BAB I PENDAHULUAN. Riset ini dilaksanakan untuk menstudi implikasi perpindahan penduduk yang
|
|
- Shinta Lesmono
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 1 BAB I PENDAHULUAN Riset ini dilaksanakan untuk menstudi implikasi perpindahan penduduk yang terjadi dari desa ke kota, terhadap kebutuhan akan tempat bermukim di Kota Bangli. Penelitian ini memfokuskan kajiannya pada studi berkenaan kebutuhan akan tempat tinggal dalam mengakomodasi penduduk pendatang di kota bersangkutan, untuk periode waktu sepuluh tahun ke depan. Kajian ini didasari atas pra-eksisting kondisi terkait faktor-faktor determinan di lapangan yang menentukan kebutuhan akan pemukiman pada kurun waktu lima tahun terakhir, dan memprediksi kebutuhan potensial yang akan terjadi di tahun 2022 mendatang. Selain berperan strategis dalam menentukan kuantitas rumah yang dibutuhkan yang akan mengakomodasi kaum pendatang di kota Bangli, studi ini secara inklusif mengkaji kebutuhan akan rumah dari tiga aspek kritis, yaitu: (i) Seberapa jauh urbanisasi berdampak terhadap kuantitas perumahan yang dibutuhkan di Kota Bangli 10 tahun ke depan (tahun 2022) (ii) tipologi rumah yang dibutuhkan; (iii) pengaruh kebutuhan rumah terhadap pengadaan serta kelengkapan infrastruktur fisik dan sosial yang dibutuhkan sebagai penyangga keberlangsungan pemukiman Latar Belakang Urbanisasi secara umum diartikan sebagai perpindahan penduduk dari pedesaan dan perkotaan. Namun secara teori, perpindahan penduduk semacam ini hanya merupakan salah satu dari sekian wujud urbanisasi. Urbanisasi dan
2 2 pertumbuhan kota seringkali dipandang sebagai suatu indikator dari modernisasi dan kemajuan. Pada tahun 1958 sosiolog Daniel Lerner masih berpendapat bahwa urbanisasi di dunia ketiga merupakan prakondisi untuk modernisasi dan pembangunan. Sementara Rostow (dalam Yunus 2006) memandang perpindahan penduduk dari daerah pedalaman ke pusat-pusat kota yang menstimulasikan kebutuhan dan partisipasi, sebagai prasyarat sebelum tahapan tinggal landas dalam pembangunan tercapai. Dalam perkembangannya, urbanisasi menimbulkan sikap pesimistis karena beragam permasalahan yang ditimbulkan. Kesenjangan antara kaya dan miskin semakin lebar, peningkatan kejahatan, kemacetan lalu-lintas, masalah persampahan dan lain-lain merupakan wujud permasalahan yang dihadapi daerah perkotaan yang disebabkan oleh pertumbuhan penduduk yang tidak terkontrol. Akhirnya kota tidak lagi dipandang sebagai pusat kemajuan tetapi justru sebagai pusat berbagai masalah sosial. Namun di sisi lain, banyak daerah perkotaan yang membutuhkan tenaga kerja dari luar, untuk menopang pertumbuhan ekonominya. Pertumbuhan penduduk di kota dapat merupakan karunia dan sekaligus beban. Secara tradisional kota dianggap sebagai motor penggerak perkembangan sosial dan ekonomi, sehingga memerlukan tenaga kerja yang banyak untuk menggerakkanya. Tetapi jika daerah perkotaan belum menyiapkan diri bagaimana menampung kaum pendatang ini, kota akan dipenuhi dengan perkampungan kaum papa. Ini memungkinkan jika Kota tidak mampu
3 3 menanggung segala konsekuensi yang dihadapi sebagai akibat dari proses industrialisasinya. (Daldjoeni, 1987). Kita semua akui satu bidang dimana selalu ada kekurangan dalam kota baik di negara maju maupun berkembang akibat tekanan penduduk ialah bidang perumahan. Penduduk yang datang dari desa maupun luar daerah untuk mengadu nasib ke kota membutuhkan tempat untuk bernaung, sehingga mereka mencari lahan-lahan kosong untuk mendirikan rumah (Hauser, 1985). Rumah merupakan kebutuhan yang paling mendasar bagi penduduk pendatang. Di negara-negara berkembang sebagian besar permintaan akan perumahan berasal dari beratus-ratus migran dari luar kota yang datang berbondong-bondong ke kota. Karena usaha-usaha memperoleh perumahan di luar jangkauan mereka, sebagian para pendatang mengambil tindakan sendiri-sendiri dan menduduki tanah milik pemerintah atau milik swasta. Migrasi desa-kota yang sifatnya massal, ditambah dengan pertumbuhan penduduk alami yang dimiliki kota itu, serta kesulitan pendatang untuk menemukan penghasilan yang menjamin hidup berkecukupan, telah melahirkan situasi miskinnya kebanyakan penghuni ke kota. Mereka tidak mempunyai uang untuk mendirikan rumah tinggal sehingga mereka terpaksa hidup di-sembarang tempat. Muncullah perkampungan yang berisi gubug-gubug dari bahan kertas karton, triplek, kardus dan lain sebagainya. Urbanisasi di Indonesia bukanlah suatu proses yang baru. Sebelum zaman penjajahan Belanda di Indonesia sudah terdapat kota-kota besar menurut ukuran zamannya. Sebagian besar penduduk Indonesia (kurang lebih 60 %)
4 4 penduduknya terkonsentrasi di Pulau Jawa. Dibandingkan dengan pulau-pulau lainnya di Indonesia, pulau Jawa menampilkan diri sebagai pulau yang mempunyai peradaban tertua (Yunus, 2006). Hal ini juga mengisyaratkan adanya bukti bahwa pulau ini telah menjadi habitat manusia yang telah berkembang dalam kurun waktu yang panjang. Hal ini sangat wajar karena Pulau Jawa merupakan pulau yang subur dengan tanah vulkaniknya yang diberikan oleh gunung berapi yang letaknya berderet-deret disepanjang Pulau Jawa (Yunus, 2006 ). Indonesia adalah negara yang berhasil menekan laju pertumbuhan penduduknya, pada periode tahun sebesar 1,97 % sedangkan pada tahun menjadi 1,49 %. Meskipun demikian, jumlahnya masih tergolong besar. Pada tahun 1980, Penduduk Indonesia berjumlah 147 juta jiwa, tahun 1990 menjadi 179 juta jiwa dan pada tahun 2000 menjadi 206 juta jiwa. ( hasil Sensus Penduduk Indonesia, Tahun ). Laju pertumbuhan di Pulau Jawa umumnya dibawah 1 % kecuali Jawa Barat yang pertumbuhannya lebih dari 2 %. Ini disebabkan Jawa Baratlah yang paling besar menerima pertambahan penduduk perkotaan, terutama limpahan dari Jakarta (Kuswartojo, 2005). Pemerintah Indonesia berusaha keras memecahkan masalah perumahan. Pada tahun 1950-an dan 1960-an program pembangunan nasional jarang mencurahkan perhatian pada masalah perumahan, sekarang seringkali dimasukkan program perumahan untuk penduduk kota berpendapatan rendah (Hauser, 1985:218). Tetapi pada pelaksanaannya, program pemerintah ini belum
5 5 memberi prioritas kepada pihak keluarga berpendapatan rendah. Program perumahan murah pemerintah seringkali kurang menunjukkan pemahaman akan apa kebutuhan, sumberdaya dan prioritas lapisan masyarakat yang disasar. Mereka yang akan memanfaatkan program ini tidak secara aktif dipartisipasikan dalam membuat rancangannya dan menentukan syarat-syaratnya agar sesuai dengan pendapatan mereka dan nilai-nilai budaya mereka (Hauser, 1985). Bali merupakan salah satu propinsi yang ada di Indonesia memiliki delapan kabupaten dan 1 kotamadya. Masing-masing kabupaten/kotamadya ini terjadi proses urbanisasi secara alami di dalam kotanya, termasuk Kota Denpasar, Tabanan, Gianyar, Bangli dan lain-lain. Penduduk pendatang dari desa yang ada di Bali maupun penduduk yang berasal dari luar Bali berbondong-bondong menuju kota baik untuk tujuan menetap atau sekadar datang untuk sementara waktu (temporal) untuk tujuan perjalanan (Setyarini, 2003). Pada masa lalu, kehadiran pendatang-pendatang ke Bali barangkali belum menjadi suatu masalah. Tetapi, belakangan ini serbuan penduduk pendatang dengan beragam latar belakang, etnis, profesi, dan tujuan, telah menjadi permasalahan tersendiri yang cukup kompleks bagi Bali, terutama di daerah perkotaan. Berbagai permasalahan kependudukan dengan dampak ikutannya seperti kepadatan penduduk yang terus meningkat, pengangguran, kriminalitas, prostitusi, pemukiman liar dan sebagainya telah mengganggu kenyamanan Orang Bali sendiri. Pemerintah sendiri tampaknya tidak bisa berbuat banyak untuk menghadapi penduduk pendatang ini. (Sudantra, 2000).
6 6 Kota Bangli terletak di wilayah Kabupaten Bangli, Propinsi Bali. Luas wilayah administratif Kota Bangli adalah 28 km2 yang sebelah utara, timur, selatan dan barat berbatasan dengan Kabupaten Bangli sendiri. Jumlah penduduk pada tahun 2011 adalah jiwa dengan tingkat pertumbuhan penduduk rata-rata 1 % pertahun. Jumlah penduduk pendatang yang menetap di Kota Bangli pada tahun 2010 per-kecamatan adalah 546 jiwa. Menurut sumber yang sama penduduk pendatang terbanyak berasal dari Kecamatan Kintamani. Kota Bangli merupakan kota yang berada di jantung Kabupaten Bangli. Sebagai ibukota kabupaten, Kota Bangli merupakan pusat aktivitas masyarakat, pusat pemerintahan, pendidikan dan kesehatan serta merupakan pusat penyaluran barang dan jasa di Kabupaten Bangli (Rencana Strategis Kabupaten Bangli Tahun ). Menurut data dari Badan Pusat Statistik Kabupaten Bangli dan Kantor Camat Bangli, urbanisasi yang terjadi di Kota Bangli sudah terjadi dari tahun 90-an. Pada tahun 2009 jumlah penduduk pendatang di Kota Bangli adalah 467 jiwa dengan perpindahan penduduk terbanyak menuju Kota Bangli berasal dari desa-desa di Kecamatan Kintamani disusul Kecamatan Susut, Tembuku dan Bangli. Sedangkan perpindahan penduduk yang berasal dari luar Kabupaten Bangli terbanyak berasal dari Kabupaten Karangasem disusul Buleleng, Tabanan, Gianyar dan Klungkung. Adapun fokus utama dalam perencanaan pembangunan di Bangli, untuk proyeksi sepuluh tahun kedepan (tahun 2022) adalah mewujudkan pembangunan fisik, infrastruktur dan sarana dan prasarana yang memadai baik
7 7 itu dalam bidang perumahan dan permukiman, kesehatan dan pendidikan yang memadai. Semua tujuan ini bermuara pada penciptaan serta peningkatan kesejahteraan masyarakat Bangli pada umumnya (Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Bangli). Melihat beberapa tahun ke belakang, tren perpindahan penduduk menuju Kota Bangli dari tahun-ketahun semakin meningkat. Peningkatan terjadi pada prosentase 17 % per tahun. Sehingga bila diproyesikan jumlah penduduk pendatang di Kota Bangli pada tahun 2022 adalah jiwa. Ini berdasarkan dari hasil data yang diperoleh dari BPS Kabupaten Bangli dan Kantor Camat Bangli dimana penduduk pendatang yang menetap di Kota Bangli dari tahunketahun berasal dari semua desa di kecamatan yang ada di Kabupaten Bangli dan dari luar Kabupaten Bangli seperti Gianyar,Tabanan, Klungkung, Karangasem dan dari luar Propinsi Bali seperti Jawa Timur dan Jawa Tengah. (Data BPS Kab. Bangli 2010). Penduduk dari desa maupun dari daerah di luar Kabupaten Bangli pindah dan menetap di kota, selain karena potensi kota yang menawarkan beragam lapangan pekerjaan dari pemerintahan maupun swasta, juga disebabkan oleh alasan-alasan pribadi, seperti penempatan kerja yang mengharuskan untuk menetap di Kota Bangli dan konflik keluarga ataupun konflik adat yang terjadi di daerah asal. Kedatangan mereka ini menyebabkan Kota Bangli sedikit demi sedikit menjadi berkembang dan tumbuh dari segi perekonomian. Disatu sisi kedatangan penduduk pendatang menuju Kota Bangli dan menetap membawa dampak yang baik bila dilihat dari segi pertumbuhan kota, akan tetapi dampak
8 8 lain yang timbul adalah permintaan akan lahan untuk rumah bagi kaum pendatang ini (Program Perencanaan Daerah Kabupaten Bangli Nomor 03 Tahun 2002). Karena tingginya arus urbanisasi menuju Kota Bangli disertai dengan permintaan lahan untuk rumah, mendesak pemerintah daerah Kabupaten Bangli menyediakan lahan-lahan produktif yang ada di dalam kota untuk didirikan rumah tinggal. Ini termasuk penyediaan lahan pada Subak Uma Aya dan Subak Uma Bukal, yang direncanakan untuk lokasi perumahan dan permukiman bagi penduduk pendatang. Kondisi ini telah mengeskalasi kebutuhan akan rumah yang dalam kenyataannya telah menjadi alasan utama terjadinya konversi lahanlahan pertanian produktif pada skala yang cenderung meningkat dari waktu-ke waktu. Menurut data dari Kantor Badan Pertanahan Nasional Kabupaten Bangli, luas lahan produktif di LC Uma Aya adalah M² (45 Ha) dengan daerah terbangun pada tahun 2005 adalah M² dan pada tahun 2009 daerah terbangun adalah M² dan Luas lahan produktif di LC Uma Bukal adalah (23 Ha) dengan daerah terbangun pada tahun 2005 adalah M² dan pada tahun 2009 adalah M² dan jika dipredisikan pada tahun 2022, jumlah lahan terbangun pada LC Uma Aya adalah M² dan jumlah lahan terbangun pada LC Uma Bukal adalah M².
9 9 Namun pada pelaksanaannya, penduduk pendatang ini membeli rumah jadi yang sudah disediakan oleh para pengembang dengan pembayaran secara kredit. Dari observasi awal diperoleh informasi jika kebanyakan rumah jadi tersebut tidak mewakili keinginan pemilik rumah. Pada umumnya rumah siap pakai yang ada ini memiliki tata ruang dan kualitas pekerjaan yang tidak sesuai standar konstruksi rumah yang baku juga tata letak perumahan ini yang semrawut dan tidak teratur. Selain itu beberapa penduduk pendatang ini juga menyewa rumah-rumah kontrakan yang dibangun sendiri oleh sipemilik lahan (Gandhi 2010). Terjadinya perletakan perumahan baru yang cenderung semrawut, yang jika dibiarkan akan berpengaruh negatif terhadap wajah fisik kota. Sirkumstansi ini tidak hanya akan mendeteriorisasi image serta identitas Kota Bangli ke depan, kondisi ini juga akan melemahkan posisi strategis Kota Bangli sebagai salah satu daerah tujuan wisata yang utama di Pulau Dewata. Beberapa contoh kasus semrawutnya pembangunan perumahan di Kota Bangli terjadi di LC Uma Aya, dimana perumahan dari pengembang berdampingan dengan bengkel kendaraan bermotor dan pabrik pengolahan kayu selain itu fungsi rumah yang sekaligus digunakan untuk rumah makan berdampingan dengan toko bahan bangunan dan bengkel las besi sehingga parkir bagi para konsumen masing-masing produsen terlihat tidak teratur. Begitu pula kondisi yang terlihat di LC Uma Bukal, penempatan masa bangunan memperlihatkan ketidakteraturan tata letak dan banyaknya bangunan rumah yang mengabaikan garis sempadan jalan serta rumah tanpa telajakan. Ini sangat mengganggu keindahan kota Bangli kedepan (Gandhi 2010).
10 10 Dengan dilatarbelakangi oleh kondisi di atas, maka penelitian ini dilaksanakan untuk mengkaji kebutuhan perumahan yang diperlukan penduduk pendatang di Kota Bangli di tahun 2022 dan untuk menstudi implikasi perpindahan penduduk yang terjadi dari desa ke kota Bangli, terhadap kebutuhan akan tempat bermukim di Kabupaten Bangli. Penelitian ini memfokuskan kajiannya pada studi berkenaan kebutuhan akan tempat tinggal dalam mengakomodasi penduduk pendatang di kota bersangkutan, untuk periode waktu sepuluh tahun ke depan. Kajian akan kebutuhan ini didasari atas pra-eksisting kondisi terkait faktor-faktor determinan di lapangan yang menentukan kebutuhan akan pemukiman pada kurun waktu lima tahun terakhir, dan memprediksi kebutuhan potensial yang akan terjadi di tahun 2022 mendatang. I.2. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang penelitian yang telah diungkapkan di atas. Berikut adalah rumusan permasalahan yang akan diinvestigasi melalui pelaksanaan studi yang diajukan : 1. Seberapa jauh urbanisasi berdampak terhadap kuantitas perumahan yang dibutuhkan di Kota Bangli 10 tahun ke depan (tahun 2022)? 2. Bagaimanakah tipologi rumah yang dibutuhkan, dalam rangka mengakomodasi peningkatan jumlah penduduk sebagai akibat arus urbanisasi ke Kota Bangli di tahun 2022?
11 11 3. Bagaimanakah kebutuhan akan rumah ini berpengaruh terhadap pengadaan infrastruktur sosial dan fisik pemukiman di Kota Bangli di tahun 2022? I.3. Tujuan Penelitian Sesuai dengan permasalahan di atas, maka tujuan penelitian ini adalah : 1. Tujuan Umum Adapun tujuan umum dalam penelitian ini adalah 1) Untuk mengetahui hubungan urbanisasi dengan kebutuhan perumahan di Kota Bangli di tahun 2022, 2) Tipologi rumah yang diharapkan dan 3) Infrastruktur pendukungnya. 2. Tujuan Khusus a. Untuk mengetahui seberapa jauh urbanisasi berdampak terhadap kuantitas perumahan yang dibutuhkan di Kota Bangli 10 tahun ke depan (tahun 2022)? b. Untuk mengetahui tipologi rumah yang dibutuhkan, dalam rangka mengakomodasi peningkatan jumlah penduduk sebagai akibat arus urbanisasi ke Kota Bangli di tahun c. Untuk merumuskan strategi pengadaan infrastruktur sosial dan fisik pemukiman di Kota Bangli di tahun 2022 sebagai pengaruh dari kebutuhan perumahan di Kota Bangli.
12 Manfaat Penelitian 1. Manfaat Akademik: hasil penelitian ini diharapkan memberikan sumbangan pemikiran dan menambah wawasan tentang urbanisasi di Kota Bangli dan kebutuhan rumah penduduk pendatang dengan menganalisis tipologi kebutuhan rumah yang diperlukan penduduk pendatang yang menetap di Kota Bangli beserta pengadaan infrastruktur fisik dan sosial. 2. Manfaat Praktis : hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran atau informasi bagi masyarakat dan pemerintah daerah tentang kebutuhan perumahan yang diinginkan bagi penduduk pendatang di Kota Bangli sehingga dapat menjadi acuan oleh pemerintah dan perencana bagaimana memformulasi/memprediksi kebutuhan rumah sampai 10 tahun mendatang (Tahun 2022).
13 13
BAB I PENDAHULUAN. mengenai faktor-faktor yang tidak hanya berasal dari faktor demografi saja
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kependudukan adalah studi yang membahas struktur dan proses kependudukan yang terjadi di suatu wilayah yang kemudian dikaitkan dengan aspek-aspek non demografi. Struktur
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. antar masing-masing daerah, antar golongan pendapatan dan di seluruh aspek. kehidupan sehingga membuat stuktur ekonomi tidak kokoh.
19 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tujuan pembangunan meliputi kenaikan pendapatan perkapita yang relatif cepat, ketersediaan kesempatan kerja yang luas, distribusi pendapatan yang merata serta kemakmuran
Lebih terperinciKEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI BALI AGUSTUS 2011
No. 60/11/51/Th. V, 7 Nopember 2011 KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI BALI AGUSTUS 2011 Berdasarkan hasil Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) 2011, tercatat sebanyak 2.952,55 ribu penduduk usia kerja,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. laju pertumbuhan penduduk yang pesat sebagai akibat dari faktor-faktor
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kota-kota besar di negara-negara berkembang umumnya mengalami laju pertumbuhan penduduk yang pesat sebagai akibat dari faktor-faktor alami yaitu kelahiran
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kota-kota besar di negara-negara berkembang umumnya mengalami laju
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kota-kota besar di negara-negara berkembang umumnya mengalami laju pertumbuhan penduduk yang pesat sebagai akibat dari faktor-faktor alami yaitu kelahiran dan terutama
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan penduduk yang berlangsung dengan pesat telah. menimbulkan dampak terhadap berbagai aspek kehidupan bangsa terutama di
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertumbuhan penduduk yang berlangsung dengan pesat telah menimbulkan dampak terhadap berbagai aspek kehidupan bangsa terutama di wilayah perkotaan. Salah satu aspek
Lebih terperinciA. LATAR BELAKANG PENELITIAN
1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENELITIAN Indonesia adalah negara agraris dimana mayoritas penduduknya mempunyai mata pencaharian sebagai petani. Berbagai hasil pertanian diunggulkan sebagai penguat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kota dengan segala macam aktivitasnya menawarkan berbagai ragam
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kota dengan segala macam aktivitasnya menawarkan berbagai ragam potensi, peluang dan keuntungan dalam segala hal. Kota juga menyediakan lebih banyak ide dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. jumlah penduduk yang hidup dan tinggal di daerah kota tersebut. Penduduk yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertumbuhan dan perkembangan sebuah kota sangat erat kaitannya dengan jumlah penduduk yang hidup dan tinggal di daerah kota tersebut. Penduduk yang banyak dan berkualitas
Lebih terperinci`BAB I PENDAHULUAN. tertentu. Pada dasarnya pembangunan dalam sektor permukiman adalah
1 `BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Memperhatikan arti penting permukiman yang tidak dapat dipisahkan dari ruang yang harus dimanfaatkannya, maka lingkup permukiman meliputi masalah-masalah yang menyangkut
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dengan topik Sektor Informal Yogyakarta, pada hari Selasa 7 Maret 2005, diakses pada tanggal 9 Oktober 2009
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peluang bekerja dan berusaha bagi sejumlah penduduk yang semakin bertambah masih perlu diatasi dengan sungguh-sungguh. Menurut Badan Pusat Statistik (2009) jumlah
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN. wilayahnya yang sebelumnya berbasis agraris menjadi Industri. Masuknya Industri
BAB V KESIMPULAN Perkembangan fisik Kota Bekasi paling besar terjadi akibat Industrialisasi dan juga Konsepsi Jabotabek. Pada awal pemerintahan Orde Baru melalui program Pelita yang salah satu tujuannya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. penting. Bahkan sektor ini diharapkan akan dapat menjadi penghasil devisa nomor. sektor Migas, sektor Batubara, dan Kelapa Sawit.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pariwisata di Indonesia telah dianggap sebagai salah satu sektor ekonomi penting. Bahkan sektor ini diharapkan akan dapat menjadi penghasil devisa nomor satu (Suwantoro,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Atika Permatasari, 2013
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu masalah kependudukan yang saat ini banyak dihadapi oleh banyak negara berkembang termasuk Indonesia adalah pertambahan penduduk yang relatif cepat.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berakar pada faktor-faktor geografi dan sejarah nusantara yang selama berabad-abad
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kawasan tepi air ataupun kawasan tepi sungai di Indonesia sebenarnya berakar pada faktor-faktor geografi dan sejarah nusantara yang selama berabad-abad telah menjadi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dilakukannya penelitian ini terkait dengan permasalahan-permasalahan
BAB I PENDAHULUAN Pada bab pendahuluan akan dipaparkan mengenai latar belakang dilakukannya penelitian ini terkait dengan permasalahan-permasalahan infrastruktur permukiman kumuh di Kecamatan Denpasar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Agung Hadi Prasetyo, 2013
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring berjalannya waktu wilayah perkotaan semakin berkembang diberbagai sektor, sehingga perkembangan wilayah kota yang dinamis membawa berbagai macam dampak bagi
Lebih terperinciBAB III ANALISIS ISU STRATEGIS
BAB III ANALISIS ISU STRATEGIS 3.1 Identifikasi Faktor Lingkungan Berdasarkan Kondisi Saat Ini sebagaimana tercantum dalam BAB II maka dapat diidentifikasi faktor-faktor lingkungan yang berpengaruh terhadap
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut Sujarto (dalam Erick Sulestianson, 2014) peningkatan jumlah penduduk yang tinggi dan perpindahan penduduk ke daerah perkotaan, merupakan penyebab utama pesatnya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pertambahan penduduk Indonesia saat ini diperkirakan sekitar 1,2
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pertambahan penduduk Indonesia saat ini diperkirakan sekitar 1,2 persen dari jumlah penduduk atau sekitar 2,5 sampai 3 juta orang per tahun (Nehen, 2010:96).
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perkotaan, pemusatan dan distribusi pelayanan jasa pemerintahan, pelayanan
BAB I PENDAHULUAN Bab pendahuluan ini akan menguraikan tentang latar belakang penelitian, rumusan masalah, tujuan penelitian, dan manfaat penelitian. Pada latar belakang dipaparkan secara singkat mengenai
Lebih terperinciPENDAHULUAN Latar Belakang Pengembangan wilayah merupakan program komprehensif dan terintegrasi dari semua kegiatan dengan mempertimbangkan
1 PENDAHULUAN Latar Belakang Pengembangan wilayah merupakan program komprehensif dan terintegrasi dari semua kegiatan dengan mempertimbangkan sumberdaya yang ada dalam rangka memberikan kontribusi untuk
Lebih terperinciGAMBARAN UMUM PROVINSI DKI JAKARTA Keadaan Geografis dan Kependudukan
41 IV. GAMBARAN UMUM PROVINSI DKI JAKARTA 4.1. Keadaan Geografis dan Kependudukan Provinsi Jakarta adalah ibu kota Negara Indonesia dan merupakan salah satu Provinsi di Pulau Jawa. Secara geografis, Provinsi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kematian dan perpindahan penduduk (mobilitas) terhadap perubahan-perubahan. penduduk melakukan mobilitas ke daerah yang lebih baik.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dinamika kependudukan terjadi karena adanya dinamika kelahiran, kematian dan perpindahan penduduk (mobilitas) terhadap perubahan-perubahan dalam jumlah, komposisi dan
Lebih terperinciVII KETERKAITAN EKONOMI SEKTORAL DAN SPASIAL DI DKI JAKARTA DAN BODETABEK
VII KETERKAITAN EKONOMI SEKTORAL DAN SPASIAL DI DKI JAKARTA DAN BODETABEK Ketidakmerataan pembangunan yang ada di Indonesia merupakan masalah pembangunan regional dan perlu mendapat perhatian lebih. Dalam
Lebih terperinciIV. ANALISIS SITUASIONAL DAERAH PENELITIAN
92 IV. ANALISIS SITUASIONAL DAERAH PENELITIAN 4.1. Kota Bekasi dalam Kebijakan Tata Makro Analisis situasional daerah penelitian diperlukan untuk mengkaji perkembangan kebijakan tata ruang kota yang terjadi
Lebih terperinci: Pendekatan ekologi terhadap tata guna lahan. b. Pemakaian Lahan Kota Secara Intensif
MINGGU 7 Pokok Bahasan Sub Pokok Bahasan : Pendekatan ekologi terhadap tata guna lahan : a. Permasalahan tata guna lahan b. Pemakaian Lahan Kota Secara Intensif Permasalahan Tata Guna Lahan Tingkat urbanisasi
Lebih terperinciSEMARANG. Ngaliyan) Oleh : L2D FAKULTAS
PENGARUH KENAIKAN HARGA BBM PADA BIAYA PERJALANAN TERHADAP PEMILIHAN MODA TRANSPORTASI MASYARAKAT DI DAERAH PINGGIRAN KOTA SEMARANG (Studi Kasus : Kecamatan Banyumanik, Kecamatan Pedurungan dan Kecamatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kota berkembang dari tempat-tempat pemukiman yang sangat sederhana hingga
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kota sebagai salah satu kenampakan di permukaan bumi, menurut sejarahnya kota berkembang dari tempat-tempat pemukiman yang sangat sederhana hingga timbullah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dalam pemenuhannya masih sulit dijangkau terutama bagi penduduk berpendapatan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian Perumahan merupakan kebutuhan masyarakat yang paling mendasar, dan dalam pemenuhannya masih sulit dijangkau terutama bagi penduduk berpendapatan rendah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. lainnya. Oleh karena itu,bukan suatu pandangan yang aneh bila kota kota besar di
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kota di Indonesia merupakan sumber pengembangan manusia atau merupakan sumber konflik sosial yang mampu mengubah kehidupan dalam pola hubungan antara lapisan
Lebih terperinciKriteria angka kelahian adalah sebagai berikut.
PERKEMBANGAN PENDUDUK DAN DAMPAKNYA BAGI LINGKUNGAN A. PENYEBAB PERKEMBANGAN PENDUDUK Pernahkah kamu menghitung jumlah orang-orang yang ada di lingkunganmu? Populasi manusia yang menempati areal atau wilayah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Konsep pembangunan yang berkembang disekitar kita antara lain konsep
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Konsep pembangunan yang berkembang disekitar kita antara lain konsep pembangunan yang bertujuan untuk pertumbuhan ekonomi dan konsep pembangunan yang bertujuan untuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki jumlah penduduk
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki jumlah penduduk yang banyak dan tingkat pertumbuhan penduduk yang tinggi. Tercatat pada tahun 2005, jumlah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara maritim, dimana 70 persen dari luas wilayah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar BelakangS Indonesia merupakan negara maritim, dimana 70 persen dari luas wilayah Indonesia terdiri dari wilayah lautan dan sebagian besar masyarakat pesisir bermata pencaharian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemukiman kumuh merupakan masalah yang dihadapi oleh hampir semua kota kota besar di Indonesia bahkan kota-kota besar di negara berkembang lainnya. Hal ini dikarenakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pemerintah untuk pembangunan ekonomi. Pembangunan ekonomi memiliki
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesejahteraan masyarakat merupakan tujuan yang ingin dicapai oleh setiap negara khususnya di Indonesia, banyak kebijaksanaan yang dibuat oleh pemerintah untuk pembangunan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Apartemen di D.I. Yogyakarta. Tabel 1. 1 Jumlah Penduduk DIY menurut Kabupaten/Kota Tahun (000 jiwa)
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang I.1.1 Latar Belakang Pengadaan Proyek Perkembangan suatu wilayah dapat dilihat dari pertumbuhan secara fisik, soasial, ekonomi, dan aktivitas di dalamnya. Daerah Istimewa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Perumahan dan pemukiman adalah salah satu masalah yang dihadapi oleh
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perumahan dan pemukiman adalah salah satu masalah yang dihadapi oleh kota-kota besar pada negara yang sedang berkembang. Kota Medan sebagai kota terbesar ke tiga di
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. manufaktur yang bertumpu pada sektor industri. Salah satunya industri kecil dan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara yang memiliki keunggulan sebagai negara manufaktur yang bertumpu pada sektor industri. Salah satunya industri kecil dan menengah
Lebih terperinciEVALUASI STRATEGI PENGEMBANGAN KAWASAN PERUMAHAN MELALUI PENDEKATAN URBAN REDEVELOPMENT DI KAWASAN KEMAYORAN DKI JAKARTA TUGAS AKHIR
EVALUASI STRATEGI PENGEMBANGAN KAWASAN PERUMAHAN MELALUI PENDEKATAN URBAN REDEVELOPMENT DI KAWASAN KEMAYORAN DKI JAKARTA TUGAS AKHIR Oleh : MANDA MACHYUS L2D 002 419 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. (DIY) memiliki peran yang sangat strategis baik di bidang pemerintahan maupun
BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Kota Yogyakarta sebagai ibu kota Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) memiliki peran yang sangat strategis baik di bidang pemerintahan maupun perekonomian. Laju
Lebih terperinciNama : I Gusti Ayu Made Oktavia Utami Dewi NIM : Abstrak
Judul :Analisis Pengaruh Sosial Ekonomi terhadap Tingkat Partisipasi Kerja Pedagang Perempuan di Kecamatan Bangli Kabupaten Bangli (Studi Kasus di Pasar Kidul Kecamatan Bangli) Nama : I Gusti Ayu Made
Lebih terperinciPENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Suatu kota pada mulanya berawal dari suatu pemukiman kecil, yang secara spasial mempunyai lokasi strategis bagi kegiatan perdagangan (Sandy,1978). Seiring dengan perjalanan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang sebenarnya sudah tidak sesuai untuk budidaya pertanian. Pemanfaatan dan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sumberdaya lahan merupakan tumpuan kehidupan manusia dalam pemenuhan kebutuhan pokok pangan dan kenyamanan lingkungan. Jumlah penduduk yang terus berkembang sementara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian
A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN Kota sebagai pusat berbagai kegiatan baik itu kegiatan perekonomian, kegiatan industri, kegiatan pendidikan, perdagangan, hiburan, pemerintahan dan juga sebagai
Lebih terperinciANALISIS KEBUTUHAN RUANG PERMUKIMAN DALAM PEMENUHAN PERUMAHAN UNTUK MASYARAKAT DI KABUPATEN BANYUMAS
ANALISIS KEBUTUHAN RUANG PERMUKIMAN DALAM PEMENUHAN PERUMAHAN UNTUK MASYARAKAT DI KABUPATEN BANYUMAS Melly Heidy Suwargany Jurusan Geografi, Fakultas Geografi Universitas Gadjah Mada Email: mellyheidy@gmail.com
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Bambang Herawan ( ) Universitas Sumatera Utara
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Kota Medan, ibukota propinsi Sumatera Utara, merupakan kota terbesar ketiga di Indonesia. Dengan posisi strategis sebagai pintu gerbang utama Indonesia di wilayah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kota merupakan sebuah tempat permukiman yang sifatnya permanen
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kota merupakan sebuah tempat permukiman yang sifatnya permanen dengan tingkat kepadatan penduduknya yang mencolok, di mana corak masyarakatnya yang heterogen dan
Lebih terperinciPENGARUH FAKTOR-FAKTOR GEOGRAFI TERHADAP PERUBAHAN NILAI LAHAN DI KECAMATAN PARONGPONG
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Kota-kota besar di negara sedang berkembang seperti Indonesia memperlihatkan perbedaan perkembangan yang mencolok. Hal ini dapat terlihat dari perkembangan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perhatian perencanaan pembangunan, terutama di negara sedang berkembang, dan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia sebagai negara berkembang tidak bisa lepas dari sektor informal. Keberadaan sektor informal di Indonesia tidak terlepas dari proses pembangunan yang sedang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. cenderung mengabaikan masalah lingkungan (Djamal, 1997).
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia sering mengalami permasalahan kependudukan terutama kawasan perkotaan, yaitu tingginya tingkat pertumbuhan penduduk terutama akibat arus urbanisasi
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Proses pembangunan dan pengembangan suatu kota berjalan sangat cepat, sehingga apabila proses ini tidak diimbangi dengan pengelolaan lingkungan hidup dikhawatirkan akan
Lebih terperinciPENDAHULUAN Latar Belakang
PENDAHULUAN Latar Belakang Pada kota-kota metropolitan, perkembangan sangat dipengaruhi oleh pertumbuhan penduduk yang diikuti dengan meluasnya kegiatan ekonomi perkotaan. Tingginya pertumbuhan penduduk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. lemahnya perencanaan dan kontrol membuat permasalahan transportasi menjadi
BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Transportasi perkotaan di banyak negara berkembang menghadapi permasalahan dan beberapa diantaranya sudah berada dalam tahap kritis. Permasalahan yang terjadi bukan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. jangka panjang (Sukirno, 2006). Pembangunan ekonomi juga didefinisikan
I. PENDAHULUAN A. Latar belakang Pembangunan ekonomi pada umumnya didefinisikan sebagai suatu proses yang menyebabkan pendapatan per kapita penduduk suatu wilayah meningkat dalam jangka panjang (Sukirno,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dalam wilayah suatu negara akan ada kota yang sangat besar, ada kota
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam wilayah suatu negara akan ada kota yang sangat besar, ada kota yang cukup besar, ada kota sedang dan ada kota kecil. Kota Medan merupakan salah satu kota di Indonesia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Jumlah penduduk di Indonesia terus bertambah setiap tahun. Laju pertumbuhan penduduk Indonesia tidak menunjukkan peningkatan, justru sebaliknya laju pertumbuhan penduduk
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. terbesar kedua setelah sektor pariwisata (perdagangan, hotel, dan restoran).
1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian di Bali merupakan sektor penyumbang pendapatan daerah terbesar kedua setelah sektor pariwisata (perdagangan, hotel, dan restoran). Berdasarkan data
Lebih terperinciBAB V PEMBAHASAN 5.1 Kesiapan Kebijakan dalam Mendukung Terwujudnya Konsep Kawasan Strategis Cepat Tumbuh (KSCT)
BAB V PEMBAHASAN Pembahasan ini berisi penjelasan mengenai hasil analisis yang dilihat posisinya berdasarkan teori dan perencanaan yang ada. Penelitian ini dibahas berdasarkan perkembangan wilayah Kecamatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sejak tahun 2000 persentase penduduk kota di Negara Dunia Ketiga telah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sejak tahun 2000 persentase penduduk kota di Negara Dunia Ketiga telah mencapai 40,7% (Maran, 2003). Di Indonesia, persentase penduduk kota mencapai 42,4% pada tahun
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dikarenakan semakin modernnya teknologi yang berkembang di sektor
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perjalanan pembangunan di Indonesia membawa banyak kemajuan disegala sektor kehidupan, baik itu bidang sosial, ekonomi, pendidikan, pertanian, teknologi dan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perubahan paradigma pembangunan pada masa orde baru, dari sistem sentralistik ke sistem desentralistik bertujuan untuk memberikan pelimpahan wewenang kepada otonomi daerah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Distribusi penduduk yang tidak merata di Indonesia telah terjadi jauh sebelum masa penjajahan Belanda, dimana penduduk terkonsentrasi di Pulau Jawa dan Bali. Hasil
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Jumlah penduduk Kabupaten Sukoharjo tahun 2005 tercatat sebanyak 821.213 jiwa yang terdiri dari 405.831 laki-laki (49,4%) dan 415.382 perempuan (50,6%). Kecamatan
Lebih terperinciMATA KULIAH : ILMU SOSIAL DASAR URBANISASI PASCA LEBARAN
MATA KULIAH : ILMU SOSIAL DASAR URBANISASI PASCA LEBARAN Nama : Heru Hermawan NPM : 13110283 Kelas : 1KA34 PROGRAM PASCA SARJANA : SISTEM INFORMASI UNIVERSITAS GUNADARMA Mata Kuliah : Ilmu Sosial Dasar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Banjir merupakan salah satu permasalahan yang sering terjadi pada saat musim hujan. Peristiwa ini hampir setiap tahun berulang, namun permasalahan ini sampai saat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Salah satu kebutuhan dasar yang sampai saat ini belum dapat dipenuhi oleh
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu kebutuhan dasar yang sampai saat ini belum dapat dipenuhi oleh banyak pihak adalah tersedianya rumah tinggal yang layak bagi semua orang. Rumah tinggal adalah
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Pada bab ini akan dibahas tentang pendahuluan yang merupakan bagian
1 BAB 1 PENDAHULUAN Pada bab ini akan dibahas tentang pendahuluan yang merupakan bagian awal dari penelitian. Pendahuluan adalah awal suatu cara untuk mengetahui suatu masalah dengan cara mengumpulkan
Lebih terperinciD. Dinamika Kependudukan Indonesia
D. Dinamika Kependudukan Indonesia Indonesia adalah negara kepulauan dengan potensi sumber daya manusia yang sangat besar. Jumlah penduduk yang tinggal di Indonesia mencapai 256 juta jiwa (Worl Population
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia dan beberapa daerah perkotaan mempunyai pola. baik di daerah pedesaan dan perkotaan. Dualisme kota dan desa yang terdapat
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia dan beberapa daerah perkotaan mempunyai pola perekonomian yang cenderung memperkuat terjadinya ketimpangan ekonomi dan kesenjangan sosial yang bermuara kepada
Lebih terperinciBAB I PENGANTAR. Kota Tangerang terletak antara Lintang Selatan dan
BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Kota Tangerang terletak antara 6 6-6 13 Lintang Selatan dan 106 36-106 42 Bujur Timur. Luas wilayah Kota Tangerang sekitar 164,55 km², saat ini memiliki 13 wilayah administratif
Lebih terperinciEXECUTIVE SUMMARY PEMETAAN ZONASI POTENSI DAN ALIH FUNGSI LAHAN IRIGASI
EXECUTIVE SUMMARY PEMETAAN ZONASI POTENSI DAN ALIH FUNGSI LAHAN IRIGASI DESEMBER, 2014 Pusat Litbang Sumber Daya Air i KATA PENGANTAR Puji dan Syukur dipanjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas karunianya
Lebih terperinciPENDAHULUAN Latar Belakang
PENDAHULUAN 1 Latar Belakang Pembangunan daerah seyogyanya dilakukan melalui penataan ruang secara lebih terpadu dan terarah, agar sumberdaya yang terbatas dapat dimanfaatkan secara efektif dan efisien.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertumbuhan penduduk dapat memberikan pengaruh positif sekaligus negatif bagi suatu daerah. Di negara maju pertumbuhan penduduk mampu meningkatkan pertumbuhan ekonomi,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi merupakan proses pembangunan yang. dilaksanakan oleh suatu daerah atau negara dalam rangka memakmurkan warga
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembangunan ekonomi merupakan proses pembangunan yang dilaksanakan oleh suatu daerah atau negara dalam rangka memakmurkan warga negara atau penduduk daerah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi merupakan usaha-usaha untuk meningkatkan taraf
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembangunan ekonomi merupakan usaha-usaha untuk meningkatkan taraf hidup suatu bangsa yang seringkali diukur dengan tinggi rendahnya pendapatan riil per kapita.
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sampah merupakan segala sesuatu yang tidak dikehendaki lagi lalu dibuang. Sampah merupakan konsekuensi dari adanya aktifitas manusia. Setiap aktifitas manusia pasti
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Permukiman kumuh merupakan salah satu masalah yang dapat timbul
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permukiman kumuh merupakan salah satu masalah yang dapat timbul dalam suatu kota. Kota-kota di Indonesia tidak terkecuali, juga menghadapi masalah pertumbuhan permukiman
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Melimpahnya sumber daya alam yang dimiliki oleh Indonesia menjadi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan salah satu Negara berkembang yang kaya akan sumber daya, baik sumber daya alam maupun sumber daya manusianya. Melimpahnya sumber daya alam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Jika kita pelajari sejarah perekonomian Indonesia sejak masa awal Orde
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jika kita pelajari sejarah perekonomian Indonesia sejak masa awal Orde Baru, maka akan kita peroleh suatu gambaran perkembangan yang taat asas. Maksudnya, produk unggulan
Lebih terperinciBAB III TINJAUAN LOKASI. 3.1 Tinjauan Umum Kabupaten Kulon Progo sebagai Wilayah Sasaran Proyek
BAB III TINJAUAN LOKASI 3.1 Tinjauan Umum Kabupaten Kulon Progo sebagai Wilayah Sasaran Proyek 3.1.1 Kondisi Administratif Kabupaten Kulon Progo Kabupaten Kulon Progo merupakan salah satu kabupaten dari
Lebih terperinci1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Undang-undang desentralisasi membuka peluang bagi daerah untuk dapat secara lebih baik dan bijaksana memanfaatkan potensi yang ada bagi peningkatan kesejahteraan dan kualitas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sadar, terencana dan berkelanjutan dengan sasaran utamanya adalah untuk meningkatkan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Pembangunan tidak lain merupakan suatu proses perubahan yang berlangsung secara sadar, terencana dan berkelanjutan dengan sasaran utamanya adalah untuk meningkatkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perkapita sebuah negara meningkat untuk periode jangka panjang dengan syarat, jumlah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan pada dasarnya bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Pembangunan ekonomi adalah proses yang dapat menyebabkan pendapatan perkapita sebuah
Lebih terperinciPENGANTAR KAJIAN PERKOTAAN DAN PERUMAHAN
PENGANTAR KAJIAN PERKOTAAN DAN PERUMAHAN Aditya Rizkyandi (06512075) Wahyu Tri H (06512066) Alfan Adhi B (04512068) M. Amruddin Nur Zamzam (07512116) Fathurrahman Oemar (08512162) Downtown holly wood,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembangunan adalah upaya memajukan, memperbaiki tatanan, meningkatkan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan adalah upaya memajukan, memperbaiki tatanan, meningkatkan sesuatu yang sudah ada. Kegiatan pembangunan pada dasarnya bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan
Lebih terperinciBAB IV PETA SOSIAL DESA CIBAREGBEG KECAMATAN CIBEBER
BAB IV PETA SOSIAL DESA CIBAREGBEG KECAMATAN CIBEBER 4.1. Keadaan Umum Lokasi Desa Cibaregbeg masuk wilayah Kecamatan Cibeber Kabupaten Cianjur, yang merupakan tipologi desa dataran rendah dengan luas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. besar, dimana kondisi pusat kota yang demikian padat menyebabkan terjadinya
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan perkotaan sekarang ini terasa begitu cepat yang ditandai dengan kepadatan penduduk yang semakin tinggi. Hal ini terutama terjadi di kotakota besar, dimana
Lebih terperinciPENDAHULUAN. fasilitas perkotaan lainnya ( Sinulingga, 1999:19) sarana-sarana rekreasi modern. ( Colombijn, 2005:148)
PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada masa-masa permulaan kemerdekaan Republik Indonesia dapat dikatakan bahwa kota-kota di Indonesia tidak mengalami perkembangan, sehingga bentuk dan fungsinya masih seperti
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Kopi merupakan komoditi perkebunan yang termasuk dalam kategori
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kopi merupakan komoditi perkebunan yang termasuk dalam kategori komoditi strategis di Indonesia. Indonesia adalah produsen kopi terbesar ketiga di dunia setelah Brazil
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang penelitian
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang penelitian Perwilayahan adalah usaha untuk membagi bagi permukaan bumi atau bagian permukaan bumi tertentu untuk tujuan yang tertentu pula (Hadi Sabari Yunus, 1977).
Lebih terperinciBAB IV GAMBARAN UMUM PROVINSI JAWA TIMUR. Provinsi Jawa Timur membentang antara BT BT dan
BAB IV GAMBARAN UMUM PROVINSI JAWA TIMUR 4. 1 Kondisi Geografis Provinsi Jawa Timur membentang antara 111 0 BT - 114 4 BT dan 7 12 LS - 8 48 LS, dengan ibukota yang terletak di Kota Surabaya. Bagian utara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sumber daya alam yang terdapat pada suatu wilayah pada dasarnya merupakan modal
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sumber daya alam yang terdapat pada suatu wilayah pada dasarnya merupakan modal dasar pembangunan yang perlu digali dan dimanfaatkan secara tepat dengan memperhatikan
Lebih terperinciIV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Tulang Bawang adalah kabupaten yang terdapat di Provinsi
69 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Letak dan Luas Daerah Kabupaten Tulang Bawang adalah kabupaten yang terdapat di Provinsi Lampung yang letak daerahnya hampir dekat dengan daerah sumatra selatan.
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. dengan besarnya jumlah penduduk yang ada. Banyaknya penduduk yang ada
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang memiliki luas wilayah yang besar. Negara yang terdiri dari banyaknya pulau ini tentunya juga memiliki jumlah daratan yang banyak. Besarnya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kehidupan keluarga dan malahan menjadi simbol status. Pembangunan tempat tinggal
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sejak zaman dahulu rumah telah menjadi kebutuhan utama karena merupakan tempat perlindungan dari hujan, matahari, dan mahluk lainnya. Pada zaman sekarang fungsi perumahan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Air adalah kebutuhan utama bagi proses kehidupan di bumi, yang berarti
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Air adalah kebutuhan utama bagi proses kehidupan di bumi, yang berarti tidak akan ada kehidupan di bumi ini jika tidak ada air. Air merupakan komponen lingkungan hidup
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. manusia yang terus mengalami perkembangan, studi ini membahas tentang
BAB I PENDAHULUAN Dilatarbelakangi oleh kebutuhan akan rumah sebagai kebutuhan dasar manusia yang terus mengalami perkembangan, studi ini membahas tentang pendekatan-pendekatan yang melibatkan keputusan-keputusan
Lebih terperinciberkembang seperti Indonesia dewasa ini adalah tingginya pertumbuhan penduduk terutama pada pusat-pusat perkotaan, dimana terpusatnya
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu permasalahan yang dihadapi negara-negara yang sedang berkembang seperti Indonesia dewasa ini adalah tingginya pertumbuhan penduduk terutama pada pusat-pusat
Lebih terperinci