4.1 Gambaran SMPN 1 Bawen

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "4.1 Gambaran SMPN 1 Bawen"

Transkripsi

1 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran SMPN 1 Bawen SMP Negeri 1 Bawen merupakan salah satu sekolah menengah negeri yang berdiri pada 15 Desember 1983 dan terletak di Jalan Soekarno Hatta no. 54, Kecamatan Bawen, Kabupaten Semarang, Provinsi Jawa Tengah. Lokasi sekolah ini sangat strategis karena terletak di pinggir jalan raya dimana semua angkutan melewati akses jalan tersebut, bahkan di sub-rayon 02 SMPN 1 Bawen adalah sekolah yang paling strategis dibandingkan sekolah menengah lainnya. Bukan hanya lokasinya yang di pinggir jalan raya tetapi juga keberadaan luas sekolah yang memadahi, yaitu sekitar 2 ha. SMPN 1 Bawen memiliki visi dan misi yang tertuang dalam dokumen sekolah yaitu: 1. Visi Visi dari SMP Negeri 1 Bawen adalah unggul dalam prestasi, berwawasan IPTEK berdasarkan IMTAQ. 2. Misi a. Menyelenggarakan kegiatan-kegiatan secara efektif untuk mewujudkan pengembangan visi.

2 b. Melaksanakan kegiatan-kegiatan untuk menunjang peningkatan kinerja guru dan karyawan. c. Melaksanakan kegiatan-kegiatan untuk menciptakan dinamika dan kualitas proses pembelajaran pelatihan dan bimbingan. d. Mengupayakan pengadaan, pemanfaatan dan memelihara fasilitas pendidikan secara optimal. e. Melaksanakan kegiatan pencapaian ketuntasan kompetensi kelulusan baik pengetahuan, keterampilan, sikap, dan perilaku. f. Melaksanakan manajemen berbasis sekolah secara mantap. g. Mengupayakan pengembangan pembiayaan untuk mendukung kegiatan sekolah secara menyeluruh. h. Melaksanakan penilaian secara menyeluruh dan berkesinambungan Data Peserta didik SMPN 1 Bawen hampir tidak pernah kekurangan peserta didik, bahkan kecenderungannya menolak peserta didik ketika penerimaan peserta didik baru. Jumlah nilai UN peserta didik yang diterima berkisar antara 22 s.d.

3 23, atau jika dirata-rata 7,3 s.d. 7,6. Sesungguhnya input atau kemampuan dasar peserta didik di SMPN 1 Bawen bisa dikatakan cukup bagus jika dibandingkan dengan sekolah menengah di sub rayon 02. Jumlah peserta didik dari tahun ke tahun juga mengalami peningkatan yang dikarenakan adanya penambahan rombongan belajar (rombel). Yang biasanya hanya 21 robel menjadi 27 rombel. Berikut ini tabel jumlah peserta didik 4 tahun terakhir: Tabel 4.1 Jumlah Peserta didik 4 Tahun Terakhir No Th Kelas VII VIII IX L /2011 P Jumlah Total 767 L /2012 P Jumlah Total 801 L P Jumlah Total 749 L /2014 P Jumlah Total 840 Sumber: Tata Usaha SMPN 1 Bawen, diolah

4 4.1.2 Data Pendidik dan Tenaga Kependidikan Tabel 4.2 Jumlah Pendidik dan Tenaga Kependidikan SMPN 1 Bawen PNS WB No Jabatan Jml Keterangan L P L P 1 Kepsek Guru : 1 Agama Pkn B. Indonesia IPA Matematika IPS B. Inggris B. Jawa BK Penjasorkes Tatabusana TIK Kesenian Satpam Penjaga Tatausaha Tenaga Perpustakaan Teknisi komputer Jumlah Sumber: Tata Usaha SMPN 1 Bawen, diolah 3 guru berasal dari sekolah lain. 1 guru dari sekolah lain 1 guru dari sekolah lain 1 guru dari sekolah lain. 1 guru dari sekolah lain 1 guru dari sekolah lain

5 No Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa jumlah guru yang mengajar di SMPN 1 Bawen adalah sebanyak 48 guru. Ditambah dengan 1 kepala sekolah, 2 petugas keamanan, 3 penjaga dan petugas kebersihan, 5 petugas tatausaha, 1 tenaga perpustakaan dan 1 teknisi komputer. SMPN 1 Bawen terdiri dari 27 rombel dengan 27 wali kelas. Sementara itu ada beberapa guru yang berasal dari sekolah lain (penambahan beban mengajar 24 jam), seperti: 1 guru agama islam, 1 guru agama kristen, 1 guru agama katholik, 1 guru kesenian, 1 guru bahasa indonesia, 2 guru olah raga, dan 1 guru BK. Dari 48 guru ada sebanyak 45 PNS dan 3 guru wiyata bhakti (WB). Jabatan Kepala Sekolah Tenaga Pendidik Tenaga Kependidik an Tabel 4.3 Kualifikasi Akademik Guru SMPN 1 Bawen PNS WB S2 S1 D3 D2 SMA S2 S1 SMA Jml Sumber: Tata Usaha SMPN 1 Bawen, diolah Tenaga pendidik (guru) SMPN 1 Bawen hampir semua berkualifikasi S1, hanya tinggal 1 guru yang berijasah D2. Dari guru PNS maupun

6 wiyata bhakti semuanya ada 98 % yang sudah memenuhi kualifikasi pendidikan S Sarana Prasarana 1. Sarana Berdasarkan hasil pengamatan dan studi dokumen dapat dijelaskan bahwa SMPN 1 Bawen memiliki sarana pembelajaran yang yang sudah cukup lengkap. Adapun sarana yang dimaksud adalah: buku teks pelajaran, alat peraga (globe, atlas, alat peraga matematika, alat peraga IPA, alat peraga kesenian, alat peraga olah raga, dan lain-lain), media yang berkaitan dengan TIK ( 8 LCD proyektor, 6 Laptop, Komputer, TV, pengeras suara, VCD, dan lain sebagainya), sarana kegiatan ektrakurikuler (1 set alat musik band, matras dan perlengkapan pencak silat, 1 set alat musik perskusi rebana, peralatan olah raga: bola voli, basket, sepak bola, bulu tangkis, tolak peluru, atletik. Selain itu sekolah juga memiliki fasilitas keterampilan menjahit yang cukup memadahi, yaitu sejumlah 35 mesin jahit dan beberapa alat obras kain. 2. Prasarana Prasarana SMPN 1 Bawen sudah cukup lengkap meskipun masih ada yang kurang atupun rusak, diantaranya: 6 jamban peserta

7 No didik rusak berat, ruang UKS yang masih kurang luas. Untuk melihat lebih jelas dari kondisi prasarana SMPN 1 Bawen dapat diamati melalui Tabel dibawah ini: Tabel 4.4 Keadaan Prasarana Pendidikan SMPN 1 Bawen Jenis Ruang Kedaan Baik Rsk Ukuran Jml. Ket. 1 Kelas 26 7 x Laboratorium IPA 1 8 x Ruang keterampilan 1 10 x Lab. Komputer 1 8 x Perpustakaan 1 7 x 9 1 Proses penambahan. 6 Kantor Guru 1 7 x Kantor Kepsek 1 6 x kantor Pimpinan 1 6 x Aula Mushola 1 10 x UKS 1 5 x Koperasi 1 5 x Kantin 2 4 x 5 2 Proses pembgn. 14 Jamban Guru 3 2 x Jamban Peserta didik Sumber: Data sekolah, diolah x Gudang 1 4 x Ruang BK 1 4 x Ruang OSIS 1 6 x Ruang Band 1 3 x Ruang TU 1 7 x Lapangan sepak bola 1 60 x Lapangan Basket 1 24 x Lapangan Bola Voli 1 9 x Pos Keamanan 1 3 x Tempat parkir 2 5 x 7 2

8 4.2 Hasil Penelitian Berdasarkan pada langkah-langkah pengembangan, maka hasil penelitian adalah sebagai berikut: Potensi dan Masalah Hasil Wawancara, Observasi, dan Studi Dokumen Pada bagian ini akan disajikan hasil wawancara yang dilakukan dengan kepala sekolah dan guru SMPN 1 Bawen tentang yang sudah dilakukan terhadap rencana strategis (renstra) untuk meningkatkan mutu sekolah. Berikut ini hasil wawancara dengan kepala SMPN 1 Bawen: Berdasarkan wawancara dengan kepala sekolah SMPN 1 Bawen didapatkan bahwa renstra yang selama ini dibuat belum sepenuhnya dibuat oleh stakeholder sekolah. Renstra disusun dengan mengadopsi dari sekolah lain dengan beberapa perubahanperubahan sesuai dengan situasi dan kondisi sekolah. Proses-proses yang seharusnya dilewati dalam penyusunan renstra belum dijalankan sebagaimana mestinya, hal tersebut terbukti dengan tidak adanya dokumen-dokumen yang menunjukkan proses penyusunan renstra seperti rapat rapat pleno, notulen proses penyusunan renstra, daftar hadir, dan lain-lain. Selanjutnya kepala sekolah menyatakan:

9 sesungguhnya isi dari renstra yang dimiliki oleh sekolah saat ini sudah cukup baik namun masih belum mampu menjawab persoalanpersoalan yang semakin kompleks dan dinamis begitu yang dihadapi oleh sekolah. Hal tersebut dikarenakan dalam proses penyusunan renstra tidak menyentuh akar rumput masalah yang ada di sekolah. Selain itu juga adanya beberapa kata atau kalimat dalam renstra yang masih belum operasional sehingga sedikit ada masalah dalam implementasinya. Wakil kepala SMPN 1 Bawen selanjutnya menyatakan: sekolah masih menggunakan acauan renstra dari sekolah lain yang kemudian diadaptasi dengan situasi dan kondisi sekolah, sehingga alurnya atau prosesnya tidak dimulai dari hulu sampai hilir. Meski demikian sekolah sudah mencoba untuk melibatkan stakeholder sekolah untuk proses penyusunan tersebut dan melakukan sosialisasi kepada guru. Menyusun renstra yang ideal sangat sulit karena harus melalui tahapan-tahapan dan harus meluangkan waktu untuk mewujudkannya, sementara itu kesibukan kepala sekolah, unsur pimpinan, guru dan komite cukup padat sehingga rasanya sulit untuk merealisasikannya. Sementara itu menurut mantan waka bidang kurikulum menyatakan bahwa:

10 sekolah sudah mencoba untuk melibatkan semua stakeholder sekolah untuk merumuskan rencana strategis sekolah meskipun dalam proses penyusunan tersebut sekolah masih menggunakan acaun dengan renstra sekolah lain untuk diadopsi dan sesuaikan. Melihat hasil wawancara dengan di atas maka dapat disimpulkan bahwa selama ini sekolah belum melakukan proses yang semestinya dalam menyusun renstra sekolah. Hal tersebut dapat menjadi faktor yang menghalangi perkembangan mutu sekolah dari waktu ke waktu Draft Awal Strategi (SWOT) 1. Analisis SWOT Analisa SWOT dilakukan dengan mengidentifikasi faktor kekuatan, kelemahan, peluang dan acaman untuk peningkatan mutu sekolah di SMP Negeri 1 Bawen yang berdasarkan pada hasil FGD dalam 3 aspek yaitu input, proses dan output yang diuraikan sebagai berikut ini. a. Aspek Input Menurut Lewis dan Smith (dalam Tjiptono & Diana, 2003) yang termasuk dalam aspek input adalah: kemampuan peserta didik, sumber daya finansial, fasilitas, program dan jasa pendukung.

11 No Hasil analisis faktor kekuatan dan kelemahan aspek input, serta pemberian skor sampai diperoleh IFAS dapat dilhat pada tabel 4. 5 berikut ini: Tabel 4.5 Matrik IFAS (Internal Factors Analysis Summary) Faktor-faktor Internal Kekuatan Bobot Skor Tota l Skor 1 Lokasi sekolah sangat trategis 0,30 5 1, % guru berpendidikan S1 0,20 4 0,80 3 Kemampuan dasar peserta didik baik 0,15 4 0, Jumlah buku ajar untuk guru dan peserta didik mencukupi Kemampun manajemen kepala sekolah sudah baik 0,15 3 0,45 0,10 3 0,30 6 Dana untuk operasi sekolah mencukupi 0,06 4 0,24 7 Fasilitas cukup lengkap 0,04 3 0,12 1 Total Skor 1 4,01 Kelemahan Supervisi dan evaluasi yang dilakukan oleh tim dan kepala sekolah masih belum optimal. 0,30 4 1,20 2 Guru belum memahami visi, misi sekolah 0,15 3 0, Kurang optimalnya pembimbingan/ pembinaan kegiatan ekstrakurikuler dalam mencapai target yang diharapkan. 0,15 3 0,45 Kompetensi staf sekolah (Tata Usaha dan Keuangan) belum optimal. 0,15 2 0,30 Belum memadai ruang untuk kegiatan ekstrakurikuler. 0,10 2 0,20 Pemanfaatan laboratorium (Bahasa, IPA dan Komputer) masih kurang optimal. 0,10 3 0,30 Lingkungan sekolah kurang hijau, bersih dan nyaman. 0,05 2 0,10 Total Skor 1 3,00 Total Skor Akhir (kekuatan-kelemahan) 1,01 Sumber: Hasil Focus Group Discussion, 2014 Berdasarkan tabel diatas, kekuatan yang paling berpengaruh atau menonjol adalah lokasi sekolah yang

12 sangat strategis dibandingkan dengan sekolah-sekolah lain di sub rayon 02 kabupaten semarang menurut para guru, staf dan komite sekolah dengan bobot 0,30 dan skor 5. Namun bagi kepala sekolah sesungguhnya yang paling penting dalam pencapain mutu sekolah adalah sumber daya manusianya (SDM) terlebih dahulu selanjutkan akan diikuti dengan hal yang lainnya. Hanya 1 guru yang masih berpendidikan D-2, sementara guru yang lain sudah S1 bahkan ada yang sudah S2. Pendidikan guru memiliki bobot 0,20 dengan skor 4, artinya tertinggi nomor 2. Kemampuan dasar peserta didik SMPN 1 Bawen cukup baik dengan syarat minimal nilai rata-rata 7,30 pada saat masuk. Kemampuan dasar peserta didik ini diberi bobot 0,15 dengan bobot 0,60. Sementara itu untuk ketersediaan buku ajar untuk guru dan peserta didik sudah mencukupi, hal ini tercermin dari buku paket untuk peserta didik sudah hampir mencukupi serta banyaknya koleksi buku materi di perpustakaan. Bobot dari ketersediaan buku ajar ini adalah 0,15 dengan skor 3. Kemampuan manajemen kepala sekolah yang baik dan program-programnya menjadi kekuatan bagi sekolah. Dengan manajemen yang baik maka sekolah mulai dikelola dengan baik dan terarah untuk mewujudkan visi, misi sekolah. Disamping itu dana untuk operasi penyelenggaraan kegiatan sekolah sudah mencukupi,

13 meskipun dana untuk kegiatan non akademis (ekstrakurikuler) masih belum optimal dikarenakan begitu banyaknya kegiatan ekstrakurikuler sekolah. Hal ini menjadi pertimbangan sekolah untuk menggali sumbersumber dana baik dari orang tua melalui komite ataupun dengan instansi atau lembaga lain. Fasilitas SMPN 1 Bawen sudah cukup lengkap dibandingkan dengan sekolah-sekolah lain di sub rayon 02 Kabupaten Semarang. Meskipun sudah cukup lengkap namun dalam hal pemanfaatan masih belum optimal. Hal ini disebabnya karena kurangnya kesadaran guru pentingya penggunaan fasilitas sekolah untuk mencapai pembalajaran yang lebih efektif. Jika para guru mampu mengoptimalkan fasilitas yang telah disediakan sekolah maka output yang dihasilkan akan lebih baik dari pada saat ini. Kekuatan tersebut diatas menjadi dasar untuk memulai meningkatkan mutu sekolah khususnya pada mutu aspek input. Total bobot masing-masing kekuatan dikalikan dengan skor masing-masing kekuatan untuk faktor kekuatan aspek input adalah 4,01. Meskipun memiliki beberapa kekuatan yang cukup potensial untuk dikembangkan, sekolah juga memiliki beberapa kelemahan yang perlu diatasi seperti supervisi dan evaluasi yang dilakukan oleh kepala sekolah dan tim yang masih belum optimal, yang diberi bobot 0,30 dengan skor 4. Disamping itu banyak guru yang belum

14 memahami visi, misi sekolah sehingga mempengaruhi kinerjanya yang diberi bobot 0,15 dan skor 3. Masih kurang optimalnya pengajar atau pelatih ekstrakurikuler dalam memberikan pembimbingan, yang diberi bobot 0,15 dan skor 3. Kompetensi staf sekolah (Tata Usaha dan Keuangan) masih belum optimal, yang diberi bobot 0,15 dan skor 2. Sementara itu untuk tempat atau ruang untuk kegiatan ekstrakurikuler masih belum memadahi, yang diberi bobot 0,10 dan skor 2. Pemanfaatan laboratorium IPA, Bahasa dan komputer masih belum optimal. Hal ini dikarenakan masih banyak guru menggunakan metode konvensional dalam mengajar peserta didik. Pada bagian ini diberi bobot 0,10 dan skor 3. Sementara itu lingkungan sekolah yang kurang hijau, bersih dan aman masih menjadi perhatian sekolah, yang diberi bobot 0,05 dan skor 2. Dari kelemahan-kelemahan aspek input di atas dapat dijadikan dasar untuk memperbaikinya. Total bobot dikalikan skor untuk faktor kelemahan adalah 3,00. Totol skor akhir kekuatan dikurangi kelemahan untuk aspek input adalah 1,01, yang artinya faktor kekuatan masih lebih tinggi dari pada faktor kelemahan. Hal ini berarti sekolah dapat memanfaatkan kekuatan untuk mengatasi permasalahan-permasalahan yang ada. Hasil analisis faktor peluang dan ancaman aspek input dapat dilihat pada Tabel 4.6 yang selanjutnya diberi

15 bobot dan skor serta dilakukan perhitungan skor akhir, dan diperoleh Matrik External Factors Analysis Summary (EFAS) sebagai berikut: Tabel 4.6 Matriks EFAS (External Factors Analysis Summary) No Faktor-Faktor Eksternal Peluang Minat tinggi orang tua untuk menyekolahkan anaknya di SMPN 1 Bawen. Perkembangan teknologi komunikasi dan informasi yang pesat dan semakin mudah untuk didapatkan/ diakses. Hubungan yang sangat baik dengan dinas pendidikan kabupaten. Bobot Skor Total Skor 0,30 4 1,20 0,20 3 0,60 0,20 3 0,60 4. Semakin meningkatnya peran komite 0,20 4 0,80 5. Banyak fihak/ instansi luar yang tertarik untuk bekerjasama dengan sekolah. 0,10 3 0,30 Total Skor 1 3,50 No Ancaman Bobot Skor Total Skor Beberapa guru kurang siap dengan perubahan baik yang dilakukan oleh pemerintah ataupun oleh kepala sekolah. 0,30 3 0,90 Beberapa guru masih berorientasi pada uang 0,20 3 0,60 dalam menjalankan tugas pokok fungsingya (money oriented). Persaingan antar sekolah menengah pertama 0,20 3 0,60 semakin tinggi. Banyak sekolah menengah pertama memiliki 0,20 2 0,40 fasilitas yang lebih baik dan lengkap. Maraknya pengaruh negatif dari penggunaan 0,10 2 0,20 peralatan TIK (handpone, game online, dan internet) Total Skor 1 2,70 Total Skor Akhir (Peluang-Ancaman) 0,80 Sumber: Hasil Focus Group Discussion, 2014 SMPN 1 Bawen memiliki beberapa peluang untuk meningkatkan mutu sekolah. Peluang-peluang tersebut sangat strategis bagi peningkatan mutu dan menjadi

16 modal yang sangat besar bagi sekolah. Menurut pihak sekolah peluang yang memiliki bobot paling tinggi adalah minat tinggi orang tua peserta didik menyekolahkan anaknya di SMPN 1 Bawen yang diberi bobot 0,30 dan skor 4. Perkembangan TIK yang sangat pesat dan mudah untuk diakses merupakan peluang yang sangat stategis untuk meningkatkan mutu sekolah dari aspek input, yang diberi bobot 0,30 dan skor 3. Sementara itu untuk hubungan baik dengan Dinas Pendidikan Kabupaten Semarang diberi skor oleh pihak sekolah 0.20 dan skor 3. Peran komite semakin meningkat adalah peluang yang sangat penting dan strategis bagi sekolah untuk merealisasikan program sekolah, yang diberi bobot 0,20 dan skor 4. Sementara itu fihak/ instansi yang semakin tertarik bekerjasama dengan sekolah adalah sebuah peluang yang tidak dimiliki oleh sekolah-sekolah di sub rayon 02. Untuk aspek ini diberikan bobot oleh pihak sekolah 0,10 dan skor 3. Selain peluang sekolah juga memiliki ancaman dimana beberapa guru kurang siap bahkan menolak perubahan baik yang dilakukan oleh pemerintah ataupun oleh kepala sekolah adalah ancaman yang paling tingginya, diberi bobot oleh sekolah 0,30 dan skor. Instansi seperti sekolah akan mengalami peningkatan mutu jika setiap orang yang terlibat di dalamnya mau dan selalu siap yang perubahan. Memang diakui bahwa

17 sekolah negeri cukup dikenal dengan budaya aman dan nyaman dalam bekerja sehingga jika perubahan dimana peruhan tersebut tidak membuat nyaman dan aman maka penolakan adalah jawaban. Bahkan tidak jarang menjadi konflik yang bersifat frontal. Maka dari itu kepala sekolah perlu memikirkan bagaimana untuk menanamkan sikap terbuka terhadap perubahan dan selalu siap sedia dengan perubahan. Tentunya untuk kegiatan ada banyak hal yang bisa dilakukan oleh sekolah untuk mencapai tujuan tersebut, misalnya dengan program outbond, retret, seminar, dan lain sebagainya. Ancaman yang kedua adalah ada beberapa guru yang masih berorientasi pada uang atau materi dalam menjalankan tugas pokok fungsinya oleh sekolah diberi bobot 0,20 dan skor 3. Persaingan antar sekolah menengah yang semakin ketat menempati urutan ketiga yang diberi bobot oleh sekolah 0,20 dan skor 2. Sementara itu untuk fasilitas sekolah lain yang semakin lengkap dan baik menjadi acaman urutan keempat dimana sekolah memberikan bobot 0,20 dan skor 2. Untuk pengaruh negatif perkembangan teknologi dan informasi menempati urutan yang terakhir yang diberi bobot oleh sekolah sebasar 0,10 dan skor 2. a. Aspek Proses Komponen proses meliputi kemampuan guru, metode pembelajaran, fasilitas pembelajaran, kurikulum,

18 media dan evaluasi. Hasil analisis faktor kekuatan dan kelemahan untuk aspek proses dapat dilihat pada Tabel 4. 7 berikut ini No 1. Tabel 4.7 Matrik IFAS (Internal Factors Analysis Summary) Faktor-faktor Internal Kekuatan Kualifikasi pendidikan guru sesuai dengan pelajaran yang diampu Bob ot Sko r Total Skor 0,30 4 1,20 2. KKM sekolah minimal 75 0,20 5 1, Adanya banyak kegiatan ekstrakurikuler yang diselenggarakan oleh sekolah (band, pramuka, silat, karate, rebana, bola voli, renang, basket, PMR, paduan suara, seni lukis, baca tulis alquran). 0,15 4 0,60 Kemampuan manajemen kepala sekolah cukup baik. 0,15 4 0,60 Adanya jam pelajaran tambahan untuk kelas IX. 0,10 2 0,20 Guru mengikuti kegiatan pengembangan profesi (MGMP, Workshop, Seminar, 0,10 3 0,20 Pelatihan). Total Skor 3,80 Kelemahan Kedisiplinan guru yang masih kurang, khususnya dalam menjalankan tugas pokok 0,30 3 0,90 fungsinya. Masih banyak guru menggunakan metode konvensional dalam proses pembelajaran, serta belum mengoptimalkan media 0,20 3 0,60 pembelajaran. Guru kurang memberikan motivasi kepada peserta didik. 0,15 3 0,45 Kerjasama (team work) antar guru dan lembaga dalam internal sekolah masih belum 0,15 2 0,30 optimal. Pelaksanaan supervisi belum tuntas dan optimal. 0,10 3 0,30 Fasilitas pembelajaran yang masih belum 0,10 2 0,20 optimal Total Skor 1 2,75 Total Skor Akhir (kekuatan-kelemahan) 1,05 Sumber: Hasil Focus Group Discussion, 2014

19 Faktor kekuatan yang paling berpengaruh pada aspek proses adalah kualifikasi pendidikan guru sesuai dengan pelajaran yang diampunya yang selanjutnya diberi bobot 0,30 dan skor 4. Tidak semua sekolah di sub rayon 02 yang kualifikasi pendidikan guru sesuai dengan pelajaran yang diampunya, bahkan hampir sebagian besar terdapat guru yang mengajar belum sesuai dengan kualifikasi pendidikannya. Sementara itu KKM sekolah yang minimal 75 yang diberi bobot 0,20 dan skor 5. KKM akan menjadi pemicu para guru agar peserta didik dapat mencapainya bahkan melampauinya. Adanya kegiatan ekstrakurikuler yang beragam diberikan bobot oleh fihak sekolah sebesar 0,15 dan skornya 4. Jika sekolah dapat lebih mengembangkan kegiatan ekstrakurikuler (non akademis) tidak hanya dari sisi kuantitas tetapi juga kualitasnya maka tidak mustahil kualitas sekolah akan semakin meningkat dan semakin dipercaya oleh masyarakat dan instansi lainnya. Kemampuan manajemen kepala sekolah yang sudah baik diberikan bobot 0,15 dan skornya 4. Sekolah memiliki kepala sekolah dengan kemampuan manajemen baik sejak 2 tahun terahir ini. Kemampuan manajemennya kepala sekolah sebelumnya belum bisa mengikuti perkembangan pendidikan yang terus berkembang atau dinamis. Ke depan sekolah berpeluang

20 untuk dapat memperbaiki mutu dengan manajemen yang lebih efektif dan efisien. Pelajaran tambahan untuk kelas IX diberi bobot 0,10 dan skor 2. Sekolah sebenarnya tidak hanya memberikan pelajaran kepada semua peserta didik, tetapi juga bagi peserta didik yang 25 terbaik dari masingmasing mata pelajaran UN dengan target 10 peserta didik tesebut mendapatkan nilai 100 pada masing-masing nilai mapel UN tersebut. Guru besedia mengikuti kegiatan pengembangan profesi baik yang diselenggarakan oleh intenal sekolah (MGMP, IHT, Seminar dan pengembangan lainnya) ataupun oleh fihak lain (workshop, seminar, pelatihan). Dari kekuatan ini diberikan bobot 0,10 dan skor 3. Total bobot dikalikan dengan skor untuk faktor kelemahan yaitu 3,80. Sementara itu untuk beberapa kelemahan yang dimiliki oleh sekolah dalam aspek proses adalah kedisiplinan guru yang masih kurang diberi bobot 0,30 dan skor 3. Hal itu tercermin dari seringnya para guru terlambat datang sekolah dan masuk ruang kelas. Selain itu dari sisi kedisplinan administatatif guru yang sering kurang, khususnya hal menyusun perangkat pembelajaran, analisa, evaluasi dan tidak lanjut. Selain itu masih ada beberapa guru mengajar dengan menggunakan metode konvensional (ceramah) dan kurang

21 mengoptimalkan penggunaan media pembelajaran dalam proses pembelajaran, yang selanjutnya oleh sekolah diberi bobot 0,20 dan skor 3. Untuk kurangnya guru memberikan motivasi kepada peserta didik diberi bobot 0,15 dan skor 3. Kerjasama antar guru dan lembaga dalam internal sekolah yang masih kurang diberikan bobot 0,15 dan skor 2. Selain itu pelaksanaan supervisi yang dilakukan oleh kepala sekolah dan tim belum optimal diberikan bobot 0,10 dan skor 3. Sebenarnya supervisi sudah ada jadwal dan pembagian tim namun dalam implementasinya masih belum dijalankan sesuai jadwal. Sementara itu untuk fasilitas yang masih belum optimal, yang diberi bobot 0,10 dan skor 2. Totol bobot dikalikan skor untuk faktor kelemahan adalah 2,75. Sementara itu untuk total skor akhir faktor kekuatan dikurangi faktor kelemahan adalah 1,05. Dari faktor proses ini didapatkan bahwa faktor kekuatan menjadi faktor yang lebih dominan dibandingakan dengan faktor kelemahan. Kelemahan-kelemahan yang ada dapat diatasi dengan mengoptimalkan kekuatan yang dominan. Hasil analisis faktor peluang dan ancaman aspek proses dapat dilihat pada Matrix External Factors Analysis Summary (EFAS) pada Tabel 4.8

22 Tabel 4.8 Matriks EFAS (External Factors Analysis Summary) No Faktor-Faktor Eksternal Peluang Semakin meningkatnya kesadaran orang tua pentingnya kualitas pendidikan. Sekolah berada di wilayah industri, pasar, perkantoran sehingga memungkinkan untuk menjalin kerjasama (pembelajaran kontektual, beapeserta didik, penggalian dana). Semakin banyaknya kegiatan pengembangan kompetensi guru, baik itu workshop, MGMP, Seminar, ToT, dll.). Bobot Skor Total Skor 0,30 3 0,90 0,20 5 1,00 0,20 4 0,80 4. Semakin melimpahnya media pembelajaran. 0,10 4 0, Adanya perhatian khusus dari pemerintah kabupaten terhadap sekolah. 0,10 3 0,30 Adanya beasiswa bagi guru untuk studi lanjut baik ke universitas dalam negeri 0,10 2 0,20 maupun luar negeri Total Skor 1 3,60 No Ancaman Bobot Skor Total Skor 1. Semakin kritisnya masyarakat terhadap kualitas guru 0,30 3 0,90 2. Proses Belajar Mengajar (PBM) sekolah favorit lain yang sudah ditunjang dengan 0,20 3 0,60 sarana dan prasarana yang lebih lengkap. 3. Daya dukung masyarakat terhadap sekolah masih belum optimal. 0,20 3 0,60 4. Beberapa guru mengajar di sekolah lain untuk menambah jam mengajar (minimal 0,10 2 0,20 24 jam). 5. Masih lemahnya pengawasan dan evaluasi pemerintah terhadap guru. 0,10 3 0,30 6. Intervensi pemerintah pusat dalam penentuan nilai sekolah (NS) sebagai syarat 0,10 3 0,30 kelulusan. Total Skor 1 2,90 Total Skor Akhir (Peluang-Ancaman) 0,70 Sumber: Hasil Focus Group Discussion, 2014 Dari aspek peluang semakin meningkatnya kesadaran orang tua pentingnya kualitas suatu pendidikan menempati posisi teratas dengan bobot 0,30

23 dan skor 3. Hal ini sangat penting untuk menanamkan pemahaman kepada peserta didik dari keluarga. Jika hal itu terjadi maka sekolah tidak mengalami kesulitan untuk meningkatkan mutu sekolah dari sisi akademis ataupun non akademis. Keberadaan sekolah yang berada di wilayah industri, pasar, dan perkantoran diberi bobot 0,20 dan bobot 5. Peluang ini sangat memungkinkan peserta didik untuk mengembangankan model pembelajaran kontekstual dan juga pastinya sangat mendukung pembelajaran berbasis kurikulum Semakin banyaknya kegiatan pengembangan yang dilakukan oleh fihak internal dan eksternal diberi bobot oleh sekolah sebesar 0,20 dan skor 4. Hal tersebut sangat berpeluang untuk meningkatkan mutu sekolah. Perhatian pemerintah Kabupaten Semarang terhadap sekolah mendapat bobot 0,10 dan skor 0,30. Sementara itu kesempatan guru untuk melanjutkan studi diberi bobot 0,10 dan skor 2. Total bobot dikalikan skor untuk faktor peluang adalah 3,60. Untuk faktor ancaman yang memiliki bobot tinggi adalah semakin kritisnya masyarakat terhadap kualitas guru yaitu dengan bobot 0,30 dan skornya 3. Tersebut ditandai dengan adanya keluhan orang tua peserta didik dengan model pembelajaran yang guru lakukan. Sementara itu proses pembelajaran (PBM) sekolah lain sudah ditunjang dengan sarana dan prasarana yang lebih

24 lengkap diberi bobot 0,20 dan skor 3. Untuk daya dukung masyarakat terhadap sekolah belum optimal diberi bobot 0,20 dan skor 3. Beberapa guru mengajar di sekolah lain untuk pemenuhan jam mengajar (24 jam) diberikan bobot 0,10 dan skor 2. Selanjutnya untuk pengawasan yang masih lemah dari dinas pendidikan terhadap guru dan penyelenggaraan pembelajaran diberikan bobot sebesar 0,10 dengan skor 3. Untuk intervensi pemerintah pusat dalam penentuan nilai sekolah (NS) sebagai syarat kelulusan diberikan bobot 0,10 dan skor 3. Total bobot dikalikan skor untuk faktor ancaman adalah 2,90 sehingga total skor akhir faktor peluang dikurangi faktor ancaman adalah 0,70. Dari hasil analisis faktor eksternal tersebut diatas diketahui bahwa SMPN 1 Bawen memiliki peluang yang dapat dimanfaatkan. b. Aspek Output Komponen output meliputi prestasi peserta didik dan pasca kelulusan peserta didik. Hasil analisis faktor kekuatan dan faktor kelemahan dapat dilihat pada tabel berikut ini:

25 No 1. Tabel 4.9 Matrik IFAS (Internal Factors Analysis Summary) Faktor-faktor Internal Kekuatan Pencapaian prestasi beberapa kegiatan non-akademis (ekstrakurikler) semakin baik. Seperti; pencak silat, band, sepak bola, keagamaan. Bobot Skor Total Skor 0,4 5 2,00 2. Peringkat sekolah dari tahun ke tahun mulai mengalami peningkatan. 0,25 3 0,75 3. Prosentase jumlah kelulusan meningkat dari tahun ketahun. 0,25 3 0,75 4. Banyak peserta didik yang diterima di sekolah favorit. 0,10 2 0,20 Total Skor 1 3,70 Kelemahan 1 Prestasi akademis dan non-akademis belum optimal 0,30 3 0,90 Sekolah belum mengupdate secara rutin 2 data output peserta didik yang melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi 0,25 3 0,75 atau tidak melanjutkan. 3 Belum memiliki jaringan alumni yang kuat. 0,25 2 0,50 Bebarapa lulusan kurang memiliki 4 karakter yang kuat seperi: menghormati orang lain, tanggung jawab, disiplin, dan 0,20 3 0,45 mandiri. Total Skor 1 2,60 Total Skor Akhir (kekuatankelemahan) Sumber: Hasil Focus Group Discussion, ,10 Kekuatan yang paling menonjol dari aspek output adalah pencapaian prestasi beberapa kegiatan nonakademis (ekstrakurikler) semakin baik. Seperti; pencak silat, band, sepak bola, keagamaan yang diberi bobot 0,40 dan skor 5. Hal ini dapat mengangkat prestasi akademis yang sampai saat ini belum mampu optimal.

26 Peringkat sekolah dari tahun ke tahun mulai mengalami peningkatan diberi bobot oleh sekolah 0,25 dengan skor 3. Selanjutnya Prosentase jumlah kelulusan meningkat dari tahun ketahun diberi bobot 0,25 dengan skor 3. Banyak peserta didik yang diterima di sekolah favorit diberi bobot 0,10 dan skor 2. Sementara itu sekolah juga memiliki kelemahankelemahan dari aspek output. Faktor kelemahan yang memiliki bobot yang tertinggi adalah belum optimalnya prestasi akademis dan non akademis, yang diberi bobot 0,30 dan skor 3. Hal tersebut tercermin dari prestasi lulusan yang belum pernah menjadi yang terbaik di wilayah sub rayon 02 Kabupaten Semarang. Selain itu prestasi non akademis juga baru sebagian yang mencapai target yang diharapkan oleh sekolah. Data output peserta didik tidak diupdate secara rutin diberi bobot 0,25 dan skor 3 oleh sekolah. Hal ini menyebabkan kesulitan sekolah untuk mengetahui kondisi lulusan melanjutkan atau tidak. Sementara itu untuk sekolah belum memiliki jaringan alumni yang kuat diberi bobot 0,25 dan skor 2. Pemberdayaan peran alumni sangat mungkin dilakukan oleh sekolah melihat output banyak yang berhasil baik di instansi pemerintah ataupun swasta. Belum kuatnya karakter lulusan yang diberi bobot 0,15 dan skor 3. Hal tersebut disebabkan karena keluarga

27 yang sibuk dengan pekerjaannya. Sebagian besar orang tua peserta didik bekerja sebagai buruh pabrik. Selain itu kehidupan lingkungan sekolah begitu keras dan kurang berpihak kepada anak menyebabkan anak cenderung untuk kurang bertanggung jawab, kurang disiplin, dan kurang mandiri. Total bobot dikalikan skor untuk faktor kelemahan pada aspek output adalah 3,20 sehingga total skor akhir IFAS pada aspek output adalah 0,40. Dari kedua faktor yang mempengaruhi output SMPN 1 Bawen tersebut ditemukan bahwa faktor kekuatan menjadi faktor yang lebih dominan daripada faktor kelemahan. Kelemahankelemahan yang ada dapat diatasi dengan mengoptimalkan kekuatan yang lebih dominan. Analisis faktor peluang dan ancaman aspek output dapat dilihat pada Tabel Selanjutnya faktor-faktor tersebut diberi bobot dan skor, serta dilakukan perhitungan skor akhir, dan diperoleh Matrik Eksternal Factors Summary (EFAS), berikut ini:

28 Tabel 4.10 Matriks EFAS (External Factors Analysis Summary) No Faktor-Faktor Eksternal Bobot Skor Total Peluang Skor Kepercayaan masyarakat terhadap sekolah tinggi. 0,40 4 1,60 Harapan orang tua agar lulusan bukan hanya berprestasi dalam bidang akademis saja tetapi juga 0,30 4 1,20 bidang non akademis (ekstrakurikuler) Lulusan memiliki karakter kuat, dalam aspek kemandirian, tanggung jawab, kedisiplinan, kerohanian, 0,20 3 0,60 dan menghormati orang lain. Peluang menjalin hubungan kerjasama yang lebih erat dengan 0,20 4 0,80 masyarakat dan alumni. Total Skor 1 4,20 No Ancaman Bobot Skor Total Skor 1. Semakin meningkatnya syarat 0,40 4 1,60 kualifikasi lulusan dari stakeholder. 2. Semakin kompleknya tuntutan 0,25 3 0,75 masyarakat terhadap mutu sekolah. Masyarakat yang menilai 0,25 3 0,75 3. keberhasilan peserta didik dari sisi hasil/ nilainya, bukan dilihat dari sisi proses. 4. Kekhawatiran masyarakat terhadap 0,10 2 0,20 sulitnya mencari sekolah favorit. Total Skor Total Skor Akhir (Peluang- Ancaman) Sumber: Hasil Focus Group Discussion, ,90 Semakin meningkatnya kepercayaan masyarakat terhadap sekolah menjadi faktor peluang yang terkuat dari aspek output yang diberikan bobot 0,40 dan skor 4.

29 Hal tersebut jika sekolah dengan sungguh-sungguh menggarap mutu sekolah maka tidak mustahil masyarakat akan semakin yakin dengan sekolah. Selanjutnya harapan orang tua peserta didik bukan hanya berprestasi dalam bidang akademis tetapi juga bidang non akademis diberikan bobot 0,30 dan skor 4. Kemudian harapan orang tua peserta didik agar lulusan memiliki karakter yang kuat diberikan bobot 0,20 dan skor 3. Yang terakhir untuk peluang menjalin hububungan kerjasama yang lebih erat dengan alumni dan masyarakat diberi bobot 0,20 dan skor 4. Total akhir bobot dikalikan skor untuk faktor peluang aspek output sebesar 4,20. Untuk faktor ancaman yang paling menonjol adalah semakin meningkatnya syarat kualifikasi lulusan dari stakeholder diberi bobot oleh fihak sekolah sebesar 0,40 dan bobot 4. Hal tersebut menyebabkan guru menjadi kurang objektif dalam memberikan penilaian kepada peserta didiknya. Semakin kompleknya tuntutan masyarakat terhadap sekolah menjadikan ancaman yang serius jika sekolah tidak dapat memfasilitasi tuntutan masyarakat tersebut. Hal tersebut diberi bobot oleh fihak sekolah 0,25 dan skor 3. Sementara itu untuk penilaian keberhasilan peserta didik yang dilihat hanya dari sisi hasil, bukan dilihat dari sisi proses diberi bobot 0,25 dan skor 3. Ancaman berikutnya adalah kekhawatiran

30 masyarakat terhadap sulitnya mencari sekolah favorit diberi bobot 0,10 dan skor 2. Total akhir bobot dikalikan skor untuk faktor ancaman adalah 3,30. Selanjutnya total akhir faktor peluang dikurangi faktor ancaman adalah 0,90. Dari hasil analisis faktor eksternal tersebut dapat diketahui SMPN 1 Bawen memiliki beberapa peluang yang dapat dimanfaatkan. Meskipun masih ada beberapa hal yang menjadi ancaman dalam aspek output yang harus diperhatikan, namun sekolah dapat memanfaatkan peluang yang ada untuk mengatasi ancaman-ancaman yang ada. 2. Rencana Strategis a. Rencana Strategis Peningkatan Mutu Sekolah Aspek Input Tabel 4.11 Skor Akhir IFAS dan EFAS Aspek Input IFAS EFAS Kategori Total Skor Kategori Total Skor Kekuatan (S) 4,01 Peluang (O) 3,50 Kelemahan 3,00 Ancaman (T) 2,70 (W) Total (S-W) 1,01 Total (S-T) 0,80

31 Dari hasil matrik IFAS dan EFAS diketahui skor akhir IFAS adalah 1,01 dan total skor akhir EFAS adalah 0,80. Hasil tersebut kemudian ditunjukkan melalui matrik SWOT di bawah ini: Gambar 4.1 Matriks SWOT Peluang Kuadran 1 ( S O) Strategi Agresif Memanfaatkan kekuatan untuk menangkap peluang yang ada (1,01; 0,08) Kelemahan I I I I I I I I Kekuatan Ancaman

32 Tabel 4.12 Rencana Strategis Berdasarkan Hasil Analisis SWOT Faktor Eksternal Peluang Faktor Internal Kekuatan Lokasi sekolah sangat strategis 98 % guru berpendidikan S1 Kamampuan dasar peserta didik baik Jumlah buku ajar untuk guru dan peserta didik mencukupi Kemampuan manajemen kepala sekolah cukup baik Dana untuk operasi sekolah mencukupi Fasilitas cukup lengkap Minat tinggi orang tua menyekolahkan anak ke SMPN 1 Bawen. Perekembangan TIK semakin mudah untuk diakses Hubungan yang sangat baik dengan dinas pendidikan kabupaten Semakin meningkatnya peran komite Banyak fihak luar yang tertarik untuk bekerjasama Strategi S - O (Strength - Opportunity) 1. Mengembangkan lingkungan sekolah menuju komunitas belajar yang ideal, yaitu melalui program 7 K (Kebersihan, Ketertiban, Keindahan, Kerindangan, Keamanan, Kenyamanan, dan Kekeluargaan). 2. Membentuk klub-klub prestasi untuk mengembangkan potensi peserta didik, baik dari sisi akademis ataupun non akademis. 3. Memberdayakan tenaga pendidik dan kependidikan melalui pelatihanpelatihan intensif sehingga akan meningkatkan kinerja. 4. Pengembangan fasilitas sekolah berbasis TIK sebagai sarana untuk belajar peserta didik. 5. Dibentuk Tim Evaluasi program dan kegiatan sekolah secara efektif dan efisien.

33 Berdasarkan hasil analisis SWOT tersebut maka rencana strategis yang perlu dibuat sebagai upaya peningkatan mutu sekolah untuk aspek input di SMPN 1 Bawen adalah sebagai berikut: (1) Mengembangkan lingkungan sekolah menuju komunitas belajar yang ideal, yaitu melalui program 7 K (Kebersihan, Ketertiban, Keindahan, Kerindangan, Keamanan, Kenyamanan, dan Kekeluargaan); (2) Membentuk klub-klub prestasi untuk mengembangkan potensi peserta didik, baik dari sisi akademis ataupun non akademis; (3) Mengoptimalkan peran kepala sekolah dalam memberdayakan dan melatih kepemimpinan dan manajerial tenaga pendidik dan dan tenaga kependidikan; (4) Pengembangan fasilitas sekolah berbasis TIK sebagai sarana untuk belajar peserta didik; (5) Dibentuk Tim Evaluasi program dan kegiatan sekolah secara efektif dan efisien. b. Rencana Strategis Peningkatan Mutu Sekolah Aspek Proses Setelah mengidentifikasi berbagai faktor kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman untuk aspek proses kemudian diberi bobot dan skor maka hasil perhitungan untuk total skor akhir adalah sebagai berikut ini:

34 Tabel 4.13 Skor Akhir IFAS dan EFAS Aspek Proses IFAS EFAS Kategori Total Skor Kategori Total Skor Kekuaran (S) 3,80 Peluang (O) 3,60 Kelemahan (W) 2,75 Ancaman (T) 2,90 Total (S-W) 1,05 Total (S-T) 0,70 Dari hasil matrik IFAS dan EFAS diketahui skor akhir IFAS adalah 1, 05 dan total skor akhir EFAS adalah 0,70. Hasil tersebut kemudian ditunjukkan melalui matrik SWOT di bawah ini: Gambar 4.2 Matriks SWOT Peluang Sel 1 ( S O) Strategi Agresif Memanfaatkan kekuatan untuk menangkap peluang yang ada (1,05; 0,70) Kelemahan I I I I I I I I Ancaman Kekuatan

35 Tabel 4.14 Rencana Strategis Berdasarkan Hasil Analisis SWOT Faktor Eksternal Faktor Internal Kekuatan Kualifikasi pendidikan guru sesuai dengan pelajaran yang diampu. KKM sekolah minimal 75 Terdapat banyak kegiatan ekstrakurikuler yang diselenggarakan oleh sekolah Kemampun manajemen kepala sekolah cukup baik Adanya jam tambahan untuk kelas IX Guru mau mengikuti kegiatan pengembangan profesi. Semakin meningkatnya kesadaran orang tua pentingnya kualitas pendidikan Lokasi sekolah diwilayah industri, pasar, dan perkantoran sehingga ideal untuk pembelajaran kontekstual. Peluang Semakin banyaknya kegiatan pengembangan profesi guru Semakin melimpahnya media pembelajaran Adanya perhatian khusus dari pemerintah kabupaten terhadap sekolah Strategi S - O (Strength - Opportunity) Adanya beapeserta didik bagi guru untuk melanjutkan pendidikan ke universitas dalam negeri maupun luar negeri. 1. Mengoptimalkan kegiatan-kegiatan pengembangan profesi guru baik di tingkat lokal sekolah ataupun diluar sekolah dengan menitik beratkan kualitas bukan sekedar mengikuti kegiatan sebagai formalitas. 2. Mengembangkan pembelajaran yang aktif, Inovatif, kreatif, efektif dan menyenangkan, sesuai dengan K Dibentuk Tim Evaluasi yang efektif dan efisien untuk memantau dan memastikan kemampuan profesi guru berkembang dari sisi kualitas. 4. Mengoptimalkan program dan kegiatan ekstrakurikuler mulai dari perencanaan, pelaksanaan sampai evaluasi untuk mencapai target-target yang diharapkan. 5. Lebih meningkatkan kerjasama dengan pengajar atau pelatih dari luar sekolah untuk mengoptimalkan mutu prestasi non akademis (ekstrakurikuler). 6. Mengembangkan program character building untuk peserta didik.

36 Berdasarkan hasil analisis SWOT tersebut maka rencana strategis yang perlu dibuat sebagai upaya peningkatan mutu sekolah untuk aspek proses di SMPN 1 Bawen adalah sebagai berikut: (1) Mengoptimalkan kegiatan-kegiatan pengembangan profesi guru baik di tingkat lokal sekolah ataupun di luar sekolah dengan menitikberatkan kualitas bukan sekedar mengikuti kegiatan sebagai formalitas; (2) Mengembangkan pembelajaran yang aktif, inovatif, kreatif, efektif dan menyenangkan, sesuai dengan K.13; (3) Dibentuk Tim Evaluasi yang efektif dan efisien untuk memantau dan memastikan kemampuan profesi guru berkembang dari sisi kualitas; (4) Mengoptimalkan program dan kegiatan ekstrakurikuler mulai dari perencanaan, pelaksanaan sampai evaluasi untuk mencapai target-target yang diharapkan; (5) Lebih meningkatkan kerjasama dengan pengajar atau pelatih dari luar sekolah untuk mengoptimalkan mutu prestasi non akademis (ekstrakurikuler); (6) Supervisi dan monitoring efektif dan efisien yang dilakukan oleh kepala sekolah. c. Rencana Strategis Peningkatan Mutu Sekolah Aspek Output Setelah mengidentifikasi berbagai faktor kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman untuk aspek output

37 kemudian diberi bobot dan skor maka hasil perhitungan untuk total skor akhir adalah sebagi berikut ini: Tabel 4.15 Skor Akhir IFAS dan EFAS Aspek Output IFAS EFAS Kategori Total Skor Kategori Total Skor Kekuatan (S) 3,70 Peluang (O) 4,20 Kelemahan (W) 3,20 Ancaman (T) 3,30 Total (S-W) 0,50 Total (O-T) 0,90 Dari hasil matrik IFAS dan EFAS diketahui skor akhir IFAS adalah 0,50 dan total skor akhir EFAS adalah 0,90. Hasil tersebut kemudian ditunjukkan melalui matrik SWOT di bawah ini: Gambar 4.3 : Matriks SWOT Peluang Kuadran 1 ( S O) Strategi Agresif Memanfaatkan kekuatan untuk menangkap Kelemahan - 1 (0,50; 0,90) I I I I I I I I Kekuatan Ancaman

38 Tabel 4.16 Rencana Strategis Berdasarkan Hasil Analisis SWOT Faktor Eksternal Peluang Faktor Internal Kekuatan Pencapaian prestasi non akademis kegiatan non akademis (ekstrakurikuler) semakin lebih baik. Peringkat sekolah dari tahun ke tahun mulai meningkat Prosentase jumlah kelulusan dari tahun ke tahun meningkat. Banyak peserta didik diterima di sekolah favorit. Kepercayaan masyarakat terhadap sekolah tinggi Harapan orang tua agar tua aga lulusan tidak hnya berprestasi dalam bidang akademis tetapi juga non akademis Lulusan memiliki karakter kuat. Pelaung menjalin hubungan kerja sama yang lebih erat dengan masyarakat dan alumni Strategi S - O (Strength - Opportunity) a. Meningkatkan prestasi nonakademis sekolah dengan seoptimal mungkin. b. Meningkatkan pembelajaran yang menitikkan pada pembangunan karakter peserta didik untuk membangun image positif. c. Membangun jaringan alumni yang lebih efektif dan terorganisir. d. Melakukan terobosanterobosan untuk percepatan pencapaian prestasi akademis. Berdasarkan hasil analisis SWOT tersebut maka rencana strategis yang perlu dibuat sebagai upaya peningkatan mutu sekolah untuk aspek proses di SMPN 1 Bawen adalah sebagai berikut: (1) Meningkatkan prestasi non-akademis sekolah dengan

39 seoptimal mungkin; (2) Meningkatkan pembelajaran yang menitikkan pada pembangunan karakter peserta didik un tuk membangun image positif; (3) Membangun jaringan alumni yang lebih efektif dan terorganisir; (4) Melakukan terobosan-terobosan untuk percepatan pencapaian prestasi akademis. 4.3 Pembahasan Analisis SWOT Aspek Input, Proses, dan Output a. Analisis SWOT Aspek Input Berdasarkan hasil perhitungan analisis terhadap faktor lingkungan internal dan faktor lingkungan eksternal aspek input SMPN 1 Bawen maka diperoleh hasil skor akhir lingkungan internal dan aspek input (kekuatan kelemahan) adalah 1,01. Angka ini menunjukkan bahwa faktor kekuatan lebih dominan daripada faktor kelemahan sehingga dengan kekuatan lokasi sekolah yang sangat strategis, 98 % guru berkualifikasi pendidikan S1, kemampuan dasar yang baik, jumlah buku ajar untuk guru dan peserta didik mencukupi, dana untuk operasi sekolah mencukupi, kemampuan manajemen kepala sekolah sudah baik, dan fasilitas yang sudah cukup lengkap dapat mampu mengatasi kelemahan untuk menangani belum optimalnya supervisi yang dilakukan oleh kepala sekolah ataupun tim, kurangnya pemahaman

40 guru terhadap visi misi sekolah, kurang optimalnya pembimbingan kegiatan ekstrakurikuler, belum optimalnya kinerja staff TU (TU dan bendahara), belum memadahinya ruang atau tempat untuk kegiatan ekstrakurikuler, belum optimalnya pemanfaatan laboratorium dalam proses belajar mengajar, masih rendahnya motivasi belajar peserta didik dan lingkungan sekolah masih kurang bersih, hijau dan aman. Skor akhir lingkungan eksternal aspek input (peluang-ancaman) adalah 0,80. Hal tersebut menunjukkan bahwa faktor peluang lebih menonjol atau dominan dari faktor ancaman sehingga sekolah bisa memanfaatkan peluang yang ada untuk mereduksi ancaman-ancaman yang muncul. Hasil perhitungan IFAS dan EFAS menunjukkan bahwa posisi SMPN 1 Bawen berada pada titik (1,01; 0,80), posisi tersebut berada pada kuadran SO (strength - Opportunities) dan merupakan situasi yang cukup menguntungakan karena sekolah memiliki kekuatan dan peluang yang lebih dominan sehingga perlu diterapkan strategi agresif yang mendukung kebijakkan pertumbuhan yang agresif dengan memanfaatkan kekuatan yang dimiliki sekolah untuk menangkap peluang dari luar.

41 b. Analisis SWOT Aspek Proses Berdasarkan hasil perhitungan analisis terhadap faktor lingkungan internal dan faktor lingkungan eksternal aspek proses SMPN 1 Bawen maka diperoleh hasil skor akhir lingkungan internal dan aspek proses (Kekuatan Kelemahan) adalah 1,05. Angka ini menunjukkan bahwa faktor kekuatan lebih dominan daripada faktor kelemahan sehingga dengan kekuatan kualifikasi pendidikan guru sudah sesuai dengan pelajaran yang diampu, KKM sekolah 75, beragamnya kegiatan ekstrakurikuler, kemampuan menjemen kepala sekolah seudah baik, adanya jam pelajaran tambahan untuk kelas IX, keterlibatan guru dalam kegiatan pengembangan profesi. Skor akhir lingkungan eksternal aspek proses (peluang-ancaman) adalah 0,70. Hal tersebut menunjukkan bahwa faktor peluang lebih menonjol atau dominan dari faktor ancaman sehingga sekolah bisa memanfaatkan peluang yang ada untuk mereduksi ancaman-ancaman yang muncul. Hasil perhitungan IFAS dan EFAS menunjukkan bahwa posisi SMPN 1 Bawen berada pada titik (1,05; 0,70), posisi tersebut berada pada kuadran SO (Strength - Opportunities) dan merupakan situasi yang cukup menguntungkan karena sekolah memiliki kekuatan

42 dan peluang yang lebih dominan sehingga perlu diterapkan strategi agresif yang mendukung kebijakkan pertumbuhan yang agresif dengan memanfaatkan kekuatan yang dimiliki sekolah untuk menangkap peluang dari luar. c. Analisis SWOT Aspek Output Berdasarkan hasil perhitungan analisis terhadap faktor lingkungan internal dan faktor lingkungan eksternal aspek output SMPN 1 Bawen maka diperoleh hasil skor akhir lingkungan internal dan aspek output (Kekuatan Kelemahan) adalah 1,10. Angka ini menunjukkan bahwa faktor kekuatan lebih dominan daripada faktor kelemahan sehingga dengan kekuatan pencapaian prestasi kegiatan non akademis semakin membaik, peringkat sekolah mengalami peningkatan, prosesntase lulusan meningkat dan banyaknya peserta didik yang diterima disekolah favorit. Skor akhir lingkungan eksternal aspek ouptut (peluang-ancaman) adalah 0,90. Hal tersebut menunjukkan bahwa faktor peluang lebih menonjol atau dominan dari faktor ancaman sehingga sekolah bisa memanfaatkan peluang yang ada untuk mereduksi ancaman-ancaman yang muncul. Hasil perhitungan IFAS dan EFAS menunjukkan bahwa posisi SMPN 1 Bawen berada pada titik (1,10; 0,90), posisi tersebut berada pada kuadran SO (Strength -

43 Opportunities) dan merupakan situasi yang cukup menguntungkan karena sekolah memiliki kekuatan dan peluang yang lebih dominan sehingga perlu diterapkan strategi agresif yang mendukung kebijakkan pertumbuhan yang agresif dengan memanfaatkan kekuatan yang dimiliki sekolah untuk menangkap peluang dari luar Rencana Strategis a. Rencana Strategis Aspek Input Berdasarkan hasil analisis SWOT aspek input maka strategi yang perlu dibuat SMPN 1 Bawen untuk meningkatkan mutu pada aspek input adalah sebagai berikut ini: Renstra pertama Mengembangkan lingkungan sekolah menuju komunitas belajar yang ideal, yaitu melalui program 7 K (Kebersihan, Ketertiban, Keindahan, Kerindangan, Keamanan, Kenyamanan, dan Kekeluargaan). Meskipun posisi sekolah sangat strategis namun pengelolaan pengembangan lingkungan sekolah belum optimal terutama dalam hal kebersihan, kepedulian dan ketertiban. Kepedulian warga sekolah terhadap kebersihan, ketertiban dan keindahan masih rendah. Hal ini dapat dilihat dari sampah yang berserakan di mana-mana. Sekolah

44 sudah mengambil kebijakan untuk menambah petugas kebersihan namun belum berdampak terhadap kebersihan, ketertiban, keindahan dan kenyamanan sekolah. Hal yang sangat penting adalah membangun kesadaran rasa memiliki seluruh warga sekolah yang selama ini belum terbangun dengan baik. Seringkali warga sekolah masih membuang sampah sembarangan tanpa rasa malu dan kurang perduli terhadap lingkungan sekolah yang tidak tertib dan nyaman. Hal tersebut dapat diselesaikan dengan kesepakatan bersama antar warga sekolah dan membuat regulasi yang mendukung terhadap kebersihan, ketertiban, keindahan dan kenyamanan sekolah. Selain itu perlu dibangun memiliki rasa memiliki terhadap sekolah dengan cara outbond, menciptakan lagu-lagu yang membangkitkan semangat terhadap sekolah (Marsh, Hymne), gerakan cinta sekolah, gerakan anti sampah, dan lain-lain. Sekolah juga perlu memperindah diri dengan gerakan green school dengan cara memperindah taman sekolah diseluruh area sekolah serta merencanakan perawatan yang berkelanjutan. Selain itu juga perlu ditambah tanaman-tanaman peneduh agar sekolah lebih nyaman dan layak untuk kegiatan bagi setiap warga sekolah. Sekolah juga perlu memikirkan keamanan warga sekolah pada saat menyeberang

BAB V PENUTUP. Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan, maka kesimpulan yang dapat diambil adalah:

BAB V PENUTUP. Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan, maka kesimpulan yang dapat diambil adalah: BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan, maka kesimpulan yang dapat diambil adalah: 1. Kekuatan, Kelemahan, Peluang dan Ancaman di SMP Negeri 1 Bawen Berdasarkan hasil analisi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Saat ini persaingan antar sekolah menengah tingkat pertama tidak dapat dihindarkan. Tiap sekolah memiliki strategi sendiri untuk bersaing, hal tersebut sudah

Lebih terperinci

BAB V P E N U T U P. Berdasarkan analisis dan pembahasan yang dilakukan maka kesimpulan yang dapat diambil yaitu:

BAB V P E N U T U P. Berdasarkan analisis dan pembahasan yang dilakukan maka kesimpulan yang dapat diambil yaitu: BAB V P E N U T U P 5.1 Kesimpulan Berdasarkan analisis dan pembahasan yang dilakukan maka kesimpulan yang dapat diambil yaitu: 1. Upaya-Upaya yang Sudah dilakukan SDN 1 Ngadirejo dalam Rangka Peningkatan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Profil SDN 1 Ngadirejo SDN 1 Ngadirejo merupakan lembaga pendidikan milik pemerintah yang berdiri tahun 1951 yang sebelumnya juga sebagai Sekolah Rakyat pada

Lebih terperinci

STRATEGI PENINGKATAN MUTU SEKOLAH BERDASARKAN ANALISIS SWOT DI SEKOLAH MENENGAH PERTAMA

STRATEGI PENINGKATAN MUTU SEKOLAH BERDASARKAN ANALISIS SWOT DI SEKOLAH MENENGAH PERTAMA K e l o l a Jurnal Manajemen Pendidikan Magister Manajemen Pendidikan FKIP Universitas Kristen Satya Wacana jurnalkelola@gmail.com ISSN 2549-9661 Volume: 4, No. 1, Januari-Juni 2017 Halaman: 83-96 STRATEGI

Lebih terperinci

PEDOMAN WAWANCARA DENGAN KEPALA SEKOLAH, GURU, STAFF, DAN KOMITE SMP NEGERI 1 BAWEN

PEDOMAN WAWANCARA DENGAN KEPALA SEKOLAH, GURU, STAFF, DAN KOMITE SMP NEGERI 1 BAWEN Lampiran 1 PEDOMAN WAWANCARA DENGAN KEPALA SEKOLAH, GURU, STAFF, DAN KOMITE SMP NEGERI 1 BAWEN 1. Apa pengertian Rencana Strategis Sekolah (RENSTRA)? 2. Bagaimana Renstra sekolah disusun atau dirumuskan?

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Desain yang digunakan untuk penelitian ini adalah desain penelitian pengembangan. Sugiyono (2011) menyatakan bahwa penelitian pengembangan merupakan metode

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Sekolah SMAK St. Petrus Comoro didirikan pada tahun 1986 pada jaman pemerintahan Indonesia, dengan alasan untuk menampung siswa yang mempunyai NEM rendah dan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Desain yang digunakan untuk penelitian ini adalah desain penelitian pengembangan. Sugiyono (2011) menyatakan bahwa penelitian pengembangan merupakan metode

Lebih terperinci

Pedoman Wawancara untuk Kepala Sekolah dan Guru

Pedoman Wawancara untuk Kepala Sekolah dan Guru Lampiran 1 edoman Wawancara untuk Kepala Sekolah dan Guru 1. Dalam waktu 5 tahun terakhir upaya apa saja yang sudah dilakukan SDN 1 Ngadirejo dalam rangka peningkatan mutu? 2. Apakah dalam penyusunan program

Lebih terperinci

FORMAT OBSERVASI KONDISI SEKOLAH*)

FORMAT OBSERVASI KONDISI SEKOLAH*) Universitas Negeri Yogyakarta FORMAT OBSERVASI KONDISI SEKOLAH*) NPma.2 untuk mahasiswa NAMA MAHASISWA : Nur Aktafiyani Gusriyana PUKUL : 09.00 s/d selesai NO. MAHASISWA : 13207241014 TEMPAT OBSERVASI

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Gambaran Umum SMAN 1 Rejotangan. SMPN 1 Rejotangan, dan SMK Rejotangan.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Gambaran Umum SMAN 1 Rejotangan. SMPN 1 Rejotangan, dan SMK Rejotangan. BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Data Hasil Penelitian 1. Gambaran Umum SMAN 1 Rejotangan a. Letak geografis SMAN 1 Rejotangan terletak di Desa Buntaran Kecamatan Rejotangan Kabupaten

Lebih terperinci

BAB 3 GAMBARAN UMUM RESPONDEN

BAB 3 GAMBARAN UMUM RESPONDEN BAB 3 GAMBARAN UMUM RESPONDEN 3.1 Profil Responden 3.1.1 Sejarah Singkat SMP Negeri 127 Jakarta terletak di Jl. Raya Kebon Jeruk No. 126 A, Kecamatan Kebon Jeruk, Kota Jakarta Barat, Propinsi DKI Jakarta.

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Penelitian 4.1.1. Profil SMK Negeri 2 Salatiga SMK Negeri 2 Salatiga berdiri tahun 1999. Sekolah dengan nomor statistik 321036203006 tersebut beralamat di Jalan Parikesit,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Pengumpulan Data Penelitian ini dilakukan di SMP Negeri 9 Salatiga yang berada di Jalan Pemuda 7-9 Salatiga. Penelitian berlangsung pada tanggal 18 Mei 2012

Lebih terperinci

Format Observasi Kondisi Sekolah. Universitas Negeri Yogyakarta. Nama Sekolah : SMP MUH 2 DEPOK Alamat Sekolah : Tanggal :

Format Observasi Kondisi Sekolah. Universitas Negeri Yogyakarta. Nama Sekolah : SMP MUH 2 DEPOK Alamat Sekolah : Tanggal : Format Observasi Kondisi Sekolah Universitas Negeri Yogyakarta Nama Sekolah : SMP MUH 2 DEPOK Alamat Sekolah : Tanggal : Nama Mhs. : ADE PRASETYO NIM : 13601241125 Fak/Prodi : FIK/ PJKR No Aspek yang Dinilai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Analisis Situasi 1. Kondisi Fisik Sekolah a. Jumlah Kelas b. Ruang Kepala Sekolah c. Ruang Guru d. Ruang Tata Usaha (TU)

BAB I PENDAHULUAN A. Analisis Situasi 1. Kondisi Fisik Sekolah a. Jumlah Kelas b. Ruang Kepala Sekolah c. Ruang Guru d. Ruang Tata Usaha (TU) BAB I PENDAHULUAN A. Analisis Situasi Berdasarkan observasi yang telah dilaksanakan pada pra-ppl tanggal 22 Februari 2014 di SMP Negeri 1 Ngemplak yang berlokasi di Jl. Kemasan, Jangkang, Widodomartani,

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIK PENGALAMAN LAPANGAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA 2015 SMPN 2 WATES Alamat : Jl. KH Wahid Hasyim, Bendungan, Wates, Kulon progo

LAPORAN PRAKTIK PENGALAMAN LAPANGAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA 2015 SMPN 2 WATES Alamat : Jl. KH Wahid Hasyim, Bendungan, Wates, Kulon progo BAB I PENDAHULUAN A. Analisis Situasi Analisis dilakukan sebagai upaya untuk memperoleh informasi tentang situasi di SMP Negeri 2 Wates. Hal ini penting dilakukan karena dapat digunakan sebagai acuan untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. ANALISIS SITUASI

BAB I PENDAHULUAN A. ANALISIS SITUASI BAB I PENDAHULUAN A. ANALISIS SITUASI 1. Kondisi Sekolah Keberadaan SMP N 2 Ngaglik Sleman sejak tahun 1967 yang sebelumnya merupakan Filial SMP N 1 Ngaglik Sleman. SMP N 2 Ngaglik Sleman dikenal luas

Lebih terperinci

BAB III GAMBARAN UMUM SMP NEGERI 1 TRAGAH BANGKALAN. A. Sejarah Singkat SMP Negeri 1 Tragah Bangkalan.

BAB III GAMBARAN UMUM SMP NEGERI 1 TRAGAH BANGKALAN. A. Sejarah Singkat SMP Negeri 1 Tragah Bangkalan. BAB III GAMBARAN UMUM SMP NEGERI 1 TRAGAH BANGKALAN A. Sejarah Singkat SMP Negeri 1 Tragah Bangkalan. Sebelum dikemukakan sejarah berdirinya SMP N 1 Tragah Bangkalan, terlebih dahulu penulis kemukakan

Lebih terperinci

BAB III KAJIAN OBJEK PENELITIAN

BAB III KAJIAN OBJEK PENELITIAN BAB III KAJIAN OBJEK PENELITIAN A. Sejarah dan Perkembangan SMP 28 Semarang SMP 28 Semarang berdiri tahun 1985 dengan lokasi sekolah berada di ujung barat wilayah Kota Semarang, tepatnya di kelurahan Mangkangkulon

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Analisis Situasi 1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Analisis Situasi 1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Analisis Situasi 1. Latar Belakang Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) sebagai salah satu lembaga yang menghasilkan tenaga kependidikan telah berusaha meningkatkan kualitas pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Analisis Situasi

BAB I PENDAHULUAN A. Analisis Situasi BAB I PENDAHULUAN Praktik Pengalaman Lapangan (PPL) memiliki bobot 3 SKS dan merupakan salah satu mata kuliah yang wajib ditempuh oleh seluruh mahasiswa UNY yang mengambil jurusan kependidikan. Program

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. ANALISIS SITUASI

BAB I PENDAHULUAN A. ANALISIS SITUASI BAB I PENDAHULUAN Pendidikan merupakan dasar terpenting dalam system nasional yang menentukan kemajuan bangsa. Dalam hal ini Pendidikan nasional sangat berperan penting untuk mengembangkan kemampuan dan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN. keadaan dari obyek yang erat kaitannya dengan penelitian. 1. Sejarah Singkat Berdirinya SMP Negeri 26 Surabaya

BAB IV HASIL PENELITIAN. keadaan dari obyek yang erat kaitannya dengan penelitian. 1. Sejarah Singkat Berdirinya SMP Negeri 26 Surabaya BAB IV HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum Obyek Penelitian Yang dimaksud dengan gambaran umum obyek penelitian adalah gambaran yang menerangkan tentang keberadaan situasi dan kondisi atau keadaan dari obyek

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1 Uraian Tentang Perusahaan 2.1.1 Sejarah SMA Negeri 1 Pandaan SMA Negeri 1 Pandaan berdiri pada tahun 1974 dengan nama SMPP (Sekolah Menengah Persiapan Pembangunan).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Analisis Situasi

BAB I PENDAHULUAN A. Analisis Situasi BAB I PENDAHULUAN Praktik Pengalaman Lapangan (PPL) merupakan salah satu mata kuliah wajib yang harus ditempuh oleh seluruh mahasiswa Universitas Negeri Yogyakarta. Praktik Pengalaman Lapangan (PPL) merupakan

Lebih terperinci

A. ANALISIS SITUASI 1. Kondisi Fisik Sekolah No. Nama Ruang Jumlah

A. ANALISIS SITUASI 1. Kondisi Fisik Sekolah No. Nama Ruang Jumlah BAB I PENDAHULUAN Pendidikan memiliki kedudukan yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Pendidikan adalah proses dimana setiap manusia melalui proses dan jenjang untuk pembentukan diri dan penentu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Analisis Situasi 1. Kondisi Fisik Sekolah a. Jumlah Kelas b. Ruang Kepala Sekolah c. Ruang Guru d.

BAB I PENDAHULUAN A. Analisis Situasi 1. Kondisi Fisik Sekolah a. Jumlah Kelas b. Ruang Kepala Sekolah c. Ruang Guru d. BAB I PENDAHULUAN A. Analisis Situasi Berdasarkan observasi yang telah dilaksanakan pada pra-ppl tanggal 2 Februari 2014 sampai tanggal 16 Februari 2014, SMP Negeri 2 Srandakan yang berlokasi di Godegan,

Lebih terperinci

TERWUJUDNYA INSAN PENDIDIKAN YANG BERPRESTASI DALAM ILMU PENGETAHUAN, TEKNOLOGI DAN SENI BERLANDASKAN IMAN DAN TAQWA

TERWUJUDNYA INSAN PENDIDIKAN YANG BERPRESTASI DALAM ILMU PENGETAHUAN, TEKNOLOGI DAN SENI BERLANDASKAN IMAN DAN TAQWA TEGAR BERIMAN TERWUJUDNYA INSAN PENDIDIKAN YANG BERPRESTASI DALAM ILMU PENGETAHUAN, TEKLOGI DAN SENI BERLANDASKAN IMAN DAN TAQWA Meningkatkan penghayatan dan pengamalan keagamaan Menumbuhkan rasa kebersamaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Analisis Situasi

BAB I PENDAHULUAN A. Analisis Situasi BAB I PENDAHULUAN Sekolah merupakan salah satu bagian penting dalam proses pendidikan nasional dalam meningkatkan kualitas sember daya manusia. Universitas Negeri Yogyakarta sebagai bagian dari komponen

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. Kecamatan Taman Kabupaten Sidoarjo, Provinsi Jawa Timur. SMA

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. Kecamatan Taman Kabupaten Sidoarjo, Provinsi Jawa Timur. SMA BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1 Sejarah SMA Muhammadiyah 1 Taman Sekolah Menengah Atas Muhammadiyah 1 Taman adalah Sekolah Menengah Atas Swasta yang bertempat di Jalan Raya Ketegan No 35 Sepanjang

Lebih terperinci

1.1.1 Mekanisme penyusunan visi, misi, tujuan dan sasaran program studi, serta pihak-pihak yang dilibatkan.

1.1.1 Mekanisme penyusunan visi, misi, tujuan dan sasaran program studi, serta pihak-pihak yang dilibatkan. 1.1 Visi, Misi, Tujuan, dan Sasaran serta Strategi Pencapaian 1.1.1 Mekanisme penyusunan visi, misi, tujuan dan sasaran program studi, serta pihak-pihak yang dilibatkan. Visi, misi, tujuan dan sasaran

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI. Berdasarkan hasil uji hipotesis menunjukan bahwa faktor-faktor kinerja

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI. Berdasarkan hasil uji hipotesis menunjukan bahwa faktor-faktor kinerja BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI A. KESIMPULAN Berdasarkan hasil uji hipotesis menunjukan bahwa faktor-faktor kinerja pengawas sekolah, kinerja kepemimpinan kepala sekolah, kinerja professional

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Pojok Harjobinangun Pakem dengan batas wilayah sebagai berikut,

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Pojok Harjobinangun Pakem dengan batas wilayah sebagai berikut, BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Lokasi Penelitian 1. Sejarah SMP Negeri 3 Pakem SMP Negeri 3 Pakem merupakan sekolah yang terletak di dusun Pojok Harjobinangun Pakem dengan batas wilayah

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Profil SMP Negeri 1 Bandungan SMP Negeri 1 Bandungan adalah Sekolah Menengah Pertama yang terletak di Desa Jimbaran Kecamatan Bandungan Kabupaten

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM SEKOLAH. saat itu SMA Negeri 14 Surabaya belum mempunyai gedung sendiri dan

BAB II GAMBARAN UMUM SEKOLAH. saat itu SMA Negeri 14 Surabaya belum mempunyai gedung sendiri dan BAB II GAMBARAN UMUM SEKOLAH 2.1 Sejarah Umum SMA Negeri 14 Surabaya SMA Negeri 14 Surabaya berdiri pada tanggal 8 Oktober 1981. Pada saat itu SMA Negeri 14 Surabaya belum mempunyai gedung sendiri dan

Lebih terperinci

BAB II SEKOLAH MENENGAH PERTAMA NEGERI 29 MEDAN

BAB II SEKOLAH MENENGAH PERTAMA NEGERI 29 MEDAN BAB II SEKOLAH MENENGAH PERTAMA NEGERI 29 MEDAN A. Sejarah Ringkas Sekolah Menengah Pertama Negeri 29 Medan diresmikan pada tahun 1984 dan mulai beroperasi pada tahun 1985. Perkembangan Sekolah Menengah

Lebih terperinci

KULIAH PRAKTEK PENGALAMAN LAPANGAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA SMA Negeri 2 Wates

KULIAH PRAKTEK PENGALAMAN LAPANGAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA SMA Negeri 2 Wates BAB I PENDAHULUAN A. Analisis Situasi Sebelum tim KKN-PPL UNY 2014 diterjunkan ke lapangan dalam hal ini SMA N 2 Wates, Tim PPL terlebih dahulu melakukan observasi ke sekolah, hal ini dimaksudkan untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Analisis Situasi

BAB I PENDAHULUAN. A. Analisis Situasi BAB I PENDAHULUAN A. Analisis Situasi Salah satu sekolah yang menjadi tempat PPL UNY Yogyakarta adalah SMA PIRI 1 Yogyakarta yang terletak di Jalan Kemuning 14 Yogyakarta. Secara garis besar SMA PIRI 1

Lebih terperinci

BAB II DESKRIPSI SMAN 10 TANGERANG Sejarah Berdirinya SMAN 10 Tangerang Seiring dengan otonomi daerah yang digulirkan pemerintah pusat maka

BAB II DESKRIPSI SMAN 10 TANGERANG Sejarah Berdirinya SMAN 10 Tangerang Seiring dengan otonomi daerah yang digulirkan pemerintah pusat maka 20 BAB II DESKRIPSI SMAN 10 TANGERANG 2.1. Sejarah Berdirinya SMAN 10 Tangerang Seiring dengan otonomi daerah yang digulirkan pemerintah pusat maka kota Tangerang berbenah terutama dalam bidang pendidikan

Lebih terperinci

A. Analisis Situasi SMK PI AMBARRUKMO 1 DEPOK SLEMAN berada dilokasi yang cukup strategis. Selain berada di pusat kota, SMK PI AMBARRUKMO 1 DEPOK

A. Analisis Situasi SMK PI AMBARRUKMO 1 DEPOK SLEMAN berada dilokasi yang cukup strategis. Selain berada di pusat kota, SMK PI AMBARRUKMO 1 DEPOK BAB I PENDAHULUAN Sekolah merupakan lembaga yang paling penting dalam rangka menciptakan Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas, handal dan memiliki moralitas yang baik. Untuk mewujudkan hal tersebut,

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM. pembangunan negara yang Baldarun Toibatun Warrobbun Ghofur suatu

IV. GAMBARAN UMUM. pembangunan negara yang Baldarun Toibatun Warrobbun Ghofur suatu IV. GAMBARAN UMUM A. Sejarah Berdirinya SMA Al-Kautsar Berdasarkan tuntutan umat islam untuk berperan serta mendidik generasi muda islam yang siap untuk berkiprah dalam pembangunan dunia menuju pembangunan

Lebih terperinci

2. Keadaan Fisik Sekolah

2. Keadaan Fisik Sekolah BAB I PENDAHULUAN Praktik Pengalaman Lapangan (PPL), merupakan suatu bentuk usaha peningkatan efisiensi dan kualitas penyelenggaraan proses pembelajaran yang merupakan bentuk pembelajaran mahasiswa UNY

Lebih terperinci

WALIKOTA TASIKMALAYA

WALIKOTA TASIKMALAYA WALIKOTA TASIKMALAYA PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA Nomor : 14 Tahun 2008 Lampiran : - TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN NON FORMAL DI KOTA TASIKMALAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TASIKMALAYA,

Lebih terperinci

1) Identitas Sekolah

1) Identitas Sekolah BAB I PENDAHULUAN A. ANALISIS SITUASI Kegiatan PPL dilaksanakan dalam rangka mengimplementasikan salah satu Tri Dharma Perguruan Tinggi yaitu pengabdian masyarakat sehingga kegiatan PPL ini harus senantiasa

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM SMA NEGERI 1 PETIR

BAB II GAMBARAN UMUM SMA NEGERI 1 PETIR BAB II GAMBARAN UMUM SMA NEGERI 1 PETIR A. Sejarah SMA Negeri 1 Petir Nama SMA Negeri 1 Petir, perlahan-lahan tapi pasti, akan memiliki popularitas yang sama dengan SMANTIR pada masa kini. Berdasarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Analisis Situasi Visi Misi 1. Observasi Kondisi Fisik dan Non Fisik a. Kondisi Fisik Sekolah

BAB I PENDAHULUAN A. Analisis Situasi Visi Misi 1. Observasi Kondisi Fisik dan Non Fisik a. Kondisi Fisik Sekolah BAB I PENDAHULUAN A. Analisis Situasi SMK Negeri 4 Yogyakarta adalah salah satu Sekolah Menengah Kejuruan Negeri. SMK Negeri 4 Yogyakarta memiliki Visi Menjadi lembaga pendidikan yang unggul, mandiri,

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan

BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Setelah melakukan analisis dan pembahasan secara seksama, maka kesimpulan yang dapat diambil adalah: 5.1.1 Kekuatan, Kelemahan, Peluang dan Ancaman Kompetensi Keahlian Tehnik

Lebih terperinci

RENCANA STRATEGIS PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA FKIP UNIVERSITAS SRIWIJAYA

RENCANA STRATEGIS PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA FKIP UNIVERSITAS SRIWIJAYA RENCANA STRATEGIS PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA FKIP UNIVERSITAS SRIWIJAYA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SRIWIJAYA 2014-2018 Kata Pengantar RENCANA STRATEGIS PROGRAM STUDI PENDIDIKAN

Lebih terperinci

Variabel Distribusi : 1. Apakah Anda mempertimbangkan jarak/lokasi sekolah dengan tempat tinggal Anda?

Variabel Distribusi : 1. Apakah Anda mempertimbangkan jarak/lokasi sekolah dengan tempat tinggal Anda? LAMPIRAN 01 PEDOMAN WAWANCARA DENGAN ORANG TUA MURID Variabel Harga: 1. Menurut Anda apakah USPP yang ditetapkan SD Kanisius Gendongan terjangkau di bandingkan dengan USPP yang ditetapkan SD swasta lainnya?

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Analisis Situasi

BAB I PENDAHULUAN A. Analisis Situasi BAB I PENDAHULUAN Dalam rangka upaya peningkatan kualitas penyelenggaraan pembelajaran maka Universitas Negeri Yogyakarta melaksanakan mata kuliah lapangan yakni Praktik Pengalaman Lapangan ( PPL ). Sasaran

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan yang dilakukan, maka kesimpulan yang dapat di ambil yaitu:

BAB V PENUTUP. Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan yang dilakukan, maka kesimpulan yang dapat di ambil yaitu: BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan yang dilakukan, maka kesimpulan yang dapat di ambil yaitu: 5.1.1 Kekuatan, kelemahan, Peluang dan Ancaman di SD Kanisius Gendongan

Lebih terperinci

2. KTSP dikembangkan oleh program keahlian dengan melibatkan berbagai pihak sesuai dengan tahapan penyusunan KTSP.

2. KTSP dikembangkan oleh program keahlian dengan melibatkan berbagai pihak sesuai dengan tahapan penyusunan KTSP. I. STANDAR ISI 1. Program keahlian melaksanakan kurikulum berdasarkan muatan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Melaksanakan kurikulum berdasarkan 9 muatan KTSP Melaksanakan kurikulum berdasarkan

Lebih terperinci

PROGRAM KERJA WAKIL KEPALA SEKOLAH BIDANG KURIKULUM TAHUN PELAJARAN 2015/2016

PROGRAM KERJA WAKIL KEPALA SEKOLAH BIDANG KURIKULUM TAHUN PELAJARAN 2015/2016 PROGRAM KERJA WAKIL KEPALA SEKOLAH BIDANG KURIKULUM TAHUN PELAJARAN 2015/2016 A. Latar Belakang Sesuai dengan Undang-Undang Sisdiknas Nomor : 20 Tahun 2003 mengamanatkan bahwa : Pendidikan adalah usaha

Lebih terperinci

SUPLEMEN 1 BUKU PANDUAN ADIWIYATA TENTANG PENJELASAN PENCAPAIAN SEKOLAH ADIWIYATA

SUPLEMEN 1 BUKU PANDUAN ADIWIYATA TENTANG PENJELASAN PENCAPAIAN SEKOLAH ADIWIYATA SUPLEMEN 1 BUKU PANDUAN ADIWIYATA TENTANG PENJELASAN PENCAPAIAN SEKOLAH ADIWIYATA UNTUK MENINGKATKAN PELAKSANAAN PROGRAM ADIWIYATA (SEKOLAH PEDULI DAN BERBUDAYA LINGKUNGAN HIDUP) KERJASAMA ANTARA KEMENTERIAN

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian BAB III METODE PENELITIAN Penelitian ini bersifat deskriptif karena menggambarkan faktor-faktor yang menjadi kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman yang ada di SMAK St. Petrus Comoro

Lebih terperinci

DASAR PERENCANAAN STRATEGIS

DASAR PERENCANAAN STRATEGIS DASAR PERENCANAAN STRATEGIS 1. Visi Program Studi Mewujudkan program studi Administrasi Negara yang mampu menciptakan lulusan yang unggul, mandiri, berbudaya, dinamis, kritis dan inovatif dalam bidang

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM SMP ASA CENDIKIA SEDATI. A. Sejarah Singkat SMP Asa Cendikia Sedati Sidoarjo

BAB IV GAMBARAN UMUM SMP ASA CENDIKIA SEDATI. A. Sejarah Singkat SMP Asa Cendikia Sedati Sidoarjo BAB IV GAMBARAN UMUM SMP ASA CENDIKIA SEDATI Gambaran umum obyek penelitian ini meliputi Sejarah singkat SMP Asa Cendikia Sedati Sidoarjo, tujuan pendidikan, visi dan misi SMP Asa Cendikia Sedati Sidoarjo,

Lebih terperinci

tempat mahasiswa praktikan untuk melangsungkan kegiatan Praktik Pengalaman Lapangan.

tempat mahasiswa praktikan untuk melangsungkan kegiatan Praktik Pengalaman Lapangan. BAB I PENDAHULUAN Sebagi seorang calon guru sudah selayaknya mahasiswa belajar menjadi seorang guru yang baik yakni guru yang bisa menjadi panutan bagi peserta didik, orang lain, maupun dirinya sendiri.

Lebih terperinci

Tersusunnya Visi, misi dan tujuan yang memuat upaya pelestarian fungsi lingkungan dan/ atau, mencegah terjadinya pencemaran dan/ atau

Tersusunnya Visi, misi dan tujuan yang memuat upaya pelestarian fungsi lingkungan dan/ atau, mencegah terjadinya pencemaran dan/ atau LAMPIRAN 1 SUPLEMEN 1 BUKU ADIWIYATA TENTANG PENJELASAN PENCAPAIAN I. KEBIJAKAN BERWAWASAN LINGKUNGAN A. STANDAR Kurikulum Tingkat satuan Pendidikan (KTSP) memuat upaya perlindungan dan pengelolaan 1.

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Di dalam bab IV ini akan dibahas tentang hasil penelitian dan pembahasan. Berdasarkan pada permasalahan dan tujuan penelitian, data hasil penelitian bersumber dari

Lebih terperinci

PROFIL SEKOLAH Sunday, 27 June :50. A. Latar Belakang

PROFIL SEKOLAH Sunday, 27 June :50. A. Latar Belakang A. Latar Belakang Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia, Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. SHAFTA adalah kepanjangan dari Shidiq, Amanah, Fathonah dan Tabligh

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. SHAFTA adalah kepanjangan dari Shidiq, Amanah, Fathonah dan Tabligh BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1. Profil SMA SHAFTA Surabaya SHAFTA adalah kepanjangan dari Shidiq, Amanah, Fathonah dan Tabligh yang diambil dari empat sifat Rosul yang artinya: SHIDIQ : Membentuk

Lebih terperinci

a. Keadaan Gedung Kondisi gedung sekolah dalam keadaaan baik meskipun ada beberapa ruangan yang masih dalam tahap pembangunan. Bangunan gedung yang

a. Keadaan Gedung Kondisi gedung sekolah dalam keadaaan baik meskipun ada beberapa ruangan yang masih dalam tahap pembangunan. Bangunan gedung yang 1 BAB I PENDAHULUAN Praktek Pengalaman Lapangan (PPL) merupakan salah satu upaya yang dilakukan oleh Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) untuk mengembangkan dan menerapkan ilmu yang telah diperoleh selama

Lebih terperinci

RENCANA OPERASIONAL TEKNIK MESIN (RENOP) UNIVERSITAS PROKLAMASI 45 YOGYAKARTA TAHUN

RENCANA OPERASIONAL TEKNIK MESIN (RENOP) UNIVERSITAS PROKLAMASI 45 YOGYAKARTA TAHUN RENCANA OPERASIONAL TEKNIK MESIN (RENOP) UNIVERSITAS PROKLAMASI 45 YOGYAKARTA TAHUN 2013 2022 SK: 062/SK.Kap/JTM/FT/UP/VII/2014 DAFTAR ISI KATA PENGANTAR DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN...1 BAB II VISI DAN

Lebih terperinci

A. Analisis Situasi 1. Profil SMP Negeri 1 Jetis

A. Analisis Situasi 1. Profil SMP Negeri 1 Jetis BAB I PENDAHULUAN Sesuai dengan Tri Dharma Perguruan Tinggi yang ketiga yaitu pengabdian kepada masyarakat, maka tanggung jawab mahasiswa dalam pendidikan adalah melaksanakan tugas-tugas yang diberikan

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIK PENGALAMAN LAPANGAN II DI SMA NEGERI 2 GRABAG TAHUN AJARAN 2012/2013

LAPORAN PRAKTIK PENGALAMAN LAPANGAN II DI SMA NEGERI 2 GRABAG TAHUN AJARAN 2012/2013 LAPORAN PRAKTIK PENGALAMAN LAPANGAN II DI SMA NEGERI 2 GRABAG TAHUN AJARAN 2012/2013 Disusun oleh : Nama : Damar Aji Widiarso NIM : 3101409034 Prodi. : Pend Sejarah FAKULTAS ILMU SOSIAL UNIVERSITAS NEGERI

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Lokasi Penelitian. SMP Negeri 2 Klaten terletak di Jalan Menjangan no.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Lokasi Penelitian. SMP Negeri 2 Klaten terletak di Jalan Menjangan no. BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Lokasi Penelitian 1. Profil SMP Negeri 2 Klaten SMP Negeri 2 Klaten terletak di Jalan Menjangan no.2 dan jalan Pemuda no.4 Klaten. Lahan di jalan Pemuda

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB I HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Profil Sekolah A. isi Sekolah Kasih dan Hati Membangun Citra Berkarakter dan Berbudaya Bangsa Mengantar Pintu Prestasi Meraih Kesuksesan. B. Misi Sekolah 1. Mendidik

Lebih terperinci

A. Analisis Situasi BAB I PENDAHULUAN. 1. Analisis kondisi fisik sekolah

A. Analisis Situasi BAB I PENDAHULUAN. 1. Analisis kondisi fisik sekolah BAB I PENDAHULUAN A. Analisis Situasi 1. Analisis kondisi fisik sekolah SMP Negeri 2 Gamping di bagian barat kota Yogyakarta, tepatnya di Trihanggo, Gamping, Sleman. Sekolah ini merupakan salah satu tempat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terdidik yang mampu menjawab tantangan-tantangan yang. masa mengisyaratkan bahwa secara keseluruhan mutu SDM Indonesia saat ini

BAB I PENDAHULUAN. terdidik yang mampu menjawab tantangan-tantangan yang. masa mengisyaratkan bahwa secara keseluruhan mutu SDM Indonesia saat ini BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keunggulan suatu bangsa tidak lagi bertumpu pada kekayaan alam, melainkan pada keunggulan sumber daya manusia (SDM), yaitu tenaga terdidik yang mampu menjawab

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 49 TAHUN 2007 TENTANG STANDAR PENGELOLAAN PENDIDIKAN OLEH SATUAN PENDIDIKAN NONFORMAL

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 49 TAHUN 2007 TENTANG STANDAR PENGELOLAAN PENDIDIKAN OLEH SATUAN PENDIDIKAN NONFORMAL SALINAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 49 TAHUN 2007 TENTANG STANDAR PENGELOLAAN PENDIDIKAN OLEH SATUAN PENDIDIKAN NONFORMAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PENDIDIKAN

Lebih terperinci

TUGAS SD MODEL SLEMAN

TUGAS SD MODEL SLEMAN TUGAS SD MODEL SLEMAN Tugas ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Strategi Manajemen Dosen Pengampu: Dr. A. Siswanto, M.SEM. Disusun Oleh: LAMBERTUS PRAMUDYA WARDHANA 2016081061 LIA WARDHANI 2016081062

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN DAN ANALISIS Faktor-faktor strategis pembentuk SWOT PT. KLS

BAB V PEMBAHASAN DAN ANALISIS Faktor-faktor strategis pembentuk SWOT PT. KLS BAB V PEMBAHASAN DAN ANALISIS 5.1. Faktor-faktor strategis pembentuk SWOT PT. KLS Proses pengambilan keputusan strategis selalu berkaitan dengan pengembangan misi, tujuan strategi, dan kebijakan perusahaan.

Lebih terperinci

BAB IV PROGRAM KERJA SEKOLAH

BAB IV PROGRAM KERJA SEKOLAH BAB IV PROGRAM KERJA SEKOLAH Barat ini Rencana Kerja Sekolah SMP Negeri 1 Kota Singkawang Propinsi Kalimantan disusun dengan mempertimbangan keadaan sekolah, harapan pemangku kepentingan, dan tantangan

Lebih terperinci

INSTRUMEN PENILAIAN MAGANG I

INSTRUMEN PENILAIAN MAGANG I INSTRUMEN PENILAIAN MAGANG I Disusun Oleh LABORATORIUM PENDIDIKAN FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UIN RADEN FATAH PALEMBANG 2017 0 LEMBAR PENILAIAN AKTIVITAS HARIAN MAGANG Nama Lembaga :... Nama Mahasiswa

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 477 BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan Berdasarkan temuan temuan yang diperoleh dari hasil penglahan dan data serta uji hipotesis, penulis dapat mengamil kesimpulan sebagai berikut : 1. Gambaran

Lebih terperinci

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN. Pemerintah akan dibawa dan berkarya agar tetap konsisten dan dapat eksis,

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN. Pemerintah akan dibawa dan berkarya agar tetap konsisten dan dapat eksis, BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN 4.1 Visi dan Misi Jogoroto Visi adalah pandangan jauh ke depan, kemana dan bagaimana Instansi Pemerintah akan dibawa dan berkarya agar tetap

Lebih terperinci

STRATEGI PENINGKATAN MUTU SEKOLAH BERDASARKAN ANALISIS SWOT DI SMP NEGERI 1 BAWEN KABUPATEN SEMARANG

STRATEGI PENINGKATAN MUTU SEKOLAH BERDASARKAN ANALISIS SWOT DI SMP NEGERI 1 BAWEN KABUPATEN SEMARANG STRATEGI PENINGKATAN MUTU SEKOLAH BERDASARKAN ANALISIS SWOT DI SMP NEGERI 1 BAWEN KABUPATEN SEMARANG Tesis Diajukan kepada Program Pascasarjana Magister Manajemen Pendidikan Untuk Memperoleh Gelar Magister

Lebih terperinci

DAFTAR PERTANYAAN INSTRUMEN PERAN KEPALA SEKOLAH (Permendiknas nomor 13 tahun 2007 tanggal 17 april 2007 tentang standar kepala sekolah)

DAFTAR PERTANYAAN INSTRUMEN PERAN KEPALA SEKOLAH (Permendiknas nomor 13 tahun 2007 tanggal 17 april 2007 tentang standar kepala sekolah) DAFTAR PERTANYAAN INSTRUMEN PERAN KEPALA SEKOLAH (Permendiknas nomor 13 tahun 2007 tanggal 17 april 2007 tentang standar kepala sekolah) EDUKATOR : 1. Apa yang telah dilakukan kepala sekolah agar fokus

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian SMA Negeri 1 Rancah merupakan salah satu Sekolah Menengah Atas Negeri di kabupaten Ciamis yang beralamat di

Lebih terperinci

Bab IV Analisis Hasil Penelitian

Bab IV Analisis Hasil Penelitian Bab I Analisis Hasil Penelitian A. Profil Sekolah 1. Nama Sekolah : SD Negeri Candisari 2. Nomor Statistik Sekolah : 101030820016 3. Alamat Sekolah : Margoagung Desa : Candisari Kecamatan : Secang Kabupaten

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. KKN-PPL Penjas UNY - SMA N 3 Klaten

BAB I PENDAHULUAN. KKN-PPL Penjas UNY - SMA N 3 Klaten BAB I PENDAHULUAN Mata Kuliah PPL mempunyai sasaran masyarakat sekolah, baik dalam kegiatan yang terkait dengan pembelajaran maupun kegiatan yang mendukung berlangsungnya pembelajaran. PPL diharapkan dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Sebagai negara yang baru merdeka pada tanggal 20 mei 2002, Timor Leste membutuhkan sumber daya manusia yang berkualitas, terutama bidang pendidikan. Pendidikan Nasional

Lebih terperinci

dipraktikkan di sekolah atau lembaga pendidikan dengan program studi mahasiswa. Pada program PPL tahun 2015 ini, penulis mendapatkan lokasi

dipraktikkan di sekolah atau lembaga pendidikan dengan program studi mahasiswa. Pada program PPL tahun 2015 ini, penulis mendapatkan lokasi BAB I PENDAHULUAN Kegiatan PPL dilaksanakan dalam rangka mengimplementasikan salah satu Tri Dharma Perguruan Tinggi yaitu pengabdian masyarakat sehingga kegiatan PPL ini harus senantiasa direncanakan sebaik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Adapun fasilitas yang dimiliki SMK N 1 Ngawen, antara lain sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN. Adapun fasilitas yang dimiliki SMK N 1 Ngawen, antara lain sebagai berikut : BAB I PENDAHULUAN Praktek pengalaman lapangan (PPL) merupakan kegiatan individu yang bersifat intrakulikuler yang dilaksanakan setiap mahasiswa dalam suatu bidang studi kependidikan. Praktek pengalaman

Lebih terperinci

IM KKN-PPL SMK MUHAMMADIYAH 1 MOYUDAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA TAHUN

IM KKN-PPL SMK MUHAMMADIYAH 1 MOYUDAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA TAHUN BAB I PENDAHULUAN Pendidikan sebagai segala bentuk kegiatan didik-mendidik (interaksi antara orang yang mendidik dan orang yang dididik, antara pendidik dan peserta didik). Istilah lain dari pendidikan

Lebih terperinci

STRUMEN PEDOMAN WAWANCARA

STRUMEN PEDOMAN WAWANCARA STRUMEN PEDOMAN WAWANCARA 1. Responden : Kepala Sekolah/Guru 2. Hari/tgl/waktu :.. 3. Tempat : Pertanyaan: 1. Dalam kurun waktu 5 tahun terakhir SMP Negeri 9 memiliki prestasi yang membanggakan. Langkah

Lebih terperinci

BAB II. TINJAUAN SMPN 24 Bandung. 2.1 Sejarah SMPN 24 Bandung

BAB II. TINJAUAN SMPN 24 Bandung. 2.1 Sejarah SMPN 24 Bandung BAB II TINJAUAN SMPN 24 Bandung 2.1 Sejarah SMPN 24 Bandung Sejarah Sekolah Menengah Pertama Negeri 24 Bandung tidak terlepas dari sejarah SKPPN III yang beralamat di Jl. Cibadak No. 202 Bandung dan didirikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN ANALISIS SITUASI

BAB I PENDAHULUAN ANALISIS SITUASI BAB I PENDAHULUAN Universitas Negeri Yogyakarta sebagai salah satu perguruan tinggi di Indonesia yang dikhususkan bagi mereka pemuda indonesia yang ingin mengabdikan dirinya sebagai guru dan bagi mereka

Lebih terperinci

Kata kunci: mutu nonakademik, analisis swot, ban pt, renstra

Kata kunci: mutu nonakademik, analisis swot, ban pt, renstra ABSTRAK Fakultas Teknologi Industri Universitas Pembangunan Nasional Veteran Yogyakarta (FTI UPVY) perlu melakukan evaluasi untuk meningkatkan mutu baik dari segi akademik maupun non akademik yang dituangkan

Lebih terperinci

PROPOSAL USULAN PEMBANGUNAN DAN RUANGAN SEKOLAH SMP NEGERI 1 PASIR BELENGKONG TAHUN ANGGARAN 2018

PROPOSAL USULAN PEMBANGUNAN DAN RUANGAN SEKOLAH SMP NEGERI 1 PASIR BELENGKONG TAHUN ANGGARAN 2018 PROPOSAL USULAN PEMBANGUNAN DAN RUANGAN SEKOLAH SMP NEGERI 1 PASIR BELENGKONG TAHUN ANGGARAN 2018 PEMERINTAH KABUPATEN PASER DINAS PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN SMPN 1 PASIR BELENGKONG TAHUN 2018 PEMERINTAH

Lebih terperinci

1. Sekolah/Madrasah melaksanakan kurikulum berdasarkan muatan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). A.

1. Sekolah/Madrasah melaksanakan kurikulum berdasarkan muatan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). A. I. STANDAR ISI 1. Sekolah/Madrasah melaksanakan kurikulum berdasarkan muatan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Melaksanakan kurikulum berdasarkan 8 muatan KTSP Melaksanakan kurikulum berdasarkan

Lebih terperinci

Latihan: UJI KOMPETENSI KEPALA SEKOLAH 2012

Latihan: UJI KOMPETENSI KEPALA SEKOLAH 2012 Latihan: UJI KOMPETENSI KEPALA SEKOLAH 2012 I. Pilihlah jawaban yang benar dengan memberi tanda silang (X) huruf A, B, C, atau D pada lembar jawaban! 1. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 13 Tahun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Secara konseptual desentralisasi pendidikan adalah suatu proses dimana suatu

BAB I PENDAHULUAN. Secara konseptual desentralisasi pendidikan adalah suatu proses dimana suatu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Secara konseptual desentralisasi pendidikan adalah suatu proses dimana suatu lembaga yang lebih rendah kedudukannya menerima pelimpahan kewenangan untuk melaksanakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. a. Riwayat Sekolah

BAB I PENDAHULUAN. a. Riwayat Sekolah BAB I PENDAHULUAN A. Analisis Situasi Program KKN PPL Universitas Negeri Yogyakarta tahun 2014 dilaksanakan secara resmi pada tanggal 1 Juli 17 September 2014. Pada program KKN PPL tersebut, penulis mendapat

Lebih terperinci

BAB 3 ANALISIS PERUSAHAAN

BAB 3 ANALISIS PERUSAHAAN BAB 3 ANALISIS PERUSAHAAN 3.1 Data Perusahaan Westin School adalah sekolah yang mengajarkan siswa dari Kelompok Bermain sampai Sekolah Menengah Atas pelajaran dengan kurikulum pemerintah dan Singapura.Sekolah

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM OBJEK STUDI

BAB II GAMBARAN UMUM OBJEK STUDI BAB II GAMBARAN UMUM OBJEK STUDI 2.1. Sejarah Umum Sekolah SMP Negeri 7 Medan pada awal mulanya merupakan sekolah dasar cina yang secara historis tidak jelas keberadaan tahun pendiriannya. Pada tahun 1964

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Analisis Situasi

BAB I PENDAHULUAN. A. Analisis Situasi BAB I PENDAHULUAN Praktik Pengalaman Lapangan (PPL) merupakan program kegiatan yang dilakukan oleh pihak Universitas Negeri Yogyakarta sebagai pengembangan kompetensi mahasiswa dan latihan kependidikan.

Lebih terperinci