ANALISIS KARAKTERISTIK DAN MOBILITAS PENGEMIS DI KOTA SALATIGA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "ANALISIS KARAKTERISTIK DAN MOBILITAS PENGEMIS DI KOTA SALATIGA"

Transkripsi

1 THE 5 TH URECOL PROCEEDING 18 February 2017 UAD, Yogyakarta ANALISIS KARAKTERISTIK DAN MOBILITAS PENGEMIS DI KOTA SALATIGA Choirul Amin, Priyono, Nurul Hidayah, Bagus Mia Syahputra Fakultas Geografi UMS, Jl. A. Yani Tromol Pos I Kartasura Seurakarta ca122@ums.ac.id Fakultas Geografi UMS, Jl. A. Yani Tromol Pos I Kartasura Seurakarta pri222@ums.ac.id Fakultas Geografi UMS, Jl. A. Yani Tromol Pos I Kartasura Seurakarta nurulhiida08@gmail.com Abstrak Kebutuhan mobilitas merupakan salah satu karakteristik dasar manusia. Namun demikian, mobilitas penduduk dari desa ke kota juga dapat menimbulkan permasalahan di perkotaaan. Salah satunya adalah munculnya kaum gelandangan dan pengemis. Keberadaan pengemis merupakan fenomena yang umum dijumpai di berbagai kota termasuk Kota Salatiga. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis karakteristik dan pola mobilitas pengemis di Kota Salatiga. Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian survey. Metode pengambilan sampel menggunakan non probability sampling dengan teknik accidental sampling. Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) pengemis di Kota Salatiga sebagian besar merupakan pendatang dari luar kota Salatiga dan (2) pola mobilitas yang dilakukan berupa mobilitas sirkuler dari tempat tinggal di luar Kota Salatiga menuju Kota Salatiga. Pemahaman tentang pola mobilitas pengemis ini dapat digunakan sebagai dasar pengambilan kebijakan untuk menangani permasalahan pengemis di Kota Salatiga,terutama dalam hal tindakan preventif maupun intervensi dan layanan sosial yang diberikan. Kata Kunci: Urbanisasi, Pengemis, Permasalahan Perkotaan. 1. PENDAHULUAN Mobilitas penduduk penting artinya bagi perkembangan wilayah karena melalui mekanisme ini perbedaan komposisi kependudukan antarwilayah akan terbentuk. Sementara itu, setiap migrasi selalu selektif oleh umur dan jenis kelamin, sehingga gerak penduduk antarwilayah juga memberikan perubahan-perubahan jangka panjang dalam komposisi demografis, sosial maupun ekonomi, baik di daerah asal maupun di daerah tujuan (Rijanta, 2003). Arango(2000) menyatakan bahwa mobilitas dilakukan seseorang karena adanya tekanan lingkungan alam, ekonomi, sosial dan budaya. Demikian pula dengan fenomena urbanisasi yang sering mendatangkan masalah di perkotaan. Penduduk bersaing untuk mendapatkan lapangan pekerjaan, layanan fasilitas umum, perumahan, air bersih dan listrik, ketersediaan pangan dan sebagainya. Belum lagi timbulnya kemacetan lalulintas dan tindakan kriminalitas serta munculnya kaum marjinal perkotaan seperti pengemis. Keberadaan pengemis merupakan fenomena yang umum dijumpai di berbagai kota termasuk Kota Salatiga. Faktor yang melatarbelakangi munculnya pengemis diantaranya adalah rendahnya pendidikan dan keterampilan, rendahnya pendapatan, dan terbatasnya kesempatan kerja di perkotaan. Pengemis telah menjadi masalah nasional yang dihadapi di banyak kota, tak terkecuali di negara berkembang. Permasalahan gelandangan dan pengemis sebenarnya telah lama mendapatkan perhatian serius baik dari pemerintah pusat, pemerintah daerah maupun LSM. THE 5 TH URECOL 874 ISBN

2 THE 5 TH URECOL PROCEEDING 18 February 2017UAD, Yogyakarta Kota Salatiga masih menghadapi permasalahan kesejahteraan sosial meskipun upaya penanganan penyandang masalah kesejahteraan sosial(pmks) terus dilakukan tetapi belum berhasil mengurangi jumlah PMKSsecara signifikan. Kondisi ini ditandai dengan meningkatnya jumlahpenduduk miskin (seperti gelandangan, anak jalanan, dan pengemis). dan penyandang masalahkesejahteraan sosial lainnya. Tabel 1. Data Pelayanan yang Dilakukan Dinsosnakertrans Kota Salatiga Tahun 2014 Sumber: Dinsosnakertrans Kota Salatiga, METODE Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian survey.populasi yang akan menjadi sumber data dalam penelitian ini adalahpengemis di Kota Salatiga. Sampel dalam penelitian ini akandipilih secara non probability sampling dengan teknik accidental sampling. Accidental samling. Sugiyono (20 01) menyebutkan bahwa sampling aksidental merupakan teknik penentuan sampel berdasarkan kebetulan, yaitu siapa saja yang secara kebetulan bertemu dengan peneliti dapat digunakan sebagai sampel, bila dipandang orang yang kebetulan ditemui itu sesuai dengan sumber data, yang dalam penelitian ini adalah pengemis.jumlah sampel pengemis dalam penelitian ini sebanyak 53 pengemis. Pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan metode surveydanobservasi. Peneliti menggunakan kuesioner untuk survey, sedangkan dalam observasi, peneliti melakukan observasi secara non partisipan (peneliti mengamati dari jauh dalammenggali informasi mengenaisubjek). Pada tahun 2005 di Kota Salatiga terdapat pengemis sebanyak 87 orang. Sedangkan pada kurun waktu 10 tahun kemudian yaitu pada tahun 2014 jumlah pengemis di Kota Salatiga meningkat lebih dari 2 kali lipat menjadi 235 pengemis (Dinsosnakertrans Kota Salatiga, 2015). Sementara menurut data Dinsosnakertrans Kota Salatiga, hanya kurang dari 10% dari keseluruhan jumlah pengemis yang ada yang terlayani. Hal ini terkait dengan pendataan pada kelompok ini (pengemis)yang relatif sulit dilakukan karena mobilitas mereka yang tinggi. Oleh karena itu, penelitian ini akan menganalisis menganalisis karakteristik dan mobilitas pengemis di Kota Salatiga. 3. HASIL DAN PEMBAHASAN Deskripsi Kota Salatiga Kota Salatiga merupakan sebuah kota kecil yang berkembang sejak jaman penjajahan Belanda. Letak Kota Salatiga relatif strategis karena dilewati jalan arteri yang menghubungkan Kota Surakarta Semarang dan Boyolali Semarang. Kota ini terletak di dataran tinggi, berada di lereng timur Gunung Merbabu pada ketinggian mdpl memiliki suhu rata-rata 26 0 c menjadikan Kota Salatiga sehingga memiliki suasana yang sejuk dan nyaman. Wilayahnya yang tidak terlalu luasyaitu 56,781 km² yang terdiri dari 4 kecamatan yakni Argomulyo, Tingkir, Sidomukti, dan Sidorejo dan 22 kelurahan.pada tahun 2015 terdapat pemekaran wilayah di Kota Salatigabertamabah 1 kelurahan yaitu Kelurahan Kutowinangun Lor sehingga jumlah kelurahan menjadi 23 kelurahan. 875 THE 5 TH URECOL ISBN

3 THE 5 TH URECOL PROCEEDING 18 February 2017 UAD, Yogyakarta Sebelah selatan berbatasan langsung dengan Kota Semarang yang berjarak kurang lebih 49 km, semua daerah berbatasan langsung dengan Kabupaten Semarang. Pola permukiman mengelompok pada pusat-pusat ekonomi dan pemerintahan dan memanjang mengikuti jalan dan sungai. Karakteristik Pengemis Kota Salatiga Pengemis dapat didefinisikan sebagai orang-orang yang mendapatkan penghasilan dengan minta-minta di muka umum dengan berbagai cara dan alasan untuk mengharap belas kasihan orang lain (PP No. 31 Tahun 1980). Adapun indikator untuk menjustifikasi bahwa sesorang adalah pengemis adalah sebagai berikut : (1) Anak sampai usia dewasa; (2) Meminta -minta dirumah-rumah penduduk, pertokoan, persimpangan jalan (lampu lalu lintas), pasar, tempatibadah dan tempat umum lainnya; (3) Bertingkah laku untuk mendapatkan belas kasihan, berpura-pura sakit, merintih dan kadang-kadang mendoakan dengan bacaanbacaan ayat suci, sumbangan organisasi tertentu; dan (4) Biasanya mempunyai tempat tinggal tertentuatau tetap membaur dengan penduduk pada umumnya. Pengemis yang menjadi responden penelitian ini sebanyak 53 orang yang terdiri dari 23 laki-laki dan 30 perempuan. Usia responden pengemis didominasi usia lanjut (usia tidak produktif) yaitu sebanyak 32 orang ( 60%)berumur >64 tahun, sedangkan yang berada pada rentang usia produktif (15-64 tahun) seabanyak 20 0rang (38%), dan kami juga menjumpai satu orang responden pengemis yang masih usia sekolah (12 tahun). Gambar 1.Pengemis manula, dari segia usia sudah tidak produktif Sumber: Dokumentasi Peneliti, Gambar 2.Pengemis laki-laki lebih sedikit dijumpai dibanding pengemis perempuan Sumber: Dokumentasi Peneliti, Sebagian besar responden masih memiliki keluarga utuh di karena mereka berstatus menikah yaitu sebanyak 35,66%, sedangkan sebagian ada yang janda sebanyak 15,28% dan yang masih belum menikah sebanyak 3,6 %. Tingkat pendidikan pengemis sebagian besar adalah lulus SD (88,7 %), sisanya adalah lulus SMP (7,5%), dan lulus SMA (3,8%). Tingkat pendidikan yang rendah nampaknya terkait dengan tingkat akses mendapatkan kesempatan kerja yang layak. Faktor biaya menyebabkan responden tidak THE 5 TH URECOL 876 ISBN

4 THE 5 TH URECOL PROCEEDING 18 February 2017UAD, Yogyakarta bisa melanjutkan ke tingkat pindidikan yang lebih tinggi. Grafik 1. Daerah Asal Pengemis 4% Satu desa dengan tempat kerja 28% 21% 21% 26% Luar desa dengan tempat kerja Luar kecamatan dengan tempat kerja Luar kabupaten dengan tempat kerja Luar Provinsi dengan kerja Gambar 3.Pengemis dengan cacat kaki Sumber: Dokumentasi Peneliti, Mobilitas Pengemis Kota Salatiga Daerah asal pengemis di Kota Salatiga sebagian besar berasal dari wilayah Kota Salatiga sendiri,meski ada juga yang berasal dari luar Kota Salatiga. Daerah asal pengemis dapat dilihat pada Garifk 1. Jarak daerah asal pengemis dari tempat mereka mengemis relatif dekat. Hal tersebut menunjukkan bahwa mengemis tidak memerlukanmobilitas jarak jauh sehingga biaya yang dikeluarkan untuk transportasi tidak banyak dan tenaga yang dikeluarkan juga tidak terlalu banyak.hal ini juga dipengaruhi umur yang sudah tua sehingga tidak mampu bepergian jauh diluar kabupaten dari tempat tinggalnya Terdapat jugapengemis yang berasal dari luar Kota Salatiga hal ini dikarenakan mengemis di kota dari mereka tinggal dari pendapatan mengemis kurang menjanjikan sehingga mereka memilih mengemis di luar kota dari tempat tinggalnya. Lokasi mangkal mengemis mempengaruhi pola mobilitas pengemis itu sendiri. Lokasi mengemis responden ada beberapa lokasi yaitu pertokoan, termianal, dan pemukiman warga. Sebagian besar responden mangkal mengemis di pertokoan sebanyak 30 pengemis (57%), sedangkan yang mengemis di terminal sebanyak 16 orang (30%) dan sisanya mengemis secara mobile di permukiman warga. Banyak responden yang lebih memilih mengemis di deretan pertokoan karena faktor pendapatan yang lebih besar. Hal ini karena dipertokoan merupakan tempat usaha dan tidak juga jauh dari pangkalan angkutan kota. Pengemis yang memilih lokasi di termianal biasanya mengemis di dalam area terminal atau luar terminal dengan cara meminta minta didalam bisa tau angkutan kota di Kota Salatiga. Tempat responden menginap atau tidur untuk beristirahat pada malam hari 877 THE 5 TH URECOL ISBN

5 THE 5 TH URECOL PROCEEDING 18 February 2017 UAD, Yogyakarta juga menggambarkan mobilitas mereka. Pengemis di Kota Salatiga sebagian besar (50,1 %) tidur di rumah mereka sendiri.hal ini menunjukkan mobilitas yang mereka lakukan setiap hari dari danke tempat mangkal mengemis ke rumah mereka sendiri. Pengemis yang tidur di terminal ada 1 orang, pengemis yang tidur di mushola atau masjid ada 1 orang, pengemis yang tidur di rumah teman ada 3 orang dan lainnya tidur di sembarang tempat atau berpindah pindah sebanyak 21 orang. Pengemis yang tidur dirumah sendiri adalah mereka yang berasal dari dalam Kota Salatiga.Sedangkan pengemis yang di tidur di tempat umum atau tidur berpindah pindah tempat adalah mereka yang berasal dari luar daerah Kota Salatiga sehingga memilih untuk tidak pulang ke rumahnya sendiri dengan alasan biaya transportasi tidak sebanding dengan penghasilan jika setiap hari harus pulang pergi daei luar daerah Kota Salatiga sehingga mereka memilih untuk tidur di tempat umum atau berpindah pindah tidurnya Pengemis yang rumahnya relatif jauh dari tempat mangkal mengemis lebih memilih tidur disembarang tempat untuk menghemat biaya/ongkos transportasi. Mereka memilih tidur di sembarang tempat daripada uang pendapatan hasil mengemis berkurang untuk pulang setiap harinya sehingga mengurangi pendapatan dalam mengemisnya, Sementara itu pengemis yang tidak memiliki rumah (tuna wisma) terpaksa tidur di tempat umum atau berpindah pindah kare tidak memiliki tempat tidur yang tetap. Sarana mobilitas ( moda transportasi yang digunakan oleh responden cukup bervariasi mulai dari bus angkutan kota sebanyak 32 (60%), sepeda motor sendiri sebanyak 5 orang (30%) dan sisanya menggunakan angkutan lain seperti ojek dan ada pula yang ke mana-mana berjalan kaki. Pengemis di Kota Salatiga sebagian besar memanfaatkan angkutan umum seperti bus atau angkutan kota hal tersebut dipilih pengemis karena faktor usia yang sudah tua tidak memungkinkan untuk menggunakan motor sendiri dan faktor biaya angkutan umum yang murah dapat dijangkau oleh pengemis. Pengemis yang memilih menggunakan motor sendiri adalah mereka yang usianya relatif muda yang masih mampu mengendarai motor sendiri.namun dalam pekerjaan mengemis menggunakan motor sendiri motor selalu dititipkan pada penitipan motor dengan sedikit mengeluarkan biaya juga. Sedangkan untuk pengemis yang tempat mangkalnya tidak jauh dari tempat tinggalnya mereka memilih untuk berjalan kaki untuk menghemat uang. 4. KESIMPULAN Sebagian besar pengemis di Kota Salatiga berasal dari luar daerah Salatiga. Tujuan mereka datang semula adalah untuk mencari kerja disini tetapi dengan latar belakang pendidikan yang rendah yaitululusan SD saja membuat mereka tidak dapat pekerjaan yang mensyaratkan pendidikan tinggi akhirnya mereka memutuskan untuk menjadi pengemis. Migran yang datang ke kota-kota, biasanya memang minim pengalaman, pendidikan rendah, kurang keterampilan kerja dan tidak punay modal uang sehingga banyak dari mereka yang berusaha survive dengan menempuh segala cara, salah satunya dengan menjadi pengemis. Hal ini menunjukkan bahwa masalah pengemis dan kaum miskin kota yang lain adalah masalah klasik dalam urbanisasi. Jika migrasi desa-kota dapat diminimalisir, maka jumlah pengemis dan kaum marginal lainnya di perkotaan dapat THE 5 TH URECOL 878 ISBN

6 THE 5 TH URECOL PROCEEDING 18 February 2017UAD, Yogyakarta dipastikan dapat diminimalisir pula. Oleh karena itu, maka upaya penanganan yang bagus dalam mengatasi permasalahan pengemis adalah melalui upaya preventif yang dilakukan terutamadi daerah-daerah yang berpotensi mengirimkan penduduk yang minim keterampilan, pendidikan dan modal ke kota-kota. Selain itu, karakteristik pengemis berdasarkan pola mobilitasnya dapat dijadikan dasar dalam melakukan intervensi ataupun layanan sosial yang diberikan akan berbeda sesuai dengan karakteristik pengemis itu sendiri. Kependudukan Universitas Gadjah Mada. Rijanta, R. (2003). Migrasi dan Pembangunan Regional Antara Mitos dan Realitas: Perspektif Teori, Kondisi Empirik di Indonesia dan Prospeknya dalam Era Otonomi Daerah. Majalah Geografi Indonesia, Vol. 17, No. 1, Maret 2003, Hal Sugiyono (2001). Statistika untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta DAFTAR PUSTAKA Arango, J. (2000). Explaining Migration: A Critical View. International Social Science Journal52, Hutajuluh, Eka P. (2013). Menyoal Makmurnya Pengemis [online] tersedia: 013/10/25/58/886704/menyoalakmurnyapengemis. Diakses 10 Januari 2017 Indonesia, Republik. (1992). Peraturan Pemerintah NO. 31 Tentang PenanggulanganGelandangan dan Pengemis, dalam Himpunan Peraturan Perundang-undanganBidang Tugas Rehabilitasi Sosial. Johan. (2007). Gambaran Upaya Penanganan Pengemis di Beberapa Wilayah IndonesiaDirektorat Rehabilitasi Sosial [online] tersedia: ule.php?name=news&file=article&sid= 3. Diakses 11 Januari 2017 Lee, Everett S. (1966) A Theory of Migration. Demography, Vol. 3, No. 1. (1966), pp Mantra, Ida Bagus. ( 1989)Mobilitas Penduduk Sirkuler dari Desa ke Kota di Indonesia. Yogyakarta: Pusat Penelitian 879 THE 5 TH URECOL ISBN

ANALISIS POTENSI SUMBERDAYA TRANSPORTASI TRADISIONAL Studi Kasus Pemanfaatan Andong sebagai Wisata Kreatif di Kota Salatiga

ANALISIS POTENSI SUMBERDAYA TRANSPORTASI TRADISIONAL Studi Kasus Pemanfaatan Andong sebagai Wisata Kreatif di Kota Salatiga ANALISIS POTENSI SUMBERDAYA TRANSPORTASI TRADISIONAL Studi Kasus Pemanfaatan Andong sebagai Wisata Kreatif di Kota Salatiga Setyo Ari Wibowo, Ilyas Ayub Ariseno, Heri Widodo Saputro, Choirul Amin, Umrotun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Kota Bandung, merupakan sebuah kota metropolitan dimana didalamnya terdapat beragam aktivitas kehidupan masyarakat. Perkembangan kota Bandung sebagai kota metropolitan

Lebih terperinci

ANALISIS KEPEMILIKAN KENDARAAN TERHADAP TINGKAT KESEJAHTERAAN PADA SOPIR ANGKOT DI KOTA SALATIGA

ANALISIS KEPEMILIKAN KENDARAAN TERHADAP TINGKAT KESEJAHTERAAN PADA SOPIR ANGKOT DI KOTA SALATIGA ANALISIS KEPEMILIKAN KENDARAAN TERHADAP TINGKAT KESEJAHTERAAN PADA SOPIR ANGKOT DI KOTA SALATIGA Rahmanita Lestari 1), Nurul Hidayah 2) 1 Fakultas Geografi Universitas Muhammadiyah Surakarta officialrahmanita@gmail.com

Lebih terperinci

BAB II METODE PENELITIAN

BAB II METODE PENELITIAN BAB II METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan metode survei, dengan menggunakan metode survei maka peneliti memperoleh informasi secara langsung dari responden dengan menggunakan alat yaitu kuesioner

Lebih terperinci

VII KETERKAITAN EKONOMI SEKTORAL DAN SPASIAL DI DKI JAKARTA DAN BODETABEK

VII KETERKAITAN EKONOMI SEKTORAL DAN SPASIAL DI DKI JAKARTA DAN BODETABEK VII KETERKAITAN EKONOMI SEKTORAL DAN SPASIAL DI DKI JAKARTA DAN BODETABEK Ketidakmerataan pembangunan yang ada di Indonesia merupakan masalah pembangunan regional dan perlu mendapat perhatian lebih. Dalam

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Beberapa tahun terakhir terjadi peningkatan jumlah Tenaga Kerja Indonesia (TKI) ke luar negeri.

I. PENDAHULUAN. Beberapa tahun terakhir terjadi peningkatan jumlah Tenaga Kerja Indonesia (TKI) ke luar negeri. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Beberapa tahun terakhir terjadi peningkatan jumlah Tenaga Kerja Indonesia (TKI) ke luar negeri. Tidak terkecuali di Provinsi Lampung khususnya Kabupaten Lampung

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 25 BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Kondisi Fisik Desa Desa Pusakajaya merupakan salah satu desa yang berada di Kecamatan Pusakajaya, Kabupaten Subang, Propinsi Jawa Barat, dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Mobilitas penduduk tentunya mempunyai kaitan yang sangat erat dengan

BAB I PENDAHULUAN. Mobilitas penduduk tentunya mempunyai kaitan yang sangat erat dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Mobilitas penduduk tentunya mempunyai kaitan yang sangat erat dengan pembangunan sebab mobilitas penduduk merupakan bagian integral dari proses pembangunan secara keseluruhan.

Lebih terperinci

MIGRAN DI KOTA NEGARA DAN FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA (KAJIAN GEOGRAFI PENDUDUK) Oleh

MIGRAN DI KOTA NEGARA DAN FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA (KAJIAN GEOGRAFI PENDUDUK) Oleh MIGRAN DI KOTA NEGARA DAN FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA (KAJIAN GEOGRAFI PENDUDUK) Oleh K. Yunitha Aprillia Ida Bagus Made Astawa, I Gede Astra Wesnawa *) Jurusan Pendidikan Geografi,Undiksha Singaraja

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I. PENDAHULUAN Latar Belakang 1 BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kota Surakarta merupakan pusat Wilayah Pengembangan VIII Propinsi Jawa Tengah, mempunyai peran yang strategis bagi pengembangan wilayah di Propinsi Jawa Tengah.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kematian dan perpindahan penduduk (mobilitas) terhadap perubahan-perubahan. penduduk melakukan mobilitas ke daerah yang lebih baik.

BAB I PENDAHULUAN. kematian dan perpindahan penduduk (mobilitas) terhadap perubahan-perubahan. penduduk melakukan mobilitas ke daerah yang lebih baik. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dinamika kependudukan terjadi karena adanya dinamika kelahiran, kematian dan perpindahan penduduk (mobilitas) terhadap perubahan-perubahan dalam jumlah, komposisi dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kerja (juta) (2009 est) 3 Angka pengangguran (%) Produk Domestik Bruto 1,918 7,033 35,163 42,421

BAB I PENDAHULUAN. kerja (juta) (2009 est) 3 Angka pengangguran (%) Produk Domestik Bruto 1,918 7,033 35,163 42,421 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan Salah satu dampak dari adanya krisis ekonomi adalah melonjaknya angka pengangguran. Belum pulihnya perekonomian dan timpangnya perkembangan suatu wilayah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Mobilitas merupakan suatu pergerakan atau perpindahan yang terjadi untuk pemenuhan kebutuhan hidup manusia, pemenuhan kebutuhan biasanya didorong oleh keaadaan ekonomi

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Belitung yang terbentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2003 sejak

KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Belitung yang terbentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2003 sejak IV. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN Kabupaten Belitung Timur adalah salah satu Kabupaten di Provinsi Bangka Belitung yang terbentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2003 sejak tanggal 25 Februari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Jadi masih mengandung kemiskinan dimana-mana, baik di kota maupun di desa.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Jadi masih mengandung kemiskinan dimana-mana, baik di kota maupun di desa. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara berkembang 'identik dengan 'kemiskinan'. Jadi masih mengandung kemiskinan dimana-mana, baik di kota maupun di desa. Kita dapat melihat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada bab ini akan dibahas tentang pendahuluan yang merupakan bagian

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada bab ini akan dibahas tentang pendahuluan yang merupakan bagian 1 BAB 1 PENDAHULUAN Pada bab ini akan dibahas tentang pendahuluan yang merupakan bagian awal dari penelitian. Pendahuluan adalah awal suatu cara untuk mengetahui suatu masalah dengan cara mengumpulkan

Lebih terperinci

MEDIA INFORMASI PENELITIAN No. 180, Th. Ke 28 OKTOBER - DESEMBER Kehidupan Para Gelandangan di Yogyakarta Ditinjau dari Mobilitas Sosial Ekonomi

MEDIA INFORMASI PENELITIAN No. 180, Th. Ke 28 OKTOBER - DESEMBER Kehidupan Para Gelandangan di Yogyakarta Ditinjau dari Mobilitas Sosial Ekonomi MEDIA INFORMASI PENELITIAN No. 180, Th. Ke 28 OKTOBER - DESEMBER 2004 Kehidupan Para Gelandangan di Yogyakarta Ditinjau dari Mobilitas Sosial Ekonomi oleh Salamah* Intisari Penelitian ini dilakukan untuk

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Jarak dari Kecamatan Megamendung ke Desa Megamendung adalah 8 km,

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Jarak dari Kecamatan Megamendung ke Desa Megamendung adalah 8 km, V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Gambaran Umum Desa Megamendung Desa Megamendung merupakan salah satu desa yang berada di Kecamatan Megamendung, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Secara geografis, Desa

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada skripsi mengenai

BAB V KESIMPULAN. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada skripsi mengenai BAB V KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada skripsi mengenai Profil Pengguna Jasa Transportasi Kereta Api Stasiun Rancaekek Kabupaten Bandung sebagai bab akhir dari penulisan skripsi

Lebih terperinci

Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Geografi FKIP UMP 2015 ISBN Purwokerto, 13 Juni 2015

Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Geografi FKIP UMP 2015 ISBN Purwokerto, 13 Juni 2015 PEMANFAATAN DATA SPASIAL UNTUK MENGKAJI KORELASI PERTUMBUHAN PENDUDUK DAN KETERSEDIAAN SARANA PRASARANA SOSIAL EKONOMI DI KECAMATAN KARTASURA KABUPATEN SUKOHARJO TAHUN 2008 DAN 2012 Umrotun 1, Ratna Kartikawati

Lebih terperinci

ANALISIS PENGARUH PERUBAHAN SIRKULASI TRANSPORTASI TERHADAP KONDISI SOSIAL EKONOMI SEKITAR BADAN JALAN SEKUNDER

ANALISIS PENGARUH PERUBAHAN SIRKULASI TRANSPORTASI TERHADAP KONDISI SOSIAL EKONOMI SEKITAR BADAN JALAN SEKUNDER ANALISIS PENGARUH PERUBAHAN SIRKULASI TRANSPORTASI TERHADAP KONDISI SOSIAL EKONOMI SEKITAR BADAN JALAN SEKUNDER di WILAYAH KELURAHAN BARON dan JONGKE KECAMATAN LAWEYAN KOTA SURAKARTA Bruce Maldy Pratama,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia. Analisis faktor..., Agus Imam Rifusua, FE UI, 2010.

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia. Analisis faktor..., Agus Imam Rifusua, FE UI, 2010. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Urbanisasi merupakan fenomena yang dialami oleh kota-kota besar di Indonesia khususnya. Urbanisasi tersebut terjadi karena belum meratanya pertumbuhan wilayah terutama

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Analisis demografi memberikan sumbangan yang sangat besar pada. kebijakan kependudukan. Dinamika kependudukan terjadi karena adanya

BAB 1 PENDAHULUAN. Analisis demografi memberikan sumbangan yang sangat besar pada. kebijakan kependudukan. Dinamika kependudukan terjadi karena adanya BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Analisis demografi memberikan sumbangan yang sangat besar pada kebijakan kependudukan. Dinamika kependudukan terjadi karena adanya dinamika kelahiran, kematian dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bahwa distribusi kesempatan (kemakmuran) yang tidak merata merupakan faktor

BAB I PENDAHULUAN. bahwa distribusi kesempatan (kemakmuran) yang tidak merata merupakan faktor BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berdasarkan laporan UNDP (United Nations Development Programme) bahwa distribusi kesempatan (kemakmuran) yang tidak merata merupakan faktor utama dari mobilitas

Lebih terperinci

STATISTIK KOMUTER KOTA BEKASI 2014 HASIL SURVEI KOMUTER JABODETABEK 2014

STATISTIK KOMUTER KOTA BEKASI 2014 HASIL SURVEI KOMUTER JABODETABEK 2014 No. 1/0/32/Th. XVII, 15 Januari 2015 STATISTIK KOMUTER KOTA BEKASI 2014 HASIL SURVEI KOMUTER JABODETABEK 2014 A. Penjelasan Umum Salah satu bentuk mobilitas nonpermanen yang mengalami perkembangan pesat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Permukiman menunjukkan tempat bermukim manusia dan bertempat tinggal menetap dan

I. PENDAHULUAN. Permukiman menunjukkan tempat bermukim manusia dan bertempat tinggal menetap dan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Permukiman menunjukkan tempat bermukim manusia dan bertempat tinggal menetap dan melakukan kegiatan/aktivitas sehari-harinya. Permukiman dapat diartikan sebagai

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM LOKASI. Cicurug memiliki luas sebesar hektar. Kecamatan Cicurug terletak pada

V. GAMBARAN UMUM LOKASI. Cicurug memiliki luas sebesar hektar. Kecamatan Cicurug terletak pada V. GAMBARAN UMUM LOKASI 5.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian 5.1.1. Keadaan Umum Kecamatan Cicurug Kecamatan Cicurug berada di bagian Sukabumi Utara. Kecamatan Cicurug memiliki luas sebesar 4.637 hektar.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. memenuhi kebutuhan dasarnya. Pertama, diakui keberadaannya, kedua,

I. PENDAHULUAN. memenuhi kebutuhan dasarnya. Pertama, diakui keberadaannya, kedua, 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia adalah homo homonicus yakni sebagai makhluk sosial untuk memenuhi kebutuhan dasarnya. Pertama, diakui keberadaannya, kedua, diterima dalam kelompoknya, dan ketiga,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kota berkembang dari tempat-tempat pemukiman yang sangat sederhana hingga

BAB I PENDAHULUAN. kota berkembang dari tempat-tempat pemukiman yang sangat sederhana hingga 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kota sebagai salah satu kenampakan di permukaan bumi, menurut sejarahnya kota berkembang dari tempat-tempat pemukiman yang sangat sederhana hingga timbullah

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM

BAB IV GAMBARAN UMUM BAB IV GAMBARAN UMUM 4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian Desa Brosot, secara administratif terletak di Kecamatan Galur, Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta. Desa Brosot merupakan akses masuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam wilayah suatu negara akan ada kota yang sangat besar, ada kota

BAB I PENDAHULUAN. Dalam wilayah suatu negara akan ada kota yang sangat besar, ada kota BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam wilayah suatu negara akan ada kota yang sangat besar, ada kota yang cukup besar, ada kota sedang dan ada kota kecil. Kota Medan merupakan salah satu kota di Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Transportasi mempunyai peranan yang sangat penting dalam pengembangan suatu wilayah, yaitu memudahkan interaksi antar wilayah yang akan membawa manfaat ekonomi dan

Lebih terperinci

KAJIAN KINERJA PELAYANAN ANGKUTAN UMUM DALAM KOTA DI PURWOKERTO. Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah Purwokerto 2

KAJIAN KINERJA PELAYANAN ANGKUTAN UMUM DALAM KOTA DI PURWOKERTO. Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah Purwokerto 2 KAJIAN KINERJA PELAYANAN ANGKUTAN UMUM DALAM KOTA DI PURWOKERTO Juanita 1, Tito Pinandita 2* 1 Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah Purwokerto 2 Jurusan Teknik Informatika, Fakultas

Lebih terperinci

PENENTUAN HARGA SEWA RUMAH SUSUN BERDASARKAN ANALISA WTP (WILLINGNESS TO PAY) DI KECAMATAN SIDOARJO

PENENTUAN HARGA SEWA RUMAH SUSUN BERDASARKAN ANALISA WTP (WILLINGNESS TO PAY) DI KECAMATAN SIDOARJO PENENTUAN HARGA SEWA RUMAH SUSUN BERDASARKAN ANALISA WTP (WILLINGNESS TO PAY) DI KECAMATAN SIDOARJO Dyah Purnamasari Mahasiswa Magister Manajemen Aset FTSP ITS Email : dyahpurnamasari@yahoo.com Retno Indryani

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Data Karakteristik Rumah Tangga Responden

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Data Karakteristik Rumah Tangga Responden BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1.Hasil Analisisis Deskriptif 4.1.1. Data Karakteristik Rumah Tangga Responden Dari hasil penyebaran kuisioner didapat data

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. aspek. Direktur Jenderal Industri Unggulan Berbasis Teknologi Tinggi

BAB 1 PENDAHULUAN. aspek. Direktur Jenderal Industri Unggulan Berbasis Teknologi Tinggi BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Transportasi merupakan suatu pergerakan atau perpindahan baik orang maupun barang dari suatu tempat asal ke suatu tujuan. Transportasi mempunyai peranan penting dalam

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi Penelitian Lokasi penelitian terletak di kawasan Metropolitan Bandung daerah ini berbatasan dengan: Sebelah Selatan : berbatasan dengan Kab. Garut Sebelah Barat : berbatasan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Lokasi relatif suatu tempat atau wilayah berkenaan dengan hubungan tempat

I. PENDAHULUAN. Lokasi relatif suatu tempat atau wilayah berkenaan dengan hubungan tempat I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Lokasi merupakan suatu hal yang sangat penting bagi kehidupan. Lokasi dapat dibedakan antara lokasi absolut dengan lokasi relatif. Lokasi absolut suatu tempat atau

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM. Desa Lulut secara administratif terletak di Kecamatan Klapanunggal,

V. GAMBARAN UMUM. Desa Lulut secara administratif terletak di Kecamatan Klapanunggal, V. GAMBARAN UMUM 5.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian Desa Lulut secara administratif terletak di Kecamatan Klapanunggal, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Desa ini berbatasan dengan Desa Bantarjati

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Pada era modern seperti sekarang ini, alat transportasi merupakan suatu kebutuhan bagi setiap individu. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi mendukung perkembangan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR. UCAPAN TERIMA KASIH... iii. DAFTAR ISI... v. DAFTAR GAMBAR... x BAB I PENDAHULUAN... 1

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR. UCAPAN TERIMA KASIH... iii. DAFTAR ISI... v. DAFTAR GAMBAR... x BAB I PENDAHULUAN... 1 DAFTAR ISI ABSTRAK... i KATA PENGANTAR... ii UCAPAN TERIMA KASIH... iii DAFTAR ISI... v DAFTAR TABEL... viii DAFTAR GAMBAR... x BAB I PENDAHULUAN... 1 A. Latar Belakang... 1 B. Rumusan Masalah... 5 C.

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian survey.

III. METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian survey. III. METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian survey. Menurut Singarimbun dan Sofyan Effendi (989: ) bahwa penelitian survey adalah

Lebih terperinci

EVALUASI PURNA HUNI SIRKULASI DAN FASILITAS TERMINAL KARTASURA

EVALUASI PURNA HUNI SIRKULASI DAN FASILITAS TERMINAL KARTASURA 165 EVALUASI PURNA HUNI SIRKULASI DAN FASILITAS TERMINAL KARTASURA An Nuurrika Asmara Dina, Wisnu Setiawan Program Studi Teknik Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah Surakarta Jl. A. Yani

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN WILAYAH PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN WILAYAH PENELITIAN BAB IV GAMBARAN WILAYAH PENELITIAN Perumnas Bumi Tlogosari terletak di Kelurahan Tlogosari Kulon dan Kelurahan Muktiharjo Kidul, Kecamatan Pedurungan yang merupakan bagian dari Bagian Wilayah Kota V Semarang.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kemakmuran antar daerah. Namun kenyataan yang ada adalah masih besarnya distribusi

BAB 1 PENDAHULUAN. kemakmuran antar daerah. Namun kenyataan yang ada adalah masih besarnya distribusi BAB 1 PENDAHULUAN I.1. LATAR BELAKANG Tujuan pembangunan daerah yaitu mencari kenaikan pendapatan perkapita yang relatif cepat, ketersediaan kesempatan kerja yang luas, distribusi pendapatan yang merata,

Lebih terperinci

A. LATAR BELAKANG MASALAH

A. LATAR BELAKANG MASALAH 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Transportasi merupakan suatu sistem dan alat yang dapat memperlancar hubungan dan pergerakan dari satu daerah ke daerah lainnya, baik daerah yang maju maupun

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM KOTA BANDUNG

BAB II GAMBARAN UMUM KOTA BANDUNG BAB II GAMBARAN UMUM KOTA BANDUNG A. GEOGRAFI Kota Bandung merupakan Ibu kota Propinsi Jawa Barat yang terletak diantara 107 36 Bujur Timur, 6 55 Lintang Selatan. Ketinggian tanah 791m di atas permukaan

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM DESA POLOBOGO

BAB IV GAMBARAN UMUM DESA POLOBOGO BAB IV GAMBARAN UMUM DESA POLOBOGO 4. 1. Kondisi Geografis 4.1.1. Batas Administrasi Desa Polobogo termasuk dalam wilayah administrasi kecamatan Getasan, kabupaten Semarang, Provinsi Jawa Tengah. Wilayah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dianggap dapat memberikan harapan. Faktor-faktor yang mempengaruhi

BAB I PENDAHULUAN. dianggap dapat memberikan harapan. Faktor-faktor yang mempengaruhi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Analisis demografi memberikan sumbangan yang sangat besar pada kebijakan kependudukan. Dinamika kependudukan terjadi karena adanya dinamika kelahiran, kematian dan perpindahan

Lebih terperinci

KUESIONER KENYAMANAN PENGGUNA

KUESIONER KENYAMANAN PENGGUNA LAMPIRAN-A STUDI KENYAMANAN PENGGUNA TERHADAP RUANG TERBUKA HIJAU PUBLIK PADA RUMAH SUSUN SUKARAMAI MEDAN DEPARTEMEN ARSITEKTUR FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2014 Tanggal: Waktu : (Pagi/

Lebih terperinci

PILIHAN PELAYANAN PENUMPANG ANGKUTAN PERKOTAAN INDONESIA

PILIHAN PELAYANAN PENUMPANG ANGKUTAN PERKOTAAN INDONESIA Konferensi Nasional Teknik Sipil 3 (KoNTekS 3) Jakarta, 6 7 Mei 29 PILIHAN PELAYANAN PENUMPANG ANGKUTAN PERKOTAAN INDONESIA Imam Basuki 1 dan Siti Malkhamah 2 1 Program Studi Teknik Sipil, Universitas

Lebih terperinci

BAB II KONDISI UMUM KEMISKINAN KOTA SALATIGA

BAB II KONDISI UMUM KEMISKINAN KOTA SALATIGA 5.68 7.80 11.06 10.04 10.81 12.90 BAB II KONDISI UMUM KEMISKINAN KOTA SALATIGA 2.1. Tingkat Kemiskinan Persentase penduduk miskin Salatiga pada tahun 2011 sebesar 7,80% berada di bawah rata-rata capaian

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. a. Letak, Luas dan Batas Wilayah. dari kantor Kabupaten Wonogiri sekitar 30 km.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. a. Letak, Luas dan Batas Wilayah. dari kantor Kabupaten Wonogiri sekitar 30 km. BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Daerah Penelitian 1. Kondisi Fisiografis a. Letak, Luas dan Batas Wilayah Desa Punduh Sari merupakan bagian dari wilayah administratif di Kecamatan Manyaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Adanya faktor penarik suatu perkotaan dan faktor pendorong dari kawasan perdesaan menjadikan fenomena urbanisasi kerap terjadi di kota-kota di Indonesia. Harapan untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anggita Khusnur Rizqi, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anggita Khusnur Rizqi, 2013 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu hal yang menjadi ciri dari negara berkembang adalah angka pertumbuhan penduduknya yang tinggi. Hal tersebut sudah sejak lama menjadi masalah kependudukan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. penduduknya untuk mendapatkan pekerjaan atau mata pencaharian di daerah yang

I. PENDAHULUAN. penduduknya untuk mendapatkan pekerjaan atau mata pencaharian di daerah yang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Transmigrasi di Indonesia dikenal sebagai upaya untuk memindahkan penduduk dari daerah asal yang padat penduduknya ke daerah baru yang jarang penduduknya untuk

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. kebijakan di kawasan tertentu. Kawasan tersebut adalah wilayah yang berada

I. PENDAHULUAN. kebijakan di kawasan tertentu. Kawasan tersebut adalah wilayah yang berada I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pemerintah adalah organisasi yang memiliki kewenangan untuk membuat kebijakan di kawasan tertentu. Kawasan tersebut adalah wilayah yang berada dibawah kekuasaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebagai Negara berkembang mirip dengan Negara lainnya. Pertumbuhan

BAB I PENDAHULUAN. sebagai Negara berkembang mirip dengan Negara lainnya. Pertumbuhan BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Pola pertumbuhan kota dan tingkat urbanisasi yang terjadi di Indonesia sebagai Negara berkembang mirip dengan Negara lainnya. Pertumbuhan penduduk perkotaan di Indonesia

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM. administratif terletak di Kecamatan Junrejo, Kota Batu, Provinsi Jawa Timur.

V. GAMBARAN UMUM. administratif terletak di Kecamatan Junrejo, Kota Batu, Provinsi Jawa Timur. V. GAMBARAN UMUM 5.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian Berdasarkan Data Potensi Desa/ Kelurahan (2007), Desa Tlekung secara administratif terletak di Kecamatan Junrejo, Kota Batu, Provinsi Jawa Timur. Desa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang tepatrnya berlokasi di Jl. Meruya Selatan, Kebon Jeruk - Jakarta Barat. Lokasi

BAB I PENDAHULUAN. yang tepatrnya berlokasi di Jl. Meruya Selatan, Kebon Jeruk - Jakarta Barat. Lokasi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Mercu Buana adalah salah satu perguruan tinggi swasta yang berada di Jakarta barat, yang tepatrnya berlokasi di Jl. Meruya Selatan, Kebon Jeruk - Jakarta Barat. Lokasi

Lebih terperinci

PEMANFAATAN REMITEN PELAKU MOBILITAS INTERNASIONAL TENAGA KERJA INDONESIA (TKI) DAN PENGARUHNYA TERHADAP PENDAPATAN TOTAL KELUARGA

PEMANFAATAN REMITEN PELAKU MOBILITAS INTERNASIONAL TENAGA KERJA INDONESIA (TKI) DAN PENGARUHNYA TERHADAP PENDAPATAN TOTAL KELUARGA PEMANFAATAN REMITEN PELAKU MOBILITAS INTERNASIONAL TENAGA KERJA INDONESIA (TKI) DAN PENGARUHNYA TERHADAP PENDAPATAN TOTAL KELUARGA (Studi Kasus Desa Munggur, Kecamatan Mojogedang, Kabupaten Karanganyar)

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. Kota Surakarta

BAB V PEMBAHASAN. Kota Surakarta BAB V PEMBAHASAN Pada bab ini akan berisi pembahasan tentang posisi hasil penelitian terhadap teori yang digunakan sehingga mampu menjawab permasalahan penelitian. Pembahasan akan secara kritis dilakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Lahan merupakan unsur penting dalam kehidupan manusia. Lahan sebagai ruang untuk tempat tinggal manusia dan sebagian orang memanfaatkan lahan sebagai

Lebih terperinci

BAB II KONDISI WILAYAH DESA SEMPOR. membuat sungai dari sebelah barat (Sungai Sampan), sedang yang muda

BAB II KONDISI WILAYAH DESA SEMPOR. membuat sungai dari sebelah barat (Sungai Sampan), sedang yang muda 31 BAB II KONDISI WILAYAH DESA SEMPOR A. Sejarah Desa Sempor Pada jaman dahulu kala ada dua orang putra Eyang Kebrok, namanya belum diketahui mendapat perintah untuk membuat sungai. Putra yang tua membuat

Lebih terperinci

APA ITU URBANISASI???? Urbanisasi adalah perpindahan penduduk dari desa ke kota. Urbanisasi adalah masalah yang cukup serius bagi kita semua

APA ITU URBANISASI???? Urbanisasi adalah perpindahan penduduk dari desa ke kota. Urbanisasi adalah masalah yang cukup serius bagi kita semua PENGERTIAN Kesalahan pola pikir warga desa yang beranggapan bahwa kota besar dan ibukota adalah kota impian yang menjanjikan kehidupan layak bagi mereka. Padahal, untuk menjalankan impian mereka dibutuhkan

Lebih terperinci

BAB III PROFIL UMUR DAN JENIS KELAMIN PENDUDUK KABUPATEN MAJALENGKA

BAB III PROFIL UMUR DAN JENIS KELAMIN PENDUDUK KABUPATEN MAJALENGKA BAB III PROFIL UMUR DAN JENIS KELAMIN PENDUDUK KABUPATEN MAJALENGKA 3.1. Pengertian Demografi Untuk dapat memahami keadaan kependudukan di suatu daerah atau negara, maka perlu didalami kajian demografi.

Lebih terperinci

MIGRASI PENDUDUK MENUJU DAERAH PINGGIRAN KOTA BANDUNG DAN IMPLIKASINYA TERHADAP KUALITAS LINGKUNGAN PERMUKIMAN

MIGRASI PENDUDUK MENUJU DAERAH PINGGIRAN KOTA BANDUNG DAN IMPLIKASINYA TERHADAP KUALITAS LINGKUNGAN PERMUKIMAN MIGRASI PENDUDUK MENUJU DAERAH PINGGIRAN KOTA BANDUNG DAN IMPLIKASINYA TERHADAP KUALITAS LINGKUNGAN PERMUKIMAN Iwan Setiawan iwan4671@gmail.com Jurusan Pendidikan Geografi FPIPS UPI Jl. Setiabudi No 229

Lebih terperinci

PERSEPSI DAN TINGKAT KEPUASAN PENGGUNA JASA KERETA API PRAMEKS

PERSEPSI DAN TINGKAT KEPUASAN PENGGUNA JASA KERETA API PRAMEKS PERSEPSI DAN TINGKAT KEPUASAN PENGGUNA JASA KERETA API PRAMEKS Ika Setiyaningsih 1, Renaningsih 2 1,2 Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah Surakarta Jl. A. Yani Tromol Pos 1

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK PENGOPERASIAN ANGKUTAN OJEK SEBAGAI SARANA ANGKUTAN DI KOTA GUBUG TUGAS AKHIR

KARAKTERISTIK PENGOPERASIAN ANGKUTAN OJEK SEBAGAI SARANA ANGKUTAN DI KOTA GUBUG TUGAS AKHIR KARAKTERISTIK PENGOPERASIAN ANGKUTAN OJEK SEBAGAI SARANA ANGKUTAN DI KOTA GUBUG TUGAS AKHIR Oleh: AGUS SARWO EDI S L2D 001 395 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pasar Klewer Solo merupakan sebuah pasar tradisional di kota Solo dengan

BAB I PENDAHULUAN. Pasar Klewer Solo merupakan sebuah pasar tradisional di kota Solo dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pasar Klewer Solo merupakan sebuah pasar tradisional di kota Solo dengan aktivitas yang sangat padat. Pasar ini merupakan pusat batik dan tekstil yang menjadi tempat

Lebih terperinci

PERILAKU MOBILITAS PENDUDUK SIRKULER DI DESA JAYASARI KECAMATAN LANGKAP LANCAR KABUPATEN PANGANDARAN

PERILAKU MOBILITAS PENDUDUK SIRKULER DI DESA JAYASARI KECAMATAN LANGKAP LANCAR KABUPATEN PANGANDARAN PERILAKU MOBILITAS PENDUDUK SIRKULER DI DESA JAYASARI KECAMATAN LANGKAP LANCAR KABUPATEN PANGANDARAN Ufik Taufik (ochenkgrabes@yahoo.co.id) H. Nandang Hendriawan (nandang.hendriawan@yahoo.com) Program

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pilangsari : yaitu desa yang berada di Kecamatan Ngrampal Kabupaten Sragen, Propinsi Jawa Tengah, Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. Pilangsari : yaitu desa yang berada di Kecamatan Ngrampal Kabupaten Sragen, Propinsi Jawa Tengah, Indonesia. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Pengertian Judul Redesain Terminal Pilangsari Sragen (Penekanan fasilitas untuk kaum difabel) dari judul tersebut dapat diartikan sebagai berikut : Redesain Terminal : adalah proses

Lebih terperinci

Jurnal Kalibrasi Sekolah Tinggi Teknologi Garut Jl. Mayor Syamsu No. 1 Jayaraga Garut Indonesia

Jurnal Kalibrasi Sekolah Tinggi Teknologi Garut Jl. Mayor Syamsu No. 1 Jayaraga Garut Indonesia EFEKTIFITAS PENGGUNAAN FASILITAS JEMBATAN PENYEBERANGAN ORANG (JPO) (STUDI KASUS PADA FASILITAS JEMBATAN PENYEBERANGAN ORANG DI JL. SOEKARNO HATTA BANDUNG) Edy Supriady Koswara 1, Roestaman, 2 Eko Walujodjati

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG. Sistem transportasi berperan sangat penting dalam perkembangan dan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG. Sistem transportasi berperan sangat penting dalam perkembangan dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Sistem transportasi berperan sangat penting dalam perkembangan dan kemajuan suatu daerah. Seiring dengan berjalannya waktu suatu daerah akan mengalami pertambahan penduduk,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. satu tempat ke tempat lain untuk berbagai aktivitasnya, dan semua manusia

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. satu tempat ke tempat lain untuk berbagai aktivitasnya, dan semua manusia BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Transportasi Pergerakan dan perjalanan adalah hasil dari kebutuhan manusia untuk bergerak dari satu tempat ke tempat lain untuk berbagai aktivitasnya, dan semua manusia melakukannya.

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. atau menggambarkan sesuatu hal, misalnya keadaan, kondisi, situasi, peristiwa, kegiatan, dan

III. METODE PENELITIAN. atau menggambarkan sesuatu hal, misalnya keadaan, kondisi, situasi, peristiwa, kegiatan, dan III. METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian deskriptif. Metode deskriptif merupakan suatu metode penelitian yang bertujuan

Lebih terperinci

ANALISIS POLA PERJALANAN MASYARAKAT KOTA YOGYAKARTA

ANALISIS POLA PERJALANAN MASYARAKAT KOTA YOGYAKARTA ANALISIS POLA PERJALANAN MASYARAKAT KOTA YOGYAKARTA J.Dwijoko Ansusanto 1, Achmad Munawar 2, Sigit Priyanto 3 dan Bambang Hari Wibisono 4, 1 Program Pasca Sarjana Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada,

Lebih terperinci

BAB VII SEJARAH DAN PENGALAMAN MOBILITAS PENDUDUK PEREMPUAN DESA KARACAK

BAB VII SEJARAH DAN PENGALAMAN MOBILITAS PENDUDUK PEREMPUAN DESA KARACAK 48 BAB VII SEJARAH DAN PENGALAMAN MOBILITAS PENDUDUK PEREMPUAN DESA KARACAK 7.1 Sejarah Mobilitas Penduduk Perempuan Desa Karacak Fenomena mobilitas penduduk perempuan Desa Karacak ke luar desa sebenarnya

Lebih terperinci

BAB IV PROFIL KELURAHAN KUMPULREJO

BAB IV PROFIL KELURAHAN KUMPULREJO BAB IV PROFIL KELURAHAN KUMPULREJO Dalam bab ini akan di jabarkan mengenai gambaran umum Kelurahan Kumpulrejo Kota Salatiga dan gambaran perempuan miskin yang ada di Kelurahan Kumpulrejo. 4.1 Gambaran

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Metro. Kelurahan Karangrejo pertama kali dibuka pada zaman pemerintahan

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Metro. Kelurahan Karangrejo pertama kali dibuka pada zaman pemerintahan IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Sejarah Berdirinya Kelurahan Karangrejo Karangrejo adalah salah satu Kelurahan di Kecamatan Metro Utara Kota Metro. Kelurahan Karangrejo pertama kali dibuka pada

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN BAB IV GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN Dalam bab ini akan dibahas sepintas tentang beberapa item dari kondisi fisik wilayah Kota Salatiga sebagai pengetahuan umum tentang tempat dimana komunitas punk

Lebih terperinci

SATUAN ACARA PERKULIAHAN ( SAP ) Mata Kuliah : Rekayasa Lalulintas Kode : CES 5353 Semester : V Waktu : 1 x 2 x 50 menit Pertemuan : 14 (Empat belas)

SATUAN ACARA PERKULIAHAN ( SAP ) Mata Kuliah : Rekayasa Lalulintas Kode : CES 5353 Semester : V Waktu : 1 x 2 x 50 menit Pertemuan : 14 (Empat belas) SATUAN ACARA PERKULIAHAN ( SAP ) Mata Kuliah : Rekayasa Lalulintas Kode : CES 5353 Semester : V Waktu : 1 x 2 x 50 menit Pertemuan : 14 (Empat belas) A. Tujuan Instruksional 1. Umum Mahasiswa dapat memahami

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Transportasi adalah suatu proses atau kegiatan pergerakan perpindahan barang dan manusia dari suatu tempat ke tempat lain dengan menggunakan bantuan alat (kendaraan).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Riset ini dilaksanakan untuk menstudi implikasi perpindahan penduduk yang

BAB I PENDAHULUAN. Riset ini dilaksanakan untuk menstudi implikasi perpindahan penduduk yang 1 BAB I PENDAHULUAN Riset ini dilaksanakan untuk menstudi implikasi perpindahan penduduk yang terjadi dari desa ke kota, terhadap kebutuhan akan tempat bermukim di Kota Bangli. Penelitian ini memfokuskan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Transportasi dan mobilitas penduduk menjadi dua hal yang tidak dapat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Transportasi dan mobilitas penduduk menjadi dua hal yang tidak dapat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Transportasi dan mobilitas penduduk menjadi dua hal yang tidak dapat dipisahkan. Perpindahan tempat yang dilakukan manusia ke tempat lainnya dilakukan dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan penduduk kota kota di Indonesia baik sebagai akibat pertumbuhan penduduk maupun akibat urbanisasi telah memberikan indikasi adanya masalah perkotaan yang

Lebih terperinci

BAB 7: GEOGRAFI ANTROPOSFER

BAB 7: GEOGRAFI ANTROPOSFER www.bimbinganalumniui.com 1. Pada umumnya bahan-bahan yang dikumpulkan dari sensus bersifat demografis, ekonomis, dan sosial. Bahanbahan yang bersifat demografis (1) Kewarganegaraan (2) Umur (3) Pendidikan

Lebih terperinci

STUDI TENTANG MIGRASI SIRKULER DI KOTA AMBON (Studi Kasus : Desa Batu Merah, Kecamatan Sirimau Kota Ambon)

STUDI TENTANG MIGRASI SIRKULER DI KOTA AMBON (Studi Kasus : Desa Batu Merah, Kecamatan Sirimau Kota Ambon) STUDI TENTANG MIGRASI SIRKULER DI KOTA AMBON (Studi Kasus : Desa Batu Merah, Kecamatan Sirimau Kota Ambon) Jurusan Budidaya Fakultas Pertanian Universitas Pattimura ABSTRACT The objectives of this research

Lebih terperinci

Keterkaitan Karakteristik Pergerakan di Kawasan Pinggiran Terhadap Kesediaan Menggunakan BRT di Kota Palembang

Keterkaitan Karakteristik Pergerakan di Kawasan Pinggiran Terhadap Kesediaan Menggunakan BRT di Kota Palembang JURNAL TEKNIK ITS Vol. 6, No. 2, (2017) ISSN : 2337-3539 (2301-9271 Print) C-116 Keterkaitan Karakteristik di Kawasan Pinggiran Terhadap Kesediaan Menggunakan BRT di Kota Palembang Dian Nur afalia, Ketut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Pedestrian berasal dari bahasa Yunani, dimana berasal dari kata pedos yang berarti kaki, sehingga pedestrian dapat diartikan sebagai pejalan kaki atau orang yang berjalan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perbedaan antara manusia dengan fisik yang sempurna dengan mereka yang memiliki kekurangan fisik ternyata melahirkan berbagai diskriminasi yang berupa 'ketidakadilan'.

Lebih terperinci

PROFIL DESA. Profil Kelurahan Loji. Kondisi Ekologi

PROFIL DESA. Profil Kelurahan Loji. Kondisi Ekologi 23 PROFIL DESA Pada bab ini akan diuraikan mengenai profil lokasi penelitian, yang pertama mengenai profil Kelurahan Loji dan yang kedua mengenai profil Kelurahan Situ Gede. Penjelasan profil masingmasing

Lebih terperinci

KOMUTER DKI JAKARTA TAHUN 2014

KOMUTER DKI JAKARTA TAHUN 2014 BPS PROVINSI DKI JAKARTA No.12/02/31/Th.XVII, 16 Februari 2015 KOMUTER DKI JAKARTA TAHUN 2014 PENDUDUK MALAM JAKARTA (PROYEKSI PENDUDUK 2014) : 10 075 310 orang KOMUTER BODETABEK BERKEGIATAN DI JAKARTA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pasar merupakan tempat berkumpulnya penjual dan pembeli untuk melakukan transaksi jual beli. Pasar dibedakan menjadi dua, yaitu pasar modern dan pasar tradisional.

Lebih terperinci

ANALISIS KEBISINGAN AKIBAT ARUS LALULINTAS DI RUMAH SAKIT PKU MUHAMMADIYAH SURAKARTA

ANALISIS KEBISINGAN AKIBAT ARUS LALULINTAS DI RUMAH SAKIT PKU MUHAMMADIYAH SURAKARTA ANALISIS KEBISINGAN AKIBAT ARUS LALULINTAS DI RUMAH SAKIT PKU MUHAMMADIYAH SURAKARTA Gotot Slamet Mulyono Program Studi Teknik Sipil, Universitas Muhammadiyah Surakarta Jl. A. Yani Pabelan Kartasura Tromol

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. terbaru (2008) Evaluasi adalah penilaian. Prestasi yang di perlihatkan, (3) kemampuan kerja.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. terbaru (2008) Evaluasi adalah penilaian. Prestasi yang di perlihatkan, (3) kemampuan kerja. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Evaluasi Menurut Drs. Ahmad a.k muda dalam kamus saku bahasa Indonesia edisi terbaru (2008) Evaluasi adalah penilaian. 2.2 Kinerja Menurut Departemen Pendidikan dan Kebudayaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sektor terutama sektor transportasi. Luasnya wilayah jasa pelayanan angkutan darat

BAB I PENDAHULUAN. sektor terutama sektor transportasi. Luasnya wilayah jasa pelayanan angkutan darat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keberhasilan dari pembangunan tidak terlepas dari peran aktif dari semua sektor terutama sektor transportasi. Luasnya wilayah jasa pelayanan angkutan darat yang harus

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Deskripsi Subyek Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan memberikan kuesioner kepada 60 pasien di Klinik Firdaus Kotamadya Yogyakarta yang

Lebih terperinci

DAMPAK MIGRASI TERHADAP KONDISI SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT DI DESA BRAGUNG KECAMATAN GULUK-GULUK KABUPATEN SUMENEP

DAMPAK MIGRASI TERHADAP KONDISI SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT DI DESA BRAGUNG KECAMATAN GULUK-GULUK KABUPATEN SUMENEP DAMPAK MIGRASI TERHADAP KONDISI SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT DI DESA BRAGUNG KECAMATAN GULUK-GULUK KABUPATEN SUMENEP *Eliza Umami Universitas Negeri Malang Jl Semarang no. 5 Malang E-mail: elizaumami_lgeo2010@yahoo.com

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. keberadaan pekerja anak telah memberikan kontribusi dalam perekonomian.

I. PENDAHULUAN. keberadaan pekerja anak telah memberikan kontribusi dalam perekonomian. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pekerja anak merupakan salah satu fenomena tersendiri yang terjadi di Indonesia dalam hal ketenagakerjaan. Secara langsung maupun tidak langsung keberadaan pekerja

Lebih terperinci