GAMBARAN RADIOGRAFI MONOSTOTIK FIBROUS DISPLASIA PADA RAHANG SKRIPSI. Sarjana Kedokteran Gigi

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "GAMBARAN RADIOGRAFI MONOSTOTIK FIBROUS DISPLASIA PADA RAHANG SKRIPSI. Sarjana Kedokteran Gigi"

Transkripsi

1 GAMBARAN RADIOGRAFI MONOSTOTIK FIBROUS DISPLASIA PADA RAHANG SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat guna memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi Oleh : BUNGA A.R NIM : FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2009

2 Fakultas Kedokteran Gigi Bagian Radiologi Dental Tahun 2009 Bunga A.R Gambaran Radiografi Monostotik Fibrous Displasia Pada Rahang. viii + 24 halaman Fibrous Displasia adalah suatu penyakit tulang yang terjadi karena adanya diferensiasi abnormal dari osteoblas yang akan mengakibatkan terjadinya pergantian jaringan tulang normal menjadi jaringan fibrous. Fibrous dysplasia dapat juga merupakan komplikasi dari fraktur patologis serta dapat berdegenerasi menjadi malignan dan dapat juga berasosiasi dengan kista aneurysmal. Lesi pada fibrous displasia berjalan lambat dan tanpa keluhan sehingga hal ini jarang mendapat perhatian sampai pasien menyadarinya. Gambaran histologi dari monostotik fibrous displasia pada rahang lebih bervariasi dari tulang lain. Gambaran radiografi monostotik fibrous displasia pada tahap inisial menunjukkan gambaran radiolusen yang unilokular ataupun multilokular, Selanjutnya akan menjadi gambaran yang lebih spesifik yaitu berupa gambaran ground glass, orange peel atau finger print dengan batas yang tidak begitu jelas dan menjadi semakin radiopaque seiring dengan bertambahnya umur dan matangnya lesi.

3 Perawatan monostotik fibrous displasia adalah dengan observasi dan pembedahan. Lesi ini mempunyai prognosa yang baik karena berupa lesi benigna. Daftar Rujukan : 19 ( )

4 PERNYATAAN PERSETUJUAN Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan dihadapan tim penguji skripsi Medan, 9 November 2009 Pembimbing : Tanda tangan H. Asfan Bahri, drg., Sp. RKG NIP :

5 TIM PENGUJI SKRIPSI Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan tim penguji pada tanggal 9 November 2009 TIM PENGUJI KETUA ANGGOTA : Trelia Boel,drg.,M.Kes., Sp.RKG : 1. H. Asfan Bahri,drg.,Sp.RKG 2. H.Amrin Thahir,drg

6 KATA PENGANTAR Dengan mengucap syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa skripsi ini telah disusun sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Kedokteran Gigi. Dalam penulisan skripsi ini, penulis banyak mendapatkan bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih kepada : 1. H. Asfan Bahri, drg., Sp.RKG selaku dosen pembimbing yang telah membimbing penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. 2. Seluruh staf pengajar Radiologi Dental (Trelia Boel,drg., M.Kes., Sp.RKG, Amrin Thahir, drg, Lidya Irani Nainggolan, drg) beserta staf pengajar lainnya di Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara, yang telah mendidik dan membimbing penulis selama menuntut ilmu di masa pendidikan. 3. Syafrinani, drg., Sp.Pros selaku dosen wali yang telah memberikan pengarahan dan bimbingan selama menuntut ilmu. 4. Ayahanda tercinta H.Ayub SH.,M.H dan ibunda Hj.Rukiah SH atas segala kasih sayang, doa, dan bantuan berupa moril dan materiil yang tidak akan terbalas oleh penulis dan juga saudara penulis Putri AR SH, Cory AR ST, M.faisal. 5. Anwar Karim SKG, David Fatola SKG, Heriyanto Halim SKG sebagai senior yang telah banyak membantu dalam persiapan sidang skripsi dan memberikan motivasi dalam menyelesaikan skripsi.

7 6. Chandra Susanto, Handoko, Helly, Daisy,Yemima, Inggrid, Kiki dkk, dan temanteman lain yang mungkin terlewatkan oleh penulis. Akhirnya penulis mengharapkan semoga hasil karya atau skripsi ini dapat memberikan sumbangan pikiran yang berguna bagi fakultas, pengembang ilmu dan masyarakat. Medan, 28 Oktober 2009 Penulis (Bunga A.R) NIM :

8 DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL. i HALAMAN PERSETUJUAN.. ii HALAMAN TIM PENGUJI SKRIPSI. iii KATA PENGANTAR iv DAFTAR ISI. vi DAFTAR GAMBAR. vii BAB 1 PENDAHULUAN... 1 BAB 2 DEFINISI, ETIOLOGI, PATOFISIOLOGI, DAN KLASIFIKASI FIBROUS DISPLASIA 2.1 Definisi dan Etiologi Patofisiologi Klasifikasi Fibrous Displasia Polyostotik Fibrous Displasia Monostotik Fibrous Displasia... 5 BAB 3 GAMBARAN KLINIS DAN GAMBARAN HISTOLOGI MONOSTOTIK FIBROUS DISPLASIA 3.1 Gambaran klinis monostotik fibrous displasia... 8

9 3.2 Gambaran histologi monostotik fibrous displasia BAB 4 GAMBARAN RADIOGRAFI MONOSTOTIK FIBROUS DISPLASIA BAB 5 PERAWATAN, PROGNOSIS DAN DIAGNOSA BANDING MONOSTOTIK FIBROUS DISPLASIA 5.1 Perawatan dan Prognosis Diagnosa Banding BAB 6 KESIMPULAN DAFTAR RUJUKAN LAMPIRAN

10 DAFTAR GAMBAR Gambar Halaman 1. Woven bone dan Lamellar bone pada fibrous displasia pembengkakan unilateral yang mengakibatkan bentuk wajah asimetris 9 3. Pembengkakan yang mengakibatkan gigi yang tidak teratur letaknya, tipping atau berpindah akibat maloklusi Menunjukkan gambaran selular dan bentuk trabekula tulang yang tidak teratur Menunjukkan tidak adanya aktivitas osteoblas Radiografi okulsal menunjukkan gambaran radiolusen unilokular dengan batas yang jelas Radiografi panoramik menunjukkan gambaran ground glass dengan batas yang tidak jelas pada maksila Gambaran axial CT menunjukkan gambaran ground glass pada mandibula Radiografi periapikal menunjukkan gambaran finger print pada

11 Mandibula Radiografi periapikal menunjukkan gambaran orange peel pada Maksila Radiografi panoramic menunjukkan gambaran ground glass disertai dengan hilangya lamina dura dan penipisan tulang kortikal pada tepi bawah mandibula Radiografi oklusal menunjukkan pembesaran pada daerah bukal dan lingual Radiografi pandangan anteroposterior menunjukkan pembesaran monostotic fibrous dysplasia pada daerah posterior kanan maksila menyebar sampai ke zygoma dan terjadi obliterasi total pada antrum sebelah kanan Gambaran coronal CT menunjukkan dinding lateral sinus menjadi lebar tetapi daerah zygomaticus masih baik Radiografi pandangan oblique pada mandibula sebelah kiri menunjukkan pembesaran sklerotik pada ramus mandibula dan menyebar ke daerah prosessus coronoid ossfying fibroma akan tampak lebih radiolucent dan memiliki batas yang lebih jelas Gambaran panoramik: A. Menunjukkan brown tumor pada mandibula B. Menunjukkan hilangnya lamina dura C. Gambaran histologi Brown Tumor D. Lesi yang telah sembuh dan lamina dura

12 kembali terbentuk Gambaran periapikal menunjukkan periapikal cemental dysplasia.. 21 BAB 1 PENDAHULUAN Fibrous displasia adalah satu jenis kelainan tulang yang merupakan kondisi patologis jinak pada tulang dan sering dijumpai pada maksila, tulang tengkorak maupun mandibula. Pada kebanyakan kasus, lesi ini sering dijumpai pada masa anakanak dan pada dewasa muda tetapi jarang mendapat perhatian sampai kemudian pasien menyadarinya. Hal ini disebabkan karena pertumbuhan lesi yang berjalan lambat dan tanpa keluhan. Pada tahun 1938 Lichenstein memperkenalkan istilah fibrous displasia dan menemukan bahwa fibrous dysplasia dapat terjadi pada satu atau beberapa tulang.¹ Monostotik fibrous displasia merupakan bentuk penyakit fibrous dysplasia yang hanya melibatkan satu bagian tunggal tulang. Kelainan ini dimulai pada masa anak-anak kemudian mengalami pertambahan osifikasi dan tertahan pada masa dewasa. Lebih dari 80 % dari kasus yang ada merupakan kasus monostotik fibrous displasia. Monostotik fibrous displasia secara umum menunjukkan distribusi yang

13 sama pada kedua jenis kelamin laki-laki atau perempuan. Monostotik fibrous displasia meskipun tidak begitu parah dibandingkan poliostotic fibrous dysplasia namun lebih besar mendapatkan perhatian dokter gigi karena kasus monostotic fibrous dysplasia sering dijumpai. Ziadi et al melakukan penelitian terhadap 18 kasus yang didiagnosa sebagai kraniofasial fibrous dysplasia antara tahun 1990 sampai 2005 dan menemukan bahwa kebanyakan kasus merupakan monostotic fibrous dysplasia (94%). Hanya 1 kasus yang merupakan polyostotik. Lokasi yang paling sering ditemukan adalah pada maksila dan mandibula (83.3%).¹, ² Di dalam skripsi ini penulis akan membahas tentang fibrous displasia, terutama monostotik fibrous displasia yang mencakup gambaran klinis, gambaran histopatologis, gambaran radiografi dan perawatan serta prognosis dari penyakit ini. Pada bab 4, penulis akan membahas secara khusus mengenai gambaran radiografi monostotik fibrous displasia yang tujuannya untuk mendapatkan ciri-ciri dari gambaran radiografi penyakit ini yang dapat membantu dalam menegakkan diagnosa monostotik fibrous displasia.

14 BAB 2 DEFINISI, ETIOLOGI, PATOFISIOLOGI, DAN KLASIFIKASI FIBROUS DISPLASIA 2.1 Definisi dan Etiologi Fibrous displasia merupakan salah satu penyakit jaringan tulang yang paling rumit. Hal ini dikarenakan tidak diketahuinya etiologi, patologi yang tidak pasti dan histologi yang tidak jelas dari penyakit ini. 3 Fibrous displasia adalah suatu kelainan tulang yang benigna, kronis serta berkembang secara lambat.. Fibrous displasia ditandai dengan adanya jaringan fibrous dan woven bone pada tulang normal yang akan mengakibatkan terjadinya pertumbuhan abnormal, rasa sakit, deformitas serta resorbsi pada tulang yang terlibat, sehingga tulang menjadi membesar dan asimetri. Pertumbuhan yang tidak normal ini disebabkan oleh penyimpangan aktivitas tulang dalam membentuk

15 jaringan mesenkimal sehingga terbentuk proliferasi abnormal dari sel-sel mesenkimal. 3,4,5 Fibrous displasia dapat juga merupakan komplikasi dari fraktur yang patologis dan oleh degenerasi malignan (jarang). Selain itu, penyakit ini juga dapat berasosiasi dengan kista aneurysmal Patofisiologi Fibrous displasia merupakan abnormalitas tulang yang biasa timbul pada usia pertumbuhan dan perkembangan. Displasia berarti perkembangan yang abnormal. Kelainan ini merupakan penyakit tulang dimana lapisan terluar dari tulang menjadi tipis dan bagian dalam sumsum tulang digantikan jaringan fibrous yang berpasir yang terdiri atas fragmen- fragmen tulang yang tajam seperti jarum. 5 Pada fibrous displasia terjadi displasia jaringan ikat fibrosa yang mengandung trabekula tulang dengan karakteristik seperti pusaran dari sel spindel, fokal kalsifikasi dari woven bone. Gambaran ini disebut Chinese Character. Pada tulang yang telah matang terlihat serat kolagen yang terangkai seperti selendang yang disebut lamellae. 7

16 Gambar 1. Woven bone dan Lamellar bone pada fibrous displasia. 7 Penyakit ini umumnya jelas kelihatan pada masa kanak-kanak, bisa muncul hanya pada satu tulang saja (monostotik displasia) ataupun pada beberapa tulang (poliostotik fibrous displasia). Selanjutnya sering ditemukan saat terjadinya fraktur tulang akibat trauma minor. Sayangnya, fraktur yang diakibatkan oleh tulang yang displasia tidak dapat sembuh secara sempurna jika jaringan fibrous ini tidak diatasi secara operasional. 5 Kelainan yang terjadi merupakan tumor tulang benigna yang akan terus tumbuh sampai masa remaja sempurna. Setelah terjadi pertumbuhan sempurna, perkembangan abnormalitas ini akan berhenti, tetapi penderita akan memiliki satu atau lebih daerah tulang yang tidak kuat atau lemah. 5

17 2.3 Klasifikasi Fibrous Displasia Sejak istilah fibrous displasia diperkenalkan pertama kali oleh Lichtenstein tahun 1938, banyak perkembangan klasifikasi berdasarkan kondisi dari penyakit ini, tetapi sejalan dengan meningkatnya pengetahuan dan pengalaman, Kelainan ini dapat diklasifikasikan berdasarkan jumlah tulang yang terlibat. Fibrous displasia bisa muncul hanya pada satu tulang saja (monostotik displasia) ataupun pada beberapa tulang (poliostotik fibrous displasia) Monostotik Fibrous Displasia Kira- kira 70-80% fibrous displasia adalah monostotik. Monostotik fibrous displasia umumnya muncul di tulang rusuk (28%), femur (23%), tibia atau tulang kraniofacial (10-25%), humerus, dan vertebra dalam persentase yang lebih kecil.² Penyakit ini dapat muncul dengan rasa sakit ataupun fraktur patologis pada pasien umur tahun, tetapi lebih sering pada pasien umur tahun. Derajat deformitas dari monostotik fibrous displasia lebih rendah daripada tipe polyostotik. Biasanya monostotik fibrous displasia tidak akan menjadi polyostotik fibrous displasia. Namun, lesi pada monostotik tidak akan bertambah besar secara terus menerus tetapi akan menjadi inaktif pada masa pubertas.² Poliostotik Fibrous Displasia

18 Kira-kira 20-39% fibrous displasia adalah poliostotik. Poliostotik fibrous displasia lebih sering melibatkan tulang tengkorak dan wajah, pelvis, tulang belakang, dan sekeliling tulang bahu. Selain itu, juga bisa terdapat di femur, tibia, tulang rusuk, ekstremitas atas, lumbar spine, klavikula, dan tulang servikal. Kelainan dapat berupa unilateral atau bilateral, dan dapat terjadi di beberapa tulang pada satu atau dua anggota gerak tubuh atau tanpa keterlibatan kerangka aksial.² Poliostotik fibrous displasia biasanya terjadi pada kelompok umur yang lebih muda dari monostotik fibrous displasia. Gejala-gejala awal dari Lesi ini adalah berupa rasa sakit karena keterlibatan anggota gerak tubuh sehingga menjadi pincang dan fraktur spontan ataupun karena keduanya. Diskrepansi panjang kaki muncul sekitar 70% dari pasien dengan keterlibatan anggota gerak tubuh. Keseluruhan struktur tulang dapat menjadi lemah, dan bagian tulang yang menahan beban menjadi membungkuk. Lengkungan pangkal paha dan bagian proksimal kaki bertambah disebabkan adanya lesi pada femur (shepherd s crook deformity). Keterlibatan tulang tengkorak akan mengakibatkan disfungsi nervus cranial dengan pelemahan pendengaran dan visualitas.² Poliostotik fibrous displasia dapat dibagi lagi menjadi jaffe type dan albright s syndrome. Jaffe type merupakan fibrous displasia yang melibatkan beberapa tulang disertai dengan lesi pigmentasi pada kulit sedangkan Albright s syndrome sama dengan jaff type, yang membedakannya adalah adanya keterlibatan gangguan endokrin. 9

19 BAB 3 GAMBARAN KLINIS DAN GAMBARAN HISTOLOGIS MONOSTOTIK FIBROUS DISPLASIA 3.1 Gambaran klinis Monostotik Fibrous Displasia Secara klinis monostotik fibrous displasia merupakan suatu penyakit yang asimtomatis. Monostotik fibrous displasia sering terjadi pada maksila dibandingkan dengan mandibula. Prevalensi terkenanya penyakit ini adalah sama antara pria dan

20 wanita. Penyakit ini lebih sering pada anak-anak dan dewasa muda yang berusia tahun dibandingkan yang berusia lebih tua. Pada maksila terlihat pembengkakan yang tidak sakit, yang membesar, tidak jelas, dan berbentuk bulat. Massa tersebut dapat menjadi lebih besar sehingga dapat menggangu fungsi pengunyahan. 1,8 Pada mandibula, pembengkakan dapat melibatkan daerah labial atau bukal dan juga sering pada daerah lingual. Terkadang pada mandibula juga terjadi penonjolan yang buruk pada bagian tepi inferior. 1,4 Lesi pada maksila yang meluas dapat melibatkan sinus maksilaris, tulang zygomatik, tulang sphenoid dan dasar orbita. Pembengkakan yang tidak stabil membesar dalam waktu yang lama sehingga menimbulkan pembengkakan unilateral yang mengakibatkan bentuk wajah asimetris. Jika pembengkakan berada di maksila maka terjadi penonjolan pada pipi dan perluasan lempeng kortikal. 1,9 Gambar 2. pembengkakan unilateral yang mengakibatkan bentuk wajah asimetris. 8

21 Pada beberapa kasus, dimana pertumbuhannya lebih cepat dan luas mungkin terjadi pembengkakan yang jelas dari pipi dan terjadi exopthalmus. Pada rahang terdapat beberapa gigi yang tidak teratur letaknya, tipping atau berpindah akibat maloklusi dan gangguan pola erupsi.¹ Gambar 3. Pembengkakan yang mengakibatkan gigi yang tidak teratur letaknya, tipping atau berpindah akibat maloklusi. 8 Pada pemeriksaan rongga mulut tidak terlihat perubahan pada mukosa, warna normal, tetap melekat erat pada tulang tanpa kerusakan pada periosteum. Pada beberapa kasus permukaan tulang licin tapi pada kasus lain dijumpai permukaan yang nodular dan ekspansi. Selain itu terlihat pembesaran tulang yang dapat berkembang selama bertahun-tahun, tetapi ada kecenderungan untuk berhenti setelah pertumbuhan tulang selesai.¹ 3.2 Gambaran Histologis Monostotik Fibrous Displasia

22 Secara mikrokospis lesi memperlihatkan penggantian tulang normal oleh jaringan fibrous yang mengandung tulang dan trabekula yang metaplasia. Gambaran histologis dari fibrous displasia pada rahang lebih bervariasi dari pada tulang lain. 1,8 Jaringan fibrous displasia banyak mengandung sel-sel dan memperlihatkan bentuk lingkaran yang berisi jalinan berkas kolagen yang tebal. Secara tipikal, trabekula tulang yang baru terbentuk tidak teratur dan berisi susunan tulang berserat kasar dan belum matang dengan jumlah osteoid yang bermacam-macam. 1 Fibrous displasia terdiri dari beberapa gambaran yaitu selular, proliferasi fibrous jaringan penyambung yang berbentuk foci dan ketidakaturan bentuk trabekula tulang yang tidak matang. Serat kolagen yang lengkap tersusun dalam pola stratified (bentuk bertingkat) dari jalinan berkas kolagen. Fibroblas memperlihatkan bentuk yang sama, nukleus berbentuk spindel sampai stellate. Trabekulla tulang menunjukkan kurangnya aktivitas oseoklas dan kurangnya osteoblas disekeliling tulang trabekula. 1,10 Gambar 4. Menunjukkan gambaran selular dan bentuk trabekula tulang yang tidak teratur. 10

23 Gambar 5. Menunjukkan tidak adanya aktivitas osteoklas. 10 BAB 4 GAMBARAN RADIOGRAFI MONOSTOTIK FIBROUS DISPLASIA PADA RAHANG

24 Secara umum pemeriksaan foto roentgen fibrous displasia pada rahang memberikan gambaran yang bervariasi, tergantung pada tahap dari penyakit serta mempunyai gambaran yang radiolusen sampai massa radiopaque yang padat.¹ Pada monostotik fibrous displasia terdapat tiga tahap gambaran radiografi yang bisa dilihat. Gambaran pertama yaitu lesi biasanya berupa gambaran radiolusen kecil yang unilokular ataupun radiolusen yang multilokular. Kedua bentuk ini masih mempunyai batas yang jelas dan masih terdiri atas jaringan tulang trabekular yang baik. Gambaran klinis pada tahap ini jarang sekali terlihat karena masih berupa tahap permulaan terjadinya penyakit. 8,9 Gambar 6. Radiografi okulsal menunjukkan gambaran radiolusen unilokular dengan batas yang jelas. 8 Gambaran kedua yaitu berupa gambaran yang secara berangsur-angsur menjadi opaque. Gambaran ini disebut juga dengan gambaran ground glass, orange peel atau

25 finger print dengan batas yang tidak begitu jelas. Gambaran ini terjadi karena terbentuknya spikula tulang yang baru secara tidak teratur. Pada gambaran ketiga lesi ini semakin menjadi opaque seiring dengan bertambahnya umur dan matangnya lesi. 8,9 Gambar 7. Radiografi panoramik menunjukkan gambaran ground glass dengan batas yang tidak jelas pada maksila. 11 Gambar 8. Gambaran axial CT menunjukkan gambaran ground glass pada mandibula.¹²

26 Gambar 9. Radiografi periapikal menunjukkan gambaran finger print pada mandibula.¹² Gambar 10. Radiografi periapikal menunjukkan gambaran orange peel pada maksila. 12 Ketiga gambaran radiografi tersebut dapat terjadi di maksila dan mandibula serta biasanya terjadi penipisan tulang kortikal akibat pembesaran dan pertumbuhan lesi. Akar pada gigi daerah yang terlibat dapat terjadi perubahan posisi tetapi jarang

27 terjadi resorbsi dan juga dapat terjadi hilangnya lamina dura. Pada beberapa kasus, tulang menjadi sangat opaque sehingga akar gigi menjadi tidak jelas ataupun tidak terlihat. Selain akar gigi, gambaran radiografi juga memperlihatkan adanya pembesaran pada daerah bukal dan lingual tulang alveolar, hilangnya batas dari antrum ataupun hilangnya antrum itu sendiri serta keterlibatan tulang-tulang lainnya seperti zygoma, sphenoid, occiput, dan sampai dasar dari tulang tengkorak. 8,9 Gambar 11. Radiografi panoramic menunjukkan gambaran ground glass disertai dengan hilangya lamina dura dan penipisan tulang kortikal pada tepi bawah mandibula.¹³

28 Gambar 12. Radiografi oklusal menunjukkan pembesaran pada daerah bukal dan lingual. 9 Gambar 13. Radiografi pandangan anteroposterior menunjukkan pembesaran monostotic fibrous dysplasia pada daerah posterior kanan maksila menyebar sampai ke zygoma dan terjadi obliterasi total pada antrum sebelah kanan. 9

29 Gambar 14 Gambaran coronal CT menunjukkan dinding lateral sinus menjadi lebar tetapi daerah zygomaticus masih baik. 12 Gambar 15. Radiografi pandangan oblique pada mandibula sebelah kiri menunjukkan pembesaran sklerotik pada ramus mandibula dan menyebar ke daerah prosessus coronoid. 12

30 BAB 5 PERAWATAN, PROGNOSIS DAN DIAGNOSA BANDING 5.1 Perawatan dan Prognosis Perawatan monostotik fibrous displasia dapat dilakukan dengan beberapa cara tergantung pada pertumbuhan dan perkembangan dari lesi ini. Perawatan untuk monostoik fibrous displasia pada rahang biasanya berupa observasi dan pembedahan. 5 Perawatan secara observasi dilakukan apabila lesi berupa lesi yang asimtomatis, tidak terlihat adanya resiko fraktur secara patologis dan resiko terjadinya deformitas pada tulang. Dilakukan secara observasi karena mengingat bahwa pertumbuhan lesi akan berhenti setelah masa pertumbuhan anak selesai. Tindakan follow-up radiografi setiap 6 bulan diperlukan untuk memastikan tidak terjadinya pertumbuhan dan perkembangan lesi. 14 Perawatan yang terbaik dari kasus monostotik fibrous displasia adalah dengan pembedahan. Terhadap lesi yang melibatkan tulang rahang dan wajah maka pembedahan harus dapat mempertahankan bentuk estetik dari wajah atau remodeling prosessus alveolaris untuk dapat memperbaiki retensi protesa. Ini berarti perawatan fibrous dysplasia dilakukan secara surgical contouring yaitu pengambilan massa

31 tumor (lesi) secara pembedahan dengan mengembalikan kontur tulang seperti semula. Pengambilan tulang mudah dilakukan karena umumnya tulang yang dikenai menjadi lunak dan pengambilan tulang lebih banyak mungkin diperlukan untuk memperoleh penyembuhan yang lebih baik.¹ Apabila lesi telah meluas dan pengambilan secara keseluruhan sampai batasbatas tulang yang terlibat tidak memungkinkan, maka pembedahan secara konservatif diperlukan untuk tujuan estetik, yaitu dengan melakukan pembedahan hanya sampai batas-batas estetik yang dapat dicapai karena setelah masa pubertas ada kecenderungan pertumbuhan lesi akan berhenti dan hasil operasi yag dicapai akan lebih memuaskan.¹ Berdasarkan penelitian oleh Schwartz dan Alpert pada monostotik fibrous displasia perawatan dengan sinar X adalah sangat dilarang karena dapat mengakibatkan lesi ini menjadi malignan yaitu merangsang pembentukan sarcoma. Tanner dkk juga melaporkan empat kasus tentang pembentukan sarcoma pada tulang rahang dan wajah sebagai akibat perawatan fibrous dysplasia dengan menggunakan sinar X. 8 Prognosis pada penyakit ini adalah sangat baik karena penyakit ini tidak termasuk penyakit yang malignan kecuali apabila diterapi dengan sinar X. Pada monostotik fibrous displasia prognosis akan semakin baik jika kekuatan tulang yang terkena dapat diperkuat Diagnosa banding

32 Lesi yang paling serupa dengan fibrous displasia adalah ossifying fibroma. Selain itu, secara klinis dan radiografi fibrous dysplasia juga dapat menyerupai paget's disease, periapikal cemental dysplasia, ataupun brown tumor of hyperparathyroidism. Perbedaannya dapat diketahui berdasarkan kombinasi dari gambaran klinis, gambaran radiografi, dan gambaran histologis. 16 Secara histologis, ossifying fibroma dapat dikarakteristikkan dengan adanya penggabungan tulang lamellar yang matang dan fibrous stroma, sedangkan pada fibrous dysplasia terdapat woven bone yang tidak matang. Pada ossifying fibroma, komponen tulang dikelilingi oleh osteoblast sedangkan pada fibrous dysplasia komponen tulang dikelilingi oleh osteoblas yang tidak normal.secara radiografi ossifying fibroma akan tampak lebih radiolucent dan memiliki batas yang lebih jelas. 16 Gambar 16. ossfying fibroma akan tampak lebih radiolucent dan memiliki batas yang lebih jelas. 13 Paget s disease mempunyai gambaran yang menyerupai fibrous dysplasia dan dapat menyebabkan ekspansi tulang. Ternyata yang membedakannya adalah paget s

33 disease menyerang pada kelompok umur yang lebih tua dan apabila mandibula terlibat, maka keseluruhan mandibula akan terlibat, tidak seperti fibrous dysplasia yang biasanya unilateral. 17 Karakteristik pada brown tumor juga menyerupai fibrous dysplasia. Brown tumor biasanya merupakan lesi yang memiliki gambaran radiolusen dengan batas yang jelas serta dapat terjadi erosi pada akar gigi yang terlibat. 18 Gambar 17. Gambaran panoramik: A. Menunjukkan brown tumor pada mandibula B. Menunjukkan hilangnya lamina dura C. Gambaran histologi Brown Tumor D. Lesi yang telah sembuh dan lamina dura kembali terbentuk. 19 Periapikal cemental dysplasia kadang-kadang memiliki gambaran yang sama dengan fibrous dysplasia. Yang membedakannya adalah pada Periapikal cemental dysplasia biasanya menyerang pada kelompok umur yang lebih tua dan juga muncul secara bilateral. 17

34 Gambar 18. Gambaran periapikal menunjukkan periapikal cemental dysplasia. 12

35 BAB 6 KESIMPULAN Monostotik fibrous displasia merupakan bentuk penyakit fibrous displasia yang hanya melibatkan satu bagian tunggal tulang. Monostotik fibrous displasia dapat muncul dengan rasa sakit ataupun fraktur patologis pada pasien umur tahun, tetapi lebih sering pada pasien umur tahun. Monostotik fibrous displasia sering terjadi pada maksila dibandingkan dengan mandibula. Gambaran klinis pada maksila terlihat pembengkakan yang tidak sakit, yang membesar, tidak jelas, berbentuk bulat. sedangkan di mandibula, pembengkakan dapat melibatkan daerah labial atau bukal dan juga sering pada daerah lingual. Terkadang pada mandibula juga terjadi penonjolan yang buruk pada bagian tepi inferior. Pada monostotik fibrous displasia terdapat tiga tahap gambaran radiografi yang bisa dilihat. Gambaran pertama berupa gambaran radiolusen kecil yang unilokular ataupun radiolusen yang multilokular. Gambaran kedua yaitu gambaran ground glass, orange peel atau finger print dengan batas yang tidak begitu jelas. Pada gambaran ketiga lesi ini semakin menjadi opaque seiring dengan bertambahnya umur dan matangnya lesi.

36 Perawatan untuk monostoik fibrous displasia pada rahang biasanya berupa observasi dan pembedahan. Jika observasi maka tindakan follow-up radiografi setiap 6 bulan diperlukan untuk memastikan tidak terjadinya pertumbuhan dan perkembangan lesi. Prognosis pada penyakit ini adalah sangat baik karena penyakit ini tidak termasuk penyakit yang malignan.

37 DAFTAR PUSTAKA 1. Yumizone. Fibrous displasia (21 Aug. 2009). 2. Anand MK. Fibrous dysplasia (29 Juli 2009). 3. Anonymous. Fibrous dysplasia (21 Aug. 2009). 4. Cummings CW. Cummings otolaryngology head & neck surgery. 4 th ed. USA : Elsevier Mosby, 2005 : Oldnall N. Fibrous dysplasia (8 juni 2009). 6. Fitzpatrick KA, Taljanovic MS, Speer DP, et.al. Imaging findings of fibrous dysplasia with histopathologic and intraoperative correlation. AJR 2004; 182 : Anonymous. Neoplasma tulang (27 Okt. 2009).

38 8. Shaffer, Mine, Levy. A text book of oral pathology. 4 th ed. Canada : W.B Saunders, 1983 : Whaites E. Essentials of dental radiography and radiology. 4 th ed. USA : Elsevier Mosby, 2007 : 368, Anonymous. Case study (21 Aug. 2009). 11. Ramadas K, Lucas E, Thomas G, et.al. Fibrous dysplasia (6 sept. 2009). 12. Imaging Consult. Fibrous dysplasia (mandible) (10 Aug.2009). 13. Anonymous. Radio-opaque and mixed density (21 Aug. 2009). 14. Dicaprio MR, Enneking WF. Fibrous dysplasia. The Journal of Bone and Joint Surgery (American) 2005;87: Anonymous. Fibrous dysplasia (8 Aug 2009). 16. Roller CA. Fibrous dysplasia (21 Aug.2009). 17. Marcilan. Fibrous dysplasia (23 Aug. 2009).

39 18. McIvor j. Dental and maxillofacial radiology. Great Britain : Churchill Livingstone, 1989 : Watanabe P, Farlan A, et.al. Radiographic Signals Detection of Systemic Disease. Orthopantomographic Radiography. Int. J. Morphol., 26(4) : , LAMPIRAN 1. Woven bone : Tulang yang immature 2. Chinese character : berbentuk seperti tulisan cina 3. Stellate : bentuk menerupai bintang 4. Exopthalmus : membesarnya bola mata dari kelopaknya 5. Ground glass : gambaran berkabut yang tidak jelas, seperti pada radiografi paru yang kelebihan air 6. Orange peel : gambaran seperti kulit jeruk 7. Finger print : gambaran seperti sidik jari

GAMBARAN RADIOGRAFI CEMENTO OSSIFYING FIBROMA PADA MANDIBULA

GAMBARAN RADIOGRAFI CEMENTO OSSIFYING FIBROMA PADA MANDIBULA GAMBARAN RADIOGRAFI CEMENTO OSSIFYING FIBROMA PADA MANDIBULA SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat guna memperoleh gelar Sarjana Kedokteran gigi Oleh : CHANDRA PH PANDIANGAN 080600113

Lebih terperinci

OSTEOSARCOMA PADA RAHANG

OSTEOSARCOMA PADA RAHANG OSTEOSARCOMA PADA RAHANG SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat guna memperoleh gelar Sarjana Kedokteran gigi Oleh : AFRINA ARIA NINGSIH NIM : 040600056 FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB 2 KANINUS IMPAKSI. individu gigi permanen dapat gagal erupsi dan menjadi impaksi di dalam alveolus.

BAB 2 KANINUS IMPAKSI. individu gigi permanen dapat gagal erupsi dan menjadi impaksi di dalam alveolus. BAB 2 KANINUS IMPAKSI Gigi permanen umumnya erupsi ke dalam lengkungnya, tetapi pada beberapa individu gigi permanen dapat gagal erupsi dan menjadi impaksi di dalam alveolus. Salah satunya yaitu gigi kaninus

Lebih terperinci

CROSSBITE ANTERIOR DAN CROSSBITE POSTERIOR

CROSSBITE ANTERIOR DAN CROSSBITE POSTERIOR CROSSBITE ANTERIOR DAN CROSSBITE POSTERIOR 1. Crossbite anterior Crossbite anterior disebut juga gigitan silang, merupakan kelainan posisi gigi anterior rahang atas yang lebih ke lingual daripada gigi

Lebih terperinci

PREVALENSI MOLAR TIGA PADAMAHASISWA SUKU TIONGHOA DITINJAU MENGGUNAKAN RADIOGRAFIPANORAMIK DI FKG USU

PREVALENSI MOLAR TIGA PADAMAHASISWA SUKU TIONGHOA DITINJAU MENGGUNAKAN RADIOGRAFIPANORAMIK DI FKG USU PREVALENSI MOLAR TIGA PADAMAHASISWA SUKU TIONGHOA DITINJAU MENGGUNAKAN RADIOGRAFIPANORAMIK DI FKG USU SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi

Lebih terperinci

NEOPLASMA TULANG. Neoplasma : Berasal dari Tulang : Jinak : Osteoma, Osteoid osteoma, osteoblastoma

NEOPLASMA TULANG. Neoplasma : Berasal dari Tulang : Jinak : Osteoma, Osteoid osteoma, osteoblastoma NEOPLASMA TULANG Neoplasma : Berasal dari Tulang : Jinak : Osteoma, Osteoid osteoma, osteoblastoma Ganas : Osteosarkoma, parosteal osteosarkoma Berasal dari Tulang rawan : Jinak : Kondroma, Osteokondroma,

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Anatomi Foramen Mentale Foramen mentale adalah suatu saluran terbuka pada korpus mandibula. Melalui foramen mentale dapat keluar pembuluh darah dan saraf, yaitu arteri, vena

Lebih terperinci

MANIFESTASI KLEIDOKRANIAL DISPLASIA PADA RONGGA MULUT DAN PERAWATANNYA

MANIFESTASI KLEIDOKRANIAL DISPLASIA PADA RONGGA MULUT DAN PERAWATANNYA MANIFESTASI KLEIDOKRANIAL DISPLASIA PADA RONGGA MULUT DAN PERAWATANNYA SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat guna memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi Oleh : IMME PAULINA NIM

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. gigi, mulut, kesehatan umum, fungsi pengunyahan, dan estetik wajah.1 Tujuan

BAB I PENDAHULUAN. gigi, mulut, kesehatan umum, fungsi pengunyahan, dan estetik wajah.1 Tujuan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perawatan ortodontik merupakan suatu faktor penting dalam pemeliharaan gigi, mulut, kesehatan umum, fungsi pengunyahan, dan estetik wajah.1 Tujuan umum perawatan ortodontik

Lebih terperinci

BAB 2 PENGERTIAN, ETIOLOGI, TANDA DAN GEJALA OSTEOSARKOMA. Osteosarkoma adalah suatu lesi ganas pada sel mesenkim yang mempunyai

BAB 2 PENGERTIAN, ETIOLOGI, TANDA DAN GEJALA OSTEOSARKOMA. Osteosarkoma adalah suatu lesi ganas pada sel mesenkim yang mempunyai BAB 2 PENGERTIAN, ETIOLOGI, TANDA DAN GEJALA OSTEOSARKOMA 2.1 Definisi dan Etiologi Osteosarkoma 2.1.1 Definisi Osteosarkoma adalah suatu lesi ganas pada sel mesenkim yang mempunyai kemampuan untuk membentuk

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN AKAR GIGI MOLAR SATU PERMANEN MANDIBULA PADA USIA 6-10 TAHUN DITINJAU DARI RADIOGRAFI PERIAPIKAL DI SALAH SATU SD NEGERI MEDAN

PERKEMBANGAN AKAR GIGI MOLAR SATU PERMANEN MANDIBULA PADA USIA 6-10 TAHUN DITINJAU DARI RADIOGRAFI PERIAPIKAL DI SALAH SATU SD NEGERI MEDAN 1 PERKEMBANGAN AKAR GIGI MOLAR SATU PERMANEN MANDIBULA PADA USIA 6-10 TAHUN DITINJAU DARI RADIOGRAFI PERIAPIKAL DI SALAH SATU SD NEGERI MEDAN SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat

Lebih terperinci

BAB 2 MALOKLUSI KLAS III. hubungan lengkung rahang dari model studi. Menurut Angle, oklusi Klas I terjadi

BAB 2 MALOKLUSI KLAS III. hubungan lengkung rahang dari model studi. Menurut Angle, oklusi Klas I terjadi BAB 2 MALOKLUSI KLAS III 2.1 Pengertian Angle pertama kali mempublikasikan klasifikasi maloklusi berdasarkan hubungan lengkung rahang dari model studi. Menurut Angle, oklusi Klas I terjadi apabila tonjol

Lebih terperinci

POSISI FORAMEN MENTAL PADA PASIEN EDENTULUS DI RSGM FKG USU DITINJAU SECARA RADIOGRAFI PANORAMIK

POSISI FORAMEN MENTAL PADA PASIEN EDENTULUS DI RSGM FKG USU DITINJAU SECARA RADIOGRAFI PANORAMIK POSISI FORAMEN MENTAL PADA PASIEN EDENTULUS DI RSGM FKG USU DITINJAU SECARA RADIOGRAFI PANORAMIK SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi Oleh:

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Asimetri Definisi simetri adalah persamaan salah satu sisi dari suatu objek baik dalam segi bentuk, ukuran, dan sebagainya dengan sisi yang berada di belakang median plate.

Lebih terperinci

POSISI FORAMEN MENTALE REGIO KANAN MANDIBULA DITINJAU SECARA RADIOGRAFI PANORAMIK PADA MASYARAKAT DI KECAMATAN MEDAN SELAYANG

POSISI FORAMEN MENTALE REGIO KANAN MANDIBULA DITINJAU SECARA RADIOGRAFI PANORAMIK PADA MASYARAKAT DI KECAMATAN MEDAN SELAYANG POSISI FORAMEN MENTALE REGIO KANAN MANDIBULA DITINJAU SECARA RADIOGRAFI PANORAMIK PADA MASYARAKAT DI KECAMATAN MEDAN SELAYANG SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat memperoleh gelar

Lebih terperinci

BAB I. dalam kehidupan sehari-hari. Kesehatan pada dasarnya ditunjukan untuk. untuk mewujudkan derajat kesehatan yang optimal. Penyakit gigi dan mulut

BAB I. dalam kehidupan sehari-hari. Kesehatan pada dasarnya ditunjukan untuk. untuk mewujudkan derajat kesehatan yang optimal. Penyakit gigi dan mulut BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan merupakan hal yang sangat penting bagi setiap insan manusia dalam kehidupan sehari-hari. Kesehatan pada dasarnya ditunjukan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan,

Lebih terperinci

Gambar 1. Anatomi Palatum 12

Gambar 1. Anatomi Palatum 12 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Palatum 2.1.1 Anatomi Palatum Palatum adalah sebuah dinding atau pembatas yang membatasi antara rongga mulut dengan rongga hidung sehingga membentuk atap bagi rongga mulut. Palatum

Lebih terperinci

PERBANDINGAN TEKNIK RADIOGRAFI KONVENSIONAL DAN DIGITAL DALAM MENDETEKSI KEHILANGAN TULANG ALVEOLAR

PERBANDINGAN TEKNIK RADIOGRAFI KONVENSIONAL DAN DIGITAL DALAM MENDETEKSI KEHILANGAN TULANG ALVEOLAR PERBANDINGAN TEKNIK RADIOGRAFI KONVENSIONAL DAN DIGITAL DALAM MENDETEKSI KEHILANGAN TULANG ALVEOLAR SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat guna memperoleh gelar Sarjana Kedokteran

Lebih terperinci

BAB 3 GAMBARAN RADIOGRAFI KALSIFIKASI ARTERI KAROTID. Tindakan membaca foto roentgen haruslah didasari dengan kemampuan

BAB 3 GAMBARAN RADIOGRAFI KALSIFIKASI ARTERI KAROTID. Tindakan membaca foto roentgen haruslah didasari dengan kemampuan BAB 3 GAMBARAN RADIOGRAFI KALSIFIKASI ARTERI KAROTID Tindakan membaca foto roentgen haruslah didasari dengan kemampuan seorang dokter gigi untuk mengenali anatomi normal rongga mulut, sehingga jika ditemukan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Gigi Impaksi Menurut Indonesian Journal of Dentistry, gigi impaksi adalah gigi yang erupsinya terhalang oleh gigi tetangga, tulang sekitarnya atau jaringan patologis, gigi

Lebih terperinci

PENANGANAN KEGAWATDARURATAN PADA PASIEN TRAUMA MAKSILOFASIAL

PENANGANAN KEGAWATDARURATAN PADA PASIEN TRAUMA MAKSILOFASIAL PENANGANAN KEGAWATDARURATAN PADA PASIEN TRAUMA MAKSILOFASIAL SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat guna memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi Oleh : FAHREVY N I M : 040600049 DEPARTEMEN

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Foramen Mentale Foramen mentale adalah suatu saluran terbuka pada korpus mandibula. Foramen ini dilalui saraf mental, arteri dan vena. Nervus mentalis adalah cabang terkecil

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Pada tinjauan pustaka akan diuraikan mengenai suku Batak, foramen mentalis, radiografi panoramik, kerangka teori dan kerangka konsep. 2.1 Suku Batak Penduduk Indonesia termasuk

Lebih terperinci

RADIASI PENGION DAN PENGARUHNYA TERHADAP RONGGA MULUT

RADIASI PENGION DAN PENGARUHNYA TERHADAP RONGGA MULUT RADIASI PENGION DAN PENGARUHNYA TERHADAP RONGGA MULUT SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat guna memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi Oleh : IRA IPADA PUTRI NIM : 050600033 FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB 2 PROTRUSI DAN OPEN BITE ANTERIOR. 2.1 Definisi Protrusi dan Open Bite Anterior

BAB 2 PROTRUSI DAN OPEN BITE ANTERIOR. 2.1 Definisi Protrusi dan Open Bite Anterior BAB 2 PROTRUSI DAN OPEN BITE ANTERIOR 2.1 Definisi Protrusi dan Open Bite Anterior Protrusi anterior maksila adalah posisi, dimana gigi-gigi anterior rahang atas lebih ke depan daripada gigi-gigi anterior

Lebih terperinci

Postherpetic Neuralgia Setelah Menderita Herpes Zoster Oris (Laporan Kasus)

Postherpetic Neuralgia Setelah Menderita Herpes Zoster Oris (Laporan Kasus) Postherpetic Neuralgia Setelah Menderita Herpes Zoster Oris (Laporan Kasus) SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi Syarat guna memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi Oleh : ANDRIANA AMNIL

Lebih terperinci

BERBAGAI TEKNIK PERAWATAN ORTODONTI PADA KANINUS IMPAKSI

BERBAGAI TEKNIK PERAWATAN ORTODONTI PADA KANINUS IMPAKSI BERBAGAI TEKNIK PERAWATAN ORTODONTI PADA KANINUS IMPAKSI SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat guna memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi Oleh : ELLYSA GAN NIM : 060600073 DEPARTEMEN

Lebih terperinci

GAMBARAN KLINIS DAN PERAWATAN ANOMALI ORTODONTI PADA PENDERITA SINDROMA WAJAH ADENOID YANG DISEBABKAN OLEH HIPERTROPI JARINGAN ADENOID

GAMBARAN KLINIS DAN PERAWATAN ANOMALI ORTODONTI PADA PENDERITA SINDROMA WAJAH ADENOID YANG DISEBABKAN OLEH HIPERTROPI JARINGAN ADENOID GAMBARAN KLINIS DAN PERAWATAN ANOMALI ORTODONTI PADA PENDERITA SINDROMA WAJAH ADENOID YANG DISEBABKAN OLEH HIPERTROPI JARINGAN ADENOID SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat guna memperoleh

Lebih terperinci

BUKU PANDUAN PROGRAM PROFESI DOKTER GIGI RADIOLOGI KEDOKTERAN GIGI

BUKU PANDUAN PROGRAM PROFESI DOKTER GIGI RADIOLOGI KEDOKTERAN GIGI BUKU PANDUAN PROGRAM PROFESI DOKTER GIGI RADIOLOGI KEDOKTERAN GIGI TIM PENYUSUN Penaggung Jawab Profesi: Purbo Seputro, drg TIM PENYUSUN Penaggung Jawab Profesi: Anggota: DR M Chair Effendi, drg, SU, SpKGA

Lebih terperinci

EVALUASI RADIOGRAFI PERIAPIKAL TEKNIK TUBE SHIFT DALAM MENENTUKAN POSISI KANALIS MANDIBULARIS TERHADAP APIKAL MOLAR TIGA IMPAKSI

EVALUASI RADIOGRAFI PERIAPIKAL TEKNIK TUBE SHIFT DALAM MENENTUKAN POSISI KANALIS MANDIBULARIS TERHADAP APIKAL MOLAR TIGA IMPAKSI EVALUASI RADIOGRAFI PERIAPIKAL TEKNIK TUBE SHIFT DALAM MENENTUKAN POSISI KANALIS MANDIBULARIS TERHADAP APIKAL MOLAR TIGA IMPAKSI SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat guna memperoleh

Lebih terperinci

BAB 2 SINDROM MCCUNE-ALBRIGHT. pada gen GNAS1. Dalam bab ini akan dijelaskan mengenai definisi, etiologi,

BAB 2 SINDROM MCCUNE-ALBRIGHT. pada gen GNAS1. Dalam bab ini akan dijelaskan mengenai definisi, etiologi, BAB 2 SINDROM MCCUNE-ALBRIGHT Sindrom McCune-Albright merupakan penyakit kelainan kulit, gangguan kelenjar endokrin dan displasia pada tulang yang tidak diketahui penyebab terjadinya. Para ahli sampai

Lebih terperinci

PENGETAHUAN MAHASISWA KEPANITERAAN KLINIK TERHADAP BAHAYA RADIASI PADA SALAH SATU FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI DI DAERAH JAKARTA

PENGETAHUAN MAHASISWA KEPANITERAAN KLINIK TERHADAP BAHAYA RADIASI PADA SALAH SATU FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI DI DAERAH JAKARTA PENGETAHUAN MAHASISWA KEPANITERAAN KLINIK TERHADAP BAHAYA RADIASI PADA SALAH SATU FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI DI DAERAH JAKARTA SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat memperoleh gelar

Lebih terperinci

NEED DAN DEMAND SERTA AKIBAT DARI MALOKLUSI PADA SISWA SMU NEGERI 1 BINJAI

NEED DAN DEMAND SERTA AKIBAT DARI MALOKLUSI PADA SISWA SMU NEGERI 1 BINJAI NEED DAN DEMAND SERTA AKIBAT DARI MALOKLUSI PADA SISWA SMU NEGERI 1 BINJAI SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat guna memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi Oleh : CHANDRA SUSANTO

Lebih terperinci

VARIASI PENJALARAN KANALIS MANDIBULARIS KIRI DITINJAU SECARA RADIOGRAFI PANORAMIK PADA MASYARAKAT DI KECAMATAN MEDAN SELAYANG

VARIASI PENJALARAN KANALIS MANDIBULARIS KIRI DITINJAU SECARA RADIOGRAFI PANORAMIK PADA MASYARAKAT DI KECAMATAN MEDAN SELAYANG VARIASI PENJALARAN KANALIS MANDIBULARIS KIRI DITINJAU SECARA RADIOGRAFI PANORAMIK PADA MASYARAKAT DI KECAMATAN MEDAN SELAYANG SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat memperoleh gelar

Lebih terperinci

PERBEDAAN KETEBALAN KORTEKS MANDIBULA DITINJAU MENGGUNAKAN RADIOGRAFI PANORAMIK ANTARA PRIA DAN WANITA SUKU BATAK DI FKG USU

PERBEDAAN KETEBALAN KORTEKS MANDIBULA DITINJAU MENGGUNAKAN RADIOGRAFI PANORAMIK ANTARA PRIA DAN WANITA SUKU BATAK DI FKG USU PERBEDAAN KETEBALAN KORTEKS MANDIBULA DITINJAU MENGGUNAKAN RADIOGRAFI PANORAMIK ANTARA PRIA DAN WANITA SUKU BATAK DI FKG USU SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat memperoleh gelar

Lebih terperinci

BAB 2 PERSIAPAN REKONSTRUKSI MANDIBULA. mandibula berguna dalam proses pembicaraan, mastikasi, penelanan dan juga

BAB 2 PERSIAPAN REKONSTRUKSI MANDIBULA. mandibula berguna dalam proses pembicaraan, mastikasi, penelanan dan juga BAB 2 PERSIAPAN REKONSTRUKSI MANDIBULA Rekonstruksi mandibula masih merupakan tantangan yang kompleks. Tulang mandibula berguna dalam proses pembicaraan, mastikasi, penelanan dan juga dukungan jalan pernafasan.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dipisahkan, yaitu pertumbuhan dan perkembangan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dipisahkan, yaitu pertumbuhan dan perkembangan. BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Telaah Pustaka 1. Tumbuh Kembang Anak Perubahan morfologi, biokimia dan fisiologi merupakan manifestasi kompleks dari tumbuh kembang yang terjadi sejak konsepsi sampai maturitas/dewasa.

Lebih terperinci

PENGETAHUAN MAHASISWA KEPANITERAAN KLINIK TENTANG KESALAHAN PEMBUATAN RADIOGRAFI INTRAORAL PADA SALAH SATU FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI DI DENPASAR BALI

PENGETAHUAN MAHASISWA KEPANITERAAN KLINIK TENTANG KESALAHAN PEMBUATAN RADIOGRAFI INTRAORAL PADA SALAH SATU FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI DI DENPASAR BALI PENGETAHUAN MAHASISWA KEPANITERAAN KLINIK TENTANG KESALAHAN PEMBUATAN RADIOGRAFI INTRAORAL PADA SALAH SATU FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI DI DENPASAR BALI SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kanalis Mandibularis Kanalis mandibularis adalah saluran yang memanjang dari foramen mandibularis yang terletak pada permukaan medial ramus. Kanalis ini dialiri oleh inferior

Lebih terperinci

SKRIPSI. Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi. Oleh: RANI ANGGITA P.

SKRIPSI. Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi. Oleh: RANI ANGGITA P. MANIFESTASI SISTEMIK LUPUS ERITEMATOSUSTERHADAPKEHILANGAN TULANG KORTIKALMANDIBULA AKIBAT PEMAKAIAN OBAT KORTIKOSTEROID PADA KOMUNITAS CINTA KUPU MEDAN BERDASARKAN RADIOGRAFI PANORAMIK SKRIPSI Diajukan

Lebih terperinci

GAMBARAN KLASIFIKASI MOLAR KETIGA MANDIBULA IMPAKSI DI RUMAH SAKIT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA PADA PERIODE 1 OKTOBER MARET 2017

GAMBARAN KLASIFIKASI MOLAR KETIGA MANDIBULA IMPAKSI DI RUMAH SAKIT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA PADA PERIODE 1 OKTOBER MARET 2017 GAMBARAN KLASIFIKASI MOLAR KETIGA MANDIBULA IMPAKSI DI RUMAH SAKIT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA PADA PERIODE 1 OKTOBER 2016 31 MARET 2017 SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat memperoleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. prognosis dan rencana perawatan khususnya pasien dengan pertumbuhan

BAB I PENDAHULUAN. prognosis dan rencana perawatan khususnya pasien dengan pertumbuhan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Pada bidang ortodontik, usia merupakan hal yang penting dalam menentukan prognosis dan rencana perawatan khususnya pasien dengan pertumbuhan mandibula dan maksila yang

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Antropologi Suku Batak Suku Batak merupakan bagian dari ras Proto-Melayu yang menempati pulau Sumatera. Sifat paling dominan dari suku ini adalah kebiasaan hidup dalam splendid

Lebih terperinci

PERBEDAAN UKURAN DAN POSISI KANALIS MANDIBULARIS BERDASARKAN JENIS KELAMIN PADA USIA TAHUN MENGGUNAKAN RADIOGRAFI PANORAMIK DIGITAL

PERBEDAAN UKURAN DAN POSISI KANALIS MANDIBULARIS BERDASARKAN JENIS KELAMIN PADA USIA TAHUN MENGGUNAKAN RADIOGRAFI PANORAMIK DIGITAL PERBEDAAN UKURAN DAN POSISI KANALIS MANDIBULARIS BERDASARKAN JENIS KELAMIN PADA USIA 17-20 TAHUN MENGGUNAKAN RADIOGRAFI PANORAMIK DIGITAL SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat memperoleh

Lebih terperinci

PENANGANAN KASUS HIPOPLASIA MANDIBULA DENGAN KOMBINASI TEKNIK OSTEODISTRAKSI DAN GENIOPLASTI

PENANGANAN KASUS HIPOPLASIA MANDIBULA DENGAN KOMBINASI TEKNIK OSTEODISTRAKSI DAN GENIOPLASTI PENANGANAN KASUS HIPOPLASIA MANDIBULA DENGAN KOMBINASI TEKNIK OSTEODISTRAKSI DAN GENIOPLASTI SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat guna memperoleh gelar Sarjana Kedokteran gigi Oleh

Lebih terperinci

DAMPAK TRAUMA YANG BERLEBIHAN PADA JARINGAN SEKITAR AKIBAT EKSTRAKSI GIGI

DAMPAK TRAUMA YANG BERLEBIHAN PADA JARINGAN SEKITAR AKIBAT EKSTRAKSI GIGI DAMPAK TRAUMA YANG BERLEBIHAN PADA JARINGAN SEKITAR AKIBAT EKSTRAKSI GIGI SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi Syarat guna memperoleh gelar Sarjana Kedokteran gigi Oleh : NONI HARAHAP NIM

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Maturitas adalah proses pematangan yang dihasilkan oleh pertumbuhan dan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Maturitas adalah proses pematangan yang dihasilkan oleh pertumbuhan dan BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Maturitas adalah proses pematangan yang dihasilkan oleh pertumbuhan dan perkembangan. 11 Evaluasi status maturitas seseorang berperan penting dalam rencana perawatan ortodonti, khususnya

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ortodonti merupakan salah satu cabang ilmu kedokteran gigi yang berhubungan dengan teknik untuk mencegah, mengintervensi dan mengoreksi keberadaan maloklusi dan kondisi

Lebih terperinci

ABSES PERIODONTAL SKRIPSI. Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi. syarat guna memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi.

ABSES PERIODONTAL SKRIPSI. Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi. syarat guna memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi. ABSES PERIODONTAL SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat guna memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi Oleh : DAMERIA FITRIANI SRG NIM : 060600074 FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS

Lebih terperinci

SKRIPSI. Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi. syarat memperoleh gelar sarjana kedokteran gigi. Oleh: JASWEEN KAUR

SKRIPSI. Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi. syarat memperoleh gelar sarjana kedokteran gigi. Oleh: JASWEEN KAUR [Type text] KEHILANGAN TULANG ALVEOLAR MAKSILA REGIO KANAN SECARA RADIOGRAFI PANORAMIK DIHUBUNGKAN DENGAN PENYAKIT PERIODONTAL PADA MASYARAKAT KECAMATAN MEDAN SELAYANG SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi tugas

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 7 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kesimetrisan Diagnosis dalam ilmu ortodonti, sama seperti disiplin ilmu kedokteran gigi dan kesehatan lainnya memerlukan pengumpulan informasi dan data yang adekuat mengenai

Lebih terperinci

SKRIPSI. Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi. Oleh : RIZKY AGUSTIN PUTRI

SKRIPSI. Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi. Oleh : RIZKY AGUSTIN PUTRI PANJANG AKAR MOLAR DUA MANDIBULA DITINJAU MELALUI RADIOGRAFI PERIAPIKAL PADA MAHASISWA SUKU BATAK USIA 18-22 TAHUN DI FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Teknik radiografi yang digunakan dalam bidang kedokteran gigi ada dua yaitu teknik intraoral dan ekstraoral.

BAB 1 PENDAHULUAN. Teknik radiografi yang digunakan dalam bidang kedokteran gigi ada dua yaitu teknik intraoral dan ekstraoral. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Radiografi dental dikenal memiliki peranan yang penting dalam bidang kedokteran gigi yakni membantu dalam menegakkan diagnosa, menentukan rencana perawatan dan mengevaluasi

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Radiografi Kedokteran Gigi Radiografi adalah alat yang digunakan dalam menegakkan diagnosis dan rencana pengobatan penyakit baik penyakit umum maupun penyakit mulut

Lebih terperinci

HEMANGIOMA KAVERNOSA PADA BIBIR DAN MUKOSA BUKAL PASIEN BERUSIA 40 TAHUN (LAPORAN KASUS)

HEMANGIOMA KAVERNOSA PADA BIBIR DAN MUKOSA BUKAL PASIEN BERUSIA 40 TAHUN (LAPORAN KASUS) HEMANGIOMA KAVERNOSA PADA BIBIR DAN MUKOSA BUKAL PASIEN BERUSIA 40 TAHUN (LAPORAN KASUS) SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat guna memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi Oleh:

Lebih terperinci

PERBANDINGAN DOSIS DAN KUALITAS GAMBAR RADIOGRAFI PANORAMIK KONVENSIONAL DENGAN RADIOGRAFI PANORAMIK DIGITAL

PERBANDINGAN DOSIS DAN KUALITAS GAMBAR RADIOGRAFI PANORAMIK KONVENSIONAL DENGAN RADIOGRAFI PANORAMIK DIGITAL PERBANDINGAN DOSIS DAN KUALITAS GAMBAR RADIOGRAFI PANORAMIK KONVENSIONAL DENGAN RADIOGRAFI PANORAMIK DIGITAL SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat guna memperoleh gelar Sarjana Kedokteran

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. mencapai stadium lanjut dan mempunyai prognosis yang jelek. 1,2

BAB 1 PENDAHULUAN. mencapai stadium lanjut dan mempunyai prognosis yang jelek. 1,2 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Osteosarkoma adalah keganasan pada tulang yang sering dijumpai pada anak-anak dan dewasa. Ketepatan diagnosis pada keganasan tulang sangat penting karena

Lebih terperinci

PERBEDAAN MORFOLOGI MANDIBULA PADA PASIEN EDENTULUS DAN BERGIGI MENGGUNAKAN RADIOGRAFI PANORAMIK DI RSGM FKG USU

PERBEDAAN MORFOLOGI MANDIBULA PADA PASIEN EDENTULUS DAN BERGIGI MENGGUNAKAN RADIOGRAFI PANORAMIK DI RSGM FKG USU PERBEDAAN MORFOLOGI MANDIBULA PADA PASIEN EDENTULUS DAN BERGIGI MENGGUNAKAN RADIOGRAFI PANORAMIK DI RSGM FKG USU SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat memperoleh gelar Sarjana Kedokteran

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Crossbite posterior adalah relasi transversal yang abnormal dalam arah

BAB 1 PENDAHULUAN. Crossbite posterior adalah relasi transversal yang abnormal dalam arah 17 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Crossbite posterior adalah relasi transversal yang abnormal dalam arah bukolingual atau bukopalatal antara gigi antagonis. Crossbite posterior dapat terjadi bilateral

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Impaksi Kaninus Gigi impaksi dapat didefinisikan sebagai gigi permanen yang terhambat untuk erupsi keposisi fungsional normalnya oleh karena adanya hambatan fisik dalam

Lebih terperinci

GAMBARAN KLINIS DAN PERAWATAN ANOMALI ORTODONTI PADA PENDERITA SINDROMA CROUZON SKRIPSI

GAMBARAN KLINIS DAN PERAWATAN ANOMALI ORTODONTI PADA PENDERITA SINDROMA CROUZON SKRIPSI GAMBARAN KLINIS DAN PERAWATAN ANOMALI ORTODONTI PADA PENDERITA SINDROMA CROUZON SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat guna memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi Oleh : ALI AKBAR

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Radiografi dental biasa digunakan untuk membantu menemukan masalah pada rongga mulut pasien. Radiografi melibatkan penggunaan energi sinar untuk menembus gigi dan merekam

Lebih terperinci

PERBEDAAN KONTRAS HASIL RADIOGRAFI DENGAN DAN TANPA PENAMBAHAN PLAT ALUMINIUM PADA FILM PERIAPIKAL

PERBEDAAN KONTRAS HASIL RADIOGRAFI DENGAN DAN TANPA PENAMBAHAN PLAT ALUMINIUM PADA FILM PERIAPIKAL PERBEDAAN KONTRAS HASIL RADIOGRAFI DENGAN DAN TANPA PENAMBAHAN PLAT ALUMINIUM PADA FILM PERIAPIKAL SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat guna memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi

Lebih terperinci

BAB 2 TUMOR GANAS PADA 2/3 WAJAH. Tumor ganas yang sering terjadi pada wajah terdiri atas dua jenis yaitu: basal

BAB 2 TUMOR GANAS PADA 2/3 WAJAH. Tumor ganas yang sering terjadi pada wajah terdiri atas dua jenis yaitu: basal BAB 2 TUMOR GANAS PADA 2/3 WAJAH Tumor ganas yang sering terjadi pada wajah terdiri atas dua jenis yaitu: basal sel karsinoma dan skuamous sel karsinoma. Tumor ganas yang sering terjadi pada bagian bibir,

Lebih terperinci

KEHILANGAN TULANG DAN POLA PERUSAKAN TULANG Kehilangan tulang dan cacat tulang yang diakibatkan penyakit periodontal membahayakan bagi gigi, bahkan

KEHILANGAN TULANG DAN POLA PERUSAKAN TULANG Kehilangan tulang dan cacat tulang yang diakibatkan penyakit periodontal membahayakan bagi gigi, bahkan KEHILANGAN TULANG DAN POLA PERUSAKAN TULANG Kehilangan tulang dan cacat tulang yang diakibatkan penyakit periodontal membahayakan bagi gigi, bahkan bisa menyebabkan hilangnya gigi. Faktor-faktor yang memelihara

Lebih terperinci

PENANGGULANGAN HILANGNYA PAPILA INTERDENTAL

PENANGGULANGAN HILANGNYA PAPILA INTERDENTAL 1 PENANGGULANGAN HILANGNYA PAPILA INTERDENTAL SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat guna memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi Oleh : INDAH WATI S. NIM : 060600010 FAKULTAS KEDOKTERAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tumor odontogenik memiliki kelompok-kelompok lesi yang kompleks

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tumor odontogenik memiliki kelompok-kelompok lesi yang kompleks BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tumor odontogenik memiliki kelompok-kelompok lesi yang kompleks dengan tipe histopatologis dan sifat klinis yang bermacam-macam. Sembilan persen dari seluruh pembengkakan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Gigi berjejal merupakan jenis maloklusi yang paling sering ditemukan. Gigi berjejal juga sering dikeluhkan oleh pasien dan merupakan alasan utama pasien datang untuk melakukan perawatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terdiri dari berbagai macam penyebab dan salah satunya karena hasil dari suatu. pertumbuhan dan perkembangan yang abnormal.

BAB I PENDAHULUAN. terdiri dari berbagai macam penyebab dan salah satunya karena hasil dari suatu. pertumbuhan dan perkembangan yang abnormal. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Maloklusi adalah suatu kondisi yang tidak dapat diwakilkan oleh suatu keadaan yang tunggal tetapi merupakan jumlah atau kumpulan dari sifat oklusi yang multifaktorial.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. pencegahan, dan perbaikan dari keharmonisan dental dan wajah. 1 Perawatan

BAB 1 PENDAHULUAN. pencegahan, dan perbaikan dari keharmonisan dental dan wajah. 1 Perawatan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ortodonti adalah bidang kedokteran gigi yang berhubungan dengan pertumbuhan dan perkembangan wajah dan gigi geligi, serta diagnosis, pencegahan, dan perbaikan dari

Lebih terperinci

BAB II KLAS III MANDIBULA. Oklusi dari gigi-geligi dapat diartikan sebagai keadaan dimana gigi-gigi pada rahang atas

BAB II KLAS III MANDIBULA. Oklusi dari gigi-geligi dapat diartikan sebagai keadaan dimana gigi-gigi pada rahang atas BAB II KLAS III MANDIBULA 2.1 Defenisi Oklusi dari gigi-geligi dapat diartikan sebagai keadaan dimana gigi-gigi pada rahang atas dan gigi-gigi pada rahang bawah bertemu, pada waktu rahang atas dan rahang

Lebih terperinci

PENANGANAN PENDERITA SLEEP APNEA DAN KEBIASAAN MENDENGKUR

PENANGANAN PENDERITA SLEEP APNEA DAN KEBIASAAN MENDENGKUR PENANGANAN PENDERITA SLEEP APNEA DAN KEBIASAAN MENDENGKUR SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat guna memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi Oleh : DORINDA NIM : 060600126 FAKULTAS

Lebih terperinci

TEKNIK DAN TRIK PENCABUTAN GIGI DENGAN PENYULIT

TEKNIK DAN TRIK PENCABUTAN GIGI DENGAN PENYULIT TEKNIK DAN TRIK PENCABUTAN GIGI DENGAN PENYULIT Dipresentasikan pada Prosiding Temu Ilmiah Bandung Dentistry 6 Persatuan Dokter Gigi Indonesia (PDGI) Cabang Kota Bandung Oleh : Lucky Riawan, drg., Sp BM

Lebih terperinci

BAB 2 FRAKTUR MANDIBULA. Fraktur mandibula adalah terputusnya kontinuitas struktur tulang pada. berakibat fatal bila tidak ditangani dengan benar.

BAB 2 FRAKTUR MANDIBULA. Fraktur mandibula adalah terputusnya kontinuitas struktur tulang pada. berakibat fatal bila tidak ditangani dengan benar. BAB 2 FRAKTUR MANDIBULA 2.1 Definisi Fraktur mandibula adalah terputusnya kontinuitas struktur tulang pada mandibula. 14,15 Hilangnya kontinuitas pada rahang bawah (mandibula), dapat berakibat fatal bila

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. a. Definisi Gigi Tiruan Sebagian Lepasan. satu atau lebih gigi asli, tetapi tidak seluruh gigi asli dan atau struktur

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. a. Definisi Gigi Tiruan Sebagian Lepasan. satu atau lebih gigi asli, tetapi tidak seluruh gigi asli dan atau struktur 1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustaka 1. Gigi Tiruan Sebagian Lepasan a. Definisi Gigi Tiruan Sebagian Lepasan Gigi tiruan sebagian lepasan adalah gigi tiruan yang menggantikan satu atau lebih

Lebih terperinci

REKONSTRUKSI ANKILOSIS SENDI TEMPOROMANDIBULA AKIBAT OSTEOMIELITIS KRONIS DENGAN TEKNIK TOTAL JOINT REPLACEMENT

REKONSTRUKSI ANKILOSIS SENDI TEMPOROMANDIBULA AKIBAT OSTEOMIELITIS KRONIS DENGAN TEKNIK TOTAL JOINT REPLACEMENT REKONSTRUKSI ANKILOSIS SENDI TEMPOROMANDIBULA AKIBAT OSTEOMIELITIS KRONIS DENGAN TEKNIK TOTAL JOINT REPLACEMENT SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat guna memperoleh gelar Sarjana

Lebih terperinci

BAB 2 SENDI TEMPOROMANDIBULA. Temporomandibula merupakan sendi yang paling kompleks yang dapat

BAB 2 SENDI TEMPOROMANDIBULA. Temporomandibula merupakan sendi yang paling kompleks yang dapat BAB 2 SENDI TEMPOROMANDIBULA Temporomandibula merupakan sendi yang paling kompleks yang dapat melakukan gerakan meluncur dan rotasi pada saat mandibula berfungsi. Sendi ini dibentuk oleh kondilus mandibula

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. (Pedersen, 1966). Selama melakukan prosedur pencabutan gigi sering ditemukan

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. (Pedersen, 1966). Selama melakukan prosedur pencabutan gigi sering ditemukan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Odontektomi atau pencabutan gigi dengan pembedahan merupakan tindakan pembedahan yang sering dilakukan oleh spesialis bedah mulut (Rahayu, 2014). Pencabutan gigi

Lebih terperinci

POSISI FORAMEN MENTALIS PADA MAHASISWA SUKU BATAK DITINJAU DARI RADIOGRAFI PANORAMIK DI FKG USU

POSISI FORAMEN MENTALIS PADA MAHASISWA SUKU BATAK DITINJAU DARI RADIOGRAFI PANORAMIK DI FKG USU POSISI FORAMEN MENTALIS PADA MAHASISWA SUKU BATAK DITINJAU DARI RADIOGRAFI PANORAMIK DI FKG USU SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat guna memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Pengetahuan Perilaku merupakan hasil dari segala macam pengalaman dan interaksi manusia dengan lingkungannya.wujudnya dapat berupa pengetahuan, sikap, dan tindakan.perilaku

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kebiasaan Buruk Kebiasaan adalah suatu tindakan berulang yang dilakukan secara otomatis atau spontan. Perilaku ini umumnya terjadi pada masa kanak-kanak dan sebagian besar selesai

Lebih terperinci

CROSSBITE ANTERIOR. gigi anterior rahang atas yang lebih ke lingual daripada gigi anterior rahang

CROSSBITE ANTERIOR. gigi anterior rahang atas yang lebih ke lingual daripada gigi anterior rahang CROSSBITE ANTERIOR 1. Crossbite anterior Crossbite anterior disebut juga gigitan silang, merupakan kelainan posisi gigi anterior rahang atas yang lebih ke lingual daripada gigi anterior rahang bawah. Istilah

Lebih terperinci

HUBUNGAN MATURITAS GIGI DENGAN USIA KRONOLOGIS PADA PASIEN KLINIK ORTODONTI FKG USU

HUBUNGAN MATURITAS GIGI DENGAN USIA KRONOLOGIS PADA PASIEN KLINIK ORTODONTI FKG USU HUBUNGAN MATURITAS GIGI DENGAN USIA KRONOLOGIS PADA PASIEN KLINIK ORTODONTI FKG USU SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat guna memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi Oleh: ANDY

Lebih terperinci

BAB 2 OSTEOMIELITIS KRONIS PADA RAHANG. infeksi yang terjadi dapat disebabkan oleh infeksi odontogenik. Osteomielitis dibagi

BAB 2 OSTEOMIELITIS KRONIS PADA RAHANG. infeksi yang terjadi dapat disebabkan oleh infeksi odontogenik. Osteomielitis dibagi BAB 2 OSTEOMIELITIS KRONIS PADA RAHANG Osteomielitis adalah inflamasi yang terjadi pada tulang dan sumsum tulang, infeksi yang terjadi dapat disebabkan oleh infeksi odontogenik. Osteomielitis dibagi menjadi

Lebih terperinci

SKRIPSI. Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi. syarat memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi. Oleh: SUBADRA DEVI A/P DEVANDARAN

SKRIPSI. Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi. syarat memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi. Oleh: SUBADRA DEVI A/P DEVANDARAN KEHILANGAN TULANG ALVEOLAR MANDIBULA REGIO KIRI SECARA RADIOGRAFI PANORAMIK DIHUBUNGKAN DENGAN PENYAKIT PERIODONTAL PADA MASYARAKAT KECAMATAN MEDAN SELAYANG SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perbandingan rasio antara laki-laki dan perempuan berkisar 2:1 hingga 4:1.

BAB I PENDAHULUAN. Perbandingan rasio antara laki-laki dan perempuan berkisar 2:1 hingga 4:1. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Data dari GLOBOCAN memperkirakan, terdapat sekitar 14,1 juta ditemukan kasus kanker baru dan tercatat 8,2 juta jiwa meninggal akibat kanker pada tahun 2012 di seluruh

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Radiografi Kedokteran Gigi Radiografi dibidang ilmu kedokteran gigi yaitu pengambilan gambar menggunakan radiografi dengan sejumlah radiasi untuk membentuk bayangan yang dapat

Lebih terperinci

PERAWATAN HEMANGIOMA PADA BIBIR DENGAN TERAPI BEDAH KRIO

PERAWATAN HEMANGIOMA PADA BIBIR DENGAN TERAPI BEDAH KRIO PERAWATAN HEMANGIOMA PADA BIBIR DENGAN TERAPI BEDAH KRIO SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat guna memeperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi Oleh: RAINY ATHOS DAULAY 040600093 DEPARTEMEN

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM. Oleh : Ichda Nabiela Amiria Asykarie J Dosen Pembimbing : Drg. Nilasary Rochmanita FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

LAPORAN PRAKTIKUM. Oleh : Ichda Nabiela Amiria Asykarie J Dosen Pembimbing : Drg. Nilasary Rochmanita FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI LAPORAN PRAKTIKUM Oral Infection by Staphylococcus Aureus in Patients Affected by White Sponge Nevus: A Description of Two Cases Occurred in the Same Family Oleh : Ichda Nabiela Amiria Asykarie J 52010

Lebih terperinci

Tepi tulang berada lebih apikal pada akar, yang membentuk sudut lancip terhadap tulang

Tepi tulang berada lebih apikal pada akar, yang membentuk sudut lancip terhadap tulang TOPOGRAFI TULANG Kontur tulang yang normal mengikuti pola prominensia akar gigi geligi diselingi oleh depresi (lekukan) vertikal yang melandai ke arah tepi tulang Anatomi tulang alveolar bervariasi antar

Lebih terperinci

Pendahuluan. Harmas Yazid Yusuf 1

Pendahuluan. Harmas Yazid Yusuf 1 Pendahuluan Ameloblastoma (berasal dari bahasa Inggris yaitu amel berarti email dan bahasa Yunani blastos yang berarti benih ), merupakan tumor jinak yang berasal dari epitel odontogenik. Tumor ini pertama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Radiografi baik intra maupun ekstra oral sangat banyak pemakaiannya

BAB I PENDAHULUAN. Radiografi baik intra maupun ekstra oral sangat banyak pemakaiannya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Radiografi baik intra maupun ekstra oral sangat banyak pemakaiannya dikalangan dokter gigi. Radiografi periapikal merupakan jenis intra oral yang sangat baik dalam

Lebih terperinci

PERANAN DOKTER GIGI UMUM DI BIDANG ORTODONTI

PERANAN DOKTER GIGI UMUM DI BIDANG ORTODONTI PERANAN DOKTER GIGI UMUM DI BIDANG ORTODONTI SEMINAR WISATA DENTISTRY YOGYAKARTA 6 FEBRUARI 2009 Oleh Endah Mardiati, drg., MS., Sp.Ort 1 PERANAN DOKTER GIGI UMUM DI BIDANG ORTODONTI SEMINAR DENTISTRY

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. HASIL PENELITIAN Penelitian telah dilakukan di RSGM UMY mengenai evaluasi keberhasilan perawatan kaping pulpa direk dengan bahan kalsium hidroksida hard setting

Lebih terperinci

Gambar klasifikasi Le Fort secara sistematis

Gambar klasifikasi Le Fort secara sistematis Fraktur Le Fort terjadi pada 10-20% dari fraktur wajah. Fraktur ini terjadi karena terpajan kekuatan yang cukup. Kecelakaan kendaraan bermotor merupakan penyebab utama, penyebab lain yang mungkin yaitu

Lebih terperinci

PREVALENSI GANGGUAN SENDI TEMPOROMANDIBULA PADA LANSIA BERDASARKAN JENIS KELAMIN, KEBIASAAN BURUK, DAN DUKUNGAN OKLUSAL

PREVALENSI GANGGUAN SENDI TEMPOROMANDIBULA PADA LANSIA BERDASARKAN JENIS KELAMIN, KEBIASAAN BURUK, DAN DUKUNGAN OKLUSAL 0 PREVALENSI GANGGUAN SENDI TEMPOROMANDIBULA PADA LANSIA BERDASARKAN JENIS KELAMIN, KEBIASAAN BURUK, DAN DUKUNGAN OKLUSAL SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat guna memperoleh gelar

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Saluran pernafasan merupakan suatu sistem yang terdiri dari beberapa

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Saluran pernafasan merupakan suatu sistem yang terdiri dari beberapa BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Anatomi Saluran Pernafasan Saluran pernafasan merupakan suatu sistem yang terdiri dari beberapa komponen yang saling berhubungan. Pada bagian anterior saluran pernafasan terdapat

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. keberhasilan perawatan kaping pulpa indirek dengan bahan kalsium hidroksida

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. keberhasilan perawatan kaping pulpa indirek dengan bahan kalsium hidroksida BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. HASIL PENELITIAN Penelitian telah dilakukan di RSGM UMY mengenai evaluasi klinis keberhasilan perawatan kaping pulpa indirek dengan bahan kalsium hidroksida tipe hard setting.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 3,4

BAB 1 PENDAHULUAN 3,4 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Radiografi dental merupakan salah satu bagian terpenting dari diagnosis oral moderen. Dalam menentukan diagnosis yang tepat, setiap dokter harus mengetahui nilai dan

Lebih terperinci

OSTEOTOMI LE FORT I PADA BEDAH ORTOGNATI

OSTEOTOMI LE FORT I PADA BEDAH ORTOGNATI OSTEOTOMI LE FORT I PADA BEDAH ORTOGNATI SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat guna memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi Oleh: Diah P Sari NIM : 080600080 UNIVERSITAS SUMATERA

Lebih terperinci