(Studi SNIS BOGOR SKRIPSI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "(Studi SNIS BOGOR SKRIPSI"

Transkripsi

1 ANALISIS KELAYAKAN USAHA PEMBENIHAN DAN PEMBESARAN IKAN LELE SANGKURIANG (Studi Kasus: Perusahaan Parakbada, Kelurahan Katulampa, Kota Bogor,Provinsi Jawa Barat) SKRIPSI ANDIKA YULI SUTRISNO H DEPARTEMEN AGRIBIS SNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUTT PERTANIAN BOGOR BOGOR i

2 RINGKASAN ANDIKA YULI SUTRISNO. Analisis Kelayakan Usaha Pembenihan dan Pembesaran Ikan Lele Sangkuriang (Studi Kasus: Perusahaan Parakbada, Kelurahan Katulampa, Kota Bogor, Provinsi Jawa Barat). Skripsi. Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor (Di bawah bimbingan JUNIAR ATMAKUSUMA). Ikan lele merupakan salah satu jenis ikan budidaya air tawar yang banyak dibudidayakan oleh masyarakat. Hal ini dikarenakan ikan lele memiliki kekhasan, yakni mudah untuk dibudidayakan, tidak banyak memerlukan air untuk hidup, dan harga relatif murah. Salah satu jenis ikan lele yang dibudidayakan petani adalah ikan lele Sangkuriang (Clarias sp). Usaha perikanan air tawar, khususnya ikan lele Sangkuriang yang ada di Kota Bogor, salah satunya terdapat di Kelurahan Katulampa. usaha budidaya ikan lele Sangkuriang di Kelurahan Katulampa ini tergolong baru. Perusahaan Parakbada merupakan perusahaan yang terdapat di Kelurahan Katulampa yang bergerak di bidang usaha pembenihan dan pembesaran ikan lele Sangkuriang. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis kelayakan usaha pembenihan dan pembesaran ikan lele Sangkuriang ditinjau dari aspek non finansial (aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen, aspek hukum, aspek sosial, ekonomi dan lingkungan) dan aspek finansial dilihat dari kriteria investasi yakni Net Present Value (NPV), Net B/C, Internal Rate of Return (IRR), dan Discounted Payback Period (DPP), serta menganalisis sensitivitas dari Usaha ikan lele Sangkuriang apabila terjadi penurunan harga jual output (benih dan ikan lele Sangkuriang ukuran konsumsi), penurunan produksi (benih dan ikan lele Sangkuriang ukuran konsumsi) dan peningkatan biaya pakan pada Usaha lele Sangkuriang. Penelitian dilakukan di Perusahaan Parakbada, Kelurahan Katulampa, Kota Bogor, Provinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi penelitian tersebut dilakukan secara sengaja (purposive). Data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi data primer dan sekunder. Data primer diperoleh dari wawancara, observasi langsung, dan kuesioner. Data sekunder berasal dari studi literatur seperti hasil penelitian, Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bogor dan Balai Riset Perikanan Budidaya Air Tawar Kota Bogor. Data dan informasi yang telah dikumpulkan dianalisis secara kualitatif dan kuantitatif yang diolah dengan Microsoft Excel Analisis kualitatif dilakukan dalam analisis aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen, aspek hukum, aspek sosial ekonomi dan lingkungan. Analisis kuantitatif dilakukan dalam menilai kelayakan finansial. Penilaian kelayakan finansial dilakukan dengan melakukan perhitungan kriteria investasi yang meliputi NPV, IRR, Net B/C, dan Discounted Payback Period. Selain itu, dilakukan juga analisis switching value untuk menilai sensitivitas kelayakan usaha terhadap perubahan yang terjadi. Berdasarkan perhitungan analisis non finansial yakni dari segi aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen, dan aspek sosial ekonomi dan lingkungan Usaha ikan lele Sangkuriang pada Perusahaan Parakbada layak untuk dilaksanakan, sedangkan pada aspek hukum belum memiliki badan hukum usaha atau legalitas ii

3 sehingga belum bisa dikatakan layak. Pada aspek finansial layak untuk dijalankan, karena berdasarkan analisis finansial Skenario I (Pembenihan dan Pembesaran Ikan Lele) memperoleh nilai NPV sebesar Rp ,00, Skenario II (Pembenihan Ikan Lele) nilai NPV yang diperoleh sebesar Rp ,00, Skenario III (Pembesaran Ikan Lele) diperoleh nilai NPV sebesar Rp ,00 dan Skenario IV nilai NPV sebesar Rp ,00. Nilai NPV diperoleh lebih besar dari nol yang artinya Usaha ikan lele Sangkuriang pada masing-masing skenario ini layak untuk dijalankan. Nilai Net B/C yang diperoleh pada Skenario I, II, III, IV berturut-turut sebesar 3,961; 4,495; 2,788; 3,810 dimana nilai tersebut lebih besar dari satu yang berarti dari setiap satu rupiah yang dikeluarkan selama umur proyek mampu menghasilkan manfaat bersih sebesar 3,961; 4,495; 2,788; 3,810 rupiah, sehingga usaha ini layak untuk dijalankan. Nilai IRR yang diperoleh pada Skenario I, II, III, IV berturut-turut adalah sebesar 46,51 persen, 89,32 persen, 68,82 persen, 80,86 persen, dimana nilai tersebut lebih besar dari discount rate yang artinya investasi pada Usaha masing-masing skenario lebih menguntungkan dibandingkan dengan deposito. Periode yang diperlukan untuk pengembalian biaya investasi yang ditanamkan (Discounted Payback Period) pada Skenario I, II, III dan IV berturut-turut adalah 3,211 periode; 1,773 periode; 1,756 periode dan 1,779 periode (1 periode = 3 bulan). Analisis switching value untuk mengetahui tingkat sensitivitas terhadap perubahan harga jual output yang dihasilkan, penurunan produksi output, serta adanya kenaikan biaya pakan sehingga keuntungan mendekati normal dimana NPV mendekati atau sama dengan nol. Hasil perhitungan analisis switching value pada usaha pembenihan ikan lele dengan parameter penurunan harga jual benih ikan lele sebesar 51,46 persen, penurunan produksi benih ikan lele sebesar 51,46 persen, dan kenaikan total biaya pakan sebesar 443, 89 persen. Pada usaha pembesaran ikan lele dengan parameter penurunan harga jual ikan lele konsumsi sebesar 11,00 persen, penurunan produksi ikan lele konsumsi sebesar 11,00 persen dan kenaikan total biaya pakan sebesar 21,31 persen. Dari analisis tersebut maka Usaha pembesaran ikan lele (Skenario III) merupakan usaha yang paling sensitif pada ketiga parameter tersebut. Dengan demikian, dapat dilihat bahwa usaha tersebut masih layak apabila besarnya penurunan harga jual output, penurunan produksi ouput, dan kenaikan biaya pakan tidak melebihi dari batasbatas tersebut. iii

4 ANALISIS KELAYAKAN USAHA PEMBENIHAN DAN PEMBESARAN IKAN LELE SANGKURIANG (Studi Kasus: Perusahaan Parakbada, Katulampa, Kota Bogor, Provinsi Jawa Barat) ANDIKA YULI SUTRISNO H Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk Memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Agribisnis DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2012 iv

5 Judul Skripsi Nama NIM : Analisis Kelayakan Usaha Pembenihan dan Pembesaran Ikan Lele Sangkuriang (Studi Kasus: Perusahaan Parakbada, Kelurahan Katulampa, Kota Bogor, Provinsi Jawa Barat) : Andika Yuli Sutrisno : H Menyetujui, Pembimbing Ir. Juniar Atmakusuma, MS NIP Mengetahui, Ketua Departemen Agribisnis Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor Dr. Ir. Nunung Kusnadi, MS NIP Tanggal Lulus : v

6 PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi saya yang berjudul Analisis Kelayakan Usaha Pembenihan dan Pembesaran Ikan Lele Sangkuriang (Studi Kasus: Perusahaan Parakbada, Katulampa, Kota Bogor, Provinsi Jawa Barat) adalah karya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam bentuk daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini. Bogor, April 2012 Andika Yuli Sutrisno NIM. H vi

7 RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Ponorogo pada tanggal 13 Juli Penulis adalah anak pertama dari dua bersaudara dari pasangan Bapak Subagio dan Ibu Suhar. Penulis menyelesaikan pendidikan dasar pertama kali di MI Ma Arif Patihan Kidul pada tahun 2002 dan pendidikan menengah pertama diselesaikan pada tahun 2004 di SMP Negeri 4 Ponorogo. Pendidikan lanjutan menengah atas di SMA Muhammadiyah 1 Ponorogo diselesaikan pada tahun Selama di SMA, penulis meraih Juara 1 Paralel (IPA) sebanyak lima kali berturut-turut dari semester 2 sampai semester 6. Penulis diterima pada Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) pada tahun Pada tahun 2009, penulis mendapatkan beasiswa Tanoto Foundation sampai penulis menyelesaikan perkuliahan. Selama mengikuti pendidikan, penulis tercatat sebagai Ketua Biro Kesekretariatan BEM TPB periode Selain itu, penulis juga merupakan panitia IAC (IPB Art Contest) dan ISEE (International Scholarship Education Expo) yang diadakan BEM KM IPB periode vii

8 KATA PENGANTAR Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkat dan karunia- Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Analisis Kelayakan Usaha Pembenihan dan Pembesaran Ikan Lele Sangkuriang (Studi Kasus: Perusahaan Parakbada, Katulampa, Kota Bogor, Provinsi Jawa Barat). Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kelayakan usaha pembenihan dan pembesaran ikan lele Sangkuriang ditinjau dari aspek non finansial (aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen, aspek hukum, aspek sosial ekonomi dan lingkungan) dan aspek finansial, serta menganalisis sensitivitas Usaha pembenihan dan pembesaran ikan lele Sangkuriang, apabila terjadi penurunan harga jual output yaitu benih dan ikan lele konsumsi, penurunan produksi benih dan ikan lele Sangkuriang ukuran konsumsi, dan kenaikan biaya pakan. Namun demikian, sangat disadari masih terdapat kekurangan karena keterbatasan dan kendala yang dihadapi. Diharapkan, hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi semua pihak. Bogor, April 2012 Andika Yuli Sutrisno NIM. H viii

9 UCAPAN TERIMAKASIH Penyelesaian skripsi ini juga tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Sebagai bentuk rasa syukur kepada Tuhan, penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada: 1. Ir. Juniar Atmakusuma, MS selaku dosen Pembimbing Skripsi sekaligus Pembimbing Akademik atas bimbingan, arahan, waktu dan kesabaran yang telah diberikan kepada penulis selama penyusunan skripsi ini. 1. Ir. Burhanuddin, MM selaku Dosen Penguji Utama dan Ir. Narni Farmayanti, M.Sc selaku Dosen Penguji Departemen pada sidang penulis yang telah bersedia meluangkan waktunya serta memberikan kritik dan saran demi perbaikan skripsi ini. 2. Kepada pengelola Perusahaan Parakbada, Ibu Susy, Tante Syuli, dan karyawan terimakasih atas bantuannya selama penelitian. 3. Prof. Dr. Ir. Rita Nurmalina, MS, Feryanto W. Karo Karo, SP., M.Si. dan Narni Farmayanti, M.Sc. yang telah berkenan berdiskusi dan konsultasi dengan penulis. 4. Bapak (Subagio), Ibu (Suhar), Nenek (Timah) dan adikku (Dian Novita Lutviani) untuk setiap nasihat, dukungan cinta kasih dan doa yang diberikan. Semoga ini menjadi persembahan yang terbaik. 5. Paman (Slamet), Bibi (Djumiati), dan sepupuku (Ayu, Ilham, Edi, Ari), untuk nasihat dan dukungannya. 6. Ibu Dian Aksanti (Guru SMA Muhammadiyah 1 Ponorogo), Retin, Dinda, Yadi, Dea, Intan, Vita, Aris, Mulia, dan teman-teman kelas XII IA 3 Angkatan SMA Muhammadiyah 1 Ponorogo yang telah memberikan dukungan kepada penulis. 7. Seluruh dosen dan staf Kependidikan Departemen Agribisnis yang telah banyak membantu penulis selama ini. 8. Kakakku (Nanang Yuswanto) dan Mbak Dian, terimakasih atas dukungan dan bantuannya selama ini. 9. Sahabat-sahabatku Lutfiah Nur, Ervan Fareza, dan Diki More Sari, terimakasih atas keakraban, bantuan, dukungan dan kerjasama selama kuliah, nasihat-nasihat yang diberikan, serta saran dalam penyusunan skripsi ini. ix

10 10. Teman-teman terbaik Gebry Ayu Diwandani, Meidina Megan Andriani, Fitria Purnama Sari, Lorenta In Haryanto, Nezi Hidayani, Andi Facino, Arini Prihatin, Syajaroh Duri, Haris Fatori Aldila, Layra Nichi Sari, Annisa Roseriza, Jayanti Mandasari, Ni Putu Ayuning W. P. M, Dhienar Meidawati, Restika Raditya, Tia Anis Dakhiyah, Andina Gemah Pertiwi, Akbar Zaenal Mutakhin, terimakasih atas keakraban selama kuliah, bantuan dan nasihatnasihatnya. 11. Teman-teman seperjuangan dan teman-teman Agribisnis angkatan 45 atas semangat dan berbagi cerita selama penelitian hingga penulisan skripsi. 12. Yayasan Tanoto Foudation yang telah memberikan beasiswa kepada penulis sejak semester 2 sampai semester akhir, Mbak Vika terimakasih atas dukungannya selama ini. 13. Semua pihak yang telah bersedia membantu penulis selama penulis menyelesaikan penulisan skripsi ini yang tidak dapat disebutkan satu persatu, Terimakasih banyak. Bogor, April 2012 Andika Yuli Sutrisno NIM. H x

11 DAFTAR ISI Halaman DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... xiii xv xvi I PENDAHULUAN Latar Belakang Perumusan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian Ruang Lingkup Penelitian... 8 II TINJAUAN PUSTAKA Karakteristik Ikan Lele Sangkuriang Kajian Penelitian Terdahulu... 9 III KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis Pengertian Studi Kelakayan Aspek-aspek Studi Kelayakan Teori Biaya dan Manfaat Konsep Nilai Waktu Uang (Time Value of Money) Kriteria Investasi Analisis Laba Rugi Usaha Anasilis Switching Value Kerangka Pemikiran Operasional IV METODOLOGI PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian Metode Penentuan Responden Desain Penelitian Data dan Sumber Data Metode Pengumpulan Data Metode Pengolahan dan Analisis Data Aspek Pasar Aspek Teknis Aspek Manajemen Aspek Hukum Aspek Sosial, Ekonomi dan Lingkungan Aspek Finansial Asumsi Dasar V GAMBARAN UMUM Gambaran Umum Lokasi Penelitian xi

12 Letak dan Kondisi Geografis Kependudukan Pertanahan Sarana dan Prasarana Keragaan Umum Perusahaan Parakbada Sejarah Perusahaan Parakbada Sarana dan Prasarana Perusahaan VI ANALISIS ASPEK-ASPEK NON FINANSIAL Aspek Pasar Potensi Pasar Strategi Pemasaran Market Share Aspek Teknis Lokasi Usaha Layout Tempat Usaha Skala Usaha Proses Produksi Ikan Lele Sangkuriang Aspek Manajemen Aspek Hukum Aspek Sosial, Ekonomi, dan Lingkungan VII ANALISIS FINANSIAL Arus Penerimaan (Inflow) Nilai Sisa Arus Pengeluaran (Outflow) Biaya Investasi Biaya Operasional Analisis Rugi Laba Analisis Kelayakan Usaha Analisis Switching Value VIII KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN xii

13 DAFTAR TABEL Nomor Halaman 1 Produksi Perikanan Budidaya Air Tawar Berdasarkan Kota dan Kabupaten di Provinsi Jawa Barat Tahun Karakteristik Pertumbuhan Lele Sangkuriang dan Lele Dumbo Jumlah Penduduk Kelurahan Katulampa, Kecamatan Bogor Timur, Kota Bogor Menurut Usia pada Tahun Jumlah Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan di Kelurahan Katulampa, Kecamatan Bogor Timur, Kota Bogor pada Tahun Pertanahan Peruntukan pada Kelurahan Katulampa, Kecamatan Bogor Timur, Kota Bogor pada Tahun Kolam Produksi di Perusahaan Parakbada Perkiraan Kebutuhan Larva dan Induk Lele di Jawa Barat hingga Tahun Perhitungan Market Share Perusahaan Parakbada terhadap Kabupaten Bogor Komposisi Pakan Pembenihan Ikan Lele Kebutuhan Pakan untuk Segmen Pembenihan Ikan Lele di Perusahaan Parakbada dalam Satu Kali Proses Pembenihan Komposisi Pelet Apung (Pelet L1, Pelet L2, Pelet L3) dan Pelet Tenggelam Kebutuhan Pakan untuk Segmen Pembesaran Ikan Lele Konsumsi di Perusahan Parakbada dalam Satu Kali Proses Pembesaran (1 Kolam) Jenis, Ukuran, dan Jumlah Kolam yang dimiliki Perusahaan Parakbada Perbandingan Output yang dihasilkan pada Skenario I, Skenario II Skenario III, dan Skenario IV Penerimaan Usaha Pembenihan dan Pembesaran Ikan Lele Sangkuriang (Skenario I) Penerimaan Usaha Pembenihan Ikan Lele sangkuriang (Skenario II) Penerimaan Usaha Pembesaran Ikan Lele Sangkuriang (Skenario III) Penerimaan Usaha Pembenihan dan Pembesaran Ikan Lele Sangkuriang (Skenario IV) xiii

14 19 Biaya Investasi pada Skenario I, Skenario II, Skenario III, dan Skenario IV (dalam Rupiah) Rincian Biaya Tetap pada Skenario I (Pembenihan dan Pembesaran Ikan Lele) di Perusahaan Parakbada per Periode Rincian Biaya Tetap pada Skenario II (Pembenihan Ikan Lele) per Periode Rincian Biaya Tetap pada Skenario III (Pembesaran Ikan Lele) per Periode Rincian Biaya pada Skenario IV Rincian Biaya Variabel pada Skenario III (per Periode) Rincian Biaya Pokok Pinjaman, Biaya Bunga, Angsuran pada Skenario II dan III Rincian Biaya Pokok Pinjaman, Biaya Bunga, Biaya Angsuran pada Skenario IV Hasil Analisis Laba Rugi pada Perusahaan Parakbada Kelayakan Finansial pada Skenario I (Pembenihan dan Pembesaran Ikan Lele) di Perusahaan Parakbada Kelayakan Finansial pada Skenario II (Pembenihan Ikan Lele) Kelayakan Finansial pada Skenario III (Pembesaran Ikan Lele) Kelayakan Finansial pada Skenario IV Perbandingan Hasil Kelayakan pada Skenario I, Skenario II, Skenario III, dan Skenario IV Hasil Analisis Switching Value pada Usaha Pembenihan dan Pembesaran Ikan Lele Sangkuriang xiv

15 DAFTAR GAMBAR Nomor Halaman 1 Kerangka Pemikiran Operasional Kakaban di Perusahaan Parakbada Saluran Pemasaran Benih Ikan Lele Saluran Pemasaran Ikan Lele Konsumsi Kios Penjual Pakan Ikan Lele, Pasar Sukasari, Bogor Proses Penguahaan Pembenihan Ikan Lele Sangkuriang Indukan Lele Sangkuriang Perusahaan Parakbada Proses Pemijahan Ikan Lele Perusahaan Parakbada Penyortiran Benih Ikan Lele Perusahaan Parakbada Proses Usaha Pembesaran Ikan Lele Sangkuriang Proses Pemanenan Ikan Lele Sangkuriang Struktur Organisasi Perusahaan Parakbada xv

16 Nomor DAFTAR LAMPIRAN Halaman 1 Layout Perusahaan Parakbada Pola Tanam Produksi Usaha Pembenihan Ikan Lele Sangkuriang pada Perusahaan Parakbada Pola Produksi Usaha Pembesaran Ikan Lele Sangkuriang pada Perusahaan Parakbada Rincian Biaya Investasi, Penyusutan per Periode, dan Nilai Sisa pada Skenario I (Pembenihan dan Pembesaran Ikan Lele Rincian Biaya Investasi, Penyusutan per Periode, dan Nilai Sisa pada Skenario II (Usaha Pembenihan Ikan Lele) Rincian Biaya Investasi, Penyusutan per Periode, dan Nilai Sisa pada Skenario III (Usaha Pembesaran Ikan Lele) Rincian Biaya Investasi, Penyusutan per Periode, dan Nilai Sisa pada Skenario IV Rincian Biaya Variabel Skenario I dan Skenario IV Rincian Biaya Variabel Skenario II (Usaha Pembenihan Ikan Lele) Analisis Laporan Rugi Laba pada Skenario I (Usaha Pembenihan dan Pembesaran Ikan Lele) Analisis Laporan Rugi Laba pada Skenario II (Usaha Pembenihan Ikan Lele) Analisis Laporan Rugi Laba pada Skenario III (Usaha Pembesaran Ikan Lele Analisis Laporan Rugi Laba pada Usaha Skenario IV Analisis Cashflow pada Skenario I (Usaha Pembenihan dan Pembesaran Ikan Lele Sangkuriang) Analisi Cashflow pada Skenario II (Usaha Pembenihan Ikan Lele Sangkuriang) Analisis Cashflow pada Skenario III (Usaha Pembesaran Ikan Lele Sangkuriang) Analisis Cashflow Usaha Skenario IV Analisis Switching Value Penurunan Harga Jual Benih Lele pada Usaha Pembenihan Ikan Lele (51,46%) Analisis Switching Value Penurunan Produksi Benih Ikan Lele pada Usaha Pembenihan Ikan Lele (51,46%) Analisis Switching Value Kenaikan Total Biaya Pakan pada xvi

17 Usaha Pembenihan Ikan Lele (443,89%) Analisis Switching Value Penurunan Harga Jual Ikan Lele Konsumsi pada Usaha Pembesaran Ikan Lele (11,00%) Analisis Switching Value Penurunan Produksi Ikan Lele Konsumsi pada Usaha Pembesaran Ikan Lele (11,00%) Analisis Switching Value Kenaikan Total Biaya Pakan pada Usaha Pembesaran Ikan Lele (21,31%) Dokumentasi Penelitian xvii

18 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor perikanan pada dasarnya dibagi menjadi dua yaitu perikanan tangkap dan perikanan budidaya. Potensi sektor perikanan tangkap Indonesia diperkirakan mencapai 6,4 juta ton per tahun dengan tingkat pemanfaatan saat ini sebesar 4,4 juta ton per tahun atau sebesar 70 persen. Sementara itu, potensi Indonesia di sektor perikanan budidaya sebesar 15,95 juta hektar. Potensi budidaya ini terdiri atas potensi budidaya air tawar sebesar 2,23 juta hektar, budidaya air payau 1,22 juta hektar, dan potensi budidaya laut sebesar 12,44 juta hektar. Pemanfaatan potensi sumberdaya perikanan budidaya, saat ini baru sekitar 10,1 persen untuk budidaya air tawar, 40 persen untuk budidaya air payau, dan 0,01 persen untuk budidaya laut. Total produksi perikanan budidaya nasional saat ini baru mencapai 1,6 juta ton per tahun. Padahal kegiatan budidaya ikan di Indonesia dapat dilakukan sepanjang tahun dikarenakan kondisi perairan di Indonesia beriklim tropis. Oleh karena itu, masih terdapat peluang untuk melakukan pemanfaatan sektor perikanan budidaya di Indonesia 1. Jawa Barat merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang memasok sekitar 30 persen produksi ikan yang ada di Indonesia. Produksi ikan di Jawa barat masih didominasi oleh sektor budidaya air tawar yang mencapai ton, sedangkan sisanya dari ikan tangkapan perairan umum maupun laut. Sentra produksi budidaya ikan air tawar di Jawa barat diantaranya adalah kota Sukabumi, Garut, Cianjur dan Bogor. Produksi yang dihasilkan kota Sukabumi untuk sektor budidaya mencapai ton, kota Garut mencapai ton, kota Cianjur mencapai ton, dan kota Bogor mencapai ton (Dinas Perikanan Provinsi Jawa Barat, 2008). Beberapa jenis ikan air tawar yang dibudidayakan di Provinsi Jawa Barat diantaranya adalah ikan nila, mas, lele, patin, dan gurame. Pada Tabel 1 memperlihatkan produksi budidaya air tawar berdasarkan kota dan kabupaten di Provinsi Jawa Barat pada tahun Departemen Kelautan dan Perikanan. Indonesia dan Negara Asia, Up datedata Perikanan. Diakses pada tanggal 17 April

19 Tabel 1. Produksi Perikanan Budidaya Air Tawar Berdasarkan Kota dan Kabupaten di Provinsi Jawa Barat Tahun 2009 No Kabupaten/Kota Produksi (ton) Nila Mas Lele Patin Gurame 1 Kab. Cianjur Kota Tasikmalaya Kab. Tasikmalaya Kota Bogor Kab. Bogor Kota Cirebon Kab. Cirebon Kota Bandung Kab. Bandung Barat Kab. Purwakarta Lainnya Sumber: Dinas Perikanan Provinsi Jawa Barat, 2010 (diolah) Tabel 1 dapat dilihat bahwa setiap kota dan kabupaten di Jawa Barat menghasilkan produksi ikan yang berbeda-beda. Kota Tasikmaya, Kabupaten Cianjur, Kabupaten Bandung Barat, dan Kabupaten Purwakarta yang merupakan sentra produksi ikan nila yang mencapai ton sampai ton per tahunnya. Komoditi ikan mas dihasilkan oleh Kabupaten Cianjur dan Kabupaten Purwakarta, untuk sentra produksi ikan lele yang mencapai ton pertahunnya dihasilkan oleh Kabupaten Bogor. Untuk ikan patin mayoritas dihasilkan oleh Kabupaten Bandung, Kabupaten Purwakarta. Sedangkan untuk sentra gurame di Jawa Barat adalah Kabupaten Cianjur dan Kabupaten Bogor. Kota Bogor dan Kabupaten Bogor mempunyai produksi yang cukup merata untuk setiap komoditi yang dihasilkan. Kota Bogor merupakan salah satu daerah penghasil ikan air tawar yang terdapat di Provinsi Jawa Barat. Hasil perikanan budidaya air tawar yang banyak diusahakan oleh masyarakat Kota Bogor adalah ikan lele. Menurut data dari Dinas Kelautan dan Perikanan Perikanan Jawa Barat (2009), produksi ikan lele Kota Bogor mencapai 470,37 ton untuk ikan lele ukuran konsumsi, sedangkan untuk benih ikan lele mencapai ekor. Hal ini mengindikasikan bahwa Kota Bogor memiliki potensi untuk mengembangkan usaha budidaya ikan lele. 2

20 Menurut Prasetya (2011), permintaan akan ikan lele di wilayah Bogor mencapai 30 ton per hari. Hal tersebut membuat pengusaha budidaya ikan lele dapat memiliki pasar yang prospektif. Salah satu jenis ikan lele yang banyak dibudidayakan pembudidaya ikan lele adalah ikan lele Sangkuriang (Clarias sp). Ikan lele ini adalah salah satu komoditas perikanan budidaya unggulan yang dikembangkan. Oleh karena itu, ikan lele jenis Sangkuriang memiliki prospek pasar yang cukup baik dilihat dari kelebihan ikan lele, yaitu dapat bertahan hidup dalam kondisi air yang minimum, sehingga masyarakat banyak membudidayakannya. Selain itu ikan ini juga dapat dipijahkan sepanjang tahun, tumbuh lebih cepat, dapat hidup pada lingkungan yang kotor dan sedikit oksigen, dan dapat mencapai ukuran yang lebih besar, dan dapat diberikan pakan tambahan bermacam-macam. Tabel 2. Karakteristik Pertumbuhan Lele Sangkuriang dan Lele Dumbo Deskripsi Lele Sangkuriang Lele Dumbo Pendederan I (Benih berumur 5-26 hari) Pertumbuhan harian (%) 29,26 20,38 Panjang standar (cm) Kelangsungan hidup (%) >80 >80 Pendederan II (Benih berumur hari) Pertumbuhan harian (%) 13,96 12,18 Panjang standar (cm) Kelangsungan hidup (%) >90 >90 Pembesaran Pertumbuhan harian selama 3 bulan (%) 3,53 2,73 Pertumbuhan harian ikan indukan 0,85 0,62 Konversi pakan (ton) 0,8-1 >1 Sumber: Warta budidaya ikan dalam Rahmatun (2007) Tabel 2 menunjukkan bahwa, terdapat banyak keunggulan yang dimiliki oleh ikan lele Sangkuriang dibanding ikan lele lainnya (ikan lele Dumbo). Keunggulan ikan lele sangkuriang, panjang standar benih berumur 5-26 hari mencapai 3-5 cm lebih panjang dibanding dengan benih lele dumbo pada umur yang sama yakni 2-3 cm. selain itu, konversi pakan ikan lele sangkuriang (pembesaran) mencapai 0,8-1 ton lebih sedikit dibanding dengan konversi pakan lele dumbo yang mencapai lebih dari satu ton. Keunggulan ini menunjukkan 3

21 bahwa lele sangkuriang memiliki perspektif yang lebih bagus daripada lele dumbo. Salah satu perusahaan yang mengusahakan komoditi ikan lele Sangkuriang adalah perusahaan Parakbada. Perusahaan ini terletak di Katulampa, Bogor, Jawa Barat. Perusahaan ini berdiri pada awal bulan Mei 2011, sehingga tergolong perusahaan baru yang bergerak dibudidaya ikan lele. Usaha pembenihan dan pembesaran ikan lele Sangkuriang tersebut membutuhkan dana yang tidak sedikit untuk membiayai investasi dalam jangka panjang. Risiko usaha pada kegiatan budidaya juga cukup besar. Untuk mengurangi risiko tersebut perlu perencanaan yang tepat agar dana yang diinvestasikan dapat memberikan keuntungan. Selain itu, biaya variabel seperti harga input (pakan) yang cenderung meningkat menyebabkan perubahan pada biaya produksi. Dengan demikian, penting melakukan analisis kelayakan usaha pembenihan dan pembesaran ikan lele Sangkuriang yaitu dapat membantu para pelakunya menyusun perencanaan yang baik sehingga dapat memajukan usaha tersebut sesuai dengan aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen, aspek hukum, aspek sosial, ekonomi dan lingkungan serta memastikan bahwa akan memberikan hasil yang optimal. Dengan adanya analisis tersebut juga dapat melakukan keputusan dengan baik mengenai upaya dalam pemasaran produk yang dihasilkan, agar kegiatan usaha tersebut dapat memberikan keuntungan bagi pihak yang terlibat. Hal tersebut dapat diketahui dengan melakukan analisis finansial dengan menggunakan beberapa kriteria kelayakan usaha, yaitu Net Present Value (NPV), Net B/C, Internal rate of Return (IRR), dan Discounted Payback Period (DPP). Selain itu juga dilakukan analisis sensitivitas agar jika terjadi perubahan yang berkaitan dengan perubahan manfaat dan biaya bisa menjadi pedoman bagi pihak yang berkaitan. Analisis kelayakan usaha ini berguna untuk mengetahui apakah usaha tersebut memiliki prospek yang baik di masa mendatang Perumusan Masalah Ikan lele Sangkuriang merupakan komoditas perikanan budidaya. Ikan lele ini memiliki keunggulan antara lain dapat dibudidayakan di lahan dan sumber air yang terbatas dengan padat tebar tinggi, serta dapat dipijahkan sepanjang 4

22 tahun. Dengan adanya keunggulan yang dimiliki oleh ikan lele ini, membuat banyak orang yang tertarik untuk berinvestasi pada usaha budidaya (pembenihan dan pembesaran) ikan lele Sangkuriang. Salah satu perusahaan yang melakukan Usaha pembenihan dan pembesaran ikan lele Sangkuriang di Bogor adalah Perusahaan Parakbada. Perusahaan ini didirikan secara founder mendirikan usaha secara bersama oleh Ibu Susi, Bapak Iyos, Bapak Fauzi, Bapak Amruh Kumandang, dan Bapak Faisal. Perusahaan Parakbada merupakan perusahaan yang baru berdiri. Awal pembangunan tempat produksi (usaha) dilakukan pada bulan Mei Sekarang, perusahaan ini memiliki 65 buah kolam yang terdiri atas lima kolam pemijahan, tiga kolam pemeliharaan indukan, 10 kolam pembesaran, delapan kolam penyortiran, satu kolam pemeliharaan calon induk, dan sisanya sebanyak 38 kolam penetasan. Perusahaan mulai melakukan budidaya pada pertengahan bulan Juli 2011 dimana sampai sekarang baru melakukan produksi sebanyak satu kali, dimana hasilnya mencapai enam kuintal. Namun untuk pemijahan sudah bisa dilakukan hampir setiap minggu, tergantung dari kondisi indukan yang dimiliki. Pada proses pemijahan, didapatkan benih sebanyak ribu ekor benih per satu kali pemijahan, tergantung dari kombinasi indukan yang dipakai. Perusahaan ini menjual benih ikan lele seharga Rp 200,00 per ekor dan untuk ikan lele konsumsi antara Rp ,00 sampai dengan Rp ,00 per kg. Pengelola perusahaan ini berpendapat bahwa Usaha pembenihan dan pembesaran ikan lele Sangkuriang memiliki prospek yang baik, mengingat tingginya permintaan benih lele dan lele konsumsi yang tidak diimbangi dengan pasokan (penawaran). Hasil wawancara dengan Ibu Susy, permintaan terhadap ikan lele konsumsi di wilayah JABODETABEK (Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi) mencapai 150 ton per hari. Namun pasokan yang ada di pasar hanya sekitar ton per hari, sehingga terdapat kekurangan pasokan sekitar setengah dari jumlah permintaan tersebut. Hal ini menjadi peluang tersendiri yang ingin dimanfaatkan oleh pengelola Perusahaan Parakbada. Berdasarkan hasil wawancara, pihak pengelola Perusahaan Parakbada memberikan pernyataan bahwa usaha pembenihan ikan lele lebih menguntungkan 5

23 dibandingkan dengan usaha pembesaran ikan lele. Hal ini menimbulkan rasa ingin tahu apa benar usaha pembenihan ikan lele lebih menguntungkan dibandingkan dengan usaha pembesaran ikan lele. Hal ini lah yang menjadi alasan mengapa penulis melakukan penelitian ini, yakni menggunakan Skenario I (Usaha Pembenihan dan Pembesaran Ikan Lele dengan Modal Sendiri), Skenario II (usaha pembenihan ikan lele), Skenario III (Usaha Pembesaran Ikan Lele) dan Skenario IV (Usaha Pembenihan dan Pembesaran Ikan Lele dengan Modal Pinjaman). Hasil dari wawancara dengan Ibu Susi, pada awal melakukan Usaha ini (pembenihan dan pembesaran ikan lele Sangkuriang) sebenarnya perusahaan membutuhkan investasi yang besar, yakni sekitar Rp. 80 juta. Namun, modal yang didapat dari founder terkumpul sekitar Rp. 60 juta saja. Hal ini mengakibatkan Usaha tersebut kurang berjalan optimal, seperti dalam hal penyediaan pakan dan proses produksi. Walaupun dalam Usaha ikan lele ini memiliki tingkat keberhasilan yang tinggi karena ikan lele Sangkuriang merupakan ikan yang mudah untuk dibudidayakan, namun besaran biaya yang dikeluarkan harus diperhitungkan dengan hasil yang diperoleh. Besarnya investasi yang dikeluarkan harus disesuaikan dengan skala usaha yang dilakukan dan tingkat keuntungan yang diperoleh. Permasalahan selanjutnya yang dihadapi pada Usaha pembenihan dan pembesaran ikan lele ini yaitu biaya pakan (input) yang mengalami kenaikan harga. Hasil wawancara dengan ibu Susy (saat penelitian), terjadi kenaikan pakan, misal pakan lele konsumsi jenis L1 (pakan untuk ikan lele berukuran 5-7 cm) yang awalnya seharga Rp 5.500,00 per kg, sekarang mencapai Rp 7.500,00 per kg. Selain itu, harga cacing sutera yang awalnya seharga Rp 5.000,00 per takar naik menjadi Rp 7.000,00 per takar. Peningkatan biaya variabel seperti harga pakan masuk dalam permasalahan karena biaya variabel (pakan) merupakan biaya utama yang dikeluarkan dalam Usaha lele ini. Kenaikan harga pakan membuat Usaha ikan lele ini mengalami kenaikan biaya produksi, sehingga harga jual output akan mengalami kenaikan. Ketika harga jual output meningkat maka akan berdampak pada penurunan penjualan output tersebut. Hal ini akan berpengaruh terhadap penurunan keuntungan yang akan diperoleh perusahaan. 6

24 Dari permasalahan-permsalahan tersebut, maka diperlukan analisis kelayakan Usaha budidaya ikan lele Sangkuriang untuk mengetahui kelayakan dari Usaha tersebut, sehingga investasi yang dikeluarkan untuk melakukan usaha ini dapat mendatangkan keuntungan sesuai dengan yang diharapkan. Selain itu juga pentingnya melakukan analisis kelayakan ini adalah untuk mengembangkan usaha yang dijalankan di masa mendatang. Agar perusahaan tersebut menjadi skala yang lebih besar serta mampu memenuhi permintaan ikan lele sangkuriang ukuran konsumsi di wilayah JABODETABEK, khususnya di wilayah Bogor. Berdasarkan penjelasan di atas, maka perumusan masalah yang akan dibahas adalah sebagai berikut. 1) Bagaimana kelayakan aspek non finansial Usaha pembenihan dan pembesaran ikan lele Sangkuriang yang dilakukan oleh Perusahaan Parakbada dilihat dari aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen, aspek hukum, aspek sosial ekonomi dan lingkungan? 2) Bagaimana kelayakan aspek finansial Usaha pembenihan dan pembesaran ikan lele Sangkuriang dilihat dari kriteria investasi Net Present Value (NPV), Net B/C, Internal rate of Return (IRR), dan Discounted Payback Period (DPP) pada empat skenario? 3) Bagaimana pengaruhnya jika terjadi penurunan harga jual output (benih dan ikan lele Sangkuriang ukuran konsumsi), penurunan produksi (benih dan ikan lele Sangkuriang ukuran konsumsi) dan peningkatan biaya produksi (pakan) dan pada Usaha lele Sangkuriang? 1.3. Tujuan Penelitian Berdasarkan perumusan masalah tersebut, maka tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut. 1) Menganalisis kelayakan Usaha ikan lele Sangkuriang ditinjau dari aspek non finansial (aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen, aspek hukum, aspek lingkungan dan sosial) dan aspek finansial dilihat dari kriteria investasi yakni Net Present Value (NPV), Net B/C, Internal rate of Return (IRR), dan Discounted Payback Period (DPP). 2) Menganalisis sensitivitas dari Usaha ikan lele Sangkuriang apabila terjadi penurunan harga jual output (benih lele dan ikan lele Sangkuriang ukuran 7

25 konsumsi), penurunan produksi (benih lele dan ikan lele Sangkuriang ukuran konsumsi) dan peningkatan biaya pakan pada Usaha lele Sangkuriang Manfaat Penelitian Dengan melihat permasalahan-permasalahan yang ada pada penelitian, penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat bagi berbagai pihak yang berkepentingan, seperti bagi peneliti yakni penelitian ini merupakan salah satu sarana untuk mengaplikasikan ilmu yang telah diperoleh selama masa kuliah, bagi pemilik usaha yakni penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan yang bermanfaat dalam mengembangkan keberlanjutan usaha pembenihan dan pembesaran ikan lele sangkuriang, dan bagi calon investor yakni memberikan gambaran mengenai kondisi Usaha pembenihan dan pembesaran ikan lele sangkuriang, khususnya di tempat penelitian ini dilakukan, serta bagi pembaca yakni sebagai bahan informasi, pengetahuan dan literatur untuk penelitian selanjutnya Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian ini adalah mengkaji aspek-aspek non finansial yang terdiri dari aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen, aspek hukum, aspek sosial, ekonomi dan lingkungan serta aspek finansial. Hal ini dilakukan untuk meneliti kelayakan usaha pembenihan dan pembesaran ikan lele Sangkuriang pada Perusahaan Parakbada, Katulampa, Kota Bogor, Provinsi Jawa Barat. 8

26 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Karakteristik Ikan Lele Sangkuriang Ikan lele Sangkuriang merupakan hasil perbaikan genetika lele Dumbo melalui silang balik (backcross), sehingga klasifikasinya sama dengan lele Dumbo. Meskipun induk awal lele Sangkuriang berasal dari ikan lele Dumbo, antara keduanya tetap memiliki perbedaan. Secara umum morfologi ikan lele Sangkuriang tidak memiliki banyak perbedaan dengan ikan lele Dumbo. Hal tersebut terjadi karena ikan lele Sangkuriang sendiri merupakan hasil silang dari induk lele Dumbo. Tubuh ikan lele Sangkuriang mempunyai bentuk tubuh memanjang, berkulit licin, berlendir, dan tidak bersisik. Bentuk kepala menggepeng (depress), dengan mulut yang relatif lebar, mempunyai empat pasang sungut. Ikan lele Sangkuriang memiliki tiga sirip tunggal yaitu sirip punggung, sirip ekor, dan sirip dubur. Sementara itu sirip yang berpasangan ada dua yaitu sirip dada dan sirip perut. Pada sirip dada terdapat sepasang patil atau duri keras yang dapat digunakaan untuk mempertahankan diri dan kadang-kadang dapat dipakai untuk berjalan dipermukaan tanah. Pada bagian atas ruangan rongga insang terdapat alat pernapasan tambahan yang berbentuk seperti batang pohon yang penuh dengan kapiler-kapiler darah. Lukito (2002) menyatakan ikan lele Sangkuriang dapat hidup di lingkungan yang kualitas airnya sangat jelek. Kualitas air yang baik untuk pertumbuhan yaitu kandungan oksigen sekitar 6 ppm, karbondioksida kurang dari 12 ppm, suhu antara 24 C-26 C, NH 3 kurang dari 1 ppm dan cahaya tembus matahari ke dalam air maksimum 30 cm. Ikan lele dikenal aktif pada malam hari. Pada siang hari, ikan lele lebih suka berdiam di dalam lubang atau tempat yang tenang dan aliran air tidak terlalu keras. Ikan lele memiliki kebiasaan mengaduk-aduk lumpur dasar untuk mencari binatang-binatang kecil yang terletak di dasar perairan (Simanjuntak 1989) Kajian Penelitian Terdahulu Pada kajian penelitian terdahulu, peneliti mengambil tinjauan beberapa penelitian yang terkait dengan topik penelitian yaitu kelayakan usaha, baik pada 9

27 sektor budidaya komoditas maupun pada perusahaan. Terdapat tinjauan penelitian terdahulu dalam kajian ini yang membahas mengenai kelayakan usaha pembenihan dan pembesaran ikan lele. Penelitian Anggraini (2008), Kemala (2010), Rohmawati (2010), Rubiana (2010), Sari Sulaiman (2010), dan Surahmat (2009) memiliki tujuan yang sama, yakni menganalisis kelayakan usaha dilihat dari aspek finansial dan non finansial aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen, aspek lingkungan dan sosial ekonomi serta menganalisis sensitivitas kelayakan usaha. Namun dalam Rubiana (2010) menambahkan aspek hukum pada analisis non finansial. Perbedaan ini dipicu akibat sudah atau belum adanya perijinan resmi legalitas (seperti SIUP) yang ada dalam perusahaan tempat penelitian terkait. Metode analisis yang digunakan dalam penelitian Anggraini (2008), Kemala (2010), Rohmawati (2010), Rubiana (2010), Sari Sulaiman (2010), dan Surahmat (2009) adalah metode analisis secara kualitatif dan kuantitatif. Analisis kualitatif untuk mengkaji aspek non finansial yakni aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen, aspek hukum, aspek lingkungan dan sosial ekonomi. Analisis kuantitatif untuk mengkaji aspek finansial berdasarkan kriteria kelayakan investasi yakni Net Present Value (NPV), Internal Rate Return (IRR), Net Benefit Cost (Net B/C Ratio), Payback Period, dan analisis sensitivitas switching value. Data yang diperoleh diolah secara manual dengan menggunakan program komputer Microsoft Excel. Hal yang membedakan penelitian Anggraini (2008), Kemala (2010), Rohmawati (2010), Rubiana (2010), Sari Sulaiman (2010), dan Surahmat (2009) adalah pada komoditi yang diteliti. Pada Anggaraini (2008) ) melakukan penelitian kelayakan pada komoditi ikan mas, Kemala (2010) dan Sari Sulaiman (2010) melakukan penelitian kelayakan pada komoditi ikan bawal air tawar, Rohmawati (2010) melakukan penelitian kelayakan pada komoditi ikan hias air tawar, Rubiana (2010) melakukan penelitian kelayakan pada komoditi ikan bandeng. Rubiana (2010) melakukan analisis sensitivitas switching value menunjukkan usaha pembesaran ikan bandeng dengan KJA yang menggunakan dua skenario yakni Skenario I menggunakan modal sendiri dan Skenario II 10

28 menggunakan modal pinjaman dimana kedua Skenario memiliki kepekaan tinggi jika dilihat dari parameter penurunan harga jual ikan bandeng, sedangkan parameter pengingkatan harga pakan dan penurunan produksi dinilai tidak sensitif. Namun dalam penelitian Kemala (2010) kenaikan harga (10 persen) tidak menunjukkan perubahan yang signifikan pada Skenario I (Usaha pembenihan ikan bawal air tawar), Skenario II (Usaha pembenihan dan pendederan ikan bawal air tawar), dan III (Usaha pembenihan, pendederan, pembesaran ikan bawal air tawar). Namun kenaikan harga pakan tersebut berpengaruh sangat sensitif pada Skenario IV (Usaha pembesaran ikan bawal air tawar). Nur (2012) dalam penelitiannya menyatakan kriteria kelayakan dari aspek non finansial yakni aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen dan hukum, aspek sosial ekonomi dan budaya. Pada aspek pasar yakni permintaan akan produk melebihi penawaran yang ada di pasar dan strategi pemasaran yang diterapkan baik dari harga, produk, promosi, dan distribusi menjadikan produk dapat diterima dan bersaing di pasar. Pada aspek teknis yakni secara keseluruhan tidak terdapat kendala atau permasalahan yang menghambat jalannya usaha. Pemilihan lokasi usaha, skala usaha, proses produksi, tata letak, dan pemilihan teknologi mampu menghasilkan produk secara optimal dan mendukung untuk dilakukan pengembangan usaha. Pada aspek manajemen dan hukum yakni pelaksanaan fungsi manjemen terlaksana dengan baik dan benar tidak menentang hukum dan izin usaha dari pihak RT dan Desa sudah dimiliki oleh Cahya Mandiri. Usaha ini juga telah memiliki izin usaha resmi berupa SIUP dan TDP. Pada aspek sosial ekonomi budaya yakni tidak menghasilkan limbah, dapat meningkatkan pendapatan keluarga pekerja, dan tidak bertentangan dengan kebiasaan masyarakat sekitar baik dari segi agama, nilai sosial, dan norma sosial masyarakat. Lestari (2011) melakukan penelitian kelayakan usaha pembenihan pada komoditi ikan lele Sangkuriang di Usaha Bapak Endang, Desa Gadog Kecamatan Megamendung Kabupaten Bogor Jawa Barat. Dari hasil analisis finansial didapatkan bahwa usaha Bapak ending menghasilkan nilai NPV sebesar Rp ,00, IRR sebesar 32,25 persen, Net B/C sebesar 2,20 dan payback period selama 3,97 tahun. Kemudian dilakukan analisis pengembangan dengan 11

29 menggunakan lahan sewa dan modal sendiri menghasilkan nilai NPV sebesar rp ,00, IRR sebesar 78,78 persen, Net B/C sebesar 4,20 dan payback period selama 1,89 tahun. Penelitian tersebut menitikberatkan pada pengembangan usaha. Hal inilah yang membedakan penelitian sekarang dengan penelitian terdahulu, Lestari (2011). Ini terjadi karena adanya perbedaan umur usaha dan skala ekonomis antara penelitian Lestari (2011) dengan penelitian sekaran di Perusahaan Parakbada, Kelurahan Katulampa, Bogor. Berdasarkan hasil penelitian terdahulu, persamaan penelitian yang dilakukan dengan penelitian terdahulu yaitu terletak pada kriteria analisis kelayakan usaha yaitu menggunakan alat analsis data seperti Net Present Value (NPV), Net B/C, Internal Rate of Return (IRR), dan analisis Switching value. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah mengambil topik dan komoditi yang berbeda yaitu analisis kelayakan usaha pembenihan dan pembesaran ikan lele dan tempat yang berbeda dengan sebelumnya. Dalam menentukan periode pengembalian, penelitian ini tidak menggunakan Payback Period namun menggunakan Discounted Payback Period (DPP). 12

30 III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Pada bagian ini dijelaskan tentang konsep yang berhubungan dengan penelitian kelayakan Usaha pembenihan dan pembesaran ikan lele Sangkuriang di Perusahaan Parakbada yang terletak di Katulampa, Kota Bogor Pengertian Studi Kelayakan Bisnis Studi kelayakan bisnis merupakan penelitian terhadap rencana bisnis yang tidak hanya mengalisis layak atau tidak layak suatu bisnis dibangun, tetapi juga saat dioperasikan secara rutin dalam rangka pencapaian keuntungan yang maksimal untuk waktu yang tidak ditentukan (Umar 2007). Untuk melakukan kelayakan, terlebih dahulu harus ditentukan aspek-aspek yang akan dipelajari. Banyak dan sedikit aspek yang akan dinilai serta kedalaman analisis tergantung pada besar kecilnya proyek yang akan dilakukan. Masing-masing aspek bisa dinilai dengan metode analisis yang berbeda-beda (Husnan dan Suwarsono 2000). Kriteria keberhasilan suatu proyek dapat dilihat dari manfaat investasi yang terdiri dari : 1. Manfaat ekonomis proyek terhadap proyek itu sendiri (sering juga disebut sebagai manfaat finansial). 2. Manfaat proyek bagi negara tempat proyek itu dilaksanakan (disebut juga manfaat ekonomi nasional). 3. Manfaat sosial proyek tersebut bagi masyarakat di sekitar proyek Aspek-Aspek Studi Kelayakan Untuk melakukan studi kelayakan bisnis, terlebih dahulu harus ditentukan aspek yang akan dianalisis. Banyak dan sidikitnya aspek yang akan dinilai serta kedalaman analisis tergantung pada besar kecilnya proyek yang akan dilakukan (Husnan dan Suwarsono 2000). 1) Aspek Pasar Aspek pasar menempati kedudukan pertama dalam pertimbangan investor dan pendekatan yang digunakan oleh investor dalam memperebutkan konsumen. 13

31 Kadariah, Lien K, Clive G (1999) menyatakan bahwa aspek komersial berhubungan dengan penawaran input yang diperlukan proyek, baik saat membangun proyek maupun saat proyek sudah berproduksi dan menganalisis pemasaran output yang akan diproduksi proyek. Untuk mendapatkan tanggapan dari pasar yang diinginkan, maka para pemasar membentuk bauran pemasaran yang terdiri dari produk (product), harga (price), tempat (place), dan promosi (promotion) atau disebut dengan 4P. Bauran pemasaran ini merupakan bauran yang paling sering digunakan. Menurut Nurmalina R, Sarianti T, Karyadi A (2009) aspek pasar dan pemasaran mempelajari tentang : 1. Permintaan, baik secara total maupun terperinci menurut daerah, jenis konsumen, perusahaan besar pemakai dan perlu diperkirakan tentang proyeksi permintaan tersebut. 2. Penawaran, baik yang berasal dari dalam negeri maupun juga yang berasal dari impor. Bagaimana perkembangan dimasa lalu dan bagaimana perkiraan dimasa yang akan datang. 3. Harga, dilakukan dengan perbandingan barang-barang impor, produksi dalam negeri lainnya. 4. Program pemasaran, mencakup strategi pemasaran yang akan dipergunakan. 5. Perkiraan penjualan yang bisa dicapai perusahaan, market share yang bisa dikuasai. 2) Aspek Teknis Aspek teknis merupakan aspek yang berkaitan dengan proses pembangunan bisnis secara teknis dan pengoperasiannya setelah bisnis tersebut selesai dibangun. Umar (2007) menyatakan bahwa terdapat tiga hal pokok yang dihadapi suatu proyek terkait dengan aspek teknis yakni penentuan lokasi usaha atau posisi perusahaan (strategi produksi, kualitas produk), desain usaha (pemilihan teknologi, layout), dan operasional usaha (rencana produksi, penjadwalan kerja pegawai). 14

32 3) Aspek Manajemen Aspek manajemen berhubungan dengan bagaimana merencanakan pengelolaan proyek dalam pelaksanaannya. Hal ini berkaitan dengan pertimbangan mengenai sesuai atau tidaknya proyek tersebut dengan susunan organisasi proyek. Hal yang diperlukan dalam aspek manajemen adalah bentuk badan usaha yang digunakan, jenis pekerjaan yang diperlukan, persyaratan yang diperlukan untuk menjalankan usaha, struktur organisasi yang digunakan, dan penyediaan tenaga kerja yang dibutuhkan (Husnan dan Suwarsono 1994). 4) Aspek Hukum Menurut Kasmir dan Jakfar (2009), tujuan dari aspek hukum adalah untuk meneliti keabsahan, kesempurnaan, dan keaslian dari dokumendokumen yang dimiliki. Aspek hukum mempelajari bentuk badan usaha yng akan digunakan, jaminan dalam mengajukan pinjaman.selain itu aspek hukum dalam kegiatan bisnis dipelukan untuk mempermudah dan memperlancar kegiatan bisnis pada saat bekerjasama dengan pihak lain. 5) Aspek Sosial, Ekonomi dan Lingkungan Dalam aspek sosial ekonomi dan lingkungan yang akan dinilai adalah seberapa besar bisnis mempunyai dampak sosial dan lingkungan terhadap masyarakat keseluruhan. Pada aspek sosial akan memperhatikan manfaat dan pengorbanan sosial yang mungkin dialami oleh masyarakat di sekitar lokasi bisnis. Pada analisis aspek lingkungan mempelajari bagaimana pengaruh bisnis tersebut terhadap lingkungan, apakah dengan adanya bisnis menciptakan lingkungan semakin baik atau semakin rusak. 6) Aspek Finansial Dalam pengkajian aspek finansial diperhitungkan jumlah dana yang dibutuhkan untuk membangun dan atau mengoperasikan kegiatan bisnis. Gittinger (1986) menyatakan bahwa analisis aspek finansial merupakan proyeksi anggaran penerimaan dan pengeluaran bruto pada masa yang akan datang pada setiap tahunnya. Pada perusahaan yang telah berjalan, analisis finansial atau keuangan didasarkan pada data historis perusahaan sejak 15

33 perusahaan tersebut dimulai, sedangkan untuk perusahaan yang baru berjalan, laporan tersebut akan digunakan untuk memproyeksikan perusahaan sampai umur proyek. Tujuan dari dilakukannya analisis finansial ini adalah untuk menentukan rencana investasi melalui perhitungan biaya dan manfaat yang diharapkan, dengan membandingkan antara pengeluaran dan pendapatan dalam kurun waktu yang telah ditentukan dan menilai suatu proyek akan dapat berkembang sehingga secara finansial dapat beridiri sendiri Teori Biaya dan Manfaat Pada analisis proyek, tujuan-tujuan analisis harus disertai dengan definisi biaya-biaya dan manfaat-manfaat. Biaya dapat diartikan sebagai segala sesuatu yang mengurangi suatu tujuan (Gittinger 1986). Biaya dapat juga didefinisikan sebagai pengeluaran atau korbanan yang dapat menimbulkan pengurangan terhadap manafaat yang diterima. Biaya yang diperlukan suatu proyek dikategorikan sebagai berikut. 1. Biaya modal merupakan dana untuk investasi yang penggunaannya bersifat jangka panjang seperti: tanah, bangunan, pabrik, mesin. 2. Biaya operasional atau modal kerja merupakan kebutuhan dana yang diperlukan pada saat proyek mulai dilaksanakan, seperti: biaya bahan baku, biaya tenaga kerja. 3. Biaya lainnya, seperti: pajak, bunga,dan pinjaman. Manfaat juga dapat diartikan sebagi sesuatu yang dapat menimbulkan kontribusi terhadap suatu proyek. Manfaat proyek dapat dibedakan menjadi: 1. Manfaat langsung yaitu manfaat yang secara langsung dapat diukur dan dilaksanakan sebagai akibat dari investasi, seperti peningkatan pendapatan dan kesempatan kerja 2. Manfaat yang tidak langsung yaitu manfaat yang secara nyata diperoleh dengan tidak langsung dari proyek dan bukan merupakan tujuan utama proyek, seperti rekreasi. Kriteria yang biasa digunakan sebagai dasar persetujuan atau penolakan suatu proyek yang dilaksanakan adalah kriteria investasi. Dasar penilaian investasi 16

34 adalah perbandingan antara jumlah nilai yang diterima sebagai manfaat dari investasi tersebut dengan manfaat-manfaat dalam situasi tanpa proyek. Nilai perbedaannya adalah berupa tambahan manfaat bersih yang akan muncul dari investasi dengan adanya proyek (Gittinger 1986) Konsep Nilai Waktu Uang (Time Value of Money) Konsep nilai waktu uang (time value of money) menyatakan bahwa nilai sekarang (present value) adalah lebih baik daripada nilai yang sama pada masa yang akan datang (future value). Terdapat dua hal yang menyebabkan hal ini terjadi yaitu (time preference) sejumlah sumber yang tersedia untuk dinikmati pada saat ini lebih disenangi daripada jumlah yang sama namun tersedia di masa yang akan datang dan produktivitas atau efisiensi modal (modal yang dimiliki saat sekarang memilki peluang untuk mendapatkan keuntungan di masa datang melalui kegiatan produktif) yang berlaku baik secara perorangan maupun bagi masyarakat secara keseluruhan (Kadariah et al. 1999) Kriteria Kelayakan Investasi Menurut Kadariah et al. (1978), umumnya terdapat empat kriteria investasi yang dapat digunakan untuk penilaian kelayakan dari investasi suatu proyek, yakni sebagai berikut. 1) Net Present Value (NPV) NPV merupakan nilai kini dari keuntungan bersih yang akan diperoleh pada masa mendatang, yang merupakan selisih kini dari benefit dengan nilai kini dan biaya. NPV ini menunjukkan manfaat bersih yang diterima usaha selama umur usaha pada tingkat suku bunga tertentu. NPV > 0, artinya usaha tersebut sudah dinyatakan menguntungkan dan dapat dilaksanakan atau diteruskan. NPV < 0, artinya usaha merugikan dan tidak dapat dilaksanakan. NPV = 0, artinya usaha tersebut tidak untung dan tidak rugi. 2) Internal Rate of Return (IRR) IRR merupakan tingkat suku bunga dimana nilai kini dari biaya total sama dengan nilai kini dari penerimaan total. Gittinger (1986) menyebutkan bahwa IRR 17

35 adalah tingkat rata-rata keuntungan interen tahunan bagi perusahaan yang melakukan investasi dan dinyatakan dalam satuan persen. Tingkat IRR mencerminkan tingkat suku bunga maksimal yang dapat dibayar oleh bisnis untuk sumberdaya yang digunakan. Suatu investasi dianggap layak apabila nilai IRR lebih besar dari tingkat suku bunga yang berlaku dan sebaliknya jika nilai IRR lebih kecil dari tingkat suku bunga yang berlaku, maka bisnis tidak layak untuk dilaksanakan. 3) Net Benefit-Cost Ratio (Net B/C) Net B/C merupakan perbandingan antara jumlah nilai kini dari keuntungan bersih pada tahun dimana keuntungan bersih bernilai positif dengan keuntungan bersih yang bernilai negatif. Metode ini digunakan untuk menghitung antara nilai sekarang penerimaan-penerimaan kas bersih di masa mendatang dengan nilai sekarang investasi. Nilai Net B/C lebih besar dari satu (Net B/C > 1) artinya usaha dianggap layak untuk dilaksanakan secara finansial. Net B/C kurang dari satu (Net B/C < 1) artinya usaha tidak layak untuk dilaksanakan secara finansial. Net B/C sama dengan satu (Net B/C = 1) maka biaya yang dikeluarkan sama dengan keuntungan yang didapatkan. 4) Payback Period (PP) Payback Period merupakan suatu periode yang diperlukan untuk menutup kembali pengeluaran investasi dengan menggunakan manfaat bersih setelah pajak. Discounted Payback Period (DPP) merupakan salah satu metode yang digunakan untuk mengukur periode pengembalian investasi dengan menggunakan manfaat bersih yang telah dikalikan dengan tingkat suku bunga (Discount Rate) Analisis Laba Rugi Usaha Analisi laba rugi digunakan untuk mengetahui perkembangan usaha dalam kurun waktu tertentu. Menurut Umar (2007), proyeksi laba rugi disusun oleh datadata pendapatan dan biaya. Laporan laba rugi menggambarkan kinerja perusahaan dalam upaya mencapai tujuannya selama periode tertentu. Laporan laba rugi akan memudahkan untuk menentukan besarnya aliran kas tahunan yang diperoleh suatu perusahaan dan juga digunakan untuk menghitung jumlah penjualan minimum baik dari kuantitas atau pun nilai uang dari suatu aktivitas bisnis, nilai produksi 18

36 atau penjualan tersebut merupakan titik impas. Selain itu, laporan laba rugi dapat dipakai untuk menaksir pajak yang akan dimasukkan ke dalam cashflow studi kelayakan bisnis (Nurmalina et al. 2009) Analisis Sensitivitas Menurut Kadariah et al (1999), analisis sensitivitas bertujuan untuk melihat apa yang akan terjadi terhadap hasil analisis proyek jika terjadi suatu perubahan dalam dasar-dasar perhitungan benefit, sedangkan Nurmalina et al. (2009) menyatakan bahwa analisis sensitivitas digunakan untuk melihat dampak dari suatu keadaan yang berubah-ubah terhadap hasil suatu analisis kelayakan.. Suatu variasi dari analisis sensitivitas adalah analisis nilai pengganti (switching value). Perhitungan switching value mengacu pada berapa besar perubahan yang terjadi yang menyebabkan nilai NPV = 0 atau merupakan titik impas selama umur usaha. NPV = 0 akan membuat nilai IRR sama dengan tingkat suku bunga dan nilai Net B/C = 1. Dengan melakukan analisis switching value, dapat dicari besar perubahan yang mengakibatkan usaha tetap layak dijalankan, yaitu yang mengakibatkan nilai NPV > 0, IRR > tingkat suku bunga, dan Net B/C > Kerangka Pemikiran Operasional Analisis kelayakan pada Usaha pembenihan dan pembesaran ikan lele Sangkuriang ini diawali dengan jumlah permintaan (benih ikan lele dan lele konsumsi) khususnya di daerah Bogor. keterbatasan modal menjadi sebab utama dalam melakukan usaha ini, karena dalam menjalankan usaha pembenihan dan pembesaran ikan lele sangkuriang ini membutuhkan modal yang tidak sedikit. Selain itu, adanya kecenderungan kenaikan biaya variabel (biaya input) yang menyebabkan terganggunya kegiatan produksi yang berakibat pada keuntungan yang akan diperoleh oleh perusahaan. Berdasarkan permasalahan tersebut, maka pentingnya melakukan analisis kelayakan Usaha ikan lele. Hal ini dilakukan untuk melihat apakah Usaha ikan lele ini layak atau tidak untuk dilaksanakan. Dalam analisis kelayakan ini perlu memperhatikan beberapa aspek penting seperti aspek pasar, aspek teknis, aspek 19

37 manajemen, aspek hukum, dan aspek sosial, ekonomi dan lingkungan, serta aspek finansial. Setelah data terkumpul, maka melakukan identifikasi dan analisis data yang diperoleh, baik berupa data primer maupun data sekunder. Melakukan Identifikasi mengenai aspek non finansial dianalisis secara kualitatif dan disajikan dalam bentuk deskriptif. Kemudian mengidentifikasi aspek finansial secara kuantitatif serta mengintrepetasikan hasilnya. Hasil dari seluruh analisis tersebut yang meliputi analisis non finansial dan finansial, akan digunakan untuk menentukan apakah usaha tersebut layak untuk dijalankan atau tidak. Jika layak, maka usaha tersebut dapat terus dijalankan dan dapat dilakukan upaya pengembangan. Namun jika tidak layak, maka dapat dilakukan evaluasi terhadap usaha tersebut. Kemudian dapats ditarik kesimpulan dan saran bagi usaha pengembangan tersebut. Skema kerangka pemikiran operasional secara terstruktur dapat dilihat pada Gambar 1. 20

38 Ikan lele sangkuriang memiliki nilai ekonomis tinggi dan potensial untuk dikembangkan, serta memiliki keunggulan dibanding dengan ikan lele jenis lain. Bogor merupakan sentra penghasil ikan Lele Perusahaan Parakbada merupakan perusahaan tergolong baru bergerak di bidang pembenihan dan pembesaran ikan lele Sangkuriang. Permasalahan: Permintaan yang tinggi, tetapi hasil produksi belum dapat mencukupi Kurangnya modal untuk investasi Kenaikan total biaya pakan Analisis Finansial Analisis Aspek Non Finansial 1. Aspek Pasar 2. Aspek Teknis 3. Aspek Manajemen 4. Aspek Hukum 5. Aspek Sosial Ekonomi dan Lingkungan Skenario I (Pembenihan dan Pembesaran) (Modal sendiri) Skenario II (Pembeniha n ikan lele modal pinjam) Skenario III (Pembesara n ikan lele modal pinjam) Kriteria kelayakan investasi 1. NPV 2. IRR 3. Net B/C 4. Discounted Payback Period (DPP) Skenario IV (Pembenihan dan Pembesaran) (Modal pinjaman) Tidak Layak Layak Analisis Sensitivitas dan Switching value REKOMENDASI Gambar 1. Kerangka Pemikiran Operasional 21

39 IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian kelayakan Usaha pembenihan dan pembesaran ikan lele Sangkuriang dilakukan di Perusahaan Parakbada, Katulampa, Kota Bogor, Provinsi Jawa Barat). Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan bahwa usaha pembenihan dan pembesaran ikan lele pada perusahaan Parakbada ini merupakan usaha yang baru berdiri. Pelaksanaan penelitian ini dilakukan pada awal bulan November sampai pertengahan Desember Metode Penentuan Responden Metode penentuan responden yang digunakan dalam penelitian ini adalah secara purposive. Purposive merupakan metode penentuan responden yakni subyek dipilih berdasarkan tujuan peneliti yang disesuaikan dengan keahliannya dalam bidang yang diteliti. Responden yang dipilih dari pihak internal perusahaan yaitu pemilik sekaligus pengelola Parakbada dan pekerja perusahaan. Sedangkan untuk pihak eksternal yaitu aparat desa, tokoh masyarakat, dan masyarakat umum yang ada di sekitar perusahaan Desain Penelitian Desain penelitian merupakan rancangan dan pelaksanaan penelitian. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode kasus, yakni prosedur dan teknik penelitian tentang subjek yang diteliti berupa individu, suatu kelompok, lembaga, maupun masyarakat dengan tujuan untuk memperoleh gambaran secara terperinci mengenai karakter-karakter khas dari kasus yang kemudian akan dijadikan suatu hal yang bersifat umum (Sekaran 2006). Analisis deskriptif menggunakan metode kualitatif maupun kuantitatif dengan wawancara dan kuisioner. Pada penelitian ini, analisis deskriptif kualitatif untuk mendekripsikan hal-hal yang berkaitan dengan aspek non finansial. Sementara itu analisis deskriptif kuantitatif digunakan untuk mendiskripsikan hal-hal yang berkaitan dengan aspek finansial. 22

40 4.4. Data dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan sekunder. Data primer diperoleh dari wawancara langsung dengan responden yakni Ibu Susy, Mang Lim, Mang Andri, serta dengan pengamatan langsung di lapangan dan kuisioner. Data primer tersebut meliputi data-data mengenai kondisi geografis setempat, data aspek non finansial dan finansial dari usaha yang diteliti. Sedangkan data sekunder diperoleh dari studi pustaka hasil riset terdahulu dan berbagai literatur seperti buku, internet yang berkaitan, dan instansi-instansi yag terkait seperti Kelurahan Katulampa, Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Bogor, Perpustakaan LSI IPB, Perpustakan FEM IPB, Balai Riset Penelitian Budidaya Ikan Air Tawar, artikel, hasil riset, dan bahan pustaka yang lain Metode Pengumpulan Data Pengumpulan data dilakukan 1 November 2011 sampai pertengahan Desember 2011 di Perusahaan Parakbada, Katulampa, Kota Bogor dan instansi pemerintah yakni Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bogor serta kantor Kelurahan Katulampa, Kota Bogor. Teknik pengumpulan data (data kualitatif dan kuantitatif) dengan metode wawancara dan pengisian kuisioner oleh pengelola Perusahaan Parakbada. Wawancara yakni pengumpulan data dengan langsung mengadakan tanya jawab kepada objek yang diteliti. Pengisian kuesioner yakni teknik pengumpulan data dengan menyusun pertanyaan yang terstruktur kemudian dilakukan pengisian oleh pihak-pihak yang terkait yakni Ibu Susy dan tenaga kerja Perusahaan Parakbada Metode Pengolahan dan Analisis Data Data primer dan sekunder yang telah didapatkan dalam penelitian ini merupakan data kualitatif dan kuantitatif sehingga pengolahan data dilakuan secara kualitatif dan kuantitatif. Pengolahan data dan informasi secara kualitatif digunakan untuk keperluan analisis aspek non finansial yang mencakup aspek pasar, teknis, manajemen, sosial dan lingkungan, sedangkan pengolahan data secara kuantitatif dilakukan untuk menganalisis kelayakan aspek finansial dari usaha. Data kuantitatif yang diperoleh diolah dengan menggunakan komputer, 23

41 yakni menggunakan software Microsoft Excel 2007 dimana data disajikan dalam bentuk tabulasi untuk mempermudah dalam melakukan analisis Aspek Pasar Analisis aspek pasar bertujuan untuk mengetahui besar potensi pasar yang tersedia, mengetahui luas pasar, jumlah permintaan terhadap produk dan kondisi persaingan. 1. Potensi Pasar Permintaan dapat diamati secara total maupun diperinci berdasarkan daerah, jenis konsumen, dan perkiraan proyeksi permintaan. Usaha dikatakan layak apabila memiliki potensi pasar yang yang tinggi, yakni adanya permintaan pasar lebih tinggi dari penawaram sehingga perusahaan memiliki peluang untuk memasok kekurangan tersebut.. 2. Strategi pemasaran Mencakup strategi pemasaran yang terkait dengan bauran pemasaran yakni produk, harga promosi, dan distribusi. Usaha layak apabila memiliki strategi pemasaran yang meliputi produk, harga promosi dan distribusi) yang jelas, sehingga perusahaan dapat mencapai tujuan yang ingin dicapainya. 3. Pangsa Pasar (Market Share) Market share yang bisa dikuasai perusahaan dapat dihitung dengan cara: 100% Usaha layak apabila memiliki pangsa pasar nilai market share lebih dari nol atau bernilai positif, karena perusahaan masih memiliki kesempatan untuk mengembangkan usahanya Aspek Teknis Aspek teknis yang dianalisis dalam penelitian ini adalah mencakup kegiatan pembenihan dan pembesaran serta penangangan pascapanen ikan lele Sangkuriang, yakni persiapan produksi, faktor-faktor input, kegiatan produksi, penanganan permasalahan hama dan penyakit dan sistem penanganan pascapanen dari ikan lele. Usaha dikatakan layak apabila lokasi usaha, proses produksi, skala usaha, dan layout yang digunakan dapat menghasilkan produk secara optimal. 24

42 Aspek Manajemen Aspek manajemen yang dianalisis dalam penelitian ini adalah mengenai pengetahuan, pengalaman, dan keahlian pengusaha dan pekerja dalam melakukan Usaha pembenihan dan pembesaran ikan lele, kemampuan manajerial dan manajemen pengusaha dalam kaitannya dengan hubungan kepada para tengkulak atau pengecer dan peran lembaga pendukung. analisis dikatakan layak apabila kegiatan usaha yang dilakukan telah terkoordinasi dengan baik dalam hal pembagian tanggung jawab pekerjaan Aspek Hukum Aspek Hukum yang dianalisis dalam penelitian ini mengenai kelegalitasan dari perusahaan. Tujuan dari analisis aspek hukum adalah untuk meneliti keabsahan, kesempurnaan, dan keaslian dari dokumen-dokumen yang dimiliki. Pada aspek hukum ini akan dilihat legalitas perusahaan seperti badan hukum perusahaan yang dipilih seperti apakah Perseroan Terbatas (PT), Firma, Koperasi, atau Yayasan. Analisis layak apabila memiliki legalitas yakni pemiliki memiliki KTP (Kartu Tanda Penduduk), mendapat izin usaha dari RT/RT atau pemerintah setempat Aspek Sosial, Ekonomi dan Lingkungan Apsek sosial ekonomi dan lingkungan yang dianalisis yakni mencakup kontribusi Usaha pembenihan dan pembesaran ikan lele yang dilakukan oleh pengusaha terhadap masyarakat sekitar seperti dalam penyerapan tenaga kerja, kontribusi terhadap pembangunan dan pendapatan daerah, serta dampak dari adanya Usaha usaha tersebut terhadap lingkungan sekitar desa tempat penelitian. Analisis dikatakan layak apabila usaha yang bersangkutan tidak menghasilkan limbah yang dapat merugikan lingkungan atau masyarakat sekitar, dan tidak bertentangan dengan aspek sosial ekonomi sekitar Aspek Finansial Salah satu metode untuk melihat kelayakan dari analisis finansial adalah menggunakan metode cash flow analisis (Kadariah et al. 1999). Beberapa kriteria 25

43 yang dipakai dalam penilaian kelayakan adalah Nilai Bersih Sekarang (Net Present Value), Rasio Manfaat Biaya Bersih (Net Benefit and Cost Rasio), Tingkat Pengembalian Investasi (Internal Rate of Return) dan Masa Pengembalian Investasi (Discounted Payback). 1) Net Present Value (NPV) Suatu bisnis dikatakan layak jika jumlah seluruh manfaat yang diterimanya melebihi biaya yang dikeluarkan. Selisih antara manfaat dan biaya disebut dengan manfaat bersih. Suatu bisnis dikatakan layak jika NPV lebih besar dari 0 yang artinya bisnis menguntungkan atau memberikan manfaat. NPV adalah selisih antara total present value manfaat dengan total present value biaya. Secara matematis dapat dirumuskan sebagai berikut. 1 / / 1 1 / Dimana: Bt = Manfaat pada tahun t Ct = Biaya pada tahun t t = Tahun kegiatan bisnis, tahun awal bisa tahun 0 atau tahun 1 i = Tingkat DR (Dicount Rate) (1,625% untuk Skenario I; 1,840% untuk Skenario II, III, IV) 2) Internal Rate of Return (IRR) Kelayakan bisnis juga dinilai seberapa besar pengembalian bisnis terhadap investasi yang ditanamkan. IRR adalah tingkat discount rate (DR) yang menghasilkan NPV sama dengan 0. Perhitungan IRR umumnya dilakukan dengan menggunakan metode interpolasi di antara tingkat discount rate yang lebih rendah (yang menghasilkan NPV positif) dengan tingkat discount rate yang lebih tinggi (yang menghasilkan NPV negatif). Berikut rumus IRR: Dimana: i 1 i 2 = Discount rate yang menghasilkan NPV positif = Discount rate yang menghasilkan NPV negatif NPV 1 = NPV positif 26

44 NPV 2 = NPV negatif 3) Net Benefit-Cost Ratio (Net B/C Ratio) Net B/C adalah rasio antara manfaat bersih yang bernilai positif dengan manfaat bersih yang bernilai negatif. Manfaat bersih yang menguntungkan bisnis dihasilkan terhadap setiap satu satuan kerugian dari bisnis tersebut. Secara matematis dapat dinyatakan sebagai: Dimana: B t C t i = Manfaat pada tahun t = Biaya pada tahun t = Discount rate (1,625% untuk Skenario I; 1,840% untuk Skenario II, III, IV) t = 9 Periode (1 Periode = 3 bulan) 4) Discounted Payback Period (DPP) Metode ini mengukur seberapa cepat investasi bisa kembali. Bisnis yang PP-nya singkat atau cepat pengembaliannya termasuk kemungkinan besar akan dipilih. Discounted Payback Period menggunakan manfaat bersih yang telah dikalikan dengan Discount Rate (DR). Dimana: I Ab discounted = Besarnya biaya investasi yang diperlukan = Manfaat bersih yang dapat diperoleh pada setiap tahunnya yang telah dikalikan dengan DR. 5) Analisis Sensitivitas Analisis ini digunakan untuk melihat dampak dari suatu keadaan yang berubah-ubah terhadap hasil suatu analisis kelayakan. Tujuan dari analisis ini adalah untuk menilai apa yang akan terjadi dengan hasil analisis kelayakan suatu kegiatan investasi atau bisnis apabila terjadi perubahan di dalam perhitungan biaya atau manfaat. 27

45 Analisis ini perlu dilakukan karena dalam analisis kelayakan suatu usaha ataupun bisnis perhitungan umumnya didasarkan pada proyeksi-proyeksi yang mengandung ketidakpastian tentang apa yang akan terjadi di waktu yang akan dating (Kadariah, Lien K, Clive G 1999). Nilai pengganti atau switching value merupakan suatu variasi pada analisis sensitivitas (Gittinger 1986). Analisis switching value ini merupakan perhitungan untuk mengukur perubahan maksimum dari perubahan suatu komponen inflow (penurunan harga output, penurunan produksi) atau perubahan komponen outflow (peningkatan harga input atau peningkatan biaya produksi) yang masih dapat ditoleransi agar bisnis masih tetap layak Asumsi Dasar yang Digunakan Dalam melakukan analisis kelayakan pada Perusahaan Parakbada, Katulampa, Bogor, Provinsi Jawa Barat ini menggunakan beberapa asumsi dasar yakni sebagai berikut. a) Usaha yang dilakukan dengan menggunakan modal sendiri pada Skenario I (Pembenihan dan Pembesaran ikan lele modal sendiri). Modal pinjaman digunakan pada Skenario II (Pembenihan ikan lele), Skenario III (Pembesaran ikan lele), dan Skenario IV (Pembenihan dan pembesaran ikan lele). Skenario I merupakan potret dari perusahaan, Skenario II dan III dibuat untuk mengetahui kegiatan yang paling layak untuk dijalankan, sedangkan Skenario IV muncul karena untuk mengetahui kelayakan usaha dimana modal yang digunakan ialah modal pinjaman. b) Besarnya pinjaman pada Skenario II dan Skenario III adalah Rp ,00, sedangkan pada Skenario IV sebesar Rp ,00. Besarnya pinjaman tersebut berdasarkan dengan kebutuhaan dana yang dibutuhkan. c) Discount Rate (DR) yang digunakan merupakan suku bunga Bank Indonesia per November sebesar 6,50 persen, dimana 6,50 persen tersebut dibagi menjadi 4 (banyaknya periode dalam setahun), sehingga per periode DR = 1,625 persen. DR ini digunakan untuk DR Skenario I (modal sendiri). DR yang digunakan pada Skenario II, III dan IV merupakan suku 28

46 bunga berdasarkan Bank BRI 2 yang mulai berlaku 31 Desember 2012 yakni sebesar 10 persen, sehingga per periode sebesar 2,50 persen. d) Pinjaman dilakukan pada Skenario II, III, dan IV. Pinjaman dilakukan pada periode 1, mulai dikembalikan periode 1 hingga periode 8, terdapat grace period dengan tingkat suku bunga pinjaman BRI 10 persen per tahun atau 2,50 persen per periode. Adapaun perhitungannya sebagai berikut. i 1 i A P 1 i 1 Skenario II (Pembenihan Ikan Lele) 2,50% 1 2,50% ,50% ,00 Skenario III (Pembesaran Ikan Lele) 2,50% 1 2,50% ,50% ,00 Skenario IV (Pembenihan dan Pembesaran Ikan Lele) 2,50% 1 2,50% ,50% ,00 e) Bangunan yang dibangun pada akhir periode tidak memiliki nilai sisa, karena lahan yang digunakan merupakan lahan sewa. f) Pada usaha pembenihan, benih yang dihasilkan adalah benih lele Sangkuriang ukuran 5-7 cm dengan harga Rp 200,00 per ekor. Pada satu kali proses pemijahan dihasilkan benih ikan lele sebanyak ekor. Pada usaha pembesaran ikan lele pada satu kali produksi dihasilkan ikan konsumsi 540 kg per 1 kolam dengan harga Rp ,00 per kg (6-10 ekor) dimana masa satu kali pembesaran selama 3 bulan. Harga ini diambil pada harga yang diterima Perusahaan Parakbada pada saat penelitian ini dilakukan. g) Harga pakan dan harga investasi yang digunakan adalah harga pakan eceran pada saat penelitian dilakukan dengan asumsi harga-harga tersebut kostan selama umur usaha. 2 BRI Turunkan Suku Bunga Kredit [Diakses 4 Januari 2012] 29

47 h) Indukan yang digunakan dalam usaha pembenihan merupakan indukan jantan dan betina yang siap dipijahkan minimal berumur 1 tahun. Dalam satu kali pemijahan digunakan kombinasi 2:4 yakni dua betina dan empat jantan. Satu indukan memiliki berat rata-rata 1 kilogram. Jumlah telur yang dapat dihasilkan oleh induk betina ikan lele Sangkuriang sebanyak butir telur per kilogram induk betina. Derajat penetasan telur (Hatching Rate) ikan lele Sangkuriang sebesar 90 persen, sehingga jumlah telur yang menetas menjadi larva sebanyak ekor. Tingkat kemampuan hidup benih ikan lele (Survival Rate) dari jumlah telur yang menetas adalah sebesar 40 persen, sehingga didapatkan ekor benih ikan lele. Tingkat Hatching Rate didapatkan dari BBPBAT Sukabumi dan Survival Rate diperoleh dari pengalaman Ibu Susy dalam menjalani usaha tersebut. i) Total luasan lahan yang dimiliki perusahaan Parakbada adalah 1800 m 2 (sewa Rp ,00 per tahun, sehingga per m 2 seharga Rp 2778,778). Pada Skenario II dan III dalam Usaha kolamnya masing-masing sebesar 600 m 2, sedangkan untuk Skenario I dan IV penggunaan lahannya sama. j) Umur proyek dari analisis kelayakan finansial usaha ikan lele adalah 9 periode (2,25 Tahun) dimana satu periode adalah tiga bulan. Periode awal yakni periode 0 merupakan masa persiapan untuk membangun kolam dan bangunan, dan periode 1-8 merupakan periode produksi. Hal ini berdasarkan umur ekonomis kolam terpal yang bisa bertahan selama 2 tahun (8 periode). k) Pada usaha pembesaran ikan lele, 5 kwintal pakan menghasilkan 5,4 kwintal ikan lele konsumsi (indikator pengelola Perusahaan Parakbada). l) Benih ikan lele yang siap panen adalah benih yang telah menjalani masa pemeliharaan selama 6 minggu (1,5 bulan) dan panjangnya mencapai 5-7 cm, sedangkan benih ikan lele ukuran konsumsi yang mencapai 6-10 ekor per kilogram dipelihara selama 2,5-3 bulan. m) Analisis sensitivitas dalam penelitian ini menggunakan metode switching value, dengan adanya perubahan pada penurunan harga jual output, penurunan produksi output, serta kenaikan total biaya pakan yaitu benih dan ikan lele ukuran konsumsi. 30

48 n) Perhitungan periode pengembalian investasi dihitung dengan menggunakan metode Discounted Payback Period (DPP). Metode tersebut menghitung periode pengembalian investasi dari manfaat bersih yang didapat perusahaan dikalikan dengan Discount Rate (tingkat diskonto). o) Pajak pendapatan yang digunakan adalah pajak berdasarkan UU No. 36 Tahun 2008 Tentang Tarif Umum PPh Wajib Pajak Badan Dalam Negeri dan Bentuk Usaha Tetap yaitu 25 persen (berlaku sejak tahun 2010) 31

49 V. GAMBARAN UMUM 5.1. Gambaran Lokasi Penelitian Letak dan Kondisi Geografis Kelurahan Katulampa terletak di Kecamatan Bogor Timur, Kota Bogor, Jawa Barat. Kelurahan Katulampa memiliki luas wilayah sebesar 491 Ha. Batas wilayah Kelurahan Katulampa sebesah utara ialah Kelurahan Cimahpar, sebelah selatan berbatasan dengan Kelurahan Tajur, sebelah barat berbatasan dengan Kecamatan Baranangsiang dan sebelah timur berbatasan dengan Desa Sukaraja, Kabupaten Bogor. Jarak Kelurahan Katulampa dimana Perusahaan Parakbada berada cukup strategis, karena jarak Kelurahan Katulampa ke Pemerintahan Kecamatan Bogor Timur hanya 3 km, ke Pemerintahan Kota Bogor 7 km, ke Pemerintahan Ibukota Provinsi 120 km, dan ke Ibukota Negara 60 km. Ketinggian Kelurahan Katulampa terleak di 500 meter di atas permukaan laut dan memiliki suhu rata-rata 36 C (Kelurahan Katulampa 2011) Kependudukan Jumlah penduduk Kelurahan Katulampa menurut jenis kelamin adalah orang dimana jumlah laki-laki sebanyak orang dan perempuan sebanyak orang. Dilihat dari jumlah kepala keluarga, Kelurahan Katulampa memiliki jumlah penduduk sebanyak KK. Menurut agama, mayoritas penduduk Kelurahan Katulampa beragama Islam, yakni sebanyak orang. Jumlah penduduk Kelurahan Katulampa apabila dilihat dari usia, terbanyak adalah usia produktif usia tahun, yakni berjumlah jiwa (Tabel 3). 32

50 Tabel 3. Jumlah Penduduk Kelurahan Katulampa, Kecamatan Bogor Timur, Kota Bogor menurut Usia pada Tahun 2011 No. Rentang Usia Jumlah Penduduk (Jiwa) > Jumlah Sumber: Kelurahan Katulampa (2011) Kelurahan Katulampa memiliki sumberdaya manusia yang cukup baik. Mayoritas penduduk Kelurahan Katulampa memiliki tingkat pendidikan yang cukup baik. Hal ini terlihat pada jumlah lulusan SMP/SLTP/MTS sebanyak orang, lulusan SMA/SLTA/MA sebanyak orang, lulusan D1-D3 sebanyak orang, dan lulusan S1-S3 sebanyak orang (Tabel 4). Tabel 4. Jumlah Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan di Kelurahan Katulampa, Kecamatan Bogor Timur, Kota Bogor pada Tahun 2011 No. Tingkat Pendidikan Jumlah (orang) Persentase (%) 1 Taman Kanak-Kanak (TK) ,34 2 Sekolah Dasar (SD) ,46 3 SMP/SLTP ,26 4 SMA/SLTA ,32 5 D1-D ,33 6 S1-S ,23 Total Sumber: Kelurahan Katulampa (2011) Tingkat pendidikan yang dimiliki oleh penduduk di Kelurahan Katulampa akan berpengaruh pada mata pencaharian. Hal inilah yang menunjukkan semakin tinggi tingkat pendidikan maka mata pencaharian yang diinginkan akan semakin tinggi Pertanahan Kelurahan Katulampa memiliki luas total sebesar 491 Ha. Tanah tersebut dimanfaatkan untuk berbagai kepentingan, seperti bangunan, perumahan,sawah, jalan, dan lainnya. Tanah peruntukan yang ada di Kelurahan Katulampa sebagian 33

51 besar digunakan untuk perumahan yakni 70,67 persen, ladang sebesar 14,46 persen, dan sawah sebesar 8,15 persen (Tabel 5). Tabel 5. Pertanahan Peruntukan pada Kelurahan Katulampa, Kecamatan Bogor Timur, Kota Bogor pada Tahun 2011 No. Tanah Peruntukan Luas (Ha) Persentase (%) 1 Jalan 3,5 0,71 2 Sawah 40 8,15 3 Ladang 71 14,46 4 Bangunan Umum 3,5 0,71 5 Empang 1,6 0,33 6 Perumahan ,67 7 Jalur Hijau 2 0,41 8 Perkebunan 7,4 1,51 9 Lain-lain 15 3,05 Total ,00 Sumber: Kelurahan Katulampa (2011) Sarana dan Prasarana Kelurahan Katulampa memiliki sarana dan prasarana seperti tempat peribadatan, sarana pendidikan, sarana kesehatan, dan sarana olahraga. Dilihat dari sarana peribadatan, Kelurahan Katulampa memiliki 19 buah masjid, 76 buah mushola, dan satu buah gereja. Untuk sarana pendidikan, Kelurahan Katulampa memiliki dua buah Taman Kanak-kanak (TK), sembilan buah PAUD, satu buah Playgroup, empat buah Sekolah Dasar (SD), dan 1 buah SMP, sedangkan sarana kesehatan, Kelurahan Katulampa memiliki 1 buah puskesmas, 4 buah poliklinik, 4 buah praktik bidan, 2 buah balai pengobatan, dan 4 buah rumah bersalin. Kemudian untuk sarana olahraga, Kelurahan Katulampa memiliki 1 buah lapangan basket, 1 buah lapangan voley, 2 buah lapangan bulutangkis, 2 buah lapangan tenis meja, dan 1 buah kolam renang Keragaan Umum Perusahaan Parakbada Sejarah Perusahaan Parakbada Parakbada merupakan perusahaan yang bergerak dibidang pembenihan dan pembesaran ikan lele Sangkuriang. Perusahaan ini didirikan pada awal Mei 2011 dan mulai berproduksi pada pertengahan bulan Juli Perusahaan ini didirikan secara founder yakni mendirikan perusahaan secara bersama-sama, 34

52 yakni Ibu Susi, Bapak Iyos, Bapak Fauzi, Bapak Amruh Kumandang, dan Bapak Faisal. Founder tersebut dibagi menjadi dua bagian yakni Investor Aktif dan Investor Pasif. Investor Aktif merupakan investor yang tidak hanya berinvestasi di dalam Perusahaan Parakbada, namun juga aktif dalam mengelola perusahaan seperti pengawasan terhadap tenaga kerja dan proses produksi. Investor aktif ini terdiri atas Ibu Susy. Bapak Fauzi, dan Bapak Iyos. Investor Psif merupakan investor yang hanya berinvestasi saja tanpa ikut campur pengelolaan perusahaan. Investor pasif terdiri atas Bapak Amruh Kumandang dan Bapak Faizal. Pemimpin Perusahaan Parakbada adalah Ibu Susy. Beliau dipilih oleh teman-temanya karena Ibu Susy dianggap sebagai orang yang lebih paham mengenai usaha lele Sangkuriang. Awal dimulainya usaha ini, adanya rasa ketertarikan Ibu Susi (salah satu founder) terhadap dunia perikanan. Kemudian Ibu Susi milih ikan lele untuk diusahakan. Beliau memilih ikan lele karena menurut beliau ikan lele merupakan ikan yang mudah perawatan dan pemeliharaannya, tidak seperti ikan lain. Alasan Ibu Susi memilih lele Sangkuriang karena lele Sangkuriang memiliki banyak kelebihan dibanding ikan lele lokal atau lele yang lain. Perusahaan Parakbada ini mulai dibangun pada awal bulan Mei 2011 dan pada bulan Juli 2011 mulai melakukan produksi (pembenihan dan pembesaran). Pada awal pendirian usaha ini, Ibu Susi joint dengan Bapak Fauzi dan Bapak Iyos. Namun beberapa waktu kemudian bergabunglah teman-teman Ibu Susi yang tertarik berinvestasi di dalam usaha tersebut. Ibu Susy memandang bahwa usaha pembenihan dan pembesaran ikan lele Sangkuriang ini memiliki prospek yang baik, melihat kurangnya supply benih lele dan ikan lele konsumsi di pasar. Pemilihan nama Perusahaan Parakbada sendiri dilatarbelakangi oleh ketidaksengajaan. Nama Parakbada berasal dari Bahasa Padang, Parak berarti kebun dan Bada berarti ikan, sehingga Parakbada diartikan sebagai kebun ikan. Sehingga banyak orang awam atau orang sekitar mengganggap nama tersebut kebingungan. 35

53 Sarana dan Prasarana Perusaahaan Sarana dan prasarana terdiri dari peralatan-peralatan yang digunakan untuk menunjang keberlangsungan usaha. Adapaun sarana dan prasarana yang dimiliki oleh Perusahaan parakada adalah sebagai berikut. a. Lahan Perusahaan Parakbada berdiri di atas lahan seluas m 2. Lahan tersebut merupakan lahan sewa dengan biaya sewa sebesar Rp per tahun. b. Bangunan Bangunan yang dimiliki Perusahaan Parakbada ialah kantor, mess karyawan, gudang, dan saung. Kantor digunakan untuk menerima orang yang datang seperti pembeli dan pengunjung sekaligus digunakan pengelola untuk beristirahat. Mess karyawan digunakan untuk tempat tinggal tenaga kerja dan Saung dari bambu yang digunakan untuk tempat istirahat pekerja ataupun pengelola. c. Kolam Produksi Perusahaan Parakbada memiliki 65 buah kolam yang terdiri atas 5 kolam pemijahan masing-masing berukuran 2 x 4 meter, 38 kolam penetasan masing-masing berukuran 2 x 4 meter, 3 kolam indukan masing-masing berukuran 2 x 5 meter, 1 kolam pemeliharaan calon indukan masing-masing berukuran 2 x 4 meter, 8 kolam sortir masing-masing berukuran 2 x 4 meter dan 10 kolam pembesaran masing-masing berukuran 4 x 5 meter. Perhitungan mengenai kolam lebih lanjut dapat dilihat pada Tabel 6. Tabel 6. Kolam Produksi di Perusahaan Parakbada No Kolam Ukuran Jumlah Harga (meter) (Unit) Satuan (Rp) Total (Rp) 1 Pemijahan 2 x Penetasan 2 x Indukan 2 x Pemeliharaan calon indukan 2 x Sortir 2 x Pembesaran 4 x Total Sumber: Data Primer (diolah 2012) 36

54 d. Indukan Lele Sangkuriang Perusahaan Parakbada memiliki indukan lele Sangkuriang sebanyak 60 ekor. Indukan terebut terdiri atas 20 ekor indukan betina dan 40 ekor indukan jantan. Harga per ekor indukan adalah Rp ,00. e. Serokan Serokan berfungsi untuk menyerok atau mengangkat benih ikan lele atau ikan lele konsumsi dari kolam. Serokan yang dimiliki oleh Perusahaan Parakbada terdiri dari serokan berukuran kecil dan besar. Serokan kecil yang dimiliki sebanyak 6 buah dan serokan besar sebanyak 10 buah. f. Pompa Air dan Selang Pompa air berfungsi memompa air dari sumur. Pompa air yang dimiliki perusahaan sebanyak dua buah. Selang berfungsi untuk mengalirkan air dari sumur ke kolam. Selang yang dimiliki perusahaan 50 meter. g. Kakaban Kakaban adalah alat yang digunakan untuk menunjang proses pemijahan, yakni tempat menempelnya telur ikan lele saat proses pemijahan Kakaban dibuat dari bambu sepanjang kurang lebih 1,5 meter dan ijuk. Perusahaan Parakbada memiliki kakaban sebanyak delapan set (1 set = 7 buah kakaban seharga Rp ,00). Gambar 2. Kakaban di Perusahaan Parakbada h. Peralatan lainnya Peralatan lainnya yang digunakan untuk menunjang produksi adalah mesin sedot sebanyak dua buah dengan harga Rp ,00 per buah, ember sebanyak 9 buah, bak sortir sebanyak 5 buah, jurigen sebanyak 9 buah, gayung sebanyak 6 buah, jaring ukuran 26 meter dan seser ukuran 5 meter. 37

55 VI. ANALISIS ASPEK-ASPEK NON FINANSIAL 6.1. Aspek Pasar Pasar merupakan pertemuan antara permintaan dan penawaran dari suatu produk. Menurut Umar (2007), pasar merupakan suatu sekelompok orang yang diorganisasikan untuk melakukan tawar-menawar, sehingga dengan demikian terbentuk harga. Analisis terhadap aspek pasar pada Usaha pembenihan dan pembesaran ikan lele yang dilakukan oleh Perusahaan Parakbada dapat dilihat melalui dari potensi pasar yang meliputi permintaan dan penawaran dari benih ikan lele dan ikan lele konsumsi, serta pemasaran benih ikan lele dan ikan lele konsumsi yang meliputi strategi pemasaran (bauran pemasaran), saluran pemasaran dan market share dari Perusahaan Parakbada Potensi Pasar Usaha pembenihan dan pembesaran ikan lele memiliki potensi pasar yang tinggi. Permintaan benih ikan lele berasal dari pembudidaya ikan lele yang bergerak di pembesaran ikan lele. Permintaan benih ikan lele dari tahun ke tahun mengalami peningkatan. Namun penawaran terhadap ikan lele konsumsi yang ada tidak mencukupi permintaan yang ada khususnya pada Provinsi Jawa Barat. Permintaan ikan lele konsumsi berasal dari para pedagang kaki lima yang menyediakan menu utama ikan lele. Pedagang kaki lima yang menyediakan menu lele sangat banyak dijumpai di pinggir-pinggir jalan. Selain itu, banyak rumah makan lele yang diwaralabakan dimana pasar yang dituju ialah kalangan menengah keatas. Permintaan ikan lele juga berasal dari tempat pemancingan dan supermarket. Jadi jumlah kebutuhan ikan lele saat ini sangat besar. Menurut data Dinas Peternakan dan Kelautan Kabupaten Bogor, produksi benih lele pada tahun 2009 sebesar ekor benih lele, tahun 2010 mencapai ekor benih lele. Produksi benih ikan lele tersebut mengalami peningkatan sebesar 30,71 persen dari tahun 2009 ke tahun Produksi ikan lele konsumsi pada tahun 2010 sebesar ,52 ton. Produksi tersebut mengalami peningkatan bila dibandingkan tahun 2009 dan 2008 yakni ,02 ton dan 9.738,17 ton. Dari data produksi tersebut dapat diketahui bahwa 38

56 permintaan akan lele konsumsi dari tahun ke tahun memiliki trend yang terus meningkat, sehingga permintaan akan ikan lele semakin tinggi. Para ahli telah memproyeksikan kebutuhan larva atau benih lele dan lele konsumsi di masa mendatang. Khairuman dan Khairul Amri (2009) telah memproyeksikan kebutuhan akan benih ikan lele dan ikan lele konsumsi dari tahun 2011 sampai tahun 2014 di wilayah Jawa Barat. Proyeksi kebutuhan benih lele dan lele konsumsi tersebut dapat dilihat pada tabel 7. Tabel 7. Perkiraan Kebutuhan Larva (Benih), Produksi Lele Konsumsi dan Induk Lele di Jawa Barat Tahun No. Tahun Kebutuhan Proyeksi Produksi Lele Kebutuhan Larva Induk Konsumsi (Ton) (ekor) (Paket*) *) 1 Paket = 15 ekor induk Sumber: Kharuman dan Khairul Amri (2009) Berdasarkan Tabel 7 mengenai perkiraan kebutuhan larva ataupun produksi lele konsumsi, pada tahun 2011 sampai 2014 akan terjadi peningkatan kebutuhan larva atau benih lele dan ikan lele konsumsi di wilayah Jawa Barat. Peningkatan ini menandakan bahwa terjadi peningkatan permintaan di pasar, khususnya wilayah Jawa Barat, sehingga Perusahaan Parakbada memiliki peluang yang sangat baik di masa mendatang karena terdapat peningkatan permintaan terkait dengan proyeksi tersebut. Selain itu, Prasetya WB (2011) menyatakan kebutuhan (permintaan) ikan lele konsumsi di Jakarta, Tangerang, Bekasi, dan Depok mencapai 60 ton per hari, sedangkan kebutuhan ikan lele konsumsi di Bogor mencapai 30 ton per hari hanya bisa dipenuhi setengahnya. Dari data kebutuhan ikan lele konsumsi tersebut, maka permintaan akan ikan lele konsumsi jelas adanya dan memiliki peluang besar untuk mengusahakan pembenihan dan pembesaran ikan lele. Saat ini Perusahaan Parakbada belum bisa memenuhi permintaan benih ikan lele ataupun ikan lele konsumsi yang diminta oleh pembeli yang datang ke perusahaan. Perusahaan Parakbada hanya bisa memenuhi permintaan benih ikan 39

57 lele sebesar 50 persen dan 30 persen ikan lele konsumsi dari total permintaan dari pembelinya. Penawaran benih ikan lele oleh perusahaan Parakbada ialah sebesar sampai ekor benih ikan lele untuk setiap minggunya, dimana angka tersebut merupakan angka rata-rata selama perusahaan melakukan pembenihan ikan lele. Untuk ikan lele konsumsi, perusahaan menghasilkan sekitar 6 kuintal ikan lele konsumsi. Angka tersebut didapat dari hasil produksi yang dilakukan oleh perusahaan, dimana perusahaan baru melakukan satu kali produksi (Data Primer 2011). Perusahaan Parakbada memiliki potensi yang sangat besar, karena penerimaan yang di pasar lebih besar dibanding dengan penawaran, sehingga usaha yang dilakukan perusahaan dapat dikatakan layak untuk dilakukan Strategi Pemasaran Pada analisis strategi pemasaran ini akan dibahas mengenai bauran pemasaran, yakni produk, harga, promosi, dan distribusi. a. Produk Perusahaan Parakbada merupakan perusahaan yang bergerak di bidang pembenihan dan pembesaran ikan lele Sangkuriang. Produk yang dihasilkan adalah benih ikan lele dan ikan lele konsumsi. Kelebihan dari benih ikan lele dan ikan lele konsumsi yang dihasilkan Perusahaan Parakbada dibandingkan dengan perusahaan lain yang bergerak dibidang yang sama adalah Perusahaan Parakbada tidak menggunakan bahan-bahan kimia dalam proses produksinya, sehingga benih ikan lele ataupun ikan lele konsumsi yang dihasilkan Perusahaan Parakbada organik. b. Harga Perusahaan Parakbada merupakan price taker dalam menentukan harga dari benih ikan lele dan ikan lele konsumsi. Perusahaan parakbada menjual benih ikan lele secara langsung kepada pembudidaya-pembudidaya ikan lele yang bergerak dipembesaran ikan lele. Benih ikan lele yang dihasilkan dijual dengan harga Rp 200,00 per ekor (benih ikan lele ukuran 5-7 cm). Selain menjual ke pembudidaya, Perusahaan Parakbada juga menjual benih ikan lele (ukuran

58 cm) ke Pusat Budidaya Ikan Lele Sangkuriang Cahaya Kita yang berada di Gadog, Bogor. Perusahaan Parakbada menjual benih ikan lele ke Cahaya Kita Perusahaan Parakbada menjual benih ikan lele ke Cahaya Kita ketika Perusahaan Parakbada mengalami kelebihan benih ikan lele atau benih ikan lele yang belum terjual. Ikan lele konsumsi dijual dengan harga Rp ,00 per kilogram (1 kilogram ikan lele konsumsi berisi 6-10 ekor ikan lele konsumsi) c. Promosi Perusahaan Parakbada tidak melakukan promosi secara khusus dalam melakukan pemasaran benih ikan lele maupun ikan lele konsumsi yang dihasilkannya. Promosi hanya dilakukan melalui mulut ke mulut. Perusahaan Parakbada menjual benih ikan lele dan ikan lele konsumsi kepada pembudidayapembudidaya ikan lele Sangkuriang yang bergerak di usaha pembesaran ikan lele Sangkuriang dan ke pusat budidaya ikan lele Sangkuriang Cahaya Kita yang terletak di Gadog, Bogor. d. Distribusi Perusahaan Parakbada tidak melakukan distribusi secara khusus, karena pembeli langsung datang ke lokasi usaha Perusahaan Parakbada. Pembeli berasal dari daerah Bogor, Jakarta, Bekasi, dan sekitarnya. Pembeli benih ikan lele ataupun ikan lele konsumsi mendatangi tempat usaha (Perusahaan parakbada) secara langsung. Hal ini bertujuan agar pembeli dapat langsung melihat kondisi benih ikan lele ataupun ikan lele konsumsi yang dibeli dan untuk memperkecil biaya pemasaran. Cara pembayaran yang dilakukan adalah dengan cara pembayaran tunai atau cash. Untuk lebih jelas mengenai saluran pemasaran Perusahaan Parakbada dapat dilihat pada Gambar 3. Pusat Budidaya Ikan Lele Sangkuriang Cahaya Kita Gadog Pembudidaya ikan lele sangkuriang Perusahaan Parakbada Pembudidaya ikan lele Sangkuriang Gambar 3. Saluran Pemasaran Benih Ikan Lele 41

59 Berdasarkan Gambar 3, dapat diketahui bahwa terdapat dua saluran pemasaran benih ikan lele yang dilakukan oleh Perusahaan Parakbada. Saluran pertama, Perusahaan menjual benih ikan lele ukuran 5-7 cm per ekor ke Pusat Budidaya Ikan Lele Sangkuriang Cahaya Kita dengan volume penjualan sekitar 20 persen dari hasil satu kali produksi benih ikan lele. Saluran kedua, Perusahaan menjual benih ikan lele ukuran 5-7 cm ke pembudidaya-pembudidaya ikan lele yang bergerak dipembesaran ikan lele Sangkuriang. Volume yang biasa dijual ke pembudidaya-pembudidaya ini sekitar 80 persen dari hasil satu kali produksi. Supplier Perusahaan Parakbada Pusat Budidaya Ikan Lele Sangkuriang Cahaya Kita Gadog Restoran Konsumen akhir Gambar 4. Saluran Pemasaran Ikan Lele Konsumsi Berdasarkan Gambar 4, dapat dilketahui bahwa terdapat tiga saluran pemasaran yang dilakukan Perusahaan Parakbada dalam menjual ikan lele konsumsi. saluran pertama, Perusahaan menjual ikan lele konsumsi ke supplier dengan volume penjualan sekitar 35 persen dari hasil satu kali panen. Saluran kedua, Perusahaan Parakbada menjual ikan lele konsumsi ke Cahaya Kita dengan volume penjualan sekitar 60 persen dari hasil satu kali panen. Saluran ketiga, Perusahaan Parakbada menjual ikan lele konsumsi ke konsumen akhir dengan volume penjualan sekitar 5 persen dari hasil satu kali panen. Perusahaan telah memiliki strategi pemasaran meliputi produk, harga, promosi dan distribusi. Strategi pemasaran yang diterapkan baik dari harga, produk, promosi, dan distribusi tersebut menjadikan produk yang dihasilkan Perusahaan Parakbada dapat diterima dan bersaing di pasar, sehingga analisis terhadap strategi pemasaran terhadap usaha yang dijalankan Perusahaan Parakbada layak. 42

60 Market Share Market share atau lebih dikenal dengan pangsa pasar merupakan besarnya pasar yang bisa dikuasai oleh perusahaan. Market share ini menunjukkan seberapa luas atau besar pasar yang dapat dikuasai oleh suatu perusahaan. Market share dari Perusahaan parakbada terhadap wilayah Kabupaten Bogor adalah sebesar 1,279 persen untuk benih ikan lele dan 0,087 persen untuk ikan lele konsumsi. Market Share tersebut diperoleh dari perbandingan antara proyeksi penawaran Perusahaan Parakbada terhadap proyeksi penawaran industri. Perhitungan market share Perusahaan Parakbada dapat dilihat pada Tabel 8. Tabel 8. Perhitungan Market Share Perusahaan Parakbada terhadap Kabupaten Bogor No Uraian Proyeksi Kabupaten Market Perusahaan Bogor** Share (%) Parakbada* 1 Benih Ikan Lele (Ekor) ,279 2 Ikan Lele Konsumsi (Kg) ,087 *) Proyeksi penawaran Perusahaan Parakbada **) Produksi Kabupaten Bogor 2010 Sumber: Data Primer (diolah 2012) Dilihat dari market share, usaha yang dijalankan Perusahaan Parakbada layak. Karena market share perusahaan bernilai positif atau lebih besar dari nol, sehingga perusahaan memiliki kesempatan untuk memperluas pangsa pasarnya Aspek Teknis Pada aspek teknis ini akan membahas mengenai lokasi usaha, layout tempat usaha, proses produksi, dan hasil analisis aspek teknis. Adapun pembahasan mengenai hal tersebut adalah sebagai berikut Lokasi Usaha Perusahaan Parakbada terletak di Kelurahan Katulampa, Kecamatan Bogor Timur, Kota Bogor, Jawa Barat. Batas wilayah Kelurahan Katulampa sebelah utara ialah Kampung Cimahpar, sebelah selatan berbatasan dengan Kecamatan 43

61 Tajur, sebelah barat berbatasan dengan Kecamatan Baranangsiang dan sebelah timur berbatasan dengan Desa Sukaraja. Dalam menjalankan usaha, terdapat banyak pertimbangan penting dalam pemilihan lokasi. Adapun pertimbangan yang dilakukan dalam pemilihan lokasi tersebut adalah sebagai berikut. 1. Tenaga Listrik dan Sumber Air Tenaga listrik yang digunakan oleh Perusahaan Parakbada merupakan listrik yang berasal dari PLN dengan daya listrik sebesar Watt. Tenaga listrik ini digunakan untuk mempompa air dari sumur yang akan dialirkan ke dalam kolam-kolam, menyedot air dari kolam, dan penerangan. Perusahaan Parakbada mendapatkan air dengan volume dan kualitas yang baik untuk proses produksi. Air yang digunakan berasal dari sumur yang ada di dalam lokasi perusahaan. 2. Ketersediaan Bahan Baku Perusahaan Parakbada mendapatkan bahan baku utama pada usaha pembenihan ikan lele berupa indukan ikan lele Sangkuriang induk berasal dari Pusat Budidaya Ikan Lele Sangkuriang Cahaya Kita yang terletak di daerah Gadog, Bogor. Perusahaan Parakbada membeli Indukan dengan harga Rp ,00 per ekor indukan lele Sangkuriang. Pada usaha pembesaran ikan lele, bahan baku berupa benih ikan lele ukuran 5-7 cm yang berasal dari usaha pembenihan ikan lele yang dijalankan Perusahaan Parakbada sendiri. Bahan baku lain seperti pakan, Perusahaan Parakbada membelinya dari pedagang pakan ikan yang ada di Pasar Sukasari, Bogor (Gambar 5). Ibu Susy selaku pengelola Perusahaan Parakbada berlangganan membeli pakan benih ikan lele ataupun ikan lele konsumsi di kios pakan milik Bapak Erwin yang terletak di Pasar Sukasari. Jarak Pasar Sukasari tidak terlalu jauh dari lokasi perusahaan yakni sekitar 3 km. Waktu yang diperlukan untuk menuju ke Pasar Sukasari adalah kurang lebih 15 menit. Frekuensi pembelian pakan ini dilakukan oleh Ibu Susy sebanyak dua kali dalam seminggu. 44

62 Gambar 5. Kios Penjual Pakan Ikan Lele, Pasar Sukasari Pada segmen pembenihan ikan lele, pakan yang diperlukan oleh Perusahaan Parakbada untuk produksi benih ikan lele ukuran 5-7 cm adalah cacing sutera, Fengli, PF 1000, Pelet L1 dan 781polos. Komposisi dari pakan pembenihan ikan lele (Fengli, PF1000, dan 781polos) dapat dilihat pada Tabel 9. Tabel 9. Komposisi Pakan Pembenihan Ikan Lele (Fengli, PF1000, dan 781polos) No Jenis Kandungan (%) Pakan Protein Lemak Serat Kasar Abu Kadar Air 1 Fengli PF polos (-) Data tidak diketahui Sumber: Observasi Lapang (2012) Cacing sutera merupakan pakan yang diberikan untuk benih ikan lele yang berumur 4 hari sampai 14 hari. Pada satu kali proses pembenihan diperlukan cacing sutera sebanyak 50 takar cacing sutera. Harga cacing sutera adalah Rp 7.000,00 per takar. Fengli merupakan jenis pakan ikan lele berbentuk bubuk yang diberikan kepada benih ikan lele yang berumur 15 hari sampai 25 hari. Kebutuhan Fengli dalam satu kali proses pembenihan sebanyak 5 kilogram dengan harga Rp ,00 per kilogram. Pakan PF1000 merupakan jenis pakan yang diberikan kepada benih ikan lele yang berumur 26 hari sampai 37 hari. Pakan PF1000 yang dibutuhkan adalah sebanyak 10 kilogram dengan harga Rp ,00 per kilogram. Pakan jenis pelet L1 merupakan pakan apung yang diberikan kepada benih yang berumur 38 hari sampai 45 hari atau sampai benih dipanen. Kebutuhan pakan L1 ini sebanyak 5 kilogram dengan harga Rp 6.000,00 per kilogram. Pakan 781polos merupakan pakan yang hanya diberikan untuk pemeliharaan indukan 45

63 lele Sangkuriang. Dalam waktu satu minggu, indukan lele Sangkuriang menghabiskan pakan 781polos sebanyak 1,5 kilogram dengan harga Rp per kilogram. Adapun kebutuhan pakan benih lele yang dibutuhkan oleh Perusahaan Parakbada untuk segmen pembenihan ikan lele dapat dilihat pada Tabel 10. Tabel 10. Kebutuhan Pakan untuk Segmen Pembenihan Ikan Lele Sangkuriang di Perusahaan Parakbada dalam Satu Kali Proses Pembenihan No Jenis Pakan Jumlah Satuan Harga per satuan Total (Rp) (Rp) 1 Cacing Sutera 50 Takar Fengli 5 Kilogram PF Kilogram Pakan L1 5 Kilogram Total Sumber: Data Primer (diolah 2012) Pada segmen pembesaran ikan lele, pakan yang diperlukan oleh Perusahaan Parakbada untuk produksi ikan lele konsumsi adalah pelet apung (Pelet L1, Pelet L2, Pelet L3) dan pelet tenggelam, dimana Perusahaan Parakbada memiliki 10 kolam pembesaran. Pelet apung merupakan pelet yang digunakan pada pemeliharaan ikan lele konsumsi, sedangkan pelet tenggelam merupakan pelet yang digunakan untuk masa pembobotan ikan lele konsumsi. Komposisi dari pelet apung dan pelet tenggelam dapat dilihat pada Tabel 11. Tabel 11. Komposisi Pelet Apung (Pelet L1, Pelet L2, Pelet L3) dan Pelet Tenggelam No Jenis Pakan Kandungan (%) Protein Lemak Serat Kasar Kadar Air 1 Pelet L Pelet L Pelet L Pelet Tenggelam (-) Data tidak diketahui Sumber: Observasi Lapang (2012) Pelet apung bersifat mengapung yang berfungsi untuk masa pertumbuhan benih ikan lele dari ukuran 5-7 cm menjadi ikan lele konsumsi. Pelet apung yang terdiri atas pelet L1, pelet L2, dan pelet L3. Pelet L1 merupakan pelet yang berdiameter 1 mm. Pelet L1 diberikan kepada benih ikan lele yang siap dibesarkan (ukuran 5-7 cm) dengan umur 1 hari sampai 7 hari semenjak benih ikan lele 46

64 tersebut dimasukkan ke dalam kolam pembesaran dengan jumlah sebanyak 15 kilogram. Pelet L2 merupakan pelet yang berdiameter 2 mm. Pelet L2 tersebut diberikan kepada ikan lele yang berumur 8 hari sampai 21 hari dengan jumlah sebanyak 25 kilogram. Pelet L3 adalah pelet yang berdiameter 3 mm. Pelet L3 ini diberikan kepada ikan lele yang berumur 22 hari sampai 42 hari (6 minggu) dengan jumlah 110 kilogram. Setelah ikan lele berumur 6 minggu, maka pakan yang diberikan adalah pakan tenggelam. pakan ini diberikan sampai ikan lele dipanen (ikan lele konsumsi). Pakan tenggelam yang diberikan adalah sebanyak 350 kilogram. Adapun kebutuhan pakan ikan lele konsumsi yang dibutuhkan oleh Perusahaan Parakbada untuk segmen pembesaran ikan lele konsumsi dalam 10 kolam dapat dilihat pada Tabel 12. Tabel 12. Kebutuhan Pakan untuk Segmen Pembesaran Ikan Lele Konsumsi di Perusahaan Parakbada dalam Satu Kali Proses Pembesaran (1 kolam) No Jenis Pakan Jumlah Satuan Harga per satuan (Rp) Total (Rp) 1 Pelet L1 15 Kilogram Pelet L2 25 Kilogram Pelet L3 110 Kilogram Pelet tenggelam 350 Kilogram Total 500 Kilogram Sumber: Data primer (diolah 2012) 3. Ketersediaan Tenaga Kerja Perusahaan Parakbada dikelola oleh seorang leader atau penanggungjawab lapangan yakni Ibu Susy dan dua orang karyawan tetap bagian produksi. Satu tenaga kerja (Mang Lim) yang khusus bekerja dibagian pembenihan ikan lele dan satu tenaga kerja (Andri) yang bekerja dibagian pembesaran ikan lele. Kedua karyawan tersebut didapat dari Kampung Pangulakan (Kampung yang terdapat di sekitar Kelurahan Katulampa). Mang Lim yang bekerja dibagian pembenihan ikan lele mendapatkan gaji sebesar Rp ,00 per bulan, sedangkan Andri yang bekerja dibagian pembesaran ikan lele mendapatkan gaji sebesar Rp ,00 per bulan. Gaji yang diterima Mang Lim lebih tinggi dibanding gaji yang diterima oleh Andri. Hal ini dikarenakan tanggungjawab bekerja dibagian pembenihan ikan lele lebih sulit dibanding bekerja dibagian pembesaran ikan lele. Dua karyawan yang ada di Perusahaan Parakbada ini tidak mengalami kesulitan dalam 47

65 menjalankan tugasnya, karena karyawan-karyawan ini diberi pelatihan atau pendidikan mengenai pembenihan dan pembesaran ikan lele oleh Ibu Susy. 4. Perlengkapan yang dimiliki Perlengkapan yang dimiliki Perusahaan Parakbada untuk menjalankan usahanya adalah 65 buah kolam yang terdiri atas 5 kolam pemijahan masingmasing berukuran 2 x 4 meter, 38 kolam penetasan masing-masing berukuran 2 x 4 meter, 3 kolam indukan masing-masing berukuran 2 x 5 meter, 1 kolam pemeliharaan calon indukan masing-masing berukuran 2 x 4 meter, 8 kolam sortir masing-masing berukuran 2 x 4 meter dan 10 kolam pembesaran masing-masing berukuran 4 x 5 meter (Tabel 13). Selain itu, terdapat peralatan penunjang lainnya seperti mesing penyedot, pompa air, jaring, sodet, serokan, kakaban, bak sortir, ember, jurigen, paranet, sodet, selang, dan lainnya. Tabel 13. Jenis, Ukuran, dan Jumlah Kolam yang dimiliki Perusahaan Parakbada No Nama Kolam Ukuran Satuan Jumlah 1 Kolam pemijahan 2 x 4 Meter 5 2 Kolam penetasan 2 x 4 Meter 38 3 Kolam indukan 2 x 5 Meter 3 4 Kolam pemeliharaan calon 2 x 4 Meter 1 indukan 5 Kolam Sortir 2 x 4 Meter 8 6 Kolam pembesaran 4 x 5 Meter 10 Total 65 Sumber: Observasi Lapang (diolah 2011) 5. Letak Pasar yang dituju Dalam memasarkan produk yang dihasilkan oleh Perusahaan Parakbada ini sudah jelas, yakni untuk benih ikan lele dipasarkan ke pembudidaya pembesaran ikan lele Sangkuriang atau ke Pusat Budidaya Ikan Lele Sangkuriang Cahaya Kita. Ikan lele ukuran konsumsi dipasarkan ke supplier atau ke Pusat Budidaya Ikan Lele Sangkuriang Cahaya Kita. Pembeli biasanya langsung datang ke perusahaan untuk memesan dan membeli benih. Pembeli berasal dari daerah Bogor, Jakarta, dan sekitarnya. 48

66 6. Fasilitas Transportasi Lokasi Usaha pembenihan dan pembesaran ikan lele Sangkuriang oleh Perusahaan Parakbada ini terletak di daerah Kelurahan Katulampa, Kecamatan Bogor timur, Kota Bogor. Kelurahan tersebut telah memiliki fasilitas jalan aspal uantuk mempermudah jalannya transportasi. Alat transportasi yang dimiliki perusahaan adalah motor. Alat tersebut digunakan oleh pengelola untuk pembelian pakan, arang, kotoran kambing, dan input lainnya. Selain itu, Kelurahan Katulampa juga terjangkau oleh angkutan umum (angot) dan tersedia ojek. 7. Sikap Masyarakat Sikap masyarakat sangat terbuka dengan adanya kegiatan usaha yang dilakukan oleh Perusahaan Parakbada. Hal ini dikarenakan usaha tersebut tidak merugikan masyarakat sekitar Layout Tempat Usaha Layout merupakan keseluruhan proses penentuan bentuk dan penempatan fasilitas-fasilitas yang dimilki. Layout tersebut terdiri dari penentuan letak kolam pada lahan berukuran 1800 m 2, saung jaga (terbuat dari bambu) berukuran 3 x 3 meter, mess karyawan berukuran 3 x 4 meter, gudang penyimpanan berukuran 3 x 8 meter yang digunakan untuk tempat menyimpan pakan dan peralatan-peralatan pembenihan dan pembesaran ikan lele. Perusahaan Parakbada memiliki 65 buah kolam yang terdiri atas 5 kolam pemijahan masing-masing berukuran 2 x 4 meter, 38 kolam penetasan masing-masing berukuran 2 x 4 meter, 3 kolam indukan masing-masing berukuran 2 x 5 meter, 1 kolam pemeliharaan calon indukan masing-masing berukuran 2 x 4 meter, 8 kolam sortir masing-masing berukuran 2 x 4 meter dan 10 kolam pembesaran masing-masing berukuran 4 x 5 meter. Layout tempat usaha pada Perusahaan Parakbada dapat dilihat pada Lampiran Skala Usaha Skala usaha Perusahaan Parakbada tergolong kecil, karena pendapatan yang diperoleh oleh Perusahaan Parakbada kurang dari Rp ,00. Hal ini sesuai dengan kriteria pengusaha kecil yang diatur dalam Pasal 5 ayat (1) Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1995 yakni : (a) Memiliki kekayaan bersih 49

67 paling banyak Rp (dua ratus juta), tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha, (b) memiliki hasil penjualan tahunan, paling banyak Rp 1 M, (c) Milik Warga Negara Indonesia (WNI), (d) Berdiri sendiri, tidak memiliki anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau berafiliasi, dan (e) Berbentuk usaha perorangan, badan usaha tidak berbadan hukum atau badan usaha berbadan hukum dalam bentuk koperasi Proses Produksi Ikan Lele Sangkuriang Produksi merupakan suatu kegiatan dalam suatu usaha untuk menghasilkan output dari beberapa input yang digunakan. Adapun alur proses produksi Usaha pembenihan dan pembesaran ikan lele Sangkuriang di Perusahaan Parakbada ialah sebagai berikut Pembenihan Ikan Lele Sangkuriang Usaha pembenihan ikan lele Sangkuriang merupakan kegiatan yang menghasilkan benih ikan lele (ukuran 5-7 cm) melalui proses pemijahan. Adapun tahapan pembenihan ikan lele Sangkuriang dapat dilihat pada Gambar 6. Persiapan Pembenihan Pemijahan Lele Penetasan Telur Penen Benih Penyortiran Pemeliharaan Benih Gambar 6. Proses Usaha Pembenihan Ikan Lele Sangkuriang a. Persiapan Pembenihan Ikan Lele Perusahaan Parakbada membeli indukan ikan lele Sangkuriang di Pusat Budidaya Ikan Lele Sangkuriang Cahaya Kita yang terletak di Gadog, Bogor, dengan harga Rp ,00 per ekor. Saat ini Perusahaan Parakbada memiliki 60 ekor indukan ikan lele Sangkuriang yang terdiri atas 20 indukan betina dan 40 indukan jantan. Setelah perusahaan memiliki indukan ikan lele, maka proses selanjutnya adalah pemeliharaan indukan ikan lele. Pemeliharaan indukan ikan lele dilakukan di dalam kolam pemeliharaan indukan ikan lele yang berukuran 2 x 50

68 5 meter, ketinggian kolam 1,5 meter dengan kedalaman air sekitar cm. Pemeliharaan yang dilakukan mencakup pemberian pakan. Jenis pakan yang diberikan untuk induk ikan lele adalah pakan 781polos. Pemberian pakan dilakukan satu hari sekali sebanyak 2 takar (1 takar = 1 gelas). Dalam seminggu Perusahaan Parakbada memerlukan jenis pakan tersebut sebanyak 1,5 kilogram dengan harga Rp 8.500,00. Gambar 7. Indukan Lele Sangkuriang Perusahaan Parakbada Gambar 7 merupakan contoh gambar indukan lele Sangkuriang yang dimiliki Perusahaan Parakbada. Ciri-ciri indukan jantan yang siap untuk dipijahkan antara lain alat kelamin panjang, terlihat jelas, dan berwarna merah (merah jambu), sedangkan ciri-ciri indukan betina yang siap untuk dipijahkan yakni perut membesar, lubang kelamin bulat, dan berwarna merah (merah jambu). Dalam proses satu kali pemijahan ikan lele (pembenihan ikan lele), Perusahaan Parakbada menggunakan indukan ikan lele dengan kombinasi 2 banding 4, yakni dua ekor indukan betina dan empat ekor indukan jantan. Dengan menggunakan kombinasi 2 banding 4 tersebut didapatkan benih ikan lele sebanyak ekor benih ikan lele. b. Pemijahan Ikan Lele Pemijahan yang dilakukan oleh Perusahaan Parakbada ialah dengan teknik alami atau tradisional. Dalam wawancara, penanggungjawab beralasan bahwa teknik alami lebih hemat biaya, mudah dilakukan, dan benih yang dihasilkan melalui teknik alami ini lebih unggul dan tahan terhadap penyakit jika dibanding dengan teknik pemijahan buatan (suntik). 51

69 Perusahaan Parakbada memiliki 5 kolam pemijahan. Lima kolam pemijahan ini tidak digunakan secara bersamaan, namun digunakan secara bergantian sesuai dengan pola pemijahan yang dilakukan oleh Perusahaan Parakbada (Lampiran 2). Dalam kegiatan pemijahan dengan menggunakan 1 kolam, Perusahaan Parakbada menggunakan kolam pemijahan berukuran 2 x 4 meter dengan ketinggian kolam 1 meter, dan ketinggian air sekitar cm. Air yang digunakan dalam kolam pemijahan merupakan air baru yang bersih, bening, dan terhindar dari zat-zat kimia berbahaya. Kemudian dipersiapkan kakaban (Tempat menempelnya telur ikan lele hasil pemijahan, terbuat dari ijuk) dengan jumlah 14 buah kakaban dalam satu kolam dengan ukuran tersebut. Ukuran kakaban yang digunakan ialah panjang 1,5 meter dengan lebar sekitar 50 cm. Pada pemasangan kakaban, diusahakan tidak ada celah kosong dianatara kakaban agar semua telur yang dikeluarkan oleh indukan betina menempel semua pada kakaban. Induk yang sudah dipilih atau diseleksi dipindahkan dari kolam pemeliharaan induk ke kolam pemijahan. Pemindahan ini dilakukan pada sore hari sekitar pukul WIB. Perusahaan Parakbada menggunakan kombinasi indukan ikan lele 2 banding 4, yakni dua ekor jantan dan empat ekor betina dalam satu kali siklus pemijahan. Indukan yang sudah dipindahkan ke kolam pemijahan, dibiarkan sekitar satu hari satu malam, karena lele akan bertelur pada saat malam hari. Setelah selesai pemijahan, maka indukan lele dapat diambil kembali keesokan harinya, pada sore hari sekitar pukup WIB dan diletakkan pada kolam pemeliharaan induk. Induk yang sudah dipijahkan dapat digunakan kembali setelah 40 hari istirahat. Pada satu kali siklus pemijahan dalam satu kolam, telur yang menempel pada kakaban (14 kakaban) dapat dibagi pada 7 kolam penetasan telur. Keberhasilan kegiatan pemijahan ini tergantung dari kondisi kesiapan indukan yang akan dipijahkan dan keadaan sekitar seperti cuaca yang mendukung. Proses pemijahan ini dapat dilihat pada Gambar 8. 52

70 Gambar 8. Proses Pemijahan Ikan Lele Perusahaan Parakbada c. Penetasan Telur Ikan Lele Kakaban yang sudah ditempeli telur pada pemijahan kemudian dipindahkan ke kolam penetasan. Perusahaan Parakbada memiliki 38 kolam penetasan, namun dalam satu kali siklus pemijahan (satu kali pemijahan) kolam penetassan yang digunakan sebanyak 7 kolam. Kegiatan penetasan telur ini mencakup persiapan kolam penetasan, penetasan, dan pemeliharaan larva hingga menjadi benih ikan lele. Satu kolam penetasan berukuran 2 x 4 meter, ketinggian sekitar 50 cm, dengan ketinggian air sekitar cm. Air yang digunakan merupakan air yang bersih dan bebas dari zat-zat kimia yang berbahaya. Pengisian air ini dilakukan sehari sebelum pemijahan dilakukan. Hal ini terkait dengan pemberian perilaku khusus terhadap kolam penetasan sebelum kolam tersebut digunakan. Pemberian perilaku khusus ini adalah pemberian ramuan herbal (berwarna hijau) sebanyak 4 sendok makan. Ramuan herbal ini dibuat khusus yang bertujuan menciptakan suhu yang ideal untuk penetasasan telur dan mempertahankan ph air kolam. Ramuan herbal ini diperoleh dari Pusat Budidaya Ikan Lele Sangkuriang Cahaya Kita secara gratis. Setelah kakaban dipenuhi telur, maka kakaban tersebut dipindah ke kolam penetasan yang telah disiapkan sebelumnya. Telur yang menempel pada kakaban, memerlukan waktu kurang lebih satu hari satu malam untuk menetas semenjak telur tersebut menempel pada kakaban saat kegiatan pemijahan. d. Pemeliharaan Benih Pemeliharaan telur ikan lele yang telah menetas ini mencakup pemberian pakan. Pemberian pakan dilakukan pada hari keempat setelah telur menetas 53

71 sampai hari ke-13. Jenis pakan diberikan adalah cacing sutera. Pemberian pakan berupa cacing sutera ini dilakukan satu kali dalam 14 hari. Pemberian pakan mulai dari hari keempat sampai hari ke-14 tersebut membutuhkan 50 takar cacing sutera. Pada hari ke-15, pemberian jenis pakan diganti menjadi pakan Fengli, yakni pakan benih ikan lele yang berbentuk bubuk. Pada hari ke-15 tersebut, ukuran benih sekitar 2-3 cm. Dalam satu hari, pemberian pakan ini 3 kali. Satu kali pemberian pakan Fengli membutuhkan 2 takar Fengli (1 takar = 1 gelas). Dalam satu kali periode, dapat menghasbiskan 5 kilogram pakan Fengli. Pemberian pakan kilogram Fengli tersebut digunakan untuk benih ikan lele yang tersebar pada 6 kolam penetasan selama 2 minggu (hari ke-15 sampai hari ke 25). Setelah 14 hari semenjak menetas, kakaban kemudian diangkat dari kolam penetasan tersebut. Pada hari ke-26, pemberian pakan diganti dengan pakan jenis PF1000 (kadar protein persen), dimana pada hari ke-26 tersebut benih ikan lele telah berukuran 4-6 cm. pemberian pakan PF1000 dilakukan tiga kali dalam sehari. Dalam satu kali pemberian pakan membutuhkan 3 takar PF1000 (1 takar = 1 gelas). Pemberian PF1000 ini dilakukan selama 2 minggu atau dari hari ke-26 sampai hari ke-37. Dalam waktu 2 minggu tersebut menghabiskan PF1000 sebanyak 10 kilogram. Pada hari ke-38, pemberian pakan diganti dengan pakan jenis L1, yakni pakan yang berdiameter 1 mm. Pemberian pakan ini dilakukan 2 kali sehari, dimana 1 kali pemberian pakan sebanyak 2 takar (1 takar = 1 gelas). Pemberian pakan L1 ini sampai benih ikan lele berumur 45 hari (1,5 bulan), yakni benih ikan lele telah berukuran 5-7 cm (siap panen). e. Penyortiran Benih Ikan Lele Penyortiran benih ikan lele merupakan kegiatan menyeleksi benih sesuai dengan ukuran yang diharapkan. Kegiatan ini bertujuan untuk mengelompokkan benih pada ukuran-ukurannya. Hal ini dilakukan untuk mencegah sifat kanibal pada lele (lele berukuran lebih besar akan memakan lele yang berukuran lebih kecil). Penyortiran benih yang dilakukan seminggu sekali, bertujuan untuk mengelompokkan benih sesuai dengan ukuranseperti ukuran 2-3 cm, 4-6 cm, dan 5-7 cm (benih ikan lele siap panen). Proses sortir ini dapat dilihat pada Gambar 9. 54

72 Gambar 9. Penyortiran Benih Ikan Lele Perusahaan Parakbada f. Panen Benih Ikan Lele Panen benih ikan lele dilakukan pada hari ke-45 setelah benih menetas atau benih ikan lele telah berukuran 5-7 cm. Tahap pemanenan benih ikan lele yakni (1) mengisi jurigen dengan air kolam pemeliharaan benih ikan lele, (2) menyerok benih ikan lele kemudian diletakkan didalam jurigen. Pada satu kali siklus pemijahan (1,5 bulan), Perusahaan Parakbada mendapatkan benih ikan lele antara sampai ekor benih ikan lele. Pada 1 periode (3 bulan), Perusahaan melakukan proses pemijahan ikan lele sebanyak 10 kali (Lampiran 2) Pembesaran Ikan Lele Pembesaran ikan lele Sangkuriang merupakan kegiatan usaha atau bisnis membesarkan benih ikan lele Sangkuriang mencapai ukuran konsumsi kemudian menjualnya. Waktu yang dibutuhkan untuk pembesaran ikan lele konsumsi ini adalah 2,5 bulan sampai 3 bulan (Lampiran 3). Ukuran ikan lele konsumsi yakni 6-10 ekor per kilogram. Adapun tahapan pembesaran ikan lele dapat dilihat pada gambar 10. Persiapan Kolam Penebaran Benih Pemeliharaan Lele Pengemasan Lele Pemanenan Lele Gambar 10. Proses Usaha Pembesaran Ikan Lele Sangkuriang 55

73 a. Persiapan Kolam Kolam yang digunakan dalam pembesaran ikan lele oleh Perusahaan Parakbada ialah kolam dari terpal yang berukuran 4 x 5 meter sebanyak 10 kolam, dengan ketinngian satu meter. Air yang digunakan merupakan air yang bersih dan bebas dari zat-zat berbahaya. Kedalaman air setinggi 50 cm. Setelah dilakukan pengisian air, maka selanjutnya adalah pemupukan. Pemupukan ini dilakukan dengan menggunakan kotoran kambing dengan dosis 1,5 kilogram per m 2. Jadi untuk 1 kolam pembesaran ukuran kolam 4 x 5 meter dibutuhkan kotoran kambing sebanyak 30 kilogram. Harga kotoran kambing sebesar Rp 5.000,00 per kilogram, sehingga dibutuhkan 30 kilogram kotoran kambing x 10 kolam x Rp 5.000,00 per kilogram = Rp ,00. Pemupukan dengan kotoran kambing tersebut dilakukan dengan cara memasukkan kotoran kambing ke dalam karung, kemudian memasukkannya ke dalam kolam selama delapan hari. Pemupukan ini dilakukan dengan tujuan untuk menciptakan ph air kolam yang sesuai dengan kebutuhan ikan lele, yakni 7-7. Kemudian memasukkan 4 sendok makan ramuan herbal. Ramuan herbal ini diperoleh Perusahaan Parakbada dari Pusat Budidaya Ikan Lele Sangkuriang Cahaya Kita secara gratis. Ramuan herbal ini bersifat rahasia, sehingga tidak dapat diketahui komposisi yang terkandung di dalamnya. Pemberian ramuan herbal bertujuan untuk menetralkan air dari racun berbahaya, menyeimbangkan ph dan suhu air. Setelah delapan hari, karung berisi kotoran kambing tersebut diangkat. Pada hari ke-10 benih ditebar ke dalam kolam tersebut. b. Penebaran Benih Ikan Lele Benih ikan lele yang ditebar akan menentukan hasil akhir. Penebaran benih ikan lele Sangkuriang pada Perusahaan Parakbada adalah sekitar ekor benih ikan lele per m 2. Dengan kolam pembesaran ikan lele pada Perusahaan Parakbada yang berukuran 4 x 5 meter, pengelola perusahaan menebar benih sebanyak ekor benih ikan lele berukuran 5-7 cm untuk satu kolam. Penebaran sebaiknya dilakukan pada pagi atau sore hari. c. Pemeliharaan Ikan Lele Pemeliharaan ikan lele mencakup pemberian pakan yang rutin. Pada Usaha pembesaran ikan lele Perusahaan Parakbada, kolam pembesaran yang 56

74 dimiliki adalah sebanyak 10 kolam. Masing-masing kolam berukuran 4 x 5 meter. Dalam sekali kegiatan pembesaran dengan ukuran kolam tersebut, dibutuhkan benih ikan berukuran 5-7 cm sebanyak ekor benih, sehingga untuk 10 kolam dibutuhkan ekor benih. Pakan yang diberikan pada kegiatan pembesaran ikan lele terdiri atas pelet apung (Pelet L1, Pelet L2, Pelet L3) dan pelet tenggelam. pelet apung digunakan untuk masa pertumbuhan ikan lele, sedangkan pelet tenggelam digunakan untuk masa pembobotan ikan lele hingga mencapai ikan lele ukuran konsumsi. Satu kolam pembesaran ikan lele dengan benih ikan lele yang ditebar sebanyak ekor dibutuhkan pakan sebanyak 500 kilogram selama proses pembesaran. Pakan sebanyak 500 kilogram tersebut terdiri dari Pelet L1 sebanyak 15 kilogram, Pelet L2 sebanyak 25 kilogram, Pelet L3 sebanyak 110 kilogram, dan 350 kilogram pelet tenggelam. Pelet L1 diberikan pada benih ikan lele pada hari pertama semenjak benih tersebut ditebar di kolam pembesaran ikan lele. Pemberian pakan L1 dilakukan dari hari ke-1 sampai hari ke-7. Pada hari ke-8 sampai hari ke-21 diberikan pakan Pelet L2. Pada hari ke-22 sampai hari ke-42 diberikan pakan Pelet L3. Pada hari ke-43 sampai tiba masa panen diberikan pakan pelet tenggelam. Frekusensi pemberian pakan adalah 3 kali dalam satu hari. Pada satu kali pemberian pakan diperlukan 2-3 takar pakan. d. Pemanenan Lele Pemanenan dilakukan pada ikan lele yang telah berumur 2,5 sampai 3 bulan semenjak benih ikan lele dimasukkan dalam kolam pembesaran. Pada saat panen, dilakukan penyortiran kembali. Hal ini terkait dengan pasar yang ada. Untuk pasar warung tenda, maka penyortiran akan dilakukan untuk ukuran lele konsumsi 6-10 ekor lele per kilogram. Namun untuk pemancingan akan disortir lele ukuran tiga ekor per kilogramnya. Gambar 11. Proses Pemanenan Ikan Lele Konsumsi 57

75 e. Pengemasan (Packing) Pada kegiatan pengemasan, Perusahaan Parakbada tidak melakukan pengemasan. Perusahaan Parakbada hanya memanen ikan lele konsumsi kemudian meletakkan ikan lele konsumsi tersebut ke dalam jurigen. Mayoritas pembeli ikan lele konsumsi di Perusahaan Parakbada membawa jurigen masingmasing, sehingga pihak Perusahaan Parakbada hanya berperan memindahkan ikan lele konsumsi dari kolam pembesaran ikan lele ke dalam jurigen Hasil Analisis Aspek Teknis Pada setiap kriteria aspek teknis secara keseluruhan tidak terdapat kendala atau permasalahan yang menghambat jalannya usaha. Pemilihan lokasi usaha (lokasi usaha, ketersediaan bahan baku, perlengkapan, letak pasar yang dituju, fasilitas transportasi, dan sikap masyarakat), layout, skala usaha, proses produksi, mampu menghasilkan produk secara optimal, sehingga secara teknis Perusahaan Parakbada layak untuk dijalankan Aspek Manajemen Aspek manajemen merupakan aspek yang cukup penting dianalisis untuk kelayakan usaha. Suatu usaha telah dinyatakan layak untuk dilaksanakan tanpa didukung dengan manajemen dan organisasi yang baik, maka risiko usaha mengalami kerugian menjadi tinggi (Kasmir dan Jakfar 2009). Pengkajian pada aspek manajemen meliputi struktur organisasi dan pembagian kerja (job descrption). Struktur organisasi yang ada di Perusahaan Parakbada cukup terorganisir dengan baik, sehingga ada pembagian tugas dan fungsi yang tepat untuk menjamin sebuah perusahaan dapat melaksanakan proses kegiatan uasahanya. Setiap bagian bertanggung jawab dalam melaksanakan tugas masing-masing, sehingga semua proses pembenihan dan pembesaran ikan lele Sangkuriang yang dijalankan oleh Perusahaan Parakbada dapat berlangsung dengan baik. Sturktur organisasi Perusahaan Parakbada dapat dilihat pada Gambar

76 Investor Pasif terdiri atas: Bp. Amruh & Bp. Faizal Investor Aktif terdiri atas: Ibu Susy, Bp. Fauzi, & Bp. Yos Pemimpin Ibu Susy Bag.Pembenihan (Mang Lim) Bag. Pembesaran (Andri) Gambar 12. Struktur Organisasi Perusahaan Parakbada Perusahaan Parakbada terbentuk atas investor pasif dan investor aktif. Investor pasif adalah investor yang hanya menanamkan modal di Perusahaan Parakbada (tidak mengelola perusahaan). Investor pasif ini terdiri atas Bapak Amruh dan Bapak Faisal. Investor aktif adalah investor yang menanamkan modal sekaligus mengelola Perusahaan Parakbada. Investor aktif ini terdiri atas Ibu Susy, Bapak Fauzi, dan Bapak Yos. Dua kelompok investor tersebut memilih Ibu Susy sebagai Pemimpin Perusahaan Parakbada, sehingga Ibu Susy mempunyai tanggung jawab untuk mengurus dan mengelola perusahaan. Ibu Susy membawahi dua karyawan teknis, yaitu satu karyawan bagian pembenihan ikan lele (Mang Lim) dan satu karyawan bagian pembesaran (Andri). Kedua karyawan tersebut berasal dari Kampung Pengulakan (kampung sekitar Kelurahan Katulampa). Mang Lim mendapatkan gaji sebesar Rp ,00 per bulan, sedangkan Andri mendapatkan gaji sebesar Rp ,00 per bulan. Gaji untuk karyawan pada Usaha pembenihan lebih tinggi dibanding dengan gaji karyawan pada Usaha pembesaran ikan lele. Hal ini dikarenakan pekerjaan pada Usaha pembenihan lebih sulit dibanding dengan pekerjaan yang ada di Usaha pembesaran. Pembagian keuntungan (laba) yang diperoleh dari usaha pembenihan dan pembesaran ikan lele adalah 30 persen untuk investor pasif, 30 persen untuk investor aktif, 10 persen untuk karyawan, dan 30 persen sisanya untuk investor aktif yang dibagi sesuai dengan keaktifan mengelola perusahaan. 59

77 Berdasarkan anaslisis Aspek Manajemen, Perusahaan Parakbada layak untuk menjalankan usahanya. Karena telah memiliki struktur organisasi yang jelas dan masing-masing komponen struktur menjalankan tugas sesuai kewajibannya Aspek Hukum Aspek Hukum adalah aspek yang membahas mengenai legalitas dari suatu usaha. Tujuan dari aspek hukum adalah untuk meneliti keabsahan, kesempurnaan, dan keaslian dari dokumen-dokumen yang dimiliki (Kasmir dan Jakfar 2009). Pada aspek hukum, hal yang perlu dianalisis adalah bentuk badan hukum usaha yang dijalankan serta izin usaha yang diperoleh perusahaan. Perusahaan Parakbada belum memiliki bentuk badan hukum usaha. Hal ini dikarenakan skala usaha yang dijalankan Perusahaan Parakbada masih tergolong skala kecil. Namun pengelola perusahaan sudah mendapatkan izin dari Ketua RT (Rukun Tetangga) setermpat. Seharusnya pengelola Perusahaan Parakbada mengurus bentuk badan hukum usahanya menjadi bentuk badan hukum CV. Bentuk badan hukum usaha CV sangat sesuai dengan struktur organisasi usahanya, karena syarat badan hukum usaha CV yakni terdapat sekutu aktif (orang yang memberikan modalnya serta terlibat kedalam pelaksanaan kegiatan usaha) dan sekutu pasif (orang yang hanya memberikan modal tanpa ikut serta dalam pelaksanaan kegiatan usaha). Dari hasil analisis Aspek Hukum, Perusahaan Parakbada belum bisa dikatakan layak. Karena perusahaan belum memiliki badan hukum yang jelas ataupun izin usaha seperti SIUP (Surat Izin Usaha Perdagangan) dan dan TDP (Tanda Daftar Perusahaan). Badan hukum hukum ini penting karena terkait dengan legalitas dari kegiatan yang dilakukan oleh perusahaan Aspek Sosial, Ekonomi dan Lingkungan Usaha pembenihan dan pembesaran ikan lele Sangkuriang Perusahaan Parkbada terletak di Kelurahan Katulampa, Kecamatan Bogor Timur, Kota Bogor ini tidak memberikan dampak buruk bagi masyarakat dan lingkungan sekitar. Hal ini terkait dengan Perusahaan Parakbada tidak menghasilkan limbah yang berakibat buruk bagi lingkungan. 60

78 Usaha pembenihan dan pembesaran ikan Lele ini memberikan dampak positif terhadap masyarakat sekitar, karena usaha tersebut menyerap tenaga kerja yang dibutuhkan oleh perusahaan, seperti pada saat pembangunan usaha dimana perusahaan membutuhkan tenaga kerja untuk pembuatan bangunan (mess karyawan, dan lainnya). Selain itu, perusahaan juga menyerap tenaga kerja dalam kegiatan usaha yang dilakukan yakni dua orang karyawan. Dengan adanya penyerapan dua tenaga kerja tersebut, maka Perusahaan Parakbada membantu dalam meningkatkan pendapatan keluarga di dua karyawan tersebut Penyerapan tenaga kerja di Perusahaan Parkbada tidak mempermasalahkan tingkat pendidikan, akan tetapi kemauan dan kerja keras pekerja unguk belajar dan jujur terhadap perusahaan. Berdasarkan analisis tersebut, Perusahaan Parakbada layak untuk menjalankan kegiatan usaha yang dilakukannya. Karena Perusahaan Parakbada dalam proses produksinya tidak menghasilkan limbah yang membahayakan lingkungan, sebaliknya perusahaan dapat membantu menaikkan taraf hidup ekonomi dari kedua pekerjanya. 61

79 VII. ANALISIS FINANSIAL Pada penelitian ini dilakukan analisis kelayakan finansial untuk mengetahui kelayakan Usaha pembenihan dan pembesaran ikan lele Sangkuriang yang dijalankan oleh Perusahaan Parakbada dan untuk mengetahui investasi yang dilakukan tersebut apakah memperoleh keuntungan secara finansial. Analisis finansial tersebut dilakukan dengan menggunakan kriteria-kriteria kelayakan finansial yang meliputi Net Present Value (NPV), Net Benefit and Cost Ratio (Net B/C Ratio), Internal Rate Return (IRR), dan Discounted Payback Periode (DPP). Untuk menganalisis kelayakan finansial dengan kriteria-kriteria tersebut digunakan arus kas untuk mengetahui besar manfaat yang diterima dan biaya yang dikeluarkan oleh investor atau pemilik Perusahaan Parakbada selama umur proyek yaitu 9 periode, dimana periode 0 merupakan periode persiapan (pembangunan bangunan, kolam dan lainnya) dan periode 1-8 merupakan periode produksi. Penentuan umur proyek tersebut berdasarkan umur ekonomis dari kolam terpal yang digunakan untuk kegiatan pembenihan dan pembesaran ikan lele Sangkuriang Arus Penerimaan (Inflow) Penerimaan merupakan hasil perkalian antara kuantitas produksi yang dihasilkan dengan harga jual yang ditetapkan pada suatu periode. Pada Usaha ikan lele Sangkuriang yang dilakukan oleh Perusahaan Parakbada, kegiatan usaha yang dijalankan adalah pembenihan ikan lele Sangkuriang dan pembesaran ikan lele Sangkuriang. Kegiatan pembenihan dilakukan setiap minggu atau seminggu sekali (6-10 kali dalam satu periode), sehingga dalam 8 periode (1 periode = 3 bulan) dilakukan pembenihan sebanyak 76 kali seperti pola pemijahan ikan lele (Lampiran 2). Pada Usaha pembesaran ikan lele Sangkuriang dilakukan satu kali produksi dalam satu periode (tiga bulan), sehingga dalam 8 periode sebanyak 8 kali kegiatan pembesaran. Penerimaan yang diperoleh dari masing-masing jenis Usaha ikan lele Sangkuriang dari berasal dari jumlah penjualan benih ikan lele Sangkuriang ukuran 5-7 cm dengan harga jual Rp 200,00 per ekor dan ikan lele Sangkuriang ukuran konsumsi dengan harga jual Rp ,00 per kilogram (6-8 62

80 per kilogram). Perbandingan output yang dihasilkan pada keempat skenario dapat dilihat pada Tabel 14. Tabel 14. Perbandingan Output dari Skenario I, Skenario II, Skenario III, dan Skenario IV Skenario I Skenario II Skenario III Skenario IV Periode Ikan lele Ikan lele Benih Ikan lele Benih ikan Benih ikan konsumsi konsumsi ikan lele konsumsi lele (ekor) lele (ekor) (Kg) (Kg) (ekor) (Kg) Sumber : Data Proyeksi (diolah 2012) a. Skenario I (Pembenihan dan Pembesaran Ikan Lele) Pada kegiatan pembenihan, jumlah telur yang dapat dihasilkan oleh induk betina ikan lele Sangkuriang sebanyak butir telur per kilogram induk betina. Derajat penetasan telur (Hatching Rate) ikan lele Sangkuriang sebesar 90 persen, sehingga jumlah telur yang menetas menjadi larva sebanyak ekor. Tingkat kemampuan hidup benih ikan lele (Survival Rate) dari jumlah telur yang menetas adalah sebesar 40 persen. Dengan demikian jumlah benih ikan lele yang mampu hidup hingga berukuran 5-7 cm (ukuran siap jual) adalah sebanyak Satu siklus usaha pembenihan ikan lele, Perusahaan Parakbada menggunakan 2 induk betina dan 4 induk jantan dengan bobot masing-masing 1 kilogram, maka dari satu siklus usaha pembenihan ikan lele adanyak sebanyak ekor benih ikan lele siap dijual. Penerimaan pembesaran ikan lele berdasarkan konversi pakan, yakni benih ikan lele masuk pada 1 kolam sebanyak ekor benih dengan pemberian pakan sebanyak 5 kuintal, maka didapatkan ikan lele konsumsi antara 5-5,4 kuintal ikan lele konsumsi ( kilogram ikan lele konsumsi). Pada kegiatan pembenihan ikan lele, satu kali siklus pemijahan didapatkan benih ikan lele sebanyak benih ikan lele. Pada periode 1 terdapat 10 kali 63

81 pemijahan, namun hanya enam pemijahan yang dapat dipanen pada periode 1, yakni benih ikan lele x 6 kali pemijahan x Rp 200,00 per ekor = Rp ,00. Pada periode 2 hingga 8 masing-masing periode terdapat 10 kali pemanenan, sehingga masing-masing periode didapatkan penerimaan sebesar benih ikan lele x 10 kali pemijahan x Rp 200,00 per ekor = Rp ,00. Pada kegiatan pembesaran ikan lele, masing-masing periode mendapatkan penerimaan = 540 kilogram per kolam x 10 kolam x Rp ,00 per kilogram = Rp ,00. Sehingga, pada periode 1 didapatkan penerimaan = Rp ,00 + Rp ,00 = Rp ,00. Pada periode 2 hingga 8 didapatkan penerimaan = Rp ,00 + Rp ,00 = Rp ,00. Total penerimaan adalah Rp ,00 (Tabel 15). Tabel 15. Penerimaan Usaha Pembenihan dan Pembesaran Ikan Lele Sangkuriang (Skenario I) Periode Jumlah Harga Harga Lele Jumlah Benih Lele Benih Konsumsi (ekor) Konsumsi (Rp) (Rp) (Kg) Total (Rp) Total Penerimaan Sumber : Data Primer (diolah 2011) b. Skenario II (Pembenihan Ikan Lele) Pada penerimaan Skenario II, yakni pembenihan ikan lele Sangkuriang pada Perusahaan Parakbada. Pada Skenario II menggunakan dana pinjaman sebesar Rp ,00. Penerimaan pada Usaha pembenihan ikan lele Sangkuriang (Skenario II) yang dijalankan oleh Perusahaan Parakbada. Jumlah telur yang dapat dihasilkan oleh induk betina ikan lele Sangkuriang sebanyak butir telur per kilogram induk betina. Derajat penetasan telur (Hatching Rate) ikan lele Sangkuriang sebesar 90 persen, sehingga jumlah telur yang 64

82 menetas menjadi larva sebanyak ekor. Tingkat kemampuan hidup benih ikan lele (Survival Rate) dari jumlah telur yang menetas adalah sebesar 40 persen. Dengan demikian jumlah benih ikan lele yang mampu hidup hingga berukuran 5-7 cm (ukuran siap jual) adalah sebanyak Satu siklus usaha pembenihan ikan lele, Perusahaan Parakbada menggunakan 2 induk betina dan 4 induk jantan dengan bobot masing-masing 1 kilogram, maka dari satu siklus usaha pembenihan ikan lele adanyak sebanyak ekor benih ikan lele siap dijual. Pada kegiatan pembenihan ikan lele, satu kali siklus pemijahan didapatkan benih ikan lele sebanyak benih ikan lele. Pada periode 1 terdapat 9 kali masa panen, yakni benih ikan lele x 9 kali pemijahan x Rp 200,00 per ekor = Rp ,00. Pada periode 2 hingga 8 masing-masing periode terdapat 14 kali pemanenan, sehingga masing-masing periode didapatkan penerimaan sebesar benih ikan lele x 14 kali panen x Rp 200,00 per ekor = Rp ,00. Total penerimaan pada Skenario II ini adalah sebesar Rp ,00 (Tabel 16). Tabel 16. Penerimaan Usaha Pembenihan Ikan Lele Sangkuriang (Skenario II) Periode Jumlah Benih Ikan Lele (ekor) Harga Benih Penerimaan (Rp) (Rp) Jumlah (Rp) Sumber : Data Proyeksi (diolah 2011) c. Skenario III (Pembesaran Ikan Lele) Pada penerimaan Skenario III (Pembesaran ikan lele) didapat dari kegiatan pembesaran. Pada Skenario III menggunakan dana pinjaman sebear Rp ,00. Penerimaan usaha pembesaran ikan lele Sangkuriang Perusahaan Parakbada dari Periode 1 sampai Periode 8. Dalam satu kali kegiatan pembesaran dilakukan selama 2,5 bulan sampai 3 bulan (1 periode). Pada satu kali kegiatan 65

83 pembesaran, dilakukan pada 30 kolam pembesaran dimana masing-masing kolam menghasilkan ikan lele konsumsi sebanyak 540 kilogram ikan lele ukuran konsumsi. Pada setiap periode didapatkan penerimaan sebanyak 540 kilogram lele konsumsi x 30 kolam x Rp ,00 per kilogram = Rp ,00. Total penerimaan pada Skenario III ini adalah sebesar Rp ,00 (Tabel 17). Tabel 17. Penerimaan Usaha Pembesaran Ikan Lele Sangkuriang (Skenario III) Periode Jumlah Ikan Lele Konsumsi (Kilogram) Harga Lele (Rp) Penerimaan (Rp) Jumlah (Rp) Sumber : Data Proyeksi (diolah 2011) d. Skenario IV (Pembenihan dan Pembesaran Ikan Lele) Pada Skenario IV ini menggunakan dana pinjaman sebesar Rp ,00. Hal tersebut dilakukan sesuai dengan kebutuhan perusahaan. Jumlah telur yang dapat dihasilkan oleh induk betina ikan lele Sangkuriang sebanyak butir telur per kilogram induk betina. Derajat penetasan telur (Hatching Rate) ikan lele Sangkuriang sebesar 90 persen, sehingga jumlah telur yang menetas menjadi larva sebanyak ekor. Tingkat kemampuan hidup benih ikan lele (Survival Rate) dari jumlah telur yang menetas adalah sebesar 40 persen. Dengan demikian jumlah benih ikan lele yang mampu hidup hingga berukuran 5-7 cm (ukuran siap jual) adalah sebanyak Satu siklus usaha pembenihan ikan lele, Perusahaan Parakbada menggunakan 2 induk betina dan 4 induk jantan dengan bobot masing-masing 1 kilogram, maka dari satu siklus usaha pembenihan ikan lele adanyak sebanyak ekor benih ikan lele siap dijual. Penerimaan pembesaran ikan lele berdasarkan konversi pakan, yakni benih ikan lele masuk pada 1 kolam sebanyak ekor benih dengan pemberian pakan 66

84 sebanyak 5 kuintal, maka didapatkan ikan lele konsumsi antara 5-5,4 kuintal ikan lele konsumsi ( kilogram ikan lele konsumsi). Pada kegiatan pembenihan ikan lele, satu kali siklus pemijahan didapatkan benih ikan lele sebanyak benih ikan lele. Pada periode 1 terdapat 10 kali pemijahan, namun hanya enam pemijahan yang dapat dipanen pada periode 1, yakni benih ikan lele x 6 kali pemijahan x Rp 200,00 per ekor = Rp ,00. Pada periode 2 hingga 8 masing-masing periode terdapat 10 kali pemanenan, sehingga masing-masing periode didapatkan penerimaan sebesar benih ikan lele x 10 kali pemijahan x Rp 200,00 per ekor = Rp ,00. Pada kegiatan pembesaran ikan lele, masing-masing periode mendapatkan penerimaan = 540 kilogram per kolam x 10 kolam x Rp ,00 per kilogram = Rp ,00. Sehingga, pada periode 1 didapatkan penerimaan = Rp ,00 + Rp ,00 = Rp ,00. Pada periode 2 hingga 8 didapatkan penerimaan = Rp ,00 + Rp ,00 = Rp ,00. Total penerimaan adalah Rp ,00 (Tabel 18). Tabel 18. Penerimaan Usaha Pembenihan dan Pembesaran Ikan Lele Sangkuriang (Skenario IV) Periode Jumlah Benih (ekor) Total (Rp) Jumlah Lele Konsumsi (Kg) Harga Benih (Rp) Harga Lele Konsumsi (Rp) Total Penerimaan *) Pinjaman dari Bank BRI Sumber : Data Proyeksi (diolah 2012) 67

85 7.2. Nilai Sisa Nilai sisa adalah nilai barang atau peralatan yang tidak habis selama usaha berjalan. Nilai sisa tersebut menjadi tambahan manfaat bagi usaha. Perhitungan nilai sisa dilakukan dengan cara harga beli barang dibagi dengan umur ekonomis, dimana pada akhir umur ekonomis diasumsikan nilai barang tersebut habis. Komponen yang masih memiliki nilai sisa diantaranya bangunan, motor, dan pompa air. Contoh perhitungan dapat dijelaskan sebagai berikut, pada Skenario I jika harga beli pompai air (2 buah) Rp ,00 per buah dengan umur ekonomis 3 tahun, maka nilai sisa pada akhir umur periode adalah Rp ,00. Total nilai sisa pada Skenario I, yakni sebesar Rp ,00 (Lampiran 4), nilai sisa pada Skenario II yakni sebesar Rp ,00 (Lampiran 5), dan nilai sisa pada Skenario III yakni sebesar Rp ,00 (Lampiran 6), serta nilai sisa pada Skenario IV yakni sebesar Rp ,00 (Lampiran 7) Arus Pengeluaran (Outflow) Pada analisis kelayakan finansial usaha ikan lele Sangkuriang pada Perusahaan Parakbada terdiri dari biaya investasi dan biaya Operasional (Biaya tetap dan biaya variabel). Analisis biaya atau pengeluaran (Outflow) mencerminkan pengeluaran yang akan terjadi selama umur proyek Biaya Investasi Biaya investasi merupakan biaya yang dikeluarkan pada awal tahun proyek atau awal periode dan pada saat tertentu untuk memperoleh manfaat beberapa tahun (periode) kemudian. Biaya tersebut dikeluarkan untuk memenuhi kebutuhan sarana dan prasarana yang dibutuhkan untuk menjalankan Usaha ikan lele Sangkuriang pada Perusahaan Parakbada. Adapun biaya investasi pada keempat skenario dapat dilihat pada Tabel

86 Tabel 19. Biaya Investasi pada Skenario I, Skenario II, Skenario III, dan Skenario IV (dalam Rupiah) No Uraian Skenario I Skenario II Skenario Skenario III IV 1 Sewa Lahan Motor Bangunan Saung bambu Kolam pemijahan Kolam penetasan Kolam indukan Kolam calon indukan Kolam sortir Kolam pembesaran Indukan Lele Serokan Kecil Serokan besar Selang Pompa air Mesin sedot Ember Bak sortir Kakaban Jurigen Gayung Baskom pakan Paralon kecil Paralon sedang Batu Paranet Sodet Seser Timbangan Jaring Total Sumber: Observasi lapang (diolah 2012) Berdasarkan Tabel 19 dapat diketahui bahwa biaya investasi pada Skenario I (pembenihan dan pembesaran ikan lele) di Perusahaan Parakbada meliputi lahan sewa yang dibayar dimuka untuk 2,25 tahun, mesin sedot, pompa air, dan lainnya. Total biaya invetasi pada Skenario I sebesar Rp ,00 ( Lampiran 4). Biaya investasi pada Skenario II (pembenihan ikan lele) sebesar Rp ,00 (Lampiran 5). Biaya Investasi pada Skenario III (pembesaran ikan lele) sebesar Rp ,00 (Lampiran 6). Pada Skenario IV (Pembenihan dan 69

87 pembesaran ikan lele), besarnya biaya investasi yang dibutuhkan pada Skenario IV adalah sebesar Rp ,00 (Lampiran 7) Biaya Operasional Biaya operasional adalah biaya keseluruhan yang berhubungan dengan kegiatan operasional dari Usaha ikan lele Sangkuriang pada Perusahaan Parakbada. Biaya tersebut dikeluarkan secara berkala selama usaha tersebut berjalan yang terdiri dari biaya tetap dan biaya variabel Biaya tetap Biaya tetap adalah keseluruhan biaya yang harus dikeluarkan selama satu tahun dengan ada atau tidaknya produksi yang dilakukan. Biaya tetap yang dikeluarkan tidak berubah walaupun volume produksi berubah. Biaya tetap yang dikeluarkan oleh Perusahaan Parakbada adalah biaya gaji karyawan, biaya transportasi, biaya perawatan dan biaya lainnya seperti komunikasi. Skenario I (Pembenihan dan Pembesaran Ikan Lele) Pada Skenario I (pembenihan dan pembesaran ikan lele) di Perusahaan Parakbada, besarnya biaya tetap yang dikeluarkan adalah sebesar Rp ,00 per periode (Tabel 20). Besarnya biaya tersebut berasal dari Gaji satu orang karyawan untuk Usaha pembenihan sebesar Rp ,00 per bulan, gaji satu orang karyawan untuk Usaha pembesaran sebesar Rp ,00 per bulan, biaya transportasi sebesar Rp ,00 per bulan, biaya perawatan sebesar Rp ,00 per periode, dan biaya lain-lain seperti biaya komunikasi dan lainnya sebesar Rp ,00 per bulan. 70

88 Tabel 20. Rincian Biaya Tetap pada Skenario I (Pembenihan dan Pembesaran Ikan Lele) di Perusahaan Parakbada per Periode No Uraian Jumlah Satuan Biaya Satuan (Rp) Jumlah (Rp) 1 Gaji Karyawan 1 Orang per Pembenihan Bulan 2 Gaji Karyawan 1 Orang per Pembesaran Bulan 3 Transportasi 3 Bulan Perawatan 1 Periode* Biaya Lain-lain 3 Bulan (Komunikasi, dll) Total *) 1 Periode = 3 Bulan Sumber : Data Primer (diolah 2012) Skenario II (Pembenihan Ikan Lele) Pada Skenario II, besarnya biaya tetap yang dikeluarkan adalah sebesar Rp ,00 per periode (Tabel 21). Besarnya biaya tersebut berasal dari Gaji satu orang karyawan untuk Usaha pembenihan ikan lele sebesar Rp ,00 per periode (Rp ,00 per bulan), biaya transportasi sebesar Rp ,00,00 per bulan, biaya perawatan sebesar Rp ,00 per bulan, dan biaya lain-lain sebesar Rp ,00 per bulan. Tabel 21. Rincian Biaya Tetap pada Skenario II (Pembenihan Ikan Lele) per Periode No Uraian Jumlah Satuan Biaya Satuan (Rp) Jumlah (Rp) 1 Gaji Karyawan 3 Orang per Bulan Transportasi 3 Bulan Perawatan 3 Bulan Biaya Lain-lain 3 Bulan (Komunikasi,dll) Total Sumber : Data Primer (diolah 2012) Skenario III (Pembesaran Ikan Lele) Biaya tetap pada Skenario III adalah sebesar Rp ,00 (Tabel 22). Besarnya biaya tersebut berasala dari Gaji satu orang karyawan untuk usaha pembesaran ikan lele sebesar Rp ,00 per bulan, biaya transportasi sebesar 71

89 Rp ,00 per bulan, biaya perawatan sebesar Rp ,00 per periode, dan biaya lain-lain sebesar Rp ,00 per bulan. Tabel 22. Rincian Biaya Tetap pada Skenario III (Pembesaran Ikan Lele) per Periode No Uraian Jumlah Satuan Biaya Jumlah Satuan (Rp) (Rp) 1 Gaji Karyawan 3 Orang per Bulan 2 Transportasi* 3 Bulan Perawatan* 1 Periode Biaya Lain-lain 3 Bulan (Komunikasi,dll)* Total Sumber : Data Primer (diolah 2012) Skenario IV (Pembenihan dan Pembesaran Ikan Lele) Besarnya biaya tetap yang dikeluarkan adalah sebesar Rp ,00 (Tabel 23). Besarnya biaya tersebut berasal dari Gaji satu orang karyawan untuk Usaha pembenihan ikan lele sebesar Rp ,00 per bulan, gaji satu orang karyawan untuk Usaha pembesaran ikan lele bsebesar Rp ,00 per bulan, biaya transportasi sebesar Rp ,00 per bulan, biaya perawatan sebesar Rp ,00 per periode, dan biaya lain-lain seperti biaya komunikasi dan lainnya sebesar Rp ,00 per bulan. Tabel 23. Rincian Biaya Tetap pada Skenario IV per Periode No Uraian Jumlah Satuan Biaya Satuan Jumlah (Rp) (Rp) 1 Gaji Karyawan 1 Orang per Pembenihan Bulan 2 Gaji Karyawan 1 Orang per Pembesaran Bulan 3 Transportasi 3 Bulan Perawatan 1 Periode* Biaya Lain-lain 3 Bulan (Komunikasi, dll) Total *) 1 Periode = 3 Bulan Sumber : Data Primer (diolah 2011) 72

90 Biaya Variabel Biaya variabel adalah biaya yang harus dikeluarkan seiring dengan perubahan produksi, bertambah ataupun berkurangnya volume produksi. Biaya variabel akan mengalami perubahan jika volume produksi berubah, Biaya variabel yang sangat berpengaruh dalam Usaha pembenihan dan pembesaran ikan lele Sangkuriang ini adalah biaya pakan. a) Skenario I dan Skenario IV Biaya variabel yang dikeluarkan oleh Perusahaan Parakbada pada pembenihan dan pembesaran ikan lele Sangkuriang (Skenario I) dan pada Usaha Skenario IV adalah pembelian pakan untuk pembenihan (cacing sutera, fengli, PF1000, pelet L1, dan 781 polos) dan pakan untuk pembesaran (pelet L1, L2, L3, dan pelet tenggelam), pembelian benih, bonus karyawan, pembelian arang, garam, ramuan hijau (herbal), kotoran kambing, dan pemakaian listrik. Total biaya pakan adalah sebesar Rp ,00 pada periode 1, Rp ,00 pada periode 2 hingga 7 dan Rp ,00 pada periode 8. Pembelian benih ekor dengan harga Rp 200,00 per ekor adalah Rp ,00; bonus karyawan 10 persen dari penerimaan adalah sebesar Rp ,00 pada periode 1, pada periode 2 hingga 8 sebesar Rp ,00. Biaya pembelian arang sebanyak 20 kilogram x Rp 5.000,00 per kilogram = Rp ,00 per periode, pembelian garam dan ramuan hijau sebesar Rp ,00 per periode, biaya pembelian kotoran kambing sebesar 300 kilogram x Rp 5.000,00 per kilogram = Rp ,00 per periode, serta biaya pemakaian listrik adalah sebesar Rp ,00 per periode. Biaya tetap pada Periode 1 sebesar Rp ,00, Periode 2 hingga 7 masing-masing sebesar Rp ,00, dan Periode 8 sebesar Rp ,00 (Lampiran 8). b) Skenario II Biaya Variabel yang dikeluarkan untuk Usaha pembenihan ikan lele Sangkuriang (Skenario II) adalah pembelian pakan untuk pembenihan seperti pakan cacing sutera, fengli, PF1000, pelet L1 dan 781 polos, bonus karyawan, dan pemakaian listrik. Biaya pakan pada Skenario II ini adalah sebesar Rp 73

91 ,00 pada Periode 1, Periode 2 hingga 7 sebesar Rp ,00, dan Periode 8 sebesar Rp ,00. Perbedaan biaya pakan ini karena imbas dari pola pemijahan (pembenihan) yang dijalankan oleh perusahaan. Bonus karyawan yang dikeluarkan adalah 10 persen dari penerimaan yakni sebesar Rp ,00 pada periode 1, pada periode 2 hingga 8 masing-masing sebesar Rp ,00. Biaya pembelian garam dan ramuan hijau (herbal) sebesar Rp ,00 serta pemakaian listik pada tiap periode adalah sebesar Rp ,00 per periode. Total biaya variabel pada Skenario II adalah Rp ,00 pada Periode 1, pada Periode 2 hingga7 masing-masing sebesar Rp ,00, serta pada periode 8 sebesar Rp ,00 (Lampiran 9). c) Skenario III Biaya variabel yang dikeluarkan untuk Usaha pembesaran ikan lele Sangkuriang (Skenario III) adalah pembelian benih lele (ukuran 5-7 cm), pembelian pakan untuk pembesaran seperti pelet apung L1, L2, L3, dan pelet tenggelem (MG Pelet), pemakaian listrik, bonus karyawan, arang, garam dan ramuan hijau. Biaya pembelian benih adalah ekor per kolam x 30 kolam x Rp 200,00 per ekor = Rp ,00. Total biaya pakan yang dikeluarkan adalah sebesar Rp ,00 per periode. Pemakaian listrik sebesar Rp ,00 per bulan. Besarnya bonus karyawan yang diberikan adalah 10 persen dari penerimaan yakni Rp ,00 per periode, biaya pembelian arang sebanyak 2 kilogram per kolam x 30 kolam x Rp 5.000,00 per kilogram = Rp ,00 per periode dan pembelian garam serta ramuan hijau sebesar Rp ,00 per periode, pembelian kotoran kambing sebesar Rp ,00. Total biaya variabel pada Skenario III adalah Rp ,00 per periode (Tabel 24). 74

92 Tabel 24. Rincian Biaya Variabel Skenario III (per Periode) No Uraian Jumlah Satuan Harga Satuan Total (Rp) (Rp) 1 Pembelian Benih Ekor Pakan: a) Pelet L1 450 Kilogram b) Pelet L2 750 Kilogram c) Pelet L Kilogram d) Pelet Kilogram Tenggelam 3 Pemakaian 3 Bulan Listrik* 4 Bonus Karyawan Arang 60 Kilogram Garam, Ramuan Hijau 7 Kotoran kambing 900 Kilogram Total Sumber : Data Primer (diolah 2012) Bunga, Angsuran dan Sisa Pokok Pinajaman Pada Skenario I tidak ada pinjaman, sehingga tidak ada angsuran yang wajib dibayarkan. Pada Skenario II, Skenario III dan Skenario IV, digunakan modal pinjaman, yakni pada Skenario II dan Skenario III sebesar Rp ,00 dan Skenario IV sebesar Rp ,00. Hal tersebut mengakibatkan tidak ada beban bunga. Modal pinjaman tersebut diperoleh dari Bank BRI dimana pinjaman dilakukan pada Periode 1 dengan periode pengembalian dimulai dari Periode 1 hingga 8 dengan tingkat suku bunga pinjaman kredit korporasi BRI sebesar 10 persen per tahun atau 2,50 persen per periode. Suku bunga pinjaman tersebut disesuaikan kondisi perusahaan dengan syarat-syarat yang diinginkan oleh pihak perbankan. Skenario II dan Skenario III Pada Skenario II dan III menggunakan dana pinjaman masing-masing sebesar Rp ,00. Angsuran yang harus dibayarkan per periode adalah Rp ,00. Rincian pokok pinjaman, biaya bunga, biaya angsuran per periode, dan sisa pokok pinjaman dapat dilihat pada Tabel

93 Tabel 25. Rincian Biaya Pokok Pinjaman, Biaya Bunga, Biaya Angsuran pada Skenario II dan III Periode Pokok Pinjaman Biaya Bunga Angsuran Sisa Pokok Pinjaman Sumber : Data Proyeksi (diolah 2012) Skenario IV Pada Skenario II dan III menggunakan dana pinjaman masing-masing sebesar Rp ,00. Angsuran yang harus dibayarkan per periode adalah Rp ,00. Rincian pokok pinjaman, biaya bunga, biaya angsuran per periode, dan sisa pokok pinjaman dapat dilihat pada Tabel 26. Tabel 26. Rincian Biaya Pokok Pinjaman, Biaya Bunga, Biaya Angsuran pada Skenario IV Periode Pokok Pinjaman Biaya Bunga Angsuran Sisa Pokok Pinjaman Sumber : Data Proyeksi (diolah 2012) 7.4. Analisis Laba Rugi Analisis laba rugi digunakan untuk mengetahui perkembangan usaha dalam kurun waktu tertentu. Komponen laba rugi terdiri dari penerimaan, biaya operasional, biaya penyusutan, dan biaya lain diluar usaha serta pajak penghasilan usaha. Rincian perhitungan laba, dimana perhitungan rugi laba akan berpengaruh terhadap pajak penghasilan usaha yang secara otomatis akan mempengaruhi hasil 76

94 perhitungan cashflow. Hasil analisis laba rugi dari Skenario I, Skenario II, Skenario III, dan Skenario IV dapat dilihat pada Tabel 27. Tabel 27. Hasil Analisis Laba Rugi pada Skenario I, Skenario II, Skenario III dan Skenario IV Periode Nilai (Rp) Skenario I Skenario II Skenario III Skenario IV Rata-rata per Periode Sumber : Data Proyeksi (diolah 2012) Berdasarkan hasil perhitungan pada Tabel 27, dapat dilihat bahwa pada Skenario I diperoleh rata-rata penerimaan selama sembilan periode yaitu sebesar Rp ,00, Skenario II diperoleh rata-rata penerimaan selama sembilan periode yaitu sebesar Rp ,00, Skenario III diperoleh rata-rata penerimaan selama sembilan periode yaitu sebesar Rp ,00 dan Skenario IV diperoleh rata-rata penerimaan selama Sembilan periode yakni Rp ,00. Adapun rincian analisis rugi laba pada Skenario I dapat dilihat pada Lampiran 10, rincian analisis rugi laba pada Skenario II dapat dilihat pada Lampiran 11, rincian laporan rugi laba pada Skenario III dapat dilihat pada Lampiran 12 dan rincian laporan rugi laba pada Skenario IV dapat dilihat pada Lampiran Analisis Kelayakan Finansial Dalam analisis finansial kriteria kelayakan yang digunakan untuk menilai kelayakan proyek yaitu Net Present value (NPV), Net B/C Ratio, Internal Rate Return (IRR), dan Discounted Payback (DPP). 77

95 Analisis Kelayakan Finansial Skenario I Perhitungan kelayakan finansial pada Skenario I ini menggunakan manfaat bersih yang diperoleh dari selisih antara biaya dan manfaat setiap tahunnya dengan dikurangi pajak berdasarkan jumlah manfaat bersih yang dihasilkan (benefit). Analisis kelayakan finansial dilihat dari kriteria nilai NPV, Net B/C, IRR, dan Discounted PaybackPeriod (DPP). Hasil perhitungan analisis kelayakan finansial pada Usaha pembenihan dan pembesaran ikan lele Sangkuriang (Skenario I) pada Perusahaan Parakbada dapat dilihat pada Tabel 28. Tabel 28. Kelayakan Finansial pada Skenario I (Pembenihan dan Pembesaran Ikan Lele) di Perusahaan Parakbada No. Kriteria Investasi Hasil 1 NPV Rp Net B/C 3,961 3 IRR 46,51 4 Discounted Payback Period (DPP) 3,211 Periode *) 1 periode = 3 bulan Sumber : Data Proyeksi (diolah 2012) Berdasarkan analisis finansial pada Tabel 28, dapat dilihat bahwa Skenario I (pembenihan dan pembesaran ikan lele) pada Perusahaan Parakbada memperoleh nilai NPV lebih besar dari nol yaitu sebesar Rp ,00 yang artinya bahwa usaha pembenihan dan pembesaran ikan lele pada Perusahaan Parakbada ini layak untuk dilaksanakan. NPV sebesar Rp ,00 juga menunjukkan manfaat bersih yang diterima dari usaha selama umur proyek terhadap tingkat suku bunga yang berlaku. Net B/C lebih besar dari satu yaitu sebesar 3,961 yang menyatakan bahwa usaha ini layak untuk dilaksanakan. Net B/C sama dengan 3,961 artinya setiap satu rupiah yang dikeluarkan selama umur proyek menghasilkan manfaat bersih sebesar 3,961 rupiah. Nilai IRR yang diperoleh dari analisis finansial pada Usaha pembenihan dan pembesaran ikan lele adalah 46,51 persen, dimana nilai IRR tersebut lebih besar dari discount rate yang berlaku yaitu 1,625 persen. Nilai IRR tersebut menunjukkan tingkat pengembalian internal proyek sebesar 46,51 persen, dan karena nilai IRR lebih besar dari discount rate maka usaha pembenihan dan pembesaran ikan lele Sangkuriang ini layak untuk dilaksanakan. Usaha ini memiliki periode pengembalian biaya 78

96 investasi selama 3,211 Periode atau 9,633 bulan. Rincian analisis cashflow Skenario I dapat dilihat pada Lampiran Analisis Kelayakan Finansial pada Skenario II Perhitungan kelayakan finansial pada Skenario II ini menggunakan manfaat bersih yang diperoleh dari selisih antara biaya dan manfaat setiap tahunnya dengan dikurangi pajak berdasarkan jumlah manfaat bersih yang dihasilkan (benefit). Analisis kelayakan finansial dilihat dari kriteria nilai NPV, Net B/C, IRR, dan Discounted Payback Period (DPP). Hasil perhitungan analisis kelayakan finansial pada Usaha pembenihan ikan lele Sangkuriang (Skenario II) pada Perusahaan Parakbada dapat dilihat pada Tabel 29. Tabel 29. Kelayakan Finansial pada Skenario II (Pembenihan Ikan Lele) No. Kriteria Investasi Hasil 1 NPV Rp Net B/C 4,495 3 IRR 89,32% 4 Discounted Payback Period (DPP) 1,773 Periode *) 1 periode = 3 bulan Sumber : Data Proyeksi (diolah 2012) Berdasarkan Tabel 29, hasil perhitungan analisis kelayakan finansial pada Skenario II diperoleh nilai NPV lebih besar dari nol yaitu sebesar Rp ,00, sehingga usaha pembenihan ikan lele ini dapat dikatakan layak untuk diusahakan. Nilai NPV tersebut juga menunjukkan manfaat bersih yang diterima dari usaha pembenihan ikan lele selama umur proyek terhadap tingkat suku bunga yang berlaku. Nilai Net B/C yang diperoleh pada usaha ini adalah sebesar 4,495 dimana nilai Net B/C lebih besar dari satu sehingga ini layak untuk dilaksanakan. Net B/C sama dengan 4,495 berarti setiap satu rupiah biaya yang telah dikeluarkan selama umur proyek menghasilkan 4,495 rupiah manfaat bersih. Nilai IRR yang diperoleh berdasarkan hasil perhitungan analisis kelayakan finansial pada ini sebesar 89,32 persen lebih besar dari discount rate yang berlaku. Hal ini berarti usaha pembenihan ikan lele ini layak untuk dijalankan dengan tingkat pengembalian internal sebesar 89,32 persen, sedangkan periode yang diperlukan untuk mengembalikan semua biaya investasi adalah 1,773 periode atau 79

97 5,319 bulan. Rincian analisis cashflow Skenario II dapat dilihat pada Lampiran Analisis Kelayakan Finansial pada Skenario III Perhitungan kelayakan finansial pada Skenario III menggunakan manfaat bersih yang diperoleh dari selisih antara biaya dan manfaat setiap tahunnya dengan dikurangi pajak berdasarkan jumlah manfaat bersih yang dihasilkan (benefit). Analisis kelayakan finansial dilihat dari kriteria nilai NPV, Net B/C, IRR, dan Discounted Payback Period (DPP). Hasil perhitungan analisis kelayakan finansial pada Usaha pembesaran ikan lele Sangkuriang (Skenario III) pada Perusahaan Parakbada dapat dilihat pada Tabel 30. Tabel 30. Kelayakan Finansial pada Skenario III (Pembesaran Ikan Lele) No. Kriteria Investasi Hasil 1 NPV Rp ,00 2 Net B/C 2,788 3 IRR 68,82% 4 Discounted Payback Period (DPP) 1,756 Periode *) 1 periode = 3 bulan Sumber : Data Proyeksi (diolah 2012) Berdasarkan Tabel 30, hasil perhitungan analisis kelayakan finansial pada Skenario III diperoleh nilai NPV lebih besar dari nol yaitu sebesar Rp ,00,00, sehingga usaha ini dapat dikatakan layak untuk diusahakan. Nilai NPV tersebut juga menunjukkan manfaat bersih yang diterima dari usaha ini selama umur proyek terhadap tingkat suku bunga yang berlaku, sedangkan nilai Net B/C yang diperoleh pada usaha ini adalah sebesar 2,788 dimana nilai Net B/C lebih besar dari satu sehingga usaha ini layak untuk dilaksanakan. Net B/C sama dengan 2,788 berarti setiap satu rupiah biaya yang telah dikeluarkan selama umur proyek menghasilkan 2,788 rupiah manfaat bersih. Nilai IRR yang diperoleh berdasarkan hasil perhitungan analisis kelayakan finansial pada usaha pembesaran ikan lele yaitu sebesar 68,82 persen lebih besar dari discount rate yang berlaku. Hal ini berarti usaha pembesaran ikan lele layak untuk dilaksanakan dengan tingkat pengembalian internal sebesar 68,82 persen, sedangkan periode yang diperlukan untuk mengembalikan semua biaya investasi adalah 1,756 Periode atau 80

98 5,268 bulan. Rincian analisis cashflow Skenario III dapat dilihat pada Lampiran Analisis Kelayakan Finansial pada Skenario IV Perhitungan kelayakan finansial pada Skenario IV menggunakan manfaat bersih yang diperoleh dari selisih antara biaya dan manfaat setiap tahunnya dengan dikurangi pajak berdasarkan jumlah manfaat bersih yang dihasilkan (benefit). Analisis kelayakan finansial dilihat dari kriteria nilai NPV, Net B/C, IRR, dan Discounted Payback Period (DPP). Hasil perhitungan analisis kelayakan finansial pada Skenario IV pada Perusahaan Parakbada dapat dilihat pada Tabel 31. Tabel 31. Kelayakan Finansial pada Skenario IV No. Kriteria Investasi Hasil 1 NPV Rp ,00 2 Net B/C 3,810 3 IRR 80,86% 4 Discounted Payback Period (DPP) 1,779 Periode *) 1 periode = 3 bulan Sumber : Data Proyeksi (diolah 2012) Berdasarkan Tabel 31, hasil perhitungan analisis kelayakan finansial pada Skenario IV diperoleh nilai NPV lebih besar dari nol yaitu sebesar Rp ,00, sehingga usaha ini dapat dikatakan layak untuk diusahakan. Nilai NPV tersebut juga menunjukkan manfaat bersih yang diterima dari usaha Skenario IV selama umur proyek terhadap tingkat suku bunga yang berlaku, sedangkan nilai Net B/C yang diperoleh dari usaha ini adalah sebesar 3,810 dimana nilai Net B/C lebih besar dari satu sehingga usaha ini layak untuk dilaksanakan. Net B/C sama dengan 3,810 berarti setiap satu rupiah biaya yang telah dikeluarkan selama umur proyek menghasilkan 3,810 rupiah manfaat bersih. Nilai IRR yang diperoleh berdasarkan hasil perhitungan analisis kelayakan finansial pada usaha ini sebesar 80,86 persen lebih besar dari discount rate yang berlaku. Hal ini berarti usaha ini layak untuk dilaksanakan dengan tingkat pengembalian internal sebesar 80,86 persen, sedangkan periode yang diperlukan untuk mengembalikan semua biaya investasi adalah 1,779 Periode atau 5,337 bulan. Rincian analisis cashflow Skenario IV dapat dilihat pada Lampiran

99 Perbandingan Hasil Kelayakan Finansial pada Skenario I, Skenario II, Skenario III, dan Skenario IV Pada usaha pembenihan dan pembesaran ikan lele Sangkuriang pada Skenario I, Skenario II, Skenario III, dan Skenario IV layak untuk dilaksanakan. Tetapi untuk melihat usaha mana yang paling menguntungkan untuk dilaksanakan, dapat dilihat dari perbandingan hasil kelayakan finansial pembenihan dan pembesaran ikan lele Skenario I, Skenario II, Skenario III dan Skenario IV pada Tabel 32. Tabel 32. Perbandingan Hasil Kelayakan Finansial pada Skenario I, Skenario II, Skenario III, dan Skenario IV No. Kriteria Hasil Investasi Skenario I Skenario II Skenario III Skenario IV 1 NPV (Rp) Net B/C 3,961 4,495 2,788 3,810 3 IRR 46,51 89,32% 68,82% 80,86% 4 DPP 3,211 Periode 1,773 Periode 1,756 Periode 1,779 Periode *) 1 periode = 3 bulan Sumber : Data Proyeksi (diolah 2012) Berdasarkan Tabel 32, menunjukkan perbandingan dari empat skenario yakni Skenario I (pembenihan dan pembesaran ikan lele), Skenario II (pembenihan ikan lele), Skenario III (pembesaran ikan lele), dan Skenario IV (pembenihan dan pembesaran ikan lele) dimana Skenario II, III dan IV menggunakan modal pinjaman. Pada tabel tersebut dapat dilihat nilai NPV, Net B/C, IRR dan DPP usaha yang paling layak terdapat pada Skenario II yakni usaha pembenihan ikan lele Analisis Switching Value Analisis switching value dilakukan dengan menghitung perubahan maksimum yang terjadi akibat adanya perubahan beberapa parameter. Parameter yang digunakan penurunan harga jual output, penurunan produksi outputi serta kenaikan total biaya pakan. Perubahan parameter ini menyebabkan keuntungan mendekati normal dimana NPV mendekati atau sama dengan nol. Hasil perhitungan anasilis Switching Value pada usaha pembenihan ikan lele dengan parameter penurunan harga jual benih ikan lele adalah sebesar 51,46 82

100 persen (Lampiran 18), yakni untuk benih ikan lele ukuran 5-7 cm dari harga Rp 200,00 per ekor menjadi Rp 97,08 per ekor dan parameter penurunan produksi benih ikan lele sebesar 51,46 persen (Lampiran 19), yakni dari ekor menjadi ekor pada periode 1, pada periode 2 hingga 8 dari ekor menjadi ekor. Pada parameter kenaikan total biaya pakan sebesar 443,89 persen (Lampiran 20), yakni pada periode 1 sebesar Rp ,00 menjadi Rp ,00, periode 2 hingga 7 masing-masing dari Rp ,00 menjadi Rp ,00, dan pada periode 8 dari Rp ,00 menjadi Rp ,00. Hasil perhitungan anasilis Switching Value pada usaha pembesaran ikan lele dengan parameter penurunan harga jual ikan lele konsumsi sebesar 11,00 persen (Lampiran 21), yakni dari harga Rp ,00 per kilogram menjadi Rp 9.789,96 per kilogram. pada parameter penurunan produksi ikan lele konsumsi sebesar Rp 11,00 persen (Lampiran 22), yakni dari kilogram menjadi ,94 kilogram per periodenya. Pada parameter kenaikan total biaya pakan sebesar 21,31 persen (lampiran 23), yakni dari Rp ,00 menjadi Rp ,00 per periodenya. Adapun hasil perhitungan analisis switching value Perusahaan Parakbada pada Usaha ikan lele Sangkuriang (Skenario I), Skenario II, Skenario III, dan Skenario IV dapat dilihat pada Tabel 33. Dari hasil analisis tersebut dapat diketahui, bahwa usaha yang paling sensitif terhadap adanya perubahan parameter penurunan harga jual, penurunan produksi, dan kenaikan total biaya pakan adalah usaha pembesaran ikan lele. Tabel 33. Hasil Analisis Switching Value pada Usaha Pembenihan dan Pembesaran Ikan Lele Sangkuriang No. Parameter Hasil (%) Pembenihan Ikan Lele Pembesaran Ikan Lele 1 Penurunan 51,46 11,00 Harga Jual 2 Penurunan 51,46 11,00 Produksi 3 Kenaikan Biaya Pakan 443,89 21,31 Sumber : Data Proyeksi (diolah 2012) 83

101 VIII. KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan 1. Dari aspek finansial, usaha pembenihan dan pembesaran ikan lele Sangkuriang yang dilakukan oleh Perusahaan Parakbada layak untuk dijalankan. 2. Dari aspek non finansial (aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen, dan aspek sosial ekonomi lingkungan) layak untuk dijalankan, namun pada aspek hukum belum layak. 3. Berdasarkan hasil perhitungan analisis kelayakan finansial usaha, usaha pembenihan ikan lele merupakan usaha yang paling layak untuk dijalankan. 4. Dilihat dari hasil perhitungan analisis switching value dengan parameter perubahan penurunan harga jual output, penurunan produksi dan kenaikan total biaya pakan, usaha pembesaran ikan lele merupakan usaha yang paling sensitif terhadap perubahan parameter tersebut Saran Adapun saran yang dapat direkomendasikan dalam penelitian ini antara lain : 1. Pengelola Perusahaan Parakbada hendaknya mengurus ijin usaha atau badan hukum usaha agar dapat mempermudah keberlangsungan usaha yang dijalankan 2. Pengelola Perusahaan Parakbada hendaknya melakukan spesikasi usaha, yakni usaha pembenihan ikan lele (usaha paling layak dari aspek finansial) 3. Hasil perhitungan switching value menunjukkan usaha pembesaran ikan lele cenderung sensitif terhadap perubahan parameter penurunan harga jual, penurunan produksi, dan kenaikan biaya pakan. Oleh karena itu, diperlukan upaya-upaya pada Usaha pembesaran ikan lele Sangkuriang seperti perbaikan mutu produksi, penanganan hasil produksi secara optimal, dan pemanfaatan sarana dan prasana produksi yang menunjang kebutuhan pelaksanaan produksi secara optimal. 84

102 DAFTAR PUSTAKA [DPP] Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bogor Buku Data Perikanan Tahun Bogor: Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bogor. [DPP] Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bogor Buku data Perikanan Tahun Bogor: Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bogor. Dinas Kelautan dan Perikanan Jawa Barat Ikan Lele menjadi Komoditas Utama. Diakses 24 Agustus Gittinger JP Analisa Ekonomi Proyek Pertanian. Edisi kedua. Jakarta: Universitas Indonesia Press. Husnan dan Suwarsono Studi Kelayakan Proyek. Edisi Ketiga. Yogyakarta: UPP AMP YKPN. Kadariah, Lien K, Clive G Pengantar Evaluasi Proyek. Jakarta: Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Kasmir dan Jakfar Studi Kelayakan Bisnis edisi Kedua. Jakarta: Kencana Prenada Media Group. Kelurahan Katulampa Monografi Kelurahan Katulampa. Bogor: Pemerintah Kelurahan Katulampa. Kemala Dira Analisis Kelayakan Usaha Ikan Bawal Air Tawar Kabupaten Bogor, Jawa Barat (Studi Kasus di Sabrina Fish Farm). [Skripsi]. Bogor: Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Khairuman, Khairul Amri Peluang Usaha dan Teknik Budi Daya Lele Sangkuriang. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. Kharuman, Khairul Amri Pembenihan Lele 21 Hari Balik Modal. Agromedia Pustaka. Lestari Sri Analisis Kelayakan Usaha Pembenihan Lele Sangkuriang (Clarias sp) Studi Kasus: Usaha Bapak Endang, Desa Gadog Kecamatan Megamendung Kabupaten Bogor Jawa Barat. [Skripsi]. Bogor: Fakultas Ekonomi dan Manajemen, IPB. Lukito AM Lele Ikan Berkumis Paling Populer. Jakarta: Agromedia. Nasrudin Juru Sukses Beternak Lele Sangkuriang. Bogor: PT AgroMedia Pustaka. Nurdjanah, M.L. dan Rakhamawati, D Membangun Kejayaan Perikanan Budidaya. Di dalam 60 Tahun Perikanan Indonesia (Eds. Cholik et al.). Masyarakat Perikanan Nusantara. Nur Lutfiah Analisis Kelayakan Pengembangan Usaha Jamur Tiram Putih (Pleurotus ostreatus) (Kasus: PD Cahya Mandiri Mushroom di Desa Sukawening, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor, Jawa Barat). 85

103 [Skripsi]. Bogor: Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Nurmalina R, Sarianti T, Karyadi A Studi Kelayakan Bisnis. Bogor: Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Prasetya WB Bisnis Benih Lele Untung 200%. Jakarta: Penebar Swadaya. Poernomo Lele Sebagai Komoditas Primadona. (Diakses 24 Agustus 2011). Rachmina Dwi, Burhanuddin Panduan Penulisan Proposal dan Skripsi. Bogor: Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Rahmatun Suyanto Budidaya Ikan Lele. Jakarta: Swadaya. Rohmawati Oom Analisis Kelayakan Pengembangan Usaha Ikan Hias Air Tawar pada Arifin Fish Farm, Desa Ciluar, Kecamatan Bogor Utara, Kota Bogor. [Skripsi]. Bogor: Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Rubiana Galih Analisis Kelayakan Pembesaran Ikan Bandeng dengan Keramba Jaring Apung, di Kecamatan Muara Gembong, Kabupaten Bekasi, Provinsi Jawa Barat. [Skripsi]. Bogor: Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Sari Sulaiman Meutia Analisis Kelayakan Usaha Ikan Kerapu Macan di Kepulauan Seribu Provinsi DKI Jakarta. [Skripsi]. Bogor: Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Sekaran Metodelogi Penelitian untuk Bisnis. Jakarta: Salemba. Simanjuntak RH Pembudidayaan Ikan Lele Sangkuriang dan Dumbo. Jakarta: Bharatara. Surahmat Analisis Kelayakan Usaha Pembenihan Larva Ikan Bawal Air Tawar Ben s Fish Farm Cibungbulang, Kabupaten Bogor. [Skripsi]. Bogor: Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Umar H Studi Kelayakan Bisnis. Edisi Ketiga. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. 86

104 LAMPIRAN 87

105 Lampiran 1. Layout Perusahaan Parakbada H A J B C F D K E G L I M Gerbang Masuk Sungai Jalan Raya Keterangan: A : Kantor Perusahaan Parakbada G : Kolam pemijahan 5 buah M : Kolam pemeliharaan calon induk B : Gudang penyimpanan peralatan H : Kolam pemeliharaan induk 3 buah C : Gudang penyimpnanan pakan I : Sumur/sumber air D : Kolam pembesaran ikan lele (4m x 5m) 10 buah J : Dapur E : Kolam sortir 8 buah K : Saung F : Kolam penetasan (4m x 2m) 38 buah L : Mess Karyawan 88 91

106 Lampiran 2. Pola Produksi Usaha Pembenihan Lele Sangkuriang di Perusahaan Parakbada Kolam Periode 0 (3 bulan) Bulan 1 Periode 1 Bulan 2 Bulan 3 Bulan 4 Periode 2 Bulan 5 Bulan 6 Bulan 7 Periode 3 Bulan 8 Bulan 9 Bulan 10 Periode 4 Bulan 11 Bulan 12 Bulan 13 Periode 5 Bulan 14 Bulan P1 * P6 * P11 * P16 * P21 * P26 * P31 * P36 * P41 * P46 * 2 P2 * P7 * P12 * P17 * P22 * P27 * P32 * P37 * P42 * P47 3 P3 * P8 * P13 * P18 * P23 * P28 * P33 * P38 * P43 * P48 4 P4 * P9 * P14 * P19 * P24 * P29 * P34 * P39 * P44 * P49 5 P5 * P10 * P15 * P20 * P25 * P30 * P35 * P40 * P45 * Lanjutan Kolam Bulan 16 Periode 6 Bulan 17 Bulan 18 Bulan 19 Periode 7 Bulan 20 Bulan 21 Bulan 22 Periode 8 Bulan 23 Bulan 24 Keterangan: 1. Proses 1x pemijahan berlangsung selama 1,5 bulan atau 6 minggu Selama umur proyek, proses pemijahan dan panen dilakukan 1 P51 * P56 * P61 * P66 * P71 * P76 * sebanyak 76 kali. 2 * P52 * P57 * P62 * P67 * P72 * 3. Umur proyek 9 periode, dengan per periode adalah 3 bulan. 3 * P53 * P58 * P63 * P68 * P73 * 4. Tanda P1-P76 menandakan banyaknya pemijahan 4 * P54 * P59 * P64 * P69 * P74 * (pembenihan) yang dilakukan dalam 8 periode. 5 P50 * P55 * P60 * P65 * P70 * P75 * 5. Tanda (*) merupakan waktu panen benih ukuran 5-7 cm 6. Pemijahan dari P1 hingga P76, masing-masing menghasilkan ekor benih ikan lele.

107 Lampiran 3. Pola Produksi Usaha Pembesaran Lele Sangkuriang di Perusahaan Parakbada Uraian Persiapan Pemeliharaan Panen Periode 0 (3 bulan) Periode 1 Periode 2 Periode 3 Periode 4 Bulan 1 Bulan 2 Bulan 3 Bulan 4 Bulan 5 Bulan 6 Bulan 7 Bulan 8 Bulan 9 Bulan 10 Bulan 11 Bulan Lanjutan Uraian Persiapan Pemeliharaan Panen Periode 5 Periode 6 Periode 7 Periode 8 Bulan 13 Bulan 14 Bulan 15 Bulan 16 Bulan 17 Bulan 18 Bulan 19 Bulan 20 Bulan 21 Bulan 22 Bulan 23 Bulan * Keterangan: 1. Periode 0 merupakan periode persiapan (3 bulan) 2. Masa pembesaran lele Sangkuriang selama 3 bulan (akhir bulan ke-3 lele terjual semua) 3. Per periode tanam menghasilkan 540 kg ikan lele konsumsi per kolam 4. Pada pembesaran terdapat 10 kolam pembesaran ikan lele Sangkuriang

108 Lampiran 4. Rincian Biaya Investasi, Penyusutan, dan Nilai Sisa pada Skenario I (Pembenihan dan Pembesaran Ikan Lele) No. Uraian Jumlah Satuan Harga satuan Jumlah Investasi Umur Ekonomis Penyusutan per Tahun Penyusutan per Periode Nilai Sisa (Rp) (Rp) (Tahun) (Rp) (Rp) 1 Sewa Lahan 1800 m² Motor 1 Buah Bangunan 1 Buah Saung Bambu 1 Buah Kolam: a. Kolam Terpal Pemijahan (2m x 4m) 5 Buah b. Kolam Terpal Penetasan (2m x 4m) 38 Buah c. Kolam Terpal Indukan (2m x 5m) 3 Buah d. Kolam Pemeliharaan benih (2m x 4m) 1 Buah e. Kolam Sortir (2m x 4m) 8 Buah f. Kolam Pembesaran (4m x 5m) 10 Buah Indukan Lele Sangkuriang 60 Ekor Serokan: a. Serokan Kecil 6 Buah , b. Serokan Besar 10 Buah , Selang 50 Meter Pompa Air 2 Buah Mesin Sedot 2 Buah Ember 9 Buah Bak Sortir 5 Buah Kakaban 8 Set , Jurigen 9 Buah Gayung 6 Buah Baskom Pakan 9 Buah Paralon: a. Ukuran Kecil 20 Buah b. Ukuran Sedang 6 Buah Batu 50 Kilogram Paranet (Net 55% 180 cm) 3 Roll Sodet 8 Buah Seser 5 Meter Timbangan 1 Buah Jaring 26 Meter Total *1 Periode = 3 Bulan Sumber : Data diolah (2011)

109 Lampiran 5. Rincian Biaya Investasi, Penyusutan, dan Nilai Sisa pada Skenario II (Pembenihan Ikan Lele) No. Uraian Jumlah Satuan Harga satuan Jumlah Investasi Umur Ekonomis Penyusutan per Tahun Penyusutan per Periode Nilai Sisa (Rp) (Rp) (Tahun) (Rp) (Rp) (Rp) 1 Sewa Lahan 1800 m² , Motor 1 Buah Bangunan 1 Buah Saung 1 Buah Kolam: a. Kolam Terpal Pemijahan (2m x 4m) 7 Buah b. Kolam Terpal Penetasan (2m x 4m) 52 Buah c. Kolam Terpal Indukan (2m x 5m) 5 Buah d. Kolam Pemeliharaan benih (2m x 4m) 2 Buah e. Kolam Sortir (2m x 4m) 10 Buah Indukan Lele Sangkuriang 90 Ekor Serokan: a. Serokan Kecil 18 Buah , b. Serokan Besar 10 Buah , Selang 50 Meter Pompa Air 2 Buah Mesin Sedot 2 Buah Ember 9 Buah Bak Sortir 10 Buah Kakaban 10 Set , Jurigen 9 Buah Gayung 6 Buah Baskom Pakan 9 Buah Paralon: a. Ukuran Kecil 20 Buah b. Ukuran Sedang 6 Buah Batu 100 Kilogram Paranet (Net 55% 180 cm) 4 Roll Sodet 8 Buah Seser 8 Meter Total Sumber : Data diolah (2012)

110 Lampiran 6. Rincian Biaya Investasi, Penyusutan, dan Nilai Sisa pada Skenario III (Pembesaran Ikan Lele) No. Uraian Jumlah Satuan Harga satuan Jumlah Investasi Umur Ekonomis Penyusutan per Tahun Penyusutan per Periode Nilai Sisa (Rp) (Rp) (Tahun) (Rp) (Rp) 1 Sewa Lahan: 1800 m² , Motor 1 Buah Kolam Pembesaran 30 Kolam Bangunan 1 Buah Saung Bambu 1 Buah Serokan Besar 10 Buah , Pompa Air 2 Buah Selang 50 Meter Mesin Sedot 2 Buah Ember 9 Buah Jurigen 9 Buah Gayung 6 Buah Paralon: a. Kecil 20 Buah b. Besar 6 Buah Baskom Pakan 9 Buah Sodet 8 Buah Timbangan 1 Buah Jaring 52 Meter TOTAL Sumber : Data diolah (2012)

111 Lampiran 7. Rincian Biaya Investasi, Penyusutan, dan Nilai Sisa pada Skenario IV (Pembenihan dan Pembesaran Ikan Lele) No. Uraian Jumlah Satuan Harga satuan Jumlah Investasi Umur Ekonomis Penyusutan per Tahun Penyusutan per Periode Nilai Sisa (Rp) (Rp) (Tahun) (Rp) (Rp) 1 Sewa Lahan 1800 m² Motor 1 Buah Bangunan 1 Buah Saung Bambu 1 Buah Kolam: a. Kolam Terpal Pemijahan (2m x 4m) 5 Buah b. Kolam Terpal Penetasan (2m x 4m) 38 Buah c. Kolam Terpal Indukan (2m x 5m) 3 Buah d. Kolam Pemeliharaan benih (2m x 4m) 1 Buah e. Kolam Sortir (2m x 4m) 8 Buah f. Kolam Pembesaran (4m x 5m) 10 Buah Indukan Lele Sangkuriang 60 Ekor Serokan: a. Serokan Kecil 6 Buah , b. Serokan Besar 10 Buah , Selang 50 Meter Pompa Air 2 Buah Mesin Sedot 2 Buah Ember 9 Buah Bak Sortir 5 Buah Kakaban 8 Set , Jurigen 9 Buah Gayung 6 Buah Baskom Pakan 9 Buah Paralon: a. Ukuran Kecil 20 Buah b. Ukuran Sedang 6 Buah Batu 50 Kilogram Paranet (Net 55% 180 cm) 3 Roll Sodet 8 Buah Seser 5 Meter Timbangan 1 Buah Jaring 26 Meter Total Sumber : Data diolah (2011)

112 Lampiran 8. Rincian Biaya Variabel Skenario I dan Skenario IV Biaya Variabel Skenario I Periode 1 Biaya Variabel Skenario I Periode 8 No Uraian Jumlah Satuan Harga Satuan (Rp) Total (Rp) No Uraian Jumlah Satuan Harga Satuan (Rp) Total (Rp) 1 Pakan: 1 Pakan: a. Pembenihan a. Pembenihan Cacing Sutera 500 Takar Cacing Sutera 300 Takar Fengli 45 Kilogram Fengli 35 Kilogram PF Kilogram PF Kilogram Pelet L1 30 Kilogram Pelet L1 50 Kilogram Polos 36 Kilogram Polos 36 Kilogram b. Pembesaran b. Pembesaran Pelet L1 150 Kilogram Pelet L1 150 Kilogram Pelet L2 250 Kilogram Pelet L2 250 Kilogram Pelet L3 (Polos) Kilogram Pelet L Kilogram Pelet Tenggelam (MG Pelet) Kilogram Pelet Tenggelam (MG Pelet) Kilogram Pembelian Benih Ekor Pembelian Benih Ekor Bonus Karyawan Bonus Karyawan Arang 20 Kilogram Arang 20 Kilogram Garam, Ramuan hijau Garam, Ramuan hijau Kotoran kambing 300 Kilogram Kotoran kambing 300 Kilogram Pemakaian Listrik 3 Bulan Pemakaian Listrik 3 Bulan Total Total Sumber : Data diolah (2012) Sumber : Data diolah (2012) Biaya Variabel Skenario I Periode 2 No Uraian Jumlah Satuan Harga Satuan (Rp) Total (Rp) 1 Pakan: a. Pembenihan Cacing Sutera 500 Takar Fengli 50 Kilogram PF Kilogram Pelet L1 50 Kilogram Polos 36 Kilogram b. Pembesaran Pelet L1 150 Kilogram Pelet L2 250 Kilogram Pelet L Kilogram Pelet Tenggelam (MG Pelet) Kilogram Pembelian Benih Ekor Bonus Karyawan Arang 20 Kilogram Garam, Ramuan hijau Kotoran kambing 300 Kilogram Pemakaian Listrik 3 Bulan Total Sumber : Data diolah (2012)

113 Lampiran 9. Rincian Biaya Variabel Skenario II (Pembenihan Ikan Lele) Biaya Variabel Skenario II Periode I Biaya Variabel Skenario II Periode 8 No Uraian Jumlah Satuan Biaya Satuan (Rp) Total (Rp) No Uraian Jumlah Satuan Biaya Satuan (Rp) Total (Rp) 1 Pakan: 1 Pakan: a. Cacing Sutera 700 Takar a. Cacing Sutera 450 Takar b. Fengli 65 Kilogram b. Fengli 50 Kilogram c. PF Kilogram c. PF Kilogram d. Pelet L1 45 Kilogram d. Pelet L1 70 Kilogram e. 781Polos 54 Kilogram e. 781Polos 54 Kilogram Bonus Karyawan Bonus Karyawan Garam, Ramuan Hijau Garam, Ramuan Hijau Pemakaian Listrik 3 Bulan Pemakaian Listrik 3 Bulan Total Total Sumber : Data diolah (2012) Sumber : Data diolah (2012) Biaya Variabel Skenario II Periode 2 hingga 7 No Uraian Jumlah Satuan Biaya Satuan (Rp) Total (Rp) 1 Pakan: a. Cacing Sutera 700 Takar b. Fengli 70 Kilogram c. PF Kilogram d. Pelet L1 70 Kilogram e. 781Polos 54 Kilogram Bonus Karyawan Garam, Ramuan Hijau Pemakaian Listrik 3 Bulan Total Sumber : Data diolah (2012)

114 Lampiran 10. Analisis Laporan Rugi Laba pada Skenario I (Pembenihan dan Pembesaran Ikan Lele) No. Uraian Periode ke A PENERIMAAN Penjualan Benih Ikan Lele Sangkuriang Penjualan Lele Sangkuriang Konsumsi Total Penerimaan B PENGELUARAN 1. Biaya Variabel Pakan: a. Pembenihan Cacing Sutera Fengli PF Pelet L Polos b. Pembesaran Pelet L Pelet L Pelet L Pelet Tenggelam (MG Pelet) Pembelian Benih Bonus Karyawan Arang Garam, Ramuan hijau Kotoran kambing Pemakaian Listrik Total Biaya Variabel Biaya Tetap Gaji Karyawan Pembenihan Gaji Karyawan Pembesaran Transportasi Perawatan Biaya Lain-lain (Komunikasi, dll) Penyusutan Total Biaya Tetap Total Pengeluaran C EBIT D Bunga (0%) E EBT F Pajak (25%) G EAT Sumber : Data diolah (2012)

115 Lampiran 11. Analisis Rugi Laba pada Skenario II (Pembenihan Ikan Lele) No. Uraian Periode ke A PENERIMAAN Penjualan Benih Ikan Lele Sangkuriang Total Penerimaan B PENGELUARAN 1. Biaya Variabel Pakan: a. Cacing Sutera b. Fengli c. PF d. Pelet L e. 781Polos Bonus Karyawan Garam, Ramuan Hijau Pemakaian Listrik Total Biaya Variabel Biaya Tetap Gaji Karyawan Transportasi Perawatan Biaya Lain-lain Penyusutan Total Biaya Tetap Total Pengeluaran C EBIT D Bunga (2,5%) E EBT F Pajak (25%) G EAT Sumber : Data diolah (2012)

116 Lampiran 12. Analisis Rugi Laba pada Skenario III (Pembesaran Ikan Lele) No. Uraian Periode ke A PENERIMAAN Penjualan Lele Sangkuriang Konsumsi Total Penerimaan B PENGELUARAN 1. Biaya Variabel Pembelian Benih Lele Sangkuriang Pakan: a. Pelet Apung L b. Pelet Apung L c. Pelet Apung L d. Pelet Tenggelam (MG Pelet) Pemakaian Listrik Bonus Karyawan Arang Garam, Ramuan hijau Kotoran kambing Total Biaya Variabel Margin Kontribusi Biaya Tetap Gaji Tenaga Kerja Transportasi Perawatan Biaya Lain-lain (Komunikasi, dll) Penyusutan Total Biaya Tetap Total Pengeluaran C EBIT D Bunga (2,5%) E EBT F Pajak (25%) G EAT Sumber : Data diolah (2012)

117 Lampiran 13. Analisis Laporan Rugi Laba pada Skenario IV (Pembenihan dan Pembesaran Ikan Lele) No. A B Uraian Periode ke PENERIMAAN Penjualan Benih Ikan Lele Sangkuriang Penjualan Lele Sangkuriang Konsumsi Total Penerimaan PENGELUARAN 1. Biaya Variabel Pakan: a. Pembenihan Cacing Sutera Fengli PF Pelet L Polos b. Pembesaran Pelet L Pelet L Pelet L Pelet Tenggelam (MG Pelet) Pembelian Benih Bonus Karyawan Arang Garam, Ramuan hijau Kotoran kambing Pemakaian Listrik* Total Biaya Variabel Biaya Tetap Gaji Karyawan Pembenihan Gaji Karyawan Pembesaran Transportasi Perawatan Biaya Lain-lain (Komunikasi, dll) Penyusutan Total Biaya Tetap Total Pengeluaran C EBIT D Bunga (2,5%) E EBT F Pajak (25%) G EAT Sumber : Data diolah (2012)

118 Lampiran 14. Analisis Cashflow pada Skenario I (Usaha Pembenihan dan Pembesaran Ikan Lele) No. A B Uraian Periode ke INFLOW Penjualan Benih Ikan Lele Sangkuriang Penjualan Lele Sangkuriang Konsumsi Nilai Sisa Total Inflow OUTFLOW 1. Biaya Investasi Sewa Lahan Motor Bangunan Saung Bambu Kolam: a. Kolam Terpal Pemijahan (2m x 4m) b. Kolam Terpal Penetasan (2m x 4m) c. Kolam Terpal Indukan (2m x 5m) d. Kolam Pemeliharaan benih (2m x 4m) e. Kolam Sortir (2m x 4m) f. Kolam Pembesaran (4m x 5m) Indukan Lele Sangkuriang Serokan: a. Serokan Kecil b. Serokan Besar Selang Pompa Air Mesin Sedot Ember Bak Sortir Kakaban Jurigen Gayung Baskom Pakan Paralon: a. Ukuran Kecil b. Ukuran Sedang Batu Paranet (Net 55% 180 cm) Sodet Seser Timbangan

119 Jaring Total Biaya Investasi Biaya Variabel Pakan: a. Pembenihan Cacing Sutera Fengli PF Pelet L Polos b. Pembesaran Pelet L Pelet L Pelet L Pelet Tenggelam (MG Pelet) Pembelian Benih Bonus Karyawan Arang Garam, Ramuan hijau Kotoran kambing Pemakaian Listrik Total Biaya Variabel Biaya Tetap Gaji Karyawan Pembenihan Gaji Karyawan Pembesaran Transportasi Perawatan Biaya Lain-lain (Komunikasi, dll) Total Biaya Tetap Total Outflow C NET BENEFIT (Sebelum Pajak) ( ) Pajak (25%) D NET BENEFIT (Setelah Pajak) ( ) E DR (1,625%) 1 0,984 0,968 0,953 0,938 0,923 0,908 0,893 0,879 F Present Value Net Benefit ( ) G NPV H NPV Positif I NPV Negatif ( ) J Net B/C 3,961 K IRR 46,51% L DPP 3,211 Periode 9,633 bulan *1 Periode = 3 Bulan Sumber : Data diolah (2012)

120 Lampiran 15. Analisis Cashflow pada Skenario II (Usaha Pembenihan Ikan Lele) No. A B Uraian Periode ke Inflow Penjualan Benih Ikan Lele Sangkuriang Pinjaman Nilai Sisa Total Inflow Outflow 1. Biaya Investasi Sewa Lahan Motor Bangunan Saung Kolam: a. Kolam Terpal Pemijahan (2m x 4m) b. Kolam Terpal Penetasan (2m x 4m) c. Kolam Terpal Indukan (2m x 5m) d. Kolam Pemeliharaan benih (2m x 4m) e. Kolam Sortir (2m x 4m) Indukan Lele Sangkuriang Serokan: a. Serokan Kecil b. Serokan Besar Selang Pompa Air Mesin Sedot Ember Bak Sortir Kakaban Jurigen Gayung Baskom Pakan Paralon: a. Ukuran Kecil b. Ukuran Sedang

121 Batu Paranet (Net 55% 180 cm) Sodet Seser Total Biaya Investasi Biaya Variabel Pakan: a. Cacing Sutera b. Fengli c. PF d. Pelet L e. 781Polos Bonus Karyawan Garam, Ramuan Hijau Pemakaian Listrik Total Biaya Variabel Biaya Tetap Gaji Karyawan Transportasi Perawatan Angsuran Biaya Lain-lain (Komunikasi, dll) Total Biaya Tetap Total Outflow C NET BENEFIT (Sebelum Pajak) ( ) Pajak (25%) D NET BENEFIT (Setelah Pajak) ( ) E DR (2,50%) 1 0,976 0,952 0,929 0,906 0,884 0,862 0,841 0,821 F Present Value Net Benefit ( ) G NPV H NPV Positif I NPV Negatif ( ) J Net B/C 4,495 K IRR 89,32% L DPP 1,773 Periode 5,319 Bulan Sumber : Data diolah (2012)

122 Lampiran 16. Analisis Cashflow pada Skenario III (Usaha Pembesaran Ikan Lele) No. A B Uraian Periode ke INFLOW Penjualan Lele Sangkuriang Konsumsi Pinjaman Nilai Sisa Total Inflow OUTFLOW 1. Biaya Investasi Sewa Lahan Motor Kolam Pembesaran Bangunan Saung Serokan Besar Pompa Air Selang Mesin Sedot Ember Jurigen Gayung Paralon: a. Kecil b. Besar Baskom Pakan Sodet Timbangan Jaring Total Biaya Investasi Biaya Variabel Pembelian Benih Lele Sangkuriang Pakan: a. Pelet Apung L b. Pelet Apung L c. Pelet Apung L d. Pelet Tenggelam Pemakaian Listrik* Bonus Karyawan Arang Garam, Ramuan hijau Kotoran kambing Total Biaya Variabel

123 3. Biaya Tetap Gaji Tenaga Kerja Transportasi Perawatan Angsuran Biaya Lain-lain (Komunikasi, dll) Total Biaya Tetap Total Outflow C NET BENEFIT (Sebelum Pajak) ( ) Pajak (25%) D NET BENEFIT (Setelah Pajak) ( ) E DR (2,50%) 1 0,976 0,952 0,929 0,906 0,884 0,862 0,841 0,821 F Present Value Net Benefit ( ) G NPV H NPV Positif I NPV Negatif ( ) J Net B/C 3,173 K IRR 85,23% L DPP 1,756 Periode 5,268 Bulan Sumber : Data diolah (2012)

124 Lampiran 17. Analisis Cashflow pada Skenario IV (Pembenihan dan Pembesaran Ikan Lele) No. A B Uraian Periode ke INFLOW Penjualan Benih Ikan Lele Sangkuriang Penjualan Lele Sangkuriang Konsumsi Pinajaman Nilai Sisa Total Inflow OUTFLOW 1. Biaya Investasi Sewa Lahan Motor Bangunan Saung Bambu Kolam: a. Kolam Terpal Pemijahan (2m x 4m) b. Kolam Terpal Penetasan (2m x 4m) c. Kolam Terpal Indukan (2m x 5m) d. Kolam Pemeliharaan benih (2m x 4m) e. Kolam Sortir (2m x 4m) f. Kolam Pembesaran (4m x 5m) Indukan Lele Sangkuriang Serokan: a. Serokan Kecil b. Serokan Besar Selang Pompa Air Mesin Sedot Ember Bak Sortir Kakaban Jurigen Gayung Baskom Pakan Paralon: a. Ukuran Kecil b. Ukuran Sedang Batu Paranet (Net 55% 180 cm) Sodet Seser Timbangan Jaring Total Biaya Investasi

125 2. Biaya Variabel Pakan: a. Pembenihan Cacing Sutera Fengli PF Pelet L Polos b. Pembesaran Pelet L Pelet L Pelet L Pelet Tenggelam (MG Pelet) Pembelian Benih Bonus Karyawan Arang Garam, Ramuan hijau Kotoran kambing Pemakaian Listrik Total Biaya Variabel Biaya Tetap Gaji Karyawan Pembenihan Gaji Karyawan Pembesaran Transportasi Perawatan Angsuran Biaya Lain-lain (Komunikasi, dll) Total Biaya Tetap Total Outflow C NET BENEFIT (Sebelum Pajak) ( ) Pajak (25%) D NET BENEFIT (Setelah Pajak) ( ) E DR (2,5%) 1 0,976 0,952 0,929 0,906 0,884 0,862 0,841 0,821 F Present Value Net Benefit ( ) G NPV H NPV Positif I NPV Negatif ( ) J Net B/C 3,810 K IRR 80,86% L DPP 1,779 Periode 5,337 Bulan Sumber : Data diolah (2012)

126 Lampiran 18. Analisis Switching Value Penurunan Harga Jual Benih Ikan Lele pada Usaha Pembenihan Ikan Lele (51,46%) No. A B Uraian Periode ke Inflow Penjualan Benih Ikan Lele Sangkuriang Pinjaman Nilai Sisa Total Inflow Outflow 1. Biaya Investasi Sewa Lahan Motor Bangunan Saung Kolam: a. Kolam Terpal Pemijahan (2m x 4m) b. Kolam Terpal Penetasan (2m x 4m) c. Kolam Terpal Indukan (2m x 5m) d. Kolam Pemeliharaan benih (2m x 4m) e. Kolam Sortir (2m x 4m) Indukan Lele Sangkuriang Serokan: a. Serokan Kecil b. Serokan Besar Selang Pompa Air Mesin Sedot Ember Bak Sortir Kakaban Jurigen Gayung Baskom Pakan Paralon: a. Ukuran Kecil b. Ukuran Sedang Batu Paranet (Net 55% 180 cm) Sodet Seser Total Biaya Investasi

127 2. Biaya Variabel Pakan: a. Cacing Sutera b. Fengli c. PF d. Pelet L e. 781Polos Bonus Karyawan Garam, Ramuan Hijau Pemakaian Listrik Total Biaya Variabel Biaya Tetap Gaji Karyawan Transportasi Perawatan Angsuran Biaya Lain-lain (Komunikasi, dll) Total Biaya Tetap Total Outflow C NET BENEFIT (Sebelum Pajak) ( ) ( ) Pajak (25%) 0 ( ) D NET BENEFIT (Setelah Pajak) ( ) ( ) 158 (48.408) E DR (2,50%) 1 0,976 0,952 0,929 0,906 0,884 0,862 0,841 0,821 F Present Value Net Benefit ( ) ( ) 136 (40.724) G NPV 0 H NPV Positif I NPV Negatif ( ) J Net B/C 1,000 K IRR 2,50% L DPP 9 Periode 27 Bulan Sumber : Data diolah (2012)

128 Lampiran 19. Analisis Switching Value Penurunan Produksi Benih Ikan Lele pada Usaha Pembenihan Ikan Lele (51,46%) No. A B Uraian Periode ke Inflow Penjualan Benih Ikan Lele Sangkuriang Pinjaman Nilai Sisa Total Inflow Outflow 1. Biaya Investasi Sewa Lahan Motor Bangunan Saung Kolam: a. Kolam Terpal Pemijahan (2m x 4m) b. Kolam Terpal Penetasan (2m x 4m) c. Kolam Terpal Indukan (2m x 5m) d. Kolam Pemeliharaan benih (2m x 4m) e. Kolam Sortir (2m x 4m) Indukan Lele Sangkuriang Serokan: a. Serokan Kecil b. Serokan Besar Selang Pompa Air Mesin Sedot Ember Bak Sortir Kakaban Jurigen Gayung Baskom Pakan Paralon: a. Ukuran Kecil b. Ukuran Sedang Batu Paranet (Net 55% 180 cm) Sodet Seser Total Biaya Investasi

129 2. Biaya Variabel Pakan: a. Cacing Sutera b. Fengli c. PF d. Pelet L e. 781Polos Bonus Karyawan Garam, Ramuan Hijau Pemakaian Listrik Total Biaya Variabel Biaya Tetap Gaji Karyawan Transportasi Perawatan Angsuran Biaya Lain-lain (Komunikasi, dll) Total Biaya Tetap Total Outflow C NET BENEFIT (Sebelum Pajak) ( ) ( ) Pajak (25%) 0 ( ) D NET BENEFIT (Setelah Pajak) ( ) ( ) 158 (48.408) E DR (2,50%) 1 0,976 0,952 0,929 0,906 0,884 0,862 0,841 0,821 F Present Value Net Benefit ( ) ( ) 136 (40.724) G NPV 0 H NPV Positif I NPV Negatif ( ) J Net B/C 1,000 K IRR 2,50% L DPP 9 Periode 27 Bulan Sumber : Data diolah (2012)

130 Lampiran 20. Analisis Switching Value Kenaikan Biaya Total Pakan pada Usaha Pembenihan Ikan Lele (443,89%) No. A B Uraian Periode ke Inflow Penjualan Benih Ikan Lele Sangkuriang Pinjaman Nilai Sisa Total Inflow Outflow 1. Biaya Investasi Sewa Lahan Motor Bangunan Saung Kolam: a. Kolam Terpal Pemijahan (2m x 4m) b. Kolam Terpal Penetasan (2m x 4m) c. Kolam Terpal Indukan (2m x 5m) d. Kolam Pemeliharaan benih (2m x 4m) e. Kolam Sortir (2m x 4m) Indukan Lele Sangkuriang Serokan: a. Serokan Kecil b. Serokan Besar Selang Pompa Air Mesin Sedot Ember Bak Sortir Kakaban Jurigen Gayung Baskom Pakan Paralon: a. Ukuran Kecil b. Ukuran Sedang Batu Paranet (Net 55% 180 cm) Sodet Seser Total Biaya Investasi

131 2. Biaya Variabel Pakan Bonus Karyawan Garam, Ramuan Hijau Pemakaian Listrik Total Biaya Variabel Biaya Tetap Gaji Karyawan Transportasi Perawatan Angsuran Biaya Lain-lain (Komunikasi, dll) Total Biaya Tetap Total Outflow C NET BENEFIT (Sebelum Pajak) ( ) ( ) Pajak (25%) 0 ( ) D NET BENEFIT (Setelah Pajak) ( ) ( ) E DR (2,50%) 1 0,976 0,952 0,929 0,906 0,884 0,862 0,841 0,821 F Present Value Net Benefit ( ) ( ) G NPV 0 H NPV Positif I NPV Negatif ( ) J Net B/C 1,000 K IRR 2,50% L DPP 9 Periode 27 Bulan Sumber : Data diolah (2012)

132 Lampiran 21. Analisis Switching Value Penurunan Harga Jual Ikan Lele Konsumsi pada Usaha Pembesaran Ikan Lele (11,00%) No. A B Uraian Periode ke INFLOW Penjualan Lele Sangkuriang Konsumsi Pinjaman Nilai Sisa Total Inflow OUTFLOW 1. Biaya Investasi Sewa Lahan Motor Kolam Pembesaran Bangunan Saung Serokan Besar Pompa Air Selang Mesin Sedot Ember Jurigen Gayung Paralon: a. Kecil b. Besar Baskom Pakan Sodet Timbangan Jaring Total Biaya Investasi Biaya Variabel Pembelian Benih Lele Sangkuriang Pakan: a. Pelet Apung L b. Pelet Apung L c. Pelet Apung L d. Pelet Tenggelam Pemakaian Listrik* Bonus Karyawan Arang Garam, Ramuan hijau Kotoran kambing Total Biaya Variabel

133 3. Biaya Tetap Gaji Tenaga Kerja Transportasi Perawatan Angsuran Biaya Lain-lain (Komunikasi, dll) Total Biaya Tetap Total Outflow C NET BENEFIT (Sebelum Pajak) ( ) ( ) Pajak (25%) D NET BENEFIT (Setelah Pajak) ( ) ( ) ( ) ( ) ( ) ( ) ( ) E DR (2,50%) 1 0,976 0,952 0,929 0,906 0,884 0,862 0,841 0,821 F Present Value Net Benefit ( ) ( ) ( ) ( ) ( ) ( ) ( ) G NPV 0 H NPV Positif I NPV Negatif ( ) J Net B/C 1,000 K IRR 2,50% L DPP 9 Periode 27 Bulan Sumber : Data diolah (2012)

134 Lampiran 22. Analisis Switching Value Penurunan Produksi Ikan Lele Konsumsi pada Usaha Pembesaran Ikan Lele (11,00%) No. A B Uraian Periode ke INFLOW Penjualan Lele Sangkuriang Konsumsi Pinjaman Nilai Sisa Total Inflow OUTFLOW 1. Biaya Investasi Sewa Lahan Motor Kolam Pembesaran Bangunan Saung Serokan Besar Pompa Air Selang Mesin Sedot Ember Jurigen Gayung Paralon: a. Kecil b. Besar Baskom Pakan Sodet Timbangan Jaring Total Biaya Investasi Biaya Variabel Pembelian Benih Lele Sangkuriang Pakan: a. Pelet Apung L b. Pelet Apung L c. Pelet Apung L d. Pelet Tenggelam Pemakaian Listrik* Bonus Karyawan Arang Garam, Ramuan hijau Kotoran kambing Total Biaya Variabel Biaya Tetap

135 Gaji Tenaga Kerja Transportasi Perawatan Angsuran Biaya Lain-lain (Komunikasi, dll) Total Biaya Tetap Total Outflow C NET BENEFIT (Sebelum Pajak) ( ) ( ) Pajak (25%) D NET BENEFIT (Setelah Pajak) ( ) ( ) ( ) ( ) ( ) ( ) ( ) E DR (2,50%) 1 0,976 0,952 0,929 0,906 0,884 0,862 0,841 0,821 F Present Value Net Benefit ( ) ( ) ( ) ( ) ( ) ( ) ( ) G NPV 0 H NPV Positif I NPV Negatif ( ) J Net B/C 1,000 K IRR 2,50% L DPP 9 Periode 27 Bulan Sumber : Data diolah (2012)

136 Lampiran 23. Analisis Switching Value Kenaikan Biaya Pakan pada Usaha Pembesaran Ikan Lele (21,31%) No. A B Uraian Periode ke INFLOW Penjualan Lele Sangkuriang Konsumsi Pinjaman Nilai Sisa Total Inflow OUTFLOW 1. Biaya Investasi Sewa Lahan Motor Kolam Pembesaran Bangunan Saung Serokan Besar Pompa Air Selang Mesin Sedot Ember Jurigen Gayung Paralon: a. Kecil b. Besar Baskom Pakan Sodet Timbangan Jaring Total Biaya Investasi

137 2. Biaya Variabel Pembelian Benih Lele Sangkuriang Pakan Pemakaian Listrik Bonus Karyawan Arang Garam, Ramuan hijau Kotoran kambing Total Biaya Variabel Biaya Tetap Gaji Tenaga Kerja Transportasi Perawatan Angsuran Biaya Lain-lain (Komunikasi, dll) Total Biaya Tetap Total Outflow C NET BENEFIT (Sebelum Pajak) ( ) ( ) ( ) ( ) ( ) ( ) ( ) Pajak (25%) D NET BENEFIT (Setelah Pajak) ( ) ( ) ( ) ( ) ( ) ( ) ( ) E DR (2,50%) 1 0,976 0,952 0,929 0,906 0,884 0,862 0,841 0,821 F Present Value Net Benefit ( ) ( ) ( ) ( ) ( ) ( ) ( ) G NPV 0 H NPV Positif I NPV Negatif ( ) J Net B/C 1,000 K IRR 2,50% L DPP 9 Periode 27 Bulan Sumber : Data diolah (2012)

138 Lampiran 24. Dokumentasi Penelitian pada Perusahaan Parakbada Pemilihan indukan yang akan dipijahkan Panen benih ukuran 5-7 cm Proses pemijahan lele Sangkuriang Proses penebaran benih pembesaran Kolam penetasan telur Kolam pemeliharaan benih lele Sangkuriang Kolam pembesaran ikan lele Sangkuriang Proses Panen lele ukuran konsumsi

139 Pakan L1 yang digunakan untuk pembesaran Bak sortir ukuran 4-6 cm Bak sortir ukuran 5-7 cm Mesin sedot air Pemasangan mesin sedot air Bangunan kantor dan dapur

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor perikanan pada dasarnya dibagi menjadi dua yaitu perikanan tangkap dan perikanan budidaya. Potensi sektor perikanan tangkap Indonesia diperkirakan mencapai 6,4

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Pada bagian ini dijelaskan tentang konsep yang berhubungan dengan penelitian kelayakan Usaha pembenihan dan pembesaran ikan lele Sangkuriang di

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian kelayakan Usaha pembenihan dan pembesaran ikan lele Sangkuriang dilakukan di Perusahaan Parakbada, Katulampa, Kota Bogor, Provinsi Jawa

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Studi Kelayakan Proyek Proyek adalah suatu keseluruhan aktivitas yang menggunakan sumber-sumber untuk mendapatkan kemanfaatan (benefit),

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Usaha Pembesaran Lele Sangkuriang

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Usaha Pembesaran Lele Sangkuriang II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Usaha Pembesaran Lele Sangkuriang Pengembangan usaha budidaya ikan lele semakin meningkat setelah masuknya jenis ikan lele dumbo ke Indonesia pada tahun 1985. Keunggulan lele dumbo

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Studi Kelayakan Proyek Proyek merupakan suatu kegiatan untuk membangun sistem yang belum ada. Sistem dibangun dahulu oleh proyek, kemudian dioperasionalkan

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikirian Teoritis Penelitian tentang analisis kelayakan yang akan dilakukan bertujuan melihat dapat tidaknya suatu usaha (biasanya merupakan proyek atau usaha investasi)

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Studi Kelayakan Bisnis Studi kelayakan bisnis merupakan penelitian terhadap rencana bisnis yang tidak hanya menganalisis layak atau tidak

Lebih terperinci

II. KERANGKA PEMIKIRAN

II. KERANGKA PEMIKIRAN II. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis merupakan kumpulan teori yang digunakan dalam penelitian. Teori-teori ini berkaitan erat dengan permasalahan yang ada

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1.Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Studi Kelayakan Proyek Menurut Husnan dan Suwarsono (2000), proyek pada dasarnya merupakan kegiatan yang menyangkut pengeluaran modal (capital

Lebih terperinci

ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL

ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL VII ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL Pada penelitian ini dilakukan analisis kelayakan finansial untuk mengetahui kelayakan pengusahaan ikan lele phyton, serta untuk mengetahui apakah usaha yang dilakukan pada

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Pulau Panggang, Kelurahan Pulau Panggang, Kecamatan Kepulauan Seribu Utara, Kabupaten Administratif Kepulauan Seribu, DKI

Lebih terperinci

ANALISIS KELAYAKAN USAHA PEMBENIHAN LARVA IKAN BAWAL AIR TAWAR BEN S FISH FARM CIBUNGBULANG, KABUPATEN BOGOR

ANALISIS KELAYAKAN USAHA PEMBENIHAN LARVA IKAN BAWAL AIR TAWAR BEN S FISH FARM CIBUNGBULANG, KABUPATEN BOGOR ANALISIS KELAYAKAN USAHA PEMBENIHAN LARVA IKAN BAWAL AIR TAWAR BEN S FISH FARM CIBUNGBULANG, KABUPATEN BOGOR SKRIPSI SURAHMAT H34066119 DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3. Metode Pengumpulan Data

METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3. Metode Pengumpulan Data IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian dilakukan di Usaha Mi Ayam Bapak Sukimin yang terletak di Ciheuleut, Kelurahan Tegal Lega, Kota Bogor. Lokasi penelitian diambil secara sengaja (purposive)

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoretis Kerangka pemikiran teoretis merupakan suatu penalaran peneliti yang didasarkan pada pengetahuan, teori, dalil, dan proposisi untuk menjawab suatu

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian

IV. METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Peternakan Maju Bersama, Desa Cikarawang, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Pemilihan lokasi penelitian

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikirian Teoritis 3.1.1 Studi Kelayakan Proyek Studi kelayakan proyek adalah penelitian tentang dapat tidaknya suatu proyek (biasanya merupakan proyek investasi)

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3. Metode Pengolahan dan Analisis Data

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3. Metode Pengolahan dan Analisis Data IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Peternakan Domba Tawakkal, yang terletak di Jalan Raya Sukabumi, Desa Cimande Hilir No.32, Kecamatan Caringin, Kabupaten

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Studi Analisis Kelayakan Usaha Analisis Kelayakan Usaha atau disebut juga feasibility study adalah kegiatan untuk menilai sejauh mana manfaat

Lebih terperinci

VII ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL

VII ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL VII ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL Analisis kelayakan finansial dilakukan untuk mengetahui kelayakan pembesaran ikan lele sangkuriang kolam terpal. Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam aspek finansial

Lebih terperinci

ANALISIS KELAYAKAN PENGEMBANGAN USAHA IKAN HIAS AIR TAWAR PADA ARIFIN FISH FARM, DESA CILUAR, KECAMATAN BOGOR UTARA, KOTA BOGOR

ANALISIS KELAYAKAN PENGEMBANGAN USAHA IKAN HIAS AIR TAWAR PADA ARIFIN FISH FARM, DESA CILUAR, KECAMATAN BOGOR UTARA, KOTA BOGOR ANALISIS KELAYAKAN PENGEMBANGAN USAHA IKAN HIAS AIR TAWAR PADA ARIFIN FISH FARM, DESA CILUAR, KECAMATAN BOGOR UTARA, KOTA BOGOR SKRIPSI OOM ROHMAWATI H34076115 DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Data dan Instrumentasi 4.3. Metode Pengumpulan Data

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Data dan Instrumentasi 4.3. Metode Pengumpulan Data IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian mengambil tempat di kantor administratif Koperasi Peternak Sapi Bandung Utara (KPSBU) Jawa Barat yang berlokasi di Kompleks Pasar Baru Lembang

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN

IV METODE PENELITIAN IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Dian Layer Farm yang terletak di Kampung Kahuripan, Desa Sukadamai, Kecamatan Darmaga, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Pemilihan

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perikanan merupakan salah satu subsektor pertanian yang potensial untuk dikembangkan di Indonesia. Hal ini dikarenakan sebagian besar wilayah Indonesia terdiri atas perairan

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Definisi Proyek Menurut Kadariah et al. (1999) proyek merupakan suatu keseluruhan aktivitas yang menggunakan sumber-sumber untuk mendapatkan

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN. Menurut Kadariah (2001), tujuan dari analisis proyek adalah :

III. KERANGKA PEMIKIRAN. Menurut Kadariah (2001), tujuan dari analisis proyek adalah : III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Analisis Kelayakan Investasi Pengertian Proyek pertanian menurut Gittinger (1986) adalah kegiatan usaha yang rumit karena penggunaan sumberdaya

Lebih terperinci

ANALISIS KELAYAKAN USAHA PETERNAKAN KELINCI ASEP S RABBIT PROJECT, LEMBANG, KABUPATEN BANDUNG, JAWA BARAT. Oleh : Nandana Duta Widagdho A

ANALISIS KELAYAKAN USAHA PETERNAKAN KELINCI ASEP S RABBIT PROJECT, LEMBANG, KABUPATEN BANDUNG, JAWA BARAT. Oleh : Nandana Duta Widagdho A ANALISIS KELAYAKAN USAHA PETERNAKAN KELINCI ASEP S RABBIT PROJECT, LEMBANG, KABUPATEN BANDUNG, JAWA BARAT Oleh : Nandana Duta Widagdho A14104132 PROGRAM STUDI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT

Lebih terperinci

ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGEMBANGAN PEMBIBITAN (BREEDING)SAPI POTONG PADA PT LEMBU JANTAN PERKAS (LJP), SERANG, PROPINSI BANTEN

ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGEMBANGAN PEMBIBITAN (BREEDING)SAPI POTONG PADA PT LEMBU JANTAN PERKAS (LJP), SERANG, PROPINSI BANTEN ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGEMBANGAN PEMBIBITAN (BREEDING)SAPI POTONG PADA PT LEMBU JANTAN PERKAS (LJP), SERANG, PROPINSI BANTEN Oleh: RONA PUTRIA A 14104687 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Studi Kelayakan Bisnis Gittinger (1986) menyebutkan bahwa proyek pertanian adalah kegiatan usaha yang rumit karena menggunakan sumber-sumber

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Studi Kelayakan Proyek Proyek adalah kegiatan-kegiatan yang dapat direncanakan dan dilaksanakan dalam suatu bentuk kesatuan dengan mempergunakan

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2 Jenis dan Sumber Data 4.3 Metode Penentuan Narasumber

IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2 Jenis dan Sumber Data 4.3 Metode Penentuan Narasumber IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di peternakan milik Bapak Sarno yang bertempat di Desa Citapen, Kecamatan Ciawi, Kabupaten Bogor, Jawa barat. Pemilihan lokasi

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3. Metode Penentuan Responden

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3. Metode Penentuan Responden IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Elsari Brownies and Bakery yang terletak di Jl. Pondok Rumput Raya No. 18 Bogor. Pemilihan lokasi ini dilakukan secara

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN. 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

IV METODE PENELITIAN. 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di peternakan kambing perah Prima Fit yang terletak di Desa Cibuntu, Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat.

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis mengemukakan teori-teori terkait penelitian. Teori-teori tersebut antara lain pengertian proyek, keterkaitan proyek dengan

Lebih terperinci

SKRIPSI AFIF FAKHRUZZAMAN H

SKRIPSI AFIF FAKHRUZZAMAN H ANALISIS KELAYAKAN USAHA PEMBENIHAN IKAN NILA GESIT (Studi : Unit Pembenihan Rakyat Citomi Desa Tanggulun Barat, Kec. Kalijati, Kab. Subang Jawaa Barat) SKRIPSI AFIF FAKHRUZZAMAN H34076008 DEPARTEMEN AGRIBISNIS

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Studi Kelayakan Proyek Proyek memiliki beberapa pengertian. Menurut Kadariah et al. (1999) proyek ialah suatu keseluruhan aktivitas yang menggunakan

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di PT Mekar Unggul Sari, Kabupaten Bogor. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja (purposive) dengan alasan

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis merupakan kumpulan teori yang digunakan dalam penelitian. Teori-teori ini berkaitan dengan permasalahan yang ada dalam

Lebih terperinci

ANALISIS KELAYAKAN PENGUSAHAAN LOBSTER AIR TAWAR (Kasus K BLAT S Farm, Kec. Gunung Guruh, Kab. Sukabumi, Jawa Barat) Oleh: KAMMALA AFNI A

ANALISIS KELAYAKAN PENGUSAHAAN LOBSTER AIR TAWAR (Kasus K BLAT S Farm, Kec. Gunung Guruh, Kab. Sukabumi, Jawa Barat) Oleh: KAMMALA AFNI A 1 ANALISIS KELAYAKAN PENGUSAHAAN LOBSTER AIR TAWAR (Kasus K BLAT S Farm, Kec. Gunung Guruh, Kab. Sukabumi, Jawa Barat) Oleh: KAMMALA AFNI A14104104 PROGRAM STUDI MANAJEMEN AGIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN

Lebih terperinci

ANALISIS KELAYAKAN USAHA PUPUK ORGANIK KELOMPOK TANI BHINEKA I, DESA BLENDUNG, KABUPATEN SUBANG

ANALISIS KELAYAKAN USAHA PUPUK ORGANIK KELOMPOK TANI BHINEKA I, DESA BLENDUNG, KABUPATEN SUBANG ANALISIS KELAYAKAN USAHA PUPUK ORGANIK KELOMPOK TANI BHINEKA I, DESA BLENDUNG, KABUPATEN SUBANG SKRIPSI SYAHRA ZULFAH H34050039 DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3. Metode Pengumpulan Data

METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3. Metode Pengumpulan Data VI METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian dilakukan di Wisata Agro Tambi, Desa Tambi, Kecamatan Kejajar, Kabupaten Wonosobo, Provinsi Jawa Tengah. Pemilihan lokasi dilakukan secara purposive

Lebih terperinci

KELAYAKAN PENGUSAHAAN JARAK PAGAR PADA KEBUN INDUK JARAK PAGAR PAKUWON, SUKABUMI JAWA BARAT. Oleh : DIAH KUSUMAYANTI A

KELAYAKAN PENGUSAHAAN JARAK PAGAR PADA KEBUN INDUK JARAK PAGAR PAKUWON, SUKABUMI JAWA BARAT. Oleh : DIAH KUSUMAYANTI A KELAYAKAN PENGUSAHAAN JARAK PAGAR PADA KEBUN INDUK JARAK PAGAR PAKUWON, SUKABUMI JAWA BARAT Oleh : DIAH KUSUMAYANTI A14104010 PROGRAM STUDI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3. Metode Pengolahan dan Analisis Data

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3. Metode Pengolahan dan Analisis Data IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Restoran Pastel and Pizza Rijsttafel yang terletak di Jalan Binamarga I/1 Bogor. Pemilihan tempat penelitian ini dilakukan

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian berada di UPR Citomi Desa Tanggulun Barat Kecamatan Kalijati Kabupaten Subang Provinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan

Lebih terperinci

KERANGKA PEMIKIRAN. Pada bagian ini akan dijelaskan tentang konsep dan teori yang

KERANGKA PEMIKIRAN. Pada bagian ini akan dijelaskan tentang konsep dan teori yang III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Konseptual Pada bagian ini akan dijelaskan tentang konsep dan teori yang berhubungan dengan penelitian studi kelayakan usaha pupuk kompos pada Kelompok Tani

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN. (Purposive) dengan alasan daerah ini cukup representatif untuk penelitian yang

METODOLOGI PENELITIAN. (Purposive) dengan alasan daerah ini cukup representatif untuk penelitian yang IV. METODOLOGI PENELITIAN 4.1. Tempat dan Waktu Penelitian Pengambilan data dilakukan pada bulan Februari sampai dengan bulan Maret 2011, bertempat di Desa Cikarawang, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor,

Lebih terperinci

ALOKASI PENGGUNAAN INPUT DAN ANALISIS FINANSIAL PADA USAHA PEMBESARAN IKAN GUPPY DI DESA PARIGI MEKAR, KECAMATAN CISEENG KABUPATEN BOGOR, JAWA BARAT

ALOKASI PENGGUNAAN INPUT DAN ANALISIS FINANSIAL PADA USAHA PEMBESARAN IKAN GUPPY DI DESA PARIGI MEKAR, KECAMATAN CISEENG KABUPATEN BOGOR, JAWA BARAT ALOKASI PENGGUNAAN INPUT DAN ANALISIS FINANSIAL PADA USAHA PEMBESARAN IKAN GUPPY DI DESA PARIGI MEKAR, KECAMATAN CISEENG KABUPATEN BOGOR, JAWA BARAT FANJIYAH WULAN ANGRAINI SKRIPSI PROGRAM STUDI MANAJEMEN

Lebih terperinci

EFISIENSI PENGGUNAAN INPUT DAN ANALISIS FINANSIAL PADA USAHA PENDEDERAN IKAN LELE DUMBO DI KECAMATAN CISEENG KABUPATEN BOGOR

EFISIENSI PENGGUNAAN INPUT DAN ANALISIS FINANSIAL PADA USAHA PENDEDERAN IKAN LELE DUMBO DI KECAMATAN CISEENG KABUPATEN BOGOR EFISIENSI PENGGUNAAN INPUT DAN ANALISIS FINANSIAL PADA USAHA PENDEDERAN IKAN LELE DUMBO DI KECAMATAN CISEENG KABUPATEN BOGOR ADY ERIADY WIBAWA SKRIPSI PROGRAM STUDI MANAJEMEN BISNIS DAN EKONOMI PERIKANAN-KELAUTAN

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis mengemukakan teori-teori terkait penelitian. Teori-teori tersebut antara lain pengertian proyek, keterkaitan proyek dengan

Lebih terperinci

BAB IV KERANGKA PEMIKIRAN

BAB IV KERANGKA PEMIKIRAN 23 BAB IV KERANGKA PEMIKIRAN 4.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 4.1.1 Studi Kelayakan Usaha Proyek atau usaha merupakan kegiatan yang dilakukan untuk mendapatkan manfaat (benefit) dengan menggunakan sumberdaya

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Studi Kelayakan dan Investasi Studi kelayakan diadakan untuk menentukan apakah suatu usaha akan dilaksanakan atau tidak. Dengan kata lain

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Kecamatan Muara Gembong, Kabupaten Bekasi. Pemilihan lokasi secara sengaja (purposive) berdasarkan pertimbangan bahwa

Lebih terperinci

SKRIPSI RINO ARIBOWO H

SKRIPSI RINO ARIBOWO H ANALISIS KELAYAKAN USAHA PEMBESARAN IKAN LELE DUMBO KELOMPOK TANI PEMBUDIDAYA IKAN LELE DESA LENGGANG, KECAMATAN GANTUNG, BELITUNG TIMUR, BANGKA BELITUNG SKRIPSI RINO ARIBOWO H 34104072 DEPARTEMEN AGRIBISNIS

Lebih terperinci

VII. ANALISIS ASPEK FINANSIAL

VII. ANALISIS ASPEK FINANSIAL VII. ANALISIS ASPEK FINANSIAL Analisis aspek finansial digunakan untuk menganalisis kelayakan suatu proyek atau usaha dari segi keuangan. Analisis aspek finansial dapat memberikan perhitungan secara kuantatif

Lebih terperinci

ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL DAN EKONOMI AGRIBISNIS NANAS

ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL DAN EKONOMI AGRIBISNIS NANAS ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL DAN EKONOMI AGRIBISNIS NANAS (Kasus : Kecamatan Sipahutar, Kababupaten Tapanuli Utara, Sumatera Utara) Oleh : IRWAN PURMONO A14303081 PROGRAM STUDI EKONOMI PERTANIAN DAN SUMBERDAYA

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN Latar Belakang

I PENDAHULUAN Latar Belakang 1.1. Latar Belakang I PENDAHULUAN Jawa Barat merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang mempunyai potensi perikanan cukup besar. Hal ini ditunjukkan dengan kontribusi Jawa Barat pada tahun 2010 terhadap

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Peternakan Agrifarm, yang terletak di desa Cihideung Udik Kecamatan Ciampea Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Pemilihan lokasi

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Konseptual Proyek adalah kegiatan-kegiatan yang direncanakan dan dilaksanakan dalam satu bentuk kesatuan dengan mempergunakan sumber-sumber untuk mendapatkan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Studi Kelayakan Usaha

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Studi Kelayakan Usaha II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Studi Kelayakan Usaha Studi kelayakan merupakan bahan pertimbangan dalam mengambil suatu keputusan, apakah menerima atau menolak suatu gagasan usaha yang direncanakan. Pengertian

Lebih terperinci

VII. ANALISIS FINANSIAL

VII. ANALISIS FINANSIAL VII. ANALISIS FINANSIAL Usaha peternakan Agus Suhendar adalah usaha dalam bidang agribisnis ayam broiler yang menggunakan modal sendiri dalam menjalankan usahanya. Skala usaha peternakan Agus Suhendar

Lebih terperinci

ANALISIS KELAYAKAN USAHA PEMBESARAN LELE SANGKURIANG

ANALISIS KELAYAKAN USAHA PEMBESARAN LELE SANGKURIANG ANALISIS KELAYAKAN USAHA PEMBESARAN LELE SANGKURIANG (Clarias sp) Studi Kasus : Yoyok Fish Farm, Desa Pasir Angin, Kecamatan Mega Mendung, Bogor, Jawa Barat ) SKRIPSI JHON MODESTA SEMBIRING H34077027 DEPARTEMEN

Lebih terperinci

ANALISIS KELAYAKAN USAHA PETERNAKAN ULAT SUTERA

ANALISIS KELAYAKAN USAHA PETERNAKAN ULAT SUTERA ANALISIS KELAYAKAN USAHA PETERNAKAN ULAT SUTERA (Studi Kasus pada Peternakan Ulat Sutera Bapak Baidin, Desa Karyasari, Kecamatan Leuwiliang, Kabupaten Bogor) SKRIPSI MADA PRADANA H34051579 DEPARTEMEN AGRIBISNIS

Lebih terperinci

ANALISIS KELAYAKAN PENGUSAHAAN BUNGA POTONG KRISAN LOKA FARM KECAMATAN CISARUA KABUPATEN BOGOR. Afnita Widya Sari A

ANALISIS KELAYAKAN PENGUSAHAAN BUNGA POTONG KRISAN LOKA FARM KECAMATAN CISARUA KABUPATEN BOGOR. Afnita Widya Sari A ANALISIS KELAYAKAN PENGUSAHAAN BUNGA POTONG KRISAN LOKA FARM KECAMATAN CISARUA KABUPATEN BOGOR Afnita Widya Sari A14105504 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

VII. ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL

VII. ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL VII. ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL Pada penelitian ini dilakukan analisis kelayakan finansial untuk mengetahui kelayakan pengusahaan ikan lele, serta untuk mengetahui apakah usaha yang dilakukan pada kelompok

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Penelitian Kerangka pemikiran penelitian ini diawali dengan melihat potensi usaha yang sedang dijalankan oleh Warung Surabi yang memiliki banyak konsumen

Lebih terperinci

DAN PEMASARAN NENAS BOGOR BOGOR SNIS SKRIPSI H

DAN PEMASARAN NENAS BOGOR BOGOR SNIS SKRIPSI H ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI DAN PEMASARAN NENAS BOGOR Di Desa Sukaluyu, Kecamatan Taman Sari, Kabupaten Bogor SKRIPSI ERIK LAKSAMANA SIREGAR H 34076059 DEPARTEMEN AGRIBIS SNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

Lebih terperinci

IV METODOLOGI PENELITIAN

IV METODOLOGI PENELITIAN IV METODOLOGI PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di sebuah lokasi yang berada Desa Kanreapia Kecamatan Tombolo Pao, Kabupaten Gowa, Propinsi Sulawesi Selatan. Pemilihan lokasi

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di perusahaan peternakan sapi perah di CV. Cisarua Integrated Farming, yang berlokasi di Kampung Barusireum, Desa Cibeureum, Kecamatan

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Konseptual 3.1.1. Studi Kelayakan Bisnis Bisnis adalah kegiatan yang dilakukan oleh individu dan sekelompok orang (organisasi) yang menciptakan nilai (create

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian dilakukan di Kampung Budaya Sindangbarang, Desa Pasir Eurih, Kecamatan Tamansari, Kabupaten Bogor. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara purposive

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilakukan di Kota depok yang memiliki 6 kecamatan sebagai sentra produksi Belimbing Dewa. Namun penelitian ini hanya dilakukan pada 3 kecamatan

Lebih terperinci

ANALISIS KELAYAKAN USAHA PEMBENIHAN KERAPU KECAMATAN GEROKGAK, KABUPATEN BULELENG, BALI. Oleh: NI WAYAN NARITA SUGAMA A

ANALISIS KELAYAKAN USAHA PEMBENIHAN KERAPU KECAMATAN GEROKGAK, KABUPATEN BULELENG, BALI. Oleh: NI WAYAN NARITA SUGAMA A ANALISIS KELAYAKAN USAHA PEMBENIHAN KERAPU KECAMATAN GEROKGAK, KABUPATEN BULELENG, BALI Oleh: NI WAYAN NARITA SUGAMA A14104079 PROGRAM STUDI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

KERANGKA PEMIKIRAN. 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis

KERANGKA PEMIKIRAN. 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Studi Kelayakan Studi kelayakan merupakan bahan pertimbangan dalam mengambil suatu keputusan, apakah menerima atau menolak dari suatu gagasan

Lebih terperinci

STUDI KELAYAKAN USAHA TERNAK SAPI PERAH RAKYAT DI WILAYAH KABUPATEN BOGOR OLEH AGITA KIRANA PUTRI H

STUDI KELAYAKAN USAHA TERNAK SAPI PERAH RAKYAT DI WILAYAH KABUPATEN BOGOR OLEH AGITA KIRANA PUTRI H STUDI KELAYAKAN USAHA TERNAK SAPI PERAH RAKYAT DI WILAYAH KABUPATEN BOGOR OLEH AGITA KIRANA PUTRI H14104071 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 RINGKASAN

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Rantauprapat Kabupaten Labuhanbatu Propinsi Sumatera Utara. Pemilihan lokasi

BAB III METODE PENELITIAN. Rantauprapat Kabupaten Labuhanbatu Propinsi Sumatera Utara. Pemilihan lokasi 23 BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di industri pembuatan tempe UD. Tigo Putro di Rantauprapat Kabupaten Labuhanbatu Propinsi Sumatera Utara. Pemilihan

Lebih terperinci

EFISIENSI PENGGUNAAN INPUT DAN ANALISIS FINANSIAL USAHA PEMBESARAN IKAN MAS PADA KOLAM AIR DERAS DI DESA CINAGARA, KECAMATAN CARINGIN, KABUPATEN BOGOR

EFISIENSI PENGGUNAAN INPUT DAN ANALISIS FINANSIAL USAHA PEMBESARAN IKAN MAS PADA KOLAM AIR DERAS DI DESA CINAGARA, KECAMATAN CARINGIN, KABUPATEN BOGOR EFISIENSI PENGGUNAAN INPUT DAN ANALISIS FINANSIAL USAHA PEMBESARAN IKAN MAS PADA KOLAM AIR DERAS DI DESA CINAGARA, KECAMATAN CARINGIN, KABUPATEN BOGOR MEISWITA PERMATA HARDY SKRIPSI PROGRAM STUDI MANAJEMEN

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Teori Manfaat dan Biaya Dalam menganalisa suatu usaha, tujuan analisa harus disertai dengan definisi-definisi mengenai biaya-biaya dan manfaat-manfaat.

Lebih terperinci

VI. ANALISIS ASPEK-ASPEK NON FINANSIAL

VI. ANALISIS ASPEK-ASPEK NON FINANSIAL VI. ANALISIS ASPEK-ASPEK NON FINANSIAL 6.1. Aspek Pasar Pasar merupakan pertemuan antara permintaan dan penawaran dari suatu produk. Menurut Umar (2007), pasar merupakan suatu sekelompok orang yang diorganisasikan

Lebih terperinci

ANALISIS STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA INDUSTRI KECIL OLAHAN CARICA

ANALISIS STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA INDUSTRI KECIL OLAHAN CARICA ANALISIS STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA INDUSTRI KECIL OLAHAN CARICA (Studi Kasus pada Industri Kecil Olahan Carica di Kecamatan Mojotengah, Kabupaten Wonosobo) SKRIPSI SHINTA KARTIKA DEWI H34050442 DEPARTEMEN

Lebih terperinci

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN 17 BAB III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Proyek adalah suatu kegiatan yang mengeluarkan uang atau biaya-biaya dengan harapan akan memperoleh hasil yang secara logika merupakan wadah

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Kerangka Penelitian Usaha warnet sebetulnya tidak terlalu sulit untuk didirikan dan dikelola. Cukup membeli beberapa buah komputer kemudian menginstalnya dengan software,

Lebih terperinci

ANALISIS KELAYAKAN PERLUASAN USAHA PEMASOK IKAN HIAS AIR TAWAR Budi Fish Farm Kecamatan Cibinong, Kabupaten Bogor. Oleh: DWIASIH AGUSTIKA A

ANALISIS KELAYAKAN PERLUASAN USAHA PEMASOK IKAN HIAS AIR TAWAR Budi Fish Farm Kecamatan Cibinong, Kabupaten Bogor. Oleh: DWIASIH AGUSTIKA A ANALISIS KELAYAKAN PERLUASAN USAHA PEMASOK IKAN HIAS AIR TAWAR Budi Fish Farm Kecamatan Cibinong, Kabupaten Bogor Oleh: DWIASIH AGUSTIKA A 14105665 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian dilaksanakan di penggilingan padi Sinar Ginanjar milik Bapak Candran di Desa Jomin Timur, Kecamatan Kota Baru, Kabupaten Karawang, Jawa Barat. Pemilihan

Lebih terperinci

ANALISIS USAHATANI JAMUR TIRAM PUTIH (Kasus : Kelompok Wanita Tani Hanjuang, Kecamatan Tamansari, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat)

ANALISIS USAHATANI JAMUR TIRAM PUTIH (Kasus : Kelompok Wanita Tani Hanjuang, Kecamatan Tamansari, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat) ANALISIS USAHATANI JAMUR TIRAM PUTIH (Kasus : Kelompok Wanita Tani Hanjuang, Kecamatan Tamansari, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat) Skripsi SRI ROSMAYANTI H 34076143 DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS

Lebih terperinci

SKRIPSI ARDIANSYAH H

SKRIPSI ARDIANSYAH H FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PRODUKTIVITAS KERJA PETANI KEBUN PLASMA KELAPA SAWIT (Studi Kasus Kebun Plasma PTP. Mitra Ogan, Kecamatan Peninjauan, Sumatra Selatan) SKRIPSI ARDIANSYAH H34066019

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Pengertian Studi Kelayakan Proyek Proyek adalah suatu kegiatan yang mengeluarkan uang atau biaya dengan harapan untuk memperoleh hasil dan

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu 4.2. Metode Pengambilan Responden 4.3. Desain Penelitian

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu 4.2. Metode Pengambilan Responden 4.3. Desain Penelitian IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilakukan di Desa Blendung, Kecamatan Purwadadi, Kabupaten Subang, Provinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi ini ditentukan secara sengaja (purposive)

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. A. Konsep Dasar dan Bahan Batasan Operasional. Konsep dasar dan defenisi opresional mencakup pengertian yang

III. METODE PENELITIAN. A. Konsep Dasar dan Bahan Batasan Operasional. Konsep dasar dan defenisi opresional mencakup pengertian yang III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Bahan Batasan Operasional Konsep dasar dan defenisi opresional mencakup pengertian yang dipergunakan untuk mendapatkan dan menganalisis data sesuai dengan tujuan

Lebih terperinci

STUDI KELAYAKAN BISNIS PENGEMBANGAN USAHA ISI ULANG MINYAK WANGI PADA USAHA PERSEORANGAN BOSS PARFUM, BOGOR. Oleh MOCH. LUTFI ZAKARIA H

STUDI KELAYAKAN BISNIS PENGEMBANGAN USAHA ISI ULANG MINYAK WANGI PADA USAHA PERSEORANGAN BOSS PARFUM, BOGOR. Oleh MOCH. LUTFI ZAKARIA H STUDI KELAYAKAN BISNIS PENGEMBANGAN USAHA ISI ULANG MINYAK WANGI PADA USAHA PERSEORANGAN BOSS PARFUM, BOGOR Oleh MOCH. LUTFI ZAKARIA H24077027 PROGRAM SARJANA MANAJEMEN PENYELENGGARAAN KHUSUS DEPARTEMEN

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara kaya akan sumberdaya alam yang dapat di gali untuk kesejahteraan umat manusia. Salah satu sumberdaya alam yang berpotensi yaitu sektor perikanan.

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Pengertian Investasi Kasmir dan Jakfar (2009) menyatakan bahwa investasi adalah penanaman modal dalam suatu kegiatan yang memiliki jangka waktu

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN 46 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Batasan Operasional Konsep dan batasan operasional merupakan pengertian dan petunjuk mengenai variabel yang akan diteliti untuk memperoleh dan menganalisis

Lebih terperinci

VII. PEMBAHASAN ASPEK FINANSIAL

VII. PEMBAHASAN ASPEK FINANSIAL VII. PEMBAHASAN ASPEK FINANSIAL 7.1. Proyeksi Arus Kas (Cashflow) Proyeksi arus kas merupakan laporan aliran kas yang memperlihatkan gambaran penerimaan (inflow) dan pengeluaran kas (outflow). Dalam penelitian

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Tanaman kehutanan adalah tanaman yang tumbuh di hutan yang berumur

III. METODE PENELITIAN. Tanaman kehutanan adalah tanaman yang tumbuh di hutan yang berumur 47 III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional Konsep dasar dan definisi operasional mencakup pengertian yang digunakan untuk mendapatkan dan menganalisis data sesuai dengan tujuan

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1.1. Kerangka Teoritis 3.1.2. Studi Kelayakan Proyek Gittinger (1986) mendefinisikan proyek pertanian sebagai suatu kegiatan investasi yang mengubah sumber-sumber finansial menjadi

Lebih terperinci

VII. ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL

VII. ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL VII. ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL Analisis kelayakan pengusahaan budidaya ikan bawal air tawar dilakukan untuk mengetahui apakah pengusahaan ikan bawal air tawar yang dilakukan Sabrina Fish Farm layak

Lebih terperinci

Jl.Veteran No.53.A Lamongan ABSTRAK

Jl.Veteran No.53.A Lamongan ABSTRAK EVALUASI KELAYAKAN USAHA PENGGEMUKAN DOMBA DAN KAMBING MILIK H. SHOLEH BERDASARKAN ASPEK FINANSIAL DAN NONFINANSIAL DI DESA BANYUTENGAH KECAMATAN PANCENG KABUPATEN GRESIK M. Yusuf 1, Dyah Wahyuning A 1,

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN A. Definisi dan Batasan Operasional Untuk memperjelas dan menghindari kesalahpamaham mengenai pengertian tentang istlah-istilah dalam penelitian ini maka dibuat definisi dan batasan

Lebih terperinci

ANALISIS PERENCANAAN PENGADAAN PERSEDIAAN TUNA PADA PT TRIDAYA ERAMINA BAHARI MUARA BARU JAKARTA

ANALISIS PERENCANAAN PENGADAAN PERSEDIAAN TUNA PADA PT TRIDAYA ERAMINA BAHARI MUARA BARU JAKARTA ANALISIS PERENCANAAN PENGADAAN PERSEDIAAN TUNA PADA PT TRIDAYA ERAMINA BAHARI MUARA BARU JAKARTA SKRIPSI ELA ELAWATI H34050118 DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

VII ANALISIS ASPEK FINANSIAL

VII ANALISIS ASPEK FINANSIAL VII ANALISIS ASPEK FINANSIAL Aspek finansial merupakan aspek yang dikaji melalui kondisi finansial suatu usaha dimana kelayakan aspek finansial dilihat dari pengeluaran dan pemasukan usaha tersebut selama

Lebih terperinci