KAJIAN LANSKAP PERTIGAAN JALAN LINGKAR KEBUN RAYA BOGOR INDAH CAHYA IRIANTI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "KAJIAN LANSKAP PERTIGAAN JALAN LINGKAR KEBUN RAYA BOGOR INDAH CAHYA IRIANTI"

Transkripsi

1 KAJIAN LANSKAP PERTIGAAN JALAN LINGKAR KEBUN RAYA BOGOR INDAH CAHYA IRIANTI DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2010

2 RINGKASAN INDAH CAHYA IRIANTI. A Kajian Lanskap Pertigaan Jalan Lingkar Kebun Raya Bogor. Dibimbing oleh ANDI GUNAWAN. Kawasan Jalan Lingkar Kebun Raya Kota Bogor terletak di tengah-tengah kota dan termasuk dalam kawasan landmark Kota Bogor dengan adanya Kebun Raya Bogor. Banyaknya pengguna jalan di sekitar kawasan ini menyebabkan berbagai permasalahan, di antaranya kemacetan lalu lintas, polusi udara, menurunnya tingkat kenyamanan pengguna jalan, dan masalah infrastruktur jalan yang tidak hanya menjadi jalur lalu lintas kendaraan saja, tetapi peran sosial dan potensi koridor jalan pada kawasan tersebut. Masalah kemacetan kendaraan yang menonjol terlihat pada setiap titik-titik pertigaan jalan (traffic island) di kawasan Jalan Lingkar Kebun Raya Bogor. Berdasarkan permasalahan tersebut, diperlukan sebuah konsep desain lanskap jalan yang mampu mempengaruhi kualitas lanskap jalan yang ada dengan menciptakan suasana yang nyaman dan estetis sesuai dengan keadaan Kota Bogor, khususnya pada Jalan Lingkar Kebun Raya Bogor sehingga mampu memberikan pengalaman visual yang menyenangkan ketika melewati jalan ini. Penelitian ini dilaksanakan di Jalan Lingkar Kebun Raya Bogor, Kota Bogor terhitung mulai bulan April 2009 sampai dengan bulan September Metode yang digunakan adalah metode deskriptif dengan teknik survei, wawancara secara langsung dengan kuisioner, serta simulasi 3D menggunakan program Google SketchUp dengan bantuan peta dasar dari Dinas Cipta Karya dan Tata Ruang Kota Bogor. Pada pelaksanaannya, penelitian ini dilakukan secara bertahap, yakni tahap prasurvei, tahap survei, tahap analisis dan sintesis, dan tahap pengembangan konsep. Sepanjang Jalan Lingkar Kebun Raya Bogor terdapat pertigaan-pertigaan jalan yang berjumlah 19 pertigaan, terdiri dari 6 pertigaan besar (mayor) dan 13 pertigaan kecil (minor). Enam pertigaan mayor tersebut terdiri dari pertigaan Tugu Kujang, Plasa Pangrango, Polisi Militer, Bank Mandiri, Bogor Trade Mall, dan Plasa Bogor. Pertigaan minor adalah pertigaan pada Jalan Rumah Sakit I, Rumah Sakit II, Malabar I, Malabar II, Pangrango, Salak, Lapangan Sempur, Gedung Sawah, Kantor Batu, Paledang, Lawang Sketeng, Kenteng, dan Bangka. Setiap pertigaan tersebut, baik pertigaan mayor maupun minor mempunyai karakteristik yang berbeda-beda. Komponen karakter lanskap pertigaan yang dianalisis meliputi tipe pertigaan (bentuk T dan Y), bentuk landform pertigaan (topografi, denah, dan ilustrasi potongan), sirkulasi pertigaan (menggunakan traffic island dan tanpa traffic island), jenis dan fungsi vegetasi yang ada di sekitar pertigaan, dan elemen penunjang pertigaan. Hasil analisis karakter lanskap pertigaan-pertigaan tersebut berfungsi untuk mengetahui potensi dan kendala yang ada pada tapak dan kemudian hasil analisis tersebut dijadikan patokan dalam menyusun konsep rekomendasi desain jalan pertigaan, khususnya pertigaan mayor. Karakter lanskap pertigaan mayor dominan mempunyai tipe bentuk Y (kecuali pertigaan Tugu Kujang dan Bank Mandiri) dengan bentuk landform relatif datar dengan salah satu sisi pertigaannya landai, bentuk sirkulasi dominan

3 menggunakan traffic island dalam mengatur sirkulasi yang ada, jenis vegetasi masih belum sesuai, fungsi vegetasi yang ada dominan sebagai peneduh dan masih belum optimal, serta elemen penunjang yang ada belum optimal dalam peletakan dan pemeliharaan. Karakter lanskap pertigaan minor dominan mempunyai tipe bentuk T (kecuali pertigaan Lapangan Sempur dan Gedung Sawah) dengan bentuk landform relatif datar, bentuk sirkulasi tanpa adanya traffic island, jenis vegetasi masih sangat sedikit, fungsi vegetasi yang ada dominan sebagai peneduh, dan elemen penunjang masih sangat kurang. Konsep dasar lanskap pertigaan, khususnya pertigaan besar (mayor) adalah menciptakan sebuah konsep desain yang mampu memberikan keamanan, kenyamanan, serta pengalaman visual bagi pengguna jalan pertigaan di kawasan Jalan Lingkar Kebun Raya Bogor yang mencirikan identitas Kota Bogor (Kebun Raya Bogor dan Istana Bogor). Konsep ruang dibagi menjadi tiga, yakni ruang inti (utama) yang berupa badan jalan (jalan raya) sebagai ruang untuk kegiatan utama (lalu lintas kendaraan); ruang sekunder merupakan ruang kedua yang mempengaruhi keberlangsungan dan aktivitas dari ruang utama, berupa jalur pedestrian (trotoar) yang digunakan oleh para pejalan kaki; ruang pendukung (penyangga) merupakan ruang yang secara ekologi dan estetika mempengaruhi keadaan lanskap sekitar ruang utama dan ruang sekunder, yakni berupa taman di tengah-tengah pertigaan, taman sudut, maupun jalur hijau jalan yang tersusun atas kombinasi pohon, semak, dan penutup tanah. Konsep sirkulasi pada setiap pertigaan masih dipertahankan dan lebih dipertegas dengan adanya rambu lalu lintas dan pembagian ruang yang ada. Konsep penataan vegetasi didasarkan pada jenis dan fungsi vegetasi yang ditampilkan pada tapak (fungsi peneduh, pengarah, kontrol polusi dan kebisingan, serta estetika). Keterpaduan antarkonsep pengembangan tersebut menghasilkan sebuah rekomendasi desain jalan pertigaan yang fungsional dan estetik. Landform dan adanya good view (view ke arah Gunung Salak, Istana Bogor, dan Kebun Raya Bogor) pada setiap pertigaan mempunyai potensi visual yang dapat dioptimalkan dan dikembangkan untuk meningkatkan pengalaman visual yang mencirikan identitas Kota Bogor bagi pengguna jalan. Kendala dan permasalahan yang menonjol pada setiap lanskap pertigaan adalah tingkat kemacetan lalu lintas sangat tinggi pada jam-jam tertentu akibat banyaknya kendaraan dan kurang tertibnya para pengguna jalan, banyaknya pedagang kaki lima, kurangnya vegetasi (peneduh, pengarah, dan estetik) yang mempengaruhi lanskap sekitar pertigaan, adanya gangguan visual bagi pengendara kendaraan pada setiap belokan pertigaan (masih tertutup dengan bangunan, pagar masif, dan tanaman), tingginya tingkat kebisingan dan polusi udara, serta kurang tegasnya aturan yang ada. Hasil penelitian ini dapat dijadikan pedoman bagi perencana, pengelola, dan pengguna dalam mengembangkan lanskap Jalan Lingkar Kebun Raya Bogor serta dapat dilanjutkan hingga tahap desain lanskap pertigaan yang lebih detil lagi.

4 @ Hak cipta milik IPB, tahun 2010 Hak cipta dilindungi Dilarang mengutip dan memperbanyak karya tulis ini tanpa izin tertulis dari Institut Pertanian Bogor, sebagian atau seluruhnya dalam bentuk apapun, baik cetak, fotokopi, mikrofilm, dan sebagainya.

5 KAJIAN LANSKAP PERTIGAAN JALAN LINGKAR KEBUN RAYA BOGOR INDAH CAHYA IRIANTI Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Departemen Arsitektur Lanskap DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2010

6 Judul Nama NRP : Kajian Lanskap Pertigaan Jalan Lingkar Kebun Raya Bogor : Indah Cahya Irianti : A Disetujui Dosen Pembimbing Dr. Ir. Andi Gunawan, M.Agr.Sc NIP Diketahui Ketua Departemen Arsitektur Lanskap Dr. Ir. Siti Nurisjah, MSLA NIP Tanggal Lulus:

7 KATA PENGANTAR Puji syukur dipanjatkan ke hadirat Allah SWT atas limpahan rahmat, hidayah, dan karunia-nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian yang berjudul Kajian Lanskap Pertigaan Jalan Lingkar Kebun Raya Bogor dengan baik. Kegiatan penelitian ini bertujuan untuk memenuhi syarat-syarat dan tugas akhir dalam menempuh studi di Departemen Arsitektur Lanskap, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Selama menyelesaikan penyusunan penelitian, penulis banyak mendapat bantuan, bimbingan, nasihat, dan masukan dari berbagai pihak, untuk itu penulis sampaikan ucapan terima kasih kepada 1. Dr. Ir. Andi Gunawan, M.Agr.Sc selaku dosen pembimbing skripsi atas segala bimbingan, masukan, dan nasihatnya dalam menyelesaikan penelitian; 2. Prof. Dr. Ir. Wahyu Qamara Mugnisjah, M.Agr dan Dr. Ir. Nurhayati HS Arifin, M.Sc selaku dosen penguji skripsi atas segala masukan, saran, dan nasihatnya; 3. ayah, bunda, Indra, dan Intan, serta keluarga besar atas doa, kasih sayang, motivasi, dan perhatian yang telah diberikan sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian; 4. Kantor Kesbanglinmas Kota Bogor, BAPPEDA Bogor, Dinas Bina Marga Bogor, Dinas Cipta Karya dan Tata Ruang (CKTR) Bogor, dan Puslitanah Kota Bogor; 5. teman-teman satu bimbingan (Arsyad, Mamat, dan Dian), SIA team, PaoNang, Sobatku (Pur, Maryam, Ian, Puput, Rina, Farida, dan Fajar), DL team 2009 (Bu Reza dan Mbak Wulan), Landscaper 42, Landscaper 43, FA crews, dan Himpunan Keluarga Rembang Bogor (HKRB) atas kerja sama, dukungan, dan semangatnya; 6. pihak-pihak yang turut membantu dan tidak dapat disebutkan satu persatu, baik dalam hal pemikiran, dorongan moral maupun material dalam penyelesaian penelitian ini. Penulis menyadari bahwa penulisan hasil penelitian ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, penulis selalu terbuka atas segala kritik dan saran yang

8 bersifat membangun agar dapat menjadi lebih baik lagi di masa mendatang. Pada akhirnya penulis berharap penelitian ini dapat bermanfaat bagi semua. Bogor, Januari 2010 Penulis iv

9 RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Rembang, sebuah kota kecil yang terletak di Pantai Utara Pulau Jawa, Provinsi Jawa Tengah, pada tanggal 25 Maret Penulis merupakan anak pertama dari tiga bersaudara pasangan Ayahanda Marlan dan Ibunda Sri Wahyu Harsih. Tahun 2005 penulis lulus dari SMA Negeri 2 Rembang dan pada tahun yang sama lulus seleksi masuk IPB melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) dengan Sistem Mayor Minor. Pada waktu penjurusan Tingkat ke-2 tahun ajaran 2006/2007, penulis memilih Mayor Departemen Arsitektur Lanskap, Fakultas Pertanian dan Minor Ekonomi Lingkungan Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan. Namun, pada tahun 2009, karena padatnya jadwal kuliah Mayor dan adanya bentrok dengan jadwal Mata Kuliah Mayor, pada semester tujuh penulis memutuskan untuk melepaskan Minor Ekonomi Lingkungan dan secara otomatis pindah menjadi Supporting Course. Selama mengikuti perkuliahan di Institut Pertanian Bogor, penulis aktif dalam Organisasi Mahasiswa Daerah (OMDA) Rembang. Pada tahun ajaran 2007/2008 penulis aktif dalam Himpunan Mahasiswa Arsitektur Lanskap (HIMASKAP) dan menjabat sebagai Bendahara I. Selain itu, pada tahun ajaran 2008/2009 penulis menjadi Asisten Mata Kuliah Desain Lanskap (ARL 312) selama satu semester. Penulis juga aktif dalam berbagai kegiatan kepanitian, seminar, lokakarya, dan pelatihan-pelatihan yang menunjang kegiatan akademik. Sebagai tugas akhir selama menempuh studi di Departemen Arsitektur Lanskap, Fakultas Pertanian IPB, penulis melaksanakan penelitian yang berjudul Kajian Lanskap Pertigaan Jalan Lingkar Kebun Raya Bogor di bawah bimbingan Dr. Ir. Andi Gunawan, M.Agr.Sc.

10 DAFTAR ISI Halaman DAFTAR TABEL... viii DAFTAR GAMBAR... ix DAFTAR LAMPIRAN... xii PENDAHULUAN Latar Belakang... 1 Tujuan... 2 Manfaat... 2 TINJAUAN PUSTAKA Karakter Lanskap Kota... 3 Kota... 4 Lanskap Jalan... 5 Jalan Persimpangan... 8 Jalur Hijau Jalan... 9 Desain Lanskap Jalan Simulasi Komputer METODOLOGI Lokasi dan Waktu Penelitian Metode Penelitian Batasan Penelitian HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Kondisi Biofisik Kondisi Sosial Kebijakan Pemerintah Analisis dan Sintesis Kondisi Biofisik Kondisi Sosial Kebijakan Pemerintah Karakteristik Lanskap Pertigaan Pengembangan Konsep Konsep Dasar Konsep Ruang Konsep Sirkulasi Konsep Vegetasi Rekomendasi Desain Lanskap Pertigaan... 88

11 SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN vii

12 DAFTAR TABEL Halaman 1. Aspek, Jenis, dan Sumber Data Data Iklim setiap Bulan Kota Bogor Tahun Kondisi Umum Masing-masing Jalan yang Terdapat di Sekitar Jalan Lingkar Kebun Raya Bogor Elemen Penunjang pada Setiap Pertigaan Mayor di Jalan Lingkar Kebun Raya Bogor Ilustrasi Sirkulasi Setiap Pertigaan Mayor dan Pertigaan Minor pada Jalan Lingkar Kebun Raya Bogor Jenis Aktivitas dan Intensitas Pemakai Jalan yang Dominan pada Setiap Ruas Jalan di Jalan Lingkar Kebun Raya Bogor Pembagian Jenis Jalan Pertigaan yang Tersebar di Setiap Ruas Jalan pada Jalan Lingkar Kebun Raya Bogor Pembagian Tipe Kombinasi Fungsi Jalan yang Menyusun Pertigaan Mayor pada Jalan Lingkar Kebun Raya Bogor Pembagian Tipe Pertigaan di Setiap Pertigaan Mayor Pembagian Bentuk Sirkulasi di Setiap Pertigaan Mayor Pembagian Bentuk Landform di Setiap Pertigaan Mayor Hasil Analisis terhadap Kondisi Awal Lanskap Pertigaan Mayor Pembagian Tipe Kombinasi Fungsi Jalan yang Menyusun Pertigaan Minor pada Jalan Lingkar Kebun Raya Bogor Pembagian Tipe Pertigaan di Setiap Pertigaan Minor Pembagian Bentuk Sirkulasi di Setiap Pertigaan Minor Pembagian Bentuk Landform di Setiap Pertigaan Minor Hasil Analisis terhadap Kondisi Awal Lanskap Pertigaan Minor Rekomendasi Desain Lanskap Pertigaan Tugu Kujang Rekomendasi Desain Lanskap Pertigaan Plasa Pangrango Rekomendasi Desain Lanskap Pertigaan Polisi Militer Rekomendasi Desain Lanskap Pertigaan Bank Mandiri Rekomendasi Desain Lanskap Pertigaan Bogor Trade Mall Rekomendasi Desain Lanskap Pertigaan Plasa Bogor... 98

13 DAFTAR GAMBAR Halaman 1. Sirkulasi Kendaraan di Jalan Raya Fungsi Tanaman sebagai Pereduksi Kebisingan di Jalan Raya Fungsi Tanaman sebagai Pengontrol Radiasi Matahari Fungsi Arsitektural Tanaman pada Jalan Peta Lokasi Penelitian Tahapan Penelitian Ilustrasi Batasan Ukuran Analisis pada Setiap Pertigaan Mayor pada Jalan Lingkar Kebun Raya Bogor Denah Lokasi penelitian Kondisi Topografi pada Jalan Lingkar Kebun Raya Bogor Contoh Vegetasi pada Jalan Lingkar Kebun Raya Bogor Kondisi Umum Drainase pada Jalan Lingkar Kebun Raya Bogor Peta Pembagian Fungsi Jalan Bentuk Potongan Jalan yang Terdapat di Lingkar Kebun Raya Bogor Ilustrasi Umum Kombinasi Jalan pada setiap Pertigaan Mayor dan Pertigaan Minor Ilustrasi Kombinasi Fungsi Jalan yang Menyusun Pertigaan Mayor Ilustrasi Kombinasi Fungsi Jalan yang Menyusun Pertigaan Minor Contoh Street Furniture yang Terdapat pada Jalan Lingkar Kebun Raya Bogor Peta Tata Guna Lahan pada Jalan Lingkar Kebun Raya Bogor Persentase Kelompok Usia Responden Masyarakat Pemakai Jalan Lingkar Kebun Raya Bogor Persentase Tingkat Pendidikan Responden Masyarakat Pemakai Jalan Lingkar Kebun Raya Bogor Persentase Jenis Pekerjaan Responden Masyarakat Pemakai Jalan Lingkar Kebun Raya Bogor Sirkulasi yang Sesuai untuk Mengelilingi Jalan Lingkar Luar Kebun Raya Bogor Peta Persebaran Daerah Ternaungi dan tidak Ternaungi di Jalan Lingkar Kebun Raya Bogor pada Siang Hari Kegiatan Pemeliharaan Saluran Drainase pada Ruas Jalan Juanda... 49

14 25. Peta Persebaraan Daerah Rawan Kemacetan pada Jalan Lingkar Kebun Raya Bogor Kondisi Pertigaan Tugu Kujang Kondisi Pertigaan Plasa Pangrango Kondisi Pertigaan Polisi Militer Kondisi Pertigaan Bank Mandiri Kondisi Pertigaan Bogor Trade Mall Kondisi Pertigaan Plasa Bogor Suasana Pasar Malam yang Menjual Sayuran dan Buah-buahan di Pertigaan Plasa Bogor Peta Persebaran Pengaturan Lalu Lintas dan Penyeberangan pada Pertigaan Minor Kondisi Pertigaan Jalan Rumah Sakit I Kondisi Pertigaan Jalan Rumah Sakit II Kondisi Pertigaan Jalan Malabar I Kondisi Pertigaan Jalan Malabar II Kondisi Pertigaan Jalan Pangrango Kondisi Pertigaan Jalan Salak Kondisi Pertigaan Jalan Lapangan Sempur Kondisi Pertigaan Jalan Gedung Sawah Kondisi Pertigaan Jalan Kantor Batu Kondisi Pertigaan Jalan Paledang Kondisi Pertigaan Jalan Lawang Sketeng Kondisi Pertigaan Jalan Kenteng Kondisi Pertigaan Jalan Bangka Ilustrasi Konsep Ruang pada Lanskap Jalan Pertigaan Konsep Lanskap Pertigaan Tugu Kujang Rekomendasi Desain Lanskap Pertigaan Tugu Kujang Konsep Lanskap Pertigaan Plasa Pangrango Rekomendasi Desain Lanskap Pertigaan Plasa Pangrango Konsep Lanskap Pertigaan Polisi Militer Rekomendasi Desain Lanskap Pertigaan Polisi Militer Konsep Lanskap Pertigaan Bank Mandiri Rekomendasi Desain Lanskap Pertigaan Bank Mandiri Konsep Lanskap Pertigaan Bogor Trade Mall x

15 57. Rekomendasi Desain Lanskap Pertigaan Bogor Trade Mall Konsep Lanskap Pertigaan Plasa Bogor Rekomendasi Desain Lanskap Pertigaan Plasa Bogor xi

16 DAFTAR LAMPIRAN Halaman 1. Lembar Kuisioner Penelitian Hasil Kuisioner Identitas Responden Masyarakat Pemakai Jalan Lingkar Kebun Raya Bogor Hasil Kuisioner Persepsi Responden Masyarakat Pemakai Jalan terhadap Kondisi Umum Jalan Lingkar Kebun Raya Bogor Tabel Inventarisasi Tanaman setiap Segmen Jalan pada Jalan Lingkar Kebun Raya Bogor Karakter Lanskap Pertigaan Mayor Karakter Lanskap Pertigaan Minor Lokasi Penelitian Jenis Pertigaan Mayor dan Minor pada Segmen Jalan Pajajaran Inventarisasi, Analisis, dan Sintesis Segmen 1 pada Ruas Jalan Pajajaran Inventarisasi, Analisis, dan Sintesis Segmen 2 pada Ruas Jalan Pajajaran Inventarisasi, Analisis, dan Sintesis Segmen 3 pada Ruas Jalan Pajajaran Jenis Pertigaan Mayor dan Minor pada Segmen Jalan Jalak Harupat Inventarisasi, Analisis, dan Sintesis Segmen 1 pada Ruas Jalan Jalak Harupat Inventarisasi, Analisis, dan Sintesis Segmen 2 pada Ruas Jalan Jalak Harupat Jenis Pertigaan Mayor dan Minor pada Segmen Jalan Juanda Inventarisasi, Analisis, dan Sintesis Segmen 1 pada Ruas Jalan Juanda Inventarisasi, Analisis, dan Sintesis Segmen 2 pada Ruas Jalan Juanda Inventarisasi, Analisis, dan Sintesis Segmen 3 pada Ruas Jalan Juanda Inventarisasi, Analisis, dan Sintesis Segmen 4 pada Ruas Jalan Juanda Jenis Pertigaan Mayor dan Minor pada Segmen Jalan Otto Iskandardinata Inventarisasi, Analisis, dan Sintesis Segmen 1 pada Ruas Jalan Otto Iskandardinata Inventarisasi, Analisis, dan Sintesis Segmen 2 pada Ruas Jalan Otto Iskandardinata Rekomendasi Elemen Penunjang pada Lanskap Pertigaan Jalan Lingkar Kebun Raya Bogor

17 PENDAHULUAN Latar Belakang Kota merupakan lanskap buatan manusia yang terjadi akibat aktivitas manusia dalam mengelola lingkungan untuk keperluan hidupnya (Simonds dan Starke, 2006). Sebagai contoh adalah Kota Bogor yang semakin hari semakin meningkat jumlah penduduknya sehingga mempengaruhi perkembangan dan pembangunan kota, baik dari segi fisik, sosial, ekonomi, lingkungan maupun estetika. Berbagai permasalahan muncul hampir di setiap sudut Kota Bogor, antara lain, semakin padatnya penduduk kota, kemacetan lalu lintas, banyaknya pedagang kaki lima, keterbatasan daya dukung lingkungan yang kemudian menyebabkan timbulnya berbagai pencemaran dan polusi (tanah, air, maupun udara), serta keterbatasan saranan dan prasarana pendukung bagi kepentingan warga kota. Permasalahan diatas dapat terlihat pada kawasan Jalan Lingkar Kebun Raya Kota Bogor yang merupakan kawasan Central Business District (CBD) dimana laju pergerakan perekonomian dan jasa terkonsentrasi di sekitar kawasan jalan ini. Di sepanjang jalan lingkar ini terdapat perkantoran, pusat perbelanjaan, kompleks militer, sekolah, rumah sakit, ruko, dan permukiman. Hal inilah yang menyebabkan kawasan jalan ini termasuk dalam kawasan perdagangan dengan lalu lintas yang ramai, baik lalu lintas kendaraan ataupun lalu lintas pejalan kaki. Banyaknya pengguna jalan di sekitar kawasan tersebut menyebabkan berbagai permasalahan diantaranya kemacetan lalu lintas, polusi, menurunnya tingkat kenyamanan pengguna jalan, dan masalah infrastruktur jalan yang tidak hanya menjadi jalur lalu lintas kendaraan saja, tetapi peran sosial dan potensi koridor jalan pada kawasan tersebut. Masalah kemacetan kendaraan yang menonjol terlihat pada setiap titik-titik pertigaan jalan (traffic island) di kawasan Jalan Lingkar Kebun Raya Bogor. Kawasan pertigaan merupakan daerah persimpangan atau pertemuan jalan yang rawan bagi keamanan dan kenyamanan pengguna jalan. Pertemuan arus lalu lintas yang berbeda arah tujuan harus terlihat jelas oleh pengguna jalan sehingga keberadaan elemen-elemen lanskap jalan juga harus ditata agar tidak

18 2 mengganggu. Oleh karena itu, diperlukan sebuah desain lanskap jalan yang mampu mempengaruhi kualitas lanskap jalan yang ada dengan menciptakan suasana yang nyaman dan estetis sesuai dengan keadaan Kota Bogor, khususnya pada pertigaan Jalan Lingkar Kebun Raya Bogor sehingga mampu memberikan pengalaman visual yang menyenangkan ketika melewati jalan ini. Tujuan Tujuan penelitian ini adalah mengamati dan mempelajari karakter lanskap pertigaan yang terdapat di Jalan Lingkar Kebun Raya Bogor dengan menganalisis potensi dan kendala yang mempengaruhi keberlanjutan lanskap pertigaan serta menyusun konsep rekomendasi desain lanskap pertigaan yang mempertimbangkan aspek ekologi, fisik, sosial budaya, dan teknik dalam meningkatkan kualitas visual kota yang estetis dan fungsional. Manfaat Penelitian ini akan menghasilkan konsep desain lanskap pertigaan Jalan Lingkar Kebun Raya Bogor yang bermanfaat bagi perencana, pengelola, dan pengguna dalam mengembangkan lanskap jalan lingkar Kebun Raya Bogor.

19 TINJAUAN PUSTAKA Karakter Lanskap Kota Karakter merupakan sifat dan ciri khas yang dimiliki oleh suatu kelompok, baik orang maupun benda. Karakter lanskap merupakan suatu area yang mempunyai keharmonisan atau kesatuan nyata di antara semua elemen lanskap, dijelaskan lebih lanjut bahwa semakin lengkap dan jelas kesatuan elemen lanskap tersebut, maka karakter lanskap yang ditimbulkan akan lebih kuat (Simonds dan Starke, 2006). Menurut Eckbo (1964), bangunan dalam sebuah kota mempunyai peran penting dalam membentuk karakter lanskap kota. Bangunan pada wilayah perkotaan dapat terlihat sesuai secara visual maupun fungsional jika diletakkan secara seimbang dengan mengkombinasikannya dengan elemen tanaman. Bangunan merupakan tempat yang dapat memberikan perlindungan bagi manusia untuk dapat bertahan hidup. Oleh karenanya, bangunan merupakan unsur pertama yang dibangun di kota setelah air dan makanan tersedia. Bangunan sesungguhnya merupakan unsur perkotaan yang paling jelas terlihat, dipandang pada saat kapanpun dan dari tempat manapun dalam sebuah kota (Branch, 1995). Kepadatan perkotaan tergantung pada tiga kondisi, yakni persentase luas tanah yang tertutup oleh bangunan tanpa adanya ruang terbuka, ketinggian bangunan, dan banyaknya ruang terbuka yang permanen di seluruh wilayah kota. Karakteristik daerah pusat kota yang ditunjukkan dengan kepadatan bangunan yang relatif tinggi merupakan konsekuensi dari lokasinya yang mudah dijangkau dari semua bagian kota, adanya tuntunan kegiatan bisnis dan pemerintahan untuk saling berdekatan satu sama lain, dan sering pula pemerintah kota setempat yang menetapkan kebijakan tentang konsentrasi kepadatan di pusat kota untuk menjaga investasi yang telah ditanamkan selama ini. Kepadatan perkotaan menunjukkan sebaran konsentrasi bangunan dan kegiatan yang produktif hingga melebihi kemampuan jaringan transportasi yang ada dan menimbulkan kemacetan lalu lintas (Branch, 1995). Hakim (2006) menyatakan bahwa karakteristik lingkungan jalan di dalam kota merupakan kawasan yang telah terbangun dengan rapi dan teratur dengan

20 4 ruang-ruang terbuka yang terbatas, penuh aktivitas, adanya trotoar, dan fasilitas utilitas jalan. Material lanskap yang terdapat pada kawasan kota terdiri dari perkerasan beton, aspal, batu bata, dan pohon-pohon di beberapa tempat. Kota Kota adalah suatu kawasan yang memiliki keanekaragaman dan kompleksitas yang tinggi dibandingkan dengan kawasan lainnya. Dengan demikian pembangunan kawasan perkotaan cenderung terfokus pada pemenuhan kepentingan hidup manusia. Kota memiliki unsur dan komponen yang membentuknya, mulai dari unsur fisik seperti adanya bangunan, perumahan dan prasarana umum, sampai dengan komponen sosial, ekonomi dan politik yang mengarahkan aktivitas suatu kota (Branch, 1995). Kawasan perkotaan merupakan bentuk lanskap buatan manusia akibat aktifitas manusia dalam mengelola lingkungan untuk kepentingan hidupnya (Simonds and Starke, 2006). Hal ini dapat dilihat dari adanya pembangunan kawasan perdagangan (Central Business Distric, CBD), perkantoran, pemukiman serta fasilitas rekreasi. Pembangunan yang diimbangi dengan penataan lingkungan yang estetis akan dapat memperindah kawasan perkantoran sekaligus membentuk kota yang bersih dan sehat. Konsep keindahan kota merupakan image terhadap kota itu sendiri. Image tersebut bergantung pada bentuk fisik kota yang diklasifikasikan berdasarkan lima elemen, yaitu jalur kota (jalan, jalur pejalan kaki, trotoar, kanal), pembatas (dinding-dinding atau pagar, gunung, pantai), pembagi kota (batas wilayah, garis pantai), penunjuk atau orientasi, dan landmarks (bangunan-bangunan, gedung, pertokoan, tugu). Menurut Branch (1995), unsur fisik kota yang mendukung kualitas estetika kota (daya tarik perkotaan) adalah kebersihan kota (kota yang bersih dan dirawat dengan baik akan lebih menarik dinikmati); tidak terlihatnya papan-papan reklame yang melebihi ukuran (sebagian besar papan reklame merupakan unsur yang tidak menarik karena mengganggu unsur-unsur visual yang lain dan menyembunyikan bahkan mengalihkan perhatian terhadap bangunan-bangunan yang membentuk lingkungan sebagai tempat tinggal); bangunan (bangunan yang dirancang dengan baik secara individual dan secara kolektif sesuai dengan lingkungannya, maka

21 5 bangunan tersebut jelas akan mendukung keindahan perkotaan); ruang terbuka (dalam hal ini berkaitan dengan vegetasi) yang menciptakan lahan yang seolaholah dibatasi oleh dinding dan hadir di tengah-tengah kelompok bangunan besar yang menghalangi sebagian besar pandangan ke angkasa; dan perancangan perkotaan yang mengupayakan peningkatan kualitas kota dengan penerapan prinsip-prinsip perancangan terhadap unsur fisik yang ada. Perancangan kota berkaitan dengan tanggapan inderawi manusia terhadap lingkungan fisik kota, yaitu penampilan visual, kualitas estetika, dan karakter spasial. Pada skala kawasan, perancangan kota meliputi situasi dan perkembangan lingkungan suatu bangunan atau sekumpulan gedung, suatu taman atau plaza, boulevard atau jalur pejalan kaki, tiang lampu atau pemberhentian bus, dan elemen fisik lingkungan lain yang sering berhubungan dengan penghuninya. Pada skala kota, perancangan kota berkaitan dengan elemen visual utama yang meliputi: tanda (landmarks), pemusatan (nodes), kawasan (districts), jalur (paths), dan tepian (edges) (Branch, 1995). Lanskap Jalan Lanskap kehidupan manusia mencakup dua hal yaitu tempat dan jalan. Jalan sebagai jalur pergerakan orang dan kendaraan, sedangkan tempat sebagai pusat aktivitas. Lebih jauh lagi dikemukakan bahwa jalan didesain sebagai jalur pergerakan dan penghubung yang merupakan suatu kesatuan, seharusnya bersifat lengkap, aman, efisien, berfungsi baik sebagai jalur sirkulasi dan memberikan pengalaman yang menyenangkan dari satu titik ke titik lain melalui lanskap jalan (Simonds dan Starke, 2006). Berdasarkan Undang-Undang No. 38 Tahun 2004 Pasal 1 Ayat 4 tentang Jalan dan Peraturan Pemerintah No.34 Tahun 2006 Pasal 1 Ayat 3 tentang Jalan, keduanya menyatakan bahwa jalan merupakan prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian jalan, termasuk bangunan pelengkap dan perlengkapannya yang diperuntukkan bagi lalu lintas, berada pada permukaan tanah, di atas permukaan tanah, di bawah permukaan tanah dan/atau air, serta di atas permukaan air, kecuali jalan kereta api, jalan lori, dan jalan kabel (Dinas Bina Marga, 2004 dan Dinas Bina Marga, 2006).

22 6 Lanskap jalan mempunyai fungsi untuk mendukung penggunaan secara terus menerus, membimbing, mengatur irama pergerakan, mengatur waktu istirahat, mendefinisikan penggunaan lahan, memberikan pengaruh, mempersatukan, membentuk karakter lingkungan, membangun karakter spasial, dan membangun visual. Desain suatu jalan yang ditujukan untuk memberikan kenyamanan, keindahan, dan keamanan bagi pengguna jalan tidak terlepas dari penggunaan elemen-elemen lanskap, perlengkapan jalan dan bangunan pelengkap jalan (street furniture) yang tata letak, susunan, dan penggunaannya disesuaikan dengan kondisi atau lingkungan sekitar jalan (Booth, 1988). Peraturan Daerah Kota Bogor No.6 Tahun 2005 Pasal 1 Ayat 10 tentang Penyelenggaraan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, menyatakan bahwa perlengkapan jalan adalah segala sesuatu yang berada di jalan yang berfungsi mengatur, mengendalikan dan mengamankan lalu lintas, terdiri dari rambu-rambu, marka jalan, alat pemberi isyarat lalu lintas, alat pengendali dan pengaman pemakai jalan, alat pengawas dan pengaman jalan, serta fasilitas pendukung kegiatan lalu lintas (Dinas Perhubungan, 2005). Sebuah lanskap jalan harus bermanfaat dan secara kualitas menyenangkan bagi pengguna jalan jika mempunyai keharmonisan dan kesatuan dengan topografi serta mampu memenuhi seluruh kebutuhan fungsi secara fisik dan visual. Konsep dasar sebuah lanskap jalan adalah memberikan keamanan, kenyamanan, identitas, dan keselamatan bagi pengguna jalan serta dapat mengeliminasi pengaruh negatif yang ditimbulkan (Simonds dan Starke, 2006). Berdasarkan jenis peruntukkannya, jalan dibagi menjadi sirkulasi pejalan kaki, sirkulasi sepeda, dan sirkulasi kendaraan. Harris dan Dines (1988) menyatakan bahwa sirkulasi kendaraan di jalan raya (Gambar 1) mengakomodasikan tiga tujuan utama, yakni: (a) memberikan akses atau jalan masuk ke suatu lahan atau bangunan, (b) menciptakan hubungan antar tata guna lahan yang ada, dan (c) memberikan suatu pergerakan bagi orang atau barang. Menurut Laurie (1986), sirkulasi merupakan penghubung antartempat dan fasilitas yang berbeda-beda, sebenarnya dapat membatasi dan memisahkan daerah-daerah serta memberi bentuk pada daerah-daerah tersebut. Pada perancangan pertamanan, pergerakan pejalan kaki adalah penting, dimana

23 7 seseorang beralih dari suatu tempat ke tempat lainnya serta dibawah kondisi bagaimana yang diinginkan (jalur yang lurus atau berkelok-kelok). Peralihan atau perbelokan jalur langsung untuk melindungi sebuah daerah tertentu. Terlepas dari sirkulasi yang diarahkan di sekitar daerah-daerah yang terpakai, jalur-jalur sirkulasi dapat diubah semata-mata untuk alasan estetika ataupun memberikan suatu pengalaman lain. Jika fungsi sirkulasi untuk tujuan pergerakan yang perlahan-lahan, berjalan-jalan santai ataupun suatu perhentian seperti yang terdapat pada taman-taman, maka jalur sirkulasi tersebut dapat dibuat secara tidak langsung dengan lebar jalan yang bervariasi. (a) (b) (c) Gambar 1. Sirkulasi Kendaraan di Jalan Raya, (a) memberikan akses/jalan masuk ke suatu lahan atau bangunan, (b) menciptakan hubungan antar tata guna lahan yang ada, dan (c) memberikan suatu pergerakan bagi orang atau barang Sirkulasi, baik untuk kendaraan bermotor ataupun pejalan kaki, karena mencakup pergerakan manusia, jelas erat kaitannya dengan perubahan dan rangkaian pengalaman inderawi serta lingkungan yang dirasakan di sepanjang jalur tersebut. Oleh karena itu, penting mengenali berbagai kemungkinan rancangan dalam sirkulasi untuk memperoleh pengalaman berurutan yang dapat dikembangkan sedemikian rupa meskipun jalur yang direncanakan lurus. Hal ini dapat belajar lebih banyak dari rancangan pertamanan abad 18 dimana rancangan sebuah jalur pejalan kaki dapat melibatkan konsep-konsep seperti tempat dan identitas, pembatasan, keanekaragaman, dan misteri (Laurie, 1986).

24 8 Jalan Persimpangan Jalan dan persimpangan (intersection) merupakan jalur dan bagian jalan yang sering menyebabkan kecelakaan. Antara dua kendaraan yang saling melintas (crossing) berpotensi terjadi konflik yang menyebabkan munculnya titik kecelakaan (Simonds dan Starke, 2006). Lebih lanjut dijelaskan, dalam mengatasi permasalahan jalan terutama di daerah persimpangan ada dua pendekatan yang dapat dilakukan, yakni: pendekatan melalui pengemudi dan melalui badan jalan. Pendekatan melalui pengemudi yang dikemukakan Harris dan Dines (1988) menjelaskan bahwa pengemudi merupakan unsur utama dalam sistem transportasi sehingga harus diperhatikan dan diperhitungkan batas kemampuan dan kebiasaan perilaku manusia dalam desain sistem sirkulasi kendaraan. Keragaman kemampuan dan kebiasaan tersebut dipengarui oleh umur, jarak pandang, keahlian dan respon pengemudi, tingkat kecemasan, konsentrasi, dan jenis kelamin akan mempengarui sikap pengemudi. Berbeda dengan pendapat Simonds dan Starke (2006) menyatakan pendekatan melalui pengemudi dapat dilakukan dengan cara: 1. mengenal jalan melalui simbol-simbol (rambu-rambu lalu lintas), 2. menyediakan akses yang aman, 3. mengembangkan peralihan yang menyenangkan, 4. mengetahui kondisi tempat dengan mengetahui visualisasi tempat topografinya, perlindungan, pemandangan, dan pandangan yang lebih baik, 5. memperhatikan kontur, 6. aman, dan 7. konsisten. Daerah persimpangan (intersection) yang tidak menggunakan pengontrol atau tanda lalu lintas, pengemudi yang mendekati daerah ini harus mengenali bahaya yang mungkin ada dalam waktu yang cukup lama, sehingga hal ini mengharuskan mengurangi kecepatan kendaraan (Harris dan Dines, 1988). Menurut Simonds dan Starke (2006), Pendekatan melalui badan jalan dapat dilakukan dengan beberapa cara, yakni: 1. menciptakan struktur fisik jalan yang baik dari segi tekstur jalan, warna yang tidak silau, dan ada batas yang jelas dengan pinggir jalan,

25 9 2. menghadirkan bentukan-bentukan tertentu (road point) yang memberikan identitas jalan pada tempat tersebut, 3. memberikan suatu transisi yang nyaman, 4. memaksimalkan nilai lanskap yang dimiliki daerah tersebut, sehingga jalan dibangun untuk menunjang dan memberikan display terbaik dan pemandangan yang harmonis, 5. jalan yang baik adalah jalan yang memberikan kenyamanan, kepuasan, dan menyenangkan pengemudi atau pengguna jalan. Jalur Hijau Jalan Peraturan Daerah Kota Bogor No. 8 Tahun 2006 Pasal 1 Ayat 1 tentang Ketertiban Umum menyatakan bahwa jalur hijau adalah setiap jalur tanah yang terbuka tanpa bangunan yang diperuntukan untuk pelestarian lingkungan sebagai salah satu sarana dan pengadaan taman kota (Dinas Pertamanan, 2006). Jalur hijau jalan merupakan bagian jalan yang disediakan untuk penanaman pohon dan tanaman lain. Tanaman tepi jalan berfungsi untuk membedakan area melalui kualitas lanskap yang unik, melapis jalur lalu lintas dan memperkuat jajaran path, memberikan penekanan pada node, sebagai peneduh dan daya tarik, screen atau menutupi pemandangan yang tidak diinginkan, menghilangkan silau, serta mengurangi polusi udara dan kebisingan. Tanaman tepi jalan memisahkan berbagai aktivitas yang berlangsung di jalan umum dengan jalan pemukiman. Pemilihan jenis tanaman ditentukan oleh kondisi iklim habitat dan areal dimana tanaman tersebut akan diletakkan dengan mempertimbangkan ketentuan geometri jalan dan fungsi tanaman (Simonds dan Starke, 2006). De Chiara dan Koppelman (1982) menyatakan bahwa tanaman merupakan salah satu elemen soft material lanskap yang digunakan untuk membangun suatu karya desain lanskap bersamaan dengan elemen lanskap lainnya. Oleh karena itu, perlu diperhatikan faktor utama yang diperhatikan dalam penanaman di kawasan perkotaan, antara lain sesuai dengan rencana dan rancangan yang telah dibuat, dapat tumbuh dan berkembang baik di lingkungan tumbuhnya yang baru, dapat diterima oleh pemakai (users) di kawasan ini, serta pengelolaan dan pemeliharaannya relatif mudah (managable) dan murah.

26 10 Dinas Pertamanan (2005) menetapkan persyaratan spesifik dalam pemilihan tanaman yang akan digunakan di kawasan perkotaan, yaitu sebagai berikut: 1. secara umum, tanaman disenangi dan tidak membahayakan warga kota; 2. mampu tumbuh, hidup dan berkembang pada lingkungan kota yang marginal (defisit air, suhu tinggi, lahan terbuka luas, udara tercemar, lahan tidak subur, strukturnya sudah rusak, dan lainnya); 3. tahan terhadap gangguan fisik dari hama dan penyakit tanaman serta gangguan manusia (vandalisme) serta pemangkasan; 4. prioritas vegetasi endemik yang dikaitkan dengan fungsi biofisik dan sosial; 5. mampu tumbuh pada berbagai kondisi tanah dan juga berpengaruh positif terhadap tubuh tanah; 6. mempunyai sistem perakaran yang dalam, serta tidak mudah tumbang oleh angin tetapi perakaran jangan merusak saluran utilitas (gas, air, telepon), dan bangunan lain; 7. mempunyai tajuk lebar, selalu hijau dan berbunga, tidak menggugurkan daun dan cabang, tumbuh relatif cepat, batang dan cabang harus kuat dan elastis sehingga tidak mudah roboh, serta tidak memiliki buah besar dan keras; 8. menghasilkan oksigen dalam jumlah yang relatif besar dan mampu meminimalkan kadar polutan atau pencemar lingkungan; 9. keanekaragaman hayati dan dapat menjadi tempat hidup (habitat), sarang, pakan atau tempat istirahat satwa liar terutama burung-burung; 10. merupakan jenis yang dapat berasosiasi dengan komponen lainnya; 11. mudah untuk mendapatkan stok tanaman atau benihnya; 12. mudah dalam pemeliharaan dan pengelolaannya. Dalam sebuah desain lanskap, tanaman mempunyai berbagai macam fungsi. Selain memberikan fungsi ekologis, tanaman juga berfungsi sebagai pereduksi kebisingan, pengontrol radiasi matahari, fungsi arsitektural, fungsi teknik, dan sebagai ruang terbuka hijau (De Chiara dan Koppelman, 1982). Tanaman yang ada di sekitar jalan raya mampu mengurangi tingkat kebisingan di udara. Carpenter et al. (1975) menjelaskan tanaman yang efektif mereduksi kebisingan adalah tanaman yang mempunyai daun lebat sepanjang

27 11 tahun dengan pola daun menyebar hingga ke permukaan tanah (Gambar 2). Gelombang bunyi yang menyebar di udara akan berkurang setelah diserap oleh udara dan objek lainnya, termasuk oleh tanaman. Tanaman yang digunakan mempunyai beberapa kriteria yang ditanam secara rapat, sejajar, dan berurutan; berukuran tinggi; mempunyai ketebalan dan kelenturan daun; tajuk masif dan rindang; dan tanaman terkonsentrasi di sekitar sumber kebisingan sehingga fungsinya dalam menyerap kebisingan menjadi lebih efektif. Gambar 2. Fungsi Tanaman sebagai Pereduksi Kebisingan di Jalan Raya (Sumber: Carpenter et al., 1975) Fungsi tanaman sebagai pengontrol radiasi matahari atau lebih umum disebut sebagai tanaman peneduh mempunyai kriteria tanaman dengan tajuk masif, tajuk berbentuk memayung, rindang, tanaman yang hijau sepanjang tahun (evergreen), cabang dan batang kuat sehingga tidak mudah tumbang (Carpenter et al., 1975).

28 12 Gambar 3. Fungsi Tanaman sebagai Pengontrol Radiasi Matahari (Sumber: Carpenter et al., 1975) Berdasarkan De Chiara dan Koppelman (1982), fungsi arsitektural penggunaan tanaman di sepanjang jalan bertujuan untuk membingkai jalan, pengarah dan pembatas pandangan, menciptakan batas-batas jalan, memisahkan antara struktur jalan dan bangunan yang ada, sebagai aksen untuk melembutkan kesan kaku yang ditimbulkan oleh bangunan atau elemen hard material lainnya, dan memperkuat kualitas arsitektural jalan (Gambar 4). Menurut Haris dan Dines (1988), tanaman berperan dalam mengisi ruang yang membatasi antara jalan dengan bagian lain yang ditempatkan mengikuti alur jalan yang ada sehingga tanaman sebagai pengaman (pagar) alami pada jalan. Menurut Carpenter et al. (1975), fungsi teknik tanaman dalam desain jalan mempunyai beberapa fungsi apabila tanaman tertata dengan baik sesuai dengan desain jalan yang ada, diantaranya berpengaruh pada pengatur tata air dan konservasi tanah sehingga tidak menyebabkan longsor atau erosi tanah,

29 13 pengontrol suhu di kawasan sekitar jalan (pengontrol polusi), dan pembatas (screen) view yang kurang estetis. Gambar 4. Fungsi Arsitektural Tanaman pada Jalan (Sumber: Carpenter et al., 1975) Fungsi tanaman sebagai ruang terbuka hijau dalam kota berperan dalam menyangga lingkungan kota (fungsi ekologis) sehingga memberikan kualitas lingkungan dan visual yang baik dan estetis (Simonds, 2006). Menurut Dinas Pertamanan (2005), pada kawasan perkotaan, RTH dan taman-taman kota sebagian besar diisi oleh tanaman, maka penataan jenis dan pola penanaman harus sesuai dengan lokasi taman berada dan fungsi taman yang merupakan bagian dari kota dan RTH kota. Hal ini harus dipahami, diperhatikan, dan diperhitungkan karena akan menentukan efisiensi penggunaan lahan, fungsi-fungsi arsitektural, estetika, dan ekologis atau fungsi lingkungan suatu kota.

30 14 Desain Lanskap Jalan Desain lanskap jalan penting dalam mempertimbangkan semua fungsi dan keterkaitannya, dimana pergerakan kendaraan diakomodasikan secara aman dengan akses yang menyenangkan, jalur pejalan kaki dan ruang terbuka hijau di depan bangunan tertata rapi dan dilengkapi dengan semua kenyamanan yang dapat memberikan banyak kesenangan pada kehidupan kota. Desain lanskap jalan yang berhasil terlihat dari adanya variasi bentuk, ukuran, tekstur, dan warna serta mempertimbangkan view sekitarnya dengan membuka pemandangan yang indah dan menutupi pemandangan yang tidak diinginkan (Simonds dan Starke, 2006). Menurut Booth (1988), desain lanskap jalan ditujukan untuk membentuk suatu jalan agar memiliki fungsi, membangun karakter spasial dan membangun visual. Desain lanskap jalan memecahkan masalah-masalah kemonotonan pada jalan, pemandangan yang memberikan efek mengganggu, memberikan kenyamanan bagi pengguna jalan yang tidak terlepas dari penggunaan elemen lanskap. Ada beberapa aspek detail yang menarik dalam desain lanskap jalan dan jalan raya. Salah satunya adalah detail turap (dinding penahan), selokan, jalur pedestrian, penampang jalan yang diaspal, hydrant, lampu, bak sampah, bangku, kotak pos, dan kotak kebakaran. Desain visual jalan dari sisi-sisi (kanan dan kiri) jalan harus disesuaikan dengan tingkat kelajuan jalan tersebut dirancang. Secara visual kebutuhan desain sekitar jalan adalah: 1. Visual teminal pada interval tidak beraturan yang layak dengan dua arah, yang dicapai dengan menyesuaikan jarak vertikal atau horisontal 2. Membangun pembatas pada samping kanan kiri jalan, pohon-pohon, atau ruang terbuka yang sesuai dengan skala lebar jalan 3. Mengurangi dan mengatur jarak bangunan yang berhadapan dengan jalan (Eckbo, 1964). Simulasi Komputer Kegiatan simulasi merupakan suatu kegiatan kuantitatif yang menggambarkan sebuah sistem dengan mengembangkan sebuah model dari sistem tersebut dan melakukan sederetan uji coba untuk memperkirakan perilaku

31 15 sistem pada kurun waktu tertentu (Susanto, 2009). Dijelaskan lebih lanjut oleh Susanto (2009) bahwa simulasi menghasilkan cara untuk mengevaluasi solusi, bukan menghasilkan cara untuk memecahkan masalah. Jadi sebelumnya perlu diketahui dulu solusi atau pendekatan solusi yang akan diuji. Simulasi tersebut merupakan satu-satunya cara yang dapat digunakan untuk mengatasi masalah jika sistem nyata sulit diamati secara langsung. Menurut Kusuma (2009), program Google Sketchup merupakan program permodelan 3D yang dirancang untuk kegiatan pada bidang arsitektur, sipil, pembuatan film, pengembang games, dan profesi-profesi terkait lainnya. Program Google Sketchup ini mempunyai kemampuan dalam memuat fitur untuk penempatan model pada Google Earth dan didesain lebih intuitif, fleksibel, dan mudah digunakan dibanding dengan program 3D CAD lainya. Penelitian yang dilaksanakan pada Jalan Lingkar Kebun Raya Bogor ini menggunakan metode simulasi dengan program Google Sketchup. Desain kondisi hasil rekomendasi desain yang diusulkan akan disimulasikan dengan program tersebut sehingga memperoleh desain alternatif yang sesuai dengan kondisi setiap pertigaan yang ada.

32 METODOLOGI Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Jalan Lingkar Kebun Raya Bogor, Kota Bogor, Jawa Barat (Gambar 5). Pelaksanaan waktu penelitian selama enam bulan, terhitung sejak bulan April 2009 sampai September KOTA BOGOR Gambar 5. Peta Lokasi Penelitian

33 17 Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dengan teknik survei, wawancara secara langsung dengan kuisioner, serta simulasi 3D menggunakan program Google SketchUp dengan bantuan peta dasar dari Dinas Cipta Karya dan Tata Ruang Kota Bogor. Pada pelaksanaannya, penelitian ini dilakukan secara bertahap, yakni tahap prasurvei, tahap survei, tahap analisis dan sintesis, dan tahap pengembangan konsep. 1. Tahap Prasurvei Tahap prasurvei merupakan tahap awal sebelum penelitian dimulai atau disebut dengan tahap persiapan yang meliputi kegiatan penentuan lokasi penelitian dan studi literatur. Pada tahap ini, studi literatur bertujuan untuk mengetahui kondisi secara umum tapak yang akan diamati sebelum turun ke lapangan secara langsung. Selain itu, untuk mengetahui potensi dan kendala pada tapak yang akan diamati sehingga mempermudah ketika mengambil data di lapangan. 2. Tahap Survei Kegiatan yang dilakukan pada tahap survei adalah survei kondisi tapak dan pengumpulan data. Data yang diambil meliputi aspek biofisik, aspek sosial (keinginan masyarakat), dan kebijakan pemerintah setempat beserta jenis dan sumber data (Tabel 1). Pengumpulan data dilakukan melalui pengamatan di lapangan (survei) dengan mengukur dan mengamati tapak (termasuk pengambilan foto-foto pada tapak yang diamati), studi pustaka atau literatur yang berkaitan dengan topik yang dibahas, serta wawancara secara langsung dengan kuisioner (Lampiran 1) kepada pihak terkait seperti pemerintah setempat dan masyarakat sekitar Jalan Lingkar Kebun Raya Bogor. 3. Tahap Analisis dan Sintesis Tahap analisis dan sintesis merupakan tahap lanjutan setelah tahap inventarisasi (pengumpulan data) yang berguna untuk mengetahui potensi dan kendala yang ada pada tapak serta merumuskan solusi permasalahan yang ada. Selain menganalisis data biofisik tapak, data sosial (keinginan masyarakat) yang

34 18 diperoleh dari wawancara juga dianalisis sebagai bahan masukan dan memperkaya ide desain yang akan dibuat. Tabel 1. Aspek, Jenis, dan Sumber Data Aspek Jenis Data Satuan Data Tipe Data Cara Pengambilan Sumber Biofisik Lokasi - Primer Survei Lapangan Aksesibilitas - Primer Survei Lapangan Tanah Jenis Primer, Sekunder Survei, Data Instansi terkait Lapangan, Instansi Topografi - Primer, Sekunder Survei, Data Instansi terkait terkait Lapangan, Instansi terkait Iklim C Sekunder Data Instansi terkait Instansi terkait Vegetasi Jenis Primer Survei Lapangan Instansi terkait Drainase - Sekunder Data Instansi terkait Instansi terkait Street Furniture* Unit Primer Survei Lapangan Tata Guna Lahan - Primer Survei Lapangan Kondisi Jalan (Panjang dan Lebar Jalan) m Primer, Sekunder Survei, Data Instansi terkait Lapangan, Instansi terkait Sosial Pengguna (user) Jumlah Sekunder Data Instansi Instansi terkait terkait Aktivitas dan - Primer Survei Lapangan Intensitas Pengguna Legal* RTRK, RUTRK, - Sekunder Data Instansi Instansi (Pemerintah) RTRW, dan RIK terkait terkait * Street Furniture: Bangunan Pelengkap Jalan, RTRK: Rencana Tata Ruang Kota, RUTRK: Rencana Umum Tata Ruang Kota, RTRW : Rencana Tata Ruang Wilayah, dan RIK: Rencana Induk Kota 4. Tahap Pengembangan Konsep Setelah tahap analisis dan sintesis dilaksanakan, tahap selanjutnya adalah tahap pengembangan konsep, yakni menentukan konsep dan mengembangkan ide sesuai dengan data-data yang telah diperoleh menjadi sebuah rekomendasi desain lanskap pertigaan Jalan Lingkar Kebun Raya Bogor.

35 19 Gambar 6. Tahapan Penelitian Batasan Penelitian Batasan yang digunakan dalam penelitian yang berjudul Kajian Lanskap Pertigaan Jalan Lingkar Kebun Raya Bogor adalah menganalisis setiap lanskap pertigaan yang ada di sekitar Jalan Lingkar Kebun Raya Bogor, baik pertigaan mayor (pertigaan Tugu Kujang, Plasa Pangrango, Polisi Militer, Bank Mandiri, Bogor Trade Mall, dan Plasa Bogor) maupun pertigaan minor (pertigaanpertigaan yang ukurannya relatif lebih kecil daripada pertigaan mayor). Khusus setiap pertigaan mayor, batasan analisis yang dilakukan adalah menganalisis setiap pertigaan yang ada pada Jalan Lingkar Kebun Raya Bogor dengan menentukan batasan ukuran jalannya sejauh 50 meter yang diukur mulai dari titik pusat pertigaan mayor tersebut (Gambar 7). Jarak tersebut digunakan sebagai patokan untuk menganalisis karakter lanskap pertigaan yang meliputi tipe

36 20 pertigaan, kondisi landform, kondisi sirkulasi, kondisi vegetasi, dan jenis elemen penunjang yang ada. Hasil analisis setiap pertigaan jalan tersebut kemudian dijadikan pedoman dan bahan masukan dalam membuat rekomendasi desain lanskap pertigaan yang ideal, yaitu baik dari segi fungsional maupun estetikanya. JALAN UTAMA JALAN SEKUNDER Gambar 7. Ilustrasi Batasan Ukuran Analisis pada Setiap Pertigaan Mayor pada Jalan Lingkar Kebun Raya Bogor

37 HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Tahapan ini merupakan tahap awal dengan menjabarkan beberapa kondisi umum tapak yang meliputi kondisi biofisik, kondisi sosial, dan kebijakan pemerintah setempat. Kondisi Biofisik Kondisi biofisik tapak yang diamati adalah lokasi, aksesibilitas, jenis tanah, topografi, iklim, vegetasi, drainase, street furniture, tata guna lahan dan kondisi jalan. Gambaran umum kondisi biofisik lokasi penelitian dijelaskan sebagai berikut. 1. Lokasi Tapak yang diamati mempunyai letak yang sangat strategis, yaitu terletak di tengah-tengah Kota Bogor, tepatnya di Jalan Lingkar Kebun Raya Bogor dengan posisi geografis BT dan LS. Tapak mempunyai panjang jalan 3880 meter. Terdapat empat jalan yang ada di Jalan Lingkar Kebun Raya Bogor, yakni: Jalan Pajajaran, Jalan Jalak Harupat, Jalan Juanda, dan Jalan Otto Iskandardinata. Sepanjang jalan-jalan tersebut terdapat pertigaan-pertigaan jalan yang jumlahnya sebanyak 19 pertigaan, terdiri dari 6 pertigaan besar (mayor) dan 13 pertigaan kecil (minor). Enam pertigaan mayor terdiri dari pertigaan Tugu Kujang, Plasa Pangrango, Polisi Militer, Bank Mandiri, Bogor Trade Mall, dan Plasa Bogor. Pertigaan minor merupakan pertigaan yang ukurannya lebih kecil dari pertigaan mayor. Denah lokasi penelitian di Jalan Lingkar Luar Kebun Raya Bogor dapat dilihat pada Gambar 8. Batas tapak lokasi penelitian berdasarkan peta batas administrasi Kota Bogor (BAPPEDA, 2007) adalah sebelah utara berbatasan dengan Kelurahan Babakan, Sempur, dan Pabaton; sebelah barat berbatasan dengan Kelurahan Paledang; sebelah selatan berbatasan dengan Kelurahan Babakan Pasar dan Gudang; sebelah timur berbatasan dengan Kelurahan Tegalega dan Babakan.

KAJIAN LANSKAP PERTIGAAN JALAN LINGKAR KEBUN RAYA BOGOR INDAH CAHYA IRIANTI

KAJIAN LANSKAP PERTIGAAN JALAN LINGKAR KEBUN RAYA BOGOR INDAH CAHYA IRIANTI KAJIAN LANSKAP PERTIGAAN JALAN LINGKAR KEBUN RAYA BOGOR INDAH CAHYA IRIANTI DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2010 RINGKASAN INDAH CAHYA IRIANTI. A44050251.

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Karakter Lanskap Kota

TINJAUAN PUSTAKA Karakter Lanskap Kota TINJAUAN PUSTAKA Karakter Lanskap Kota Karakter merupakan sifat dan ciri khas yang dimiliki oleh suatu kelompok, baik orang maupun benda. Karakter lanskap merupakan suatu area yang mempunyai keharmonisan

Lebih terperinci

KAJIAN PENCAHAYAAN LANSKAP JALAN LINGKAR KEBUN RAYA BOGOR ARSYAD KHRISNA

KAJIAN PENCAHAYAAN LANSKAP JALAN LINGKAR KEBUN RAYA BOGOR ARSYAD KHRISNA KAJIAN PENCAHAYAAN LANSKAP JALAN LINGKAR KEBUN RAYA BOGOR ARSYAD KHRISNA DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2010 RINGKASAN ARSYAD KHRISNA A44052252. Kajian Pencahayaan

Lebih terperinci

KONSEP STREET FURNITURE KAMPUS INSTITUT PERTANIAN BOGOR DRAMAGA INDRA SAPUTRA A

KONSEP STREET FURNITURE KAMPUS INSTITUT PERTANIAN BOGOR DRAMAGA INDRA SAPUTRA A KONSEP STREET FURNITURE KAMPUS INSTITUT PERTANIAN BOGOR DRAMAGA INDRA SAPUTRA A34203039 PROGRAM STUDI ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2010 RINGKASAN INDRA SAPUTRA. A34203039.

Lebih terperinci

PERANCANGAN LANSKAP KAWASAN REKREASI SITU RAWA BESAR, DEPOK. Oleh : YULIANANTO SUPRIYADI A

PERANCANGAN LANSKAP KAWASAN REKREASI SITU RAWA BESAR, DEPOK. Oleh : YULIANANTO SUPRIYADI A PERANCANGAN LANSKAP KAWASAN REKREASI SITU RAWA BESAR, DEPOK Oleh : YULIANANTO SUPRIYADI A34201023 PROGRAM STUDI ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 RINGKASAN YULIANANTO

Lebih terperinci

PENGARUH REKLAME TERHADAP KUALITAS ESTETIK LANSKAP JALAN LINGKAR KEBUN RAYA BOGOR RAKHMAT AFANDI

PENGARUH REKLAME TERHADAP KUALITAS ESTETIK LANSKAP JALAN LINGKAR KEBUN RAYA BOGOR RAKHMAT AFANDI PENGARUH REKLAME TERHADAP KUALITAS ESTETIK LANSKAP JALAN LINGKAR KEBUN RAYA BOGOR RAKHMAT AFANDI DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2010 Judul Nama NRP : Pengaruh

Lebih terperinci

PERANCANGAN ULANG JALUR HIJAU JALAN BARAT-TIMUR KOTA BARU BANDAR KEMAYORAN. Oleh: Syahroji A

PERANCANGAN ULANG JALUR HIJAU JALAN BARAT-TIMUR KOTA BARU BANDAR KEMAYORAN. Oleh: Syahroji A PERANCANGAN ULANG JALUR HIJAU JALAN BARAT-TIMUR KOTA BARU BANDAR KEMAYORAN Oleh: Syahroji A34204015 DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 RINGKASAN SYAHROJI. Perancangan

Lebih terperinci

BAB VI R E K O M E N D A S I

BAB VI R E K O M E N D A S I BAB VI R E K O M E N D A S I 6.1. Rekomendasi Umum Kerangka pemikiran rekomendasi dalam perencanaan untuk mengoptimalkan fungsi jalur hijau jalan Tol Jagorawi sebagai pereduksi polusi, peredam kebisingan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.2. Pe rancangan

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.2. Pe rancangan 7 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perencanaan Perencanaan adalah suatu alat sistematik yang digunakan untuk menentukan saat awal, keadaan yang diharapkan, dan cara terbaik untuk mencapai keadaan yang diharapkan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Lanskap Jalan

TINJAUAN PUSTAKA Lanskap Jalan TINJAUAN PUSTAKA Lanskap Simonds (1983) menyatakan bahwa lanskap merupakan suatu bentang alam dengan karakteristik tertentu yang dapat dinikmati oleh seluruh indera manusia, dengan karakter yang menyatu

Lebih terperinci

ANALISIS DAN PEMECAHAN MASALAH

ANALISIS DAN PEMECAHAN MASALAH 56 ANALISIS DAN PEMECAHAN MASALAH Berdasarkan hasil inventarisasi maka dari faktor-faktor yang mewakili kondisi tapak dianalisis sehingga diketahui permasalahan yang ada kemudian dicari solusinya sebagai

Lebih terperinci

RINGKASAN. Denpasar, bawah bimbingan Nurhajati A. Mattjik).

RINGKASAN. Denpasar, bawah bimbingan Nurhajati A. Mattjik). RINGKASAN INE NILASARI. Perencanaan Lanskap Jalan Westertz By Pass di Kotamadya Denpasar, Bali @i bawah bimbingan Nurhajati A. Mattjik). Jalan Western By Pass dengan panjang keseluruhan.t 13 km merupakan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA 5 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perencanaan Lanskap Simonds (1983) menyatakan bahwa perencanaan adalah suatu proses penyusunan kebijaksanaan atau merumuskan apa yang harus dilakukan, untuk memperbaiki keadaan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI Tempat dan Waktu Penelitian

BAB III METODOLOGI Tempat dan Waktu Penelitian BAB III METODOLOGI 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini mengambil lokasi di jalan bebas hambatan Tol Jagorawi dengan mengambil beberapa segmen jalan yang mewakili karakteristik lanskap jalan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Lanskap dan Lanskap Kota Lanskap adalah suatu bagian dari muka bumi dengan berbagai karakter lahan/tapak dan dengan segala sesuatu yang ada di atasnya baik bersifat alami maupun

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Tahapan ini merupakan tahap awal dengan menjabarkan beberapa kondisi umum tapak yang meliputi kondisi biofisik, kondisi sosial, dan kebijakan pemerintah setempat. Kondisi

Lebih terperinci

PERANCANGAN LANSKAP WATERFRONT SITU BABAKAN, DI PERKAMPUNGAN BUDAYA BETAWI SETU BABAKAN, JAKARTA SELATAN

PERANCANGAN LANSKAP WATERFRONT SITU BABAKAN, DI PERKAMPUNGAN BUDAYA BETAWI SETU BABAKAN, JAKARTA SELATAN PERANCANGAN LANSKAP WATERFRONT SITU BABAKAN, DI PERKAMPUNGAN BUDAYA BETAWI SETU BABAKAN, JAKARTA SELATAN Oleh : Mutiara Ayuputri A34201043 PROGRAM STUDI ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

III. METODOLOGI. Gambar 1 Peta lokasi penelitian

III. METODOLOGI. Gambar 1 Peta lokasi penelitian 16 III. METODOLOGI 3.1 Tempat dan Waktu Pelaksanaan Studi mengenai Perencanaan Jalur Hijau Jalan sebagai Identitas Kota Banjarnegara dilakukan di jalan utama Kota Banjarnegara yang terdiri dari empat segmen,

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. desain taman dengan menggunakan tanaman hias sebagai komponennya

II. TINJAUAN PUSTAKA. desain taman dengan menggunakan tanaman hias sebagai komponennya 9 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ruang Lingkup Arsitektur Lansekap Lansekap sebagai gabungan antara seni dan ilmu yang berhubungan dengan desain taman dengan menggunakan tanaman hias sebagai komponennya merupakan

Lebih terperinci

VI. PERENCANAAN LANSKAP PEDESTRIAN SHOPPING STREET

VI. PERENCANAAN LANSKAP PEDESTRIAN SHOPPING STREET 42 VI. PERENCANAAN LANSKAP PEDESTRIAN SHOPPING STREET Pengembangan konsep dalam studi perencanaan kawasan ini akan terbagi ke dalam empat sub konsep, yaitu perencanaan lanskap pedestrian shopping street,

Lebih terperinci

3.2 Alat. 3.3 Batasan Studi

3.2 Alat. 3.3 Batasan Studi 3.2 Alat Alat yang digunakan dalam penelitian ini antara lain alat tulis dan kamera digital. Dalam pengolahan data menggunakan software AutoCAD, Adobe Photoshop, dan ArcView 3.2 serta menggunakan hardware

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Jalan adalah prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian jalan,

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Jalan adalah prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian jalan, I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jalan adalah prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian jalan, termasuk bangunan pelengkap dan perlengkapannya yang diperuntukkan bagi lalu lintas, yang berada

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. 18% dari luas wilayah DIY, terbentang di antara 110 o dan 110 o 33 00

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. 18% dari luas wilayah DIY, terbentang di antara 110 o dan 110 o 33 00 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kabupaten Sleman merupakan salah satu kabupaten di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), Indonesia. Luas wilayah Kabupaten Sleman 7574,82 Km 2 atau 18% dari luas wilayah DIY,

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kondisi Umum

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kondisi Umum HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Karakteristik Jalan Jalan Lingkar KRB terdiri dari empat jalan, meliputi Jalan Juanda, Ottista, Pajajaran, dan Jalak Harupat. Berdasarkan sifat dan pergerakan lalu lintas

Lebih terperinci

BAB VI KONSEP PERENCANAAN

BAB VI KONSEP PERENCANAAN BAB VI KONSEP PERENCANAAN VI.1 KONSEP BANGUNAN VI.1.1 Konsep Massa Bangunan Pada konsep terminal dan stasiun kereta api senen ditetapkan memakai masa gubahan tunggal memanjang atau linier. Hal ini dengan

Lebih terperinci

BAB III BAHAN DAN METODE

BAB III BAHAN DAN METODE 33 BAB III BAHAN DAN METODE 3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Studi ini dilakukan di Kota Padang Panjang, Sumatera Barat. Secara administrasi pemerintahan Kota Padang Panjang terletak di Provinsi Sumatera

Lebih terperinci

PENGARUH PENINGKATAN JUMLAH PENDUDUK TERHADAP PERUBAHAN PEMANFAATAN RUANG DAN KENYAMANAN DI WILAYAH PENGEMBANGAN TEGALLEGA, KOTA BANDUNG

PENGARUH PENINGKATAN JUMLAH PENDUDUK TERHADAP PERUBAHAN PEMANFAATAN RUANG DAN KENYAMANAN DI WILAYAH PENGEMBANGAN TEGALLEGA, KOTA BANDUNG PENGARUH PENINGKATAN JUMLAH PENDUDUK TERHADAP PERUBAHAN PEMANFAATAN RUANG DAN KENYAMANAN DI WILAYAH PENGEMBANGAN TEGALLEGA, KOTA BANDUNG DIAR ERSTANTYO DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN

Lebih terperinci

STUDI ELEMEN MENTAL MAP LANSKAP KAMPUS UNIVERSITAS INDONESIA, DEPOK HADRIAN PRANA PUTRA

STUDI ELEMEN MENTAL MAP LANSKAP KAMPUS UNIVERSITAS INDONESIA, DEPOK HADRIAN PRANA PUTRA STUDI ELEMEN MENTAL MAP LANSKAP KAMPUS UNIVERSITAS INDONESIA, DEPOK HADRIAN PRANA PUTRA DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2010 RINGKASAN HADRIAN PRANA PUTRA.

Lebih terperinci

METODOLOGI. Tempat dan Waktu

METODOLOGI. Tempat dan Waktu METODOLOGI Tempat dan Waktu Penelitian ini dilakukan di Jalan Lingkar Kebun Raya Bogor. Tempat penelitian adalah di sepanjang koridor Jalan Lingkar Kebun Raya Bogor (Gambar 2). Penelitian ini dilakukan

Lebih terperinci

PRA DESAIN LANSKAP UNIVERSITAS MATHLA UL ANWAR SEBAGAI BOTANICAL GARDEN. Disusun oleh: DENI HERYANI A

PRA DESAIN LANSKAP UNIVERSITAS MATHLA UL ANWAR SEBAGAI BOTANICAL GARDEN. Disusun oleh: DENI HERYANI A PRA DESAIN LANSKAP UNIVERSITAS MATHLA UL ANWAR SEBAGAI BOTANICAL GARDEN Disusun oleh: DENI HERYANI A34203018 DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 RINGKASAN DENI

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 27 HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil dari penelitian ini menunjukkan kualitas estetika pohon-pohon dengan tekstur tertentu pada lanskap jalan dan rekreasi yang bervariasi. Perhitungan berbagai nilai perlakuan

Lebih terperinci

sekitarnya serta ketersediaannya yang belum optimal (pada perbatasan tertentu tidak terdapat elemen gate). d. Elemen nodes dan landmark yang

sekitarnya serta ketersediaannya yang belum optimal (pada perbatasan tertentu tidak terdapat elemen gate). d. Elemen nodes dan landmark yang BAB 5 KESIMPULAN 1. Berdasarkan hasil pengamatan dan penilaian secara subyektif (oleh peneliti) dan obyektif (pendapat responden) maka elemen identitas fisik yang membentuk dan memperkuat karakter (ciri

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI TABEL V.1 KESESUAIAN JALUR HIJAU

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI TABEL V.1 KESESUAIAN JALUR HIJAU BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Bab ini akan menjelaskan mengenai hasil kesimpulan studi dari hasil penelitian. Selain itu akan dijelaskan terlebih dahulu mengenai hasil temuan studi yang menjelaskan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Peranan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Peranan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Peranan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan Menurut Munawar, A. (2004), angkutan dapat didefinikan sebagai pemindahan orang dan atau barang dari suatu tempat ke tempat lain dengan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Central Business District (CBD) Berdasarkan Undang-Undang No. 24 Tahun 1992 mengenai penataan ruang, pada Pasal 1 disebutkan bahwa kawasan perkotaan adalah kawasan yang mempunyai

Lebih terperinci

PERENCANAAN LANSKAP KAWASAN WISATA BUDAYA BERBASIS INDUSTRI KERAJINAN DI DESA LOYOK, PULAU LOMBOK

PERENCANAAN LANSKAP KAWASAN WISATA BUDAYA BERBASIS INDUSTRI KERAJINAN DI DESA LOYOK, PULAU LOMBOK PERENCANAAN LANSKAP KAWASAN WISATA BUDAYA BERBASIS INDUSTRI KERAJINAN DI DESA LOYOK, PULAU LOMBOK Oleh : Dina Dwi Wahyuni A 34201030 PROGRAM STUDI ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Perencanaan Hutan Kota Arti kata perencanaan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (Fak. Ilmu Komputer UI 2008) adalah proses, perbuatan, cara merencanakan (merancangkan).

Lebih terperinci

V. KONSEP Konsep Dasar Pengembangan Konsep

V. KONSEP Konsep Dasar Pengembangan Konsep 37 V. KONSEP Konsep Dasar Konsep dasar dalam perencanaan ini adalah merencanakan suatu lanskap pedestrian shopping streets yang dapat mengakomodasi segala aktivitas yang terjadi di dalamnya, khususnya

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI. 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

BAB III METODOLOGI. 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian BAB III METODOLOGI 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Rumah Sakit Marzoeki Mahdi, Bogor, Jawa Barat. Penelitian dilakukan pada Agustus Oktober 2010, mencakup pelaksanaan penelitian

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Estetika

TINJAUAN PUSTAKA Estetika 4 TINJAUAN PUSTAKA Estetika Istilah estetika dikemukakan pertama kali oleh Alexander Blaumgarten pada tahun 1750 untuk menunjukkan studi tentang taste dalam bidang seni rupa. Ilmu estetika berkaitan dengan

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Kondisi Eksisting dan Evaluasi Ruang Terbuka Hijau Kecamatan Jepara Jenis ruang terbuka hijau yang dikembangkan di pusat kota diarahkan untuk mengakomodasi tidak hanya fungsi

Lebih terperinci

PENGELOLAAN LANSKAP JALUR HIJAU KOTA JALAN JENDERAL SUDIRMAN JAKARTA PADA DINAS PERTAMANAN DKI JAKARTA. Oleh : RIDHO DWIANTO A

PENGELOLAAN LANSKAP JALUR HIJAU KOTA JALAN JENDERAL SUDIRMAN JAKARTA PADA DINAS PERTAMANAN DKI JAKARTA. Oleh : RIDHO DWIANTO A PENGELOLAAN LANSKAP JALUR HIJAU KOTA JALAN JENDERAL SUDIRMAN JAKARTA PADA DINAS PERTAMANAN DKI JAKARTA Oleh : RIDHO DWIANTO A34204013 PROGRAM STUDI ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

V. KONSEP Konsep Dasar Perencanaan Tapak

V. KONSEP Konsep Dasar Perencanaan Tapak V. KONSEP 5.1. Konsep Dasar Perencanaan Tapak Konsep perencanaan pada tapak merupakan Konsep Wisata Sejarah Perkampungan Portugis di Kampung Tugu. Konsep ini dimaksudkan untuk membantu aktivitas interpretasi

Lebih terperinci

PERENCANAAN LANSKAP JALUR PENCAPAIAN KAWASAN AGROWISATA PADA AGROPOLITAN CIPANAS, CIANJUR. Oleh : Annisa Budi Erawati A

PERENCANAAN LANSKAP JALUR PENCAPAIAN KAWASAN AGROWISATA PADA AGROPOLITAN CIPANAS, CIANJUR. Oleh : Annisa Budi Erawati A PERENCANAAN LANSKAP JALUR PENCAPAIAN KAWASAN AGROWISATA PADA AGROPOLITAN CIPANAS, CIANJUR Oleh : Annisa Budi Erawati A34201035 PROGRAM STUDI ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

METODOLOGI. Lokasi dan Waktu. Keterangan Jl. KH. Rd. Abdullah Bin Nuh. Jl. H. Soleh Iskandar

METODOLOGI. Lokasi dan Waktu. Keterangan Jl. KH. Rd. Abdullah Bin Nuh. Jl. H. Soleh Iskandar 20 METODOLOGI dan Waktu Studi dilakukan di kawasan Jalan Lingkar Luar Kota Bogor, Jawa Barat dengan mengambil tapak di kawasan lanskap Jalan KH. Rd. Abdullah bin Nuh dan Jalan H. Soleh Iskandar. Kegiatan

Lebih terperinci

BAB 4 PRINSIP-PRINSIP PERANCANGAN TAMAN LINGKUNGAN

BAB 4 PRINSIP-PRINSIP PERANCANGAN TAMAN LINGKUNGAN BAB 4 PRINSIP-PRINSIP PERANCANGAN TAMAN LINGKUNGAN 4.1 Temuan Studi Berdasarkan hasil analisis, terdapat beberapa temuan studi, yaitu: Secara normatif, terdapat kriteria-kriteria atau aspek-aspek yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengelolaan dan Pemeliharaan Lanskap Pengelolaan atau pengorganisasian suatu kegiatan pemeliharaan bergantung pada berbagai faktor yang terdapat pada lokasi seperti pengunjung

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kota diartikan sebagai suatu sistem jaringan kehidupan manusia yang

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kota diartikan sebagai suatu sistem jaringan kehidupan manusia yang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kota diartikan sebagai suatu sistem jaringan kehidupan manusia yang ditandai dengan tingginya kepadatan penduduk dan diwarnai dengan strata sosial ekonomi yang heterogen

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan kota Jakarta sebagai pusat pemerintahan, pusat perdagangan, pusat perbankan dan pusat perindustrian menuntut adanya kemajuan teknologi melalui pembangunan

Lebih terperinci

VII. RENCANA TAPAK. Tabel 15. Matriks Rencana Pembagian Ruang, Jenis Aktivitas dan Fasilitas (Chiara dan Koppelman, 1990 dan Akmal, 2004)

VII. RENCANA TAPAK. Tabel 15. Matriks Rencana Pembagian Ruang, Jenis Aktivitas dan Fasilitas (Chiara dan Koppelman, 1990 dan Akmal, 2004) VII. RENCANA TAPAK Tahap perencanaan ini adalah pengembangan dari konsep menjadi rencana yang dapat mengakomodasi aktivitas, fungsi, dan fasilitas bagi pengguna dan juga makhluk hidup yang lain (vegetasi

Lebih terperinci

BUPATI PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG MANAJEMEN DAN REKAYASA LALU LINTAS

BUPATI PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG MANAJEMEN DAN REKAYASA LALU LINTAS BUPATI PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG MANAJEMEN DAN REKAYASA LALU LINTAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PASURUAN, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

PERSEPSI KUALITAS ESTETIKA DAN EKOLOGI PADA JALUR WISATA ALAM TAMAN NASIONAL GEDE PANGRANGO. Oleh DIDIK YULIANTO A

PERSEPSI KUALITAS ESTETIKA DAN EKOLOGI PADA JALUR WISATA ALAM TAMAN NASIONAL GEDE PANGRANGO. Oleh DIDIK YULIANTO A PERSEPSI KUALITAS ESTETIKA DAN EKOLOGI PADA JALUR WISATA ALAM TAMAN NASIONAL GEDE PANGRANGO Oleh DIDIK YULIANTO A34202008 PROGRAM STUDI ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTIT UT PERTANIAN BOGOR 2006

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. permukaan tanah dan atau air (Peraturan Pemeritah Nomor 34 Tahun 2006).

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. permukaan tanah dan atau air (Peraturan Pemeritah Nomor 34 Tahun 2006). I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jalan adalah prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian jalan, termasuk bangunan pelengkap dan perlengkapannya yang diperuntukan bagi lalu lintas, yang berada

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Ruang Terbuka Hijau (RTH) adalah suatu bentuk ruang terbuka di kota (urban

II. TINJAUAN PUSTAKA. Ruang Terbuka Hijau (RTH) adalah suatu bentuk ruang terbuka di kota (urban II. TINJAUAN PUSTAKA A. Ruang Terbuka Hijau Ruang Terbuka Hijau (RTH) adalah suatu bentuk ruang terbuka di kota (urban space) dengan unsur vegetasi yang dominan. Perancangan ruang hijau kota harus memperhatikan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA 5 II. TINJAUAN PUSTAKA Permukiman Padat Kumuh Menurut Undang-undang Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 1992, permukiman merupakan bagian dari lingkungan hidup, di luar kawasan lindung, baik berupa kawasan

Lebih terperinci

SKRIPSI KAJIAN LANSKAP RUANG TERBUKA DI RT 01/08, KELURAHAN BARANANGSIANG, KECAMATAN BOGOR TIMUR, KOTA BOGOR MIFTAHUL FALAH A

SKRIPSI KAJIAN LANSKAP RUANG TERBUKA DI RT 01/08, KELURAHAN BARANANGSIANG, KECAMATAN BOGOR TIMUR, KOTA BOGOR MIFTAHUL FALAH A i SKRIPSI KAJIAN LANSKAP RUANG TERBUKA DI RT 01/08, KELURAHAN BARANANGSIANG, KECAMATAN BOGOR TIMUR, KOTA BOGOR MIFTAHUL FALAH A34203053 DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian tentang Lingkungan Hidup dan Lingkungan Perkotaan Soemarwoto (1985) mengemukakan bahwa lingkungan hidup adalah ruang yang ditempati suatu makhluk hidup bersama dengan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Deskripsi Umum Evaluasi Kualitas Estetik

HASIL DAN PEMBAHASAN Deskripsi Umum Evaluasi Kualitas Estetik 19 HASIL DAN PEMBAHASAN Deskripsi Umum Desa Ancaran memiliki iklim yang dipengaruhi oleh iklim tropis dan angin muson, dengan temperatur bulanan berkisar antara 18 C dan 32 C serta curah hujan berkisar

Lebih terperinci

MATA KULIAH PERENCANAAN TAPAK

MATA KULIAH PERENCANAAN TAPAK HANDOUT PERKULIAHAN MATA KULIAH DOSEN PENGAMPU PROF. Dr. H. MAMAN HILMAN, MPd, MT. PROGRAM STUDI PENDIDIKAN TEKNIK ARSITEKTUR JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK ARSITEKTUR FAKULTAS PENDIDIKAN TEKNOLOGI DAN KEJURUAN

Lebih terperinci

No Angkutan Jalan nasional, rencana induk Jaringan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan provinsi, dan rencana induk Jaringan Lalu Lintas dan Angkuta

No Angkutan Jalan nasional, rencana induk Jaringan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan provinsi, dan rencana induk Jaringan Lalu Lintas dan Angkuta TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI No. 5468 TRANSPORTASI. Perhubungan. Lalu Lintas. Angkutan Jalan. Jaringan. (Penjelasan Atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor 193) PENJELASAN ATAS PERATURAN

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan I-1 BAB I PENDAHULUAN I.1 TINJAUAN UMUM

Bab I Pendahuluan I-1 BAB I PENDAHULUAN I.1 TINJAUAN UMUM Bab I Pendahuluan I-1 BAB I PENDAHULUAN I.1 TINJAUAN UMUM Jaringan jalan merupakan salah satu prasarana untuk meningkatkan laju pertumbuhan perekonomian suatu daerah. Berlangsungnya kegiatan perekonomian

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI. Gambar 8 Peta Lokasi Penelitian (Sumber:

BAB III METODOLOGI. Gambar 8 Peta Lokasi Penelitian (Sumber: 13 BAB III METODOLOGI 3.1 Lokasi dan Waktu Studi Lokasi penelitian ini berada pada CBD Sentul City, yang terletak di Desa Babakan Maday, Kecamatan Citeuruep, Kabupaten DT II Bogor, Provinsi Jawa Barat.

Lebih terperinci

METODOLOGI. Gambar 3. Lokasi Penelitian

METODOLOGI. Gambar 3. Lokasi Penelitian METODOLOGI Waktu dan Lokasi Penelitian mengenai pengaruh reklame ini dilakukan pada lanskap Jalan Lingkar Kebun Raya Bogor, Jawa Barat (Gambar 3). Jalan Lingkar (Ringroad Way) pada penelitian ini meliputi

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS SINTESIS

BAB V ANALISIS SINTESIS BAB V ANALISIS SINTESIS 5.1 Aspek Fisik dan Biofisik 5.1.1 Letak, Luas, dan Batas Tapak Tapak terletak di bagian Timur kompleks sekolah dan berdekatan dengan pintu keluar sekolah, bangunan kolam renang,

Lebih terperinci

ANALISIS KESELAMATAN DAN KENYAMANAN PEMANFAATAN TROTOAR BERDASARKAN PERSEPSI DAN PREFERENSI PEJALAN KAKI DI PENGGAL JALAN M.T. HARYONO KOTA SEMARANG

ANALISIS KESELAMATAN DAN KENYAMANAN PEMANFAATAN TROTOAR BERDASARKAN PERSEPSI DAN PREFERENSI PEJALAN KAKI DI PENGGAL JALAN M.T. HARYONO KOTA SEMARANG ANALISIS KESELAMATAN DAN KENYAMANAN PEMANFAATAN TROTOAR BERDASARKAN PERSEPSI DAN PREFERENSI PEJALAN KAKI DI PENGGAL JALAN M.T. HARYONO KOTA SEMARANG TUGAS AKHIR Oleh : Arif Rahman Hakim L2D 303 283 JURUSAN

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN TULUNGAGUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN TULUNGAGUNG NOMOR 7 TAHUN 2013 TENTANG PEMANFAATAN BAGIAN JALAN

PEMERINTAH KABUPATEN TULUNGAGUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN TULUNGAGUNG NOMOR 7 TAHUN 2013 TENTANG PEMANFAATAN BAGIAN JALAN PEMERINTAH KABUPATEN TULUNGAGUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN TULUNGAGUNG NOMOR 7 TAHUN 2013 TENTANG PEMANFAATAN BAGIAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TULUNGAGUNG, Menimbang : a. bahwa dalam

Lebih terperinci

Gambar 26. Material Bangunan dan Pelengkap Jalan.

Gambar 26. Material Bangunan dan Pelengkap Jalan. KONSEP Konsep Dasar Street furniture berfungsi sebagai pemberi informasi tentang fasilitas kampus, rambu-rambu jalan, dan pelayanan kepada pengguna kampus. Bentuk street furniture ditampilkan memberikan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA 4 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Jalan Jalan adalah suatu prasarana perhubungan darat dalam bentuk apapun, yang meliputi semua bagian jalan termasuk bangunan pelengkap dan perlengkapannya yang diperuntukkan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Lanskap Kota

TINJAUAN PUSTAKA Lanskap Kota 5 TINJAUAN PUSTAKA Lanskap Kota Kota merupakan suatu organisme yang kompleks yang didalamnya terdapat unsur-unsur yang terjalin menjadi satu oleh suatu jaringan jalan dan jalur transportasi, saluran air,

Lebih terperinci

RENCANA PENATAAN LANSKAP PEMUKIMAN TRADISIONAL

RENCANA PENATAAN LANSKAP PEMUKIMAN TRADISIONAL RENCANA PENATAAN LANSKAP PEMUKIMAN TRADISIONAL Rencana Lanskap Berdasarkan hasil analisis data spasial mengenai karakteristik lanskap pemukiman Kampung Kuin, yang meliputi pola permukiman, arsitektur bangunan

Lebih terperinci

KONSEP THE CITY OF PEDESTRIAN. Supriyanto. Dosen Tetap Prodi Teknik Arsitektur FT UNRIKA Batam

KONSEP THE CITY OF PEDESTRIAN. Supriyanto. Dosen Tetap Prodi Teknik Arsitektur FT UNRIKA Batam KONSEP THE CITY OF PEDESTRIAN Supriyanto Dosen Tetap Prodi Teknik Arsitektur FT UNRIKA Batam Kalau kita berjalan kaki di suatu kawasan atau daerah, kita mempunyai tempat untuk mengekspresikan diri ( yaitu

Lebih terperinci

PERENCANAAN LANSKAP KAWASAN WISATA BUDAYA BERBASIS INDUSTRI KERAJINAN GERABAH DI DESA BANYUMULEK, KECAMATAN KEDIRI, LOMBOK BARAT

PERENCANAAN LANSKAP KAWASAN WISATA BUDAYA BERBASIS INDUSTRI KERAJINAN GERABAH DI DESA BANYUMULEK, KECAMATAN KEDIRI, LOMBOK BARAT PERENCANAAN LANSKAP KAWASAN WISATA BUDAYA BERBASIS INDUSTRI KERAJINAN GERABAH DI DESA BANYUMULEK, KECAMATAN KEDIRI, LOMBOK BARAT Oleh : RINRIN KODARIYAH A 34201017 PROGRAM STUDI ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB 2 EKSISTING LOKASI PROYEK PERANCANGAN. Proyek perancangan yang ke-enam ini berjudul Model Penataan Fungsi

BAB 2 EKSISTING LOKASI PROYEK PERANCANGAN. Proyek perancangan yang ke-enam ini berjudul Model Penataan Fungsi BAB 2 EKSISTING LOKASI PROYEK PERANCANGAN 2.1 Lokasi Proyek Proyek perancangan yang ke-enam ini berjudul Model Penataan Fungsi Campuran Perumahan Flat Sederhana. Tema besar yang mengikuti judul proyek

Lebih terperinci

METODOLOGI. Peta Kabupaten Bogor (http://students.ukdw.ac.id, 2010) Peta Bukit Golf Hijau (Sentul City, 2009)

METODOLOGI. Peta Kabupaten Bogor (http://students.ukdw.ac.id, 2010) Peta Bukit Golf Hijau (Sentul City, 2009) 19 METODOLOGI Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di cluster Bukit Golf Hijau yang berada di dalam Sentul. Sentul terletak di Kecamatan Babakan Madang dan Kecamatan Sukaraja Kabupaten

Lebih terperinci

PERANCANGAN LANSKAP AGROWISATA IKAN HIAS AIR TAWAR DI BALAI PENGEMBANGAN BENIH IKAN CIHERANG KABUPATEN CIANJUR JAWA BARAT

PERANCANGAN LANSKAP AGROWISATA IKAN HIAS AIR TAWAR DI BALAI PENGEMBANGAN BENIH IKAN CIHERANG KABUPATEN CIANJUR JAWA BARAT PERANCANGAN LANSKAP AGROWISATA IKAN HIAS AIR TAWAR DI BALAI PENGEMBANGAN BENIH IKAN CIHERANG KABUPATEN CIANJUR JAWA BARAT Oleh: GIN GIN GINANJAR A34201029 PROGRAM STUDI ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN

Lebih terperinci

Lanskap Perkotaan (Urban Landscape) HUTAN KOTA. Dr. Ir. Ahmad Sarwadi, MEng. Ir. Siti Nurul Rofiqo Irwan, MAgr, PhD.

Lanskap Perkotaan (Urban Landscape) HUTAN KOTA. Dr. Ir. Ahmad Sarwadi, MEng. Ir. Siti Nurul Rofiqo Irwan, MAgr, PhD. Lanskap Perkotaan (Urban Landscape) HUTAN KOTA Dr. Ir. Ahmad Sarwadi, MEng. Ir. Siti Nurul Rofiqo Irwan, MAgr, PhD. Tujuan Memahami makna dan manfaat hutan kota pada penerapannya untuk Lanskap Kota. Memiliki

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Pada bab ini akan diuraikan mengenai kesimpulan studi berupa temuantemuan yang dihasilkan selama proses analisis berlangsung yang sesuai dengan tujuan dan sasaran studi,

Lebih terperinci

Gambar 2 Peta lokasi studi

Gambar 2 Peta lokasi studi 15 III. METODOLOGI 3.1. Lokasi dan Waktu Studi Studi dilakukan di Kebun Anggrek yang terletak dalam areal Taman Kyai Langgeng (TKL) di Jalan Cempaka No 6, Kelurahan Kemirirejo, Kecamatan Magelang Tengah,

Lebih terperinci

Gambar 3. Peta Orientasi Lokasi Studi

Gambar 3. Peta Orientasi Lokasi Studi BAB III METODOLOGI. Lokasi dan Waktu Kegiatan studi dilakukan di Dukuh Karangkulon yang terletak di Desa Wukirsari, Kecamatan Imogiri, Kabupaten Bantul, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta dengan luas

Lebih terperinci

Kebutuhan Masyarakat akan Ruang Terbuka Hijau pada Kawasan Pusat Kota Ponorogo

Kebutuhan Masyarakat akan Ruang Terbuka Hijau pada Kawasan Pusat Kota Ponorogo Kebutuhan Masyarakat akan Ruang Terbuka Hijau pada Kawasan Pusat Kota Ponorogo Fungsi Ekologis Terciptanya Iklim Mikro 81% responden menyatakan telah mendapat manfaat RTH sebagai pengatur iklim mikro.

Lebih terperinci

III. RUANG DAN FUNGSI TANAMAN LANSKAP KOTA

III. RUANG DAN FUNGSI TANAMAN LANSKAP KOTA Lanskap Perkotaan (Urban Landscape) III. RUANG DAN FUNGSI TANAMAN LANSKAP KOTA Dr. Ir. Ahmad Sarwadi, MEng. Siti Nurul Rofiqo Irwan, S.P., MAgr, PhD. Tujuan Memahami bentuk-bentuk ruang dengan tanaman

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. didirikan sebagai tempat kedudukan resmi pusat pemerintahan setempat. Pada

PENDAHULUAN. didirikan sebagai tempat kedudukan resmi pusat pemerintahan setempat. Pada PENDAHULUAN Latar Belakang Kota adalah suatu pusat pemukiman penduduk yang besar dan luas.dalam kota terdapat berbagai ragam kegiatan ekonomi dan budaya. Adakalanya kota didirikan sebagai tempat kedudukan

Lebih terperinci

VI. KONSEP PERANCANGAN TAMAN TEPIAN SUNGAI MARTAPURA KOTA BANJARMASIN

VI. KONSEP PERANCANGAN TAMAN TEPIAN SUNGAI MARTAPURA KOTA BANJARMASIN VI. KONSEP PERANCANGAN TAMAN TEPIAN SUNGAI MARTAPURA KOTA BANJARMASIN VI.1. Konsep Desain Lanskap Tepian Sungai Martapura Kota Banjarmasin menitikberatkan kepada sungai sebagai pusat perhatian dan pemandangan

Lebih terperinci

PERANCANGAN LANSKAP SEKOLAH ISLAM TERPADU UMMUL QURO BERDASARKAN KONSEP TAMAN ISLAMI FISQA TASYARA A

PERANCANGAN LANSKAP SEKOLAH ISLAM TERPADU UMMUL QURO BERDASARKAN KONSEP TAMAN ISLAMI FISQA TASYARA A PERANCANGAN LANSKAP SEKOLAH ISLAM TERPADU UMMUL QURO BERDASARKAN KONSEP TAMAN ISLAMI FISQA TASYARA A34203058 PROGRAM STUDI ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 Dengan ini

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perencanaan dan Perancangan Lanskap Planning atau perencanaan merupakan suatu gambaran prakiraan dalam pendekatan suatu keadaan di masa mendatang. Dalam hal ini dimaksudkan

Lebih terperinci

BAB V KONSEP DAN PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP DAN PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB V KONSEP DAN PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN 5.1 Tujuan Perencanaan dan Perancangan Perencanaan dan perancangan Penataan PKL Sebagai Pasar Loak di Sempadan Sungai Kali Gelis Kabupaten Kudus

Lebih terperinci

PENATAAN JALUR PEJALAN KAKI PADA KORIDOR JALAN MALIOBORO BERDASARKAN PERSEPSI DAN PREFERENSI PENGUNJUNG LAPORAN TUGAS AKHIR

PENATAAN JALUR PEJALAN KAKI PADA KORIDOR JALAN MALIOBORO BERDASARKAN PERSEPSI DAN PREFERENSI PENGUNJUNG LAPORAN TUGAS AKHIR PENATAAN JALUR PEJALAN KAKI PADA KORIDOR JALAN MALIOBORO BERDASARKAN PERSEPSI DAN PREFERENSI PENGUNJUNG LAPORAN TUGAS AKHIR Disusun Oleh M.ARIEF ARIBOWO L2D 306 016 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA

Lebih terperinci

BAB III METODE PERANCANGAN. proses merancang, disertai dengan teori-teori dan data-data yang terkait dengan

BAB III METODE PERANCANGAN. proses merancang, disertai dengan teori-teori dan data-data yang terkait dengan BAB III METODE PERANCANGAN 3.1 Metode Umum Metode perancangan dalam seminar ini yaitu berupa penjelasan dari awal proses merancang, disertai dengan teori-teori dan data-data yang terkait dengan obyek perancangan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Zaman sekarang ini kemajuan di bidang olahraga semakin maju dan pemikiran

I. PENDAHULUAN. Zaman sekarang ini kemajuan di bidang olahraga semakin maju dan pemikiran 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Zaman sekarang ini kemajuan di bidang olahraga semakin maju dan pemikiran manusia makin meningkat dalam mencapai suatu prestasi yang tinggi, maka negara-negara yang

Lebih terperinci

VII. PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

VII. PERENCANAAN DAN PERANCANGAN 46 VII. PERENCANAAN DAN PERANCANGAN 7.1. Perencanaan Alokasi Ruang Konsep ruang diterjemahkan ke tapak dalam ruang-ruang yang lebih sempit (Tabel 3). Kemudian, ruang-ruang tersebut dialokasikan ke dalam

Lebih terperinci

masyarakat dan dipandang sebagai kesatuan antara fisik geografis dan lingkungannya dalam arti karakteristrik. Lansekap ditinjau dari segi

masyarakat dan dipandang sebagai kesatuan antara fisik geografis dan lingkungannya dalam arti karakteristrik. Lansekap ditinjau dari segi II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perencanaan Lansekap (Landscape Planning) Lansekap merupakan refleksi dari dinamika sistem alamiah dan sistem sosial masyarakat dan dipandang sebagai kesatuan antara fisik geografis

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERANCANGAN. Konsep dasar perancangan beranjak dari hasil analisis bab sebelumnya yang

BAB V KONSEP PERANCANGAN. Konsep dasar perancangan beranjak dari hasil analisis bab sebelumnya yang BAB V KONSEP PERANCANGAN 5.1 Konsep Dasar Konsep dasar perancangan beranjak dari hasil analisis bab sebelumnya yang kemudian disintesis. Sintesis diperoleh berdasarkan kesesuaian tema rancangan yaitu metafora

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA PERENCANAAN

BAB IV ANALISA PERENCANAAN BAB IV ANALISA PERENCANAAN 4.1. Analisa Non Fisik Adalah kegiatan yang mewadahi pelaku pengguna dengan tujuan dan kegiatannya sehingga menghasilkan besaran ruang yang dibutuhkan untuk mewadahi kegiatannya.

Lebih terperinci

ANALISIS PENGARUH ELEMEN LANSKAP TERHADAP KUALITAS ESTETIKA LANSKAP KOTA DEPOK. Oleh: Medyuni Ruswan A

ANALISIS PENGARUH ELEMEN LANSKAP TERHADAP KUALITAS ESTETIKA LANSKAP KOTA DEPOK. Oleh: Medyuni Ruswan A ANALISIS PENGARUH ELEMEN LANSKAP TERHADAP KUALITAS ESTETIKA LANSKAP KOTA DEPOK Oleh: Medyuni Ruswan A34201045 PROGRAM STUDI ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2006 RINGKASAN

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengelompokan Jalan Menurut Undang Undang No. 38 Tahun 2004 tentang jalan, ditinjau dari peruntukannya jalan dibedakan menjadi : a. Jalan khusus b. Jalan Umum 2.1.1. Jalan

Lebih terperinci

PERENCANAAN LANSKAP WISATA SEJARAH DAN BUDAYA KOMPLEKS CANDI GEDONG SONGO, KABUPATEN SEMARANG MUTIARA SANI A

PERENCANAAN LANSKAP WISATA SEJARAH DAN BUDAYA KOMPLEKS CANDI GEDONG SONGO, KABUPATEN SEMARANG MUTIARA SANI A PERENCANAAN LANSKAP WISATA SEJARAH DAN BUDAYA KOMPLEKS CANDI GEDONG SONGO, KABUPATEN SEMARANG MUTIARA SANI A34203015 PROGRAM STUDI ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 PERENCANAAN

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Aspek Biofisik

HASIL DAN PEMBAHASAN. Aspek Biofisik HASIL DAN PEMBAHASAN Aspek Biofisik Kondisi Umum Jalan Tapak penelitian merupakan Jalan Lingkar Kebun Raya Bogor dengan batas di sebelah utara Kelurahan Babakan, Sempur, dan Pabaton; sebelah barat Kelurahan

Lebih terperinci

5. Konsep Urban Design Guidelines yang Memperhatikan Kebutuhan Pejalan Kaki Usia Kanak-Kanak dan Usia Lanjut

5. Konsep Urban Design Guidelines yang Memperhatikan Kebutuhan Pejalan Kaki Usia Kanak-Kanak dan Usia Lanjut 5. Konsep Urban Design Guidelines yang Memperhatikan Kebutuhan Pejalan Kaki Usia Kanak-Kanak dan Usia Lanjut Ruang urban Depok terutama jalan Margonda Raya sangat ramai dan berbahaya. Pada pagi hari pukul

Lebih terperinci

BUPATI JEPARA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 5 TAHUN 2017 TENTANG PEMANFAATAN BAGIAN JALAN DAERAH

BUPATI JEPARA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 5 TAHUN 2017 TENTANG PEMANFAATAN BAGIAN JALAN DAERAH BUPATI JEPARA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 5 TAHUN 2017 TENTANG PEMANFAATAN BAGIAN JALAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JEPARA, Menimbang : a. bahwa dalam

Lebih terperinci

VI. KONSEP 6.1. Konsep Dasar 6.2. Konsep Pengembangan Fungsi Pendidikan

VI. KONSEP 6.1. Konsep Dasar 6.2. Konsep Pengembangan Fungsi Pendidikan 116 VI. KONSEP 6.1. Konsep Dasar Konsep dasar perencanaan adalah mengembangkan laboratorium lapang PPDF sebagai tempat praktikum santri sesuai dengan mata pelajaran yang diberikan dan juga dikembangkan

Lebih terperinci