BAB V PENUTUP. beberepa saran berdasarkan hasil analisa dalam bab sebelumnya.
|
|
- Erlin Setiabudi
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB V PENUTUP Dalam bab penutup ini penulis akan menarik beberapa kesimpulan dan mengusulkan beberepa saran berdasarkan hasil analisa dalam bab sebelumnya. V.1 Kesimpulan Pertama, pembangunan karakter (character building) bersifat kompleks, di mana pembangunan tersebut diperlukan kesadaran dari pihak penyelenggara, dan melewati suatu proses yang tidak pendek serta tidak mudah. Pembangunan karakter lebih efektif dan efisien ketika melaksanakannya melalui pendidikan sebab, pendidikan dapat diberikan kapan dan dimanapun tanpa mengenal waktu. Di dalam proses tersebut membutuhkan keikut-sertaan dari penyelenggara, pendidik, dan naradidik, serta kemitraan dari pihak yang terkait lainnya. Di samping itu membutuhkan strategi yang tepat untuk mewujudkan visi dan peran dari penyelenggara. Kedua, dalam tulisan ini, yang menjadi penyelenggara pembangunan karakter adalah komunitas iman atau gereja. Gereja merupakan bagian integral dalam masyarakat, sehingga tidak dapat terpisahkan dari perannya untuk mendidik para generasi muda menjadi generasi yang berkualitas dengan spiritual dan karakter baik yang kuat tertanam dalam diri. Oleh karena itu, gereja harus mengambil bagian dalam membangun karakter bagi para taruna dan pemuda sebagai generasi penerus gereja dan bangsa. Sebagai gereja maka nilai karakter yang diajarkan adalah menggunakan nilai-nilai Kristen yang bersumber dari narasi-narasi Kristus yang juga ditulis dalam Alkitab. Melalui tindakan tersebut memperlihatkan bahwa gereja ikut bekerjasama dengan pilar-pilar pendidikan lainnya dalam perbaikan dan peningkatan kualitas hidup para generasi muda. Hal ini penting sebab, meningkatnya persoalan sosial yang terjadi pada bangsa ini, yaitu meningkatnya tindakan-tindakan amoral yang banyak dilakukan oleh kaum muda. Dengan demikian, melalui pembangunan yang 135
2 dilakukan oleh gereja terhadap karakter Kristen bagi para taruna dan pemuda adalah bentuk nyata dari gereja untuk mengambil bagian dalam pembebasan generasi muda dari hal-hal yang negatif. Ketiga, dari hasil analisa ditemukan bahwa peran yang selama ini dijalankan oleh gereja yaitu: a) sebagai pelaksana asas presbiterial sinodal dengan melibatkan seluruh unsur jemaat serta presbiter sebagai penetap melalui persidangan yang musyawarah, b) memfasilitasi persekutuan maupun kegiatan-kegiatan lainnya, c) sebagai pencerita narasi Kristus kepada jemaat, khususnya para taruna dan pemuda, serta d) sebagai pendukung dan yang mengkonfirmasi penggunaan Sabda Bina Taruna dan Sabda Bina Pemuda. Peran gereja masih sangat minim dalam hal pembangunan karakter taruna dan pemuda sebab, gereja belum menjalankan peran khusus dalam membangun karakter Kristen. Peran yang dimaksud ialah menjadi komunitas teladan dengan cara gereja menjadi komunitas karakter Kristen. Penyebab gereja belum menjalankan perannya sebagai komunitas teladan adalah kurangnya keteladanan yang baik yang ditunjukan oleh gereja, khususnya dari kelompok kepemimpinan serta para orang-orang yang lebih tua. Hal ini tentunya berdampak pada diri para taruna dan pemuda. Dampak secara nyata yang ditunjukan ialah masih nampaknya tindakan-tindakan buruk yang dilakukan oleh sebagian taruna dan pemuda. Peran sebagai komunitas teladan dengan cara menjadi komunitas karakter Kristen ditambah dengan peran sebagai pencerita narasi Kristus, menurut Hauerwas adalah peran utama gereja sebagai komunitas agama Kristen dalam membangun karakter Kristen. Keempat, melalui studi ini juga ditemukan hasil bahwa selama ini gereja tidak memiliki strategi khusus yang digunakan untuk pembangunan karakter bagi para taruna dan pemuda. Yang mana strategi khusus tersebut dikondisikan dengan keadaan jemaat, khususnya pada taruna dan pemuda Jemaat Bukit Sion. Hasil tersebut muncul dengan melihat realita bahwa gereja selama ini hanya menggunakan pemberian doktrin dan ajaran Kristen melalui khotbah, pembinaan, serta penggunaan Sabda Bina Taruna dan Sabda Bina Pemuda sebagai 136
3 sarana dalam mendidik para taruna dan pemuda. Strategi yang demikian masih-lah kurang dalam memperoleh taruna dan pemuda yang berkualitas dalam hal karakter. Gereja seharusnya mengadopsi strategi yang terdapat dalam teori enam model pendekatan pembangunan karakter melalui pendidikan. Adapun keenam model pendekatan yang berfungsi sebagai strategi tersebut yaitu pembiasaan, keteladanan, pembinaan disiplin, CTL (Contextual Teaching and Learning), dan pembelajaran. Selain itu juga, gereja dapat memahami dan melakukan sebelas strategi yang diadopsi dari teori yang diusung oleh Lickona, antara lain: mendorong kesadaran gereja atas karakter, bertekad untuk menjadi komunitas yang karakter, gereja mengenali karakter yang baik dan memberi penghargaan, mengenali kebajikan kebajikan yang ditargetkan, menjalin kemitraan antara gereja dengan keluarga, memperkuat keluarga, menciptakan suatu kelompok kepemimpinan, gereja memberikan pelatihan kepemimpinan, gereja memberi peran kepemimpinan pada taruna dan pemuda, memberi kesempatan bagi setiap anggota jemaat untuk memberi masukan, memadukan karakter ke dalam semua program gereja. Dalam realita, gereja telah melakukan beberapa hal, diantara kesebelas strategi tersebut, namun gereja kurang memahami bahwa tindakan-tindakan yang selama ini dilakukan termasuk dalam strategi pembangunan karakter. Oleh karena itu, tindakan-tindakan yang pada dasarnya adalah strategi, seakan kurang memiliki signifikansi. Tindakan-tindakan tersebut dianggap hanya sebagai tindakan yang umum dilakukan oleh gereja-gereja. Kelima, jika hasil penelitian ditinjau dari teori pembangunan karakter Kristen yang digunakan maka ditemukan beberapa kekurangan dan kelebihan dari jemaat ini. Kekurangan dan kelebihan tersebut antara lain: A. Kekurangan: 1. Gereja kurang memberikan teladan yang baik. Hal ini berdampak pada ketidakmampuan gereja menjadi komunitas teladan. Padahal, gereja seharusnya meneladani Yesus, dan keteladanan tersebut diwujud-nyatakan dalam tindakan yang benar. 137
4 Dengan demikian, orang lain akan mampu meneladani gereja, dan pada akhirnya gereja menjadi komunitas teladan. 2. Gereja hanya sebatas mengetahui, namun kurang memahami tentang karakter dan pembangunan karakter. Hal ini menjadi salah satu penyebab gereja tidak memiliki strategi khusus untuk membangun karakter. Melihat keadaan jemaat, seharusnya gereja dapat bertindak konkret, seperti: Melakukan berbagai seminar dan pelatihan sebagai tindak lanjutnya, yang berkaitan dengan pembangunan karakter. 3. Strategi dan metode, baik yang digunakan dalam menyampaikan materi Sabda Bina Taruna dan Sabda Bina Pemuda maupun dalam mendidik masih bersifat monoton, kurang kreatif dan inovatif. 4. Masih adanya beberapa pelayan dan pengajar yang tidak lagi mampu dalam menghasilkan ide-ide yang kreatif. Hal ini dapat menjadi salah satu penyebab kurangnya kreatif dan inovatif dalam strategi dan metode yang digunakan dalam menyampaikan Sabda Bina Taruna dan Sabda Bina Pemuda. 5. Kurikulum khusus yang digunakan untuk mendidik para taruna dan pemuda (dalam Sabda Bina Taruna dan Sabda Bina Pemuda) terkadang tidak sesuai dengan tingkat perkembangan, khususnya para taruna. Selain itu, juga tidak sesuai dengan teori kurikulum (kesesuaian antara komponen yang ada). 6. Tidak tersedianya alat atau dasar yang digunakan untuk menilai keefektivan strategi maupun metode dan menilai keberhasilan dari pembangunan karakter yang dilakukan oleh gereja. 7. Kemitraan yang terjalin selama ini pada dasarnya bukan secara khusus dalam kaitannya untuk membangun karakter. Kemitraan tersebut adalah keharusan bagi gereja sebagai tindakanya nyata yang menunjukan keesistensian gereja di dunia, terlebih khusus di masyarakat. 138
5 8. Kurangnya fasilitas yang dapat membantu dalam membangun karakter, seperti: lapangan olahraga, alat pemutar video dan film. B. Kelebihan: 1. Gereja sadar akan pentingnya pembangunan karakter bagi para taruna dan pemuda. Oleh karena itu, gereja melaksanakan beberapa kegaiatan positif untuk para taruna dan pemuda, seperti olahraga, latihan musik, paduan suara. 2. Gereja memiliki kurikulum khusus yang digunakan untuk mendidik para taruna dan pemuda. Kurikulum yang dimaksud ialah Sabda Bina Taruna dan Sabda Bina Pemuda. 3. Memiliki program kerja dan anggaran yang tertuang dalam suatu buku per tahunnya.. 4. Telah terjalin kemitraan yang baik antara gereja dengan keluarga. Tidak hanya itu, kemitraan juga terjalin dengan satuan pendidikan formal, bidang kesehatan, dan beberapa ormas yang ada. V.2 Saran Setelah menemukan hasil penelitian serta menganalisanya maka dalam tulisan ini disertakan beberapa saran praktis yang dapat diimplementasikan oleh gereja dalam hal ini para pendeta dan majelis, para pelayan dan pengajar, dan keluarga. Beberapa saran tersebut yaitu: A. Para Pendeta dan Majelis: 1. Para Pendeta dan Majelis bekerjasama dengan para pelayan, pengajar, dan keluarga bersama-sama harus memberikan teladan yang baik bagi jemaatnya, khususnya para taruna dan pemuda. Dengan mampu memberikan teladan yang baik maka gereja akan mampu melaksanakan perannya yang selama ini belum dapat dilaksanakan yaitu sebagai komunitas teladan. 2. Gereja harus berani menyampaikan dengan tegas, lantang serta terus menerus tentang nilai-nilai karakter yang ditargetkan. Penyampaian nilai-nilai tersebut harus 139
6 diintegrasikan dalam seluruh kegiatan. Dalam contoh yang sederhana gereja berani dengan tegas, lantang serta terus menerus, namun dengan sopan dan penuh kasih memperingatkan mereka yang merokok di lingkungan gereja, menegur mereka yang meninggalkan tempat duduk saat doa syafaat, serta mereka yang berkumpul hingga larut malam di lingkungan gereja. 3. Gereja harus memiliki cara alternatif ketika poin di atas tidak dipedulikan oleh seluruh unsur dalam gereja. Cara yang dimaksud ialah dengan membuat peraturan tertulis yang dirancang bersama dalam program kerja tiap tahun. Peraturan tersebut kemudian dipublikasikan, baik melalui media audio (melalui khotbah maupun sosialisasi) dan visual (dengan menempatkan tanda no smoking di area gereja maupun menempatkan aturan-aturan lain dalam bentuk karikatur ataupun yang lainnya). 4. Mengimplementasikan secara nyata keenam model pendekatan yang berfungsi sebagai strategi, yaitu pembiasaan, keteladanan, pembinaan disiplin, CTL (Contextual Teaching and Learning), dan pembelajaran. Selain itu juga memahami dan menerapkan kesebelas strategi yang diadopsi dari teori Lickona. 5. Gereja harus membentuk tim khusus pembangunan karakter. Dalam tim tersebut terdiri dari pendeta, majelis, dan jemaat yang memiliki motivasi dalam menghasilkan generasi penerus yang berkarakter Kristen. Kandidat yang masuk dalam tim ini ialah memiliki kompetensi dalam bidang kehidupan yang berbeda-beda (misal, pendidikan, agama, sosial, budaya, ekonomi, politik, kesehatan), memahami pendidikan karakter, serta mampu mengikuti perkembangan dalam kehidupan sekuler. 6. Gereja harus mememulai membuat kriteria terhadap mereka yang berkeinginan untuk menjadi pelayan atau pengajar. Selanjutnya, gereja harus berani memilih pelayan dan pengajar yang seseuai dengan kriteria yang telah disepakati bersama dalam persidangan majelis. Contoh, usia minimal 20 tahun dan maksimal 40 tahun, telah dibabptis dan disidi. 140
7 7. Gereja bekerjasama dengan para pelayan, pengurus, orang tua, serta kemitraan lainnya dalam melaksanakan tindakan atau strategi khusus sebagai wujud nyata dari strategi untuk membangun karakter para taruna dan pemuda. Misal, mengadakan seminar dan pelatihan untuk menggunakan komputer atau laptop serta mengakses internet. Dari seminar dan pelatihan ini maka gereja tidak hanya bekerjasama dengan pelayan, pengurus, orang tua, namun juga dengan ahli Tekhnologi Informatika (TI). 8. Dalam rangka membangun karakter bagi para taruna dan pemuda, gereja dapat menerapkan strategi dan metode berikut ini: a) melaksanakan seminar penggunaan Tekhnologi Informatika (TI) dan pelatihan mengakses internet melalui media tekhnologi. Seminar dan pelatihan ini bekerjasama dengan seluruh unsur dalam gereja serta mendatangkan ahli Tekhnologi Informatika (TI) sebagai narasumber. b) Mengadakan seminar tentang pembangunan karakter serta dilanjutkan dengan pelatihan membangun karakter yang kreatif. Serupa dengan seminar dan pelatihan pada poin pertama, pada seminar dan pelatihan ini gereja harus bekerjasama dengan ahli pendidikan, khususnya pembangunan karakter; pakar psikologi; pihak kepolisian, dan tim medis. Hal ini dimaksudkan agar jemaat dapat mengetahui dengan benar tentang pembangunan karakter. c) Melaksanakan seminar dan pelatihan bagi para taruna dan pemuda yang berkaitan dengan mendorong keberanian mereka dalam mengambil peran serta tanggungjawab yang lebih sesuai dengan kemampuan mereka. d) Menempatkan di lingkungan gereja baik itu karikatur, logo, semboyan, simbol, tulisan, aturan, maupun memutar video atau film pendek yang terkait dengan pembangunan karakter. Hal ini bertujuan agar tidak hanya para taruna dan pemuda, namun seluruh unsur dalam gereja dapat mengetahui, mengingat, dan sadar untuk selalu melakukan dan terbiasa dalam bertindak sesuai dengan nilai-nilai karakter Kristen. Strategi dan metode ini sebagai praksis atas keadaan buruk yang terjadi pada 141
8 kaum muda serta kekurangan berkaitan dengan pembangunan karakter, yang ditemukan dalam GPIB Jemaat Bukit Sion. 9. Harus menyediakan beberapa fasilitas penting yang digunakan untuk pembangunan karakter, seperti lapangan olahraga, alat pemutar video atau film pendek, dan lainnya. 10. Merumuskan dan menyepakati bersama tentang alat atau dasar penilaian untuk menilai keberhasilan pembangunan karakter. B. Para Pelayan, Pengajar, dan Pengurus PT dan GP: 1. Mengupayakan strategi dan metode yang kreatif, yang tidak hanya terpaku pada strategi yang terdapat dalam Sabda Bina Taruna maupun yang digunakan dalam penyampaian Sabda Bina Pemuda. Para pelayan dan pengurus harus mengembangkan wawasan mereka dengan mencarinya di buku atau di internet. 2. Berkaitan dengan kebingungan para pelayan taruna dalam hal strategi maupun metode yang sesuai dengan tingkat perkembangan para taruna, para pelayan dapat menerapkan beberapa metode dan strategi berikut ini: a) memberikan ice breaker (pemanasan atau pemecah suasana). Metode ini dapat merangsang pikiran sebab, metode ini dilakukan dengan cara mengajukan pertanyaan atau meminta para taruna melakukan tindakan tertentu (permainan). Contohnya, melakukan gerak dan nyanyi. b) Brain Storming adalah tekhnik yang digunakan untuk meningkatkan ide atau gagasan para taruna. Contoh, meminta para taruna menyebutkan 10 cara untuk tidak terjerumus dalam narkoba. c) Mewajibkan para taruna untuk melakukan sesuatu secara langsung, seperti mengumpulkan uang pribadi (menabung) dan bersama para pelayan membelikan barang-barang yang dapat digunakan. Selanjutnya, bersama-sama menyalurkan barang-barang tersebu pada pihak yang membutuhkan. Dengan metode ini, para taruna dapat langsung terlibat dalam melakukan nilai-nilai karakter Kristen. d) Human Modeling yaitu mendemonstrasikan, memeragakan, ataupun mengkomunikasikan 142
9 tindakan-tindakan yang dilakukan oleh figur-figur yang mereka sukai, kagumi, hormati. Model dapat diperankan oleh orang tua, pelayan, pendeta, majelis, maupun orang-orang tertentu yang dapat memerankan dengan sesuai akan figur-figur yang dipilih. 3. Bagi pengurus GP harus menyelidiki akar yang menyebabkan turunnya tingkat keaktifan anggota. Hal ini dapat dilakukan dengan cara berdiskusi secara langsung dengan anggota-anggota yang tidak aktif lagi. Selain itu juga, pengurus dapat melakukan konsultasi kepada para tua-tua gereja, yang mampu memberikan informasi tentang penyebab turunnya tingkat keaktifan serta mengetahui cara untuk mengatasinya. 4. Mempersiapkan dengan benar seluruh komponen kurikulum, khususnya yang terdapat dalam Sabda Bina Taruna. Sehingga, ketika menyampaikan materi, antara komponen satu dengan lainnya memiliki keterkaitan, juga keterkaitan dengan tingkat perkembangan para taruna. C. Keluarga: 1. Menjalin, terus memperkuat kemitraan dengan gereja, serta mendukung bahkan membantu memfasilitasi kegiatan yang dilaksanakan oleh gereja. Keluarga dapat melaksanakannya dengan terlibat aktif baik sebagai pelaksana maupun peserta dalam kegiatan-kegiatan gereja. 2. Tetap terus menjalankan perannya sebagai pembentuk karakter yang utama bagi anakanak di dalam keluarga. Hal ini harus dilakukan oleh keluarga dengan memberikan teladan yang baik dan melibatkan anak-anak untuk langsung melakukan tindakantindakan yang sesuai dengan karakter Kristen. Tindakan-tindakan tersebut harus dilakukan berulang-ulang secara terus menerus, sehingga menjadi suatu pola yaitu kebiasaan bertindak baik. 143
BAB IV TINJAUAN TERHADAP PERAN DAN STRATEGI GEREJA DALAM PEMBANGUNAN KARAKTER TARUNA-PEMUDA DI GPIB JEMAAT BUKIT SION BALIKPAPAN
BAB IV TINJAUAN TERHADAP PERAN DAN STRATEGI GEREJA DALAM PEMBANGUNAN KARAKTER TARUNA-PEMUDA DI GPIB JEMAAT BUKIT SION BALIKPAPAN Untuk menjawab pertanyaan apa peran maupun strategi yang digunakan GPIB
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Setiap bangsa pada dasarnya memiliki tujuannya masing-masing. Dengan tujuan maka
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah Setiap bangsa pada dasarnya memiliki tujuannya masing-masing. Dengan tujuan maka suatu bangsa akan mengarahkan dan memusatkan seluruh kegiatan yang dimiliki
Lebih terperinciOrdinary Love. Timothy Athanasios
Ordinary Love Timothy Athanasios Bab I Gereja dan Pelayanan Konsep menciptakan berhala, hanya rasa ingin tahu yang bisa memahami. (Gregory Nyssa) Jika Kerajaan Allah hendak direalisasikan dalam rupa dua
Lebih terperinciUKDW BAB I PENDAHULUAN 1.1 PERMASALAHAN Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 PERMASALAHAN 1.1.1 Latar Belakang Masalah Gereja Masehi Injili di Timor (GMIT) adalah Gereja mandiri bagian dari Gereja Protestan Indonesia (GPI) sekaligus anggota Persekutuan Gereja-Gereja
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bertemunya masyarakat yang beragama, yang disebut juga sebagai jemaat Allah. 1
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Persekutuan di dalam Yesus Kristus dipahami berada di tengah-tengah dunia untuk dapat memberikan kekuatan sendiri kepada orang-orang percaya untuk dapat lebih kuat
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. pembentukan karakter anak. Sangatlah penting sebagai seorang guru untuk. mendidik dan membimbing anak untuk mengembangkannya sehingga
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan anak usia dini (PAUD) sebagai suatu bentuk wahana pendidikan yang fundamental dalam proses pertumbuhan dan perkembangan serta pembentukan karakter
Lebih terperinciANGGARAN DASAR PERSEKUTUAN PEMUDA KRISTIYASA GKPB BAB I NAMA, WAKTU DAN KEDUDUKAN
ANGGARAN DASAR PERSEKUTUAN PEMUDA KRISTIYASA GKPB PEMBUKAAN Sesungguhnya Allah didalam Yesus Kristus adalah Tuhan dan Juruselamat dunia. Ia adalah sumber kasih, kebenaran, dan hidup, yang dengan kuat kuasa
Lebih terperinciBAB V PENUTUP. Setelah penulis mengkaji nilai keadilan yang diterapkan dalam kehidupan
BAB V PENUTUP Setelah penulis mengkaji nilai keadilan yang diterapkan dalam kehidupan keluarga di Jemaat GPIB Immanuel Semarang, maka penulis membuat suatu kesimpulan berdasarkan pembahasan-pembahasan
Lebih terperinciANGGARAN RUMAH TANGGA
ANGGARAN RUMAH TANGGA PERSEKUTUAN PEMUDA KRISTIYASA GKPB BAB I ORGANISASI PASAL 1 Wilayah Pelayanan Wilayah pelyanan yang dimaksud adalah wilayah pelayanan PP. Kristiyasa yang tidak harus sama dengan pembagian
Lebih terperinciBAB V PENUTUP. 5.1 Kesimpulan. Gereja merupakan sebuah wadah yang seharusnya aktif untuk dapat
BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Gereja merupakan sebuah wadah yang seharusnya aktif untuk dapat menjangkau seluruh jemaatnya agar dapat merasakan kehadiran Allah ditengahtengah kehidupannya. Dengan itu maka,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dengan adanya fitrah yang suci. Sebagaimana pendapat Chotib (2000: 9.2) bahwa
26 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan Masa kanak-kanak merupakan masa yang paling penting dalam perkembangan manusia. Pada fase inilah seorang pendidik dapat menanamkan prinsip-prinsip yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dibandingkan dengan kata pengajaran atau teaching. Pembelajaran merupakan
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kata pembelajaran sengaja dipakai sebagai kesamaan kata dari bahasa Inggris Instruction. Kata instruction mempunyai pengertian yang lebih luas dibandingkan dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah sarana untuk mencerdaskan kehidupan bangsa. Peningkatkan kualitas pendidikan harus selalu diusahakan dari waktu ke waktu baik dari segi sarana
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. hal.1. 1 Dalam artikel yang ditulis oleh Pdt. Yahya Wijaya, PhD yang berjudul Musik Gereja dan Budaya Populer,
BAB I PENDAHULUAN I. PERMASALAHAN I.1. Masalah Ibadah adalah salah bentuk kehidupan bergereja yang tidak terlepas dari nyanyian gerejawi. Nyanyian di dalam sebuah ibadah mempunyai beberapa fungsi yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. I. Latar Belakang Permasalahan
1 BAB I PENDAHULUAN I. Latar Belakang Permasalahan Dalam lingkup pendidikan di sekolah, istilah Pendidikan Agama Kristen (PAK) sudah sangat lazim digunakan. PAK adalah usaha menumbuhkembangkan kemampuan
Lebih terperinciXII. Diunduh dari. Bab. Keluarga Kristen Menjadi Berkat Bagi Lingkungan
Bab XII A. Pengantar Bernyani Kucinta Keluarga Tuhan Kucinta k luarga Tuhan, terjalin mesra sekali semua saling mengasihi betapa s nang kumenjadi k luarganya Tuhan Keluarga Kristen Menjadi Berkat Bagi
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI PEMUDA DAN OLAHRAGA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 0059 TAHUN 2013 TENTANG PENGEMBANGAN KEPEMIMPINAN PEMUDA
PERATURAN MENTERI PEMUDA DAN OLAHRAGA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 0059 TAHUN 2013 TENTANG PENGEMBANGAN KEPEMIMPINAN PEMUDA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PEMUDA DAN OLAHRAGA REPUBLIK INDONESIA,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. gereja, tetapi di sisi lain juga bisa membawa pembaharuan ketika gereja mampu hidup dalam
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Gereja tidak bisa lepas dari proses perubahan yang terjadi dalam masyarakat seperti modernisasi dan sekularisasi. Perubahan akan menimbulkan permasalahan dan
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil penelitian mengenai Implementasi Pendidikan Politik
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian mengenai Implementasi Pendidikan Politik Melalui Pembelajaran PKn Dalam Mengembangkan Kompetensi (Studi Kasus di SMA Negeri 2 Subang)
Lebih terperinciBab 4. Tinjauan Kritis Ibadah, Nyanyian dan Musik Gereja di GKMI Pecangaan
Bab 4 Tinjauan Kritis Ibadah, Nyanyian dan Musik Gereja di GKMI Pecangaan 4.1. Pendahuluan Pada bab ini penulis akan menyampaikan hasil tinjauan kritis atas penelitian yang dilakukan di GKMI Pecangaan
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Berdasarkan semua kajian dalam bab-bab yang telah dipaparkan di atas, pada bab ini akan dikemukakan beberapa kesimpulan dan rekomendasi. Rekomendasi ini terutama bagi gereja
Lebih terperinciBAB III LAPORAN PELAKSANAAN TUGAS AKHIR MUSIK GEREJA
BAB III LAPORAN PELAKSANAAN TUGAS AKHIR MUSIK GEREJA A. Persiapan Dalam mempersiapkan TAMG ini, langkah pertama yang dilakukan oleh penulis adalah dengan mengamati keadaan Gerakan Pemuda (GP) GPIB Tamansari
Lebih terperinciBAB IV ANALISA. sinodal) dan siding majelis jemaat (lingkup jemaat). 2. Hubungan yang dinamis antara majelis sinode dan majelis jemaat.
BAB IV ANALISA GPIB adalah sebuah gereja yang berasaskan dengan sistem presbiterial sinodal. Cara penatalayanan dengan sistem presbiterial sinodal selalu menekankan: 1. Penetapan kebijakan oleh presbiter
Lebih terperinciBAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. 2.1 Sejarah Singkat GPIB Jemaat Bethesda Sidoarjo
BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1 Sejarah Singkat GPIB Jemaat Bethesda Sidoarjo Sekitar tahun 1963 setelah keluarga dalam jemaat menjadi ± 10 keluarga, maka dipilihlah anggota Majelis jemaat, lalu dimintakan
Lebih terperinciBAB V PENUTUP KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN
94 BAB V PENUTUP KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN Pada bab ini akan dikemukakan kesimpulan hasil penelitian, implikasi serta saran-saran yang berhubungan dengan penelitian lanjutan, maupun upaya memanfaatkan
Lebih terperinciPEDOMAN PEMBELAJARAN. C. Prinsip Prinsip yang digunakan dalam proses pembelajaran anak usia dini sebagai berikut.
SALINAN LAMPIRAN IV PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 146 TAHUN 2014 TENTANG KURIKULUM 2013 PENDIDIKAN ANAK USIA DINI PEDOMAN PEMBELAJARAN I. PENDAHULUAN Pendekatan pembelajaran
Lebih terperinciMENJADI PEMIMPIN SEL Sesi 1: DASAR ALKITAB
MENJADI PEMIMPIN SEL Sesi 1: DASAR ALKITAB PENDAHULUAN Pelajaran ini adalah tentang dasar Alkitab dari kelompok sel. Anda akan mendengar banyak ayat-ayat Firman Tuhan selama kita mempelajari pelajaran
Lebih terperinciUKDW BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Katekisasi merupakan salah satu bentuk pelayanan pendidikan kristiani yang dilakukan oleh gereja. Istilah katekisasi berasal dari kerja bahasa Yunani: katekhein yang
Lebih terperinciK. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR ILMU PENGETAHUAN SOSIAL SDLB AUTIS
- 1783 - K. KOMPETENSI INTI DAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL SDLB AUTIS KELAS: IV Tujuan kurikulum mencakup empat kompetensi, yaitu (1) sikap spiritual, (2) sikap sosial, (3) pengetahuan, dan (4) keterampilan.
Lebih terperinciDWI KUSTIANTI A FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
MINAT MENJADI GURU DITINJAU DARI PERSEPSI SISWA TENTANG KARAKTERISTIK GURU DAN PRESTASI BELAJAR PADA SISWA KELAS XI IPS SMA ISLAM SUDIRMAN AMBARAWA (TAHUN AJARAN 2009/2010) SKRIPSI Disusun oleh: DWI KUSTIANTI
Lebih terperinciPENGARUH PEMBINAAN ROHANI TERHADAP KEAKTIFAN KAUM MUDA DALAM PELAYANAN DI GEREJA KRISTEN HOLISTIK JEMAAT SERENITY MAKASSAR SKRIPSI
PENGARUH PEMBINAAN ROHANI TERHADAP KEAKTIFAN KAUM MUDA DALAM PELAYANAN DI GEREJA KRISTEN HOLISTIK JEMAAT SERENITY MAKASSAR SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat-syarat dalam Menyelesaikan Stratum
Lebih terperinciANGGARAN RUMAH TANGGA BADAN EKSEKUTIF MAHASISWA POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SURABAYA TAHUN 2017
ANGGARAN RUMAH TANGGA BADAN EKSEKUTIF MAHASISWA POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES TAHUN 2017 BAB I VISI DAN MISI PASAL 1 VISI BERSATU, BERSINERGI, MEMBANGUN PASAL 2 MISI 1. MENINGKATKAN PERAN AKTIF SERTA KESOLIDAN
Lebih terperinciBAB IV ANALISA DAN REFLEKSI TEOLOGI
BAB IV ANALISA DAN REFLEKSI TEOLOGI Dalam bab ini berisi tentang analisa penulis terhadap hasil penelitian pada bab III dengan dibantu oleh teori-teori yang ada pada bab II. Analisa yang dilakukan akan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Permasalahan. A.1. Latar Belakang Masalah
9 BAB I PENDAHULUAN A. Permasalahan A.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan hal penting dalam kehidupan manusia untuk memperoleh bekal pengetahuan dalam menjalani hidup ini. Salah satu pendidikan
Lebih terperinciBAB V PENUTUP. Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa:
BAB V PENUTUP Pada bagian ini penulisan akan dibagi menjadi dua bagian yaitu kesimpulan dan saran. 5.1.KESIMPULAN Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa: 1. Gereja adalah persekutuan orang percaya
Lebih terperinciPENDEKATAN PEMBELAJARAN IPS DI SMP (Oleh: Dra. Neti Budiwati, M.Si.)
PENDEKATAN PEMBELAJARAN IPS DI SMP (Oleh: Dra. Neti Budiwati, M.Si.) 1. PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL DALAM PENDIDIKAN IPS DI SMP 1.1. Latar Belakang Pembelajaran Kontekstual Ada kecenderungan dewasa ini utnuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan usaha nyata dan terencana untuk mewujudkan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan usaha nyata dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. semua aspek perkembangan anak, meliputi perkembangan kognitif, bahasa,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan anak usia dini ( PAUD ) adalah jenjang pendidikan sebelum jenjang sekolah dasar yang merupakan suatu upaya pembinaan yang ditujukan bagi anak sejak
Lebih terperinciTelah melayani sebagai guru KAKR selama 2 tahun. untuk mempraktekkannya. Tidak ada pembagian kelas dalam KAKR
Lampiran Field Notes GBKP Lau Buluh 1. Nama : DRN Jabatan Waktu Tempat : Guru KAKR : 12 Agustus 2012, 12.00 13.00 WIB : Gedung Gereja GBKP Lau Buluh Telah melayani sebagai guru KAKR selama 2 tahun. Memiliki
Lebih terperinciBAB IV. Pandangan jemaat GPIB Bukit Harapan Surabaya tentang diakonia
BAB IV Pandangan jemaat GPIB Bukit Harapan Surabaya tentang diakonia 4.1. Diakonia sebagai perwujudan Hukum Kasih Gereja dapat dikatakan sebagai gereja apabila dia sudah dapat menjalankan fungsinya, yaitu
Lebih terperinciBAB IV TINJAUAN TERHADAP PERUBAHAN MINAT MELAYANI DARI PERSPEKTIF PERUBAHAN SOSIAL
BAB IV TINJAUAN TERHADAP PERUBAHAN MINAT MELAYANI DARI PERSPEKTIF PERUBAHAN SOSIAL Berdasarkan hasil penelitian yang tertuang dalam bab III, peneliti ingin memberi paparan analisis terhadap perubahan minat
Lebih terperinciBAB IV TINJAUAN KRITIS DARI PERSPEKTIF TEORI MODEL PENGASUHAN UNTUK PEMBANGUNAN KARAKTER TERHADAP MODEL- MODEL PENGASUHAN OLEH
BAB IV TINJAUAN KRITIS DARI PERSPEKTIF TEORI MODEL PENGASUHAN UNTUK PEMBANGUNAN KARAKTER TERHADAP MODEL- MODEL PENGASUHAN OLEH KELUARGA-KELUARGA KRISTEN DI JEMAAT GMIT SONTETUS BONE Dalam bab ini penulis
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Secara Umum, Pendidikan seni yang dilaksanakan di SMK Negeri 10
147 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. KESIMPULAN Secara Umum, Pendidikan seni yang dilaksanakan di SMK Negeri 10 Bandung dengan berpacu kepada nilai-nilai budaya dan tradisi merupakan salah satu upaya dalam
Lebih terperinciBAB V PENUTUP. beberapa saran berdasarkan hasil penelitian lapangan dan analisanya.
BAB V PENUTUP Dalam bab ini penulis mencoba menarik beberapa kesimpulan dan mengusulkan beberapa saran berdasarkan hasil penelitian lapangan dan analisanya. A. Kesimpulan. Beberapa kesimpulan yang dapat
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. secara umum dapat disimpulkan bahwa pengembangan berfikir kritis melalui
160 BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang dilakukan oleh peneliti, secara umum dapat disimpulkan bahwa pengembangan berfikir kritis melalui media
Lebih terperinciBAB V PENUTUP. diberikan saran penulis berupa usulan dan saran bagi GMIT serta pendeta weekend.
BAB V PENUTUP Setelah melalui tahap pembahasan dan analisis, maka selanjutnya pada bab ini akan dipaparkan mengenai kesimpulan yang dapat diambil berdasarkan analisis dan pembahasan yang telah dilakukan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. adalah generasi penerus yang menentukan nasib bangsa di masa depan.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia sesungguhnya memiliki modal besar untuk menjadi sebuah bangsa yang maju, adil, makmur, berdaulat, dan bermartabat. Hal itu didukung oleh sejumlah fakta
Lebih terperinciMenjadi Anggota Masyarakat Gereja
Menjadi Anggota Masyarakat Gereja Chee Kim adalah seorang anak yatim piatu. Meskipun ia baru berusia enam tahun, ia hidup sebagai gelandangan di kota Hong Kong. Ia tidak mempunyai keluarga. Pada suatu
Lebih terperinciBAB 2 DATA DAN ANALISA
2 BAB 2 DATA DAN ANALISA Produk utama yang akan dibuat berbentuk sebuah game interaktif untuk anak anak. Game tersebut mengajarkan sekaligus mendidik anak anak mulai dari usia 7-9 tahun mengenai sebagian
Lebih terperinciOleh Pdt. Daniel Ronda. Latar Belakang Pergumulan Pendidik
Oleh Pdt Daniel Ronda Latar Belakang Pergumulan Pendidik Profesi pendidik agama Kristen di sekolah negeri maupun swasta memiliki keistimewaan, karena dia sedang menolong kebutuhan anak didik dalam menemukan
Lebih terperinciBUPATI SINJAI PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN BUPATI SINJAI NOMOR 17 TAHUN 2016 TENTANG
BUPATI SINJAI PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN BUPATI SINJAI NOMOR 17 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGARAAN PROGRAM MEMBANGUN SINERGI PENDIDIKAN BERBASIS HARMONIS DI KABUPATEN SINJAI DENGAN RAHMAT TUHAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Menurut Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 Pendidikan adalah usaha
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menurut Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik
Lebih terperinciUKDW BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gereja Kristen Jawa Kutoarjo merupakan salah satu gereja dari 11 Gereja Kristen Jawa yang berada dibawah naungan Klasis Purworejo. GKJ Kutoarjo merupakan sebuah gereja
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pembentukan prilaku sosial dan penanaman dasar keilmuan. Tentu saja, kemampuan numerik maupun kemampuan-kemampuan sosio-kultural.
BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Penelitian Pendidikan pada dasarnya diperuntukkan bagi manusia dalam mencapai perkembangan maksimal sesuai dengan potensi dan eksistensinya sebagai manusia. Pendidikan
Lebih terperinciPROFESIONALISME GURU PAK DALAM PERSPEKTIF ALKITAB PERJANJIAN BARU. Yulia Citra
PROSIDING SEMINAR NASIONAL PAK II DAN CALL FOR PAPERS, Tema: Profesionalisme dan Revolusi Mental Pendidik Kristen. Ungaran, 5 Mei 2017. ISBN: 978-602-60350-4-2 PROFESIONALISME GURU PAK DALAM PERSPEKTIF
Lebih terperinciK2 KEMAMPUAN KUESIONER KARUNIA-KARUNIA ROH
K2 KEMAMPUAN KUESIONER KARUNIA-KARUNIA ROH Wagner-Modified Houts Questionnaire (WMHQ-Ed7) by C. Peter Wagner Charles E. Fuller Institute of Evangelism and Church Growth English offline version: http://bit.ly/spiritualgiftspdf
Lebih terperinciK. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR ILMU PENGETAHUAN SOSIAL SMPLB AUTIS
- 1871 - K. KOMPETENSI INTI DAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL SMPLB AUTIS KELAS: VII Tujuan kurikulum mencakup empat kompetensi, yaitu (1) sikap spiritual, (2) sikap sosial, (3) pengetahuan, dan (4) keterampilan.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Fifit Triana Dewi, 2013
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran membaca, menulis dan berhitung pada anak usia dini merupakan hal yang dianggap lebih penting dan paling utama dalam pendidikan anak usia dini oleh
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN. dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut:
BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan data dan hasil analisis yang telah dipaparkan di atas, maka dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut: 1. Terdapat pengaruh langsung
Lebih terperinciPERAN DAN STRATEGI GEREJA DALAM PEMBANGUNAN KARAKTER TARUNA DAN PEMUDA DI GPIB JEMAAT BUKIT SION BALIKPAPAN TESIS. Diajukan Kepada
PERAN DAN STRATEGI GEREJA DALAM PEMBANGUNAN KARAKTER TARUNA DAN PEMUDA DI GPIB JEMAAT BUKIT SION BALIKPAPAN TESIS Diajukan Kepada Program Pascasarjana Magister Sosiologi Agama Universitas Kristen Satya
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. bentuk karya yang bereaksi langsung secara kongkret (Hasanuddin, 2009:1).
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sebagai suatu genre sastra, drama mempunyai kekhususan dibanding genre puisi atau genre fiksi. Kesan dan kesadaran terhadap drama lebih difokuskan kepada
Lebih terperinciPROSES KADERISASI DEWAN PIMPINAN CABANG (DPC) PARTAI AMANAT NASIONAL KOTA BANDAR LAMPUNG =====================================================
Lampiran PROSES KADERISASI DEWAN PIMPINAN CABANG (DPC) PARTAI AMANAT NASIONAL KOTA BANDAR LAMPUNG ===================================================== TRANSKRIP HASIL WAWANCARA 1. Apakah arti penting
Lebih terperinciIntegrasi Sinergis dalam Kemitraan Pelayanan
Integrasi Sinergis dalam Kemitraan Pelayanan Definisi: Integrasi = Suatu keseluruhan yang terdiri dari elemen-elemen yang saling mempengaruhi secara interdependen menuju suatu tujuan yang sama. Sinergi
Lebih terperinciBAB IV. Refleksi Teologis. sekolah adalah perbedaan peranan antara laki-laki dan perempuan. Dimana sudah sangat
BAB IV Refleksi Teologis Salah satu perbedaan yang dihadapi baik didalam gereja, masyarakat, maupun didalam sekolah adalah perbedaan peranan antara laki-laki dan perempuan. Dimana sudah sangat tertanam
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN SARAN A.
135 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian mengenai Peran Pendidikan Kewarganegaraan Dalam Membangun Nasionalisme Peserta didik di SMA Negeri Abepura Kota Jayapura) yang
Lebih terperincicommit 1to user BAB 1 PENDAHULUAN
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu hal utama setiap manusia untuk menunjang kehidupan di dalam masyarakat dan kemajuan suatu bangsa. Hal ini dikarenakan manusia
Lebih terperinciPROPOSAL PROGRAM PEMBINAAN ALUMNI KRISTEN (PPAK) KUPANG KE-3
PROPOSAL PROGRAM PEMBINAAN ALUMNI KRISTEN (PPAK) KUPANG KE-3 01 Juni 12 Juli 2014 Yayasan Pembinaan dan Pelayanan Alumni Kristen (YPPAK) Perwakilan Kupang Jln. Meranti No. 9 Kupang-NTT www.yppak.org ppakkpg.wordpress.com
Lebih terperinci1. PENDAHULUAN. menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
1. PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Pendidikan adalah usaha secara sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya
Lebih terperinciBUPATI SUKOHARJO PERATURAN BUPATI SUKOHARJO NOMOR 4 TAHUN 2008 TENTANG
BUPATI SUKOHARJO PERATURAN BUPATI SUKOHARJO NOMOR 4 TAHUN 2008 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 11 TAHUN 2007 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA Menimbang Mengingat
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2011 TENTANG PENGEMBANGAN KEWIRAUSAHAAN DAN KEPELOPORAN PEMUDA, SERTA PENYEDIAAN PRASARANA DAN SARANA KEPEMUDAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. lingkungannya masing-masing. Pendidikan di Indonesia di mulai dari pendidikan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan bagi manusia sangat penting, hampir di setiap negara telah mewajibkan para warganya untuk mengikuti kegiatan pendidikan melalui berbagai ragam teknis
Lebih terperinciPEMERINTAHAN KABUPATEN BINTAN
PEMERINTAHAN KABUPATEN BINTAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BINTAN NOMOR 4 TAHUN 2008 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BINTAN, Menimbang:
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Komisi Remaja adalah badan pelayanan bagi jemaat remaja berusia tahun. Komisi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Salah satu gereja yang sudah berdiri sejak tahun 1950 di Indonesia adalah Gereja Kristen Indonesia atau yang biasa disebut GKI. GKI adalah sekelompok gereja
Lebih terperinciEvaluasi Kuesioner Pembangunan Jemaat GKI Blimbing
Evaluasi Kuesioner Pembangunan Jemaat GKI Blimbing Rangkuman: a. Catatan Umum: - Survei dilakukan setelah ibadah hari Minggu, 24 juli 2016, meskipun ada beberapa yang mengisi survey saat PD Lingkungan.
Lebih terperinciBAB V PENUTUP 1.1 Kesimpulan
BAB V PENUTUP Setelah melalui tahap pembahasan dan analisis, maka selanjutnya pada bab ini akan dipaparkan mengenai kesimpulan yang dapat diambil berdasarkan analisis dan pembahasan yang telah dilakukan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Keterampilan berbahasa terdiri atas empat komponen penting yaitu keterampilan
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Keterampilan berbahasa terdiri atas empat komponen penting yaitu keterampilan menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Keempat keterampilan tersebut saling melengkapi
Lebih terperinciBAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI
92 BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Simpulan Setelah penulis menyampaikan pemaparan hasil penelitian dan pembahasan hasil penelitian, maka skripsi yang penulis beri judul Pemahaman Nilai-nilai Multikultural
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Masa usia dini merupakan periode emas (golden age) bagi perkembangan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masa usia dini merupakan periode emas (golden age) bagi perkembangan anak untuk memperoleh proses pendidikan. Periode ini adalah tahun-tahun berharga bagi seorang anak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Bandung, 1999, hlm 30
1 BAB I PENDAHULUAN A. Pendahuluan A.1. Latar belakang permasalahan Harus diakui bahwa salah satu faktor penting di dalam kehidupan masyarakat termasuk kehidupan bergereja adalah masalah kepemimpinan.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pendidikan anak usia dini merupakan penjabaran dari sebuah pendidikan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pendidikan anak usia dini merupakan penjabaran dari sebuah pendidikan yang bermula dari seluruh negara di dunia yang dalam bahasa Inggrisnya disebut dengan early childhood
Lebih terperinciBUPATI BENGKALIS ASSALAMU ALAIKUM WR. WB, SELAMAT PAGI DAN SALAM SEJAHTERA BAGI KITA SEMUA
BUPATI BENGKALIS PENGARAHAN BUPATI BENGKALIS SELEKSI CALON PESERTA BHAKTI PEMUDA ANTAR DAERAH DAN KEMAH KESATUAN PEMUDA DI KABUPATEN BENGKALIS TAHUN 2017 SELATBARU, 21 APRIL 2017 ASSALAMU ALAIKUM WR. WB,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. didik dapat mempertahankan hidupnya kearah yang lebih baik. Nasional pada Pasal 1 disebutkan bahwa :
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada era zaman sekarang, pendidikan merupakan salah satu aspek utama yang memiliki peranan penting dalam mempersiapkan sekaligus membentuk generasi muda. Di
Lebih terperinciBAB 5. Penutup. (GBKP Lau Buluh), semi kota (GBKP Pancur Batu) dan juga jemaat kota (GBKP Km 7
BAB 5 Penutup Pada bagian penutup ini akan dikemukakan mengenai kesimpulan dari penelitian dan juga saran kepada pihak-pihak yang berkaitan dengan KAKR. 5. 1 Kesimpulan Berdasarkan penelitian yang telah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Gereja adalah sebuah persekutuan orang-orang percaya, sebagai umat yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Gereja adalah sebuah persekutuan orang-orang percaya, sebagai umat yang terpanggil dan dihimpun oleh Allah Bapa, keluar dari kegelapan menuju kepada Yesus Kristus
Lebih terperinciPERBANDINGAN KTSP DAN K13 PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK DAN BUDI PEKERTI KELAS 7
PERBANDINGAN KTSP DAN K13 PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK DAN BUDI PEKERTI KELAS 7 (oleh aendydasaint.wordpress.com) KURIKULUM 2013 (Kompetensi Inti:) 1. Menghargai dan menghayati ajaran agama yang dianutnya
Lebih terperinciPeningkatan Keterampilan Menulis Cerpen dengan Strategi Copy The Master Melalui Media Audio Visual pada Siswa Kelas IX-C SMPN 2 ToliToli
Peningkatan Keterampilan Menulis Cerpen dengan Strategi Copy The Master Melalui Media Audio Visual pada Siswa Kelas IX-C SMPN 2 ToliToli Mashura SMP Negeri 2 ToliToli, Kab. ToliToli, Sulteng ABSTRAK Strategi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. GPIB, 1995 p. 154 dst 4 Tata Gereja GPIB merupakan peraturan gereja, susunan (struktur) gereja atau sistem gereja yang ditetapkan
10 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Secara umum gereja berada di tengah dunia yang sedang berkembang dan penuh dengan perubahan secara cepat setiap waktunya yang diakibatkan oleh kemajuan
Lebih terperinciRevitalisasi. Konferensi Umum, Oktober 2014, Canoas, Brazil Suster Mary Kristin Battles, SND
MERESAPI SABDA TERLIBAT DI DALAM DUNIA Revitalisasi Konferensi Umum, Oktober 2014, Canoas, Brazil Suster Mary Kristin Battles, SND Revitalisasi bagi Kongregasi Aktif Merasul berarti menggambarkan kembali
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Alpiah, 2014 Penerapan Pendekatan Kontekstual Dalam Pembelajaran Menulis Berita
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Menulis merupakan suatu keterampilan berbahasa yang digunakan dalam komunikasi secara tidak langsung, tidak secara tatap muka dengan orang lain. Dalam
Lebih terperinciBAB I. Pendahuluan UKDW
BAB I Pendahuluan A. Latar Belakang Permasalahan Belakangan ini banyak gereja mencoba menghadirkan variasi ibadah dengan maksud supaya ibadah lebih hidup. Contohnya dalam lagu pujian yang dinyanyikan dan
Lebih terperinciL. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR BAHASA INGGRIS SMPLB AUTIS
- 1877 - L. KOMPETENSI INTI DAN BAHASA INGGRIS SMPLB AUTIS KELAS: VII Tujuan kurikulum mencakup empat kompetensi, yaitu (1) sikap spiritual, (2) sikap sosial, (3) pengetahuan, dan (4) keterampilan. Kompetensi
Lebih terperinciBAB III. Deskripsi Proses Perumusan Tema-Tema Tahunan GPIB. 1. Sejarah Singkat GPIB. GPIB (Gereja Protestan di Indonesia bagian Barat) adalah bagian
BAB III Deskripsi Proses Perumusan Tema-Tema Tahunan GPIB 1. Sejarah Singkat GPIB GPIB (Gereja Protestan di Indonesia bagian Barat) adalah bagian dari GPI (Gereja Protestan Indonesia) yang dulunya bernama
Lebih terperinciH. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR BAHASA INDONESIA SMPLB TUNARUNGU
- 585 - H. KOMPETENSI INTI DAN BAHASA INDONESIA SMPLB TUNARUNGU KELAS: VII Tujuan Kurikulum mencakup empat Kompetensi, yaitu (1) sikap spiritual, (2) sikap sosial, (3) pengetahuan, dan (4) keterampilan.
Lebih terperinciPERAN PENDIDIK DAN SEKOLAH DALAM PENDIDIKAN KARAKTER ANAK. Oleh : S.Wisni Septiarti, M.Si Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta
PERAN PENDIDIK DAN SEKOLAH DALAM PENDIDIKAN KARAKTER ANAK Oleh : S.Wisni Septiarti, M.Si Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta Paper disampaikan dalam acara seminar parenting Pendidikan
Lebih terperinci9 JULI 2017 S1 = SEMBAH PUJI & DOA SYAFAAT
9 JULI 2017 S1 = SEMBAH PUJI & DOA SYAFAAT Sembah Puji (20 Menit) 2 lagu Pengagungan - 2 Lagu sesuai tema Firman Tuhan (Silahkan pilih 2 lagu berikut): 1. Bangkit s rukan nama Yesus 2. Dari utara ke selatan
Lebih terperinciH. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR BAHASA INDONESIA SMPLB TUNANETRA
- 199 - H. KOMPETENSI INTI DAN BAHASA INDONESIA SMPLB TUNANETRA KELAS: VII Tujuan Kurikulum mencakup empat kompetensi, yaitu (1) sikap spiritual, (2) sikap sosial, (3) pengetahuan, dan (4) keterampilan.
Lebih terperinciBAB IV GAMBARAN UMUM PERPUSTAKAAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH
BAB IV GAMBARAN UMUM PERPUSTAKAAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH 4.1 Sejarah Singkat dan Perkembangan Berdasarkan surat keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI No. 18165 / Kep tertanggal 23 Juli didirikan
Lebih terperinciBAB IV. 1. Makna dan Nilai wariwaa dalam adat. Pada umumnya kehidupan manusia tidak terlepas dari adat istiadat,
BAB IV ANALISIS 1. Makna dan Nilai wariwaa dalam adat Pada umumnya kehidupan manusia tidak terlepas dari adat istiadat, yang secara sadar maupun tidak telah membentuk dan melegalkan aturan-aturan yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. manusia Indonesia seutuhnya, pembangunan di bidang pendidikan. pendidikan banyak menghadapi berbagai hambatan dan tantangan.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan pada dasarnya merupakan proses untuk membantu manusia dalam mengembangkan potensi dirinya sehingga mampu menghadapi setiap perubahan yang terjadi.
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH KABUPATEN BINTAN TAHUN 2008 NOMOR 4
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BINTAN TAHUN 2008 NOMOR 4 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BINTAN NOMOR 4 TAHUN 2008 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
Lebih terperinci