NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA RELIGIUSITAS DENGAN KEBAHAGIAAN OTENTIK (AUTHENTIC HAPPINESS) PADA MAHASISWA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA RELIGIUSITAS DENGAN KEBAHAGIAAN OTENTIK (AUTHENTIC HAPPINESS) PADA MAHASISWA"

Transkripsi

1 NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA RELIGIUSITAS DENGAN KEBAHAGIAAN OTENTIK (AUTHENTIC HAPPINESS) PADA MAHASISWA Oleh: DAFIT MUHAMMAD MUSLIM FUAD NASHORI PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI DAN ILMU SOSIAL BUDAYA UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA YOGYAKARTA

2 2 NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA RELIGIUSITAS DENGAN KEBAHAGIAAN OTENTIK (AUTHENTIC HAPPINESS) PADA MAHASISWA Oleh: DAFIT MUHAMMAD MUSLIM FUAD NASHORI PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI DAN ILMU SOSIAL BUDAYA UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA YOGYAKARTA 2007

3 3 NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA RELIGIUSITAS DENGAN KEBAHAGIAAN OTENTIK (AUTHENTIC HAPPINESS) PADA MAHASISWA Telah disetujui pada tanggal Dosen Pembimbing (H. Fuad Nashori, S.Psi., M.Si., Psi)

4 4 HUBUNGAN ANTARA RELIGIUSITAS DENGAN KEBAHAGIAAN OTENTIK (AUTHENTIC HAPPINESS) PADA MAHASISWA Dafit Muhammad Muslim H. Fuad Nashori INTISARI Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara religiusitas dengan kebahagiaan otentik pada mahasiswa. Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah ada hubungan positif antara religiusitas dengan kebahagiaan otentik pada mahasiswa. Semakin tinggi religiusitas mahasiswa, maka semakin tinggi kebahagiaan otentik mahasiswa. Sebaliknya semakin rendah religiusitas mahasiswa, maka semakin rendah kebahagiaan otentik mahasiswa. Subyek dalam penelitian ini adalah mahasiswa Fakultas Ekonomi Universitas Islam Indonesia yang terdiri dari prodi Akuntansi, Ilmu Ekonomi dan Manajemen masih tercatat sebagai mahasiswa aktif angkatan Teknik pengambilan subjek yang digunakan adalah purposive sampling yaitu dengan pemilihan sekelompok subjek didasarkan atas ciri-ciri tertentu yang dipandang memiliki sangkut paut dengan ciri-ciri populasi yang telah diketahui sebelumnya. Teknik pengambilan data yang digunakan adalah menggunakan skala. Adapun skala yang digunakan adalah skala kebahagiaan otentik berjumlah 36 aitem dengan memodifikasi alat ukur dari Seligman (2002) yaitu; authentic happiness inventory, approaches to happiness questionnaire, general happiness scale, statisfaction with life scale, dan the gratitude survey. Skala religiusitas berjumlah 30 aitem yang disusun peneliti dengan mengacu pada teori Ancok & Suroso (2004). Metode analisis data yang dilakukan dalam penelitian ini menggunakan fasilitas program SPSS Versi 13,0 for windows untuk menguji apakah ada hubungan antara religiusitas dengan kebahagiaan pada mahasiswa. Korelasi product moment dari Spearman menunjukkan korelasi sebesar r = 0,423 dan p=0,000 (p<0,01). Hal ini berarti bahwa ada hubungan positif yang sangat signifikan antara religiusitas dengan kebahagiaan mahasiswa. Jadi hipotesis yang diajukan peneliti diterima. Kata kunci: Religiusitas, Kebahagiaan Otentik.

5 5 Pengantar Sejak dahulu kebahagiaan (happpiness) merupakan suatu hal yang sangat penting dan didambakan setiap manusia. Aristoteles ( SM) berpendapat bahwa kebahagiaan itu adalah tujuan terakhir dari kehidupan manusia ( Berbagai penelitian di seluruh dunia menunjukkan bahwa manusia memerlukan pertolongan untuk menemukan apa yang membuat mereka bahagia. Kebahagiaan ternyata juga menjadi dambaan mahasiswa baik di negeri Barat maupun Timur. Hanya 2% responden yang mengatakan tidak pernah memikirkannya sama sekali (Diener dkk dalam Diponegoro, 2005). Energi kebahagiaan mampu mempengaruhi kesehatan fisik seseorang. Penelitian Cohen menemukan bahwa kebahagiaan dapat meningkatkan kesehatan tubuh ( Keadaan jasmani individu yang bahagia lebih sehat, cepat sembuh dari penyakit dan lebih tahan menghadapi penyakit dibandingkan individu yang tidak bahagia (Myers dalam Diponegoro, 2005). Dalam penelitian lainnya di Sekolah Biarawati Notre ditemukan bahwa kebahagiaan mampu turut serta memperpanjang usia harapan hidup. Sebuah riset tentang pengaruh kebahagiaan terhadap produktivitas menghasilkan bahwa perasaan lebih bahagia menyebabkan produktivitas yang tinggi dan penghasilan yang lebih besar. Penelitian Aspinwall (Seligman, 2002) mengumpulkan bukti kuat bahwa dalam mengambil keputusan penting pada kehidupan nyata, individu yang bahagia lebih pintar daripada individu yang tidak bahagia. Diener menemukan bahwa orang

6 6 yang bahagia nantinya cenderung punya penghasilan lebih tinggi dalam hidup ( Berlawanan dengan perasaan bahagia, bisa diartikan bahwa individu merasakan perasaaan tidak bahagia. Khavari (2006) menyatakan bahwa ketidakbahagiaan tidak sama dengan depresi klinis, namun depresi klinis dan ketidakbahagiaan umum mempunyai banyak persamaan gejala. Khavari (2006) menjelaskan lebih lanjut bahwa energi ketidakbahagiaan bersifat konstruktif dan destruktif. Bersifat konstruktif bila ketidakbahagiaan menjadi kekuatan yang menambah daya upaya untuk berbuat sesuatu demi membuang sumber ketidakbahagiaan. Ketidakbahagiaan bersifat destruktif apabila energi bersifat merusak ataupun merugikan, dalam contoh ekstrem energi ketidakbahagiaan mampu menghisap daya hidup seseorang. Contohnya bertindak kasar terhadap apa yang dianggap sebagai sumber ketidakbahagiaan, membunuh orang yang tak bersalah, individu yang hatinya remuk redam bisa melakukan bunuh diri. Kasus bunuh diri terjadi pada kehidupan yang kosong dari pengaruh spiritual. Kekosongan pengaruh spiritual ini akhirnya akan membawa manusia kepada kehidupan yang tidak tenteram dan tidak bahagia ( Sebuah survei terhadap sejumlah mahasiswa di Eropa dan Amerika menunjukkan bahwa, 25 sampai 60 persen mahasiswa sedikit-banyak merasakan kehampaan eksistensial. Kehampaan eksistensial tersebut terutama tercermin dalam bentuk rasa bosan (Frankl, 2004). Sebuah hasil survei di Amerika menunjukkan, bahwa waktu perasaan kecewa anak muda yang berusia antara 20-

7 7 24 tahun lebih lama dibanding orang tua yang berusia tahun ( Kehampaan dan kekecewaan merupakan kondisi yang mencerminkan kondisi tidak bahagia. Perasaan tidak bahagia yang dirasakan mahasiswa di Indonesia dapat dilihat dari perilaku menyimpang yang mengindikasikan perasaan tidak bahagia yang kemudian memunculkan perilaku dstruktif serta adanya keinginan mencari kebahagiaan dengan cara-cara tertentu; Ada yang berusaha keras mengejar harta, ada yang melakukan segala macam kemaksiatan, seperti minum-minuman keras dan seks bebas, ada pula yang lari dari kenyataan dengan cara menenggak alkohol, pil ekstasi dan barang-barang aditif lainnya. Namun ternyata semua itu tidak membuat mereka bahagia. Sebaliknya, mereka malah merasakan kesengsaraan batin. Hidup tidak tenang, dan selalu dihantui kecemasan. ( Delapan pasangan selingkuh, dua pasang di antaranya mahasiswa digrebeg aparat kepolisian, yang sedang melancarkan operasi di sejumlah hotel di semarang (Kedaulatan Rakyat, 31 Oktober 2005). Lima oknum mahasiswa yang sedang nyabu di kos kosan tak berdaya saat disergap petugas kepolisian (Koran Merapi, 3 desember 2005). Perilaku menyimpang lain adalah sebagai berikut; 73,1% remaja laki-laki telah merokok dan remaja putri sebesar 12,5%, minum-minuman keras 42,2% pada remaja lakilaki dan 3% pada perempuan, narkoba 22,4% pada remaja laki-laki dan 2,3% pada remaja perempuan, seks sebelum menikah 9,4% pada laki-laki dan 3,2% pada perempuan ( Setiap tahun diperkirakan remaja (serta mahasiswa) tewas akibat penyalahgunaan narkotika, psikotropika, dan

8 8 bahan adiktif lainnya di seluruh Indonesia. Sementara omzet peredaran narkoba dalam satu tahun diperkirakan mencapai Rp 20 triliun ( Perilaku menyimpang tersebut mengindikasikan adanya ketidakbahagiaan. Menurut Suardiman (1995) kebahagiaan dapat menjauhkan individu dari masalahmasalah yang serius dan perilaku menyimpang yang serius. Menurut Myers tanda individu yang memiliki kebahagiaan dalam hidupnya adalah mampu mengendalikan diri termasuk tidak berperilaku menyimpang ( Menurut Rostiana & Nisfiannoor (2004), individu yang memiiki level subjective well being atau kebahagiaan yang tinggi pada umumnya memiliki sejumlah kualitas yang baik, seperti kontrol emosi yang baik dan mampu menghadapi peristiwa-peristiwa dalam kehidupan dengan cara yang baik, tentunya bukan dengan cara ataupun perilaku yang menyimpang. Aristoteles (Hasyim, 1983) menyatakan bahwa kenikmatan, kelezatan, dan kebahagiaan bukanlah bersumber pada sesuatu yang serba duniawi atau kebendaan, karena kenikmatan kebendaan itu terbatas, membosankan dan menjemukan. Kelezatan rohanilah yang tidak membosankan. Senada dengan Aristoteles, Basya (2006) menyatakan bahwa kebahagiaan terdapat dalam ketaatan kepada Allah, kecintaan kepada sesama, membantu orang fakir, mengobati yang terluka, menolong yang jatuh, memberi makan yang kelaparan, dan mengasihani orang-orang yang layak untuk dikasihani. Penelitian yang dilakukan Diener dan Seligman terhadap 222 mahasiswa selama satu semester menemukan bahwa aktivitas religius dan olah raga mampu menimbulkan perasaan bahagia ( Hasil

9 9 penelitian ahli psikologi menunjukkan bahwa kebahagiaan yang menjadi idaman seluruh ummat manusia ini ternyata banyak dimiliki oleh individu yang aktif beribadah, berdo a dan bersedekah (McCullough dalam Diponegoro, 2005). Nashori (1997) menjelaskan bahwa secara sekilas dapat dilihat dari dalam (hati nurani) bahwa siapa yang mendekat kepada Tuhan, maka individu merasa lebih tenang kehidupannya. Siapa yang menjauh dari Tuhan, maka kehidupannya akan lebih diwarnai dengan stres dan ketidak-tentraman. Seligman (2002) menyatakan bahwa terdapat korelasi yang lebih mendasar; agama mengisi manusia dengan harapan akan masa depan dan menciptakan makna hidup. Berdasarkan survei secara konsisten menunjukkan bahwa orang-orang yang religius lebih bahagia dan lebih puas terhadap kehidupan daripada orang yang tidak religius (Seligman, 2002). Oleh karena itu mahasiswa yang religius akan merasakan kebahagiaan dalam hidupnya. Kebahagiaan otentik yang dirasakan karena mengamalkan perintah agama dan menjauhi larangan agama dengan penuh kesungguhan. Seligman (2002) menjelaskan tentang kehidupan yang utuh atau dapat diartikan merasakan kebahagiaan otentik adalah mengalami emosi positif tentang masa lalu dan masa sekarang, menghayati perasaan positif dari kenikmatan, memperoleh banyak gratifikasi dengan cara mengerahkan kekuatan pribadi, dan menggunakan kekuatan ini untuk sesuatu yang lebih Akbar. Aspek kebahagiaan otentik menurut Seligman (2002) yaitu: a. Kepuasan akan masa lalu b. Kebahagiaan pada masa sekarang

10 10 c. Optimisme akan masa depan Nashori (1997) menyatakan bahwa individu yang religius selalu mencoba patuh terhadap ajaran-ajaran agamanya. Mereka berusaha mempelajari pengetahuan-pengetahuan agama, meyakini doktrin-doktrin agama, menjalankan ritual agama, beramal dan selanjutnya merasakan pengalaman-pengalaman beragama. Ancok dan Suroso (2004) merumuskan dimensi religiusitas yang disesuaikan dengan Islam ke dalam lima dimensi, yaitu: a. Dimensi keyakinan atau akidah Islam. b. Dimensi pengetahuan atau ilmu. c. Dimensi peribadatan (atau praktek agama) atau syariah. d. Dimensi pengamalan atau akhlak. e. Dimensi penghayatan atau pengalaman. Metode Penelitian Subyek dalam penelitian ini adalah mahasiswa Fakultas Ekonomi UII yang terdiri dari prodi Akuntansi, Ilmu Ekonomi dan Manajemen baik laki-laki atau perempuan yang masih tercatat sebagai mahasiswa aktif angkatan Teknik pengambilan subjek yang digunakan adalah purposive sampling. Alat pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari dua macam skala yaitu skala kebahagiaan otentik dan skala religiusitas. Kebahagiaan otentik diungkap melalui skala kebahagiaan otentik (selanjutnya diberi nama skala pengkuran K), yang disusun oleh penulis dengan memodifiksi

11 11 aitem dalam authentic happiness inventory, approaches to happiness questionnaire, general happiness scale, statisfaction with life scale, dan the gratitude survey buatan Seligman (2002) yang mengukur kebahagiaan dengan aspek-aspek sebagai berikut; (1) optimisme akan masa depan mencakup, (2) kebahagiaan masa sekarang, dan (3) kepuasan akan masa lalu. Tingkat religiusitas dalam penelitian ini diungkap melalui skala religiusitas (selanjutnya diberi nama skala pengukuran R1 dan R2), yang disusun oleh penulis dengan mengacu pada teori Ancok dan Suroso (2004) yang merumuskan dimensi religiusitas ke dalam lima dimensi, yaitu: (1) dimensi keyakinan atau akidah Islam, (2) dimensi pengetahuan atau ilmu, (3) dimensi peribadatan (atau praktek agama) atau syariah, (4) dimensi pengamalan atau akhlak, dan (5) dimensi penghayatan atau pengalaman Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode statistik uji korelasi Product Moment, dengan alat bantu yang digunakan untuk analisis statistik adalah program komputer SPSS 13,0 for windows. Hasil Penelitian Uji normalitas menunjukkan bahwa data penelitian memenuhi syarat normalitas yaitu skor kedua variabel terdistribusi normal. Dari hasil pengolahan data kebahagiaan diperoleh koefisien K-SZ = 0,718 dengan p = 0,681 (p > 0,05) dan data religiusitas diperoleh K-SZ = 0,440 dengan p = 0,990 (p>0,05). Dari hasil uji linearitas pada kedua variabel diperoleh F = 25,507 dengan p = 0,000 (p < 0.05), sehingga dapat dikatakan bahwa hubungan antara kedua

12 12 variabel adalah linier. Oleh karena itu, pada variabel- variabel diatas dapat dikenakan analisis korelasi product moment dari Pearson dengan program komputer SPSS 13,0 for windows. Uji hipotesis dilakukan untuk mengetahui apakah ada hubungan antara religiusitas dengan kebahagiaan otentik pada mahasiswa Fakultas Ekonomi UII. Dari hasil analisis menunjukkan besarnya koefisien korelasi antara variabel religiusitas dan variabel kebahagiaan adalah r = 0,423 dengan p = 0,000 (p < 0,01). Berdasarkan data tersebut maka dinyatakan bahwa terdapat hubungan positif yang sangat signifikan antara religiusitas dengan kebahagiaan otentik. Semakin tinggi religiusitas, maka semakin tinggi kebahagiaan otentik subyek. Sebaliknya, semakin rendah religiusitas, maka semakin rendah kebahagiaan otentik subyek. Hasil analisis data ini menunjukkan bahwa hipotesis yang dikemukakan oleh peneliti diterima. Pembahasan Hasil analisis korelasi dengan menggunakan teknik korelasi product moment dari Pearson menunjukkan bahwa adanya hubungan positif yang sangat signifikan antar variabel. Semakin tinggi religiusitas, maka semakin tinggi kebahagiaan subyek. Sebaliknya, semakin rendah religiusitas, maka semakin rendah kebahagiaan subyek. Hal ini berarti hipotesa yang diajukan oleh peneliti telah terbukti diterima. Besarnya r² =0,179 menunjukkan bahwa sumbangan religiusitas terhadap kebahagiaan otentik sebesar 17,9%.

13 13 Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Seligman (2002) yang menyatakan bahwa individu yang religius merasa lebih bahagia dan lebih puas terhadap kehidupannya dibandingkan dengan individu yang tidak religius. Sejalan pula dengan hasil penelitian Diponegoro (2004), bahwa nilai ajaran Islam berperan pada kepuasan hidup dan afek (kesejahteraan subjektif) remaja Islam. Sejalan pula dengan hasil penelitian Rostiana & Nisfiannoor (2004), yaitu terdapat hubungan yang positif antara komitmen beragama dan subjective well being pada remaja akhir. Berdasarkan hasil analisis stepwise diperoleh tiga aspek sebagai predictor yang signifikan mampu mempengaruhi kebahagiaan, yaitu; aspek pengalaman, aspek pengamalan, dan aspek keyakinan dengan nilai r = 0,526 dan r² = 0,277. Besarnya sumbangan ketiga aspek tersebut dalam mempengaruhi kebahagiaan adalah 27,7%. Sedangkan aspek praktek agama dan aspek pengetahuan dinyatakan tidak signifikan sebagai predictor yang mempengaruhi kebahagiaan. Kebahagiaan otentik dirasakan oleh individu yang mempunyai keyakinan (akidah) yang kuat terhadap kebenaran ajaran-ajaran agamanya, terutama terhadap ajaran-ajaran yang bersifat fundamental dan dogmatik. Menurut Jauziyah (Hasyim, 1983) keyakinan serta keteguhan akan membuat hati merasakan ketentraman. Menurut Seligman (2002), keyakinan menjadikan individu optimis terhadap masa depan dan merasakan kebahagiaan. Menurut Daradjat (1988), modal utama dalam mencapai kebahagiaan adalah iman (kepercayaan/keyakinan). Kepercayaan yang telah diejawantahkan dalam kehidupan akan membuat individu benar-benar teguh dalam pendirian, tidak mudah digoncangkan oleh berbagai

14 14 godaan, baik yang berupa harta, anak, kedudukan, dan segala bentuk kesenangan duniawi. Keimanan yang teguh dan kuat, serta memantul dalam sikap hidup sehari-hari, itulah yang akan membuat kebahagiaan dalam hidup. Kebahagiaan dirasakan oleh individu yang mempunyai keyakinan (akidah) kemudian mengamalkannya dalam kehidupannya sehari-hari atau sering disebut memiliki akhlak yang baik saat berhubungan dengan dunianya, terutama dengan manusia lain. Ancok & Suroso (2004) menjelaskan akhlak seorang Muslim diwujudkan dalam perilaku suka menolong, bekerjasama, berderma, menyejahterakan dan menumbuhkembangkan orang lain, menegakkan kebenaran dan keadilan, berlaku jujur, memaafkan, menjaga lingkungan hidup, menjaga amanat, tidak mencuri, tidak korupsi, tidak menipu, tidak berjudi, tidak meminum minuman yang memabukkan, mematuhi norma-norma Islam dalam berperilaku seksual, berjuang untuk hidup sukses menurut ukuran Islam, dan sebagainya. Menurut Hidayat (2006), dengan memberi, berbagi, menolong orang lain maka individu akan merasa hidupnya lebih bermakna dan bahagia. Tolstoy (Hasyim, 1983) menyebutnya sebagai kebahagiaan sejati, yaitu kebahagiaan bersama dalam masyarakat pada umumnya. Bilamana semua orang saling mencintai dan saling menolong dalam kebaikan, dan cintanya kepada orang lain itu sebagaimana cintanya terhadap dirinya, maka amanlah dunia ini dan berbahagialah masyarakat luas. Seligman (2002) menjelaskan bahwa jika individu menggunakan kekuatan khas pada dirinya seperti; kearifan dan pengetahuan, keberanian, kemanusiaan dan cinta, keadilan, kesederhanaan, dan transendensi maka individu tersebut akan

15 15 merasakan hidupnya semakin bersemangat, merasakan ektase, rasa senang, riang, ceria, kegembiraan, santai, tenang, flow dan gratifikasi. Kebahagiaan akan dirasakan oleh individu yang telah merasakan pengalaman-pengalaman religius akibat mengamalkan (akhlak) ajaran agamanya dengan sungguh-sungguh dan disertai dengan keyakinan (akidah) yang kuat. Pengalaman tersebut dikatakan Daradjat (2003) sebagai religious experience. Menurut Ancok & Suroso (2004), pengalaman religius tersebut antara lain; merasa dekat dengan Allah, merasa do a-do anya sering terkabul, merasa bertawakkal (pasrah diri secara positif), merasa khusyu ketika sholat atau berdo a, merasa tergetar mendengar adzan atau ayat-ayat Al-Qur an, merasa bersyukur, merasa mendapat peringatan atau pertolongan dari Allah dan merasa tenteram bahagia karena menuhankan Allah. Menurut Maslow (Ancok & Suroso, 2004), keadaan ini adalah bagian dari kesempurnaan manusia. Pada saat seperti ini individu dapat mengaktualisasikan diri, mengalami ektase, kebahagiaan, perasaan terpesona yang meluap-luap, suatu pengalaman keagamaan yang mendalam. Dalam keadaan seperti ini Seligman (2002) mengatakan bahwa individu merasakan kenikmatan batiniah yang menimbulkan parasaan; semangat yang meluap-luap, ektase, rasa senang, riang, ceria, kegembiraan, santai, tenang, dan flow. Pada keadaan ini pula individu merasakan gratifikasi (gratification) yang membuat individu merasa terlibat sepenuhnya, tenggelam dan terserap di dalamnya, merasa kehilangan kesadaran diri, dan flow yang dihasilkan oleh kepuasan-bukan hadirnya kenikmatan.

16 16 Pada dimensi pengetahuan dan ritual agama tidak terbukti mempengaruhi kebahagiaan otentik. Karena pengetahuan dan ritual yang dijalankan tanpa disertai dengan keyakinan yang kuat dan tidak dapat tercermin dalam perilaku (akhlak) di kehidupan sehari-hari. Selain itu mungkin pengetahuan dan ritual tidak dijalankan sesuai dengan perintah serta larangan-nya. Menurut Bukhori (2006), tanpa keyakinan atau kepercayaan terhadap Tuhan individu tidak mungkin akan merasakan ketenangan jiwa dan kebahagiaan dalam hidup. Bukhori (2006) menambahkan bahwa ibadah-ibadah yang diajarkan dalam Islam akan mampu memberikan pengaruh positif jika dilakukan sesuai dengan pedoman yang disampaikan oleh Allah, serta dengan mengindahkan perintah dan menjauhi larangan-nya. Kebahagiaan otentik yang dirasakan mahasiswa Fakultas Ekonomi Universitas Islam Indonesia ternyata dimiliki oleh individu yang mempunyai keyakinan kuat terhadap agamanya yang kemudian tercermin dalam perilakunya (akhlak) sehari-hari sehingga individu tersebut benar-benar merasakan suatu pengalaman dalam beragama kemudian pengalaman itu membuat individu merasakan kebahagiaan otentik dalam kehidupannya. Sedangkan pengetahuan dan ritual tidak signifikan mempengaruhi kebahagiaan otentik. Kesimpulan Kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian hubungan religiusitas dengan kebahagiaan otentik pada mahasiswa adalah sebagai berikut:

17 17 1. Ada hubungan positif yang sangat signifikan antara religiusitas dengan kebahagiaan otentik pada mahasiswa. 2. Ditemukan tiga aspek religiusitas yang signifikan mempengaruhi kebahagiaan otentik. Besarnya pengaruh aspek tersebut secara berurutan yaitu aspek pengalaman, aspek pengamalan dan yang terakhir aspek keyakinan. Aspek pengetahuan dan ritual tidak signifikan mempengaruhi kebahagiaan otentik Saran Berdasarkan pada penelitian yang telah dilakukan, peneliti mengajukan saran sebagai berikut: 1. Bagi subyek penelitian Hendaknya mahasiswa lebih meningkatkan keyakinan dalam beragama kemudian mengamalkan ajaran agama Islam dengan sungguh-sungguh dalam berbagai aspek kehidupan agar merasakan suatu pengalaman beragama sehingga merasakan kebahagiaan otentik dalam kehidupannya. Bagi civitas akademik Fakultas Ekonomi pada khususnya dan fihak Universitas Islam Indonesia pada umumnya diharapkan semakin memfokuskan pada hal-hal yang mampu meningkatkan religiusitas mahasiswanya. 2. Bagi peneliti selanjutnya Bagi peneliti selanjutnya yang tertarik ingin meneliti masalah kebahagiaan otentik diharapkan memperhatikan faktor-faktor yang belum atau tidak terungkap dalam penelitian seperti; faktor kehidupan sosial/hubungan

18 18 interpersonal, faktor cinta dan perkawinan, pekerjaan, tugas dan aktivitas yang memuaskan dan menyenangkan, dan lain sebagainya. Karena dalam penelitian ini ditemukan bahwa religiusitas memberikan sedikit pengaruh terhadap kebahagiaan otentik berarti sebagian besar dipengaruhi oleh faktor selain religiusitas namun faktor-faktor tersebut tidak diteliti dalam penelitian ini. Diharapkan peneliti selanjutnya lebih memperhatikan alat ukur yang akan digunakan. Pertama, sebisa mungkin meminimalisir aitem yang mengandung social desirability tinggi pada alat ukur kebahagiaan otentik maupun pada alat ukur religiusitas. Kemudian yang kedua hendaknya pada variabel religiusitas perlu memperhatikan dimensi pengetahuan dan praktek agama. Aitem-aitem pada dimensi pengetahuan diharapkan lebih spesifik mampu mengungkap sesuai dengan variabel bebasnya. Aitem-aitem pada dimensi praktek agama atau peribadatan diharapkan mampu mengungkap praktek agama yang mendalam dan tidak terkesan hanya mengungkap secara permukaan saja.

HUBUNGAN ANTARA RELIGIUSITAS DENGAN KEBAHAGIAAN PADA SISWA SISWI DI SMA MUHAMMADIYAH 1 KLATEN NASKAH PUBLIKASI. Diajukan kepada Fakultas Psikologi

HUBUNGAN ANTARA RELIGIUSITAS DENGAN KEBAHAGIAAN PADA SISWA SISWI DI SMA MUHAMMADIYAH 1 KLATEN NASKAH PUBLIKASI. Diajukan kepada Fakultas Psikologi HUBUNGAN ANTARA RELIGIUSITAS DENGAN KEBAHAGIAAN PADA SISWA SISWI DI SMA MUHAMMADIYAH 1 KLATEN NASKAH PUBLIKASI Diajukan kepada Fakultas Psikologi Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Memperoleh Gelar Derajat

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISA PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISA PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Analisa Data Dan Uji Hipotesa Sesuai dengan tujuan penelitian ini yaitu untuk melihat hubungan antara religiusitas dan well-being pada komunitas salafi

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA RASA BERSYUKUR DAN SUBJECTIVE WELL BEING PADA PENDUDUK MISKIN DI DAERAH JAKARTA

HUBUNGAN ANTARA RASA BERSYUKUR DAN SUBJECTIVE WELL BEING PADA PENDUDUK MISKIN DI DAERAH JAKARTA HUBUNGAN ANTARA RASA BERSYUKUR DAN SUBJECTIVE WELL BEING PADA PENDUDUK MISKIN DI DAERAH JAKARTA Ayu Redhyta Permata Sari 18511127 FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS GUNADARMA 2015 Latar belakang masalah -Keterbatasan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 25 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Bahagia Suami Istri 1. Definisi Bahagia Arti kata bahagia berbeda dengan kata senang. Secara filsafat kata bahagia dapat diartikan dengan kenyamanan dan kenikmatan spiritual

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. A. Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. A. Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif 40 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif korelasional. Penelitian korelasional adalah penelitian yang bertujuan untuk menemukan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam bab ini akan diuraikan rancangan penelitian yang dianggap relevan

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam bab ini akan diuraikan rancangan penelitian yang dianggap relevan 30 BAB III METODE PENELITIAN Dalam bab ini akan diuraikan rancangan penelitian yang dianggap relevan dengan permasalahan yang diteliti, untuk menjelaskan hubungan antara religiusitas dengan sikap terhadap

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA RELIGIUSITAS DENGAN KESEJAHTERAAN PSIKOLOGIS PADA LANSIA MUSLIM NASKAH PUBLIKASI

HUBUNGAN ANTARA RELIGIUSITAS DENGAN KESEJAHTERAAN PSIKOLOGIS PADA LANSIA MUSLIM NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA RELIGIUSITAS DENGAN KESEJAHTERAAN PSIKOLOGIS PADA LANSIA MUSLIM NASKAH PUBLIKASI Diajukan kepada Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap orang menginginkan kesejahteraan didalam hidupnya, bahkan Aristoteles (dalam Ningsih, 2013) menyebutkan bahwa kesejahteraan merupakan tujuan utama dari eksistensi

Lebih terperinci

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Desain penelitian dalam penelitian ini adalah dengan pendekatan kuantitatif, digunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel tertentu, pengumpulan

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN RELIGIUSITAS DENGAN BERPIKIR POSITIF PADA REMAJA PUTRI

NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN RELIGIUSITAS DENGAN BERPIKIR POSITIF PADA REMAJA PUTRI NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN RELIGIUSITAS DENGAN BERPIKIR POSITIF PADA REMAJA PUTRI Oleh: FRIDA CORRY OCTARINA H. FUAD NASHORI PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI DAN ILMU SOSIAL BUDAYA UNIVERSITAS

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL DENGAN AKTUALISASI DIRI PADA REMAJA PECANDU NARKOBA DI PANTI REHABILITASI

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL DENGAN AKTUALISASI DIRI PADA REMAJA PECANDU NARKOBA DI PANTI REHABILITASI HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL DENGAN AKTUALISASI DIRI PADA REMAJA PECANDU NARKOBA DI PANTI REHABILITASI Nama : Kartika Pradita Andriani NPM : 13510847 Jurusan : Psikologi Pembimbing : Prof. Dr. AM. Heru

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN Bab ini berisi profil subjek, hasil, analisis, dan data tambahan penelitian. 4.1 Profil Subjek Subjek dalam penelitian ini adalah mahasiswa/i Bina Nusantara yang sedang mengikuti

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan Penelitian Rancangan penelitian menggunakan metode penelitian kuantitatif, maksud dari metode penelitian ini adalah penelitian yang identik dengan pendekatan deduktif

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kesejahteraan Psikologis. Ryff (1989) mendefinisikan kesejahteraan psikologis adalah sebuah kondisi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kesejahteraan Psikologis. Ryff (1989) mendefinisikan kesejahteraan psikologis adalah sebuah kondisi BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kesejahteraan Psikologis 1. Pengertian Ryff (1989) mendefinisikan kesejahteraan psikologis adalah sebuah kondisi dimana individu memiliki sikap yang positif terhadap diri sendiri

Lebih terperinci

ALTRUISME DENGAN KEBAHAGIAAN PADA PETUGAS PMI NASKAH PUBLIKASI. Disusun Untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai. Derajat Gelar Sarjana (S-1) Psikologi

ALTRUISME DENGAN KEBAHAGIAAN PADA PETUGAS PMI NASKAH PUBLIKASI. Disusun Untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai. Derajat Gelar Sarjana (S-1) Psikologi ALTRUISME DENGAN KEBAHAGIAAN PADA PETUGAS PMI NASKAH PUBLIKASI Disusun Untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai Derajat Gelar Sarjana (S-1) Psikologi Diajukan oleh : IKA IRYANA F.100110078 FAKULTAS PSIKOLOGI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yakni tingginya angka korupsi, semakin bertambahnya jumlah pemakai narkoba,

BAB I PENDAHULUAN. yakni tingginya angka korupsi, semakin bertambahnya jumlah pemakai narkoba, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Permasalahan yang dihadapi oleh bangsa Indonesia saat ini bukan hanya mengenai ekonomi, keamanan dan kesehatan, tetapi juga menurunnya kualitas sumber daya

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Pada bab ini akan diuraikan hasil penelitian sesuai dengan data yang diperoleh. Pembahasan diawali dengan memberikan gambaran umum subjek penelitian, pelaksanaan

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA PERSAHABATAN DENGAN KEPERCAYAAN DIRI PADA MAHASISWA BARU

NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA PERSAHABATAN DENGAN KEPERCAYAAN DIRI PADA MAHASISWA BARU 1 NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA PERSAHABATAN DENGAN KEPERCAYAAN DIRI PADA MAHASISWA BARU Oleh : Chinta Pradhika H. Fuad Nashori PRODI PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI DAN ILMU SOSIAL BUDAYA UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Uji Asumsi Sebelum analisis data dilakukan, terlebih dahulu dilakukan uji asumsi untuk mengetahui normal tidaknya sebaran data dan linear atau

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA KEBERMAKNAAN HIDUP DENGAN PERILAKU PRODUKTIF PADA GURU SLB. Ermy Herawaty Sus Budiharto, S. Psi, M.

HUBUNGAN ANTARA KEBERMAKNAAN HIDUP DENGAN PERILAKU PRODUKTIF PADA GURU SLB. Ermy Herawaty Sus Budiharto, S. Psi, M. HUBUNGAN ANTARA KEBERMAKNAAN HIDUP DENGAN PERILAKU PRODUKTIF PADA GURU SLB Ermy Herawaty Sus Budiharto, S. Psi, M. Si, Psi INTISARI Penelitian ini dilatarbelakangi oleh adanya fakta yang menunjukkan bahwa

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORITIS

BAB II TINJAUAN TEORITIS 11 BAB II TINJAUAN TEORITIS A. Psychological Well-Being 1. Konsep Psychological Well-Being Psychological well-being (kesejahteraan psikologi) dipopulerkan oleh Ryff pada tahun 1989. Psychological well-being

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. itu kebahagiaan juga meliputi penilaian seseorang tentang hidupnya.

BAB I PENDAHULUAN. itu kebahagiaan juga meliputi penilaian seseorang tentang hidupnya. BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Umumnya manusia dalam kehidupannya mencari ketenangan dan kebahagiaan, tetapi apa bahagia itu, dimana tempatnya, bagaimana cara memperolehnya, hampir semua orang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. kuantitatif dengan pendekatan korelasional. Penelitian korelasional bertujuan

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. kuantitatif dengan pendekatan korelasional. Penelitian korelasional bertujuan BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Pada penelitian ini, desain yang digunakan adalah desain penelitian kuantitatif dengan pendekatan korelasional. Penelitian korelasional bertujuan menyelidiki

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Forgiveness 2.1.1. Definisi Forgiveness McCullough (2000) bahwa forgiveness didefinisikan sebagai satu set perubahan-perubahan motivasi di mana suatu organisme menjadi semakin

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA RELIGIUSITAS DENGAN KESEJAHTERAAN SUBJEKTIF PADA MASYARAKAT MISKIN DI BANTARAN SUNGAI BENGAWAN SOLO JEBRES SURAKARTA.

HUBUNGAN ANTARA RELIGIUSITAS DENGAN KESEJAHTERAAN SUBJEKTIF PADA MASYARAKAT MISKIN DI BANTARAN SUNGAI BENGAWAN SOLO JEBRES SURAKARTA. HUBUNGAN ANTARA RELIGIUSITAS DENGAN KESEJAHTERAAN SUBJEKTIF PADA MASYARAKAT MISKIN DI BANTARAN SUNGAI BENGAWAN SOLO JEBRES SURAKARTA Naskah Publikasi Diajukan kepada Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA KONTROL DIRI DAN SUBJECTIVE WELL- BEING PADA GURU SEKOLAH DASAR

HUBUNGAN ANTARA KONTROL DIRI DAN SUBJECTIVE WELL- BEING PADA GURU SEKOLAH DASAR HUBUNGAN ANTARA KONTROL DIRI DAN SUBJECTIVE WELL- BEING PADA GURU SEKOLAH DASAR Suci Melati Puspitasari 16510707 FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS GUNADARMA 2015 BAB I Pendahuluan Latar Belakang Masalah Guru

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Ayat di atas bermakna bahwa setiap manusia yang tunduk kepada Allah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Ayat di atas bermakna bahwa setiap manusia yang tunduk kepada Allah BAB I PENDAHULUAN Dalam Firman-Nya Al-Qalam ayat 43 : A. Latar Belakang Masalah (dalam keadaan) pandangan mereka tunduk ke bawah, lagi mereka diliputi kehidupan. Dan sesungguhnya mereka dahulu (di dunia)

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah

BAB III METODE PENELITIAN. Pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah 65 BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuantitatif. Sedangkan metode yang digunakan adalah metode deskriptif dengan teknik

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kebahagiaan. mengacu pada emosi positif yang dirasakan individu serta aktivitas-aktivitas

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kebahagiaan. mengacu pada emosi positif yang dirasakan individu serta aktivitas-aktivitas BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kebahagiaan 1. Pengertian Kebahagiaan Menurut Seligman (2005) kebahagiaan hidup merupakan konsep yang mengacu pada emosi positif yang dirasakan individu serta aktivitas-aktivitas

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA MOTIVASI KERJA DENGAN PERSONAL RESPONSIBILITY KARYAWAN LEMBAGA PENDIDIKAN PERKEBUNAN YOGYAKARTA

NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA MOTIVASI KERJA DENGAN PERSONAL RESPONSIBILITY KARYAWAN LEMBAGA PENDIDIKAN PERKEBUNAN YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA MOTIVASI KERJA DENGAN PERSONAL RESPONSIBILITY KARYAWAN LEMBAGA PENDIDIKAN PERKEBUNAN YOGYAKARTA DISUSUN OLEH SUGESTI HANUNG ANDITYA SUS BUDIHARTO PROGRAM STUDI PSIKOLOGI

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN. uji linieritas hubungan variabel bebas dan tergantung. diuji normalitasnya dengan menggunakan program Statistical

BAB V HASIL PENELITIAN. uji linieritas hubungan variabel bebas dan tergantung. diuji normalitasnya dengan menggunakan program Statistical BAB V HASIL PENELITIAN A. Uji Asumsi Setelah semua data penelitian diperoleh, maka dilakukan uji asumsi sebagai syarat untuk melakukan analisis data. Uji asumsi yang dilakukan adalah uji normalitas sebaran

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. terhadap hasil penelitian. Kegiatan penilitian harus mengikuti langkah-langkah

BAB III METODE PENELITIAN. terhadap hasil penelitian. Kegiatan penilitian harus mengikuti langkah-langkah BAB III METODE PENELITIAN Metode penelitian merupakan faktor penting yang sangat berpengaruh terhadap hasil penelitian. Kegiatan penilitian harus mengikuti langkah-langkah kerja sehingga dalam pelaksanaannya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kecemasan fisiologis seperti perasaan takut dan berdebar saat akan menghadapi

BAB I PENDAHULUAN. kecemasan fisiologis seperti perasaan takut dan berdebar saat akan menghadapi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kecemasan merupakan bagian dari kehidupan dan merupakan gejala yang normal apabila tidak mengganggu kegiatan pada manusia. Kecemasan dibagi dua, kecemasan fisiologis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dimana seseorang menilai keseluruhan kehidupannya secara positif

BAB I PENDAHULUAN. dimana seseorang menilai keseluruhan kehidupannya secara positif BAB I PENDAHULUAN I.A. Latar Belakang Masalah Kebahagiaan merupakan pemahaman umum mengenai seberapa senang seseorang akan kehidupannya sendiri atau secara formal merupakan tingkat dimana seseorang menilai

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. penelitian. Penyusunan desain penelitian merupakan tahap perencanaan penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. penelitian. Penyusunan desain penelitian merupakan tahap perencanaan penelitian BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Menurut Alsa (2011 : 18) desain atau rancangan penelitian dipakai untuk menunjuk pada rencana peneliti tentang bagaimana ia akan melaksanakan penelitian.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kebahagiaan dengan semangat yang menggebu. Awalnya mereka menyebut

BAB I PENDAHULUAN. kebahagiaan dengan semangat yang menggebu. Awalnya mereka menyebut BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap manusia bukan hanya ingin sekedar memperbaiki kelemahan mereka. Mereka menginginkan kehidupan yang bermakna, bukan kegelisahan sampai ajal menjemput. Beberapa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari waktu ke waktu. Humas Badan Narkotika Nasional RI (2016) telah

BAB I PENDAHULUAN. dari waktu ke waktu. Humas Badan Narkotika Nasional RI (2016) telah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Jumlah pecandu narkoba di Indonesia terus mengalami peningkatan dari waktu ke waktu. Humas Badan Narkotika Nasional RI (2016) telah mengungkap 807 kasus narkoba

Lebih terperinci

4. ANALISIS DAN INTERPRETASI DATA

4. ANALISIS DAN INTERPRETASI DATA 41 4. ANALISIS DAN INTERPRETASI DATA Pada bab ini akan diuraikan hasil penelitian dan interpretasinya. Pembahasan dalam bab 4 ini meliputi gambaran umum partisipan, ada tidaknya hubungan antara sikap terhadap

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Persis (Pajagalan), Mesjid Salman (Ganesha, ITB), Mesjid LDII (Riung

BAB III METODE PENELITIAN. Persis (Pajagalan), Mesjid Salman (Ganesha, ITB), Mesjid LDII (Riung 47 BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi, Populasi dan Sampel Penelitian Lokasi pada penelitian ini adalah di beberapa mesjid yang tersebar di Kota Bandung, diantaranya Mesjid Daarutauhid (Geger Kalong),

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Hipertensi merupakan suatu kondisi apabila individu memiliki tekanan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Hipertensi merupakan suatu kondisi apabila individu memiliki tekanan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hipertensi merupakan suatu kondisi apabila individu memiliki tekanan darah tinggi > 140/90 mmhg selama beberapa minggu dan dalam jangka waktu yang lama (Sarafino,

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. jenis penelitian ini adalah kuantitatif, yaitu penelitian yang menekankan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. jenis penelitian ini adalah kuantitatif, yaitu penelitian yang menekankan BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Sejalan dengan tujuan yang ingin diperoleh dalam penelitian ini, maka jenis penelitian ini adalah kuantitatif, yaitu penelitian yang menekankan analisis

Lebih terperinci

HUBUNGAN TINGKAT RELIGIUSITAS DENGAN KESEJAHTERAAN PSIKOLOGIS SISWA SMK MUHAMMADIYAH 2 MALANG

HUBUNGAN TINGKAT RELIGIUSITAS DENGAN KESEJAHTERAAN PSIKOLOGIS SISWA SMK MUHAMMADIYAH 2 MALANG HUBUNGAN TINGKAT RELIGIUSITAS DENGAN KESEJAHTERAAN PSIKOLOGIS SISWA SMK MUHAMMADIYAH 2 MALANG Bunayya Nur Amna Fakultas Psikologi, UIN Maulana Malik Ibrahim Malang ABSTRAK Penelitian ini menggunakan metode

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. ketidakberdayaan. Menurut UU No.13 tahun 1998, lansia adalah seseorang yang telah

BAB 1 PENDAHULUAN. ketidakberdayaan. Menurut UU No.13 tahun 1998, lansia adalah seseorang yang telah BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa lanjut usia (lansia) merupakan tahap terakhir dari tahapan perkembangan manusia. Didalam masyarakat, masa lansia sering diidentikkan dengan masa penurunan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Dalam penelitian ini dapat dilihat bahwa memang ada beberapa individu yang memfokuskan diri pada aspek sipiritual yang juga sekaligus kaya akan emosi positif dalam

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Asumsi dari penelitian kuantitatif ialah fakta-fakta dari objek penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. Asumsi dari penelitian kuantitatif ialah fakta-fakta dari objek penelitian 35 BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Pendekatan penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif, karena dalam penelitian ini lebih menekankan pada data yang

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Sebelum dilakukan analisis statistik dengan menggunakan product moment dari Pearson, maka dilakukan uji asumsi normalitas dan linearitas. 1. Uji Asumsi Uji

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Analisis Data Analisis data penelitian dilakukan agar data yang sudah diperoleh dapat dibaca dan ditafsirkan. Data yang telah dikumpulkan itu belum dapat memberikan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan

BAB III METODE PENELITIAN. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Pendekatan Penelitian Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif, yaitu suatu pendekatan yang digunakan untuk meneliti populasi atau sampel

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Setiap individu di dalam hidupnya selalu berusaha untuk mencari

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Setiap individu di dalam hidupnya selalu berusaha untuk mencari BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap individu di dalam hidupnya selalu berusaha untuk mencari kesejahteraan. Mereka mencoba berbagai cara untuk mendapatkan kesejahteraan tersebut baik secara

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel Penelitian. Variabel dalam penelitian ini adalah: 1. Variabel Bebas : Terapi Kebermaknaan Hidup

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel Penelitian. Variabel dalam penelitian ini adalah: 1. Variabel Bebas : Terapi Kebermaknaan Hidup 59 BAB III METODE PENELITIAN A. Identifikasi Variabel Penelitian Variabel dalam penelitian ini adalah: 1. Variabel Bebas : Terapi Kebermaknaan Hidup 2. Variabel Tergantung : Kesejahteraan subjektif B.

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI SIKAP REMAJA TERHADAP PENYALAHGUNAAN OBAT DITINJAU DARI KEPERCAYAAN DIRI

NASKAH PUBLIKASI SIKAP REMAJA TERHADAP PENYALAHGUNAAN OBAT DITINJAU DARI KEPERCAYAAN DIRI NASKAH PUBLIKASI SIKAP REMAJA TERHADAP PENYALAHGUNAAN OBAT DITINJAU DARI KEPERCAYAAN DIRI Oleh : SYAIFUL ANWAR PRASETYO YULIANTI DWI ASTUTI FAKULTAS PSIKOLOGI DAN ILMU SOSIAL BUDAYA UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

Lebih terperinci

KEBAHAGIAAN DAN KETIDAKBAHAGIAAN PADA WANITA MENIKAH MUDA

KEBAHAGIAAN DAN KETIDAKBAHAGIAAN PADA WANITA MENIKAH MUDA KEBAHAGIAAN DAN KETIDAKBAHAGIAAN PADA WANITA MENIKAH MUDA NASKAH PUBLIKASI Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta Untuk Memenuhi Sebagaian Persyaratan Dalam Mencapai Derajat

Lebih terperinci

BAB III METODELOGI PENELITIAN

BAB III METODELOGI PENELITIAN BAB III METODELOGI PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif, karena dalam pengambilan data peneliti menggunakan instrumen penelitian yaitu skala psikologi untuk

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

BAB V PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN 112 BAB V PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN A. Variabel Motivasi Spiritual Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, motivasi spiritual pada remaja di panti asuhan yatim dan fakir miskin Hikmatul Hayat

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. tidaknya sebaran skor variable serta linier atau tidaknya hubungan. antara variabel bebas dengan variabel tergantungnya.

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. tidaknya sebaran skor variable serta linier atau tidaknya hubungan. antara variabel bebas dengan variabel tergantungnya. BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Uji Asumsi Uji asumsi dilaksanakan terlebih dahulu sebelum melakukan uji hipotesis. Uji asumsi ini menyangkut normalitas dan linieritas yang digunakan

Lebih terperinci

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA SUBJECTIVE WELL-BEING PADA GURU PAUD DI DAERAH RAWAN BENCANA NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Dalam mencapai derajad Sarjana S-1 Diajukan oleh: Nurul Fikri Hayuningtyas Nawati F100110101

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebiasaan merokok di Indonesia sangat memprihatinkan. Gencarnya promosi rokok banyak menarik perhatian masyarakat. Namun bahaya yang dapat ditimbulkan oleh rokok masih

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA RELIGIUSITAS DENGAN ALTRUISME PADA PENDONOR DARAH (PMI) : Siti Sara NPM : : Dr. Mahargyantari Purwani Dewi, M.

HUBUNGAN ANTARA RELIGIUSITAS DENGAN ALTRUISME PADA PENDONOR DARAH (PMI) : Siti Sara NPM : : Dr. Mahargyantari Purwani Dewi, M. HUBUNGAN ANTARA RELIGIUSITAS DENGAN ALTRUISME PADA PENDONOR DARAH (PMI) NAMA : Siti Sara NPM : 16510617 DOSEN : Dr. Mahargyantari Purwani Dewi, M.Si BAB I PENDAHULUAN Makhluk sosial Altruisme Tolong Menolong

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Setiap agama mengajarkan kebaikan kepada pemeluknya. Tidak ada satu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Setiap agama mengajarkan kebaikan kepada pemeluknya. Tidak ada satu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap agama mengajarkan kebaikan kepada pemeluknya. Tidak ada satu pun agama yang muncul di dunia yang mengusung misi merusak dan menghancurkan kehidupan. Chimbell

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori subjective well-being

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori subjective well-being BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Alasan Pemilihan Teori Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori subjective well-being menurut Diener (2005). Teori yang dipilih akan digunakan untuk meneliti gambaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Globalisasi sekarang ini melakukan tindakan kekerasan merupakan hal yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Globalisasi sekarang ini melakukan tindakan kekerasan merupakan hal yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Globalisasi sekarang ini melakukan tindakan kekerasan merupakan hal yang biasa terjadi dimana-mana, seperti mengamuk ataupun merusak, kita dapat melihat banyaknya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. akan memberikan rasa dekat dengan Tuhan, rasa bahwa doa-doa yang dipanjatkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. akan memberikan rasa dekat dengan Tuhan, rasa bahwa doa-doa yang dipanjatkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Religiusitas merupakan salah satu faktor utama dalam hidup dan kehidupan. Religiusitas yang tinggi ditandai dengan adanya keyakinan akan adanya Tuhan yang dimanivestasikan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 29 BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Pada penelitian ini metode yang digunakan oleh peneliti adalah metode penelitian kuantitatif. Penelitian kuantitatif ini menggunakan pendekatan korelasional

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Cinta dan seksual merupakan salah satu permasalahan yang terpenting yang dialami oleh remaja saat ini. Perasaan bersalah, depresi, marah pada gadis yang mengalami

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perih, mengiris dan melukai hati disebut unforgiveness. Seseorang yang

BAB I PENDAHULUAN. perih, mengiris dan melukai hati disebut unforgiveness. Seseorang yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Membuat perubahan hidup positif adalah sebuah proses multi tahapan yang dapat menjadi kompleks dan menantang. Pengalaman emosi marah, benci, dan kesedihan yang terjadi

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. A. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional. Dalam penelitian ini menggunakan dua variabel, yaitu variabel gaya

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. A. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional. Dalam penelitian ini menggunakan dua variabel, yaitu variabel gaya BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional 1. Identifikasi Variabel Dalam penelitian ini menggunakan dua variabel, yaitu variabel gaya kepemimpinan partisipatif dan Work

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA KONFLIK ORANGTUA (AYAH IBU) - ANAK DENGAN DEPRESI PADA REMAJA

NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA KONFLIK ORANGTUA (AYAH IBU) - ANAK DENGAN DEPRESI PADA REMAJA NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA KONFLIK ORANGTUA (AYAH IBU) - ANAK DENGAN DEPRESI PADA REMAJA Oleh : Finda Fatmawati Hepi Wahyuningsih PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI DAN ILMU SOSIAL BUDAYA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sejak zaman dahulu manusia bertanya-tanya tentang bagaimana cara memperoleh kualitas hidup yang baik. Peneliti-peneliti yang mempelajari kepuasan hidup mengasumsikan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. bawah naungan Departemen Agama, dan secara akademik berada di bawah

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. bawah naungan Departemen Agama, dan secara akademik berada di bawah BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Lokasi Penelitian 1. Profil Lembaga Fakultas psikologi Universitas Islam Negeri (UIN) Maulana Malik Ibrahim Malang merupakan lembaga pendidikan yang secara umum berada di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan dan pertumbuhan tersebut, salah satu fase penting dan menjadi pusat

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan dan pertumbuhan tersebut, salah satu fase penting dan menjadi pusat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Selama rentang kehidupan manusia yang dimulai sejak lahir sampai meninggal, banyak fase perkembangan dan pertumbuhan yang harus dilewati. Dari semua fase perkembangan

Lebih terperinci

HUBUNGAN RELIGIUSITAS DENGAN KONTROL DIRI PADA ANGGOTA INTELKAM POLRES CILACAP. Oleh : Fajar Kurniawan*) Retno Dwiyanti**) ABSTRAK

HUBUNGAN RELIGIUSITAS DENGAN KONTROL DIRI PADA ANGGOTA INTELKAM POLRES CILACAP. Oleh : Fajar Kurniawan*) Retno Dwiyanti**) ABSTRAK HUBUNGAN RELIGIUSITAS DENGAN KONTROL DIRI PADA ANGGOTA INTELKAM POLRES CILACAP Oleh : Fajar Kurniawan*) Retno Dwiyanti**) ABSTRAK Tujuan penelitian ini adalah mengetahui hubungan antara religiusitas dengan

Lebih terperinci

BAB V ANALISI DATA DAN HASIL PENELITIAN

BAB V ANALISI DATA DAN HASIL PENELITIAN BAB V ANALISI DATA DAN HASIL PENELITIAN A. Analisis Data Subjek yang sesuai dengan karakteristik penelitian berjumlah 30 orang. Setelah memperoleh data yang diperlukan, maka dilakukan pengujian hipotesis

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tipe Penelitian Tipe penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian korelasional yang melihat hubungan antara satu atau beberapa ubahan dengan satu atau

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. signifikansi hubungan antara variabel yang diteliti. 45

BAB III METODE PENELITIAN. signifikansi hubungan antara variabel yang diteliti. 45 44 BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif yang merupakan penelitian yang menekankan analisisnya pada data-data numerical atau angka

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL ISTRI DENGAN KECEMASAN SUAMI MENJELANG MASA PENSIUN

NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL ISTRI DENGAN KECEMASAN SUAMI MENJELANG MASA PENSIUN NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL ISTRI DENGAN KECEMASAN SUAMI MENJELANG MASA PENSIUN oleh : MUTYA GUSTI RAMA Dra. AISAH INDATI, M.S FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA YOGYAKARTA

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. KEPUASAN PERKAWINAN. alasan ekonomi dan atau reproduksi (Gladding, 2012: 434).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. KEPUASAN PERKAWINAN. alasan ekonomi dan atau reproduksi (Gladding, 2012: 434). BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. KEPUASAN PERKAWINAN 1. Pengertian Kepuasan Perkawinan Kepuasan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2010: 129) merupakan perasaan senang, lega, gembira karena hasrat, harapan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional. peneliti untuk dipelajari dan ditarik kesimpulannya.

BAB III METODE PENELITIAN. A. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional. peneliti untuk dipelajari dan ditarik kesimpulannya. BAB III METODE PENELITIAN A. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional 1. Variabel Penelitian Variabel adalah sesuatu yang dapat berubah-ubah dan mempunyai nilai yang berbeda-beda ( Turmudi, 2008).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. menciptakan manusia sebagai makhluk hidup-nya, akan tetapi makhluk hidup

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. menciptakan manusia sebagai makhluk hidup-nya, akan tetapi makhluk hidup BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia merupakan makhlik hidup ciptaan Allah SWT. Allah SWT tidak menciptakan manusia sebagai makhluk hidup-nya, akan tetapi makhluk hidup ciptaan Allah yang lain adalah

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Dalam bab ini akan dibahas metode yang digunakan dalam menjawab permasalahan serta menguji hipotesis penelitian. Pada bagian pertama akan dijelaskan mengenai pendekatan penelitian,

Lebih terperinci

KONTRIBUSI KONTROL DIRI TERHADAP SUBJECTIVE WELL-BEING PADA GURU

KONTRIBUSI KONTROL DIRI TERHADAP SUBJECTIVE WELL-BEING PADA GURU KONTRIBUSI KONTROL DIRI TERHADAP SUBJECTIVE WELL-BEING PADA GURU Disusun Oleh: Nama : Suci Melati Puspitasari NPM : 16510707 Pembimbing : Henny Regina Salve M.Psi, Psi Fakultas Psikologi Universitas Gunadarma

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kontrol Diri Kontrol diri perlu dimiliki oleh setiap orang yang akan mengarahkan perilakunya sesuai dengan norma-norma yang berlaku di lingkungannya dengan seluruh kemampuan

Lebih terperinci

Hubungan Antara Religiusitas Dengan Resiliensi Pada Mahasiswa Perantau

Hubungan Antara Religiusitas Dengan Resiliensi Pada Mahasiswa Perantau Hubungan Antara Dengan Pada Mahasiswa Perantau NAMA : PANDU PRAMANA NPM : 15511494 PEMBIMBING : Dr. ANUGRIATY INDAH ASMARANY JAKARTA 2015 Latar Belakang Masalah Mahasiswa Perantau Hambatan Stres akademik

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA RELIGIUSITAS DENGAN KECENDERUNGAN PERILAKU DELIKUEN SKRIPSI

HUBUNGAN ANTARA RELIGIUSITAS DENGAN KECENDERUNGAN PERILAKU DELIKUEN SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA RELIGIUSITAS DENGAN KECENDERUNGAN PERILAKU DELIKUEN SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya Universitas Islam Indonesia Untuk Memenuhi Sebagian Dari Syarat-Syarat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. positif ataupun negatif. Perilaku mengonsumsi minuman beralkohol. berhubungan dengan hiburan, terutama bagi sebagian individu yang

BAB I PENDAHULUAN. positif ataupun negatif. Perilaku mengonsumsi minuman beralkohol. berhubungan dengan hiburan, terutama bagi sebagian individu yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kemajuan zaman terbukti megubah sebagian besar gaya hidup manusia. Mulai dari cara memenuhi kebutuhan pokok dan kebutuhan lainnya seperti kebutuhan hiburan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Individu pada hakikatnya akan terus mengalami proses pertumbuhan dan perkembangan sepanjang hidup. Individu akan terus mengalami perkembangan sampai akhir hayat yang

Lebih terperinci

HUBUNGAN RITUAL IBADAH DENGAN KENAKALAN REMAJA (JUVENILE DELINQUENCY) DI SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN MUHAMMADIYAH 2 MALANG

HUBUNGAN RITUAL IBADAH DENGAN KENAKALAN REMAJA (JUVENILE DELINQUENCY) DI SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN MUHAMMADIYAH 2 MALANG HUBUNGAN RITUAL IBADAH DENGAN KENAKALAN REMAJA (JUVENILE DELINQUENCY) DI SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN MUHAMMADIYAH 2 MALANG ABSTRAK Rahayu, Rafika Isti. 2015. Hubungan Ritual Ibadah dengan Kenakalan Remaja

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN III.1 Identifikasi Variabel Penelitian Variabel-variabel yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Variabel I : Pet Attachment 2. Variabel II : Well-being

Lebih terperinci

, 2015 GAMBARAN KONTROL DIRI PADA MAHASISWI YANG MELAKUKAN PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH

, 2015 GAMBARAN KONTROL DIRI PADA MAHASISWI YANG MELAKUKAN PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Meningkatnya perilaku seksual pranikah di kalangan generasi muda mulai mengancam masa depan bangsa Indonesia. Banyaknya remaja yang melakukan perilaku seksual pranikah

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional. variabel-variabel yang diambil dalam penelitian ini.

BAB III METODE PENELITIAN. A. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional. variabel-variabel yang diambil dalam penelitian ini. BAB III METODE PENELITIAN A. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional 1. Variabel Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Untuk menguji hipotesis penelitian, sebelumnya akan dilakukan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kebahagiaan. emosional yang positif karena telah terpenuhinya kondisi-kondisi yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kebahagiaan. emosional yang positif karena telah terpenuhinya kondisi-kondisi yang BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kebahagiaan 1. Pengertian Spot (2004) menjelaskan kebahagiaan adalah penghayatan dari perasaan emosional yang positif karena telah terpenuhinya kondisi-kondisi yang diinginkan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Masa remaja (adolescence), merupakan masa yang berada pada tahap perkembangan psikologis yang potensial sekaligus rentan karena masalah dapat terjadi setiap hari. Remaja yang mencapai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Mahasiswa sebagai bagian dari kelompok remaja akhir terlibat dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Mahasiswa sebagai bagian dari kelompok remaja akhir terlibat dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mahasiswa sebagai bagian dari kelompok remaja akhir terlibat dalam interaksi sosial. Salah satu faktor yang melatar belakangi seorang individu berinteraksi dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan mahluk sosial yang tidak pernah terlepas dari

BAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan mahluk sosial yang tidak pernah terlepas dari BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia merupakan mahluk sosial yang tidak pernah terlepas dari hubungannya dengan orang lain. Keberadaan orang lain dibutuhkan manusia untuk melakukan suatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adalah kebahagiaan yang menjadi tujuan seseorang. Kebahagiaan autentik

BAB I PENDAHULUAN. adalah kebahagiaan yang menjadi tujuan seseorang. Kebahagiaan autentik BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap orang pada dasarnya berusaha untuk mencapai kebahagiaan dalam hidupnya. Kebahagiaan merupakan sebuah kebutuhan dan telah menjadi sebuah kewajiban moral. Biasanya

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA KEBERSYUKURAN DENGAN EFIKASI DIRI PADA GURU TIDAK TETAP DI SEKOLAH DASAR MUHAMMADIYAH

HUBUNGAN ANTARA KEBERSYUKURAN DENGAN EFIKASI DIRI PADA GURU TIDAK TETAP DI SEKOLAH DASAR MUHAMMADIYAH HUBUNGAN ANTARA KEBERSYUKURAN DENGAN EFIKASI DIRI PADA GURU TIDAK TETAP DI SEKOLAH DASAR MUHAMMADIYAH NASKAH PUBLIKASI Diajukan oleh: ARRIJAL RIAN WICAKSONO F 100 090 117 Kepada : FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pendidikan pada abad ke-21 berupaya menerapkan pendidikan yang positif

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pendidikan pada abad ke-21 berupaya menerapkan pendidikan yang positif 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan pada abad ke-21 berupaya menerapkan pendidikan yang positif dengan menerapkan psikologi positif dalam pendidikan. Psikologi positif yang dikontribusikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat Indonesia sesuai Visi Indonesia Sehat 2010 ditandai dengan

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat Indonesia sesuai Visi Indonesia Sehat 2010 ditandai dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masyarakat Indonesia sesuai Visi Indonesia Sehat 2010 ditandai dengan penduduknya yang hidup dalam lingkungan dan perilaku sehat, memiliki kemampuan untuk menjangkau

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Variabel dan Definisi Operasional 1. Identitas Variabel Variabel merupakan suatu yang dapat berubah-ubah dan mempunyai nilai yang berbeda-beda, menurut (Sugioyo, 2001), variabel

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENGANTAR. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENGANTAR A. Latar Belakang Masalah Lansia adalah bagian dari proses tumbuh kembang manusia dalam kehidupan. Manusia menjadi tua melalui proses perkembangan mulai dari bayi, anak-anak, dewasa, dan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Karakteristik Responden Penelitian Karakteristik responden dilihat berdasarkan tahun angkatan dan program studi. Tabel 4.1 Karakteristik Responden Penelitian Tahun

Lebih terperinci