traffic island) dan lebih dipertegas lagi dengan aturan yang berlaku (mengoptimalkan rambu lalu lintas) 3 Penggunaan bak tanaman pada jalur pedestrian sebagai jalur hijau untuk keamanan dan kenyamanan pejalan kaki 4 Penggunaan jenis tanaman pengarah, peneduh (kontrol sinar matahari), pengontrol kebisingan dan polusi udara pada bagian jalur hijau 5 Penggunaan kombinasi tanaman (pohon, semak, dan penutup tanah) pada jalur hijau pertigaan yang sesuai dengan kondisi sekitar agar tidak monoton 5 Mengoptimalkan pencahayaan pada jalur pedestrian dengan tema pencahayaan yang sesuai (tema kolonial untuk pencahyaan di kawasan pintu masuk KRB dan tema dinamik untuk pencahayaan di sekitar Plasa Bogor) agar memberi pengalaman visual yang menarik pada malam hari 6 Penggunaan jenis lampu sepanjang jalur pedestrian yang berdekatan dengan pusat perbelanjaan (jasa dan perdagangan), yakni jenis lampu yang sekaligus menyediakan space untuk iklan 7 Mengatur tata letak papan reklame dan fasilitas lainya (bak sampah, hydrant, telephon umum, dsb) agar tidak mengganggu visual dan nilai estetika pada tapak 8 Pengaturan dan penyediaan lokasi khusus untuk para pedagang kaki lima (PKL) serta pedagang sayuran atau buah-buahan pada pasar malam hari agar tidak mengganggu kenyamanan pejalan kaki dan arus lalu lintas, yakni memusatkan kegiatan tersebut pada kawasan dalam Pasar Bogor dan kawasan street mall pada Jalan Lawang Sketeng

79 99 Gambar 58. Konsep Lanskap Pertigaan Plasa Bogor Gambar 59. Rekomendasi Desain Lanskap Pertigaan Plasa Bogor

ANALISIS DAN PEMECAHAN MASALAH

ANALISIS DAN PEMECAHAN MASALAH 56 ANALISIS DAN PEMECAHAN MASALAH Berdasarkan hasil inventarisasi maka dari faktor-faktor yang mewakili kondisi tapak dianalisis sehingga diketahui permasalahan yang ada kemudian dicari solusinya sebagai

Lebih terperinci

KAJIAN LANSKAP PERTIGAAN JALAN LINGKAR KEBUN RAYA BOGOR INDAH CAHYA IRIANTI

KAJIAN LANSKAP PERTIGAAN JALAN LINGKAR KEBUN RAYA BOGOR INDAH CAHYA IRIANTI KAJIAN LANSKAP PERTIGAAN JALAN LINGKAR KEBUN RAYA BOGOR INDAH CAHYA IRIANTI DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2010 RINGKASAN INDAH CAHYA IRIANTI. A44050251.

Lebih terperinci

3.2 Alat. 3.3 Batasan Studi

3.2 Alat. 3.3 Batasan Studi 3.2 Alat Alat yang digunakan dalam penelitian ini antara lain alat tulis dan kamera digital. Dalam pengolahan data menggunakan software AutoCAD, Adobe Photoshop, dan ArcView 3.2 serta menggunakan hardware

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kondisi Umum

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kondisi Umum HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Karakteristik Jalan Jalan Lingkar KRB terdiri dari empat jalan, meliputi Jalan Juanda, Ottista, Pajajaran, dan Jalak Harupat. Berdasarkan sifat dan pergerakan lalu lintas

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Jalan adalah prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian jalan,

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Jalan adalah prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian jalan, I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jalan adalah prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian jalan, termasuk bangunan pelengkap dan perlengkapannya yang diperuntukkan bagi lalu lintas, yang berada

Lebih terperinci

KONDISI UMUM. Bogor Tengah, Bogor Timur, Bogor Barat, Bogor Utara, Bogor Selatan, dan Tanah Sareal (Gambar 13).

KONDISI UMUM. Bogor Tengah, Bogor Timur, Bogor Barat, Bogor Utara, Bogor Selatan, dan Tanah Sareal (Gambar 13). 28 IV. KONDISI UMUM 4.1 Wilayah Kota Kota merupakan salah satu wilayah yang terdapat di Provinsi Jawa Barat. Kota memiliki luas wilayah sebesar 11.850 Ha yang terdiri dari 6 kecamatan dan 68 kelurahan.

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Kondisi Eksisting dan Evaluasi Ruang Terbuka Hijau Kecamatan Jepara Jenis ruang terbuka hijau yang dikembangkan di pusat kota diarahkan untuk mengakomodasi tidak hanya fungsi

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Pada bab ini akan menguraikan kesimpulan studi yang merupakan ringkasan hasil studi yang dilakukan sesuai dengan tujuan dan sasaran dalam melakukan studi, serta saran-saran

Lebih terperinci

III. METODOLOGI. Gambar 1 Peta lokasi penelitian

III. METODOLOGI. Gambar 1 Peta lokasi penelitian 16 III. METODOLOGI 3.1 Tempat dan Waktu Pelaksanaan Studi mengenai Perencanaan Jalur Hijau Jalan sebagai Identitas Kota Banjarnegara dilakukan di jalan utama Kota Banjarnegara yang terdiri dari empat segmen,

Lebih terperinci

ANALISIS DAN SINTESIS

ANALISIS DAN SINTESIS 55 ANALISIS DAN SINTESIS Lokasi Lokasi PT Pindo Deli Pulp and Paper Mills yang terlalu dekat dengan pemukiman penduduk dikhawatirkan dapat berakibat buruk bagi masyarakat di sekitar kawasan industri PT

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Aspek Biofisik

HASIL DAN PEMBAHASAN. Aspek Biofisik HASIL DAN PEMBAHASAN Aspek Biofisik Kondisi Umum Jalan Tapak penelitian merupakan Jalan Lingkar Kebun Raya Bogor dengan batas di sebelah utara Kelurahan Babakan, Sempur, dan Pabaton; sebelah barat Kelurahan

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM 4.1 Letak Geografis dan Aksesibilitas

IV. KONDISI UMUM 4.1 Letak Geografis dan Aksesibilitas 42 IV. KONDISI UMUM 4.1 Letak Geografis dan Aksesibilitas Secara geografis, perumahan Bukit Cimanggu City (BCC) terletak pada 06.53 LS-06.56 LS dan 106.78 BT sedangkan perumahan Taman Yasmin terletak pada

Lebih terperinci

KAJIAN PENCAHAYAAN LANSKAP JALAN LINGKAR KEBUN RAYA BOGOR ARSYAD KHRISNA

KAJIAN PENCAHAYAAN LANSKAP JALAN LINGKAR KEBUN RAYA BOGOR ARSYAD KHRISNA KAJIAN PENCAHAYAAN LANSKAP JALAN LINGKAR KEBUN RAYA BOGOR ARSYAD KHRISNA DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2010 RINGKASAN ARSYAD KHRISNA A44052252. Kajian Pencahayaan

Lebih terperinci

Gambar 26. Material Bangunan dan Pelengkap Jalan.

Gambar 26. Material Bangunan dan Pelengkap Jalan. KONSEP Konsep Dasar Street furniture berfungsi sebagai pemberi informasi tentang fasilitas kampus, rambu-rambu jalan, dan pelayanan kepada pengguna kampus. Bentuk street furniture ditampilkan memberikan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. desain taman dengan menggunakan tanaman hias sebagai komponennya

II. TINJAUAN PUSTAKA. desain taman dengan menggunakan tanaman hias sebagai komponennya 9 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ruang Lingkup Arsitektur Lansekap Lansekap sebagai gabungan antara seni dan ilmu yang berhubungan dengan desain taman dengan menggunakan tanaman hias sebagai komponennya merupakan

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan I-1 BAB I PENDAHULUAN I.1 TINJAUAN UMUM

Bab I Pendahuluan I-1 BAB I PENDAHULUAN I.1 TINJAUAN UMUM Bab I Pendahuluan I-1 BAB I PENDAHULUAN I.1 TINJAUAN UMUM Jaringan jalan merupakan salah satu prasarana untuk meningkatkan laju pertumbuhan perekonomian suatu daerah. Berlangsungnya kegiatan perekonomian

Lebih terperinci

PERANCANGAN TAPAK II DESTI RAHMIATI, ST, MT

PERANCANGAN TAPAK II DESTI RAHMIATI, ST, MT PERANCANGAN TAPAK II DESTI RAHMIATI, ST, MT DESKRIPSI OBJEK RUANG PUBLIK TERPADU RAMAH ANAK (RPTRA) Definisi : Konsep ruang publik berupa ruang terbuka hijau atau taman yang dilengkapi dengan berbagai

Lebih terperinci

BAB 2 DATA DAN ANALISA

BAB 2 DATA DAN ANALISA BAB 2 DATA DAN ANALISA 2.1. Data Umum Jalur sepeda adalah jalur lalu lintas yang khusus diperuntukan bagi pengguna sepeda, dipisahkan dari lalu lintas kendaraan bermotor untuk meningkatkan keselamatan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. Inspeksi Keselamatan Jalan Tingginya angka lalu lintas, maka salah satu cara untuk mengurangi tingkat kecelakaan adalah dengan melakukan Inspeksi Keselamatan Jalan.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Peranan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Peranan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Peranan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan Menurut Munawar, A. (2004), angkutan dapat didefinikan sebagai pemindahan orang dan atau barang dari suatu tempat ke tempat lain dengan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. 18% dari luas wilayah DIY, terbentang di antara 110 o dan 110 o 33 00

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. 18% dari luas wilayah DIY, terbentang di antara 110 o dan 110 o 33 00 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kabupaten Sleman merupakan salah satu kabupaten di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), Indonesia. Luas wilayah Kabupaten Sleman 7574,82 Km 2 atau 18% dari luas wilayah DIY,

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS SINTESIS

BAB V ANALISIS SINTESIS BAB V ANALISIS SINTESIS 5.1 Aspek Fisik dan Biofisik 5.1.1 Letak, Luas, dan Batas Tapak Tapak terletak di bagian Timur kompleks sekolah dan berdekatan dengan pintu keluar sekolah, bangunan kolam renang,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengelompokan Jalan Menurut Undang Undang No. 38 Tahun 2004 tentang jalan, ditinjau dari peruntukannya jalan dibedakan menjadi : a. Jalan khusus b. Jalan Umum 2.1.1. Jalan

Lebih terperinci

KAJIAN LANSKAP PERTIGAAN JALAN LINGKAR KEBUN RAYA BOGOR INDAH CAHYA IRIANTI

KAJIAN LANSKAP PERTIGAAN JALAN LINGKAR KEBUN RAYA BOGOR INDAH CAHYA IRIANTI KAJIAN LANSKAP PERTIGAAN JALAN LINGKAR KEBUN RAYA BOGOR INDAH CAHYA IRIANTI DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2010 RINGKASAN INDAH CAHYA IRIANTI. A44050251.

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Pada bab ini akan diuraikan mengenai kesimpulan studi berupa temuantemuan yang dihasilkan selama proses analisis berlangsung yang sesuai dengan tujuan dan sasaran studi,

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA TAPAK

BAB IV ANALISA TAPAK BAB IV ANALISA TAPAK 4.1 Deskripsi Proyek 1. Nama proyek : Garuda Bandung Arena 2. Lokasi proyek : Jln Cikutra - Bandung 3. Luas lahan : 2,5 Ha 4. Peraturan daerah : KDB (50%), KLB (2) 5. Batas wilayah

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Lanskap Jalan

TINJAUAN PUSTAKA Lanskap Jalan TINJAUAN PUSTAKA Lanskap Simonds (1983) menyatakan bahwa lanskap merupakan suatu bentang alam dengan karakteristik tertentu yang dapat dinikmati oleh seluruh indera manusia, dengan karakter yang menyatu

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM 4.1 Kondisi Fisik Wilayah Administrasi

IV. KONDISI UMUM 4.1 Kondisi Fisik Wilayah Administrasi IV. KONDISI UMUM 4.1 Kondisi Fisik 4.1.1 Wilayah Administrasi Kota Bandung merupakan Ibukota Propinsi Jawa Barat. Kota Bandung terletak pada 6 o 49 58 hingga 6 o 58 38 Lintang Selatan dan 107 o 32 32 hingga

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Karakter Lanskap Kota

TINJAUAN PUSTAKA Karakter Lanskap Kota TINJAUAN PUSTAKA Karakter Lanskap Kota Karakter merupakan sifat dan ciri khas yang dimiliki oleh suatu kelompok, baik orang maupun benda. Karakter lanskap merupakan suatu area yang mempunyai keharmonisan

Lebih terperinci

sekitarnya serta ketersediaannya yang belum optimal (pada perbatasan tertentu tidak terdapat elemen gate). d. Elemen nodes dan landmark yang

sekitarnya serta ketersediaannya yang belum optimal (pada perbatasan tertentu tidak terdapat elemen gate). d. Elemen nodes dan landmark yang BAB 5 KESIMPULAN 1. Berdasarkan hasil pengamatan dan penilaian secara subyektif (oleh peneliti) dan obyektif (pendapat responden) maka elemen identitas fisik yang membentuk dan memperkuat karakter (ciri

Lebih terperinci

BAB 4 PRINSIP-PRINSIP PERANCANGAN TAMAN LINGKUNGAN

BAB 4 PRINSIP-PRINSIP PERANCANGAN TAMAN LINGKUNGAN BAB 4 PRINSIP-PRINSIP PERANCANGAN TAMAN LINGKUNGAN 4.1 Temuan Studi Berdasarkan hasil analisis, terdapat beberapa temuan studi, yaitu: Secara normatif, terdapat kriteria-kriteria atau aspek-aspek yang

Lebih terperinci

BAB 5 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB 5 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB 5 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 5.1 Kesimpulan Kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian ini merupakan hasil temuan dan hasil analisa terhadap kawasan Kampung Sindurejan yang berada di bantaran sungai

Lebih terperinci

PERANCANGAN KOTA. Lokasi Alun - Alun BAB III

PERANCANGAN KOTA. Lokasi Alun - Alun BAB III BAB III DATA ALUN-ALUN KABUPATEN WONOGIRI Kabupaten Wonogiri, dengan luas wilayah 182.236,02 Ha secara geografis terletak pada garis lintang 7 0 32' sampai 8 0 15' dan garis bujur 110 0 41' sampai 111

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI PELUANG JALUR SEPEDA DI SEKELILING RAYA BOGOR ABSTRAK

IDENTIFIKASI PELUANG JALUR SEPEDA DI SEKELILING RAYA BOGOR ABSTRAK IDENTIFIKASI PELUANG JALUR SEPEDA DI SEKELILING RAYA BOGOR Dyah Prabaningrum 1), Indarti Komala Dewi 2), Budi Arief 3) 1) Mahasiswa Program Studi PWK Fakultas Teknik Universitas Pakuan 2) Staf Pengajar

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM WILAYAH PERENCANAAN

BAB II GAMBARAN UMUM WILAYAH PERENCANAAN BAB II GAMBARAN UMUM WILAYAH PERENCANAAN II. 1. Umum Ujung Berung Regency merupakan perumahan dengan fasilitas hunian, fasilitas sosial dan umum, area komersil dan taman rekreasi. Proyek pembangunan perumahan

Lebih terperinci

KONSEP THE CITY OF PEDESTRIAN. Supriyanto. Dosen Tetap Prodi Teknik Arsitektur FT UNRIKA Batam

KONSEP THE CITY OF PEDESTRIAN. Supriyanto. Dosen Tetap Prodi Teknik Arsitektur FT UNRIKA Batam KONSEP THE CITY OF PEDESTRIAN Supriyanto Dosen Tetap Prodi Teknik Arsitektur FT UNRIKA Batam Kalau kita berjalan kaki di suatu kawasan atau daerah, kita mempunyai tempat untuk mengekspresikan diri ( yaitu

Lebih terperinci

VI. PERENCANAAN LANSKAP PEDESTRIAN SHOPPING STREET

VI. PERENCANAAN LANSKAP PEDESTRIAN SHOPPING STREET 42 VI. PERENCANAAN LANSKAP PEDESTRIAN SHOPPING STREET Pengembangan konsep dalam studi perencanaan kawasan ini akan terbagi ke dalam empat sub konsep, yaitu perencanaan lanskap pedestrian shopping street,

Lebih terperinci

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 18 BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Letak Geografis dan Administratif Kawasan permukiman skala besar Bumi Serpong Damai (BSD City) secara administratif termasuk ke dalam wilayah Kecamatan Serpong

Lebih terperinci

BAB III: DATA DAN ANALISA

BAB III: DATA DAN ANALISA BAB III: DATA DAN ANALISA 3.1. Data Fisik dan Non Fisik 2.1.1. Data Fisik Lokasi Luas Lahan Kategori Proyek Pemilik RTH Sifat Proyek KLB KDB RTH Ketinggian Maks Fasilitas : Jl. Stasiun Lama No. 1 Kelurahan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS PERANCANGAN. 4.1 Analisis Obyek Rancangan Terhadap Kondisi Eksisting

BAB IV ANALISIS PERANCANGAN. 4.1 Analisis Obyek Rancangan Terhadap Kondisi Eksisting BAB IV ANALISIS PERANCANGAN 4.1 Analisis Obyek Rancangan Terhadap Kondisi Eksisting Terdapat beberapa hal yang benar-benar harus diperhatikan dalam analisis obyek perancangan terhadap kondisi eksisting

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ruas Jalan Jalan adalah prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian jalan, termasuk bangunan pelengkap dan perlengkapannya yang diperuntukkan bagi lalu lintas,

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. berupa jalan aspal hotmix dengan panjang 1490 m. Dengan pangkal ruas

II. TINJAUAN PUSTAKA. berupa jalan aspal hotmix dengan panjang 1490 m. Dengan pangkal ruas 6 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Gambaran Lalu Lintas Jalan R.A Kartini Jalan R.A Kartini adalah jalan satu arah di wilayah Bandar Lampung yang berupa jalan aspal hotmix dengan panjang 1490 m. Dengan pangkal

Lebih terperinci

ANALISIS SINTESIS Aspek Fisik Letak, Luas dan Batas-batas Tapak Aksesibilitas dan Sistem Transportasi

ANALISIS SINTESIS Aspek Fisik Letak, Luas dan Batas-batas Tapak Aksesibilitas dan Sistem Transportasi ANALISIS SINTESIS Aspek Fisik Letak, Luas dan Batas-batas Tapak Tapak merupakan jalan lingkar kampus di mana area tersebut adalah sebuah area pendidikan yang dilengkapi berbagai fasilitas pendukungnya.

Lebih terperinci

BAB VI KONSEP PERENCANAAN

BAB VI KONSEP PERENCANAAN BAB VI KONSEP PERENCANAAN VI.1 KONSEP BANGUNAN VI.1.1 Konsep Massa Bangunan Pada konsep terminal dan stasiun kereta api senen ditetapkan memakai masa gubahan tunggal memanjang atau linier. Hal ini dengan

Lebih terperinci

V KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN

V KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN V KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN 5.1. Gambaran Umum Kecamatan Kebon Pedes, Kabupaten Sukabumi Gambaran umum Kecamatan Kebon Pedes, Kabupaten Sukabumi dalam penelitian ini dihat

Lebih terperinci

KONSEP STREET FURNITURE KAMPUS INSTITUT PERTANIAN BOGOR DRAMAGA INDRA SAPUTRA A

KONSEP STREET FURNITURE KAMPUS INSTITUT PERTANIAN BOGOR DRAMAGA INDRA SAPUTRA A KONSEP STREET FURNITURE KAMPUS INSTITUT PERTANIAN BOGOR DRAMAGA INDRA SAPUTRA A34203039 PROGRAM STUDI ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2010 RINGKASAN INDRA SAPUTRA. A34203039.

Lebih terperinci

IV KONDISI UMUM TAPAK

IV KONDISI UMUM TAPAK IV KONDISI UMUM TAPAK 4.1 Letak, Luas, dan Batas Tapak Secara geografis kawasan Gunung Kapur Cibadak Ciampea terletak pada 16 32 BT 16 35 46 BT dan 6 36 LS 6 55 46 LS. Secara administratif terletak di

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Evaluasi Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2016), yang dimaksud dengan evaluasi adalah pengumpulan dan pengamatan dari berbagai macam bukti untuk mengukur dampak dan efektivitas

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN KAWASAN Tinjauan Kawasan Kebon Kacang Raya dan Kebon Kacang 30 3.1 Gambaran Kawasan Proyek Nama : Kawasan Kebon Kacang dan sekitarnya. Lokasi : Jl. Kebon Kacang Raya dan Jl.Kebon Kacang

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Administrasi

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Administrasi GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 26 Administrasi Kabupaten Sukabumi berada di wilayah Propinsi Jawa Barat. Secara geografis terletak diantara 6 o 57`-7 o 25` Lintang Selatan dan 106 o 49` - 107 o 00` Bujur

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR : KM 61 TAHUN 1993 TENTANG RAMBU-RAMBU LALU LINTAS DI JALAN MENTERI PERHUBUNGAN,

KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR : KM 61 TAHUN 1993 TENTANG RAMBU-RAMBU LALU LINTAS DI JALAN MENTERI PERHUBUNGAN, KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR : KM 61 TAHUN 1993 TENTANG RAMBU-RAMBU LALU LINTAS DI JALAN MENTERI PERHUBUNGAN, Menimbang : a. bahwa dalam Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 1993 tentang Prasarana

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN WILAYAH YOGYAKARTA

BAB III TINJAUAN WILAYAH YOGYAKARTA BAB III TINJAUAN WILAYAH YOGYAKARTA 3.1 TINJAUAN UMUM WILAYAH YOGYAKARTA 3.1.1 Kondisi Geografis dan Aministrasi Kota Yogyakarta terletak di bagian tengah-selatan Pulau Jawa dengan luas 32,50 km2. Kota

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI TABEL V.1 KESESUAIAN JALUR HIJAU

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI TABEL V.1 KESESUAIAN JALUR HIJAU BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Bab ini akan menjelaskan mengenai hasil kesimpulan studi dari hasil penelitian. Selain itu akan dijelaskan terlebih dahulu mengenai hasil temuan studi yang menjelaskan

Lebih terperinci

VI. KONSEP 6.1. Konsep Dasar 6.2. Konsep Pengembangan Fungsi Pendidikan

VI. KONSEP 6.1. Konsep Dasar 6.2. Konsep Pengembangan Fungsi Pendidikan 116 VI. KONSEP 6.1. Konsep Dasar Konsep dasar perencanaan adalah mengembangkan laboratorium lapang PPDF sebagai tempat praktikum santri sesuai dengan mata pelajaran yang diberikan dan juga dikembangkan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. permukaan tanah dan atau air (Peraturan Pemeritah Nomor 34 Tahun 2006).

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. permukaan tanah dan atau air (Peraturan Pemeritah Nomor 34 Tahun 2006). I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jalan adalah prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian jalan, termasuk bangunan pelengkap dan perlengkapannya yang diperuntukan bagi lalu lintas, yang berada

Lebih terperinci

BAB IV KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB IV KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB IV KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN Rumusan konsep ini merupakan dasar yang digunakan sebagai acuan pada desain studio akhir. Konsep ini disusun dari hasil analisis penulis dari tinjauan pustaka

Lebih terperinci

VI. KONSEP 6.1. Konsep Dasar Konsep dasar pada perencanaan kebun agrowisata Sindang Barang adalah kebun produksi tanaman budidaya IPB untuk

VI. KONSEP 6.1. Konsep Dasar Konsep dasar pada perencanaan kebun agrowisata Sindang Barang adalah kebun produksi tanaman budidaya IPB untuk VI. KONSEP 6.1. Konsep Dasar Konsep dasar pada perencanaan kebun agrowisata Sindang Barang adalah kebun produksi tanaman budidaya IPB untuk ditunjukkan pada pengunjung sekaligus sebagai pusat produksi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Umum Ruas jalan Cicendo memiliki lebar jalan 12 meter dan tanpa median, ditambah lagi jalan ini berstatus jalan arteri primer yang memiliki minimal kecepatan 60 km/jam yang

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 22 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Inventarisasi Tahap inventarisasi merupakan tahap yang dilakukan untuk mengumpulkan data-data yang mendukung dan dibutuhkan pada perencanaan jalur hijau jalan ini. Berdasarkan

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Letak dan Ciri-ciri Lintasan Sepeda Gunung Letak lintasan sepeda gunung di HPGW disajikan dalam Gambar 5. Ciricirinya disajikan dalam Tabel 9. Tabel 9 Keadaan plot penelitian

Lebih terperinci

Gambar 2 Peta lokasi studi

Gambar 2 Peta lokasi studi 15 III. METODOLOGI 3.1. Lokasi dan Waktu Studi Studi dilakukan di Kebun Anggrek yang terletak dalam areal Taman Kyai Langgeng (TKL) di Jalan Cempaka No 6, Kelurahan Kemirirejo, Kecamatan Magelang Tengah,

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM. Kabupaten Lampung Tengah adalah salah satu Kabupaten di Provinsi Lampung.

IV. GAMBARAN UMUM. Kabupaten Lampung Tengah adalah salah satu Kabupaten di Provinsi Lampung. IV. GAMBARAN UMUM A. Kondisi Umum Kabupaten Lampung Tengah Kabupaten Lampung Tengah adalah salah satu Kabupaten di Provinsi Lampung. Luas wilayah Kabupaten Lampung Tengah sebesar 13,57 % dari Total Luas

Lebih terperinci

PENATAAN JALUR PEJALAN KAKI PADA KORIDOR JALAN MALIOBORO BERDASARKAN PERSEPSI DAN PREFERENSI PENGUNJUNG LAPORAN TUGAS AKHIR

PENATAAN JALUR PEJALAN KAKI PADA KORIDOR JALAN MALIOBORO BERDASARKAN PERSEPSI DAN PREFERENSI PENGUNJUNG LAPORAN TUGAS AKHIR PENATAAN JALUR PEJALAN KAKI PADA KORIDOR JALAN MALIOBORO BERDASARKAN PERSEPSI DAN PREFERENSI PENGUNJUNG LAPORAN TUGAS AKHIR Disusun Oleh M.ARIEF ARIBOWO L2D 306 016 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI A. Hidrologi Menurut Triatmodjo (2008), Hidrologi adalah ilmu yang berkaitan dengan air di bumi, baik mengenai terjadinya,

BAB III LANDASAN TEORI A. Hidrologi Menurut Triatmodjo (2008), Hidrologi adalah ilmu yang berkaitan dengan air di bumi, baik mengenai terjadinya, BAB III LANDASAN TEORI A. Hidrologi Menurut Triatmodjo (2008), Hidrologi adalah ilmu yang berkaitan dengan air di bumi, baik mengenai terjadinya, peredaran dan penyebarannya, sifatsifatnya dan hubungan

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM WILAYAH

BAB IV GAMBARAN UMUM WILAYAH 51 BAB IV GAMBARAN UMUM WILAYAH 4.1 Kondisi Geografis Kota Bogor 4.1.1 Letak dan Batas Wilayah Kota Bogor terletak diantara 106 derajat 43 30 BT dan 30 30 LS 6 derajat 41 00 LS serta mempunyai ketinggian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Transportasi adalah suatu pergerakan orang dan barang. Transportasi digunakan untuk memudahkan manusia dalam melakukan aktivitas sehariharinya, sehingga transportasi

Lebih terperinci

PERENCANAAN WILAYAH KOMERSIAL STUDI KASUS RUAS JALAN MARGONDA DEPOK

PERENCANAAN WILAYAH KOMERSIAL STUDI KASUS RUAS JALAN MARGONDA DEPOK PERENCANAAN WILAYAH KOMERSIAL STUDI KASUS RUAS JALAN MARGONDA DEPOK A.R. Indra Tjahjani 1, Gita Cakra 2, Gita Cintya 3 1Program Studi Teknik Sipil, Universitas Pancasila Jakarta, Lenteng Agung Jakarta

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2010). Aksesibilitas adalah konsep yang luas dan fleksibel. Kevin Lynch

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2010). Aksesibilitas adalah konsep yang luas dan fleksibel. Kevin Lynch BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Aksesibilitas 2.1.1. Pengertian Aksesibilitas Jhon Black mengatakan bahwa aksesibilitas merupakan suatu ukuran kenyamanan atau kemudahan pencapaian lokasi dan hubungannya satu

Lebih terperinci

AR 40Z0 Laporan Tugas Akhir Rusunami Kelurahan Lebak Siliwangi Bandung BAB 4 ANALISIS

AR 40Z0 Laporan Tugas Akhir Rusunami Kelurahan Lebak Siliwangi Bandung BAB 4 ANALISIS BAB 4 ANALISIS 4.1. Analisis Kondisi Fisik Tapak 4.1.1. Tinjauan Umum Kawasan Kawasan Kelurahan Lebak Siliwangi merupakan daerah yang diapit oleh dua buah jalan yaitu Jalan Cihampelas (di sebelah barat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Trotoar adalah jalur bagi pejalan kaki yang terletak di daerah manfaat jalan, diberi lapis permukaan, diberi elevasi lebih tinggi dari permukaan perkerasan jalan,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan kota Jakarta sebagai pusat pemerintahan, pusat perdagangan, pusat perbankan dan pusat perindustrian menuntut adanya kemajuan teknologi melalui pembangunan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Umum Menurut Kamala (1993), transportasi merupakan fasilitas yang sangat penting dalam pergerakan manusia dan barang. Jalan sebagai prasarana transportasi darat memiliki

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kemacetan Lalu Lintas Kemacetan adalah kondisi dimana arus lalu lintas yang lewat pada ruas jalan yang ditinjau melebihi kapasitas rencana jalan tersebut yang mengakibatkan

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERANCANGAN. Konsep dasar perancangan beranjak dari hasil analisis bab sebelumnya yang

BAB V KONSEP PERANCANGAN. Konsep dasar perancangan beranjak dari hasil analisis bab sebelumnya yang BAB V KONSEP PERANCANGAN 5.1 Konsep Dasar Konsep dasar perancangan beranjak dari hasil analisis bab sebelumnya yang kemudian disintesis. Sintesis diperoleh berdasarkan kesesuaian tema rancangan yaitu metafora

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada saat ini kemacetan dan tundaan di daerah sering terjadi, terutama di

BAB I PENDAHULUAN. Pada saat ini kemacetan dan tundaan di daerah sering terjadi, terutama di BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada saat ini kemacetan dan tundaan di daerah sering terjadi, terutama di daerah kota-kota besar di Indonesia contohnya kota Medan. Hal seperti ini sering terjadi pada

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Deskripsi Umum Evaluasi Kualitas Estetik

HASIL DAN PEMBAHASAN Deskripsi Umum Evaluasi Kualitas Estetik 19 HASIL DAN PEMBAHASAN Deskripsi Umum Desa Ancaran memiliki iklim yang dipengaruhi oleh iklim tropis dan angin muson, dengan temperatur bulanan berkisar antara 18 C dan 32 C serta curah hujan berkisar

Lebih terperinci

VII. PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

VII. PERENCANAAN DAN PERANCANGAN 46 VII. PERENCANAAN DAN PERANCANGAN 7.1. Perencanaan Alokasi Ruang Konsep ruang diterjemahkan ke tapak dalam ruang-ruang yang lebih sempit (Tabel 3). Kemudian, ruang-ruang tersebut dialokasikan ke dalam

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 14 BAB II TINJAUAN PUSTAKA II.I Ruang Pejalan Kaki Jalur Ruang pejalan kaki Pengertian Pada masa lalu, perancangan ruang pejalan kaki di kota jarang dilakukan. Ketika suatu mall dirancang dengan memperhatikan

Lebih terperinci

METODOLOGI. Tempat dan Waktu

METODOLOGI. Tempat dan Waktu METODOLOGI Tempat dan Waktu Penelitian ini dilakukan di Jalan Lingkar Kebun Raya Bogor. Tempat penelitian adalah di sepanjang koridor Jalan Lingkar Kebun Raya Bogor (Gambar 2). Penelitian ini dilakukan

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI KARAKTERISTIK PARKIR PADA SISI JALAN DAN PENGARUHNYA TERHADAP KAPASITAS JALAN (STUDI KASUS: DI JALAN MATARAM YOGYAKARTA) TUGAS AKHIR

IDENTIFIKASI KARAKTERISTIK PARKIR PADA SISI JALAN DAN PENGARUHNYA TERHADAP KAPASITAS JALAN (STUDI KASUS: DI JALAN MATARAM YOGYAKARTA) TUGAS AKHIR IDENTIFIKASI KARAKTERISTIK PARKIR PADA SISI JALAN DAN PENGARUHNYA TERHADAP KAPASITAS JALAN (STUDI KASUS: DI JALAN MATARAM YOGYAKARTA) TUGAS AKHIR oleh : T A N T A W I L2D 300 379 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Pedestrian berasal dari bahasa Yunani, dimana berasal dari kata pedos yang berarti kaki, sehingga pedestrian dapat diartikan sebagai pejalan kaki atau orang yang berjalan

Lebih terperinci

No Angkutan Jalan nasional, rencana induk Jaringan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan provinsi, dan rencana induk Jaringan Lalu Lintas dan Angkuta

No Angkutan Jalan nasional, rencana induk Jaringan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan provinsi, dan rencana induk Jaringan Lalu Lintas dan Angkuta TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI No. 5468 TRANSPORTASI. Perhubungan. Lalu Lintas. Angkutan Jalan. Jaringan. (Penjelasan Atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor 193) PENJELASAN ATAS PERATURAN

Lebih terperinci

KUESIONER KENYAMANAN PENGGUNA

KUESIONER KENYAMANAN PENGGUNA LAMPIRAN-A STUDI KENYAMANAN PENGGUNA TERHADAP RUANG TERBUKA HIJAU PUBLIK PADA RUMAH SUSUN SUKARAMAI MEDAN DEPARTEMEN ARSITEKTUR FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2014 Tanggal: Waktu : (Pagi/

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 35 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Curah Hujan Data curah hujan yang terjadi di lokasi penelitian selama 5 tahun, yaitu Januari 2006 hingga Desember 2010 disajikan dalam Gambar 5.1. CH (mm) 600 500 400

Lebih terperinci

VII. RENCANA TAPAK. Tabel 15. Matriks Rencana Pembagian Ruang, Jenis Aktivitas dan Fasilitas (Chiara dan Koppelman, 1990 dan Akmal, 2004)

VII. RENCANA TAPAK. Tabel 15. Matriks Rencana Pembagian Ruang, Jenis Aktivitas dan Fasilitas (Chiara dan Koppelman, 1990 dan Akmal, 2004) VII. RENCANA TAPAK Tahap perencanaan ini adalah pengembangan dari konsep menjadi rencana yang dapat mengakomodasi aktivitas, fungsi, dan fasilitas bagi pengguna dan juga makhluk hidup yang lain (vegetasi

Lebih terperinci

RINGKASAN. Denpasar, bawah bimbingan Nurhajati A. Mattjik).

RINGKASAN. Denpasar, bawah bimbingan Nurhajati A. Mattjik). RINGKASAN INE NILASARI. Perencanaan Lanskap Jalan Westertz By Pass di Kotamadya Denpasar, Bali @i bawah bimbingan Nurhajati A. Mattjik). Jalan Western By Pass dengan panjang keseluruhan.t 13 km merupakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Contoh penyeberangan sebidang :Zebra cross dan Pelican crossing. b. Penyeberangan tidak sebidang (segregated crossing)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Contoh penyeberangan sebidang :Zebra cross dan Pelican crossing. b. Penyeberangan tidak sebidang (segregated crossing) BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Umum 2.1.1. Fasilitas penyeberangan pejalan kaki Dalam Setiawan. R. (2006), fasilitas penyeberangan jalan dikelompokkan menjadi dua jenis yaitu: a. Penyeberangan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. terbaru (2008), Evaluasi adalah penilaian. pelayanan adalah kemampuan ruas jalan dan/atau persimpangan untuk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. terbaru (2008), Evaluasi adalah penilaian. pelayanan adalah kemampuan ruas jalan dan/atau persimpangan untuk 9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Umum Menurut Ahmad a.k muda dalam kamus saku bahasa Indonesia edisi terbaru (2008), Evaluasi adalah penilaian. Menurut Peraturan Menteri Perhubungan No. KM 14 Tahun

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 5.1 Kesimpulan Studi Elemen Preservasi Kawasan Kota dengan studi kasus Koridor Jalan Nusantara Kecamatan Karimun Kabupaten Karimun diantaranya menghasilkan beberapa kesimpulan:

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI 3.1 JALAN Berdasarkan Undang Undang Republik Indonesia Nomor 38 Tahun 2004 Tentang Jalan, jalan adalah prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian jalan, termasuk bangunan

Lebih terperinci

KONDISI UMUM. Tabel 13 Letak geografis Jakarta Pusat

KONDISI UMUM. Tabel 13 Letak geografis Jakarta Pusat 26 KONDISI UMUM Keadaan Geografis Keadaan geografis Kota administrasi Jakarta Pusat yaitu terletak antara 106º.22.42 BT sampai dengan 106º.58.18 BT dan 5º19,12 LS sampai dengan 6º.23 54 LS. Permukaan tanahnya

Lebih terperinci

Fasilitas Komersial (Area Makan Lantai 1) (2)

Fasilitas Komersial (Area Makan Lantai 1) (2) Fasilitas Komersial (Area Makan Lantai 1) (2) Gambar simulasi rancangan 5.30 : Area makan lantai satu bangunan komersial di boulevard stasiun kereta api Bandung bagian Selatan 5.6.3 Jalur Pedestrian Jalur

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA PERENCANAAN

BAB IV ANALISA PERENCANAAN BAB IV ANALISA PERENCANAAN 4.1. Analisa Non Fisik Adalah kegiatan yang mewadahi pelaku pengguna dengan tujuan dan kegiatannya sehingga menghasilkan besaran ruang yang dibutuhkan untuk mewadahi kegiatannya.

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI A. Hidrologi Menurut (Triatmodjo, 2008:1).Hidrologi merupakan ilmu yang berkaitan dengan air di bumi, baik mengenai terjadinya, peredaran dan penyebarannya. Penerapan ilmu hidrologi

Lebih terperinci

BAB 5 KESIMPULAN STUDI DAN ARAHAN REKOMENDASI

BAB 5 KESIMPULAN STUDI DAN ARAHAN REKOMENDASI BAB 5 KESIMPULAN STUDI DAN ARAHAN REKOMENDASI Rumusan akhir dalam studi karakteristik tundaan disajikan dalam dua bagian yang saling terkait dan melengkapi sebagai jawaban terhadap pertanyaan penelitian

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. Kota Surakarta

BAB V PEMBAHASAN. Kota Surakarta BAB V PEMBAHASAN Pada bab ini akan berisi pembahasan tentang posisi hasil penelitian terhadap teori yang digunakan sehingga mampu menjawab permasalahan penelitian. Pembahasan akan secara kritis dilakukan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN 5.1 Kondisi Sistem Setting dan Livabilitas Ruang Terbuka Publik di Lapangan Puputan

BAB V KESIMPULAN 5.1 Kondisi Sistem Setting dan Livabilitas Ruang Terbuka Publik di Lapangan Puputan BAB V KESIMPULAN Dari hasil analisis, peneliti menjawab pertanyaan penelitian yaitu bagaimana kondisi sistem setting dan livabilitas di ruang terbuka publik di Lapangan Puputan dan bagaimana bentuk persepsi

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN 42 IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN 4.1 Kondisi Geografis Makassar terletak di pesisir barat Provinsi Sulawesi Selatan pada koordinat 119 18 30.18 sampai 119 32 31.03 BT dan 5 00 30.18 sampai 5 14

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Perencanaan Hutan Kota Arti kata perencanaan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (Fak. Ilmu Komputer UI 2008) adalah proses, perbuatan, cara merencanakan (merancangkan).

Lebih terperinci

IV. KONDISI DAN GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. administratif berada di wilayah Kelurahan Kedaung Kecamatan Kemiling Kota

IV. KONDISI DAN GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. administratif berada di wilayah Kelurahan Kedaung Kecamatan Kemiling Kota IV. KONDISI DAN GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Pembentukan Taman Kupu-Kupu Gita Persada Taman Kupu-Kupu Gita Persada berlokasi di kaki Gunung Betung yang secara administratif berada di wilayah Kelurahan

Lebih terperinci