HUBUNGAN TERPAAN MEDIA TELEVISI DENGAN BELAJAR KOGNITIF PADA ANAK (Kasus Sekolah Dasar Negeri 04 Dramaga, Bogor, Jawa Barat)

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "HUBUNGAN TERPAAN MEDIA TELEVISI DENGAN BELAJAR KOGNITIF PADA ANAK (Kasus Sekolah Dasar Negeri 04 Dramaga, Bogor, Jawa Barat)"

Transkripsi

1 HUBUNGAN TERPAAN MEDIA TELEVISI DENGAN BELAJAR KOGNITIF PADA ANAK (Kasus Sekolah Dasar Negeri 04 Dramaga, Bogor, Jawa Barat) Oleh : VIORA TORIZA I DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2010

2 ABSTRACT This research was conducted in SDN 04 DRAMAGA Bogor, West Java. Method that was used to determine the respondents was Startified Random Sampling. Method used to analyze the data is average scores and Structural Equation Modeling (SEM). The average score was used to describe the individual characteristics, sosial environment, psychological factors, exposure to television and cognitive learning in children. SEM was used to determine the relationship between individual characteristics and sosial environment with television exposure and the relationship between sosial environment, psychological factors and exposure to the medium of television with the child s cognitive learning. In this study, the medium of television exposure in children is high but low cognitive learning. There was a significant relationship (p <0,05) between individual characteristics and sosial environment with television exposure in children. There is also a significant relationship (p <0,05) between sosial environment and exposure to the medium of television with the child's cognitive learning. In reversal, there was not any significant relationship (p <0,05) between the cognitive psychology factors to learning in children. Keywords: television, children, media exposure

3 RINGKASAN VIORA TORIZA. HUBUNGAN TERPAAN MEDIA TELEVISI DENGAN BELAJAR KOGNITIF PADA ANAK (KASUS: SEKOLAH DASAR NEGERI 04 DRAMAGA, BOGOR, JAWA BARAT). DI BAWAH BIMBINGAN AMIRUDDIN SALEH. Terpaan media televisi adalah penggunaan media televisi dilihat dari frekuensi dan durasi penggunaan televisi. Sedangkan istilah kognitif meliputi setiap perilaku mental yang berhubungan dengan pemahaman, pertimbangan, pengolahan informasi, pemecahan masalah, kesengajaan dan keyakinan. Oleh karena itu belajar kognitif dapat diartikan sebagai proses untuk mengetahui atau mengelolah dan penggunaan pengetahuan. Saat ini televisi merupakan teman terdekat bagi anak-anak. Tingginya waktu menonton televisi pada anak saat ini bahkan telah melebihi waktu yang anak habiskan di sekolah. Televisi sendiri memiliki beberapa kelebihan sebagai media pendidikan daripada media massa yang lain. Salah satunya kelebihan tersebut adalah televisi memadukan unsur audio dan visual. Kelebihan televisi tersebut membuat program yang menyangkut hal-hal mengenai pendidikan akan lebih mudah diterima oleh anak-anak sehingga pada akhirnya akan menambah pengetahuan anak tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk: (1) Menganalisis hubungan karakteristik individu, lingkungan sosial dengan terpaan media televisi. (2) Menganalisis hubungan lingkungan sosial, faktor psikologi, dan terpaan media dengan belajar kognitif Variabel yang mempengaruhi terpaan media televisi antara lain adalah karakteristik individu. Karakteristik individu ini sendiri meliputi usia, uang saku dan waktu luang. Di samping karakteristik individu juga terdapat variabel lain yang mempengaruhi terpaan media televisi yaitu lingkungan sosial. Adapun indikator variabel lingkungan sosial antara lain adalah sekolah (guru dan teman sekolah), tetangga dan teman sepermainan serta keluarga. Faktor lingkungan sosial ini juga turut mempengaruhi belajar kognitif pada anak Sekolah Dasar. Selain variabel

4 lingkungan sosial variabel lain yang mempengaruhi belajar kognitif anak Sekolah Dasar adalah faktor psikologi meliputi sikap, bakat, minat dan motivasi. Penelitian ini dilaksanakan di SDN04 Dramaga, Bogor, Jawa Barat. Penentuan lokasi penelitian dilakukan secara secara sengaja (purposive) didasarkan pertimbangan bahwa SDN04 Dramaga merupakan salah satu Sekolah Dasar yang ada di daerah lingkar kampus. Penelitian dilakukan selama tiga bulan yaitu Juli- September Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dan didukung oleh data kualitatif (field notes). Pendekatan kuantitatif dilakukan dengan menggunakan metode survei, dengan teknik wawancara terstuktur. Populasi penelitian adalah siswa SDN04 Dramaga, Bogor yang berjumlah 665 orang sedangkan jumlah responden yang diambil berjumlah 70 orang. Responden dipilih dengan menggunakan teknik penarikan sampel stratified random sampling dan dipilih siswa kelas IV, V dan VI. Pemilihan kelas ini mempertimbangkan bahwa anak pada tingkatan kelas tersebut anak telah memiliki kemampuan membaca dan menulis yang baik sehingga lebih mampu memahami pertanyaan/ pernyataan. Selain itu, anak pada tingkat kelas tersebut lebih dapat menyatakan keinginan atau pendapatnya sehingga dapat menjawab pertanyaan/ pernyataan yang diajukan. Kemudian setiap kelas diambil masing-masing 20 persen. Analisis data yang digunakan adalah analisis statistik deskriptif, berupa frekuensi, persentase, media, rataan skor; dan analisis statistik inferensial, berupa uji hubungan Stuctural Equation Modeling (SEM). Hasil penelitian menunjukan terpaan media televisi pada anak cukup tinggi namun belajar kognitifnya rendah. Anak-anak umunya menonton televisi lebih dari lima jam perharinya melebihi waktu yang mereka habiskan di sekolah. Rendahnya belajar kognitif pada anak disebabkan karena pada usia Sekolah Dasar, anak cenderung menonton televisi bukan untuk memenuhi kebutuhan kognitifnya namun hanya sekedar untuk memenuhi kebutuhan akan hiburan. Terdapat hubungan signifikan (p<0,05) antara karakteristik individu dan lingkungan sosial dengan terpaan media televisi pada anak. Semakin tinggi usia anak maka semakin tinggi pula keinginan anak menonton televisi untuk memenuhi

5 kebutuhan kognitifnya. Rendahnya uang jajan menyebabkan tingginya terpaan media televisi pada anak. Jika dilihat dari faktor lingkungan semakin tinggi peran orang tua/ keluarga, sekolah dan teman sekolah serta tetangga dan teman sepermainan mendukung untuk menonton acara/program tertentu maka semakin tinggi pula terpaan media televisi yang terjadi pada anak. Terdapat juga hubungan yang signifikan (p<0,05) antara lingkungan sosial dan terpaan media televisi dengan belajar kognitif pada anak. Semakin lingkungan sosial (orang tua/keluarga, sekolah dan teman sekolah serta tetangga dan teman sepermainan) mendukung untuk belajar kognitif maka semakin rendah belajar kognitif tersebut. Terdapat faktor lain yang turut mempengaruhi belajar kognitif sepeti faktor kesehatan. Tinggi terpaan media televisi pada anak juga menyebabkan rendahnya belajar kognitif pada anak. Hal ini dikarenakan pada anak SD umumnya motivasi menonton televisi hanyalah untuk memenuhi kebutuhan akan hiburan semata dan mengabaikan pemenuhan kebutuhan kognitif. Namun terdapat hubungan yang tidak signifikan (p<0,05) antara faktor psikologi dengan belajar kognitif pada anak. Dengan kata lain tidak ada hubungan antara faktor psikologi dan belajar kognitif.

6 HUBUNGAN TERPAAN MEDIA TELEVISI DENGAN BELAJAR KOGNITIF PADA ANAK (KASUS SDN 04 DRAMAGA, BOGOR, JAWA BARAT) Oleh: Viora Toriza I SKRIPSI Sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat Pada Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2010

7 LEMBAR PENGESAHAN DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang ditulis oleh: Nama : Viora Toriza Nomor Pokok : I Judul : Hubungan Terpaan Media Televisi dengan Belajar Kognitif pada Anak (Kasus SDN 04 Dramaga, Bogor Jawa Barat) dapat diterima sebagai syarat kelulusan untuk memperoleh gelar Sarjana Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor. Menyetujui, Dosen Pembimbing Dr.Ir. Amiruddin Saleh, MS NIP Mengetahui, Ketua Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat Dr. Ir. Soeryo Adi Wibowo, MS NIP Tanggal Pengesahan:

8 LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI YANG BERJUDUL HUBUNGAN TERPAAN MEDIA TELEVISI DENGAN BELAJAR KOGNITIF PADA ANAK (KASUS SEKOLAH DASAR NEGERI 04 DRAMAGA BOGOR ) BELUM PERNAH DIAJUKAN PADA PERGURUAN TINGI ATAU LEMBAGA LAIN. MANAPUN UNTUK TUJUAN MEMPEROLEH GELAR AKADEMIK TERTENTU. SAYA JUGA MENYATAKAN BAHWA SKIPSI INI BENAR-BENAR HASIL KARYA SAYA SENDIRI DAN TIDAK MENGANDUNG BAHAN-BAHAN YANG PERNAH DITULIS ATAU DITERBITKAN OLEH PIHAK LAIN KECUALI SEBAGAI BAHAN RUJUKAN YANG DITERBITKAN OLEH PIHAK LAIN. Bogor, Februari 2010 Viora Toriza I

9 RIWAYAT HIDUP Penulis memiliki nama lengkap Viora Toriza. Penulis dilahirkan di Lahat, Sumatera Selatan pada tanggal 15 Januari Penulis merupakan anak pertama dari tiga bersaudara dari Bapak Candra Hutapri, SH dan Ibu Nirwana, S.Pd. Penulis menamatkan pendidikan Taman Kanak-Kanak (TK) di TK Santo Yosef Lahat ( ), Sekolah Dasar (SD) Santo Yosef Lahat ( ), Sekolah Menengah Pertama (SMP) Santo Yosef Lahat ( ) dan Sekolah Menengah Umum (SMU) di SMU Santo Yosef Lahat ( ). Kemudian pada tahun 2006, penulis diterima sebagai mahasiswa Institut Pertanian Bogor melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) Selama di kampus, penulis juga tergabung dalam Organisasi Mahasiswa Daerah Ikatan Mahasiswa Bumi Sriwijaya (OMDA IKAMUSI) sebagai anggota divisi internal OMDA IKAMUSI pada tahun Selain itu penulis juga pernah aktif sebagai asisten praktikum Mata Kuliah Sosiologi Umum ( ) dan Komunikasi Kelompok (2008).

10 KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas rahmatnya, skripsi yang berjudul HUBUNGAN TERPAAN MEDIA TELEVISI DENGAN BELAJAR KOGNITIF PADA ANAK (KASUS SEKOLAH DASAR NEGERI 04 DRAMAGA BOGOR, JAWA BARAT) ini dapat diselesaikan sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar sarjana Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat. Besarnya waktu yang dihabiskan anak terutama pada usia Sekolah Dasar untuk menonton televisi melebihi waktu yang anak habiskan di sekolah. Televisi telah diibaratkan sebagai kotak saingan bagi sekolah. Televisi memiliki beberapa keunggulan untuk dijadikan sebagai media pendidikan. Salah satunya kelebihan tersebut adalah televisi memadukan unsur audio dan visual. Kelebihan televisi tersebut membuat program yang menyangkut hal-hal mengenai pendidikan akan lebih mudah diterima oleh anak-anak sehingga pada akhirnya akan menambah pengetahuan (kognitif) anak tersebut. Oleh karena itulah menarik untuk melihat keterkaitan terpaan media televisi dengan belajar kognitif pada anak itu sendiri. Penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun penulis dalam penulisan karya ilmiah ke depan. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi khalayak banyak. Bogor, Februari 2010 Penulis

11 UCAPAN TERIMA KASIH Penulisan skripsi ini tidak lepas dari bantuan dan dukungan berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis ingin mengucapkan syukur kepada Allah SWT karena atas rahmat dan karunianya, penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Terimah kasih yang sebesar-besarmya juga kepada pihak-pihak yang telah membantu, baik secara langsung maupun tidak langsung dalam penyelesaian skripsi ini, antara lain: 1. Dr. Ir. Amiruddin Saleh, MS sebagai dosen pembimbing yang telah memberikan saran dan masukan selama proses penulisan skripsi. 2. Ir. Sutisna Riyanto, MS sebagai pembimbing akademik yang selalu memberi dukungan dan bimbingan dalam penulisan skripsi ini. 3. Ir. Hadiyanto, MS sebagai dosen penguji utama yang telah bersedia meluangkan waktu pada sidang skripsi penulis. 4. Martua Sihaloho, SP, MSi sebagai dosen penguji dari Departemen SKPM yang telah bersedia meluangkan waktu pada sidang skripsi penulis. 5. Kedua orang tuaku yang selalu memberikan dukungan dan tak henti mencurahkan kasih sayangnya kepada penulis, serta kedua adikku Andre dan Fitri yang selalu memberi semangat dan dorongan kepada penulis. 6. Tri Cahyo Baskara, yang selalu memberi semangat, dukungan serta teman diskusi dalam penulisan skripsi ini. 7. Teman-teman program akselerasi, Noval, Lingga, Nadra, Fenita, Vani, Sita, Arif dan lain-lain sebagai teman diskusi dan yang selalu memberi semangat dalam penulisan skripsi ini. 8. Teman-teman KPM 43, yang selalu memberikan keceriaan dan semangat dalam penulisan skripsi ini. 9. Teman-teman kostan (Denise, Kak Tia, Kak Yulan, Kak Nope, Tika) yang selalu jadi teman cerita dan memberikan semangat dalam penulisan skripsi ini. 10. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah membantu dan mendukung penyelesaian skripsi ini.

12 DAFTAR ISI DAFTAR ISI... Halaman DAFTAR TABEL... xiv DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... xvi BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Perumusan Masalah Tujuan Kegunaan... 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA Televisi Sejarah dan Perkembangan Televisi Isi dan Fungsi Televisi Terpaan Media Televisi Belajar pada Anak Belajar Kognitif pada Anak Hubungan Karakteristik Individu dan Lingkungan Sosial dengan Terpaan Media Televisi dan Perilaku Belajar Anak Hubungan Karakteristik Individu dengan Terpaan Media Televisi pada Anak Hubungan Lingkungan Sosial dengan Terpaan Media Televisi pada Anak Hubungan Faktor Psikologi dengan Perilaku Belajar pada Anak Hubungan Lingkungan Sosial dengan Perilaku Belajar pada Anak Hubungan Terpaan Media Televisi dengan Perilaku Belajar Kognitif Anak BAB III METODOLOGI PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian Penetapan Populasi dan Responden Penelitian Desain Penelitian Teknik Pengumpuan Data Definisi Operasional Validitas dan Reliabilitas Instrumen Validitas Instrumen Reliabilitas Instrumen Analisis Data xii xv

13 BAB VI GAMBARAN UMUM LOKASI DAN KARAKTERISTIK INDIVIDU, LINGKUNGAN SOSIAL DAN PSIKOLOGI RESPONDEN Gambaran Umum Lokasi Karakteristik Individu Responden Lingkungan Sosial Responden Psikologi Responden BAB V HUBUNGAN TERPAAN MEDIA TELEVISI DAN BELAJAR KOGNITIF PADA ANAK Terpaan Media Televisi pada Anak Hubungan Karakteristik Individu, Lingkungan Sosial dan Terpaan Media Televisi Hubungan Karakteristik Individu dengan Terpaan Media Hubungan Umur dengan Terpaan Media Hubungan Uang Saku dengan Terpaan Media Hubungan Waktu Luang dengan Terpaan Media Hubungan Lingkungan Sosial dengan Terpaan Media Hubungan Keluarga dengan Terpaan Media Hubungan Teman Sepermainan/Tetangga dengan Terpaan Media Hubungan Sekolah dengan Terpaan Media Belajar Kognitif Pada Anak Hubungan Lingkungan Sosial, Faktor Psikologi, dan Terpaan Media dengan Belajar Kognitif Hubungan Lingkungan Sosial Dan Belajar Kognitif Hubungan Keluarga dengan Belajar Kognitif Hubungan Teman Sepermainan/ Tetangga dengan Belajar Kognitif Hubungan Sekolah Dengan Belajar Kognitif Hubungan Faktor Psikologi dengan Belajar Kognitif Hubungan Terpaan Media dengan Belajar Kognitif BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Saran DAFTAR PUSTAKA. 52 LAMPIRAN... 53

14 DAFTAR TABEL Nomor Teks Halaman 1. Distribusi Populasi dan Sampel Distribusi Responden Menurut Umur di SDN 04 Dramaga Rataan Skor Waktu Luang dan Uang Saku Responden di SDN 04 Dramaga Rataan Skor Pendapat Anak Mengenai Lingkungan Sosial di SDN 04 Dramaga Rataan Skor Pendapat Anak Mengenai Faktor Psikologi di SDN 04 Dramaga Rataan Skor Terpaan Media di SDN04 Dramaga Hubungan Karakteristik Individu, Lingkungan Sosial Dengan Terpaan Media Televisi Rataan Skor Belajar Kognitif di SDN 04 Dramaga Hubungan Lingkungan Sosial, Faktor Psikologi dan Terpaan Media Televisi dengan belajar kognitif.. 45

15 DAFTAR GAMBAR Nomor Teks Halaman 1. Kerangka Pemikiran Model Persamaan Terstuktur Bivariate Model Persamaan Terstuktur Bivariate Model Persamaan Terstuktur Bivariate Model Persamaan Terstuktur Bivariate Model Persamaan Terstuktur Bivariate 5 32

16 DAFTAR LAMPIRAN Nomor Teks Halaman 1. Kuesioner Model Persamaan Terstuktur Bivariate Hubungan Karakteristik Individu dengan Terpaan Media Televisi Model Persamaan Terstuktur Bivariate Hubungan Lingkungan Sosial dengan Terpaan Media Televisi Model Persamaan Terstuktur Bivariate hubungan Faktor Psikologi dengan Perilaku Belajar Kognitif Model Persamaan Terstuktur Bivariate Hubungan Lingkungan Sosial dengan Perilaku Belajar Kognitif Model Persamaan Terstuktur Bivariate Hubungan Terpaan Media Televisi dengan Belajar Kognitif.. 64

17 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Salah satu media massa elektronik yang paling digemari saat ini adalah televisi. Di zaman sekarang ini televisi bukanlah barang yang langka dan hanya dimiliki oleh kalangan tertentu saja. Tidak dapat dipungkiri bahwa hampir semua orang memiliki televisi. Bahkan saat ini televisi telah menjangkau lebih dari 90 persen penduduk di negara berkembang. Televisi yang dulu mungkin hanya menjadi konsumsi kalangan dan umur tertentu saja, saat ini telah dapat dinikmati dan sangat mudah dijangkau oleh semua kalangan tanpa batas usia. 1 Dwikurnia (2008) menyatakan bahwa televisi dapat diartikan sebagai sebuah alat penangkap siaran bergambar. Kata televisi berasal dari kata tele dan vision yang mempunyai arti masing-masing. Tele berarti jauh dan vision berarti tampak. Jadi televisi berarti tampak atau dapat melihat dari jarak jauh. Penemuan televisi itu sendiri dapat disejajarkan dengan penemuan roda, karena penemuan ini dapat merubah peradaban dunia. Televisi selalu indentik dengan kata siaran televisi, dimana menurut Surat Keputusan Menteri Penerangan Republik Indonesia Nomor: 54/B KEP/MENPEN/1971 tentang Penyelenggaraan Siaran Televisi di Indonesia, siaran televisi berarti siaran-siaran dalam bentuk gambar dan suara yang dapat ditangkap (dilihat dan didengarkan) oleh umum baik dengan sistem pemancaran dalam gelombang-gelombang elektromagnetik maupun lewat kabel-kabel. Selain sebagai sarana hiburan, televisi juga merupakan sarana informasi dan ilmu pengetahuan. Televisi dapat mengerutkan dunia dan melaksanakan penyebaran berita dan gagasan dengan cepat. Adanya media televisi dunia, kelihatan semakin kecil. Masyarakat dapat memperoleh kesempatan untuk memperoleh informasi yang lebih baik tentang apa yang terjadi di dunia. Berita-berita aktual dapat langsung 1 Dwikurnia. Teknologi Televisi. [10 Maret 2009], h 3.

18 disebarkan ke berbagai pelosok dunia secara langsung. Gempa bumi, penyakit menular, kriminalitas, peristiwa olahraga terkini yang terjadi di belahan dunia dapat disaksikan bersama-sama oleh berjuta-juta orang. Selain itu televisi juga selalu menayangkan informasi-informasi yang akurat tentang pendidikan dan ilmu pengetahuan. Thamrin (2008) menyatakan bahwa siaran-siaran televisi akan memanjakan orang-orang pada saat-saat luang seperti saat liburan, sehabis bekerja bahkan dalam suasana sedang bekerjapun orang-orang masih menyempatkan diri untuk menonton televisi. Suguhan acara yang variatif dan menarik membuat orang tersanjung untuk meluangkan waktunya duduk di depan televisi. Bahkan suguhan program-program acara yang variatif dan menarik telah menjadikan televisi sebagai salah satu sahabat terdekat bagi keluarga terutama anak. Sebagian besar anak-anak merasa lebih nyaman duduk di depan televisi ketimbang bermain di luar rumah. Seorang anak dapat menghabiskan tiga sampai empat jam perharinya untuk duduk menonton televisi, tapi tak sedikit anak yang menonton televisi lima sampai enam jam perhari bahkan lebih pada hari-hari tertentu, seperti Sabtu dan Minggu. 2 Hal ini diperkuat dengan survei termutakhir UNICEF pada 2007(Thamrin, 2008). Hasil survei ini bak dering jam weker yang pantas membuat orangtua awas. Menurut Perserikatan Bangsa Bangsa, para bocah di Indonesia terpekur rata-rata lima jam sehari di depan layar kaca atau total jenderal hingga jam setahun. Angka ini, menurut UNICEF, jauh lebih gemuk ketimbang jumlah belajar mereka yang jam setahun di sekolah. Maka jadilah kotak televisi sekolah tandingan bagi anak-anak ini. Padahal Thamrin (2008) menyatakan bahwa seharusnya anak usia lima tahun hanya menonton televisi selama 1,5 jam per hari atau paling lama dua jam per hari. Itu juga tidak terus-menerus, dibagi-bagi, misalnya satu jam setelah pulang 2 Sabda Hidup, Pengaruh Televisi dan Film, org / livingwords SH / htm. [10 Maret 2009,2008, h 5.

19 sekolah, dan satu jam lagi setelah mengerjakan Pekerjaan Rumah (PR) di malam hari. Hidup (2008) menyebutkan bahwa lebih dari setengah anak-anak di Amerika Serikat mempunyai televisi di kamar mereka. Usia remaja paling banyak menonton televisi di kamar dan hampir sepertiga anak-anak pra sekolah memiliki televisi di kamar mereka dan menghabiskan lebih banyak waktu untuk menonton televisi. Disebutkan juga adanya beberapa orang siswa sebuah sekolah yang bergantian bolos dari sekolah demi menonton sebuah tayangan opera sabun di televisi. Di Indonesia mungkin tidak sampai menjangkau persentase sebesar ini namun pengaruh televisi juga telah banyak membentuk pola pikir dari anak-anak Indonesia. 3 Lebih lanjut dijelaskan bahwa: Dari pada rewel, daripada main di luar, menjadi beberapa alasan para orang tua membiarkan anak-anaknya berjam-jam duduk menonton televisi. Tapi tanpa kita sadari bahwa hal tersebut akan menyebabkan kecanduan pada anak. Meski televisi adalah hiburan, namun menonton televisi secara berlebihan menyimpan bahaya yang besar... 4 Dapat dikatakan bahwa televisi sedikitnya telah banyak mempengaruhi pola perilaku anak-anak, salah satunya adalah mempengaruhi perilaku belajar anak, salah satunya dalam hal kognitif. Perilaku anak menonton televisi kadang sangat menyita waktu mereka, membuat mereka lupa beraktivitas, dan pada akhirnya menghancurkan gairah belajar mereka. Anak-anak memiliki perilaku untuk menunda tugas-tugas sekolah mereka demi menonton sebuah film yang mereka tunggu. Namun selain itu, televisi juga membawa dampak lain terhadap perilaku belajar kognitif. Salah satunya kelebihan televisi adalah memadukan unsur audio dan visual. Dewasa ini pun stasiun-stasiun televisi pun berlomba untuk mengemas acara tersebut semenarik mungkin, ilustratif, ringan dan tanpa membutuhkan pemikiran yang sulit, sehingga anak-anak mudah untuk menangkap pesan yang ingin disampaikan. Kelebihan televisi tersebut membuat program yang menyangkut hal-hal mengenai 3 ibid 4 ibid, 5

20 pendidikan akan lebih mudah diterima oleh anak-anak sehingga pada akhirnya akan menambah pengetahuan anak tersebut. Program televisi pendidikan anak yang menayangkan pengetahuan-pengetahuan atau pelajaran-pelajaran sekolah dapat menimbulkan rasa ingin tahu para anak yang pada akhirnya akan meningkatkan motivasi belajar anak. Faktor karakteristik individu dan lingkungan sosial ternyata mempengaruhi terpaan media televisi pada anak-anak. Karakteristik individu seperti jenis kelamin, umur dan kepribadian mempengaruhi terpaan media pada anak-anak Sekolah Dasar. Begitu pula dengan lingkungan sosial peran orang tua dalam hal pendidikan anak sudah seharusnya berada pada urutan pertama, orang tualah yang paling mengerti benar akan karakter/sifat-sifat baik dan buruk anak-anaknya, apa saja yang mereka sukai dan apa saja yang mereka tidak sukai. Sedangkan faktor lingkungan sosial lain seperti teman juga mempengaruhi terpaan media televisi terhadap anak. 1.2 Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang tersebut, permasalahan utama yang diangkat dalam penelitian adalah apakah terpaan media televisi mempengaruhi perilaku belajar kognitif anak sekolah. Permasalahan ini cukup penting untuk diteliti, melihat terpaan media televisi yang cukup besar pada anak-anak sekolah dewasa ini. Selain itu faktor karakteristik individu dan lingkungan sosial mempengaruhi terpaan media televisi tersebut. Oleh karena itu, perumusan masalah yang diangkat dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Sejauhmana hubungan karakteristik individu, lingkungan sosial dengan terpaan media televisi? 2. Sejauh mana hubungan lingkungan sosial, faktor psikologi, dan terpaan media televisi dengan belajar kognitif? 1.3. Tujuan Berdasarkan perumusan masalah, tujuan utama yang ingin dicapai dalam penelitian adalah untuk menganalisis hubungan terpaan media televisi dan perilaku

21 belajar kognitif anak sekolah. Terpaan media dan perilaku belajar kognitif anak tersebut tidak dapat dipisahkan dari karakteristik anak itu sendiri, faktor psikologi dan lingkungan sosial anak. Oleh karena itu, tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Menganalisis hubungan karakteristik individu, lingkungan sosial dengan terpaan media televisi. 2. Menganalisis hubungan lingkungan sosial, faktor psikologi, dan terpaan media dengan belajar kognitif Kegunaan Masalah terpaan media televisi terutama bagi anak-anak usia sekolah, dewasa ini merupakan masalah yang perlu mendapat perhatian bagi banyak pihak baik oleh keluarga, akademisi dan pemerintah. Oleh karena itu, penelitian ini, diharapkan dapat berguna bagi: 1. Akademik Penelitian berjudul Hubungan Terpaan Media Televisi dengan Belajar Kognitif pada Anak ini dapat digunakan oleh mahasiswa untuk memahami hubungan terpaan media televisi dan perilaku belajar kognitif khususnya pada anak SD serta hubungan karakteristik individu dan lingkungan sosial dengan terpaan media televisi dan hubungan faktor lingkungan sosial, faktor psikologi dan terpaan media televisi dengan perilaku belajar kognitif pada anak. 2. Pemerintah Dewasa ini sebagian besar waktu anak dihabiskan dengan menonton televisi. Hal ini diikuti pula dengan peluang televisi untuk menjadi media pembelajaran. Melihat hal tersebut, maka penelitian dapat menjadi masukan bagi pemerintah dalam menentukan kebijakan mengenai pertelevisian agar program-program yang ditayangkan stasiun-stasiun televisi dapat lebih baik dan mendukung belajar kognitif anak.

22 3. Masyarakat Bagi masyarakat, penelitian dapat juga dijadikan masukan dalam mengontrol perilaku menonton televisi anak Sekolah Dasar secara berlebihan yang dilakukan anak-anak serta semakin selektif terhadap program yang ditonton oleh anak-anak.

23 2.1 Televisi BAB II TINJAUAN PUSTAKA Sejarah dan Perkembangan Televisi Istanto (1995) menyatakan sejarah perkembangan televisi diawali pada tahun 1884, seorang mahasiswa di Berlin menciptakan sebuah alat yang merupakan cikalbakal pesawat televisi. Namun prinsip-prinsip televisi ini tidak dapat dilepaskan dari penemuan teknologi radio. Pada tahun itu pula penemuan Paul Nipkow itu dipatenkan. Istanto (1995) juga menyatakan bahwa Nipkow bercita-cita menciptakan prinsip-prinsip pembentukan gambar yang kemudian dikenal sebagai jantra Nipkow. Gagasan awal televisi adalah transmisi elektrik dari elemen gambar dan suara secara simultan. Dane pada tahun 1802 menemukan teknologi radio yang berprinsip bahwa pesan dapat dikirim melalui kawat beraliran listrik dalam jarak pendek. Kemudian James Maxwell menemukan prinsip baru untuk mewujudkan gelombang elektromagnetis yaitu gelombang yang digunakan televisi tahun Gerakan magnetis dapat mengarungi ruang angkasa dengan kecepatan yang sama dengan kecepatan cahaya. Penemuan Maxwell ini kemudian dikembangkan oleh Guglemo Marconi. Pada tahun 1875 George Carey di Boston mengembangkan gambar televisi. Namun penayangan elemen-elemen gambar dengan cepat garis demi garis, frame demi frame ditampilkan oleh WE Sawyer dari Amerika dan Maurice Leblanc dari Perancis pada tahun Istanto (1995) menyebutkan bahwa gelar Bapak pertelevisian dunia jatuh pada Paul Nipkow yang mempatenkan ciptaannya pada tahun Sedangkan John Lugie Baird menemukan dasar-dasar bagi televisi berwarna yang kemudian berhasil pula menciptakan prinsip-prinsip bagi pengembangan teknik gambar hidup atau bioskop. Menyusul kemudian Ernst FW Alexander dari General Electric New York yang pada tanggal 11 September 1928 berhasil menayangkan drama televisi untuk pertama kalinya di Amerika Serikat. Seorang ahli berkebangsaan Rusia yang hijrah ke Amerika Serikat, Vladimir K.Zworykin pada tahun 1923 merancang tabung kamera ikonoskop yang mendasari perkembangan sistim televisi elektris. Kemudian

24 penemuan ini dilanjutkan dengan mempatenkan televisi elektronis berwarna pada tahun Ciptaannya ini didemonstrasikan di New York World s Fair pada tahun Siaran televisi pertama di Indonesia ditayangkan pada tanggal 17 Agustus 1962 bertepatan dengan peringatan Hari Kemerdekaan Republik Indonesia yang ke XVII. Siaran tersebut berlangsung mulai pukul sampai pukul waktu Indonesia bagian barat untuk meliput upacara peringatan hari Proklamasi di Istana Negara. Inilah momentum dimana Indonesia mengukuhkan diri sebagai Negara Asia ke empat yang memiliki media penyiaran televisi setelah Jepang, Philipina dan Thailand. (Subidyo,2004) Subidyo (2004) menyatakan pula liputan perdana TVRI adalah upacara pembukaan Asian Games ke IV di Stadion Utama Senayan Jakarta. Liputan pertama TVRI ini dikoordinir oleh Organizing Comitte Asian Games IV yang dibentuk khusus untuk event olahraga itu, di bawah naungan Biro Radio dan Televisi Departemen Penerangan. Pada tanggal 12 November 1962, TVRI mengudara secara regular setiap hari. TVRI pertama kali menayangkan iklan 1 Maret 1963, seiring ditetapkannya TVRI sebagai televisi berbadan hukum yayasan melalui keputusan Presiden RI Nomor 215 tahun Saat ini siaran telah dapat menjangkau hampir semua provinsi di seluruh Indonesia berkat pemanfaatan satelit Palapa bahkan mampu pula menjangkau wilayah Asean. Munculnya TVRI kemudian disusul pula dengan munculnya stasiun-stasiun televisi swasta lainnya Isi dan Fungsi Televisi Menurut Siregar (2001) dalam Testiandini (2006), isi siaran televisi dibagi menjadi dua yaitu: 1. Faktual, berasal dari empiris/sosiologis dan bersifat objektif. Materi dari faktual ada yang bersifat keras yang terikat dengan aktualitas, serta bersifat lunak yang lebih menekankan nilai human interest. Fungsi primer dari materi faktual adalah sosial (informasional). Walaupun terdapat juga fungsi hiburannya namun hanya bersifat sekunder.

25 2. Fiksional berasal dari dunia humanities psychology dan bersifat subjektif. Fungsi primer dari materi fiksional adalah psikologi (menghibur). Materi fiksional juga memiliki fungsi informasional namun hanya bersifat sekunder. Menurut Hoffman (1999) dalam Testiandini (2006), fungsi televisi dalam masyarakat tidak dilihat lagi sebagai sarana pendidikan dan juga tidak seharusnya menjadi sarana promosi perdagangan. Adapun fungsi televisi adalah: 1. Pengawasan situasi masyarakat dan dunia, bisa juga disebut sebagai fungsi informasi, namun istilah ini tidak digunakan karena dikhawatirkan menimbulkan salah paham seakan-akan televisi adalah sarana penerangan bagi penguasa kepada masyarakat. Fungsi televisi sebenarnya adalah mengamati kejadian yang terjadi dalam masyarakat kemudian melaporkan sesuai dengan kenyataan yang ditemukan. 2. Menghubungkan satu dengan yang lain, televisi dapat saja menghubungkan hasil pengawasan satu dengan hasil pengawasan lain secara lebih gamplang daripada sebuah dokumen tertulis. Dengan demikian televisi dapat berfungsi sesuai dengan kepentingan masyarakat dan dapat membuka mata pemirsa. 3. Menyalurkan kebudayaan, sebenarnya fungsi ini dapat disebutkan sebagai fungsi pendidikan. Namun istilah pendidikan tidak digunakan karena di dalam kebudayaan audiovisual tidak ada kurikulum. 4. Hiburan, fungsi ini memang dibutuhkan oleh masyarakat, karena kalau tidak menghibur umumnya sebuah tayangan tidak akan ditonton. Namun hiburan bukan berarti hiburan semata tanpa ada sesuatu yang dapat diambil pelajaran dari suatu program. 5. Pengarahan masyarakat untuk bertindak dalam keadaan darurat, televisi harus proaktif dalam memberi motivasi. 2.2 Terpaan Media Televisi Menurut Sari (1993) dalam Testiandini (2006), terpaan media (media exposure) adalah upaya untuk mencari data khalayak mengenai penggunaan media baik jenis media, frekuensi penggunaan maupun durasi penggunaan (longevity). Sari (1993)

26 dalam Testiandini (2006) juga menambahkan bahwa frekuensi penggunaan media merupakan pengumpulan data khalayak tentang berapa kali (hari) seseorang menggunakan televisi dalam satu minggu. (untuk meneliti program harian), berapa kali (minggu) seseorang menggunakan media dalam satu bulan (untuk program mingguan dan tengah bulan) serta berapa kali (bulan) seseorang menggunakan media dalam satu tahun. Sebagian besar anak-anak merasa lebih nyaman duduk di depan televisi ketimbang bermain di luar rumah. Seorang anak dapat menghabiskan tiga sampai empat jam perharinya untuk duduk menonton televisi, tapi tak sedikit anak yang menonton televisi lima sampai enam jam perhari bahkan lebih pada hari-hari tertentu, seperti Sabtu dan Mingg (Hidup, 2008). Hasil survei ini bak dering jam weker yang pantas membuat orangtua awas. Data Perserikatan Bangsa Bangsa (Thamrin, 2008) menyatakan bahwa para bocah di Indonesia terpekur rata-rata lima jam sehari di depan layar kaca atau total jenderal hingga jam setahun. Angka ini, menurut UNICEF, jauh lebih gemuk ketimbang jumlah belajar mereka yang jam setahun di sekolah. Maka jadilah kotak televisi sekolah tandingan bagi anak-anak ini. Padahal Thamrin (2008) menyatakan bahwa seharusnya anak usia lima tahun hanya menonton televisi selama 1,5 jam per hari atau paling lama dua jam per hari. Itu juga tidak terus-menerus, dibagi-bagi, misalnya satu jam setelah pulang sekolah, dan satu jam lagi setelah mengerjakan Pekerjaan Rumah (PR) di malam hari. Survei lain yang dilakukan menyebutkan bahwa lebih dari setengah anak-anak di Amerika Serikat mempunyai televisi di kamar mereka. Usia remaja paling banyak menonton televisi di kamar dan hampir sepertiga anak-anak pra sekolah memiliki televisi di kamar mereka dan menghabiskan lebih banyak waktu untuk menonton televisi. Disebutkan juga adanya beberapa orang siswa sebuah sekolah yang bergantian bolos dari sekolah demi menonton sebuah tayangan opera sabun di televisi. Di Indonesia mungkin tidak sampai menjangkau persentase sebesar ini namun pengaruh televisi juga telah banyak membentuk pola pikir dari anak-anak Indonesia (Thamrin 2008).

27 Isnaini (2006) menyebutkan menyatakan penelitiannya bahwa Yayasan Pengembangan Media Anak pada 2002 yang menunjukkan bahwa jam menonton televisi pada anak Indonesia mencapai jam/ minggu atau / tahun. Hal ini jauh lebih besar dibanding jam belajar di Sekolah Dasar yang tidak sampai 1000 jam/ tahun. Sehingga dapat dikatakan bahwa televisi telah menjadi guru yang menawan di luar kelas, menjadi saingan guru sesungguhnya di dalam kelas atau pendidikan dalam keluarga. Hal ini diperkuat oleh Vera (2007) yang menyatakan bahwa: Tidak dapat dipungkiri peran televisi saat ini semakin besar saja. Peranannya sebagai media komunikasi visual sangat luar biasa dibandingkan media-masa yang lain. Temuan Yayasan Kesejahteraan Anak Indonesia tahun 1996 yang dilansir majalah [aikon!] media alternatif menyebutkan bahwa anak-anak Indonesia (usia 6-15 tahun) harus menyisihkan waktu jam per minggu untuk menonton televisi. Bahkan anak Amerika sejak usia delapan belas bulan sudah secara mendalam dikonfrontasikan pada medium televisi. Pada akhir humaniora-nya jumlah jam menonton televisi dari anak-anak muda Amerika mencapai jam. Ketika usia mencapai 20 tahun secara total hampir mencapai juta reclamesport atau mencapai rata-rata 1000 per pekan) Padahal, Thamrin (2008) mengungkapkan penilaian terhadap kualitas program acara televisi secara umum dan diperoleh hasil 0,5 persen menyatakan sangat baik, 27,2 persen menyatakan baik, 41,9 persen menyatakan biasa saja, 24,6 persen menyatakan buruk, 4,2 persen menyatakan sangat buruk, dan 1,6 persen menyatakan tidak tahu. Selain itu dikatakan pula bahwa 80,1 persen responden menyatakan bahwa tayangan hiburan di televisi justru tidak ramah anak alias berbahaya jika ditonton oleh anak-anak, 68,6 persen responden menyatakan tayangan hiburan di televisi buruk dan sangat buruk dalam memberi model perilaku yang baik kepada pemirsanya, 50,8 persen responden menyatakan bahwa program hiburan di televisi amat buruk dalam meningkatkan empati sosial, yakni memberi kesadaran untuk peduli terhadap orang lain dan 70,7 persen responden menyebut program hiburan di televisi menunjukkan kualitas buruk dalam mengangkat tema yang relevan dalam kehidupan masyarakat.

28 2.3. Belajar pada Anak Biggs (1991) dalam Syah (2003) mendefinisikan belajar dalam tiga macam rumusan yaitu: rumusan kuantitatif, rumusan institusional, dan rumusan kualitatif. Secara kuantitatif (ditinjau dari sudut jumlah), belajar berarti kegiatan pengisian atau pengembangan kemampuan kognitif dengan fakta sebanyak-banyaknya. Jadi belajar dalam hal ini dipandang dari sudut berapa banyak materi yang dikuasai siswa. Syah (2003) menyebutkan secara kuantitatif (tinjauan kelembagaan), belajar dipandang sebagai proses validitas (pengabsahan) terhadap penguasaan siswa atas materi-materi yang telah ia pelajari. Ukurannya ialah semakin baik mutu mengajar yang dilakukan guru maka akan semakin baik pula mutu perolehan siswa yang kemudian dinyatakan dalam bentuk skor atau nilai. Adapun pengertian belajar secara kualitatif (tinjauan mutu) adalah proses memperoleh arti-arti dan pemahaman-pemahaman serta cara-cara menafsirkan dunia di sekeliling siswa. Belajar dalam pengertian ini difokuskan pada tercapainya daya pikir dan tindakan yang berkualitas untuk memecahkan masalah-masalah yang kini dan nanti dihadapi siswa (Syah, 2003) 2.4 Belajar Kognitif pada Anak Istilah cognitive berasal dari kata cognition berarti mengetahui. Dalam arti yang luas, cognition (kognisi) ialah perolehan, penataan dan penggunaan pengetahuan (Neisser dalam Syah, 2003). Dalam perkembangan selajutnya, istilah kognitif menjadi popular sebagai salah satu domain atau wilayah ranah psikologi manusia yang meliputi setiap perilaku mental yang berhubungan dengan pemahaman, pertimbangan, pengolahan informasi, pemecahan masalah, kesengajaan dan keyakinan. Menurut Syah (2003) ada dua macam kecakapan kognitif siswa yang perlu dikembangkan segera, khususnya oleh guru yaitu: 1. Strategi belajar memahami isi materi pelajaran. 2. Strategi meyakinkan arti penting isi materi pelajaran dan aplikasi serta menyerap pesan-pesan moral yang terkandung dalam materi pelajaran tersebut.

29 Menurut Syah (2003), belajar akan lebih berhasil apabila disesuaikan dengan tahap perkembangan kognitif peserta didik. Peserta didik hendaknya diberi kesempatan untuk melakukan eksperimen dengan obyek fisik, yang ditunjang oleh interaksi dengan teman sebaya dan dibantu oleh pertanyaan tilikan dari guru. Guru hendaknya banyak memberikan rangsangan kepada peserta didik agar mau berinteraksi dengan lingkungan secara aktif, mencari dan menemukan berbagai hal dari lingkungan. Syah (2003) menyatakan implikasi teori perkembangan kognitif dalam pembelajaran adalah: a. Bahasa dan cara berpikir anak berbeda dengan orang dewasa. Oleh karena itu guru mengajar dengan menggunakan bahasa yang sesuai dengan cara berpikir anak. b. Anak-anak akan belajar lebih baik apabila dapat menghadapi lingkungan dengan baik. Guru harus membantu anak agar dapat berinteraksi dengan lingkungan sebaik-baiknya. c. Bahan yang harus dipelajari anak hendaknya dirasakan baru tetapi tidak asing. d. Berikan peluang agar anak belajar sesuai tahap perkembangannya. e. Di dalam kelas, anak-anak hendaknya diberi peluang untuk saling berbicara dan diskusi dengan teman-temannya. 2.5 Hubungan Karakteristik Individu, Faktor Psikologi dan Lingkungan Sosial dengan Terpaan Media Televisi dan Belajar Kognitif Anak Hubungan Karakteristik Individu dengan Terpaan Media Televisi Testiandini (2006) menyatakan perbedaan pola dan pengaruh menonton televisi berdasarkan perbedaan karakteristrik individu. Perbedaan pola dan pengaruh menonton televisi berdasarkan karakteristik individu adalah sebagai berikut. 1. Jenis kelamin Kuswanto (1993) dalam Testiandini (2006), responden laki-laki menunjukkan motivasi yang rendah untuk memenuhi kebutuhan kognitifnya dari menonton televisi. Sebaliknya responden wanita menunjukkan motivasi yang sangat tinggi untuk memenuhi kebutuhan kognitif dari menonton televisi. Riana (1995) dan

30 Purwanto (1998) dalam Testiandini (2006) menyatakan bahwa laki-laki lebih menyukai menonton televisi seperti kuis, acara olahraga dan film aksi, sedangkan perempuan lebih menyukai menonton sinetron, telenovela, infortainment. 2. Usia Hasil penelitian Kuswanto (1993) dalam Testiandini (2006), menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang cukup berarti antara karakteristik individu responden dengan motivasi menonton televisi untuk memenuhi kebutuhan kognitif. Semakin rendah usia responden maka semakin semakin rendah pula motivasi menonton televisi untuk memenuhi kebutuhan kognitif. Sejalan dengan Kuswanto, hasil penelitian Bajari (1995) dalam Testiandini (2006), juga menunjukkan bahwa semakin tua usia ternyata responden semakin lebih banyak mencurahkan waktu untuk melakukan kontak dengan media massa. 3. Uang saku Hasil penelitian Kuswanto (1993) dalam Testiandini (2006) menunjukkan bahwa semakin rendah tingkat ekonomi ternyata tingkat motivasi untuk memenuhi kebutuhan kognitif dari belajar akan berkurang. Namun hal berbeda disampaikan oleh Bajari (1995) dalam Testiandini (2006). Bajjari menunjukkan bahwa semakin tinggi penghasilan ternyata semakin menyisihkan televisi karena kesenangan non media yang lebih luas. 4. Tipe kepribadian. Tipe kepribadian mempengaruhi selera dalam memilih suatu jenis acara. Selain itu tipe kepribadian diperkirakan juga akan mempengaruhi respons dan efek yang akan dirasakan setelah mengakses media massa (Testiandini 2006) 5. Pendidikan Hasil penelitian Bajari (1995) dalam Testiandini (2006), menunjukkan bahwa pendidikan dan tanggung jawab pekerja professional yang lebih tinggi dapat mengakibatkan pilihan acara yang berbeda. Selain itu disebutkan pula bahwa semakin tinggi pendididkan responden maka kebutuhan untuk memperoleh informasi dari televisi juga semakin besar.

31 6. Waktu luang Waktu luang orang yang pekerjaannya banyak bisa diduga cenderung akan menggunakan waktu kosongnya untuk beristirahat daripada menonton televisi. Sedangkan orang yang waktu kerjanya lebih sedikit mungkin lebih banyak meluangkan waktunya untuk menonton televisi (Testiandini 2006) Hubungan Lingkungan Sosial dengan Terpaan Media Televisi pada Anak Lingkungan sosial seperti lingkungan keluarga dan teman-teman memiliki hubungan nyata dengan terpaan media televisi pada anak. Ketika menonton televisi, biasanya anak didampingi oleh orang tua atau keluarga. Maka dapat dikatakan bahwa semakin sering suatu keluarga menonton televisi maka semakin sering pula anak menonton televisi dan sebaliknya semakin jarang suatu keluarga menonton televisi, maka semakin jarang pula seorang anak menonton televisi. Selain itu orang tua juga berperan dalam mengawasi anaknya dalam menonton televisi (Testiandini 2006). Tasmin (2002) menyatakan bahwa perilaku orang tua dalam mengawasi pola menonton televisi pada anaknya antara lain, yaitu: 1. Mendampingi anak ketika menonton televisi dan memberi penjelasan. Hal pertama yang sebaiknya dilakukan adalah memberi pengertian dan mendampingi anak ketika menonton televisi. Jika anak bertanya jawablah pertanyaan tersebut dengan rinci dan sesuai dengan perkembangan anak. Banyak hal yang belum diketahui oleh seorang anak, oleh karena itu kalau tidak ada yang memberi tahu ia akan mencari sendiri dengan mencoba-coba dan meniru dari orang dewasa. Apakah hasil percobaan maupun peniruannya salah atau benar, anak mungkin tidak tahu. Di sini tugas orang tua untuk selalu memberi pengertian kepada anak, secara konsisten. Kebingungan anak karena standar ganda yang diterapkan orang tua juga bisa teratasi kalau orang tua memberi penjelasan kepada anak. 2. Bersama dengan anak membuat jadwal kegiatan. Anak juga perlu diajarkan bahwa ada waktu tersendiri untuk setiap kegiatan. Atur waktu yang jelas kapan menonton televisi, kapan belajar dan kapan bermain.

32 Walaupun anak sudah relaks dengan menonton televisi, anak tetap butuh waktu untuk bermain. Televisi mengkondisikan anak menjadi pasif, hanya menerima dan menyerap informasi dengan posisi tubuh yang juga pasif. Oleh karenanya anak tetap butuh waktu untuk bermain (terutama bermain dengan anak lain) supaya mereka tetap aktif dan mampu bersosialisasi. 3. Menyeleksi program tayangan televisi yang cocok untuk anak. Jika tidak sempat mendampingi anak. Orang tua sebaiknya menyeleksi tayangan televisi mana yang cocok untuk anak. Sebelum anak diizinkan untuk menonton program tersebut, orang tua telah mengetahui apakah program tersebut cocok atau tidak untuk anak. 4. Membangun kerjasama dengan seluruh anggota keluarga. Bangunlah kerjasama dengan seluruh anggota keluarga, karena kerjasama dari seluruh anggota keluarga (termasuk pengasuh) sangat diperlukan. Pastikan bahwa seluruh keluarga memiliki pengertian yang sama mengenai anak dan masalah televisi tersebut. 5. Konsistensi dalam bertindak. Orang tua atau pengasuh selalu bertindak secara konsisten dan tidak bosan-bosan dalam memberikan pengertian kepada anak, sehingga anak tahu dengan jelas mana yang boleh mana yang tidak, mana yang baik mana yang buruk. Kurniasih (2006) menyatakan bahwa lingkungan sosial yang juga berhubungan nyata dengan perilaku menonton televisi adalah lingkungan teman. Lingkungan teman dapat menyebabkan seseorang untuk tertarik menonton tayangan tertentu, dimana teman sering menonton, mengajak dan menceritakan kembali jalan cerita tayangan tersebut Hubungan Faktor Psikologi dengan Belajar Kognitif pada Anak Syah (2003) menyatakan bahwa karakteristik individu yang mempengaruhi perilaku belajar anak meliputi dua aspek yaitu:

33 1. Aspek Fisiologi Kondisi umum jasmani dan tonus (tegangan otot) yang menandai tingkat kebugaran organ-organ tubuh dan sendi-sendinya, dapat mempengaruhi semangat dan intensitas siswa dalam mengikuti pelajaran. Kondisi organ yang lemah, apalagi jika disertai pusing kepala berat misalnya dapat menurunkan kualitas ranah cipta (kognitif) sehingga materi yang dipelajarinya pun kurang atau tidak berbekas. 2. Aspek Psikologi Banyak faktor yang termasuk aspek psikologi yang dianggap mempengaruhi perilaku belajar, namun faktor faktor yang dianggap lebih esensial adalah: a. Intelegensi siswa Intelegensi pada umumnya dapat diartikan sebagai kemampuan psiko-fisik untuk mereaksi rangsangan atau menyesuaikan diri dengan lingkungan dengan cara yang tepat. Tingkat kecerdasan atau intelegensi siswa tidak dapat diragukan lagi sangat menentukan tingkat keberhasilan belajar siswa. Ini bermakna, semakin tinggi kemampuan intelegensi seorang siswa maka semakin besar peluangnya untuk meraih sukses. b. Sikap siswa Sikap adalah gejala internal yang berdimensi afeksi berupa kecenderungan untuk mereaksi atau merespons dengan cara yang relatif tetap terhadap objek orang, barang, dan sebagainya, baik secara positif maupun negatif. Sikap positif, terutama terhadap mata pelajaran merupakan awal yang baik bagi proses belajar siswa tersebut. c. Bakat siswa Dalam perkembangannya, bakat diartikan sebagai kemampuan individu untuk melakukan tugas tertentu tanpa banyak bergantung pada upaya pendidikan dan latihan. Sehingga dapat dikatakan bahwa, bakat dapat mempengaruhi tinggirendahnya prestasi belajar bidang-bidang tertentu. Pemaksaan kehendak terhadap siswa dan ketidaksadaran siswa terhadap bakatnya sendiri sehingga

34 memilih jurusan keahlian tertentu yang sebenarnya tidak sesuai dengan bakatnya, akan berpengaruh buruk terhadap kinerja akademik. d. Minat siswa Secara sederhana, minat berarti kecenderungan dan gairah yang tinggi atau keinginan yang besar terhadap sesuatu. Minat dapat mempengaruhi kualitas pencapaian hasil belajar dalam bidang-bidang studi tertentu. Seorang siswa yang berminat terhadap bidang studi tertentu, akan memusatkan perhatiannya lebih banyak daripada siswa lainnya. Kemudian pemusatan perhatian yang insentif inilah yang memungkinkan siswa untuk belajar lebih giat dan akhirnya mencapai prestasi yang diinginkan. e. Motivasi siswa Dalam perkembangannya, motivasi dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu: (1) motivasi intrinsik dan (2) motivasi ekstrinsik. Motivasi intrinsik adalah hal dan keadaan yang berasal dari diri siswa sendiri yang dapat mendorongnya melakukan tindakan belajar. Contohnya perasaan menyenangi pelajaran dan kebutuhannya terhadap materi tersebut. Sedangkan motivasi ekstrinsik adalah hal dan keadaan yang datang dari luar individu siswa yang juga dapat mendorong untuk melakukan tindakan belajar. Perspektif psikologi kognitif menyatakan bahwa motivasi yang lebih signifikan bagi siswa adalah motivasi intrinsik karena lebih murni dan langgeng serta tidak bergantung pada dorongan atau pengaruh orang lain. Selanjutnya, dorongan mencapai prestasi dan dorongan memiliki pengetahuan dan keterampilan untuk masa depan juga memberi pengaruh kuat dan relatif lebih langgeng dibanding dengan dorongan hadiah atau dorongan keharusan dari orangtua dan guru Hubungan Lingkungan Sosial dengan Belajar Kognitif pada Anak Lingkungan yang lebih banyak mempengaruhi kegiatan belajar adalah orang tua dan keluarga siswa itu sendiri. Sifat-sifat orang tua, praktek pengolahan keluarga, ketegangan keluarga dan demografi keluarga (letak rumah) semuanya dapat mempengaruhi kegiatan belajar dan hasil belajar siswa.

35 Syah (2003) menyatakan bahwa lingkungan sosial sekolah seperti para guru, para staf administrasi dan teman-teman sekelas dapat mempengaruhi semangat belajar siswa. Para guru yang selalu menunjukkan sikap dan perilaku yang simpatik dan memperlihatkan suri-teladan yang baik dan rajin khususnya dalam hal belajar, misalnya rajin membaca dan berdiskusi, dapat menjadi daya dorong yang positif bagi kegiatan belajar siswa. Lingkungan sosial siswa yang mempengaruhi belajar kognitif meliputi masyarakat dan tetangga serta teman-teman sepermainan di sekitar perkampungan siswa tersebut. Kondisi masyarakat kumuh yang serba kekurangan dan sebagian besar adalah anak pengangguran misalnya, akan sangat mempengaruhi aktivitas belajar siswa. Paling tidak, siswa tersebut akan menemukan kesulitan ketika memerlukan teman belajar dan berdiskusi atau meminjam alat-alat belajar tertentu yang kebetulan belum dimilikinya. 2.6 Hubungan Terpaan Media Televisi dengan Perilaku Belajar Kognitif Anak Efek kognitif komunikasi masa menurut Robert (2003) dalam Kurniasih (2006) yaitu komunikasi masa secara tidak langsung menimbulkan perilaku tertentu tetapi cenderung mempengaruhi cara kita mengorganisasikan citra kita tentang lingkungan dan citra. Inilah yang mempengaruhi cara kita berperilaku. Media massa bekerja untuk menyampaikan informasi dan informasi itu dapat membentuk, mempertahankan atau meredefinisikan citra. Media menampilkan realitas yang sudah diseleksi (realitas tangan kedua), misalnya televisi memilih tokoh-tokoh tertentu untuk ditampilkan dan mengesampingkan tokoh lain dan karena seseorang tidak dapat dan tidak sempat mengecek peristiwa-peristiwa yang disajikan media sehingga cenderung menerima informasi itu hanya berdasarkan pada apa yang dilaporkan media. Akhirnya seseorang membentuk citra tentang lingkungan sosial seseorang berdasarkan realitas kedua yang ditampilkan media massa. Isnaini (2006) menyatakan bahwa selama ini, usaha untuk menjadikan televisi sebagai media pembelajar, masih berporos pada bagaimana cara program televisi sebagai media penyampai pesan belajar melalui program-program pendidikan di

HUBUNGAN TERPAAN MEDIA TELEVISI DENGAN BELAJAR KOGNITIF PADA ANAK (Kasus Sekolah Dasar Negeri 04 Dramaga, Bogor, Jawa Barat)

HUBUNGAN TERPAAN MEDIA TELEVISI DENGAN BELAJAR KOGNITIF PADA ANAK (Kasus Sekolah Dasar Negeri 04 Dramaga, Bogor, Jawa Barat) HUBUNGAN TERPAAN MEDIA TELEVISI DENGAN BELAJAR KOGNITIF PADA ANAK (Kasus Sekolah Dasar Negeri 04 Dramaga, Bogor, Jawa Barat) Oleh : VIORA TORIZA I34063121 DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Salah satu media massa elektronik yang paling digemari saat ini adalah televisi. Di zaman sekarang ini televisi bukanlah barang yang langka dan hanya dimiliki oleh

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Televisi BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1.1 Sejarah dan Perkembangan Televisi Istanto (1995) menyatakan sejarah perkembangan televisi diawali pada tahun 1884, seorang mahasiswa di Berlin menciptakan sebuah

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI DAN KARAKTERISTIK INDIVIDU, LINGKUNGAN SOSIAL DAN PSIKOLOGI RESPONDEN

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI DAN KARAKTERISTIK INDIVIDU, LINGKUNGAN SOSIAL DAN PSIKOLOGI RESPONDEN BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI DAN KARAKTERISTIK INDIVIDU, LINGKUNGAN SOSIAL DAN PSIKOLOGI RESPONDEN 4.1 Gambaran Umum Lokasi SDN 04 Dramaga terletak di jalan Sawah baru RT 01/ 08 Desa Babakan Dramaga, Bogor,

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Sekolah Dasar Negeri (SDN) 04 Kelurahan Dramaga, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi tersebut

Lebih terperinci

Modul ke: Produksi Berita TV. Daya Pengaruh Siaran TV. Fakultas Ilmu Komunikasi. Program Studi Broadcasting.

Modul ke: Produksi Berita TV. Daya Pengaruh Siaran TV. Fakultas Ilmu Komunikasi. Program Studi Broadcasting. Modul ke: 11 Syaifuddin, Fakultas Ilmu Komunikasi Produksi Berita TV Daya Pengaruh Siaran TV S.Sos, M.Si Program Studi Broadcasting http://www.mercubuana.ac.id Daya Pengaruh Siaran TV Televisi saat ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Keberadaan televisi di Indonesia saat ini bertumbuh sangat pesat. Hingga

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Keberadaan televisi di Indonesia saat ini bertumbuh sangat pesat. Hingga 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keberadaan televisi di Indonesia saat ini bertumbuh sangat pesat. Hingga saat ini ada 11 stasiun televisi nasional dan 230 lebih televisi lokal memancarkan siaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu media elektronik yang paling digemari saat ini adalah televisi. Di

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu media elektronik yang paling digemari saat ini adalah televisi. Di BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Salah satu media elektronik yang paling digemari saat ini adalah televisi. Di zaman sekarang ini televisi bukanlah barang yang langka dan hanya dimiliki oleh kalangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hidupnya. Sebagai makhluk sosial manusia tidak dapat hidup sendiri dan selalu

BAB I PENDAHULUAN. hidupnya. Sebagai makhluk sosial manusia tidak dapat hidup sendiri dan selalu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Komunikasi adalah hal yang mendasar yang diperlukan manusia dalam hidupnya. Sebagai makhluk sosial manusia tidak dapat hidup sendiri dan selalu membutuhkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Komunikasi merupakan kegiatan yang dibutuhkan dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Komunikasi merupakan kegiatan yang dibutuhkan dalam kehidupan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Komunikasi merupakan kegiatan yang dibutuhkan dalam kehidupan manusia sehari-hari. Komunikasi mempunyai peran penting bagi manusia untuk berinteraksi dan saling berhubungan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Televisi dapat dikatakan telah mendominasi hampir semua waktu luang setiap

BAB 1 PENDAHULUAN. Televisi dapat dikatakan telah mendominasi hampir semua waktu luang setiap BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Televisi dapat dikatakan telah mendominasi hampir semua waktu luang setiap orang. Dari hasil penelitian yang pernah dilakukan pada masyarakat Amerika, ditemukan bahwa

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Perkembangan zaman saat ini telah ditandai adanya proses Globalisasi. kemudian berkembang menjadi teknologi dan informasi.

I. PENDAHULUAN. Perkembangan zaman saat ini telah ditandai adanya proses Globalisasi. kemudian berkembang menjadi teknologi dan informasi. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan zaman saat ini telah ditandai adanya proses Globalisasi. Proses globalisasi lahir dari perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi kemudian berkembang menjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Televisi saat ini telah menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan manusia.

BAB I PENDAHULUAN. Televisi saat ini telah menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan manusia. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Televisi saat ini telah menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan manusia. Televisi menampilkan gambar yang menarik dan menghibur, gambar televisi terkadang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Media massa adalah sarana informasi yang menjadi bagian terpenting dalam kehidupan manusia saat ini. Media massa adalah media komunikasi dan informasi yang melakukan

Lebih terperinci

PENJAJAHAN TV TERHADAP PERKEMBANGAN ANAK

PENJAJAHAN TV TERHADAP PERKEMBANGAN ANAK PENJAJAHAN TV TERHADAP PERKEMBANGAN ANAK Oleh : Lukman Aryo Wibowo, S.Pd.I. 1 Siapa yang tidak kenal dengan televisi atau TV? Hampir semua orang kenal dengan televisi, bahkan mungkin bisa dibilang akrab

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tingkat pengetahuan masyarakat. Sekarang ini, media memiliki andil yang. budaya yang bijak untuk mengubah prilaku masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. tingkat pengetahuan masyarakat. Sekarang ini, media memiliki andil yang. budaya yang bijak untuk mengubah prilaku masyarakat. BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Media massa berperan sebagai sumber rujukan di bidang pendidikan dan penyebaran informasi yang cepat. Dalam hal ini, media dapat meningkatkan tingkat pengetahuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Komunikasi merupakan inti dari kehidupan. Dalam hidup, apa saja yang kita

BAB I PENDAHULUAN. Komunikasi merupakan inti dari kehidupan. Dalam hidup, apa saja yang kita BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Komunikasi merupakan inti dari kehidupan. Dalam hidup, apa saja yang kita lakukan perlu melibatkan aktivitas yang disebut komunikasi. Komunikasi dapat dilakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara yang berkembang dalam

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara yang berkembang dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara yang berkembang dalam bidang teknologi dan informasi, hampir semua masyarakat baik yang berada di daerah pekotaan maupun yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Komunikasi mempunyai definisi yaitu sebuah transmisi sebuah pesan dari sumber kepada penerima, lebih dari 50 tahun konsep komunikasi dikemukakan olehn Harold Lasswell,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah Berkembangnya dunia penyiaran khususnya televisi, telah menyebabkan perubahan pola pikir dan gaya hidup masyarakat, khususnya anak-anak di perkotaan. Meningkatnya

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. makhluk hidup yang lainnya, manusia dalam usahanya memenuhi kebutuhan

BAB 1 PENDAHULUAN. makhluk hidup yang lainnya, manusia dalam usahanya memenuhi kebutuhan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di dunia ini semua makhluk hidup pasti akan selalu berusaha memenuhi semua kebutuhan hidupnya, tak terkecuali manusia. Akan tetapi berbeda dengan makhluk hidup

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Balakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Balakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Balakang Pendidikan anak usia dini adalah jenjang pendidikan sebelum jenjang pendidikan dasar yang merupakan suatu upaya pembinaan yang ditujukan bagi anak sejak lahir sampai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk memperoleh informasi dan pengetahuan serta wadah untuk menyalurkan ide,

BAB I PENDAHULUAN. untuk memperoleh informasi dan pengetahuan serta wadah untuk menyalurkan ide, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia sebagai makhluk sosial membutuhkan komunikasi sebagai wadah untuk memperoleh informasi dan pengetahuan serta wadah untuk menyalurkan ide, emosi, keterampilan

Lebih terperinci

BAB II PENDEKATAN TEORITIS

BAB II PENDEKATAN TEORITIS 3 BAB II PENDEKATAN TEORITIS 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Komunikasi Massa Menurut McQuail (1987) pengertian komunikasi massa terutama dipengaruhi oleh kemampuan media massa untuk membuat produksi massal

Lebih terperinci

EFEKTIVITAS IKLAN SOSIS DI TELEVISI DALAM MEMBENTUK CITRA PRODUK SOSIS (Kasus Siswa SMA Negeri 5 Bogor) SKRIPSI RETTY PERMATA SARI

EFEKTIVITAS IKLAN SOSIS DI TELEVISI DALAM MEMBENTUK CITRA PRODUK SOSIS (Kasus Siswa SMA Negeri 5 Bogor) SKRIPSI RETTY PERMATA SARI EFEKTIVITAS IKLAN SOSIS DI TELEVISI DALAM MEMBENTUK CITRA PRODUK SOSIS (Kasus Siswa SMA Negeri 5 Bogor) SKRIPSI RETTY PERMATA SARI PROGRAM STUDI SOSIAL EKONOMI PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

BAB V KETERDEDAHAN, PENILAIAN RESPONDEN TERHADAP PROGRAM SIARAN RADIO, DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA

BAB V KETERDEDAHAN, PENILAIAN RESPONDEN TERHADAP PROGRAM SIARAN RADIO, DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA BAB V KETERDEDAHAN, PENILAIAN RESPONDEN TERHADAP PROGRAM SIARAN RADIO, DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA 5.1 Karakteristik Responden Karakteristik responden merupakan faktor yang diduga mempengaruhi

Lebih terperinci

1.PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1.PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Televisi sebagai media massa memiliki karakteristik tersendiri yang berbeda dengan media lain di dalam penyampaian pesannya. Salah satu kelebihan televisi yaitu paling

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dunia Broadcasting (penyiaran) adalah dunia yang selalu menarik

BAB I PENDAHULUAN. Dunia Broadcasting (penyiaran) adalah dunia yang selalu menarik BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dunia Broadcasting (penyiaran) adalah dunia yang selalu menarik perhatian bagi masyarakat khususnya di Indonesia. Televisi memiliki keunggulan yang menyebabkan masyarakat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. komunikasi, karena komunikasi merupakan bagian integral dari sistem dan

BAB 1 PENDAHULUAN. komunikasi, karena komunikasi merupakan bagian integral dari sistem dan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kehidupan manusia di dunia tidak dapat dilepaskan dari aktivitas komunikasi, karena komunikasi merupakan bagian integral dari sistem dan tatanan kehidupan sosial manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. elektronik, audio dan masih banyak lagi. Contoh kongkrit jenis media elektronik

BAB I PENDAHULUAN. elektronik, audio dan masih banyak lagi. Contoh kongkrit jenis media elektronik 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Salah satu aspek positif dari modernitas zaman adalah berkembangnya teknologi dan media informasi dewasa ini.media itu dapat berupa media cetak, elektronik, audio

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bahasa sebagai alat penyalurnya. Dalam bahasa komunikasi, pernyataan

BAB I PENDAHULUAN. bahasa sebagai alat penyalurnya. Dalam bahasa komunikasi, pernyataan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Komunikasi adalah proses pernyataan antara manusia, yang dinyatakan adalah pikiran atau perasaan seseorang kepada orang lain dengan menggunakan bahasa sebagai alat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Seiring dengan perkembangan zaman, kebutuhan akan informasi dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Seiring dengan perkembangan zaman, kebutuhan akan informasi dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Seiring dengan perkembangan zaman, kebutuhan akan informasi dan hiburan menjadi begitu penting bagi kita. Hampir setiap orang selalu menyediakan waktunya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. luas dan pada sisi lain merupakan proses dimana pesan tersebut dicari

BAB I PENDAHULUAN. luas dan pada sisi lain merupakan proses dimana pesan tersebut dicari BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Komunikasi pada satu sisi mengandung pengertian suatu proses dimana organisasi media memproduksi dan menyebarkan pesan kepada publik secara luas dan pada sisi

Lebih terperinci

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Meskipun Children s Television Act of 1990 telah membatasi program televisi

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Meskipun Children s Television Act of 1990 telah membatasi program televisi BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Waktu Menonton Televisi Meskipun Children s Television Act of 1990 telah membatasi program televisi untuk anak 10.5 menit/jam dalam satu minggu dan 12 menit/jam pada akhir

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Salah satu bagian terpenting dalam kehidupan bermasyarakat adalah interaksi atau komunikasi. Komunikasi memiliki peran yang sangat pnting pada era sekarang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan di dalamnya baik itu pendidikan dasar maupun pendidikan tingkat

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan di dalamnya baik itu pendidikan dasar maupun pendidikan tingkat 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kemajuan suatu bangsa salah satunya dipengaruhi oleh perkembangan pendidikan di dalamnya baik itu pendidikan dasar maupun pendidikan tingkat tinggi. Tentunya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Media massa adalah sarana penunjang bagi manusia untuk memenuhi

BAB I PENDAHULUAN. Media massa adalah sarana penunjang bagi manusia untuk memenuhi BAB I PENDAHULUAN I.1. LATAR BELAKANG MASALAH Media massa adalah sarana penunjang bagi manusia untuk memenuhi kebutuhan akan informasi maupun hiburan. Saat ini begitu banyak media massa yang kita kenal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Media massa cetak dan elektronik merupakan salah satu unsur penting dalam proses komunikasi. Setiap media mempunyai kelebihan dan kekurangan. Kekurangan surat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Konteks Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Konteks Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Masalah Ibu menjadi tokoh sentral dalam keluarga. Seorang manajer dalam mengatur keuangan, menyediakan makanan, memperhatikan kesehatan anggota keluarga dan memperhatikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Di zaman ini, informasi memegang peran penting dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. Di zaman ini, informasi memegang peran penting dalam kehidupan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di zaman ini, informasi memegang peran penting dalam kehidupan manusia.hampir tidak ada ruang dan waktu yang tersisa untuk menghindari diri dari serbuan informasi.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. mengakibatkan kebutuhan masyarakat akan informasi semakin besar. Dan informasi

BAB 1 PENDAHULUAN. mengakibatkan kebutuhan masyarakat akan informasi semakin besar. Dan informasi BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring dengan berkembangnya teknologi dan komunikasi saat ini mengakibatkan kebutuhan masyarakat akan informasi semakin besar. Dan informasi tersebut dapat dengan

Lebih terperinci

PERSEPSI MAHASIWA TERHADAP IKLAN LUX VERSI BANDAR UDARA ATIQAH HASIHOLAN. Ayu Maiza Faradiba. Universitas Paramadina

PERSEPSI MAHASIWA TERHADAP IKLAN LUX VERSI BANDAR UDARA ATIQAH HASIHOLAN. Ayu Maiza Faradiba. Universitas Paramadina PERSEPSI MAHASIWA TERHADAP IKLAN LUX VERSI BANDAR UDARA ATIQAH HASIHOLAN Ayu Maiza Faradiba Universitas Paramadina ABSTRAK Tujuan Penelitian: untuk mengetahui sejauh mana persepsi mahasiswa Universitas

Lebih terperinci

KEEFEKTIFAN KOMUNIKASI ORGANISASI DAN IMPLIKASINYA TERHADAP KINERJA KARYAWAN DI BAGIAN WEAVING PT. UNITEX TBK, BOGOR

KEEFEKTIFAN KOMUNIKASI ORGANISASI DAN IMPLIKASINYA TERHADAP KINERJA KARYAWAN DI BAGIAN WEAVING PT. UNITEX TBK, BOGOR KEEFEKTIFAN KOMUNIKASI ORGANISASI DAN IMPLIKASINYA TERHADAP KINERJA KARYAWAN DI BAGIAN WEAVING PT. UNITEX TBK, BOGOR Oleh EVITA DWI PRANOVITANTY A 14203053 PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. elektronik yang hampir selalu ada di setiap rumah adalah televisi. Televisi

BAB I PENDAHULUAN. elektronik yang hampir selalu ada di setiap rumah adalah televisi. Televisi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan teknologi sekarang ini memberikan banyak manfaat bagi kehidupan manusia, diantaranya adalah memudahkan penyebaran informasi dan komunikasi melalui

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. komunikasi, karena komunikasi merupakan bagian integral dari sistem dan

BAB 1 PENDAHULUAN. komunikasi, karena komunikasi merupakan bagian integral dari sistem dan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kehidupan manusia di dunia tidak dapat dilepaskan dari aktivitas komunikasi, karena komunikasi merupakan bagian integral dari sistem dan tatanan kehidupan sosial manusia

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. sosial. Pendek kata, komunikasi adalah bagian dimensi sosial yang khusus membahas

BAB 1 PENDAHULUAN. sosial. Pendek kata, komunikasi adalah bagian dimensi sosial yang khusus membahas BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Komunikasi merupakan bagian dari pola interaksi unsur-unsur dalam sistem sosial. Pendek kata, komunikasi adalah bagian dimensi sosial yang khusus membahas pola

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang penting yang tidak dapat dipisahkan dari sejarah perkembangan umat

BAB I PENDAHULUAN. yang penting yang tidak dapat dipisahkan dari sejarah perkembangan umat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Komunikasi adalah penyampaian pesan oleh komunikator kepada komunikan melalui media yang menimbulkan efek tertentu. Komunikasi merupakan bagian yang penting yang tidak

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Keterdedahan Berita Kriminal di Televisi Keterdedahan berita kriminal di televisi merupakan beragam penerimaan khalayak remaja terhadap siaran berita kriminal di televisi, meliputi

Lebih terperinci

Oleh: RENNY YUSNIATI A PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Oleh: RENNY YUSNIATI A PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR LINGKUNGAN SOSIAL DAN MOTIVASI BELAJAR DALAM PENCAPAIAN PRESTASI AKADEMIK MAHASISWA (Kasus Mahasiswa Tingkat Persiapan Bersama Institut Pertanian Bogor Tahun Ajaran 2007/2008) Oleh: RENNY YUSNIATI A 14204055

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Seperti yang kita ketahui media massa saat ini mengalami perkembangan yang begitu cepat dan pesat. Ditandai dengan bermunculan berbagai macam media massa, baik itu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Manusia tidak akan pernah terlepas dari komunikasi. Dimanapun kita, apapun yang kita lakukan, dan bagaimana bentuknya, kita pasti melakukan proses komunikasi dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. proses kehidupannya, manusia akan selalu terlihat dalam tindakan tindakan

BAB I PENDAHULUAN. proses kehidupannya, manusia akan selalu terlihat dalam tindakan tindakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Komunikasi merupakan kebutuhan dasar manusia. Sejak lahir dan selama proses kehidupannya, manusia akan selalu terlihat dalam tindakan tindakan komunikasi. Tindakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hlm. viii. 1 Eriyanto, Analisis Wacana: Pengantar Analisis Teks Media, (Yogyakarta: Lkis, 2001),

BAB I PENDAHULUAN. hlm. viii. 1 Eriyanto, Analisis Wacana: Pengantar Analisis Teks Media, (Yogyakarta: Lkis, 2001), BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Fenomena modern yang terjadi di awal millennium ketiga ini yang lebih popular dengan sebutan globalisasi memberikan perubahan yang cukup signifikan dalam kehidupan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Di zaman ini manusia sangat bergantung dengan media massa. Semua

BAB I PENDAHULUAN. Di zaman ini manusia sangat bergantung dengan media massa. Semua BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Di zaman ini manusia sangat bergantung dengan media massa. Semua kegiatan manusia pada umumnya berpengaruh kepada media massa. Dengan adanya media massa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan teknologi yang pesat, yang pada masanya

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan teknologi yang pesat, yang pada masanya BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Seiring dengan perkembangan teknologi yang pesat, yang pada masanya saat ini. Mengakibatkan program tayangan di stasiun stasiun televisi mendapatkan tempat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Sekarang ini media massa sudah menjadi bagian penting dalam kehidupan masyarakat. Dalam masyarakat modern, media massa mempunyai peran yang signifikan sebagai bagian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. online. Namun dari sekian banyak media masa, televisi merupakan media

BAB I PENDAHULUAN. online. Namun dari sekian banyak media masa, televisi merupakan media BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dunia informasi dewasa ini semakin berkembang, media pun seperti itu seiring dengan teknologi yang ada, media yang semula hanya cetak kini semakin berkembang menjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Media massa memberikan kesempatan kepada manusia untuk mempublikasikan ide-ide kreatif,

BAB I PENDAHULUAN. Media massa memberikan kesempatan kepada manusia untuk mempublikasikan ide-ide kreatif, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Media massa merupakan sebuah karya dari peradaban manusia yang sangat bermanfaat. Media massa memberikan kesempatan kepada manusia untuk mempublikasikan ide-ide kreatif,

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. Saat ini perkembangan teknologi tanpa disadari telah mempengaruhi hidup kita.

BAB I. PENDAHULUAN. Saat ini perkembangan teknologi tanpa disadari telah mempengaruhi hidup kita. BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Saat ini perkembangan teknologi tanpa disadari telah mempengaruhi hidup kita. Perkembangan jaman dan teknologi ini juga berimbas kepada proses berkembangnya

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI REMAJA PUTRI TERHADAP CITRA PEREMPUAN CANTIK DALAM IKLAN KOSMETIK DI TELEVISI DENGAN

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI REMAJA PUTRI TERHADAP CITRA PEREMPUAN CANTIK DALAM IKLAN KOSMETIK DI TELEVISI DENGAN HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI REMAJA PUTRI TERHADAP CITRA PEREMPUAN CANTIK DALAM IKLAN KOSMETIK DI TELEVISI DENGAN PENGGUNAAN PRODUK KOSMETIK OLEH REMAJA PUTRI (Kasus: SMUN 1 Bogor, Kota Bogor, Provinsi Jawa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berbagai bidang, sehingga munculah berbagai alat sebagai hasil pemanfaatan ilmu

BAB I PENDAHULUAN. berbagai bidang, sehingga munculah berbagai alat sebagai hasil pemanfaatan ilmu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan zaman tak lepas dari perkembangan ilmu dan teknologi di berbagai bidang, sehingga munculah berbagai alat sebagai hasil pemanfaatan ilmu pengetahuan dan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kertas. Seperti Koran, majalah, tabloid, dll. Media Massa Elektronik (Electronic Media).

BAB 1 PENDAHULUAN. kertas. Seperti Koran, majalah, tabloid, dll. Media Massa Elektronik (Electronic Media). BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada era globalisasi sekarang ini Media massa adalah sumber informasi seseorang untuk mendapatkan sesuatu yang mereka inginkan, dengan otoritas dan memiliki organisasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan media informasi khususnya televisi, membuat dunia

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan media informasi khususnya televisi, membuat dunia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan media informasi khususnya televisi, membuat dunia semakin hari semakin dekat saja. Meskipun arus informasi yang mengalir tersebut akan mempunyai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. meresap banyak informasi secara langsung dari media. berubah sesuai dengan situasi yang berlaku. 2 Komunikasi mengacu tindakan

BAB I PENDAHULUAN. meresap banyak informasi secara langsung dari media. berubah sesuai dengan situasi yang berlaku. 2 Komunikasi mengacu tindakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan serta pertumbuhan ilmu-ilmu pengetahuan menggambarkan perkembangan manusia dalam berkomunikasi dan kesadaran dalam bermasyarakat. Komunikasi masa

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada era saat ini, masyarakat modern dituntut untuk mendapatkan sebuah informasi yang aktual dan akurat. Informasi tersebut dapat diperoleh melalui beberapa media penyiaran.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Perkembangan media massa saat ini, khususnya media elektronik televisi telah

BAB 1 PENDAHULUAN. Perkembangan media massa saat ini, khususnya media elektronik televisi telah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan media massa saat ini, khususnya media elektronik televisi telah mengalami kemajuan yang sangat pesat, seiring dengan perkembangan teknologi komunikasi.

Lebih terperinci

TINGKAT PARTISIPASI WARGA DALAM PENYELENGGARAAN RADIO KOMUNITAS

TINGKAT PARTISIPASI WARGA DALAM PENYELENGGARAAN RADIO KOMUNITAS TINGKAT PARTISIPASI WARGA DALAM PENYELENGGARAAN RADIO KOMUNITAS (Kasus: Radio Komunitas Suara Kencana, Kecamatan Tanah Sareal, Kota Bogor) Oleh : AYU TRI PRATIWI A14204027 PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. terhadap perilaku kita di kehidupan sehari-hari. Seharusnya, televisi bisa menjadi

BAB 1 PENDAHULUAN. terhadap perilaku kita di kehidupan sehari-hari. Seharusnya, televisi bisa menjadi 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Banyak dari kita tidak menyadari akan pentingnya fungsi tayangan televisi terhadap perilaku kita di kehidupan sehari-hari. Seharusnya, televisi bisa menjadi sarana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menjawab pertanyaan berikut: Who Say What In Which Channel To Whom With

BAB I PENDAHULUAN. menjawab pertanyaan berikut: Who Say What In Which Channel To Whom With 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Harold D. Lasswell menggambarkan komunikasi adalah dengan menjawab pertanyaan berikut: Who Say What In Which Channel To Whom With What Effect? (siapa mengatakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ataupun muda, bahkan anak-anak pun hampir menghabiskan masa. tetapi dengan kehadiran televisi yang merupakan alat ini, maka impian

BAB I PENDAHULUAN. ataupun muda, bahkan anak-anak pun hampir menghabiskan masa. tetapi dengan kehadiran televisi yang merupakan alat ini, maka impian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di era modern ini, salah satu media massa yang sangat mudah di akses dan paling berpengaruh adalah televisi. Televisi ibarat kotak ajaib yang tanpa kita sadari mampu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang utama adalah menyampaikan suatu pesan. Dengan semakin majunya zaman

BAB I PENDAHULUAN. yang utama adalah menyampaikan suatu pesan. Dengan semakin majunya zaman 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Memasuki era globalisasi, zaman pun semakin maju, modern dan berkembang khususnya dalam bidang komunikasi. Adapun fungsi komunikasi yang utama adalah menyampaikan

Lebih terperinci

PERANAN PEKERJA ANAK DI INDUSTRI KECIL SANDAL TERHADAP PENDAPATAN RUMAHTANGGA DAN KESEJAHTERAAN DIRINYA

PERANAN PEKERJA ANAK DI INDUSTRI KECIL SANDAL TERHADAP PENDAPATAN RUMAHTANGGA DAN KESEJAHTERAAN DIRINYA i PERANAN PEKERJA ANAK DI INDUSTRI KECIL SANDAL TERHADAP PENDAPATAN RUMAHTANGGA DAN KESEJAHTERAAN DIRINYA (Kasus: Desa Parakan, Kecamatan Ciomas, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat) Oleh : ANNISA AVIANTI

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Komunikasi adalah prasyarat kehidupan manusia. Karena tanpa

BAB 1 PENDAHULUAN. Komunikasi adalah prasyarat kehidupan manusia. Karena tanpa 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Komunikasi adalah prasyarat kehidupan manusia. Karena tanpa komunikasi, interaksi antar umat manusia, baik secara perorangan, kelompok ataupun organisasi

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS HUBUNGAN MOTIVASI DENGAN PERILAKU MENONTON. Kurt Lewin dalam Azwar (1998) merumuskan suatu model perilaku yang

BAB V ANALISIS HUBUNGAN MOTIVASI DENGAN PERILAKU MENONTON. Kurt Lewin dalam Azwar (1998) merumuskan suatu model perilaku yang BAB V ANALISIS HUBUNGAN MOTIVASI DENGAN PERILAKU MENONTON Motivasi menonton menurut McQuail ada empat jenis, yaitu motivasi informasi, identitas pribadi, integrasi dan interaksi sosial, dan motivasi hiburan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perkembangan teknologi dewasa ini telah memunculkan suatu

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perkembangan teknologi dewasa ini telah memunculkan suatu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan teknologi dewasa ini telah memunculkan suatu perubahan dalam kehidupan sosial, budaya dan gaya hidup yang di sebabkan dari media massa baik media massa

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Komunikasi dapat dipahami sebagai proses penyampaian pesan, ide, atau informasi kepada orang lain dengan menggunakan sarana-sarana tertentu guna untuk mempengaruhi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Informasi sudah menjadi kebutuhan setiap manusia untuk mencapai suatu tujuan.

BAB I PENDAHULUAN. Informasi sudah menjadi kebutuhan setiap manusia untuk mencapai suatu tujuan. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Informasi sudah menjadi kebutuhan setiap manusia untuk mencapai suatu tujuan. Karena melalui informasi, manusia dapat mengetahui peristiwa yang sedang dan telah terjadi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. sebagai penerima siaran gambar bergerak beserta suara, baik itu

BAB 1 PENDAHULUAN. sebagai penerima siaran gambar bergerak beserta suara, baik itu BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Televisi adalah sebuah media komunikasi yang terkenal dan berfungsi sebagai penerima siaran gambar bergerak beserta suara, baik itu yang monokrom (hitam-putih)

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. berkembang sangat pesat. Apalagi banyak masyarakat yang membutuhkan teknologi itu

BAB 1 PENDAHULUAN. berkembang sangat pesat. Apalagi banyak masyarakat yang membutuhkan teknologi itu BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Seiring dengan perkembangan jaman saat ini, teknologi sekarang ini semakin berkembang sangat pesat. Apalagi banyak masyarakat yang membutuhkan teknologi itu sendiri

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Di era globalisai ini, media merupakan suatu alat yang tidak pernah lepas dari

BAB 1 PENDAHULUAN. Di era globalisai ini, media merupakan suatu alat yang tidak pernah lepas dari BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di era globalisai ini, media merupakan suatu alat yang tidak pernah lepas dari kehidupan manusia. Kebutuhan akan informasi dan hiburan secara instan menjadi salah satu

Lebih terperinci

KUESIONER SURVEI PERILAKU MENONTON DAN PERSEPSI KHALAYAK TERHADAP PROGRAM JELAJAH DI TRANS TV. : (diisi oleh peneliti)

KUESIONER SURVEI PERILAKU MENONTON DAN PERSEPSI KHALAYAK TERHADAP PROGRAM JELAJAH DI TRANS TV. : (diisi oleh peneliti) KUESIONER SURVEI PERILAKU MENONTON DAN PERSEPSI KHALAYAK TERHADAP PROGRAM JELAJAH DI TRANS TV Peneliti bernama Ruth Elisabeth Silitonga, merupakan mahasiswi Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. televisi sebagai audio visual menjadikan pemirsa mampu menyaksikan

BAB I PENDAHULUAN. televisi sebagai audio visual menjadikan pemirsa mampu menyaksikan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di era globalisasi ini dengan semakin canggihnya perkembangan teknologi informasi salah satunya televisi sebagai audio visual yang memanjakan pemirsa dengan berbagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kehadiran media massa sangat membantu masyarakat dalam memperoleh

BAB I PENDAHULUAN. Kehadiran media massa sangat membantu masyarakat dalam memperoleh BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kehadiran media massa sangat membantu masyarakat dalam memperoleh informasi-informasi yang dibutuhkan, sehingga media massa memiliki peran penting bagi masyarakat terutama

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Secara harafiah televisi berasal dari kata tele (jauh) dan vision (pandangan), yang dapat diartikan sebagai melihat sesuatu dari jarak jauh. Televisi adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring dengan perkembangan zaman, komunikasi berkembang semakin pesat dan menjadi sedemikian penting. Hal tersebut mendorong terciptanya media media yang menjadi alat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. kehidupan masyarakat sekarang ini. Hampir di setiap daerah di Indonesia televisi

I. PENDAHULUAN. kehidupan masyarakat sekarang ini. Hampir di setiap daerah di Indonesia televisi I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Televisi merupakan media komunikasi massa yang sangat dekat dengan kehidupan masyarakat sekarang ini. Hampir di setiap daerah di Indonesia televisi menjadi primadona

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Memasuki era perkembangan teknologi, media massa mempunyai peran

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Memasuki era perkembangan teknologi, media massa mempunyai peran BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Memasuki era perkembangan teknologi, media massa mempunyai peran penting pada khalayak untuk membentuk persepsi di dalam lingkungan masyarakat. Seiring dengan berjalannya

Lebih terperinci

INTENSITAS SIARAN TV DENGAN TINGKAT PENGETAHUAN ANAK

INTENSITAS SIARAN TV DENGAN TINGKAT PENGETAHUAN ANAK INTENSITAS SIARAN TV DENGAN TINGKAT PENGETAHUAN ANAK (Studi Kolerasi antara Intensitas Menonton Acara Laptop Si Unyil di Trans7 terhadap Tingkat Pengetahuan Umum dan Teknologi di Kalangan Siswa-Siswi Kelas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Televisi saat ini adalah sarana elektronik yang paling digemari dan dicari

BAB I PENDAHULUAN. Televisi saat ini adalah sarana elektronik yang paling digemari dan dicari BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Televisi saat ini adalah sarana elektronik yang paling digemari dan dicari orang. Untuk mendapatkan televisi tidak lagi sesusah zaman dahulu dimana perangkat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Televisi atau yang sering disebut TV merupakan salah satu media massa yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Televisi atau yang sering disebut TV merupakan salah satu media massa yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Televisi atau yang sering disebut TV merupakan salah satu media massa yang sangat berpengaruh bagi manusia. Kata televisi adalah serapan dari bahasa Inggris yaitu Television.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Teknologi sudah merasuk dan telah menjadi komponen yang financial di

BAB I PENDAHULUAN. Teknologi sudah merasuk dan telah menjadi komponen yang financial di BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Teknologi sudah merasuk dan telah menjadi komponen yang financial di dalam kehidupan manusia. Perkembangan teknologi pun sangat berpengaruh terhadap kebiasaan manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Komunikasi merupakan proses penyampaian pesan atau informasi oleh

BAB I PENDAHULUAN. Komunikasi merupakan proses penyampaian pesan atau informasi oleh BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Komunikasi merupakan proses penyampaian pesan atau informasi oleh komunikator kepada komunikan, dengan perantara media sebagai alat yang menjembatani untuk sampainya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lain (non media). Ketika sumber dari non media tidak dapat memuaskan. kebutuhan kita, maka kita mencarinya dari media massa.

BAB I PENDAHULUAN. lain (non media). Ketika sumber dari non media tidak dapat memuaskan. kebutuhan kita, maka kita mencarinya dari media massa. BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masyarakat pada era teknologi ini benar-benar merasakan bahwa mereka tidak dapat hidup tanpa adanya interaksi terhadap lingkungan dan media massa. Ada berbagai kebutuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perkembangan teknologi komunikasi dan informasi telah mendukung

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perkembangan teknologi komunikasi dan informasi telah mendukung BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan teknologi komunikasi dan informasi telah mendukung percepatan penyampaian pesan kepada khalayak. Dapat dikatakan pesan yang dikirim melalui transmisi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kepada penerima dengan niat yang disadari untuk mempengaruhi perilaku

BAB I PENDAHULUAN. kepada penerima dengan niat yang disadari untuk mempengaruhi perilaku 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Komunikasi bisa terjadi ketika suatu sumber menyampaikan suatu pesan kepada penerima dengan niat yang disadari untuk mempengaruhi perilaku penerima. Harold

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. membuat setiap orang melakukan berbagai bentuk komunikasi, seperti

BAB I PENDAHULUAN. membuat setiap orang melakukan berbagai bentuk komunikasi, seperti BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Setiap individu berusaha untuk mengenal dan mencari jati dirinya, mengetahui tentang orang lain, dan mengenal dunia luar atau selalu mencari tahu mengenai

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyiaran merupajan sebuah proses untuk menyampaikan siaran yang di

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyiaran merupajan sebuah proses untuk menyampaikan siaran yang di BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyiaran merupajan sebuah proses untuk menyampaikan siaran yang di awali dengan penyiapan materi atau konsep, lalu proses produksi atau pengambilan gambar dan juga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan adanya media massa masyarakat pun bisa dapat terpuaskan.

BAB I PENDAHULUAN. dengan adanya media massa masyarakat pun bisa dapat terpuaskan. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dalam komunikasi, tentu kita mengenal tentang komunikasi massa. Dalam hal ini faktor keserempakan merupakan ciri utama dalam komunikasi massa. Adapun hal

Lebih terperinci

BAB V TERPAAN TAYANGAN JIKA AKU MENJADI DAN FAKTOR- FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA

BAB V TERPAAN TAYANGAN JIKA AKU MENJADI DAN FAKTOR- FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA 62 BAB V TERPAAN TAYANGAN JIKA AKU MENJADI DAN FAKTOR- FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA 5.1 Terpaan Tayangan Jika Aku Menjadi Berdasarkan hasil full enumeration survey, diketahui sebanyak 113 (49,6 persen)

Lebih terperinci

HUBUNGAN KARAKTERISTIK INDIVIDU DENGAN SIKAP KARYAWAN DALAM USAHA PETERNAKAN SAPI PERAH

HUBUNGAN KARAKTERISTIK INDIVIDU DENGAN SIKAP KARYAWAN DALAM USAHA PETERNAKAN SAPI PERAH HUBUNGAN KARAKTERISTIK INDIVIDU DENGAN SIKAP KARYAWAN DALAM USAHA PETERNAKAN SAPI PERAH (Kasus Perusahaan Peternakan Rian Puspita Jaya Jakarta Selatan) SKRIPSI EVA SUSANTI PROGRAM STUDI SOSIAL EKONOMI

Lebih terperinci