UNIVERSITAS INDONESIA. DI PT. INDOFARMA (PERSERO) Tbk. JL. INDOFARMA RAYA NO. 1 CIKARANG BARAT, BEKASI PERIODE 2 APRIL 30 APRIL 2012

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "UNIVERSITAS INDONESIA. DI PT. INDOFARMA (PERSERO) Tbk. JL. INDOFARMA RAYA NO. 1 CIKARANG BARAT, BEKASI PERIODE 2 APRIL 30 APRIL 2012"

Transkripsi

1 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT. INDOFARMA (PERSERO) Tbk. JL. INDOFARMA RAYA NO. 1 CIKARANG BARAT, BEKASI PERIODE 2 APRIL 30 APRIL 2012 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DINA WIDIASTUTI, S. Farm ANGKATAN LXXIV FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM PROGRAM PROFESI APOTEKER DEPARTEMEN FARMASI DEPOK JUNI 2012

2 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT. INDOFARMA (PERSERO) Tbk. JL. INDOFARMA RAYA NO. 1 CIKARANG BARAT, BEKASI PERIODE 2 APRIL 30 APRIL 2012 Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Apoteker DINA WIDIASTUTI, S. Farm ANGKATAN LXXIV FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM PROGRAM PROFESI APOTEKER DEPARTEMEN FARMASI DEPOK JUNI 2012 ii

3

4 KATA PENGANTAR Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT karena berkat rahmat-nya penulis dapat melaksanakan PKPA (Praktek Kerja Profesi Apoteker) di PT. Indofarma (Persero)Tbk. dan menyelesaikan penulisan laporan ini. Laporan ini disusun sebagai salah satu syarat guna menyelesaikan pendidikan di Program Profesi Apoteker Departemen Farmasi. Penulisan laporan ini tidak terlepas dari bimbingan, arahan, bantuan, serta dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis menyampaikan terima kasih kepada: 1. Bapak Djakfarudin Junus, SE., MM., sebagai Direktur Utama PT. Indofarma (Persero) Tbk. yang telah memberikan kesempatan kepada kami untuk melaksanakan PKPA. 2. Bapak Putra Rizki Arisandi, S.Farm., Apt., selaku pembimbing di PT. Indofarma (Persero) Tbk. yang telah banyak memberikan bimbingan dan masukan kepada penulis. 3. Bapak Yupi Gantina, selaku koordinator Pelatihan Praktek Kerja Profesi Apoteker di PT. Indofarma (Persero) Tbk. 4. Seluruh staf dan karyawan di PT. Indofarma (Persero) Tbk. atas kerjasamanya selama penulis mengikuti kegiatan PKPA. 5. Ibu Prof. Dr.Yahdiana Harahap, MS., sebagai Ketua Departemen Farmasi FMIPA-UI. 6. Bapak Dr. Harmita, Apt., sebagai Ketua Program Profesi Apoteker. 7. Bapak Sutriyo, S.Si., M.Si., sebagai pembimbing PKPA dari Departemen Farmasi FMIPA UI yang telah banyak memberikan bimbingan dan masukan kepada penulis. 8. Bapak dan Ibu staf pengajar beserta segenap karyawan Departemen Farmasi FMIPA UI. iv

5 9. Teman-teman Apoteker UI Angkatan LXXIV serta teman-teman Apoteker Indofarma angkatan 65 atas kerjasama dan persahabatan selama masa perkuliahan dan pelaksanaan PKPA serta semua pihak yang tidak dapat disebutkan namanya satu persatu yang telah banyak membantu hingga terselesaikannya laporan PKPA ini. Penulis menyadari masih terdapat kekurangan dalam laporan ini. Saran dan kritik yang membangun sangat penulis harapkan dan mohon maaf atas kekurangan yang ada. Penulis 2012 v

6 DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... ii HALAMAN PENGESAHAN... iii KATA PENGANTAR... iv DAFTAR ISI... vi DAFTAR GAMBAR... viii DAFTAR LAMPIRAN... ix BAB 1. PENDAHULUAN Latar Belakang Tujuan... 2 BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA Industri Farmasi Cara Pembuatan Obat Yang Baik (CPOB)... 5 BAB 3. TINJAUAN KHUSUS PT. INDOFARMA (Persero) Tbk Sejarah dan Perkembangan PT. Indofarma (Persero)Tbk Visi dan Misi PT. Indofarma (Persero)Tbk Nilai Inti PT. Indofarma (Persero)Tbk Logo PT. Indofarma (Persero)Tbk Kebijakan Mutu PT. Indofarma (Persero)Tbk Lokasi dan Bangunan PT. Indofarma (Persero)Tbk Produk PT. Indofarma (Persero)Tbk Struktur Organisasi PT. Indofarma (Persero)Tbk Direktorat Produksi Direktorat Keuangan dan Sumber Daya Manusia Direktorat Riset dan Pemasaran Direktorat Operasi dan Pengembangan Bidang Pemastian Mutu (QA) BAB 4. PEMBAHASAN Sistem Manajemen Mutu Personalia Bangunan dan Fasilitas Peralatan Sanitasi dan Higiene Produksi Pengawasan Mutu Inspeksi Diri dan Audit Mutu Penanganan Keluhan Terhhadap Produk, Penarikan Kembali Produk dan Produk Kembalian Dokumentasi Pembuatan dan Analisa Berdasarkan Kontrak Kualifikasi dan Validasi vi

7 BAB 5. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Saran DAFTAR ACUAN LAMPIRAN vii

8 DAFTAR GAMBAR Halaman Gambar 3.1. Logo PT. Indofarma (Persero) Tbk Gambar 3.2. Hubungan Kerja Bidang PPPP dengan bidang lain di PT. Indofarma (persero) Tbk viii

9 DAFTAR LAMPIRAN Halaman Lampiran 1. Struktur Organisasi PT. Indofarma (Persero) Tbk Lampiran 2. StrukturOrganisasi Direktorat Produksi Lampiran 3. Proses Pembuatan Massa pada Solid I Lampiran 4. Proses Pencetakan/Pengisian dan Penyalutan pada Solid I Lampiran 5. Proses Pengemasan Lampiran 6. Proses Pengolahan dan Pengemasan Produk Solid Herbal Lampiran 7. Proses Pengolahan dan Pengemasan Produk Cair Herbal ix

10 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan kesehatan merupakan bagian dari pembangunan nasional yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggitingginya, sebagai investasi bagi pembangunan sumber daya manusia yang produktif secara sosial dan ekonomis (Undang-undang Republik Indonesia No. 36 Tahun 2009, 2009). Untuk mendukung pelayanan kesehatan yang optimal, diperlukan perbekalan kesehatan, salah satunya adalah sediaan farmasi dalam hal ini yaitu obat. Obat harus mengalami proses penanganan secara ketat (highly regulated) dalam pembuatannya sampai distribusinya ke konsumen. Peran industri farmasi dalam hal ini sangatlah besar. Industri farmasi harus benar-benar berupaya agar dapat menghasilkan produk obat yang memenuhi standar kualitas yang dipersyaratkan. Salah satu upaya yang dilakukan industri farmasi dalam rangka meningkatkan kualitas obat yang diproduksinya yaitu dengan menerapkan c-gmp (current-good Manufacturing Practice). Di Indonesia, istilah c-gmp lebih dikenal dengan CPOB yang dinamis. Cara Pembuatan Obat Yang Baik (CPOB) adalah pedoman pembuatan obat bagi industri farmasi di Indonesia yang bertujuan untuk menjamin obat dibuat secara konsisten, memenuhi persyaratan yang ditetapkan dan sesuai dengan tujuan penggunaannya. CPOB menyangkut keseluruhan aspek produksi dan pengendalian mutu. Semua industri farmasi harus menerapkan CPOB dalam seluruh aspek dan rangkaian kegiatan pembuatan obat (Badan Pengawasan Obat dan Makanan, 2006). Kualitas obat juga dipengaruhi oleh sumber daya manusia yang terlibat dalam proses penanganan dan pembuatannya. Salah satu sumber daya manusia yang diperlukan adalah apoteker. Peran seorang apoteker dalam pencapaian kualitas obat yang baik sangatlah besar. Oleh karena itu, penyediaan tenaga farmasis yang handal sangat diperlukan. 1

11 2 Untuk menghasilkan tenaga farmasis yang profesional dibutuhkan dukungan dan peran aktif dari berbagai pihak seperti perguruan tinggi farmasi, organisasi profesi, industri farmasi, rumah sakit dan pemerintah dalam pembekalan yang menyeluruh secara teori dan praktek sebagai aplikasi ilmu dan teknologi kefarmasian. Pembekalan berupa praktek kerja secara langsung sangat diperlukan untuk mendapatkan gambaran mengenai fungsi dan tanggung jawab farmasis di suatu institusi seperti industri farmasi. Oleh karena itu, Program Profesi Apoteker Departemen Farmasi bekerjasama dengan PT. PT. Indofarma (Persero) Tbk. menyelenggarakan Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) pada tanggal 2 April sampai dengan 30 April Praktek kerja ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan praktis dengan melihat dan terlibat langsung dalam pekerjaan kefarmasian di industri farmasi. 1.2 Tujuan Praktek Kerja 1. Melihat penerapan pelaksanaan Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB) dalam industri farmasi. 2. Mengetahui dan memahami gambaran umum kegiatan di PT. Indofarma (Persero) Tbk. 3. Mengetahui dan memahami peran dan fungsi apoteker di industri farmasi.

12 BAB 2 TINJAUAN UMUM 2.1 Industri Farmasi Industri farmasi adalah badan usaha yang memiliki izin dari Menteri Kesehatan untuk melakukan kegiatan pembuatan obat atau bahan obat. Industri farmasi yang melakukan kegiatan pembuatan obat disebut juga industri obat jadi, sedangkan industri yang menghasilkan bahan baku berupa bahan berkhasiat dan tidak berkhasiat untuk digunakan dalam proses pengolahan obat disebut dengan industri bahan obat. Obat jadi merupakan bahan atau paduan bahan, termasuk produk biologi yang digunakan untuk mempengaruhi atau menyelidiki sistem fisiologi atau keadaan patologi dalam rangka penetapan diagnosis, pencegahan, penyembuhan, pemulihan, peningkatan kesehatan dan kontrasepsi untuk manusia. Bahan baku obat adalah bahan berkhasiat dan tidak berkhasiat yang digunakan dalam pengolahan obat dengan standar dan mutu sebagai bahan baku farmasi (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2010). Industri obat jadi dan industri bahan obat bertanggung jawab atas kualitas, keamanan, dan khasiat obat yang diproduksinya. Hal ini terkait dengan hukum dan peraturan yang mengatur industri farmasi untuk melindungi konsumen melalui upaya pengadaan obat dengan kualitas, keamanan, dan khasiat yang sesuai dengan ketentuan standar yang berlaku. Industri farmasi dapat melakukan proses pembuatan obat dan/atau bahan obat dengan tahapan yang lengkap atau sebagian tahapan. Industri farmasi yang melakukan proses pembuatan obat dan/atau bahan obat untuk sebagian tahapan, harus berdasarkan penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2010). Industri farmasi wajib memenuhi ketentuan peraturan perundangundangan di bidang tata ruang dan lingkungan hidup, termasuk wajib memenuhi persyaratan Cara pembuatan Obat yang Baik (CPOB). Pemenuhan persyaratan CPOB dibuktikan dengan sertifikat CPOB. Sertifikat CPOB berlaku selama lima tahun sepanjang memenuhi persyaratan yang ditentukan (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2010). 3

13 Persyaratan Usaha Industri Farmasi Setiap industri farmasi wajib memiliki izin industri farmasi dari Direktur Jenderal. Industri Farmasi yang membuat obat dan/atau bahan obat yang termasuk dalam golongan narkotika wajib memperoleh izin khusus untuk memproduksi narkotika sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Persyaratan yang harus dipenuhi agar suatu industri farmasi memperoleh izin industri adalah sebagai berikut (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2010): a. Berbadan usaha berupa perseroan terbatas, b. Memiliki rencana investasi dan kegiatan pembuatan obat, c. Memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP), d. Memiliki secara tetap paling sedikit tiga orang apoteker warga negara Indonesia masing-masing sebagai penanggung jawab pemastian mutu, produksi, dan pengawasan mutu, e. Komisaris dan direksi tidak pernah terlibat, baik langsung atau tidak langsung dalam pelanggaran peraturan perundang-undangan di bidang kefarmasian. Perizinan Industri farmasi milik Tentara Nasional Indonesia dan Kepolisian Republik Indonesia tidak harus berupa perseroan terbatas dan tidak wajib melampirkan rencana investasi serta kegiatan pembuatan obat sebagai syarat perolehan izin industri farmasi (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2010). Izin industri farmasi dapat diperoleh dengan mengajukan persetujuan prinsip secara tertulis kepada Direktur Jenderal dengan tembusan kepada Kepala Badan dan kepala Dinas Kesehatan provinsi. Sebelum pengajuan permohonan persetujuan prinsip, pemohon wajib mengajukan permohonan persetujuan Rencana Induk Pembangunan (RIP) kepada Kepala Badan. Persetujuan Rencana Induk Pembangunan (RIP) diberikan oleh Kepala Badan paling lama dalam jangka waktu 14 hari kerja sejak permohonan diterima Pencabutan Izin Usaha Industri Farmasi Pencabutan Izin usaha industri farmasi dapat dilakukan dalam hal: a. Melakukan pemindah tanganan hak milik izin usaha industri farmasi dan perluasan tanpa izin.

14 5 b. Tidak menyampaikan informasi industri tiga kali berturut-turut atau dengan sengaja menyampaikan informasi yang tidak benar. c. Melakukan pemindahan lokasi industri tanpa persetujuan tertulis terlebih dahulu dari Menteri Kesehatan RI. d. Dengan sengaja memproduksi obat atau bahan baku obat yang tidak memenuhi persyaratan dan ketentuan yang berlaku (obat palsu). e. Tidak memenuhi ketentuan dalam izin usaha industri farmasi. 2.2 Cara Pembuatan Obat yang Baik (Badan Pengawasan Obat dan Makanan, 2006) Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB) adalah cara pembuatan obat yang bertujuan untuk memastikan agar mutu obat yang dihasilkan sesuai dengan persyaratan dan tujuan penggunaannya. CPOB mencakup seluruh aspek produksi dan pengawasan mutu. Ruang lingkup CPOB edisi 2006 meliputi manajemen mutu, personalia, bangunan dan fasilitas, peralatan, sanitasi dan higiene, produksi, pengawasan mutu, inspeksi diri dan audit mutu, penanganan keluhan terhadap produk, penarikan kembali produk dan produk kembalian, dokumentasi, pembuatan dan analisis berdasarkan kontrak, serta kualifikasi dan validasi Manajemen Mutu Industri farmasi wajib membuat obat sedemikian rupa sehingga sesuai dengan tujuan penggunaannya, memenuhi persyaratan yang tercantum dalam izin edar (registrasi), dan tidak menimbulkan risiko yang membahayakan konsumen karena tidak aman, memiliki mutu yang rendah, atau tidak efektif. Manajemen mutu bertanggung jawab untuk pencapaian tujuan tersebut melalui suatu Kebijakan Mutu. Proses pelaksanaan Kebijakan Mutu memerlukan partisipasi dan komitmen dari semua pihak di dalam perusahaan, para pemasok bahan baku, bahan tambahan, dan bahan kemas, serta para distributor. Untuk mencapai tujuan mutu secara konsisten dan dapat diandalkan, diperlukan manajemen mutu yang didesain secara menyeluruh dan diterapkan secara benar. Unsur dasar manajemen mutu adalah:

15 6 a. Suatu infrastruktur atau sistem mutu yang tepat mencakup struktur organisasi, prosedur, proses, dan sumber daya. b. Tindakan sistematis diperlukan untuk mendapatkan kepastian dengan tingkat kepercayaan yang tinggi, sehingga produk (atau jasa pelayanan) yang dihasilkan akan selalu memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan. Keseluruhan tindakan tersebut disebut pemastian mutu Personalia Sumber daya manusia sangat penting dalam pembentukkan dan penerapan sistem pemastian mutu yang memuaskan dan pembuatan obat yang benar. Oleh sebab itu, industri farmasi bertanggung jawab untuk menyediakan personil yang terkualifikasi dalam jumlah yang memadai untuk melaksanakan semua tugas. Industri farmasi wajib memiliki setidaknya 3 orang apoteker sebagai personil kunci. Personil kunci mencakup kepala bagian produksi, kepala bagian pengawasan mutu, dan kepala bagian manajemen mutu (pemastian mutu). Personil kunci tersebut hendaklah seorang apoteker yang terdaftar dan terkualifikasi, serta memiliki pengalaman praktis. Kepala bagian produksi, manajemen mutu, atau pengawasan mutu dipimpin oleh tiga orang yang berbeda serta tidak saling bertanggung jawab satu sama lain. Seluruh personil dalam suatu industri farmasi hendaklah memahami prinsip CPOB dan memperoleh pelatihan tentang CPOB, termasuk instruksi mengenai higiene yang berkaitan dengan pekerjaan. Pelatihan diberikan secara berkesinambungan dan dinilai secara berkala. Industri farmasi harus memiliki struktur organisasi. Struktur organisasi dibuat untuk mencegah tugas yang tumpang tindih dari masing-masing personil. Tugas spesifik dan kewenangan dari personil pada posisi penanggung jawab hendaklah dicantumkan dalam uraian tugas tertulis. Tugas mereka boleh didelegasikan kepada wakil yang ditunjuk serta mempunyai tingkat kualifikasi yang memadai Bangunan dan Fasilitas Bangunan dan fasilitas untuk pembuatan obat hendaklah memiliki desain, konstruksi, dan letak yang memadai, serta disesuaikan kondisinya dan dirawat

16 7 dengan baik untuk memudahkan pelaksanaan operasi yang benar. Tata letak dan desain ruangan harus dibuat sedemikian rupa untuk memperkecil risiko terjadinya kekeliruan, pencemaran silang dan kesalahan lain, serta memudahkan pembersihan, sanitasi, dan perawatan yang efektif untuk menghindari pencemaran silang, penumpukan debu atau kotoran dan dampak lain yang dapat menurunkan mutu obat. Letak bangunan hendaklah sedemikian rupa untuk menghindari pencemaran dari lingkungan sekelilingnya, seperti pencemaran dari udara, tanah, air, serta dari kegiatan industri lain yang berdekatan. Apabila letak bangunan tidak sesuai, hendaklah diambil tindakan pencegahan yang efektif terhadap pencemaran tersebut. Bangunan dan fasilitas hendaklah dirawat dengan cermat. Bangunan serta fasilitas dibersihkan dan perlu didisinfeksi sesuai prosedur tertulis yang rinci. Catatan pembersihan dan disinfeksi hendaklah disimpan. Seluruh bangunan dan fasilitas termasuk area produksi, laboratorium, area penyimpanan, koridor, dan lingkungan sekeliling bangunan hendaklah dirawat dalam kondisi bersih dan rapi. Kondisi bangunan hendaklah ditinjau secara teratur dan diperbaiki bila perlu. Perbaikan dan perawatan bangunan dan fasilitas hendaklah dilakukan hati-hati agar kegiatan tersebut tidak mempengaruhi mutu obat pasokan Peralatan Peralatan untuk pembuatan obat hendaklah memiliki desain dan konstruksi yang tepat, ukuran yang memadai serta ditempatkan dan dikualifikasi dengan tepat, agar mutu obat terjamin sesuai desain serta seragam dari bets ke bets dan untuk memudahkan pembersihan serta perawatan. Dalam bab peralatan dijelaskan mengenai ketentuan desain dan konstruksi, pemasangan dan penempatan peralatan serta perawatan. Peralatan hendaknya didesain dan dikonstruksikan sesuai dengan tujuannya. Peralatan yang bersentuhan dengan bahan awal, produk antara atau produk jadi tidak boleh menimbulkan reaksi, adisi, absorbsi yang dapat mempengaruhi identitas, mutu atau kemurnian. Peralatan ditempatkan sedemikian rupa untuk memperkecil kemungkinan terjadinya pencemaran silang antar bahan di area yang sama. Peralatan satu sama lain ditempatkan pada jarak yang cukup

17 8 untuk menghindari kesesakan serta memastikan tidak terjadi kekeliruan dan pencampuran produk. Peralatan dirawat sesuai jadwal untuk mencegah malfungsi atau pencemaran yang bisa mempengaruhi identitas, mutu atau kemurnian Sanitasi dan Higiene Tingkat sanitasi dan higiene yang tinggi hendaklah diterapkan pada setiap aspek pembuatan obat. Ruang lingkup sanitasi dan higiene meliputi personil, bangunan, peralatan dan perlengkapan, bahan produksi serta wadahnya, dan segala sesuatu yang dapat merupakan sumber pencemaran produk. Sumber pencemaran potensial dapat dihilangkan melalui suatu program sanitasi dan higiene yang menyeluruh dan terpadu. Sanitasi dan higiene diterapkan terhadap personalia, bangunan, dan peralatan. Prosedur sanitasi dan higiene divalidasi dan dievaluasi secara berkala agar efektif dan selalu memenuhi persyaratan Produksi Produksi dilaksanakan dengan mengikuti prosedur yang telah ditetapkan dan memenuhi ketentuan CPOB untuk menjamin produk yang dihasilkan memenuhi ketentuan izin pembuatan dan izin edar (registrasi). Produksi dilakukan dan diawasi oleh personil yang kompeten. Mutu suatu obat tidak hanya ditentukan oleh hasil analisis terhadap produk akhir tetapi ditentukan juga oleh mutu yang dibangun selama tahapan proses produksi sejak pemilihan bahan awal, penimbangan, proses produksi personalia, bangunan, peralatan kebersihan dan higiene sampai dengan pengemasan. Prosedur produksi dibuat oleh penanggung jawab produksi bersama dengan penanggung jawab pengawasan mutu yang dapat menjamin obat yang dihasilkan memenuhi spesifikasi yang telah ditentukan. Prosedur kerja standar hendaklah tertulis, mudah dipahami dan dipatuhi oleh karyawan produksi. Dokumentasi setiap tahapan dalam proses produksi dilakukan dengan cermat, tepat, dan ditangani oleh karyawan yang melaksanakan tugas.

18 Pengawasan Mutu Pengawasan mutu merupakan bagian yang penting dari Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB) untuk memberikan kepastian bahwa setiap produk diproduksi dengan mutu yang konsisten sesuai dengan tujuan pemakaiannya. Keterlibatan dan komitmen semua pihak yang berkepentingan pada setiap tahap produksi merupakan suatu keharusan untuk mencapai sasaran mutu mulai dari awal pembuatan sampai kepada distribusi produk jadi. Pengawasan mutu tidak terbatas pada kegiatan laboratorium, tetapi juga harus terlibat dalam semua keputusan yang terkait dengan mutu produk. Setiap industri farmasi harus mempunyai bagian pengawasan mutu. Bagian ini harus tidak berpihak pada bagian manapun dan berada di bawah tanggung jawab serta wewenang seseorang dengan kualifikasi dan pengalaman yang sesuai. Sarana yang memadai harus tersedia untuk memastikan bahwa segala kegiatan pengawasan mutu dilaksanakan dengan efektif dan dapat diandalkan. Pengawasan mutu hendaklah mencakup semua kegiatan analisis yang dilakukan di laboratorium, termasuk pengambilan sampel, pemeriksaan dan pengujian bahan awal, produk antara, produk ruahan dan produk jadi. Kegiatan yang dilakukan termasuk juga uji stabilitas, program pemantauan lingkungan pengujian yang dilakukan dalam rangka validasi, penanganan sampel pertinggal, menyusun dan memperbaharui spesifikasi bahan dan produk serta metode pengujiannya. Dokumentasi dan prosedur pelulusan yang diterapkan bagian pengawasan mutu harus menjamin pengujian yang diperlukan telah dilakukan sebelum bahan digunakan dalam produksi dan produk disetujui sebelum didistribusikan. Personil pengawasan mutu hendaklah memiliki akses ke area produksi untuk pengambilan sampel dan penyelidikan yang diperlukan Inspeksi Diri dan Audit Mutu Inspeksi diri dilakukan untuk mengevaluasi apakah semua aspek poduksi dan pengawasan mutu industri farmasi memenuhi ketentuan CPOB. Program inspeksi diri dirancang untuk mengetahui kelemahan dalam pelaksanaan CPOB dan menetapkan tindakan perbaikan yang diperlukan. Inspeksi diri dilakukan

19 10 secara independen dan rinci oleh petugas yang kompeten dari perusahaan atau dilakukan oleh auditor luar yang independen. Inspeksi diri dilakukan secara rutin dan pada situasi khusus, misalnya terjadi penarikan kembali obat jadi atau terjadi penolakan yang berulang. Prosedur dan catatan inspeksi diri didokumentasikan dan dibuat program tindak lanjut yang efektif. Aspek aspek inspeksi diri dibuat daftar periksa inspeksi diri yang menyajikan standar persyaratan minimal dan seragam. Daftar periksa inspeksi diri tersebut mengandung pertanyaan mengenai ketentuan CPOB yang meliputi personalia, bangunan termasuk fasilitas untuk personil, perawatan bangunan dan peralatan, penyimpanan bahan awal, bahan pengemas dan obat jadi, peralatan, pengolahan dan pengawasan selama proses, pengawasan mutu, dokumentasi, sanitasi dan higiene, program validasi dan revalidasi, kalibrasi alat atau sistem pengukuran, prosedur penarikan kembali obat jadi, penanganan keluhan, pengawasan label dan hasil inspeksi diri sebelumnya dan tindakan perbaikan. Inspeksi diri dapat dilakukan oleh tiap bagian sesuai kebutuhan industri atau secara menyeluruh dalam suatu industri. Inspeksi diri yang dilaksanakan secara menyeluruh hendaklah dilakukan minimal satu kali dalam setahun. Waktu dan frekuensi inspeksi diri ditulis dalam prosedur tetap inspeksi diri. Penyelenggaraan audit mutu berguna sebagai pelengkap inspeksi diri. Audit mutu meliputi pemeriksaan dan penilaian semua atau sebagian dari sistem manajemen mutu dengan tujuan spesifik untuk meningkatkan mutu. Audit mutu umumnya dilaksanakan oleh spesialis dari luar atau independen atau tim yang dibentuk khusus untuk hal ini oleh manajemen perusahaan. Audit mutu juga dapat diperluas terhadap pemasok dan penerima kontrak Penanganan Keluhan Terhadap Produk, Penarikan Kembali Produk dan Produk Kembalian Semua keluhan dan informasi lain yang berkaitan dengan kemungkinan terjadi kerusakan obat sebaiknya dikaji dengan teliti sesuai dengan prosedur tertulis. Untuk menangani semua kasus yang mendesak, hendaklah disusun suatu sistem, bila perlu mencakup penarikan kembali produk yang diketahui atau diduga cacat dari peredaran secara cepat dan efektif. Penarikan kembali produk adalah

20 11 suatu proses penarikan kembali dari satu atau beberapa bets atau seluruh bets produk tertentu dari peredaran dilakukan. Penarikan kembali produk dilakukan apabila ditemukan produk yang cacat mutu atau bila ada laporan mengenai reaksi yang merugikan yang serius serta beresiko terhadap kesehatan. Penarikan kembali produk dari peredaran dan dapat mengakibatkan penundaan atau penghentian pembuatan obat tersebut. Produk kembalian adalah obat jadi yang telah beredar, yang kemudian dikembalikan ke industri farmasi karena keluhan mengenai kerusakan, daluarsa, atau alasan lain misalnya kondisi wadah atau kemasan yang menimbulkan keraguan akan identitas, mutu, jumlah dan keamanan obat yang bersangkutan. Keluhan terhadap obat mencakup keluhan terhadap mutu (keadaan fisik, kimia dan biologi), reaksi yang merugikan atau masalah efek terapetik. Semua keluhan dan laporan keluhan hendaklah diteliti dan dievaluasi dengan cermat, kemudian diambil tindak lanjut yang sesuai dan dibuatkan laporan. Tindakan penarikan kembali dilakukan segera setelah diketahui ada produk yang cacat mutu atau diterima laporan mengenai reaksi yang merugikan. Produk kembalian adalah obat jadi yang telah beredar, yang kemudian dikembalikan ke pabrik karena adanya keluhan, kerusakan, kadaluwarsa, masalah keabsahan, atau penyebab lain mengenai kondisi obat, wadah atau kemasan sehingga menimbulkan keraguan akan keamanan, identitas, mutu dan jumlah obat yang bersangkutan. Industri farmasi sebaiknya membuat prosedur untuk menahan, menyelidiki dan menganalisis obat yang dikembalikan serta menetapkan obat tersebut dapat diproses kembali atau harus dimusnahkan Dokumentasi Dokumentasi merupakan bagian dari sistem informasi manajemen dan dokumentasi yang baik merupakan bagian yang esensial dari pemastian mutu. Dokumentasi yang jelas merupakan suatu hal yang penting untuk memastikan bahwa tiap personil penerima uraian tugas yang relevan secara jelas dan rinci sehingga memperkecil risiko terjadi salah tafsir dan kekeliruan yang biasanya timbul karena hanya mengandalkan komunikasi lisan. Spesifikasi, dokumen

21 12 produksi induk/formula pembuatan, prosedur, metode dan instruksi, laporan dan catatan harus terbebas dari kekeliruan dan tersedia secara tertulis Pembuatan dan Analisis Berdasarkan Kontrak Pembuatan dan analisis berdasarkan kontrak harus dibuat secara benar, disetujui dan dikendalikan untuk menghindari kesalahpahaman yang dapat menyebabkan produk atau pekerjaan dengan mutu yang tidak memuaskan. Kontrak tertulis antara pemberi kontrak dan penerima kontrak harus dibuat secara jelas menentukan tanggung jawab dan kewajiban masing-masing pihak. Kontrak harus menyatakan secara jelas prosedur pelulusan setiap bets produk untuk diedarkan yang menjadi tanggung jawab penuh kepala bagian manajemen mutu (pemastian mutu). Pada bab ini meliputi tanggung jawab industri farmasi terhadap Otoritas Pengawasan Obat (OPO) dalam hal pemberian izin edar dan pembuatan obat Kualifikasi dan Validasi CPOB mensyaratkan industri farmasi untuk mengidentifikasi validasi yang diperlukan sebagai bukti pengendalian terhadap aspek kritis dari kegiatan yang dilakukan. Perubahan signifikan terhadap fasilitas, peralatan dan proses yang dapat mempengaruhi mutu produk sebaiknya divalidasi. Pendekatan dengan kajian risiko hendaklah digunakan untuk menentukan ruang lingkup dan cakupan validasi. Seluruh kegiatan validasi hendaklah direncanakan. Unsur utama program validasi dirinci dengan jelas dan didokumentasikan di dalam Rencana Induk Validasi (RIV) atau dokumen setara. RIV merupakan dokumen yang singkat, tepat dan jelas. RIV mencakup sekurang-kurangnya kebijakan validasi, struktur organisasi kegiatan validasi, ringkasan fasilitas, sistem, peralatan dan proses yang akan divalidasi, format dokumen, format protokol dan laporan validasi, perencanaan dan jadwal pelaksanaan, pengendalian perubahan, dan acuan dokumen yang digunakan.

22 BAB III TINJAUAN KHUSUS 3.1 Sejarah PT. Indofarma (Persero) Tbk. PT. Indofarma (Persero) Tbk. merupakan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang berada di bawah Departemen Kesehatan, berdiri pada tahun 1918 berupa unit produksi kecil dari Rumah Sakit Pusat Pemerintah Belanda dengan kegiatan pembuatan salep dan pemotongan kain kasa pembalut yang dilakukan di Centrale Burgelijke Zienkeninrichring (CBZ), yang sekarang dikenal dengan Rumah Sakit Dr. Cipto Mangunkusumo di Jakarta. Pada tahun 1931, pabrik berkembang dengan bertambahnya jenis produksi, yaitu obat suntik dan tablet. Sejalan dengan itu pada tahun 1935 lokasi pabrik dipindahkan ke Jalan Tambak No. 2 Manggarai, Jakarta sehingga dikenal dengan sebutan Pabrik Obat Manggarai. Semenjak berakhirnya penjajahan Belanda dan masuknya Jepang ke Indonesia, pada tahun 1942 pabrik obat Manggarai diambil alih dan dikelola oleh perusahaan farmasi Jepang (dibawah manajemen Takeda). Selama masa tersebut kegiatan produksi tidak banyak mengalami perkembangan. Pada saat penyerahan kedaulatan dari pemerintah Jepang kepada pemerintah Republik Indonesia pada tahun 1950, pabrik obat Manggarai diambil alih oleh pemerintah Indonesia yaitu Departemen Kesehatan melalui Direktorat Jenderal Farmasi. Pada tahun , pabrik tersebut berada di bawah naungan Badan Perlengkapan Kesehatan (Baperkes), disamping dua badan lain, yaitu Depo Farmasi Pusat dan Lembaga Farmakoterapi, pada perkembangan selanjutnya disebut Lembaga Farmasi Nasional kemudian menjadi Pusat Pemeriksaan Obat dan Makanan (PPOM). Pada tanggal 14 Februari 1967, melalui Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.008/III/AM/67, nama Pabrik Obat Manggarai diubah menjadi Pusat Produksi Farmasi Departemen Kesehatan dan ditetapkan sebagai Unit Operatif setingkat Direktorat Jenderal Farmasi. Tugas pokok dari pabrik ini adalah memproduksi obat obatan berdasarkan pesanan dari Departemen Kesehatan RI. Pada tahun pabrik direnovasi dan tahun 1975 dikeluarkan Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia 13

23 14 No.125/IV/KAB/BU/75 tentang struktur organisasi Departemen Kesehatan yang merupakan pelaksanaan lebih lanjut dari Keputusan Presiden Republik Indonesia No. 44 dan 45 tahun Namun pabrik farmasi Departemen Kesehatan ini tidak tercakup dalam keputusan tersebut sehingga statusnya tidak jelas. Hal ini berlangsung hingga tahun Dengan adanya kebijaksanaan pemerintah tanggal 15 November 1978 dalam hal ekonomi dan keuangan, harga obat mendadak melambung tinggi sehingga persediaan obat terutama di puskesmas mengalami kekosongan karena sulit mendapatkan obat. Peristiwa ini menyadarkan pemerintah untuk menyediakan peralatan dan sarana yang dibutuhkan agar dapat mengendalikan mekanisme pengadaan obat dalam jumlah yang cukup serta memenuhi persyaratan mutu, keamanan dan distribusi yang merata serta harga terjangkau sesuai kemampuan dan daya beli masyarakat. Maka pabrik farmasi ini diaktifkan kembali sesuai dengan fungsinya, berdasarkan SK Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.418/MenKes/SK/XII/78 tanggal 6 Desember Pada tahun 1979, pabrik ini ditetapkan sebagai Pusat Produksi Farmasi Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Dalam keputusan tersebut disebutkan pula bahwa Pusat Produksi Farmasi bertugas membantu usaha pemerintah dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat di bidang kesehatan, yaitu memproduksi obat-obat untuk rumah sakit pemerintah dan pusat kesehatan masyarakat. Obatobatan yang dimaksud bersifat esensial, artinya bahwa obat tersebut banyak dibutuhkan oleh masyarakat. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut, maka diputuskan untuk didirikannya sebuah pabrik yang sekaligus untuk memperluas pelayanan Pusat Produksi Farmasi Departemen Kesehatan. Pada tahun 1980 mulai dilakukan studi kelayakan untuk pembangunan pabrik ini. Pada tanggal 11 Juli 1981, berdasarkan PP No.20 tahun 1981, Pusat Produksi Farmasi diubah menjadi Perusahaan Umum dengan nama Indonesia Farma (Perum Indofarma) yang direalisasikan pada tanggal 1 April 1988 dengan mulai dibangunnya pabrik baru yang modern seluas 20 hektar sesuai dengan konsep dan persyaratan CPOB yang berlokasi di desa Gandasari, Cibitung, Bekasi dengan bantuan alat dan teknologi dari Italia.

24 15 Mulai pertengahan tahun 1991, hampir seluruh kegiatan produksi telah menempati lokasi di Cibitung, kecuali sediaan steril. Tanggal 31 Januari 1995 fasilitas produksi steril diresmikan oleh Menteri Kesehatan Republik Indonesia dengan dana pembangunan seluruhnya ditanggung oleh Perum Indofarma. Pada tanggal 2 Januari 1996 Perum Indonesia Farma diubah menjadi Perseroan Terbatas Indofarma (PT. Indofarma (Persero)) melalui PP No.34 tanggal 20 September Perubahan status ini bertujuan untuk mengantisipasi perubahan dan meningkatkan daya saing. Pada tahun dilakukan renovasi pada bagian Litbang. Tahun 1999 dibangun Extraction Plant dan selesai awal tahun 2000, serta pendirian anak perusahaan PT. Indofarma Global Medika (PT. IGM) sebagai distributor dan pemasaran produk farmasi termasuk alat kesehatan dengan 30 cabang di seluruh Indonesia. Tahun 2000 dibangun pabrik makanan bayi di Lippo Cikarang Industrial Estate Jawa Barat. Mulai tanggal 17 April 2001, PT. Indofarma melakukan penawaran saham perdana kepada masyarakat dan mendaftarkan seluruh saham perseroan di Bursa Efek Jakarta (sekarang Bursa Efek Indonesia) dengan kode saham INAF serta resmi menjadi sebuah perusahaan terbuka dengan nama PT. Indofarma (Persero) Tbk. Dalam rangka meningkatkan fasilitas produksi guna memenuhi ketentuan standar Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB) terkini, PT. Indofarma (Persero) Tbk. sejak tahun 2008 mulai melaksanakan renovasi fasilitas produksi di Cibitung. Pada tahun 2009, telah masuk pada tahap penyelesaian. Dampak positif renovasi adalah peningkatan kapabilitas untuk menciptakan kondisi yang ideal guna terjaminnya kualitas dan stabilitas produk yang baik. 3.2 Visi dan Misi PT. Indofarma (Persero) Tbk. (Probowinanto, 2011) PT. Indofarma (Persero) Tbk. dalam menjalankan produksinya mempunyai visi dan misi yang harus dicapai. Visi tersebut adalah menjadi perusahaan yang berperan secara signifikan pada perbaikan kualitas hidup masyarakat dengan menyediakan solusi terhadap masalah kesehatan dan kesejahteraan masyarakat.

25 16 Sedangkan Misi Indofarma adalah: 1. Menyediakan produk dan layanan berkualitas dengan harga terjangkau untuk masyarakat. 2. Melakukan penelitian dan pengembangan produk yang inovatif dengan prioritas untuk mengobati penyakit dengan tingkat prevalensi tinggi. 3. Mengembangkan kompetensi Sumber Daya Manusia sehingga memiliki kepedulian, profesionalisme dan kewirausahaan yang tinggi. 3.3 Nilai Inti PT. Indofarma (Persero) Tbk. (Probowinanto, 2011) PT. Indofarma (Persero) Tbk. mempunyai nilai-nilai inti yang harus dijalankan oleh setiap stafnya. Nilai-nilai inti tersebut adalah : 1. Profesional: menjunjung tinggi integritas, komitmen seluruh insan Indofarma, dan kepurnaan. 2. Kewirausahaan: berpandangan visioner, inovasi untuk pertumbuhan, dan fokus pada pelanggan. 3. Kepedulian: menghargai sikap dan pandangan orang lain, kerjasama tim, serta kesetaraan atas kesempatan & penghargaan. 3.4 Logo PT. Indofarma (Persero) Tbk. (Probowinanto, 2010) Perusahaan memiliki logo INF yang melambangkan kependekan nama perusahaan. Logo tanpa bingkai menggambarkan pengabdian perseroan dibidang kesehatan masyarakat. Warna biru melambangkan sifat pengabdian perseroan yang tidak terbatas. Keluasan pengabdian diperluas dengan gradasi warna yang memiliki dimensi yang luas. Upaya pelayanan perseroan pada masyarakat tersirat pada ritme dari garis luas dan lengkung. Kesatuan garisnya memberikan kesan melindungi dan saling mendukung, artinya perseroan siap melindungi masyarakat dari penyakit dan mendukung masyarakat untuk mewujudkan kesehatan. Posisi miring melambangkan dinamika perseroan yaitu tidak terpaku pada konvensikonvensi yang sudah ada, mengikuti perkembangan zaman dan inovatif tetapi mengikuti gerak laju teknologi.

26 17 Gambar 3.1 Logo PT. Indofarma (Persero) Tbk. 3.5 Kebijakan Mutu PT. Indofarma (Persero) Tbk. Kebijakan mutu yang ditetapkan oleh perusahaan, yaitu : 1. Mutu di jadikan prioritas pertama demi kepuasan pelanggan eksternal dan internal. 2. Mutu mencakup seluruh kegiatan perusahaan, mulai dari penelitian dan pengembangan, produksi sampai pemasaran. 3. Mutu dibangun dalam Sistem Manajemen Mutu (Total Quality Management/TQM) terpadu oleh semua pihak melalui perencanaan, pelaksanaan, dan pengendalian yang efektif dan efisien. 4. Mutu terutama ditentukan oleh faktor manusia, oleh karena itu pendidikan dan pelatihan bagi karyawan terus dikembangkan sesuai kebutuhan dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. 5. Mutu selalu dijaga dan ditingkatkan sesuai kebutuhan pelanggan dengan memperhatikan kemampuan daya saing melalui proses yang menekan biaya mutu. 3.6 Lokasi dan Bangunan PT. Indofarma (Persero) Tbk. Seluruh fasilitas produksi farmasi dan obat herbal dirancang sesuai konsep CPOB dan dibangun diatas tanah seluas ± 20 hektar di Cibitung, Bekasi, Jawa Barat, dimana 3,2 hektar digunakan sebagai sarana pendukung produksi. Pabrik dan kantor pusat PT. Indofarma (Persero) Tbk. terletak di Jalan Indofarma No. 1, Cibitung-Bekasi, dengan luas tanah m 2 dan luas bangunan m 2 yang terdiri dari: kantor pusat 200 m 2, pusat pelatihan 750 m 2, kantin 300 m 2, koperasi 60 m 2, poliklinik dan apotek 196 m 2, masjid 441 m 2, laboratorium m 2, unit produksi utama m 2, unit produksi β laktam

27 m 2, unit produksi parenteral m 2, unit produsi obat tradisional dan gudang m 2, bangunan utilities 898 m 2, gudang bahan kimia 216 m 2, instalasi pengolahan limbah cair 204 m 2, instalasi limbah padat 44 m 2, menara air 100 m 2, cylinder gas chamber 66 m 2, rumah jaga 128 m 2, lapangan m 2, unit penelitian dan pengembangan 700 m 2. Sistem tata ruang produksi non steril dibagi dua, yaitu kelas empat dan kelas tiga. Kelas empat meliputi gudang, koridor yang menghubungkan gudang produk jadi dan daerah pengemasan sekunder. Daerah ini ditandai dengan lantai yang dicat epoksi agar kotoran tidak mudah melekat dan dinding mudah dibersihkan. Kelas tiga merupakan daerah yang terkait langsung dengan proses produksi, misalnya daerah proses pengolahan, pengemasan primer, hingga koridor yang berhubungan. 3.7 Produk PT. Indofarma (Persero) Tbk. (Probowinanto, 2011) Produk yang dihasilkan oleh PT. Indofarma (Persero) Tbk., antara lain sebagai berikut : 1. Produk Ethical (OGB, Lisensi, Nama Dagang) PT. Indofarma (Persero) Tbk., memproduksi obat generic ethical sebagai produk utama di samping memproduksi obat dengan nama dagang dan lisensi. Saat ini PT. Indofarma (Persero) Tbk., mulai memperluas target pasar dengan memproduksi obat branded generic atau obat generik dengan nama dagang dengan harga terjangkau, yang merupakan program pemerintah untuk penyediaan obat bagi masyarakat. 2. OTC dan Herbal Medicines Dalam rangka mengembangkan sumber daya alam di Indonesia PT. Indofarma (Persero) Tbk., telah mengembangkan Obat Asli Indonesia (OAI) seperti Prolipid, Pro Uric, Probagin, dan lainnya. Selain itu, diproduksi pula makanan kesehatan (food suplement ) seperti Biovision, Bioprost, dan lainlain. Obat OTC yang diproduksi antara lain OBH Plus. 3. Alat Kesehatan Selain memproduksi obat, PT. Indofarma (Persero) Tbk. juga bekerjasama dengan perusahaan luar negeri untuk memasarkan dan mendistribusikan

28 19 alat-alat kesehatan cateter, urin bag, blood bag, disposibble syringe dan lain-lain. 3.8 Struktur Organisasi PT. Indofarma (Persero) Tbk. dipimpin oleh seorang Direktur Utama yang dibantu oleh empat orang staf direksi, yaitu Direktur Produksi, Direktur Keuangan dan SDM, Direktur Riset dan Pemasaran, dan Direktur Operasi dan Pengembangan. Masing-masing direktur membawahi bidang dan tiap bidang membawahi beberapa seksi. Selain itu, ada beberapa bagian yang bertanggung jawab langsung kepada Direktur Utama (non direktorat), yaitu Corporate Secretary and GCG, Risk Management and Compliance, Satuan Pengawasan Internal (SPI), Teknologi Informasi dan Data, Supply Chain Management (SCM), dan Quality Assurance. Struktur organisasi selengkapnya dapat dilihat di Lampiran Direktorat Produksi Direktorat Produksi di PT. Indofarma Tbk dipimpin oleh seorang Direktur Produksi dan membawahi 7 bidang yang dipimpin oleh seorang Manager. Bidangbidang tersebut yaitu Bidang Produksi I, Produksi II, Teknik dan Pemeliharaan, Perencanaan Produksi dan Pengendalian Persediaan (PPPP/PPIC), Penelitian dan Pengembangan, Pengawasan mutu, dan Logistik bahan awal Bidang Produksi I (Bidang Produksi I, 2011). Bidang Produksi I dipimpin oleh seorang manajer yang membawahi empat seksi, yaitu seksi Solid I bertanggung jawab dalam pembuatan massa tablet dan pembuatan massa kapsul, seksi Solid II bertanggung jawab dalam pencetakan tablet, filling kapsul, coating tablet, seksi Pengemasan bertanggung jawab dalam pengemasan, dan seksi Herbal yang bertanggung jawab dalam ekstraksi dan pengolahan bahan herbal. Proses produksi tablet bidang Produksi I dilakukan dengan metode vertical closed system, yaitu sistem vertikal tertutup dimana proses produksi dilakukan dengan memanfaatkan gaya gravitasi. Metode ini dilaksanakan diproduksi I karena bentuk bangunan memungkinkan metode tersebut dilakukan (3 lantai) dan

29 20 produksinya besar sehingga efisiensi tenaga tercapai. Keuntungan sistem ini adalah dapat meminimalkan terjadinya kontaminasi silang, produksi dapat dilakukan dalam jumlah yang besar dalam satu bets, efisiensi dari segi waktu, tenaga, tempat maupun energi. Bidang Produksi I akan melaksanakan kegiatan berdasarkan Perintah Pengolahan (PP) yang dikeluarkan oleh bidang Perencanaan Produksi Dan Pengendalian Persediaan (PPPP) yang disertai dengan Catatan Produksi Bets (CPB). CPB merupakan dokumen yang berisi semua prosedur dan persyaratan yang harus dipenuhi selama proses produksi dan segala sesuatu yang menyimpang yang teramati dicatat pada dokumen tersebut. PP disetujui oleh Manajer Produksi setelah dilakukan pengecekan antara PP dengan Rencana Produksi Bulanan (RPB) dan Rencana Produksi Mingguan (RPM). PP yang telah disetujui oleh Manajer Produksi I akan digunakan sebagai Bon Permintaan Bahan Awal (BPBA) kepada bidang Logistik Bahan Awal (LBA). Di gudang, bahan yang diminta, disiapkan dan diserahkan ke bidang Produksi I setelah dilakukan penimbangan oleh petugas dispensing disaksikan oleh petugas IPC. Bahan dari gudang yang telah diserahkan dari LBA ke seksi Solid I akan diproses sampai menjadi produk antara. Seksi Solid II akan mengolah produk antara menjadi produk ruah. Setelah produk ruah dinyatakan memenuhi syarat oleh bidang Quality Control (QC) dengan dikeluarkannya Laporan Analisa Memenuhi Syarat (LA MS), ke bagian seksi Solid II akan membuat Bukti Penyerahan Produk Ruahan (BPPR) kepada seksi Pengemasan dan PPPP akan mengeluarkan Perintah Kemas (PK). Bagian pengemasan akan membuat bon permintaan bahan pengemas ke bagian LBA sesuai dengan kebutuhan pengemasan. Sebelum proses pengemasan dimulai, dilakukan persiapan bahan pengemas yaitu coding, nomor batch, tanggal kadaluarsa dan Harga Eceran Tertinggi (HET) di kemasan sekunder. Setelah proses pengemasan selesai baru kemudian diperoleh produk jadi. Proses pengemasan yang dilakukan bidang Produksi I meliputi stripping, blistering, dan bottling. Produk jadi dalam kemasan sekunder akan dikemas ke dalam karton yang telah disablon sesuai isinya, dikemas dalam karton, kemudian dikarantina, lalu dilakukan inspeksi akhir (diambil contoh pertinggal/retained sample untuk tiap batch sebagai bahan penelusuran apabila ada keluhan di

30 21 kemudian hari) oleh bidang QC, baru kemudian diserahkan ke bidang Logistik Produk Jadi dengan membuat Bukti Penyerahan Produk Jadi (BPPJ). Produk jadi yang memenuhi syarat akan didistribusikan. Setiap penyimpangan pada proses produksi akan dicatat dalam catatan penyimpangan produksi Seksi Solid I Seksi solid I melakukan penyediaan massa meliputi persiapan, pengolahan, penyiapan bahan awal, dan pembuatan massa. Bahan yang telah ditimbang dibawa ke lantai tiga bersama CPB (Catatan Produksi Bets) kemudian dilakukan penimbangan ulang untuk memastikan bahwa bahan ditimbang dengan jumlah yang benar. Bahan baku obat dan bahan penolong dengan jumlah yang sangat besar dimasukkan ke dalam bin sebagai penampung. Bahan dalam bin dibawa dengan forklift dan siap dibuat massa melalui proses pencampuran (mixing) yang dilakukan dengan menggunakan mesin Azo thumbler di lantai III atau mixer Diosna di lantai II. Campuran yang telah homogen diperiksa oleh petugas IPC. Wadah campuran diberi label karantina saat dilakukan pemeriksaan sampai dikatakan memenuhi syarat. Proses pembuatan massa dapat dilihat pada Lampiran 3. Metode pembuatan tablet yang digunakan pada Bidang produksi I adalah metode cetak langsung (direct compression) dan metode granulasi basah (wet granulation). Metode cetak langsung dilakukan dengan menempatkan bahanbahan ke dalam bin atau langsung dialirkan ke mesin cetak di lantai 2 melalui loading station yang berada di lantai 3. Loading station terbuat dari pipa stainless steel yang dilengkapi kain tunnel sebagai penghubung antara loading station dengan mixer. Metode granulasi basah dilakukan dengan mencampurkan bahan awal dengan bahan pengikat dan dibuat granul sesuai dengan ukuran yang dikehendaki. Proses ini dilakukan dengan menggunakan mixer Batagion atau mixer Stokes dan granulator. Granul basah ditampung dalam bin di lantai 1 dan dikeringkan dengan menggunakan fluid bed dryer. Granul kering diayak dengan granulator yang memiliki mesh tertentu. Hasil ayakan ditampung dalam bin dan dilakukan pemeriksaan kadar air oleh bagian IPC. Granulat dibawa ke lantai 2 untuk ditimbang ulang kemudian ditambah bahan tambahan lainnya. Proses

31 22 pencampuran akhir menggunakan mixer Diosna dan dilakukan pemeriksaan homogenitas oleh bagian IPC. Bin yang berisi campuran bahan/massa tablet dibawa ke lantai 3 dan ditempatkan pada loading station, dialirkan melalui pipa stainless steel yang dilengkapi kain tunnel menuju hopper mesin cetak lantai 2 dan selanjutnya siap dicetak. Produksi kapsul dilakukan dalam ruangan dengan kelembaban udara 50-60% karena cangkang kapsul mudah dipengaruhi oleh kelembaban. Proses yang dilakukan sama dengan proses pembuatan tablet dengan cara cetak langsung Seksi Solid II Seksi Solid II berada di lantai 2 gedung produksi I. Seksi Solid II bertugas melakukan pencetakan massa tablet, pengisian kapsul dan coating tablet dari seksi pembuatan massa yang telah dinyatakan lolos uji, sampai menjadi produk ruahan yang lolos uji dan siap dikemas. Tahap-tahap yang dilakukan oleh seksi pencetakan adalah persiapan mesin, pengoperasian mesin (pencetakan tablet), penimbangan produk ruahan, pemberian label nama produk, nomor bets, jumlah dan tanggal pencetakan, karantina produk ruah menunggu pemeriksaan dari bidang pemastian mutu, dan mencatat semua kegiatan yang dilakukan dalam Catatan Pengolahan Bets dilakukan untuk semua tahapan proses produksi. Pemeriksaan kualitas produk antara dan produk ruahan oleh operator dilakukan selama proses berlangsung oleh petugas IPC agar produk yang dihasilkan senantiasa memenuhi persyaratan mutu yang ditetapkan. Produk ruahan yang sudah lolos uji diserahkan kepada seksi pengemasan dari seksi Solid II untuk dikemas menjadi produk jadi. Proses Pencetakan/Pengisian dan Penyalutan dapat dilihat pada Lampiran Seksi Pengemasan Pengemasan berkaitan dengan stabilitas obat yang berfungsi melindungi obat terhadap kelembaban, iklim, dan benturan. Selain itu kemasan juga mempengaruhi daya tarik produk terhadap konsumen. Pengemasan merupakan tahap akhir produksi sebelum dipasarkan, sehingga suatu produk harus memenuhi syarat-syarat pengemasan yang baik, yaitu dapat melindungi produk yang dikemas, bersifat inert, spesifik bahan pengemasnya, harus aman, tidak mudah

32 23 dibuka oleh anak-anak, dan menarik terutama untuk kemasan obat bebas. Kemasan obat dapat berubah seiring dengan kebutuhan, misalnya untuk memberikan proteksi obat yang lebih baik, untuk membentuk image baru, menonjolkan produk tersebut dari produk lainnya, sebagai bagian dari promosi, dan sebagai sumber informasi. Jika ditinjau dari waktu dikeluarkannya PP dan PK, dikenal dua proses yaitu in line process dan non in line process. In line process yaitu proses dimana hasil produksi langsung dikemas dalam wadah pengemasnya, PP dan PK dikeluarkan bersamaan. Jadi mulai dari bahan awal sampai menjadi produk dalam kemasan akhir, proses tidak terputus. Proses ini diterapkan dalam sirup cair, sirup kering, salep dan oralit. Sedangkan pada proses Produksi I non in line process dimana PP dan PK tidak dikeluarkan bersamaan. Setelah PP dikeluarkan, dilakukan penyiapan bahan awal sampai menjadi produk yang siap dikemas. Produk ini dikarantina menunggu released dari QC. Proses ini diterapkan dalam pembuatan kapsul, tablet, dan produk steril. PK oleh bidang Pengemasan digunakan sebagai bon permintaan bahan pengemas yang diajukan ke bagian LBA. Bahan pengemas dari gudang bila berupa karton akan dilakukan penyablonan yang berisi nama produk, nomor batch, expired date, sedangkan untuk etiket dan kotak akan dilakukan coding (pemberian kode) meliputi nomor batch, expired date dan HET. Produk ruah yang akan dikemas dan bahan kemas yang dikirim dari gudang semuanya sudah diluluskan oleh bidang pengawasan mutu / Quality Control (QC). Proses pengemasan dapat berupa pengisian ke botol, stripping, blistering dan sachet. Jenis bahan pengemas yang digunakan disesuaikan dengan sifat produk ruah dan permintaan pasar. Sebelum dilakukan proses pengemasan, jalur pengemasan harus telah dibersihkan (line clearance) untuk mencegah terjadinya mixed-up dan selama proses pengemasan dilakukan In Process Control, misalnya uji kebocoran strip, blister, dan sachet sebanyak empat lempeng strip atau blister tiap 15 menit. Dokumentasi untuk seksi Pengemasan meliputi Catatan Pengolahan Bets, papan penandaan, catatan sanitasi, catatan produksi harian yang terdiri dari kontrol harian mesin, pengepakan dan laporan bulanan. Proses pengemasan dapat dilihat pada Lampiran 5.

33 Seksi Herbal PT. Indofarma (Persero) Tbk mendirikan Extraction Center yang khusus memproduksi obat tradisional (Jamu). Seksi Herbal memproduksi obat-obat tradisional yang bahan bakunya dapat berasal dari dalam negeri maupun dari luar negeri. Obat tradisional yang bahan bakunya berasal dari dalam negeri nama produk berawal Pro, misalnya Prolipid, Probagin dan Prouric. Obat tradisional yang bahan baku yang diimpor nama produknya berawalan Bio, misalnya Biovision, Bioginko dan lain-lain. Kegiatan produksi di seksi Herbal meliputi sortasi, pencucian simplisia, ekstraksi, formulasi dan pengemasan. Bahan baku (simplisia) dipenuhi dengan cara membeli langsung dari supplier, melalui petani binaan atau bekerja sama dengan institusi lain. Bahan baku tersebut harus memenuhi spesifikasi yang ditetapkan oleh PT. Indofarma (Persero) Tbk seperti kadar air (lebih kecil dari 10%), kadar sari larut dalam air dan kadar sari larut dalam alkohol (tergantung simplisia) mengacu kepada buku resmi yang ditetapkan yaitu Materia Medika Indonesia. Sistem produksi herbal di PT. Indofarma (Persero) Tbk sesuai dengan CPOTB (Cara Pembuatan Obat Tradisional yang Baik). Produksi herbal di PT. Indofarma (Persero) Tbk berupa horizontal close system dengan menggunakan metode ekstraksi berupa maserasi, perkolasi dan gabungan keduanya. Pengeringan ekstrak menggunakan tiga metode yaitu spray dryer, dehumidifier dan vaccum dryer. Proses pengolahan ekstrak dimulai dari perajangan kemudian ekstraksi (penyarian), pengentalan, pengeringan kering yang kemudian menghasilkan ekstrak kering. Bahan pendukung produksi terdiri dari pelarut seperti etanol dan air yang digunakan untuk ektraksi, bahan penolong (aerosil, amilum maydis kering, magnesium stearat, sodium starch glycolate dan microcrystallin cellulosa), dan bahan pengemas (botol plastik, kapas steril, etiket, silika gel, aluminium foil, karton dan pita perekat). Sarana dan fasilitas yang digunakan bagian herbal meliputi sumber energi, air dan instalasi penanganan limbah. Proses pengolahan

34 25 produk herbal sediaan solid dapat dilihat pada Lampiran 6 dan sediaan cair dapat dilihat pada Lampiran Bidang Produksi II Bidang Produksi II dipimpin oleh seorang manajer. Bidang ini membawahi tiga seksi, yaitu Seksi Salep Sirup Serbuk, Seksi β-laktam dan Seksi Produksi Steril. Bidang Produksi II bertugas memastikan ketersediaan produk tablet, kapsul dan sirup kering β-laktam, salep, sirup, serbuk, dan produk steril sesuai target dengan cara merencanakan, mengkoordinasi, dan mengendalikan aktivitas pengolahan, pengemasan dan kegiatan terkait. Pelaksanaan proses produksi pada Bidang Produksi II menggunakan vertical closed system dan horizontal closed system untuk menghindari kontak dengan lingkungan. Vertical closed system diterapkan untuk produksi oralit, sedangkan horizontal closed system diterapkan untuk produksi sediaan β-laktam, salep dan sirup dimana penyiapan bahan awal sampai produk akhir diproses dalam lantai yang sama, karena sediaan yang diproduksi dalam jumlah yang relatif kecil Seksi Sediaan Salep, Sirup dan Serbuk Seksi Sediaan Salep, Sirup dan Serbuk memproduksi sediaan sirup cair, suspensi, salep kulit, krim, serbuk dan reagen untuk tes garam beriodium. Proses produksi sediaan salep kulit adalah sebagai berikut: 1. Penimbangan bahan awal yang telah lolos uji 2. Pelelehan basis di dalam vessel (tanpa pengaduk) 3. Basis dipindahkan ke dalam vessel yang dilengkapi pengaduk melalui pompa dengan filter, kemudian dilakukan pengeringan basis. Massa basis selanjutnya didinginkan dan dilakukan pemeriksaan kadar air oleh bagian IPC. 4. Bahan aktif, penolong dan pengawet ditambahkan ke dalam massa basis sambil diaduk. 5. Massa salep dihomogenkan dengan menggunakan homogenizer dan kemudian divakumkan untuk mengusir udara yang terperangkap. 6. Massa salep yang telah lolos uji dipindahkan ke dalam penampung stainless steel, lalu dimasukkan ke dalam tube-tube alumunium

35 26 menggunakan filling machine. Selama proses pengisian dilakukan kontrol keseragaman bobot dengan penimbangan 20 tube setiap 15 menit dan dibuat peta kendalinya. Petugas IPC akan melakukan sampling untuk diuji. Sirup yang diproduksi oleh Bidang Produksi II ada dua macam, yaitu sirup cair dan sirup kering. Sirup cair diproduksi secara horizontal closed sistem, sedangkan sirup kering dilakukan secara vertical closed sistem namun pengemasannya sama, yaitu secara in line process. Tahap tahap produksi sediaan sirup cair: 1. Pembuatan sirup cair diawali dengan pemeriksaan air DIW yang akan digunakan sebagai bahan baku. 2. Dispensing bahan bahan awal yang telah dinyatakan memenuhi syarat. 3. Pembuatan larutan bahan dalam DIW dan pembuatan suspensi induk. 4. Pencampuran larutan bahan dan suspensi induk dalam vessel yang dilengkapi pengaduk, kemudian dilakukan sirkulasi dengan menggunakan pompa, flavouring agent ditambahkan pada suhu massa suspensi 40ºC kemudian dilakukan pengecekan oleh petugas IPC terhadap massa suspensi. 5. Massa suspensi yang telah lulus uji dialirkan ke mesin pengisian melalui pompa. Mesin pengisian dilengkapi dengan mesin peniup udara kering, mesin penutup botol dan mesin penempel etiket. Pengawasan terhadap keseragaman bobot dilakukan selama proses pengisian berlangsung. Pemeriksaan dilakukan menimbang bobot 6 botol setiap 15 menit dan dibuat peta kendalinya. Petugas IPC akan melakukan sampling untuk diuji. 6. Pengemasan ke dalam wadah pengemas sekunder dan tersier. Tahap-tahap proses sediaan sirup kering: 1. Proses diawali dengan pengayakan dan granulasi. 2. Penimbangan kemudian pencampuran dengan bahan tambahan didalam diosna. 3. Dilanjutkan dengan pengisian dan pengemasan. Pada semua proses dilakukan kontrol oleh petugas IPC.

36 27 Untuk pembuatan sirup kering ini, kelembaban udara diatur sedemikian rupa sehingga kurang dari 50%, menggunakan alat dehumiditifier. Massa sirup kering yang telah memenuhi syarat dimasukkan kedalam botol, pengisian sirup kering ini masih dilakukan secara manual. Setelah dilakukan pengisian, botol ditutup, diberi etiket dan dikemas. Produksi sediaan serbuk salah satunya yaitu produksi oralit yang sediaan padat (serbuk) berbentuk granul yang dikemas dalam sachet kedap udara. Pengadukan oralit dilakukan dalam mixer diosna. Pemeriksaan kualitas terhadap massa oralit dilakukan oleh bagian pemastian mutu yang meliputi kadar, keseragaman bobot, warna, homogenitas, free flowing, distribusi partikel, taping density dan kadar air. Untuk oralit kelembaban udara harus rendah karena mempunyai sifat sangat higroskopis. Pengendalian proses yang dilakukan antara lain penetapan kadar air dan penetapan kadar seluruh komponen untuk meyakinkan bahwa campuran sudah homogen. Massa yang telah memenuhi syarat dimasukan ke dalam sachet dengan mesin pengisi yang dilengkapi dengan penghisap debu. Selama proses pengisian, operator mesin dan petugas pengawasan mutu melakukan IPC pada pemeriksaan keseragaman bobot dan kebocoran wadah Seksi β-laktam Seksi ß laktam bertugas memproduksi sediaan antibiotika yang memiliki inti ß-laktam (turunan penisilin). Bentuk sediaannya berupa kaplet, kapsul, dan sirup kering. Antibiotika turunan ß-laktam dapat menimbulkan reaksi alergi, oleh karena itu gudang, penimbangan, produksi, dan pengemasan sediaan ß-laktam dilakukan di gedung dan fasilitas yang secara fisik dipisahkan dari produksi lain (non ß-laktam). Pemisahan ini dilakukan sebagai tindakan pengamanan untuk mencegah terjadinya kontaminasi silang dengan produk lain. Arus keluar-masuk menggunakan air locked system untuk menghindari terjadinya kontaminasi silang. Air locked system mempunyai tekanan udara lebih rendah dari ruangan lainnya, untuk mencegah terjadinya kontaminasi silang. Pengendalian udara dilakukan dengan sistem Air Handling Unit (AHU), dimana AHU gedung ß-laktam terpisah dari gedung non ß- laktam. Ruangan ß-laktam

37 28 terdiri dari dua kelas, yaitu kelas tiga yang digunakan untuk proses dispensing, mixing, filling, tableting, dan pengemasan primer dan kelas empat untuk pengemasan sekunder sampai obat jadi. Ruangan kelas tiga dan kelas empat dipisahkan berdasarkan perbedaan dimana tekanan udara kelas empat lebih tinggi daripada tekanan kelas tiga sehingga kontaminasi dari ß-laktam dilakukan dengan sistem horizontal. Ruangan produksi ß-laktam diatur sedemikian rupa sehingga mempunyai tekanan yang lebih negatif. Hal itu untuk mencegah terjadinya pencemaran oleh debu ß-laktam. Pengaturan sirkulasi udara untuk ruangan ß-laktam dilakukan secara khusus dan terpisah. Ruangan produksi sedían ß-laktam adalah ruang kelas tiga dengan tekanan udara yang diatur untuk menghindari kontaminasi. Ruangan ß- laktam lebih negatif dibanding koridor di luarnya yang bertekanan negatif. Di luar koridor tekanan udara lebih positif daripada didalam koridor. Diharapkan udara di dalam ruang produksi tidak bisa keluar ruangan sehingga tidak mengkontaminasi lingkungan. Udara dari ruang produksi ß-laktam harus disaring terlebih dahulu agar udara yang keluar tidak mengandung ß-laktam. Udara dialirkan ke dalam suatu ruang yang di dalamnya ada tetesan-tetesan air yang akan melarutkan ß- laktam. Udara bersih ß-laktam dialirkan kembali ke ruang produksi ß-laktam melalui prefilter (efisiensi 40 %), medium filter (efisiensi 90%), dan heating coil untuk penyesuaian suhu. Proses pengolahan tablet, kapsul, dan sirup kering sama dengan proses pada produksi I dan II, tetapi dilakukan dengan cara horizontal closed system. Bahan penolong yang berasal dari gudang utama hanya boleh masuk ruang penyangga dan selanjutnya diambil oleh orang yang berada di dalam ruang produksi. Dalam setiap ruang produksi terdapat penghisap debu yang dihubungkan secara sentral dengan dust collector dari gedung ß-laktam. Limbah cair yang berasal dari gedung ß-laktam seperti limbah cair yang berasal dari pencucian alat diolah dengan cara ditampung terlebih dahulu, kemudian inti ß-laktam didestruksi terlebih dahulu dengan Natrium Hidroksida sampai didapat ph 11-12, didiamkan selam 48 jam kemudian dinetralkan dengan Asam Klorida pekat 5 N sebelum disalurkan ke dalam saluran pengolahan limbah. Limbah padat dan partikel debu dibakar dalam incenerator.

38 29 Produksi sirup kering di seksi ß-laktam meliputi sirup kering ampisillin 125 mg/5 ml dan sirup kering amoksisilin 125 mg/5ml. Proses produksi sirup kering dilakukan in line process, yaitu proses produksi menjadi satu kesatuan dari mulai pengisian sampai pengemasan. Ruang tempat pengisian massa sirup kering perlu kelembaban udara tertentu, yaitu tidak boleh > 50%, untuk menjaga kadar air massa serbuk kering agar mempunyai aliran yang baik, menjaga kestabilan zat aktif, dan mengendalikan keseragaman bobot. Operator mesin mengontrol bobot sirup kering dalam setiap 15 menit dan dibuat peta kendali dalam Catatan Pengolahan Bets Seksi Sediaan Steril Seksi produk steril bertanggung jawab dalam memproduksi sediaan steril, dipimpin oleh seorang asisten manajer yang membawahi dua subseksi, yaitu: 1. Subseksi pengolahan (penimbangan dan pelarutan, pengisian, sterilisasi, pengolahan sepalosporin dan dokumentasi). 2. Subseksi pengemasan (pengepakan, pemeriksaan kejernihan sediaan ampul, vial dan tetes mata serta pencetakan label). Produk yang dihasilkan antara lain: 1. Sedian steril cairan, seperti injeksi vitamin B12, deksametason, diazepam, lidokain compositum, papaverin HCl, atropine sulfat dan aqua PI, furosemid injeksi dan metoklopramida (dibuat dengan cara sterilisasi akhir), sedangkan gentamicin dan ranitidine injeksi (dibuat secara aseptis). 2. Tetes mata, seperti gentamicin 40 mg/ml. 3. Sediaan steril powder, seperti injeksi derivat sefalosporin yang dibuat secara aseptis yaitu Cefotaxim, Ceftriaxon. Ruang produksi steril dibagi menjadi beberapa kelas sesuai dengan persyaratan CPOB. Pembagian ini didasarkan kepada derajat kebersihannya, yaitu: 1. Ruang kelas I/kelas A (white area atau ruang kritis) merupakan ruang kelas di bawah LAF (Laminar Air Flow) yang dilengkapi dengan HEPA (High Efficiency Particulare Air) filter berefisiensi 99,995%. Besarnya

39 30 pertukaran udara adalah kali/jam. Jumlah cemaran partikel dengan diameter kurang dari 0,5 μm tidak boleh lebih dari 100 partikel/feet kubik. 2. Ruang kelas II/kelas B (clean area ruang steril), sama dengan ruang kelas I tetapi tanpa LAF. Jumlah cemaran partikel dengan diameter kurang dari 0,5 μm tidak boleh lebih dari partikel/feet kubik. 3. Ruang kelas III/kelas C (grey area atau ruang steril), dilengkapi dengan filter berefisiensi 95%. Jumlah cemaran partikel dengan diameter kurang dari 0,5 μm tidak boleh lebih dari partikel/feet kubik, ruangan ini digunakan untuk transfer/masuk ke kelas B. 4. Ruang kelas IV/kelas D (black area atau ruang bersih) dengan persyaratan harus bersih secara visual, jumlah partikel tidak dikendalikan. Keempat ruangan tersebut masing-masing dipisahkan dengan ruang antara dan dilengkapi dengan sistem air lock, air shower, pass box dan sistem air handling unit yang memiliki peranan dalam pengaturan suhu, kelembaban, tekanan dan sirkulasi udara. Aliran udara diatur berdasarkan perbedaan tekanan, dimana ruangan dengan kelas yang lebih tinggi memiliki tekanan yang lebih tinggi dari pada kelas yang lebih rendah. Keempat ruangan di atas, masing-masing dipisahkan dengan ruangan antara dan dilengkapi dengan sistem air lock, air shower, pass box dan system air handling unit (AHU) yang memiliki peranan dalam pengaturan suhu, kelembaban, tekanan, dan sirkulasi udara. Aliran udara diatur berdasarkan perbedaan tekanan, dimana ruangan dengan kelas yang lebih tinggi memiliki tekanan yang lebih tinggi daripada kelas yang lebih rendah. Untuk mencapai kualitas ruangan yang memenuhi persyaratan jumlah cemaran dan partikel maka dilakukan lay out bahan, barang, dan karyawan. Selain dengan pengkondisian tersebut juga dilakukan sanitasi ruangan dan peralatan secara berkala, sanitasi dilakukan secara harian, mingguan, dan bulanan. Sanitasi harian meliputi pembersihan lantai dan dinding dengan dipel. Setiap jumat malam dilakukan sanitasi mingguan dengan pemberian gas formaldehid dan setiap senin pagi dilakukan evakuasi untuk menghilangkan gas tersebut dengan penyedotan udara ruangan. Tekanan udara antara ruangan dikendalikan untuk mencegah terjadinya kontaminasi silang.

40 Bidang Teknik dan Pemeliharaan (Bidang Teknik dan Pemeliharaan, 2011) Bidang Teknik PT. Indofarma (Persero) Tbk. melakukan pengawasan dan pemeliharaan terhadap semua fasilitas dan peralatan pabrik untuk menjaga kelancaran proses produksi. Bidang teknik ini berperan dalam memperbaiki, merawat dan merekayasa mesin peralatan produksi, peralatan laboratorium, peralatan produksi, peralatan kantor dan alat-alat telekomunikasi. Secara struktural Bidang Teknik dan Pemeliharan berada dibawah Direktur Produksi yang dipimpin oleh seorang manajer yang membawahi beberapa seksi, yaitu: 1. Seksi Perencanaan, Evaluasi, dan Workshop 2. Seksi Pemeliharaan dan Perbaikan Peralatan 3. Seksi Rekayasa 4. Seksi Utilities dan Electric Sarana pendukung pabrik yang digunakan di PT. Indofarma (Persero) Tbk, antara lain: 1. Listrik Sistem kelistrikan di PT. Indofarma (Persero) Tbk, menggunakan sumber kelistrikan dari PLN dan generator milik perusahaan sendiri. 2. Air Sistem pengelolaan air di PT. Indofarma (Persero) Tbk, menggunakan sumber air tanah (sumur dalam ± 150 meter), dimana perusahaan memiliki empat sumur air. Tujuan pengelolaan air ini adalah untuk menghilangkan cemaran sesuai standar kualitas air yang ditetapkan. Air dihilangkan dari pengaruh zat besi dan ditampung didalam bak penampung yang berisi kaporit untuk menghilangkan bakterinya. Air (raw water) dihilangkan lumpur dan partikel-partikelnya dengan menggunakan multimedia filter, dimana filter-filter ini tersusun dalam suatu tabung (vessel) dengan bagian bawah tabung diberikan pasir sebagai alas tabung, filter ini sering juga disebut send filter. Selanjutnya air saring dengan karbon aktif, berfungsi sebagai pre-treatment sebelum proses deionisasi untuk menghilangkan klorin, kloramin, pestisida, bahan-bahan organik, warna, bau dan rasa dalam air. Selanjutnya air dihilangkan kation dan anionnya (water softener filter) dengan

41 32 menggunakan resin untuk menghilangkan atau menurunkan kesadahan air dengan cara mengikat calsium dan magnesium yang menyebabkan tingginya tingkat kesadahan air. Air dimurnikan dengan teknik reverse osmosis yang dapat menurunkan Total Dissolve Solid (TDS) di dalam air. Selanjutnya air dialirkan ke gedung water system. Air yang digunakan untuk produksi disirkulasikan selama 24 jam, untuk itu dalam purified water system dilengkapi dengan looping system sehingga dapat memungkinkan air tersebut disirkulasi selama 24 jam. Sistem ini juga dilengkai dengan filter ultraviolet dan ozonasi. 3. Tata udara (Air Handling Unit) Sistem tata udara untuk mengontrol suhu, kelembaban, tekanan udara, jumlah partikel dan pola aliran udara sesuai dengan yang dibutuhkan untuk setiap ruangan. Dilengkapi dengan cooling coil/ evaporator yang berfungsi untuk mengontrol suhu dan kelembaban relatif udara yang akan didistribusikan ke ruangan produksi. Udara yang dialirkan berasal dari campuran udara balik (return air) dan udara luar (fresh air). Blower/ static pressure fan berfungsi menggerakkan udara disepanjang sistem distribusi udara yang terhubung dengannya. Filter berfungsi untuk mengendalikan dan mengontrol jumlah partikel dan mikroorganisme yang mengkontaminasi udara yang masuk ke dalam ruangan produksi. Filter diletakkan didalam rumah filter/ filter house dan dapat dibagi dalam beberapa tipe berdasarkan efisiensinya, yaitu prefilter (efisiensi penyaringan 35%), medium filter (efisiensi penyaringan 95%) dan high effisiency particulate air/ HEPA filter (efisiensi penyaringan 99,997%). Ducting berfungsi sebagai saluran tertutup tempat mengalirnya udara. 4. Penanganan terhadap debu Sistem penanganan debu dilakukan dengan menggunakan dust collector dimana dilengkapi dengan filter/ penyaringan Bidang Perencanaan Produksi dan Pengendalian Persediaan/PPPP (Bidang PPPP, 2011). Bidang Perencanaan Produksi dan Pengendalian Persediaan (PPPP) dipimpin oleh seorang manajer yang membawahi empat seksi, yaitu seksi Perencanaan dan Pengendalian Bahan Baku dan Bahan Pengemas, seksi

42 33 Perencanaan dan Pengendalian Produksi I, seksi Perencanaan dan Pengendalian Produksi II, Herbal serta seksi Toll Manufacturing dan Pelayanan Produk. Bidang PPPP mempunyai peranan strategis dalam peningkatan efisiensi dan produktifitas, proses pabrikasi, pengendalian persediaan sehingga diharapkan dapat menghasilkan produk dengan mutu, harga, jumlah, dan waktu serta pelayanan yang tepat. Seksi perencanaan dan pengendalian mempunyai dua fungsi, yaitu fungsi perencanaan dan fungsi pengendalian. Fungsi perencanaan, merupakan landasan utama dalam penentuan permintaan marketing dan langkah-langkah yang diperlukan untuk memastikan tercapainya permintaan tersebut. Fungsi pengendalian, merupakan alat manajemen untuk memastikan tersedianya bahan awal, produk ruah, dan produk jadi untuk terpenuhinya permintaan marketing, serta pengaturan agar tidak terjadi over stock atau out of stock. Hubungan kerja PPPP dengan berbagai bidang lain: Supply Chain Management Supply Product Produksi Perencanaan Produk Permintaan Bahan Awal PPPP Pengendalian Persediaan Logistik Pengadaan Gambar 3.2 Hubungan Kerja Bidang PPPP dengan Bidang lain di PT. Indofarma (Persero) Tbk. Alur proses kegiatan bidang PPPP dibagi menjadi dua tahap, yaitu alur proses perencanaan dan alur proses pengendalian bahan. Alur proses perencanaan dimulai dari penyerahan rencana penjualan satu tahun kepada bidang PPPP oleh Bidang Pemasaran. PPPP membuat rencana produksi satu tahun serta rencana kebutuhan satu tahun berdasarkan rencana penjualan yang diajukan oleh Bidang Pemasaran. Rencana produksi dan rencana kebutuhan satu tahun mendapatkan

43 34 persetujuan dari Direktur Produksi. Kedua rencana tersebut digunakan sebagai dasar pembuatan Rencana Kerja dan Anggaran Perusahaan (RKAP) yang disusun setiap tahun kemudian dijabarkan dalam Konsep Rencana Produksi Periodik (KRPP) dan Konsep Rencana Kedatangan Bahan (KRKB) per-kuartal. Berdasarkan KRPP dan KRKB per-kuartal dibuat Rencana Produksi Bulanan (RPB). RPB ini digunakan untuk menyiapkan Perintah Pengolahan (PP) dan Perintah Kemas (PK) serta penyiapan Surat Pesanan Permintaan Barang (SPPB) untuk dimintakan persetujuan Direktur Produksi. Alur proses pengendalian bahan dimulai dari dikeluarkannya Perintah Pengolahan (PP) sekaligus berlaku sebagai bon permintaan bahan ke gudang penyimpanan bahan baku dan bahan penolong, dikeluarkannya Bukti Penyerahan Produk Ruah (BPPR), kemudian Perintah Kemas (PK) dan Bukti Penyerahan Produk Jadi (BPPJ). Bidang Produksi membuat Rencana Produksi Mingguan (RPM) berdasarkan PP dan PK yang selanjutnya digunakan sebagai pedoman proses produksi. Proses produksi dilaporkan dalam bentuk laporan produksi dan ditujukan kepada bidang PPPP sebagai informasi pengendalian produksi. Bidang Pengadaan kemudian memberikan informasi kemajuan proses pengadaan kepada PPPP untuk fungsi pengendalian bahan. Seksi Toll Manufacturing dibagi menjadi dua, toll out (dimana perusahaan membuat produk ke pabrik farmasi lain) dan toll in (dimana perusahaan menerima pembuatan produk dari pabrik farmasi lain). Beberapa hal yang dilakukan dalam toll manufacturing adalah mencari PTM (Pabrik Penerima Toll Manufacturing) sesuai rencana produksi., melakukan monitoring realisasi produk di PTM, koordinasi problem solving Bidang Penelitian dan Pengembangan (Litbang) Produk (Bidang Penelitian dan Pengembangan, 2011). Bidang ini dipimpin oleh seorang Manajer (Apoteker). Bagian Penelitian dan Pengembangan Produk bertugas meneliti dan mengembangkan produk serta mengoptimasi proses sesuai dengan CPOB.

44 35 Tugas bagian Litbang produk meliputi : 1. Penelitian produk baru 2. Optimasi produk yang meliputi optimasi formula termasuk optimasi proses dan substitusi bahan. 3. Pengembangan metode analisis. 4. Penyiapan dokumen registrasi lokal dan eksport 5. Desain kemasan 6. Mengorganisasi uji klinis obat dan penelitian ketersediaan hayati yang bekerja sama dengan instansi lain. 7. Mengadakan kerja sama di bidang penelitian dengan instansi lain seperti LIPI, BPPT dan Perguruan Tinggi. 8. Menyusun dan merevisi spesifikasi. 9. Menyiapkan metode analisa. 10. Menetapkan tanggal kadaluarsa dan batas waktu pengggunaan bahan awal dan obat jadi berdasarkan data stabilitas dan kondisi penyimpanan. Kegiatan lainnya adalah membuat publikasi ilmiah dengan mengelola perpustakaan. Dalam melaksanakan tugasnya, bagian ini dibagi menjadi empat seksi, yaitu seksi formulasi, seksi metode analisa, seksi registrasi, dan pengembangan kemasan. Seksi formulasi bertugas menyiapkan formula dan proses pembuatan obat baru, mendesain formula, merancang metode pembuatan, pengembangan bahan substitusi dan reformulasi atau reproses. Bidang pengembangan produk harus mengembangkan produk-produk baru, sehingga dapat dipertimbangkan oleh Direksi. Proses pengembangan formula tersebut meliputi studi pustaka, penetapan spesifikasi produk, seleksi bahan baku aktif dan penolong, trial dan error, scalling up ke skala produksi dan uji stabilitas. Penelitian formulasi meliputi penelitian spesifikasi produk, penentuan bahan yang akan dipakai, penelitian formula, pembuatan master formula, pembuatan alur proses, merencanakan dan mengusahakan proses produksi yang pendek, persyaratan obat yang sama dan lebih ketat dari farmakope, mendesain formula yang mudah dianalisis, produk yang dihasilkan mempunyai stabilitas yang baik, efek farmakologi yang baik dan efek samping yang minimal, validasi

45 36 formula dengan melakukan validasi prospektif 3 batch pertama divalidasi, melakukan efisiensi formula. Seksi metode analisis mempunyai tugas memilih dan mempersiapkan metode analisis untuk bahan aktif, bahan baku penolong, produk ruahan dan IPC, yang prosedurnya mengacu pada CPOB. Metode tersebut harus mempunyai ketepatan, ketelitian yang tinggi, sama atau lebih ketat persyaratannya dari farmakope, serta menggunakan peralatan dan reagensia yang efisiensinya lebih tinggi. Penelitian stabilitas produk terutama dilakukan untuk produk baru dan produk reformulasi. Uji stabilitas produk dapat dilakukan pada suhu kamar maupun pada suhu yang ditingkatkan. Untuk melakukan uji stabilitas produk dapat dilakukan dengan cara: 1. Accelerated Stability Test atau uji stabilitas dipercepat dengan menggunakan alat Climate Chamber yang dilakukan pada tiga macam suhu berbeda yaitu 31 o C, 41 o C, atau 51 o C. Tiap produk harus dianalisa (dievaluasi) setiap minggu. Produk yang pengujiannya sudah sesuai waktunya baik secara kimia maupun organoleptis. 2. On Going Stability dilakukan dengan memantau 3 batch pertama pada suhu kamar selama beberapa tahun sampai produk tersebut kadaluarsa. Pada tahun pertama diperiksa setiap tiga bulan dan tahun selanjutnya diperiksa setiap setahun sekali. Seksi Registrasi bertugas untuk menyiapkan data registrasi obat untuk didaftarkan ke Badan POM. Bentuk aplikasinya meliputi komposisi produk baru, proses pembuatan, metode analisis, artwork dari desain kemasan, data stabilitas, referensi (literatur), hasil uji klinis, dan data farmakologi. Seksi pengembangan kemasan bertugas untuk melakukan design kemasan untuk produk baru maupun melakukan evaluasi untuk efisiensi dan optimalisasi kemasan produk yang existing. Tujuan dilakukan perubahan kemasan adalah untuk memberikan proteksi obat yang lebih baik, untuk memberikan image (kesan) baru, membedakan produk tersebut dari produk lainnya, promosi, sumber informasi.

46 Bidang Pengawasan Mutu/ Quality Control (QC) Bidang Quality Control (QC) di PT. Indofarma (Persero) Tbk mempunyai tiga seksi yaitu seksi Pengujian Bahan Awal dan Bahan Pengemas, seksi Pengujian Mikrobiologi, IPC dan Pengujian Produk Seksi Pengujian Bahan Awal dan Bahan Pengemas Pemeriksaan bahan awal dimulai dari gudang, yaitu bahan masuk digudang dikarantina, disampling, dan diuji oleh Quality Control untuk menentukan bahan tersebut memenuhi syarat (diterima) atau tidak memenuhi syarat (ditolak). Seksi pengujian bahan awal melakukan pengujian bahan baku, air dan bahan pengemas. Pengujian bahan baku dimulai dari kegiatan sampling sampai dengan pengujiannya yaitu: 1. Pengecekan label dari pabrik yang meliputi berat bersih, nomor lot, tanggal pembuatan, expired date (ED). 2. Pengecekan label karantina digudang meliputi nama barang, nomor kode, nomor batch, tanggal dibuat, jumlah, tanggal sampling, dan paraf. 3. Sampel diidentifikasi secara fisika atau organoleptis meliputi bau, rasa, dan warna. 4. Sampel diidentifikasi secara kimia seperti pengujian kadar dan porensi. 5. Uji lain, antara lain meliputi tes kemurnian, ph, dan kadar air. Pengujian air meliputi ph, kandungan mineral, dan cemaran mikroorganisme. Pengujian bahan pengemas berhubungan dengan stabilitas obat yang berfungsi melindungi obat terhadap kelembaban, iklim dan benturan. Selain itu kemasan juga mempengaruhi daya tarik konsumen terhadap produk. Produk ruahan yang akan dikemas dan bahan kemas yang diterima dari gudang pengemas semuanya sudah diluluskan oleh bidang Quality Control (QC). Proses pengemasan dapat berupa pengisian ke botol, stripping dan sachet. Jenis pengemas yang digunakan disesuaikan dengan sifat produk ruahan dan permintaan pasar. Untuk printed material, sebelum bahan pengemas tersebut dibuat oleh produsen, terlebih dahulu dilakukan approval terhadap artwork dan proof print yang dibuat oleh produsen.

47 38 Bahan pengemas dibedakan menjadi tiga macam, yaitu: 1. Bahan pengemas primer Merupakan bahan pengemas yang langsung berhubungan dengan produk seperti tube, botol, ampul, stripping dan blister. Uji yang dilakukan meliputi: 1) Alumunium foil, tes terhadap elastisitas (kekuatan tekanan), sealing, strenght, bonding strenght (suhu 150 o C), lebar, penandaan, nomor register, tulisan dan nama. 2) Tube, meliputi uji kebocoran, warna atau cat, berat, ukuran tebal badan, dan uji kebocoran membran. 3) Ampul, meliputi diameter, kebocoran, tinggi pemotongan ampul, tinggi badan, keretakan, dan ketebalan kaca. 4) Botol, yaitu diameter, tinggi, ketebalan dinding botol, kesetaraan volume, keseragaman bobot dan kebocoran. 2. Bahan pengemas sekunder Merupakan bahan pengemas yang tidak berhubungan langsung dengan produk obat, tapi berhubungan dengan pengemas primer seperti dus ampul dan kotak botol. Uji yang dilakukan terhadap kotak atau dus meliputi ukuran, panjang, lebar, tinggi, tulisan, bobot, dan daya rekat. 3. Bahan pengemas tersier Merupakan bahan pengemas yang berhubungan langsung dengan pengemas sekunder misalnya karton. Uji yang dilakukan terhadap karton meliputi panjang, lebar, tinggi, dan tulisan Seksi Pengujian Mikrobologi Pemeriksaan mikrobiologi adalah pengujian yang menggunakan jasad renik (virus, bakteri, jamur, ragi, alga, dan protozoa). Uji mikrobiologi bertujuan mengetahui sejauh mana suatu produk atau penunjang produksi (bahan awal, peralatan, operator, ruangan) memenuhi syarat mikrobiologi. Sumber kontaminasi mikrobiologi ada tiga yaitu: 1. Air dari erosi tanah, air hujan, dan tanaman yang membusuk

48 39 2. Peralatan karena pembersihan yang tidak sempurna, pencucian dengan air yang tidak memenuhi persyaratan, debu yang melekat. 3. Operator yang bisa berasal dari keringat, hidung (nafas) dan air ludah. Uji yang dilakukan oleh Seksi Pengujian Mikrobiologi meliputi: 1. Uji potensi Uji potensi dilakukan untuk membandingkan dosis sediaan uji terhadap dosis sediaan pembanding yang masing-masing menghasilkan derajat hambatan pertumbuhan yang sama pada biakan jasad renik yang peka dan sesuai. Uji dilakukan dengan lempeng silinder. 2. Uji sterilitas Tujuan dari uji sterilitas untuk menentukan adanya kemungkinan jasad renik (mikroba) hidup atau mempunyai daya hidup dalam produk steril baik terhadap produk yang dihasilkan menggunakan teknik aseptis atau sterilisasi akhir (pada produk akhir dilakukan sterilitas dengan autoklaf). Cara uji sterilitas ada dua cara, yaitu: 1) Cara langsung: sampel langsung dimasukkan dalam media pembenihan. 2) Cara tidak langsung: sampel disaring melalui membran, kemudian membran dimasukkan dalam media pembenihan. Uji sterilitas dilakukan didalam LAF kabinet, sebelum digunakan LAF kabinet disinari lampu UV selama 10 menit, kemudian disemprot dengan desinfektan. 3. Uji kontaminasi (uji batas cemaran) Bertujuan mengetahui sejauh mana suatu sampel serta sarana pendukung baik ruangan, peralatan, operator telah terkontaminasi oleh jasad renik. 4. Pengujian endotoksin (tes LAL) Bertujuan menguji adanya endotoksin dalam sampel atau dipermukaan sampel dengan LAL. Endotoksin adalah toksin yang dihasilkan oleh bakteri Gram negatif dan dapat dihancurkan dengan pemanasan 180 o C selama 3,5 jam atau 250 o C selama 0,5 jam. 5. Pemantauan mikrobiologi ruangan dan fasilitas yang diuji yaitu udara, lantai, dinding dan peralatan. Keempat fasilitas tersebut dapat mempengaruhi kualitas produksi yang dihasilkan. Metode uji yang digunakan yaitu:

49 40 1) Settling plate : pemaparan terbuka lempeng agar selama 30 menit kemudian ditutup dan diinkubasi. 2) Slit to agar (air sampler) : mengontak volume udara tertentu udara ruangan pada permukaan contact plate kemudian ditutup dan diinkubasi. 3) Contact plate : plate ditempelkan langsung pada permukaan yang datar (lantai, dinding) sejumlah luas tertentu pada agar contact plate. 4) Apus (swab) dengan menghapus sejumlah tertentu permukaan yang berlekuk atau permukaan rata kemudian disebarkan ke atas permukaan agar lempeng Seksi IPC dan Pengujian Produk Jadi Seksi Pengujian Produk melakukan pengujian kimia seperti, kadar, ph, berat jenis, volume terpindahkan, serta disolusi produk. Tugas seksi pengujian produk meliputi pengujian produk antara dan produk ruah serta pengawasan dalam proses (in proses control). Pengujian produk antara dan produk ruah. Pengujian yang dilakukan adalah: 1. Tablet Produk antara : uji yang dilakukan yaitu identifikasi, keseragaman dan kadar zat aktif. Produk ruah : uji yang dilakukan yaitu keseragaman bobot, waktu hancur, kekerasan, diameter atau tebal, kadar zat aktif dan disolusi. 2. Kapsul Produk ruah : uji yang dilakukan yaitu keseragaman bobot, waktu hancur, kadar zat aktif, dan disolusi. 3. Injeksi Produk antara : uji yang dilakukan yaitu keseragaman kadar, ph. Produk ruah : uji yang dilakukan yaitu kejernihan, ph, kadar keseragaman volume, sterilisasi, endotoksin, dan bahan partikulat. 4. Serbuk Produk antara : uji yang dilakukan yaitu kadar air, dan homogenitas. Produk ruah : uji yang dilakukan yaitu kadar air, kadar masing-masing komponen, keseragaman bobot, ph, dan warna.

50 41 5. Sirup dan suspensi Produk antara : uji yang dilakukan yaitu bobot jenis, ph, kadar, dan kekentalan. Produk ruah : uji yang dilakukan yaitu keseragaman volume (volume terpindahkan), kadar, dan kandungan mikroba. 6. Sirup kering Produk antara : uji yang dilakukan yaitu kadar zat aktif dan kadar air. Produk ruah : uji yang dilakukan yaitu kadar air, ph, kadar, kandungan mikroba dan keseragaman bobot. Pengawasan dalam proses dimulai dari penimbangan bahan awal sampai produk jadi yang siap di distribusikan. Tugas pokok pengawasan dalam proses antara lain analisis fisik, sampling, kontrol keliling, pengawasan dispensing, inspeksi bahan awal, inspeksi akhir produk jadi, administrasi, pengelolaan, dan pengawasan sampel Bidang Logistik Bahan Awal Kedudukan bidang Logistik Bahan Awal (LBA) berada dibawah Direktur Produksi, dipimpin oleh seorang manager. Bidang Logistik Bahan Awal dibagi menjadi 3 seksi, yaitu : seksi Bahan Baku dan Administrasi Gudang, seksi Bahan Pengemas dan Spare Part, dan seksi Dispensing. Kegiatan utama dari bidang Logistik adalah penerimaan barang, penyimpanan barang, pengeluaran barang dan sistem komputer. Gudang logistik dibagi menjadi lima bagian, yaitu: 1. Gudang Utama Gudang berkondisi suhu kamar, digunakan untuk menyimpan bahan-bahan yang relatif stabil pada suhu tersebut. Gudang ini meliputi bahan baku, pengemas, penolong, alat tulis, spare part dan perlengkapan, AC, ruang penimbangan dan karantina. 2. Gudang bersuhu dingin Gudang bersuhu C berada di dalam gudang utama, digunakan untuk menyimpan barang-barang yang tidak stabil pada suhu kamar, contoh vitamin, hormon, antibiotik, bahan pengemas (alumunium foil) dan lain-lain seperti stiker dan kapsul kosong.

51 42 3. Gudang ß-laktam Gudang ini terletak dalam satu bangunan yang terpisah dari gudang utama. Ruangan ini bersuhu C. Gudang ini khusus digunakan untuk menyimpan antibiotik golongan ß-laktam seperti penisilin, ampisilin, amoksisilin dan lain-lain. 4. Gudang solven Gudang yang berlokasi diluar gudang utama ini khusus digunakan untuk menyimpan bahan-bahan yang mudah terbakar dan korosif seperti alkohol, methanol, metilen klorida dan lain-lain. 5. Gudang Psikotropik dan Prekursor Gudang psikotropik dan gudang prekursor terletak terpisah dari gudang yang lainnya dengan langit-langit dan jendela dilengkapi dengan jeruji besi serta disimpan dengan kunci yang berlainan merek Direktorat Keuangan dan Sumber Daya Manusia Pada Direktorat Umum dan Sumber Daya Manusia, terdapat 5 bidang yang masing masing bidang dipimpin oleh seorang manager, yaitu: 1. Bidang Keuangan Bidang Keuangan bertanggung jawab dalam pengendalian likuiditas perusahaan, penempatan investasi, collection, dan perpajakan dan asuransi. 2. Bidang Akuntansi Bidang Akuntasi bertugas dalam hal verifikasi pengeluaran, pencatatan transaksi keuangan, perhitungan harga pokok produksi, dan budgeting. 3. Bidang SDM Berdasarkan data bidang SDM, karyawan PT. Indofarma (Persero) Tbk. baik karyawan tetap maupun karyawan ikatan kerja waktu tertentu (IKWT) jumlahnya adalah lebih dari 1200 orang. Perusahaan mempunyai program pelatihan kerja yang teratur dalam bentuk seminar, kursus, pengiriman karyawan berprestasi ke perguruan tinggi terbaik di dalam maupun di luar negeri. Program pelatihan yang dilakukan di PT. Indofarma (Persero) Tbk. terbagi menjadi dua, yaitu:

52 43 1) Terjadwal, yang direncanakan apada akhir tahun, diambil dari kebutuhankebutuhan tiap produksi, serta direncanakan oleh bidang SDM yang disesuaikan dengan visi dan misi dari Indofarma. Contoh Pelatihan adalah pelatihan personal mastery (gaya kepemimpinan), business mastery (strategic planning). 2) Bersifat insidentil, dilakukan sewaktu - waktu jika diperlukan. 4. Bidang Umum Bidang Umum bertanggung jawab dalam pelayanan operasional, pelayanan rumah tangga serta keselamatan dan kesehatan kerja dan analisis mengenai dampak lingkungan (K3 dan Amdal). Bagian pelayanan operasional dan pelayanan rumah tangga meliputi: kopama, poliklinik dan apotek, serta program kemitraan dan bina lingkungan (PKBL). Diperlukan kewaspadaan terhadap keselamatan kerja dan kesehatan kerja serta menganalisis dampak lingkungan di lingkungan kerja, sehingga kecelakaan dalam kerja bias dihindarkan atau diminimalkan. Dalam upaya untuk mewujudkan hal tersebut maka dibutuhkan suatu tindakan-tindakan nyata untuk menciptakan kondisi kerja yang aman dan sehat yang jauh dari kemungkinan-kemungkinan buruk yang terjadi. Limbah yang dihasilkan oleh PT. Indofarma (Persero) Tbk. berupa limbah cair, padat, dan gas. Untuk menjaga kelestarian lingkungan maka limbah tersebut harus ditangani dengan sebaik-baiknya. IPAL berfungsi untuk mencegah pencemaran lingkungan oleh produksi. Berikut penanganan limbah berdasarkan jenisnya: 1) Limbah Padat Limbah padat berupa drum-drum kosong, tong-tong plastik, kertas, karton bekas, kayu-kayu bekas, powder hasil tangkapan dust collector engine, filter yang kotor, botol-botol pecah dan lain-lain. Sebelum dimasukkan dalam proses selanjutnya limbah tersebut di pilah-pilah, sebagian dibakar di insenerator dan didaur ulang oleh pihak kedua diluar pabrik. Sedangkan yang dibakar adalah semua jenis limbah padat yang sudah terkontaminasi dengan bahan baku atau proses produksi, seperti plastik, karton, kemasan primer dan sebagainya. Limbah padat yang masih dapat didaur ulang diserahkan penanganannya pada koperasi pegawai Indofarma.

53 44 2) Limbah Cair Untuk menangani limbah cair di Indofarma dipisah atas 3 bagian, yaitu: a. Sewer System Instalation Upaya pengelolaan limbah cair yang telah dilakukan ialah dengan memisahkan saluran pembuangan, antara buangan produksi dengan limbah cair dari sanitasi/domestik dan air hujan, sehingga masing-masing menempati satu saluran khusus. Untuk limbah cair yang berasal dari pencucian alat-alat dan ruang produksi obat, sisa produksi dan sisa pereaksi kimia pada kegiatan QC yang mengandung zat-zat yang bersifat toksik dan mengandung antibiotik dialirkan melalui saluran khusus sebelum diolah pada satu unit IPAL. Khusus untuk produksi β-laktam sebelum dialirkan ke IPAL, dilakukan pre-treatment terlebih dahulu yang meliputi: a) Air cucian mesin dari proses produksi β-laktam dikumpulkan pada drum yang telah disediakan. b) Dilakukan penambahan NaOH sambil diaduk sampai diaduk sampai diperoleh ph c) Larutan tersebut didiamkan selama 2x24 jam. d) Kemudian pada larutan diatas ditambahkan HCL sambil dikocok sampai diperoleh ph netral. e) Larutan dengan ph netral tersebut dialirkan ke saluran limbah yang telah disediakan menuju IPAL. b. Sanitary System Instalation (Saluran Air Limbah Rumah Tangga) Air yang berasal dari kamar mandi termasuk kloset dimasukkan kedalam septic tank untuk mengendapkan kotoran yang berupa partikel padat dan airnya dialirkan kerembesan yang terletak dibelakang pabrik. c. Drainase System Instalation (Saluran Air Hujan) Air hujan yang turun dilokasi pabrik dialirkan melalui inspection fit agar partikel padatnya, seperti tanah, pasir dan Lumpur dapat tertampung, sebelum air tersebut dialirkan ke sungai kebelakang pabrik.

54 45 3) Limbah Gas Upaya pengelolaan yang dilakukan untuk menangani limbah gas dan partikulat dari hasil pembakaran solar di boiler ialah dengan menyalurkan melalui cerobong asap sebanyak 2 buah. Untuk gas buang dan partikel hasil pembakaran sebuah obat dilakukan upaya pengelolaan pada incenerator menggunakan satu buah burner (alat pembakar). Temperatur pembakaran dikontrol dengan pengaturan laju limbah konstan dan diatur melalui satu buah mesin pengontrol. Udara proses pembakaran diatur berdasarkan laju alir limbah kemudian aliran gas diemisikan ke udara luar melalui cerobong gas yang mempunyai ketinggian 7 m dari permukaan tanah, dengan suhu burner º C dan suhu cerobong sekitar 300º C. Suhu pembakaran dapat mencapai 900º C. Pengelolaan debu yang timbul pada pembuatan obat jadi dilakukan melalui sistem AHU. Pada prinsipnya sistem ini mengatur sirkulasi udara di setiap ruangan produksi melalui fan-fan yang dapat menyedot debu-debu yang berterbangan untuk dipisahkan atau disaring dalam beberapa konteplar dust box yang terletak diruangan teratas dari berbagai macam serbuk obat ditampung dalam kantong-kantong plastik sebelum dibakar pada unit insenerator. Khusus untuk debu yang berasal dari β-laktam dilakukan penyaringan debu dalam ruangan tersendiri. Udara hasil penyedotan dibuang ke udara bebas melalui cerobong dengan ketinggian 2 m dari atap. Tekanan udara di ruang produksi PT. Indofarma diatur dengan katup dumper. Tekanan udara tersebut dapat dibedakan menjadi 3 macam: a. Tekanan udara normal, yaitu untuk ruangan produksi di luar produksi β- laktam dan produksi steril. Tekanan udara di dalam ruangan produksi sama dengan tekanan udara luar. b. Tekanan udara positif, yaitu untuk ruang produksi steril (ruang aseptis). Tekanan udara di luar ruangan produksi lebih besar dari pada tekanan udara di dalam ruangan, diatur dengan menutup katup dumper. Tekanan udara positif bertujuan agar obat-obat yang diproduksi tidak tercemar oleh debu atau jasad renik dari ruangan produksi. c. Tekanan udara negatif, yaitu untuk ruangan produksi β-laktam. Tekanan udara di dalam ruangan produksi lebih kecil dari tekanan udara di luar ruangan, yang diatur dengan membuka katub dumper.

55 Direktorat Riset dan Pemasaran PT. Indofarma (Persero) Tbk., memproduksi obat generik berlogo, nama dagang, lisensi, dan obat herbal. Obat generik berlogo ditujukan terutama untuk kalangan menengah ke bawah dan mempunyai pangsa pasar yang cukup besar yaitu 80% dari jumlah penduduk di Indonesia. Unsur-unsur pemasaran yang meliputi produk, harga, promosi dan personalia harus diperhatikan untuk memperoleh strategi yang paling tepat dalam kebijakan yang diambil di bidang pemasaran. Dari segi produk, PT. Indofarma (Persero) Tbk. menghasilkan obat sangat essensial bagi pola penyakit yang sekarang ada di Indonesia. PT. Indofarma (Persero) Tbk. memproduksi obat dalam skala besar yang memungkinkan dapat menurunkan biaya produksi sehingga harga pokok penjualan dapat ditekan. Bidang riset bertanggung jawab untuk melakukan riset pasar untuk mengetahui kondisi pasar terhadap produkproduk PT Indofarma. Kondisi pangsa pasar obat generik di Indonesia (8,12%) memang sangat jauh berada di bawah negara di luar seperti Amerika (35%), Kanada (15%), dan Inggris (30%). Hal ini disebabkan karena dianggap obat generik adalah obat rakyat yang murahan sehingga kurang bermutu. Kesalahpahaman ini terjadi karena pada awal pengenalan obat generik kepada masyarakat dikatakan bahwa obat generik adalah obat murah untuk rakyat. Oleh karena itu, hingga sekarang kesan yang timbul adalah bahwa obat generik kurang bermutu. Untuk mengatasi hal ini, PT. Indofarma (Persero) Tbk. berusaha memasyarakatkan obat generik bermutu namun terjangkau harganya melalui upaya-upaya pemasaran misalnya melalui promosi sosial (Social promotion). PT. Indofarma (Persero) Tbk. adalah satu-satumya perusahaan farmasi yang mempunyai Medical Sales Representative untuk obat generik. Bidang Logistik Produk Jadi dipimpin oleh Manajer Logistik Produk Jadi. Produk jadi yang telah dikemas dalam kemasan tersier (karton) akan diserahkan oleh seksi Pengemasan bidang Produksi ke gudang produk jadi disertai Bukti Penyerahan Produk Jadi (BPPJ). Produk jadi kemudian didistribusikan ke distributor PT.Indofarma yaitu PT. Indofarma Global Medica, PT.Mensa Bina Sukses, PT. Sawah Besar.

56 Direktorat Operasi dan Pengembangan Salah satu bidang yang berada di bawah naungan direktorat ini adalah bidang Purchasing dan bidang Strategi Pengembangan Produk Kesehatan Bidang Purchasing Bidang tersebut dipimpin oleh seorang manajer dan memiliki 2 fungsi, yaitu Seksi Pengadaan Bahan 1 dan Seksi Pengadaan Bahan 2. Seksi pengadaan bahan 1 bertugas mengadakan bahan baku aktif dan bahan baku penolong baik untuk produk rutin maupun produk baru. Seksi pengadaan bahan 2 bertugas mengadakan bahan pengemas baik untuk produk rutin maupun produk baru. Juga mengadakan supplies produksi, supplies laboratorium, supplies IT, supplies umum, ATK/ART, promo material, obat non indofarma, spare part mesin dan barang investasi. Bidang Purchasing bekerjasama dengan bidang litbang untuk mencari alternative produsen maupun alternative spesifikasi untuk tujuan ketersediaan supply maupun efisiensi Bidang Strategi Pengembangan Produk Kesehatan Bidang tersebut terkait erat dengan aktifitas pengembangan produk baru mulai dari pembuatan, feasibility study, spesifikasi produk, strategi promosi produk baru, dan sebagainya Bidang Pemastian Mutu/Quality Assurance (QA) PT. Indofarma (Persero) Tbk., sebagai salah satu industri farmasi di Indonesia tentunya wajib menjamin mutu dan kualitas produk yang dihasilkan. Di dalam CPOB 2006, telah terdapat ketentuan baru dimana setiap industri farmasi wajib mengedepankan peran dari Quality Assurance, dimana QA ini memegang peran penting untuk menjaga mutu dan kualitas obat sesuai dengan yang dipersyaratkan. Di dalam penerapannya, QA di PT. Indofarma (Persero) Tbk. telah berjalan sebagaimana yang ditentukan dan tercantum di dalam CPOB 2006.

57 48 Berbagai prosedur tetap yang terkait dengan penjagaan mutu produk disusun dan terdokumentasi dengan baik. Departemen Quality Assurance (QA) berada di bawah Direktur Utama, memiliki kewenangan penuh untuk bisa memberikan perintah kepada departemen-departemen yang tergabung dalam direktorat produksi yang berada di bawahnya. Dengan keberadaan departemen Quality Assurance (QA) yang sedemikian rupa, maka departemen ini mempunyai kewajiban untuk selalu memastikan apakah seluruh departemen telah bekerja untuk bisa memenuhi standar mutu yang telah ditetapkan. Bidang Pemastian Mutu di PT. Indofarma (Persero) Tbk. memiliki 3 seksi yaitu: Seksi Kalibrasi, Kualifikasi, dan Validasi Seksi Kalibrasi, Kualifikasi dan Validasi bertugas untuk melakukan proses validasi, kualifikasi dan validasi, baik pada peralatan maupun bangunan sehingga proses produksi dapat berjalan dengan lancar. Tugas tersebut meliputi: 1. Kualifikasi : Mesin untuk produksi dan alat-alat laboratorium. 2. Kalibrasi : Semua alat ukur yang digunakan untuk produksi dan Quality Control. 3. Validasi : Proses, metode analisis, pembersihan, sistem (AHU, water system) Seksi Pengembangan Sistem Seksi Pengembangan Sistem bertugas untuk mengembangkan sistem CPOB, ISO 9001:2008 yang digunakan di PT. Indofarma (Persero) Tbk. Selain bertugas untuk mengendalikan sistem yang berhubungan dengan penjaminan mutu produk, seksi ini juga bertugas untuk mengkoordinasikan kegiatan inspeksi diri dan training karyawan yang berhubungan dengan CPOB, mengatur sistem dokumentasi, managemen review, bertanggung jawab terhadap audit eksternal termasuk penyelesaian corrective action preventive action (CAPA).

58 Seksi Pengendalian Proses dan Evaluasi Pasca Produksi Tugas dari Seksi Pengendalian Proses yaitu mengkoordinir pengendalian perubahan, antara lain change control, deviasi proses dan pemeriksaan kebenaran dan kelengkapan serta mengelola dokumentasi produksi (CPB), quality management risiko. Tugas dari Evaluasi pasca produksi antara lain memantau stabilitas produksi selama masa edar (melalui retained sample) sampai on going stability, melakukan penanganan klaim, evaluasi CPB dan hasil pengujian sebelum pelulusan produk, APR (Annual Product Review).

59 BAB 4 PEMBAHASAN Industri farmasi berfungsi dalam penyediaan berbagai obat yang bermutu dan mempunyai keamanan yang tinggi dan sekaligus dapat diterima masyarakat. Obat yang berkualitas, aman, dan berkhasiat dapat dicapai apabila industri obat menerapkan suatu standar mutu dalam seluruh rangkaian proses produksi. Oleh karena itu, setiap industri farmasi wajib mengikut Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB) sebagai standar mutu dalam produksi obat. PT. Indofarma (Persero) Tbk. sebagai salah satu Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang bergerak di bidang farmasi yang ada di Indonesia telah menerapkan CPOB dalam menjalankan proses produksinya. Penerapan CPOB dan seluruh aspek rangkaian produksi merupakan suatu langkah untuk menjamin mutu obat jadi sehingga memenuhi persyaratan yang ditentukan sesuai dengan tujuan penggunaannya. Selama Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA), peserta melakukan pengamatan terhadap proses pembentukan mutu yang ada di PT. Indofarma (Persero) Tbk. dengan aspek-aspek yang tertuang dalam CPOB. 4.1 Sistem Manajemen Mutu (Quality Management System) Sistem mutu (Quality System) merupakan kerangka kebijakan mutu yang didasarkan pada rangkaian regulasi yang memastikan bahwa produk yang dihasilkan bermutu tinggi untuk pelanggan dan menjaga kepatuhan terhadap regulasi. Manajemen mutu bertujuan untuk menetapkan persyaratan dasar untuk memastikan bahwa sistem mutu diterapkan dengan tepat dan efektif, untuk meyakinkan bahwa produk yang dihasilkan aman, sesuai dengan regulasi, dan tidak membahayakan (berisiko) terhadap pelanggan. Manajemen mutu dipersyaratkan dalam CPOB untuk menjamin pembuatan obat agar sesuai dengan tujuan penggunaannya, memenuhi syarat izin edar, dan tidak menimbulkan risiko dalam penggunaannya karena tidak aman, mutu rendah atau tidak efektif. PT. Indofarma (Persero) Tbk. berdedikasi untuk memperbaiki pelayanan kesehatan dengan menyediakan produk-produk yang bermutu tinggi, aman, efektif, dan terjamin kesesuaiannya. Hal ini dicapai melalui komitmen terhadap 50

60 51 mutu dan sistem manajemen mutu yang berkesinambungan untuk memenuhi persyaratan konsumen dan peraturan yang berlaku di Indonesia. PT. Indofarma (Persero) Tbk. menerapkan sistem pemastian mutu tidak hanya mengandalkan pada pelaksanaan pengujian tertentu saja, namun mutu obat yang diproduksi selalu dipantau dan dikendalikan dalam semua tahap kegiatan. Penerapan sistem manajemen ditunjang oleh partisipasi dan komitmen dari semua personil yang terlibat dalam perusahaan, para pemasok, dan para distributor. Manajemen mutu tersebut dirancang secara menyeluruh dan diterapkan secara benar agar dicapai tujuan mutu secara konsisten dan dapat diandalkan. 4.2 Personalia Ditinjau dari segi organisasi, kualifikasi dan personalia PT. Indofarma (Persero) Tbk. telah berupaya mengikuti pedoman CPOB secara baik. PT Indofarma (Persero) Tbk. dipimpin oleh seorang Direktur Utama yang membawahi 4 Direksi yaitu Direktur Produksi, Direktur Keuangan dan SDM, Direktur Riset dan Pemasaran, dan Direktur Operasi dan Pengembangan. Masing-masing direktur ini membawahi Manajer pada setiap Bidangnya dan untuk membantu pelaksanaan tugas, Manajer dibantu oleh Asisten Manajer, tenaga Supervisor dan Tenaga Terlatih dalam jumlah yang efektif dan efisien untuk melaksanakan kegiatan sesuai dengan prosuder dan spesifikasi yang telah ditentukan. Struktur organisasi PT Indofarma (Persero) Tbk. dirancang untuk memenuhi ketentuan Cara Pembuatan Obat yang Baik dengan garis tanggung jawab yang jelas. Telah terdapat pemisahan kepimimpinan antara Manager Produksi dan Manager Pemastian Mutu pada struktur organisasi. Pemisahan tersebut dilakukan dengan tujuan pengawasan dan pengaturan terhadap masingmasing bidang lebih terfokus sehingga setiap bidang dapat menjalankan tugasnya dengan baik. Uraian tugas dan tanggung jawab setiap personil dinyatakan dengan jelas sehingga setiap bagian dapat menjalankan tugasnya secara efektif dan efisien serta tidak ada tumpang tindih tugas antara satu bagian dengan bagian yang lain. Personalia mempunyai peranan yang penting dimana jumlah karyawan disemua tingkatan hendaklah cukup serta memiliki pengetahuan, keterampilan dan

61 52 kemampuan sesuai dengan tugasnya serta memiliki sikap dan kesadaran yang tinggi untuk mewujudkan tujuan CPOB. Untuk meningkatkan produktivitas, disiplin dan tanggung jawab karyawan, PT Indofarma (Persero) Tbk. menyelenggarakan program pendidikan dan pelatihan secara teratur bagi seluruh karyawan. Materi pendidikan dan pelatihan yang diberikan sesuai dengan bidang pekerjaan masing-masing karyawan, disamping materi umum mengenai LK3 (Lingkungan, Keselamatan dan Kesehatan kerja) dan 5R (Ringkas, Rapi, Resik, Rawat, Rajin) serta mengenai CPOB. Hal ini dilakukan untuk menambah pengetahuan karyawan. Selain itu secara rutin dilakukan perputaran dan perpindahan posisi untuk menghindari kejenuhan bekerja disatu bidang serta memberikan kesempatan untuk menguasai bidang lain. Salah satu faktor pendukung dalam perusahaan adalah sumber daya manusia. Untuk kesejahteraan karyawan telah disediakan sarana olah raga, kesenian, koperasi, poliklinik, apotek dan kantin. Perusahaan juga melakukan evaluasi terhadap karyawan sehingga karyawan akan selalu berusaha untuk meningkatkan kemampuannya. Dalam hal produktivitas kerja, pada setiap produksi dilakukan pengukuran man hour dengan tujuan mengetahui kapasitas kerja karyawan sehingga dapat diperkirkan kapan dan berapa lama suatu proses produksi dan diselesaikan dengan jumlah karyawan dan kapasitas mesin yang ada. Untuk mendukung hal ini suatu metode baru telah dicoba pada lini pengemasan yaitu menyesuaikan dengan tepat jumlah pekerja yang dibutuhkan disesuaikan dengan kapasitas out put mesin sehingga dapat diperoleh produktivitas optimal. PT. Indofarma (Persero) Tbk. telah melakukan kebijakan dalam pengaturan tenaga kerja terutama tenaga harian lepas (THL) yang telah mendapatkan pelatihan CPOB. Para tenaga harian lepas ini ditempatkan pada lini pengemasan produksi I dan II. Kebijakan ini dilakukan karena setiap dua kali masa kontrak selalu ada pergantian dan hal ini sesuai dengan peraturan yang telah dikeluarkan oleh Departemen Tenaga Kerja (Depnaker). Kebijakan ini mempunyai sisi positif dari segi manajemen karena meringankan beban yang dipikul untuk biaya man hours dan menguntungkan dari segi efisiensi biaya produksi. Namun konsekuensinya dengan adanya pergantian karyawan yang

62 53 sering maka pihak manajemen harus sering melakukan pelatihan-pelatihan yang berkala terhadap karyawan baru yang tentunya memerlukan biaya tidak sedikit dan dapat menghambat proses produksi, karena ketrampilan karyawan akan kembali ke tingkat awal lagi dan juga karyawan mengalami rasa gelisah ketika mendekati akhir masa kontrak sehingga menimbulkan beban psikologis dan dapat menurunkan kinerja kerja sumber daya manusia. 4.3 Bangunan dan Fasilitas Bangunan dan peralatan untuk pembuatan obat berdasarkan CPOB harus memiliki desain, konstruksi dan tata letak yang memadai sehingga memudahkan dalam pelaksanaan kerja, pembersihan dan perawatan untuk mencegah terjadinya kontaminasi silang, tercampurnya bahan-bahan yang digunakan dalam proses produksi, peruraian bahan obat serta mencegah terjadinya kesalahan manusia. Sudut-sudut ruangan dalam produksi berbentuk lengkung dengan dinding dicat epoksi, lantai dicat minyak, sehingga mempermudah dalam pembersihan, lantai permukaannya menjadi licin dan rata. Pada ruang Produksi I, bentuk ruangan telah memenuhi syarat CPOB karena ruang sudah tidak memiliki sudut atau semua sudut telah dibuat melengkung dengan lantai, aliran masuk karyawan dan barang telah dipisahkan. Produk ruahan yang dalam bentuk karantina maupun yang telah lulus IPC dan yang m,enunggu kemas telah diletakan di ruang terpisah. Salah satu syarat rancang bangun dan tata letak ruang menurut CPOB adalah pemisahan bangunan untuk pembuatan obat yang mengandung bahanbahan yang dapat menimbulkan sensitifisasi seperti hormon, bahan sitostatika, dan antibiotik tertentu termasuk sediaan penisilin dan turunannya. Hal tersebut dilakukan untuk mencegah tercampurnya obat atau komponen obat yang berbeda serta menghindari kontaminasi silang dengan produk lain. Oleh karena itu, produksi β-laktam dilakukan pada bangunan (rungan) tersendiri dan terpisah dengan produk non β-laktam. Produksi obat β-laktam dilaksanakan di dalam ruang/gedung produksi II yang terpisah dengan produk lain dimana produksi ini dilengkapi dengan peralatan dan pengedali udara/air Handling Unit (AHU). Pada gedung β-laktam,

63 54 tekanan udara di ruang lebih negatif (kecil) di bandingkan udara luar. Hal ini dilakukan untuk mencegah agar kotoran atau debu yang dihasilkan dari produksi β-laktam agar tidak mencemari lingkungan luar ruangan yang dapat menyebabkan terjadinya kontaminasi silang ataupun reaksi hipersensitivitas bagi karyawan lain. Walau termasuk dalam Bidang Produksi II, ruang pada produk steril memiliki persyaratan khusus. Ruangan dibagi dalam empat kelas yaitu ruang kelas A, B, C, D masing-masing dipisahkan dengan ruang antar dan dilengkapi dengan system air lock, air shower, pass box, dan system AHU (Air Handling Unit) yang memiliki peranan dalam pengaturan suhu, kelembaban, tekanan dan sirkulasi udara. Pada ruang kelas A dilengkapi dengan LAF (Laminar Air Flow) dan HEPA Filter. Peralatan yang dipakai menggunakan bahan stainless steel yang tidak akan bereaksi dengan bahan selama proses. Penempatan peralatan diatur sedemikian rupa untuk menjamin keleluasaan kerja operator dan mencegah terjadinya kekeliruan atau kontaminasi silang antar bahan selama produksi. Peralatan dan mesin yang ada di PT. Indofarma (Persero) Tbk. dikalibrasi dan divalidasi secara berkala untuk memastikan bahwa bahwa peralatan dan mesin tersebut senantiasa berfungsi sesuai dengan tujuannya. Pembersihan peralatan dilakukan setalah peralatan tersebut digunakan kemudian diberikan label bersih. Sebelum digunakan, peralatan diperiksa seperti yang tertera dalam validasi pembersihan pada CPOB. Untuk proses pengendalian, dalam label bersih mesin-mesin pencetakan dituliskan juga bahan yang digunakan sebelumnya. Kontaminasi akibat kelalaian kebersihan diharapkan tidak terjadi dengan sistem ini. Kontaminasi juga dapat terjadi dari bahan-bahan yang masih terdapat dalam mesin itu diakibatkan oleh pembersihan yang tidak sempurna untuk itu perlu dilakukan validasi pembersihan untuk menghindarkan kontaminasi. Gudang penyimpanan bahan awal ataupun gudang penyimpanan produk jadi dijaga dan dipelihara sehingga barang-barang terlindung dari pengaruh yang merugikan. Pengaruh tersebut antara lain perubahan temperatur dan kelembaban, adanya debu, bau serta binatang yang masuk. Bidang penyimpanan PT. Indofarma (Persero) Tbk. melakukan pemisahan terhadap barang yang berbahaya dan sensitif

64 55 dengan adanya gudang solven dan gudang betalaktam yang letaknya terpisah dengan gudang utama. Kegiatan penerimaan sistem FIFO (First In First Out) dan FEFO (First Expire date First Out) serta selalu dicatat kedalam kartu stok. 4.4 Peralatan CPOB menyatakan bahwa rancangan dan konstruksi peralatan harus ditempatkan dan dikualifikasi dengan tepat, dan ukuran memadai. Sebelum digunakan harus dilakukan kualifikasi, seperti kualifikasi desain, kualifikasi instalasi, kualifikasi operasional, dan kualifikasi kinerja. Alat harus mudah dibersihkan, dikalibrasi, diberikan penandaan dan pemberian nomor untuk tiap peralatan utama (kecuali digunakan untuk satu jenis produk). Bagian peralatan yang bersentuhan dengan bahan awal, produk antara, dan produk jadi tidak boleh bereaksi, mengadisi atau mengabsorbsi. Peralatan yang ada harus diberikan perawatan menurut jadwal yang tepat agar berfungsi dengan baik dan mencegah terjadinya pencemaran. Prosedur perawatan harus tervalidasi dan catatan pemeliharaan harus didokumentasikan dengan baik. Peralatan diberi jarak yang sesuai antara alat yang satu dengan lainnya untuk mencegah terjadinya kesesakan, kekeliruan, pencemaran silang, campur baur, dan tidak mengganggu kerja alat. Peralatan yang digunakan dalam proses pembuatan obat di PT. Indofarma (Persero) Tbk. memiliki rancangan, konstruksi, serta ukuran yang memadai. Alatalat yang digunakan secara langsung dalam proses produksi terbuat dari stainless steel yang merupakan bahan tahan karat dan tidak menimbulkan kontaminasi jika bersentuhan dengan bahan dalam proses produksi sehingga tidak mempengaruhi identitas, mutu, atau kemurnian produk. Peralatan disimpan dalam keadaan bersih dan kering serta diberi nomor identitas yang jelas. Peralatan yang telah bersih diberi label Bersih disertai dengan tanggal saat dibersihkan dan tanggal harus dibersihkan kembali. Penempatan peralatan diatur sedemikian rupa untuk menjamin keleluasaan kerja operator dan mencegah terjadinya kekeliruan atau kontaminasi silang antar bahan selama produksi. Peralatan dan mesin yang ada di PT. Indofarma (Persero) Tbk. dikalibrasi dan divalidasi secara berkala untuk memastikan bahwa bahwa peralatan dan mesin tersebut senantiasa berfungsi sesuai dengan tujuannya.

65 56 Peralatan yang digunakan untuk menimbang, mengukur, memeriksa, dan mencatat diperiksa ketepatannya dan dikalibrasi sesuai program dan prosedur yang ditetapkan secara berkala, ada juga yang perlu di verifikasi setiap hari. Pemeriksaan terhadap peralatan yang akan digunakan dilakukan setiap hari atau sebelum peralatan tersebut akan digunakan sehingga dapat dipastikan bahwa peralatan dalam keadaan baik. Tanggal kalibrasi, perawatan, dan kalibrasi ulang dicantumkan secara jelas pada peralatan tersebut. Perawatan pada peralatan dilakukan sesuai protap untuk mencegah terjadinya pencemaran yang dapat mempengaruhi identitas, mutu atau kemurnian produk. Pelaksanaan perawatan dan pemakaian peralatan dicatat dalam buku besar alat yang menunjukkan tanggal, waktu, produk, kekuatan, dan nomor bets atau nomor lot produk yang sedang diolah. 4.5 Sanitasi dan Higiene Sanitasi dan higiene karyawan merupakan hal penting yang harus diperhatikan. PT. Indofarma (Persero) Tbk. memiliki kotak P3K (Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan), toilet, tempat cuci tangan dan ruang istirahat yang terpisah dari ruang produksi. Kantin juga diatur sedemikian rupa sehingga lokasinya mudah dijangkau dan tidak berhubungan langsung dengan gedung produksi yang dapat menggangu jalannya proses produksi. Setiap personil PT. Indofarma (Persero) Tbk. menjalani pemeriksaan kesehatan secara rutin untuk menjaga kesehatannya karena kesehatan sangat mempengaruhi mutu produk. Sanitasi dan higiene pada bangunan harus memiliki toilet dengan ventilasi yang baik dan tempat cuci tangan, loker, ruang makan yang memadai, kantong sampah yang tersedia dan dapat diganti setiap hari. Setiap bagian produksi memiliki toilet, tempat cuci tangan dan ruang istirahat yang terpisah dari ruang produksi. Setiap bangunan harus dibersihkan setiap hari tiga kali untuk menjaga kebersihan. Peralatan dibersihkan sesudah produksi baik bagian dalam maupun luar sesuai dengan protap. Sebelum dipakai kebersihan diperiksa lagi untuk memastikan bahwa seluruh produk atau bahan dari bets sebelumnya telah dihilangkan dan ditandai bahwa peralatan telah bersih. Peralatan juga harus

66 57 dibersihkan setiap selesai pemakaian. Pembersihan harus dilakukan sesuai dengan protap yang ditetapkan. Dalam CPOB dikenal tiga jenis penyebab kontaminasi yaitu bahan kimia, mikroba, dan partikel asing. Untuk menghindari kontaminsi dari bahan kimia dibuat aturan-aturan agar personel tidak berinteraksi secara langsung dengan produk karena selain dapat mengkontaminasi produk, bahan kimia pun dapat mengkontaminsi karyawan. Untuk mencegah kontaminasi dari karyawan terhadap produk atau dari produk terhadap karyawan, maka setiap karyawan/setiap personil yang akan masuk ke dalam ruang produksi harus mencuci tangan terlabih dahulu, pada saat memasuki ruangan tersebut harus mengenakan pakaian pelindung yang sesuai dengan kegiatan yang dilaksanakan. Pakaian pelindung tersebut meliputi baju khusus ruang produksi, masker, topi, penutup rambut, sarung tangan dan sepatu khusus ruang produksi untuk menghindari terjadinya pencemaran potensial. Setiap karyawan juga dilarang bersentuhan langsung dengan produk baik produk ruahan maupun produk jadi untuk menghindari tercemarnya produk maka harus memakai sarung tangan. Setiap karyawan dilarang merokok, minum, makan atau membawa makanan dan minuman di ruang produksi, laboratorium, dan area lain untuk menghindari tercemarnya produk. Manajer, asisten manajer, supervisor dan mandor senantiasa memperhatikan, mengawasi serta melakukan pendekatan kepada karyawan untuk memakai perlengkapan kerja dengan lengkap. Tujuannya untuk mencegah terjadinya kontaminasi dan melindungi karyawan dari bahaya obat yang merupakan racun bagi manusia. Disarankan untuk terus melakukan pendekatan dan pengawasan, memotivasi serta meningkatkan kedisiplinan karyawan dalam hal perlengkapan kerja. Hal ini dapat dilakukan dengan pendekatan secara audio visual yaitu dengan melibatkan karyawan tersebut sebagai peraga sehingga diharapkan lebih mudah diingat dan dilaksanakan. Prosedur sanitasi dan higiene dievaluasi secara berkala untuk memastikan bahwa prosedur yang bersangkutan masih cukup efektif dan selalu memenuhi persyaratan.

67 Produksi Proses produksi di PT. Indofarma (Persero) Tbk. melibatkan semua bagian yang berada dibawah direktorat produksi. Proses produksi berpedoman kepada Perintah Pengolahan (PP) dan Catatan Pengolahan Bets (CPB) dimana formula dan proses telah divalidasi melalui pelaksanaan trial produksi dari litbang. Sistem penomoran ditetapkan untuk memudahkan pengendalian selama produksi berlangsung dan penelusuran kembali apabila ada keluhan produk dari konsumen. Proses produksi di Bidang Produksi I yaitu produksi tablet dan kapsul non β-laktam dengan menggunakan sistem vertical closed system, yang mana proses pemindahan bahan baku atau produk antara dilakukan dengan memanfaatkan gaya gravitasi bumi atau menggunakan Bin yang terbuat dari baja tahan karat. Sistem ini memberikan banyak keuntungan antara lain menghemat lahan yang dibutuhkan karena bangunan dibuat bertingkat, menghemat waktu dan pengggunan tenaga manusia, mengurangi kemungkinan terjadinya kontaminasi, serta memungkinkan untuk mengolah produk dengan ukuran bets yang besar. Pemindahan bahan baku selama proses produksi dilakukan secara sistem tertutup menggunakan AZO (powder pneumatic transport) untuk pemindahan bahan yang akan dicampur. Sedangkan untuk mengirimkan campuran bahan ke dalam bin dari lantai tiga ke lantai dua atau ke lantai satu menggunakan tunel. Proses pengemasan berada dibawah bidang ini untuk memudahkan koordinasi karena besarnya volume produksi. Bidang produksi II membawai 3 seksi yaitu seksi salep, sirup, serbuk, seksi beta laktam, dan seksi produksi steril. Pelaksanaan proses produksi di bidang produksi II menggunakan sistem vertical closed system yang ditetapkan untuk produksi oralit. Sedangkan untuk produksi sediaan beta laktam menggunakan horizontal closed system. Pada saat dikeluarkan Perintah Pengolahan (PP) dan Perintah Kemas (PK) dikenal ada dua proses yaitu, in line process (one line process) dan non in line process. In line process yaitu proses dimana hasil produksi langsung dikemas dalam wadah pengemasan, PP dan PK dikeluarkan bersama-sama. Jadi mulai dari bahan awal sampai menjadi menjadi produk dalam kemasan akhir, proses tidak terputus. Proses ini ditetapkan untuk produk cair, sirup cair, sirup kering, salep

68 59 dan oralit. Sedangkan non in line process PP dan PK tidak dikeluarkan secara bersama-sama. Setelah PP dikeluarkan dimulailah proses penyiapan bahan awal sampai menjadi produk yang siap dikemas. Produk ini dikarantina menunggu hasil pengujian kemudian dikeluarkan PK. Proses ini ditetapkan pada proses pembuatan kapsul, tablet, dan sediaan steril. Seksi produksi steril bertanggung jawab terhadap proses produksi sediaan steril termasuk proses pengemasan produk dan pemeriksaan kejernihan sediaan ampul dan pencetakan label. Bidang produksi herbal secara keseluruhan telah mengacu pada Cara Pembuatan Obat Tradisional yang Baik (CPOTB), baik bangunan, personalia, peralatan dan proses produksinya. PT. Indofarma (Persero) Tbk sudah mempunyai pusat ekstraksi yang digunakan sebagai sarana pengolahan dari bahan alam yang modern meliputi unit ekstraksi, destilasi dan produksi yang dilengkapi fasilitas produksi sendiri. Pengadaan bahan baku dilakukan melalui petani binaan. Pembentukan petani binaan dimaksudkan agar simplisia yang dihasilkan dapat terjamin mutunya, selanjutnya simplisia dilakukan standarisasi simplisia sebagai bahan baku ekstrak yang disesuaikan dengan buku resmi yang digunakan (Materia Medika Indonesia). Pengadaan bahan baku dan penolong yang berasal dari luar negeri dilakukan secara impor langsung dari suplier luar negeri atau melalui perwakilan agen di dalam negeri. Pengadaan bahan baku produksi dilakukan secara sekaligus dengan pengaturan waktu penyerahan barang sesui dengan jadwal penggunaan. Pengaturan Jadwal Kedatangan Barang (JKB) dilakukan berdasarkan kemampuan keuangan, jadwal produksi dan kapasitas gudang yang tersedia. Bidang Logistik Bahan Awal bertugas untuk menerima, menyimpan, dan mengeluarkan bahan awal. Kegiatan dilakukan secara fisik dan administratif, dimana barang yang di gudang harus sama secara fisik dengan yang tertulis secara administratif. Gudang penyimpanan di PT. Indofarma (Persero) Tbk. telah dijaga dan dipelihara sedemikian rupa sehingga barang barang terlindung dari pengaruh yang dapat merugikan, antara lain temperatur, dan kelembaban, adanya debu serta binatang yang masuk. Barang yang masuk ke gudang diletakan di area tertentu dan diberikan label karantina sampai Bidang Pemastian Mutu meluluskan barang

69 60 tersebut. Sistem penomoran bahan awal digunakan menggunakan sistem lot yang terdiri dari 12 digit, 3 digit pertama menunjukan kode supplier 2 digit menunjukan tahun, 2 digit menunjukan bulan, 2 digit menunjukan tanggal, dan 3 digit terakhir menunjukan nomor urut. Kegiatan penerimaan dan pengeluaran barang sudah diatur sedemikian rupa sehingga mengikuti sistem FIFO ( First In First Out ) dan FEFO ( First Expired First Out ) selalu dicatat dalam kartu stok. Bidang Perencanaan dan Pengendalian Produksi dan Persediaan (PPPP) merupakan jembatan komunikasi antara pemasaran, SCM, produksi, pengadaan, penyimpanan dan pengembangan produk. Perencanaan produksi dilakukan sebaik mungkin dengan mempertimbangkan berbagai faktor sehingga tidak terjadi penimbunan atau kekurangan stok barang. Penyusunan Rencana Produksi Tahunan (RPT) oleh PPPP dilakukan sesuai permintaan marketing yang kemudian dibuat dalam Rencana Produksi Bulanan (RPB). PPPP harus dapat menyusun rencana dengan menyesuaikan permintaan marketing yang berdasarkan kebutuhan pasar dan Bidang Produksi dengan mempertimbangkan anggaran, persediaan bahan baku, jadwal, kapasitas produksi dan peralatan yang tersedia. Bidang Pengadaan kemudian melakukan pembelian bahan berdasarkan RPT dan RPB dengan memperhatikan kemampuan keuangan, lama waktu tunggu (lead time) dan kapasitas gudang yang tersedia. Bidang Penelitian dan Pengembangan (Litbang) diharapkan mampu mengembangkan diri secara optimal dalam kemajuan perusahaan. Litbang mempunyai peran yang penting dalam mendukung kegiatan operasional dan pengembangan perusahaan. Meskipun produk utama PT. Indofarma (persero) Tbk. merupakan obat-obat generik, namun Litbang tetap dibutuhkan untuk dapat menyusun formula induk bagi produk-produk yang akan dibuat, yang biasanya merupakan me too produk. Peran bidang Litbang dibutuhkan untuk membuat formula alternatif agar produk yang dihasilkan tetap memenuhi persyaratan. Disamping obat generik, saat ini PT. Indofarma (Persero) Tbk. telah melakukan pengembangan kearah produk herbal medicine. Hal tersebut merupakan tantangan sekaligus beban tugas bagi Litbang untuk dapat terus melakukan inovasi dan mengembangkan produk-produk baru. Bidang Litbang masih memiliki beberapa kelemahan antara lain formula yang sangat sulit untuk diproduksi dan sering kali

70 61 membutuhkan reformulasi ataupun reproses. Dengan adanya reproses terhadap suatu produk, akan menyebabkan kerugian, baik dari segi biaya, waktu dan tenaga. Untuk mengatasi masalah-masalah seperti itu, hendaknya dilakukan evaluasi terhadap formula induk. Selama perusahaan melakukan renovasi, perusahaan melakukan outsourcing sebagai aktifitas produksi dengan melakukan toll out manufacturing. Kondisi ini dilakukan untuk memenuhi kebutuhan pesanan, meskipun disadari pada gilirannya akan menambah biaya produksi. Sebab, selain tetap harus mengeluarkan dana tetap produksi, perusahaan juga harus mengeluarkan dana tambahan untuk toll out manufacturing ini. PT. Indofarma (Persero) Tbk. masih menjadi leader market untuk pasar obat generik di Indonesia. 4.7 Pengawasan Mutu Produk-produk yang dihasilkan oleh PT. Indofarma (persero) Tbk. adalah produk yang memiliki mutu sesuai CPOB. PT. Indofarma (Persero) Tbk. juga menghasilkan obat generik berlogo yang bertujuan untuk menyediakan obat-obat dengan harga terjangkau dan bermutu sehingga dapat meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Bidang pemastian mutu merupakan bidang yang bertanggung jawab terhadap mutu produk dengan mengadakan pengawasan mulai dari bahan baku yang diterima sampai dihasilkannya obat jadi. Bidang ini juga melakukan evaluasi terhadap contoh pertinggal (Retained Sampel) secara berkala. Bidang pemastian mutu bekerja sebelum, selama, dan setelah proses produksi. Sebelum proses, proses produksi bersama-sama dengan bidang Litbang. Bidang pemastian mutu melakukan pengujian yang meliputi proses produksi, kondisi ruang, peralatan, hasil produksi dan pengawasan terhadap limbah hasil proses produksi. Setelah proses produksi bidang pemastian mutu memastikan bahwa selama penyimpanan dan proses distribusi berjalan dengan semestinya hingga produk tetap dalam keadaan utuh, baik secara fisik maupun aktivitasnya. Pengujian mutu dilakukan dari awal yaitu mulai barang masuk sampai menjadi produk jadi. Selama proses produksi masih berlangsung, bidang pengawasan mutu melakukan In Proces Control (IPC) untuk menjamin mutu

71 62 produk yang dihasilkan. Tiap proses produksi mengikuti prosedur tetap yang ditentukan oleh perusahaan dan data-datanya akan tertuang dalam Batch Record (Catatan produksi Bets). Bidang pemastian mutu juga menerapkan CPOB, dimana selama pelaksanaan pengujian produk, bidang pemastian mutu berusaha membangun mutu kedalam produk dengan menerapkan sistem manajemen mutu terpadu. Dengan maksud bahwa mutu adalah tanggung jawab semua pihak sesuai fungsinya masing-masing. Sebagai acuan digunakan Farmakope Indonesia, dan acuan lainnya seperti USP, BP dan acuan standar lainnya. Selain itu untuk memastikan bahwa proses produksi dan pengujian yang dilakukan akan memberikan hasil yang meyakinkan, dilakukan kalibrasi terhadap alat-alat yang digunakan dilanjutkan dengan validasi proses serta validasi metode analisa. Kedua tahap tersebut dilakukan secara berkala. 4.8 Inspeksi Diri dan Audit Mutu Inspeksi diri dan audit mutu dilakukan untuk mengetahui kekurangan atas pemenuhan CPOB, baik yang kritis, yang berdampak besar maupun yang berdampak kecil. Inspeksi diri dilakukan secara independent oleh orang yang kompeten, yaitu terkualifikasi dan mempunyai pengalaman yang memadai dalam melakukan inspeksi diri. Untuk inspeksi diri, PT. Indofarma (Persero) Tbk. membentuk suatu seksi pengendalian sistem yang ada dibawah bidang pemastian mutu direktorat produksi. Program inspeksi diri dalam aspek produksi dan audit mutu selalu memenuhi pedoman CPOB dan ISO. IQA (Internal Quality Audit) merupakan bagian dari pemastian mutu dan biasanya dilaksanakan melalui pembentukan tim inspeksi diri yang diseleksi. Untuk audit mutu, dilakukan secara internal (oleh tim yang ditunjuk oleh perusahaan yang berasal dari berbagai bidang dalam perusahaan itu sendiri) dan eksternal (oleh pihak luar yang ditunjuk oleh perusahaan). Hasil akhir inspeksi diri dan audit mutu digunakan untuk meningkatkan kualitas dari perusahaan. Frekuensi inspeksi diri tertulis dalam prosedur tetap inspeksi diri. Prosedur dan catatan inspeksi diri didokumentasikan dan dibuat program tindak lanjut yang

72 63 efektif. Untuk mendapatkan standar inspeksi diri yang seragam, maka disusun daftar periksa secara lengkap yang mengandung pertanyaan mengenai ketentuan CPOB yang meliputi personalia, bangunan termasuk fasilitas untuk personel, perawatan bangunan dan peralatan, penyimpanan bahan awal, bahan pengemas dan obat jadi, peralatan, pengolahan, dan pengawasan selama proses, pengawasan mutu, dokumentasi, sanitasi dan higiene, program validasi dan revalidasi, kalibrasi alat atau sistem pengukuran, prosedur penarikan kembali obat jadi, penanganan keluhan, pengawasan label dan hasil inspeksi diri sebelumnya dan tindakan perbaikan. 4.9 Penanganan Keluhan Terhadap Produk, Penarikan Kembali Produk dan Produk Kembalian Keluhan terhadap obat dapat berasal dari konsumen maupun pemerintah (Badan POM). Semua keluhan dan laporan diteliti dan dievaluasi dengan cermat kemudian diambil tindak lanjut yang sesuai dan dibuat laporan. Tindakan yang diambil dapat berupa tindakan perbaikan yang diperlukan, penarikan kembali bets obat atau seluruh obat yang bersangkutan dan tindak lanjut yang sesuai. Semua keluhan tersebut dan laporan ditangani oleh Bidang Pemastian Mutu. Selain itu Bidang Pemastian Mutu juga melakukan Post Marketing Survailance untuk memantau produk-produk yang telah beredar. Catatan mengenai keluhan, penarikan kembali dan obat kembalian disimpan sebagai arsip perusahaan yang mencakup nama produk, kekuatan, bentuk sediaan, bentuk kemasan, nomor batch, alasan pengembalian, jumlah yang dikembalikan, tanggal pemusnahan, dan metode pemusnahan akhir. PT. Indofarma (Persero) Tbk. selalu menanggapi dengan cepat apabila ada keluhan terhadap obat yang telah didistribusikan dengan cara melakukan pembandingan dan pemeriksaan kembali terhadap contoh pertinggal. Bidang Pemastian mutu akan melakukan analisa, evaluasi dan perbaikan-perbaikan serta bila perlu akan dilakukan penarikan produk obat yang bersangkutan. Tanggapan terhadap keluhan tersebut dapat berupa saran-saran mengenai penanganan obat yang mengalami kerusakan.

73 Dokumentasi Dokumentasi merupakan bagian dari sistem informasi manajemen yang meliputi spesifikasi, prosedur, metode, dan instruksi, perencanaan, pelaksanaan, pengendalian serta evaluasi seluruh rangkaian kegiatan pembuatan obat. Dokumentasi sangat penting untuk memastikan setiap operator mendapat instruksi secara rinci dan jelas mengenai bidang tugas yang dilaksanakan, sehingga memperkecil resiko terjadinya salah tafsir dan kekeliruan yang biasanya timbul karena hanya mengandalkan komunikasi lisan. Sistem dokumentasi juga digunakan dalam pemantauan dan pengendalian contohnya pada kondisi lingkungan, perlengkapan, dan personalia. Selain itu sistem dokumentasi juga menggambarkan riwayat lengkap dari setiap batch atau lot dari suatu produk sehingga memungkinkan penyelidikan serta penelusuran terhadap batch atau lot produk yang bersangkutan. Semua kegiatan yang dilakukan di PT. Indofarma (Persero) Tbk. selalu didokumentasikan antara lain dengan adanya SOP (Standartd Operational Procedure) sebagai panduan kerja kepada karyawan dalam pelaksanaan proses produksi suatu sediaan. Oleh karena itu apabila terdapat suatu kesalahan di dalam tahapan produksi dapat di cek ulang dengan mudah. CPOB mensyaratkan dokumen-dokumen sebagai berikut: spesifikasi bahan baku, bahan pengemas, produk antara, dan obat jadi, dokumen produksi, dokumen pengawasan mutu, dokumen penyimpanan dan distribusi, dokumen pemeliharaan, pembersihan, dan pemantauan kondisi ruangan dan peralatan, dokumen keluhan terhadap obat, penarikan kembali obat, obat kembalian dan pemusnahan obat, dokumen untuk peralatan khusus, prosedur dan catatan inspeksi diri, dan pedoman catatan pelatihan CPOB bagi karyawan. Dokumentasi yang dilakukan di PT. Indofarma (Persero) Tbk. sudah cukup baik, misalnya adanya protap, batch record, catatan metode pengujian, catatan sanitasi dan higiene dan dokumen lain telah sesuai dengan CPOB serta telah disimpan dengan baik dan benar sesuai dengan sifat dari dokumen-dokumen tersebut.

74 Pembuatan dan Analisa Berdasarkan Kontrak Pembuatan dan analisa berdasarkan kontrak mencakup dua hal utama, yaitu pemberi kontrak dan penerima kontrak. Pembuatan dan analisa kontrak harus dibuat secara benar, disetujui dan dikendalikan untuk menghindari kesalah pahaman yang dapat menyebabkan produk atau pekerjaan berada pada mutu yang tidak memuaskan. PT. Indofarma (Persero) Tbk. selaku perusahaan yang bekerja sama dengan pihak lain dalam pengadaan bahan untuk produksi, selalu diawasi oleh bagian Pemastian Mutu. Tiap bahan yang diterima disertai sertifikat analisis dan tiap wadah yang telah diperiksa diberi tanda pelulusan. Pemberi kontrak bertanggung jawab untuk menilai kompetensi penerima kontrak dalam melaksanakan pekerjaan atau pengujian yang diperlukan dan memastikan bahwa prinsip dan pedoman CPOB diikuti. Pemberi kontrak juga harus menyediakan informasi yang diperlukan kepada penerima kontrak untuk melaksanakan pekerjaan kontrak secara benar sesuai ijin edar dan persyaratan lain, serta memastikan bahwa semua produk yang diproses dan bahan yang dikirimkan oleh penerima kontrak memenuhi spesifikasi yang ditetapkan. Penerima kontrak harus mempunyai gedung dan peralatan yang cukup, pengetahuan dan pengalaman serta personel yang kompeten untuk melakuakan pekerjaan yang diberikan oleh pemberi kontrak. Penerima kontrak memastikan bahwa semua produk dan bahan yang diterima sesuai dengan tujuan penggunaannya. Pemberi kontrak hendaklah tidak mengalihkan pekerjaan atau pengujian sesuai dengan kontrak. Kontrak harus dibuat secara jelas antara pemberi dan penerima kontrak dengan menetapkan tanggung jawab masing-masing pihak yang berhubungan dengan produksi dan pengendalian mutu produk Kualifikasi dan Validasi PT. Indofarma (Persero) Tbk. telah menerapkan kualifikasi dan validasi yang baik sesuai dengan CPOB. Kualifikasi dilakukan terhadap alat maupun ruangan yang digunakan di PT. Indofarma (Persero) Tbk., meliputi kualifikasi desain, kualifikasi instalasi, kualifikasi operasional, dan kualifikasi kinerja. Kualifikasi dilakukan terhadap alat baru dan setelahnya dilakukan rekualifikasi

75 66 secara rutin yang dilakukan setiap tiga tahun sekali jika tidak terjadi perubahan yang mempengaruhi instalasi, operasional dan kinerja alat tersebut. Kualifikasi dilakukan untuk memastikan alat maupun ruangan yang digunakan memenuhi standar atau tidak. Penilaian juga dapat dilakukan dengan mengevaluasi dokumen kalibrasi alat dan catatan pemeliharaan. Validasi yang dilakukan di PT. Indofarma (Persero) Tbk. meliputi validasi proses, validasi pembersihan, validasi metode analisis, validasi mediafill, validasi sistem komputerisasi, dan validasi ulang. Validasi tersebut dilakukan terhadap fasilitas, peralatan, dan proses yang dapat mempengaruhi mutu produk. Pelaksanaan validasi dilakukan secara berkala untuk menjamin bahwa fasilitas, peralatan, dan proses dapat memberikan hasil yang tepat dan sesuai dengan standar yang ditetapkan. Kualifikasi ulang terhadap peralatan dilakukan jika terjadi pemindahan alat, alat mengalami perbaikan atau terjadi penambahan komponen pada alat untuk meningkatkan kinerja alat tersebut. Kualifikasi ulang tersebut dilakukan dengan tujuan mengoptimalkan kondisi alat yang ada sehingga produk akhir yang dihasilkan memiliki mutu yang terjamin untuk setiap betsnya.

76 BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan a. PT. Indofarma (Persero) Tbk. telah menerapkan setiap aspek CPOB dengan baik sehingga mampu menghasilkan produk yang memenuhi persyaratan mutu yang telah ditetapkan dan menghindari kesalahan dalam proses produksi obat. b. Kegiatan di PT. Indofarma (Persero) Tbk. meliputi proses manufaktur (proses produksi hingga pada proses pengolahan dan pengemasan), pemastian mutu, pengawasan mutu dan bagian perkantoran. Masing-masing bersifat independen dan memiliki tanggung jawab sendiri, namun bertanggung jawab bersama pada penerapan CPOB dalam kegiatan pembuatan sediaan farmasi untuk menjamin mutu produk yang dihasilkan. c. Apoteker memegang peranan yang sangat penting dalam industri farmasi, terutama sebagai kepala bagian produksi, kepala bagian pengawasan mutu, dan kepala bagian pemastian mutu. Fungsi Apoteker adalah sebagai tenaga profesional yang ikut dalam menentukan kualitas produk yang dihasilkan melalui keahliannya dalam dunia kefarmasian Saran a. PT Indofarma (Persero) Tbk. diharapkan agar kedepannya terus meningkatkan mutu produk baik generik, branded dan herbal dengan terus menerapkan pedoman CPOB dan CPOTB. b. Perlu peningkatan kuantitas sumber daya manusia pada masing-masing departemen terutama pada bagian Quality Assurance (QA). c. Meningkatkan kemampuan, pengetahuan dan kesadaran akan pentingnya CPOB bagi karyawan melalui pelatihan-pelatihan yang dilakukan secara berkala. 67

77 68 DAFTAR ACUAN Badan Pengawasan Obat dan Makanan. (2006). Pedoman Cara Pembuatan Obat Yang Baik. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Bidang Penelitian dan Pengembangan. (2011). Peran, Fungsi Bidang Litbang Produk. Cibitung: PT. Indofarma (Persero) Tbk. Bidang Pengadaan. (2011). Mekanisme dan Pelaksanaan Pengadaan Bahan di PT. Indofarma. Cibitung: PT. Indofarma (Persero) Tbk. Bidang Program Kemitraan dan Bina Lingkungan. (2011). Pelaksanaan Program Kemitraan dan Bina Lingkungan. Cibitung: PT. Indofarma (Persero) Tbk Bidang PPPP. (2011). Peran, Fungsi dan Manajemen PPIC. Cibitung: PT. Indofarma (Persero) Tbk. Bidang Produksi I. (2011). Tinjauan Umum dan Mekanisme Produk pada Bidang Produksi I. Cibitung: PT. Indofarma (Persero) Tbk. Bidang SBD. (2011). Strategi, Pengembangan Produk dan Bisnis. Cibitung: PT Indofarma (Persero) Tbk. Bidang SDM. (2011). Kebijakan, Penanganan SDM beserta Problematikanya. Cibitung: PT. Indofarma (Persero) Tbk Bidang Teknik dan Pemeliharaan. (2011). Operasional Bidang Teknik dan Utilities. Cibitung: PT. Indofarma (Persero) Tbk. Bidang Quality Assurance. (2011). Fungsi, Mekanisme pada Bidang Pemastian Mutu, Sistem Mutu serta Penerapan CPOB di PT. Indofarma. Cibitung: PT. Indofarma (Persero) Tbk. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2010). Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1799/Menkes/Per/XII/2010 tentang Industri Farmasi. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. PT. Indofarma Tbk. (2010). Oasis, Media Komunikasi dan Informasi Indofarma Group. Edisi Mei-Juni Bekasi: PT. Indofarma (Persero) Tbk. Probowinanto. (2011). Pengenalan PT. Indofarma (Persero) Tbk. Cibitung: PT. Indofarma (Persero) Tbk.

78 LAMPIRAN

79 Lampiran 1. Struktur Organisasi PT. Indofarma (Persero) Tbk. DEWAN KOMISARIS KOMITE AUDIT DIREKTUR UTAMA DIREKTUR PRODUKSI DIREKTUR KEUANGAN & SDM DIREKTUR RISET & PEMASARAN DIREKTUR OPERASI & PENGEMBANGAN PPIC KEUANGAN RISET PASAR OPERASI & PENGEMBANGAN USAHA INDUK PRODUKSI 1 PRODUKSI 2 LITBANG QUALITY CONTROL LOGISTIK BAHAN AWAL TEKHNIK DAN PEMELIHARAAN AKUNTANSI ANGGARAN & PENGENDALIAN KEUANGAN SDM UMUM SALES & MARKETING INSTITUSI SALES & MARKETING REGULER SALES & MARKETING EXPORT GROUP PRODUCT MARKETING SUPPORT & MONITORING LOGISTIK PRODUK JADI OPERASI & PENGEMBANGAN ANAK PERUSAHAAN MITRA STRATEGI PENGEMBANGAN PRODUK KESEHATAN PENGEMBANGAN JASA TEKHNIK (HEALTH CARE) CORPORATE PERFORMANCE MANAGEMENT PURCHASING CORPORATE SECRETARY & GCG RISK MANAGEMENT & COMPLIANCE SATUAN PENGAWASAN INTERNAL TEKHNOLOGI INFORMASI & DATA SUPPLY CHAIN MANAGEMENT QUALITY ASSURANCE

80 70 Lampiran 2. Struktur Organisasi Direktorat Produksi PRODUKSI Produksi I Produksi II Produksi LBA I Teknik Produksi dan Pemelihara I an Produksi PPPP I Produksi Litbang I Produksi Pengawasan Mutu I Solid I Betalaktam Produksi BA dan BP I Produksi Perencanaan Evaluasi & Workshop I I Produksi Perencanaan &Pengenda I lian Bahan Formulasi Produksi I Produksi Pengujian bahan Awal I & Pengemas Solid II Salep, Sirup & Serbuk Produksi Kemasan I Pemelihara Produksi an I Produksi Produksi Perencanaan &Pengendali I an Produksi I Produksi Metode Analisis I Produksi IPC & Pengujian I Produk Pengemasan Steril Dispensing Produksi I Pemelihara Produksi an Utilities I Produksi Perencanaan &Pengendali I an Produksi II Registrasi Produksi I Produksi Pengujian Mikro I biologi Herbal Produksi Rekayasa I Produksi Toll Manufacturi I ng Produksi Pengemba ngan I Kemasan

81 71 Lampiran 3. Proses Pembuatan Massa pada Solid I PP dari PPPP Permintaan bahan ke LBA Penerimaan bahan dari LBA Pencampuran awal Pencampuran Akhir Granulasi Kering Pengeringan Granulasi Basah Pengiriman massa ke solid II (BPBA) Lampiran 4. Proses Pencetakan/Pengisian dan Penyalutan pada Solid II Massa dari Solid I Pencetakan Pengujian tablet inti Penyalutan Pengisian Pengujian produk ruahan Penyerahan ke pengemasan (BPPR) Lampiran 5. ProsesPengemasan PP dari PPPP Permintaan bahan ke LBA Penerimaan bahan dari LBA Pencampuran awal Pencampuran Akhir Granulasi Kering Pengeringan Granulasi Basah Pengiriman massa ke solid II (BPBA)

82 72 Lampiran 6. Proses Pengolahan dan Pengemsan Produk Solid Herbal

83 73 Lampiran 7. ProsesPengolahan dan Pengemasan Produk Cair Herbal

84 UNIVERSITAS INDONESIA PEMBUATAN LAPORAN KUALIFIKASI OPERASIONAL OVEN JENN CHIANG NO SERI TUGAS KHUSUS PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DISUSUN OLEH: DINA WIDIASTUTI, S. Farm ANGKATAN LXXIV PROGRAM PROFESI APOTEKER DEPARTEMEN FARMASI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM DEPOK JUNI 2012

85 DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL... i DAFTAR ISI... ii DAFTAR GAMBAR... iii DAFTAR LAMPIRAN... iv 1. PENDAHULUAN Latar Belakang Tujuan Tujuan Umum Tujuan Khusus TINJAUAN PUSTAKA Kualifikasi Mesin dan Peralatan produksi Kualifikasi Kualifikasi Rancangan Kualifikasi Instalasi Kualifikasi Operasional Kualifikasi Kinerja Oven Teori Pengering Sistem Bidang Statis METODE KUALIFIKASI PEMBAHASAN KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Saran DAFTAR ACUAN ii

86 DAFTAR GAMBAR Halaman Gambar 2.1. Oven Pengering. 9 iii

87 DAFTAR LAMPIRAN Halaman Lampiran 1. Grafik Pengujian Pertama Kualifikasi Operasional Oven Jenn Chiang Nomor Seri Lampiran 2. Grafik Pengujian Kedua Kualifikasi Operasional Oven Jenn Chiang Nomor Seri Lampiran 3. Grafik Pengujian Ketiga Kualifikasi Operasional Oven Jenn Chiang Nomor Seri Lampiran 4. Posisi Penempatan Termokopel Lampiran 5. Formulir Pengamatan Distribusi Panas iv

88 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam membangun mutu obat, langkah yang perlu dilakukan adalah melalui penerapan CPOB (Cara Pembuatan Obat yang Baik) dalam seluruh aspek dan rangkaian kegiatan produksi serta pengendalian mutu sehingga obat yang dihasilkan memenuhi persyaratan yang ditentukan sesuai tujuan penggunaannya. Penerapan CPOB harus dilakukan oleh setiap industri farmasi sebagai wujud nyata dari kesadaran dalam memberi produk yang terbaik untuk masyarakat. Penerapan CPOB dapat pula menghantarkan industri farmasi ketingkat kedudukan yang kuat dalam persaingan pasar karena produknya diakui berkualitas. Peralatan merupakan salah satu aspek yang dipersyaratkan dalam CPOB, yang juga menentukan kualitas obat yang diproduksi. Peralatan yang dimaksud adalah seluruh peralatan yang berhubungan dengan produk atau dapat mempengaruhi kualitas produk baik itu peralatan untuk proses produksi, peralatan untuk pemantauan, peralatan pendukung, peralatan untuk pengujian maupun peralatan untuk penyimpanan. Untuk memperoleh mutu sediaan yang baik, maka peralatan yang digunakan dalam proses pembuatan obat haruslah dipilih yang memiliki konstruksi yang tepat sehingga obat yang dihasilkan seragam mutunya dari setiap bets yang diproduksi (CPOB, 2006). Untuk memenuhi hal tersebut, peralatan yang digunakan hendaklah dikualifikasi secara berkala agar mutu obat yang dihasilkan dapat terjamin, mengurangi biaya pemeliharaan, serta meningkatkan keamanan dalam pelaksanaan proses produksi. Kualifikasi peralatan bertujuan untuk mengetahui kelayakan instalasi, kelayakan operasional dan kelayakan kinerja dari mesin-mesin yang dipakai untuk produksi serta peralatan-peralatan yang mendukung. Kualifikasi mesin, peralatan produksi, dan sarana penunjang merupakan langkah pertama dalam pelaksanaan validasi di industri farmasi. Validasi metode analisa, proses produksi, proses pengemasan, serta pembersihan tidak bisa dilakukan tanpa melakukan kualifikasi mesin, perlatan produksi serta sarana penunjang terlebih dahulu (Priyambodo, 2007). 1

89 2 Proses kualifikasi yang telah dilakukan dengan benar dan sesuai CPOB serta manual book dapat dibuktikan dengan tersedianya dokumen kualifikasi yang lengkap, akurat, dan dapat dipertanggungjawabkan. Pelaksanaan kualifikasi dapat dilakukan oleh tim terdiri dari personil-personil teknik, produksi, pengembangan produk dan pemastian mutu. Batasan-batasan untuk pelulusan suatu proses validasi ditentukan oleh bidang pemastian mutu berdasarkan pengetahuan dan ketetapan yang resmi berlaku. Dalam rangka memenuhi aturan CPOB serta membangun mutu obat yang dihasilkan maka dilakukan tugas khusus ini yaitu melakukan kualifikasi ulang (rekualifikasi) pada O v e n J e n n C h i a n g n o m o r s e r i Kualifikasi yang dilakukan y a i t u Operational Qualification (OQ). 1.2 Tujuan Tujuan dari tugas khusus ini adalah untuk membuat laporan kualifikasi operasional Oven Jenn Chiang nomor seri yang terdapat di PT. Indofarma (Persero) Tbk.

90 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kualifikasi Mesin Dan Peralatan Produksi (Priyambodo, B. 2007) Validasi untuk mesin, peralatan produksi, dan sarana penunjang disebut dengan kualifikasi. Sehingga kualifikasi adalah istilah yang digunakan untuk validasi mesin, peralatan produksi maupun sarana penunjang. Kualifikasi merupakan langkah pertama (first step) dalam pelaksanaan validasi di industri farmasi. Seluruh kegiatan validasi di industri farmasi diawali dengan pelaksanaan program kualifikasi ini. Validasi metode analisis, validasi proses produksi, validasi proses pengemasan, serta validasi pembersihan tidak bisa dilakukan tanpa melakukan kualifikasi mesin, peralatan produksi serta sarana penunjang terlebih dahulu. 2.2 Kualifikasi (Lachman et al, 1994) Kualifikasi merupakan tindakan pembuktian secara tertulis berdasarkan data yang ada yang menunjukkan bahwa peralatan, fasilitas, sistem penunjang, dan komputer secara otomatis yang digunakan dalam suatu proses akan selalu memberikan hasil yang memenuhi spesifikasi yang telah ditetapkan dan secara konsisten menghasilkan produk dengan standar mutu yang telah ditetapkan. Suatu sistem harus dikualifikasi agar berfungsi dalam proses yang tervalidasi. Tahapan kualifikasi meliputi kualifikasi rancangan (Design Qualification/DQ), kualifikasi instalasi (Instalation Qualification/IQ), kualifikasi operasional (Operational Qualification/OQ), dan kualifikasi kinerja (Performance Qualification/PQ). Peralatan hendaklah dikualifikasi sebelum digunakan karena kualifikasi bukan hanya dilakukan satu kali saja, tetapi harus selalu diulang kembali secara berkala berdasarkan suatu program secara berkesinambungan. Kualifikasi peralatan merupakan identitas sifat suatu peralatan yang berhubungan dengan kinerja dan fungsinya serta pemberian batasan nilai tertentu atau restriksi terhadap sifat tersebut. Untuk itulah, dibuat suatu protokol kualifikasi peralatan atau mesin yang dimulai dari rancangan peralatan, instalasi, operasional, serta kinerja alat tersebut. 3

91 Kualifikasi Rancangan (Design Qualification) Kualifikasi desain (DQ) merupakan unsur pertama dalam melakukan validasi terhadap fasilitas sistem atau peralatan baru. Kualifikasi desain adalah bukti terdokumentasi bahwa kualitas telah dibangun ke dalam desain dan pengoperasian dari suatu fasilitas. Kualifikasi desain ini merupakan suatu proses melengkapi dan mendokumentasi kajian rancangan (design review) untuk meyakinkan bahwa seluruh aspek mutu telah dipertimbangkan dan dikaji pada tahap perancangan. Kualifikasi desain meliputi identifikasi alat baru yang akan dibeli sampai pemeriksaan fisik dan kesesuaian spesifikasi alat saat dikirim oleh pemasok. Kualifikasi rancangan ini berisi sejarah tentang kualifikasi rancangan, prinsip, tujuan, pelaksanaan prosedur, kriteria penerimaan, pengujian spesifikasi, kesimpulan mengenai hasil evaluasi kualifikasi rancangan. Sasaran dari pelaksanaan (DQ) adalah : 1. Memastikan bahwa sistem atau peralatan atau bangunan yang akan dipasang atau dibangun (rancang bangun) sesuai dengan ketentuan yang tercantum dalam CPOB. 2. Memastikan bahwa sistem atau peralatan atau bangunan yang akan dipasang atau dibangun (rancang bangun) memperhatikan aspek-aspek keamanan dan kemudahan operasional. 3. Memastikan bahwa sistem atau peralatan atau bangunan, telah dilengkapi dengan modul desain, gambar teknis, dan spesifikasi produk secara lengkap. 4. Khusus untuk bangunan industri farmasi, rancang bangun/rencana Induk Pembangunan (RIP) sudah mendapat persetujuan dari BPOM Kualifikasi Instalasi (Installation Qualification) Kualifikasi instalasi (IQ) adalah suatu proses pemeriksaan instalasi untuk memastikan bahwa seluruh komponen memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan dan dipasang secara tepat, serta pencatatan informasi tersebut. Tujuan kualifikasi instalasi adalah untuk menjamin dan mendokumentasikan bahwa sistem/peralatan yang diinstalasi sesuai dengan spesifikasi yang tertera pada dokumen pembelian, manual alat yang bersangkutan, dan pemasangannya dilakukan memenuhi spesifikasi yang telah ditetapkan.

92 5 Kualifikasi instalasi harus dilakukan pada waktu instalasi, modifikasi, dan pemindahan lokasi alat yang bersangkutan. Orang yang bertanggung jawab pada instalasi peralatan hendaklah melakukan kualifikasi dan melakukan pencatatan. Petugas teknik bertanggung jawab untuk melakukan verifikasi data dan laporan kualifikasi. Petugas Pemastian Mutu bertanggung jawab untuk mengkaji dan menyetujui protokol dan laporan kualifikasi instalasi. Kualifikasi instalasi dapat digunakan sebagai sarana untuk memastikan bahwa seluruh perbaikan tidak akan mempengaruhi proses produksi. Pembersihan setelah perbaikan dan kalibrasi harus dilakukan untuk mencegah kegagalan dari produk yang bersangkutan. Perencanaan selama proses kualifikasi dapat mencegah kekacauan selama perbaikan darurat yang dapat menyebabkan penempatan bagian alat yang salah. Sasaran dari pelaksanaan (IQ) adalah : 1. Memastikan bahwa sistem atau peralatan telah dipasang sesuai rencana desain yang telah ditentukan. 2. Memastikan bahwa bahan dan konstruksi peralatan telah sesuai dengan spesifikasi yang telah ditentukan (jenis baja anti karat, kemudahan pembersihan, dan lain-lain). 3. Memastikan ketersediaan perlengkapan pengawasan (alat kontrol) dan pemantauan (monitor) sesuai dengan penggunaannya. 4. Memastikan sistem atau peralatan aman dioperasikan serta tersedia sistem atau peralatan pengaman yang sesuai Kualifikasi Operasional (Operational Qualification) Kualifikasi operasional adalah tindakan pembuktian terdokumentasi bahwa bangunan, sarana penunjang (utility) dan peralatan untuk proses produksi beroperasi sesuai dengan spesifikasi rancangannya. Tujuan kualifikasi operasional yaitu untuk menetapkan bahwa sistem/peralatan beroperasi sesuai dengan spesifikasi dan untuk mencatat semua data informasi yang dapat menunjang bahwa alat tersebut berfungsi sesuai dengan yang diharapkan. Kualifikasi operasi dilakukan setelah kualifikasi instalasi atau modifikasi atau relokasi. Pelaksanaan kualifikasi operasional dilakukan oleh orang yang akan menggunakan alat yang

93 6 bersangkutan. Orang yang bertanggung jawab atas penggunaan alat/sistem hendaklah melaksanakan kualifikasi dan mencatat hasilnya. Laporan kualifikasi operasional diperiksa oleh supervisor dari departemen yang menggunakan alat yang bersangkutan. Supervisor mengawasi pelaksanaan studi, melakukan verifikasi kelengkapan catatan, membuat laporan penyimpangan (bila ada) dan laporan kualifikasi operasional. Laporan dan protokol kualifikasi operasional diperiksa dan disahkan oleh departemen yang bersangkutan. Departemen pemastian mutu melakukan penilaian ulang dan menyetujui protokol serta laporan Kualifikasi Operasional. Sasaran dari pelaksanaan (OQ) adalah : 1. Memastikan bahwa sistem atau peralatan bekerja sesuai rencana desain dan spesifikasi. 2. Memastikan bahwa kapasitas mesin atau peralatan secara aktual dan operasional telah sesuai dengan rencana desain yang telah ditentukan. 3. Memastikan bahwa parameter operasi yang berdampak terhadap kualitas produk akhir telah bekerja sesuai dengan rancangan desain yang telah ditentukan. 4. Memastikan bahwa langkah operasi (urutan tata cara kerja) berdasarkan petunjuk operasional, telah sesuai dengan waktu dan peristiwa dalam operasi secara berurutan Kualifikasi Kinerja (Performance Qualification) Kualifikasi Kinerja (PQ) merupakan cara pengujian untuk memastikan bahwa masing-masing komponen/sistem dan atau kombinasi dari sistem tersebut berfungsi sesuai rancangan, memenuhi kriteria kinerja yang ditetapkan, menghasilkan produk secara konsisten dan berkesinambungan. Kualifikasi kinerja dilakukan dengan menjalankan sistem/alat sesuai dengan tujuan penggunaannya dan mencatat seluruh informasi dan data terkait. Kualifikasi kinerja hendaklah dilaksanakan setelah kualifikasi instalasi dan operasional selesai dilaksanakan dan disetujui dan hendaknya dilakukan kembali setelah instalasi, modifikasi, atau relokasi dan revalidasi pada selang waktu yang

94 7 sesuai. Setiap bagian alat hendaklah divalidasi sebelum menjalani alat/sistem lain yang akan divalidasi selanjutnya. Pemastian mutu hendaklah mengkaji, menyetujui protokol dan laporan kualifikasi kinerja. Dalam kualifikasi kinerja, bagian dari proses yang berpengaruh terhadap adanya variasi kualitas produk harus diuji dan penting untuk mengkondisikan pengujian seperti pada kondisi sesungguhnya, termasuk pada kondisi terburuk. Pengujian harus dilakukan beberapa kali untuk menjamin bahwa hasil tersebut bermakna dan konsisten. Sasaran dari pelaksanaan (PQ) adalah : 1. Memastikan bahwa sistem atau peralatan yang digunakan bekerja sesuai dengan yang diharapkan dan spesifikasi yang telah ditetapkan. 2. Pada umumnya pelaksanaan dilakukan dengan placebo. 3. Selanjutnya dengan menggunakan produk (obat) dan pada kondisi produksi normal. 4. Dilakukan secara 3 kali secara berurutan. 2.3 Oven Teori Pengeringan (Lachman et al, 1994) Pengeringan didefinisikan sebagai penghilangan cairan dari bahan dengan menggunakan panas, dan dilakukan dengan pemindahan panas dari permukaan ke dalam fase uap yang belum jenuh. Tujuan pengeringan terutama digunakan dalam produksi farmasi sebagai suatu unit proses pada pembuatan granul, yang dapat dijual dalam bentuk bulk atau diubah menjadi tablet atau kapsul. Pengeringan merupakan operasi pemindahan panas maupun massa. Panas harus dipindahkan kepada bahan yang akan dikeringkan untuk memasok panas yang diperlukan untuk penguapan dari lembap. Perpindahan massa dilibatkan dalam difusi air melalui bahan ke permukaan, dalam penguapan air berikutnya dari permukaan, dan dalam difusi dari uap kedalam aliran udara yang lewat Sistem Bidang Statis Pengering yang paling banyak digunakan di pabrik-pabrik farmasi adalah pengering nampan dan truk (dorong). Pengering nampan kadang-kadang disebut

95 8 pengering rak, lemari atau kamar. Pengering ini terdiri dari suatu lemari dimana bahan yang akan dikeringkan ditebarkan pada nampan-nampan. Jumlah nampan bervariasi tergantung pada ukuran pengering. Pengering ukuran labolatorium dapat terdiri dari paling banyak tiga nampan, sedangkan pengering yang lebih besar sering sampai dua puluh nampan. Pengering truk adalah pengering dimana nampan-nampan dimuat di truk (rak-rak yang dilengkapi roda) yang dapat didorong masuk dan keluar lemari pengering. Pada pengoperasian pabrik, pengering dorong lebih disukai daripada pengering nampan, karena lebih memudahkan pada pemuatan dan pembongkaran. Pendorong (truk) biasanya mempunyai satu atau dua susun nampan, terdiri dari kira-kira 18 atau lebih tiap susun. Mengeringkan di pengering nampan atau dorong merupakan prosedur batch. Pengering batch digunakan secara luas dalam produksi farmasi untuk beberapa alasan: masing-masing batch bahan dapat ditangani sebagai kesatuan tersendiri, ukuran batch dari industri farmasi relatif kecil dibandingkan dengan industri kimia, peralatan yang sama siap untuk disesuaikan guna pengeringan berbagai bahan secara luas. Pengeringan nampan dapat diklasifikasikan langsung dan tidak langsung. Umumnya nampan yang digunakan pada industri farmasi adalah tipe langsung, dimana pemanasan dilakukan oleh sirkulasi yang dipaksakan dari suatu udara panas. Pengering nampan yang tidak langsung, menggunakan rak-rak yang dipanaskan atau sumber panas yang dipancarkan di dalam ruang pengering untuk menguapkan lembap, yang kemudian dihilangkan dengan pompa vakum atau sejumlah kecil gas yang disirkulasi. Nampan yang digunakan mempunyai dasar yang padat, berpori atau ayakan kawat. Sirkulasi udara pengering dalam nampan dengan dasar padat dibatasi sampai puncak dan dasar dari panci, sedangkan pada nampan dengan saringan berpori, sirkulasi dapat dikontrol untuk lewat melalui tiap nampan dengan padatan di atasnya. Nampan saringan yang paling banyak digunakan pada pengeringan obat dilapisi kertas, hingga sirkulasi udara lebih bersifat melewati daripada menembus bahan yang dikeringkan. Kertas digunakan sebagai pelapis

96 9 nampan yang bisa dibuang sehabis dipakai untuk menghemat waktu pembersihan dan mencegah kontaminasi produk. Untuk mendapatkan pengeringan yang merata, temperatur harus konstan dan aliran udara yang merata pada bahan yang dikeringkan. Hal ini dilakukan pada pengeringan modern dengan menggunakan lemari yang diisolasi sempurna dengan kipas yang terpasang secara strategis dan gulungan kawat pemanas sebagai bagian integral dari peralatan tersebut. Udara tersirkulasi melalui pengering pada kaki per menit. Penggunaan lubang angin yang dapat disesuaikan membantu menghilangkan ketidakmerataan aliran udara dan lubanglubang penghambat. Gambar 2.1 Oven Pengering

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 1799/Menkes/Per/XII/2010 tentang Industri Farmasi adalah badan usaha yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 1799/Menkes/Per/XII/2010 tentang Industri Farmasi adalah badan usaha yang BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Industri Farmasi 2.1.1 Pengertian Industri Farmasi Industri farmasi menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 1799/Menkes/Per/XII/2010 tentang Industri Farmasi adalah badan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM. PT. INDOFARMA (Persero) Tbk. 2.1 Sejarah dan Perkembangan PT. Indofarma (Persero) Tbk.

BAB II TINJAUAN UMUM. PT. INDOFARMA (Persero) Tbk. 2.1 Sejarah dan Perkembangan PT. Indofarma (Persero) Tbk. BAB II TINJAUAN UMUM PT. INDOFARMA (Persero) Tbk. 2.1 Sejarah dan Perkembangan PT. Indofarma (Persero) Tbk. PT. Indofarma (Persero) Tbk merupakan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) berada di bawah Departemen

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Industri Farmasi Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 245/Menkes/SK/V/1990 tentang Ketentuan dan Tata cara Pelaksanaan Pemberian Izin Usaha

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Obat Jadi dan Industri Bahan Baku Obat. Definisi dari obat jadi yaitu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Obat Jadi dan Industri Bahan Baku Obat. Definisi dari obat jadi yaitu BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Industri Farmasi 1. Pengertian Industri Farmasi Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kesehatan No. 245/MenKes/SK/V/1990 tentang Ketentuan dan Tata Cara Pelaksanaan Pemberian Izin

Lebih terperinci

BAB I TINJAUAN UMUM PERUSAHAAN

BAB I TINJAUAN UMUM PERUSAHAAN 1 BAB I TINJAUAN UMUM PERUSAHAAN 1.1 LATAR BELAKANG PERUSAHAAN Kerja praktik dilaksanakan di perusahaan PT. INDOFARMA Tbk, pada divisi pengembangan jasa teknik atau dikenal dengan nama INDOMACH (indofarma

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Industri farmasi menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI No.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Industri farmasi menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI No. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Industri Farmasi 2.1.1 Pengertian Industri Farmasi Industri farmasi menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 1799/Menkes/Per/XII/2010 tentang Industri Farmasi adalah badan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. (CPOB). Hal ini didasarkan oleh Keputusan Menteri Kesehatan RI.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. (CPOB). Hal ini didasarkan oleh Keputusan Menteri Kesehatan RI. BAB II TINJAUAN PUSTAKA Industri farmasi diwajibkan menerapkan Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB). Hal ini didasarkan oleh Keputusan Menteri Kesehatan RI. No.43/MENKES/SK/II/1988 tentang CPOB dan Keputusan

Lebih terperinci

BAB II. TINJAUAN UMUM DI PT. INDOFARMA (Persero) Tbk. 2.1 Sejarah dan Perkembangan PT. Indofarma (Persero) Tbk.

BAB II. TINJAUAN UMUM DI PT. INDOFARMA (Persero) Tbk. 2.1 Sejarah dan Perkembangan PT. Indofarma (Persero) Tbk. BAB II TINJAUAN UMUM DI PT. INDOFARMA (Persero) Tbk. 2.1 Sejarah dan Perkembangan PT. Indofarma (Persero) Tbk. PT. Indofarma (Persero) Tbk. merupakan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang berada di bawah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Industri Farmasi. Industri farmasi menurut Surat Keputusan Menteri Kesehatan Nomor. 245/Menkes/V/1990 adalah industri obat jadi dan industri bahan baku obat. Industri

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Industri farmasi menurut SK Menkes No. 245/Menkes/SK/V/1990 adalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Industri farmasi menurut SK Menkes No. 245/Menkes/SK/V/1990 adalah BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Industri Farmasi Industri farmasi menurut SK Menkes No. 245/Menkes/SK/V/1990 adalah industri obat jadi dan industri bahan baku obat. Industri obat jadi adalah industri yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM. Universitas Sumatera Utara

BAB II TINJAUAN UMUM. Universitas Sumatera Utara BAB II TINJAUAN UMUM 2.1 Industri Farmasi Industri farmasi adalah industri obat jadi dan industri bahan baku obat. Industri farmasi sebagai industri penghasil obat, dituntut untuk dapat menghasilkan obat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Indonesia Nomor 245/Menkes/SK/V/1990 terdiri dari industri obat jadi dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Indonesia Nomor 245/Menkes/SK/V/1990 terdiri dari industri obat jadi dan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Industri Farmasi 2.1.1 Pengertian Industri Farmasi Industri farmasi menurut Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 245/Menkes/SK/V/1990 terdiri dari industri

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Industri Farmasi Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.245 /Menkes/VI/1990, industri farmasi adalah industri obat jadi dan industri

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Indonesia Nomor 245/Menkes/SK/V/1990 terdiri dari industri obat jadi dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Indonesia Nomor 245/Menkes/SK/V/1990 terdiri dari industri obat jadi dan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Industri Farmasi 2.1.1 Pengertian Industri Farmasi Industri farmasi menurut Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 245/Menkes/SK/V/1990 terdiri dari industri

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Industri farmasi menurut SK Menkes No. 245/Menkes/SK/V/1990

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Industri farmasi menurut SK Menkes No. 245/Menkes/SK/V/1990 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Industri Farmasi 2.1.1 Pengertian Industri Farmasi Industri farmasi menurut SK Menkes No. 245/Menkes/SK/V/1990 adalah industri obat jadi dan industri bahan baku obat. Industri

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM INDUSTRI FARMASI. (BUMN) dibentuk sebagai Perusahaan Perseroan pada tanggal 16 Agustus

BAB II TINJAUAN UMUM INDUSTRI FARMASI. (BUMN) dibentuk sebagai Perusahaan Perseroan pada tanggal 16 Agustus BAB II TINJAUAN UMUM INDUSTRI FARMASI 2.1 Tinjauan PT. Kimia Farma (Persero) Tbk. 2.1.1 Sejarah Perusahaan. PT. Kimia Farma (Persero) Tbk. sebagai Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dibentuk sebagai Perusahaan

Lebih terperinci

Industri farmasi menurut Surat Keputusan Menteri Kesehatan Nomor. 245/Menkes/V/1990 adalah industri obat jadi dan industri bahan baku obat.

Industri farmasi menurut Surat Keputusan Menteri Kesehatan Nomor. 245/Menkes/V/1990 adalah industri obat jadi dan industri bahan baku obat. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Industri Farmasi. Industri farmasi menurut Surat Keputusan Menteri Kesehatan Nomor. 245/Menkes/V/1990 adalah industri obat jadi dan industri bahan baku obat. Industri

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM INDUSTRI FARMASI. Lembaga Farmasi Direktorat Kesehatan Angkatan Darat (Lafi Ditkesad)

BAB II TINJAUAN UMUM INDUSTRI FARMASI. Lembaga Farmasi Direktorat Kesehatan Angkatan Darat (Lafi Ditkesad) BAB II TINJAUAN UMUM INDUSTRI FARMASI 2.1 Perkembangan Lafi Ditkesad Lembaga Farmasi Direktorat Kesehatan Angkatan Darat (Lafi Ditkesad) merupakan lembaga yang telah ada sejak zaman penjajahan Belanda.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Indonesia Nomor 245/Menkes/SK/V/1990 terdiri dari industri obat jadi dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Indonesia Nomor 245/Menkes/SK/V/1990 terdiri dari industri obat jadi dan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Industri Farmasi 2.1.1 Pengertian Industri Farmasi Industri farmasi menurut Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 245/Menkes/SK/V/1990 terdiri dari industri

Lebih terperinci

CPOB. (Cara Pembuatan Obat yang Baik)

CPOB. (Cara Pembuatan Obat yang Baik) CPOB { (Cara Pembuatan Obat yang Baik) CPOB (Cara Pembuatan Obat Yang Baik) 2006 atau GMP (Good Manufacturing Practices) 2006 adalah suatu pedoman pembuatan obat berdasarkan berbagai ketentuan dalam CPOB

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Indonesia Nomor 245/Menkes/SK/V/1990 adalah industri obat jadi dan industri

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Indonesia Nomor 245/Menkes/SK/V/1990 adalah industri obat jadi dan industri BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Industri Farmasi Industri farmasi menurut Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 245/Menkes/SK/V/1990 adalah industri obat jadi dan industri bahan baku obat.

Lebih terperinci

B. Tujuan Tujuan Qualiy Assurance adalah untuk memastikan bahwa obat dihasilkan dengan mutu yang sesuai dengan tujuan pemakaiannya.

B. Tujuan Tujuan Qualiy Assurance adalah untuk memastikan bahwa obat dihasilkan dengan mutu yang sesuai dengan tujuan pemakaiannya. PEMASTIAN MUTU (QUALITY ASSURANCE/QA) A. Pendahuluan Industri farmasi bertujuan untuk menghasilkan obat yang harus memenuhi persyaratan khasiat (efficacy), keamanan (safety) dan mutu (quality). Berdasarkan

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB IV GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 4.1 Sejarah Perusahaan BAB IV GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN PT Indofarma (Persero), Tbk. merupakan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang berada di bawah Kementerian Negara BUMN, berdiri pada tahun 1918 dengan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM. Industri farmasi menurut Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik

BAB II TINJAUAN UMUM. Industri farmasi menurut Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik BAB II TINJAUAN UMUM 2.1 Industri Farmasi Industri farmasi menurut Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 245/Menkes/SK/V/1990 adalah industri obat jadi dan industri bahan baku obat.

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR QUALITY CONTROL

KATA PENGANTAR QUALITY CONTROL KATA PENGANTAR Assalamu alaikum, wr, wb, Segala Puji senantiasa kami panjatkan kehadirat Allah SWT beserta junjungan kita Nabi Besar Muhammad Rasulullah S.A.W yang telah melimpahkan rahmat, berkah, dan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Industri Farmasi menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Industri Farmasi menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Industri Farmasi 2.1.1 Pengertian Industri Farmasi Industri Farmasi menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 1799/Menkes/Per/XII/2010 adalah badan usaha yang memiliki izin

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Obat Jadi dan Industri Bahan Baku Obat. Definisi dari obat jadi yaitu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Obat Jadi dan Industri Bahan Baku Obat. Definisi dari obat jadi yaitu BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Industri Farmasi 1. Pengertian Industri Farmasi Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kesehatan No. 245/MenKes/SK/V/1990 tentang Ketentuan dan Tata Cara Pelaksanaan Pemberian Izin

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Industri farmasi adalah industri obat jadi dan industri bahan baku obat.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Industri farmasi adalah industri obat jadi dan industri bahan baku obat. BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Industri Farmasi Industri farmasi adalah industri obat jadi dan industri bahan baku obat. Industri farmasi sebagai industri penghasil obat, dituntut untuk dapat menghasilkan

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT ASTRAZENECA INDONESIA CIKARANG SITE JALAN TEKNO RAYA BLOK B1A B1B, CIKARANG, BEKASI JAWA BARAT PERIODE 6 JANUARI 21 FEBRUARI 2014 LAPORAN

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM INDUSTRI FARMASI. Belanda, pada tahun 1958 pemerintah melebur sejumlah perusahaan farmasi

BAB II TINJAUAN UMUM INDUSTRI FARMASI. Belanda, pada tahun 1958 pemerintah melebur sejumlah perusahaan farmasi BAB II TINJAUAN UMUM INDUSTRI FARMASI 2.1 Sejarah PT. Kimia Farma (Persero) Tbk. Sejalan dengan kebijakan nasionalisasi bekas perusahaan-perusahaan Belanda, pada tahun 1958 pemerintah melebur sejumlah

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT. SYDNA FARMA JL. RC. VETERAN NO. 89 BINTARO, JAKARTA SELATAN PERIODE 1 APRIL 3 JUNI 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER KARTIKA

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI FARMASI INDUSTRI PT. KIMIA FARMA PLANT MEDAN

LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI FARMASI INDUSTRI PT. KIMIA FARMA PLANT MEDAN LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI FARMASI INDUSTRI DI PT. KIMIA FARMA PLANT MEDAN DISUSUN OLEH : ERNITA, S. Farm 093202016 PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI APOTEKER FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM INDUSTRI. 1799/Menkes/Per/XII/2010 adalah badan usaha yang memiliki izin dari menteri

BAB II TINJAUAN UMUM INDUSTRI. 1799/Menkes/Per/XII/2010 adalah badan usaha yang memiliki izin dari menteri BAB II TINJAUAN UMUM INDUSTRI 2.1 Industri Farmasi 2.1.1 Pengertian Industri Farmasi Industri Farmasi menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 1799/Menkes/Per/XII/2010 adalah badan usaha yang memiliki

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM PT. COMBIPHAR. bawah pengelolaan Drs. Handoko Prayogo, Apt. Berawal dari industri rumah

BAB II TINJAUAN UMUM PT. COMBIPHAR. bawah pengelolaan Drs. Handoko Prayogo, Apt. Berawal dari industri rumah BAB II TINJAUAN UMUM PT. COMBIPHAR 2.1 Sejarah Perkembangan PT. Combiphar PT. Combiphar didirikan pada tahun 1971 di Jl. Sukabumi 61 Bandung, di bawah pengelolaan Drs. Handoko Prayogo, Apt. Berawal dari

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT. COMBIPHAR JL. RAYA SIMPANG NO. 383 PADALARANG BANDUNG PERIODE 07 MARET 01 APRIL 2011 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER MOCHAMAD

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT. MOLEX AYUS JL. RAYA SERANG KM 11,5 CIKUPA TANGERANG PERIODE 6 FEBRUARI 30 MARET 2012 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER AGATHA DWI

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI FARMASI INDUSTRI DI PT. KIMIA FARMA (PERSERO) Tbk PLANT MEDAN

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI FARMASI INDUSTRI DI PT. KIMIA FARMA (PERSERO) Tbk PLANT MEDAN LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI FARMASI INDUSTRI DI PT. KIMIA FARMA (PERSERO) Tbk PLANT MEDAN DISUSUN OLEH : SRI ROMAITO HASIBUAN, S.Farm 093202065 PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI APOTEKER FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER FARMASI INDUSTRI

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER FARMASI INDUSTRI LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER FARMASI INDUSTRI Di PT. INDOFARMA (Persero) Tbk. Jalan Indofarma No. 1, Cikarang Barat 17530, Bekasi (3 31 Oktober 2011) Disusun Oleh: Pipi Saputri, S.Farm. NIM 103202102

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT INDOFARMA (PERSERO) TBK. JALAN RAYA INDOFARMA NO. 1 CIBITUNG-BEKASI 3 31 OKTOBER 2011

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT INDOFARMA (PERSERO) TBK. JALAN RAYA INDOFARMA NO. 1 CIBITUNG-BEKASI 3 31 OKTOBER 2011 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT INDOFARMA (PERSERO) TBK. JALAN RAYA INDOFARMA NO. 1 CIBITUNG-BEKASI 3 31 OKTOBER 2011 PERIODE XXXVII DISUSUN OLEH: HENDRIK, S. Farm. NPM: 2448711131 PROGRAM

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI FARMASI INDUSTRI. PT. Kimia Farma (Persero) Tbk Plant Medan

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI FARMASI INDUSTRI. PT. Kimia Farma (Persero) Tbk Plant Medan LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI FARMASI INDUSTRI di PT. Kimia Farma (Persero) Tbk Plant Medan Disusun Oleh : Astrie Rezky, S. Farm. 093202004 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2010 Lembar

Lebih terperinci

Tugas dan tanggungjawab Quality Assurance (QA) / Jaminan Mutu

Tugas dan tanggungjawab Quality Assurance (QA) / Jaminan Mutu Tugas dan tanggungjawab Quality Assurance (QA) / Jaminan Mutu Departemen QA merupakan departemen yang bertanggung jawab antara lain : a) Audit internal QA melakukan evaluasi kerja kesemua bagian/departemen

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 965/MENKES/SK/XI/1992 TENTANG

KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 965/MENKES/SK/XI/1992 TENTANG KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN NOMOR : 965/MENKES/SK/XI/1992 TENTANG CARA PRODUKSI KOSMETIKA YANG BAIK MENTERI KESEHATAN, Menimbang : a. bahwa langkah utama untuk menjamin keamanan kosmetika adalah penerapan

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI FARMASI INDUSTRI

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI FARMASI INDUSTRI LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI FARMASI INDUSTRI di PT. INDOFARMA (Persero) Tbk. Jalan Indofarma No. 1, Cikarang Barat 17530, Bekasi ( 1 Maret 2008 31 Maret 2008 ) Disusun oleh : Ruth Sufari Mariganto, S.Farm

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT INDOFARMA (PERSERO) TBK. JALAN RAYA INDOFARMA NO. 1 CIBITUNG-BEKASI 3 31 OKTOBER 2011

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT INDOFARMA (PERSERO) TBK. JALAN RAYA INDOFARMA NO. 1 CIBITUNG-BEKASI 3 31 OKTOBER 2011 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT INDOFARMA (PERSERO) TBK. JALAN RAYA INDOFARMA NO. 1 CIBITUNG-BEKASI 3 31 OKTOBER 2011 PERIODE XXXVII DISUSUN OLEH: IGNASIUS BERRY SANAGA, S. Farm. NPM: 2448711132

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Obat merupakan komoditi utama yang digunakan manusia untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Obat merupakan komoditi utama yang digunakan manusia untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Obat merupakan komoditi utama yang digunakan manusia untuk menunjang kesehatannya. Semua orang rela mengeluarkan uangnya untuk mendapatkan kesehatan, bahkan

Lebih terperinci

Tugas Individu Farmasi Industri. Uraian Tugas Kepala Bagian Produksi, Pengawasan Mutu dan Pemastian Mutu

Tugas Individu Farmasi Industri. Uraian Tugas Kepala Bagian Produksi, Pengawasan Mutu dan Pemastian Mutu Tugas Individu Farmasi Industri Uraian Tugas Kepala Bagian Produksi, Pengawasan Mutu dan Pemastian Mutu Disusun Oleh : Eka Wahyu Lestari 14340004 Dosen : Drs. Kosasih, M.Sc., Apt. Program Profesi Apoteker

Lebih terperinci

Viddy A R. II Selasa, 5 September 2017

Viddy A R. II Selasa, 5 September 2017 INDUSTRI No. Tanggal Topik/Pokok Bahasan Substansi materi Dosen I Selasa, 29 Agustus 2017 Pendahuluan -Ruang lingkup industri farmasi -Pemenuhan CPOB -Jenis-jenis industri farmasi -Ciri-ciri industri farmasi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM INDUSTRI. 1799/Menkes/Per/XII/2010 adalah badan usaha yang memiliki izin dari menteri

BAB II TINJAUAN UMUM INDUSTRI. 1799/Menkes/Per/XII/2010 adalah badan usaha yang memiliki izin dari menteri BAB II TINJAUAN UMUM INDUSTRI 2.1 Industri Farmasi 2.1.1 Pengertian Industri Farmasi Industri Farmasi menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 1799/Menkes/Per/XII/2010 adalah badan usaha yang memiliki

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA DI PT. MOLEX AYUS JL. RAYA SERANG KM 11,5 CIKUPA TANGERANG PERIODE 16 JANUARI - 27 JANUARI 2012

UNIVERSITAS INDONESIA DI PT. MOLEX AYUS JL. RAYA SERANG KM 11,5 CIKUPA TANGERANG PERIODE 16 JANUARI - 27 JANUARI 2012 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT. MOLEX AYUS JL. RAYA SERANG KM 11,5 CIKUPA TANGERANG PERIODE 16 JANUARI - 27 JANUARI 2012 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER LOEDFIASFIATI

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM PT. COMBIPHAR. PT. Combiphar didirikan pada tahun 1971 di Jl. Sukabumi no. 61,

BAB II TINJAUAN UMUM PT. COMBIPHAR. PT. Combiphar didirikan pada tahun 1971 di Jl. Sukabumi no. 61, BAB II TINJAUAN UMUM PT. COMBIPHAR 2.1 Sejarah Perkembangan PT. Combiphar PT. Combiphar didirikan pada tahun 1971 di Jl. Sukabumi no. 61, Bandung di bawah pengelolaan Drs. Handoko Prayogo, Apt. Berawal

Lebih terperinci

No Kode DAR2/Profesional/582/010/2018 PENDALAMAN MATERI FARMASI MODUL 010: CARA DISTRIBUSI OBAT YANG BAIK. Dr. NURKHASANAH, M.Si., Apt.

No Kode DAR2/Profesional/582/010/2018 PENDALAMAN MATERI FARMASI MODUL 010: CARA DISTRIBUSI OBAT YANG BAIK. Dr. NURKHASANAH, M.Si., Apt. No Kode DAR2/Profesional/582/010/2018 PENDALAMAN MATERI FARMASI MODUL 010: CARA DISTRIBUSI OBAT YANG BAIK Dr. NURKHASANAH, M.Si., Apt. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Kementerian Riset, Teknologi

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1799/MENKES/PER/XII/2010 TENTANG INDUSTRI FARMASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1799/MENKES/PER/XII/2010 TENTANG INDUSTRI FARMASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN MENTERI KESEHATAN NOMOR 1799/MENKES/PER/XII/2010 TENTANG INDUSTRI FARMASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN, Menimbang : a. bahwa pengaturan tentang Industri Farmasi yang komprehensif

Lebih terperinci

2. KETENTUAN UMUM Obat tradisional Bahan awal Bahan baku Simplisia

2. KETENTUAN UMUM Obat tradisional Bahan awal Bahan baku Simplisia 1. PNGERTIAN CPOTB Cara Pembuatan Obat Tradisional yang Baik (CPOTB) meliputi seluruh aspek yang menyangkut pembuatan obat tradisional, Tujuan untuk menjamin agar produk yang dihasilkan senantiasa memenuhi

Lebih terperinci

Quality Control (QC) dan Quality Assurance (QA) Mata Kuliah : Rancangan Produk Industri (2 SKS) Dosen : Kuni Zu aimah B.,S.Farm., M.Farm., Apt.

Quality Control (QC) dan Quality Assurance (QA) Mata Kuliah : Rancangan Produk Industri (2 SKS) Dosen : Kuni Zu aimah B.,S.Farm., M.Farm., Apt. Quality Control (QC) dan Quality Assurance (QA) Mata Kuliah : Rancangan Produk Industri (2 SKS) Dosen : Kuni Zu aimah B.,S.Farm., M.Farm., Apt. Industri farmasi harus membuat obat sedemikian rupa agar

Lebih terperinci

(BUMN) dibentuk sebagai Perusahaan Perseroan pada tanggal 16 Agustus Sejak berdirinya hingga sekarang ini PT. Kimia Farma (Persero) Tbk.

(BUMN) dibentuk sebagai Perusahaan Perseroan pada tanggal 16 Agustus Sejak berdirinya hingga sekarang ini PT. Kimia Farma (Persero) Tbk. BAB II TINJAUAN UMUM INDUSTRI FARMASI 2.1 Tinjauan PT. Kimia Farma (Persero) Tbk. 2.1.1 Sejarah Perusahaan. PT. Kimia Farma (Persero) Tbk. sebagai Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dibentuk sebagai Perusahaan

Lebih terperinci

Perencanaan. Pengadaan. Penggunaan. Dukungan Manajemen

Perencanaan. Pengadaan. Penggunaan. Dukungan Manajemen Perencanaan Penggunaan Pengadaan Dukungan Manajemen Distribusi Penyimpanan Menjamin tersedianya obat dgn mutu yang baik, tersebar secara merata dan teratur, sehingga mudah diperoleh pada tempat dan waktu

Lebih terperinci

Produksi di Industri Farmasi

Produksi di Industri Farmasi Produksi di Industri Farmasi PRODUKSI istilah terkait Pembuatan Seluruh rangkaian kegiatan dalam menghasilkan suatu obat, meliputi produksi dan pengawasan mutu, mulai dari pengadaan bahan awal dan bahan

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI FARMASI INDUSTRI PT. SANBE FARMA UNIT II CIMAHI

LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI FARMASI INDUSTRI PT. SANBE FARMA UNIT II CIMAHI LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI FARMASI INDUSTRI di PT. SANBE FARMA UNIT II CIMAHI Disusun Oleh : Syabrina Naulita Pane, S.Farm. NIM 093202066 PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI APOTEKER FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Industri Farmasi adalah badan usaha yang memiliki izin dari Menteri

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Industri Farmasi adalah badan usaha yang memiliki izin dari Menteri BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Industri Farmasi 2.1.1 Pengertian industri farmasi Industri Farmasi adalah badan usaha yang memiliki izin dari Menteri Kesehatan untuk melakukan kegiatan pembuatan obat atau

Lebih terperinci

BAB 2 GAMBARAN UMUM OBJEK

BAB 2 GAMBARAN UMUM OBJEK BAB 2 GAMBARAN UMUM OBJEK 2.1 Sejarah Singkat Berdirinya PT. Metiska Farma PT. Metiska Farma didirikan pada tahun 1970, atas prakarsa Bapak Memet Tanuwijaya, Bapak Ismail dan Bapak Karim Johan, yang pada

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT.INDOFARMA (PERSERO) TBK JALAN INDOFARMA NO.1 CIBITUNG, BEKASI PERIODE 07 JANUARI 28 FEBRUARI 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM PT. PRADJA PHARIN (PRAFA) mengalami perkembangan pesat. PT. Prafa didirikan pada tahun 1960 oleh Tjipto

BAB II TINJAUAN UMUM PT. PRADJA PHARIN (PRAFA) mengalami perkembangan pesat. PT. Prafa didirikan pada tahun 1960 oleh Tjipto BAB II TINJAUAN UMUM PT. PRADJA PHARIN (PRAFA) 2.1 Sejarah dan Perkembangan Perusahaan PT. Prafa merupakan salah satu perusahaan farmasi Indonesia yang mengalami perkembangan pesat. PT. Prafa didirikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Telah dirumuskan dalam UU RI No. 36 tahun 2009 tentang kesehatan, yang menyatakan bahwa kesehatan adalah suatu keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spritual maupun

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT. COMBIPHAR JL. RAYA SIMPANG NO. 383 PADALARANG PERIODE MARET 2012

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT. COMBIPHAR JL. RAYA SIMPANG NO. 383 PADALARANG PERIODE MARET 2012 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT. COMBIPHAR JL. RAYA SIMPANG NO. 383 PADALARANG PERIODE MARET 2012 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER MUTIA ANGGRIANI, S.Farm 1106047215

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Setiap orang berhak mendapat kesehatan yang layak seperti tertulis dalam Undang-Undang No. 36 tahun 2009 tentang Kesehatan, bahwa kesehatan merupakan hak asasi manusia

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT. LAPI LABORATORIES KAWASAN INDUSTRI MODERN CIKANDE, SERANG, PERIODE 1 APRIL 29 APRIL 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER YESSICA

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Industri Farmasi Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 245/Menkes/SK/V/1990, yang dimaksud dengan industri farmasi adalah industri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan merupakan kebutuhan terpenting bagi manusia sehingga

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan merupakan kebutuhan terpenting bagi manusia sehingga BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan merupakan kebutuhan terpenting bagi manusia sehingga berbagai usaha dilakukan untuk memperoleh tubuh yang sehat. Mulai dari melakukan olah raga, hidup secara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Seiring dengan berkembangnya jaman masyarakat semakin sadar bahwa akan pentingnya kesehatan dalam kehidupan. Kesehatan merupakan salah satu aspek terpenting untuk

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT TAISHO PHARMACEUTICAL INDONESIA TBK. JL. RAYA BOGOR KM 38, DEPOK PERIODE 1 FEBRUARI 28 MARET 2013

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT TAISHO PHARMACEUTICAL INDONESIA TBK. JL. RAYA BOGOR KM 38, DEPOK PERIODE 1 FEBRUARI 28 MARET 2013 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT TAISHO PHARMACEUTICAL INDONESIA TBK. JL. RAYA BOGOR KM 38, DEPOK PERIODE 1 FEBRUARI 28 MARET 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT. KALBE FARMA Tbk. KAWASAN INDUSTRI DELTA SILICON JL. M. H. THAMRIN BLOK A3-1, LIPPO CIKARANG, BEKASI PERIODE 18 JULI 16 SEPTEMBER 2011

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam industri manufaktur saat ini sebagian besar proses produksi

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam industri manufaktur saat ini sebagian besar proses produksi BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam industri manufaktur saat ini sebagian besar proses produksi dilakukan dengan menggunakan mesin sebagai pengganti tenaga manusia. Dimana dengan menggunakan mesin

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT. COMBIPHAR JL. RAYA SIMPANG NO.383 PADALARANG, BANDUNG PERIODE 16 JANUARI 2012-10 FEBRUARI 2012 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT. COMBIPHAR JL. RAYA SIMPANG NO.383 PADALARANG, BANDUNG PERIODE 16 JANUARI 2012-10 FEBRUARI 2012 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

Lebih terperinci

Oleh : Bambang Priyambodo

Oleh : Bambang Priyambodo Oleh : Bambang Priyambodo SISTEMATIKA CPOB: 2012 merupakan penyempurnaan dari CPOB: 2006, mencakup revisi terhadap : Pedoman CPOB: 2006 Suplemen I Pedoman CPOB: 2006 tahun 2009 Aneks 8 : Cara Pembuatan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. yang terdepan, suatu industri harus mampu mengoptimalkan produksinya dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. yang terdepan, suatu industri harus mampu mengoptimalkan produksinya dalam 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada zaman sekarang ini, dengan semakin banyaknya industri baru yang muncul menjadikan persaingan antar industri semakin ketat. Sehingga, untuk menjadi yang

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT. MEPROFARM JL. SOEKARNO-HATTA 789 BANDUNG (31 AGUSTUS 9 OKTOBER 2015)

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT. MEPROFARM JL. SOEKARNO-HATTA 789 BANDUNG (31 AGUSTUS 9 OKTOBER 2015) LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT. MEPROFARM JL. SOEKARNO-HATTA 789 BANDUNG (31 AGUSTUS 9 OKTOBER 2015) PERIODE XLV OLEH: RUS DWI CAHYANI, S. Farm. NPM: 2448715138 PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Gudang merupakan sarana pendukung kegiatan produksi industri farmasi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Gudang merupakan sarana pendukung kegiatan produksi industri farmasi BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Gudang merupakan sarana pendukung kegiatan produksi industri farmasi yang berfungsi untuk menyimpan bahan baku, bahan kemas dan obat jadi yang belum didistribusikan.

Lebih terperinci

Aspek-aspek CPOB. Manajemen Mutu Personalia Bangunan dan Fasilitas Peralatan Sanitasi dan Higiene Produksi

Aspek-aspek CPOB. Manajemen Mutu Personalia Bangunan dan Fasilitas Peralatan Sanitasi dan Higiene Produksi Personalia Aspek-aspek CPOB Manajemen Mutu Personalia Bangunan dan Fasilitas Peralatan Sanitasi dan Higiene Produksi Pengawasan mutu Inspeksi diri dan audit mutu Penanganan keluhan terhadap produk, penarikan

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER PT. MERCK SHARP DOHME PHARMA Tbk. JL. RAYA PANDAAN KM. 48 PANDAAN (10 APRIL MEI 2017)

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER PT. MERCK SHARP DOHME PHARMA Tbk. JL. RAYA PANDAAN KM. 48 PANDAAN (10 APRIL MEI 2017) LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER PT. MERCK SHARP DOHME PHARMA Tbk. JL. RAYA PANDAAN KM. 48 PANDAAN (10 APRIL 2017 12 MEI 2017) PERIODE XLVIII DISUSUN OLEH: REYNANDA VIOLINA AGUS DAMAYANTI., S.Farm.

Lebih terperinci

BAB III OBJEK PENELITIAN. pada pemerintahan Hindia Belanda tahun1817. Nama perusahaan ini awalnya adalah NV

BAB III OBJEK PENELITIAN. pada pemerintahan Hindia Belanda tahun1817. Nama perusahaan ini awalnya adalah NV BAB III OBJEK PENELITIAN III.1 Objek Penelitian III.1.1 Sejarah Singkat PT KF adalah perusahaan industri farmasi pertama di Indonesia yang didirikan pada pemerintahan Hindia Belanda tahun1817. Nama perusahaan

Lebih terperinci

Cara Distribusi Obat yang Baik (CDOB)

Cara Distribusi Obat yang Baik (CDOB) Cara Distribusi Obat yang Baik (CDOB) BPOM dalam mengawal obat Visi : Obat dan makanan terjamin aman,bermutu dan berkhasiat. Misi: Melindungi masyarakat dari obat dan makanan yang beresiko terhadap kesehatan.

Lebih terperinci

Penggunaan terbesar herbal. Fitofarmaka. supplement. kosmetik

Penggunaan terbesar herbal. Fitofarmaka. supplement. kosmetik Penggunaan terbesar herbal Fitofarmaka supplement kosmetik Pasar herbal Pasar dunia 10 M USD Nilai export indonesia 100 Triliun Kualitas Produksi herbal GAP GMP GDP GAP ON FARM Iklim Tanah Ketinggian bibit

Lebih terperinci

MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN NOMOR: 659/MENKES/SK/X/1991 TENTANG CARA PEMBUATAN OBAT TRADISIONAL YANG BAIK MENTERI KESEHATAN Menimbang : a. bahwa untuk membuat obat tradisional yang memenuhi persyaratan

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI FARMASI INDUSTRI PT. MUTIFA MEDAN

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI FARMASI INDUSTRI PT. MUTIFA MEDAN LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI FARMASI INDUSTRI di PT. MUTIFA MEDAN Disusun Oleh : Miss Naimah Abdunroni, S. Farm. 083202053 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2010 Lembar Pengesahan LAPORAN

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI FARMASI INDUSTRI LEMBAGA FARMASI DIREKTORAT KESEHATAN ANGKATAN DARAT BANDUNG

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI FARMASI INDUSTRI LEMBAGA FARMASI DIREKTORAT KESEHATAN ANGKATAN DARAT BANDUNG LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI FARMASI INDUSTRI di LEMBAGA FARMASI DIREKTORAT KESEHATAN ANGKATAN DARAT BANDUNG Disusun Oleh : Eka Saputra, S. Farm. 073202020 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT. ZENITH PHARMACEUTICALS JL. TAMBAK AJI 1 SEMARANG JAWA TENGAH PERIODE 4 FEBRUARI 28 MARET 2013

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT. ZENITH PHARMACEUTICALS JL. TAMBAK AJI 1 SEMARANG JAWA TENGAH PERIODE 4 FEBRUARI 28 MARET 2013 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT. ZENITH PHARMACEUTICALS JL. TAMBAK AJI 1 SEMARANG JAWA TENGAH PERIODE 4 FEBRUARI 28 MARET 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT. FERRON PAR PHARMACEUTICALS JALAN JABABEKA VI BLOK J No. 2-3, CIKARANG, JAWA BARAT PERIODE 1 JULI 26 AGUSTUS 2011 LAPORAN PRAKTEK KERJA

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1148/MENKES/PER/VI/2011 TENTANG PEDAGANG BESAR FARMASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1148/MENKES/PER/VI/2011 TENTANG PEDAGANG BESAR FARMASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1148/MENKES/PER/VI/2011 TENTANG PEDAGANG BESAR FARMASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM INDUSTRI FARMASI PT. KIMIA FARMA (PERSERO) TBK. PLANT MEDAN

BAB II TINJAUAN UMUM INDUSTRI FARMASI PT. KIMIA FARMA (PERSERO) TBK. PLANT MEDAN BAB II TINJAUAN UMUM INDUSTRI FARMASI PT. KIMIA FARMA (PERSERO) TBK. PLANT MEDAN 2.1 Sejarah Perusahaan Kimia Farma adalah perusahaan industri farmasi pertama di Indonesia yang didirikan oleh Pemerintah

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI FARMASI INDUSTRI. Lembaga Farmasi Direktorat Kesehatan Angkatan Darat Bandung. Disusun Oleh:

LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI FARMASI INDUSTRI. Lembaga Farmasi Direktorat Kesehatan Angkatan Darat Bandung. Disusun Oleh: LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI FARMASI INDUSTRI di Lembaga Farmasi Direktorat Kesehatan Angkatan Darat Bandung Disusun Oleh: Debora R. Hutagaol, S.Farm. NIM 133202215 Dinda Ayyu Hanjaya, S.Farm. NIM 133202126

Lebih terperinci

DOKUMENTASI PRODUKSI

DOKUMENTASI PRODUKSI DOKUMENTASI PRODUKSI MEDAN PABRIK FARMASI & FAKTOR PENUNJANG Sumber Daya Manusia ( SDM ) > Semua tenaga kerja, dari tenaga ahli (apote- teker) s/d operator harus terlatih. Perangkat Keras ( Hardware) >

Lebih terperinci

BAB III PEMBAHASAN. 1. Sejarah Perusahaan PT. Indofarma Global Medika. bergerak dibidang pendistribusian obat dan alat alat kesehatan.

BAB III PEMBAHASAN. 1. Sejarah Perusahaan PT. Indofarma Global Medika. bergerak dibidang pendistribusian obat dan alat alat kesehatan. BAB III PEMBAHASAN A. GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 1. Sejarah Perusahaan PT. Indofarma Global Medika PT. Indofarma Global Medika (IGM) merupakan distributor atau anak cabang dari PT. Indofarma selaku induk

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1148/MENKES/PER/VI/2011 TENTANG PEDAGANG BESAR FARMASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1148/MENKES/PER/VI/2011 TENTANG PEDAGANG BESAR FARMASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1148/MENKES/PER/VI/2011 TENTANG PEDAGANG BESAR FARMASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT SYDNA FARMA JL. RC. VETERAN NO. 89 BINTARO JAKARTA SELATAN PERIODE 1 JULI 29 AGUSTUS 2014 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER SRIWULANTYA,

Lebih terperinci

BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA

BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR HK.03.1.33.12.12.8195 TAHUN 2012 TENTANG PENERAPAN PEDOMAN CARA PEMBUATAN OBAT

Lebih terperinci

BAB III KEGIATAN DI INDUSTRI FARMASI P.T. KIMIA FARMA (PERSERO) TBK. PLANT MEDAN

BAB III KEGIATAN DI INDUSTRI FARMASI P.T. KIMIA FARMA (PERSERO) TBK. PLANT MEDAN BAB III KEGIATAN DI INDUSTRI FARMASI P.T. KIMIA FARMA (PERSERO) TBK. PLANT MEDAN 3.1 Keterlibatan Dalam Produksi Praktek Kerja Profesi Apoteker di P.T. Kimia Farma (Persero) Tbk. Plant Medan, dilaksanakan

Lebih terperinci

2 Presiden Nomor 55 Tahun 2013 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor 125); 3. Peraturan Presiden Nomor 24 Tahun 2010 tentang Kedudukan,

2 Presiden Nomor 55 Tahun 2013 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor 125); 3. Peraturan Presiden Nomor 24 Tahun 2010 tentang Kedudukan, BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.794, 2014 KEMEN KP. Obat Ikan. Cara Pembuatan. PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24/PERMEN-KP/2014 TENTANG CARA PEMBUATAN OBAT IKAN YANG

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT. BAYER INDONESIA CIMANGGIS PLANT JL. RAYA BOGOR KM 32 DEPOK JAWA BARAT (31 AGUSTUS 30 OKTOBER 2015)

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT. BAYER INDONESIA CIMANGGIS PLANT JL. RAYA BOGOR KM 32 DEPOK JAWA BARAT (31 AGUSTUS 30 OKTOBER 2015) LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT. BAYER INDONESIA CIMANGGIS PLANT JL. RAYA BOGOR KM 32 DEPOK JAWA BARAT (31 AGUSTUS 30 OKTOBER 2015) PERIODE XLV DISUSUN OLEH: JEMMY KURNIAWAN, S.Farm. 2448715124

Lebih terperinci

DOKUMENTASI

DOKUMENTASI DOKUMENTASI PENDAHULUAN Dokumentasi adalah suatu bukti yang dapat dipercaya pada penerapan/pemenuhan CPOTB. Mutu yang direncanakan adalah satu-satunya solusi untuk mengatasi keluhan yang terkait dengan

Lebih terperinci