BAB II TEKNIK CETAK SABLON DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN PSIKOMOTOR PADA MATA PELAJARAN KETERAMPILAN DI KELAS XI SLB/B
|
|
- Teguh Setiabudi
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB II TEKNIK CETAK SABLON DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN PSIKOMOTOR PADA MATA PELAJARAN KETERAMPILAN DI KELAS XI SLB/B A. Pembelajaran Keterampilan Di Kelas XI SLB B Keterampilan merupakan ilmu teknologi terapan yang sangat penting dan dibutuhkan dalam kehidupan manusia, karena manusia memerlukan keterampilan sebagai alat untuk mengembangkan atau menggunakan pola pikir di dalam kehidupannya. Mata pelajaran keterampilan disajikan kepada peserta didik agar kelak mereka dapat mengembangkan kemampuan diri untuk berkreatifitas dengan cara yang positif. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar keterampilan pada siswa tunarungu ini disusun sebagai landasan pembelajaran untuk mengembangkan kemampuan tersebut, selain itu dimaksudkan pula untuk mengembangkan pola berfikir dalam menuangkan ide atau gagasan yang mengikuti perkembangan zaman sesuai dengan kebutuhan yang memiliki pangsa pasar yang diharapkan dapat mendorong masyarakat untuk menjadi seorang wiraswasta yang berhasil. Ny. SA Bratanata (1975 : 107) mengemukakan : Bahwa pendidikan keterampilan bagi anak tunarungu sangat berguna dalam kehidupannya, baik itu mengenai kehidupan sosial ekonominya maupun kepribadiannya. Keterampilan juga bisa dijadikan peluang usaha jika dilihat dari sisi perekonomian dengan dukungan ketekunan, kemauan kuat dan kerja keras. Selain 1
2 itu keterampilan juga bisa memberikan alternatif ataupun solusi dalam kehidupan pribadi, keluarga dan masyarakat luas. Dengan pendidikan keterampilanpun semua potensi yang ada pada anak dapat tersalurkan atau dirubah untuk bertambah maju seperti mengenai sikap, nilai, emosi, kesanggupan, kemauan dan intelektualnya. Mata pelajaran keterampilan berdasarkan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar SMALB/B bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sbb : 1. Memahami konsep dan pentingnya seni budaya dan keterampilan. 2. menampilkan sikap apresiasi terhadap seni budaya dan keterampilan. 3. menampilkan kreativitas melalui seni budaya dan keterampilan. 4. menampilkan peran serta dalam seni budaya dan keterampilan dalam tingkat lokal, regional, maupun global. Sedangkan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar kelas XI SLB/B adalah sbb: Tabel 2.1 Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar semester 1 kelas XI SLB/B Standar Kompetensi Seni Rupa 1. Mengevaluasi karya dan seni rupa. Kompetensi Dasar 1.1 Menilai keunikan gagasan, teknik, dan bahan dalam karya seni rupa Nusantara. 1.2 Menunjukan sikap apresiasif atas keunikan gagasan dan bahan dalam karya seni rupa Nusantara Merancang/membuat karya seni kriya tekstil dengan
3 mempertimbangkan teknik dan corak seni rupa Nusantara. 2. Mengevaluasi karya seni rupa 2.1 Menunjukan sikap apresiasif atas keunikan gagasan dan bahan dalam karya seni rupa Nusantara dan Mancanegara. 2.2 Mampu berekspresi secara estetik dan kreatif dalam wujud karya seni grafis (printmaking) B. Perkembangan Psikomotor Hasil belajar peserta didik dapat dikelompokkan menjadi tiga ranah, yaitu kognitif, afektif, dan psikomotor. Ranah ini tidak dapat dipisahkan satu sama lain secara eksplisit. Apapun mata pelajarannya selalu mengandung tiga ranah itu, namun penekanannya berbeda. Mata pelajaran yang menuntut kemampuan praktik lebih menitik beratkan pada ranah psikomotor sedangkan mata pelajaran yang menuntut kemampuan teori lebih menitik beratkan pada ranah kognitif, dan ranahranah tersebut selalu mengandung ranah afektif. Ranah kognitif berhubungan dengan kemampuan berpikir, termasuk di dalamnya kemampuan menghafal, memahami, menerapkan, menganalisis, mensintesis, dan mengevaluasi. Ranah afektif mencakup watak perilaku seperti perasaan, minat, sikap, emosi, dan nilai. Ranah psikomotor adalah ranah yang berhubungan dengan aktivitas fisik, misalnya lari, melompat, melukis, menari, memukul, dan sebagainya. Untuk jenjang Pendidikan SMA, mata pelajaran yang banyak berhubungan dengan ranah psikomotor adalah pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan, seni budaya, fisika, kimia, biologi, dan keterampilan. Dengan kata lain, kegiatan 3
4 belajar yang banyak berhubungan dengan ranah psikomotor adalah praktik di aula/lapangan dan praktikum di laboratorium. Dalam kegiatan-kegiatan praktik itu juga ada ranah kognitif dan afektifnya, namun hanya sedikit bila dibandingkan dengan ranah psikomotor. Berkaitan dengan psikomotor, Bloom (1979) berpendapat bahwa ranah psikomotor berhubungan dengan hasil belajar yang pencapaiannya melalui keterampilan manipulasi yang melibatkan otot dan kekuatan fisik. Singer (1972) menambahkan bahwa mata pelajaran yang berkaitan dengan psikomotor adalah mata pelajaran yang lebih beorientasi pada gerakan dan menekankan pada reaksi reaksi fisik dan keterampilan tangan. Keterampilan itu sendiri menunjukkan tingkat keahlian seseorang dalam suatu tugas atau sekumpulan tugas tertentu. Buttler (1972) membagi hasil belajar psikomotor menjadi tiga, yaitu: specific responding, motor chaining, rule using. Pada tingkat specific responding peserta didik mampu merespons hal-hal yang sifatnya fisik, (yang dapat didengar, dilihat, atau diraba), atau melakukan keterampilan yang sifatnya tunggal, misalnya memegang raket, memegang bed untuk tenis meja. Pada motor chaining peserta didik sudah mampu menggabungkan lebih dari dua keterampilan dasar menjadi satu keterampilan gabungan, misalnya memukul bola, menggergaji, menggunakan jangka sorong, dll. Pada tingkat rule using peserta didik sudah dapat menggunakan pengalamannya untuk melakukan keterampilan yang komplek, misalnya bagaimana memukul bola secara tepat agar dengan tenaga yang sama hasilnya lebih baik. 4
5 Menurut Mills (1977), pembelajaran keterampilan akan efektif bila dilakukan dengan menggunakan prinsip belajar sambil mengerjakan (learning by doing). Leighbody (1968) menjelaskan bahwa keterampilan yang dilatih melalui praktik secara berulang-ulang akan menjadi kebiasaan atau otomatis dilakukan. Sementara itu Goetz (1981) dalam penelitiannya melaporkan bahwa latihan yang dilakukan berulang-ulang akan memberikan pengaruh yang sangat besar pada pemahiran keterampilan. Lebih lanjut dalam penelitian itu dilaporkan bahwa pengulangan saja tidak cukup menghasilkan prestasi belajar yang tinggi, namun diperlukan umpan balik yang relevan yang berfungsi untuk memantapkan kebiasaan. Sekali berkembang maka kebiasaan itu tidak pernah mati atau hilang. Sementara itu, Gagne (1977) berpendapat bahwa kondisi yang dapat mengoptimalkan hasil belajar keterampilan ada dua macam, yaitu kondisi internal dan eksternal. Untuk kondisi internal dapat dilakukan dengan cara (a) mengingatkan kembali bagian dari keterampilan yang sudah dipelajari, dan (b) mengingatkan prosedur atau langkah-langkah gerakan yang telah dikuasai. Sementara itu untuk kondisi eksternal dapat dilakukan dengan (a) instruksi verbal, (b) gambar, (c) demonstrasi, (d) praktik, dan (e) umpan balik. Dalam melatihkan kemampuan psikomotor atau keterampilan gerak ada beberapa langkah yang harus dilakukan agar pembelajaran mampu membuahkan hasil yang optimal. Mills (1977) menjelaskan bahwa langkah-langkah dalam mengajar praktik adalah (a) menentukan tujuan dalam bentuk perbuatan, (b) menganalisis keterampilan secara rinci dan berurutan, (c) mendemonstrasikan keterampilan disertai dengan penjelasan singkat dengan memberikan perhatian 5
6 pada butir-butir kunci termasuk kompetensi kunci yang diperlukan untuk menyelesaikan pekerjaan dan bagian-bagian yang sukar, (d) memberi kesempatan kepada peserta didik untuk mencoba melakukan praktik dengan pengawasan dan bimbingan, (e) memberikan penilaian terhadap usaha peserta didik. Edwardes (1981) menjelaskan bahwa proses pembelajaran praktik mencakup tiga tahap, yaitu (a) penyajian dari pendidik, (b) kegiatan praktik peserta didik, dan (c) penilaian hasil kerja peserta didik. Guru harus menjelaskan kepada peserta didik kompetensi kunci yang diperlukan untuk menyelesaikan tugas tertentu. Kompetensi kunci adalah kemampuan utama yang harus dimiliki seseorang agar tugas atau pekerjaan dapat diselesaikan dengan cara benar dan hasilnya optimal. Sebagai contoh, cara memegang rakel pada materi cetak sablon, kompetensi kuncinya adalah kemampuan peserta didik memegang rakel pada screen. Dengan cara ini, tenaga yang dikeluarkan hanya sedikit namun hasilnya optimal. C. Teknik Cetak Sablon Dalam Mata Pelajaran Keterampilan Pelajaran keterampilan cetak sablon merupakan mata pelajaran yang praktis, artinya keterampilan cetak sablon merupakan suatu mata pelajaran yang tidak hanya dilakukan dengan teori saja karena keterampilan cetak sablon adalah sebuah ilmu terapan yang mutlak dipraktekan secara kontinu, sehingga dengan cepat atau lambat seseorang akan menjadi mahir dalam mempraktekan cetak sablon. 6
7 Cetak sablon berasal dari kata screen printing yang apabila diartikan secara harfiah yakni screen yang berarti saringan dan printing yang berarti mencetak, jadi screen printing ialah mencetaka dengan menggunakan saringan. Cetak sablon juga mempunyai arti lain, yakni kegiatan mencetak grafis yang dilakukan secara manual oleh tenaga manusia, menurut Guntur Nusantara, A.Md. Graf (2007 : 1) menyatakan bahwa : Cetak sablon merupakan bagian dari ilmu grafika terpan yang bersifat praktis, jika diuraikan secara verbal, cetak sablon dapat diartikan sebagai kegiatan cetak mencetak grafis dengan menggunakan kain gasa, biasa disebut screen, pada bidang yang menjadi sasaran cetak. Gambar yang tercetak pada objek cetak akan sesuai dengan model atau klise yang terdapat pada screen Selain cetak sablon, ada teknik cetak lain, yakni cetak offset. Cetak offset merupakan suatu sistem cetak yang menggunakan acuan berupa lembaran alumunium yang dikenal dengan sebutan plat atau kertas yang disebut dengan master. Sistem cetak ini menggunakan prinsip tolak-menolak antara air dan minyak Apabila dibandingkan, cetak sablon dan cetak offset mempunyai kelebihan dan kekurangan masing-masing. Hasil cetak mesin memiliki kecepatan, ketepatan dan akurasi gambar yang cukup tinggi, sementara pada cetak sablon hasil cetaknya sangat relatif, artinya sangat tergantung kepada tenaga manusia yang mengerjakannya. Akan tetapi bukan berarti mencetak dengan menggunakan mesin akan jauh lebih unggul, pasalnya ada beberapa pekerjaan cetak sablon yang tidak dapat dilakukan oleh mesin yang artinya dikerjakan secara manual. Hal ini terjadi karena offset hanya dapat mencetak pada bidang datar yang berbanding terbalik dengan cetak sablon yang aplikasinya dapat diterapkan pada berbagai bidang dengan syarat permukaan bidang tersebut rata. 7
8 Teknik cetak sablon yang akan dijadikan bahan penelitian adalah teknik cetak sablon yang sesuai dengan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar kelas XI yakni sebagai berikut : 1. Materi Proses 1 a. Siswa dapat mengidentifikasi alat-alat dan bahan yang diperlukan selama proses cetak sablon, yang terdiri dari : 1) Alat-alat cetak sablon : screen, rakel, meja sablon, catok screen, lakban kertas, treckpen, rapido, tinta AFDECK, kodak trees/kertas kalquur, gunting, cutter, kertas HVS, pensil, kaca bening 5 mm, busa, kain hitam, papan, sprayer, timer/pengatur waktu, hair dryer/pengering, lampu TL, lampu merah, kamar gelap dan penggaris. 2) Bahan-bahan cetak sablon : kayu profile dan kain monyl (untuk membuat screen); obat afdruck yang terdiri dari kromatin, gelatin, teksol, diasol, super emulsion, super X dan ulano untuk membuat lapisan cetakan; cat sablon/tinta sablon, pigmen biasa/ terfin, orient, master, quaret, GL, PVC, daiyo dan aqua ink; pengencer/pelarut cta sablon M4, M3, terfin dan air biasa; bahan yang akan disablon, seperti : kain, kaos, kertas, plastik, kaca, kayu dan besi. b. Siswa dapat merancang/membuat gambar yang direncanakan dalam bentuk klise/negative film yang prosesnya terdiri dari : 1) Masing-masing peserta diberi tugas membuat gambar sesuai rencana pada kertas HVS dengan menggunakan pensil. 8
9 2) Gambar dijiplak menggunakan kertas kalquur atau kertas film atau kodak trees dengan menggunakan tinta rafido atau tinta afdeck. c. Proses pencetakan. 1) Pertama siapakan screen pada meja sablon. 2) Persipkan tinta atau cat, pengencer tinta atau cat, rakel, media yang akan dicetak. 3) Lakukan pencetakan percobaan agar tidak terjadi kesalahan atau kegagalan pada proses pencetakan, misalnya tidak tepatnya posisi gambar pada media cetak, salah penggunaan cat, tidak sesuainya penggunaan screen dengan media cetak (misalnya screen untuk mencetak pada media kertas dipakai untuk media kain yang mengakibatkan hasil pencetakan menjadi kurang maksimal. Pencetakan percobaan dilakukan pada bahan atau media yang sejanis dengan bahan yang akan dijadikan media cetak, misalnya bila media yang akan digunakan adalah kain, maka kita gunakan kain yang tidak terpakai untuk percobaan, setelah hasil percobaan berhasil maka lakukan pencetakan yang sebenarnya. d. Proses penghapusan screen. 1) Larutkan soda api, kaporit, dengan air bersih, dengan perbandingan 1:0,5:1. 2) Setelah campuran tersebut larut, laburkan cairan tersebut kepermukaan screen bagian luar dan dalam secara merata selama 30 menit dengan menggunakan sikat yang terbuat dari nylon atau sikat bekas. 9
10 3) Setelah screen didiamkan selama 30 menit lalu basuh dengan air bersih dengan cara disemprot. Jika emulsi atau lapisan obat afdruck telah terlepas berarti screen dalam keadaan kosong. 4) Lalu keringkan dengan cara di lap dan dipanaskan dengan temperatur sedang agar screen tidak rusak. 2. Materi Proses 2 a. Siswa dapat mengerjakan cara pembuatan teknik cetak sablon pada proses penyemiran sampai dengan proses penimbulan gambar. Proses tersebut terdiri dari : 1) Membuat cetakan, pertama membuat bingkai kayu dengan panjang yang disesuaikan dengan gambar, tinggi 4 cm dan lebar 3 cm, besar cetakan yang dibuat disesuaikan dengan gambar yang telah dibuat. 2) Penyemiran screen. Siapkan obat afdruck, penggaris, screen yang akan digunakan dan desain gambar. Lakukan penyemiran atau pelaburan screen ditempat teduh, setelah penyemiran dilakukan, screen harus segera dibawa kekamar gelap untuk proses pengeringan. 3) Proses pengeringan. Siapkan pengering (hair dryer atau kompor), papan biasa yang sudah dilapisi kain hitam, kaca bening 5 mm, desain gambar (klise atau negative film), kain penutup dan pengatur waktu. Lakukan pengeringan screen dikamar gelap dengan menggunakan kompor berapi biru atau dengan menggunakan hair dryer. Gunakan kompor dengan api biru yang sebelumnya dilapisi dengan plat seng, hal ini dimaksudkan agar panas api tidak langsung mengenai kain 10
11 monyl. Bila menggunakan hair dryer arahkan hair dyer secara merata kepada seluruh bagian screen dengan menggunakan suhu yang panas (letakan hair dryer + 10 cm dari permukaan screen). Setelah pengeringan dilakukan, maka lakukanlah penyinaran. 4) Penyinaran. Sebelum dilakukan penyinaran kita harus mempersiapkan kain penutup, kaca, desain gambar, screen, busa, papan yang disusun secara vertikal, dimana papan berada pada posisi paling bawah, lalu busa, screen, desain gambar, kaca dan kain hitam sebagai penutup bagian gambar yang akan dan sudah disinari. Lama penyinaran dengan cahaya matahari adalah 30 detik tetapi bila kita melakukan penyinaran dengan menggunakan cahaya lampu TL (Neon) penyinaran dilakukan selama 7-8 menit.contoh : Gambar 2.1 Proses Penyinaran Tahap Pertama Sumber cahaya matahari/lampu TL Kain Penutup Kaca Desain Gambar Screen Busa Papan 11
12 Gambar 2.2 Proses Penyinaran Tahap Kedua Kain penutup dibuka Sumber cahaya matahari/lampu TL Kaca Desain Gambar Screen Busa Papan Gambar 2.3 Proses Penyinaran Tahap Ketiga Tutupkan kembali kain hitam setelah dilakuka penyinaran Sumber cahaya matahari/lampu TL Kain Penutup Kaca Desain Gambar Screen Busa Papan 12
13 5) Proses penimbulan gambar pada screen. Setelah dilakukan penyinaran pisahkan screen dari kain penutup, kaca, desain gambar, busa dan papan. Proses berikutnya bawa screen ketempat teduh (terlindung dari cahaya kuat) lalu semprot screen dengan menggunakan sprayer dengan teliti, setelah gambar timbul(menjadi sebuah pola cetakan sesuai rencana) lalu keringkan screen dengan menggunakan kain halus yang menyerap air, hal ini dilakukan agar tidak ada air yang masih menutupi pori-pori cetakan pada screen langkah selanjutnya keringkan kembali dengan cara dijemur atau dipanaskan agar screen benar-benar kering. D. Konsep Dasar Tunarungu Definisi anak tunarungu menurut Donal F. Moores adalah orang yang kehilangan kemampuan mendengarkan pada tingkat 70 db atau lebih sehingga tidak mengerti atau memahami pembicaraan orang lain dengan atau melalui pendengarannya sendiri tanpa menggunakan alat bantu dengar. Untuk memperjelas tentang anak tunarungu perlu ditunjang oleh teori-teori sebagai berikut : Bandi Delphie (2006 : 102) yang dikutip dari Gregory S. et al. (1998:45-47) pengertian hendaya pendengaran adalah seseorang yang mengalami kekurangan atau kehilangan kemampuan mendengar sebagian atau seluruhnya, diakibatkan tidak berfungsinya sebagian atau seluruh indera pendengaran. Ketunarunguan pada seseorang memunculkan dampak luas yang akan menjadi gangguan pada kehidupan diri yang bersangkutan. Arthur Borthroyd (1961) dalam buku Edja Sadjaah menjelaskan berbagai dampak yang ditimbulkan 13
14 sebagai akibat ketunarunguan mempengaruhi dalam hal : masalah persepsi auditif, masalah bahasa, dan komunikasi, masalah intelektual dan kognitif, masalah pendidikan,, masalah sosial, bahkan masalah vokasional. Selain itu ketunarunguan berdampak luas dan komplek terhadap anak dan keluarganya bahkan akan mempengaruhi sikap-sikap masyarakatnya. Pakar pendidikan anak tunarungu seperti Daniel Ling (1976) mengemukakan bahwa ketunarunguan memberikan dampak inti yang diderita oleh yang bersangkutan yaitu gangguan/hambatan perkembangan bahasa. Hambatan perkembangan bahasa memunculkan dampak-dampak lain yang sangat komplek lainnya seperti aspek pendidikan, hambatan emosi-sosial, perkembangan intelegensi dan akhirnya hambatan dalam aspek kepribadian. Artinya dampak inti yang diderita menimbulkan/mengait pada dampak lain yang mengganggu kehidupannya. Selanjutnya dilihat dari kemampuan intelektual merekapun memiliki potensi yang relatif sama, yaitu ada yang pintar, sedang-sedang saja dan kurang pintar. Disayangkan bahwa kelainan yang ada padanya tidak diketahui oleh orang dekatnya karena tidak nampak sehingga tidak terabaikan. Biasanya sikap dan perilaku acuh tak acuh/tak menurut perintah dan oleh orang lain sering disalah tafsirkan, menyebabkan orang didekatnya sering merasa jengkel dan marah. Ahli psikologi berpendapat bahwa anak gangguan pendengaran memiliki intelegensi yang kemampuan potensinya tidak jauh berbeda dengan intelegensi anak pada umumnya. Kemampuan fungsionalnya kurang mendapat kesempatan dan upaya yang tidak optimal. Sedangkan ahli lain seperti Mmac Kone dkk (1993) 14
15 dalam Edja Sadjaah (1995), menjelaskan bahwa rendahnya hasil tes intelegensi anak gangguan pendengaran disebabkan oleh gangguan bicaranya, oleh karena melalui tes non verbal hasilnya mendekati skor anak normal, maka semakin tinggi pula gangguan bahasa/bicara anak gangguan pendengaran yang selanjutnnya membawa dampak terhadap hasil-hasil/prestasi akademiknya. Selanjutnya ahli lain seperti Pintner dalam Edja Sadjaah, melengkapi bahwa kemampuan intelegensi gangguan pendengaran dalam hal kemapuan motorik; bidang mekanikal; intelegensi konkrit tidak mendapat hambatan yang berarti bahwa anak gangguan pendengaran memiliki kemampuan intelegensi nonverbal hendaknya mendapat kesempatan yang banyak agar hambatan dalam aspek kognisi ini masih bisa diupayakan. Telah diungkapkan bahwa anak tunarungu mengalami hambatan dalam perkembangan bahasa/bicaranya sebagai akibat kerusakan atau tidak berfungsinya sebagian seluruhnya alat pendengarannya, sehingga menyebabkan kekurangan atau kehilangan dalam kemampuan mendengar. Kemudian untuk mencapai peningkatan kemampuan mendengar bagi anak yang masih mempunyai sisa pendengaran, maka perlu dibantu dengan penggunaan Alat Bantu Dengar (ABD), dimana kemampuan daya dengar ukurannya dihitung dalam db (Decibell) sesuai ukuran yang diamaksud oleh penciptanya Graham Bell. Dengan demikian terdapat penggolongan klasifikasi anak tunarungu dalam derajat kecacatannya atau kehilangan kemampuan daya dengar. Menurut Empu Driyanto, Thufiq Boesoeri, Tatang S (1981 : 3), klasifikasi anak tunarungu sebagai berikut : 15
16 1. Cacat dengar ringan (Mild Hearing Loss), yaitu derajat cacat dengar dengan hitungan db antara 26 db 40 db. Dalam kondisi anak mengalami sedikit kerusakan untuk mendengar suara bisik. 2. Kelompok cacat dengar dengan derajat antara 41 db 55 db, dalam kelompok ini anak mengalami kesulitan dalam penerimaan pembicaraan normal, terutama nada-nada tinggi, sehingga perlu menggunakan Alat Bantu Dengar. 3. Cacat dengar sedang berat (Moderate Severe Hearing Loss), yaitu kelompok cacat dengar dengan derajat antara 56 db 70 db. Dengan kondisi ini anak sudah mulai kesulitan dalam menangkap pembicaraan keras, Pemakaian Alat Bantu Dengar akan sangat membantu. 4. Cacat dengar berat (Severe Hearing Loss), yaitu kelompok cacat dengar dengan derajat antara 71 db 90 db. Anak hanya mengerti teriakan atau pembicaraan yang diperkeras pada jarak yang dekat sekali, pengalaman mendengar sangat kurang karena untuk merangsang bunyi sangat sukar dan penggunaan Alat Bantu Dengar sangat diperlukan. 5. Cacat dengar terberat (Profonund Hearing Loss), yaitu kelompok cacat dengar dengan derajat diatas 91 db. Dalam kondisi ini sama sekali tidak dapat mengerti pembicaraan orang lain sekeras apapun, walaupun rangsang suara sangat diperlukan. Untuk lebih jelas tingkat derajat ketunarunguan Merry Hyde menguraikan segagai berikut : 16
17 Tabel 2.2 Tingkat Ketunarunguan Rata-rata Kehilangan Pendengaran db Tingkat Ketunarunguan Kemampuan Untuk Memahami Percakapan Ringan (MILD) - Tidak selalu bereaksi bila disapa - Mengalami kesulitan dalam melangsungkan percakapan Sedang (Moderete) - Mengalami kesulitan dalam melangsungkan percakapan bila tidak menatap wajah lawan bicara. - Mengalami kesukaran untuk menangkap suara pada jarak jauh. - Mengalami kesukaran untuk mendengar dalam lingkungan bising. - Pemakaian ABM akan bermanfaat Berat (Severe) - Akan sedikit memahami percakapan bila menatap wajah lawan bicara yang bersuara keras. - Kemampuan untuk menangkap percakapan yang wajar sehari-hari hampir tidak mungkin Sangat Berat/nyata - Tidak mungkin melangsungkan percakapan wajar sehari-hari. - Pemakaian ABM masih akan bermanfaat - Sama sekali bergantung pada penglihatan. 17
BAB III METODE PENCIPTAAN
39 A. Skema proses Berkarya BAB III METODE PENCIPTAAN PRA - IDE EKSTERNAL MELIHAT, MENGAMATI IDE (GAGASAN) INTERNAL : MEMORI KENANGAN PENGALAMAN STUDI PUSTAKA: BUKU, KORAN, INTERNET KONTEMPLASI (PERENUNGAN)
Lebih terperinciI. Produk Sablon Kertas
{jcomments on}sablon kertas adalah salah satu jenis ketrampilan cetak sablon, yang termasuk kedalam kelompok Cetak Sablon Basis Minyak, dengan memahami cetak sablon kertas maka akan sangat mudah untuk
Lebih terperinciBAB III METODE PENCIPTAAN
BAB III METODE PENCIPTAAN Manusia membuat suatu karya seni dengan maksud dan tujuan yang berbeda beda, perkembangan karya seni dan penggunaannya sendiri tidak lepas dari perkembangan manusia. Karya seni
Lebih terperinci- Rakel dengan lebar sesuai kebutuhan. - Penggaris pendek atau busur mika untuk meratakan emulsi afdruk;
CARA SABLON MANUAL ALAT DAN BAHAN CETAK SABLON Alat: - Meja sablon, selain digunakan untuk menyablon meja ini digunakan pada saat afdruk screen. Bagian utama meja adalah kaca (tebal 5 mm), lampu neon 2
Lebih terperinciIII. METODE PENCIPTAAN
III. METODE PENCIPTAAN A. Implementasi Teoritis 1. Tema Karya yang di Angkat Penulis mengangkat bentuk visualisasi gaya renang indah ke dalam karya seni grafis karena berenang merupakan salah satu bagian
Lebih terperinciBAB III METODE PENCIPTAAN
BAB III METODE PENCIPTAAN A. Ide Berkarya Berawal dari ketertarikan penulis terhadap para pemain dari film animasi Legend Of The Guardian yang tidak lain adalah burung hantu. Meskipun film ini berjenis
Lebih terperinciTEKNIK DASAR CETAK SABLON
TEKNIK DASAR CETAK SABLON Noor Fitrihana, ST & Widihastuti, M.Pd widihastuti@uny.ac.id PENDAHULUAN Sablon (Screen Printing) merupakan salah satu teknik cetak yang cukup berkembang di masyarakat. Hampir
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI DAN PROSES PENCIPTAAN. Dari definisi tentang proses penciptaan kreativitas terdapat tahapan-tahapan untuk
BAB III METODOLOGI DAN PROSES PENCIPTAAN A. Kerangka Kerja Penciptaan Dari definisi tentang proses penciptaan kreativitas terdapat tahapan-tahapan untuk mewujudkan kreativitas, tahapan-tahapan proses penulis
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENCIPTAAN. Dari definisi tentang proses penciptaan kreativitas terdapat tahapantahapan
48 BAB III METODOLOGI PENCIPTAAN A. Kerangka Kerja Penciptaan Dari definisi tentang proses penciptaan kreativitas terdapat tahapantahapan untuk mewujudkan kreativitas, tahapan-tahapan proses penulis dalam
Lebih terperinciBAB III METODE PENCIPTAAN
BAB III METODE PENCIPTAAN A. Ide Berkarya Gitar merupakan salah satu alat musik yang terkenal di dunia dan membawa keindahan kepada hidup manusia melalui nada-nada indah yang dihasilkannya. Dalam buku
Lebih terperinciKarya Ilmiah Peluang Bisnis
Karya Ilmiah Peluang Bisnis Usaha Sablon Disusun oleh : Ilyas Safitri Dewi ( 10.11.3633) STMIK AMIKOM YOGYAKARTA YOGYAKARTA 2011 A. Judul : Usaha Sablon kaos B. Abstrak Pendahuluan Latar belakang: Sehubungan
Lebih terperinciMODUL PRATIKUM MATA KULIAH METODE PRODUKSI GRAFIKA TERAPAN. Topik PROSES KERJA MENYABLON KAOS. Tim Penyusun: Rudi Hedi Marwan, S.Sn., M.
MODUL PRATIKUM MATA KULIAH METODE PRODUKSI GRAFIKA TERAPAN Topik PROSES KERJA MENYABLON KAOS Tim Penyusun: Rudi Hedi Marwan, S.Sn., M.Ds Desain Komunikasi Visual Fakultas Desain dan Industri Kreatif Universitas
Lebih terperinciSablon MUDAH. Mendesain membuat. Kain Kertas Besi lastik. Kain Kertas Besi Plastik. Kain Kertas Besi Plastik. Kain Kertas Besi Plastik
lastik MUDAH & Mendesain membuat Sablon Desa Sambirejo, Kec. Bringin, Kab. Semarang www.kampungbudaya.co.cc L angkah menya BLON 1. Menyiapkan bahan dan peralatan 2. Membuat Film Negatif (Gambar di kertas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mendorong dan memfasilitasi kegiatan belajar mereka. terbentuk suatu keteraturan dalam pendidikan di Indonesia.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan pada dasarnya adalah usaha untuk menumbuh kembangkan potensi sumber daya manusia peserta didik dengan cara mendorong dan memfasilitasi kegiatan belajar mereka.
Lebih terperinciII. Deskripsi Kondisi Anak
I. Kondisi Anak 1. Apakah Anak Ibu/ Bapak termasuk mengalami kelainan : a. Tunanetra b. Tunarungu c. Tunagrahita d. Tunadaksa e. Tunalaras f. Tunaganda g. Kesulitan belajar h. Autisme i. Gangguan perhatian
Lebih terperinciTEKNIK AFDRUK DALAM CETAK SARING MAKALAH
TEKNIK AFDRUK DALAM CETAK SARING MAKALAH Disajikan dalam Pelatihan untuk Pengayaan Kompetensi dalam Pembelajaran dan atau Wrausaha bagi Guru-Guru SLB se-provinsi Banten Pada tanggal 12 Januari 2003 Oleh:
Lebih terperinciBAB IV SIMPULAN DAN SARAN
BAB IV SIMPULAN DAN SARAN 4.1 Simpulan yang Diperoleh dari Kerja Praktik Berdasarkan hasil kerja praktik yang dijalani selama masa kerja praktik di Sentosa Printing, berikut ini akan dikemukakan hal-hal
Lebih terperinciPENINGKATAN KETERAMPILAN VOKASIONAL MELALUI PELATIHAN CETAK SABLON KAOS BAGI ANAK TUNARUNGU KELAS XII DI SLB BAKTI PUTRA NGAWIS SKRIPSI
PENINGKATAN KETERAMPILAN VOKASIONAL MELALUI PELATIHAN CETAK SABLON KAOS BAGI ANAK TUNARUNGU KELAS XII DI SLB BAKTI PUTRA NGAWIS SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. seseorang dalam proses pembelajaran (Suparlan, 2004: 31). Di dunia
9 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Gaya Belajar Gaya Belajar adalah cara atau pendekatan yang berbeda yang dilakukan oleh seseorang dalam proses pembelajaran (Suparlan, 2004: 31). Di dunia pendidikan, istilah gaya
Lebih terperinciBAB III METODE PENCIPTAAN
BAB III METODE PENCIPTAAN A. Ide Berkarya Kuda adalah hewan yang sangat berguna dalam keseharian sebagian besar manusia, baik itu tenaga, daging bahkan susunya, sejak dahulu memang kuda sudah diandalkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pasal 5 () Peraturan Pemerintah Nomor 9 tahun 5 tentang Standar Nasional Pendidikan menjelaskan bahwa kompetensi lulusan mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan.
Lebih terperinciKREASI CETAK SABLON MUDAH DAN BERKUALITAS TINGGI PADA KAOS
KREASI CETAK SABLON MUDAH DAN BERKUALITAS TINGGI PADA KAOS Laura Christina Luzar Jurusan Desain Komunikasi Visual, Fakultas Komunikasi dan Multimedia, Bina Nusantara Universiy, Jln. K.H. Syahdan No. 9,
Lebih terperinci78. Mata Pelajaran Seni Budaya untuk Sekolah Menengah Atas Luar Biasa Tunarungu (SMALB B)
619 78. Mata Pelajaran Seni Budaya untuk Sekolah Menengah Atas Luar Biasa Tunarungu (SMALB B) A. Latar belakang Muatan seni budaya sebagaimana yang diamanatkan dalam PP No. 19 tahun 2005 tentang Standar
Lebih terperinciTUGAS PRAKARYA: SABLON
TUGAS PRAKARYA: SABLON Pengertian Sablon Kata sablon berasal dari bahasa Belanda yaitu schablon yang merupakan suatu teknik cetak-mencetak suatu desain grafis dengan menggunakan kain gasa atau biasa disebut
Lebih terperinciBAGIAN 7 PROSES DAN PROSEDUR DALAM PEMBUATAN DESAIN KOMUNIKASI VISUAL
BAGIAN 7 PROSES DAN PROSEDUR DALAM PEMBUATAN DESAIN KOMUNIKASI VISUAL Pada bagian ini akan dibahas secara lebih mendalam hal-hal yang berkaitan dengan proses dan prosedur dalam pembuatan iklan dan komunikasi
Lebih terperinciBAB III METODE DAN PROSES PENCIPTAAN
28 BAB III METODE DAN PROSES PENCIPTAAN A. Pemilihan Ide Pengkaryaan Bagan 3.1. Proses berkarya penulis 29 Seni adalah manifestasi atau perwujudan keindahan manusia yang diungkapkan melalui penciptaan
Lebih terperinciBAB II GAMBARAN UMUM RENCANA USAHA
RINGKASAN Sablon getah pelepah pisang adalah sablon yang cat nya terbuat dari bahan dasar getah pelepah pisang yang kemudian di cetak di kaos berwarna putih polos. Keunggulan dari Sablon getah pelepah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Fitri Salam Bhakti, 2014 Gedung Sundial Kota Baru Parahyangan Sebagai Objek Berkarya Seni Grafis
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Waktu merupakan seluruh rangkaian saat ketika proses keadaan berada atau berlangsung. Manusia modern menganggap waktu adalah hal yang berharga, setiap aktifitas
Lebih terperinciEMOSI DAN SUASANA HATI
EMOSI DAN SUASANA HATI P E R I L A K U O R G A N I S A S I B A H A N 4 M.Kurniawan.DP AFEK, EMOSI DAN SUASANA HATI Afek adalah sebuah istilah yang mencakup beragam perasaan yang dialami seseorang. Emosi
Lebih terperinciPENINGKATAN KEMAMPUAN MANTAN TENAGA KERJA INDONESIA MELALUI PELATIHAN SABLON AGAR DAPAT BERWIRAUSAHA
PENINGKATAN KEMAMPUAN MANTAN TENAGA KERJA INDONESIA MELALUI PELATIHAN SABLON AGAR DAPAT BERWIRAUSAHA Etin Solihatin 1, adi wijanarko 2 Jurusan PPKN Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Jakarta etinsolihatin@yahoo.com
Lebih terperinciB. Kontemplasi Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2013, hlm. 728) kontemplasi
36 BAB III METODE DAN PROSES PENCIPTAAN A. Uraian Menurut Humardani (dalam Kartika, 2004, hlm. 3) mengemukakan bahwa memahami kesenian itu berarti menemukan sesuatu gagasan atau pembatasan yang berlaku
Lebih terperinciPengamatan Medium Pengafdrukan METODE PENCIPTAAN. terhadap tumbuhan paku sejati (Pteropsida) ini sehingga menghasilkan pemikiran.
Proses Sumber Persiapan gagasan Sketsa Pengalaman Ide atau Gagasan Karya Pewarnaan Konsultasi BAB I I I Pengamatan Medium Pengafdrukan METODE PENCIPTAAN Media Teknik massa Pencetakan A. Implementasi Teoritik
Lebih terperinciBAB II KAJIAN TEORITIS DAN PENGAJUAN HIPOTESIS
BAB II KAJIAN TEORITIS DAN PENGAJUAN HIPOTESIS 1.1 Kajian Teoritik 2.1.1 Hasil Belajar Belajar dan mengajar merupakan konsep yang tidak bisa dipisahkan. Belajar merujuk pada apa yang harus dilakukan seseorang
Lebih terperinci2014 PEMBELAJARAN SENI GRAFIS TEKNIK SABLON UNTUK ANAK TUNAGRAHITA RINGAN DI SLB ASYIFA BANDUNG
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Setiap makhluk memiliki keterbatasan baik itu pengetahuan, daya pikir, daya nalar dan daya kreativitas. Ada pula keterbatasan kemampuan fisik dan psikologis
Lebih terperinci59. Mata Pelajaran Seni Budaya untuk Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa Tunarungu (SMPLB B)
487 59. Mata Pelajaran Seni Budaya untuk Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa Tunarungu (SMPLB B) A. Latar Belakang Muatan seni budaya sebagaimana yang diamanatkan dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia
Lebih terperinciUsaha Sablon Kaos, Modalnya Ringan Untungnya Besar
Usaha Sablon Kaos, Modalnya Ringan Untungnya Besar Menjadi seorang mahasiswa, tentunya tidak menutup peluang bagi Anda untuk bisa merintis sebuah usaha. Berbagai macam peluang bisnis sampingan bisa Anda
Lebih terperinciBAB III METODE PENCIPTAAN
23 BAB III METODE PENCIPTAAN A. Ide Berkarya Superman adalah tokoh fiksi karakter superhero yang paling terkenal dan sangat berpengaruh di dunia dari salah satu penerbit komik asal Amerika Serikat yakni
Lebih terperinciTUGAS EVALUASI PEMBELAJARAN. Oleh : 1. Aprizal Putra 2. Nailur Rahmi 3. Renti Yunda Sari 4. Tika Septia
TUGAS EVALUASI PEMBELAJARAN Oleh : 1. Aprizal Putra 2. Nailur Rahmi 3. Renti Yunda Sari 4. Tika Septia KONSENTRASI PENDIDIKAN MATEMATIKA PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PENDIDIKAN PASCASARJANA UNIVERSITAS NEGERI
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Konsep Belajar dan Pembelajaran 2.1.1 Konsep Belajar 2.1.1.1 Pengertian Belajar Belajar merupakan suatu proses perubahan tingkah laku melalui interaksi dengan lingkungan. Hamalik
Lebih terperinciIII. METODE PENCIPTAAN
III. METODE PENCIPTAAN A. Implementasi Teoritis 1. Tematik Kisah dongeng tentang Raja Arthur memiliki sesuatu yang membuat penulis memiliki sebuah pandangan tertentu yang membawa penulis untuk melakukan
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR
II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A. Tinjauan Pustaka 1. Belajar Para ahli dalam bidang belajar pada umumnya sependapat bahwa perbuatan belajar itu adalah bersifat komplek, karena merupakan suatu
Lebih terperinciSABLON DENGAN MESIN ROTARI DI SAHADEWA SABLON BANJAR TAMAN SARI, DESA DELOD PEKEN, KECAMATAN TABANAN, KABUPATEN TABANAN
SABLON DENGAN MESIN ROTARI DI SAHADEWA SABLON BANJAR TAMAN SARI, DESA DELOD PEKEN, KECAMATAN TABANAN, KABUPATEN TABANAN I Gst Md Prawira Yudha, Ketut Nala Hari Wardana,. Ni Nyoman Sri Witari. Jurusan Pendidikan
Lebih terperinciMEDIA DAN SUMBER PEMBELAJARAN ENCEP KUSUMAH
MEDIA DAN SUMBER PEMBELAJARAN ENCEP KUSUMAH PENGERTIAN MEDIA Kata media berasal dari bahasa latin dan merupakan bentuk jamak dari kata medium yang secara harfiah berarti perantara atau pengantar Media
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. manusia. Komunikasi merupakan bagian dari kehidupan manusia sehari-hari, bahkan
13 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Komunikasi mempunyai peranan yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Komunikasi merupakan bagian dari kehidupan manusia sehari-hari, bahkan merupakan
Lebih terperinciBAB II KAJIAN TEORI. mencapai penguasaan atas sejumlah bahan yang diberikan dalam proses
BAB II KAJIAN TEORI A. Kerangka Teoretis 1. Hasil Belajar Keberhasilan proses belajar mengajar dapat dilihat dari hasil belajar yang dicapai, yaitu perubahan yang menjadi semakin baik setelah melaksanakan
Lebih terperinciBAB III METODE PENCIPTAAN. A. Implementasi Teoritik
BAB III METODE PENCIPTAAN A. Implementasi Teoritik 1. Tematik Pada dasarnya fungsi bahasa sebagai alat komunikasi dan pada umumnya ada tiga elemen dalam berkomunikasi yaitu pembicara, pendengar dan sebuah
Lebih terperinciBAB II KAJIAN TEORI. A. Kerangka Teoretis. 1. Pengertian Belajar. Belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk
10 BAB II KAJIAN TEORI A. Kerangka Teoretis 1. Pengertian Belajar Belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai
Lebih terperinciBAB III DATA DAN ANALISA PERANCANGAN
BAB III DATA DAN ANALISA PERANCANGAN A. KELOMPOK DATA BERKAITAN DENGAN ASPEK FUNGSI PRODUK RANCANGAN Kaporit atau kalsium hipoklorit adalah suatu senyawa kimia dengan rumus Ca(ClO)2. Senyawa ini luas digunakan
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA
5 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Prestasi Belajar 2.1.1.1 Pengertian Belajar Belajar adalah perubahan yang relatif permanen dalam perilaku atau potensi perilaku sebagai hasil dari pengalaman/
Lebih terperinciBAB III METODE PENCIPTAAN
BAB III METODE PENCIPTAAN A. Proses Kreatif Umum Tinjauan Empirik: Mengambil mata kuliah ontop seni grafis. PRA IDE IDE (Gagasan) Tinjauan Faktual: Skripsi penciptaan sejenis, dan pengembangan screen printing
Lebih terperinciKARYA SENI JUDUL KARYA : KETIKA SENJA TIBA PENCIPTA : I WAYAN AGUS EKA CAHYADI PAMERAN
KARYA SENI JUDUL KARYA : KETIKA SENJA TIBA PENCIPTA : I WAYAN AGUS EKA CAHYADI PAMERAN PAMERAN SENI RUPA Komunitas Seni Roepa Doea Pintoe Ruang Baru Di Galeri Nasional Indonesia 20-30 November 2014 FAKULTAS
Lebih terperinciBAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN
7 BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN 2.1 Hakikat Kemampuan Kemampuan dapat diartikan sebagai kesanggupan seseorang dalam melakukan kegiatan. Setiap melakukan kegiatan pasti diperlukan suatu
Lebih terperinciBAB III METODE PENCIPTAAN
digilib.uns.ac.id BAB III METODE PENCIPTAAN A. Implementasi Teoritis 1. Tematik Penciptaan ide pada karya seni diperoleh dari hasil pengalaman dan pengamatan disekitar. Melalui proses perenungan ditemukan
Lebih terperinciBAB III PROSES DAN TEKNIK PENCIPTAAN
BAB III PROSES DAN TEKNIK PENCIPTAAN A. Ide atau gagasan Wajah merupakan bagian vital dalam anggota tubuh manusia yang tidak dapat disamakan fungsinya dengan anggota tubuh yang lain. Hal ini dikarenakan
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1. Pengertian Metode Pembelajaran Di dalam mengajar ilmu pengetahuan, metode menurut Soedomo Hadi (2008: 109) metode adalah cara bekerja menurut aturan-aturan
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran Matematika 2.1.1.1 Pengertian Matematika Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan teknologi modern, mempunyai peran penting
Lebih terperinciyang berbeda satu sama lain, memiliki keunikan masing-masing yang tidak sama dengan orang lain. Oleh karena itu pembelajaran hendaknya memperhatikan
MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THE POWER OF TWO PADA MATA PELAJARAN IPS TERPADU DI KELAS VIII-B DI SMP NEGERI 1 BOLAANG Tjitriyanti Potabuga 1, Meyko
Lebih terperinciREPRODUKSI GRAFIKA FDSK Desai Produk
Metode Produksi Grafika Modul ke: REPRODUKSI GRAFIKA Fakultas 03FDSK Hapiz Islamsyah Sudarman SA, ST. AMd graf Program Studi Desai Produk Ir. Gatot Sugiarto. B.Sc Ir. Kamil Rusdi Abdullah, M.Si YANG
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA. meningkatkan mutu pendidikan secara nasional. Agar tidak tertinggal dan untuk
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Materi Pembelajaran IPA Untuk menanggapi kemajuan era global dan semakin pesatnya ilmu pengetahuan dan teknologi, kurikulum sains termasuk IPA terus disempurnakan untuk
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
41 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Hasil Penelitian Pra Siklus Berdasarkan hasil penelitian pada siswa kelas IV SDN Randuacir 01 Salatiga semester 2 tahun 2013/2014 nampak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pendidikan yang diselenggarakan di negara tersebut. Oleh karena itu, pendidikan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kemajuan peradaban suatu bangsa sangat dipengaruhi oleh kualitas pendidikan yang diselenggarakan di negara tersebut. Oleh karena itu, pendidikan memiliki tempat
Lebih terperinciBAB III BURUNG HANTU SEBAGAI TEMA DALAM PENCIPTAAN KARYA SENI GRAFIS. A. Implementasi Teori
BAB III BURUNG HANTU SEBAGAI TEMA DALAM PENCIPTAAN KARYA SENI GRAFIS A. Implementasi Teori Penulis menjadikan burung hantu sebagai sumber tema dalam penciptaan karya seni karena burung hantu memiliki beragam
Lebih terperinciBAB II Kajian Pustaka
BAB II Kajian Pustaka 2.1 Kajian Teori Sesuai dengan masalah dan tujuan penelitian, pembahasan landasan teori dalam penelitian ini berisi tinjauan pustaka yang merupakan variabel dari penelitian ini. Kajian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berlangsung dengan sangat cepat, hal ini terlihat dari sikap anak yang terlihat jarang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Masa usia dini adalah masa dimana perkembangan fisik motorik anak berlangsung dengan sangat cepat, hal ini terlihat dari sikap anak yang terlihat jarang sekali
Lebih terperinciBagan 3.1 Proses Berkarya Penulis
A. Pemilihan Ide Pengkaryaan BAB III PROSES DAN TEKNIK PENCIPTAAN Lingkungan Pribadi Ide Lingkungan Sekitar Kontemplasi Stimulasi Sketsa Karya Proses Berkarya Apresiasi karya Karya Seni Bagan 3.1 Proses
Lebih terperinci2016 PENERAPAN KEAMANAN, KESEHATAN DAN KESELAMATAN (K3) KERJA PADA PELAKSANAAN PRAKTIK MEMBATIK DI SMK NEGERI 3 TASIKMALAYA
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) merupakan salah satu lembaga pendidikan yang memiliki tujuan mempersiapkan lulusannya sebagai calon tenaga kerja yang potensial
Lebih terperinci2015 PENERAPAN PELATIHAN CETAK SABLON DIGITAL DALAM MENINGKATKAN PRODUKTIVITAS SISWA TUNARUNGU KELAS XII SMALBDI SLB BC YATIRA CIMAHI
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Siswa tunarungu jenjang SMALB termasuk dalam masa dimana siswa dituntut untuk siap memasuki dunia kerja, kemasyarakatan serta melanjutkan pendidikan ke jenjang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan anak usia dini merupakan salah satu bentuk penyelenggaraan pendidikan yang menitik beratkan pada peletakan dasar ke arah pertumbuhan dan perkembangan
Lebih terperinciJurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 3 No. 2 ISSN X. Pilemon Poly Maroa, Charles Kapile, dan Abdul Hamid
Penerapan Pembelajaran PKn Dengan Media Visual Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Pada Siswa Kelas V SD Inpres 012 Bajawali Kecamatan Lariang Kabupaten Mamuju Utara Pilemon Poly Maroa, Charles Kapile, dan
Lebih terperinciMetode Praktikum Untuk Melatih Kemampuan Psikomotorik Siswa Pada Materi Tekanan Dan Getaran Di Kelas Viii Smp N 1 Kayuagung. Murniati, Eka Noviyanti
Metode Praktikum Untuk Melatih Kemampuan Psikomotorik Siswa Pada Materi Tekanan Dan Getaran Di Kelas Viii Smp N 1 Kayuagung Abstrak Murniati, Eka Noviyanti Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan
Lebih terperinci54. Mata Pelajaran Seni Budaya dan Keterampilan untuk Sekolah Dasar Luar Biasa Tunarungu (SDLB B) A. Latar Belakang
54. Mata Pelajaran Seni Budaya dan untuk Sekolah Dasar Luar Biasa Tunarungu (SDLB B) A. Latar Belakang Muatan seni budaya dan keterampilan sebagaimana yang diamanatkan dalam Peraturan Pemerintah Republik
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN, REKOMENDASI, DAN PENUTUP. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dapat ditemukan hasil
65 BAB V KESIMPULAN, REKOMENDASI, DAN PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dapat ditemukan hasil penelitian. Hasil penelitian yang diperoleh merupakan jawaban dari fokus masalah.
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN Metode penelitian yang digunakan adalah eksperimen dengan subjek tunggal guna mengetahui akibat dari suatu perlakuan (intervensi) yang diberikan. Menurut Kratochwill (1978) dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. hidup sehingga pendidikan bertujuan menyediakan lingkungan yang memungkinkan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan anak usia dini sebagai fase pertama sistem pendidikan seumur hidup sehingga pendidikan bertujuan menyediakan lingkungan yang memungkinkan anak didik
Lebih terperinci79. Mata Pelajaran Seni Budaya untuk Sekolah Menengah Atas Luar Biasa Tunadaksa (SMALB D)
627 79. Mata Pelajaran Seni Budaya untuk Sekolah Menengah Atas Luar Biasa Tunadaksa (SMALB D) A. Latar belakang Muatan seni budaya sebagaimana yang diamanatkan dalam PP No. 19 tahun 2005 tentang Standar
Lebih terperincipendidikan seni tersebut adalah pendidikan seni rupa yang mempelajari seni mengolah kepekaan rasa, estetik, kreativitas, dan unsur-unsur rupa menjadi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan seni merupakan bagian dari Sistem Pendidikan Nasional yang tidak dapat dipisahkan dari proses pendidikan secara keseluruhan. Salah satu pendidikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian
A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN Pembelajaran seni di sekolah, merupakan suatu proses belajar mengajar yang membuat siswa mampu menginterpretasikan pengalamannya, serta mengembangkan kreativitas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu kegiatan universal pada kehidupan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu kegiatan universal pada kehidupan manusia untuk menjadikan manusia yang berkualitas. Salah satu upaya pembangunan pendidikan untuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Individu tidak akan berkarya jika karya itu tidak bermanfaat bagi dirinya ataupun
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam berkarya seni, setiap individu selalu ingin mengkomunikasikan karyanya kepada orang lain dan sekaligus memuaskan orang lain tersebut. Individu tidak akan
Lebih terperinciBAB II KAJIAN TEORI 2.1 Kreativitas Pengertian Kreativitas
BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Kreativitas 2.1.1 Pengertian Kreativitas Menurut Sumanto (2005) kreativitas adalah daya atau kemampuan untuk mencipta. Hal ini juga senada dengan Kamus Besar Bahasa Indonesia (1990)
Lebih terperinciPengertian sticker dan jenisnya
1 Prakarya dan Kewirausahaan 4 Pengertian sticker dan jenisnya A. Pengertian sticker Pengertian sticker adalah sejenis label yang dicetak pada sepotong kertas, plastik atau bahan lainnya dengan perekat
Lebih terperinciSILABUS DAN RENCANA PELAKSANAAN PERKULIAHAN (RPP) : STM 337 (1 SKS TEORI + 2 SKS PRAKTIK)
SILABUS DAN RENCANA PELAKSANAAN PERKULIAHAN (RPP) MATAKULIAH KODE MATAKULIA SEMESTER PROGRAM STUDI DOSEN PENGAMPU : TEKNIK PELAPISAN : STM 337 (1 SKS TEORI + 2 SKS PRAKTIK) : GANJIL : PEND.TEKNIK MESIN
Lebih terperinciBAB III METODE PENCIPTAAN. A. Implementasi Teoritik. yang berasal dari hasil pengalaman dan pengamatan lingkungan kemudian
BAB III METODE PENCIPTAAN A. Implementasi Teoritik 1. Tematik Dalam menciptakan karya seni, seorang pencipta memperoleh ide berasal dari hasil pengalaman dan pengamatan lingkungan kemudian melalui proses
Lebih terperinciMenggambar Unsur Unsur Tata Letak / Stefanus Y. A. D / 2013
1 KATA PENGANTAR Bahan ajar ini mempelajari tentang unsur unsur tata letak yang akan menjiwai rancangan desain komunikasi visual, agar hasil rancangan dapat berkualitas dan secara visual sedap dipandang.
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA
6 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Metode Diskusi 1. Pengertian Diskusi Dalam kegiatan pembejaran dengan metode diskusi merupakan cara mengajar dalam pembahasan dan penyajian materinya melalui suatu problema atau
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA. Kata media berasal dari bahasa latin yaitu medium yang secara harfiah berarti
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Media Kartu Bergambar 2.1.1 Pengertian Media Kartu Bergambar Kata media berasal dari bahasa latin yaitu medium yang secara harfiah berarti perantara. Dengan demikian media dapat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pendidikan, manusia dapat mengembangkan diri untuk menghadapi tantangan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Peranan pendidikan dalam kehidupan manusia sangatlah penting. Dengan pendidikan, manusia dapat mengembangkan diri untuk menghadapi tantangan hidup. Dengan
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA
6 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Media Kartu Kata Kata media berasal dari bahasa latin dan merupakan bentuk majemuk atau jamak medium, yang secara harfiah berarti perantara atau pengantar. Media pembelajaran
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Deskripsi Teori 2.1.1 Ilmu Pengetahuan Alam Dalam bahasa inggris Ilmu Pengetahuan Alam disebut natural science, natural yang artinya berhubungan dengan alam dan science artinya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pula menimbulkan masalah sosial baru ke depannya. Trianto (2010: 1) mengatakan bahwa :
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Peranan pendidikan dalam kemajuan suatu bangsa dan masyarakat merupakan suatu keniscayaan, karena pendidikan termasuk investasi jangka panjang yang harus selalu
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Hasil Analisis Lembar Observasi Data utama pada penelitian ini adalah kemampuan psikomotor siswa pada kegiatan praktikum uji makanan, meliputi;
Lebih terperinciBAB III METODE PENCIPTAAN
BAB III METODE PENCIPTAAN A. Implementasi Teoririk 1. Tematik Suatu ide penciptaan karya seni dapat ditemukan dimana dan kapan saja, itu semua tergantung pada seniman itu sendiri. Salah satu penemuan itu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia tersebut adalah pendidikan. 31 ayat (1) menyebutkan bahwa Setiap warga Negara berhak mendapat
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan zaman yang semakin modern di era globalisasi sekarang ini menuntut adanya sumber daya manusia yang berkualitas tinggi. Peningkatan sumber daya manusia merupakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pendidikan bagi seseorang telah menjadi kebutuhan pokok dan hak-hak dasar baginya
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan bagi seseorang telah menjadi kebutuhan pokok dan hak-hak dasar baginya selaku warga negara, mempunyai peranan yang sangat penting dalam mengembangkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. manusia untuk selalu berfikir dan mencari hal-hal yang baru. Pendidikan tidak
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan bagi kehidupan manusia sangatlah penting. Perkembangan teknologi dan ilmu pengetahuan yang semakin berkembang telah menuntut manusia untuk selalu
Lebih terperinciJurnal PrintPack Vol. 1 No. 2 September 2017
PENGAPLIKASIAN PASTA PLASTISOL DAN PASTA RUBBER PADA KAIN COMBED 30S Mohammad Djazman Addin Suryana Program Studi Teknik Grafika, Politeknik Negeri Media Kreatif PSDD Makassar e-mail : addinsuryana@yahoo.co.id
Lebih terperincipanggung_s@uny.ac.id PENDAHULUAN Pembelajaran motorik merupakan perpaduan dua kata yaitu pembelajaran dan motorik. Pembelajaran berarti cara mengajar sedangkan motorik berarti gerak yg dikendalikan oleh
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. A. Metode Demonstrasi. Metode demonstrasi adalah metode mengajar dengan cara memperagakan
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Metode Demonstrasi Metode demonstrasi adalah metode mengajar dengan cara memperagakan barang, kejadian, aturan, dan urutan melakukan suatu kegiatan, baik secara langsung maupun
Lebih terperinciLithografi ditemukan oleh aloys Senefelder (1798) Munich. Sebagai medium artistik dan alat reproduksi gambar.
lithography Metode cetak yang memanfaatkan batu kapur sebagai acuan cetaknya. Sesuai makna katanya : litho = batu / graphein = menggambar/ mencetak. Prinsip kerja : adanya tolak menolak antara air dengan
Lebih terperinciBAB II KAJIAN TEORI. A. Kerangka Teoretis. 1. Hasil Belajar. a. Pengertian Hasil Belajar
BAB II KAJIAN TEORI A. Kerangka Teoretis 1. Hasil Belajar a. Pengertian Hasil Belajar Belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara
Lebih terperinci