SKRIPSI RINO ARIBOWO H

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "SKRIPSI RINO ARIBOWO H"

Transkripsi

1 ANALISIS KELAYAKAN USAHA PEMBESARAN IKAN LELE DUMBO KELOMPOK TANI PEMBUDIDAYA IKAN LELE DESA LENGGANG, KECAMATAN GANTUNG, BELITUNG TIMUR, BANGKA BELITUNG SKRIPSI RINO ARIBOWO H DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013 i

2 RINGKASAN RINO ARIBOWO. Analisis Kelayakan Usaha Pembesaran Ikan Lele Dumbo Kelompok Tani Pembudidaya Ikan Lele Desa Lenggang, Kecamatan Gantung, Belitung Timur, Bangka Belitung. Skripsi. Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor (Di bawah bimbingan SITI JAHROH). Sektor pertambangan di Kabupaten Belitung Timur tidak dapat dijadikan sebagai andalan kehidupan perekonomian masyarakat pada beberapa tahun ke depan karena hasil tambang merupakan sumber daya alam yang tidak dapat diperbaharui. Hal tersebut membuat Pemerintah Kabupaten Belitung Timur mempersiapkan mata pencaharian alternatif yang dapat dijadikan andalan untuk masyarakat sektor pertambangan. Budidaya perikanan air tawar menjadi salah satu alternatif karena di Kabupaten Belitung Timur memiliki potensi berupa pekarangan milik masyarakat yang luas. Ada beberapa ikan air tawar yang dicoba untuk dibudidayakan yaitu nila, bawal, patin, betutu, dan lele. Ikan lele menjadi fokus utama untuk dikembangkan karena banyaknya permintaan ikan lele konsumsi segar. Jenis ikan lele yang dikembangkan adalah ikan lele dumbo karena lebih populer dan benihnya mudah didapat. Pemerintah Kabupaten Belitung Timur membuat program untuk pengembangan ikan lele dumbo di Kabupaten Belitung Timur dengan membina beberapa kelompok tani, salah satunya Kelompok Tani Pembudidaya Ikan Lele Desa Lenggang. Kegiatan budidaya yang dijalankan merupakan pengusahaan pembesaran ikan lele dumbo dan sudah berjalan selama setahun. Namun, analisis kelayakan usaha belum pernah dilaksanakan pada kelompok tani tersebut. Analisis kelayakan usaha ini dilaksanakan untuk melihat apakah usaha yang telah dijalankan selama satu tahun tersebut layak dan dapat digunakan sebagai acuan untuk melanjutkan usaha di tahun berikutnya. Analisis kelayakan usaha yang akan dilaksanakan ditinjau dari aspek nonfinansial dan aspek finansial. Aspek nonfinansial meliputi aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen dan hukum, aspek sosial, budaya dan ekonomi, serta aspek lingkungan. Aspek finansial meliputi analisis kriteria investasi yaitu Net Present Value (NPV), Net B/C, Internal Rate of Return (IRR), dan Payback Period (PP). Tujuan penelitian ini adalah: 1) menganalisis kelayakan usaha pembesaran ikan lele di daerah penelitian dilihat dari aspek nonfinansial yaitu aspek pasar, teknis, manajemen, serta aspek sosial, budaya dan ekonomi serta aspek lingkungan; 2) menganalisis kelayakan finansial usaha pembesaran ikan lele dumbo dilihat dari investasi yaitu Net Present Value (NPV), Net Benefit and Cost Ratio (Net B/C Ratio), Internal Rate of return (IRR), dan Payback Period (PP); dan 3) menganalisis switching value usaha pembesaran ikan lele dumbo jika terjadi peningkatan harga pakan dan penurunan produksi output. Penelitian ini dilakukan pada usaha pembesaran ikan lele dumbo Kelompok Tani Pembudidaya Ikan Lele Desa Lenggang, Kecamatan Gantung, Kabupaten Belitung Timur. Jenis dan sumber data berasal dari data primer yang diperoleh dari wawancara di lapangan dan data sekunder diperoleh dari literatur yang terkait dengan penelitian. Analisis data dilakukan secara kuantitatif dan ii

3 kualitatif yaitu menggunakan program Microsoft Excel 2007 yang diinterpretasikan secara deskriptif. Berdasarkan hasil analisis aspek-aspek nonfinansial, menunjukkan bahwa usaha pembesaran ikan lele dumbo belum layak sepenuhnya karena terdapat kriteria yang belum layak pada aspek teknis. Analisis aspek pasar menunjukkan adanya permintaan ikan lele di Kabupaten Belitung Timur yang belum terpenuhi seluruhnya sehingga peluang pasar masih terbuka. Berdasarkan aspek teknis, usaha tidak mengalami kendala terhadap lokasi karena kemudahan dalam akses pasar, akses bahan baku dan pengawasan. Namun, beberapa hal lain yang menjadi kriteria penilaian kelayakan aspek teknis menyebabkan pengusahaan ikan lele belum layak. Hal tersebut dapat dilihat dari tingkat survival rate yang rendah (64 persen), jumlah benih yang ditebar masih di bawah kapasitas kolam yang ada, dan ketersediaan pakan yang tidak kontinyu. Berdasarkan aspek manajemen meskipun memiliki struktur organisasi yang sederhana, pembagian tugas sudah berjalan dengan lancar. Berdasarkan aspek hukum, Kelompok Tani Pembudidaya Ikan Lele Desa Lenggang merupakan kelompok tani yang dibentuk dan mendapatkan izin dari Kepala Desa Lenggang. Berdasarkan aspek sosial, budaya dan ekonomi usaha ini berdampak positif bagi masyarakat sekitar menjadi alternatif mata pencaharian baru, tidak mengganggu masyarakat sekitar dan tidak bertentangan dengan budaya setempat. Berdasarkan aspek lingkungan, limbah dari usaha pembesaran ikan lele dumbo tidak menyebabkan terganggunya kenyamanan masyarakat sekitar. Berdasarkan análisis terhadap aspek finansial pada kondisi aktual mendapatkan hasil tidak layak. Hal tersebut disebabkan oleh nilai pada kriteria yang telah ditentukan yaitu Net Present Value (NPV) yang menghasilkan nilai lebih rendah dari nol yaitu minus Rp ,00, Net B/C ratio hanya menghasilkan nilai sebesar 0,57 atau lebih kecil dari 1 (satu), Internal Rate Return (IRR) memiliki nilai sebesar -10 persen atau lebih kecil dari tingkat discount rate yang digunakan yaitu 1,3125 dan tidak menghasilkan pengembalian investasi karena nilai manfaat rata-rata per tahun adalah negatif yaitu minus Rp ,00. Analisis finansial terhadap kondisi perencanaan pengembangan mendapatkan hasil yang layak menurut kriteria yang ditentukan. Berdasarkan nilai NPV menghasilkan nilai lebih dari nol yaitu Rp ,00, Net B/C ratio menghasilkan nilai lebih dari 1 (satu) yaitu 2,47, IRR menghasilkan nilai lebih besar dari tingkat discount rate yaitu 26 persen dan investasi yang dikeluarkan dapat dikembalikan selama 5,51 triwulan berdasarkan perhitungan payback period. Hasil switching value terhadap parameter kenaikan harga pakan pada kondisi perencanaan pengembangan menghasilkan nilai sebesar 24,47 persen dan penurunan jumlah produksi sebesar 11,54 persen. Nilai tersebut merupakan batas toleransi perubahan yang mungkin terjadi. Jika perubahan melebihi batas-batas tersebut maka usaha dapat dikatakan tidak layak untuk dilaksanakan. Manfaat bersih tambahan (Incremental Net Benefit) yang diperoleh jika Kelompok Tani mengubah pengusahaan pembesaran ikan lele dari kondisi aktual ke kondisi perencanaan pengembangan adalah Rp ,00. iii

4 ANALISIS KELAYAKAN USAHA PEMBESARAN IKAN LELE DUMBO KELOMPOK TANI PEMBUDIDAYA IKAN LELE DESA LENGGANG, KECAMATAN GANTUNG, BELITUNG TIMUR, BANGKA BELITUNG SKRIPSI RINO ARIBOWO H Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Agribisnis DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013 iv

5 Judul Skripsi : Analisis Kelayakan Usaha Pembesaran Ikan Lele Dumbo Kelompok Tani Pembudidaya Ikan Lele Desa Lenggang, Kecamatan Gantung, Belitung Timur, Bangka Belitung Nama : Rino Aribowo NRP : H Disetujui, Pembimbing Siti Jahroh, Ph.D NIP Mengetahui Ketua Departemen Agribisnis Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor Dr. Ir. Nunung Kusnadi, MS NIP Tanggal Lulus: v

6 PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi saya yang berjudul Analisis Kelayakan Usaha Pembesaran Ikan Lele Dumbo Kelompok Tani Pembudidaya Ikan Lele Desa Lenggang, Kecamatan Gantung, Belitung Timur, Bangka Belitung adalah karya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam bentuk daftar pustaka bagian akhir skripsi ini. Bogor, Februari 2013 Rino Aribowo H vi

7 RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Tanjungpandan tanggal 27 Juli Penulis adalah anak pertama dari tiga bersaudara dari pasangan Bapak Edi Siswanto dan Ibu Ratnawati. Penulis menyelesaikan pendidikan dasar di SD Negeri 9 Tanjungpandan pada tahun 1998 dan pendidikan tengah pertama diselesaikan di SLTP Negeri 1 Tanjungpandan pada tahun Pendidikan lanjut menengah atas diselesaikan di SMA Negeri 1 Tanjungpandan pada tahun Pada tahun tersebut penulis melanjutkan studinya di Program Studi Diploma III Teknologi Benih Departemen Agronomi dan Hortikultura Institut Pertanian Bogor dan selesai pada tahun Setelah diwisuda penulis mendapatkan pekerjaan di sebuah perusahaan hortikultura bernama Rumah Sayur di Kota Bogor sebagai Leader Penanaman hingga bulan Maret Kemudian pada bulan April 2008 penulis kembali diterima kerja di Bank Central Asia sebagai Teller hingga Mei 2010 dan memutuskan untuk melanjutkan kuliah ke jenjang S1 di Institut Pertanian Bogor pada Program Alih Jenis Agribisnis Departemen Agribisnis pada tahun yang sama. Selama masa perkuliahan, penulis juga tercatat sebagai pengurus Faster (Forum Agribusiness Students Transfer Program) yaitu sebagai Menejer Kreatifitas periode Untuk menyelesaikan masa studinya sebagai mahasiswa Program Alih Jenis Agribisnis IPB penulis melakukan penelitian dengan judul Analisis Kelayakan Usaha Pembesaran Ikan Lele Dumbo Kelompok Tani Pembudidaya Ikan Lele Desa Lenggang, Kecamatan Gantung, Belitung Timur, Bangka Belitung, dibimbing oleh Siti Jahroh, Ph.D. vii

8 KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena dengan tuntunan-nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Analisis Kelayakan Usaha Pembesaran Ikan Lele Dumbo Kelompok Tani Pembudidaya Ikan Lele Desa Lenggang, Kecamatan Gantung, Belitung Timur, Bangka Belitung. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kelayakan usaha pembesaran ikan lele dumbo Kelompok Tani Pembudidaya Ikan Lele Desa Lenggang dari aspek nonfinansial dan aspek finansial. Semoga skripsi ini bermanfaat khususnya bagi berbagai pihak yang terkait dan bagi pembaca umumnya. Bogor, Februari 2013 Rino Aribowo H viii

9 UCAPAN TERIMAKASIH Penyelesaian skripsi ini juga tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Sebagai bentuk rasa syukur kepada Tuhan, penulis ingin menyampaikan terimakasih dan penghargaan kepada: 1. Siti Jahroh Ph.D selaku pembimbing skripsi yang telah meluangkan waktu guna membimbing dan mengarahkan penulis sehingga mampu menyelesaikan penulisan usulan penelitian ini hingga menjadi skripsi. 2. Prof. Dr. Ir. Rita Nurmalina, MS sebagai dosen penguji utama dan Rahmat Yanuar SP, MSi sebagai perwakilan dari komisi akademik yang telah memberikan kritik dan saran yang sangat bermanfaat bagi penulis dalam penyusunan skripsi ini. 3. Tintin Sarianti, SP, MM selaku dosen evaluator pada kolokium proposal penelitian penulis yang telah meluangkan waktunya dan memberikan saran demi kelancaran penyusunan skripsi ini. 4. Ir. Netti Tinaprilla, MM selaku pembimbing akademik beserta staf dosen Departemen Agribisnis atas dukungan dan bimbingan yang telah diberikan kepada penulis. 5. Ayahanda dan Ibunda serta adik-adikku tersayang yang selalu memberikan doa, dukungan moril dan semangat untuk menyelesaikan penelitian ini. 6. Dinas Perikanan Kabupaten Belitung Timur, Kepala Desa Lenggang atas waktu, kesempatan, dan informasi yang diberikan. 7. Seluruh anggota Kelompok Tani Pembudidaya Ikan Lele Desa Lenggang yang telah memberikan data dan informasi yang diperlukan dalam penyusunan skripsi ini. 8. Teman-teman seperjuangan (Adib Priambudi, Eko Andriyanto dan Hairia) serta teman-teman Agribisnis angkatan Alih Jenis 1 atas semangat dan sharing selama penelitian hingga penulisan skripsi, serta seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu, terimakasih atas bantuannya. Bogor, Februari 2013 Rino Aribowo H ix

10 DAFTAR ISI DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... Halaman DAFTAR LAMPIRAN... xv I PENDAHULUAN Latar Belakang Perumusan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian Ruang Lingkup... 6 II TINJAUAN PUSTAKA Karakteristik Ikan Lele Dumbo Penelitian Terdahulu tentang Studi Kelayakan Bisnis... 9 III KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis Teori Investasi Aspek-aspek Nonfinansial Aspek Pasar Aspek Teknis Aspek Manajemen dan Hukum Aspek Sosial, Budaya dan Ekonomi Aspek Lingkungan Aspek Finansial Analisis Switching Value Kerangka Pemikiran Operasional IV METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian Jenis dan Sumber Data Metode Pengolahan Data Analisis Aspek Pasar Analisis Aspek Teknis Analisis Aspek Manajemen dan Hukum Analisis Aspek Sosial, Budaya dan Ekonomi Analisis Aspek Lingkungan Analisis Kelayakan Finanasial Net Present Value (NPV) Net Benefit and Cost Ratio (Net B/C Ratio) Internal Rate of Return (IRR) Payback Period (PP) Analisis Switching Value V GAMBARAN UMUM USAHA Gambaran Umum Lokasi Penelitian xii xiv x

11 Letak dan Keadaan Alam Kependudukan Prasarana dan Sarana Gambaran Umum Usaha Kelompok Tani Pembudidaya Ikan Lele Desa Lenggang VI ANALISIS ASPEK NONFINANSIAL Aspek Pasar Aspek Teknis Aspek Manajemen dan Hukum Aspek Sosial, Budaya dan Ekonomi Aspek Lingkungan Rangkuman Hasil Analisis Kelayakan Aspek-aspek Nonfinansial VII ANALISIS ASPEK FINANSIAL Kondisi Aktual Arus Pengeluaran (Outflow) Biaya Investasi Biaya Operasional Arus Penerimaan (Inflow) Analisis Kriteria Investasi Kondisi Aktual Kondisi Perencanaan Pengembangan Arus Pengeluaran (Outflow) Biaya Investasi Biaya Operasional Arus Penerimaan (Inflow) Analisis Kriteria Investasi Kondisi Perencanaan Pengembangan Analisis Switching Value Incremental Net benefit VIII KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN xi

12 Nomor DAFTAR TABEL Halaman 1. Produksi Budidaya Ikan Air Tawar di Kabupaten Belitung Timur Tahun Jumlah Penebaran Benih Ikan Lele pada Kelompok Tani Pembudidaya Ikan Lele Desa Lenggang per Triwulan dengan Kepadatan Kolam 100 ekor per m Rangkuman Hasil Kelayakan Aspek-aspek Nonfinansial Kelompok Tani Pembudidaya Ikan Lele Desa Lenggang Rincian Biaya Investasi Pengusahaan Pembesaran Ikan Lele Dumbo pada Kelompok Tani Pembudidaya Ikan Lele Desa Lenggang Kondisi Aktual Rincian Biaya Variabel Rata-rata per Triwulan Kondisi Aktual Pengusahaan Pembesaran Ikan Lele Dumbo pada Kelompok Tani Pembudidaya Ikan Lele Desa Lenggang Triwulan Kelima hingga Triwulan Kedelapan Rincian Biaya Tetap Kondisi Aktual Pengusahaan Pembesaran Ikan Lele Dumbo pada Kelompok Tani Pembudidaya Ikan Lele Desa Lenggang Jumlah Produksi dan Nilai Penjualan Ikan Lele Dumbo Kondisi Aktual pada Kelompok Tani Pembudidaya Ikan Lele Desa Lenggang Triwulan Pertama hingga Triwulan Keempat Jumlah Produksi dan Nilai Penjualan Ikan Lele Dumbo Kondisi Aktual pada Kelompok Tani Pembudidaya Ikan Lele Desa Lenggang Triwulan Kelima hingga Triwulan Kedelapan Nilai Sisa Pengusahaan Pembesaran Ikan Lele Dumbo Kelompok Tani Pembudidaya Ikan Lele Desa Lenggang Hasil Analisis Finansial Kondisi Aktual Pembesaran Lele Dumbo pada Kelompok Tani Pembudidaya Ikan Lele Desa Lenggang Rincian Biaya Variabel Rata-rata Kondisi Perencanaan Pengembangan Pengusahaan Pembesaran Ikan Lele Dumbo pada Kelompok Tani Pembudidaya Ikan Lele Desa Lenggang Jumlah Produksi dan Nilai Penjualan Ikan Lele Dumbo Kondisi Perencanaan Pengembangan selama Umur Usaha pada Kelompok Tani Pembudidaya Ikan Lele Desa Lenggang Hasil Analisis Finansial Pembesaran Lele Dumbo Kondisi Perencanaan Pengembangan pada Kelompok Tani Pembudidaya Ikan Lele Desa Lenggang xii

13 14. Hasil Analisis Switching Value Pembesaran Lele Dumbo Kondisi Perencanaan Pengembangan pada Kelompok Tani Pembudidaya Ikan Lele Desa Lenggang Incremental Net Benefit Pengusahaan Pembesaran Ikan Lele Dumbo Kelompok Tani Pembudidaya Ikan Lele Desa Lenggang xiii

14 Nomor DAFTAR GAMBAR Halaman 1. Kerangka Operasional Penelitian Kolam Terpal Milik Kelompok Tani Pembudidaya Ikan Lele Desa Lenggang Merek Pakan yang Digunakan oleh Kelompok Tani Pembudidaya Ikan Lele Desa Lenggang Struktur Organisasi Kelompok Tani Pembudidaya Ikan Lele Desa Lenggang Barang Investasi yang Digunakan dalam Pembesaran Ikan Lele Dumbo xiv

15 Nomor DAFTAR LAMPIRAN Halaman 1. Peta Kabupaten Belitung Timur Pola Produksi Usaha Pembesaran Ikan Lele Dumbo di Kelompok Tani Pembudidaya Ikan Lele Desa Lenggang Rincian Biaya Variabel Rata-rata per Triwulan Pengusahaan Pembesaran Ikan Lele Dumbo Kondisi Aktual pada Kelompok Tani Pembudidaya Ikan Lele Desa Lenggang Triwulan Pertama hingga Triwulan Keempat Laporan Rugi Laba Pengusahaan Pembesaran Ikan Lele Dumbo Kondisi Aktual pada Kelompok Tani Pembudidaya Ikan Lele Desa Lenggang Laporan Rugi Laba Pengusahaan Pembesaran Ikan Lele Dumbo Kondisi Perencanaan Pengembangan Kelompok Tani Pembudidaya Ikan Lele Desa Lenggang Cashflow Pengusahaan Pembesaran Ikan Lele Dumbo Kondisi Aktual pada Kelompok Tani Pembudidaya Ikan Lele Desa Lenggang Cashflow Pengusahaan Pembesaran Ikan Lele Dumbo Kondisi Perencanaan Pengembangan pada Kelompok Tani Pembudidaya Ikan Lele Desa Lenggang Switching Value Kenaikan Harga Pakan Kondisi Perencanaan Pengembangan pada Pengusahaan Pembesaran Ikan Lele Dumbo Kelompok Tani Pembudidaya Ikan Lele Desa Lenggang (24,47 persen) Switching Value Penurunan Produksi Kondisi Perencanaan Pengembangan pada Pengusahaan Pembesaran Ikan Lele Dumbo Kelompok Tani Pembudidaya Ikan Lele Desa Lenggang (11,54 persen) Incremental Net Benefit per Triwulan pada Pengusahaan Pembesaran Ikan Lele Dumbo Kelompok Tani Pembudidaya Ikan Lele Desa Lenggang Kuisioner xv

16 I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pemerintah Kabupaten Belitung Timur mulai memasukkan perikanan air tawar sebagai salah satu komoditas yang dikembangkan dan sektor yang strategis. Hal tersebut diwujudkan dalam program pengembangan perikanan budidaya yang dijalankan sejak tahun Program tersebut bertujuan menggerakkan minat masyarakat akan pentingnya kegiatan agribisnis perikanan untuk menyukseskan ketahanan pangan. Sektor perikanan, khususnya perikanan air tawar diharapkan akan terus berkembang menjadi sektor strategis yang ikut berkontribusi dalam pembangunan wilayah Kabupaten Belitung Timur pada masa mendatang. Beberapa potensi yang menjadi alasan pengembangan sektor perikanan air tawar di Kabupaten Belitung Timur adalah sebagai berikut. Pertama, sektor pertambangan tidak dapat dijadikan sebagai andalan kehidupan perekonomian masyarakat dalam dua sampai tiga tahun ke depan membuat pemerintah perlu untuk mempersiapkan mata pencaharian alternatif yang dapat dijadikan sebagai andalan bagi masyarakat sektor pertambangan. Hal tersebut dikarenakan hasil tambang (timah) merupakan jenis sumber daya alam yang tidak dapat diperbaharui. Budidaya perikanan air tawar merupakan salah satu alternatif yang dipersiapkan karena dianggap lebih mudah untuk diterapkan. Kedua, semakin banyaknya masyarakat pendatang sejak tahun 2008 memantapkan langkah pemerintah untuk mengembangkan pariwisata di Pulau Belitung yang selanjutnya diikuti dengan pengembangan sektor budidaya perikanan. Kedua sektor ini saling terkait karena pariwisata Pulau Belitung mengandalkan keindahan pantai dan hasil perikanan sebagai oleh-oleh bagi turis yang merupakan bagian dari paket wisata tersebut. Selain itu, banyaknya pendatang yang menetap di Pulau Belitung menyebabkan masyarakat yang semakin majemuk yaitu beragam suku dan memiliki pola konsumsi yang berbedabeda. Penyediaan menu makanan berbahan dasar ikan air tawar sebagai makanan yang popular bagi masyarakat pendatang terutama dari daerah Pulau Jawa adalah salah satu contoh peluang yang harus diambil sehingga membutuhkan ketersediaan ikan air tawar yang kontinyu. Tingkat konsumsi masyarakat Pulau Belitung terhadap ikan secara umum sangat tinggi yaitu mencapai 62 kg per tahun 1

17 jika dibandingkan dengan rata-rata konsumsi ikan nasional yaitu 30 kg per tahun sehingga menuntut tersedianya ikan sebagai sumber protein sepanjang tahun (DKP 2010). Ikan air tawar dapat dijadikan konsumsi alternatif pengganti ikan laut karena ketersediaannya tidak tergantung dengan musim. Ketiga, rata-rata penduduk Kabupaten Belitung Timur memiliki pekarangan rumah yang luas dan sumber air yang memadai. Kondisi tersebut sangat cocok untuk pengembangan budidaya ikan air tawar dengan sistem kolam permanen dan terpal skala rumah tangga maupun besar. Beberapa jenis ikan air tawar yang banyak dikembangkan di Kabupaten Belitung Timur adalah nila, lele, patin, betutu dan bawal. Ikan betutu dan ikan patin tidak berkembang di Kabupaten Belitung Timur karena kurang sesuai dengan preferensi masyarakat Kabupaten Belitung Timur, terlihat pada data produksi tahun 2010 yang rendah (Tabel 1). Produksi perikanan budidaya pada tahun 2011 didominasi oleh ikan nila yang diikuti oleh ikan lele dan ikan bawal. Tabel 1. Produksi Budidaya Ikan Air Tawar di Kabupaten Belitung Timur Tahun No Jenis Ikan Produksi Budidaya Ikan (Kg) Tahun 2010 Tahun Total Total 1 Lele Bawal Nila Betutu Patin Sumber: Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Belitung (2012) Berdasarkan DKP (2012), Pemerintah Kabupaten Belitung Timur memfokuskan ikan lele sebagai ikan air tawar yang akan dikembangkan karena ikan lele sangat mudah dibudidayakan dan Kabupaten Belitung Timur memiliki kondisi alam yang sesuai baik dari habitat dan iklim. Selain itu, pemasaran ikan lele mudah karena sudah banyak warung pecal lele dan rumah makan yang menyediakan masakan berbahan baku ikan lele di Kabupaten Belitung Timur. Munculnya usaha tersebut menuntut ketersediaan bahan baku ikan lele segar. Permintaan ikan lele segar untuk kebutuhan berbagai rumah makan dan warung 2

18 pecal lele di Kabupaten Belitung Timur mencapai kisaran 250 kg per hari 1 pada tahun 2010 dan 2011 atau kg per tahun. Sedangkan penawaran yang ada hanya berkisar kg pada tahun 2010 dan kg pada tahun Hal ini menjadi salah satu peluang bisnis bagi masyarakat Belitung Timur untuk membudidayakan ikan lele, khususnya di pembesaran, yang diharapkan dapat mendorong peningkatan pendapatan masyarakat Kabupaten Belitung Timur. Selama ini warung-warung makan yang menyajikan masakan lele tersebut masih mengimpor ikan lele dari luar daerah seperti Palembang melalui Bangka untuk memenuhi kekurangan pasokan ikan lele ukuran konsumsi. Pemerintah Kabupaten Belitung Timur telah melaksanakan program pengembangan budidaya ikan lele dengan membina beberapa kelompok tani yang ada di Kabupaten Belitung Timur. Salah satu kelompok tani yang dibina oleh Pemerintah Kabupaten Belitung Timur adalah Kelompok Tani Pembudidaya Ikan Lele Desa Lenggang di Kecamatan Gantung. Kelompok tani tersebut merupakan kelompok tani terbesar yang membudidayakan ikan lele di Kabupaten Belitung Timur. Jenis ikan lele yang diusahakan adalah ikan lele dumbo. Ikan lele dumbo itu sendiri dibudidayakan oleh kelompok tani tersebut karena benihnya mudah didapat dan sudah dikembangkan di Balai Benih Ikan (BBI) Kabupaten Belitung Timur, sedangkan jenis ikan lele lain seperti phyton dan sangkuriang masih susah didapat. Pelaksanaan program yang dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten Belitung Timur adalah dengan memberikan bantuan kepada Kelompok Tani Pembudidaya Ikan Lele Desa Lenggang berupa pakan dan benih secara gratis dan telah berjalan selama dua musim panen sejak tahun Namun, pada musim selanjutnya Pemerintah Kabupaten Belitung Timur telah menghentikan subsidi pakan dan benih kepada Kelompok Tani Pembudidaya Desa Lenggang sehingga menyebabkan adanya biaya baru yang sebelumnya tidak dihitung. Hal tersebut menyebabkan manfaat yang didapat dari hasil usaha tersebut belum tentu sesuai dengan manfaat yang diharapkan. 1 Data didapat dari hasil wawancara dengan beberapa pembudidaya ikan lele yang memasok ke berbagai rumah makan dan warung pecal lele di Kabupaten Belitung Timur pada April Hasil wawancara dengan salah satu staf Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Belitung Timur. 3

19 Oleh karena itu, perlu dilakukannya studi kelayakan bisnis untuk meyakinkan bahwa usaha tersebut memberikan manfaat atas investasi yang telah dikeluarkan dengan menggunakan asumsi-asumsi dasar studi kelayakan bisnis sehingga suatu usaha tersebut dapat dikatakan layak. Analisis yang dilakukan berupa analisis finansial dengan beberapa kriteria kelayakan usaha, yaitu Net Present Value (NPV), Net B/C Ratio, Internal Rate of Return (IRR), dan Payback Period (PP) serta melihat hasil switching value yaitu seberapa peka usaha tersebut terhadap perubahan yang berkaitan dengan manfaat dan biaya. Selain itu, perlu dilakukan juga analisis aspek nonfinansial berupa aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen dan hukum, aspek sosial, budaya dan ekonomi serta aspek lingkungan, sehingga dapat dijadikan acuan dalam pengambilan keputusan untuk menyusun alternatif-alternatif demi kemajuan usaha dan memberikan keuntungan bagi pihak-pihak yang terlibat dalam kegiatan usaha tersebut Perumusan Masalah Dalam pengusahaan pembesaran ikan lele dumbo masih terdapat berbagai kendala baik dari segi input dan output. Faktor input yang dapat mempengaruhi keberhasilan produksi lele dumbo konsumsi adalah harga pakan pabrik yang mahal yaitu mencapai Rp ,00 per karung berisi 30 kg. Hal tersebut menjadi pertimbangan bagi Kelompok Tani Pembudidaya Ikan Lele Desa Lenggang untuk meneruskan usahanya setelah subsidi pakan oleh Pemerintah Kabupaten Belitung Timur dihentikan. Hal tersebut dapat mempengaruhi jumlah manfaat yang akan diterima apakah akan sesuai dengan yang diharapkan. Salah satu aspek penting dalam usaha pembesaran ikan lele adalah kegiatan pemasaran. Menurut Rosmawati (2010), aspek tersebut dapat berpengaruh pada tingkat kesejahteraan masyarakat, sebab upaya tersebut dapat menentukan hasil distribusi produksi perikanan dari tangan produsen ke konsumen. Pemasaran hasil perikanan di Kabupaten Belitung Timur saat ini masih didominasi oleh ikan laut. Hal ini menjadi tantangan terbesar bagi pembudidaya ikan lele agar lebih diterima oleh masyarakat di Kabupaten Belitung Timur. Tantangan tersebut terletak pada harga yang ditawarkan relatif hampir menyamai harga ikan laut yang menjadi konsumsi masyarakat Kabupaten 4

20 Belitung Timur sejak lama. Harga lele yang dijual di pasar Kabupaten Belitung Timur mencapai Rp25.000,00 per kg, angka yang cukup besar bila dibandingkan dengan harga lele di pulau Jawa yang hanya mencapai Rp11.000,00 Rp15.000,00 per kg. Pada awal melakukan usaha pembesaran ikan lele juga membutuhkan banyak investasi. Kelompok Tani Pembudidaya Ikan Lele Desa Lenggang sudah mengeluarkan biaya investasi. Namun, belum pernah dilakukan perhitungan mengenai berapa jumlah biaya yang telah dikeluarkan. Semua biaya yang diperlukan dalam kegiatan usaha baik berjumlah besar ataupun kecil akan diperhitungkan. Untuk itu, dibutuhkan sebuah analisis kelayakan pengusahaan ikan lele dumbo untuk melihat apakah usaha ikan lele dumbo Kelompok Tani Pembudidaya Iken Lele Desa Lenggang ini layak untuk dilaksanakan, sehingga pengeluaran biaya investasi yang besar dapat memberikan hasil sesuai dengan yang diharapkan. Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah di atas, dirumuskan pemasalahan sebagai berikut: 1. Bagaimana kelayakan usaha pembesaran ikan lele dumbo di daerah penelitian dilihat dari aspek nonfinansial yaitu aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen dan hukum, aspek sosial, budaya dan ekonomi, serta aspek lingkungan? 2. Bagaimana kelayakan finansial usaha pembesaran ikan lele dumbo dilihat dari kriteria investasi yaitu Net Present Value (NPV), Net Benefit and Cost Ratio (Net B/C Ratio), Internal Rate of return (IRR), dan Payback Period (PP)? 3. Bagaimana pengaruhnya jika terjadi peningkatan harga pakan dan penurunan jumlah produksi pada usaha pembesaran ikan lele dumbo? 1.3. Tujuan Penelitian Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah tersebut, maka tujuan penelitian ini adalah: 1. Menganalisis kelayakan usaha pembesaran ikan lele dumbo di daerah penelitian dilihat dari aspek nonfinansial yaitu aspek pasar, aspek teknis, aspek 5

21 manajemen dan hukum, aspek sosial, budaya dan ekonomi, serta aspek lingkungan. 2. Menganalisis kelayakan finansial usaha pembesaran ikan lele dumbo dilihat dari kriteria investasi yaitu Net Present Value (NPV), Net Benefit and Cost Ratio (Net B/C Ratio), Internal Rate of return (IRR), dan Payback Period (PP). 3. Menganalisis switching value pembesaran ikan lele dumbo terkait dengan peningkatan harga pakan dan penurunan jumlah produksi Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan berguna bagi: 1. Bahan informasi dan bahan rujukan penelitian bagi pihak-pihak yang berkepentingan. 2. Bahan informasi bagi pihak perbankan atau nonbank mengenai tingkat pengembalian investasi dan kelayakan pengusahaan ikan air tawar, sehingga dapat memberikan daya tarik bagi mereka untuk menanamkan modal pada kegiatan tersebut. 3. Bagi pembudidaya ikan lele, sebagai salah satu rekomendasi untuk pengambilan keputusan dalam mengembangkan usaha yang sedang dijalankan. 4. Sebagai masukan bagi pemerintah Kabupaten Belitung Timur dalam mengembangkan perikanan budidaya di Kabupaten Belitung Timur Ruang Lingkup Penelitian ini hanya dilakukan pada Kelompok Tani Pembudidaya Ikan Lele Desa Lenggang di Kecamatan Gantung, Kabupaten Belitung Timur. Penelitian ini membahas usaha pembesaran ikan lele dumbo. Adapun analisis kelayakan yang dilakukan dalam penelitian ini yaitu aspek nonfinansial yang terdiri dari aspek pasar, sepek teknis, aspek manajemen dan hukum, aspek sosial, budaya dan ekonomi, serta aspek lingkungan, sedangkan aspek finansial meliputi Net Present Value (NPV), Net B/C Ratio, Internal Rate of Return (IRR), dan Payback Period (PP). Hasil perhitungan pada aspek finansial menggunakan cashflow yang diolah dengan menggunakan software Microsoft Excel. 6

22 II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Karakteristik Ikan Lele Dumbo Ikan lele dumbo merupakan spesies yang diperkenalkan pada tahun Spesies tersebut merupakan hasil persilangan antara induk betina lele asli Taiwan dan induk pejantan yang berasal dari Afrika. Lele dumbo masuk ke Indonesia pertama kali pada tahun 1986 (Bactiar 2006). Ikan lele merupakan hewan berdarah dingin yang sangat efisien dalam mengonversi energi yang berasal dari pakan menjadi protein (Khairuman & Amri 2006). Hal ini sangat menguntungkan karena dalam budidaya perikanan, pakan merupakan komponen biaya terbesar. Ikan lele dumbo memiliki keunggulan dibanding lele lokal antara lain tumbuh lebih cepat, jumlah telur lebih banyak dan lebih tahan terhadap penyakit. Lele dumbo termasuk ikan karnivora, namun pada usia benih lebih bersifat omnivora. Lele dumbo memiliki tubuh agak pipih memanjang, agak membulat di bagian depan dan mengecil di bagian ekor, kulitnya tidak memiliki sisik dan berlendir atau licin, kepala berbentuk gepeng dengan batok yang keras, sirip dada dilengkapi dengan patil sebagai alat pertahanan diri namun tidak beracun dan empat buah sungut tepat di ujung kepala sebagai alat peraba (Najiyati 1992) Kondisi tempat hidup yang ideal bagi lele dumbo adalah air yang mempunyai ph 6,5-9,0 dan bersuhu C. Air yang memiliki kandungan oksigen yang terlalu tinggi akan menyebabkan timbulnya gelembung-gelembung dalam jaringan tubuhnya, sebaliknya penurunan kandungan oksigen secara tibatiba, dapat menyebabkan kematiannya. Oleh karena itu, ikan lele dumbo akan banyak dijumpai di tempat-tempat beraliran air tidak terlalu deras (Najiyati 1992). Dalam menjalankan usaha pembesaran lele dumbo tidak harus dilakukan dalam skala besar dengan lahan yang luas, namun dapat pula dilakukan dengan memanfaatkan lahan yang sempit dengan modal yang relatif terjangkau. Pembesaran ikan lele dapat dilakukan di dalam kolam tembok, kolam tanah dan kolam terpal. Kolam tembok memiliki kelebihan tahan terhadap kebocoran dari hewan perusak seperti kepiting, tahan terhadap tekanan air dan mudah dalam mengontrol ikan lele dumbo dari serangan hama jika dibandingkan dengan kolam tanah, namun penyediaan pakan alaminya lebih sedikit dan penguraian alami sulit. Kedua kolam tersebut membutuhkan investasi yang relatif besar, waktu yang 7

23 cukup lama dan lahan yang luas serta bersifat permanen dalam pembangunan konstruksinya. Penggunaan kolam terpal sebagai media pembesaran ikan lele dumbo merupakan solusi pemanfaatan lahan dengan pembuatan konstruksi kolam relatif cepat, kemudahan dalam pembuatannya, modal kecil dan fleksibel atau mudah dibongkar pasang (Hendriana 2010). Kolam terpal juga cocok untuk pembudidaya pemula. Pertumbuhan ikan lele dumbo merupakan hal yang sangat menentukan dalam pencapaian tujuan dari kegiatan usaha budidaya yaitu profit. Semakin cepat pertumbuhan ikan lele maka semakin cepat pula pemanenan hasil yang artinya akan terjadi perputaran uang yang semakin cepat dan akan didapat profit yang sebanding pula (Bactiar 2006). Hal ini diasumsikan jika ikan lele dumbo dipanen sebanyak tiga kali dalam setahun, dengan pertumbuhan ikan yang semakin cepat dapat dipanen sebanyak empat kali dalam setahun. Dengan demikian, akan diperoleh pendapatan yang lebih banyak jika dibandingkan dengan panen yang hanya tiga kali setahun. Menurut Mudjiman (1998), pertumbuhan didefinisikan sebagai perubahan ikan dalam berat, ukuran, maupun volume seiring dengan berubahnya waktu. Pertumbuhan ikan dipengaruhi oleh faktor internal yaitu umur, dan sifat genetik ikan yang meliputi keturunan, kemampuan untuk memanfaatkan makanan dan ketahanan terhadap penyakit serta faktor eksternal yaitu berkaitan dengan lingkungan tempat hidup ikan yang meliputi sifat fisika dan kimia air, ruang gerak dan ketersediaan makanan dari segi kualitas dan kuantitas (Huet 1971). Kelangsungan hidup ikan lele juga menentukan dalam pencapaian profit. Menurut Bachtiar (2006), tingkat kelangsungan hidup ikan adalah jumlah ikan yang hidup hingga akhir pemeliharaan dengan rumus jumlah ikan yang hidup di akhir pemeliharaan dibagi dengan jumlah ikan tebar awal dikali dengan 100 persen. Menurut Gustav (1998), nilai tingkat kelangsungan hidup ikan rata-rata yang baik berkisar antara persen yang ditentukan oleh kualitas air meliputi suhu, kadar amoniak dan nitrit, oksigen yang terlarut, dan tingkat keasaman (ph) perairan, serta rasio antara jumlah pakan dengan kepadatan. Dengan demikian, semakin tinggi tingkat keberlangsungan hidup ikan lele dumbo, maka akan 8

24 semakin tinggi pula pendapatan atau profit yang didapatkan oleh pembudidaya ikan lele dumbo Penelitian Terdahulu tentang Studi Kelayakan Bisnis Studi kelayakan bisnis merupakan penelaahan atau analisis tentang apakah suatu kegiatan investasi memberikan manfaat atau hasil bila dilaksanakan (Nurmalina et al. 2009). Beberapa hal yang dipertimbangkan untuk menentukan suatu kegiatan investasi budidaya perikanan layak atau tidak dilaksanakan dapat dilihat dari berbagai aspek yaitu aspek nonfinansial dan aspek finansial. Aspek nonfinansial terdiri dari aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen dan hukum, aspek sosial, budaya dan ekonomi, serta aspek lingkungan. Aspek finansial merupakan pengkajian jumlah dana yang dibutuhkan untuk membangun dan mengoperasikan kegiatan bisnis. Aspek pasar merupakan aspek terpenting dan pertama yang harus dikaji sebelum memulai suatu bisnis karena berhubungan dengan permintaan dan penawaran. Ketidakseimbangan antara permintaan dan penawaran akan memberikan keuntungan bagi para pebisnis. Hal ini diperkuat dengan penelitian yang dilakukan oleh Sembiring (2011), yang menyimpulkan bahwa pengusahaan pembesaran lele sangkuriang di Kecamatan Mega Mendung, Kabupaten Bogor, Jawa Barat layak diusahakan karena dilihat dari dua sisi yaitu permintaan dan penawaran dimana sisi permintaan akan ikan lele konsumsi lebih tinggi daripada sisi penawaran. Hal tersebut sejalan dengan hasil penelitian Rachmani (2012), yang menyimpulkan jumlah permintaan ikan lele phyton di Kota Bekasi yang tidak diimbangi oleh jumlah penawaran menciptakan peluang yang cukup besar untuk pengusahaan ikan lele Phyton. Dua penelitian tersebut mengindikasikan bahwa adanya ketidakseimbangan permintaan dan penawaran di berbagai lokasi memberikan peluang untuk dapat dilaksanakannya suatu bisnis perikanan. Lestari (2011) menambahkan bahwa kelayakan aspek pasar juga ditentukan oleh program pemasaran dan harga yang sesuai dengan pasar. Sedangkan Sutrisno (2012) menambahkan komponen market share dalam menentukan kelayakan aspek pasar yang menunjukkan seberapa luas pasar yang dapat dikuasai oleh perusahaan. Market share didapat dari perbandingan antara proyeksi penawaran perusahaan 9

25 terhadap proyeksi penawaran industri. Jika market share perusahaan bernilai positif atau lebih besar dari nol, maka perusahaan memiliki kesempatan untuk memperluas market share-nya, sehingga dapat dikatakan layak. Menurut Rachmani (2012), aspek teknis dikatakan layak jika seluruh atau hampir seluruh kegiatan teknis budidaya ikan lele phyton mulai dari pemilihan lokasi, pemeliharaan dan pemanenan telah berjalan dengan baik. Hal tersebut sejalan dengan penelitian yang dilaksanakan oleh Rosmawati (2010) dan Sembiring (2011), bahwa pengusahaan ikan lele dikatakan layak secara teknis apabila dalam menjalankan usaha berdasarkan lokasi usaha dan luas produksinya tidak ada hambatan. Hambatan tersebut dapat berupa modal usaha, ketersediaan benih lele dan pakan, ketersediaan air, suplai tenaga kerja, fasilitas transportasi, iklim dan keadaan tanah, sikap masyarakat, rencana pengembangan usaha serta hukum dan peraturan yang berlaku. Aspek manajemen dan hukum pada dasarnya menilai para pengelola proyek dan struktur yang ada serta bentuk badan usaha dan jaminan-jaminan yang bisa digunakan untuk melakukan pinjaman berupa akta, sertifikat dan surat penting lainnya. Rachmani (2012), Rosmawati (2010) dan Sembiring (2011), menyimpulkan perusahaan dan kelompok tani yang diteliti tetap layak untuk dilaksanakan meskipun belum memiliki struktur manajemen yang formal layaknya sebuah perusahaan dan pembagian kerja yang sederhana yaitu pemilik usaha bertindak sebagai pengawas atau ditambah kegiatan lain seperti pengontrol kegiatan serta melakukan kegiatan produksi, sedangkan pekerja bertugas membantu pemilik pengusahaan ikan lele tersebut. Suatu usaha juga diharapkan berdampak sosial, budaya, ekonomi dan lingkungan masyarakat sekitar dijalankannya usaha sehingga perlu dianalisis seberapa besar usaha yang diusulkan tanggap terhadap keadaan sosial masyarakat dan seberapa besar usaha tersebut mampu memberikan peluang lapangan pekerjaan serta menambah pendapatan masyarakat sekitar usaha tersebut. Rosmawati (2010), Sembiring (2011), menyimpulkan analisisnya terhadap aspek sosial dan lingkungan pada pengusahaan pembesaran ikan lele dapat meningkatkan pendapatan dan kehidupan yang sejahtera, terutama bagi kelompok tani yang melakukan bisnis tersebut serta masyarakat sekitar yang diuntungkan 10

26 dengan adanya lapangan pekerjaan yang baru. Pengusahaan ikan lele tersebut tidak memberikan dampak buruk bagi lingkungan sekitar sehingga sikap masyarakat terbuka dan mendukung, maka dapat dikatakan secara sosial dan lingkungan, usaha tersebut layak untuk dilaksanakan. Rachmani (2012), menambahkan aspek ekonomi dan budaya dalam penelitiannya bahwa secara ekonomi dan budaya pengusahaan ikan lele tersebut menjadi layak karena tidak bertentangan dengan budaya yang berkembang di masyarakat sekitar dilaksanakannya proyek serta menambah pendapatan bagi daerah Bekasi Utara. Aspek lain yang paling penting untuk dikaji adalah aspek finansial (keuangan) karena berhubungan langsung dengan jumlah dana yang diperuntukkan untuk investasi dalam menjalankan suatu usaha dan pada dasarnya studi kelayakan bertujuan untuk menentukan kelayakan berdasarkan kriteria investasi. Ada beberapa kriteria investasi yang digunakan yaitu Net Present Value (NPV), Net Benefit and Cost Ratio (Net B/C Ratio), Internal Rate of return (IRR), dan Payback Period (PP) (Nurmalina et al. 2009). Rachmani (2012), Rosmawati (2010) dan Sembiring (2011) mendapatkan hasil penilaian terhadap NPV pada rencana pengembangan usaha pembesaran ikan lele yaitu masing-masing pembesaran ikan lele phyton, lele dumbo dan lele sangkuriang sebesar Rp ,50; Rp ,59; Rp ,00. Nilai-nilai tersebut merupakan hasil pengurangan penerimaan (penjualan dan nilai sisa investasi) dengan pengeluaran (biaya investasi dan biaya operasional) yang telah didiskon social opportunity cost of capital sebagai diskon faktor dan dikatakan layak untuk dijalankan karena memiliki nilai lebih dari nol. Nilai Net B/C Ratio yang didapat pada pengembangan pembesaran ikan lele dumbo, ikan lele phyton dan ikan lele sangkuriang yaitu masing-masing sebesar 2,90; 2,26; dan 3,34. Ketiga jenis pengusahaan pembesaran ikan lele tersebut layak untuk diusahakan karena memberikan manfaat sebesar masing masing 2,90 satuan; 2,26 satuan; dan 2,68 satuan terhadap satu satuan biaya yang dikeluarkan (Rachmani 2012, Rosmawati 2010, dan Sembiring 2011). Rachmani (2012), Rosmawati (2010), dan Sembiring (2011), menyimpulkan pengembangan pembesaran ikan lele phyton, ikan lele dumbo, dan ikan lele sangkuriang layak untuk diusahakan karena memiliki nilai IRR yang 11

27 lebih besar dari discount rate (DR). Nilai IRR yang didapatkan oleh masingmasing pengembangan pembesaran ikan lele yaitu 34,71 persen, 36 persen, dan 43,52 persen, sedangkan discount rate masing-masing adalah 12 persen, 7 persen, dan 7 persen. Masa pembayaran investasi (payback period) yang telah ditanamkan pada pengembangan usaha ikan lele phyton, ikan lele dumbo, dan ikan lele sangkuriang masing-masing adalah 3,78; 1,40; dan 4,87 (Rachmani 2012, Rosmawati 2010, dan Sembiring 2011). Ketiga jenis pengembangan usaha tersebut layak untuk dilaksanakan jika ditinjau dari payback period karena masa pengembalian investasinya tidak melebihi umur usaha. Nilai payback period dipengaruhi oleh besarnya investasi yang dikeluarkan dan rata-rata laba bersih yang diterima. Jika diasumsikan rata-rata laba bersih per tahun pada setiap jenis pengembangan usaha sama, maka semakin tinggi investasi semakin tinggi pula angka payback period atau semakin lama masa pengembalian investasi tersebut, begitu juga sebaliknya. Rachmani (2012), melakukan analisis switching value dari sisi input yaitu terhadap keseluruhan biaya variabel. Nilai yang dihasilkan adalah sebesar 14,53 persen yang artinya apabila terjadi kenaikan biaya variabel lebih 14,53 persen, usaha tersebut menjadi tidak layak dilaksanakan karena menyebabkan NPV kurang dari nol atau nilai Net B/C Ratio kurang dari satu. Analisis switching value dapat juga dilakukan pada sisi output misalnya penurunan harga jual produk. Rachmani (2012) juga melakukan analisis switching value penurunan harga produk pada pembesaran ikan lele phyton dengan hasil sebesar 7,83 persen. Artinya, penurunan harga produk tidak boleh melebihi 7,83 persen karena akan menyebabkan nilai NPV kurang dari nol dan Net B/C Ratio kurang dari satu sehingga usaha dapat dikatakan tidak layak. Berdasarkan hasil penelitian sebelumnya, persamaan penelitian yang dilakukan dengan penelitian sebelumnya yaitu terletak pada kriteria analisis kelayakan usaha yaitu menggunakan analisis data seperti NPV, Net B/C Ratio, IRR, Payback Period dan analisis switching value. Kriteria-kriteria tersebut diperlukan pada penelitian ini karena usaha yang menjadi objek studi kasus terdapat investasi berupa kolam dan peralatan. Selain itu, ada beberapa biaya yang belum diperhitungkan dalam menghitung manfaat oleh pengusaha budidaya, yaitu 12

28 pakan dan benih yang merupakan biaya operasional terbesar sehingga manfaat yang didapat belum tentu sesuai dengan manfaat yang sebenarnya mereka dapatkan. Hal tersebut dapat dilihat dari beberapa hasil penelitian yang menunjukkan adanya pengaruh biaya operasional. Perbedaan penelitian ini terletak pada tempat yang berbeda dengan penelitian sebelumnya. Perbedaan tempat ini menghasilkan asumsi-asumsi dasar yang berbeda dalam membantu menganalisis kelayakan bisnis. Sebagai contoh, harga output pada berbagai tempat di pulau Jawa, khususnya pada penelitian terdahulu berkisar antara Rp10.000,00- Rp13.000,00 pada tahun yang berbeda dua kali lipat dengan harga yang berlaku di Kabupaten Belitung Timur pada tahun 2012 yaitu Rp25.000,00. Narasumber penelitian ini merupakan petani lele pada Kelompok Tani Pembudidaya Ikan Lele Desa Lenggang di Kecamatan Gantung, Kabupaten Belitung Timur yang melakukan pengusahaan pembesaran ikan lele. Modal awal yang ditanamkan dalam pengusahaan ikan lele adalah modal sendiri. Data diolah dengan menggunakan software Microsoft Excel dan interpretasi data secara deskriptif untuk melihat apakah investasi usaha ini nantinya akan layak untuk dilaksanakan. 13

29 III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Teori Investasi Studi kelayakan bisnis adalah untuk membandingkan biaya-biaya dengan manfaat dan menentukan usaha-usaha yang mempunyai keuntungan yang layak (Gittinger 1986). Studi kelayakan bisnis dapat juga dikatakan membandingkan antara pengeluaran dan pendapatan seperti ketersediaan dana, biaya modal, kemampuan usaha untuk membayar kembali dana tersebut dalam waktu yang telah ditentukan dan menilai apakah proyek akan dapat berkembang terus (Umar 1997). Jadi, studi kelayakan bisnis muncul karena adanya investasi dalam jangka waktu tertentu. Investasi merupakan salah satu biaya yang dikeluarkan dan merupakan salah satu penentu panjangnya umur usaha. Untuk itu, diperlukan perhitungan agar suatu kegiatan usaha dapat dikatakan layak yaitu dengan kriteria investasi. Beberapa kriteria investasi antara lain Nilai Bersih Sekarang (Net Present Value), Rasio Manfaat Biaya Bersih (Net Benefit and Cost Ratio) Tingkat Pengembalian Investasi (Internal Rate of Return) dan Masa Pengembalian Investasi (Payback Period). Kriteria investasi tersebut merupakan analisis kelayakan yang ditinjau dari aspek finansial. Aspek lain yang perlu diperhatikan dalam analisis kelayakan adalah aspek nonfinansial yang terdiri dari aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen dan hukum, aspek lingkungan dan sosial (Gittinger 1986). Proses analisis setiap aspek saling berkaitan antara satu aspek dan aspek lainnya, sehingga hasil analisis aspek-aspek tersebut menjadi terintegrasi Aspek-aspek Nonfinansial Aspek Pasar Aspek pasar merupakan kutub pertama yang harus dianalisis dalam suatu lingkungan usaha karena tidak ada usaha yang berhasil tanpa ada permintaan barang dan jasa yang dihasilkan oleh usaha tersebut (Umar 2009). Menurut para ahli, pasar merupakan kumpulan orang-orang yang mempunyai keinginan untuk puas, uang untuk belanja dan kemauan untuk membelanjakannya, sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat tiga faktor utama menunjang terjadinya pasar, yaitu 14

30 orang dengan segala keinginannya, daya belinya, serta tingkah laku dalam pembeliannya (Umar 2009). Menurut Nurmalina et al. (2009), aspek pasar dan pemasaran mempelajari tentang: 1. Permintaan secara total maupun terperinci menurut daerah, jenis konsumen, perusahaan besar pemakai yang diperkirakan besar proyeksinya. 2. Penawaran dari dalam negeri dan impor serta bagaimana perkembanganya di masa lalu dan perkiraan di masa yang akan datang dengan memperhatikan faktor-faktor yang dapat mempengaruhinya. 3. Harga, dengan melakukan perbandingan antara barang-barang impor dan barang-barang yang diproduksi di dalam negeri serta bagaimana kecenderungan perubahan harga dan polanya. 4. Program pemasaran yang mencakup strategi pemasaran. 5. Perkiraan penjualan yang bisa dicapai perusahaan serta berapa market share yang dapat dikuasai perusahaan Aspek Teknis Penilaian aspek kelayakan teknis merupakan langkah selanjutnya yang harus dilakukan sebelum memutuskan untuk memulai atau mengembangkan suatu usaha. Gittinger (1986) mendefinisikan aspek teknis sebagai suatu aspek yang berkenaan dengan penyediaan input dan output berupa barang dan jasa. Analisis ini akan menguji berbagai hubungan-hubungan teknis yang berkaitan dengan rencana atau program kerja jangka panjang dan jangka pendek. Menurut Nurmalina et al. (2009), aspek teknis berkenaan dengan proses pembangunan bisnis secara teknis dan pengoperasiannya setelah bisnis tersebut selesai dibangun sehingga dapat diketahui rancangan awal perkiraan biaya investasi dan eksploitasi yang akan dikeluarkan nantinya. Menurut Nurmalina et al. (2009) aspek teknis dilakukan untuk mendapatkan gambaran mengenai beberapa hal tentang: 1. Lokasi proyek yaitu tempat usaha dilaksanakan dengan mempertimbangkan lokasi pabrik maupun bukan pabrik. 2. Penetapan skala usaha operasi untuk mencapai suatu tingkatan skala ekonomis. 15

31 3. Pemilihan mesin dan peralatan utama serta peralatan penunjang lainnya. 4. Layout tempat usaha yang dipilih yaitu bagaimana penempatan bangunan dan fasilitas lainnya untuk menunjang kelancaran kegiatan proyek. 5. Ketepatan teknologi yang dipakai dengan mempertimbangkan kemampuan atau penerimaan masyarakat Aspek Manajemen dan Hukum Aspek manajemen mencakup hal-hal yang bersifat kualitatif sehingga terdapat kesulitan untuk dievaluasi namun dapat menentukan rancangan dan pelaksanaan usaha yang baik. Menurut Nurmalina et al. (2009), aspek manajemen yang dipelajari di studi kelayakan berupa manajemen dalam masa pembangunan dan manajemen dalam masa operasi. Manajemen dalam masa pembangunan mempelajari tentang siapa yang akan melaksanakan suatu usaha, bagaimana jadwal penyelesaian usaha, dan siapa yang akan melaksanakan studi aspek-aspek kelayakan bisnis. Manajemen dalam operasi mempelajari tentang bentuk organisasi yang dipilih beserta struktur organisasi, deskripsi masing-masing jabatan, jumlah tenaga kerja yang akan digunakan dan siapa yang termasuk direksi dan tenaga-tenaga inti. Penilaian aspek hukum dalam studi kelayakan sangat penting karena berhubungan dengan perizinan dan syarat-syarat yang harus dipenuhi sebelum membangun suatu usaha. Menurut Nurmalina et al. (2009), hal yang akan dipelajari dalam aspek hukum ini adalah bentuk badan usaha yang akan digunakan terkait dengan kekuatan hukum dan konsekuensinya serta mempelajari jaminanjaminan yang bisa disediakan bila menggunakan sumber dana bisnis (modal) berupa pinjaman yaitu berbagai akta, sertifikat maupun dokumen pendukung lainnya Aspek Sosial, Budaya dan Ekonomi Kekurangpekaan perusahaan terhadap aspek sosial secara tidak langsung dapat memicu ancaman keberlangsungan hidup perusahaan di masa yang akan datang sehingga perlu dianalisis secara cermat implikasi sosial yang lebih luas dari investasi yang diusulkan. Menurut Gittinger (1986), penciptaan tenaga kerja 16

32 merupakan masalah yang paling dekat terkait dengan pendistribusian pendapatan di dalam masyarakat. Banyak pihak-pihak dari pemerintah menekankan adanya pertumbuhan pada daerah-daerah tertentu tempat dijalankannya suatu usaha. Menurut Nurmalina et al. (2009), aspek sosial juga mempelajari tentang manfaat yang mungkin akan dialami masyarakat atas pengorbanan sosial yang telah dilakukan dengan adanya pembangunan suatu bisnis di lokasi sekitar tempat tinggal mereka, misalnya kelancaran lalu lintas, semakin ramainya daerah tersebut, adanya penerangan listrik, telepon dan sarana lainnya. Aspek-aspek ekonomi suatu usaha membutuhkan pengetahuan mengenai kontribusi nyata yang akan diberikan oleh suatu usaha terhadap pembangunan perekonomian secara keseluruhan serta seberapa besar kontribusinya terhadap penentuan sumber-sumber daya yang diperlukan (Gittinger, 1986). Menurut Umar (1997), aspek-aspek ekonomi yang direncanakan dapat ditinjau dari sisi rencana pembangunan nasional dan sisi distribusi nilai tambah. Analisis manfaat usaha dalam rencana pembangunan nasional dimaksudkan agar usaha yang dilakukan dapat memberikan kesempatan kerja bagi masyarakat, menggunakan sumberdaya lokal, menumbuhkan industri lain, turut menyediakan kebutuhan konsumen dalam negeri sesuai dengan kemampuan dan menambah pendapatan nasional. Proyek yang akan dibangun hendaknya memiliki nilai tambah sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan berbagai pihak yang terlibat dalam suatu proyek tersebut Aspek Lingkungan Kegiatan investasi harus mempertimbangkan masalah dampak lingkungan yang merugikan karena pertimbangan tersebut dapat menunjang keberlangsungan suatu usaha (Nurmalina et al. 2009). Pertimbangan tersebut membutuhkan suatu analisis yang bertujuan untuk menentukan apakah bisnis yang akan dilaksanakan memberikan dampak positif atau negatif terhadap lingkungan hidup. Menurut Umar (1997), ada dua alasan pokok untuk melaksanakan analisis lingkungan pada studi kelayakan yaitu: 17

33 1. Pemerintah telah membuat undang-undang dan peraturan tentang lingkungan hidup sehingga para pemilik usaha dituntut memperhatikan dampak lingkungan akibat dilaksanakannya sebuah usaha. 2. Terjadinya perubahan lingkungan secara perlahan-lahan akibat usaha manusia dalam pemenuhan kebutuhan dan peningkatan kesejahteraannya dengan aktivitas-aktivitas ekonomi yang melebihi ambang batas Aspek Finansial Analisis aspek finansial adalah suatu analisis usaha yang dilihat dari sudut pandang badan-badan atau orang-orang yang menanam modalnya pada suatu usaha. Analisis finansial memiliki arti penting dalam memperhitungkan intensif bagi orang-orang yang turut serta dalam menyukseskan pelaksanaan usaha. Analisis finansial membatasi manfaat dan pengorbanan hanya dilihat dari sudut pandang perusahaan (Husnan & Muhammad 2000). Bila biaya dan manfaat sudah diidentifikasi, dihitung dan dinilai, maka hasil analisis sudah dapat menentukan apakah usaha tersebut dapat diterima atau ditolak. Salah satu cara untuk melihat kelayakan dari analisis finansial adalah dengan menggunakan metode cashflow analysis (Gittinger 1986). Menurut Nurmalina et al. (2010), cashflow disusun untuk menunjukkan perubahan kas selama satu periode tertentu serta memberikan alasan mengenai perubahan kas tersebut dengan menunjukkan asal sumber-sumber kas dan bagaimana penggunaannya. Beberapa kriteria yang dipakai dalam penilaian kelayakan adalah Nilai Bersih Sekarang (Net Present Value), Rasio Manfaat Biaya Bersih (Net Benefit and Cost Ratio) Tingkat Pengembalian Investasi (Internal Rate of Return) dan Masa Pengembalian Investasi (Payback Period). 1) Net Present Value (NPV) Menurut Nurmalina et al. (2009), suatu usaha dinyatakan layak jika seluruh manfaat yang diterimanya melebihi biaya yang dikeluarkan. Selisih antara manfaat dan biaya disebut dengan manfaat bersih atau arus kas bersih. Net Present Value adalah selisih dari total present value manfaat dengan total present value biaya atau jumlah present value dari manfaat bersih tambahan selama umur bisnis. Suatu usaha dikatakan layak jika jumlah NPV lebih besar dari nol (NPV>0) yang 18

34 menunjukkan bahwa jumlah seluruh manfaat yang diterima lebih besar dari biaya yang dikeluarkan. Apabila NPV lebih kecil dari nol (NPV<0) maka bisnis tersebut tidak layak untuk dijalankan. Nilai yang dihasilkan oleh perhitugan NPV adalah dalam satuan mata uang. 2) Internal Rate of Return (IRR) Menurut Nurmalina et al (2009), kelayakan usaha juga dinilai dari seberapa besar pengembalian usaha terhadap investasi yang ditanamkan. Hal ini ditunjukkan dengan mengukur besaran Internal Rate of Return (IRR). IRR adalah tingkat discount rate yang menghasilkan NPV sama dengan nol dan dapat menunjukkan seberapa besar pengembalian usaha terhadap investasi yang ditanamkan. Sebuah bisnis dikatakan layak jika IRR lebih besar dari opportunity cost of capital (OCC) atau discount rate (DR). 3) Net Benefit-Cost Ratio Net benefit-cost ratio (Net B/C Ratio) adalah rasio antara manfaat bersih yang bernilai positif dengan manfaat bersih yang bernilai negatif. Suatu usaha dapat dikatakan layak jika Net B/C Ratio lebih besar dari satu dan tidak layak jika Net B/C lebih kecil dari satu (Nurmalina et al. 2009). 4) Payback Period Analisis payback period (PP) merupakan suatu metode yang digunakan untuk mengetahui berapa lama pengembalian investasi yang ditanamkan. Semakin cepat modal itu dapat kembali, semakin baik suatu usaha untuk dijalankan karena modal dapat dipakai untuk kegiatan lain (Husnan & Muhammad 2000). Usaha yang payback period-nya singkat atau cepat pengembaliannya kemungkinan besar akan dipilih. Usaha ini dikatakan layak jika nilai PP kurang dari umur bisnis (PP < umur bisnis) Analisis Switching Value Pengujian analisis switching value dilakukan hingga mencapai tingkat maksimum, dimana usaha dapat dilaksanakan dengan menentukan berapa besarnya proporsi manfaat yang akan turun akibat manfaat bersih sekarang menjadi nol (NPV=0). Nilai NPV sama dengan nol akan membuat IRR menjadi 19

35 sama dengan tingkat discount rate yang ditentukan (IRR=DR) dan Net B/C Ratio menjadi sama dengan satu (Net B/C=1) Kerangka Pemikiran Operasional Penelitian mengenai analisis kelayakan pengusahaan pembesaran ikan lele diawali dengan adanya permintaan ikan lele ukuran konsumsi untuk para pedagang pecal lele sejak tahun 2010 dan di Kabupaten Belitung Timur. Hal ini sejalan juga dengan adanya program pemerintah Kabupaten Belitung Timur untuk mengembangkan budidaya perikanan air tawar sebagai suatu usaha alternatif pasca timah. Kabupaten Belitung Timur merupakan salah satu wilayah yang memiliki banyak potensi untuk pengembangan ikan lele diantaranya adanya lahan yang tak termanfaatkan berupa lubang galian bekas pertambangan timah dan pekarangan rumah serta kondisi alam yang cocok untuk jenis ikan lele. Pemerintah Kabupaten Belitung Timur telah melaksanakan program pengembangan budidaya ikan lele dengan membina beberapa kelompok tani, salah satunya adalah Kelompok Tani Pembudidaya Ikan Lele Desa Lenggang. Program tersebut berjalan selama enam bulan dengan dua kali panen. Program tersebut dijalankan dengan memberikan pakan dan benih gratis untuk memacu kelompok tani tersebut untuk melakukan kegiatan usaha. Pada triwulan berikutnya subsidi pakan dan benih dihentikan sehingga akan menambah biaya yang harus dikeluarkan. Selain itu, Kelompok Tani Pembudidaya Ikan Lele Desa Lenggang juga masih memiliki pengetahuan yang sedikit mengenai budidaya ikan lele yang praktis dan efisien sehingga dapat mempengaruhi jumlah biaya-biaya yang dikeluarkan. Berdasarkan permasalahan yang terjadi, maka pentingnya melakukan analisis kelayakan pengusahaan ikan lele ini adalah untuk melihat apakah pengusahaan ikan lele ini layak atau tidak untuk dilaksanakan serta apakah pengusahaan ikan lele tersebut dapat mengembangkan skala usahanya di masa mendatang. Dalam melakukan studi kelayakan perlu memperhatikan aspek-aspek baik aspek nonfinansial maupun aspek finansial untuk menentukan bagaimana keuntungan yang diperoleh dari pengusahaan ikan lele yang dilaksanakan. Aspek- 3 Data ini didapat dari hasil wawancara dengan beberapa staf Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Belitung Timur pada April

36 aspek yang diteliti dalam pengusahaan pembesaran ikan lele ini adalah aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen dan hukum, aspek sosial, budaya dan ekonomi, aspek lingkungan, serta aspek finansial. Perhitungan aspek finansial menggunakan kriteria investasi yang digunakan untuk mengetahui layak atau tidaknya suatu usaha yang dilaksanakan. Kriteria investasi yang digunakan dalam perhitungan aspek finansial diantaranya NPV, Net B/C Ratio, IRR, dan Payback Period (PP). Selain perhitungan kriteria investasi, juga digunakan analisis switching value untuk mengetahui tingkat kepekaan kegiatan pengusahan ikan lele terhadap keadaan yang berubah-ubah. Dari hasil perhitungan aspek finansial, maka dapat diketahui seberapa besar keuntungan yang diperoleh oleh petani dalam melakukan kegiatan pembesaran ikan lele. Alur pemikiran dapat dilihat pada Gambar 1. 21

37 Adanya permintaan/konsumsi ikan lele Program pengembangan budidaya ikan air tawar oleh Pemerintah Kabupaten Belitung Timur Potensi untuk pengembangan ikan lele di Belitung Timur Kondisi alam yang sesuai Secara teknis mudah dibudidayakan Pertumbuhan ikan yang relatif cepat Pengusahaan pembesaran ikan lele Permasalahan yang dihadapi dalam introduksi pembesaran ikan lele: 1. Adanya permintaan ikan konsumsi yang meningkat, tetapi hasil produksi belum mencukupi. 2. Terbatasnya benih berkualitas. 3. Harga pakan ikan cenderung meningkat. 4. Kurangnya keterampilan secara teknis Analisis Kelayakan Usaha Analisis Nonfinansial a. Aspek pasar b. Aspek teknis c. Aspek manajemen dan hukum d. Aspek sosial, budaya dan ekonomi e. Aspek lingkungan Analisis Kelayakan Finansial a. Analisis NPV b. Analisis Net B/C c. Analisis IRR d. Analisis Payback Period Switching Value Tidak Layak Layak Hasil dievaluasi kembali untuk mencari penyebab yang membuat hasil analisis menjadi tidak layak. Baik untuk diusahakan karena dapat memberikan keuntungan bagi para petani yang berinvestasi dalam usaha tersebut Gambar 1. Kerangka Operasional Penelitian 22

38 IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan pada Kelompok Tani Pembudidaya Ikan lele Desa Lenggang yang terletak di Kecamatan Gantung, Kabupaten Belitung Timur, Bangka Belitung. Pemilihan lokasi tersebut dilakukan secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan bahwa di Kecamatan Gantung merupakan sentra produksi yang membudidayakan ikan lele dumbo. Lama penelitian ini adalah 10 bulan sejak bulan Maret 2012 hingga Desember Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui wawancara langsung dengan pemilik pengusahaan ikan lele dumbo. Data primer yang didapat mencakup biaya-biaya yang dikeluarkan selama umur usaha yang terdiri dari biaya investasi dan biaya operasional serta penerimaan dari pengusahaan ikan lele. Data sekunder yang diperlukan untuk menunjang penelitian ini diperoleh dari studi literatur berbagai buku, skripsi, internet, dan instansi terkait seperti Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Belitung Timur serta Badan Pusat Statistik (BPS) Metode Pengolahan Data Penelitian ini dilakukan dengan cara studi kasus (case study). Subyek penelitian berupa kelompok yaitu Kelompok Tani Pembudidaya Ikan Lele Desa Lenggang yang beranggotakan 17 orang. Tujuan studi kasus adalah untuk memberikan gambaran secara detail tentang latar belakang, sifat-sifat serta karakter-karakter yang khas dari kasus ataupun status individu yang kemudian sifat-sifat tersebut dijadikan sebagai hal yang bersifat umum (Nazir 2003). Satuan kasus penelitian ini adalah pengusahaan pembesaran ikan lele dumbo yang dilakukan oleh Kelompok Tani Pembudidaya Ikan Lele Desa Lenggang di Kecamatan Gantung, Kabupaten Belitung Timur, Bangka Belitung. Data yang diperoleh merupakan data kuantitatif dan data kualitatif. Data kuantitatif merupakan data yang dikumpulkan, diolah menggunakan program 23

39 komputer Microsoft Excel dan disajikan dalam bentuk tabel yang kemudian dianalisis secara deskriptif. Data kuantitatif meliputi biaya-biaya yang dikeluarkan oleh petani yang mencakup biaya investasi dan biaya operasional serta penerimaan dari hasil penjualan ikan lele. Data kualitatif merupakan data yang disajikan dalam bentuk deskriptif. Data kualitatif meliputi hasil analisis terhadap aspek pasar, aspek teknis, aspek manejemen dan hukum, aspek sosial, budaya dan ekonomi serta aspek lingkungan Analisis Aspek Pasar Analisis aspek pasar yaitu bagaimana permintaan ikan lele dumbo di pasar, harga output yang dihasilkan yaitu ikan lele ukuran konsumsi serta strategi pemasaran yang dilakukan oleh kelompok tani Pembudidaya Ikan Lele Desa Lenggang Analisis Aspek teknis Analisis aspek teknis yaitu bagaimana teknis proses produksi yang dilaksanakan pada kegiatan pembesaran ikan lele dumbo, gambaran umum pengusahaan pembesaran ikan lele, lokasi pengusahaan pembesaran ikan lele dumbo, ketersediaan input dan output serta kapasitas produksi dan teknologi yang dipakai oleh Kelompok Tani Pembudidaya Ikan Lele Desa Lenggang Analisis Aspek Manajemen dan Hukum Pengkajian aspek manajemen dan hukum didasarkan pada struktur pengelola usaha, spesifikasi keahlian dan tanggung jawab pihak yang terlibat dalam usaha dan pelaksanaan pengusahaan pembesaran ikan lele dumbo di lapangan. Aspek hukum yang dikaji adalah bagaimana jaminan-jaminan yang bisa disediakan bila menggunakan sumber dana berupa pinjaman, berbagai akta, sertifikat dan izin Analisis Aspek Sosial, Budaya dan Ekonomi Analisis aspek sosial, budaya dan ekonomi dapat dilakukan dengan menganalisis perkiraan dampak yang ditimbulkan oleh berjalannya kegiatan 24

40 pengusahaan pembesaran ikan lele dumbo Kelompok Tani Pembudidaya Ikan Lele Desa Lenggang terhadap masyarakat sekitar maupun kelompok tani itu sendiri Analisis Aspek Lingkungan Analisis aspek lingkungan yaitu menganalisis dampak lingkungan yang terjadi akibat berjalannya pengusahaan ikan lele dumbo yang dilakukan oleh Kelompok Tani Pembudidaya Ikan Lele Desa Lenggang Analisis Aspek Finanasial Analisis yang diperhitungkan dalam aspek finansial meliputi biaya-biaya yang harus dikeluarkan serta keuntungan yang diperoleh dari hasil penjualan produk berdasarkan skala usaha dan teknologi yang digunakan. Analisis finansial bertujuan untuk mengetahui besarnya keuntungan yang diperoleh dari usaha yang dilakukan selama satu periode. Menurut Kadariah et al. (1999), salah satu metode yang dipakai dalam melihat kelayakan dari sisi finansial adalah dengan metode cashflow. Beberapa kriteria yang dipakai adalah nilai bersih sekarang (Net Present Value), rasio manfaat biaya bersih (Net Benefit and Cost Ratio), tingkat pengembalian investasi (Internal Rate of Return) dan masa pengembalian investasi (Payback Period) Net Present Value (NPV) Net Present Value merupakan selisih antara total present value manfaat dengan total present value biaya, atau jumlah present value dari manfaat bersih tambahan selama umur bisnis. Nilai yang dihasilkan yang dihasilkan oleh perhitungan NPV secara matematis dapat dirumuskan sebagai berikut: Keterangan: B t C t = Manfaat pada periode ke-t = Biaya pada periode ke-t 1 25

41 t = Periode kegiatan bisnis (t = 0, 1, 2, 3,. n) i = Tingkat suku bunga (Discount Rate) = Discount Factor (DF) pada periode ke-t Kriteria investasi berdasarkan NPV yaitu: NPV > 0, artinya suatu proyek sudah dinyatakan layak dan dapat dilaksanakan. NPV < 0, artinya proyek tersebut tidak menghasilkan nilai biaya yang dipergunakan atau merugi dan proyek sebaiknya tidak dilaksanakan. NPV = 0, artinya proyek tersebut mampu mengembalikan persis sebesar modal sosial Opportunity Cost faktor produksi normal atau proyek tersebut tidak untung dan tidak rugi Net Benefit and Cost Ratio (Net B/C Ratio) Net Benefit and Cost Ratio (Net B/C Ratio) merupakan perbandingan antara jumlah nilai kini dari keuntungan bersih pada tahun/periode keuntungan bersih positif dengan keuntungan bersih bernilai negatif (Nurmalina et al. 2009). Net B/C Ratio menyatakan besarnya pengembalian terhadap setiap tahun/periode biaya yang telah dikeluarkan selama umur usaha. Rumus untuk menghitung Net B/C Ratio adalah sebagai berikut: Net B/C = (Untuk Bt Ct > 0) (Untuk Bt Ct < 0) Keterangan: B t C t t i = Manfaat pada periode ke-t = Biaya pada periode ke-t = Periode = Tingkat suku bunga (Discount Rate) = Discount Factor (DF) pada periode ke-t 26

42 Kriteria yang berlaku: Net B/C > 1, artinya usaha layak untuk dilaksanakan. Net B/C < 1, artinya usaha tidak layak untuk dilaksanakan Internal Rate of Return (IRR) Kelayakan bisnis juga dinilai dari seberapa besar pengembalian bisnis terhadap investasi yang ditanamkan yang ditunjukkan dengan mengukur Internal Rate of Return (IRR) (Nurmalina et al. 2009). IRR merupakan tingkat discount rate (DR) yang menghasilkan NPV sama dengan nol. Suatu bisnis dikatakan layak apabila IRR-nya lebih besar dari opportunity cost of capital yang umumnya dihitung dengan menggunakan metode interpolasi di antara tingkat discount rate yang lebih rendah (menghasilkan NPV positif) dengan tingkat discount rate yang lebih tinggi (yang menghasilkan NPV negatif) (Nurmalina et al. 2009). Rumus untuk menghitung IRR adalah: Keterangan: i = Tingkat suku bunga yang menyebabkan nilai NPV > 0 i = Tingkat suku bunga yang menyebabkan nilai NPV < 0 NPV + = NPV positif = NPV negatif Kriteria yang berlaku: IRR > i, maka usaha layak untuk dilaksanakan. IRR < i, maka usaha tidak layak untuk dilaksanakan Payback Period (PP) Analisis Payback Period (PP) merupakan analisis suatu jangka waktu (periode) kembalinya seluruh investasi kapital yang ditanamkan mulai dari permulaan usaha sampai dengan arus nilai netto produksi tambahan sehingga 27

43 mencapai jumlah keseluruhan investasi kapital yang ditanamkan dengan menggunakan aliran kas (Gittinger 1986). Rumus untuk menghitung Payback Period adalah sebagai berikut: 1 Dimana: I = Besarnya biaya investasi yang diperlukan Ab = Manfaat bersih yang dapat diperoleh pada setiap tahunnya Analisis Switching Value Analisis switching value (nilai pengganti) yaitu perhitungan untuk mengukur perubahan maksimum dari perubahan suatu komponen inflow (penurunan harga output atau penurunan produksi) atau perubahan komponen outflow (peningkatan harga input atau penigkatan biaya produksi) yang masih dapat ditoleransi agar bisnis tetap layak (Nurmalina et al. 2009). Perhitungan ini didasarkan pada besar perubahan yang terjadi sampai dengan NPV sama dengan nol (NPV = 0). 28

44 V GAMBARAN UMUM USAHA 5.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian Letak dan Keadaan Alam Kabupaten Belitung Timur merupakan hasil pemekaran wilayah Kabupaten Belitung yang dibentuk berdasarkan Undang-undang No. 5 tahun 2004 dengan Kota Manggar sebagai Ibu kotanya. Kabupaten Belitung Timur terletak antara BT sampai BT dan LS sampai LS serta masih terletak satu daratan dengan Kabupaten Belitung yaitu di pulau Belitung. Adapun batas-batas Administrasi Wilayah Kabupaten Belitung Timur adalah sebagai berikut: 1) Batas Utara : Laut Cina Selatan, 2) Batas Timur : Selat Karimata, 3) Batas Selatan : Laut Jawa, 4) Batas Barat : Kabupaten Belitung. Kabupaten Belitung Timur terdiri dari tujuh kecamatan dan 30 desa dengan luas seluruh mencapai ha atau 2.506,91 km 2. Kabupaten Belitung Timur memiliki iklim topis dan basah yang dengan variasi hujan bulanan pada tahun 2004 antara 0 mm sampai 867,5 mm, dengan jumlah hari hujan antara 0 sampai 27 hari setiap bulannya dengan curah hujan tertinggi pada bulan Desember dan temperatur udara antara 21,5 C sampai 32,9 C, kelembaban udara antara 77 persen sampai 93 persen, dan tekanan udara antara 1009,4 mb sampai 1011,5 mb. Kecamatan Gantung merupakan salah satu kecamatan di Kabupaten Belitung Timur yang terletak di sebelah selatan dan berbatasan langsung dengan Kota Manggar, Ibu Kota Kabupaten Belitung Timur serta memiliki luas ha atau 21,79 persen dari luas keseluruhan wilayah Kabupaten Belitung Timur. Secara geografis Kecamatan Gantung merupakan dataran rendah dengan ketinggian rata-rata meter di atas permukaan laut. Adapun batas-batas wilayahnya adalah sebelah utara berbatasan dengan Kecamatan Kelapa Kampit dan Kota Manggar, sebelah barat berbatasan dengan Laut Jawa, sebelah timur berbatasan dengan Kecamatan Badau dan Kecamatan Dendang, serta sebelah selatan berbatasan dengan Kecamatan Dendang dan Laut Jawa. Kecamatan 29

45 Gantung dibagi menjadi tujuh desa antara lain Desa Gantung, Desa Lintang, Desa Jangkar Asam, Desa Lenggang, Desa Renggiang dan Desa Selinsing. Lokasi penelitian analisis kelayakan pengusahaan pembesaran ikan lele dumbo adalah Desa Lenggang yang merupakan salah satu desa yang ada di Kecamatan Gantung, Kabupaten Belitung Timur dengan luas wilayah ha. Desa Lenggang merupakan salah satu daerah sentra pertanian dan perkebunan dengan kisaran luas lahan pertanian 30,54 ha dan perkebunan 221,78 ha. Akses jalan yang menghubungkan antara Desa Lenggang dengan desa lainnya serta kecamatan lainnya sangat mudah dengan kondisi yang sangat baik sehingga memungkinkan untuk pengiriman produk ke berbagai kecamatan di Pulau Belitung dengan sangat cepat Kependudukan Penduduk Kecamatan Gantung berjumlah jiwa dengan komposisi laki-laki dan perempuan masing-masing jiwa dan jiwa. Sedangkan komposisi jumlah penduduk Desa Lenggang berdasarkan jenis kelamin adalah laki-laki dan perempuan (BPS 2011) Prasarana dan Sarana Prasarana dan sarana yang ada di Kecamatan Gantung terdiri atas prasarana dan sarana transportasi, komunikasi, air bersih, irigasi, pemerintahan, peribadatan, kesehatan, pendidikan, olahraga, kesenian, pariwisata, kemananan dan perdagangan. Prasarana dan sarana tersebut memegang peranan penting dalam memperlancar kegiatan pembangunan di Kecamatan Gantung karena dapat mempermudah penduduk dalam melakukan kegiatan sehari-harinya, serta dapat menunjang kegiatan usaha dalam bidang perikanan khususnya pengusahaan pembesaran ikan lele Gambaran Umum Usaha Kelompok Tani Pembudidaya Ikan Lele Desa Lenggang Pada umumnya, sebelum mengenal dan melakukan usaha di bidang perikanan, penduduk Kecamatan Gantung sudah terbiasa dengan kegiatan pertanian, perkebunan dan pertambangan. Pada tahun 2007 pemerintah Kabupaten 30

46 Belitung Timur mulai memperkenalkan kegiatan budidaya ikan air tawar sebagai mata pencaharian alternatif bagi masyarakat dengan alasan pemanfaatan sumberdaya alam yang ada di masyarakat berupa lahan pekarangan yang luas. Namun, program tersebut dijalankan dengan membina beberapa kelompok tani di beberapa kecamatan di Kabupaten Belitung Timur. Salah satu kelompok tani yang dibina adalah kelompok tani yang ada di Kecamatan Gantung. Pembinaan tersebut diawali oleh inisiatif Kepala Desa Lenggang untuk mencari pekerjaan sampingan yang memungkinkan bisa menjadi mata pencaharian utama masyarakat Desa Lenggang sebagai pengganti mata pencaharian sektor pertambangan dengan memanfaatkan pekarangan rumah. Kepala Desa Lenggang mengundang Dinas Kelautan dan Perikanan dengan mengadakan pelatihan budidaya ikan lele dengan kolam terpal karena dinilai lebih mudah dalam pelaksanaannya. Kemudian masyarakat tertarik untuk berbudidaya ikan lele karena adanya potensi terutama lahan milik sendiri yang berada di sekitar lingkungan rumah yang luas, modal yang digunakan untuk investasi kecil dan pasar yang dituju sudah jelas karena adanya jaminan dari pemerintah. Selain itu, usaha tersebut tidak menyita waktu bagi pembudidaya yang sudah memiliki kegiatan lain sebagai kegiatan utama karena pemeliharaan ikan lele hanya terfokus pada pagi hari dan sore hari. Kemudian dibentuk suatu kelompok tani yaitu Kelompok Tani Pembudidaya Ikan Lele Desa Lenggang. Pada saat ini usaha tersebut masih bersifat sampingan karena usaha tersebut masih tergolong baru. Namun pada saatnya nanti petani atau penambang yang tergabung dalam kelompok tani tersebut ingin beralih untuk melakukan kegiatan budidaya ikan lele menjadi usaha yang bersifat utama dikarenakan kegiatan usaha budidaya ikan lele lebih cepat menghasilkan uang apabila dibandingkan dengan kegiatan menanam tanaman pertanian dan perkebunan. Namun kegiatan budidaya ikan lele lebih lambat dibandingkan dengan kegiatan pertambangan timah. Risiko yang tinggi pada kegiatan pertambangan timah adalah menjadi salah satu alasan keinginan untuk berpindah pada kegiatan budidaya ikan karena lebih mudah dan bisa dilakukan di pekarangan rumah yaitu dengan sistem kolam terpal. 31

47 Kelompok Tani Pembudidaya Ikan Lele Desa Lenggang dapat lebih mudah mendapatkan informasi mengenai dunia perikanan baik cara budidaya dan pemasarannya karena adanya pembinaan dan pendampingan yang dilakukan oleh Dinas Kelautan dan Perikanan serta alat telekomunikasi yang mendukung sudah masuk ke desa. Kendala khusus yang masih dihadapi adalah masalah teknis, namun dengan adanya penyuluhan dan pelatihan yang telah dilakukan dalam beberapa waktu, kelompok tani tersebut mulai menguasai teknik pemeliharaan ikan lele dengan baik. Selain itu, kelompok tani tersebut juga mendapat bantuan dari pemerintah berupa pakan dan benih, serta didukung oleh keadaan alam yang potensial dalam melakukan kegiatan budidaya. Sumber air yang digunakan pembudidaya ikan lele di Desa Lenggang adalah air sumur yang dihisap dan dialirkan ke kolam terpal yang dibangun di pekarangan rumah. Kelompok Tani Pembudidaya Ikan Lele Desa Lenggang menggunakan kolam terpal untuk tempat pembesaran karena lebih mudah dan murah dibandingkan dengan membangun kolam semen atau kolam tanah. Hal tersebut berhubungan erat dengan jumlah investasi yang akan dikeluarkan untuk menjalankan kegiatan usaha. Selain itu, penggunaan kolam terpal sebagai media pembesaran ikan lele sangat praktis dan cocok untuk pembudidaya pemula dan sesuai dengan kondisi masyarakat di Kabupaten Belitung Timur atau Desa Lenggang khususnya yang masih baru menggeluti usaha tersebut. Kegiatan pengusahaan ikan lele berjalan lancar pada musim pertama dan kedua atau saat awal pembentukan dan mulai menghadapi kendala pada triwulan ketiga. Para anggota kelompok tani merasa kegiatan usaha yang dijalankan tidak menguntungkan lagi. Salah satu penyebabnya adalah bantuan benih dan pakan sudah tidak lagi diberikan. Benih yang digunakan pada musim berikutnya dianggap memiliki kualitas yang rendah sehingga hasil yang didapat tidak sesuai dengan harapan. Selain itu, pasokan input benih berkurang sehingga banyak kolam terpal yang kosong. Hal tersebut menyebabkan beberapa anggota kelompok tani yang aktif menurun dari jumlah keseluruhan 23 orang menjadi 17 orang. Namun, pada triwulan keempat, ada peningkatan jumlah input yang diusahakan oleh anggota kelompok tani sehingga terjadi peningkatan produksi. Rencana untuk triwulan berikutnya adalah peningkatan jumlah input untuk 32

48 mengoptim malkan pennggunaan koolam yang dimiliki olleh masing--masing anggota dalam kelompok tanii tersebut dan perbaikaan teknik buudidaya agaar hasil pro oduksi memberikkan penerim maan yang diinginkan. d Gambar koolam terpall milik beb berapa anggota Kelompok K T Tani Pembuudidaya Ikaan Lele Deesa Lenggaang dapat dilihat d pada gambbar 2. Gambar 2. 2 Kolam Terpal T Milikk Kelompo ok Tani Pem mbudidaya Ikan Lele Desa Lenggangg 33

49 VI ANALISIS ASPEK NONFINANSIAL 6.1. Aspek Pasar Aspek pasar merupakan aspek yang paling penting dalam memutuskan untuk membuka suatu usaha. Hal yang mengindikasikan apakah suatu usaha dikatakan layak atau tidak untuk dijalankan adalah adanya ketidakseimbangan antara penawaran dan permintaan, harga, dan strategi yang digunakan. Terjadinya ketidakseimbangan antara permintaan dan penawaran dapat menciptakan peluang pasar yaitu pada saat jumlah permintaan lebih tinggi daripada penawaran. Permintaan ikan lele konsumsi di Belitung Timur berasal dari pedagang kaki lima (pecal lele lamongan) dan restoran-restoran yang menyajikan hidangan pecal lele, serta rumah tangga. Data permintaan terhadap ikan lele konsumsi Kabupaten Belitung Timur dapat dilihat dari seberapa banyak penjualan hasil olahan ikan lele di Kabupaten Belitung Timur. Namun, data tersebut belum ada pada dinas terkait karena ikan lele ini merupakan komoditas yang baru sehingga dibutuhkan survei langsung berupa wawancara terhadap pelaku usaha yang terkait untuk menentukan jumlah proyeksi permintaan ikan lele. Berdasarkan wawancara dengan beberapa pedagang warung pecal lele dan pembudidaya ikan lele yang tersebar di Kabupaten Belitung Timur, jumlah total permintaan ikan ukuran konsumsi berkisar 250 kg per hari pada tahun 2010 dan atau kg per tahunnya. Jumlah penawaran ikan lele di Kabupaten Belitung Timur baru terpenuhi kg pada tahun 2010 dan kg pada tahun 2011 (DKP 2012). Permintaan tersebut baru terpenuhi 6,0-9,2 persen dari jumlah total permintaan yang ada atau masih terdapat kekosongan penawaran sebesar 90,8-94,0 persen sehingga dapat disimpulkan bahwa pengusahaan ikan lele dumbo ini layak dilaksanakan. Anggota Kelompok Tani Pembudidaya Ikan Lele Desa Lenggang menjual hasil panennya langsung ke restoran atau pedagang warung pecal lele tanpa melalui perantara lain atau pengumpul. Biasanya ikan lele yang dibeli langsung diambil di tempat pengusahaan oleh pedagang warung pecal lele dan restoran. Kelompok tani tersebut memasarkan produknya, menggunakan strategi yang 4 Data didapat dari hasil wawancara dengan beberapa pembudidaya ikan lele yang memasok ke berbagai rumah makan dan warung pecal lele di Kabupaten Belitung Timur pada April

50 sederhana yaitu dari mulut ke mulut. Strategi yang sederhana tersebut tidak menghambat sampainya produk ke konsumen sehingga dapat dikatakan layak. Harga jual ikan lele ukuran konsumsi adalah harga yang telah ditetapkan oleh pengusaha ikan lele dan disepakati oleh pembeli yang terdiri dari warung pecal lele dan restoran yaitu Rp25.000,00 per kg. Harga jual tersebut lebih tinggi dibandingkan dengan harga yang berlaku di Pulau Jawa yaitu berkisar Rp10.000,00-Rp13.000,00. Namun, harga jual yang tinggi tersebut tetap diterima oleh konsumen. Hal tersebut mengindikasikan bahwa pengusahaan ikan lele tersebut layak. Berdasarkan kondisi jumlah permintaan yang lebih besar dibandingkan dengan jumlah penawaran, strategi sederhana yang tidak menghambat sampainya produk ke konsumen, dan harga jual yang berlaku dapat diterima oleh konsumen, maka pengusahaan ikan lele dumbo yang dilakukan oleh Kelompok Tani Pembudidaya Ikan Lele Desa Lenggang ditinjau dari aspek pasar layak untuk dilaksanakan Aspek Teknis Lokasi tempat diusahakannya pembesaran ikan lele dumbo oleh Kelompok Tani Pembudidaya Ikan Lele Desa Lenggang adalah di pekarangan rumah masing-masing anggotanya dan terletak persis di tepi jalan raya Laskar Pelangi yang berujung pada jalan utama yang menghubungkan Kabupaten Belitung Timur dan Kabupaten Belitung. Pertimbangan penentuan lokasi tersebut selain untuk mempermudah dalam pengawasan dan pemeliharaan adalah kemudahan akses bahan baku dan akses pasar serta kondisi infrastruktur yang baik. Bahan baku utama dalam pengusahaan ikan lele dumbo adalah benih dan pakan. Kelompok tani tersebut mendapatkan benih dari Desa Air Jelutung Kabupaten Belitung yang terletak sekitar 60 km dengan waktu tempuh sekitar 45 menit. Pakan dapat diperoleh di Kota Tanjungpandan Kabupaten Belitung dengan jarak tempuh 80 km atau dengan waktu tempuh sekitar 60 menit menggunakan kendaraan bermotor. Pembelian benih diorganisir oleh satu bagian dalam struktur organisasi yaitu bagian pembelian. 35

51 Teknis pembesaran ikan lele dumbo Kelompok Tani Pembudidaya Ikan Lele Desa Lenggang dimulai dengan persiapan kolam. Kolam yang dipakai adalah kolam terpal yang dibangun di atas tanah pekarangan masing-masing anggota kelompok tani tersebut. Kolam terpal yang telah dibangun diisi dengan air sampai dengan kedalaman cm. Sumber air yang digunakan berasal dari sumur. Sistem pengairannya secara mekanis yaitu menggunakan pompa air sebagai alat untuk mengisi air ke dalam kolam terpal. Air yang sudah diisi ke dalam kolam terpal dibiarkan selama 3 hari agar parasit yang menjangkiti kolam mati. Kegiatan selanjutnya setelah kolam terpal terisi air adalah penebaran benih. Benih ditebar pada waktu pagi dan sore hari saat suhu rendah untuk menghindari tingkat kematian yang tinggi karena ikan stres. Benih ikan lele dumbo yang digunakan adalah benih berukuran 5-6 cm. Benih tersebut dipelihara hingga mencapai berat gram atau berukuran 6-8 ekor per kilogram. Lama pemeliharaan ikan lele dumbo untuk menghasilkan berat 6-8 ekor per kilogram adalah 2,5-3,0 bulan. Benih yang ditebar sebanyak 100 ekor per m 2. Panen dilakukan sekaligus dengan penyortiran dimulai dari 2 bulan setelah tebar benih sampai 3 bulan setiap 1-2 minggu sekali, sehingga dalam setahun petani dapat melakukan panen 4 kali dalam setahun. Namun, penebaran benih yang dilakukan oleh Kelompok Tani Pembudidaya Ikan Lele Desa Lenggang masih di bawah kapasitas. Kapasitas kolam yang ada dapat menampung ekor per triwulan (musim) atau per tahun, sedangkan benih yang telah ditebar selama berjalannya kegiatan pengusahaan (empat triwulan) hanya ekor atau hanya terpakai sekitar 41,11 persen dengan kepadatan tebar 100 ekor per m 2. Jumlah penebaran benih Kelompok Tani Pembudidaya Ikan Lele Desa Lenggang selama setahun berjalan atau empat triwulan dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Jumlah Penebaran Benih Ikan Lele pada Kelompok Tani Pembudidaya Ikan Lele Desa Lenggang per Triwulan dengan Kepadatan Kolam 100 ekor per m 2 Triwulan Jumlah Penebaran Kapasitas Kolam Benih (Ekor) (Ekor) Persentase (%) , , , ,61 Total ,11 36

52 Pemeliharaan ikan lele yang terpenting adalah pemberian pakan. Pemberian pakan dapat memacu pertumbuhan pada benih ikan lele. Pakan yang digunakan adalah pakan buatan yaitu pelet bermerek PF 1000, Hi-Pro-Vite dan Hi-Pro-Vite 781. Perbedaan penggunaan pelet adalah berdasarkan ukuran butiran karena menyesuaikan dengan bukaan mulut ikan lele. Pelet PF-1000 memiliki butiran yang sangat kecil yaitu 1,3-1,7 milimeter sehingga cocok diberikan pada ikan lele saat awal tebar hingga minggu keempat setelah tebar. Isi satu karung pelet PF-1000 adalah 10 kg untuk 1000 ekor ikan lele. Harga per karungnya Rp ,00. Pelet Hi-Pro-Vite memiliki ukuran butiran 2 milimeter. Pelet merek ini digunakan oleh sebagian kecil anggota Kelompok Tani Pembudidaya Ikan Lele Desa Lenggang sebagai pelet peralihan sebelum Pelet Hi- Pro-Vite 781 yang memiliki ukuran butiran lebih dari 2 milimeter. Namun, sebagian besar anggota kelompok tani langsung menggunakan pelet Hi-Pro-Vite 781 mulai dari minggu kelima setelah tebar hingga panen dengan alasan kepraktisan dan sebagian besar bukaan mulut lele sudah bisa menerima ukuran butiran tersebut. Dosis pemberian pelet Hi-Pro-Vite adalah 1 karung per 1000 ekor ikan lele mulai dari minggu keempat hingga minggu keenam. Isi satu karung pelet Hi-Pro-Vite adalah 30 kg dengan harga Rp ,00 per karung. Dosis pelet Hi-Pro-Vite 781 adalah 2 karung per 1000 ekor ikan lele. Isi satu karung pelet Hi-Pro-Vite 781 adalah 30 kg dengan harga Rp ,00. Gambar merek pelet yang digunakan oleh Kelompok Tani Pembudidaya Ikan Lele Desa Lenggang dapat dilihat pada Gambar 3. 37

53 Gambar 3. Merek Pakkan yang Digunakan Oleh O Kelomppok Tani Peembudidayaa Ikan Lele Desaa Lenggangg Keendala yangg dihadapi oleh o Kelomp pok Tani Peembudidayaa Ikan Lele Desa Lenggang terkait deengan benihh dan pakaan adalah rendahnya r rata-rata tingkat survival raate yaitu haanya 64 perssen. Sedang gkan tingkatt survival raate ikan rataa-rata yang baikk adalah persen yang y ditentukan oleh kualitas k air dan rasio antara a jumlah paakan dan kepadatan kolam (Gu ustav 19988). Pemberiian pakan yang dilakukan oleh kelom mpok tani tersebut seering tidak sesuai denngan dosis yang tertera padda label pelet atau stanndar teknis pemberian p p pakan yang telah dianju urkan oleh Dinaas Kelautann dan Perikkanan Kabu upaten Beliitung Timurr sehingga hasil panen yanng didapat juga tidakk sesuai deengan yangg diharapkaan. Hal terrsebut dikarenakaan keterseddiaan pakan ikan lele dii Pulau Beliitung masihh tergantung g oleh kelancarann distribusi dari Pulauu Jawa. Selain itu, Kelompok Taani Pembud didaya Ikan Lelee Desa Lennggang harrus bersaing g untuk mendapatkann pakan terrsebut dengan peembudidayaa ikan lele laainnya yang g ada di seluuruh Pulau B Belitung. Selain pemberrian pakan, pemeliharaaan berikutnnya adalah ppengontrolaan air. Pengontroolan ini beerupa penccegahan daan penangaanan hamaa dan peny yakit. Pencegahaan serangann penyakit dapat dilaakukan denngan pengggantian air yang dilakukan dua mingggu sekali sekaligus s dengan d kegiiatan penyoortiran. Pen nyakit biasanya disebabkann oleh sisa-sisa makan nan yang mengendap m di dasar ko olam. Penanganaan hama dappat dilakukan dengan memberi m peenutup kolam m berupa jaaring. 38

54 Kegiatan selanjutnya dalam proses budidaya ikan lele adalah penyortiran. Penyortiran pertama dilakukan setelah ikan lele berumur 3-4 minggu setelah tebar. Hal ini dimaksudkan untuk mendapatkan ukuran lele dumbo yang seragam dan meminimalisir terjadinya kanibalisme akibat perbedaan ukuran dalam satu kolam. Penyortiran berikutnya dilakukan selama 2-3 minggu sekali, tergantung penampakan keseragaman ikan lele dumbo di kolam. Kegiatan penyortiran pada dua bulan setelah tebar benih biasanya diikuti dengan kegiatan pemanenan awal karena pada umur tersebut sudah terdapat ikan lele dumbo yang sudah berukuran konsumsi yaitu gram per ekor. Pemanenan selanjutnya dilakukan setiap 1-2 minggu sekali hingga akhir bulan ketiga ikan lele terpanen semua. Berdasarkan aspek teknis, pengusahaan pembesaran ikan lele yang dilakukan oleh Kelompok Tani Pembudidaya Ikan Lele Desa Lenggang belum layak sepenuhnya. Aspek teknis ditinjau dari lokasi sangat cocok untuk kegiatan pengusahaan karena kemudahan dalam akses pasar, akses bahan baku dan pengawasan sehingga dapat dikatakan layak. Namun, beberapa kriteria lain menyebabkan pengusahaan pembesaran ikan lele kelompok tani ini masih belum layak. Hal tersebut dapat dilihat dari tingkat survival rate yang rendah (64 persen) atau belum mencapai tingkat survival rate rata-rata ikan yang baik (73-86 persen). Penyebab ketidaklayakan aspek teknis lainnya adalah pemberian pakan belum sesuai standar yang dianjurkan oleh Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Belitung Timur akibat ketersediaan pakan buatan yang masih kurang. Ketersediaan pakan yang kurang tersebut disebabkan oleh persaingan untuk mendapatkan pakan dengan pembudidaya lain dan ketergantungan dengan kelancaran distribusi dari Pulau Jawa. Selain itu, penebaran benih yang dilakukan oleh Kelompok Tani Pembudidaya Ikan Lele Desa Lenggang juga masih di bawah kapasitas seharusnya. Namun, kendala yang menyebabkan ketidaklayakan usaha tersebut dapat diatasi dengan berbagai cara, diantaranya dengan mengadakan koordinasi dengan penyedia pakan agar kegiatan produksi akan tetap berjalan, menaikkan tingkat survival rate menjadi tingkat survival rate rata-rata ikan yang baik dan meningkatkan jumlah benih tebar hingga sesuai dengan kapasitas yang seharusnya. 39

55 6.3. Aspek Manajemen dan Hukum Aspek manajemen pada dasarnya menilai para pengelola usaha dan struktur organisasi yang ada. Struktur organisasi Kelompok Tani Pembudidaya Ikan Lele Desa Lenggang masih sangat sederhana yaitu dapat dilihat pada Gambar 4. Pembagian tugas masing-masing struktur juga sangat sederhana. Semua bagian dalam struktur organisasi melakukan tugas masing-masing bagian sekaligus melakukan kegiatan produksi ikan lele dumbo seperti yang dilakukan oleh anggota lainnya. Berdasarkan analisis aspek manajemen usaha ini dikatakan layak untuk dilaksanakan karena meskipun dengan struktur organisasi lini dan pembagian tugas yang sederhana kegiatan usaha yang dilakukan oleh kelompok tani tersebut dapat berjalan dengan lancar. Ketua Bagian Pembelian Bagian Pemasaran Bagian Produksi Anggota Anggota Anggota Gambar 4. Struktur Organisasi Kelompok Tani Pembudidaya Ikan Lele Desa Lenggang Kelompok Tani Pembudidaya Ikan Lele Desa Lenggang ditinjau dari aspek hukum merupakan kegiatan pengusahaan yang legal karena tidak bertentangan dengan hukum yang berlaku serta telah mendapat izin oleh pemerintah desa setempat yaitu Desa Lenggang. Berdasarkan analisis aspek hukum, usaha ini juga dikatakan layak untuk dilaksanakan Aspek Sosial, Budaya dan Ekonomi Usaha yang dijalankan oleh Kelompok Tani Pembudidaya Ikan Lele Desa Lenggang berdampak positif bagi masyarakat sekitar yang tergabung dalam kelompok tani tersebut karena memberikan alternatif mata pencaharian baru. Masyarakat sekitar lokasi pengusahaan ikan lele juga tidak merasakan adanya 40

56 gangguan dengan adanya aktivitas yang dilakukan oleh Kelompok Tani Pembudidaya Ikan Lele Desa Lenggang. Pengusahaan ikan lele juga tidak bertentangan dengan budaya masyarakat setempat karena ikan lele merupakan komoditas yang halal untuk dimakan. Berdasarkan aspek sosial, budaya dan ekonomi, pengusahaan yang dilakukan olah Kelompok Tani Pembudidaya Ikan Lele Desa Lenggang layak dilaksanakan Aspek Lingkungan Dampak lingkungan yang seringkali menjadi permasalahan adalah adanya limbah yang dihasilkan. Pada pengusahaan ikan lele dumbo yang dilakukan oleh Kelompok Tani Pembudidaya Ikan Lele Desa Lenggang juga menghasilkan limbah berupa air yang sudah tercampur dengan sisa-sisa pakan. Air ini dapat menghasilkan bau tidak sedap sehingga dapat mengganggu kenyamanan masyarakat sekitar jika tidak ditanggulangi secara cepat. Kelompok Tani Pembudidaya Ikan Lele Desa Lenggang diuntungkan oleh keadaan pemukiman di Desa Lenggang pada umumnya yang memiliki jarak antar rumah berjauhan yaitu berkisar meter sehingga bau tidak sedap yang dihasilkan tidak terlalu tercium. Namun, kelompok tani tersebut tetap melakukan penanggulangan dini dengan pembersihan kolam secara rutin sehingga hal yang dikhawatirkan mengganggu lingkungan sekitar tidak terjadi. Selain itu, air sisa kolam juga dimanfaatkan untuk menyiram tanaman pekarangan dan beberapa jenis sayuran seperti cabai dan tomat yang ditanam di pekarangan rumah. Berdasarkan hal-hal yang telah diuraikan dalam aspek lingkungan, bahwa kegiatan usaha yang dilakukan oleh Kelompok Tani Pembudidaya Ikan Lele Desa Lenggang layak untuk dijalankan Rangkuman Hasil Analisis Kelayakan Aspek-aspek Nonfinansial Hasil analisis terhadap kelayakan nonfinansial pengusahaan pembesaran ikan lele dumbo oleh Kelompok Tani Pembudidaya Ikan Lele Desa lenggang secara umum belum sepenuhnya layak. Analisis terhadap aspek pasar yang dilakukan terhadap tiga kriteria yaitu jumlah permintaan dan penawaran, harga jual, dan strategi yang digunakan dapat disimpulkan bahwa usaha ini layak. 41

57 Namun, pada aspek teknis belum sepenuhnya layak karena terdapat beberapa hasil yang belum sesuai dengan kriteria ditentukan meskipun dari segi lokasi usaha ini layak. Hal tersebut dapat dilihat pada tingkat survival rate yang dicapai lebih rendah dari tingkat survival rate rata-rata ikan yang baik, penggunaan kolam yang masih di bawah kapasitas dan ketersediaan pakan yang masih kurang. Pada aspek manajemen dan hukum didapatkan hasil yang layak karena struktur organisasi yang sederhana tidak menjadi kendala bagi jalannya kegiatan pengusahaan dan kegiatan pengusahaan yang dijalankan telah mendapatkan izin dari kepala desa setempat. Dampak potitif dengan adanya pengusahaan ikan lele ini adalah memberikan alternatif mata pencaharian baru bagi masyarakat. Hal tersebut merupakan salah satu kriteria yang digunakan dalam penilaian kelayakan aspek sosial, budaya dan ekonomi. Kriteria lain yang menyatakan bahwa kegiatan pengusahaan ikan lele layak pada aspek ini adalah tidak adanya gangguan yang disebabkan oleh jalannya usaha dan tidak adanya pertentangan dengan budaya setempat. Selain itu, pengusahaan ikan lele juga tidak menyebabkan terjadinya pencemaran lingkungan sehingga jika ditinjau dari aspek lingkungan, pengusahaan ikan lele ini dapat dikatakan layak. Hasil kelayakan aspek-aspek nonfinansial yang telah diuraikan di atas terangkum dalam Tabel 3. 42

58 Tabel 3. Rangkuman Hasil Kelayakan Aspek-aspek Nonfinansial Kelompok Tani Pembudidaya Ikan Lele Desa Lenggang No Aspek Kriteria Hasil Keterangan 1 Aspek pasar 2 Aspek teknis 3 Aspek manajemen dan hukum 4 Aspek sosial, budaya dan ekonomi 5 Aspek lingkungan Permintaan dan penawaran Harga jual Strategi pemasaran Lokasi Proses: - Tingkat survival rate ikan lele - Kapsitas kolam terpakai - Ketersediaan pakan - Urutan teknik budidaya Struktur organisasi dan pembagian tugas Perizinan Dampak positif bagi masyarakat Gangguan akibat aktivitas usaha Pertentangan dengan budaya setempat Pencemaran lingkungan Jumlah permintaan pada tahun 2010 dan 2011 sebesar lebih besar daripada penawaran pada tahun 2010 sebesar kg dan tahun 2011 sebesar kg Harga jual ikan lele ukuran konsumsi Rp diterima oleh pembeli Strategi sederhana dari mulut ke mulut tidak menghambat sampainya produk ke konsumen Dekat dengan bahan baku, akses pasar mudah, infrastruktur memadai - Tingkat survival rate 64%, lebih rendah dari survival rate rata-rata ikan yang baik yaitu 73-86% - Baru terpakai 41,11% dari seluruhnya - Tidak kontinyu - Sesuai dengan teknik budidaya Sederhana dan tidak terkendala Kegiatan usaha telah mendapat izin Kepala Desa Memberi alternatif mata pencaharian baru Tidak ada Tidak ada Tidak ada Layak Layak Layak Layak Tidak layak Tidak layak Tidak layak Layak Layak Layak Layak Layak Layak Layak 43

59 VII ANALISIS ASPEK FINANSIAL Analisis finansial yang dilakukan pada penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kelayakan pengusahaan ikan lele dan mengetahui apakah usaha yang dilakukan oleh Kelompok Tani Pembudidaya Ikan Lele Desa Lenggang memperoleh keuntungan secara finansial. Analisis finansial dilakukan dengan menggunakan kriteria-kriteria penilaian investasi yang dianalisis dengan menggunakan arus kas untuk mengetahui besarnya manfaat dan biaya yang dikeluarkan oleh setiap anggota Kelompok Tani. Adapun kriteria-kriteria investasi yang dipakai adalah Net Present Value (NPV), Net Benefit and Cost Ratio (Net B/C Ratio), Internal Rate Return (IRR), dan Payback Period (PP) Kondisi Aktual Kondisi aktual merupakan kondisi kegiatan pengusahaan yang sebenarnya terjadi di lokasi penelitian yaitu pada Kelompok Tani Pembudidaya Ikan Lele Desa Lenggang. Kegiatan pengusahaan ikan lele dumbo yang dilakukan baru berlangsung selama lima triwulan yang diantaranya triwulan awal (triwulan nol) adalah tahap persiapan dan empat triwulan berikutnya adalah kegiatan operasional. Beberapa hal yang diperhitungkan dalam analisis kelayakan pengusahaan ikan lele dumbo oleh Kelompok Tani Pembudidaya Ikan Lele Desa Lenggang adalah manfaat dan biaya yang digunakan. Perhitungan manfaat dan biaya yang digunakan dalam analisis finansial menggunakan harga pasar yang berlaku di daerah tempat penelitian. Beberapa asumsi yang dipakai untuk melakukan analisis kelayakan pengusahaan pembesaran ikan lele dumbo pada kondisi aktual adalah sebagai berikut: 1. Usaha yang dilakukan dengan menggunakan modal sendiri. 2. Tingkat diskonto yang digunakan merupakan tingkat suku bunga deposito Bank Rakyat Indonesia pada bulan Desember 2012 sebesar 5,25 persen per tahun atau 1,3125 persen per triwulan (3 bulan). 3. Kegiatan pengusahaan ikan lele yang dilakukan oleh Kelompok Tani Pembudidaya Ikan Lele Desa Lenggang adalah pengusahaan pembesaran ikan lele dumbo. 44

60 4. Skala pengusahaan pembesaran ikan lele adalah skala usaha kecil dengan luasan lahan yang dimiliki oleh Kelompok Tani Pembudidaya Ikan Lele Desa Lenggang adalah 0,076 Ha atau 760 m 2 dan luas total kolam adalah 0,0599 ha atau 599 m 2 dengan jumlah total kolam 72 buah. 5. Kolam yang terpakai 41,11 persen dari total keseluruhan yaitu 246,25 m 2. Angka ini diperoleh dari jumlah benih yang telah ditebar dibagi dengan kapasitas kolam (daya tampung kolam) dikali dengan seratus persen. 6. Barang investasi pompa air digunakan 25 persen untuk kegiatan budidaya. Hal tersebut dikarenakan pompa air lebih banyak digunakan untuk kegiatan rumah tangga. 7. Umur usaha dari analisis kelayakan finansial pengusahaan ikan lele adalah 2 tahun tiga bulan atau 9 triwulan yang terdiri dari satu triwulan sebagai persiapan dan tanpa kegiatan produksi (triwulan nol) dan 8 triwulan untuk kegiatan produksi. Umur usaha ditentukan berdasarkan umur ekonomis kolam terpal yang digunakan dalam kegiatan produksi di Kelompok Tani Pembudidaya Ikan Lele Desa Lenggang. 8. Kapasitas kolam terpal adalah ekor per triwulan atau ekor per tahun dengan kepadatan 100 ekor per m Ukuran benih yang digunakan untuk kegiatan pengusahaan adalah 5-6 cm. Harga benih adalah Rp500,00 per ekor pada bulan Juni Tingkat survival rate (SR) ikan lele dumbo adalah 64 persen berdasarkan rata-rata produksi tahun pertama (yang sudah berlangsung). 11. Dosis pemberian pakan Pelet PF-1000 adalah 1 karung per 1000 ekor ikan lele, Hi-Pro-Vite adalah 1 karung per 1000 ekor ikan lele, dan Hi-Pro- Vite 781 adalah 2 karung per 1000 ikan lele. 12. Tenaga kerja dalam kegiatan pengusahaan ikan lele dumbo ini melakukan kegiatannya per kegiatan dan dihitung dalam satuan Hari Orang Kerja (HOK) sehingga dimasukkan sebagai biaya variabel. Waktu 1 HOK sama dengan 8 jam dengan biaya Rp50.000,00 per HOK pada bulan Juni Ikan lele dumbo ukuran konsumsi yang siap panen mencapai 6-8 ekor per kilogram yang dipelihara selama 3 bulan. Harga jual ikan lele dumbo ukuran konsumsi yang berlaku di pasar adalah Rp25.000,00 pada bulan Juni

61 14. Analisis switching value dalam penelitian ini dilakukan terhadap perubahan kenaikan biaya variabel yaitu kenaikan harga pakan dan penurunan jumlah output (hasil produksi ikan lele). 15. Pajak pendapatan yang digunakan adalah pajak berdasarkan UU No. 36 Tahun 2008 tentang Tarif Umum PPh Wajib Pajak Badan Hukum Dalam Negeri dan Bentuk Usaha Tetap yaitu sebesar 25 persen Arus Pengeluaran (Outflow) Arus pengeluaran dalam analisis kelayakan pengusahaan ikan lele pada Kelompok Tani Pembudidaya Ikan Lele Desa Lenggang terdiri dari biaya investasi dan biaya operasional yang dikeluarkan selama masa usaha berlangsung Biaya Investasi Biaya investasi merupakan biaya yang dikeluarkan satu kali atau lebih pada awal kegiatan dan pada saat tertentu untuk memperoleh beberapa kali manfaat untuk sekian tahun kemudian sampai secara ekonomis kegiatan bisnis itu tidak menguntungkan lagi. Biaya investasi yang dikeluarkan oleh Kelompok Tani Pembudidaya Ikan Lele Desa Lenggang hanya dilakukan pada awal proyek dengan komponen investasi kolam terpal sebagai acuan dalam penentuan umur usaha yaitu 9 triwulan. Biaya investasi dalam kegiatan usaha yang dilakukan oleh Kelompok Tani Pembudidaya Ikan Lele Desa Lenggang antara lain digunakan untuk memenuhi kebutuhan sarana dan prasarana dalam menjalankan usaha pembesaran ikan lele yaitu kolam terpal, ember, bak sortir, serokan besar dan kecil, pompa air, waring (penutup kolam), selang air, cangkul, golok dan lampu senter (Gambar 5). Biaya investasi yang dikeluarkan oleh setiap kelompok tani berbeda-beda yaitu tergantung pada jumlah dan harga masing-masing jenis barang investasi yang dibeli. Perhitungan barang investasi dalam membantu menganalisis kelayakan usaha Kelompok tani Pembudidaya Ikan lele Desa Lenggang menggunakan total biaya masing-masing jenis barang investasi seluruh anggota. Hal ini dikarenakan kelompok tani tersebut melakukan kegiatan produksi secara bersama-sama dan terkoordinasi dalam satu sistem kelompok yang merupakan satu kesatuan 46

62 sehingga semua massing-masingg jenis baraang investassi seluruh aanggota dih hitung b investtasi yang dikeluarkan d n sebesar R Rp ,00. secara tottal. Total biaya Adapun riincian biayaa investasi yang y digunaakan dalam pengusahaaan ikan lelee oleh Kelompokk Tani Pem mbudidaya Ikkan Lele Desa D Lenggaang telah diirangkum seeperti yang terterra pada Tabbel 4. Tabel 4. Rincian R Biayya Investasii Pengusahaaan Pembesaran Ikan L Lele Dumbo o pada K Kelompok T Pembuddidaya Ikan Tani n Lele Desa Lenggang K Kondisi Ak ktual Um mur JJumlah (Rp p) No K Komponen n Jum mlah Satu uan Ekon nomis (Tahun) 1 Lahaan m , Kolaam Terpal m , Embber 37 Buaah , Bak Sortir 12 Buaah , Serookan Besar 18 Buaah , Serookan Kecil 20 Buaah , Pom mpa Air 17 Buaah , Wariing 66 Buaah , Selanng Air 1555,5 m , Canggkul 16 Buaah , Golook 13 Buaah , Lam mpu Senter 3 Buaah , ,00 0 Tootal Biaya Investasi I Gambar 5. Barang Invvestasi yangg Digunakaan dalam Pembesaran Ikkan Lele Du umbo 47

63 Biaya Operasional Biaya operasional yang dimaksud adalah semua biaya produksi, pemeliharaan dan lainnya yang digunakan bagi setiap proses produksi dalam satu priode kegiatan produksi (Nurmalina et al 2009). Biaya ini dibagi menjadi dua bagian yaitu biaya variabel dan biaya tetap. 1) Biaya Variabel Biaya variabel merupakan biaya yang besar kecilnya selaras dengan penjualan suatu usaha dalam satuan waktu. Biaya variabel yang dikeluarkan oleh Kelompok Tani Pembudidaya Ikan Lele Desa Lenggang adalah setiap triwulan yang meliputi pembelian benih, pakan, tenaga kerja dan pemakaian listrik. Tenaga kerja tidak dimasukkan sebagai biaya tetap karena dihitung berdasarkan kegiatan operasional dengan pembayaran upah harian. Upah harian yang berlaku di Kabupaten Belitung Timur khususnya Desa Lenggang adalah Rp50.000,00 per Hari Orang Kerja (HOK). Kelompok Tani Pembudidaya Ikan Lele Desa Lenggang melakukan kegiatan pengusahaan diawali dengan adanya bantuan pemerintah Kabupaten Belitung Timur melalui Dinas Kelautan dan Perikanan Belitung Timur pada bulan April 2011 berupa pakan dan benih gratis. Kegiatan operasional pengusahaan tersebut mulai berjalan pada Juni Namun, dalam perhitungan usaha, pakan dan benih tersebut dihitung sebagai biaya variabel dengan asumsi harga pakan dan benih yang berlaku di pasaran. Kapasitas kolam terpal yang dimiliki oleh Kelompok Tani Pembudidaya Ikan Lele Desa Lenggang adalah ekor. Kolam yang terpakai berkisar 41,11 persen dari luas total keseluruhan kolam yang ada yaitu 599 m 2 atau baru digunakan untuk menampung ekor ikan lele dumbo dengan kepadatan 100 ekor per m 2. Total biaya variabel yang telah dikeluarkan selama empat triwulan yaitu triwulan pertama hingga triwulan keempat adalah sebesar Rp ,00. Rincian biaya variabel yang telah dikeluarkan pada triwulan pertama hingga triwulan keempat tertera pada Tabel Lampiran 3. Biaya variabel per triwulan yang dikeluarkan pada triwulan kelima hingga triwulan kedelapan diasumsikan dengan menghitung rata-rata biaya yang dikeluarkan pada empat 48

64 triwulan sebelumnya yaitu Rp ,00. Biaya variabel per triwulan pada triwulan kelima hingga triwulan kedelapan dapat dilihat pada Tabel 5. Tabel 5. Rincian Biaya Variabel Rata-rata per Triwulan Kondisi Aktual Pengusahaan Pembesaran Ikan Lele Dumbo pada Kelompok Tani Pembudidaya Ikan Lele Desa Lenggang Triwulan Kelima hingga Triwulan Kedelapan No Uraian Jumlah Satuan Biaya/Triwulan Harga (Rp) (Rp) 1 Pakan : 1) Pelet F ,62 Karung , ,00 2) Pelet Hi-Pro-Vite ,50 Karung , ,00 3) Pelet Hi-Pro-Vite ,38 Karung , ,00 2 Pembelian Benih 24,625 Ribu Ekor 500, ,00 3 Tenaga Kerja -Persiapan Kolam 3,41 HOK , ,00 -Pengisian Air 5,69 HOK , ,00 -Penebaran Benih 2,28 HOK , ,00 -Pemeliharaan dan perawatan 267,19 HOK , ,00 -Penyortiran dan Panen 37,00 HOK , ,00 4 Pemakaian Listrik ,00 Total Biaya Variabel ,00 2) Biaya Tetap Biaya tetap merupakan biaya yang jumlahnya tidak dipengaruhi oleh jumlah produksi atau penjualan dalam satuan waktu sehingga dengan tanpa atau adanya peningkatan jumlah produksi adalah sama. Biaya tetap pada pembesaran ikan lele yang dilakukan oleh Kelompok Tani Pembudidaya Ikan Lele Desa Lenggang hanya ada tiga macam yaitu abodemen listrik, biaya komunikasi dan biaya transportasi seperti yang diuraikan dalam Tabel 6. Tabel 6. Rincian Biaya Tetap Kondisi Aktual Pengusahaan Pembesaran Ikan Lele Dumbo pada Kelompok Tani Pembudidaya Ikan Lele Desa Lenggang No Uraian Biaya per Triwulan Biaya per Tahun (Rp) (Rp) 1 Abodemen Listrik , ,00 2 Biaya Komunikasi , ,00 3 Biaya Transportasi , ,00 Total Biaya Tetap , ,00 49

65 Arus Penerimaan (Inflow) Penerimaan yang diperoleh dari pengusahaan pembesaran ikan lele dumbo Kelompok Tani Pembudidaya Ikan Lele Desa Lenggang berasal dari jumlah total produksi setiap anggota dikali dengan harga jual ikan lele ukuran konsumsi per triwulan produksi dan nilai sisa dari biaya investasi yang telah dikeluarkan pada akhir usaha. Harga jual ikan lele segar ukuran konsumsi yang berlaku adalah harga yang telah disepakati bersama antara penjual dan pembeli di pasar yaitu Rp25.000,00 per kg. Hasil produksi dan penerimaan yang diperoleh oleh Kelompok Tani Pembudidaya Ikan Lele Desa Lenggang pada triwulan pertama hingga triwulan keempat dapat dilihat pada Tabel 7. Tabel 7. Jumlah Produksi dan Nilai Penjualan Ikan Lele Dumbo Kondisi Aktual pada Kelompok Tani Pembudidaya Ikan Lele Desa Lenggang Triwulan Pertama hingga Triwulan Keempat Triwulan Produksi (Kg) Harga (Rp) Penerimaan per Triwulan (Rp) , , , , , , , ,00 Total Penerimaan ,00 Hasil produksi dan penerimaan per triwulan yang diperoleh pada triwulan kelima hingga triwulan kedelapan diproyeksikan dengan menghitung rata-rata hasil produksi dan penerimaan pada triwulan pertama hingga triwulan keempat. Hal tersebut disebabkan kegiatan produksi pada pengusahaan ikan lele dumbo yang dilakukan oleh Kelompok Tani Pembudidaya Ikan Lele Desa Lenggang baru berjalan selama empat triwulan. Total produksi pada triwulan pertama hingga triwulan keempat adalah kg. Total produksi tersebut dibagi dengan empat triwulan sehingga didapat proyeksi rata-rata produksi per triwulan untuk triwulan kelima hingga triwulan kedelapan sebesar 2.251,5 kg. Produksi rata-rata tersebut dikalikan dengan harga jual Rp25.000,00 sehingga didapat proyeksi penerimaan per triwulan untuk triwulan kelima hingga triwulan kedelapan sebesar Rp ,00. Rincian proyeksi jumlah produksi dan penerimaan pada triwulan kelima hingga triwulan kedelapan dapat dilihat pada Tabel 8. 50

66 Tabel 8. Jumlah Produksi dan Nilai Penjualan Ikan Lele Dumbo Kondisi Aktual pada Kelompok Tani Pembudidaya Ikan Lele Desa Lenggang Triwulan Kelima hingga Triwulan Kedelapan Triwulan Produksi (Kg) Harga (Rp) Penerimaan per Triwulan (Rp) , , , , , , , ,00 Total Penerimaan ,00 Nilai sisa barang modal dari pengusahaan ikan lele dumbo yang dilakukan oleh Kelompok Tani Pembudidaya Ikan Lele Desa Lenggang berdasarkan perhitungan kembali atas nilai beli dan penyusutan adalah sebesar Rp ,00. Nilai sisa ini didapat dari perhitungan kembali nilai barang modal yang tidak habis terpakai selama umur usaha. Nilai sisa ini menjadi tambahan manfaat bagi pengusaha. Perincian barang investasi yang memiliki nilai sisa dapat dilihat pada Tabel 9. Tabel 9. Nilai Sisa Pengusahaan Pembesaran Ikan Lele Dumbo Kelompok Tani Pembudidaya Ikan Lele Desa Lenggang No Uraian Nilai (Rp) Umur Ekonomis Penyusutan Per Tahun (Rp) Sisa (Rp) (Tahun) 1 Lahan , ,00 2 Pompa Air , , ,00 3 Cangkul , , ,00 4 Golok , , ,00 5 Lampu Senter , , ,00 Total Nilai Sisa , Analisis Kriteria Investasi Kondisi Aktual Hasil analisis terhadap finansial menghasilkan nilai NPV minus Rp ,00 atau lebih kecil dari nol yang artinya usaha yang dilakukan tidak layak untuk dijalankan. Nilai NPV tersebut menunjukkan manfaat bersih yang diterima pada discount rate yang berlaku. Nilai Net B/C Ratio yang diperoleh adalah sebesar 0,57 yang artinya setiap satu rupiah yang dikeluarkan selama umur usaha mampu menghasilkan manfaat bersih sebesar 0,57 rupiah dimana jika nilai Net B/C Ratio < 1 maka usaha ini tidak layak untuk dijalankan. Pengusahaan 51

67 pembesaran ikan lele yang dijalankan juga dapat dikatakan layak jika dilihat dari nilai IRR yang lebih besar dari discount rate. Nilai IRR yang didapat terhadap analisis finansial tersebut adalah sebesar -10 persen yang artinya nilai investasi usaha ini rugi dan lebih baik untuk mendepositokan uang di bank yang akan memberikan bunga sebesar 5,25 persen selama setahun atau 1,3125 persen per tiga bulan. Investasi yang telah dikeluarkan tidak dapat dikembalikan karena menghasilkan manfaat bersih rata-rata per tahun sebesar minus Rp ,00 selama umur usaha. Hasil análisis terhadap kriteria-kriteria investasi pada usaha pembesaran lele dumbo kolam terpal dapat dilihat pada Tabel 10. Tabel 10. Hasil Analisis Finansial Kondisi Aktual Pembesaran Lele Dumbo pada Kelompok Tani Pembudidaya Ikan Lele Desa Lenggang Kriteria Hasil Net Present Value (NPV) - Rp ,00 Net Benefit and Cost Ratio (Net B/C) 0,57 Internal Rate Return (IRR) -10 persen Payback Period (PP) ~ Berdasarkan hasil perhitungan kriteria investasi yang digunakan, pengusahaan pembesaran ikan lele dumbo Kelompok Tani Pembudidaya Ikan Lele Desa Lenggang tidak layak untuk dijalankan jika terus mempertahankan kondisi seperti kondisi aktual. Ada beberapa penyebab yang membuat pengusahaan pembesaran ikan lele tersebut tidak layak, antara lain kolam yang belum termanfaatkan sepenuhnya dan rata-rata survival rate benih yang rendah. Kolam yang ada belum termanfaatkan sepenuhnya yaitu baru terpakai sebesar 41,11 persen atau 246,25 m 2. Meskipun kolam yang ada belum terpakai seluruhnya, biaya investasi yang dikeluarkan untuk pembuatan kolam tetap dihitung. Hal tersebut menyebabkan terjadinya pembengkakan dalam perhitungan biaya investasi. Rata-rata survival rate benih rendah yaitu hanya mencapai 64 persen menyebabkan penerimaan yang dihasilkan kecil. Hal ini menyebabkan penerimaan diperoleh tidak dapat menutupi biaya-biaya yang telah dikeluarkan. Penerimaan merupakan hasil perkalian jumlah produk dengan harga jual produk sehingga semakin kecil jumlah produksi akan semakin rendah pula penerimaan yang diperoleh dengan asumsi harga jual yang sama. 52

68 7.2. Kondisi Perencanaan Pengembangan Kondisi perencanaan pengembangan merupakan rencana peningkatan pemanfaatan kolam sesuai dengan kapasitas yang ada dan perbaikan teknis budidaya. Rencana peningkatan penggunaan kolam adalah dua kali lipat penggunaan kolam awal dari 41,11 persen sehingga menjadi 82,22 persen dari kolam yang ada dan sisanya 17,78 persen akan digunakan untuk penampungan sementara ikan lele dumbo hasil penyortiran dan pemanenan. Peningkatan penggunaan kolam ini bertujuan untuk meningkatkan hasil produksi yang diharapkan akan meningkatkan penerimaan dan mempercepat pengembalian investasi. Peningkatan penggunaan kolam yang akan dilakukan oleh Kelompok Tani Pembudidaya Ikan Lele Desa Lenggang adalah penambahan jumlah benih yang akan ditebar. Perbaikan teknis budidaya ini adalah dengan menaikkan tingkat survival rate hingga mencapai 73 persen. Angka ini dijadikan asumsi dalam dalam kondisi perencanaan pengembangan yang didapat berdasarkan tingkat survival rate ikan rata-rata yang baik yaitu mencapai persen yang ditentukan oleh kualitas air dan rasio antara jumlah pakan dengan kepadatan kolam (Gustav 1998). Hal ini juga diperkuat oleh Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Belitung Timur yang menyatakan bahwa survival rate ikan lele di Belitung Timur dapat mencapai persen. Beberapa asumsi yang dipakai untuk melakukan analisis kelayakan pengusahaan pembesaran ikan lele dumbo ini adalah sebagai berikut: 1. Usaha yang dilakukan dengan menggunakan modal sendiri. 2. Tingkat diskonto yang digunakan merupakan tingkat suku bunga deposito Bank Rakyat Indonesia pada bulan Desember 2012 sebesar 5,25 persen per tahun atau 1,3125 persen per triwulan (3 bulan). 3. Kegiatan pengusahaan ikan lele yang dilakukan oleh Kelompok Tani Pembudidaya Ikan Lele Desa Lenggang adalah pengusahaan pembesaran ikan lele dumbo. 4. Skala pengusahaan pembesaran ikan lele adalah skala usaha kecil dengan luasan lahan yang dimiliki oleh Kelompok Tani Pembudidaya Ikan Lele Desa 53

69 Lenggang adalah 0,076 Ha atau 760 m 2 dan luas total kolam adalah ha atau 599 m Kolam yang terpakai 82,22 persen dari total keseluruhan atau 492,5 m Barang investasi pompa air digunakan 25 persen untuk kegiatan budidaya. Hal tersebut dikarenakan pompa air lebih banyak digunakan untuk kegiatan rumah tangga. 7. Umur usaha dari analisis kelayakan finansial pengusahaan ikan lele adalah 2 tahun tiga bulan atau 9 triwulan yang terdiri dari satu triwulan sebagai persiapan dan tanpa kegiatan produksi (triwulan nol) serta 8 triwulan untuk kegiatan produksi. Umur usaha ditentukan berdasarkan umur ekonomis kolam terpal yang digunakan dalam kegiatan produksi di Kelompok Tani Pembudidaya Ikan Lele Desa Lenggang. 8. Kapasitas kolam terpal adalah ekor per triwulan atau ekor per tahun dengan kepadatan 100 ekor per m Ukuran benih yang digunakan untuk kegiatan pengusahaan adalah 5-6 cm. Harga benih adalah Rp500,00 per ekor pada bulan Juni Tingkat survival rate (SR) ikan lele dumbo adalah 73 persen. 11. Kelompok Tani Pembudidaya Ikan Lele Desa Lenggang meningkatkan jumlah produksi dengan menambah benih hingga 100 persen sehingga menyebabkan biaya variabel lain juga meningkat sebesar 100 persen. 12. Dosis pemberian pakan Pelet PF-1000 adalah 1 karung per 1000 ekor ikan lele, Hi-Pro-Vite adalah 1 karung per 1000 ekor ikan lele, dan Hi-Pro- Vite 781 adalah 2 karung per 1000 ikan lele. 13. Tenaga kerja dalam kegiatan pengusahaan ikan lele dumbo ini melakukan kegiatannya per kegiatan dan dihitung dalam satuan Hari Orang Kerja (HOK) sehingga dimasukkan sebagai biaya variabel. Waktu 1 HOK sama dengan 8 jam dengan biaya Rp50.000,00 per HOK pada bulan Juni Ikan lele dumbo ukuran konsumsi yang siap panen mencapai 6-8 ekor per kilogram yang dipelihara selama 3 bulan. Harga jual ikan lele dumbo ukuran konsumsi yang berlaku di pasar adalah Rp25.000,00 pada bulan Juni

70 15. Analisis switching value dalam penelitian ini dilakukan terhadap perubahan kenaikan biaya variabel yaitu kenaikan harga pakan dan penurunan jumlah output (hasil produksi ikan lele). 16. Pajak pendapatan yang digunakan adalah pajak berdasarkan UU No. 36 Tahun 2008 tentang Tarif Umum PPh Wajib Pajak Badan Hukum Dalam Negeri dan Bentuk Usaha Tetap yaitu sebesar 25 persen Arus Pengeluaran (Outflow) Arus pengeluaran kondisi perencanaan pengembangan dalam analisis kelayakan pengusahaan ikan lele pada Kelompok Tani Pembudidaya Ikan Lele Desa Lenggang sama dengan kondisi aktual yaitu terdiri dari biaya investasi dan biaya operasional yang dikeluarkan selama masa usaha berlangsung Biaya Investasi Jenis barang investasi Kelompok Tani pembudidaya Ikan Lele Desa Lenggang pada kondisi perencanaan pengembangan sama dengan biaya investasi yang dikeluarkan pada usaha kondisi aktual yaitu kolam terpal, serokan besar, serokan kecil, bak sortir, waring, lampu senter, cangkul, golok, pompa air dan ember. Biaya yang dikeluarkan juga sama yaitu sebesar Rp ,00 seperti yang tertera pada Tabel 4. Jenis dan jumlah barang investasi serta jumlah biaya investasi yang digunakan dalam menganalisis aspek finansial kondisi perencanaan pengembangan sama dengan kondisi aktual karena pada perencanaan pengembangan hanya meningkatkan pemanfaatan kolam sesuai dengan kapasitas yang ada sehingga hanya menyebabkan perubahan pada biaya operasional variabel Biaya Operasional Kondisi perencanaan pengembangan dilaksanakan dengan meningkatkan pemanfaatan kolam sesuai dengan kapasitas yang ada yaitu dengan meningkatkan jumlah benih yang ditebar. Penambahan jumlah benih tersebut dapat menyebabkan perubahan terhadap biaya operasional variabel yaitu jumlah pakan, penggunaan tenaga kerja harian dan pemakaian listrik. Total biaya variabel yang 55

71 dikeluarkan meningkat menjadi Rp ,00 per triwulan seperti yang tertera pada Tabel 11. Tabel 11. Rincian Biaya Variabel Rata-rata Kondisi Perencanaan Pengembangan Pengusahaan Pembesaran Ikan Lele Dumbo pada Kelompok Tani Pembudidaya Ikan Lele Desa Lenggang No Uraian Jumlah Satuan Harga (Rp) Biaya/Triwulan (Rp) 1 Pakan : 1) Pelet F ,25 Karung , ,00 2) Pelet Hi-Pro-Vite ,00 Karung , ,00 3) Pelet Hi-Pro-Vite ,75 Karung , ,00 2 Pembelian Benih Ekor 500, ,00 3 Tenaga Kerja - -Persiapan Kolam 6,81 HOK , ,00 -Pengisian Air 11,38 HOK , ,00 -Penebaran Benih 4,56 HOK , ,00 -Pemeliharaan dan perawatan 534,38 HOK , ,00 -Penyortiran dan Panen 74,00 HOK , ,00 4 Pemakaian Listrik ,00 Total Biaya Variabel , Arus Penerimaan (Inflow) Penerimaan yang diperoleh dari pengusahaan pembesaran ikan lele dumbo oleh Kelompok Tani Pembudidaya Ikan Lele Desa Lenggang pada kondisi perencanaan pengembangan berasal dari jumlah total produksi seluruh anggota dikali dengan harga jual ikan lele ukuran konsumsi per triwulan dan nilai sisa dari biaya investasi yang telah dikeluarkan pada akhir usaha. Total produksi yang dihasilkan selama umur usaha pada kondisi perencanaan pengembangan adalah ,57 kg dengan rata-rata survival rate benih adalah 73 persen dari jumlah benih ekor. Penerimaan yang diperoleh oleh Kelompok Tani Pembudidaya Ikan Lele Desa Lenggang selama umur usaha kondisi perencanaan pengembangan adalah sebesar Rp ,00. Rincian penerimaan usaha kondisi perencanaan pengembangan dapat dilihat pada Tabel

72 Tabel 12. Jumlah Produksi dan Nilai Penjualan Ikan Lele Dumbo Kondisi Perencanaan Pengembangan selama Umur Usaha pada Kelompok Tani Pembudidaya Ikan Lele Desa Lenggang No Produksi (Kg) Harga (Rp) Penerimaan per Triwulan (Rp) , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , ,00 Total Penerimaan ,00 Nilai sisa barang modal dari pengusahaan ikan lele dumbo yang dilakukan oleh Kelompok Tani Pembudidaya Ikan Lele Desa Lenggang pada kondisi perencanaan pengembangan sama dengan nilai sisa pada kondisi aktual yaitu Rp ,00. Hal ini dikarenakan tidak ada perubahan dalam barang investasi yang digunakan baik jenis, jumlah dan harga. Rincian nilai sisa dapat dilihat pada Tabel Analisis Kriteria Investasi Kondisi Perencanaan Pengembangan Hasil analisis terhadap finansial pada pengusahaan ikan lele pada kondisi perencanaan pengembangan menghasilkan nilai NPV sebesar Rp ,00 atau lebih besar dari nol yang artinya usaha yang dilakukan layak untuk dijalankan. Nilai Net B/C Ratio yang diperoleh adalah sebesar 2,47 yang artinya setiap satu rupiah yang dikeluarkan selama umur usaha mampu menghasilkan manfaat bersih sebesar 2,47 rupiah dimana jika nilai Net B/C Ratio > 1 maka usaha ini layak untuk dijalankan. Nilai IRR yang diperoleh adalah 24 persen yang menunjukkan bahwa usaha ini layak untuk dijalankan karena memiliki nilai yang lebih besar dari discount rate. Hal tersebut berarti nilai investasi usaha ini lebih menguntungkan daripada mendepositokan uang di bank yang hanya memberikan bunga sebesar 5,25 persen selama setahun atau 1,3125 persen per tiga bulan. Masa pengembalian keseluruhan biaya investasinya lebih cepat daripada umur proyek yaitu 5,51 triwulan atau selama 16,53 bulan sehingga dapat dikatakan layak. 57

73 Kriteria-kriteria investasi pembesaran lele dumbo pada kondisi perencanaan pengembangan dapat dilihat pada Tabel 13. Tabel 13. Hasil Analisis Finansial Pembesaran Lele Dumbo Kondisi Perencanaan Pengembangan pada Kelompok Tani Pembudidaya Ikan Lele Desa Lenggang Kriteria Hasil Net Present Value (NPV) Rp ,00 Net Benefit and Cost Ratio (Net B/C) 2,47 Internal Rate Return (IRR) 26 persen Payback Period (PP) 5,51 triwulan atau 16,53 bulan Analisis Switching Value Pada penelitian ini analisis switching value hanya dilakukan pada pengusahaan pembesaran ikan lele kondisi perencanaan pengembangan karena menghasilkan analisis finansial yang layak. Analisis switching value dilakukan untuk melihat sejauh mana batas maksimum perubahan yang dapat menyebabkan maanfaat bersih sekarang menjadi nol (NPV=0). Penurunan produksi dan kenaikan harga pakan dianggap memiliki pengaruh yang besar terhadap kelayakan usaha yang dilakukan oleh Kelompok Tani Pembudidaya Ikan Lele Desa Lenggang karena sering mengalami perubahan sehingga perlu dilakukan analisis switching value. Pengaruh kelayakan usaha Kelompok Tani Pembudidaya Ikan Lele Desa Lenggang dapat dilihat pada Tabel 14. Tabel 14. Hasil Analisis Switching Value Pembesaran Ikan Lele Dumbo Kondisi Perencanaan Pengembangan pada Kelompok Tani Pembudidaya Ikan Lele Desa Lenggang Perubahan Persentase (%) Penurunan jumlah produksi 11,54 Kenaikan harga pakan 24,47 Hasil analisis switching value menunjukkan batas maksimum penurunan total hasil produksi ikan lele dumbo adalah 11,54 persen. Penurunan produksi melebihi 11,54 persen menyebabkan pengusahaan ikan lele dumbo yang dilakukan oleh Kelompok Tani Pembudidaya Ikan Lele Desa Lenggang tidak layak untuk dijalankan karena akan menghasilkan nilai NPV kurang dari nol. 58

74 Pengusahaan ikan lele dumbo juga menjadi tidak layak jika terjadi kenaikan harga pakan melebihi batas maksimal yaitu 24,47 persen. Namun, pengaruh penurunan jumlah produksi lebih sensitif dibandingkan dengan kenaikan harga pakan karena memiliki batas maksimal perubahan yang lebih kecil Incremental Net Benefit Incremental Net Benefit merupakan manfaat bersih tambahan yang diperoleh setelah pemanfaatan faktor-faktor produksi yang belum termanfaatkan. Pada kelompok Tani Pembudidaya ikan Lele Desa Lenggang, kolam terpal belum termanfaatkan sepenuhnya (kondisi aktual) sehingga menghasilkan manfaat bersih yang rendah yaitu minus Rp ,00. Jika Kelompok Tani Pembudidaya Ikan Lele Desa Lenggang memanfaatkan faktor-faktor produksi yang ada yaitu menaikkan pemanfaatan kolam dari 41,11 persen menjadi 82,22 persen, manfaat bersih akan meningkat menjadi Rp ,00. Manfaat bersih tambahannya adalah Rp ,00 yang diperoleh dari manfaat bersih kondisi perencanaan pengembangan (sesudah pemanfaatan faktor-faktor produksi) dikurangi manfaat bersih kondisi aktual (sebelum pemanfaatan faktor-faktor produksi) seperti yang tertera pada Tabel 15. Nilai Net Present Value yang diperoleh adalah Rp ,00 dengan discount factor 1,3125 persen. Tabel 15. Incremental Net Benefit Pengusahaan Pembesaran Ikan Lele Dumbo Kelompok tani Pembudidaya ikan Lele Desa Lenggang No Uraian Kondisi Aktual Kondisi Perencanaan Pengembangan 1 Benefit (Rp) , ,00 2 Cost (Rp) , ,00 3 Net Benefit (Rp) , ,00 4 Incremental Net Benefit (Rp) ,00 5 Net Present Value (Rp) ,00 59

75 VIII KESIMPULAN DAN SARAN 8.1. Kesimpulan 1. Analisis pada aspek nonfinansial belum layak sepenuhnya karena terdapat beberapa kriteria pada aspek teknis yang belum layak. Pada aspek pasar usaha dinilai layak karena jumlah permintaan yang terpenuhi hanya 6,0-9,2 persen dari penawaran yang ada pada tahun 2010 dan Harga jual ikan lele konsumsi yang berlaku yaitu Rp25.000,00 diterima oleh pembeli dan sistem pemasaran yang sederhana tidak menjadi penghambat sampainya produk ke pembeli. Pada aspek teknis, lokasi dilaksanakannya usaha dekat dengan bahan baku, memiliki akses pasar dan infrastruktur yang baik dalam mendukung kegiatan pengusahaan sehingga dapat dikatakan layak. Namun, proses produksi masih belum layak karena masih mengalami kendala antara lain tingkat survival rate yang rendah (64 persen), pemanfaatan kolam hanya 41,11 persen dari kapasitas kolam yang ada dan ketersediaan pakan yang tidak kontinyu. Analisis kelayakan terhadap aspek manajemen dan hukum adalah dengan melihat struktur organisasi dan perizinan. Struktur organisasi yang sederhana tidak membuat terjadinya hambatan dalam kegiatan usaha. Dalam menjalankan usaha, Kelompok Tani Pembudidaya Ikan Lele Desa Lenggang telah mendapat izin dari Kepala Desa Lenggang. Penilaian terhadap aspek sosial, budaya dan ekonomi juga disimpulkan layak karena usaha yang dijalankan tidak menganggu masyarakat sekitar, menghasilkan salah satu alternatif mata pencaharian pengganti pertambangan timah, dan tidak bertentangan dengan budaya setempat. Aspek lingkungan juga dapat dikatakan layak karena limbah yang dihasilkan dapat ditanggulangi dengan benar sehingga tidak mengganggu lingkungan setempat. 2. Hasil analisis pada aspek finansial, pengusahaan pembesaran ikan lele yang dilakukan oleh Kelompok Tani Pembudidaya Ikan Lele Desa Lenggang pada kondisi aktual tidak layak untuk dijalankan jika dilihat dari kriteria investasi seperti Net Present Value (NPV) menghasilkan minus Rp ,00 atau nilai tersebut kurang dari nol yang artinya usaha tersebut mengalami kerugian. Jika ditinjau dari Net B/C Ratio hanya menghasilkan nilai sebesar 0,57 atau lebih kecil dari 1 (satu) yang artinya setiap pengeluaran 1 satuan 60

76 hanya menghasilkan manfaat bersih sebesar 0,57 satuan. Internal Rate Return (IRR) memiliki nilai sebesar -10 persen atau lebih kecil dari tingkat discount rate. Tingkat discount rate yang dipakai adalah 1,3125 persen. Jika ditinjau dari nilai Payback Period (PP), usaha yang telah dilakukan oleh Kelompok Tani Pembudidaya Ikan Lele Desa Lenggang tidak menghasilkan pengembalian investasi karena nilai manfaat rata-rata pertahun adalah negatif yaitu minus Rp ,00. Analisis finansial terhadap kondisi perencanaan pengembangan mendapatkan hasil yang layak menurut kriteria yang ditentukan. Nilai NPV yang dihasilkan lebih dari nol yaitu Rp ,00. Nilai Net B/C Ratio yang dihasilkan lebih dari 1 (satu) yaitu 2,47. Nilai IRR yang dihasilkan lebih dari tingkat discount rate yang digunakan yaitu 26 persen dan investasi yang dikeluarkan dapat dikembalikan selama 5,51 triwulan atau sebelum masa usaha berakhir berdasarkan nilai payback period. 3. Hasil switching value terhadap parameter kenaikan harga pakan dan penurunan hasil produksi menunjukkan bahwa pengusahaan ikan lele dumbo lebih sensitif pengaruhnya terhadap perubahan penurunan produksi. Hal tersebut dapat dilihat pada batas penurunan jumlah produksi yang tidak boleh melebihi 11,54 persen dan kenaikan harga pakan yang tidak boleh melebihi 24,47 persen. Jika perubahan melebihi batas-batas tersebut maka usaha dapat dikatakan tidak layak untuk dilaksanakan Saran 1. Pengusahaan ikan lele dumbo yang dilakukan oleh Kelompok Tani Pembudidaya Ikan Lele Desa Lenggang lebih sensitif terhadap penurunan hasil produksi, sehingga perlu memperhatikan aspek teknis yaitu dengan menjaga jumlah penebaran benih dan tingkat survival rate ikan lele dumbo. 2. Pakan merupakan salah satu komponen yang paling banyak digunakan untuk keberlangsungan kegiatan budidaya. Kebutuhan pakan pabrik di Pulau Belitung sangat tergantung dari luar pulau khususnya dari Pulau Jawa dan Sumatera sehingga perlu dicari berbagai pakan alternatif untuk mengatasi kondisi jika terjadi kekurangan stok pakan atau keterlambatan pasokan ke 61

77 Pulau Belitung. Beberapa cara untuk menjaga ketersediaan pakan adalah dengan membuat stok untuk satu triwulan dan mencari pakan alternatif. 3. Kelompok Tani Pembudidaya Ikan Lele Desa Lenggang perlu mengatur pola tanam agar jumlah produksi menjadi terencana. 62

78 DAFTAR PUSTAKA Bactiar Y Panduan Lengkap Budi daya Lele Dumbo.Agromedia. Jakarta. [BPS] Badan Pusat Statistik Kabupaten Belitung Timur Kabupaten Belitung Timur dalam Angka. Belitung Timur: BPS Kabupaten Belitung Timur. [DKP] Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Belitung Laporan Tahunan Tahun Tanjungpandan: Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Belitung. [DKP] Departemen Kelautan dan Perikanan Kabupaten Belitung Timur Potensi Perikanan di Kabupaten Belitung Timur. Belitung Timur: DKP Kabupaten Belitung Timur. Gittinger JP Analisa Ekonomi Proyek-proyek Pertanian. Edisi ke-2. Sutomo S, K Mangiri. Penerjemah. Jakarta: Universitas Indonesia Press. Terjemahan dari: Economics Analysis of Agriculture Project. Gustav F Pengaruh Tingkat Kepadatan Terhadap Kelangsungan Hidup dan Pertumbuhan Benih Ikan Kakap putih (Lates calcalifer, Bloch) dalam Sistem Resirkulasi.Skripsi, Jurusan Budi daya Perairan, Fakultas Perikanan IPB.Bogor. Hendriana A Pembesaran Lele di Kolam Terpal. Jakarta: Penebar Swadaya. Huet M Textbook of Fish Culture: Breeding and Cultivation of Fish. Two edition. Fishing News Books Ltd. London. Husnan S dan Muhammad S Studi Kelayakan Proyek. Yogyakarta: Unit Penerbit dan Percetakan AMP YKPN. Kadariah, Kalina L, Gray C Pengantar Evaluasi Proyek. Jakarta: UI Press. Khairuman dan Amri K Budi daya Lele Dumbo secara Intensif. Jakarta: Agromedia Pustaka. Lestari S Analisis Kelayakan Usaha Pembenihan Lele Sangkuriang (Clarias sp.) Studi Kasus: Usaha Bapak Endang, Desa gadog Kecamatan Megamendung Kabupaten Bogor Jawa Barat [skripsi]. Bogor: Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Mudjiman. A Makanan Ikan. Jakarta: Penebar Swadaya. Najiyati S Memelihara Lele Dumbo di Kolam Taman. Jakarta: Penebar Swadaya. Nazir M Metode Penelitian. Cetakan 3. Jakarta: Ghalia Indonesia. 63

79 Nurmalina R, Sarianti T, Karyadi A Studi Kelayakan Bisnis. Bogor: Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Rachmani AA Analisis Kelayakan Pengusahaan Ikan Lele Phyton (Clarias sp.) pada Usaha Gudang Lele, Kota Bekasi Jawa Barat [skripsi]. Bogor: Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Rosmawati Analisis Kelayakan Pengusahaan Ikan Lele Dumbo (kasus: Kecamatan Babelan, Kabupaten Bekasi, Propinsi jawa Barat) [skripsi]. Bogor: Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Sembiring JM Analisis Kelayakan Usaha Pembesaran Lele Sangkuriang (Clarias sp.) (Studi Kasus: Yoyol Fish Farm, Desa Pasir Angin, Kecamatan Mega Mendung, Bogor, Jawa Barat) [skripsi]. Bogor: Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Sutrisno AY Analisis Usaha Pembenihan dan Pembesaran Ikan Lele Sangkuriang (Studi Kasus: Perusahaan Parakbada, Kelurahan Katulampa, Kota Bogor, Propinsi Jawa Barat) [skripsi]. Bogor: Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Umar H Studi Kelayakan Bisnis. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka. 64

80 LAMPIRAN 65

81 Lampiran 1. Peta Kabbupaten Bellitung Timu ur 66

82 Lampiran 2. Pola Produksi Usaha Pembesaran Ikan Lele Dumbo di Kelompok Tani Pembudidaya Ikan Lele Desa Lenggang Uraian Persiapan Pemeliharaan Panen Triwulan Nol Triwulan 1 Triwulan 2 Triwulan 3 Bulan 1 Bulan 2 Bulan 3 Bulan 4 Bulan 5 Bulan 6 Bulan 7 Bulan Uraian Triwulan 3 Triwulan 4 Triwulan 5 Triwulan 6 Bulan 9 Bulan 10 Bulan 11 Bulan 12 Bulan 13 Bulan 14 Bulan 15 Bulan Persiapan Pemeliharaan Panen Uraian Triwulan 6 Triwulan 7 Triwulan 8 Bulan 17 Bulan 18 Bulan 19 Bulan 20 Bulan 21 Bulan 22 Bulan 23 Bulan Persiapan Pemeliharaan Panen Keterangan: 1. Triwulan nol merupakan triwulan pembangunan kolam dan persiapan barang investasi lainnya (3 bulan) 2. Masa pembesaran lele dumbo selama 3 bulan (akhir bulan ke-3 lele terjual semua) 3. ppembesaran terdapat 72 kolam pembesaran ikan lele dumbo dengan luas total keseluruhan 599 m 2 67

83 Lampiran 3. Rincian Biaya Variabel Rata-rata per Triwulan Pengusahaan Pembesaran Ikan Lele Dumbo Kondisi Aktual pada Kelompok Tani Pembudidaya Ikan Lele Desa Lenggang Triwulan Pertama hingga Triwulan Keempat No Uraian Jumlah/Priode Total Satuan Harga Biaya/Priode (Rp) Biaya/Tahun (Rp) Pakan : 1) Pelet F ,5 98,5 Karung ) Pelet Hiprovite ,5 5, Karung ) Pelet Hiprovite ,5 39,5 106,5 261,5 Karung Pembelian Benih Ekor Tenaga Kerja Persiapan Kolam 3,406 3,407 3,407 3,407 13,62575 HOK Pengisian Air 5,688 5,688 5,688 5,688 22,75 HOK Penebaran Benih 2, , , , ,125 HOK Pemeliharaan 267,19 267,19 267,19 267, ,75 HOK Pemanenan HOK Pemakaian Listrik Rp Total Biaya Variabe

84 Lampiran 4. Laporan Rugi Laba Pengusahaan Pembesaran Ikan Lele Dumbo Kondisi Aktual pada Kelompok Tani Pembudidaya Ikan Lele Desa Lenggang A B No Uraian Tahun Tahun Inflow Penjualan Total Inflow Outflow 1 Biaya Variabel 1, Pakan : 1) Pelet F ) Pelet Hiprovite ) Pelet Hiprovite , Pembelian Benih , Tenaga Kerja - Persiapan Kolam Pengisian Air Penebaran Benih Pemeliharaan Pemanenan , Pemakaian Listrik Total Biaya Variabel Biaya Tetap Abodemen Listrik Komunikasi Transportasi Penyusutan Total Biaya Tetap Total Outflow EBIT ( ) ( ) ( ) ( ) ( ) ( ) Biaya Bunga EBT ( ) ( ) ( ) ( ) ( ) ( ) Pajak Penghasilan (25%) Laba Bersih Setelah Pajak ( ) ( ) ( ) ( ) ( ) ( ) 69

85 Lampiran 5. Laporan Rugi Laba Pengusahaan Pembesaran Ikan Lele Dumbo Kondisi Perencanaan Pengembangan Kelompok Tani Pembudidaya Ikan Lele Desa Lenggang A B No Uraian Triwulan Inflow Penjualan Total Inflow Outflow 1 Biaya Variabel 1, Pakan : 1) Pelet F ) Pelet Hiprovite ) Pelet Hiprovite , Pembelian Benih , Tenaga Kerja Persiapan Kolam Pengisian Air Penebaran Benih Pemeliharaan Pemanenan , Pemakaian Listrik Total Biaya Variabel Biaya Tetap Abodemen Listrik Komunikasi Transportasi Penyusutan Total Biaya Tetap Total Outflow EBIT Biaya Bunga EBT Pajak Penghasilan (25%) Laba Bersih Setelah Pajak

86 Lampiran 6. Cashflow Pengusahaan Pembesaran Ikan Lele Dumbo Kondisi Aktual pada Kelompok Tani Pembudidaya Ikan Lele Desa Lenggang No Uraian Triwulan INFLOW Total Hasil Penjualan Nilai Sisa TOTAL INFLOW OUTFLOW A BIAYA INVESTASI 1. Lahan Kolam Terpal Ember Bak sortir Serokan besar Serokan kecil Pompa Air Waring Selang Cangkul Golok Lampu Senter Total Biaya Investasi B BIAYA OPERASIONAL Biaya Tetap 1) Abodemen Listrik ) Komunikasi ) Transportasi Total Biaya Tetap Biaya Variabel 1, Pakan : 1) Pelet F ) Pelet Hiprovite ) Pelet Hiprovite , Pembelian Benih , Tenaga Kerja - Persiapan Kolam Pengisian Air Penebaran Benih Pemeliharaan Pemanenan , Pemakaian Listrik Total Biaya Variabel C PAJAK 25% TOTAL OUTFLOW NET BENEFIT ( ) ( ) ( ) DF 1,3125% 1 0,987 0,974 0,962 0,949 0,937 0,925 0,913 0,901 PV PER TRIWULAN ( ) ( ) ( ) PV NEGATIF ( ) PV POSITIF NPV ( ) IRR -10% Net B/C 0,57 Manfaat bersih per Triwulan ( ) PP ~ 71

87 Lampiran 7. Cashflow Pengusahaan Pembesaran Ikan Lele Dumbo Kondisi Perencanaan Pengembangan pada Kelompok Tani Pembudidaya Ikan Lele Desa Lenggang Triwulan No Uraian INFLOW Total Hasil Penjualan Nilai Sisa TOTAL INFLOW OUTFLOW A BIAYA INVESTASI 1. Lahan Kolam Terpal Ember Bak sortir Serokan besar Serokan kecil Pompa Air Waring Selang Cangkul Golok Lampu Senter Total Biaya Investasi B BIAYA OPERASIONAL Biaya Tetap 1) Abodemen Listrik ) Komunikasi ) Transportasi Total Biaya Tetap Biaya Variabel 1, Pakan : 1) Pelet F ) Pelet Hiprovite ) Pelet Hiprovite , Pembelian Benih , Tenaga Kerja - Persiapan Kolam Pengisian Air Penebaran Benih Pemeliharaan Pemanenan , Pemakaian Listrik Total Biaya Variabel C PAJAK 25% TOTAL OUTFLOW NET BENEFIT ( ) DF 1,3125% 1 0,987 0,974 0,962 0,949 0,937 0,925 0,913 0,901 PV PER TRIWULAN ( ) PV NEGATIF ( ) PV POSITIF NPV IRR 26% Net B/C 2,47 Manfaat bersih per Triwulan PP 5,51 72

88 Lampiran 8. Switching Value kenaikan Harga Pakan Kondisi Perencanaan Pengembangan pada Pengusahaan Pembesaran Ikan Lele Dumbo Kelompok Tani Pembudidaya Ikan Lele Desa Lenggang (24,47 persen) Triwulan No Uraian INFLOW Total Hasil Penjualan Nilai Sisa TOTAL INFLOW OUTFLOW A BIAYA INVESTASI 1. Lahan Kolam Terpal Ember Bak sortir Serokan besar Serokan kecil Pompa Air Waring Selang Cangkul Golok Lampu Senter Total Biaya Investasi B BIAYA OPERASIONAL Biaya Tetap 1) Abodemen Listrik ) Komunikasi ) Transportasi Total Biaya Tetap Biaya Variabel 1, Pakan : 1) Pelet F ) Pelet Hi-Pro-Vite ) Pelet Hi-Pro-Vite , Pembelian Benih , Tenaga Kerja - Persiapan Kolam Pengisian Air Penebaran Benih Pemeliharaan Pemanenan , Pemakaian Listrik Total Biaya Variabel C PAJAK (25%) TOTAL OUTFLOW NET BENEFIT ( ) DF 1,3125% 1 0,987 0,974 0,962 0,949 0,937 0,925 0,913 0,901 PV PER TRIWULAN ( ) PV NEGATIF ( ) PV POSITIF NPV (0) IRR 1,3125% Net B/C 1,00 Manfaat bersih per Triwulan PP 122,38 73

89 Lampiran 9. Switching Value Penurunan Produksi Kondisi Perencanaan Pengembangan pada Pengusahaan Pembesaran Ikan Lele Dumbo Kelompok Tani Pembudidaya Ikan Lele Desa Lenggang (11,54 persen) Triwulan No Uraian INFLOW Total Hasil Penjualan Nilai Sisa TOTAL INFLOW OUTFLOW A Biaya Investasi 1. Lahan Kolam Terpal Ember Bak sortir Serokan besar Serokan kecil Pompa Air Waring Selang Cangkul Golok Lampu Senter Total Biaya Investasi B BIAYA OPERASIONAL Biaya Tetap 1) Abodemen Listrik ) Komunikasi ) Transportasi Total Biaya Tetap Biaya Variabel 1, Pakan : 1) Pelet F ) Pelet Hiprovite ) Pelet Hiprovite , Pembelian Benih , Tenaga Kerja - Persiapan Kolam Pengisian Air Penebaran Benih Pemeliharaan Pemanenan , Pemakaian Listrik Total Biaya Variabel C PAJAK (25%) TOTAL OUTFLOW NET BENEFIT ( ) DF 1,3125% 1 0,987 0,974 0,962 0,949 0,937 0,925 0,913 0,901 PV PER TRIWULAN ( ) PV NEGATIF ( ) PV POSITIF NPV (0) IRR 1,3125% Net B/C 1,00 Manfaat bersih per Triwulan PP 122,38 74

90 Lampiran 10. Incremental Net Benefit pada Pengusahaan Pembesaran Ikan Lele Dumbo Kelompok Tani Pembudidaya Ikan Lele Desa Lenggang Triwulan Kondisi Aktual Benefit Cost Net benefit Kondisi Kondisi Perencanaan Kondisi Aktual Perencanaan Kondisi Aktual Pengembangan Pengembangan Kondisi Perencanaan Pengembangan Incremental Net Benefit DF=1,3125% PV/Triwulan ( ) ( ) , ( ) , ( ) , , , , , , Total ( )

91 Lampiran 11. Kuisioner Pertanian Bogor. Daftar pertanyaan ini digunakan sebagai bahan penyusun skripsi Analisis Kelayakan Usaha Pembesaran Ikan Lele Dumbo Kelompok Tani Pembudidaya Ikan Lele Desa Lenggang, Kecamatan Gantung, Belitung Timur, Bangka Belitung oleh Rino Aribowo (H ). Mahasiswa Program Sarjana Alih Jenis Agribisnis, Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut DAFTAR PERTANYAAN PENGUSAHAAN IKAN LELE A. Identitas Responden 1. Nama : 2. Jenis Kelamin : 3. Umur : 4. Alamat : 5. Jumlah Tanggungan Keluarga : 6. Pendidikan Terakhir : 7. Tgl/Bln/Thn Memulai Usaha : 8. Luas Lahan : 9. Luas Bangunan : 10. Apakah kegiatan pengusahaan ikan lele merupakan mata pencaharian utama: Ya/Tidak 11. Jika tidak, apa mata pencaharian utamanya : B. Produksi a) Persiapan Kolam No Uraian Kegiatan Keterangan 1 Lama Pengeringan 2 Lama Pembersihan Kolam

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Studi Kelayakan Proyek Proyek adalah suatu keseluruhan aktivitas yang menggunakan sumber-sumber untuk mendapatkan kemanfaatan (benefit),

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian kelayakan Usaha pembenihan dan pembesaran ikan lele Sangkuriang dilakukan di Perusahaan Parakbada, Katulampa, Kota Bogor, Provinsi Jawa

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Studi Kelayakan Proyek Proyek merupakan suatu kegiatan untuk membangun sistem yang belum ada. Sistem dibangun dahulu oleh proyek, kemudian dioperasionalkan

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perikanan merupakan salah satu subsektor pertanian yang potensial untuk dikembangkan di Indonesia. Hal ini dikarenakan sebagian besar wilayah Indonesia terdiri atas perairan

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikirian Teoritis Penelitian tentang analisis kelayakan yang akan dilakukan bertujuan melihat dapat tidaknya suatu usaha (biasanya merupakan proyek atau usaha investasi)

Lebih terperinci

ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGEMBANGAN PEMBIBITAN (BREEDING)SAPI POTONG PADA PT LEMBU JANTAN PERKAS (LJP), SERANG, PROPINSI BANTEN

ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGEMBANGAN PEMBIBITAN (BREEDING)SAPI POTONG PADA PT LEMBU JANTAN PERKAS (LJP), SERANG, PROPINSI BANTEN ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGEMBANGAN PEMBIBITAN (BREEDING)SAPI POTONG PADA PT LEMBU JANTAN PERKAS (LJP), SERANG, PROPINSI BANTEN Oleh: RONA PUTRIA A 14104687 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS

Lebih terperinci

ANALISIS KELAYAKAN USAHA PETERNAKAN KELINCI ASEP S RABBIT PROJECT, LEMBANG, KABUPATEN BANDUNG, JAWA BARAT. Oleh : Nandana Duta Widagdho A

ANALISIS KELAYAKAN USAHA PETERNAKAN KELINCI ASEP S RABBIT PROJECT, LEMBANG, KABUPATEN BANDUNG, JAWA BARAT. Oleh : Nandana Duta Widagdho A ANALISIS KELAYAKAN USAHA PETERNAKAN KELINCI ASEP S RABBIT PROJECT, LEMBANG, KABUPATEN BANDUNG, JAWA BARAT Oleh : Nandana Duta Widagdho A14104132 PROGRAM STUDI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Pada bagian ini dijelaskan tentang konsep yang berhubungan dengan penelitian kelayakan Usaha pembenihan dan pembesaran ikan lele Sangkuriang di

Lebih terperinci

ANALISIS KELAYAKAN PENGEMBANGAN USAHA IKAN HIAS AIR TAWAR PADA ARIFIN FISH FARM, DESA CILUAR, KECAMATAN BOGOR UTARA, KOTA BOGOR

ANALISIS KELAYAKAN PENGEMBANGAN USAHA IKAN HIAS AIR TAWAR PADA ARIFIN FISH FARM, DESA CILUAR, KECAMATAN BOGOR UTARA, KOTA BOGOR ANALISIS KELAYAKAN PENGEMBANGAN USAHA IKAN HIAS AIR TAWAR PADA ARIFIN FISH FARM, DESA CILUAR, KECAMATAN BOGOR UTARA, KOTA BOGOR SKRIPSI OOM ROHMAWATI H34076115 DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Usaha Pembesaran Lele Sangkuriang

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Usaha Pembesaran Lele Sangkuriang II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Usaha Pembesaran Lele Sangkuriang Pengembangan usaha budidaya ikan lele semakin meningkat setelah masuknya jenis ikan lele dumbo ke Indonesia pada tahun 1985. Keunggulan lele dumbo

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian

IV. METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Peternakan Maju Bersama, Desa Cikarawang, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Pemilihan lokasi penelitian

Lebih terperinci

ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL

ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL VII ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL Pada penelitian ini dilakukan analisis kelayakan finansial untuk mengetahui kelayakan pengusahaan ikan lele phyton, serta untuk mengetahui apakah usaha yang dilakukan pada

Lebih terperinci

II. KERANGKA PEMIKIRAN

II. KERANGKA PEMIKIRAN II. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis merupakan kumpulan teori yang digunakan dalam penelitian. Teori-teori ini berkaitan erat dengan permasalahan yang ada

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3. Metode Pengolahan dan Analisis Data

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3. Metode Pengolahan dan Analisis Data IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Restoran Pastel and Pizza Rijsttafel yang terletak di Jalan Binamarga I/1 Bogor. Pemilihan tempat penelitian ini dilakukan

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Studi Kelayakan Bisnis Studi kelayakan bisnis merupakan penelitian terhadap rencana bisnis yang tidak hanya menganalisis layak atau tidak

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Data dan Instrumentasi 4.3. Metode Pengumpulan Data

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Data dan Instrumentasi 4.3. Metode Pengumpulan Data IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian mengambil tempat di kantor administratif Koperasi Peternak Sapi Bandung Utara (KPSBU) Jawa Barat yang berlokasi di Kompleks Pasar Baru Lembang

Lebih terperinci

KERANGKA PEMIKIRAN. Pada bagian ini akan dijelaskan tentang konsep dan teori yang

KERANGKA PEMIKIRAN. Pada bagian ini akan dijelaskan tentang konsep dan teori yang III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Konseptual Pada bagian ini akan dijelaskan tentang konsep dan teori yang berhubungan dengan penelitian studi kelayakan usaha pupuk kompos pada Kelompok Tani

Lebih terperinci

KELAYAKAN PENGUSAHAAN JARAK PAGAR PADA KEBUN INDUK JARAK PAGAR PAKUWON, SUKABUMI JAWA BARAT. Oleh : DIAH KUSUMAYANTI A

KELAYAKAN PENGUSAHAAN JARAK PAGAR PADA KEBUN INDUK JARAK PAGAR PAKUWON, SUKABUMI JAWA BARAT. Oleh : DIAH KUSUMAYANTI A KELAYAKAN PENGUSAHAAN JARAK PAGAR PADA KEBUN INDUK JARAK PAGAR PAKUWON, SUKABUMI JAWA BARAT Oleh : DIAH KUSUMAYANTI A14104010 PROGRAM STUDI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoretis Kerangka pemikiran teoretis merupakan suatu penalaran peneliti yang didasarkan pada pengetahuan, teori, dalil, dan proposisi untuk menjawab suatu

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3. Metode Pengolahan dan Analisis Data

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3. Metode Pengolahan dan Analisis Data IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Peternakan Domba Tawakkal, yang terletak di Jalan Raya Sukabumi, Desa Cimande Hilir No.32, Kecamatan Caringin, Kabupaten

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3. Metode Pengumpulan Data

METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3. Metode Pengumpulan Data IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian dilakukan di Usaha Mi Ayam Bapak Sukimin yang terletak di Ciheuleut, Kelurahan Tegal Lega, Kota Bogor. Lokasi penelitian diambil secara sengaja (purposive)

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor perikanan pada dasarnya dibagi menjadi dua yaitu perikanan tangkap dan perikanan budidaya. Potensi sektor perikanan tangkap Indonesia diperkirakan mencapai 6,4

Lebih terperinci

ANALISIS KELAYAKAN USAHA PEMBENIHAN LARVA IKAN BAWAL AIR TAWAR BEN S FISH FARM CIBUNGBULANG, KABUPATEN BOGOR

ANALISIS KELAYAKAN USAHA PEMBENIHAN LARVA IKAN BAWAL AIR TAWAR BEN S FISH FARM CIBUNGBULANG, KABUPATEN BOGOR ANALISIS KELAYAKAN USAHA PEMBENIHAN LARVA IKAN BAWAL AIR TAWAR BEN S FISH FARM CIBUNGBULANG, KABUPATEN BOGOR SKRIPSI SURAHMAT H34066119 DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2 Jenis dan Sumber Data 4.3 Metode Penentuan Narasumber

IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2 Jenis dan Sumber Data 4.3 Metode Penentuan Narasumber IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di peternakan milik Bapak Sarno yang bertempat di Desa Citapen, Kecamatan Ciawi, Kabupaten Bogor, Jawa barat. Pemilihan lokasi

Lebih terperinci

ANALISIS KELAYAKAN PENGUSAHAAN LOBSTER AIR TAWAR (Kasus K BLAT S Farm, Kec. Gunung Guruh, Kab. Sukabumi, Jawa Barat) Oleh: KAMMALA AFNI A

ANALISIS KELAYAKAN PENGUSAHAAN LOBSTER AIR TAWAR (Kasus K BLAT S Farm, Kec. Gunung Guruh, Kab. Sukabumi, Jawa Barat) Oleh: KAMMALA AFNI A 1 ANALISIS KELAYAKAN PENGUSAHAAN LOBSTER AIR TAWAR (Kasus K BLAT S Farm, Kec. Gunung Guruh, Kab. Sukabumi, Jawa Barat) Oleh: KAMMALA AFNI A14104104 PROGRAM STUDI MANAJEMEN AGIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Definisi Proyek Menurut Kadariah et al. (1999) proyek merupakan suatu keseluruhan aktivitas yang menggunakan sumber-sumber untuk mendapatkan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 17 III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Gula merah tebu merupakan komoditas alternatif untuk memenuhi kebutuhan konsumsi gula. Gula merah tebu dapat menjadi pilihan bagi rumah tangga maupun industri

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Studi Kelayakan Proyek Proyek adalah kegiatan-kegiatan yang dapat direncanakan dan dilaksanakan dalam suatu bentuk kesatuan dengan mempergunakan

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN

IV METODE PENELITIAN IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Dian Layer Farm yang terletak di Kampung Kahuripan, Desa Sukadamai, Kecamatan Darmaga, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Pemilihan

Lebih terperinci

ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL DAN EKONOMI AGRIBISNIS NANAS

ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL DAN EKONOMI AGRIBISNIS NANAS ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL DAN EKONOMI AGRIBISNIS NANAS (Kasus : Kecamatan Sipahutar, Kababupaten Tapanuli Utara, Sumatera Utara) Oleh : IRWAN PURMONO A14303081 PROGRAM STUDI EKONOMI PERTANIAN DAN SUMBERDAYA

Lebih terperinci

VII ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL

VII ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL VII ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL Analisis kelayakan finansial dilakukan untuk mengetahui kelayakan pembesaran ikan lele sangkuriang kolam terpal. Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam aspek finansial

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di PT Mekar Unggul Sari, Kabupaten Bogor. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja (purposive) dengan alasan

Lebih terperinci

ANALISIS KELAYAKAN USAHA PUPUK ORGANIK KELOMPOK TANI BHINEKA I, DESA BLENDUNG, KABUPATEN SUBANG

ANALISIS KELAYAKAN USAHA PUPUK ORGANIK KELOMPOK TANI BHINEKA I, DESA BLENDUNG, KABUPATEN SUBANG ANALISIS KELAYAKAN USAHA PUPUK ORGANIK KELOMPOK TANI BHINEKA I, DESA BLENDUNG, KABUPATEN SUBANG SKRIPSI SYAHRA ZULFAH H34050039 DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN. Menurut Kadariah (2001), tujuan dari analisis proyek adalah :

III. KERANGKA PEMIKIRAN. Menurut Kadariah (2001), tujuan dari analisis proyek adalah : III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Analisis Kelayakan Investasi Pengertian Proyek pertanian menurut Gittinger (1986) adalah kegiatan usaha yang rumit karena penggunaan sumberdaya

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3. Metode Pengumpulan Data

METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3. Metode Pengumpulan Data VI METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian dilakukan di Wisata Agro Tambi, Desa Tambi, Kecamatan Kejajar, Kabupaten Wonosobo, Provinsi Jawa Tengah. Pemilihan lokasi dilakukan secara purposive

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu 4.2. Metode Pengambilan Responden 4.3. Desain Penelitian

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu 4.2. Metode Pengambilan Responden 4.3. Desain Penelitian IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilakukan di Desa Blendung, Kecamatan Purwadadi, Kabupaten Subang, Provinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi ini ditentukan secara sengaja (purposive)

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Pulau Panggang, Kelurahan Pulau Panggang, Kecamatan Kepulauan Seribu Utara, Kabupaten Administratif Kepulauan Seribu, DKI

Lebih terperinci

ANALISIS KELAYAKAN USAHA PEMBENIHAN KERAPU KECAMATAN GEROKGAK, KABUPATEN BULELENG, BALI. Oleh: NI WAYAN NARITA SUGAMA A

ANALISIS KELAYAKAN USAHA PEMBENIHAN KERAPU KECAMATAN GEROKGAK, KABUPATEN BULELENG, BALI. Oleh: NI WAYAN NARITA SUGAMA A ANALISIS KELAYAKAN USAHA PEMBENIHAN KERAPU KECAMATAN GEROKGAK, KABUPATEN BULELENG, BALI Oleh: NI WAYAN NARITA SUGAMA A14104079 PROGRAM STUDI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

KELAYAKAN FINANSIAL INVESTASI USAHATANI ASPARAGUS (Asparagus officionalis) RAMAH LINGKUNGAN, PT AGRO LESTARI, BOGOR HERLIANA RIDHAWATI A

KELAYAKAN FINANSIAL INVESTASI USAHATANI ASPARAGUS (Asparagus officionalis) RAMAH LINGKUNGAN, PT AGRO LESTARI, BOGOR HERLIANA RIDHAWATI A KELAYAKAN FINANSIAL INVESTASI USAHATANI ASPARAGUS (Asparagus officionalis) RAMAH LINGKUNGAN, PT AGRO LESTARI, BOGOR HERLIANA RIDHAWATI A14105555 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1.Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Studi Kelayakan Proyek Menurut Husnan dan Suwarsono (2000), proyek pada dasarnya merupakan kegiatan yang menyangkut pengeluaran modal (capital

Lebih terperinci

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN 17 BAB III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Proyek adalah suatu kegiatan yang mengeluarkan uang atau biaya-biaya dengan harapan akan memperoleh hasil yang secara logika merupakan wadah

Lebih terperinci

ANALISIS NILAI TAMBAH DAN PEMASARAN KAYU SENGON GERGAJIAN (Studi Kasus di Kecamatan Cigudeg Kabupaten Bogor)

ANALISIS NILAI TAMBAH DAN PEMASARAN KAYU SENGON GERGAJIAN (Studi Kasus di Kecamatan Cigudeg Kabupaten Bogor) ANALISIS NILAI TAMBAH DAN PEMASARAN KAYU SENGON GERGAJIAN (Studi Kasus di Kecamatan Cigudeg Kabupaten Bogor) Skripsi AHMAD MUNAWAR H 34066007 DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikirian Teoritis 3.1.1 Studi Kelayakan Proyek Studi kelayakan proyek adalah penelitian tentang dapat tidaknya suatu proyek (biasanya merupakan proyek investasi)

Lebih terperinci

VII. PEMBAHASAN ASPEK FINANSIAL

VII. PEMBAHASAN ASPEK FINANSIAL VII. PEMBAHASAN ASPEK FINANSIAL 7.1. Proyeksi Arus Kas (Cashflow) Proyeksi arus kas merupakan laporan aliran kas yang memperlihatkan gambaran penerimaan (inflow) dan pengeluaran kas (outflow). Dalam penelitian

Lebih terperinci

SKRIPSI AFIF FAKHRUZZAMAN H

SKRIPSI AFIF FAKHRUZZAMAN H ANALISIS KELAYAKAN USAHA PEMBENIHAN IKAN NILA GESIT (Studi : Unit Pembenihan Rakyat Citomi Desa Tanggulun Barat, Kec. Kalijati, Kab. Subang Jawaa Barat) SKRIPSI AFIF FAKHRUZZAMAN H34076008 DEPARTEMEN AGRIBISNIS

Lebih terperinci

IV METODOLOGI PENELITIAN

IV METODOLOGI PENELITIAN IV METODOLOGI PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di sebuah lokasi yang berada Desa Kanreapia Kecamatan Tombolo Pao, Kabupaten Gowa, Propinsi Sulawesi Selatan. Pemilihan lokasi

Lebih terperinci

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN BAB III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Definisi Proyek Kegiatan proyek dapat diartikan sebagai satu kegiatan sementara yang berlangsung dalam jangka waktu terbatas, dengan alokasi

Lebih terperinci

VII. ANALISIS FINANSIAL

VII. ANALISIS FINANSIAL VII. ANALISIS FINANSIAL Usaha peternakan Agus Suhendar adalah usaha dalam bidang agribisnis ayam broiler yang menggunakan modal sendiri dalam menjalankan usahanya. Skala usaha peternakan Agus Suhendar

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. ini yang dianalisis adalah biaya, benefit, serta kelayakan usahatani lada putih yang

METODE PENELITIAN. ini yang dianalisis adalah biaya, benefit, serta kelayakan usahatani lada putih yang III. METODE PENELITIAN A. Metode Dasar Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif analisis, yang merupakan suatu metode penelitian yang ditujukan untuk menggambarkan

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN. (Purposive) dengan alasan daerah ini cukup representatif untuk penelitian yang

METODOLOGI PENELITIAN. (Purposive) dengan alasan daerah ini cukup representatif untuk penelitian yang IV. METODOLOGI PENELITIAN 4.1. Tempat dan Waktu Penelitian Pengambilan data dilakukan pada bulan Februari sampai dengan bulan Maret 2011, bertempat di Desa Cikarawang, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor,

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis mengemukakan teori-teori terkait penelitian. Teori-teori tersebut antara lain pengertian proyek, keterkaitan proyek dengan

Lebih terperinci

EFISIENSI PENGGUNAAN INPUT DAN ANALISIS FINANSIAL PADA USAHA PENDEDERAN IKAN LELE DUMBO DI KECAMATAN CISEENG KABUPATEN BOGOR

EFISIENSI PENGGUNAAN INPUT DAN ANALISIS FINANSIAL PADA USAHA PENDEDERAN IKAN LELE DUMBO DI KECAMATAN CISEENG KABUPATEN BOGOR EFISIENSI PENGGUNAAN INPUT DAN ANALISIS FINANSIAL PADA USAHA PENDEDERAN IKAN LELE DUMBO DI KECAMATAN CISEENG KABUPATEN BOGOR ADY ERIADY WIBAWA SKRIPSI PROGRAM STUDI MANAJEMEN BISNIS DAN EKONOMI PERIKANAN-KELAUTAN

Lebih terperinci

VII. ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL

VII. ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL VII. ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL Pada penelitian ini dilakukan analisis kelayakan finansial untuk mengetahui kelayakan pengusahaan ikan lele, serta untuk mengetahui apakah usaha yang dilakukan pada kelompok

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Pengertian Studi Kelayakan Proyek Proyek adalah suatu kegiatan yang mengeluarkan uang atau biaya dengan harapan untuk memperoleh hasil dan

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di perusahaan peternakan sapi perah di CV. Cisarua Integrated Farming, yang berlokasi di Kampung Barusireum, Desa Cibeureum, Kecamatan

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian Metode Pengumpulan Data

IV METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian Metode Pengumpulan Data IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan pada Laboratorium Percontohan Pabrik Mini Pusat Kajian Buah Tropika (LPPM PKBT) yang berlokasi di Tajur sebagai sumber informasi

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian dilakukan di Kampung Budaya Sindangbarang, Desa Pasir Eurih, Kecamatan Tamansari, Kabupaten Bogor. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara purposive

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian berada di UPR Citomi Desa Tanggulun Barat Kecamatan Kalijati Kabupaten Subang Provinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Studi Analisis Kelayakan Usaha Analisis Kelayakan Usaha atau disebut juga feasibility study adalah kegiatan untuk menilai sejauh mana manfaat

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Kerangka Penelitian Usaha warnet sebetulnya tidak terlalu sulit untuk didirikan dan dikelola. Cukup membeli beberapa buah komputer kemudian menginstalnya dengan software,

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN. 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

IV METODE PENELITIAN. 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di peternakan kambing perah Prima Fit yang terletak di Desa Cibuntu, Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat.

Lebih terperinci

VII ANALISIS ASPEK FINANSIAL

VII ANALISIS ASPEK FINANSIAL VII ANALISIS ASPEK FINANSIAL Aspek finansial merupakan aspek yang dikaji melalui kondisi finansial suatu usaha dimana kelayakan aspek finansial dilihat dari pengeluaran dan pemasukan usaha tersebut selama

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Studi Kelayakan Usaha

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Studi Kelayakan Usaha II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Studi Kelayakan Usaha Studi kelayakan merupakan bahan pertimbangan dalam mengambil suatu keputusan, apakah menerima atau menolak suatu gagasan usaha yang direncanakan. Pengertian

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Teori Manfaat dan Biaya Dalam menganalisa suatu usaha, tujuan analisa harus disertai dengan definisi-definisi mengenai biaya-biaya dan manfaat-manfaat.

Lebih terperinci

STUDI KELAYAKAN BISNIS PENGEMBANGAN USAHA ISI ULANG MINYAK WANGI PADA USAHA PERSEORANGAN BOSS PARFUM, BOGOR. Oleh MOCH. LUTFI ZAKARIA H

STUDI KELAYAKAN BISNIS PENGEMBANGAN USAHA ISI ULANG MINYAK WANGI PADA USAHA PERSEORANGAN BOSS PARFUM, BOGOR. Oleh MOCH. LUTFI ZAKARIA H STUDI KELAYAKAN BISNIS PENGEMBANGAN USAHA ISI ULANG MINYAK WANGI PADA USAHA PERSEORANGAN BOSS PARFUM, BOGOR Oleh MOCH. LUTFI ZAKARIA H24077027 PROGRAM SARJANA MANAJEMEN PENYELENGGARAAN KHUSUS DEPARTEMEN

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Studi Kelayakan Proyek Proyek memiliki beberapa pengertian. Menurut Kadariah et al. (1999) proyek ialah suatu keseluruhan aktivitas yang menggunakan

Lebih terperinci

ANALISIS KELAYAKAN USAHA INSTALASI BIOGAS DALAM MENGELOLA LIMBAH TERNAK SAPI POTONG (PT. WIDODO MAKMUR PERKASA, CIANJUR) Oleh Muzayin A

ANALISIS KELAYAKAN USAHA INSTALASI BIOGAS DALAM MENGELOLA LIMBAH TERNAK SAPI POTONG (PT. WIDODO MAKMUR PERKASA, CIANJUR) Oleh Muzayin A 1 ANALISIS KELAYAKAN USAHA INSTALASI BIOGAS DALAM MENGELOLA LIMBAH TERNAK SAPI POTONG (PT. WIDODO MAKMUR PERKASA, CIANJUR) Oleh Muzayin A 14105576 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS

Lebih terperinci

ANALISIS USAHATANI JAMUR TIRAM PUTIH (Kasus : Kelompok Wanita Tani Hanjuang, Kecamatan Tamansari, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat)

ANALISIS USAHATANI JAMUR TIRAM PUTIH (Kasus : Kelompok Wanita Tani Hanjuang, Kecamatan Tamansari, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat) ANALISIS USAHATANI JAMUR TIRAM PUTIH (Kasus : Kelompok Wanita Tani Hanjuang, Kecamatan Tamansari, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat) Skripsi SRI ROSMAYANTI H 34076143 DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS

Lebih terperinci

ALOKASI PENGGUNAAN INPUT DAN ANALISIS FINANSIAL PADA USAHA PEMBESARAN IKAN GUPPY DI DESA PARIGI MEKAR, KECAMATAN CISEENG KABUPATEN BOGOR, JAWA BARAT

ALOKASI PENGGUNAAN INPUT DAN ANALISIS FINANSIAL PADA USAHA PEMBESARAN IKAN GUPPY DI DESA PARIGI MEKAR, KECAMATAN CISEENG KABUPATEN BOGOR, JAWA BARAT ALOKASI PENGGUNAAN INPUT DAN ANALISIS FINANSIAL PADA USAHA PEMBESARAN IKAN GUPPY DI DESA PARIGI MEKAR, KECAMATAN CISEENG KABUPATEN BOGOR, JAWA BARAT FANJIYAH WULAN ANGRAINI SKRIPSI PROGRAM STUDI MANAJEMEN

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3. Metode Penentuan Responden

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3. Metode Penentuan Responden IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Elsari Brownies and Bakery yang terletak di Jl. Pondok Rumput Raya No. 18 Bogor. Pemilihan lokasi ini dilakukan secara

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis merupakan kumpulan teori yang digunakan dalam penelitian. Teori-teori ini berkaitan dengan permasalahan yang ada dalam

Lebih terperinci

ANALISIS KELAYAKAN PERLUASAN USAHA PEMASOK IKAN HIAS AIR TAWAR Budi Fish Farm Kecamatan Cibinong, Kabupaten Bogor. Oleh: DWIASIH AGUSTIKA A

ANALISIS KELAYAKAN PERLUASAN USAHA PEMASOK IKAN HIAS AIR TAWAR Budi Fish Farm Kecamatan Cibinong, Kabupaten Bogor. Oleh: DWIASIH AGUSTIKA A ANALISIS KELAYAKAN PERLUASAN USAHA PEMASOK IKAN HIAS AIR TAWAR Budi Fish Farm Kecamatan Cibinong, Kabupaten Bogor Oleh: DWIASIH AGUSTIKA A 14105665 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Studi Kelayakan Bisnis Gittinger (1986) menyebutkan bahwa proyek pertanian adalah kegiatan usaha yang rumit karena menggunakan sumber-sumber

Lebih terperinci

ANALISIS KELAYAKAN PENGUSAHAAN BUNGA POTONG KRISAN LOKA FARM KECAMATAN CISARUA KABUPATEN BOGOR. Afnita Widya Sari A

ANALISIS KELAYAKAN PENGUSAHAAN BUNGA POTONG KRISAN LOKA FARM KECAMATAN CISARUA KABUPATEN BOGOR. Afnita Widya Sari A ANALISIS KELAYAKAN PENGUSAHAAN BUNGA POTONG KRISAN LOKA FARM KECAMATAN CISARUA KABUPATEN BOGOR Afnita Widya Sari A14105504 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Peternakan Agrifarm, yang terletak di desa Cihideung Udik Kecamatan Ciampea Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Pemilihan lokasi

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Kecamatan Muara Gembong, Kabupaten Bekasi. Pemilihan lokasi secara sengaja (purposive) berdasarkan pertimbangan bahwa

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. yang dikeluarkan selama produksi, input-input yang digunakan, dan benefit

METODE PENELITIAN. yang dikeluarkan selama produksi, input-input yang digunakan, dan benefit III. METODE PENELITIAN Penelitian ini bersifat kuantitatif, yang banyak membahas masalah biayabiaya yang dikeluarkan selama produksi, input-input yang digunakan, dan benefit yang diterima, serta kelayakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Obyek dan Lokasi Penelitian Obyek penelitian yang akan diangkat pada penelitian ini adalah Perencanaan budidaya ikan lele yang akan berlokasi di Desa Slogohimo, Wonogiri.

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Pengertian Investasi Kasmir dan Jakfar (2009) menyatakan bahwa investasi adalah penanaman modal dalam suatu kegiatan yang memiliki jangka waktu

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Sistem Agribisnis Agribisnis sering diartikan secara sempit, yaitu perdagangan atau pemasaran hasil pertanian.sistem agribisnis sebenarnya

Lebih terperinci

ANALISIS PENDAPATAN DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI HASIL PRODUKSI PEMBENIHAN IKAN GURAMI PETANI BERSERTIFIKAT SNI

ANALISIS PENDAPATAN DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI HASIL PRODUKSI PEMBENIHAN IKAN GURAMI PETANI BERSERTIFIKAT SNI ANALISIS PENDAPATAN DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI HASIL PRODUKSI PEMBENIHAN IKAN GURAMI PETANI BERSERTIFIKAT SNI (kasus di desa Beji Kecamatan Kedung Banteng Kabupaten Banyumas,Jawa Tengah) Oleh

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1.1. Kerangka Teoritis 3.1.2. Studi Kelayakan Proyek Gittinger (1986) mendefinisikan proyek pertanian sebagai suatu kegiatan investasi yang mengubah sumber-sumber finansial menjadi

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan menggunakan jenis data primer dan data sekunder. Data primer merupakan data yang diperoleh dari sumber data secara langsung.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 1 Sapi 0,334 0, Kerbau 0,014 0, Kambing 0,025 0, ,9 4 Babi 0,188 0, Ayam ras 3,050 3, ,7 7

I. PENDAHULUAN. 1 Sapi 0,334 0, Kerbau 0,014 0, Kambing 0,025 0, ,9 4 Babi 0,188 0, Ayam ras 3,050 3, ,7 7 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Salah satu aktivitas ekonomi dalam agribisnis adalah bisnis peternakan. Agribisnis bidang ini utamanya dilatarbelakangi oleh fakta bahwa kebutuhan masyarakat akan produk-produk

Lebih terperinci

STUDI KELAYAKAN USAHA PEMBESARAN IKAN LELE DUMBO (Clarias gariepinus) PENDAHULUAN

STUDI KELAYAKAN USAHA PEMBESARAN IKAN LELE DUMBO (Clarias gariepinus) PENDAHULUAN P R O S I D I N G 311 STUDI KELAYAKAN USAHA PEMBESARAN IKAN LELE DUMBO (Clarias gariepinus) Muhammad Alhajj Dzulfikri Fakultas Pertanian, Universitas Brawijaya PENDAHULUAN Perikanan merupakan salah satu

Lebih terperinci

ANALISIS KELAYAKAN USAHA PETERNAKAN ULAT SUTERA

ANALISIS KELAYAKAN USAHA PETERNAKAN ULAT SUTERA ANALISIS KELAYAKAN USAHA PETERNAKAN ULAT SUTERA (Studi Kasus pada Peternakan Ulat Sutera Bapak Baidin, Desa Karyasari, Kecamatan Leuwiliang, Kabupaten Bogor) SKRIPSI MADA PRADANA H34051579 DEPARTEMEN AGRIBISNIS

Lebih terperinci

EFISIENSI PENGGUNAAN INPUT DAN ANALISIS FINANSIAL USAHA PEMBESARAN IKAN MAS PADA KOLAM AIR DERAS DI DESA CINAGARA, KECAMATAN CARINGIN, KABUPATEN BOGOR

EFISIENSI PENGGUNAAN INPUT DAN ANALISIS FINANSIAL USAHA PEMBESARAN IKAN MAS PADA KOLAM AIR DERAS DI DESA CINAGARA, KECAMATAN CARINGIN, KABUPATEN BOGOR EFISIENSI PENGGUNAAN INPUT DAN ANALISIS FINANSIAL USAHA PEMBESARAN IKAN MAS PADA KOLAM AIR DERAS DI DESA CINAGARA, KECAMATAN CARINGIN, KABUPATEN BOGOR MEISWITA PERMATA HARDY SKRIPSI PROGRAM STUDI MANAJEMEN

Lebih terperinci

: NUSRAT NADHWATUNNAJA A

: NUSRAT NADHWATUNNAJA A ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI PAPRIKA HIDROPONIK DI DESA PASIR LANGU, KECAMATAN CISARUA, KABUPATEN BANDUNG Oleh : NUSRAT NADHWATUNNAJA A14105586 PROGRAM SARJANA

Lebih terperinci

SKRIPSI ROCH IKA OKTAFIYANI H

SKRIPSI ROCH IKA OKTAFIYANI H ANALISIS KELAYAKAN USAHA PEMBUATAN KERUPUK RAMBAK KULIT SAPI DAN KULIT KERBAU (Studi Kasus: Usaha Pembuatan Kerupuk Rambak di Kecamatan Pegandon Kabupaten Kendal, Jawa Tengah) SKRIPSI ROCH IKA OKTAFIYANI

Lebih terperinci

Oleh : TEUKU WOYLY BRAJAMUSTI A

Oleh : TEUKU WOYLY BRAJAMUSTI A ANALISIS PENDAPATAN USAHA PEMBENIHAN LARVA IKAN BAWAL AIR TAWAR (Studi Kasus pada Ben s Fish Farm, Desa Cigola, Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor, Jawa Barat) Oleh : TEUKU WOYLY BRAJAMUSTI A14101704

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Kabupaten Lampung Timur. Lokasi penelitian

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Kabupaten Lampung Timur. Lokasi penelitian 36 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Kabupaten Lampung Timur. Lokasi penelitian dipilih secara purposive (sengaja) dengan pertimbangan bahwa daerah

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis mengemukakan teori-teori terkait penelitian. Teori-teori tersebut antara lain pengertian proyek, keterkaitan proyek dengan

Lebih terperinci

KERANGKA PEMIKIRAN. 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis

KERANGKA PEMIKIRAN. 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Studi Kelayakan Studi kelayakan merupakan bahan pertimbangan dalam mengambil suatu keputusan, apakah menerima atau menolak dari suatu gagasan

Lebih terperinci

VII. ANALISIS ASPEK FINANSIAL

VII. ANALISIS ASPEK FINANSIAL VII. ANALISIS ASPEK FINANSIAL Analisis aspek finansial digunakan untuk menganalisis kelayakan suatu proyek atau usaha dari segi keuangan. Analisis aspek finansial dapat memberikan perhitungan secara kuantatif

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Konseptual Proyek adalah kegiatan-kegiatan yang direncanakan dan dilaksanakan dalam satu bentuk kesatuan dengan mempergunakan sumber-sumber untuk mendapatkan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Penelitian Kerangka pemikiran penelitian ini diawali dengan melihat potensi usaha yang sedang dijalankan oleh Warung Surabi yang memiliki banyak konsumen

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian dilaksanakan di penggilingan padi Sinar Ginanjar milik Bapak Candran di Desa Jomin Timur, Kecamatan Kota Baru, Kabupaten Karawang, Jawa Barat. Pemilihan

Lebih terperinci

STUDI KELAYAKAN USAHA TERNAK SAPI PERAH RAKYAT DI WILAYAH KABUPATEN BOGOR OLEH AGITA KIRANA PUTRI H

STUDI KELAYAKAN USAHA TERNAK SAPI PERAH RAKYAT DI WILAYAH KABUPATEN BOGOR OLEH AGITA KIRANA PUTRI H STUDI KELAYAKAN USAHA TERNAK SAPI PERAH RAKYAT DI WILAYAH KABUPATEN BOGOR OLEH AGITA KIRANA PUTRI H14104071 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 RINGKASAN

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN 36 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Defenisi Operasional Konsep dasar dan defenisi operasional mencakup pengertian yang digunakan untuk memperoleh data dan melakukan analisis sehubungan dengan

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU KONSUMEN DALAM PEMBELIAN MINYAK GORENG BERMEREK DAN TIDAK BERMEREK

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU KONSUMEN DALAM PEMBELIAN MINYAK GORENG BERMEREK DAN TIDAK BERMEREK ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU KONSUMEN DALAM PEMBELIAN MINYAK GORENG BERMEREK DAN TIDAK BERMEREK (Kasus : Rumah Makan di Kota Bogor) EKO SUPRIYANA A.14101630 PROGRAM STUDI EKSTENSI

Lebih terperinci