BAB IV. Perbandingan dan Tinjauan Kritis terhadap Model Pembelajaran Sekolah Minggu Di

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB IV. Perbandingan dan Tinjauan Kritis terhadap Model Pembelajaran Sekolah Minggu Di"

Transkripsi

1 BAB IV Perbandingan dan Tinjauan Kritis terhadap Model Pembelajaran Sekolah Minggu Di GPIB Tamansari dan GSJA Bukit Horeb dari Persepktif Paradigma Pembelajaran Pendahuluan Pada bab ini penulis akan menguraikan perbandingan model pembelajaran Sekolah Minggu yang diterapkan masing-masing Sekolah Minggu serta tinjauan kritis terhadap model pembelajaran Sekolah Minggu baik di GPIB maupun di GSJA dari perspektif paradigma pembelajaran khususnya dari segi metode yang digunakan. 4.1 Perbandingan Model Pembelajaran Sekolah Minggu di GPIB Tamansari dengan Model Pembelajaran Sekolah Minggu di GSJA Bukit Horeb Persamaan model pembelajaran yang digunakan Berdasarkan hasil wawancara dan observasi dalam penelitian yang ada dalam bab III, maka penulis menemukan persamaan dan perbedaan model pembelajaran yang diterapkan di Sekolah Minggu GPIB dan Sekolah Minggu GSJA. Persamaan yang ada adalah terlihat dari pendekatan yang ditetapkan. Apabila dilihat dari jenis pendekatan yang dikemukakan oleh Roy Killen yaitu pendekatan yang berpusat pada anak dan pendekatan yang berpusat pada pengajar maka pendekatan yang diterapkan oleh GPIB dan GSJA termasuk dalam pendekatan yang berpusat pada anak 1. Anak menjadi titik tolak diadakannya kebaktian SM dengan kata lain anak merupakan subjek dalam kebaktian selain pengajar. Dalam hal ini para pengajar menyakini bahwa pendekatan tersebut akan sangat membantu anak untuk dapat lebih aktif dalam proses pembelajaran sehingga kebaktian anak tidak monoton, dalam arti hanya pengajar saja yang 1 Tim Pengembangan Pendidikan FIP-UPI, Ilmu dan Aplikasi Pendidikan,(Jakarta:Grasindo,2007),

2 aktif. Hal itu pula di dukung oleh teori menurut Coughlin (2002;6) yang mengatakan bahwa pendekatan yang berpusat pada anak merupakan sebuah program tahap demi tahap yang didasarkan pada keyakinan bahwa anak akan bertumbuh dengan baik jika mereka dilibatkan secara alamiah. 2 Dengan demikian, kebaktian SM seharusnya dapat melibatkan anak secara aktif didalamnya Perbedaan Model Pembelajaran Selain adanya persamaan dalam menerapkan model pembelajaran, terdapat pula perbedaan. Perbedaan tersebut meliputi : (1) perbedaan tahap-tahap/strategi dalam proses pembelajaran, (2) perbedaan metode yang digunakan. 1. Strategi Pembelajaran Untuk mendukung pendekatan yang berpusat pada anak, maka Sekolah Minggu harusnya memiliki pola pendidikan yang terencana. Menurut Wina Senjaya (2008) yang menyebutkan bahwa dalam strategi pembelajaran terkandung makna perencanaan. 3 Itu berarti suatu tindakan terencana (yang dipersiapkan sebelumnya). Jika kita kaitkan pendapat Wina Senjaya dengan hasil wawancara yang penulis lakukan, maka dapat kita katakan bahwa para pengajar baik di GPIB maupun di GSJA sudah melakukan perencanaan sebelum masuk dalam proses pembelajaran di kelas. Perencanaan itu disusun dalam persiapan baik persiapan bersama-sama maupun persiapan individu. Perencanaan yang dilakukan bersama-sama tentunya lebih mempermudah pengajar dalam mempersiapkan segala sesuatu yang diperlukan dalam acara Sekolah Minggu dibanding dengan persiapan individu. Karena dalam persiapan bersama, pengajar dapat saling share atau membagi pengalaman dan pengetahuan untuk menciptakan suatu suasana 2 Yuliani Nurani Sujiono, Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini, http//:pengertian-pendekatan-strategi-metode-teknik-taktik-dan-model-pembelajaran.htm (Senin 23 Agustus Pukul 14:47 WIB) 65

3 pembelajaran yang lebih efektif. Dari hasil wawancara dan observasi partisipan, penulis melihat bahwa para pengajar di SM GPIB Tamansari diwajibkan mengikuti persiapan bersama meskipun tidak didampingi oleh majelis ataupun Pendeta. Menurut I. H. Enklaar dan E.G. Homrighausen, Tiap-tiap rencana memerlukan persiapan yang baik. Pekerjaan menyusun dan mengarang rencana itu tidak gampang, sehingga dibutuhkan kerja sama dari beberapa orang yang ahli dibidangnya, misalnya dalam hal ini pendeta atau majelis jemaat. Pendeta ataupun Majelis dalam hal ini akan sangat membantu para pengajar dalam mendampingi para pengajar agar dapat mempersiapkan segala sesuatunya sesuai dengan pemahaman dan ajaran Gereja. Jika kita mengkaitkan pendapat I. H. Enklaar dan E.G. Homrighausen dengan kenyataan yang ditemukan dalam penelitian, maka kita dapat mengatakan bahwa para pengajar di GPIB Tamansari secara umum telah melakukan persiapan mengajar yang melibatkan kerja sama. Namun hal ini tentunya belum cukup, kerja sama yang dimaksud I. H. Enklaar dan E.G. Homrighausen, kerja sama yang melibatkan salah satunya ahli teologi atau pendeta/majelis yang benar-benar memahami ajaran Gereja. Sehingga persiapan yang dilakukan dapat berjalan dengan baik. Apalagi jika kita cermati para pengajar di GPIB Tamansari lebih banyak mahasiswa yang mengajar hanya karena tuntutan praktek (PPL). Hal inilah yang seharusnya lebih diperhatikan oleh Gereja, agar kualitas pendidikan untuk anak dapat mencapai tujuan yang diharapkan. Usaha untuk pengadaan pembinaan bagi para calon maupun pengajar serta pendampingan dalam persiapan tentunya sangat dibutuhkan agar para pengajar memiliki bekal serta arahan yang mampu menumbuhkan sikap kepedulian serta ketulusan dalam melayani anak-anak yang dipercayakan kepadanya, tanpa ada unsur kewajiban yang berasal dari luar pribadi pengajar. 66

4 Berbeda dengan strategi yang dirancang oleh para pengajar di GSJA. Dimana kesibukan lain seperti pekerjaan dan tugas sebagai mahasiswa yang dijalani oleh pengajar membuat para pengajar tidak mengadakan perencanaan secara bersama-sama. Padahal hal itu akan sangat membantu para pengajar untuk dapat saling share atau berbagi pengalaman untuk menciptakan suatu ide-ide baru dalam merancang suatu rencana pembelajaran yang menarik. Seperti yang dikemukakan oleh I. H. Enklaar bahwa pekerjaan menyusun dan mengarang rencana itu tidak gampang, sehingga dibutuhkan kerja sama dari beberapa orang yang ahli dibidangnya, misalnya dalam hal ini pendeta atau majelis. 4 Hal itu dilakukan karena majelis maupun pendeta memiliki pemahaman yang mendalam mengenai doktrin atau ajaran Gereja. Untuk itu, kerja sama yang dimaksudkan oleh Enklaar semata-mata bertujuan agar para pengajar mendapat arahan dan pendampingan untuk mempersiapkan segala sesuatunya sesuai dengan ajaran Gereja, sehingga melalui SM anak dapat mengenal Gereja yang ia tempati serta kualitas pembelajaran akan Firman dapat disampaikan lebih diperdalam lagi. Namun persiapan individu tetap harus dilakukan agar pengajar dapat mempersiapkan Firman akan disampaikan serta aktivitas apa yang sesuai dengan usia anak pada kelas-kelas tertentu. Menurut Dien Sumiyatiningsih, ada lima tahap dalam rencana (strategi) pembelajaran yaitu memulai pelajaran, presentasi materi, pendalaman materi, tanggapan kreatif (respon kreatif) dan penutup. 5 Kelima tahap ini tentunya harus ada dalam proses pembelajaran, meskipun kelima tahap ini secara logis dilakukan berurutan, namun pada kenyataannya ada juga yang sering kali mengkombinasikan tahap ini dengan berbagai versi. Seperti yang dilakukan dalam pelaksanaan pembelajaran di GSJA Bukit Horeb. Jika pada umumnya, memulai Sekolah Minggu diawali dengan pujian atau doa bersama seperti yang dilakukan oleh pengajar di SM GPIB Tamansari. Hal yang berbeda 4 I. H. Enklaar,Pendidikan Agama Kristen, Dien Sumiyatiningsih, Mengajar dengan Kreatif & Menarik,(Yogyakarta:ANDI,2006),

5 dilakukan di Sekolah Minggu GSJA Bukit Horeb, dimana memulai Sekolah Minggu tidak dengan nyanyian ataupun doa namun dimulai memberikan lembar kegiatan/aktivitas. Hal ini dilakukan agar anak setidaknya memiliki gambaran tentang apa yang hendak disampaikan dalam proses pembelajaran. Berbeda dengan di GPIB yang memberikan aktivitas setelah penyampaian Firman, hal ini dilakukan lewat aktivitas tersebut anak akan semakin mengerti akan isi Firman Tuhan yang telah disampaikan. 2. Metode Pembelajaran Berdasarkan hasil wawancara dan pengamatan yang penulis lakukan maka ditemukan bahwa metode pembelajaran di Sekolah Minggu di GPIB Tamansari antara lain metode bercerita dengan gambar (menggunakan media audiovisual seperti menonton, dan alat peraga lainnya), bermain, ceramah, tanya jawab dan drama. Sedangkan metode pembelajaran yang dipakai di Sekolah Minggu di GSJA Bukit Horeb adalah metode bercerita dengan gambar yang ditempel dipapan flanel, drama, ceramah, menghafal dan tanya jawab. Dalam menentukan metode yang diterapkan para pengajar memperhatikan kecerdasan serta usia anak. Berbicara mengenai kecerdasan anak, maka kita akan menemukan beraneka ragam kecerdasaan. Howard Gardner menemukan bahwa kecerdasan tidak hanya terbatas pada satu kecerdasan yang bisa dinilai dari instrumen psikologi standar. Dari hasil penelitiannya, Gardner menemukan ada delapan macam kecerdasan antara lain, kecerdasan liguistik, kecerdasan logis/matematis, kecerdasan kinestetika, kecerdasan visual/spansial, kecerdasan musikal, kecerdasan naturalis, kecerdasan interpersonal, dan kecerdasan intrapersonal. 6 Kedelapan kecerdasan tersebut bisa saja dimiliki oleh masing-masing anak dengan taraf yang berbeda. Sehingga hal ini tentunya perlu mendapat perhatian yang lebih dari para pengajar. 6 Femi Olivia, Kembangkan Kecerdikan Anak dengan Taktik Biosmart,(Jakarta:PT Elex Media Komputindo,2009),37. 68

6 Menurut Bandler dan Grinder dalam De Potter (1999:39) kecerdasan merupakan ungkapan dari cara berfikir seseorang yang dapat dijadikan modalitas belajar. 7 Berdasarkan hasil penelitian yang telah penulis lakukan, maka kita dapat mengkaitkan antara pendapat Bandler dan Grinder dengan kenyataan yang ditemui dalam penelitian, dimana dalam kelas tertentu setiap anak memiliki kecerdasan yang beragam. Kecerdasan tersebut menjadi modal tersendiri bagi sang anak untuk menonjolkan dirinya atau terlibat dalam acara/kegiatan Sekolah Minggu. Pengajar Sekolah Minggu, baik di GPIB Tamansari maupun di GSJA Bukit Horeb dalam melihat kenyataan ini berusaha untuk membantu anak-anak dalam mengembangkan potensi atau kecerdasan yang dimiliki oleh anak khususnya dalam penggunaan metode pembelajaran. Anak yang senang berbicara dan aktif berbicara dikelas, biasanya diminta untuk menjawab pertanyaan atau menceritakan kembali isi dari cerita yang telah disampaikan dengan bahasanya sendiri. Menurut Yuliani Nurani Sujiono, anak ini termasuk dalam kategori anak yang memiliki kecerdasan linguistik, selain memberikan kesempatan kepada anak tersebut untuk dapat memberikan pendapatnya didalam kelas, hal lain yang dapat dilakukan oleh pengajar adalah mengajak anak tersebut berbicara serta memperdengarkan lagu-lagu anak secara berulang-ulang. 8 Hal ini akan menambah kosakata bagi anak tersebut. dalam hal ini pengajar dapat menggunakan metode tanya jawab atau diskusi. Selain itu, untuk anak yang memiliki ciri-ciri lebih menyukai musik dan menyanyi pada umumnya akan lebih antusias dalam menyanyikan lagu-lagu. Menurut Lucy, gaya belajar anak yang memiliki kecerdasan musikal akan menyukai pelajaran musik dan bernyanyi. 9 Untuk itu, dalam mengembangkan kecerdasaan musikal yang dimiliki oleh anak tersebut pengajar dapat memberi kesempatan kepada anak untuk dapat 7 Yuliani Nurani Sujiono, Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini,(Jakarta:PT Indeks,2009), Yuliani Nurani Sujiono, Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini, Lucy,Mendidik sesuai dengan Minat Bakat Anak,(Jakarta:PT Tangga Pustaka,2009),

7 menunjukkan kebolehannya dalam bernyanyi, atau setidak-tidaknya pengajar dapat menanyakan kepada anak lagu-lagu Sekolah Minggu yang mana yang mereka senangi. Dari sini kita bisa melihat bahwa pada dasarnya pengajar memiliki peranan yang sangat besar dalam membantu anak dalam mengembangkan kecerdasaan yang dimiliki oleh setiap anak. Bahkan tidak menutup kemungkinan lewat pertolongan para pengajar dalam kegiatan Sekolah Minggu akan membuat anak dengan sendirinya menyadari talenta yang dimilikinya sehingga mereka dapat menggunakan segala talenta yang dimilki untuk melakukan pelayanan, misalnya dalam lingkup Gereja mereka yang memiliki talenta untuk bernyanyi dapat mempersembahkan pujian dalam ibadah-ibadah minggu. Selain kecerdasaan anak, usia anak juga menjadi salah satu penentu para pengajar menerapkan metode pembelajaran. Untuk metode mendongeng atau bercerita dengan gambar dipakai dikelas inri/balita dan batita, sedangkan metode tanya jawab, diskusi dan ceramah dikelas kecil/pratama dan tanggung/madya. Metode drama, bermain dan menggunakan media audiovisual (menonton film) dipakai untuk semua kategori usia namun sangat jarang digunakan. Berdasarkan hasil wawancara, ditemukan bahwa para pengajar di GPIB Tamansari khususnya untuk kelas inri lebih sering menggunakan metode bercerita dengan gambar atau alat peraga seperti tumbuh-tumbuhan, hewan yang sesuai dengan tema. Sedangkan pengajar di SM GSJA khususnya yang mengajar batita/balita menggunakan metode bercerita dengan gambar yang ditempel dipapan flanel dan metode drama. Menurut Andar Ismail, metode dengan menggunakan gambar atau alat peraga lainnya akan menjangkau tidak hanya dimensi kognitif saja tetapi dimensi afektif (penghayatanperasaan) juga. Dengan demikian, metode yang diterapkan oleh kedua Gereja ini sangat cocok untuk anak usia inri (balita dan batita) dimana mereka belum bisa memahami apa yang disampaikan namun mereka setidaknya dapat melibatkan perasaan mereka ketika 70

8 mendengarkan cerita yang disampaikan. Sedangkan untuk metode drama yang digunakan akan sangat membantu dalam menarik perhatian anak-anak untuk bisa mendengarkan apa yang disampaikan. Untuk pengajar di kelas kecil dan tanggung di GPIB, pengajar memakai metode ceramah yang diakhiri dengan serangkaian pertanyaan guna mengetahui apakah anak menyimak apa yang telah disampaikan. Menurut ahli pendidikan Joyce dan Weil dalam menyusun model pembelajaran yang tidak dapat dipisahkan dari metode pembelajaran, salah satu pertimbangan dalam memilih model pembelajaran adalah model dapat memberikan tekanan yang seimbang dari sisi pendidik dan nara didik. 10 Jika kita kaitkan pendapat yang dikemukakan oleh Joyce dan Weil dengan hasil penemuan dalam penelitian maka kita dapat melihat bahwa metode ceramah yang digunakan dapat memberikan tekanan yang seimbang, dimana dalam metode ini tidak hanya pengajar yang aktif namun anak juga dilibatkan dengan memberikan pertanyaan seputar Firman yang disampaikan. Selain melibatkan anak dengan pertanyaan dalam metode ceramah, pengajar juga perlu memiliki keterampilan dalam menggunakan suara yang nyaring dan bahasa yang menarik hal ini didukung oleh pendapat yang disampaikan oleh menurut I. H. Enklaar, metode ceramah akan efektif jika pengajar mempunyai bakat membawakan Firman dengan suara nyaring dan dengan bahasa yang menarik. 11 Pengajar di GPIB Tamansari jarang menggunakan metode drama. Metode drama sering digunakan dalam acara-acara besar seperti Natal, Paskah, atau ulang tahun Pelkat PA. Sedangkan di SM GSJA pengajar pratama dan madya memakai metode tanya jawab, ceramah, drama dan menghafal. Metode tanya jawab dan ceramah biasanya digabung menjadi satu sehingga para pengajar dalam hal ini dapat melibatkan anak juga secara aktif, salah satunya dengan memberikan pertanyaan. Selain itu, pengajar juga 10 Dien Sumiyatiningsih, Mengajar dengan Kreatif & Menarik, I. H. Enklaar, Pendidikan Agama Kristen,96. 71

9 memakai metode drama. Para pengajar menggunakan metode ini agar anak tidak merasa bosan dalam mendengarkan Firman yang hendak disampaikan. Metode ini dapat menarik perhatian anak-anak. Menurut Kadarmanto Ruth S, metode drama merupakan metode yang baik penonton maupun anak-anak yang memerankan peranannya dapat menghayati cerita yang dibawakan. 12 Sehingga pengajar tidak perlu susah-susah untuk bercerita panjang lebar di depan anak-anak. Karena anak akan menghayati dengan sendirinya apa yang ia perankan atau orang lain perankan yang tersirat dari isi drama tersebut. Sedangkan untuk metode menghafal, metode ini akan membuat naradidik mengulang apa saja yang disuruh pengajar. Cara ini tidak masuk ke dalam kepala dan akal mereka melainkan melekat saja pada otaknya disebelah luar. Oleh karena itu pengajar menggunakan metode ini hanya untuk menghafal ayat-ayat/nats-nats dalam pembacaan yang disampaikan. Tetapi dari sisi lain, metode ini sebenarnya cukup berguna untuk hidup anak dalam memecahkan masalah kini dan yang akan datang. Artinya bahwa anak mampu mengaplikasikan Firman Tuhan yang ia hafal/ingat kedalam kehidupannya. Sama seperti ketika menghadapi serangan iblis yang ingin menjebak Yesus setelah ia selesai berpuasa di padang gurun, Yesus menggunakan Firman Tuhan yang selalu diingatnya. Jika kita para pengajar menyadari, pada umumnya dunia anak-anak adalah dunia bermain. Anak-anak paling senang dengan segala macam permainan. Mereka belajar lewat bermain. Oleh karena itu, pengajar yang kreatif seharusnya melihat metode ini sebagai cara yang dapat digunakan untuk menarik perhatian anak-anak. Selain itu, kita dapat melihat bahwa metode ini akan melibatkan anak dan pengajar, namun dalam hal ini pengajar hanya sebagai pembimbing dan pengarah saja sedangkan anak yang aktif dalam melakukan permainan tersebut. 12 Ruth S. Kadarmanto,Tuntunlah ke Jalan yang Benar,(Jakarta: BPK GM,2003),92. 72

10 Sehubungan dengan metode pembelajaran, ada sekitar enam belas model mengajar yang diselidiki, dipelajari dan diusulkan oleh Bruce Joyce dan Marsha Weil dalam sebuah karya tulis mereka yang terkenal yaitu Models of Teaching. Akan tetapi ke enam belas model tersebut dikelompokkan dalam empat rumpun saja yaitu rumpun information models, interaktive model, personal models, dan behavioral models. Berdasarkan hasil wawancara dan pengamatan dalam penelitian, maka bisa dikatakan bahwa model yang diterapkan oleh SM di GPIB Tamansari adalah information models,sedangkan SM di GSJA Bukit Horeb menerapkan model information models, interaktive model dan personal models. Rumpun information model (model pemprosesan informasi), fokus utama model ini adalah aktivitas pengembangan keterampilan dan isi pembelajaran yang akan disampaikan kepada naradidik. Metode yang termasuk dalam model ini adalah metode ceramah, metode dengan menggunakan gambar/audiovisual, dan metode mendongeng. Model ini lebih menekankan dimensi kognitif anak dalam menemukan makna dari apa yang disampaikan. Hal inilah yang sadar ataupun tidak sadar lebih ditekankan oleh para pengajar di GIPB Tamansari. Mereka lebih menekankan rasio atau intelektual anak akan Firman Tuhan. Sedangkan interaktive models dan personal models (model pribadi) lebih kepada dimensi afektif dan psikomotorik anak. Karena kedua model ini mengutamakan pengembangan kepribadian dan hubungan antar pribadi yang dihasilkan melalui aktivitas mengajar serta penggunaan energi kelompok dan proses interaksi yang terjadi dalam kelompok. Individu dihadapkan kepada situasi yang cukup demokratis dan dapat bekerja lebih produktif. Dengan demikian, model-model tersebut sangat membantu pengajar dalam mengaktifkan atau melibatkan anak-anak di dalam kelas. Anak tidak hanya cukup dengan pengetahuan akan Allah dan cerita-cerita dalam Alkitab, tidak cukup anak terampil (psikomotorik) dalam melipat tangan dan tutup mata saat berdoa. Lebih daripada itu, anak 73

11 harus sampai pada penghayatan (afektif) dan kesadaran untuk benar-benar mengasihi Allah dan memiliki hidup yang sesuai dengan ajaran Yesus Kristus. 4.2 Tinjauan Kritis dari Perspektif Paradigma Pembelajaran Kehadiran Sekolah Minggu ditengah-tengah pelayanan Gereja bukan sekedar aktivitas untuk anak-anak pada hari minggu, tetapi kehadiran Sekolah Minggu adalah sebagai wadah pembinaan iman dan pendidikan rohani yang bersifat melaksanakan misi yang telah ditetapkan oleh Yesus Kristus kepada GerejaNya, dimana Gereja membawa anak-anak kepada iman yang dewasa di dalam Tuhan. 13 Untuk itu para pengajar tentunya perlu memperhatikan model pembelajaran yang dapat menyajikan suatu kebaktian yang menyenangkan dan selalu dirindukan oleh anak, mulai dari nyanyian, doa, serta Firman Tuhan. Sebagai kebaktian anak, suasana pendidikan anak di gereja adalah suasana beribadah dan berbakti. 14 Beribadah berarti anak diajak untuk memuji Tuhan, bersyukur, memberikan persembahan, membaca Alkitab serta berdoa. Lewat ibadah ini anak diajak untuk mengenal Allah dan merasakan kasih kuasa Allah lewat persekutuan yang mereka lakukan. Dalam kebaktian SM, yang disajikan untuk anak-anak bukanlah sesuatu yang abstrak atau mengawang-awang, tetapi sesuatu yang lebih sederhana. Kepada anak-anak berikanlah susu, dan jangan makanan keras, begitu jika kita mau mengikuti nasihat Paulus (bdk. I Kor.3). 15 Perubahan paradigma pembelajaran dari paradigma mengajar ke paradigma belajar akan sangat membantu dalam kebaktian SM dimana pengajar dapat lebih kreatif baik dalam tahap-tahap dalam acara SM mulai dari memulai hingga penutup serta pengajar dapat menggunakan metode yang lebih bervariasi dalam menyampaikan Firman Tuhan. Hal 13 Robert R. Boehlke,Sejarah Perkembangan Pikiran dan Praktek Pendidikan Agama Kristeni,(Jakarta:BPK GM,2009), Lihat Tabita Kartika Christiani, Pendidikan Anak: Penting tetapi Disepelekan? Dalam Andar Ismail,Ajarlah Mereka Melakukan,(Jakarta;GM,2003), V. Sanjaya Indra, Dongeng Mendekatkan Kitab Suci pada Anak,(Yogyakarta:Kanisius,2008),

12 ini tentunya akan berdampak pada sikap anak yang hadir dalam kebaktian SM bukan sebagai kewajiban atau aktivitas rutin yang mereka lakukan tiap minggu tetapi lebih daripada itu kebaktian SM menjadi sesuatu yang mereka rindukan. Paradigma belajar menuntut keatifan anak dalam kebaktian SM. Keaktifan yang diarahkan oleh para pengajar. Dalam hal ini pengajar dapat membantu anak untuk terlibat secara langsung baik dalam memimpin doa, pujian, membawa persembahan dan lain sebagainya. Berdasarkan hasil wawancara dan pengamatan yang penulis lakukan, terlihat bahwa tiap minggu pengajar di SM GSJA mengajak anak untuk terlibat secara langsung dalam unsur-unsur liturgi seperti memimpin pujian, memimpin doa serta membawa persembahan. Sedangkan para pengajar di SM GPIB juga melibatkan anak untuk terlibat langsung dalam unsur-unsur liturgi. Namun terkadang pengajar mendominasi liturgi SM. Hal ini dikarenakan pemimpin liturgi anak dipimpin oleh pengajar (mahasiswa PPL) yang belum mengenal anak. Menurut Pdt. Paulis Lie, Sekolah Minggu yang berpusat pada anak (student centered) merupakan pembinaan anak yang dimulai dari pemahaman yang mendalam tentang siapa anak yang diajar, kemudian di desain suatu model pembinaan yang secara khusus tepat untuk sekelompok anak di sebuah kelas tertentu. 16 Jika kita kaitkan pendapat Paulus Lie dengan hasil penelitian yang ditemukan dilapangan maka kita dapat mengatakan bahwa pengajar SM GSJA lebih mengenal karakter anak dibanding dengan pengajar SM GPIB. Selain itu, pengajar baik di GSJA maupun di GPIB juga menekankan pengalaman anak. Pengalaman yang didapat anak tentunya akan berpengaruh pada iman anak, karena pada dasarnya iman anak terbentuk dari kepercayaan dan harga diri anak. Hal ini didukung oleh pendapat Westerhoff yang mengemukakan bahwa pengalaman yang didapat anak akan membantu anak dalam imannya, karena iman anak adalah iman karena 16 Paulis Lie, Mereformasi Sekolah Minggu,(Yogyakarta:ANDI,2003),

13 pengalaman (will our children have faith). 17 Dengan demikian, semakin banyak pengalaman yang didapat sendiri oleh anak, akan sangat membantu anak dalam merasakan kasih Allah dalam hidupnya. Selain itu, paradigma belajar tentunya tidak terpisah dari metode yang digunakan dalam menyampaikan Firman Tuhan. Disini paradigma belajar menekankan bahwa pada penggunaan metode pembelajaran dalam model pembelajaran tidak hanya menggunakan komunikasi satu arah tetapi juga metode yang menekankan komukasi dua arah. Menurut K.O Gangel, metode mengajar berdasarkan jenis dan bentuk komunikasi interaksi pengajar dengan anak terbagi atas dua jenis, yaitu metode yang hanya menekakan komunikasi satu arah dan komunikasi dua arah. 18 Jika kita kaitkan teori yang dikemukakan oleh Gangel dengan hasil penemuan di lapangan maka kita dapat mengatakan bahwa para pengajar di GPIB Tamansari lebih menekankan metode satu arah yang lebih menekankan rasio atau intelektual. Berbeda dengan metode yang diterapkan oleh para pengajar di GSJA Bukit Horeb yang menekankan komunikasi dua arah. Jika kita cermati, metode yang menekankan komunikasi satu arah seperti ceramah atau hanya bercerita secara datar, mendongeng mengenai inti dari Firman Tuhan tentunya membuat anak hanya sebagai objek pendengar (pasif). Hal ini akan berdampak pada pengetahuan anak yang lebih mudah melupakan apa yang ia dengar. Pada dasarnya anak belajar dari apa yang mereka alami. Sehingga tidak heran jika pada minggu berikutnya ketika anak ditanya mengenai cerita atau Firman Tuhan diminggu sebelumnya, mereka tidak bisa menjawab. Dalam PB, kita dapat menemukan bahwa sewaktu Tuhan Yesus berada di dunia, Ia disebut sebagai Guru karena kemanapun Ia pergi, Ia selalu mengajar orang-orang yang ingin 17 Anne Neufeld Rupp, Tumbuh Kembang Bersama Anak,(Jakarta:BPK GM, 2009), Gangel, K.O & H.G Hendrik, The Chritian Educator Handbook on Teaching, (San Fransisco: Viktor Book, 1988),

14 mendengarkan apa yang Ia sampaikan. Dari keempat Injil, kita bisa lihat bahwa Yesus dalam pengajarannya juga memakai metode yang bervariasi. Yesus memakai metode dengan menggunakan alat peraga seperti burung-burung di udara (Mat 6:25-34). Selain itu Yesus juga memakai metode bercerita, ceramah (Matius 5:1-12), berdoa serta menggunakan perumpamaan dalam pengajarannya. Bukan dengan perkataannya saja Tuhan Yesus mengajar, tetapi juga Ia juga mempraktekkan apa yang dimaksudkannya, seperti ketika Ia memeluk anak-anak dan memberkati mereka, ini menjadi teguran bagi murid-muridnya. Dengan demikian, sebagai pengajar yang merupakan kelanjutan pekerjaan Kristus di dunia, sudah seharusnyalah kita pun dapat menerapkan metode-metode yang bervariasi dalam proses pembelajaran agar anak tidak hanya mengetahui siapa Allah yang ia sembah tetapi lebih daripada itu, mereka dapat menghayati pengorbanan dan kasih Yesus dalam hidupnya sehingga hal ini akan berdampak pada perilakunya yang sesuai dengan kehendak dan teladan Kristus. Melihat kenyataan yang ditemukan dalam penelitian maka bisa dikatakan bahwa para pengajar baik di GPIB Tamansari maupun di GSJA Bukit Horeb sudah mengarah kepada paradigma belajar. hal ini dapat dilihat dari metode yang diterapkan sudah bervariasi. Hal dapat terlihat dari komunikasi yang diarahkan tidak hanya satu arah tetapi juga membangun komunikasi dua arah yang dapat memacu kreativitas pada anak dimana anak diharapkan mampu berpendapat, berdiskusi, mengeluarkan pikiran dan gagasannya atau pengalamannya, dan menemukan pesan firman Tuhan yang dibicarakan dalam kelas Paulis Lie, Mereformasi Sekolah Minggu,

15 Kesimpulan Persamaan yang nyata dari model pembelajaran yang diterapkan oleh SM GPIB dan SM GSJA terlihat pendekatan yang ditetapkan oleh para pengajar. Dimana pengajar menetapkan pendekatan yang berpusat pada anak, dengan memandang bahwa anak merupakan titik tolak dari kebaktian SM yang hadir untuk anak-anak. Selain terdapat persamaan, ada pula perbedaan yang terlihat dari model pembelajaran yang diterapkan oleh pengajar yaitu strategi serta metode pembelajaran. Pada dasarnya baik pendekatan, strategi, serta metode pembelajaran yang digunakan oleh kedua SM ini sudah mengarah kepada paradigma belajar hanya perlu lebih diperhatikan lagi baik strategi maupun metode yang digunakan. 78

BAB I PENDAHULUAN. instruction, yang banyak dipakai dalam dunia pendidikan di Amerika Serikat. Istilah ini

BAB I PENDAHULUAN. instruction, yang banyak dipakai dalam dunia pendidikan di Amerika Serikat. Istilah ini BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia model berarti pola, contoh, acuan, ragam dari sesuatu yang akan dibuat atau hasilkan. 1 Sedangkan pembelajaran adalah terjemahan

Lebih terperinci

BAB II MODEL DAN PARADIGMA PEMBELAJARAN. bagaikan hubungan antara anggota tubuh dengan anggota tubuh lainnya (band. I Kor 12). 1

BAB II MODEL DAN PARADIGMA PEMBELAJARAN. bagaikan hubungan antara anggota tubuh dengan anggota tubuh lainnya (band. I Kor 12). 1 BAB II MODEL DAN PARADIGMA PEMBELAJARAN 2.1 Pendahuluan Gereja adalah persekutuan orang-orang yang mengaku tubuh Kristus. Konsep ini menekankan suatu keterkaitan atau hubungan orang percaya satu dengan

Lebih terperinci

BAB III. Model Pembelajaran Sekolah Minggu di GPIB Tamansari dan Model Pembelajaran. Sekolah Minggu di GSJA Bukit Horeb

BAB III. Model Pembelajaran Sekolah Minggu di GPIB Tamansari dan Model Pembelajaran. Sekolah Minggu di GSJA Bukit Horeb BAB III Model Pembelajaran Sekolah Minggu di GPIB Tamansari dan Model Pembelajaran Sekolah Minggu di GSJA Bukit Horeb Pada bab ini penulis akan memaparkan hasil penelitian yang penulis dapatkan dari penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Tempat ibadah merupakan salah satu wadah dimana orang-orang berkumpul dengan teman-teman seiman, memuji, dan menyembah Tuhan yang mereka percayai. Di Indonesia

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. termasuk kepada anak-anak. Mandat ini memberikan tempat bagi anak-anak untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. termasuk kepada anak-anak. Mandat ini memberikan tempat bagi anak-anak untuk BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Ketika Tuhan Yesus naik ke surga, Ia memberikan mandat kepada seluruh murid untuk pergi ke seluruh dunia dan menjadikan semua bangsa menjadi muridnya (Matius

Lebih terperinci

BAB I. Pendahuluan UKDW

BAB I. Pendahuluan UKDW BAB I Pendahuluan A. Latar Belakang Permasalahan Belakangan ini banyak gereja mencoba menghadirkan variasi ibadah dengan maksud supaya ibadah lebih hidup. Contohnya dalam lagu pujian yang dinyanyikan dan

Lebih terperinci

yang tunggal Yesus Kristus, maka tugas jemaat adalah menanggapi penyataan kasih

yang tunggal Yesus Kristus, maka tugas jemaat adalah menanggapi penyataan kasih Bab 5 Penutup 5.1. Kesimpulan Berdasarkan analisa yang penulis sampaikan pada bab 4 tentang praktek nyanyian dan musik gereja di GKMI Pecangaan dalam peribadatan, maka penulis menarik beberapa kesimpulan

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang Masalah

UKDW BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah Metode merupakan cara, teknik, jalan, atau prosedur yang digunakan sebagai alat perantara untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Dalam kalimat sederhana, metode

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan musik di dunia pendidikan di Indonesia akhir-akhir ini

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan musik di dunia pendidikan di Indonesia akhir-akhir ini BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan musik di dunia pendidikan di Indonesia akhir-akhir ini menunjukkan kemajuan yang sangat pesat. Hal ini terbukti bahwa musik menjadi salah satu faktor

Lebih terperinci

PELAYANAN ANAK. PELAYANAN ANAK Sesi 1: Menjangkau Anak-anak

PELAYANAN ANAK. PELAYANAN ANAK Sesi 1: Menjangkau Anak-anak PELAYANAN ANAK Sesi 1: Menjangkau Anak-anak PENDAHULUAN Allah tertarik pada anak-anak. Haruskah gereja berusaha untuk menjangkau anak-anak? Apakah Allah menyuruh kita bertanggung jawab terhadap anak-anak?

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Katolik, Hindu, dan Budha. Negara menjamin kebebasan bagi setiap umat bergama untuk

BAB I PENDAHULUAN. Katolik, Hindu, dan Budha. Negara menjamin kebebasan bagi setiap umat bergama untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dalam UUD 1945, disebutkan bahwa Indonesia sebagai Negara yang berlandaskan pada Pancasila mengakui adanya lima agama di dalamnya, antara lain: Islam, Kristen,

Lebih terperinci

Dalam pelajaran ini saudara akan mempelajari... Mengikuti Teladan Kristus Memperkembangkan Karunia Saudara

Dalam pelajaran ini saudara akan mempelajari... Mengikuti Teladan Kristus Memperkembangkan Karunia Saudara Menjadi Pekerja Kim bersukacita. Dia telah menemukan bahwa dia dapat menjadi pekerja Tuhan. Pada waktu ia mempelajari Alkitab, dan meluangkan waktu untuk berdoa dan mencari Tuhan, Roh Kudus menunjukkan

Lebih terperinci

Evaluasi Kuesioner Pembangunan Jemaat GKI Blimbing

Evaluasi Kuesioner Pembangunan Jemaat GKI Blimbing Evaluasi Kuesioner Pembangunan Jemaat GKI Blimbing Rangkuman: a. Catatan Umum: - Survei dilakukan setelah ibadah hari Minggu, 24 juli 2016, meskipun ada beberapa yang mengisi survey saat PD Lingkungan.

Lebih terperinci

Saya Dapat Menjadi Pekerja

Saya Dapat Menjadi Pekerja Saya Dapat Menjadi Pekerja Sekarang Kim lebih banyak mengerti mengenai gereja dan berbagai pelayanan yang Tuhan berikan kepada anggotaanggotanya. Ketika ia memandang jemaat, ia melihat bahwa tidak setiap

Lebih terperinci

BABI PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BABI PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah BABI PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Anak -anak usia dini, yaitu anak -anak yang berusia 0-6 tahun sering disebut sedang berada pada masa usia emas atau golden age. Masa usia emas atau golden age

Lebih terperinci

Pola Tuhan Bagi Para Pekerja

Pola Tuhan Bagi Para Pekerja Pola Tuhan Bagi Para Pekerja Kim mempelajari alasan-alasan bagi perkumpulan orang percaya dalam gereja yang mula-mula. Ia melihat adanya bermacam-macam keperluan yang mempersatukan mereka - keperluan akan

Lebih terperinci

KEBAIKAN RAHASIA (Perbuatan-perbuatan Tersembunyi), 10 November 2012

KEBAIKAN RAHASIA (Perbuatan-perbuatan Tersembunyi), 10 November 2012 Pelajaran 6 KEBAIKAN RAHASIA (Perbuatan-perbuatan Tersembunyi), 10 November 2012 KEBAIKAN RAHASIA Perbuatan-perbuatan Tersembunyi 10 November 2012 1. Persiapan A. Sumber Matius 6:2-4 Mazmur 139:1-3 Ibrani

Lebih terperinci

BAPA SURGAWI BERFIRMAN KEPADA SAUDARA

BAPA SURGAWI BERFIRMAN KEPADA SAUDARA BAPA SURGAWI BERFIRMAN KEPADA SAUDARA Dalam Pelajaran Ini Saudara Akan Mempelajari Allah Ingin Berbicara kepada Saudara Allah Berfirman dalam Berbagai-bagai Cara Bagaimana Kitab Allah Ditulis Petunjuk-petunjuk

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. Setelah penulis mengkaji nilai keadilan yang diterapkan dalam kehidupan

BAB V PENUTUP. Setelah penulis mengkaji nilai keadilan yang diterapkan dalam kehidupan BAB V PENUTUP Setelah penulis mengkaji nilai keadilan yang diterapkan dalam kehidupan keluarga di Jemaat GPIB Immanuel Semarang, maka penulis membuat suatu kesimpulan berdasarkan pembahasan-pembahasan

Lebih terperinci

UKDW. BAB I Pendahuluan. A. Latar Belakang

UKDW. BAB I Pendahuluan. A. Latar Belakang BAB I Pendahuluan A. Latar Belakang Kehidupan umat beragama tidak bisa dipisahkan dari ibadah. Ibadah bukan hanya sebagai suatu ritus keagamaan tetapi juga merupakan wujud respon manusia sebagai ciptaan

Lebih terperinci

ANAK BATITA: USIA ± 15 BULAN 3 TAHUN

ANAK BATITA: USIA ± 15 BULAN 3 TAHUN ANAK BATITA: USIA ± 15 BULAN 3 TAHUN 1. Pesat tapi tidak merata. - Otot besar mendahului otot kecil. - Atur ruangan. - Koordinasi mata dengan tangan belum sempurna. - Belum dapat mengerjakan pekerjaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan diartikan sebagai usaha atau kegiatan untuk mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan diartikan sebagai usaha atau kegiatan untuk mengembangkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan diartikan sebagai usaha atau kegiatan untuk mengembangkan potensi dan ketrampilan. Di antaranya meliputi, pengajaran keahlian khusus, pengetahuan,

Lebih terperinci

URGENSI PENGEMBANGAN KECERDASAN LINGUISTIK PADA ANAK USIA DINI MELALUI METODE ROLE PLAYING GUNA MEWUJUDKAN GENERASI INDONESIA MENDUNIA

URGENSI PENGEMBANGAN KECERDASAN LINGUISTIK PADA ANAK USIA DINI MELALUI METODE ROLE PLAYING GUNA MEWUJUDKAN GENERASI INDONESIA MENDUNIA URGENSI PENGEMBANGAN KECERDASAN LINGUISTIK PADA ANAK USIA DINI MELALUI METODE ROLE PLAYING GUNA MEWUJUDKAN GENERASI INDONESIA MENDUNIA Anwardiani Iftaqul Janah Mahasiswa PGPAUD UAD Yogyakarta email: iftaquljanah@yahoo.com

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan memiliki peran penting dalam menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas. Pendidikan, menurut Ayub Yahya, terdiri dari bermacam bentuk, yaitu pendidikan

Lebih terperinci

Karunia Karunia Pelayanan Lainnya: 1 Melayani Mengajar Menasihati

Karunia Karunia Pelayanan Lainnya: 1 Melayani Mengajar Menasihati Karunia Karunia Pelayanan Lainnya: 1 Melayani Mengajar Menasihati Kita telah menyelesaikan penelaahan mengenai keempat karunia yang kita sebut karunia pelayanan. Walaupun daftar karunia-dalam Efesus 4

Lebih terperinci

K2 KEMAMPUAN KUESIONER KARUNIA-KARUNIA ROH

K2 KEMAMPUAN KUESIONER KARUNIA-KARUNIA ROH K2 KEMAMPUAN KUESIONER KARUNIA-KARUNIA ROH Wagner-Modified Houts Questionnaire (WMHQ-Ed7) by C. Peter Wagner Charles E. Fuller Institute of Evangelism and Church Growth English offline version: http://bit.ly/spiritualgiftspdf

Lebih terperinci

Bab 4. Tinjauan Kritis Ibadah, Nyanyian dan Musik Gereja di GKMI Pecangaan

Bab 4. Tinjauan Kritis Ibadah, Nyanyian dan Musik Gereja di GKMI Pecangaan Bab 4 Tinjauan Kritis Ibadah, Nyanyian dan Musik Gereja di GKMI Pecangaan 4.1. Pendahuluan Pada bab ini penulis akan menyampaikan hasil tinjauan kritis atas penelitian yang dilakukan di GKMI Pecangaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Hasil wawancara penulis dengan AK pada tanggal 17 Oktober

BAB I PENDAHULUAN. Hasil wawancara penulis dengan AK pada tanggal 17 Oktober BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di Greja Kristen Jawi Wetan (GKJW) para pelayanan kebaktian anak dan remaja dikenal dengan sebutan pamong. Istilah pamong ini tidak ada dalam buku Tata Pranata GKJW

Lebih terperinci

BAB III LAPORAN PELAKSANAAN TUGAS AKHIR MUSIK GEREJA

BAB III LAPORAN PELAKSANAAN TUGAS AKHIR MUSIK GEREJA BAB III LAPORAN PELAKSANAAN TUGAS AKHIR MUSIK GEREJA A. Persiapan Dalam mempersiapkan TAMG ini, langkah pertama yang dilakukan oleh penulis adalah dengan mengamati keadaan Gerakan Pemuda (GP) GPIB Tamansari

Lebih terperinci

BAB IV. Pandangan jemaat GPIB Bukit Harapan Surabaya tentang diakonia

BAB IV. Pandangan jemaat GPIB Bukit Harapan Surabaya tentang diakonia BAB IV Pandangan jemaat GPIB Bukit Harapan Surabaya tentang diakonia 4.1. Diakonia sebagai perwujudan Hukum Kasih Gereja dapat dikatakan sebagai gereja apabila dia sudah dapat menjalankan fungsinya, yaitu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki era globalisasi yang terjadi saat ini ditandai dengan adanya

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki era globalisasi yang terjadi saat ini ditandai dengan adanya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Memasuki era globalisasi yang terjadi saat ini ditandai dengan adanya perkembangan pada ilmu pengetahuan dan teknologi. Perkembangan yang terjadi tersebut menuntut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam perkembangan kognitif dan sosial anak. Dengan kata lain, guru memegang peranan yang strategis dalam

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam perkembangan kognitif dan sosial anak. Dengan kata lain, guru memegang peranan yang strategis dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Membaca merupakan tahapan proses belajar membaca bagi siswa sekolah dasar kelas awal. Siswa belajar untuk memperoleh kemampuan dan menguasai teknik-teknik membaca

Lebih terperinci

Bergabunglah dengan Saudara yang Lain Bila Berdoa

Bergabunglah dengan Saudara yang Lain Bila Berdoa Bergabunglah dengan Saudara yang Lain Bila Berdoa III Berdoalah dengan Seorang Teman II Berdoalah dengan Keluarga Saudara III Berdoalah dengan Kelompok Doa II Berdoalah dengan Jemaat Pelajaran ini akan

Lebih terperinci

-AKTIVITAS-AKTIVITAS

-AKTIVITAS-AKTIVITAS KEHIDUPAN BARU -AKTIVITAS-AKTIVITAS BARU Dalam Pelajaran Ini Saudara Akan Mempelajari Bagaimanakah Saudara Mempergunakan Waktumu? Bila Kegemaran-kegemaran Saudara Berubah Kegemaran-kegemaran Yang Baru

Lebih terperinci

Telah melayani sebagai guru KAKR selama 2 tahun. untuk mempraktekkannya. Tidak ada pembagian kelas dalam KAKR

Telah melayani sebagai guru KAKR selama 2 tahun. untuk mempraktekkannya. Tidak ada pembagian kelas dalam KAKR Lampiran Field Notes GBKP Lau Buluh 1. Nama : DRN Jabatan Waktu Tempat : Guru KAKR : 12 Agustus 2012, 12.00 13.00 WIB : Gedung Gereja GBKP Lau Buluh Telah melayani sebagai guru KAKR selama 2 tahun. Memiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan faktor penting dalam kehidupan manusia. Pendidikan dapat membantu peserta didik untuk menumbuh kembangkan potensi peserta didik, sehingga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. budaya gotong royong yang dimiliki masyarakatnya sejak dahulu kala. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. budaya gotong royong yang dimiliki masyarakatnya sejak dahulu kala. Hal ini BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah bangsa yang dikenal dengan keramahtamahannya serta budaya gotong royong yang dimiliki masyarakatnya sejak dahulu kala. Hal ini dikarenakan

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN 1.1 PERMASALAHAN Latar Belakang Masalah

UKDW BAB I PENDAHULUAN 1.1 PERMASALAHAN Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 PERMASALAHAN 1.1.1 Latar Belakang Masalah Gereja Masehi Injili di Timor (GMIT) adalah Gereja mandiri bagian dari Gereja Protestan Indonesia (GPI) sekaligus anggota Persekutuan Gereja-Gereja

Lebih terperinci

Jika Allah hanya peduli pada kegiatan keagamaan,

Jika Allah hanya peduli pada kegiatan keagamaan, L. E. V. E. L O. N. E BAGIAN PERTAMA: HIDUP YANG MEMURIDKAN ORANG LAIN (DISCIPLE MAKER) 3: Hidup Sebagai Pembuat Murid Mengapa Anda ingin menjadikan seseorang murid? Apakah Anda menanyakan pertanyaan ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembelajaran Bahasa Indonesia di dunia pendidikan bertujuan agar

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembelajaran Bahasa Indonesia di dunia pendidikan bertujuan agar BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembelajaran Bahasa Indonesia di dunia pendidikan bertujuan agar siswa memiliki keterampilan berbahasa dan pengetahuan kebahasaan. Keterampilan berbahasa mencakup 4

Lebih terperinci

PELAYANAN PEMUDA PELAYANAN PEMUDA SESI 1 : MENGAJARKAN FIRMAN ALLAH

PELAYANAN PEMUDA PELAYANAN PEMUDA SESI 1 : MENGAJARKAN FIRMAN ALLAH PELAYANAN PEMUDA SESI 1 : MENGAJARKAN FIRMAN ALLAH PENDAHULUAN Menurut Matius 28:19-20, kita telah ditugaskan untuk mengajarkan firman Allah terutama pada kaum muda. Generasi ini membutuhkan dasar yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memanggil mereka di dalam dan melalui Yesus Kristus. 1 Ada tiga komponen. gelap kepada terang, dari dosa kepada kebenaran.

BAB I PENDAHULUAN. memanggil mereka di dalam dan melalui Yesus Kristus. 1 Ada tiga komponen. gelap kepada terang, dari dosa kepada kebenaran. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Gereja adalah kumpulan orang-orang yang telah dipanggil Allah keluar dari dunia ini untuk menjadi miliknya, umat kepunyaan Allah sendiri. Allah memanggil mereka di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran merupakan suatu proses perubahan tingkah laku individu dalam interaksi dirinya dengan lingkungannya. Hasil dari interaksi yang dilakukan dalam

Lebih terperinci

BELAJAR ALKITAB DAN DOA (Ada Surat untuk Anda), 13 Oktober 2012

BELAJAR ALKITAB DAN DOA (Ada Surat untuk Anda), 13 Oktober 2012 Pelajaran 2 BELAJAR ALKITAB DAN DOA (Ada Surat untuk Anda), 13 Oktober 2012 BELAJAR ALKITAB DAN BERDOA Ada Surat untuk Anda 13 Oktober 2012 1. Persiapan Satu survei menemukan bahwa 82 persen orang Amerika

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. macam tantangan dalam berbagai bidang. Untuk menghadapi tantangan tersebut

BAB I PENDAHULUAN. macam tantangan dalam berbagai bidang. Untuk menghadapi tantangan tersebut BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Di era globalisasi sekarang ini, setiap orang dihadapkan pada berbagai macam tantangan dalam berbagai bidang. Untuk menghadapi tantangan tersebut maka setiap

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Dunia pendidikan di Indonesia dewasa ini sedang mengalami krisis, yang harus dijawab oleh dunia pendidikan. Jika proses-proses

I. PENDAHULUAN. Dunia pendidikan di Indonesia dewasa ini sedang mengalami krisis, yang harus dijawab oleh dunia pendidikan. Jika proses-proses I. PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Dunia pendidikan di Indonesia dewasa ini sedang mengalami krisis, perubahan-perubahan yang cepat di luar pendidikan menjadi tantangantantangan yang harus dijawab

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan sarana penting pengembangan ilmu dan pondasi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan sarana penting pengembangan ilmu dan pondasi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan sarana penting pengembangan ilmu dan pondasi pokok dalam peningkatan sumber daya manusia (SDM) suatu bangsa. Karena itu pengembangan untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. siswa itu sendiri. Mata pelajaran PKn sering dianggap sebagai sebuah mata pelajaran

BAB I PENDAHULUAN. siswa itu sendiri. Mata pelajaran PKn sering dianggap sebagai sebuah mata pelajaran BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan sering kurang diperhatikan oleh semua pihak di lingkungan sekolah, baik dari pihak guru maupun dari pihak siswa itu

Lebih terperinci

Kepada orangtua dan anak-anak terkasih,

Kepada orangtua dan anak-anak terkasih, Kepada orangtua dan anak-anak terkasih, adalah buku renungan khusus yang ditulis untuk para orangtua dan anak-anak. Untuk menikmati buku ini, kami menyarankan empat langkah yang menyenangkan dan mudah

Lebih terperinci

Pelajaran untuk Murid STUDENT LESSON BELAJAR ALKITAB DAN BERDOA (Ada Surat untuk Anda) 13 Oktober 2012

Pelajaran untuk Murid STUDENT LESSON BELAJAR ALKITAB DAN BERDOA (Ada Surat untuk Anda) 13 Oktober 2012 Pelajaran untuk Murid STUDENT LESSON BELAJAR ALKITAB DAN BERDOA (Ada Surat untuk Anda) 13 Oktober 2012 AYAT KUNCI: Pilih salah satu teks dari Rabu bagian dari pelajaran. Menulis di sini dan menghafalnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merupakan integrasi dari berbagai cabang Ilmu Sosial. Supardi (2011: 183)

BAB I PENDAHULUAN. merupakan integrasi dari berbagai cabang Ilmu Sosial. Supardi (2011: 183) BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan salah satu bidang studi yang merupakan integrasi dari berbagai cabang Ilmu Sosial. Supardi (2011: 183) mengemukakan bahwa

Lebih terperinci

Gereja Menyediakan Persekutuan

Gereja Menyediakan Persekutuan Gereja Menyediakan Persekutuan Pada suatu Minggu pagi sebelum kebaktian Perjamuan Tuhan, lima orang yang akan diterima sebagaianggota gereja berdiri di depan pendeta dan sekelompok diaken. Salah seorang

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. beberepa saran berdasarkan hasil analisa dalam bab sebelumnya.

BAB V PENUTUP. beberepa saran berdasarkan hasil analisa dalam bab sebelumnya. BAB V PENUTUP Dalam bab penutup ini penulis akan menarik beberapa kesimpulan dan mengusulkan beberepa saran berdasarkan hasil analisa dalam bab sebelumnya. V.1 Kesimpulan Pertama, pembangunan karakter

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Upaya mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan kualitas

BAB I PENDAHULUAN. Upaya mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan kualitas 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Upaya mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan kualitas manusia seutuhnya adalah misi pendidikan sebab pendidikan dapat membuat manusia menjadi cerdas,

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. penelitian dan pengabdian kepada masyarakat. Maka dari iru tugas seorang

BAB V PEMBAHASAN. penelitian dan pengabdian kepada masyarakat. Maka dari iru tugas seorang BAB V PEMBAHASAN Tanggung jawab seorang pendidik sebagai orang yang mendidik yaitu dapat merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, melakukan pembimbingan dan pelatihan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berkualitas sehingga mampu memajukan dan mengembangkan bangsa atau negara,

BAB I PENDAHULUAN. berkualitas sehingga mampu memajukan dan mengembangkan bangsa atau negara, BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Setiap bangsa menginginkan negara itu berkembang dan maju. Maju dan berkembangnya suatu negara itu dipengaruhi oleh pendidikan dalam negara itu sendiri. Pendidikan

Lebih terperinci

RENUNGAN HARIAN S1 = SEMBAH PUJI & DOA SYAFAAT

RENUNGAN HARIAN S1 = SEMBAH PUJI & DOA SYAFAAT RENUNGAN HARIAN Roma 6:1-23 Diubah dan mengubahkan Galatia 1:1-16 Karena Anugerah- Nya 2 Korintus 4:1-15 Perubahan arah hidup Mazmur 92 : 1-16 Mata rohani yang terbuka Roma 6:1-23 Diubah dan mengubahkan

Lebih terperinci

BAB IV. Refleksi Teologis. sekolah adalah perbedaan peranan antara laki-laki dan perempuan. Dimana sudah sangat

BAB IV. Refleksi Teologis. sekolah adalah perbedaan peranan antara laki-laki dan perempuan. Dimana sudah sangat BAB IV Refleksi Teologis Salah satu perbedaan yang dihadapi baik didalam gereja, masyarakat, maupun didalam sekolah adalah perbedaan peranan antara laki-laki dan perempuan. Dimana sudah sangat tertanam

Lebih terperinci

2

2 Pk. 17.00 WIB 2 3 4 5 6 7 8 9 PELAYANAN BAPTISAN KUDUS DEWASA, BAPTIS ANAK, PENGAKUAN PERCAYA (SIDI), PENERIMAAN ANGGOTA & PEMBARUAN PENGAKUAN PERCAYA PENGANTAR PF : Dalam kebaktian hari ini akan dilayankan

Lebih terperinci

PENELAAHAN ALKITAB. Persiapan, Penyusunan dan Penyampaiannya. Pdt. Stephen Sihombing, MTh

PENELAAHAN ALKITAB. Persiapan, Penyusunan dan Penyampaiannya. Pdt. Stephen Sihombing, MTh PENELAAHAN ALKITAB Persiapan, Penyusunan dan Penyampaiannya Pdt. Stephen Sihombing, MTh Materi Bina Pelkat GP GPIB 2 Menikah dengan 2 orang putri Sarjana Teologi dari STT Jakarta Vikaris di GPIB Mangamaseang,

Lebih terperinci

Gal.6:1-5. Ev. Bakti Anugrah, M.A.

Gal.6:1-5. Ev. Bakti Anugrah, M.A. Gal.6:1-5 Ev. Bakti Anugrah, M.A. Kitab Galatia dituliskan oleh Rasul Paulus kepada jemaat-jemaat di Galatia dengan tujuan agar mereka dapat berpegang pada Injil Kristus dan bukan pada hukum yang menyebabkan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. taraf hidup manusia. Sebagaimana disebutkan dalam Undang-undang Sistem

I. PENDAHULUAN. taraf hidup manusia. Sebagaimana disebutkan dalam Undang-undang Sistem 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu sarana bagi manusia untuk mengembangkan potensi diri melalui proses pembelajaran baik secara formal, maupun non formal. Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. membutuhkan pendidikan, sampai kapanpun dan dimanapun ia berada.

BAB I PENDAHULUAN. membutuhkan pendidikan, sampai kapanpun dan dimanapun ia berada. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan kebutuhan sepanjang hayat. Setiap manusia membutuhkan pendidikan, sampai kapanpun dan dimanapun ia berada. Pendidikan adalah usaha sadar

Lebih terperinci

KATAKAN HAL ITU DENGAN BIJAKSANA (Taktik Yang Bijaksana), 8 Desember 2012

KATAKAN HAL ITU DENGAN BIJAKSANA (Taktik Yang Bijaksana), 8 Desember 2012 Pelajaran 10 KATAKAN HAL ITU DENGAN BIJAKSANA Taktik yang Bijaksana 8 Desember 2012 1. Persiapan A. Sumber Amsal 16:24 1 Korintus 9:22 (ayat pendukung: 2 Samuel 12:1-14; Ester 4:9-17; 5:1-8; 7; 1 Raja-raja

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I. Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. I. Latar Belakang Permasalahan 1 BAB I PENDAHULUAN I. Latar Belakang Permasalahan Dalam lingkup pendidikan di sekolah, istilah Pendidikan Agama Kristen (PAK) sudah sangat lazim digunakan. PAK adalah usaha menumbuhkembangkan kemampuan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA PEMAHAMAN MENGENAI BENTUK-BENTUK PELAYANAN KOMISI DOA DI JEMAAT GPIB BETHESDA SIDOARJO SESUAI DENGAN

BAB IV ANALISA PEMAHAMAN MENGENAI BENTUK-BENTUK PELAYANAN KOMISI DOA DI JEMAAT GPIB BETHESDA SIDOARJO SESUAI DENGAN BAB IV ANALISA PEMAHAMAN MENGENAI BENTUK-BENTUK PELAYANAN KOMISI DOA DI JEMAAT GPIB BETHESDA SIDOARJO SESUAI DENGAN PRESPEKTIF KONSELING PASTORAL DAN REFLEKSI TEOLOGIS Dalam Bab ini akan dipaparkan analisa

Lebih terperinci

MODEL PEMBELAJARAN PADUAN SUARA ANAK SEKOLAH MINGGU PHILEO DI GEREJA KRISTEN JAWA DAYU YOGYAKARTA HALAMAN JUDUL. Tugas Akhir S-1 Seni Musik.

MODEL PEMBELAJARAN PADUAN SUARA ANAK SEKOLAH MINGGU PHILEO DI GEREJA KRISTEN JAWA DAYU YOGYAKARTA HALAMAN JUDUL. Tugas Akhir S-1 Seni Musik. i MODEL PEMBELAJARAN PADUAN SUARA ANAK SEKOLAH MINGGU PHILEO DI GEREJA KRISTEN JAWA DAYU YOGYAKARTA HALAMAN JUDUL Tugas Akhir S-1 Seni Musik Oleh : Yesika Dwi Kristianti NIM : 1211878013 Program Studi

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Sekolah : SMP-K PERMATA BUNDA CIMANGGIS Mata Pelajaran : Pendidikan Agama Katolik Kelas/Semester : VIII / 1 Alokasi Waktu : 2 x 40 menit A. Standar Kompetensi : Memahami

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. terampil dan cekatan. Kata mampu mendapat imbuhan ke-an menjadi

BAB II LANDASAN TEORI. terampil dan cekatan. Kata mampu mendapat imbuhan ke-an menjadi BAB II LANDASAN TEORI A. Kemampuan Berbahasa Pada Anak Usia Dini 1. Pengertian kemampuan berbahasa Kemampuan berasal dari kata mampu yang bermakna cakap atau terampil dan cekatan. Kata mampu mendapat imbuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia sebagai mahluk religius (homo religious), manusia memiliki

BAB I PENDAHULUAN. Manusia sebagai mahluk religius (homo religious), manusia memiliki BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia sebagai mahluk religius (homo religious), manusia memiliki keterbatasan sehingga manusia dapat melakukan ritual - ritual atau kegiatan keagamaan lain

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Pada dasarnya pembelajaran merupakan suatu proses kegiatan yang dilakukan oleh seorang guru, dalam menyampaikan suatu materi untuk diajarkan kepada siswa dalam suatu

Lebih terperinci

Setiap Orang Membutuhkan Pengajaran

Setiap Orang Membutuhkan Pengajaran Setiap Orang Membutuhkan Pengajaran Pernahkah saudara melihat seekor induk burung yang mendesak anaknya keluar dari sarangnya? Induk burung itu memulai proses pengajaran yang akan berlangsung terus sampai

Lebih terperinci

RENUNGAN KITAB 1Timotius Oleh: Pdt. Yabes Order

RENUNGAN KITAB 1Timotius Oleh: Pdt. Yabes Order RENUNGAN KITAB 1Timotius Oleh: Pdt. Yabes Order HARI 1 JEJAK-JEJAK PEMURIDAN DALAM SURAT 1-2 TIMOTIUS Pendahuluan Surat 1-2 Timotius dikenal sebagai bagian dari kategori Surat Penggembalaan. Latar belakang

Lebih terperinci

Oleh Pdt. Daniel Ronda. Latar Belakang Pergumulan Pendidik

Oleh Pdt. Daniel Ronda. Latar Belakang Pergumulan Pendidik Oleh Pdt Daniel Ronda Latar Belakang Pergumulan Pendidik Profesi pendidik agama Kristen di sekolah negeri maupun swasta memiliki keistimewaan, karena dia sedang menolong kebutuhan anak didik dalam menemukan

Lebih terperinci

commit to user BAB I PENDAHULUAN

commit to user BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah salah satu bentuk perwujudan kebudayaan manusia yang dinamis dan sarat perkembangan. Oleh karena itu, perubahan atau perkembangan pendidikan

Lebih terperinci

Pelajaran untuk Murid STUDENT LESSON HIDUP DI SINI DAN SEKARANG Dasar yang Kokoh Pilihan kedua 21 Maret 2015

Pelajaran untuk Murid STUDENT LESSON HIDUP DI SINI DAN SEKARANG Dasar yang Kokoh Pilihan kedua 21 Maret 2015 Pelajaran untuk Murid STUDENT LESSON HIDUP DI SINI DAN SEKARANG Dasar yang Kokoh Pilihan kedua 21 Maret 2015 HIDUP DI SINI DAN SEKARANG 21 MARET 2015 Dasar yang Kokoh (Apa kira-kira hubungan ilustrasi

Lebih terperinci

Alkitab. Persiapan untuk Penelaahan

Alkitab. Persiapan untuk Penelaahan Persiapan untuk Penelaahan Alkitab Sekarang setelah kita membicarakan alasan-alasan untuk penelaahan Alkitab dan dengan singkat menguraikan tentang Alkitab, kita perlu membicarakan bagaimana menelaah Alkitab.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu tolak ukur bagi kehidupan suatu bangsa. Bangsa

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu tolak ukur bagi kehidupan suatu bangsa. Bangsa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu tolak ukur bagi kehidupan suatu bangsa. Bangsa atau negara dapat dikatakan maju, berkembang atau terbelakang dapat dilihat dari sejauh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ade Liana, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ade Liana, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan proses perubahan tingkah laku peserta didik agar menjadi manusia dewasa yang mampu hidup mandiri sebagai anggota masyarakat dalam lingkungan

Lebih terperinci

METODE PENGENALAN BAHASA UNTUK ANAK USIA DINI*

METODE PENGENALAN BAHASA UNTUK ANAK USIA DINI* METODE PENGENALAN BAHASA UNTUK ANAK USIA DINI* Hartono Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FBS UNY e-mail: hartono-fbs@uny.ac.id Pemilihan metode pengenalan bahasa untuk anak usia dini perlu memperhatikan

Lebih terperinci

A. JEMAAT BERHIMPUN TATA IBADAH MINGGU, 30 APRIL 2017 (MINGGU PASKAH III) BERELASI DENGAN TUHAN YESUS KRISTUS

A. JEMAAT BERHIMPUN TATA IBADAH MINGGU, 30 APRIL 2017 (MINGGU PASKAH III) BERELASI DENGAN TUHAN YESUS KRISTUS TATA IBADAH MINGGU, 30 APRIL 2017 (MINGGU PASKAH III) BERELASI DENGAN TUHAN YESUS KRISTUS Latihan Lagu-Lagu. Pembacaan Warta Lisan. Saat Hening. A. JEMAAT BERHIMPUN 1. AJAKAN BERIBADAH (JEMAAT DUDUK) Pnt.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia dikenal dengan keanekaragaman Suku, Agama, Ras dan Antar

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia dikenal dengan keanekaragaman Suku, Agama, Ras dan Antar 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia dikenal dengan keanekaragaman Suku, Agama, Ras dan Antar Golongan (SARA). Luasnya wilayah Indonesia yang terdiri atas beribu pulau tersebar dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Peraturan menteri pendidikan nasional nomor 22 tahun 2006 pendidikan nasional yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945

Lebih terperinci

Surat Roma ini merupakan surat Paulus yang paling panjang, paling teologis, dan paling berpengaruh. Mungkin karena alasan-alasan itulah surat ini

Surat Roma ini merupakan surat Paulus yang paling panjang, paling teologis, dan paling berpengaruh. Mungkin karena alasan-alasan itulah surat ini Catatan: Bahan ini diambil dari http://www.sabda.org/sabdaweb/biblical/intro/?b=47, diakses tanggal 3 Desember 2012. Selanjutnya mahasiswa dapat melihat situs www.sabda.org yang begitu kaya bahan-bahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa negara adalah bahasa Indonesia yang berfungsi sebagai bahasa pengantar resmi di lembaga-lembaga pendidikan mulai dari tingkat sekolah dasar sampai

Lebih terperinci

HARI MINGGU BIASA X. Tema : Kita bersaudara Tujuan : Anak menyadari bahwa dirinya adalah saudara-saudari Kristus Sarana : -

HARI MINGGU BIASA X. Tema : Kita bersaudara Tujuan : Anak menyadari bahwa dirinya adalah saudara-saudari Kristus Sarana : - HARI MINGGU BIASA X Tema : Kita bersaudara Tujuan : Anak menyadari bahwa dirinya adalah saudara-saudari Kristus Sarana : - Lagu Pembukaan : Dalam Yesus Kita Bersaudara (HPN 08) Doa Pembukaan : Allah Bapa

Lebih terperinci

LITURGI MINGGU GEREJA KRISTEN INDONESIA JATIMURNI MINGGU, 3 SEPTEMBER 2017 Tema: MENYELAMI PEMIKIRAN ALLAH JEMAAT BERHIMPUN

LITURGI MINGGU GEREJA KRISTEN INDONESIA JATIMURNI MINGGU, 3 SEPTEMBER 2017 Tema: MENYELAMI PEMIKIRAN ALLAH JEMAAT BERHIMPUN LITURGI MINGGU GEREJA KRISTEN INDONESIA JATIMURNI MINGGU, 3 SEPTEMBER 2017 Tema: MENYELAMI PEMIKIRAN ALLAH PERSIAPAN - Umat bersaat teduh - Lonceng berbunyi - Penyalaan Lilin JEMAAT BERHIMPUN PANGGILAN

Lebih terperinci

1. Persiapan. A. Sumber. B. Apa yang dikatakan tentang Toleransi. C. Kemanakah Toleransi ini tertuju

1. Persiapan. A. Sumber. B. Apa yang dikatakan tentang Toleransi. C. Kemanakah Toleransi ini tertuju Pelajaran 13 HIDUP DI SINI DAN SEKARANG: TOLERANSI Kebebasan untuk semua? 28 Maret 2015 1. Persiapan A. Sumber Kisah 17:16-34 Yohanes 10:16 Yesaya 56:6, 7 "Di dunia itu disebut Toleransi, tapi di neraka

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) SMP/MTs : Mata Pelajaran : Pendidikan Agama Kristen Kelas/Semester : VII / I StandarKompetensi : Menjelaskan karya Allah dalam menciptakan, memelihara, dan menyelamatkan

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

BAB V PENUTUP KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN 94 BAB V PENUTUP KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN Pada bab ini akan dikemukakan kesimpulan hasil penelitian, implikasi serta saran-saran yang berhubungan dengan penelitian lanjutan, maupun upaya memanfaatkan

Lebih terperinci

Pemahaman Alkitab untuk Kelompok Kecil

Pemahaman Alkitab untuk Kelompok Kecil Pemahaman Alkitab untuk Kelompok Kecil I. Pendahuluan A. Alkitab adalah Firman Allah (2Tim. 3:15-17; 2Ptr. 1:20 dst.; Yoh. 5:39) 1. Dapat menolong pengudusan orang (Yoh. 17:17; Ef. 5:26; Yak. 1:23; Ibr.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kelas. 1 Dalam undang-undang No. 20 tahun 2003 tentang sistem

BAB I PENDAHULUAN. kelas. 1 Dalam undang-undang No. 20 tahun 2003 tentang sistem kelas. 1 Dalam undang-undang No. 20 tahun 2003 tentang sistem BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan pada dasarnya merupakan sebuah proses transformasi menuju ke arah perbaikan, penguatan, dan

Lebih terperinci

Menjadi Anggota Masyarakat Gereja

Menjadi Anggota Masyarakat Gereja Menjadi Anggota Masyarakat Gereja Chee Kim adalah seorang anak yatim piatu. Meskipun ia baru berusia enam tahun, ia hidup sebagai gelandangan di kota Hong Kong. Ia tidak mempunyai keluarga. Pada suatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Menurut Undang-Undang No.20 tahun 2003 pasal 1 disebutkan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran

Lebih terperinci

RINGKASAN HASIL SURVEI, 24 JULI 2016

RINGKASAN HASIL SURVEI, 24 JULI 2016 GKI BLIMBING, www.gkiblimbing.com RINGKASAN HASIL SURVEI, 24 JULI 2016 1 Hasil Survei dalam grafik 1. Usia Responden sebagian besar di atas 51 tahun (46%). Usia Responden 51 th

Lebih terperinci

53. Mata Pelajaran Seni Budaya dan Keterampilan untuk Sekolah Dasar Luar Biasa Tunanetra (SDLB A)

53. Mata Pelajaran Seni Budaya dan Keterampilan untuk Sekolah Dasar Luar Biasa Tunanetra (SDLB A) 53. Mata Pelajaran Seni Budaya dan untuk Sekolah Dasar Luar Biasa Tunanetra (SDLB A) A. Latar Belakang Muatan seni budaya dan keterampilan sebagaimana yang diamanatkan dalam Peraturan Pemerintah Republik

Lebih terperinci

MENGENAL GAYA BELAJAR PESERTA DIDIK. Oleh Mansur HR Widyaiswara LPMP Provinsi Sulawesi Selatan

MENGENAL GAYA BELAJAR PESERTA DIDIK. Oleh Mansur HR Widyaiswara LPMP Provinsi Sulawesi Selatan MENGENAL GAYA BELAJAR PESERTA DIDIK Oleh Mansur HR Widyaiswara LPMP Provinsi Sulawesi Selatan Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 32 tahun 2013 tentang Standar Nasional Pendidikan pasal 19 disebutkan bahwa

Lebih terperinci

Level 3 Pelajaran 5. PENGANIAYAAN Oleh Don Krow

Level 3 Pelajaran 5. PENGANIAYAAN Oleh Don Krow Level 3 Pelajaran 5 PENGANIAYAAN Oleh Don Krow Di Matius 10:16-23, Yesus ingin mempersiapkan murid-muridnya untuk menghadapi oposisi (perlawanan); Dia ingin memberitahu mereka bahwa akan muncul perlawanan.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kehidupan serta meningkatkan kemampuan berbahasa. Tarigan (1994: 1) berpendapat bahwa.

BAB 1 PENDAHULUAN. kehidupan serta meningkatkan kemampuan berbahasa. Tarigan (1994: 1) berpendapat bahwa. 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu tujuan umum pengajaran Bahasa Indonesia di SMA adalah siswa mampu menikmati, menghayati, memahami, dan memanfaatkan karya sastra, dengan tujuan untuk mengembangkan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. terdiri dari 12 orang siswa laki-laki dan 13 orang siswa perempuan.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. terdiri dari 12 orang siswa laki-laki dan 13 orang siswa perempuan. BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Hasil Penelitian Penelitian ini secara umum bertujuan untuk mendeskripsikan penerapan metode bermain peran dalam mengatasi masalah belajar siswa memerankan

Lebih terperinci