IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "IV. HASIL DAN PEMBAHASAN"

Transkripsi

1 27 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum Perusahaan PT Aneka Tambang Tbk Informasi Umum Perusahaan Perusahaan perseroan (Persero) PT Aneka Tambang Tbk disingkat PT Antam Tbk adalah sebuah perusahaan pertambangan yang menjalankan usahanya di Indonesia, perusahaan ini berdiri pada tanggal 05 Juli PT Antam Tbk merupakan perusahaan pertambangan dan pengolahan mineral terdiversifikasi, dengan kegiatan yang terintegrasi secara vertikal Pemegang Saham Saham PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) pertama kali tercatat di Bursa Efek Jakarta dan Surabaya pada tahun Pemegang saham terbesar ANTM adalah Negara Republik Indonesia, yaitu dengan proporsi sebesar 65%. Beberapa pemegang saham utama ANTM antara lain, State Street Bank and Trust for The Bene (2.0%), The Northern Trust S/A AVFC (2.0%), PT Jamsostek (Persero) (1.4%), dan sisanya tercatat sebagai saham beredar Ringkasan Keuangan Kinerja keuangan PT Antam Tbk pada tahun 2008 mengalami penurunan, hal ini terkait dengan menurunnya harga komoditas di tahun Walaupun mengalami penurunan dalam kinerja keuangan, PT Antam Tbk tetap membagikan dividen bagi pemegang sahamnya (Tabel 1) Produk Perusahaan Produk-produk utama Antam adalah feronikel, bijih nikel kadar tinggi, bijih nikel kadar rendah, emas, perak dan bauksit. Operasi Antam terbagi atas lima unit usaha strategis (strategic business units, SBUs), yaitu: (i) nikel; (ii) emas; (iii)

2 28 pemurnian dan pengolahan logam mulia; (iv) bauksit; dan (v) eksplorasi. Tabel 1. Ringkasan Kondisi Keuangan PT Aneka Tambang Tbk Selama Deskripsi Penjualan Bersih 5, , , Laba Kotor 2, , , Laba Usaha 2, , , Laba Bersih 1, , , Laba Bersih per CSaham CDividen per Saham aharga Saham (Rp) , , ,090 t ROA (%) t ROE (%) C atatan: Dalam miliar Rupiah kecuali jumlah saham beredar, laba bersih per saham, dividen per saham dan rasio Sumber : Laporan Tahunan 2008 PT Antam Tbk PT Bumi Resources Tbk Informasi Umum PT Bumi Resources Tbk ( Perseroan ), berkedudukan di Jakarta, berdiri pada tanggal 26 Juni PT Bumi Resources Tbk merupakan salah satu perusahaan besar di Indonesia yang bergerak dalam bidang penambangan material logam dan mineral alam Pemegang Saham BUMI melakukan Penawaran Umum Perdana Saham yang tercatat di Bursa Efek Jakarta dan Surabaya pada 30 Juli Kepemilikan saham pada PT Bumi Resources antara lain sebagai berikut, saham milik publik yaitu sebesar 73.89% dengan jumlah lembar saham sebanyak lembar. PT Bakrie and Brothers Tbk yaitu sebesar 14.28%, dan sisanya tercatat sebagai saham beredar.

3 Ringkasan Keuangan Total pendapatan PT Bumi Resources Tbk tahun 2008 meningkat 49% dari tahun 2007 menjadi Rp 36, miliar. Kegiatan usaha utama perusahaan dalam usaha pertambangan telah menghasilkan laba dan arus kas yang meningkat dalam periode Tabel 2. Ringkasan Kondisi Keuangan PT Bumi Resources Tbk Selama Deskripsi Pendapatan 16, , , Laba Kotor 4, , , Laba Usaha 2, , , Laba Bersih 2, , , Laba Bersih per Saham Dividen per Saham Harga Saham (Rp) 900 6, ROA (%) ROE (%) Catatan: Dalam miliar Rupiah kecuali jumlah saham beredar, laba bersih per saham, dividen per saham dan rasio Sumber : Laporan Tahunan 2008 PT Bumi Resources Tbk Produk Perusahaan PT Bumi Resources Tbk adalah perusahaan yang bergerak dalam bidang minyak, gas alam dan pertambangan. BUMI memproduksi batubara dengan bermutu tinggi, namun dalam menjalankan usaha perusahaan ini pun melakukan diversifikasi dalam sektor pertambangan seperti tembaga, emas, biji besi, timah, seng, dan coal-bed methane (CBM).

4 PT Bukit Asam (Persero) Tbk Informasi Umum PT Tambang Bukit Asam (Persero) Tbk. adalah perusahaan milik negara yang bertujuan mengembangkan usaha pertambangan nasional khususnya batubara. Sesuai dengan program pengembangan ketahanan energi nasional, pada tahun 1993 Pemerintah menugaskan Perseroan untuk mengembangkan usaha briket batubara. PTBA berdiri sejak 2 Maret 1981 termasuk dalam daftar lima besar produsen batubara di Indonesia Pemegang Saham Pada tanggal 23 Desember 2002, Perseroan tercatat sebagai perusahaan publik di Bursa Efek Indonesia dengan kode PTBA. Masyarakat memegang 34,98% saham PTBA sedangkan sisanya 65,02% dimiliki negara. Pemegang saham terbesar pada PT Tambang Bukit Asam (Persero) Tbk adalah pemerintah, yaitu negara Republik Indonesia yaitu sebesar 65.02%. Sementara investor domestik memiliki proporsi sebesar 21.36% dan investor asing memiliki proporsi sebesar 13.62% Ringkasan Keuangan PT Bukit Asam (Persero) Tbk membukukan laba bersih tahun 2008 sebesar Rp 1,7 triliun atau tumbuh 135,2 persen dibandingkan tahun 2007, seiring dengan peningkatan volume produksi dan penjualan yang signifikan serta tingkat efisiensi operasional yang semakin baik (Tabel 3) Produk Perusahaan. Perseroan memiliki beberapa jenis produk batubara yang dibedakan berdasarkan kualitas yang terkandung didalamnya. Selain batubara, perusahaan juga memproduksi briket. Jenis

5 31 briket yang diproduksi oleh Perseroan terdiri dari Briket Karbonisasi dan Briket Non-Karbonisasi. Tabel 3. Ringkasan Kondisi Keuangan PT Bukit Asam Tbk Selama PT Timah Tbk Deskripsi Penjualan Bersih 3, , , Laba Kotor 1, , , Laba Usaha , Laba Bersih , Laba Bersih per Saham Dividen per Saham Harga Saham (Rp) 3,525 12,000 6,900 ROA (%) ROE (%) Catatan: Dalam miliar Rupiah kecuali jumlah saham beredar, laba bersih per saham, dividen per saham dan rasio Sumber : Laporan Tahunan 2008 PT Bukit Asam Tbk Informasi Umum PT Timah (Persero) Tbk didirikan pada tanggal 2 Agustus 1976, PT Timah (Persero) Tbk adalah Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang bergerak di bidang pertambangan atau eksplorasi timah. PT Timah Tbk merupakan perusahaan tambang timah yang beroperasi secara terintegrasi, dimulai dari kegiatan eksplorasi, penambangan, peleburan hingga pemasaran dan merupakan suatu rangkaian kegiatan yang berkelanjutan Pemegang Saham Perusahaan melakukan penawaran saham perdana pada 19 Oktober Semenjak itu, 35% saham perusahaan dimiliki oleh masyarakat dalam dan luar negeri, dan 65% sahamnya masih dimiliki oleh negara Republik Indonesia.

6 Ringkasan Keuangan Keuangan PT Timah Tbk selama periode mengalami penurunan. Lebih rendahnya laba bersih Perseroan pada tahun 2008 tersebut disebabkan oleh penurunan kinerja penjualan perseroan akibat dari turunnya harga logam timah dunia. Tabel 4. Ringkasan Kondisi Keuangan PT Timah Tbk Selama C atatan: Dalam miliar Rupiah kecuali jumlah saham beredar, laba bersih per saham, dividen per saham dan rasio Sumber : Laporan Tahunan 2008 PT Timah Tbk Produk Perusahaan 4.2. Analisis Teknikal Deskripsi Pendapatan Bersih 4, , , Laba Kotor , , Laba Usaha , , Laba Bersih , , Laba Bersih per Saham Dividen per Saham Harga Saham (Rp) 4,425 28,700 1,080 ROA (%) ROE (%) PT Timah Tbk merupakan produsen timah namun selain penambangan timah, perusahaan juga bergerak dalam eksplorasi batubara dan emas. Perusahaan membentuk tiga anak perusahaan yang memulai kegiatan usaha komersial sejak tanggal 1 Juli Simple Moving Average A. PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) Selama periode 05 Januari 30 Desember 2009, pergerakan saham ANTM menunjukkan berbagai aktivitas transaksi jual ataupun beli terhadap saham tersebut. Teknik Moving Average (MA) digunakan untuk melihat perpotongan

7 33 dua buah garis MA, dalam penelitian ini menggunakan MA (5) dan MA (23). Berdasarkan grafik dibawah ini, selama periode 05 Januari 30 Desember 2009 saham ANTM menunjukkan 6 titik golden cross atau signal bullish dan 6 titik dead cross atau sinyal bearish Grafik 1. Simple Moving Average (5) dan (23), Triwulan I 2009 PT Aneka Tambang Tbk Pergerakan harga saham ANTM periode Januari-Maret 2009 menunjukkan tren mendatar. Pada tanggal 12 Februari 2009 grafik menunjukkan golden cross atau sinyal beli dan harga terus bergerak naik. Kemudian pada tanggal 11 Maret 2009 menunjukkan sinyal jual atau dead cross. Namun grafik kembali menunjukkan sinyal beli, yaitu pada tanggal 31 Maret Historical Price SMA (5) SMA (23) Historical Price SMA (5) SMA (23) Grafik 2. Simple Moving Average (5) dan (23), Triwulan II 2009 PT Aneka Tambang Tbk

8 34 Tren naik terus berlanjut sampai dengan Juni 2009, sehingga masih disarankan untuk membeli saham tersebut. Namun pada tanggal 22 Juni 2009 grafik menunjukkan sinyal jual, maka kegiatan membeli saham tersebut dapat dihentikan dan beralih untuk menjual saham tersebut Historical Price SMA (5) SMA (23) Grafik 3. Simple Moving Average (5) dan (23), Triwulan III 2009 PT Aneka Tambang Tbk Pada tanggal 24 Juli 2009 grafik kembali menunjukkan sinyal beli (golden cross). Tren menurun kembali terjadi, melalui grafik dapat dilihat bahwa pada garis MA (23) berada diatas garis MA (5), dan pada akhirnya pada tanggal 01 September 2009 grafik kembali menunjukkan sinyal jual Historical Price SMA (5) SMA (23) Grafik 4. Simple Moving Average (5) dan (23), Triwulan IV 2009 PT Aneka Tambang Tbk Grafik 4 menunjukkan harga saham ANTM cenderung menurun, namun tidak terjadi penurunan secara signifikan sehingga grafik menunjukkan tren mendatar (sideways trend).

9 35 Pada tanggal 10 Desember 2009 terjadi sinyal jual dan grafik menunjukkan bahwa sampai dengan akhir periode 2009 garis MA (23) berada di atas garis MA (5), sehingga disarankan untuk menjual saham tersebut. Berikut merupakan simulasi dalam investasi saham ANTM dengan modal Rp Tabel 5. Simulasi investasi saham ANTM Tanggal Harga (Rp) Beli Jumlah (Lot) Total (Rp) Tanggal Jual Harga (Rp) Jumlah (Lot) Total (Rp) Untung/Rugi (Rp) Cost 0.5% 12-Feb ,440, Mar ,280, , Mar ,360, Jun ,880,000 3,520,000 17, Jul ,400,000 1-Sep ,000, ,000 3,000 Keterangan : Data diolah Jumlah Net Profit (Rp) 159,200 3,502, ,000 3,940,200 B. PT Bumi Resources Tbk (BUMI) Grafik 5 menunjukkan bahwa pada awal periode 2009 sampai dengan pertengahan bulan Maret 2009, harga saham BUMI tidak mengalami pergerakan secara signifikan dan cenderung mengalami tren mendatar atau sideways trend Historical Price SMA (5) SMA (23) Grafik 5. Simple Moving Average (5) dan (23), Triwulan I 2009 PT Bumi Resources Tbk Pada tanggal 16 Maret 2009 terjadi perpotongan antara garis MA (5) dan MA (23), yang menunjukkan titik golden cross. Kondisi tersebut menunjukkan sinyal bullish atau tren naik, maka disarankan untuk membeli saham BUMI.

10 Grafik 6. Simple Moving Average (5) dan (23), Triwulan II 2009 PT Bumi Resources Tbk Historical Price SMA (5) SMA (23) Tren naik terus berlanjut sampai dengan 22 Juni 2009, dan masih disarankan untuk membeli saham tersebut. Namun pada tanggal 23 Juni 2009 grafik menunjukkan sinyal jual dan disarankan untuk menjual saham tersebut. Sinyal beli kembali terjadi pada tanggal 02 Juli Harga terus bergerak naik dan menunjukkan kondisi bullish. Selama periode Agustus-September 2009 harga saham BUMI menunjukkan sideways trend atau cenderung mendatar. Namun pada tanggal 11 September 2009 terjadi golden cross, kemudian harga terus bergerak naik maka disarankan untuk membeli saham tersebut. Historical Price SMA (5) SMA (23) Grafik 7. Simple Moving Average (5) dan (23), Triwulan III 2009 PT Bumi Resources Tbk Tren naik tersebut terus berlangsung sampai dengan pertengahan bulan Oktober 2009, kemudian pada 27 Oktober

11 grafik kembali menunjukkan dead cross atau suatu kondisi yang menunjukkan tren menurun. Pada saat ini disarankan untuk menjual saham BUMI, karena pergerakan harga saham menunjukkan sinyal bearish. Grafik 8. Simple Moving Average (5) dan (23), Triwulan IV 2009 PT Bumi Resources Tbk Grafik 8 menunjukkan bahwa pada tanggal 18 November 2009 sinyal beli kembali terjadi. Walaupun sempat terjadi sinyal jual sebanyak 1 kali pada bulan Desember 2009, namun harga saham BUMI menunjukkan tren naik sampai dengan akhir periode Sehingga masih disarankan untuk membeli saham BUMI, dengan harapan harga akan terus bergerak Historical Price SMA (5) SMA (23) naik. Selama periode 2009, saham BUMI mengalami 5 titik golden cross dan 4 titik dead cross. C. PT Bukit Asam Tbk (PTBA) Harga saham PTBA pada awal periode 2009 cenderung bergerak stagnan. Periode Februari 2009 grafik menunjukkan tren naik, hal ini terlihat dengan letak garis MA (5) berada diatas garis MA (23). Namun pada awal Maret grafik menunjukkan sinyal bearish atau terjadi tren penurunan, kondisi ini tidak berlangsung lama karena rentang antar garis MA (5) dan garis MA (23) tidak terlalu jauh. Hal ini terbukti, karena pada tanggal 03 April 2009 grafik kembali menunjukkan golden cross, sehingga tren naik terus terjadi

12 38 dalam jangka waktu yang cukup lama yaitu sampai dengan bulan Juni Saat kondisi ini disarankan untuk membeli saham tersebut. Namun sinyal jual kembali terjadi yaitu tepatnya pada tanggal 23 Juni Grafik 9. Simple Moving Average (5) dan (23), Triwulan I 2009 PT Bukit Asam Tbk Historical Price SMA (5) SMA (23) Grafik 10. Simple Moving Average (5) dan (23), Triwulan II 2009 PT Bukit Asam Tbk Selama periode Juli-September 2009 terdapat 2 kali sinyal beli dan 1 kali sinyal jual. Grafik 11 menunjukkan bahwa pergerakan harga pada periode Agustus-September cenderung stagnan. Historical Price SMA (5) SMA (23) Pada tanggal 18 September 2009 grafik menunjukkan golden cross atau terjadi sinyal beli. Tren naik tersebut berlanjut sampai dengan akhir periode Desember Maka disarankan untuk mempertahankan saham PTBA, sampai dengan grafik kembali menunjukkan sinyal bearish.

13 Historical Price SMA (5) SMA (23) Grafik 11. Simple Moving Average (5) dan (23), Triwulan III 2009 PT Bukit Asam Tbk Historical Price SMA (5) SMA (23) Grafik 12. Simple Moving Average (5) dan (23), Triwulan IV 2009 PT Bukit Asam Tbk D. PT Timah Tbk Historical Price SMA (5) SMA (23) Grafik 13. Simple Moving Average (5) dan (23), Triwulan I 2009 PT Timah Tbk

14 40 Grafik 13 menunjukkan bahwa saham TINS pada awal periode 2009 menunjukkan tren mendatar namun cenderung menurun, hal ini ditunjukkan melalui grafik yaitu bahwa garis MA (5) berada dibawah garis MA (23). Selama periode Februari-Maret grafik MA (23) berada diatas grafik MA (5), hal ini menunjukkan bahwa harga saham TINS mengalami kondisi bearish. Namun pada 25 Maret 2009 grafik kembali menunjukkan adanya golden cross, maka kondisi bullish terjadi dan dalam kondisi ini disarankan untuk membeli saham tersebut Historical Price SMA (5) SMA (23) Grafik 14. Simple Moving Average (5) dan (23), Triwulan II 2009 PT Timah Tbk Historical Price SMA (5) SMA (23) Grafik 15. Simple Moving Average (5) dan (23), Triwulan III 2009 PT Timah Tbk Grafik 14 menunjukkan bahwa pada tanggal 23 Juni terjadi dead cross dan menunjukkan tren menurun. Aksi jual terus berlanjut sampai dengan bulan Juli 2009, namun pada

15 41 tanggal 27 juli 2009 grafik kembali menunjukkan golden cross. Selama bulan September 2009, harga saham TINS cenderung stagnan atau menunjukkan tren mendatar. Pada periode Oktober-Desember 2009 harga cenderung stagnan, namun menunjukkan tren menurun. Yaitu bahwa pada periode tersebut, garis MA (23) berada di atas MA (5). Maka disarankan untuk menjual saham tersebut. Selama periode 2009, terjadi sinyal jual sebanyak 3 kali dan sinyal beli sebanyak 3 kali Historical Price SMA (5) SMA (23) Grafik 16. Simple Moving Average (5) dan (23), Triwulan IV 2009 PT Timah Tbk Moving Average Envelope Moving Average Envelope membantu dalam mengidentifikasi kondisi overbought atau oversold. Yaitu suatu keadaan yang menandakan harga tidak dapat lagi melanjutkan tren, karena harga dinilai sudah terlalu mahal atau terlalu murah. Ketika down trend terjadi akan ada suatu titik dimana harga akan berhenti turun dikarenakan harga sudah terlalu murah dan akan timbul kerugian, hal ini dinamakan oversold. Sedangkan overbought adalah kondisi sebaliknya, yaitu ketika harga sudah terlalu mahal dan mencapai titik dimana pembeli sudah tidak ingin membeli. Amplop menentukan batas atas dan batas bawah dalam pergerakan harga saham, dengan menggunakan prosentase yang tetap.

16 42 A. PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) Pergerakan harga saham ANTM selama periode Januari- Maret 2009 cenderung stagnan. Grafik menunjukkan terjadi 1 kali sinyal beli yang kuat selama periode tersebut, yaitu pada tanggal 25 Februari Historical Price SMA (5) MA+5% MA-5% Grafik 17. Moving Average Envelope 5% Triwulan I 2009 PT Aneka Tambang Tbk Pada tanggal 13 Mei 2009 terjadi kondisi overbought karena harga dinilai sudah terlalu mahal, sehingga disarankan untuk menjual saham tersebut. Selama periode April-Juni 2009 terjadi dua kali sinyal beli sangat kuat Historical Price SMA (5) MA+5% MA-5% Grafik 18. Moving Average Envelope 5% Triwulan II 2009 PT Aneka Tambang Tbk

17 Historical Price SMA (5) MA+5% MA-5% Grafik 19. Moving Average Envelope 5% Triwulan III 2009 PT Aneka Tambang Tbk Historical Price SMA (5) MA+5% MA-5% Grafik 20. Moving Average Envelope 5% Triwulan IV 2009 PT Aneka Tambang Tbk Grafik 19 menunjukkan bahwa pada periode Juli- September 2009 pergerakan harga saham ANTM cenderung stagnan, hal ini ditandai oleh jarak antar amplop yang hampir berhimpit. Sinyal jual terjadi pada tanggal 14 Agustus Selama Januari-Desember 2009 terdapat 4 kali kondisi overbought atau sinyal jual sangat kuat. B. PT Bumi Resources Tbk (BUMI) Pada periode Januari-Maret 2009 pergerakan harga saham BUMI cenderung stagnan. Grafik 22 menunjukkan bahwa pada tanggal 04 Mei 2009 mengindikasikan kondisi overbought atau sinyal jual kuat, yaitu terjadi ketika grafik harga saham memotong ke bawah grafik batas atas. Sedangkan pada tanggal 24 Juni 2009 terdapat sinyal beli,

18 44 karena harga saham memotong ke atas grafik batas bawah. Sinyal jual sangat kuat terjadi 3 kali sepanjang periode Januari-Desember Historical Price SMA (5) MA+5% MA-5% Grafik 21. Moving Average Envelope 5% Triwulan I 2009 PT Bumi Resources Tbk Historical Price SMA (5) MA+5% MA-5% Grafik 22. Moving Average Envelope 5% Triwulan II 2009 PT Bumi Resources Tbk Historical Price SMA (5) MA+5% MA-5% Grafik 23. Moving Average Envelope 5% Triwulan III 2009 PT Bumi Resources Tbk

19 Historical Price SMA (5) MA+5% MA-5% Grafik 24. Moving Average Envelope 5% Triwulan IV 2009 PT Bumi Resources Tbk C. PT Bukit Asam Tbk (PTBA) Historical Price SMA (5) MA+5% MA-5% Grafik 25. Moving Average Envelope 5% Triwulan I 2009 PT Bukit Asam Tbk Grafik 25 menunjukkan terjadi sinyal beli sangat kuat, yaitu pada tanggal 04 Maret Sedangkan sinyal jual terjadi pada tanggal 08 Februari Namun pergerakan harga saham PTBA selama periode Januari-Maret 2009 menunjukkan tren mendatar. Selama periode April-Juni 2009 terjadi sinyal beli sangat kuat sebanyak 2 kali dan grafik menunjukkan tren naik. Kondisi overbought terjadi pada tanggal 05 Juni 2009, yaitu ketika harga dinilai sudah terlalu mahal dan sinyal jual sangat kuat dapat dilihat melalui grafik. Sedangkan pada tanggal 25 Juni terjadi sinyal beli sangat kuat. Jarak antar amplop pun

20 46 cenderung berhimpit, hal ini menunjukkan bahwa naikturunnya harga tidak terjadi secara signifikan Historical Price SMA (5) MA+5% MA-5% Grafik 26. Moving Average Envelope 5% Triwulan II 2009 PT Bukit Asam Tbk Sinyal jual terjadi sebanyak 1 kali selama periode Juli 2009 dan harga saham TINS menunjukkan tren naik. Pada periode Agustus-September 2009 grafik menunjukkan sideways trend, namun pada tanggal 17 September 2009 terjadi sinyal jual. Sedangkan pada akhir periode Desember 2009 harga saham PTBA cenderung bergerak naik Historical Price SMA (5) MA+5% MA-5% Grafik 27. Moving Average Envelope 5% Triwulan III 2009 PT Bukit Asam Tbk

21 Historical Price SMA (5) MA+5% MA-5% Grafik 28. Moving Average Envelope 5% Triwulan IV 2009 PT Bukit Asam Tbk D. PT Timah Tbk (TINS) Pergerakan harga saham TINS pada periode Januari- Maret 2009 cenderung stabil dengan volatilitas yang rendah. Hal ini ditunjukkan melalui jarak antar amplop yang cenderung berhimpit. Grafik 29 menunjukkan bahwa pada tanggal 16 Januari 2009 terjadi sinyal beli. Pada tanggal 24 Juni 2009 terdapat sinyal beli sangat kuat, ditunjukkan melalui grafik harga saham yang memotong ke atas grafik batas bawah Historical Price SMA (5) MA+5% MA-5% Grafik 29. Moving Average Envelope 5% Triwulan I 2009 PT Timah Tbk Selama periode April-Juni 2009 terjadi sinyal jual sebanyak 7 kali. Grafik 31 menunjukkan bahwa terjadi sinyal beli sebanyak 3 kali, namun harga saham TINS cenderung bergerak stagnan selama periode tersebut. Sedangkan selama

22 48 periode Oktober-Desember 2009 terjadi sinyal beli sebanyak satu kali Historical Price SMA (5) MA+5% MA-5% Grafik 30. Moving Average Envelope 5% Triwulan II 2009 PT Timah Tbk Historical Price SMA (5) MA+5% MA-5% Grafik 31. Moving Average Envelope 5% Triwulan III 2009 PT Timah Tbk Historical Price SMA (5) MA+5% MA-5% Grafik 32. Moving Average Envelope 5% Triwulan IV 2009 PT Timah Tbk

23 Peramalan Pergerakan Harga Saham Simple Moving Average (SMA) A. PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) Grafik harga saham ANTM pada periode Januari-Maret 2010 menunjukkan tren cenderung mendatar, Pada tanggal 23 Februari 2010 terjadi sinyal beli dan menunjukkan uptrend. Hal ini cenderung serupa dengan pergerakan harga saham ANTM pada periode Januari-Maret 2009 (Grafik 33) harga SMA (5) SMA (23) Grafik 33. Simple Moving Average (5) & (23) Triwulan I 2010 PT Aneka Tambang Tbk Harga SMA (5) SMA (23) Grafik 34. Simple Moving Average (5) & (23) Triwulan II 2010 PT Aneka Tambang Tbk. Pada awal April-Mei 2009 saham ANTM mengalami mengalami tren menaik, namun kemudian pada pertengahan Mei-Juni 2009 saham ANTM mulai

24 50 mengalami penurunan. Hal ini sesuai dengan yang terjadi pada April-Mei 2010 saham ANTM menunjukkan uptrend, namun pada bulan Juni harga mulai bergerak turun (Grafik 34). B. PT Bumi Resources Tbk (BUMI) Pada periode Januari-Maret 2009 grafik harga saham mengalami satu titik sinyal jual dan sinyal beli, namun pada periode tersebut grafik menunjukkan tren mendatar. Dan pada periode April-Mei 2009, grafik menunjukkan tren menaik, sedangkan pada bulan Juni 2009 saham BUMI mengalami down trend. Pergerakan harga saham BUMI pada tahun 2009 dapat digunakan investor untuk memprediksi tren pergerakan harga saham BUMI pada tahun 2010 yang menunjukkan tren mendatar pada periode Januari-Maret 2010 (Grafik 35). Dan pada bulan April grafik menunjukkan uptrend, sedangkan pada bulan Juni 2010 menunjukkan tren menurun (Grafik 36). Maka hal ini menunjukkan bahwa analisis teknikal memliki prinsip History Repeat it Self Harga SMA (5) SMA (23) Grafik 35. Simple Moving Average (5) & (23) Triwulan I 2010 PT Bumi Resources Tbk.

25 Close SMA (5) SMA (23) Grafik 36. Simple Moving Average (5) & (23) Triwulan II 2010 PT Bumi Resources Tbk. C. PT Bukit Asam Tbk (PTBA) Close SMA (5) SMA (23) Grafik 37. Simple Moving Average (5) & (23) Triwulan I 2010 PT Bukit Asam Tbk harga SMA (5) sma 23 Grafik 38. Simple Moving Average (5) & (23) Triwulan II 2010 PT Bukit Asam Tbk. Pergerakan saham PTBA pada triwulan I 2009 cenderung mengalami penurunan, namun menunjukkan tren mendatar.

26 52 Sedangkan selama periode April-Juni 2009 harga saham PTBA mengalami uptrend. Hal ini dapat digunakan investor dalam memprediksi tren pergerakan harga saham PTBA serta keputusan menjual ataupun membeli pada tahun Pada triwulan I 2010 saham PTBA cenderung mengalami sideways trend, sedangkan pada periode April-Mei 2010 grafik menunjukkan tren menaik. Hal ini ditandai dengan garis Moving Average (MA) (5) berada diatas MA (23). Pada awal bulan Juni harga mulai mengalami penurunan kembali. Maka hal ini sesuai dengan yang terjadi pada tahun D. PT Timah Tbk (TINS) Pada awal periode 2009 saham TINS mengalami tren cenderung mendatar dan pada bulan Maret grafik menunjukkan terjadinya golden cross. Sedangkan pada periode April-Mei 2009 saham TINS mengalami tren menaik, dan kembali mengalami penurunan pada bulan Juni harga SMA (5) SMA (23) Grafik 39. Simple Moving Average (5) & (23) Triwulan I 2010 PT Timah Tbk. Hal ini serupa dengan yang terjadi pada 2010, pada awal periode 2010 saham TINS menunjukkan sideways trend (Grafik 39). Pada bulan April-Mei 2010 saham TINS mengalami tren menaik dan pada bulan Juni 2010 mulai

27 53 mengalami tren menurun kembali. Maka hal ini sesuai dengan yang terjadi pada tahun 2009, maka tren pergerakan harga saham TINS pada tahun 2009 dapat digunakan investor dalam meprediksi tren pergerakan harga saham TINS pada tahun harga SMA (5) SMA (23) Grafik 40. Simple Moving Average (5) & (23) Triwulan II 2010 PT Timah Tbk Moving Average Envelope (MAE) A. PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) Sedangkan melalui indikator MAE grafik saham ANTM tahun 2009 menghasilkan 2 titik sinyal beli dan 2 titik sinyal jual. Pada periode triwulan I 2009 grafik menunjukkan tren mendatar, sedangkan pada tahun 2010 grafik harga saham ANTM hanya menunjukkan 1 titik sinyal jual. Atau cenderung telat dalam menentukan keputusan jual atau beli saham. Karena sinyal jual terjadi setelah harga berhenti bergerak turun, dan bahkan setelah muncul sinyal jual harga saham ANTM ternyata mulai kembali bergerak naik. Sedangkan pada periode Apri 2010 harga saham ANTM menunjukkan tren menaik. Sedangkan pada tanggal 10 Mei 2010 terdapat sinyal beli, namun harga masih bergerak turun. Maka sinyal jual-beli yang dihasilkan melalui indikator MAE cenderung telat atau dapat menghasilkan sinyal palsu.

28 Harga MA MA+5% MA-5% Grafik 41. Moving Average Envelope 5%, Triwulan I 2010 PT Aneka Tambang Tbk Harga MA MA+5 MA-5% Grafik 42. Moving Average Envelope 5%, Triwulan II 2010 PT Aneka Tambang Tbk B. PT Bumi Resources Tbk (BUMI) Pergerakan harga saham BUMI pada periode triwulan I 2009 menunjukkan tren mendatar dan menghasilkan satu titik sinyal jual. Sedangkan pada periode April-Juni 2009 BUMI menunjukkan tren menaik. Hal ini dapat digunakan untuk memprediksi tren pergerakan harga saham BUMI pada tahun 2010, dan melalui Grafik 43 ditunjukkan bahwa pada periode Januari-Maret 2010 BUMI mengalami tren mendatar. Namun sinyal beli cenderung telat, karena harga mulai bergerak naik

29 55 pada awal Maret sedangkan sinyal beli baru muncul pada akhir Maret Harga MA MA+5 MA-5% Grafik 43. Moving Average Envelope 5%, Triwulan I 2010 PT Bumi Resources Tbk Pada periode April-Mei 2010 tren saham BUMI cenderunng mendatar, dan menunjukkan penurunan pada awal Juni Hal ini serupa dengan yang terjadi pada pergerakan harga BUMI pada triwulan II Maka pergerakan harga saham BUMI pada tahun 2009 dapat digunakan untuk memprediksi tren pergerakan harga saham BUMI pada tahun Harga MA MA+5% MA-5% Grafik 44. Moving Average Envelope 5%, Triwulan II 2010 PT Bumi Resources Tbk

30 C. PT Bukit Asam Tbk (PTBA) Tren pergerakan harga saham PTBA pada periode Januari-Maret 2009 menunjukkan tren mendatar. Sedangkan pada triwulan II 2009 grafik saham PTBA menunjukkan tren menaik dan pada bulan Juni kembali menujukkan tren menurun. Harga MA MA+5% MA-5% Grafik 45. Moving Average Envelope 5%, Triwulan I 2010 PT Bukit Asam Tbk Harga MA MA+5% MA-5% Grafik 46. Moving Average Envelope 5%, Triwulan II 2010 PT Bukit Asam Tbk Sehingga tren pada tahun 2009 dapat digunakan untuk memprediksi tren pergerakan pada tahun Dan hal ini dapat dibuktikan bahwa prinsip analisis teknikal yaitu history

31 57 repeat it self dapat digunakan, karena tren pergerakan harga saham pada tahun 2009 kembali terulang pada tahun D. PT Timah Tbk (TINS) Selama periode triwulan I 2009 harga saham TINS menunjukkan tren mendatar dan pada pada periode April-Mei 2009 saham TINS menunjukkan tren menaik. Namun kembali menurun pada bulan Juni Harga MA MA+5% MA-5% Grafik 47. Moving Average Envelope 5%, Triwulan I 2010 PT Timah Tbk Harga MA MA+5% MA-5% Grafik 48. Moving Average Envelope 5%, Triwulan II 2010 PT Timah Tbk Tren pergerakan pada tahun 2009 dapat digunakan untuk memprediksi pergerakan harga saham TINS pada tahun Dan hal ini dapat dibuktikan bahwa tren pergerakan harga saham TINS pada tahun 2010 sesuai dengan pergerakan

32 Analisis Fundamental harga saham TINS pada tahun Namun indikator MAE cenderung telat dalam menunjukkan sinyal jual ataupun sinyal beli atau dengan kata lain terkadang menunjukkan sinyal palsu. Yaitu pada tanggal 17 Februari 2010 indikator MAE menunjukkan sinyal jual namun ternyata harga cenderung bergerak naik, sedangkan pada tanggal 27 Mei 2010 grafik menunjukkan sinyal beli namun ternyata harga bergerak cenderung stagnan Analisis Makro Ekonomi Perekonomian makro merupakan lingkungan dimana seluruh perusahaan beroperasi. Kondisi perekonomian makro sangat penting dalam menentukan kinerja investasi. Indonesia sebagai sebuah negara yang merupakan tempat bagi PT Aneka Tambang Tbk, PT Bumi Resources Tbk, PT Bukit Asam Tbk, dan PT Timah Tbk menjalankan bisnisnya, memiliki kondisi makro yang baik. Beberapa variabel ekonomi penting yang digunakan untuk menggambarkan kondisi perekonomian makro antara lain sebagai berikut PDB Tabel 6. Produk Domestik Bruto Tahun Tahun PDB Kenaikan (dalam juta rupiah) (%) ,774, ,339, ,949, ,954, ,613, * 5,981, *) dalam asumsi makro, Sumber : PDB Indonesia Pertumbuhan ekonomi tahun 2006 tercatat 5.5% dan 4.1% bersumber pada komponen ekspor barang dan jasa. Penerimaan ekspor pada tahun 2006 mencapai USD miliar, atau meningkat 17.5% dibandingkan tahun

33 59 sebelumnya yaitu sebesar USD 85.6 miliar. Kenaikan penerimaan ekspor didorong oleh ekspor migas dan nonmigas. Nilai ekspor migas pada tahun 2005 adalah sebesar USD miliar, mengalami kenaikan sebesar 10.17% menjadi USD miliar pada tahun Sedangkan nilai ekspor non-migas pada tahun 2005 adalah USD miliar, naik sebesar 19.68% menjadi USD miliar pada tahun 2006 (Tabel Ekspor-Impor Bulanan BPS, 2006). Kinerja perekonomian Indonesia pada tahun 2007 menunjukkan pertumbuhan yang positif, ditengah meningkatnya tekanan dari sisi ekternal yaitu krisis Sub Prime Mortgage di Amerika Serikat. Krisis Sub Prime Mortgage di Amerika Serikat memberikan pengaruh terhadap perlambatan perekonomian di AS dan mengakibatkan depresi ekonomi secara global. Sehingga juga berdampak kepada melemahnya perekonomian Indonesia, serta memberikan pengaruh terhadap menurunnya nilai investasi di Indonesia. BPS mencatat bahwa pertumbuhan ekonomi kuartal IV-2007 berdasarkan kuartal per kuartal mengalami pertumbuhan negatif, yaitu minus 2,15% atau mengalami kontraksi dari pertumbuhan ekonomi kuartal III yang mencapai 3,87%. Menurunnya laju pertumbuhan PDB tersebut dipicu oleh melemahnya laju pertumbuhan PMTB triwulan III-2007 terhadap triwulan II-2007 sebesar 6.4% menjadi 2.3% pada triwulan IV-2007 terhadap triwulan III-2007 (Berita Resmi Statistik BPS, 15 Februari 2008). Dalam sembilan bulan pertama tahun 2007, perekonomian Indonesia menunjukkan perbaikan, walaupun pada triwulan IV-2007 mengalami perlambatan. BPS mencatat bahwa laju pertumbuhan

34 60 PDB tahun 2007 meningkat menjadi 6.3% dibandingkan tahun 2006 yaitu sebesar 5.5%. Nilai PDB pada tahun 2006 adalah sebesar Rp. 3,339, juta, meningkat pada tahun 2007 menjadi Rp. 3,949, juta. Meskipun pada akhir tahun 2008 terdapat perlambatan ekonomi global, namun Indonesia menunjukkan laju pertumbuhan yang yang tinggi pada tahun 2008 yaitu sebesar 6.1% terhadap laju pertumbuhan tahun PDB tahun 2008 mengalami peningkatan dibandingkan tahun 2007, nilai PDB tahun 2007 adalah sebesar Rp. 3,949, juta, menjadi Rp. 4,954, juta pada tahun Terutama selama triwulan ke III-2008 perekonomian menunjukkan pertumbuhan yang baik. Ekspor menjadi salah satu penunjang utama pertumbuhan ekonomi pada tahun tersebut, disamping konsumsi dalam negeri. Dari 6.1% pertumbuhan tahun 2008, 4.6% bersumber pada komponen ekspor barang dan jasa. Nilai ekspor Indonesia pada tahun 2008 adalah sebesar USD miliar, meningkat dibandingkan tahun 2007 yaitu sebesar USD miliar. Selain itu selama tahun 2008, seluruh sektor ekonomi mengalami pertumbuhan. Pertumbuhan tertinggi terjadi pada sektor pengangkutan dan komunikasi yang mencapai 16,7%, dari Rp trilun pada tahun 2007 menjadi Rp triliun pada tahun Selain itu peningkatan juga terjadi terhadap nilai investasi, nilai PMTB tahun 2007 adalah sebesar Rp. 986,2 triliun menjadi Rp ,6 triliun pada tahun 2008 (Berita Resmi Statistik BPS, 2009).

35 61 Dalam Juta Rupiah (Rp) PDB * Gambar 6. Produk Domestik Bruto tahun Apabila laju pertumbuhan triwulan IV-2008 dibandingkan terhadap laju pertumbuhan triwulan III- 2008, maka pertumbuhan mengalami perlambatan. Laju pertumbuhan tertinggi pada triwulan IV-2008 terhadap triwulan III-2008 terjadi pada komponen pengeluaran konsumsi pemerintah yaitu sebesar 25,6%, konsumsi rumah tangga dan pembentukan modal tetap bruto masing-masing meningkat sebesar 1,7% dan 0,8%. Komponen ekspor dan impor mengalami kontraksi masing-masing sebesar minus 5,5% dan minus 11,7%. Nilai ekspor pada triwulan III-2008 adalah sebesar USD , menurun menjadi USD pada triwulan IV Hal ini diakibatkan oleh melemahnya permintaan di luar negeri akibat krisis ekonomi global yang menimpa dunia (Tabel Ekspor- Impor Bulanan BPS, 2008). Krisis ekonomi global yang terjadi pada akhir tahun 2008 memberikan dampak terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun Kenaikan nilai PDB tahun 2009 tidak sebesar tahun Kenaikan nilai PDB 2008 terhadap PDB tahun 2007 adalah sebesar 25.44%, sedangakan kenaikan PDB tahun 2009 terhadap PDB tahun 2008 hanya 13.31%. Karena pada tahun 2009 perekonomian Indonesia mendapat tekanan berat. Hal itu

36 62 tercermin pada perlambatan ekonomi secara signifikan, terutama karena anjloknya kinerja ekspor. Nilai pertumbuhan ekspor pada tahun 2009 adalah minus 9.7% dan impor juga menurun sebesar 15%. Nilai ekspor pada tahun 2008 adalah sebesar USD , turun menjadi USD pada tahun Walaupun krisis keuangan memberikan dampak yang cukup besar terhadap perekonomian, namun Indonesia masih bisa mencatatkan pertumbuhan sebesar 4.5% pada tahun 2009 dibandingkan tahun PDB tahun 2008 yaitu sebesar Rp 4,954, mengalami kenaikan pada tahun 2009, yaitu menjadi Rp 5.613,4 triliun. Beberapa faktor yang menyebabkan pertumbuhan tersebut antara lain, belanja pemerintah yang tumbuh 15.7%, yang pada tahun 2008 adalah sebesar Rp. 416,9 triliun menjadi Rp pada tahun Konsumsi rumahtangga yang meningkat 4.9%, nilai konsumsi rumahtangga pada tahun 2008 adalah sebesar Rp triliun meningkat menjadi Rp ,8 triliun. Serta nilai investasi yang tercatat masih tumbuh 3.3% dibandingkan tahun 2008, dari Rp ,6 triliun tahun 2008 menjadi Rp ,7 triliun pada tahun 2009 (Berita Resmi Statistik BPS, 10 Februari 2010). Melalui grafik tersebut dapat dilihat bahwa PDB Indonesia mengalami peningkatan pada setiap tahunnya. Meskipun dalam masa krisis global yaitu pada tahun 2008, ternyata pertumbuhan PDB Indonesia masih bernilai positif. Hal ini menunjukkan prospek terhadap pertumbuhan PDB Indonesia pada tahun-tahun mendatang. Pertumbuhan PDB tersebut dapat mencerminkan kondisi perekonomian Indonesia saat ini, yaitu suatu kondisi yang dapat menarik minat investor

37 63 untuk melakukan investasi di Indonesia menjadi semakin berkembang Pengangguran Tingkat pengangguran mengukur sampai sejauh mana perekonomian beroperasi pada kapasitas penuhnya dan tingkat pengangguran merupakan faktor yang terkait dengan pekerja. Pada tahun 2006 jumlah pengangguran terbuka menurun dibandingkan tahun Lapangan kerja formal mulai mengalami perkembangan, pada bulan Februari 2005 terdapat 28.6 juta orang pekerja yang bekerja pada kegiatan ekonomi formal kemudian meningkat 30.2% pada bulan Februari 2006 menjadi 37.3 juta orang pekerja ( 25 April 2010). Besarnya jumlah pengangguran di Indonesia diakibatkan oleh rendahnya kualitas tenaga kerja Indonesia. Lemahnya kemampuan yang dicerminkan dari rendahnya tingkat pendidikan pekerja Indonesia menjadi salah satu hambatan bagi investor. Pada tahun 2007, jumlah pengangguran kembali mengalami penurunan yaitu sebesar 13.4%, angka pengangguran pada tahun 2006 adalah 10.9 juta orang kemudian mengalami sedikit penurunan jumlah menjadi 10.1 juta orang pada tahun Hal ini didukung oleh meningkatnya nilai investasi di Indonesia. Realisasi investasi selama 2007 sebesar Rp 127,93 triliun atau naik 71,69% dibandingkan periode yang sama tahun 2006 sebesar Rp 74,51 triliun. Menurut data BKPM, dari total realisasi selama 2007 senilai Rp 127,93 triliun, sebesar Rp 34,87 triliun di antaranya merupakan investasi Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN), dan Penanaman Modal Asing (PMA) mencapai Rp 93,06 triliun (bkpm.go.id, 2010).

38 64 Tabel 7. Jumlah pengangguran di Indonesia tahun Tahun Pengangguran Perubahan (%) ,630, ,932, ,011, ,394, ,258, Sumber : Tenaga Kerja Pada bulan Februari 2008 angka pengangguran mengalami penurunan dibandingkan periode Februari Pada bulan Februari 2007 jumlah pengangguran adalah sebanyak orang, turun menjadi pada bulan Februari Penyebab menurunnya jumlah pengangguran adalah karena meningkatnya penyerapan tenaga kerja pada tahun Salah satu faktor yang menyebabkan peningkatan penyerapan tenaga kerja adalah meningkatnya pengeluaran pemerintah untuk pembangunan fasilitas umum seperti jalan dan pelabuhan. Pada tahun 2007 pengeluaran pemerintah untuk fasilitas umum adalah sebesar Rp ,6 miliar, meningkat menjadi Rp ,7 miliar (beritaindonesia.com, 16 Juni 2010). Selain itu pemerintah memiliki program dalam meningkatkan penyerapan tenaga kerja, yaitu melalui program PNPM Mandiri dan Kredit Usaha Rakyat. Pada tahun 2008, kegiatan PNPM mampu menyediakan tambahan lapangan kerja untuk 1,6 juta orang dengan upah sebanyak Rp per hari per orang untuk masa kerja 60 hari dalam satu tahun dengan total anggaran Rp 6,3 triliun. Tingkat pengangguran di Indonesia pada bulan Februari 2009 mencapai 9,2 juta orang, nilai ini mengalami penurunan dibandingkan jumlah

39 65 penganggguran pada tahun 2008 yaitu sebesar 9,4 juta orang. Pada tahun 2009 pemerintah menganggarkan Rp 10,4 triliun untuk kegiatan PNPM dengan setiap kecamatan mendapatkan dana Rp 1,7 miliar untuk pelaksanaan kegiatan pembangunan yang mampu menyerap tenaga kerja sebanyak 2,5 juta orang. Hal ini menunjukkan peningkatan, karena pada tahun sebelumnya dana PNPM mampu menyerap tenaga kerja sebesar 1,6 juta orang. Adapun dana PNPM saat ini semakin lama dari tahun ke tahun semakin besar. Untuk tahun 2010 dana PNPM dialokasikan sebesar 11,8 triliun untuk seluruh kecamatan ( 30 April 2010). Hasil dari penelitian, apabila PNPM dapat berjalan dengan baik, maka akan ada 24 juta orang akan mendapat pekerjaan, dan dampak lanjutannya akan ada 16 juta rakyat miskin yang akan mendapat manfaat dari itu, serta 5,9 juta mendapatkan kenaikan penghasilan Inflasi Inflasi yang tinggi sering dikaitkan dengan perekonomian overheated, yaitu perekonomian dimana permintaan atas barang dan jasa melampaui kapasitas produksinya, yang akan mendorong kenaikan harga. Tekanan inflasi yang cukup tinggi pada awal tahun 2006 diakibatkan oleh kenaikan harga beberapa komoditas, diantaranya adalah beras. Namun tingkat inflasi sepanjang tahun 2006 terus menunjukkan penurunan sampai dengan akhir tahun Selain kondisi makroekonomi yang kondusif dengan permintaan domestik yang tetap terkendali, berlanjutnya tren penurunan inflasi tersebut disebabkan oleh minimalnya dampak administered prices dan rendahnya inflasi kelompok volatile foods.

40 66 Pada Januari 2006 tingkat inflasi menunjukkan angka 17.03%, kemudian terus menurun menjadi 6.60% pada Desember Bank Indonesia (BI) selama tahun 2006 telah menurunkan BI rate sebanyak 300 basis poin dari 12.75% menjadi 9.75%. Sedangkan selama tahun 2007 tingkat inflasi cenderung stabil, namun pada akhir periode 2007 laju inflasi kembali menunjukkan kenaikan. Laju inflasi pada tahun 2007 mencapai 6.59% sama dengan laju inflasi pada Desember 2006 atau year on year. Angka inflasi tersebut merupakan angka yang serius dan harus diwaspadai. Karena pemerintah telah menetapkan suku bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI) yang diasumsikan dalam APBN 2008 sebesar 6%. Maka apabila tingkat inflasi melebihi asumsi pemerintah, maka hal tersebut berpotensi membebani suku bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI) tahun Menurut Menkeu, tingginya angka inflasi disebabkan oleh pengaruh harga pangan, pengaruh pemakaian bahan bakar minyak (BBM), serta faktor bencana alam yang terjadi di Jawa Tengah dan Jawa Timur. Selain itu kenaikan harga bahan makan menjadi faktor utama yang mendorong laju inflasi tahun 2007 (bappenas, 2007). Gambar 8 menunjukkan bahwa pergerakan tingkat inflasi selama periode 2008 cenderung mengalami peningkatan. Pada Januari 2008 tingkat inflasi menunjukkan angka 7.36%, kemudian meningkat menjadi 11.06% pada Desember Hal ini merupakan salah satu dampak akibat kenaikan harga minyak dunia, karena Indonesia merupakan salah satu negara pengimpor minyak maka kenaikan harga minyak dunia berdampak pada kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) dalam negeri. Kenaikan harga BBM

41 67 akan berdampak pada berbagai sektor, antara lain kenaikan biaya produksi dan biaya transportasi, yang pada akhirnya akan berdampak pada meningkatnya harga kebutuhan pokok masyarakat. Gambar 7. Inflasi (Januari 2005-januari 2010) Sumber : Laporan Inflasi (Indeks Harga Konsumen) Pada Januari 2009 angka inflasi yaitu sebesar 9.17%, kemudian terus menunjukkan penurunan sampai dengan akhir periode Tingkat inflasi pada Desember 2009 yaitu sebesar 2.78%. Penyebab rendahnya inflasi di Indonesia antara lain karena rendahnya tekanan inflasi dari luar negeri, serta deflasi pada harga-harga barang yang ditetapkan pemerintah seperti listrik dan BBM. Sehingga tekanan inflasi dari barang yang tidak dikendalikan masih teredam angka inflasi. Berdasarkan asumsi makro, pemerintah menetapkan angka inflasi tahun 2010 adalah sebesar 5%. Angka inflasi tahun 2010 cenderung lebih tinggi dibandingkan angka inflasi pada tahun Hal ini seiring dengan aktivitas perdagangan dunia yang cenderung meningkat pada tahun 2010, tren kenaikan harga komoditas dunia. serta kenaikan harga gas dan tarif dasar listrik pada pertengahan tahun Namun pemerintah optimis

42 68 bahwa pada tahun 2010 laju inflasi dapat ditekan, yaitu berada pada kisaran 4.5%-5.5%. Kestabilan nilai inflasi sangat diharapkan oleh para investor, karena akan menciptakan kondisi yang stabil dalam dunia usaha. Serta menurunkan resiko atau ketidakpastian (uncertainity) bagi pelaku ekonomi dalam mengambil keputusan ( 2010) Tingkat Bunga Selama tahun 2006 tingkat suku bunga SBI 3 bulan cenderung mengalami penurunan. Hingga akhir tahun 2006, BI Rate mencapai 9,5% atau mengalami penurunan sebesar 300 basis points dari levelnya di awal tahun yaitu sebesar 12.91%. Hal ini dikarenakan terjadinya tren penurunan inflasi selama tahun 2006, karena laju inflasi digunakan sebagai dasar acuan dalam menghitung suku bunga SBI. Pada tahun 2007, suku bunga SBI bertahan pada level yang lebih rendah. Pada bulan Februari 2007 tingkat suku bunga SBI 3 bulan adalah 8.10%, kemudian kembali mengalami penurunan menjadi 7.83% pada Mei 2007 ( Suku Bunga SBI 2007). Akibatnya perekonomian Indonesia tumbuh semakin cepat, dengan laju 6.3% pada tahun 2007 lebih tinggi dibandingkan tahun sebelumnya yang hanya 5.51%. Kenaikan BI rate selama tahun 2008 mendorong peningkatan terhadap suku bunga SBI 3 bulan, dari 7.89% pada awal tahun 2008 menjadi 11.08% pada Desember Kenaikan tingkat suku bunga diakibatkan oleh meningkatnya laju inflasi pada tahun 2008 akibat melambungnya harga komoditas pertanian dan kenaikan harga BBM (Kompas,2010). Laju inflasi terus mengalami peningkatan, dari 7.36% pada awal

43 69 tahun 2008 menjadi 12.14% pada September Selama tahun 2009 suku bunga SBI menunjukkan tren penurunan, pada awal 2009 tingkat suku bunga SBI 3 bulan adalah 10.60% kemudian menjadi 6.59% pada Desember Penyebab menurunnya suku bunga SBI adalah karena menurunnya BI rate sebagai acuan suku bunga SBI, BI rate mengalami penurunan sebanyak 300 basis points selama periode Dari 8,75% pada awal tahun 2009 menjadi 6.50% pada Desember Bank Indonesia telah menurunkan BI Rate beberapa kali dan saat ini BI Rate telah mencapai nilai 6,50 %. Hal ini tentu membawa efek positif bagi dunia investasi karena penurunan BI Rate akan menyebabkan penurunan nilai suku bunga acuan ( SBI 3 bulan) yang menjadi dasar penetapan tingkat pengembalian minimum investasi. Pada Maret 2010 tingkat suku bunga SBI 3 bulan adalah sebesar 6.55%, yang sebelumnya pada bulan Januari adalah sebesar 6.60%. Selain itu, diharapkan dengan menurunnya suku bunga acuan maka akan memberikan sentimen positif bursa saham dan obligasi karena investor akan menyebar portofolio investasinya ke bursa (kompas,2010). Suku bunga SBI 3 bulan pada bulan Januari 2010 adalah sebesar 6.60%, kemudian menurun menjadi 6.59% pada Februari, dan kembali menunjukkan penurunan menjadi 6.55% pada akhir Maret Suku bunga SBI 3 bulan telah mencapai nilai rata-rata sebesar 6.58%, sepanjang Januari-Maret Menurun dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun 2009 yaitu sebesar 9.7%, yang berarti bahwa tingkat pengembalian tahun ini lebih kecil dibandingkan dengan tahun sebelumnya, begitu juga dengan risiko

44 70 investasinya. Berdasarkan asumsi makro tahun 2010, pemerintah memperkirakan bahwa suku bunga SBI 3 bulan berada pada tingkat 6.5% (Suku Bunga Sertifikat Bank Indonesia, 2010) Defisit Anggaran Defisit anggaran pada tahun 2006 adalah sebesar Rp ,5 miliar, cenderung meningkat dibandingkan tahun sebelumnya yaitu sebesar Rp ,2 miliar. Hal ini terjadi karena terdapat peningkatan dalam pembelanjaan negara tahun Nilai belanja tahun 2005 adalah sebesar Rp ,4, sedangkan pada tahun 2006 adalah Rp ,7 miliar atau meningkat sebesar Rp ,3 miliar pada tahun Pada tahun 2007 defisit anggaran kembali mengalami peningkatan, yaitu sebesar Rp ,3 miliar dibandingkan tahun sebelumnya (Data Pokok APBN , Departemen Keuangan RI). Nilai defisit anggaran pada tahun 2007 adalah Rp ,8 miliar, hal ini dikarenakan meningkatnya belanja negara yaitu sebesar Rp ,9 miliar sedangkan pada tahun 2006 adalah sebesar Rp ,7 miliar atau mengalami peningkatan sebesar Rp miliar. Salah satu penyebab membengkaknya pengeluaran pemerintah adalah meningkatnya pengeluaran untuk subsidi BBM dan listrik pada tahun Kenaikan subsidi Bahan Bakar Minyak (BBM) disebabkan oleh meningkatnya harga minyak dunia yang kemudian mendorong naiknya ICP. ICP merupakan harga yang digunakan pemerintah sebagai patokan impor minyak, termasuk untuk BBM. Asumsi harga minyak di APBN tahun 2007 adalah USD 60 per barel, namun kenyataannya adalah USD 72 per barel. Meningkatnya

45 71 harga ICP membuat disparitas harga keekonomian dan harga subsidi ke masyarakat semakin besar. Akibatnya, subsidi yang ditanggung negara untuk memenuhi disparitas harga itu pun makin besar. Realisasi subsidi BBM adalah sebesar Rp ,3 miliar pada tahun 2007, meningkat dibandingkan tahun sebelumnya yang hanya mencapai Rp. 64,212,1 miliar. Selain itu realisasi subsidi listrik juga membengkak, dari Rp ,3 miliar pada tahun 2006 kemudian menjadi Rp ,5 miliar pada tahun 2007 (Data Pokok APBN , Departemen Keuangan RI). Pada tahun 2008 nilai defisit anggaran adalah sebesar Rp ,3 miliar, megalami penurunan dibandingkan tahun sebelumnya yaitu sebesar Rp ,8 miliar. Salah satu penyebab menurunnya defisit anggaran pada tahun 2008 adalah karena naiknya penerimaan pajak. Penerimaan pajak pada tahun 2007 adalah sebesar Rp ,8 miliar, mengalami peningkatan dibandingkan tahun sebelumnya yaitu sebesar Rp ,6 miliar. Sedangkan untuk pembiayaan defisit anggaran tahun 2008, pemerintah menggunakan pendanaan uang melalui penerbiatan Surat Utang Negara. Pada tahun 2008 nilai pembiayaan utang melalui penerbitan Surat Utang Negara (SUN) adalah sebesar Rp ,3 miliar, meningkat dibandingkan tahun sebelumnya yaitu sebesar Rp ,2 miliar. Defisit anggaran Indonesia berdasarkan APBN 2009 adalah sebesar Rp triliun, namun sampai dengan akhir Oktober 2009 nilai defisit pemerintah baru mencapai Rp triliun. Dan pada akhir tahun 2009 ternyata terdapat Sisa Lebih Penggunaan Anggaran (SILPA), yaitu sebesar Rp 38 triliun. Hal tersebut

46 72 dikarenakan rendahnya realisasi penyerapan anggaran belanja negara. Pemerintah cenderung belum maksimal dalam melaksanakan proyek pembangunan infrastruktur. Serta keterbatasan pemerintah dalam menghadapi pembebasan tanah menjadi salah satu faktor pengahambat penyerapan anggaran belanja negara secara maksimal. Karena pembebasan tanah terkait erat dengan keberlangsungan rencana pembangunan infrastruktur. Sisa lebih penggunaan anggaran 2009 direncanakan untuk menutupi defisit anggaran Selain itu dapat juga digunakan untuk menutup biaya-biaya subsidi yang membengkak, atau juga mengurangi pembiayaan dari surat utang negara untuk meredam gejolak di pasar domestik. Dalam RAPBN tahun 2010 defisit anggaran adalah sebesar Rp 98 triliun, namun diperkirakan akan meningkat menjadi Rp 122 triliun pada akhir tahun Meningkatnya jumlah defisit tersebut dikarenakan adanya kebutuhan belanja yang meningkat, seperti untuk subsidi listrik, pupuk, dan beras (beritasore.com, 05 Januari 2010) Sentimen Angka Indeks Kepercayaan Konsumen merupakan indikator penting dalam melihat keadaan ekonomi Indonesia. Dimana angka diatas 100 adalah menunjukkan perekonomian yang membaik ditandai dengan optimisme oleh konsumen. Sedangkan angka dibawah 100 menujukan ekonomi yang melambat ditandai dengan pesimisme dari konsumen. Di bulan Oktober tahun 2005, ketika harga BBM dinaikkan ratarata sebesar 126 persen, IKK jatuh ke level 73,3. Namun IKK tidak bertahan di level yang rendah untuk waktu yang terlalu lama. Penyesuaian gaji dan upah di tahun

47 dan semakin membaiknya perekonomian dunia mendorong perbaikan keadaan ekonomi masyarakat. Kenaikan gaji memperbaiki daya beli secara langsung. Sedangkan membaiknya ekonomi dunia mendorong terjadinya peningkatan ekspor Indonesia. Artinya, ada peningkatan kegiatan produksi (dan penciptaan lapangan kerja). Akibatnya, IKK pun berangsur angsur mengalami peningkatan. Kenaikan yang signifikan terjadi pada bulan Maret 2006, dimana IKK naik ke level 84,5 dari 78,3 di bulan Februari Di bulan November 2006 IKK mencapai 91,6. Level ini merupakan level tertinggi IKK dalam satu setengah tahun terakhir. Artinya, masyarakat sudah hampir sepenuhnya dapat menyesuaikan diri dari dampak negatif kenaikan harga BBM pada bulan Oktober Dalam keadaan ini tentunya tidaklah terlalu sulit untuk mendorong pertumbuhan ekonomi ke level yang lebih tinggi. Namun pada akhir tahun 2006, pemerintah kurang berhasil mengatasi isu kelangkaan beras. Akibatnya IKK pada bulan Desember 2006 turun tajam ke 84,1 dari 91.6 di bulan November 2006 (turun sebesar 8,3%) (danareksaresearch.wordpress.com, 03 Mei 2010). Indeks kepercayaan konsumen pada tahun 2007 cenderung menurun. Hal ini dikarenakan terjadinya kenaikan harga beras, IKK pada Januari 2007 berada di level yang relatif sama dengan bulan sebelumnya yaitu pada level Bahkan di bulan Februari 2007 IKK mengalami penurunan lagi ke 82,7, dan turun lagi ke level 81,1 di bulan Maret Level ini berada di bawah level di bulan Maret Artinya, harga beras yang tinggi bukan saja telah meningkatkan tekanan inflasi, tapi juga telah mengurangi daya beli masyarakat

48 74 secara signifikan. IKK yang saat ini berada pada level yang relatif rendah tidak harus menunjukkan bahwa ekonomi kita akan terus terpuruk sepanjang tahun 2007 ini. Perlu diketahui bahwa penurunan IKK tahun 2007 terutama disebabkan oleh faktor musiman harga beras. Sampai dengan bulan Mei 2008, indeks kepercayaan konsumen terus mengalami tren penurunan. Kenaikan harga BBM pada awal tahun 2008 menjadi alasan rendahnya indeks kepercayaan konsumen pada tahun tersebut. Kemudian pada triwulan III-2008 sentimen masyarakat terhadap perekonomian Indonesia cenderung membaik. Hal ini ditunjukkan dengan angka indeks kepercayaan konsumen yang mengalami tren kenaikan sejak Juli 2008 sampai dengan Juli Namun sejak enam bulan terakhir terjadi penurunan terhadap indeks kepercayaan konsumen. Pemicunya adalah kenaikan harga sejumlah kebutuhan pokok dan makanan jadi. Menurunya optimisme konsumen terhadap kondisi perekonomian diharapkan tidak berlanjut sampai dengan akhir tahun. Oleh karena itu, pemerintah diharapkan mampu mengendalikan harga pangan. Sebab dampak kenaikan harga tersebut cukup besar terhadap indeks kepercayaan konsumen dan pada akhirnya kepercayaan konsumen terhadap perekonomian. Berikut merupakan grafik yang menggambarkan indeks kepercayaan konsumen periode januari 2005-Januari 2010.

49 75 Gambar 8. Indeks Kepercayaan Konsumen Sumber : Indeks kepercayaan masyarakat kepada pemerintah mengalami penurunan, hal ini terkait dengan kemampuan pemerintah dalam menjaga kestabilan harga dan menegakkan hukum. Beberapa kasus hukum yang terjadi diantaranya adalah, tertangkapnya Antazari Azhar (Ketua KPK) terkait pembunuhan atas Nasruddin Zulkarnaen, Direktur PT Putra Rajawali Banjaran (PRB), dugaan rekayasa yang menimpa dua pimpinan KPK (Bibit Samad Rianto dan Chandra M. Hamzah), serta penggelapan pajak yang dilakukan oleh Gayus Tambunan. Kasus-kasus hukum tersebut yang dapat menjadi pemicu menurunnya indeks kepercayaan masyarakat kepada pemerintah dalam menegakkan hukum. Berikut merupakan grafik yang menggambarkan indeks kepercayaan masyarakat terhadap pemerintah. Sedangkan kepercayaan masyarakat terhadap pemerintah dalam memperbaiki keadaan ekonomi, mengalami peningkatan dibandingkan tahun sebelumnya. Hal ini diharapkan dapat berlanjut sampai dengan akhir tahun.

50 76 Gambar 9. Indeks Kepercayaan Konsumen terhadap Pemerintah. Sumber : Aktivitas perekonomian menunjukkan peningkatan, hal ini dapat ditunjukkan oleh meningkatnya pertumbuhan ekonomi sepanjang tahun Pertumbuhan ekonomi triwulan pertama sebesar 4,4 %, kedua 4,0 % dan ketiga 4,2 %, hal tersebut menandakan bahwa perekonomian Indonesia secara makro mencapai fase ekspansi. Bank Indonesia (BI) memprediksikan bahwa pertumbuhan triwulan I bisa tumbuh hingga 5%. Faktor pendorong pertumbuhan ekonomi kali ini lebih banyak ditopang oleh pemulihan ekonomi global. Perbaikan yang terjadi di perekonomian kita diperlihatkan lebih jelas lagi oleh Coincident Economic Index (CEI), indeks ini menggambarkan keadaan ekonomi saat ini. Disusun meenggunakan lima data ekonomi, yaitu impor, penjualan mobil, konsumsi semen, suplai uang dan penjualan eceran. Lima data itu dipakai karena secara statistik dapat menjelaskan pergerakan perekonomian saat ini. Gabungan informasi kelima data tersebut pun menggambarkan keadaan ekonomi secara keseluruhan. Coincident economic index menggambarkan tingkat aktivitas perekonomian terbaru pada Desember 2009

51 77 naik menjadi 110,2 dari bulan sebelumnya 109,1. Hal ini berarti tren kenaikan CEI sejak Maret 2009 terus berlanjut, mengindikasikan aktivitas perekonomian meningkat. Perlambatan aktivitas perekonomian yang terjadi sejak Juli 2008 telah berakhir pada Februari Dan sejak Maret 2009 hingga sekarang berada dalam fase ekspansi. dibandingkan bulan sebelumnya, pada bulan maret 2010 tercatat peningkatan terhadap indeks kepercayaan konsumen. Yaitu meningkat sebesar 2.1% menjadi level 86.8 pada Maret 2010 dibandingkan bulan sebelumnya yaitu pada level 85.01, hal ini mencerminkan optimisme konsumen yang lebih besar terhadap prospek perekonomian negara selama enam bulan kedepan. Diharapkan daya beli konsumen pun akan terus mengalami peningkatan. Peningkatan perekonomian setahun terakhir dimotori konsumsi pemerintah dan rumah tangga. Konsumsi pemerintah berasal dari stimulus fiskal yang diluncurkan untuk menekan dampak krisis ekonomi global. Pertumbuhan konsumsi rumah tangga ditopang oleh perbaikan daya beli masyarakat. Penurunan suku bunga acuan yaitu BI Rate diikuti penurunan suku bunga simpanan mendorong masyarakat meningkatkan konsumsi. Prospek perekonomian diperkirakan masih cerah, tercermin dalam leading economic index yang cenderung naik sejak Desember 2008 hingga kini. Leading economic index (LEI) adalah indeks yang bergerak 6-12 bulan mendahului CEI. Dengan kata lain, LEI dapat menggambarkan arah pergerakan ekonomi kita 6-12 bulan di depan. Indeks ini disusun berdasarkan tujuh data ekonomi: Izin mendirikan bangunan, kedatangan turis asing, persetujuan investasi asing, nilai

52 78 tukar rupiah riil, IHSG, ekspor, dan inflasi di sektor jasa. Tren LEI yang naik menunjukkan prospek ekonomi yang cerah, dan sebaliknya. Kombinasi CEI dan LEI dapat digunakan untuk menentukan posisi ekonomi di dalam siklus bisnisnya. Gambar 10. Tentang CEI dan LEI Sumber : Membaiknya ekonomi dunia dari resesi dan penurunan suku bunga kredit diperkirakan mendorong kenaikan ekspor dan investasi. Hal itu tentu akan berdampak positif terhadap pertumbuhan ekonomi Pasar saham menunjukkan tren kenaikan sejak akhir tahun 2008 sampai dengan saat ini. Hal ini terlihat dengan nilai IHSG tahun 2009 yang meningkat secara signifikan dibandingkan tahun sebelumnya, yaitu terjadi peningkatan sebesar Pada perdagangan 29 Desember 2009 tercatat nilai IHSG sebesar 2.518,994, nilai tersebut menunjukkan peningkatan dibandingkan

53 79 dengan posisi akhir IHSG pada akhir tahun 2008 yaitu sebesar 1.355,408. Selain itu pada penutupan perdagangan Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2009 juga mencetak nilai kapitalisasi pasar seluruh saham di BEI mencapai Rp triliun atau mengalami kenaikan sebesar 86.41% dibandingkan posisi akhir tahun lalu yaitu sebesar Rp triliun. Gambar 11. Grafik IHSG periode May 2009-Maret 2010 Sumber : Tren kenaikan IHSG dapat dilihat pada Gambar 12. Kinerja IHSG pada tahun 2009 diharapakan terus berlanjut pada tahun 2010, secara umum IHSG diprediksi akan terus menujukkan tren positif (up-trend). BEI diprakirakan akan memiliki momentum up trend yang kuat karena dukungan indikator ekonomi yang sangat menjanjikan pada Analisis Industri Industri pertambangan di Indonesia selama ini memegang peranan yang cukup penting, yaitu sebagai penghasil devisa negara dan daerah. Hal tersebut dikarenakan tingkat penjualan perusahaan-peruahan tambang cukup besar. Faktor yang menyebabkan meningkatnya penjualan tersebut adalah karena permintaan akan barang tambang oleh negara-negara maju semakin meningkat, terkait dengan kebutuhan sumber energi bagi

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 20 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum Perusahaan 4.1.1 PT Bank Central Asia, Tbk. (BBCA) A. Informasi Umum Perusahaan PT Bank Central Asia, Tbk mulai beroperasi pada tanggal 21 Februari 1957.

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM PEREKONOMIAN INDONESIA. negara selain faktor-faktor lainnya seperti PDB per kapita, pertumbuhan ekonomi,

BAB IV GAMBARAN UMUM PEREKONOMIAN INDONESIA. negara selain faktor-faktor lainnya seperti PDB per kapita, pertumbuhan ekonomi, BAB IV GAMBARAN UMUM PEREKONOMIAN INDONESIA 4.1 Perkembangan Laju Inflasi di Indonesia Tingkat inflasi merupakan salah satu indikator fundamental ekonomi suatu negara selain faktor-faktor lainnya seperti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Investor sering kali dibingungkan apabila ingin melakukan investasi atas dana yang dimilikinya ketika tingkat bunga mengalami penurunan. Sementara itu, kebutuhan

Lebih terperinci

Analisis Asumsi Makro Ekonomi RAPBN 2011

Analisis Asumsi Makro Ekonomi RAPBN 2011 Analisis Asumsi Makro Ekonomi RAPBN 2011 Nomor. 30/AN/B.AN/2010 0 Bagian Analisa Pendapatan Negara dan Belanja Negara Biro Analisa Anggaran dan Pelaksanaan APBN SETJEN DPR-RI Analisis Asumsi Makro Ekonomi

Lebih terperinci

1. Tinjauan Umum

1. Tinjauan Umum 1. Tinjauan Umum Perekonomian Indonesia dalam triwulan III-2005 menunjukkan kinerja yang tidak sebaik perkiraan semula, dengan pertumbuhan ekonomi yang diperkirakan lebih rendah sementara tekanan terhadap

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Keyakinan bahwa ekonomi global akan pulih dan industri manufaktur akan membaik membuat investor berspekulasi akan naiknya kebutuhan komoditas yang otomatis mendorong

Lebih terperinci

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III - 2009 127 ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III - 2009 Tim Penulis

Lebih terperinci

BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN

BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN Perkembangan ekonomi makro bulan Oktober 2004 hingga bulan Juli 2008 dapat diringkas sebagai berikut. Pertama, stabilitas ekonomi tetap terjaga

Lebih terperinci

BAB V. Kesimpulan dan Saran. 1. Guncangan harga minyak berpengaruh positif terhadap produk domestik

BAB V. Kesimpulan dan Saran. 1. Guncangan harga minyak berpengaruh positif terhadap produk domestik BAB V Kesimpulan dan Saran 5. 1 Kesimpulan 1. Guncangan harga minyak berpengaruh positif terhadap produk domestik bruto. Indonesia merupakan negara pengekspor energi seperti batu bara dan gas alam. Seiring

Lebih terperinci

BAB V. Simpulan dan Saran. sebelumnya, maka dapat diambil simpulan sebagai berikut: 1. Gambaran Tingkat Suku Bunga, Jumlah Uang Beredar dan Indeks

BAB V. Simpulan dan Saran. sebelumnya, maka dapat diambil simpulan sebagai berikut: 1. Gambaran Tingkat Suku Bunga, Jumlah Uang Beredar dan Indeks 94 BAB V Simpulan dan Saran 5.1 Simpulan Dari penelitian yang telah dilakukan, dan telah dijelaskan pula di bab-bab sebelumnya, maka dapat diambil simpulan sebagai berikut: 1. Gambaran Tingkat Suku Bunga,

Lebih terperinci

Kondisi Perekonomian Indonesia

Kondisi Perekonomian Indonesia KAMAR DAGANG DAN INDUSTRI INDONESIA Kondisi Perekonomian Indonesia Tim Ekonomi Kadin Indonesia 1. Kondisi perekonomian dunia dikhawatirkan akan benar-benar menuju jurang resesi jika tidak segera dilakukan

Lebih terperinci

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV - 2009 263 ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV - 2009 Tim Penulis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini, pertumbuhan dunia industri menjadi fokus utama negara negara di

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini, pertumbuhan dunia industri menjadi fokus utama negara negara di 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini, pertumbuhan dunia industri menjadi fokus utama negara negara di dunia. Suatu negara dengan tingkat pertumbuhan industri yang tinggi menandakan tingkat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. negara. Pasar modal dapat menjadi salah satu sarana untuk menambah modal

BAB I PENDAHULUAN. negara. Pasar modal dapat menjadi salah satu sarana untuk menambah modal BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pasar modal memiliki peran penting dalam kemajuan ekonomi suatu negara. Pasar modal dapat menjadi salah satu sarana untuk menambah modal usaha perusahaan. Terlebih

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM OBYEK PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN UMUM OBYEK PENELITIAN BAB IV GAMBARAN UMUM OBYEK PENELITIAN A. Perkembangan Inflasi di Indonesia Indonesia merupakan salah satu Negara berkembang, dimana adanya perubahan tingkat inflasi sangat berpengaruh terhadap stabilitas

Lebih terperinci

INDONESIA PADA GUBERNUR BANK PANITIA ANGGARAN SEMESTER

INDONESIA PADA GUBERNUR BANK PANITIA ANGGARAN SEMESTER PANDANGAN GUBERNUR BANK INDONESIA PADA RAPAT KERJA PANITIA ANGGARAN DPR RI MENGENAI LAPORAN SEMESTER I DAN PROGNOSIS SEMESTER II APBN TA 2006 2006 Anggota Dewan yang terhormat, 1. Pertama-tama perkenankanlah

Lebih terperinci

ANALISIS Perkembangan Indikator Ekonomi Ma kro Semester I 2007 Dan Prognosisi Semester II 2007

ANALISIS Perkembangan Indikator Ekonomi Ma kro Semester I 2007 Dan Prognosisi Semester II 2007 ANALISIS Perkembangan Indikator Ekonomi Makro Semester I 2007 Dan Prognosisi Semester II 2007 Nomor. 02/ A/B.AN/VII/2007 Perkembangan Ekonomi Tahun 2007 Pada APBN 2007 Pemerintah telah menyampaikan indikator-indikator

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKONOMI, KETENAGAKERJAAN, DAN KEMISKINAN

PERKEMBANGAN EKONOMI, KETENAGAKERJAAN, DAN KEMISKINAN PERKEMBANGAN EKONOMI, KETENAGAKERJAAN, DAN KEMISKINAN PERKEMBANGAN EKONOMI, KETENAGAKERJAAN DAN KEMISKINAN Kinerja perekonomian Indonesia masih terus menunjukkan tren peningkatan dalam beberapa triwulan

Lebih terperinci

BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN

BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN I. Ekonomi Dunia Pertumbuhan ekonomi nasional tidak terlepas dari perkembangan ekonomi dunia. Sejak tahun 2004, ekonomi dunia tumbuh tinggi

Lebih terperinci

ANALISA TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III

ANALISA TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III ANALISA TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran,Triwulan III - 2005 135 ANALISA TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III - 2005 Tim Penulis

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN masukan kedalam kriteria daftar indeks kompas 100. Analisis teknikal ini menggunakan pendekatan Simple Moving Average dan Moving Average Envelopes, karena dengan memakai dua indikator ini akan memberikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian di Indonesia. Fluktuasi kurs rupiah yang. faktor non ekonomi. Banyak kalangan maupun Bank Indonesia sendiri yang

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian di Indonesia. Fluktuasi kurs rupiah yang. faktor non ekonomi. Banyak kalangan maupun Bank Indonesia sendiri yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada saat krisis keuangan global beberapa tahun belakan ini kurs, inflasi, suku bunga dan jumlah uang beredar seolah tidak lepas dari masalah perekonomian di Indonesia.

Lebih terperinci

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV - 2010 245 ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV - 2010 Tim Penulis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULAN. yang sedang berkembang (emerging market), kondisi makro ekonomi

BAB I PENDAHULAN. yang sedang berkembang (emerging market), kondisi makro ekonomi BAB I PENDAHULAN A. Latar Belakang Masalah Di era globalisasi ini pasar modal merupakan instrumen penting dalam perekonomian suatu negara. Pasar modal yang ada di Indonesia merupakan pasar yang sedang

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHAS AN. terkait pada periode 1 Desember 31 Januari Tahun dan pola-pola grafik

BAB IV PEMBAHAS AN. terkait pada periode 1 Desember 31 Januari Tahun dan pola-pola grafik BAB IV PEMBAHAS AN Ruang lingkup analisis market timing pada saham BUMI mencakup analisis berita terkait pada periode 1 Desember 31 Januari Tahun 2005 2008 dan pola-pola grafik yang dibentuk dari grafik

Lebih terperinci

Ringkasan eksekutif: Di tengah volatilitas dunia

Ringkasan eksekutif: Di tengah volatilitas dunia Ringkasan eksekutif: Di tengah volatilitas dunia Perlambatan pertumbuhan Indonesia terus berlanjut, sementara ketidakpastian lingkungan eksternal semakin membatasi ruang bagi stimulus fiskal dan moneter

Lebih terperinci

IV. FLUKTUASI MAKROEKONOMI INDONESIA

IV. FLUKTUASI MAKROEKONOMI INDONESIA 49 IV. FLUKTUASI MAKROEKONOMI INDONESIA 4.1 Produk Domestik Bruto (PDB) PDB atas dasar harga konstan merupakan salah satu indikator makroekonomi yang menunjukkan aktivitas perekonomian agregat suatu negara

Lebih terperinci

Kinerja Perekonomian Indonesia dan Amanat Pasal 44 RUU APBN 2012

Kinerja Perekonomian Indonesia dan Amanat Pasal 44 RUU APBN 2012 Kinerja Perekonomian Indonesia dan Amanat Pasal 44 RUU APBN 2012 I. Pendahuluan Setelah melalui perdebatan, pemerintah dan Komisi XI DPR RI akhirnya menyetujui asumsi makro dalam RAPBN 2012 yang terkait

Lebih terperinci

Analisis Perkembangan Industri

Analisis Perkembangan Industri JUNI 2017 Analisis Perkembangan Industri Pusat Data dan Informasi Juni 2017 Pendahuluan Membaiknya perekonomian dunia secara keseluruhan merupakan penyebab utama membaiknya kinerja ekspor Indonesia pada

Lebih terperinci

LAPORAN PEMERINTAH TENTANG PELAKSANAAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA SEMESTER PERTAMA TAHUN ANGGARAN 2012 R E P U B L I K I N D O N E S I A

LAPORAN PEMERINTAH TENTANG PELAKSANAAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA SEMESTER PERTAMA TAHUN ANGGARAN 2012 R E P U B L I K I N D O N E S I A LAPORAN PEMERINTAH TENTANG PELAKSANAANN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJAA NEGARA SEMESTER PERTAMA TAHUN ANGGAR RAN 2012 R E P U B L I K I N D O N E S I A Daftar Isi DAFTAR ISI Daftar Isi... Daftar Tabel...

Lebih terperinci

BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN

BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN Sejak pertengahan tahun 2006, kondisi ekonomi membaik dari ketidakstabilan ekonomi tahun 2005 dan penyesuaian kebijakan fiskal dan moneter yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada awal tahun 2008 terjadi krisis energi yang membayangi

BAB I PENDAHULUAN. Pada awal tahun 2008 terjadi krisis energi yang membayangi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada awal tahun 2008 terjadi krisis energi yang membayangi perekonomian global, ditandai dengan meningkatnya harga minyak dunia sampai menyentuh harga tertinggi $170

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Grafik 1.1 Perkembangan NFA periode 1997 s.d 2009 (sumber : International Financial Statistics, IMF, diolah)

BAB 1 PENDAHULUAN. Grafik 1.1 Perkembangan NFA periode 1997 s.d 2009 (sumber : International Financial Statistics, IMF, diolah) BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dalam beberapa dekade terakhir, perekonomian Indonesia telah menunjukkan integrasi yang semakin kuat dengan perekonomian global. Keterkaitan integrasi ekonomi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sektor energi memiliki peran penting dalam pembangunan. Sumbersumber

I. PENDAHULUAN. Sektor energi memiliki peran penting dalam pembangunan. Sumbersumber I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor energi memiliki peran penting dalam pembangunan. Sumbersumber energi seperti minyak bumi, batubara, gas bumi dan listrik sangat dibutuhkan dalam semua aspek kehidupan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kebijakan fiskal merupakan salah satu kebijakan dalam mengatur kegiatan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kebijakan fiskal merupakan salah satu kebijakan dalam mengatur kegiatan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kebijakan fiskal merupakan salah satu kebijakan dalam mengatur kegiatan ekonomi secara makro, di samping kebijakan fiskal juga terdapat kebijakan moneter yang merupakan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. salah satu faktor yang dapat mempengaruhi kinerja perekonomian secara umum.

BAB 1 PENDAHULUAN. salah satu faktor yang dapat mempengaruhi kinerja perekonomian secara umum. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagai perekonomian terbuka kecil, perkembangan nilai tukar merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi kinerja perekonomian secara umum. Pengaruh nilai tukar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. rakyat (Yunan, 2009:2). Pertumbuhan ekonomi juga berhubungan dengan proses

BAB I PENDAHULUAN. rakyat (Yunan, 2009:2). Pertumbuhan ekonomi juga berhubungan dengan proses 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia sebagai salah satu negara berkembang berusaha dengan giat melaksanakan pembangunan secara berencana dan bertahap, tanpa mengabaikan usaha pemerataan dan

Lebih terperinci

Kinerja CARLISYA PRO MIXED

Kinerja CARLISYA PRO MIXED 29-Jan-16 NAV: 1,707.101 Total Dana Kelolaan 12,072,920,562.29 - Pasar Uang 0-90% - Deposito Syariah - Efek Pendapatan Tetap 10-90% - Syariah - Efek Ekuitas 10-90% - Ekuitas Syariah 12.37% 48.71% 38.92%

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan pasar modal Indonesia tercermin melalui peningkatan IHSG (Indeks Harga Saham Gabungan), yang merupakan indeks yang menggambarkan perkembangan nilai pasar

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. bukti kepemilikan atas suatu perusahaan. Suatu perusahaan dapat menjual hak

I. PENDAHULUAN. bukti kepemilikan atas suatu perusahaan. Suatu perusahaan dapat menjual hak I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Saham merupakan bukti penyertaan modal di suatu perusahaan, atau merupakan bukti kepemilikan atas suatu perusahaan. Suatu perusahaan dapat menjual hak kepemilikannya dalam

Lebih terperinci

LAPORAN PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO SAMPAI DENGAN TRIWULAN I/2001 DAN PROYEKSI PERTUMBUHAN EKONOMI TAHUN 2001

LAPORAN PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO SAMPAI DENGAN TRIWULAN I/2001 DAN PROYEKSI PERTUMBUHAN EKONOMI TAHUN 2001 REPUBLIK INDONESIA LAPORAN PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO SAMPAI DENGAN TRIWULAN I/2001 DAN PROYEKSI PERTUMBUHAN EKONOMI TAHUN 2001 Dalam tahun 2000 pemulihan ekonomi terus berlangsung. Namun memasuki tahun

Lebih terperinci

ANALISA PERUBAHAN NILAI TUKAR RUPIAH TERHADAP DOLLAR AMERIKA DALAM RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA PERUBAHAN TAHUN 2014

ANALISA PERUBAHAN NILAI TUKAR RUPIAH TERHADAP DOLLAR AMERIKA DALAM RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA PERUBAHAN TAHUN 2014 ANALISA PERUBAHAN NILAI TUKAR RUPIAH TERHADAP DOLLAR AMERIKA DALAM RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA PERUBAHAN TAHUN 2014 Pendahuluan Akibat dari krisis ekonomi yang dialami Indonesia tahun

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO SAMPAI DENGAN BULAN JANUARI 2002

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO SAMPAI DENGAN BULAN JANUARI 2002 REPUBLIK INDONESIA PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO SAMPAI DENGAN BULAN JANUARI 2002 Posisi uang primer pada akhir Januari 2002 menurun menjadi Rp 116,5 triliun atau 8,8% lebih rendah dibandingkan akhir bulan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. untuk memperoleh laba dan meningkatkan nilai perusahaan (Weston dan

I. PENDAHULUAN. untuk memperoleh laba dan meningkatkan nilai perusahaan (Weston dan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap perusahaan apapun jenis usahanya secara umum mempunyai tujuan yaitu untuk memperoleh laba dan meningkatkan nilai perusahaan (Weston dan Copeland,1992:8). Namun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mengalami peningkatan yang semakin pesat sejak krisis ekonomi global pada tahun 1998 yang tidak hanya melanda di negara

Lebih terperinci

BAB III ASUMSI-ASUMSI DASAR DALAM PENYUSUNAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (RAPBD)

BAB III ASUMSI-ASUMSI DASAR DALAM PENYUSUNAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (RAPBD) BAB III ASUMSI-ASUMSI DASAR DALAM PENYUSUNAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (RAPBD) 3.1. Asumsi Dasar yang Digunakan Dalam APBN Kebijakan-kebijakan yang mendasari APBN 2017 ditujukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. negara karena pasar modal menjalankan dua fungsi, yaitu fungsi ekonomi dan

BAB I PENDAHULUAN. negara karena pasar modal menjalankan dua fungsi, yaitu fungsi ekonomi dan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pasar modal memiliki peranan yang penting terhadap perekonomian suatu negara karena pasar modal menjalankan dua fungsi, yaitu fungsi ekonomi dan fungsi keuangan.

Lebih terperinci

PEREKONOMIAN INDONESIA TAHUN 2007: PROSPEK DAN KEBIJAKAN

PEREKONOMIAN INDONESIA TAHUN 2007: PROSPEK DAN KEBIJAKAN PEREKONOMIAN INDONESIA TAHUN 2007: PROSPEK DAN KEBIJAKAN KANTOR MENTERI NEGARA PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL (BAPPENAS) DIREKTORAT PERENCANAAN MAKRO FEBRUARI

Lebih terperinci

LAPORAN KINERJA BULANAN - PANIN Rp CASH FUND

LAPORAN KINERJA BULANAN - PANIN Rp CASH FUND LAPORAN BULANAN - PANIN Rp CASH FUND 10-Mar-2004 Panin Rp Cash Fund bertujuan untuk memberikan hasil yang relatif stabil melalui penempatan terutama pada instrumen pasar uang. Pasar Uang 100% Deposito

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perekonomian suatu negara tidak lepas dari peran para pemegang. dana, dan memang erat hubungannya dengan investasi, tentunya dengan

BAB I PENDAHULUAN. Perekonomian suatu negara tidak lepas dari peran para pemegang. dana, dan memang erat hubungannya dengan investasi, tentunya dengan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perekonomian suatu negara tidak lepas dari peran para pemegang dana, dan memang erat hubungannya dengan investasi, tentunya dengan investasi para pemegang dana

Lebih terperinci

CENTURY PRO MIXED Dana Investasi Campuran

CENTURY PRO MIXED Dana Investasi Campuran 29-Jan-16 NAV: 1,949.507 Total Dana Kelolaan 3,914,904,953.34 Pasar Uang 0-90% Ekuitas 77.38% Efek Pendapatan Tetap 10-90% Obligasi 12.93% Efek Ekuitas 10-90% Pasar Uang 8.82% 0.87% Keuangan A Deskripsi

Lebih terperinci

Kinerja CARLISYA PRO SAFE

Kinerja CARLISYA PRO SAFE 29-Jan-16 NAV: (netto) vs per December 2015 () 5.15% 6.92% Total Dana Kelolaan 395,930,218.07 10 0-100% Kinerja - Inflasi (Jan 2016) 0.51% Deskripsi Jan-16 YoY - Inflasi (YoY) 4.14% - BI Rate 7.25% Yield

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Sebagai negara berkembang, Indonesia membutuhkan dana yang tidak

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Sebagai negara berkembang, Indonesia membutuhkan dana yang tidak BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sebagai negara berkembang, Indonesia membutuhkan dana yang tidak sedikit jumlahnya di dalam pembangunan nasional. Dalam konteks pembangunan nasional maupun

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Asesmen Ekonomi Pada triwulan I 2012 pertumbuhan Kepulauan Riau mengalami akselerasi dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat 6,34% (yoy)

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN TRIWULAN PEREKONOMIAN INDONESIA Keberlanjutan ditengah gejolak. Juni 2010

PERKEMBANGAN TRIWULAN PEREKONOMIAN INDONESIA Keberlanjutan ditengah gejolak. Juni 2010 PERKEMBANGAN TRIWULAN PEREKONOMIAN INDONESIA Keberlanjutan ditengah gejolak Juni 2010 viii Ringkasan Eksekutif: Keberlanjutan di tengah gejolak Indonesia terus memantapkan kinerja ekonominya yang kuat,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengelola usaha yang sedang dijalankan agar tujuan untuk mencapai

BAB I PENDAHULUAN. mengelola usaha yang sedang dijalankan agar tujuan untuk mencapai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perusahaan memerlukan manajemen yang profesional dalam mengelola usaha yang sedang dijalankan agar tujuan untuk mencapai keuntungan yang tinggi dapat tercapai. Terutama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terpuruk. Konsekuensi dari terjadinya krisis di Amerika tersebut berdampak pada

BAB I PENDAHULUAN. terpuruk. Konsekuensi dari terjadinya krisis di Amerika tersebut berdampak pada 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Kredit macet sektor perumahan di Amerika Serikat menjadi awal terjadinya krisis ekonomi global. Krisis tersebut menjadi penyebab ambruknya pasar modal Amerika

Lebih terperinci

Juni 2017 RESEARCH TEAM

Juni 2017 RESEARCH TEAM RESEARCH TEAM RINGKASAN Ekonomi Indonesia kuartal pertama 2017 tumbuh 5,01% yoy. Angka ini lebih tinggi dibandingkan PDB pada kuartal keempat 2016 sebesar 4,94%(yoy) dan kuartal ketiga 2016 sebesar 4,92%

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pada tahun 1997 kondisi perekonomian Indonesia mengalami krisis yang

I. PENDAHULUAN. Pada tahun 1997 kondisi perekonomian Indonesia mengalami krisis yang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada tahun 1997 kondisi perekonomian Indonesia mengalami krisis yang hebat, yang berdampak pada semua aktivitas bisnis di sektor riil. Selama dua tiga tahun terakhir

Lebih terperinci

DAFTAR ISI... HALAMAN DAFTAR TABEL... DAFTAR GRAFIK... DAFTAR BOKS... KATA PENGANTAR...

DAFTAR ISI... HALAMAN DAFTAR TABEL... DAFTAR GRAFIK... DAFTAR BOKS... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GRAFIK... DAFTAR BOKS... KATA PENGANTAR... i iii iv vi vii BAB I RINGKASAN EKSEKUTIF... I-1 A. PROSES PEMULIHAN EKONOMI TAHUN 2003... I-1 B. TANTANGAN DAN

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO SAMPAI DENGAN BULAN JUNI 2001

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO SAMPAI DENGAN BULAN JUNI 2001 REPUBLIK INDONESIA PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO SAMPAI DENGAN BULAN JUNI 2001 Kondisi ekonomi makro bulan Juni 2001 tidak mengalami perbaikan dibandingkan dengan bulan sebelumnya. Kepercayaan masyarakat

Lebih terperinci

Asesmen Pertumbuhan Ekonomi

Asesmen Pertumbuhan Ekonomi Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Asesmen Pertumbuhan Ekonomi Penurunan momentum pertumbuhan ekonomi Kepulauan Riau di periode ini telah diperkirakan sebelumnya setelah mengalami tingkat pertumbuhan

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. IV.1 Pergerakan Harga Saham PTBA Periode 2007

BAB IV PEMBAHASAN. IV.1 Pergerakan Harga Saham PTBA Periode 2007 BAB IV PEMBAHASAN IV.1 Pergerakan Harga Saham PTBA Periode 2007 Selama periode 2007 Harga saham PTBA mengalami kenaikan. Awalnya pada tanggal 2 Januari, yang juga merupakan tanggal pertama perdagangan

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN DAN VOLATILITAS NILAI TUKAR RUPIAH

PERKEMBANGAN DAN VOLATILITAS NILAI TUKAR RUPIAH PERKEMBANGAN DAN VOLATILITAS NILAI TUKAR RUPIAH Asumsi nilai tukar rupiah terhadap US$ merupakan salah satu indikator makro penting dalam penyusunan APBN. Nilai tukar rupiah terhadap US$ sangat berpengaruh

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO SAMPAI DENGAN BULAN APRIL 2002

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO SAMPAI DENGAN BULAN APRIL 2002 REPUBLIK INDONESIA PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO SAMPAI DENGAN BULAN APRIL 2002 Pada bulan April 2002 pemerintah berhasil menjadwal ulang cicilan pokok dan bunga utang luar negeri pemerintah dalam Paris Club

Lebih terperinci

Realisasi Asumsi Dasar Ekonomi Makro APBNP 2015

Realisasi Asumsi Dasar Ekonomi Makro APBNP 2015 Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agust Sep Okt Nov Des Asumsi Dasar Ekonomi Makro 2015 Asumsi Dasar Ekonomi Makro Tahun 2015 Indikator a. Pertumbuhan ekonomi (%, yoy) 5,7 4,7 *) b. Inflasi (%, yoy) 5,0 3,35

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pasar modal merupakan hal yang tidak asing lagi di Indonesia khususnya

BAB 1 PENDAHULUAN. Pasar modal merupakan hal yang tidak asing lagi di Indonesia khususnya BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pasar modal merupakan hal yang tidak asing lagi di Indonesia khususnya bagi para pelaku ekonomi. Dewasa ini pasar modal merupakan indikator kemajuan perekonomian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seiring dengan perkembangan ekonomi, baik perkembangan ekonomi domestik

BAB I PENDAHULUAN. seiring dengan perkembangan ekonomi, baik perkembangan ekonomi domestik BAB I PENDAHULUAN 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebijakan moneter di Indonesia telah mengalami berbagai perubahan seiring dengan perkembangan ekonomi, baik perkembangan ekonomi domestik maupun global.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Sektor Properti

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Sektor Properti BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian 1.1.1 Sektor Properti Sektor properti merupakan sektor yang rentan terhadap perubahan dalam perekonomian, sebab sektor properti menjual produk yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tantangan yang cukup berat. Kondisi perekonomian global yang kurang

BAB I PENDAHULUAN. tantangan yang cukup berat. Kondisi perekonomian global yang kurang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Secara umum perekonomian Indonesia 2005 menghadapi tantangan yang cukup berat. Kondisi perekonomian global yang kurang menguntungkan, terutama meningkatnya

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI NUSA TENGGARA BARAT TAHUN 2014

PERTUMBUHAN EKONOMI NUSA TENGGARA BARAT TAHUN 2014 BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI NTB No. 13/02/52/Th.IX, 5 Februari 2015 PERTUMBUHAN EKONOMI NUSA TENGGARA BARAT TAHUN 2014 EKONOMI NUSA TENGGARA BARAT TAHUN 2014 TUMBUH 5,06 PERSEN Perekonomian Provinsi

Lebih terperinci

LAPORAN EKONOMI MAKRO KUARTAL III-2014

LAPORAN EKONOMI MAKRO KUARTAL III-2014 LAPORAN EKONOMI MAKRO KUARTAL III-2014 Proses perbaikan ekonomi negara maju terhambat tingkat inflasi yang rendah. Kinerja ekonomi Indonesia melambat antara lain karena perlambatan ekspor dan kebijakan

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN III-2016

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN III-2016 BPS PROVINSI JAWA TIMUR No. 72/11/35/Th.XIV, 7 November 2016 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN III-2016 EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN III 2016 TUMBUH 5,61 PERSEN MENINGKAT DIBANDING TRIWULAN III-2015

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI BANTEN TRIWULAN III-2014

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI BANTEN TRIWULAN III-2014 PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI BANTEN TRIWULAN III-2014 No. 53/11/36/Th.VIII, 5 November 2014 PDRB Banten triwulan III 2014, secara quarter to quarter (q to q) mengalami pertumbuhan sebesar 2 persen, melambat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Suatu negara memiliki keuangan yang kuat dan modern, telah memiliki perubahan pola pikir tentang uang dan pengalokasiannya. Hal ini menjadi sangat diperlukan dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. BI Rate yang diumumkan kepada publik mencerminkan stance kebijakan moneter

BAB I PENDAHULUAN. BI Rate yang diumumkan kepada publik mencerminkan stance kebijakan moneter BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BI Rate yang diumumkan kepada publik mencerminkan stance kebijakan moneter Bank Indonesia selaku otoritas moneter. BI Rate merupakan instrumen kebijakan utama untuk

Lebih terperinci

SIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN

SIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN 273 VII. SIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN 7.1. Simpulan Berdasarkan hasil analisis deskripsi, estimasi, dan simulasi peramalan dampak kebijakan subsidi harga BBM terhadap kinerja perekonomian, kemiskinan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. atau emiten). Dengan adanya pasar modal, pihak yang memiliki kelebihan dana

BAB I PENDAHULUAN. atau emiten). Dengan adanya pasar modal, pihak yang memiliki kelebihan dana BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pasar modal memiliki peranan yang penting terhadap perekonomian suatu negara karena pasar modal menjalankan dua fungsi, yaitu fungsi ekonomi dan fungsi keuangan.

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. A. Pengaruh BI Rate terhadap Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI)

BAB V PEMBAHASAN. A. Pengaruh BI Rate terhadap Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI) BAB V PEMBAHASAN A. Pengaruh BI Rate terhadap Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI) BI Rate adalah suku bunga kebijakan yang mencerminkan sikap atau stance kebijakan moneter yang ditetapkan oleh bank Indonesia

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. sembilan persen pertahun hingga disebut sebagai salah satu the Asian miracle

I. PENDAHULUAN. sembilan persen pertahun hingga disebut sebagai salah satu the Asian miracle I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini peranan minyak bumi dalam kegiatan ekonomi sangat besar. Bahan bakar minyak digunakan baik sebagai input produksi di tingkat perusahaan juga digunakan untuk

Lebih terperinci

CARLINK PRO FLEXY Dana Investasi Berimbang

CARLINK PRO FLEXY Dana Investasi Berimbang 29-Jan-16 NAV: 1,145.077 4 3 2 1 37.15% Total Dana Kelolaan 42,795,065,335.11 - Pasar Uang 0-20% - Pasar Uang - Efek Ekuitas 80-100% - Ekuitas 19.04% 80.96% -1-2 -7.29% -16.92% Sejak pe- Deskripsi Jan-16

Lebih terperinci

ANALISA TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran

ANALISA TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran ANALISA TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran 1 ANALISA TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran Tim Penulis Laporan Triwulanan, Bank Indonesia I.1

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH TRIWULAN I TAHUN 2014

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH TRIWULAN I TAHUN 2014 No. 28/05/72/Thn XVII, 05 Mei 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH TRIWULAN I TAHUN 2014 Perekonomian Sulawesi Tengah triwulan I-2014 mengalami kontraksi 4,57 persen jika dibandingkan dengan triwulan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berhubungan dengan penawaran (supply) dan permintaan (demand) dana jangka

BAB I PENDAHULUAN. berhubungan dengan penawaran (supply) dan permintaan (demand) dana jangka BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pasar modal merupakan bagian dari suatu pasar finansial karena berhubungan dengan penawaran (supply) dan permintaan (demand) dana jangka panjang. Hal ini berarti pasar

Lebih terperinci

2. Perkembangan Makroekonomi Terkini

2. Perkembangan Makroekonomi Terkini Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan IV-2007 2. Perkembangan Makroekonomi Terkini Penguatan pertumbuhan ekonomi Indonesia diprakirakan terus berlanjut pada triwulan IV-2007. PDB triwulan IV-2007 diprakirakan

Lebih terperinci

Februari 2017 RESEARCH TEAM

Februari 2017 RESEARCH TEAM RESEARCH TEAM RINGKASAN Ekonomi Indonesia tumbuh 4,94% yoy pada kuartal keempat 2016. Angka ini lebih rendah dibandingkan PDB pada kuartal sebelumnya yaitu sebesar 5,02% (yoy). Pada kuartal terakhir ini,

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Asesmen Ekonomi Laju pertumbuhan ekonomi Provinsi Kepulauan Riau pada triwulan II 2012 tercatat sebesar 7,25%, mengalami perlambatan dibandingkan

Lebih terperinci

Analisis Asumsi Makro Ekonomi RAPBN Nomor. 01/ A/B.AN/VI/2007 BIRO ANALISA ANGGARAN DAN PELAKSANAAN APBN SETJEN DPR RI

Analisis Asumsi Makro Ekonomi RAPBN Nomor. 01/ A/B.AN/VI/2007 BIRO ANALISA ANGGARAN DAN PELAKSANAAN APBN SETJEN DPR RI Analisis Asumsi Makro Ekonomi RAPBN 2008 Nomor. 01/ A/B.AN/VI/2007 Asumsi Dasar dan Kebijakan Fiskal 2008 Sesuai dengan ketentuan UU Nomor 17 Tahun 2003, Pemerintah Pusat diwajibkan untuk menyampaikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berbagai sektor. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pertumbuhan ekonomi

BAB I PENDAHULUAN. berbagai sektor. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pertumbuhan ekonomi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan perekonomian Indonesia mengalami peningkatan dalam berbagai sektor. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pertumbuhan ekonomi Indonesia sepanjang 2012 sebesar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. aktiva produktif selama periode tertentu (Jogiyanto, 2010:5). Dengan kata lain

BAB I PENDAHULUAN. aktiva produktif selama periode tertentu (Jogiyanto, 2010:5). Dengan kata lain BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Investasi adalah penundaan konsumsi sekarang untuk dimasukkan ke aktiva produktif selama periode tertentu (Jogiyanto, 2010:5). Dengan kata lain mengorbankan sesuatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. BI Rate yang diumumkan kepada publik mencerminkan stance kebijakan moneter

BAB I PENDAHULUAN. BI Rate yang diumumkan kepada publik mencerminkan stance kebijakan moneter BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BI Rate yang diumumkan kepada publik mencerminkan stance kebijakan moneter Bank Indonesia selaku otoritas moneter. BI Rate merupakan instrumen kebijakan utama untuk

Lebih terperinci

Fundamental forex adalah metode analisa yang menitik beratkan pada rasio finansial dan kejadian -

Fundamental forex adalah metode analisa yang menitik beratkan pada rasio finansial dan kejadian - Analisa Fundamental I. Fundamental Forex I.1 Faktor penggerak pasar Fundamental forex adalah metode analisa yang menitik beratkan pada rasio finansial dan kejadian - kejadian yang secara langsung maupun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sehubungan dengan fenomena shock ini adalah sangat menarik berbicara tentang

BAB I PENDAHULUAN. Sehubungan dengan fenomena shock ini adalah sangat menarik berbicara tentang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Guncangan (shock) dalam suatu perekonomian adalah suatu keniscayaan. Terminologi ini merujuk pada apa-apa yang menjadi penyebab ekspansi dan kontraksi atau sering juga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan dapat memperoleh dana dengan menerbitkan saham dan dijual dipasar

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan dapat memperoleh dana dengan menerbitkan saham dan dijual dipasar BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Semakin pesatnya perkembangan jaman berdampak bagi perkembangan sektor ekonomi dan moneter secara luas, hal tersebut dapat dilihat dari semakin terbukanya

Lebih terperinci

Kinerja CENTURY PRO FIXED

Kinerja CENTURY PRO FIXED 29-Jan-16 NAV: Total Dana Kelolaan 3,058,893,148.56 - Keuangan - Infrastruktur 0-80% AAA A - 66.33% 15.52% 18.15% - Inflasi (Jan 2016) - Inflasi (YoY) - BI Rate 0.51% 4.14% 7.25% Kinerja Sejak pe- Deskripsi

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN Analisis penilaian kinerja saham-saham BUMN dan portofolio BUMN dalam penelitian ini diukur dengan menggunakan rasio Sharpe dan rasio Treynor untuk mengukur tingkat return-nya

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA Pasar Modal

II. TINJAUAN PUSTAKA Pasar Modal 6 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pasar Modal Pasar modal merupakan pasar untuk berbagai instrumen keuangan jangka panjang yang bisa diperjualbelikan, baik surat utang (obligasi), ekuiti (saham), reksadana,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pasar modal merupakan salah satu alternatif pilihan investasi yang dapat

BAB I PENDAHULUAN. Pasar modal merupakan salah satu alternatif pilihan investasi yang dapat BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pasar modal merupakan salah satu alternatif pilihan investasi yang dapat menghasilkan tingkat keuntungan optimal bagi investor. Investasi dapat diartikan sebagai suatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam beberapa tahun belakangan ini, pelaku bisnis di Indonesia seakan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam beberapa tahun belakangan ini, pelaku bisnis di Indonesia seakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam beberapa tahun belakangan ini, pelaku bisnis di Indonesia seakan berlomba lomba untuk memperoleh sumber pendanaan. Hal ini terlihat dari data yang dirilis

Lebih terperinci

LPEM LAPORAN TRIWULAN PEREKONOMIAN 2017 Q1

LPEM LAPORAN TRIWULAN PEREKONOMIAN 2017 Q1 LPEM FEB UI LPEM LAPORAN TRIWULAN PEREKONOMIAN 2017 Q1 Highlight Ÿ Petumbuhan PDB Q1 2017 sekitar 5.0% (y.o.y.), PDB 2017 diprediksi akan tumbuh pada kisaran 5.1-5.3% (y.o.y.); Ÿ Pertumbuhan konsumsi domestik

Lebih terperinci