BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN"

Transkripsi

1 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Prinsip Kerja Sistem Prinsip kerja sistem yaitu dengan melakukan pengambilan data berupa foto fisik dari permukaan buah manggis kemudian melakukan sampling data foto menjadi citra. Kumpulan citra tersebut kemudian diproses dengan melakukan tahap pengolahan citra dan ekstraksi ciri yang sedemikian rupa sehingga akan menghasilkan nilai tertentu. Kumpulan citra tersebut dibagi menjadi citra latih dan citra uji dengan data set yang ditentukan berdasarkan 4-fold Cross Validation, metode Support Vector Machine digunakan untuk melakukan proses latih sehingga hyperplane membentuk area klasifikasi. Pada tahap uji, data yang baru akan dipetakan pada model area latih dan hasilnya bergantung pada data tersebut akan terletak pada area tertentu sehingga terklasifikasi. 4.2 Hasil Pengambilan Data Pengambilan data dilakukan menggunakan kamera digital merk Sony tipe model Nex-7 dengan pengaturan resolusi kamera yang sama. Pengambilan data ini dilakukan di Laboraturium Pasca Panen, Fakultas Pertanian, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta yang selanjutnya diserahkan pada Fakultas Teknik untuk dilakukan penelitian. Data yang telah diperoleh lalu di klasifikasi kualitas permukaannya. Untuk memilih sampel data citra yang cacat maupun citra tidak cacat ini didasarkan pada pengamatan secara langsung atau secara visual yang nantinya akan dijadikan - 49

2 50 pembanding dengan hasil klasifikasi program. Dari klasifikasi kualitas yang telah dilakukan menghasilkan citra sebanyak 120 citra. Dari data total 120 citra tersebut merupakan gabungan dari cira latih dan citra uji, dimana ke-120 citra yang dihasilkan tersebut terdiri setengah citra cacat dan setengah lainnya citra tidak cacat dari citra permukaan buah manggis. 4.3 Hasil Perancangan Program Akuisisi Data Data diambil menggunakan kamera digital dengan jarak yang sama dan resolusi gambar yang sama sebesar 6000 x 4000 piksel. Pada pengambilan data, dalam satu foto berisi dua buah manggis ditunjukan pada Gambar 4.1. Hal ini dilakukan untuk mempersingkat waktu pengambilan data. Gambar 4.1 Sampel awal pengambilan data citra

3 Penamaan Citra Penentuan penamaan atau label dilakukan setelah proses akuisisi data. Format penamaan citra ini berdasarkan kondisi dari citra tersebut kemudian diikuti urutan citra, nama citra dirubah berdasarkan kondisinya, citra cacat diberi nama def dan dilanjutkan dengan nomor urutan gambar sesuai dengan yang ada didalam folder, contoh penamaan citra cacat adalah def1.jpg. Sedangkan citra tidak cacat diberi nama fin dan dilanjutkan dengan nomor urutan gambar sesuai dengan yang ada didalam folder hingga sejumlah citra yang terakhir, contoh penamaan untuk citra tidak cacat adalah fin1.jpg. Setelah penamaan/labelling pada citra diperoleh data berupa kumpulan citra dengan total 120 citra yang terdiri dari 60 citra cacat dan 60 citra tidak cacat yang akan digunakan sebagai data latih maupun data uji Pemotongan Citra (Cropping) Citra hasil pengambilan data memiliki resolusi yang sama yaitu 6000 x 4000 piksel, akan tetapi pada penelitian ini, data citra yang akan digunakan adalah bagian permukaan yang terlihat jelas pada foto dari citra permukaan buah manggis, maka dilakukan cropping menggunakan aplikasi adobe photoshop CC 2015, setelah dilakukan proses cropping selanjutnya akan disamakan ukuran sebesar 512 x 512 piksel. Hal ini dilakukan untuk mempermudah pengambilan data citra agar lebih akurat. Proses ini sangat berpengaruh selain untuk mereduksi waktu komputasi juga menjadikan ukuran citra seragam. Adapun proses cropping citra ditunjukan pada Gambar 4.2.

4 52 (a) Citra manggis utuh (b) Citra manggis setelah proses cropping Gambar 4.2 Proses Cropping citra Bebarapa sampel hasil cropping dari citra cacat dan citra tidak cacat yang akan menjadi bahan penelitian dan pengklasifikasian ditunjukan pada Gambar 4.3 dan Gambar 4.4 (a) (b) (c) (d) (e) Gambar 4.3 Hasil croping citra tidak cacat (a) (b) (c) (d) (e) Gambar 4.4 Hasil croping citra cacat

5 Konversi citra Grayscale Setelah citra melewati proses pemotongan citra, proses selanjutnya yang dilakukan adalah pengubahan citra RGB menjadi citra grayscale, dimana citra grayscale hanya memiliki warna dari hitam, keabuan dan putih. Warna hitam pada citra grayscale bernilai 0 dan semakin cerah warna akan semakin tinggi dan warna putih bernilai 256. Perubahan jenis gambar ke grayscale juga bertujuan untuk mempermudah dan mempercepat proses komputasi. Gambar citra grayscale dari permukaan buah manggis ditampilkan pada Gambar 4.5. Gambar 4.5 (a) citra tidak cacat dan (b) citra cacat merupakan hasil konversi grayscale dari gambar 4.3 (a) tidak cacat dan gambar 4.4 (a) cacat. (a) citra tidak cacat (b) citra cacat Gambar 4.5 Hasil konversi citra grayscale Proses konversi citra ke mode grayscale merupakan proses perancangan program dimana data citra pada tahap sebelumnya telah melalui proses resize menjadi resolusi 512x512. Pada tahap selanjutnya akan dilakukan dekomposisi citra dengan menggunakan metode transformasi curvelet untuk menghasilkan nilai nilai yang tertentu yang dibutuhkan pada tahap berikutnya.

6 Transformasi curvelet Setelah melewati tahap konversi grayscale, citra dalam format grayscale kemudian diproses menggunakan fungsi curvelet transform. Citra yang akan di transformasikan adalah citra grayscale permukaan buah manggis yang terdiri dari citra cacat dan citra tidak cacat yang akan menjadi bahan latih/training maupun bahan uji/testing. Dari masing-masing citra, akan dilakukan proses curvelet yang nantinya citra di proses dengan cara menguraikan citra grayscale menjadi kurva kurva dalam bentuk skala yang tersusun atas irisan irisan kurva. Dari transformasi curvelet yang telah dilakukan akan didapatkan nilai nilai hasil transformasi curvelet. Nilai nilai dari transformasi curvelet berisi informasi tentang dekomposisi dari citra hasil transformasi yang telah terkompresi. Dari transformasi curvelet menghasilkan beberapa buah koefisien yaitu: coefficient curvelet dan curva dari coefficient curvelet. (a) Citra grayscale cacat (b) Hasil transformasi curvelet Gambar 4.6 Proses transormasi curvelet pada citra cacat Gambar 4.6 (b) menunjukan citra hasil transformasi curvelet diskrit pada citra cacat, citra tersebut telah di dekomposisi menggunakan transformasi curvelet dan menghasilkan koefisien curvelet. Koefisien curvelet tersusun atas kurva kurva yang membentuk manjadi satu. Dari sekumpulan kurva tersebut akan menghasilkan

7 55 nilai nilai yang akan digunakan untuk membentuk nilai ekstraksi ciri dari citra cacat. (a) Citra grayscale tidak cacat (b) Hasil transformasi curvelet Gambar 4.7 Proses transormasi curvelet pada citra tidak cacat Gambar 4.7 (b) menunjukan citra hasil transformasi curvelet diskrit pada citra tidak cacat, citra yang telah di dekomposisi menggunakan transformasi curvelet dan menghasilkan koefisien curvelet. Pada Gambar 4.6 (b) dan Gambar 4.7 (b) secara fisik koefisien curvelet yang dihasilkan dari citra cacat maupun tidak cacat akan terlihat sama dan sulit dibedakan apakah citra tersebut adalah hasil dari citra cacat atau citra tidak cacat karena telah berbentuk irisan kurva-kurva yang secara kasat mata berbentuk sama. Dari sekumpulan kurva yang membentuk koefisien curvelet tersebut akan dihitung sedemikian rupa sehingga menghasilkan nilai nilai yang akan digunakan untuk membentuk nilai ekstraksi ciri dari masing masing citra. Ekstraksi ciri adalah menampilkan ciri yang membedakan citra satu dengan yang lainnya. Ekstraksi ciri curvelet yang digunakan pada penelitian ini dilakukan dengan cara menghitung suatu nilai pembeda antara citra cacat dan tidak cacat. Metode ekstraksi

8 56 ciri yang digunakan yaitu menghitung nilai rata-rata (mean), standar deviasi, entropy dan energy Ekstraksi Ciri Ekstraksi ciri merupakan pengambilan ciri dari suatu bentuk yang nantinya digunakan pada tahap selanjutnya, dimana nilai yang didapat dari ekstraksi ciri akan dianalisis untuk dimasukan pada tahap selanjutnya yaitu sebagai input untuk proses pengklasifikasian menggunakan metode SVM. Ciri tersebut merupakan pembeda dari suatu objek dengan objek lainnya. Pada penelitian ini ekstraksi ciri dilakukan untuk mendapatkan suatu nilai pembeda yang didapat dari proses sebelumnya yaitu proses transformasi curvelet untuk data citra permukaan buah manggis yang cacat dan yang tidak cacat. a. Mean Salah satu nilai input untuk proses klasifikasi adalah nilai mean, ekstraksi ciri mean merupakan langkah awal untuk mencari nilai rata - rata pada setiap nilai komponen kurva dari koefisien curvelet pada citra. Gambar 4.8 Scatter plot citra Ekstraksi Ciri Mean

9 57 Pada ekstraksi ciri Mean yang terlihat pada Gambar 4.8 menunjukkan grafik scatter dari nilai rata rata (mean) kurva dari koefisien hasil transformasi curvelet diskrit pada ke-120 citra dengan 60 citra cacat dan 60 citra tidak cacat. Sumbu X menunjukkan banyaknya gambar dari citra tidak cacat dan cacat secara berturutturut, sedangkan nilai Y menunjukkan nilai rata rata. Simbol x biru mempresentasikan hasil nilai rata rata dari citra tidak cacat, sedangkan simbol o merah merupakan hasil nilai rata rata dari citra cacat. Hasil dari ekstraksi ciri rata-rata (Mean) terlihat pada Gambar 4.8 bahwa data ekstraksi ciri memiliki sebaran data pola yang masih berhimpitan antara citra cacat dan citra tidak cacat berdasarkan grafik scatter, sebaran pola citra tidak cacat cenderung memiliki nilai yang lebih tinggi dibandingkan dengan pola citra cacat. b. Standar Deviasi Standar deviasi adalah salah satu ekstraksi ciri berikutnya yang mempresentasikan citra berdasarkan sebaran data dalam sebuah citra yakni besar perbedaan dari nilai data citra terhadap nilai rata-rata. Nilai standar deviasi dihasilkan dari setiap nilai komponen kurva dari koefisien curvelet pada citra.

10 58 Gambar 4.9 Scatter plot citra Ekstraksi Ciri Standar Deviasi Pada ekstraksi ciri Standar Deviasi yang dilihat pada Gambar 4.9 menunjukkan grafik scatter dari nilai standar deviasi kurva dari koefisien hasil transformasi curvelet diskrit pada ke-120 citra dengan 60 citra cacat dan 60 citra tidak cacat. Sumbu X menunjukkan banyaknya gambar dari citra tidak cacat dan cacat secara berturut-turut, sedangkan nilai Y menunjukkan nilai standar deviasi. Simbol x biru mempresentasikan hasil nilai standar deviasi dari citra tidak cacat, sedangkan simbol o merah merupakan hasil nilai standar deviasi dari citra cacat. Hasil dari ekstraksi ciri standar deviasi terlihat jelas pada Gambar 4.9 bahwa data ekstraksi ciri memiliki sebaran data pola yang sudah terpisah dengan baik antara citra cacat dan citra tidak cacat berdasarkan grafik scatter, sebaran pola citra tidak cacat cenderung memiliki nilai yang lebih rendah dibandingkan dengan pola citra cacat yang memiliki nilai yang lebih tinggi. c. Entropy Ekstraksi ciri entropy adalah ekstraksi ciri yang berfungsi dalam menunjukkan ukuran ketidakteraturan dari sebuah bentuk data pada citra. Nilai entropy menunjukkan keteracakan distribusi dari suatu citra. Nilai entropy dihasilkan dari setiap nilai komponen kurva dari koefisien curvelet pada citra.

11 59 Gambar 4.10 Scatter plot citra Ekstraksi Ciri Entropy Pada ekstraksi ciri entropy yang terlihat pada Gambar 4.10 menunjukkan grafik scatter dari nilai entropy dari hasil transformasi curvelet diskrit pada ke-120 citra dengan 60 citra cacat dan 60 citra tidak cacat. Sumbu X menunjukkan banyaknya gambar dari citra tidak cacat dan cacat secara berturut-turut, sedangkan nilai Y menunjukkan nilai rata rata. Simbol x biru mempresentasikan hasil nilai rata rata dari citra tidak cacat, sedangkan simbol o merah merupakan hasil nilai rata rata dari citra cacat. Hasil dari ekstraksi ciri entropy terlihat pada Gambar 4.10 bahwa data ekstraksi ciri memiliki sebaran data pola yang masih berhimpitan antara citra cacat dan citra tidak cacat berdasarkan grafik scatter, sebaran pola citra tidak cacat cenderung memiliki nilai yang lebih rendah dibandingkan dengan pola citra cacat yang memiliki nilai pola yang lebih tinggi.

12 60 d. Energy Ekstraksi ciri berikutnya adalah mencari nilai energy yang dihasilkan dari setiap nilai komponen kurva dari koefisien curvelet pada citra. Gambar 4.11 Scatter plot citra Ekstraksi Ciri Energy Pada ekstraksi ciri entropy yang terlihat pada Gambar 4.11 menunjukkan grafik scatter dari nilai entropy dari hasil transformasi curvelet diskrit pada ke-120 citra dengan 60 citra cacat dan 60 citra tidak cacat. Sumbu X menunjukkan banyaknya gambar dari citra tidak cacat dan cacat secara berturut-turut, sedangkan nilai Y menunjukkan nilai rata rata. Simbol x biru mempresentasikan hasil nilai rata rata dari citra tidak cacat, sedangkan simbol o merah merupakan hasil nilai rata rata dari citra cacat. Hasil dari ekstraksi ciri energy terlihat pada Gambar 4.11 bahwa data ekstraksi ciri memiliki sebaran data pola yang masih berhimpitan antara citra cacat dan citra tidak cacat berdasarkan grafik scatter, sebaran pola citra tidak cacat cenderung memiliki nilai yang lebih tinngi dibandingkan dengan pola citra cacat yang memiliki nilai pola yang lebih rendah.

13 Klasifikasi dan Validasi Dalam penelitian ini klasifikasi dan validasi dilakukan secara bersamaan, Klasifikasi menggunakan Support Vector Machine (SVM) dan validasi menggunakan 4-Fold Cross Validation. Secara umum terdapat dua tahapan dalam melakukan klasifikasi yaitu tahap latih/training dan uji/testing, pada penelitian ini data yang digunakan sejumlah 120 citra yang terdiri dari 60 citra cacat dan 60 lainnya citra tidak cacat. Dari ke-120 citra kemudian dibagi menjadi 4 variasi fold dengan masing-masing fold berisi sebanyak 30 citra, dengan kombinasi 15 citra cacat dan 15 citra tidak cacat. Pembagian kelas pada citra bertujuan untuk mempermudah proses validasi pada proses klasifikasi data sehingga menghasilkan akurasi yang maksimal, adapun pembagian kelas disajikan dalam tabel berikut: Tabel 4.1 Data citra buah manggis Kelas Jumlah Citra fold-1 30 fold-2 30 fold-3 30 fold-4 30 Keterangan 15 cacat 15 tidak cacat 15 cacat 15 tidak cacat 15 cacat 15 tidak cacat 15 cacat 15 tidak cacat Pembagian citra berdasarkan nama urutan dari citra cacat dan citra tidak cacat yang telah diurutkan sebelumnya, pada fold-1 urutan citra cacat adalah citra dengan nama def1.jpg sampai dengan def15.jpg, sedangkan urutan untuk citra tidak cacat adalah citra dengan nama fin1.jpg sampai dengan fin15.jpg dan seterusnya pada fold-2, fold-3 dan fold-4, sehingga ke-60 citra cacat dan ke-60 citra tidak cacat

14 62 terbagi rata pada ke-4 fold yang ada. Pembagian citra dapat dilihat dalam tabel berikut: Kelas Tabel 4.2 Detail pembagian citra Pembagian Citra Cacat Pembagian Citra Tidak Cacat Total citra fold-1 def1.jpg s/d def15.jpg fin1.jpg s/d fin15.jpg 30 fold-2 def16.jpg s/d def30.jpg fin16.jpg s/d fin30.jpg 30 fold-3 def31.jpg s/d def45.jpg fin31.jpg s/d fin45.jpg 30 fold-4 def46.jpg s/d def60.jpg fin46.jpg s/d fin60.jpg 30 Pada proses klasifikasi dengan validasi ini, setiap ekstraksi ciri mempunyai properti masing-masing terhadap citra cacat dan citra tidak cacat, Mean menjelaskan nilai rata-rata dari pada setiap komponen citra, Standar Deviasi menjelaskan berdasarkan sebaran data dalam sebuah citra, Energy menjelaskan konsentrasi pasangan intensitas pada sebuah matrik pada citra dan Entropy menjelaskan ukuran ketidakteraturan dari sebuah bentuk data pada citra Setelah mendapatkan data-data dari ekstraksi ciri yang berupa nilai mean, standar deviasi, energy dan entropy dari citra yang digunakan, kemudian data-data ekstraksi ciri tersebut disimpan dalam file databases dengan ekstansi file.mat(dot mat). Selanjutnya setelah dilakukan penyimpanan, data ekstraksi ciri akan panggil dan dilatih menggunakan fungsi SVMTrain dan algoritma tertentu untuk menghasilkan data latih, yang selanjutnya data latih akan digunakan untuk menguji citra uji pada tahap berikutnya.

15 63 a. Hasil Klasifikasi dan Validasi Fold-1 Pada fold ke-1 data latih berjumlah 120 citra (60 cacat dan 60 tidak cacat), data latih yang digunakan adalah citra ke-16 sampai citra ke-60 pada citra cacat dan citra ke-16 sampai citra ke-60 pada citra tidak cacat, sedangkan data uji berjumlah 30 citra, yaitu citra ke-1 sampai citra ke-15 dimasing-masing sampel, baik citra cacat maupun tidak cacat. Tahap klasifikasi pada fold-1 menggunakan satu model SVM yaitu gabungan dari ke-4 ekstraksi ciri Mean, Standar Deviasi, Energy dan Entropy untuk menghasilkan data latih. Adapun scatter plot hasil dari ke-4 ekstraksi ciri dari fold-1 sebagai berikut : (a) Scatter plot Mean fold-1 (b) Scatter plot STD fold-1 (c) Scatter plot Energy fold-1 d) Scatter plot Entropy fold-1 Gambar 4.12 Scatter plot Ekstraksi Ciri Fold-1

16 64 Hasil dari ekstraksi ciri fold-1 terlihat pada Gambar 4.12 (b) bahwa data ekstraksi ciri standar deviasi memiliki sebaran data pola yang sudah terpisah berdasarkan klasifikasi citra cacat dan tidak cacat sehingga pola tidak saling berhimpitan pada grafik scatter, sedangkan Gambar 4.12 (a), (c) dan (d) yaitu data ekstraksi ciri mean, energy dan entropy memiliki sebaran data pola yang belum terpisah sempurna berdasarkan klasifikasi citra cacat dan tidak cacat sehingga antara citra cacat dan tidak cacat memiliki data yang berhimpitan pada scatter plot nya. Scatter Plot yang dihasilkan ekstraksi ciri rata-rata (mean) dan energy dari citra tidak cacat cenderung memiliki nilai yang lebih tinggi dibandingkan citra cacat, sedangkan Scatter Plot yang dihasilkan ekstraksi ciri standar deviasi dan entropy dari citra tidak cacat cenderung memiliki nilai yang lebih rendah dibandingkan citra cacat. Dari data latih/training fold ke-1 selanjutnya akan digunakan menjadi data uji untuk mengklasifikasikan suatu citra. Hasil akhir dari tahap ini adalah program menghasilkan keputusan apakah citra termasuk kelas cacat atau tidak cacat. Berikut merupakan hasil dari proses klasifikasi data uji fold-1 pada program yang telah dibuat yang ditunjukan gambar 4.13

17 65 Gambar 4.13 Tampilan command window proses klasifikasi fold-1 Berikut merupakan hasil akurasi dari proses pengujian terhadap citra uji yang ditunjukan pada tabel 4.3 Tabel 4.3 Hasil akurasi fold ke-1 Hasil Pengujian Klasifikasi SVM Cacat Citra Tidak Cacat Total Jumlah Error % Akurasi Pengujian Fold % Dari data Tabel 4.3 diperolah akurasi pengujian dari citra uji pada fold-1. Error yang terjadi pada saat pengujian pada citra adalah ada satu citra yang secara visual diklasifikasikan sebagai citra cacat (defect), sedangkan hasil pengujian menggunakan program diklasifikasikan sebagai citra tidak cacat (non-defect).

18 66 b. Hasil Klasifikasi dan Validasi Fold-2 Pada fold ke-2 data latih berjumlah 120 citra (60 cacat dan 60 tidak cacat), data latih yang digunakan adalah citra ke-1 sampai citra ke-15 dan citra ke-31 sampai citra ke-60 pada masing-masing citra cacat maupun citra tidak cacat, sedangkan data uji berjumlah 30 citra, yaitu citra ke-16 sampai citra ke-30 dimasing-masing sampel, baik citra cacat maupun tidak cacat. Tahap klasifikasi pada fold-2 ini menggunakan satu model SVM yaitu gabungan dari ke-4 ekstraksi ciri Mean, Standar Deviasi, Energy dan Entropy untuk menghasilkan data latih. Adapun scatter plot hasil dari ke-4 ekstraksi ciri dari fold-2 sebagai berikut : (a) Scatter plot Mean fold-2 (b) Scatter plot STD fold-2 (c) Scatter plot Energy fold-2 d) Scatter plot Entropy fold-2 Gambar 4.14 Scatter plot Ekstraksi Ciri Fold-2

19 67 Hasil dari ekstraksi ciri fold-2 terlihat pada Gambar 4.14 (a), (b) dan (d) bahwa data ekstraksi ciri mean, standar deviasi dan entropy memiliki sebaran data pola yang sudah terpisah berdasarkan klasifikasi citra cacat dan tidak cacat sehingga pola tidak saling berhimpitan pada grafik scatter, namum pada pola mean dan entropy masih ada beberapa pola yang masih berhimpitan, sedangkan Gambar 4.14 (c) yaitu data ekstraksi ciri energy memiliki sebaran data pola yang belum terpisah sempurna berdasarkan klasifikasi citra cacat dan tidak cacat sehingga antara citra cacat dan tidak cacat memiliki data yang berhimpitan pada scatter plot nya. Scatter Plot yang dihasilkan ekstraksi ciri rata-rata (mean) dan energy dari citra tidak cacat cenderung memiliki nilai yang lebih tinggi dibandingkan citra cacat, sedangkan Scatter Plot yang dihasilkan ekstraksi ciri standar deviasi dan entropy dari citra tidak cacat cenderung memiliki nilai yang lebih rendah dibandingkan citra cacat. Dari data latih/training fold ke-2 selanjutnya akan digunakan menjadi data uji untuk mengklasifikasikan suatu citra. Hasil akhir dari tahap ini adalah program menghasilkan keputusan apakah citra termasuk kelas cacat atau tidak cacat. Berikut merupakan hasil dari proses klasifikasi data uji fold-1 pada program yang telah dibuat yang ditunjukan gambar 4.15

20 68 Gambar 4.15 Tampilan command window proses klasifikasi fold-2 Berikut merupakan hasil akurasi dari proses pengujian terhadap citra uji yang ditunjukan pada tabel 4.4 Tabel 4.4 Hasil Akurasi fold ke-2 Hasil Pengujian Klasifikasi SVM Cacat Citra Tidak Cacat Total Jumlah Error % Akurasi Pengujian Fold % Dari data Tabel 4.4 diperolah akurasi pengujian dari citra uji pada fold-2. Tidak ada Error yang terjadi pada saat pengujian pada citra sehingga menghasilkan akurasi yang sangat baik mencapai 100% pada fold-2.

21 69 c. Hasil Klasifikasi dan Validasi Fold-3 Pada fold ke-3 data latih berjumlah 120 citra (60 cacat dan 60 tidak cacat), data latih yang digunakan adalah citra ke-1 sampai citra ke-30 dan citra ke-46 sampai citra ke-60 pada masing-masing citra cacat maupun citra tidak cacat, sedangkan data uji berjumlah 30 citra, yaitu citra ke-31 sampai citra ke-45 dimasing-masing sampel, baik citra cacat maupun tidak cacat. Tahap klasifikasi pada fold-3 ini menggunakan satu model SVM yaitu gabungan dari ke-4 ekstraksi ciri Mean, Standar Deviasi, Energy dan Entropy untuk menghasilkan data latih. Adapun scatter plot hasil dari ke-4 ekstraksi ciri dari fold-3 sebagai berikut : (a) Scatter plot Mean fold-3 (b) Scatter plot STD fold-3 (c) Scatter plot Energy fold-3 d) Scatter plot Entropy fold-3 Gambar 4.16 Scatter plot Ekstraksi Ciri Fold-3

22 70 Hasil dari ekstraksi ciri fold-3 terlihat pada Gambar 4.16 (b) dan (d) bahwa data ekstraksi ciri standar deviasi dan entropy memiliki sebaran data pola yang sudah terpisah berdasarkan klasifikasi citra cacat dan tidak cacat sehingga pola tidak saling berhimpitan pada grafik scatter, namum pada pola entropy masih ada beberapa pola yang masih berhimpitan, sedangkan Gambar 4.16 (a) dan (c) yaitu data ekstraksi ciri mean dan energy memiliki sebaran data pola yang belum terpisah sempurna berdasarkan klasifikasi citra cacat dan tidak cacat sehingga antara citra cacat dan tidak cacat memiliki data yang berhimpitan pada scatter plot nya. Scatter Plot yang dihasilkan ekstraksi ciri rata-rata (mean) dan energy dari citra tidak cacat cenderung memiliki nilai yang lebih tinggi dibandingkan citra cacat, sedangkan Scatter Plot yang dihasilkan ekstraksi ciri standar deviasi dan entropy dari citra tidak cacat cenderung memiliki nilai yang lebih rendah dibandingkan citra cacat. Dari data latih/training fold ke-3 selanjutnya akan digunakan menjadi data uji untuk mengklasifikasikan suatu citra. Hasil akhir dari tahap ini adalah program menghasilkan keputusan apakah citra termasuk kelas cacat atau tidak cacat. Berikut merupakan hasil dari proses klasifikasi data uji fold-3 pada program yang telah dibuat yang ditunjukan gambar 4.17

23 71 Gambar 4.17 Tampilan command window proses klasifikasi fold-3 Berikut merupakan hasil akurasi dari proses pengujian terhadap citra uji yang ditunjukan pada tabel 4.5 Tabel 4.5 Hasil Akurasi fold ke-3 Hasil Pengujian Klasifikasi SVM Cacat Citra Tidak Cacat Total Jumlah Error % Akurasi Pengujian Fold % Dari data Tabel 4.5 diperolah akurasi pengujian dari citra uji pada fold-3. Error yang terjadi pada saat pengujian pada citra adalah dua citra yang secara visual diklasifikasikan sebagai citra tidak cacat (non-defect), sedangkan hasil pengujian menggunakan program diklasifikasikan sebagai citra cacat (defect).

24 72 d. Hasil Klasifikasi dan Validasi Fold-4 Pada fold ke-4 data latih berjumlah 120 citra (60 cacat dan 60 tidak cacat), data latih yang digunakan adalah citra ke-1 sampai citra ke-45 pada citra cacat dan citra ke-1 sampai citra ke-45 pada citra tidak cacat, sedangkan data uji berjumlah 30 citra, yaitu citra ke-46 sampai citra ke-60 dimasing-masing sampel, baik citra cacat maupun tidak cacat. Tahap klasifikasi pada fold-4 ini menggunakan satu model SVM yaitu gabungan dari ke-4 ekstraksi ciri Mean, Standar Deviasi, Energy dan Entropy untuk menghasilkan data latih. Adapun scatter plot hasil dari ke-4 ekstraksi ciri dari fold-4 sebagai berikut : (a) Scatter plot Mean fold-4 (b) Scatter plot STD fold-4 (c) Scatter plot Energy fold-4 d) Scatter plot Entropy fold-4 Gambar 4.18 Scatter plot Ekstraksi Ciri Fold-4

25 73 Hasil dari ekstraksi ciri fold-4 terlihat pada Gambar 4.18 (b) bahwa data ekstraksi ciri standar deviasi memiliki sebaran data pola yang sudah terpisah berdasarkan klasifikasi citra cacat dan tidak cacat sehingga pola tidak saling berhimpitan pada grafik scatter, sedangkan Gambar 4.18 (a), (c) dan (d) yaitu data ekstraksi ciri mean, energy dan entropy memiliki sebaran data pola yang belum terpisah sempurna berdasarkan klasifikasi citra cacat dan tidak cacat sehingga antara citra cacat dan tidak cacat memiliki data yang berhimpitan pada scatter plot nya. Scatter Plot yang dihasilkan ekstraksi ciri rata-rata (mean) dan energy dari citra tidak cacat cenderung memiliki nilai yang lebih tinggi dibandingkan citra cacat, sedangkan Scatter Plot yang dihasilkan ekstraksi ciri standar deviasi dan entropy dari citra tidak cacat cenderung memiliki nilai yang lebih rendah dibandingkan citra cacat. Dari data latih fold ke-4 selanjutnya akan digunakan untuk mengklasifikasikan data uji. Hasil akhir dari tahap ini adalah program menghasilkan keputusan apakah citra termasuk kelas cacat atau tidak cacat. Berikut merupakan hasil dari proses klasifikasi data uji fold-4 pada program yang telah dibuat yang ditunjukan gambar 4.19

26 74 Gambar 4.19 Tampilan command window proses klasifikasi fold-4 Berikut merupakan hasil akurasi dari proses pengujian terhadap citra uji yang ditunjukan pada tabel 4.6 Tabel 4.6 Hasil Akurasi fold ke-4 Hasil Pengujian Klasifikasi SVM Cacat Citra Tidak Cacat Total Jumlah Error % Akurasi Pengujian Fold % Dari data Tabel 4.6 diperolah akurasi pengujian dari citra uji pada fold-4. Error yang terjadi pada saat pengujian pada citra adalah ada satu citra yang secara visual diklasifikasikan sebagai citra cacat (defect), sedangkan hasil pengujian menggunakan program diklasifikasikan sebagai citra tidak cacat (non-defect).

27 Hasil Pengujian Hasil Pengujian yang dilakukan pada 120 citra uji (60 citra cacat dan 60 citra tidak cacat) yang terbagi atas 4-fold terhadap empat ekstraksi ciri mean, standar deviasi, energy dan entropy menggunakan klasifikasi SVM dan validasi 4- Fold Cross Validation sebagai pengklasifikasi citra. Masing-masing fold diuji menggunakan program deteksi yang telah dirancang, sehingga menghasilkan persentase akurasi keseluruhan dari ke-4 fold program yang dapat dijadikan indikator tingkat keberhasilan program. Secara lengkap presentase akurasi keseluruhan ditunjukan pada tabel 4.7. Tabel 4.7 Hasil Pengujian Persentase Akurasi Ekstraksi Ciri Hasil Persentase Akurasi % fold-1 fold-2 fold-3 fold-4 Rerata Mean, Standar Deviasi, Energy & Entropy 96.67% 100% 93.33% 96.67% 96.67% Secara keseluruhan dapat disimpulkan pengujian pada 120 citra uji yang terbagi atas 4-fold cross validation terdapat 4 citra dengan kesalahan klasifikasi atau dinyatakan sebagai error. Kesimpulan yang didapat pada Tabel 4.7 hasil klasifikasi dan validasi 4-fold menghasil akurasi yang beragam, pada fold-1 citra uji dapat diproses dan menghasilkan akurasi tepat mencapai 96.67%, pada fold-2 hasil uji dapat diproses dengan baik oleh sistem dan menghasilkan akurasi tepat mencapai 100%. Sedangkan pada pada fold-3 akurasi mencapai 93.33% dan pada fold-4 menghasilkan akurasi sebesar 96.67% dan dihasilkan rerata akurasi pada ke-4 fold sebesar 96.67%.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Prinsip Kerja Sistem Prinsip kerja sistem diawali dengan pembacaan citra rusak dan citra tidak rusak yang telah terpilih dan dikumpulkan pada folder tertentu.

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 35 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Implementasi GUI GUI diimplementasikan sesuai dengan program pengolah citra dan klasifikasi pada tahap sebelumya. GUI bertujuan untuk memudahkan pengguna mengidentifikasi

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. fold Cross Validation, metode Convolutional neural network dari deep learning

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. fold Cross Validation, metode Convolutional neural network dari deep learning BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Prinsip Kerja Program P rinsip kerja program yaitu dengan melakukan pra pengolahan citra terhadap foto fisik dari permukaan buah manggis agar ukuran seluruh data

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Alat dan Bahan Penelitian BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1.1 Alat Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah: a. Hardware a. Prosesor : Intel Core i5-3230m CPU @ 2.60GHz b. Memori : 4.00 GB c.

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini mengambil tempat di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta yang berlokasi di Jl. Lingkar Selatan, Kasihan, Bantul, Daerah Istimewa

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah: BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Alat dan Bahan Penelitian 3.1.1 Alat Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah: PC dengan spesifikasi: a. Sistem Operasi : Microsoft Windows 10 Enterprise 64-bit

Lebih terperinci

DETEKSI CACAT PERMUKAAN BUAH MANGGIS BERBASIS PENGOLAHAN CITRA MENGGUNAKAN METODE KLASIFIKASI SUPPORT VECTOR MACHINE

DETEKSI CACAT PERMUKAAN BUAH MANGGIS BERBASIS PENGOLAHAN CITRA MENGGUNAKAN METODE KLASIFIKASI SUPPORT VECTOR MACHINE DETEKSI CACAT PERMUKAAN BUAH MANGGIS BERBASIS PENGOLAHAN CITRA MENGGUNAKAN METODE KLASIFIKASI SUPPORT VECTOR MACHINE (SVM) ( Detection Mangosteen s Surface Defect Based-On Image Processing Using Support

Lebih terperinci

BAB III METODELOGI PENELITIAN. Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah: a. Prosesor : Intel Core i5-6198du (4 CPUs), ~2.

BAB III METODELOGI PENELITIAN. Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah: a. Prosesor : Intel Core i5-6198du (4 CPUs), ~2. BAB III METODELOGI PENELITIAN 3.1 Alat dan Bahan Penelitian 3.1.1 Alat Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah: 1. Hardware a. Prosesor : Intel Core i5-6198du CPU @2.30GHz (4 CPUs), ~2.40GHz b.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Rancangan Penelitian Metode penelitian yang digunakan meliputi studi kepustakaan dan penelitian laboratorium. Studi kepustakaan dilakukan untuk mencari teori atau informasi

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah: b. Memori : 8192 MB. c. Sistem Model : Lenovo G40-45

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah: b. Memori : 8192 MB. c. Sistem Model : Lenovo G40-45 20 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Alat dan Bahan Penelitian 3.1.1 Alat Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah: a. Hardware a. Prosesor : AMD A8-6410 APU (4 CPUs), ~2.0 GHz b. Memori : 8192

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Metodologi penelitian adalah sekumpulan peraturan, kegiatan, dan prosedur yang digunakan oleh pelaku suatu disiplin ilmu. Metodologi berisi tahapan-tahapan yang dilakukan

Lebih terperinci

EKSTRAKSI CIRI TRANSFORMASI CURVELET DISKRIT UNTUK MENDETEKSI KERUSAKAN PERMUKAAN BUAH MANGGIS SKRIPSI

EKSTRAKSI CIRI TRANSFORMASI CURVELET DISKRIT UNTUK MENDETEKSI KERUSAKAN PERMUKAAN BUAH MANGGIS SKRIPSI EKSTRAKSI CIRI TRANSFORMASI CURVELET DISKRIT UNTUK MENDETEKSI KERUSAKAN PERMUKAAN BUAH MANGGIS SKRIPSI Disusun Guna Memenuhi Persyaratan Untuk Mencapai Derajat Strata-1 Pada Prodi Teknik Informatika Fakultas

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengumpulan dan Praproses Data Kegiatan pertama dalam penelitian tahap ini adalah melakukan pengumpulan data untuk bahan penelitian. Penelitian ini menggunakan data sekunder

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 23 BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Tahapan Penelitian Tahapan proses penelitian ditunjukkan pada Gambar 15 berikut. Mulai 96 citra stomata Ekstraksi fitur - RGB & Skala Keabuan Ekstraksi fitur - Wavelet

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI Pada bab ini akan dibahas teori yang berkaitan dengan pemrosesan data untuk sistem pengenalan gender pada skripsi ini, meliputi cropping dan resizing ukuran citra, konversi citra

Lebih terperinci

BAB 3 PROSEDUR DAN METODOLOGI. menawarkan pencarian citra dengan menggunakan fitur low level yang terdapat

BAB 3 PROSEDUR DAN METODOLOGI. menawarkan pencarian citra dengan menggunakan fitur low level yang terdapat BAB 3 PROSEDUR DAN METODOLOGI 3.1 Permasalahan CBIR ( Content Based Image Retrieval) akhir-akhir ini merupakan salah satu bidang riset yang sedang berkembang pesat (Carneiro, 2005, p1). CBIR ini menawarkan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA DAN PERANCANGAN

BAB IV ANALISA DAN PERANCANGAN BAB IV ANALISA DAN PERANCANGAN 4.1 Analisa Analisa merupakan tahapan yang sangat penting dalam melakukan penelitian. Tahap analisa yaitu proses pembahasan persoalan atau permasalahan yang dilakukan sebelum

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. DESKRIPSI ALAT Perhitungan benih ikan dengan image processing didasarkan pada luas citra benih ikan. Pengambilan citra menggunakan sebuah alat berupa wadah yang terdapat kamera

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN DAN IMPLEMENTASI SISTEM

BAB III PERANCANGAN DAN IMPLEMENTASI SISTEM BAB III PERANCANGAN DAN IMPLEMENTASI SISTEM Pada bab ini akan dijelaskan mengenai tahapan dan algoritma yang akan digunakan pada sistem pengenalan wajah. Bagian yang menjadi titik berat dari tugas akhir

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. PROGRAM PENGOLAHAN CITRA BIJI KOPI Citra biji kopi direkam dengan menggunakan kamera CCD dengan resolusi 640 x 480 piksel. Citra biji kopi kemudian disimpan dalam file dengan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA DAN PERANCANGAN

BAB IV ANALISA DAN PERANCANGAN BAB IV ANALISA DAN PERANCANGAN 41 Analisa Analisa merupakan tahap paling utama dalam melakuakan penelitian Tahapan analisa digunakan untuk menganalisa permasalahan yang berhubungan dengan penelitian yang

Lebih terperinci

Pertemuan 2 Representasi Citra

Pertemuan 2 Representasi Citra /29/23 FAKULTAS TEKNIK INFORMATIKA PENGOLAHAN CITRA DIGITAL ( DIGITAL IMAGE PROCESSING ) Pertemuan 2 Representasi Citra Representasi Citra citra Citra analog Citra digital Matrik dua dimensi yang terdiri

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Penelitian ini adalah penelitian eksperimen dengan metode penelitian sebagai berikut: 1) Pengumpulan Data Tahap ini dilakukan sebagai langkah awal dari suatu penelitian. Mencari

Lebih terperinci

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI 4.1 Implementasi Program Aplikasi Pada bagian ini, Penulis akan menjelaskan kebutuhan spesifikasi perangkat keras dan perangkat lunak, serta menjelaskan bagaimana cara program

Lebih terperinci

BAB II STUDI PUSTAKA

BAB II STUDI PUSTAKA BAB II STUDI PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka Penelitian pengolahan citra menggunakan metode transformasi curvelet telah banyak dilakukan sebelumnya dengan berbagai macam klasifikasi yang digunakan, salah

Lebih terperinci

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISIS

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISIS BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISIS Bab ini akan membahas tentang pengujian dan analisis sistem. Pada pengujian akan dijelaskan tentang kriteria pengujian serta analisis dari pengujian 4.1. Kriteria Pengujian

Lebih terperinci

BAB IV PENGUJIAN SISTEM. mendeteksi tempat parkir yang telah selesai dibuat. Dimulai dari pengambilan

BAB IV PENGUJIAN SISTEM. mendeteksi tempat parkir yang telah selesai dibuat. Dimulai dari pengambilan BAB IV PENGUJIAN SISTEM Pengujian sistem yang dilakukan merupakan pengujian terhadap program mendeteksi tempat parkir yang telah selesai dibuat. Dimulai dari pengambilan citra dari webcam, pengolahan citra

Lebih terperinci

Identifikasi Jenis Kayu Menggunakan Support Vector Machine Berbasis Data Citra

Identifikasi Jenis Kayu Menggunakan Support Vector Machine Berbasis Data Citra Tersedia secara online di: http://journal.ipb.ac.id/index.php/jika Volume 3 Nomor 1 halaman 1-8 ISSN: 2089-6026 Identifikasi Jenis Kayu Menggunakan Support Vector Machine Berbasis Data Citra Wood Type

Lebih terperinci

BAB 3 ANALISA DAN PERANCANGAN

BAB 3 ANALISA DAN PERANCANGAN 44 BAB 3 ANALISA DAN PERANCANGAN 3.1 Analisa Analisa yang dilakukan terdiri dari : a. Analisa terhadap permasalahan yang ada. b. Analisa pemecahan masalah. 3.1.1 Analisa Permasalahan Pengenalan uang kertas

Lebih terperinci

PENERAPAN METODE SOBEL DAN GAUSSIAN DALAM MENDETEKSI TEPI DAN MEMPERBAIKI KUALITAS CITRA

PENERAPAN METODE SOBEL DAN GAUSSIAN DALAM MENDETEKSI TEPI DAN MEMPERBAIKI KUALITAS CITRA PENERAPAN METODE SOBEL DAN GAUSSIAN DALAM MENDETEKSI TEPI DAN MEMPERBAIKI KUALITAS CITRA HASNAH(12110738) Mahasiswa Program Studi Teknik Informatika, STMIK Budidarma Medan Jl. Sisingamangaraja No. 338

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Citra digital sebenarnya bukanlah sebuah data digital yang normal,

BAB II LANDASAN TEORI. Citra digital sebenarnya bukanlah sebuah data digital yang normal, BAB II LANDASAN TEORI II.1 Citra Digital Citra digital sebenarnya bukanlah sebuah data digital yang normal, melainkan sebuah representasi dari citra asal yang bersifat analog [3]. Citra digital ditampilkan

Lebih terperinci

SAMPLING DAN KUANTISASI

SAMPLING DAN KUANTISASI SAMPLING DAN KUANTISASI Budi Setiyono 1 3/14/2013 Citra Suatu citra adalah fungsi intensitas 2 dimensi f(x, y), dimana x dan y adalahkoordinat spasial dan f pada titik (x, y) merupakan tingkat kecerahan

Lebih terperinci

BAB II STUDI PUSTAKA

BAB II STUDI PUSTAKA BAB II STUDI PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka Penelitian tentang pendeteksi pemutuan pada buah manggis telah dilakukan sebelumnya, salah satunya oleh Sandra (2007) dalam penelitiannya yang berjudul Pengembangan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Metode Pengumpulan Data Data yang digunakan pada penelitian ini merupakan data sentimen dari pengguna aplikasi android yang memberikan komentarnya pada fasilitas user review

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Alur Metodologi Penelitian Berikut adalah alur metodologi penelitian yang akan digunakan dalam menyelesaikan penelitian tugas akhir ini : 3.2 Pengumpulan Data Gambar 3.1

Lebih terperinci

BAB II CITRA DIGITAL

BAB II CITRA DIGITAL BAB II CITRA DIGITAL DEFINISI CITRA Citra adalah suatu representasi(gambaran),kemiripan,atau imitasi dari suatu objek. DEFINISI CITRA ANALOG Citra analog adalahcitra yang bersifat kontinu,seperti gambar

Lebih terperinci

Model Citra (bag. 2)

Model Citra (bag. 2) Model Citra (bag. 2) Ade Sarah H., M. Kom Resolusi Resolusi terdiri dari 2 jenis yaitu: 1. Resolusi spasial 2. Resolusi kecemerlangan Resolusi spasial adalah ukuran halus atau kasarnya pembagian kisi-kisi

Lebih terperinci

HALAMAN JUDUL DETEKSI INDEKS KEMATANGAN BUAH MANGGIS MENGGUNAKAN METODE SUPPORT VECTOR MACHINE TUGAS AKHIR

HALAMAN JUDUL DETEKSI INDEKS KEMATANGAN BUAH MANGGIS MENGGUNAKAN METODE SUPPORT VECTOR MACHINE TUGAS AKHIR HALAMAN JUDUL DETEKSI INDEKS KEMATANGAN BUAH MANGGIS MENGGUNAKAN METODE SUPPORT VECTOR MACHINE TUGAS AKHIR Diajukan Guna Memenuhi Persyaratan Untuk Mencapai Derajat Strata-1 Pada Prodi Teknik Elektro Fakultas

Lebih terperinci

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM. Perancangan sistem dimulai dari penempatan posisi kamera dengan posisi yang

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM. Perancangan sistem dimulai dari penempatan posisi kamera dengan posisi yang 23 BAB 3 PERANCANGAN SISTEM 3.1 Deskripsi Sistem Perancangan sistem dimulai dari penempatan posisi kamera dengan posisi yang sesuai kemudian dihubungkan dengan komputer yang akan mengolah gambar seperti

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Waktu yang digunakan dalam penelitian ini yaitu dalam kurun waktu enam bulan terhitung mulai februari 2012 sampai juli 2012. Tempat yang digunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan teknologi senantiasa membawa dampak secara langsung maupun tidak langsung, baik itu berdampak positif maupun negatif dan akan sangat berpengaruh terhadap

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 7 BAB 2 LANDASAN TEORI Pada bab ini akan dibahas mengenai teori pendukung dan penelitian sebelumnya yang berhubungan dengan metode ekstraksi fitur, serta metode klasifikasi Support Vector Machine dalam

Lebih terperinci

3 BAB III METODE PENELITIAN

3 BAB III METODE PENELITIAN 20 3 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode penelitian Penenelitian ini merupakan penelitian eksperimen, dengan melalui beberapa tahapan sebagai berikut : 1. Pengumpulan data Tahapan ini merupakan langkah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menggunakan PCA, kemudian penelitian yang menggunakan algoritma Fuzzy C-

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menggunakan PCA, kemudian penelitian yang menggunakan algoritma Fuzzy C- 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Studi Pendahuluan Sebelumnya telah ada penelitian tentang sistem pengenalan wajah 2D menggunakan PCA, kemudian penelitian yang menggunakan algoritma Fuzzy C- Means dan jaringan

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM Pada bab ini akan dijelaskan mengenai kebutuhan-kebutuhan yang digunakan dalam membuat program ini. Setelah semua kebutuhan selesai di analisa, maka penulis akan

Lebih terperinci

BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN 4 BAB HASIL DAN PEMBAHASAN Ada tiga tahap utama yang dilakukan pada percobaan ini yaitu ektraksi ciri, pelatihan dan pengujian JST. Percobaan dilakukan dengan mengkombinasikan data hasil ekstraksi ciri

Lebih terperinci

Suatu proses untuk mengubah sebuah citra menjadi citra baru sesuai dengan kebutuhan melalui berbagai cara.

Suatu proses untuk mengubah sebuah citra menjadi citra baru sesuai dengan kebutuhan melalui berbagai cara. Image Enhancement Suatu proses untuk mengubah sebuah citra menjadi citra baru sesuai dengan kebutuhan melalui berbagai cara. Cara-cara yang bisa dilakukan misalnya dengan fungsi transformasi, operasi matematis,

Lebih terperinci

PENGAMAN RUMAH DENGAN SISTEM FACE RECOGNITION SECARA REAL TIME MENGGUNAKAN METODE PRINCIPAL COMPONENT ANALYSIS

PENGAMAN RUMAH DENGAN SISTEM FACE RECOGNITION SECARA REAL TIME MENGGUNAKAN METODE PRINCIPAL COMPONENT ANALYSIS PENGAMAN RUMAH DENGAN SISTEM FACE RECOGNITION SECARA REAL TIME MENGGUNAKAN METODE PRINCIPAL COMPONENT ANALYSIS Sinar Monika 1, Abdul Rakhman 1, Lindawati 1 1 Program Studi Teknik Telekomunikasi, Jurusan

Lebih terperinci

BAB IV PENGUJIAN SISTEM. koordinat pada tiap-tiap area, akses pixel, contrast streching, histogram. yang

BAB IV PENGUJIAN SISTEM. koordinat pada tiap-tiap area, akses pixel, contrast streching, histogram. yang BAB IV PENGUJIAN SISTEM Sistem yang di ujicoba merupakan dari hasil program yang telah selesai dibuat. Dimulai dari pengambilan citra dari WebCam, pengolahan citra yang dimulai dengan update citra kondisi

Lebih terperinci

UKDW BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

UKDW BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu bagian yang wajib dimiliki oleh kendaraan bermotor resmi di Indonesia adalah bagian plat nomor. Plat nomor ini memberi informasi tentang dari mana asal wilayah

Lebih terperinci

BAB II STUDI PUSTAKA

BAB II STUDI PUSTAKA BAB II STUDI PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka Tinjauan pustaka dilakukan sebagai acuan dan kajian terhadap penelitian ini. Dengan dilakukannya tinjauan pustaka terhadap penelitian-penelitian terdahulu yang

Lebih terperinci

ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM

ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM 3.1 Analisis Masalah Dalam mengetahui suatu bahan jenis kulit cukup sulit karena bahan jenis kulit memeliki banyak jenis. Setiap permukaan atau tekstur dari setiap jenisnya

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI METODE HARMONIC MEAN FILTERDAN CANNY UNTUK MEREDUKSI NOISEPADA CITRA DIGITAL

IMPLEMENTASI METODE HARMONIC MEAN FILTERDAN CANNY UNTUK MEREDUKSI NOISEPADA CITRA DIGITAL IMPLEMENTASI METODE HARMONIC MEAN FILTERDAN CANNY UNTUK MEREDUKSI NOISEPADA CITRA DIGITAL Ahmad Yunus Nasution 1, Garuda Ginting 2 1 Mahasiswa Teknik Informatika STMIK Budi Darma 2 Dosen Tetap STMIK Budi

Lebih terperinci

Pengembangan Algoritma Pengubahan Ukuran Citra Berbasiskan Analisis Gradien dengan Pendekatan Polinomial

Pengembangan Algoritma Pengubahan Ukuran Citra Berbasiskan Analisis Gradien dengan Pendekatan Polinomial Pengembangan Algoritma Pengubahan Ukuran Citra Berbasiskan Analisis Gradien dengan Pendekatan Polinomial Eric Christopher School of Electrical Engineering and Informatics, Institute Technology of Bandung,

Lebih terperinci

HALAMAN PERNYATAAN. Yogyakarta, Yang menyatakan, Fiddin Yusfida A la

HALAMAN PERNYATAAN. Yogyakarta, Yang menyatakan, Fiddin Yusfida A la HALAMAN PERNYATAAN Saya yang bertanda tangan di bawah ini: Nama : Fiddin Yusfida A la NIM : 20120140018 Program studi : Teknik Informatika Fakultas : Teknik Jenis karya : Skripsi Judul karya : Deteksi

Lebih terperinci

Journal of Control and Network Systems

Journal of Control and Network Systems JCONES Vol. 5, No. 1 (2016) 158-163 Journal of Control and Network Systems Situs Jurnal : http://jurnal.stikom.edu/index.php/jcone IDENTIFIKASI JENIS PENYAKIT DAUN TEMBAKAU MENGGUNAKAN METODE GRAY LEVEL

Lebih terperinci

BAB III PENGOLAHAN DATA

BAB III PENGOLAHAN DATA BAB III PENGOLAHAN DATA Pengolahan data pada penelitian ini meliputi tahapan pengambilan data, penentuan titik tengah area yang akan menjadi sampel, pengambilan sampel, penentuan ukuran window subcitra

Lebih terperinci

KONSEP DASAR PENGOLAHAN CITRA

KONSEP DASAR PENGOLAHAN CITRA KONSEP DASAR PENGOLAHAN CITRA Copyright @ 2007 by Emy 2 1 Kompetensi Mampu membangun struktur data untuk merepresentasikan citra di dalam memori computer Mampu melakukan manipulasi citra dengan menggunakan

Lebih terperinci

BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM PROGRAM APLIKASI HANDS RECOGNIZER

BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM PROGRAM APLIKASI HANDS RECOGNIZER BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM PROGRAM APLIKASI HANDS RECOGNIZER Dalam analisis dan perancangan sistem program aplikasi ini, disajikan mengenai analisis kebutuhan sistem yang digunakan, diagram

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Pustaka Sebagai tinjauan pustaka, berikut beberapa contoh penelitian telapak kaki yang sudah dilakukan oleh para peneliti yang dapat digunakan sebagai

Lebih terperinci

GRAFIK KOMPUTER DAN PENGOLAHAN CITRA. WAHYU PRATAMA, S.Kom., MMSI.

GRAFIK KOMPUTER DAN PENGOLAHAN CITRA. WAHYU PRATAMA, S.Kom., MMSI. GRAFIK KOMPUTER DAN PENGOLAHAN CITRA WAHYU PRATAMA, S.Kom., MMSI. PERTEMUAN 8 - GRAFKOM DAN PENGOLAHAN CITRA Konsep Dasar Pengolahan Citra Pengertian Citra Analog/Continue dan Digital. Elemen-elemen Citra

Lebih terperinci

BAB IV IMPLEMENTASI DAN EVALUASI. implementasi dan evaluasi yang dilakukan terhadap perangkat keras dan

BAB IV IMPLEMENTASI DAN EVALUASI. implementasi dan evaluasi yang dilakukan terhadap perangkat keras dan BAB IV IMPLEMENTASI DAN EVALUASI Implementasi dan Evaluasi yang dilakukan penulis merupakan implementasi dan evaluasi yang dilakukan terhadap perangkat keras dan perangkat lunak dari sistem secara keseluruhan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Pengolahan Citra adalah pemrosesan citra, khususnya dengan menggunakan

BAB II LANDASAN TEORI. Pengolahan Citra adalah pemrosesan citra, khususnya dengan menggunakan BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Citra Citra adalah gambar pada bidang dwimatra (dua dimensi). Ditinjau dari sudut pandang matematis, citra merupakan fungsi menerus dan intensitas cahaya pada bidang dwimatra

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Eksperimen Pada penelitian ini dilakukan eksperimen sebanyak dua kali. Eksperimen pertama dilakukan untuk menguji keberhasilan klasifikasi ROI ke dalam jenis keabnormalan,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Dalam penelitian ini diperlukan sebuah desain dan metode penelitian agar dalam pelaksanaaannya dapat menjadi lebih teratur dan terurut. 3.1. Desain Penelitian Bentuk dari desain

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Maret sampai dengan bulan September

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Maret sampai dengan bulan September 32 BAB III METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Maret sampai dengan bulan September 2015 dan tempat pelaksanaan penelitian ini di Laboratorium Elektronika

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Peningkatan yang pesat dalam jumlah kendaraan dikota besar memiliki dampak terhadap kebutuhan parkir di tempat-tempat umum seperti di rumah sakit, kantor, pusat perbelanjaan,

Lebih terperinci

1. BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

1. BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang 1 1. BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Iris mata merupakan salah satu organ internal yang dapat di lihat dari luar. Selaput ini berbentuk cincin yang mengelilingi pupil dan memberikan pola warna pada mata

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS 4.1 Analisis Terhadap Citra Satelit yang digunakan 4.2 Analisis Terhadap Peta Rupabumi yang digunakan

BAB IV ANALISIS 4.1 Analisis Terhadap Citra Satelit yang digunakan 4.2 Analisis Terhadap Peta Rupabumi yang digunakan BAB IV ANALISIS 4.1 Analisis Terhadap Citra Satelit yang digunakan Citra SPOT 4 dan IKONOS yang digunakan merupakan dua citra yang memiliki resolusi spasial yang berbeda dimana SPOT 4 memiliki resolusi

Lebih terperinci

Algoritma Kohonen dalam Mengubah Citra Graylevel Menjadi Citra Biner

Algoritma Kohonen dalam Mengubah Citra Graylevel Menjadi Citra Biner Jurnal Ilmiah Teknologi dan Informasia ASIA (JITIKA) Vol.9, No.2, Agustus 2015 ISSN: 0852-730X Algoritma Kohonen dalam Mengubah Citra Graylevel Menjadi Citra Biner Nur Nafi'iyah Prodi Teknik Informatika

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI Pada bab ini akan dibahas teori yang berkaitan dengan pemrosesan data untuk sistem pendeteksi senyum pada skripsi ini, meliputi metode Viola Jones, konversi citra RGB ke grayscale,

Lebih terperinci

PENGENALAN PLAT NOMOR KENDARAAN MENGGUNAKAN METODE PRINCIPAL COMPONENT ANALYSIS DAN SUPPORT VECTOR MACHINE BERBASIS PENGOLAHAN CITRA DIGITAL

PENGENALAN PLAT NOMOR KENDARAAN MENGGUNAKAN METODE PRINCIPAL COMPONENT ANALYSIS DAN SUPPORT VECTOR MACHINE BERBASIS PENGOLAHAN CITRA DIGITAL PENGENALAN PLAT NOMOR KENDARAAN MENGGUNAKAN METODE PRINCIPAL COMPONENT ANALYSIS DAN SUPPORT VECTOR MACHINE BERBASIS PENGOLAHAN CITRA DIGITAL Silviana Utari, Tjut Awaliyah, M.Kom, Irma Anggraeni, M.Kom

Lebih terperinci

Bab III ANALISIS&PERANCANGAN

Bab III ANALISIS&PERANCANGAN 3.1 Analisis Masalah Bab III ANALISIS&PERANCANGAN Pada penelitian sebelumnya yaitu ANALISIS CBIR TERHADAP TEKSTUR CITRA BATIK BERDASARKAN KEMIRIPAN CIRI BENTUK DAN TEKSTUR (A.Harris Rangkuti, Harjoko Agus;

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengenalan Citra Citra adalah suatu representasi (gambaran), kemiripan atau imitasi dari suatu objek. Citra sebagai keluaran suatu sistem perekaman data dapat bersifat optik berupa

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN ALGORITMA PENGUBAHAN UKURAN CITRA BERBASISKAN ANALISIS GRADIEN DENGAN PENDEKATAN POLINOMIAL

PENGEMBANGAN ALGORITMA PENGUBAHAN UKURAN CITRA BERBASISKAN ANALISIS GRADIEN DENGAN PENDEKATAN POLINOMIAL PENGEMBANGAN ALGORITMA PENGUBAHAN UKURAN CITRA BERBASISKAN ANALISIS GRADIEN DENGAN PENDEKATAN POLINOMIAL Eric Christopher #1, Dr. Ir. Rinaldi Munir, M. T. #2 #School of Electrical Engineering and Informatics,

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang

PENDAHULUAN. Latar Belakang Latar Belakang PENDAHULUAN Biometrik adalah ilmu untuk menetapkan identitas seseorang berdasarkan ciri fisik, kimia, ataupun tingkah laku dari orang tersebut. Dewasa ini, biometrik telah menjadi suatu

Lebih terperinci

BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN

BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN Pada bab ini akan dijelaskan mengenai alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini serta tahapan-tahapan yang dilakukan dalam mengklasifikasi tata guna lahan dari hasil

Lebih terperinci

Adobe Photoshop CS3. Bagian 2 Bekerja dalam Photoshop

Adobe Photoshop CS3. Bagian 2 Bekerja dalam Photoshop Adobe Photoshop CS3 Bagian 2 Bekerja dalam Photoshop Mengapa Photoshop? Adobe Photoshop adalah perangkat lunak yang menjadi standar dalam industri digital imaging. Sekarang, memiliki keahlian dalam menggunakan

Lebih terperinci

BAB VI HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB VI HASIL DAN PEMBAHASAN BAB VI HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Program Pengolahan Citra untuk Pengukuran Warna pada Produk Hortikultura Pengembangan metode pengukuran warna dengan menggunakan kamera CCD dan image processing adalah dengan

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM Pada bab analisa dan perancangan ini akan mengulas tentang tahap yang digunakan dalam penelitian pembuatan aplikasi implementasi kompresi gambar menggunakan metode

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Steganografi Kata steganografi berasal dari bahasa yunani yang terdiri dari steganos (tersembunyi) graphen (menulis), sehingga bisa diartikan sebagai tulisan yang tersembunyi.

Lebih terperinci

ARTIKEL APLIKASI KLASIFIKASI JENIS JENIS BUAH JERUK MENGGUNAKAN METODE K-NEAREST NEIGHBOR

ARTIKEL APLIKASI KLASIFIKASI JENIS JENIS BUAH JERUK MENGGUNAKAN METODE K-NEAREST NEIGHBOR ARTIKEL APLIKASI KLASIFIKASI JENIS JENIS BUAH JERUK MENGGUNAKAN METODE K-NEAREST NEIGHBOR Oleh: RIDHO ARY SUMARNO 13.1.03.02.0092 Dibimbing oleh : 1. Hermin Istiasih M.T., M.M. 2. Mochammad Bilal S.kom.,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dunia kesehatan dewasa ini tidak bisa dipisahkan dengan teknologi yang terus berkembang. Pengembangan teknologi yang erat kaitannya dengan dunia kesehatan atau dunia

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tahapan Penelitian Tahapan yang dilakukan dalam penelitian ini disajikan pada Gambar 14, terdiri dari tahap identifikasi masalah, pengumpulan dan praproses data, pemodelan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Dalam tugas akhir ini penguji melakukan pengujian dari judul tugas akhir sebelumnya, yang dilakukan oleh Isana Mahardika. dalam tugas akhir tersebut membahas pendeteksian tempat

Lebih terperinci

PENENTUAN KUALITAS DAUN TEMBAKAU DENGAN PERANGKAT MOBILE BERDASARKAN EKSTRASI FITUR RATA-RATA RGB MENGGUNAKAN ALGORITMA K-NEAREST NEIGHBOR

PENENTUAN KUALITAS DAUN TEMBAKAU DENGAN PERANGKAT MOBILE BERDASARKAN EKSTRASI FITUR RATA-RATA RGB MENGGUNAKAN ALGORITMA K-NEAREST NEIGHBOR PENENTUAN KUALITAS DAUN TEMBAKAU DENGAN PERANGKAT MOBILE BERDASARKAN EKSTRASI FITUR RATA-RATA RGB MENGGUNAKAN ALGORITMA K-NEAREST NEIGHBOR Eko Subiyantoro, Yan Permana Agung Putra Program Studi Teknik

Lebih terperinci

Implementasi Principal Component Analysis (PCA) Untuk Pengenalan Wajah Manusia

Implementasi Principal Component Analysis (PCA) Untuk Pengenalan Wajah Manusia Nusantara of Engineering/Vol. 2/ No. 1/ISSN: 2355-6684 65 Implementasi Principal Component Analysis (PCA) Untuk Pengenalan Wajah Manusia Rina Firliana, Resty Wulanningrum, Wisnu Sasongko Jurusan Teknik

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI RAMBU-RAMBU LALU LINTAS MENGGUNAKAN LEARNING VECTOR QUANTIZATION

IDENTIFIKASI RAMBU-RAMBU LALU LINTAS MENGGUNAKAN LEARNING VECTOR QUANTIZATION IDENTIFIKASI RAMBU-RAMBU LALU LINTAS MENGGUNAKAN LEARNING VECTOR QUANTIZATION RULIAH Program Studi Sistem Informasi Sekolah Tinggi Manajemen Informatika dan Komputer Banjarbaru Jl. A. Yani Km. 33,3 Loktabat

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Penentuan Masalah Penelitian Masalah masalah yang dihadapi oleh penggunaan identifikasi sidik jari berbasis komputer, yaitu sebagai berikut : 1. Salah satu masalah dalam

Lebih terperinci

Konsep Dasar Pengolahan Citra. Pertemuan ke-2 Boldson H. Situmorang, S.Kom., MMSI

Konsep Dasar Pengolahan Citra. Pertemuan ke-2 Boldson H. Situmorang, S.Kom., MMSI Konsep Dasar Pengolahan Citra Pertemuan ke-2 Boldson H. Situmorang, S.Kom., MMSI Definisi Citra digital: kumpulan piksel-piksel yang disusun dalam larik (array) dua-dimensi yang berisi nilai-nilai real

Lebih terperinci

KLASIFIKASI KUALITAS TELUR ASIN BERDASARKAN CITRA RED GREEN BLUE MENGGUNAKAN ADAP TIVE NEURO FUZZY INFERENCE SYSTEM

KLASIFIKASI KUALITAS TELUR ASIN BERDASARKAN CITRA RED GREEN BLUE MENGGUNAKAN ADAP TIVE NEURO FUZZY INFERENCE SYSTEM KLASIFIKASI KUALITAS TELUR ASIN BERDASARKAN CITRA RED GREEN BLUE MENGGUNAKAN ADAP TIVE NEURO FUZZY INFERENCE SYSTEM Maimunah Program Studi Teknik Komputer Universitas Islam 45 Email: maimaimuna@gmail.com

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB III PERANCANGAN SISTEM BAB III PERANCANGAN SISTEM 3.1 Definisi Masalah Dalam beberapa tahun terakhir perkembangan Computer Vision terutama dalam bidang pengenalan wajah berkembang pesat, hal ini tidak terlepas dari pesatnya

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN DAN PERANCANGAN SISTEM. penelitian laboratorium. Studi kepustakaan dilakukan untuk mencari teori atau

BAB III METODE PENELITIAN DAN PERANCANGAN SISTEM. penelitian laboratorium. Studi kepustakaan dilakukan untuk mencari teori atau BAB III METODE PENELITIAN DAN PERANCANGAN SISTEM 3.1 Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan meliputi studi kepustakaan dan penelitian laboratorium. Studi kepustakaan dilakukan untuk mencari

Lebih terperinci

SISTEM PENGENALAN BUAH MENGGUNAKAN METODE DISCRETE COSINE TRANSFORM dan EUCLIDEAN DISTANCE

SISTEM PENGENALAN BUAH MENGGUNAKAN METODE DISCRETE COSINE TRANSFORM dan EUCLIDEAN DISTANCE SISTEM PENGENALAN BUAH MENGGUNAKAN METODE DISCRETE COSINE TRANSFORM dan EUCLIDEAN DISTANCE Bagus Aditya *), Achmad Hidayatno, and Ajub Ajulian Zahra Jurusan Teknik Elektro, Universitas Diponegoro Semarang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jenis kelainan pada tulang punggung manusia bermacam-macam, bergantung pada faktor umur, kebiasaan, dan kecelakaan/virusbakteri. Skoliosis adalah kelainan tulang belakang

Lebih terperinci

... BAB 2 LANDASAN TEORI. 2.1 Citra

... BAB 2 LANDASAN TEORI. 2.1 Citra 6 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Citra Citra atau image adalah suatu matriks dimana indeks baris dan kolomnya menyatakan suatu titik pada citra tersebut dan elemen matriksnya (yang disebut sebagai elemen gambar

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. metode yang digunakan sebagai pengawasan kendaraan yang menggunakan pengenalan

BAB 2 LANDASAN TEORI. metode yang digunakan sebagai pengawasan kendaraan yang menggunakan pengenalan BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Automatic Number Plate Recognition Automatic Number Plate Recognition atau yang disingkat dengan ANPR adalah metode yang digunakan sebagai pengawasan kendaraan yang menggunakan

Lebih terperinci

Hardisk 80 GB Perangkat lunak Window XP Profesional MATLAB 7.0.1

Hardisk 80 GB Perangkat lunak Window XP Profesional MATLAB 7.0.1 Hardisk 8 GB Perangkat lunak Window XP Profesional MATLAB 7..1 HASIL DAN PEMBAHASAN Percobaan yang dilakukan pada penelitian ini terdiri atas dua macam, yaitu citra yang akan mengalami proses pengenalan

Lebih terperinci

BAB II STUDI PUSTAKA. sudah banyak dilakukan. Penelitian-penelitian tersebut menggunakan berbagai

BAB II STUDI PUSTAKA. sudah banyak dilakukan. Penelitian-penelitian tersebut menggunakan berbagai BAB II STUDI PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka Penelitian tentang klasifikasi buah dengan menggunakan pengolahan citra sudah banyak dilakukan. Penelitian-penelitian tersebut menggunakan berbagai macam metode

Lebih terperinci

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM 21 BAB 3 PERANCANGAN SISTEM Sebelum citra tanda tangan dikenali dengan menggunakan Hidden Markov Model (HMM) citra tanda tangan tersebut ditransmisikan dengan dikompresi menggunakan Run Length Encoding

Lebih terperinci