BAB IV PEMBAHAS AN. terkait pada periode 1 Desember 31 Januari Tahun dan pola-pola grafik

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB IV PEMBAHAS AN. terkait pada periode 1 Desember 31 Januari Tahun dan pola-pola grafik"

Transkripsi

1 BAB IV PEMBAHAS AN Ruang lingkup analisis market timing pada saham BUMI mencakup analisis berita terkait pada periode 1 Desember 31 Januari Tahun dan pola-pola grafik yang dibentuk dari grafik Candlestick dan pola Elliot Wave. Dalam rangka menghasilkan market timing yang paling baik dengan menentukan posisi jual/beli saham BUMI. IV.1 Analisis Pergerakan Harga Dengan Grafik Candlestick Pada Saham BUMI Analisis yang perlu dilakukan sebelum masuk ke dalam pola Elliot Wave adalah analisis grafik Candlestick. Pada penelitian ini akan dibagi menjadi 3 periode analisis, masing-masing periode akan menjelaskan: grafik, penjelasan analisis teknikal secara khusus, dan berita terkait untuk tanggal-tanggal penting. Rumus-rumus sehubungan dengan Candlestick dapat dilihat pada lampiran 1. IV.1.1 Analisis Grafik Candlestick Periode 1 Desember Januari 2006 Selama periode 1 Desember Januari 2006 harga pembukaan (open) 1 Desember 2005 adalah Rp 690,- dan harga penutupan (close) 31 Januari 2006 adalah Rp 850,-. Berdasarkan data tersebut maka dalam jangka waktu 2 bulan saham BUMI mengalami kenaikan sebesar Rp 160,- (23,19%). 50

2 Gambar 4.1 Grafik Candlestick Saham BUMI 1 Des Jan 2006 Tingkat pengembalian rata-rata harian saham BUMI adalah 0,50% (lampiran 2). Ini menunjukkan bahwa selama 2 bulan tersebut nilai saham BUMI mengalami apresiasi, dengan kenaikan rata-rata 0,50% per hari. Berdasarkan trend grafik secara menyeluruh maka dapat diambil titik average, max, dan min pada tampilan: 51

3 Gambar 4.2 Average, Max, dan Min Saham BUMI 1 Des Jan 2006 Berdasarkan grafik yang ada di atas, maka dapat dibuat analisis, yaitu: a. Harga saham BUMI pada periode ini memiliki harga penutupan rata-rata sebesar Rp 771,- yang dibulatkan menjadi Rp 770,- karena berada pada fraksi harga Rp 10,-(lampiran 9). Sehingga memungkinkan harga saham BUMI naik atau turun, tergantung dari trend yang ditunjukkan oleh grafik saham BUMI. Bila Up Trend maka aksi Buy pada harga tersebut masih dapat diterima, sedangkan bila Down Trend maka aksi Sell pada harga tersebut masih dapat diterima. b. Harga tertinggi sebesar Rp 850,- dibandingkan dengan harga rata-rata memiliki perbedaan 10,25%, sedangkan harga 52

4 terendah sebesar Rp 690,- dibandingkan dengan harga ratarata memiliki perbedaan 10,50%. Hal ini menggambarkan kekuatan supply dan demand hampir sama besar, sehingga trend cenderung Sideways Trend. c. Kemungkinan perubahan harga saham dari harga rata-rata saham pada periode ini adalah sebesar Rp 33,- dari harga ratarata saham, yang dibulatkan menjadi Rp 30,- karena nilai ratarata berada pada fraksi harga Rp 10,-(lampiran 9). Bila perubahan harga saham lebih besar atau lebih kecil dari standar deviasi, maka hal ini dipengaruhi gejolak atau berita penting yang menyebabkan pergerakkan harga menjadi berubah. d. Range antara Max dan Min adalah sebesar Rp 160,-. Hal ini menunjukkan perbedaan Range dari nilai Min menuju ke Max adalah sebesar 23,19%. Berarti selama periode ini saham BUMI memiliki Range perubahan harga terbesar adalah 23,19% dari harga Min. Pada periode ini ada 3 pola trend yang terbentuk, dimana polapola tersebut dipengaruhi oleh berita-berita yang muncul pada perdagangan bursa. 53

5 Gambar 4.3 Trend Saham BUMI 1 Des Jan 2006 Pola trend tersebut adalah: a. Tanggal 1 Desember Desember 2005 Minggu ke-1 bulan Desember 2005, terlihat bahwa banyak White Candle yang menyebabkan harga saham BUMI naik, artinya investor memilih untuk melakukan aksi beli terhadap saham BUMI. Di antara tanggal ini, pola trend yang terbentuk adalah Up Trend. Terjadinya Up Trend disebabkan adanya reshuffle kabinet yang dipandang baik oleh investor. Dengan adanya reshuffle kabinet para investor asing mulai melirik Indonesia sebagai tempat untuk berinvestasi, karena investor asing mulai 54

6 percaya diri untuk masuk ke pasar uang dan pasar modal Indonesia. b. Tanggal 12 Desember Januari 2006 Minggu ke-2 bulan Desember 2005, reaksi pasar cenderung stabil, hal ini tercermin pada Black Candle dan Dragonfly Doji yang menunjukkan bahwa para pelaku pasar ingin melepas saham BUMI karena sudah dinilai terlalu mahal oleh pasar namun masih ada kekuatan untuk menahan harga saham agar tidak jatuh. Minggu ke-3 bulan Desember 2005, banyak terlihat White Candle yang berarti saham BUMI sedang bullish pada minggu ini. Namun masih ada aksi lepas saham sehingga kenaikannya tidak besar. Minggu ke-4 bulan Desember 2005, terlihat banyak Black Candle yang menunjukkan para investor ingin melepas sahamnya. Pada minggu ini para pelaku pasar mulai meninggalkan perdagangan bursa untuk sementara waktu dan menyusun kembali portofolio. Minggu ke-1 sampai minggu ke-3 bulan Januari 2006, harga saham BUMI terlihat stabil dilihat dari Candlestick yang tidak bergerak selama 3 minggu, berarti pelaku pasar belum kembali melakukan transaksi saham BUMI. Di antara tanggal ini, pola trend yang terbentuk adalah Sideways Trend. Terjadi perubahan trend dari Up Trend 55

7 menjadi Sideways Trend disebabkan investor mulai melakukan aksi profit taking terhadap saham unggulan di bulan Desember karena para investor menganggap saham tersebut sudah overbought. Adanya liburan menjelang natal para investor mulai menghentikan aksi pembelian saham, sehingga transaksi mulai menurun. Memasuki perdagangan bulan Januari para investor mulai melakukan transaksi pembelian saham, saat itu para investor menilai terjadi perbaikan ekonomi dengan menguatnya rupiah dan inflasi yang terkendali. Pengaruh baik juga datang dari bursa global dan regional, karena The Fed akan menghentikan kenaikan suku bunganya. Namun harga saham masih belum bisa naik karena tertahan aksi profit taking yang dilakukan beberapa investor. c. Tanggal 24 Januari Januari 2006 Minggu ke-4 bulan Januari 2006, harga saham BUMI meningkat terlihat dari White Marubozu sebanyak 2 kali. Berarti para pelaku pasar sudah kembali ke bursa dan melakukan transaksi. Di antara tanggal ini, pola trend yang terbentuk adalah Up Trend. Terjadinya perubahan trend menjadi Up Trend disebabkan adanya pengaruh positif dari menguatnya bursa global dan regional. Selain itu adanya penguatan rupiah karena adanya berita pemangkasan impor BBM oleh 56

8 Pertamina. Pengaruh postif lainnya adalah stabilnya suku bunga SBI. IV.1.2 Analisis Grafik Candlestick Periode 1 Desember Januari 2007 Selama periode 1 Desember Januari 2007 harga pembukaan (open) 1 Desember 2006 adalah Rp 810,- dan harga penutupan (close) 31 Januari 2007 adalah Rp 1.080,-. Berdasarkan data tersebut maka dalam jangka waktu 2 bulan saham BUMI mengalami kenaikan sebesar Rp 270,- (33,33%). Gambar 4.4 Grafik Candlestick Saham BUMI 1 Des Jan

9 Tingkat pengembalian rata-rata harian saham BUMI adalah 0,73% (lampiran 3). Ini menunjukkan bahwa selama 2 bulan tersebut nilai saham BUMI mengalami apresiasi, dengan kenaikan rata-rata 0,73% per hari. Berdasarkan trend grafik secara menyeluruh maka dapat diambil titik average, max, dan min pada tampilan: Gambar 4.5 Average, Max, dan Min Saham BUMI 1 Des Jan 2007 Berdasarkan grafik yang ada di atas, maka dapat dibuat analisis, yaitu: a. Harga saham BUMI pada periode ini memiliki harga penutupan rata-rata sebesar Rp 918,- yang dibulatkan menjadi Rp 920,- karena berada pada fraksi harga Rp 10,-(lampiran 9). Sehingga memungkinkan harga saham BUMI naik atau turun, 58

10 tergantung dari trend yang ditunjukkan oleh grafik saham BUMI. Bila Up Trend maka Buy pada harga tersebut masih dapat diterima, sedangkan bila Down Trend maka Sell pada harga tersebut masih dapat diterima. b. Harga tertinggi sebesar Rp 1.110,- dibandingkan dengan harga rata-rata memiliki perbedaan 20,92%, sedangkan harga terendah sebesar Rp 790,- dibandingkan dengan harga ratarata memiliki perbedaan 13,94%. Hal ini menggambarkan kekuatan supply lebih kecil daripada demand, sehingga trend cenderung Up Trend. c. Kemungkinan perubahan harga saham dari harga rata-rata saham pada periode ini adalah sebesar Rp 78,- dari harga ratarata saham, yang dibulatkan menjadi Rp 80,- karena nilai ratarata berada pada fraksi harga Rp 10,-(lampiran 9). Bila harga saham lebih besar atau lebih kecil dari standar deviasi, ada kemungkinan terjadi reversal pada harga saham tersebut. d. Range antara Max dan Min adalah sebesar Rp 320,-. Hal ini menunjukkan perbedaan Range dari nilai Min menuju ke Max adalah sebesar 40,51%. Berarti selama periode ini saham BUMI memiliki Range perubahan harga terbesar adalah 40,51% dari harga Min. Pada periode ini ada 5 pola trend yang terbentuk, dimana polapola tersebut dipengaruhi oleh berita-berita yang muncul pada perdagangan bursa. 59

11 Gambar 4.6 Trend Saham BUMI 1 Des Jan 2007 Pola trend tersebut adalah: a. Tanggal 5 Desember Desember 2006 Minggu ke-1 bulan Desember 2006, terlihat bahwa harga saham BUMI terangkat naik terlihat dari White Candle yang panjang. Hal ini menunjukkan para pelaku pasar menunjukkan reaksi baik pada saham BUMI. Minggu ke-2 bulan Desember 2006, reaksi pasar cenderung stabil, terlihat White Candle tidak lagi seperti minggu ke-1, bentuk candle lebih pendek dan cenderung tertahan. Hal ini menggambarkan para pelaku pasar mulai ingin melakukan aksi jual saham BUMI. 60

12 Di antara tanggal ini, pola trend yang terbentuk adalah Up Trend. Saat ini indeks dan saham di Indonesia mendapat pengaruh positif dari bursa global dan regional yang mengalami peningkatan. Selain itu adanya isu mengenai penurunan BI Rate membuat investor semakin bersemangat untuk melakukan pembelian saham, sehingga harga indeks dan saham meningkat. b. Tanggal 18 Desember Desember 2006 Minggu ke-3 bulan Desember 2006, saham BUMI turun yang terlihat dari Black Candle yang panjang. Grafik tersebut menunjukkan bahwa para pelaku pasar sedang meninggalkan saham BUMI, namun masih ada beberapa investor yang tetap mempertahankan saham BUMI sehingga harganya tidak terlalu jatuh. Di antara tanggal ini, pola trend yang terbentuk adalah Down Trend. Terjadinya perubahan trend dari Up Trend menjadi Down Trend disebabkan adanya kebijakan Bank Sentral Thailand untuk menahan aliran modal yang masuk ke Thailand dengan mewajibkan 30% dari mata uang asing yang didepositokan tidak mendapat bunga, tujuan dari kebijakan ini adalah untuk mengurangi spekulasi atas baht. Akibat dari kebijakan ini para investor asing menarik diri dari bursa Asia karena shock dengan kebijakan tersebut. Sehingga dampak 61

13 dari kebijakan tersebut mempengaruhi bursa di seluruh Asia termasuk di Indonesia. c. Tanggal 20 Desember Januari 2007 Minggu ke-4 bulan Desember 2006, saham BUMI masih belum banyak diperdagangkan, terlihat pada Candlestick yang bergerak naik sedikit. Para pelaku pasar di minggu ini ingin mencoba menaikkan harga saham BUMI namun tanggapan atas reaksi tersebut masih belum dapat terlaksana. Minggu ke-1 bulan Januari 2007, terlihat White Candle yang banyak namun kecil, hal ini berarti pelaku pasar belum kembali melakukan transaksi terhadap saham BUMI, sehingga harga saham BUMI cenderung stabil. Di antara tanggal ini, pola trend yang terbentuk adalah Up Trend. Perubahan menjadi Up Trend disebabkan adanya revisi dari Bank Sentral Thailand tentang pembatasan transaksi valas, sehingga para investor mulai kembali melakukan investasi di bursa Asia. Selain dari berita revisi tersebut, kenaikan juga dipicu dengan penurunan BI Rate sebesar 25 bps. d. Tanggal 8 Januari Januari 2007 Minggu ke-2 bulan Januari 2007, banyak terdapat Black Candle yang diikuti dengan Long-Legged Doji kaki bawah lebih panjang dari atas. Hal ini menunjukkan aksi jual yang kuat dibandingkan dengan aksi beli, namun para pelaku pasar 62

14 masih dapat menahan harga saham BUMI agar tidak turun terlalu jauh. Pada minggu ini terlihat bahwa para pelaku pasar mulai memasuki pasar dan melakukan transaksi, terlihat di akhir minggu ke-2 Candlestick menunjukkan indikasi naik karena terlihat adanya White Marubozu. Di antara tanggal ini, pola trend yang terbentuk adalah Down Trend. Terjadinya perubahan trend disebabkan oleh: Turunnya harga minyak dunia membuat saham pertambangan terkoreksi. Perekonomian AS yang belum stabil mempengaruhi kondisi perekonomian dunia. Menurut investor harga saham di Indonesia sudah terlalau tinggi akibatnya para investor menarik diri dari pasar modal Indonesia. Buruknya situasi ekonomi di Thailand dengan adanya pembatasan kepemilikan saham asing, memberi dampak negatif di bursa kawasan Asia. e. Tanggal 15 Januari Januari 2007 Minggu ke-3 dan ke-4 Januari 2007, banyak terdapat White Candle panjang, sehingga harga saham BUMI naik. Pada 2 minggu terkakhir di bulan Januari para pelaku pasar mulai kembali masuk ke pasar sehingga harga saham BUMI dapat meningkat tajam. 63

15 Di antara tanggal ini, pola trend yang terbentuk adalah Up Trend. Terjadinya Up Trend disebabkan: Investor mulai berburu saham unggulan yang sudah terkoreksi Penurunan aksi profit taking Investor menantikan kebijakan BI pasca keluarnya data inflasi. IV.1.3 Analisis Grafik Candlestick Periode 1 Desember Januari 2008 Selama periode 1 Desember Januari 2008 harga pembukaan (open) 1 Desember 2007 adalah Rp 5.750,- dan pada harga penutupan (close) 31 Januari 2008 adalah Rp 6.400,-. Berdasarkan data tersebut maka dalam jangka waktu 2 bulan saham BUMI mengalami kenaikan sebesar Rp 650,- (11,30%). Gambar 4.7 Grafik Candlestick Saham BUMI 1 Des Jan

16 Tingkat pengembalian rata-rata harian saham BUMI adalah 0,37% (lampiran 4). Ini menunjukkan bahwa selama 2 bulan tersebut nilai saham BUMI mengalami apresiasi, dengan kenaikan rata-rata 0,37% per hari. Berdasarkan trend grafik secara menyeluruh maka dapat diambil titik average, max, dan min pada tampilan: Gambar 4.8 Average, Max, dan Min Saham BUMI 1 Des Jan 2008 Berdasarkan grafik yang ada di atas, maka dapat dibuat analisis, yaitu: a. Harga saham BUMI pada periode ini memiliki harga penutupan rata-rata sebesar Rp 5.959,- yang dibulatkan menjadi Rp 5.950,- karena berada pada fraksi harga Rp 50,- (lampiran 9). Sehingga memungkinkan harga saham BUMI 65

17 naik atau turun, tergantung dari trend yang ditunjukkan oleh grafik saham BUMI. Bila Up Trend maka Buy pada harga tersebut masih dapat diterima, sedangkan bila Down Trend maka Sell pada harga tersebut masih dapat diterima. b. Harga tertinggi sebesar Rp 6.600,- dibandingkan dengan harga rata-rata memiliki perbedaan 10,77%, sedangkan harga terendah sebesar Rp 4.700,- dibandingkan dengan harga ratarata memiliki perbedaan 21,12%. Hal ini menggambarkan kekuatan supply lebih besar daripada demand, sehingga trend cenderung Down Trend. c. Kemungkinan perubahan harga saham dari harga rata-rata saham pada periode ini adalah sebesar Rp 376,- dari harga rata-rata saham, yang dibulatkan menjadi Rp 400,- karena nilai rata-rata berada pada fraksi harga Rp 50,-(lampiran 9). Bila harga saham lebih besar atau lebih kecil dari standar deviasi, ada kemungkinan terjadi reversal pada harga saham tersebut. d. Range antara Max dan Min adalah sebesar Rp 1.900,-. Hal ini menunjukkan perbedaan Range dari nilai Min menuju ke Max adalah sebesar 40,43%. Berarti selama periode ini saham BUMI memiliki Range perubahan harga terbesar adalah 40,43% dari harga Min. Pada periode ini ada 6 pola trend yang terbentuk, dimana polapola tersebut dipengaruhi oleh berita-berita yang ada. 66

18 Gambar 4.9 Trend Saham BUMI 1 Des Jan 2008 Pola trend tersebut adalah: a. Tanggal 5 Desember Desember 2007 Minggu ke-1 sampai ke-3 bulan Desember 2007, terlihat banyak Black Candle yang menyebabkan harga saham BUMI turun tajam. Pada minggu ini banyak pelaku pasar yang mulai meninggalkan pasar di awal Desember Diperkirakan dengan grafik yang ada sekarang harga saham akan turun atau stabil dalam jangka waktu beberapa minggu. Di antara tanggal ini, pola trend yang terbentuk adalah Down Trend. Terjadinya Down Trend disebabkan: adanya aksi profit taking saham-saham unggulan yang dinilai sudah terlalu tinggi mengikuti momentum 67

19 penurunan saham di Wall Street, terutama di sektor pertambangan. Penurunan suku bunga The Fed sebesar 25 bps, menurut investor tidak memberikan dampak kepada perekonomian di AS sehingga bursa Wall Street masih dalam keadaan lesu yang mempengaruhi bursa di kawasan regional. b. Tanggal 19 Desember Januari 2008 Minggu ke-4 bulan Desember 2007, grafik Candlestick tidak menunjukkan adanya reaksi terjadinya transaksi, bentuk grafiknya Four Price Doji yang berulang selama 3 hari berturun-turut. Pada minggu ini terjadi transaksi hanya pada 3 hari dan memberikan kenaikan sedikit pada saham BUMI Di antara tanggal ini, pola trend yang terbentuk adalah Sideways Trend. Pada saat ini terjadi Sideways Trend disebabkan karena adanya libur Idul Adha dan Natal yang membuat harga saham di bursa tidak bergerak. c. Tanggal 3 Januari Januari 2008 Minggu ke-1 bulan Januari 2008, grafik Candlestick masih menunjukkan tidak ada transaksi. Berarti para pelaku pasar masih meninggalkan kegiatan investasinya dan menyusun ulang portofolionya. Minggu ke-2 bulan Januari 2008, grafik Candlestick menunjukkan adanya pertanda naik pada saham BUMI, 68

20 namun tidak banyak karena pelaku pasar belum kembali ke bursa. Dampaknya akan ada kemungkinan saham BUMI turun, yang ditandai Long-Legged Doji. Di antara tanggal ini, pola trend yang terbentuk adalah Up Trend. Hal ini disebabkan pengaruh positif dari bursa regional yang memberi dampak baik kepada IHSG. Selain itu investor juga sudah terbiasa dengan harga minyak yang tinggi. Selain itu IHSG terdorong naik oleh saham komoditas energi dan perkebunan. d. Tanggal 15 Januari Januari 2008 Minggu ke-3 bulan Januari 2008, grafik Candlestick menunjukkan nilai saham BUMI terjun bebas. Pada minggu ini para investor memberikan sentimen negatif yang besar bagi saham BUMI dan tidak ada kekuatan yang menahan harga saham BUMI, terlihat dari Black Candle yang panjang dan banyak. Di antara tanggal ini, pola trend yang terbentuk adalah Down Trend. Penyebab terjadi Down Trend karena resesi ekonomi di AS yang dipengaruhi oleh kasus subprime mortgage. Akibatnya pasar global mengalami penurunan dan menyebabkan bursa di seluruh dunia mengalami hal yang sama. Memburuknya bursa di Eropa juga memberikan dampak negatif kepada bursa regional yang ditandai dengan aksi jual besar-besaran oleh investor. 69

21 e. Tanggal 23 Januari Januari 2008 Minggu ke-4 bulan Januari 2008, grafik Candlestick menunjukkan indikasi kuat terhadap kenaikan saham BUMI hal ini menunjukkan harga saham BUMI dinilai sudah terlalu murah dan juga para investor sudah mulai kembali melakukan kegiatan investasinya secara penuh. Dampak kenaikan yang tajam di minggu ini dapat menyebabkan penurunan di minggu berikutnya, bila tidak ada kekuatan dari pelaku pasar untuk menahan harga saham BUMI. Di antara tanggal ini, pola trend yang terbentuk adalah Up Trend. Penyebab terjadinya Up Trend adalah: Penurunan suku bunga 75 bps oleh The Fed, kebijakan ini dinilai positif oleh investor di seluruh dunia termasuk Indonesia. Kongres AS mulai membahas rancangan stimulus ekonomi yang diharapkan dapat mengurangi resesi ekonomi di AS, stimulus tersebut berupa keringanan pajak bagi kalangan industri dan individu. Pengaruh kebijakan tersebut membuat bursa Wall Street menjadi bergairah. f. Tanggal 29 Januari Januari 2008 Minggu ke-5 bulan Januari 2008, terjadi penurunan harga saham BUMI yang dilambangkan dengan Black Candle selama 2 hari berturut-turut. Pada saat ini investor menilai 70

22 harga saham BUMI sudah terlalu tinggi sehingga para investor mulai melepas saham BUMI yang menyebabkan harga saham BUMI turun. Di antara tanggal ini, pola trend yang terbentuk adalah Down Trend. Pengaruh Down Trend adalah keputusan The Fed menurunkan suku buku sebanyak 50 bps tidak memberikan reaksi positif kepada investor. Pengaruh lainnya adalah terjadi perebutan Herald Resources antara BUMI dan ANTM, posisi saat ini BUMI masih kalah dibandingkan ANTM. IV.2 Analisis Market Timing Dengan Pola Elliot Wave Pada Saham BUMI Setelah selesai melakukan analisis Candlestick maka langkah berikutnya adalah melakukan konfirmasi analisis melalui pola Elliott Wave yang dibuat untuk masing-masing periode seperti pada Candlestick. Melalui pola Elliott Wave ini dapat ditentukan analisis market timing untuk melengkapi analisis Candlestick pada saham BUMI. IV.2.1 Analisis Pola Elliott Wave Periode 1 Desember Januari Pola Elliott Wave Berikut ini akan ditampilkan pola Elliott Wave dari skala kecil dan skala besar: 71

23 a. Pola Elliott Wave Skala Kecil Gambar 4.10 Pola Elliott Wave Skala Kecil 1 Des Jan 06 b. Pola Elliott Wave Skala Besar Gambar 4.11 Pola Elliott Wave Skala Besar 1 Des Jan 06 72

24 Pada gambar di atas terlihat bahwa pola Elliott Wave skala besar terbentuk dari kumpulan wave skala kecil. Dimana untuk 5 wave skala kecil dalam posisi Up Trend akan membentuk 1 wave skala besar dalam posisi Up Trend. Sedangkan untuk 3 wave skala kecil dalam posisi Down Trend akan membentuk 1 wave skala besar dalam posisi Down Trend. 2. Analisis Market Timing Untuk melengkapi grafik dan pola pada gambar di atas, harus diletakan Fibonacci Retracement. Dengan adanya Fibonacci Retracement maka analisis market timing melalui pola Elliott Wave pada saham BUMI dapat digambarkan secara jelas. a. Analisis Market Timing Pola Elliott Wave Skala Kecil Dalam pola Elliott Wave skala kecil periode perubahan wave lebih pendek. Hal pertama yang perlu diperhatikan adalah posisi buy dilihat pada wave 2 sejauh mana melakukan reversal terhadap wave 1 melalui Fibonacci Retracement. 73

25 Gambar 4.12 Fibonacci Retracement I Skala Kecil Per 1 Des Jan 06 Pada saat wave 2 pada saham BUMI memasuki titik antara 50,0% sampai 61,8% dari wave 1 maka perlu mengamati berita yang dapat memberikan momentum balik dari wave 2. Pada tanggal 7 Desember 2005 bursa-bursa regional memberi pengaruh positif terhadap saham-saham di Indonesia, selain itu terjadi penguatan nilai rupiah. Momentum ini cukup memberi dorongan kepada wave 2 untuk berbalik naik menjadi wave 3 dan merupakan posisi buy pada saham BUMI yang cukup baik. 74

26 Gambar 4.13 Posisi Buy Wave 2 Skala Kecil Per 1 Des Jan 06 Setelah mendapatkan posisi buy untuk saham BUMI maka langkah berikut yang harus dilakukan adalah menentukan posisi sell. Pada saat wave 3 mulai terbentuk dan sudah melewati rasio 0% Fibonacci Retracement yang dibentuk dari wave 1 maka sudah saatnya memperhatikan perubahan harga saham BUMI. Aksi sell pada saham BUMI dilakukan bila dalam perubahan harga saham BUMI menemukan adanya Black Candle maka pada saat itu juga harus di lakukan aksi sell. Pada gambar Black Candle setelah wave 2 muncul pada tanggal 12 Desember 2005, yang menunjukkan investor mulai melakukan profit taking terhadap saham BUMI. Berarti pada tanggal tersebut aksi sell sebaiknya dilakukan untuk mengurangi risiko kerugian. 75

27 Gambar 4.14 Posisi Sell Wave 3 Skala Kecil Per 1 Des Jan 06 Alternatif lain bila dirasa wave 3 belum saatnya dilakukan aksi sell adalah dengan membentuk wave 5. Untuk mendapatkan posisi sell yang baik perlu dibentuk Fibonacci Retracement dengan titik awal wave 1 dan titik akhir wave 3. Gambar 4.15 Fibonacci Retracement II Skala Kecil Per 1 Des Jan 06 76

28 Yang perlu diperhatikan pada saat wave 4 di saham BUMI dibentuk adalah wave 4 tidak boleh melewati rasio 61,8% pada Fibonacci Retracement. Bila wave 4 melewati rasio 61,8% maka sebaiknya tidak perlu melakukan pengamatan lagi dan segera lepas saham BUMI tersebut untuk mengurangi kerugian. Gambar 4.16 Posisi Wave 4 Skala Kecil Per 1 Des Jan 06 Pada gambar wave 4 yang terbentuk masih berada pada rasio 23,6% sampai 38,2%. Setelah wave 4 maka akan terbentuk wave 5 yang merupakan reversal dari wave 4. Pilihan untuk melepas saham BUMI di wave 5 adalah bila wave 5 melewati rasio 0% atau selama terbentuknya wave 5 ditemukan Black Candle yang diperkuat dengan berita kemungkinan terjadinya reversal. 77

29 Gambar 4.17 Posisi Sell Wave 5 Skala Kecil Per 1 Des Jan 06 Pada gambar terlihat perubahan White Candle menjadi Black Candle terjadi pada tanggal 23 Desember Penyebab terjadinya hal tersebut adalah para investor sudah banyak yang meninggalkan bursa karena memasuki libur Natal dan Tahun Baru. Berita ini memberikan momentum kepada wave 5 di saham BUMI untuk melakukan reversal. Maka untuk tanggal 23 Desember 2005 sudah saatnya melakukan aksi sell saham BUMI karena akan terjadi reversal yang menyebabkan harga saham BUMI turun. Kondisi lain yang dapat digunakan sebagai acuan profit taking, bila pada akhir wave C titiknya masih berada di atas 61,8% dari Fibonacci Retracement yang dibentuk dari titik awal wave 1 dan titik akhir wave 5, maka kondisi ini 78

30 merupakan kesempatan lain untuk mendapatkan profit di saham BUMI. Untuk memastikan kekuatan momentum tersebut maka perlu dilihat berita pada titik akhir wave C yaitu pada tanggal 23 Januari Pada tanggal tersebut bursa global dan regional mengalami kenaikan sehingga memberikan pengaruh positif kepada saham yang ada di Indonesia. Dengan adanya berita tersebut maka pada tanggal 23 Januari 2006 aksi buy pada saham BUMI dapat dilakukan. Gambar 4.18 Posisi Buy Wave C Skala Kecil Per 1 Des Jan 06 Waktu yang tepat untuk melepas saham BUMI adalah pada saat reversal dari wave C telah mencapai rasio 0% dari Fibonacci Retracement atau menemukan Black Candle pertama kali saat reversal terjadi hal ini dilakukan untuk 79

31 mengurangi risiko terjadinya kerugian atas penurunan harga saham BUMI. Gambar 4.19 Posisi Sell I atas Buy Wave C Skala Kecil Per 1 Des Jan 06 Pada gambar di atas reversal atas wave C telah melewati rasio 0% pada tanggal 25 Januari 2006, berarti pada tanggal 25 Januari 2006 sebaiknya segera dilakukan aksi sell saham BUMI untuk menghindari terjadinya kerugian akibat penurunan harga saham BUMI. Bila merasa belum saatnya harga saham BUMI turun berdasarkan berita yang ada. Maka aksi sell saham BUMI dapat ditahan hingga menemukan Black Candle. Namun pada saat Black Candle terlihat maka saat itu juga aksi sell saham BUMI harus segera dilakukan untuk mengurangi risiko terjadinya penurunan harga saham BUMI. 80

32 Gambar 4.20 Posisi Sell II atas Buy Wave C Skala Kecil Per 1 Des Jan 06 Pada gambar terlihat Black Candle berada pada tanggal 27 Januari Berarti pada tanggal tersebut aksi sell saham BUMI sudah harus dilakukan untuk menghindari terjadinya risiko kerugian penurunan harga. b. Analisis Market Timing Pola Elliott Wave Skala Besar Pada saat Fibonacci Retracement dibentuk dari wave 1 yang perlu diperhatikan adalah sejauh mana wave 2 melakukan reversal terhadap wave 1. 81

33 Gambar 4.21 Fibonacci Retracement Skala Besar Per 1 Des Jan 06 Setelah mendapatkan Fibonacci Retracement maka saatnya menentukan posisi buy yang baik bagi saham BUMI dari reversal wave 1 yang membentuk wave 2. Pada umumnya posisi yang baik untuk aksi buy pada saham BUMI adalah bila wave 2 melakukan reversal menjadi wave 3 sebelum wave 2 jatuh di bawah 61,8%, namun tidak menutup kemungkinan untuk melakukan aksi buy saham BUMI pada saat wave 2 mulai membentuk White Candle. 82

34 Gambar 4.22 Posisi Buy Wave 2 Skala Besar Per 1 Des Jan 06 Pada gambar di atas wave 2 bergerak di antara titik 38,2% sampai 23,6%. Dalam melakukan aksi buy saham BUMI dilihat dari grafik Candlestick di wave 2, posisi White Candle pertama kali yaitu pada tanggal 5 Januari Pada tanggal 5 Januari 2006 terdapat berita terkendalinya inflasi, menguatnya rupiah, dan The Fed menghentikan kenaikan suku bunga. Dengan sentimen positif seperti ini maka aksi buy saham BUMI pada tanggal 5 Januari 2006 dapat dilakukan. Setelah melakukan buy pada saham BUMI amati pergerakan trend dan wave bila wave 2 turun hingga mencapai titik 61,8% atau lebih maka sebaiknya segera melepas saham BUMI tersebut. 83

35 Gambar 4.23 Posisi Wave 2 Skala Besar Per 1 Des Jan 06 Pada gambar terlihat wave 2 tidak dapat melewati rasio 38,2% pada Fibonacci Retracement yang didukung dengan berita positif pada tanggal 23 Januari 2006 mengenai bursa global dan regional yang mengalami kenaikan, sehingga saham BUMI masih dapat ditahan sampai terbentuk wave 3. Gambar 4.24 Posisi Sell Wave 3 Skala Besar Per 1 Des Jan 06 84

36 Posisi sell pada saham BUMI yang baik adalah pada saat wave 3 menembus rasio 0% pada Fibonacci Retracement. Pada gambar terlihat wave 3 menembus rasio 0% di tanggal 25 Januari 2006, maka aksi sell pada saham BUMI harus dilakukan pada tanggal tersebut. Dilakukan profit taking pada tanggal tersebut untuk mengurangi risiko penurunan harga saham BUMI. IV.2.2 Analisis Pola Elliott Wave Periode 1 Desember Januari Pola Elliott Wave Berikut ini akan ditampilkan pola Elliott Wave dari skala kecil dan skala besar: a. Pola Elliot Wave Skala Kecil Gambar 4.25 Pola Elliott Wave Skala Kecil 1 Des Jan 07 85

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. dilakukan dengan menggunakan grafik Candlestick dan pola Elliott Wave yang

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. dilakukan dengan menggunakan grafik Candlestick dan pola Elliott Wave yang BAB V SIMPULAN DAN SARAN V.1 Simpulan Berdasarkan hasil analisis atas pergerakkan harga saham BUMI yang dilakukan dengan menggunakan grafik Candlestick dan pola Elliott Wave yang dilengkapi dengan Fibonacci

Lebih terperinci

dapat digambarkan secara jelas.

dapat digambarkan secara jelas. b. Pola Elliott Wave Skala Besar Gambar 4.26 Pola Elliott Wave Skala Besar 1 Des 06 31 Jan 07 Pada gambar di atas terlihat bahwa pola Elliott Wave skala besar terbentuk dari kumpulan wave skala kecil.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Investasi dalam jangka pendek biasanya memiliki risiko yang lebih tinggi

BAB I PENDAHULUAN. Investasi dalam jangka pendek biasanya memiliki risiko yang lebih tinggi BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Penelitian Setiap investasi memiliki risiko dan keuntungan yang berjalan searah. Bila investor menginginkan keuntungan yang besar maka mereka sudah harus siap menerima

Lebih terperinci

ANALISIS MARKET TIMING DENGAN ELLIOTT WAVE PADA SAHAM BUMI PERIODE 1 DESEMBER 31 JANUARI TAHUN

ANALISIS MARKET TIMING DENGAN ELLIOTT WAVE PADA SAHAM BUMI PERIODE 1 DESEMBER 31 JANUARI TAHUN ANALISIS MARKET TIMING DENGAN ELLIOTT WAVE PADA SAHAM BUMI PERIODE 1 DESEMBER 31 JANUARI TAHUN 2005 2008 Abstrak Dalam melakukan analisis market timing digunakan konsep grafik Candlestick dan pola Elliott

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. IV.1 Pergerakan Harga Saham PTBA Periode 2007

BAB IV PEMBAHASAN. IV.1 Pergerakan Harga Saham PTBA Periode 2007 BAB IV PEMBAHASAN IV.1 Pergerakan Harga Saham PTBA Periode 2007 Selama periode 2007 Harga saham PTBA mengalami kenaikan. Awalnya pada tanggal 2 Januari, yang juga merupakan tanggal pertama perdagangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Sektor Properti

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Sektor Properti BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian 1.1.1 Sektor Properti Sektor properti merupakan sektor yang rentan terhadap perubahan dalam perekonomian, sebab sektor properti menjual produk yang

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. Dalam bab ini akan diuraikan penerapan indikator Bollinger Bands, RSI dan

BAB IV PEMBAHASAN. Dalam bab ini akan diuraikan penerapan indikator Bollinger Bands, RSI dan BAB IV PEMBAHASAN Dalam bab ini akan diuraikan penerapan indikator Bollinger Bands, RSI dan candlestick dalam grafik pergerakan harga saham Telkom. Kombinasi ketiga metode ini mampu memberikan gambaran

Lebih terperinci

Bab IV PEMBAHASAN. membuat rencana perdagangan (trading plan), tujuannya sebagai dasar acuan penulis

Bab IV PEMBAHASAN. membuat rencana perdagangan (trading plan), tujuannya sebagai dasar acuan penulis Bab IV PEMBAHASAN IV.1 Rencana Perdagangan ( Trading Plan ) Dalam simulasi perdagangan yang akan dibahas pada bab ini penulis akan membuat rencana perdagangan (trading plan), tujuannya sebagai dasar acuan

Lebih terperinci

RISK AND RETURN PT. BARITO PACIFIC, Tbk

RISK AND RETURN PT. BARITO PACIFIC, Tbk RISK AND RETURN PT. BARITO PACIFIC, Tbk DISUSUN OLEH : kelompok 8 1. Stefanus Deni K.O (16257) 2. Sandy Sanjaya (16258) 3. Lai Manga (16280) 4. Fany Kurniawan (16488) Data Harga Saham dan IHSG serta Return

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.2.1 Latar Belakang Analisa Saham Dedhy dan Liliana (2007) menyatakan bahwa pergerakan harga saham pada dasarnya dipengaruhi oleh teori ekonomi yang paling dasar, yaitu hukum permintaan

Lebih terperinci

BAB V. Simpulan dan Saran. sebelumnya, maka dapat diambil simpulan sebagai berikut: 1. Gambaran Tingkat Suku Bunga, Jumlah Uang Beredar dan Indeks

BAB V. Simpulan dan Saran. sebelumnya, maka dapat diambil simpulan sebagai berikut: 1. Gambaran Tingkat Suku Bunga, Jumlah Uang Beredar dan Indeks 94 BAB V Simpulan dan Saran 5.1 Simpulan Dari penelitian yang telah dilakukan, dan telah dijelaskan pula di bab-bab sebelumnya, maka dapat diambil simpulan sebagai berikut: 1. Gambaran Tingkat Suku Bunga,

Lebih terperinci

MARKET OUTLOOK SEPTEMBER 2015: MENANTI LANGKAH THE FED

MARKET OUTLOOK SEPTEMBER 2015: MENANTI LANGKAH THE FED MARKET OUTLOOK SEPTEMBER 2015: MENANTI LANGKAH THE FED BOTTOM IHSG MASIH BELUM JELAS Dari Market Outlook Juni: Jika 4913 Gagal Bertahan Jika suport 4913 tembus, skenario yang kemungkinan terjadi adalah

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. Wenny (2011) yang menyatakan bahwa tidak adanya perbedaan rata-rata

BAB V PEMBAHASAN. Wenny (2011) yang menyatakan bahwa tidak adanya perbedaan rata-rata BAB V PEMBAHASAN A. Return Saham. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian sebelumnya oleh Wenny (2011) yang menyatakan bahwa tidak adanya perbedaan rata-rata return saham sebelum dan sesudah pengumuman

Lebih terperinci

Analisis Ekonomi Mingguan

Analisis Ekonomi Mingguan Implikasi Indikator Ekonomi Terkini Terhadap Pasar Modal Analisis Ekonomi Mingguan Economic & Business Research Senior economist: Ibnu Edy Wiyono ibnu.wiyono@cp.co.idi id Business & economic analyst: M

Lebih terperinci

LAPORAN KINERJA BULANAN - PANIN Rp CASH FUND

LAPORAN KINERJA BULANAN - PANIN Rp CASH FUND LAPORAN BULANAN - PANIN Rp CASH FUND 10-Mar-2004 Panin Rp Cash Fund bertujuan untuk memberikan hasil yang relatif stabil melalui penempatan terutama pada instrumen pasar uang. Pasar Uang 100% BII (TD)

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Hasil Penelitian Terdahulu Penelitian pertama yang dilakukan oleh Purwanti (2005) dengan obyek penelitian Indeks LQ45. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dalam jangka

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pasar modal merupakan hal yang tidak asing lagi di Indonesia khususnya

BAB 1 PENDAHULUAN. Pasar modal merupakan hal yang tidak asing lagi di Indonesia khususnya BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pasar modal merupakan hal yang tidak asing lagi di Indonesia khususnya bagi para pelaku ekonomi. Dewasa ini pasar modal merupakan indikator kemajuan perekonomian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menentukan keputusan investasinya. Selama ini kebijakan BI rate selalu

BAB I PENDAHULUAN. menentukan keputusan investasinya. Selama ini kebijakan BI rate selalu BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BI rate merupakan salah satu faktor yang digunakan investor dalam menentukan keputusan investasinya. Selama ini kebijakan BI rate selalu ditunggu oleh para

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. BI Rate yang diumumkan kepada publik mencerminkan stance kebijakan moneter

BAB I PENDAHULUAN. BI Rate yang diumumkan kepada publik mencerminkan stance kebijakan moneter BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BI Rate yang diumumkan kepada publik mencerminkan stance kebijakan moneter Bank Indonesia selaku otoritas moneter. BI Rate merupakan instrumen kebijakan utama untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini, perekonomian Indonesia diliput banyak masalah. Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini, perekonomian Indonesia diliput banyak masalah. Permasalahan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Saat ini, perekonomian Indonesia diliput banyak masalah. Permasalahan tersebut muncul dari faktor internal maupun faktor eksternal. Namun saat ini, permasalahan

Lebih terperinci

Bab V SIMPULAN DAN SARAN

Bab V SIMPULAN DAN SARAN Bab V SIMPULAN DAN SARAN V.1 Ringkasan Penelitian ini dilakukan untuk menguji prediksi menggunakan metode ARIMA. Data yang digunakan dalam penelitian adalah data IHSG penutupan harian IHSG mulai periode

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. BI Rate yang diumumkan kepada publik mencerminkan stance kebijakan moneter

BAB I PENDAHULUAN. BI Rate yang diumumkan kepada publik mencerminkan stance kebijakan moneter BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BI Rate yang diumumkan kepada publik mencerminkan stance kebijakan moneter Bank Indonesia selaku otoritas moneter. BI Rate merupakan instrumen kebijakan utama untuk

Lebih terperinci

LAPORAN KINERJA BULANAN - PANIN Rp CASH FUND

LAPORAN KINERJA BULANAN - PANIN Rp CASH FUND LAPORAN BULANAN - PANIN Rp CASH FUND 10-Mar-2004 Panin Rp Cash Fund bertujuan untuk memberikan hasil yang relatif stabil melalui penempatan terutama pada instrumen pasar uang. Pasar Uang 100% Obligasi

Lebih terperinci

GLOBAL OUTLOOK 4 SEPTEMBER 2017

GLOBAL OUTLOOK 4 SEPTEMBER 2017 GLOBAL OUTLOOK 4 SEPTEMBER 2017 Konsolidasi Pasar setelah Mencapai Level Tertinggi Menunggu Konfirmasi Uptrend atau Perubahan Trend Pasar PERTUMBUHAN EKONOMI MOTOR PASAR SAHAM GLOBAL Inflasi negara Amerika

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. negara karena pasar modal menjalankan dua fungsi, yaitu fungsi ekonomi dan

BAB I PENDAHULUAN. negara karena pasar modal menjalankan dua fungsi, yaitu fungsi ekonomi dan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pasar modal memiliki peranan yang penting terhadap perekonomian suatu negara karena pasar modal menjalankan dua fungsi, yaitu fungsi ekonomi dan fungsi keuangan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seluruh penghasilan saat ini, maka dia dihadapkan pada keputusan investasi.

BAB I PENDAHULUAN. seluruh penghasilan saat ini, maka dia dihadapkan pada keputusan investasi. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap orang dihadapkan pada berbagai pilihan dalam menentukan proporsi dana atau sumber daya yang mereka miliki untuk konsumsi saat ini dan di masa mendatang. Kapan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mengalami peningkatan yang semakin pesat sejak krisis ekonomi global pada tahun 1998 yang tidak hanya melanda di negara

Lebih terperinci

ANALISA PERUBAHAN NILAI TUKAR RUPIAH TERHADAP DOLLAR AMERIKA DALAM RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA PERUBAHAN TAHUN 2014

ANALISA PERUBAHAN NILAI TUKAR RUPIAH TERHADAP DOLLAR AMERIKA DALAM RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA PERUBAHAN TAHUN 2014 ANALISA PERUBAHAN NILAI TUKAR RUPIAH TERHADAP DOLLAR AMERIKA DALAM RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA PERUBAHAN TAHUN 2014 Pendahuluan Akibat dari krisis ekonomi yang dialami Indonesia tahun

Lebih terperinci

OPTIMISME KINERJA PEREKONOMIAN INDONESIA PASCA BREXIT. Oleh: Irfani Fithria dan Fithra Faisal Hastiadi Vol. 2. Pendahuluan. Pertumbuhan Ekonomi

OPTIMISME KINERJA PEREKONOMIAN INDONESIA PASCA BREXIT. Oleh: Irfani Fithria dan Fithra Faisal Hastiadi Vol. 2. Pendahuluan. Pertumbuhan Ekonomi OPTIMISME KINERJA PEREKONOMIAN 2016 Vol. 2 INDONESIA PASCA BREXIT Oleh: Irfani Fithria dan Fithra Faisal Hastiadi Pendahuluan T ahun 2016 disambut dengan penuh optimisme dengan membaiknya pertumbuhan ekonomi

Lebih terperinci

LAPORAN KINERJA BULANAN - PANIN Rp CASH FUND

LAPORAN KINERJA BULANAN - PANIN Rp CASH FUND LAPORAN BULANAN - PANIN Rp CASH FUND 10-Mar-2004 Panin Rp Cash Fund bertujuan untuk memberikan hasil yang relatif stabil melalui penempatan terutama pada instrumen pasar uang. Pasar Uang 100% Deposito

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Sebagai negara berkembang, Indonesia membutuhkan dana yang tidak

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Sebagai negara berkembang, Indonesia membutuhkan dana yang tidak BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sebagai negara berkembang, Indonesia membutuhkan dana yang tidak sedikit jumlahnya di dalam pembangunan nasional. Dalam konteks pembangunan nasional maupun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pasar modal (capital market) telah terbukti memiliki andil yang cukup

BAB I PENDAHULUAN. Pasar modal (capital market) telah terbukti memiliki andil yang cukup BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pasar modal (capital market) telah terbukti memiliki andil yang cukup besar dalam perkembangan perekonomian suatu negara. Pasar modal memiliki beberapa daya

Lebih terperinci

GLOBAL OUTLOOK 2 OKTOBER 2017

GLOBAL OUTLOOK 2 OKTOBER 2017 GLOBAL OUTLOOK 2 OKTOBER 2017 Pasar Menembus Level Tertinggi Sepanjang Sejarah Konfirmasi Bullish Terbatas Jenuh Beli PENURUNAN BI RATE MENJADI KATALIS IHSG Ekonomi Amerika Serikat (AS) pada periode Q2

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ekspansi, penambahan modal kerja dan lain-lain, kedua pasar modal menjadi

BAB I PENDAHULUAN. ekspansi, penambahan modal kerja dan lain-lain, kedua pasar modal menjadi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pasar Modal memiliki peran penting bagi perekonomian suatu negara yang mempunyai fungsi sebagai sarana bagi pendanaan usaha atau sebagai sarana bagi perusahaan

Lebih terperinci

IV. FLUKTUASI MAKROEKONOMI INDONESIA

IV. FLUKTUASI MAKROEKONOMI INDONESIA 49 IV. FLUKTUASI MAKROEKONOMI INDONESIA 4.1 Produk Domestik Bruto (PDB) PDB atas dasar harga konstan merupakan salah satu indikator makroekonomi yang menunjukkan aktivitas perekonomian agregat suatu negara

Lebih terperinci

LAPORAN KINERJA BULANAN - PANIN Rp CASH FUND

LAPORAN KINERJA BULANAN - PANIN Rp CASH FUND LAPORAN BULANAN - PANIN Rp CASH FUND 10-Mar-2004 Panin Rp Cash Fund bertujuan untuk memberikan hasil yang relatif stabil melalui penempatan terutama pada instrumen pasar uang. Pasar Uang 100% RD Pasar

Lebih terperinci

GLOBAL OUTLOOK 4 SEPTEMBER 2017

GLOBAL OUTLOOK 4 SEPTEMBER 2017 GLOBAL OUTLOOK 4 SEPTEMBER 2017 Konsolidasi Pasar setelah Mencapai Level Tertinggi Menunggu Konfirmasi Uptrend atau Perubahan Trend Pasar PERTUMBUHAN EKONOMI MOTOR PASAR SAHAM GLOBAL Inflasi negara Amerika

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sehubungan dengan fenomena shock ini adalah sangat menarik berbicara tentang

BAB I PENDAHULUAN. Sehubungan dengan fenomena shock ini adalah sangat menarik berbicara tentang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Guncangan (shock) dalam suatu perekonomian adalah suatu keniscayaan. Terminologi ini merujuk pada apa-apa yang menjadi penyebab ekspansi dan kontraksi atau sering juga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pasar modal (capital market) telah terbukti memiliki andil yang cukup. besar dalam perkembangan perekonomian suatu negara.

BAB I PENDAHULUAN. Pasar modal (capital market) telah terbukti memiliki andil yang cukup. besar dalam perkembangan perekonomian suatu negara. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang penelitian Pasar modal (capital market) telah terbukti memiliki andil yang cukup besar dalam perkembangan perekonomian suatu negara. Pasar modal memiliki beberapa daya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. aktiva produktif selama periode tertentu (Jogiyanto, 2010:5). Dengan kata lain

BAB I PENDAHULUAN. aktiva produktif selama periode tertentu (Jogiyanto, 2010:5). Dengan kata lain BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Investasi adalah penundaan konsumsi sekarang untuk dimasukkan ke aktiva produktif selama periode tertentu (Jogiyanto, 2010:5). Dengan kata lain mengorbankan sesuatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian suatu negara. Dalam hal ini pasar modal memiliki peranan yang

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian suatu negara. Dalam hal ini pasar modal memiliki peranan yang 19 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Peran aktif lembaga pasar modal sangat diperlukan dalam membangun perekonomian suatu negara. Dalam hal ini pasar modal memiliki peranan yang strategis dalam perekonomian

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. memberikan kontribusi terhadap perekonomian Indonesia. menjadi financial nerve-centre (saraf finansial dunia) dalam dunia ekonomi

I. PENDAHULUAN. memberikan kontribusi terhadap perekonomian Indonesia. menjadi financial nerve-centre (saraf finansial dunia) dalam dunia ekonomi I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia sebagai negara yang mayoritas penduduknya muslim yaitu sebesar 85 persen dari penduduk Indonesia, merupakan pasar yang sangat besar untuk pengembangan industri

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Investasi merupakan suatu daya tarik bagi para investor karena dengan

I. PENDAHULUAN. Investasi merupakan suatu daya tarik bagi para investor karena dengan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Investasi merupakan suatu daya tarik bagi para investor karena dengan berinvestasi seorang investor dihadapkan pada dua hal yaitu return (imbal hasil) dan risiko. Dalam

Lebih terperinci

Kinerja CARLISYA PRO SAFE

Kinerja CARLISYA PRO SAFE 29-Jan-16 NAV: (netto) vs per December 2015 () 5.15% 6.92% Total Dana Kelolaan 395,930,218.07 10 0-100% Kinerja - Inflasi (Jan 2016) 0.51% Deskripsi Jan-16 YoY - Inflasi (YoY) 4.14% - BI Rate 7.25% Yield

Lebih terperinci

BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN

BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN Sejak pertengahan tahun 2006, kondisi ekonomi membaik dari ketidakstabilan ekonomi tahun 2005 dan penyesuaian kebijakan fiskal dan moneter yang

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang Masalah. Peran pasar modal dalam globalisasi ekonomi semakin penting

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang Masalah. Peran pasar modal dalam globalisasi ekonomi semakin penting BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah Peran pasar modal dalam globalisasi ekonomi semakin penting terutama terkait dengan arus permodalan dan pertumbuhan ekonomi. Pasar modal merupakan indikator

Lebih terperinci

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV - 2009 263 ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV - 2009 Tim Penulis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Investor sering kali dibingungkan apabila ingin melakukan investasi atas dana yang dimilikinya ketika tingkat bunga mengalami penurunan. Sementara itu, kebutuhan

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. a. Pengaruh Simultan Variabel Makroekonomi terhadap IHSG

BAB V PEMBAHASAN. a. Pengaruh Simultan Variabel Makroekonomi terhadap IHSG BAB V PEMBAHASAN A. Pembahasan Hasil Penelitian 1. Pengaruh Simultan a. Pengaruh Simultan Variabel Makroekonomi terhadap IHSG Berdasarkan hasil dari analisa regresi uji F didapat nilai signifikansi sebesar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perekonomian suatu negara tidak lepas dari peran para pemegang. dana, dan memang erat hubungannya dengan investasi, tentunya dengan

BAB I PENDAHULUAN. Perekonomian suatu negara tidak lepas dari peran para pemegang. dana, dan memang erat hubungannya dengan investasi, tentunya dengan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perekonomian suatu negara tidak lepas dari peran para pemegang dana, dan memang erat hubungannya dengan investasi, tentunya dengan investasi para pemegang dana

Lebih terperinci

GLOBAL OUTLOOK 1 Juni 2018

GLOBAL OUTLOOK 1 Juni 2018 GLOBAL OUTLOOK 1 Juni 2018 Market Volatility Getting Higher UNCERTAINTY RISK CREATE VOLATILITY Volatilitas pasar modal Indonesia meningkat di sepanjang bulan Mei 2018 akibat melemahnya nilai tukar Rupiah

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO INDONESIA

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO INDONESIA PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO INDONESIA April 2015 Tim Riset SPMD Overview The Fed siap menaikan suku bunga acuan kapan saja yang berpotensi menarik dana tiba-tiba (sudden reversal) dari emerging market termasuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Investasi dan spekulasi mempunyai persamaan, yaitu kedua-duanya

BAB I PENDAHULUAN. Investasi dan spekulasi mempunyai persamaan, yaitu kedua-duanya BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Investasi dan spekulasi mempunyai persamaan, yaitu kedua-duanya mengandung unsur kerugian dan keuntungan. Namun terdapat sebuah perbedaan sehingga sebuah investasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Banyak cara yang dapat dilakukan investor dalam melakukan investasi,

BAB I PENDAHULUAN. Banyak cara yang dapat dilakukan investor dalam melakukan investasi, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang penelitian Banyak cara yang dapat dilakukan investor dalam melakukan investasi, salah satunya adalah dengan melakukan investasi di Pasar Modal. Dalam hal ini Pasar

Lebih terperinci

GLOBAL OUTLOOK 1 Juni 2018

GLOBAL OUTLOOK 1 Juni 2018 GLOBAL OUTLOOK 1 Juni 2018 Market Volatility Getting Higher UNCERTAINTY RISK CREATE VOLATILITY Volatilitas pasar modal Indonesia meningkat di sepanjang bulan Mei 2018 akibat melemahnya nilai tukar Rupiah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. di Amerika Serikat merupakan topik pembicaraan yang menarik hampir di

BAB I PENDAHULUAN. di Amerika Serikat merupakan topik pembicaraan yang menarik hampir di BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurunnya nilai indeks bursa saham global dan krisis finansial di Amerika Serikat merupakan topik pembicaraan yang menarik hampir di seluruh media massa dan dibahas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. atau investor.kedua, pasar modal menjadi sarana bagi masyarakat untuk

BAB I PENDAHULUAN. atau investor.kedua, pasar modal menjadi sarana bagi masyarakat untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pasar modal memiliki peran penting bagi perekonomian suatu negara karena pasar modal menjalankan dua fungsi. Pertama sebagai sarana bagi pendanaan usaha

Lebih terperinci

Kondisi Perekonomian Indonesia

Kondisi Perekonomian Indonesia KAMAR DAGANG DAN INDUSTRI INDONESIA Kondisi Perekonomian Indonesia Tim Ekonomi Kadin Indonesia 1. Kondisi perekonomian dunia dikhawatirkan akan benar-benar menuju jurang resesi jika tidak segera dilakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Era globalisasi dalam perkembangannya ditandai dengan adanya perdagangan

BAB I PENDAHULUAN. Era globalisasi dalam perkembangannya ditandai dengan adanya perdagangan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Era globalisasi dalam perkembangannya ditandai dengan adanya perdagangan bebas. Perdagangan bebas merupakan suatu kegiatan jual beli produk antar negara tanpa adanya

Lebih terperinci

LAPORAN KINERJA BULANAN - PANIN Rp CASH FUND

LAPORAN KINERJA BULANAN - PANIN Rp CASH FUND LAPORAN BULANAN - PANIN Rp CASH FUND 10-Mar-2004 Panin Rp Cash Fund bertujuan untuk memberikan hasil yang relatif stabil melalui penempatan terutama pada instrumen pasar uang. Pasar Uang 100% Deposito

Lebih terperinci

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III - 2009 127 ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III - 2009 Tim Penulis

Lebih terperinci

Kinerja CARLISYA PRO MIXED

Kinerja CARLISYA PRO MIXED 29-Jan-16 NAV: 1,707.101 Total Dana Kelolaan 12,072,920,562.29 - Pasar Uang 0-90% - Deposito Syariah - Efek Pendapatan Tetap 10-90% - Syariah - Efek Ekuitas 10-90% - Ekuitas Syariah 12.37% 48.71% 38.92%

Lebih terperinci

Mengobati Penyakit Ekonomi Oleh: Mudrajad Kuncoro

Mengobati Penyakit Ekonomi Oleh: Mudrajad Kuncoro Mengobati Penyakit Ekonomi Oleh: Mudrajad Kuncoro Melemahnya nilai tukar rupiah dan merosotnya Indeks Harga Saham Gabungan membuat panik pelaku bisnis. Pengusaha tahu-tempe, barang elektronik, dan sejumlah

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN Analisis penilaian kinerja saham-saham BUMN dan portofolio BUMN dalam penelitian ini diukur dengan menggunakan rasio Sharpe dan rasio Treynor untuk mengukur tingkat return-nya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang isi Pemerintah Provinsi Jawa Barat yang tercantum dalam Perda Nomor 1 Tahun 2003 tentang Pola Dasar Pembangunan Daerah Jawa Barat, yaitu Dengan Iman dan Taqwa Jawa

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. menguntungkan bagi pemulihan perekonomian pasca krisis seperti isu terorisme

I. PENDAHULUAN. menguntungkan bagi pemulihan perekonomian pasca krisis seperti isu terorisme I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Ekonomi Indonesia selama tahun 2003 ternyata mampu bertahan dan mengalami pertumbuhan walaupun menghadapi situasi yang kurang menguntungkan bagi pemulihan perekonomian

Lebih terperinci

Gambar 1.1. Grafik IHSG periode

Gambar 1.1. Grafik IHSG periode BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam 1 dekade terakhir perkembangan pasar modal Indonesia semakin maju dengan pesat, dapat dilihat dari data Bapepam-LK dalam gambar 1.1 dan tabel 1.2. Keadaan ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada zaman era globalisasi ini sudah banyak perusahaan-perusahaan yang

BAB I PENDAHULUAN. Pada zaman era globalisasi ini sudah banyak perusahaan-perusahaan yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada zaman era globalisasi ini sudah banyak perusahaan-perusahaan yang melakukan investasi. Investasi merupakan komitmen atas sejumlah dana atau sumberdaya lainnya

Lebih terperinci

GLOBAL OUTLOOK 1 Juni 2018

GLOBAL OUTLOOK 1 Juni 2018 Jun-13 Aug-13 Oct-13 Dec-13 Feb-14 Apr-14 Jun-14 Aug-14 Oct-14 Dec-14 Feb-15 Apr-15 Jun-15 Aug-15 Oct-15 Dec-15 Feb-16 Apr-16 Jun-16 Aug-16 Oct-16 Dec-16 Feb-17 Apr-17 Jun-17 Aug-17 Oct-17 Dec-17 Feb-18

Lebih terperinci

GLOBAL OUTLOOK 2 OKTOBER 2017

GLOBAL OUTLOOK 2 OKTOBER 2017 GLOBAL OUTLOOK 2 OKTOBER 2017 Pasar Menembus Level Tertinggi Sepanjang Sejarah Konfirmasi Bullish Terbatas Jenuh Beli PENURUNAN BI RATE MENJADI KATALIS IHSG Ekonomi Amerika Serikat (AS) pada periode Q2

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. banyak diminati oleh para investor karena saham tersebut sangat liquid. Sahamsaham

BAB I PENDAHULUAN. banyak diminati oleh para investor karena saham tersebut sangat liquid. Sahamsaham 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam pasar modal di Indonesia, ada beberapa kelompok saham yang paling banyak diminati oleh para investor karena saham tersebut sangat liquid. Sahamsaham tersebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. atau emiten). Dengan adanya pasar modal, pihak yang memiliki kelebihan dana

BAB I PENDAHULUAN. atau emiten). Dengan adanya pasar modal, pihak yang memiliki kelebihan dana BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pasar modal memiliki peranan yang penting terhadap perekonomian suatu negara karena pasar modal menjalankan dua fungsi, yaitu fungsi ekonomi dan fungsi keuangan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Efek Indonesia maupun yang belum terdaftar, yang sudah go public. maupun yang belum go public sangat membutuhkan pasar keuangan

BAB I PENDAHULUAN. Efek Indonesia maupun yang belum terdaftar, yang sudah go public. maupun yang belum go public sangat membutuhkan pasar keuangan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap perusahaan manapun baik yang sudah terdaftar di Bursa Efek Indonesia maupun yang belum terdaftar, yang sudah go public maupun yang belum go public sangat membutuhkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULAN. yang sedang berkembang (emerging market), kondisi makro ekonomi

BAB I PENDAHULAN. yang sedang berkembang (emerging market), kondisi makro ekonomi BAB I PENDAHULAN A. Latar Belakang Masalah Di era globalisasi ini pasar modal merupakan instrumen penting dalam perekonomian suatu negara. Pasar modal yang ada di Indonesia merupakan pasar yang sedang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Keyakinan bahwa ekonomi global akan pulih dan industri manufaktur akan membaik membuat investor berspekulasi akan naiknya kebutuhan komoditas yang otomatis mendorong

Lebih terperinci

INDOTRADERPEDIA BULETIN TRADER INDONESIA - Dalam trading, istilah momentum

INDOTRADERPEDIA BULETIN TRADER INDONESIA -  Dalam trading, istilah momentum VOLUME 3, ISSUE 6 SEPTEMBER - OKTOBER 2015 INDOTRADERPEDIA BULETIN TRADER INDONESIA - WWW.INDOTRADERPEDIA.COM Inside this issue: Candle Power : Identical Three Crow 6 Indicator : Donchian Channels 9 Charting

Lebih terperinci

LAPORAN KINERJA BULANAN - PANIN Rp CASH FUND

LAPORAN KINERJA BULANAN - PANIN Rp CASH FUND LAPORAN BULANAN - PANIN Rp CASH FUND 10-Mar-2004 Panin Rp Cash Fund bertujuan untuk memberikan hasil yang relatif stabil melalui penempatan terutama pada instrumen pasar uang. Pasar Uang 100% Deposito

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM PEREKONOMIAN INDONESIA. negara selain faktor-faktor lainnya seperti PDB per kapita, pertumbuhan ekonomi,

BAB IV GAMBARAN UMUM PEREKONOMIAN INDONESIA. negara selain faktor-faktor lainnya seperti PDB per kapita, pertumbuhan ekonomi, BAB IV GAMBARAN UMUM PEREKONOMIAN INDONESIA 4.1 Perkembangan Laju Inflasi di Indonesia Tingkat inflasi merupakan salah satu indikator fundamental ekonomi suatu negara selain faktor-faktor lainnya seperti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memiliki peranan yang penting dalam menumbuhkembangkan perekonomian nasional.

BAB I PENDAHULUAN. memiliki peranan yang penting dalam menumbuhkembangkan perekonomian nasional. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Aktivitas pasar modal yang merupakan salah satu potensi perekonomian nasional, memiliki peranan yang penting dalam menumbuhkembangkan perekonomian nasional. Dukungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. secara umum diukur dari pertumbuhan ekonomi negara tersebut. Hal ini disebabkan

BAB I PENDAHULUAN. secara umum diukur dari pertumbuhan ekonomi negara tersebut. Hal ini disebabkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peningkatan perekonomian suatu negara dan tingkat kesejahteraan penduduk secara umum diukur dari pertumbuhan ekonomi negara tersebut. Hal ini disebabkan karena pertumbuhan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Nilai tukar mata uang mencerminkan kuatnya perekonomian suatu negara. Jika

BAB 1 PENDAHULUAN. Nilai tukar mata uang mencerminkan kuatnya perekonomian suatu negara. Jika BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan Nilai tukar mata uang mencerminkan kuatnya perekonomian suatu negara. Jika perekonomian suatu negara mengalami depresiasi mata uang, maka bisa dikatakan

Lebih terperinci

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV - 2010 245 ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV - 2010 Tim Penulis

Lebih terperinci

GLOBAL OUTLOOK 1 NOVEMBER 2017

GLOBAL OUTLOOK 1 NOVEMBER 2017 GLOBAL OUTLOOK 1 NOVEMBER 2017 Pasar Menembus Level Tertinggi Sepanjang Sejarah Konfirmasi Bullish Terbatas Jenuh Beli Data Pertumbuhan Ekonomi (GDP) Kuartal III-2017 Menjadi Pendorong Kenaikan IHSG Lebih

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dana guna menunjang pembiayaan pembangunan nasional. 1

BAB I PENDAHULUAN. dana guna menunjang pembiayaan pembangunan nasional. 1 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Investasi di pasar modal dewasa ini sangat dilirik oleh para investor, hal ini dikarenakan adanya perkembangan perekonomian dimana pertumbuhan ekonomi suatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan sektor properti dan real estat yang ditandai dengan kenaikan

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan sektor properti dan real estat yang ditandai dengan kenaikan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertumbuhan sektor properti dan real estat yang ditandai dengan kenaikan harga tanah dan bangunan yang lebih tinggi dari laju inflasi setiap tahunnya menyebabkan semakin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terhadap lesunya perekonomian global, khususnya negara-negara dunia yang dilanda

BAB I PENDAHULUAN. terhadap lesunya perekonomian global, khususnya negara-negara dunia yang dilanda BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Memasuki pertengahan tahun 2015, dianggap sebagai periode yang cukup kelam bagi sebagian pelaku pasar yang merasakan dampaknya secara langsung terhadap lesunya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. di masa mendatang (Tandelilin, 2001). Tujuan investor menginvestasikan

BAB I PENDAHULUAN. di masa mendatang (Tandelilin, 2001). Tujuan investor menginvestasikan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Investasi merupakan komitmen atas sejumlah dana atau sumber daya lainnya yang dilakukan pada saat ini, dengan tujuan memperoleh sejumlah keuntungan di masa mendatang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memfasilitasi investor untuk berinvestasi, untuk mendapatkan pengembalian yang

BAB I PENDAHULUAN. memfasilitasi investor untuk berinvestasi, untuk mendapatkan pengembalian yang 1 BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Dalam era persaingan global setiap negara ingin bersaing secara internasional, sehingga dalam hal ini kebijakan yang berbeda diterapkan untuk memfasilitasi investor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dewasa ini, era globalisasi membawa suatu pengaruh yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dewasa ini, era globalisasi membawa suatu pengaruh yang sangat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini, era globalisasi membawa suatu pengaruh yang sangat besar dalam perekonomian suatu negara. Era globalisasi ini terjadi dikarenakan adanya rasa saling ketergantungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ini menjadi pemicu yang kuat bagi manajemen perusahaan untuk. membutuhkan pendanaan dalam jumlah yang sangat besar.

BAB I PENDAHULUAN. ini menjadi pemicu yang kuat bagi manajemen perusahaan untuk. membutuhkan pendanaan dalam jumlah yang sangat besar. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ketatnya persaingan dalam dunia bisnis dan ekonomi yang terjadi saat ini menjadi pemicu yang kuat bagi manajemen perusahaan untuk meningkatkan performa terbaiknya

Lebih terperinci

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) - SIDEWAYS. IHSG (3,958.54, 3,959.10, 3,850.13, 3,894.56, ), Parabolic SAR (4,013.

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) - SIDEWAYS. IHSG (3,958.54, 3,959.10, 3,850.13, 3,894.56, ), Parabolic SAR (4,013. PREMIUM NEWSLETTER The Technical View 27 Februari Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) - SIDEWAYS 5 cember 2 9 27 2 IHSG (3,958.54, 3,959.0, 3,850.3, 3,894.56, -64.2500), Parabolic SAR (4,03.65) () 5 9 6

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) adalah sebuah indikator yang

I. PENDAHULUAN. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) adalah sebuah indikator yang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) adalah sebuah indikator yang menunjukkan pergerakan harga saham di Bursa Efek Indonesia (BEI). Indeks ini mencakup pergerakan seluruh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi Indonesia pada tahun 2015 meningkat sekitar 5,8 persen.

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi Indonesia pada tahun 2015 meningkat sekitar 5,8 persen. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pasar modal berperan penting dalam menunjang perekonomian negara, karena pasar modal berfungsi sebagai lembaga perantara yang dapat menghubungkan pihak yang membutuhkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Hampir seluruh negara di dunia memiliki pasar modal (capital market), kecuali di negara-negara yang masih berbenah. Pasar modal adalah pertemuan antara

Lebih terperinci

GLOBAL OUTLOOK 1 FEBRUARY 2018

GLOBAL OUTLOOK 1 FEBRUARY 2018 GLOBAL OUTLOOK 1 FEBRUARY 2018 Bullish Trend Continuation Mode On PERTUMBUHAN EKONOMI DUNIA MULAI PULIH Indeks Manufaktur negara Zona Eropa di bulan Januari 2018 di level 59,6 turun dari bulan sebelumnya

Lebih terperinci

BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN

BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN Perkembangan ekonomi makro bulan Oktober 2004 hingga bulan Juli 2008 dapat diringkas sebagai berikut. Pertama, stabilitas ekonomi tetap terjaga

Lebih terperinci

BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN

BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN I. Ekonomi Dunia Pertumbuhan ekonomi nasional tidak terlepas dari perkembangan ekonomi dunia. Sejak tahun 2004, ekonomi dunia tumbuh tinggi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Investasi merupakan suatu cara untuk meningkatkan kesejahteraan di masa datang

I. PENDAHULUAN. Investasi merupakan suatu cara untuk meningkatkan kesejahteraan di masa datang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Investasi merupakan suatu cara untuk meningkatkan kesejahteraan di masa datang yang berguna untuk mengantisipasi adanya inflasi yang terjadi setiap tahunnya. Investasi

Lebih terperinci

GLOBAL OUTLOOK 4 DECEMBER 2017

GLOBAL OUTLOOK 4 DECEMBER 2017 GLOBAL OUTLOOK 4 DECEMBER 2017 Bullish Trend Continuation Mode On Window Dressing Katalis Kenaikan IHSG Indeks Manufaktur negara Zona Eropa di bulan November 2017 di level 60.5 naik dari bulan sebelumnya

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Secara perlahan namun pasti pasar modal Indonesia tumbuh menjadi bagian

I. PENDAHULUAN. Secara perlahan namun pasti pasar modal Indonesia tumbuh menjadi bagian I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Secara perlahan namun pasti pasar modal Indonesia tumbuh menjadi bagian penting dalam perkembangan perekonomian Indonesia. Di negara-negara maju pasar modal sejak lama

Lebih terperinci