BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk sosial yang butuh berkomunikasi dengan

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk sosial yang butuh berkomunikasi dengan"

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia adalah makhluk sosial yang butuh berkomunikasi dengan sesamanya. Alat komunikasi ini merupakan hal yang vital bagi manusia karena digunakan setiap hari. Alat komunikasi manusia berupa bahasa, suara, gerak tubuh dan lain sebagainya. Bahasa, baik secara lisan maupun tulisan merupakan alat untuk saling berinteraksi. Bahasa merupakan alat komunikasi yang paling kuat dan menonjol dibandingkan dengan bunyi-bunyian, gerak tubuh, dan lain sebagainya. Ketika manusia saling berinteraksi menggunakan bahasa, disadari ataupun tidak mereka memilih bahasa yang efektif dan efisien. Bahasa yang efektif dan efisien ini di antaranya dengan penggunaan kata penghubung. Dengan kata penghubung, jika kalimat itu panjang atau lebih dari satu proposisi, penutur tidak harus mengulang kembali subjek ataupun objek dalam kalimatnya. Perhatikanlah contoh kalimat berikut ini : (01) Perempuan cantik itu sedang memasak di dapur. Perempuan cantik itu kakakku. Perempuan cantik yang sedang memasak di dapur itu kakakku. 1

2 Pada contoh (01) ada dua kalimat, kalimat pertama adalah: perempuan cantik itu sedang memasak di dapur, kalimat kedua adalah: perempuan cantik itu kakakku. Jika digabungkan kalimat itu menjadi seperti ini: perempuan cantik itu sedang memasak di dapur, perempuan cantik itu kakakku. Subjek perempuan cantik pada kalimat pertama diulang kembali pada kalimat kedua. Akan tetapi, kedua kalimat itu bisa digabung secara ringkas dan padat makna menjadi seperti ini: perempuan cantik yang sedang memasak di dapur itu kakakku. Jadi, yang berfungsi sebagai pengganti subjek perempuan cantik pada kalimat kedua sekaligus yang menghubungkan kalimat pertama dan kalimat kedua. Salah satu hal yang penting dalam berkomunikasi antarmanusia yang berbeda suku, bahasa, dan budaya sejak dulu hingga sekarang adalah penerjemahan. Penerjemahan membantu penukaran makna dan pesan dari bahasa sumber ke bahasa sasaran. Penerjemahan membantu persebaran arus informasi, ide, ilmu, dan lainlainnya. Penerjemahan di berbagai bidang ilmu pengetahuan juga membantu persebaran informasi dengan cepat dan mendukung kemajuan arus globalisasi. Kridalaksana (1985) (via Nababan, 2003: 19) mendefinisikan penerjemahan sebagai pemindahan suatu amanat dari bahasa sumber ke dalam bahasa sasaran dengan pertama-tama mengungkapkan maknanya dan kemudian gaya bahasanya. Penerjemahan yang baik adalah tersampaikannya pesan dari bahasa sumber ke bahasa sasaran. Hal ini berlaku pula untuk penerjemahan le pronom relatif bahasa Prancis (bp) yang diawali ce ke dalam bahasa Indonesia (bi). 2

3 Le pronom relatif (selanjutnya akan disingkat menjadi lpr) atau yang berarti kata ganti penghubung di dalam bp ini dibagi menjadi dua kategori: tanpa diawali ce dan yang diawali ce. Lpr tanpa diawali ce ini selalu diawali juga dengan anteseden. Anteseden ini berisikan nomina persona, nomina bukan persona, ataupun pronomina. Sedangkan lpr yang diawali ce ini bisa diawali juga oleh anteseden maupun tidak. Anteseden dari lpr yang diawali ce ini berisikan sebuah proposisi tentang sebuah ide, gagasan, maupun sebuah perbuatan. Lpr tanpa diawali ce ini mudah untuk diterjemahkan karena susunan kalimatnya sederhana. Sedangkan penerjemahan lpr yang diawali ce ini agak rumit karena terkadang susunan kalimatnya panjang dan berisikan proposisi yang kompleks. Perhatikanlah contoh berikut. (02) L histoire que vous me racontez n est pas raisonnable. (Grammaire Française : 179) Cerita yang kamu ceritakan kepadaku tidak masuk akal. (03) J ai froid, ce qui est désagréable. (Grammaire Française : 180) Aku kedinginan, itu hal yang buruk. Kalimat nomor (02) di atas merupakan contoh kalimat dari lpr tanpa diawali ce, dan berisi kata penghubung que. Que diterjemahkan menjadi yang. Sementara kalimat nomor (03) merupakan contoh kalimat dari lpr yang diawali ce yaitu ce qui. Di sini ce qui diterjemahkan menjadi itu hal yang. Penelitian ini akan meneliti lpr yang diawali ce di dalam roman novel La Peste karya Albert Camus dan terjemahannya berjudul Sampar oleh NH Dini. 3

4 Menurut Castex dan Surer (1953) dan Majault et al. (1966) (via Benny Hoed, 1992: 12) mengatakan bahwa novel La Peste (selanjutnya akan disingkat menjadi LP) tergolong novel abad kedua puluh. Menurut Benny Hoed LP memiliki terjemahan yang baik yaitu Sampar yang diterjemahkan oleh NH Dini. Bahasa Indonesia yang dipergunakan sebagai terjemahannya termasuk dalam bahasa masa kini, karena diterjemahkan dalam kurun waktu kurang lebih 10 tahun ( ). 1.2 Permasalahan Berdasarkan latar belakang di atas, dapat diambil beberapa permasalahan yang akan diteliti dalam penelitian ini. Berikut permasalahannya: 1. Bagaimana penggunaan le pronom relatif yang diawali ce di dalam kalimat ataupun wacana bahasa Prancis? 2. Bagaimana penerjemahan le pronom relatif yang diawali ce dari bahasa Prancis ke dalam bahasa Indonesia? 1.3 Tujuan Penelitian Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah di atas dapat disimpulkan bahwa tujuan penelitian ini adalah: 1. Untuk mengetahui penggunaan le pronom relatif yang diawali ce di dalam kalimat ataupun wacana bahasa Prancis. 4

5 2. Untuk mengetahui penerjemahan le pronom relatif yang diawali ce dari bahasa Prancis ke dalam bahasa Indonesia. 1.4 Ruang Lingkup Penelitian Lpr dalam bp dibagi menjadi dua kategori: yang tidak diawali ce dan yang diawali ce. Objek formal yang digunakan dalam penelitian ini adalah penggunaan le pronom relatif yang diawali ce di dalam wacana bp dan penerjemahannya ke dalam bi. Sementara itu, objek material yang dipakai adalah roman La Peste (Albert Camus) dan terjemahannya Sampar (NH Dini). 1.5 Kerangka Teori Teori di dalam sebuah penelitian sangat dibutuhkan sebagai acuan dan dasar untuk membedah data yang ada. Dengan teori, pembahasan data akan lebih jelas dan terarah. Teori yang digunakan di dalam penelitian ini adalah teori tatabahasa (lebih tepatnya adalah tatabahasa mengenai Les Pronoms Relatifs) dan teori terjemah Teori Les Pronoms Relatifs Sintaksis adalah tata bahasa yang membahas hubungan antarkata dalam tuturan. Tuturan dalam hal ini menyangkut apa yang dituturkan orang dalam bentuk 5

6 kalimat atau wacana. Ramlan (2005: 18) mengatakan bahwa sintaksis ialah bagian atau cabang dari ilmu bahasa yang membicarakan seluk beluk wacana, kalimat, klausa, dan frase. Teori sintaksis yang dipakai di sini adalah yang sesuai dengan kaidah tatabahasa bp dan yang berhubungan dengan data yang akan dibahas nantinya, yaitu : les pronoms relatifs. Le pronom relatif atau dalam bentuk jamaknya adalah les pronoms relatifs merupakan kata ganti penghubung dalam bp. Dalam bukunya, Jacqueline Olivier (1978) menerangkan tentang les pronoms relatif dalam satu bab pembahasan tersendiri. Untuk mengetahui fungsi dari le pronom relatif lihatlah kalimat berikut: (04) J ai besoin du livre qui est sur le bureau. (Grammaire Français : 178) Aku membutuhkan buku yang berada di atas meja. Di sana ada dua proposisi (sebuah kalimat biasanya terdiri dari proposisiproposisi). Proposisi pertama j ai besoin du livre dan proposisi penghubung qui est sur le bureau, disebut proposisi penghubung karena kalimat tersebut diantarkan/dimasukkan oleh le pronom relatif. Qui adalah subjek dari verba est di dalam proposisi penghubung; kata kerja dari proposisi tersebut selalu terletak setelah le pronom relatif maka karenanya le pronom relatif dikenal sebagai proposisi relatif atau proposisi penghubung. Kata livre adalah anteseden (kata yang mendahului kata ganti) le pronom relatif qui. 6

7 Le pronom relatif qui menghubungkan dua frasa independen: J ai besoin d un livre. Il est sur le bureau. J ai besoin du livre qui est sur le bureau. Untuk menentukan le pronom relatif yang sesuai, kita harus mengetahui: 1) Apa fungsinya di dalam proposisi relatif yang telah disebutkan sebelumnya (subjek dari verba, objek langsung dari verba, atau objek dari sebuah preposisi). 2) Apa antesedennya: nomina persona, nomina bukan orang, atau sebuah proposisi; kadang-kadang juga tidak ada anteseden yang dijelaskan. Di dalam kalimat, proposisi relatif bisa ditempatkan: 1) Setelah proposisi utama. 2) Di dalam proposisi utama. Cobalah lihat kalimat (05) berikut ini: (05) L histoire que vous me racontez est très intéressante. (Grammaire Français :179) Cerita yang kamu ceritakan kepadaku sangat menarik. 3) Pada permulaan sebuah frasa (06) Ce que vous voulez n est pas raisonnable. (Grammaire Français : 179) Apa yang kamu inginkan tidak masuk akal. Le pronom relatif juga mempunyai bentuknya di dalam kalimat. Pembagian bentuk le pronom relatif adalah sebagai berikut: 1) Dengan anteseden nomina persona atau nomina bukan persona (atau pronomina). 7

8 2) Dengan anteseden proposisi, atau tanpa anteseden. Dan berikut tabel untuk pembagian bentuk-bentuk les pronoms relatifs. Tabel 1 : Les Pronoms Relatifs A. Avec antécédent Avec antécédent B. Sans antécédent Un nom de PERSONNE (ou un pronom) Un nom de CHOSE (ou un pronom) Une PROPOSITION (idée, fait) Sujet verbe de Qui Qui Ce qui Objet direct Que, qu Que, qu Ce que, ce qu du verbe Objet de la Dont Dont Ce dont préposition De qui (duquel, Duquel de de laquelle, De laquelle desquels, desquelles) Desquels Desquelles 8

9 Objet d une Qui (ce) + préposition + quoi préposition (lequel, Lequel, (autre que laquelle, laquelle, de) lesquels, lesquels, lesquelles) lesquelles (où) Le Pronom Relatif yang Diawali Ce Di dalam penelitian ini pembahasan akan difokuskan pada lpr yang diawali ce. Oleh karena itu agar lebih fokus, teorinya pun mengacu pada lpr yang diawali ce saja, tidak membutuhkan lpr tanpa diawali ce. Lpr yang diawali ce ini bisa memakai anteseden proposisi (berisikan ide atau perbuatan) atau bahkan tanpa anteseden sama sekali. Itulah hal yang membedakannya dengan lpr tanpa diawali ce. Dan berikut adalah penjabaran lpr yang diawali ce. 9

10 Ce qui Tabel 2 : Ce qui avec antécédent sans antécédent PROPOSITION Sujet du verbe Ce qui a. Ce merupakan pronomina netral, diletakkan di depan le pronom relatif qui, merepresentasikan/menjelaskan proposisi antesedennya. Qui adalah subjek dari verba seperti berikut ini : (07) Il a raté son examen, ce qui est très surprenant. (Grammaire Française : 186) Yang sangat mengejutkan, dia telah gagal ujian. (08) Ce qui l étonne, c est que vous n ayez pas appelé. (Grammaire Française : 186) Yang mengagetkan adalah kamu tidak terpanggil. Perhatikanlah pengulangan ce di depan est digunakan ketika proposisi antesedennya mengikuti proposisi relatif. Jika proposisi anteseden tidak mengikuti proposisi relatif, maka bentuknya akan seperti ini : Il est étonné que vous n ayez pas appelé. b. Ketika le pronom relatif tidak mempunyi anteseden, maka ditambahkan ce. (ce : la chose (bentuk tunggal), les choses (bentuk jamak dari la chose) berarti sesuatu, hal, benda, dll). Jadi pronomina-pronomina ini sama seperti anteseden proposisinya, seperti berikut ini : 10

11 (09) Je n aime pas faire ce qui est désagréable. (Grammaire Française : 186) Aku tidak suka hal yang buruk. (Ce qui di sini berarti les choses qui). Ce que Tabel 3 : Ce que avec antécédent sans antécédent PROPOSITION Object direct du verbe Ce que, ce qu a. Ce merepresentasikan proposisi anteseden dan que (qu ) adalah object direct du verbe (objek langsung verbanya) yang mengikutinya: (10) J ai mal à la tête, ce que je redoute toujours. (Grammaire Française : 186) Aku sakit kepala, itu adalah hal yang selalu aku takutkan. (11) Ce que je ne comprends pas, c est que notre discussion n ait servi à rien. (Grammaire Française : 186) Yang tidak aku mengerti adalah bahwa diskusi kami tidak berguna sama sekali. = (Je ne comprends pas que notre discussion n ait servi à rien. Aku tidak mengerti kenapa diskusi kami tidak berguna sama sekali.) b. Tanpa anteseden: Untuk mengetahui lpr yang diawali ce dan tidak memiliki anteseden, perhatikanlah kalimat berikut: (12) Ce que vous voulez n est pas raisonnable. (Grammaire Française : 186) Apa yang kamu inginkan tidak masuk akal. (Ce que di sini berarti les choses qui). 11

12 Ce dont Tabel 4 : Ce dont avec antécédent sans antécédent PROPOSITION Objet de la préposition Ce dont de a. Dont menggantikan que di dalam ce que, ketika verba dari proposisi relatif terbentuk bersama dengan de: (13) Il est passé la voir, ce dont je m étonne. (Grammaire Française : 187) Dia telah berjalan melewatinya, itulah yang membuatku kaget. (kata verbanya adalah s étonner de). b. Tanpa anteseden: (14) J ai oublié ce dont vous m avez parlé. (Grammaire Française : 187) Aku lupa apa yang telah kamu katakan kepadaku. (kata verbanya adalah parler de). Perhatikan Tout ce qui, tout ce que, tout ce dont. Ingatlah bahwa ce terletak di antara tout dan le pronom relatif. Untuk lebih jelasnya perhatikanlah kalimat-kalimat berikut ini. (15) Tout ce qui brille n est pas or. (Grammaire Française : 187) Semua yang bersinar tidak selalu emas. 12

13 (16) J ai oublié tout ce qu il m a dit. (Grammaire Française : 187) Aku lupa semua apa yang kamu katakan kepadaku. (17) Il a déjà vu tout ce dont tu parles. (Grammaire Française : 187) Dia telah melihat semua yang kamu katakan. Ce + préposition + quoi Tabel 5 : Ce + préposition + quoi avec antécédent sans antécédent Objet d une PROPOSITION (ce) + préposition + quoi préposition (autre que de) a. Di dalam kasus tersebut, ce adalah pronomina netral, yang merepresentasikan proposisi anteseden, dan selalu dijelaskan pada permulaan sebuah kalimat; di dalam kasus lain terkadang ia dijelaskan terkadang tidak, tidak ada aturan khusus untuk ini. Perhatikanlah bahwa quoi berfungsi sebagai objek sebuah preposisi, hanya dengan anteseden proposisi maupun tanpa anteseden, tidak pernah antesedennya adalah nomina persona atau nomina bukan orang. (18) Vous avez apporté une caméra, ce à quoi je n avais pas pensé. (penser à) (Grammaire Française : 187) Kamu membawa kamera, hal itulah yang tidak terpikir olehku. 13

14 b. Tanpa anteseden : (19) Ce à quoi elle voulait arriver était très clair. (la chose à laquelle). (Grammaire Française : 187) Yang dia inginkan sudah sangat jelas Teori Terjemah Dalam bukunya A Linguistic Theory of Translation, Catford (1965: 1) menerangkan bahwa penerjemahan adalah ilmu terapan di dalam bahasa. Penerjemahan merupakan sebuah proses penggantian teks dalam satu bahasa ke bahasa lainnya. Berikut teori penerjemahan yang berhubungan dengan pembahasan data pada Bab II nanti Penerjemahan : Definisi dan Jenis-jenis Umumnya Menurut Catford (1965: 20) teori penerjemahan berkaitan dengan tipe hubungan tertentu antara bahasa-bahasa dan karenanya merupakan cabang linguistik komparatif. Dari sudut pandang teori penerjemahan pembedaan antara sinkronik dan diakronik tidak relevan. Ekuivalensi penerjemahan dapat dibentuk dan penerjemahan dilakukan antara pasangan bahasa dan dialek manapun bahasa yang berhubungan maupun tidak berhubungan, dan dengan jenis hubungan spasial, temporal, sosial dan lainnya. Hubungan antarbahasa itu bersifat dua arah dan tidak selalu simetris. Penerjemahan selalu bersifat satu arah dari bahasa sumber (Bsu) ke bahasa sasaran (Bsa). Penerjemahan dapat didefinisikan sebagai berikut : penggantian 14

15 material tekstual pada Bsu dengan materi tekstual yang ekuivalen pada Bsa. Dengan kata lain, penerjemahan dari Bsu ke Bsa dicari kata-kata yang ekuivalen ataupun sepadan. Ekuivalen ataupun kesepadanan merupakan istilah kunci. Karena masalah utama dalam praktek penerjemahan adalah menentukan terjemahan Bsa yang sepadan. Berikut ini adalah jenis-jenis penerjemahan (Catford, 1965: 21), di antaranya : 1) Penerjemahan penuh versus penerjemahan parsial. Penerjemahan penuh adalah semua teks dimasukkan ke dalam proses penerjemahannya, dengan kata lain semua bagian teks Bsu diganti dengan material teks Bsa. Sedangkan penerjemahan parsial adalah penerjemahan yang hanya beberapa bagian teks Bsu-nya yang tidak diterjemahkan. Hal itu dikarenakan adanya makna leksikal pada Bsu yang tidak dapat diterjemahkan, contohnya karena adanya kultur lokal Bsu yang tidak dapat dicari kesepadanannya dalam Bsa. Istilah unstranslatable adalah salah, karena pada dasarnya hal itu terjadi karena data Bsu secara teknis sangat susah untuk diterjemahkan ke dalam Bsa, maka dianggaplah untranslatable atau tidak diterjemahkan. 2) Penerjemahan total versus penerjemahan terbatas. Penerjemahan total adalah penerjemahan semua materi Bsa tetapi tidak sepadan dengan materi pada teks Bsu. Sedangkan penerjemahan terbatas adalah penggantian material tekstual Bsu dengan material tekstual Bsa yang 15

16 sepadan dan hanya pada 1 tingkat saja. Atau dengan kata lain, pada penerjemahan ini material tekstual Bsu hanya diterjemahkan secara kontekstual atau garis besarnya saja ke dalam Bsa. Kesepadanan level penerjemahan ada di tingkat kalimat perkalimat, frasa perfrasa, atau kata perkata (Catford, 1965: 25). Berikut kategori level-level penerjemahan : 1) Penerjemahan yang terikat level. Penerjemahan yang terikat level contohnya seperti penerjemahan kata per kata (letter lock). 2) Penerjemahan bebas, literal, kata per kata. Penerjemahan ini secara konteksnya saja, bebas, tidak ada aturannya, yang terpenting adalah ada kesepadanan Bsu dengan Bsa-nya Kesepadanan/Ekuivalensi Penerjemahan Catford (1965: 27) menekankan kepada kita untuk bisa membedakan antara ekuivalensi penerjemahan dengan kondisi atau justifikasi ekuivalensi penerjemahan. Ekuivalensi penerjemahan adalah : fenomena empirik yang ditemukan dengan membandingkan teks Bsu dan Bsa. Justifikasi ekuivalensi penerjemahan itu adalah kondisi yang membenarkan ekuivalensi tersebut. 16

17 Perbedaan lebih lanjut harus dibuat antara teks ekuivalensi dan kesejajaran bentuk. Teks yang ekuivalen adalah teks atau bagian apapun dari teks Bsa yang menggantikan teks atau bagian Bsu dengan metode berikut. Kesejajaran bentuk adalah Bsa apapun (unit, kelas, struktur, elemen struktur, dan lain-lain) yang menempati tempat yang sama dari Bsa seperti halnya kategori Bsu menempati kategorinya. Semua bahasa itu sui generis, yang artinya adalah kategori yang ada diterangkan dalam hubungan istilah yang ada dalam bahasa itu sendiri. Teks terjemahan yang ekuivalen adalah bentuk Bsa apapun (teks ataupun bagian teks) yang diamati sebagai ekuivalen Bsu yang diterjemahkan. Pencarian teks yang ekuivalen tergantung dengan otoritas kemampuan penguasaan dua bahasa si penerjemah. Oleh karena itu, untuk mencari teks bahasa Prancis yang ekuivalen dari teks bahasa Inggrisnya harus ditanyakan kepada penerjemah. Lihatlah contoh kalimat berikut. (20) My son is six. Mon fils a six ans. Dari contoh di atas kita tahu bahwa my son (bahasa Inggris) sepadan dengan mon fils (bahasa Prancis). Dalam mencari ekuivalensi kita dapat mengadopsi prosedur formal yang lain seperti komutasi dan observasi variasi penukaran. Dengan kata lain kita bisa secara tersistem mengenalkan perubahan ke dalam teks Bsu dan mengamati perubahan apa yang terjadi pada teks Bsa sebagai konsekuensinya. Penerjemahan teks yang ekuivalen adalah bagian dari teks Bsa yang berubah ketika teks Bsu-nya juga berubah. Perhatikanlah kalimat berikut. 17

18 (21) My son mon fils Your daughter votre fille My son (bahasa Inggris) diterjemahkan ke dalam bahasa Prancis menjadi mon fils. My son kemudian ditukar dengan your daughter untuk mengetahui kesepadanannya dalam bahasa Prancis. Your daughter (bahasa Inggris) sepadan dengan votre fille dalam bahasa Prancis. Jadi, penerjemahan teks yang sepadan adalah bagian dari teks Bsa yang berubah ketika Bsu-nya pun juga berubah. Dalam kasus sederhana seperti di atas, seseorang biasanya bergantung pada pengetahuannya tentang bahasa yang dibahas. Ini hanya mungkin dilakukan dengan catatan teks (suara atau tulisan) saat penerjemah yang sebenarnya tidak ada. Pada kasus tersebut, investigator berperan sebagai informannya sendiri dan menemukan ekuivalensi tekstual secara intuitif. Di sisi lain, komutasi (penukaran) merupakan pengujian yang utama untuk ekuivalensi, dan berguna untuk kasus dimana ekuivalensi dicari bukan pada tingkat-tingkat yang sama dan unit-ke-unit seperti yang dicontohkan di atas. Dalam teks sepanjang apapun, beberapa hal yang spesifik dari Bsu dapat dipastikan muncul beberapa kali. Pada tiap kemunculannya, akan ada ekuivalen tekstual Bsa yang spesisfik. Setelah mengamati tiap ekuivalen tekstual tertentu, kita dapat membuat pernyataan umum mengenai ekuivalensi tekstual untuk tiap Bsu, yang mencakup semua kemunculannya dalam teks sebagai keseluruhan. Pernyataan umum tentang ekuivalensi tekstual pada kasus ini bersifat kualitatif sama halnya dengan 18

19 ekuivalensi tekstual tertentu; tetapi terdapat perbedaan, dimana ekuivalensi ini dapat dihitung. Ekuivalensi ini dapat juga dijelaskan dalam bentuk kemungkinan yang menunjukkan kemunculan ekuivalensi dalam keseluruhan populasi kemunculan. Seringkali data-data pada Bsu memiliki lebih dari satu ekuivalensi dalam Bsa dalam teks yang panjang. Tiap ekuivalensi muncul dalam jumlah tertentu: dengan membagi jumlah kemunculan untuk tiap ekuivalensi tertentu dengan jumlah total kemunculan data-data Bsu, kita akan mendapatkan nilai kemungkinan kemunculan ekuivalensi tiap data tertentu. Nilai probabilitas yang ada didapatkan dari asumsi bahwa pada tiap kemunculan, probabilitias ekuivalensi tertentu bernilai sama pada kemunculan lainnya; ini disebut probabilitas tak bersyarat. Tetapi probabilitas-ekuivalensi pada nyatanya secara konstan dipengaruhi oleh faktor kontekstual dan ko-tekstual. Kita harus memasukkan faktor-faktor tersebut ke dalam pertimbangan, sehingga probabilitas yang ada menjadi probabilitas bersyarat. Probabilitas ekuivalensi terjemahan dapat digeneralisasikan menjadi aturan penerjemahan yang dapat diaplikasikan ke teks lain dan mungkin pada bahasa secara keseluruhan atau lebih tepatnya semua teks dalam varietas yang sama dalam bahasa, jika sampel yang diambil cukup besar. Aturan penerjemahan merupakan perhitungan nilai probabilitas dari ekuivalensi penerjemahan tekstual. 19

20 Kesejajaran Bentuk Kesejajaran bentuk (Catford, 1965: 32) dalam penerjemahan hanya berupa perkiraan dan dapat dibuat pada tingkat abstraksi yang tinggi. Oleh karena itu jika kita menemukan bahwa dua bahasa mengoperasikan tingkat abstraksi dengan unit gramatikal pada lima tingkat kita dapat mengatakan bahwa ada kesejajaran bentuk antara dua hirarki unit tersebut; tiap bahasa mempunyai jumlah tingkat yang sama dan hirarki (taksonomi), tiap bahasa tersebut mempunyai hubungan yang serupa antara unit pada tingkat yang berbeda. Ini dapat digunakan sebagai kerangka referensi untuk menyatakan kesejajaran tafsiran pada tingkat abstraksional yang lebih rendah. Kesejajaran bentuk hanya dapat dibangun pada dasar ekuivalensi tekstual pada kondisi tertentu. Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa item atau kelas salah satu bahasa merupakan ekuivalen bentuk dari item atau kelas di bahasa yang lain. Kesejajaran bentuk merupakan perhatian dari sudut pandang yang lain; sebut saja derajat divergensi/perbedaan antara ekuivalensi tekstual dan kesejajaran bentuk mungkin dapat digunakan sebagai ukuran perbedaan tipologis antara bahasa-bahasa Penerjemahan Gramatikal dan Leksikal Menurut Catford (1965: 71) penerjemahan gramatikal adalah penerjemahan terbatas dimana tatabahasa teks Bsu diganti dengan tatabahasa Bsa yang ekuivalen tetapi tidak disertai penggantian leksikalnya. Penerjemahan leksikal merupakan 20

21 penerjemahan terbatas dimana leksikal teks Bsu diganti dengan leksikal Bsa yang ekuivalen tetapi tidak disertai penggantian tatabahasa. Karena tatabahasa dan leksikal antara kedua bahasa sumber dan bahasa sasaran mempunyai bentuk tingkatan bahasanya masing-masing, penerjemahan gramatikal dan leksikal antara dua bahasa apapun merupakan hal yang bertentangan antara keduanya: dengan kata lain, penerjemahan gramatikal dari bahasa A ke bahasa B sama dengan penerjemahan leksikal dari bahasa B ke bahasa A. 1.6 Tinjauan Pustaka Penelitian tentang penggunaan dan penerjemahan le pronom relatif yang diawali ce menurut penulis belum ada. Tyas Nur Annisa (2013) menulis skripsi berjudul Pronomina On : Analisis Makna dan Fungsi (Dalam Roman Thérèse Raquin Karya Émile Zola). Tyas meneliti tentang pronomina on dan menganalisis fungsi dan makna pronomina on dalam Thérèse Raquin. Dalam tesisnya, Icuk Prayogi (2010) menulis tentang Klitik Pronomina dalam Bahasa Indonesia. Di dalam tesisnya tersebut Prayogi mengupas tentang klitik pronomina bahasa Indonesia, baik yang proklitik maupun enklitik. Christoforus Tri Widjanarko Ontoseno (2000) menulis skripsi berjudul Pronomina Y dalam Bahasa Prancis dan Padanannya dalam Bahasa Indonesia. 21

22 Christoforus meneliti padanan ataupun penerjemahan apa saja pronomina y bahasa Prancis ke dalam bahasa Indonesia. Selain itu ada pula penelitian yang menggunakan objek material novel La Peste. Bayu Nurwijaya (2007) menulis skripsi dengan judul Kesadaran, Perlawanan dan Kebebasan dalam La Peste dan Siti Jenar : Pendekatan Strukturalisme Gilles Deleuze. Penelitian yang ditulis Bayu adalah penelitian sastra yang mengangkat problem utama eksistensi manusia tentang kesadaran, perlawanan, dan kebebasan. Dan salah satu objek materialnya adalah novel La Peste. Pada penelitian ini, akan lebih dititikberatkan pada penggunaan dan penerjemahan le pronom relatif yang diawali ce di dalam La Peste dan Sampar. Sejauh pengetahuan penulis, penelitian ini belum pernah ada, maka penelitian ini layak untuk dilanjutkan. 1.7 Metode Pengumpulan dan Analisis Data Metode yang dilakukan dalam penelitian ini ada tiga tahapan, yaitu: tahap pengumpulan data, analisis data, dan penyajian data. Dalam tahap pengumpulan data, data yang dipakai adalah novel La Peste karangan Albert Camus. Metode yang dipakai adalah metode simak dengan teknik catat. Data-data yang sudah terkumpul kemudian dicatat pada kartu data. Metode yang digunakan dalam menganalisis data ini adalah metode padan referensial, yaitu metode padan dengan alat penentu referen 22

23 atau bahasa; teknik analisis datanya menggunakan teknik lesap dan teknik ganti. Penyajian hasil analisis data dalam penelitian ini menggunakan metode informal. 1.8 Sistematika Penyajian Sistematika penyajian penulisan penelitian ini adalah sebagai berikut : bab I yang berisikan latar belakang, permasalahan, tujuan penelitian, ruang lingkup penelitian, kerangka teori, tinjauan pustaka, metode pengumpulan dan analisis data, dan sistematika penyajian; bab II berisikan pembahasan mengenai lpr yang diawali ce : penggunaannya di dalam kalimat atau wacana, jenis-jenis lpr yang diawali ce, dan juga penerjemahannya ke dalam bi; bab III berisi hasil kesimpulan dari penelitian ini dan juga saran untuk penelitian ini. 23

BAB I PENDAHULUAN. Pesan yang disampaikan dapat melalui karya sastra.

BAB I PENDAHULUAN. Pesan yang disampaikan dapat melalui karya sastra. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Bahasa memiliki peranan penting dalam hal berkomunikasi. Fungsi penting dari bahasa adalah menyampaikan pesan dengan baik secara verbal atau tulisan. Pesan yang disampaikan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Di dalam mempelajari suatu bahasa, khususnya bahasa asing, pembelajar

BAB 1 PENDAHULUAN. Di dalam mempelajari suatu bahasa, khususnya bahasa asing, pembelajar BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di dalam mempelajari suatu bahasa, khususnya bahasa asing, pembelajar terlebih dahulu harus memahami kaidah-kaidah tata bahasa, seperti membuat kalimat yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kata deiksis berasal dari bahasa Yunani deiktikos yang memiliki arti

BAB I PENDAHULUAN. Kata deiksis berasal dari bahasa Yunani deiktikos yang memiliki arti BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kata deiksis berasal dari bahasa Yunani deiktikos yang memiliki arti penunjukan secara langsung (Purwo, 1984: 2). Dardjowidjojo (1988: 35) bersama beberapa ahli bahasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam kehidupan manusia. Bahasa adalah satu-satunya milik manusia yang tidak. kegiatan manusia yang tidak disertai oleh bahasa.

BAB I PENDAHULUAN. dalam kehidupan manusia. Bahasa adalah satu-satunya milik manusia yang tidak. kegiatan manusia yang tidak disertai oleh bahasa. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam berkomunikasi antar manusia dibutuhkan bahasa yang disepakati oleh pengguna bahasa itu sendiri. Bahasa mempunyai keterikatan dan keterkaitan dalam kehidupan manusia.

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. berdasarkan hasil penelitian dan analisis data yang telah diperoleh pada bab-bab

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. berdasarkan hasil penelitian dan analisis data yang telah diperoleh pada bab-bab BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Pada bab ini, penulis akan memberikan kesimpulan serta saran berdasarkan hasil penelitian dan analisis data yang telah diperoleh pada bab-bab sebelumnya. 5.1 Kesimpulan 5.1.1

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sasaran (selanjutnya disingkat Bsa) se-alami mungkin baik secara arti dan secara

BAB I PENDAHULUAN. sasaran (selanjutnya disingkat Bsa) se-alami mungkin baik secara arti dan secara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini, perbedaan bahasa sudah tidak lagi menjadi hambatan untuk mendapatkan informasi dari berbagai belahan dunia. Tuntutan mendapatkan informasi inilah yang memunculkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sesuai dengan kaidah sebuah bahasa. Unsur-unsur atau satuan dari kalimat itu tersusun

BAB I PENDAHULUAN. sesuai dengan kaidah sebuah bahasa. Unsur-unsur atau satuan dari kalimat itu tersusun BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap kalimat memiliki unsur-unsur atau satuan yang lebih kecil yang tersusun sesuai dengan kaidah sebuah bahasa. Unsur-unsur atau satuan dari kalimat itu tersusun

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Nama Sekolah Mata Pelajaran Kelas/Semester Aspek/Keterampilan Alokasi Waktu : SMA Negeri 8 Purworejo : Bahasa Prancis : XI-IPS/1 : Berbicara : 2 x 45 menit A. STANDAR

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahasa merupakan sarana berkomunikasi yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Peranan bahasa sangat membantu manusia dalam menyampaikan gagasan, ide, bahkan pendapatnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berbeda. Berbagai macam problematika pada proses komunikasi juga turut

BAB I PENDAHULUAN. berbeda. Berbagai macam problematika pada proses komunikasi juga turut 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan teknologi informasi yang semakin pesat mendukung terjalinnya komunikasi di antara semua orang dari berbagai belahan dunia yang berbeda. Berbagai macam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Linguistik, merupakan sebuah ilmu yang mepelajari tentang bahasa secara

BAB I PENDAHULUAN. Linguistik, merupakan sebuah ilmu yang mepelajari tentang bahasa secara 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Linguistik, merupakan sebuah ilmu yang mepelajari tentang bahasa secara verbal. Tentunya ilmu bahasa atau sering disebut linguistik memiliki cabangcabang ilmu bahasa,

Lebih terperinci

SILABUS MATA PELAJARAN BAHASA PRANCIS

SILABUS MATA PELAJARAN BAHASA PRANCIS SILABUS MATA PELAJARAN BAHASA PRANCIS Satuan Pendidikan : SMA/MA Kelas : X Kompetensi Inti (KI) Kompetensi Dasar (KD) Materi Pokok Kegiatan Pembelajaran Indikator Pencapaian Kompetensi ( IPK) Alokasi Waktu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan makhluk sosial yang selalu berinteraksi antara satu

BAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan makhluk sosial yang selalu berinteraksi antara satu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia merupakan makhluk sosial yang selalu berinteraksi antara satu dengan yang lainnya, yang kemudian disebut dengan komunikasi. Bahasa merupakan alat komunikasi

Lebih terperinci

MULTIFUNGSI KATA TOUT DALAM BAHASA PRANCIS

MULTIFUNGSI KATA TOUT DALAM BAHASA PRANCIS MULTIFUNGSI KATA TOUT DALAM BAHASA PRANCIS Pengadilen Sembiring Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Medan ABSTRAK Kosa kata dan sistem tata bahasa Prancis memiliki keunikan dan kesederhaan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa adalah wahana komunikasi, baik dalam masyarakat luas maupun dalam

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa adalah wahana komunikasi, baik dalam masyarakat luas maupun dalam 1 BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah Bahasa adalah wahana komunikasi, baik dalam masyarakat luas maupun dalam komunitas tertentu. Selain memiliki fungsi utama sebagai wahana berkomunikasi, bahasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. motivasi penelitian dan alasan pentingnya topik yang diteliti. Penulis juga

BAB I PENDAHULUAN. motivasi penelitian dan alasan pentingnya topik yang diteliti. Penulis juga 1 BAB I PENDAHULUAN Pembahasan dalam bab ini akan memaparkan latar belakang yang menjadi motivasi penelitian dan alasan pentingnya topik yang diteliti. Penulis juga menjelaskan batasan-batasan dan rumusan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berdasarkan pada penting tidaknya informasi itu. Bahasa yang digunakan di tiap wilayah tidak sama. Perbedaan bahasa yang

BAB I PENDAHULUAN. berdasarkan pada penting tidaknya informasi itu. Bahasa yang digunakan di tiap wilayah tidak sama. Perbedaan bahasa yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagai sarana komunikasi, bahasa selalu terkait dengan 3 unsur, yaitu pembicara, mitra wicara, dan isi wicara. Isi wicara juga dapat disebut sebagai informasi. Informasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang belum mengecap ilmu pengetahuan di sekolah atau perguruan tinggi

BAB I PENDAHULUAN. yang belum mengecap ilmu pengetahuan di sekolah atau perguruan tinggi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesalahan berbahasa ini tidak hanya terjadi pada orang-orang awam yang belum mengecap ilmu pengetahuan di sekolah atau perguruan tinggi tertentu, tetapi sering

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pronomina relatif adalah salah satu jenis konjungsi. Kridalaksana (2011)

BAB I PENDAHULUAN. Pronomina relatif adalah salah satu jenis konjungsi. Kridalaksana (2011) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pronomina relatif adalah salah satu jenis konjungsi. Kridalaksana (2011) mendefinisikan konjungsi sebagai partikel yang dipergunakan untuk menggabungkan kata dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Berbeda dengan sintaksis yang mempelajari bagaimana satuan bahasa terbentuk,

BAB I PENDAHULUAN. Berbeda dengan sintaksis yang mempelajari bagaimana satuan bahasa terbentuk, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam mempelajari bahasa Inggris terutama yang berkenaan dengan makna yang terkandung dalam setiap unsur suatu bahasa, semantik merupakan ilmu yang menjadi pengukur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penerjemahan bisa mencakup beberapa pengertian. Ahli linguistik telah

BAB I PENDAHULUAN. Penerjemahan bisa mencakup beberapa pengertian. Ahli linguistik telah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Penerjemahan bisa mencakup beberapa pengertian. Ahli linguistik telah memberi banyak definisi tentang penerjemahan, diantaranya: (1) bidang ilmu secara umum,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Istilah sintaksis berasal dari bahasa Yunani (Sun + tattein) yang berarti

BAB I PENDAHULUAN. Istilah sintaksis berasal dari bahasa Yunani (Sun + tattein) yang berarti BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Istilah sintaksis berasal dari bahasa Yunani (Sun + tattein) yang berarti mengatur bersama-sama (Verhaar dalam Markhamah, 2009: 5). Chaer (2009: 3) menjelaskan bahwa

Lebih terperinci

SATUAN ACARA PERKULIAHAN

SATUAN ACARA PERKULIAHAN No.: FPBS/FM-7.1/08 SATUAN ACARA PERKULIAHAN MATA KULIAH KODE : Grammaire IV : PR204 Dra. Iim Siti Karimah, M.Hum Dr. Yuliarti Mutiarsih, M.Pd. JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA PERANCIS FAKULTAS PENDIDIKAN BAHASA

Lebih terperinci

ANALISIS BUDAYA MATERIAL DALAM TERJEMAHAN KUMPULAN CERITA PENDEK MADEMOISELLE FIFI KARYA GUY DE MAUPASSANT

ANALISIS BUDAYA MATERIAL DALAM TERJEMAHAN KUMPULAN CERITA PENDEK MADEMOISELLE FIFI KARYA GUY DE MAUPASSANT BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam berinteraksi antara sesamanya, manusia menggunakan bahasa untuk menyampaikan informasi, gagasan, pendapat serta untuk mengekspresikan diri dan perasaan. Bahasa

Lebih terperinci

IDEOLOGI DALAM PENERJEMAHAN (Farida Amalia Universitas Pendidikan Indonesia)

IDEOLOGI DALAM PENERJEMAHAN (Farida Amalia Universitas Pendidikan Indonesia) IDEOLOGI DALAM PENERJEMAHAN (Farida Amalia Universitas Pendidikan Indonesia) A. Pendahuluam Penerjemahan adalah kegiatan mengalihkan secara tertulis pesan dari teks suatu bahasa ke dalam teks bahasa lain

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah mahluk sosial yang sempurna dibandingkan dengan mahluk ciptaan

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah mahluk sosial yang sempurna dibandingkan dengan mahluk ciptaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah 1.1.1 Latar Belakang Manusia adalah mahluk sosial yang sempurna dibandingkan dengan mahluk ciptaan lain. Manusia memiliki keinginan atau hasrat untuk memenuhi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk hidup bersama. Untuk menjalani kehidupan sehari-hari antara orang yang

BAB I PENDAHULUAN. untuk hidup bersama. Untuk menjalani kehidupan sehari-hari antara orang yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia diciptakan sebagai makhluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri. Dalam kelangsungan hidupnya manusia selalu membutuhkan orang lain untuk hidup bersama. Untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Negara Jepang adalah salah satu negara yang kerap dijadikan acuan dalam

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Negara Jepang adalah salah satu negara yang kerap dijadikan acuan dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Negara Jepang adalah salah satu negara yang kerap dijadikan acuan dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi. Akan tetapi, dibalik kemajuan teknologinya yang pesat

Lebih terperinci

skripsi disajikan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Prodi Pendidikan Bahasa Prancis oleh Neneng Ulwiyati

skripsi disajikan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Prodi Pendidikan Bahasa Prancis oleh Neneng Ulwiyati P KEMAMPUAN MAHASISWA SEMESTER ATAS PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA PRANCIS FAKULTAS BAHASA DAN SENI UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG DALAM MENGGUNAKAN LES PRONOMS RELATIFS COMPOSÉS skripsi disajikan sebagai

Lebih terperinci

SILABUS GRAMMAIRE V PR304. Drs. Kamaludin M, MA., M.Hum. Drs. Soeprapto Rakhmat, M.Hum.

SILABUS GRAMMAIRE V PR304. Drs. Kamaludin M, MA., M.Hum. Drs. Soeprapto Rakhmat, M.Hum. SILABUS GRAMMAIRE V PR304 Drs. Kamaludin M, MA., M.Hum. Drs. Soeprapto Rakhmat, M.Hum. JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA PRANCIS FAKULTAS PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 2011 DESKRIPSI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. peristiwa berkomunikasi. Di dalam berkomunikasi dan berinteraksi, manusia

BAB I PENDAHULUAN. peristiwa berkomunikasi. Di dalam berkomunikasi dan berinteraksi, manusia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam kehidupan sehari-hari manusia hampir tidak dapat terlepas dari peristiwa berkomunikasi. Di dalam berkomunikasi dan berinteraksi, manusia memerlukan sarana untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk menunjukkan eksistensi sebuah masyarakat. Untuk membangun

BAB I PENDAHULUAN. untuk menunjukkan eksistensi sebuah masyarakat. Untuk membangun BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Interaksi atau komunikasi dalam suatu masyarakat sangat dibutuhkan untuk menunjukkan eksistensi sebuah masyarakat. Untuk membangun komunikasi dalam suatu masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Hobi adalah kegemaran; kesenangan istimewa pada waktu senggang,

BAB I PENDAHULUAN. Hobi adalah kegemaran; kesenangan istimewa pada waktu senggang, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hobi adalah kegemaran; kesenangan istimewa pada waktu senggang, bukan pekerjaan utama. 1 Tujuan hobi adalah untuk memenuhi keinginan dan mendapatkan kesenangan. 2 Terdapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sehingga bahasa merupakan sarana komunikasi yang utama. Bahasa adalah

BAB I PENDAHULUAN. sehingga bahasa merupakan sarana komunikasi yang utama. Bahasa adalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam kehidupan sehari-hari manusia selalu melakukan komunikasi antar sesamanya. Setiap anggota masyarakat selalu terlibat dalam komunikasi, baik dia berperan sebagai

Lebih terperinci

BAB III KESIMPULAN. karena novel merupakan suatu upaya komunikasi kebahasaan karena teks novel

BAB III KESIMPULAN. karena novel merupakan suatu upaya komunikasi kebahasaan karena teks novel BAB III KESIMPULAN Skripsi ini membandingkan antara penataan informasi pada bahasa Prancis sebagai BSu dan bahasa Indonesia sebagai BSa yag bersumber dari dua novel berbahasa Prancis dan terjemahannya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat Indonesia yang masih belum mempunyai kemampuan untuk. kehidupan sehari-hari baik secara lisan maupun tulisan.

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat Indonesia yang masih belum mempunyai kemampuan untuk. kehidupan sehari-hari baik secara lisan maupun tulisan. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagian besar orang menggunakan bahasa Inggris sebagai alat komunikasi dengan Negara lain di seluruh dunia. Oleh karena itu, sangat penting bagi kita untuk mengerti

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu metode penelitian deskriptif analitik. Metode deskriptif merupakan metode penelitian yang bertujuan untuk

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. di luar bahasa, dan yang dipergunakan akal budi untuk memahami hal-hal tersebut

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. di luar bahasa, dan yang dipergunakan akal budi untuk memahami hal-hal tersebut BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep adalah gambaran mental dari obyek, proses, atau apa pun yang ada di luar bahasa, dan yang dipergunakan akal budi untuk memahami hal-hal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diminati oleh masyarakat Indonesia terutama para remaja setelah merebaknya

BAB I PENDAHULUAN. diminati oleh masyarakat Indonesia terutama para remaja setelah merebaknya BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Akhir-akhir ini segala hal yang berkaitan dengan Korea menjadi begitu diminati oleh masyarakat Indonesia terutama para remaja setelah merebaknya Korean wave (Gelombang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bahasa dari tingkat kata, frasa hingga teks untuk menyampaikan makna teks

BAB I PENDAHULUAN. bahasa dari tingkat kata, frasa hingga teks untuk menyampaikan makna teks BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada era kemajuan teknologi dewasa ini semakin banyak terjemahan bahasa dari tingkat kata, frasa hingga teks untuk menyampaikan makna teks bahasa sumber (TSu) ke dalam

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN. kualitatif. Menurut pakar Jalaludin Rahmat penelitin deskriptif adalah

METODOLOGI PENELITIAN. kualitatif. Menurut pakar Jalaludin Rahmat penelitin deskriptif adalah BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Sifat Penelitian Penelitian ini bersifat deskriptif dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Menurut pakar Jalaludin Rahmat penelitin deskriptif adalah penelitian yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merupakan sistem lambang bunyi yang arbitrer, yang dipergunakan oleh

BAB I PENDAHULUAN. merupakan sistem lambang bunyi yang arbitrer, yang dipergunakan oleh BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan alat komunikasi yang penting bagi manusia, karena dalam kehidupannya manusia tidak terpisahkan dari pemakaian bahasa. Dengan bahasa, manusia

Lebih terperinci

GRAMMAIRE I. Silabus Deskripsi Mata Kuliah. Dra. DWI CAHYANI FARIDA AMALIA, M.Pd

GRAMMAIRE I. Silabus Deskripsi Mata Kuliah. Dra. DWI CAHYANI FARIDA AMALIA, M.Pd GRAMMAIRE I Silabus Deskripsi Mata Kuliah Dra. DWI CAHYANI FARIDA AMALIA, M.Pd Jurusan Pendidikan Bahasa Perancis Fakultas Pendidikan Bahasa dan Seni Universitas Pendidikan Indonesia 2011 DESKRIPSI MATA

Lebih terperinci

PENANDA L EXPRESSION DE L OPPOSITION BAHASA PRANCIS PADA BUKU AJAR ECHO 2 DAN ECHO 3: MÉTHODE DE FRANÇAIS KE DALAM BAHASA INDONESIA SKRIPSI

PENANDA L EXPRESSION DE L OPPOSITION BAHASA PRANCIS PADA BUKU AJAR ECHO 2 DAN ECHO 3: MÉTHODE DE FRANÇAIS KE DALAM BAHASA INDONESIA SKRIPSI PENANDA L EXPRESSION DE L OPPOSITION BAHASA PRANCIS PADA BUKU AJAR ECHO 2 DAN : MÉTHODE DE FRANÇAIS KE DALAM BAHASA INDONESIA SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Yogyakarta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kemiripan makna dalam suatu bentuk kebahasaan dapat menimbulkan

BAB I PENDAHULUAN. Kemiripan makna dalam suatu bentuk kebahasaan dapat menimbulkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemiripan makna dalam suatu bentuk kebahasaan dapat menimbulkan kekacauan pada tindak berbahasa. Salah satu contoh penggunaan bentuk bersinonim yang dewasa ini sulit

Lebih terperinci

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Nama Sekolah : SMA N 1 Sanden Kelas/ Semester : XI/1 Mata pelajaran : Bahasa Perancis Tema : La Famille Aspek/ Keterampilan : Expression Orale (Berbicara) Alokasi Waktu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penerima dan bahasa menjadi media dalam penyampaian informasi tersebut.

BAB I PENDAHULUAN. penerima dan bahasa menjadi media dalam penyampaian informasi tersebut. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Komunikasi menjadi bagian yang tak terpisahkan dari kehidupan manusia. Komunikasi menjadi tali penghubung dalam hubungan antar manusia. Dalam berkomunikasi, dibutuhkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menjangkau ke berbagai kalangan dan usia. Sebagian orang telah menganggap

BAB I PENDAHULUAN. menjangkau ke berbagai kalangan dan usia. Sebagian orang telah menganggap BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Komik sebagai salah satu media hiburan maupun pendidikan mampu menjangkau ke berbagai kalangan dan usia. Sebagian orang telah menganggap komik sebagai bagian dari hidupnya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terjadi pergeseran makna pada BT, oleh sebab itu seorang penerjemah harus

BAB I PENDAHULUAN. terjadi pergeseran makna pada BT, oleh sebab itu seorang penerjemah harus BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penerjemahan adalah pengalihan makna dari bahasa sumber (BS) ke bahasa target (BT) dan makna BS harus dapat dipertahankan sehingga tidak terjadi pergeseran makna pada

Lebih terperinci

SKENARIO PEMBELAJARAN BAHASA PERANCIS PERHOTELAN DAN RESTORAN. ~ Pertandingan Improvisasi ~ / ~ Match d Improvisation ~

SKENARIO PEMBELAJARAN BAHASA PERANCIS PERHOTELAN DAN RESTORAN. ~ Pertandingan Improvisasi ~ / ~ Match d Improvisation ~ SKENARIO PEMBELAJARAN BAHASA PERANCIS PERHOTELAN DAN RESTORAN ~ Pertandingan Improvisasi ~ / ~ Match d Improvisation ~ Oleh Dra. Iim Siti Karimah, M.Hum. Dante Darmawangsa, M.Pd. Publik (pembelajar) Mahasiswa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya metafora adalah suatu bentuk kekreatifan makna dalam

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya metafora adalah suatu bentuk kekreatifan makna dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada dasarnya metafora adalah suatu bentuk kekreatifan makna dalam menggunakan bahasa saat berkomunikasi baik bahasa lisan maupun bahasa tulisan. Di dalam berbahasa,

Lebih terperinci

RELASI MAKNA KLAUSA DALAM KALIMAT MAJEMUK PADA TERJEMAHAN SURAT LUQMAN

RELASI MAKNA KLAUSA DALAM KALIMAT MAJEMUK PADA TERJEMAHAN SURAT LUQMAN 0 RELASI MAKNA KLAUSA DALAM KALIMAT MAJEMUK PADA TERJEMAHAN SURAT LUQMAN SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia dan Daerah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Surat kabar atau dapat disebut koran merupakan lembaran-lembaran kertas

BAB I PENDAHULUAN. Surat kabar atau dapat disebut koran merupakan lembaran-lembaran kertas 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Surat kabar atau dapat disebut koran merupakan lembaran-lembaran kertas yang bertuliskan berita-berita dan sebagainya (Sugono ed., 2015:872). Beritaberita dalam surat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lain. Sebagai contoh, bahasa Inggris memiliki sistem tenses atau sistem kala, yaitu

BAB I PENDAHULUAN. lain. Sebagai contoh, bahasa Inggris memiliki sistem tenses atau sistem kala, yaitu BAB I PENDAHULUAN 1. 1. LATAR BELAKANG PENELITIAN Setiap bahasa mempunyai sistem yang berbeda antara satu dengan yang lain. Sebagai contoh, bahasa Inggris memiliki sistem tenses atau sistem kala, yaitu

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 31 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Untuk dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan di dalam suatu penelitian, maka dibutuhkan sebuah metode penelitian. Metode ini dijadikan pijakan dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lainnya. Dewasa ini, bahasa semakin berkembang pesat. Oleh karena itu, manusia

BAB I PENDAHULUAN. lainnya. Dewasa ini, bahasa semakin berkembang pesat. Oleh karena itu, manusia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa adalah salah satu unsur penting dalam kehidupan manusia yaitu sebagai sarana dalam berkomunikasi antara individu yang satu dengan lainnya. Dewasa ini,

Lebih terperinci

BAB IV KESIMPULAN. Analisis yang telah dilakukan pada Bab III menunjukkan bahwa rubrik

BAB IV KESIMPULAN. Analisis yang telah dilakukan pada Bab III menunjukkan bahwa rubrik BAB IV KESIMPULAN Analisis yang telah dilakukan pada Bab III menunjukkan bahwa rubrik Animaux memiliki progresivitas informasi jenis Progression Linéaire (PL), Topique Constant (TC), dan Enchaînement à

Lebih terperinci

LAPORAN PENELITIAN TIM PASCASARJANA POLA PENGGUNAAN SATUAN LINGUAL YANG MENGANDUNG PRONOMINA PERSONA PADA TEKS TERJEMAHAN ALQURAN DAN HADIS

LAPORAN PENELITIAN TIM PASCASARJANA POLA PENGGUNAAN SATUAN LINGUAL YANG MENGANDUNG PRONOMINA PERSONA PADA TEKS TERJEMAHAN ALQURAN DAN HADIS Kode/Nama Rumpun Ilmu** :741/ Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia dan Daerah LAPORAN PENELITIAN TIM PASCASARJANA POLA PENGGUNAAN SATUAN LINGUAL YANG MENGANDUNG PRONOMINA PERSONA PADA TEKS TERJEMAHAN ALQURAN

Lebih terperinci

Bab 1. Pendahuluan. Linguistik merupakan ilmu bahasa yang di perlukan sebagai dasar untuk meneliti

Bab 1. Pendahuluan. Linguistik merupakan ilmu bahasa yang di perlukan sebagai dasar untuk meneliti Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Linguistik merupakan ilmu bahasa yang di perlukan sebagai dasar untuk meneliti suatu bahasa. Ilmu linguistik terdapat dalam semua bahasa. Dalam The New Oxford Dictionary

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. banyak sekali bahasa yang dipelajari untuk mendukung berbagai aspek

BAB I PENDAHULUAN. banyak sekali bahasa yang dipelajari untuk mendukung berbagai aspek BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan alat komunikasi. Seiring dengan perkembangan zaman, banyak sekali bahasa yang dipelajari untuk mendukung berbagai aspek kehidupan. Salah satunya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Bahasa adalah suatu alat komunikasi pada manusia untuk menyatakan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Bahasa adalah suatu alat komunikasi pada manusia untuk menyatakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa adalah suatu alat komunikasi pada manusia untuk menyatakan tanggapannya terhadap alam sekitar atau peristiwa-peristiwa yang dialami secara individual atau secara

Lebih terperinci

DESKRIPSI PENGGUNAAN JENIS KALIMAT PADA SISWA SDN BALEPANJANG 1 KABUPATEN WONOGIRI (KAJIAN SINTAKSIS)

DESKRIPSI PENGGUNAAN JENIS KALIMAT PADA SISWA SDN BALEPANJANG 1 KABUPATEN WONOGIRI (KAJIAN SINTAKSIS) DESKRIPSI PENGGUNAAN JENIS KALIMAT PADA SISWA SDN BALEPANJANG 1 KABUPATEN WONOGIRI (KAJIAN SINTAKSIS) NASKAH PUBLIKASI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Bahasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dapat berupa tujuan jangka pendek, menengah, dan panjang. Dalam mata

BAB I PENDAHULUAN. dapat berupa tujuan jangka pendek, menengah, dan panjang. Dalam mata BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Peningkatan hasil belajar siswa merupakan tujuan yang ingin selalu dicapai oleh para pelaksana pendidikan dan peserta didik. Tujuan tersebut dapat berupa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penting guna menyimpan uang serta barang-barang berharga yang dianggap

BAB I PENDAHULUAN. penting guna menyimpan uang serta barang-barang berharga yang dianggap BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam kehidupan sehari-hari dompet merupakan benda yang sangat penting guna menyimpan uang serta barang-barang berharga yang dianggap penting dan dapat diletakkan dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tinjauan sintak..., Vandra Risky, FIB UI, 2009

BAB I PENDAHULUAN. Tinjauan sintak..., Vandra Risky, FIB UI, 2009 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Pokok Bahasan Bahasa adalah sebuah perangkat yang digunakan oleh manusia untuk berkomunikasi. Adapun definisinya secara umum, adalah sistem tanda bunyi yang disepakati untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. gramatikal dalam bahasa berkaitan dengan telaah struktur bahasa yang berkaitan. dengan sistem kata, frasa, klausa, dan kalimat.

BAB I PENDAHULUAN. gramatikal dalam bahasa berkaitan dengan telaah struktur bahasa yang berkaitan. dengan sistem kata, frasa, klausa, dan kalimat. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian dalam bidang linguistik berkaitan dengan bahasa tulis dan bahasa lisan. Bahasa tulis memiliki hubungan dengan tataran gramatikal. Tataran gramatikal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia sebagai makhluk sosial tidak dapat hidup sendiri di dalam masyarakat,

BAB I PENDAHULUAN. Manusia sebagai makhluk sosial tidak dapat hidup sendiri di dalam masyarakat, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berbicara mengenai bahasa pasti tidak dapat lepas dari kehidupan manusia. Manusia sebagai makhluk sosial tidak dapat hidup sendiri di dalam masyarakat, melainkan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 56 BAB III METODOLOGI PENELITIAN Di dalam bab ini, peneliti membahas mengenai metode dan teknik yang digunakan untuk meneliti bahasa Argot yang terdapat pada novel Une Seconde Chance karya Patrick Cauvin.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. fungsi ideasional (ideational function), fungsi interpersonal (interpersonal

BAB I PENDAHULUAN. fungsi ideasional (ideational function), fungsi interpersonal (interpersonal 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia dalam sepanjang hidupnya hampir tidak pernah terlepas dari peristiwa komunikasi. Setiap anggota masyarakat dan komunitas tertentu selalu terlibat dalam

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dalam kehidupan sehari-hari manusia dan bahasa tidak dapat

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dalam kehidupan sehari-hari manusia dan bahasa tidak dapat BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam kehidupan sehari-hari manusia dan bahasa tidak dapat dipisahkan. Manusia sebagai makhluk sosial selalu membutuhkan bahasa sebagai salah satu alat primer dalam

Lebih terperinci

CONCORDANCE DE TEMPS DU PASSÉ PADA KLAUSA HUBUNGAN SEBAB-AKIBAT KALIMAT MAJEMUK BERTINGKAT DALAM NOVEL ALICE AU PAYS DES MERVEILLES SKRIPSI

CONCORDANCE DE TEMPS DU PASSÉ PADA KLAUSA HUBUNGAN SEBAB-AKIBAT KALIMAT MAJEMUK BERTINGKAT DALAM NOVEL ALICE AU PAYS DES MERVEILLES SKRIPSI CONCORDANCE DE TEMPS DU PASSÉ PADA KLAUSA HUBUNGAN SEBAB-AKIBAT KALIMAT MAJEMUK BERTINGKAT DALAM NOVEL ALICE AU PAYS DES MERVEILLES SKRIPSI OLEH: RADIK BABAROSA NIM. 105110301111005 PROGRAM STUDI BAHASA

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. fonologi, morfologi, sintaksis, maupun semantik (Tarigan dan

BAB 1 PENDAHULUAN. fonologi, morfologi, sintaksis, maupun semantik (Tarigan dan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Fungsi bahasa adalah sebagai alat komunikasi yang memungkinkan manusia dapat berkomunikasi dengan sesamanya baik secara lisan maupun tulisan. Komunikasi akan berlangsung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan alat komunikasi yang digunakan oleh manusia untuk berkomunikasi dengan manusia yang lain. Kebutuhan akan bahasa sudah jauh sebelum manusia mengenal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebagainya.sarana yang paling vital untuk menenuhi kebutuhan tersebut adalah

BAB I PENDAHULUAN. sebagainya.sarana yang paling vital untuk menenuhi kebutuhan tersebut adalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia sepanjang hidupnya hampir-hampir tidak pernah dapat terlepas dari peristiwa komunikasi.di dalam berkomunikasi manusia memerlukan sarana untuk mengungkapkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pikiran, perasaan, dan pengalaman manusia disampaikan melalui bahasa.

BAB I PENDAHULUAN. Pikiran, perasaan, dan pengalaman manusia disampaikan melalui bahasa. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pikiran, perasaan, dan pengalaman manusia disampaikan melalui bahasa. Chaer dan Leonie (2010:14 15) mengungkapkan bahwa dalam komunikasi, bahasa berfungsi sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa adalah ciri utama manusia dan merupakan alat komunikasi paling

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa adalah ciri utama manusia dan merupakan alat komunikasi paling 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa adalah ciri utama manusia dan merupakan alat komunikasi paling penting dalam kehidupan manusia. Manusia dapat mengungkapkan buah pikirannya, perasaannya,

Lebih terperinci

GRAMMAIRE II. Silabus Deskripsi Mata Kuliah. FARIDA AMALIA, M.Pd

GRAMMAIRE II. Silabus Deskripsi Mata Kuliah. FARIDA AMALIA, M.Pd GRAMMAIRE II Silabus Deskripsi Mata Kuliah FARIDA AMALIA, M.Pd Program Pendidikan Bahasa Prancis Jurusan Pendidikan Bahasa Asing Fakultas Pendidikan Bahasa dan Seni Universitas Pendidikan Indonesia 2010

Lebih terperinci

KATA ULANG BAHASA INDONESIA PADA MAJALAH PAPIRUS EDISI JANUARI 2015

KATA ULANG BAHASA INDONESIA PADA MAJALAH PAPIRUS EDISI JANUARI 2015 KATA ULANG BAHASA INDONESIA PADA MAJALAH PAPIRUS EDISI JANUARI 2015 Artikel Publikasi ini diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Bahasa Dan Sastra Indonesia Oleh:

Lebih terperinci

SILABUS GRAMMAIRE II PR114. Farida Amalia, M.Pd.

SILABUS GRAMMAIRE II PR114. Farida Amalia, M.Pd. No.: FPBS/FM-7.1/07 SILABUS GRAMMAIRE II PR114 Farida Amalia, M.Pd. JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA PERANCIS FAKULTAS PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 2011 PR114 GRAMMAIRE II, S1,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Linguistik sebagai ilmu kajian bahasa memiliki berbagai cabang.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Linguistik sebagai ilmu kajian bahasa memiliki berbagai cabang. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Linguistik sebagai ilmu kajian bahasa memiliki berbagai cabang. Cabang-cabang itu diantaranya adalah fonologi, morfologi, sintaksis, semantik, pragmatik,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diperlukan adanya sarana agar komunikasi tersebut dapat berjalan dengan

BAB I PENDAHULUAN. diperlukan adanya sarana agar komunikasi tersebut dapat berjalan dengan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap individu di dalam kehidupan pasti tidak akan terlepas untuk melakukan komunikasi dengan individu lainnya. Dalam berkomunikasi diperlukan adanya sarana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. interaksi dan kerjasama dalam kehidupan sehari-hari. Dengan berinteraksi,

BAB I PENDAHULUAN. interaksi dan kerjasama dalam kehidupan sehari-hari. Dengan berinteraksi, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pada hakekatnya manusia adalah makhluk sosial yang membutuhkan interaksi dan kerjasama dalam kehidupan sehari-hari. Dengan berinteraksi, manusia dapat memenuhi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya dalam lingkungan. manusia untuk saling menyampaikan pesan dan maksud yang akan

BAB I PENDAHULUAN. untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya dalam lingkungan. manusia untuk saling menyampaikan pesan dan maksud yang akan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia sebagai makhluk sosial membutuhkan sarana komunikasi untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya dalam lingkungan masyarakat. Adanya suatu bahasa sebagai sarana

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN TEORI

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN TEORI BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN TEORI 2.1 Kajian Pustaka Kajian pustaka memuat uraian sistematis tentang teori-teori dasar dan konsep atau hasil-hasil penelitian yang ditemukan oleh peneliti terdahulu

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 25 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode dan Desain Penelitian Metode penelitian adalah salah satu dasar yang ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan tertentu. Dalam sebuah penelitian, menurut Sugiyono

Lebih terperinci

Artikel Publikasi POLA FRASA NOMINA POSESIF DALAM CERITA PENDEK DI MAJALAH SUARA MUHAMMADIYAH TAHUN 2014

Artikel Publikasi POLA FRASA NOMINA POSESIF DALAM CERITA PENDEK DI MAJALAH SUARA MUHAMMADIYAH TAHUN 2014 Artikel Publikasi POLA FRASA NOMINA POSESIF DALAM CERITA PENDEK DI MAJALAH SUARA MUHAMMADIYAH TAHUN 2014 Usulan Penelitian Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sayangnya, bahasa Prancis masih dianggap kurang familiar bagi orang Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Sayangnya, bahasa Prancis masih dianggap kurang familiar bagi orang Indonesia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Persaingan di zaman globalisasi seperti sekarang ini semakin ketat yang menyebabkan meningkatnya kebutuhan komunikasi antar bangsa. Penguasaan bahasa Inggris yang hingga

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kenali adalah surat perjanjian, sertifikat, buku ilmu pengetahuan bidang hukum

BAB 1 PENDAHULUAN. kenali adalah surat perjanjian, sertifikat, buku ilmu pengetahuan bidang hukum BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Teks hukum merupakan jenis teks yang bersifat sangat formal dan sangat terstruktur. Teks hukum ini sangat beragam macamnya, yang paling mudah kita kenali adalah surat

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN NAMA SEKOLAH : SMAN 1 Mertoyudan MATA PELAJARAN : BAHASA PRANCIS KELAS / SEMESTER : XI / 1 PERTEMUAN KE- : 5 TEMA : LA MAISON WAKTU : 2 X 45 MENIT A. KOMPETENSI INTI 3.

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. Kata penguasaan juga dapat diartikan kemampuan seseorang dalam sesuatu hal

BAB II KAJIAN TEORI. Kata penguasaan juga dapat diartikan kemampuan seseorang dalam sesuatu hal 7 BAB II KAJIAN TEORI A. Deskripsi Teori 1. Penguasaan Bahasa Prancis Penguasaan adalah proses, cara, perbuatan menguasai atau menguasakan, pemahaman atau kesanggupan untuk menggunakan pengetahuan, kepandaian.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penerjemahan merupakan suatu kegiatan transformasi bentuk yakni

BAB I PENDAHULUAN. Penerjemahan merupakan suatu kegiatan transformasi bentuk yakni BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penerjemahan merupakan suatu kegiatan transformasi bentuk yakni kegiatan mengubah bentuk bahasa yang satu ke bahasa yang lain. Dalam The Merriam Webster Dictionary

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN Dalam bab ini akan dijabarkan tentang jenis metode penelitian, populasi dan sampel penelitian, variabel penelitian, definisi operasional, instrumen penelitian, teknik penelitian,

Lebih terperinci

BAB V TEKS ULASAN FILM/DRAMA

BAB V TEKS ULASAN FILM/DRAMA MODUL BAHASA INDONESIA KELAS XI SEMESTER 2 BAB V TEKS ULASAN FILM/DRAMA OLEH NI KADEK SRI WEDARI, S.Pd. A. Pengertian Teks Ulasan Film/Drama Teks ulasan yaitu teks yang berisi ulasan atau penilaian terhadap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahasa digunakan sebagai alat untuk berkomunikasi dan berinteraksi kepada orang lain. Kegiatan berkomunikasi dengan menggunakan bahasa bisa berlangsung secara efektif

Lebih terperinci

BAB II KONSEP,LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. ekstrinsik; unsur dan hubungan itu bersifat abstrak dan bebas dari isi yang

BAB II KONSEP,LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. ekstrinsik; unsur dan hubungan itu bersifat abstrak dan bebas dari isi yang BAB II KONSEP,LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Struktur adalah perangkat unsur yang di antaranya ada hubungan yang bersifat ekstrinsik; unsur dan hubungan itu bersifat abstrak dan bebas

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. menimbulkan kesalahpahaman dalam memaknai kalimat bahasa Inggris adalah

BAB 1 PENDAHULUAN. menimbulkan kesalahpahaman dalam memaknai kalimat bahasa Inggris adalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu fenomena bahasa yang terkadang membuat permasalahan dan menimbulkan kesalahpahaman dalam memaknai kalimat bahasa Inggris adalah penggunaan kata it sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan suatu media terpenting untuk berkomunikasi baik

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan suatu media terpenting untuk berkomunikasi baik BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan suatu media terpenting untuk berkomunikasi baik melalui lisan maupun tulisan. Salah satu bahasa yang digunakan adalah bahasa Inggris. Bahasa

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia (Poerwadaminta, 1989:266),

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia (Poerwadaminta, 1989:266), BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Definisi Operasional 3.1.1 Efektivitas Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia (Poerwadaminta, 1989:266), efektivitas adalah akibat (hasil daya pengaruh dari sesuatu atau

Lebih terperinci

Anak perempuan itu bercakap-cakap sambil tertawa. (Nur, 2010: 83).

Anak perempuan itu bercakap-cakap sambil tertawa. (Nur, 2010: 83). BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam beberapa bahasa pronomina persona, jumlah, dan jender merupakan kategori gramatikal yang memarkahi verba. Contohnya pada Bahasa Arab (BA) dan Bahasa Inggris.

Lebih terperinci

INFORMASI DAN KISI-KISI

INFORMASI DAN KISI-KISI LOMBA BAHASA INDONESIA DAN BAHASA ASING SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN TINGKAT PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2016 INFORMASI DAN KISI-KISI Bidang Lomba BAHASA PERANCIS PEMERINTAH PROVINSI JAWA BARAT DINAS PENDIDIKAN

Lebih terperinci