BAB II KAJIAN PUSTAKA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II KAJIAN PUSTAKA"

Transkripsi

1 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Deskripsi Teori Ilmu Pengetahuan Alam Dalam bahasa inggris Ilmu Pengetahuan Alam disebut natural science, natural yang artinya berhubungan dengan alam dan science artinya ilmu pengetahuan. Dari terjemahan kata-kata tersebut ilmu pengetahuan alam atau natural science dapat diartikan sebagai ilmu tentang alam. Menurut Samatowa (2010: 3) IPA adalah ilmu yang mempelajari peristiwa-peristiwa yang terjadi di alam ini. Definisi ini menyebutkan dengan jelas, bahwa objek dari IPA adalah peristiwa yang terjadi di alam. Pendapat lain juga dikemukakan oleh Powler (dalam Samatowa, 2010: 3) IPA merupakan ilmu yang berhubungan dengan gejala alam dan kebendaan yang sistematis yang tersusun secara teratur, berlaku umum yang berupa kumpulan dari hasil observasi dan eksperimen. Dari pengertian tersebut, Powler menyatakan bahwa IPA adalah ilmu yang membahas tentang gejala alam dan kebendaan. Ilmu pengetahuan alam adalah ilmu yang sistematis atau teratur, artinya pengetahuan yang tersusun dalam suatu sistem yang saling berhubungan. Juga disebutkan pengetahuan IPA merupakan suatu hasil perolehan dari eksperimen atau observasi yang dilakukan. Pengertian IPA menurut Samatowa hanya ditekankan pada objek pengetahuan yang dipelajarinya saja, yaitu segala peristiwa yang terjadi di alam. Powler juga menyatakan bahwa IPA merupakan pengetahuan yang berhubungan dengan alam. Hanya saja Powler menyebutkan lebih rinci bahwa IPA merupakan sistem yang tersusun dari pengetahuan-pengetahuan yang saling berhubungan. Selain itu, dalam definisinya Powler juga menyebutkan bahwa pengetahuan IPA merupakan perolehan dari sebuah percobaan yang dilakukan secara umum. Dari dua pendapat tersebut ada 3 hal yang menjadi kunci dalam pengertian IPA yaitu peristiwa alam, sistematis dan eksperimen. 7

2 8 IPA merupakan hasil kegiatan manusia berupa pengetahuan, gagasan dan konsep yang terorganisir tentang alam sekitar, yang diperoleh dari pengalaman melalui serangkaian kegiatan ilmiah. IPA tidak hanya menekankan pada produk saja, tetapi juga menekankan pada proses. Hal tersebut bertujuan untuk pemberian pengalaman langsung guna mengembangkan kompetensi agar menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah. IPA merupakan salah satu mata pelajaran pokok dalam kurikulum pendidikan di Indonesia, termasuk pada jenjang sekolah dasar. IPA merupakan pengetahuan penting yang harus diajarkan agar siswa dapat memahami alam yang ada di sekitarnya. Selain itu, IPA juga dapat mengembangkan kemampuan siswa dalam berpikir kritis. Berdasarkan dua pendapat tersebut penulis menyimpulkan, IPA adalah pengetahuan yang tersusun secara sistematis yang objek belajarnya adalah segala peristiwa yang ada di alam dan pengetahuan tersebut dapat diperoleh menggunakan model ilmiah Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam Menurut Suprihatiningrum (2012: 75), pembelajaran adalah serangkaian kegiatan yang melibatkan informasi dan lingkungan yang disusun secara terencana untuk memudahkan siswa dalam belajar. Lingkungan yang dimaksud tidak hanya lingkungan fisik saat pembelajaran itu berlangsung, tetapi juga model serta media untuk menyampaikan informasi dalam pembelajaran. Sedangkan Susanto (2012: 19) mengemukakan bahwa pembelajaran merupakan bantuan yang diberikan pendidik untuk membantu peserta didik agar dapat belajar dengan baik. Secara sengaja guru menciptakan suasana agar siswanya dapat belajar dengan baik. Belajar dengan baik dalam hal ini dimaksudkan agar tujuan dari proses belajar tersebut tercapai dengan maksimal. Pembelajaran menurut dua pendapat tersebut diartikan sebagai suatu kondisi yang sengaja diciptakan. Kondisi tersebut dimaksudkan untuk memberikan bantuan kemudahan bagi siswa dalam belajar. Belajar yang disertai proses pembelajaran akan lebih terarah dan sistematik, dari pada hanya belajar sendiri. Belajar dengan proses pembelajaran meliputi peran guru, bahan ajar, dan

3 9 lingkungan yang kondusif yang sengaja diciptakan. Sehingga dalam hal ini kemampuan guru untuk mengorganisir komponen-komponen yang ada dalam pembelajaran sangat diperlukan agar antara komponen-komponen tersebut dapat berinteraksi secara optimal sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai. Pembelajaran IPA adalah usaha manusia dalam memahami alam semesta melalui pengamatan yang tepat pada sasaran, serta menggunakan prosedur dan dijelaskan dengan penalaran sehingga mendapat suatu kesimpulan. (Susanto, 2012: 167) Dari pengertian tersebut dijelaskan bahwa dalam mempelajari IPA dibutuhkan aktivitas berpikir yang kompleks berupa pengamatan, sesuai prosedur dan penalaran hingga akhirnya dapat menyimpulkan. Dalam pembelajaran tersebut terjadi proses berpikir yang tidak berhenti pada sekedar mengetahui saja. Pembelajaran yang semacam ini tidak dapat dicapai jika hanya menggunakan model hafalan atau penanaman konsep secara konvensional. Pembelajaran IPA di SD merupakan interaksi antara siswa dengan lingkungan sekitarnya. Hal ini mengakibatkan pembelajaran IPA perlu mengutamakan peran siswa dalam kegiatan belajar mengajar. Sehingga pembelajaran yang terjadi adalah pembelajaran yang berpusat pada siswa dan guru sebagai fasilitator dalam pembelajaran tersebut. Dalam pembelajaran IPA di SD yang perlu diajarkan adalah produk dan proses IPA karena keduanya tidak dapat dipisahkan. Guru yang berperan sebagai fasilitator siswa dalam belajar produk dan proses IPA harus dapat mengemas pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik siswa. Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa pembelajaran IPA adalah serangkaian proses yang direncanakan guru untuk membantu siswa mempelajari segala tentang alam dengan menggunakan model ilmiah. Pembelajaran IPA di sekolah dasar dimaksudkan agar siswa mendapatkan pengalaman serta kesempatan untuk mengembangkan kemampuan berpikir dan bersikap terhadap alam. Tujuan umum pembelajaran IPA di sekolah dasar seperti yang diungkap dalam Permendiknas nomor 22 tahun 2006 untuk SD agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut:

4 10 1. Memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan keberadaan, keindahan, dan keteraturan alam ciptaan-nya. 2. Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsepkonsep IPA yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. 3. Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif, dan kesadaran tentang adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi, dan masyarakat. 4. Mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar, memecahkan masalah dan membuat keputusan 5. Meningkatkan kesadaran untuk berperan serta dalam memelihara, menjaga dan melestarikan lingkungan alam. 6. Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan. 7. Memperoleh bekal pengetahuan, konsep dan keterampilan IPA sebagai dasar untuk melanjutkan pendidikan ke SMP/MTs. Tujuan pembelajaran mata pelajaran IPA tersebut tidak dapat tercapai jika hanya menggunakan model pembelajaran yang konvensional tanpa melibatkan siswa secara aktif. Pembelajaran yang menekankan pada konsep saja tidak sesuai dengan tujuan pembelajaran IPA. Tujuan tersebut adalah pengembangan keterampilan proses siswa. Dari uraian tersebut, dapat disimpulkan bahwa tujuan pembelajaran IPA adalah untuk mengembangkan keterampilan proses, pengetahuan dan pemahaman konsep yang bermanfaat untuk menyelidiki alam sekitar. Agar tujuan tersebut tercapai, hendaknya guru dapat menciptakan pembelajaran yang memungkinkan siswa untuk terlibat secara aktif dan berpikir kritis. Hal tersebut menjadi dasar di terapkannya pembelajaran kooperatif tipe Scramble yang memadukan pembelajaran dengan bermain Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Scramble Menurut Suprihatiningrum (2012: 142), model pembelajaran merupakan kerangka konseptual yang menggambarkan prosedur dalam mengoraganisasikan pengalaman pembelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran. Model pembelajaran berfungsi sebagai pedoman bagi guru dalam merencanakan dan melaksanakan kegiatan pembelajaran. Penggunaan model pembelajaran biasanya disesuaikan dengan tujuan pembelajaran yang akan dicapai oleh guru. Dengan

5 11 model pembelajaran diharapkan tujuan pembelajaran dapat tercapai secara efektif dan mampu membuat siswa untuk berpikir kritis. Salah satu model pembelajaran adalah model pembelajaran Kooperatif. Model pembelajaran Kooperatif adalah pembelajaran yang dirancang untuk saling bekerja sama. Menurut Hans (dalam Suprihatiningrum, 2012: 191), pembelajaran kooperatif merupakan suatu cara pendekatan atau strategi yang dirancang khusus untuk memberi dorongan kepada siswa untuk bekerja sama dalam pembelajaran. Dalam pembelajaran kooperatif ini, siswa biasanya dibagikan ke dalam kelompok, baik kelompok banyak maupun kelompok kecil. Melalui kerja kelompok tersebut siswa tidak hanya dituntut mengerti untuk dirinya sendiri, tetapi juga bertangggung jawab dalam pemahaman setiap anggota kelompoknya. Pembelajaran kooperatif termasuk pembelajaran yang student oriented, berpusat pada siswa, sehingga siswa akan terlibat aktif dalam pembelajaran. Salah satu tipe model pembelajaran kooperatif adalah scramble. Menurut Huda (2013: 303), model pembelajaran scramble adalah pembelajaran yang dilakukan secara berkelompok dengan mencocokkan kartu pertanyaan dengan kartu jawaban yang telah disediakan. Dalam model ini terdapat dua kartu yang disediakan guru, yaitu kartu soal dan kartu jawaban yang diacak. Model ini tidak hanya menuntut siswa dapat menjawab soal, tetapi juga menemukan dengan cepat jawaban soal yang sudah tersedia namun masih dalam kondisi acak. Rober B. Taylor (dalam Huda, 2013: 303), Scramble merupakan salah satu model pembelajaran yang dapat meningkatkan konsentrasi dan kecepatan berpikir siswa. Untuk menyusun kembali jawaban yang masih acak, membutuhkan konsentrasi yang tinggi dari siswa. Kecepatan dalam berpikir juga merupakan hal penting dalam pembelajaran scramble ini, karena siswa akan berlomba-lomba untuk mendapatkan jawaban yang benar secara cepat. Yang dimaksud dengan scramble adalah sebuah permainan yang dapat dilakukan oleh 3 atau 5 orang dalam satu kelompok, dalam permaianan tersebut para pemainnya harus menyusun kembali kata-kata dari huruf-huruf, kalimat dari kata-kata, dan wacana dari potongan kalimat-kalimat yang susunannya telah diacak terlebih dahulu. Teknik ini digunakan untuk sejenis permainan anak-anak.

6 12 Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe scramble adalah model pembelajaran dengan membagi siswa menjadi kelompok untuk menemukan jawaban dari huruf atau kata yang acak, yang dapat melatih siswa untuk konsentrasi dan berpikir cepat. Dari teknik-teknik yang digunakan dalam model scramble, tujuan dari pembelajaran scramble adalah untuk merangsang siswa berpikir secara kritis dan cepat. Selain itu juga melatih konsentrasi siswa dan kerja sama dalam kelompok. Dengan digunakannya model yang teraplikasi seperti sebuah perminan ini juga akan membuat siswa merasa senang dan termotivasi dalam pembelajaran. Menurut Huda (2013: 304) model pembelajaran scramble mempunyai kelemahan dan kelebihan sebagai model pembelajaran, yaitu sebagai berikut: 1) Kelebihan a. Melatih siswa berpikir cepat dan tepat b. Mendorong siswa untuk belajar mengerjakan soal dengan jawaban acak. c. Melatih kedisiplinan siswa. 2) Kelemahan a. Siswa bisa saja mencontek jawaban temannya. b. Siswa tidak dilatih berfikir kreatif. c. Siswa hanya menerima bahan mentah. Model pembelajaran scramble memungkinkan siswa untuk belajar sambil bermain, sehingga siswa dapat berkreasi sekaligus dapat berfikir. Hal ini akan membangkitkan motivasi siswa dalam pembelajaran, siswa akan tertarik untuk mengikuti pembelajaran ini. Dengan teknik berkelompok, dapat mengembangkan kerjasama siswa dengan temannya dan melatih kompetisi antar kelompok. Materi yang disampaikan dengan model ini, akan menimbulkan kesan tersendiri bagi siswa, sehingga tidak mudah dilupakan oleh siswa. Namun, model ini juga mempunyai kelemahan seperti siswa hanya dituntut berpikir cepat tetapi tidak untuk berpikir kreatif. Siswa hanya menerima materi secara mentah saja. Suatu model pembelajaran memiliki sintaks yang berisi langkah-langkah yang harus dilakukan oleh guru dan siswa dalam suatu kegiatan pembelajaran. Sintaks model pembelajaran scramble menurut Huda (2013: 304) adalah sebagai berikut:

7 13 a. Guru menyiapkan sebuah wacana, kemudian keluarkan kalimat-kalimat yang terdapat dalam wacana tersebut ke dalam kartu-karu kalimat. b. Guru membuat kartu soal beserta kartu jawaban yang diacak nomornya sesuai materi bahan ajar teks yang telah dibagikan sebelumnya dan membagikan kartu soal tersebut. c. Siswa dalam kelompok masing-masing mengerjakan soal dan mencari kartu soal untuk jawaban yang cocok, sebelumnya jawaban telah di acak sedemikian rupa. d. Siswa di haruskan dapat menyusun kata jawaban yang telah tersedia dalam waktu yang telah ditentukan. Setelah selesai mengerjakan soal, hasil pekerjaan siswa dikumpulkan dan dilakukan pemeriksaan. Dari langkah-langkah tersebut dijelaskan bagaimana cara melaksanakan model pembelajaran scramble. Terlihat bahwa model pembelajaran scramble dimulai dengan guru menyampaikan materi. Setelah itu guru menyiapkan kartu soal dengan kartu jawaban, kartu jawaban berupa kata dengan huruf yang diacak. Siswa dibagi menjadi kelompok secara heterogen untuk memasangkan kartu soal dan kartu jawaban. Dalam kerja kelompok tersebut guru memberikan batasan waktu penyelesaian. Kemudian yang terakhir adalah memeriksa hasil pekerjaan siswa. Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan langkah-langkah model pembelajaran scramble sebagai berikut: 1. Guru menyampaikan materi pembelajaran. 2. Guru membagi siswa menjadi kelompok heterogen yang terdiri dari 3-5 siswa. 3. Siswa bekerja dalam kelompok untuk mencocokkan kartu soal dengan kartu jawaban yang terdiri dari kata dengan huruf acak. 4. Penyampaian dan pembahasan hasil kerja siswa. 5. Pemeriksaan dan penilaian hasil kerja siswa. Dari 5 langkah yang dijabarkan dalam model pembelajaran scramble tersebut, kemudian disusun menjadi langkah-langkah pembelajaran berdasarkan Permendiknas No. 41 Tahun 2007 tentang Standar Proses. Pengaplikasian langkah-langkah model pembelajaran scramble ke dalam Permendiknas No. 41 Tahun 2007 tentang Standar Proses adalah sebagai berikut:

8 14 a. Kegiatan Pendahuluan a. Guru membuka pembelajaran, salam, doa dan apersepsi. b. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai. c. Guru menjelaskan tentang rencana pembelajaran yang akan ditempuh. b. Kegiatan Inti Eksplorasi a. Siswa menyimak penjelasan materi yang disampaikan oleh guru. b. Siswa diberikan kesempatan luas untuk berfikir mengenai materi yang disampaikan guru, dan diberikan kesempatan untuk mengutarakan hasil pemikirannya. c. Guru membagi siswa menjadi kelompok secara heterogen. Elaborasi a. Siswa dalam kelompok dibagikan kartu soal dan kartu jawaban yang acak sesuai dengan materi. b. Siswa melakukan penyelidikan untuk menemukan pasangan antara kartu soal dan kartu jawaban yang acak hurufnya. c. Siswa dapat menciptakan pengertian baru setelah menemukan hasil pasangan antara kartu soal dan kartu jawaban tersebut. d. Perwakilan kelompok mempresentasikan hasil kerjanya di depan kelas. e. Kelompok lain menanggapi atau mengomentari hasil dari kelompok yang presentasi didepan kelas. Konfirmasi a. Guru memberikan umpan balik dan penguatan terhadap kerja siswa dalam menemukan pasangan antara kartu soal dan kartu jawaban yang acak hurufnya. b. Guru memberikan konfirmasi mengenai kegiatan menemukan pasangan antara kartu soal dan kartu jawaban yang acak hurufnya. c. Dengan bimbingan guru, siswa mengkomunikasikan pengalamannya dalam melakukan tugas dalam kelompok dan mencocokkan kartu soal dengan kartu jawaban yang acak hurufnya.

9 15 c. Kegiatan Penutup a. Guru dan siswa membuat penegasan atau kesimpulan pembelajaran. b. Siswa mengerjakan tugas-tugas yang diberikan guru sebagai proses penilaian pembelajaran. c. Melakukan kegiatan tindak lanjut Hasil Belajar Hasil belajar sangat erat kaitannya dengan belajar atau proses belajar. Hasil belajar merupakan sasaran atau tujuan dari proses belajar tersebut. Sehingga dapat dikatakan bahwa hasil belajar merupakan proses perolehan dari proses belajar siswa dengan tujuan pengajaran. Keberhasilan dari suatu proses belajar dapat dilihat dari hasil belajar yang diperoleh. Menurut Gagne & Briggs (dalam Suprihatiningrum, 2012: 37), hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa sebagai akibat perbuatan belajar dan dapat diamati melalui penampilan siswa. Jadi menurut Gagne dan Briggs, setelah siswa melalui proses belajar, siswa akan memperoleh kemampuan-kemampuan. Kemampuan tersebut tentunya kemampuan yang baru didapat setelah mengikuti proses belajar. Selain itu, menurut Gagne kemampuan tersebut dapat dilihat atau diamati dari siswa tersebut. Winkel berpendapat (dalam Purwanto 2008: 45), hasil belajar adalah perubahan yang mengakibatkan manusia berubah dalam sikap dan tingkah lakunya, perubahan itu mencakup aspek kognitif, afektif dan psikomotorik. Winkel menekankan bahwa hasil belajar merupakan perubahan mengenai sikap dan tingkah laku siswa. Perubahan akibat dari proses belajar tersebut mencakup tiga aspek yaitu aspek pengetahuan atau kognitif, aspek sikap atau afektif dan aspek perbuatan atau psikomotorik. Setelah melalu proses belajar individu seharusnya mengalami perubahan perilaku, perubahan tersebut yang disebut dengan hasil belajar. Perubahan akibat proses belajar, tidak hanya pada perubahan secara kognitif saja, tetapi juga perubahan secara sikap dan perbuatan. Ketiga aspek tersebut merupakan

10 16 taksonomi pembelajaran yang diklasifikasikan oleh Bloom (dalam Suprihatiningrum, 2012: 38), yaitu: 1. Aspek kognitif Dimensi kognitif adalah kemampuan yang berhubungan dengan berfikir, mengetahui, dan memecahkan masalah seperti pengetahuan kompehensif, aplikatif, sintesis, analisis, dan pengetahuan evaluatif. 2. Aspek Afektif Dimensi afektif adalah kemampuan yang berhubungan dengan sikap, nilai, minat dan apresiasi. 3. Aspek Psikomotorik Dimensi Psikomotorik mencakup tujuan yang berkaitan dengan keterampilan yang bersifat motorik. Dalam proses belajar-mengajar di sekolah saat ini, hasil belajar aspek kognitif lebih dominan jika dibandingkan dengan hasil belajar aspek afektif dan psikomotorik. Hal ini yang menjadi permasalahan dalam pencapaian tujuan pembelajaran. Karena seharusnya ketiga aspek tersebut harus tercapai dengan baik dan seimbang. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa siswa telah berhasil dalam belajarnya. Menurut Mulyasa (2009: 190) faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar dapat berasal dari dalam diri seseorang (internal) dan dari luar diri seseorang (eksternal). Berikut adalah faktor-faktor tersebut: a. Faktor Eksternal Faktor Eksternal yang dapat mempengaruhi prestasi belajar siswa dapat digolongkan kedalam faktor sosial dan non sosial. 1) Faktor sosial menyangkut hubungan antar manusia yang terjadi dalam situasi sosial. Termasuk lingkungan keluarga, sekolah, teman dan masyarakat pada umumnya. 2) Sedangkan faktor non sosial adalah faktor-faktor lingkungan yang bukan sosial seperti lingkungan alam dan fisik, misalnya keadaan rumah, ruang belajar, fasilitas belajar, buku-buku sumber dan sebagainya. b. Faktor Internal 1) Faktor Jasmaniah (fisiologi), yang bersifat bawaan maupun yang diperoleh. Yang termasuk faktor ini ialah panca indera yang tidak berfungsi sebagaimana mestinya, seperti mengalami sakit, cacat tubuh atau perkembangan yang tidak sempurna, berfungsinya kelenjar tubuh yang membawa kelainan tingkah laku.

11 17 2) Faktor Psikologi, baik yang bersifat bawaan maupun yang diperoleh terdiri atas: a) Faktor Intelektif yang meliputi faktor potensial yaitu kecerdasan dan bakat serta faktor kecakapan nyata, yaitu prestasi yang dimiliki. b) Faktor Non Intelektif yaitu unsur-unsur kepribadian tertentu seperti sikap, kebiasaan, minat, kebutuhan, motivasi, emosi, dan penyesuaian diri. 3) Faktor kematangan fisik maupun psikis, faktor yang berasal dari diri sendiri (internal), seperti intelegensi, minat, sikap dan motivasi. Faktor eksternal dalam lingkungan keluarga baik langsung maupun tidak langsung akan berpengaruh terhadap pencapaian hasil belajar siswa. Di samping itu, diantara beberapa faktor eksternal yang mempengaruhi proses dan prestasi belajar ialah peranan faktor guru atau fasilitator. Dalam sistem pendidikan dan khususnya dalam pelajaran yang berlaku, peranan guru dan keterlibatannya masih menempati posisi yang penting. Karena bagaimanapun juga guru akan menjadi sutradara serta sumber dalam pembelajaran, meskipun bukan satu-satunya sumber. Dalam hal ini efektivitas pengelolaan faktor bahan, lingkungan, dan instrumen sebagai faktor-faktor utama yang mempengaruhi proses dan prestasi belajar, hampir keseluruhannya bergantung pada guru. Selain itu, faktor sosial yang juga banyak mempengaruhi kegiatan belajar ialah orang tua dan keluarga. Sifat-sifat orang tua, keadaan keluarga dan letak rumah dapat memberi dampak baik atau buruk terhadap kegiatan belajar dan hasil yang dicapai oleh siswa. Sedangkan pada faktor internal, kesiapan siswa baik secara jasmani maupun psikologi sangat berpengaruh pada prestasi belajarnya. Intelegensi merupakan salah satu faktor yang berpengaruh terhadap tinggi rendahnya prestasi belajar. Secara logika, semakin tinggi tingkat intelegensi maka semakin tinggi pula kemungkinan tingkat hasil belajar yang dapat dicapai. Begitu juga sebaliknya, jika intelegensinya rendah maka kecenderungan hasil yang dicapainyapun rendah. Namun, hal ini bukan satu-satunya faktor mengenai tinggi rendahnya prestasi belajar, karena banyak faktor lain juga mempengaruhinya. Faktor selanjutnya adalah minat, minat merupakan kecenderungan, kegairahan menginginkan sesuatu. Oleh karena itu minat dapat mempengaruhi pencapaian hasil belajar

12 18 dalam mata pelajaran tertentu. Motivasi serta emosi siswa mempengaruhi proses belajarnya, sehingga juga akan mempengaruhi prestasi belajarnya. Berdasarkan uraian tersebut, dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah suatu perubahan yang dialami siswa setelah mengikuti pembelajaran, perubahan tersebut mencakup tiga aspek yaitu aspek kognitif, afektif dan psikomotor. Dalam hasil belajar terdapat banyak faktor yang mempengaruhi, salah satu dari faktor tersebut adalah motivasi. Dari pengertian tersebut, hasil belajar tidak hanya dapat diukur dengan teknik tes. Akan tetapi juga menggunakan teknik non tes. Hal ini dikarenakan terdapat tiga aspek yang akan diukur. Untuk aspek kognitif pengukuran menggunakan teknik tes yaitu tes hasil belajar yang dilakukan pada akhir pembelajaran. Sedangkan untuk mengukur aspek afektif dan psikomotor menggunakan teknik non tes yaitu observasi langsung pada saat proses pembelajaran berlangsung Keterkaitan Model Pembelajaran Scramble dan Hasil Belajar IPA Indikator untuk mengukur keberhasilan siswa dalam proses pembelajaran IPA adalah hasil belajar IPA. Keberhasilan siswa dalam proses pembelajaran merupakan bukti dari keberhasilan ketercapaian SK dan KD yang diajarkan dalam pembelajaran. Berdasarkan Permendiknas No. 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi, yang dijadikan standar dalam pencapaian tujuan adalah SK dan KD. Tujuan pembelajaran IPA tersebut tidak dapat tercapai jika hanya menggunakan model pembelajaran yang konvensional tanpa melibatkan siswa secara aktif. Pembelajaran yang hanya berpusat pada guru dan kurang melibatkan siswa akan menghilangkan rasa ingin tahu yang tinggi pada setiap siswa. Pembelajaran yang menekankan pada konsep saja tidak sesuai dengan tujuan pembelajaran IPA. Tujuan tersebut adalah pengembangan keterampilan proses siswa. Agar tujuan tersebut tercapai, hendaknya guru dapat menciptakan pembelajaran yang memungkinkan siswa untuk terlibat secara aktif dan berpikir kritis. Model pembelajaran yang dapat digunakan adalah model kooperatif tipe scramble. Langkah-langkah dan karakteristik dalam model ini, memungkinkan untuk mencapai keberhasilan dalam tujuan pembelajaran IPA di SD.

13 Penelitian yang Relevan Penelitian yang relevan dengan penelitian ini diantaranya penelitian yang dilakukan oleh Febri Belandina dalam skripsinya yang berjudul Penerapan Model Pembelajaran Scramble untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas VA pada mata pelajaran PKN Semester 2 SDN Madyopuro 4 Kecamatan Kedung Kandang Kota Malang Tahun Pelajaran 2011/2012. Juga penelitian yang dilakukan Nurbaety dalam skripsinya yang berjudul Upaya meningkatkan hasil belajar Ilmu Pengetahuan Alam melalui model pembelajaran scramble pada siswa kelas IV SDN Blotongan 01 Salatiga Semester II Tahun Pelajaran 2012/2013. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Febri Belandina terhadap siswa kelas VA SDN Madyopuro 4 Kecamatan Kedung Kandang Kota Malang menyebutkan bahwa hasil belajar siswa mengalami peningkatan, sebelum penelitian ketuntasan hanya 40,85%. Setelah dilakukan tindakan, pada siklus1 ketuntasan belajar siswa 69,54% dengan 22 siswa telah tuntas karena nilai mencapai KKM dan 11 siswa belum tuntas karena belum mencapai KKM. Pada siklus 2 ketuntasan belajar siswa 74,54% dengan 24 siswa telah tuntas karena nilai mencapai KKM dan 9 siswa belum tuntas karena belum mencapai KKM. Pada penelitian tersebut, mengalami peningkatan hasil belajar yang bertahap. Hal ini ditunjukkan dengan presentase ketuntasan dan nilai rata-rata kelas dari sebelum penelitian dan setelah siklus 1 serta siklus 2. Dengan penerapan model pembelajaran scramble secara tepat dan sesuai standar proses, sehingga keberhasilan tersebut tercapai. Selain itu, penelitian tindakan yang dilakukan oleh Nurbaety terhadap siswa kelas IV SDN Blotongan 01 Salatiga juga menunjukkan peningkatan hasil belajar siswa. Hasil penelitian menyebutkan bahwa hasil belajar siswa mengalami peningkatan, sebelum penelitian ketuntasan hanya 72%. Setelah dilakukan tindakan, pada siklus 1 ketuntasan belajar siswa 92% dengan 23 siswa telah tuntas karena nilai mencapai KKM dan 2 siswa belum tuntas karena belum mencapai KKM. Pada siklus 2 ketuntasan belajar siswa 100% dengan semua siswa sejumlah 25 telah mencapai KKM. Simpulan dari penelitian tersebut adalah pembelajaran ilmu pengetahuan alam menggunakan model scramble dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas IV SDN Blotongan 01 Salatiga tahun ajaran 2012/2013.

14 20 Berdasarkan dua penelitian yang telah menerapkan model pembelajaran scramble tersebut menunjukkan peningkatan hasil belajar siswa. Melihat keberhasilan yang dicapai oleh peneliti sebelumnya, maka penulis juga optimis dengan keberhasilan yang akan tercapai pada penelitian tindakan ini. Penulis yakin dan optimis bahwa melalui penerapan model pembelajaran scramble dalam pembelajaran IPA kelas IV SD Negeri Ampel 03 dapat meningkatkan hasil belajar siswa. 2.3 Kerangka Berpikir Keberhasilan peningkatan hasil belajar siswa dipengaruhi oleh banyak faktor antara lain siswa, guru, kurikulum, sarana prasarana, fasilitas sekolah, lingkungan sekolah dan lain-lain. Penggunaan model secara tepat, efektif dan efisien mempunyai peranan penting dalam proses pembelajaran. Pembelajaran IPA seringkali menggunakan metode pembelajaran yang konvensional yang hanya berpusat pada guru. Bagi guru penggunaan model secara tepat memberikan kemudahan dalam proses pembelajaran karena mendorong guru untuk selalu berpikir kreatif dalam setiap materi yang diajarkan. Yang terpenting adalah siswa akan terlibat secara aktif, tertarik dan tidak jenuh dalam pembelajaran. Dan motivasi siswa dalam mengikuti pembelajaran juga akan muncul. Model pembelajaran scramble dilaksanakan dengan langkah-langkah: guru menyampaikan materi pembelajaran, guru membagi siswa menjadi kelompok heterogen yang terdiri dari 3-5 siswa, siswa bekerja dalam kelompok untuk mencocokkan kartu soal dengan kartu jawaban yang terdiri dari kata dengan huruf acak, penyampaian dan pembahasan hasil kerja siswa, pemeriksaan dan penilaian hasil kerja siswa. Model pembelajaran scramble, siswa akan lebih tertarik mengikuti pelajaran karena dirancang dalam bentuk permainan. Dengan model ini siswa dituntut untuk berkonsentrasi, berpikir cepat dan tepat, sehingga siswa akan terlibat secara aktif dan nantinya akan lebih mudah mengingat. Sehingga diharapkan model pembelajaran scramble dapat digunakan sebagai usaha perbaikan atau sebuah tindakan untuk mengatasi permasalahan rendahnya hasil belajar siswa dalam pembelajaran IPA.

15 Hipotesis Tindakan Hipotesis yang penulis ajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: a. Melalui penerapan model pembelajaran scramble dalam pembelajaran IPA kelas IV SD Negeri Ampel 03 dapat meningkatkan hasil belajar siswa. b. Model pembelajaran scramble dalam pembelajaran IPA kelas IV SD Negeri Ampel 03 dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Hal ini dikarenakan model pembelajaran scramble dilaksanakan dengan langkah-langkah: guru menyampaikan materi pembelajaran, guru membagi siswa menjadi kelompok heterogen yang terdiri dari 3-5 siswa, siswa bekerja dalam kelompok untuk mencocokkan kartu soal dengan kartu jawaban yang terdiri dari kata dengan huruf acak, penyampaian dan pembahasan hasil kerja siswa, pemeriksaan dan penilaian hasil kerja siswa. Melalui model pembelajaran ini siswa dituntut untuk berkonsentrasi, berpikir cepat dan tepat, sehingga siswa akan terlibat secara aktif dan nantinya akan lebih mudah mengingat.

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1. Pembelajaran IPA di SD Pembelajaran merupakan persiapan kita di masa depan, dalam hal ini masa depan kehidupan anak yang ditentukan oleh orang tuanya. Oleh

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum SD Negeri Ampel 03 SD Negeri Ampel 03 terletak di Dukuh Ngaduman Desa Kaligentong Kecamatan Ampel Kabupaten Boyolali. Sekolah ini didirikan pada

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) di SD Ilmu pengetahuan alam (IPA) merupakan bagian dari ilmu pegetahuan atau sains yang semula berasal dari bahasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan Nasional bertujuan: Untuk mengembangkan potensi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan Nasional bertujuan: Untuk mengembangkan potensi 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan Nasional bertujuan: Untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Pembelajaran IPA IPA merupakan ilmu yang mempelajari tentang alam yang sesuai dengan kenyataan dan

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Pembelajaran IPA IPA merupakan ilmu yang mempelajari tentang alam yang sesuai dengan kenyataan dan BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran IPA IPA merupakan ilmu yang mempelajari tentang alam yang sesuai dengan kenyataan dan pengamatan melalui langkah-langkah metode ilmiah dan proses

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Kajian teori ini merupakan uraian mengenai teori-teori menurut pendapat dari beberapa ahli yang digunakan untuk mengembangkan dan mendukung penelitian ini. Pembahasan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran Matematika 2.1.1.1 Pengertian Matematika Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan teknologi modern, mempunyai peran penting

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat Pembelajaran IPA di SD Pembelajaran IPA Ilmu pengetahuan alam (IPA) merupakan bagian dari ilmu pegetahuan atau sains yang semula berasal dari bahasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sesuai dengan paparan mengenai pendidikan tersebut maka guru. mengembangkan seluruh potensi yang ada dalam dirinya.

BAB I PENDAHULUAN. Sesuai dengan paparan mengenai pendidikan tersebut maka guru. mengembangkan seluruh potensi yang ada dalam dirinya. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam Undang-undang No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, dinyatakan bahwa : Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Kajian Pustaka Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)

BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Kajian Pustaka Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) Ilmu pengetahuan alam atau sains (science) diambil dari kata latin Scientia yang arti harfiahnya adalah pengetahuan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1. Ilmu Pengetahuan Alam untuk SD/MI Berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi untuk Satuan Sekolah Dasar (SD)/Madrasah

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori Pada sub bab ini, peneliti akan membahas mengenai teori - teori yang berkaitan dengan variabel yang sudah ditentukan. Adapaun teori yang berkaitan dengan variabel

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Berdasarkan Undang-undang No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, dinyatakan bahwa : Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Hasil Belajar Kemampuan intelektual siswa sangat menentukan keberhasilan siswa dalam memperoleh hasil belajar. Mengetahui keberrhasilan atau tidaknya

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. (Undang-undang No.20 Tahun 2003: 1). Pendidikan erat kaitannya dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. (Undang-undang No.20 Tahun 2003: 1). Pendidikan erat kaitannya dengan BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan kondisi belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi-potensi

Lebih terperinci

MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPA MATERI GAYA MAGNET MELALUI METODE INKUIRI TERBIMBING

MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPA MATERI GAYA MAGNET MELALUI METODE INKUIRI TERBIMBING MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPA MATERI GAYA MAGNET MELALUI METODE INKUIRI TERBIMBING Fatmawaty Sekolah Dasar Negeri Hikun Tanjung Tabalong Kalimantan Selatan ABSTRAK Penelitian ini bertujuan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Belajar Aunurrahman ( 2012 : 35 ) belajar adalah suatu proses yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan,

Lebih terperinci

Bab II Landasan Teori

Bab II Landasan Teori Bab II Landasan Teori 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pengertian Ilmu Pengetahuan Alam Dalam Permendiknas nomor 22 tahun 2006 tentang Standar Isi disebutkan bahwa : Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berhubungan dengan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Konsep Belajar dan Pembelajaran 2.1.1 Konsep Belajar 2.1.1.1 Pengertian Belajar Belajar merupakan suatu proses perubahan tingkah laku melalui interaksi dengan lingkungan. Hamalik

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. Sehubungan dengan keberhasilan belajar, Slameto (1991: 62) berpendapat. bahwa ada 2 faktor yang mempengaruhi belajar siswa.

BAB II KAJIAN TEORI. Sehubungan dengan keberhasilan belajar, Slameto (1991: 62) berpendapat. bahwa ada 2 faktor yang mempengaruhi belajar siswa. BAB II KAJIAN TEORI A. Landasan Teori 1. Pengertian Belajar Belajar adalah suatu proses yang ditandai adanya perubahan pada diri seseorang. Perubahan sebagai hasil dari proses belajar dapat ditunjukan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Aktivitas Belajar 2.1.1. Pengertian Aktivitas Belajar Sanjaya (2009: 130) mengungkapkan bahwa aktifitas tidak dimaksudkan terbatas pada aktifitas fisik akan tetapi juga meliputi

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran Konstruktivisme Menurut Depdiknas (2004), model merupakan suatu konsep untuk mengajar suatu materi dalam mencapai tujuan tertentu. Joyce & Weil

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. a. Pengertian Tanggung Jawab

BAB II KAJIAN PUSTAKA. a. Pengertian Tanggung Jawab 7 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Deskripsi Teori 1. Tanggung Jawab a. Pengertian Tanggung Jawab Tanggung jawab adalah sikap dan perilaku seseorang untuk melaksanakan tugas dan kewajiban yang harus dilaksanakan.

Lebih terperinci

cara kerja suatu alat kepada kelompok siswa.

cara kerja suatu alat kepada kelompok siswa. BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Metode Demonstrasi 1. Pengertian Metode Demonstrasi Metode demonstrasi adalah metode penyajian pelajaran dengan memperagakan dan mempertunjukkan kepada siswa tentang suatu proses,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah salah satu bagian terpenting dalam kehidupan manusia. Pada dasarnya, pendidikan bertujuan untuk memperbaiki kualitas sumber daya manusia.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan sebuah kata yang sangat erat kaitannya dalam kehidupan sehari-hari. Kata pendidikan pun sudah tidak asing lagi di dengar oleh seluruh lapisan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan masih berjalan terus. (Ihsan, 2008:7) mengemukakan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan masih berjalan terus. (Ihsan, 2008:7) mengemukakan bahwa 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu kebutuhan yang harus terpenuhi dalam kehidupan, dengan pendidikan yang dimiliki manusia dapat hidup berkembang untuk meraih

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Deskripsi Teori 2.1.1 Matematika Menurut Johnson dan Rising (Suherman, 2001: 19) matematika adalah pola berpikir, pola mengorganisasikan, pembuktian yang logik, matematika itu

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat Belajar IPA Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) didefinisikan sebagai kumpulan pengetahuan yang tersusun secara terbimbing. Hal ini sejalan dengan kurikulum

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang wajib dipelajari di Sekolah Dasar. Siswa akan dapat mempelajari diri

BAB I PENDAHULUAN. yang wajib dipelajari di Sekolah Dasar. Siswa akan dapat mempelajari diri BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan salah satu mata pelajaran yang wajib dipelajari di Sekolah Dasar. Siswa akan dapat mempelajari diri sendiri dan alam sekitar

Lebih terperinci

BAB II Kajian Pustaka

BAB II Kajian Pustaka BAB II Kajian Pustaka 2.1 Kajian Teori Sesuai dengan masalah dan tujuan penelitian, pembahasan landasan teori dalam penelitian ini berisi tinjauan pustaka yang merupakan variabel dari penelitian ini. Kajian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terlihat pada rendahnya kualitas pendidikan, dengan adanya kenyataan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. terlihat pada rendahnya kualitas pendidikan, dengan adanya kenyataan bahwa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Peningkatan mutu pendidikan, khususnya di Sekolah Dasar merupakan fokus perhatian dalam rangka meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Sekolah dasar merupakan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Kajian teori ini merupakan uraian dari pendapat beberapa ahli yang mendukung penelitian. Dari beberapa teori para ahli tersebut mengkaji objek yang sama yang mempunyai

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. kecerdasan, (2) pengetahuan, (3) kepribadian, (4) akhlak mulia, (5)

I. PENDAHULUAN. kecerdasan, (2) pengetahuan, (3) kepribadian, (4) akhlak mulia, (5) 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan usaha untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran untuk mencapai tujuan tertentu. Tujuan yang dimaksud antara lain seperti tujuan untuk

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hasil Belajar Menurut Gagne dalam Agus Suprijono (2011: 5-6) bahwa hasil belajar itu berupa: informasi verbal, keterampilan intelektual, strategi kognitif,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Hasil Belajar Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. perilakunya karena hasil dari pengalaman.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. perilakunya karena hasil dari pengalaman. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Belajar Banyak ahli pendidikan yang mengungkapkan pengertian belajar menurut sudut pandang mereka masing-masing. Berikut ini kutipan pendapat beberapa ahli pendidikan tentang

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA Dalam menyusun sebuah laporan Penelitian Tindakan Kelas, tentunya penulis tidak dapat hanya mengandalkan pengetahuan pribadi yang dimiliki tanpa bantuan sumber-sumber yang relevan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Eva Agustina,2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Eva Agustina,2013 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) atau Sains berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tentang sistem pendidikan nasional (2009:69) pasal 1 yang berbunyi:

BAB I PENDAHULUAN. tentang sistem pendidikan nasional (2009:69) pasal 1 yang berbunyi: 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan dasar memiliki peranan yang sangat penting dalam menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas pada jenjang pendidikan selanjutnya demi kelangsungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. teknologi. Dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Bab II Pasal 3

BAB I PENDAHULUAN. teknologi. Dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Bab II Pasal 3 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan pada dasarnya merupakan suatu upaya untuk memberikan pengetahuan, wawasan, keterampilan dan keahlian tertentu kepada individu guna mengembangkan bakat

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian teori 2.1.1. Mata Pelajaran IPA di Sekolah Dasar Menurut Piaget dalam Heruman (2007:1), Anak SD berada pada fase operasional konkret. Kemampuan yang tampak pada fase ini

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 5 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Metode Demonstrasi 2.1.1.1 Hakekat Metode Demonstrasi Metode demonstrasi merupakan metode yang sangat efektif, sebab membantu siswa untuk mencari jawaban

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 6 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Pembelajaran IPA a. Latar Belakang Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan haanya penguasaan kumpulan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berpikir yang melibatkan berpikir konkret (faktual) hingga berpikir abstrak tingkat

BAB I PENDAHULUAN. berpikir yang melibatkan berpikir konkret (faktual) hingga berpikir abstrak tingkat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan bagi kehidupan manusia diera global seperti saat ini menjadi kebutuhan yang amat menentukan bagi masa depan seseorang dalam kehidupannya, yang menuntut

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan

BAB 1 PENDAHULUAN. belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk

Lebih terperinci

SANTI BBERLIANA SIMATUPANG,

SANTI BBERLIANA SIMATUPANG, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam menjalani kehidupannya setiap individu wajib menempuh pendidikan di lembaga formal maupun lembaga non formal. Sesuai dengan yang diperintahkan oleh pemerintah

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori Kajian teori ini merupakan uraian pendapat dari para ahli yang mendukung penelitian beberapa teori para ahli tersebut mengkaji objek yang sama dan mempunyai pandangan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Ilmu Pengetahuan Alam Ilmu Pengetahuan Alam dikenal juga dengan istilah sains. Sains berasal dari bahasa Latin yaitu scientia yang berarti saya tahu. Dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tidak dapat dipisahkan dari kegiatan manusia, yang dalam Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. tidak dapat dipisahkan dari kegiatan manusia, yang dalam Undang-Undang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sains (Ilmu Pengetahuan Alam) merupakan suatu program pendidikan yang berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis. Sains menurut UU

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Belajar dan Pembelajaran Beberapa ahli merumuskan tentang pengertian belajar. Slameto (1995) merumuskan belajar sebagai suatu proses usaha yang dilakukan individu

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 4 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) didefinisikan sebagai kumpulan pengetahuan yang tersusun secara terbimbing. Hal ini

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Picture and Picture Salah satu model pembelajaran kooperatif yang menjadi bahan Penelitian Tindakan Kelas adalah model Picture and Picture.

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. pengetahuan dan kecakapan. Menurut Wina Sanjaya (2006:113) belajar. di dalam laboratorium maupun dalam lingkungan alamiah.

BAB II KAJIAN PUSTAKA. pengetahuan dan kecakapan. Menurut Wina Sanjaya (2006:113) belajar. di dalam laboratorium maupun dalam lingkungan alamiah. 7 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Belajar Menurut Witherington dalam Hanafiah dan Suhana (2009:7) belajar merupakan perubahan dalam kepribadian yang dimanifestasikan sebagai pola-pola respons baru yang berbentuk

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dan mampu menggunakan metode ilmiah untuk memecahkan masalah yang dihadapinya.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dan mampu menggunakan metode ilmiah untuk memecahkan masalah yang dihadapinya. BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Teori Belajar Mata pelajaran IPS bertujuan agar siswa mampu menguasai saling keterkaitannya dan mampu menggunakan metode ilmiah untuk memecahkan masalah yang dihadapinya. Kata

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Alam semesta beserta isinya diciptakan untuk memenuhi semua kebutuhan makhluk hidup yang ada di dalamnya. Manusia sebagai makhluk ciptaan Tuhan yang paling

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Dalam proses belajar disiplin belajar sangat penting dalam menunjang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Dalam proses belajar disiplin belajar sangat penting dalam menunjang II. TINJAUAN PUSTAKA A. Disiplin Belajar 1. Pengertian Disiplin Dalam proses belajar disiplin belajar sangat penting dalam menunjang keberhasilan siswa di kelas maupun di sekolah. Ini bertujuan agar siswa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan faktor penting dalam kehidupan sosial guna menjamin perkembangan dan kehidupan masyarakat yang bersangkutan. Fungsi dan tujuan penddikan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. menggunakan pendekatan secara arif dan bijaksana. Guru juga harus ikhlas dalam

I. PENDAHULUAN. menggunakan pendekatan secara arif dan bijaksana. Guru juga harus ikhlas dalam I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tugas guru sebagai pendidik adalah mengajar dan mendidik, karena guru adalah orang tua kedua bagi anak didik. Dalam mengajar, guru harus pandai menggunakan pendekatan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Pembelajaran IPA di SD Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar dengan menggunakan sumber belajar dapat

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Pembelajaran IPA di SD Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar dengan menggunakan sumber belajar dapat BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran IPA di SD Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar dengan menggunakan sumber belajar dapat membantu pencapaian keberhasialn pembelajaran. Ditegaskan oleh

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Kajian teori ini merupakan uraian dari pendapat beberapa ahli yang mendukung penelitian. Dari beberapa teori para ahli tersebut mengkaji objek yang sama yang mempunyai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Belajar adalah proses peningkatan pengetahuan siswa dari tidak tahu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Belajar adalah proses peningkatan pengetahuan siswa dari tidak tahu 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Belajar adalah proses peningkatan pengetahuan siswa dari tidak tahu menjadi tahu. Proses tersebut akan terhambat apabila ada kendala-kendala yang menyebabkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan bermaksud membantu manusia untuk menumbuh kembangkan potensipotensi

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan bermaksud membantu manusia untuk menumbuh kembangkan potensipotensi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan bermaksud membantu manusia untuk menumbuh kembangkan potensipotensi kemanusiaannya. Pendidikan juga merupakan usaha sadar untuk mengembangkan kualitas sumber

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hasil Belajar Menurut Lindgren dalam Agus Suprijono (2011: 7) hasil pembelajaran meliputi kecakapan, informasi, pengertian, dan sikap. Hal yang sama juga dikemukakan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 5 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Dalam landasan teori ini diuraikan teori-teori yang diungkapkan para ahli dari berbagai sumber yang mendukung penelitian. Landasan teori tersebut terdiri atas berbagai

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. adalah berbuat, berbuat untuk mengubah tingkah laku, jadi melakukan. dapat menunjang hasil belajar (Sadirman, 1994: 99).

BAB II KAJIAN PUSTAKA. adalah berbuat, berbuat untuk mengubah tingkah laku, jadi melakukan. dapat menunjang hasil belajar (Sadirman, 1994: 99). BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Aktivitas Belajar Keberhasilan siswa dalam belajar bergantung pada aktivitas yang dilakukannya selama proses pembelajaran, sebab pada prinsipnya belajar adalah berbuat,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah usaha terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar siswa secara aktif mengembangkan potensi pada dirinya. Pendidikan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hasil Belajar IPA Kelas 4 SD Hasil belajar adalah kemampuan - kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya (Nana Sudjana, 2011:22).

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. mencapai penguasaan atas sejumlah bahan yang diberikan dalam proses

BAB II KAJIAN TEORI. mencapai penguasaan atas sejumlah bahan yang diberikan dalam proses BAB II KAJIAN TEORI A. Kerangka Teoretis 1. Hasil Belajar Keberhasilan proses belajar mengajar dapat dilihat dari hasil belajar yang dicapai, yaitu perubahan yang menjadi semakin baik setelah melaksanakan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA Dalam bab II kajian pustaka berisi tentang kajian teoriyang menjelaskan tentang pembelajaran,pengertian dari IPA sebagai ilmu pengetahuan yang berisi tentang alam semesta. Hasil belajar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewi Elyani Nurjannah, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewi Elyani Nurjannah, 2013 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan ilmu yang dekat sekali dengan kehidupan manusia. Saat kita mempelajari IPA, berarti mempelajari bagaimana alam semesta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang diberlakukan di sekolah dasar bertujuan untuk menghasilkan lulusan yang kompeten dan cerdas sehingga dapat melanjutkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan pengetahuan, keterampilan dan kemampuan berpikir tentang

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan pengetahuan, keterampilan dan kemampuan berpikir tentang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembelajaran IPA (Sains) berupaya meningkatkan minat siswa untuk mengembangkan pengetahuan, keterampilan dan kemampuan berpikir tentang alam seisinya yang penuh dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di Indonesia, berbagai upaya dilakukan untuk mencapai tujuan pendidikan yang tercantum dalam Undang-Undang No. 20 tahun 2003 pasal 3 bahwa pendidikan nasional bertujuan

Lebih terperinci

A. Latar Belakang. Ratih Leni Herlina, 2014

A. Latar Belakang. Ratih Leni Herlina, 2014 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang. Ilmu pengetahuan Alam (IPA) berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis sehingga IPA bukan hanya penguasaan pengetahuan yang berupa fakta-fakta,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1 Model Quantum Teaching Quantum memiliki arti interaksi yang mengubah energi cahaya. Quantum Teaching adalah penggubahan bermacam-macam interaksi yang ada di

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1.1 Model Pembelajaran Role Playing (model bermain peran) a Pengertian Role playing atau bermain peran menurut Zaini, dkk (2008:98) adalah suatu aktivitas pembelajaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diberikan mulai dari SD/MI. IPA mempelajari tentang bagaimana cara mencari

BAB I PENDAHULUAN. diberikan mulai dari SD/MI. IPA mempelajari tentang bagaimana cara mencari 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan suatu mata pelajaran yang diberikan mulai dari SD/MI. IPA mempelajari tentang bagaimana cara mencari tahu tentang alam secara

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Ilmu Pengetahuan Alam Ilmu alam atau dalam bahasa Inggris disebut natural science atau ilmu pengetahuan alam adalah istilah yang digunakan yang merujuk pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan hal yang sangat penting bagi kehidupan. Terkadang orang yang pendidikannya rendah memiliki kehidupan yang rendah juga jika tidak didukung

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. sendiri, masyarakat maupun bangsa. Di dalam Undang-undang nomor 20 tahun. 2003Pasal 1 tentang sistem Pendidikan Nasional bahwa:

BAB 1 PENDAHULUAN. sendiri, masyarakat maupun bangsa. Di dalam Undang-undang nomor 20 tahun. 2003Pasal 1 tentang sistem Pendidikan Nasional bahwa: 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan memegang peran yang sangat penting bagi kehidupan diri sendiri, masyarakat maupun bangsa. Di dalam Undang-undang nomor 20 tahun 2003Pasal 1 tentang

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1.Kajian Teori Dalam Bab II ini akan diuraikan kajian teori yang merupakan variabel dalam penelitian yang dilakukan yaitu hasil belajar, pendekatan CTL, dan alat peraga. 2.1.1 Hasil

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berlandaskan pada kurikulum satuan pendidikan dalam upaya meningkatkan. masyarakat secara mandiri kelak di kemudian hari.

BAB I PENDAHULUAN. berlandaskan pada kurikulum satuan pendidikan dalam upaya meningkatkan. masyarakat secara mandiri kelak di kemudian hari. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan formal merupakan upaya sadar yang dilakukan sekolah dengan berlandaskan pada kurikulum satuan pendidikan dalam upaya meningkatkan kemampuan kognitif,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hasil Belajar Pendidikan atau pengajaran di sekolah dikatakan berhasil apabila perubahan-perubahan yang tampak pada siswa harus merupakan akibat dari proses

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Hasil Belajar 2.1.1 Pengertian Hasil Belajar Pendidikan bertujuan antara lain mengembangkan dan meningkatkan kepribadian individu yang sedang melakukan proses pendidikan. Perkembangan

Lebih terperinci

2 BAB II KAJIAN PUSTAKA

2 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hasi Belajar IPA Tujuan pembelajaran dapat tercapai dengan baik jika hasil belajar sesuai dengan standar yang diharapkan dalam proses pembelajaran tersebut.

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI DAN PENELITIAN YANG RELEVAN

BAB II KAJIAN TEORI DAN PENELITIAN YANG RELEVAN BAB II KAJIAN TEORI DAN PENELITIAN YANG RELEVAN A. KAJIAN TEORI 1. Belajar Belajar bukanlah sekedar mengumpulkan pengetahuan, tetapi belajar adalah proses mental yang terjadi dalam diri seseorang sehingga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan Sekolah Dasar sebagai bagian dari sistem pendidikan nasional mempunyai peran yang amat

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan Sekolah Dasar sebagai bagian dari sistem pendidikan nasional mempunyai peran yang amat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan Sekolah Dasar sebagai bagian dari sistem pendidikan nasional mempunyai peran yang amat penting dalam meningkatkan sumber daya manusia (SDM). Melalui

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Mella Pratiwi, 2013

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Mella Pratiwi, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dunia pendidikan sekarang ini sedang mengalami berbagai macam permasalahan, terutama yang erat kaitannya dengan sumber daya manusia yakni guru dan siswa. Untuk

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Pada kajian teori, pendapat-pendapat ahli yang mendukung penelitian akan dipaparkan dalam obyek yang sama, dengan pandangan dan pendapat yang berbedabeda. Kajian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan sangat penting bagi manusia karena pendidikan terkait dengan kehidupan sehari-hari maka dari itu manusia membutuhkan pendidikan agar mampu mempertahankan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pengertian IPA Menurut H. W. Fowler (Trianto 2010:136), IPA adalah pengetahuan yang sistematis dan dirumuskan, yang berhubungan dengan gejala-gejala kebendaan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA BERPIKIR. Orang yang banyak pengetahuannya diidentifikasi sebagai orang yang banyak belajar,

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA BERPIKIR. Orang yang banyak pengetahuannya diidentifikasi sebagai orang yang banyak belajar, BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA BERPIKIR A. Belajar Dalam pengertian umum, belajar adalah mengumpulkan sejumlah pengetahuan. Pengetahuan tersebut diperoleh dari seseorang yang lebih tahu atau yang sekarang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional bab I pasal (1), disebutkan bahwa :

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional bab I pasal (1), disebutkan bahwa : BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menurut Undang-Undang RI Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional bab I pasal (1), disebutkan bahwa : Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu tujuan pendidikan nasional yang ingin dicapai telah ditetapkan

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu tujuan pendidikan nasional yang ingin dicapai telah ditetapkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Salah satu tujuan pendidikan nasional yang ingin dicapai telah ditetapkan dalam Undang-Undang No.20 tahun 2003 tentang sistem Pendidikan Nasional pasal 1 ayat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Ilmu Pengetahuan Alam merupakan salah satu yang termasuk mata pelajaran yang wajib diajarkan di Sekolah Dasar. Terdapat berbagai aspek dalam ruang lingkup

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menyangkut kognitif, afektif, dan psikomotor. Disamping itu

BAB I PENDAHULUAN. menyangkut kognitif, afektif, dan psikomotor. Disamping itu 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Penelitian Menurut Djamarah (2008:13) mengatakan bahwa belajar adalah serangkaian kegiatan untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman

Lebih terperinci

BAB II HASIL BELAJAR MATEMATIKA PADA POKOK BAHASAN MENGHITUNG LUAS PERSEGI DAN PERSEGI PANJANG DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN KONSTRUKTIVISME

BAB II HASIL BELAJAR MATEMATIKA PADA POKOK BAHASAN MENGHITUNG LUAS PERSEGI DAN PERSEGI PANJANG DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN KONSTRUKTIVISME BAB II HASIL BELAJAR MATEMATIKA PADA POKOK BAHASAN MENGHITUNG LUAS PERSEGI DAN PERSEGI PANJANG DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN KONSTRUKTIVISME A. Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar Mata pelajaran Matematika

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan kebutuhan pokok manusia untuk dapat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan kebutuhan pokok manusia untuk dapat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan kebutuhan pokok manusia untuk dapat mengembangkan segenap potensi yang dimilikinya, baik itu potensi jasmani maupun potensi rohaninya. Pendidikan

Lebih terperinci