Strategi Penerjemahan Metafora Bahasa Indonesia ke dalam Bahasa Inggris dalam Antologi Puisi On Foreign Shores: American Image in Indonesian Poetry

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Strategi Penerjemahan Metafora Bahasa Indonesia ke dalam Bahasa Inggris dalam Antologi Puisi On Foreign Shores: American Image in Indonesian Poetry"

Transkripsi

1 Strategi Penerjemahan Metafora Bahasa Indonesia ke dalam Bahasa Inggris dalam Antologi Puisi On Foreign Shores: American Image in Indonesian Poetry Parlindungan Pardede Universitas Kristen Indonesia, Jakarta Abstract The objetive of this research was to investigate the translation strategies used to render the metaphors into English and errors committed in the translation. The research methodology was qualitatve using the content analysis method. The data were collected through observation on the 69 Indonesian poems included in On Foreign Shores and their corresponding translated English versions using the criteria provided by metaphor theories. In the identification stage the observation process was conducted with the aid of Metaphor Identification Procedure (MIP). The result reveals the followings. First, to translate the 174 Indonesian metaphors in the poetry anthology, three strategies were used: (1) reproducing the original metaphor with its exact equivalent (59.8%); (2) replacing the metaphor with a different metaphor which expresses similar meaning (35.6%); (3) and converting the metaphor into its approximate literal paraphrase (4.6%). Second, eleven inappropriate selections of translation strategies, which cause distortion in the meaning of the message conveyed by the original poets were found. This means that the accuracy of the use of translation strategies to render the 174 Indonesian metaphors into English is 93,68%. Despite the small number of errors, the translation strategies applied by the translator were recommended to be used as one of the references for translating Indonesian metaphors into English, especially in the context of poetry translation. Kata kunci: penerjemahan metafora, strategi penerjemahan, prosedur penerjemahan, kesepadanan Pendahuluan Dalam masyarakat modern penerjemahan tidak lagi dipandang hanya sebagai proses pengalihan makna kata-kata dari satu bahasa ke bahasa lainnya, tetapi telah berkembang menjadi sarana penyebaran informasi, ide dan nilai-nilai kultural untuk mengembangkan ilmu pengetahuan dan budaya serta meningkatkan 1

2 pemahaman dan kerjasama interkultural. Tanpa penerjemahan, yang secara umum didefinisikan sebagai upaya mengungkapkan kembali pesan yang terkandung dalam bahasa sumber (BSu) ke dalam bahasa sasaran (BSa), sirkulasi ide, pengetahuan, informasi, dan nilai-nilai dari satu bangsa ke bangsa lain akan terhambat. Selain itu, dialog-dialog interkultural, yang dimanfaatkan untuk meningkatkan pemahaman dan kerjasama antar bangsa akan sulit dilakukan tanpa penerjemahan. Dalam praktik penerjemahan, metafora merupakan ungkapan yang paling sulit dialihkan dari satu bahasa ke bahasa lainnya. Metafora bahkan sering dijuluki sebagai ekspresi yang misterius karena maknanya sulit dijelaskan, apalagi diterjemahkan. Newmark (1998, h. 104) menyatakan masalah penerjemahan yang paling sulit secara khusus adalah penerjemahan metafora. Kesulitan menerjemahkan metafora pada hakikatnya berkaitan dengan struktur metafora yang variatif dan unsur pembangunnya yang kompleks, Dilihat dari strukturnya, sebuah metafora bisa berbentuk satu kata, frasa, klausa, atau kalimat. Dilihat dari unsurnya, metafora dibentuk oleh komponen topik (vehicle), citra (tenor), dan titik kesamaan (ground). Namun ketiga komponen ini tidak selalu disebutkan secara eksplisit. Kadang-kadang satu atau dua dari ketiga komponen itu bersifat implisit. Akibatnya, metafora seperti ini hanya dapat dipahami setelah konteks internal ungkapan maupun konteks situasional (eksternal) ungkapan tersebut terlebih dahulu dipahami. Kadang-kadang komponen citra sebuah metafora tidak lazim dalam BSa, sehingga penerjemah harus menemukan citra pengganti yang sepadan dan lazim dalam Bsa tersebut. 2

3 Selain itu, sebagai sebuah ungkapan bahasa, metafora sarat dengan nilai-nilai budaya sehingga penerjemahannya hanya dapat dilakukan setelah nilai-nilai budaya yang terkait dengan ungkapan tersebut dipahami. Kendala-kendala yang dihadapi dalam penerjemahan metafora telah memunculkan dua pandangan yang kontradiktif mengenai translatibilitas metafora. Dagut (1987: 25) memaparkan bahwa, di satu pihak, tidak sedikit ahli penerjemahan, seperti Nida, Vinay and Darbelnet, yang menganggap metafora tidak bisa diterjemahkan. Di pihak lain, beberapa tokoh, seperti Kloepfer dan Reiss, menganggap bahwa metafora, sebagai suatu ungkapan lingusitis, metafora bisa diterjemahkan. Praktik penerjemahan cenderung mendukung translatibilitas metafora. Hal ini dibuktikan oleh begitu banyaknya puisi yang mengandung berbagai ungkapan metaforis karya penyair kenamaan seperti Robert Frost, William Shakespeare, Langston Hughes, Pablo Neruda, Emily Dickinson dan Li Po berhasil diterjemahkan dengan baik ke dalam berbagai bahasa. Jadi. meskipun sebagian metafora harus diterjemahkan secara ekstra hati-hati, sebagai salah satu bentuk ekspresi linguistis, metafora tetap bisa diterjemahkan.. Hasil-hasil penelitian terkini juga cenderung memperkuat ide bahwa metafora bisa diterjemahkan. Penelitian Suwardi (2005) tentang penerjemahan metafora bahasa Inggris dalam konteks penerjemahan novel The Wedding karya Danielle Steel ke dalam bahasa Indonesia mengungkapkan bahwa ke 41 metafora yang diidentifikasi diterjemahkan dengan menggunakan lima strategi penerjemahan, yakni: (1) menerjemahkan metafora menjadi metafora dengan 3

4 imaji yang sama; (2) menerjemahkan metafora menjadi metafora dengan imaji yang berbeda; (3) menerjemahkan metafora menjadi simile dengan imaji yang sama; (4) menerjemahkan metafora menjadi simile dengan imaji yang berbeda; dan (5) menerjemahkan metafora menjadi non-majas. Hasil analisis memperlihatkan kebanyakan metafora TSu sepadan dengan hasil terjemahannya dalam TSa. Penelitian Waluyo (2007) mengungkapkan bahwa strategi penerjemahan yang digunakan untuk mengalihkan 100 metafora bahasa Indonesia dalam penerjemahan novel Saman ke dalam bahasa Inggris adalah: (1) penerjemahan metafora menjadi metafora yang sepadan; (2) parafrase; (3) penerjemahan metafora menjadi metafora yang berbeda namun dengan makna yang sama; (4) penerjemahan harfiah. Ditemukan tiga alasan mengapa penerjemah tidak hanya menggunakan strategi pertama saja tetapi juga ketiga strategi lainnya. Pertama, penerjemah tidak dapat menemukan kesepadanan yang sesuai dalam metafora Inggris. Kedua, penerjemah bermaksud mencegah kesalahpahaman atau berupaya mempertahankan pesan sesuai dengan konteksnya. Ketiga, penerjemah memiliki waktu yang terbatas sehingga dia mengambil jalan pintas dalam menerjemahkan metafora. Hasil kajian Sudrama (2003) tentang struktur, tipe. dan strategi penerjemahan metafora dalam penerjemahan novel Master of the Game karya Sidney Sheldon ke dalam bahasa Indonesia mengungkapkan bahwa novel tersebut mengandung metafora mati dan metafora hidup. Berlandaskan teori Larson, ditemukan tiga strategi yang diterapkan dalam menerjemahkan metafora bahasa 4

5 Inggris ke dalam bahasa Indonesia, yakni: menerjemahkan metafora ke dalam metafora, menerjemahkan metafora menjadi simile, dan menerjemahkan metafora menjadi ungkapan harfiah. Paparan-paparan di atas mengindikasikan bahwa kesulitan dalam menerjemahkan metafora disebabkan oleh tiga faktor utama. Pertama, metafora memiliki struktur yang variatif dan unsur pembangun yang kompleks. Akibatnya, disamping prosedur dan konsep kesepadanan yang lazim digunakan dalam menerjemahkan ungkapan-ungkapan linguistik lainnya, penerjemahan metafora memerlukan strategi khusus (van den Broeck, 1981). Kedua, metafora sarat dengan nilai-nilai budaya. Oleh karena itu, penerjemah harus benar-benar memahami nilai-nilai budaya yang terkait dengan metafora BSu secara mendalam dan melakukan pemetaan konseptual agar dapat menentukan padanan yang berterima dalam BSa (Al-Hasnawi, 2007). Ketiga, karena berbagai kerumitan yang ditemukan dalam penerjemahan metafora, hanya sedikit. jumlah pakar pakar penerjemahan yang mau menggumuli persoalan tersebut (ProZ.com, 2008). Akibatnya, teori dan kajian tentang penerjemahan metafora yang tersedia relatif terbatas. Sehubungan dengan itu, penelitian yang ekstensif perlu dilakukan untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang penerjemahan metafora. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh pemahaman yang mendalam tentang strategi penerjemahan metafora bahasa Indonesia ke dalam bahasa Inggris dalam antologi puisi On Foreign Shores: American Image in Indonesian Poetry yang diterjemahkan dan diedit oleh McGlynn (1990). Secara spesifik, masalahmasalah yang diteliti mencakup: (1) strategi yang digunakan dalam 5

6 menerjemahkan metafora yang terdapat di dalam On Foreign Shores: American Image in Indonesian Poetry dari bahasa Indonesia ke dalam bahasa Inggris; (2) kesalahan-kesalahan penggunaan strategi penerjemahan metafora bahasa Indonesia ke dalam bahasa Inggris; dan (3) faktor-faktor penyebab kesalahan penggunaan strategi penerjemahan tersebut. Teori utama yang dijadikan sebagai landasan analisis strategi penerjemahan metafora dalam penelitian ini adalah lima strategi penerjemahan metafora usulan Larson (1998, h ), yang tediri dari: (1) menerjemahkan metafora BSu menjadi metafora yang sama di dalam BSa; (2) menerjemahkan metafora BSu menjadi sebuah simile jika dalam sistem BSa membuat simile lebih mudah dipahami daripada metafora; (3) menerjemahkan metafora BSu menjadi metafora lain dalam BSa tapi memiliki makna yang sama dengan metafora BSu tersebut; (4) menerjemahkan metafora BSu menjadi metafora yang sama di dalam BSa yang disertai dengan penjelasan tentang makna metafora tersebut; dan (5) menerjemahkan metafora menjadi menjadi ungkapan non-metaforis. Sedangkan analisis tentang bentuk dan faktor kesalahan penggunaan strategi penerjemahan didasarkan pada gagasan Nababan (2008) tentang kesalahan terjemahan. Metodologi Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode analisis isi (content analysis), yang diterapkan dalam delapan tahapan sesuai dengan saran Carley (1992, h ), yakni: (1) menetapkan tataran analisis; (2) menetapkan konsep-konsep untuk dikodifikasi; (3) menetapkan apakah pengkodean ditujukan 6

7 untuk menyatakan keberadaan atau frekuensi konsep; (4) menetapkan cara membedakan konsep-konsep; (5) mengembangkan aturan pengkodean teks; (6) menetapkan apa yang harus dilakukan terhadap informasi/data yang tidak relevan; (7) mengkodifikasi teks; dan (8) menganalisis hasil. Data dalam penelitian ini adalah seluruh ungkapan motaforis yang dikumpulkan melalui pengamatan terhadap 69 puisi Indonesia yang dipublikasikan dalam antologi puisi On Foreign Shores: American Image in Indonesian berdasarkan kriteria teori metafora yang dipadu dengan penerapan Metaphor Identification Procedure (MIP) usulan kelompok Pragglejaz (2007) dalam tahapan identifikasi data. Pemeriksaan keabsahan data dilakukan melalui ketekunan pengamatan, triangulasi, dan kecukupan referensial. Data yang terkumpul diklasifikasikan untuk selanjutnya dikaji secara obyektif, dianalisis berdasarkan teori-teori terjemahan yang dipaparkan pada bagian terdahulu, dan dibandingkan dengan terjemahan masing-masing dalam bahasa Inggris. Hasil Penelitian dan Pembahasan 1. Penggunaan Strategi Penerjemahan Dengan menggunakan teori Larson (1988, h ) tentang strategi penerjemahan metafora, ditemukan bahwa ke 174 metafora yang diidentifikasi diterjemahkan dengan menggunakan tiga strategi, yaitu: (1) menerjemahkan metafora menjadi metafora yang sama (disingkat menjadi M M Sama ); (2) menerjemahkan metafora menjadi metafora lain tapi bermakna sama (M M Lain); dan (3) menerjemahkan metafora menjadi ungkapan non-metaforis atau 7

8 makna harfiah (M Non-M). Agar diperoleh kesamaan persepsi, perlu dijelaskan bahwa lambang panah ( ) yang digunakan di sini bermakna diterjemahkan atau dialihkan menjadi atau dikonversikan kepada, sesuai dengan konteks penggunaannya. Rekapitulasi frekuensi dan persentase ketiga strategi penerjemahan tersebut ditampilkan pada tabel 1 berikut. Tabel 1. Frekuensi dan Persentase Penggunaan Strategi Penerjemahan Metafora No. Strategi Penerjemahan Jumlah Persentase 1 M M Sama ,8 2 M M Lain 62 35,6 3 M Non-M 8 4,6 Total a. Menerjemahkan metafora menjadi metafora yang sama Menerjemahkan metafora menjadi metafora yang sama (M M Sama) dilakukan dengan cara mereproduksi citra atau tenor TSu di dalam TSa. Strategi ini dapat dilakukan jika metafora itu berterima atau dapat dipahami pembaca TSa tanpa adanya salah pengertian. Oleh karena itu, strategi ini sangat sesuai digunakan untuk menerjemahkan metafora dengan citra yang universal. Karena citra yang universal, menurut Newmark, biasanya diungkapkan dengan menggunakan kata-kata yang berhubungan dengan ruang, waktu, ide, bagianbagian tubuh, unsur-unsur ekologi, dan aktivitas-aktivitas utama manusia dan 8

9 merupakan salah satu karakteristik metafora mati, 1 strategi M M Sama sangat sesuai untuk menerjemahkan metafora mati. Kriteria-kriteria tersebut dapat ditelusuri dalam penerjemahan metafora berikut. 1 BSu sentuhan yang menempa marah (36) BSa a touch that forges anger (37) 2 BSu engkau belut bagiku (44) BSa you are for me an eel (45) Metafora pertama di atas merupakan salah satu baris puisi Toeti Heraty yang berjudul Sungai Iowa. Puisi ini menggambarkan suasana batin si pembicara (speaker) yang sedang dipenuhi oleh berbagai gejolak emosi negatif. Namun dirinya langsung menjadi tenang setelah memandang Sungai Iowa. Dia merasakan gejolak berbagai emosi negatif tersebut reda oleh pesona Sungai Iowa. Metafora sentuhan yang menempa marah adalah satu dari emosi negatif yang bergejolak dalam diri si pembicara. Dalam metafora ini, sentuhan dinyatakan menempa kemarahan. Padahal verba menempa ini secara leksikal berkolokasi dengan besi. Menurut KBBI Daring, verba ini bermakna memukulmukul (besi dsb) untuk dibuat perkakas (spt pisau) Karena citra dalam verba menempa direproduksi menjadi citra yang sama melalui verba forge, yang menurut American Heritage Dictionary of English Language bermakna to form 1 Newmark Op,cit. h

10 (metal, for example) by heating in a forge and beating or hammering into shape, maka metafora tersebut diterjemahkan menjadi metafora yang sama. Metafora kedua di atas, engkau belut bagiku digunakan oleh Rendra dalam puisi Kepada M.G. untuk menggambarkan seorang pelacur menurut pandangan pembicara dalam puisi tersebut. Melalui metafora ini diungkapkan bahwa pembicara mengetahui semua lekuk tubuh si pelacur. Tapi dia sama sekali tidak memahami jiwa si pelacur. Orang yang sering menangkap atau memegang belut dapat dengan mudah mengetahui gambaran fisik binatang itu. Sebagaimana orang itu mengetahui profil fisik belut, demikian pula pengetahuan si pembicara mengenai liku-liku tubuh si pelacur. Akan tetapi, meskipun sudah sering menangkap belut, kebanyakan orang tetap tidak dapat menggenggam binatang itu karena tubuhnya yang licin. Gambaran ini digunakan penyair sebagai analogi untuk mengungkapkan ketidakmampuan si pembicara memahami pikiran dan keinginan si pelacur. Dalam penerjemahan, citra belut dialihkan menjadi eel dalam TSa. Karena kedua nomina ini mengacu pada binatang yang sama, jelaslah bahwa penerjemah menerapkan strategi M M Sama. b. Menerjemahkan metafora menjadi metafora lain tapi bermakna sama Jika strategi M M Sama dilakukan dengan cara mereproduksi citra atau tenor TSu di dalam TSa, strategi M M Lain tapi bermakna sama dilakukan dengan cara mengganti citra dalam BSu dengan citra standar yang berterima dalam BSa. Penggantian citra ini dilakukan untuk menjembatani perbedaan kultural antara BSu dan BSa. Meskipun penerapan strategi ini mengakibatkan 10

11 metafora BSu berbeda dengan metafora TSa secara leksikal, dilihat dari konteks pesan secara keseluruhan, keduanya mengungkapkan makna yang sama. Penerjemahan kedua metafora berikut memperlihatkan aplikasi strategi M M Lain tapi bermakna sama tersebut. 1 BSu Bumi telah tenggelam (14) BSa The earth has receded (15) 2 TSu Terlempar damba ke angkasa (12) TSa Hope was catapulted to space (13) Topik pada metafora pertama adalah keadaan bumi, yang dibandingkan dengan tenor (citra), yakni benda yang tenggelam. Menurut KBBI Daring, verba tenggelam bermakna masuk terbenam ke dalam air atau karam. 2 Dalam metafora terjemahan, citra tenggelam tersebut dialihkan menjadi verba recede, yang menurut Merriam Webster Online Dictionary bermakna gerakan mundur bertahap dari suatu titik atau posisi yang tinggi. Terlihat bahwa secara leksikal, makna verba mundur dan recede tidak sepadan. Akan tetapi, secara kontekstual, metafora TSu dan TSa mengungkapkan makna yang sama. Pada metafora ke dua, kata terlempar, yang berfungsi sebagai tenor, tidak dialihkan menjadi kata bahasa Inggris yang secara leksikal bermakna sepadan, seperti thrown, tetapi catapulted. Namun, walau secara leksikal bermakna tidak sepadan, secara kontekstual, keduanya mengungkapkan ide yang sama. 2 KBBI Daring. op.cit 11

12 c. Menerjemahkan metafora menjadi ungkapan non-metaforis Strategi M Non M digunakan jika citra terjemahan yang dialihkan menjadi metafora yang sama sulit dipahami dan BSa tidak memiliki ungkapan yang sepadan dengan metafora BSu Menurut Larson, strategi M Non M ini diimplementasikan dengan cara mengalihkan tenor dalam metafora BSu menjadi ungkapan bermakna harfiah. Strategi ini efektif digunakan untuk menerjemahkan metafora mati yang sudah menjadi idiom sehingga kesan metaforisnya benarbenar hampir tidak disadari penutur. Dengan mengalihkan metafora yang hanya membuat teks bertele-tele dan mengurangi tingkat keterbacaan teks tersebut menjadi makna harfiah, diharapkan TSa akan lebih sederhana, luwes dan mudah dipahami. Berikut ini adalah dua contoh metafora bahasa Indonesia yang diterjemahkan dengan menggunakan strategi menerjemahkan metafora menjadi ungkapan non-metaforis. 1 BSu sekedar ingin tahu dan memancing pengalaman (66) BSa just out of curiosity and the experience (67) 2 TSu perut bumi (124) TSa The earth (125) Pada metafora pertama, ungkapan memancing merupakan tenor (citra). Verba ini secara umum berkolokasi dengan ikan. Namun dalam metafora ini verba tersebut dikaitkan dengan pengalaman untuk menggambarkan bahwa tindakan menambah pengalaman memiliki kesamaan dengan aktivitas memancing 12

13 ikan. Namun dalam metafora terjemahan, citra tersebut diabaikan oleh penerjemah. Frasa memancing pengalaman dialihkan menjadi nomina pengalaman yang mengandung hanya makna harfiah. Pada metafora ke dua, nomina perut digunakan sebagai citra untuk menjelaskan bagian spesifik bumi. Menurut KBBI Daring, metafora perut bumi bermakna bagian dl bumi yg letaknya di tengah-tengah. Dalam metafora terjemahan, citra perut diabaikan. Dengan demikian, metafora perut bumi dialihkan menjadi frasa the earth saja. Karena frasa ini tidak mengandung makna metaforis, maka metafora perut bumi tersebut tidak diterjemahkan menjadi metafora, melainkan ungkapan bermakna harfiah. Berdasarkan analisis penggunaan strategi penerjemahan di atas, dapat disimpulkan bahwa penerjemah lebih mengutamakan strategi penerjemahan metafora menjadi metafora. Dari 174 metafora yang diterjemahkan, hanya 4,6% yang diterjemahkan menjadi ungkapan non-metaforis. Hal ini dilakukan penerjemah karena penerjemahan metafora yang dilakukan merupakan bagian dari penerjemahan puisi teks yang mengutamakan penggunaan ungkapan yang singkat, padat, dan sekaligus menarik. Karena metafora merupakan salah satu majas yang dapat memenuhi ketiga kriteria ini, wajar bila keberadaannya sedapat mungkin dipertahankan dalam puisi terjemahan. Mayoritas metafora BSu dapat dialihkan menjadi metafora yang sama ke BSa karena penerjemah dapat menemukan dan mereproduksi citra atau tenor yang sepadan dalam BSa. Akan tetapi, karena perbedaan nilai-nilai budaya BSu dan BSa, citra sebagian metafora tidak dapat ditemukan dalam BSa, sehingga 13

14 penerjemah melakukan penggantian dengan citra standar yang berterima dalam BSa melalui strategi M M Lain. Selain itu, ada juga metafora BSu yang citranya (baik yang sepadan maupun pengganti) tidak dapat ditemukan penerjemah dalam BSa. Akibatnya, penerjemah mengalihkan citra metafora tersebut menjadi ungkapan bermakna harfiah dalam TSa. Temuan di atas memperlihatkan bahwa penerjemah mengutamakan strategi penerjemahan yang mengalihkan metafora menjadi metafora. Penerjemah lebih memprioritaskan penggunaan strategi M M Sama, lalu M M Lain, dan M Non-M sebagai pilihan terakhir. Temuan ini selaras dengan pendapat Reis (dalam Venuti, 2004, h. 167) yang menekankan pentingnya mengalihkan unsurunsur estetik dan artistik teks-teks ekspresif ke dalam TSa dengan cara menerjemahkan teks tersebut ke dalam tipe yang sama. Dia menegaskan If the SL text is written in order to convey artistic contents, then the contents in the TL should be conveyed in an analogously artistic organization. Penerjemahan metafora dalam penelitian ini merupakan bagian dari penerjemahan puisi. Sedangkan puisi, berdasarkan klasifikasi tipe teks usulan Newmark (1988) termasuk dalam kelompok teks ekspresif. Sehubungan dengan itu, dalam rangka mempertahankan unsur-unsur estetik dan artistik puisi, pengutamaan penggunaan strategi menerjemahkan metafora menjadi metafora oleh McGlynn sudah tepat. 5. Kesalahan Pemilihan Strategi Penerjemahan Metafora bahasa Indonesia ke dalam Bahasa Inggris 14

15 Melalui analisis yang dilakukan dengan cara membandingkan metafora bahasa Indonesia dan terjemahannya ke dalam bahasa Inggris dalam penelitian ini, ditemukan 11 butir metafora (6,32%) yang diterjemahkan dengan strategi penerjemahan yang tidak tepat. Ke 11 butir tersebut dapat dikelompokkan ke dalam dua tipe, yakni: (a) menerjemahkan metafora menjadi metafora lain atau M M Lain (9 item kesalahan); dan (b) menerjemahkan metafora menjadi ungkapan non-metaforis atau makna harfiah atau M Non-M (2 item kesalahan). Kesimpulan dan rekomendasi Dilihat dari seluruh temuan dalam penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa penerjemah menguasai kaidah-kaidah BSu dan BSa serta teori-teori dan praktik penerjemahan dengan baik. Hal ini, paling tidak, tercermin dari tingginya ketepatan penggunaan strategi penerjemahan (93,68%), ketepatan penggunaan prosedur penerjemahan (94,25%) dan kesepadanan makna (98,85%). Pemahaman lintas budaya; pengetahuan tipe teks; pemahaman tentang tujuan penerjemahan dan pemahaman tentang calon pembaca terjemahan yang dimiliki penerjemah juga baik. Kesalahan-kesalahan kecil yang teridentifikasi, pada dasarnya disebabkan oleh orientasi yang terlalu berlebihan pada aspek budaya TSa (yang mengakibatkan distorsi makna dalam beberapa terjemahan) dan minimnya pemahaman penerjemah atas sejumlah kecil metafora BSu sehingga padanan yang tepat dalam BSa tidak dapat ditemukan. Hasil analisis data mengimplikasikan tiga hal berikut terhadap praktik penerjemahan metafora. Pertama, karena hasil penerjemahan metafora dalam 15

16 penerjemahan kumpulan puisi On Foreign Shores: American Image in Indonesian Poetry tergolong baik, pemilihan strategi penerjemahan, pemilihan prosedur penerjemahan, dan penentuan tipe kesepadanan yang dilakukan McGlynn ini layak dijadikan salah satu acuan dalam praktik penerjemahan metafora bahasa Indonesia ke dalam bahasa Inggris. Kedua, mengingat bahwa penerjemahan metafora dalam penelitian ini merupakan bagian dari penerjemahan 51 puisi Indonesia yang secara khusus bertopik tentang Amerika Serikat dan berbagai hal yang terdapat di negara tersebut ke dalam bahasa Inggris, penggunaan pemilihan strategi penerjemahan, prosedur penerjemahan, dan tipe kesepadanan oleh McGlynn tersebut sebagai acuan dalam praktik penerjemahan metafora hendaknya dibatasi hanya pada penerjemahan metafora bahasa Indonesia ke dalam bahasa Inggris dalam konteks budaya Indonesia dan Amerika Serikat dan teks berbentuk puisi. Ketiga, Karena kesalahan penerjemahan metafora dalam penelitian ini disebabkan oleh perbedaan budaya BSu dan BSa, setiap praktik penerjemahan metafora harus dilandaskan pada pemahaman budaya BSu dan BSa yang benar-benar komprehensif. Berdasarkan hasil penelitian, peneliti merekomendasikan dua saran berikut. Pertama, karena hasil penelitian ini hanya bisa digeneralisasi secara terbatas pada penerjemahan metafora bahasa Indonesia ke dalam bahasa Inggris dalam konteks budaya Indonesia dan Amerika Serikat dan teks berbentuk puisi, untuk memperoleh pemahaman yang lebih komprehensif tentang penerjemahan metafora bahasa Indonesia ke dalam bahasa Inggris, penelitian-penelitian lanjutan disarankan agar mencakup tipe teks yang variatif, konteks budaya yang lebih 16

17 beragam, dan analisis data yang lebih ekstensif. Kedua, dilihat dari sisi metodologi, penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode analisis isi, dan alat bantu yang digunakan untuk memeriksa ketepatan hasil terjemahan adalah referensi tertulis (kamus, tesaurus, dan beberapa bahan pustaka lainnya). Untuk memperoleh pemahaman yang lebih komprehensif, disarankan agar penelitian lanjutan mengikutsertakan penilaian beberapa informan kunci (penerjemah ahli) untuk menentukan tingkat kesepadanan antara TSu dan TSa dan respon beberapa penikmat puisi (baik penutur bahasa Indonesia maupun penutur bahasa Inggris Amerika) untuk menentukan dan membandingkan efek kesepadanan melalui hubungan antara penutur bahasa Indonesia dengan TSu dan penutur bahasa Inggris Amerika dengan TSa. Referensi Al-Hasnawi. (2007). A cognitive approach to translating metaphors. Translation Journal, 11 (3). Diakses 30 Desember 2012 dari: American Heritage Dictionary of English language (3 rd Ed.). (1992). Boston: Houghton-Mifflin. Carley, K. (1992). MECA. Pittsburgh, PA: Carnegie Mellon University. Departemen Pendidikan Nasional. Kamus bahasa Indonesia. (Jakarta: Pusat Bahasa, 2008). Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. (2011). Kamus Besar Bahasa Indonesia (Dalam Jaringan) (Ed.3). ( diknas. go.id/ kbbi) Dickins, J., Hervey, S. & Higgins, I. (2005), Thinking Arabic translation. New York: Routledge. James, K. (2008) Cultural Implications for translation. Diakses 19 Januari 2011 dari: 17

18 Landers, C. E. (2001) Literary translation. Clevedon: Multilingual Matters. Larson, M. L. (1998). Meaning-based translation: A guide to cross-language equivalence. Lanham and London: University Press of America. McGlynn, J. H. (Ed. & Transl.). (1990). On foreign shores: American images in Indonesian poetry. Jakarta: The Lontar Foundation. Merriam Webster Online Dictionary (2013) diakses dari: Molina, L. & Albir, A.H. Translation techniques revisited: A dynamic and functionalist approach. Meta, Vol. XLVII. No. 4, Nababan, M.R. (2008). Equivalence in translation: Some problem-solving strategies. Diakses 12 januari 2011 dari translationarticles/articles/2071/1/ Newmark, P. (1988). A textbook of translation. New York: Prentice-Hall International. Pragglejaz Group. (2007). MIP: A method for identifying metaphorically used words in discourse. Dalam Metaphor and symbol, 22(1), Lawrence Erlbaum Associates, Inc. ProZ.com (2008). Translation theory with regards to translating metaphors. Diakses 19 Januari 2011 dari: Sudrama, K. (2003). Strategies for Translating into Indonesian English metaphors in the novel Master of the Game : A case study. (Thesis). Denpasar: Udayana University. Suwardi, A. (2005). An analysis of the translation of metaphors in Danielle Steel s The Wedding into Indonesian in Ade Dina Sigarlaki s Pernikahan. (Magister Thesis). Yogyakarta: Sanata Dharma University). van den Broeck, R. (1981) The Limits of translatability exemplified by metaphor translation, dalam Poetics Today, Vol. 2, No. 4, Diakses 15 Februari 2011 dari: jstor.org/stable/ Venuti, L. (ed.) (2001). The translation studies reader. London: Routledge. Waluyo, T. N. (2007) The translations strategies of Indonesian metaphors into English. (Magister Thesis) Jakarta: Gunadarma University. 18

BAB I PENDAHULUAN. Penerjemahan merupakan suatu kegiatan pengalihan makna atau pengungkapan

BAB I PENDAHULUAN. Penerjemahan merupakan suatu kegiatan pengalihan makna atau pengungkapan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Penerjemahan merupakan suatu kegiatan pengalihan makna atau pengungkapan kembali isi suatu teks ke bahasa lain. Mengalihkan dan memindahkan makna serta memilih

Lebih terperinci

Penerjemahan Metafora

Penerjemahan Metafora Penerjemahan Metafora Parlindungan Pardede parlpard2010@gmail.com Universitas Kristen Indonesia Pendahuluan Metafora lazim digunakan dalam komunikasi sehari-hari untuk memperkenalkan objek atau konsep

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bahasa dari tingkat kata, frasa hingga teks untuk menyampaikan makna teks

BAB I PENDAHULUAN. bahasa dari tingkat kata, frasa hingga teks untuk menyampaikan makna teks BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada era kemajuan teknologi dewasa ini semakin banyak terjemahan bahasa dari tingkat kata, frasa hingga teks untuk menyampaikan makna teks bahasa sumber (TSu) ke dalam

Lebih terperinci

EQUIVALENCE STRATEGIES IN TRANSLATING SLANG IN THE NOVEL AKEELAH AND THE BEE BY SAPARDI DJOKO DAMONO

EQUIVALENCE STRATEGIES IN TRANSLATING SLANG IN THE NOVEL AKEELAH AND THE BEE BY SAPARDI DJOKO DAMONO EQUIVALENCE STRATEGIES IN TRANSLATING SLANG IN THE NOVEL AKEELAH AND THE BEE BY SAPARDI DJOKO DAMONO A THESIS BY RINA SARI NAINGGOLAN REG. NO. 080705042 DEPARTMENT OF ENGLISH FACULTY OF CULTURAL STUDIES

Lebih terperinci

Septianingrum Kartika Nugraha Universitas Sebelas Maret Surakarta

Septianingrum Kartika Nugraha Universitas Sebelas Maret Surakarta KAJIAN TERJEMAHAN KALIMAT YANG MEREPRESENTASIKAN TUTURAN PELANGGARAN MAKSIM PADA SUBTITLE FILM THE QUEEN (KAJIAN TERJEMAHAN DENGAN PENDEKATAN PRAGMATIK) Septianingrum Kartika Nugraha Universitas Sebelas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Seorang anak yang sudah terbiasa dibacakan ataupun membaca buku cerita

BAB I PENDAHULUAN. Seorang anak yang sudah terbiasa dibacakan ataupun membaca buku cerita BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seorang anak yang sudah terbiasa dibacakan ataupun membaca buku cerita sendiri bisa menjadikannya sebagai sahabat. Buku cerita memberikan informasi kepada anak tentang

Lebih terperinci

AN ANALYSIS OF DIFFICULTY LEVEL IN TRANSLATING METAPHORICAL EXPRESSION FOUND IN READER S DIGEST

AN ANALYSIS OF DIFFICULTY LEVEL IN TRANSLATING METAPHORICAL EXPRESSION FOUND IN READER S DIGEST AN ANALYSIS OF DIFFICULTY LEVEL IN TRANSLATING METAPHORICAL EXPRESSION FOUND IN READER S DIGEST A Thesis Presented as Partial Fulfillment of the Requirements to Obtain the Sarjana Sastra Degree in the

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN KERANGKA TEORI. Berdasarkan data-data yang dikumpulkan baik berupa penelitian, jurnal

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN KERANGKA TEORI. Berdasarkan data-data yang dikumpulkan baik berupa penelitian, jurnal BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN KERANGKA TEORI 2.1 Kajian Pustaka Berdasarkan data-data yang dikumpulkan baik berupa penelitian, jurnal maupun hasil penelitian lainnya, ditemukan beberapa penelitian

Lebih terperinci

PENINGKATAN PROFESIONALISME WIDYAISWARA MELALUI PENGENALAN TEORI PENERJEMAHAN TEKS BAHASA INGGRIS (SEBUAH KAJIAN TEORITIS)

PENINGKATAN PROFESIONALISME WIDYAISWARA MELALUI PENGENALAN TEORI PENERJEMAHAN TEKS BAHASA INGGRIS (SEBUAH KAJIAN TEORITIS) 1 PENINGKATAN PROFESIONALISME WIDYAISWARA MELALUI PENGENALAN TEORI PENERJEMAHAN TEKS BAHASA INGGRIS (SEBUAH KAJIAN TEORITIS) Oleh : Muchamad Latief Fahmi,SS,MSE (Widyaiswara Muda Balai Diklat Industri

Lebih terperinci

Bab I PENDAHULUAN. Penerjemahan teks, buku-buku dan informasi lain ke dalam bahasa Inggris

Bab I PENDAHULUAN. Penerjemahan teks, buku-buku dan informasi lain ke dalam bahasa Inggris Bab I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penerjemahan teks, buku-buku dan informasi lain ke dalam bahasa Inggris telah dilakukan oleh praktisi atau pakar-pakar terjemahan untuk penyebaran informasi dari satu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penerjemahan merupakan suatu kegiatan transformasi bentuk yakni

BAB I PENDAHULUAN. Penerjemahan merupakan suatu kegiatan transformasi bentuk yakni BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penerjemahan merupakan suatu kegiatan transformasi bentuk yakni kegiatan mengubah bentuk bahasa yang satu ke bahasa yang lain. Dalam The Merriam Webster Dictionary

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya metafora adalah suatu bentuk kekreatifan makna dalam

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya metafora adalah suatu bentuk kekreatifan makna dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada dasarnya metafora adalah suatu bentuk kekreatifan makna dalam menggunakan bahasa saat berkomunikasi baik bahasa lisan maupun bahasa tulisan. Di dalam berbahasa,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan mempertentangkan aspek-aspek dua bahasa yang berbeda untuk menemukan

BAB I PENDAHULUAN. dan mempertentangkan aspek-aspek dua bahasa yang berbeda untuk menemukan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kegiatan menerjemahkan bukanlah sesuatu yang baru bagi manusia karena sudah sejak lama manusia melaksanakannya. Seiring dengan perkembangan zaman dan ilmu pengetahuan,

Lebih terperinci

ANALISIS TERJEMAHAN EUFEMISME ORGAN DAN AKTIFITAS SEKSUAL DALAM NOVEL FIFTY SHADES OF GREY

ANALISIS TERJEMAHAN EUFEMISME ORGAN DAN AKTIFITAS SEKSUAL DALAM NOVEL FIFTY SHADES OF GREY ANALISIS TERJEMAHAN EUFEMISME ORGAN DAN AKTIFITAS SEKSUAL DALAM NOVEL FIFTY SHADES OF GREY Desi Zauhana Arifin, Djatmika, Tri Wiratno Magister Linguistik Penerjemahan Program PASCASARJANA UNS dezauhana@gmail.com

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pesan yang disampaikan dapat melalui karya sastra.

BAB I PENDAHULUAN. Pesan yang disampaikan dapat melalui karya sastra. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Bahasa memiliki peranan penting dalam hal berkomunikasi. Fungsi penting dari bahasa adalah menyampaikan pesan dengan baik secara verbal atau tulisan. Pesan yang disampaikan

Lebih terperinci

KETIDAKAKURATANNYA MENGANALISA TERJEMAHAN DALAM SUBTITLE BAHASA INDONESIA UNTUK FILM TOY STORY 3

KETIDAKAKURATANNYA MENGANALISA TERJEMAHAN DALAM SUBTITLE BAHASA INDONESIA UNTUK FILM TOY STORY 3 KETIDAKAKURATANNYA MENGANALISA TERJEMAHAN DALAM SUBTITLE BAHASA INDONESIA UNTUK FILM TOY STORY 3 Samsul Hadi, Ismani STKIP PGRI Pacitan samsulhadi.mr@gmail.com, ismanipjkr@gmail.com ABSTRAK. Tujuan penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Linguistik, merupakan sebuah ilmu yang mepelajari tentang bahasa secara

BAB I PENDAHULUAN. Linguistik, merupakan sebuah ilmu yang mepelajari tentang bahasa secara 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Linguistik, merupakan sebuah ilmu yang mepelajari tentang bahasa secara verbal. Tentunya ilmu bahasa atau sering disebut linguistik memiliki cabangcabang ilmu bahasa,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berkomunikasi atau berinteraksi antara satu dengan yang lainnya. Bahasa sangat

BAB I PENDAHULUAN. berkomunikasi atau berinteraksi antara satu dengan yang lainnya. Bahasa sangat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa adalah bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia yang digunakan untuk berkomunikasi atau berinteraksi antara satu dengan yang lainnya. Bahasa sangat beranekaragam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan suatu media terpenting untuk berkomunikasi baik

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan suatu media terpenting untuk berkomunikasi baik BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan suatu media terpenting untuk berkomunikasi baik melalui lisan maupun tulisan. Salah satu bahasa yang digunakan adalah bahasa Inggris. Bahasa

Lebih terperinci

Journal Polingua Scientific Journal of Linguistic, Literature and Education

Journal Polingua Scientific Journal of Linguistic, Literature and Education ISSN : 2252-4797 Volume 2 No. 2 - Tahun 2013 Journal Polingua Scientific Journal of Linguistic, Literature and Education Tipe teks dan penerjemahan Indah Sari Jurusan Bahasa Inggris, Politeknik Negeri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam kehidupan manusia. Bahasa adalah satu-satunya milik manusia yang tidak. kegiatan manusia yang tidak disertai oleh bahasa.

BAB I PENDAHULUAN. dalam kehidupan manusia. Bahasa adalah satu-satunya milik manusia yang tidak. kegiatan manusia yang tidak disertai oleh bahasa. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam berkomunikasi antar manusia dibutuhkan bahasa yang disepakati oleh pengguna bahasa itu sendiri. Bahasa mempunyai keterikatan dan keterkaitan dalam kehidupan manusia.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Terkadang orang menghadapi kesulitan dalam memahami isi atau makna

BAB I PENDAHULUAN. Terkadang orang menghadapi kesulitan dalam memahami isi atau makna BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Terjemahan dapat dipahami sebagai sebuah proses penyampaian pesan dalam sumber bahasa tertentu yang ditransformasikan ke dalam bahasa lain agar dapat dipahami oleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa adalah sesuatu yang bersifat universal karena tidak memedulikan

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa adalah sesuatu yang bersifat universal karena tidak memedulikan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Bahasa adalah sesuatu yang bersifat universal karena tidak memedulikan warna kulit, ras, agama, bangsa dan negara. Bahasa merupakan perwujudan suatu konsep

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang dirasakannya melalui hasil karya tulisnya kepada para pembacanya. Banyak

BAB I PENDAHULUAN. yang dirasakannya melalui hasil karya tulisnya kepada para pembacanya. Banyak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Komik merupakan salah satu karya sastra. Dengan membaca karya sastra termasuk melakukan proses komunikasi antara pengarang dengan pembaca. Pengarang komik ingin menyampaikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penelitian, manfaat penelitian, dan kerangka teori yang digunakan.

BAB I PENDAHULUAN. penelitian, manfaat penelitian, dan kerangka teori yang digunakan. BAB I PENDAHULUAN Bab ini menjelaskan latar belakang penelitian, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan kerangka teori yang digunakan. 1.1 Latar Belakang Penelitian Masyarakat yang

Lebih terperinci

IMPLIKATUR, TEKNIK PENERJEMAHAN, DAN PENGARUHNYA TERHADAP KUALITAS TERJEMAHAN (Suatu Kajian Pragmatik Dalam Teks penerjemahan)

IMPLIKATUR, TEKNIK PENERJEMAHAN, DAN PENGARUHNYA TERHADAP KUALITAS TERJEMAHAN (Suatu Kajian Pragmatik Dalam Teks penerjemahan) 1 IMPLIKATUR, TEKNIK PENERJEMAHAN, DAN PENGARUHNYA TERHADAP KUALITAS TERJEMAHAN (Suatu Kajian Pragmatik Dalam Teks penerjemahan) Oleh: Indrie Harthaty Sekolah Tinggi Bahasa Asing Pertiwi Abstrak Kajian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Negara Jepang adalah salah satu negara yang kerap dijadikan acuan dalam

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Negara Jepang adalah salah satu negara yang kerap dijadikan acuan dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Negara Jepang adalah salah satu negara yang kerap dijadikan acuan dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi. Akan tetapi, dibalik kemajuan teknologinya yang pesat

Lebih terperinci

STRATEGI DAN PROSEDUR PENERJEMAHAN IDIOM BAHASA JEPANG DALAM KOMIK DORAEMON TEEMA BETSU KESSAKU SEN EDISI 1 17

STRATEGI DAN PROSEDUR PENERJEMAHAN IDIOM BAHASA JEPANG DALAM KOMIK DORAEMON TEEMA BETSU KESSAKU SEN EDISI 1 17 1 STRATEGI DAN PROSEDUR PENERJEMAHAN IDIOM BAHASA JEPANG DALAM KOMIK DORAEMON TEEMA BETSU KESSAKU SEN EDISI 1 17 Luh Gede Wika Elfayanti Program Studi Sastra Jepang Fakultas Sastra dan Budaya Universitas

Lebih terperinci

ANALISIS TRANSPOSISI DAN MODULASI PADA BUKU TEORI BUDAYA TERJEMAHAN DARI BUKU CULTURE THEORY

ANALISIS TRANSPOSISI DAN MODULASI PADA BUKU TEORI BUDAYA TERJEMAHAN DARI BUKU CULTURE THEORY ANALISIS TRANSPOSISI DAN MODULASI PADA BUKU TEORI BUDAYA TERJEMAHAN DARI BUKU CULTURE THEORY Johnny Prasetyo John Pras-isi@yahoo. com Institut Seni Indonesia Surakarta ABSTRACT This descriptive-qualitative

Lebih terperinci

BAB IV SIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan analisis data yang telah dilakukan, penerjemah lebih banyak

BAB IV SIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan analisis data yang telah dilakukan, penerjemah lebih banyak BAB IV SIMPULAN DAN SARAN 4.1 Simpulan Berdasarkan analisis data yang telah dilakukan, penerjemah lebih banyak menggunakan metode penerjemahan sama makna dan bentuk dengan total 208 kalimat. Metode penerjemahan

Lebih terperinci

TEKNIK DAN KUALITAS PENERJEMAHAN METAFORA DALAM SUBTITLED TEXT FILM TWILIGHT

TEKNIK DAN KUALITAS PENERJEMAHAN METAFORA DALAM SUBTITLED TEXT FILM TWILIGHT TEKNIK DAN KUALITAS PENERJEMAHAN METAFORA DALAM SUBTITLED TEXT FILM TWILIGHT I Gusti Ayu Putu Dewi Paramita Jurusan Teknik Sipil Politeknik Negeri Bali Bukit Jimbaran, P.O Box 1064 Tuban, Badung Bali Phone:

Lebih terperinci

AN ANALYSIS OF TRANSLATION METHODS USED IN THE INDONESIAN SUBTITLES OF THE CROODS MOVIE THESIS BY FIRNANTIA LARA LESTARI NIM

AN ANALYSIS OF TRANSLATION METHODS USED IN THE INDONESIAN SUBTITLES OF THE CROODS MOVIE THESIS BY FIRNANTIA LARA LESTARI NIM AN ANALYSIS OF TRANSLATION METHODS USED IN THE INDONESIAN SUBTITLES OF THE CROODS MOVIE THESIS BY FIRNANTIA LARA LESTARI NIM 105110100111026 STUDY PROGRAM OF ENGLISH DEPARTMENT OF LANGUAGES AND LITERATURES

Lebih terperinci

KAJIAN TERJEMAHAN UNGKAPAN BUDAYA DALAM KISAH SENGSARA YESUS KRISTUS PADA ALKITAB DUA BAHASA YANG BERJUDUL ALKITAB KABAR BAIK GOOD NEWS TESIS

KAJIAN TERJEMAHAN UNGKAPAN BUDAYA DALAM KISAH SENGSARA YESUS KRISTUS PADA ALKITAB DUA BAHASA YANG BERJUDUL ALKITAB KABAR BAIK GOOD NEWS TESIS KAJIAN TERJEMAHAN UNGKAPAN BUDAYA DALAM KISAH SENGSARA YESUS KRISTUS PADA ALKITAB DUA BAHASA YANG BERJUDUL ALKITAB KABAR BAIK GOOD NEWS TESIS Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan dalam Mencapai Derajat

Lebih terperinci

LAPORAN PENELITIAN FUNDAMENTAL STRATEGI PENERJEMAHAN ISTILAH-ISTILAH BUDAYA POLITIK DALAM BUKU TEKS CIVIC CULTURE DAN TERJEMAHANNYA BUDAYA POLITIK

LAPORAN PENELITIAN FUNDAMENTAL STRATEGI PENERJEMAHAN ISTILAH-ISTILAH BUDAYA POLITIK DALAM BUKU TEKS CIVIC CULTURE DAN TERJEMAHANNYA BUDAYA POLITIK Bidang Ilmu: 613/Humaniora LAPORAN PENELITIAN FUNDAMENTAL STRATEGI PENERJEMAHAN ISTILAH-ISTILAH BUDAYA POLITIK DALAM BUKU TEKS CIVIC CULTURE DAN TERJEMAHANNYA BUDAYA POLITIK Drs. Zainal Arifin, M.Hum.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penerjemahan bisa mencakup beberapa pengertian. Ahli linguistik telah

BAB I PENDAHULUAN. Penerjemahan bisa mencakup beberapa pengertian. Ahli linguistik telah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Penerjemahan bisa mencakup beberapa pengertian. Ahli linguistik telah memberi banyak definisi tentang penerjemahan, diantaranya: (1) bidang ilmu secara umum,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Hyde mulai dari masa anak-anak hingga dewasa, yang awalnya ingin menjadi. seorang komikus kemudian beralih menjadi seorang pemusik.

BAB I PENDAHULUAN. Hyde mulai dari masa anak-anak hingga dewasa, yang awalnya ingin menjadi. seorang komikus kemudian beralih menjadi seorang pemusik. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Autobiografi atau otobiografi adalah sebuah biografi atau riwayat hidup yang ditulis oleh pemiliknya. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia otobiografi adalah riwayat

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB V SIMPULAN DAN SARAN 109 BAB V SIMPULAN DAN SARAN Bab ini akan dipaparkan tentang simpulan dan saran yang didapat setelah melakukan analisis data berupa majas ironi dan sarkasme dalam novel The Return of Sherlock Holmes dan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kenali adalah surat perjanjian, sertifikat, buku ilmu pengetahuan bidang hukum

BAB 1 PENDAHULUAN. kenali adalah surat perjanjian, sertifikat, buku ilmu pengetahuan bidang hukum BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Teks hukum merupakan jenis teks yang bersifat sangat formal dan sangat terstruktur. Teks hukum ini sangat beragam macamnya, yang paling mudah kita kenali adalah surat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penerjemahan adalah kegiatan mengalihkan pesan secara tertulis dari teks suatu

BAB I PENDAHULUAN. Penerjemahan adalah kegiatan mengalihkan pesan secara tertulis dari teks suatu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penerjemahan adalah kegiatan mengalihkan pesan secara tertulis dari teks suatu bahasa ke bahasa yang lain. Teks yang diterjemahkan disebut Teks Sumber (Tsu) dan bahasanya

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI Pada bab ini, penulis akan menjabarkan teori-teori yang digunakan penulis dalam menerjemahkan Komik Indonesia Nusantaranger karya Tim Nusantaranger. Agar dapat menerjemahkan komik

Lebih terperinci

Bab 2. Landasan Teori. Pada bab ini, penulis akan mengemukakan beberapa teori mengenai pengertian

Bab 2. Landasan Teori. Pada bab ini, penulis akan mengemukakan beberapa teori mengenai pengertian Bab 2 Landasan Teori Pada bab ini, penulis akan mengemukakan beberapa teori mengenai pengertian penerjemahan dan metode penerjemahan yang akan digunakan untuk menganalisis data pada Bab 3. Seperti dikutip

Lebih terperinci

BAB 6 PENUTUP. Terjemahan yang baik memiliki tiga kriteria, yakni ketepatan, kejelasan, dan

BAB 6 PENUTUP. Terjemahan yang baik memiliki tiga kriteria, yakni ketepatan, kejelasan, dan 192 BAB 6 PENUTUP Terjemahan yang baik memiliki tiga kriteria, yakni ketepatan, kejelasan, dan kewajaran (Larson, 1989:53). Ketepatan berarti bahwa terjemahan harus menyampaikan pesan sesuai dengan yang

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. A. Bahasa Mandarin

BAB II LANDASAN TEORI. A. Bahasa Mandarin BAB II LANDASAN TEORI A. Bahasa Mandarin 1. Definisi Bahasa Mandarin Bahasa mandarin merupakan salah satu bahasa yang paling sering bei digunakan di dunia ini. Dalam pengertian luas, Mandarin berarti 北

Lebih terperinci

PROSEDUR DAN METODE PENERJEMAHAN BAHASA SLANG DALAM KOMIK CRAYON SHINCHAN KARYA YOSHITO USUI

PROSEDUR DAN METODE PENERJEMAHAN BAHASA SLANG DALAM KOMIK CRAYON SHINCHAN KARYA YOSHITO USUI PROSEDUR DAN METODE PENERJEMAHAN BAHASA SLANG DALAM KOMIK CRAYON SHINCHAN KARYA YOSHITO USUI Eka Dewi Octaviani email: echaoink@gmail.com Program Studi Sastra Jepang, Fakultas Sastra dan Budaya, Universitas

Lebih terperinci

Bab 2. Landasan Teori. Pada bab ini Penulis akan menjabarkan tentang teori yang digunakan Penulis

Bab 2. Landasan Teori. Pada bab ini Penulis akan menjabarkan tentang teori yang digunakan Penulis Bab 2 Landasan Teori Pada bab ini Penulis akan menjabarkan tentang teori yang digunakan Penulis dalam menerjemahkan lirik lagu Sepasang Mata Bola karya Ismail Marzuki. Penerjemahan lirik lagu ini membutuhkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penerjemah tersebut adalah teks sastra berupa novel dengan judul Madame

BAB I PENDAHULUAN. penerjemah tersebut adalah teks sastra berupa novel dengan judul Madame BAB I PENDAHULUAN. LATAR BELAKANG Karya sastra terjemahan merupakan peluang yang menjanjikan di abad ke- ini. Varietas karya sastra terjemahan yang diminati oleh masyarakat Indonesia terdiri atas empat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. belakang masalah dari penelitian, identifikasi masalah dari latar belakang yang

BAB I PENDAHULUAN. belakang masalah dari penelitian, identifikasi masalah dari latar belakang yang BAB I PENDAHULUAN Pada bab pendahuluan, hal-hal yang dibahas adalah mengenai latar belakang masalah dari penelitian, identifikasi masalah dari latar belakang yang ada, pertanyaan penelitian dan tujuan

Lebih terperinci

IDEOLOGI DALAM PENERJEMAHAN (Farida Amalia Universitas Pendidikan Indonesia)

IDEOLOGI DALAM PENERJEMAHAN (Farida Amalia Universitas Pendidikan Indonesia) IDEOLOGI DALAM PENERJEMAHAN (Farida Amalia Universitas Pendidikan Indonesia) A. Pendahuluam Penerjemahan adalah kegiatan mengalihkan secara tertulis pesan dari teks suatu bahasa ke dalam teks bahasa lain

Lebih terperinci

CHAPTER III RESEARCH METHODOLOGY. A. Research Type and Design. This research is descriptive qualitative. According to Subroto (1992: 23) he

CHAPTER III RESEARCH METHODOLOGY. A. Research Type and Design. This research is descriptive qualitative. According to Subroto (1992: 23) he CHAPTER III RESEARCH METHODOLOGY A. Research Type and Design This research is descriptive qualitative. According to Subroto (1992: 23) he states that descriptive method study is the investigating of language

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA. Terjemahan Beranotasi Buku Just Tell Me What to Say ke Bahasa Indonesia TESIS IKA KARTIKA AMILIA NPM

UNIVERSITAS INDONESIA. Terjemahan Beranotasi Buku Just Tell Me What to Say ke Bahasa Indonesia TESIS IKA KARTIKA AMILIA NPM UNIVERSITAS INDONESIA Terjemahan Beranotasi Buku Just Tell Me What to Say ke Bahasa Indonesia TESIS IKA KARTIKA AMILIA NPM 0706182192 FAKULTAS ILMU PENGETAHUAN BUDAYA PROGRAM STUDI LINGUISTIK DEPOK JULI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. setidaknya jika itu mengacu pada data yang dirilis oleh UNESCO ditahun 2011.

BAB I PENDAHULUAN. setidaknya jika itu mengacu pada data yang dirilis oleh UNESCO ditahun 2011. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia adalah salah satu negara dengan minat baca paling rendah di dunia, setidaknya jika itu mengacu pada data yang dirilis oleh UNESCO ditahun 2011. Selain itu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Membaca buku bermanfaat bagi manusia, mulai dari anak-anak hingga

BAB I PENDAHULUAN. Membaca buku bermanfaat bagi manusia, mulai dari anak-anak hingga BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Membaca buku bermanfaat bagi manusia, mulai dari anak-anak hingga dewasa sekalipun. Manfaat yang dapat diperoleh antara lain sebagai hiburan, penghilang stres, dan

Lebih terperinci

STRATEGI PENERJEMAHAN ISTILAH-ISTILAH PRAGMATIK DALAM BUKU PRINCIPLES OF PRAGMATICS KARANGAN GEOFREY LEECH

STRATEGI PENERJEMAHAN ISTILAH-ISTILAH PRAGMATIK DALAM BUKU PRINCIPLES OF PRAGMATICS KARANGAN GEOFREY LEECH STRATEGI PENERJEMAHAN ISTILAH-ISTILAH PRAGMATIK DALAM BUKU PRINCIPLES OF PRAGMATICS KARANGAN GEOFREY LEECH Cipto Wardoyo UIN Sunan Gunung Djati Bandung cipto_w@yahoo.com Abstrak Penelitian ini mencoba

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. terjemahan sebagai berikut: Translation is the superordinate term for converting the

BAB II KAJIAN PUSTAKA. terjemahan sebagai berikut: Translation is the superordinate term for converting the BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Penerjemahan Kajian dalam penerjemahan dipelopori oleh Newmark (1988) yang mendefinisikan terjemahan sebagai berikut: Translation is the superordinate term for converting

Lebih terperinci

TEKNIK DAN METODE PENERJEMAHAN NONOSHIRI KOTOBA (KATA UMPATAN) PADA MANGA BEELZEBUB KARYA RYUHEI TAMURA. Abstract

TEKNIK DAN METODE PENERJEMAHAN NONOSHIRI KOTOBA (KATA UMPATAN) PADA MANGA BEELZEBUB KARYA RYUHEI TAMURA. Abstract TEKNIK DAN METODE PENERJEMAHAN NONOSHIRI KOTOBA (KATA UMPATAN) PADA MANGA BEELZEBUB KARYA RYUHEI TAMURA Oleh: Wike Suherman email: langit_biru345@yahoo.co.id Program Studi Sastra Jepang Fakultas Sastra

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Era globalisasi saat ini yang bercirikan keterbukaaan, persaingan, dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Era globalisasi saat ini yang bercirikan keterbukaaan, persaingan, dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Era globalisasi saat ini yang bercirikan keterbukaaan, persaingan, dan kesalingtergantungan antar bangsa serta derasnya arus informasi yang menembus batas-batas

Lebih terperinci

Muhammad Husnan Lubis

Muhammad Husnan Lubis Muhammad Husnan Lubis Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara Jl. Dr. Mansyur, No. 9, Medan, Sumatera Utara, 20155 e-mail: buyalis@hotmail.com Abstrak: Metode Penerjemahan al-qur an ke dalam Bahasa

Lebih terperinci

PERGESERAN TERJEMAHAN PEMARKAH KOHESI SUBSTITUSI DAN ELIPSIS DALAM NOVEL SISTERS KARYA DANIELLE STEEL DAN TERJEMAHANNYA KE BAHASA INDONESIA

PERGESERAN TERJEMAHAN PEMARKAH KOHESI SUBSTITUSI DAN ELIPSIS DALAM NOVEL SISTERS KARYA DANIELLE STEEL DAN TERJEMAHANNYA KE BAHASA INDONESIA PERGESERAN TERJEMAHAN PEMARKAH KOHESI SUBSTITUSI DAN ELIPSIS DALAM NOVEL SISTERS KARYA DANIELLE STEEL DAN TERJEMAHANNYA KE BAHASA INDONESIA TESIS Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Magister

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Dalam memahami konsep mengenai teori kebahasaan, linguistik

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Dalam memahami konsep mengenai teori kebahasaan, linguistik BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dalam memahami konsep mengenai teori kebahasaan, linguistik sistemik fungsional berperan penting memberikan kontribusi dalam fungsi kebahasaan yang mencakup

Lebih terperinci

THE TRANSLATION OF PREPOSITIONS AT, ON AND BY WITH REFERENCE TO GREEN S THE FAULT IN OUR STARS

THE TRANSLATION OF PREPOSITIONS AT, ON AND BY WITH REFERENCE TO GREEN S THE FAULT IN OUR STARS THE TRANSLATION OF REOSITIONS AT, ON AND BY WITH REFERENCE TO GREEN S THE FAULT IN OUR STARS Made Jaya Maharani 1* utu Ayu Asty Senja ratiwi 2 I Made Sena Darmasetiyawan 3 [123] English Department Faculty

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa adalah bahan utama kesusastraan. Harus disadari bahwa bahasa

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa adalah bahan utama kesusastraan. Harus disadari bahwa bahasa BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Bahasa adalah bahan utama kesusastraan. Harus disadari bahwa bahasa adalah ciptaan manusia dan mempunyai muatan budaya dan linguistik dari kelompok pemakai bahasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Setiap bahasa memiliki sistem fonologi dan tata bahasanya sendiri, yang membedakannya dari bahasa lain. Oleh karena itu, masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. Setiap bahasa memiliki sistem fonologi dan tata bahasanya sendiri, yang membedakannya dari bahasa lain. Oleh karena itu, masyarakat 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap bahasa memiliki sistem fonologi dan tata bahasanya sendiri, yang membedakannya dari bahasa lain. Oleh karena itu, masyarakat pemakai bahasa membutuhkan satu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran menjadi salah satu kegiatan yang bernilai edukatif, hal ini terjadi karena adanya interaksi antara guru dan siswa. Interaksi yang dilakukan mengharapkan

Lebih terperinci

PERGESERAN BENTUK DALAM TERJEMAHAN ARTIKEL DI MAJALAH KANGGURU INDONESIA

PERGESERAN BENTUK DALAM TERJEMAHAN ARTIKEL DI MAJALAH KANGGURU INDONESIA PERGESERAN BENTUK DALAM TERJEMAHAN ARTIKEL DI MAJALAH KANGGURU INDONESIA Dewi Nurmala 1, Alfitriana Purba 2 1,2 Universitas Muslim Nusantara Al-Washliyah Medan Jl. Garu II No. 93 Medan Sumatera Utara email:

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI. fungsional, (3) fungsi bahasa adalah membuat makna- makna, (4) bahasa adalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI. fungsional, (3) fungsi bahasa adalah membuat makna- makna, (4) bahasa adalah BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI 2.1 Kajian Pustaka Penelitian ini meneliti teks terjemahan buku bilingual yang berupa wacana sains untuk mengdentifikasi jenis metafora gramatikal dan keakuratan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN KERANGKA TEORI. Pada kajian pustaka dicantumkan beberapa penelitian terdahulu yang

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN KERANGKA TEORI. Pada kajian pustaka dicantumkan beberapa penelitian terdahulu yang BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN KERANGKA TEORI 2.1 Kajian Pustaka Pada kajian pustaka dicantumkan beberapa penelitian terdahulu yang dijadikan referensi dalam penelitian ini. Penelitian-penelitian tersebut

Lebih terperinci

LOSS DAN GAIN PADA TERJEMAHAN BUKU HUKUM THE CONCEPT OF LAW KARYA H. L. A HART KE DALAM VERSI BAHASA INDONESIA KONSEP HUKUM

LOSS DAN GAIN PADA TERJEMAHAN BUKU HUKUM THE CONCEPT OF LAW KARYA H. L. A HART KE DALAM VERSI BAHASA INDONESIA KONSEP HUKUM LOSS DAN GAIN PADA TERJEMAHAN BUKU HUKUM THE CONCEPT OF LAW KARYA H. L. A HART KE DALAM VERSI BAHASA INDONESIA KONSEP HUKUM Hanifa Pascarina, M. R. Nababan, Riyadi Santosa, Magister Linguistik Program

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penerima dan bahasa menjadi media dalam penyampaian informasi tersebut.

BAB I PENDAHULUAN. penerima dan bahasa menjadi media dalam penyampaian informasi tersebut. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Komunikasi menjadi bagian yang tak terpisahkan dari kehidupan manusia. Komunikasi menjadi tali penghubung dalam hubungan antar manusia. Dalam berkomunikasi, dibutuhkan

Lebih terperinci

TRANSLATION ANALYSIS OF INDONESIAN METAPHORS INTO ENGLISH: A CASE STUDY OF ANDREA HIRATA S EDENSOR

TRANSLATION ANALYSIS OF INDONESIAN METAPHORS INTO ENGLISH: A CASE STUDY OF ANDREA HIRATA S EDENSOR TRANSLATION ANALYSIS OF INDONESIAN METAPHORS INTO ENGLISH: A CASE STUDY OF ANDREA HIRATA S EDENSOR A THESIS Submitted as a Partial Fulfillment of Requirements for the Sarjana Sastra Degree English Department

Lebih terperinci

TERJEMAHANNYA DALAM SUBTITLE FILM KUNGFU PANDA I

TERJEMAHANNYA DALAM SUBTITLE FILM KUNGFU PANDA I ANALISIS IMPERATIVE SENTENCES DAN KUALITAS TERJEMAHANNYA DALAM SUBTITLE FILM KUNGFU PANDA I TESIS Disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat Magister Program Studi Linguistik Penerjemahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keniscayaan karena kebutuhan informasi dan ilmu pengetahuan yang semakin

BAB I PENDAHULUAN. keniscayaan karena kebutuhan informasi dan ilmu pengetahuan yang semakin BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Pada zaman globalisasi ini, penerjemahan merupakan sebuah keniscayaan karena kebutuhan informasi dan ilmu pengetahuan yang semakin meningkat sehingga penerjemahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tanah liat, clay juga ada yang terbuat dari bermacam-macam bahan tetapi adonannya

BAB I PENDAHULUAN. tanah liat, clay juga ada yang terbuat dari bermacam-macam bahan tetapi adonannya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Clay dalam arti yang sesungguhnya adalah tanah liat, namun selain terbuat dari tanah liat, clay juga ada yang terbuat dari bermacam-macam bahan tetapi adonannya memiliki

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian penerjemahan yang bersifat deskriptif-kualitatif

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian penerjemahan yang bersifat deskriptif-kualitatif BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian penerjemahan yang bersifat deskriptif-kualitatif dengan studi kasus terpancang. Penelitian ini disebut penelitian kualitatif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bernama Hamuro Rin. Pria kelahiran Kitakyushu, Jepang ini memulai debutnya

BAB I PENDAHULUAN. bernama Hamuro Rin. Pria kelahiran Kitakyushu, Jepang ini memulai debutnya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Novel Higurashi no Ki merupakan salah satu karya penulis terkenal bernama Hamuro Rin. Pria kelahiran Kitakyushu, Jepang ini memulai debutnya sebagai penulis pada tahun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Buku cerita bilingual Kumpulan Cerita Anak Kreatif - Tales for Creative

BAB I PENDAHULUAN. Buku cerita bilingual Kumpulan Cerita Anak Kreatif - Tales for Creative BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Buku cerita bilingual Kumpulan Cerita Anak Kreatif - Tales for Creative Children merupakan buku cerita bilingual yang menggunakan dua bahasa yaitu bahasa Indonesia

Lebih terperinci

ANALISIS GAYA BAHASA PADA PUISI AKU KARYA CHAIRIL ANWAR

ANALISIS GAYA BAHASA PADA PUISI AKU KARYA CHAIRIL ANWAR P ISSN 2614-624X E ISSN 2614-6231 DOI: http://dx.doi.org/10.22460/p.v1i2p%25p.193 ANALISIS GAYA BAHASA PADA PUISI AKU KARYA CHAIRIL ANWAR Risma Despryanti 1, Riska Desyana 2, Amalia Siddiqa Rahayu 3, Yeni

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diminati oleh masyarakat Indonesia terutama para remaja setelah merebaknya

BAB I PENDAHULUAN. diminati oleh masyarakat Indonesia terutama para remaja setelah merebaknya BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Akhir-akhir ini segala hal yang berkaitan dengan Korea menjadi begitu diminati oleh masyarakat Indonesia terutama para remaja setelah merebaknya Korean wave (Gelombang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Berbeda dengan sintaksis yang mempelajari bagaimana satuan bahasa terbentuk,

BAB I PENDAHULUAN. Berbeda dengan sintaksis yang mempelajari bagaimana satuan bahasa terbentuk, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam mempelajari bahasa Inggris terutama yang berkenaan dengan makna yang terkandung dalam setiap unsur suatu bahasa, semantik merupakan ilmu yang menjadi pengukur

Lebih terperinci

INTERFERENSI BAHASA INDONESIA DALAM PEMAKAIAN BAHASA INGGRIS PADA WACANA TULIS SISWA

INTERFERENSI BAHASA INDONESIA DALAM PEMAKAIAN BAHASA INGGRIS PADA WACANA TULIS SISWA Interferensi Bahasa Indonesia dalam Pemakaian Bahasa (Lilik Uzlifatul Jannah) 81 INTERFERENSI BAHASA INDONESIA DALAM PEMAKAIAN BAHASA INGGRIS PADA WACANA TULIS SISWA Lilik Uzlifatul Jannah Alumni Pascasarjana

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Konsep Verba Aksi Verba aksi adalah kata kerja yang menyatakan perbuatan atau tindakan, atau yang menyatakan perbuatan, tindakan, gerak, keadaan dan terjadinya sesuatu (Keraf,

Lebih terperinci

KESANTUNAN TINDAK TUTUR DIREKTIF PADA KOMIK ANAK DONALD DUCK DAN TERJEMAHANNYA DALAM BAHASA INDONESIA

KESANTUNAN TINDAK TUTUR DIREKTIF PADA KOMIK ANAK DONALD DUCK DAN TERJEMAHANNYA DALAM BAHASA INDONESIA KESANTUNAN TINDAK TUTUR DIREKTIF PADA KOMIK ANAK DONALD DUCK DAN TERJEMAHANNYA DALAM BAHASA INDONESIA 1 Nurlaila, 2 Endang Purwaningsih, Hendro Firmawan nurlaila@staff.gunadarma.ac.id; e_purwaningsih@staff.gunadarma.ac.id;

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa adalah ciri utama manusia dan merupakan alat komunikasi paling

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa adalah ciri utama manusia dan merupakan alat komunikasi paling 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa adalah ciri utama manusia dan merupakan alat komunikasi paling penting dalam kehidupan manusia. Manusia dapat mengungkapkan buah pikirannya, perasaannya,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Astri Rahmayanti, 2013

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Astri Rahmayanti, 2013 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap hari media massa dapat memberikan aneka sajian yang dapat dinikmati para pembaca setianya. Dalam satu edisi para pembaca mendapatkan berbagai informasi

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN TEMA CINTA DALAM LIRIK-LIRIK LAGU JONAS BROTHERS JURNAL. Oleh : ENDA SUOTH

PENGEMBANGAN TEMA CINTA DALAM LIRIK-LIRIK LAGU JONAS BROTHERS JURNAL. Oleh : ENDA SUOTH PENGEMBANGAN TEMA CINTA DALAM LIRIK-LIRIK LAGU JONAS BROTHERS JURNAL Oleh : ENDA SUOTH 090912014 UNIVERSITAS SAM RATULANGI FAKULTAS SASTRA MANADO 2013 1 ABSTRACT Jonas Brothers song lyrics which are about

Lebih terperinci

MAKNA PENERJEMAHAN IDIOM BAHASA JEPANG PADA KOMIK DORAEMON EDISI SEBELAS

MAKNA PENERJEMAHAN IDIOM BAHASA JEPANG PADA KOMIK DORAEMON EDISI SEBELAS MAKNA PENERJEMAHAN IDIOM BAHASA JEPANG PADA KOMIK DORAEMON EDISI SEBELAS Penulis : Nuraini 1 Anggota : 1. Nana Rahayu 2 2. Arza Aibonotika 3 Email: shinsetsu@ymail.com, hand: 082391098036 ABSTRACT This

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Buku Hukum The Concept of Law karya H.L.A Hart dan terjemahannya Konsep Hukum merupakan buku teori hukum atau jurisprudence, bukan merupakan hukum secara praktek.

Lebih terperinci

Contoh: (1) Tsu : A, a kibun onsenyado da ne korya. (CMCJ. Tsa Wah, nikmatnya scpcrti scdang berlibur ke pemandian air paiias saja (CMCI5:42)

Contoh: (1) Tsu : A, a kibun onsenyado da ne korya. (CMCJ. Tsa Wah, nikmatnya scpcrti scdang berlibur ke pemandian air paiias saja (CMCI5:42) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa menurut Koentjaraningrat merapakan salah satu dari tujuh unsur kebudayaan yang bersifat universal. Unsur-unsur yang lainnya adalah sistem pengetahuan,

Lebih terperinci

PENILAIAN PENERJEMAHAN EKSPLISIT ARTIKEL KLASIK DALAM MAJALAH TRIWULAN EDISI 39 TAHUN 2006 (Studi Penerjemahan Bahasa) Dance Wamafma

PENILAIAN PENERJEMAHAN EKSPLISIT ARTIKEL KLASIK DALAM MAJALAH TRIWULAN EDISI 39 TAHUN 2006 (Studi Penerjemahan Bahasa) Dance Wamafma Jurnal Sastra Jepang, Vol. 11 No. 2, Februari 2012, ISSN: 1411-9323, Hal. 38-50 PENILAIAN PENERJEMAHAN EKSPLISIT ARTIKEL KLASIK DALAM MAJALAH TRIWULAN EDISI 39 TAHUN 2006 (Studi Penerjemahan Bahasa) Dance

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. pergaulan dan mempengaruhi kehidupan untuk berkomunikasi dalam masyarakat.

BAB 1 PENDAHULUAN. pergaulan dan mempengaruhi kehidupan untuk berkomunikasi dalam masyarakat. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Bahasa sangatlah penting, karena merupakan penghubung dalam setiap pergaulan dan mempengaruhi kehidupan untuk berkomunikasi dalam masyarakat. Pada setiap bangsa,

Lebih terperinci

PROBLEMATIKA DALAM PENERJEMAHAN NOVEL. Rudi Hartono Dosen bahasa Inggris Universitas Negeri Semarang

PROBLEMATIKA DALAM PENERJEMAHAN NOVEL. Rudi Hartono Dosen bahasa Inggris Universitas Negeri Semarang PROBLEMATIKA DALAM PENERJEMAHAN NOVEL Rudi Hartono Dosen bahasa Inggris Universitas Negeri Semarang Email: rudi_fbsunnes@yahoo.com Abstract: Translating literary works is different from translating nonliterary

Lebih terperinci

Analisis Penggunaan Majas dalam Kumpulan Puisi Beri Aku Malam Karya Iyut Fitra

Analisis Penggunaan Majas dalam Kumpulan Puisi Beri Aku Malam Karya Iyut Fitra Analisis Penggunaan Majas dalam Kumpulan Puisi Beri Aku Malam Karya Iyut Fitra JURNAL ILMIAH RANI FITRIA WATI NPM. 09080301 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA SEKOLAH TINGGI KEGURUAN

Lebih terperinci

ANALISIS PERBANDINGAN TEKNIK PENERJEMAHAN ISTILAH

ANALISIS PERBANDINGAN TEKNIK PENERJEMAHAN ISTILAH TransLing Journal: Translation and Linguistics Vol 1, No 1 (January 2016) pp 1-13 http://jurnal.pasca.uns.ac.id ANALISIS PERBANDINGAN TEKNIK PENERJEMAHAN ISTILAH ILMIAH PADA TERJEMAHAN YANG DIHASILKAN

Lebih terperinci

ANALISIS TERJEMAHAN UNGKAPAN EUFEMISME DAN DISFEMISME PADA TEKS BERITA ONLINE BBC

ANALISIS TERJEMAHAN UNGKAPAN EUFEMISME DAN DISFEMISME PADA TEKS BERITA ONLINE BBC ANALISIS TERJEMAHAN UNGKAPAN EUFEMISME DAN DISFEMISME PADA TEKS BERITA ONLINE BBC Priska Meilasari meilasaripriska@ymail.com ABSTRACT Euphemism and dysphemism are frequently used expression in news writing.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sasaran. Hatim dan Mason (1997:1) mendefinisikan penerjemahan sebagai salah satu

BAB I PENDAHULUAN. sasaran. Hatim dan Mason (1997:1) mendefinisikan penerjemahan sebagai salah satu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penerjemahan merupakan solusi untuk memecahkan masalah perbedaan bahasa. Penerjemahan merupakan sebuah pengalihan pesan dari bahasa sumber ke bahasa sasaran.

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB V SIMPULAN DAN SARAN digilib.uns.ac.id BAB V SIMPULAN DAN SARAN Bab ini terdiri atas dua subbab yaitu simpulan dan saran. Bagian simpulan memaparkan tentang keseluruhan hasil penelitian secara garis besar yang meliputi strategi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penerjemahan adalah satu ilmu yang sangat dibutuhkan dewasa ini, kekurangmampuan manusia dalammenguasaibahasa yang ada dunia ini

BAB I PENDAHULUAN. penerjemahan adalah satu ilmu yang sangat dibutuhkan dewasa ini, kekurangmampuan manusia dalammenguasaibahasa yang ada dunia ini BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penerjemahan memegang peranan yang sangat penting hampir diseluruh aspek kehidupan manusia. Dalam kaitan dengan ilmu pengetahuan dan teknologi, penerjemahan adalah

Lebih terperinci

PENERJEMAHAN INFORMASI IMPLISIT DARI BAHASA INGGRIS KE BAHASA INDONESIA DALAM KARYA FIKSI

PENERJEMAHAN INFORMASI IMPLISIT DARI BAHASA INGGRIS KE BAHASA INDONESIA DALAM KARYA FIKSI PENERJEMAHAN INFORMASI IMPLISIT DARI BAHASA INGGRIS KE BAHASA INDONESIA DALAM KARYA FIKSI Diana Chitra Hasan Universitas Bung Hatta Abstract A good translation must strive for dynamic equivalence, i.e.,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berbeda. Dalam menghadapi masalah ini, kegiatan penerjemahan memberikan solusi karena

BAB I PENDAHULUAN. berbeda. Dalam menghadapi masalah ini, kegiatan penerjemahan memberikan solusi karena BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa, baik lisan maupun tulisan merupakan alat yang penting dalam mendukung terjalinnya komunikasi antar individu. Dalam kegiatan komunikasi, tujuan dari kegiatan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN ROAD MAP PENELITIAN. Penelitian ini mempunyai relevansi dengan penelitian Arifin yang berjudul Analisis

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN ROAD MAP PENELITIAN. Penelitian ini mempunyai relevansi dengan penelitian Arifin yang berjudul Analisis BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN ROAD MAP PENELITIAN A. Tinjauan Pustaka 1. Penelitian yang Relevan Penelitian ini mempunyai relevansi dengan penelitian Arifin yang berjudul Analisis Terjemahan Istilah-Istilah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebagai sarana komunikasi dan juga digunakan sebagai alat untuk menyampaikan. pesan atau maksud pembicara kepada pendengar.

BAB I PENDAHULUAN. sebagai sarana komunikasi dan juga digunakan sebagai alat untuk menyampaikan. pesan atau maksud pembicara kepada pendengar. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan alat komunikasi yang digunakan manusia dalam menyampaikan dan menerima informasi yang dapat mempengaruhi hidup setiap manusia. Bahasa memegang

Lebih terperinci