BAB I PENDAHULUAN. lain. Sebagai contoh, bahasa Inggris memiliki sistem tenses atau sistem kala, yaitu

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN. lain. Sebagai contoh, bahasa Inggris memiliki sistem tenses atau sistem kala, yaitu"

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN LATAR BELAKANG PENELITIAN Setiap bahasa mempunyai sistem yang berbeda antara satu dengan yang lain. Sebagai contoh, bahasa Inggris memiliki sistem tenses atau sistem kala, yaitu suatu kata kerja (verba) mempunyai banyak bentuk (past, present dan participle) untuk mengindikasikan kapan suatu kejadian (action) terjadi. Bahasa Jepang memiliki tuturan honorifik yakni setiap nama orang disertai dengan ungkapan hormat berupa sufiks kun, san, sama atau chan, tergantung tingkat keakraban lawan bicara atau pihak yang dibicarakan dengan yang berbicara. Bahasa Mandarin termasuk dalam bahasa nada yaitu sebuah kalimat maknanya akan berbeda tergantung dengan nada yang digunakan. Bahasa Prancis berasal dari rumpun bahasa yang berbeda dari bahasa Indonesia. Bahasa Prancis berakar dari bahasa Indo-Eropa, sedangkan bahasa Indonesia berakar dari bahasa Austronesia. Perbedaan rumpun inilah yang menyebabkan adanya perbedaan sistem dalam bahasa Indonesia dan bahasa Prancis. Salah satu perbedaan yang ada di antara bahasa Indonesia (bi) dan bahasa Prancis (bp) adalah tidak adanya artikel yang melekat pada nomina (N) bi. N dapat berupa N saja atau berupa grup nominal (GN). Artikel dalam bp bertempat 1

2 di depan N dan berfungsi menunjukkan teridentifikasi/tidaknya N dalam suatu wacana atau konteks (Grevisse, 1975: 278). Nomina (N) dalam bi didahului oleh sebuah kata bilangan seperti; satu, dua, sebuah, beberapa, dan lain sebagainya; dan tidak selalu ditulis, misalnya ini (sebuah) buku atau itu (sebuah) mobil baru. (1) Elle a donc une famille? dia punya kalau begitu ART keluarga (LDac: 30) Dia punya keluarga? (TLotC: 8) Dari contoh (1) yang diambil dari La Dame aux camélias (LDac) dan versi terjemahan bahasa Indonesianya yaitu The Lady of the Camellias (TLotC) yang ada di atas dapat dilihat bahwa di depan N famille terdapat artikel une (sebuah). Dalam sistem bi tidak ada artikel sebelum N, sehingga pada terjemahannya tidak ada artikel di depan keluarga. Meskipun demikian, artikel bp juga sering memiliki padanan dalam teks bi, seperti dalam contoh berikut: (2) Seulement la jeune duchesse était [ ] (LDac : 34-35) hanya ART muda wanita bangsawan berada Gadis bangsawan itu berada [ ] (TLotC: 15) Artikel la dalam la jeune duchesse diterjemahkan menjadi itu karena la merujuk kembali di dalam teks pada penyebutan GN yang bersangkutan sebelumnya (Verhaar: 326). Maka dari itu artikel la mempunyai padanan itu dalam TLotC. 2

3 Meskipun begitu, sering terdapat masalah terjemahan yang berupa perubahan bentuk gramatikal dari BSu ke BSa. Lihat contoh berikut: (3) Une blonde, mince, [ ] ART orang yang berambut pirang langsing (LDac : 211) Pirang, langsing, [...] (TLotC: 273) Une blonde dalam (3) adalah GN yang terdiri dari artikel (une) dan N (blonde). Akan tetapi terjemahannya pada TLotC adalah pirang, yang merupakan adjektiva. (4) [ ] C est peut-être une folie, mais je l aime! [ ] ini mungkin ART kebodohan tapi aku mencintainya (LDac: 167) [ ] Ini memang bodoh, tetapi aku mencintainya. [...] (TLotC: 209) (5) Vous êtes un enfant. (LDac : 133) anda adalah ART anak Kau ini sungguh kekanak-kanakan! (TLotC: 159) Dalam (4) dan (5) terdapat GN pada LDac yang memiliki bentuk nonnomina sebagai terjemahannya. Terjemahan literal dari une folie adalah kebodohan sedangkan terjemahan literal un enfant adalah anak, akan tetapi dalam TLotC terjemahan dari une folie berupa sebuah adjektiva bodoh dan terjemahan dari un enfant juga berupa sebuah adjektiva kekanak-kanakan RUMUSAN MASALAH Deviasi terjemahan yang ditemukan dalam TLotC seperti yang telah ditunjukkan pada contoh-contoh pada sub-bab 1.1 merupakan masalah terjemahan 3

4 yang akan diteliti dalam penelitian ini. Terdapat dua pertanyaan yang merupakan hasil dari perumusan masalah tersebut, yaitu: 1. Apa sajakah jenis GN pada LDac? 2. Apa sajakah jenis pergeseran terjemahan yang menyebabkan GN pada LDac memiliki terjemahan berupa bentuk gramatikal selain nomina/frasa nominal dalam TLotC? TUJUAN PENELITIAN Penelitian ini dilakukan dengan tujuan: 1. Memaparkan macam-macam GN dalam pada LDac. 2. Menjelaskan jenis pergeseran terjemahan yang menyebabkan GN pada LDac memiliki terjemahan berupa bentuk gramatikal selain nomina/frasa nominal dalam TLotC TINJAUAN PUSTAKA Dalam tinjauan pustaka telah ditemukan banyak penelitian dengan penggunaan teori yang sama, yaitu pergeseran terjemahan. Pergeseran Semantis Penerjemahan Unsur-Unsur Seksual dalam Komik Titeuf karya Denta Yuliyansyah (2013) membahas perbandingan makna asli unsur seksual dalam bahasa Prancis ke dalam padanannya dalam bahasa 4

5 Indonesia. Penelitian ini menggunakan teori pergeseran terjemahan. Kesimpulan yang didapat dari penelitian ini adalah pergeseran terjemahan yang terjadi dalam Komik Titeuf tidak mempertahankan amanat yang terkandung dalam bahasa sumbernya. Skripsi Deiksis Eksoforis dalam Dua Seri Komik Tintin: Tintin Au Pays des Soviets dan Tintin Au Congo beserta Penerjemahannya karya Rachmad Gilang Saputra (2013) mengalisis kata-kata deiksis eksoforis yang terdapat di dalam dua seri komik Tintin Tintin Au Pays des Soviets dan Tintin Au Congo. Penelitian ini juga menggunakan teori pergeseran terjemahan dalam analisisnya. Pergeseran terjemahan yang ada dalam dua komik Tintin terjemahan tersebut menyebabkan pronomina persona bp memiliki padanan berupa pronomina penyapa dalam bi, determinan posesif bp berupa pronomina persona terikat dan pronomina persona bebas dalam bi, adverbia lokatif bp berupa pronomina demonstratif dalam bi, verba bp berupa nomina dalam bi, determinan demonstratif bp berupa pronomina penunjuk umum dan pronomina penunjuk tempat dalam bi. Nikita Daning Pratami (2014) membahas bentuk-bentuk kata deiksis endofora dalam bahasa Prancis serta penerjemahannya dalam bahasa Indonesia dalam skripsinya yang berjudul Deiksis Endofora dalam Bahasa Prancis dan Penerjemahannya dalam Bahasa Indonesia. Teori pergeseran terjemahan juga digunakan dalam penelitian ini. Penelitian ini menyimpulkan bahwa banyak bentuk pemarkah anafora dan katafora dalam novel Le Petit Prince bergeser saat diterjemahkan ke bi. 5

6 Skripsi Pergeseran Terjemahan Nomina Novel L Aube pada Novel Terjemahan Fajar karya Febita Nur Tisani (2009) merupakan skripsi dengan tema penelitian yang sama dengan penelitian yang akan dilakukan, yaitu perubahan nomina ke bentuk gramatikal lain dan menggunakan teori yang sama, yaitu teori pergeseran terjemahan. Dalam penelitian ini ditemukan bahwa pergeseran terjemahan yang paling banyak terjadi merupakan pergeseran dari nomina jamak ke nomina tunggal. Perbedaan penelitian karya Febita Nur Tisani ini dengan penelitian yang akan dilakukan adalah bahwa penelitian ini berfokus pada GN yang memiliki artikel sebagai determinan, karena GN terdiri dari determinan dan N LANDASAN TEORI Penelitian ini menggunakan tiga teori, yaitu teori GN bahasa Prancis menurut pendapat Jean Dubois dan Françoise Dubois-Charlier (1970) yang berjudul Éléments de Linguistique Francaise: Syntaxe, Bescherelle: La Grammaire pour tous karangan Nicolas Laurent dan Bénédicte Delaunay (2012) dan teori pergeseran terjemahan J.C. Catford (1965) dari bukunya yang berjudul A Linguistic Theory of Translation. 6

7 1.5.1 Grup Nominal Bahasa Prancis Dalam ilmu sintaksis bahasa Prancis, grup nominal (GN) merupakan salah satu syarat pembentuk syntagme nominal (frasa nominal) dalam ilmu sintaksis bahasa Prancis. GN terdiri dari determinan (le déterminant) dan, maka dari itu GN adalah kelompok kata dengan N sebagai unsur inti. Dalam peraturan penulisan GN, determinan selalu mendahului N. Determinan adalah konstituen yang mendahului N dan berfungsi menandai nomina (Sajarwa, 2003:7). Peraturan penulisan GN bila digambarkan adalah sebagai berikut: GN D + N Determinan meliputi artikel (article), milik (possessif), demonstratif (démonstratif), numeral (numéral), interogatif (interrogatif), dan determinan takdefinit. Determinan juga disesuaikan pada jumlah (nombre) dan jenis (genre) N yang ditandai. Contoh : la concierge est dans la cour ce chien bâille La pada GN la concierge merupakan contoh determinan yang berbentuk artikel definit feminin. Artikel tersebut menyesuaikan nomina concierge yang merupakan nomina berjenis kelamin feminin, sehingga artikel yang digunakan adalah la. Contoh kedua yaitu GN ce chien pada kalimat ce chien bâille. Ce adalah determinan yang berbentuk demonstratif maskulin karena nomina chien 7

8 adalah nomina berjenis kelamin maskulin, sehingga demonstratif tersebut berbentuk ce. Meskipun begitu, GN tidak hanya terdiri dari gabungan antara determinan dan nomina. Nomina nama diri dan pronomina persona juga merupakan GN. Nomina nama diri adalah N yang berbentuk nama, baik benda, orang maupun tempat (Sajarwa, 2003:4). Pronomina persona bahasa Prancis meliputi pronomina pertama (la première personne) yaitu je (aku/saya) dan nous (kami/ kita); pronomina kedua (la deuxième personne) yaitu tu (kau/kamu) dan vous (anda/kalian); dan pronomina ketiga (la troisième personne) yaitu il/elle (dia maskulin/dia feminin) dan ils/elles (mereka maskulin (atau gabungan dari dua jenis kelamin sekaligus)/mereka feminin). Nomina nama diri dan pronomina persona juga dikategorikan sebagai GN karena berdasarkan struktur dalamnya, nomina nama diri dan pronomina persona diawali dengan determinan, yaitu artikel definit. Akan tetapi artikel tersebut tidak terlihat karena mengalami penghapusan yang disebabkan oleh karakteristik nomina nama diri dan pronomina persona, yaitu tidak umum atau commun, yang artinya sifatnya sudah spesifik. Contoh: Jean est venu hier Versailles est sur la route de Paris à Chartres il est venu hier Jean dan Versailles adalah contoh GN dalam bentuk nomina diri. Jean merupakan nama orang, yang menunjukkan bahwa nama orang bersifat spesifik sehingga Jean tidak membutuhkan determinan. Hal yang sama berlaku pada 8

9 Versailles. Versailles adalah nama sebuah istana di Paris, sehingga Versailles bersifat spesifik. Il adalah contoh GN dalam bentuk pronomina persona, yang artinya ada kesepahaman antara penutur dan petutur mengenai identitas orang yang dibicarakan lewat pronomina tersebut. Maka dari itu pronomina persona sifatnya juga spesifik dan tidak membutuhkan determinan. Berdasarkan hal di atas, maka rumusan pembentuk GN bukan lagi GN = D + N melainkan GN = (D) +N yang artinya GN tidak membutuhkan determinan dalam bentuk apapun, tergantung pada konteks kalimat dan jenis N yang digunakan. Jika N merupakan nomina nama diri dan pronomina persona, maka determinan tidak dituliskan di depan N. GN terbagi menjadi dua jenis, yaitu GN minimal dan GN yang berperluas Jenis Grup Nominal Dalam buku Bescherelle: La Grammaire pour tous, GN minimal adalah GN yang hanya terdiri dari determinan (D) dan N. La concierge pada contoh di atas merupakan contoh dari GN minimal karena la concierge terdiri dari artikel 9

10 definit la yang merupakan determinan, dan concierge yang merupakan N. Tidak ada tambahan kata atau frasa lain setelah N yang berfungsi sebagai tambahan informasi mengenai N. Selain kombinasi dari determinan dan N, GN minimal juga dapat berbentuk nomina nama diri seperti pada Jean dan Versailles, juga pronomina persona il Grup Nominal yang Berperluas Jenis GN kedua adalah GN yang berperluas, yaitu GN yang diikuti oleh kata atau frasa lain setelah N, yang membuat N yang dibicarakan menjadi spesifik. Tambahan informasi ini disebut perluasan (l expansion). Perluasan dibagi menjadi tiga macam, yaitu: 1. Adjektiva atau grup adjektiva (un adjectif ou un groupe adjectival) Perhatikan contoh berikut ini : Un chapeau tyrolien Une très belle place Un chapeau tyrolien adalah contoh GN minimal yang memiliki perluasan dalam bentuk adjektiva tyrolien. Perluasan dalam bentuk grup adjektival terdapat pada kalimat une très belle place. Une adalah determinan, très belle adalah grup adjektival, dan place merupakan nomina. 2. Grup preposisi (un groupe prépositional) Grup preposisi adalah grup nominal yang didahului oleh preposisi. Preposisi dalam bahasa Prancis antara lain de, en, à, sur, sous, par, pour, dès, dsb. 10

11 Perhatikan contoh berikut ini: Le murs de la chambre Une cuillère en argent Dalam penulisan frasa nomina bahasa Prancis yang terdiri dari gabungan antara dua nomina atau lebih seperti dinding kamar, preposisi de harus diselipkan di antara dua nomina. Contohnya seperti le murs de la chambre. Dalam bahasa Indonesia le murs de la chambre memiliki terjemahan dinding kamar karena murs artinya dinding dan chambre artinya kamar. De la chambre merupakan tambahan informasi mengenai N murs sehingga de la chambre merupakan perluasan berjenis grup preposisi. Contoh kedua yaitu une cuillère en argent. Cuillère dalam bahasa Indonesia adalah sendok sedangkan en argent dalam bahasa Indonesia adalah perak. Arti nomina argent sebenarnya adalah uang, akan tetapi saat argent diawali dengan preposisi en, maka en argent menjadi satu kesatuan dan memiliki arti perak. 3. Anak kalimat yang diawali dengan kata ganti relatif atau konjungtif (proposition subordonnée relative et conjonctive) Perluasan jenis ini adalah perluasan yang berbentuk klausa yang diawali dengan kata ganti relatif dan konjungtif, seperti qui, dont, où, auquel, auquelle, que dan lain sebagainya. Dalam bi, kata ganti relatif memiliki terjemahan berupa kata penghubung yang. Contoh: des cerises qui sont trop mûres cette idée que tout va mal 11

12 Kedua contoh di atas memiliki determinan des (artikel takdefinit plural) dan cette (demonstratif); nomina cerises ( ceri ) dan idée ( ide ). Dua GN tersebut memiliki perluasan berupa qui sont trop mûres dan que tout va mal yang merupakan contoh perluasan yang berjenis anak kalimat yang diawali dengan kata ganti relatif (qui) dan konjungtif (que). Keduanya memiliki terjemahan berupa yang dalam Kamus Prancis-Indonesia Determinan yang berjenis artikel Artikel adalah kata yang diletakkan di depan N yang berfungsi menunjukkan teridentifikasi/tidaknya N tersebut dalam wacana atau konteks menurut Grevisse (dalam Baskoro, 2000: 9). Artikel terbagi menjadi tiga macam, yaitu artikel definit (l article défini), artikel takdefinit (l article indéfini) dan artikel partitif (l article partitif). Artikel dalam bp dibedakan menurut jenis (maskulin dan feminin) dan jumlah (tunggal dan jamak) N yang akan diberi artikel. Setiap kata dalam bahasa Prancis mempunyai jenis kelamin maskulin dan feminin, sehingga artikel yang digunakan harus sesuai dengan jenis kelamin N tersebut. 12

13 Tabel 1. Bentuk-bentuk artikel dalam bahasa Prancis (diambil dari Nouvelle Grammaire du Français: 36, 39, 41) Jenis Artikel Tunggal Jamak Maskulin Feminin Maskulin Feminin Artikel definit le/l' la/l' les les Artikel takdefinit un une des des Artikel partitif du/de l de la/ de l' des des Artikel Definit (l article défini) Artikel definit dicantumkan di depan N yang sudah teridentifikasi (Suryo Baskoro, 2000: 10). Seperti yang bisa dilihat pada tabel 1, artikel definit terdiri dari le untuk N tunggal yang berjenis maskulin, la untuk N tunggal yang berjenis feminin, dan les untuk N jamak berjenis kelamin maskulin dan feminin. Contoh artikel definit: la table l homme les oiseaux Nomina table ( meja ) diawali dengan artikel definit la karena table berjenis kelamin feminin. Kemudian nomina homme diawali dengan artikel definit le (yang disingkat menjadi l karena diawali dengan huruf h) karena homme ( pria ) berjenis kelamin maskulin. Contoh terakhir adalah nomina oiseaux, yang merupakan adalah nomina plural yang berasal dari oiseau ( burung ) sehingga diawali dengan artikel definit plural les. 13

14 Artikel takdefinit (l article indéfini) Artikel takdefinit adalah artikel yang dicantumkan di depan N yang belum diketahui identitasnya oleh peserta tutur; belum adanya kesepahaman antara penutur dan petutur (Sajarwa, 2003 :7). Seperti yang bisa dilihat pada tabel 1, artikel takdefinit terdiri dari un untuk N tunggal berjenis maskulin, une untuk N tunggal berjenis feminin, dan des untuk N jamak berjenis maskulin dan feminin. Contoh: une table un homme des oiseaux Contohnya sama seperti pada yaitu table, homme, dan oiseaux. Perbedaannya adalah une, un dan des adalah artikel takdefinit. Une merupakan artikel takdefinit feminin, un merupakan artikel takdefinit maskulin, dan des merupakan artikel takdefinit plural Artikel Partitif (l article partitif) Artikel partitif adalah artikel yang dicantumkan di depan N yang kuantitasnya tidak dapat dihitung (Grevisse, 2008: 745). Seperti yang bisa dilihat pada tabel 1, artikel partitif terdiri dari du (yang berasal dari de + le) atau de l (jika N diawali dengan huruf vokal) untuk N tunggal berjenis maskulin, de la atau de l untuk N tunggal berjenis feminin, dan des untuk N jamak berjenis maskulin dan feminin. 14

15 Contoh: du pain de la farine Pain ( roti ) berjenis kelamin maskulin sedangkan farine ( tepung ) berjenis kelamin feminin. Dua nomina tersebut merupakan nomina yang tak dapat dihitung, sehingga diawali dengan artikel partitif du dan de la Terjemahan Translation: Menurut J.C. Catford (1965:20) dalam bukunya A Linguistic Theory of Translation may be defined as follows: the replacement of textual material in one language (SL) by equivalent textual material in another language. Terjemahan dapat didefinisikan sebagai proses transfer teks dari bahasa sumber ke dalam padanannya dalam bahasa sasaran. Dalam terjemahan, terdapat dua bahasa yaitu bahasa sumber (BSu), yang merupakan bahasa yang diterjemahkan dan bahasa sasaran (BSa), yaitu hasil terjemahan (Rokhman, 2006:9). Jika seseorang menerjemahkan suatu teks bahasa Jepang ke dalam bahasa Rusia, maka BSu adalah bahasa Jepang dan BSa adalah bahasa Rusia. Hakikat terjemahan pada dasarnya adalah menyampaikan pesan yang terkandung dalam BSu ke dalam BSa (Nadar, 2007:5). Kadangkala jika memadankan satu bahasa dengan bahasa yang lain akan mengalami perubahan dalam terjemahannya karena setiap bahasa memiliki kaidah masing-masing. Itulah sebabnya mengapa yang sering terjadi adalah suatu kata tidak diterjemahkan sama 15

16 sama persis dengan aslinya, karena di dalam terjemahan, kesepadanan makna lebih diutamakan. Eugene E. Nida dan Charles R. Taber (1982) dalam The Theory and Practice of Translation mengungkapkan bahwa penerjemahan merupakan penciptaan kembali pesan yang disampaikan dalam BSu ke dalam BSa dengan makna dan gaya yang sedekat mungkin dengan BSu. Meskipun begitu, Larson (dalam Simatupang, 1984:6) mengungkapkan bahwa untuk memperoleh hasil penerjemahan yang baik harus memakai bentukbentuk BSa yang wajar, mengkomunikasikan sebanyak mungkin makna BSu sesuai dengan yang dimaksudkan oleh penutur BSu kepada penutur BSa, dan mempertahankan dinamika teks BSu, yaitu kesan yang diperoleh penutur BSu atau respons yang diberikan harus sama dengan kesan yang diperoleh dan respons yang diberikan oleh penutur BSa ketika membaca atau mendengar teks terjemahan. Larson (dalam Nadar, 2007:11) juga kemudian membagi jenis terjemahan menjadi dua, yaitu terjemahan yang mengutamakan struktur atau bentuk (formbased translation) dan terjemahan yang mengutamakan makna (meaning-based translation). Contoh dari form-based translation adalah terjemahan literal (literal translation) dan terjemahan idiomatis (idiomatic translation). Terjemahan literal dilakukan dengan cara menerjemahkan teks BSu kataper-kata ke dalam BSa. Dalam bukunya Meaning-Based Translation, Larson juga mengungkapkan bahwa terjemahan literal hanya berguna jika digunakan untuk 16

17 mempelajari struktur teks BSu, karena terjemahan literal tidak dapat menyampaikan pesan yang ada dalam teks BSu ke dalam BSa yang disebabkan oleh perbedaan sistem dari satu bahasa dengan bahasa yang lain Pergeseran Terjemahan Perbedaan sistem dan norma bahasa dalam proses penerjemahan menimbulkan terjadinya pergeseran terjemahan. Maka dari itu untuk mencapai tujuan mengkomunikasikan sebanyak mungkin makna BSu ke dalam BSa, penerjemah harus mempertimbangkan ciri khusus bahasa pembaca (Nida, 1974:4). Bagi seorang penerjemah yang akan melakukan kegiatan memadankan dan mengubah sebuah TSu harus mempertimbangkan banyak factor, seperti penulis teks, norma BSu, budaya BSu, latar dan tradisi BSu, norma BSa, budaya BSa, latar dan tradisi BSa, kebenaran (fakta/substansi masalah) dan penerjemah (Nababan, dalam Tisani 2009:12). Upaya untuk mencari padanan yang sesuai dengan menimbangkan seluruh faktor yang telah disebutkan itulah yang mengakibatkan terjadinya pergeseran terjemahan. Pergeseran-pergeseran terjadi saat menerjemahkan BSu ke BSa, mulai dari susunan kalimat sampai maknanya, karena setiap bahasa memiliki kaidahnya masing-masing. Pergeseran terjemahan dibagi menjadi 2 macam menurut Catford (1965); yaitu pergeseran tataran (yang dibedakan menjadi tataran gramatikal dan leksikal) serta pergeseran kategori (Catford, 1965:73). 17

18 Penelitian ini berfokus pada padanan GN, maka teori yang akan digunakan adalah teori pergeseran terjemahan yang bersifat kategorial, yaitu pergeseran kategori. Pergeseran kategori dibagi menjadi empat macam, di antaranya pergeseran struktur (structure shifts), pergeseran kelas (class shifts), pergeseran unit (unit shifts), pergeseran intra-sistem (intra-system shifts). 1) Pergeseran struktur (structure shifts) Pergeseran struktur adalah pergeseran yang terjadi karena adanya perbedaan struktur antara bahasa sumber dan bahasa sasaran. Catford (dalam Shuttleworth, 1997 : ): Structure shift is a type of category shift which involves a change in grammatical structure between ST and TT. Pergeseran struktur adalah jenis pergeseran kategori yang melibatkan perubahan pada struktur gramatikal antara BSu dan BSa. Contoh pergeseran struktur (diambil dari artikel Analisis Translation Shift dalam Penerjemahan Bilingual Bahasa Inggris Bahasa Indonesia pada jurnal Diksi): TSu: toy factory TSa: pabrik mainan Nomina mainan diletakkan di depan nomina pabrik dalam TSu, sedangkan dalam TSa nomina mainan diletakkan di belakang pabrik. 2) Pergeseran kelas (class shifts) Class shift [ ] occurs when the translation equivalent of a SL item is a member of a different class from the original item. Pergeseran kelas terjadi saat padanan terjemahan suatu bagian TSu berasal dari kelas yang berbeda dengan versi TSu. 18

19 Istilah kelas merujuk pada teori kelas menurut Halliday (dalam Catford, 1965:78): [ ] that grouping of members of a given unit which is defined by operation in the structure of the unit next above. Karena Catford merujuk pada teori kelas menurut Halliday, maka dari itu teori kelas yang digunakan adalah teori kelas menurut Halliday: semua unit baik itu morfem, kata, frasa, maupun klausa dapat diklasifikasi (Halliday, 2014:74). Contoh kelas dalam tataran kata misalnya nomina, verba, adjektiva, adverbia, dsb; sedangkan contoh kelas dalam tataran frasa misalnya grup nominal, grup verbal, grup adverbial (Halliday, 2014:76). Contoh pergeseran kelas ada di bawah ini (diambil dari artikel Pergeseran Terjemahan Nouns dalam The Oldman and the Sea, A Farewell to Arms, dan Terjemahannya dalam Bahasa Indonesia): TSu: a medical student TSa: seorang mahasiswa kedokteran Kata medical merupakan adjektiva dalam bahasa Inggris, akan tetapi kedokteran merupakan nomina, sehingga ada pergeseran kelas yang terjadi dari adjektiva ke nomina. 3) Pergeseran unit (unit shifts) Pergeseran unit adalah pergeseran yang terjadi karena ada pergeseran tingkatan satuan gramatikal dari yang lebih tinggi ke lebih rendah atau sebaliknya (changes of rank atau rank-shift). 19

20 Perhatikan contoh berikut ini (diambil dari artikel Analisis Translation Shift dalam Penerjemahan Bilingual Bahasa Inggris Bahasa Indonesia pada jurnal Diksi): TSu: gravity TSa: gaya tarik bumi Menurut KBBI nomina gravity sudah memiliki terjemahan yang juga berupa nomina yaitu gravitasi, akan tetapi penerjemah memilih untuk melakukan pergeseran unit yang berupa upward rank shift, yaitu pergeseran unit dari tataran yang lebih rendah ke tataran yang lebih tinggi, sehingga nomina gravity memiliki terjemahan berupa frasa nomina gaya tarik bumi. 4) Pergeseran intra-sistem (intra-system shifts) Pergeseran ini terjadi karena adanya perbedaan kaidah atau sistem dalam suatu tataran. Contoh pergeseran intra-sistem (Catford, 1965:80) misalnya seperti bentuk singular dalam bahasa Inggris yang memiliki equivalen berupa bentuk plural dalam bahasa Prancis, maupun sebaliknya. advice = des conseils news = des nouvelles lightning = des éclairs applause = des applaudissements trousers = le pantalon 20

21 the dishes = la vaisselle the contents = le contenu SUMBER DATA DAN METODE PENELITIAN Data yang digunakan untuk penelitian ini diambil dari roman La Dame aux camélias karya Alexandre Dumas (1848) dan versi terjemahannya oleh Rika Iffati dalam bahasa Indonesia The Lady of the Camellias yang diterbitkan pada tahun Novel La Dame aux camélias merupakan salah satu karya sastra Prancis terkenal dan telah diterjemahkan ke dalam berbagai bahasa, salah satunya bahasa Indonesia. La Dame aux camélias dipilih sebagai sumber data karena ditemukan banyak pergeseran bentuk GN dengan artikel sebagai determinannya. 1. Metode Pengumpulan Data Dalam pengumpulan data penelitian digunakan metode simak dan teknik catat. Seperti yang dikemukakan oleh Sudaryanto (1993) metode simak adalah metode yang dilakukan dengan menyimak. Dalam penelitian ini dilakukan penyimakan GN yang terdiri dari artikel + N + (perluasan) yang terdapat dalam LDac dan terjemahannya yang terdapat dalam TLotC. Penyimakan dilakukan dengan mencari setiap GN dengan artikel sebagai determinan dalam LDac, kemudian menyocokkan setiap GN tersebut dengan terjemahannya yang ada dalam TLotC. Data didapat dari GN yang memiliki terjemahan selain nomina/frasa nominal. Setalah itu digunakan teknik catat, yaitu dengan mencatat 21

22 seluruh GN yang telah disortir dan terjemahannya tersebut menggunakan alat tulis tertentu. 2. Analisis Data Analisis data yang dilakukan setelah semua data terkumpul adalah metode padan, yaitu memadankan GN yang telah dikumpulkan dan disortir sebelumnya dengan terjemahannya yang ada dalam TLotC. Setelah memadankan GN dengan terjemahannya yang ada dalam TLotC, langkah yang dilakukan adalah mengklasifikasikan setiap terjemahan GN sesuai dengan bentuk gramatikalnya seperti verba, nomina, adjektiva, frasa, klausa, kalimat dsb. Langkah terakhir yang dilakukan adalah mencari tahu jenis pergeseran terjemahan yang terjadi pada GN yang telah dikumpulkan tersebut. 3. Penyajian Data Penyajian data dalam penelitian ini dilaksanakan secara informal, yaitu menjelaskan hasil penelitian secara rinci dan terurai SISTEMATIKA PENYAJIAN Penulis membagi penelitian ini dalam bab, yaitu : Bab I. Pendahuluan, meliputi latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, tinjauan pustaka, landasan teori, sumber dan metode penelitian, dan sistematika penyajian. 22

23 Bab II. Pembahasan meliputi pembahasan data-data yang ditemukan dalam novel La Dame aux camélias dan dikaitkan dengan teori. Bab III. Kesimpulan Resumé Daftar Pustaka Lampiran 23

BAB I PENDAHULUAN. Pesan yang disampaikan dapat melalui karya sastra.

BAB I PENDAHULUAN. Pesan yang disampaikan dapat melalui karya sastra. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Bahasa memiliki peranan penting dalam hal berkomunikasi. Fungsi penting dari bahasa adalah menyampaikan pesan dengan baik secara verbal atau tulisan. Pesan yang disampaikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kata deiksis berasal dari bahasa Yunani deiktikos yang memiliki arti

BAB I PENDAHULUAN. Kata deiksis berasal dari bahasa Yunani deiktikos yang memiliki arti BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kata deiksis berasal dari bahasa Yunani deiktikos yang memiliki arti penunjukan secara langsung (Purwo, 1984: 2). Dardjowidjojo (1988: 35) bersama beberapa ahli bahasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berbeda. Berbagai macam problematika pada proses komunikasi juga turut

BAB I PENDAHULUAN. berbeda. Berbagai macam problematika pada proses komunikasi juga turut 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan teknologi informasi yang semakin pesat mendukung terjalinnya komunikasi di antara semua orang dari berbagai belahan dunia yang berbeda. Berbagai macam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berdasarkan pada penting tidaknya informasi itu. Bahasa yang digunakan di tiap wilayah tidak sama. Perbedaan bahasa yang

BAB I PENDAHULUAN. berdasarkan pada penting tidaknya informasi itu. Bahasa yang digunakan di tiap wilayah tidak sama. Perbedaan bahasa yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagai sarana komunikasi, bahasa selalu terkait dengan 3 unsur, yaitu pembicara, mitra wicara, dan isi wicara. Isi wicara juga dapat disebut sebagai informasi. Informasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sesuai dengan kaidah sebuah bahasa. Unsur-unsur atau satuan dari kalimat itu tersusun

BAB I PENDAHULUAN. sesuai dengan kaidah sebuah bahasa. Unsur-unsur atau satuan dari kalimat itu tersusun BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap kalimat memiliki unsur-unsur atau satuan yang lebih kecil yang tersusun sesuai dengan kaidah sebuah bahasa. Unsur-unsur atau satuan dari kalimat itu tersusun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa sebagai sarana berkomunikasi berperan penting dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa sebagai sarana berkomunikasi berperan penting dalam kehidupan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa sebagai sarana berkomunikasi berperan penting dalam kehidupan bermasyarakat. Penggunaan bahasa di setiap wilayah tidak sama, masing-masing memiliki ciri khas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa adalah sesuatu yang bersifat universal karena tidak memedulikan

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa adalah sesuatu yang bersifat universal karena tidak memedulikan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Bahasa adalah sesuatu yang bersifat universal karena tidak memedulikan warna kulit, ras, agama, bangsa dan negara. Bahasa merupakan perwujudan suatu konsep

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Linguistik, merupakan sebuah ilmu yang mepelajari tentang bahasa secara

BAB I PENDAHULUAN. Linguistik, merupakan sebuah ilmu yang mepelajari tentang bahasa secara 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Linguistik, merupakan sebuah ilmu yang mepelajari tentang bahasa secara verbal. Tentunya ilmu bahasa atau sering disebut linguistik memiliki cabangcabang ilmu bahasa,

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. berdasarkan hasil penelitian dan analisis data yang telah diperoleh pada bab-bab

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. berdasarkan hasil penelitian dan analisis data yang telah diperoleh pada bab-bab BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Pada bab ini, penulis akan memberikan kesimpulan serta saran berdasarkan hasil penelitian dan analisis data yang telah diperoleh pada bab-bab sebelumnya. 5.1 Kesimpulan 5.1.1

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diminati oleh masyarakat Indonesia terutama para remaja setelah merebaknya

BAB I PENDAHULUAN. diminati oleh masyarakat Indonesia terutama para remaja setelah merebaknya BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Akhir-akhir ini segala hal yang berkaitan dengan Korea menjadi begitu diminati oleh masyarakat Indonesia terutama para remaja setelah merebaknya Korean wave (Gelombang

Lebih terperinci

MULTIFUNGSI KATA TOUT DALAM BAHASA PRANCIS

MULTIFUNGSI KATA TOUT DALAM BAHASA PRANCIS MULTIFUNGSI KATA TOUT DALAM BAHASA PRANCIS Pengadilen Sembiring Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Medan ABSTRAK Kosa kata dan sistem tata bahasa Prancis memiliki keunikan dan kesederhaan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. atau sebuah konstruksi tata bahasa yang terdiri atas dua kata atau lebih.

BAB I PENDAHULUAN. atau sebuah konstruksi tata bahasa yang terdiri atas dua kata atau lebih. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Struktur bahasa terdiri atas beberapa tingkatan yaitu kata, frasa, klausa dan kalimat. Frasa merupakan satuan sintaksis yang satu tingkat berada di bawah satuan klausa,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk sosial yang butuh berkomunikasi dengan

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk sosial yang butuh berkomunikasi dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia adalah makhluk sosial yang butuh berkomunikasi dengan sesamanya. Alat komunikasi ini merupakan hal yang vital bagi manusia karena digunakan setiap hari. Alat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bahasa dari tingkat kata, frasa hingga teks untuk menyampaikan makna teks

BAB I PENDAHULUAN. bahasa dari tingkat kata, frasa hingga teks untuk menyampaikan makna teks BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada era kemajuan teknologi dewasa ini semakin banyak terjemahan bahasa dari tingkat kata, frasa hingga teks untuk menyampaikan makna teks bahasa sumber (TSu) ke dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menjangkau ke berbagai kalangan dan usia. Sebagian orang telah menganggap

BAB I PENDAHULUAN. menjangkau ke berbagai kalangan dan usia. Sebagian orang telah menganggap BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Komik sebagai salah satu media hiburan maupun pendidikan mampu menjangkau ke berbagai kalangan dan usia. Sebagian orang telah menganggap komik sebagai bagian dari hidupnya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penelitian, manfaat penelitian, dan kerangka teori yang digunakan.

BAB I PENDAHULUAN. penelitian, manfaat penelitian, dan kerangka teori yang digunakan. BAB I PENDAHULUAN Bab ini menjelaskan latar belakang penelitian, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan kerangka teori yang digunakan. 1.1 Latar Belakang Penelitian Masyarakat yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berkomunikasi atau berinteraksi antara satu dengan yang lainnya. Bahasa sangat

BAB I PENDAHULUAN. berkomunikasi atau berinteraksi antara satu dengan yang lainnya. Bahasa sangat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa adalah bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia yang digunakan untuk berkomunikasi atau berinteraksi antara satu dengan yang lainnya. Bahasa sangat beranekaragam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sasaran (selanjutnya disingkat Bsa) se-alami mungkin baik secara arti dan secara

BAB I PENDAHULUAN. sasaran (selanjutnya disingkat Bsa) se-alami mungkin baik secara arti dan secara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini, perbedaan bahasa sudah tidak lagi menjadi hambatan untuk mendapatkan informasi dari berbagai belahan dunia. Tuntutan mendapatkan informasi inilah yang memunculkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya metafora adalah suatu bentuk kekreatifan makna dalam

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya metafora adalah suatu bentuk kekreatifan makna dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada dasarnya metafora adalah suatu bentuk kekreatifan makna dalam menggunakan bahasa saat berkomunikasi baik bahasa lisan maupun bahasa tulisan. Di dalam berbahasa,

Lebih terperinci

BAB IV KESIMPULAN. Analisis yang telah dilakukan pada Bab III menunjukkan bahwa rubrik

BAB IV KESIMPULAN. Analisis yang telah dilakukan pada Bab III menunjukkan bahwa rubrik BAB IV KESIMPULAN Analisis yang telah dilakukan pada Bab III menunjukkan bahwa rubrik Animaux memiliki progresivitas informasi jenis Progression Linéaire (PL), Topique Constant (TC), dan Enchaînement à

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penerima dan bahasa menjadi media dalam penyampaian informasi tersebut.

BAB I PENDAHULUAN. penerima dan bahasa menjadi media dalam penyampaian informasi tersebut. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Komunikasi menjadi bagian yang tak terpisahkan dari kehidupan manusia. Komunikasi menjadi tali penghubung dalam hubungan antar manusia. Dalam berkomunikasi, dibutuhkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Seorang anak yang sudah terbiasa dibacakan ataupun membaca buku cerita

BAB I PENDAHULUAN. Seorang anak yang sudah terbiasa dibacakan ataupun membaca buku cerita BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seorang anak yang sudah terbiasa dibacakan ataupun membaca buku cerita sendiri bisa menjadikannya sebagai sahabat. Buku cerita memberikan informasi kepada anak tentang

Lebih terperinci

CONCORDANCE DE TEMPS DU PASSÉ PADA KLAUSA HUBUNGAN SEBAB-AKIBAT KALIMAT MAJEMUK BERTINGKAT DALAM NOVEL ALICE AU PAYS DES MERVEILLES SKRIPSI

CONCORDANCE DE TEMPS DU PASSÉ PADA KLAUSA HUBUNGAN SEBAB-AKIBAT KALIMAT MAJEMUK BERTINGKAT DALAM NOVEL ALICE AU PAYS DES MERVEILLES SKRIPSI CONCORDANCE DE TEMPS DU PASSÉ PADA KLAUSA HUBUNGAN SEBAB-AKIBAT KALIMAT MAJEMUK BERTINGKAT DALAM NOVEL ALICE AU PAYS DES MERVEILLES SKRIPSI OLEH: RADIK BABAROSA NIM. 105110301111005 PROGRAM STUDI BAHASA

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Nama Sekolah Mata Pelajaran Kelas/Semester Aspek/Keterampilan Alokasi Waktu : SMA Negeri 8 Purworejo : Bahasa Prancis : XI-IPS/1 : Berbicara : 2 x 45 menit A. STANDAR

Lebih terperinci

PERGESERAN BENTUK DALAM TERJEMAHAN ARTIKEL DI MAJALAH KANGGURU INDONESIA

PERGESERAN BENTUK DALAM TERJEMAHAN ARTIKEL DI MAJALAH KANGGURU INDONESIA PERGESERAN BENTUK DALAM TERJEMAHAN ARTIKEL DI MAJALAH KANGGURU INDONESIA Dewi Nurmala 1, Alfitriana Purba 2 1,2 Universitas Muslim Nusantara Al-Washliyah Medan Jl. Garu II No. 93 Medan Sumatera Utara email:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penerjemahan kalimat pada suatu karya tulis biasanya diterjemahkan secara

BAB I PENDAHULUAN. Penerjemahan kalimat pada suatu karya tulis biasanya diterjemahkan secara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penerjemahan kalimat pada suatu karya tulis biasanya diterjemahkan secara semantik atau pragmatik. Kajian makna bahasa seharusnya tidak terlepas dari konteks mengingat

Lebih terperinci

ANALISIS STRUKTUR FRASA NOMINA DALAM LAGU ANAK PELANGI-PELANGI DAN PENERJEMAHAN BAHASA INGGRISNYA, RAINBOWS

ANALISIS STRUKTUR FRASA NOMINA DALAM LAGU ANAK PELANGI-PELANGI DAN PENERJEMAHAN BAHASA INGGRISNYA, RAINBOWS Linguistika Akademia Vol.2, No.2, 2013, pp. 169~182 ISSN: 2089-3884 ANALISIS STRUKTUR FRASA NOMINA DALAM LAGU ANAK PELANGI-PELANGI DAN PENERJEMAHAN BAHASA INGGRISNYA, RAINBOWS Mohammad Khoir e-mail: choir_yan@yahoo.co.id

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN KERANGKA TEORI. Berdasarkan data-data yang dikumpulkan baik berupa penelitian, jurnal

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN KERANGKA TEORI. Berdasarkan data-data yang dikumpulkan baik berupa penelitian, jurnal BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN KERANGKA TEORI 2.1 Kajian Pustaka Berdasarkan data-data yang dikumpulkan baik berupa penelitian, jurnal maupun hasil penelitian lainnya, ditemukan beberapa penelitian

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Di dalam mempelajari suatu bahasa, khususnya bahasa asing, pembelajar

BAB 1 PENDAHULUAN. Di dalam mempelajari suatu bahasa, khususnya bahasa asing, pembelajar BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di dalam mempelajari suatu bahasa, khususnya bahasa asing, pembelajar terlebih dahulu harus memahami kaidah-kaidah tata bahasa, seperti membuat kalimat yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. juga bahasa asal novel yang berbeda dengan bahasa-bahasa di negara lain.

BAB I PENDAHULUAN. juga bahasa asal novel yang berbeda dengan bahasa-bahasa di negara lain. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karya sastra dalam bentuk novel masih terus tumbuh dan berkembang pesat hingga sekarang. Banyak penulis-penulis baru yang bermunculan. Meskipun demikian, tidak sedikit

Lebih terperinci

SKRIPSI OLEH: LINA AFIDATIS SALAFIYAH NIM

SKRIPSI OLEH: LINA AFIDATIS SALAFIYAH NIM ANALISIS CAMPUR KODE BAHASA PRANCIS DALAM BAHASA INDONESIA DALAM KOMUNIKASI MELALUI FACEBOOK : STUDI KASUS MAHASISWA PROGRAM STUDI BAHASA DAN SASTRA PRANCIS UNIVERSITAS BRAWIJAYA SKRIPSI OLEH: LINA AFIDATIS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Hobi adalah kegemaran; kesenangan istimewa pada waktu senggang,

BAB I PENDAHULUAN. Hobi adalah kegemaran; kesenangan istimewa pada waktu senggang, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hobi adalah kegemaran; kesenangan istimewa pada waktu senggang, bukan pekerjaan utama. 1 Tujuan hobi adalah untuk memenuhi keinginan dan mendapatkan kesenangan. 2 Terdapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keunikan tersendiri antara satu dengan yang lainnya. Keragaman berbagai bahasa

BAB I PENDAHULUAN. keunikan tersendiri antara satu dengan yang lainnya. Keragaman berbagai bahasa 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap bahasa di dunia tentu saja memiliki persamaan dan perbedaan serta keunikan tersendiri antara satu dengan yang lainnya. Keragaman berbagai bahasa di dunia beserta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kemiripan makna dalam suatu bentuk kebahasaan dapat menimbulkan

BAB I PENDAHULUAN. Kemiripan makna dalam suatu bentuk kebahasaan dapat menimbulkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemiripan makna dalam suatu bentuk kebahasaan dapat menimbulkan kekacauan pada tindak berbahasa. Salah satu contoh penggunaan bentuk bersinonim yang dewasa ini sulit

Lebih terperinci

IDEOLOGI DALAM PENERJEMAHAN (Farida Amalia Universitas Pendidikan Indonesia)

IDEOLOGI DALAM PENERJEMAHAN (Farida Amalia Universitas Pendidikan Indonesia) IDEOLOGI DALAM PENERJEMAHAN (Farida Amalia Universitas Pendidikan Indonesia) A. Pendahuluam Penerjemahan adalah kegiatan mengalihkan secara tertulis pesan dari teks suatu bahasa ke dalam teks bahasa lain

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI Pada bab ini, penulis akan menjabarkan teori-teori yang digunakan penulis dalam menerjemahkan Komik Indonesia Nusantaranger karya Tim Nusantaranger. Agar dapat menerjemahkan komik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengusung permasalahan keilmuan. Materi yang dituangkan dalam tulisan ilmiah

BAB I PENDAHULUAN. mengusung permasalahan keilmuan. Materi yang dituangkan dalam tulisan ilmiah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karya ilmiah adalah karangan yang berisi gagasan ilmiah yang disajikan secara ilmiah serta menggunakan bentuk dan bahasa ilmiah. Karya tulis ilmiah mengusung permasalahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bernama Hamuro Rin. Pria kelahiran Kitakyushu, Jepang ini memulai debutnya

BAB I PENDAHULUAN. bernama Hamuro Rin. Pria kelahiran Kitakyushu, Jepang ini memulai debutnya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Novel Higurashi no Ki merupakan salah satu karya penulis terkenal bernama Hamuro Rin. Pria kelahiran Kitakyushu, Jepang ini memulai debutnya sebagai penulis pada tahun

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. Kajian ini mengungkapkan pemarkah kohesi gramatikal dan pemarkah kohesi

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. Kajian ini mengungkapkan pemarkah kohesi gramatikal dan pemarkah kohesi BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan Kajian ini mengungkapkan pemarkah kohesi gramatikal dan pemarkah kohesi leksikal yang terdapat dalam wacana naratif bahasa Indonesia. Berdasarkan teori Halliday dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Negara Jepang adalah salah satu negara yang kerap dijadikan acuan dalam

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Negara Jepang adalah salah satu negara yang kerap dijadikan acuan dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Negara Jepang adalah salah satu negara yang kerap dijadikan acuan dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi. Akan tetapi, dibalik kemajuan teknologinya yang pesat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Wanita merupakan topik pembicaraan yang terus dikupas di media masa

BAB I PENDAHULUAN. Wanita merupakan topik pembicaraan yang terus dikupas di media masa 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Wanita merupakan topik pembicaraan yang terus dikupas di media masa dari abad ke abad. Tulisan awal tentang wanita dipelopori oleh Lady Mary Wortley Montagu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Berbeda dengan sintaksis yang mempelajari bagaimana satuan bahasa terbentuk,

BAB I PENDAHULUAN. Berbeda dengan sintaksis yang mempelajari bagaimana satuan bahasa terbentuk, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam mempelajari bahasa Inggris terutama yang berkenaan dengan makna yang terkandung dalam setiap unsur suatu bahasa, semantik merupakan ilmu yang menjadi pengukur

Lebih terperinci

SISTEM KETAKRIFAN DALAM BAHASA PRANCIS

SISTEM KETAKRIFAN DALAM BAHASA PRANCIS HUMANIORA Sistem Ketakrifan dalam Bahasa Prancis VOLUME 15 No. 1 Februari 2003 Halaman 1-13 SISTEM KETAKRIFAN DALAM BAHASA PRANCIS Sajarwa Pengantar omina (dalam bahasa Prancis nom) dapat dianalisis dari

Lebih terperinci

Analisis Penggunaan Kalimat Bahasa Indonesia pada Karangan Siswa Kelas V Sekolah Dasar Negeri 10 Sanur, Denpasar

Analisis Penggunaan Kalimat Bahasa Indonesia pada Karangan Siswa Kelas V Sekolah Dasar Negeri 10 Sanur, Denpasar Analisis Penggunaan Kalimat Bahasa Indonesia pada Karangan Siswa Kelas V Sekolah Dasar Negeri 10 Sanur, Denpasar Wayan Yuni Antari 1*, Made Sri Satyawati 2, I Wayan Teguh 3 [123] Program Studi Sastra Indonesia,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penerjemahan merupakan suatu kegiatan transformasi bentuk yakni

BAB I PENDAHULUAN. Penerjemahan merupakan suatu kegiatan transformasi bentuk yakni BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penerjemahan merupakan suatu kegiatan transformasi bentuk yakni kegiatan mengubah bentuk bahasa yang satu ke bahasa yang lain. Dalam The Merriam Webster Dictionary

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan makhluk sosial yang selalu berinteraksi antara satu

BAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan makhluk sosial yang selalu berinteraksi antara satu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia merupakan makhluk sosial yang selalu berinteraksi antara satu dengan yang lainnya, yang kemudian disebut dengan komunikasi. Bahasa merupakan alat komunikasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pada kekuatan imaginasi. Fungsi imaginative bahasa biasanya digunakan pada

BAB I PENDAHULUAN. pada kekuatan imaginasi. Fungsi imaginative bahasa biasanya digunakan pada BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Salah satu fungsi bahasa menurut Halliday (1978:21) adalah fungsi imaginative, yaitu bahasa digunakan untuk melahirkan karya sastra yang berbasis pada kekuatan

Lebih terperinci

DEIKSIS ARTIKEL HARIAN SUARA MERDEKA SEBAGAI BAHAN PEMBELAJARAN MENULIS NARASI NONFIKSI DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA

DEIKSIS ARTIKEL HARIAN SUARA MERDEKA SEBAGAI BAHAN PEMBELAJARAN MENULIS NARASI NONFIKSI DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DEIKSIS ARTIKEL HARIAN SUARA MERDEKA SEBAGAI BAHAN PEMBELAJARAN MENULIS NARASI NONFIKSI DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA Oleh: Dwi Setiyaningsih Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia kireidedew82@yahoo.co.id

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN KERANGKA TEORI. Pada kajian pustaka dicantumkan beberapa penelitian terdahulu yang

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN KERANGKA TEORI. Pada kajian pustaka dicantumkan beberapa penelitian terdahulu yang BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN KERANGKA TEORI 2.1 Kajian Pustaka Pada kajian pustaka dicantumkan beberapa penelitian terdahulu yang dijadikan referensi dalam penelitian ini. Penelitian-penelitian tersebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam kehidupan manusia. Bahasa adalah satu-satunya milik manusia yang tidak. kegiatan manusia yang tidak disertai oleh bahasa.

BAB I PENDAHULUAN. dalam kehidupan manusia. Bahasa adalah satu-satunya milik manusia yang tidak. kegiatan manusia yang tidak disertai oleh bahasa. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam berkomunikasi antar manusia dibutuhkan bahasa yang disepakati oleh pengguna bahasa itu sendiri. Bahasa mempunyai keterikatan dan keterkaitan dalam kehidupan manusia.

Lebih terperinci

PENANDA KOHESI GRAMATIKAL KONJUNGSI ANTARKALIMAT DAN INTRAKALIMAT PADA TEKS PIDATO KENEGARAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PENANDA KOHESI GRAMATIKAL KONJUNGSI ANTARKALIMAT DAN INTRAKALIMAT PADA TEKS PIDATO KENEGARAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PENANDA KOHESI GRAMATIKAL KONJUNGSI ANTARKALIMAT DAN INTRAKALIMAT PADA TEKS PIDATO KENEGARAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NASKAH PUBLIKASI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahasa merupakan sarana berkomunikasi yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Peranan bahasa sangat membantu manusia dalam menyampaikan gagasan, ide, bahkan pendapatnya

Lebih terperinci

GRAMATIKA BAHASA PRANCIS: Hubungan Antarunsur dalam Frasa Bahasa Prancis

GRAMATIKA BAHASA PRANCIS: Hubungan Antarunsur dalam Frasa Bahasa Prancis akalah GRAATIKA BAHASA PRANCIS: Hubungan Antarunsur dalam Frasa Bahasa Prancis Oleh: Nurul Hikmayaty Saefullah, S.S NIP. 197806072005012001 Jurusan Prancis FAKULTAS SASTRA UNIVERSITAS PAJAJARAN BANUNG

Lebih terperinci

ANALISIS BUDAYA MATERIAL DALAM TERJEMAHAN KUMPULAN CERITA PENDEK MADEMOISELLE FIFI KARYA GUY DE MAUPASSANT

ANALISIS BUDAYA MATERIAL DALAM TERJEMAHAN KUMPULAN CERITA PENDEK MADEMOISELLE FIFI KARYA GUY DE MAUPASSANT BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam berinteraksi antara sesamanya, manusia menggunakan bahasa untuk menyampaikan informasi, gagasan, pendapat serta untuk mengekspresikan diri dan perasaan. Bahasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penerjemahan adalah kegiatan mengalihkan pesan secara tertulis dari teks suatu

BAB I PENDAHULUAN. Penerjemahan adalah kegiatan mengalihkan pesan secara tertulis dari teks suatu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penerjemahan adalah kegiatan mengalihkan pesan secara tertulis dari teks suatu bahasa ke bahasa yang lain. Teks yang diterjemahkan disebut Teks Sumber (Tsu) dan bahasanya

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PERKULIAHAN

RENCANA PELAKSANAAN PERKULIAHAN 1. Identitas Mata Kuliah Nama Matakuliah Kode Matakuliah SKS : Structure I : PRC : 3 SKS Semester / T.A. : Ganjil/ 2015/2016 Hari Pertemuan / Jam : Selasa/ 13.00-15.30/12.10-14.40 Tempat Pertemuan/Ruang

Lebih terperinci

PENANDA L EXPRESSION DE L OPPOSITION BAHASA PRANCIS PADA BUKU AJAR ECHO 2 DAN ECHO 3: MÉTHODE DE FRANÇAIS KE DALAM BAHASA INDONESIA SKRIPSI

PENANDA L EXPRESSION DE L OPPOSITION BAHASA PRANCIS PADA BUKU AJAR ECHO 2 DAN ECHO 3: MÉTHODE DE FRANÇAIS KE DALAM BAHASA INDONESIA SKRIPSI PENANDA L EXPRESSION DE L OPPOSITION BAHASA PRANCIS PADA BUKU AJAR ECHO 2 DAN : MÉTHODE DE FRANÇAIS KE DALAM BAHASA INDONESIA SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Yogyakarta

Lebih terperinci

SILABUS MATA PELAJARAN BAHASA PRANCIS

SILABUS MATA PELAJARAN BAHASA PRANCIS SILABUS MATA PELAJARAN BAHASA PRANCIS Satuan Pendidikan : SMA/MA Kelas : X Kompetensi Inti (KI) Kompetensi Dasar (KD) Materi Pokok Kegiatan Pembelajaran Indikator Pencapaian Kompetensi ( IPK) Alokasi Waktu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. gramatikal dalam bahasa berkaitan dengan telaah struktur bahasa yang berkaitan. dengan sistem kata, frasa, klausa, dan kalimat.

BAB I PENDAHULUAN. gramatikal dalam bahasa berkaitan dengan telaah struktur bahasa yang berkaitan. dengan sistem kata, frasa, klausa, dan kalimat. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian dalam bidang linguistik berkaitan dengan bahasa tulis dan bahasa lisan. Bahasa tulis memiliki hubungan dengan tataran gramatikal. Tataran gramatikal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penerjemah tersebut adalah teks sastra berupa novel dengan judul Madame

BAB I PENDAHULUAN. penerjemah tersebut adalah teks sastra berupa novel dengan judul Madame BAB I PENDAHULUAN. LATAR BELAKANG Karya sastra terjemahan merupakan peluang yang menjanjikan di abad ke- ini. Varietas karya sastra terjemahan yang diminati oleh masyarakat Indonesia terdiri atas empat

Lebih terperinci

ANALISIS KESALAHAN SINTAKSIS BAHASA PRANCIS OLEH PEMBELAJAR BERBAHASA INDONESIA: SEBUAH STUDI KASUS

ANALISIS KESALAHAN SINTAKSIS BAHASA PRANCIS OLEH PEMBELAJAR BERBAHASA INDONESIA: SEBUAH STUDI KASUS HUMANIORA VOLUME 15 Analisis Kesalahan No. 3 Oktober Sintaksis 2003 Bahasa Prancis Halaman 327-335 ANALISIS KESALAHAN SINTAKSIS BAHASA PRANCIS OLEH PEMBELAJAR BERBAHASA INDONESIA: SEBUAH STUDI KASUS Roswita

Lebih terperinci

Bab 1. Pendahuluan. Bahasa merupakan alat untuk menyampaikan suatu ide, pikiran, hasrat, dan

Bab 1. Pendahuluan. Bahasa merupakan alat untuk menyampaikan suatu ide, pikiran, hasrat, dan Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Bahasa merupakan alat untuk menyampaikan suatu ide, pikiran, hasrat, dan keinginan kepada orang lain, sehingga bahasa menjadi sesuatu alat yang tidak dapat dipisahkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Buku cerita bilingual Kumpulan Cerita Anak Kreatif - Tales for Creative

BAB I PENDAHULUAN. Buku cerita bilingual Kumpulan Cerita Anak Kreatif - Tales for Creative BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Buku cerita bilingual Kumpulan Cerita Anak Kreatif - Tales for Creative Children merupakan buku cerita bilingual yang menggunakan dua bahasa yaitu bahasa Indonesia

Lebih terperinci

SKENARIO PEMBELAJARAN BAHASA PERANCIS PERHOTELAN DAN RESTORAN. ~ Pertandingan Improvisasi ~ / ~ Match d Improvisation ~

SKENARIO PEMBELAJARAN BAHASA PERANCIS PERHOTELAN DAN RESTORAN. ~ Pertandingan Improvisasi ~ / ~ Match d Improvisation ~ SKENARIO PEMBELAJARAN BAHASA PERANCIS PERHOTELAN DAN RESTORAN ~ Pertandingan Improvisasi ~ / ~ Match d Improvisation ~ Oleh Dra. Iim Siti Karimah, M.Hum. Dante Darmawangsa, M.Pd. Publik (pembelajar) Mahasiswa

Lebih terperinci

PERGESERAN TERJEMAHAN TEKS BERMUATAN BUDAYA DALAM CERGAM LE PETIT SPIROU KARYA TOME DAN JANRY

PERGESERAN TERJEMAHAN TEKS BERMUATAN BUDAYA DALAM CERGAM LE PETIT SPIROU KARYA TOME DAN JANRY PERGESERAN TERJEMAHAN TEKS BERMUATAN BUDAYA DALAM CERGAM LE PETIT SPIROU KARYA TOME DAN JANRY Oleh : Aqmarina Hibaturrahmah 1805 1007 0031 PROGRAM STUDI SASTRA PERANCIS FAKULTAS ILMU BUDAYA UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Populasi dan Sampel Penelitian 3.1.1 Populasi Penelitian Populasi menurut Servilla dkk (1993) dalam Mahsun (2005:28) adalah Kelompok besar yang merupakan sasaran generalisasi.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. motivasi penelitian dan alasan pentingnya topik yang diteliti. Penulis juga

BAB I PENDAHULUAN. motivasi penelitian dan alasan pentingnya topik yang diteliti. Penulis juga 1 BAB I PENDAHULUAN Pembahasan dalam bab ini akan memaparkan latar belakang yang menjadi motivasi penelitian dan alasan pentingnya topik yang diteliti. Penulis juga menjelaskan batasan-batasan dan rumusan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sintaksis,fungsi semantis dan fungsi pragmatis.fungsi sintaksis adalah hubungan

BAB I PENDAHULUAN. sintaksis,fungsi semantis dan fungsi pragmatis.fungsi sintaksis adalah hubungan 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Analisis kalimat dapat dilakukan pada tiga tataran fungsi, yaitu fungsi sintaksis,fungsi semantis dan fungsi pragmatis.fungsi sintaksis adalah hubungan gramatikal antara

Lebih terperinci

PERGESERAN BENTUK DAN MAKNA DALAM PENERJEMAHAN UNSUR-UNSUR KLAUSA PASIF PADA NOVEL LE FANTOME DE L OPERA KARYA GASTON LEROUX SKRIPSI

PERGESERAN BENTUK DAN MAKNA DALAM PENERJEMAHAN UNSUR-UNSUR KLAUSA PASIF PADA NOVEL LE FANTOME DE L OPERA KARYA GASTON LEROUX SKRIPSI PERGESERAN BENTUK DAN MAKNA DALAM PENERJEMAHAN UNSURUNSUR KLAUSA PASIF PADA NOVEL LE FANTOME DE L OPERA KARYA GASTON LEROUX SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Yogyakarta

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Sebagai alat berkomunikasi, manusia menggunakan bahasa sebagai sarananya.

BAB 1 PENDAHULUAN. Sebagai alat berkomunikasi, manusia menggunakan bahasa sebagai sarananya. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sebagai alat berkomunikasi, manusia menggunakan bahasa sebagai sarananya. Bahasa adalah sistem lambang bunyi yang arbitrer, yang dipergunakan oleh para anggota suatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Membaca buku bermanfaat bagi manusia, mulai dari anak-anak hingga

BAB I PENDAHULUAN. Membaca buku bermanfaat bagi manusia, mulai dari anak-anak hingga BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Membaca buku bermanfaat bagi manusia, mulai dari anak-anak hingga dewasa sekalipun. Manfaat yang dapat diperoleh antara lain sebagai hiburan, penghilang stres, dan

Lebih terperinci

Silabus. Kompetensi Dasar Materi Pembelajaran Indikator Kegiatan Pembelajaran Penilaian Alokasi Waktu. KD 1 Mencocokkan gambar dengan

Silabus. Kompetensi Dasar Materi Pembelajaran Indikator Kegiatan Pembelajaran Penilaian Alokasi Waktu. KD 1 Mencocokkan gambar dengan Standar 1. Mendengarkan Nama Sekolah : SMA N 8 Purworejo Mata Pelajaran : Bahasa Prancis Kelas / Program : XI / IPS Semester : 1 ( satu ) Alokasi : 17 minggu X 2 Jam Pelajaran = 34 jam Silabus Materi Indikator

Lebih terperinci

BAB IV KESIMPULAN. Permasalahan itu antara lain dalam lingkup sintaksis, semantik, dan pergeseran

BAB IV KESIMPULAN. Permasalahan itu antara lain dalam lingkup sintaksis, semantik, dan pergeseran BAB IV KESIMPULAN Gérondif banyak digunakan baik dalam bp lisan maupun tulis, sedangkan bi tidak memiliki bentuk ini, sehingga menimbulkan permasalahan dalam penerjamahan. Permasalahan itu antara lain

Lebih terperinci

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Nama Sekolah Kelas/ Semester Mata pelajaran Tema Aspek/ Keterampilan Alokasi Waktu : SMA N 1 Sanden : XI/2 : Bahasa Perancis : La Famille : Expression Écrite (Menulis)

Lebih terperinci

BAB 6 PENUTUP. Terjemahan yang baik memiliki tiga kriteria, yakni ketepatan, kejelasan, dan

BAB 6 PENUTUP. Terjemahan yang baik memiliki tiga kriteria, yakni ketepatan, kejelasan, dan 192 BAB 6 PENUTUP Terjemahan yang baik memiliki tiga kriteria, yakni ketepatan, kejelasan, dan kewajaran (Larson, 1989:53). Ketepatan berarti bahwa terjemahan harus menyampaikan pesan sesuai dengan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (Kridalaksana, 1982: 17). Dalam ilmu pengetahuan, bahasa merupakan objek

BAB I PENDAHULUAN. (Kridalaksana, 1982: 17). Dalam ilmu pengetahuan, bahasa merupakan objek BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan sistem lambang yang arbitrer yang dipergunakan oleh suatu masyarakat untuk bekerja sama, berinteraksi dan mengidentifikasikan diri (Kridalaksana,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa adalah salah satu alat yang digunakan untuk mengekspresikan. sesuatu, baik untuk menyatakan pendapat, pengalaman atau untuk

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa adalah salah satu alat yang digunakan untuk mengekspresikan. sesuatu, baik untuk menyatakan pendapat, pengalaman atau untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa adalah salah satu alat yang digunakan untuk mengekspresikan sesuatu, baik untuk menyatakan pendapat, pengalaman atau untuk mengekspresikan perasaan atau emosi.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pokok musik yaitu irama, melodi, harmoni, dan bentuk atau struktur lagu

BAB I PENDAHULUAN. pokok musik yaitu irama, melodi, harmoni, dan bentuk atau struktur lagu 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Musik adalah suatu hasil karya seni berupa bunyi dalam bentuk lagu atau komposisi yang mengungkapkan pikiran dan perasaan penciptanya melalui unsurunsur pokok musik

Lebih terperinci

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Nama Sekolah : SMA N 1 Sanden Kelas/ Semester : XI/1 Mata pelajaran : Bahasa Perancis Tema : La Famille Aspek/ Keterampilan : Expression Orale (Berbicara) Alokasi Waktu

Lebih terperinci

WUJUD EKSISTENSI TOKOH PEREMPUAN DALAM CERITA PENDEK LE DERNIER AMOUR DU PRINCE GENGHI KARYA MARGUERITE YOURCENAR SKRIPSI

WUJUD EKSISTENSI TOKOH PEREMPUAN DALAM CERITA PENDEK LE DERNIER AMOUR DU PRINCE GENGHI KARYA MARGUERITE YOURCENAR SKRIPSI WUJUD EKSISTENSI TOKOH PEREMPUAN DALAM CERITA PENDEK LE DERNIER AMOUR DU PRINCE GENGHI KARYA MARGUERITE YOURCENAR SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Era globalisasi saat ini yang bercirikan keterbukaaan, persaingan, dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Era globalisasi saat ini yang bercirikan keterbukaaan, persaingan, dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Era globalisasi saat ini yang bercirikan keterbukaaan, persaingan, dan kesalingtergantungan antar bangsa serta derasnya arus informasi yang menembus batas-batas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Prancis jika dia tidak mempelajari bahasa Prancis, sehingga untuk mengetahui

BAB I PENDAHULUAN. Prancis jika dia tidak mempelajari bahasa Prancis, sehingga untuk mengetahui BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Fungsi bahasa dalam komunikasi verbal maupun tertulis adalah untuk menyampaikan pesan. Pesan ini tersampaikan dengan baik jika penerima pesan/pembaca mampu menguasai

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam teks yang sepadan dengan bahasa sasaran. Munday (2001) mendefinisikan

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam teks yang sepadan dengan bahasa sasaran. Munday (2001) mendefinisikan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penerjemahan merupakan upaya untuk mengganti teks bahasa sumber ke dalam teks yang sepadan dengan bahasa sasaran. Munday (2001) mendefinisikan penerjemahan as changing

Lebih terperinci

KONSTRUKSI DETERMINAN DALAM FRASA NOMINA BAHASA PRANCIS DAN BAHASA INDONESIA

KONSTRUKSI DETERMINAN DALAM FRASA NOMINA BAHASA PRANCIS DAN BAHASA INDONESIA Roswita HUMANIORA Lumban Tobing - Konstruksi Determinan dalam Frasa Nomina VOLUME 24 No. 2 Juni 2012 Halaman 221-230 KONSTRUKSI DETERMINAN DALAM FRASA NOMINA BAHASA PRANCIS DAN BAHASA INDONESIA Roswita

Lebih terperinci

BAB II KONSEP PRONOMINA PERSONA DAN PENERJEMAHAN

BAB II KONSEP PRONOMINA PERSONA DAN PENERJEMAHAN 8 BAB II KONSEP PRONOMINA PERSONA DAN PENERJEMAHAN 2.1. Ragam Bahasa Laki-laki dan Perempuan Menurut Harimurti Kridalaksana (1993: 184), ragam bahasa adalah variasi bahasa menurut pemakaian, yang berbeda-beda

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ferdinand de Saussure mengungkapkan bahwa dalam ilmu linguistik

BAB I PENDAHULUAN. Ferdinand de Saussure mengungkapkan bahwa dalam ilmu linguistik BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Ferdinand de Saussure mengungkapkan bahwa dalam ilmu linguistik bahasa dibedakan menjadi tiga yaitu, langage, langue dan parole 1. Langage merupakan bahasa manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Novel adalah sebuah karya fiksi prosa yang ditulis secara naratif; biasanya

BAB I PENDAHULUAN. Novel adalah sebuah karya fiksi prosa yang ditulis secara naratif; biasanya 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Novel adalah sebuah karya fiksi prosa yang ditulis secara naratif; biasanya dalam bentuk cerita (sumber: wikipedia.com). Penulis novel disebut novelis. Kata novel

Lebih terperinci

Jurnal Sastra Indonesia

Jurnal Sastra Indonesia JSI 2 (1) (2013) Jurnal Sastra Indonesia http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/jsi ANALISIS KONTRASTIF BAHASA INDONESIA DAN BAHASA ARAB BERDASARKAN KALA, JUMLAH, DAN PERSONA Miftahur Rohim, Suprapti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berbeda. Dalam menghadapi masalah ini, kegiatan penerjemahan memberikan solusi karena

BAB I PENDAHULUAN. berbeda. Dalam menghadapi masalah ini, kegiatan penerjemahan memberikan solusi karena BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa, baik lisan maupun tulisan merupakan alat yang penting dalam mendukung terjalinnya komunikasi antar individu. Dalam kegiatan komunikasi, tujuan dari kegiatan

Lebih terperinci

PENGARUH STRUKTUR BAHASA ARAB TERHADAP BAHASA INDONESIA DALAM TERJEMAHAN AL QURAN Oleh: Yayan Nurbayan. Abstrak

PENGARUH STRUKTUR BAHASA ARAB TERHADAP BAHASA INDONESIA DALAM TERJEMAHAN AL QURAN Oleh: Yayan Nurbayan. Abstrak PENGARUH STRUKTUR BAHASA ARAB TERHADAP BAHASA INDONESIA DALAM TERJEMAHAN AL QURAN Oleh: Yayan Nurbayan Abstrak Penerjemahan adalah sebuah proses yang bertujuan memindahkan pesan bahasa sumber ( BS ) kepada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Linguistik, semantik adalah bidang yang fokus mempelajari tentang makna baik yang berupa text

BAB I PENDAHULUAN. Linguistik, semantik adalah bidang yang fokus mempelajari tentang makna baik yang berupa text BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa adalah alat komunikasi yang digunakan oleh manusia dalam kehidupan seharihari. Ketika berbahasa ada bentuk nyata dari pikiran yang ingin disampaikan kepada mitra

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. linguistik yang merupakan ilmu bahasa yang sangat berkaitan dengan kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. linguistik yang merupakan ilmu bahasa yang sangat berkaitan dengan kehidupan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada era sekarang ini perkembangan ilmu pengetahuan semakin hari semakin berkembang pesat. Perkembangan tersebut juga merambah di bidang linguistik yang merupakan

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN NAMA SEKOLAH : SMAN 1 Mertoyudan MATA PELAJARAN : BAHASA PRANCIS KELAS / SEMESTER : XI / 1 PERTEMUAN KE- : 5 TEMA : LA MAISON WAKTU : 2 X 45 MENIT A. KOMPETENSI INTI 3.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional digunakan oleh sebagian besar

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional digunakan oleh sebagian besar BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional digunakan oleh sebagian besar masyarakat Indonesia, baik dalam bidang pendidikan, pemerintahan, maupun dalam berkomunikasi

Lebih terperinci

GRAMMAIRE II. Silabus Deskripsi Mata Kuliah. FARIDA AMALIA, M.Pd

GRAMMAIRE II. Silabus Deskripsi Mata Kuliah. FARIDA AMALIA, M.Pd GRAMMAIRE II Silabus Deskripsi Mata Kuliah FARIDA AMALIA, M.Pd Program Pendidikan Bahasa Prancis Jurusan Pendidikan Bahasa Asing Fakultas Pendidikan Bahasa dan Seni Universitas Pendidikan Indonesia 2010

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. fungsi ideasional (ideational function), fungsi interpersonal (interpersonal

BAB I PENDAHULUAN. fungsi ideasional (ideational function), fungsi interpersonal (interpersonal 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia dalam sepanjang hidupnya hampir tidak pernah terlepas dari peristiwa komunikasi. Setiap anggota masyarakat dan komunitas tertentu selalu terlibat dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penerjemahan bisa mencakup beberapa pengertian. Ahli linguistik telah

BAB I PENDAHULUAN. Penerjemahan bisa mencakup beberapa pengertian. Ahli linguistik telah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Penerjemahan bisa mencakup beberapa pengertian. Ahli linguistik telah memberi banyak definisi tentang penerjemahan, diantaranya: (1) bidang ilmu secara umum,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tanah liat, clay juga ada yang terbuat dari bermacam-macam bahan tetapi adonannya

BAB I PENDAHULUAN. tanah liat, clay juga ada yang terbuat dari bermacam-macam bahan tetapi adonannya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Clay dalam arti yang sesungguhnya adalah tanah liat, namun selain terbuat dari tanah liat, clay juga ada yang terbuat dari bermacam-macam bahan tetapi adonannya memiliki

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. di luar bahasa, dan yang dipergunakan akal budi untuk memahami hal-hal tersebut

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. di luar bahasa, dan yang dipergunakan akal budi untuk memahami hal-hal tersebut BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep adalah gambaran mental dari obyek, proses, atau apa pun yang ada di luar bahasa, dan yang dipergunakan akal budi untuk memahami hal-hal

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. A. Bahasa Mandarin

BAB II LANDASAN TEORI. A. Bahasa Mandarin BAB II LANDASAN TEORI A. Bahasa Mandarin 1. Definisi Bahasa Mandarin Bahasa mandarin merupakan salah satu bahasa yang paling sering bei digunakan di dunia ini. Dalam pengertian luas, Mandarin berarti 北

Lebih terperinci