PENDAHULUAN. Persaingan bisnis yang semakin tinggi menuntut perusahaan berkompetisi

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PENDAHULUAN. Persaingan bisnis yang semakin tinggi menuntut perusahaan berkompetisi"

Transkripsi

1 1 PENDAHULUAN Persaingan bisnis yang semakin tinggi menuntut perusahaan berkompetisi menciptakan inovasi berbasis kebutuhan konsumen sehingga perusahaan mampu mempertahankan keunggulan kompetitif dan pada akhirnya mampu mencapai target perusahaan. Pencapaian target perusahaan menjadi satu hal yang sangat penting karena menjadi indikator utama keberlangsungan perusahaan secara jangka panjang. Tercapainya tujuan perusahaan tidak lepas dari peran karyawan sebagai tulang punggung dalam proses operasional perusahaan. Fenomena saat ini yang terjadi secara global ditunjukan oleh tingkat turnover yang semakin tinggi dari waktu ke waktu. Survei yang dilakukan melalui Global Workforce Study memberikan hasil bahwa kawasan Asia Pasifik diperkirakan mengalami lonjakan terbesar tingkat pergantian karyawan pada tahun 2014 yaitu 21,5 25,5 % selama periode (Tower Watson, 2014). Peningkatan ini terjadi akibat kurangnya keterikatan dan komitmen karyawan terhadap tujuan dari perusahaan yang disebabkan oleh beberapa faktor seperti kepemimpinan, tujuan dan sasaran perusahaan yang tidak jelas, kehidupan kerja ( work-life), citra perusahaan dan pemberian wewenang pada karyawan yang tidak optimal. Hay Group sebuah perusahaan konsultasi manajemen dan survei internasional menyatakan bahwa taksiran angka tingkat turnover di Indonesia pada tahun mencapai angka 25,8%, dimana Indonesia menjadi negara dengan tingkat turnover tertinggi ke 3 di dunia, setelah India (26,9%) dan Rusia (26,8%) (Kapoor, 2013). Karyawan sebagai aset perusahaan yang paling penting harus dijadikan prioritas utama baik dalam pengelolaan maupun pengembangan diri yang berkelanjutan sehingga mampu

2 2 menunjukan kinerja yang memuaskan dan berkontribusi pada pencapaian tujuan perusahaan. Kemampuan karyawan untuk memiliki kesuksesan dalam bekerja dapat merujuk pada suatu teori oleh William James pada tahun 1906 (dalam Froh, 2004) yang mempertanyakan bagaimana individu mampu menggunakan seluruh potensi dalam kapasitas yang optimal sedangkan individu lain tidak. Untuk menjawab pertanyaan ini, terdapat dua pertanyaan besar yaitu apa saja kemampuan yang dimiliki manusia, dan bagaimana cara mengoptimalkan kemampuan ini. Argumentasi yang diberikan untuk mempelajari fungsi yang optimal, harus dipertimbangkan pengalaman subjektif yang dialami oleh individu. Teori ini merupakan awal mula munculnya psikologi positif. Pada perkembangannya, studi mengenai kesejahteraan, individual yang kreatif dan usaha untuk mengetahui pola dari individu dengan aktualisasi diri dikenal dengan nama psikologi humanistik yang dikembangkan oleh Maslow (dalam Froh, 2004). Teori yang dikemukakan adalah teori hierarki kebutuhan yang terdiri dari lima tingkat kebutuhan dasar yaitu kebutuhan fisiologis, kebutuhan akan rasa aman, kebutuhan akan rasa memiliki dan kasih sayang, kebutuhan akan penghargaan dan kebutuhan akan aktualisasi diri. Pemuasan berbagai kebutuhan tersebut didorong akan dua kekuatan yaitu motivasi kekurangan ( deficiency motivation) dan motivasi perkembangan (growth motivation). Motivasi kekurangan untuk masalah ketegangan manusia karena berbagai kekurang yang ada (fisiologis, kebutuhan akan rasa aman dan kebutuhan akan rasa memiliki dan kasih sayang) sedangkan motivasi perkembangan didasarkan atas kapasitas setiap manusia untuk tumbuh dan berkembang (kebutuhan akan penghargaan dan aktualisasi diri). Hal ini, terkait

3 3 dengan psikologi positif sebelumnya, aktualisasi diri menempati tingkat kebutuhan tertinggi dan menjadi salah satu indikator individu mampu menggunakan kemampuan secara optimal (Maslow, 1954). Seligman dan Csikszentmihalyi (2000) kembali mengangkat psikologi positif sebagai sebuah studi tentang bagaimana manusia menjadi sejahtera di dalam menghadapi tantangan. Terdapat tiga pillar utama dalam psikologi positif yang dikemukakan oleh Seligman dan Csikszentmihalyi (2000), yaitu: Pilar 1 : Pengalaman subjektif yang positif untuk mencapai tujuan pribadi (positive experience) Pilar 2 : Sifat / karakter positif (positive traits) Pilar 3 : Agar individu mampu berkembang dengan pesat dan unggul, maka harus dikembangkan budaya yang sehat (positive institution). Ketiga pilar ini merupakan hasil perpaduan dari psikologi positif dari William James dan psikologi humanistik dari Maslow. Positive experience merupakan bagian dari pengalaman subjektif individu dalam mencapai fungsi optimal menurut William James, dan positive institution menjadi bagian penting dalam mencapai aktualisasi diri menurut Maslow. Teori utama yang dikemukakan oleh Seligman dan Csikszentmihalyi (2000) menjadi satu dinamika psikologis yang mampu mengaitkan antara karakter, pengalaman dan lingkungan yang mampu mendorong individu mencapai fungsinya yang optimal dalam mencapai keberhasilan. Penjelasan diatas menguatkan bahwa kesuksesan karyawan dalam menghadapi tantangan dipengaruhi oleh ada tidaknya karakter positif dalam diri karyawan. Salah satu karakter positif yang dimaksud adalah grit. Grit secara

4 4 umum didefinisikan sebagai ketekunan dan keinginan besar untuk mencapai tujuan jangka panjang dalam waktu yang lama ( Duckworth, Peterson, Matthews & Kelly, 2007). Sesuai dengan definisi tersebut, aspek dari grit terdiri dari konsisten terhadap ketertarikan dan ketekunan dalam berusaha. Grit akan memunculkan daya kerja yang kuat terhadap tantangan yang dihadapi, mempertahankan usaha dan ketertarikan dari tahun ke tahun walaupun ada kegagalan, kemalangan dan hambatan dalam prosesnya. Penelitian yang dilakukan oleh Eskreis-Winkler, Shulman, Beal dan Duckworth (2014) membuktikan secara empirik bahwa grit mampu memprediksi turnover bahkan melebihi prediktor lainnya. Penelitian yang dilakukan pada empat konteks yang berbeda memberikan hasil yang positif, seperti prajurit yang memiliki level grit yang lebih tinggi akan lebih mampu menyelesaikan pelatihan army special operations forces (ARSOF), karyawan penjualan dengan level grit yang lebih tinggi akan lebih mampu bertahan dalam pekerjaan saat ini, pelajar dengan level grit yang lebih tinggi akan lebih mampu lulus sekolah dengan lebih baik dan laki-laki dengan level grit yang lebih tinggi akan lebih mampu bertahan dalam sebuah pernikahan. Baik dilihat dari sifat kepribadian terkait kesungguhan individu maupun karakter lain seperti kontrol diri, impulsif yang rendah dan disiplin, grit menunjukan hubungan yang positif dengan kesuksesan (Poropat, 2009; Valiente, Lemer-Chalfant, Swanson & Reiser, 2008; Valiente, Lemer-Chalfant & Swanson, 2010). Mendukung hal ini, Reed, Pritschet dan Cutton (2012) melakukan penelitian dimana terdapat hubungan positif antara grit, Big Five Inventory Conscientiousness dan tahapan transtheoritical model (TTM) dimana grit berperan lebih besar dalam memprediksi level TTM. TTM sendiri terdiri dari

5 5 pemikiran awal, pemikiran lanjutan, persiapan, aksi dan pemeliharaan dalam melakukan aktivitas tertentu. Definisi grit sendiri berbeda dengan beberapa konstruk psikologis lainnya, seperti perseverance, resiliensi, hardiness, ambisi dan kebutuhan akan pencapaian. Perseverance lebih terkait ketabahan dan ketekunan dalam mencapai tujuan yang walaupun dihadapkan pada tantangan, masalah dan kebingungan, sedangkan grit diargumentasikan sebagai karakter dari perseverance itu sendiri. Grit memungkinkan individu untuk tekun dan gigih dalam mencapai tujuan meskipun dengan tantangan yang panjang (Duckworth, et al., 2007). Resiliensi didefiniskan sebagai proses dimana individu mampu menghadapi situasi kemalangan yang biasanya dalam bentuk perubahan situasi dalam kehidupan atau kesulitan dalam lingkungan pribadi. Resiliensi dikonseptualisasikan sebagai suatu bentuk adaptasi terhadap perubahan situasi yang menantang (Luthar, Doernberger & Zigler, 1993, dalam Rutter, Giller & Hagell, 1998). Disisi lain, grit lebih fokus pada mempertahankan fokus pencapaian tujuan dalam waktu yang lama dan seringkali menghadapi tantangan tetapi tidak bersifat kejadian yang kritis. (Duckworth, et al., 2007). Grit dikonsepkan sebagai suatu karakter, sedangkan resiliensi sebagai suatu proses yang dinamis. Hardiness didefinisikan sebagai kemampuan individu untuk bertahan dalam menghadapi situasi yang sulit dan tidak merujuk pada pencapaian tujuan jangka panjang tetapi lebih pada tujuan yang lebih spesifik. Model teoritis hardiness digunakan sebagai alat untuk mengembangkan resiliensi (Maddi, 2006).

6 6 Ambisi secara umum didefinisikan sebagai keinginan untuk mendapatkan kekuasaan atau superioritas terhadap pencapaian mereka. Berbeda dengan grit, individu dengan grit yang baik tidak mencari ketenaran atau pengakuan eksternal terhadap pencapaian mereka (Maltby, Giles, Gillett, Quick, Langcaster-James & Linley, 2008). Kebutuhan akan pencapaian ( need for achievement) didefinisikan sebagai dorongan untuk mencapai tujuan sehingga individu mampu mendapatkan hasil atay umpan balik yang cepat. Individu dengan grit yang baik akan menentukan tujuan jangka panjang yang sulit untuk dicapai dan tidak ragu-ragu untuk mencapai tujuan ini walaupun tidak mendapatkan umpan balik apapun (McClelland, dalam Phillips & Gully, 1997). Duckworth, dkk. (2007) memberikan penjelasan awal bahwa grit terkadang saling tumpang tindih dengan aspek kesuksesan yang didasarkan pada ketekunan seseorang dalam mencapai tujuan, tetapi berbeda dalam hal stamina jangka panjang dibandingkan intensitas jangka pendek. Individu dengan grit yang baik tidak hanya menyelesaikan pekerjaan saat ini saja tetapi berusaha mencapai tujuan lebih besar dalam jangka waktu yang lama, serta adanya kontrol diri dalam menjaga konsistensi tujuan dan minat. Penelitian yang dilakukan oleh Eskreis-Winkler, dkk. (2014), grit menunjukan stamina yang ekstrem dalam hal ketertarikan tertentu dan menerapkan usaha terhadap ketertarikan tersebut. Grit tidak hanya mengenai bekerja dengan keras terhadap suatu tugas tertentu, tetapi lebih pada bekerja secara tekun terhadap suatu tujuan yang lebih tinggi dalam waktu yang relatif lebih lama. Duckworth, Kirby, Tsukayama, Berstein dan Ericson (2011) menguji secara empirik bahwa peserta dengan grit yang lebih tinggi pada kompetisi national

7 7 spelling bee akan memiliki jumlah jam kumulatif latihan yang lebih banyak dan pada akhirnya mampu mendukung sepenuhnya terhadap peringkat akhir kompetisi. Vallerand, Houlfort dan Forest (2014) melakukan penelitian terkait identifikasikan beberapa hal yang mampu menjadi prediktor proses latihan yang lebih baik dan dilakukan dengan sengaja yang mampu berdampak pada prestasi, dan didalamnya termasuk grit. Ericson dan Charness (dalam Duckworth & Gross, 2014) mendukung hal ini dengan menyatakan banyak penelitian membuktikan kebanyakan ahli di bermacam-macam area melakukan latihan ekstrem dengan sengaja selama berjam-jam sebagai prasyarat dari tercapainya keahlian kelas dunia. Karakter positif karyawan dipengaruhi oleh beberapa faktor yang dibuktikan melalui beberapa penelitian, seperti kepemimpinan otentik ( Tansley & Newell, 2006; Novicevic, Harvey, Buckley, Brown & Evans, 2006; Jensen & Luthans, 2006; Clapp-Smith, Volgelsang & Avey, 2009; Wolley, Caza & Levy, 2011; Hsiung, 2011; Searle & Barbuto, 2013; Nikpay, Siadat, Hoveida & Nilfrooshan, 2014; Onorato & Zhu, 2014; Dawkins, Martin, Scott & Sanderson, 2015), wellbeing (Luthans, Youssef, Sweetman & Harms, 2011), appeciative inquiry (Varleysen, Lambrechts & Van Acker, 2015) dan self-esteem yang baik (Avey, 2014). Penjelasan diatas menunjukan bahwa salah satu faktor organisasi yang mempengaruhi karakter positif karyawan adalah dari sisi kepemimpinan otentik yang diterapkan oleh perusahaan. Dari sisi perusahaan, dibutuhkan adanya strategi yang tepat terkait konsep kepemimpinan (dalam hal ini kepemimpinan otentik) yang menjadi langkah penyelarasan tujuan antara perusahaan dengan individu/karyawan melalui peranan pemimpin perusahaan yang efektif. Peranan

8 8 kepemimpinan menjadi sangat penting karena berkaitan langsung dengan proses pendayagunaan karyawan sebagai aset perusahaan. Secara umum, Yukl (2010) menyatakan bahwa walau terdapat banyak pengertian dari kepemimpinan, tetapi kebanyakan definisi kepemimpinan merefleksikan penerimaan yang melibatkan proses dimana pengaruh diberikan dengan tujuan tertentu terhadap orang lain sehingga mendorong orang lain untuk dibimbing, disusun dan difasilitasi dengan aktivitas dan hubungan dalam kelompok atau organisasi. Penelitian yang dilakukan oleh Linley dan Joseph (2004) membuktikan bahwa pola kepemimpinan akan berpengaruh terhadap tingkat kesejahteraan para pengikutnya dengan beberapa faktor yang harus diperhatikan, yaitu tingkat self-efficacy bawahan, kepercayaan terhadap manajemen perusahaan, kebermaknaan kerja dan identitas pekerjaan dan organisasi yang baik. Secara spesifik, Walumbwa, Avolio, Gardner, Wernsing dan Peterson (2008) mendefinisikan kepemimpinan otentik sebagai pola tingkah laku pemimpin yang mengacu dan menunjukan kemampuan psikologis dan sikap etis yang positif untuk mengembangkan kesadaran diri yang lebih baik, internalisasi perspektif moral diri, mengolah informasi secara seimbang dan keterbukaan relasi sebagai bagian dari hubungan pemimpin ketika bekerja dengan bawahan yang menumbuhkan perkembangan pribadi yang positif. Definisi tersebut memunculkan adanya empat aspek utama dalam kepemimpinan otentik yaitu kesadaran diri ( self-awareness), internalisasi perspektif moral diri ( internalized morale perspective), pengolahan informasi yang seimbang (balanced processing of information) dan transparansi relasi pemimpin dan pengikut ( relational transparency).

9 9 Kepemimpinan otentik terkadang memiliki persamaan dengan gaya kepemimpinan yang lain, tetapi setiap gaya kepemimpinan pastinya memiliki karakteristik masing-masing yang membedakan satu dengan yang lain. Berikut ini adalah perbandingan antara kepemimpinan otentik dengan gaya kepemimpinan yang lain:

10 10 Tabel 1. Perbandingan Gaya Kepemimpinan (Yukl, 2010) Kepemimpinan Otentik Konsistensi antara kata-kata, perbuatan dan nilai Bersifat direktif maupun partisipatif Menekankan adanya regulasi diri dan proses mempengaruhi interpersonal Memiliki identifikasi personal, identifikasi sosial, pengaruh emosional dan pertukaran sosial Kepemimpinan Transformasional Mempengaruhi secara ideal Memiliki pertimbangan terhadap individu Menekankan motivasi menginsipirasi pada yang Adanya stimulasi dari intelektual dari pemimpin Kepemimpinan Melayani Adanya pemeliharaan, pengembangan dan melindungi pengikut Fokus pada empowerment dan bukan pada dominasi kekuatan Fokus pada cara melayani kebutuhan dari pengikut Mendengarkan, mempelajari aspirasi dan saling berbagi Mempertahankan apa yang baik dan tidak baik walau terkadang bertentangan dengan kepentingan organisasi yang bersifat finansial Perbandingan diatas semakin menegaskan bahwa kepemimpinan otentik lebih menekankan pada konsisten nilai yang dimiliki oleh pemimpin. Nilai-nilai yang dimiliki oleh pemimpin menjadi satu hal yang utama karena akan menjadi dasar dalam proses penerapan kepimpinan yang konsisten dengan nilai-nilai pemimpin tersebut. Secara spesifik, terdapat banyak penelitian empirik mengenai dampak kepemimpinan otentik terhadap karakter positif karyawan. Novicevic, Harvey, Buckley, Brown dan Evans (2006) menyatakan bahwa pemimpin yang berhasil

11 11 menghadapi tantangan dan tanggung jawab dengan tekanan dan konflik akan mampu menerapkan kepemimpinan otentik serta tidak hanya memiliki regulasi diri yang positif dan pengembangan diri yang positif dengan orang lain dalam organisasi, tetapi juga meningkatkan transparansi, kepercayaan dan iklim yang terbuka. Woolley, Caza dan Levy (2011) menyatakan bahwa pemimpin yang diterima sebagai pemimpin otentik akan berkontribusi terhadap iklim kerja yang baik dalam organisasi dan para bawahan yang berada dalam iklim kerja yang positif akan memiliki karakter karyawan yang lebih baik. Penelitian terbaru menyatakan bahwa kepemimpinan otentik menjadi salah satu prediktor tingginya karakter psikologis dan dinamika tim yang baik (Dawkins, Martin, Scott & Sanderson (2015); Nikpay, Si adat, Hoveida & Nilfrooshan (2014) & Jensen & Luthans (2006)). Peranan kepemimpinan otentik terhadap karakter positif karyawan ( grit) dapat berfungsi secara tidak langsung. Hal ini dijelaskan lebih lanjut bahwa pemimpin yang otentik akan mengenal betul diri mereka sendiri, sangat memahami keyakinan dan nilai yang dianutnya, serta bertindak berdasarkan nilai dan keyakinan tersebut secara terbuka dan jujur. Para pengikutnya akan memandangnya sebagai pemimpin yang etis. Pada akhirnya, kualitas utama yang dihasilkan oleh kepemimpinan yang otentik adakah kepercayaan (Robbins & Judge, 2011). Kepercayaan terhadap pemimpin atau perusahaan ini yang nantinya akan berperan terhadap peningkatan grit karyawan sebagai salah satu karakter positif dalam bekerja. Kepercayaan terhadap perusahaan adalah elemen yang paling penting bagi organisasi untuk bertahan dan berkembang (Seok & Chiew, 2013). Karyawan yang mempercayai perusahaan akan bertahan untuk bekerja di

12 12 perusahaan yang sama dalam jangka waktu yang lebih lama, memberikan usaha yang lebih baik dan lebih berkomitmen terhadap perusahaan tersebut. Mayer dan Davis (1999) menyatakan bahwa kepercayaan yang diberikan oleh karyawan adalah elemen yang sangat penting dan akan berpengaruh besar terhadap efisiensi, produktivitas dan kinerja perusahaan. Robbins dan Judge (2011) menyatakan definisi kepercayaan sebagai ekspektasi atau pengharapan positif bahwa orang lain tidak akan melalui kata-kata, tindakan, dan kebijakan- akan bertindak secara oportunistik. Ahli lain yaitu Rousseau, Sitkin, Burt, dan Camerer (1998) memahami bahwa kepercayaan sebagai pernyataan psikologis terhadap penerimaan resiko yang didasarkan pada harapan terhadap intensi dan perilaku dari pemimpin. Beberapa penelitian mengenai kepercayaan, seperti dalam penelitian yang dilakukan oleh Clapp-Smith, Vogelgesang dan Avey (2009) membuktikan secara empirik bahwa kepercayaan terhadap manajemen ditemukan mampu memediasi hubungan antara perilaku psikologis dan kinerja dan secara sebagian juga mampu menjadi mediator dari kepemimpinan otentik dan kinerja. Noteboom dan Six (2003) menyatakan bahwa baik kepemimpinan transformasional maupun inspirasional mampu mengembangkan rasa percaya bawahan terhadap pemimpin, kepercayaan terhadap pemimpin, dan persepsi trustworthiness terhadap manajemen. Berdasarkan definisi kepercayaan dan penelitian empirik diatas, maka dapat disimpulkan bahwa kepercayaan terhadap perusahaan merupakan dampak yang terbentuk melalui suatu proses yang diawali oleh adanya kondisi tertentu yang diharus dipenuhi terlebih dahulu. Penelitian membuktikan bahwa kepercayaan terhadap perusahaan terbentuk diawali dari adanya keterpercayaan

13 13 (trustworthiness) perusahaan yang di persepsi oleh karyawan (Seok & Chiew, 2013), sehingga keterpercayaan merupakan antesenden dari kepercayaan itu sendiri. Hal ini dikuatkan oleh adanya beberapa hasil penelitian empirik yang pernah dilakukan sebelumnya. Beberapa studi membuktikan bahwa kepercayaan dalam organisasi akan meningkat berdasarkan tingkat trustworthiness yang dipersepsi oleh karyawan dibandingkan dorongan situasional saja (Kruglanski, Malhotra & Murnigha, dalam Seok & Chiew, 2013). Penelitian lain oleh Barber; Kramer; Schoorman dkk. (dalam Seok & Chiew, 2013) membuktikan bahwa kepercayaan terhadap organisasi didorong kuat oleh adanya kelayakan atau keterpercayaan organisasi ( trustworthiness) untuk dipercaya. Selanjutnya, penelitian oleh Onorato dan Zhu (2014) m embuktikan bahwa karyawan dengan trustworthiness yang baik terhadap pemimpin yang otentik akan memiliki kepercayaan yang lebih baik terhadap perusahaan. Peranan keterpercayaan (trustworthiness) terhadap karakter positif karyawan secara empirik juga dibuktikan oleh penelitian yang dilakukan oleh Cho & Perry (2012) dimana keterpercayaan terhadap perusahaan mampu meningkatkan level motivasi intrinsik pada kepuasan kerja karyawan. Weibel (2007) menyatakan bahwa kepercayaan dan konsep keterpercayaan ( trustworthiness) dibedakan. Keterpercayaan ( trustworthiness) berarti layak untuk dipercaya atau jaminan untuk dipercaya. Karyawan mendasarkan kepercayaannya terhadap penilaian akan kelayakan perusahaan untuk dipercaya ( trustworthiness). Aspek dari keterpercayaan ( trustworthiness) menurut Mayer, Davis dan Schoorman (1995) terdiri dari:

14 14 1) Kemampuan ( ability) yaitu persepsi karyawan akan adanya kemampuan dan kompetensi yang memadai dari perusahaan untuk mencapai kesuksesan. 2) Kebajikan ( benevolence) yaitu persepsi karyawan dimana perusahaan dipercaya akan melakukan hal yang baik pada karyawan, terlepas dari motif egosentris 3) Integritas (i ntegrity) yaitu persepsi karyawan akan penerimaan nilai perusahaan yang dapat diterima oleh karyawan. Penelitian yang lebih spesifik mengenai keterpercayaan ( trustworthiness) menghasilkan beberapa hasil empirik yang mengindikasikan keterpercayaan sebagai mediator variabel lain. Kim & Kuo (2015) membuktikan secara empirik bahwa keterpercayaan ( trustworthiness) sangat penting dalam proses coaching atasan terhadap bawahan karena keterpercayaan memediasi secara kuat hubungan antara kemampuan coaching atasan dengan perilaku kerja karyawan. Peranan keterpercayaan sebagai mediator juga terbukti pada penelitian yang dilakukan oleh Kim, Lee, Murrmann & George, (2012) yang membuktikan secara empirik bahwa empowerment mampu meningkatkan komitmen karyawan dengan dimediasi oleh keterpercayaan manajemen perusahaan. Penelitian berikutnya oleh Chou, Wang, Wang, Huang & Cheng (2008) membuktikan bahwa keterpercayaan mampu memediasi hubungan antara kesamaan nilai kerja (shared work value) terhadap kinerja anggota dalam tim. Penelitian yang terakhir oleh Cremer (2004) membuktikan bahwa keakuratan prosedur dan ketidakbiasan pemimpin akan mampu berperan dalam penerapan keadilan yang dimediasi oleh keterpercayaan.

15 15 Berdasarkan seluruh kajian teoritis dan empiris yang telah di jelaskan sebelumnya, maka diperoleh gambaran umum mengenai keterkaitan beberapa hal penting yang akan diteliti. Salah satu faktor yang mendukung pencapaian tujuan jangka panjang perusahaan adalah karyawan yang memiliki karakter positif yang mendukung, dalam hal ini adalah tingkat grit yang tinggi yang diindikasikan dengan adanya ketekunan ( perseverance) dan keinginan besar untuk mencapai tujuan jangka panjang dengan gigih (D uckworth, Peterson, Matthews & Kelly, 2007). Perusahaan hendaknya memberikan lingkungan kerja kondusif bagi karyawan sehingga mampu memiliki tingkat grit yang baik, maka peranan perusahaan melalui penerapan pola kepemimpinan yang otentik yang memiliki kekuatan dalam hal konsistensi dalam perkataan, aksi dan nilai yang diterapkan oleh pemimpin akan semakin mendukung terciptanya iklim kerja yang baik (Wolley, Caza & Levy, 2011). Pada akhirnya kualitas kepemimpinan otentik yang baik akan tercermin dari terciptanya keterpercayaan ( trustworthiness) karyawan terhadap perusahaan yang akan membantu perusahaan untuk mencapai tujuan jangka panjang yang sudah ditetapkan (Kim & Kuo, 2015). Keterpercayaan perusahaan merupakan suatu hal yang sangat penting tidak hanya bagi karyawan yang bekerja di dalam perusahaan, juga bagi pihak eksternal yang berkaitan langsung dengan perusahaan. Keterpercayaan ini mampu dibangun melalui proses pengelolaan sumber daya yang optimal dan praktek bisnis yang mampu mendukung peningkatan kinerja perusahaan yang sesuai dengan harapan dan pada akhirnya mampu meningkatkan karakter positif (dalam hal ini grit) yang dimiliki oleh karyawan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Work Engagement BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1.1. Pengertian Work Engagement Menurut Macey & Scheneider (2008), engagement yakni rasa seseorang terhadap tujuan dan energi yang terfokus, memperlihatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. proses pembelajaran yang merupakan inti dari kegiatan sekolah.

BAB I PENDAHULUAN. proses pembelajaran yang merupakan inti dari kegiatan sekolah. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sumber daya manusia adalah aset organisasi yang paling berharga (Shah, 2012), karena tanpa sumber daya manusia yang berkualitas maka organisasi tidak akan bertahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Salah satu sumber daya penentu keberhasilan pendidikan di sekolah adalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Salah satu sumber daya penentu keberhasilan pendidikan di sekolah adalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu sumber daya penentu keberhasilan pendidikan di sekolah adalah kepala sekolah. Oleh karena itu, kompetensi dan kapabilitas kepala sekolah harus memadai

Lebih terperinci

yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna

yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna 2 yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna (promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif) yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan unit gawat darurat. Tenaga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Inovasi merupakan salah satu hal yang harus selalu dilakukan untuk mengembangkan organisasi menjadi lebih baik, tidak terkecuali pada organisasi non profit seperti

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Efektivitas Kinerja. sesuatu yang tepat ( Stoner, 1996). Menurut Yukl (1994) efektivitas diartikan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Efektivitas Kinerja. sesuatu yang tepat ( Stoner, 1996). Menurut Yukl (1994) efektivitas diartikan BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Efektivitas Kinerja 1. Pengertian Efektivitas (efectiveness) secara umum dapat diartikan melakukan sesuatu yang tepat ( Stoner, 1996). Menurut Yukl (1994) efektivitas diartikan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. dengan referensi pada sejumlah standar seperti biaya-biaya masa lalu atau yang

BAB II LANDASAN TEORI. dengan referensi pada sejumlah standar seperti biaya-biaya masa lalu atau yang BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Kinerja Kinerja menurut Soetjipto (1997) merupakan suatu istilah secara umum yang digunakan untuk sebagian atau seluruh tindakan atau aktivitas dari suatu organisasi pada suatu

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. niversitas Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. niversitas Indonesia 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan Industri keuangan syariah di tanah air semakin mendapat tempat di masyarakat. Sejak beroperasi di tahun 1999, sejumlah bank syariah memperlihatkan prestasi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. tengah persaingan dan lingkungan bisnis yang dinamis serta menciptakan

BAB 1 PENDAHULUAN. tengah persaingan dan lingkungan bisnis yang dinamis serta menciptakan 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hampir semua organisasi menyadari bahwa dalam iklim kompetitif saat ini, inovasi menjadi salah satu kunci sukses untuk mempertahankan eksistensinya di tengah persaingan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Motivasi Terbentuknya persepsi positif pekerja terhadap organisasi, secara teoritis merupakan determinan penting terbentuknya motivasi kerja yang tinggi. Para pekerja adalah manusia

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. begitu ketat, menuntut perusahaan untuk terus membenahi diri melalui pengembangan

BAB 1 PENDAHULUAN. begitu ketat, menuntut perusahaan untuk terus membenahi diri melalui pengembangan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan zaman yang semakin pesat mengakibatkan perusahaan terus bertambah, sehingga persaingan antar perusahaan tidak dapat dihindari. Melihat iklim persaingan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diri (Sunarto, 2004). Hal ini disebabkan karena dunia kerja sekarang telah

BAB I PENDAHULUAN. diri (Sunarto, 2004). Hal ini disebabkan karena dunia kerja sekarang telah BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Dewasa ini makin banyak organisasi menghadapi suatu lingkungan yang dinamis dan berubah yang selanjutnya menuntut agar organisasi itu menyesuaikan diri (Sunarto,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah. Organisasi adalah sarana atau alat dalam pencapaian tujuan, sebagai wadah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah. Organisasi adalah sarana atau alat dalam pencapaian tujuan, sebagai wadah BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah Organisasi adalah sarana atau alat dalam pencapaian tujuan, sebagai wadah (wahana) kegiatan dari orang-orang yang bekerja sama dalam usahanya mencapai tujuan.tujuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. organisasi. Jika seorang pemimpin berusaha untuk mempengaruhi perilaku

BAB I PENDAHULUAN. organisasi. Jika seorang pemimpin berusaha untuk mempengaruhi perilaku BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Semua perusahaan pasti memerlukan manajemen yang berkaitan dengan usaha mencapai tujuan tertentu bagi perusahaan tersebut. Berhasil atau tidaknya suatu organisasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahannya berbentuk Republik dengan kehadiran berbagai lembaga

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahannya berbentuk Republik dengan kehadiran berbagai lembaga BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sejak awal Indonesia menyatakan dirinya sebagai negara demokrasi sebagaimana terlihat dalam pembukaan Undang Undang Dasar 1945, dimana pemerintahannya berbentuk Republik

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Ketika seorang individu bekerja pada suatu organisasi, instansi ataupun

BAB 1 PENDAHULUAN. Ketika seorang individu bekerja pada suatu organisasi, instansi ataupun 3 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ketika seorang individu bekerja pada suatu organisasi, instansi ataupun perusahaan maka hasil kerja yang ia selesaikan akan mempengaruhi terhadap tingkat produktivitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Di era globalisasi dewasa ini, sebuah perusahaan bertaraf nasional maupun

BAB I PENDAHULUAN. Di era globalisasi dewasa ini, sebuah perusahaan bertaraf nasional maupun BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di era globalisasi dewasa ini, sebuah perusahaan bertaraf nasional maupun internasional harus bekerja secara kompetitif dengan meningkatkan efektifitas dan efisiensi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkebunan tercatat sebagai sektor yang memiliki kontribusi besar

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkebunan tercatat sebagai sektor yang memiliki kontribusi besar BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkebunan tercatat sebagai sektor yang memiliki kontribusi besar terhadap peningkatan pendapatan Indonesia. Kementerian Pertanian menyatakan bahwa pada tahun

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. Universitas Indonesia

1. PENDAHULUAN. Universitas Indonesia 1 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perusahaan ritel (eceran) merupakan bagian yang penting dalam kehidupan perokonomian suatu negara, terutama dalam proses distribusi barang dan jasa dari produsen ke

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dunia telah memasuki era perubahan dan transformasi yang sangat cepat.

BAB I PENDAHULUAN. Dunia telah memasuki era perubahan dan transformasi yang sangat cepat. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dunia telah memasuki era perubahan dan transformasi yang sangat cepat. Hal tersebut ditandai dengan adanya perkembangan dan perubahan budaya sosial, meningkatnya persaingan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kemampuannya mewujudkan organisasi yang profesional, efektif, efisien,

BAB I PENDAHULUAN. kemampuannya mewujudkan organisasi yang profesional, efektif, efisien, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Mahkamah Agung (MA) saat ini tengah menghadapi suatu perubahan lingkungan seperti yang tersurat dalam Cetak Biru Pembaharuan Peradilan tahun 2010-2035. MA sebagai salah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berbagai sumberdaya dan kapabilitas organisasinya (Baron & Kreps, 1999).

BAB I PENDAHULUAN. berbagai sumberdaya dan kapabilitas organisasinya (Baron & Kreps, 1999). BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dinamika yang terjadi pada lingkungan eksternal menuntut organisasi untuk terus bertahan di tengah iklim yang kompetitif. Organisasi harus mampu bergerak maju menyesuaikan

Lebih terperinci

untuk dapat terus mempertahankan kualitas kinerjanya. Perkembangan zaman juga menyebabkan persaingan antar perusahaan semakin ketat.

untuk dapat terus mempertahankan kualitas kinerjanya. Perkembangan zaman juga menyebabkan persaingan antar perusahaan semakin ketat. Perubahan zaman yang semakin berkembang menuntut perusahaanperusahaan untuk dapat terus mempertahankan kualitas kinerjanya. Perkembangan zaman juga menyebabkan persaingan antar perusahaan semakin ketat.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. organisasi dan kelangsungan hidup organisasi. Peran kepemimpinan yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. organisasi dan kelangsungan hidup organisasi. Peran kepemimpinan yang sangat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Gaya kepemimpinan suatu organisasi merupakan salah satu faktor lingkungan intern yang sangat jelas mempunyai pengaruh terhadap perumusan kebijaksanaan dan penentuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dilandasi kesetian dan ketaatan kepada Pancasila dan Undang-undang Dasar. meningkatkan kualitas dari sumber daya manusia.

BAB I PENDAHULUAN. dilandasi kesetian dan ketaatan kepada Pancasila dan Undang-undang Dasar. meningkatkan kualitas dari sumber daya manusia. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kedudukan dan peranan Pegawai Negeri Sipil sebagai unsur aparatur Negara yang bertugas sebagai abdi masyarakat haruslah menyelenggarakan pelayanan secara adil

Lebih terperinci

BAB II URAIAN TEORITIS

BAB II URAIAN TEORITIS BAB II URAIAN TEORITIS A. Penelitian Terdahulu Hasil penelitian dari Scapinello (1989) menunjukkan bahwa seseorang dengan tingkat kebutuhan akan prestasi yang tinggi kurang dapat menerima kegagalan daripada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dasawarsa terakhir ini, ternyata belum sepenuhnya mampu menjawab. kebutuhan dan tantangan nasional dan global dewasa ini.

BAB I PENDAHULUAN. dasawarsa terakhir ini, ternyata belum sepenuhnya mampu menjawab. kebutuhan dan tantangan nasional dan global dewasa ini. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sistem pendidikan nasional yang telah dibangun selama tiga dasawarsa terakhir ini, ternyata belum sepenuhnya mampu menjawab kebutuhan dan tantangan nasional

Lebih terperinci

adalah bagian dari komitmen seorang kepala sekolah.

adalah bagian dari komitmen seorang kepala sekolah. BAB V KESIMPULAN, ILPIKASI, DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan Dari hasil perhitungan pada Bab IV penelitian ini diperoleh kesimpulan sebagai berikut: Kepemimpinan kepala sekolah harus didukung oleh nilai-nilai

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI KARYAWAN TERHADAP PROGRAM KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA DENGAN KEPUASAN KERJA KARYAWAN

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI KARYAWAN TERHADAP PROGRAM KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA DENGAN KEPUASAN KERJA KARYAWAN HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI KARYAWAN TERHADAP PROGRAM KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA DENGAN KEPUASAN KERJA KARYAWAN Skripsi Untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam mencapai derajat sarjana S-1 Diajukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Tujuan pembangunan Indonesia adalah mewujudkan visi pembangunan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Tujuan pembangunan Indonesia adalah mewujudkan visi pembangunan 1 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Tujuan pembangunan Indonesia adalah mewujudkan visi pembangunan Indonesia jangka panjang yaitu Indonesia yang maju dan mandiri, adil dan demokratis, serta

Lebih terperinci

Psikologi Industri & Organisasi

Psikologi Industri & Organisasi Modul ke: Psikologi Industri & Organisasi Motivasi Kerja, Kepuasan Kerja, Kepemimpinan Fakultas PSIKOLOGI Irfan Aulia, M.Psi. Psi Program Studi Psikologi www.mercubuana.ac.id Modul 4 Abstract Mahasiswa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era globalisasi, isu yang paling banyak dikembangkan adalah isu

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era globalisasi, isu yang paling banyak dikembangkan adalah isu BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Dalam era globalisasi, isu yang paling banyak dikembangkan adalah isu persaingan global dimana terjadi persaingan bebas yang tidak ada lagi batasannya dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. didalamnya, dan prestasi akhir itulah yang dikenal dengan performance atau

BAB I PENDAHULUAN. didalamnya, dan prestasi akhir itulah yang dikenal dengan performance atau BAB I PENDAHULUAN Latar belakang Masalah Kekuatan setiap organisasi terletak pada sumber daya manusia, sehingga prestasi organisasi tidak terlepas dari prestasi setiap individu yang terlibat didalamnya,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dekade terakhir (Jaussi & Dionne, 2003; Joo, McLean, & Yang, 2013). Fokus

BAB I PENDAHULUAN. dekade terakhir (Jaussi & Dionne, 2003; Joo, McLean, & Yang, 2013). Fokus BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Studi Kreativitas menjadi topik yang hangat dan agenda penting dalam dua dekade terakhir (Jaussi & Dionne, 2003; Joo, McLean, & Yang, 2013). Fokus terhadap kreativitas

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Teori Hierarki Kebutuhan Terdapat berbagai macam teori motivasi, salah satu teori motivasi yang umum dan banyak digunakan adalah Teori Hierarki Kebutuhan. Teori

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Emosi tidak dapat dipisahkan dari kegiatan sehari-hari setiap individu,

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Emosi tidak dapat dipisahkan dari kegiatan sehari-hari setiap individu, BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Emosi tidak dapat dipisahkan dari kegiatan sehari-hari setiap individu, terutama dalam interaksi sosial. Dalam organisasi, peran dan konsekuensi emosi serta afektif

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. berbeda. Cara pertama diajukan oleh Mowday, Porter, dan Steers, 1982;

BAB II LANDASAN TEORI. berbeda. Cara pertama diajukan oleh Mowday, Porter, dan Steers, 1982; BAB II LANDASAN TEORI A. Komitmen Organisasi 1. Pengertian Komitmen Organisasi Komitmen organisasi dapat didefenisikan dengan dua cara yang amat berbeda. Cara pertama diajukan oleh Mowday, Porter, dan

Lebih terperinci

2. TINJAUAN PUSTAKA. Universitas Indonesia

2. TINJAUAN PUSTAKA. Universitas Indonesia 10 2. TINJAUAN PUSTAKA Bab ini mengulas tentang pelbagai teori dan literatur yang dipergunakan dalam penelitian ini. Adapun teori-teori tersebut adalah tentang perubahan organisasi (organizational change)

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Organizational Citizenship Behavior. Menurut Organ, Podsakoff, & MacKinzie (2006), organizational

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Organizational Citizenship Behavior. Menurut Organ, Podsakoff, & MacKinzie (2006), organizational BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Organizational Citizenship Behavior 2.1.1. Pengertian Organizational Citizenship Behavior Menurut Organ, Podsakoff, & MacKinzie (2006), organizational citizenship behavior

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Mahkamah Agung sebagai salah satu lembaga tinggi negara yang membawahi

BAB I PENDAHULUAN. Mahkamah Agung sebagai salah satu lembaga tinggi negara yang membawahi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Mahkamah Agung sebagai salah satu lembaga tinggi negara yang membawahi empat badan peradilan memiliki peranan yang penting di masyarakat. Dengan banyaknya

Lebih terperinci

PENGARUH ANTARA KEMAMPUAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL DAN KEMAMPUAN MENJUAL ADAPTIF TERHADAP PRESTASI PENJUALAN. Skripsi

PENGARUH ANTARA KEMAMPUAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL DAN KEMAMPUAN MENJUAL ADAPTIF TERHADAP PRESTASI PENJUALAN. Skripsi PENGARUH ANTARA KEMAMPUAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL DAN KEMAMPUAN MENJUAL ADAPTIF TERHADAP PRESTASI PENJUALAN Skripsi Untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam mencapai derajat Sarjana S-1 Diajukan oleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. sebagai Non Goverment Organization dan seterusnya disebut sebagai NGO mulai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. sebagai Non Goverment Organization dan seterusnya disebut sebagai NGO mulai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada awal abad ke 20 istilah organisasi non pemerintah atau disebut sebagai Non Goverment Organization dan seterusnya disebut sebagai NGO mulai digunakan untuk membedakan

Lebih terperinci

dapat memuaskan baik bagi perusahaan maupun bagi individu itu sendiri. Kekhawatiran individu akan hasil yang ada akan sangat mempengaruhi performansi

dapat memuaskan baik bagi perusahaan maupun bagi individu itu sendiri. Kekhawatiran individu akan hasil yang ada akan sangat mempengaruhi performansi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Individu yang bekerja pada suatu organisasi atau perusahaan menginginkan keberhasilan dalam tugas yang dikerjakannya dan hasil dari pekerjaannya tersebut dapat

Lebih terperinci

BAB 2 KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS

BAB 2 KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS 7 BAB 2 KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Manajemen Sumber Daya Manusia Sumber daya manusia sebagai salah satu unsur dalam organisasi dapat diartikan sebagai manusia

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Robert K Merton menulis beberapa pernyataan penting tentang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Robert K Merton menulis beberapa pernyataan penting tentang BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Struktural Fungsional Robert K Merton menulis beberapa pernyataan penting tentang fungsionalisme struktural dalam sosiologi (Sztompka, 2000;Tiryakin, 1991). Merton menjelaskan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Flow Akademik 1. Definisi Flow Akademik Menurut Bakker (2005), flow adalah suatu keadaan sadar dimana individu menjadi benar-benar tenggelam dalam suatu kegiatan, dan menikmatinya

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 8 BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Gaya Kepemimpinan Fungsi kepemimpinan dalam suatu organisasi, tidak dapat dibantah merupakan suatu fungsi yang sangat penting bagi keberadaan dan kemajuan organisasi yang bersangkutan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kompetisi lingkungan bisnis terkini tengah membutuhkan sumber daya manusia

BAB I PENDAHULUAN. Kompetisi lingkungan bisnis terkini tengah membutuhkan sumber daya manusia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kompetisi lingkungan bisnis terkini tengah membutuhkan sumber daya manusia handal yang menguasai lingkup kompetensi kerja secara profesional. Hal tersebut diperlukan

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. hasil analisis yang telah dilakukan, simpulan yang dapat ditarik dari penelitian ini

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. hasil analisis yang telah dilakukan, simpulan yang dapat ditarik dari penelitian ini BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1. Simpulan Berdasarkan teori-teori yang ada, hasil-hasil penelitian sebelumnya, dan hasil analisis yang telah dilakukan, simpulan yang dapat ditarik dari penelitian ini adalah:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. aset perusahaan yang bernapas atau hidup disamping aset aset lain

BAB I PENDAHULUAN. aset perusahaan yang bernapas atau hidup disamping aset aset lain 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karyawan atau sumber daya manusia ( SDM ) merupakan satu-satunya aset perusahaan yang bernapas atau hidup disamping aset aset lain yang tidak bernapas atau bersifat

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS. Menurut Terry (2006), manajemen adalah sebuah proses yang melibatkan

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS. Menurut Terry (2006), manajemen adalah sebuah proses yang melibatkan BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Manajemen 2.1.1.1 Definisi Manajemen Menurut Terry (2006), manajemen adalah sebuah proses yang melibatkan pengarahan suatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Berawal dari Krisis ekonomi Amerika Serikat akhir tahun 2008,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Berawal dari Krisis ekonomi Amerika Serikat akhir tahun 2008, 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Berawal dari Krisis ekonomi Amerika Serikat akhir tahun 2008, mengakibatkan krisis global yang berdampak pula pada Indonesia. Krisis ekonomi global di Indonesia

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. berbagai pengaruh lingkungan seperti lingkungan psikologis, pengaruh sosial,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. berbagai pengaruh lingkungan seperti lingkungan psikologis, pengaruh sosial, BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Iklim Organisasi 2.1.1. Definisi Iklim Organisasi Awalnya, iklim organisasi adalah istilah yang digunakan merujuk kepada berbagai pengaruh lingkungan seperti lingkungan psikologis,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kankan Sopyan, 2016

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kankan Sopyan, 2016 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sumber daya manusia merupakan aset terpenting organisasi karena perannya sebagai pelaksana kebijakan dan kegiatan operasional dalam mencapai tujuan organisasi. Berhasil

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pendahuluan Bab ini berisi uraian berbagai teori tentang kepuasan kerja yang menjadi dasar dalam penelitian ini. Pertama-tama akan dibahas tentang kepuasan kerja, kemudian diikuti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kinerja karyawan merupakan hasil dari kegiatan yang dilaksanakan. Kinerja timbul

BAB I PENDAHULUAN. Kinerja karyawan merupakan hasil dari kegiatan yang dilaksanakan. Kinerja timbul BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Hasil kerja karyawan dapat dilihat dari perkembangan kinerjanya. Kinerja karyawan merupakan hasil dari kegiatan yang dilaksanakan. Kinerja timbul bukan saja bersumber

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kelangsungan hidup perusahaan. Orang (manusia) merupakan elemen yang selalu

BAB I PENDAHULUAN. kelangsungan hidup perusahaan. Orang (manusia) merupakan elemen yang selalu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam era globalisasi ini, perusahaan menyadari akan pentingnya sumber daya manusia. Keberhasilan suatu perusahaan ditentukan oleh sumber daya yang ada di dalamnya,

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA A. MOTIVASI

TINJAUAN PUSTAKA A. MOTIVASI II. TINJAUAN PUSTAKA A. MOTIVASI Motivasi berasal dari kata dasar motif yang berarti dorongan, sebab atau alasan seseorang melakukan sesuatu. Dengan demikian motivasi berarti suatu kondisi yang mendorong

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Merriam Webster dalam (Zangaro, 2001), menyimpulkan definisi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Merriam Webster dalam (Zangaro, 2001), menyimpulkan definisi BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1. Komitmen Organisasi 1.1 Definisi Komitmen Organisasi Kata komitmen berasal dari kata latin yang berarti to connect. Merriam Webster dalam (Zangaro, 2001), menyimpulkan definisi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. meningkat. Era globalisasi ditandai dengan terjadinya perubahan-perubahan pada

BAB I PENDAHULUAN. meningkat. Era globalisasi ditandai dengan terjadinya perubahan-perubahan pada BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Persaingan dan globalisasi merupakan hal yang tidak dapat dihindari di dalam dunia bisnis dan industri. Ulrich (1997) mengatakan bahwa konsep globalisasi bukanlah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Peningkatan daya saing di era perdagangan bebas menjadi salah satu kunci ketahanan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Peningkatan daya saing di era perdagangan bebas menjadi salah satu kunci ketahanan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Peningkatan daya saing di era perdagangan bebas menjadi salah satu kunci ketahanan industri nasional. Untuk mengukur daya saing industri nasional, salah satu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan untuk mengoptimalkan fungsi manajemennya melalui sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan untuk mengoptimalkan fungsi manajemennya melalui sumber daya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Di era global saat ini khususnya di Indonesia perkembangan pengetahuan dan teknologi sangat pesat sehingga membawa perubahan besar dalam kehidupan manusia.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kesejahteraan Psikologis. Ryff (1989) mendefinisikan kesejahteraan psikologis adalah sebuah kondisi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kesejahteraan Psikologis. Ryff (1989) mendefinisikan kesejahteraan psikologis adalah sebuah kondisi BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kesejahteraan Psikologis 1. Pengertian Ryff (1989) mendefinisikan kesejahteraan psikologis adalah sebuah kondisi dimana individu memiliki sikap yang positif terhadap diri sendiri

Lebih terperinci

BAB II URAIAN TEORITIS. Pembahasan mengenai Organizational Citizenship Behavior (OCB)

BAB II URAIAN TEORITIS. Pembahasan mengenai Organizational Citizenship Behavior (OCB) BAB II URAIAN TEORITIS A. Penelitian Terdahulu Pembahasan mengenai Organizational Citizenship Behavior (OCB) pernah dilakukan Marfirani (2008) dengan judul penelitian Hubungan Kepuasan Kerja dengan Organizational

Lebih terperinci

World Economic Forum (WEF) menyusun The Global Competitiveness. Report 2014/2015 dan menempatkan daya saing Indonesia (Global

World Economic Forum (WEF) menyusun The Global Competitiveness. Report 2014/2015 dan menempatkan daya saing Indonesia (Global 1 World Economic Forum (WEF) menyusun The Global Competitiveness Report 2014/2015 dan menempatkan daya saing Indonesia (Global Competitiveness Index-GCI) berada pada peringkat ke-34 dunia. Global Competitiveness

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 13 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Motivasi kerja 1. Pengertian motivasi kerja Menurut Anoraga (2009) motivasi kerja adalah sesuatu yang menimbulkan semangat atau dorongan kerja. Oleh sebab itu, motivasi kerja

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam organisasi tersebut memiliki sumber daya manusia yang menunjukkan komitmen yang

BAB I PENDAHULUAN. dalam organisasi tersebut memiliki sumber daya manusia yang menunjukkan komitmen yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Suatu organisasi akan dikatakan menjadi organisasi yang produktif jika visi dan misi organisasi tersebut dapat tercapai. Hal terpenting dalam pencapaian usaha

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. Universitas Indonesia

1. PENDAHULUAN. Universitas Indonesia 1 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Berubah atau mati!, adalah kalimat yang diserukan oleh para manajer di seluruh dunia untuk menggambarkan keharusan setiap organisasi atau perusahaan untuk terus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. organisasi (Arthur, 1994). Menurut Samad (2006) bahwa karakteristik pekerjaan

BAB I PENDAHULUAN. organisasi (Arthur, 1994). Menurut Samad (2006) bahwa karakteristik pekerjaan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perspektif manajemen sumber daya manusia strategis yang paling mendasar adalah asumsi keberhasilan sebuah kinerja organisasi dipengaruhi oleh tindakan dan

Lebih terperinci

BAB II RERANGKA TEORITIS

BAB II RERANGKA TEORITIS BAB II RERANGKA TEORITIS 2.1. Konsep Dasar 2.1.1. Keterlibatan Kerja Konsep keterlibatan kerja pertama kali diperkenalkan oleh Lodahl dan Kejner (1965). Mereka menghubungkan keterlibatan kerja pada identifikasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan perubahan organisasi. Alat secanggih apapun yang dimiliki suatu

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan perubahan organisasi. Alat secanggih apapun yang dimiliki suatu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kunci sukses sebuah organisasi terletak pada sumber daya manusia yaitu sebagai inisiator dan agen perubahan yang secara bersama meningkatkan kemampuan perubahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang. Era globalisasi yang ditandai dengan peningkatan keterkaitan dan ketergantungan antar bangsa dan antar manusia di seluruh dunia melalui perdagangan, investasi, perjalanan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. organisasi, kenyataannya, banyak rintangan yang dilalui. menjawab dalam menghadapi perubahan-perubahan ini.

BAB I PENDAHULUAN. organisasi, kenyataannya, banyak rintangan yang dilalui. menjawab dalam menghadapi perubahan-perubahan ini. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Banyaknya tantangan yang dihadapi oleh organisasi sekarang menjadi salah satu pertimbangan dalam pengambilan keputusan yang harus dihadapi oleh organisasi, kenyataannya,

Lebih terperinci

BAB II TELAAH TEORI. Locke, Teori ini menjelaskan hubungan antara tujuan yang ditetapkan

BAB II TELAAH TEORI. Locke, Teori ini menjelaskan hubungan antara tujuan yang ditetapkan 8 BAB II TELAAH TEORI 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Goal Setting Theory Goal setting theory merupakan bagian dari teori motivasi yang dikemukakan oleh Locke, 1978. Teori ini menjelaskan hubungan antara tujuan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORITIS. A. Karyawan PT. INALUM. capital, yang artinya karyawan adalah modal terpenting untuk menghasilkan nilai

BAB II TINJAUAN TEORITIS. A. Karyawan PT. INALUM. capital, yang artinya karyawan adalah modal terpenting untuk menghasilkan nilai 1 BAB II TINJAUAN TEORITIS A. Karyawan PT. INALUM 1. Pengertian Karyawan Karyawan adalah sumber daya yang sangat penting dan sangat menentukan suksesnya perusahaan. Karyawan juga selalu disebut sebagai

Lebih terperinci

7 Prinsip Manajemen Mutu - ISO (versi lengkap)

7 Prinsip Manajemen Mutu - ISO (versi lengkap) 7 Prinsip Manajemen Mutu - ISO 9001 2015 (versi lengkap) diterjemahkan oleh: Syahu Sugian O Dokumen ini memperkenalkan tujuh Prinsip Manajemen Mutu. ISO 9000, ISO 9001, dan standar manajemen mutu terkait

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. siap terhadap perubahan tersebut. Globalisasi ditandai dengan adanya keterbukaan

BAB I PENDAHULUAN. siap terhadap perubahan tersebut. Globalisasi ditandai dengan adanya keterbukaan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Saat ini dunia dalam fase globalisasi yang berkembang sangat cepat dengan berbagai perubahan-perubahannya, sehingga organisasi diharuskan untuk selalu siap terhadap

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. adanya dorongan dalam diri manusia sebagai usaha untuk memenuhi

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. adanya dorongan dalam diri manusia sebagai usaha untuk memenuhi BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perilaku Kepemimpinan Efektif 2.1.1 Perilaku Purwanto (1998) mendefinisikan perilaku sebagai penyesuaian diri dari adanya dorongan dalam diri manusia sebagai usaha untuk memenuhi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tinggi dalam bidang pekerjaannya. Oleh karena itu keberadaan suatu. perusahaan tidak terlepas dari unsur sumber daya manusia.

BAB I PENDAHULUAN. tinggi dalam bidang pekerjaannya. Oleh karena itu keberadaan suatu. perusahaan tidak terlepas dari unsur sumber daya manusia. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada dasarnya setiap perusahaan yang didirikan mempunyai harapan bahwa di kemudian hari akan mengalami perkembangan yang pesat di dalam lingkup usaha dari perusahaannya

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS. perusahaan yang penting seperti pabrik, atau suatu organisasi secara keseluruhan.

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS. perusahaan yang penting seperti pabrik, atau suatu organisasi secara keseluruhan. BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Iklim organisasi (Organizational climate) Menurut Davis dan Newstrom (1985) iklim organisasi adalah lingkungan didalam mana para pegawai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Dalam era globalisasi yang sudah sangat canggih dengan berbagai teknologi dan ilmu pengetahuan, menuntut suatu organisasi atau perusahaan untuk senantiasa melakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk berbenah diri untuk bisa menangkap peluang dan menyesuaikan diri dari

BAB I PENDAHULUAN. untuk berbenah diri untuk bisa menangkap peluang dan menyesuaikan diri dari BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Era globalisasi menyebabkan persaingan bisnis menjadi semakin kompetitif sehingga mengakibatkan perubahan lingkungan bisnis dan organisasi berjalan sangat cepat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. Penelitian ini akan dilakukan di UD Anugerah Sejati Embroidery

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. Penelitian ini akan dilakukan di UD Anugerah Sejati Embroidery BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Penelitian ini akan dilakukan di UD Anugerah Sejati Embroidery Yogyakarta. UD Anugerah Sejati Embroidery Yogyakarta adalah perusahan yang bergerak dalam

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. kepercayaan guru pada pimpinan. 4. Kepercayaan guru pada pimpinan memediasi sebagian (partial

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. kepercayaan guru pada pimpinan. 4. Kepercayaan guru pada pimpinan memediasi sebagian (partial BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan sebagai berikut : 1. Kepemimpinan transformasional berpengaruh positif terhadap kepercayaan guru pada pimpinan. 2. Kepercayaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pesat, terutama ditandai dengan meningkatnya Insurance Minded. dan jiwa masyarakat yang menjadi nasabahnya. Walaupun banyak metode

BAB I PENDAHULUAN. pesat, terutama ditandai dengan meningkatnya Insurance Minded. dan jiwa masyarakat yang menjadi nasabahnya. Walaupun banyak metode BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perkembangan Industri asuransi di Indonesia meningkat dengan pesat, terutama ditandai dengan meningkatnya Insurance Minded masyarakat Indonesia yang mulai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. terpenting di dalamnya. Tanpa adanya manusia, organisasi tidak mungkin dapat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. terpenting di dalamnya. Tanpa adanya manusia, organisasi tidak mungkin dapat digilib.uns.ac.id 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dunia usaha dan industri tidak lepas dari adanya unsur manusia. Apa pun bentuk dan kegiatan suatu organisasi, manusia selalu memainkan peranan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Sumber daya manusia merupakan salah satu aset berharga yang dimiliki sebuah

BAB 1 PENDAHULUAN. Sumber daya manusia merupakan salah satu aset berharga yang dimiliki sebuah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sumber daya manusia merupakan salah satu aset berharga yang dimiliki sebuah perusahaan. Pada praktiknya, perusahaan sering melupakan hakikat sumber daya manusia sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kondisi yang ada dengan arah strategis organisasi. Arah strategis organisasi

BAB I PENDAHULUAN. kondisi yang ada dengan arah strategis organisasi. Arah strategis organisasi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tugas-tugas dan prioritas Manajemen Sumber Daya Manusia berkembang dari waktu ke waktu. Hal ini terjadi karena diperlukannya penyesuaian kondisi yang ada dengan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pendidikan pada dasarnya bertujuan untuk membantu individu

BAB 1 PENDAHULUAN. Pendidikan pada dasarnya bertujuan untuk membantu individu BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan pada dasarnya bertujuan untuk membantu individu mencapai perkembangan yang optimal sesuai dengan potensi yang dimilikinya. Melalui pendidikan dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. daripada apakah mereka tinggal (Allen dan Meyer, 1990). Maksudnya

BAB I PENDAHULUAN. daripada apakah mereka tinggal (Allen dan Meyer, 1990). Maksudnya BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam suatu perusahaan, karyawan menjadi hal yang sangat penting. Perusahaan tidak akan bisa sukses tanpa ada campur tangan usaha karyawannya. Perusahaan akan tumbuh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menyediakan kerangka komprehensif bagi eksekutif untuk digunakan dalam

BAB I PENDAHULUAN. menyediakan kerangka komprehensif bagi eksekutif untuk digunakan dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Balanced scorecard (BSC) merupakan sebuah alat manajemen yang menyediakan kerangka komprehensif bagi eksekutif untuk digunakan dalam menerjemahkan visi dan strategi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah. Dalam sebuah organisasi, khususnya organisasi perbankan, semestinya

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah. Dalam sebuah organisasi, khususnya organisasi perbankan, semestinya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam sebuah organisasi, khususnya organisasi perbankan, semestinya menyadari satu hal bahwa, kepuasan kerja merupakan faktor yang vital dalam manajemen sumber

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sangatlah pesat. Setiap organisasi berlomba-lomba dalam mencapai target yang

BAB I PENDAHULUAN. sangatlah pesat. Setiap organisasi berlomba-lomba dalam mencapai target yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam era globalisasi saat ini, perkembangan dalam dunia usaha sangatlah pesat. Setiap organisasi berlomba-lomba dalam mencapai target yang telah ditentukan. Dengan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN. terhadap hubungan antara Kepemimpinan dan Motivasi Kerja dengan Turnover

BAB V KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN. terhadap hubungan antara Kepemimpinan dan Motivasi Kerja dengan Turnover BAB V KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN Pada bab ini akan diuraikan mengenai kesimpulan, diskusi, limitasi penelitian dan saran berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti terhadap hubungan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian ini mengacu pada bagaimana motivasi berprestasi menurut

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian ini mengacu pada bagaimana motivasi berprestasi menurut BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kajian Pustaka Penelitian ini mengacu pada bagaimana motivasi berprestasi menurut Spence dan Helmreich yang terdiri dari mastery of needs, work orientation dan competition akan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIS. memengaruhi tersebut. Berdasarkan pengertian diatas dan dikaitkan dengan kegiatan

BAB II KAJIAN TEORITIS. memengaruhi tersebut. Berdasarkan pengertian diatas dan dikaitkan dengan kegiatan BAB II KAJIAN TEORITIS 2.1 Pengertian Kepemimpinan Pembahasan tentang kepemimpinan secara umum dapat dijelaskan bahwa Kepemimpinan adalah suatu kemampuan yang dimiliki oleh orang untuk mempengaruhi orang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kepemimpinan adalah hal yang menjadi topik penting dalam setiap penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kepemimpinan adalah hal yang menjadi topik penting dalam setiap penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kepemimpinan adalah hal yang menjadi topik penting dalam setiap penelitian yang diarahkan untuk mengkaji sebuah organisasi. Di dalam sebuah organisasi bisnis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mencapai sasaran atau serangkaian sasaran bersama (Robbins, 2006:4). Akibat

BAB I PENDAHULUAN. mencapai sasaran atau serangkaian sasaran bersama (Robbins, 2006:4). Akibat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Organisasi merupakan unit sosial yang dengan sengaja diatur, terdiri atas dua orang atau lebih yang berfungsi secara relatif terus menerus untuk mencapai sasaran

Lebih terperinci

II. KAJIAN PUSTAKA. Istilah motivasi berasal dari bahasa Latin movere yang berarti bergerak

II. KAJIAN PUSTAKA. Istilah motivasi berasal dari bahasa Latin movere yang berarti bergerak 12 II. KAJIAN PUSTAKA 2.1 Definisi Motivasi Istilah motivasi berasal dari bahasa Latin movere yang berarti bergerak atau menggerakkan. Motivasi dapat diartikan sebagai kekuatan sumber daya yang menggerakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ini, oleh karena itu perusahaan membutuhkan manusia-manusia yang berkualitas tinggi, memiliki

BAB I PENDAHULUAN. ini, oleh karena itu perusahaan membutuhkan manusia-manusia yang berkualitas tinggi, memiliki BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sumber daya manusia merupakan penggerak roda organisasi dalam mencapai dan mewujudkan tujuan dan sasaran yang ditetapkan organisasi, dengan kata lain sumber

Lebih terperinci