BAB I PENDAHULUAN. Bahasa sebagai sarana berkomunikasi berperan penting dalam kehidupan

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN. Bahasa sebagai sarana berkomunikasi berperan penting dalam kehidupan"

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa sebagai sarana berkomunikasi berperan penting dalam kehidupan bermasyarakat. Penggunaan bahasa di setiap wilayah tidak sama, masing-masing memiliki ciri khas tersendiri, tak terkecuali bahasa Prancis. Menjadi salah satu bahasa resmi internasional, bahasa Prancis mulai banyak diajarkan di sekolahsekolah menengah terutama di Indonesia. Bahasa Prancis memiliki struktur yang jauh berbeda dengan bahasa Indonesia. Oleh karena itu, terdapat beberapa variabel dalam bahasa Prancis yang tidak ditemui dalam bahasa Indonesia, seperti sistem konjugasi, artikel, gender dan lain-lain. Pada bahasa Prancis, sebuah nomina cenderung tidak dapat berdiri sendiri. Untuk mengawali suatu nomina atau kata benda diperlukan adanya determinan. Determinan adalah konstituen yang mendahului nomina. Penandaan ini bisa berupa artikel (article), milik (possesif), demonstratif (démonstrative), numeral (numeral), interogatif (interrogatif), dan determinan indefinit (definitness) 1. Dengan adanya determinan, dapat diidentifikasi status ketakrifan dari sebuah nomina. Apabila nomina tersebut memiliki identitas referensi yang jelas, maka ditandai dengan penanda nomina takrif yang meliputi; artikel definit; pronomina, nama diri; dan determinan (posesif, demonstratif, dan gabungan). Sebaliknya untuk menandai nomina tak takrif digunakan artikel indefinit, determinan 1 I. Sajarwa, 2003, Jurnal Humaniora, Sistem Ketakrifan dalam Bahasa Prancis, h.139 1

2 numeral, determinan indefinit, dan artikel partitif. Nomina tak takrif merupakan nomina yang belum disebutkan sebelumnya, sehingga identitas referensinya tidak atau belum diketahui. Perbedaan nomina takrif (definit) dan tak takrif (indefinit) ditentukan oleh ada tidaknya kesepahaman antara penutur dan mitra wicara atau dapat tidaknya mitra wicara menangkap/mengetahui identitas referen yang disampaikan secara unik dalam kontrak komunikasi (communication contract) (Givon, 1984: 399 via Sajarwa 2014: 65) Sebagai salah satu penanda nomina tak takrif, penggunaan artikel un/une pada bahasa Prancis tak jauh berbeda dalam penggunaannya a/an pada bahasa Inggris. Selain itu, setiap penanda, baik itu determinan secara luas ataupun artikel secara khususnya, pada bahasa Prancis dibedakan tergantung dari jenis (feminin/maskulin) dan juga jumlah kata benda yang disebutkan (tunggal/jamak). Menurut Çvelyne dan Loiseau, gender dan jumlah memiliki perananan yang sangat penting dalam bahasa Prancis karena mengandung kaidah konkordansi yang dapat mempengaruhi bentuk dan makna suatu kata. Gender merupakan kategori gramatikal yang menunjukkan jenis kelamin nomina (maskulin atau feminin), sementara jumlah merupakan kategori gramatikal yang menunjukkan bentuk tunggal dan jamak. Bahasa Indonesia juga mengenal konsep jenis, bentuk tunggal dan jamak, tetapi tidak terdapat penyesuaian seperti dalam bahasa Prancis. Gender dan jumlah dalam bahasa Indonesia tidak tampak secara tertulis. Bentuk itu hanya ditandai dengan ciri-ciri semantik tertentu yang dapat menunjukkan jenis kelamin, bentuk tunggal, dan bentuk jamak (Tobing, 2012:222). 2

3 Bahasa Indonesia tidak mengenal istilah awalan atau penanda nomina. Pada bahasa Indonesia cenderung digunakan kata satuan untuk mengawali suatu nomina. Meskipun begitu, tidak semua nomina memiliki suatu awalan. Selain kata satuan, terdapat pula beberapa penanda lain sebagai adanya sebuah nomina. Namun, penanda tersebut tidak bersifat wajib ada, tidak seperti pada bahasa Prancis. Perbedaan sistem antara bahasa Prancis (bp) dan bahasa Indonesia (bi) tersebut sedikit menyulitkan proses penerjemahan dari bahasa Prancis ke bahasa Indonesia. Terdapat beberapa kasus dimana dalam penerjemahan sebuah artikel diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia sebagai bahasa sasaran, namun ada juga yang diterjemahkan tanpa adanya penanda. Seperti pada contoh : (1) Quand un danger menaçait un troupeau, il se rassemblait généralement sur une colline ou un rocher- et toutes les bêtes du premier rang baissaient la tête et opposaient à l ennemi une barrière de cornes infranchissable. (Vendredi Ou La Vie Sauvage : 117) Jika bahaya mengancam sekawanan kambing, kawanan itu berkumpul biasanya di sebuah bukit atau bukit karang- dan semua binatang di baris pertama menundukkan kepala dan melawan musuh dengan barisan tanduk yang tak dapat ditembus. (Kehidupan Liar : 111) Pada kalimat diatas ditemukan beberapa kasus yang menarik perhatian, seperti pada kata un danger yang hanya diterjemahkan bahaya, sedangkan kata une colline diterjemahkan dengan sebuah bukit. Selain itu, kata une barriere hanya diartikan barisan, tanpa sebuah penanda nomina. Penelitian ini akan mengungkap penerjemahan penanda nomina tak takrif dari bahasa Prancis (Bsu) ke bahasa Indonesia (Bsa), serta bagaimana pola yang 3

4 dapat ditemukan dalam proses penerjemahan tanpa penanda (ø). Untuk mengungkap perbedaan tersebut digunakan teori wacana dan juga teori terjemahan yang selanjutnya akan dibahas pada landasan teori. Sumber data didapatkan dari novel Vendredi ou la Vie Sauvage karya Michael Tournier yang diterbitkan oleh Gallimard tahun Novel terjemahannya adalah Kehidupan Liar yang diterbitkan oleh Pustaka Jaya tahun Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan sebelumnya, muncul beberapa kasus masalah yang menarik untuk diteliti berkenaan dengan penerjemahan penanda nomina dari bp ke bi yang analisisnya meliputi analisis wacana dan terjemahan. Dari pemaparan tersebut, muncul beberapa pertanyaan sebagai berikut : 1. Bagaimana penerjemahan penanda nomina tak takrif dari bahasa Prancis ke bahasa Indonesia? 2. Bagaimana pola penerjemahan penanda nomina tak takrif dari bahasa Prancis ke bahasa Indonesia? 1.3 Tujuan Penelitian Berdasarkan permasalahan yang disebutkan di atas, maka penelitian ini bertujuan untuk (1) menjelaskan penanda nomina tak takrif bahasa Prancis yang diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia, serta (2) menemukan pola yang dapat ditemukan dalam penerjemahan penanda nomina tak takrif pada bahasa Prancis ke bahasa Indonesia. 4

5 1.4 Tinjauan Pustaka Penelitian mengenai sistem pemarkahan artikel sebelumnya pernah dilakukan oleh B.R Suryo Baskoro dalam tesisnya yang berjudul Pemarkah Tanmaujud dalam Bahasa Indonesia yang membahas mengenai penanda nomina pada bahasa Indonesia. Perbedaan penelitian ini dengan tesis tersebut terletak pada penggunaan teori terjemahan. Pada tesis tersebut tidak dijelaskan mengenai proses penerjemahan zero dari bahasa Prancis ke bahasa Indonesia sebagai bahasa sasaran. Hanya dijelaskan mengenai pemarkah tanpa wujud dalam bahasa Indonesia saja. Penelitian serupa pernah dilakukan oleh Sajarwa dalam artikelnya pada Jurnal Humaniora Volume XV, No.2 tahun 2003 yang berjudul Sistem Ketakrifan dalam Bahasa Prancis. Artikel tersebut menjelaskan mengenai takrif berpemarkah dan tak berpemarkah; ketakrifan dan status informasi; berbagai jenis takrif, taktakrif, dan penandanya. Berbeda dengan penelitian ini, yang lebih berfokus kepada terjemahan dan penanda artikel indefininya. Praptomo Baryadi pada karya ilmiahnya yang berjudul Pemakaian Kata Satuan dalam Bahasa Indonesia. Karya Ilmiah yang diajukan pada tahun 1983 tersebut menjelaskan mengenai pemakaian kata satuan, inventarisasi kata satuan, serta pengklasifikasian kata satuan dalam bahasa Indonesia. Sedangkan penelitian terhadap novel Vendredi ou la Vie Sauvage sebelumnya pernah dilakukan oleh Eki Melina Widanti dalam skripsinya yang berjudul Penataan Informasi dalam Wacana Bahasa Prancis. Skripsi tersebut membahas mengenai pola informasi kalimat bahasa Prancis dan terjemahannya 5

6 dalam bahasa Indonesia yang berkaitan juga dengan penataan informasi dan urgensi kalimat. Meskipun novel yang dipakai sama dengan novel yang digunakan sebagai sumber data dalam penelitian ini, akan tetapi permasalahan yang diangkat berbeda. Pada skripsi ini mengangkat sistem informasi sebagai permasalahannya, sedangkan penelitian ini mengangkat permasalahan mengenai perbedaan sistem pemarkah dari terjemahan bahasa Prancis ke bahasa Indonesia. Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa penelitian mengenai pemarkahan artikel indefini dari bahasa Prancis ke bahasa Indonesia belum pernah dilakukan sebelumnya. Sehingga, penelitian ini layak dilakukan. 1.5 Landasan Teori Penanda Nomina Pada bahasa Prancis, sebuah nomina cenderung tidak dapat berdiri sendiri. Untuk mengawali suatu nomina diperlukan adanya determinan. Determinan adalah konstituen yang mendahului nomina atau dapat juga disebut penanda nomina. Determinan meliputi pre-article, article, post-article,dan démonstratif. D (PréArt) + (Dém) + Art + (PostArt) Aturan tersebut diungkapkan oleh Jean Dubois dan Françoise Dubois-Charlier. Artikel merupakan konstituen yang wajib ada pada nomina, sedangkan yang lainnya bersifat tidak wajib. Berikut beberapa contoh penggunaan determinan dalam suatu struktur kalimat. (2) Tous les trois étudiants sont très gentils. Ketiga mahasiswa tersebut sangat baik. 6

7 (3) On se rencontre dans la même condition. Kita bertemu pada kondisi yang sama. (4) Tous ces filles sont jolies. Semua perempuan itu cantik. Kata tous pada contoh (2) dan (4) berfungsi sebagai pré-article. Kata les, la, ces berturut-turut pada contoh (2) dan (3) berfungsi sebagai artikel, sedangkan pada contoh (4) berfungsi sebagai artikel yang juga bersifat demonstratif. Selanjutnya, kata trois dan même pada contoh (2) dan (3) berfungsi sebagai post-article. Konstituen tersebut digunakan sebagai awalan dari nomina. Nomina pada ketiga contoh di atas berturut-turut gentils, condition, dan filles. Untuk lebih luasnya penandaan ini dijabarkan menjadi : artikel (article), milik (possesif), demonstratif (démonstrative), numeral (numeral), interogatif (interrogatif), dan determinan indefinit (definitness) 2. Selain itu, pada bahasa Prancis nomina profesi sebagai atribut tidak disertai adanya determinan. Seperti pada contoh di bawah ini. (5) Elle est chanteuse Dia penyanyi (6) Nous sommes est étudiants Kami adalah mahasiswa Nomina profesi chanteuse dan étudiants pada kedua kalimat di atas merupakan contoh kalimat yang tidak memiliki determinan di dalamnya. Dengan melihat determinan, kita dapat dengan mudah mengidentifikasi ketakrifan dari nomina tersebut. Ketakrifan dapat menentukan status referen nomina. Secara semantis sebuah Noun Phrase (yang mengacu pada nomina, frase nominal, dan pronomina) dibedakan menjadi 2, yaitu referensial (yang mengacu 2 I. Sajarwa, 2003, Jurnal Humaniora, Sistem Ketakrifan dalam Bahasa Prancis, h.139 7

8 pada sesuatu) dan non-referensial (yang tidak mengacu pada sesuatu). Sedangkan dari segi pandangan pragmatis wacana, sebuah NP dikatakan takrif jika dapat diidentifikasikan secara unik, dan sebaliknya jika tidak dapat diidentifikasikan secara unik maka disebut tak takrif. 3 Ketakrifan suatu nomina erat hubungannya dengan status informasi kalimat tersebut. Status informasi adalah kedudukan tertentu dari konstituenkonstituen sebagai pembawa informasi dalam suatu tuturan. Konstituenkonstituen tersebut mengandung satuan informasi. Status informasi mencakup informasi lama dan informasi baru (Widanti, 2014 : 19). Menurut Givon (1984: 399), Nomina yang berciri taktakrif (indefinite) merupakan satuan lingual yang mengandung informasi baru, sedangkan nomina yang berciri takrif (definite) merupakan satuan lingual yang mengandung informasi lama. Seperti yang terlihat pada contoh : (7) La sorcière qui était accroupie sur le sol se releva tout à coup, (VVS : 61) IL IB Dukun mereka yang sedang tertelungkup di tanah mendadak bangkit ( KL : 58) IL IB Pada kalimat (5) terdapat dua status informasi, yaitu Informasi Lama yang berciri takrif, ditandai dengan penggunaan artikel definit la, dan Informasi Baru yang berciri tak takrif. Dalam konsep ketakrifan bahasa Prancis terdapat nomina takrif yang berpemarkah dan tidak berpemarkah. Kehadiran artikel atau determinan itu 3 I. Suryo Baskoro, 1983, Pemarkah Tanmaujud dalam Bahasa Indonesia, h.14 8

9 sebagai alat atau piranti untuk memarkahi apakah nomina yang bersangkutan takrif atau tak takrif (Baskoro, 1992: 16 via Sajarwa, 2003: 135). Penanda nomina takrif berpemarkah meliputi : artikel definit, determinan demonstratif, dan determinan posesif. 4 Sedangkan, nomina takrif yang tak berpemarkah (dapat berdiri sendiri tanpa adanya penanda) adalah nomina yang merupakan nama (diri, tempat, pekerjaan, dll) serta pronomina. Pronomina adalah kata yang menggantikan nomina, ajektiva, gagasan, atau klausa sebelum atau setelahnya. (Grevisse 1975 : 448). Contohnya : je, tu, il/elle, dll. Sebaliknya, untuk nomina tak takrif ditandai dengan adanya : artikel indefinit, determinan numeral, determinan indefinit, dan artikel partitif. Selain itu, setiap penanda, baik itu determinan secara luas ataupun artikel secara khususnya, pada bahasa Prancis dibedakan tergantung dari jenis (feminin/maskulin) dan juga jumlah kata benda yang disebutkan (tunggal/jamak). Gender dan jumlah dalam bahasa Indonesia tidak tampak secara tertulis. Bentuk itu hanya ditandai dengan ciri-ciri semantik tertentu yang dapat menunjukkan jenis kelamin, bentuk tunggal, dan bentuk jamak (Tobing, 2012:222). Berikut merupakan skema mengenai sistem ketakrifan dalam bahasa Prancis. Bagan 1. Sistem Ketakrifan Bahasa Prancis Tak Takrif Sistem Ketakrifan Berpemarkah Takrif Tak berpemarkah 4 I. Sajarwa, 2003, Jurnal Humaniora, Sistem Ketakrifan dalam Bahasa Prancis, h

10 Penanda Nomina Tak Takrif Nomina tak takrif adalah nomina yang identitas referesialnya belum atau tidak diketahui sebelumnya. Oleh sebab itu, dari segi informasi nomina tersebut mengandung informasi baru. Nomina tak takrif tersebut ditandai dengan adanya determinan yang berupa artikel indefinit, determinan numeral, determinan indefinit, dan artikel partitif. 5 a. Artikel Indefinit Penanda utama nomina tak takrif adalah Artikel Indefinit. Artikel ndefinit digunakan jika identitas nomina belum atau tidak jelas. Belum ada kesepahaman akan referen antara pelaku komunikasi. Nomina yang diawali dengan AI bersifat tak takrif. Perhatikan contoh di bawah ini. (8) J ai acheté une voiture de sport Saya membeli sebuah mobil sport (9) Elle a des soeurs Dia punya beberapa saudara perempuan Contoh (8) dan (9) menggunakan artikel indefinit karena identitas nomina tersebut belum jelas. Seperti halnya pada bahasa Inggris, nomina indefinit ditandai dengan awalan a/an Perbedaannya dengan bp, pada bahasa Inggris kata a/an dapat mengawali segala macam nomina indefinit tidak melihat jumlah maupun jenis seperti pada bp. 5 I. Sajarwa, 2003, Jurnal Humaniora, Sistem Ketakrifan dalam Bahasa Prancis, h

11 Artikel indefinit dipengaruhi jumlah dan jenis dari nomina yang bersangkutan. Un digunakan untuk awalan nomina tunggal maskulin. Une digunakan untuk nomina tunggal feminin. sedangkan Des digunakan untuk nomina jamak, baik itu maskulin ataupun feminin. Untuk lebih jelasnya perhatikan tabel berikut. Artikel indefinit un/une dapat juga berfungsi sebagai determinan numeral ordinal, yaitu determinan yang mengandung jumlah seberapa banyak nomina tersebut. Tabel 1. Artikel Indefinit Jenis Jumlah Maskulin Feminin Tunggal Un Une Jamak Des b. Determinan Numeral Dubois mengemukakan bahwa bahasa Prancis mengenal tiga jenis numeral yaitu, ordinal (ordinal), kardinal (cardinal), dan kolektif (collectifs) (1973: 71-72). Numeral ordinal digunakan dengan angka-angka langsung, seperti 1,2,3,4, dst. Sedangkan untuk menjelaskan tahapan atau urutan menggunakan numeral kardinal, contohnya seperti, le premier pertama, le deuxième kedua, le troisième ketiga, dst. Dan, numeral kolektif untuk menjelaskan nomor-nomor banyak seperti une douzaine lusinan, une centaine ratusan, dst. Dari ketiga jenis numeral di atas dua di antaranya merupakan penanda nomina tak takrif, sedangkan salah satunya merupakan penanda nomina takrif, yaitu numeral kardinal. 11

12 Numeral ordinal fungsinya sama dengan artikel indefinit, yaitu untuk menyatakan jumlah. Perbedaannya artikel indefinit cenderung untuk menunjukkan jumlah tunggal. Sedangkan numeral ordinal dapat menyatakan jumlah berlanjut seperti misal deux dua, cinq lima, dix sepuluh, dll. Seperti yang terlihat pada contoh di bawah ini. (10) Ma soeur prend trois sacs. Kakak perempuanku membawa tiga tas. (11) Jean est allé à Bordeaux pendant sept jours. Jean pergi ke Bordeaux selama tujuh hari. Pada contoh kalimat (10) trois sacs tiga tas dan (11) sept jours tujuh hari bersifat tak takrif karena didahului dengan numeral ordinal. Dan, di bawah ini merupakan contoh dari kalimat yang mengandung numeral kolektif (12) Une dizaine de filles voient cet événement Puluhan gadis melihat kejadian itu. Kata une douzaine puluhan pada contoh (12) bersifat tak takrif karena belum diketahui secara pasti jumlah dari nominanya, hanya disebutkan puluhan saja. Disebut numeral kolektif karena numeral tersebut mewakili jumlah kolektif atau banyak. c. Determinan Indefinit Seperti yang terdapat dalam namanya, determinan indefinit disini berfungsi untuk menunjukkan jumlah atau kuantitas pada nomina. Penggunaanya kurang lebih sama dengan numeral ordinal. Perbedaannya terletak pada kejelasan jumlah atau nomina yang dirujuk, numeral ordinal menyebutkan jumlah pasti dari 12

13 nomina bersangkutan, sedangkan determinan indefinit menyebutkan jumlah yang tidak pasti atau jelas. Oleh karena itu, disebut indefinit. Contoh penggunaannya adalah dengan kata aucun tak sesuatu pun, quelque apapun, plusieurs beberapa, tous semua (jamak), tout semua (tunggal), autre lain, même sama, chaque setiap, nul tak sesuatu pun, dll. Perhatikan contoh di bawah ini. (13) Il n y avait pas un bruit et aucun animal ne se montrait. (VVS: 14) Tak terdengar suara apapun dan tak seekor pun binatang yang menampakkan diri. (KL: 12) (14) Après plusieurs heures de marche laborieuse. (VVS: 14) Setelah beberapa jam menempuh perjalanan yang penuh tantangan. (KL: 13) (15) Robinson se jeta à l eau et nagea de toutes ses forces vers le navire. (VVS: 27) Robinson terjun ke laut dan berenang dengan sekuat tenaga menuju kapal. (KL: 26) Contoh kalimat (13), (14), dan (15) di atas bersifat tak takrif. Karena pada setiap nominanya diawali dengan determinan indefinit, yaitu aucun, plusieurs,dan toutes. Penggunaan beberapa determinan indefinit dipengaruhi oleh gender dan jumlah dari nominanya. Misalnya, determinan plusieurs dan quelques yang cenderung diakhiri huruf s yang menandakan nomina jamak. Sedangkan determinan tout yang akan berubah accordnya menjadi toutes apabila nomina yang bersangkutan merupakan nomina feminin dan jamak. Begitu pula beberapa determinan indefinit lainnya. 13

14 d. Artikel Partitif Menurut Sajarwa, artikel partitif atau l article de partitif berfungsi menyatakan makna sebagian dari makna yang dikenai tindakan. Lebih jelasnya bahwa artikel tersebut menandai adanya pengurangan baik jumlah maupun bentuk atau sebagian dari sebuah nomina. Aktivitas yang dapat mengurangi nomina tersebut, misalnya makan, minum, memotong, dll. Karena artikel partitif menyatakan kuantitas, maka bersifat indefinit. Perhatikan contoh di bawah ini. (16) Je mange du pain. Saya makan roti. (17) Il a pris de la salade. Dia telah mengambil salad. Pada contoh (16) nomina pain roti menggunakan artikel partitif du karena merupakan nomina tunggal maskulin. Sedangkan, pada contoh (17) nomina salade salad menggunakan artikel partitif de la karena bersifat feminin. Berikut tabel penggunaan artikel partitif. Meskipun begitu dalam penerjemahannya cenderung tidak memiliki penanda. Hanya saja terkadang penerjemah menambahkan kata sebagian di depan nomina yang bersangkutan. Tabel 2. Artikel Partitif Jenis Jumlah Maskulin Feminin Tunggal Du De la Jamak Des 14

15 1.5.2 Terjemahan Definisi terjemahan secara umum adalah pengalihan pesan dari bahasa sumber (BSu) ke dalam bahasa sasaran (BSa). Seperti yang diungkapkan Nida dan Taber (1964) : Translating consists of reproducing in the receptor language the closest natural equivalent of the source language message, first in terms of meaning and secondly in terms of style. Penerjemahan adalah upaya untuk mereproduksi pesan dari bahasa sumber ke dalam bahasa sasaran, dengan padanan senatural mungkin. Pertama, dalam hal makna dan kedua dalam hal gaya bahasa. Dari definisi di atas dijelaskan bahwa kunci utama dalam proses penerjemahan adalah kesepadanan dari Teks sumber (Tsu) ke Teks sasaran (Tsa), sehingga pembaca pada umumnya tidak menyadari bahwa sebuah karya merupakan suatu karya terjemahan. Akan tetapi, hal itu tidaklah mudah, jika mengingat bahwa suatu bahasa memiliki karakteristik tertentu yang belum tentu terdapat pada bahasa lainnya. Misalnya, pada bahasa Prancis terdapat sistem konjugasi, sedangkan bahasa Indonesia tidak mengenal sistem konjugasi. Sebaliknya, pada bi terdapat sistem afiksasi, prefiks, sufiks dan bp sama sekali tak mengenalnya. Oleh karena itu, pada proses terjemahan, penerjemah pada proses menerjemahkan harus menemukan padanan yang paling mendekati dari Bsu ke Bsa seperti yang diungkapkan oleh Catford (1965) : Translation is the replacement of textual material in one language (SL) by equivalent textual material in another language (TL). Terjemahan adalah penggantian materi tekstual dalam suatu bahasa (bahasa sumber) dengan padanan materi tekstual dalalm bahasa lain (bahasa sasaran). Dari kedua teori tersebut, dapat diambil kesimpulan bahwa unsur-unsur penting dalam terjemahan, yaitu : 15

16 1. Kegiatan memindahkan pesan 2. Pesan tersebut harus sama/ padan 3. Terdapat dua bahasa yang terlibat, Bahasa sumber (Bsu) dan Bahasa sasaran (Bsa) Nil Equivalent dan Zero Equivalent Proses penerjemahan merupakan pencarian equivalent atau padanan. Equivalent menjadi yang utama dicari dalam penerjemahan karena equivalent berhubungan langsung dengan kesamaan pesan. Pencarian padanan akan membawa penerjemah ke konsep keterjemahan (translatability) dan ketakterjemahan (untranslatability) (Nababan, 1999:93). Keterjemahan menyangkut ketersediaan padanan pada bahasa sasaran sebagai dampak dari keberagaman budaya dan ketakterjemahan berhubungan dengan ketaktersediaan padanan sebagai dampak dari keunikan budaya. Padanan terjemahan merupakan fenomena empiris yang diperoleh dengan membandingkan teks bahasa sumber dengan teks bahasa sasaran. Catford mengemukakan bahwa padanan tekstual dapat dikelompokkan ke dalam beberapa klasifikasi dan ditinjau dari berbagai sudut pandang. Salah satu klasifikasi adalah nil equivalent dan zero equivalent. Dua istilah itu digunakan oleh Catford (1965: 29) sehubungan dengan ketaktersediaan padanan langsung dalam bahasa sasaran. Nil equivalent mengacu pada kondisi dimana padanan terjemahan pada bahasa sasaran tidak tersedia karena memang unsur tersebut tidak ada di dalam bahasa sasaran. Sedangkan Zero equivalent berkaitan dengan ketidakmunculan padanan karena tidak sesuai dengan konteks bahasa sasaran. 16

17 1.5.3 Wacana Pada kamus bahasa Inggris disebutkan bahwa kata discours berasal dari bahasa latin discursus yang berarti lari kian kemari. Dalam perkembangannya disebutkan bahwa wacana dapat juga berarti : 1. Komunikasi pikiran dengan kata-kata 2. Komunikasi secara umum 3. Risalah lisan Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa wacana merupakan pemakaian bahasa untuk komunikasi, baik secara lisan maupun tulisan. Selanjutnya, Baryadi (2002: 3) menyatakan bahwa analisis wacana mengkaji wacana, baik dari segi internal maupun eksternal. Dari segi internal, wacana dikaji dari jenis, struktur, dan hubungan bagian-bagiannya. Dan, dari segi eksternal, wacana dikaji dari keterkaitan suatu wacana dengan pembicara/penulis, hal yang dibicarakan, dan lawan bicara/pembaca. Dapat disimpulkan bahwa tujuan analisis wacana adalah untuk memberikan wacana dalam fungsinya sebagai alat komunikasi Metode Penelitian Penelitian ini dilakukan melalui tiga tahapan penlitian, yaitu : tahap pengumpulan data, analisis data, dan penyajian hasil analisis data (Sudaryanto, 1993:3). 6 I. Kusrianti, 2004, Analisis Wacana, Wacana Iklan Pigeon Two Way Cake Kajian Kohesi Tekstual dan Kontekstual, hal.5 17

18 1. Tahap Pengumpulan Data Data diambil dengan cara mengumpulkan contoh artikel indefini pada novel Vendredi et la Vie Sauvage dengan menggunakan teknik catat. Selanjutnya, dibandingkan dengan novel terjemahan dari kedua novel tersebut. 2. Tahap Analisis Data Pada tahap ini, data yang telah didapat dan dikumpulkan dianalisis menggunakan metode agih dan padan, alat penentunya adalah bagian dari bahasa itu sendiri. Metode padan juga dipakai karena penelitian ini membandingkan penerjemahan penanda nomina tak takrif dari bahasa Prancis ke bahasa Indonesia. Menggunakan metode agih, data selanjutnya dianalisis menggunakan Teknik Bagi Unsur Langsung (BUL) untuk membagi kalimat menjadi beberapa bagian. Teknik selanjutnya yang dipakai adalah teknik baca markah, sehingga dapat diketahui satuan-satuan lingualnya. 3. Tahap Penyajian Hasil Analisis Data Pada tahapan akhir ini, hasil analisis disajikan dalam bentuk data yang telah diurutkan dan selanjutnya dirangkum pada bab kesimpulan. Dalam penyajian data, metode yang dilakukan bersifat informal yakni metode penyajian data yang menggunakan perumusan dengan kata-kata biasa (Sudaryanto, 1993:145). 18

19 1.7 Sistematika Penyajian Penelitian ini akan disajikan dalam 3 bab yang disusun secara sistematis dan berurutan. Yang terdiri dari : Bab I berupa Pendahuluan yang berisi Latar Belakang, Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Tinjauan Pustaka, Landasan Teori, Metode Penelitian, serta Sistematika Penyajian Bab II berupa Pembahasan yang berisi penjelasan mengenai penanda nomina tak takrif pada bahasa Prancis beserta terjemahannya dalam bahasa Indonesia. Bab III adalah bab penutup yang berisi Kesimpulan. Selanjutnya terdapat Daftar Pustaka yang berisi daftar judul buku, jurnal, dan sumber-sumber yang digunakan dalam penelitian ini. 19

BAB I PENDAHULUAN. berdasarkan pada penting tidaknya informasi itu. Bahasa yang digunakan di tiap wilayah tidak sama. Perbedaan bahasa yang

BAB I PENDAHULUAN. berdasarkan pada penting tidaknya informasi itu. Bahasa yang digunakan di tiap wilayah tidak sama. Perbedaan bahasa yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagai sarana komunikasi, bahasa selalu terkait dengan 3 unsur, yaitu pembicara, mitra wicara, dan isi wicara. Isi wicara juga dapat disebut sebagai informasi. Informasi

Lebih terperinci

SISTEM KETAKRIFAN DALAM BAHASA PRANCIS

SISTEM KETAKRIFAN DALAM BAHASA PRANCIS HUMANIORA Sistem Ketakrifan dalam Bahasa Prancis VOLUME 15 No. 1 Februari 2003 Halaman 1-13 SISTEM KETAKRIFAN DALAM BAHASA PRANCIS Sajarwa Pengantar omina (dalam bahasa Prancis nom) dapat dianalisis dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sasaran (selanjutnya disingkat Bsa) se-alami mungkin baik secara arti dan secara

BAB I PENDAHULUAN. sasaran (selanjutnya disingkat Bsa) se-alami mungkin baik secara arti dan secara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini, perbedaan bahasa sudah tidak lagi menjadi hambatan untuk mendapatkan informasi dari berbagai belahan dunia. Tuntutan mendapatkan informasi inilah yang memunculkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kata deiksis berasal dari bahasa Yunani deiktikos yang memiliki arti

BAB I PENDAHULUAN. Kata deiksis berasal dari bahasa Yunani deiktikos yang memiliki arti BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kata deiksis berasal dari bahasa Yunani deiktikos yang memiliki arti penunjukan secara langsung (Purwo, 1984: 2). Dardjowidjojo (1988: 35) bersama beberapa ahli bahasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pesan yang disampaikan dapat melalui karya sastra.

BAB I PENDAHULUAN. Pesan yang disampaikan dapat melalui karya sastra. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Bahasa memiliki peranan penting dalam hal berkomunikasi. Fungsi penting dari bahasa adalah menyampaikan pesan dengan baik secara verbal atau tulisan. Pesan yang disampaikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Linguistik, merupakan sebuah ilmu yang mepelajari tentang bahasa secara

BAB I PENDAHULUAN. Linguistik, merupakan sebuah ilmu yang mepelajari tentang bahasa secara 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Linguistik, merupakan sebuah ilmu yang mepelajari tentang bahasa secara verbal. Tentunya ilmu bahasa atau sering disebut linguistik memiliki cabangcabang ilmu bahasa,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berkomunikasi atau berinteraksi antara satu dengan yang lainnya. Bahasa sangat

BAB I PENDAHULUAN. berkomunikasi atau berinteraksi antara satu dengan yang lainnya. Bahasa sangat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa adalah bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia yang digunakan untuk berkomunikasi atau berinteraksi antara satu dengan yang lainnya. Bahasa sangat beranekaragam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Seorang anak yang sudah terbiasa dibacakan ataupun membaca buku cerita

BAB I PENDAHULUAN. Seorang anak yang sudah terbiasa dibacakan ataupun membaca buku cerita BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seorang anak yang sudah terbiasa dibacakan ataupun membaca buku cerita sendiri bisa menjadikannya sebagai sahabat. Buku cerita memberikan informasi kepada anak tentang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penerjemahan merupakan suatu kegiatan transformasi bentuk yakni

BAB I PENDAHULUAN. Penerjemahan merupakan suatu kegiatan transformasi bentuk yakni BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penerjemahan merupakan suatu kegiatan transformasi bentuk yakni kegiatan mengubah bentuk bahasa yang satu ke bahasa yang lain. Dalam The Merriam Webster Dictionary

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lain. Sebagai contoh, bahasa Inggris memiliki sistem tenses atau sistem kala, yaitu

BAB I PENDAHULUAN. lain. Sebagai contoh, bahasa Inggris memiliki sistem tenses atau sistem kala, yaitu BAB I PENDAHULUAN 1. 1. LATAR BELAKANG PENELITIAN Setiap bahasa mempunyai sistem yang berbeda antara satu dengan yang lain. Sebagai contoh, bahasa Inggris memiliki sistem tenses atau sistem kala, yaitu

Lebih terperinci

MULTIFUNGSI KATA TOUT DALAM BAHASA PRANCIS

MULTIFUNGSI KATA TOUT DALAM BAHASA PRANCIS MULTIFUNGSI KATA TOUT DALAM BAHASA PRANCIS Pengadilen Sembiring Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Medan ABSTRAK Kosa kata dan sistem tata bahasa Prancis memiliki keunikan dan kesederhaan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bernama Hamuro Rin. Pria kelahiran Kitakyushu, Jepang ini memulai debutnya

BAB I PENDAHULUAN. bernama Hamuro Rin. Pria kelahiran Kitakyushu, Jepang ini memulai debutnya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Novel Higurashi no Ki merupakan salah satu karya penulis terkenal bernama Hamuro Rin. Pria kelahiran Kitakyushu, Jepang ini memulai debutnya sebagai penulis pada tahun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berbeda. Dalam menghadapi masalah ini, kegiatan penerjemahan memberikan solusi karena

BAB I PENDAHULUAN. berbeda. Dalam menghadapi masalah ini, kegiatan penerjemahan memberikan solusi karena BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa, baik lisan maupun tulisan merupakan alat yang penting dalam mendukung terjalinnya komunikasi antar individu. Dalam kegiatan komunikasi, tujuan dari kegiatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penelitian, manfaat penelitian, dan kerangka teori yang digunakan.

BAB I PENDAHULUAN. penelitian, manfaat penelitian, dan kerangka teori yang digunakan. BAB I PENDAHULUAN Bab ini menjelaskan latar belakang penelitian, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan kerangka teori yang digunakan. 1.1 Latar Belakang Penelitian Masyarakat yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berbeda. Berbagai macam problematika pada proses komunikasi juga turut

BAB I PENDAHULUAN. berbeda. Berbagai macam problematika pada proses komunikasi juga turut 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan teknologi informasi yang semakin pesat mendukung terjalinnya komunikasi di antara semua orang dari berbagai belahan dunia yang berbeda. Berbagai macam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tanah liat, clay juga ada yang terbuat dari bermacam-macam bahan tetapi adonannya

BAB I PENDAHULUAN. tanah liat, clay juga ada yang terbuat dari bermacam-macam bahan tetapi adonannya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Clay dalam arti yang sesungguhnya adalah tanah liat, namun selain terbuat dari tanah liat, clay juga ada yang terbuat dari bermacam-macam bahan tetapi adonannya memiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Negara Jepang adalah salah satu negara yang kerap dijadikan acuan dalam

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Negara Jepang adalah salah satu negara yang kerap dijadikan acuan dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Negara Jepang adalah salah satu negara yang kerap dijadikan acuan dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi. Akan tetapi, dibalik kemajuan teknologinya yang pesat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bahasa dari tingkat kata, frasa hingga teks untuk menyampaikan makna teks

BAB I PENDAHULUAN. bahasa dari tingkat kata, frasa hingga teks untuk menyampaikan makna teks BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada era kemajuan teknologi dewasa ini semakin banyak terjemahan bahasa dari tingkat kata, frasa hingga teks untuk menyampaikan makna teks bahasa sumber (TSu) ke dalam

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN KERANGKA TEORI. Berdasarkan data-data yang dikumpulkan baik berupa penelitian, jurnal

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN KERANGKA TEORI. Berdasarkan data-data yang dikumpulkan baik berupa penelitian, jurnal BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN KERANGKA TEORI 2.1 Kajian Pustaka Berdasarkan data-data yang dikumpulkan baik berupa penelitian, jurnal maupun hasil penelitian lainnya, ditemukan beberapa penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Berbeda dengan sintaksis yang mempelajari bagaimana satuan bahasa terbentuk,

BAB I PENDAHULUAN. Berbeda dengan sintaksis yang mempelajari bagaimana satuan bahasa terbentuk, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam mempelajari bahasa Inggris terutama yang berkenaan dengan makna yang terkandung dalam setiap unsur suatu bahasa, semantik merupakan ilmu yang menjadi pengukur

Lebih terperinci

IDEOLOGI DALAM PENERJEMAHAN (Farida Amalia Universitas Pendidikan Indonesia)

IDEOLOGI DALAM PENERJEMAHAN (Farida Amalia Universitas Pendidikan Indonesia) IDEOLOGI DALAM PENERJEMAHAN (Farida Amalia Universitas Pendidikan Indonesia) A. Pendahuluam Penerjemahan adalah kegiatan mengalihkan secara tertulis pesan dari teks suatu bahasa ke dalam teks bahasa lain

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk sosial yang butuh berkomunikasi dengan

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk sosial yang butuh berkomunikasi dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia adalah makhluk sosial yang butuh berkomunikasi dengan sesamanya. Alat komunikasi ini merupakan hal yang vital bagi manusia karena digunakan setiap hari. Alat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keunikan tersendiri antara satu dengan yang lainnya. Keragaman berbagai bahasa

BAB I PENDAHULUAN. keunikan tersendiri antara satu dengan yang lainnya. Keragaman berbagai bahasa 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap bahasa di dunia tentu saja memiliki persamaan dan perbedaan serta keunikan tersendiri antara satu dengan yang lainnya. Keragaman berbagai bahasa di dunia beserta

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. Kajian ini mengungkapkan pemarkah kohesi gramatikal dan pemarkah kohesi

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. Kajian ini mengungkapkan pemarkah kohesi gramatikal dan pemarkah kohesi BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan Kajian ini mengungkapkan pemarkah kohesi gramatikal dan pemarkah kohesi leksikal yang terdapat dalam wacana naratif bahasa Indonesia. Berdasarkan teori Halliday dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sesuai dengan kaidah sebuah bahasa. Unsur-unsur atau satuan dari kalimat itu tersusun

BAB I PENDAHULUAN. sesuai dengan kaidah sebuah bahasa. Unsur-unsur atau satuan dari kalimat itu tersusun BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap kalimat memiliki unsur-unsur atau satuan yang lebih kecil yang tersusun sesuai dengan kaidah sebuah bahasa. Unsur-unsur atau satuan dari kalimat itu tersusun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan makhluk sosial yang selalu berinteraksi antara satu

BAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan makhluk sosial yang selalu berinteraksi antara satu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia merupakan makhluk sosial yang selalu berinteraksi antara satu dengan yang lainnya, yang kemudian disebut dengan komunikasi. Bahasa merupakan alat komunikasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penerjemahan adalah kegiatan mengalihkan pesan secara tertulis dari teks suatu

BAB I PENDAHULUAN. Penerjemahan adalah kegiatan mengalihkan pesan secara tertulis dari teks suatu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penerjemahan adalah kegiatan mengalihkan pesan secara tertulis dari teks suatu bahasa ke bahasa yang lain. Teks yang diterjemahkan disebut Teks Sumber (Tsu) dan bahasanya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menjangkau ke berbagai kalangan dan usia. Sebagian orang telah menganggap

BAB I PENDAHULUAN. menjangkau ke berbagai kalangan dan usia. Sebagian orang telah menganggap BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Komik sebagai salah satu media hiburan maupun pendidikan mampu menjangkau ke berbagai kalangan dan usia. Sebagian orang telah menganggap komik sebagai bagian dari hidupnya.

Lebih terperinci

PENGGUNAAN DEIKSIS DALAM BAHASA INDONESIA

PENGGUNAAN DEIKSIS DALAM BAHASA INDONESIA PENGGUNAAN DEIKSIS DALAM BAHASA INDONESIA Roely Ardiansyah Fakultas Bahasa dan Sains, Universitas Wijaya Kusuma Surabaya Abstrak Deiksis dalam bahasa Indonesia merupakan cermin dari perilaku seseorang

Lebih terperinci

Bab 2. Landasan Teori. Pada bab ini, penulis akan mengemukakan beberapa teori mengenai pengertian

Bab 2. Landasan Teori. Pada bab ini, penulis akan mengemukakan beberapa teori mengenai pengertian Bab 2 Landasan Teori Pada bab ini, penulis akan mengemukakan beberapa teori mengenai pengertian penerjemahan dan metode penerjemahan yang akan digunakan untuk menganalisis data pada Bab 3. Seperti dikutip

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penerjemah tersebut adalah teks sastra berupa novel dengan judul Madame

BAB I PENDAHULUAN. penerjemah tersebut adalah teks sastra berupa novel dengan judul Madame BAB I PENDAHULUAN. LATAR BELAKANG Karya sastra terjemahan merupakan peluang yang menjanjikan di abad ke- ini. Varietas karya sastra terjemahan yang diminati oleh masyarakat Indonesia terdiri atas empat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam kehidupan manusia. Bahasa adalah satu-satunya milik manusia yang tidak. kegiatan manusia yang tidak disertai oleh bahasa.

BAB I PENDAHULUAN. dalam kehidupan manusia. Bahasa adalah satu-satunya milik manusia yang tidak. kegiatan manusia yang tidak disertai oleh bahasa. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam berkomunikasi antar manusia dibutuhkan bahasa yang disepakati oleh pengguna bahasa itu sendiri. Bahasa mempunyai keterikatan dan keterkaitan dalam kehidupan manusia.

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI Pada bab ini, penulis akan menjabarkan teori-teori yang digunakan penulis dalam menerjemahkan Komik Indonesia Nusantaranger karya Tim Nusantaranger. Agar dapat menerjemahkan komik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. linguistik yang merupakan ilmu bahasa yang sangat berkaitan dengan kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. linguistik yang merupakan ilmu bahasa yang sangat berkaitan dengan kehidupan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada era sekarang ini perkembangan ilmu pengetahuan semakin hari semakin berkembang pesat. Perkembangan tersebut juga merambah di bidang linguistik yang merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Hobi adalah kegemaran; kesenangan istimewa pada waktu senggang,

BAB I PENDAHULUAN. Hobi adalah kegemaran; kesenangan istimewa pada waktu senggang, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hobi adalah kegemaran; kesenangan istimewa pada waktu senggang, bukan pekerjaan utama. 1 Tujuan hobi adalah untuk memenuhi keinginan dan mendapatkan kesenangan. 2 Terdapat

Lebih terperinci

BAB IV KESIMPULAN. Analisis yang telah dilakukan pada Bab III menunjukkan bahwa rubrik

BAB IV KESIMPULAN. Analisis yang telah dilakukan pada Bab III menunjukkan bahwa rubrik BAB IV KESIMPULAN Analisis yang telah dilakukan pada Bab III menunjukkan bahwa rubrik Animaux memiliki progresivitas informasi jenis Progression Linéaire (PL), Topique Constant (TC), dan Enchaînement à

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. berdasarkan hasil penelitian dan analisis data yang telah diperoleh pada bab-bab

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. berdasarkan hasil penelitian dan analisis data yang telah diperoleh pada bab-bab BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Pada bab ini, penulis akan memberikan kesimpulan serta saran berdasarkan hasil penelitian dan analisis data yang telah diperoleh pada bab-bab sebelumnya. 5.1 Kesimpulan 5.1.1

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Membaca buku bermanfaat bagi manusia, mulai dari anak-anak hingga

BAB I PENDAHULUAN. Membaca buku bermanfaat bagi manusia, mulai dari anak-anak hingga BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Membaca buku bermanfaat bagi manusia, mulai dari anak-anak hingga dewasa sekalipun. Manfaat yang dapat diperoleh antara lain sebagai hiburan, penghilang stres, dan

Lebih terperinci

MANUAL PROSEDUR DAN FORMAT PENULISAN TUGAS AKHIR PROGRAM DIPLOMA BAHASA PRANCIS SEKOLAH VOKASI UNIVERSITAS GADJAH MADA

MANUAL PROSEDUR DAN FORMAT PENULISAN TUGAS AKHIR PROGRAM DIPLOMA BAHASA PRANCIS SEKOLAH VOKASI UNIVERSITAS GADJAH MADA MANUAL PROSEDUR DAN FORMAT PENULISAN TUGAS AKHIR PROGRAM DIPLOMA BAHASA PRANCIS SEKOLAH VOKASI UNIVERSITAS GADJAH MADA A. Manual Prosedur Tugas akhir Tugas akhir merupakan salah satu syarat untuk penyelesaian

Lebih terperinci

ANALISIS KESALAHAN SINTAKSIS BAHASA PRANCIS OLEH PEMBELAJAR BERBAHASA INDONESIA: SEBUAH STUDI KASUS

ANALISIS KESALAHAN SINTAKSIS BAHASA PRANCIS OLEH PEMBELAJAR BERBAHASA INDONESIA: SEBUAH STUDI KASUS HUMANIORA VOLUME 15 Analisis Kesalahan No. 3 Oktober Sintaksis 2003 Bahasa Prancis Halaman 327-335 ANALISIS KESALAHAN SINTAKSIS BAHASA PRANCIS OLEH PEMBELAJAR BERBAHASA INDONESIA: SEBUAH STUDI KASUS Roswita

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. tidak menggunakan prosedur analisis statistik (Moleong, 2006 : 6).

BAB III METODE PENELITIAN. tidak menggunakan prosedur analisis statistik (Moleong, 2006 : 6). BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan Penelitian Penelitian ini termasuk ke dalam penelitian deskriptif kualitatif. Penelitian kualitatif adalah penelitian yang menghasilkan prosedur analisis yang tidak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia merupakan makhluk yang selalu melakukan. komunikasi, baik itu komunikasi dengan orang-orang yang ada di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia merupakan makhluk yang selalu melakukan. komunikasi, baik itu komunikasi dengan orang-orang yang ada di 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia merupakan makhluk yang selalu melakukan komunikasi, baik itu komunikasi dengan orang-orang yang ada di sekitarnya maupun dengan penciptanya. Saat berkomunikasi

Lebih terperinci

ANALISIS KOHESI GRAMATIKAL PENGACUAN DEMONSTRATIF WAKTU DAN TEMPAT PADA TEKS LAGU IHSAN DALAM ALBUM THE WINNER

ANALISIS KOHESI GRAMATIKAL PENGACUAN DEMONSTRATIF WAKTU DAN TEMPAT PADA TEKS LAGU IHSAN DALAM ALBUM THE WINNER ANALISIS KOHESI GRAMATIKAL PENGACUAN DEMONSTRATIF WAKTU DAN TEMPAT PADA TEKS LAGU IHSAN DALAM ALBUM THE WINNER SKRIPSI Diajukan Untuk Melengkapi Tugas dan Memenuhi Syarat Guna Mencapai Gelar Sarjana S-1

Lebih terperinci

Anak perempuan itu bercakap-cakap sambil tertawa. (Nur, 2010: 83).

Anak perempuan itu bercakap-cakap sambil tertawa. (Nur, 2010: 83). BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam beberapa bahasa pronomina persona, jumlah, dan jender merupakan kategori gramatikal yang memarkahi verba. Contohnya pada Bahasa Arab (BA) dan Bahasa Inggris.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya metafora adalah suatu bentuk kekreatifan makna dalam

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya metafora adalah suatu bentuk kekreatifan makna dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada dasarnya metafora adalah suatu bentuk kekreatifan makna dalam menggunakan bahasa saat berkomunikasi baik bahasa lisan maupun bahasa tulisan. Di dalam berbahasa,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. pergaulan dan mempengaruhi kehidupan untuk berkomunikasi dalam masyarakat.

BAB 1 PENDAHULUAN. pergaulan dan mempengaruhi kehidupan untuk berkomunikasi dalam masyarakat. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Bahasa sangatlah penting, karena merupakan penghubung dalam setiap pergaulan dan mempengaruhi kehidupan untuk berkomunikasi dalam masyarakat. Pada setiap bangsa,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seperti fabel yang menceritakan tentang binatang, hikayat yang merupakan cerita

BAB I PENDAHULUAN. seperti fabel yang menceritakan tentang binatang, hikayat yang merupakan cerita BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Cerita merupakan rangkaian peristiwa yang disampaikan baik berasal dari kejadian nyata ataupun kejadian tidak nyata. Terdapat berbagai macam jenis cerita seperti

Lebih terperinci

KONSTRUKSI DETERMINAN DALAM FRASA NOMINA BAHASA PRANCIS DAN BAHASA INDONESIA

KONSTRUKSI DETERMINAN DALAM FRASA NOMINA BAHASA PRANCIS DAN BAHASA INDONESIA Roswita HUMANIORA Lumban Tobing - Konstruksi Determinan dalam Frasa Nomina VOLUME 24 No. 2 Juni 2012 Halaman 221-230 KONSTRUKSI DETERMINAN DALAM FRASA NOMINA BAHASA PRANCIS DAN BAHASA INDONESIA Roswita

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN KERANGKA TEORI. Pada kajian pustaka dicantumkan beberapa penelitian terdahulu yang

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN KERANGKA TEORI. Pada kajian pustaka dicantumkan beberapa penelitian terdahulu yang BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN KERANGKA TEORI 2.1 Kajian Pustaka Pada kajian pustaka dicantumkan beberapa penelitian terdahulu yang dijadikan referensi dalam penelitian ini. Penelitian-penelitian tersebut

Lebih terperinci

PENGARUH STRUKTUR BAHASA ARAB TERHADAP BAHASA INDONESIA DALAM TERJEMAHAN AL QURAN Oleh: Yayan Nurbayan. Abstrak

PENGARUH STRUKTUR BAHASA ARAB TERHADAP BAHASA INDONESIA DALAM TERJEMAHAN AL QURAN Oleh: Yayan Nurbayan. Abstrak PENGARUH STRUKTUR BAHASA ARAB TERHADAP BAHASA INDONESIA DALAM TERJEMAHAN AL QURAN Oleh: Yayan Nurbayan Abstrak Penerjemahan adalah sebuah proses yang bertujuan memindahkan pesan bahasa sumber ( BS ) kepada

Lebih terperinci

BAB 6 PENUTUP. Terjemahan yang baik memiliki tiga kriteria, yakni ketepatan, kejelasan, dan

BAB 6 PENUTUP. Terjemahan yang baik memiliki tiga kriteria, yakni ketepatan, kejelasan, dan 192 BAB 6 PENUTUP Terjemahan yang baik memiliki tiga kriteria, yakni ketepatan, kejelasan, dan kewajaran (Larson, 1989:53). Ketepatan berarti bahwa terjemahan harus menyampaikan pesan sesuai dengan yang

Lebih terperinci

ANALISIS BUDAYA MATERIAL DALAM TERJEMAHAN KUMPULAN CERITA PENDEK MADEMOISELLE FIFI KARYA GUY DE MAUPASSANT

ANALISIS BUDAYA MATERIAL DALAM TERJEMAHAN KUMPULAN CERITA PENDEK MADEMOISELLE FIFI KARYA GUY DE MAUPASSANT BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam berinteraksi antara sesamanya, manusia menggunakan bahasa untuk menyampaikan informasi, gagasan, pendapat serta untuk mengekspresikan diri dan perasaan. Bahasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pertama, memahami pesan bahasa sumber dan kedua, mengungkapkan kembali

BAB I PENDAHULUAN. pertama, memahami pesan bahasa sumber dan kedua, mengungkapkan kembali BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Penerjemahan adalah suatu kegiatan atau proses pengalihan pesan dari bahasa sumber ke bahasa sasaran. Hal itu mengimplikasikan adanya dua hal, yaitu pertama,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kemiripan makna dalam suatu bentuk kebahasaan dapat menimbulkan

BAB I PENDAHULUAN. Kemiripan makna dalam suatu bentuk kebahasaan dapat menimbulkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemiripan makna dalam suatu bentuk kebahasaan dapat menimbulkan kekacauan pada tindak berbahasa. Salah satu contoh penggunaan bentuk bersinonim yang dewasa ini sulit

Lebih terperinci

KOHESI LEKSIKAL REPETISI PADA WACANA INTERAKTIF DALAM KOLOM DETEKSI HARIAN JAWA POS EDISI JUNI 2007 SKRIPSI

KOHESI LEKSIKAL REPETISI PADA WACANA INTERAKTIF DALAM KOLOM DETEKSI HARIAN JAWA POS EDISI JUNI 2007 SKRIPSI KOHESI LEKSIKAL REPETISI PADA WACANA INTERAKTIF DALAM KOLOM DETEKSI HARIAN JAWA POS EDISI JUNI 2007 SKRIPSI Disusun untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Jurusan Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap bahasa di dunia memiliki keunikan tersendiri antara satu dengan lainnya. Di dalam setiap bahasa selalu terdapat pola pembentukan kata yang secara sistematis

Lebih terperinci

ANALISIS WACANA CELATHU BUTET PADA SURAT KABAR SUARA MERDEKA: TINJAUAN DARI SEGI KULTURAL, SITUASI, SERTA ASPEK GRAMATIKAL DAN LEKSIKAL SKRIPSI

ANALISIS WACANA CELATHU BUTET PADA SURAT KABAR SUARA MERDEKA: TINJAUAN DARI SEGI KULTURAL, SITUASI, SERTA ASPEK GRAMATIKAL DAN LEKSIKAL SKRIPSI ANALISIS WACANA CELATHU BUTET PADA SURAT KABAR SUARA MERDEKA: TINJAUAN DARI SEGI KULTURAL, SITUASI, SERTA ASPEK GRAMATIKAL DAN LEKSIKAL SKRIPSI Disusun untuk Memenuhi Sebagai Persyaratan Guna Memperoleh

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. menimbulkan kesalahpahaman dalam memaknai kalimat bahasa Inggris adalah

BAB 1 PENDAHULUAN. menimbulkan kesalahpahaman dalam memaknai kalimat bahasa Inggris adalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu fenomena bahasa yang terkadang membuat permasalahan dan menimbulkan kesalahpahaman dalam memaknai kalimat bahasa Inggris adalah penggunaan kata it sebagai

Lebih terperinci

Bab 1. Pendahuluan. Bahasa merupakan alat untuk menyampaikan suatu ide, pikiran, hasrat, dan

Bab 1. Pendahuluan. Bahasa merupakan alat untuk menyampaikan suatu ide, pikiran, hasrat, dan Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Bahasa merupakan alat untuk menyampaikan suatu ide, pikiran, hasrat, dan keinginan kepada orang lain, sehingga bahasa menjadi sesuatu alat yang tidak dapat dipisahkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa adalah bahan utama kesusastraan. Harus disadari bahwa bahasa

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa adalah bahan utama kesusastraan. Harus disadari bahwa bahasa BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Bahasa adalah bahan utama kesusastraan. Harus disadari bahwa bahasa adalah ciptaan manusia dan mempunyai muatan budaya dan linguistik dari kelompok pemakai bahasa

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. deiksis pada wacana tulis dalam Kakilangit pada majalah Horison edisi 2012.

III. METODE PENELITIAN. deiksis pada wacana tulis dalam Kakilangit pada majalah Horison edisi 2012. 43 III. METODE PENELITIAN Dalam metode penelitian ini akan dipaparkan rancangan penelitian, sumber data, instrumen penelitian, metode dan teknik pengumpulan data, metode dan teknik analisis data. 3.1 Rancangan

Lebih terperinci

ANALISIS KOHESI GRAMATIKAL PENGACUAN PERSONA PADA TERJEMAHAN AL-QURAN SURAT AL-KAHFI (SURAT 18)

ANALISIS KOHESI GRAMATIKAL PENGACUAN PERSONA PADA TERJEMAHAN AL-QURAN SURAT AL-KAHFI (SURAT 18) ANALISIS KOHESI GRAMATIKAL PENGACUAN PERSONA PADA TERJEMAHAN AL-QURAN SURAT AL-KAHFI (SURAT 18) SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Bahasa dan Sastra

Lebih terperinci

BAB III KESIMPULAN. karena novel merupakan suatu upaya komunikasi kebahasaan karena teks novel

BAB III KESIMPULAN. karena novel merupakan suatu upaya komunikasi kebahasaan karena teks novel BAB III KESIMPULAN Skripsi ini membandingkan antara penataan informasi pada bahasa Prancis sebagai BSu dan bahasa Indonesia sebagai BSa yag bersumber dari dua novel berbahasa Prancis dan terjemahannya.

Lebih terperinci

Bab I PENDAHULUAN. Penerjemahan teks, buku-buku dan informasi lain ke dalam bahasa Inggris

Bab I PENDAHULUAN. Penerjemahan teks, buku-buku dan informasi lain ke dalam bahasa Inggris Bab I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penerjemahan teks, buku-buku dan informasi lain ke dalam bahasa Inggris telah dilakukan oleh praktisi atau pakar-pakar terjemahan untuk penyebaran informasi dari satu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa adalah sesuatu yang bersifat universal karena tidak memedulikan

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa adalah sesuatu yang bersifat universal karena tidak memedulikan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Bahasa adalah sesuatu yang bersifat universal karena tidak memedulikan warna kulit, ras, agama, bangsa dan negara. Bahasa merupakan perwujudan suatu konsep

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. Indonesia dan bahasa Inggris, dapat penulis simpulkan hal-hal sebagai berikut.

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. Indonesia dan bahasa Inggris, dapat penulis simpulkan hal-hal sebagai berikut. BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan Berdasarkan analisis kontrastif terhadap numeralia dalam bahasa Indonesia dan bahasa Inggris, dapat penulis simpulkan hal-hal sebagai berikut. 6.1.1 Pengelompokan,

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif. Penelitian

III. METODE PENELITIAN. Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif. Penelitian III. METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif. Penelitian deskriptif ialah penelitian yang memberikan gambaran atau uraian atas suatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Dalam memahami konsep mengenai teori kebahasaan, linguistik

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Dalam memahami konsep mengenai teori kebahasaan, linguistik BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dalam memahami konsep mengenai teori kebahasaan, linguistik sistemik fungsional berperan penting memberikan kontribusi dalam fungsi kebahasaan yang mencakup

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Konsep adalah gambaran mental dari obyek, proses atau apa pun yang ada di luar

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Konsep adalah gambaran mental dari obyek, proses atau apa pun yang ada di luar BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep adalah gambaran mental dari obyek, proses atau apa pun yang ada di luar bahasa, dan yang dipergunakan akal budi untuk memahami hal-hal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diminati oleh masyarakat Indonesia terutama para remaja setelah merebaknya

BAB I PENDAHULUAN. diminati oleh masyarakat Indonesia terutama para remaja setelah merebaknya BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Akhir-akhir ini segala hal yang berkaitan dengan Korea menjadi begitu diminati oleh masyarakat Indonesia terutama para remaja setelah merebaknya Korean wave (Gelombang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebenarnya telah dilakukan sejak jaman Yunani kuno dan Romawi kuno. Pada

BAB I PENDAHULUAN. sebenarnya telah dilakukan sejak jaman Yunani kuno dan Romawi kuno. Pada BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap hari iklan selalu mewarnai kehidupan manusia. Kegiatan periklanan sebenarnya telah dilakukan sejak jaman Yunani kuno dan Romawi kuno. Pada masa itu iklan

Lebih terperinci

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Nama Sekolah Kelas/ Semester Mata pelajaran Tema Aspek/ Keterampilan Alokasi Waktu : SMA N 1 Sanden : XI/2 : Bahasa Perancis : La Famille : Expression Écrite (Menulis)

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini merupakan jenis penelitian kualitatif. Objek dalam penelitian kualitatif adalah objek yang alamiah, atau natural setting, sehingga metode

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia membaca adalah melihat serta

BAB 1 PENDAHULUAN. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia membaca adalah melihat serta BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia membaca adalah melihat serta memahami isi dari apa yang tertulis (dengan melisankan atau hanya dalam hati) 1. Dengan demikian,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terjadi pergeseran makna pada BT, oleh sebab itu seorang penerjemah harus

BAB I PENDAHULUAN. terjadi pergeseran makna pada BT, oleh sebab itu seorang penerjemah harus BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penerjemahan adalah pengalihan makna dari bahasa sumber (BS) ke bahasa target (BT) dan makna BS harus dapat dipertahankan sehingga tidak terjadi pergeseran makna pada

Lebih terperinci

SKRIPSI OLEH: LINA AFIDATIS SALAFIYAH NIM

SKRIPSI OLEH: LINA AFIDATIS SALAFIYAH NIM ANALISIS CAMPUR KODE BAHASA PRANCIS DALAM BAHASA INDONESIA DALAM KOMUNIKASI MELALUI FACEBOOK : STUDI KASUS MAHASISWA PROGRAM STUDI BAHASA DAN SASTRA PRANCIS UNIVERSITAS BRAWIJAYA SKRIPSI OLEH: LINA AFIDATIS

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Populasi dan Sampel Penelitian 3.1.1 Populasi Penelitian Populasi menurut Servilla dkk (1993) dalam Mahsun (2005:28) adalah Kelompok besar yang merupakan sasaran generalisasi.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ada di dalam pikiran kepada orang lain yaitu dengan bahasa, baik secara lisan

BAB I PENDAHULUAN. ada di dalam pikiran kepada orang lain yaitu dengan bahasa, baik secara lisan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia dalam mentransformasikan berbagai ide dan gagasan yang ada di dalam pikiran kepada orang lain yaitu dengan bahasa, baik secara lisan atau tulis. Kedua

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam berkomunikasi kita memerlukan bahasa. Bahasa merupakan alat

BAB I PENDAHULUAN. Dalam berkomunikasi kita memerlukan bahasa. Bahasa merupakan alat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam berkomunikasi kita memerlukan bahasa. Bahasa merupakan alat komunikasi yang sangat penting bagi kehidupan manusia. Oleh karena itu, melalui bahasa manusia dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Konjungsi adalah kata yang berfungsi untuk menghubungkan kata dengan kata, frasa

BAB I PENDAHULUAN. Konjungsi adalah kata yang berfungsi untuk menghubungkan kata dengan kata, frasa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Konjungsi adalah kata yang berfungsi untuk menghubungkan kata dengan kata, frasa dengan frasa, klausa dengan klausa (Ramlan, 2008:39). Tanpa kehadiran konjungsi, adakalanya

Lebih terperinci

STATUS INFOR ASI DALAM KALIMAT DAN WACANA BAHASA P ANCIS

STATUS INFOR ASI DALAM KALIMAT DAN WACANA BAHASA P ANCIS STATUS INFOR ASI DALAM KALIMAT DAN WACANA BAHASA P ANCIS SajarW Pengantar A nalisis kalimat dapat dilakukan berdasarkan pada tiga fungsi, yaitu fungsi sintaktis, fungsi semantis, dan fungsi pragmatis (Dik,

Lebih terperinci

Contoh: (1) Tsu : A, a kibun onsenyado da ne korya. (CMCJ. Tsa Wah, nikmatnya scpcrti scdang berlibur ke pemandian air paiias saja (CMCI5:42)

Contoh: (1) Tsu : A, a kibun onsenyado da ne korya. (CMCJ. Tsa Wah, nikmatnya scpcrti scdang berlibur ke pemandian air paiias saja (CMCI5:42) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa menurut Koentjaraningrat merapakan salah satu dari tujuh unsur kebudayaan yang bersifat universal. Unsur-unsur yang lainnya adalah sistem pengetahuan,

Lebih terperinci

ANALISIS WACANA LIRIK LAGU OPICK ALBUM ISTIGFAR (TINJAUAN INTERTEKSTUAL, ASPEK GRAMATIKAL DAN LEKSIKAL)

ANALISIS WACANA LIRIK LAGU OPICK ALBUM ISTIGFAR (TINJAUAN INTERTEKSTUAL, ASPEK GRAMATIKAL DAN LEKSIKAL) ANALISIS WACANA LIRIK LAGU OPICK ALBUM ISTIGFAR (TINJAUAN INTERTEKSTUAL, ASPEK GRAMATIKAL DAN LEKSIKAL) SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Bahasa Sastra

Lebih terperinci

PENANDA HUBUNGAN ELIPSIS PADA WACANA KATALOG ORIFLAME EDISI JANUARI 2009

PENANDA HUBUNGAN ELIPSIS PADA WACANA KATALOG ORIFLAME EDISI JANUARI 2009 PENANDA HUBUNGAN ELIPSIS PADA WACANA KATALOG ORIFLAME EDISI JANUARI 2009 SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Jurusan Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia dan Daerah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam teks yang sepadan dengan bahasa sasaran. Munday (2001) mendefinisikan

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam teks yang sepadan dengan bahasa sasaran. Munday (2001) mendefinisikan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penerjemahan merupakan upaya untuk mengganti teks bahasa sumber ke dalam teks yang sepadan dengan bahasa sasaran. Munday (2001) mendefinisikan penerjemahan as changing

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN Dalam bab ini akan dijabarkan tentang jenis metode penelitian, populasi dan sampel penelitian, variabel penelitian, definisi operasional, instrumen penelitian, teknik penelitian,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa sebagai sarana untuk berkomunikasi memunyai peranan yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa sebagai sarana untuk berkomunikasi memunyai peranan yang sangat 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa sebagai sarana untuk berkomunikasi memunyai peranan yang sangat penting bagi kehidupan manusia. Pengguna bahasa selalu menggunakan bahasa lisan saat

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Dalam melakukan penelitian tentunya seorang peneliti membutuhkan metode untuk mengumpulkan data, menyusun, serta menganalisis data, sehingga diperoleh hasil

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Era globalisasi saat ini yang bercirikan keterbukaaan, persaingan, dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Era globalisasi saat ini yang bercirikan keterbukaaan, persaingan, dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Era globalisasi saat ini yang bercirikan keterbukaaan, persaingan, dan kesalingtergantungan antar bangsa serta derasnya arus informasi yang menembus batas-batas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penting guna menyimpan uang serta barang-barang berharga yang dianggap

BAB I PENDAHULUAN. penting guna menyimpan uang serta barang-barang berharga yang dianggap BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam kehidupan sehari-hari dompet merupakan benda yang sangat penting guna menyimpan uang serta barang-barang berharga yang dianggap penting dan dapat diletakkan dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sintaksis,fungsi semantis dan fungsi pragmatis.fungsi sintaksis adalah hubungan

BAB I PENDAHULUAN. sintaksis,fungsi semantis dan fungsi pragmatis.fungsi sintaksis adalah hubungan 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Analisis kalimat dapat dilakukan pada tiga tataran fungsi, yaitu fungsi sintaksis,fungsi semantis dan fungsi pragmatis.fungsi sintaksis adalah hubungan gramatikal antara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia sebagai mahluk sosial yang senantiasa harus berkomunikasi

BAB I PENDAHULUAN. Manusia sebagai mahluk sosial yang senantiasa harus berkomunikasi BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Masalah Manusia sebagai mahluk sosial yang senantiasa harus berkomunikasi dengan sesamanya memerlukan sarana untuk menyampaikan kehendaknya. Salah satu sarana komunikasi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian Khazanah Verbal Kepadian Komunitas Tutur Bahasa Kodi,

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian Khazanah Verbal Kepadian Komunitas Tutur Bahasa Kodi, BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Pendekatan Penelitian Penelitian Khazanah Verbal Kepadian Komunitas Tutur Bahasa Kodi, Sumba Barat Daya: Kajian Ekolinguistik ini merupakan penelitian kualitatif yang bertujuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. fungsi ideasional (ideational function), fungsi interpersonal (interpersonal

BAB I PENDAHULUAN. fungsi ideasional (ideational function), fungsi interpersonal (interpersonal 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia dalam sepanjang hidupnya hampir tidak pernah terlepas dari peristiwa komunikasi. Setiap anggota masyarakat dan komunitas tertentu selalu terlibat dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tinjauan sintak..., Vandra Risky, FIB UI, 2009

BAB I PENDAHULUAN. Tinjauan sintak..., Vandra Risky, FIB UI, 2009 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Pokok Bahasan Bahasa adalah sebuah perangkat yang digunakan oleh manusia untuk berkomunikasi. Adapun definisinya secara umum, adalah sistem tanda bunyi yang disepakati untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dibandingkan komunikasi dalam bentuk tulisan. bahasa Indonesia ragam lisan atau omong.

BAB I PENDAHULUAN. dibandingkan komunikasi dalam bentuk tulisan. bahasa Indonesia ragam lisan atau omong. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia lebih banyak melakukan komunikasi lisan daripada komunikasi tulisan oleh sebab itu, komunikasi lisan dianggap lebih penting dibandingkan komunikasi dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. informasi dengan menggunakan perantara. Komunikasi bahasa tulis

BAB I PENDAHULUAN. informasi dengan menggunakan perantara. Komunikasi bahasa tulis BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masyarakat merupakan pemakai bahasa dalam berkomunikasi dengan orang lain. Sebagai bentuk komunikasi, mereka menggunakan media yang berbeda-beda. Secara garis besar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penerjemahan bisa mencakup beberapa pengertian. Ahli linguistik telah

BAB I PENDAHULUAN. Penerjemahan bisa mencakup beberapa pengertian. Ahli linguistik telah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Penerjemahan bisa mencakup beberapa pengertian. Ahli linguistik telah memberi banyak definisi tentang penerjemahan, diantaranya: (1) bidang ilmu secara umum,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. motivasi penelitian dan alasan pentingnya topik yang diteliti. Penulis juga

BAB I PENDAHULUAN. motivasi penelitian dan alasan pentingnya topik yang diteliti. Penulis juga 1 BAB I PENDAHULUAN Pembahasan dalam bab ini akan memaparkan latar belakang yang menjadi motivasi penelitian dan alasan pentingnya topik yang diteliti. Penulis juga menjelaskan batasan-batasan dan rumusan

Lebih terperinci

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Nama Sekolah : SMA N 1 Sanden Kelas/ Semester : XI/1 Mata pelajaran : Bahasa Perancis Tema : La Famille Aspek/ Keterampilan : Expression Orale (Berbicara) Alokasi Waktu

Lebih terperinci