ANALISIS DAYASAING DAN RUMUSAN STRATEGI PENGEMBANGAN AGRIBISNIS KOPI INDONESIA SARI NALURITA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "ANALISIS DAYASAING DAN RUMUSAN STRATEGI PENGEMBANGAN AGRIBISNIS KOPI INDONESIA SARI NALURITA"

Transkripsi

1 ANALISIS DAYASAING DAN RUMUSAN STRATEGI PENGEMBANGAN AGRIBISNIS KOPI INDONESIA SARI NALURITA SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014

2

3 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis berjudul Analisis Dayasaing dan Rumusan Strategi Pengembangan Agribisnis Kopi Indonesia adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, Agustus 2014 Sari Nalurita NIM H

4 RINGKASAN SARI NALURITA. Analisis Dayasaing dan Rumusan Strategi Pengembangan Agribisnis Kopi Indonesia. Dibimbing oleh RATNA WINANDI dan SITI JAHROH. Indonesia merupakan eksportir keempat dunia untuk komoditi kopi, dengan peran rata-rata sebesar 4.76 persen terhadap total ekpor dunia. Brazil menempati posisi pertama dengan peran rata-rata sebesar persen, diikuti dengan Vietnam sebesar persen dan Colombia sebesar persen (ICO, 2012). Selain dijadikan sebagai komoditas ekspor, kopi juga berkembang di dalam negeri. Industri kopi domestik tidak hanya bertumpu pada komoditas primer semata (dalam bentuk biji kopi) melainkan dalam bentuk olahan guna memperoleh nilai tambah dan meningkatkan dayasaing yang akan meningkatkan konsumsi domestik. Secara garis besar industri kopi Indonesia digolongkan kedalam tiga skala usaha, yaitu industri kopi olahan kelas kecil, industri kopi olahan kelas menengah dan industri kopi olahan kelas besar. Guna mendorong keberlanjutan perkopian nasional dimasa mendatang, maka diperlukan kegiatan penelitian dan pengembangan yang dapat menghasilkan pencapaian strategi pengembangan agribisnis kopi Indonesia. Berdasarkan uraian tersebut maka tujuan penelitian ini adalah : (1) Menganalisis dayasaing agribisnis kopi di Indonesia secara komparatif dan kompetitif (2) Menganalisis dan merumusan strategi yang tepat untuk meningkatkan dayasaing tersebut Jenis dan sumber data yang digunakan adalah data primer dan sekunder, data primer diambil dengan metode wawancara. Data sekunder berupa data time series tahun 2008 sampai Metode analisis yang digunakan untuk menganalisis dayasaing komparatif dengan RCA dan analisis dayasaing kompetitif dengan Berlian Porter. Analisis dayasaing kopi secara komparatif dari tahun menggunakan RCA menghasilkan RCA rata-rata setiap tahunnya sebesar 5.56, hal ini menunjukkan bahwa kopi Indonesia berdayasaing eskpor dibandingkan dengan komoditi ekspor Indonesia lainnya. Analisis dayasaing secara kompetitif menggunakan Berlian Porter dengan enam komponen yaitu komponen faktor produksi (SDA, IPTEK, SDM), komponen permintaan, industri terkait dan pendukung, struktur, persaingan dan strategi serta peran pemerintah dan peran kesempatan, sebagian besar mendukung dayasaing kopi Indonesia. Hal ini dapat dilihat dari kekuatan dan peluang yang terdapat dalam analisis SWOT yang diturunkan dari analisis dayasaing secara kompetitif menggunakan Berlian Porter. Hasil analisis dan rumusan strategi SWOT adalah menghasilkan strategi terpilih S-O yaitu meningkatkan ekspor kopi Robusta olahan (produk diverensiasi) dan produksi kopi spesial. Strategi yang dapat dilakukan adalah dengan promosi dan pameran, diversifikasi produk dan pemanfaatan kafe-kafe kopi siap minum. Kata kunci: keunggulan kompetitif, keunggulan komparatif, Berlian Porter, RCA

5 SUMMARY SARI NALURITA. Competitiveness Analysis and Agribusiness Development Strategy of Indonesian Coffee. Supervised by RATNA WINANDI and SITI JAHROH. Indonesia is the world's fourth exporter of coffee, with the role of an average of 4.76 percent of total world exports. Brazil took first place with an average role of percent, followed by Vietnam at percent and percent of Colombia (ICO, 2012) In addition to be used as an export commodity, coffee is also grown in the country. Domestic coffee industry not only rely on primary commodities alone (in the form of coffee beans) but rather in the form of value-added processed in order to obtain and increase the competitiveness that will boost domestic consumption. Broadly speaking Indonesian coffee industry are classified into three business scale, the small class, middle class and large class of processed coffee industry. In order to promote the sustainability of national coffee in the future, it is necessary to research and development activities that may result in the achievement of Indonesian coffee agribusiness development strategy. Therefore the objectives of this research are: (1) To analyze the competitiveness of Indonesian coffee comparative and competitivety (2) To analyze and formulate the appropriate strategies to improve the competitiveness. From 2008 to 2013 RCA value of Indonesia was 5.56 on average annually, indicate that Indonesia coffee exports is more competitive compared to other Indonesian export commodities. Competitive analysis of Porter's Diamond with six components, namely the component factors of production (natural resources, science and technology, human resources), component demand, related and supporting industries, structure, competition and strategy as well as the role of government and the role of chance, mostly support the competitiveness of Indonesian coffee. It can be seen from the strengths and opportunities in the SWOT analysis which are derived from the analysis of Porter's Diamond. The results of SWOT analysis and strategy formulation is S-O strategy that produces strategy to increase exports of processed Robusta coffee (divers products) and production of specialty coffee. The strategy is to do with the promotion and exhibition, divers product and utilization of cafes that serve ready to drink coffee. Keywords: competitive advantage, comparative advantage, Porter s Diamond, RCA

6 Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2014 Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan IPB Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB

7 i ANALISIS DAYASAING DAN RUMUSAN STRATEGI PENGEMBANGAN AGRIBISNIS KOPI INDONESIA SARI NALURITA Tesis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains pada Program Studi Magister Sains Agribisnis SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014

8 ii Penguji Luar Komisi pada Ujian Tesis: Dr Ir Suharno, M.ADev

9 iii Judul Tesis : Analisis Dayasaing dan Rumusan Strategi Pengembangan Agribisnis Kopi Indonesia Nama : Sari Nalurita NIM : H Disetujui oleh Komisi Pembimbing Dr Ir Ratna Winandi, MS Ketua Siti Jahroh, Ph.D Anggota Diketahui oleh Ketua Program Studi Magister Sains Agribisnis Dekan Sekolah Pascasarjana Prof Dr Ir Rita Nurmalina, MS Dr Ir Dahrul Syah, MScAgr Tanggal Ujian: 27 Agustus 2014 Tanggal Lulus:

10 iv PRAKATA Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta ala atas segala karunia-nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Januari 2013 ini ialah dayasaing, dengan judul Analisis Dayasaing dan Rumusan Strategi Pengembangan Agribisnis Kopi Indonesia. Terima kasih penulis ucapkan kepada Dr Ir Ratna Winandi, MS dan Siti Jahroh, Ph.D selaku pembimbing, serta Dr Ir Suharno, M.ADev dan Dr. Amzul Rifin, SP, MA yang telah bersedia sebagai penguji dan banyak memberi saran guna memperkaya penulisan tesis ini. Di samping itu saya ucapkan terimakasih kepada Sayuti, MSi selaku peneliti di Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian Bogor dan Balai Besar Industri Agro yang telah bersedia membantu penulis dalam memperoleh informasi keragaan kopi Indonesia. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada orang tua saya Dra Sair, serta seluruh keluarga, atas segala doa dan kasih sayangnya. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat. Bogor, Agustus 2014 Sari Nalurita

11 v DAFTAR ISI DAFTAR TABEL i DAFTAR GAMBAR ii DAFTAR LAMPIRAN iii 1 PENDAHULUAN... 1 Latar Belakang... 1 Perumusan Masalah... 2 Tujuan Penelitian... 3 Manfaat Penelitian... 4 Ruang Lingkup Penelitian TINJAUAN PUSTAKA... 4 Analisis Strategi Pengembangan Agribisnis Komoditas Pertanian... 4 Daya Saing Kopi KERANGKA PEMIKIRAN... 8 Kerangka Pemikiran Teoritis... 8 Kerangka Pemikiran Operasional METODOLOGI PENELITIAN Jenis dan Sumber Data Metode Analisis AGRIBISNIS KOPI INDONESIA Perdagangan Kopi Dunia Agribisnis Kopi Indonesia DAYASAING AGRIBISNIS KOPI INDONESIA Analisis Keunggulan Komparatif Kopi Indonesia di Pasar Internasional Analisis Keunggulan Kompetitif Kopi Indonesia dengan Komponen Sistem Berlian Poter STRATEGI PENGEMBANGAN AGRIBISNIS KOPI INDONESIA Analisis Komponen Kekuatan, Kelemahan, Peluang dan Ancaman Matriks Faktor Strategi Eksternal (External Factor Analysis Strategy) dan Faktor Strategi Internal (Internal Factor Analysis Strategy) Perumusan Strategi dengan Matriks SWOT... 50

12 vi 8 KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Saran DAFTAR PUSTAKA DAFTAR LAMPIRAN... DAFTAR TABEL 1. Jenis dan Sumber Data yang Digunakan Jumlah Produksi Negara-negara Produsen Utama Kopi Dunia Tahun (000 Ton) Luas Areal Perkebunan Kopi Seluruh Indonesia Menurut Pengusahaan Lahan Tahun (Ha) Produksi Kopi Indonesia Tahun (Ton) Nilai Ekspor Kopi Indonesia dan Dunia serta Pangsa Pasar Kopi Indonesia pada Dunia Tahun Analisis RCA Kopi Indonesia di Pasar Internasional Tahun Luas Lahan, Jumlah Produksi dan Produktivitas Kopi Indonesia Tahun Jumlah Konsumsi Kopi Indonesia Tahun Perkembangan Ekspor Kopi Indonesia ke Tiga Negara Utama Tujuan Ekpor Tahun Pangsa pasar (market share) Lima Merek Kopi Tahun Analisis Concentration Ratio (CR 4 ) Analisis Komponen Kekuatan, Kelemahan, Peluang, dan Ancaman Matriks EFAS dan IFAS Matriks SWOT Agribisnis Kopi Indonesia Program Dayasaing dan Pengembangan Agribisnis Kopi Indonesia DAFTAR GAMBAR 1. Lingkup Pengembangan Sistem Agribisnis Porter s Diamond... 11

13 vii 3. Kerangka Pemikiran Operasional Kurva Perkembangan Produksi Lima Negara Produsen Kopi Utama Dunia Tahun Perkembangan Produksi Kopi Dunia Tahun Perkembangan Konsumsi Kopi Dunia Tahun Perkembangan Ekspor Kopi Dunia Tahun Perkembagan Empat Negara Pengeskpor Kopi Terbesar Dunia Tahun Perkembangan Import Kopi Dunia Tahun Pohon Industri Kopi Indonesia Bagan Saluran Pemasaran Kopi Indonesia Perkembangan Luas Perkebunan Kopi TAhun Perkembangan Ekspor Kopi Indonesia Berdasarkan Jenis, Tahun DAFTAR LAMPIRAN 1. Nilai Ekspor dan Pangsa Pasar Empat Negara Utama Pengekspor Kopi Dunia Tahun Hasil Analisis Concentration Ratio (CR 4 ) Tabel Jumlah Perusahaan Kopi Olahan yang Tersebar di Seluruh Provinsi Indonesia Tahun Daftar Perusahaan Eksportir Kopi Indonesia Tahun

14

15 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Agribisnis merupakan salah satu subsektor yang memberikan kontribusi besar dalam pencapaian surplus perdagangan Indonesia dari sektor pertanian. Sektor ini merupakan sektor yang sangat luas. Terdapat beberapa subsektor yang meliputi sektor pertanian, yaitu subsektor tanaman pangan, perikanan, hortikultura, perkebunan, perikanan, dan kehutanan. Berdasarkan subsektor perkebunan terdapat komoditi-komoditi yang memiliki peranan penting dalam perkembangan agribisnis di Indonesia. Kopi merupakan salah satu komoditas perkebunan unggulan Indonesia, khususnya untuk ekspor. Komoditas ini memiliki peranan penting khususnya sebagai sumber devisa, penyedia lapangan kerja, dan sebagai sumber pendapatan bagi petani ataupun pelaku ekonomi lainnya yang berhubungan dengan kopi. Sebagai penyedia lapangan kerja, perkebunan kopi mampu menyediakan lapangan kerja bagi dua juta petani kopi di Indonesia atau sekitar 1.7 persen dari total angkatan kerja pada tahun Mayoritas petani kopi tersebut menggantungkan hidupnya pada kopi sebagai sumber pendapatan utama (Ditjenbun 2012). Indonesia merupakan eksportir ke empat dunia untuk komoditi kopi, dengan peran rata-rata sebesar 4.76 persen terhadap total ekpor dunia. Brazil menempati posisi pertama dengan peran rata-rata sebesar persen, diikuti dengan Vietnam sebesar persen dan Colombia sebesar persen (ICO, 2012). Terdapat lebih dari 50 negara tujuan ekspor kopi Indonesia. Negara tujuan ekspor kopi Indonesia yang utama adalah Amerika Serikat dengan peran pasar rata-rata sebesar persen dari total ekspor kopi Indonesia. Diikuti oleh Jepang, Jerman dan Italia, masing-masing dengan peran pasar rata-rata sebesar 14.96, 15.88, dan 6.71 persen (Departemen Perdagangan, 2010). Tingkat konsumsi kopi per kapita masyarakat Indonesia tergolong sangat rendah dibandingkan dengan negara-negara pengimpor seperti masyarakat Eropa yang rata-rata mengkonsumsi kopi diatas lima kg/kapita/tahun dan Amerika Serikat di atas empat kg/kapita/tahun, sedangkan konsumsi kopi masyarakat Indonesia hanya sebesar 0.45 kg/kapita/tahun (International Coffee Organization, 2011). Selain dijadikan sebagai komoditas ekspor, kopi juga berkembang di dalam negeri. Industri kopi domestik tidak hanya bertumpu pada komoditas primer semata (dalam bentuk biji kopi) melainkan dalam bentuk olahan guna memperoleh nilai tambah dan meningkatkan daya saing yang akan meningkatkan konsumsi domestik. Secara garis besar industri kopi Indonesia digolongkan kedalam tiga skala usaha, yaitu industri kopi olahan kelas kecil, industri kopi olahan kelas menengah dan industri kopi olahan kelas besar. Pada awalnya industri pengolahan kopi hanya memproduksi kopi bentuk bubuk biasa. Akan tetapi,seiring perkembangan jaman dan perubahan gaya hidup masyarakat, terutama masyarakat perkotaan, yang cenderung konsumtif dan menyenangi produk instan, mengakibatkan produsen kopi mulai melakukan inovasi dengan memproduksi kopi bubuk dalam bentuk instan. Dengan demikian produk olahan kopi yang beredar dipasaran saat ini, antara lain; (1) kopi bubuk,

16 2 yaitu `kopi yang biasa diperdagangkan dan dijual dalam bentuk bubuk dengan berbagai merek, (2) Kopi bubuk instan merupakan campuran kopi dan gula saja dan (3) campuran antara kopi, gula, dan susu dengan berbagai merek, (4) Coffeemix merupakan campuran kopi, gula, dan krimer yang dikemas dengan berbagai merek dan (5) Kopi Cappucino merupakan campuran kopi, krim, dan susu yang dalam penyajiannya biasa ditambahkan whipped cream yang ditaburi dengan bubuk kayu manis. Industri pengolahan kopi di Indonesia mulai berkembang sejak tahun 1928 dengan didirikannya pabrik kopi bubuk pertama di Sidoarjo, Jawa Timur. Banyaknya perusahaan yang bergerak dalam industri kopi olahan dikarenakan kemudahan keluar masuk pasar yang rendah membuat kondisi persaingan semakin ketat terutama antara produsen skala besar (market leader) dengan produsen skala kecil (market follower). Lebih dari 106 juta bag kopi (1 bag = 60 Kg) dikonsumsi masyarakat Indonesia setiap tahunnya (Wahyudian, 2002). Banyak perusahaan kopi olahan di Indonesia memproduksi jenis kopi instan. Perusahaan yang memproduksi kopi instan yang mereknya cukup terkenal dikalangan masyarakat Indonesia diantaranya diproduksi oleh PT Nestle Beverage Indonesia dengan merek Nescafe, PT. Sari Incofood dengan merek dagang Indocafe, PT. Mayora Indah, Tbk dengan merek Torabika dan PT. Santos Jaya Abadi dengan beberapa merek seperti ABC, Kapal Api, dan Good Day. Pangsa pasar kopi instan dikuasai oleh Kapal Api yang diproduksi PT. Santos Jaya Abadi sebesar 35.7 persen pada tahun 2011 (Yuyanti, 2012). Pada era globalisasi perdagangan dewasa ini, kondisi persaingan semakin ketat dimana masing-masing negara saling membuka pasarnya. Pengembangan produk diversifikasi kopi olahan, seperti roasted coffee, instant coffee, coffee mix, decaffeinated coffee, soluble coffee, kopi bir (coffee beer), ice coffee mempunyai arti penting, karena dapat menjadi komoditas unggulan yang mempunyai daya saing tinggi di pasar internasional. Indonesia sebagai negara tropis disamping berpeluang untuk pengembangan produk diversifikasi kopi olahan tersebut diatas, juga berpotensi untuk pengembangan produk industri pengolahan kopi specialties dengan rasa khas seperti; Lintong Coffee, Lampung Coffee, Java Coffee, Kintamani Coffee, Toradja Coffee. Berdasarkan latar belakang perlunya mengetahui bagaimana dayasaing agribisnis kopi Indonesia kemudian merumuskan strategi-strategi untuk mengembangkan agribisnis kopi Indonesia. Perumusan Masalah Permasalahan yang di hadapi agribisnis kopi Indonesia cukup kompleks, mulai dari hulu (on farm) hingga ke hilir. Di sisi on farm, tingkat produktivitas kopi Indonesia lebih rendah dibandingkan dengan negara produsen utama kopi dunia lainnya seperti Brazil (1,000 kg/ha/tahun), Columbia (1,220 kg/ha/tahun), Vietnam (1,540/kh/ha/tahun). Produktivitas tanaman kopi di Indonesia baru mencapai 700 kg biji kopi/ha/tahun untuk Robusta dan 800 Kg biji kopi/ha/tahun untuk Arabika (Kemenperin, 2013). Rendahnya produktivitas kopi Indonesia disebabkan karena 95 persen kopi Indonesia merupakan perkebunan rakyat yang

17 3 umumnya belum menggunakan bibit kopi unggul, teknik budidaya yang masih sederhana serta lambat melakukan peremajaan tanaman, minimnya sarana dan prasarana pendukung mengakibatkan rendahnya mutu kopi Indonesia. Kualitas kopi menurut standar yang dikeluarkan Asosiasi Eksportir Kopi Indonesia tahun 1990 ditentukan oleh faktor umum dan khusus. Faktor-faktor umum antara lain adalah kadar air, kadar kotoran, bebas dari biji busuk, ukuran biji kopi. Faktor-faktor khusus yang menentukan kualitas biji kopi adalah nilai cacatnya. Dari sistem nilai cacat maka dikategorikan kedalam enam tingkatan mutu. Tingkat satu adalah kopi dengan mutu paling tinggi dan enam adalah mutu kopi paling rendah. Indonesia terkategori mengeskpor kopi dengan mutu lima dan enam yaitu kopi yang kualitasnya paling rendah. Di bagian hilir dalam hal produksi, industri hilir skala kecil memiliki keterbatasan sarana dan prasarana produksi (mesin pengolahan dan pengemasan), teknologi yang tinggi baru dimiliki oleh industri skala menengah dan besar, selain itu industri skala kecil kurang berinovasi dalam menciptakan diversifikasi produk yang saat ini jenis kopi olahan sudah sangat beragam dikalangan masyarakat. Total produsen kopi di Indonesia mencapai 205 perusahaan, namun sebagian besar adalah perusahaan dengan usaha skala kecil yang hanya menguasai pangsa pasar sebesar delapan persen saja (Bina UKM 2009), tabel jumlah produsen kopi dapat dilihat pada Lampiran 1. Di pasar internasional, Indonesia hanya mampu menyumbang 27.7 persen kopi jenis Arabika dari total produksi kopi domestik. Jenis Robusta lebih mudah dibudidayakan dikarenakan lebih tahan terhadap penyakit, sementara itu jenis hanya dapat tumbuh dan berproduksi optimal di dataran tinggi kisaran kaki atau sekitar meter diatas permukaan laut, sementara dataran tinggi Indonesia umumnya adalah lahan kehutanan yang tidak bisa dialih fungsikan menjadi lahan perkebunan. Maraknya sertifikasi bahan baku oleh eksportir asing menjadi masalah tersendiri yang memberatkan bagi petani. Hal ini dikarenakan oleh negara-negara yang menjadi pasar utama kopi dunia menginginkan kualitas kopi yang sesuai dengan tuntutan konsumen seperti food safety. Guna mendorong keberlanjutan perkopian nasional dimasa mendatang, maka diperlukan kegiatan penelitian dan pengembangan yang dapat menghasilkan pencapaian strategi pengembangan agribisnis kopi Indonesia. Berdasarkan uraian di atas maka dirumuskan permasalahan sebagai berikut : 1. Bagaimana dayasaing agribisnis kopi di Indonesia secara komparatif dan kompetitif? 2. Bagaimana analisis dan rumusan strategi yang tepat untuk meningkatkan dayasaing tersebut? Tujuan Penelitian Berdasarkan perumusan masalah yang telah diuraikan di atas, maka tujuan dilakukannya penelitian ini adalah : 1. Menganalisis dayasaing agribisnis kopi di Indonesia secara komparatif dan kompetitif. 2. Menganalisis dan merumuskan strategi yang tepat untuk meningkatkan dayasaing tersebut?

18 4 Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan serta informasi yang berguna bagi berbagai pihak yang berkepentingan, antara lain : 1. Para pengambil kebijakan khususnya pemerintah dan pelaku industri kopi sebagai bahan pertimbangan dalam melakukan perencanaan dan pengambilan keputusan mengenai agribisnis kopi di Indonesia. 2. Bagi penulis : a. Sebagai masukan bagi pengembangan ilmu pertanian yang terkait dengan permasalahan sekitar agribisnis kopi di Indonesia. b. Sebagai praktek pengalaman di dalam upaya menguji dan membandingkan teori-teori yang diperoleh selama perkuliahan dengan fakta-fakta (riil) di lapangan. 3. Bagi pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi : a. Sebagai bahan bacaan dan rujukan pustaka bagi penelitian sejenis dan penelitian lanjutan. b. Sebagai data dasar (bahan masukan data) untuk penelitian lebih lanjut dalam bidangnya bagi pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Ruang Lingkup Penelitian Komoditi kopi yang dianalisis dalam penelitian ini tidak membedakan jenis kopi, baik arabika maupun robusta. Kopi yang di analisis adalah biji kopi yang belum disangrai dan belum dihilangkan kafeinnya dengan kode internasional Analisis dayasaing di pasar internasional menggunakan analisis keunggulan komparatif yang dilihat dari total ekspor masing-masing negara, sedangkan analisis dayasaing kopi dalam negeri menggunakan analisis keunggulan kompetitif. Negara yang dianalisis hanya empat negara produsen dan eksportir kopi terbesar dunia. Data yang dianalisis adalah dalam kurun waktu 7 tahun yaitu tahun 2008 sampai TINJAUAN PUSTAKA Analisis Strategi Pengembangan Agribisnis Komoditas Pertanian Cahyani (2008) menganalisis Dayasaing dan Strategi Pengembangan Agribisnis Gula Indonesia dengan tujuan menganalisis peramalan konsumsi dan produksi dan dayasaing serta strategi pengembangan agribisnis gula Indonesia. Data yang digunakan adalah data sekunder. Analisis dilakukan secara deskriptif kualitatif. Model terbaik untuk meramalkan produksi gula Indonesia adalah ARIMA 1,1,2, sedangkan untuk konsumsi adalah Double Exponential Smoothing. Hasil peramalan adalah sampai dengan tahun 2025, konsumsi gula mengalami peningkatan, sedangkan produksinya belum mampu mencukupi kebutuhan

19 konsumsi dalam negeri. Analisis dayasaing menggunakan pendekatan Berlian Porter, dengan menggunakan enam komponen yaitu; (1) kondisi faktor sumberdaya; (2) kondisi permintaan; (3) industri terkait dan industri pendukung; (4) persaingan, struktur, dan strategi agribisnis gula Indonesia; (5) peran pemerintah; dan (6) peran kesempatan. Hasil analisis menunjukkan adanya komponen yang saling mendukung dan tidak saling mendukung dalam pengembangan agribisnis gula. Sedangkan strategi pengembangan agribisnis gula menggunakan metode SWOT antara lain strategi S-O, S-T, W-O, dan W-T. Strategi SO antara lain optimalisasi sumberdaya yang ada, pemanfaatan hasil samping pengolahan gula, penguatan kelembagaan, penyuluhan penerapan teknologi on farm. Strategi S-T antara lain, menjaga ketersediaan pasokan tebu, peningkatan kualitas dan efisiensi produksi gula, pengaturan produksi dan impor gula rafinasi. Strategi W-O antara lain, menciptakan lembaga permodalan bagi petani dan industri gula, rehabilitasi sarana prasarana penunjang PG, penataan varietas dan pembibitan, pengaturan ketersediaan pupuk dan bibit dalam waktu, jumlah, jenis, dan harga yang tepat, pengembangan industri gula di luar Jawa, perbaikan manajemen tebang muat angkut (TMA), mencari teknik budidaya yang sesuai untuk lahan bukan sawah. Sedangkan strategi W-T yang dirumuskan adalah rehabilitasi tanaman tebu keprasan (bongkar ratoon)., hasil SWOT kemudian dipetakan ke dalam gambar yang disebut arsitektur strategi. Rancangan arsitektur strategik Agribisnis Gula Indonesia merupakan rekomendasi yang diberikan peneliti sebagai jawaban atas tantangan yang dihadapi agribisnis gula. Rancangan ini merupakan peta strategi (blue print strategy) untuk mencapai sasaran agribisnis gula pada tahun 2025 mendatang, yaitu mencapai swasembada gula yang berdayasaing. Puspita (2009) menganalisis Dayasaing dan Strategi Pengembangan Agribisnis Gandum Lokal di Indonesia dengan tujuan untuk menganalisis kondisi sistem agribisnis gandum di Indonesia saat ini serta dayasaing agribisnis gandum lokal. Analisis dilakukan secara deskriptif kualitatif. Metode analisis data yang digunakan antara lain: analisis sistem agribisnis gandum di Indonesia, analisis dayasaing gula Indonesia menggunakan pendekatan Berlian Porter dengan menggunakan enam komponen yaitu ; (1) kondisi faktor sumberdaya; (2) kondisi permintaan; (3) industri terkait dan industri pendukung; (4) persaingan, struktur, dan strategi agribisnis gandum Indonesia; (5) peran pemerintah; dan (6) peran kesempatan. Sedangkan untuk strategi pengembangan agribisnis gandum menggunakan analisis SWOT yang kemudian dipetakan kedalam arsitektur strategik. Berdasarkan analisis Berlian Porter dihasilkan keterkaitan antar komponen yang saling mendukung dan tidak saling mendukung dayasaing agribisnis gandum. Keterkaitan antar komponen yang tidak saling mendukung lebih dominan dibandingkan keterkaitan antar komponen yang saling mendukung. Hal ini menunjukkan bahwa dayasaing agribisnis gandum lokal di Indonesia masih lemah. Hasil analisis SWOT menghasilkan strategi strategi S-O, S-T, W-O, dan W-T. Strategi S-O antara lain, optimalisasi lahan gandum lokal, membangun industri berbasis gandum lokal di pedesaan, penguatan kelembagaan, melakukan bimbingan, pembinaan, dan pendampingan bagi petani. Startegi S-T antara lain meningkatkan kualitas dan kuantitas produksi gandum lokal, pembatasan volume impor. Strategi W-O antara lain, melakukan kerjasama dengan industri makanan, membentuk kerjasama dengan lembaga permodalan serta memberdayakan 5

20 6 kelompok tani untuk melayani kegiatan simpan pinjam, mengatur ketersediaan benih, menciptakan varietas gandum baru untuk dataran rendah dan medium, melakukan sosialisasi dan promosi tentang agribisnis gandum kepada petani. Sedangkan strategi W-T yang dirumuskan adalah menciptakan produk olahan gandum berkualitas untuk segmentasi pasar tertentu. Dari sasaran, tantangan, dan program yang telah dirumuskan, hasilnya dipetakan ke dalam gambar yang disebut Arsitektur Strategik Agribisnis Gandum Lokal. Rancangan arsitektur strategik Agribisnis Gandum Lokal merupakan rekomendasi yang penulis berikan sebagai jawaban atas tantangan yang dihadapi agribisnis gandum lokal. Rancangan tersebut merupakan peta strategi (blue print strategy) untuk mencapai sasaran terbentuknya desa industri, mewujudkan diversifikasi pangan, dan mensubstitusi sebagian permintaan domestik dengan gandum lokal. Nurunisa (2011) menganalisis Dayasaing dan Strategi Pengembangan Agribisnis Teh Indonesia dengan tujuan untuk menelaah kondisi sistem agribisnis teh di Indonesia, menganalisis dayasaing serta merumuskan strategi pengembangan yang tepat untuk meningkatkan dayasaing tersebut. Analisis dilakukan secara deskriptif kualitatif. Alat analisis yang digunakan adalah Berlian Porter untuk menganalisis dayasaing the Indonesia secara kompetitif, dan SWOT dan arsitektur strategik untuk menghasilkan alternatif strategi. Analisis Berlian Porter digunakan dengan pendekatan enam komponen yang dianalisis keterkaitannya yaitu (1) kondisi faktor sumberdaya; (2) kondisi permintaan; (3) industri terkait dan industri pendukung; (4) persaingan, struktur, dan strategi agribisnis teh Indonesia; (5) peran pemerintah; dan (6) peran kesempatan. Analisis Berlian Porter menunjukkan bahwa komponen faktor sumberdaya dan komponen komposisi permintaan domestik, serta komponen faktor sumberdaya dengan komponen industri terkait dan industri telah saling mendukung, sementara komponen lainnya belum saling mendukung. Selain itu, apabila dilihat dari komponen pendukungnya, komponen peranan pemerintah baru memiliki keterkaitan yang mendukung dengan komponen faktor sumberdaya saja, sementara komponen peranan kesempatan telah mampu mendukung semua komponen utama. Strategi peningkatan dayasaing yang dihasilkan melalui analisis Matriks SWOT lebih mengarah kepada strategi peningkatan kinerja petani teh rakyat, yaitu dengan meningkatkan posisi tawar petani melalui penguatan kelompok tani dan dukungan dari adanya asosiasi dan Dewan Teh Indonesia. Soetrisno (2009) menganalisis strategi peningkatan dayasaing agribisnis kopi robusta dengan model daya saing tree five. Hasil penelitian dijelaskan ke dalam lima bagian. Pertama dari sisi usaha tani atau penawaran produksi, bahwa jumlah produksi kopi, harga pupuk di dalam negeri dan kebijakan protektif pemerintah kurang mendukung percepatan daya saing kopi robusta Indonesia. Kedua, dari segi permintaan, adanya peluang pasar yang besar di pasar domestik untuk produk kopi olahan. Ketiga, dari sisi lingkungan dan peluang usaha tani kopi robusta sebgaian besar masih diusahakan secara sederhana. Kegiatan usaha hilir kopi robusta belum banyak dilakukan padahal hal ini akan memberikan nikai tambah dari kopi robustan serta membuka lapangan kerja. Keempat dari segi kebijakan domestik dan internasional menyebutkan bahwa kurangnya dukungan dari pemerintah. Dan kelima dari segi sosial dan perilaku petani yang masih safety first, sehingga produktivitas belum mencapai optimal.

21 7 Daya Saing Kopi Asmarantaka (2011) melakukan penelitian mengenai daya saing ekspor kopi Indonesia dengan data time series 1989 sampai Metode analisis yang digunakan untuk menganalisis daya saing secara komparatif adalah RCA sedangkan secara kompetitif adalah EPD. Hasil dari RCA menunjukkan bahwa Indonesia memiliki dayasaing kopi secara komparatif dengan nilai RCA rata-rata sedangkan secara kompetitif melalui EPD diketahui bahwa meskipun ekspor kopi dunia mengalami pertumbuhan yang menurun, namun ekspor kopi Indonesia mengalami pertumbuhan yang positif. Penelitian mengenai daya saing juga pernah dilakukan oleh Meryana (2007), yang menganalisis daya saing kopi robusta Indonesia di pasar internasional dengan tujuan (1) mengetahui struktur industri kopi robusta di pasar internasional, (2) menganalisis keunggulan komparatif industri kopi robusta Indonesia, (3) mengetahui keunggulan kompetitif industri kopi robusta Indonesia dan (4) merumuskan strategi dayasaing kopi robusta Indonesia. Struktur industri dianalisis dengan menggunakan Herfindahl Index dengan hasil struktur pasar ke arah oligopoli. Keunggulan komparatif dianalis dengan menggunakan Revealed Comparative Advantage (RCA) yang menunjukkan bahwa industri kopi nasional memiliki keunggulan komparatif yang ditunjukkan dengan nilai RCA yang lebih dari satu, sementara hasil analisis keunggulan kompetitif yang menggunakan pendekatan Berlian Porter dengan empat kompenen yaitu faktor sumberdaya, faktor permintaan, faktor industri terkait dan pendukung serta faktor persaingan, struktur dan strategi perusahaan, menunjukkan bahwa faktor sumberdaya, kondisi permintaan domestik, dan struktur pasar mendukung industri kopi dalam negeri berkembang. Strategi dianalisis dengan alat analisis SWOT. Guna meningkatkan keunggulan kompetitif, maka industri kopi robusta nasional perlu memperbaiki dalam hal budidaya dan infrastruktur sehingga dapat menghasilkan biji kopi dengan kualitas yang baik. Mustopa (2010) juga menganalisis dayasaing kopi Indonesia di pasar internasional. Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis keunggulan komparatif kopi Indonesia, menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi keunggulan komparatif dan kompetitif kopi Indonesia, serta menyusun strategi dalam rangka meningkatkan dayasaing kopi Indonesia di pasar internasional. Keunggulan komparatif dianalisis menggunakan RCA, sedangkan faktor-faktor yang mempengaruhi keunggulan komparatif menggunakan OLS, dan faktor-faktor yang mempengaruhi keunggulan kompetitif menggunakan pendekatan Berlian Porter dengan menggunakan empat kompenen yaitu faktor sumberdaya, faktor permintaan, faktor industri terkait dan pendukung serta faktor persaingan, struktur dan strategi perusahaan. Hasil RCA yang dianalisis Andiati Mustopa sama dengan Meryana (2007) bahwa Indonesia memiliki keunggulan komparatif. Sementara faktor-faktor yang mempengaruhi keunggulan komperatif kopi adalah produktivitas kopi, volume ekspor kopi, harga ekspor kopi, dan dummy krisis perkopian dunia. Hasil Berlian Porter menunjukkan bahwa kopi Indonesia mempunyai keunggulan kompetitif yang didukung oleh cuaca, iklim dan luas lahan.

22 8 Senada dengan Meryana (2007), Siahaan (2008) menyatakan bahwa struktur pasar kopi arabika di pasar internasional berbentuk oligopoli. Hal ini ditunjukkan oleh nilai CR 4 sebesar 64 persen. RCA bernilai 2,65 menandakan Indonesia memiliki keunggulan komparatif dalam hal daya saing kopi robusta di pasar internasional. Berdasarkan analisis kualitatif, yaitu menggunakan Teori Berlian Porter maka dapat diketahui kondisi internal dan eksternal dalam pengusahaan kopi Arabika. Industri kopi Arabika nasional mempunyai keunggulan kompetitif namun masih harus dibenahi melalui perbaikan teknik budidaya, penyediahaan modal, dan pengadaan infrastruktur yang mendukung terhadap indutri kopi Arabika nasional sehingga dapat menghasilkan kopi yang berkualitas dan mampu bersaing dengan negara-negara produsen kopi Arabika di dunia. Perbedaan yang ada pada penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah penelitian ini tidak hanya membahas dayasaing kopi namun juga kondisi agribisnis kopi Indonesia dari subsistem hulu hingga hilir serta strategi pengembangan agribisnis kopi Indonesia dengan alat analisis SWOT. 3 KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis menjelaskan teori-teori yang digunakan untuk membantu dalam pelaksanaan setiap tahapan penelitian dan penyusunan karya ilmiah. Teori-teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah Konsep Agribisnis, Konsep Dayasaing dan Formulasi Strategi. Konsep Agribisnis Konsep agribisnis (Pasaribu 2012) adalah sebagai berikut: 1. Suatu kesatuan kegiatan usaha yang meliputi salah satu atau keseluruhan dari mata rantai produksi, pengolahan hasil, dan pemasaran yang luas, yaitu kegiatan usaha yang menunjang kegiatan pertanian dan kegiatan usaha yang ditunjang oleh kegiatan-kegiatan pertanian. 2. Sebuah sistem kegiatan yang meliputi tiga komponen the farm input sector, the farming sector, dan the product marketing sector. 3. Keseluruhan dan kesatuan dari seluruh organisasi dan kegiatan mulai dari produksi dan distribusi sarana produksi, kegiatan produksi pertanian di lahan pertanian sampai dengan pengumpulan, penyimpanan, pengolahan dan turun sampai distribusi hasil akhir dari pengolahan tersebut ke konsumen. 4. Agribisnis meliputi semua aktivitas sebagai rangkaian system, terdiri dari (1) sistem pengadaan dan penyaluran sarana produksi, teknologi dan pengembangan sumberdaya pertanian, (2) subsistem produksi pertanian atau usaha tani, (3) subsistem pengolahan hasil-hasil pertanian atau agroindustri, dan (4) subsistem distribusi dan pemasaran hasil pertanian.

23 9 Secara konseptual, agribisnis merupakan suatu sistem yang terdiri atas empat subsistem yang saling mendukung dan terkait satu sama lain sebagai berikut (Sa id dan Prastiwi, 2005) : 1. Subsistem agribisnis hulu (upstream agribusiness), meliputi kegiatan pengadaan dan penyaluran sarana produksi pertanian primer termasuk dalam subsistem tersebut adalah industri agrokimia (pupuk dan pestisida), agroindustri otomotif (mesin dan peralatan), dan industri benih. 2. Subsistem usahatani (on farm agribusiness), meliputi kegiatan yang menggunakan sarana yang dihasilkan dari subsistem agribisnis hulu. 3. Subsistem agribisnis hilir (down stream agribusiness), meliputi pengolahan komoditas pertanian primer menjadi produk olahan, baik produk antara (intermediate product) maupun produk akhir (finished product) beserta kegiatan distribusinya. 4. Subsistem pemasaran komoditas-komoditas agribisnis. Keempat subsistem agribisnis tersebut dalam pelaksanaannya didukung oleh subsistem penunjang agribisnis (supporting system) sebagai jasa dalam menunjang kegiatan subsistem agribisnis. Yang termasuk dalam penunjang subsistem agribisnis antara lain lembaga pertanahan, lembaga keuangan (perbankan dan asuransi), lembaga penelitian, infrastuktur, lembaga pendidikan dan konsultasi agribisnis, serta kebijakan pemerintah. Dengan demikian, agribisnis merupakan suatu sistem usaha dibidang pertanian yang bersifat mega sektor, meliputi tingkat hulu, produksi komoditas agribisnis, dan kegiatan ditingkat hilir berupa kegiata pascapanen. Sub-Sistem Agribisnis Sub-Sistem Usahatani Sub-Sistem Pengolahan Sub-Sistem Pemasaran Industri benih / pembibitan Industri kimia, agrochemical Industri agro otomotif Usaha tanaman pangan dan hortikultura Usaha tanaman perkebunan kehutanan Usaha Peternakan perikanan Industri makanan Industri minuman Industri serat alam: tekstil Industri biofarma Industri wisata, estetika Distribusi Promosi Informasi pasar Struktur pasar Kebijakan perdagangan Sub Sistem Jasa dan Penunjang Keuangan: perkreditan, pembiayaan, permodalan dan asuransi Penelitian dan pengembangan Pendidikan dan penyuluhan Transportasi dan pergudangan Gambar 1 Lingkup Pengembangan Sistem Agribisnis Sumber : Saragih, 2010.

24 10 Konsep Dayasaing Daya saing merupakan kemampuan suatu komoditi untuk memasuki pasar luar negeri dan kemampuan untuk dapat bertahan dalam pasar tersebut. Pengertian daya saing juga mengacu pada kemampuan suatu negara untuk memasarkan produk yang dihasilkan negara relatif terhadap kemampuan negara lain (Porter, 1990). Simanjuntak (1992) dalam Siregar (2009) mengatakan bahwa dayasaing dapat diartikan sebagai kemampuan suatu produsen untuk memproduksi suatu produk dengan biaya yang cukup rendah sehingga pada harga-harga yang terjadi di pasar internasional kegiatan produksi tersebut menguntungkan. Pada dasarnya, pembangunan agribisnis merupakan suatu upaya untuk meningkatkan dayasaing yang dilakukan melalui transformasi keunggulan komparatif menjadi keunggulan bersaing (competitive advantage). Pendekatan yang sering digunakan untuk mengukur dayasaing suatu komoditi di suatu negara dilihat dari dua indicator yaitu keunggulan komparatif dan keunggulan kompetitif. Konsep Keunggulan Komparatif Pada tahun 1817 David Ricardo menerbitkan buku berjudul Principles of political Economy and Taxation yang berisi penjelasan mengenai hukum keunggulan komparatif. Hukum ini merupakan salah satu hukum perdagangan internasional yang paling penting dan merupakan hukum ekonomi yang masih belum mendapat tantangan dari berbagai aplikasi dalam praktek. David Ricardo mendasarkan hukum keunggulan komparatifnya pada sejumlah asumsi yang disederhanakan yaitu (1) hanya terdapat dua negara dan dua komoditi, (2) perdagangan bersifat bebas, (3) terdapat mobilitas tenaga kerja yang sempurna di dalam negara namun tidak ada mobilitas antara dua negara, (4) biaya produksi constant, (5) tidak terdapat biaya transportasi, (6) tidak ada perubahan teknologi, dan (7) menggunakan teori tenaga kerja. Sementara asumsi satu sampai enam dapai diterima dengan mudah, asumsi tujuh tidaklah berlaku dan seharusnya tidak digunakan untuk menjelaskan keunggulan komparatif. Keunggulan Kompetitif (Teori Berlian Porter) Keunggulan kompetitif (competitive advantage) merupakan alat yang digunakan untuk mengukur dayasaing suatu aktivitas berdasarkan pada kondisi perekonomian aktual. Secara operasional, Simatupang dalam Siregar (2009) menyebutkan bahwa keunggulan kompetitif adalah kemampuan memasok barang dan jasa pada waktu, tempat dan bentuk yang diinginkan konsumen, baik di pasar domestik maupun pasar internasional, pada harga yang sama atau lebih rendah dibandingkan yang ditawarkan oleh pesaing, seraya memperoleh laba paling tidak sebesar ongkos penggunaan (opportunity cost) sumberdaya. Kondisi ini menyebabkan keunggulan kompetitif tidak saja ditentukan oleh keunggulan komparatif (menghasilkan barang lebih murah dibandingkan dengan pesaing), tetapi juga ditentukan oleh kemampuan untuk memasok produk dengan atribut (karakter) yang sesuai dengan keinginan konsumen. Porter (1990) melakukan studi kasus di 10 negara maju untuk mengkaji daya saing (competitiveness) dari perspektif mikro (perusahaan) ke perspektif daya saing negara. Konsep Porter ini dikenal sebagai Diamond of Competitive Advantage atau teori Porter s Diamond. Keunggulan kompetitif suatu negara

25 11 ditentukan oleh empat faktor yang harus dipunyai suatu negara untuk bersaing secara global. Keempat faktor tersebut adalah faktor-faktor produksi (factor condition), keadaan permintaan dan tuntutan mutu (demand condition), industri terkait dan pendukung yang kompetitif (related supporting industry) dan juga faktor struktur, strategi serta persaingan perusahaan. Selain keempat faktor penentu tersebut ditambah juga oleh dua faktor eksternal yaitu sistem pemerintahan (government) dan kesempatan (chance events). Secara bersama faktor-faktor ini membentuk sistem dalam peningkatan keunggulan daya saing yang disebut model The National Diamond. Chance Firm strateg, structure and rivalry Goverment Factor conditions Demand conditions Goverment Related and supporting industries Chance Gambar 2 Porter s Diamond Sumber : Porter, 1990 Porter juga memasukkan dua variabel di luar model, yaitu peranan pemerintah dan peranan kesempatan yang turut akan mempengaruhi model, dimana peran pemerintah menjadi faktor penting dalam meningkatkan dayasaing melalui kebijakan. Tetapi pemerintah tidak dapat menciptakan keunggulan bersaing secara langsung. Peran pemerintah dalam meningkatkan daya saing adalah dengan memfasilitasi lingkungan industri yang mampu memperbaiki kondisi faktor daya saing sehingga bisa didayagunakan secara aktif dan efisien. Sementara itu peran kesempatan berada di luar kendali perusahaan maupun pemerintah, namun dapat mempengaruhi daya saing seperti adanya penemuan baru. Setiap atribut yang terdapat dalam Teori Berlian Porter memiliki poin-poin penting yang menjelaskan secara detail atribut yang ada, dengan penjelasan sebagai berikut: 1. Factor Condition (Kondisi Faktor) Kondisi faktor yaitu posisi negara dalam hal penguasaan faktor produksi merupakan syarat kecukupan untuk bersaing. Sumber daya merupakan faktor produksi yang penting untuk bersaing. Sumber daya digolongkan menjadi lima kelompok, yaitu : (i) sumber daya manusia; (ii) sumber daya fisik seperti aksesbilitas; (iii) sumber daya ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK); (iv)

26 12 sumber daya modal; dan (v) sumberdaya infrastruktur. Tenaga kerja yang terampil ditunjang dengan penguasaan IPTEK, ketersediaan bahan mentah merupakan keunggulan kompetitif suatu negara yang juga didukung oleh kemudahaan dalam memperoleh modal dan kondisi infrastruktur yang memadai. i. Sumberdaya Fisik atau Alam Sumberdaya fisik atau sumberdaya alam yang mempengaruhi dayasaing industri nasional mencakup biaya, aksesibilitas, mutu dan ukuran lahan (lokasi), ketersediaan air, mineral dan energi serta sumberdaya pertanian, perkebunan, kehutanan, perikanan (termasuk sumberdaya perairan laut lainnya), peternakan, serta sumberdaya alam lainnya, baik yang dapat diperbaharui maupun yang tidak dapat diperbaharui. Begitu juga kondisi cuaca dan iklim, luas wilayah geografis, kondisi topografis, dan lain-lain. ii. Sumberdaya Manusia Sumberdaya manusia yang mempengaruhi dayasaing industri nasional terdiri dari jumlah tenaga kerja yang tersedia, kemampuan manajerial dan keterampilan yang dimiliki, biaya tenaga kerja yang berlaku (tingkat upah), dan etika kerja (termasuk moral). iii. Sumberdaya Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Sumberdaya IPTEK mencakup ketersediaan pengetahuan pasar, pengetahuan teknis, dan pengetahuan ilmiah yang menunjang dan diperlukan dalam memproduksi barang dan jasa. Begitu juga ketersediaan sumber-sumber pengetahuan dan teknologi, seperti perguruan tinggi, lembaga penelitian dan pengembangan, lembaga statistik, literatur bisnis dan ilmiah, basis data, laporan penelitian, asosiasi pengusaha, asosiasi perdagangan, dan sumber pengetahuan dan teknologi lainnya. iv. Sumberdaya Modal Sumberdaya modal yang mempengaruhi dayasaing nasional terdiri dari jumlah dan biaya (suku bunga) yang tersedia, jenis pembiayaan (sumber modal), aksesibilitas terhadap pembiayaan, kondisi lembaga pembiayaan dan perbankan, tingkat tabungan masyarakat, peraturan keuangan, kondisi moneter dan fiskal, serta peraturan moneter dan fiskal. v. Sumberdaya Infrastruktur Sumberdaya infrastruktur yang mempengaruhi dayasaing nasional terdiri dari ketersediaan jenis, mutu, dan biaya penggunaan infrastruktur yang mempengaruhi persaingan. Termasuk sistem transportasi, komunikasi, pos dan giro, pembayaran transfer dana, air bersih, energi listrik, dan lain-lain. 2. Demand Condition (Kondisi Permintaan) Kondisi permintaan mempengaruhi besarnya dayasaing suatu komoditi atau produk, dimana kondisi permintaan dapat berasal dari pasar domestik dan pasar internasional. Kondisi ini berperan penting dalam meningkatkan dayasaing, karena ketika permintaan semakin besar, maka akan semakin besar juga produsen mencoba untuk memenuhi kebutuhan konsumen tersebut dan bersaing melalui inovasi produk dan peningkatan kualitas. Ada tiga faktor kondisi permintaan yang mempengaruhi dayasaing yaitu:

27 13 i. Komposisi Permintaan Domestik Karakteristik permintaan domestik sangat mempengaruhi dayasaing industri nasional. Karakteristik tersebut meliputi: a) Struktur segmen permintaan merupakan faktor penentu dayasaing industri nasional. Pada umumnya perusahaan-perusahaan lebih mudah memperoleh dayasaing pada struktur segmen permintaan yang lebih luas dibandingkan dengan struktur segmen yang sempit. b) Pengalaman dan selera pembeli yang tinggi akan meningkatkan tekanan kepada produsen untuk menghasilkan produk yang bermutu dan memenuhi standar yang tinggi yang mencakup standar mutu produk, product features, dan pelayanan. c) Antisispasi kebutuhan pembeli yang baik dari perusahaan dalam negeri merupakan suatu poin dalam memperoleh keunggulan dayasaing. ii. Jumlah Permintaan dan Pola Pertumbuhan Jumlah atau besarnya permintaan domestik mempengaruhi tingkat persaingan dalam negeri, terutama disebabkan oleh jumlah pembeli bebas, tingkat pertumbuhan permintaan domestik, timbulnya permintaan baru, dan kejenuhan permintaan lebih awal sebagai akibat perusahaan domestik melakukan penetrasi pasar lebih awal. Pasar domestik yang luas dapat diarahkan untuk mendapatkan keunggulan kompetitif dalam suatu industri. Hal ini dapat dilakukan jika industri dilakukan dalam skala ekonomis melalui adanya penanaman modal dengan membangun fasilitas skala besar, pengembangan teknologi dan peningkatan produktivitas. iii. Internasionalisasi Permintaan Domestik Pembeli lokal yang merupakan pembeli dari luar negeri akan mendorong dayasaing industri nasional, karena dapat membawa produk tersebut ke luar negeri. Konsumen yang memiliki mobilitas internasional tinggi dan sering mengu njungi suatu negara juga dapat mendorong meningkatnya dayasaing produk negeri yang dikunjungi tersebut. 3. Related and Supporting Industries (Industri Pendukung dan Industri Terkait) Industri terkait dan industri pendukung yaitu keadaan para penyalur dan industri pemasok (pendukung) dan lainnya dalam suatu negara sangat berkaitan dengan kemampuan daya saing industri domestik. Ketika industri pendukung mampu bersaing secara kompetitif, perusahaan dapat menikmati biaya dengan lebih efektif dan input yang inovatif. Keberadaan industri pendukung dan industri terkait yang memiliki dayasaing juga akan mempengaruhi dayasaing industri utamanya. Industri hulu yang memiliki dayasaing global akan memasok input bagi industri utama dengan harga yang lebih murah, mutu yang lebih baik, pelayanan yang cepat, pengiriman tepat waktu dan jumlah sesuai dengan kebutuhan industri utama, sehingga industri tersebut juga akan memiliki dayasaing global yang tinggi. Begitu juga industri hilir yang menggunakan produk industri utama sebagai bahan bakunya. Apabila industri hilir memiliki dayasaing global maka industri hilir tersebut dapat menarik industri hulunya untuk memperoleh dayasaing global. 4. Struktur, Persaingan, dan Strategi Perusahaan Struktur industri dan struktur perusahaan juga menentukan dayasaing yang dimiliki oleh perusahaan-perusahaan yang tercakup dalam industri tersebut. Struktur industri yang monopolistik kurang memiliki daya dorong untuk

28 14 melakukan perbaikan-perbaikan serta inovasi-inovasi baru dibandingkan dengan struktur industri yang bersaing. Struktur perusahaan yang berada dalam industri sangat berpengaruh terhadap bagaimana perusahaan yang bersangkutan dikelola dan dikembangkan dalam suasana tekanan persaingan, baik domestik maupun internasional. Dengan demikian secara tidak langsung akan meningkatkan dayasaing global industri yang bersangkutan. 5. Peran Pemerintah Peran pemerintah sebenarnya tidak berpengaruh langsung terhadap upaya peningkatan dayasaing global, tetapi berpengaruh terhadap faktor-faktor penentu dayasaing. Peran pemerintah merupakan fasilitator bagi upaya untuk mendorong perusahaan-perusahaan dalam industri agar senantiasa melakukan perbaikan dan meningkatkan dayasaing. Pemerintah juga dapat berperan sebagai regulator yang mempengaruhi aksesibilitas pelaku-pelaku industri terhadap berbagai sumberdaya melalui kebijakan-kebijakannya, seperti sumberdaya alam, tenaga kerja, pembentukan modal, sumberdaya ilmu pengetahuan, dan teknologi serta informasi. Pemerintah juga dapat mendorong peningkatan dayasaing melalui penetapan standar produk nasional, standar upah tenaga kerja minimum, dan berbagai kebijakan terkait lainnya. Pemerintah dapat mempengaruhi kondisi permintaan domestik, baik secara tidak langsung melalui kebijakan moneter dan fiskal yang dikeluarkannya maupun secara langsung melalui perannya sebagai pembeli produk dan jasa. Kebijakan penerapan bea keluar dan bea masuk, tarif, pajak, dan lain-lainnya yang juga menunjukkan terdapat peran tidak langsung dari pemerintah dalam meningkatkan dayasaing global. Pemerintah dapat mempengaruhi tingkat dayasaing global melalui kebijakan yang memperlemah faktor penentu dayasaing industri, tetapi pemerintah tidak dapat secara langsung menciptakan dayasaing. 6. Peran Kesempatan Peran kesempatan merupakan faktor yang berada di luar kendali perusahaan atau pemerintah, tetapi dapat meningkatkan dayasaing global industri nasional. Beberapa kesempatan yang dapat mempengaruhi naiknya dayasaing global industri nasional adalah adanya penemuan baru yang murni, biaya perusahaan yang tidak berlanjut (misalnya terjadinya perubahan harga minyak atau depresiasi mata uang), meningkatkan permintaan produk industri yang bersangkutan lebih tinggi dari peningkatan pasokan, politik yang diambil oleh negara lain serta berbagai faktor kesempatan lainnya. Kerangka Pemikiran Operasional Permasalahan yang menyebabkan dayasaing kopi Indonesia masih rendah dibandingkan dengan negara produsen utama kopi dunia adalah kualitas dan produktivitas kopi Indonesia yang masih rendah. Selain itu konsumsi kopi domestik yang rendah sehingga kopi yang diserap oleh domestik dibanding dengan kopi yang diekspor dari total produksi kopi nasional. Meningkatkan daya saing industri pengolahan kopi merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Analisis Berlian Porter Dayasaing diidentikkan dengan produktivitas atau tingkat output yang dihasilkan untuk setiap input yang digunakan.

Lebih terperinci

KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis

KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Konsep Dayasaing Dayasaing merupakan kemampuan usaha suatu industri untuk menghadapi berbagai lingkungan kompetitif. Dayasaing dapat diartikan

Lebih terperinci

ANALISIS DAYASAING DAN STRATEGI PENGEMBANGAN AGRIBISNIS KOPI INDONESIA

ANALISIS DAYASAING DAN STRATEGI PENGEMBANGAN AGRIBISNIS KOPI INDONESIA Jurnal Agribisnis Indonesia (Vol 2 No 1, Juni 2014); halaman 63-74 63 ANALISIS DAYASAING DAN STRATEGI PENGEMBANGAN AGRIBISNIS KOPI INDONESIA Sari Nalurita 1, Ratna Winandi Asmarantaka 2 dan Siti Jahroh

Lebih terperinci

ANALISIS DAYA SAING, STRATEGI DAN PROSPEK INDUSTRI JAMU DI INDONESIA

ANALISIS DAYA SAING, STRATEGI DAN PROSPEK INDUSTRI JAMU DI INDONESIA ANALISIS DAYA SAING, STRATEGI DAN PROSPEK INDUSTRI JAMU DI INDONESIA Oleh: ERNI DWI LESTARI H14103056 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2007 DAFTAR ISI Halaman

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. sehingga terjamin mutu teknisnya. Penetapan mutu pada karet remah (crumb

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. sehingga terjamin mutu teknisnya. Penetapan mutu pada karet remah (crumb 13 II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1. Definisi Karet Remah (crumb rubber) Karet remah (crumb rubber) adalah karet alam yang dibuat secara khusus sehingga terjamin mutu teknisnya. Penetapan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. melimpah. Memasuki era perdagangan bebas, Indonesia harus membuat strategi yang

BAB I PENDAHULUAN. melimpah. Memasuki era perdagangan bebas, Indonesia harus membuat strategi yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara berkembang yang memiliki sumberdaya alam yang melimpah. Memasuki era perdagangan bebas, Indonesia harus membuat strategi yang tepat untuk

Lebih terperinci

3 KERANGKA PEMIKIRAN

3 KERANGKA PEMIKIRAN 12 ketersediaan dan kesesuaian lahan untuk komoditas basis tanaman pangan. Tahap ketiga adalah penentuan prioritas komoditas unggulan tanaman pangan oleh para stakeholder dengan metode Analytical Hierarchy

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini membahas tentang dayasaing minyak sawit dengan menganalisis faktor internal dan faktor eksternal industri minyak sawit di Indonesia,

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Perkebunan : Ekofisiologi Kelapa Sawit. Departemen Agronomi dan Hortikultura, Faperta, IPB (tidak dipublikasikan).

II. TINJAUAN PUSTAKA. Perkebunan : Ekofisiologi Kelapa Sawit. Departemen Agronomi dan Hortikultura, Faperta, IPB (tidak dipublikasikan). II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Industri Minyak Sawit dan Turunannya Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq) merupakan tanaman keras (tahunan) berasal dari Afrika yang bisa tumbuh dan berbuah hingga ketinggian

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Agribisnis Gula Subsistem Input Subsistem Usahatani

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Agribisnis Gula Subsistem Input Subsistem Usahatani II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Agribisnis Gula 2.1.1 Subsistem Input Subsistem input merupakan bagian awal dari rangkaian subsistem yang ada dalam sistem agribisnis. Subsistem ini menjelaskan pasokan kebutuhan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu Menurut penelitian Fery (2013) tentang analisis daya saing usahatani kopi Robusta di kabupaten Rejang Lebong dengan menggunakan metode Policy Analiysis

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian tampaknya masih menjadi primadona perekonomian di

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian tampaknya masih menjadi primadona perekonomian di I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian tampaknya masih menjadi primadona perekonomian di Indonesia, meskipun telah terjadi transformasi struktur ekonomi, dimana perekonomian negara lebih ditopang

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN 46 IV. METODE PENELITIAN 4.1 Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi data nilai dan jumlah ekspor teh baik menurut kelompok produk dan negara asal, serta informasi yang

Lebih terperinci

ANALISIS POSISI EKSPOR KOPI INDONESIA DI PASAR DUNIA EXPORT POSITION ANALYSIS OF COFFEE INDONESIA IN THE WORLD MARKET

ANALISIS POSISI EKSPOR KOPI INDONESIA DI PASAR DUNIA EXPORT POSITION ANALYSIS OF COFFEE INDONESIA IN THE WORLD MARKET ANALISIS POSISI EKSPOR KOPI INDONESIA DI PASAR DUNIA EXPORT POSITION ANALYSIS OF COFFEE INDONESIA IN THE WORLD MARKET Desi Ratna Sari 1, Ermi Tety 2, Eliza 2 Department of Agribussiness, Faculty of Agriculture,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia menjadi salah satu negara yang memiliki areal perkebunan yang luas.

I. PENDAHULUAN. Indonesia menjadi salah satu negara yang memiliki areal perkebunan yang luas. I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia menjadi salah satu negara yang memiliki areal perkebunan yang luas. Komoditas yang ditanami diantaranya kelapa sawit, karet, kopi, teh, kakao, dan komoditas

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian memegang peran strategis dalam pembangunan

BAB I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian memegang peran strategis dalam pembangunan BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pertanian memegang peran strategis dalam pembangunan perekonomian nasional dan menjadi sektor andalan serta mesin penggerak pertumbuhan ekonomi. Hal ini dikarenakan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. penyerapan tenaga kerja dengan melibatkan banyak sektor, karena

I. PENDAHULUAN. penyerapan tenaga kerja dengan melibatkan banyak sektor, karena I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kopi merupakan salah satu komoditas ekspor yang mampu menciptakan penyerapan tenaga kerja dengan melibatkan banyak sektor, karena pengusahaannya dimulai dari kebun sampai

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan salah satu sektor andalan dalam mengembangkan

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan salah satu sektor andalan dalam mengembangkan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pertanian merupakan salah satu sektor andalan dalam mengembangkan kegiatan ekonomi pedesaan melalui pengembangan usaha berbasis pertanian. Pertumbuhan sektor pertanian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai perkebunan kelapa sawit terluas disusul Provinsi Sumatera. dan Sumatera Selatan dengan luas 1,11 juta Ha.

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai perkebunan kelapa sawit terluas disusul Provinsi Sumatera. dan Sumatera Selatan dengan luas 1,11 juta Ha. BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Perdagangan antar negara akan menciptakan pasar yang lebih kompetitif dan mendorong pertumbuhan ekonomi ke tingkat yang lebih tinggi. Kondisi sumber daya alam Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. maupun luar negeri. Sebagian besar produksi kopi di Indonesia merupakan

BAB I PENDAHULUAN. maupun luar negeri. Sebagian besar produksi kopi di Indonesia merupakan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kopi merupakan salah satu komoditas unggulan dalam subsektor perkebunan di Indonesia karena memiliki peluang pasar yang baik di dalam negeri maupun luar negeri. Sebagian

Lebih terperinci

SISTEM AGRIBISNIS SUMARDJO. Departemen SOSEK-Faperta IPB. 1. Agribisnis Sebagai Suatu-Sistem

SISTEM AGRIBISNIS SUMARDJO. Departemen SOSEK-Faperta IPB. 1. Agribisnis Sebagai Suatu-Sistem SISTEM AGRIBISNIS SUMARDJO Departemen SOSEK-Faperta IPB 1. Agribisnis Sebagai Suatu-Sistem Sistem agribisnis mengandung pengertian sebagai rangkaian kegiatan dari beberapa sub-sistem yang saling terkait

Lebih terperinci

KONSEP, SISTEM DAN MATA RANTAI AGRIBISNIS ILLIA SELDON MAGFIROH KULIAH III WAWASAN AGRIBISNIS PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI, UNIVERSITAS JEMBER 2017

KONSEP, SISTEM DAN MATA RANTAI AGRIBISNIS ILLIA SELDON MAGFIROH KULIAH III WAWASAN AGRIBISNIS PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI, UNIVERSITAS JEMBER 2017 KONSEP, SISTEM DAN MATA RANTAI AGRIBISNIS ILLIA SELDON MAGFIROH KULIAH III WAWASAN AGRIBISNIS PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI, UNIVERSITAS JEMBER 2017 PERTANIAN MODEREN berwawasan Agribisnis CARA PANDANG KEGIATAN

Lebih terperinci

KOPI ANDALAN EKSPOR INDONESIA

KOPI ANDALAN EKSPOR INDONESIA JURNAL PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL PERTANIAN ISSN : 2337-9572 MARKET INTELLIGENCE KOPI ANDALAN EKSPOR INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN RI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kopi (coffea s.p) merupakan salah satu produk agroindustri pangan yang digemari oleh masyarakat. Hal ini disebabkan karena kopi memiliki aroma khas yang tidak dimiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pertumbuhan perekonomian suatu negara tentunya tidak terlepas dari

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pertumbuhan perekonomian suatu negara tentunya tidak terlepas dari 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pertumbuhan perekonomian suatu negara tentunya tidak terlepas dari aktivitas perdagangan international yaitu ekspor dan impor. Di Indonesia sendiri saat

Lebih terperinci

MINGGU 7. MARKET OVER SPACE

MINGGU 7. MARKET OVER SPACE MINGGU 7. MARKET OVER SPACE Oleh TIM TATANIAGA PRODUK AGRIBISNIS DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2013 Markets Over Space Harga produk agrbis akan bervariasi

Lebih terperinci

4. ANALISIS SISTEM 4.1 Kondisi Situasional

4. ANALISIS SISTEM 4.1 Kondisi Situasional 83 4. ANALISIS SISTEM 4.1 Kondisi Situasional Produktivitas gula yang cenderung terus mengalami penurunan disebabkan efisiensi industri gula secara keseluruhan, mulai dari pertanaman tebu hingga pabrik

Lebih terperinci

CUPLIKAN PROGRAM PEMBANGUNAN PERTANIAN : VISI, MISI DAN STRATEGI PEMBANGUNAN PERTANIAN

CUPLIKAN PROGRAM PEMBANGUNAN PERTANIAN : VISI, MISI DAN STRATEGI PEMBANGUNAN PERTANIAN CUPLIKAN PROGRAM PEMBANGUNAN PERTANIAN 2001-2004: VISI, MISI DAN STRATEGI PEMBANGUNAN PERTANIAN Visi Pembangunan Pertanian Visi pembangunan pertanian dirumuskan sebagai : Terwujudnya masyarakat yang sejahtera

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu komoditas unggulan dari sub sektor perkebunan di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu komoditas unggulan dari sub sektor perkebunan di Indonesia BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Salah satu komoditas unggulan dari sub sektor perkebunan di Indonesia adalah komoditas kopi. Disamping memiliki peluang pasar yang baik di dalam negeri maupun luar

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Peran terpenting sektor agribisnis saat ini adalah

I. PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Peran terpenting sektor agribisnis saat ini adalah I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor agribisnis merupakan sektor ekonomi terbesar dan terpenting dalam perekonomian nasional. Peran terpenting sektor agribisnis saat ini adalah kemampuannya dalam menyerap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Jumlah Konsumsi. Pertumbuhan (%) Konsumsi Per Kapita (Gram) Jumlah Populasi. Tahun

BAB I PENDAHULUAN. Jumlah Konsumsi. Pertumbuhan (%) Konsumsi Per Kapita (Gram) Jumlah Populasi. Tahun BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan kopi olahan di Indonesia secara keseluruhan selama setengah dasawarsa terakhir mengalami peningkatan, dengan rata-rata pertumbuhan lebih kurang 5,12 persen

Lebih terperinci

Konsep, Sistem, dan Mata Rantai Agribisnis

Konsep, Sistem, dan Mata Rantai Agribisnis Konsep, Sistem, dan Mata Rantai Agribisnis Contents 1. Pertanian berwawasan agribisnis 2. Konsep Agribisnis 3. Unsur Sistem 4. Mata Rantai Agribisnis 5. Contoh Agribisnis Pertanian Moderen berwawasan Agribisnis

Lebih terperinci

5Kebijakan Terpadu. Perkembangan perekonomian Indonesia secara sektoral menunjukkan. Pengembangan Agribisnis. Pengertian Agribisnis

5Kebijakan Terpadu. Perkembangan perekonomian Indonesia secara sektoral menunjukkan. Pengembangan Agribisnis. Pengertian Agribisnis 5Kebijakan Terpadu Pengembangan Agribisnis Perkembangan perekonomian Indonesia secara sektoral menunjukkan kondisi yang makin seimbang. Persentase sumbangan sektor pertanian yang pada awal Pelita I sangat

Lebih terperinci

ANALISIS DAYA SAING INDUSTRI PENGOLAHAN DAN HASIL OLAHAN KAKAO INDONESIA OLEH : RIZA RAHMANU H

ANALISIS DAYA SAING INDUSTRI PENGOLAHAN DAN HASIL OLAHAN KAKAO INDONESIA OLEH : RIZA RAHMANU H ANALISIS DAYA SAING INDUSTRI PENGOLAHAN DAN HASIL OLAHAN KAKAO INDONESIA OLEH : RIZA RAHMANU H14052235 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009 RINGKASAN RIZA

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perdagangan internasional bukan hal baru bagi Indonesia, perdangangan internasional menjadi salah satu jalan untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Pada

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara agraris terbesar di dunia. Sebagian besar penduduk Indonesia hidup dari sektor agribisnis. Agribisnis merupakan suatu sistem yang

Lebih terperinci

Muhammad Firdaus dan Bayu Geo Sandy Silalahi

Muhammad Firdaus dan Bayu Geo Sandy Silalahi Jurnal Agribisnis dan Ekonomi Pertanian (Volume 1. No 2 Desember 2007) 23 POSISI BERSAING NENAS DAN PISANG INDONESIA DI PASAR DUNIA Muhammad Firdaus 1 dan Bayu Geo Sandy Silalahi 2 1 Departemen Ilmu Ekonomi,

Lebih terperinci

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan mengenai daya saing ekspor komoditas kopi di Indonesia dan faktor-faktor pendorong dan penghambatnya, maka dapat

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN. ekonomi internasional (ekspor dan impor) yang meliputi perdagangan dan

III. KERANGKA PEMIKIRAN. ekonomi internasional (ekspor dan impor) yang meliputi perdagangan dan III. KERANGKA PEMIKIRAN Ekonomi Internasional pada umumnya diartikan sebagai bagian dari ilmu ekonomi yang mempelajari dan menganalisis transaksi dan permasalahan ekonomi internasional (ekspor dan impor)

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Ruang Lingkup dan Waktu Penelitian Penelitian ini membahas tentang kondisi industri gula di Indonesia, kinerja dan dayasaing industri gula sebagai komoditas yang pokok di Indonesia.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Gaya hidup pada zaman modern ini menuntun masyarakat untuk mengkonsumsi

I. PENDAHULUAN. Gaya hidup pada zaman modern ini menuntun masyarakat untuk mengkonsumsi 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gaya hidup pada zaman modern ini menuntun masyarakat untuk mengkonsumsi makanan dan minuman berkualitas. Salah satu contoh produk yang sangat diperhatian kualitasmya

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang 1 A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN Sistem agribisnis memiliki cakupan yang sangat luas. Sistem agribisnis terdiri dari tiga subsistem utama, yaitu: Pertama, subsistem agribisnis hulu (upstream agribusiness)

Lebih terperinci

BAB 18 REVITALISASI PERTANIAN

BAB 18 REVITALISASI PERTANIAN BAB 18 REVITALISASI PERTANIAN BAB 18 REVITALISASI PERTANIAN A. KONDISI UMUM Sektor pertanian telah berperan dalam perekonomian nasional melalui sumbangannya terhadap Produk Domestik Bruto (PDB), penerimaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Era globalisasi ekonomi telah membawa pembaharuan yang sangat cepat

BAB I PENDAHULUAN. Era globalisasi ekonomi telah membawa pembaharuan yang sangat cepat 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Era globalisasi ekonomi telah membawa pembaharuan yang sangat cepat dan berdampak luas bagi perekonomian di dalam negeri maupun di dunia internasional. Dampak yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN 17 BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2. 1. Tinjauan Pustaka Istilah kopi spesial atau kopi spesialti pertama kali dikemukakan oleh Ema Knutsen pada tahun 1974 dalam Tea and

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan terigu dicukupi dari impor gandum. Hal tersebut akan berdampak

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan terigu dicukupi dari impor gandum. Hal tersebut akan berdampak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perubahan pola konsumsi makanan pada masyarakat memberikan dampak positif bagi upaya penganekaragaman pangan. Perkembangan makanan olahan yang berbasis tepung semakin

Lebih terperinci

ARAH KEBIJAKAN PERSUSUAN

ARAH KEBIJAKAN PERSUSUAN ARAH KEBIJAKAN PERSUSUAN Agar pangsa pasar susu yang dihasilkan peternak domestik dapat ditingkatkan maka masalah-masalah di atas perlu ditanggulangi dengan baik. Revolusi putih harus dilaksanakan sejak

Lebih terperinci

PROSPEK TANAMAN PANGAN

PROSPEK TANAMAN PANGAN PROSPEK TANAMAN PANGAN Krisis Pangan Pangan merupakan kebutuhan dasar manusia yang pemenuhannya menjadi hak asasi setiap rakyat Indonesia dalam mewujudkan sumber daya manusia yang berkualitas untuk melaksanakan

Lebih terperinci

AGRIBISNIS DAN AGROINDUSTRI

AGRIBISNIS DAN AGROINDUSTRI AGRIBISNIS DAN AGROINDUSTRI PENGERTIAN AGRIBISNIS Arti Sempit Suatu perdagangan atau pemasaran hasil pertanian sebagai upaya memaksimalkan keuntungan. Arti Luas suatu kesatuan kegiatan usaha yang meliputi

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN. Latar Belakang

1 PENDAHULUAN. Latar Belakang 1 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Subsektor perkebunan merupakan bagian dari sektor pertanian yang memegang peranan penting bagi perekonomian nasional. Hal ini ditunjukkan dari nilai devisa yang dihasilkan.

Lebih terperinci

TOPIK 12 AGRIBISNIS DAN AGROINDUSTRI

TOPIK 12 AGRIBISNIS DAN AGROINDUSTRI TOPIK 12 AGRIBISNIS DAN AGROINDUSTRI AGRIBISNIS SEBAGAI SUATU SISTEM Sistem agribisnis : Rangkaian kegiatan dari beberapa subsistem yg saling terkait dan mempengaruhi satu sama lain Sub-sistem agribisnis

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. bersaing dari negara lain yaitu tanaman kopi. Dari 10 negara penghasil kopi

I. PENDAHULUAN. bersaing dari negara lain yaitu tanaman kopi. Dari 10 negara penghasil kopi 1 I. PENDAHULUAN A Latar Belakang dan Masalah Negara Indonesia memiliki salah satu tanaman perkebunan yang mampu bersaing dari negara lain yaitu tanaman kopi. Dari 10 negara penghasil kopi di dunia, Indonesia

Lebih terperinci

PERSUSUAN INDONESIA: KONDISI, PERMASALAHAN DAN ARAH KEBIJAKAN

PERSUSUAN INDONESIA: KONDISI, PERMASALAHAN DAN ARAH KEBIJAKAN PERSUSUAN INDONESIA: KONDISI, PERMASALAHAN DAN ARAH KEBIJAKAN Latar Belakang Pembangunan subsektor peternakan merupakan bagian dari pembangunan sektor pertanian yang memiliki nilai strategis, antara lain

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN , , , ,3 Pengangkutan dan Komunikasi

I. PENDAHULUAN , , , ,3 Pengangkutan dan Komunikasi I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian di Indonesia merupakan sektor yang memegang peranan penting dalam perekonomian Indonesia. Sektor pertanian secara potensial mampu memberikan kontribusi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. khususnya bagi sektor pertanian dan perekonomian nasional pada umumnya. Pada

I. PENDAHULUAN. khususnya bagi sektor pertanian dan perekonomian nasional pada umumnya. Pada I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Subsektor peternakan merupakan salah satu sumber pertumbuhan baru khususnya bagi sektor pertanian dan perekonomian nasional pada umumnya. Pada tahun 2006 Badan Pusat

Lebih terperinci

VIII. DAYA SAING EKSPOR KARET ALAM. hanya merujuk pada ketidakmampuan individu dalam menghasilkan setiap barang

VIII. DAYA SAING EKSPOR KARET ALAM. hanya merujuk pada ketidakmampuan individu dalam menghasilkan setiap barang VIII. DAYA SAING EKSPOR KARET ALAM Dalam rangka memenuhi kebutuhan ekonomi, penting artinya pembahasan mengenai perdagangan, mengingat untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, manusia memerlukan orang lain untuk

Lebih terperinci

V. POSISI DAYA SAING UDANG INDONESIA, TAHUN

V. POSISI DAYA SAING UDANG INDONESIA, TAHUN 143 V. POSISI DAYA SAING UDANG INDONESIA, TAHUN 1989-2008 Tujuan penelitian pertama yaitu mengetahui posisi daya saing Indonesia dan Thailand dalam mengekspor udang ketiga pasar utama akan dilakukan menggunakan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. nasional. Badan Pusat Statistik Indonesia mencatat rata-rata penyerapan tenaga

I. PENDAHULUAN. nasional. Badan Pusat Statistik Indonesia mencatat rata-rata penyerapan tenaga I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris yang sebagian besar penduduknya berusaha di bidang pertanian. Dengan tersedianya lahan dan jumlah tenaga kerja yang besar, diharapkan

Lebih terperinci

ANALISIS EKOLOGI-EKONOMI UNTUK PERENCANAAN PEMBANGUNAN PERIKANAN BUDIDAYA BERKELANJUTAN DI WILAYAH PESISIR PROVINSI BANTEN YOGA CANDRA DITYA

ANALISIS EKOLOGI-EKONOMI UNTUK PERENCANAAN PEMBANGUNAN PERIKANAN BUDIDAYA BERKELANJUTAN DI WILAYAH PESISIR PROVINSI BANTEN YOGA CANDRA DITYA ANALISIS EKOLOGI-EKONOMI UNTUK PERENCANAAN PEMBANGUNAN PERIKANAN BUDIDAYA BERKELANJUTAN DI WILAYAH PESISIR PROVINSI BANTEN YOGA CANDRA DITYA SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2007 ABSTRACT

Lebih terperinci

AKSELERASI INDUSTRIALISASI TAHUN Disampaikan oleh : Sekretaris Jenderal Kementerian Perindustrian

AKSELERASI INDUSTRIALISASI TAHUN Disampaikan oleh : Sekretaris Jenderal Kementerian Perindustrian AKSELERASI INDUSTRIALISASI TAHUN 2012-2014 Disampaikan oleh : Sekretaris Jenderal Kementerian Perindustrian Jakarta, 1 Februari 2012 Daftar Isi I. LATAR BELAKANG II. ISU STRATEGIS DI SEKTOR INDUSTRI III.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Sektor pertanian, peternakan, kehutanan, dan perikanan memberikan

BAB 1 PENDAHULUAN. Sektor pertanian, peternakan, kehutanan, dan perikanan memberikan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pertanian, peternakan, kehutanan, dan perikanan memberikan kontribusi yang cukup besar terhadap perekonomian Indonesia. Hal ini dilihat dari kontribusi sektor

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan mengambil data sekunder dari pihak-pihak yang terkait dengan penelitian, seperti Badan Pusat Statistik (BPS), Departemen Kelautan

Lebih terperinci

Peranan Pertanian di Dalam Pembangunan Ekonomi. Perekonomian Indonesia

Peranan Pertanian di Dalam Pembangunan Ekonomi. Perekonomian Indonesia Peranan Pertanian di Dalam Pembangunan Ekonomi Perekonomian Indonesia Peran Pertanian pada pembangunan: Kontribusi Sektor Pertanian: Sektor Pertanian dalam Pembangunan Ekonomi Pemasok bahan pangan Fungsi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. hambatan lain, yang di masa lalu membatasi perdagangan internasional, akan

I. PENDAHULUAN. hambatan lain, yang di masa lalu membatasi perdagangan internasional, akan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada era globalisasi saat ini, di mana perekonomian dunia semakin terintegrasi. Kebijakan proteksi, seperi tarif, subsidi, kuota dan bentuk-bentuk hambatan lain, yang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. ternak. Penanaman tanaman dengan sistem agroforestri ini dapat meningkatkan

I. PENDAHULUAN. ternak. Penanaman tanaman dengan sistem agroforestri ini dapat meningkatkan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Agroforestri adalah sistem dan teknologi lahan dimana tanaman berkayu ditanam secara sengaja pada unit manajemen lahan yang sama dengan pertanian dan/atau ternak. Penanaman

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kopi merupakan salah satu komoditas ekspor unggulan subsektor perkebunan

I. PENDAHULUAN. Kopi merupakan salah satu komoditas ekspor unggulan subsektor perkebunan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kopi merupakan salah satu komoditas ekspor unggulan subsektor perkebunan yang memegang peranan penting dalam perdagangan dan perekonomian negara. Kopi berkontribusi cukup

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara produsen kopi keempat terbesar dunia setelah

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara produsen kopi keempat terbesar dunia setelah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara produsen kopi keempat terbesar dunia setelah Brazil, Vietnam dan Kolombia. Dari total produksi, sekitar 67 persen kopinya diekspor sedangkan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. penyumbang devisa, kakao (Theobroma cacao) juga merupakan salah satu

I. PENDAHULUAN. penyumbang devisa, kakao (Theobroma cacao) juga merupakan salah satu I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara berkembang yang mengandalkan sektor migas dan non migas sebagai penghasil devisa. Salah satu sektor non migas yang mampu memberikan kontribusi

Lebih terperinci

MIMPI MANIS SWASEMBADA GULA

MIMPI MANIS SWASEMBADA GULA Fokus MIMPI MANIS SWASEMBADA GULA Prof. Dr. Ir. Rita Nurmalina, MS Guru Besar Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen IPB Ketua Program Studi Magister Sains Agribisnis, Program Pascasarjana IPB Staf

Lebih terperinci

ANALISIS EFISIENSI RELATIF KOMODITAS KELAPA PADA LAHAN PASANG SURUT DAN LAHAN KERING. Oleh: BEDY SUDJARMOKO

ANALISIS EFISIENSI RELATIF KOMODITAS KELAPA PADA LAHAN PASANG SURUT DAN LAHAN KERING. Oleh: BEDY SUDJARMOKO ANALISIS EFISIENSI RELATIF KOMODITAS KELAPA PADA LAHAN PASANG SURUT DAN LAHAN KERING Oleh: BEDY SUDJARMOKO SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2007 ABSTRAK BEDY SUDJARMOKO. Analisis Efisiensi

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN 25 III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Struktur Pasar Struktur pasar dijabarkan sebagai lingkungan persaingan dalam pasar untuk sebuah produk atau jasa (Pappas dan Hirschey, 1995).

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Industri tekstil merupakan industri penting sebagai penyedia kebutuhan sandang manusia. Kebutuhan sandang di dunia akan terus meningkat sejalan dengan peningkatan jumlah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ditingkat lokal, nasional, maupun internasional. Dengan globalisasi yang

BAB I PENDAHULUAN. ditingkat lokal, nasional, maupun internasional. Dengan globalisasi yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Globalisasi pada dasarnya adalah fenomena yang mendorong perusahaan di tingkat mikro ekonomi untuk meningkatkan efisiensi agar mampu bersaing ditingkat lokal,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. penduduk Indonesia masing menggantungkan hidupnya di sektor ini. Sektor

I. PENDAHULUAN. penduduk Indonesia masing menggantungkan hidupnya di sektor ini. Sektor I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia tidak dapat lepas dari sektor pertanian, karena sebagian besar penduduk Indonesia masing menggantungkan hidupnya di sektor ini. Sektor pertanian masih menjadi

Lebih terperinci

Tabel 1.1. Konsumsi Beras di Tingkat Rumah Tangga Tahun Tahun Konsumsi Beras*) (Kg/kap/thn)

Tabel 1.1. Konsumsi Beras di Tingkat Rumah Tangga Tahun Tahun Konsumsi Beras*) (Kg/kap/thn) I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sektor pertanian merupakan sektor penting dalam pembangunan ekonomi nasional. Peran strategis sektor pertanian digambarkan dalam kontribusi sektor pertanian dalam

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN. Latar Belakang

1 PENDAHULUAN. Latar Belakang 1 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Indonesia masih terus berupaya untuk meningkatkan kegiatan perekonomian. Hal ini dapat berdampak bagi kemajuan ekonomi Indonesia yang dapat dilihat dari semakin berkembangnya

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. berbasis tebu merupakan salah satu sumber pendapatan bagi sekitar 900 ribu

I. PENDAHULUAN. berbasis tebu merupakan salah satu sumber pendapatan bagi sekitar 900 ribu I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Gula merupakan salah satu komoditas yang mempunyai posisi strategis dalam perekonomian Indonesia. Pada tahun 2000 sampai tahun 2005 industri gula berbasis tebu merupakan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. memegang peranan penting dalam pembangunan ekonomi secara keseluruhan.

PENDAHULUAN. memegang peranan penting dalam pembangunan ekonomi secara keseluruhan. PENDAHULUAN Latar Belakang Sejarah menunjukkan bahwa sektor pertanian di Indonesia telah memegang peranan penting dalam pembangunan ekonomi secara keseluruhan. Beberapa peran penting sektor pertanian antara

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Otonomi Daerah dengan sistem desentralisasi diimplementasikan di

I. PENDAHULUAN. Otonomi Daerah dengan sistem desentralisasi diimplementasikan di I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Otonomi Daerah dengan sistem desentralisasi diimplementasikan di Indonesia sejak tahun 2001 berdasarkan UU RI Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintah Daerah, yang selanjutnya

Lebih terperinci

AGRIBISNIS. Sessi 3 MK PIP. Prof. Rudi Febriamansyah

AGRIBISNIS. Sessi 3 MK PIP. Prof. Rudi Febriamansyah AGRIBISNIS Sessi 3 MK PIP Prof. Rudi Febriamansyah AGRIBISNIS Agribisnis dalam arti sempit (tradisional) hanya merujuk pada produsen dan pembuat bahan masukan untuk produksi pertanian Agribisnis dalam

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan. dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan

I. PENDAHULUAN. nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan. dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan daerah merupakan bagian dari pembangunan nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. agraris seharusnya mampu memanfaatkan sumberdaya yang melimpah dengan

I. PENDAHULUAN. agraris seharusnya mampu memanfaatkan sumberdaya yang melimpah dengan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi yang merupakan salah satu indikator keberhasilan suatu negara dapat dicapai melalui suatu sistem yang bersinergi untuk mengembangkan potensi yang dimiliki

Lebih terperinci

KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN

KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN VIII. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN 8.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil kajian mengenai strategi pengembangan ekonomi lokal di Kabupaten Pacitan, maka prioritas strategi yang direkomendasikan untuk mendukung

Lebih terperinci

Jl. Prof. A. Sofyan No.3 Medan Hp ,

Jl. Prof. A. Sofyan No.3 Medan Hp , ANALISIS TINGKAT DAYA SAING KARET INDONESIA Riezki Rakhmadina 1), Tavi Supriana ), dan Satia Negara Lubis 3) 1) Alumni Fakultas Pertanian USU ) dan 3) Staf Pengajar Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian

Lebih terperinci

Prospek dan Arah Pengembangan AGRIBISNIS KEDELAI. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian 2005

Prospek dan Arah Pengembangan AGRIBISNIS KEDELAI. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian 2005 Prospek dan Arah Pengembangan AGRIBISNIS KEDELAI Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian 2005 MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA SAMBUTAN MENTERI PERTANIAN Atas perkenan dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan besar maupun perusahaan kecil, bersama-sama berjuang

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan besar maupun perusahaan kecil, bersama-sama berjuang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Tantangan persaingan di dunia industri dewasa ini semakin berat, baik perusahaan besar maupun perusahaan kecil, bersama-sama berjuang mempertahankan produknya

Lebih terperinci

STRATEGI PENGEMBANGAN DAYA SAING PRODUK UNGGULAN DAERAH INDUSTRI KECIL MENENGAH KABUPATEN BANYUMAS MUHAMMAD UNGGUL ABDUL FATTAH

STRATEGI PENGEMBANGAN DAYA SAING PRODUK UNGGULAN DAERAH INDUSTRI KECIL MENENGAH KABUPATEN BANYUMAS MUHAMMAD UNGGUL ABDUL FATTAH i STRATEGI PENGEMBANGAN DAYA SAING PRODUK UNGGULAN DAERAH INDUSTRI KECIL MENENGAH KABUPATEN BANYUMAS MUHAMMAD UNGGUL ABDUL FATTAH SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2016 iii PERNYATAAN

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Wirausaha memiliki peran penting dalam perkembangan ekonomi suatu negara, salah satu contohnya adalah negara adidaya Amerika. Penyumbang terbesar perekonomian Amerika

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI DAN IMPOR KEDELAI DI INDONESIA. Oleh : RIKA PURNAMASARI A

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI DAN IMPOR KEDELAI DI INDONESIA. Oleh : RIKA PURNAMASARI A ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI DAN IMPOR KEDELAI DI INDONESIA Oleh : RIKA PURNAMASARI A14302053 PROGRAM STUDI EKONOMI PERTANIAN DAN SUMBERDAYA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

KULIAH KE 10: AGROBISNIS DAN

KULIAH KE 10: AGROBISNIS DAN KULIAH KE 10: AGROBISNIS DAN AGROINDUSTRI TIK: Setelah mempelajari kuliah ini mahasiswa dapat menjelaskan agrobisnis dan agroindustri Catatan: Di akhir kuliah mohon dilengkapi 15 menit pemutan video Padamu

Lebih terperinci

POLA STRATEGI DAN KEBIJAKAN DALAM MEMBANGUN KEUNGGULAN KOMPETITIF AGRIBISNIS JAWA TIMUR

POLA STRATEGI DAN KEBIJAKAN DALAM MEMBANGUN KEUNGGULAN KOMPETITIF AGRIBISNIS JAWA TIMUR POLA STRATEGI DAN KEBIJAKAN DALAM MEMBANGUN KEUNGGULAN KOMPETITIF AGRIBISNIS JAWA TIMUR Disusun Untuk Memenuhi Tugas Matakuliah Politik dan Pembangunan Pertanian OLEH: SUGIARTO 09.03.2.1.1.00013 PROGRAM

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Permintaan dan penawaran pada dasarnya merupakan penyebab terjadinya

BAB I PENDAHULUAN. Permintaan dan penawaran pada dasarnya merupakan penyebab terjadinya BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Permintaan dan penawaran pada dasarnya merupakan penyebab terjadinya perdagangan antar negara. Sobri (2001) menyatakan bahwa perdagangan internasional adalah

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kinerja memiliki makna yang lebih dibandingkan dengan definisi yang sering digunakan yaitu hasil kerja atau prestasi kerja. Kinerja adalah kemampuan kerja yang ditunjukkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berlebih, yang bisa mendatangkan suatu devisa maka barang dan jasa akan di ekspor

BAB I PENDAHULUAN. berlebih, yang bisa mendatangkan suatu devisa maka barang dan jasa akan di ekspor BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Semakin berkembangnya perdagangan bebas ini, persaingan bisnis global membuat masing-masing negera terdorong untuk melaksanakan perdagangan internasional. Perdagangan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pembangunan sektor pertanian merupakan salah satu pilihan strategis untuk

I. PENDAHULUAN. Pembangunan sektor pertanian merupakan salah satu pilihan strategis untuk I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan sektor pertanian merupakan salah satu pilihan strategis untuk menopang perekonomian nasional dan daerah, terutama setelah terjadinya krisis ekonomi yang dialami

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Karakteristik Daging Ayam Ras Pedaging ( Broiler Tabel 6.

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Karakteristik Daging Ayam Ras Pedaging ( Broiler Tabel 6. II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Karakteristik Daging Ayam Ras Pedaging (Broiler) Daging didefinisikan sebagai semua jaringan hewan dan semua produk hasil pengolahan jaringan-jaringan tersebut yang sesuai untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris yang memiliki sumber daya alam yang beraneka ragam dan memiliki wilayah yang cukup luas. Hal ini yang membuat Indonesia menjadi

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tabel 1. Hortikultura

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tabel 1. Hortikultura I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang luas dan kaya akan komoditas pertanian serta sebagian besar penduduknya adalah petani. Sektor pertanian sangat tepat untuk dijadikan sebagai

Lebih terperinci

Introduction to Agribusiness. Wisynu Ari Gutama

Introduction to Agribusiness. Wisynu Ari Gutama Introduction to Agribusiness Wisynu Ari Gutama introduction Agribusiness is the sum of the total of all operations involved in the manufacturing and distribution of farm supplies, production activities

Lebih terperinci

Ringkasan. Kebijakan Pembangunan Industri Nasional

Ringkasan. Kebijakan Pembangunan Industri Nasional Ringkasan Kebijakan Pembangunan Industri Nasional Era globalisasi ekonomi yang disertai dengan pesatnya perkembangan teknologi, berdampak sangat ketatnya persaingan, dan cepatnya terjadi perubahan lingkungan

Lebih terperinci