PENERAPAN REKAYASA NILAI PADA PROYEK PEMBANGUNAN ASRAMA X PROVINSI BALI

Transkripsi

1 JURNAL TEKNIK POMITS Vol.,, (203) 6 PENERAPAN REKAYASA NILAI PADA PROYEK PEMBANGUNAN ASRAMA X PROVINSI BALI Tatia Ardilla, Cahyono Bintang Nurcahyo Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Institut Teknologi Sepuluh Nopember Jl. Arief Rahman Hakim, Surabaya 60 tia.ardilla@gmail.com Abstrak Pembangunan asrama X Provinsi Bali ini terdiri dari 4 lantai dengan luas bangunan sekitar 245 m² dan menghabiskan biaya sekitar 2, milyar rupiah. Dibandingkan dengan pembangunan asrama mahasiswa UI pada tahun 202 yang menghabiskan biaya sekitar 7,45 juta rupiah per m², pembangunan asrama X ini menghabiskan lebih banyak biaya yaitu sekitar 9,7 juta per m². Sedangkan asrama ini samasama dibangun untuk kelas mahasiswa. Meskipun pada asrama X ini terdapat keunikan yaitu adanya ornamenornamen Bali yang harus ada, tetapi biaya pengeluaran pembangunan asrama X ini tetap terlalu mahal. Selain itu pendanaan yang berasal dari APBD Provinsi Bali membuat bangunan ini harus dibangun dengan biaya seminimal mungkin. Oleh karena itu perlu dilakukan suatu metode yang dapat meminimalkan biaya pembangunan tetapi tetap dalam batasan fungsi yaitu metode Rekayasa Nilai (Value Engineering). Dalam penerapan rekayasa nilai pada proyek ini digunakan metode atau teknik Rencana Kerja Rekayasa Nilai (Job Plan) berdasarkan teori DOD (Departement of Defense Amerika Serikat) yang tercantum dalam buku Manajemen Proyek (Soeharto, 200),yaitu rencana kerja rekayasa nilai yang terdiri dari 5 tahap, yaitu tahap Informasi, tahap Spekulasi, tahap Analisis, tahap Pengembangan, dan tahap Penyajian dan Tindak Lanjut. Dari hasil penerapan rekayasa nilai pada proyek pembangunan asrama X Provinsi Bali, didapat item pekerjaan berbiaya tinggi yaitu struktur pelat, pekerjaan listplank atap, pekerjaan penutup atap (genteng), dan pekerjaan pasangan bata, plesteran, dan acian. Penghematan yang didapatkan sebesar pekerjaan struktur pelat Rp ,57 (6,846%), pekerjaan ataplistplank Rp ,07 (45,20%), pekerjaan atappenutup atap (genteng) Rp ,48 (44,38%), pekerjaan pasangan bata, plesteran, dan acian sebesar Rp ,0 (9,258%). Jadi total penghematan yang dilakukan adalah sebesar Rp ,23. Kata kunci : Gedung Asrama, Rekayasa Nilai I. PENDAHULUAN Pembangunan asrama X di Provinsi Bali bertujuan sebagai tempat tinggal sementara bagi sekelompok orang karena adanya aktivitas yang berlangsung secara terusmenerus dalam jangka waktu lama. Pembangunan asrama X ini penting sehingga pemerintah Provinsi Bali harus membangun asrama X ini dengan pembiayaan dari APBD Provinsi Bali. Karena keterbatasan APBD ini, maka penting sekali untuk meminimalkan pengeluaran APBD akibat dari pembangunan asrama X ini. Terdiri dari 4 lantai dengan luas bangunan sekitar 245 m², pembangunan asrama X Provinsi Bali ini menghabiskan biaya hampir 2, milyar rupiah. Dibandingkan dengan pembangunan asrama mahasiswa UI pada tahun 202 yang menghabiskan biaya sekitar 7,3 juta rupiah per m² atau sekitar 7,45 juta per m² bila dikonversikan dengan indeks harga di Bali, pembangunan asrama X ini menghabiskan lebih banyak biaya yaitu sekitar 9,7 juta per m². Sedangkan asrama ini samasama dibangun untuk kelas mahasiswa. Meskipun pada asrama X ini terdapat keunikan yaitu adanya ornamenornamen Bali yang harus ada, tetapi biaya pengeluaran pembangunan asrama X ini tetap terlalu mahal. Oleh karena itu perlu dilakukan suatu metode yang dapat meminimalkan biaya pembangunan tetapi tetap dalam batasan fungsi yaitu metode Rekayasa Nilai (Value Engineering). Dalam melaksanakan studi ini, penulis berusaha menjelaskan item pekerjaan apa saja yang termasuk item pekerjaan berbiaya tinggi dalam pembangunan asrama X, selain itu penulis juga memberikan alternatif terbaik pengganti item berbiaya tinggi. Serta penulis juga menghitung besarnya penghemaan biaya yang dihasilkan setelah penerapan rekayasa nilai pada proyek tersebut. II. METODE Metode yang digunakan dalam penerapan proses rekayasa nilai digambarkan pada flowchartgambar 2. Latar Belakang Perumusan Masalah Studi Literatur Pembatasan Masalah Tahap Informasi Tahap Spekulasi :. KeuntunganKerugian 2. Analisa Struktur Tahap Pengembangan. Life Cycle 2. AHP Tahap Penyajian dan Tindak Lanjut Kesimpulan Gambar 2. Diagram Alir Metode Penelitian

2 JURNAL TEKNIK POMITS Vol.,, (203) 6 2 Pada tahap pertama adalah tahap informasi. Pada proses ini dilakukan 4 analisa yaitu Model, Breakdown, Analisa Grafik Pareto, dan analisa fungsi (Dell Isolla, 975). Tahap selanjutnya adalah tahap spekulasi. Pada tahap ini analisa dilakukan dengan menanyakan apakah ada alternatif lain yang dapat memenuhi fungsi atau kegunaan yang sama. yang diusulkan dapat berupa pengurangan komponen, penyederhanaan, ataupun modifikasi dengan tetap mempertahankan fungsi utama dari objek. Pada tahap ini dibutuhkan kreatifitas. Tahap ketiga adalah tahap analisa. Pada tahap ini, alternatifalternatif yang telah didapat dari tahap spekulasi sebelumnya dianalisa agar dapat memberikan alternatif yang terbaik yang sesuai dengan fungsinya serta memiliki kualitas yang baik. Ada 2 analisa yang dilakukan yaitu analisa keuntungan dan kerugian dan analisa struktur. Tahap berikutnya adalah tahap pengembangan. Pada tahap ini alternatifalternatif yang terpilih dikembangkan sehingga bisa menjadi usulan yang lengkap. Analisa yang akan dilakukan analisa Life Cycle dan AHP (Analytical Hierarchy Process) Menurut AIA, Coffee, dan Morgan (999), Life Cycle atau yang bisa disebut dengan biaya siklus hidup adalah suatu teknik evaluasi ekonomi yang menentukan total biaya dari kepemilikan dan pengoperasian sebuah fasilitas pada suatu kurun waktu. Macammacam life cycle cost adalah :. Initial (biaya awal) 2. cost (biaya penggantian) 3. Salvage cost atau residual value () 4. cost (biaya operasional) 5. cost (biaya perawatan/pemeliharaan) AHP (Analytical Hierarchy Process) adalah sebuah hierarki fungsional dengan input utamanya persepsi manusia. (Kusrini, 2007). Ada 4 prinsip dasar AHP,yaitu :. Membuat hierarki 2. Penilaian kriteria dan alternatif 3. Synthetic of priority (menentukan prioritas) 4. Logical consistency (konsistensi logis) Tahap terakhir adalah tahap penyajian dan tindak lanjut. Pada tahapan ini dilakukan pengambilan kesimpulan tentang alternatif yang digunakan. Diberikan juga data penghematan biaya didapat bila menggunakan alternatif tersebut. Lalu datadata itu disajikan melalui presentasi yang baik. 3.. Model Bagan Model pada proyek ini dapat dilihat pada Gambar 3.. Pek. Struktur Atas Rp ,53 Pek. Kolom Rp. 735,56.32,77 Pek. Balok dan Ring Balk Rp ,82 Pek. Pelat Rp ,93 Pek. Tangga Rp ,0 Pek. Atap Rp ,07 Pek. Pasangan Bata Rp ,35 Pek. Plester dan Acian Rp ,77 Pembangunan Asrama Pendidikan RSJ Bali Rp ,49 Pek. Metal Rp ,2 Pek. Rangka Metal Hollow Rp ,2 Pek. Pintu Rp ,00 Pek. Jendela Rp ,00 Pek. Kayu Rp ,62 Pek. Pelapis Dinding dan Keramik Rp ,25 Gambar 3. Grafik Model Pek. Pengecatan Rp ,77 Pek. Sanitary dan Fixture Rp , Breakdown Model Breakdown Model dalam proyek asrama X dapat dilihat pada tabel 3.. Tabel 3. Breakdown Model No Item Pekerjaan Biaya (Rp) Pek. Struktur Rp ,53 34,964 34,964 9,09 2 Pek. Atap Rp ,07 9,604 54,567 8,82 3 Pek. Pelapis dinding dan lantai Rp ,52 9,266 63,834 27,273 4 Pek. Pas. Bata, plester, dan acian Rp ,79 8,5 7,949 36,364 5 Pek. Pintu Rp ,00 7,389 79,338 45,455 6 Pek. Sanitary dan fixture Rp ,00 5,26 84,599 54,545 7 Pek. Facade Rp ,08 4,256 88,855 63,636 8 Pek. Jendela Rp ,00 3,863 92,78 72,727 9 Pek. Pengecatan Rp ,77 3,748 96,465 8,88 0 Pek. Kayu Rp ,62,850 98,35 90,909 Pek. Rangka metal hollow Rp ,2,685 00,000 00,000 Total Biaya Rp , Analisa Grafik Pareto Biaya (%) Biaya Kumulatif (%) Item Kumulatif (%) Pek. Facade Rp ,08 III. HASIL PEMBAHASAN 3.. Tahap Informasi Pada proses awal penerapan rekayasa nilai, dibutuhkan informasi sebanyak mungkin. Berikut adalah data umum proyek yang digunakan : a. Nama Proyek : Proyek Pembangunan Asrama X b. Lokasi Proyek : Provinsi Bali c. Pemilik : Pemerintah Provinsi Bali d. Fungsi gedung : Asrama e. Luas gedung : ± 245 m2 f. Jumlah lantai : 4 g. Biaya : Rp ,44 Setelah mendapatkan datadata proyek tersebut, data tersebut diolah menggunakan Model, Breakdown Model, Analisa Pareto, dan Analisa Fungsi. Gambar 3.2 Grafik Pareto vs Grafik Proyek X Dilihat dari Gambar 3.2, dapat disimpulkan bahwa Grafik Proyek X sesuai dengan Garfik Pareto, sehingga perlu dikalkulasikan menggunakan batas biaya tinggi sebagai berikut : Batas biaya tinggi : Jika ΔC < ΔP maka 20% + ΔC =... item pekerjaan Jika ΔC > ΔP maka 20% + ΔP =... item pekerjaan Jika x = 20% maka y = 58,5 % Jika y = 80% maka x = 45,5 % Sehingga didapatkan ΔC = 2,5% sedangkan ΔP = 25,5 % Karena ΔC < ΔP maka 20% + 2,5% = 4,5% = 5 item pekerjaan

3 JURNAL TEKNIK POMITS Vol.,, (203) Analisa Fungsi Setelah mendapatkan item apa saja yang berbiaya tinggi, dilakukan analisa fungsi untuk mengetahui seberapa besar fungsi komponenkomponen dalam item kerja tersebut. Tabel 3.2 /Worth Item Pekerjaan Berbiaya Tinggi No Item Pekerjaan C/W Pek. Struktur 3,88 Pek. Pelat 3,96 Pek. Balok dan Ring Balk 4,69 Pek. Kolom 3,84 Pek. Tangga 3,0 2 Pek. Atap 2,45 3 Pek. Pelapis dinding dan lantai,3 Pek. Pelapis Dinding Keramik Lokal 20x25 cm,05 Pek. Pelapis Dinding Granit,40 Pek. Pelapis Dinding Keramik Lokal 20x20 cm,82 Pek. Pelapis Lantai Skirting Granit, Pek. Pelapis Lantai Waterproofing,6 4 Pek. Pas. Bata, plester, dan acian,93 Dari 4 item pekerjaan yang dianalisa fungsi, diambil 3 item pekerjaan dengan nilai C/W tertinggi yaitu pekerjaan struktur, pekerjaan atap, dan pekerjaan pasangan bata, plesteran, dan acian Tahap Spekulasi Pada tahap ini analisa dilakukan dengan mencari alternatifalternatif dari itemitem berbiaya tinggi yang dapat dilakukan rekayasa nilai. alternatif ini didapatkan dari mencari banyakbanyak informasi material yang sekarang banyak beredar di pasaran. Informasi bisa didapatkan dari bertanya kepada orangorang yang berpengalaman maupun dari informasi di internet. Tabel 3.3 Pekerjaan Pelat Item : Pekerjaan Pelat Fungsi : mendistribusikan beban ke balok Desain original : pelat konvensional menggunakan beton bertulang pelat lantai metal komposit / floor deck 2 pelat lantai ceiling brick (Dak Keraton) Tabel 3.4 Pekerjaan AtapListplank Item : Pekerjaan Atap List Plank Fungsi : menutup atap Desain original : list plank kayu kamper dengan lebar 30 cm List plank kayu kruing 2 List plank kayu meranti 3 List plank kalsiplank Tabel 3.5 Pekerjaan AtapPenutup Atap (genteng) Item : Pekerjaan Atap Penutup Atap Fungsi : menutupi atap Desain original : Penutup Atap Genteng Keramik Genteng Metal Berpasir 2 Genteng Tanah Liat (Plentong Pejaten) Tabel 3.6 Pekerjaan Pasangan Bata, Plesteran, dan Acian Item : Pasangan Bata + Plesteran dan Acian Fungsi : pemisah antar ruangan Desain original : bata ringan ex. Hebel batako pres 2 batu bata merah 3 panel styrofoam 3.3. Pada tahap ini, masingmasing alternatif akan dianalisa. Analisa yang dilakukan ada 2 yaitu analisa keuntungan kerugian dan analisa struktur. Analisa keuntungan kerugian dilakukan untuk mendapatkan seluruh keterangan mengenai alternatif yang dapat membantu untuk pemilihan alternatif. Analisa struktur diperlukan juga untuk mengetahui apakah setiap alternatif aman untuk digunakan Analisa Keuntungan dan Kerugian Pada tahap analisa keuntungan dan kerugian ini, semua informasi mengenai keuntungan dan kerugian penggunaan alternatif ditabelkan untuk mempermudah perbandingan antar alternatifnya. Contoh dari analisa keuntungan dan kerugian dapat dilihat pada Tabel 3.7. Tabel 3.7 Analisa Keuntungan dan Kerugian Pekerjaan AtapListplank Analisa Keuntungan dan Kerugian Item : Pekerjaan Atap List Plank Fungsi : menutup atap No Keuntungan Kerugian kayu kamper harga terjangkau mudah berubah bentuk serat kayu halus dan indah setahan kayu jati dan sekeras bangkirai terlalu kuat dan keras harga lebih mahal dari kayu meranti Kelas awet II,III Kelas kuat II,I 2 kayu kruing ringan (BJ 0,5) sampai berat sekali (BJ,0) agak keraskeras kuat (kelas kuat III) cukup awet (kelas awet III) mudah menyerap zat pengawet bila diawetkan tahan 20 thn jika diawetkan, kurang tahan untuk pemakaian yang berhubungan dengan tanah sulit dikeringkan dan susah digergaji bila kering 3 kayu meranti kayu keras tekstur terlalu halus kelas awet III,IV tahan terhadap cuaca kelas kuat II,IV harga terlalu mahal mudah diawetkan 4 kalsiplank lapuk mudah patah saat distribusi dan pemasangan dimakan rayap memiliki tekstur kayu jati tahan air mudah terbakar merambatkan api

4 JURNAL TEKNIK POMITS Vol.,, (203) Analisa Struktur Analisa struktur dilakukan terhadap setiap alternatif menggunakan software SAP2000. Analisa dilakukan dengan memasukkan setiap beban mati dari setiap alternatif dan beban hidup yang terdapat pada bangunan (asrama). Dari hasil SAP 2000 dapat dilihat bahwa setiap alternatif aman digunakan untuk menggantikan desain original dari bangunan asrama tersebut. Sehingga setiap alternatif dapat dilanjutkan menuju tahapan selanjutnya yaitu tahap pengembangan dan tahap penyajian dan tindak lanjut Tahap Pengembangan Tahap pengembangan merupakan suatu tahapan yang mengembangkan hasil analisa pada tahap sebelumnya. Pada tahapan ini setiap item pekerjaan dan alternatif dianalisa secara detail sehingga menjadi usulan yang lengkap. Terdapat 2 metode analisa yang digunakan pada tahap ini yaitu LCC (Life Cycle ) dan AHP (Analytical Hierarchy Process) LCC (Life Cycle ) Analisa Life Cycle bertujuan untuk menganalisa setiap alternatif berdasarkan seluruh biaya yang terjadi selama masa umur bangunan. Data umum untuk menghitung life cycle cost yaitu :. Umur bangunan 20 tahun (berdasarkan PPRI no.36 tahun 2005 pasal 5 ayat 3 tentang bangunan permanen). 2. i = 9,8 3. Inflasi diabaikan 4. Seluruh biaya dihitung berdasarkan nilai Present Value Pada tahap ini terdapat banyak biaya yang harus ditinjau. Yang pertama adalah biaya awal (initial cost). Berikut adalah contoh analisa harga satuan pekerjaan atap listplank. Tabel 3.8 Analisa Harga Satuan Listplank Kayu Jati (desain original) Harga Satuan Harga Harga Harga Jumlah Pemasangan Listplank Kayu Jati 3/30 Pembantu Tukang 0,000 OH , , ,00 Kayu Jati Papan Klas 2/20,4/0 0,00 m , , ,00 Paku Reng 0,0500 kg 8.0,00 905,50 905,50 Cat Kayu Emco 0,70 kg , , , ,36 Tabel 3.9 Analisa Harga Satuan Listplank Kayu Kamper (alternatif ) Harga Satuan Harga Harga Harga Jumlah Pemasangan Listplank Kayu Kamper 3/30 Pembantu Tukang 0,000 OH , , ,00 Kayu Kamper (papan 2/20) 0,00 m , , ,00 Paku Reng 0,0500 kg 8.0,00 905,50 905,50 Cat Kayu Emco 0,70 kg , , , ,36 Tabel 3.0 Analisa Harga Satuan Listplank Kayu Kruing (alternatif 2) Harga Satuan Harga Harga Harga Jumlah Pemasangan Listplank Kayu Kruing 3/30 Pembantu Tukang 0,000 OH , , ,00 Kayu Kruing Papan 0,00 m , , ,00 Paku Reng 0,0500 kg 8.0,00 905,50 905,50 Cat Kayu Emco 0,70 kg , , ,86 Tabel 3. Analisa Harga Satuan Listplank Kalsiplank Selain biaya konstruksi, terdapat juga biaya redesain. Biaya redesain diasumsikan 2,75% dari biaya konstruksi total awal (desain original). Sehingga didapat biaya redesain : Biaya redesain = 2.75% x Rp ,09 = Rp ,8 Selain initial cost, ada juga biaya perawatan (maintenance cost). Berikut ini adalah contoh perhitungan biaya perawatan untuk pekerjaan atap listplank : Faktor P A = ( + i)n ( + 0,098) 20 i( + i) n = 0,098( + 0,098) 20 Faktor P/A = 8,63 Biaya maintenance = Biaya Perawatan x Faktor P/A Selain biaya perawatan, terdapat juga biaya penggantian (replacement cost). Biaya ini biasanya dikeluarkan karena adanya kerusakan material sejalan dengan berjalannya waktu. Seperti pada pekerjaan listplank ini, ada biaya penggantian setiap 0 tahun yang besarnya setiap item pekerjaan berbedabeda. Contoh perhitungan biaya penggantian (replacement cost) : Faktor P F = ( + i)n Umur bangunan adalah 20 tahun, apabila setiap 0 tahun dilakukan penggantian maka terjadi 2 kali penggantian pada tahun ke0 dan tahun ke20. Jadi terdapat 2 nilai faktor P/F untuk tahun ke0 dan tahun ke20. Faktor P F (n = 0) = ( + 0,098)0 = 2,547 Faktor P F (n = 20) = ( + 0,098)20 = 6,487 = biaya penggantian x Faktor P/F ,36 Harga Satuan Harga Harga Harga Jumlah Pemasangan Listplank Kalsiplank Pembantu Tukang 0,000 OH , , ,00 kalsiplank 2x300x3000 mm 0,3500 m , , ,00 sekrup kalsiplank 6,0000 bh 00,00 600,00 600,00 Cat Tembok Dulux Watershield 0,70 kg , , , ,76

5 JURNAL TEKNIK POMITS Vol.,, (203) 6 5 Dapat disimpulkan life cycle cost dari beberapa alternatif dari item pekerjaan yang direkayasa nilai adalah sebagai berikut : Tabel 3.2 Life Cycle Pekerjaan Pelat Item : Pekerjaan Struktur Pelat 2 biaya konstruksi Rp ,93 Rp ,00 Rp ,80 Initial biaya redesain Rp ,56 Rp ,56 total initial cost Rp ,93 Rp ,56 Rp ,36 Salvage penggantian selama usia bangunan biaya operasional biaya perawatan Total Rp ,93 Rp ,56 Rp ,36 Tabel 3.3 Life Cycle Pekerjaan AtapListplank Item : Pekerjaan Atap List Plank Initial Salvage Tabel 3.4 Life Cycle Pekerjaan AtapPenutup Atap (Genteng) 2 3 biaya konstruksi Rp ,09 Rp ,09 Rp ,09 Rp ,7 biaya redesain Rp895.59,8 Rp895.59,8 Rp895.59,8 total initial cost Rp ,09 Rp ,27 Rp ,27 Rp ,89 setiap alternatif penggantian setiap Rp ,96 Rp ,5 Rp ,22 Rp ,66 0 tahun Biaya perawatan dikeluarkan setiap Rp ,32 Rp8.82.0,64 Rp ,49 Rp ,74 tahun Total Rp ,37 Rp ,42 Rp ,98 Rp ,29 Item : Pekerjaan Atap Penutup Atap (Genteng) 2 biaya konstruksi Rp ,87 Rp ,7 Rp ,36 Initial biaya redesain Rp ,22 Rp ,22 total initial cost Rp ,87 Rp ,93 Rp ,58 Salvage setiap alternatif penggantian setiap 0 tahun biaya perawatan Rp ,36 Rp ,28 Rp ,6 Total Rp ,23 Rp ,2 Rp ,75 Tabel 3.5 Life Cycle Pekerjaan Pasangan Bata, Plesteran, dan Acian Item : Pekerjaan Pasangan Bata, Plesteran, dan Acian Initial Salvage AHP (Analytical Hierarchy Process) Dalam metode ini kita akan memberikan bobot setiap kriteria dan setiap alternatif. Sehingga kita bisa mendapatkan kesimpulan alternatif terbaik untuk setiap item pekerjaan. Berikut ini adalah contoh analisa AHP untuk pekerjaan atap Tahap awal proses AHP adalah menentukan tujuan, kriteria, dan alternatif. Harga Material (A) 2 3 biaya konstruksi Rp ,79 Rp ,44 Rp ,24 Rp ,00 biaya redesain Rp ,45 Rp ,45 Rp ,45 total initial cost Rp ,79 Rp ,89 Rp ,69 Rp ,45 penggantian selama usia bangunan biaya operasional biaya perawatan Total Rp ,79 Rp ,89 Rp ,69 Rp ,45 Ketersediaan Barang (B) Pelat konvensional beton bertulang (desain original) Pemilihan Pekerjaan Struktur Pelat Kekuatan dan Keawetan (C) Pelat Lantai Metal Komposit (Floor Deck) (alternatif ) Kemudahan Pemasangan (D) Pelat Lantai Ceiling Brick (Dak Keraton) (alternatif 2) Gambar 3.3 Hierarki Keputusan Pekerjaan Struktur Pelat Berat (E) Setelah menentukan tujuan, kriteria, dan alternatif, kita membuat tabel perbandingan kriteria dan tabel normalisasi criteria Tabel 3.6 Perbandingan A B C D E A B C D E Tabel 3.7 Normalisasi A B C D E Jumlah Bobot A B C D E Setelah itu, kita mengukur konsistensinya. Pengukuran ini untuk mengetahui apakah kita sudah konsisten dalam menganalisa setiap kriteria.

6 JURNAL TEKNIK POMITS Vol.,, (203) 6 6 { } { } { , , , ,22677, ,25 0,5 2 3 X 0,4328 = 0, ,2 0, ,5 2 0, , , ,25 0, ,5 0, ,2862} 2, , ,20863, , , ,72562 : 0,4328 = 5, , , , { } { } 0,2862 0, , λ maks = (5,202+5,48+5,067+5,025+5,053):5 = 5,099 CI = (5,0995)/5 = 0,098 CR = 0,098/,2 = 0,077 =,77 % Karena CR < 0 % maka penilaian data benar / konsisten. Tabel 3.8 Sintesa Penilaian Pekerjaan Struktur Pelat Hasil analisa AHP untuk pekerjaan Pelat adalah : Ranking : Pelat Lantai Ceiling Brick (Dak Keraton) Ranking 2 : Pelat Lantai Konvensional Beton Bertulang Ranking 3 : Pelat Lantai Metal Komposit (Floor Deck) Tabel 3.9 Hasil Analisa AHP { } Bobot Bobot Original 2 A 0,485 0,24 0,4 0,62 B 0,227 0,63 0,26 0, C 0,43 0,6 0,27 0,2 D 0,089 0, 0,26 0,63 E 0,057 0,09 0,22 0,69 Jumlah 0,36 0,200 0,438 Ranking 2 3 No Item Pekerjaan Pekerjaan Struktur Pelat Ranking : Pelat Lantai Ceiling Brick (Dak Keraton) (alternatif 2) Ranking 2 : Pelat Konvensional Beton Bertulang (original) Ranking 3 : Pelat Lantai Metal Komposit / Floor Deck (alternatif ) 2 Pekerjaan Atap Listplank Ranking : Listplank Kalsiplank (alternatif 3) Ranking 2 : Listplank Kayu Kruing (alternatif 2) Ranking 3 : Listplank Kayu Kamper (alternatif ) Ranking 4 : Listplank Kayu Jati (original) Pekerjaan Atap Genteng Ranking : Genteng Tanah Liat (Plentong Pejaten) (alternatif 2) Ranking 2 : Genteng Keramik (original) Ranking 3 : Genteng Metal (alternatif ) 3 Pekerjaan Pasangan Bata, Plesteran, dan Acian Ranking : Batu Bata Merah (alternatif 2) Ranking 2 : Batako Press (alternatif ) Ranking 3 : Bata Ringan Hebel (original) Ranking 4 : Panel Styrofoam (alternatif 4) 3.5. Tahap Penyajian dan Tindak Lanjut Pada tahap ini disajikan hasil analisa dari rekayasa nilai yang telah dilakukan. Tabel 3.20 Rekomendasi Pekerjaan Struktur Pelat Item : Pekerjaan Struktur Pelat Fungsi : mendistribusikan beban ke balok Rencana awal pelat konvensional beton bertulang pelat lantai ceiling brick (dak keraton) 4 Penghematan biaya Rp20,029, % Tabel 3.2Rekomendasi Pekerjaan Atap Listplank Item : Pekerjaan Atap Listplank Fungsi : menutup atap Rencana awal Listplank Kayu Jati Listplank Kalsiplank 4 Penghematan biaya Rp ,07 45,20% Tabel 3.22 Rekomendasi Pekerjaan Atap Penutup Atap (Genteng) Item : Pekerjaan Atap Penutup Atap (Genteng) Fungsi : menutupi atap Rencana awal Genteng Keramik Genteng Tanah Liat (Plentong Pejaten) 4 Penghematan biaya Rp ,48 44,38% Tabel 3.23 Rekomendasi Pekerjaan Pasangan Bata, Plesteran, dan Acian Item : Pekerjaan Pas. Bata, Plesteran, dan Acian Fungsi : pemisah antar ruang Rencana awal Bata Ringan ex. Hebel Batu Bata Merah 4 Penghematan biaya Rp79,296, % Total penghematan biaya yang didapat adalah sebesar Rp ,23. IV. KESIMPULAN. Item berbiaya tinggi pada Proyek Pembangunan Asrama X Provinsi Bali adalah pekerjaan struktur, pekerjaan atap, dan pekerjaan pasangan bata, plesteran, dan acian. 2. terbaik untuk pekerjaan struktur pelat konvensional beton bertulang adalah penggunaan pelat lantai ceiling brick (dak keraton). Untuk pekerjaan atap bagian listplank yang terbuat dari kayu jati diganti menggunakan kalsiplank. Untuk itu genteng keramik digantikan dengan genteng tanah liat (plentong pejaten). Untuk pekerjaan pasangan bata, plesteran, dan acian yang menggunakan bata ringan hebel dengan plesteran dan acian dengan spesi instan dari mortar utama digantikan dengan batu bata merah dengan plesteran PC : 4 PS dan acian menggunakan semen portland. 3. Penghematan yang didapat dari rekayasa nilai pekerjaan struktur sebesar Rp ,57 (6,846%), pekerjaan ataplistplank sebesar Rp ,07 (45,20%), pekerjaan atappenutup atap (genteng) sebesar Rp ,48 (44,38%), pekerjaan pasangan bata, plesteran, dan acian sebesar Rp ,0 (9,258%). Total penghematan sebesar Rp ,23. DAFTAR PUSTAKA [] AIA, Coffee, dan Morgan Life Cycle Analysis Handbook. Department of Education & Early Development. Juneau, Alaska [2] Dell Isola, Alphonse Value engineering in the Construction Industry. Penerbit Van Nostrand Company. New York [3] Kusrini Konsep dan Aplikasi Sistem Pendukung Keputusan. Penerbit CV Andi OFFSET. Jogjakarta