HUBUNGAN AKTIVITAS KOMUNIKASI PUBLIK PERUSAHAAN DALAM PROGRAM TANGGUNG JAWAB SOSIAL PERUSAHAAN DENGAN KEPUASAN PUBLIK DAN PERILAKU KONFLIK

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "HUBUNGAN AKTIVITAS KOMUNIKASI PUBLIK PERUSAHAAN DALAM PROGRAM TANGGUNG JAWAB SOSIAL PERUSAHAAN DENGAN KEPUASAN PUBLIK DAN PERILAKU KONFLIK"

Transkripsi

1 HUBUNGAN AKTIVITAS KOMUNIKASI PUBLIK PERUSAHAAN DALAM PROGRAM TANGGUNG JAWAB SOSIAL PERUSAHAAN DENGAN KEPUASAN PUBLIK DAN PERILAKU KONFLIK (Kasus Konflik Perusahaan BP LNG Tangguh Dengan Masyarakat Adat Teluk Bintuni di Kabupaten Teluk Bintuni Provinsi Papua Barat) Oleh: AFIA EKSEMINA P. TAHOBA SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2011

2 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis Hubungan Aktivitas Komunikasi Publik Perusahaan dalam Program Tanggung Jawab Sosial Perusahaan dengan Kepuasan Publik dan Perilaku Konflik. (Kasus Konflik Perusahan BP LNG Tangguh dengan Masyarakat Adat Teluk Bintuni di Kabupaten Teluk Bintuni Provinsi Papua Barat) adalah karya saya dengan arahan dari Komisi Pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau yang dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini. Bogor, Mei 2011 AFIA EKSEMINA P.TAHOBA NRP. I

3 ABSTRACT AFIA EKSEMINA P. TAHOBA Relation Of Corporate Public Communication Activities In The Program Of Corporate Social Responsibility With Public Satisfaction And Conflict Behavior. (The case of the Company BP LNG Tangguh Conflict With Indigenous People of Bintuni Bay Regency of West Papua Province) Under Direction of SJAFRI MANGKUPRAWIRA and SUTISNA RIYANTO The sustainability of a company is not only determined by the financial aspects but it also depends on the dimensions of social and environmental responsibility. BP LNG Tangguh has implemented a corporate social responsibility ((CSR), known as integrated social strategy (ISS) and it has been communicated and realized in the form of activities in various fields by using a convergent communications approach using Participatory Rural Appraisal. This approach if actively carried out can give satisfaction to the community and avoid conflicts with the company. In general, the objective of this research was to analyze: (1) the relations of public communication activities of BP LNG Tangguh in the CSR program with public satisfaction, (2) the relations of public communication activities of BP LNG Tangguh in the CSR program with public satisfaction with conflict behavior of adat people (3) the relations of the corporate public satisfaction with conflict behavior of adat people. This research was analyzed using a statistical test of Spearman Rank Correlation (rs) to find out the relationship between variables. The study results showed that the activities of public communications through the CSR program had a significant positive correlation with public satisfaction. Public communication activities through the CSR program had a very significant negative correlation with conflict behavior and corporate public satisfaction did not have a negative correlation with the conflict behavior of adat people with BP LNG Tangguh. Key Words : Public Communication Activity, Public Satisfaction, Conflict Behavior, Indigenous Peoples, Corporate Social Responsibility, BP LNG Tangguh.

4 RINGKASAN AFIA EKSEMINA P. TAHOBA. Hubungan Aktivitas Komunikasi Publik Perusahaan dalam Program Tanggung Jawab Sosial Perusahaan dengan Kepuasan Publik dan Perilaku Konflik. (Kasus Konflik Perusahan BP LNG Tangguh dengan Masyarakat Adat Teluk Bintuni di Kabupaten Teluk Bintuni Provinsi Papua Barat) Dibimbing oleh SJAFRI MANGKUPRAWIRA DAN SUTISNA RIYANTO Perusahaan British Petrolium (BP) yang mengelola proyek Liqufied Natural Gas (LNG) Tangguh di Kabupaten Teluk Bintuni Provinsi Papua Barat merupakan salah satu perusahaan yang telah mengimplementasikan Undang-undang No. 40 tahun 2007, tentang perseroan terbatas, yang mewajibkan setiap perusahaan khususnya perusahaan yang memanfaatkan sumber daya alam, wajib melakukan tanggung jawab sosial perusahaan. Tanggung jawab sosial ini dilakukan karena perusahaan mulai menyadari bahwa menggantungkan semata-mata kesehatan finansial tidak akan menjamin perusahaan bisa tumbuh secara berkelanjutan. Keberlanjutan perusahaan akan terjamin apabila perusahaan memperhatikan dimensi terkait lainnya termasuk dimensi sosial dan lingkungan. Fakta telah menunjukkan bagaimana resistensi masyarakat sekitar muncul di permukaan terhadap perusahaan yang dianggap tidak memperhatikan faktor tanggung jawab sosial (Wibisono, 2007) Perusahaan BP LNG Tangguh menerapkan program CSR yang dikenal sebagai strategi sosial terpadu (Integrated Social Strategy/ ISS) yang telah direalisasikan dalam bentuk kegiatan-kegiatan yang telah dikomunikasikan kepada masyarakat dengan menggunakan pendekatan komunikasi konvergen yaitu menggunakan Participatory Rural Appraisal (Tabura Newsletter, edisi keempat, Oktober 2003). Hal ini berarti, semua program yang telah dan akan dilaksanakan telah dikomunikasikan atau dikonsultasikan serta mewakili kebutuhan masyarakat, sehingga apabila diterapkan secara efektif dapat memberikan kepuasan terhadap masyarakat sekitar dan menghindari terjadinya konflik-konflik yang mengancam eksistensi dari perusahaan tersebut. Namun masih saja ditemukan potensi-potensi konflik antara masyarakat adat dengan perusahaan di beberapa desa di bagian utara Teluk Bintuni yang merasa kurang puas akibat lemahnya pelaksanaan tanggung jawab sosial perusahaan pada masyarakat adat. Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk menganalisis : (1) hubungan aktivitas komunikasi publik perusahaan BP LNG Tangguh dalam program tanggung jawab sosial perusahaan dengan kepuasan publik, (2) hubungan aktivitas komunikasi publik perusahaan BP LNG Tangguh dalam program tanggung jawab sosial perusahaan dengan perilaku konflik masyarakat adat dan (3) hubungan kepuasan publik dalam program tanggung jawab sosial perusahaan yang dilakukan perusahaan BP LNG Tangguh dengan perilaku konflik masyarakat adat. Sedangkan tujuan khusus adalah untuk menganalisis: (1) hubungan aktivitas komunikasi publik perusahaan BP LNG Tangguh di bidang kompensasi tanah adat dengan kepuasan publik, (2) hubungan aktivitas komunikasi publik perusahaan BP LNG Tangguh di bidang kesehatan masyarakat dengan kepuasan publik, (3) Hubungan aktivitas komunikasi publik perusahaan BP LNG Tangguh di bidang pendidikan dan pelatihan dengan kepuasan publik, (4) hubungan aktivitas komunikasi publik perusahaan BP LNG Tangguh di bidang suplay tenaga kerja dengan kepuasan publik, (5) hubungan aktivitas komunikasi publik perusahaan BP LNG Tangguh di

5 bidang pembangunan sarana prasarana dengan kepuasan publik, (6) hubungan aktivitas komunikasi publik perusahaan BP LNG Tangguh di bidang kompensasi tanah adat dengan perilaku konflik, (7) hubungan aktivitas komunikasi publik perusahaan BP LNG Tangguh di bidang kesehatan masyarakat dengan perilaku konflik, (8) hubungan aktivitas komunikasi publik perusahaan BP LNG Tangguh di bidang pendidikan dan pelatihan dengan perilaku konflik, (9) hubungan aktivitas komunikasi publik perusahaan BP LNG Tangguh di bidang suplay tenaga kerja dengan perilaku konflik, (10) hubungan aktivitas komunikasi publik perusahaan BP LNG Tangguh di bidang pembangunan sarana prasarana dengan perilaku konflik. Tujuan penelitian ini dianalisis menggunakan uji statistik Korelasi Rank Spearman (rs) untuk melihat hubungan antar peubah bebas dan peubah tidak bebas. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa aktivitas komunikasi publik melalui program tanggung jawab sosial perusahaan memiliki korelasi positif yang signifikan dengan kepuasan publik. Aktivitas komunikasi publik melalui program tanggung jawab sosial perusahaan memiliki korelasi negatif yang sangat signifikan dengan perilaku konflik, kepuasan publik perusahaan tidak memiliki korelasi negatif dengan perilaku konflik masyarakat adat dengan perusahaan BP LNG Tangguh. Bidang aktivitas komunikasi publik perusahaan melalui program CSR yang memiliki hubungan korelasi positif yang sangat signifikan dan signifikan dengan kepuasan publik perusahaan BP LNG Tangguh adalah bidang kompensasi tanah adat, suplay tenaga kerja, kesehatan masyarakat dan bidang pembangunan sarana prasarana. Bidang aktivitas komunikasi publik perusahaan melalui program CSR yang memiliki hubungan korelasi negatif yang sangat signifikan dan signifikan dengan perilaku konflik masyarakat adat terhadap perusahaan BP LNG Tangguh adalah bidang kompensasi tanah adat, suplay tenaga kerja, kesehatan masyarakat, pendidikan dan pelatihan dan bidang pembangunan sarana prasarana Kata Kunci : Aktivitas Komunikasi Publik, Kepuasan Publik, Perilaku Konflik, Masyarakat Adat, Tanggung Jawab Sosial Perusahaan, BP LNG Tangguh.

6 Hak Cipta milik IPB, tahun 2011 Hak Cipta dilindungi Undang-Undang Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan yang wajar IPB. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis dalam bentuk apapun tanpa izin IPB

7 HUBUNGAN AKTIVITAS KOMUNIKASI PUBLIK PERUSAHAAN DALAM PROGRAM TANGGUNG JAWAB SOSIAL PERUSAHAAN DENGAN KEPUASAN PUBLIK DAN PERILAKU KONFLIK (Kasus Konflik Perusahaan BP LNG Tangguh Dengan Masyarakat Adat Teluk Bintuni di Kabupaten Teluk Bintuni Provinsi Papua Barat) AFIA EKSEMINA P. TAHOBA Tesis Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains pada Program Studi Komunikasi Pembangunan Pertanian dan Pedesaan. SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2011

8 Judul Tesis : Hubungan Aktivitas Komunikasi Publik Perusahaan dalam Program Tanggung Jawab Sosial Perusahaan dengan Kepuasan Publik dan Perilaku Konflik. (Kasus Konflik Perusahaan BP LNG Tangguh dengan Masyarakat Adat Teluk Bintuni di Kabupaten Teluk Bintuni Provinsi Papua Barat) Nama : Afia Eksemina P. Tahoba NRP : I Program Studi : Komunikasi Pembangunan Pertanian dan Pedesaan Menyetujui, 1. Komisi Pembimbing Prof. Dr. Ir. Sjafri Mangkuprawira (Ketua) Ir. Sutisna Riyanto, MS (Anggota) Mengetahui, Ketua Program Studi Komunikasi Pembangunan Pertanian dan Pedesaan Dekan Sekolah Pascasarjana IPB Dr. Ir. Djuara P. Lubis, MS Dr. Ir. Dahrul Syah Tanggal Ujian : 16 Februari 2011 Tanggal Lulus : 06 Mei 2011

9 RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Jayapura pada tanggal 05 April 1980 sebagai anak pertama dari empat bersaudara pasangan Drs. Christian Tahoba, M.Si (Alm) dan ibu Agustina Harra. Penulis menyelesaikan pendidikan dasar sampai menengah di tempuh di kota Jayapura. Tahun 1998 penulis lulus dari SMA Katolik Taruna Dharma dan pada tahun yang sama penulis melanjutkan kuliah di Fakultas Pertanian Universitas Negeri Papua Manokwari Program Studi Sosial Ekonomi Pertanian pada minat Penyuluhan dan Komunikasi Pembangunan, tamat tahun Pada tahun yang sama, penulis diangkat menjadi Staf Pengajar pada jurusan Sosek Universitas Negeri Papua Manokwari. Pada tahun 2006, penulis diberikan kesempatan melanjutkan pendidikan Magister di Program Studi Komunikasi Pembangunan Pertanian dan Pedesaan IPB.

10 PRAKATA Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, karena atas Berkat dan RakhmatNya penulis dapat menyelesaikan penulisan tesis ini yang berjudul Hubungan Komunikasi Publik Perusahaan dalam Program Tanggung Jawab Sosial Perusahaan dengan Kepuasan Publik dan Perilaku Konflik (Studi Kasus Pada Perusahaan BP LNG Tangguh dan Masyarakat Adat Teluk Bintuni di Kabupaten Teluk Bintuni Provinsi Papua Barat). Terimakasih penulis ucapkan kepada Bapak Prof. Dr. Ir. Sjafri Mangkuprawira selaku ketua komisi pembimbing dan Bapak Ir. Sutisna Riyanto, MS selaku anggota komisi pembimbing yang telah meluangkan waktu dan mengarahkan penulis dengan memberikan saran dan sumbangan pemikiran yang sangat membantu selama penulisan tesis ini. Penghargaan dan terimakasih juga diucapkan kepada Rektor Universitas Negeri Papua (UNIPA) dan Dekan Fakultas Pertanian atas kesempatan dan dukungan yang diberikan kepada penulis untuk mengikuti program magister sains di Sekolah Pascasarjana IPB. Bapak Dr. Ir Djuara P. Lubis selaku Ketua Program Studi Komunikasi Pembangunan Pertanian dan Pedesaan., Ibu Prof. Dr. Ir. Aida Vitayala S. Hubeis dan Bapak Dr. Ir. Amiruddin Saleh, MS sebagai pengajar mata kuliah Metodologi Penelitian Komunikasi yang telah memberikan banyak saran dan dorongan selama perkuliahan. Serta seluruh dosen dan staff yang telah memberikan didikan selama penulis kuliah di Program Studi Komunikasi Pembangunan Pertanian dan Pedesaan, Sekolah Pascasarjana IPB. Penulisis juga mengucapkan banyak terima kasih kepada Pemerintah Daerah Kabupaten Manokwari, Managemen BP Migas serta, Ketua Komdev Distrik

11 Weriagar, Kepala Distrik Weriagar, Kepala Kampung Wariagar dan Mogotira yang telah memfasilitasi penulis selama penelitian ini dilakukan. Serta teman teman KMP angkatan 2006 (Nurmelati Septiana, Nutriana Riskawati, Nia Rachmawati, Agustini, Sukarelawati, David Risal Nugroho, Yusuf Safari, Marwan Mahmudi, Wawan Tolinggi, Irianus Rohi, Sadakita, dan Haryo Radiyanto) atas kebersamaan dalam suka dan duka selama perkuliahaan, serta semua pihak yang turut memberikan sumbangan saran dan bantuan serta doa selama penulis kuliah di IPB yang namanya tidak dapat disebutkan satu persatu. Penghargaan dan terima kasih yang tulus penulis persembahkan kepada Ayahanda tercinta Drs. Christian Tahoba, M.Si (Alm) dan Ibunda tercinta Agustina Harra, adik-adikku Federika Agnes Tahoba, Davis Robertho Tahoba, Giorge Bernad Tahoba dan Flora Bayas Tahoba, serta suami ku David Nauw, SH dan anak-anakku terkasih Christian, Vania dan Sjafri. Akhir kata, tesis ini penulis persembahkan kepada pembaca sebagai pengetahuan dan sumber informasi yang diharapkan berguna bagi semua pihak yang membutuhkan. Bogor, Mei 2011 Penulis

12 DAFTAR ISI Halaman DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... vii ix xi I. PENDAHULUAN Latar Belakang Rumusan Masalah Tujuan Penelitian Kegunaan Penelitian II. TINJUAN PUSTAKA Komunikasi Efektifitas Komunikasi Komunikasi Publik Definisi, Tujuan dan Fungsi Komunikasi Publik Model Komunikasi Publik Organisasi Konsep Tanggung Jawab Sosial Perusahaan (CSR/ Corporate Social Responsibility Pengertian Konsep Ukuran Keberhasilan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan Manfaat Penerapan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan Kepuasan Publik Pengetian Pelayanan Prima (Service of Excellence) Konflik Pengertian Konteks dan Sumber Konflik... 44

13 Halaman Tipe-Tipe Konflik Teori-teori yang Berkaitan dengan Konflik Teory Social Capital Masyarakat Adat Definisi Masyarakat Adat Hak-hak Masyarakat Adat Keterkaitan antara Penelitian yang Dilakukan dengan Penelitian Sebelumnya Kerangka Pemikiran Hipotesis Penelitian III. METODE PENELITIAN Desain Penelitian Lokasi dan Waktu Penelitian Populasi dan Sampel Data dan Instrumen Validitas dan Reliabilitas Analisis Data dan Pengujian Hipotesis Operasionalisasi Variabel - Variabel Penelitian IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN DAN RESPONDEN Letak Geografis dan Keadaan Alam Kabupaten Teluk Bintuni Kependudukan Jumlah Kepala Keluarga dan Jiwa di daerah penelitian Komposisi Penduduk Menurut Agama Komposisi Penduduk Menurut Umur Komposisi Penduduk Menurut Jenis Kelamin Komposisi Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan Komposisi Penduduk Menurut Matapencaharian Komposisi Penduduk Menurut Suku/ Keaslian Penduduk Keadaan Sosial Ekonomi

14 Halaman Keadaan Pendidikan Keadaan Kesehatan Keadaan Keagamaan Keadaan Perumahan Keadaan Perekonomian Keadaan Kelembagaan Kampung Profil Proyek Tangguh BP LNG dan Program CSR Karekteristik Responden Komposisi Responden Berdasarkan Umur Komposisi Responden Berdasarkan Agama Komposisi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan Formal Komposisi Responden Berdasarkan Matapencaharian Komposisi Responden Berdasarkan Pendapatan Komposisi Responden Berdasarkan Jumlah Keluarga V. HASIL DAN PEMBAHASAN Tingkat Aktivitas Komunikasi Publik Perusahaan Melalui Program Tanggung Jawab Sosial Perusahaan (CSR/ Corporate Social Responsibility) Tingkat Aktivitas Komunikasi Publik Perusahaan Melalui Program CSR dalam Bidang Kompensasi Tanah adat Tingkat Aktivitas Komunikasi Publik Perusahaan Melalui Program CSR dalam Bidang Kesehatan Masyarakat Tingkat Aktivitas Komunikasi Publik Perusahaan Melalui Program CSR dalam Bidang Pendidkan dan Pelatihan Tingkat Aktivitas Komunikasi Publik Perusahaan Melalui Program CSR dalam Bidang Demand Tenaga Kerja Tingkat Aktivitas Komunikasi Publik Perusahaan Melalui Program CSR dalam Bidang Pembangunan Sarana Prasana Tingkat Kepuasan Publik Perusahaan Tingkat Perilaku Konflik Masyarakat Adat dengan Perusahaan

15 Halaman 5.4. Hubungan Aktivitas Komunikasi Publik Perusahaan Melalui Program CSR dengan Kepuasan Publik Perusahaan Hubungan Aktivitas Komunikasi Publik Perusahaan Melalui Program CSR dalam Bidang Kompensasi Tanah adat dengan Kepuasan Publik Perusahaan Hubungan Aktivitas Komunikasi Publik Perusahaan Melalui Program CSR dalam Bidang Kesehatan Masyarakat dengan Kepuasan Publik Perusahaan Hubungan Aktivitas Komunikasi Publik Perusahaan Melalui Program CSR dalam Bidang Pendidkan dan Pelatihan dengan Kepuasan Publik Perusahaan Hubungan Aktivitas Komunikasi Publik Perusahaan Melalui Program CSR dalam Bidang Suplay Tenaga Kerja dengan Kepuasan Publik Perusahaan Hubungan Aktivitas Komunikasi Publik Perusahaan Melalui Program CSR dalam Bidang Pembangunan Sarana Prasana dengan Kepuasan Publik Perusahaan Hubungan Aktivitas Komunikasi Publik Perusahaan Melalui Program CSR dengan Perilaku Konflik Masyarakat Adat Hubungan Aktivitas Komunikasi Publik Perusahaan Melalui Program CSR dalam Bidang Kompensasi Tanah adat dengan Perilaku Konflik Masyarakat Adat Hubungan Aktivitas Komunikasi Publik Perusahaan Melalui Program CSR dalam Bidang Kesehatan Masyarakat dengan Perilaku Konflik Masyarakat Adat Hubungan Aktivitas Komunikasi Publik Perusahaan Melalui Program CSR dalam Bidang Pendidkan dan Pelatihan dengan Perilaku Konflik Masyarakat Adat Hubungan Aktivitas Komunikasi Publik Perusahaan Melalui Program CSR dalam Bidang Demand Tenaga Kerja dengan Perilaku Konflik Masyarakat Adat Hubungan Aktivitas Komunikasi Publik Perusahaan dalam Bidang Pembangunan Sarana Prasana dengan Perilaku Konflik Masyarakat Adat Hubungan Kepuasan Publik Perusahaan dengan Perilaku Konflik Masyarakat Adat dengan Perusahaan BP LNG Tangguh Analisis Komprehensif Hubungan Aktivitas Komunikasi Publik Perusahaan dalam Program Tanggung Jawab Sosial Perusahaan dengan Kepuasan Publik dan Perilaku Konflik Masyarakat Adat

16 Halaman VI. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Implikasi Kebijakan Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

17 DAFTAR TABEL Nomor Halaman 1. Operasional Variabel Kepuasan Publik Penduduk Berdasarkan Agama di Kampung Weriagar dan Mogotira tahun Komposisi Jumlah Penduduk Berdasarkan Umur di Kampung Wariagar dan Mogotira tahun Jumlah Penduduk Berdasarkan Umur di Kampung Wariagar dan Mogotira tahun Jumlah Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan di Kampung Wariagar dan Mogotira tahun Jumlah Penduduk Berdasarkan Matapencaharian di Kampung Wariagar dan Mogotira tahun Jumlah Penduduk Berdasarkan Suku atau Keaslian Penduduk di Kampung Wariagar dan Mogotira tahun Komposisi Responden Berdasarkan Umur Komposisi Responden Berdasarkan Agama Komposisi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan Formal Komposisi Responden Berdasarkan Mata Pencaharian Komposisi Responden Berdasarkan Pendapatan Komposisi Responden Berdasarkan Jumlah Keluarga Aktivitas Komunikasi Publik Perusahaan Melalui Program CSR Pada Masyarakat Adat di Daerah Penelitian Aktivitas Komunikasi Publik Perusahaan dalam Bidang Kompensasi Tanah Adat pada Daerah Penelitian Aktivitas Komunikasi Publik Perusahaan dalam Bidang Kesehatan pada Daerah Penelitian

18 Nomor Halaman 17. Aktivitas Komunikasi Publik Perusahaan dalam Bidang Pendidikandan Pelatihan Masyarakat Adat pada Daerah Penelitian Aktivitas Komunikasi Publik Perusahaan Di Bidang Suplay Tenaga Keja pada Masyarakat Adat di Daerah Penelitian Aktivitas Komunikasi Publik Perusahaan Di Bidang Sarana Prasarana di Daerah Penelitian Kepuasan Publik Terhadap Perusahaan BP LNG Tangguh di Daerah Penelitian Tingkat Perilaku Konflik Masyarakat Adat dengan Perusahaan BP LNG Tangguh di Daerah Penelitian Hasil Uji Statistik Korelasi Rank Spearman antara Aktivitas komunikasi Publik Perusahaan dalam Program CSR dengan kepuasan publik Hasil Uji Statistik Korelasi Rank Spearman antara Lima Bidang Aktivitas komunikasi Publik Perusahaan dalam Program CSR dengan Kepuasan Publik Hasil Uji Statistik Korelasi Rank Spearman antara Aktivitas komunikasi Publik Perusahaan dalam Program CSR dengan Perilaku Konflik Masyarakat Adat Hasil Uji Statistik Korelasi Rank Spearman antara Lima Bidang Aktivitas komunikasi Publik Perusahaan dalam Program CSR dengan Perilaku Konflik Hasil Uji Statistik Korelasi Rank Spearman antara Kepuasan Publik Publik dengan Perilaku Konflik Masyarakat Adat

19 DAFTAR GAMBAR Nomor Halaman 1. Model Komunikasi Publisitas Model Komunikasi Informasi Publik Model Komunikasi Asimetris Dua Arah Model Komunikasi Simetris Dua Arah Triple Bottom Lines dalam Tanggung Jawab Sosial Perusahaan Dimensi Ruang Dari Sumber Konflik Kerangka Pikir Hubungan Komunikasi Publik Perusahaan dengan Kepuasan Publik dan Perilaku Konflik Masyarakat Adat Model Komunikasi di Bidang Demand Tenaga Kerja Menurut Model Komunikasi Shannon Weaver Diagram Kontingensi Aktivitas Komunikasi Publik Perusahaan Melalui Program CSR dengan Kepuasan Publik Perusahaan Diagram Kontingensi Aktivitas Komunikasi Publik Perusahaan dalam Bidang Kompensasi Tanah Adat dengan Kepuasan Publik Perusahaan Diagram Kontingensi Aktivitas Komunikasi Publik Perusahaan dalam Bidang Kesehatan Masyarakat dengan Kepuasan Publik Perusahaan Diagram Kontingensi Aktivitas Komunikasi Publik Perusahaan dalam Bidang Pendidkan dan Pelatihan dengan Kepuasan Publik Perusahaan Diagram Kontingensi Aktivitas Komunikasi Publik Perusahaan dalam Bidang Demand Tenaga Kerja dengan Kepuasan Publik Perusahaan

20 Nomor Halaman 14. Diagram Kontingensi Aktivitas Komunikasi Publik Perusahaan dalam Bidang Pembangunan Sarana Prasarana dengan Kepuasan Publik Perusahaan Diagram Kontingensi Aktivitas Komunikasi Publik Perusahaan melalui Program CSR dengan Perilaku Konflik Masyarakat Adat Diagram Kontingensi Aktivitas Komunikasi Publik Perusahaan dalam Bidang Kompensasi Tanah Adat dengan Perilaku Konflik Masyarakat Adat Diagram Kontingensi Aktivitas Komunikasi Publik Perusahaan dalam Bidang Kesehatan Masyarakat dengan Perilaku Konflik Masyarakat Adat Diagram Kontingensi Aktivitas Komunikasi Publik Perusahaan dalam Bidang Pendidikan dan Pelatihan dengan Perilaku Konflik Masyarakat Adat Diagram Kontingensi Aktivitas Komunikasi Publik Perusahaan dalam Bidang Suplay Tenaga Kerja dengan Perilaku Konflik Masyarakat Adat Diagram Kontingensi Aktivitas Komunikasi Publik Perusahaan dalam Bidang Pembangunan Sarana Prasarana dengan Perilaku Konflik Masyarakat Adat Diagram Kontingensi Kepuasan Publik Perusahaan dengan Perilaku Konflik Masyarakat Adat dengan Perusahaan BP LNG Tangguh

21 DAFTAR LAMPIRAN Nomor Halaman 1. Peta Lokasi Penelitian Identitas Responden Hasil Uji Statistik Korelasi Rank Spearman

22 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Gagasan mengenai pembangunan mempunyai latar belakang pemikiran jauh sejak zaman Renaiscance (Brinton, 1981), yaitu munculnya pemikiranpemikiran maju yang melahirkan rasionalisme, perkembangan ilmu pengetahuan dan kebebasan manusia (humanisme). Pemikiran yang modern tersebut memacu perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang melahirkan revolusi industri dibarengi dengan perkembangan kapitalisme. Hasil dari revolusi industri itu adalah semakin berkembangnya teknologi dan mempercepat perkembangan kapitalisme di negara-negara Eropa di bandingkan dengan negara-negara non barat. Untuk mengejar ketinggalan tersebut, maka pembangunan yang dilaksanakan di dunia ke tiga mempunyai ciri sebagai upaya untuk mengejar ketertinggalan terutama di bidang ekonomi. Untuk itu maka dirancang suatu model pembangunan pertumbuhan. Salah satu ciri dari penerapan model tersebut adalah dibangunnya proyek-proyak fisik untuk mendorong pertumbuhan suatu kawasan dan atau eksploitasi sumber daya alam (SDA) untuk memperoleh devisa (Ngadisah, 2000) Model proyek sekaligus eksploitasi SDA terdapat dalam proyak pertambangan. Pembangunan proyek pertambangan di satu dapat memberikan dampak positif, seperti meningkatnya demand tenaga kerja sehingga mengurangi angka pengangguran juga bermanfaat bagi pertumbuhan ekonomi daerah dan

23 nasional, tetapi disisi lain tidak jarang kehadirannya menimbulkan konflikkonflik yang cukup serius yang merugikan perusahaan itu sendiri, masyarakat sekitar bahkan pemerintah. Sebagai contoh, konflik PT Freeport Indonesia, kasus TPST Bojong di Bogor, kasus PT Newmont di Buyat atau bahkan yang lebih fenomenal yaitu kasus lumpur panas di ladang migas PT Lapindo Brantas Sidoarjo. Kasus-kasus tersebut bukan saja memberikan dampak negatif bagi keberlanjutan perusahaan sebagai akibat dari ketidak-terimaan masyarakat dan komunitas setempat, tetapi juga menurunkan kredibilitas perusahaan itu sendiri. Belajar dari kasus-kasus tersebut, ternyata dunia usaha semakin menyadari bahwa perusahaan tidak lagi dihadapkan pada tanggung jawab yang berpijak pada single bottom line yaitu nilai perusahaan yang direfleksikan dalam kondisi keuangannya namun juga harus memperhatikan aspek sosial dan lingkungannya. Dengan kata lain, perusahaan bukan sekedar kegiatan ekonomi untuk menciptakan profit demi kelangsungan usahanya, melainkan juga bertanggung jawab terhadap sosial dan lingkungannya. Dasar pemikirannya, menggantungkan semata-mata kesehatan finansial tidak akan menjamin perusahaan bisa tumbuh secara berkelanjutan. Keberlanjutan perusahaan akan terjamin apabila perusahaan memperhatikan dimensi terkait lainnya termasuk dimensi sosial dan lingkungan. Fakta telah menunjukan bagaimana resistensi masyarakat sekitar muncul di permukaan terhadap perusahaan yang dianggap tidak memperhatikan faktor sosial (Wibisono, 2007) Menghadapi hal tersebut, banyak perusahaan mulai melihat serius pengaruh dimensi sosial dan lingkungannya. Mereka juga meyakini bahwa menerapkan tanggung jawab sosial perusahaan (Corporate Social Responsibility)

24 merupakan investasi bagi perusahaan demi pertumbuhan dan keberlanjutan perusahaan. Artinya bukan lagi dilihat sebagai sentra biaya (cost center) melainkan sentra laba (profit center) dimasa mendatang. Wibisono (2007) menegaskan, setidaknya ada tiga alasan penting mengapa kalangan dunia usaha mesti merespon dan mengembangkan tanggung jawab sosial sejalan dengan operasi usahanya; (1) Perusahaan adalah bagian dari masyarakat dan oleh karenanya wajar bila perusahaan memperhatikan kepentingan masyarakat. Perusahaan musti menyadari bahwa mereka beroperasi dalam suatu tatanan lingkungan masyarakat. Kegiatan sosial ini berfungsi sebagai kompensasi atau upaya timbal balik atas penguasaan sumberdaya alam dan sumber daya ekonomi oleh perusahaan yang kadang bersifat ekspansif dan eksploitatif disamping sebagai kompensasi sosial karena timbulnya ketidaknyaman (discomfort). (2) Kalangan bisnis dan masyarakat sebaiknya memiliki hubungan yang bersifat simbiosa mutualisme. Untuk mendapat dukungan dari masyarakat, setidaknya licence to operate, wajar bila perusahaan juga dituntut untuk memberikan kontribusi positif kepada masyarakat sehingga bisa tercipta harmonisasi hubungan bahkan pendongkrakan cinta dan performa perusahaan. (3) Kegiatan tanggung jawab sosial merupakan salah satu cara untuk meredam atau bahkan menghindari konflik sosial. Potensi konflik itu bisa berasal akibat dampak operasional perusahaan ataupun akibat kesenjangan struktural dan ekonomis yang timbul antara masyarakat dengan komponen perusahaan. Melihat betapa pentingnya penerapan tanggung jawab sosial perusahaan di kalangan dunia usaha dan dampak negatif yang cukup serius akibat perusahaan atau dunia usaha tidak memperhatikan faktor sosial dan lingkungannya, maka

25 pemerintah telah mewajibkan setiap perusahaan khususnya perusahaanperusahaan yang memanfaatkan sumberdaya alam, wajib melakukan tanggung jawab sosial perusahaan. Hal ini didukung dengan di tetapkannya Undangundang No. 40 tahun 2007, tantang perseroan terbatas dalam pasal 74 yang berisikan ayat 1 dinyatakan bahwa perseroan yang menjalankan kegiatan usahanya di bidang dan/atau berkaitan dengan sumber daya alam wajib melaksanakan tanggung jawab sosial dan lingkungan. Selanjutnya dalam ayat 2 dinyatakan bahwa tanggung jawab sosial dan lingkungan itu merupakan kewajiban perseroan yang dianggarkan dan diperhitungkan sebagai biaya perseroan yang pelaksanaannya dilakukan dengan memperhatikan kepatutan dan kewajaran. Ayat 3 menyatakan bahwa perseroan yang tidak melaksanakan kewajiban sebagaimana ayat 1 dikenai sanksi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Selanjutnya ayat 4 menyatakan ketentuan lebih lanjut mengenai tanggung jawab sosial dan lingkungan diatur dengan peraturan pemerintah. Keberadaan undang-undang ini tentunya berimplikasi pada perusahaan tidak hanya mengeksploitasi sumberdaya alam tetapi juga wajib bertanggungjawab pada masyarakat sekitar, sehingga dapat mengurangi rasa ketidak-puasan yang dapat menyebabkan konflik-konflik yang sering terjadi antara perusahaan dengan masyarakat. Penerapan program tanggung jawab sosial perusahaan pada suatu perusahaan merupakan suatu bentuk penerapan komunikasi publik untuk membangun hubungan baik dengan masyarakat sekitar dan membentuk kredibilitas dan citra positif perusahaan demi keberlanjutan perusahaan tersebut. Melakukan tanggung jawab sosial perusahaan tidaklah muda, karena tidak

26 menggunakan suatu aturan yang baku. Penerapan tanggung jawab sosial perusahaan sangat disesuaikan dengan kebudayaan dan kebutuhan masyarakat sekitar. Karena itu diperlukan suatu pendekatan komunikasi yang efektif. Dengan pendekatan komunikasi yang efektif, tentunya merupakan salah satu faktor yang dapat memberikan rasa kepuasan masyarakat, mengurangi gejolak konflik sosial bahkan meningkatkan kredibilitas perusahaan dimata masyarakat. Dalam hal ini, peranan komunikasi publik dalam program tanggung jawab sosial perusahaan akan semakin penting pada setiap perusahaan. Dengan demikian, efektifitas komunikasi publik yang dilakukan perusahaan merupakan salah satu faktor yang akan menentukan keberhasilan program tanggung jawab sosial perusahaan pada suatu perusahaan. Tetapi apabila komunikasi publik tidak efektif maka yang terjadi adalah ketidak puasan masyarakat terhadap program tanggung jawab sosial perusahaan, meningkatnya perilaku konflik, bahkan menurunkan kredibilitas perusahaan tersebut Perumusan Masalah Tingginya resistensi-resistensi masyarakat di sekitar perusahaan dapat dicontohkan pada beberapa kasus yang terjadi antara masyarakat Papua dengan PT Freeport Indonesia. Belajar dari pengalaman-pengalaman masa lalu PT Freeport Indonesia yang sering memicu konflik karena kurang menghargai hakhak masyarakat adat, maka sebagai kepedulian pemerintah daerah Papua, di bentuklah suatu Undang-undang Otonomi Khusus No. 21 Tahun 2001, yang berisikan perlindungan hak-hak masyarakat adat yaitu pemerintah Provinsi Papua wajib mengakui, menghormati, melindungi, memberdayakan dan

27 mengembangkan hak-hak masyarakat adat. Hak masyarakat adat tersebut meliputi hak ulayat masyarakat hukum adat dan hak perorangan para warga masyarakat hukum adat yang bersangkutan. Sebagai implemantasinya, perusahaan yang hendak berinvestasi di wilayah Papua harus juga menghargai hak-hak adat dan memiliki tanggung jawab sosial terhadap masyarakat adat setempat. Disatu sisi, salah satu potensi konflik yang pada umumnya terjadi dalam masyarakat Papua adalah masalah hak ulayat atas tanah. Konflik-konflik tersebut sering terjadi apabila tidak dilakukan pendekatan komunikasi secara baik antara masyarakat adat dengan perusahaan yang memanfaatkan tanah adat mereka. Perusahaan BP LNG Tangguh sebagai perusahaan yang baru beroperasi tahun 2001 telah mengantisipasi hal tersebut. Salah satu strateginya untuk menghindari konflik dengan masyarakat adat adalah dengan membangun hubungan baik dengan masyarakat adat. Pihak pengelola Tangguh bercita-cita agar proyek tersebut bisa menjadi sebuah kegiatan eksplorasi sumberdaya alam yang bertanggungjawab baik secara sosial maupun lingkungan. Proyek Tangguh juga berusaha menjadi katalis bagi pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan dengan menerapkan apa yang dikenal sebagai strategi sosial terpadu (Integrated Social Strategy/ ISS). ISS merupakan bentuk dari tanggung jawab sosial perusahaan (Corporate Social Responsibility). Komponen-konponennya meliputi; strategi pemerataan dan penyebaran pertumbuhan, perencanaan pengelolaan dampak keuangan, pelatihan dan pengelolaan tenaga kerja, program pengembangan masyarakat, program keamanan berbasis masyarakat, forum dana abadi, sistem ekonomi berbasis masyarakat, dan pemukiman kembali kampung tanah merah. (Tabura Newsletter, edisi keempat, Oktober 2003)

28 ISS perusahaan BP LNG Tangguh ini sebagian telah direalisasikan dalam bentuk kegiatan-kegiatan yang telah dikomunikasikan kepada masyarakat. Kegiatan-kegiatan tersebut antara lain program community development, berupa memberikan pelatihan SDM, memberikan dana pengembangan masyarakat, kegiatan pengendalian malaria, memberikan dana pengembangan hutan, membangun perumahan masyarakat yang desanya terkena perencanaan pembangunan kilang, pembangunan jalan kampung, pengadaan peralatan perikanan, pengadaan sarana air bersih, pembangunan toilet kampung dan melakukan berbagai macam pelatihan, seperti pelatihan pemeliharaan mesin kapal nelayan, penyadaran dan pencegahan HIV, pemberdayaan perempuan dan pelatihan yang terkait dengan masalah pemberdayaan ekonomi dan sosial masyarakat. Menurut Agustinus Poluakan, senior officer Tangguh ISS yang bertangungjawab mengelola pengembangan program ISS sebagai bentuk tanggung jawab sosial perusahaan dilapangan mengatakan bahwa semua kegiatankegiatan tersebut dilakukan dengan pendekatan komunikasi yaitu menggunakan Participatory Rural Appraisal (Tabura Newsletter, edisi keenam, Juli 2004). Hal ini berarti, semua program yang telah dan akan dilaksanakan telah dikomunikasikan atau dikonsultasikan dengan masyarakat. Dengan demikian, program-program tersebut merupakan keinginan dan kebutuhan masyarakat yang tentunya apabila diterapkan dengan baik dapat memberikan rasa kepuasan karena tercapainya kebutuhan yang diinginkan masyarakat tersebut. Pendekatan partisipatori ini dalam istilah populer dikenal sebagai model komunikasi konvergen. Pendekatan partisipatori yang bertumpu pada model

29 konvergen berarti berusaha menuju pengertian yang bersifat timbal balik diantara partisipan komunikasi dalam perhatian, pengertian dan kebutuhan (Dilla, 2007). Apabila pendekatan komunikasi yang dilakukan perusahaan BP LNG Tangguh dapat menghasilkan pengertian yang konvergen antara perusahaan dengan masyarakat sekitar maka akan mempercepat tercapainya tujuan yang diinginkan yaitu menciptakan hubungan baik dengan masyarakat adat sehingga dapat menumbuhkan citra positif perusahaan, meningkatkan kredibilitas perusahaan dimata masyarat adat sekitar tanpa ada rasa ketidakpuasan atau konflik antara perusahaan dengan masyarakat adat. Namun berdasarkan laporan Panel Penasehat Independen Proyek Tangguh tahun 2005, masih saja ditemukan potensi-potensi konflik bahkan juga terjadi konflik antara masyarakat adat dengan perusahaan di beberapa desa khususnya desa-desa di bagian utara Teluk Bintuni yang merasa kurang puas akibat lemahnya pelaksanaan tanggung jawab sosial perusahaan pada masyarakat adat. Bahkan terdapat pula beberapa desa yang melarang beroperasinya perusahaan PB LNG Tangguh di daerahnya. Rasa ketidakpuasan ini selanjutnya disampaikan kepada Dewan Perwakilan Rakyat Propinsi Papua Barat dalam bentuk demonstrasi yang dilakukan pada akhir maret Hamijoyo (2001) menyatakan bahwa adanya konflik dalam aktivitas komunikasi adalah bukti bahwa adanya kemacetan komunikasi. Hal ini lebih diperjelas lagi oleh Usman (2001), suatu proses komunikasi untuk memberikan informasi yang benar akan menimbulkan suatu ketenangan dalam kehidupan masyarakat, tetapi apabila isu atau informasi yang dikembangkan orang dalam berinteraksi tidak seirama dengan apa yang terjadi maka timbullah konflik dalam

30 setiap pertukaran pesan, baik yang bersifat individu, kelompok maupun masyarakat. Akibatnya benturan sosial tidak dapat dihindari, baik dalam bentuk fisik maupun penekanan setiap ide yang berkembang dalam setiap komponen kehidupan masyarakat. Berdasarkan permasalah yang telah dikemukakan, dirumuskan beberapa pertanyaan permasalahan pada penelitian ini, sebagai berikut: 1. Bagaimana hubungan aktivitas komunikasi publik perusahaan LNG Tangguh dalam program tanggung jawab sosial perusahaan dengan kepuasan publik? 2. Bagaimana hubungan aktivitas komunikasi publik perusahaan LNG Tangguh dalam program tanggung jawab sosial perusahaan dengan perilaku konflik masyarakat adat? 3. Bagaimana hubungan kepuasan publik terhadap program tanggung jawab sosial perusahaan dengan perilaku konflik Tujuan Penelitian Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan dan menganalisis: 1. Hubungan aktivitas komunikasi publik perusahaan BP LNG Tangguh dalam program tanggung jawab sosial perusahaan dengan kepuasan publik. 2. Hubungan aktivitas komunikasi publik perusahaan BP LNG Tangguh dalam program tanggung jawab sosial perusahaan dengan perilaku konflik masyarakat adat.

31 3. Hubungan kepuasan publik dalam program tanggung jawab sosial perusahaan yang dilakukan perusahaan BP LNG Tangguh dengan perilaku konflik masyarakat adat. Secara khusus tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis : 1. Hubungan aktivitas komunikasi publik perusahaan BP LNG Tangguh di bidang kompensasi tanah adat dengan kepuasan publik. 2. Hubungan aktivitas komunikasi publik perusahaan BP LNG Tangguh di bidang kesehatan masyarakat dengan kepuasan publik. 3. Hubungan aktivitas komunikasi publik perusahaan BP LNG Tangguh di bidang pendidikan dan pelatihan dengan kepuasan publik. 4. Hubungan aktivitas komunikasi publik perusahaan BP LNG Tangguh di bidang demand tenaga kerja dengan kepuasan publik. 5. Hubungan aktivitas komunikasi publik perusahaan BP LNG Tangguh di bidang pembangunan sarana prasarana dengan kepuasan publik. 6. Hubungan aktivitas komunikasi publik perusahaan BP LNG Tangguh di bidang kompensasi tanah adat dengan perilaku konflik. 7. Hubungan aktivitas komunikasi publik perusahaan BP LNG Tangguh di bidang kesehatan masyarakat dengan perilaku konflik. 8. Hubungan aktivitas komunikasi publik perusahaan BP LNG Tangguh di bidang pendidikan dan pelatihan dengan perilaku konflik. 9. Hubungan aktivitas komunikasi publik perusahaan BP LNG Tangguh di bidang demand tenaga kerja dengan perilaku konflik. 10. Hubungan aktivitas komunikasi publik perusahaan BP LNG Tangguh di bidang pembangunan sarana prasarana dengan perilaku konflik.

32 1.4. Kegunaan Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat menimbulkan beberapa kegunaan bagi beberapa pihak yang terkait, seperti: Bagi pengembangan ilmu Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi terhadap pengembangan khazanah keilmuan di bidang komunikasi publik khususnya yang terkait dengan aktivitas komunikasi publik perusahaan dan hubungannya terhadap kepuasan publik dan perilaku konflik Bagi perusahaan Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi perusahaan dalam merancang kebiijakan komunikasi publik bagi masyarakat adat di sekitar kawasan pertambangan yang saling menguntungkan kedua belah pihak. Bagi masyarakat adat Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi masyarakat adat dalam hal mengangkat kebutuhan, keinginan-keinginan masyarakat adat bagi perusahaaan guna mengambil suatu kebijakan komunikasi publik yang sesuai dengan harapan masyarakat serta tidak merugikan kedua belah pihak. Bagi Pembangunan daerah Kehadiran perusahaan PB LNG Tangguh secara langsung dapat memberikan kontribusi bagi APBD kabupaten Teluk Bintuni maupun provinsi Papua Barat. Namun salah satu penghalangnya ialah apabila terjadi konflik masyarakat adat dengan perusahaan tersebut. Oleh sebab itu, hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi pemerintah daerah sebagai pihak ketiga atau penengah

33 untuk mengambil kebijakan-kebijakan yang berkaitan dengan penyelesaikan konflik antara masyarakat adat dengan perusahaaan PB LNG Tangguh sehingga menguntungkan kedua belah pihak.

34 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Komunikasi Secara entimologis komunikasi, istilah komunikasi berasal dari bahasa latin communicatio atau communis yang berarti kesamaan makna tentang suatu hal. Sehingga komunikasi diartikan sebagai proses sosial dari orang-orang yang terlibat dalam hubungan sosial dan memiliki kesamaan makna mengenai sesuatu hal. Sedangkan jika ditinjau dari sudut terminologis, komunikasi diartikan sebagai suatu proses berbagi pesan melalui kegiatan penyampaian pesan dan penerimaan pesan (simbol-simbol yang bermakna) baik secara verbal (lisan dan tulisan) maupun non verbal (gerakan tubuh, wajah, dan mata), sehingga orangorang yang berperan sebagai pengirim dan penerima pesan memperoleh makna yang timbal balik atau sama terhadap pesan yang dipertukarkan (Effendy, 2002) Thomas M.Scheidel dalam Mulyana (2005), mengemukakan bahwa berkomunikasi terutama untuk menyatakan dan mendukung identitas diri, untuk membangun kontak sosial dengan orang di sekitar kita dan untuk mempengaruhi orang lain untuk merasa, berpikir, atau berperilaku seperti yang kita inginkan. Hovland dalam Effendi (1998) memberikan pengertian bahwa komunikasi adalah proses seseorang insan (komunikator) menyampaikan pesan, biasanya berupa lambang-lambang kata-kata atau kalimat, untuk mengubah sikap atau tingkah laku insan lainnya. Proses ini akan terjadi apabila hubungan antara komunikator dan komunikan terdapat hubungan yang dekat, langsung dan kontinyu atau

35 berkesinambungan, tetapi tidak akan terjadi kalau komunikator dan komunikannya terdapat kesenjangan dan tidak terdapat kesinambungan Williams (1984) dalam Yuhana, dkk (2008) menguraikan adanya lima karakteristik dasar komunikasi, dimana dengan mengetahuinya akan memudahkan kita menganalisis peristiwa komunikasi, yaitu (1) Komunikasi adalah pertukaran simbol-simbol yang bermakna; Komunikasi merupakan tindakan yang dilakukan dengan mengunakan lambang-lambang yaitu bahasa verbal dan lambang non verbal, (2) Komunikasi adalah suatu proses; Yang berarti komunikasi bukan sesuatu yang statis dan sepenggal-sepenggal tetapi berjalan secara continue dan lengkap. Komunikasi merupakan suatu rangkaian proses teori dari tahapan-tahapan yang tersusun secara kronologis sehingga tahapan yang satu akan menentukan tahapan lain yang terjadi berikutnya. Dalam komunikasi terdapat unsur-unsur atau komponen yang membentuknya, yang merupakan suatu kesatuan, (3) Komunikasi memerlukan media, (4) Komunikasi bersifat transaksional, yaitu komunikasi menuntut tindakan memberi atau menerima, yang dilakukan secara seimbang oleh masing-masing perilaku yang terlibat dalam komunikasi. Komunikasi akan berhasil apabila kedua belah pihak yang terlibat mempunyai kesepakatan tentang hal-hal yang dikomunikasikan dan (5) komunikasi dilakukan untuk memuaskan kebutuhan insan. Setiap komunikasi yang dilakukan pasti memiliki tujuan. Oleh karena itu tujuan komunikasi menurut Effendy (2006) ada empat, yaitu : (1) mengubah sikap, (2) mengubah opini pendapat atau pandangan, (3) mengubah perilaku dan (4) mengubah masyarakat. Selain itu, Berlo (1960) merumuskan tujuan

36 komunikasi terdiri dari tiga macam, yaitu: (a) bersifat informatif, yaitu dengan menyampaikan ide, gagasan, sesuatu hal dan lain-lain dengan pendekatan pikiran; (b) persuasif, yaitu bertujuan untuk menggugah perasaan orang, dengan pendekatan emosional, dan (c) hiburan, yaitu komunikasi yang bertujuan menghibur atau menyenangkan seseorang melalui peragaan-peragaan tertentu. Gordon L Zimmerman et al dalam Mulyana (2005), mengatakan kita dapat membagi tujuan komunikasi menjadi dua kategori besar. Pertama kita berkomunikasi untuk menyelesaikan tugas - tugas yang penting bagi kebutuhan kita, untuk memberi makan dan pakaian kepada diri sendiri, memuaskan kepenasaran kita akan lingkungan dan menikmati hidup. Kedua, kita berkomunikasi untuk menciptakan dan memupuk hubungan dengan orang lain. Dengan demikian komunikasi mempunyai dua fungsi isi, yang melibatkan pertukaran informasi yang kita perlukan untuk menyelesaikan tugas, dan fungsi hubungan yang melibatkan pertukaran informasi mengenai bagaimana hubungan kita dengan orang lain. Liliweri (2004) menyatakan bahwa komunikasi secara otomatis mempunyai fungsi sosial karena proses komunikasi beroperasi dalam konteks sosial yang orang orangnya berinteraksi satu sama lain. Dengan demikian fungsi komunikasi sosial mengandung aspek aspek : a. Manusia berkomunikasi untuk mempertemukan kebutuhan biologis (makan dan minum) dan psikologis (rasa aman dan kepastian). Kedua kebutuhan tersebut harus seimbang, dan melalui komunikasi antar pribadi (interaksi sosial) maka manusia berusaha mencari dan melengkapi kebutuhannya. b. Manusia berkomunikasi untuk memenuhi kewajiban sosial. Setiap orang terikat dalam suatu sistem sosial dan norma yang berlaku dalam

37 masyarakatnya. Misalnya nilai dan norma yang telah mengatur kewajiban kewajiban tertentu secara sosial dalam berkomunikasi sebagai suatu keharusan yang tidak dapat dielakkan. c. Manusia berkomunikasi untuk mengembangkan hubungan timbal balik. Kali pertama ketika berkenalan dengan orang lain bentuk tindakan sosial yang terjadi biasanya adalah interaksi biasa yang terjadi akibat basa-basi pergaulan. Baru kemudian meningkat dalam suatu relasi sosial, ekonomi, bisnis di antara mereka sehingga menghasilkan transaksi yang saling menguntungkan diantara keduanya. Terjadi pertukaran kepentingan tertentu dalam hubungan timbal balik itu. d. Manusia berkomunikasi untuk meningkatkan dan merawat mutu sendiri. Dengan komunikasi kita mampu menilai, melihat mutu komunikasi orang lain dan kemudian mengubah diri sendiri, meningkatkannya sehingga dapat berdampak pada usaha untuk merawat kesehatan jiwa. e. Manusia berkomunikasi untuk mengatasi konflik, pertentangan antar manusia kadang tidak dapat dielakkan, melalui komunikasi konflik dapat dihindari karena telah terjadi pertukaran pesan dan mungkin saja kesamaan makna mengenai sesuatu makna tertentu. Berdasarkan pengertian, tujuan dan fungsi komunikasi, ternyata komunikasi memiliki peranan penting dalam membentuk sikap dan perilaku seseorang. Dengan kata lain, komunikasi menentukan baik dan buruknya sikap dan perilaku seseorang. Demikian pula dalam melakukan tanggung jawab sosial perusahaan, komunikasi yang dilakukan melalui program ini juga akan membentuk sikap dan perilaku masyarakat di sekitar perusahaan. Jika

38 komunikasi yang dilakukan perusahaan efektif maka tentu akan mempengaruhi rasa kepuasan terhadap program tersebut, dan jika masyarakat puas, maka dapat meningkatkan kredibilitas perusahaan sehingga memberikan perilaku yang baik tanpa ada konflik antara perusahaan dengan masyarakat sekitar Efektifitas komunikasi Efektifitas berasal dari kata efektif yang berarti tercapai keberhasilan yang telah ditetapkan. Menurut Suganda (1988) bahwa prinsip efektif itu adalah kemampuan untuk mencapai sasaran-sasaran dan tujuan akhir melalui kerjasama orang-orang dengan memanfaatkan sumber-sumber yang ada seefisien mungkin. Dalam kaitannya dengan efektifitas komunikasi, selama lebih dari tahun para dosen dan ahli teori komunikasi manusia telah membahas masalahmasalah yang berhubungan dengan keefektifan komunikasi. Setelah usaha yang berabad-abad untuk memecahkan masalah ini, hasilnya tetap belum terpecahkan. Fisher (1986), mengemukakan bahwa sepanjang sejarah, konsep komunikasi yang efektif telah berkembang, baik dalam arti untuk menggambarkan keefektifan komunikasi maupun dalam menetapkan kriteria untuk menentukan komunikasi yang efektif. Ada empat tahap perkembangan konsep komunikasi yang efektif. (1) pengukuran keefektifan komunikasi dalam arti efek yang ditimbulkan. Kriteria ini mengajukan pertanyaan, Berhasilkah? Jika ia berhasil maka ia efektif. (2) pendekatan keefektifan komunikasi yang memberi penekanan pada teknik komunikasi. (3) pendekatan konsep keefektifan yang memberikan penekanan pada menyesuaikan diri dengan orang lain yang berkomunikasi sehingga dapat mengidentifikasi serta menyesuaikan pesan menjadi searah

39 (kongruen) dengan internalisasi orang lain. (4) Pendekatan pada keefektifan komunikasi yang terakhir adalah mengevaluasi keefektifan sistem komunikasi secara keseluruhannya dari pada hanya dari seorang individu saja. Mulyana (2005) menyatakan bahwa komunikasi efektif adalah komunikasi yang hasilnya sesuai dengan harapan para komunikan. Tubbs dan Moss (2001) mengatakan bahwa ada lima hal yang dijadikan ukuran dalam komunikasi efektif yaitu: (1) pemahaman, artinya penerima cermat mencermati isi pesan yang disampaikan oleh komunikator, sehingga tidak terjadi salah penafsiran pesan oleh komunikan, (2) kesenangan, artinya suasana yang menjadikan hubungan menjadi hangat, akrab dan menyenangkan, (3) pengaruh pada sikap, artinya kemampuan persuasif komunikator dalam menyampaikan pesan yang menimbulkan efek pada diri komunikan, (4) hubungan yang membaik, artinya tumbuh perasaan ingin bergabung dengan orang lain, ingin mengendalikan dan dikendalikan, serta ingin mencintai dan dicintai, serta (5) tindakan, artinya tindakan yang nyata yang dilakukan komunikan setelah terjadi pengertian, pembentukan dan perubahan sikap serta tumbuhnya hubungan baik. Selanjutnya Effendy (2002) menyatakan bahwa komunikasi untuk dapat dikatakan efektif, jika dapat menimbulkan dampak : 1) kognitif, yakni meningkatnya pengetahuan komunikan. 2) Afektif, yaitu perubahan pandangan komunikan, karena hatinya tergerak akibat komunikasi dan 3) Behavioral yaitu; perubahan perilaku atau tindakan yang terjadi pada komunikan. Komunikasi yang efektif dapat terjadi secara sederhana jika orang berhasil menyampaikan apa yang dimaksudnya. Secara umum komunikasi dinilai efektif jika rangsangan yang disampaikan dan yang dimaksud oleh komunikator berkait

40 erat dengan rangsangan yang ditangkap dan dipahami oleh komunikan. Semakin besar kaitan antara yang dimaksud oleh komunikator dapat direspon oleh komunikan, maka semakin efektif pula komunikasi yang dilaksanakan. Jika S adalah pengirim pesan (sumber) dan R adalah penerima pesan, maka komunikasi disebut mulus dan lengkap bila respons yang diinginkan S dan respons yang diberikan R identik (Goyer dalam Tubbs dan Moss, 2001). R S makna yang di tan gkap penerima 1 makna yang dimaksud pengirim Nilai 1, yang menunjukkan kesempurnaan. Penyampaian dan penerimaan pesan jarang diperoleh nilai 1, paling-paling hanya mendekati saja. Semakin besar kaitan antara yang dimaksud dengan respons yang diterima, semakin efektif pula komunikasi yang terjadi. Bila R/S bernilai 0, berarti tidak ada kaiatan sama sekali antara respons yang diinginkan dengan respons yang diperoleh. Menurut Effendy (2002), komponen-komponen komunikasi yang perlu diperhatikan supaya komunikasi efektif adalah mulai dari komunikator, pesan, saluran dan komunikan sebagai sasaran komunikasi. Unsur-unsur komunikasi tersebut harus dapat memenuhi kriteria sebagai beruikut : (1) Komunikator Faktor penting pada diri komunikator bila ia melakukan komunikasi adalah daya tarik dan kredibilitas. Seorang komunikator akan mampu mengubah sikap, opini, dan perilaku komunikan melalui mekanisme daya tarik. Apabila komunikan merasa ada kesamaan dengan komunikator

41 maka komunikan bersedia taat pada isi pesan yang disampaikan oleh komunikator. Sedangkan kredibilitas berhubungan dengan profesi atau keahlian yang dimiliki seorang komunikator. Dengan kata lain seorang komunikator akan mendapat kepercayaan bila ia membahas suatu persoalan dengan profesi atau keahliannya. (2) Pesan Pesan komunikasi terdiri dari isi pesan dan lambang. Isi pesan komunikasi bisa satu, tetapi lambang yang dipergunakan bisa bermacam macam, lambang yang paling banyak digunakan dalam komunikasi ialah bahasa. Dalam komunikasi, bahasa memegang peranan yang sangat penting. Tanpa penggunaan bahasa, hasil pemikiran yang bagaimanapun baiknya tidak akan dapat dikomunikasikan kepada orang lain secara tepat. Wibur schram melihat pesan sebagai tanda esensial yang harus dikenal oleh komunikan. Dalam hal ini komunikator pertama- tama harus mengerti tujuan pesan komunikasi, sehingga seorang komunikator harus mampu menyandi dan mengemas pesan dengan baik agar tidak terjadi kegagalan komunikasi. (3) Saluran Saluran komunikasi adalah alat melalui nara sumber komunikasi menyampaikan pesan-pesan kepada penerima. Saluran komunikasi terdiri dari berbagai macam, tetapi untuk mecapai sasaran komunikasi yang diinginkan maka dapat dipilih salah satu atau gabungan dari beberapa saluran. Pemilihan saluran tergantung pada tujuan yang akan dicapai, pesan yang akan disampaikan, dan teknik yang akan dipergunakan.

42 Masing masing saluran komunikasi mempunyai kelebihan dan kekurangan. (4) Komunikan Komunikan adalah anggota suatu sistem sosial yang disebut sebagai kumpulan unit yang berada secara fungsional dan terkait dalam kerjasama untuk memecahkan serta dalam rangka mencapai tujuan bersama. Menurut Bernard dalam Effendi (2001) menyebutkan bahwa komunikan akan menerima sebuah pesan hanya jika terdapat kondisi sebagai berikut : (a) komunikan dapat benar-benar mengerti pesan komunikasi, (b) pada saat mengambil keputusan komunikan sadar, bahwa keputusannya akan sesuai dengan tujuannya dan bersangkutan dengan kepentingan pribadinya, (c) komunikan mampu menepatinya, baik secara mental maupun secara fisik Komunikasi Publik Definisi,Tujuan dan Fungsi Komunikasi Publik Pengertian publik adalah suatu kelompok yang memiliki minat atau kepentingan yang sama dan ikut serta dalam pembicaraan suatu isu supaya melakukan sesuatu tentang isu tersebut (Blumer dan Dewey, dalam Wilson : 1986). Blumer menyebutkan bahwa publik adalah kelompok orang yang: 1) dihadapkan pada suatu isu-isu, 2) dipisahkan oleh ide-ide mereka seperti bagaimana untuk melihat isu, 3) ikut serta membicarakan isu. John Dewey mendefinisikan pubiik adalah suatu kelompok orang yang menghadapi masalah yang sama, 2) mengakui masalah itu ada, 3) melakukan sesuatu untuk masalah tersebut. Sedangkan publik organisasi dapat diberikan pengertian adalah orangorang yang berada di dalam dan di luar organisasi yang mempunyai minat dan

43 kepentingan yang sama dengan minat dan kepentingan organisasi. Menurut Muhammad (2004) yang dimaksud dengan komunikasi publik adalah pertukaran pesan dengan sejumlah orang yang berada dalam organisasi atau yang di luar organisasi, secara tatap muka atau melalui media. Tetapi dalam bagian ini yang akan dibicarakan hanyalah kontak tatap muka di antara organisasi dengan lingkungan eksternal organisasi. Tujuan umum dari komunikasi publik terutama sekali adalah untuk memberikan informasi kepada sejumlah besar orang mengenai organisasi misalnya mengenai aktivitas-aktivitas atau program-program organisasi baik di dalam lingkungan organisasi mapun di luar lingkungan organisasi. Selain dari itu komunikasi publik juga bertujuan untuk menjalin hubungan baik antara organisasi dengan masyarakat luar organisasi, menciptakan kredibilitas perusahaan di mata masyarakat luar organisasi, komunikasi publik juga dapat digunakan untuk memberikan hiburan kepada sejumlah orang. Komunikasi publik berfungsi menumbuhkan semangat kebersamaan (solidaritas), mempengaruhi orang lain, memberi informasi, mendidik dan menghibur dalam rangka mencapai tujuan organisasi. Pengertian-pengertian tersebut paling tidak mempunyai makna sebagai berikut: 1. Setiap aktivitas satu orang atau lebih, baik sebagai pengirim maupun penerima pesan yang mempunyai tujuan, harapan, dan efek tertentu terhadap pesan yang disampaikan. 2. Komunikasi dapat berlangsung secara antar personal karena adanya kerjasama dan mempunyai tujuan dan harapan tertentu dalam konteks kelompok kecil

44 maupun kelompok besar yang terorganisir dalam bentuk formal maupun karena kepentingan sesaat. 3. Suatu kelompok orang yang karena memiliki kepentingan yang sama, serta ikut serta terlibat didalamnya. 4. Membangun image organisasi. 5. Upaya mendapatkan persepsi yang sama untuk tercapainya tujuan-tujuan organisasi. 6. Efek dari gangguan komunikasi dalam organisasi ini bisa memberikan dampak terhadap pandangan lingkungan di luar organisasi. 7. Pandangan obyektif (Pace & Faules, 2006) bahwa lingkungan merupakan kekuatan pendorong di belakang perilaku organisasi, sehingga organisasi harus mengurus lingkungan eksternal dan menggunakan strategi adaptifnya yang terbaik untuk tumbuh dan terus hidup Model Komunikasi Publik Organisasi Grunig (1992) dalam Ruslan (2006), mengemukakan bahwa ada empat model komunikasi publik yang digunakan dalam organisasi atau perusahaan, yaitu: 1) Model publisitas, 2) Model informasi publik, 3) Model asimetri dua arah, 4) Model Simetris dua arah. 1. Model Publiksitas / Model Press Agentry Model ini, komunikator melakukan propaganda atau kampanye melalui proses komunikasi satu arah (one way process). Kegiatan melalui proses komunikasi searah untuk tujuan publisitas yang menguntungkan dan khususnya dalam menghadapi media massa. Dalam model ini, komunikator terkadang

45 mengabaikan kebenaran informasi sebagai upaya memanipulasi (menutup-nutupi) unsur-unsur negatif dari organisasinya. (Sources) Organization Persuasive Propagandistic (One way communication) Receiver (Public) Gambar 1. Model Komunikasi Publiksitas Sumber : Ruslan 2006 Dalam komunikasi publik organisasi, inisiatif selalu berada di pihak pengirim (source of sender). Model ini kerap kali digunakan oleh organisasiorganisasi dalam proses komunikasi periklanan atau bentuk aktivitas komunikasi promosi bersifat persuasiv lainnya. Seperti menyampaikan pesan pada khalayak (publik) baik dalam bentuk berita-berita yang menghiasi koran maupun majalah, melalui radio, dan televisi. Aplikasi dari model ini biasanya oleh CEO pada organisasi bisnis menggunakan juru bicaranya atau bagian humas untuk menyampaikan pesan kepada publik. Hal ini oleh Hahn dan Mangun (1999) dimaksudkan untuk mencegah orang lain menunjuk seseorang seolah-olah memiliki semua fakta, padahal kenyataannya sejumlah fakta masih diragukan, sebab kebenaran tidaklah esensial. Hal-hal yang mendasarinya adalah ketika berhadapan dengan publik, impuls pertama adalah merasa sangat penting sehingga yang dibicarakan melebihi yang diketahui. Impuls kedua adalah merasa takut salah mengucapkan sesuatu atau takut tidak sanggup mengatakan apa-apa sama sekali.

46 2. Model Informasi Publik Model informasi publik berdasarkan pada pentingnya kebenaran suatu informasi. Model ini memandang publik sebagai sesuatu yang rasional yang jika diberi informasi yang cukup maka akan mendatangkan keputusan yang benar pada suatu isu tertentu. Oleh karena itu komunikasi publik bertugas menyediakan informasi yang lengkap dan akurat, serta berdasarkan fakta yang ada. Model ini juga menggambarkan bahwa kehumasan bertindak seolah-olah sebagai Journalist in residence, artinya bertindak sebagai wartawan dalam menyebarkan informasi kepada publik dan mengendalikan berita atau informasinya kepada media massa. Bentuk ini lebih baik dan mengandung lebih banyak kebenaran karena penyebarannya dilakukan melalui news letter, brosur dan surat langsung. Unsur kebenaran dan objektivitas pesan atau informasi selalu diperhatikan oleh sumber informan. Namun penyampaian pesannya tidak berdasarkan riset atau perencanaan. Seperti model publisitas, model ini juga menggunakan model satu arah dan dapat digambarkan sebagai berikut: (Source (Organizaton) Moor or Less Objective Truthfull (One way communication) Receiver (Public) Gambar 2. Model Komunikasi Informasi Publik Sumber : Ruslan, 2006

47 3. Model Asimetris Dua Arah (Two way Asymmetrical Model) Tahapan model ini, komunikator menyampaikan pesan dengan komunikasinya dua arah dan penyampaian pesannya berdasarkan hasil riset serta strategi persuasif secara ilmiah (scientific persuasive). Dalam model ini, unsur kebenaran informasi diperhatikan untuk membujuk publik agar mau bekerja sama, bersikap terbuka serta berpikir sesuai dengan harapan organisasi. Dalam hal ini, feedback dan feedforward dari publiknya selalu diperhatikan, serta berkaitan dengan informasi mengenai khalayak sangat diperlukan sebelum melaksanakan komunikasi. Maka kekuatan membangun hubungan (relationship) dan pengambilan inisiatif selalu didominasi oleh komunikator (source) Komunikasi publik mencakup gagasan bahwa manajemen perlu mengetahui posisi publik pada suatu isu. Hal ini merupakan salah satu tugas spesialis komunikasi publik untuk memelihara manajemen dalam menyampaikan pandangan organisasi pada publik, dengan memakai prinsip persuasi (meyakinkan) sehingga diperoleh dukungan publik. Model ini diciptakan oleh Grunig dan Hunt, dan dapat digambarkan sebagai berikut : Source (Organizati) Communication with Persuasive aim Receiver (Public) Feedback from or Feedforward about receiver (public) Gambar 3. Model Komunikasi Asimetris Dua Arah Sumber : Ruslan, 2006

48 4. Model Simetris Dua Arah (Two way Symmetrical Model) Model simetris dua arah menggambarkan suatu komunikasi propaganda atau kampanye dua arah timbal balik yang berimbang. Model ini menggunakan teknik komunikasi untuk dapat memecahkan atau menghindari terjadinya suatu konflik dan memperbaiki pemahaman publik secara strategis. Model ini dapat diterima dan dianggap lebih etis dalam penyampaian pesan atau informasi melalui teknik komunikasi yang dapat membujuk (persuasive communication) untuk membangun saling pengertian (konvergen), pemahaman, dan mempercayai antara kedua belah pihak sehingga saling menguntungkan bagi kedua belah pihak juga. Source Organization Balanced Communication Receiver Public Flow Gambar 4. Model Komunikasi Simetris Dua Arah Sumber : Ruslan, 2006 Model publiksitas dan model informasi publik merupakan tujuan utama organisasi atau perusahaan yang selalu berorientasi pada model komunikasi satu arah dengan publik sebagai khalayak sasarannya. Konsep pokok yang mendasari penggunaan model ini adalah dimana pihak organisasi tidak memerlukan perubahan sikap dan nilai-nilai atau tindakan-tindakan tertentu tetapi tugas dan kewajiban pihak source adalah untuk menciptakan pemenuhan kepatuhan dan persuasif dari pihak publik sebagai khalayak sasaran.

49 Sebaliknya, dua model lain yaitu model asimetris dua arah dan simetris dua arah sebagaimana digambarkan oleh Grunig yang meliputi model komunikasi dua arah dan khalayaknya yang saling beradaptasi satu sama lainnya. Para ahli komunikasi berpendapat bahwa koorientasi model komunikasi dua arah adalah bertujuan untuk membangun saling beradaptasi. Model asimetris dua arah bertujuan membujuk secara ilmiah (scientific persuasive) dan model simetris dua arah bertujuan untuk membangun saling pengertian (mutual understanding) antara pihak organisasi dengan khalayak. Model-model komunikasi diatas, dalam komunikasi publik dapat digunakan dengan model yang berbeda untuk tujuan yang berbeda dan dalam situasi yang berbeda pula secara tepat serta efektif baik tujuan penelitian maupun kegiatan secara praktikal Tanggung Jawab Sosial Perusahaan (Corporate Social Responsibility) Pengertian Konsep Sebenarnya konsep tanggung jawab sosial perusahaan telah ada sejak puluhan tahun lalu. Di dasawarsa 90-an, konsep ini makin menguat dan menyita perhatian banyak kalangan. Tetapi apakah sebenarnya tanggung jawab sosial perusahaan itu? Berikut ini beberapa defenisi tentang tanggung jawab sosial perusahaan yang dikutip dalam Majalah Bisnis dan CSR, edisi Oktober, Komitmen dan kemampuan dunia usaha untuk memberi kepedulian, melaksanakan kewajiban sosial, membangun kebersamaan, melakukan program/kegiatan kesejahteraan sosial/pembangunan sosial/kesejahteraan masyarakat sebagai wujud kesetiakawanan sosial dan menjaga keseimbangan

50 ekosistem di sekelilingnya. (Departemen Sosial RI, 2007) 2. Komitmen bisnis yang memberikan kontribusi bagi pembangunan ekonomi berkelanjutan, melalui kerja sama dengan para karyawan dan perwakilan mereka, keluarga mereka, baik masyarakat setempat maupun umum, untuk meningkatkan kualitas hidup dengan cara-cara yang bermanfaat baik bagi bisnis itu sendiri maupun pembangunan. (BankDunia) 3. Komitmen yang berkesinambungan dari kalangan bisnis, untuk berperilaku secara etis dan memberi kontribusi bagi perkembangan ekonomi, seraya meningkatkan kualitas kehidupan dari karyawan dan keluarganya, serta komunitas lokal dan masyarakat luas padaumumya. (World Business Council for Sustainable Development) 4. Kegiatan usaha yang mengintegrasikan ekonomi, lingkungan dan sosial ke dalam nilai, budaya, pengambilan keputusan, strategi, dan operasi perusahaan, yang dilakukan secara transparan dan bertanggung jawab untuk menciptakan masyarakat yang sehat dan berkembang. (Pemerintah Kanada) 5. Komitmen dunia usaha untuk bertindak secara etis, beroperasi secara legal, dan memberikan kontribusi untuk peningkatan ekonomi wiring dengan peningkatan kualitas hidup dari karyawan dan keluarga, komunitas, dan masyarakat secara lebih luas. (Trinidad and Tobacco Bureau Standard) 6. Tanggung jawab perusahaan untuk menyesuaikan diri terhadap kebutuhan dan harapan stakeholders sehubungan dengan isu-isu etika, sosial dan lingkungan, di samping ekonomi. (Pertamina, 2004)

51 7. Secara sukarela mengintegrasikan kepedulian sosial dan lingkungan ke dalam operasi bisnis keseharian dari suatu perusahaan. (Hasanuddin Rachman, Ketua Komite Tetap Hubungan Industrial KADIN) 8. Komitmen dunia bisnis untuk menyumbang sesuatu bagi kelangsungan pembangunan ekonomi, bekerja sama dengan para karyawan dan keluarga mereka, komunitas lokal dan masyarakat luas untuk meningkatkan kualitas hidup bagi dunia bisnis dan lingkungan. (Noke Kiroyan, ketua IBL, dalam CSR Conference, Jakarta 7-8 September 2006) 9. Suatu kegiatan yang dilakukan perusahaan sebagai bagian tanggung jawab sosial bagi kepentingan lingkungan di sekitarnya. (Aviliani, Komisaris BRI, dosen, dan peneliti Indef) 10. Kalau perusahaan menyumbang korban bencana alam semata, fidak ikut lebih lanjut dalam penanganan bencana dan sesudahnya, itu filantrofis. Kalau tanggung jawab sosial perusahaan, perusahaan ikut lebih lanjut. Misalnya, selain memberikan beasiswa, perusahaan juga memberdayakan penerima dengan membolehkannya magang di perusahaan dan pada akhirmya membuat dia menjadi mandiri. (Franky Welirang, Wakil Dirut PTIndofood Sukses Makmur Tbk., dalam The Executive Network, 30 Januari 2007). Definisi tanggung jawab sosial perusahaan boleh saja beragam. Tetapi, dari beragam definisi tersebut, ada satu kesamaan bahwa tanggung jawab sosial perusahaan tak bisa lepas dari kepentingan stakeholder dan stakeholder perusahaan. Mereka adalah pemilik perusahaan, karyawan, masyarakat, negara, dan lingkungan. Konsep inilah yang kemudian diterjemahkan oleh John Elkington sebagai triple bottom line, yaitu Profit, People, dan Planet. Maksudnya, tujuan tanggung jawab

52 sosial perusahaan harus mampu meningkatkan laba perusahaan (profit), mensejahterakan karyawan dan masyarakat (people), sekaligus meningkatkan kualitas lingkungan (planet). Tanggung jawab sosial perusahaan didorong oleh terjadinya kecenderungan pada masyarakat industri yang dapat disingkat dengan fenomena DEAF ( yang dalam bahasa inggris berarti tuli) sebuah akronim dari Dehumanisasi, Equalisasi, Aquariumisasi dan Feminisasi (Suharto, 2005) 1. Dehumanisasi industri. Efisiensi dan mekanisasi yang semakin kuat di dunia industri telah menciptakan persoalan-persoalan kemanusiaan baik bagi kalangan buruh di perusahaan tersebut maupun bagi masyarakat di sekitar perusahaan. Merger Mania dan peramping perusahaan telah menimbulkan gelombang pemutusan hubungan kerja dan pengangguran, ekspansi dan eksploitasi dunia industri telah melahirkan polusi, kerusakan lingkungan yang hebat. 2. Equalisasi hak-hak publik. Masyarakat kini semakin sadar akan haknya untuk meminta pertanggungjawaban perusahaan atas berbagai masalah sosial yang seringkali ditimbulkan oleh beroperasinya perusahaan-perusahaan. Kesadaran ini semakin menuntut akuntabilitas (accountability) perusahaan bukan saja dalam proses produksi melainkan pula dalam kaitanya dengan kepedulian perusahaan terhadap berbagai dampak sosial yang ditimbulkannya. 3. Aquariumisasi dunia industri. Dunia kerja kini semakin transparan dan terbuka laksana sebuah akuarium. Perusahaan yang hanya memburu rantai ekonomi dan cenderung mengabaikan hukum, prinsip etis, filantropis tidak

53 akan mendapat dukungan publik. Bahkan dalam banyak kasus, masyarakat menuntut agar perusahaan seperti ini di tutup. 4. Feminisasi dunia kerja. Semakin banyak wanita yang bekerja menuntut penyesuaian perusahaan bukan saja terhadap lingkungan internal organisasi seperti pemberian cuti hamil dan melahirkan, keselamatan dan kesehatan kerja. Melainkan pula terhadap timbulnya biaya-biaya sosial, seperti pelantaran anak, kenakalan remaja, akibat kurangnya kehadiran ibu-ibu dan tentunya di lingkungan masyarakat. Pelayanan sosial seperti perawatan anak (child care), pendirian fasilitas pendidikan dan kesehatan bagi anak bisa merupakan kompensasi sosial terhadap isu ini. Ide mengenai tanggung jawab sosial perusahaan semakin diterima secara luas. Namun demikian, sebagai sebuah konsep yang relatif baru, tanggung jawab sosial perusahaan masih tetap kontroversial baik bagi kalangan pebisnis maupun akademik (Saidi dan Abidin, 2004). Kelompok yang menolak mengajukan argumen bahwa perusahaan adalah organisasi pencari laba dan bukan person atau kumpulan orang seperti halnya dalam organisasi sosial. Perusahaan telah membayar pajak kepada negara dan karenanya tanggungjawab untuk meningkatkan kesejahteraan publik telah diambil alih oleh pemerintah. Kelompok yang mendukung pendapat bahwa perusahaan tidak dapat dipisahkan oleh para individu yang terlibat di dalamnya. Karenanya perusahaan tidak boleh hanya memikirkan keuntungan finansial bagi perusahaan saja. Melainkan pula harus memiliki kepekaan dan kepedulian terhadap publik khususnya masyarakat yang tinggal di sekitar perusahaan, Alasannya: (Suharto, 2005)

54 i. Masyarakat adalah sumber dari segala sumberdaya yang dimiliki dan diproduksi oleh perusahaan. Bukankah tanpa masyarakat perusahaan bukan saja tidak akan berarti, melainkan pula tidak akan berfungsi! Tanpa dukungan masyarakat, perusahaan mustahil memiliki pelanggan, pegawai dan sumbersumber produksi lainnya yang bermanfaat bagi perusahaan. ii. Meskipun perusahaan telah membayar pajak kepada negara, tidak berarti telah menghilangkan tanggungjawabnya terhadap kesejahteraan publik. Di negara yang kurang memperhatikan kebijakan sosial (social policy) atau kebijakan kesejahteraan (welfare policy) yang menjamin warganya dengan berbagai pelayanan dan skema jaminan sosial yang merata, manfaat pajak seringkali tidak sampai kepada masyarakat terutama kelompok miskin dan rentan yang tidak memiliki posisi tawar yang kuat. Archie B Carrol dalam Wibisono (2007), memberi jastifikasi teoritis dan logis mengapa sebuah perusahaan perlu menerapkan tanggung jawab sosial bagi masyarakat di sekitarnya. Perusahaan tidak berfungsi secara terpisah dari masyarakat sekitarnya. Faktanya, kemampuan perusahaan untuk bersaing dan tetap eksis sangat tergantung pada keadaan lokasi dimana perusahaan itu beroperasi. Oleh karena itu Ia telah mengembangkan suatu piramida tanggung jawab sosial perusahaan yang harus dipahami sebagai suatu kesatuan. Sebab tanggung jawab sosial perusahaan merupakan kepedulian perusahaan yang didasari tiga prinsip dasar yang dikenal dengan istilah triple bottom lines, yaitu profit, people dan plannet (3P) i. Profit. Perusahaan tetap harus berorintasi untuk mencari keuntungan ekonomi yang memungkinkan untuk terus beroperasi dan berkembang

55 ii. People. Perusahaan harus memiliki kepedulian terhadap kesejahteraan manusia. Beberapa perusahaan mengembangkan program tanggung jawab sosial seperti pemberian beasiswa bagi pelajar sekitar perusahaan, pendirian sarana pendidikan dan kesehatan, penguatan kapasitas ekonomi lokal. iii. Plannet. Perusahaan peduli terhadap lingkungan hidup dan keberlanjutan keragaman hayati. Beberapa program tanggung jawab sosial perusahaan yang berpijak pada prinsip ini biasanya berupa penghijauan lingkungan hidup, penyediaan sarana air bersih, perbaikan pemukiman, pengambangan pariwisata. Profit (Keuntungan Perusahaan) Plannet (Keberlanjutan Lingkungan Hidup People (kesejahteraan Mastarakat) Gambar 5. Triple Bottom Lines dalam CSR Sumber : Wibisono, Ukuran Keberhasilan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan. Untuk melihat sejauh mana efektifitas program tanggung jawab sosial perusahaan, diperlukan para meter atau indikator untuk mengukurnya. Setidaknya ada dua indikator keberhasilan yang dapat digunakan yaitu indikator internal dan indikator eksternal. (Wibisono, 2007) 1. Indikator internal a. Ukuran primer/ kualitatif (M A O)

56 i. Minimize Meminimalkan perselisihan/ konflik/ potensi konflik antara perusahaan dengan masyarakat dengan harapan terwujudnya hubungan yang harmonis dan kondusif ii. Asset Aset perusahaan yang terdiri dari pemilik/pemimpin perusahaan, karyawan, pabrik, dan fasilitas pendukung terjaga dan terpelihara dengan aman iii. Operational Seluruh kegiatan perusahaan berjalan aman dan lancar. b. Ukuran sekunder i. Tingkat penyaluran dan kolektibilitas ii. Tingkat compliance pada aturan yang berlaku 2. Indikator eksternal a. Indikator Ekonomi i. Tingkat pertambahan kualitas sarana dan prasarana umum ii. Tingkat peningkatan kemandirian masyarakat secara ekonomis iii. Tingkat peningkatan kualitas hidup bagi masyarakat secara berkelanjutan b. Indikator sosial i. Frekuensi terjadinya gejolak atau konflik sosial ii. Tingkat kualitas hubungan sosial antara perusahaan dengan masyarakat iii. Tingkat kepuasan masyarakat.

57 Manfaat Penerapan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan Menurut Tonno Supranoto S, Asisten Deputi Urusan Penguatan Masyarakat dan Kawasan, Kedeputian Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan, Kementerian Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat dalam Majalah Bisnis dan CSR, edisi Oktober 2007, Program CSR memiliki pengaruh sangat luas. Pelaksanaan tanggung jawab sosial perusahaan sangat membantu pemerintah meringankan upaya penanggulangan kemiskinan dan peningkatan kesejahteraan masyarakat. Perlu diakui bahwa dana pemerintah buat penanggulangan kemiskinan sangat terbatas. Mempertimbangkan kondisi ini pemerintah perlu mendapatkan dukungan dan keterlibatan aktif dari dunia usaha. Kegiatan tanggung jawab sosial perusahaan tentunya akan sangat membantu pemerintah menanggulangi kemiskinan. Program ini bisa membidik kelompok masyarakat yang tidak tersentuh program penanggulangan kemiskinan pemerintah. Sinergi ini akan membuat masyarakat lebih berdaya. Hak-hak masyarakat untuk menikmati pendidikan, kesehatan, dan pelayanan dasar, bisa terpenuhi melalui tanggung jawab sosial perusahaan. Pada akhirnya program tanggung jawab sosial perusahaan membantu meningkatkan kesejahteraan masyarakat dalam rangka mencapai sumber daya manusia yang berkualitas. Sinergi ini membuka kesempatan bagi masyarakat untuk memperoleh pekerjaan dan mencapai kesejahteraan. Sementara, bagi perusahaan program tanggung jawab sosial perusahaan memberikan sejumlah keuntungan. Pertama, memberikan citra positif. Perusahaan tak lagi dituding sebagai biang penyebab kerusakan dan pencemaran lingkungan atau sebuah menara gading yang tak menganggap keberadaan masyarakat sekitar.

58 Melalui konsep tanggung jawab sosial perusahaan stigma miring ini dapat terbantahkan. Langkah ini sekaligus menumbuhkan rasa memiliki terhadap perusahaan. Adanya citra positif memberikan ruang bagi perusahaan untuk menjalankan usahanya dengan aman dan tenang, sehingga dapat meningkatkan produktivitasnya. Kedua, tanggung jawab sosial perusahaan sebagai investasi sosial perusahaan. Melalui tanggung jawab sosial perusahaan bisa mengintegrasikan kepeduliannya terhadap masalah sosial dan lingkungan ke dalam kegiatan usaha mereka. Celakanya, tanggung jawab sosial perusahaan masih sering diartikan, sebagai kegiatan amal. Padahal, tanggung jawab sosial perusahaan adalah sebuah investasi sosial yang sangat berguna di masa mendatang. Ketiga, tanggung jawab sosial perusahaan menjamin operasional dan keberlangsungan perusahaan. Kelangsungan suatu usaha tak hanya ditentukan tingkat keuntungan, tapi juga tanggung jawab sosialnya. Lihat saja, betapa banyak perusahaan didemo, dihujat, bahkan dirusak oleh masyarakat. Boleh jadi penyebabnya sangat sepele, hanya karena perusahaan kurang memperhatikan kondisi masyarakat sekitarnya. Sungguh irons bila perusahaan hanya mengeduk dan mengeksploitasi sumber daya alam tanpa memperhatikan faktor lingkungan. Nah, program tanggung jawab sosial perusahaan merupakan sebuah jembatan kepeduhan terhadap masyarakat sekitar. Melalui program ini keberlangsungan perusahaan dapat tetap terjaga.

59 2.5. Kepuasan Publik Pengertian. Suatu publik adalah sekelompok orang yang memiliki kepentingan yang sama terhadap perusahaan (organisasi), saling memahami signifikansi masingmasing dan membuat rancangan untuk mencapai kepentingan tersebut. Publik bersifat heterogen meskipun karakteristik dan kepentingan mereka sama. Pada umumnya publik menyadari situasi dengan hubungan mereka terhadap perusahaan. Publik menganggap isu yang mereka hadapi merupakan hal-hal yang relevan, sehingga paling tidak mereka mengorganisasi atau mengeluarkan energi untuk menghadapi isu tersebut (Suryadi, 2007) Satisfaction (kepuasan) adalah kata dari bahasa latin, yaitu satis yang berarti enough atau cukup dan facere yang berarti to do atau melakukan. Jadi, produk atau jasa yang bisa memuaskan adalah produk dan jasa yang sanggup memberikan sesuatu yang dicari oleh konsumen sampai pada tingkat cukup. Dalam konteks teori consumer behavior, kepuasan lebih banyak didefinisikan dari perspektif pengalaman konsumen setelah mengkonsumsi atau menggunakan produk atau jasa. Salah satu definisinya yang dikemukakan oleh Richard Oliver : kepuasan adalah respon pemenuhan dari konsumen. Kepuasan adalah hasil dari penilaian dari konsumen bahwa produk atau layanan telah memberikan tingkat kenikmatan dimana tingkat pemenuhan ini bisa lebih atau kurang (Irawan, 2007), karena itu, publik tidak akan puas apabila publik mempunyai penilaian bahwa harapannya belum terpenuhi. Publik akan merasa puas jika penilaiannya sama atau lebih dari yang diharapkan. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa

60 kepuasan publik adalah fungsi dari perbedaan antara hasil/ kinerja yang dirasakan dengan harapan. Salah satu dimensi kepuasan adalah persepsi. Berlo (1960) mengatakan bahwa persepsi merupakan efek dari komunikasi. Rogers dan Shoemaker berpendapat bahwa antara persepsi dan perilaku yang tampak seringkali berbeda tergantung situasi dirinya dan manfaat yang akan diterima. Tahapan persepsi seseorang dinilai mereka sebagai tahapan penting yang menjembatani jalan ke arah tahapan keputusan menerima atau menolak inovasi/ pesan yang disampaikan komunikator. Kepuasan publik sangat tergantung pada harapan publik. Oleh karena itu, strategi kepuasan publik haruslah didahului dengan pengetahuan yang detail dan akurat terhadap harapan publik. Sebagaimana mengacu pada pendapat Tjiptono (2002) yang mengatakan bahwa harapan merupakan pemikiran atau keyakinan seseorang tentang apa yang akan diterima. Salah satu faktor yang menentukan harapan seseorang antara lain kebutuhan. Kebutuhan yang dirasakan mendasar oleh seseorang bagi kesejahteraannya sangatlah menentukan harapan. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa pemenuhan kebutuhan yang dirasakan mendasar dapat menentukan tingkat kepuasan seseorang. Harapan publik sering dapat dikontrol oleh perusahaan. Tetapi yang lebih sering perusahaan perusahaan tidak mampu mengontrol harapan mereka. Ini bisa terjadi karena adanya gap dalam komunikasi. Harapan-harapan ini dipengaruhi oleh kontak dengan dunia luar. Dengan kontak, kita dapat memperoleh banyak informasi, dapat melihat dan merasakan berbagai kesempatan sehingga menumbuhkan hasrat atau harapan untuk meraih kesempatan tersebut.

61 Pelayanan Prima (service of excellence) Menurut Parasuraman dan Berry (1991) dalam Supranto (2006), terdapat sepuluh faktor yang menentukan kualitas layanan jasa, yaitu sebagai berikut. 1. Reliability, yaitu keandalan, mencakup kinerja (performance) dan kemampuan untuk dipercaya (dependability), serta dapat memenuhi jan j i yang ditawarkan dalam memberikan pelayanan. 2. Responsiveness, kesigapan dalam merespon dan memberikan pelayanan jasa yang dibutuhkan oleh para pelanggan/publik. 3. Competence, memiliki keterampilan dan pengetahuan yang baik tentang produk/jasa atau program yang ditawarkan kepada public/pelanggan. 4. Access, kemudahan untuk menghubungi dan dijumpai, seperti lokasi, fasilitas, dan informasi produk layanan jasa mudah diakses public/pelanggan. 5. Courtesy, memiliki sikap sopan santun, respek, perhatian, keramahan dari pihak pemberi jasa layanan (perusahaan) dalam kontak personal, melalui operator telepon, resepsionis, customer service dan customer relations. 6. Communication, media komunikasi yang dipergunakan selain dapat memudahkan penyampaian pesan-pesan, informasi, dan mudah dipahami, serta penuh perhatian untuk mendengar atau keluhan yang disampaikan oleh public/ pelanggannya. 7. Credibility, kepercayaan yang dibangun itu berawal dari sifat jujur dan dapat diterima, biasanya mencakup citra, nama dan reputasi yang baik dari pihak

62 perusahaan atau source dalam berinteraksi dengan public/ para pelanggannya. 8. Security, menciptakan rasa aman dan nyaman dari suatu risiko, atau keraguraguan, yaitu berkaitan dengan keamanan secara fisik (physical safety), keuangan (financial security), dan kerahasiaan terjamin (confidential). 9. Understanding or Knowing the Customer, berupaya memahami kebutuhan atau keinginan public/ para pelanggannya. 10. Tangibles, wujud fisik yang ditampilkan, sosok gedung, ruangan, fasilitas dan sarana parkir serta peralatan penunjang lainnya untuk memberikan pelayanan jasa yang memadai, aman dan nyaman. Perkembangan selanjutnya, dari sepuluh dimensi layanan tersebut dikelompokkan menjadi lima dimensi utama sebagai penentu suatu kualitas pelayanan jasa, seperti yang dikutip Kotler (2003) dalam Supranto (2006). 1. Reliability, yaitu kemampuan untuk memberikan pelayanan yang sesuai dengan janji yang ditawarkan. 2. Responsiveness, respon atau kesigapan dalam membantu public atau pelanggan dengan memberikan layanan cepat, tepat dan tanggap serta mampu menangani keluhan secara baik. 3. Assurance, kemampuan karyawan tentang pengetahuan dan informasi suatu program/produk (good product knowledge) yang ditawarkan dengan baik, keramah-tamahan, perhatian, dan kesopanan dalam memberikan jaminan pelayanan yang terbaik. Dimensi jaminan (assurance) ini terdapat unsur-unsur, sebagai berikut.

63 i. Competence (kompetensi), keterampilan dan pengetahuan yang dimiliki source dalam memberikan layanan kepada pelanggan/ publik. ii. Courtesy (kesopanan), keramah-tamahan, perhatian dan sikap yang sopan. iii. Credibility (kredibilitas), berkaitan dengan nilai-nilai kepercayaan, reputasi, prestasi yang positif dari pihak yang memberikan layanan (perusahaan). 4. Empathy, merupakan perhatian secara individual yang diberikan kepada publik/pelanggan dan berusaha untuk memahami keinginan dan kebutuhan, serta mampu menangani keluhan publik/pelanggan secara baik dan tepat. Dimensi empathy ini terdapat unsur-unsur lainnya yang terkait, yaitu sebagai berikut. i. Acces (akses), kemudahan memanfaatkan dan memperoleh layanan jasa yang ditawarkan oleh perusahaan. ii. Communication (komunikasi), kemampuan dalam berkomunikasi untuk penyampaian pesan, dan informasi kepada publik/pelanggannya melalui berbagai media komunikasi, yaitu personal kontak, media publikasi/promosi, telepon, korespondensi, faximili, dan internet. iii. Understanding the customer (Pemahaman terhadap publik/pelanggan), kemampuan untuk mengetahui dan memahami kebutuhan dan keinginan serta mampu menangani keluhan publik/para pelanggannya.

64 5. Tangibles, kenyataan yang berhubungan dengan penampilan fisik gedung, ruang office lobby atau front office yang refresentatif, tersedia tempat parkir yang layak, kebersihan, kerapihan, aman dan kenyamanan di lingkungan perusahaan dipelihara secara baik Konflik Pengertian Konflik adalah suatu bentuk pertentangan karena ada perbedaan dalam kebutuhan, nilai, motivasi perilaku yang terlibat di dalamnya. Selain itu konflik juga merupakan hubungan pertentangan antara dua pihak atau lebih yang memiliki atau merasa memiliki sasaran-sasaran tertentu namun diliputi pemikiran, perasaan atau perbuatan yang tidak sejalan (Liliweri, 2005). Konflik seringkali mengakibatkan hal-hal yang tidak diinginkan, seperti kondisi yang menimbulkan keresahan perasaan tidak aman serta ketidakpastian dan lain-lain. Bahkan untuk kondisi konflik terbuka, dapat menimbulkan korban jiwa, degradasi human dan material (man-made capital) serta mengganggu kelancaran aktivitas ekonomi. Namun demikian, tidak semua konflik mendatangkan hal yang negatif. Dalam hal ini, konflik merupakan salah satu cara bagaimana suatu perusahaan, komunitas, masyarakat, keluarga dan lain-lain mengalami perubahan. Konflik seperti ini akan merubah pemahaman seorang/kelompok, mendorong untuk membuat klarifikasi pilihan-pilihan dan membangun kekuatan untuk mencari solusi penyelesaiannya, yang semuanya akan menghasilkan cahaya pencerahan (Anwar, 2000). Konflik bersifat amiah sehingga merupakan hal yang biasa terjadi

65 dalam organisasi atau perusahaan. Dalam hubungan organisasi dengan lingkungan eksternal, konflik juga dapat terjadi. Oleh sebab itu, perusahaan harus dapat membina hubungan yang baik dengan lingkungan eksternal sehingga tidak terjadi suatu konflik deskruktif yang membawa kerugian bagi perusahaan Kontek dan Sumber Konflik Potensi konflik terjadi manakala terjadi kontak antar manusia. Sebagai individu yang terorganisasi dalam kelompok, individu ingin mencari jalan untuk mencapai tujuannya. Peluang untuk memenuhi tujuan itu hanya memalui pilihan bersaing secara sehat untuk mendapatkan apa yang dibutuhkan atau terpaksa terlibat dalam konflik dengan pihak lain. Berarti, dalam setiap masyarakat selalu ada peluang sangat besar bagi terjadinya kompetisi dan konflik. Ketika mempelari konflik, kita harus membuat deskripsi yang jelas mengenai sumber dan sebab terjadinya konflik. Ada dua hal umum yang patut di perhatikan dalam membahas sumber dan sebab konflik, yaitu (1) konteks terjadinya konflik dan (2) sumbersumber konflik. Konteks terjadinya konflik mulai dari konteks antar peribadi, konteks komunitas, komunal, regional dan antar negara. Dari konteks inilah sumber konflik karena ketidak setaraan atau perbedaan disposisi, persepsi, orientasi nilai, sikap dan tindakan dalam merespon. (Liliweri, 2005) Dalam penelitian ini, konteks konflik yang dimaksud bisa terjadi antara perusahaan dengan individu, perusahaan dengan kelompok masyarakat, individu dalam perusahan dengan individu dalam masyarakat atau individu perusahaan dengan kelompok masyarakat.

66 Sumber konflik dapat berupa sosial budaya, historis, kesadaran sosial, idiologi, politik dan kejadian mutakhir. Menurut Dahrendorf dalam Anwar (2000), kondisi yang memungkinkan terjadinya konflik yakni: 1. Adanya sejumlah aktivitas atau kelompok yang merasa bahwa mereka dipisahkan, dibedakan, dianaktirikan dari suasana kebersamaan 2. Tidak ada interaksi antar anggota kelompok. Interaksi mengandalkan kontak dan komunikasi. Kalau suatu kelompok tidak mempunyai mekanisme mengatur kontak dan komunikasi antar organisasi dengan lingkungan eksternalnya maka akan terjadi konflik. 3. Adanya perbedaan posisi dan peran para anggota kelompok. Perbedaan itu makin tajam karena ada hierarki relasi atau harus ada suasana dimana semua individu mempunyai posisi tertentu atas suatu pekerjaan. Posisi itu berbedabeda secara hierarkis. Semakin kaku hierarki, semakin terbuka kemungkinan terjadinya konflik 4. Adanya kelangkaan kebutuhan dan keinginan terhadap sumberdaya, yang membuat banyak orang merasa tidak puas atas ketidakadilan distribusi sumberdaya tersebut. Ketika terjadi ketidakpuasaan, maka akan terjadi konflik. Setiap konflik pasti mempunyai akar. Akar konflik terdiri dari dua tipe. (1) berdasarkan kriteria kepentingan dan tujuan; dan (2) sumber dari atau akibat dari kepercayaan atau keyakinan, teori atau asumsi tertentu. Secara umum, kita rumuskan sumber atau sebab konflik adalah sebagai berikut:

67 Konflik nilai. Kebanyakan konflik terjadi karena perbedaan nilai. Nilai merupakan suatu yang menjadi dasar, pedoman, tempat setiap manusia menggantungkan pikiran, perasaan dan tindakan seseorang. Nilai juga merupakan sesuatu yang mempunyai prinsip dan prinsip itu tidak boleh dilanggar. Konflik terjadi karena dua belah pihak memberikan nilai yang berbeda atas yang menjadi objek konflik. Yang termasuk dalam kategori ini adalah konflik yang bersumber dari perbedaan rasa percaya, keyakinan bahkan idiologi atas apa yang diperebutkan 1. Kurangnya komunikasi Konflik bisa terjadi hanya karena dua belah pihak berkomunikasi. Kegagalan komunikasi karena dua pihak tidak dapat menyampaikan pikiran, perasaan dan tindakan, sehingga membuka jurang berbedaan informasi diantara mereka (fungsi komunikasi, antaralain mengurangi tingkat ketidakpastian) dapat mengakibatkan konflik. Yang masuk dalam kategori ini adalah konflik makna informasi. 2. Kepemimpinan kurang efektif atau pengambilan keputusan yang tidak adil 3. Ketidak cocokan peran 4. Produktivitas rendah 5. Perubahan keseimbangan 6. Konflik yang belum terpecahkan Tidak adanya proses saling memaafkan dan saling mengampuni. Keadaan ini seperti api dalam sekam, yang setiap saat bisa timbul dan menghasilkan konflik yang lebih besar.

68 Selanjutnya Anwar (2000) mengemukakan tentang dimensi ruang yang menjadi sumber konflik seperti disajikan pada gambar 2.6. Selanjutnya, sumber konflik dapat dibagi atas lima kelompok yaitu : 1. Konflik data, yaitu apabila terjadi ketika orang kekurangan informasi yang dibutuhkan untuk mengambil keputusan yang bijaksana, mendapat informasi yang salah, tidak sepakat mengenai apasaja data yang relevan, memaknai informasi dengan cara berbeda atau memakai tatacara pengkajian yang berbeda. 2. Konflik kepentingan, adalah konflik yang disebabkan oleh persaingan kepentingan antara pihak, baik mengenai permasalahan tatacara, substansif, ataupun psikologis. 3. Konflik hubungan antara manusia, adalah konflik yang disebabkan oleh adanya emosi negatif, salah persepsi atau stereotip, salah komunikasi atau tingkah laku negatif yang berulang-ulang. 4. Konflik nilai, adalah konflik yang disebabkan oleh perbedaan-perbedaan sistem nilai antara pihak, baik nilai sehari-hari, nilai tetap maupun pendefisian diri. 5. Konflik struktur, adalah konflik yang disebabkan oleh adanya ketimpangan untuk melakukan akses ke sumber daya, serta struktur sosial yang berpotensi menghasilkan konflik Bentuk-bentuk sumber konflik diatas, sangat mungkin terjadi dalam kegiatan pertambangan. Konflik itu dapat terjadi antara perusahaan pertambangan dengan pemerintah, perusahaan dengan masyarakat, masyarakat dengan masyarakat di sekitar pertambangan. Proses

69 pembangunan atau pertambangan akan dapat berjalan dengan lancar apabilia tidak terdapat konflik-konflik yang berakibat negatif. Gambar 6. Dimensi Ruang dan Sumber Konflik Tipe-Tipe Konflik Tipe konflik tidak ada yang ideal, masing-masing memiliki potensi dan tantangan sendiri (Fisher et al, 2001). Selajutnya tipe-tipe konflik itu dapat dikategorikan sebagai berikut: 1. Tanpa konflik. Dalam keadaan umum, kondisi ini adalah lebih baik. Namun setiap kelompok atau masyarakat yang hidup damai, jika mereka ingin keadaan ini terus berlangsung mereka harus hidup bersemangat dan dinamis 2. Konflik laten. Jenis konflik ini sifatnya tersembunyi dan untuk penangannya perlu diangkat ke permukaan agar penangannya lebih efektif. Dicirikan

70 dengan adanya tekanan yang tidak tampak sepenuhnya berkembang dan belum terteskalisasi kedalam polarisasi konflik yang tinggi 3. Konflik di permukaan. Jenis konflik ini memiliki akar yang dangkal atau tidak berakar dan munculnya hanya karena kesalahpahaman mengenai sasaran, yang dapat diatasi dengan meningkatkan komunikasi 4. Konflik terbuka. Konflik dimana pihak-pihak yang berselisih secara aktif terlibat dalam perselisihan yang terjadi, mungkin sudah mulai bernegosiasi dan mungkin juga mencapai jalan buntut menuju konsiliasi. Jenis konflik ini berakar dalam dan sangat nyata dan memerlukan berbagai tindakan untuk mengatasi akar penyebab dan berbagai efeknya. Konflik berubah menjadi kekerasan atau konflik manifes jika: 1. Saluran dialog atau wadah untuk menyalurkan perbedaan pendapat tidak memadai 2. Suara-suara ketidaksepakatan dan keluhan-keluhan yang terpendam tidak didengar dan diatasi. 3. Banyak ketidakstabilan, ketidakadilan dan ketakutan dalam masyarakat yang lebih luas. 4. Tekanan terhadap konflik juga merupakan lahan subur yang dapat dieksploitasi oleh para politikus, tentara dan pemeras yang mungkin akan merekrut mereka yang menderita dan tertindas untuk membantu mendapatkan kekuasaan dan pengaruh mereka sendiri di tingkat nasional dengan menggunakan kekerasan. Budaya kekerasan muncul dan berkembang, karena konflik selalu ditangani dengan kekerasan.

71 Teori-Teori yang berkaitan dengan konflik Fisher et al (2001) mengatakan teori-teori mengenai penyebab konflik sangat membantu dalam memahami cara-cara cara-cara mengelola konflik, karena masing-masing teori tersebut mempunyai metode dan sasaran yang berbeda. Secara ringkas, teori-teori yang berkaitan dengan konflik : 1. Teori hubungan masyarakat, yang menanggap bahwa konflik disebabkan oleh polarisasi yang terus terjadi, ketidak percayaan dan permusuhan di antara kelompok yang berbeda dalam suatu masyarakat 2. Teori negosiasi prinsip, yang menganggap bahwa konflik disebabkan oleh posisi yang tidak selaras dan perbedaan pandangan oleh pihak-pihak yang berkonflik 3. Teori kebutuhan manusia, berasumsi bahwa konflik berakar pada kebutuhan dasar manusia (fisik, mental, dan sosial) yang tidak terpenuhi atau dihalangi 4. Teori identitas, berasumsi bahwa konflik disebabkan oleh identitas yang terancam, yang sering berakar pada hilangnya suatu penderitaan dimasa lalu yang tidak terselesaikan 5. Teori kesalah pahaman antar budaya, berasumsi bahwa konflik disebabkan oleh ketidak cocokan dalam cara-cara berkomunikasi diantara berbagai budaya yang berbeda. 6. Teori transformasi, berasumsi bahwa konflik disebabkan oleh masalahmasalah ketidaksetaraan dan ketidakadilan yang muncul sebagai masalah sosial, budaya dan ekonomi

72 2.7. Teori Social Capital Social capital merupakan konsep yang dewasa ini berkembang dalam diskusi dan studi pembangunan. Konsep ini dipopulerkan oleh Puttman dan Fukyama yang menaruh perhatian besar terhadap pembangunan masyarakat. Di Indonesia konsep yang aslinya social capital diterjemahkan oleh sebagian menjadi modal sosial, dan sebagian yang lain menterjemahkan menjadi kapital sosial. Meskipun ada perbedaan dalam penterjemahannya, namun kedua pihak memiliki pemahaman yang sama, bahwa capital social merupakan institusi nilai dan jaringan-jaringan yang menjadi sumber bagi masyarakat lokal untuk mencapai kehidupan yang lebih baik. Kapital sosial ini diyakini juga sebagai satu komponen utama untuk menggerakkan kebersamaan, pertukaran pendapat, kepercayaan dan saling membantu untuk mencapai kemajuan bersama (Ancok 2005) Sementara itu James Coleman dalam Ancok (2005) berpendapat modal sosial memfasilitasi kegiatan individu dan kelompok yang dikembangkan oleh jaringan hubungan, timbal balik, kepercayaan dan norma sosial. Menurut Putnam (1993), modal sosial dapat diukur dari besarnya kepercayaan dan timbal balik dalam suatu masyarakat atau di antara individu-individu. Fukuyuma (1999) mengatakan modal sosial adalah sebagai prakondisi untuk keberhasilan pembangunan. Fukuyama mengupas pentingnya modal social berbasis pada kepercayaan. Bentuk modal inilah yang memungkinkan terjadinya kesepahaman dan kerja sama serta memiliki hubungan erat dengan tercapainya tingkat kesejahteraan masyarakat atau bangsa.

73 Untuk mempermudah memahami modal sosial pada tataran praktis, Bank Dunia membagi modal sosial kedalam lima dimensi (Amri dan Sarosa, 2008): 1) Kelompok dan jejaring, merupakan kumpulan individu yang mengangap penting hubungan antar pribadi yang terjadi diantara masing-masing individu tersebut. Mereka meyakini bahwa hubungan dapat meningkatkan kesejahteraan mereka. Dukungan kelompok dan berbagai aktivitas dengan sesama anggota jejaring sangat penting untuk membangun modal sosial. Keterlibatan anggota kelompok untuk mengorganisasi diri dan menggalang sumber daya untuk menyelesaikan masalah-masalah bersama merupakan sebagian manfaat dari kelompok dan jejaring yang memperkuat modal sosial. 2) Kepercayaan ( trust) dan solidaritas mencerminkan perilaku antar individu yang mendukung terciptanya kekertan sosial dan tindakan bersama yang lebih kuat. Kepercayaan dan solidaritas membentuk pemikiran dan sifat masingmasing anggota kelompok mengenai bagaimana berinteraksi dengan anggota lain. Ketika individu-individu saling mempercayai dan menghargai, mereka dapat mencapai kesepakatan dan mengadakan transaksi secara lebih muda. 3) Kemampuan kerjasama dan bertindak bersama merupakan kemampuan kelompok dalam menyelesaikan masalah-masalah dan tujuan-tujuan bersama. Tujuan tindakan bersama mungkin saja berbeda-beda tergantung komonitasnya. Sebagai contoh, tindakan bersama dapat terdiri dari berbagai aktifitas yang di organisasi oleh komonitas untuk membangun dan memelihara infrastruktur desa. Tindakan bersama juga penting untuk mewujudkan tata-pemerintahan dan akuntabilitas public yang baik.

74 4) Informasi dan komunikasi merupakan sinpul dari berbagai interaksi sosial, dan berperang penting untuk membangun modal sosial yang positif. Aliran informasih dua arah(fertikal) antara masyarakat local dan penentu kibijakan merupakan hal penting dari proses pembangunan. Aliran informasi dua arah(horisantal) memperkuat kapasitas masyarakay dengan cara menyediakan media untuk berbagi dan bertukar pengetahuan ide. Dialok yang terbuka akan membangun perasaan sebagai satu komoditas, sedangkan kerahasiaan hanya akan menghasilkan kecurigaan dan ketidakpercayaan. 5) Kerekatan dan keikutsertaan sosial mengurangi resiko konflik antar indifidu maupun antar kelompok, dan mempromosikan akses yang adil terhadap hasil-hasil pembangunan dengan cara meningkatkan partisipasi orang-oarang yang terpinggirkan atau minoritas. Kerekatan sosial mewujudkan diri dalam individu-individu yang bersedia dan mampu bekerja sama untuk menyelesaikan masalah bersama, memenuhi kebutuhan bersama, dengan cara yang beradap, tidak konfrontatif, dan dengan menghargai berbagai kepentingan yang ada. Keikutsertaan sosial mempromosikan akses yang adil terhadap berbagai kesempatan dan menghilangkan hambatanhambantan formal dan informal untuk berpartisipasi. Putnam (1993) menjabarkan sedikitnya tiga alasan mengapa modal sosial merupakan modal penting bagi kemajuan masyarakat: 1) Model sosial memungkinkan masyarakat untuk menyelesaikan masalahmasalah bersamanya secara lebih mudah. Seringkali masyarakat akan lebih baik kalau mereka bekerjasama. Hanya saja terdapat peluang seseorang mengambil manfaat dengan cara menghindar dari kewajibannya dan

75 mengharapkan orang lain melakukan kewajiban tersebut. Masalah ini perlu diselesaiakan dengan mekanisme kelembagaan yang memiliki kekuatan untuk memastikan setiap orang berperilaku sesuai dengan harapan kolektif. Norma dan jejaring dapat menyelesiakan mekan isme ini. 2) Modal sosial merupakan oli pelican roda yang memungkinkan masyarakat bergerak maju dan lancer. Ketika masing-masing indifidu dalam masyarakat dapat dipercaya dan bersikap saling mempercayai, maka biaya transaksi sosial dan transaksi ekonomi akan lebih murah. 3) Modal sosial meningkatkan kualitas hidup masyarakat. Orang-orang yang memiliki hubungan aktif dan saling mempercayai mengembangkan karakter pribadi yang baik untuk anggota masyarakat lainnya. Masyarakat menjadi lebih toleran, tidak sinis, dan berempati terhadap kesulitan yang dihadapi orang lain. Cohen dan Prusak (2001) menjabarkan manfaat-manfaat sosial ekonomi bagi perusahaan: 1) Modal sosial mempermudah berbagi informasi dan pengetahuan yang terkait dengan usaha. Hal ini terjadi karena adanya hubungan-hubungan yang dilandasi kepercayaan dan tujuan bersama. 2) Modal sosial mengurangi biaya transaksi Karena adanya tingkat kepercayaan dan kerja sama yang tinggi. hal ini terjadi baik didalam perusahaan maupun antara perusahaan dengan pelanggan dan mitra-mitranya. Bayangakan jika perusahaan sulit mempercayai atau harus selalu curiga terhadap mitranya. Tentunya perusahaan harus menanggung biaya tinggi untuk melakukan berbagai verifikasi.

76 3) Bagi internal perusahaan, modal sosial yang tinggi membangun rasa kebanggaan dan kepemilikan pegawai yang tinggi terhadap perusahaan, sehingga mengurangi tingkat pergantian pegawai (turnover). Bila pegawai tidak sering-serig berganti, maka perusahan dapat mengurangi biaya merekrut dan melatih pegawai, juga menghindari diskontinuitas usaha dan menjaga pengetahuan lembaga yang terakumulasi dalam pegawai-pegawainya. 4) Modal sosial Membangun kekompakkan dan kestabilan pada perusahaan. Dengan adanya modal sosial, pegawai akan lebih kompak, saling membantu, dan pada akhirnya akan lebih mudah mendukung misi perusahaan. Dalam hubungannya dengan konflik, hubungan yang renggang atau bahkan bermasalah antara perusahaan dan masyarakat sering juga dialami di Indonesia. Hal ini dapat terlihat dari maraknya konflik sosial yang terjadi antara perusahaan, khususnya perusahaan-perusahaan ekstraktif, dengan masyarakat disekitarnya. Tapi lebih daripada itu, hubungan sosial yang bermasalah antara berbagai komponen masyarakat yang ada di sekitar perusahaan (walaupun tidak terkait secara langsung dengan perusahaan itu sendiri) juga mengakibatkan perusahaan mengalami berbagai masalah dan kerugian. (Amri dan Sarosa, 2008) Kenyataannya, modal sosial tidaklah statis. Melemahnya modal sosial positif bisa jadi karena diintervensi oleh modal sosial negatif. Kalau masyarakat tidak mampu mengatasinya maka bakal terjadi penggerusan modal social positif yang ada; misalnya gangguan terhadap interaksi sosial, saling percaya yang menurun, pelanggaran norma sosial, krisis kepemimpinan dan akhirnya kerenggangan hubungan sosial. Meningkatnya semangat nilai-nilai budaya

77 konsumerisme dan individualistik, misalnya, akan mudah menimbulkan konflik dan perilaku menyimpang. Perilaku yang tidak jarang ditemukan, misalnya primodialisme dan sentiment kedaerahan dan kesukuan bisa jadi dapat menimbulkan kerusuhan sosial. Hal itu semakin parah karena lemahnya fungsi kontrol sosial dan intensitas komunikasi yang rendah Masyarakat Adat (Indigenous Peoples) Definisi Masyarakat Adat Dewasa ini istilah indigenous mengacu lebih luas pada pewaris yang menghuni wilayah yaitu wilayah yang dihuni jauh sebelum dijajah atau dikuasi oleh bangsa asing maupun suku-suku lain. Dalam diskursus dan gerakan hak asasi manusia mereka ini biasa disebut sebagai indigenous peoples. Dalam literatur peraturan perundang-undangan terdapat dua penyebutan istilah masyarakat adat yaitu ada yang menyebut masyarakat adat dan ada juga yang menyebut masyarakat hukum adat. Namun demikian perbedaan tersebut tidak menafikan atau menegasikan hak-hak adat yang dimiliki oleh masyarakat yang bersangkutan. (Sumardjani, 2007) Undang-undang No. 41 Tahun 1999 tantang Kehutanan pasal 67 menyebutkan masyarakat hukum adat berhak untuk melakukan pemungutan hasil hutan, kegiatan pengelolaan hutan dan mendapatkan pemberdayaan dalam rangka meningkatkan kesejahteraannya. Undang-undang kehutanan ini mengakui keberadaan masyarakat hukum adat sepanjang menurut kenyataannya, masyarakat hukum adat tersebut masih ada.

78 Untuk disebut sebagai masyarakat hukum adat, undang-undang kehutanan memberikan kriteria yang harus dipenuhi (Sumardjani, 2007), antara lain : 1. Masyarakat masih dalam bentuk payugupan (rechtsgemeenschap) 2. Ada kelembagaan dalam bentuk perangkat penguasa adatnya 3. Ada wilayah hukum adat yang jelas 4. Ada pranata dan perangkat hukum, khususnya peradilan adat yang masih ditaati 5. Masih mengadakan pemungutan hasil hutan di wilayah hutan sekitarnya untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Menurut Konvensi ILO 169, 1989, masyarakat adat adalah masyarakat yang berdiam dinegara-negara merdeka dimana kondisi sosial, kultural dan ekonominya membedakan mereka dari bagian-bagian masyarakat lain di negara tersebut. dan statusnya diatur, baik seluruh maupun sebagian oleh masyarakat adat dan tradisi masyarakat adat tersebut atau dengan hukum dan peraturan khusus Masyarakat adat Indonesia yang tergabung dalam aliansi masyarakat adat nusantara memberikan definisi masyarakat adat sebagai komunitas yang memiliki asal usul leluhur secara turun temurun yang hidup di wilyah geografis tertentu serta memiliki sistem nilai, idiologi ekonomi, politik, budaya, sosial yang khas. Menurut ahli hukum adat Te Haar dalam Sumardjani (2007), masyarakat hukum adat merupakan masyarakat yang memiliki kesamaan wilayah (teritorial), keturunan (geneologis) sehingga terdapat keragaman bentuk masyarakat adat dari suatu tempat ke tempat lain.

79 Hak Hak Masyarakat Adat Tanah dan sumber daya alam sangat penting artinya bagi kehidupan masyarakat adat, bahkan sangat penting bagi kelangsungan eksistensi mereka. Sehubungan dengan itu, pengakuan dan perlindungan hak-hak mereka terhadap tanah dan sumber daya alam sangat esensial bagi pemeliharaan dan pembangunan budaya, ekonomi, dan bahkan sangat esensial bagi kelangsungan hidup bagi eksistensi mereka. Meski demikian, sejarah telah menjadi saksi takdir buruk dari kelompok-kelompok masyarakat ini berkenaan dengan hak-hak mereka terhadap tanah dan sumber daya alam dan perjuangan mereka untuk tetap bertahan hidup. (Bosko, 2006) Selama sejarah penjajahan, tanah dan wilayah mereka, yang merupakan tempat mereka menggantungkan hidup, dirampas atau dihancurkan oleh kekuatan kolonial dan agen-agennya. Hal ini berujung pada proses pemindahan secara paksa, pencerabutan hak dan marginalisasi masyarakat adat, bersama hilangnya integritas budaya mereka. Pada abad ini, proses perampasan dan marginalisasi tersebut masih terus berlanjut, bahkan berlanjut dalam kondisi yang lebih tidak terlindungi oleh keadilan dan penyelesaian hukum. Proses perampasan, penindasan,dan pengabaian yang berkelanjutan ini telah membawa masyarakat adat di seluruh dunia kepada perjuangan yang sama untuk memperoleh pengakuan dan perlindungan terhadap hak-hak mereka, termasuk hak atas tanah dan sumber daya alamnya. (Bamba, 2002) Dalam banyak kasus, perjuangan-perjuangan ini muncul dalam bentuk konflik dan ketegangan antara masyarakat adat dan pelaku dalam pembangunan sumber daya alam seperti pemerintah dan atau perusahaan-perusahaan.

80 Hukum dan masyarakat internasional, telah menunjukkan komitmen yang lebih besar pada usaha-usaha untuk memecahkan masalah berkenaan dengan pengakuan dan perlindugan hak masyarakat adat. Konvensi ILO nomor. 169 menegaskan dengan cukup kuat hak-hak msyarakat adat atas tanah mereka dan sumber daya alamnya. Gagasan utama yang dipakai dalam konvensi 169 ILO adalah pemeliharaan atau pelestarian dan partisipasi, yaitu, partisipasi dari masyarakat adat dalam kebijakan dan keputusan-keputusan yang mempengaruhi mereka. Konvensi ini mengakui masyarakat adat sebagai kelompok yang merupakan pemilik atau subjek (benefic iaries) hak-hak yang dilindungi oleh konvensi ini. Demikianlah, konvensi ini mengakui hak-hak kolektif dari masyarakat adat dalam pasal 7 (melindungi control atau pengaturan masyarakat adat terhadap pembangunan mereka), pasal 5 ( b) dan pasal 8 (b) (menghormati institusi-institusi masyarakat adat), pasal 6 (1) (a) (mengarahkan pemerintah untuk berkonsultasi dengan masyarakat adat melalui institusi perwakilan mereka) dan pasal (berkaitan dengan perlindungan hak atas tanah). Konvensi 169 ILO mulai berlaku pada tanggal 5 September 1991 dan pada bulan Mei 1998 telah diratifikasi oleh 13 negara. (Bosko, 2006) Dari keterangan diatas, jelaslah bahwa sekarang ini instrument yang mengikat secara hukum dan secara khusus berkenaan dengan hak masyarakat adat adalah, Konvensi 169 ILO. Konvensi ini menyediakan rezim hukum pengakuan dan perlindungan hak-hak masyarakat adat cukup memadai. Meskipun demikian, mekanisme penerapannya lemah. Kendati isi Konvensi berhubungan dengan hak masyarakat adat, namun tidak ada prosedur pengaduan khusus yang tersedia bagi masyarakat adat untuk membawa kasus mereka ke depan ILO.

81 Konvensi ILO 169 mengatur hak-hak masyarakat adat terkena dampak pembangunan sumber daya alam: 1) Hak untuk tidak di diskriminasikan, 2) Hakhak atas tanah dan sumber daya alam, 3) Hak atas kebudayaan, 4) Hak untuk berpartisipasi, 5) Hak atas lingkungan yang sehat dan 6) Hak untuk memberikan persetujuan (Right to consent). Hak atas masyarakat adat ini juga di akui oleh pemerintah daerah propinsi Papua dengan adanya Undang-undang No. 21 Tahun 2001 tentang Otonomi Khusus bagi provinsi Papua yang tertera dalam BAB XI yang mengatur tentang perlindungan hak-hak masyarakat adat, pada ayat (1) sampai (5) meliputi: 1) Pemerintah Provinsi Papua wajib mengakui, menghormati, melindungi, memberdayakan, dan mengembangkan hak-hak masyarakat adat dengan berpedoman pada ketentuan peraturan hukum yang berlaku 2) Hak-hak masyarakat adat tersebut pada ayat (1) meliputi hak ulayat masyarakat hukum adat dan hak perorangan para warga masyarakat hukum adat yang bersangkutan 3) Pelaksanaan hak ulayat, sepanjang menurut kenyataannya masih ada, dilakukan oleh penguasa adat masyarakat hukum adat yang bersangkutan menurut ketentuan hukum adat setempat, dengan menghormati penguasaan tanah bekas hak ulayat yang di peroleh pihak lain secara sah menurut tata cara dan berdasarkan peraturan perundang-undangan 4) Penyediaan tanah ulayat dan tanah perorangan warga masyarakat hukum adat untuk keperluan apapun, dilakukan melalui musyawarah untuk memperoleh kesepakatan mengenai penyerahan tanah yang diperlukan maupuan imbalannya

82 5) Pemerintah Provinsi, Kabupaten/Kota memberikan mediasi aktif dalam usaha penyelesaian sengketa tanah ulayat dan bekas hak perorangan secara adil dan bijaksana, sehingga dapat di capai kesepakatan yang memuaskan para pihak yang bersangkutan. Dengan keberadaan Undang-undang diatas, tentunnya diharapkan bagi pemerintah maupun investor-investor yang memanfaatkan hak-hak masyarakat adat seperti tanah dan kandungannya dapat mengimplementasikannya dengan memperhatikan hak-hak masyarakat adat di sekitarnya. 2.9 Keterkaitan antara penelitian yang dilakukan dengan penelitianpenelitian sebelumnya. Selama ini penelitian mengenai proses komunikasi publik dalam penerapan tanggung jawab sosial perusahaan relatif belum cukup banyak dilakakukan di Indonesia, baik dilingkungan akademis, instansi pemerintah, swasta dan lembaga lainnya. Hal ini disebabkan karena konsep tanggung jawab sosial perusahaan merupakan suatu konsep yang cukup baru, dimana tanggung jawab sosial perusahaan muncul setelah dunia usaha mulai menyadari bahwa munculnya resistensi-resistensi disekitar mereka, akibat dunia usaha kurang menghargai dan bertanggungjawab kepada masyarakat di sekitarnya. Sehingga salah satu tujuannya adalah membangun kemitraan/hubungan baik antara perusahaan dengan masyarakat sekitar demi meningkatkan eksistensi perusahaan tersebut. Hasil-hasil penelitian yang menggambarkan bagaimana perusahaan kurang menerapkan tanggung jawab sosial perusahaan secara efektif sehingga menimbulkan resistensi-resistensi yang menjurus kepada ketidak-berlanjutan perusahaan telah diungkapkan oleh oleh berbagai sumber, seperti kasus lumpur

83 lapindo, kasus TPST Bojong, kasus PT Freeport Indonesia dan lain-lain. Wibisono (2007) menegaskan peristiwa ini menunjukan bahwa dampak negatif dari kegiatan industri yang selalu mengancam di depan mata karena sejak awal kegiatan itu dilakukan tanpa ada kepedulian untuk melestarikan lingkungan dan memperhatikan kenyamanan masyarakat yang ada disekitarnya. Berbeda dengan perusahaan yang menerapkan tanggung jawab sosial perusahaan, berdasarkan hasil temuan Hadidjaja dalam Majalah Bisnis dan CSR, edisi Oktober 2007, di beberapa perusahaan di Canada seperti Husky Injections Molding Sistem Ltd dan perusahaan Tembec, menunjukan sejumlah usahawan yang menjalankan tanggung jawab sosial perusahaan tercatat memetik hasil yang signifikan bahkan perusahaan tersebut tetap eksis tanpa adanya resistensiresistensi dari publik eksternal dan internal. Dalam kaitannya dengan komunikasi, penerapan setiap program dalam suatu perusahaan/ lembaga memerlukan komunikasi. Komunikasi merupakan salah satu faktor penting yang mempengaruhi keberhasilan suatu program yang diterapkan, termasuk program tanggung jawab sosial perusahaan. Tujuannya adalah untuk membangun hubungan baik dengan publik, karena itu dibutuhkan komunikasi. Liliweri (2004) menjelaskan, setiap proses komunikasi mempunyai hasil akhir yang disebut dengan efek. Efek menerpa seseorang yang menerimanya, baik secara sengaja dan terasa atau tidak dapat dimengerti, akibat dari proses komunikasi. Hanafy (1994) mengatakan efek utama komunikasi terjadi pada suatu tempat diantara saat seseorang mengarahkan indranya pada isyarat komunikasi

84 dan pada saat dia melakukan suatu tindakan. Jadi efek itu tersembunyi di dalam otak. Efek komunikasi terpenting adalah terjadi pada imajinasi di kepala kita, peta kognitif kita tentang lingkungan, imajinasi mengenai diri kita, kepercayaan dan nilai-nilai yang telah kita terima, evaluasi-evaluasi yang kita buat mengenai hubungan kita dengan orang-orang atau kelompok-kelompok dengan kata lain efek komunikasi merupakan perubahan pengalaman yang telah kita simpan dalam sistem pusat syaraf kemudian dipersepsikan. Apabila pesan itu perbedaanya terlalu besar, kecenderungan menimbulkan konflik dalam setiap benturan kehidupan masyarakat. Timbulnya perbedaan-perbedaan tersebut akan menimbulkan suatu konflik. Demikian juga dengan komunikasi yang bertujuan untuk membina hubungan baik antara dengan masyarakat. Komunikasi itu akan berhasil apabila terbentuk suatu persepsi yang positif terhadap perusahaan, dan timbulnya suatu kepercayaan kepada perusahaan. Tetapi apabila dalam pelaksanaanya menimbukan efek komunikasi adalah konflik, maka dapat dikatakan proses komunikasi itu tidak efektif. Menurut Hajimoto, 2001, adanya konflik adalah bukti bahwa ada kemacetan komunikasi antara berbagai golongan dalam masyarakat kita yang majemuk. Pertumbuhan konflik dalam proses komunikasi terjadi akibat pelemparan pesan yang tidak memuaskan antara komunikan dengan komunikator.

85 2.10. Kerangka Pemikiran Perusahaan BP LNG Tangguh merupakan perusahaan gas alam cair yang beroperasi di daerah sekitar Teluk Bintuni Provinsi Papua Barat. Perusahaan ini telah berkomitmen untuk memberhatikan aspek lingkungan dan sosial masyarakat sekitar. Hal ini ditunjukan dengan pihak pengelolan Proyek Tangguh bercita-cita agar proyek tersebut bisa menjadi sebuah kegiatan eksplorasi sumberdaya alam yang bertanggungjawab baik secara sosial maupun lingkungan. Proyak Tangguh juga berusaha menjadi katalis bagi pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan dengan menerapkan apa yang dikenal sebagai strategi sosial terpadu (Integrated Social Strategy/ ISS). ISS merupakan bentuk dari tanggung jawab sosial perusahaan (Corporate Social Responsibility). Komponen-konponennya meliputi; strategi pemerataan dan penyebaran pertumbuhan, perencanaan pengelolaan dampak keuangan, pelatihan dan pengelolaan tenaga kerja, program pengembangan masyarakat, program keamanan berbasis masyarakat, forum dana abadi, sistem ekonomi berbasis masyarakat, dan pemukiman kembali kampung tanah merah. (Tabura Newsletter, edisi keempat, Oktober 2003) Untuk merealisasikan program-program tersebut, tentunya memerlukan komunikasi. BP LNG telah menggunakan pendekatan komunikasi yaitu Participatory Rural Appraisal untuk merencanakan program/kegiatan-kegiatan tanggung jawab sosial yang akan dilakukan. Dalam hal ini, proses komunikasi yang dilakukan dalam penerapan tanggung jawab sosial perusahaan melalui ISS merupakan fokus dari penelitian ini.

86 Liliweri (2004) menjelaskan, setiap proses komunikasi mempunyai hasil akhir yang disebut dengan efek. Efek komunikasi dapat bersifat positif yaitu tercapainya tujuan komunikasi yang diinginkan yaitu terciptanya hubungan yang kondusif/baik antara perusahaan dengan publik, tetapi juga bersifat negatif seperti timbulnya rasa ketidakpuasan yang menjurus kepada konflik-konflik destruktif yang membawa kerugian bagi publik maupun perusahaan itu sendiri. Dengan demikian, penerapan program tanggung jawab sosial perusahaan akan berhasil dipengaruhi oleh aktivitas komunikasi pada setiap bidang tanggung jawab sosial perusahaan. Aktivitas komunikasi publik dapat meliputi intensitas komunikasi, teknik komunikasi dan model komunikasi publik yang digunakan. Aktivitas komunikasi yang baik tentunya merupakan salah satu faktor yang menentukan tercapainya tujuan komunikasi publik perusahan dan lebih khusus tercapainya keberhasilan program tanggung jawab sosial perusahaan berdasarkan indikator keberhasilan program tanggung jawab sosial perusahaan. Indikator eksternal bagi keberhasilan penerapan tanggung jawab sosial perusahaan dapat ditentukan berdasarkan indikator ekonomi yaitu, 1)Tingkat pertambahan kualitas sarana dan prasarana umum, 2) tingkat peningkatan kemandirian masyarakat secara ekonomis, 3) tingkat kualitas hidup bagi masyarakat secara berkelanjutan, dan indikator sosial yaitu, 1) frekuensi terjadinya gejolak atau konflik sosial, 2) tingkat kualitas hidup sosial antara perusahaan dan masyarakat, 3) tingkat kepuasan masyarakat. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa aktivitas komunikasi memiliki hubungan positif terhadap tingkat kepuasan masyarakat atau semakin tinggi aktivitas komunikasi publik melalui program tanggung jawab sosial perusahaan

87 akan berpengaruh pada semakin tinggi tingkat kepuasan publik. Demikian pula sebaliknya, semakin rendah aktivitas komunikasi publik, akan berpengaruh pada semakin rendah tingkat kepuasan publik terhadap program tersebut. Aktivitas komunikasi publik berpengaruh negatif terhadap frekuansi terjadinya gejolak atau konflik sosial atau semakin tinggi aktivas komunikasi publik melalui program tanggung jawab sosial perusahaan akan berpengaruh pada semakin rendah konflik sosial. Demikian pula sebaliknya, semakin rendah aktivitas komunikasi publik, akan berpengaruh pada semakin tinggi konflik sosial. Dengan demikian, kerangka pemikiran dan gambar hubungan antar variabel digambarkan sebagai berikut ;

88 67 Profit (Keuntungan Perusahaan) Eksistensi & Sustainable Perusahaan Aktivitas komunikasi bidang kompensasi Tanah Adat. (X1) Pelaksanaan CSR Perusahaan Kesejahteraan Masyarakat Aktivitas Komunikasi Publik dalam Tanggung Jawab Sosial Perusahaan (X) Intensitas Komunikasi Teknik Komunikasi Model komunikasi Aktivitas komunikasi bidang Kesehatan Masyarakat. (X2) Aktivitas komunikasi Pendidikan & Pelatihan (X3) Kepuasan Publik (Y1) Modal Sosial (Hubungan Sosial) Aktivitas komunikasi bidang Tenaga Kerja (X4) Lingkungan Hidup Aktivitas komunikasi bidang Sarana Prasarana (X5) Perilaku Konflik (Y2) Keterangan : Gambar 7. : Berhubungan/ mempengaruhi : Terdiri dari : Tidak diteliti Kerangka Hubungan Aktivitas Komunikasi Publik dalam Program Tanggung Jawab Sosial Perusahaan dengan Kepuasan Publik dan Perilaku Konflik

89 2.11. Hipotesis Penelitian Berdasarkan kerangka pemikiran diatas, maka hipotesis dalam penelitian ini di rumuskan sebagai berikut: 1. Aktivitas komunikasi publik melalui program tanggung jawab sosial perusahaan berhubungan positif dengan kepuasan publik. 2. Aktivitas komunikasi publik melalui program tanggung jawab sosial perusahaan berhubungan negatif dengan perilaku konflik. 3. Kepuasan publik perusahaan berhubungan negatif dengan perilaku konflik. 4. Aktivitas komunikasi publik perusahaan BP LNG Tangguh di bidang kompensasi tanah adat berhubungan positif dengan kepuasan publik. 5. Aktivitas komunikasi publik perusahaan BP LNG Tangguh di bidang kesehatan masyarakat berhubungan positif dengan kepuasan publik. 6. Aktivitas komunikasi publik perusahaan BP LNG Tangguh di bidang pendidikan dan pelatihan berhubungan positif dengan kepuasan publik. 7. Aktivitas komunikasi publik perusahaan BP LNG Tangguh di bidang demand tenaga kerja berhubungan positif dengan kepuasan publik. 8. Aktivitas komunikasi publik perusahaan BP LNG Tangguh di bidang pembangunan sarana prasarana berhubungan positif dengan kepuasan publik. 9. Aktivitas komunikasi publik perusahaan BP LNG Tangguh di bidang kompensasi tanah adat berhubungan negatif dengan perilaku konflik. 10. Aktivitas komunikasi publik perusahaan BP LNG Tangguh di bidang kesehatan masyarakat berhubungan negatif dengan perilaku konflik.

90 11. Aktivitas komunikasi publik perusahaan BP LNG Tangguh di bidang pendidikan dan pelatihan berhubungan negatif dengan perilaku konflik. 12. Aktivitas komunikasi publik perusahaan BP LNG Tangguh di bidang demand tenaga kerja berhubungan negatif dengan perilaku konflik. 13. Aktivitas komunikasi publik perusahaan BP LNG Tangguh di bidang pembangunan sarana prasarana berhubungan negatif dengan perilaku konflik.

91

92 BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Desain Penelitian Penelitian mengenai hubungan aktivitas komunikasi publik perusahaan melalui penerapan program CSR terhadap kepuasan publik dan perilaku konflik didesain sebagai suatu penelitian survei yang bersifat deskriptif dan korelasional. Nazir (2003) menyatakan bahwa penelitian survei termasuk model penelitian deskriptif yaitu metode penelitian untuk membuat gambaran mengenai situasi kejadian. Selain itu, menurut Singgarimbun dan Effendi (2006) desain penelitian survei adalah penelitian yang mengambil contoh dari suatu populasi dan menggunakan kuisioner sebagai alat pengumpulan data yang pokok Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di beberapa desa di daerah sekitar Teluk Bintuni yang terkena dampak langsung dari kehadiran Perusahaan BP LNG Tangguh di Kabupaten Teluk Bintuni Provinsi Papua Barat. Waktu yang digunakan untuk pengambilan dan pengumpulan data adalah selama satu bulan, terhitung mulai pada bulan Mei sampai Juni Populasi dan Sampel Populasi adalah jumlah keseluruhan dari unit analisis (Singgarimbun dan Effendi, 2006). Populasi dalam penelitian ini adalah masyarakat adat yang daerahnya terkena dampak langsung perusahaan BP LNG Tangguh di daerah sekirar Teluk Bintuni Kabupaten Teluk Bintuni.

93 Pengambilan sampel dilakukan secara gugus bertahap. Gugus pertama diambil secara purposive dengan mengambil desa-desa yang terkena dampak langsung dari perusahaan PB LNG Tangguh yang berada pada bagian utara. Hal ini disebabkan karena daerah bagian utara lebih cenderung terjadi konflik dan memiliki potensi yang tinggi dibandingkan daerah selatan Teluk Bintuni. Gugus kedua yaitu mengambil sampel desa yang terkena dampak langsung perusahaan BP LNG tangguh di bagian utara secara acak sederhana sebanyak dua desa dari tujuh desa, yaitu desa Weriagar dan Mogotira. Selanjutnya pada gugus ketiga yaitu dengan mengambil sampel responden secara acak. Pengambilan sampel sebanyak 30 responden pada setiap desa. Dengan demikian total seluruh sampel yang ρ diwawancarai sebanyak 60 responden Data dan Instrument Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh secara langsung dari responden masyarakat adat melalui penyebaran kuisioner, yaitu suatu pedoman pertanyaan baik dilakukan secara wawancara atau pengisian secara terinci berupa pertanyaan yang sudah terstruktur yang bisa meliputi semua peubah (Arikunto, 1993). Penyusunan pertanyaan dalam kuisioner dilakukan secara terbuka dan tertutup. Data primer juga didapat dari wawancara mendalam (depht interview) dengan tokoh masyarakat adat, aparat desa serta bagian internal perusahaan. Sedangkan data sekunder diperoleh melalui telaah dokumen dan telaah pustaka dari berbagai sumber yang terkait dengan tujuan penelitian.

94 3.5. Validitas dan Reliabilitas Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukan tingkat kevalidan atau kesalihan suatu instrumen. Kerlinger (2006) menyatakan bahwa suatu instrumen yang valid dan salih mempunyai validitas tinggi. Demikian sebaliknya instrumen yang kurang salih memiliki validitas rendah. Suatu instrumen dapat dikatakan valid apabila : (a) mampu mengukur apa yang diinginkan, (b) dapat mengungkap data dari peubah yang diteliti secara tepat dan (c) dapat menggambarkan sejauh mana data yang terkumpul tidak menyimpang dari gambaran tentang peubah yang dimaksud (Kerlinger 2006). Oleh karena itu, peneliti harus bertindak hati-hati sejak awal penyusunannya. Untuk validitas instrumen dilakukan terhadap validitas isi. Hal tersebut dilakukan mengingat isi yang dituangkan dalam bentuk pertanyaan harus memiliki kesetaraan. Uji ini dilakukan dengan pendekatan rasional, yakni mempertimbangkan kondisi lapang dan objek penelitian, serta ditunjang dengan pengalaman empiris sebelumnya. Reliabilitas instrumen diusahakan dengan cara: (a) mengungkapkan pertanyaan secara lugas (tidak membingungkan), (b) memberikan petunjuk jelas dan baku dan (c) melakukan uji coba kuesioner pada responden yang memiliki ciri-ciri yang relatif sama dengan objek penelitian. Uji coba kuesioner dilakukan pada 20 orang. Uji coba dilakukan untuk melihat sejauh mana pertanyaan dalam kuisioner dapat dipahami, sehingga tidak menimbulkan bias jawaban (Kerlinger, 2006) Reliabilitas instrumen dihitung dengan menggunakan Cronbachreliabillitas, dimana pengukuran dilakukan hanya satu kali. Metode tersebut digunakan untuk kuisioner yang memiliki lebih banyak pilihan jawaban serta

95 bukan merupakan skor 1 dan 0, melainkan dalam bentuk kategori dan uraian (Arikonto, 1993), sehingga menghasilkan konsistensi antar butir pertanyaan. Rumus tersebut adalah sebagai berikut : r k 2 2 k 1 t 11 1 Keterangan : b r 11 k 2 Σσ b 2 Σ t = Reliabilitas Instrumen = Banyaknya Butir Pertanyaan atau Banyaknya Soal = Jumlah Ragam Butir = Ragam Total Nilai r 11 yang diperoleh dibandingkan dengan nilai koefisien r dari tabel korelasi. Bila r 11 > dari r tabel instrumen dinyatakan andal dan bila lebih kecil diperlukan perbaikan dan uji ulang terhadap pertanyaan tersebut. Hasil uji coba kuisioner didapatkan nilai reliabilitas untuk variabel perilaku konflik sebesar dan untuk kepuasan publik kepuasan publik diperoleh nilai reliabilitas nilai tersebut dibandingkan dengan nilai r tabel untuk (n) = 20 yaitu reliabilitas lima persen adalah Dari hasil perbandingan ternyata nilai reliabilitas variabel lebih besar dari r tabel. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa instrumen yang digunakan termasuk andal Analisis Data dan Pengujian Hipotesis Data penelitian dikumpulkan kemudian dianalisis dan disajikan secara deskriptif dalam bentuk rataan, persentase, frekwensi dan tabel distribusi frekwensi. Analisis hubungan antar peubah bebas dan peubah tidak bebas dilakukan dengan uji Korelasi Rank Spearman (rs), yaitu:

96 ρ = 1 - n 6 d i 2 i =1 ( N 3 - N ) Keterangan : ρ = Koefisien Korelasi Spearman N = Banyaknya jenjang di = Selisih jenjang untuk faktor yang sama Analisis tersebut menggunakan perangkat lunak SPSS (Statistic Program For Social Science) Versi Operasionalisasi Variabel-Variabel Penelitian Operasional variabel-variabel penelitian yang diukur adalah aktivitas komunikasi publik secara keseluruhan melalui program CSR dan pada lima bidang kegiatan aktivitas komunikasi pada lima bidang kegiatan CSR, variabel kepuasan publik dan variabel perilaku konflik. Berikut ini akan dijelaskan operasionalisasi variabel-variabel dalam penelitian ini, sebagai berikut : 1. Aktivitas Komunikasi Publik Aktivitas komunikasi publik perusahaan adalah kegiatan-kegiatan komunikasi publik perusahaan untuk menyampaikan pesan kepada masyarakat adat. Aktivitas komunikasi dilihat berdasarkan intensitas komunikasi, teknik komunikasi dan model komunikasi yang digunakan. Aktivitas komunikasi publik perusahaan melalui program tanggung jawab sosial perusahaan terdiri dari lima bidang aktivitas, sebagai berikut :

97 a. Aktivitas komunikasi di bidang kompensasi tanah adat b. Aktivitas komunikasi di bidang kesehatan masyarakat c. Aktivitas komunikasi di bidang pendidikan dan pelatihan d. Aktivitas komunikasi di bidang diman tenaga kerja e. Aktivitas komunikasi di bidang pembangunan sarana dan prasarana Setiap item aktivitas komunikasi publik (intensitas, teknik dan model komunikasi) diberikan skor 1-5. Dengan demikian untuk mengukur aktivitas komunikasi pada tiap-tiap bidang tanggung jawab sosial perusahaan, skor bergerak dari 3 15, sehingga hasil penilaian dalam bentuk skor, sebagai berikut: a. Aktivitas komunikasi sangat tinggi, apabila skor yang dicapai = 12,7 15 b. Aktiviitas komunikasi tinggi, apabila skor yang dicapai = 10,3 12,6 c. Aktivitas komunikasi cukup tinggi, apabila skor yang dicapai = 7,9 10,2 d. Aktiviitas komunikasi kurang, apabila skor yang dicapai = 5,5 7,8 e. Aktivitas komunikasi rendah, apabila skor yang dicapai = 3 5,4 Berdasarkan nilai skor diatas, selanjutnya diukur aktivitas komunikasi publik melalui program tanggung jawab sosial perusahaan secara keseluruhan di lima bidang aktivitas, sehingga di peroleh skor terendah 15 dan tertinggi 75. Dengan demikian hasil penilaian dalam bentuk skor diperoleh sebagai berikut: a. Aktivitas komunikasi sangat tinggi, apabila skor 63,1 75 b. Aktivitas komunikasi tinggi, apabila skor 51,1 63 c. Aktivitas komunikasi publik cukup tinggi, apabila skor 39,1 51 d. Aktivitas komunikasi publik kurang, apabila skor 27,1 39 e. Aktivitas komunikasi publik rendah, apabila skor 15 27

98 1.1 Intensitas Komunikasi Intensitas komunikasi adalah tingkat kekerapan komunikasi publik perusahaan dalam menerapkan program tanggung jawab sosial perusahaan kepada setiap masyarakat adat. Intensitas komunikasi publik diukur dengan melihat tingkat kekerapan komunikasi publik melalui program tanggung jawab sosial perusahaan yang dilakukan menggunakan media maupun tanpa media (tatap muka). Intensitas komunikasi pada masing-masing bidang aktivitas komunikasi publik melalui program tanggung jawab sosial perusahaan diberikan skor 1 5, sehingga hasil penilaian dalam bentuk skor, sebagai berikut: a. Intensitas komunikasi sangat tinggi, skor 5 b. Intensitas komunikasi tinggi, skor 4 c. Intensitas komunikasi cukup tinggi, skor 3 d. Intensitas komunikasi kurang, skor 2 e. Intensitas komunikasi rendah, skor 1 Dengan demikian, untuk mengukur intensitas komunikasi publik melalui program tanggung jawab sosial perusahaan secara keseluruhan pada lima bidang aktivitas komunikasi, diperoleh skor terendah 5 dan tertinggi 25. sehingga hasil penilaian dalam bentuk skor, sebagai berikut: a. Intensitas komunikasi publik sangat tinggi, apabila skor 21,1-25 b. Intensitas komunikasi publik tinggi, apabila skor 17,1 21 c. Intensitas komunikasi publik cukup tinggi, apabila skor 13,1 17 d. Intensitas komunikasi publik kurang, apabila skor 9,1 13 e. Intensitas komunikasi publik rendah, apabila skor 5 9

99 1.2. Teknik Komunikasi Teknik komunikasi dalam penelitian ini adalah cara atau media yang dipilih dalam berkomunikasi. Teknik komunikasi publik diukur dengan penilaian responden terhadap efektifitas media atau cara yang digunakan khususnya dalam memberikan pemahaman dan pengertian terhadap pesan yang disampaikan dalam setiap bidang kegiatan tanggung jawab sosial perusahaan. Hasil penilaian dalam bentuk skor, sebagai berikut : a. Teknik komunikasi sangat sesuai, skor 5 b. Teknik komunikasi sesuai, skor 4 c. Teknik komunikasi cukup sesuai, skor 3 d. Teknik komunikasi kurang sesuai, skor 2 e. Teknik komunikasi tidak sesuai, skor 1 Dengan demikian untuk mengukur teknik komunikasi publik melalui program tanggung jawab sosial perusahaan secara keseluruhan diperoleh skor terendah 5 dan tertinggi 25, sehingga hasil penilaian dalam bentuk skor, sebagai berikut: a. Teknik komunikasi publik sangat sesuai, apabila skor 21,1 25 b. Teknik komunikasi publik sesuai, apabila skor 17,1 21 c. Teknik komunikasi publik cukup sesuai, apabila skor 13,1 17 d. Teknik komunikasi publik kurang sesuai, apabila skor 9,1 13 e. Teknik komunikasi publik tidak sesuai, apabila skor 5 9

100 1.3. Model Komunikasi Model komunikasi publik yang diterapkan perusahaan, diukur dengan melihat apakah proses penyampaian pesan oleh perusahaan (source) dilakukan dengan memperhatikan kebenaran pesan, perhatian terhadap umpan balik pesan dan posisi publik dalam kegiatan komunikasi. Setiap item model komunikasi publik (kebenaran pesan, perhatian terhadap umpan balik pesan dan posisi publik) diberikan skor 1-5. Sehingga skor bergerak dari 3 15, kemudian dilakukan pengklasifikasian. Hasil penilaian dalam bentuk skor, sebagai berikut: a. Model komunikasi sangat sesuai (5), apabila skor yang dicapai = 12,7 15 b. Model komunikasi sesuai (4), apabila skor yang dicapai = 10,3 12,6 c. Model komunikasi cukup sesuai (3), apabila skor yang dicapai = 7,9 10,2 d. Model komunikasi kurang sesuai (2), apabila skor yang dicapai = 5,5 7,8 e. Model komunikasi tidak sesuai (1), apabila skor yang dicapai = 3 5,4 Dengan demikian, untuk menentukan model komunikasi publik melalui program tanggung jawab sosial perusahaan secara keseluruhan pada lima bidang aktivitas komunikasi, diperoleh skor terendah 5 dan tertinggi 25, sehingga hasil penilaian dalam bentuk skor, sebagai berikut: a. Model komunikasi sangat sangat sesuai, apabila skor 21,1 25 b. Model komunikasi sesuai, apabila skor 17,1 21 c. Model komunikasi cukup sesuai, apabila skor 13,1 17 d. Model komunikasi kurang sesuai, apabila skor 9,1-13 e. Model komunikasi tidak sesuai, apabila skor 5 9

101 2. Kepuasan Publik Kepuasan publik adalah tingkat perasaan senang atau kecewa seseorang setelah membandingkan kinerja atau hasil yang dirasakan dengan yang diharapankan. Aspek kepuasan terhadap program tanggung jawab sosial perusahaan dinilai berdasarkan kualitas pelayanan perusahaan dalam menerapkan program tanggung jawab sosial perusahaan, yang terdiri dari: keandalan (reliability), keresposifan (responsivenees), keyakinan (assurance), empati (emphaty) dan berwujud (tanggible). Penilaian kualitas pelayanan baik didasarkan pada empat belas atribut dan masing-masing atribut diberikan bobot 1 sampai 5, sebagai berikut : a. Jawaban sangat baik diberi bobot 5. b. Jawaban baik diberi bobot 4 c. Jawaban cukup baik diberi bobot 3 d. Jawaban kurang baik diberi bobot 2 e. Jawaban tidak baik diberi bobot 1

102 Tabel 1. Operasional Variabel Kepuasan Publik Variabel Dimensi Indikator Reliability (kemampuan perusahaan melaksanakan program sesuai dengan janji yang diberikan) Kualitas pelayanan dalam program tanggung jawab sosial perusahaan Responsivenees (kecepatan dan ketanggapan perusahaan dalam memberikan pelayanan/program) Assurance (Keramahan dan kesopanan source/perusahaan serta sifat dapat dipercaya) Emphaty (kepedulian perusahaan dalam memberikan pelayanan) Tanggible (penampilan fisik dari pelayanan perusahaan. 1. Ketepatan perusahaan memenuhi janji sesuai dengan waktu yang disepakati 2. Kesesuaian program atau kegiatan dengan janji yang diberikan 3. Kesigapan perusahaan untuk cepat tanggap dalam menghadapi masalah yang timbul 4. Kesigapan perusahaan untuk cepat tanggap terhadap keluhan yang disampaikan 5. Kemampuan source/perusahaan tentang pengetahuan dan informasi terhadap suatu program yang ditawarkan/ dilaksanakan. 6. Keterampilan teknik dalam melasanakan suatu program 7. Keramahan dan kesopanan perusahaan kepada masyarakat 8. Kejujuran perusahaan dalam memberikan informasi (transparansi) 9. Memberikan perhatian secara individu/kelompok kepada publik 10. Sikap petugas teknis dalam melaksanakan tugasnya 11. Sikap petugas/perusahaan menerima keluhan maupun pengaduan kepada perusahaan. 12. Kenyamanan hubungan perusahaan dengan publik terpelihara secara baik 13. Ketersediaan bangunan fisik (sarana prasarana) berdasarkan kesepakatan. 14. Kemampuan perusahaan melasanakan program dapat menambah pengetahuan dan keterampilan publik. Dengan demikian, penentuan tingkat kepuasan publik terhadap kinerja perusahaan melalui penerapan program tanggung jawab sosial perusahaan adalah sebagai berikut :

103 a. Sangat puas, apabila total skor = 58,8 70 b. Puas, apabila total skor bergerak dari = 47,6 58,8. c. Cukup puas, apabila total skor bergerak dari = 36,4 47,6 d. Kurang puas, apabila total skor bergerak dari = 25,2 36,4. e. Tidak puas, apabila total skor bergerak dari = 14 25,2 3. Perilaku Konflik Konflik adalah merupakan bentuk pertentangan karena ada perbedaan dalam kebutuhan, nilai, motivasi perilaku yang terlibat di dalamnya (Liliweri, Alo. 2005). Konflik yang dimaksud dalam penelitian ini adalah konflik yang terjadi antara masyarakat adat Teluk Bintuni dengan perusahaan BP LNG Tangguh. Tingkat konflik diukur berdasarkan intensitas terjadinya konflik dan tipe konflik. a. Intensitas konflik adalah banyaknya konflik yang terjadi antara masyarakat adat dengan perusahaan. b. Tipe konflik merupakan bentuk konflik yang terjadi. Yang terbagi ke dalam tanpa konflik, konflik laten, dan konflik terbuka. a. Konflik laten adalah jenis konflik yang sifatnya tersembunyi dan untuk penangannya perlu diangkat ke permukaan agar penangannya lebih efektif. Dicirikan dengan adanya tekanan yang tidak tampak sepenuhnya berkembang dan belum terteskalisasi kedalam polarisasi konflik yang tinggi. b. Konflik terbuka adalah konflik dimana pihak-pihak yang berselisih secara aktif terlibat dalam perselisihan yang terjadi, mungkin sudah mulai bernegosiasi dan mungkin juga mencapai jalan buntut menuju konsiliasi.

104 Pengukuran tingkat perilaku konflik dapat diukur dengan melihat tingkat kekerapan perilaku konflik laten dan perilaku konflik terbuka. Pada setiap perilaku diberi skor 1 5. Dengan demikian untuk mengukur perilaku konflik secara keseluruhan, skor bergerak dari 2 10, dengan penilaian sebagai berikut; a. Perilaku konflik sangat tinggi, apabila skor 8,4-10 b. Perilaku konflik tinggi, apabila skor 6,8 8,4 c. Perilaku konflik cukup tinggi, apabila skor 5,2 6,8 d. Perilaku konflik kurang, apabila skor 3,6 5,2 e. Perilaku konflik rendah/ tanpa konflik, apabila skor 2 3,6

105 BAB IV KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN DAN RESPONDEN 4.1. Letak Georgrafis dan Keadaan Alam Kabupaten Teluk Bintuni Kabupaten Teluk Bintuni merupakan salah satu kabupaten yang terletak di wilayah Propinsi Papua Barat yang secara resmi berdiri pada tahun sebelumnya kabupaten ini merupakan salah satu distrik dari wilayah pemerintah Kabupaten Manokwari. Kabupaten Teluk Bintuni dibagi menjadi 24 Distrik, 115 Kampung dan 2 Kelurahan dengan luas wilayah Km2. Kabupaten Teluk Bintuni terletak antara Lintang Selatan dan antara Bujur Timur. (BPPS, Teluk Bintuni dalam Angka, 2008). Secara rinci, letak geografis kabupaten Teluk Bintuni adalah sebagai berikut: 1) Di Bagian Utara 2) Di Bagian Selatan 3) Di Bagian Barat 4) Di Bagian Timur : Lintang Selatan : Lintang Selatan : Bujur Timur : Bujur Timur Kabupaten ini hampir seluruhnya tertutup wilayah payau dan hutan bakau dengan batasan wilayah berbatasan langsung dengan 5 Kabupaten dan 1 Propinsi. Wilayah-wilayah tersebut antara lain Kabupaten Sorong Selatan, Manokwari, Fak fak, Kaimana, Teluk Wondama, dan Kabupaten Nabire propinsi Papua. Hal ini merupakan suatu keuntungan bagi Kabupaten Teluk Bintuni yang memiliki letak strategis. Batasan - batasan wilayah tersebut adalah sebagai berikut :

106 1) Sebelah Utara 2) Sebelah Selatan 3) Sebelah Barat 4) Sebelah Timur : : : : Distrik Aifat Timur Kabupaten Maybrat, Distrik Kebar, Testega, Menyambouw dan Sururey Kabupaten Manokwari Distrik Kaimana dan Distrik Teluk Arguni Kabupaten Kaimana dan Distrik Kokas Kabupaten Fak-fak. Distrik Kokoda Kabupaten Sorong Selatan dan Distrik Aifat Timur Kabupaten Maybrat. Distrik Ransiki Kabupaten Manokwari, Distrik Wamesa, Distrik windesi, serta Distrik Wasior Kabupaten Teluk Wondama dan Distrik Yaur Kabupaten Nabire Secara keseluruhan kawasan Teluk Bintuni berada pada ketinggian meter dpl. Sepertiga wilayahnya adalah daerah rawa-rawa yang ditumbuhi hutan sagu dan bakau. Sepertiga wilayahnya juga ditutupi oleh hutan rimba dan sisanya merupakan lereng terjal. Kemiringan lahan di kawasan ini bervariasi mulai kemiringan 0 2 persen hingga persen. Iklim di wilayah Teluk Bintuni merupakan iklim tropis monsoon yang dicirikan oleh kondisi suhu dan kelembaban udara yang tinggi sepanjang tahun atau tropik basah dan memiliki suhu udara berkisar dari C. Kampung Weriagar dan Kampung Mogotira merupakan unit administrasi dari distrik Arandai, manun sekarang telah dimekarkan menjadi distrik Weriagar. Kampung Weriagar dan Kampung Mogotora terletak di pantai bagian utara dari

107 Teluk Bintuni dalam lahan yang menjadi hak ulayat tujuh klen; Kutanggas, Patiran, Srowat, Hindom, Frabun, Yare dan Bauw. Tujuh klien ini memiliki hak adat atas tanah pada kedua kampung tersebut. Kampung Weriagar dan Kampung Mogotira hampir seratus persen dititupi oleh daerah rawa. Keadaan ini membuat masyarakat pada kedua kampung ini hanya memiliki rumah panggung dan berjalan diatas panggung jembatan kayu atau papan yang dibangun oleh masyarakat untuk menghubungkan rumah-rumah warga. Kedua kampung ini, diapit oleh satu sungai yaitu sungai Weriagar. Pada umumnya sungai-sungai yang bermuara di Teluk Bintuni, pada waktu surut hanya perahu-perahu kecil yang dapat melewati jalur masuk muara sungai yang kedalamannya kurang dari satu meter dan memiliki warna air sungai keruh atau kuning kecoklatan. Hal ini mengakibatkan tranportasi di wilayah ini sangat tergantung pada pasang surutnya air Kependudukan Data jumlah penduduk dan jumlah rumah tangga hanya bisa didapat dari Sensus Penduduk (SP) dan Survei Penduduk antar Sensus (SUPAS), dimana Sensus Penduduk dilaksanakan pada tahun-tahun yang berakhiran nol, sedangkan SUPAS dilaksanakan pada tahun yang berakhiran lima. Dengan demikian, untuk tahun-tahun yang berakhiran selain nol dan lima, jumlah penduduk diperoleh dari hasil proyeksi dan pendekatan hasil-hasil survei terkait. Berdasarkan proyeksi tersebut, jumlah penduduk Kabupaten Teluk Bintuni pada Tahun 2008 diperkirakan mencapai jiwa yang terdiri dari laki-laki dan perempuan. Jumlah ini meningkat sebesar 2,58 persen dari tahun sebelumnya

108 ( Jiwa), peningkatan atau pertumbuhan penduduk ini merupakan pertumbuhan penduduk tertinggi dibandingkan dengan kabupaten atau kota lainnya di Papua Barat. Peningkatan jumlah penduduk yang cukup signifikan dan terus bertambah setiap tahun belum diimbangi dengan penyebaran penduduk. Sebagian besar penduduk Kabupaten Teluk Bintuni masih terpusat di Distrik Bintuni sekitar 30,82 persen. Hal ini dikarenakan Distrik Bintuni merupakan pusat pemerintahan dan pusat perekonomian. Banyaknya rumah tangga pada tahun 2008 tercatat sebesar rumah tangga dengan rata-rata besarnya anggota rumah tangga 4,06. Jumlah ini mengalami peningkatan 5,41 persen dari tahun sebelumnya ( rumah tangga). (BPPS, Teluk Bintuni dalam Angka, 2008) Jumlah Kepala Keluarga (KK) dan Jiwa di Daerah Penelitian Jumlah penduduk pada daerah penelitian di kampung Weriagar adalah 715 jiwa dengan jumlah kepala keluarga atau rumah tangga adalah 129 KK sedangkan kampung Mogotira berjumlah 530 jiwa dengan jumlah kepala keluarga 84 KK Komposisi Penduduk Menurut Agama Komposisi penduduk menurut Agama di kampung Weriagar dan Mogotira dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Komposisi Jumlah Penduduk Berdasarkan Agama di Kampung Weriagar dan Mogotira tahun Weriagar Mogotira No. Agama Jumlah Jiwa Persentase (%) Jumlah Jiwa Persentase (%) 1. Islam ,65 6 1,13 2. Katolik , ,42 3. Protestan 17 2, ,45 Total , ,00 Sumber : Laporan Penelitian Unipa, 2005

109 Komposisi penduduk berdasarkan agama di kedua tempat penelitian relatif berbeda. Di kampung Weriagar terlihat bahwa penduduk terbanyak adalah yang beragama Islam, namun jumlahnya hampir seimbang dengan penduduk yang beragama Katolik, sedangkan di kampung Mogotira mayoritas penduduknya beragama Katolik. Letak kedua kampung ini saling berdekatan bahkan hanya dibatasi oleh jalan yang memiliki lebar kurang lebih 1,5 M namun masyarakat pada kedua kampung ini memiliki toleransi beragama sangat tinggi. Hal ini dikarenakan mereka masih seketurunan atau memiliki hubungan darah bahkan semarga Komposisi Penduduk Menurut Umur Komposisi penduduk menurut umur di kedua lokasi penelitian dapat dilihat pada Tabel 3 dibawah ini. Tabel 3. Komposisi Jumlah Penduduk Berdasarkan Umur di Kampung Weriagar dan Mogotira tahun No. Weriagar Mogotira Kelompok Umur Jumlah Persentase Jumlah Persentase (tahun) Jiwa (%) Jiwa (%) 1. < , , , ,38 3. > , ,83 Total , ,00 Sumber : Laporan Penelitian Unipa, 2005 Tabel 3 menunjukan bahwa sebagian besar penduduk di kedua kampung penelitian tergolong dalam usia produktif. Mereka ini merupakan tenaga potensial untuk dapat dilibatkan dalam berbagai kegiatan pembangunan termasuk direkrut menjadi karyawan perusahaan BP LNG Tangguh yang sedang beroperasi mengambil hasil sumber daya alam gas bumi di wilayah adat mereka.

110 Komposisi Penduduk Menurut Jenis Kelamin Komposisi penduduk menurut jenis kelamin pada kedua daerah penelitian dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4. Komposisi Jumlah Penduduk Berdasarkan Umur di Kampung Weriagar dan Mogotira tahun Weriagar Mogotira No. Jenis Kelamin Jumlah Jiwa Persentase (%) Jumlah Jiwa Persentase (%) 1. Laki-laki , ,45 2. Perempuan , ,65 Total , ,00 Sumber : Laporan Penelitian Unipa, 2005 Tabel 4 menunjukan bahwa sebagian besar penduduk di kedua kampung adalah laki-laki. Rasio laki-laki terhadap perempuan di kampung Weriagar adalah 1 : 1,74. artinya untuk setiap 174 laki-laki terdapat 100 perempuan. Dengan demikian kampung Weriagar didominasi oleh kaum laki-laki. Berbeda dengan rasio laki-laki terhadap perempuan di kampung Mogotira yang cenderung seimbang walaupun jumlah laki-laki masih melebihi jumlah kaum perempuan yaitu 1 : 1,10. atinya untuk setiap 110 laki-laki terdapat 100 perempuan Komposisi Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan Komposis penduduk menurut tingkat pendidikan di kedua kampung penelitian dapat dilihat pada Tabel 5. Tabel 5. Komposisi Jumlah Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan di Kampung Weriagar dan Mogotira tahun No. Weriagar Mogotira Tingkat Jumlah Persentase Jumlah Persentase Pendidikan Jiwa (%) Jiwa (%) 1. Tidak sekolah , ,5 2. SD , ,0 3. SMP 87 12, ,7 4. SMA/SMK 28 4, Perguruan Tinggi 5 0,7 4 0,8 Total , ,00 Sumber : Laporan Penelitian Unipa, 2005

111 Tabel 5. menunjukan bahwa sebagian besar penduduk di kampung Weriagar dan Mogotira berpendidikan rendah. Sebagian besar penduduknya hanya memiliki pendidikan tertinggi adalah SD. Hal ini disebabkan fasilitas sekolah yang tersedia hanya SD dan letak kedua kampung yang jaraknya sangat jauh dari ibu kota kabupaten yang memiliki fasilitas sekolah lengkap serta harus menempuh perjalanan laut kurang lebih 60 mil. Kondisi ini membuat banyak anak-anak usia sekolah tamat SD sudah tidak melanjutkan ke tingkat yang lebih tinggi Komposisi Penduduk Menurut Matapencaharian Komposisi penduduk menurut matapencaharian pada ke dua kampung penelitian dapat dilihat pada Tabel 6. Tabel 6. Komposisi Jumlah Penduduk Berdasarkan Matapencaharian di Kampung Weriagar dan Mogotira tahun Weriagar Mogotira No. Matapencaharian Jumlah Jiwa Persentase (%) Jumlah Jiwa Persentase (%) 1. Petani 13 1, ,26 2. Nelayan , ,04 3. Pegawai 21 2, ,85 4. Wiraswata 93 13,01 4 0,75 5. Meramu , ,10 Total , ,00 Sumber : Laporan Penelitian Unipa, 2005 Tabel 6 menunjukan sebagian besar masyarakat di kampung Weriagar dan Mogotira bermatapencaharian sebagai nelayan meyusul sebagai peramu. Yang termasuk nelayan adalah mereka yang berusaha memperoleh hasil laut seperti ikan dan udang. Biasanya hasil tangkapan mereka terutama udang di jual Rp Rp ,- per kilo kepada pedagang-pedagang pengumpul yang datang dengan kapal mereka langsung ke kampung atau tempat pencaharian

112 mereka. Sedangkan mereka yang sebagai peramu adalah yang mengambil langsung dari alam untuk kebutuhan sehari-hari saja, seperti menokok sagu dan juga menangkap ikan dengan peralatan sederhana untuk keperluan konsumsi saja. Hal ini disebabkan tidak ada fasilitas pasar dan kedudukan kampung yang sangat jauh dari kota atau tempat perekonomian. Sebagian lagi adalah mereka yang bermatapencaharian sebagai pegawai, wiraswasta dan petani. Yang termasuk pegawai adalah pegawai negeri sipil (PNS), pensiunan PNS, aparat desa, tenaga kesehatan seperti medis dan petugas KB. Mereka yang wiraswasta adalah adalah mereka yang berusaha mandiri dalam bidang penjualan barang, konstruksi bangunan, dll. Sedangkan yang sebagai petani adalah mereka yang berusaha dibidang tanaman pangan. Namun karena kondisi daerah yang berawa maka pada umumnya mereka tidak berusaha tani dalam skala besar Komposisi Penduduk Menurut Suku atau Keaslian Penduduk Komposisi penduduk menurut suku atau keaslian penduduk di kedua kampung penelitian terbagi atas penduduk asli, penduduk Papua dan penduduk non Papua. Penduduk asli adalah masyarakat adat yang berasal dari daerah penelitian dan memiliki hak adat di daerah tersebut. Penduduk Papua adalah penduduk orang Papua yang berasal dari luar darah penelitian atau tidak berasal dari darah penelitian serta tidak memiliki hak adat di daerah tersebut. Sedangkan penduduk non Papua adalah penduduk yang bukan orang asli Papua atau penduduk pendatang dari luar daerah Papua. Komposisi penduduk menurut suku atau keaslian penduduk di kedua kampung penelitian dapat dilihat pada Tabel 7.

113 Tabel 7. Komposisi Jumlah Penduduk Berdasarkan Suku atau Keaslian Penduduk di Kampung Weriagar dan Mogotira tahun Weriagar Mogotira No. Matapencaharian Jumlah Jiwa Persentase (%) Jumlah Jiwa Persentase (%) 1. Penduduk Asli , ,36 2. Papua 13 1, ,47 3. Non Papua 69 9, ,17 Total , ,00 Sumber : Laporan Penelitian Unipa, 2005 Tabel 7 menujukan bahwa sebagian besar penduduk di kedua kampung penelitian adalah penduduk setempat atau penduduk asli, menyusul penduduk pendatang non Papua dan penduduk pendatang asal Papua. Penduduk pendatang non papua pada umumnya berasal dari suku Bugis, Makasar, Seram, Buton, Sunda dan Tanimbar. Mereka ini tinggal dan menempati kedua kampung ini karena bermatapencaharian sebagai pedagang dengan pekerjaan sampingan sebagai nelayan. Sedangkan suku asal Papua adalah suku Maybrat, Kokoda, Raja Ampat. Mereka umumnya datang sebagai tukang buruh bangunan bahkan tinggal dan menetap karena ada perkawinan campur dengan penduduk asli setempat Keadaan Sosial Ekonomi. Keadaan sosial ekonomi meliputi keadaan pendidikan, kesehatan, keagamaan, perumahan, perekonomian Keadaan Pendidikan Kemampuan masyarakat untuk mengelola sumberdaya manusia dan sumberdaya alam sangat ditentukan oleh tingkat pengetahuan dan pengalaman yang telah dimiliki sebelumnya. Pengetahuan dan pengalaman tersebut diperoleh melalui pendidikan formal dan non formal serta informal yang diperoleh semasa hidupnya.

114 Keadaan pendidikan di kedua kampung cukup memperihatinkan. Fasilitas pendidikan pada kedua kampung ini sangat minim karena hanya tersedia gedung sekolah SD. Fasilitas SD hanya berada di kampung Mogotira sedangkan kampung Weriagar tidak memiliki fasilitas gedung sekolah SD. Karena jarak kedua kampung yang berdekatan maka sebagian besar murid kampung Weriagar bersekolah pada fasilitas SD yang berada di kampung Mogotira. SD di kampung Mogotira memiliki enam ruangan kelas dan tiga guru tetap yang menangani 195 siswa dan siswi, yang artinya perbandingan guru terhadap murid adalah 1 : 65 dan masing-masing guru harus mengajar pada dua kelas. Dengan demikian dapat dipastikan bahwa beban mengajar guru cukup besar yang dapat menyebabkan proses belajar mengajar kurang efektif dan efisien. Hal ini secara langsung maupun tidak langsung mempengaruhi mutu pendidikan yang cenderung rendah dan memperihatinkan di ke dua daerah tersebut. Keadaan ini lebih didukung lagi oleh rendahnya kesadaran anak untuk bersekolah. Demikian juga kesadaran orang tua untuk menyekolahkan anaknya juga rendah Keadaan Kesehatan Produktivitas kerja seseorang turut ditentukan oleh tingkat kesehatannya. Karena pentingnya faktor kesehatan ini, perlu diperhitungkan secara baik dalam setiap program pembangunan. Fasilitas kesehatan pada kedua daerah penelitian ini sangat terbatas. Kampung Mogotira dan Kampung Weriagar masing-masing memiliki satu puskesmas pembantu (Pustu) dan satu posyandu di kampung Weriagar. Fasilitas tenaga medis di kedua kampung ini sangat minim, dimana tidak memiliki dokter tetapi hanya memiliki satu mantri yang bertugas pada puskesmas pembantu di

115 kedua kampung tersebut. Mantri ini dibantu oleh lima dukun beranak yang berada di kampung Weriagar. Penyakit yang umumnya diderita oleh masyarakat di kedua kampung ini adalah Malaria dan Diare. Hal ini didukung oleh kondisi sanitasi yang kurang baik sehingga mempermudah hidupnya larva nyamuk malaria dan bakteri diare Keadaan Keagamaan. Ketersediaan fasilitas keagamaan yang tersedia untuk agama masingmasing kampung cukup memenuhi kebutuhan minimal umat beragama. Fasilitas agama yang tersedia di kampung Weriagar adalah satu buah mesjid yaitu mesjid Al Gasar bagi umat Muslim. Kegiatan-kegiatan yang dilakukan adalah perkumpulan remaja mesjid dan juga pengajian. Sedangkan bagi umat katolik di kampung Weriagar, biasanya melakukan ibadah pada sebuah gereja di kampung Mogotira. Kegiatan yang dilakukan adalah kegiatan mudika dan sekolah minggu. Walaupun masyarakat di kedua kampung ini berbeda agama, tetapi rasa toleransi antara umat beragama sangat tinggi. Hal ini ditunjukan dengan adanya kerjasama antara umat Muslim dan Katolik atau Kristen pada saat merayakan hari raya Idul Fitri maupun Natal Keadaan Perumahan Keadaan perumahan yang meliputi bentuk rumah, luas rumah, fasilitas air, kamar mandi/wc dan penerangan merupakan indikator tingkat kesehatan masyarakat sekaligus menggambarkan taraf hidup masyarakat yang bersangkutan. Keadaan perumahan di kedua kampung penelitian hampir sama atau tidak ada perbedaan yang menyolok. Semua rumah di kedua kampung berbentuk non permanen, yaitu rumah panggung yang berlantai kayu, berdinding kayu atau

116 papan dan beratap seng atau beratap daun sagu. Luas rumah relatif sama dengan rata-rata ukuran 6 x 7 m, semua rumah dibuat panggung karena kondisi tanah yang berawa bahkan bisa digenangi air setinggi 0,5 m 1 m jika berair pasang. Air yang digunakan masyarakat di daerah penelitian atau kawasan utara teluk Bintuni umumnya berwarna coklat kekuning-kuningan. Sumber air diperoleh dari sungai Weriagar atau biasanya mereka mengambil dari pinggiran rumah mereka jika terjadi air pasang. Air ini digunakan untuk berbagai keperluan MCK (mandi, cuci, kakus), sedangkan air minum masyarakat menggunakan air tadah hujan yang ditampung pada tong-tong penampungan air minum. Kondisi ini membuat masyarakat di kedua kampung sangat memerlukan air bersih untuk kesehatan. Sedangkan fasilitas penerangan untuk menerangi rumah mereka umumnya menggunakan lampu listrik yang bersumber dari mesin genset, lampu petromaks dan pelita Keadaan Perkonomian Aktivitas sehari-hari turut ditentukan oleh tersedianya kebutuhan fisiologis penduduk, terutama sandang, pangan dan papan. Kebutuhan sandang penduduk di kedua kampung dipenuhi dari luar kampung mereka. Kebutuhan papan apa adanya, juga disediakan mereka sendiri dengan bahan atau alat dari luar dan bahan lokal. Ketersediaan kebutuhan ekonomi ini sangat menentukan keberhasilan pelaksanaan program pembangunan kampung, karena itu, pelaksana pembangunan kampung senantiasa memperhatikan ketersediaan kebutuhan pokok ini, dengan harga yang wajar dan dapat dijangkau oleh masyarakat setempat.

117 Rata-rata pendapatan masyarakat per bulan di kedua kampung terutama yang bermata pencaharian sebagai karyawan perusahaan BP atau nelayan udang cukup besar lebih dari Rp ,- per bulan, tatapi jumlah ini tidak dapat mencukupi kebutuhan pokok mereka setiap bulannya. Hal ini disebabkan oleh harga barang kebutuhan pokok yang meningkat dua kali lipat dari harga biasanya di kota kabupaten Teluk Bintuni atau Manokwari. Pedagang beralasan bahwa harga barang meningkat disebabkan biaya transportasi yang cukup besar karena barang-barang dagangan tersebut di beli dari kota kabupaten yang jaraknya kurang lebih 60 mil dengan menggunakan kapal kayu atau motor jonson dengan resiko kerugian yang cukup berat jika pengiriman barangnya pada saat musim ombak atau angin selatan. Fasilitas ekonomi di kedua kampungpun masih minim. Belum adanya fasilitas pasar untuk masyarakat setempat melakukan transaksi jual beli. Yang tersedia hanya kios-kios berukuran kecil atau sedang. Di kampung Weriagar hanya tersedia satu kios, sedangkan di kampung Mogotira terdapat tiga kios. Kios-kios ini umumnya dimiliki oleh masyakat pendatang non Papua Keadaan Kelembagaan Kampung. Kelembagaan di kedua kampung penelitian terdapat kelembagaan pemerintah dan kelembagaan adat. Pelaksanaan pemerintahan, pembangunan dan pembinaan masyarakat di kampung merupakan tanggung jawab kepala kampung dan aparatnya. Hasil-hasil pembangunan yang dicapai kepala kampung dan aparatnya merupakan kekuatan dan landasan kokoh bagi pembangunan tahap berikutnya. Selain dari pada itu, kepala kampung memegang kendali penting dalam berbagai upaya pelaksanaan pembangunan di kampung tersebut. Struktur

118 pemerintahan kampung atau desa cukup berfungsi pada kedua kampung tersebut. Terdapat kepala kampung, sekertaris kampung, kepala urusan dan lembagalembaga sosial kampung, Baperkam dan Keamanan kampung. Kampung Weriagar dan Mogotira memiliki fasilitas kantor desa dan balai pertemuan. Namun fasilitas seperti alat tulis kantor, mesin ketik dan lain-lain masih sangat terbatas. Administrasi desa seperti registrasi desa, papan data desa dan lain-lain tidak dibuat. Dalam keadaan ini, sangat sulit diharapkan mereka memberikan pelayanan yang optimal kepada berbagai pihak yang membutuhkan. Kelembagaan adat menjadi penting di Papua setelah diberlakukannya UU Nomor 21 tahun 2001 tentang Otonomi Khusus bagi Propinsi Papua. Setiap kampung memiliki tokoh-tokoh yang terdiri dari kepala suku, tokoh masyarakat, tokoh pemuda, tokoh perempuan, tokoh agama, tokoh pendidikan dsb. Kelembagaan adat hadir dengan sebutan LMA (Lembaga Masyarakat Adat). Lembaga ini banyak terlibat bersama-sama kepala suku dan kepala kampung dalam menyelesaikan permasalahan yang berkaitan dengan peristiwa pidana dan perdata adat. Pada kedua daerah penelitian, belum terdapat kantor LMA yang permanen. Pembentukan kelembagaan adat juga belum dilakukan secara lengkap, sementara ini baru ada ketua dan sekertaris LMA Profil Proyek Tangguh BP LNG Tangguh dan Program CSR Proyek Tangguh adalah proyek eksplorasi gas alam di Teluk Bintuni, Provinsi Papua Barat, yang dioeprasikan oleh BP, sebuah perusahaan minggas internasional asal Inggris. Sebenarnya eksplorasi sumber daya alam di Teluk Bintuni telah dimulai sejak lebih dari 60 tahun yang lalu, tapi baru pada pertengahan tahun1990an ditemukan beberapa sumur gas alam di sana, termasuk

119 dua sumur raksasa yaitu Weriagar (ditemukan tahun 1994) dan Vorwata (ditemukan tahun 1997). Setelah mengakuisisi ARCO (perusahaan yang melakukan eksplorasi sebelumnya) pada tahun 2000, dan mendapat persetujuan sebagai kontraktor bagi hasil dari Pemerintah Indonesia pada tahun 2005, BP telah mulai membangun proyek eksplorasi gas alam Tangguh di Teluk Bintuni, termasuk pembangunan unit pemprosesan gas alam menjadi LNG di pantai selatan teluk tesebut. Proyek Tangguh menelan biaya tidak kurang dari US$ 5 milyar, dan rencananya akan mulai memasuki fase produksi di tahun Tangguh diperkirakan mampu memproduksi 7,6 juta metric ton LNG per tahun, yang akan dikirim untuk memenuhi pesanan dari empat pelanggan: Proyek Fujian LNG di China, K-Power di Korea, POSCO di Korea, dan Sempra Energy di Meksiko. Dalam kontrak bagihasil Proyek Tangguh, Pemerintah Indonesia mendapat bagian 62 persen sedangkan BP mendapat 38 persen. Proyek Tangguh menghadirkan kesempatan sekaligus tantangan yang besar bagi BP. Ketersediaan gas alam di Teluk Bintuni sangat besar, diperkirakan mencapai 14,4 trilyun cubic feet secara keseluruhan, namun untuk mengambil dan mengolahnya diperlukan banyak perhatian terhadap isu-isu sosial dan lingkungan. Salah satunya, daerah Teluk Bintuni sangat kaya akan keanekaragaman hayati (sehingga harus di jaga), namun juga meruapakan salah satu daerah yang paling terbelakang di Indonesia (sehingga menimbulkan potensi konflik/kecemburuan sosial yang besar). Bila tantangan-tantangan ini dapat diatasi dengan baik, maka BP berharap proyek Tangguh dapat memperoleh kepercayaan untuk mengembangkan usaha LNG-nya di seluruh dunia.

120 Mengatasi tantangan ini bukan hal yang mudah. WALHI ( Wahana Lingkungan Hidup Indonesia) dan Jatam (Jaringan Advokasi Tambang) dalam siaran pers bersama bulan Desember 2005 mengkritik Tangguh sebagai proyek yang dalam pelaksanaannya banyak menimbulkan dan menyimpan permasalahan besar. Sejumlah permasalahan mulai dari Pelaksanaan dan Perlindugan HAM, kerusakan sosial ekologis hingga tidak terselesaikannya urusan jual beli tanah masih terus membayangi proyek tersebut. Unit pengolahan LNG Tangguh memang membutuhkan lahan dalam jumlah besar (mencapai hektar) yang mengharuskan terjadinya pembebasan lahan dari masyarakat/kelompok adat dengan kompensasi ganti-rugi. Jumlah kompensasi inilah yang dianggap tidak adil oleh WALHI, misalnya tanah yang dibeli dari tiga marga di Tanah Merah pada tahun 1999 hanya dihargai Rp. 15,- per meter persegi. Selain itu, urusan dengan kelompok-kelompok masyarakat adat yang ingin mendapat pengakuan dan penghargaan yang memadai dari proyek Tangguh juga tidak sederhana. Salah satunya, sebagaimana dikutip Satu Dunia, sebagaian masyarakat sekitar menuntut pemerintah untuk mengakui bahwa sumur-sumur gas yang dikelola Tangguh adalah milik suku besar sebyar (suku yang berdomisili di daerah utara teluk Bintuni). Akibatnya, selain menuntut bahwa BP Tangguh harus membayar uang adat Rp 60 milyar untuk 6 sumur, masyarakat juga menuntut mendapat 30% dari bagi hasil yang diterima pemerintah digunakan untuk pembangunan dan pengembangan masyarakat suku besar Sebyar.

121 Berbagai tantangan ini, sebagaimana di sampaikan oleh Manager Papua Affair (Manajer Urusan Papua) BP Indonesia, Erwin Maryoto, menunjukkan bahwa BP masuk dan beroperasi di Papua dengan risiko besar, mempertaruhkan nama besar dan reputasinya sebagai perusahaan minyak gas dunia. Dengan demikian kehadirannya harus diikuti keberhasilan dalam program-program sosial yang menyentuh langsung masyarakat. Memang diakui masih ada pihak yang merasa belum diperhatikan, namun pihak perusahaan akan terus berupaya melakukan sesuatu bermanfaat Untuk menunjukkan komitmennya membangun kawasan yang terkena dampak langsung dari Proyek Tangguh, BP Indonesia mengembangkan Program Sosial Terpadu (Integrated Social Program atau ISP) sebagai bentuk tanggung jawab sosial perusahaan. ISP terdiri dari sembilan komponen program, yaitu Relokasi Permukiman, Pengembangan Livelihoods (sarana penghidupan), Pengembangan Usaha, Penguatan Usaha, Manajemen Tenaga Kerja, Pendidikan, Pelatihan Kejuruan, Urusan Migrasi/Pendatang, dan Unit Kesehatan Komunikasi. Program ISP yang terlihat nampak dilakukan pada dua daerah penelitian yaitu kampung Weriagar dan Mogotira adalah Pengembangan Livelihoods (sarana penghidupan) yaitu berusaha meningkatkan sarana penghidupan masyarakat di sekitar Proyek Tangguh dengan cara pengembangan Rencana Kerja Komunitas (Community Action Plan atau CAP). Program ini dilaksanakan di sembilan desa yang terkena dampak langsung dari proyek Tangguh, yaitu Weriagar, Mogotira, Tomu, Ekam, Taroi, Tomage-Otoweri, Saengga, Tanah Merah dan Tofoi. CAP dilakukan untuk meningkatkan kemampuan masyarakat desa untuk merencanakan dan mengelola pembangunan di desanya sendiri.

122 Program CAP menyediakan dana sebanyak US$ per tahun selama sepuluh tahun bagi desa-desa yang terkena dampak langsung. Dana ini dapat digunakan sebagaimana ditentukan sendiri oleh komunitas melalui proses perencanaan yang partisipatif (melibatkan semua warga) untuk mengidentifikasi kebutuhan, memprioritaskannya, merencanakan, dan melaksanakan programprogram pembangunan komunitas. Proyek Tangguh menyediakan fasilitator CAP untuk menstimulasi dan membantu proses perencanaan dan penulisan proposal yang dilakukan setiap tahun. Sejauh ini, dana dari program CAP telah digunakan secara beraneka ragam, tergantung kebutuhan komunitas. Kebanyakan telah digunakan untuk memperbaiki infrastruktur desa, misalnya jalan desa, jembatan, pelabuhan kecil, dan beberapa fasilitas seperti klinik, gereja, dan masjid. Di tingkat rumah tangga, dana telah digunakan untuk membangun WC dan teknologi pengairan yang menampung air hujan. Dana CAP juga digunakan untuk memperbaiki berbagai sarana/cara penghidupan, misalnya untuk membeli peralatan pertanian, perlengkapan perikanan, dan peralatan yang menunjang usaha kecil seperti mesin jahit dan peralatan memasak Karakteristik Responden Karakteristik responden dalam penelitian ini terdiri dari karekteristik responden berdasarkan umur, agama, tingkat pendidikan terakhir, pekerjaan dan jumlah anggota keluarga.

123 Komposisi Responden Berdasarkan Umur Umur adalah lama waktu hidup dari sejak dilahirkan. Umur dalam penelitian ini terbagi atas umur produktif dan umur non produktif. Komposisi responden berdasarkan umur disajikan pada Tabel 8 di bawah ini. Tabel 8. Komposisi Responden Berdasarkan Umur Umur (Thn) Jumlah (KK) Nisbah (%) ,33 > ,67 Jumlah ,00 Dari tabel 8 diatas, diketahui sebagian besar responden berusia produktif. Sedangkan hanya sebagian kecil berusia non produktif. Sekalipun mereka digolongkan dalam usia non produktif, tetapi pada umumnya mereka masih bekerja secara produktif untuk memenuhi kebutuhan pangan mereka sebagai nelayan tangkap tradisional Komposisi Responden Berdasarkan Agama. Komposisi responden berdasarkan agama disajikan pada Tabel 9. Tabel 9. Komposisi Responden Berdasarkan Agama Agama Jumlah (KK) Nisbah (%) Islam 16 26,67 Katolik 44 73,33 Kristen Protestan - - Budha - - Hindu - - Jumlah ,00 Tabel 9 menunjukkan bahwa sebagian besar responden beragama Katolik. Hal ini disebabkan ajaran agama Katolik lebih dulu masuk di kampung Weriagar dan Mogotira pada tahun Sedangkan hanya sebagian kecil responden yang beragama Islam. Di kedua kampung ini, toleransi beragama di antara penduduk

124 sangat tinggi terutama karena mereka seketurunan bahkan semarga. Dengan demikian dapat dipastikan bahwa konflik yang terjadi di daerah penelitian bukan berupakan konflik Agama Komposisi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan Formal. Tingkat pendidikan formal adalah pendidikan yang ditempuh melalui jalur formal seperti SD, SMP, SMA dan Perguruan Tinggi. Komposisi responden berdasarkan tingkat pendidikan formal disajikan pada Tabel 10 di bawah ini. Tabel 10. Komposisi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan Formal Tingkat Pendidikan Formal Jumlah (KK) Nisbah (%) SD 37 61,67 SMP 15 25,00 SMA/SMU 5 8,33 D3/S1 3 5,00 Jumlah ,00 Tabel 10 menunjukkan semua responden pernah mengenyam pendidikan, tetapi sebagian besar responden hanya berpendidikan SD. Hal ini disebabkan oleh fasilitas pendidikan yang tersedia pada saat itu hanya SD dan tingkat perekonomian orang tua yang tidak mampu untuk menyekolahkan anaknya pada jenjang pendidikan yang lebih tinggi, disertai transportasi laut yang sangat susah pada saat itu untuk melajutkan pendidikan ke SMP di ibu kota distrik Bintuni yang berjarak tempuh sekitar ± 60 mil. Selain itu, kurang adanya kesadaran orang tua untuk menyekolahkan anaknya pada jenjang pendidikan yang lebih tinggi sehingga mereka lebih memilih anaknya tinggal dan menetap di kampung untuk membantu mereka dalam mencari nafkah dari pada merelakan anaknya merantau bersekolah di negeri orang.

125 Tabel 10 juga menunjukkan hanya sebagian kecil responden mengenyam pendidikan pada tingkat SLTP, SLTA dan melanjutkan pendidikannya ke jenjang perguruan tinggi D3 atau S1. Hal ini disebabkan oleh kesadaran orang tua tentang arti pentingnya pendidikan dan disertai kemauan yang timbul dalam diri pribadi atau responden untuk berani mengambil resiko untuk merantau dan menempuh pendidikan di luar kampung halaman. Selain itu, bagi responden yang berpendidikan sampai pada tingkat perguruan tinggi, ini disebabkan oleh prestasi belajar yang sangat baik pada saat menempuh pendidikan di SD, sehingga mereka dibiayai oleh yayasan Misi Katolik sampai pada tingkat perguruan tinggi Komposisi Responden Berdasarkan Matapencaharian. Matapencaharian merupakan sumber utama pencaharian nafkah seseorang untuk memenuhi kebutuhan seseorang. Mata pencaharian dalam penelitian ini terbagi atas nelayan, swasta/karyawan BP LNG Tangguh, dan PNS. Berikut ini Komposisi responden berdasarkan mata pencaharian disajikan pada Tabel 11 di bawah ini. Tabel 11. Komposisi Responden Berdasarkan Matapencaharian Mata Pencaharian Jumlah (KK) Nisbah (%) Nelayan 45 75,00 Swasta ,00 PNS 3 5,00 Jumlah ,00 Tabel 11 menunjukkan bahwa sebagian besar responden bermata- pencaharian sebagai nelayan. Hal ini disebabkan oleh kampung Mogotira dan kampung Weriagar letaknya dipinggiran garis pantai dan sudah secara turuntemurun memiliki mata pencaharian sebagai nelayan. Sedangkan hanya sebagian kecil responden yang bermatapencaharian di sektor swasta dan sebagai PNS.

126 Mereka umumnya bekerja sebagai karyawan BP LNG Tangguh serta bekerja di kantor DIstrik Weriagar Komposisi Responden Berdasarkan Pendapatan. Pendapatan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah penerimaan tunai yang diperoleh setiap bulan dari hasil pekerjaannya. Berikut ini Komposisi responden berdasarkan pendapatan disajikan pada Tabel 12 di bawah ini. Tabel 12. Komposisi Responden Berdasarkan Pendapatan Pendapatan (Rp/bulan) Jumlah (KK) Nisbah (%) < Rp , ,67 > ,00 Jumlah ,00 Tabel 12. menunjukkan bahwa sebagian responden memiliki kisaran pendapatan kurang dari Rp ,- hal ini disebabkan oleh faktor usia sehingga membuat banyak nelayan yang sudah mulai jarang mencari ikan, selain itu disebabkan terbatasnya alat tangkap, seperti hanya menggunakan jaring ikan dan perahu tradisional. Kisaran Rata-rata pendapatan dari hasil tanggkapan jika dijual berkisar antara Rp ,- sampai Rp ,-/hari. Tabel 13 juga menunjukkan terdapat responden memiliki kisaran pendapatan antara Rp sampai Rp ,-. Meraka ini pada umumnya bekerja sebagai karyawan Perusahaan BP LNG Tangguh. dan sebagian lagi sebagai nelayan yang sudah memiliki alat tangkap yang memadai. Disisi lain, terdapat juga sebagian kecil responden yang memiliki pendapatan di atas Rp ,-. Hal ini disebabkan mereka bekerja sebagai nelayan yang berorientasi komersil. Pada umumnya mereka memilki alat tangkap yang lebih

127 lengkap sebagai nelayan udang. Seperti jaring udang dan perahu mesin katinting. Kisaran Rata-rata pendapatan dari hasil tanggkapan udang berkisar antara Rp sampai ,-/ hari. Nelayan ini pada umumnya mampu mendapatkan udang per hari bisa mencapai 5 10 kilo, serta dijual langsung kepada pedagang-pedagang pengumpul yang datang langsung ke areal penangkapan mereka dengan harga Rp ,-/Kg. Oleh pedagang pengumpul, udang-udang tersebut di jual lagi pada sebuah perusahaan udang di kabupaten Sorong untuk di ekspor ke Korea, Cina dan Jepang dengan harga per kilo adalah USD 10. Jika dilihat pada tabel diatas, secara jumlah pendapatan, masyarakat di daerah penelitian tergolong memiliki pendapatan diatas pendapatan rata-rata perkapita di Indonesia tahun 2010 (USD3000) namun hasil tersebut belum bisa mencukupi kebutuhan fisiologisnya, hal ini disebabkan oleh harga kebutuhan pokok dan harga alat-alat produksi yang tinggi seperti jaring udang atau ikan, dan BBM Komposisi Responden Berdasarkan Jumlah Keluarga Jumlah keluarga yang dimaksud dalam penelitian ini adalah jumlah keluarga inti yang terdiri dari bapak, ibu dan anak kandung. Berikut ini Komposisi responden berdasarkan jumlah keluarga inti disajikan pada tabel 13 di bawah ini. Tabel 13. Komposisi Responden Berdasarkan Jumlah Keluarga Jumlah Anggota Keluarga Jumlah (Jiwa) Nisbah (%) < > Jumlah

128 Tabel 13 menunjukkankan bahwa sebagian besar responden memiliki jumlah keluarga inti berkisar antara enam sampai sepuluh jiwa. Terlihat pula bahwa sebagian kecil responden memiliki keluarga inti yang sangat besar yaitu lebih dari sepuluh jiwa. Hal ini disebabkan oleh kurang adanya kesadaran tentang program keluarga berencana (KB), disisi lain adanya beberapa pandangan dari masyarakat yang menyatakan bahwa Tanah mereka masih luas sehingga tidak perlu membatasi jumlah anak dan banyak anak banyak rejeki. Sedangkan sebagian kecil responden lagi yang memiliki jumlah keluarga inti kurang dari lima jiwa, hal ini disebabkan mereka sudah mulai mengerti tentang program Keluarga Berencana (KB) tetapi ada juga disebabkan karena mereka baru menikah.

129 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Tingkat Aktivitas Komunikasi Publik Perusahaan Melalui Program Tanggung Jawab Sosial Perusahaan (CSR/ Corporate Social Responsibility) Aktivitas komunikasi publik perusahaan melalui program tanggung jawab sosial perusahaan adalah kegiatan-kegiatan menyampaikan pesan-pesan tanggung jawab sosial perusahaan pada berbagai bidang kegiatan CSR kepada masyarakat adat yang bertujuan untuk menjalin hubungan baik antara perusahaan dengan masyarakat luar perusahaan atau masyarakat adat terkena dampak langsung perusahaan demi menciptakan kredibilitas perusahaan, menumbuhkan semangat kebersamaan (solidaritas) maupun menghindari konflik dengan masyarakat sekitar demi menjaga eksistensi perusahaan di masa akan datang. Aktivitas komunikasi publik perusahaan melalui program CSR di daerah penelitian terdiri dari aktivitas komunikasi yang dilakukan pada lima bidang kegiatan CSR, yaitu bidang kompensasi tanah adat, bidang kesehatan masyarakat, bidang pendidikan dan pelatihan, bidang demand tenaga kerja dan bidang pembangunan sarana prasarana. Untuk menentukan tinggi rendahnya aktivitas komunikasi publik perusahaan melalui program CSR, didasarkan pada intensitas komunikasi, teknik komunikasi dan model komunikasi yang digunakan pada setiap bidang kegiatan CSR. Apabila intensitas komunikasi, teknik komunikasi dan model komunikasi yang digunakan dalam proses aktivitas komunikasi di setiap bidang semakin efektif, maka secara keseluruhan aktivitas komunikasi yang terjadi di daerah penelitian juga akan semakin efektif, demikian pula sebaliknya.

130 Secara keseluruhan tingkat aktivitas komunikasi publik melalui program CSR pada masyarakat adat terkena dampak langsung perusahaan BP LNG Tangguh dapat dilihat pada Tabel 14 di bawah ini Tabel 14. Tingkat Aktivitas Komunikasi Publik Perusahaan Melalui Program CSR Pada Masyarakat Adat di Daerah Penelitian AKTIVITAS KOMUNIKASI PUBLIK PERUSAHAAN Kategori Intensitas Komunikasi Teknik Komunikasi Model Komunikasi Aktivitas (%) Kategori Kategori Kategori Komunikasi (%) (%) (%) (Selang Skor) (Selang Skor) (Selang Skor) (Selang Skor) Sangat Tinggi Sangat Sesuai Sangat Sesuai Sangat Tinggi - - 3,33 (21,1 25) (21,1 25) (21,1 25) (63,1 75) - Tinggi Sesuai Sesuai Tinggi 3,33-5,00 (17,1 21) (17,1 21) (17,1 21) (51,1 63) - Cukup Tinggi Cukup Sesuai Cukup Sesuai Cukup Tinggi 6,67-6,67 (13,1 17) (13,1 17) (13,1 17) (39,1 51) 13,33 Kurang Kurang Sesuai Kurang Sesuai Kurang 21,67 33,33 25,00 (9,1 13) (9,1 13) (9,1 13) (27,1 39) 25,00 Rendah Tidak Sesuai Tidak Sesuai Rendah 68,33 66,67 60,00 (5 9) (5 9) (5 9) (15 27) 61,67 Total 100,00 100,00 100,00 100,00 Tabel 14 menunjukkan bahwa secara keseluruhan aktivitas komunikasi publik melalui program tanggung jawab sosial perusahaan di daerah penelitian dikategorikan rendah. Hal ini disebabkan oleh intensitas komunikasi perusahaan dengan masyarakat yang relatif kurang bahkan tidak pernah, teknik komunikasi yang kurang sesuai dalam menggunakan beragam media serta penggunaan model komunikasi yang kurang sesuai. Hal ini dapat menimbulkan efek negatif berupa konflik masyarakat dengan perusahaan sebagai akibat dari timbulnya rasa curiga atau prasangka buruk terhadap perusahaan, kurang adanya komunikasi, keterbukaan informasi yang dibutuhkan serta interpretasi isi pesan yang salah sebagai akibat kurang adanya pemahaman terhadap isi pesan. Jika aktivitas komunikasi publik perusahaan melalui program CSR rendah maka tujuan komunikasi untuk membangun hubungan baik perusahaan dengan masyarakat sekitar juga akan tidak tercapai. Untuk itu aktivitas komunikasi publik perusahaan

131 melalui program CSR perlu ditingkatkan dengan melihat aktivitas komunikasi yang terjadi pada setiap bidang kegiatan CSR. Tabel 14 menunjukkan bahwa sebagian besar responden di daerah penelitian memiliki intensitas komunikasi dengan perusahaan melalui program CSR secara keseluruhan dikategorikan rendah dan kurang. Ini terjadi pada semua bidang kegiatan CSR. Hal ini disebabkan intensitas perusahan mengadakan pertemuan dengan masyarakat adat untuk membahas program CSR masih sangat sedikit. Pada umumnya jumlah pertemuan dengan masyarakat adat pada setiap bidang kegiatan CSR dilaksanakan hanya satu sampai tiga kali dalam setahun, bahkan tidak pernah dilakukan dalam bidang kompensasi tanah adat. Selain itu, sebagian besar dari responden menyatakan mereka tidak dilibatkan dalam proses komunikasi yang terjadi tetapi hanya diwakili oleh kepala kampung dan aparatnya, serta Panitia Pengembangan Kampung yang dibentuk untuk mengelola dana pengembangan kampung yang diberikan perusahaan sebesar Rp ,- per tahun selama kurun waktu sepuluh tahun. Hal ini membuat banyak warga masyarakat yang lebih cenderung menunjukkan sikap malas tahu sehingga mereka lebih memilih melakukan aktivitas mereka sehari-hari sebagai nelayan dari pada membahas program kerja bersama perusahaan. Menurut Hamad (2005), dalam proses komunikasi, para partisipan dalam komunikasi harus dapat dilibatkan sehingga merasa menjadi bagian dari komunitas dan merasa saling memiliki dari komunitas tersebut.

132 Berdasarkan hasil wawancara dengan ketua community Development distrik Weriagar, Hengky Soroat mengatakan aktivitas komunikasi oleh perusahaan yang dilakukan di kedua kampung penelitian ini tidak membatasi warga masyarakat atau diwakili oleh kepala kampung dan aparatnya saja tetapi dalam bentuk komunikasi terbuka dengan melibatkan seluruh warga masyarakat kampung. Hanya saja proses penyampainnya tidak disampaikan secara langsung kepada seluruh warga masyarakat tetapi melewati kepala-kepala kampung. Hal ini menyebabkan terjadi miss communication antara perusahaan dengan warga masyarakat adat. Perusahaan menganggap seluruh warga masyarakat telah diundang sedangkan masyarakat menganggap mereka tidak diundang oleh perusahaan dan hanya diikuti oleh kepala-kepala kampung saja. Dengan demikian perusahaan harus merubah dan memilih saluran atau media komunikasi yang lebih efektif untuk meningkatkan partisipasi seluruh warga masyarakat dalam program CSR. Hamad (2005) menyatakan bahwa komunikasi jangan dianggap sebagai proses penyampaian pesan yang relatif lancar tanpa hambatan tetapi dalam pendistribusian pesan yang merata di tengah masyarakat (komuniktas), komunikator perlu memilih media yang sesuai dengan efek yang diingikan oleh komunikator, apakah itu efek kognitif, afektif atau efek konatif yaitu partisipasi masyarakat. Hanya sebagian kecil responden yang memiliki intensitas komunikasi tinggi dan cukup tinggi. Hal ini disebabkan oleh jenis pekerjaan atau kedudukan mereka di dalam pemerintahan kampung yang memiliki tugas dan urusan langsung berhubungan dengan perusahaan sehingga mempunyai peluang besar untuk berkomunikasi dengan perusahaan. Pada umumnya mereka adalah kepala

133 kampung dan aparatnya, masyarakat adat yang bekerja sebagai karyawan perusahaan BP dan termasuk di dalam Panitia Pengembangan Kampung. Terlihat pula dalam Tabel 14, sebagian besar responden dikategorikan menilai teknik komunikasi yang digunakan perusahaan pada keseluruhan kegiatan CSR tidak sesuai dan kurang sesuai. Hal ini disebabkan perusahaan kurang menggunakan saluran atau media komunikasi yang beragam dalam memberikan informasi atau pemahaman kepada masyarakat. Selain itu disebabkan juga oleh kondisi daerah yang jauh dari kota, sehingga komunikator susah untuk memperbanyak bahan ajar atau leaflet, brosur, dll sehingga materi yang dibagi hanya terbatas pada orang-orang tertentu saja, seperti ketua kelompok, sekertaris kelompok, aparat kampung, dll. Sutikno (2005) menyatakan penggunaan media yang tidak beragam dalam proses komunikasi tidak akan memperjelas makna materi sehingga tidak dapat dipahami oleh peserta, peserta akan lebih tidak menarik perhatian sehingga tidak menimbulkan motivasi serta peserta akan menjadi bosan. Oleh sebab itu, menurut Effendi (2002) bahwa salah satu komponen komunikasi yang perlu diperhatikan oleh komunikator supaya komunikasi efektif adalah saluran atau media komunikasi yang digunakan. Pemilihan media yang efektif oleh perusahaan dapat mempercepat tercapainya tujuan komunikasi publik dalam bidang-bidang CSR. Tetapi apabila pemilihan media komunikasi tidak efektif, maka masyarakat tidak akan memahami isi pesan dan cenderung berbeda penafsiran atau interpretasi tentang isi pesan tersebut.

134 Sebagian besar responden dikategorikan menilai model komunikasi yang digunakan perusahaan dalam menyampaikan pesan CSR secara keseluruhan tidak sesuai dan kurang sesuai. Hal ini disebabkan pada umumnya mereka ini tidak terlibat dalam proses komunikasi secara langsung (komunikasi tatap muka) dengan perusahaan. Tetapi ada juga responden yang pernah berkomunikasi dengan perusahaan dan menilai model komunikasi kurang sesuai, hal ini disebabkan perusahaan tidak menerapkan model komunikasi partisipatoris pada semua bidang tetapi hanya di bidang-bidang tertentu saja. Model komunikasi dua arah atau partisipatoris umumnya digunakan pada saat penyusunan program kegiatan di bidang kesehatan masyarakat, pendidikan dan pelatihan serta bidang pembangunan sarana prasarana. Dikatakan model komunikasi partisipatoris sebab semua masyarakat diundang untuk lebih berpartisipasi dalam proses komunikasi sampai dengan pengambilan keputusan, dilakukan secara lebih demokratis. Dalam proses komunikasi, tidak hanya ada sumber atau penerima saja. Sumber juga penerima, penerima juga sumber dalam kedudukan yang sama dan dalam level yang sederajat. Karena itu dalam komunikasi partisipatoris aktivitas komunikasi bukan kegiatan memberi dan menerima melainkan "berbagi" atau "berdialog". Isi komunikasi bukan lagi "Pesan" yang dirancang oleh sumber dari atas, melainkan fakta, kejadian, masalah, kebutuhan yang dimodifikasikan menjadi "Tema". Dan tema inilah yang disoroti, dibicarakan dan dianalisa. Semua suara didengar dan diperhatikan untuk dijadikan pertimbangan dalam pengambilan keputusan. Maka yang terlibat dalam model komunikasi ini bukan lagi "sumber dan penerima" melainkan partisipan" yang satu dengan yang lain.

135 Komunikasi partisipatori ini dalam istilah populer sebagai model komunikasi konvergen yang berarti berusaha menuju pengertian yang bersifat timbal balik diantara partisipan komunikasi dalam perhatian, pengertian dan kebutuhan (Dilla, 2007). Pendekatan ini sangat efektif dalam perencanaan pembangunan yang berbasis masyarakat, selain itu pendekatan ini akan meretes jalan tumbuhnya kreatifitas dan kompetensi masyarakat dalam mengkomunikasikan gagasannya. Hal ini didukung oleh pernyataan Amri dan Sarosa (2008) bahwa Aliran informasi dua arah antara masyarakat lokal dengan perusahaan merupakan hal penting dari proses pembangunan. Aliran informasi dua arah memperkuat kapasitas masyarakat dengan cara menyediakan media untuk berbagi dan bertukar pengetahuan dan ide. Model komunikasi partisipatori ini sudah sangat efektif digunakan oleh perusahaan BP LNG Tangguh, namun hanya sebagian masyarakat saja yang terlibat dalam proses komunikasi ini, sehingga perusahaan perlu memotivasi semua masyarakat untuk terlibat dalam proses komunikasi khususnya dalam penyusunan program CSR. Nursahid (2008) berpendapat bahwa program CSR atau pemberdayaan SDM yang dilakukan perusahaan akan dikatakan berhasil jika dalam penyusunan dan pelaksanaan program diikuti dengan keterlibatan masyarakat yang tinggi. Model komunikasi satu arah terjadi pada bidang kompensasi tanah adat dan demand tenaga kerja. Hal ini disebabkan belum ada feedback (umpan balik) dari perusahaan. Menurut Amri dan Sarosa (2008) aliran informasi satu arah akan menutup dialog yang terbuka untuk membangun hubungan perasaan sebagai suatu komunitas, sedangkan kerahasiaan hanya akan menghasilkan kecurigaan dan ketidakpercayaan.

136 Secara rinci, tingkat aktivitas komunikasi publik perusahaan melalui program tanggung jawab sosial perusahaan yang terdiri dari lima bidang aktivitas komunikasi, diuraikan sebagai berikut : Tingkat Aktivitas Komunikasi Publik Perusahaan Melalui Program CSR dalam Bidang Kompensasi Tanah Adat Aktivitas komunikasi publik perusahaan di bidang kompensasi tanah adat adalah suatu kegiatan penyampaian pesan-pesan di bidang kompensasi tanah adat atau ganti rugi tanah adat oleh perusahaan kepada masyarakat adat guna menjalin hubungan baik antara perusahaan dengan masyarakat adat terkena dampak langsung perusahaan demi menciptakan kredibilitas perusahaan, menumbuhkan semangat kebersamaan (solidaritas) sehingga menghindari konflik antara masyarakat masyarakat adat dengan perusahaan demi menjaga eksistensi perusahaan di masa akan datang. Unsur Pesan merupakan salah satu komponen komunikasi yang harus diperhatikan supaya aktivitas komunikasi dapat efektif. Pesan yang disampaikan perusahaan hendaknya harus dapat memperhatikan keinginan dan kebutuhan masyarakat, sehingga dapat diterima oleh masyarakat adat tersebut. Masyarakat adat terkena dampak langsung perusahaan BP LNG Tangguh umumnya menginginkan setiap perusahaan yang masuk dan beroperasi di wilayah kawasan adat mereka harus tunduk kepada hukum adat yang berlaku di dalam masyarakat, dengan landasan hukum yang dipegang adalah Undang-undang Otonomi Khusus No. 21 Tahun 2001, yang berisikan perlindungan hak-hak masyarakat adat yaitu pemerintah Provinsi Papua wajib mengakui, menghormati, melindungi, memberdayakan dan mengembangkan hak-hak masyarakat adat. Hak masyarakat

137 adat tersebut meliputi hak ulayat masyarakat hukum adat dan hak perorangan para warga masyarakat hukum adat yang bersangkutan. Sebagai implemantasinya, perusahaan yang hendak berinvestasi di wilayah Papua harus juga menghargai hak-hak adat dan memiliki tanggung jawab sosial terhadap masyarakat adat setempat. Keinginan masyarakat adat di daerah penelitian adalah setiap perusahaan yang beroperasi di wilayah adat mereka harus memberikan uang permisi kepada mereka. Hal ini disebabkan bagi mereka, kekayaan alam yang berada diatas tanah adat mereka merupakan pemberian Tuhan atas mereka untuk digunakan bagi kesejahteraan mereka, karena itu setiap tamu atau perusahaan yang mau mengambil dan mengelola sumber daya alam di wilayah adat mereka harus memohon ijin kepada masyarakat adat dengan memberikan uang permisi atau kompensasi tanah adat. Uang permisi yang diminta masyarakat adat di daerah penelitian adalah perusahaan harus membayar setiap sumur gas yang terdapat di daerah adat mereka sebesar 10 milyar per sumur. Pesan ini telah disampaikan oleh masyarakat adat kepada perusahaan BP LNG Tangguh pada saat mulai beroperasi atau melakukan sosialisai dengan masyarakat setempat pada tahun berupa proses penyusunan AMDAL. Namun sampai dengan penelitian ini dilaksanakan, mereka belum mendapat jawaban dari perusahaan tentang hal ini. Perusahaan hanya memberikan dana pengembangan kampung kepada setiap kampung yang terkena dampak langsung di bagian utara teluk Bintuni sebesar Rp ,- / tahun selama kurun waktu sepuluh tahun untuk digunakan bagi pembangunan dan pengembangan masyarakat kampung, selain itu pemberian dana ini sebagai akibat

138 dari munculnya konflik masyarakat di bagian utara teluk Bintuni dengan perusahaan karena meresa dianak tirikan atau tidak diperhatikan dalam hal pembangunan kampung sehingga terjadi perbedaan pembangunan kampung yang ada di daerah utara dengan selatan teluk Bintuni. Sedangkan bagi mereka, dana pengembangan kampung yang diberikan itu, bukan merupakan dana kompensasi tanah adat tetapi merupakan kewajiban bagi perusahaan untuk memperhatikan masyarakat di sekitar daerah yang terkena dampak langsung dari perusahaan. Aktivitas komunikasi publik dalam bidang kompensasi tanah adat sebagai proses penyampaian pesan perusahaan kepada masyarakat adat dapat dilihat dari intensitas komunikasi yang ada, teknik komunikasi dan model komunikasi yang digunakan, secara rinci tingkat aktivitas komunikasi publik dalam bidang kompensasi tanah adat di daerah penelitian di sajikan pada Tabel 15 di bawah ini Tabel 15. Tingkat Aktivitas Komunikasi Publik Perusahaan dalam Bidang Kompensasi Tanah Adat pada Daerah Penelitian. Aktivitas Komunikasi Publik di Bidang Kompensasi Tanah Adat Kategori Intensitas Komunikasi Teknik Komunikasi Model Komunikasi Aktivitas (%) Kategori Kategori Kategori Komunikasi (%) (%) (%) (Skor) (Skor) Skor) (Selang Skor) Sangat Tinggi Sangat Sesuai Sangat Sesuai Sangat Tinggi (5) (5) (5) (12,7 15) - Tinggi Sesuai Sesuai Tinggi (4) (4) (4) (10,3 12,6) - Cukup Tinggi Cukup Sesuai Cukup Sesuai Cukup Tinggi 5, (3) (3) (3) (7,9 10,2) - Kurang Kurang Sesuai Kurang Sesuai Kurang 18,33-8,33 (2) (2) (2) (5,5 7,8) - Rendah Tidak Sesuai Tidak Sesuai Rendah 76,67 100,00 91,67 (1) (1) (1) (3 5,4) 100 Total 100,00 100,00 100,00 100,00

139 Tabel 15 menunjukkan bahwa semua responden dikategorikan menilai kegiatan aktivitas komunikasi dalam bidang kompensasi tanah adat rendah. Hal ini disebabkan intensitas komunikasi tentang kompensasi tanah adat masih kurang bahkan sebagian besar masyarakat tidak pernah membicarakan masalah kompensasi tanah adat dengan perusahaan. Hanya sebagian kecil masyarakat adat yang menilai intensitas komunikasi cukup tinggi, hal ini disebabkan mereka ini memiliki pekerjaan yang langsung berhubungan dengan perusahaan sehingga lebih mempunyai waktu yang banyak untuk melakukan komunikasi tentang masalah kompensasi tanah adat dengan perusahaan BP LNG Tangguh. Pada umumnya mereka bekerja sebagai staf karyawan BP LNG Tangguh, kepala kampung dan aparat kampung serta kepala-kepala suku pada masing-masing kampung, namun sebagian besar dari mereka yang pernah berkomunikasi dengan perusahaan mengatakan bahwa intensitas komunikasi dalam bidang kompensasi tanah adat masih kurang atau tidak relevan dengan apa yang mereka harapkan. Semua responden yang pernah berkomunikasi dengan perusahaan mengenai kompensasi tanah adat dikategorikan menilai teknik komunikasi yang digunakan perusahaan tidak sesuai. Dalam bidang lain perusahaan menggunakan media komunikasi, tetapi di bidang kompensasi tanah adat perusahaan belum pernah menggunakan media seperti infokus, liefled, brosur atau surat sebagai saluran penyampaian pesan. Teknik komunikasi yang digunakan hanya berupa komunikasi tatap muka tanpa menggunakan media komunikasi. Komunikasi tatap muka memang memiliki keunggulan dibanding komunikasi dengan menggunakan media. Tetapi apabila tidak disertai dengan feedback terhadap pesan, maka komunikasi tersebut menjadi tidak efektif. Diisamping itu, komunikasi tatap

140 muka juga akan lebih baik jika dalam penyempaian pesan komunikator menggunakan perpaduan media komunikasi yang sesuai dengan kondisi sosial budaya komunikan sehingga pesan akan lebih mudah di terima dan dimengerti. Menurut pendapat Effendy (2002), bahwa salah satu komponen komunikasi yang perlu diperhatikan supaya komunikasi efektif adalah saluran atau media komunikasi yang digunakan. Penggunaan media komunikasi tentunya akan mempermudah masyarakat untuk mengerti isi pesan yang disampaikan oleh perusahaan. Penggunaan media yang sesuai juga dapat mempercepat tercapainya tujuan komunikasi publik dalam bidang kompensasi tanah adat. Tetapi apabila media komunikasi dalam penyampaian pesan di bidang kompensasi tanah adat tidak sesuai dengan karakteristik komunikan, maka masyarakat tidak akan memahami isi pesan yang disampaikan perusahaan dan cenderung berbeda penafsiran atau interpretasi tentang isi pesan tersebut, hal ini dapat menyebabkan masyarakat adat semakin kurang puas dengan isi pesan. Tabel 15 juga menunjukkan bahwa sebagian besar responden menyatakan bahwa model komunikasi yang digunakan dalam menyampaikan isi pesan di bidang kompensasi tanah adat dikategorikan tidak sesuai dan kurang sesuai. Hal ini disebabkan masyarakat adat kurang mempercayai unsur kebenaran pesan dan tidak ada umpan balik terhadap pesan. Model komunikasi yang digunakan oleh perusahaan adalah perusahaan melakukan pendekatan dengan masyarakat berkaitan dengan sosialisasi masuknya perusahaan BP LNG Tangguh dan mendengar aspirasi masyarakat, terdapat feedback masyarakat menyampaikan keinginan atau aspirasinya tentang kompensasi hak atas tanah adat, perusahaan belum memberikan umpan balik terhadap pesan yang disampaikan masyarakat

141 adat kepada perusahaan. Dengan demikian model komunikasi publik perusahaan dalam bidang kompensasi tanah adat masih bersifat satu arah. Artinya masyarakat adat hanya menyampaikan aspirasi atau keinginan mereka kepada perusahaan namun sampai dengan waktu diadakan penelitian ini, belum ada respon balik dari perusahaan tentang pemberian hak kompensasi tanah adat. Menurut Wursanto (2005), penggunaan model komunikasi satu arah ini berlangsung top - down, cepat dan efisien tetapi tidak memberikan kepuasan bagi komunikan. Pendapat ini didukung oleh Sutikno (2005) bahwa komunikasi yang baik merupakan komunikasi yang transaksional atau ada timbal balik antara komunikan dan komunikator. Menurut kepala suku di kampung Mogotira yang pernah bertanya hal ini kepada perusahaan mengatakan bahwa alasan yang dikemukakan oleh perusahaan adalah masa sekarang adalah masa konstruksi sehingga hak atas tanah adat belum dibayar sampai dengan masa produksi. Namun berdasarkan informasi yang diterima dari salah satu staf perusahaan BP LNG Tangguh bahwa perusahaan BP LNG Tangguh telah memasuki masa produksi dan penjualan hasil pertama pada bulan september tahun Jika tidak ada keterbukaan perusahaan kepada masyarakat, maka yang terjadi adalah ketidak-percayaan dan ketidak-puasan pada janji perusahaan sehingga dapat memacu terjadinya konflik terbuka maupun konflik laten yang menjurus pada terancamnya eksistensi perusahaan bersangkutan. Apalagi masalah kompensasi tanah adat merupakan salah satu masalah yang cukup memiliki potensi konflik yang tinggi di daerah penelitian, bahkan di Papua secara keseluruhan. Dilla (2007) mengemukakan dalam berkomunikasi kita perlu mengembangkan sikap terbuka sehingga dapat

142 menimbulkan rasa percaya (trust) dari penerima pesan, karena tanpa keterbukaan akan timbul sikap saling curiga Tingkat Aktivitas Komunikasi Publik Perusahaan Melalui Program CSR dalam Bidang Kesehatan Masyarakat Aktivitas komunikasi publik perusahaan di bidang kesehatan adalah suatu kegiatan penyampaian pesan-pesan di bidang kesehatan oleh perusahaan kepada masyarakat sehingga terjalin hubungan baik antara perusahaan dengan masyarakat luar perusahaan atau masyarakat adat terkena dampak langsung perusahaan. Aktivitas komunikasi publik dalam bidang kesehatan sebagai proses penyampaian pesan perusahaan kepada masyarakat adat, dapat dilihat dari intensitas komunikasi yang ada, teknik komunikasi dan model komunikasi yang digunakan dalam bidang kesehatan. Aktivitas komunikasi dalam bidang kesehatan yang biasanya dilakukan oleh perusahaan dalam penyusunan program kesehatan yang akan di laksanakan selama satu tahun berjalan di daerah penelitan, seperti penyuluhan kesehatan ibu dan anak, sanitasi dan MCK (mandi, cuci, kakus), pemeriksaan darah penyakit malaria yang paling banyak diderita responden, dll. Secara rinci tingkat aktivitas komunikasi publik dalam bidang kesehatan masyarakat di sajikan pada Tabel 16 di bawah ini Tabel 16. Tingkat Aktivitas Komunikasi Publik Perusahaan dalam Bidang Kesehatan Masyarakat Adat di Daerah Penelitian. Aktivitas Komunikasi Publik di Bidang Kesehatan Masyarakat Kategori Intensitas Komunikasi Teknik Komunikasi Model Komunikasi Aktivitas (%) Kategori Kategori Kategori Komunikasi (%) (%) (%) (Skor) (Skor) Skor) (Selang Skor) Sangat Tinggi - Sangat Sesuai - Sangat Sesuai 3,33 Sangat Tinggi -

143 (5) (5) (5) (12,7 15) Tinggi Sesuai Sesuai Tinggi 3,33-11,67 (4) (4) (4) (10,3 12,6) 3,33 Cukup Tinggi Cukup Sesuai Cukup Sesuai Cukup Tinggi 11,67 33,33 28,33 (3) (3) (3) (7,9 10,2) 25,00 Kurang Kurang Sesuai Kurang Sesuai Kurang 38,33 20,00 10,00 (2) (2) (2) (5,5 7,8) 25,00 Rendah Tidak Sesuai Tidak Sesuai Rendah 46,67 46,67 46,67 (1) (1) (1) (3 5,4) 46,67 Total 100,00 100,00 100,00 100,00 Tabel 16 menunjukkan bahwa sebagian besar responden dikategorikan memiliki aktivitas komunikasi di bidang kesehatan secara keseluhan rendah. Kategori inipun sama untuk intensitas komunikasi, teknik komunikasi dan model komunikasi. Hal ini disebabkan responden tidak pernah berkomunikasi dengan perusahaan khususnya dalam bidang kesehatan. Menurut mereka perusahaan melakukan komunikasi dalam penyusunan program kesehatan dengan masyarakat adat hanyalah dengan orang-orang tertentu saja. Biasanya mereka tidak dilibatkan dalam penyusunan program tetapi ada juga sebagian dari mereka terlibat dalam pelaksanaan kegiatan karena diberitahukan oleh kepala kampung mereka. Kondisi diatas dapat menyebabkan program kesehatan yang diprogramkan tidak mewakili aspirasi dari sebagian besar masyarakat adat tetapi aspirasi sebagian kecil masyarakat. Sehingga masyarakat akan merasa tidak puas dan tidak terbeban melaksanakan pelaksanaan program kesehatan ataupun tidak sesuai dengan sebagian besar kebutuhan kesehatan masyarakat adat di daerah penelitian. Hal ini sesuai dengan pendapat Abe (2005), menyatakan bahwa keterlibatan masyarakat dalam proses komunikasi pembangunan sangat diperlukan serta akan membawa beberapa dampak penting, seperti (1) terhindar dari peluang terjadinya manipulasi. Keterlibatan akan memperjelas apa yang sebenarnya dikehendaki masyarakat, (2) memberi nilai tambah pada legitimasi rumusan perencanaan

144 program. Semakin banyak jumlah mereka yang terlibat akan semakin baik, (3) meningkatkan kesadaran dan keterampilan mengelurkan pendapat. Tabel 16 juga menunjukkan bahwa seperempat lebih responden yang pernah berkomunikasi dengan perusahaan dalam bidang kesehatan menyatakan intensitas komunikasi publik perusahaan dengan masyarakat adat masih tergolong kurang dan tidak relevan. Pertemuan dengan pihak perusahaan, biasanya hanya dilakukan dua sampai tiga kali dalam setahun, yaitu pada saat penyusunan program, pelaksanaan dan pembuatan laporan kegiatan. Padahal hubungan perusahaan dengan masyarakat adat akan semakin membaik jika intensitas komunikasi semakin ditingkatkan. Dilihat dari teknik komunikasi, seperempat lebih responden yang pernah berkomunikasi dengan perusahaan dalam bidang kesehatan menyatakan teknik komunikasi yang digunakan sudah cukup sesuai. Hal ini disebabkan oleh pesan komunikasi di bidang kesehatan yang dilaksanakan banyak bertujuan memberikan perubahan individu pada aspek kognitif melalui penyuluhan-penyuluhan kesehatan, sehingga lebih banyak menggunakan media komunikasi seperti bahan ajar, leafled, brosur, poster, yang lebih menarik perhatian dan mempermudahkan responden untuk mengerti isi pesan tersebut. Sedangkan ada juga sebagian kecil responden yang dikategorikan menilai teknik komunikasi kurang sesuai. Hal ini disebabkan terbatasnya media komunikasi yang di bagikan sehingga mereka hanya sebatas mendengarkan penyuluhan dan memberikan pertanyaan. Terbatasnya media komunikasi ini merupakan salah satu hambatan yang menyebabkan komunikasi tidak efektif.

145 Hasil penelitian tentang model komunikasi yang digunakan dalam bidang kesehatan masyarakat menunjukkan bahwa sebagian besar responden yang pernah berkomunikasi dengan perusahaan menyatakan model komunikasi yang digunakan dikategorikan cukup sesuai. Hal ini disebabkan masyarakat mempercayai kebenaran pesan atau pesan yang disampaikan dapat dipercaya dan bermanfaat bagi responden, serta model yang digunakan adalah model komunikasi dua arah dimana masyarakat diberikan kesempatan untuk menyusun programnya sendiri sesuai dengan kebutuhan masyarakat adat dan melakukan pelaksanaan program yang telah disusun sesuai dengan sumber dana pengembangan kampung. Model komunikasi ini disebut juga sebagai model komunikasi partisipatoris. Dimana perusahaan hanya memfasilitasi kegiatan komunikasi, sedangkan yang menyusun program, melaksanakan program dan menikmati program adalah masyarakat adat sendiri. Proses Aktivitas komunikasi yang terjadi dalam kegiatan penyuluhan kesehatan, umumnya responden memahami isi pesan dengan baik dan terjadi komunikasi dua arah dimana ada respon balik dalam proses komunikasi tersebut. Menurut Wursanto (2005), model komunikasi dua arah merupakan model yang sangat efektif dalam berkomunikasi. Model ini dapat memberi kepuasan bagi komunikan, mencegah timbulnya berbagi ketegangan atau pertentangan karena adanya kesalah-pahaman atau ketidak-jelasan sehingga dapat menimbulkan situasi yang akrap penuh kekeluargaan dan demokratis Tingkat Aktivitas Komunikasi Publik Perusahaan Melalui Program CSR dalam Bidang Pendidikan dan Pelatihan

146 Aktivitas komunikasi publik perusahaan di bidang pendidikan dan pelatihan adalah suatu kegiatan penyampaian pesan-pesan oleh perusahaan yang berkaitkan dengan kegiatan pendidikan dan pelatihan atau pengembangan SDM masyarakat adat guna menjalin hubungan baik antara perusahaan dengan masyarakat luar perusahaan atau masyarakat adat terkena dampak langsung perusahaan. Aktivitas komunikasi publik dalam bidang pendidikan dan pelatihan sebagai proses penyampaian pesan perusahaan kepada masyarakat adat, dapat dilihat dari intensitas komunikasi yang ada, teknik komunikasi dan model komunikasi yang digunakan dalam bidang pendidikan dan pelatihan. Kegiatankegiatan yang dilakukan seperti pelatihan pembuatan ikan asin, pembuatan media tumbuh dan pembedengan sayur, praktek pembuatan kue dan memasak, pertukangan kayu dan beton, pengenalan dan pengeoperasian mesin katinting (sejenis mesin parut kelapa yang digunakan pada perahu kecil untuk pencarian ikan atau udang atau sebagai sarana transportasi antar kampung). Komunikasi sangat berperan penting dalam bidang pendidikan dan pelatihan. Pendidikan memerlukan komunikasi, tanpa komunikasi tujuan pendidikan dan pelatihan tidak dapat tercapai. Secara rinci tingkat aktivitas komunikasi dalam bidang pendidikan dan pelatihan di sajikan pada Tabel 17 di bawah ini Tabel 17. Tingkat Aktivitas Komunikasi Publik Perusahaan dalam Bidang Pendidikan dan Pelatihan Masyarakat Adat di Daerah Penelitan Aktivitas Komunikasi Publik di Bidang Pendidikan & Pelatihan Intensitas Komunikasi Teknik Komunikasi Model Komunikasi Kategori Kategori Kategori (%) (%) (Skor) (Skor) Skor) (%) Sangat Tinggi - Sangat Sesuai - Sangat Sesuai (5) (5) (5) Kategori Aktivitas Komunikasi (Selang Skor) 5,00 Sangat Tinggi (12,7 15) (%) -

147 Tinggi 3,33 Sesuai - Sesuai 10,00 Tinggi (4) (4) (4) (10,3 12,6) 1.67 Cukup Tinggi 15,00 Cukup Sesuai 40,00 Cukup Sesuai 31,67 Cukup Tinggi (3) (3) (3) (7,9 10,2) 38,33 Kurang 36,67 Kurang Sesuai 11,67 Kurang Sesuai 833 Kurang (2) (2) (2) (5,5 7,8) 11,67 Rendah 45,00 Tidak Sesuai 48,33 Tidak Sesuai 45,00 Rendah (1) (1) (1) (3 5,4) 48,33 Total 100,00 100,00 100,00 100,00 Secara keseluruhan aktivitas komunikasi publik dalam bidang pendidikan dan pelatihan di daerah penelitian dikategorikan rendah. Hal ini disebabkan karena intensitas komunikasi yang dilakukan hampir tidak pernah terjadi, sehingga mempengaruhi pada besarnya nilai persentase dari intensitas komunikasi, teknik komunikasi dan model komunikasi yang rendah dalam proses aktivitas komunikasi. Terlihat pula bahwa terdapat seperempat lebih responden yang menilai aktivitas komunikasi yang dilakukan dalam bidang pendidikan dan pelatihan dikategorikan cukup tinggi, diikuti dengan kurang dan tinggi. Mereka ini pada umumnya pernah melakukan aktivitas komunikasi dengan perusahaan dalam bidang pendidikan dan pelatihan, sehingga dapat menilai keefektifan dari teknik komunikasi dan model komunikasi yang digunakan perusahaan dalam penyampaian pesan di bidang pendidikan dan pelatihan.

148 Tabel 17 menunjukkan bahwa sebagian besar responden memiliki intensitas komunikasi di bidang pendidikan dan penelitian rendah. Hal ini disebabkan mereka tidak pernah terlibat dalam proses komunikasi dengan perusahaan. Alasan yang dikemukakan adalah biasanya pertemuan untuk menyusun program di bidang pendidikan dan pelatihan berkaitan dengan pencairan dana.pengembangan kampung hanya diwakili oleh kepala kampung dan aparatnya serta panitia yang mengelola dana tersebut. Menurut Abe, keterlibatan seluruh masyarakat akan sangat penting dalam perencanaan program (khususnya bidang pendidikan dan pelatihan), dan merupakan penjamin bagi suatu proses perencanaan yang baik dan benar. Tetapi apabila masyarakat tidak dilibatkan, maka yang terjadi adalah ketidak-jelasan program apa yang dihendaki masyarakat sehingga memberikan peluang terjadinya manipulasi dalam perencanaan program yang berbasis masyarakat. Selain itu, terdapat seperempat lebih responden atau sebagian besar responden yang pernah berkomunikasi dengan perusahaan di bidang pendidikan dan pelatihan dikategorikan memiliki intensitas komunikasi kurang. Hal ini disebabkan oleh komunikasi yang dilakukan dengan perusahaan dalam setahun hanya satu atau dua kali. Responden yang dikategorikan memiliki intensitas komunikasi cukup tinggi dan tinggi adalah mereka yang banyak terlibat dalam kegiatan komunikasi bidang pendidikan dan pelatihan berupa pembahasan program kerja, pelatihan cara pengelolaan mesin katinting, pelatihan sebagai tukang kayu atau beton, pelatihan pembuatan ikan asin, penyuluhan kekerasan dalam rumah tangga, bantuan beasiswa sekolah bagi anak dan lain-lain.

149 Tabel 17 juga menunjukkan bahwa sebagian besar responden yang pernah berkomunikasi dengan perusahaan menilai teknik komunikasi publik perusahaan dalam bidang pendidikan dan pelatihan dikategorikan cukup sesuai. Hal ini disebabkan perusahaan melakukan komunikasi dengan menggunakan beragam media komunikasi sehingga mempermudah pemahaman dan pengertian terhadap isi pesan yang ada. Hal ini sejalan dengan pendapat Sutikno (2005), bahwa penggunaan media yang beragam dalam proses penyuluhan akan memperjelas makna materi penyuluhan sehingga lebih dapat dipahami oleh peserta, peserta akan lebih menarik perhatian sehingga menimbulkan motivasi serta peserta tidak bosan dalam kegiatan penyuluhan. Media yang digunakan antara lain, penggunaan infokus, pembagian modul atau bahan ajar, leafled, brosur dan lainlain. Sedangkan hanya sebagian kecil responden yang menilai teknik komunikasi dikategorikan kurang sesuai. hal ini disebabkan kegiatan komunikasi yang dilakukan hanyalah sebatas pada penyusunan program, sehingga media komunikasi yang digunakan hanya satu alat yaitu infokus. Sebagian besar responden menyatakan model komunikasi dikategorikan tidak sesuai. Hal ini disebabkan responden tidak diundang atau diberitahukan dan hanya diwakili oleh orang-orang tertentu saja. Selain itu, dilihat dari responden yang pernah berkomunikasi dengan perusahaan, sebagian besar menilai model komunikasi yang digunakan di bidang pendidikan dan pelatihan dikategorikan cukup sesuai, sesuai dan sangat sesuai. Hal ini disebabkan perusahaan sangat memperhatikan unsur kebenaran pesan, terjadi feedback dalam proses komunikasi, penggunaan saluran atau media yang dapat memberikan pengertian dan pemahaman serta perusahaan tidak membedakan posisi publik dimana semua

150 audiens diberikan kesempatan untuk berbicara, memberikan ide, dan membuat program kerja di bidang pendidikan dan pelatihan. Sutikno (2005) menyatakan bahwa komunikasi yang baik dalam proses penyuluhan merupakan komunikasi yang menggunakan model transaksional atau ada timbal balik dan model ini merupakan salah satu alternatif dalam proses pembelajaran yang efektif Tingkat Aktivitas Komunikasi Publik Perusahaan Melalui Program CSR dalam Bidang Demand Tenaga Kerja Aktivitas komunikasi publik perusahaan di bidang demand tenaga kerja adalah suatu kegiatan penyampaian pesan-pesan oleh perusahaan yang berkaitkan dengan proses requitmen masyarakat adat sebagai tenaga kerja atau karyawan pada perusahaan BP LNG Tangguh guna menjalin hubungan baik antara perusahaan dengan masyarakat luar perusahaan atau masyarakat adat terkena dampak langsung perusahaan, demi menciptakan kredibilitas perusahaan, menumbuhkan semangat kebersamaan (solidaritas) sehingga menghindari konflik antara masyarakat masyarakat adat dengan perusahaan demi menjaga eksistensi perusahaan di masa akan datang. Efektif atau tidak efektifnya aktivitas komunikasi publik dalam bidang demand tenaga kerja dapat dilihat dari intensitas komunikasi yang ada, teknik komunikasi dan model komunikasi yang digunakan dalam merekrut tenaga kerja masyarakat adat di daerah penelitian. Bidang demand tenaga kerja merupakan salah satu bidang yang jika tidak ditangani dengan baik, khususunya dalam memberikan informasi seringkali dapat menyebabkan konflik. Karena itu, bidang ini memerlukan aktivitas komunikasi yang baik dalam merekuit tenaga kerja.

151 Secara rinci tingkat aktivitas komunikasi di bidang demand tenaga kerja di sajikan pada tabel Tabel 18 di bawah ini Tabel 18. Tingkat Aktivitas Komunikasi Publik Perusahaan di Bidang Demand Tenaga Keja pada Masyarakat Adat di Daerah Penelitian Aktivitas Komunikasi Publik di Bidang Demand Tenaga Kerja Kategori Intensitas Komunikasi Teknik Komunikasi Model Komunikasi Aktivitas (%) Kategori Kategori Kategori Komunikasi (%) (%) (%) (Skor) (Skor) Skor) (Selang Skor) Sangat Tinggi - Sangat Sesuai - Sangat Sesuai 3,33 Sangat Tinggi (5) (5) (5) (12,7 15) - Tinggi 3,33 Sesuai - Sesuai 10,00 Tinggi (4) (4) (4) (10,3 12,6) - Cukup Tinggi 11,67 Cukup Sesuai 15,00 Cukup Sesuai 23,33 Cukup Tinggi (3) (3) (3) (7,9 10,2) 20,00 Kurang 23,33 Kurang Sesuai 23,33 Kurang Sesuai 1,67 Kurang (2) (2) (2) (5,5 7,8) 16,67 Rendah 61,67 Tidak Sesuai 61,67 Tidak Sesuai 61,67 Rendah (1) (1) (1) (3 5,4) 63,33 Total 100,00 100,00 100,00 100,00 Tabel 18 menunjukkan bahwa sebagian besar responden menilai secara keseluruhan proses aktivitas komunikasi publik perusahaan dalam bidang demand tenaga kerja dikategorikan rendah atau tidak efektif. Hal ini disebabkan tingkat intensitas komunikasi, teknik komunikasi dan model komunikasi yang digunakan perusahaan dikategorikan rendah atau tidak sesuai. Besarnya angka persentase ketidak-efektifan ini disebabkan karena mereka tidak pernah terlibat dalam aktivitas komunikasi di bidang demand tenaga kerja. Sebagian besar dari responden ini mengatakan bahwa sumber informasi mengenai permintaan tenaga kerja hanya disampaikan perusahaan melewati kepala kampung, sehingga ada peluang kepala kampung hanya memilih kerabat dekatnya saja yang dimasukkan sebagai tenaga kerja pada perusahaan BP LNG Tangguh (sikap nepotisme). Dalam ilmu komunikasi, menurut Vardiansyah (2004), proses komunikasi seperti diatas artinya melibatkan manusia sebagai medium. Hal ini berarti kepala kampung dan aparatnya ditempatkan sebagai unsur komunikasi medium penyampaian pesan, namun medium yang digunakan

152 tidak efektif, maka pesan demand tenaga kerja yang disampaikan tidak sampai kepada semua masyarakat dan telah terjadi proses komunikasi bermedia atau tanpa tatap muka (non face to face). Keadaan seperti ini akan menimbulkan kecemburuan yang dapat memicu konflik-konflik antara perusahaan maupun dengan aparat kampung. Bila kondisi ini terus terjadi maka tujuan aktivitas komunikasi publik perusahaan pada suatu daerah tidak akan tercapai, apalagi jika semua masyarakat tidak terlibat dalam proses komunikasi. Dengan demikian perusahaan harus dapat merubah dan memilih saluran atau media komunikasi yang lebih efektif untuk meningkatkan partisipasi seluruh warga masyarakat dalam program CSR. Hamad (2005) menyatakan bahwa komunikasi jangan dianggap sebagai proses penyampaian pesan yang relatif lancar tanpa hambatan tetapi dalam pendistribusian pesan yang merata di tengah masyarakat (komuniktas), komunikator perlu memilih media yang sesuai dengan efek yang diingikan oleh komunikator, apakah itu efek kognitif, afektif atau efek konatif yaitu partisipasi masyarakat. Tabel 18 juga menunjukkan bahwa sebagian besar responden yang pernah berkomunikasi dengan perusahaan dalam bidang demand tenaga kerja menilai intensitas komunikasi dan teknik komunikasi dikategorikan kurang sesuai. Hal ini disebabkan perusahaan hanya berkomunikasi dengan responden jika ada permintaan tenaga kerja saja, selain itu responden yang tidak termasuk aparat kampung, biasanya akan hadir dalam pertemuan apabila diberitahukan oleh kepala kampung. Teknik komunikasi yang kurang efektif disebabkan oleh penggunaan media saat pertemuan hanya dalam bentuk surat yang disampaikan kepada kepala kampung. Sutikno (2005), menyatakan bahwa penggunaan media

153 yang tidak tepat akan membawa akibat pada pencapaian tujuan komunikasi yang kurang efektif dan efisien. Oleh sebab itu, komunikator harus terampil dalam memilih dan menggunakan media untuk mempermudah tercapainya tujuan komunikasi khususnya di bidang demand tenaga kerja. Terlihat pula bahwa terdapat responden yang menilai model komunikasi dan teknik komunikasi cukup sesuai. Hal ini disebabkan mereka ini umumnya adalah aparat kampung dan karyawan perusahaan BP LNG Tangguh sehingga lebih memiliki peluang untuk melakukan hubungan komunikasi interpersonal dengan perusahaanpun cukup tinggi. Mereka ini lebih cenderung untuk mendapatkan informasi demand tenaga kerja terlebih dahulu dibandingkan masyarakat lain di daerah penelitian. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa perusahaan tidak transparan dalam memberikan informasi tentang permintaan tenaga kerja kepada seluruh masyarakat kampung, tetapi hanya melewati para kepala kampung dan aparatnya. Anwar (1984) menyatakan bahwa transparansi merupakan alat motivasi untuk tumbuhya peren serta masyarakat, dengan transparansi masyarakat tidak akan prajudise curang terhadap pelaksanaan kegiatan. Dalam berkomunikasi kita perlu mengembangkan sikap terbuka (tidak ada yang ditutupi atau disembunyikan), tanpa keterbukaan akan timbul sikap saling curiga sehingga dapat menimbulkan rasa percaya (trust) dari komunikan. Secara umum model komunikasi yang digunakan dalam bidang demand tenaga kerja adalah bersifat satu arah serta tanpa tatap muka, artinya hanya menggunakan kepala kampung sebagai medium penyampaian pesan kepada masyarakat sehingga tidak terdapat feedback dari sebagian besar masyarakat adat. Model komunikasi dalam bidang demand tenaga kerja di daerah penelitian jika

154 digambarkan menurut model Model Komunikasi Shannon Weaver dapat digambarkan sebagai berikut; Perusahaan (Medium) P Kepala Kampung S SYD Aparat Kampung & Keluarga Dekat Partisipasi Rendah Sumber Noise (sikap nepotisme) Keterangan : S : Sinyal SYD : Sinyal Yang diterima P : Pesan Gambar 8. Model Komunikasi di Bidang Demand Tenaga Kerja Menurut Model Komunikasi Shannon Weaver Menurut Wursanto (2005), penggunaan model komunikasi satu arah tidak memberi kepuasan bagi komunikan, menimbulkan berbagi ketegangan atau pertentangan karena adanya kesalah-pahaman atau ketidak-jelasan sehingga tidak terdapat situasi yang akrap penuh kekeluargaan dan demokratis.widjaja (2000) menyatakan bahwa dengan adanya umpan balik sebuah pesan dapat diketahui tingkat akurasinya, tetapi tanpa adanya umpan balik kerancuan dapat timbul sebagai akibat penafsiran yang salah atau keliru. Selain itu, Winarso (2005) menegaskan bahwa komunikasi yang efektif berkaitan dengan kemampuan komunikator untuk menanggapi umpan balik secara tepat. Kondisi aktivitas komunikasi yang demikian akan meningkatkan rasa ketidak-puasan kepada perusahaan BP LNG Tangguh, sehingga tidak mengherankan jika bidang demand tenaga kerja merupakan salah satu bidang yang paling banyak memicu konflik-konflik laten pada masyarakat adat Tingkat Aktivitas Komunikasi Publik Perusahaan Melalui Program CSR dalam Bidang Pembangunan Sarana Prasarana

155 Aktivitas komunikasi publik perusahaan di bidang pembangunan sarana prasarana adalah suatu kegiatan penyampaian pesan-pesan oleh perusahaan yang berkaitkan dengan kegiatan di bidang pembangunan sarana prasarana guna menjalin hubungan baik antara perusahaan dengan masyarakat luar perusahaan atau masyarakat adat terkena dampak langsung perusahaan. Pembangunan di bidang sarana prasarana merupakan ukuran fisik yang dapat diukur dengan menilai hasil nyata dari pelayanan perusahaan BP LNG Tangguh. Kegiatan komunikasi di bidang pembangunan sarana prasarana di daerah penelitian dilakukan dalam bentuk kegiatan penyusunan program kegiatan bidang pembangunan sarana prasarana. Kegiatan yang telah dilakukan seperti pembuatan jalan kayu sebagai penghubung rumah-rumah warga masyarakat, pembangunan sarana air bersih dengan mengadakan penyediaan media penampung air hujan, pembangunan rumah-rumah masyarakat, dll. Aktivitas komunikasi publik dalam bidang pembangunan sarana prasarana sebagai proses penyampaian pesan perusahaan kepada masyarakat adat, dapat dilihat berdasarkan intensitas komunikasi yang ada, teknik komunikasi dan model komunikasi yang digunakan. Tingkat aktivitas komunikasi publik dalam bidang pembangunan sarana prasarana secara rinci di sajikan pada Tabel 19 di bawah ini. Tabel 19. Tingkat Aktivitas Komunikasi Publik Perusahaan di Bidang Pembangunan Sarana Prasarana di Daerah Penelitian Aktivitas Komunikasi Publik di Bidang Pembangunan Sarana Prasarana Kategori Intensitas Komunikasi Teknik Komunikasi Model Komunikasi Aktivitas Kategori Kategori Kategori Komunikasi (%) (%) (%) (Skor) (Skor) Skor) (Selang Skor) Sangat Tinggi - Sangat Sesuai - Sangat Sesuai 3,33 Sangat Tinggi (5) (5) (5) (12,7 15) Tinggi 3,33 Sesuai - Sesuai 11,67 Tinggi (4) (4) (4) (10,3 12,6) Cukup Tinggi 8,34 Cukup Sesuai 6,67 Cukup Sesuai 21,67 Cukup Tinggi (3) (3) (3) (7,9 10,2) (%) ,33

156 Kurang (2) 28,33 Kurang Sesuai (2) 60,00 Tidak Sesuai (1) 28,33 Kurang Sesuai (2) 3.33 Kurang (5,5 7,8) Rendah 65,0 Tidak Sesuai 60,00 Rendah 61,67 (1) (1) (3 5,4) Total 100,00 100,00 100,00 100,00 15,00 Tabel 19 menunjukkan bahwa sebagian besar responden menilai tingkat aktivitas komunikasi di bidang pembangunan sarana prasarana dikategorikan rendah, demikian pula dengan intensitas komunikasi, teknik komunikasi dan model komunikasi, hal ini disebabkan oleh ketidak-terlibatan responden dalam proses aktivitas komunikasi dengan perusahaan khususnya dalam membahas program kerja di bidang pembangunan sarana prasarana selama satu tahun berjalan. Pada umumnya alasan yang dikemukakan responden adalah karena tidak ada pemberitahuan dari pihak perusahaan langsung kepada mereka atau dari pihak aparat kampung dan panitia pengelola dana. Mereka ini umumnya tidak terlibat dalam proses penyusunan program, tetapi biasanya terlibat dalam proses pelaksanaan program kerja. Akan tetapi menurut beberapa responden, dalam proses pelaksanaan program kerja, pihak perusahaan tidak terlibat di dalamnya sehingga tidak ada aktivitas komunikasi dalam proses pelaksanaan program dengan pihak perusahaan. Tabel 19 juga menunjukkan bahwa sebagian besar dari responden yang pernah terlibat dalam kegiatan komunikasi di bidang pembangunan sarana prasarana menilai intensitas komunikasi dan teknik komunikasi dikategorikan kurang sesuai. Walaupun mereka terlibat dalam proses komunikasi dengan perusahaan, namun intensitas komunikasi dirasakan relatif kurang dan harus dapat ditingkatkan. Selain itu, teknik komunikasi dalam hal penggunaan media penyampaian pesan juga perlu bervariasi. Khususnya dalam bidang pembangunan

157 sarana prasarana, perusahaan kurang menggunakan media komunikasi yang beragam seperti, leaflet, brosur, majalah atau pemutaran film. Hal ini disebabkan komunikasi di bidang pembangunan sarana prasana lebih bertujuan untuk membentuk perilaku masyarakat untuk mau terlibat dalam pelaksanaan program kerja saja, kecuali dalam bidang pendidikan dan pelatihan atau kesehatan masyarakat yang biasanya banyak menggunakan media komunikasi karena tujuannya adalah untuk menambah pengetahuan responden. Terlihat pula dalam tabel 19, sebagian besar responden yang pernah terlibat dalam aktivitas komunikasi di bidang sarana prasarana menilai model komunikasi yang digunakan perusahaan dikategorikan cukup sesuai. Hal ini disebabkan perusahaan hanya sebagai fasilisator dalam proses komunikasi, sedangkan masyarakatlah yang menyusun program kerja sesuai dengan kebutuhan yang diperlukan dalam bidang sarana prasarana. Selain itu, pesan yang disampaikan lebih kredibel dan dapat dipercaya karena berasal dari masyarakat sendiri dan posisi publik lebih diperhatikan dalam proses komunikasi. Dengan demikian model yang digunakan dalam proses komunikasi di bidang sarana parasana lebih bersifat partisipatoris atau model komunikasi konvergen. Model ini sudah cukup efektif untuk menyusun program-program kerja berbasis masyarakat, tetapi alangkah lebih efektif lagi apabila semua masyarakat kampung terlibat di dalamnya sehingga tidak menyebabkan program yang diturunkan tidak mewakili sebagian kecil masyarakat kampung yang hadir, tetapi memang benar-benar berasal dari seluruah masyarakat kampung. Menurut Hamad (2005), dalam proses komunikasi, para partisipan dalam komunikasi harus

158 dapat dilibatkan sehingga merasa menjadi bagian dari komunitas dan merasa saling memiliki dari komunitas tersebut Tingkat Kepuasan Publik Perusahaan. Kepuasan publik adalah tingkat perasaan senang atau kecewa seseorang setelah membandingkan pelayanan yang diberikan atau hasil yang dirasakan dengan yang diharapankan. Tingkat kepuasan publik perusahaan terhadap pelayanan perusahaan disajikan dalam Tabel 20 di bawah ini. Tabel 20. Tingkat Kepuasan Publik Terhadap Perusahaan BP LNG Tangguh di Daerah Penelitian Kepuasan Publik Kategori Kepuasan Jumlah (KK) Nisbah (%) Sangat Puas 4 6,67 Puas 6 10,00 Cukup Puas 32 53,33 Kurang Puas 18 30,00 Tidak Puas - - Total ,00

159 Tabel 20 menunjukkan bahwa sebagian besar responden memiliki tingkat kepuasan terhadap pelayanan perusahaan dikategorikan cukup puas. Artinya masyarakat merasa puas terhadap pelayanan perusahaan karena mereka merasa output (hasil pekerjaan) dan pelayanan yang diperoleh sudah sesuai dengan harapan. Faktor pertama yang menyebabkan kepuasan masyarakat adat terhadap pelayanan perusahaan adalah kemampuan perusahaan melaksanakan program yang dapat menambah pengetahuan dan keterampilan publik khususnya dalam bidang pendidikan dan pelatihan serta bidang kesehatan masyarakat. Hal ini disebabkan pesan yang disampaikan pada kedua bidang tersebut dapat dipercaya dan sangat bermanfaat bagi responden untuk menambah pengetahuan dan keterampilan mereka. Hal ini bisa terlihat pada karakteristik responden dimana sebagian besar responden hanya berpendidikan SD, sehingga mereka sangat membutuhkan informasi atau pesan yang dapat menambah pengetahuan dan keterampilan mereka. Faktor kedua adalah kemampuan source atau perusahaan tentang pengetahuan dan informasi terhadap suatu program yang ditawarkan atau dilaksanakan. Faktor ketiga adalah keterampilan teknik dalam melaksankan suatu program. Hal ini disebabkan responden percaya bahwa source atau komunikator merupakan seseorang yang ahli dalam bidangnya sehingga masyarakat lebih mempercayai isi kebenaran pesan. Serta faktor keempat adalah masyarakat puas akan keramahan dan kesopanan petugas perusahaan kepada masyarakat.

160 Terlihat pula bahwa seperempat lebih responden menilai kepuasan terhadap pelayanan perusahaan dikategorikan kurang puas, hal ini disebabkan hasil yang diperoleh dalam pelayanan perusahaan kurang sesuai dengan harapan yang diinginkan. Sebagian besar masyarakat merasa kurang puas karena perusahaan kurang menepati janji sesuai dengan waktu yang disepakati, hal ini umumnya terjadi pada bidang kompensasi tanah adat dimana hampir sebagian besar masyarakat adat masih menunggu janji perusahaan bahwa akan membayar biaya kompensasi tanah adat. Faktor ketidak-puasan kedua disebabkan masyarakat menilai perusahaan kurang jujur dalam memberikan informasi (transparansi). Ketidak-transparansi perusahaan ini umumnya dinilai dari kurang adanya keterbukaan tentang informasi demand tenaga kerja. Faktor ketidak-puasan ketiga yaitu kurangnya ketersediaan bangunan fisik (sarana prasarana) berdasarkan kesepakatan. Menurut masyarakat, dana pengembangan kampung untuk setiap kampung Rp ,-/thn sangatlah kurang cukup untuk digunakan pada beberapa bidang kegiatan, sehingga dana yang tersedia untuk pembangunan sarana prasarana belum tercukupi, hal ini menyebabkan pembangunan sarana prasarana yang sudah direncanakan kadang kala mencapai hasil yang kurang memuaskan karena sebagian pekerjaan terselesaikan tetapi sebagian lagi belum terselesaikan. Pembangunan sarana prasana yang belum terselesaikan seperti pembangunan rumah masyarakat, pembangunan wood way (jalan kayu) dan sarana air bersih.

161 Faktor ketidak-puasan keempat adalah ketidakkesigapan perusahaan untuk cepat tanggap terhadap keluhan yang disampaikan masih kurang. Faktor-faktor ketidak-puasan ini sangat bermanfaat bagi perusahaan BP LNG Tangguh untuk melakukan evaluasi dan menyusun strategi pelayanan yang sesuai dengan harapan masyarakat adat guna mencapai kepuasan, sehingga dapat mencegah resistensiresistensi yang terjadi antara masyarakat adat dengan perusahaan demi keberlanjutan dan kehidupan perusahaan di atas tanah adat mereka. Ketidak-puasan dapat menyebabkan hubungan sosial antara perusahaan dengan masyarakat menjadi renggang. Atau dengan kata lain tujuan komunikasi publik untuk membangun hubungan sosial yang baik antara masyarakat dengan perusahaan tidak tercapai. Menurut Amri dan Sarosa (2008), hubungan sosial yang bermasalah antara berbagai-bagai komponen masyarakat yang ada di sekitar perusahaan juga mengalami berbagai masalah dan kerugian. Oleh sebab itu, perusahaan perlu mengetahui faktor-faktor yang menyebabkan ketidak-puasan masyarakat adat sehingga dapat menjadi suatu bahan informasi untuk mengevaluasi pelayanan mereka dalam kegiatan CSR sehingga program yang dilaksanakan dapat meningkatkan kepuasan masyarakat adat Tingkat Perilaku Konflik Masyarakat Adat dengan Perusahaan BP LNG Tangguh Konflik adalah suatu bentuk pertentangan karena ada perbedaan dalam kebutuhan, nilai, motivasi perilaku yang terlibat di dalamnya. Selain itu konflik juga merupakan hubungan pertentangan antara dua pihak atau lebih yang memiliki atau merasa memiliki sasaran-sasaran tertentu namun diliputi pemikiran, perasaan atau perbuatan yang tidak sejalan (Liliweri, 2005). Pada umumnya

162 orang beranggapan bahwa konflik itu selalu menimbulkan dampak negatif, menunjukkan isyarat bahwa ada sesuatu yang tidak beres dalam mengelola perusahaan. Namun sesuai dengan adanya perkembangan ilmu perilaku, pandangan itu mulai bergeser. Ternyata ada konflik-konflik tertentu dalam suatu perusahaan yang jika dikelola dengan baik, dapat membawa perubahan dan pengembangan bagi perusahaan bersangkutan dan perusahaan tanpa konflik juga akan menghambat perubahan kearah yang lebih baik (Winardi, 1994) Konflik dalam penelitian ini terbagi atas konflik laten dan konflik terbuka. Konflik laten adalah jenis konflik yang sifatnya tersembunyi dan untuk penanganannya perlu diangkat ke permukaan, agar lebih efektif. Konflik laten jika tidak ditangani dengan baik dapat memicu konflik-konflik terbuka yang lebih besar lagi. Sedangkan konflik terbuka adalah konflik dimana pihak-pihak yang berselisih secara aktif terlibat dalam perselisihan yang terjadi. Konflik terbuka merupakan konflik yang dapat terlihat secara langsung bagaimana pihak-pihak yang bertikai saling menunjukkan perilaku agresifnya. Secara rinci, tingkat perilaku konflik masyarakat adat dengan perusahaan disajikan pada Tabel 21. Tabel 21. Tingkat Perilaku Konflik Masyarakat Adat dengan Perusahaan BP LNG Tangguh di Daerah Penelitian Perilaku Konflik Konflik Terbuka Konflik Laten Kategori N % N % N % Sangat Tinggi ,67 Tinggi 5 8, ,00 Cukup Tinggi 21 35,00 1 1, ,33 Kurang 18 30, , ,00 Tanpa Konflik 16 26, ,33 3 5,00 Total , , ,00

163 Tabel 21 menunjukkan bahwa sebagian besar responden tidak pernah melakukan konflik terbuka. Sedangkan pada konflik laten, sebagian besar responden mempunyai konflik laten yang sangat tinggi, tinggi dan cukup tinggi Beracuan pada tabel diatas, seharusnya tingginya konflik laten akan menyebabkan tingginya konflik terbuka. Namun hal ini sangat berbeda, konflik laten yang terjadi dengan perusahaan sangat tinggi, namun perilaku yang ditunjukkan dalam bentuk konflik terbuka tidak ditunjukan. Hal ini lebih disebabkan perilaku manusia yang berbeda-beda dalam menanggapi sesuatu, tergantung pada karakter biologis orang tersebut. Ada manusia yang langsung menunjukkan ekspresi ketidak-sukaan dia terhadap sesuatu dan ada juga yang masih bisa menahan diri untuk tidak melakukan perilaku-perilaku agresif atau konflik terbuka. Menurut Rakhmat, (2004) perilaku demikian cenderung disebabkan oleh faktor disposisi atau bawaan atau keperibadian (nature). Hanya sebagian kecil responden yang pernah melakukan konflik terbuka dengan intensitas cukup tinggi. Hal ini disebabkan rasa ketidak-terimaan dan ketidak-adilan atas pelayanan yang diberikan perusahaan sehingga memunculkan perilaku konflik dengan adanya perselisihan atau aksi fisik atau perkelahian dengan karyawan perusahaan bahkan melakukan aksi demo pada DPR Provinsi Papua Barat. Sumber konflik yang sering menyebabkan adanya aksi konflik antara lain aturan pelayanan speed boad atau transportasi laut yang menurut responden dibeda-bedakan, masalah kompensasi tanah adat yang belum terselesaikan dan masalah tenaga kerja serta masalah pembangunan sarana prasarana. Tabel 21 juga menunjukkan bahwa sebagian besar responden memiliki

164 konflik laten atau konflik-konflik dipermukaan dengan perusahaan BP LNG Tangguh dikategorikan tinggi. Konflik ini tidak diekspresikan langsung kepada perusahaan, tetapi cenderung untuk disimpan dalam hati sehingga menimbulkan rasa tidak suka kepada perusahaan BP LNG Tangguh. Sumber konflik laten pada masyarakat adat berbeda-beda, namun sebagian besar disebabkan kompensasi tanah adat yang belum terselesaikan, permintaan tenaga kerja yang tidak transparan dan hanya disampaikan kepada kepala-kepala kampung sehingga mempunyai peluang untuk memilih kerabat atau sanak saudaranya saja, masyarakat adat yang sudah bekerja sebagai karyawan perusahaan pada umumnya hanya ditempatkan sebagai security (keamanan), pekerja kasar, padahal mereka menginginkan di berikan pelatihan untuk dipromosikan ke tempat-tempat kerja yang lebih baik atau di dalam kantor (bagian administrasi), aturan penggunaan transportasi laut yang ketat, seperti tidak boleh membawa anak kecil atau ibu hamil, padahal pada saat-saat tertentu atau darurat karena sakit dan diberikan rujukkan ke rumah sakit di ibu kota kabupaten, mereka sangat memerlukan bantuan transportasi laut milik perusahaan tetapi tidak diizinkan dengan alasan sudah merupakan aturan yang telah ditetapkan perusahaan bagi pengguna jasa transportasi laut milik perusahaan. Kasus tersebut diatas juga ditemukan oleh peneliti pada saat peneliti berada di lapangan atau daerah penelitian, dimana ada seorang warga masyarakat yang menunjukkan perilaku konflik dengan menahan speed boad milik perusahaan karena aturan bagi pengguna speed boad yang melarang membawa anak kecil walaupun dalam kondisi sakit, walaupun warga tersebut sudah memberikan surat permohonan kepada perusahaan namun belum ditanggapi juga.

165 Padahal letak daerah penelitian ini sangat jauh dari kota dan susahnya mendapatkan transportasi umum yang datang ke daerah ini sehingga pada saatsaat darurat, mereka hanya berharap transportasi laut milik perusahaan bisa membantu mereka. Sumber-sumber konflik laten ini jika tidak ditangani dengan baik oleh perusahaan, dapat menyebabkan gejolak konflik terbuka yang lebih besar lagi. Namun sumber konflik laten ini perlu diangkat ke permukaan sehingga proses penyelesaiannya bisa diatasi dengan baik dan berguna bagi pengembangan perusahaan BP LNG Tangguh khususnya dalam melaksanakan program CSR agar lebih efektif lagi Hubungan Aktivitas Komunikasi Publik Perusahaan Melalui Program CSR dengan Kepuasan Publik. Secara teoritis, aktivitas komunikasi publik perusahaan melalui program CSR memiliki hubungan dengan kepuasan publik perusahaan (Wursanto, 2005). Perusahaan BP LNG menyadari bahwa faktanya, kemampuan perusahaan untuk bersaing dan tetap eksis sangat tergantung pada keadaan lokasi dimana perusahaan itu beroperasi termasuk masyarakat sekitarnya. Oleh karena itu perusahaan telah mengembangkan suatu piramida tanggung jawab sosial perusahaan yang harus dipahami sebagai suatu kesatuan. Sebab tanggung jawab sosial perusahaan merupakan kepedulian perusahaan yang didasari tiga prinsip dasar yaitu perusahaan tetap harus berorientasi untuk mencari keuntungan ekonomi yang memungkinkan untuk terus beroperasi dan berkembang, perusahaan harus memiliki kepedulian terhadap kesejahteraan manusia dan

166 perusahaan peduli terhadap lingkungan hidup dan keberlanjutan keragaman hayati. Perusahaan BP LNG Tangguh mengakui bahwa banyak fakta yang mendukung bahwa perusahaan yang tidak melakukan tanggung jawab sosial dan hanya semata-mata mencari keuntungan selalu terjadi masalah sosial dengan masyarakat sekitar perusahaan seperti terjadinya konflik akibat rasa ketidakpuasan atas pelayanan perusahaan. Karena itu Perusahaan BP LNG Tangguh telah melakukan tanggung jawab sosial perusahaan dengan baik, namun indikator sosial dari keberhasilannya adalah tingkat kualitas hubungan sosial antara perusahaan dengan masyarakat yang membaik dan tingkat kepuasan masyarakat. Apabila indikator tersebut kurang dicapai maka dapat dikatakan bahwa program CSR oleh perusahaan BP LNG Tangguh belum berhasil. Untuk mencapai indikator tersebut, salah satunya diperlukan komunikasi yang efektif dalam menurunkan program CSR ke masyarakat. Hal ini disebabkan komunikasi yang beroperasi pada konteks sosial mempunyai fungsi sosial yaitu berkomunikasi untuk menciptakan dan memupuk hubungan baik dengan orang lain. Hubungan yang membaik, menunjukkan komunikasi yang dilakukan efektif tetapi jika hubungan dengan perusahaan kurang baik yang diukur dengan tingkat kepuasan terhadap program CSR yang rendah maka CSR bisa dikatakan tidak berhasil dan komunikasi tidak berfungsi dengan baik dalam menyalurkan pesan CSR. Hasil penelitian tentang hubungan aktivitas komunikasi publik melalui program CSR secara keseluruhan dengan kepuasan publik di daerah penelitian dapat dilihat pada Gambar 9 di bawah ini.

167 Gambar 9. Diagram Kontingensi Aktivitas Komunikasi Publik Perusahaan melalui Program CSR Dengan Kepuasan Publik Perusahaan Gambar diagram diatas menunjukkan bahwa sebagian besar responden dengan aktivitas komunikasi dikategorikan rendah dan kurang memiliki tingkat kepuasan terhadap perusahaan cukup puas dan puas, demikian pula sebaliknya bahwa terdapat sebagian kecil responden yang memiliki aktivitas komunikasi cukup tinggi tetapi memiliki tingkat kepuasan yang rendah. Dengan demikian secara deskriptif hal ini menunjukkan tidak terdapat kecenderungan tinggi rendahnya aktivitas komunikasi publik perusahaan akan menentukan tinggi rendahnya kepuasan publik. Hal menunjukkan bahwa ketidak-puasan dan kepuasan publik umumnya bukan disebabkan oleh proses aktivitas komunikasi yang terjadi dalam program CSR, tetapi karena hasil yang diinginkan dari program kegiatan CSR pada lima bidang kegiatan tidak sesuai dengan yang diharapkan. Hal ini sesuai dengan teori kepuasan yaitu teori ketidak-sesuaian yang dikemukakan Locke (1969) dalam kutipan Kennett N. Wexley dan Gary A. Yukl (1993), kepuasan atau ketidak-puasan dengan aspek pekerjaan tergantung pada

168 selisih (discrepancy) antara apa yang dianggap telah didapatkan dengan apa yang diinginkan, jika ada selisih jauh antara kekurangan atau keinginan hasil yang didapatkan dari program kegiatan CSR pada setiap bidang kegiatan dengan kenyataan hasil yang diperoleh dari kegiatan CSR, maka orang menjadi tidak puas. Tetapi jika hasil yang diinginkan dan kekurangan yang ingin dipenuhi ternyata sesuai dengan kenyataan yang didapat dalam program CSR maka ia akan puas. Disisi lain, gambar diagram diatas menunjukkan hasil yang berbeda, sebagian kecil responden dengan aktivitas komunikasi dikategorikan tinggi ternyata memiliki tingkat kepuasan yang dikategorikan sangat puas terhadap perusahaan. Selain itu juga terdapat seperempat lebih responden dengan aktivitas komunikasi dikategorikan rendah dan kurang tetapi memiliki tingkat kepuasan terhadap perusahaan tergolong kurang puas. Dengan demikian hal ini menunjukkan bahwa secara deskriptif terdapat kecenderungan hubungan tinggi rendahnya aktivitas komunikasi menentukan tinggi rendahnya tingkat kepuasan publik atau masyarakat adat terhadap pelayanan perusahaan BP LNG Tangguh. Hasil ini didukung dengan hasil uji statistik korelasi rank spearman antara aktivitas komunikasi publik melalui program CSR dengan kepuasan publik yang ditampilkan pada Tabel 22 di bawah ini Tabel 22. Hasil Uji Statistik Korelasi Rank Spearman antara Aktivitas Komunikasi Publik Perusahaan dalam Program CSR dengan Kepuasan Publik Kepuasan Publik Aktivitas Komunikasi Correlation Sig. (2-tailed) Coefficient 1. Intensitas Komunikasi 0,256* 0, Teknik Komunikasi 0,267* 0, Model Komunikasi 0,263* 0,042

169 Keseluruhan Aktivitas Komunikasi 0,262* 0,043 Tabel 22 menunjukkan bahwa korelasi rank spearman (rs) antara variabel aktivitas komunikasi publik perusahaan dengan kepuasan publik adalah sebesar 0,262 dengan arah positif. Tingkat keeratan berdasarkan kategori JP Guilford (dikutip Harun Al Rasyid, 2004), dikategorikan rendah tetapi signifikan. Hubungan antara kedua variabel tersebut signifikan karena nilai P sebesar sebesar 0,043 lebih kecil dari tingkat kesalahan 0,05. Hal ini berarti perubahan yang terjadi pada aktivitas komunikasi publik perusahaan melalui program CSR akan diikuti secara positif oleh kepuasan publik. Atau semakin tinggi aktivitas komunikasi akan menyebabkan semakin tinggi kepuasan publik Demikian sebaliknya, semakin rendah aktivitas komunikasi akan menyebabkan semakin rendah kepuasan publik. Hasil ini sesuai dengan pendapat Wursanto (2005), bahwa aktivitas komunikasi publik perusahaan melalui program CSR memiliki hubungan dengan kepuasan publik perusahaan. Selain itu, Muhammad (2004) menyebutkan ada dua hal yang mungkin menyebabkan orang tidak puas dengan pelayanan yang diberikan. Hal pertama, apabila orang tersebut tidak mendapatkan informasi yang dibutuhkan. Yang kedua, apabila hubungan sesama kurang baik. Atau dengan kata lain ketidak-puasan dan kepuasan ini berhubungan dengan masalah komunikasi. Tjiptono (2002) juga mengemukakan bahwa kepuasan publik sangat tergantung pada harapan publik. Oleh karena itu, strategi kepuasan publik haruslah didahului dengan pengetahuan yang detail dan akurat terhadap harapan publik. Dengan kata lain untuk mengetahui harapan publik diperlukan adanya komunikasi yang efektif.

170 Jika dilihat dari setiap item aktivitas komunikasi, maka tabel 22 menunjukkan bahwa intensitas komunikasi, teknik komunikasi dan media komunikasi memiliki hubungan signifikan dengan kepuasan publik, namun hubungan tersebut memiliki tingkat keeratan yang lemah atau dengan kata lain, kedua faktor tersebut hampir tidak terlalu berhubungan dengan kepuasan publik sehingga tidak dapat dijadikan sebagai dasar dalam proses pengambilan keputusan oleh perusahaan khususnya dalam meningkatkan kepuasan masyarakat adat terhadap pelayanan perusahaan. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat faktor lain yang lebih memiliki hubungan yang kuat dengan kepuasan publik. Berdasarkan hasil penelitian di lapangan, ternyata bahwa masyarakat cenderung mengukur kepuasan mereka dengan hasil nyata atau bukti fisik yang mereka dapatkan dari perusahaan dan bukan disebabkan karena proses komunikasi yang terjadi antara perusahaan dengan mereka. Untuk mengefektifkan aktivitas komunikasi publik perusahaan melalui kegiatan CSR secara keseluruhan sehingga dapat meningkatkan kepuasan publik terhadap perusahaan, perusahaan perlu melihat dan mengefektifkan aktivitas komunikasi publik perusahaan pada setiap bidang CSR dengan melihat bidangbidang mana yang paling berhubungan dengan kepuasan publik perusahaan. Secara rinci akan dijelaskan hubungan aktivitas komunikasi publik perusahaan pada setiap bidang kegiatan CSR dengan kepuasan publik sebagai berikut: Hubungan Aktivitas Komunikasi Publik Perusahaan Melalui Program CSR dalam Bidang Kompensasi Tanah Adat dengan Kepuasan Publik Perusahaan Masalah kompensasi tanah adat di daerah penelitian bahkan keseluruhan daerah Papua merupakan salah satu masalah yang sangat krusial yang harus

171 ditangani karena merupakan salah satu potensi yang menyebabkan ketidak-puasan masyarakat Adat. Banyak rasa ketidak-puasan yang timbul pada masyarakat adat di daerah Papua terhadap perusahaan-perusahaan besar yang mengeksploitasi sumber daya alam masyarakat adat tanpa memperhatikan hak budaya atau hak adat masyarakat setempat. Sebagai contoh kasus adalah sering timbulnya resistensi-resistensi yang terjadi antara masyarakat adat dengan perusahaan PT Freeport Indonesia. Karena itu, peran komunikasi publik perusahaan untuk meningkatkan kepuasan masyarakat adat dalam bidang kompensasi tanah adat di Papua bahkan lebih khusus daerah penelitian sangat cukup memegang peranan penting. Komunikasi yang efektif dalam bidang kompensasi tanah adat tentu akan berhubungan dengan kepuasan masyarakat adat terhadap perusahaan yang ingin mengeksploitasi sumber daya alam di atas tanah adat mereka. Tetapi apabila komunikasi publik perusahaan tidak efektif, maka perusahaan tidak akan pernah mengetahui apa sesungguhnya yang menjadi harapan masyarakat adat. Sehingga program yang dilaksanakan tidak dapat menyentuh kebutuhan dan harapan masyarakat, maka yang terjadi adalah ketidak-puasan terhadap program dan perusahaan yang melaksanakan program tersebut. Hubungan komunikasi publik dalam bidang kompensasi tanah adat dengan kepuasan masyarakat adat terhadap perusahan BP LNG Tangguh akan disajikan pada Gambar diagram 10 di bawah ini.

172 Gambar 10. Diagram Kontingensi Aktivitas Komunikasi Publik Perusahaan dalam Bidang Kompensasi Tanah Adat dengan Kepuasan Publik Perusahaan Gambar 10 menunjukkan bahwa seluruh responden menilai aktivitas komunikasi di bidang kompensasi tanah adat dikategorikan rendah atau tidak efektif. Hal ini disebabkan intensitas komunikasi dengan perusahaan tentang kompensasi tanah adat jarang dilakukan bahkan perusahaan belum memberi jawaban atas keinginan atau aspirasi masyarakat adat tentang kompensasi tanah adat yang harus diberikan oleh perusahaan kepada masyarakat adat yang dalam istilah bahasa lokal disebut sebagai uang permisi atau uang ketok pintu. Hal ini tentu memberikan peluang besar bagi terciptanya rasa ketidak-puasan masyarakat adat dalam bidang kompensasi tanah adat. Gambar 10 Juga menunjukkan hasil penelitian yang berbeda, ternyata sebagian besar responden yang aktivitas komunikasinya dikategorikan rendah atau tidak efektif memiliki tingkat kepuasan cukup tinggi atau cukup puas terhadap perusahaan. Hal ini berarti, rendahnya aktivitas komunikasi bukan

173 merupakan faktor yang menyebabkan ketidakkepuasan masyarakat adat terhadap perusahaan. Faktor kepuasan masyarakat lebih ditekankan pada penilain terhadap pelayanan perusahaan seperti kesopanan dan keramahan petugas perusahaan, kemampuan perusahaan untuk memberikan hal-hal yang menambah pengetahuan masyarakat, dll. Sedangkan dilihat dari aspek ketepatan dan kesesuai perusahaan memenuhi janji sesuai dengan waktu yang ditentukan, maka sebagian besar dari responden yang memiliki kepuasan cukup puas menilai kurang puas dari aspek ketepatan perusahaan memenuhi janji. Di sisi lain, pada Gambar 10 ternyata menunjukkan hasil yang berbeda juga, dimana terdapat seperempat lebih responden memiliki aktivitas komunikasi rendah, memiliki tingkat kepuasan dikategorikan kurang puas terhadap pelayanaan perusahaan. Hal ini berarti rendahnya aktivitas komunikasi ikut juga menentukan ketidak-puasan responden terhadap perusahaan. Gambar 10 juga terlihat bahwa secara deskritif untuk melihat hubungan tinggi rendahnya aktivitas komunikasi apakah ikut menentukan tinggi rendahnya kepuasan publik sangat sulit untuk ditentukan karena penyebaran data responden yang homogen hanya pada aktivitas komunikasi rendah atau tidak efektif. Sehingga untuk melihat terdapatnya hubungan aktivitas komunikasi publik dalam bidang kompensasi tanah adat dengan kepuasan publik dilakukan uji statistik rank spearman yang ditunjukkan pada Tabel 23 di bawah ini. Tabel 23. Hasil Uji Statistik Korelasi Rank Spearman antara Aktivitas Komunikasi Publik Perusahaan pada Lima Bidang Aktivitas Komunikasi dalam Program CSR dengan Kepuasan Publik Kepuasan Publik Bidang Aktivitas Komunikasi dalam No. Correlation Sig. (2- Program CSR Coefficient tailed) 1. Bidang Kompensasi Tanah Adat 0,346 ** 0,007

174 2. Bidang Kesehatan 0,319 * 0, Bidang Pendidikan dan Pelatihan 0,210 0, Bidang Demand Tenaga Kerja 0,331 ** 0, Bidang Sarana Prasarana 0,328 * 0,011 Tabel 23 menunjukkan bahwa terdapat korelasi rank spearman (rs) antara variabel aktivitas komunikasi publik perusahaan di bidang kompensasi tanah adat dengan kepuasan publik adalah sebesar 0,346 dengan arah positif. Tingkat keeratan berdasarkan kategori JP Guilford yang dikutip Harun Al Rasyid, (2004), dikategorikan rendah tetapi sangat signifikan. Hubungan antara kedua variabel tersebut sangat signifikan karena nilai P sebesar sebesar 0,007 lebih kecil dari tingkat kesalahan 0,01. Artinya perubahan yang terjadi pada aktivitas komunikasi publik perusahaan di bidang kompensasi tanah adat akan diikuti secara positif oleh kepuasan publik. Atau semakin tinggi aktivitas komunikasi di bidang kompensasi tanah adat akan berhubungan dengan semakin tinggi kepuasan publik. Demikian sebaliknya, semakin rendah aktivitas komunikasi di bidang kompensasi tanah adat akan berhubungan dengan semakin rendah kepuasan publik. Hal ini disebabkan faktor komunikasi dalam hal keterbukaan komunikasi, intensitas komunikasi dan model komunikasi yang digunakan dalam bidang kompensasi tanah adat merupakan penyebab ketidak-puasan dan kepuasan masyarakat terhadap perusahaan. Wursanto (2005), menyatakan penggunaan model komunikasi satu arah tidak memberikan kepuasan bagi komunikan demikian pula sebalikknya penggunaan model komunikasi dua arah akan memberikan kepuasan bagi komunikan. Hal ini disebabkan terdapatnya feedback dari komunikan, sehingga komunikator akan lebih mengetahui harapan-harapan dari komunikan dan dapat

175 memberikan program-program yang sesuai dengan harapan komunikan sehingga membawa dampak kepuasan bagi komunikan. Dengan demikian untuk meningkatkan kepuasan publik perusahaan BP LNG Tangguh maka perusahaan perlu mengefektifkan dan meningkatkan aktivitas komunikasi publik memalui program CSR dalam bidang kompensasi tanah adat dengan memperhatikan intensitas komunikasi, teknik komunikasi dan model komunikasi yang digunakan Hubungan Aktivitas Komunikasi Publik Perusahaan Melalui Program CSR dalam Bidang Kesehatan Masyarakat dengan Kepuasan Publik Perusahaan Rusahid (2008) menyatakan pendekatan CSR pada PT Freeport Indonesia bahkan lebih luas di daerah Papua perlu pendekatan khusus untuk dapat meningkatkan derajat pelayanan kesehatan dan kesadaran masyarakat akan kesehatan mereka sendiri. Untuk itu, dibutuhkan kesabaran dan perhatian ekstra keras dari para pekerja medis untuk dapat sukses bertugas di Papua. Hal ini tidak terlepas dari peran motivasi yang kuat dari dalam diri para pelayan kesehatan untuk membantu masyarakat. Dalam memberikan pelayanan kesehatan harus selalu meyesuaikan tingkat kebutuhan kesehatan umum untuk masyarakat. Faktor komunikasi antara masyarakat dengan perusahaan dalam hal ini petugas medis memegang peranan penting untuk mengetahui kebutuhan kesehatan umum masyarkat, dan untuk memberikan kesadaran masyarakat akan kesehatan mereka sendiri. Tanpa komunikasi, kebutuhan kesehatan tidak bisa diketahui secara akurat bahkan perusahaan atau petugas medis tidak dapat memberikan kesadaran masyarakat akan kesehatan.

176 Tujuan progam CSR pada suatu perusahaan tidak akan berhasil jika program yang dilakukan tidak-sesuai dengan kebutuhan masyarakat, justru yang terjadi adalah timbulnya ketidak-puasan masyarakat karena program yang telah dilaksanakan tidak sesuai dengan harapan dan kebutuhan masyarakat tersebut. Karena itu diperlukan komunikasi yang efektif untuk menggali atau mengkaji kebutuhan masyarakat khususnya di bidang kesehatan masyarakat sehingga program CSR yang dilakukan dalam bidang kesehatan masyarakat dapat efektif mencapai tujuan. Dengan demikian dapat diperkirakan bahwa aktivitas komunikasi dalam bidang kesehatan memiliki hubungan dengan kepuasan publik terhadap perusahaan. Aktivitas komunikasi bidang kesehatan meliputi aktivitas dalam penyusunan program kegiatan dalam satu tahun berjalan serta aktivitas komunikasi dalam penyuluhan kesehatan. Hasil penelitian tentang hubungan aktivitas komunikasi publik perusahaan dalam bidang kesehatan masyarakat dengan kepuasan publik disajikan pada Gambar 11 di bawah ini

177 Gambar 11. Diagram Kontingensi Aktivitas Komunikasi Publik Perusahaan dalam Bidang Kesehatan Masyarakat dengan Kepuasan Publik Perusahaan Gambar 11 menujukkan bahwa semua responden dengan aktivitas komunikasi di bidang kesehatan masyarakat dikategorikan tinggi dan sebagian besar responden dengan aktivitas komunikasi cukup tinggi memiliki tingkat kepuasan yang cukup tinggi atau cukup puas terhadap pelayanan perusahaan. Demikian pula dengan aktivitas komunikasi rendah, dimana seperempat lebih responden yang menilai kurang puas dengan pelayanan perusahaan. Hal ini menunjukkan terdapat hubungan tinggi rendahnya aktivitas komunikasi di bidang kesehatan masyarakat akan menyebabkan tinggi rendahnya kepuasan publik terhadap perusahaan. Gambar 11 juga menunjukkan hasil yang berbeda, dimana tidak terdapat kecenderungan hubungan antara aktivitas komunikasi di bidang kesehatan masyarakat dengan kepuasan publik perusahaan. Hal ini ditunjukkan dengan terdapatnya sebagian besar responden dengan aktivitas komunikasi di bidang kesehatan masyarakat dikategorikan rendah dan kurang namun memiliki tingkat kepuasan yang cukup tinggi atau cukup puas terhadap perusahaan. Hal ini dikarenakan sekalipun masyarakat kurang terlibat dalam aktivitas komunikasi di bidang kesehatan masyarakat tetapi mereka merasa puas dengan informasi yang diperoleh karena menambah pengetahuan mereka di bidang kesehatan. Demikian pula sebaliknya terdapat seperempat lebih responden dengan aktivitas komunikasi di bidang kesehatan masyarakat dikategorikan cukup tinggi namun merasa kurang puas dengan pelayanan perusahaan. Hal ini disebabkan hasil kegiatan di bidang

178 kesehatan masyarakat yang kurang sesuai dengan yang diharapkan dan bukan disebabkan karena proses komunikasi yang terjadi dalam bidang kesehatan masyarakat. Untuk lebih mengetahui dan memperkuat terdapat atau tidak terdapatnya hubungan antara aktivitas komunikasi publik dalam bidang kesehatan masyarakat dengan kepuasan publik perusahaan dilakukan uji statistik dengan menggunakan uji korelasi rank sperman, yang hasil dapat dilihat pada tabel 23, menunjukkan bahwa terdapat korelasi rank spearman (rs) antara variabel aktivitas komunikasi publik perusahaan di bidang kesehatan masyarakat dengan kepuasan publik adalah sebesar 0,319 dengan arah positif. Tingkat keeratan berdasarkan kategori JP Guilford (dikutip Harun Al Rasyid, 2004), dikategorikan rendah tetapi signifikan. Hubungan antara kedua variabel tersebut signifikan karena nilai P sebesar sebesar 0,013 lebih kecil dari tingkat kesalahan 0,05. Artinya perubahan yang terjadi pada aktivitas komunikasi publik perusahaan di bidang kesehatan masyarakat akan diikuti secara positif oleh kepuasan publik. Atau semakin tinggi aktivitas komunikasi di bidang kesehatan masyarakat berhubungan dengan semakin tinggi kepuasan publik. Demikian sebaliknya, semakin rendah aktivitas komunikasi di bidang kesehatan masyarakat akan berhubungan dengan semakin rendah kepuasan publik. Terdapatnya hubungan antar variabel tersebut disebabkan faktor komunikasi merupakan salah satu faktor penting yang memberikan kepuasan kepada masyarakat berkaitan dengan unsur pesan di bidang kesehatan yang dirasakan bermanfaat bagi responden dan dapat menambah pengetahuan. Sebagaimana terlihat pada karakteristik responden dimana sebagian besar hanya

179 berpendidikan SD yang memiliki pengetahuan tentang kesehatan yang terbatas, sehingga aktivitas komunikasi di bidang kesehatan seperti penyuluhan kesehatan dirasa sangat penting dan bermanfaat bagi masyarakat sehingga berhubungan dengan kepuasan masyarakat terhadap perusahaan. Suprapto (2011) menyatakan audience akan lebih menerima pesan yang disampaikan komunikator jika pesan yang disampaikan menguntungkan atau bermanfaat bagi target audience. Dengan demikian untuk lebih meningkatkan kepuasan publik perusahaan maka perusahaan BP LNG Tangguh perlu mengefektifkan dan meningkatkan aktivitas komunikasi publik CSR di bidang kesehatan masyarakat dengan memperhatikan intensitas komunikasi, teknik komunikasi dan model komunikasi yang digunakan Hubungan Aktivitas Komunikasi Publik Perusahaan Melalui Program CSR dalam Bidang Pendidikan dan Pelatihan dengan Kepuasan Publik Perusahaan Aktivitas komunikasi di bidang pendidikan dan pelatihan pada daerah penelitian meliputi aktivitas dalam penyusunan program kegiatan dalam satu tahun berjalan serta aktivitas komunikasi dalam kegiatan penyuluhan dan pelatihan masyarakat. Faktor komunikasi sangat berperan penting dalam proses penyusunan program berbasis masyarakat dan dalam proses pendidikan melalui penyuluhan dan pelatihan. Tanpa komunikasi yang efektif, kegiatan bidang pendidikan dan pelatihan tidak dapat mencapai tujuan secara efektif juga. Hasil penelitian tentang hubungan aktivitas komunikasi publik perusahaan dalam bidang pendidikan dan pelatihan dengan kepuasan publik disajikan pada Gambar 12 di bawah ini

180 Gambar 12. Diagram Kontingensi Aktivitas Komunikasi Publik Perusahaan dalam Bidang Pendidikan dan Pelatihan dengan Kepuasan Publik Perusahaan

181 Gambar 12 menujukkan bahwa semua responden dengan aktivitas komunikasi bidang pendidikan dan pelatihan dikategorikan tinggi dan sebagian besar responden dengan aktivitas komunikasi dikategorikan cukup tinggi memiliki tingkat kepuasan yang cukup tinggi atau cukup puas terhadap pelayanan perusahaan. Demikian pula dengan aktivitas komunikasi di bidang pendidikan dan pelatihan rendah, dimana seperempat lebih responden yang dikategorikan menilai kurang puas dengan pelayanan perusahaan. Hal ini menunjukkan secara deskriptif terdapat kecenderungan hubungan tinggi rendahnya aktivitas komunikasi di bidang pendidikan dan pelatihan akan menyebabkan tinggi rendahnya kepuasan publik terhadap perusahaan. Gambar 12 juga menunjukkan hasil yang berbeda, dimana tidak terdapat kecenderungan hubungan antara aktivitas komunikasi di bidang pendidikan dan pelatihan dengan kepuasan publik perusahaan. Hal ini ditunjukkan dengan terdapatnya sebagian besar responden dengan aktivitas komunikasi di bidang pendidikan dan pelatihan dikategorikan rendah dan kurang namun memiliki tingkat kepuasan yang dikategorikan cukup tinggi atau cukup puas. Hal ini menunjukkan sekalipun masyarakat kurang terlibat dalam aktivitas komunikasi di bidang pendidikan dan pelatihan, tetapi mereka merasa puas dengan informasi yang diperoleh karena menambah pengetahuan dan keterampilan yang bermanfaat bagi mereka. Demikian pula sebaliknya terdapat seperempat lebih responden dengan aktivitas komunikasi di bidang pendidikan dan pelatihan cukup tinggi namun merasa kurang puas dengan pelayanan perusahaan. Hal ini disebabkan hasil kegiatan di bidang pendidikan dan pelatihan yang kurang sesuai dengan yang

182 diharapkan, seperti yang ditemukan di lapangan bahwa terdapatnya responden yang diberikan pendidikan dan pelatihan peningkatan keterampilan namun tidak dapat mengembangkan keterampilan tersebut karena terbatasnya alat dan modal, karena itu menurut Nursahid (2008), pilihan-pilihan program CSR lebih khusus program pendidikan dan pelatihan yang dilakukan hendaknya didasarkan pada kemampuan masyarakat dan harus memperhatikan potensi daerah setempat sehingga program tersebut juga dapat memiliki manfaat jangka panjang dan berkesinambungan. Dengan demikian secara deskriptif faktor aktivitas komunikasi bukan merupakan salah satu faktor yang menyebabkan kepuasan masyarakat terhadap program CSR di bidang pendidikan dan pelatihan. Secara umum harapan masyarakat adat yang pernah mengikuti pendidikan dan pelatihan-pelatihan berharap hendaknya ilmu pengetahuan yang mereka dapatkan, dapat dikembangkan. Karena itu diharapkan perusahaan dapat menyediakan modal usaha atau peralatan yang bisa digunakan untuk pengembangan keterampilan mereka serta menyediakan lapangan pekerjaan sesuai dengan pelatihan-pelatihan yang sudah dilaksanakan. Selain itu, sebagian besar dari mereka berharap ada kejelasan informasi yang mereka peroleh saat mengikuti pelatihan bahwa mereka dijanjikan oleh perusahaan akan disediakan pekerjaan setelah mereka mendapatkan pelatihan. Untuk lebih mengetahui dan memperkuat terdapat atau tidak terdapatnya hubungan antara aktivitas komunikasi publik dalam bidang pendidikan dan pelatihan dengan kepuasan publik perusahaan, dilakukan uji statistik dengan menggunakan uji korelasi rank sperman, yang hasilnya ditampilkan pada tabel 23, menunjukkan bahwa tidak terdapat korelasi positif yang signifikan antara

183 aktivitas komunikasi di bidang pendidikan dan pelatihan dengan kepuasan publik pada taraf kepercayaan satu persen dan lima persen, artinya tinggi rendahnya aktivitas komunikasi dalam bidang pendidikan dan pelatihan tidak berhubungan dengan tinggi rendahnya tingkat kepuasan publik. Hal ini disebabkan kepuasan publik lebih cenderung disebabkan oleh faktor out put (hasil) dari kegiatan di bidang pendidikan dan pelatihan dan bukan disebabkan oleh proses komunikasi publik yang terjadi dalam bidang tersebut. Sehingga sekalipun proses komunikasi yang dilakukan sudah sangat efektif atau terjadi kesaman makna antara komunikan dengan komunikator, namun hasil nyata yang didapat dari kegiatan di bidang pendidikan dan pelatihan tidak sesuai dengan harapan publik maka yang terjadi adalah ketidak-puasan karena hasil program yang tidak sesuai dengan yang diinginkan. Dengan demikian untuk meningkatkan kepuasan publik perusahaan BP LNG Tangguh maka perusahaan perlu memberikan hasil nyata di bidang pendidikan dan pelatihan sesuai dengan harapan dan keinginan masyarakat adat Hubungan Aktivitas Komunikasi Publik Perusahaan Melalui Program CSR dalam Bidang Demand Tenaga Kerja dengan Kepuasan Publik Perusahaan Aktivitas komunikasi bidang demand tenaga kerja di daerah penelitian meliputi aktivitas dalam proses penyampaian pesan tentang permintaan tenaga kerja oleh perusahaan BP LNG Tangguh kepada masyarakat adat. Sedangkan kepuasan terhadap pelayanan perusahaan adalah selisih antara kondisi yang diinginkan dengan kondisi aktual (kenyataan), jika ada selisih jauh antara keinginan dan kekurangan yang ingin dipenuhi dengan kenyataan maka orang

184 menjadi tidak puas. Tetapi jika kondisi yang diinginkan dan kekurangan yang ingin dipenuhi ternyata sesuai dengan kenyataan yang didapat maka ia akan puas. Bidang demand tenaga kerja merupakan salah satu bidang yang sering memicu ketidak-puasan masyarakat sekitar dengan perusahaan karena berbagai hal. Salah satunya adalah faktor komunikasi. Dengan komunikasi, perusahaan dapat memperkecil ketidak-puasan dan meningkatkan kepuasan. Tanpa komunikasi, perusahaan tidak dapat menyusun program yang memberikan kepuasan kepada masyarakat secara efektif. Berikut ini adalah hubungan aktivitas komunikasi publik perusahaan di bidang demand tenaga kerja dengan kepuasan publik disajikan pada Gambar diagram 13 Gambar 13. Diagram Kontingensi Aktivitas Komunikasi Publik Perusahaan dalam Bidang Demand Tenaga Kerja dengan Kepuasan Publik Perusahaan Gambar 13 menujukkan bahwa semua responden dengan aktivitas komunikasi dikategorikan tinggi di bidang demand tenaga kerja dan sebagian besar responden dengan aktivitas komunikasi cukup tinggi memiliki tingkat kepuasan yang cukup tinggi atau cukup puas dengan pelayanan perusahaan.

185 Demikian pula dengan aktivitas komunikasi di bidang demand tenaga kerja yang dikategorikan rendah, dimana seperempat lebih responden dikategorikan menilai kurang puas dengan pelayanan perusahaan. Hal ini menunjukkan ada kecenderungan hubungan tinggi rendahnya aktivitas komunikasi di bidang demand tenaga kerja akan menentukan tinggi rendahnya kepuasan publik terhadap perusahaan. Gambar 13 juga menunjukkan hasil yang berbeda, dimana tidak terdapat kecenderungan hubungan antara aktivitas komunikasi di bidang demand tenaga kerja dengan kepuasan publik perusahaan. Hal ini ditunjukkan dengan terdapatnya sebagian besar responden dengan aktivitas komunikasi di bidang demand tenaga kerja yang rendah dan kurang namun memiliki tingkat kepuasan yang cukup tinggi atau cukup puas. Ini dikarenakan sekalipun masyarakat kurang terlibat dalam aktivitas komunikasi di bidang demand tenaga kerja, tetapi mereka merasa puas karena sebagian dari mereka sudah direkrut sebagai karyawan BP LNG Tangguh, oleh karena mereka memiliki hubungan kekerabatan yang dekat dengan kepala kampung dan aparatnya sehingga mereka ini lebih mendapat informasi langsung dari kepala kampung tentang adanya permintaan tenaga kerja.

186 Demikian pula sebaliknya terdapat seperempat responden dengan aktivitas komunikasi di bidang demand tenaga kerja dikategorikan cukup tinggi namun merasa kurang puas dengan pelayanan perusahaan. Hal ini disebabkan hasil kegiatan di bidang demand tenaga kerja yang kurang sesuai dengan yang diharapkan masyarakat adat, seperti yang ditemukan di lapangan bahwa terdapatnya responden yang telah mendapat pekerjaan sebagai karyawan PB LNG tetapi mereka merasa kurang puas karena hanya ditempatkan sebagai tenaga buruh kasar pada kegiatan konstruksi proyek Tangguh. Hasil temuan ini didukung dengan hasil penelitian Mayawati (2009) yang menemukan bahwa tenaga kerja lokal yang bekerja pada masa konstruksi perusahaan proyek Tangguh hanya ditempatkan pada pekerjaan dengan tingkat keterampilan rendah dan menegah seperti security, tenaga konstruksi, perbengkelan, sopir, tukang masak, cleaning service. Pada masa produksi perusahan proyek LNG Tangguh banyak tenaga kerja yang dikurangi. Dari 7000 tenaga kerja yang bekerja pada masa produksi, akan dikurangi menjadi 500 tenaga kerja ahli. Sehingga banyak dari mereka yang kurang memiliki keterampilan harus menerima kenyataan untuk tidak bekerja. Penempatan tenaga kerja lokal ini sesuai dengan karakteristik pendidikan formal responden yang menunjukan bahwa sebagian besar responden hanya berpendidikan SD sehingga lebih cenderung memiliki pengetahuan dan keterampilan yang rendah, sehingga tidak mengherankan jika perusahaan hanya menempatkan pekerja lokal pada pekerjaan dengan tingkat keterampilan rendah.

187 Harapan masyarakat adalah semoga ada keterbukaan komunikasi oleh perusahaan BP LNG Tangguh mengenai informasi tenaga kerja terutama menyangkut nasib mereka karena terjadi pengurangan tenaga kerja pada saat perusahaan meninggalkan masa konstruksi dan memasuki masa produksi. Bagi mereka yang memiliki keterampilan rendah, diharapkan perusahaan dapat memberikan pelatihan-pelatihan atau program pra magang beruba program peningkatan keterampilan atau peningkatan kapasitas pada mereka yang telah bekerja sebagai karyawan sehingga mereka juga bisa bekerja pada posisi-posisi kerja yang lebih baik dari apa yang mereka dapatkan sekarang. Untuk lebih mengetahui dan memperkuat terdapat atau tidak terdapatnya hubungan antara aktivitas komunikasi publik dalam bidang demand tenaga kerja dengan kepuasan publik, dilakukan uji statistik dengan menggunakan uji korelasi rank sperman, yang hasilnya pengujian ditampilkan pada tabel 23, menunjukkan bahwa terdapat korelasi rank spearman (rs) antara variabel aktivitas komunikasi publik perusahaan di bidang demand tenaga kerja dengan kepuasan publik adalah sebesar 0,331 dengan arah positif. Tingkat keeratan berdasarkan kategori JP Guilford (dikutip Harun Al Rasyid, 2004), dikategorikan rendah tetapi sangat signifikan. Hubungan antara kedua variabel tersebut sangat signifikan karena nilai P sebesar 0,010 lebih kecil dari tingkat kesalahan 0,01. Artinya perubahan yang terjadi pada aktivitas komunikasi publik perusahaan di bidang demand tenaga kerja akan diikuti secara positif oleh kepuasan publik. Atau semakin tinggi aktivitas komunikasi di bidang demand tenaga kerja berhubungan dengan semakin tinggi kepuasan publik Demikian sebaliknya, semakin rendah aktivitas komunikasi di bidang demand tenaga kerja akan berhubungan dengan semakin

188 rendah kepuasan publik. Hal ini disebabkan faktor komunikasi merupakan salah satu faktor penting yang memberikan kepuasan kepada masyarakat berkaitan dengan keterbukaan infomasi mengenai demand tenaga kerja, media yang digunakan dan model yang digunakan dalam proses aktivitas komunikasi. Dilla (2007) mengemukakan dalam berkomunikasi kita perlu mengembangkan sikap terbuka sehingga dapat menimbulkan rasa percaya (trust) dari penerima pesan, bahwa komunikator dapat membawa pesan yang memberikan kepuasan kepada penerima pesan. Dengan komunikasi yang efektif maka perusahaan akan mendapat pengetahuan yang detail tentang harapan masyarakat, sehingga mempermudah meningkatkan kepuasan masyarakat dalam bidang demand tenaga kerja, demikian pula sebaliknya komunikasi yang tidak efektif akan menutup pengetahuan perusahaan tentang harapan masyarakat di bidang demand tenaga kerja sehinga mengakibatkan ketidak-puasan masyarakat terhadap perusahaan khususnya dalam mengkomunikasikan program di bidang demand tenaga kerja. Dengan demikian berdasarkan hasil uji statistik diatas, maka untuk meningkatkan tingkat kepuasan masyarakat adat terhadap pelayanan perusahaan BP LNG Tangguh, maka perusahaan BP LNG Tangguh harus dapat mengefektifkan dan meningkatkan aktivitas komunikasi publik memalui program CSR dalam bidang demand tenaga kerja khususnya lebih transparan atau terbuka dalam mengkomunikasikan informasi di bidang tenaga kerja sehingga tidak terjadi miss komunikasi antara masyarakat dengan perusahan dan tidak terjadi rasa kurang percaya atau kecurigaan yang negatif perhadap perusahaan.

189 Hubungan Aktivitas Komunikasi Publik Perusahaan Melalui Program CSR dalam Bidang Pembangunan Sarana Prasarana dengan Kepuasan Publik Perusahaan Bidang pembangunan sarana prasarana merupakan salah satu bidang yang berpotensi menimbulkan rasa ketidak-puasan pada masyarakat adat di daerah penelitian. Kenyataan yang terjadi adalah timbulnya rasa ketidak-puasan masyarakat di daerah penelitian atau daerah sebelah utara teluk Bintuni pada perusahaan BP LNG Tangguh karena merasa didiskriminasi dengan pembangunan sarana prasarana yang lebih lengkap di daerah sebelah selatan teluk Bintuni, khususnya kampung Tanah Merah Baru. Kampung tanah merah baru ini merupakan kampung yang dipindahkan oleh perusahaan sebagai akibat adanya pembangunan kilang gas perusahan BP LNG Tangguh di kampung tanah merah lama. Namun pembangunan sarana prasarana yang begitu lengkap ini, disadari telah membuat kecemburuan sosial antara masyarakat adat pada daerah yang kampungnya terkena dampak langsung, khususnya wilayah sebelah utara teluk Bintuni. Karena itu, perusahaan telah melakukan pendekatan komunikasi dengan masyarakat di daerah utara teluk Bintuni untuk melaksanakan program CSR khususnya bidang pembangunan sarana prasarana. Dengan harapan pembangunan tersebut dapat menciptakan kepuasan masyarakat dan mengurangi kecemburuan sosial yang terjadi dengan masyarakat di sebelah selatan teluk Bintuni.

190 Kepuasan publik sangat tergantung pada harapan publik. Oleh karena itu, strategi kepuasan publik haruslah didahului dengan pengetahuan yang detail dan akurat terhadap harapan publik. Dengan kata lain untuk mengetahui harapan publik diperlukan adanya komunikasi. Dengan komunikasi perusahaan dapat membangun fasilitas sarana prasarana masyarakat yang sesuai dengan harapan publik. Apabila pembangunan sarana prasarana telah sesuai dengan harapan, maka akan muncul kepuasan dalam masyarakat adat. Dengan demikian secara teoritis, komunikasi memiliki hubungan dengan kepuasan. Namun hal ini bisa berbeda pada setiap daerah penelitian. Untuk lebih jelasnya akan ditampilkan hasil penelitian tentang hubungan komunikasi publik dalam bidang pembangunan sarana prasarana dengan kepuasan publik terhadap perusahan BP LNG Tangguh pada Gambar 14. Gambar 14. Diagram Kontingensi Aktivitas Komunikasi Publik Perusahaan dalam Bidang Pembangunan Sarana Prasarana dengan Kepuasan Publik Perusahaan

191 Gambar 14 menujukkan bahwa sebagian besar responden dengan aktivitas komunikasi kurang dan rendah memiliki tingkat kepuasan yang cukup tinggi atau cukup puas. Hal ini menujukkan sekalipun masyarakat kurang bahkan tidak pernah melakukan aktivitas komunikasi di bidang pembangunan sarana prasarana tetapi mereka cukup merasa puas dengan pelayanan yang diberikan dengan hasil pembangunan sarana prasarana yang disediakan. Demikian juga terdapat seperempat lebih responden dengan aktivitas komunikasi cukup tinggi tetapi memiliki tingkat kepuasan kurang puas. Hal ini disebabkan sekalipun mereka memiliki aktivitas komunikasi cukup tinggi tetapi mereka merasa kurang puas dengan hasil pembangunan sarana prasarana yang terealisasi tidak sesuai dengan program kerja yang direncanakan di bidang pembangunan sarana prasarana. Ini ditunjukkan dengan adanya fasilitas yang belum terselesaikan karena alokasi dana untuk bidang pembangunan sarana prasarana yang masih kurang. Hasil tersebut diatas menunjukkan bahwa tinggi rendahnya aktivitas komunikasi di bidang pembangunan sarana prasarana tidak menuntukan tinggi rendahnya tingkat kepuasan publik perusahaan. Meskipun demikian, Gambar 14 juga menunjukkan hasil yang berbeda, dimana ada kecenderungan terdapatnya hubungan positif antara aktivitas komunikasi dengan kepuasan publik perusahaan. Hal ini ditunjukkan dengan terdapatnya sebagian besar responden dengan aktivitas komunikasi di bidang pembangunan sarana prasarana sangat tinggi dan memiliki tingkat kepuasan yang sangat tinggi atau sangat puas juga. Demikian pula sebaliknya terdapat seperempat lebih responden dengan aktivitas komunikasi di bidang pembangunan sarana prasarana rendah dan memiliki tingkat kepuasan kurang puas. Dengan hasil

192 ini dapat dikatakan bahwa tinggi rendahnya aktivitas komunikasi bidang pembangunan sarana prasarana ikut menentukan tinggi rendahnya tingkat kepuasan publik pada perusahaan BP LNG Tangguh. Untuk lebih mengetahui dan memperkuat terdapat atau tidak terdapatnya hubungan antara aktivitas komunikasi publik dalam bidang pembangunan sarana prasana dengan kepuasan publik perusahaan, dilakukan uji statistik dengan menggunakan uji korelasi rank sperman, yang hasil ditampilkan pada tabel 23, menunjukkan bahwa terdapat korelasi rank spearman (rs) antara variabel aktivitas komunikasi publik perusahaan di bidang pembangunan sarana prasarana dengan kepuasan publik adalah sebesar 0,328 dengan arah positif. Tingkat keeratan berdasarkan kategori JP Guilford (dikutip Harun Al Rasyid, 2004), dikategorikan rendah tetapi signifikan. Hubungan antara kedua variabel tersebut signifikan karena nilai P sebesar sebesar 0,011 lebih kecil dari tingkat kesalahan 0,05. Artinya perubahan yang terjadi pada aktivitas komunikasi publik perusahaan di bidang pembangunan sarana prasarana akan diikuti secara positif oleh kepuasan publik. Atau semakin tinggi aktivitas komunikasi di bidang pembangunan sarana prasarana berhubungan dengan semakin tinggi kepuasan publik. Demikian sebaliknya, semakin rendah aktivitas komunikasi di bidang pembangunan sarana prasarana akan berhubungan dengan semakin rendah kepuasan publik. Hal ini disebabkan faktor komunikasi memegang peranan penting di dalam proses komunikasi untuk membahas program-program yang direncanakan sesuai dengan kebutuhan dan harapan masyarakat adat. Aktivitas komunikasi yang efektif akan menghasilkan program-program di bidang pembangunan sarana prasarana yang sesuai dengan harapan publik

193 sehingga memberikan kepuasan kepada masyarakat adat, demikian pula sebaliknya aktivitas komunikasi yang tidak efektif akan menghasilkan programprogram di bidang pembangunan sarana prasarana yang tidak sesuai dengan harapan publik sehingga memberikan ketidak-puasan masyarakat adat terhadap perusahaan. Dengan demikian untuk meningkatkan kepuasan publik perusahaan BP LNG Tangguh maka perusahaan perlu mengefektifkan dan meningkatkan aktivitas komunikasi publik CSR dalam bidang pembangunan sarana prasarana dengan memperhatikan intensitas komunikasi, teknik komunikasi dan model komunikasi yang digunakan Hubungan Aktivitas Komunikasi Publik Perusahaan Melalui Program CSR dengan Perilaku Konflik Masyarakat Adat Nursahid (2008) menyatakan pelaksanaan CSR yang berhasil akan membawa dampak pada kelangsungan operasi bisnis perusahaan, masyarakat yang merasa mendapatkan manfaat atau keuntungan dari keberadaan perusahaan dengan sendirinya akan turut menjaga keberadaan perusahaan sehingga tidak terjadinya konflik. Sebaliknya jika reputasi perusahaan buruk karena pelaksanaan CSR tidak terkelolah dengan baik, boleh jadi akan menghadapi masyarakat sekitarnya sebagai musuh utama. Dengan begitu operasi bisnisnya pun tidak pernah merasa aman karena setiap saat dapat saja menghadapi berbagai keluhan masyarakat yang pada gilirannya akan merugikan bisnis itu sendiri. Salah satu tolak ukur perusahaan dalam menjalankan program CSR agar efektif apabila tidak terjadi konflik-konflik publik dengan perusahaan, salah satu cara untuk

194 menghindari dan mencegah konflik dengan masyarakat adalah dengan melakukan komunikasi yang efektif. Komunikasi publik yang baik dapat membangun hubungan baik perusahaan dengan masyarakat. Program CSR bila diterapkan dengan menggunakan komunikasi yang efektif maka tujuan CSR dapat dicapai, yaitu membangunan hubungan baik perusahaan dengan masyarakat sehingga dapat menghindari konflik yang mengancam eksistensi dari suatu perusahaan. Karena itu, dapat diperkirakan komunikasi memiliki hubungan dengan perilaku konflik. Hasil penelitian tentang hubungan komunikasi publik perusahaan melalui program CSR dengan perilaku konflik masyarat adat dengan perusahaan BP LNG Tanguh disajikan pada Gambar 15 di bawah ini Gambar 15. Diagram Kontingensi Aktivitas Komunikasi Publik Perusahaan melalui Program CSR dengan Perilaku Konflik Masyarakat Adat

195 Gambar diagram diatas menunjukkan bahwa sebagian besar responden dengan aktivitas komunikasi dikategorikan rendah dan memiliki tingkat perilaku konflik terhadap perusahaan dikategorikan cukup tinggi. Demikian pula sebaliknya bahwa terdapat sebagian besar responden dengan aktivitas komunikasi publik dikategorikan cukup tinggi dan memiliki perilaku konflik yang dikategorikan rendah atau tanpa konflik. Hal ini berarti bahwa terdapat kecenderungan hubungan yang bersifat negatif antara aktivitas komunikasi dengan perilaku konflik masyarakat adat dengan perusahaan. Dengan kata lain, semakin rendah aktivitas komunikasi publik akan menyebabkan semakin tinggi perilaku konflik masyarakat adat dengan perusahaan. Demikian pula sebaliknya semakin tinggi aktivitas komunikasi publik perusahaan akan menentukan semakin rendah tingkat perilaku konflik masyarakat adat dengan perusahaan. Gambar 15 di atas juga memberikan hasil yang berbeda. Dimana tidak ada kecenderungan aktivitas komunikasi publik perusahaan berhubungan dengan perilaku konflik masyarakat adat. Hal ini ditunjukkan dengan terdapatnya sebagian besar responden dengan aktivitas komunikasi dikategorikan kurang tetapi memiliki tingkat perilaku konflik yang kurang juga, dan terdapatnya responden dengan aktivitas komunikasi cukup tinggi tetapi memiliki perilaku konflik terhadap perusahaan yang dikategorikan tinggi pula. Hal ini dikarenakan konflik-konflik yang terjadi dengan perusahaan bukan disebabkan oleh proses aktivitas komunikasi publik yang terjadi meliputi intensitas komunikasi, teknik komunikasi dan model komunikasi yang digunakan, tetapi lebih cenderung disebabkan karena hasil (out put) yang didapat dari tahap pelaksanaan setiap

196 kegiatan CSR yang bertentangan dengan yang diinginkan atau yang di harapan masyarakat. Untuk lebih mengetahui dan memperkuat terdapat atau tidak terdapatnya hubungan antara aktivitas komunikasi publik melalui seluruh bidang kegiatan CSR dengan perilaku konflik secara statistik dengan menggunakan uji rank spearman disajikan pada Tabel 24 di bawah ini. Tabel 24. Hasil Uji Statistik Korelasi Rank Spearman antara Aktivitas Komunikasi Publik Perusahaan dalam Program CSR dengan Perilaku Konflik Masyarakat Adat Perilaku Konflik Aktivitas Komunikasi Correlation Sig. (2-tailed) Coefficient 1. Intensitas Komunikasi - 0,346 ** 0, Teknik Komunikasi - 0,404 ** 0, Model Komunikasi - 0,412 ** 0,002 Keseluruhan Aktivitas Komunikasi - 0,364 ** 0,004 Tabel 24 menunjukkan bahwa korelasi rank spearman (rs) antara variabel aktivitas komunikasi publik perusahaan dalam program CSR dengan perilaku konflik masyarakat adat adalah sebesar -0,364 dengan arah negatif. Tingkat keeratan berdasarkan kategori JP Guilford (dikutip Harun Al Rasyid, 2004), dikategorikan rendah tetapi sangat signifikan. Hubungan antara kedua variabel tersebut sangat signifikan karena nilai P sebesar sebesar 0,004 lebih kecil dari tingkat kesalahan 0,01. Artinya perubahan yang terjadi pada aktivitas komunikasi publik perusahaan dalam program CSR akan diikuti secara negatif oleh perilaku konflik. Atau semakin tinggi aktivitas komunikasi publik perusahaan dalam program CSR akan menyebabkan semakin rendah perilaku konflik masyarakat adat dengan perusahaan. Demikian sebaliknya, semakin rendah aktivitas komunikasi publik perusahaan dalam program CSR akan menyebabkan semakin

197 tinggi perilaku konflik. Hasil penelitian ini mendukung penelitian yang dilakukan Muchsinah, 2006 yang dilakukan pada PT Semen Gresik bahwa efektivitas komunikasi manajer perusahaan memiliki hubungan yang sangat signifikan dengan dengan konflik. Hasil ini juga sesuai dengan pendapat Hajimoto (2001), adanya konflik adalah bukti bahwa ada kemacetan komunikasi antara berbagai golongan dalam masyarakat kita yang majemuk. Pertumbuhan konflik dalam proses komunikasi terjadi akibat pelemparan pesan yang tidak memuaskan antara komunikan dengan komunikator. Manusia berkomunikasi untuk mengatasi dan mencegah konflik, pertentangan antar manusia. Melalui komunikasi yang efektif, konflik dapat dihindari. Usman (2001), menyatakan bahwa suatu proses komunikasi untuk memberikan informasi yang benar akan menimbulkan suatu ketenangan dalam kehidupan masyarakat, tetapi apabila isu atau informasi yang dikembangkan orang dalam berinteraksi tidak seirama dengan apa yang terjadi maka timbulah konflik dalam setiap pertukaran pesan, baik yang bersifat individu, kelompok maupun masyarakat. Akibatnya benturan sosial tidak dapat dihindari, baik dalam bentuk fisik maupun penekanan setiap ide yang berkembang dalam setiap komponen kehidupan masyarakat. Tabel 24 juga terlihat bahwa berdasarkan item penyusun aktivitas komunikasi, maka intensitas komunikasi, teknik komunikasi dan model komunikasi juga memiliki hubungan korelasi yang sangat signifikan dengan perilaku konflik masyarakat adat, namun hanya teknik komunikasi dan model komunikasi yang memiliki tingkat hubungan keeratan yang cukup erat dengan perilaku konflik. Dengan demikian, teknik komunikasi dan model komunikasi

198 merupakan salah satu faktor yang dapat menyebabkan terjadinya perilaku konflik dengan perusahaan. Oleh sebab itu, perusahaan perlu mengefektifkan teknik komunikasi dan model komunikasi melalui program CSR secara keseluruhan untuk mencegah dan menghindari terjadinya konflik masyarakat adat dengan perusahaan. Namun untuk mengefektifkan aktivitas komunikasi publik perusahaan secara keseluruhan, khususnya teknik komunikasi dan model komunikasi, perusahaan BP LNG Tangguh perlu melihat dan mengefektifkan aktivitas komunikasi publik perusahaan pada setiap bidang CSR dengan memperhatikan bidang-bidang mana yang paling berhubungan dan tidak berhubungan dengan perilaku konflik masyarakat adat. Secara rinci akan dijelaskan hubungan aktivitas komunikasi publik perusahaan pada setiap bidang kegiatan CSR dengan perilaku konflik masyarakat sebagai berikut: Hubungan Aktivitas Komunikasi Publik Perusahaan Melalui Program CSR dalam Bidang Kompensasi Tanah Adat dengan Perilaku Konflik Masyarakat Adat Masalah kompensasi tanah adat merupakan salah satu potensi konflik yang sering terjadi antara perusahaan-perusahaan yang mengeksploitasi sumber daya alam di tanah Papua dengan masyarakat adat setempat. Tingginya resistensiresistensi tersebut akibat perusahaan kurang memperhatikan lingkungan sekitar perusahaan, baik lingkungan hidup maupun hak masyarakat adat setempat. Sehingga tidak menutup kemungkinan, kadangkala masyarakat sekitar melakukan perilaku agresif dengan menutup paksa, melakukan pencekalan, melakukan demonstrasi untuk menuntut ditutupinya perusahaan tersebut. Hal ini sesuai dengan pendapat Amri dan Sarosa (2008), selama ini konflik antara perusahaan

199 dengan masyarakat di Indonesia banyak dipicu oleh perilaku perusahaan yang cenderung bersifat eksploitatif terhadap masyarakat dan lingkungan dimana ia beroperasi, lebih lanjut dikemukakan bahwa biasanya konflik yang terjadi antara perusahaan dengan masyarakat terkait dengan isu tuntutan ganti rugi terhadap tanah atau aset masyarakat lain yang diambil atau digunakan perusahaan. Sebagai contoh kasus adalah sering timbulnya resistensi-resistensi yang terjadi antara masyarakat adat sekitar dengan perusahaan PT Freeport Indonesia, bahkan pada tanggal 24 Maret 2007 di kota Manokwari ibukota Propinsi Papua Barat, masyarakat adat yang berasal dari suku-suku di daerah penelitian (suku Sebyar Kembarano Dambando) pernah melakukan demontrasi di DPR Propinsi Papua Barat karena menuntut perusahaan BP LNG Tangguh berkewajiban memperhatikan hak-hak adat masyarakat setempat sesuai dengan Undang-undang Otonomi Khusus No. 21 Tahun 2001, yang berisikan perlindungan hak-hak masyarakat adat, yaitu pemerintah Provinsi Papua wajib mengakui, menghormati, melindungi, memberdayakan dan mengembangkan hak-hak masyarakat adat. Menurut Undang-undang tersebut, masyarakat adat merupakan suatu kesatuan masyarakat hukum adat yang secara turun temurun telah terikat dalam satu kesatuan sosial budaya dan adat istiadat dan diakui keberadaanya dengan segala hak kekayaan alam yang terkandung di dalamnya. Keberadaan Undang-undang ini juga merupakan salah satu pemicu konflik masyarakat adat dengan perusahaan yang hendak beroperasi di daerah adat mereka apabila tidak melakukan CSR dengan baik. Masalah kompensasi adat ini kalau tidak ditangani dengan baik oleh perusahaan maka akan mengancam eksistensi dan sustainability perusahaan bersangkutan. Untuk mengatasi hal

200 tersebut, salah satunya diperlukan adanya komunikasi yang efektif di bidang kompensasi tanah adat. Karena itu peran komunikasi publik perusahaan untuk mengelola, mengatasi dan mencegah terjadinya konflik masyarakat adat dalam bidang kompensasi tanah adat di Papua bahkan lebih khusus daerah penelitian sangat memegang peranan penting. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa komunikasi memiliki berhubungan dengan tinggi-rendahnya perilaku konflik. Berikut ini untuk melihat hubungan komunikasi publik dalam bidang kompensasi tanah adat dengan perilaku konflik masyarakat adat terhadap perusahan BP LNG Tangguh akan disajikan pada Gambar 16 di bawah ini. Gambar 16. Diagram Kontingensi Aktivitas Komunikasi Publik Perusahaan dalam Bidang Kompensasi Tanah Adat dengan Perilaku Konflik Masyarakat Adat Gambar 16 menunjukkan bahwa seluruh responden menilai aktivitas komunikasi di bidang kompensasi tanah adat rendah atau tidak efektif. Hal ini tentu memberikan peluang besar bagi terciptanya perilaku konflik masyarakat adat dengan perusahaan BP LNG Tangguh dalam bidang kompensasi tanah adat. Hasil ini didukung dengan hasil penelitian yang ditunjukkan pada Gambar 16 bahwa sebagian besar responden dengan aktivitas komunikasi dalam bidang

201 kompensasi tanah adat dikategorikan rendah atau tidak efektif memiliki tingkat perilaku konflik terhadap perusahaan BP LNG Tangguh cukup sering dan sering. Hal ini berarti, rendahnya aktivitas komunikasi ikut juga menentukan tingginya perilaku konflik masyarakat adat terhadap perusahaan. Namun disisi lain terdapat hasil yang berbeda, dimana terdapat seperempat lebih responden dengan aktivitas komunikasi rendah tetapi dikategorikan memiliki perilaku konflik dengan perusahaan BP LNG Tangguh kurang dan tidak pernah. Hal ini menunjukkan rendahnya faktor komunikasi publik bukan merupakan masalah yang serius untuk dijadikan sumber konflik dengan perusahaan. Dengan kata lain rendahnya aktivitas komunikasi di bidang kompensasi tanah adat belum tentu ikut menyebabkan tingginya perilaku konflik masyarakat adat dengan perusahaan. Gambar 16 juga terlihat bahwa secara deskriptif untuk melihat hubungan tinggi rendahnya aktivitas komunikasi dalam bidang kompensasi tanah adat apakah berhubungan dengan tinggi rendahnya perilaku konflik masyarakat adat sangat sulit untuk ditentukan karena penyebaran data responden yang homogen hanya pada aktivitas komunikasi rendah atau tidak efektif, sehingga untuk melihat terdapatnya hubungan aktivitas komunikasi publik dalam bidang kompensasi tanah adat dengan perilaku konflik masyarakat adat dilakukan uji statistik korelasi rank spearman yang ditunjukkan pada Tabel 25 di bawah ini. Tabel 25. Hasil Uji Statistik Korelasi Rank Spearman antara Aktivitas Komunikasi Publik Perusahaan pada Lima Bidang dalam Program CSR dengan Perilaku Konflik Perilaku Konflik Bidang Aktivitas Komunikasi dalam No. Correlation Sig. (2-tailed) Program CSR Coefficient 1. Bidang Kompensasi Tanah Adat 0,306 * 0,0017

202 2. Bidang Kesehatan 0,379 ** 0, Bidang Pendidikan dan Pelatihan 0,406 ** 0, Bidang Demand Tenaga Kerja 0,462 ** 0, Bidang Sarana Prasarana 0,475 ** 0,000 Tabel 25 menunjukkan bahwa terdapat korelasi rank spearman (rs) antara variabel aktivitas komunikasi publik perusahaan di bidang kompensasi tanah adat dengan perilaku konflik masyarakat adat adalah sebesar -0,306 dengan arah negatif. Tingkat keeratan berdasarkan kategori JP Guilford (dikutip Harun Al Rasyid, 2004), dikategorikan rendah tetapi signifikan. Hubungan antara kedua variabel tersebut signifikan karena nilai P sebesar sebesar 0,017 lebih kecil dari tingkat kesalahan 0,05. Artinya perubahan yang terjadi pada aktivitas komunikasi publik perusahaan di bidang kompensasi tanah adat akan diikuti secara negatif oleh perilaku konflik. Atau semakin tinggi aktivitas komunikasi publik perusahaan di bidang kompensasi tanah adat akan berhubungan dengan semakin rendah perilaku konflik masyarakat adat dengan perusahaan. Demikian sebaliknya, semakin rendah aktivitas komunikasi publik perusahaan di bidang kompensasi tanah adat akan berhubungan dengan semakin tinggi perilaku konflik masyarakat adat dengan perusahaan. Hal ini disebabkan sumber utama perilaku konflik masyarakat adat di bidang kompensasi tanah adat adalah tidak adanya feedback dalam komunikasi sehingga terkesan kurang adanya keterbukaan dalam berkomunikasi tentang kompensasi tanah adat, sehingga masyarakat adat cenderung untuk menuntut dan melakukan konflik dengan perusahaan. Usman (2001), menyatakan bahwa suatu proses komunikasi untuk memberikan informasi yang benar akan menimbulkan suatu ketenangan dalam kehidupan masyarakat, tetapi apabila isu atau informasi yang dikembangkan

203 orang dalam berinteraksi tidak seirama dengan apa yang terjadi maka timbulah konflik dalam setiap pertukaran pesan, baik yang bersifat individu, kelompok maupun masyarakat. Akibatnya benturan sosial tidak dapat dihindari, baik dalam bentuk fisik maupun penekanan setiap ide yang berkembang dalam setiap komponen kehidupan masyarakat. Menurut Amri dan Sarosa (2008), konflik disebabkan oleh hubungan sosial yang telah bermasalah antara berbagai-bagai komponen masyarakat yang ada di sekitar perusahaan juga akan mengalami berbagai masalah dan kerugian. Dengan demikian untuk meningkatkan mencegah dan mengatasi perilaku konflik masyarakat adat dengan perusahaan BP LNG Tangguh maka perusahaan perlu mengefektifkan dan meningkatkan aktivitas komunikasi publik memalui program CSR dalam bidang kompensasi tanah adat dengan memperhatikan intensitas komunikasi, teknik komunikasi dan model komunikasi yang digunakan.

204 Hubungan Aktivitas Komunikasi Publik Perusahaan Melalui Program CSR dalam Bidang Kesehatan Masyarakat dengan Perilaku Konflik Masyarakat Adat Aktivitas komunikasi di bidang kesehatan masyarakat meliputi aktivitas komunikasi dalam penyusunan program kerja bidang kesehatan yang akan dilaksanakan di daerah penelitian selama satu tahun, serta aktivitas komunikasi dalam kegiatan penyuluhan-penyuluhan kesehatan. Komunikasi yang efektif sangat diperlukan dalam penyusunan program yang sesuai dengan kebutuhan kesehatan masyarakat adat. Komunikasi dalam penyusunan program sangat diperlukan untuk mengangkat keinginan, harapan dan kebutuhan kesehatan masyarakat sehingga program kegiatan dapat sesuai dengan harapan masyarakat. Jika program kesehatan sesuai dengan harapan masyarakat maka dapat dipastikan tidak terjadi konflik dalam bidang kesehatan masyarakat. Demikian dengan kegiatan penyuluhan kesehatan. Penyuluhan kesehatan bertujuan memberikan pemahaman, pengetahuan tentang kesehatan sehingga diharapkan dapat merubah sikap dan perilaku yang salah kearah yang diinginkan dalam berkomunikasi. Agar responden dapat mengerti isi pesan yang disampaikan oleh komunikator maka diperlukan komunikasi yang efektif. Dengan demikian dapat diperkirakan bahwa aktivitas komunikasi dalam bidang kesehatan masyarakat memiliki hubungan dengan perilaku konflik masyarakat. Berikut ini akan disajikan hasil penelitian tentang hubungan komunikasi publik dalam bidang kesehatan masyarakat dengan perilaku konflik masyarakat adat dengan perusahan BP LNG Tangguh pada Gambar 17 di bawah ini.

205 Gambar 17. Diagram Kontingensi Aktivitas Komunikasi Publik Perusahaan dalam Bidang Kesehatan Masyarakat dengan Perilaku Konflik Masyarakat Adat Gambar 17 menunjukkan bahwa seluruh responden dengan aktivitas komunikasi dalam bidang kesehatan masyarakat dikategorikan tinggi memiliki tingkat perilaku konflik yang rendah atau tidak pernah melakukan konflik dengan perusahaan. Demikian juga dengan responden yang memiliki aktivitas komunikasi cukup tinggi, sebagian besar dari responden tersebut memiliki perilaku konflik rendah dan kurang terhadap perusahaan BP LNG Tangguh. Jika dibandingkan dengan responden yang memiliki aktivitas komunikasi di bidang kesehatan yang rendah, ternyata menunjukkan adanya hubungan negatif dimana sebagian besar responden memiliki perilaku konflik terhadap perusahaan yang cukup tinggi atau cukup sering. Hal ini berarti tinggi rendahnya aktivitas komunikasi publik di bidang kesehatan masyarakat ikut menentukan tinggi rendahnya perilaku konflik masyarakat adat dengan perusahaan. Dengan kata lain semakin tinggi aktivitas komunikasi di bidang kesehatan akan berhubungan negatif dengan semakin rendahnya perilaku konflik masyarakat adat terhadap

206 perusahaan. Demikian pula sebaliknya, semakin rendah aktivitas komunikasi di bidang kesehatan akan berhubungan negatif dengan semakin tingginya perilaku konflik masyarakat adat terhadap perusahaan Meskipun demikian, Gambar 17 juga menunjukkan hasil yang berbeda, dimana terdapat sebagian kecil dari responden dengan aktivitas komunikasi di bidang kesehatan masyarakat yang rendah dan kurang tetapi tidak pernah melakukan konflik dengan perusahaan BP LNG Tangguh. Hal ini menunjukkan rendahnya faktor komunikasi publik di bidang kesehatan masyarakat bukan merupakan masalah yang serius yang dapat dijadikan sumber konflik dengan perusahaan. Selain itu, bisa disebabkan karena faktor biologis atau psikologis dari responden tersebut. Sekalipun aktivitas komunikasi yang dilakukan rendah, tetapi mereka masih bisa menahan emosinya untuk tidak menunjukkan perilaku konflik dengan perusahaan BP LNG Tangguh. Untuk lebih mengetahui dan memperkuat terdapat atau tidak terdapatnya hubungan antara aktivitas komunikasi publik perusahaan dalam bidang kegiatan kesehatan masyarakat dengan perilaku konflik maka dilakukan uji secara statistik dengan menggunakan uji korelasi rank spearman yang hasil ujinya ditampilkan pada Tabel 25, menunjukkan bahwa terdapat korelasi rank spearman (rs) antara variabel aktivitas komunikasi publik perusahaan dalam bidang kesehatan masyarakat dengan perilaku konflik masyarakat adat adalah sebesar -0,379 dengan arah negatif. Tingkat keeratan berdasarkan kategori JP Guilford (dikutip Harun Al Rasyid, 2004), dikategorikan rendah tetapi sangat signifikan. Hubungan antara

207 kedua variabel tersebut sangat signifikan karena nilai P sebesar sebesar 0,003 lebih kecil dari tingkat kesalahan 0,01. Artinya perubahan yang terjadi pada aktivitas komunikasi publik perusahaan dalam bidang kesehatan masyarakat akan diikuti secara negatif oleh perilaku konflik. Atau semakin tinggi aktivitas komunikasi publik perusahaan dalam bidang kesehatan masyarakat berhubungan dengan semakin rendah perilaku konflik masyarakat adat dengan perusahaan. Demikian sebaliknya, semakin rendah aktivitas komunikasi publik perusahaan dalam bidang kesehatan masyarakat akan berhubungan dengan semakin tinggi perilaku konflik. Hal ini disebabkan faktor komunikasi berperan penting dalam penyusunan program kesehatan yang sesuai dengan keinginan, harapan dan kebutuhan kesehatan masyarakat, sehingga tidak terjadi konflik di bidang kesehatan. Demikian juga faktor komunikasi sangat penting untuk memberikan pemahaman terhadap isi pesan dengan baik sehingga dapat merubah sikap dan perilaku yang salah kearah yang diinginkan dalam berkomunikasi. Selain itu, faktor komunikasi pada unsur Pesan di bidang kesehatan dirasakan bermanfaat bagi responden dan dapat menambah pengetahuan. Sebagaimana terlihat pada karakteristik responden dimana sebagian besar hanya berpendidikan SD yang memiliki pengetahuan tentang kesehatan yang terbatas, sehingga aktivitas komunikasi di bidang kesehatan seperti penyuluhan kesehatan dirasa sangat penting dan bermanfaat bagi masyarakat adat. Suprapto (2011) menyatakan audience akan lebih menerima pesan yang disampaikan komunikator jika pesan yang disampaikan menguntungkan atau bermanfaat bagi target audience.

208 Berdasarkan hasil uji statistik diatas, maka untuk mengatasi dan mencegah terjadinya perilaku konflik masyarakat adat dengan perusahaan BP LNG Tangguh, maka perusahaan BP LNG Tangguh harus dapat mengefektifkan dan meningkatkan aktivitas komunikasi publik memalui program CSR dalam bidang kesehatan masyarakat dengan memperhatikan dan meningkatkan intensitas komunikasi, teknik komunikasi dan model komunikasi yang digunakan dalam melaksanakan program CSR di bidang kesehatan masyarakat Hubungan Aktivitas Komunikasi Publik Perusahaan Melalui Program CSR dalam Bidang Pendidikan dan Pelatihan dengan Perilaku Konflik Masyarakat Adat Aktivitas komunikasi dalam bidang pendidikan dan pelatihan meliputi aktivitas komunikasi dalam penyusunan program kerja dalam bidang pendidikan dan pelatihan selama setahun, serta aktivitas komunikasi yang dilakukan dalam kegiatan penyuluhan-penyuluhan atau pelatihan-pelatihan keterampilan masyarakat. Komunikasi memegang peranan penting untuk menciptakan program CSR di bidang pendidikan dan pelatihan yang efektif sesuai dengan keinginan dan kebutuhan masyarakat. Demikian juga dalam hal melakukan kegiatan-kegiatan penyuluhan dan pelatihan. Kegiatan penyuluhan dan pelatihan tidak dapat berjalan secara efektif untuk mencapai tujuan jika proses komunikasi yang terjadi tidak efektif dalam mencapai kesamaan makna antara komunikator dan komunikan. Pendidikan dan pelatihan sangat memerlukan komunikasi, sebagaimana tujuan komunikasi adalah untuk menambah pengetahuan, perubahan sikap dan tingkah laku.

209 Konflik terjadi karena adanya gep dalam komunikasi, artinya komunikasi untuk menyampaikan suatu pesan pendidikan maupun pelatihan bila dilakukan secara baik tentu tidak akan menimbulkan gep dalam komunikasi sehingga menyebabkan konflik yang merupakan efek dari komunikasi. Dengan demikian dapat diperkirakan bahwa komunikasi memiliki hubungan dengan perilaku konflik seseorang. Untuk lebih jelasnya, disajikan hasil penelitian hubungan komunikasi publik perusahaan dalam bidang pendidikan dan pelatihan dengan perilaku akonflik masyarakat adat dengan perusahan pada Gambar 18 di bawah ini. Gambar 18. Diagram Kontingensi Aktivitas Komunikasi Publik Perusahaan dalam Bidang Pendidikan dan Pelatihan dengan Perilaku Konflik Masyarakat Adat Gambar 18 menunjukkan bahwa seluruh responden yang dengan aktivitas komunikasi tinggi dalam bidang pendidikan dan pelatihan memiliki tingkat perilaku konflik terhadap perusahaan yang rendah atau tidak pernah melakukan konflik dengan perusahaan. Demikian juga dengan responden yang memiliki

210 aktivitas komunikasi cukup tinggi, sebagian besar dari responden tersebut memiliki perilaku konflik rendah dan kurang terhadap perusahaan BP LNG Tangguh. Demikian pula sebaliknya dengan responden yang memiliki aktivitas komunikasi di bidang pendidikan dan pelatihan yang rendah, sebagian besar responden memiliki perilaku konflik terhadap perusahaan yang cukup tinggi atau cukup sering dan tinggi atau sering Hal ini berarti terdapatnya hubungan antara aktivitas komunikasi di bidang pendidikan dan pelatihan dengan perilaku konflik masyarakat adat terhadap perusahaan. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa tinggi rendahnya aktivitas komunikasi publik di bidang pendidikan dan pelatihan ikut menentukan tinggi rendahnya perilaku konflik masyarakat adat dengan perusahaan. Meskipun demikian, Gambar 18 juga menunjukkan hasil yang berbeda, dimana terdapat juga sebagian kecil dari responden dengan aktivitas komunikasi di bidang pendidikan dan pelatihan rendah tetapi tidak pernah melakukan konflik dengan perusahaan BP LNG Tangguh. Hal ini bisa disebabkan faktor karakter atau psikologis dari responden tersebut. Sekalipun aktivitas komunikasi di bidang pendidikan dan pelatihan yang dilakukan rendah, tetapi mereka masih bisa menahan emosinya untuk tidak menunjukkan perilaku konflik dengan perusahaan BP LNG Tangguh. Demikian pula sebaliknya terdapat sebagian kecil responden dengan aktivitas komunikasi di bidang pendidikan dan pelatihan cukup tinggi tetapi memiliki perilaku konflik terhadap perusahaan yang cukup tinggi atau sering. Hal ini disebabkan karena perilaku konflik yang ditunjukkan bukan disebabkan proses aktivitas komunikasi yang menyangkut intensitas, teknik dan model komunikasi

211 yang digunakan dalam bidang pendidikan dan pelatihan tetapi perilaku tersebut lebih ditunjukan karena hasil pelaksanaan program kerja (out put) yang tidak sesuai dengan harapan atau keinginan responden. Dimana ditemukan kasus bahwa terdapat responden yang memiliki sertifikat keterampilan sebagai tukang bangunan, pelatihan meningkatkan kemampuan nelayanan tangkap, namun tidak dibekali dengan modal usaha dan peralatan sehingga pengetahuannya tidak bisa dikembangkan. Untuk lebih mengetahui dan memperkuat terdapat atau tidak terdapatnya hubungan antara aktivitas komunikasi publik perusahaan dalam bidang kegiatan pendidikan dan pelatihan dengan perilaku konflik maka dilakukan uji secara statistik dengan menggunakan uji korelasi rank spearman yang hasil ujinya ditampilkan pada Tabel 25, menunjukkan bahwa terdapat korelasi rank spearman (rs) antara variabel aktivitas komunikasi publik perusahaan dalam bidang pendidikan dan pelatihan dengan perilaku konflik masyarakat adat adalah sebesar -0,406 dengan arah negatif. Tingkat keeratan berdasarkan kategori JP Guilford (dikutip Harun Al Rasyid, 2004), dikategorikan cukup erat dan sangat signifikan. Hubungan antara kedua variabel tersebut sangat signifikan karena nilai P sebesar sebesar 0,001 lebih kecil dari tingkat kesalahan 0,01. Artinya perubahan yang terjadi pada aktivitas komunikasi publik perusahaan dalam bidang pendidikan dan pelatihan akan diikuti secara negatif oleh perilaku konflik. Atau semakin tinggi aktivitas komunikasi publik perusahaan dalam bidang pendidikan dan pelatihan akan berhubungan dengan semakin rendah perilaku konflik masyarakat adat dengan perusahaan. Demikian sebaliknya, semakin rendah aktivitas komunikasi publik

212 perusahaan dalam bidang pendidikan dan pelatihan berhubungan dengan semakin tinggi perilaku konflik. Hal ini disebabkan komunikasi yang efektif sangat penting untuk mencapai tujuan di bidang pendidikan dan pelatihan pada masyarakat adat. Selain itu faktor komunikasi memiliki peran penting dalam penyusunan perencanaan program pendidikan dan pelatihan yang berbasis masyarakat sehingga dapat mencegah dan menghindari terjadinya konflik. Berdasarkan hasil uji statistik diatas, terlihat juga bahwa faktor aktivitas komunikasi di bidang pendidikan dan pelatihan memiliki hubungan yang cukup erat dengan perilaku konflik sehingga faktor komunikasi dapat menjadi suatu dasar dalam pengambilan kebijakan perusahaan untuk menyelesaikan dan mencegah konflik-konflik masyarakat adat dengan perusahaan. Karena itu, perusahaan BP LNG Tangguh harus dapat mengefektifkan dan meningkatkan aktivitas komunikasi publik memalui program CSR dalam bidang pendidikan dan pelatihan dengan memperhatikan dan meningkatkan intensitas komunikasi, teknik komunikasi dan model komunikasi yang digunakan dalam bidang pendidikan dan pelatihan.

213 Hubungan Aktivitas Komunikasi Publik Perusahaan Melalui Program CSR dalam Bidang Demand Tenaga Kerja dengan Perilaku Konflik Masyarakat Adat Aktivitas komunikasi di bidang demend tenaga kerja merupakan proses penyampaian isi pesan tentang permintaan tenaga kerja yang akan diterima bekerja sebagai karyawan perusahaan BP LNG Tangguh. Masalah demand tenaga kerja pada kampung-kampung di daerah sekitar teluk Bintuni khususnya yang terkena dampak langsung perusahaan BP LNG Tangguh merupakan salah satu potensi konflik yang cukup tinggi apabila tidak ditangani dengan baik. Hal ini ditunjukkan dengan adanya menyampaian aspirasi masyarakat sebelah utara teluk Bintuni lewat demonstrasi yang disampaikan kepada Gubernur Propinsi Papua Barat, yang merasa adanya diskriminasi penerimaan tenaga kerja masyarakat adat sebelah selatan teluk Bintuni yang lebih banyak dibandingkan dengan daerah sebelah utara teluk Bintuni. Bagi mereka (masyarakat adat di sebelah utara teluk Bintuni), perusahaan harus lebih memperhatikan mereka dan mempekerjakan mereka sebagai karyawan BP LNG Tangguh, karena keberadaan sumber gas bumi atau sumur gas lebih banyak terdapat didaerah mereka yaitu daerah utara teluk Bintuni, sedangkan daerah selatan hanyalah pembangunan kilang saja, tetapi tidak menghasilkan gas bumi atau sumur gas (anon, 2007). Dengan demikian perusahaan harus menyadari bahwa masalah suplai tenaga kerja apabila tidak ditangani dengan komunikasi yang efektif tentu dapat menyebakan konflik yang lebih besar lagi. Konflik terjadi karena adanya gep dalam komunikasi, artinya komunikasi untuk menyampaikan suatu pesan demand tenaga kerja harus dikomunikasikan secara baik dan terbuka kepada masyarakat, sehingga dapat membangun hubungan baik, kepercayaan masyarakat terhadap

214 perusahaan BP LNG Tangguh sehingga tidak akan menimbulkan gep dalam komunikasi yang menyebabkan timbulnya resistensi-resistensi dalam masyarakat. Dengan demikian dapat diperkirakan bahwa komunikasi memiliki hubungan dengan perilaku konflik seseorang. Untuk lebih jelasnya, berikut ini akan disajikan hasil penelitian hubungan komunikasi publik dalam bidang demand tenaga kerja dengan perilaku konflik masyarakat adat terhadap perusahan BP LNG Tangguh pada gambar 19. Gambar 19. Diagram Kontingensi Aktivitas Komunikasi Publik Perusahaan dalam Bidang Demand Tenaga Kerja dengan Perilaku Konflik Masyarakat Adat Gambar 19 menunjukkan bahwa seluruh responden dengan aktivitas komunikasi tinggi dalam bidang demand tenaga kerja memiliki tingkat perilaku konflik terhadap perusahaan yang rendah atau tidak pernah melakukan konflik dengan perusahaan. Demikian juga dengan responden yang memiliki aktivitas komunikasi cukup tinggi, sebagian besar dari responden tersebut tidak pernah melakukan konflik dengan perusahaan BP LNG Tangguh. Demikian pula sebaliknya dengan responden yang memiliki aktivitas komunikasi di bidang

215 demand tenaga kerja yang rendah sebagian besar memiliki perilaku konflik terhadap perusahaan yang cukup tinggi atau cukup sering bahkan tinggi atau sering. Hal ini disebabkan karena kurang adanya keterbukaan komunikasi oleh perusahaan mengenai informasi tentang adanya penerimaan tenaga kerja kepada seluruh masyarakat, tetapi hanya sebatas pada kepala-kepala kampung saja, sehingga memberikan peluang bagi kepala kampung hanya memilih dan memberitahukan infomasi ini hanya pada sanak keluarganya saja. Hal ini berarti terdapatnya hubungan antara aktivitas komunikasi di bidang demand tenaga kerja dengan perilaku konflik masyarakat adat terhadap perusahaan. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa tinggi rendahnya aktivitas komunikasi publik di bidang demand tenaga kerja ikut menyebabkan tinggi rendahnya perilaku konflik masyarakat adat dengan perusahaan. Meskipun demikian, Gambar 19 juga menunjukkan hasil yang berbeda, dimana terdapat juga sebagian kecil dari responden dengan aktivitas komunikasi di bidang demand tenaga kerja rendah tetapi kurang bahkan tidak pernah melakukan konflik dengan perusahaan BP LNG Tangguh. Hal ini bisa disebabkan oleh faktor karakter biologis atau psikologis dari responden tersebut. Sekalipun aktivitas komunikasi di bidang demand tenaga kerja yang dilakukan rendah, dimana mereka kurang mendapat informasi yang terbuka mengenai demand tenaga kerja dan hanya diwakili oleh kepala-kepala kampung tetapi mereka masih bisa menahan emosinya untuk tidak menunjukkan perilaku konflik dengan perusahaan BP LNG Tangguh. Demikian pula sebaliknya terdapat sebagian kecil responden dengan aktivitas komunikasi cukup tinggi tetapi memiliki perilaku konflik terhadap perusahaan yang cukup tinggi atau sering. Mereka ini umumnya

216 pernah bekerja sebagai karyawan BP LNG Tangguh. Perilaku konflik yang ditunjukkan bukan disebabkan oleh proses aktivitas komunikasi yang menyangkut intensitas, teknik dan model komunikasi yang digunakan dalam bidang demand tenaga kerja tetapi perilaku tersebut lebih ditunjukan karena hasil kerja (out put) yang tidak sesuai dengan harapan responden. Ditemukan kasus bahwa terdapat beberapa responden yang menyimpan konflik laten dalam dirinya dimana mereka beranggapan perusahaan hanya menerima mereka sebagai tenaga kerja untuk menghindari konflik saja, tetapi sebagian besar dari mereka hanya ditempatkan sebagai pekerja-pekerja kasar dan security. Sedangkan bagi mereka, perusahan mempekerjakan anak-anak adat di daerah selatan teluk Bintuni lebih ditempatkan pada posisi yang lebih baik atau bukan pekerja kasar dibandingkan dengan mereka. Kondisi ini jika tidak ditangani dengan baik oleh perusahaan dan tidak ada keterbukaan komunikasi tentang informasi tenaga kerja, maka hal ini ibarat bom waktu yang pada waktu-waktu tertentu akan memunculkan konflik terbuka yang lebih besar terjadi antara perusahaan dengan masyarakat adat sebelah utara teluk Bintuni bahkan timbul kecemburuan sosial yang bisa menyebabkan konflik antara masyarakat adat sebelah utara teluk Bintuni dengan sebelah selatan teluk Bintuni. Untuk lebih mengetahui dan memperkuat terdapat atau tidak terdapatnya hubungan antara aktivitas komunikasi publik perusahaan dalam bidang demand tenaga kerja dengan perilaku konflik maka dilakukan uji secara statistik dengan menggunakan uji korelasi rank spearman yang hasil ujinya ditampilkan pada Tabel 25, menunjukkan bahwa terdapat korelasi rank spearman (rs) antara

217 variabel aktivitas komunikasi publik perusahaan dalam bidang demand tenaga kerja dengan perilaku konflik masyarakat adat adalah sebesar -0,462 dengan arah negatif. Tingkat keeratan berdasarkan kategori JP Guilford (dikutip Harun Al Rasyid, 2004), dikategorikan cukup erat dan sangat signifikan. Hubungan antara kedua variabel tersebut sangat signifikan karena nilai P sebesar sebesar 0,000 lebih kecil dari tingkat kesalahan 0,01. Artinya perubahan yang terjadi pada aktivitas komunikasi publik perusahaan dalam bidang demand tenaga kerja akan diikuti secara negatif oleh perilaku konflik. Atau semakin tinggi aktivitas komunikasi publik perusahaan dalam bidang demand tenaga kerja berhubungan dengan semakin rendah perilaku konflik masyarakat adat dengan perusahaan. Demikian sebaliknya, semakin rendah aktivitas komunikasi publik perusahaan dalam bidang demand tenaga kerja akan berhubungan dengan semakin tinggi perilaku konflik. Hal ini disebabkan perilaku konflik di bidang demand tenaga kerja umumnya disebabkan oleh kurangnya keterbukaan perusahaan dalam mengkomunikasikan informasi penerimaan tenaga kerja. Sehingga faktor komunikasi memiliki peranan penting dalam menentukan tinggi rendahnya konflik di bidang demand tenaga kerja.

218 Dengan demikian untuk mengatasi dan mencegah terjadinya perilaku konflik masyarakat adat dengan perusahaan BP LNG Tangguh, maka perusahaan BP LNG Tangguh harus dapat mengefektifkan dan meningkatkan aktivitas komunikasi publik memalui program CSR dalam bidang demand tenaga kerja khususnya lebih transparan dalam mengkomunikasikan informasi di bidang tenaga kerja. Menurut Nursahid (2008), pelaksanaan CSR yang berhasil akan membawa dampak pada kelangsungan operasi bisnis perusahaan, masyarakat yang merasa mendapatkan manfaat atau keuntungan dari keberadaan berusahaan dengan sendirinya akan turut menjaga keberadaan perusahaan sehingga tidak terjadinya konflik. Sebaliknya jika reputasi perusahaan buruk karena pelaksanaan CSR tidak terkelola dengan baik boleh jadi akan menghadapi masyarakat sekitarnya sebagai musuh utama. Karena itu, untuk menjaga eksistensi dan keberlanjutan kehidupan perusahaan hendaknya perlu melihat aspirasi masyarakat adat yang menjadi sumber konflik dengan masyarakat adat sehingga dapat menyusun strategi penyelesaian konflik khususnya di bidang demand tenaga kerja Hubungan Aktivitas Komunikasi Publik Perusahaan Melalui Program CSR dalam Bidang Pembangunan Sarana Prasarana dengan Perilaku Konflik Masyarakat Adat Masalah pembangunan sarana prasarana yang kurang merata di daerah penelitian bahkan lebih luas lagi daerah sebelah utara teluk Bintuni pernah menjadi sumber konflik dengan perusahaan BP LNG Tangguh. Hal ini ditunjukkan dengan adanya menyampaian aspirasi masyarakat sebelah utara teluk Bintuni lewat demonstrasi yang disampaikan kepada Gubernur Propinsi Papua Barat, yang merasa adanya ketimpangan pembangunan sarana prasarana oleh

219 perusahaan di daerah utara teluk Bintuni dengan daerah selatan teluk Bintuni, khususnya kampung Tanah Merah. (anon, 2007). Fasilitas sarana prasarana yang dibangun di kampung Tanah Merah Baru memang cukup lengkap, mulai dari perumahan masyarakat, pasar, sekolah, asrama bagi siswa-siswi, sarana ibadah umat muslim, kristen dan kalotik, pembangunan jalan aspal, dll. Hal ini disebabkan adanya pembangunan kilang perusahaan BP LNG Tangguh pada kampung lama mereka (Tanah Merah Lama) sehingga masyarakat tersebut harus dipindahkan pada kampung yang telah dibangunan oleh perusahaan dengan fasilitas yang cukup memadai yaitu kampung Tanah Merah Baru. Namun hal ini menimbulkan kecemburuan sosial pada masyarakat adat di daerah sebelah utara teluk Bintuni, sehingga hal ini juga merupakan potensi konflik yang besar dengan perusahaan. Perusahaan BP LNG Tangguh telah melihat hal itu sehingga dengan etikat baik, dan untuk mengurangi kecemburuan sosial pada masyarakat di daerah utara Teluk Bintuni, maka kampung-kampung di daerah tersebut diberi dana pengembangan kampung sebesar Rp ,- rupiah pertahun selama sepuluh tahun. Dana pengembangan kampung ini sudah dilaksanakan dari tahun Namun apabila perencanaan pembangunan kampung dalam bidang pembangunan sarana prasarana kurang efektif maka dapat terjadi terulangnya konflik masyarakat bagian utara teluk Bintuni dengan perusahaan. Untuk itu, dalam menyusun rencara kegiatan pembangunan sarana prasarana kampung yang sesuai dengan kebutuhan dan keinginan masyarakat diperlukan komunikasi yang efektif untuk menggali dan merangsang masyarakat adat untuk membuka suara menyampaikan informasi yang berkaitan dengan masalah yang menjadi

220 kebutuhan dan keinginan atau harapan dari masyarakat adat setempat sehingga kegiatan pembangunan dalam bidang sarana prasarana dapat lebih efektif. Aktivitas komunikasi bidang pembangunan sarana prasana yang dilakukan di daerah penelitian meliputi proses komunikasi untuk membahas program kegiatan dalam bidang pembangunan sarana prasarana yang akan dilaksanakan selama setahun dengan menggunakan dana pengembangan kampung yang diberikan perusahaan kepada masyarakat adat. Aktivitas komunikasi yang dilakukan sudah cukup baik dengan menggunakan model komunikasi partisipatori atau yang dikenal dengan model konvergen. Dimana masyarakatlah yang berpartisipasi menyusun program kegiatan sesuai dengan keinginan dan kebutuhan masyarakat, ikut berpartisipasi melaksanakan kegiatan tersebut dan ikut menikmati hasil tersebut. Model komunikasi ini jika dilaksanakan secara baik dalam berkomunikasi tentu tidak akan menciptakan konflik di bidang pembangunan sarana prasarana. Namun kenyataan masih saja terjadi konflik, terjadinya konflik merupakan efek dari komunikasi yang tidak efektif. Sehingga dapat dikatakan komunikasi memiliki hubungan dengan konflik. Untuk lebih jelasnya, berikut ini akan disajikan hasil penelitian hubungan komunikasi publik dalam bidang pembangunan sarana prasarana dengan perilaku konflik masyarakat adat terhadap perusahan BP LNG Tangguh pada gambar 20 di bawah ini.

221 Gambar 20. Diagram Kontingensi Aktivitas Komunikasi Publik Perusahaan dalam Bidang Pembangunan Sarana Prasarana dengan Perilaku Konflik Masyarakat Adat Gambar 20 menunjukkan bahwa sebagian besar responden dengan aktivitas komunikasi tinggi dalam bidang pembangunan sarana prasarana memiliki tingkat perilaku konflik terhadap perusahaan yang rendah atau tidak pernah melakukan konflik dengan perusahaan. Demikian pula sebaliknya dengan responden yang memiliki aktivitas komunikasi di bidang pembangunan sarana prasarana yang rendah sebagian besar responden memiliki perilaku konflik terhadap perusahaan yang cukup tinggi atau cukup sering bahkan tinggi atau sering Hal ini disebabkan sebagian dari mereka merasa tidak senang mereka tidak dilibatkan dalam aktivitas komunikasi penyusunan program kerja bidang pembangunan sarana prasarana tetapi dituntut untuk terlibat sebagai pekerja dalam proses pelaksanaan kegiatan saja. Sehingga dapat dikatakan terdapatnya hubungan antara aktivitas komunikasi di bidang pembangunan sarana prasarana dengan perilaku konflik masyarakat adat terhadap perusahaan. Dengan demikian tinggi

BAB I PENDAHULUAN. jauh sejak zaman Renaiscance (Brinton, 1981), yaitu munculnya pemikiranpemikiran

BAB I PENDAHULUAN. jauh sejak zaman Renaiscance (Brinton, 1981), yaitu munculnya pemikiranpemikiran BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Gagasan mengenai pembangunan mempunyai latar belakang pemikiran jauh sejak zaman Renaiscance (Brinton, 1981), yaitu munculnya pemikiranpemikiran maju yang melahirkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan tidak lagi dihadapkan pada tanggung jawab yang berpijak pada single

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan tidak lagi dihadapkan pada tanggung jawab yang berpijak pada single BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Sebuah perusahaan yang baik harus mampu mengontrol potensi finansial maupun potensi non finansial di dalam meningkatkan nilai perusahaan untuk eksistensi

Lebih terperinci

PERANAN KELEMBAGAAN DAN TINDAKAN KOMUNIKASI DALAM PENYELESAIAN KONFLIK DI TAMAN NASIONAL UJUNG KULON ETIK SULISTIOWATI NINGSIH

PERANAN KELEMBAGAAN DAN TINDAKAN KOMUNIKASI DALAM PENYELESAIAN KONFLIK DI TAMAN NASIONAL UJUNG KULON ETIK SULISTIOWATI NINGSIH PERANAN KELEMBAGAAN DAN TINDAKAN KOMUNIKASI DALAM PENYELESAIAN KONFLIK DI TAMAN NASIONAL UJUNG KULON ETIK SULISTIOWATI NINGSIH SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008 PERNYATAAN MENGENAI

Lebih terperinci

lingkungan hidup. Atau dengan kata lain merupakan cara perusahaan mengatur proses usaha untuk memproduksi dampak positif pada komunitas.

lingkungan hidup. Atau dengan kata lain merupakan cara perusahaan mengatur proses usaha untuk memproduksi dampak positif pada komunitas. 2 lingkungan hidup. Atau dengan kata lain merupakan cara perusahaan mengatur proses usaha untuk memproduksi dampak positif pada komunitas. Kegiatan CSR dilakukan sejak beberapa tahun belakangan ini, ini

Lebih terperinci

EFEKTIVITAS KOMUNIKASI KLINIK AGRIBISNIS PADA PRIMA TANI DI KECAMATAN LEUWI SADENG BOGOR NIA RACHMAWATI

EFEKTIVITAS KOMUNIKASI KLINIK AGRIBISNIS PADA PRIMA TANI DI KECAMATAN LEUWI SADENG BOGOR NIA RACHMAWATI EFEKTIVITAS KOMUNIKASI KLINIK AGRIBISNIS PADA PRIMA TANI DI KECAMATAN LEUWI SADENG BOGOR NIA RACHMAWATI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI

Lebih terperinci

HUBUNGAN EFEKTIVITAS KOMUNIKASI INTERPERSONAL DENGAN PERILAKU BERCOCOK TANAM PADI SAWAH

HUBUNGAN EFEKTIVITAS KOMUNIKASI INTERPERSONAL DENGAN PERILAKU BERCOCOK TANAM PADI SAWAH HUBUNGAN EFEKTIVITAS KOMUNIKASI INTERPERSONAL DENGAN PERILAKU BERCOCOK TANAM PADI SAWAH (Kasus Desa Waimital Kecamatan Kairatu Kabupaten Seram Bagian Barat) RISYAT ALBERTH FAR FAR SEKOLAH PASCASARJANA

Lebih terperinci

PENGARUH MODEL DAN SUARA NARATOR VIDEO TERHADAP PENINGKATAN PENGETAHUAN TENTANG AIR BERSIH BERBASIS GENDER NURMELATI SEPTIANA

PENGARUH MODEL DAN SUARA NARATOR VIDEO TERHADAP PENINGKATAN PENGETAHUAN TENTANG AIR BERSIH BERBASIS GENDER NURMELATI SEPTIANA PENGARUH MODEL DAN SUARA NARATOR VIDEO TERHADAP PENINGKATAN PENGETAHUAN TENTANG AIR BERSIH BERBASIS GENDER NURMELATI SEPTIANA SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008 PERNYATAAN MENGENAI

Lebih terperinci

PEMANFAATAN INTERNET DAN CD ROM OLEH PENELITI DAN PEREKAYASA BADAN LITBANG PERTANIAN OLEH: INTAN YUDIA NIRMALA

PEMANFAATAN INTERNET DAN CD ROM OLEH PENELITI DAN PEREKAYASA BADAN LITBANG PERTANIAN OLEH: INTAN YUDIA NIRMALA PEMANFAATAN INTERNET DAN CD ROM OLEH PENELITI DAN PEREKAYASA BADAN LITBANG PERTANIAN OLEH: INTAN YUDIA NIRMALA SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2006 SURAT PERNYATAAN Dengan ini Saya menyatakan

Lebih terperinci

PENGUATAN KELEMBAGAAN TANI IKAN MINA SARI. (Studi Kasus di Desa Tegal Arum Kecamatan Rimbo Bujang Kabupaten Tebo Propinsi Jambi)

PENGUATAN KELEMBAGAAN TANI IKAN MINA SARI. (Studi Kasus di Desa Tegal Arum Kecamatan Rimbo Bujang Kabupaten Tebo Propinsi Jambi) PENGUATAN KELEMBAGAAN TANI IKAN MINA SARI (Studi Kasus di Desa Tegal Arum Kecamatan Rimbo Bujang Kabupaten Tebo Propinsi Jambi) RONALD FRANSISCO MARBUN SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

Lebih terperinci

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2007 SURAT PERNYATAAN

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2007 SURAT PERNYATAAN HUBUNGAN KARAKTERISTIK INDIVIDU DAN AKTIVITAS KOMUNIKASI DENGAN PERILAKU MASYARAKAT DALAM MENGEMBANGKAN PERKAMPUNGAN BUDAYA BETAWI SITU BABAKAN JAKARTA SELATAN USMIZA ASTUTI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT

Lebih terperinci

PERILAKU KOMUNIKASI APARAT PEMDA KABUPATEN DALAM PENGARUSUTAMAAN GENDER DI ERA OTONOMI DAERAH (Kasus pada Kabupaten Lampung Timur) ABDUL KHALIQ

PERILAKU KOMUNIKASI APARAT PEMDA KABUPATEN DALAM PENGARUSUTAMAAN GENDER DI ERA OTONOMI DAERAH (Kasus pada Kabupaten Lampung Timur) ABDUL KHALIQ PERILAKU KOMUNIKASI APARAT PEMDA KABUPATEN DALAM PENGARUSUTAMAAN GENDER DI ERA OTONOMI DAERAH (Kasus pada Kabupaten Lampung Timur) ABDUL KHALIQ SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2006 PERNYATAAN

Lebih terperinci

STRATEGI MENSINERGIKAN PROGRAM PENGEMBANGAN MASYARAKAT DENGAN PROGRAM PEMBANGUNAN DAERAH

STRATEGI MENSINERGIKAN PROGRAM PENGEMBANGAN MASYARAKAT DENGAN PROGRAM PEMBANGUNAN DAERAH STRATEGI MENSINERGIKAN PROGRAM PENGEMBANGAN MASYARAKAT DENGAN PROGRAM PEMBANGUNAN DAERAH (Kasus Program Community Development Perusahaan Star Energy di Kabupaten Natuna dan Kabupaten Anambas) AKMARUZZAMAN

Lebih terperinci

EFEKTIVITAS KOMUNIKASI PEMUKA PENDAPAT KELOMPOK TANI DALAM MENGGUNAKAN TEKNOLOGI USAHATANI PADI

EFEKTIVITAS KOMUNIKASI PEMUKA PENDAPAT KELOMPOK TANI DALAM MENGGUNAKAN TEKNOLOGI USAHATANI PADI EFEKTIVITAS KOMUNIKASI PEMUKA PENDAPAT KELOMPOK TANI DALAM MENGGUNAKAN TEKNOLOGI USAHATANI PADI (Kasus di Kecamatan Kupang Tengah Kabupaten Kupang NTT) IRIANUS REJEKI ROHI SEKOLAH PASCA SARJANA INSTITUT

Lebih terperinci

PENGUATAN TANGGUNG JAWAB SOSIAL MASYARAKAT TERHADAP TENAGA KERJA PENYANDANG CACAT TUBUH MELALUI POLA KEMITRAAN LOKAL

PENGUATAN TANGGUNG JAWAB SOSIAL MASYARAKAT TERHADAP TENAGA KERJA PENYANDANG CACAT TUBUH MELALUI POLA KEMITRAAN LOKAL PENGUATAN TANGGUNG JAWAB SOSIAL MASYARAKAT TERHADAP TENAGA KERJA PENYANDANG CACAT TUBUH MELALUI POLA KEMITRAAN LOKAL (Studi Kasus di Kelurahan Karadenan Kecamatan Cibinong Kabupaten Bogor) SRI HANDAYANI

Lebih terperinci

PENGARUH SERTIFIKASI GURU TERHADAP KESEJAHTERAAN DAN KINERJA GURU DI KABUPATEN SUMEDANG RIZKY RAHADIKHA

PENGARUH SERTIFIKASI GURU TERHADAP KESEJAHTERAAN DAN KINERJA GURU DI KABUPATEN SUMEDANG RIZKY RAHADIKHA 1 PENGARUH SERTIFIKASI GURU TERHADAP KESEJAHTERAAN DAN KINERJA GURU DI KABUPATEN SUMEDANG RIZKY RAHADIKHA SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI

Lebih terperinci

PEMBERDAYAAN KOMUNITAS MISKIN

PEMBERDAYAAN KOMUNITAS MISKIN PEMBERDAYAAN KOMUNITAS MISKIN (Studi Kasus di Desa Mambalan Kecamatan Gunungsari Kabupaten Lombok Barat Propinsi NTB) CHANDRA APRINOVA SEKOLAH PASCA SARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2006 @ Hak Cipta

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Tingkat Aktivitas Komunikasi Publik Perusahaan Melalui Program Tanggung Jawab Sosial Perusahaan (CSR/ Corporate Social Responsibility) Aktivitas komunikasi publik perusahaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menghasilkan laba untuk sebesar-besarnya kemakmuran pemagang saham.

BAB I PENDAHULUAN. menghasilkan laba untuk sebesar-besarnya kemakmuran pemagang saham. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perusahaan adalah sebuah entitas ekonomi yang konsep utamanya adalah menghasilkan laba untuk sebesar-besarnya kemakmuran pemagang saham. Manajemen perusahaan berusaha

Lebih terperinci

PROSES KOMUNIKASI DAN PARTISIPASI DALAM PEMBANGUNAN MASYARAKAT DESA (Kasus Program Raksa Desa di Kecamatan Ciampea Kabupaten Bogor) SRI WAHYUNI

PROSES KOMUNIKASI DAN PARTISIPASI DALAM PEMBANGUNAN MASYARAKAT DESA (Kasus Program Raksa Desa di Kecamatan Ciampea Kabupaten Bogor) SRI WAHYUNI PROSES KOMUNIKASI DAN PARTISIPASI DALAM PEMBANGUNAN MASYARAKAT DESA (Kasus Program Raksa Desa di Kecamatan Ciampea Kabupaten Bogor) SRI WAHYUNI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2006

Lebih terperinci

HUBUNGAN EFEKTIVITAS SISTEM PENILAIAN KINERJA DENGAN KINERJA KARYAWAN PADA KANTOR PUSAT PT PP (PERSERO), TBK JULIANA MAISYARA

HUBUNGAN EFEKTIVITAS SISTEM PENILAIAN KINERJA DENGAN KINERJA KARYAWAN PADA KANTOR PUSAT PT PP (PERSERO), TBK JULIANA MAISYARA HUBUNGAN EFEKTIVITAS SISTEM PENILAIAN KINERJA DENGAN KINERJA KARYAWAN PADA KANTOR PUSAT PT PP (PERSERO), TBK JULIANA MAISYARA SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014 PERNYATAAN MENGENAI

Lebih terperinci

PENGARUH IMPLEMENTASI CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY (CSR) TERHADAP PROFITABILITAS PERUSAHAAN PERKEBUNAN TESIS. Oleh RIANTRI BARUS /MAG

PENGARUH IMPLEMENTASI CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY (CSR) TERHADAP PROFITABILITAS PERUSAHAAN PERKEBUNAN TESIS. Oleh RIANTRI BARUS /MAG PENGARUH IMPLEMENTASI CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY (CSR) TERHADAP PROFITABILITAS PERUSAHAAN PERKEBUNAN TESIS Oleh RIANTRI BARUS 117039025/MAG PROGRAM STUDI MAGISTER AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. operasional perusahaan akan memberikan dampak sosial dan lingkungan disekitar

BAB I PENDAHULUAN. operasional perusahaan akan memberikan dampak sosial dan lingkungan disekitar BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Untuk menjaga keberlangsungannya, perusahaan tidak bisa hanya memperhatikan aspek keuangan namun juga harus memperhatikan aspek sosial dan lingkungan karena

Lebih terperinci

PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR HUBUNGAN PEMANFAATAN MEDIA KOMUNIKASI PRIMA TANI DAN AKSESIBILITAS KELEMBAGAAN TANI DENGAN PERSEPSI PETANI TENTANG INTRODUKSI TEKNOLOGI AGRIBISNIS INDUSTRIAL PEDESAAN (Kasus di Jawa Barat dan Sulawesi

Lebih terperinci

PENGUATAN KAPASITAS LEMBAGA SIMPAN PINJAM RUKUN LESTARI UNTUK PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MISKIN

PENGUATAN KAPASITAS LEMBAGA SIMPAN PINJAM RUKUN LESTARI UNTUK PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MISKIN 136 PENGUATAN KAPASITAS LEMBAGA SIMPAN PINJAM RUKUN LESTARI UNTUK PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MISKIN (KASUS DI RW 04 DUSUN DAWUKAN DESA SENDANGTIRTO KECAMATAN BERBAH KABUPATEN SLEMAN YOGYAKARTA) DJULI SUGIARTO

Lebih terperinci

HUBUNGAN PROFIL INDIVIDU, IKLIM KOMUNIKASI ORGANISASI DAN PERILAKU KOMUNIKASI APARATUR DENGAN PELAKSANAAN GOOD GOVERNANCE

HUBUNGAN PROFIL INDIVIDU, IKLIM KOMUNIKASI ORGANISASI DAN PERILAKU KOMUNIKASI APARATUR DENGAN PELAKSANAAN GOOD GOVERNANCE HUBUNGAN PROFIL INDIVIDU, IKLIM KOMUNIKASI ORGANISASI DAN PERILAKU KOMUNIKASI APARATUR DENGAN PELAKSANAAN GOOD GOVERNANCE (Kasus pada Dinas Pertanian dan Peternakan, Dinas Perkebunan, Dinas Kelautan dan

Lebih terperinci

HUBUNGAN PROFIL INDIVIDU, IKLIM KOMUNIKASI ORGANISASI DAN PERILAKU KOMUNIKASI APARATUR DENGAN PELAKSANAAN GOOD GOVERNANCE

HUBUNGAN PROFIL INDIVIDU, IKLIM KOMUNIKASI ORGANISASI DAN PERILAKU KOMUNIKASI APARATUR DENGAN PELAKSANAAN GOOD GOVERNANCE HUBUNGAN PROFIL INDIVIDU, IKLIM KOMUNIKASI ORGANISASI DAN PERILAKU KOMUNIKASI APARATUR DENGAN PELAKSANAAN GOOD GOVERNANCE (Kasus pada Dinas Pertanian dan Peternakan, Dinas Perkebunan, Dinas Kelautan dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bisnis Indonesia. Masyarakat telah semakin kritis dan mampu melakukan

BAB I PENDAHULUAN. bisnis Indonesia. Masyarakat telah semakin kritis dan mampu melakukan BAB I PENDAHULUAN 14. Latar Belakang Masalah Semenjak runtuhnya pemerintahan Orde Baru, masyarakat semakin berani untuk beraspirasi dan mengekspresikan tuntutannya terhadap perkembangan dunia bisnis Indonesia.

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK Fe, NITROGEN, FOSFOR, DAN FITOPLANKTON PADA BEBERAPA TIPE PERAIRAN KOLONG BEKAS GALIAN TIMAH ROBANI JUHAR

KARAKTERISTIK Fe, NITROGEN, FOSFOR, DAN FITOPLANKTON PADA BEBERAPA TIPE PERAIRAN KOLONG BEKAS GALIAN TIMAH ROBANI JUHAR KARAKTERISTIK Fe, NITROGEN, FOSFOR, DAN FITOPLANKTON PADA BEBERAPA TIPE PERAIRAN KOLONG BEKAS GALIAN TIMAH ROBANI JUHAR PROGRAM PASCA SARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008 PERNYATAAN MENGENAI TESIS

Lebih terperinci

PENGUATAN KAPASITAS YAYASAN PRIMARI DALAM PENCEGAHAN ORANG DENGAN HIV / AIDS DI KELURAHAN KARANG TUMARITIS KABUPATEN NABIRE GERSON RAMANDEY

PENGUATAN KAPASITAS YAYASAN PRIMARI DALAM PENCEGAHAN ORANG DENGAN HIV / AIDS DI KELURAHAN KARANG TUMARITIS KABUPATEN NABIRE GERSON RAMANDEY PENGUATAN KAPASITAS YAYASAN PRIMARI DALAM PENCEGAHAN ORANG DENGAN HIV / AIDS DI KELURAHAN KARANG TUMARITIS KABUPATEN NABIRE GERSON RAMANDEY SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR B O G O R 2005

Lebih terperinci

ANALISIS PENGEMBANGAN KOMODITAS DI KAWASAN AGROPOLITAN BATUMARTA KABUPATEN OGAN KOMERING ULU ROSITADEVY

ANALISIS PENGEMBANGAN KOMODITAS DI KAWASAN AGROPOLITAN BATUMARTA KABUPATEN OGAN KOMERING ULU ROSITADEVY ANALISIS PENGEMBANGAN KOMODITAS DI KAWASAN AGROPOLITAN BATUMARTA KABUPATEN OGAN KOMERING ULU ROSITADEVY SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2007 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI

Lebih terperinci

KEEFEKTIVAN KOMUNIKASI MASYARAKAT ACEH DI BOGOR MENGENAI PENGELOLAAN DAMPAK TSUNAMI YUSNIDAR

KEEFEKTIVAN KOMUNIKASI MASYARAKAT ACEH DI BOGOR MENGENAI PENGELOLAAN DAMPAK TSUNAMI YUSNIDAR KEEFEKTIVAN KOMUNIKASI MASYARAKAT ACEH DI BOGOR MENGENAI PENGELOLAAN DAMPAK TSUNAMI YUSNIDAR SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2006 ABSTRAK YUSNIDAR. Keefektivan Komunikasi Masyarakat

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN KAPASITAS KELEMBAGAAN KELOMPOK SWADAYA MASYARAKAT

PENGEMBANGAN KAPASITAS KELEMBAGAAN KELOMPOK SWADAYA MASYARAKAT PENGEMBANGAN KAPASITAS KELEMBAGAAN KELOMPOK SWADAYA MASYARAKAT (Studi Kasus di Desa Wonokromo Kecamatan Pleret Kabupaten Bantul Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta) Nurul Hidayah SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Konteks Penelitian. Dewasa ini, perkembangan perekonomian serta perubahan lingkungan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Konteks Penelitian. Dewasa ini, perkembangan perekonomian serta perubahan lingkungan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Penelitian Dewasa ini, perkembangan perekonomian serta perubahan lingkungan yang dihadapi dunia begitu cepat dan dinamis. Perkembangan ekonomi tentunya memberikan perubahan

Lebih terperinci

PROSES KOMUNIKASI DAN PARTISIPASI DALAM PEMBANGUNAN MASYARAKAT DESA (Kasus Program Raksa Desa di Kecamatan Ciampea Kabupaten Bogor) SRI WAHYUNI

PROSES KOMUNIKASI DAN PARTISIPASI DALAM PEMBANGUNAN MASYARAKAT DESA (Kasus Program Raksa Desa di Kecamatan Ciampea Kabupaten Bogor) SRI WAHYUNI PROSES KOMUNIKASI DAN PARTISIPASI DALAM PEMBANGUNAN MASYARAKAT DESA (Kasus Program Raksa Desa di Kecamatan Ciampea Kabupaten Bogor) SRI WAHYUNI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2006

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dihadapkan pada tanggung jawab yang berpijak atas single bottom line, yaitu

BAB I PENDAHULUAN. dihadapkan pada tanggung jawab yang berpijak atas single bottom line, yaitu BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kegiatan bisnis semakin berkembang dari tahun ke tahun sesuai dengan perkembangan teknologi dunia yang semakin canggih. Salah satu kegiatan bisnis yang terus berkembang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk fokus pada pengembangan hubungan sosialnya kepada stakeholders

BAB I PENDAHULUAN. untuk fokus pada pengembangan hubungan sosialnya kepada stakeholders BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Seiring berkembangnya jaman yang semakin modern ini menjadikan dunia bisnis menuntut perusahaan untuk berkompetisi dan mempertahankan usahanya. Hal ini dimaksudkan bahwa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mempertahankan keunggulan kompetitif (competitive advantage) bisnisnya agar

BAB I PENDAHULUAN. mempertahankan keunggulan kompetitif (competitive advantage) bisnisnya agar BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini tidak dapat dipungkiri bahwa globalisasi telah mempengaruhi beberapa aspek kehidupan manusia. Salah satu aspek yang paling signifikan perubahannya adalah

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI LAHAN KRITIS DALAM KAITANNYA DENGAN PENATAAN RUANG DAN KEGIATAN REHABILITASI LAHAN DI KABUPATEN SUMEDANG DIAN HERDIANA

IDENTIFIKASI LAHAN KRITIS DALAM KAITANNYA DENGAN PENATAAN RUANG DAN KEGIATAN REHABILITASI LAHAN DI KABUPATEN SUMEDANG DIAN HERDIANA IDENTIFIKASI LAHAN KRITIS DALAM KAITANNYA DENGAN PENATAAN RUANG DAN KEGIATAN REHABILITASI LAHAN DI KABUPATEN SUMEDANG DIAN HERDIANA PROGRAM STUDI ILMU PERENCANAAN WILAYAH SEKOLAH PASCA SARJANA INSTITUT

Lebih terperinci

ANALISIS EFEKTIVITAS SISTEM PENILAIAN KINERJA DAN HUBUNGANNYA DENGAN PENGEMBANGAN KARIR PADA KANTOR PUSAT PT BUKIT ASAM (PERSERO), TBK.

ANALISIS EFEKTIVITAS SISTEM PENILAIAN KINERJA DAN HUBUNGANNYA DENGAN PENGEMBANGAN KARIR PADA KANTOR PUSAT PT BUKIT ASAM (PERSERO), TBK. ANALISIS EFEKTIVITAS SISTEM PENILAIAN KINERJA DAN HUBUNGANNYA DENGAN PENGEMBANGAN KARIR PADA KANTOR PUSAT PT BUKIT ASAM (PERSERO), TBK. Oleh: Gusri Ayu Farsa PROGRAM STUDI MANAJEMEN DAN BISNIS SEKOLAH

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan sebagai suatu bentuk organisasi yang melakukan aktivitas

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan sebagai suatu bentuk organisasi yang melakukan aktivitas BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perusahaan sebagai suatu bentuk organisasi yang melakukan aktivitas dengan menggunakan sumber daya yang tersedia untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan

Lebih terperinci

Corporate Social Responsibility (CSR) Bidang Pertanian

Corporate Social Responsibility (CSR) Bidang Pertanian Corporate Social Responsibility (CSR) Bidang Pertanian Alasan Perusahaan melakukan CSR Dr. Ir. Teguh Kismantoroadji, M.Si. Ir. Indah Widowati, MP. Eko Murdiyanto, SP., M.Si. Pertemuan-6 PROGRAM STUDI AGRIBISNIS

Lebih terperinci

HUBUNGAN AKTIVITAS KOMUNIKASI ORGANISASI DENGAN PENGHAYATAN BUDAYA PERUSAHAAN (Kasus di PT. Madu Pramuka, Cibubur - Jakarta Timur)

HUBUNGAN AKTIVITAS KOMUNIKASI ORGANISASI DENGAN PENGHAYATAN BUDAYA PERUSAHAAN (Kasus di PT. Madu Pramuka, Cibubur - Jakarta Timur) HUBUNGAN AKTIVITAS KOMUNIKASI ORGANISASI DENGAN PENGHAYATAN BUDAYA PERUSAHAAN (Kasus di PT. Madu Pramuka, Cibubur - Jakarta Timur) SKRIPSI DEWI SHINTA KOMALA SARI PROGRAM STUDI SOSIAL EKONOMI PETERNAKAN

Lebih terperinci

KOMUNIKASI PARTISIPATIF WARGA PADA BENGKULU REGIONAL DEVELOPMENT PROJECT GITA MULYASARI

KOMUNIKASI PARTISIPATIF WARGA PADA BENGKULU REGIONAL DEVELOPMENT PROJECT GITA MULYASARI KOMUNIKASI PARTISIPATIF WARGA PADA BENGKULU REGIONAL DEVELOPMENT PROJECT (Kasus di Desa Pondok Kubang Kecamatan Pondok Kelapa Kabupaten Bengkulu Tengah) GITA MULYASARI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

PENGUATAN KELEMBAGAAN PENGELOLAAN AIR UNTUK KEBERLANJUTAN PELAYANAN AIR BERSIH

PENGUATAN KELEMBAGAAN PENGELOLAAN AIR UNTUK KEBERLANJUTAN PELAYANAN AIR BERSIH 1 PENGUATAN KELEMBAGAAN PENGELOLAAN AIR UNTUK KEBERLANJUTAN PELAYANAN AIR BERSIH (Studi Di Kampung Jetisharjo, Kelurahan Cokrodiningratan, Kecamatan Jetis, Kota Yogyakarta Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta)

Lebih terperinci

SEBARAN ASIMTOTIK PENDUGA KOMPONEN PERIODIK FUNGSI INTENSITAS PROSES POISSON PERIODIK DENGAN TREN FUNGSI PANGKAT RO FAH NUR RACHMAWATI

SEBARAN ASIMTOTIK PENDUGA KOMPONEN PERIODIK FUNGSI INTENSITAS PROSES POISSON PERIODIK DENGAN TREN FUNGSI PANGKAT RO FAH NUR RACHMAWATI SEBARAN ASIMTOTIK PENDUGA KOMPONEN PERIODIK FUNGSI INTENSITAS PROSES POISSON PERIODIK DENGAN TREN FUNGSI PANGKAT RO FAH NUR RACHMAWATI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2010 PERNYATAAN

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. (profit) yang sebesar-besarnya (Megawati, 2009:1). Menurut Kurniati, (2011:18),

BAB 1 PENDAHULUAN. (profit) yang sebesar-besarnya (Megawati, 2009:1). Menurut Kurniati, (2011:18), 1. Pendahuluan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada dasarnya tujuan suatu perusahaan berdiri adalah untuk memperoleh laba (profit) yang sebesar-besarnya (Megawati, 2009:1). Menurut Kurniati,

Lebih terperinci

MODEL PERAMALAN HARGA SAHAM DENGAN JARINGAN SYARAF TIRUAN PROPAGASI BALIK TRIANA ENDANG

MODEL PERAMALAN HARGA SAHAM DENGAN JARINGAN SYARAF TIRUAN PROPAGASI BALIK TRIANA ENDANG MODEL PERAMALAN HARGA SAHAM DENGAN JARINGAN SYARAF TIRUAN PROPAGASI BALIK TRIANA ENDANG SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. dari kegiatan atau tindakan ekonomi perusahaan. Kegiatan produksi yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. dari kegiatan atau tindakan ekonomi perusahaan. Kegiatan produksi yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Perusahaan dalam melaksanakan kegiatan bisnis tujuan utamanya adalah untuk mendapatkan keuntungan secara maksimal. Untuk mencapai tujuan tersebut perusahaan seringkali

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dalam dunia industri yang sangat menuntut perbaikan berkelanjutan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dalam dunia industri yang sangat menuntut perbaikan berkelanjutan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam dunia industri yang sangat menuntut perbaikan berkelanjutan dewasa ini telah banyak dirasakan dampak paham ekonomi kapitalis. Banyak perusahaan yang dalam kegiatannya

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia memiliki sumber daya alam yang berlimpah, yang kemudian

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia memiliki sumber daya alam yang berlimpah, yang kemudian BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia memiliki sumber daya alam yang berlimpah, yang kemudian dimanfaatkan oleh banyak perusahaan untuk memperoleh keuntungan dari hasil tambang batubara. Keberadaan

Lebih terperinci

HUBUNGAN PERILAKU PETUGAS KESEHATAN DI BAGIAN PENDAFTARAN PASIEN RAWAT JALAN DENGAN TINGKAT KEPUASAN PASIEN DI RSUD IDI KABUPATEN ACEH TIMUR TESIS

HUBUNGAN PERILAKU PETUGAS KESEHATAN DI BAGIAN PENDAFTARAN PASIEN RAWAT JALAN DENGAN TINGKAT KEPUASAN PASIEN DI RSUD IDI KABUPATEN ACEH TIMUR TESIS HUBUNGAN PERILAKU PETUGAS KESEHATAN DI BAGIAN PENDAFTARAN PASIEN RAWAT JALAN DENGAN TINGKAT KEPUASAN PASIEN DI RSUD IDI KABUPATEN ACEH TIMUR TESIS Oleh SYARIFAH RINA 127032016/IKM PROGRAM STUDI S2 ILMU

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memperhatikan keadaan gejala sosial budaya yang ada disekitarnya.

BAB I PENDAHULUAN. memperhatikan keadaan gejala sosial budaya yang ada disekitarnya. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Semakin ketatnya persaingan dalam bisnis usaha di Indonesia mendorong banyak perusahaan untuk lebih berpikir ke depan guna menjalankan strategi yang terbaik

Lebih terperinci

KETERKAITAN SEKTOR UNGGULAN DAN KARAKTERISTIK TIPOLOGI WILAYAH DALAM PENGEMBANGAN KAWASAN STRATEGIS

KETERKAITAN SEKTOR UNGGULAN DAN KARAKTERISTIK TIPOLOGI WILAYAH DALAM PENGEMBANGAN KAWASAN STRATEGIS KETERKAITAN SEKTOR UNGGULAN DAN KARAKTERISTIK TIPOLOGI WILAYAH DALAM PENGEMBANGAN KAWASAN STRATEGIS Studi Kasus Kawasan Kedungsapur di Provinsi Jawa Tengah DYAH KUSUMAWATI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT

Lebih terperinci

ANALISIS KEPUASAN PENGGUNA JASA PELAYANAN PERIZINAN PENANAMAN MODAL DI PELAYANAN TERPADU SATU PINTU (PTSP), BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL (BKPM)

ANALISIS KEPUASAN PENGGUNA JASA PELAYANAN PERIZINAN PENANAMAN MODAL DI PELAYANAN TERPADU SATU PINTU (PTSP), BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL (BKPM) ANALISIS KEPUASAN PENGGUNA JASA PELAYANAN PERIZINAN PENANAMAN MODAL DI PELAYANAN TERPADU SATU PINTU (PTSP), BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL (BKPM) EPI RATRI ZUWITA PROGRAM STUDI MANAJEMEN DAN BISNIS SEKOLAH

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebagai lingkungan eksternalnya. Ada hubungan timbal balik antara

BAB I PENDAHULUAN. sebagai lingkungan eksternalnya. Ada hubungan timbal balik antara 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Esistensi suatu perusahaan tidak bisa dipisahkan dengan masyarakat sebagai lingkungan eksternalnya. Ada hubungan timbal balik antara perusahaan dengan masyarakat.

Lebih terperinci

ANALISIS BIPLOT UNTUK MEMETAKAN MUTU SEKOLAH YANG SESUAI DENGAN NILAI UJIAN NASIONAL SUJITA

ANALISIS BIPLOT UNTUK MEMETAKAN MUTU SEKOLAH YANG SESUAI DENGAN NILAI UJIAN NASIONAL SUJITA ANALISIS BIPLOT UNTUK MEMETAKAN MUTU SEKOLAH YANG SESUAI DENGAN NILAI UJIAN NASIONAL SUJITA SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI Dengan

Lebih terperinci

PERSEPSI DAN PARTISIPASI PETERNAK TENTANG PROGRAM PERGULIRAN TERNAK DOMBA

PERSEPSI DAN PARTISIPASI PETERNAK TENTANG PROGRAM PERGULIRAN TERNAK DOMBA PERSEPSI DAN PARTISIPASI PETERNAK TENTANG PROGRAM PERGULIRAN TERNAK DOMBA (Kasus Kelompok Tani Mandiri, Desa Laladon, Kecamatan Ciomas, Kabupaten Bogor) SKRIPSI RENDY JUARSYAH PROGRAM STUDI SOSIAL EKONOMI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terutama negara-negara berkembang, khususnya Indonesia. Ditambah lagi. baru yang memanfaatkan kawasan Free Trade Area dalam tingkat

BAB I PENDAHULUAN. terutama negara-negara berkembang, khususnya Indonesia. Ditambah lagi. baru yang memanfaatkan kawasan Free Trade Area dalam tingkat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Globalisasi yang ditandai dengan adanya keterbukaan dan kebebasan mengakibatkan terjadinya perubahan dalam berbagai aspek kehidupan, terutama negara-negara berkembang,

Lebih terperinci

PENDAYAGUNAAN KELEMBAGAAN USAHA KESEJAHTERAAN SOSIAL (UKS) DALAM UPAYA MENSEJAHTERAKAN KELUARGA MISKIN

PENDAYAGUNAAN KELEMBAGAAN USAHA KESEJAHTERAAN SOSIAL (UKS) DALAM UPAYA MENSEJAHTERAKAN KELUARGA MISKIN PENDAYAGUNAAN KELEMBAGAAN USAHA KESEJAHTERAAN SOSIAL (UKS) DALAM UPAYA MENSEJAHTERAKAN KELUARGA MISKIN (Kasus di Kelurahan Cigadung Kecamatan Cibeunying Kaler Kota Bandung) ERNA SUSANTY SEKOLAH PASCA SARJANA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan negatif. Di satu sisi, perusahaan menyediakan barang dan jasa yang diperlukan oleh

BAB I PENDAHULUAN. dan negatif. Di satu sisi, perusahaan menyediakan barang dan jasa yang diperlukan oleh BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Keberadaan perusahaan dalam masyarakat dapat memberikan aspek yang positif dan negatif. Di satu sisi, perusahaan menyediakan barang dan jasa yang diperlukan oleh masyarakat

Lebih terperinci

PERANAN BANK PERKREDITAN RAKYAT BINAAN TERHADAP KINERJA USAHA KECIL DI SUMATERA BARAT ZEDNITA AZRIANI

PERANAN BANK PERKREDITAN RAKYAT BINAAN TERHADAP KINERJA USAHA KECIL DI SUMATERA BARAT ZEDNITA AZRIANI PERANAN BANK PERKREDITAN RAKYAT BINAAN TERHADAP KINERJA USAHA KECIL DI SUMATERA BARAT BANK NAGARI ZEDNITA AZRIANI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008 SURAT PERNYATAAN Saya menyatakan

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI PROGRAM CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY (CSR) DALAM PEMBERDAYAAN UKM PADA BANK MANDIRI

IMPLEMENTASI PROGRAM CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY (CSR) DALAM PEMBERDAYAAN UKM PADA BANK MANDIRI IMPLEMENTASI PROGRAM CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY (CSR) DALAM PEMBERDAYAAN UKM PADA BANK MANDIRI SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan dalam Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Akuntansi

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI MOTIVASI PETERNAK DALAM MENGEMBANGKAN USAHATERNAK DOMBA (Kasus : Desa Cigudeg Kecamatan Cigudeg Kabupaten Bogor)

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI MOTIVASI PETERNAK DALAM MENGEMBANGKAN USAHATERNAK DOMBA (Kasus : Desa Cigudeg Kecamatan Cigudeg Kabupaten Bogor) FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI MOTIVASI PETERNAK DALAM MENGEMBANGKAN USAHATERNAK DOMBA (Kasus : Desa Cigudeg Kecamatan Cigudeg Kabupaten Bogor) SKRIPSI MUKHAMAD FATHONI PROGRAM STUDI SOSIAL EKONOMI PETERNAKAN

Lebih terperinci

MODEL PEMBERIAN KOMPENSASI BAGI PENGANGGUR UNTUK MENCAPAI KESEJAHTERAAN EKONOMI HADI KUSWANTO

MODEL PEMBERIAN KOMPENSASI BAGI PENGANGGUR UNTUK MENCAPAI KESEJAHTERAAN EKONOMI HADI KUSWANTO MODEL PEMBERIAN KOMPENSASI BAGI PENGANGGUR UNTUK MENCAPAI KESEJAHTERAAN EKONOMI HADI KUSWANTO SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI Dengan

Lebih terperinci

HUBUNGAN KEBIJAKAN PEMERINTAH DENGAN PEMASARAN KERUPUK IKAN HASIL HOME INDUSTRY PENGARUHNYA TERHADAP PENDAPATAN NELAYAN DI KABUPATEN TUBAN

HUBUNGAN KEBIJAKAN PEMERINTAH DENGAN PEMASARAN KERUPUK IKAN HASIL HOME INDUSTRY PENGARUHNYA TERHADAP PENDAPATAN NELAYAN DI KABUPATEN TUBAN HUBUNGAN KEBIJAKAN PEMERINTAH DENGAN PEMASARAN KERUPUK IKAN HASIL HOME INDUSTRY PENGARUHNYA TERHADAP PENDAPATAN NELAYAN DI KABUPATEN TUBAN NONO SAMPONO SEKOLAH PASCASARJANA PROGRAM STUDI TEKNOLOGI KELAUTAN

Lebih terperinci

SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Dalam Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Komunikasi Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya

SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Dalam Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Komunikasi Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya Hubungan Program Corporate Social Responsibility (CSR) Kampung Sehat Oleh PT. Petrokimia Gresik dengan Citra Perusahaan pada Masyarakat di Wilayah Ring I, Gresik SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kunci dari konsep pembangunan berkelanjutan (Sustainable Development)

BAB 1 PENDAHULUAN. kunci dari konsep pembangunan berkelanjutan (Sustainable Development) 16 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Saat ini dunia usaha tidak lagi hanya memperhatikan catatan keuangan perusahaan semata (single bottom line), juga aspek sosial dan lingkungan yang biasa

Lebih terperinci

MODEL OPTIMASI JADWAL UJIAN DAN IMPLEMENTASINYA PADA UNIVERSITAS TERBUKA ASMARA IRIANI TARIGAN

MODEL OPTIMASI JADWAL UJIAN DAN IMPLEMENTASINYA PADA UNIVERSITAS TERBUKA ASMARA IRIANI TARIGAN MODEL OPTIMASI JADWAL UJIAN DAN IMPLEMENTASINYA PADA UNIVERSITAS TERBUKA ASMARA IRIANI TARIGAN SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI Dengan

Lebih terperinci

PERSEPSI ANGGOTA TERHADAP PERAN KELOMPOK TANI PADA PENERAPAN TEKNOLOGI USAHATANI BELIMBING

PERSEPSI ANGGOTA TERHADAP PERAN KELOMPOK TANI PADA PENERAPAN TEKNOLOGI USAHATANI BELIMBING PERSEPSI ANGGOTA TERHADAP PERAN KELOMPOK TANI PADA PENERAPAN TEKNOLOGI USAHATANI BELIMBING (Kasus Kelompok Tani Kelurahan Pasir Putih, Kecamatan Sawangan, Kota Depok) DIARSI EKA YANI SEKOLAH PASCASARJANA

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KINERJA PEGAWAI DI SEKRETARIAT KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP FIRDAUS ALIM DAMOPOLII

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KINERJA PEGAWAI DI SEKRETARIAT KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP FIRDAUS ALIM DAMOPOLII FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KINERJA PEGAWAI DI SEKRETARIAT KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP FIRDAUS ALIM DAMOPOLII SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN

Lebih terperinci

ANALISIS EFEKTIVITAS KOMUNIKASI MODEL PRIMA TANI SEBAGAI DISEMINASI TEKNOLOGI PERTANIAN DI DESA CITARIK KABUPATEN KARAWANG JAWA BARAT

ANALISIS EFEKTIVITAS KOMUNIKASI MODEL PRIMA TANI SEBAGAI DISEMINASI TEKNOLOGI PERTANIAN DI DESA CITARIK KABUPATEN KARAWANG JAWA BARAT ANALISIS EFEKTIVITAS KOMUNIKASI MODEL PRIMA TANI SEBAGAI DISEMINASI TEKNOLOGI PERTANIAN DI DESA CITARIK KABUPATEN KARAWANG JAWA BARAT FIRMANTO NOVIAR SUWANDA SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

HUBUNGAN PERAN GANDA DENGAN PENGEMBANGAN KARIER WANITA (Kelurahan Menteng, Kecamatan Bogor Barat, Kota Bogor, Propinsi Jawa Barat)

HUBUNGAN PERAN GANDA DENGAN PENGEMBANGAN KARIER WANITA (Kelurahan Menteng, Kecamatan Bogor Barat, Kota Bogor, Propinsi Jawa Barat) HUBUNGAN PERAN GANDA DENGAN PENGEMBANGAN KARIER WANITA (Kelurahan Menteng, Kecamatan Bogor Barat, Kota Bogor, Propinsi Jawa Barat) PALUPI CIPTONINGRUM I34050807 SKRIPSI DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan sebagai salah satu pelaku ekonomi memiliki peranan penting

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan sebagai salah satu pelaku ekonomi memiliki peranan penting BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perusahaan sebagai salah satu pelaku ekonomi memiliki peranan penting terhadap kelangsungan hidup perekonomian dan masyarakat secara luas. Meskipun mereka

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dikelola untuk menghasilkan barang atau jasa (output) kepada pelanggan

BAB 1 PENDAHULUAN. dikelola untuk menghasilkan barang atau jasa (output) kepada pelanggan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Secara umum, perusahaan atau business merupakan suatu organisasi atau lembaga dimana sumber daya (input) dasar seperti bahan baku dan tenaga kerja dikelola

Lebih terperinci

KONVERGENSI KEEFEKTIVAN KEPEMIMPINAN (Kasus Anggota Gabungan Kelompok Tani Pandan Wangi Desa Karehkel, Leuwiliang-Bogor) SKRIPSI FERRI FIRDAUS

KONVERGENSI KEEFEKTIVAN KEPEMIMPINAN (Kasus Anggota Gabungan Kelompok Tani Pandan Wangi Desa Karehkel, Leuwiliang-Bogor) SKRIPSI FERRI FIRDAUS KONVERGENSI KEEFEKTIVAN KEPEMIMPINAN (Kasus Anggota Gabungan Kelompok Tani Pandan Wangi Desa Karehkel, Leuwiliang-Bogor) SKRIPSI FERRI FIRDAUS PROGRAM STUDI SOSIAL EKONOMI PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Informasi merupakan kebutuhan yang mendasar bagi para investor dan calon

BAB I PENDAHULUAN. Informasi merupakan kebutuhan yang mendasar bagi para investor dan calon BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Informasi merupakan kebutuhan yang mendasar bagi para investor dan calon investor untuk pengambilan keputusan. Adanya informasi yang lengkap, akurat serta tepat waktu

Lebih terperinci

PENGARUH JENIS BAHASA NARASI DAN BENTUK PESAN VISUAL VIDEO TERHADAP PENINGKATAN PENGETAHUAN TENTANG CHIKUNGUNYA DI KALANGAN SISWA SMAN 1 CIAMPEA

PENGARUH JENIS BAHASA NARASI DAN BENTUK PESAN VISUAL VIDEO TERHADAP PENINGKATAN PENGETAHUAN TENTANG CHIKUNGUNYA DI KALANGAN SISWA SMAN 1 CIAMPEA PENGARUH JENIS BAHASA NARASI DAN BENTUK PESAN VISUAL VIDEO TERHADAP PENINGKATAN PENGETAHUAN TENTANG CHIKUNGUNYA DI KALANGAN SISWA SMAN 1 CIAMPEA MUHAMMAD ALIF SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perkembangan Corporate Social Responsibility (CSR) sebagai salah satu

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perkembangan Corporate Social Responsibility (CSR) sebagai salah satu 12 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan Corporate Social Responsibility (CSR) sebagai salah satu kegiatan sosial perusahaan, dari tahun ke tahun semakin menjadi perbincangan. CSR merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. karyawan, komunitas dan lingkungan (Wibisono. 2007: 8). Corporate Social Responsibility mulai menjadi concern perusahaanperusahaan

BAB I PENDAHULUAN. karyawan, komunitas dan lingkungan (Wibisono. 2007: 8). Corporate Social Responsibility mulai menjadi concern perusahaanperusahaan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Salah satu tools bagi perusahaan untuk menjaga stabilitas operasionalnya adalah dengan menjalankan tanggung jawab sosial, atau yang dalam Bahasa Inggris disebut

Lebih terperinci

PERANCANGAN BALANCED SCORECARD UNTUK PENGEMBANGAN STRATEGI DI SEAMEO BIOTROP DEWI SURYANI OKTAVIA B.

PERANCANGAN BALANCED SCORECARD UNTUK PENGEMBANGAN STRATEGI DI SEAMEO BIOTROP DEWI SURYANI OKTAVIA B. PERANCANGAN BALANCED SCORECARD UNTUK PENGEMBANGAN STRATEGI DI SEAMEO BIOTROP DEWI SURYANI OKTAVIA B. PROGRAM STUDI MANAJEMEN DAN BISNIS SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013 PERANCANGAN

Lebih terperinci

MANAJEMEN RISIKO DI PERUSAHAAN BETON (STUDI KASUS UNIT READYMIX PT BETON INDONESIA) MUAMMAR TAWARUDDIN AKBAR

MANAJEMEN RISIKO DI PERUSAHAAN BETON (STUDI KASUS UNIT READYMIX PT BETON INDONESIA) MUAMMAR TAWARUDDIN AKBAR MANAJEMEN RISIKO DI PERUSAHAAN BETON (STUDI KASUS UNIT READYMIX PT BETON INDONESIA) MUAMMAR TAWARUDDIN AKBAR SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Pada jaman ini banyak sekali perusahaan ataupun organisasi yang bergerak dibidang yang sama. Hal ini menjadikan terciptanya persaingan antar perusahaan atau organisasi

Lebih terperinci

DAMPAK PENYERAPAN TENAGA KERJA LOKAL PADA PROYEK LIQUIFIED NATURAL GAS

DAMPAK PENYERAPAN TENAGA KERJA LOKAL PADA PROYEK LIQUIFIED NATURAL GAS DAMPAK PENYERAPAN TENAGA KERJA LOKAL PADA PROYEK LIQUIFIED NATURAL GAS TANGGUH TERHADAP EKONOMI RUMAHTANGGA PENDUDUK DESA DI KAWASAN TELUK BINTUNI PROVINSI PAPUA BARAT Oleh: DEASI MAYAWATI SEKOLAH PASCASARJANA

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Desain Penelitian Penelitian mengenai hubungan aktivitas komunikasi publik perusahaan melalui penerapan program CSR terhadap kepuasan publik dan perilaku konflik didesain

Lebih terperinci

HUBUNGAN MOTIVASI BERPRESTASI DAN IKLIM ORGANISASI DENGAN KINERJA PENYULUH KEHUTANAN TERAMPIL

HUBUNGAN MOTIVASI BERPRESTASI DAN IKLIM ORGANISASI DENGAN KINERJA PENYULUH KEHUTANAN TERAMPIL HUBUNGAN MOTIVASI BERPRESTASI DAN IKLIM ORGANISASI DENGAN KINERJA PENYULUH KEHUTANAN TERAMPIL (Kasus di Kabupaten Purwakarta dan Kabupaten Kuningan, Provinsi Jawa Barat) HENDRO ASMORO SEKOLAH PASCASARJANA

Lebih terperinci

PENERAPAN ANALISIS COST-VOLUME-PROFIT (CVP) DENGAN PENDEKATAN ACTIVITY-BASED COSTING (ABC) SEBAGAI PERENCANAAN LABA PADA PAPYRUS TROPICAL HOTEL

PENERAPAN ANALISIS COST-VOLUME-PROFIT (CVP) DENGAN PENDEKATAN ACTIVITY-BASED COSTING (ABC) SEBAGAI PERENCANAAN LABA PADA PAPYRUS TROPICAL HOTEL PENERAPAN ANALISIS COST-VOLUME-PROFIT (CVP) DENGAN PENDEKATAN ACTIVITY-BASED COSTING (ABC) SEBAGAI PERENCANAAN LABA PADA PAPYRUS TROPICAL HOTEL Oleh : Sutarna PROGRAM STUDI MANAJEMEN DAN BISNIS SEKOLAH

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENYALURAN KREDIT DI BANK UMUM MILIK NEGARA PERIODE TAHUN RENALDO PRIMA SUTIKNO

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENYALURAN KREDIT DI BANK UMUM MILIK NEGARA PERIODE TAHUN RENALDO PRIMA SUTIKNO ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENYALURAN KREDIT DI BANK UMUM MILIK NEGARA PERIODE TAHUN 2004-2012 RENALDO PRIMA SUTIKNO SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013 PERNYATAAN MENGENAI

Lebih terperinci

ANALISIS PENGEMBANGAN STRATEGIC BUSINESS UNIT UNTUK MENINGKATKAN POTENSI INOVASI KESATUAN BISNIS MANDIRI INDUSTRI PERHUTANI

ANALISIS PENGEMBANGAN STRATEGIC BUSINESS UNIT UNTUK MENINGKATKAN POTENSI INOVASI KESATUAN BISNIS MANDIRI INDUSTRI PERHUTANI ANALISIS PENGEMBANGAN STRATEGIC BUSINESS UNIT UNTUK MENINGKATKAN POTENSI INOVASI KESATUAN BISNIS MANDIRI INDUSTRI PERHUTANI UNIT III JAWA BARAT DAN BANTEN RURIN WAHYU LISTRIANA PROGRAM STUDI MANAJEMEN

Lebih terperinci

ANALISIS PELAKSANAAN REDISTRIBUSI TANAH DALAM RANGKA REFORMA AGRARIA DI KABUPATEN PATI. Oleh: Darsini

ANALISIS PELAKSANAAN REDISTRIBUSI TANAH DALAM RANGKA REFORMA AGRARIA DI KABUPATEN PATI. Oleh: Darsini ANALISIS PELAKSANAAN REDISTRIBUSI TANAH DALAM RANGKA REFORMA AGRARIA DI KABUPATEN PATI Oleh: Darsini PROGRAM STUDI MANAJEMEN DAN BISNIS SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2011 Hak cipta milik

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. adalah meningkatkan nilai perusahaan secara berkelanjutan (sustainable) dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. adalah meningkatkan nilai perusahaan secara berkelanjutan (sustainable) dengan 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perusahaan adalah suatu entitas yang di dalamnya terdapat sekelompok orang yang bekerja sama untuk mencapai tujuan. Tujuan utama perusahaan adalah meningkatkan nilai

Lebih terperinci

EFEKTIVITAS PROGRAM PELATIHAN BIDANG MANAJERIAL BAGI KARYAWAN PT GRAND TEXTILE INDUSTRY BANDUNG. Oleh : Janjan Nurjanah

EFEKTIVITAS PROGRAM PELATIHAN BIDANG MANAJERIAL BAGI KARYAWAN PT GRAND TEXTILE INDUSTRY BANDUNG. Oleh : Janjan Nurjanah EFEKTIVITAS PROGRAM PELATIHAN BIDANG MANAJERIAL BAGI KARYAWAN PT GRAND TEXTILE INDUSTRY BANDUNG Oleh : Janjan Nurjanah PROGRAM STUDI MAGISTER MANAJEMEN AGRIBISNIS SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

KEMANDIRIAN PEREMPUAN PENGOLAH HASIL PERIKANAN DI DESA MUARA, KECAMATAN WANASALAM, KABUPATEN LEBAK, PROVINSI BANTEN

KEMANDIRIAN PEREMPUAN PENGOLAH HASIL PERIKANAN DI DESA MUARA, KECAMATAN WANASALAM, KABUPATEN LEBAK, PROVINSI BANTEN KEMANDIRIAN PEREMPUAN PENGOLAH HASIL PERIKANAN DI DESA MUARA, KECAMATAN WANASALAM, KABUPATEN LEBAK, PROVINSI BANTEN Oleh : MAYA RESMAYANTY C44101004 PROGRAM STUDI MANAJEMEN BISNIS DAN EKONOMI PERIKANAN-KELAUTAN

Lebih terperinci

ANALISIS TINGKAT KEPUASAN PELAKU USAHA TERHADAP KUALITAS PELAYANAN PERIZINAN PADA PUSAT PERIZINAN DAN INVESTASI KEMENTERIAN PERTANIAN

ANALISIS TINGKAT KEPUASAN PELAKU USAHA TERHADAP KUALITAS PELAYANAN PERIZINAN PADA PUSAT PERIZINAN DAN INVESTASI KEMENTERIAN PERTANIAN ANALISIS TINGKAT KEPUASAN PELAKU USAHA TERHADAP KUALITAS PELAYANAN PERIZINAN PADA PUSAT PERIZINAN DAN INVESTASI KEMENTERIAN PERTANIAN Oleh : Dewi Maditya Wiyanti PROGRAM STUDI MANAJEMEN DAN BISNIS SEKOLAH

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Keterkaitan perusahaan dengan daerah lingkungan sosialnya menuntut

BAB I PENDAHULUAN. Keterkaitan perusahaan dengan daerah lingkungan sosialnya menuntut BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Keterkaitan perusahaan dengan daerah lingkungan sosialnya menuntut dipenuhinya pertanggungjawaban sosial perusahaan ( Corporate Social Responsibility ). Tanggung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mewujudkan kesejahteraan bersama yang berkelanjutan (sustainable. Pembangunan berkelanjutan (sustainable development) menghendaki

BAB I PENDAHULUAN. mewujudkan kesejahteraan bersama yang berkelanjutan (sustainable. Pembangunan berkelanjutan (sustainable development) menghendaki BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Fenomena yang sedang berkembang dewasa ini menuntut perubahan tatanan kehidupan baru dalam berbagai bidang politik, ekonomi dan sosial budaya. Kecenderungan tersebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan sebagai sebuah sistem dalam keberlanjutan dan keseimbangannya tidak

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan sebagai sebuah sistem dalam keberlanjutan dan keseimbangannya tidak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perusahaan sebagai sebuah sistem dalam keberlanjutan dan keseimbangannya tidak dapat berdiri sendiri. Keberadaan perusahaan dalam lingkungan masyarakat membawa pengaruh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Laporan keuangan merupakan suatu alat yang digunakan oleh manajemen

BAB I PENDAHULUAN. Laporan keuangan merupakan suatu alat yang digunakan oleh manajemen BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Laporan keuangan merupakan suatu alat yang digunakan oleh manajemen untuk melakukan pertanggungjawaban kinerja ekonomi perusahaan kepada para investor, kreditur,

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN KAPASITAS KELEMBAGAAN PENGELOLAAN AIR BERSIH BERBASIS MASYARAKAT

PENGEMBANGAN KAPASITAS KELEMBAGAAN PENGELOLAAN AIR BERSIH BERBASIS MASYARAKAT PENGEMBANGAN KAPASITAS KELEMBAGAAN PENGELOLAAN AIR BERSIH BERBASIS MASYARAKAT (Studi Kasus di Desa Bumijawa, Kecamatan Bumijawa Kabupaten Tegal, Provinsi Jawa Tengah) YUDO JATMIKO SEKOLAH PASCASARJANA

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Corporate Social Responsibility (CSR) telah menjadi isu global yang fenomenal di dunia usaha atau bisnis, bahkan saat ini pengambilan keputusan ekonomi tidak

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN LEMBAGA SIMPAN PINJAM BERBASIS MASYARAKAT (LSP-BM) SINTUVU DALAM UPAYA PEMBERDAYAAN USAHA-USAHA MIKRO TENRIUGI

PENGEMBANGAN LEMBAGA SIMPAN PINJAM BERBASIS MASYARAKAT (LSP-BM) SINTUVU DALAM UPAYA PEMBERDAYAAN USAHA-USAHA MIKRO TENRIUGI PENGEMBANGAN LEMBAGA SIMPAN PINJAM BERBASIS MASYARAKAT (LSP-BM) SINTUVU DALAM UPAYA PEMBERDAYAAN USAHA-USAHA MIKRO (Studi Kasus di Desa Sidondo I Kecamatan Sigi Biromaru Kabupaten Donggala Sulawesi Tengah)

Lebih terperinci