BAB I PENDAHULUAN. berbagai sumberdaya dan kapabilitas organisasinya (Baron & Kreps, 1999).

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN. berbagai sumberdaya dan kapabilitas organisasinya (Baron & Kreps, 1999)."

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dinamika yang terjadi pada lingkungan eksternal menuntut organisasi untuk terus bertahan di tengah iklim yang kompetitif. Organisasi harus mampu bergerak maju menyesuaikan diri dengan lingkungan, karena pada dasarnya lingkungan memiliki peran yang penting bagi pertumbuhan organisasi. Organisasi yang mampu berkembang adalah organisasi yang mampu mengidentifikasi berbagai sumberdaya dan kapabilitas organisasinya (Baron & Kreps, 1999). Kreativitas diyakini dapat membangun kemampuan kompetitif organisasi karena kreativitas dibutuhkan organisasi untuk menyesuaikan diri dengan perubahan lingkungan dan untuk memperoleh keunggulan bersaing pada peluang-peluang yang ada (Oldham, 2003; Shalley et al., 2004). Kreativitas karyawan secara fundamental dapat memberikan kontribusi untuk inovasi, efektivitas, dan kelangsungan sebuah organisasi (Amabile, 1996; Shalley et al., 2004). Karyawan yang memiliki ide-ide kreatif diharapkan mampu menerapkan ide-ide tersebut dalam pekerjaannya, mengembangkan, dan kemudian menyebarkan ide-ide tersebut kepada karyawan lain di dalam organisasi. Penggunaan dan pengembangan ide-ide kreatif memungkinkan organisasi untuk menyesuaikan diri dengan perubahan pasar dan merespon peluang untuk memenangkan persaingan bisnis (Shalley et al., 2004; Gong et al., 2009;). 1

2 Kreativitas merupakan fungsi dari karakteristik pribadi karyawan dan karakteristik kontekstual di tempat ia bekerja (Shalley et al., 2004). Seperangkat karakteristik pribadi dapat mempengaruhi kreativitas karyawan dengan cara menerapkan berbagai strategi yang dapat memfasilitasi dalam menghasilkan ide kreatif. Sebagai contoh, karyawan dengan karakteristik pribadi tertentu efektif dalam mengenali suatu permasalahan dan mampu berpikir bagaimana menanggani permasalahan tersebut serta memungkinkan untuk menghasilkan karya yang lebih kreatif. Karakteristik pribadi tersebut meliputi kepribadian dan dimensi gaya kognitif (Shalley et al., 2004). Selain itu Shin dan Zhou (2003) menyatakan bentuk kreativitas karyawan dalam pekerjaan adalah kemampuan karyawan membangkitkan ide baru yang bermanfaat mengenai suatu produk, pelayanan serta proses dan prosedur dalam organisasi. Sejalan dengan perubahan teknologi, budaya, demografi, dan ekonomi yang signifikan dalam ekonomi berbasis pengetahuan, kreativitas karyawan menjadi tantangan yang semakin penting bagi organisasi untuk mengembangkan karyawan, dan meningkatkan kompetensi inti pada organisasi (Prahalad & Hamel 1990). Beberapa hal yang diduga sebagai prediktor dari kreativitas karyawan adalah iklim organisasi, karakteristik tugas, gaya kepemimpinan, budaya organisasi, ketersediaan sumber daya dan karakteristik karyawan, struktur organisasi serta sistem yang berlaku dalam organisasi (Andriopoulus, 2001; Cheung & Wong, 2010). Karakteristik yang menunjukkan peningkatan kreativitas karyawan yakni memiliki rasa kontrol atau otonomi pada pekerjaan, melihat pekerjaan sebagai sesuatu penting, menantang, dan mendesak, serta 2

3 menerima dorongan dan dukungan dari supervisor. Di sisi lain, karakteristik yang diketahui dapat mengurangi kreativitas karyawan termasuk adanya prosedur yang kaku, penggunaan pengawasan, kurangnya sumber daya, dan kontrol terbatas dari prosedur kerja (Woodman et al, 1993). Selain itu, Amabile (1996) mengidentifikasi beberapa aspek lingkungan yang mendorong atau menghambat kreativitas. Dorongan untuk menghasilkan ide baru mencakup dorongan organisasional (seperti budaya organisasi yang mendukung kreativitas), dorongan dari pemimpin, dukungan kelompok kerja (seperti kelompok kerja yang beragam dan terbuka), sumber daya yang cukup, pekerjaan menantang, dan kebebasan atau otonomi. Sementara aspek yang menghambat kreativitas seperti rintangan organisasi dan tekanan pekerjaan. Gaya kepemimpinan memiliki peran yang penting dalam menciptakan lingkungan kerja yang kondusif. Kepemimpinan juga merupakan suatu proses mempengaruhi aktivitas suatu kelompok dalam usaha untuk mencapai tujuan yang ditetapkan (Bass dan Stogdill, 1990). Kepemimpinan adalah kemampuan individu untuk mempengaruhi, memotivasi yang memungkinkan terciptanya keefektifan dan kesuksesan organisasi (House et al., 1999; dalam Yukl, 2006). Sebagai sebuah proses sosial, kepemimpinan berhubungan dengan persoalan power atau kekuasaan. Menurut Stogdill (1974) kekuasaan merupakan sarana bagi pemimpin untuk mempengaruhi tingkah laku para pengikutnya. Hendaknya para pemimpin tidak hanya menilai perilaku kepemimpinan mereka sebagai cara untuk mempengaruhi orang lain, tapi juga bagaimana mereka seharusnya mengamati posisi mereka dan bagaimana cara mereka menggunakan 3

4 kekuasaannya. Sehingga pengelolaan sumberdaya manusia yang berkualitas merupakan keharusan dalam sebuah organisasi. Menurut Oldham dan Cummings (1996), kepemimpinan memainkan peran penting dalam mengelola lingkungan kerja karyawan secara efektif. Wu et al. (2007) menyebutkan bahwa kepemimpinan merupakan perwujudan tingkah laku dari seorang pemimpin, terkait kemampuannya dalam memimpin. Perwujudan tersebut membentuk suatu pola atau tindakan tertentu. Bawahan yang puas dengan gaya kepemimpinan yang diterapkan oleh atasan tidak hanya patuh terhadap perintah yang diberikan, namun juga akan memiliki keterikatan lebih dalam terhadap organisasinya. Penelitian terdahulu menunjukkan bahwa gaya kepemimpinan berpengaruh terhadap kreativitas karyawan. Beberapa penelitian menjelaskan bahwa kepemimpinan transformasional memiliki dampak positif terhadap kreativitas karyawan (Howell & Avolio, 1993; Jung, et al., 2003; Keller, 1992; Shin & Zhou, 2003, dalam Zhang & Bartol, 2010). Beberapa penelitian yang menguji pengaruh kepemimpinan terhadap kreativitas karyawan dijelaskan pada Tabel

5 Shin dan Zhou, 2003 Tabel 1.1 Penelitian Terdahulu Pengaruh Gaya Kepemimpinan Pada Kreativitas Karyawan Peneliti Variabel Metode Unit analisis Hasil temuan Kepemimpinan transformasional, dan kreativitas Survei Karyawan Pengaruh positif kepemimpinan transformasional pada kreativitas karyawan Gong et al Kepemimpinan transformasional, orientasi belajar, kreativitas dan creative self efficacy Survei Karyawan (agen asuransi) Pengaruh positif kepemimpinan transformasional & orientasi belajar pada kreativitas Pieters et al Kepemimpinan transformasional dan transaksional pada perilaku inovatif Survei Karyawan (instansi pemerintahan) Pengaruh positif kepemimpinan transformasional pada perilaku inovatif (kreativitas) ketika karyawan merasa diberdayakan Wang dan Rode, 2010 Kepemimpinan transformasional dan kreativitas pengikut Survei Asisten penelitian di program MBA Kepemimpinan transformasional berpengaruh pada kreativitas pengikut, ketika di moderasi pengenalan terhadap pemimpin dan iklim organisasional Yoshida et al Servant leadership, identification leader, iklim organisasi, kreativitas karyawan Survei Tim kerja di berbagai industri (keuangan, manufaktur, telekomunikasi) Identification leader memediasi pengaruh servant leadership pada kreativitas karyawan Moss dan Ritosa, 2007 Kepemimpinan, komitmen kerja dan kreativitas Survei Pegawai pemerintahan Kepemimpinan tidak berpengaruh pada kreativitas 5

6 Berdasarkan Tabel 1.1 tersebut, jelas terlihat bahwa ada beberapa ketidakkonsistenan hasil penelitian sebelumnya yang menguji hubungan kepemimpinan dengan kreativitas karyawan. Walaupun secara garis besar ditemukan hubungan positif antara kepemimpinan dan kreativitas karyawan. Kepemimpinan transformasional sebelumnya sudah diteliti memiliki pengaruh positif pada kreativitas karyawan. Namun secara teoritis, karakteristik pegawai dengan rasa ingin tahu yang besar, ketertarikan akan kompleksitas, otonomi, memiliki kemampuan kognitif yang baik dan pengetahuan yang luas, serta memiliki locus of control internal dapat memberikan kontribusi dalam munculnya suatu kreativitas (Woodman et al., 1993). Maka dari itu perilaku pemimpin yang memberdayakan sangat relevan dengan kreativitas. Hal ini di karenakan partisipasi dalam pengambilan keputusan dan persepsi otonomi adalah prasyarat penting untuk hasil kreatif (Amabile et al., 2004). Pemimpin yang memberikan kewenangan kerja kepada karyawannya, memberikan otonomi bagi karyawannya untuk berkreasi dalam melaksanakan tugasnya. Kondisi ini menunjukkan bahwa pemimpin memberikan kepercayaan kepada karyawannya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan. Pemimpin diharapkan mampu memotivasi serta mendukung karyawan melalui pemberdayaan. Oleh karena itu kepemimpinan pemberdayaan merupakan gaya kepemimpinan yang tepat untuk dapat membangun kreativitas karyawan. Perilaku kepemimpinan pemberdayaan atau leadership empowerment behaviour (LEB) adalah gaya kepemimpinan yang mendesentralisasi kekuasaan dengan memberikan lebih banyak tanggung jawab dan otonomi kepada karyawan 6

7 (Srivastava et al, 2006). Menurut Ahearne et al. (2005) secara konseptual perilaku kepemimpinan pemberdayaan menyoroti pentingnya memberikan partisipasi dalam pengambilan keputusan, keyakinan dalam peningkatan kinerja, dan mengurangi hambatan-hambatan birokrasi. Pemimpin yang mendorong kemandirian yang lebih besar, meningkatkan kerjasama lateral yang lebih besar, dan mampu mengelola keterampilan individu dianggap memiliki karyawan yang dapat menghasilkan kinerja serta tingkat kepuasan yang tinggi (Stewart et al., 2011; Vecchio et al., 2010 dalam Humborstad & Dysvik, 2012). Perilaku kepemimpian pemberdayaan mendelegasikan otoritas kepada karyawan, sehingga memungkinkan karyawan untuk membuat keputusan dan melaksanakan tindakan tanpa pengawasan langsung atau intervensi (Bass, 1985 dalam Jung et al., 2003). Maka bagi negara yang memiliki budaya power distance yang tinggi khususnya Indonesia (sumber: tipe kepemimpinan pemberdayaan merupakan tipe kepemimpinan yang perlu dianalisis sehingga dapat dikaji bagaimana perilaku tersebut mampu menghasilkan kinerja yang baik bagi karyawan dengan otonomi yang diberikan pemimpin. Indeks power distance yang tinggi berarti ketergantungan karyawan pada pimpinan tidak terbatas, ada hubungan interdependensi antara karyawan dengan pemimpinnya dan jarak emosional antara mereka relatif tinggi, begitu juga sebaliknya. Selain itu, menurut Johnson (1994) perilaku kepemimpinan pemberdayaan juga menciptakan lingkungan yang dapat menumbuhkan keberhasilan, karena karyawan diberdayakan melalui tanggung jawab lebih besar, otoritas pengambilan 7

8 keputusan, memperoleh informasi dan umpan balik, serta motivasi, dukungan dan dorongan. Hubungan antara perilaku kepemimpinan pemberdayaan dengan kreativitas karyawan dapat dijelaskan menggunakan teori stimulus-organismrespons (SOR). Berdasarkan teori stimulus-organism-respons (SOR), proses perubahan perilaku individu tergantung pada kualitas stimulus yang dikomunikasikan kepada individu tersebut. Teori ini memandang bahwa respon senantiasa dimodifikasikan oleh suatu organisme yang secara aktif mengolah dan mempersepsikan setiap stimulus yang ada. Penerimaan stimulus oleh organisme dilakukan secara selektif, karena organisme membuat pilihan terhadap apa yang perlu direspons, sebagai akibat dari persepsi terhadap stimulus. Menurut Hovlan et al. (1953) proses perubahan perilaku pada dasarnya sama dengan proses belajar pada individu yang terdiri dari: a) Stimulus, yakni rangsangan yang diberikan kepada individu (organisme). Tiap stimulus yang diberikan dapat ditolak ataupun diterima oleh individu. Apabila stimulus diterima baik oleh individu dan mendapat perhatian dari mereka maka stimulus yang dilakukan berjalan efektif. Adapun yang dapat dikatakan sebagai stimulus antara lain seperti gaya berbicara serta gaya kepemimpinan. Oleh karena itu pada tahapan ini kepemimpinan pemberdayaan merupakan stimulus yang diberikan kepada karyawannya. b) Organisme, apabila stimulus sudah diterima dengan baik oleh individu. Maka proses selanjutnya organisme akan mengolah stimulus tersebut atau dapat dikatakan terjadi proses kognisi atau konsep motivasi dalam diri individu yang 8

9 nantinya dapat menentukan sikapnya. Maka tahapan selanjutnya dalam penelitian ini terdapat proses kognisi serta motivasi di dalam diri karyawan setelah mereka merasa diberdayakan oleh pemimpinnya, yakni pemberdayaan psikologis serta keterikatan proses kreatif sehingga akhirnya mampu menciptakan kreativitas di dalam diri karyawan. c) Respon, akhir dari dukungan serta dorongan dari lingkungan yang mampu menciptakan proses kognisi dan motivasi di dalam diri individu, maka akan terlihat sebuah dampak perubahan perilaku pada individu dalam hal ini kreativitas karyawan. Perilaku kreatif individu juga dibangun sebagai solusi yang berkaitan dengan permasalahan pekerjaan (Simon 1986, Shalley, 1991 dalam Shalley, 1995). Beberapa faktor yang membangun kreativitas itu sendiri terdiri dari ability (kemampuan individu), intrinsic motivation (motivasi intrinsik), dan cognitive activities (aktivitas kognisi) (Amabile, 1983, 1988; Rokeach, 1965; Shalley, 1991; Simon, 1985 dalam Shalley 1995). Kemampuan individu adalah keahlian yang ada pada diri individu yang dapat membangun kreativitas kerja dalam proses informasi, motivasi intrinsik berhubungan dengan ketertarikan dari dalam diri individu yang dapat memotivasi individu dalam menemukan solusi, aktivitas kognisi seperti mendefinisikan masalah, membaca lingkungan sekitar, mengumpulkan data, dan menciptakan alternatif (Rokeach, 1965; Shalley, 1991 dalam Shalley, 1995). Dalam penelitian ini konsep motivasi dijelaskan dengan pemberdayaan psikologis. Hal ini didasarkan dari pernyataan Spreitzer (1995) yang menyatakan konsep pemberdayaan psikologis sebagai konsep motivasional, 9

10 dan proses kognisi dijabarkan dengan keterikatan proses kreatif (creative process engagement) karena dalam proses ini individu melakukan identifikasi masalah, mengumpulkan informasi serta menciptakan solusi alternatif yang dapat mencipkatan kreativitas pada pekerjaannya. Pemberdayaan psikologis (psychological empowerment) menurut Spreitzer (1995) adalah konsepsi motivasional yang berfokus pada kesadaran karyawan yang diberdayakan, yang memiliki peran penting pada sikap dan kinerja yang ditunjukkan karyawan. Pemberdayaan psikologis (psychological empowerment) didefinisikan sebagai keadaan psikologis yang dijelaskan dalam empat kognisi: kebermaknaan (meaning), kompetensi (competence), penentuan diri (selfdetermination), dan dampak (impact) (Spreitzer, 1995). Liden et al. (2000) mengemukakan bahwa faktor-faktor yang dapat mempengaruhi pemberdayaan psikologis diantaranya hubungan atasan dengan bawahan yang merupakan aspek interaksi sosial di tempat kerja. Interaksi sosial di tempat kerja merupakan faktor kontekstual yang berpengaruh pada pemberdayaan psikologis. Arahan yang diberikan pemimpin kepada bawahannya mampu menciptakan self-esteem serta kompetensi di dalam diri karyawan. Liden et al. (2000) juga menyatakan bahwa pemberdayaan psikologis berhubungan positif pada tiga hasil kerja organisasi yakni kepuasan kerja, komitmen organisasional dan performa kerja. Karyawan yang merasa diberdayakan pada dasarnya menunjukkan performa kerja yang lebih baik dibandingkan dengan individu yang kurang diberdayakan. Selain itu Spreitzer (1995) menyimpulkan bahwa adanya hubungan antara pemberdayaan psikologis 10

11 dan efektivitas manajerial dan perilaku inovatif. Karyawan yang diberdayakan secara psikologis oleh pemimpinnya akan cenderung menganggap dan menilai diri mereka mampu melakukan pekerjaan mereka. Sehingga mereka akan terlibat dalam proses kreatif yang nantinya dapat menciptakan kreativitas karyawan (Zhang & Barthol, 2010). Selanjutnya dengan terbentuknya pemberdayaan secara psikologis maka karyawan akan melakukan proses kognisi untuk untuk menghasilkan kreativitas (creative process engagement). Untuk dapat membangun kreativitas di dalam diri karyawan maka diperlukan keterikatan karyawan yang berhubungan dengan proses kreativitas seperti (1) identifikasi masalah, (2) pencarian informasi dan (3) ide dan penciptaaan alternatif (Palmon & Illies, 2004). Sehingga dampak dari keterikatan proses kreatif akan berhubungan positif dengan kreativitas karyawan. Penciptaan kreativitas karyawan sendiri tidak hanya berasal dari faktor individu itu sendiri namun juga faktor-faktor situasional yang dapat membangun kreativitas kerja individu. Shalley et al. (2004) membagi faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kreativitas ke dalam dua bagian, yaitu faktor personal dan faktor kontekstual. Faktor personal merupakan faktor yang berasal dari dalam diri karyawan. Woodman et al. (1996) mengatakan bahwa faktor-faktor personal yang dapat mempengaruhi kreativitas karyawan meliputi faktor motivasi intrinsik, kognitif, kepribadian, dan pengetahuan. Faktor konstektual yang dapat mempengaruhi suatu kreativitas adalah dukungan lingkungan yang berada di luar diri karyawan. Karyawan terkadang akan menghadapi risiko tertentu ketika mereka ingin mengemukakan ide-ide baru yang mereka miliki. Risiko tersebut 11

12 berupa ketidakpastian apakah ide yang mereka miliki akan diterima atau ditolak oleh perusahaan. Oleh karena itu, dibutuhkan dukungan dari lingkungan untuk dapat membuat mereka berani mengambil risiko dan bersedia untuk mengemukakan ide-ide baru yang mereka miliki (Madjar, 2008). Dukungan rekan kerja merupakan salah satu dukungan dari lingkungan yang dirasakan oleh individu, bentuk dukungan ini dapat dikatakan dalam bentuk dukungan informasional (Madjar, 2008). Informasi yang dapat diberikan oleh rekan kerja kepada karyawan dapat berupa berbagi pengetahuan dan juga pengalaman terkait dengan pekerjaan yang sama, yang dilakukan oleh karyawan (Madjar, 2005). Menurut Perry dan Smith (2008), untuk menghasilkan ide yang kreatif maka perlu dukungan sosial seperti dukungan rekan kerja untuk dapat membantu penciptaan kreativitas karyawan. Dukungan dan bantuan rekan kerja merupakan bantuan rekan terhadap tugas-tugas karyawan melalui berbagi pengetahuan dan keahlian secara bersama untuk menghasilkan dukungan dan dorongan di dalam melakukan aktivitas organisasi. Rekan kerja dapat membagikan pengetahuan dan keahliannya ketika pekerja dihadapkan dengan kesulitan dimana solusi tidak siap tersedia (Scott & Bruce, 1994). Karyawan juga memperoleh pengetahuan dan keahlian yang relevan dengan tugas dari rekan kerja, sehingga mereka mampu membuat cara-cara baru dari suatu kemungkinan tindakan (Woodman et al., 1993). Artinya dukungan rekan kerja dapat memperkuat hubungan keterikatan pada proses kreatif yang dirasakan karyawan dengan kreativitas di dalam diri 12

13 karyawan, terkait dengan proses atau teknik yang akan dilakukan, bagaimana cara memecahkan masalah serta ide-ide baru yang bermanfaat bagi organisasi. Penciptaan kreativitas dengan dasar kepemimpinan yang memberdayakan mengharuskan organisasi cepat tanggap dalam melaksanakan inovasi terhadap produk maupun layanannya. Terkait dengan kreativitas terhadap pelayanan, sektor pemasaran merupakan salah satu sektor yang menuntut kreativitas para karyawannya dalam hal ini tenaga penjual (sales person). Mengingat tenaga penjual merupakan sumberdaya yang seharusnya diberikan otonomi karena berhubungan langsung dengan konsumen. Otonomi yang diberikan pemimpin kepada tenaga penjual diharapkan mampu mengeksplorasi kreativitas mereka dalam melakukan interaksi langsung dengan konsumen. Hal ini menjadi sangat penting karena sejalan dengan kreativitas yang tinggi maka akan berdampak positif pada kinerja perusahaan. Beberapa penelitian sebelumnya hanya mengkaji pengaruh kepemimpinan pemberdayaan terhadap kreativitas karyawan pada industri kreatif seperti bidang teknologi informasi (Shalley, 2004; Zhang & Bartol, 2010), padahal kreativitas karyawan tidak hanya berkaitan dengan penciptaan suatu produk, kreativitas adalah kemampuan karyawan dalam menggunakan keahlian, pengetahuan dan pengalamannya dalam menciptakan suatu produk, pelayanan, prosedur kerja, serta ide-ide baru dalam rangka membuat keputusan, menyelesaikan permasalahan yang ada secara efisien (Woodman et al., 1993). Oleh karena itu, dalam penelitian ini peneliti akan menganalisis sejauh mana peran pemimpin pemberdayaan berpengaruh pada kreativitas karyawan yang bekerja sebagai 13

14 tenaga penjual. Tenaga penjual merupakan karyawan yang membutuhkan otonomi yang lebih besar dari organisasinya. Hal ini dikarenakan tenaga penjual berada pada posisi cross boundary antara konsumen dan organisasi (Aherne et al., 2005). Tenaga penjual harus mampu menjelaskan kepada konsumennya apa yang diinginkan organisasinya dan menjelaskan kepada organisasi apa yang menjadi keinginan konsumennya. Sehingga tenaga penjualan memerlukan otonomi atau tanggung jawab yang lebih besar sehingga mampu mengambil keputusan secara tepat dan melakukan proses penyampaian maksud dan tujuan efektif dan efisien. Berdasarkan penjelasan tersebut maka peneliti ingin menganalisis pengaruh dari perilaku kepemimpinan pemberdayaan (leadership empowerment behaviour) pada kreativitas karyawan melalui pemberdayaan psikologis (psychological empowerment), keterikatan proses kreatif (creative process engagement) dengan variabel moderasi dukungan rekan kerja (coworker support) Perumusan Masalah Menurut (House et al, 1999; dalam Yukl, 2006) kepemimpinan adalah kemampuan dari individu untuk mempengaruhi, memotivasi dan memungkinkan untuk menyokong keefektifan dan kesuksesan organisasi. Gaya kepemimpinan atasan yang mampu memberikan pengakuan, penghargaan dan perilaku mendukung yang ditujukan kepada bawahannya melalui pembimbingan dan pemberian umpan balik dapat mendorong munculnya kreativitas karyawan (Lee, et al., 2010). Peran kepemimpinan yang tepat tentunya mempengaruhi keberhasilan sebuah organisasi. Maka untuk menciptakan salah satu tujuan organisasi yakni kreativitas, diperlukan gaya kepemimpinan yang tepat dalam 14

15 mengelola para karyawan sehingga kreativitas dalam diri karyawan akan terwujud. Perilaku kepemimpinan pemberdayaan sangat relevan dengan kreativitas karena gaya kepemimpinan ini memberikan otonomi bagi karyawannya, dan menurut Amabile et al. (2004), partisipasi dalam pengambilan keputusan dan persepsi otonomi yang didapatkan karyawan merupakan prasayarat penting untuk hasil kreatif. Zhou dan Shalley (2004) membagi faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kreativitas ke dalam dua bagian, yaitu faktor personal dan faktor kontekstual. Faktor personal yang dimaksud terkait dengan kemampuan individu itu sendiri, motivasi intrinsik dan proses kognisi. Konsep motivasi dalam penelitian ini dijabarkan oleh pemberdayaan psikologis. Dan proses kognisi dalam penelitian ini mencakup keterikatan dalam proses kreatif yang nantinya dapat membangun kreativitas karyawan itu sendiri. Beberapa penelitian hanya menjelaskan hubungan kreativitas dengan faktor personal serta dengan gaya kepemimpinan tertentu (Shin & Zhou, 2003; Gong et al., 2009, Pieters et al., 2010; Zhang & Barthol, 2010). Sedangkan menurut Perry dan Smith (2008), untuk menghasilkan ide yang kreatif, karyawan memerlukan dukungan sosial seperti dukungan rekan kerja. Anderson dan Oliver (1987) menunjukkan bahwa seorang tenaga penjual akan lebih menghargai masukan positif dari rekan kerjanya. Hal ini dikarenakan seorang tenaga penjual lebih sering mengkomunikasikan permasalahan kerjanya terkait konsumen yang dihadapi dengan rekan kerjanya, dengan harapan rekan kerja mampu memberikan informasi, dorongan maupun umpan balik yang 15

16 berguna baik kinerja kreatif mereka. Informasi-informasi yang berasal dari rekan kerja membantu tenaga penjual meningkatkan kreativitas mereka dalam berkomunikasi dengan pelanggan, sehingga diharapkan seorang tenaga penjual mampu merencanakan strategi serta pendekatan dengan lebih baik kepada konsumennya (Jolson & Comer, 1997). Berdasarkan perumusan masalah yang telah dijelaskan sebelumnya, maka pertanyaan penelitian ini antara lain: 1. Apakah perilaku kepemimpinan pemberdayaan berpengaruh pada pemberdayaan psikologis? 2. Apakah pemberdayaan psikologis berpengaruh pada keterikatan proses kreatif? 3. Apakah keterikatan proses kreatif berpengaruh pada kreativitas karyawan? 4. Apakah dukungan rekan kerja memoderasi pengaruh keterikatan proses kreatif pada kreativitas karyawan? 1.3. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini antara lain: 1. Menganalisis pengaruh perilaku kepemimpinan pemberdayaan pada pemberdayaan psikologis. 2. Menganalisis pengaruh pemberdayaan psikologis pada keterikatan proses kreatif. 3. Menganalisis pengaruh keterikatan proses kreatif pada kreativitas karyawan. 16

17 4. Menganalisis variabel dukungan rekan kerja sebagai pemoderasi yang dapat memperkuat pengaruh antara keterikatan proses kreatif pada kreativitas karyawan Manfaat Penelitian Adapun hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi diantaranya: 1. Kontribusi empiris Penelitian ini diharapkan dapat membantu peneliti selanjutnya dalam memberikan wawasan dan informasi mengenai keterkaitan perilaku kepemimpinan pemberdayaan dan kreativitas. Karena di Indonesia belum banyak penelitian yang menguji hubungan ini. Hal ini dirasa penting dikarenakan Indonesia merupakan negara dengan power distance yang besar sehingga gaya kepemimpinan ini dianggap mampu mengurangi hubungan yang besar tersebut. 2. Kontribusi praktis Hasil penelitian ini dapat digunakan pemimpin organisasi bagaimana membangun kreativitas karyawan melalui peran perilaku kepemimpinan pemberdayaan Sistematika Penulisan Sistematika penulisan pada penelitian ini terdiri dari lima bab. Tiap bab terdiri dari beberapa sub-bab. Bab I merupakan bab tentang pendahuluan dengan uraian mengenai latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan sistematika penulisan. Bab II berisi tentang kajian pustaka yang membahas pengertian dan teori-teori tentang perilaku kepemimpinan 17

18 pemberdayaan, kreativitas karyawan, pemberdayaan psikologis, keterikatan proses kreatif dan dukungan rekan kerja, pengembangan hipotesis dan model penelitian. Bab III membahas tentang metode penelitian yang terdiri dari desain penelitian, metode pengumpulan data, sampel dan teknik pengumpulan data, definisi operasional, pengujian instrumen, serta metode analisis data. Sementara itu, penjelasan mengenai proses pengumpulan data, deskripsi responden, hasil pengujian instrumen, statistik deskriptif serta pembahasan mengenai hasil pengujian hipotesis dipaparkan dalam bab IV. Bagian terakhir dari sistematika penulisan adalah bab V yang berisi tentang simpulan hasil penelitian, kontribusi penelitian, keterbatasan serta saran bagi penelitian selanjutnya. 18

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahannya berbentuk Republik dengan kehadiran berbagai lembaga

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahannya berbentuk Republik dengan kehadiran berbagai lembaga BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sejak awal Indonesia menyatakan dirinya sebagai negara demokrasi sebagaimana terlihat dalam pembukaan Undang Undang Dasar 1945, dimana pemerintahannya berbentuk Republik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan selalu dituntut memiliki kreativitas yang tinggi karena dapat

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan selalu dituntut memiliki kreativitas yang tinggi karena dapat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perusahaan selalu dituntut memiliki kreativitas yang tinggi karena dapat membantu perusahaan memperoleh keuntungan dan bahkan bisa mendapatkan keunggulan kompetitif.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. tengah persaingan dan lingkungan bisnis yang dinamis serta menciptakan

BAB 1 PENDAHULUAN. tengah persaingan dan lingkungan bisnis yang dinamis serta menciptakan 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hampir semua organisasi menyadari bahwa dalam iklim kompetitif saat ini, inovasi menjadi salah satu kunci sukses untuk mempertahankan eksistensinya di tengah persaingan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dekade terakhir (Jaussi & Dionne, 2003; Joo, McLean, & Yang, 2013). Fokus

BAB I PENDAHULUAN. dekade terakhir (Jaussi & Dionne, 2003; Joo, McLean, & Yang, 2013). Fokus BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Studi Kreativitas menjadi topik yang hangat dan agenda penting dalam dua dekade terakhir (Jaussi & Dionne, 2003; Joo, McLean, & Yang, 2013). Fokus terhadap kreativitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kreativitas merupakan salah satu konstruk yang mendapatkan banyak

BAB I PENDAHULUAN. Kreativitas merupakan salah satu konstruk yang mendapatkan banyak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kreativitas merupakan salah satu konstruk yang mendapatkan banyak perhatian di bidang ilmu perilaku organisasional. Pada tataran praktis, kreativitas dianggap sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari kehidupan sosial masyarakat. Begitu juga bagi kalangan civitas

BAB I PENDAHULUAN. dari kehidupan sosial masyarakat. Begitu juga bagi kalangan civitas BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di era globalisasi ini, organisasi merupakan bagian tak terpisahkan dari kehidupan sosial masyarakat. Begitu juga bagi kalangan civitas akademika yang juga tak bisa

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kepuasan Kerja. seseorang. Menurut Wexley dan Yukl (2005: 129) kepuasan kerja adalah cara

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kepuasan Kerja. seseorang. Menurut Wexley dan Yukl (2005: 129) kepuasan kerja adalah cara BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kepuasan Kerja 1. Definisi Kepuasan Kerja Menurut Kinicki dan Kreitner (2014 : 169) kepuasan kerja adalah sebuah tanggapan afektif atau emosional terhadap berbagai segi pekerjaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kondisi yang ada dengan arah strategis organisasi. Arah strategis organisasi

BAB I PENDAHULUAN. kondisi yang ada dengan arah strategis organisasi. Arah strategis organisasi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tugas-tugas dan prioritas Manajemen Sumber Daya Manusia berkembang dari waktu ke waktu. Hal ini terjadi karena diperlukannya penyesuaian kondisi yang ada dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Inovasi merupakan salah satu hal yang harus selalu dilakukan untuk mengembangkan organisasi menjadi lebih baik, tidak terkecuali pada organisasi non profit seperti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Organisasi bisnis menghadapi faktor-faktor eksternal seperti persaingan dari

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Organisasi bisnis menghadapi faktor-faktor eksternal seperti persaingan dari BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Organisasi bisnis menghadapi faktor-faktor eksternal seperti persaingan dari perusahaan-perusahaan lain, situasi ekonomi, situasi politik dan lainnya. Untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. anak didik kita diberi bekal ilmu yang memadai melalui jalur pendidikan yang

BAB I PENDAHULUAN. anak didik kita diberi bekal ilmu yang memadai melalui jalur pendidikan yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Saat ini perkembangan global begitu cepat dan sangat dinamis. Pendidikan menjadi alat untuk mengatasi keadaan tersebut dan hal itu dapat dilakukan apabila anak didik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menghadapi dinamika perubahan lingkungan. Kondisi tersebut menuntut

BAB I PENDAHULUAN. menghadapi dinamika perubahan lingkungan. Kondisi tersebut menuntut BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Globalisasi menjadi salah satu isu utama yang mendorong perusahaan menghadapi dinamika perubahan lingkungan. Kondisi tersebut menuntut perusahaan untuk senantiasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. persaingan bisnis. Persaingan bisnis yang semakin ketat dan perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. persaingan bisnis. Persaingan bisnis yang semakin ketat dan perkembangan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Semua perusahaan selalu berupaya untuk menjadi pemenang dalam persaingan bisnis. Persaingan bisnis yang semakin ketat dan perkembangan inovasi di era globalisasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Mahkamah Agung sebagai salah satu lembaga tinggi negara yang membawahi

BAB I PENDAHULUAN. Mahkamah Agung sebagai salah satu lembaga tinggi negara yang membawahi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Mahkamah Agung sebagai salah satu lembaga tinggi negara yang membawahi empat badan peradilan memiliki peranan yang penting di masyarakat. Dengan banyaknya

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan sebagai berikut:

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan sebagai berikut: BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan sebagai berikut: 1) Mayoritas wirausahawan yang dibina oleh BCCF memiliki derajat motivasi intrinsik yang tergolong

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sumber legitimasinya berasal dari masyarakat. Masyarakat memberikan kepercayaan kepada

BAB I PENDAHULUAN. sumber legitimasinya berasal dari masyarakat. Masyarakat memberikan kepercayaan kepada BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Organisasi Pemerintah Daerah merupakan lembaga yang menjalankan roda pemerintah yang sumber legitimasinya berasal dari masyarakat. Masyarakat memberikan kepercayaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bagi pegawai dimana perusahaan atau organisasi sekarang berusaha

BAB I PENDAHULUAN. bagi pegawai dimana perusahaan atau organisasi sekarang berusaha BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dewasa ini banyak perusahaan atau organisasi berlomba-lomba untuk menjadi sebuah perusahaan atau organisasi yang menjadi pilihan bagi pegawai dimana perusahaan atau

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. kepercayaan guru pada pimpinan. 4. Kepercayaan guru pada pimpinan memediasi sebagian (partial

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. kepercayaan guru pada pimpinan. 4. Kepercayaan guru pada pimpinan memediasi sebagian (partial BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan sebagai berikut : 1. Kepemimpinan transformasional berpengaruh positif terhadap kepercayaan guru pada pimpinan. 2. Kepercayaan

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. hasil analisis yang telah dilakukan, simpulan yang dapat ditarik dari penelitian ini

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. hasil analisis yang telah dilakukan, simpulan yang dapat ditarik dari penelitian ini BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1. Simpulan Berdasarkan teori-teori yang ada, hasil-hasil penelitian sebelumnya, dan hasil analisis yang telah dilakukan, simpulan yang dapat ditarik dari penelitian ini adalah:

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan perubahan agar organisasi dapat bertahan dan berjalan dengan efektif

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan perubahan agar organisasi dapat bertahan dan berjalan dengan efektif BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kreativitas individual dan organisasional diperlukan untuk beradaptasi dengan perubahan agar organisasi dapat bertahan dan berjalan dengan efektif (Woodman, Sawyer,

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. yang telah dilakukan pada bab sebelumnya adalah: mempengaruhi individu untuk melakukan internalisasi nilai-nilai organisasi

BAB V PENUTUP. yang telah dilakukan pada bab sebelumnya adalah: mempengaruhi individu untuk melakukan internalisasi nilai-nilai organisasi BAB V PENUTUP A. Simpulan Beberapa kesimpulan yang dapat ditarik atas hasil analisis dan pembahasan yang telah dilakukan pada bab sebelumnya adalah: 1. Identifikasi organisasional berpengaruh positif dan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. A. Tinjauan Pustaka. dari beberapa ahli mengenai Kepemimpinan. Pendapat tersebut adalah sebagai berikut :

BAB II LANDASAN TEORI. A. Tinjauan Pustaka. dari beberapa ahli mengenai Kepemimpinan. Pendapat tersebut adalah sebagai berikut : BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Kepemimpinan 1.1 Pengertian Kepemimpinan Untuk lebih memahami arti Kepemimpinan, maka berikut ini dikutip pendapat dari beberapa ahli mengenai Kepemimpinan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. organisasi. Karir di masa sekarang jauh berbeda dengan karir di masa lalu.

BAB I PENDAHULUAN. organisasi. Karir di masa sekarang jauh berbeda dengan karir di masa lalu. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karir menjadi salah satu penghubung utama bagi individu dengan organisasi. Karir di masa sekarang jauh berbeda dengan karir di masa lalu. Di masa lalu tidak terpikirkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam organisasi, empowerment berarti pemberian wewenang untuk

BAB I PENDAHULUAN. Dalam organisasi, empowerment berarti pemberian wewenang untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam organisasi, empowerment berarti pemberian wewenang untuk pengambilan keputusan dari individu yang memiliki tingkat otoritas tinggi kepada individu yang memiliki

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Perilaku Kerja Inovatif Sajiwo (2014) mengungkapkan inovasi adalah suatu proses memikirkan dan mengimplementasikan pemikiran tersebut, sehingga menghasilkan

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. kepemimpinan transformasional organisasi pada kinerja organisasi dan menguji

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. kepemimpinan transformasional organisasi pada kinerja organisasi dan menguji 97 BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1. SIMPULAN Penelitian ini memiliki tujuan untuk menguji pengaruh positif gaya kepemimpinan transformasional organisasi pada kinerja organisasi dan menguji peran pemediasi

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. dengan referensi pada sejumlah standar seperti biaya-biaya masa lalu atau yang

BAB II LANDASAN TEORI. dengan referensi pada sejumlah standar seperti biaya-biaya masa lalu atau yang BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Kinerja Kinerja menurut Soetjipto (1997) merupakan suatu istilah secara umum yang digunakan untuk sebagian atau seluruh tindakan atau aktivitas dari suatu organisasi pada suatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. orang-orang yang terdapat dalam instansi tersebut. Oleh karena itu

BAB I PENDAHULUAN. orang-orang yang terdapat dalam instansi tersebut. Oleh karena itu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Suatu instansi didirikan karena mempunyai tujuan yang ingin dicapai. Dalam mencapai tujuannya setiap instansi dipengaruhi oleh perilaku dan sikap orang-orang

Lebih terperinci

REKOMENDASI DAN RENCANA IMPLEMENTASI

REKOMENDASI DAN RENCANA IMPLEMENTASI BAB IV REKOMENDASI DAN RENCANA IMPLEMENTASI 4.1 Rekomendasi 4.1.1 Rekomendasi untuk Peningkatan Lingkungan Entrepreneurial Rekomendasi yang diberikan disini adalah untuk mengetahui apa yang seharusnya

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perubahan lingkungan bisnis yang sangat cepat dan komplek

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perubahan lingkungan bisnis yang sangat cepat dan komplek BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perubahan lingkungan bisnis yang sangat cepat dan komplek seperti demokrafi, geografis, jenis bisnis, lingkungan bisnis, serta dampak globalisasi, mengharuskan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan organisasi. Terlebih, kepemimpinan dari seorang pemimpin

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan organisasi. Terlebih, kepemimpinan dari seorang pemimpin BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Kepemimpinan akhir-akhir ini mulai menjadi sorotan dalam menilai suatu perkembangan organisasi. Terlebih, kepemimpinan dari seorang pemimpin organisasi dianggap menjadi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. yang mendefinisikan work engagement adalah tingkat keterikatan fisik,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. yang mendefinisikan work engagement adalah tingkat keterikatan fisik, BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PERUMUSAN HIPOTESIS 2.1. TINJAUAN PUSTAKA 2.1.1. Work Engagement Konsep engagement atau keterikatan dipopulerkan oleh Kahn (1990) yang mendefinisikan work engagement adalah

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. Universitas Indonesia

1. PENDAHULUAN. Universitas Indonesia 1 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perusahaan ritel (eceran) merupakan bagian yang penting dalam kehidupan perokonomian suatu negara, terutama dalam proses distribusi barang dan jasa dari produsen ke

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. punggung utama penerapan BPJS Ketenagakerjaan. Jaminan Sosial) Ketenagakerjaan. PT Jamsostek (Persero) sebelum

BAB I PENDAHULUAN. punggung utama penerapan BPJS Ketenagakerjaan. Jaminan Sosial) Ketenagakerjaan. PT Jamsostek (Persero) sebelum BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sebagai wujud aplikasi UUD 1945 Bab XIV tentang Kesejahteraan Sosial dan implementasi Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) sebagaimana diatur oleh Undang-Undang

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 8 BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Gaya Kepemimpinan Fungsi kepemimpinan dalam suatu organisasi, tidak dapat dibantah merupakan suatu fungsi yang sangat penting bagi keberadaan dan kemajuan organisasi yang bersangkutan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. organisasi, kenyataannya, banyak rintangan yang dilalui. menjawab dalam menghadapi perubahan-perubahan ini.

BAB I PENDAHULUAN. organisasi, kenyataannya, banyak rintangan yang dilalui. menjawab dalam menghadapi perubahan-perubahan ini. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Banyaknya tantangan yang dihadapi oleh organisasi sekarang menjadi salah satu pertimbangan dalam pengambilan keputusan yang harus dihadapi oleh organisasi, kenyataannya,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kepemimpinan adalah hal yang menjadi topik penting dalam setiap penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kepemimpinan adalah hal yang menjadi topik penting dalam setiap penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kepemimpinan adalah hal yang menjadi topik penting dalam setiap penelitian yang diarahkan untuk mengkaji sebuah organisasi. Di dalam sebuah organisasi bisnis

Lebih terperinci

BAB II TELAAH LITERATUR DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. Path-goal theory menjelaskan dampak gaya kepemimpinan pada motivasi

BAB II TELAAH LITERATUR DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. Path-goal theory menjelaskan dampak gaya kepemimpinan pada motivasi BAB II TELAAH LITERATUR DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS 2.1 Pengertian Path Goal Theory Path-goal theory menjelaskan dampak gaya kepemimpinan pada motivasi bawahan, kepuasan dan kinerjanya (Luthans, 2006) dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam menghadapi tantangan lingkungan organisasi harus lebih

BAB I PENDAHULUAN. Dalam menghadapi tantangan lingkungan organisasi harus lebih BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam menghadapi tantangan lingkungan organisasi harus lebih kompetitif. Tidak bisa hanya mempertahankan status quo, organisasi harus berubah terus-menerus dan perubahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menyediakan kerangka komprehensif bagi eksekutif untuk digunakan dalam

BAB I PENDAHULUAN. menyediakan kerangka komprehensif bagi eksekutif untuk digunakan dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Balanced scorecard (BSC) merupakan sebuah alat manajemen yang menyediakan kerangka komprehensif bagi eksekutif untuk digunakan dalam menerjemahkan visi dan strategi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Dewasa ini perkembangan organiasi mengalami perubahan, Perubahan

BAB 1 PENDAHULUAN. Dewasa ini perkembangan organiasi mengalami perubahan, Perubahan 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Dewasa ini perkembangan organiasi mengalami perubahan, Perubahan tersebut terjadi akibat adanya era globalisasi yang mempengaruhi perubahan disegala bidang.

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan analisis hasil pengolahan data yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Kepemimpinan transformasional memiliki pengaruh yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan perubahan organisasi. Alat secanggih apapun yang dimiliki suatu

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan perubahan organisasi. Alat secanggih apapun yang dimiliki suatu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kunci sukses sebuah organisasi terletak pada sumber daya manusia yaitu sebagai inisiator dan agen perubahan yang secara bersama meningkatkan kemampuan perubahan

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa hipotesis 1 (H 1 ) tidak didukung. mempengaruhi secara signifikan pada kinerja guru.

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa hipotesis 1 (H 1 ) tidak didukung. mempengaruhi secara signifikan pada kinerja guru. BAB V SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan Berdasarkan hasil uji hipotesis dan pembahasan dalam penelitian ini, dapat diambil kesimpulan sebagai berikut. 1. Kepemimpinan transaksional berpengaruh positif namun

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. Bab ini berisi simpulan dari hasil penelitian, keterbatasan penelitian, dan

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. Bab ini berisi simpulan dari hasil penelitian, keterbatasan penelitian, dan BAB V SIMPULAN DAN SARAN Bab ini berisi simpulan dari hasil penelitian, keterbatasan penelitian, dan saran bagi penelitian selanjutnya, serta implikasi penelitian (teori dan manajerial/praktikal) 5.1 Simpulan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Fokus penelitian pada keluaran organisasi telah banyak dilakukan

BAB I PENDAHULUAN. Fokus penelitian pada keluaran organisasi telah banyak dilakukan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Fokus penelitian pada keluaran organisasi telah banyak dilakukan karena dapat dijadikan sebagai tolok ukur keberhasilan organisasi dan tingkat keberlangsungan organisasi

Lebih terperinci

(Survey Pada Rumah Sakit Di Wilayah Kabupaten Klaten)

(Survey Pada Rumah Sakit Di Wilayah Kabupaten Klaten) PENGARUH PARTISIPASI PENYUSUNAN ANGGARAN TERHADAP KINERJA MANAJERIAL DENGAN PELIMPAHAN WEWENANG, BUDAYA ORGANISASI, DAN LOCUS OF CONTROL SEBAGAI VARIABEL PEMODERASI (Survey Pada Rumah Sakit Di Wilayah

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. transformasional dan iklim psikologis pada kinerja karyawan, maka berdasarkan pada

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. transformasional dan iklim psikologis pada kinerja karyawan, maka berdasarkan pada BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Sesuai dengan tujuannya yaitu untuk menguji pengaruh perilaku kepemimpinan transformasional dan iklim psikologis pada kinerja karyawan, maka berdasarkan pada hasil

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kemampuannya mewujudkan organisasi yang profesional, efektif, efisien,

BAB I PENDAHULUAN. kemampuannya mewujudkan organisasi yang profesional, efektif, efisien, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Mahkamah Agung (MA) saat ini tengah menghadapi suatu perubahan lingkungan seperti yang tersurat dalam Cetak Biru Pembaharuan Peradilan tahun 2010-2035. MA sebagai salah

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Dewasa ini, perekonomian dunia yang semakin maju menuntut perusahaanperusahaan

PENDAHULUAN. Dewasa ini, perekonomian dunia yang semakin maju menuntut perusahaanperusahaan PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa ini, perekonomian dunia yang semakin maju menuntut perusahaanperusahaan yang ada menghadapi berbagai tantangan. Tantangan perusahaan di era digitalisasi sekarang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. meningkat. Era globalisasi ditandai dengan terjadinya perubahan-perubahan pada

BAB I PENDAHULUAN. meningkat. Era globalisasi ditandai dengan terjadinya perubahan-perubahan pada BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Persaingan dan globalisasi merupakan hal yang tidak dapat dihindari di dalam dunia bisnis dan industri. Ulrich (1997) mengatakan bahwa konsep globalisasi bukanlah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. inovasi. Perusahaan yang ingin tetap bertahan dalam lingkungan bisnis harus

BAB I PENDAHULUAN. inovasi. Perusahaan yang ingin tetap bertahan dalam lingkungan bisnis harus BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manajemen sumber daya manusia sangat penting bagi perusahaan dalam mengelola, mengatur, dan memanfaatkan sumber daya manusia yang dimiliki sehingga dapat meningkatkan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Lamba dan Choudary (2013) menyebutkan bahwa komitmen adalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Lamba dan Choudary (2013) menyebutkan bahwa komitmen adalah BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Landasan Teori dan Konsep 2.1.1 Komitmen organisasional Lamba dan Choudary (2013) menyebutkan bahwa komitmen adalah semacam ikatan antara karyawan dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. agar tujuan individu konsisten dengan tujuan organisasi itu sendiri (Anthony

BAB I PENDAHULUAN. agar tujuan individu konsisten dengan tujuan organisasi itu sendiri (Anthony BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam menghadapi lingkungan yang cepat berubah, suatu perusahaan dituntut untuk meningkatkan efektifitas sistem pengendalian manajemen. Sistem pengendalian manajemen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memasuki era pemerintahan yang kompetitif tersebut. Kemampuan ini sangat

BAB I PENDAHULUAN. memasuki era pemerintahan yang kompetitif tersebut. Kemampuan ini sangat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Adanya perubahan politik dan administrasi pemerintahan melalui pemberian otonomi luas kepada Daerah Kabupaten dan Daerah Kota sebagaimana dimaksudkan dalam Undang-Undang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tercapai produktivitas kerja karyawan. Kinerja karyawan yang tinggi sangatlah

BAB I PENDAHULUAN. tercapai produktivitas kerja karyawan. Kinerja karyawan yang tinggi sangatlah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pada saat ini perekonomian dan teknologi secara terus-menerus berkembang dan bangsa Indonesia dituntut untuk meningkatkan kinerja disegala sektor usaha agar

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. responden yang menjadi sampel yaitu seluruh Agen penjualan asuransi pada AJB

BAB V PENUTUP. responden yang menjadi sampel yaitu seluruh Agen penjualan asuransi pada AJB BAB V PENUTUP 5.1. Simpulan Setelah dilakukan penelitian dengan menyebarkan kuesioner kepada responden yang menjadi sampel yaitu seluruh Agen penjualan asuransi pada AJB Bumiputera 1912 Kantor Cabang Purwodadi

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN KETERBATASAN

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN KETERBATASAN BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN KETERBATASAN A. Simpulan Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa: 1. Kepuasan komunikasi organisasional memiliki pengaruh yang positif signifikan terhadap kepuasan kerja.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sumber daya manusia merupakan komponen utama suatu organisasi yang menjadi perencana dan pelaku aktif dalam setiap aktivitas organisasi. Mereka mempunyai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sekolah merupakan institusi yang kompleks. Kompleksitas tersebut,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sekolah merupakan institusi yang kompleks. Kompleksitas tersebut, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sekolah merupakan institusi yang kompleks. Kompleksitas tersebut, bukan saja dari masukannya yang bervariasi, melainkan dari proses pembelajaran yang diselenggarakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pergeseran industri dan perubahan perilaku karyawan. Sumber daya manusia (SDM)

BAB I PENDAHULUAN. pergeseran industri dan perubahan perilaku karyawan. Sumber daya manusia (SDM) BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perasaingan dalam dunia bisnis merupakan tantangan yang harus dihadapi oleh organisasi. Organisasi dituntut untuk mampu menghadapi perubahan paradigma, pergeseran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Berbicara mengenai pendidikan, maka tidak bisa dilepaskan dari peranan sekolah sebagai wadah penggemblengan generasi penerus, dan peranan pendidik sebagai

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. yang dilakukan di Hotel Santika Premiere Slipi, Jakarta. Kuesioner yang

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. yang dilakukan di Hotel Santika Premiere Slipi, Jakarta. Kuesioner yang BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan Penelitian ini membahas mengenai pengaruh core self-evaluation pada work engagement dengan iklim psikologis sebagai variabel moderasi yang dilakukan di Hotel

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kepemimpinan merupakan suatu proses seseorang pemimpin mempengaruhi

BAB I PENDAHULUAN. Kepemimpinan merupakan suatu proses seseorang pemimpin mempengaruhi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam sebuah organisasi, kepemimpinan merupakan fondasi penting organsasi yang sering mendapatkan perhatian khusus dari organisasi. Kepemimpinan merupakan suatu proses

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Teori kognitif dikembangkan oleh Jean Piaget pada tahun Piaget

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Teori kognitif dikembangkan oleh Jean Piaget pada tahun Piaget BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori Kognitif Teori kognitif dikembangkan oleh Jean Piaget pada tahun 1896-1980. Piaget berpendapat bahwa proses berpikir sebagai aktivitas gradual dan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Perilaku Inovatif Kerja 1. Definisi Perilaku Inovatif Kerja West dan Farr (dalam West, 2006) mengatakan inovasi bisa diartikan sebagai pengenalan dan pengaplikasian ide, proses,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bab pertama ini berisi pembahasan mengenai latar belakang, identifikasi masalah,

BAB I PENDAHULUAN. Bab pertama ini berisi pembahasan mengenai latar belakang, identifikasi masalah, 1 BAB I PENDAHULUAN Bab pertama ini berisi pembahasan mengenai latar belakang, identifikasi masalah, tujuan, kegunaan penelitian, model penelitian, waktu penelitian, serta sistematika penulisan laporan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dinas pendidikan pemuda dan olahraga memiliki kebijakan mutu yaitu

BAB I PENDAHULUAN. Dinas pendidikan pemuda dan olahraga memiliki kebijakan mutu yaitu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dinas pendidikan pemuda dan olahraga memiliki kebijakan mutu yaitu pimpinan dan seluruh pegawai dinas pendidikan pemuda dan olahraga Kabupaten Deli Serdang berkomitmen

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Merriam Webster dalam (Zangaro, 2001), menyimpulkan definisi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Merriam Webster dalam (Zangaro, 2001), menyimpulkan definisi BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1. Komitmen Organisasi 1.1 Definisi Komitmen Organisasi Kata komitmen berasal dari kata latin yang berarti to connect. Merriam Webster dalam (Zangaro, 2001), menyimpulkan definisi

Lebih terperinci

TESIS. Oleh Oleh : Edy Pramono NIM : P

TESIS. Oleh Oleh : Edy Pramono NIM : P PENGARUH GAYA KEPEMIMPINAN DAN MOTIVASI KERJA KARYAWAN TERHADAP EFEKTIFITAS LAYANAN PENERBITAN AKTA KELAHIRAN DAN PERKAWINAN DI DINAS KEPENDUDUKAN DAN CATATAN SIPIL KOTA SURAKARTA TESIS Oleh Oleh : Edy

Lebih terperinci

PERTEMUAN 13 dan 14: KEPEMIMPINAN. DIKTAT KULIAH: TEORI ORGANISASI UMUM 1 Dosen: Ati Harmoni 1

PERTEMUAN 13 dan 14: KEPEMIMPINAN. DIKTAT KULIAH: TEORI ORGANISASI UMUM 1 Dosen: Ati Harmoni 1 Dosen: Ati Harmoni 1 PERTEMUAN 13 dan 14: KEPEMIMPINAN TUJUAN PEMBELAJARAN Setelah memelajari Bab ini mahasiswa dapat memahami tentang teori dan tipe kepemimpinan SASARAN BELAJAR: Setelah memelajari Bab

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. daya sekolah untuk dapat menjalankan tugas secara profesional.

BAB I PENDAHULUAN. daya sekolah untuk dapat menjalankan tugas secara profesional. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kinerja sekolah merupakan representasi dari kinerja semua sumber daya yang ada di sekolah dalam melaksanakan tugas sebagai upaya mewujudkan tujuan sekolah. Kinerja

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. Universitas Indonesia

1. PENDAHULUAN. Universitas Indonesia 1 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Kewirausahaan telah lama menjadi perhatian penting dalam mengembangkan pertumbuhan sosioekonomi suatu negara (Zahra dalam Peterson & Lee, 2000). Dalam hal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. meneliti masalah kreativitas dalam organisasi. Jika seluruh individu dalam. berada pada lingkungan usaha yang bersifat kompetitif.

BAB I PENDAHULUAN. meneliti masalah kreativitas dalam organisasi. Jika seluruh individu dalam. berada pada lingkungan usaha yang bersifat kompetitif. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu hal yang nyaris luput dari perhatian para peneliti saat ini yaitu mengenai kreativitas dalam organisasi, untuk itu peneliti tertarik untuk meneliti masalah

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. khas minang di kota Padang dengan menguji hubungan antara entrepreneurial

BAB V PENUTUP. khas minang di kota Padang dengan menguji hubungan antara entrepreneurial BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis faktor yang menentukan kinerja pada industri mikro, kecil, dan menengah (IKM) makanan khas minang di kota Padang dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai peran utama dalam menentukan dinamika dari semua sumber yang

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai peran utama dalam menentukan dinamika dari semua sumber yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kepemimpinan sebagai sebuah konsep manajemen di dalam kehidupan organisasi mempunyai kedudukan yang strategis dan merupakan gejala sosial yanga selalu diperlukan dalam

Lebih terperinci

PENGARUH KEPEMIMPINAN TERHADAP PERILAKU CITIZENSHIP, KEPUASAN KERJA DAN KOMITMEN ORGANISASIONAL (Studi Empiris pada Pemerintah Kotamadya Surakarta)

PENGARUH KEPEMIMPINAN TERHADAP PERILAKU CITIZENSHIP, KEPUASAN KERJA DAN KOMITMEN ORGANISASIONAL (Studi Empiris pada Pemerintah Kotamadya Surakarta) PENGARUH KEPEMIMPINAN TERHADAP PERILAKU CITIZENSHIP, KEPUASAN KERJA DAN KOMITMEN ORGANISASIONAL (Studi Empiris pada Pemerintah Kotamadya Surakarta) Diajukan Untuk Memenuhi Tugas dan Syarat-syarat Guna

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia (Widyaningrum, 2015). Hasil penelitian oleh Mello (2011: Widyaningrum, 2015)

BAB I PENDAHULUAN. manusia (Widyaningrum, 2015). Hasil penelitian oleh Mello (2011: Widyaningrum, 2015) BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pandangan mengenai manusia atau karyawan sebagai aset utama perusahaan atau organisasi menjadi isu utama pada saat ini, khususnya di dalam manajemen sumber daya manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam sebuah organisasi, adalah perilaku extra-role atau perilaku baik warga

BAB I PENDAHULUAN. dalam sebuah organisasi, adalah perilaku extra-role atau perilaku baik warga BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Persoalan umum yang dihadapi institusi pendidikan dan guru berkaitan dengan salah satu dari tiga perilaku penting dari seorang pegawai dalam sebuah organisasi,

Lebih terperinci

untuk dapat terus mempertahankan kualitas kinerjanya. Perkembangan zaman juga menyebabkan persaingan antar perusahaan semakin ketat.

untuk dapat terus mempertahankan kualitas kinerjanya. Perkembangan zaman juga menyebabkan persaingan antar perusahaan semakin ketat. Perubahan zaman yang semakin berkembang menuntut perusahaanperusahaan untuk dapat terus mempertahankan kualitas kinerjanya. Perkembangan zaman juga menyebabkan persaingan antar perusahaan semakin ketat.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini berisi latar belakang penelitian yang mendasari penulis untuk

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini berisi latar belakang penelitian yang mendasari penulis untuk BAB I PENDAHULUAN Bab ini berisi latar belakang penelitian yang mendasari penulis untuk melakukan penelitian, pertanyaan penelitian, tujuan penelitian yang ingin dicapai, manfaat penelitian yang diharapkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tergantung kepada anggota organisasinya. Apabila organisasi dapat mengelola

BAB I PENDAHULUAN. tergantung kepada anggota organisasinya. Apabila organisasi dapat mengelola BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Suatu organisasi dikatakan berhasil dalam mencapai tujuan sangat tergantung kepada anggota organisasinya. Apabila organisasi dapat mengelola karyawan atau pegawai dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Sutarto dalam buku Usman (2009:146) dalam buku Manajemen : Teori,

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Sutarto dalam buku Usman (2009:146) dalam buku Manajemen : Teori, BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Menurut Sutarto dalam buku Usman (2009:146) dalam buku Manajemen : Teori, Praktik, dan Riset Pendidikan menjelaskan organisasi adalah kumpulan orang, proses pembagian

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. Simpulan yang dapat ditarik pada penelitian ini adalah: perhatian pada pengikut (House, 1996). Visi, hope/faith, dan altruistic love

BAB V PENUTUP. Simpulan yang dapat ditarik pada penelitian ini adalah: perhatian pada pengikut (House, 1996). Visi, hope/faith, dan altruistic love BAB V PENUTUP 5.1. Simpulan Simpulan yang dapat ditarik pada penelitian ini adalah: a. Kepemimpinan spiritual berpengaruh positif signifikan pada harga diri karyawan. Path-goal leadership theory membantu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Persaingan di dalam organisasi merupakan konsekuensi logis untuk. bersaing untuk mencapai yang terbaik (Gudono, 2014).

BAB I PENDAHULUAN. Persaingan di dalam organisasi merupakan konsekuensi logis untuk. bersaing untuk mencapai yang terbaik (Gudono, 2014). BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Persaingan di dalam organisasi merupakan konsekuensi logis untuk maksimalisasi fungsi utilitas yang terkendala oleh sumber daya yang terbatas. Persaingan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Di era globalisasi dewasa ini, sebuah perusahaan bertaraf nasional maupun

BAB I PENDAHULUAN. Di era globalisasi dewasa ini, sebuah perusahaan bertaraf nasional maupun BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di era globalisasi dewasa ini, sebuah perusahaan bertaraf nasional maupun internasional harus bekerja secara kompetitif dengan meningkatkan efektifitas dan efisiensi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manajemen sumber daya manusia (Saks, 2006). Para praktisi organisasi dan para

BAB I PENDAHULUAN. manajemen sumber daya manusia (Saks, 2006). Para praktisi organisasi dan para BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Employee engagement merupakan konsep yang relatif baru bagi manajemen. Konsep ini menjadi sebuah pembahasan yang menarik bagi perkembangan ilmu manajemen sumber

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kinerja karyawan merupakan potret dari kinerja organisasi secara keseluruhan

BAB I PENDAHULUAN. Kinerja karyawan merupakan potret dari kinerja organisasi secara keseluruhan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kinerja karyawan merupakan potret dari kinerja organisasi secara keseluruhan (Ambarwati, 2003). Pentingnya peran kinerja karyawan dapat dilihat dari intensitas perusahaan-perusahaan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Persepsi Dukungan Organisasi 2.1.1.1 Pengertian Persepsi Dukungan Organisasi Persepsi dukungan organisasi mengacu pada persepsi karyawan mengenai sejauh mana

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Tinggi Swasta terkemuka di Bandung. UTama secara konsisten berkomitmen untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. Tinggi Swasta terkemuka di Bandung. UTama secara konsisten berkomitmen untuk 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Universitas Widyatama (UTama) adalah salah satu Institusi Pendidikan Tinggi Swasta terkemuka di Bandung. UTama secara konsisten berkomitmen untuk mewujudkan suatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perubahan lingkungan organisasi yang semakin kompleks dan kompetitif,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perubahan lingkungan organisasi yang semakin kompleks dan kompetitif, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perubahan lingkungan organisasi yang semakin kompleks dan kompetitif, menuntut setiap organisasi dan perusahaan untuk bersikap lebih responsif agar sanggup

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. rumusan masalah dan pertanyaan penelitian, tujuan penelitian, manfaat dan lingkup

BAB I PENDAHULUAN. rumusan masalah dan pertanyaan penelitian, tujuan penelitian, manfaat dan lingkup BAB I PENDAHULUAN Bagian ini menyajikan latar belakang, masalah penelitian yang dijabarkan dalam rumusan masalah dan pertanyaan penelitian, tujuan penelitian, manfaat dan lingkup penelitian serta sistematika

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. meningkatkan kepuasaan pelanggan sangatlah sengit. Terbukti dengan banyaknya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. meningkatkan kepuasaan pelanggan sangatlah sengit. Terbukti dengan banyaknya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada era globalisasi seperti sekarang ini, persaingan antar perusahaan untuk meningkatkan kepuasaan pelanggan sangatlah sengit. Terbukti dengan banyaknya perusahaan-perusahaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kompetisi lingkungan bisnis terkini tengah membutuhkan sumber daya manusia

BAB I PENDAHULUAN. Kompetisi lingkungan bisnis terkini tengah membutuhkan sumber daya manusia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kompetisi lingkungan bisnis terkini tengah membutuhkan sumber daya manusia handal yang menguasai lingkup kompetensi kerja secara profesional. Hal tersebut diperlukan

Lebih terperinci

PSIKOLOGI KEPEMIMPINAN

PSIKOLOGI KEPEMIMPINAN Modul ke: PSIKOLOGI KEPEMIMPINAN Kepemimpinan Partsipatif, Delegasi, dan pemberdayaan Fakultas PSIKOLOGI Dian Din Astuti Mulia, S.Psi., M.A Program Studi PSIKOLOGI www.mercubuana.ac.id Kepemimpinan Partisipatif,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kritis dan secara kolektif tantangan-tantangan tersebut menuntut organisasi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kritis dan secara kolektif tantangan-tantangan tersebut menuntut organisasi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Abad 21 bidang organisasi bisnis dihadapkan pada tantangan bisnis yang kritis dan secara kolektif tantangan-tantangan tersebut menuntut organisasi membangun

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. fase diyakini sebagai titik di mana ide ini pertama kali diadopsi, yaitu titik

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. fase diyakini sebagai titik di mana ide ini pertama kali diadopsi, yaitu titik BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PERUMUSAN HIPOTESIS 2. 1. TINJAUAN PUSTAKA 2. 1. 1 Perilaku Kerja Inovatif Teori inovasi sering menggambarkan proses inovasi yang terdiri dari dua fase utama: inisiasi dan implementasi.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Setiap organisasi memiliki berbagai tujuan. Untuk mencapai tujuannya,

BAB I PENDAHULUAN. Setiap organisasi memiliki berbagai tujuan. Untuk mencapai tujuannya, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap organisasi memiliki berbagai tujuan. Untuk mencapai tujuannya, organisasi biasanya berusaha meningkatkan produktifitas, kemampuan berinovasi, dan kemampuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. proses pembelajaran yang merupakan inti dari kegiatan sekolah.

BAB I PENDAHULUAN. proses pembelajaran yang merupakan inti dari kegiatan sekolah. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sumber daya manusia adalah aset organisasi yang paling berharga (Shah, 2012), karena tanpa sumber daya manusia yang berkualitas maka organisasi tidak akan bertahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Setiap organisasi baik itu swasta maupun pemerintah akan berupaya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Setiap organisasi baik itu swasta maupun pemerintah akan berupaya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap organisasi baik itu swasta maupun pemerintah akan berupaya dan berorientasi pada tujuan jangka panjang, sejalan dengan itu maka Universitas Muhammadiyah

Lebih terperinci