Untuk mendukung tugas akhir ini, diperlukan beberapa pengetahuan mendasar yang perlu diketahui. Pengetahuan mendasar tersebut meliputi :

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Untuk mendukung tugas akhir ini, diperlukan beberapa pengetahuan mendasar yang perlu diketahui. Pengetahuan mendasar tersebut meliputi :"

Transkripsi

1 BAB II KAJIAN TERKAIT Untuk mendukung tugas akhir ini, diperlukan beberapa pengetahuan mendasar yang perlu diketahui. Pengetahuan mendasar tersebut meliputi : 1. Konsep klasifikasi dengan metode taxonomy. 2. Konsep klasifiksasi dengan metode folksonomy. 3. Pengetahuan singkat mengenai metadata yang meliputi dublincore dan GDL metadata. 2.1 Taxonomy Taxonomy merupakan metode pengelompokan yang menggunakan prinsip penurunan (inheritance). Dengan prinsip penurunan ini, terdapat sebuah class utama (domain umum) yang kemudian bercabang menjadi beberapa subclass yang memiliki domain lebih spesifik [SHA05]. Gambar II-1 memberikan ilustrasi mengenai prinsip dasar taxonomy. Gambar II-1. Prinsip dasar taxonomy. Taxonomy dikategorikan menjadi beberapa jenis, yakni : 1. Simple Taxonomy. 2. Faceted Taxonomy, dan 3. Thesaurus. II 1

2 II Simple Taxonomy Taxonomy ini memiliki sebuah domain umum yang kemudian akan bercabang menjadi sub domain yang lebih spesifik. Taxonomy sederhana ini dapat diilustrasikan sesuai gambar II-2. Gambar II-2. Taxonomy dari Institut Teknologi Bandung. Gambar II-2 merupakan ilustrasi sederhana dari simple taxonomy yang diterapkan pada ITB. ITB sebagai organisasi utama memiliki 2 sub organisasi yakni fakultas dan sekolah. Masing-masing fakultas dan sekolah memiliki sub-sub fakultas dan sub-sub sekolah Faceted Taxonomy Metode ini dipopulerkan oleh S.R.Ranganathan pada tahun 1930-an. Dengan pengelompokan ini sebuah objek dapat dikelompokkan menjadi beberapa domain yang berbeda. Faceted taxonomy diilustrasikan pada Gambar II-3. Untuk memberikan gambaran bagaimana metode ini diterapkan, terdapat informasi pada tabel II-1. Dari informasi pada table II-1 dapat dibuat faceted taxonomy seperti pada gambar II-4. Gambar II-4 memberikan ilustrasi pengelompokan objek berdasarkan subjectnya. Dari informasi yang diberikan pada tabel II-1, domain subject dapat di kelompokkan menjadi sub domain yang lebih kecil yakni Computer, Management,

3 II 3 Art, dan Politics. Dari sub domain ini, kemudian langsung berhubungan dengan objek yang dikelompokkan. Gambar II-3. Faceted taxonomy. Objek Author Country Publisher Subject A Mr. Andi Indonesia Computer B Mr. Budi Indonesia Management C Mr. Budi Thailand Art D Mr. Dani China Politics E Mr. Andi Malaysia Politics Tabel II-1. Informasi beberapa objek buku. Gambar II-4. Faceted taxonomy by Subject

4 II 4 Gambar II-5 memberikan ilustrasi pengelompokan objek berdasarkan Country publisher-nya. Dari informasi yang diberikan pada tabel II-1, domain Countrypublisher dapat di kelompokkan menjadi sub domain yang lebih kecil yakni Indonesia, Thailand, China, dan Malaysia. Dari sub domain ini, kemudian langsung berhubungan dengan objek yang dikelompokkan. Gambar II-6 memberikan ilustrasi pengelompokan objek berdasarkan Authornya. Dari informasi yang diberikan pada tabel II-1, domain Author dapat di kelompokkan menjadi sub domain yang lebih kecil yakni nama pengarang (Mr.Andi, Mr. Budi, dan Mr. Andi). Dari sub domain ini, kemudian langsung berhubungan dengan objek yang dikelompokkan. Gambar II-5. Faceted taxonomy by Country publisher Ketiga gambar diatas (gambar II-4, gambar II-5, dan gambar II-6) memberikan ilustrasi bagaimana sebuah objek dapat dikelompokkan dari beberapa domain yang berbeda. Sebagai contoh, untuk mencapai objek E dapat dilakukan penelusuran dengan berbagai cara yakni dapat dimulai dari domain Subject, Author, atau Country publisher. Gambar II-7 memberikan ilustrasi penelusuran yang dapat dilakukan untuk mencapai objek E Thesaurus Thesaurus merupakan pengembangan dari taxonomy dengan penambahan informasi keterkaitan antar objek (fixed relationship) seperti kesamaan (similar), Sinonim (synonym), dan perbedaan (different to). Gambar II-8 memberikan ilustrasi mengenai thesaurus.

5 II 5 Gambar II-8 memberikan ilustrasi pengelompokan suatu objek. Objek student dapat dikelompokkan menjadi sub objek yang lebih kecil yakni Doktoral Student dan PhD Student. Doktoral Student bersinonim dengan Phd Student sehingga dapat diberikan sebuah garis penghubung yang menerangkan hubungan sinonim. Gambar II-6. Faceted taxonomy by Author Gambar II-7. Alternatif penelusuran untuk mencapai objek E Pembangunan Taxonomy Pembangunan taxonomy diawali dengan sebuah resource dibuat oleh creator (Gambar II-9). Resource yang telah dibuat kemudian diberikan kepada pustakawan untuk dikategorikan dan diletakkan pada perpustakaan digital. Resource tersebut oleh pustakawan dipelajari dan kemudian diletakkan sesuai dengan pengelompokan yang

6 II 6 telah dipetakan oleh pustakawan. Resource kemudian diberikan label sesuai dengan pengelompokan yang sesuai dengannya (Gambar II-10). Gambar II-8. Thesaurus diagram. Untuk mencari suatu resource (Gambar II-11), user perlu melakukan penelusuran pada skema pengelompokan yang telah dilakukan oleh pustakawan. Apabila user menemukan kategori yang sesuai dengan kehendaknya, nama kategori tersebut akan dicocokkan dengan resource yang sesuai. Resource yang sesuai dengan kategori yang dimaksud akan ditampilkan kepada user. Hal ini menyebabkan seorang user harus melakukan penulusuran dari domain yang umum ke domain yang lebih spesifik. Apabila resource yang ditampilkan pada kategori tersebut cukup banyak, user harus menelusuri daftar resource untuk mencari resource yang sesuai dengan kehendaknya. 2.2 Folksonomy Beberapa tahun terakhir, sistem folksonomy berkembang menjadi sangat populer. Sistem ini memungkinkan pengguna untuk menambahkan kata kunci (keyword) pada internet resources (contoh: halaman web, gambar, video, dll) tanpa mengandalkan controlled vocabulary [MAR]. Folksonomy merupakan sekumpulan non-controlled dan non-hierarchical terms dari berbagai kategori yang mengelompokkan digital material pada shared environment.[boe05]. Folksonomy merupakan bottom-up taxonomy[mat04]. Folksonomy melakukan pengorganisasian resources dengan menggunakan tag dan

7 II 7 menyediakan daftar resource untuk tag yang sama sehingga pengguna dapat memperoleh berbagai informasi untuk ruang lingkup yang spesifik.. Selain itu, folksonomy dapat dimanfaatkan untuk mengetahui topik yang menarik yakni dengan tag cloud.[ohm]. Berikut ini adalah implementasi dari tag cloud yang merepresentasikan kumpulan keyword populer yang menjadi rujukan penerapan folksonomy. Gambar II-9. Pembuatan sebuah resource oleh creator. a. Flickr.com Flickr merupakan website yang memberikan layanan untuk melakukan sharing foto atau gambar lainnya. Folksonomy pada Flickr (Gambar II-2) dikhususkan untuk memberikan tagging hanya pada koleksi pengguna sendiri, dalam hal ini, seorang pengguna tidak dapat memberikan atau menambah tag pada koleksi user lain kecuali kita merupakan contact dari user tersebut.

8 II 8 b. Del.icio.us Del.icio.us merupakan website dimana komunitas pengguna dapat secara bebas menggunakan tag untuk mengasosiasikan sebuah URL. Hal ini menyebabkan setiap user dapat melakukan bookmark dan mendeskripsikan sebuah URL dengan tagging untuk memudahkan dalam pencarian. Gambar II-3 memberikan ilustrasi penerapan folksonomy pada del.icio.us. Gambar II-10. Pemetaan resource ke skema pengelompokan (taxonomy). Tags yang digunakan pada metode klasifikasi folksonomy bertujuan untuk melakukan organisasi pada content, oleh sebab itu tags berperan untuk [OHK06]: 1. Kata pendeskripsi dari item. 2. Mengacu pada konsep umum dalam berbagi untuk sekelompok orang.

9 II 9 Gambar II-11. Pencarian resource oleh user pada skema pengklasifikasian (taxonomy). Gambar II-12. Penerapan folksonomy pada Flickr.

10 II Konsep Konsep utama dari folksonomy adalah menyusun atau mengorganisasi tags secara datar (flat namespace). Konsep ini menyebabkan folksonomy [MAT04, KNO]: 1. Tidak memiliki hierarki. Folksonomy tidak mengenal hierarki sehingga user tidak perlu melakukan penelusuran dari domain yang umum ke domain yang lebih khusus seperti halnya penerapan metode taxonomy. User dapat melakukan pencarian berdasarkan nama label. 2. Menggunakan metode narrow atau broad folksonomy. Metode ini memberikan perbedaan atas siapa yang berhak untuk memberikan keyword pada suatu content. Penjelasan lebih lengkap mengenai kedua metode ini akan dijelaskan pada subbab lain. 3. Tidak adanya keterkaitan yang jelas antar vocabulary yang menyusun tag. Keyword yang diberikan pada content tidak memiliki keterkaitan yang jelas. Hal ini disebabkan karena prinsip kebebasan dalam menambahkan suatu keyword pada content. Prinsip ini mengakibatkan tidak ada kontrol terhadap keyword. 4. Tag merepresentasikan pengguna bukan content creator. Tag yang diberikan pada suatu content menjelaskan pemahaman pengguna pada content tersebut Komponen Folksonomy Sistem tagging pada folksonomy dibangun oleh tiga komponen utama yakni [SPE, MAR] : 1. User atau pengguna Pengguna yang membuat resource dan memberikan tag pada resource tersebut. Selain itu, user berperan serta dalam mengembangkan tags yang terdapat pada resource apabila dipandang perlu (penambahan tag baru).

11 II 11 Gambar II-13. Penerapan folksonomy pada del.icio.us 2. Resource Objek yang diciptakan dan diberi tag untuk memudahkan dalam pencarian oleh user. 3. Tag Tag adalah label yang dikenakan pada resource oleh user Jenis Folksonomy Thomas Vander Wall membedakan penerapan metode folksonomy menjadi dua jenis yakni narrow folksonomy dan broad folksonomy. Penjelasan mengenai kedua jenis folksonomy tersebut akan dibahas pada subbab dan berikut Narrow Folksonomy Terdapat seorang pembuat (creator) yang membuat objek dan mempublikasikannya ke pengguna lain. Pembuat objek memiliki akses untuk memberikan tag pada objek yang dibuatnya. Akan tetapi tidak semua pengguna lain dapat menambahkan tag pada objek tersebut. Pengguna lain yang memiliki

12 II 12 kesempatan untuk menambahkan tag adalah sekelompok pengguna yang memiliki kontak dengan pembuat objek.[wal05, DAM06] Gambar II-14. Komponen utama folksonomy. Gambar II-15 memberikan ilustrasi bagaimana narrrow folksonomy diterapkan. Seorang creator membuat sebuah objek dan memberikan sebuah tag (tag 1) pada objek tersebut. Hanya pengguna pada kelompok B dan F yang memiliki hak akses untuk menambahkan tag pada objek tersebut. Pengguna lain, kecuali kelompok E, dapat memanfaatkan tag yang diberikan pada objek tersebut untuk melakukan pencarian Broad Folksonomy Pembuat objek tidak diberikan akses untuk melampirkan tag pada objek yang dibuatnya kecuali apabila pembuat bertindak sebagai pengguna lain. Pengguna lain akan memberikan tag untuk mendeskripsikan objek tersebut sesuai dengan pemahaman mereka. Pada gambar II-16, arah panah yang mengarah ke nomor

13 II 13 merepresentasikan tag yang diberikan oleh sekelompok pengguna, sedangkan panah yang mengarah ke sebaliknya menunjukkan tag yang digunakan untuk melakukan pencarian. [WAL05, DAM06]. Gambar II-15. Narrow Folksonomy. Nama Tag Frekuensi Tag 1 10 Tag 2 13 Tag 3 5 Tag 4 2 Tag 5 1 Tabel II-2. Daftar pemilihan tag oleh pengguna.

14 II 14 Dengan menyusun informasi yang terdapat pada tabel II-2 menjadi grafik pada gambar II-17, kita dapat memperoleh informasi bahwa tag yang populer akan banyak dipilih oleh pengguna, namun sekelompok pengguna akan merepresentasikan sebuah objek dengan tag yang kurang populer sesuai dengan pemahaman mereka. Gambar II-16. Broad Folksonomy Gambar II-17. Kurva pemilihan tag Pembangunan Folksonomy Sebuah resource dibuat oleh creator dan diberikan label (tag) untuk memudahkan dalam melakukan pencarian. Tag yang diberikan oleh creator pada resource tersebut kemudian diorganisasikan dengan tag yang berada pada tag space. Pada tahap ini, yakni pemberian tag dan pengorganisasian tag, peran pustakawan tidak diperlukan (Gambar II-18).

15 II 15 Seorang user sebelum melakukan pencarian telah memiliki konsep, ide, atau kata yang berkaitan dengan resource yang akan dicari. User melakukan pencarian terhadap tag yang sesuai kehendak pada tag space. Apabila user telah memperoleh tag yang sesuai, tag tersebut akan disesuaikan dengan resource yang berkaitan. User kemudian melakukan kajian terhadap resource yang diberikan. Apabila user memandang perlu untuk menambahkan tag pada objek tersebut, user akan menambahkan tag pada resource yang kemudian tag yang dibuat oleh user akan diorganisasi pada tag space (Gambar II-19). Gambar II-18 dan gambar II-19 memberikan ilustrasi bahwa pembangunan folksonomy tidak memerlukan peranan dari pustakawan. Gambar II-18. Pembuatan sebuah resource dan pelabelan oleh creator.

16 II 16 Gambar II-19. Pemberian tag oleh user dan pencarian resource dengan folksonomy Keunggulan Folksonomy Metode klasifikasi folksonomy semakin berkembang, hal ini karena folksonomy memiliki kelebihan-kelebihan dibanding metode klasifikasi yang lain. Kelebihan-kelebihan dari metode klasifikasi folksonomy adalah [OHK06]: 1. Personal way of thinking Pemberian tag pada folksonomy dipengaruhi oleh wawasan pengguna. Hal ini memberikan kebebasan dalam menentukan tag, karena tag yang bangun oleh pengguna merupakan tag yang memudahkan pengguna untuk mencari kembali artikel/ resource tersebut. 2. Membantu pencarian Terdapat dua metode untuk mendapatkan informasi dalam web, yakni :

17 II Pencarian dengan menggunakan query. Metode ini banyak digunakan dengan menggunakan robot pencarian (cth: google) maupun mesin pencari teks (cth:swish-e). 2. Browsing. Metode ini banyak digunakan apabila telah menemukan halaman web yang diinginkan. Browsing dilakukan untuk memperoleh informasi yang lebih banyak pada halaman web tersebut. Pada tahun 1990-an, Yahoo mengembangkan Yahoo directory untuk memudahkan / pengelompokan content. Pengelompokan ini dilakukan oleh seorang professional. Penggunaan orang (profesional) dalam pengelompokan tentu memerlukan waktu dan biaya serta orang yang berpengalaman juga tidak banyak. Untuk itu, folksonomy berperan penting untuk mengatasi keterbatasan akan pengelompokan yang harus dilakukan oleh profesional. Folksonomy memberikan alternatif lain dalam melakukan browsing. 3. Hasil klasifikasi mudah dimengerti Pemberian tag tidak dilakukan oleh seorang professional namun oleh pengguna dengan masing-masing bahasa yang mereka pahami. Hal ini menyebabkan tag yang terbentuk familiar oleh pengguna biasa (ordinary people). Sebagai contoh adalah pada weblog yang ditulis dengan menggunakan bahasa sehari-hari. Folksonomy akan memberikan kesan tersendiri saat browsing pada halaman weblog. 4. Biaya murah Folksonomy tidak memerlukan peranan dari seorang profesional dalam melakukan tagging atau pengorganisasian tag untuk ditampilkan. Folksonomy memberikan kemudahan dalam pelabelan suatu resource karena label yang diberikan sesuai dengan pemahaman pengguna.

18 II Kelemahan Folksonomy Folksonomy sebagai metode klasifikasi yang mulai berkembang pesat saat ini tidak luput dari kekurangan-kekurangan. Kekurangan-kekurangan dari metode folksonomy yakni [SPE, MAT04]: 1. Ambiguitas Ambiguitas disebabkan karena memungkinkan sebuah tag memiliki penafsiran lebih dari satu macam. Sebagai contoh adalah tag apple. Tag apple dapat memiliki dua makna, yakni : a. Salah satu jenis buah-buahan. b. Perusahaan komputer (apple.inc). 2. Sinonim terabaikan. Kemiripan antar tag dimungkinkan muncul pada tag cloud. Sebagai contoh : library dan perpustakaan. Kedua tag ini memiliki makna sama yakni perpustakaan, yang membedakan adalah cara penulisannya yakni versi penulisan Inggris dan versi penulisan Indonesia. 3. Granularitas. Keluasan makna juga menjadi salah satu kelemahan dari folksonomy. Beberapa tag mungkin memiliki makna yang spesifik tetapi tag yang lain memiliki makna yang umum. Sebagai contoh, tag java akan memiliki makna pemrograman dengan java atau salah satu nama pulau di Indonesia. Sedangkan tag programming memiliki cakupan yang sangat luas. Programming dapat mengandung pemahaman bahasa pemrograman (.NET, JAVA, C, C++, dll) yang bermacam-macam. 4. Kontrol perbendaharaan kata. Folksonomy memiliki kelemahan yakni tidak mampu melakukan vocabulary control. Vocabulary ini sangat dipengaruhi oleh wawasan dari user. Sebagai contoh adalah Computer dan Komputer. Apabila folksonomy dapat melakukan vocabulary control, kedua tag tersebut dapat digabung menjadi satu (misal : Komputer). Penggabungan tersebut menyebabkan frekuensinya

19 II 19 juga akan bertambah sehingga apabila memilih tag Komputer, artikel yang muncul adalah artikel yang memiliki tag computer dan komputer. 5. Spaces, multiple words. Folksonomy hanya mengorganisasi tag yang terdiri atas 1 kata. Hal ini menyebabkan keyword yang terdiri atas dua kata atau lebih harus digabung agar pada saat dilakukan parsing tidak dianggap sebagai 2 kata atau lebih. Sebagai contoh : keyword sampah organik harus disusun sebagai sampahorganik atau sampahorganik. 6. Kepopuleran Penerapan metode folksonomy direpresentasikan pada tag cloud. Hal ini menyebabkan hanya tag yang popular saja yang akan ditampilkan. Kumpulan tag ini kurang merepresentasikan keseluruhan tag yang diberikan oleh pengguna sehingga beberapa homepage menampilkan juga tag cloud berisi tag yang kepopulerannya mulai menurun, namun jumlah tag yang ditampilkan hanya sebagian. 7. Multiple tag. Folksonomy tidak mampu untuk melakukan vocabulary control sehingga dimungkinkan tag sebagai contoh web-development dan webdevelopment muncul pada daftar folksonomy. Kedua tag tersebut hanya dibedakan oleh sebuah tanda Peranan Taxonomy dan Folksonomy Menurut Emanuelle Quintarelli, menggabungkan antara taxonomy dan folksonomy akan memberikan framework yang sangat baik untuk melakukan identifikasi (identifying), berbagi (sharing), dan mencari informasi (finding information). Dia juga menyimpulkan bahwa taxonomy tidak perlu diganti dengan folksonomy karena melalui folksonomy, kita diberikan alternatif lain untuk melakukan klasifikasi dan merupakan aplikasi baru untuk melakukan pengorganisasian dan berbagi pengetahuan [BOE05]. Gambar II-20 dan gambar II- 21 memberikan ilustrasi bahwa sinergi dari taxonomy dan folksonomy akan memberikan sebuah produk yang mampu memberikan nilai lebih.pada gambar II-21,

20 II 20 nilai lebih dari sinergi antara folksonomy dan taxonomy dicerminkan dengan tanda bintang. Gambar II-20. Taxonomy vs Folksonomy [WAL06] Gambar II-21. Taxonomy dan Folksonomy [WAL06] 2.3 Metadata Metadata merupakan struktur informasi yang mendeskripsikan, menjelaskan, menempatkan, atau membuat informasi tersebut mudah untuk diambil, digunakan, atau dikelola. Metadata bertujuan untuk memfasilitasi serta meningkatkan information retrieval[nis01]. Metadata dapat dikategorikan menjadi 3 tipe, yakni : metadata deskriptif, metadata struktural, serta metadata administratif. Sebagai acuan pada tugas akhir ini, metadata yang digunakan adalah dublincore dan GDL metadata yang akan dibahas pada subbab dan

21 II Tipe Metadata Metadata pada penjelasan sebelumnya dapat dibedakan menjadi tiga tipe. Penjelasan mengenai ketiga tipe metadata tersebut adalah sebagai berikut [NIS01]: 1. Metadata deskriptif Metadata ini mendeskripsikan sumber daya yang berkaitan dengan penemuan atau identifikasi. Pada umumnya, metadata jenis ini memiliki elemen seperti judul, abstraksi, pengarang, serta kata kunci. 2. Metadata struktural Metadata struktural mengidentifikasikan bagaimana menggabungkan objek untuk diletakkan bersama, sebagai contoh adalah bagaimana menyusun halaman-halaman untuk menjadi sebuah chapter. 3. Metadata administratif Metadata jenis ini menyediakan informasi untuk menolong dalam mengelola sumber daya, sebagai contoh adalah kapan sumber daya tersebut dibuat, tipe file, beberapa informasi teknis, dan siapa yang dapat mengaksesnya Dublincore Metadata Ide dari Dublin core metadata berawal dari diskusi pada sebuah workshop yang disponsori oleh National Center Supercomputing Applications (1NCSA) pada Ide ini kemuadian dilanjutkan dengan dibentuknya Dublin Core Metadata Initiative (DCMI). DCMI memiliki peranan untuk menetapkan kumpulan elemen yang dapat digunakan oleh pengarang untuk mendeskripsikan web resources-nya. Dublincore bertujuan untuk membantu dalam mengelola digital content dengan mendefinisikan elemen-elemen serta beberapa aturan sederhana yang kemudian dapat diterapkan oleh noncatalogers. Dublincore telah menetapkan 15 elemen sebagai acuan untuk mengelola sumber daya web. Elemen elemen tersebut yakni : Title, Creator, Subject, Description, Publisher, Contributor, Date, Type, Format, Identifier, Source, L:anguage, Relation, Coverage, dan Rights.[NIS01] Beberapa keuntungan yang dapat diperoleh dengan penerapan dublincore[tay03] :

22 II Semantik dari element dirancang agar mudah dimengerti serta dipahami oleh berbagai macam pengguna, tanpa memerlukan pelatihan khusus. 2. Semua elemen yang didefinisikan adalah opsional, namun pengguna dapat menetapkan sendiri elemen-elemen yang wajib atau opsional untuk mengelola web resources-nya. 3. Semua elemen dapat diulang untuk mendeskripsikan suatu web resources. Gambar II-22. Contoh metadata dublincore Ganesha Digital Library Metadata GDL merupakan pengembangan dari Dublincore. GDL metadata bukanlah acuan standard internasional yang digunakan sebagai acuan metadata untuk perpustakaan digital. Perkembangan GDL metadata seiring dengan banyaknya anggota yang bergabung dalam IndonesiaDLN yang menggunakan aplikasi

23 II 23 OpenSource Ganesha Digital Library. Beberapa elemen yang ditambahkan pada dublincore untuk menjadi standard pada GDL adalah hierarcy dan relation. Elemen hierarcy merupakan penerapan dari taxonomy pada repository pertama kali resource tersebut diterbitkan. Elemen ini bermanfaat untuk membuat duplikasi struktur taxonomy seperti pada repository asalnya saat resource tersebut diambil. Sedangkan elemen relation memberikan informasi letak file yang berkaitan dengan suatu resource disimpan. Elemen ini akan digunakan sebagai acuan saat pengguna ingin mendapatkan file yang diinginkan. Gambar II-23.Contoh GDL metadata.

PENGEMBANGAN DYNAMIC FOLKSONOMY STUDI KASUS : GANESHA DIGITAL LIBRARY 4.2

PENGEMBANGAN DYNAMIC FOLKSONOMY STUDI KASUS : GANESHA DIGITAL LIBRARY 4.2 PENGEMBANGAN DYNAMIC FOLKSONOMY STUDI KASUS : GANESHA DIGITAL LIBRARY 4.2 LAPORAN TUGAS AKHIR Disusun sebagai syarat kelulusan tingkat sarjana Oleh : Arif Suprabowo / 13503122 PROGRAM STUDI TEKNIK INFORMATIKA

Lebih terperinci

Modul VI BIBLIOGRAFI

Modul VI BIBLIOGRAFI Modul VI FORMAT STANDAR DATA BIBLIOGRAFI Setelah mempelajari materi ini, mendiskusikan, dan latihan mahasiswa dapat membuat deskripsi bibliografi bahan pustaka berdasarkan standar format MARC dan Dublin

Lebih terperinci

3.1 Ganesha Digital Library

3.1 Ganesha Digital Library BAB III ANALISIS Dalam bab ini akan dibahas mengenai analisis perangkat lunak yang akan dibangun. Analisis dilakukan pada sistem lama dan sistem baru. Analisis pada sistem lama meliputi penerapan folksonomy,

Lebih terperinci

Matakuliah Otomasi Perpustakaan. Miyarso Dwi Ajie

Matakuliah Otomasi Perpustakaan. Miyarso Dwi Ajie Matakuliah Otomasi Perpustakaan Miyarso Dwi Ajie Kerjasama antar perpustakaan secara elektronik telah berkembang seiring dengan perkembangan teknologi dan adanya kebutuhan untuk menggunakan sumber daya

Lebih terperinci

Aplikasi Web Direktori Jurnal Menggunakan Feature Harvester Metadata Artikel

Aplikasi Web Direktori Jurnal Menggunakan Feature Harvester Metadata Artikel Aplikasi Web Direktori Jurnal Menggunakan Feature Harvester Metadata Artikel Iwan Handoyo Putro 1, Resmana Lim 2, Rocky Y. Dillak 3 1,2,3 Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknologi Industri, Universitas

Lebih terperinci

DAFTAR PUSTAKA. [OAI06] Open Archive Initiative Protocol for Metadata Harvesting versi 2.0,

DAFTAR PUSTAKA. [OAI06] Open Archive Initiative Protocol for Metadata Harvesting versi 2.0, DAFTAR PUSTAKA [OAI06] Open Archive Initiative Protocol for Metadata Harvesting versi 2.0, www.openarchive.com,2006 [OHK06] [SHA05] [MOR05] [QUI06] Ohkura,Tsutomu,et al, Browsing System for Weblog Articles

Lebih terperinci

Aplikasi Web Direktori Jurnal Menggunakan Feature Harvester Metadata Artikel

Aplikasi Web Direktori Jurnal Menggunakan Feature Harvester Metadata Artikel Aplikasi Web Direktori Jurnal Menggunakan Feature Harvester Metadata Artikel Iwan Handoyo Putro 1, Resmana Lim 2, Rocky Y. Dillak 3 1,2,3 Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknologi Industri, Universitas

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 8 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Komputer Forensik Forensik memiliki arti membawa ke pengadilan. Istilah forensik adalah suatu proses ilmiah (didasari oleh ilmu pengetahuan) dalam mengumpulkan, menganalisa

Lebih terperinci

Pembuatan Aplikasi Konversi Metadata Menggunakan Standar Open Archive untuk Koleksi Artikel Elektronik Pusat Penelitian Universitas Kristen Petra

Pembuatan Aplikasi Konversi Metadata Menggunakan Standar Open Archive untuk Koleksi Artikel Elektronik Pusat Penelitian Universitas Kristen Petra Pembuatan Aplikasi Konversi Metadata Menggunakan Standar Open Archive untuk Koleksi Artikel Elektronik Pusat Penelitian Universitas Kristen Petra Iwan Handoyo Putro 1), Resmana Lim 2), Hendri Kurnia Wijaya

Lebih terperinci

LM107_Otomasi Perpustakaan

LM107_Otomasi Perpustakaan LM107_Otomasi Perpustakaan Kerjasama antar perpustakaan secara elektronik telah berkembang seiring dengan perkembangan teknologi dan adanya kebutuhan untuk menggunakan sumber daya bersama. Bentuk tukar-menukar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masalah, keaslian penelitian, manfaat penelitian) dan juga tujuan penelitian.

BAB I PENDAHULUAN. masalah, keaslian penelitian, manfaat penelitian) dan juga tujuan penelitian. BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini diuraikan mengenai latar belakang penelitian (perumusan masalah, keaslian penelitian, manfaat penelitian) dan juga tujuan penelitian. 1.1 Latar Belakang Website merupakan

Lebih terperinci

DATABASE PERPUSTAKAAN

DATABASE PERPUSTAKAAN DATABASE PERPUSTAKAAN Oleh : Ubudiyah Setiawati PENDAHULUAN Perpustakaan perguruan tinggi bagian dari fasilitas yang sifatnya terbuka bagi civitas akademik, bahkan perpustakaan yang berstatus sebagai perpustakaan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG MASALAH BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG MASALAH Dalam tugas akhir ini akan dibahas dan dibuat suatu alat untuk menuliskan suatu keterangan tambahan yang semantic dan membacanya atau mencarinya kembali di

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI DAN PENGUJIAN

IMPLEMENTASI DAN PENGUJIAN BAB V IMPLEMENTASI DAN PENGUJIAN Bab ini merupakan pembahasan mengenai implementasi perangkat lunak untuk menerapkan dynamic folksonomy dan pengujian terhadap perangkat lunak yang telah diimplementasikan.

Lebih terperinci

Format : <path>_spasi_<keywords> Contoh : 0/2/5 A,Ab,Abs

Format : <path>_spasi_<keywords> Contoh : 0/2/5 A,Ab,Abs BAB IV PERANCANGAN Bab ini akan membahas perancangan perangkat lunak yang akan dikembangkan untuk membangun dynamic folksonomy. Pembahasan meliputi perancangan mekanisme kerja sistem baru, perancangan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Internet sebagai jaringan komputer skala global telah mendorong pertambahan jumlah informasi digital. Pada sistem yang bersifat terbuka seperti internet, pertambahan informasi

Lebih terperinci

ANALISIS PENERAPAN METADATA DUBLIN CORE DALAM DATABASE REPOSITORY UNIVERSITAS NEGERI MEDAN DEA JULIA N. SIREGAR

ANALISIS PENERAPAN METADATA DUBLIN CORE DALAM DATABASE REPOSITORY UNIVERSITAS NEGERI MEDAN DEA JULIA N. SIREGAR ANALISIS PENERAPAN METADATA DUBLIN CORE DALAM DATABASE REPOSITORY UNIVERSITAS NEGERI MEDAN SKRIPSI Diajukan sebagai salah satu persyaratan dalam menyelesaikan studi Untuk meraih gelar Sarjana Sosial (S.Sos)

Lebih terperinci

PANDUAN DISCOVERY SEARCH PERPUSTAKAAN UGM

PANDUAN DISCOVERY SEARCH PERPUSTAKAAN UGM PANDUAN DISCOVERY SEARCH PERPUSTAKAAN UGM Ide Yunianto 2016 Discovery Search merupakan layanan pencarian koleksi terintegrasi. Layanan ini digunakan untuk mempermudah pencarian koleksi dari sumber sumber

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pencarian Pencarian adalah proses untuk menemukan suatu informasi yang kita butuhkan. Misalnya, kita ingin mencari sebuah kata didalam dokumen digital yang kita miliki. Kita

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI Sistem Rekomendasi

BAB 2 LANDASAN TEORI Sistem Rekomendasi 6 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Sistem Rekomendasi Sistem rekomendasi merupakan sebuah perangkat lunak yang bertujuan untuk membantu pengguna dengan cara memberikan rekomendasi kepada pengguna ketika pengguna

Lebih terperinci

1. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perpustakaan digital merupakan aplikasi praktis yang mengelola koleksi berbagai macam dokumen dalam bentuk digital dan dapat diakses melalui komputer. Melalui aplikasi

Lebih terperinci

FRAMEWORK. Dengan framework seorang web programmer dapat membangun aplikasi

FRAMEWORK. Dengan framework seorang web programmer dapat membangun aplikasi FRAMEWORK Pengertian Framework Dengan framework seorang web programmer dapat membangun aplikasi website dengan lebih mudah dan cepat, karena banyak fungsi siap pakai dalam framework yang semakin mempermudah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Tujuan 1.2 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Tujuan 1.2 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Tujuan Merancang sebuah sistem yang dapat meringkas teks dokumen secara otomatis menggunakan metode generalized vector space model (GVSM). 1.2 Latar Belakang Dunia informasi yang

Lebih terperinci

PETUNJUK TEKNIS PENGUNAAN APLIKASI INDARJI (INDEKS ARTIKEL JURNAL ILMIAH) UPT PERPUSTAKAAN POLINES

PETUNJUK TEKNIS PENGUNAAN APLIKASI INDARJI (INDEKS ARTIKEL JURNAL ILMIAH) UPT PERPUSTAKAAN POLINES PETUNJUK TEKNIS PENGUNAAN APLIKASI INDARJI (INDEKS ARTIKEL JURNAL ILMIAH) UPT PERPUSTAKAAN POLINES Oleh M. Syam Suryanto, S.Sos UPT PERPUSTAKAAN POLITEKNIK NEGERI SEMARANG 2015 Daftar Isi Halaman Judul

Lebih terperinci

INSTRUKSI KERJA VALIDASI PUBLIKASI ILMIAH KELENGKAPAN PENGAJUAN GURU BESAR SISTEM MANAJEMEN MUTU AIRLANGGA INTEGRATED MANAGEMENT SYSTEM (AIMS)

INSTRUKSI KERJA VALIDASI PUBLIKASI ILMIAH KELENGKAPAN PENGAJUAN GURU BESAR SISTEM MANAJEMEN MUTU AIRLANGGA INTEGRATED MANAGEMENT SYSTEM (AIMS) INSTRUKSI KERJA VALIDASI PUBLIKASI ILMIAH KELENGKAPAN PENGAJUAN GURU BESAR SISTEM MANAJEMEN MUTU AIRLANGGA INTEGRATED MANAGEMENT SYSTEM (AIMS) UNIVERSITAS AIRLANGGA 1 PEDOMAN PROSEDUR VALIDASI PUBLIKASI

Lebih terperinci

Oleh: Bambang Herlandi

Oleh: Bambang Herlandi Oleh: Bambang Herlandi http://www.bambangherlandi.web.id @BambangHerlandi Apa itu blog? Blog atau weblog adalah singkatan dari Web Log (catatan web). Blog atau weblog adalah sebuah website yang didalamnya

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA DAN PERANCANGAN

BAB IV ANALISA DAN PERANCANGAN BAB IV ANALISA DAN PERANCANGAN 4.1. Analisa Pada tahap spesifikasi ini, dokumen yang menjadi acuan dalam proses analisa untuk spesifikasi sistem adalah dokumen informasi yang terdapat di website madu hutan

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 29 BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Bahan Penelitian Penelitian ini menggunakan aplikasi manajemen perpustakaan SLiMS sebagai target penelitian. Penelitian dilakukan dengan menambahkan modul yang berkaitan

Lebih terperinci

Sistem Basis Data Lanjut. Interoperability & Resource Description Framework (RDF)

Sistem Basis Data Lanjut. Interoperability & Resource Description Framework (RDF) Interoperability & Resource Description Framework (RDF) Tim Penyusun : Pengajar Universitas Gunadarma 2008 Outline Interoperabilitas Metadata Aplikasi Metadata Implementasi Metadata Resource Description

Lebih terperinci

Repository Unitomo.ac.id

Repository Unitomo.ac.id Repository Unitomo.ac.id Oleh : Lambang Probo Sumirat Pendahuluan EPrints adalah perangkat lunak opensource yang dikembangkan oleh School of Electronics and Computer Science, University of Southampton,

Lebih terperinci

Dasar Pemrograman Web. Pemrograman Web. Adam Hendra Brata

Dasar Pemrograman Web. Pemrograman Web. Adam Hendra Brata Dasar Pemrograman Web Pemrograman Web Adam Hendra Brata Konsep Dasar Desain Web HTML CSS HTML HTML (HyperText Markup Language) Bahasa standar yang digunakan untuk menampilkan document web. Mengontrol tampilan

Lebih terperinci

Proses mengelompokkan suatu set objek ke dalam kelompok-kelompok objek yang sejenis. Bentuk yang paling umum digunakan adalah unsupervised learning

Proses mengelompokkan suatu set objek ke dalam kelompok-kelompok objek yang sejenis. Bentuk yang paling umum digunakan adalah unsupervised learning CLUSTERING DEFINISI Clustering : Proses mengelompokkan suatu set objek ke dalam kelompok-kelompok objek yang sejenis Bentuk yang paling umum digunakan adalah unsupervised learning # Unsupervised learning

Lebih terperinci

Tujuan Pembangunan Jaringan Komputer. mengantarkan informasi secara tepat dan akurat dari sisi pengirim ke sisi penerima

Tujuan Pembangunan Jaringan Komputer. mengantarkan informasi secara tepat dan akurat dari sisi pengirim ke sisi penerima Jaringan komputer Adalah sekelompok komputer otonom yang saling berhubungan antara yang satu dengan lainnya, Menggunakan suatu protokol komunikasi melalui media komunikasi sehingga dapat saling berbagi

Lebih terperinci

STMIK GI MDP. Program Studi Teknik Informatika Skripsi Sarjana Komputer Semester Ganjil Tahun 20010/2011

STMIK GI MDP. Program Studi Teknik Informatika Skripsi Sarjana Komputer Semester Ganjil Tahun 20010/2011 STMIK GI MDP Program Studi Teknik Informatika Skripsi Sarjana Komputer Semester Ganjil Tahun 20010/2011 PENERAPAN METODE CLUSTERING HIRARKI AGGLOMERATIVE UNTUK KATEGORISASI DOKUMEN PADA WEBSITE SMA NEGERI

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang xi BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi informasi dewasa ini membuat perubahan perilaku dalam pencarian informasi yang berdampak bagi lembagalembaga yang bergerak

Lebih terperinci

Abstrak. Kata Kunci :Repository, Interoperabilitas, Open Access, Perpustakaan Digital, Harvester.

Abstrak. Kata Kunci :Repository, Interoperabilitas, Open Access, Perpustakaan Digital, Harvester. Pengembangan Sistem Pusat Repositori PDII Untuk Meningkatkan Diseminasi Konten Perpustakaan Digital Lembaga Penelitian di Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia Slamet Riyanto *1, Al Hafiz Akbar Maulana Siagian

Lebih terperinci

PENERAPAN SEMANTIC SEARCHING BERBASIS ONTOLOGI PADA PERPUSTAKAAN DIGITAL

PENERAPAN SEMANTIC SEARCHING BERBASIS ONTOLOGI PADA PERPUSTAKAAN DIGITAL PENERAPAN SEMANTIC SEARCHING BERBASIS ONTOLOGI PADA PERPUSTAKAAN DIGITAL i SKRIPSI S U L H A N 041401025 PROGRAM STUDI S-1 ILMU KOMPUTER DEPARTEMEN ILMU KOMPUTER FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dokumen merupakan kekayaan penting yang dimiliki organisasi. Dokumen menarasikan apa yang terjadi dalam organisasi, sehingga mengandung pengetahuan yang dimiliki oleh

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Penerapan teknologi informasi saat ini menyebar hampir di semua bidang termasuk di

BAB 1 PENDAHULUAN. Penerapan teknologi informasi saat ini menyebar hampir di semua bidang termasuk di BAB 1 PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Masalah Penerapan teknologi informasi saat ini menyebar hampir di semua bidang termasuk di perpustakaan. Perpustakaan sebagai institusi pengelola informasi merupakan

Lebih terperinci

VISI & MISI. Visi Menjadi acuan pertama dan utama untuk akses informasi ilmiah demi pengembangan ilmu dan kemajuan peradaban bangsa

VISI & MISI. Visi Menjadi acuan pertama dan utama untuk akses informasi ilmiah demi pengembangan ilmu dan kemajuan peradaban bangsa VISI & MISI sumber: www.pastordorrell.com Visi Menjadi acuan pertama dan utama untuk akses informasi ilmiah demi pengembangan ilmu dan kemajuan peradaban bangsa Misi 1. Menyediakan layanan dan akses global

Lebih terperinci

Pengembangan Website Badan Litbang dan Inovasi. Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan

Pengembangan Website Badan Litbang dan Inovasi. Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Pengembangan Website Badan Litbang dan Inovasi Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Latar Belakang Latar belakang harus diredesign (surat edaran) Surat Edaran Setjen No. SE.14/Setjen-Pusdatin/2015

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Secara tidak langsung aktivitas kehidupan kita termasuk identitas pribadi tercatat dan terekam pada perangkat teknologi informasi dan komunikasi. Sebagai dampaknya,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI. sebuah sistem pencarian lokasi kuliner berbasis mobile web untuk wilayah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI. sebuah sistem pencarian lokasi kuliner berbasis mobile web untuk wilayah BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI 2.1 Tinjauan Pustaka Dalam penelitian yang dilakukan oleh Hasan (2011) tentang aplikasi pencarian lokasi kuliner di Yogyakarta. Penelitian tersebut telah menghasilkan

Lebih terperinci

Bagaimana Cara Mengakses e-journals di Cambridge Core. By Jona Giovani Cambridge University Press 2017

Bagaimana Cara Mengakses e-journals di Cambridge Core. By Jona Giovani Cambridge University Press 2017 Bagaimana Cara Mengakses e-journals di Cambridge Core By Jona Giovani Cambridge University Press 2017 Buka halaman web browser (Firefox and Google Chrome lebih dianjurkan) www.cambridge.org/core Anda akan

Lebih terperinci

Proses Bisnis dan Informasi. Suryo Widiantoro, ST, MMSI, M.Com(IS)

Proses Bisnis dan Informasi. Suryo Widiantoro, ST, MMSI, M.Com(IS) Proses Bisnis dan Informasi Suryo Widiantoro, ST, MMSI, M.Com(IS) 1 Topik bahasan 1. Sistem kolaborasi 2. Teknologi dan perangkat Web 2.0 untuk kolaborasi 3. Tantangan Business 2.0 4. Teknologi Web 3.0

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI Crawler Definisi Focused Crawler dengan Algoritma Genetik [2]

BAB II DASAR TEORI Crawler Definisi Focused Crawler dengan Algoritma Genetik [2] BAB II DASAR TEORI Pada bab ini dibahas teori mengenai focused crawler dengan algoritma genetik, text mining, vector space model, dan generalized vector space model. 2.1. Focused Crawler 2.1.1. Definisi

Lebih terperinci

PENGOPERASIAN WEB BROWSER. Oleh: Bambang Herlandi

PENGOPERASIAN WEB BROWSER. Oleh: Bambang Herlandi PENGOPERASIAN WEB BROWSER Oleh: Bambang Herlandi http://www.bambangherlandi.web.id Apa itu Internet Internet adalah kumpulan atau jaringan dari jaringan komputer yang ada di seluruh dunia. Dalam hal ini

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Manajemen Proyek 2.1.1. Pengertian Manajemen Menurut James A.F. Stoner (2006) Manajemen adalah suatu proses perencanaan, pengorganisasian, kepemimpinan, dan pengendalian upaya

Lebih terperinci

ANALISIS SUBJEK VERBAL

ANALISIS SUBJEK VERBAL ANALISIS SUBJEK VERBAL B. Mustafa mus@ipb.ac.id atau mustafa_smada@yahoo.com P endekatan subjek dalam era elektronik menjadi cara yang utama dalam mencari informasi. Mesin-mesin pencari informasi di internet

Lebih terperinci

Pengenalan Teknologi Informasi

Pengenalan Teknologi Informasi Prodi Teknik Informatika FMIPA Unsyiah November 1, 2011 Pencarian di internet yang efektif adalah sebuah keterampilan yang sangat penting Situs web khusus dirancang untuk membantu pengguna mencari halaman

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. Management System yang biasa disebut dengan CMS merupakan perangkat lunak

BAB II DASAR TEORI. Management System yang biasa disebut dengan CMS merupakan perangkat lunak 10 BAB II DASAR TEORI 2.1. Sistem Manajemen Konten Sebuah Sistem Manajemen Konten atau istilah asingnya Content Management System yang biasa disebut dengan CMS merupakan perangkat lunak dimana isi dari

Lebih terperinci

LAPORAN RESMI. PRAKTIKUM TEKNOLOGI WEB Image dan Link

LAPORAN RESMI. PRAKTIKUM TEKNOLOGI WEB Image dan Link LAPORAN RESMI PRAKTIKUM TEKNOLOGI WEB Image dan Link Dosen Pembimbing : Dwi Susanto Oleh : Laras Intansari (4103131054) 3 D3 MMB B PROGRAM STUDI TEKNOLOGI MULTIMEDIA BROADCASTING DEPARTEMEN MULTIMEDIA

Lebih terperinci

dapat diakses melalui salah satu menu yang berkaitan dengan komponen pada halaman administrator.

dapat diakses melalui salah satu menu yang berkaitan dengan komponen pada halaman administrator. Bab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang Internet telah menjadi bagian yang tidak terpisahkan dalam berbagai bidang kehidupan. Kemajuan ilmu dan teknologi telah mengakibatkan semakin meluasnya pemanfaatan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 DATA SEMI TERSTRUKTUR (SEMISTRUCTURED DATA) Keberadaan data semi terstruktur dikarenakan adanya kebutuhan akan format data baru yang kemudian ditempatkan kedalam teknologi basisdata

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. disebut HTML (HyperText Markup Langauge). Pada perkembangan berikutnya,

BAB 2 LANDASAN TEORI. disebut HTML (HyperText Markup Langauge). Pada perkembangan berikutnya, BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Aplikasi Web Pada awalnya aplikasi web dibangun dengan hanya menggunakan bahasa yang disebut HTML (HyperText Markup Langauge). Pada perkembangan berikutnya, sejumlah skrip dan

Lebih terperinci

RDA (Resource Description and Access) Standar pengatalogan baru perubahan dari AACR2

RDA (Resource Description and Access) Standar pengatalogan baru perubahan dari AACR2 RDA (Resource Description and Access) Standar pengatalogan baru perubahan dari AACR2 Suharyanto (Pustakawan pada Pusat Pengembangan Koleksi dan Pengolahan Bahan Pustaka) Pendahuluan RDA (Resource Description

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI Pada bab ini berisi tentang data dan informasi yang berkaitan dengan pokok permasalahan yang akan diuji, yaitu dengan mendalami tentang klasifikasi teks. Selain itu juga membahas

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. di jaman sekarang, namun apakah Anda mengetahui sejarah nya itu?. Mungkin,

BAB II LANDASAN TEORI. di jaman sekarang, namun apakah Anda mengetahui sejarah nya itu?. Mungkin, BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Sekilas Mengenai Web Internet sudah menjadi hal yang sangat dekat bagi masyarakat ataupun penggunanya di jaman sekarang, namun apakah Anda mengetahui sejarah nya itu?. Mungkin,

Lebih terperinci

Arsitektur Pertukaran Data Jurnal Digital

Arsitektur Pertukaran Data Jurnal Digital Arsitektur Pertukaran Data Jurnal Digital Ni Kadek Ayu Anggraeni (1104505050), Ni Putu Sri Merta Suryani (1104505060) Jurusan Teknologi Informasi, Fakultas Teknik, Universitas Udayana Bukit Jimbaran 1.

Lebih terperinci

BAB IV USER. 1. Masuk dan login. 2. Untuk mengubah pasword maupun melengkapi data identitas, klik menu profile. Tampilannya...

BAB IV USER. 1. Masuk  dan login. 2. Untuk mengubah pasword maupun melengkapi data identitas, klik menu profile. Tampilannya... BAB IV USER Fungsi dari user di aplikasi eprint adalah sebagai pengupload dokumen ke repository eprint. Setelah pendaftaran anggota diterima oleh admin, user dapat melakukan upload repository ke eprint

Lebih terperinci

Pengantar Basis Data. Mata Ajar Basis Data 1

Pengantar Basis Data. Mata Ajar Basis Data 1 Pengantar Basis Data Mata Ajar Basis Data 1 Tujuan Pemelajaran Setelah mengikuti pemelajaran pada topik ini, Anda diharapkan dapat: Menjelaskan karakteristik basis data Menjelaskan keuntungan basis data

Lebih terperinci

PADA PROGRAM APLIKASI DSPACE

PADA PROGRAM APLIKASI DSPACE PANDUAN ENTRI DATA Creating Items (Submitting Materials) PADA PROGRAM APLIKASI DSPACE oleh: Rasiman (Dosen Ilmu Perpustakaan USU) Abstract Panduan ini disajikan Untuk mengoptimalkan pengelolaan dan kemudahan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORI

BAB 2 TINJAUAN TEORI BAB 2 TINJAUAN TEORI 2.1. Pengenalan HTML 2.1.1. Pendahuluan HTML Hypertext Markup Language merupakan kepanjangan dari kata HTML. Adalah script dimana kita bisa menampilkan informasi dan daya kreasi kita

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan teknologi informasi sudah semakin maju. Beberapa aplikasi text mining awal menggunakan penyajian sederhana yang disebut dengan bag-ofwords' ketika

Lebih terperinci

Universitas Gadjah Mada, Jalan Grafika No. 2 Yogyakarta 1), 2),

Universitas Gadjah Mada, Jalan Grafika No. 2 Yogyakarta 1), 2), Konferensi Nasional Sistem & Informatika 2015 STMIK STIKOM Bali, 9 10 Oktober 2015 Peningkatan Nilai Recall dan Precision pada Penelusuran Informasi Pustaka Berbasis Semantik (Studi Kasus : Sistem Informasi

Lebih terperinci

TEMU KEMBALI INFORMASI BERDASARKAN LOKASI PADA DOKUMEN YANG DIKELOMPOKKAN MENGGUNAKAN METODE CENTROID LINKAGE HIERARCHICAL

TEMU KEMBALI INFORMASI BERDASARKAN LOKASI PADA DOKUMEN YANG DIKELOMPOKKAN MENGGUNAKAN METODE CENTROID LINKAGE HIERARCHICAL TEMU KEMBALI INFORMASI BERDASARKAN LOKASI PADA DOKUMEN YANG DIKELOMPOKKAN MENGGUNAKAN METODE CENTROID LINKAGE HIERARCHICAL Nadia Damayanti 1, Nur Rosyid Mubtada i, S.Kom, M.Kom 2, Afrida Helen S.T, M.Kom

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. search engine, pengguna di seluruh dunia mempunyai akses yang mudah terhadap

I. PENDAHULUAN. search engine, pengguna di seluruh dunia mempunyai akses yang mudah terhadap I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jumlah pengguna Internet yang besar dan semakin berkembang telah membentuk budaya internet. Internet juga mempunyai pengaruh yang besar terhadap ilmu pengetahuan dan pandangan

Lebih terperinci

Judul Dokumen : Dokumentasi RSS Penerjemah : mee Tahun : 2007

Judul Dokumen : Dokumentasi RSS Penerjemah : mee Tahun : 2007 Judul Dokumen : Dokumentasi RSS Penerjemah : mee Referensi : http://w3schools.com Tahun : 2007 Lisensi : Open Apa itu RSS? RSS merupakan kependekan dari Really Simple Syndication

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Penyebaran informasi saat ini begitu pesat dengan adanya perangkat teknologi elektronik, sehingga informasi elektronik disebarkan tidak mengenal batas waktu

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. suatu maksud tertentu adalah bagian dari suatu sistem, yang mana sistem

BAB II LANDASAN TEORI. suatu maksud tertentu adalah bagian dari suatu sistem, yang mana sistem BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Informasi Bagian-bagian yang memiliki keterkaitan pengoperasian dalam mencapai suatu maksud tertentu adalah bagian dari suatu sistem, yang mana sistem informasi dapat dibuat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Seiring dengan perkembangan zaman, kemajuan dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi informasi berkembang sangat pesat. Maka informasi juga semakin banyak dan membuat

Lebih terperinci

Penerapan Standar Metadata Dublin Core (DC) dan Open Archive Initiatif (OAI) di Fakultas Teknologi Industri UNISSULA

Penerapan Standar Metadata Dublin Core (DC) dan Open Archive Initiatif (OAI) di Fakultas Teknologi Industri UNISSULA Jurnal Transistor Elektro dan Informatika (TRANSISTOR EI) Vol. 2, No. 1 21 Penerapan Standar Metadata Dublin Core (DC) dan Open Archive Initiatif (OAI) di Fakultas Teknologi Industri UNISSULA Alfiah Nurul

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Komputer adalah kekuatan yang dominan di dalam masyarakat. Penggunaannya terus saja

BAB 1 PENDAHULUAN. Komputer adalah kekuatan yang dominan di dalam masyarakat. Penggunaannya terus saja BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Komputer adalah kekuatan yang dominan di dalam masyarakat. Penggunaannya terus saja berkembang dari tahun ke tahun yang mulanya hanya sebagai mesin pengolah informasi

Lebih terperinci

MODUL PENYEGARAN UPLOAD KOLEKSI DI UNDIP INSTITUTIONAL REPOSITORY 1. Oleh Sugeng Priyanto, SS, MIP

MODUL PENYEGARAN UPLOAD KOLEKSI DI UNDIP INSTITUTIONAL REPOSITORY 1. Oleh Sugeng Priyanto, SS, MIP MODUL PENYEGARAN UPLOAD KOLEKSI DI UNDIP INSTITUTIONAL REPOSITORY 1 Oleh Sugeng Priyanto, SS, MIP INSTITUTIONAL REPOSITORY atau disingkat IR adalah sebuah situs web yang berfungi sebagai media untuk menyimpan,

Lebih terperinci

PENGABDIAN MASYRAKAT PELATIHAN PEMBUATAN WEB UNTUK USTADZ DAN PENGELOLA PONDOK PESANTREN SEBAGAI MEDIA INFORMASI DI KABUPATEN/KOTA KEDIRI

PENGABDIAN MASYRAKAT PELATIHAN PEMBUATAN WEB UNTUK USTADZ DAN PENGELOLA PONDOK PESANTREN SEBAGAI MEDIA INFORMASI DI KABUPATEN/KOTA KEDIRI MODUL PENGABDIAN MASYRAKAT PELATIHAN PEMBUATAN WEB UNTUK USTADZ DAN PENGELOLA PONDOK PESANTREN SEBAGAI MEDIA INFORMASI DI KABUPATEN/KOTA KEDIRI Modul ini merupakan pentunjuk awal untuk pembuatan web hosting

Lebih terperinci

Indonesia OneSearch. (IOS) versi 2. Lokakarya Perpustakaan Nasional 31 Agustus 2016

Indonesia OneSearch. (IOS) versi 2. Lokakarya Perpustakaan Nasional 31 Agustus 2016 Lokakarya Perpustakaan Nasional 31 Agustus 2016 Indonesia OneSearch (IOS) versi 2 Ismail Fahmi, PhD. Inisiator Indonesia OneSearch (IOS) Ismail.fahmi@gmail.com Ismail Fahmi, PhD. Ismail.fahmi@gmail.com

Lebih terperinci

TES. Pustakawan Dalam Pengelolaan Database. Atas bantuan Bapak/Ibu/Sdr saya. 2. Nama BapakIbu/Sdr tidak perlu dicantumkan.

TES. Pustakawan Dalam Pengelolaan Database. Atas bantuan Bapak/Ibu/Sdr saya. 2. Nama BapakIbu/Sdr tidak perlu dicantumkan. LAMPIRAN 1 TES Dengan hormat, Dengan segala kerendahan hati, saya mohon bantuan Bapak/Ibu/Sdr untuk mengisi tes ini yang berkaitan dengan judul penelitian saya Analisis Kemampuan Pustakawan Dalam Pengelolaan

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi informasi, khususnya teknologi Internet. mudah dan gratis, mengakibatkan informasi berlimpah.

1. PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi informasi, khususnya teknologi Internet. mudah dan gratis, mengakibatkan informasi berlimpah. 1. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan teknologi informasi, khususnya teknologi Internet sebagai wadah untuk dapat dengan mudah menyebarkan informasi secara mudah dan gratis, mengakibatkan informasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Dila Farida Nurfajriah, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Dila Farida Nurfajriah, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Dewasa ini perkembangan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) di dunia berkembang sangat pesat dan telah mempengaruhi berbagai bidang kehidupan dan profesi.

Lebih terperinci

Penelusuran online dan Pelaporan

Penelusuran online dan Pelaporan Jurnalistik Online Penelusuran online dan Pelaporan Pertemuan ke 5 (25 Oktober 2013) Penelusuran daring Penelusuran dalam dunia online: simpel 1. Masukkan kata kunci ke kotak pencarian pada suatu mesin

Lebih terperinci

01. Pengenalan Internet

01. Pengenalan Internet 01. Pengenalan Internet Rio Andrianto, S.Kom INTERNET (Interconected Network) Secara umum Internet adalah sebuah sistem komunikasi global yang menghubungkan berbagai mesin komputer dan jaringan-jaringan

Lebih terperinci

BAB I Pendahuluan. 1 Launching Business on the Web, David Cook and Deborah Sellers, QUE, 1995, hal 12.

BAB I Pendahuluan. 1 Launching Business on the Web, David Cook and Deborah Sellers, QUE, 1995, hal 12. BAB I Pendahuluan Perkembangan teknologi komputer akhir-akhir semakin maju, terutama perkembangan dibidang teknologi informasi, karena didukung oleh perkembangan perangkat keras, perangkat lunak dan jaringan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Begitu juga halnya pada perkembangan Internet, hampir semua bidang teknologi

BAB I PENDAHULUAN. Begitu juga halnya pada perkembangan Internet, hampir semua bidang teknologi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan teknologi di dunia komputer saat ini sangatlah pesat. Begitu juga halnya pada perkembangan Internet, hampir semua bidang teknologi berbasis Internet. Salah

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Pengertian Informasi Informasi adalah data yang diolah menjadi bentuk yang lebih berguna dan lebih berarti bagi yang menerimanya.sumber dari informasi adalah data. Data merupakan

Lebih terperinci

UKDW BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

UKDW BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Gereja HKTY Ganjuran adalah salah satu gereja katolik yang terletak di dusun Ganjuran, Sumbermulyo Bambanglipuro, Bantul. Gereja ini dibangun pada tahun 1924

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 5 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Konsep Dasar Sistem Informasi Pada sub bab ini akan dibahas mengenai pengertian dari sistem, pengertian informasi, dan pengertian sistem informasi. 2.1.1. Pengertian Sistem

Lebih terperinci

Pengguna CMS Joomla Oleh: Herman Dwi Surjono, Ph.D.

Pengguna CMS Joomla Oleh: Herman Dwi Surjono, Ph.D. Pengguna CMS Joomla Oleh: Herman Dwi Surjono, Ph.D. http://elearning-jogja.org/personal 1. Pendahuluan CMS (Content Management System) adalah sistem aplikasi web yang dapat digunakan untuk memudahkan mengelola

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN SISTEM DATABASE HASIL SKRIPSI DAN TUGAS AKHIR PADA JURUSAN TEKNIK ELEKTRO UNNES

PENGEMBANGAN SISTEM DATABASE HASIL SKRIPSI DAN TUGAS AKHIR PADA JURUSAN TEKNIK ELEKTRO UNNES PENGEMBANGAN SISTEM DATABASE HASIL SKRIPSI DAN TUGAS AKHIR PADA JURUSAN TEKNIK ELEKTRO UNNES Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Semarang Abstrak. Belum adanya database hasil skripsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sejak lama didominasi oleh perangkat digital non-komputer, menjadi. tanpa dibatasi lagi oleh ruang dan waktu.

BAB I PENDAHULUAN. sejak lama didominasi oleh perangkat digital non-komputer, menjadi. tanpa dibatasi lagi oleh ruang dan waktu. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Teknologi internet telah mengubah wajah komunikasi dunia yang sejak lama didominasi oleh perangkat digital non-komputer, menjadi komunikasi komputer yang global. Teknologi

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS PROSES BELAJAR DAN KONSEP KNOWLEDGE LIBRARY

BAB III ANALISIS PROSES BELAJAR DAN KONSEP KNOWLEDGE LIBRARY BAB III ANALISIS PROSES BELAJAR DAN KONSEP KNOWLEDGE LIBRARY Pada bagian ini akan dibahas hasil analisis dari konsep belajar sebagai proses knowledge management. Selain itu, akan dijabarkan pula konsep

Lebih terperinci

Penggunaan Struktur Data Pohon Berakar dalam XML

Penggunaan Struktur Data Pohon Berakar dalam XML Penggunaan Struktur Data Pohon Berakar dalam XML Luthfi Chandra Fibrian - 13510047 Program Studi Teknik Informatika Sekolah Teknik Elektro dan Informatika Institut Teknologi Bandung, Jl. Ganesha 10 Bandung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Masalah Teknologi Informasi dan Konsep Avatar sebagai Solusi

BAB I PENDAHULUAN Masalah Teknologi Informasi dan Konsep Avatar sebagai Solusi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.1.1 Masalah Teknologi Informasi dan Konsep Avatar sebagai Solusi Konsep teknologi informasi khususnya Internet telah menyediakan segala sesuatu yang dibutuhkan untuk

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI II.1. Sistem Informasi Sistem informasi adalah sekumpulan elemen yang saling bekerja sama baik secara manual atau berbasis komputer yang didalamnya ada pengumpulan, pengolahan, pemprosesan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. perpustakaan menjadi sarana untuk mencari, mengolah, mengumpulkan, mengembangkan dan merawat informasi. Menurut The International

BAB 1 PENDAHULUAN. perpustakaan menjadi sarana untuk mencari, mengolah, mengumpulkan, mengembangkan dan merawat informasi. Menurut The International BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perpustakaan merupakan pusat informasi. Sebagai pusat informasi perpustakaan menjadi sarana untuk mencari, mengolah, mengumpulkan, mengembangkan dan merawat informasi.

Lebih terperinci

Latar Belakang. Teknik Mendapatkan Nilai WEBOMETRIC

Latar Belakang. Teknik Mendapatkan Nilai WEBOMETRIC Latar Belakang WEBOMETRIC adalah sebuah sistem perangkingan dunia yang berbasis WEB. Peringkat ini diperbaharui dua kali dalam setahun (januari dan juli). Tujuan utama dari perangkingan ini adalah (1)

Lebih terperinci

Hasil Hitung Webometrics 2010

Hasil Hitung Webometrics 2010 Hasil Hitung Webometrics 2010 Pengumuman 10 Besar Lomba Situs Web IPB 2010 Hasil Perhitungan Webometrics Simulator Software Kategori Dosen dan Staf Kategori Fakultas page 1 / 31 Kategori Departemen Kategori

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Animasi berasal dari kata Animation yang dalam bahasa Inggris to animate yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Animasi berasal dari kata Animation yang dalam bahasa Inggris to animate yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Animasi berasal dari kata Animation yang dalam bahasa Inggris to animate yang berarti menggerakan. Contohnya sebuah benda yang mati, lalu digerakkan melalui perubahan

Lebih terperinci

tanpa harus repot dan dapat menyelesaikannya dengan cepat dan mudah. Perangkat komunikasi saat ini telah mengalami perkembangan yang cukup pesat, teru

tanpa harus repot dan dapat menyelesaikannya dengan cepat dan mudah. Perangkat komunikasi saat ini telah mengalami perkembangan yang cukup pesat, teru Aplikasi Pembukuan Voucer Isi Ulang Pulsa Dengan J2ME Dessy Agustini (17108157) Jurusan Sistem Informasi, Universitas Gunadarma Jl. Margonda Raya No.100 Pondok Cina, Depok 16424, Indonesia Email: daichi_daisy@yahoo.co.id

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hampir seluruh penjuru dunia mulai dari anak-anak sampai orang dewasa.

BAB I PENDAHULUAN. hampir seluruh penjuru dunia mulai dari anak-anak sampai orang dewasa. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ilmu pengetahuan dan teknologi berkembang cukup pesat dan menghasilkan inovasi-inovasi baru yang senantiasa terus berubah kearah yang lebih baik. Salah satu bidang pengetahuan

Lebih terperinci

Konsep Pemrograman Web

Konsep Pemrograman Web Konsep Pemrograman Web Kuliah Umum Kampus Kalimalang Nuryuliani 1 Konsep Web World Wide Web ("WWW", atau disingkat "Web") adalah suatu ruang informasi dimana sumber sumber daya yang berguna diidentifikasi

Lebih terperinci