MEDIA INFORMASI PENELITIAN No. 180, Th. Ke 28 OKTOBER - DESEMBER Kehidupan Para Gelandangan di Yogyakarta Ditinjau dari Mobilitas Sosial Ekonomi
|
|
- Devi Hartono
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 MEDIA INFORMASI PENELITIAN No. 180, Th. Ke 28 OKTOBER - DESEMBER 2004 Kehidupan Para Gelandangan di Yogyakarta Ditinjau dari Mobilitas Sosial Ekonomi oleh Salamah* Intisari Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui dan mendeskripsikan tentang mobilitas sosial ekonomi dan faktor yang melatarbelakangi kaum gelandangan melakukan urbanisasi di Yogyakarta. Sampel ditentukan dengan cara availibility sedangkan analisis data menggunakan deskriptif kualitatif dan persentase. Hasil penelitian menunjukkan bahwa mobilitas sosial ekonomi kaum gelandangan di Yogyakarta mengalami perubahan ke arah peningkatan, para kaum gelandangan dapat menyisihkan hasil kerjanya untuk dikirim kepada keluarga yang di desa yang dapat memenuhi kebutuhannya, yang melatarbelakangi para gelandangan urban ke kota didorong oleh faktor ekonomi. Rekomendasi yang diajukan perlu lebih ditingkatkan penanganannya agar para gelandangan dapat menjadi bagian sumber daya dalam pembangunan. A. Latar Belakang Masalah Urbanisasi merupakan proses sosial yang memiliki dampak ganda, yakni dampak positif dan negatif, mempunyai dampak positif karena ternyata proses sosial semacam ini mampu memberikan angin kehidupan yang lebih baik bagi kaum migran, mengembangkan perekonomian kota dan mampu menyediakan tenaga kerja (Everett, 1979). Di samping itu proses urbanisasi sesungguhnya selaras dengan adanya kondisi kehidupan ekonomi yang relatif minimal di daerah pedesaan. Sehingga banyak penduduk desa yang pergi ke kota untuk memperbaiki kondisi ekonominya dengan jalan mencari pekerjaan lain di luar sektor pertanian guna mendapatkan penghasilan yang lebih tinggi. Gejala demikian menimbulkan fenomena yaitu banyaknya migran yang mengirim penghasilannya ke daerah pedesaan atau daerah asal. Di samping dampak positif di atas, urbanisasi juga punya dampak negatif antara lain meningkatnya penduduk pedesaan yang datang ke kota sehingga terjadi urbanisasi berlebihan. Konsekuensi logis dari gejala ini adalah munculnya berbagai problem sosial di daerah perkotaan yang disebabkan oleh kehadiran kaum pendatang dengan karakteristik sosialekonomi rendah. Ketidakberdayaan kondisi ekonomi kaum ini pada gilirannya melahirkan sebuah fenomena sosial yang banyak mendapat perhatian, baik dari kalangan pemerintah maupun akademisi. Fenomena sosial yang tampak adalah munculnya komunitas tertentu yakni pemukiman kumuh, perkampungan melarat dan kaum gelandangan (De Guede : 1995). Fenomena semacam ini terdapat di kota-kota besar yaitu Jakarta, Medan, Bandung, Semarang, Surabaya, tidak terkecuali juga kota Yogyakarta. Munculnya fenomena gelandangan di daerah perkotaan selanjutnya dinilai oleh banyak pihak telah memberikan kesan negatif yakni: kesan yang kumuh, kotor, serta merusak pemandangan kota. Di samping itu, kehadiran kaum ini dianggapnya sebagai pusat pengangguran, rawan terhadap kriminalitas yaitu pencurian, penjambretan, perjudian, mabuk-mabukan, dan pelacuran. Bahkan, sentral-sentral gelandangan selalu dalam pengawasan pihak keamanan khususnya pihak kepolisian, karena disinyalir daerah ini sarat
2 akan perilaku kejahatan. Sesungguhnya pihak pemerintah kota telah melakukan berbagai upaya penampungan pemberian keterampilan, tapi tetap saja para gelandangan masih menghiasi sudut-sudut kota bahkan malah semakin bertambah. Berkaitan dengan permasalahan tersebut maka untuk memperoleh gambaran penjelasan secara empiris perlu dilakukan suatu penelitian tentang keuntungan-keuntungan sosial ekonomik apa yang diperoleh selama berada di kota bagi para gelandangan dan faktor-faktor apa yang berperan. B. Rumusan Masalah 1. Apakah kaum gelandangan mengalami mobilitas sosial dan ekonomi? 2. Faktor apa sajakah yang mendasari para kaum gelandangan pergi ke daerah perkotaan? C. Tujuan Penelitian 1. Mendiskripsikan tentang mobiltas sosial ekonomi kehidupan para gelandangan. 2. Mendiskripsikan faktor-faktor yang melatarbelakangi kaum gelandangan melakukan urbanisasi. D. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi informasi yang berarti. Dalam pengembangan ilmu sosiologi, dan dapat memberikan kontribusi kepada Departemen Sosial dan pihak terkait dalam upaya menangani masalah gelandangan yang senantiasa muncul di daerah perkotaan, khususnya di Yogyakarta. E. Kajian Pustaka Asumsi-asumsi yang mendasari penelitian dilakukan berdasar kajian teori maupun hasil penelitian adalah adanya perbedaan secara ekonomik antara desa dan kota, adanya kaum migran yang tergolong miskin di daerah perkotaan mempunyai jiwa menabung yang tinggi hal ini sangat menarik, adanya gejala peningkatan penghasilan para migran di kota dibandingkan dengan penghasilan yang diperoleh di pedesaan, terdapat berbagai jenis pekerjaan di sektor informal yang dapat dijadikan alternatif pengganti pekerjaan di desa. Berdasar asumsi-asumsi tersebut tampak bahwa faktor ekonomi merupakan faktor yang paling dominan dalam proses migrasi desa ke kota, dalam arti gejala disparitas ekonomi yang terjadi di desa dan kota serta minimalnya akses dalam kegiatan ekonomi di desa karena kondisi struktural menyebabkan munculnya anggapan bahwa di desa sudah tidak mampu memberikan keuntungan ekonomik lagi. Sedangkan di kota dianggap banyak menawarkan berbagai kemudahan ekonomi sehingga dapat memperoleh penghasilan yang lebih tinggi. Menurut Everett Lee (1996) ada empat faktor yang mempengaruhi seseorang melakukan migrasi desa ke kota yaitu : faktor yang terdapat di daerah asal, faktor yang terdapat di tempat tujuan, faktor rintangan dan faktor pribadi. Sedangkan Ravenstain dalam Everett Lee (1996) ada tujuh hukum migrasi {the laws of migration) yang meliputi migrasi dan jarak, migrasi bertahap, arus balik, perbedaan desa dan kota tentang kecenderungan untuk melakukan migrasi, jenis kelamin dikaitkan dengan jarak daerah tujuan migrasi, teknologi dan migrasi, serta motivasi orang melakukan migrasi. Keputusan yang diambil seorang untuk melakukan migrasi desa ke kota sesungguhnya bersifat rasional. Pertimbangan ekonomi rasional adalah faktor yang dominan bagi seseorang untuk melakukan migrasi ke kota (Michael Todaro, 1999). Meskipun di daerah perkotaan pengangguran banyak didapati, tetapi seseorang masih mempunyai peluang untuk mendapatkan penghasilan yang lebih
3 tinggi jika dibandingkan dengan upah yang diterima di sektor pertanian. Dengan demikian jelaslah bahwa faktor pendorongnya adalah mudahnya penghasilan yang diperoleh di desa dan faktor penariknya adalah harapan untuk mendapatkan penghasilan yang lebih tinggi di kota. Urbanisasi desa ke kota ternyata dapat menciptakan adanya interaksi ekonomi desa kota. Efek migrasi dapat terjadi pada aspek sosial ekonomi melalui pengiriman uang dan barang ke desa. Seperti diungkap oleh Papanik (1992) walaupun para migran golongan rendah kehidupannya miskin tetapi tetap bernasib lebih baik dibandingkan ketika mereka hidup di daerah pedesaan. Pendapatan mereka di perkirakan meningkat dua pertiga kali jika dibandingkan penghasilan yang diperoleh di desa. Walaupun penghasilan di kota rendah dia tetap mampu menyisihkan sebagian dari pendapatan yang diperoleh untuk ditabung. Mengalirnya arus pengiriman uang penghasilan ke desa sesungguhnya berhubungan erat dengan adanya ikatan-ikatan sosial, ekonomi bahkan kebudayaan. Kecenderungan para migran tetap memelihara ikatan-ikatan sosial, ekonomi, budaya yang kuat dengan daerah asalnya (Curson, 1999). Ikatan tersebut dapat terlihat adanya kiriman uang, barang atau bentuk lain antara migran dengan keluarganya di daerah asal. Tujuan migran mengirimkan uang atau yang lain adalah untuk membantu keluarga di desa, untuk keperluan upacara, untuk membayar pajak, hutang, keperluan investasi, untuk biaya perjalanan bagi keluarga yang akan menyusul. Bagi keluarga, kiriman tersebut banyak memberikan keuntungan yang positif, karena uang atau benda yang lain dapat digunakan untuk keperluan pokok rumah tangga, membantu sanak keluarga terdekat, pendidikan anakanak, pembuatan rumah. Seperti dikemukakan Watson (1997), efek dari pengiriman secara sosial dan interaksi yang dipelihara baik bagi individu ataupun anggota keluarga yang lain untuk menyusul ke kota. Dalam pola pengirimannya ada dua cara yaitu secara langsung dan tidak langsung. Cara langsung para migran membawa sendiri uang dan atau barang ke desa, sedang cara tidak langsung melibatkan pihak lain yaitu menggunakan pos wesel, bank, dititipkan keluarga lain yang dipercaya. F. Metode Peneljtian 1. Pendekatan Penelitian Pendekatan ini mengunakan pendekatan deskriptif kualitatif yang tujuan utamanya untuk memberikan deskripsi/gambaran yang jelas dan akurat tentang fenomena-fenomena yang diselidiki, yaitu gambaran tentang mobilitas sosial ekonomi para gelandangan dan faktorfaktor yang melatarbelakangi melakukan urbanisasi bagi para gelandangan di Yogyakarta. 2. Lokasi Penelitian Lokasi penelitian di wilayah kota Yogyakarta. Dipilihnya lokasi dimaksud didasarkan pertimbangan bahwa kota Yogyakarta termasuk kota besar, kota pelajar sehingga permasalahan kebersihan dan kesejahteraan sosial perlu mendapat perhatian. 3. Sumber Data Sumber data penelitian ini diperoleh dari informan yaitu para gelandangan (responden yang berjumlah 150 orang) baik yang ada sentra-sentra gelandangan maupun gelandangan yang telah menggelandang secara sendiri. Teknik penarikan sampel yang digunakan adalah teknik availibility sampling yang merupakan bagian dari teknik penarikan sampel non-random. Metode penarikan sampel ini lebih mengandalkan pada kesediaan atau kesukarelaan pihak responden pihak responden untuk diwawancarai oleh
4 interview 4. Teknik Pengumpulan Data Dalam penelitian ini pengumpulan data dilakukan teknik wawancara mendalam (Indepth Interview) wawancara langsung menggunakan lembar wawancara, guna menggali dan memperoleh data primer. Di samping itu, dalam penelitian ini menggunakan teknik observasi, melalui pengamatan dan pencatatan gejala obyek yang tengah diteliti. 5. Analisis dan Penafsiran Data Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif berupa penjelasan-penjelasan yang selanjutnya dilakukan interpretasi baik secara internal maupun eksternal. Di samping itu, juga dilakukan analisis persentase. G. Hasil Penelitian dan Pembahasan 1. Karakterlstik Demografis dan Sosial Ekonomi Kaum Gelandangan Secara etimologis kata gelandangan berasal dari kata gelandangan yang berarti selalu mengembara atau berkelana. Oleh sebab itu, gelandangan selalu dilukiskan sebagai orang-orang yang tidak memiliki tempat tinggal, tidak memiliki perkerjaan yang tetap dan layak. Di sisi lain dilukiskan, bahwa gelandangan sebagai bagian dari masyarakat kota yang tergolong miskin memiliki berbagai ciri seperti pemalas, tidak memiliki pekerjaan tetap, bahkan tidak bekerja, tidak berpendidikan atau tingkat pendidikan yang rendah, tidak memiliki keterampilan khusus, dan orang malas. Namun demikian tidak selelu benar stereotipe di atas, sebab ternyata banyak yang memiliki pekerjaan tetap, bekerja keras, dan tidak malas. Hasil penelitian yang dilakukan di kota Yogyakarta ternyata menunjukkan bahwa mereka pada umumnya memiliki pekerjaan. Pada bidang pekerjaan pengumpul barang bekas (35,25 %), pekerjaan tukang becak, tukang batu dan tukang parkir (44%), pengemis, semir sepatu, pembersih sampan (6,50%), pengamen (4,5%), wiraswastakecilkecilan (9,75%). Para gelandangan sebagian besar berpendidikan rendah, (meliputi tidak sekolah, tidak tamat SD dan tamat SD). Sedang yang berpendidikan menengah yaitu SMP dan SMA hanya sekitar 30%. Tidak semua memiliki keterampilan khusus, tetapi ada 65% responden yang memiliki keterampilan khusus. Berdasar hasil penelitian menunjukkan pula bahwa kondisi ekonomi kaum gelandangan ketika berada di desa tergolong rendah, mereka tidak memiliki barangbarang berarti, seperti televisi, sepeda, sepeda motor. Mereka banyak yang sebagai buruh tani. Kondisi ekonomi yang dirasakan minimal untuk menghidupi keluarga di desa tersebut kemudian yang menyebabkan mereka pergi ke kota. Dari hasil wawancara yang dilakukan dengan responden menunjukkan, bahwa pada umumnya kaum gelandangan yang ada di Yogyakarta, telah menikah (64,67%), belum menikah (23,33%), cerai mati (6%), cerai hidup (3 %) yang pisah sebanyak (3%). Dengan demikian terlihat bahwa mayoritas gelandangan telah berkeluarga dan sebagian hampir keseluruhan anggota tinggal di daerah pedesaan. Pada dasarnya gelandangan yang sebagian besar adalah kaum migran mengalami peningkatan penghasilan. Dari hasil penelitian yang dilakukan mereka yang mengalami peningkatan penghasilan sebanyak 106 (70,67%) responden, 29 (19,33%) responden penghasilannya tetap, bahkan ada 15 (10%) responden justru menurun. Dengan demikian terlihat bahwa dengan bermigrasi ke kotapenghasilan mereka meningkat dan mereka
5 mampu untuk memberikan tambahan penghasilan bagi keluarga di desa. 2. Kegiatan Menabung para Gelandangan Penghasilan yang mereka peroleh setiap bulan pada umumnya dipergunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari, seperti arisan, tambahan modal, untuk kebutuhan makan-minum, mereka hanya menghabiskan 50% dari total penghasilannya. Satu kelebihan dari mereka dalam kesehariaanya ternyata mampu mengembangkan sikap hidup hemat. Artinya berapa pun penghasilan mereka harus ada uang yang disisihkan (ditabung) untuk selanjutnya dikirim ke desa. Mereka mampu untuk mengatur pengeluaran dan pemasukan dengan satu prinsip bahwa harus ada uang yang disisihkan. Alasannya untuk menambah penghasilan bagi keluarga yang ada di desa, untuk simpanan jika ada keperluan mendadak serta untuk masa depan pendidikan anak. 3. Model Pengiriman Hasil Tabungan Berdasar hasil penelitian, bahwa kaum gelandangan sebagai urban ternyata mampu menyisihkan uang untuk ditabung dan dikirimkan kepada keluarga yang ada di desa. Model pengirimannya ada yang secara langsung dibawa sendiri oleh migran tersebut, biasanya setiap bulan dan terkadang tiap minggu, atau apabila ada keperluan mendadak. Biasanya para migran mengirim berupa uang dengan alasan lebih efektif ketimbang barang. Walaupun ada juga yang membawa barang antara lain alat elektronik, perhiasan ataupun perabot rumah tangga, tetapi hal ini dikirim.karena di rumah belum punya. Model pengiriman secara langsung ke desanya oleh kaum gelandangan itu sendiri wajar karena mereka sebagian besar sudah berkeluarga, sehingga sekaligus dapat bertemu dengan keluarganya. Lebih lanjut uang yang telah dikirimkan ke desa untuk dipergunakan keperluan memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari, modal usaha, pendidikan anak, tambahan membeli sawah, bertani, ataupun ada yang disimpan.dengan demikian faktor-faktor para gelandangan berada di kota untuk meningkatkan taraf hidupnya dengan meningkatnya penghasilan setelah berada di kota. Hal demikian menyebabkan pula bahwa faktor ekonomi sebagian besar para gelandangan yang mendorong bermigrasi ke kota. H. Penutup 1. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian di atas dapat disimpulkan bahwa gelandangan yang ada di Yogyakarta memiliki karakteritik berusia relatif muda (usia produktif) sudah berkeluarga sehingga sudah punya tanggungan keluarga, berpendidikan rendah, kurang memiliki keterampilan, dan berasal dari pedesaan. Kondisi sosial ekonomi ketika di daerah pedesaan tergolong dalam keadaan ekonomi rendah sehingga mereka termotivasi untuk pergi ke kota guna mendapatkan penghasilan yang lebih tinggi. Pada umumnya, ketika bermigrasi ke kota, mereka meningkat penghasilannya. Mereka mengembangkan sikap hidup hemat sehingga dapat menabung untuk keluarga di desa. Modal pengirimannnya dengan cara langsung pulang ke daerah asal dengan alasan dapat menjalin ikatan sosial dengan keluarganya tidak hanya ikatan ekonomik semata. Uang yang dikirim para migran gelandangan ke daerah asal untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari bagi keluarganya. 2. Rekomendasi Bagi lembaga-lembaga terkait, misalnya Departemen Sosial atau Dinas-dinas Sosial Kota, dalam penanganan kaum gelandangan perlu ditingkatkan. Peningkatan penanganan
6 khususnya pada pengembangan aspek positif migran (seperti hidup hemat dan kerja keras), tetapi di lain pihak juga menghilangkan aspek negatif migran (seperti mengganggu ketertiban dan kebersihan lingkungan kota). Suatu hal yang sangat diperlukan bagi migram gelandangan perlunya disediakan penampungan tempat tinggal yang tidak jauh dengan tempat mereka bekerja, juga bekal keterampilan khusus yang dapat mengisi kebutuhan tenaga kerja di kota. Pemenuhan kebutuhan pokok tersebut akan menghapus kesan bahwa migran gelandangan menjadi beban masyarakat, tetapi justru sebaliknya, migran yang dapat memiliki hubungan fungsional dengan penduduk perkotaan, sehingga mereka dapat bagian dari sumber daya dalam pembangunan bangsa. Dr. Salamah, MPd, dosen Kopertis Wilayah V, DIY, diperbantukan di Universitas PGRI Yogyakarta. Pustaka Acuan Curson, Peter, Remmitances and Migration the Commerce of Movement dalam Population Geography. A Jurnal of Association of Population Geography of India, Volume 3 June -December Lee Everett, A Theory of Migration. University of Kentucky, Lexington. Schoor, J.W, Modernisasi : Pengantar Sosiologi Pembangunan Negara-negara Sedang Berkembang. Gramedia, Jakarta. Singarimbun Masri, Metode Penelitian Survey. LP3S, Jakarta. Todaro, Michael, Economic For Development World: an Introduction to Principle Problem and Politics for Development. Longman, London.
MIGRAN DI KOTA NEGARA DAN FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA (KAJIAN GEOGRAFI PENDUDUK) Oleh
MIGRAN DI KOTA NEGARA DAN FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA (KAJIAN GEOGRAFI PENDUDUK) Oleh K. Yunitha Aprillia Ida Bagus Made Astawa, I Gede Astra Wesnawa *) Jurusan Pendidikan Geografi,Undiksha Singaraja
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Beberapa tahun terakhir terjadi peningkatan jumlah Tenaga Kerja Indonesia (TKI) ke luar negeri.
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Beberapa tahun terakhir terjadi peningkatan jumlah Tenaga Kerja Indonesia (TKI) ke luar negeri. Tidak terkecuali di Provinsi Lampung khususnya Kabupaten Lampung
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Krisis ekonomi yang terjadi sejak bulan Agustus 1997 telah. memporakporandakan seluruh aspek perekonomian di Indonesia, terutama
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Krisis ekonomi yang terjadi sejak bulan Agustus 1997 telah memporakporandakan seluruh aspek perekonomian di Indonesia, terutama ekonomi rakyat kecil. Krisis
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut peraturan Menteri Tenaga Kerja No : PER-05/MEN/1988
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tenaga Kerja Indonesia (TKI) 1. Pengertian Menurut peraturan Menteri Tenaga Kerja No : PER-05/MEN/1988 tentang Antar Kerja Antar Negara yang dimaksud dengan tenaga kerja Indonesia
Lebih terperinciBAB IV DISKUSI TEORITIK
BAB IV DISKUSI TEORITIK Teori yang digunakan dalam analisa ini bermaksud untuk memahami apakah yang menjadi alasan para buruh petani garam luar Kecamatan Pakalmelakukan migrasi ke Kecamatan Pakal, Kota
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Fenomena merebaknya anak jalanan di Indonesia saat ini mudah dijumpai
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Fenomena merebaknya anak jalanan di Indonesia saat ini mudah dijumpai di sudut-sudut kota besar, selalu saja ada anak-anak yang mengerumuni mobil di persimpangan lampu
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. ekonomi merosot hingga minus 20% mengakibatkan turunnya berbagai. jumlah masyarakat penyandang masalah sosial di daerah perkotaan.
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Krisis ekonomi yang melanda Indonesia sejak pertengahan tahun 1997 telah membawa dampak yang luas bagi masyarakat sampai saat ini. Pertumbuhan ekonomi merosot
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Migrasi Kerja
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Migrasi Kerja Migrasi kerja merupakan reaksi atas tekanan interaksi faktor-faktor positif, negatif dan netral (Hugo 1981). Suryana (1979) menyatakan tekanan itu berupa tekanan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. menarik orang mendatangi kota. Dengan demikian orang-orang yang akan mengadu nasib di
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kehidupan kota yang selalu dinamis berkembang dengan segala fasilitasnya yang serba gemerlapan, lengkap dan menarik serta menjanjikan tetap saja menjadi suatu faktor
Lebih terperinciBAB VI PEMANFAATAN REMITAN
49 BAB VI PEMANFAATAN REMITAN 6.1 Jumlah dan Alokasi Penggunaan Remitan Migrasi Internasional Remitan merupakan pengiriman uang ke daerah asal, seperti diungkapkan Connel (1979) dalam Effendi (2004), menggambarkan
Lebih terperinciTEKNOLOGI YANG HUMANIS UNTUK MENGENDALIKAN URBANISASI
TEKNOLOGI YANG HUMANIS UNTUK MENGENDALIKAN URBANISASI Oleh K.Iswasta Eka Urbanisasi pada umumnya didefinisikan sebagai perpindahan penduduk dari desa ke kota, dan orangnya disebut sebagai kaum urban, meskipun
Lebih terperinciI. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA TEORITIS, HIPOTESIS. Menurut Bintarto (1998:6) geografi penduduk mempelajari sebaran penduduk dipermukaan bumi
I. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA TEORITIS, HIPOTESIS A. Tinjauan Pustaka 1. Geografi Penduduk 1.1 Pengertian Menurut Bintarto (1998:6) geografi penduduk mempelajari sebaran penduduk dipermukaan bumi dan memberikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. timpang dan ketidakseimbangan struktural (Mudrajad Kuncoro, 1997). tidak hanya mampu mendorong, tetapi juga dapat menganggu proses
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut Teori Kuznet pembangunan di Negara sedang berkembang identik dengan pertumbuhan ekonomi yang tinggi pada tahap awal pembangunan namun disertai dengan timbulnya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Negara Indonesia merupakan negara yang sedang berkembang yang berada dikawasan Asia Tenggara dan memiliki peringkat keempat dengan jumlah penduduk terbesar setelah
Lebih terperinciExecutive summary EVALUASI POTENSI TERJADINYA KONFLIK SOSIAL PADA MASYARAKAT MISKIN KOTA
Executive summary EVALUASI POTENSI TERJADINYA KONFLIK SOSIAL PADA MASYARAKAT MISKIN KOTA Di Indonesia persoalan kemiskinan merupakan masalah yang sampai saat ini belum sepenuhnya bisa ditanggulangi. Hal
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Mobilitas penduduk tentunya mempunyai kaitan yang sangat erat dengan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Mobilitas penduduk tentunya mempunyai kaitan yang sangat erat dengan pembangunan sebab mobilitas penduduk merupakan bagian integral dari proses pembangunan secara keseluruhan.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pelapisan sosial dalam masyarakat Jakarta disebut stratifikasi sosial. Stratifikasi
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pelapisan sosial dalam masyarakat Jakarta disebut stratifikasi sosial. Stratifikasi secara luas disusun dalam tiga lapisan utama, yaitu kelas atas, kelas menengah,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Salah satu masalah pokok yang dihadapi Pemerintah Indonesia sebagai negara
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Salah satu masalah pokok yang dihadapi Pemerintah Indonesia sebagai negara sedang berkembang adalah jumlah penduduk yang besar dengan tingkat pertumbuhan yang tinggi
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Analisis demografi memberikan sumbangan yang sangat besar pada. kebijakan kependudukan. Dinamika kependudukan terjadi karena adanya
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Analisis demografi memberikan sumbangan yang sangat besar pada kebijakan kependudukan. Dinamika kependudukan terjadi karena adanya dinamika kelahiran, kematian dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Jadi masih mengandung kemiskinan dimana-mana, baik di kota maupun di desa.
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara berkembang 'identik dengan 'kemiskinan'. Jadi masih mengandung kemiskinan dimana-mana, baik di kota maupun di desa. Kita dapat melihat
Lebih terperinciBab 5 AKTIVITAS EKONOMI FENOMENA SOSIAL ANAK JALANAN 55
Bab 5 AKTIVITAS EKONOMI FENOMENA SOSIAL ANAK JALANAN 55 Bab 5 AKTIVITAS EKONOMI Pada bagian yang aktifitas ekonomi anak jalanan di Kota Pekanbaru akan menjawab beberapa persoalan pertama: apa saja yang
Lebih terperinciVII KETERKAITAN EKONOMI SEKTORAL DAN SPASIAL DI DKI JAKARTA DAN BODETABEK
VII KETERKAITAN EKONOMI SEKTORAL DAN SPASIAL DI DKI JAKARTA DAN BODETABEK Ketidakmerataan pembangunan yang ada di Indonesia merupakan masalah pembangunan regional dan perlu mendapat perhatian lebih. Dalam
Lebih terperinciHALAMAN PENGESAHAN...
DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PENGESAHAN... ii PERNYATAAN ORISINALITAS... iii KATA PENGANTAR... iv ABSTRAK... vi DAFTAR ISI... vii DAFTAR TABEL... ix DAFTAR GAMBAR... x DAFTAR LAMPIRAN...
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dengan topik Sektor Informal Yogyakarta, pada hari Selasa 7 Maret 2005, diakses pada tanggal 9 Oktober 2009
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peluang bekerja dan berusaha bagi sejumlah penduduk yang semakin bertambah masih perlu diatasi dengan sungguh-sungguh. Menurut Badan Pusat Statistik (2009) jumlah
Lebih terperinciPERSEPSI MAHASISWA FISIP UNDIP TENTANG KEBIJAKAN PENANGGULANGAN TUNA SOSIAL DI KOTA SEMARANG.
PERSEPSI MAHASISWA FISIP UNDIP TENTANG KEBIJAKAN PENANGGULANGAN TUNA SOSIAL DI KOTA SEMARANG. NAMA : HANDAYANI WULANDARI NIM : D2B604084 JURUSAN : ILMU PEMERINTAHAN ABSTRAKSI Ditengah meningkatnya jumlah
Lebih terperinciDistribusi Variabel Berdasarkan Tingkat Analisis, Jenis data, Variabel, dan Skala Pengukuran
Distribusi Variabel Berdasarkan, Jenis data, Variabel, dan Skala Pengukuran No 1. Individu Umur Umur dihitung berdasarkan ulang tahun Demografi yang terakhir (berdasarkan konsep demografi). Pencatatan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Tingkat pertambahan penduduk dari tahun ke tahun semakin tinggi yang. formal akan mencari pekerjaan di sektor informal.
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tingkat pertambahan penduduk dari tahun ke tahun semakin tinggi yang mengakibatkan peningkatan tenaga kerja atau semakin bertambah besarnya proporsi penduduk usia
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Keputusan migrasi didasarkan pada perbandingan untung rugi yang berkaitan
1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Migrasi merupakan perpindahan orang dari daerah asal ke daerah tujuan. Keputusan migrasi didasarkan pada perbandingan untung rugi yang berkaitan dengan kedua daerah
Lebih terperinciANALISIS KARAKTERISTIK DAN MOBILITAS PENGEMIS DI KOTA SALATIGA
THE 5 TH URECOL PROCEEDING 18 February 2017 UAD, Yogyakarta ANALISIS KARAKTERISTIK DAN MOBILITAS PENGEMIS DI KOTA SALATIGA Choirul Amin, Priyono, Nurul Hidayah, Bagus Mia Syahputra Fakultas Geografi UMS,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mobilitas penduduk, terutama mobilitas dari pedesaan ke perkotaan. Banyak hal yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi yang terjadi di Indonesia berpengaruh terhadap perubahan sosial demografi. Salah satu perubahan itu tercermin dari meningkatnya mobilitas penduduk,
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Migrasi 1. Pengertian Migrasi Migrasi adalah perpindahan penduduk dari suatu wilayah ke wilayah tujuan dengan maksud menetap. Sedangkan migrasi sirkuler ialah gerak penduduk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pertambahan penduduk Indonesia saat ini diperkirakan sekitar 1,2
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pertambahan penduduk Indonesia saat ini diperkirakan sekitar 1,2 persen dari jumlah penduduk atau sekitar 2,5 sampai 3 juta orang per tahun (Nehen, 2010:96).
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. kemakmuran antar daerah. Namun kenyataan yang ada adalah masih besarnya distribusi
BAB 1 PENDAHULUAN I.1. LATAR BELAKANG Tujuan pembangunan daerah yaitu mencari kenaikan pendapatan perkapita yang relatif cepat, ketersediaan kesempatan kerja yang luas, distribusi pendapatan yang merata,
Lebih terperinciKAJIAN KARAKTERISTIK MIGRAN MASUK DI KECAMATAN DRIYOREJO KABUPATEN GRESIK
Swara Bhumi Vol. 3 Nomor. 3 tahun 05 KAJIAN KARAKTERISTIK MIGRAN MASUK DI KECAMATAN DRIYOREJO KABUPATEN GRESIK Aries Rieska Mahasiswa S Pendidikan Geografi, Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Surabaya,
Lebih terperinciPada gambar 2.3 diatas, digambarkan bahwa yang melatarbelakangi. seseorang berpindah tenaga kerja dari sektor pertanian ke sektor non pertanian
31 Pada gambar 2.3 diatas, digambarkan bahwa yang melatarbelakangi seseorang berpindah tenaga kerja dari sektor pertanian ke sektor non pertanian dilatar belakangi oleh alih fungsi lahan. Lalu, perpindahan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. antar masing-masing daerah, antar golongan pendapatan dan di seluruh aspek. kehidupan sehingga membuat stuktur ekonomi tidak kokoh.
19 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tujuan pembangunan meliputi kenaikan pendapatan perkapita yang relatif cepat, ketersediaan kesempatan kerja yang luas, distribusi pendapatan yang merata serta kemakmuran
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. untukditeliti dan pengetahuan mengenai fenomena ini sangat berguna dalam
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Pada 20 tahun terakhir ini fenomena perpindahan penduduk dari suatu tempat ke tempat lain atau bisa disebut juga urbanisasi menjadi salah satu fenomena sosial yang
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. positif. Migrasi dianggap sebagai proses alami di mana surplus tenaga kerja
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Di masa lalu migrasi dari desa ke kota dipandang sebagai sesuatu yang positif. Migrasi dianggap sebagai proses alami di mana surplus tenaga kerja sedikit demi sedikit
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berkembang adalah adanya kegiatan ekonomi subsistence, yakni sebagian besar
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu ciri perekonomian Indonesia sebagai negara yang sedang berkembang adalah adanya kegiatan ekonomi subsistence, yakni sebagian besar penduduk yang berpenghasilan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Agung Hadi Prasetyo, 2013
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring berjalannya waktu wilayah perkotaan semakin berkembang diberbagai sektor, sehingga perkembangan wilayah kota yang dinamis membawa berbagai macam dampak bagi
Lebih terperinciBAB V PEMBAHASAN. Kontribusi Dana Remitan Tenaga Kerja Indonesia (TKI) Dalam. Peningkatan Kesejahteraan Ekonomi Kabupaten Tulungagung
BAB V PEMBAHASAN Kontribusi Dana Remitan Tenaga Kerja Indonesia (TKI) Dalam Peningkatan Kesejahteraan Ekonomi Kabupaten Tulungagung Walaupun sangat disadari bahwa proses pembangunan bukan hanya ditentukan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Pengertian Pembangunan Ekonomi dan Pertumbuhan Ekonomi
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Pembangunan Ekonomi dan Pertumbuhan Ekonomi Dewasa ini perhatian para ahli ekonomi terhadap masalah pembangunan ekonomi di setiap negara sangat besar sekali, karena
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. yang besar dan semakin meningkat. Hal tersebut mengakibatkan kota-kota besar
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Menurut Todaro dan Stilkind (2000) bahwa terdapat beberapa gejala yang dihadapi oleh negara berkembang, gejala tersebut adalah jumlah pengangguran yang besar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. laju pertumbuhan penduduk yang pesat sebagai akibat dari faktor-faktor
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kota-kota besar di negara-negara berkembang umumnya mengalami laju pertumbuhan penduduk yang pesat sebagai akibat dari faktor-faktor alami yaitu kelahiran
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tidak asing lagi melihat anak-anak mengerumuni mobil-mobil dipersimpangan lampu
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah Kemiskinan kerap kali menjadi persoalan yang tidak kunjung selesai, mulai dari kesadaran masyarakat sampai kemampuan pemerintah dalam menganalisis masalah dan
Lebih terperinciBAB IV PENUTUP. Menjalani hidup sebagai pemulung bukanlah hal yang mudah.
115 BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan Menjalani hidup sebagai pemulung bukanlah hal yang mudah. Pekerjaan memulung membutuhkan kekuatan fisik, terutama bagi anak-anak yang dilibatkan. Di samping itu, mereka
Lebih terperinciBAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. IDENTIFIKASI FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB ANAK TURUN MENJADI ANAK JALANAN Terdapat tiga faktor internal yang disebutkan dalam penelitian ini, yaitu impian bebas, ingin
Lebih terperinciAPA ITU URBANISASI???? Urbanisasi adalah perpindahan penduduk dari desa ke kota. Urbanisasi adalah masalah yang cukup serius bagi kita semua
PENGERTIAN Kesalahan pola pikir warga desa yang beranggapan bahwa kota besar dan ibukota adalah kota impian yang menjanjikan kehidupan layak bagi mereka. Padahal, untuk menjalankan impian mereka dibutuhkan
Lebih terperinciSTUDI TENTANG MIGRASI SIRKULER DI KOTA AMBON (Studi Kasus : Desa Batu Merah, Kecamatan Sirimau Kota Ambon)
STUDI TENTANG MIGRASI SIRKULER DI KOTA AMBON (Studi Kasus : Desa Batu Merah, Kecamatan Sirimau Kota Ambon) Jurusan Budidaya Fakultas Pertanian Universitas Pattimura ABSTRACT The objectives of this research
Lebih terperinciBAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
25 BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Kondisi Fisik Desa Desa Pusakajaya merupakan salah satu desa yang berada di Kecamatan Pusakajaya, Kabupaten Subang, Propinsi Jawa Barat, dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kematian dan perpindahan penduduk (mobilitas) terhadap perubahan-perubahan. penduduk melakukan mobilitas ke daerah yang lebih baik.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dinamika kependudukan terjadi karena adanya dinamika kelahiran, kematian dan perpindahan penduduk (mobilitas) terhadap perubahan-perubahan dalam jumlah, komposisi dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. angka pertumbuhan penduduk kota yang sangat tinggi, utamanya terjadi pada
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pertumbuhan penduduk dan proses mobilitas penduduk menuju daerah perkotaan di Indonesia semakin meningkat dengan pesat, ditunjukkan oleh angka pertumbuhan
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR
12 II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A. Tinjauan Pustaka 1. Pengertian Geografi Geografi merupakan ilmu yang mempelajari tentang bumi. Menurut Bintarto dalam Budiyono (2003:3) geografi ilmu pengetahuan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sebagai negara berkembang, Indonesia dihadapkan pada berbagai. dari tahun ke tahun, hal tersebut menimbulkan berbagai masalah bagi
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sebagai negara berkembang, Indonesia dihadapkan pada berbagai masalah, seperti pengangguran, kemiskinan, tingkat pendapatan yang rendah dan lain sebagainya. Dimana
Lebih terperinciPEMBERDAYAAN GELANDANGAN DAN PENGEMIS DI KABUPATEN SIDOARJO (Studi Kasus di UPTD Liponsos Sidokare)
PEMBERDAYAAN GELANDANGAN DAN PENGEMIS DI KABUPATEN SIDOARJO (Studi Kasus di UPTD Liponsos Sidokare) SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Administrasi Negara pada Fakultas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Masalah ketenagakerjaan di Indonesia terjadi akibat. ketidakseimbangan antara pertumbuhan angkatan kerja dengan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masalah ketenagakerjaan di Indonesia terjadi akibat ketidakseimbangan antara pertumbuhan angkatan kerja dengan kemampuan menciptakan lapangan kerja sebagai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tertuang dalam pembukaan Undang-undang Dasar 1945 yakni melindungi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Negara berkembang seperti Indonesia, secara berkelanjutan melakukan pembangunan baik fisik maupun mental untuk mencapai tujuan negara yang tertuang dalam pembukaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tengah masyarakat, khususnya di negara negara berkembang. Masalah
digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kemiskinan merupakan masalah sosial yang senantiasa hadir di tengah tengah masyarakat, khususnya di negara negara berkembang. Masalah kemiskinan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. penduduk yang tinggi disebabkan oleh tingkat fertilitas yang tinggi yang
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masalah kependudukan merupakan masalah umum yang dimiliki oleh setiap negara di dunia ini. Secara umum masalah kependudukan di berbagai negara dapat dibedakan
Lebih terperinciBAB V FAKTOR PENYEBAB PEREMPUAN DESA MELAKUKAN MIGRASI INTERNASIONAL
31 BAB V FAKTOR PENYEBAB PEREMPUAN DESA MELAKUKAN MIGRASI INTERNASIONAL Lee (1984) dalam teorinya Dorong-Tarik (Push-Pull Theory) berpendapat bahwa migrasi dari desa ke kota disebabkan oleh faktor pendorong
Lebih terperinciBab 1 PENDAHULUAN FENOMENA SOSIAL ANAK JALANAN 1
Bab 1 PENDAHULUAN FENOMENA SOSIAL ANAK JALANAN 1 2 FENOMENA SOSIAL ANAK JALANAN Bab 1 PENDAHULUAN Berbagai dampak sosial, politik dan budaya telah mencuat sejak terjadinya krisis ekonomi dan moneter yang
Lebih terperinciBAB V GAMBARAN UMUM RESPONDEN
BAB V GAMBARAN UMUM RESPONDEN 5.1. Usia Usia responden dikategorikan menjadi tiga kategori yang ditentukan berdasarkan teori perkembangan Hurlock (1980) yaitu dewasa awal (18-40), dewasa madya (41-60)
Lebih terperinciIV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. secara geografis terletak antara 101º20 6 BT dan 1º55 49 LU-2º1 34 LU, dengan
18 IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1. Letak dan Keadaan Geografis Kelurahan Lubuk Gaung adalah salah satu kelurahan yang terletak di Kecamatan Sungai Sembilan Kota Dumai Provinsi Riau. Kelurahan Lubuk
Lebih terperinciSOSIALISASI KEMANDIRIAN KERJA ANAK PETANI MISKIN ( STUDI KASUS: KELUARGA PETANI MISKIN DI NAGARI TALU KECAMATAN TALAMAU KABUPATEN PASAMAN BARAT )
SOSIALISASI KEMANDIRIAN KERJA ANAK PETANI MISKIN ( STUDI KASUS: KELUARGA PETANI MISKIN DI NAGARI TALU KECAMATAN TALAMAU KABUPATEN PASAMAN BARAT ) Dewifebrina 1 Dra. Fachrina,M.Si 2 Erningsih,S.Sos 3 Program
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN
BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Pengertian Kemiskinan Nelayan Nelayan adalah suatu kelompok masyarakat yang kehidupannya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perhatian perencanaan pembangunan, terutama di negara sedang berkembang, dan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia sebagai negara berkembang tidak bisa lepas dari sektor informal. Keberadaan sektor informal di Indonesia tidak terlepas dari proses pembangunan yang sedang
Lebih terperinciBAB IV DATA DAN ANALISA DATA
87 BAB IV DATA DAN ANALISA DATA 4.1 METODE PENGUMPULAN DATA Jenis data yang dikumpulkan pada penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder. Pengumpulan data dilakukan dengan cara sebagai berikut:
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. daerah perkotaan membawa pengaruh pada semakin tingginya mobilitas
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemerataan pembangunan yang menjadi salah satu kata kunci di semua lini pemerintahan ternyata tidak berjalan sesuai dengan yang diharapkan. Di Indonesia, pembangunan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. masyarakat yang tidak dapat dipisahkan dari realitas kehidupan. masyarakat. Pengaturan tentang Fakir mskin dan anak-anak terlantar
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah Gelandangan merupakan bagian dari fenomena dalam masyarakat yang tidak dapat dipisahkan dari realitas kehidupan masyarakat. Pengaturan tentang Fakir mskin dan
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. Geografi penduduk atau population geography merupakan cabang ilmu geografi.
10 II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A. Tinjauan Pustaka 1. Geografi Penduduk Geografi penduduk atau population geography merupakan cabang ilmu geografi. Menurut Bintarto (1977: 10) geografi dapat
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keluarga adalah institusi pendidikan primer, sebelum seorang anak mendapatkan pendidikan di lembaga lain. Pada institusi primer inilah seorang anak mengalami pengasuhan.
Lebih terperinciPENDUDUK, KETENAGAKERJAAN DAN SISTEM PENGUPAHAN
PENDUDUK, KETENAGAKERJAAN DAN SISTEM PENGUPAHAN Oleh : Dyah Kusumawati*) Abstraksi Dewasa ini pembangunan kependudukan di Indonesia diarahkan pada peningkatan kualitas penduduk dan pengendalian laju pertumbuhan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kerja (juta) (2009 est) 3 Angka pengangguran (%) Produk Domestik Bruto 1,918 7,033 35,163 42,421
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan Salah satu dampak dari adanya krisis ekonomi adalah melonjaknya angka pengangguran. Belum pulihnya perekonomian dan timpangnya perkembangan suatu wilayah
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. yang menimbulkan permasalahan sosial yang komplek. Keberadaan anak
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak jalanan merupakan fenomena nyata bagian dari kehidupan yang menimbulkan permasalahan sosial yang komplek. Keberadaan anak jalanan sering diabaikan dan tidak dianggap
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Secara konsepsional, pembangunan yang telah dan sedang dilaksanakan pada
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Secara konsepsional, pembangunan yang telah dan sedang dilaksanakan pada hakekatnya bertujuan untuk meningkatkan pendapatan masyarakat, memperluas kesempatan kerja dan
Lebih terperinciMETODOLOGI PENELITIAN. Metodologi penelitian adalah ilmu yang memperbincangkan metode-metode
36 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Metodologi penelitian adalah ilmu yang memperbincangkan metode-metode ilmiah dalam menggali kebenaran pengetahuan (Hadari Nawawi dalam Pabundu Tika, 2005:2).
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Sulitnya mengendalikan peningkatan pengangguran merupakan masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Sulitnya mengendalikan peningkatan pengangguran merupakan masalah serius yang sering dijumpai diberbagai negara. Tidak hanya di negara berkembang, pengangguran
Lebih terperinciBAB VI KARAKTERISTIK INDIVIDU DAN RUMAHTANGGA PETANI PESERTA PROGRAM PEMBERDAYAAN PETANI MELALUI TEKNOLOGI DAN INFORMASI PERTANIAN (P3TIP)
58 BAB VI KARAKTERISTIK INDIVIDU DAN RUMAHTANGGA PETANI PESERTA PROGRAM PEMBERDAYAAN PETANI MELALUI TEKNOLOGI DAN INFORMASI PERTANIAN (P3TIP) Bab ini mendeskripsikan karakteristik demografi individu petani
Lebih terperinciHighlights May Memahami penggunaan layanan keuangan masyarakat di Indonesia 1,250 20,000. kabupaten. provinsi di wilayah timur Indonesia
Highlights May 2017 Memahami penggunaan layanan keuangan masyarakat di Indonesia 93 kabupaten 4 provinsi di wilayah timur Indonesia Jawa Timur Populasi: 38.8 juta Responden: 6,873 Wilcah: 447 desa Selatan
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Geografis dan Demografis Provinsi Kalimantan Timur
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Kondisi Geografis dan Demografis Provinsi Kalimantan Timur Provinsi Kalimantan Timur terletak pada 113 0 44-119 0 00 BT dan 4 0 24 LU-2 0 25 LS. Kalimantan Timur merupakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. daerah pesisir pantai yang ada di Medan. Sebagaimana daerah yang secara
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kelurahan Bagan Deli Kecamatan Medan Belawan merupakan salah satu daerah pesisir pantai yang ada di Medan. Sebagaimana daerah yang secara geografis berada di pesisir
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. depan dipercayakan. Fenomena merebaknya anak jalanan di Indonesia merupakan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak merupakan amanah yang harus dijaga, karena pada merekalah masa depan dipercayakan. Fenomena merebaknya anak jalanan di Indonesia merupakan persoalan sosial.
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada skripsi mengenai
BAB V KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada skripsi mengenai Profil Pengguna Jasa Transportasi Kereta Api Stasiun Rancaekek Kabupaten Bandung sebagai bab akhir dari penulisan skripsi
Lebih terperinciBAB V PROFIL RUMAHTANGGA MISKIN DI DESA BANJARWARU
BAB V PROFIL RUMAHTANGGA MISKIN DI DESA BANJARWARU Secara umum, rumahtangga miskin di Desa Banjarwaru dapat dikatakan homogen. Hal ini terlihat dari karakteristik individu dan rumahtangganya. Hasil tersebut
Lebih terperinciPERTEMUAN 5 : Ir. Darmawan L. Cahya, MURP, MPA
PERTEMUAN 5 : PERSEBARAN PENDUDUK Oleh : Ir. Darmawan L. Cahya, MURP, MPA (darmawan@esaunggul.ac.id) Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota Fakultas Teknik - Universitas ESA UNGGUL Semester Genap 2012/2013
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Tingkat pertumbuhan jumlah penduduk di Kota Medan saling berkaitan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tingkat pertumbuhan jumlah penduduk di Kota Medan saling berkaitan dengan pertambahan aktivitas yang ada di kota, yaitu khususnya dalam kegiatan sosial-ekonomi. Pertumbuhan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mengenai faktor-faktor yang tidak hanya berasal dari faktor demografi saja
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kependudukan adalah studi yang membahas struktur dan proses kependudukan yang terjadi di suatu wilayah yang kemudian dikaitkan dengan aspek-aspek non demografi. Struktur
Lebih terperinciMobilitas Penduduk I. Kependudukan (Demografi) Dian Kurnia Anggreta, S.Sos, M.Si 1
Mobilitas Penduduk I Kependudukan (Demografi) Dian Kurnia Anggreta, S.Sos, M.Si 1 Mobilitas Ditinjau Secara Sosiologis Mobilitas o Mobilitas Geografis Perpindahan penduduk dari batas geografis yang satu
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA. untuk bekerja di kota pusat-pusat industri. Migrasi penduduk dapat dibagi menjadi
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Migrasi Penduduk Gerak perpindahan penduduk muncul bersamaan dengan adanya revolusi industri di Eropa pada abad 18 dan 19 yaitu mengundang tenaga kerja dari
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia dan beberapa daerah perkotaan mempunyai pola. baik di daerah pedesaan dan perkotaan. Dualisme kota dan desa yang terdapat
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia dan beberapa daerah perkotaan mempunyai pola perekonomian yang cenderung memperkuat terjadinya ketimpangan ekonomi dan kesenjangan sosial yang bermuara kepada
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Surayya Hayatussofiyyah, 2014
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Anak jalanan merupakan fenomena yang sudah tidak asing lagi di Indonesia. Semakin menjamurnya jumlah anak jalanan yang berkeliaran di jalan tak diragukan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kebutuhan dasar hidup sehari-hari. Padahal sebenarnya, kemiskinan adalah masalah yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kemiskinan seringkali dipahami dalam pengertian yang sangat sederhana yaitu sebagai keadaan kekurangan uang, rendahnya tingkat pendapatan dan tidak terpenuhinya kebutuhan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. terselesaikan sampai hari ini. Terdapat pertentangan antara kekayaan alam yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Kemiskinan merupakan tantangan terbesar bagi bangsa Indonesia yang belum terselesaikan sampai hari ini. Terdapat pertentangan antara kekayaan alam yang nyata ada di
Lebih terperinciKEADAAN KETENAGAKERJAAN NTT FEBRUARI 2015
No. 06/05/53/Th. XV, 5 Mei 2015 KEADAAN KETENAGAKERJAAN NTT FEBRUARI 2015 FEBRUARI 2015: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA NTT SEBESAR 3,12% Angkatan kerja NTT pada Februari 2015 mencapai 2.405.644 orang, bertambah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tersebut berdasarkan pada jenis kelamin tentunya terdiri atas laki-laki dan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penduduk suatu negara merupakan sumber daya manusia yang memiliki potensi atau peranan yang cukup besar dalam pembangunan ekonomi. Penduduk tersebut berdasarkan pada
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Permukiman Kumuh
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Permukiman Kumuh Menurut Undang-Undang Republik Indonesia No 4 tahun 1992, perumahan adalah kelompok rumah yang berfungsi sebagai lingkungan tempat tinggal atau lingkungan hunian
Lebih terperinciKEADAAN KETENAGAKERJAAN SULAWESI SELATAN FEBRUARI 2016
BPS PROVINSI SULAWESI SELATAN No. 28/05/73/Th. X, 4 Mei 2016 KEADAAN KETENAGAKERJAAN SULAWESI SELATAN FEBRUARI 2016 Struktur ketenagakerjaan di Provinsi Sulawesi Selatan berfluktuasi dari tahun ke tahun.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kemiskinan yang terjadi pada negara berkembang sangatkompleks dan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perhatian pada kemiskinan merupakan hal yang sangat penting, karena masalah kemiskinan yang terjadi pada negara berkembang sangatkompleks dan bersifatmultidimensional.kemiskinan
Lebih terperinciBab. Penggunaan Uang. kompetensi dasar. Mengetahui penggunaan uang sebagai alat pemenuhan kebutuhan dalam kehidupan sehari-hari.
Penggunaan Uang Bab 8 Penggunaan kompetensi dasar Mengetahui penggunaan uang sebagai alat pemenuhan kebutuhan dalam kehidupan sehari-hari Peta Konsep alat tukar Uang dikelola satuan hitung menimbun Kata
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara dengan tingkat pertumbuhan penduduk yang tinggi berdasarkan sumber Badan Pusat Statistik sebesar 1,49% pada tahun 2015 dengan
Lebih terperinci