BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
|
|
- Suhendra Tan
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian Eksperimen dilakukan untuk memperoleh hasil penelitian yang dilakukan dalam skripsi ini. Eksperimen yang dilakukan mengenai proses rekonstruksi citra 2D menjadi citra 3D dimana dengan implemantasi ini diperoleh data-data yang spesifik. Pada saat melakukan eksperimen, diperlukan 2 citra yang berkorespondensi, yakni gambar yang diambil oleh kamera kiri dan kamera kanan yang diperoleh dengan memfoto objek yang akan digunakan sebagai objek eksperimen. Setelah 2 citra stereo dimasukkan kemudian akan diproses dengan mencari titik korespondensi. Berikut ini adalah menentukan satu titik pada citra kiri dan titik tersebut merupakan titik yang berkorespondensi pada citra kanan Eksperimen dengan Objek Bola Pada eksperimen ini, kami menggunakan objek bola yang diletakkan di atas lantai dan bersandar pada dinding. Pengambilan citra dilakukan sebanyak 2 kali dengan menggunakan sebuah kamera yang mempunyai fokus 3,8. Citra pertama diambil sebagai citra kiri, lalu kamera digeser sebanyak 2 cm ke kanan dari tempat sebelumnya, untuk memperoleh citra kanan. 54
2 55 Gambar 4.1 Citra kiri dan Cita kanan Pada saat memasukan citra stereo ke dalam program, secara otomatis program akan langsung melakukang grayscaling, untuk mempermudah melakukan proses selanjutnya dalam warna grayscale.
3 56 Gambar 4.2 Pencarian titik korespondensi Dari gambar tersebut diketahui nilai dari gambar kiri yang memiliki nilai x = 81 dan nilai y = 79 dimana nilai tersebut berkorespondensi pada gambar kanan yang memiliki nilai x = 99 dan nilai y = 79. Dari nilai tersebut diketahui bahwa gambar kiri dan gambar kanan dalam posisi sejajar dimana posisi x mengalami pergeseran sedangkan posisi y tetap dalam kondisi sejajar. Dari hasil korespondensi tersebut didapatkan nilai disparity pada posisi tersebut yang dihitung menggunakan SSD (sum of squared difference) dengan
4 tanda x yang nilai disparity = 18 dan jika dihitung dengan Cross-Correlations dengan tanda x yang nilai disparity = Setelah menentukan 8 titik yang berkorespondensi diperoleh nilai disparity, dan depth (z). Nilai-nilai tersebut akan digunakan sebagai nilai untuk pembentuk fundamental matrix untuk membentuk epipolar line. Jenis Objek Nilai Disparity Nilai Depth (z) cm cm cm Bola cm cm cm cm cm Tabel 4.1 Nilai Disparity dan Depth dengan Objek Bola Jenis Objek Bola Nilai Fundamental Matrix (F) Nilai Corrected Fundamental Matrix (FP) Tabel 4.2 Nilai Fundamental Matrix dan Corrected Fundamental Matrix Matrix F merupakan fundamental matrix, sedangkan Fp merupakan corrected fundamental matrix. Dimana Fp sebagai matrix yang mengkoreksi
5 58 matrix F, dan jika hasil antara F dan Fp berdekatan atau sama, maka data tersebut valid. Manfaat dari pembentukan epipolar line sebagai cara untuk memudanapahkan memperoleh disparity map. Gambar 4.3 Epipole Line Terlihat epipole line yang terbentuk lurus dan sejajar dengan titik-titik pada citra kiri, hal ini berarti tidak ada rektifikasi pada pengambilan citra dengan kamera. Epipole line akan digunakan untuk memperoleh disparity map sehingga dapat diketahui kedalamaan suatu objek.
6 59 Gambar 4.4 Disparity Map Pada Gambar 4.4 terlihat disparity map dari kedua objek bola tersebut dimana, hasil disparity yang diperoleh tidak begitu jelas karena adanya pemantulan cahaya pada lantai dan dinding, maka dari itu perlu diperjelas dengan melakukan grayscale pada kedua citra agar hasil yang diperoleh lebih baik. Dari hasil disparity tersebut maka diketahui kedalaman suatu objek, yang mana pada gambar telihat warna putih pada objek bola yang berarti bola tersebut dekat dengan lensa kamera dibandingkan dinding yang berwarna abu-abu dan lantai yang berwarna hitam. Untuk menggambakan plot 3D dengan objek bola, kami melakukan interpolasi objek yang tampak, dimana dengan menggunakan rumus interpolasi bola: x = r cos 2 π (u) y = r sin 2 π (u) cos 2 π (v)
7 60 z = r sin 2 π (u) sin 2 π (v) keterangan : u = - π sampai π v = - π/2 sampai π/2 Gambar 4.5 Plot 3D Gambar 4.5 merupakan hasil plot 3D dari objek bola, di mana terdapat informasi nilai horisontal (x), vertikal (y), dan kedalaman objek (z). Hasil plot 3D tersebut masih tidak terlalu menyerupai bentuk objek aslinya yaitu bola. Terlihat hanya bagian permukaan objek yang tertangkap kamera, yang dapat
8 61 digambarkan model 3D sedangkan bagian yang tidak tertangkap kamera tidak dapat digambarkan model 3D-nya. Ini disebabkan oleh masalah pada saat pencarian titik korespodensi yaitu oclusions, dan projective distortion Eksperimen dengan Objek Silinder Pada eksperimen ini, kami menggunakan objek silinder yang diletakkan di atas lantai dan bersandar pada dinding. Pengambilan gambar dilakukan sebanyak 2 kali dengan menggunakan sebuah kamera yang mempunyai fokus 3,8. Gambar pertama diambil sebagai gambar kiri, lalu kamera digeser sebanyak 2 cm ke kanan dari tempat sebelumnya, untuk memperoleh gambar kanan. Gambar 4.6 Citra Kiri dan Kanan
9 62 Gambar 4.7 Penentuan titik korespondensi Dari gambar tersebut diketahui nilai dari gambar kiri yang memiliki nilai x = 50 dan nilai y = 81 dimana nilai tersebut berkorespondensi pada gambar kanan yang memiliki nilai x = 72 dan nilai y = 81. Dari nilai tersebut diketahui bahwa gambar kiri dan gambar kanan dalam posisi sejajar dimana posisi x mengalami pergeseran sedangkan posisi y tetap dalam kondisi sejajar. Dari hasil korespondensi tersebut didapatkan nilai disparity pada posisi tersebut yang dihitung menggunakan SSD (sum of squared difference) dengan
10 tanda x yang nilai disparity = 22 dan jika dihitung dengan Cross-Correlations dengan tanda x yang nilai disparity = Dalam kasus ini antara nilai SSD dan Cross-Correlations memiliki nilai yang berbeda karena rumus disparity SSD dan Cross-Correlations berbeda dan juga ketepatan ukuran pada saat pengambilan citra sangat mempengaruhi nilai disparity yang ditemukan dimana dalam kasus ini, berarti titik korespondensi tersebut tidak begitu tepat akan tetapi disparity yang akan digunakan menggunakan SSD karena dinilai lebih akurat dan tidak akan terjadi bias jika ada daerah atau wilayah yang sangat kecil dan sangat besar nilai intensitasnya. Nilai Nilai Depth Disparity (z) cm cm cm cm cm cm cm cm Tabel 4.3 Nilai Disparity dan Depth Jenis Objek Silinder Nilai Fundamental Matrix (F) Nilai Corrected Fundamental Matrix(FP) Tabel 4.4 Nilai Fundamental Matrix dan Corrected Fundamental Matrix
11 64 Gambar 4.8 Epipole Line Ini adalah hasil dari epipole line yang terbentuk garis-garis lurus yang sejajar, hal menunjukan bahwa pada saat pengambilan citra digunakan kamera yang rektrifikasinya sejajar atau tegak lurus dengan objek yang akan difoto.
12 65 Gambar 4.9 Disparity Map Disparity yang diperoleh dari citra silinder tersebut tidak begitu jelas karena terdapat noise dari latar dinding dan lantai yang memantulkan cahaya, sehingga diperoleh disparity map yang tidak begitu jelas. Untuk menggambakan plot 3D dengan objek silinder, kami melakukan interpolasi secara keseluruhan bagian objek, dimana dengan menggunakan rumus interpolasi silinder: x = r cos 2π (u) y = v z = r sin 2π (u) Keterangan : u = - π sampai π v = ketinggian silinder
13 66 Gambar 4.10 Plot 3D Gambar 4.10 merupakan hasil plot 3D dari objek silinder. Hasil plot 3D tersebut masih tidak menyerupai bentuk objek aslinya. Terlihat bahwa model 3D. Ini juga disebabkan oleh permasalahan pada saat pencarian titik korespodensi yaitu oclusions, noise, dan projective distortion. 4.2 Pembahasan Setelah melakukan beberapa eksperimen dengan menggunakan objek-objek yang berbeda diperoleh beberapa hal antara lain korespondensi, disparity, depth, epipole line,
14 67 dan plot 3D. Dari data-data tersebut kami menemukan beberapa hal yang perlu dianalisa lebih lanjut. Dimana hal-hal tersebut yaitu nilai kedalaman objek. Adanya nilai-nilai yang valid dan tidak valid dari hasil perbandingan antara pengukuran kedalaman dengan penggaris dan pengukuran yang dilakukan oleh program Pembahasan Eksperimen dengan Objek Bola Hasil yang diperoleh dari eksperimen tersebut adalah sebagai berikut: Gambar 4.11 Titik-titik yang diukur kedalamannya Gambar 4.11 menunjukan titik-titik dari objek yang akan diukur kedalamannya. Kedalaman tiap titik akan dibandingkan satu sama lain.
15 68 Tabel 4.5 Tabel perbandingan jari-jari bola Jenis Objek Bola Jari-jari sebenarnya r = 2 cm Titik Perhitungan Nilai depth Jari-jari dari (z) nilai depth Selisih Akurasi X 1 (pusat) cm _ X 2 (atas) cm cm cm 0% X 3 (kiri) cm cm cm % X 4 (kanan) cm cm cm % X 5 (bawah) cm cm cm 68.54% Tabel diatas merupakan perbandingan antara jari-jari bola sebenarnya dengan jari-jari bola yang diperoleh dari perhitungan kedalaman objek dengan nilai X 1 sebagai pusat dan juga sebagai nilai pengurang dalam memperoleh jarijari yang ditentukan dari depth yang didapatkan oleh program. Dari tabel tersebut didapatkan hasil bahwa hanya titik X 2 yang mempunyai panjang jari-jari yang terjauh dengan titik pembanding X 1 karena dengan metode SSD yang dipengaruhi brightness maka dari itu X 2 bernilai tidak valid karena nilai brightness lebih tinggi. Sedangkan untuk titik X 3 dan X 4 panjang jari-jarinya sama karena pada tingkat tersebut nilai brightness sama, dan titik X 5 berbeda tetapi mendekati nilai X 1 sehingga juga tidak terlalu valid dibandingkan X 3 dan X 4. Perbedaan selisih nilai-nilai tersebut juga dipengarhi oleh pengkalibrasian kamera, dimana ada sedikit perbedaan karena adanya penyekalaan yang dilakukan kamera terhadap objek yang difoto sehingga, nilai tidak terlalu tepat.
16 Akurasi terbaik dari nilai kedalaman objek bola yang diperoleh dari eksperimen ini adalah % 69 Hal ini disebabkan oleh perbedaan nilai kedalaman karena pada saat pencarian titik-titk korespodensi, titik pada citra kiri tidak sesuai dengan titiktitik dalam citra kanan Pembahasan Eksperimen dengan Objek Silinder Hasil yang diperoleh dari eksperimen tersebut adalah sebagai berikut: Gambar 4.12 Titik-titik yang diukur kedalamannya Gambar 4.12 menunjukan titik-titik mana dari objek yang akan diukur kedalamannya. Kedalaman tiap titik akan dibandingkan satu sama lain.
17 70 Tabel 4.6 Tabel perbandingan jari-jari silinder Jenis Objek Silinder Jari-jari dan Tinggi sebenarnya r = 2.5 cm t = 4 cm Titik Perhitungan Jarijari dari nilai Nilai depth (z) depth Selisih X 1 (pusat) cm X 2 (kanan) cm cm cm X 3 (kiri) cm cm cm Tabel diatas merupakan perbandingan antara jari-jari silinder sebenarnya dengan jari-jari silinder yang diperoleh dari perhitungan kedalaman objek dengan nilai X 1 sebagai pusat dan juga sebagai nilai pengurang dalam memperoleh jarijari yang ditentukan dari depth yang didapatkan oleh program. Dari tabel tersebut didapatkan hasil bahwa hanya titik X 2 yang mempunyai panjang jari-jari yang hampir sama dengan titik pembanding X 1. Sedangkan untuk titik X 3 panjang jari-jarinya berbeda jauh. Hal ini disebabkan oleh perbedaan nilai kedalaman karena pada saat pencarian titik-titk korespodensi, titik pada satu citra tidak sesuai dengan titik-titik dalam citra kanan yang dikarenakan adanya kalibrasi kamera. Akurasi terbaik dari nilai kedalaman objek silinder yang diperoleh dari eksperimen ini adalah %
BAB III PROSEDUR DAN METODOLOGI
BAB III PROSEDUR DAN METODOLOGI 3.1 Analisis Masalah Dewasa ini keberadaan robot sebagai mesin yang menggantikan manusia dalam melakukan berbagai pekerjaan semakin diperlukan. Oleh karena itu robot dituntut
Lebih terperinciBAB 4 HASIL DAN BAHASAN. Percobaan dilakukan dengan menggunakan dua buah objek berbeda, seperti
BAB 4 HASIL DAN BAHASAN 4.1 Kerangka Percobaan Percobaan dilakukan dengan menggunakan dua buah objek berbeda, seperti yang telah dijelaskan pada bab 3. Berikut ini adalah kerangka dari percobaan yang dilakukan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. robotika dan otomatisasi dalam kehidupan manusia seiring dengan meningkatnya dunia
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan dunia robot dewasa ini menunjukkan betapa besar peran bidang robotika dan otomatisasi dalam kehidupan manusia seiring dengan meningkatnya dunia teknologi
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Citra Suatu citra didefinisikan sebagai fungsi kontinu dari intensitas cahaya dalam bidang 2 dimensi, dan dinyatakan dengan f(x,y), dimana nilai atau amplitudo dari f menyatakan
Lebih terperinciBAB IV UJI PENENTUAN POSISI TIGA DIMENSI BUAH JERUK LEMON PADA TANAMANNYA
BAB IV UJI PENENTUAN POSISI TIGA DIMENSI BUAH JERUK LEMON PADA TANAMANNYA A. Pendahuluan Latar belakang Robot selain diterapkan untuk dunia industri dapat juga diterapkan untuk dunia pertanian. Studi yang
Lebih terperinciBAB 3 METODE PERANCANGAN. 3.1 Evaluasi Metode dan Algoritma Stereo Vision. Evaluasi terhadap beberapa metode dan algoritma yang ada untuk memperoleh
BAB 3 METODE PERANCANGAN 3.1 Evaluasi Metode dan Algoritma Stereo Vision Evaluasi terhadap beberapa metode dan algoritma yang ada untuk memperoleh informasi kedalaman berdasarkan stereo vision. 3.1.1 Metode
Lebih terperinciBAB III KALIBRASI DAN VALIDASI SENSOR KAMERA UNTUK PENGEMBANGAN RUMUS POSISI TIGA DIMENSI OBYEK
BAB III KALIBRASI DAN VALIDASI SENSOR KAMERA UNTUK PENGEMBANGAN RUMUS POSISI TIGA DIMENSI OBYEK A. Pendahuluan Latar Belakang Perhitungan posisi tiga dimensi sebuah obyek menggunakan citra stereo telah
Lebih terperinciBab IV. Pengujian dan Analisis
Bab IV. Pengujian dan Analisis IV.1. Jangkauan Telemetri dan Kalibrasi Kamera a. Jangkauan Telemetri Pengukuran jangkauan telemetri di ruang terbuka dilakukan dengan menempatkan pemancar RF di jendela
Lebih terperinciOleh: Riza Prasetya Wicaksana
Oleh: Riza Prasetya Wicaksana 2209 105 042 Pembimbing I : Dr. I Ketut Eddy Purnama, ST., MT. NIP. 196907301995121001 Pembimbing II : Muhtadin, ST., MT. NIP. 198106092009121003 Latar belakang Banyaknya
Lebih terperinciSwakalibrasi Kamera Menggunakan Matriks Fundamental
Swakalibrasi Kamera Menggunakan Matriks Fundamental Eza Rahmanita, Eko Mulyanto 2, Moch. Hariadi 3 Program Studi Teknik Informatika, Universitas Trunojoyo Madura Jl. Raya Telang Po Bo 2 Kamal, Bangkalan
Lebih terperinciJawaban Soal OSK FISIKA 2014
Jawaban Soal OSK FISIKA 4. Sebuah benda bergerak sepanjang sumbu x dimana posisinya sebagai fungsi dari waktu dapat dinyatakan dengan kurva seperti terlihat pada gambar samping (x dalam meter dan t dalam
Lebih terperincibiasanya dialami benda yang tidak tembus cahaya, sedangkan pembiasan terjadi pada benda yang transparan atau tembus cahaya. garis normal sinar bias
7.3 Cahaya Cahaya, apakah kamu tahu apa itu cahaya? Mengapa dengan adanya cahaya kita dapat melihat lingkungan sekitar kita? Cahaya Matahari yang begitu terang dapat membentuk pelangi setelah hujan berlalu?
Lebih terperinciBAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI. menggunakan serial port (baudrate 4800bps, COM1). Menggunakan Sistem Operasi Windows XP.
BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI Bab ini menjelaskan tentang hasil penelitian yang berupa spesifikasi sistem, prosedur operasional penggunaan program, dan analisa sistem yang telah dibuat. 4.1 Spesifikasi
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI Pada bab ini akan dibahas teori yang berkaitan dengan pemrosesan data untuk sistem pendeteksi senyum pada skripsi ini, meliputi metode Viola Jones, konversi citra RGB ke grayscale,
Lebih terperinciPEMBUATAN APLIKASI STEREOGRAM GENERATOR
PEMBUATAN APLIKASI STEREOGRAM GENERATOR Rudy Adipranata 1, Danny Raharja, Cherry Galatia Ballangan 2 Jurusan Teknik Informatika, Fakultas Teknologi Industri, Universitas Kristen Petra Jl. Siwalankerto
Lebih terperinciPEMBUATAN APLIKASI STEREOGRAM GENERATOR
PEMBUATAN APLIKASI STEREOGRAM GENERATOR Rudy Adipranata 1, Cherry Galatia Ballangan 2, Danny Raharja Jurusan Teknik Informatika, Fakultas Teknologi Industri, Universitas Kristen Petra Jl. Siwalankerto
Lebih terperinciRancang Bangun Sistem Pengukuran Posisi Target dengan Kamera Stereo untuk Pengarah Senjata Otomatis
A216 Rancang Bangun Sistem Pengukuran Posisi Target dengan Kamera Stereo untuk Pengarah Senjata Otomatis Anas Maulidi Utama, Djoko Purwanto, dan Ronny Mardiyanto Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknologi
Lebih terperinciBAB III PERANCANGAN SISTEM. Pada dewasa sekarang ini sangat banyak terdapat sistem dimana sistem tersebut
BAB III PERANCANGAN SISTEM 3.1 Definisi Masalah Pada dewasa sekarang ini sangat banyak terdapat sistem dimana sistem tersebut sudah terintegrasi dengan komputer, dengan terintegrasinya sistem tersebut
Lebih terperinciRancang Bangun Sistem Pengujian Distorsi Menggunakan Concentric Circle Method Pada Kaca Spion Kendaraan Bermotor Kategori L3 Berbasis Edge Detection
JURNAL TEKNIK POMITS Vol., No., (22) -6 Rancang Bangun Sistem Pengujian Distorsi Menggunakan Concentric Circle Method Pada Kaca Spion Kendaraan Bermotor Kategori L3 Berbasis Edge Detection Muji Tri Nurismu
Lebih terperinciPokok Bahasan PENDAHULUAN PERANCANGAN SISTEM HASIL PENGUJIAN PENUTUP
Pokok Bahasan PENDAHULUAN PERANCANGAN SISTEM HASIL PENGUJIAN PENUTUP PENDAHULUAN 1. Sistem navigasi robot banyak dipakai dimanfaatkan untuk berbagai kebutuhan misalnya untuk membantu departemen pemadam
Lebih terperincig. Lensa Cembung Jadi kalau pada cermin pembahasan hanya pada pemantulan maka pada lensa pembahasan hanya pada pembiasan
g. Lensa Cembung Lensa adalah benda bening yang dibatasi oleh bidang lengkung. Pada pembahasan lensa dianggap tipis sehingga dapat diabaikan apa yang terjadi dengan sinar didalam lensa dan pembahasan hanya
Lebih terperinciCOMPUTER VISION UNTUK PENGHITUNGAN JARAK OBYEK TERHADAP KAMERA
Seminar Nasional Teknologi Terapan SNTT 2013 (26/10/2013) COMPUTER VISION UNTUK PENGHITUNGAN JARAK OBYEK TERHADAP KAMERA Isnan Nur Rifai *1 Budi Sumanto *2 Program Diploma Elektronika & Instrumentasi Sekolah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Proses pencocokan citra dilakukan dengan mengidentifikasi dan mengukur pasangan titiktitik sekawan antara citra satu dengan citra lainnya untuk objek yang sama pada
Lebih terperinciDinamika Rotasi, Statika dan Titik Berat 1 MOMEN GAYA DAN MOMEN INERSIA
Dinamika Rotasi, Statika dan Titik Berat 1 MOMEN GAYA DAN MOMEN INERSIA Dalam gerak translasi gaya dikaitkan dengan percepatan linier benda, dalam gerak rotasi besaran yang dikaitkan dengan percepatan
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. Penelitian ini mulai dilaksanakan pada bulan November 2013 s/d Mei 2014.
22 III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini mulai dilaksanakan pada bulan November 2013 s/d Mei 2014. Pembuatan dan pengambilan data dilaksanakan di Laboratorium Eksperimen
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis / Rancangan Penelitian dan Metode Pendekatan Jenis penelitian ini adalah observasional dengan menggunakan pendekatan cross sectional atau studi belah lintang dimana variabel
Lebih terperinciBAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI. Spesifikasi minimum dari perangkat keras yang diperlukan agar dapat. Graphic Card dengan memory minimum 64 mb
BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI 4.1 Spesifikasi Driver 4.1.1 Spesifikasi Perangkat Keras Spesifikasi minimum dari perangkat keras yang diperlukan agar dapat menjalankan driver ini adalah: Prosesor Pentium
Lebih terperinciBAB V PEMBAHASAN UMUM
BAB V PEMBAHASAN UMUM Penelitian ini pada prinsipnya bertujuan untuk menghasilkan sebuah metode dan algoritma yang dapat digunakan untuk menentukan posisi tiga dimensi dari obyek pertanian, yaitu jeruk
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI Pada bab ini akan dibahas teori yang berkaitan dengan sistem pendeteksi orang tergeletak mulai dari : pembentukan citra digital, background subtraction, binerisasi, median filtering,
Lebih terperinciKUMPULAN SOAL UJIAN NASIONAL DAN SPMB
. Cahaya adalah gelombang elektromagnetik yang mempunyai sifatsifat. ) merupakan gelombang medan listrik dan medan magnetik ) merupakan gelombang longitudinal ) dapat dipolarisasikan ) rambatannya memerlukan
Lebih terperinciBAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA SISTEM
57 BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA SISTEM 4.1 Spesifikasi Hasil Penelitian a. Sumber daya robot vision disupply oleh baterai Lipo 12 v 3s. b. robot vision mampu mengolah dan mengidentifikasi objek berwarna
Lebih terperinciLampiran I. Soal. 2. Gambarkan garis normal apabila diketahui sinar datangnya! 3. Gambarkan garis normal apabila diketahui sinar datangnya!
LAMPIRAN Tahap I : Menggambarkan garis normal dari bidang batas yang datar No. Soal No. Soal 1. Gambarkan garis normal apabila diketahui sinar datangnya! 2. Gambarkan garis normal apabila diketahui sinar
Lebih terperinciSoal dan Solusi Materi Elektrostatika
P Soal dan Solusi Materi Elektrostatika 1. Tentukan medan listrik pada jarak z di atas salah satu ujung kawat sepanjang L yang membawa muatan berdistribusi seragam dengan rapat muatan, seperti gambar berikut
Lebih terperinciDINAMIKA PARTIKEL KEGIATAN BELAJAR 1. Hukum I Newton. A. Gaya Mempengaruhi Gerak Benda
KEGIATAN BELAJAR 1 Hukum I Newton A. Gaya Mempengaruhi Gerak Benda DINAMIKA PARTIKEL Mungkin Anda pernah mendorong mobil mainan yang diam, jika dorongan Anda lemah mungkin mobil mainan belum bergerak,
Lebih terperinciBAB III PENGOLAHAN DATA
BAB III PENGOLAHAN DATA 3.1. Data Sumber data dalam penelitian ini adalah berupa foto dijital berwarna ITB2-05.bmp dan ITB2-06.bmp yang diambil dengan kamera small format Nikon Colpix dengan resolusi 24
Lebih terperinciPENENTUAN JARAK OBJEK DARI KAMERA DENGAN MENGGUNAKAN STEREO VISION PADA MOBILE PHONE
PENENTUAN JARAK OBJEK DARI KAMERA DENGAN MENGGUNAKAN STEREO VISION PADA MOBILE PHONE ABSTRAK Perkembangan teknologi pada telepon seluler mulai bergeser dari awal yang hanya sekedar sebagai alat komunikasi,
Lebih terperinciBAB III PERANCANGAN SISTEM
BAB III PERANCANGAN SISTEM Pada BAB ini, penulis ingin membahas mengenai perencanaan dan implementasi dari Aplikasi tersebut, antara lain Flowchart dari sistem tersebut dan struktur data yang terdapat
Lebih terperinciBAB 4 HASIL DAN ANALISA
BAB 4 HASIL DAN ANALISA 4. Analisa Hasil Pengukuran Profil Permukaan Penelitian dilakukan terhadap (sepuluh) sampel uji berdiameter mm, panjang mm dan daerah yang dibubut sepanjang 5 mm. Parameter pemesinan
Lebih terperinciPERANCANGAN DAN PEMBUATAN APLIKASI UNTUK MENDESAIN KARTU UCAPAN
PERANCANGAN DAN PEMBUATAN APLIKASI UNTUK MENDESAIN KARTU UCAPAN Rudy Adipranata 1, Liliana 2, Gunawan Iteh Fakultas Teknologi Industri, Jurusan Teknik Informatika, Universitas Kristen Petra Jl. Siwalankerto
Lebih terperinciBAB 3 PERANCANGAN SISTEM. Perancangan sistem dimulai dari penempatan posisi kamera dengan posisi yang
23 BAB 3 PERANCANGAN SISTEM 3.1 Deskripsi Sistem Perancangan sistem dimulai dari penempatan posisi kamera dengan posisi yang sesuai kemudian dihubungkan dengan komputer yang akan mengolah gambar seperti
Lebih terperinciSOAL SELEKSI OLIMPIADE SAINS TINGKAT KABUPATEN/KOTA 2014 CALON TIM OLIMPIADE FISIKA INDONESIA 2015
HAK CIPTA DILINDUNGI UNDANG-UNDANG SOAL SELEKSI OLIMPIADE SAINS TINGKAT KABUPATEN/KOTA 2014 CALON TIM OLIMPIADE FISIKA INDONESIA 2015 Bidang Fisika Waktu : 180 menit KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
Lebih terperinciPembahasan SNMPTN 2011 Matematika IPA Kode 576
Pembahasan SNMPTN 011 Matematika IPA Kode 576 Oleh Tutur Widodo Juni 011 1. Diketahui vektor u = (a,, 1) dan v = (a, a, 1). Jika vektor u tegak lurus pada v, maka nilai a adalah... a. 1 b. 0 c. 1 d. e.
Lebih terperinciB.1. Menjumlah Beberapa Gaya Sebidang Dengan Cara Grafis
BAB II RESULTAN (JUMLAH) DAN URAIAN GAYA A. Pendahuluan Pada bab ini, anda akan mempelajari bagaimana kita bekerja dengan besaran vektor. Kita dapat menjumlah dua vektor atau lebih dengan beberapa cara,
Lebih terperinci1. a) Kesetimbangan silinder m: sejajar bidang miring. katrol licin. T f mg sin =0, (1) tegak lurus bidang miring. N mg cos =0, (13) lantai kasar
1. a) Kesetimbangan silinder m: sejajar bidang miring katrol licin T f mg sin =0, (1) tegak lurus bidang miring N mg cos =0, (2) torka terhadap pusat silinder: TR fr=0. () Dari persamaan () didapat T=f.
Lebih terperinciSOAL DAN PEMBAHASAN FINAL SESI I LIGA FISIKA PIF XIX TINGKAT SMA/MA SEDERAJAT PAKET 1
SOAL DAN PEMBAHASAN FINAL SESI I LIGA FISIKA PIF XIX TINGKAT SMA/MA SEDERAJAT PAKET 1 1. Terhadap koordinat x horizontal dan y vertikal, sebuah benda yang bergerak mengikuti gerak peluru mempunyai komponen-komponen
Lebih terperinciInterferensi Cahaya. Agus Suroso Fisika Teoretik Energi Tinggi dan Instrumentasi, Institut Teknologi Bandung
Interferensi Cahaya Agus Suroso (agussuroso@fi.itb.ac.id) Fisika Teoretik Energi Tinggi dan Instrumentasi, Institut Teknologi Bandung Agus Suroso (FTETI-ITB) Interferensi Cahaya 1 / 39 Contoh gejala interferensi
Lebih terperinciM-5 PENENTUAN PANJANG GELOMBANG CAHAYA TAMPAK
M-5 PENENTUAN PANJANG GELOMBANG CAHAYA TAMPAK I. TUJUAN Tujuan percobaan ini adalah untuk menentukan besar panjang gelombang dari cahaya tampak dengan menggunakan konsep difraksi dan interferensi. II.
Lebih terperinciUJI GESER LANGSUNG (DIRECT SHEAR TEST) ASTM D
1. LINGKUP Pedoman ini mencakup metode pengukuran kuat geser tanah menggunakan uji geser langsung UU. Interpretasi kuat geser dengan cara ini bersifat langsung sehingga tidak dibahas secara rinci. 2. DEFINISI
Lebih terperinciBAB II DASAR TEORI Kajian Pustaka a. Penerapan Algoritma Flood Fill untuk Menyelesaikan Maze pada Line Follower Robot [1]
BAB II DASAR TEORI Pada bab ini akan dibahas mengenai beberapa teori yang digunakan sebagai acuan dan pendukung dalam merealisasikan perancangan sistem pada skripsi ini. 2.1. Kajian Pustaka a. Penerapan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Maksud 1.2 Tujuan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Maksud 1.1.1 Mengetahui perhitungan paralaks dengan menggunakan pengukkuran lembar per lembar dan orientasi stereoskopik 1.1.2 Menghitung base photo, tinggi terbang, serta skala foto
Lebih terperinciBESARAN VEKTOR B A B B A B
Besaran Vektor 8 B A B B A B BESARAN VEKTOR Sumber : penerbit cv adi perkasa Perhatikan dua anak yang mendorong meja pada gambar di atas. Apakah dua anak tersebut dapat mempermudah dalam mendorong meja?
Lebih terperinciDasar-dasar Photoshop
B a b 1 Dasar-dasar Photoshop Bab 2 Memperbaiki Foto 2.1 Pencahayaan Gambar 2.1 Melihat distribusi cahaya dan warna melalui histogram 1 Bab 2 Jumlah pixel dalam gambar Gelap (shadow) Terang (highlight)
Lebih terperinciBAB 11 CAHAYA & ALAT OPTIK
BAB 11 CAHAYA & ALAT OPTIK KOMPETENSI INTI 3. Mendeskripsikan sifat-sifat cahaya, pembentukan bayangan, serta aplikasinya untuk menjelaskan penglihatan manusia, proses pembentukan bayangan pada mata serangga,
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN. Gambar 3 Ilustrasi pencarian titik pusat dan jari-jari pupil. Segmentasi
4 Perangkat keras berupa Notebook: Processor intel Core i3 2.2 GHz. RAM kapasitas 2. GB. Harddisk Kapasitas 5 GB. Monitor pada resolusi 1366 x 768 piksel. Merek Acer Aspire 475. Perangkat lunak berupa:
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN Dalam tugas akhir ini penguji melakukan pengujian dari judul tugas akhir sebelumnya, yang dilakukan oleh Isana Mahardika. dalam tugas akhir tersebut membahas pendeteksian tempat
Lebih terperinciEksperimen 1 : Pemantulan Fenomena pemantulan berulang pada cermin datar.
Cermin Cembung dan Lensa Cekung Modul Inkuiri 5 Eksperimen Fisika Dasar 2/FI432 Kompetensi yang diharapkan Menggambarkan pembentukan bayangan akibat pemantulan dan pembiasan. Menentukan titik fokus cermin
Lebih terperinciPolarisasi Gelombang. Polarisasi Gelombang
Polarisasi Gelombang Polarisasi Gelombang Gelombang cahaya adalah gelombang transversal, sedangkan gelombang bunyi adalah gelombang longitudinal. Nah, ada satu sifat gelombang yang hanya dapat terjadi
Lebih terperinci1. Rumus descrates umum pada cermin Cara 1. Maka diperoleh
. Rumus descrates umum pada cermin Cara. Maka diperoleh b = a + i dan c = b + i a + c = 2i Dengan menganggap sudut b, c, dan i sangat kecil (yaitu sinar-sinarnya paraksial dan karen jarak OB sangat kecil
Lebih terperinciGaya Lorentz. 1. Menerapkan konsep kelistrikan dan kemagnetan dalam berbagai penyelesaian masalah dan produk teknologi
ruang / daerah di sekitar magnet dimana benda-benda magnetik yang diletakkan di daerah ini masih dipengaruhi oleh magnet tersebut medan magnetik di sekitar kawat lurus berarus listrik medan magnetik di
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Efisiensi biaya pada pemetaan menggunakan metode foto udara sangat dipengaruhi oleh jenis kamera yang digunakan. Untuk luas area yang relatif lebih kecil (±100ha) pemotretan
Lebih terperinciBENTUK-BENTUK LATIHAN MULTILATERAL
BENTUK-BENTUK LATIHAN MULTILATERAL MANSUR@UNY.AC.ID KOORDINASI ANGGOTA BADAN Fokus: koordinasi anggota badan 1. Berdiri dengan kedua lengan lurus disamping. 2. Berdiri dengan koordinasi kedua lengan diputar
Lebih terperinciUM UGM 2017 Fisika. Soal
UM UGM 07 Fisika Soal Doc. Name: UMUGM07FIS999 Version: 07- Halaman 0. Pada planet A yang berbentuk bola dibuat terowongan lurus dari permukaan planet A yang menembus pusat planet dan berujung di permukaan
Lebih terperinciSOAL UTN MATEMATIKA PPG SM-3T 2013
SOAL UTN MATEMATIKA PPG SM-3T 2013 SOAL UTN MATEMATIKA PPG SM-3T 2013 PERHATIAN: 1. 2. 3. 4. 5. UTN adalah Ujian Tulis Nasional yang dilaksanakan secara online Soal ini diketik berdasarkan ingatan sehingga
Lebih terperinciBAB II DASAR TEORI Kajian Pustaka a. Algoritma Pengambilan Keputusan Pada Kiper Robot Sepak Bola [1]
BAB II DASAR TEORI Pada bab ini akan dibahas beberapa teori pendukung yang digunakan sebagai acuan dalam merealisasikan sistem. Teori-teori yang digunakan dalam pembuatan skripsi ini terdiri dari 2.1.
Lebih terperinci4 HASIL DAN PEMBAHASAN
29 4 HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian Pendahuluan Pada penelitian pendahuluan ini dilakukan beberapa percobaan yang terkait dengan sensor yang akan digunakan. Untuk pemilihan sensor sinar laser yang tepat,
Lebih terperinciESTIMASI POSISI OBJEK BERDASARKAN STEREO VISION SYSTEM
ESTIMASI POSISI OBJEK BERDASARKAN STEREO VISION SYSTEM Chandra Suharlim; Eka Putra; Tommy Budiman; Iman Herwidiana Kartowisastro Computer Engineering Department, Faculty of Engineering, Binus University
Lebih terperinciMA1201 MATEMATIKA 2A Hendra Gunawan
MA101 MATEMATIKA A Hendra Gunawan Semester II, 016/017 10 Maret 01 Kuliah ang Lalu 10.1- Parabola, Elips, dan Hiperbola 10.4 Persamaan Parametrik Kurva di Bidang 10.5 Sistem Koordinat Polar 11.1 Sistem
Lebih terperinciBAB 2 LANDASAN TEORI. Reference frames atau kerangka acuan adalah suatu sistem koordinat atau
BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Kerangka Acuan Reference frames atau kerangka acuan adalah suatu sistem koordinat atau sekumpulan sumbu yang digunakan untuk mengukur posisi, dan orientasi dari suatu objek. Dalam
Lebih terperinciPenggunaan template matching sebagai salah satu metode dalam mengenali simbol juga mengalami perkembangan, yang terbaru adalah algoritma Optimized
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian mengenai pengenalan ekspresi matematika terus mengalami perkembangan, seiring berkembangnya peralatan interaksi dengan manusia dan bertambahnya minat dalam
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN Dalam penelitian ini diperlukan sebuah desain dan metode penelitian agar dalam pelaksanaaannya dapat menjadi lebih teratur dan terurut. 3.1. Desain Penelitian Bentuk dari desain
Lebih terperinciPolarisasi karena pemantulan. Suatu sinar yang datang pada suatu cermin dengan sudut 57 akan menghasilkan sinar pantul yang terpolarisasi.
POLARISASI CAHAYA Polarisasi adalah peristiwa terserapnya sebagian arah getar gelombang sehingga hanya tinggal memiliki satu arah getar saja. Cahaya dapat terpolar karena peristiwa: Pemantulan Pembiasan
Lebih terperinciAntiremed Kelas 08 Fisika
Antiremed Kelas 08 Fisika Cahaya - Latihan Soal Pilihan Ganda Doc. Name: AR08FIS0699 Version: 2012-08 halaman 1 01. Berikut yang merupakan sifat cahaya adalah. (A) Untuk merambat, cahaya memerlukan medium
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Industri keramik yang terdiri dari ubin (tile), saniter, perangkat rumah tangga (tableware), genteng telah memberikan kontribusi signifikan dalam mendukung pembangunan
Lebih terperinciKESEIMBANGAN BENDA TEGAR
KESETIMBANGAN BENDA TEGAR 1 KESEIMBANGAN BENDA TEGAR Pendahuluan. Dalam cabang ilmu fisika kita mengenal MEKANIKA. Mekanika ini dibagi dalam 3 cabang ilmu yaitu : a. KINEMATIKA = Ilmu gerak Ilmu yang mempelajari
Lebih terperinci13. Cahaya; Optika geometri
mitrayana@ugm.ac.id 3. Cahaya; Optika geometri 9/7/202 Benda terlihat Benda tersebut sumber cahaya: bola lampu, matahari, bintang dll Benda terlihat dari cahaya yang dipantulkannya . Model Berkas Cahaya
Lebih terperinciBAB III PERANCANGAN ALAT
BAB III PERANCANGAN ALAT Pada bab ini akan dibahas mengenai perancangan dan realisasi sistem yang telah dibuat dalam skripsi ini yaitu perancangan sebuah mesin yang menyerupai bor duduk pada umumnya. Di
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Prinsip Kerja Sistem Prinsip kerja sistem yaitu dengan melakukan pengambilan data berupa foto fisik dari permukaan buah manggis kemudian melakukan sampling data
Lebih terperinciBAB IV IMPLEMENTASI DAN EVALUASI. implementasi dan evaluasi yang dilakukan terhadap perangkat keras dan
BAB IV IMPLEMENTASI DAN EVALUASI Implementasi dan Evaluasi yang dilakukan penulis merupakan implementasi dan evaluasi yang dilakukan terhadap perangkat keras dan perangkat lunak dari sistem secara keseluruhan
Lebih terperinciFIsika KTSP & K-13 KESEIMBANGAN BENDA TEGAR. K e l a s. A. Syarat Keseimbangan Benda Tegar
KTSP & K-1 FIsika K e l a s XI KESEIMNGN END TEG Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan memiliki kemampuan berikut. 1. Memahami sarat keseimbangan benda tegar.. Memahami macam-macam
Lebih terperinciIV. HASIL DAN PEMBAHASAN
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan Wahyuningtyas (2011) jenis tanah di Kebun Percobaan Cikabayan merupakan Latosol. Tanah ini memiliki ciri ciri batas horizon yang samar, warna 7.5YR,4/4 (brown), remah
Lebih terperinciBAB III METODE PENGUKURAN PERMEABILITAS. berupa rangkaian sederhana dengan alat dan bahan sebagai berikut :
BAB III METODE PENGUKURAN PERMEABILITAS 3.1 Metode Falling Head 3.1.1 Alat dan Bahan Permeameter Falling Head yang dipakai dalam penelitian tugas akhir ini berupa rangkaian sederhana dengan alat dan bahan
Lebih terperinciA. Pendahuluan. Dalam cabang ilmu fisika kita mengenal MEKANIKA. Mekanika ini dibagi dalam 3 cabang ilmu yaitu :
BAB VI KESEIMBANGAN BENDA TEGAR Standar Kompetensi 2. Menerapkan konsep dan prinsip mekanika klasik sistem kontinu dalam menyelesaikan masalah Kompetensi Dasar 2.1 Menformulasikan hubungan antara konsep
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. tracking obyek. Pada penelitian tugas akhir ini, terdapat obyek berupa bola. Gambar 3.1. Blok Diagram Penelitian
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam pengerjaan Tugas Akhir ini adalah studi literatur, pembuatan program serta melakukan deteksi dan tracking obyek. Pada
Lebih terperinciPEMBIASAN PADA KACA PLAN PARALEL
Laporan Hasil Praktikum PEMBIASAN PADA KACA PLAN PARALEL Disusun Oleh : Daning Herawati 36 / XII IPA 5 SMA NEGERI 2 JEMBER Tahun ajaran 2014/2015 A. Tujuan Percobaan 1. Menyelidiki sifat pembiasan pada
Lebih terperinciA. 100 N B. 200 N C. 250 N D. 400 N E. 500 N
1. Sebuah lempeng besi tipis, tebalnya diukur dengan menggunakan mikrometer skrup. Skala bacaan hasil pengukurannya ditunjukkan pada gambar berikut. Hasilnya adalah... A. 3,11 mm B. 3,15 mm C. 3,61 mm
Lebih terperincibermassa M = 300 kg disisi kanan papan sejauh mungkin tanpa papan terguling.. Jarak beban di letakkan di kanan penumpu adalah a m c m e.
SOAL : 1. Empat buah gaya masing-masing : F 1 = 100 N F 2 = 50 N F 3 = 25 N F 4 = 10 N bekerja pada benda yang memiliki poros putar di titik P. Jika ABCD adalah persegi dengan sisi 4 meter, dan tan 53
Lebih terperinciSoal 2 : Osilasi dari tabung berisi air
Kompetisi Eksperimen Soal 8 April 009 Hal. of 5 Soal : Osilasi dari tabung berisi air Pada eksperimen ini, anda diminta melakukan pengukuran untuk menentukan ketebalan ( t ) tabung aluminium yang rongganya
Lebih terperinciOperasi-operasi Dasar Pengolahan Citra Digital
Operasi-operasi Dasar Pengolahan Citra Digital Pendahuluan Citra digital direpresentasikan dengan matriks. Operasi pada citra digital pada dasarnya adalah memanipulasi elemen- elemen matriks. Elemen matriks
Lebih terperinciBAB II DASAR TEORI. 2.1 Meter Air. Gambar 2.1 Meter Air. Meter air merupakan alat untuk mengukur banyaknya aliran air secara terus
BAB II DASAR TEORI 2.1 Meter Air Gambar 2.1 Meter Air Meter air merupakan alat untuk mengukur banyaknya aliran air secara terus menerus melalui sistem kerja peralatan yang dilengkapi dengan unit sensor,
Lebih terperinciMatematika EBTANAS Tahun 1999
Matematika EBTANAS Tahun 999 EBT-SMA-99-0 Akar-akar persamaan kuadrat + = 0 adalah α dan β. Persamaan kuadrat baru yang akar-akarnya (α + ) dan (β + ) + = 0 + 7 = 0 + = 0 + 7 = 0 + = 0 EBT-SMA-99-0 Akar-akar
Lebih terperinciqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwerty uiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasd fghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzx cvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmq
qwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwerty uiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasd fghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzx cvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmq ALAT ALAT wertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyui OPTIK Sri Cahyaningsih
Lebih terperinciOPTIMASI ALGORITMA IDENTIFIKASI STRABISMUS
OPTIMASI ALGORITMA IDENTIFIKASI STRABISMUS PADA MATA MANUSIA BERBASIS IMAGE PROCESSING DENGAN EUCLIDEAN DISTANCE PADA SISTEM MEKANIKAL AUTOMATED OPTICAL INSPECTION (AOI) AHMAD RIFA I RIF AN NRP. 2106 100
Lebih terperinciDASAR PENGUKURAN MEKANIKA
DASAR PENGUKURAN MEKANIKA 1. Jelaskan pengertian beberapa istilah alat ukur berikut dan berikan contoh! a. Kemampuan bacaan b. Cacah terkecil 2. Jelaskan tentang proses kalibrasi alat ukur! 3. Tunjukkan
Lebih terperinciiammovic.wordpress.com PEMBAHASAN SOAL ULANGAN AKHIR SEKOLAH SEMESTER 1 KELAS XII
PEMBAHASAN SOAL ULANGAN AKHIR SEKOLAH SEMESTER 1 KELAS XII - 014 1. Dari besaran fisika di bawah ini, yang merupakan besaran pokok adalah A. Massa, berat, jarak, gaya B. Panjang, daya, momentum, kecepatan
Lebih terperinci1. Jika f ( x ) = sin² ( 2x + ), maka nilai f ( 0 ) =. a. 2 b. 2 c. 2. Diketahui f(x) = sin³ (3 2x). Turunan pertama fungsi f adalah f (x) =.
1. Jika f ( x ) sin² ( 2x + ), maka nilai f ( 0 ). a. 2 b. 2 c. d. e. 2. Diketahui f(x) sin³ (3 2x). Turunan pertama fungsi f adalah f (x). a. 6 sin² (3 2x) cos (3 2x) b. 3 sin² (3 2x) cos (3 2x) c. 2
Lebih terperinciIntensitas cahaya ditangkap oleh diagram iris dan diteruskan ke bagian retina mata.
Pembentukan Citra oleh Sensor Mata Intensitas cahaya ditangkap oleh diagram iris dan diteruskan ke bagian retina mata. Bayangan obyek pada retina mata dibentuk dengan mengikuti konsep sistem optik dimana
Lebih terperinciA. Aras Komputasi. 1. Aras Titik. 1. Aras Titik. 1. Aras Titik. 1. Aras Titik 3/18/2017
A. Aras Komputasi Kuliah Ke 4 dan Ke 5 Ada empat aras (level) komputasi pada pengolahan citra, yaitu : 1. Aras titik 2. Aras lokal 3. Aras global 4. Aras Objek 1. Aras Titik Operasi pada aras titik hanya
Lebih terperinciJika t = π, maka P setengah C P(x,y) jalan mengelilingi ligkaran, t y. P(-1,0). t = 3/2π, maka P(0,-1) t>2π, perlu lebih 1 putaran t<2π, maka = t
Fungsi Trigonometri Fungsi trigonometri berdasarkan lingkaran satuan (C), dengan jari-jari 1 dan pusat dititik asal. X 2 + y 2 = 1 Panjang busur AP = t Keliling C = 2π y Jika t = π, maka P setengah C P(,y)
Lebih terperinciKata kunci : bayangan, jarak fokus, lensa tipis
JARAK FOKUS LENSA TIPIS Herayanti, Muh. Shadiq. K, Rezky Amaliah Laboratorium Fisika Dasar Jurusan Fisika FMIPA Universitas Negeri Makassar Pendidikan Fisika 204 Abstrak Telah dilakukan percobaan tentang
Lebih terperinci