IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "IV. HASIL DAN PEMBAHASAN"

Transkripsi

1 20 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum Perusahaan PT Bank Central Asia, Tbk. (BBCA) A. Informasi Umum Perusahaan PT Bank Central Asia, Tbk mulai beroperasi pada tanggal 21 Februari BBCA melakukan penawaran saham publik perdana pada tahun 2000 dan menjadi pelopor dalam menawarkan produk kredit kepemilikan rumah dengan suku bunga tetap, yang berhasil meraih respon positif dari pasar. B. Pemegang saham PT Bank Central Asia, Tbk. melakukan penawaran saham publik perdana pada tahun Pemegang saham terbesar BBCA adalah masyarakat sebesar 49,91 persen. Beberapa pemegang saham utama lainnya adalah FarIndo Investments (Mauritius) Ltd qualitate qua (qq) (47,15%), Anthony Salim (1,76%), dan sisanya dibeli kembali oleh BBCA. C. Ringkasan Keuangan BBCA berhasil mencapai peningkatan kinerja keuangan yang memuaskan, tercermin dari peningkatan total aktiva sebesar 14,9 persen menjadi 324,4 triliun rupiah pada 31 Desember 2010 dengan didukung oleh tingginya pertumbuhan kredit di semua segmen nasabah.0pada tahun 2010 BBCA berhasil membukukan laba bersih sebesar 8,5 triliun rupiah meningkat sebesar 24,6 persen dari tahun 2009 yang sebesar 6,8 triliun rupiah, sedangkan pada tahun 2008 laba bersih BBCA mencapai 5,8 triliun rupiah PT Bank Negara Indonesia, Tbk. (BBNI) A. Informasi Umum Perusahaan Didirikan pada tahun 1946, PT Bank Negara Indonesia Tbk. adalah bank pertama yang dimiliki sepenuhnya oleh Pemerintah Indonesia. Pada awalnya BBNI berfungsi sebagai bank sentral Republik

2 21 Indonesia yang baru merdeka sebelum menjadi bank komersial di tahun 1955, dengan total aktiva senilai 227,5 triliun rupiah, BBNI adalah bank terbesar ke-4 di Indonesia berdasarkan jumlah aktiva. BBNI melayani basis nasabah korporasi, komersial dan individu melalui jaringan pelayanan yang luas mencakup cabang domestik dan 5 cabang luar negeri, unit ATM, serta layanan perbankan internet dan SMS. B. Pemegang saham Penawaran Umum Saham Perdana (IPO) PT Bank Bank Negara Indonesia dilakukan pada tahun 1996 dan tercatat sebagai bank BUMN pertama yang melakukan IPO (initial public offering) dengan menjual sahamnya sebesar 25 persen di Bursa Efek Indonesia. Pemegang saham terbesar di PT Bank Negara Indonesia Tbk. adalah pemerintah sebesar 76,36 persen dan sisanya dimiliki oleh publik. C. Ringkasan Keuangan PT Bank Negara Indonesia, Tbk. pada tahun 2010 mencatat laba bersih sebesar 4,1 triliun rupiah atau tumbuh sebesar 65,1 persen dari tahun 2009 yang mencapai 2,5 triliun rupiah, sedangkan untuk tahun 2008 laba bersih BBNI tercatat sebesar 1,2 triliun rupiah PT Bank Danamon Indonesia, Tbk. (BDMN) A. Informasi Umum Perusahaan BDMN didirikan pada tahun 1956 sebagai Bank Kopra Indonesia. Di tahun 1976, nama tersebut kemudian diubah menjadi Bank Danamon Indonesia. Di tahun 1988, BDMN menjadi bank devisa dan setahun kemudian mencatatkan diri sebagai perusahaan publik di Bursa Efek Jakarta (sekarang menjadi Bursa Efek Indonesia). BDMN merupakan salah satu institusi finansial terbesar di Indonesia. Sebagai bank universal, BDMN telah mengembangkan beragam bisnis perbankan, dari perbankan mikro melalui BDMN Simpan Pinjam, perbankan ritel hingga perbankan UKM & komersial, dan perbankan korporasi, serta layanan pembiayaan otomotif, asuransi

3 22 umum dan pembiayaan barang konsumtif melalui Adira Finance, Adira Insurance dan Adira Kredit. B. Pemegang saham PT Bank Danamon Indonesia, Tbk. menjadi perusahaan publik pada tahun Komposisi pemegang saham BDMN. sebesar 67,42 persen dimiliki oleh PT Asia Financial (Indonesia) PTE, Ltd dan 32,58 persen dimiliki oleh publik. C. Ringkasan Keuangan Di akhir 2010, BDMN berhasil membukukan pertumbuhan laba bersih sebesar 88 persen menjadi miliar rupiah dari miliar rupiah di 2009, terutama didorong peningkatan pendapatan bunga bersihdan pendapatan operasional lainnya, sedangkan untuk tahun 2008 BDMN membukukan laba bersih yang hampir sama dengan tahun 2009 yaitu 1,53 triliun rupiah PT Bank Rakyat Indonesia, Tbk. (BBRI) A. Informasi Umum Perusahaan PT Bank Rakyat Indonesia, Tbk. awal mulanya didirikan oleh Raden Aria Wiriatmaja pada tanggal 16 Desember 1895 dengan nama De Poerwokertosche Hulp en Spaarbank der Inlandsche Hoofden. Setelah beberapa kali mengalami perubahan nama seperti Syomin Ginko pada masa pendudukan Jepang, pada 22 Februari 1946 Pemerintah Indonesia mengubah lembaga ini menjadi Bank Rakyat Indonesia (BRI) dengan Peraturan Pemerintah No. 1 tahun 1946, dan BRI menjadi bank pertama yang dimiliki Pemerintah Republik Indonesia. PT Bank Rakyat Indonesia, Tbk. merupakan salah satu bank terbesar dan tertua di Indonesia. Saat ini, BBRI berkantor pusat di Gedung BRI I, Jl. Jendral Sudirman Kav.44-46, Jakarta 10210, Indonesia.

4 23 B. Pemegang saham PT Bank Rakyat Indonesia, Tbk mencatatkan dirinya di Bursa Efek Indonesia sejak tanggal 10 November 2003 dengan porsi kepemilikan 56,67 persen dikuasai oleh pemerintah dan 43,23 persen dimiliki oleh masyarakat. C. Ringkasan Keuangan PT Bank Rakyat Indonesia, Tbk. membukukan laba bersih sebesar 11,5 triliun pada tahun 2010 meningkat dari pencapaian tahun 2009 sebesar 7,3 triliun rupiah sedangkan untuk tahun 2008 laba bersih BBRI tercatat sebesar 5,9 triliun rupiah PT Bank Mandiri, Tbk. (BMRI) A. Informasi Umum Perusahaan PT Bank Mandiri Tbk. didirikan pada tanggal 2 Oktober 1998 sebagai bagian dari program restrukturisasi perbankan yang dilaksanakan oleh Pemerintah Indonesia. Pada bulan Juli 1999, empat bank milik pemerintah yaitu Bank Bumi Daya, Bank Dagang Negara, Bank Ekspor Impor Indonesia dan Bank Pembangunan Indonesia, digabungkan ke dalam BBRI. B. Pemegang saham PT Bank Mandiri Tbk. melakukan penawaran saham perdana di Bursa Efek Indonesia sejak tanggal 13 Juli Sampai dengan 31 Desember 2010 kepemilikan saham terbesar dimiliki oleh Pemerintah Indonesia sebesar 66,68 persen dan sisanya oleh publik sebesar 33,32 persen. Bank Mandiri dimiliki oleh pemegang saham. Jumlah pemegang saham tersebut terdiri dari pemegang saham domestik dan 1073 pemegang saham asing serta 44persen dari total pemegang saham yang tercatat tersebut merupakan pegawai PT Bank Mandiri Tbk. C. Ringkasan Keuangan PT Bank Mandiri Tbk. berhasil membukukan kinerja keuangan yang positif pada tahun 2010, BMRI berhasil meningkatkan Laba per saham tahun 2010 sebesar 28,4 persen dari 342 rupiah pada tahun 2009

5 24 menjadi 439 rupiah. Total laba operasional BMRI mencapai miliar rupiah, sementara laba bersih tumbuh 28,8 persen mencapai miliar rupiah Analisis teknikal Simple Moving Average A. PT Bank Central Asia, Tbk. Selama periode Februari 2010 Januari 2011 pergerakan saham BBCA menunjukkan berbagai aktivitas tercatat sebanyak satu sinyal golden cross atau bullish dan 2 sinyal dead cross atau bearish. Gambar 6. Simple Moving Average BBCA Periode Februari 2010-Januari 2011 Pada triwulan II yaitu periode dari bulan Mei Juli tercatat satu titik golden cross yaitu pada tanggal 2 Juni 2010 pada harga Garis merah pada Gambar 6 yang merupakan MA (5) memotong ke atas garis biru yang merupakan MA (23) dan ditunjukkan oleh panah berwarna biru. Grafik terus menunjukkan kenaikan pada triwulan III, sehingga disarankan kepada para investor untuk mempertahankan saham BBCA pada triwulan III. Akan tetapi pada triwulan IV grafik saham BBCA mengalami tren menurun tercatat satu sinyal jual atau dead cross pada tanggal 18 November pada harga 6850, maka kegiatan membeli saham tersebut dapat dihentikan dan beralih untuk menjual saham tersebut.

6 25 B. PT Bank Negara Indonesia, Tbk. Gambar 10 menunjukkan bahwa pada awal Februari-April tren sedang dalam keadaan naik. Pada tanggal 10 Maret merupakan titik golden cross yang merupakan sinyal bagi para investor untuk melakukan pembelian saham pada harga Gambar 7. Grafik Simple Moving Average BBNI Periode Februari 2010-Januari 2011 Pada triwulan II grafik cenderung mengalami tren mendatar atau sideways trend, setidaknya sampai dengan akhir Juni. Pada awal Juli grafik menunjukkan tren yang menaik atau uptrend disarankan kepada investor untuk tidak menjual saham BBNI pada masa periode ini. Gambar 12 menunjukkan uptrend pada triwulan III akan tetapi tidak ada perpotongan antara garis MA (5) dan MA (23), maka disarankan bagi para investor agar mempertahankan sahamnya setelah pembelian terakhir yang dilakukan pada tanggal 10 Maret. Pada triwulan IV yang merupakan periode dari November Januari 2011 satu kali sinyal bearish yaitu pada tanggal 15 Desember. Tanggal 15 Desember merupakan tanggal yang menjadi sinyal untuk menghentikan pembelian saham BBNI pada level 3800.

7 26 C. PT Bank Danamon Indonesia, Tbk. Berdasarkan grafik di bawah ini selama periode Februari Januari 2011 terjadi 3 sinyal beli atau bullish dan 2 kali sinyal bearish. Pada triwulan I terjadi satu kali bullish yaitu pada tanggal 20 April pada harga Pada triwulan II grafik saham menunjukkan satu kali sinyal jual yaitu pada tanggal 7 Mei pada harga 4950 dan satu kali sinyal beli tertanggal 15 Juni pada harga 5150, setelah itu tepatnya selama triwulan III harga saham terus bergerak naik hingga mencapai harga 6900 pada 26 Oktober Pada grafik di bawah ini dapat kita lihat kondisi uptrend yang terjadi selama triwulan III hingga mencapai level 6700 hingga akhir triwulan III, sehingga sebaiknya investor tidak melakukan penjualan saham terlebih dulu. Harga saham yang ditunjukkan oleh grafik selama periode Februari hingga Oktober sejauh ini mengalami lonjakan harga yang cukup signifikan. Dibuka pada level harga 4650 pada awal Februari hingga mencapai harga tertinggi yaitu 6900 pada akhir Oktober, hal itu disebabkan semakin baiknya minat beli investor terhadap harga saham BDMN sehingga harga saham bisa terus merangkak naik. Triwulan IV tren harga saham kembali menunjukkan penurunan. Terdapat dua sinyal bearish yaitu pada tanggal 23 November di level Walaupun pada triwulan IV tren menunjukkan penurunan akan tetapi pada triwulan ini juga terdapat satu kali sinyal bullish tertanggal 20 Januari pada tingkat harga 5850.

8 27 Gambar 8. Grafik Simple Moving Average BDMN Periode Februari 2010-Januari 2011 D. PT Bank Rakyat Indonesia, Tbk. Harga saham BBRI selama periode Februari hingga Januari 2011 mengalami pergerakan harga yang cukup signifikan. Harga saham BBRI berhasil mencapai titik tertinggi pada level harga Pada triwulan I harga terdapat sinyal beli pada tanggal 11 Maret pada harga Melihat kecenderungan tren yang naik maka disarankan kepada investor untuk melakukan pembelian saham pada triwulan ini. Pada Triwulan kedua terlihat garis MA (5) memotong dari atas garis MA (23) yang berarti bahwa terjadi titik dead cross yang menandakan harga saham mulai mengalami penurunan. Hal itu terbukti pada tanggal 11 Mei terjadi dead cross pada harga namun kemudian harga saham BBRI dalam keadaan tren menaik yang akhirnya mencapai titik golden cross pada tanggal 3 Juni pada kisaran harga 8850.

9 28 Gambar 9. Grafik Simple Moving Average BBRI Periode Februari 2010-Januari 2011 Dalam kondisi tren mendatar atau sideways trend penggunaan moving average sebagai indikator kurang tepat. Moving average dapat digunakan secara tepat dalam memprediksi sinyal jual atau sinyal beli dalam kondisi downtrend atau uptrend. Pada Triwulan III terjadi sinyal jual di level 9200 pada tanggal 4 Agustus. Sinyal beli terjadi pada tanggal 25 Agustus pada harga 9800 dan harga terus mengalami kenaikan hingga mencapai overbought pada harga per lembar saham. Kondisi overbought terjadi ketika harga dinilai sudah terlalu mahal oleh karena itu harga saham mengalami penurunan yang merupakan akibat resistance para investor. Resistance ini menandakan bahwa minat jual sangatlah besar sehingga harga suatu saham dapat tertahan dan cenderung akan turun. Hal ini terbukti pada tanggal 23 November garis MA (5) memotong garis MA (23) ke bawah yang menandakan sinyal jual pada harga dan akhirnya pada tanggal 11 Januari 2011 BBRI melakukan stock split 2:1 E. PT Bank Mandiri, Tbk. Dari data harga saham yang terlihat dari grafik, sepanjang bulan Februari hingga Januari 2011 harga saham BMRI diwarnai oleh 3 titik goden cross dan 3 titik dead cross. Tercatat pada triwulan I terjadi satu

10 29 titik golden cross yaitu pada tanggal 9 Maret pada harga 4625, harga terus meningkat hingga triwulan II. Pada triwulan II terdapat satu sinyal jual yang terjadi pada tanggal 11 Mei dan sinyal beli pada tanggal 4 Juni. Kondisi uptrend masih terjadi pada triwulan II hingga akhir triwulan III investor disarankan untuk mempertahankan saham hingga grafik SMA (5) memotong ke bawah grafik SMA (23) yang menjadi tanda dari sinyal jual Gambar 10. Grafik Simple Moving Average BMRI Periode Februari 2010-Januari 2011 Selama triwulan IV tren menunjukkan penurunan, saham mencapai titik tertingginya pada level 7250 pada tanggal 22 November. Tercatat dua titik dead cross yaitu pada tanggal 25 November pada level 6950 dan pada tanggal 11 Januari pada harga Perpotongan antara dua grafik MA tetap terjadi yang menandakan sinyal beli pada tanggal 5 Januari pada level 6850 akan tetapi investor sebaiknya tidak melakukan pembelian saham karena kondisi downtrend sedang terjadi pada pasar saham Mandiri Moving Average Envelopes A. PT Bank Central Asia, Tbk. Selama triwulan I dengan menggunakan analisis Moving Average Envelopes menghasilkan dua sinyal beli dan dua sinyal jual. Sinyal beli pertama terjadi pada tanggal 15 Februari pada level 4550 dan di jual

11 30 pada level 4875 pada tanggal 25 Februari. Sinyal beli kedua terjadi pada tanggal 4 Maret pada level 4950 dan dijual pada level 5450 pada tanggal 18 Maret. Gambar 11. Grafik Moving Average Envelopes BBCA Periode Februari 2010-Januari 2011 Pada triwulan II juga terjadi dua sinyal beli dan sinyal jual. Sinyal beli yang pertama terjadi pada tanggal 7 mei pada harga 4950 dan sinyal jual terjadi pada tanggal 1 Juni pada level Sinyal beli yang kedua terjadi pada tanggal 16 Juni pada level 5650 dan sinyal jual terjadi pada tanggal 1 Juli pada level Tidak banyak yang terjadi pada triwulan III karena grafik menunjukkan tren yang mendatar, satu kali sinyal beli dan satu kali sinyal jual terjadi pada triwulan ini. Sinyal beli terjadi pada tanggal 5 Agustus pada level 5950 dan sinyal jual terjadi pada tanggal 16 September pada level Tren menurun atau dapat kita sebut dengan downtrend terjadi pada triwulan IV BBCA. Terjadi satu kali sinyal beli yang terjadi pada tanggal 13 Januari pada level 5900, akan tetapi pada kondisi ini grafik dalam keadaan tren yang menurun sehingga tidak disarankan untuk membeli saham BBCA pada kondisi ini karena dikhawatirkan saham akan terkoreksi sampai dibawah level 5900.

12 31 B. PT Bank Negara Indonesia, Tbk Selama periode Februari-April tren naik ditunjukkan oleh grafik saham BBNI. Terjadi satu kali sinyal beli pada tanggal 8 Maret pada level 1900 dan satu kali sinyal jual pada level 2300 di tanggal 30 Maret Pada triwulan yang kedua kondisi grafik saham BBNI berada dalam keadaan sideways trend akan tetapi pada tanggal 7 Juli terjadi sinyal beli pada level 2425 dan sinyal jual juga terjadi pada tanggal 14 Juli di level Gambar 12. Grafik Moving Average Envelopes BBNI Periode Februari 2010-Januari 2011 Pada triwulan yang ketiga grafik menunjukkan perpotongan ke atas antara garis close yang merupakan harga aktual saham dengan garis MA (5) yang merupakan sinyal beli. Terdapat dua kali sinyal beli dan dua kali sinyal jual pada triwulan ini. Sinyal beli yang pertama terjadi pada tanggal 3 September pada level 3500 dan investor disarankan menjualnya pada tanggal 17 September di level Sinyal beli yang kedua terjadi pada tanggal 24 September di level 3725, sedangkan sinyal jual terjadi pada tanggal 19 Oktober pada level Selama triwulan IV hanya terjadi satu kali sinyal beli dan satu kali sinyal jual. Sinyal beli terjadi pada tanggal 24 November pada level 3825, sedangkan sinyal jual terjadi pada tanggal 8 Desember pada level 4075.

13 32 C. PT Bank Danamon Indonesia,Tbk. Dari bulan Februari 2010 sampai dengan Januari 2011 hanya terdapat empat kali sinyal beli dan empat kali sinyal jual. Hal ini disebabkan oleh tren harga saham yang cenderung mengalami sideways trend sehingga penggunaan moving average menjadi kurang tepat. Sinyal beli pertama terjadi pada awal Februari yaitu pada tangal 10 Februari di level 4675, sedangkan sinyal jual terjadi pada triwulan II tanggal 5 Mei pada level Pada triwulan III terjadi dua kali sinyal beli dan dua kali sinyal jual. Sinyal beli yang pertama terjadi pada tanggal 6 September di level 5350 sedangkan sinyal jual terjadi pada tanggal 22 September di level Sinyal beli yang kedua terjadi pada tanggal 20 Oktober di level 6050, sedangkan untuk menjual saham disarankan pada level 6700 yaitu pada tanggal 29 Oktober. Gambar 13. Grafik Moving Average Envelopes BDMN Periode Februari 2010-Januari 2011 Harga saham BDMN mulai mengalami penurunan pada triwulan IV, pada triwulan ini terdapat satu kali sinyal beli dan satu kali sinyal jual. Sinyal beli terjadi pada level 6050 di tanggal 21 Desember 2010 dan sinyal jual terjadi pada tanggal 27 Januari di level Sinyal beli yang dihasilkan cenderung palsu karena ternyata harga saham

14 33 BDMN masih terus terkoreksi sampai di level 5100 pada tanggal 10 Januari. D. PT Bank Rakyat Indonesia, Tbk. Pada Triwulan I terdapat dua sinyal beli dan dua sinyal jual, sinyal beli terjadi pada saat garis close yang merupakan harga saham aktual memotong ke atas garis MA (5) atau garis MA-5% sedangkan sinyal jual terjadi pada saat garis close memotong ke bawah garis MA (5) atau garis MA+5%. Sinyal beli terjadi pada tanggal 11 Februari di level 7300 dan sinyal jual terjadi pada tanggal 6 April di level Sinyal beli yang kedua terjadi tanggal 12 April di level 8150 dan pada tanggal 22 April merupakan sinyal jual di level Harga saham BBRI cenderung mendatar pada saat triwulan II. Meski begitu terdapat dua sinyal jual dan satu sinyal beli. Sinyal jual terjadi pada tanggal 4 Mei pada level 9050 dan 13 Juli pada level 9800, sedangkan sinyal beli terjadi pada tanggal 25 Mei di level Gambar 14. Grafik Moving Average Envelopes BRI Periode Februari 2010-Januari 2011 Triwulan III dimulai dengan sinyal beli yang terjadi pada tanggal 4 Agustus pada level 9200 sinyal jual yang pertama terjadi pada tanggal 17 September di level Kemudian pada tanggal 21 Oktober terjadi satu kali lagi sinyal beli di level dan setelah itu satu sinyal jual pun terjadi pada tanggal 27 Oktober di level 11450

15 34 Triwulan IV harga saham sudah mulai mengalami penurunan. Di tanggal 11 Januari PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. melakukan stock split 2:1 hal ini membuat harga saham turun drastis yang dapat dilihat pada gambar 40. Kebijakan stock split juga akan mempengaruhi earning per share karena jumlah saham beredar merupakan pembagi dalam perhitungan Earning Per Share (EPS). E. PT Bank Mandiri, Tbk. Gambar 15 menunjukkan periode dari bulan Februari sampai dengan April 2010 yang merupakan triwulan I dari PT bank Mandiri Tbk. Pada grafik dapat kita lihat bahwa harga saham Bank Mandiri dalam tren yang meningkat pada bulan Februari-Maret, setelah itu tren dalam keadaan mendatar pada akhir Maret sampai dengan April. Terdapat satu sinyal beli dan satu sinyal jual pada triwulan ini. Sinyal beli terjadi pada tanggal 8 Februari di level 4375 sedangkan sinyal jual terjadi pada tanggal 22 Maret di level Gambar 15. Grafik Moving Average Envelopes Mandiri Periode Februari 2010-Januari 2011 Pada triwulan yang kedua terdapat dua sinyal beli dan dua sinyal jual. Sinyal beli terjadi pada tanggal 27 Mei di level 5050 sedangkan sinyal jual terjadi pada tanggal 4 Juni di level Sinyal beli yang kedua terjadi pada tanggal 11 Mei di level 5200, sedangkan sinyal jual

16 35 yang kedua terjadi pada tanggal 21 Juni di level Sama halnya dengan triwulan sebelumnya, pada triwulan III terdapat dua sinyal beli dan dua sinyal jual. Sinyal beli yang terjadi pada tanggal 2 September di level 5900 yang sebaiknya dijual pada level 6600 di tanggal 20 September. Sinyal beli yang kedua terjadi pada tanggal 23 September di level 6300 sedangkan sinyal jual yang kedua terjadi pada tanggal 30 September di level Triwulan IV grafik dalam keadaan mendatar dan cenderung menurun pada akhir periode sehingga disarankan kepada investor untuk menahan pembelian saham pada periode ini Peramalan Pergerakan Harga Saham A. Simple Moving Average 1. PT Bank Central Asia, Tbk. Grafik saham BBCA pada periode Februari-April 2011 menunjukkan kenaikan harga saham sama seperti periode Februari- April 2010, akan tetapi belum terdapat sinyal beli atau titik golden cross pada kuartal I. Gambar 16. Harga saham Bank BCA periode Februari-Juni 2011 Pada kuartal II terdapat sinyal jual yaitu pada tanggal 9 Mei di level 7200 dan sinyal beli pada tanggal 20 Juni di level Pergerakan saham BBCA pada kuartal II bulan Juli diperkirakan

17 36 akan mengalami tren mendatar atau sideways trend sama seperti tahun PT Bank Negara Indonesia, Tbk. Pada kuartal I tahun 2011 terdapat satu titik golden cross atau sinyal beli yaitu pada tanggal 28 Maret di level Pergerakan harga pada kuartal I ini cenderung mengalami kenaikan atau uptrend. Pada bulan Mei-Juni 2011 grafik menunjukkan tren yang menurun, terdapat satu sinyal jual pada kuartal ini yaitu pada tanggal 6 Mei di level 3900 dan satu sinyal beli pada tanggal 28 Juni di level Harga saham pada bulan Juli 2010 mengalami kenaikan harga yang cukup signifikan di mana sebelumnya harga berada dalam kondisi stagnan, hal itu pula yang terjadi pada kuartal II 2011 harga cenderung mengalami penurunan akan tetapi terdapat sinyal beli pada kuartal II 2010 sehingga dapat diprediksi harga akan naik pada bulan Juli Gambar 17. Harga saham BBNI periode Februari-Juni PT Bank Danamon, Tbk. Gambar 18. menunjukkan pergerakan harga saham Bank BDMN selama periode Februari-April Dapat kita lihat pergerakan harga saham Bank BDMN cenderung dalam keadaan

18 37 mendatar dan pada pertengahan April harga saham mulai mengalami penurunan. Terdapat satu sinyal jual yaitu pada tanggal 15 April di level Penurunan harga saham yang terjadi pada kuartal I 2011 berlanjut hingga tanggal 9 Mei 2011, akan tetapi secara keseluruhan harga saham Bank BDMN selama periode Mei-Juni berada dalam tren yang mendatar. Terdapat satu sinyal beli dan satu sinyal jual yang terjadi pada periode ini, akan tetapi sinyal beli ini terjadi pada saat harga cenderung turun atau pada saat downtrend sehingga cenderung menimbulkan sinyal palsu. Bulan Juli diprediksi harga saham akan mengalami kenaikan harga sama seperti kuartal II 2010, harga saham mengalami penurunan sampai pertengahan Juni dan kemudian merangkak naik pada bulan Juli Gambar 18. Harga saham BDMN periode Februari-Juni PT Bank Rakyat Indonesia,Tbk. Setelah sempat melakukan stock split pada tanggal 11 Januari 2011 saham BBRI mulai merangkak naik menuju level 6500 pada kuartal I tahun 2011, hal serupa juga terjadi pada kuartal I 2010 setelah sebelumnya sempat berada dalam tren medatar harga saham

19 38 BBRI mulai merangkak naik pada pertengahan Maret 2010 hal ini menunjukan History repeat it self. Pada kuartal II 2011 saham BBRI berada dalam kondisi mendatar atau sideways tren, terdapat dua sinyal jual dan dua sinyal beli pada periode Mei-Juni Sinyal beli yang pertama terjadi pada tanggal 6 Juni di level 6350 dan sinyal beli yang kedua terjadi pada tanggal 27 Juni di level 6400, sedangkan sinyal jual yang pertama terjadi pada tanggal 10 Mei di level 6150 dan sinyal jual yang kedua terjadi pada tanggal 15 Juni di level Bulan Juni 2011 diperkirakan harga akan naik, hal ini sesuai dengan yang terjadi pada kuartal II 2010 setelah sempat berada dalam tren mendatar saham BBRI naik secara perlahan pada awal Juli 2010 dan ditutup di level Gambar 19. Harga saham BBRI periode Februari-Juni PT Bank Mandiri, Tbk. Tren menaik atau uptrend terjadi pada kuartal I 2011, terdapat satu sinyal beli pada periode ini yang terjadi pada tanggal 28 Maret di level Sedangkan pada periode Mei-Juni terdapat satu sinyal jual yaitu pada tanggal 8 Juni. Saham Bank Mandiri diprediksi akan mengalami kenaikan pada bulan Juli 2011, sehingga disarankan kepada investor untuk membeli saham Bank

20 39 Mandiri atau menahan penjualan saham sampai grafik MA (5) memotong ke bawah grafik MA (23). Gambar 20. Harga saham BMRI periode Februari-Juni 2011 B. Moving Average Envelopes 1. PT Bank Central Asia, Tbk. Selama periode Februari-April 2011 grafik harga saham BBCA berada dalam kondisi uptrend sama seperti pergerakan harga triwulan I 2010, pada periode ini tercatat 3 sinyal beli dan 3 sinyal jual. Sinyal beli yang pertama terjadi pada tanggal 11 Februari di level 5950 dan kemudian sinyal jual terjadi pada tanggal 25 Februari di level Kemudian harga mulai bergerak naik dan terjadi sinyal beli pada tanggal 28 Februari di level 6300, yang kemudian dijual pada tanggal 11 Maret di level 6800 karena harga mulai mengalami penurunan. Harga kembali bergerak naik pada pertengahan Maret yang akhirnya menghasilkan sinyal beli di tanggal 21 Maret di level 6700 dan sinyal jual yang terakhir berada pada level 7400 di tanggal 29 April.

21 40 Gambar 21. Harga saham BBCA periode Februari-Juni 2011 Pergerakan harga saham pada Mei-Juni 2011 cenderung berada dalam keadaan mendatar atau sideways trend sehingga penggunaan Moving Average sulit untuk dilakukan contohnya saja pada tanggal 25 Mei yang ditunjukkan oleh panah berwarna kuning terjadi suatu sinyal beli ketika harga sudah mulai bergerak turun, maka sinyal beli tersebut cenderung menghasilkan suatu sinyal palsu. Pada pertengahan bulan Juni harga mulai merangkak naik dan terjadi satu sinyal beli pada tanggal 14 Juni di level 7000 dan diperkirakan harga akan terus bergerak naik setidaknya sampai dengan akhir Juli. 2. PT Bank Negara Indonesia, Tbk. Selama periode Februari-April 2011 terjadi 2 sinyal beli dan 2 sinyal jual. Sinyal beli terjadi pada tanggal 11 Februari dan 23 Maret di level 3425 dan 3650, sedangkan sinyal jual terjadi pada tanggal 8 Maret di level 3800 dan pada tanggal 11 April di level Pergerakan harga saham pada triwulan I 2011serupa dengan pergerakan harga saham pada triwulan I 2010, harga saham bergerak menaik secara perlahan sebelum akhirnya berada pada kondisi sidewaystrend sampai Juni Pada triwulan II 2011 pergerakan harga saham BBNI cenderung mengalami penurunan, meskipun terdapat sinyal beli

22 41 yang terjadi pada tanggal 27 Mei, akan tetapi terjadi pada saat harga sedang mengalami penurunan sehingga cenderung menghasilkan suatu sinyal palsu. Perpotongan grafik saham dengan grafik moving average kembali terjadi dan menghasilkan suatu sinyal beli yang terjadi pada tanggal 21 Juni di level Harga saham pada bulan Juli 2011 diperkirakan akan mengalami peningkatan sehingga disarankan kepada investor untuk membeli saham pada tanggal tersebut. Gambar 22. Harga saham BBNI periode Februari-Juni PT Bank Danamon Indonesia, Tbk. Kondisi pergerakan harga saham Bank BDMN selama periode Februari-April berada dalam trend mendatar atau sideways trend, hampir menyerupai kondisi yang terjadi pada triwulan I Terdapat satu sinyal beli dan satu sinyal jual pada periode ini. Sinyal beli terjadi pada tanggal 16 Februari di level 6350 sedangkan sinyal jual terjadi pada tanggal 18 Februari di level 6650.

23 42 Gambar 23. Harga saham BDMN periode Februari-Juni 2011 Triwulan II 2011 pergerakan saham Bank BDMN terdapat satu titik golden cross yang terjadi pada tanggal 26 Mei di level 5950 dan satu sinyal jual yang terjadi pada tanggal 6 Juni di level PT Bank Rakyat Indonesia, Tbk. (persero) Kondisi uptrend ditunjukkan oleh pergerakan harga saham BBRI selama triwulan I Terdapat 4 sinyal beli dan 4 sinyal jual pada periode ini. Kondisi ini serupa dengan pergerakan harga saham BBRI triwulan I 2010 sehingga pergerakan harga saham BRI tahun 2010 dapat digunakan untuk melakukan peramalan pergerakan harga saham BRI tahun Sinyal beli terjadi pada tanggal 10 Februari di level 4550 dan dijual pada tanggal 22 Februari di level Sinyal beli yang kedua terjadi pada tanggal 1 Maret di level 4900 dan dijual pada tanggal 7 Maret dilevel 5300, sinyal beli yang ketiga terjadi di level 5100 pada tanggal 21 Maret dan dijual pada tanggal 4 April di level Sinyal beli yang terakhir terjadi pada tanggal 14 April di level 6100 dan sinyal jual kemudian terjadi pada tanggal 21 April di level 6500.

24 43 Gambar 24. Harga saham BBRI periode Februari-Juni 2011 Pada triwulan II 2011 pergerakan harga saham BBRI berada pada kondisi mendatar sehingga sulit diprediksi kapan waktu yang tepat dalam melakukan pembelian maupun penjualan saham, akan tetapi jika kita melihat pada triwulan II 2010 kondisi serupa juga ditunjukkan pergerakan harga saham pada triwulan II 2010 sampai akhir Juni dan kemudian harga saham kembali mengalami kenaikan sampai akhir Juli PT Bank Mandiri, Tbk. Pergerakan harga saham Bank Mandiri pada triwulan I 2011 berada pada kondisi menaik atau uptrend, grafik yang ditunjukkan di atas sama dengan grafik yang ditunjukkan oleh harga saham Bank Mandiri pada triwulan yang sama tahun 2010 sehingga grafik pada triwulan I 2010 dapat digunakan dalam peramalan harga saham untuk tahun 2011.

25 44 Gambar 25. Harga saham BMRI periode Februari-Juni 2011 Pada triwulan ini terdapat 4 sinyal beli dan 3 sinyal jual. Sinyal beli pertama kali terjadi pada tanggal 10 Februari di level 5600 dan kemudian terjadi sinyal jual pada tanggal 21 Februari di level Sinyal beli yang kedua terjadi pada tanggal 28 Februari di level 5800 dan dijual pada level 6400 di tanggal 8 Maret. Pada tanggal 23 Maret grafik harga saham memotong ke atas grafik Moving Average yang menandakan sinyal beli di level 6000 dan dijual pada tanggal 1 April di level 6850 sinyal beli yang terakhir terjadi pada tanggal 20 April di level 7100 Pada triwulan II 2011 pergerakan harga saham Bank Mandiri cenderung stagnan, pergerakan saham Bank Mandiri ini sesuai dengan pergerakan harga saham pada triwulan II Pada triwulan II 2010 harga bergerak stagnan sebelum akhirnya naik pada awal Juli 2010 dan kemudian bergerak secara stagnan sampai akhir Juli Meskipun perpotongan antara grafik harga saham dan grafik MA banyak terjadi, akan tetapi kondisi pergerakan harga saham yang cenderung mendatar membuat keputusan dalam membeli maupun menjual saham sulit dilakukan Analisis Fundamental Investor yang ingin berinvestasi harus mengetahui kondisi perekonomian suatu negara apakah perekonomiannya sedang berada pada kondisi yang positif atau negatif. Setelah itu investor harus menagnalisis

26 45 sektor-sektor yang dapat memberikan return yang baik sebelum menentukan di perusahaan apa ia akan menanamkan modalnya, untuk itu analsis fundamental diperlukan untuk mengamati kondisi negara tempat suatu perusahaan itu beroperasi Analisis Makroekonomi Faktor makro merupakan faktor yang berada di luar perusahaan, tetapi mempunyai pengaruh terhadap kenaikan atau penurunan kinerja perusahaan baik secara langsung maupun tidak langsung. Hal inilah yang menjadi pertimbangan investor dalam melakukan keputusan pembelian atau penjualan saham. Beberapa variabel ekonomi penting yang digunakan untuk menggambarkan kondisi perekonomian suatu negara adalah sebagai berikut : A. Pendapatan Domestik Bruto Perekonomian Indonesia pada tahun 2008 berhasil mencapai triliun rupiah meningkat 6,1 persen dibandingkan dengan PDB tahun 2007 sebesar 3.949,3 triliun rupiah. Pertumbuhan ini didukung oleh semua komponen PDB penggunaan, yakni konsumsi rumah tangga tumbuh sebesar 5,3 persen, konsumsi pemerintah sebesar 10,4 persen, pembentukan modal tetap bruto sebesar 11,7 persen, serta ekspor barang dan jasa sebesar 9,5 persen. Sementara impor sebagai komponen pengurang juga meningkat sebesar 10 persen. Dilihat dari kontribusinya terhadap PDB, pertumbuhan PDB tahun 2008 bersumber dari ekspor sebesar 4,6 persen. Nilai ekspor Indonesia pada tahun 2008 mencapai 1474,5 triliun rupiah meningkat 311,5 triliun rupiah dibandingkan tahun 2007 diikuti oleh konsumsi rumah tangga sebesar 3,1 persen, sedangkan pembentukan modal tetap bruto dan konsumsi pemerintah hanya sebesar 2,6 persen dan 0,8 persen. Pertumbuhan ekonomi pada tahun 2009 cenderung melambat yang merupakan dampak dari krisis ekonomi global. Besar nilai produk domestik bruto untuk tahun 2009 mencapai 5.613,4 triliun

27 46 rupiah, tumbuh sebesar 4,5 persen dibandingkan tahun Perlambatan ekonomi Indonesia yang terjadi pada tahun 2009 disebabkan kontraksi pada sektor ekspor barang dan jasa sebesar minus 9,7 persen dan perubahan inventori yang tumbuh negatif sebesar 121,9 persen. Impor juga menurun sebesar 15 persen. Sedangkan untuk sektor lain seperti konsumsi rumah tangga tumbuh sebesar 4,9 persen, konsumsi pemerintah tumbuh sebesar 15,7 persen dan pembentukan modal tetap bruto tumbuh sebesar 3,3persen (Berita Resmi Statistik No. 12/02/Th. XIII, 10 Februari 2010). Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun 2010 tercatat sebesar 6,1 persen. Pertumbuhan ini didukung oleh semua komponen, yaitu konsumsi rumah tangga tumbuh sebesar 4,6 persen atau meningkat menjadi 3642,0 triliun rupiah dari 3290,8 triliun rupiah pada tahun 2009, konsumsi pemerintah sebesar 0,3 persen, pembentukan modal tetap bruto sebesar 8,5persen, dan perubahan inventori sebesar 463,1 persen, sedangkan komponen ekspor tumbuh sebesar 14,9 persen dari 1.354,4 triliun rupiah menjadi 1.580,8 triliun rupiah dan impor tumbuh sebesar 17,3 persen. Pertumbuhan ekonomi tahun 2010 sebesar 6,1 persen sebagian besar bersumber dari komponen ekspor, yakni 6,4 persen. Kemudian komponen konsumsi rumah tangga memberikan sumbangan sebesar 2,7 persen, pembentukan modal tetap bruto sebesar 2,0 persen, dan perubahan inventori sebesar 0,4 persen (Berita Resmi Statistik No.12/02/Th. XIV, 7 Februari 2011). B. Nilai Tukar Selama tahun 2008 tekanan terhadap rupiah semakin tinggi, yang dapat terlihat dari volatilitas rupiah yang tinggi dan cenderung terdepresiasi. Tekanan tersebut disebabkan oleh perkembangan krisis keuangan global, gejolak harga komoditas, dan perlambatan

28 47 ekonomi dunia yang memicu memburuknya persepsi investor dan ekspektasi pelaku pasar. Kondisi rupiah semakin tertekan sejak akhir Triwulan III dipicu bangkrutnya lembaga keuangan terbesar AS yang mengakibatkan para investor mengalihkan dananya dari emerging market. Di sisi lain impor yang meningkat akibat kuatnya permintaan domestik membutuhkan valas yang semakin besar. Sementara itu, neraca transaksi berjalan juga mengalami tekanan akibat jatuhnya harga komoditas dan merosotnya pertumbuhan ekonomi di negara mitra dagang. Perkembangan tersebut menyebabkan rupiah tertekan hingga mencapai level tertinggi rupiah per dolar AS pada November Nilai tukar selama tahun 2008 menunjukkan volatilitas yang lebih tinggi dibandingkan dengan tahun sebelumnya dan cenderung terdepresiasi. Secara rata rata nilai tukar rupiah melemah 5,4 persen dari rupiah per dolar AS pada tahun 2007 menjadi rupiah per dolar AS pada tahun Di akhir tahun 2008, rupiah berada di level rupiah per dolar AS atau melemah 13.8 persen dari akhir tahun sebelumnya rupiah per dolar AS (Buku Laporan Perekonomian Indonesia 2008). Pada awal triwulan I 2009 nilai tukar rupiah masih mendapatkan tekanan sebagai dampak dari krisis ekonomi global.secara umum tekanan terhadap Triwulan IV 2008 dan Triwulan I 2009 dipengaruhi persepsi resiko penanaman modal di emerging market.

29 48 Gambar 26. Grafik Nilai Tukar Rupiah Terhadap USD Tahun Nilai tukar rupiah sempat mencapai titik terendah pada level rupiah per dolar AS pada awal Maret 2009 disertai peningkatan volatilitas. Dalam mengatasi depresiasi nilai rupiah, Pemerintah Indonesia membuat suatu kebijakan stabilisasi nilai tukar secara terukur melalui upaya menjaga kecukupan likuiditas di pasar valas. Nilai tukar rupiah kembali menguat pada Triwulan II 2009 yang dipengaruhi oleh perbaikan persepsi risiko terhadap emerging market dan kondisi fundamental domestik yang tetap terjaga. Pada akhir tahun 2009 rupiah ditutup menguat di level rupiah terapresiasi 18,4 persen dibandingkan akhir Maret Secara keseluruhan tahun, level rupiah akhir tahun 2009 menguat 15,7 persen dibandingkan dengan level akhir tahun Meskipun dalam tren menguat, perkembangan rupiah masih mendukung daya saing produk ekspor Indonesia (Buku Laporan Perekonomian Indonesia 2009). Tahun 2010 ekonomi global kembali dihadapkan pada krisis fiskal Yunani yang sekali lagi menimbulkan sentimen risk aversion aset negara-negara emerging markets. Namun optimisme pemulihan global, komitmen penyelamatan (bailout) EC-IMF terhadap Yunani, serta peningkatan peringkat utang Indonesia mampu menutupi sentimen negatif terkait Yunani tersebut, sehingga rupiah kemudian mengalami penguatan yang cukup tajam dari level rupiah per dolar AS di awal Februari 2010

30 49 ke level di bawah rupiah per dolar AS memasuki Mei 2010 (Buku Laporan Perekonomian 2010). Gambar 27. Grafik Rata-Rata Nilai Tukar Rupiah Terhadap USD Tahun Pada awal Juni 2010 krisis akhirnya meluas ke negara GIPSI (Greek, Ireland, Portugal, Spain, Italy) yang mendepresiasi nilai tukar kembali ke level rupiah per dolar AS, akan tetapi rupiah kembali bergerak stabil dengan kecenderungan menguat di akhir triwulan II seiring dengan meredanya kekhawatiran pelaku pasar, yang ditopang oleh berlanjutnya pemulihan ekonomi dunia. Semakin lebarnya selisih suku bunga antara negara-negara maju dan negara-negara emerging markets, serta perbaikan kondisi prospek Indonesia, Selanjutnya nilai tukar rupiah bergerak stabil dengan kecenderungan penguatan di paruh kedua Apresiasi nilai tukar rupiah tersebut terjadi sejalan dengan berlanjutnya aliran dana ke kawasan Asia di tengah melimpahnya likuiditas global serta perbedaan respons kebijakan antara negara-negara maju dan negara-negara emerging markets. Meski diwarnai dengan berbagai koreksi, penguatan nilai tukar rupiah juga tidak terlepas dari prospek dolar AS yang sedang mengalami tekanan depresiasi.

31 50 C. Inflasi Pada Januari 2008 inflasi tercatat sebesar 7,36 persen dan meningkat sampai 12,14 persen pada akhir September. Tekanan inflasi diakibatkan kenaikan harga minyak dunia pada tahun 2008 menyebabkan Pemerintah Indonesia menaikkan harga BBM bersubsidi, yang akhirnya berdampak padaharga komoditas, terutama komoditas pangan dan minyak, mengalami lonjakkan harga yang cukup signifikan. Tabel 2. Inflasi Indonesia Tahun Tahun Inflasi (%) , , , ,16* Sumber : (2011) *) sampai April Tekanan inflasi mereda cukup signifikan pada awal Triwulan IV dan akhirnya mencapai level 11,06 persen pada akhir Desember Rendahnya tekanan inflasi di penghujung tahun 2008 juga tidak terlepas dari kebijakan pemerintah untuk menurunkan harga BBM pada Desember 2008 seiring dengan turunnya harga minyak dunia. Data Badan Pusat Statistik menunjukkan inflasi pada awal Januari 2009 mencapai 9,17 persen. Namun karena rendahnya tekanan inflasi dari luar negeri, serta deflasi pada harga-harga barang yang ditetapkan pemerintah seperti listrik dan BBM berdampak pada penurunan inflasi menjadi 2,78 persen pada akhir Penurunan nilai inflasi ini terkait dengan penurunan di seluruh komponen dan kelompok barang. Pada tahun 2010 pemerintah menetapkan angka inflasi tahun 2010 adalah sebesar 5 persen. Perkembangan inflasi yang meningkat tersebut tidak terlepas dari pengaruh peningkatan inflasi global, khususnya di negara-negara emerging markets, sebagai imbas meningkatnya pertumbuhan ekonomi dan harga-harga

32 51 komoditas internasional. Namun, pengaruh penguatan nilai tukar rupiah pada tahun ini mampu meminimalkan dampak dari peningkatan harga-harga komoditas global tersebut. Dari sisi domestik tekanan kenaikan inflasi muncul terutama akibat terganggunya kelancaran pasokan bahan makanan yang banyak terpengaruh oleh cuaca. Berdasarkan kelompok barang, inflasi tertinggi terjadi pada kelompok bahan makanan yang meningkat menjadi 15,64 persen. Peningkatan inflasi pada bahan makanan terjadi akibat gangguan distribusi terkait dengan kondisi cuaca yang tentunya akan berimbas pada peningkatan harga bahan baku yang sangat tinggi. Pemerintah mentargetkan inflasi tahun 2011 berada pada level 5,3 persen. Sampai dengan bulan April 2011 inflasi Indonesia mencapai level 6,16 persen. Gubernur Bank Indonesia mengatakan bahwa target inflasi Indonesia akan sulit tercapai jika pemerintah mulai melakukan penyesuaian harga Bahan Bakar Minyak (BBM). Gubernur BI memprediksi apabila pemerintah membatasi BBM bersubsidi maka inflasi tahun 2011 dapat mencapai level 6,3-6,4 persen. ( BI: Target Inflasi Bisa Tidak Tercapai). Bank Indonesia harus tegas dalam memutuskan kestabilan nilai inflasi, karena kestabilan inflasi akan menciptakan kondisi yang stabil di dunia usaha, tentunya hal inilah yang diharapkan oleh para investor. D. Pengangguran Tingkat pengangguran terbuka di Indonesia pada Agustus 2008 mencapai 8,39 persen, mengalami penurunan dibanding pengangguran Februari 2008 sebesar 8,46 persen. Jumlah pengangur di Indonesia pada bulan Agustus 2008 menurun atau sebesar 0,35 persen dari semester sebelumnya yang berjumlah jiwa.

33 52 Tabel 3. Tingkat Pengangguran di Indonesia Tahun Jumlah Tingkat Tahun Pengangguran Angkatan Pengangguran Kerja Terbuka (%) Februari , Agustus , Februari , Agustus , Februari , Agustus , Sumber : (2011) Penurunan jumlah pengangguran disebabkan peningkatan penyerapan tenaga kerja pada tahun Penyerapan tenaga kerja yang tertinggi adalah pada sektor jasa kemasyarakatan yang naik 1,08 juta orang diikuti oleh sektor perdagangan 667 ribu orang dan sektor transportasi 220 ribu orang, sedangkan jumlah yang bekerja di sektor pertanian mengalami penurunan sebanyak 1,36 juta orang. Topangan UMKM yang besar di tengah pertumbuhan ekonomi yang melambat menjadi penyangga dalam menyerap tambahan angkatan kerja. Angka pengangguran terbuka yang sedikit menurun dari 8,1 persen pada Februari 2009 menjadi 7,87 persen pada Agustus Sementara itu, jumlah angkatan kerja yang terserap oleh sektor informal pada Agustus 2009 meningkat menjadi 72,7 juta jiwa dibandingkan kondisi Agustus 2008 sebesar 71,4 juta jiwa (Berita Resmi Statistik No. 75/12/Th. XII, 1 Desember 2009). Membaiknya kondisi perekonomian domestik memberi dampak yang positif bagi penyerapan tenaga kerja. Data ketenagakerjaan terakhir menunjukkan tingkat pengangguran yang berada dalam tren menurun, disertai adanya pergeseran struktur

34 53 tenaga kerja yang kembali kepada sektor formal, dan membaiknya kualitas pendidikan tenaga kerja. Angka pengangguran terbuka pada semester I tahun 2010 tercatat sebesar 7,14 persen, lebih rendah dibanding periode tahun sebelumnya yang sebesar 7,87 persen (Berita Resmi Statistik No. 33/05/Th. XIII, 10 Mei 2010). Pengangguran tercatat sebanyak jiwa pada Agustus 2010, menurun sebesar 3,17 persen dari Februari Jumlah penduduk yang bekerja pada Agustus 2010 mengalami kenaikan terutama di sektor industri sebesar 772 ribu orang (5,91%) dan sektor konstruksi sebesar 748 ribu orang (15,44%), sedangkan sektor-sektor yang mengalami penurunan adalah sektor pertanian sebesar 1,3 juta orang (3,11%) dan Sektor Transportasi sekitar 198 ribu orang (3,41%). Jika dibandingkan dengan Agustus 2009 hampir semua sektor mengalami kenaikan jumlah pekerja, kecuali sektor pertanian dan sektor transportasi, pergudangan dan komunikasi, masing-masing mengalami penurunan jumlah pekerja sekitar 117 ribu orang (0,28%) dan 500 ribu orang (8,16%). Sektor pertanian, perdagangan, jasa kemasyarakatan dan sektor industri secara berurutan menjadi penyumbang terbesar penyerapan tenaga kerja pada bulan Agustus 2010 (Berita Resmi Statistik No. 77/12/Th. XIII, 1 Desember 2010). E. Tingkat Bunga Pada bulan Januari sampai April 2008 Bank Indonesia menetapkan BI rate sebesar 8,00 persen kemudian naik 25 basis point menjadi 8,25 persen pada bulan berikutnya dan akhirnya meningkat pada akhir tahun menjadi 9,25persen. Kebijakan pemerintah dalam menaikkan BI rate disebabkan oleh laju inflasi yang terjadi pada tahun Kenaikan harga minyak dunia memaksa pemerintah menaikan harga BBM bersubsidi, yang kemudian berimbas pada kenaikan harga komoditas pangan dan minyak. Inflasi tercatat meningkat dari 7,36 persen pada awal tahun 2008 menjadi 12,14 persen pada September Kenaikan BI rate

35 54 ini memicu peningkatan terhadap suku bunga SBI 3 bulan dari 7,89 persen pada awal tahun menjadi 11,08 persen pada Desember Penurunan harga-harga barang yang diatur pemerintah seperti listrik dan BBM membuat tekanan inflasi berkurang. inflasi tercatat sebesar 2,78 persen pada akhir tahun 2008 Tekanan inflasi yang berkurang membuat pemerintah menurunkan BI rate sebesar 300 basis point. Suku bunga SBI menunjukkan tren penurunan akibat dari kebijakan pemerintah menurunkan BI rate. Suku bunga SBI 3 bulan tercatat 10,6 persen kemudian menjadi 6,59 persen pada akhir tahun Bank Indonesia menetapkan BI rate pada level 6,5 persen untuk tahun Penurunan BI rate ini mempunyai dampak yang cukup baik bagi dunia investasi, pemerintah mengharapkan dengan penurunan BI rate ini investor menyebar portofolio investasinya ke pasar modal. Sementara itu suku bunga SBI 3 bulan tercatat sebesar 6,6 persen pada januari 2010 dan turun ke menjadi 6,59 persen pada Februari 2010 dan akhirnya berada pada level 6,55 persen pada akhir Maret. F. Pengaruh Makroekonomi Terhadap Harga Saham Dalam nota keuangan 2010 yang dibacakan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, pemerintah memprioritaskan 7 kebijakan ekonomi nasional untuk membalikkan dampak krisis global di Indonesia ke arah pertumbuhan positif. Ketujuh prioritas kebijakan itu di antaranya adalah menjaga sektor riil tetap bergerak dengan salah satunya mengeluarkan kebijakan insentif fiskal untuk mendorong sektor riil tumbuh cepat, kedua mencegah terjadinya gelombang Pemutusan Hubungan Kerja seiring upaya menurunkan angka pengangguran. Ketiga, menjaga stabilitas harga, terutama bahan pokok yang dibutuhkan masyarakat dengan tetap menjaga angka inflasi dapat dipertahankan serendah mungkin. Keempat, menjaga dan meningkatkan daya beli masyarakat melalui berbagai instrumen.

36 55 Kelima, pemerintah akan memberikan perlindungan pada masyarakat miskin, melalui program Bantuan Operasional Sekolah (BOS), Jaminan Kesehatan Masyarakat, Program Keluarga Harapan (PKH), beras bersubsidi, dan Bantuan Langsung Tunai bersyarat. keenam, menjaga ketahanan pangan dan energi, dan pemerintah akan tetap menjaga pertumbuhan ekonomi sekitar 4-4,5 persen. Hasilnya terlihat dari pertumbuhan PDB yang mencapai 5,1 persen pada triwulan I 2010 terhadap triwulan IV 2009 dan meningkat menjadi 6,1 persen pada akhir tahun tingkat pengangguran terbuka juga mengalami penurunan pada 2010 menjadi 7,14 persen pada Agustus Pemerintah juga berhasil menahan laju inflasi pada tahun 2010 di level 6,96 persen dengan mempertahankan BI rate di level 6,5 persen. Semua informasi positif tersebut membuat pelaku pasar optimis sehingga membuat harga saham perbankan mengalami kondisi uptrend sampai dengan triwulan III, meskipun ada saham yang mengalami tren mendatar atau sideways trend pada triwulan II seperti saham BBNI yang lebih disebabkan oleh demand pasar. Kenaikan harga bahan pangan di Asia menimbulkan masalah inflasi yang membuat inflasi beberapa negara menembus target yang ditetapkan bank sentral seperti China (4,6% vs 4%), India (8,3% vs 7%), dan juga Indonesia (7% vs 6%). Menanggapi hal ini bank sentral China dan India melakukan pengetatan moneter berupa kenaikan suku bunga pinjaman. Hal inilah yang tidak dilakukan oleh Bank Indonesia sehingga investor menganggap bahwa BI bakal terlambat untuk meredam inflasi pada tahun 2011 yang berimbas pada penjualan saham yang sensitif terhadap suku bunga salah satunya adalah perbankan. Penjualan saham perbankan akhirnya membuat harga saham lima bank dalam penelitian ini terkoreksi yang dapat dilihat

37 56 pada trend triwulan IV yang menunjukkan downtrend ( Tinjauan pasar bulanan. Desember 2010). Gambar 28. Trend Harga saham BBCA Triwulan I dan II 2011 Gambar 29. Trend Harga saham BBNI Triwulan I dan II 2011 Gambar 30. Trend Harga saham BDMN Triwulan I dan II 2011

38 57 Gambar 31. Trend Harga saham BBRI periode Februari 2010-Januari 2011 Gambar 32. Trend Harga saham BMRI periode Februari 2010-Januari Analisis Industri Gejolak perekonomian dunia yang dimulai dari tahun 2007 tidak terlalu dirasakan oleh masyarakat Indonesia hal itu dikarenakan peran perbankan untuk menjaga stabilitas perekonomian sudah sangat baik. Pada krisis 2008 fungsi intermediasi yang dijalankan oleh bank meningkat, hal ini terbukti dalam peningkatan pemberian kredit dari 995 triliun rupiah pada tahun 2007 menjadi triliun rupiah pada akhir Peningkatan kredit yang terjadi pada tahun 2008 diikuti oleh pertumbuhan dana pihak ketiga yang jauh lebih lambat sehingga memicu terjadinya terjadi keketatan likuiditas (Buku Laporan Perekonomian Indonesia 2008).

39 58 Salah satu upaya yang dilakukan oleh pemerintah dalam hal ini adalah dengan melakukan kebijakan pelonggaran Giro Wajib Minimum (GWM) sebesar 55 triliun rupiah. Melalui kebijakan ini pemerintah berharap agar likuiditas bank-bank kecil tetap lancar. Selama tahun 2008 perbankan Indonesia berhasil membukukan laba bersih sebesar 31 triliun rupiah menurun sebesar 11 persen dibandingkan dengan tahun Penurunan laba bersih perbankan disebabkan oleh kenaikan biaya operasional. Meningkatnya inflasi memaksa BI menaikkan kembali suku bunga BI ratenya. Bank Indonesia telah dua kali menaikkan suku bunganya masing-masing sebesar 25 basis poin dalam dua bulan terakhir, dari 8,0 persen menjadi 8,25 persen pada tanggal 9 Mei 2008 dan pada bulan Juni sebesar 25 basis poin sehingga mencapai 8,5 persen. Kenaikan BI rate ini mengindikasikan kenaikan suku bunga deposito yang berimbas pada naiknya biaya operasional. Tingkat kecukupan modal (CAR) perbankan pada tahun 2008 juga mengalami penurunan sebesar 2,5 persen. Sementara itu Net Interest Margin mengalami kenaikan sebesar 0,1 persen menjadi 5,8 persen. Sektor perbankan Indonesia masih mengalami tekanan akibat krisis ekonomi global pada semester pertama Bank Indonesia merespon dengan mengeluarkan kebijakan dengan menurunkan BI rate sampai sejauh 225 basis poin selama tahun Kebijakan yang dikeluarkan BI tersebut bertujuan untuk meningkatkan kredit pada sektor riil, akan tetapi penurunan tingkat suku bunga BI tidak diikuti oleh penurunan tingkat bunga bank umum, selain karena persepsi perbankan terhadap tingginya risiko sektor riil yang masih terimbas krisis keuangan global, perbankan Indonesia menerapkan strategi suku bunga yang tinggi untuk dapat mempertahankan tingkat keuntungan. Selama tahun 2009 perbankan Indonesia membukukan laba bersih sebesar 42,215 triliun rupiah. Pertumbuhan ekonomi dan iklim usaha yang kondusif pada tahun 2010 membuat kinerja perbankan mengalami peningkatan, tercatat

1. Tinjauan Umum

1. Tinjauan Umum 1. Tinjauan Umum Perekonomian Indonesia dalam triwulan III-2005 menunjukkan kinerja yang tidak sebaik perkiraan semula, dengan pertumbuhan ekonomi yang diperkirakan lebih rendah sementara tekanan terhadap

Lebih terperinci

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV - 2009 263 ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV - 2009 Tim Penulis

Lebih terperinci

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV - 2010 245 ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV - 2010 Tim Penulis

Lebih terperinci

Ringkasan eksekutif: Di tengah volatilitas dunia

Ringkasan eksekutif: Di tengah volatilitas dunia Ringkasan eksekutif: Di tengah volatilitas dunia Perlambatan pertumbuhan Indonesia terus berlanjut, sementara ketidakpastian lingkungan eksternal semakin membatasi ruang bagi stimulus fiskal dan moneter

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Sebagai negara berkembang, Indonesia membutuhkan dana yang tidak

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Sebagai negara berkembang, Indonesia membutuhkan dana yang tidak BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sebagai negara berkembang, Indonesia membutuhkan dana yang tidak sedikit jumlahnya di dalam pembangunan nasional. Dalam konteks pembangunan nasional maupun

Lebih terperinci

ANALISA TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III

ANALISA TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III ANALISA TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran,Triwulan III - 2005 135 ANALISA TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III - 2005 Tim Penulis

Lebih terperinci

BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN

BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN I. Ekonomi Dunia Pertumbuhan ekonomi nasional tidak terlepas dari perkembangan ekonomi dunia. Sejak tahun 2004, ekonomi dunia tumbuh tinggi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berhubungan dengan penawaran (supply) dan permintaan (demand) dana jangka

BAB I PENDAHULUAN. berhubungan dengan penawaran (supply) dan permintaan (demand) dana jangka BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pasar modal merupakan bagian dari suatu pasar finansial karena berhubungan dengan penawaran (supply) dan permintaan (demand) dana jangka panjang. Hal ini berarti pasar

Lebih terperinci

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III - 2009 127 ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III - 2009 Tim Penulis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. secara umum diukur dari pertumbuhan ekonomi negara tersebut. Hal ini disebabkan

BAB I PENDAHULUAN. secara umum diukur dari pertumbuhan ekonomi negara tersebut. Hal ini disebabkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peningkatan perekonomian suatu negara dan tingkat kesejahteraan penduduk secara umum diukur dari pertumbuhan ekonomi negara tersebut. Hal ini disebabkan karena pertumbuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini, perekonomian Indonesia diliput banyak masalah. Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini, perekonomian Indonesia diliput banyak masalah. Permasalahan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Saat ini, perekonomian Indonesia diliput banyak masalah. Permasalahan tersebut muncul dari faktor internal maupun faktor eksternal. Namun saat ini, permasalahan

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN UMUM PENELITIAN BAB IV GAMBARAN UMUM PENELITIAN A. Perkembangan Inflasi di Indonesia 14 INFLASI 12 10 8 6 4 2 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 Sumber: Hasil Olahan Data Oleh Penulis (2016) GAMBAR 4.1. Perkembangan

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM PEREKONOMIAN INDONESIA. negara selain faktor-faktor lainnya seperti PDB per kapita, pertumbuhan ekonomi,

BAB IV GAMBARAN UMUM PEREKONOMIAN INDONESIA. negara selain faktor-faktor lainnya seperti PDB per kapita, pertumbuhan ekonomi, BAB IV GAMBARAN UMUM PEREKONOMIAN INDONESIA 4.1 Perkembangan Laju Inflasi di Indonesia Tingkat inflasi merupakan salah satu indikator fundamental ekonomi suatu negara selain faktor-faktor lainnya seperti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Sektor Properti

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Sektor Properti BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian 1.1.1 Sektor Properti Sektor properti merupakan sektor yang rentan terhadap perubahan dalam perekonomian, sebab sektor properti menjual produk yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tantangan yang cukup berat. Kondisi perekonomian global yang kurang

BAB I PENDAHULUAN. tantangan yang cukup berat. Kondisi perekonomian global yang kurang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Secara umum perekonomian Indonesia 2005 menghadapi tantangan yang cukup berat. Kondisi perekonomian global yang kurang menguntungkan, terutama meningkatnya

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 27 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum Perusahaan 4.1.1. PT Aneka Tambang Tbk 4.1.1.1. Informasi Umum Perusahaan Perusahaan perseroan (Persero) PT Aneka Tambang Tbk disingkat PT Antam Tbk adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan sektor properti dan real estat yang ditandai dengan kenaikan

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan sektor properti dan real estat yang ditandai dengan kenaikan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertumbuhan sektor properti dan real estat yang ditandai dengan kenaikan harga tanah dan bangunan yang lebih tinggi dari laju inflasi setiap tahunnya menyebabkan semakin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Investor sering kali dibingungkan apabila ingin melakukan investasi atas dana yang dimilikinya ketika tingkat bunga mengalami penurunan. Sementara itu, kebutuhan

Lebih terperinci

INDONESIA PADA GUBERNUR BANK PANITIA ANGGARAN SEMESTER

INDONESIA PADA GUBERNUR BANK PANITIA ANGGARAN SEMESTER PANDANGAN GUBERNUR BANK INDONESIA PADA RAPAT KERJA PANITIA ANGGARAN DPR RI MENGENAI LAPORAN SEMESTER I DAN PROGNOSIS SEMESTER II APBN TA 2006 2006 Anggota Dewan yang terhormat, 1. Pertama-tama perkenankanlah

Lebih terperinci

BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN

BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN Sejak pertengahan tahun 2006, kondisi ekonomi membaik dari ketidakstabilan ekonomi tahun 2005 dan penyesuaian kebijakan fiskal dan moneter yang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Krisis ekonomi yang terjadi pada pertengahan tahun 1997 merupakan. dampak lemahnya fundamental perekonomian Indonesia.

I. PENDAHULUAN. Krisis ekonomi yang terjadi pada pertengahan tahun 1997 merupakan. dampak lemahnya fundamental perekonomian Indonesia. I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Krisis ekonomi yang terjadi pada pertengahan tahun 1997 merupakan dampak lemahnya fundamental perekonomian Indonesia. Pada satu sisi Indonesia terlalu cepat melakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia mengambil langkah meningkatkan BI-rate dengan tujuan menarik minat

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia mengambil langkah meningkatkan BI-rate dengan tujuan menarik minat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia pernah mengalami krisis pada tahun 1997, ketika itu nilai tukar rupiah merosot tajam, harga-harga meningkat tajam yang mengakibatkan inflasi yang tinggi,

Lebih terperinci

Analisis Asumsi Makro Ekonomi RAPBN Nomor. 01/ A/B.AN/VI/2007 BIRO ANALISA ANGGARAN DAN PELAKSANAAN APBN SETJEN DPR RI

Analisis Asumsi Makro Ekonomi RAPBN Nomor. 01/ A/B.AN/VI/2007 BIRO ANALISA ANGGARAN DAN PELAKSANAAN APBN SETJEN DPR RI Analisis Asumsi Makro Ekonomi RAPBN 2008 Nomor. 01/ A/B.AN/VI/2007 Asumsi Dasar dan Kebijakan Fiskal 2008 Sesuai dengan ketentuan UU Nomor 17 Tahun 2003, Pemerintah Pusat diwajibkan untuk menyampaikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seiring dengan perkembangan ekonomi, baik perkembangan ekonomi domestik

BAB I PENDAHULUAN. seiring dengan perkembangan ekonomi, baik perkembangan ekonomi domestik BAB I PENDAHULUAN 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebijakan moneter di Indonesia telah mengalami berbagai perubahan seiring dengan perkembangan ekonomi, baik perkembangan ekonomi domestik maupun global.

Lebih terperinci

Juni 2017 RESEARCH TEAM

Juni 2017 RESEARCH TEAM RESEARCH TEAM RINGKASAN Ekonomi Indonesia kuartal pertama 2017 tumbuh 5,01% yoy. Angka ini lebih tinggi dibandingkan PDB pada kuartal keempat 2016 sebesar 4,94%(yoy) dan kuartal ketiga 2016 sebesar 4,92%

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

1 PENDAHULUAN Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Aktivitas sektor perbankan dalam suatu negara memegang peranan penting dalam memajukan kehidupan masyarakatnya. Setiap orang dalam melakukan transaksi finansial yang berhubungan

Lebih terperinci

BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN

BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN Perkembangan ekonomi makro bulan Oktober 2004 hingga bulan Juli 2008 dapat diringkas sebagai berikut. Pertama, stabilitas ekonomi tetap terjaga

Lebih terperinci

IV. KINERJA MONETER DAN SEKTOR RIIL DI INDONESIA Kinerja Moneter dan Perekonomian Indonesia

IV. KINERJA MONETER DAN SEKTOR RIIL DI INDONESIA Kinerja Moneter dan Perekonomian Indonesia IV. KINERJA MONETER DAN SEKTOR RIIL DI INDONESIA 4.1. Kinerja Moneter dan Perekonomian Indonesia 4.1.1. Uang Primer dan Jumlah Uang Beredar Uang primer atau disebut juga high powered money menjadi sasaran

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Investasi merupakan suatu daya tarik bagi para investor karena dengan

I. PENDAHULUAN. Investasi merupakan suatu daya tarik bagi para investor karena dengan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Investasi merupakan suatu daya tarik bagi para investor karena dengan berinvestasi seorang investor dihadapkan pada dua hal yaitu return (imbal hasil) dan risiko. Dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pasar keuangan indeks harga saham gabungan di perbankan di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. pasar keuangan indeks harga saham gabungan di perbankan di Indonesia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peranan penting yang dimiliki oleh pasar uang dalam resiko investasi terhadap pasar keuangan indeks harga saham gabungan di perbankan di Indonesia memberikan manfaat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. salah satu faktor yang dapat mempengaruhi kinerja perekonomian secara umum.

BAB 1 PENDAHULUAN. salah satu faktor yang dapat mempengaruhi kinerja perekonomian secara umum. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagai perekonomian terbuka kecil, perkembangan nilai tukar merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi kinerja perekonomian secara umum. Pengaruh nilai tukar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sehubungan dengan fenomena shock ini adalah sangat menarik berbicara tentang

BAB I PENDAHULUAN. Sehubungan dengan fenomena shock ini adalah sangat menarik berbicara tentang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Guncangan (shock) dalam suatu perekonomian adalah suatu keniscayaan. Terminologi ini merujuk pada apa-apa yang menjadi penyebab ekspansi dan kontraksi atau sering juga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. rakyat (Yunan, 2009:2). Pertumbuhan ekonomi juga berhubungan dengan proses

BAB I PENDAHULUAN. rakyat (Yunan, 2009:2). Pertumbuhan ekonomi juga berhubungan dengan proses 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia sebagai salah satu negara berkembang berusaha dengan giat melaksanakan pembangunan secara berencana dan bertahap, tanpa mengabaikan usaha pemerataan dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam bentuk simpanan. Sedangkan lembaga keuangan non-bank lebih

BAB I PENDAHULUAN. dalam bentuk simpanan. Sedangkan lembaga keuangan non-bank lebih BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Lembaga keuangan digolongkan ke dalam dua golongan besar menurut Kasmir (2012), yaitu lembaga keuangan bank dan lembaga keuangan nonbank. Lembaga keuangan bank atau

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM OBYEK PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN UMUM OBYEK PENELITIAN BAB IV GAMBARAN UMUM OBYEK PENELITIAN A. Perkembangan Inflasi di Indonesia Indonesia merupakan salah satu Negara berkembang, dimana adanya perubahan tingkat inflasi sangat berpengaruh terhadap stabilitas

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN MONETER, PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN TRIWULAN III 2004

PERKEMBANGAN MONETER, PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN TRIWULAN III 2004 Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran Triwulan III 2004 185 PERKEMBANGAN MONETER, PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN TRIWULAN III 2004 Tim Penulis Laporan Triwulanan III 2004, Bank Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. makro ekonomi misalnya Produk Domestik Bruto (PDB), tingkat inflasi, Sertifikat

BAB I PENDAHULUAN. makro ekonomi misalnya Produk Domestik Bruto (PDB), tingkat inflasi, Sertifikat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di media massa seringkali kita membaca atau mendengar beberapa indikator makro ekonomi misalnya Produk Domestik Bruto (PDB), tingkat inflasi, Sertifikat Bank Indonesia,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kelebihan dana dan kekurangan dana (Mishkin, 2009). Bank memiliki peranan

BAB I PENDAHULUAN. kelebihan dana dan kekurangan dana (Mishkin, 2009). Bank memiliki peranan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bank merupakan lembaga keuangan yang menerima simpanan dan membuat pinjaman serta sebagai lembaga perantara interaksi antara pihak yang kelebihan dana dan kekurangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. motor penggerak perekonomian nasional. Perdagangan internasional dapat

BAB I PENDAHULUAN. motor penggerak perekonomian nasional. Perdagangan internasional dapat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perdagangan internasional mempunyai peranan sangat penting sebagai motor penggerak perekonomian nasional. Perdagangan internasional dapat didefinisikan sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian (KOJA Container Terminal :2008)

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian (KOJA Container Terminal :2008) BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Krisis ekonomi yg melanda Amerika Serikat telah memberikan dampaknya ke hampir seluruh dunia dan hampir di seluruh sektor. Krisis keuangan global menyebabkan

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA, PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 13/10/PBI/2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 12/19/PBI/2010 TENTANG GIRO WAJIB MINIMUM BANK UMUM PADA BANK INDONESIA DALAM RUPIAH DAN VALUTA ASING

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. saat ini. Sekalipun pengaruh aktifitas ekonomi Indonesia tidak besar terhadap

BAB I PENDAHULUAN. saat ini. Sekalipun pengaruh aktifitas ekonomi Indonesia tidak besar terhadap BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Small open economic, merupakan gambaran bagi perekonomian Indonesia saat ini. Sekalipun pengaruh aktifitas ekonomi Indonesia tidak besar terhadap perekonomian dunia,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. aspek yang tidak terpisahkan dari perkembangan ekonomi negara terbuka. Keterbukaan ekonomi Indonesia akan membawa konsekuensi pada

I. PENDAHULUAN. aspek yang tidak terpisahkan dari perkembangan ekonomi negara terbuka. Keterbukaan ekonomi Indonesia akan membawa konsekuensi pada I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia sebagai negara berkembang menggunakan sistem perekonomian terbuka dalam menjalankan aktivitas perekonomiannya sehingga hal tersebut memungkinkan terjadinya interaksi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. negara karena pasar modal menjalankan dua fungsi, yaitu fungsi ekonomi dan

BAB I PENDAHULUAN. negara karena pasar modal menjalankan dua fungsi, yaitu fungsi ekonomi dan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pasar modal memiliki peranan yang penting terhadap perekonomian suatu negara karena pasar modal menjalankan dua fungsi, yaitu fungsi ekonomi dan fungsi keuangan.

Lebih terperinci

ANALISIS Perkembangan Indikator Ekonomi Ma kro Semester I 2007 Dan Prognosisi Semester II 2007

ANALISIS Perkembangan Indikator Ekonomi Ma kro Semester I 2007 Dan Prognosisi Semester II 2007 ANALISIS Perkembangan Indikator Ekonomi Makro Semester I 2007 Dan Prognosisi Semester II 2007 Nomor. 02/ A/B.AN/VII/2007 Perkembangan Ekonomi Tahun 2007 Pada APBN 2007 Pemerintah telah menyampaikan indikator-indikator

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kebijakan fiskal merupakan salah satu kebijakan dalam mengatur kegiatan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kebijakan fiskal merupakan salah satu kebijakan dalam mengatur kegiatan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kebijakan fiskal merupakan salah satu kebijakan dalam mengatur kegiatan ekonomi secara makro, di samping kebijakan fiskal juga terdapat kebijakan moneter yang merupakan

Lebih terperinci

Mengobati Penyakit Ekonomi Oleh: Mudrajad Kuncoro

Mengobati Penyakit Ekonomi Oleh: Mudrajad Kuncoro Mengobati Penyakit Ekonomi Oleh: Mudrajad Kuncoro Melemahnya nilai tukar rupiah dan merosotnya Indeks Harga Saham Gabungan membuat panik pelaku bisnis. Pengusaha tahu-tempe, barang elektronik, dan sejumlah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Sistem Perbankan sebagai bagian dari sistem keuangan diharapkan dapat

BAB 1 PENDAHULUAN. Sistem Perbankan sebagai bagian dari sistem keuangan diharapkan dapat BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sistem Perbankan sebagai bagian dari sistem keuangan diharapkan dapat meningkatkan perannya secara optimal sebagai lembaga intermediasi didalam momentum recovery setelah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. BI Rate yang diumumkan kepada publik mencerminkan stance kebijakan moneter

BAB I PENDAHULUAN. BI Rate yang diumumkan kepada publik mencerminkan stance kebijakan moneter BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BI Rate yang diumumkan kepada publik mencerminkan stance kebijakan moneter Bank Indonesia selaku otoritas moneter. BI Rate merupakan instrumen kebijakan utama untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. di Amerika Serikat merupakan topik pembicaraan yang menarik hampir di

BAB I PENDAHULUAN. di Amerika Serikat merupakan topik pembicaraan yang menarik hampir di BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurunnya nilai indeks bursa saham global dan krisis finansial di Amerika Serikat merupakan topik pembicaraan yang menarik hampir di seluruh media massa dan dibahas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. BI Rate yang diumumkan kepada publik mencerminkan stance kebijakan moneter

BAB I PENDAHULUAN. BI Rate yang diumumkan kepada publik mencerminkan stance kebijakan moneter BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BI Rate yang diumumkan kepada publik mencerminkan stance kebijakan moneter Bank Indonesia selaku otoritas moneter. BI Rate merupakan instrumen kebijakan utama untuk

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang umumnya memiliki umur lebih dari satu tahun. Bentuk instrumen di pasar

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang umumnya memiliki umur lebih dari satu tahun. Bentuk instrumen di pasar BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pasar Modal 2.1.1 Pengertian Pasar Modal Pasar modal adalah pertemuan antara pihak yang memiliki kelebihan dana dengan pihak yang membutuhkan dana dengan cara memperjualbelikan

Lebih terperinci

LAPORAN KINERJA BULANAN - PANIN Rp CASH FUND

LAPORAN KINERJA BULANAN - PANIN Rp CASH FUND LAPORAN BULANAN - PANIN Rp CASH FUND 10-Mar-2004 Panin Rp Cash Fund bertujuan untuk memberikan hasil yang relatif stabil melalui penempatan terutama pada instrumen pasar uang. Pasar Uang 100% Obligasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan dapat memperoleh dana dengan menerbitkan saham dan dijual dipasar

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan dapat memperoleh dana dengan menerbitkan saham dan dijual dipasar BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Semakin pesatnya perkembangan jaman berdampak bagi perkembangan sektor ekonomi dan moneter secara luas, hal tersebut dapat dilihat dari semakin terbukanya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah salah satu negara berkembang yang sedang aktif

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah salah satu negara berkembang yang sedang aktif 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah salah satu negara berkembang yang sedang aktif melaksanakan pembangunan. Dalam melaksanakan pembangunan sudah tentu membutuhkan dana yang

Lebih terperinci

LAPORAN EKONOMI MAKRO KUARTAL III-2014

LAPORAN EKONOMI MAKRO KUARTAL III-2014 LAPORAN EKONOMI MAKRO KUARTAL III-2014 Proses perbaikan ekonomi negara maju terhambat tingkat inflasi yang rendah. Kinerja ekonomi Indonesia melambat antara lain karena perlambatan ekspor dan kebijakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mengalami peningkatan yang semakin pesat sejak krisis ekonomi global pada tahun 1998 yang tidak hanya melanda di negara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sejalan dengan tingginya ketidakpastian perekonomian global, nilai tukar

BAB I PENDAHULUAN. Sejalan dengan tingginya ketidakpastian perekonomian global, nilai tukar BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sejalan dengan tingginya ketidakpastian perekonomian global, nilai tukar Rupiah terus mengalami tekanan depresiasi. Ketidakpastian pemulihan ekonomi dunia juga telah

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN TRIWULAN PEREKONOMIAN INDONESIA Keberlanjutan ditengah gejolak. Juni 2010

PERKEMBANGAN TRIWULAN PEREKONOMIAN INDONESIA Keberlanjutan ditengah gejolak. Juni 2010 PERKEMBANGAN TRIWULAN PEREKONOMIAN INDONESIA Keberlanjutan ditengah gejolak Juni 2010 viii Ringkasan Eksekutif: Keberlanjutan di tengah gejolak Indonesia terus memantapkan kinerja ekonominya yang kuat,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Grafik 1.1 Perkembangan NFA periode 1997 s.d 2009 (sumber : International Financial Statistics, IMF, diolah)

BAB 1 PENDAHULUAN. Grafik 1.1 Perkembangan NFA periode 1997 s.d 2009 (sumber : International Financial Statistics, IMF, diolah) BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dalam beberapa dekade terakhir, perekonomian Indonesia telah menunjukkan integrasi yang semakin kuat dengan perekonomian global. Keterkaitan integrasi ekonomi

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. Wenny (2011) yang menyatakan bahwa tidak adanya perbedaan rata-rata

BAB V PEMBAHASAN. Wenny (2011) yang menyatakan bahwa tidak adanya perbedaan rata-rata BAB V PEMBAHASAN A. Return Saham. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian sebelumnya oleh Wenny (2011) yang menyatakan bahwa tidak adanya perbedaan rata-rata return saham sebelum dan sesudah pengumuman

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seluruh penghasilan saat ini, maka dia dihadapkan pada keputusan investasi.

BAB I PENDAHULUAN. seluruh penghasilan saat ini, maka dia dihadapkan pada keputusan investasi. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap orang dihadapkan pada berbagai pilihan dalam menentukan proporsi dana atau sumber daya yang mereka miliki untuk konsumsi saat ini dan di masa mendatang. Kapan

Lebih terperinci

Monthly Market Update

Monthly Market Update Monthly Market Update RESEARCH TEAM RINGKASAN Ekonomi Indonesia tumbuh 4,94% yoy pada kuartal keempat 2016. Angka ini lebih rendah dibandingkan PDB pada kuartal sebelumnya yaitu sebesar 5,02% (yoy). Pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. proses pertukaran barang dan jasa serta untuk pembayaran utang. Pada umumnya setiap

BAB I PENDAHULUAN. proses pertukaran barang dan jasa serta untuk pembayaran utang. Pada umumnya setiap BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Uang memegang peranan yang sangat penting di sepanjang kehidupan manusia. Uang digunakan sebagai alat tukar yang dapat diterima secara umum, yang dimana alat tukarnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dewasa ini, pasar modal telah menjadi bagian penting pada perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dewasa ini, pasar modal telah menjadi bagian penting pada perkembangan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini, pasar modal telah menjadi bagian penting pada perkembangan ekonomi suatu negara (Turkyilmaz dan Balibey, 2013). Hal tersebut menarik banyak pihak untuk

Lebih terperinci

BAB V. Simpulan dan Saran. sebelumnya, maka dapat diambil simpulan sebagai berikut: 1. Gambaran Tingkat Suku Bunga, Jumlah Uang Beredar dan Indeks

BAB V. Simpulan dan Saran. sebelumnya, maka dapat diambil simpulan sebagai berikut: 1. Gambaran Tingkat Suku Bunga, Jumlah Uang Beredar dan Indeks 94 BAB V Simpulan dan Saran 5.1 Simpulan Dari penelitian yang telah dilakukan, dan telah dijelaskan pula di bab-bab sebelumnya, maka dapat diambil simpulan sebagai berikut: 1. Gambaran Tingkat Suku Bunga,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian di Indonesia. Fluktuasi kurs rupiah yang. faktor non ekonomi. Banyak kalangan maupun Bank Indonesia sendiri yang

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian di Indonesia. Fluktuasi kurs rupiah yang. faktor non ekonomi. Banyak kalangan maupun Bank Indonesia sendiri yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada saat krisis keuangan global beberapa tahun belakan ini kurs, inflasi, suku bunga dan jumlah uang beredar seolah tidak lepas dari masalah perekonomian di Indonesia.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pada tahun 2007, keadaan ekonomi di Indonesia dapat dikatakan baik

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pada tahun 2007, keadaan ekonomi di Indonesia dapat dikatakan baik BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada tahun 2007, keadaan ekonomi di Indonesia dapat dikatakan baik dan stabil. Hal ini dapat dilihat dari beberapa indikator yang memberikan nilai-nilai yang

Lebih terperinci

Kondisi Perekonomian Indonesia

Kondisi Perekonomian Indonesia KAMAR DAGANG DAN INDUSTRI INDONESIA Kondisi Perekonomian Indonesia Tim Ekonomi Kadin Indonesia 1. Kondisi perekonomian dunia dikhawatirkan akan benar-benar menuju jurang resesi jika tidak segera dilakukan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Globalisasi dan liberalisasi ekonomi telah membawa pembaharuan yang

I. PENDAHULUAN. Globalisasi dan liberalisasi ekonomi telah membawa pembaharuan yang 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Globalisasi dan liberalisasi ekonomi telah membawa pembaharuan yang sangat cepat dan berdampak luas bagi perekonomian, baik di dalam negeri maupun di tingkat dunia

Lebih terperinci

ANALISA TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran

ANALISA TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran ANALISA TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran 1 ANALISA TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran Tim Penulis Laporan Triwulanan, Bank Indonesia I.1

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. mengalami pertumbuhan secara signifikan yang ditandai oleh meningkatnya

I. PENDAHULUAN. mengalami pertumbuhan secara signifikan yang ditandai oleh meningkatnya I. PENDAHULUAN I.1 latar Belakang Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun 2005 hingga 2007 mengalami pertumbuhan secara signifikan yang ditandai oleh meningkatnya surplus neraca pembayaran serta membaiknya

Lebih terperinci

OPTIMISME KINERJA PEREKONOMIAN INDONESIA PASCA BREXIT. Oleh: Irfani Fithria dan Fithra Faisal Hastiadi Vol. 2. Pendahuluan. Pertumbuhan Ekonomi

OPTIMISME KINERJA PEREKONOMIAN INDONESIA PASCA BREXIT. Oleh: Irfani Fithria dan Fithra Faisal Hastiadi Vol. 2. Pendahuluan. Pertumbuhan Ekonomi OPTIMISME KINERJA PEREKONOMIAN 2016 Vol. 2 INDONESIA PASCA BREXIT Oleh: Irfani Fithria dan Fithra Faisal Hastiadi Pendahuluan T ahun 2016 disambut dengan penuh optimisme dengan membaiknya pertumbuhan ekonomi

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKONOMI, KETENAGAKERJAAN, DAN KEMISKINAN

PERKEMBANGAN EKONOMI, KETENAGAKERJAAN, DAN KEMISKINAN PERKEMBANGAN EKONOMI, KETENAGAKERJAAN, DAN KEMISKINAN PERKEMBANGAN EKONOMI, KETENAGAKERJAAN DAN KEMISKINAN Kinerja perekonomian Indonesia masih terus menunjukkan tren peningkatan dalam beberapa triwulan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tabel 1. Peringkat Global Competitive Index

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tabel 1. Peringkat Global Competitive Index 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Krisis ekonomi tahun 2008 sangat mempengaruhi perekonomian dunia. Banyak hal yang menyebabkan terjadinya krisis ekonomi tahun 2008, di antaranya penumpukan hutang nasional

Lebih terperinci

LAPORAN KINERJA BULANAN - PANIN Rp CASH FUND

LAPORAN KINERJA BULANAN - PANIN Rp CASH FUND LAPORAN BULANAN - PANIN Rp CASH FUND 10-Mar-2004 Panin Rp Cash Fund bertujuan untuk memberikan hasil yang relatif stabil melalui penempatan terutama pada instrumen pasar uang. Pasar Uang 100% Deposito

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN MONETER, PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN TRIWULAN II 2004

PERKEMBANGAN MONETER, PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN TRIWULAN II 2004 Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran Triwulan II 2004 1 PERKEMBANGAN MONETER, PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN TRIWULAN II 2004 Tim Penulis Laporan Triwulanan II 2004, Bank Indonesia Selama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara berkembang yang sedang membangun, membutuhkan dana yang cukup besar untuk membiayai pembangunan.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara berkembang yang sedang membangun, membutuhkan dana yang cukup besar untuk membiayai pembangunan. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Indonesia sebagai negara berkembang yang sedang membangun, membutuhkan dana yang cukup besar untuk membiayai pembangunan. Penanaman modal dapat dijadikan sebagai

Lebih terperinci

BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN

BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN Perkembangan ekonomi makro tahun 2005 sampai dengan bulan Juli 2006 dapat diringkas sebagai berikut. Pertama, stabilitas ekonomi membaik dari

Lebih terperinci

LAPORAN KINERJA BULANAN - PANIN Rp CASH FUND

LAPORAN KINERJA BULANAN - PANIN Rp CASH FUND LAPORAN BULANAN - PANIN Rp CASH FUND Panin Rp Cash Fund bertujuan untuk memberikan hasil yang relatif stabil melalui penempatan terutama pada instrumen pasar uang. 10-Mar-2004 Pasar Uang 100% Obligasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan pasar modal akhir-akhir ini membawa peranan yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan pasar modal akhir-akhir ini membawa peranan yang sangat 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perkembangan pasar modal akhir-akhir ini membawa peranan yang sangat penting dalam kegiatan perekonomian dunia. Bahkan pasar modal dapat juga dipandang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memiliki peranan yang penting dalam menumbuhkembangkan perekonomian nasional.

BAB I PENDAHULUAN. memiliki peranan yang penting dalam menumbuhkembangkan perekonomian nasional. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Aktivitas pasar modal yang merupakan salah satu potensi perekonomian nasional, memiliki peranan yang penting dalam menumbuhkembangkan perekonomian nasional. Dukungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. institution) sendiri mempunyai peran yang sangat penting bagi perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. institution) sendiri mempunyai peran yang sangat penting bagi perkembangan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bank sebagai lembaga perantara keuangan (financial intermediately institution) sendiri mempunyai peran yang sangat penting bagi perkembangan perekonomian. Sebagai lembaga

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM. 51% harus dikuasai oleh pemerintah (Wikipedia, 2017). Persero

BAB IV GAMBARAN UMUM. 51% harus dikuasai oleh pemerintah (Wikipedia, 2017). Persero BAB IV GAMBARAN UMUM A. Bank Persero Persero adalah BUMN yang bentuk usahanya adalah perseoran terbatas atau PT. Saham kepemilikan Persero sebagaian besar atau setara 51% harus dikuasai oleh pemerintah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. sektor jasa keuangan pada umumnya dan pada perbankan khususnya. Pertumbuhan ekonomi dapat terwujud melalui dana perbankan atau potensi

I. PENDAHULUAN. sektor jasa keuangan pada umumnya dan pada perbankan khususnya. Pertumbuhan ekonomi dapat terwujud melalui dana perbankan atau potensi I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Kehidupan ekonomi tidak dapat dilepaskan dari keberadaan serta peran penting sektor jasa keuangan pada umumnya dan pada perbankan khususnya. Pertumbuhan ekonomi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kali perusahaan tidak bisa memenuhi kebutuhan bisnisnya hanya dengan

BAB I PENDAHULUAN. kali perusahaan tidak bisa memenuhi kebutuhan bisnisnya hanya dengan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Era globalisasi saat ini membuat persaingan bisnis semakin ketat dan kebutuhan untuk aktivitas bisnis pun menjadi semakin besar. Namun, sering kali perusahaan tidak

Lebih terperinci

LAPORAN KINERJA BULANAN - PANIN Rp CASH FUND

LAPORAN KINERJA BULANAN - PANIN Rp CASH FUND LAPORAN BULANAN - PANIN Rp CASH FUND 10-Mar-2004 Panin Rp Cash Fund bertujuan untuk memberikan hasil yang relatif stabil melalui penempatan terutama pada instrumen pasar uang. Pasar Uang 100% BII (TD)

Lebih terperinci

BANK INDONESIA. Telepon : (sirkulasi) Fax. : Website :

BANK INDONESIA. Telepon : (sirkulasi) Fax. : Website : Untuk informasi lebih lanjut hubungi: Tim Outlook Jangka Pendek dan Diseminasi Kebijakan Biro Kebijakan Moneter Direktorat Riset Ekonomi dan Kebijakan Moneter Telepon : +62 61 3818189 +62 21 3818206 (sirkulasi)

Lebih terperinci

LAPORAN KINERJA BULANAN - PANIN Rp CASH FUND

LAPORAN KINERJA BULANAN - PANIN Rp CASH FUND LAPORAN BULANAN - PANIN Rp CASH FUND 10-Mar-2004 Panin Rp Cash Fund bertujuan untuk memberikan hasil yang relatif stabil melalui penempatan terutama pada instrumen pasar uang. Pasar Uang 100% Obligasi

Lebih terperinci

Perkembangan Indikator Makroekonomi Indonesia di tengah Ketidakseimbangan Global

Perkembangan Indikator Makroekonomi Indonesia di tengah Ketidakseimbangan Global 2015 Vol. 2 Perkembangan Indikator Makroekonomi Indonesia di tengah Ketidakseimbangan Global Oleh: Irfani Fithria dan Fithra Faisal Hastiadi Pertumbuhan Ekonomi P erkembangan indikator ekonomi pada kuartal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sejak krisis moneter pertengahan tahun 1997 perbankan nasional

BAB I PENDAHULUAN. Sejak krisis moneter pertengahan tahun 1997 perbankan nasional 1 BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Penelitian Sejak krisis moneter pertengahan tahun 1997 perbankan nasional menghadapi masalah yang dapat membahayakan kelangsungan usaha perbankan serta merugikan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Uang merupakan alat pembayaran yang secara umum dapat diterima oleh

I. PENDAHULUAN. Uang merupakan alat pembayaran yang secara umum dapat diterima oleh 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Uang merupakan alat pembayaran yang secara umum dapat diterima oleh masyarakat. Dalam kehidupannya, manusia memerlukan uang untuk melakukan kegiatan ekonomi, karena uang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. secara keseluruhan pasti melakukan kegiatan konsumsi. Kegiatan konsumsi

BAB I PENDAHULUAN. secara keseluruhan pasti melakukan kegiatan konsumsi. Kegiatan konsumsi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam kehidupan sehari hari setiap individu, perusahaan dan masyarakat secara keseluruhan pasti melakukan kegiatan konsumsi. Kegiatan konsumsi dilakukan karena adanya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Profil PT. Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Profil PT. Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian 1.1.1 Profil PT. Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk selanjutnya disebut dengan BNI pertama kali didirikan pada

Lebih terperinci

Prediksi Tingkat Suku Bunga SPN 3 Bulan 6,3%

Prediksi Tingkat Suku Bunga SPN 3 Bulan 6,3% 1 Prediksi Tingkat Suku Bunga SPN 3 Bulan 6,3% Prediksi tingkat suku bunga SPN 3 Bulan tahun 2016 adalah sebesar 6,3% dengan dipengaruhi oleh kondisi ekonomi internal maupun eksternal. Data yang digunakan

Lebih terperinci

SEBERAPA JAUH RUPIAH MELEMAH?

SEBERAPA JAUH RUPIAH MELEMAH? Edisi Maret 2015 Poin-poin Kunci Nilai tukar rupiah menembus level psikologis Rp13.000 per dollar AS, terendah sejak 3 Agustus 1998. Pelemahan lebih karena ke faktor internal seperti aksi hedging domestik

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN. A. Perkembangan Penanaman Modal Dalam Negeri di Indonesia

BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN. A. Perkembangan Penanaman Modal Dalam Negeri di Indonesia BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN A. Perkembangan Penanaman Modal Dalam Negeri di Indonesia PMDN dapat diartikan sebagai kegiatan menanam modal untuk melakukan usaha di wilayah negara Republik Indonesia

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. A. Pengaruh BI Rate terhadap Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI)

BAB V PEMBAHASAN. A. Pengaruh BI Rate terhadap Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI) BAB V PEMBAHASAN A. Pengaruh BI Rate terhadap Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI) BI Rate adalah suku bunga kebijakan yang mencerminkan sikap atau stance kebijakan moneter yang ditetapkan oleh bank Indonesia

Lebih terperinci

International Monetary Fund UNTUK SEGERA th Street, NW 15 Maret 2016 Washington, D. C USA

International Monetary Fund UNTUK SEGERA th Street, NW 15 Maret 2016 Washington, D. C USA Siaran Pers No. 16/104 International Monetary Fund UNTUK SEGERA 700 19 th Street, NW 15 Maret 2016 Washington, D. C. 20431 USA Dewan Eksekutif IMF Menyimpulkan Konsultasi Pasal IV 2015 dengan Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perekonomian suatu negara tidak lepas dari peran para pemegang. dana, dan memang erat hubungannya dengan investasi, tentunya dengan

BAB I PENDAHULUAN. Perekonomian suatu negara tidak lepas dari peran para pemegang. dana, dan memang erat hubungannya dengan investasi, tentunya dengan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perekonomian suatu negara tidak lepas dari peran para pemegang dana, dan memang erat hubungannya dengan investasi, tentunya dengan investasi para pemegang dana

Lebih terperinci