BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN"

Transkripsi

1 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Tingkat Aktivitas Komunikasi Publik Perusahaan Melalui Program Tanggung Jawab Sosial Perusahaan (CSR/ Corporate Social Responsibility) Aktivitas komunikasi publik perusahaan melalui program tanggung jawab sosial perusahaan adalah kegiatan-kegiatan menyampaikan pesan-pesan tanggung jawab sosial perusahaan pada berbagai bidang kegiatan CSR kepada masyarakat adat yang bertujuan untuk menjalin hubungan baik antara perusahaan dengan masyarakat luar perusahaan atau masyarakat adat terkena dampak langsung perusahaan demi menciptakan kredibilitas perusahaan, menumbuhkan semangat kebersamaan (solidaritas) maupun menghindari konflik dengan masyarakat sekitar demi menjaga eksistensi perusahaan di masa akan datang. Aktivitas komunikasi publik perusahaan melalui program CSR di daerah penelitian terdiri dari aktivitas komunikasi yang dilakukan pada lima bidang kegiatan CSR, yaitu bidang kompensasi tanah adat, bidang kesehatan masyarakat, bidang pendidikan dan pelatihan, bidang demand tenaga kerja dan bidang pembangunan sarana prasarana. Untuk menentukan tinggi rendahnya aktivitas komunikasi publik perusahaan melalui program CSR, didasarkan pada intensitas komunikasi, teknik komunikasi dan model komunikasi yang digunakan pada setiap bidang kegiatan CSR. Apabila intensitas komunikasi, teknik komunikasi dan model komunikasi yang digunakan dalam proses aktivitas komunikasi di setiap bidang semakin efektif, maka secara keseluruhan aktivitas komunikasi yang terjadi di daerah penelitian juga akan semakin efektif, demikian pula sebaliknya.

2 Secara keseluruhan tingkat aktivitas komunikasi publik melalui program CSR pada masyarakat adat terkena dampak langsung perusahaan BP LNG Tangguh dapat dilihat pada Tabel 14 di bawah ini Tabel 14. Tingkat Aktivitas Komunikasi Publik Perusahaan Melalui Program CSR Pada Masyarakat Adat di Daerah Penelitian AKTIVITAS KOMUNIKASI PUBLIK PERUSAHAAN Kategori Intensitas Komunikasi Teknik Komunikasi Model Komunikasi Aktivitas (%) Kategori Kategori Kategori Komunikasi (%) (%) (%) (Selang Skor) (Selang Skor) (Selang Skor) (Selang Skor) Sangat Tinggi Sangat Sesuai Sangat Sesuai Sangat Tinggi - - 3,33 (21,1 25) (21,1 25) (21,1 25) (63,1 75) - Tinggi Sesuai Sesuai Tinggi 3,33-5,00 (17,1 21) (17,1 21) (17,1 21) (51,1 63) - Cukup Tinggi Cukup Sesuai Cukup Sesuai Cukup Tinggi 6,67-6,67 (13,1 17) (13,1 17) (13,1 17) (39,1 51) 13,33 Kurang Kurang Sesuai Kurang Sesuai Kurang 21,67 33,33 25,00 (9,1 13) (9,1 13) (9,1 13) (27,1 39) 25,00 Rendah Tidak Sesuai Tidak Sesuai Rendah 68,33 66,67 60,00 (5 9) (5 9) (5 9) (15 27) 61,67 Total 100,00 100,00 100,00 100,00 Tabel 14 menunjukkan bahwa secara keseluruhan aktivitas komunikasi publik melalui program tanggung jawab sosial perusahaan di daerah penelitian dikategorikan rendah. Hal ini disebabkan oleh intensitas komunikasi perusahaan dengan masyarakat yang relatif kurang bahkan tidak pernah, teknik komunikasi yang kurang sesuai dalam menggunakan beragam media serta penggunaan model komunikasi yang kurang sesuai. Hal ini dapat menimbulkan efek negatif berupa konflik masyarakat dengan perusahaan sebagai akibat dari timbulnya rasa curiga atau prasangka buruk terhadap perusahaan, kurang adanya komunikasi, keterbukaan informasi yang dibutuhkan serta interpretasi isi pesan yang salah sebagai akibat kurang adanya pemahaman terhadap isi pesan. Jika aktivitas komunikasi publik perusahaan melalui program CSR rendah maka tujuan komunikasi untuk membangun hubungan baik perusahaan dengan masyarakat sekitar juga akan tidak tercapai. Untuk itu aktivitas komunikasi publik perusahaan

3 melalui program CSR perlu ditingkatkan dengan melihat aktivitas komunikasi yang terjadi pada setiap bidang kegiatan CSR. Tabel 14 menunjukkan bahwa sebagian besar responden di daerah penelitian memiliki intensitas komunikasi dengan perusahaan melalui program CSR secara keseluruhan dikategorikan rendah dan kurang. Ini terjadi pada semua bidang kegiatan CSR. Hal ini disebabkan intensitas perusahan mengadakan pertemuan dengan masyarakat adat untuk membahas program CSR masih sangat sedikit. Pada umumnya jumlah pertemuan dengan masyarakat adat pada setiap bidang kegiatan CSR dilaksanakan hanya satu sampai tiga kali dalam setahun, bahkan tidak pernah dilakukan dalam bidang kompensasi tanah adat. Selain itu, sebagian besar dari responden menyatakan mereka tidak dilibatkan dalam proses komunikasi yang terjadi tetapi hanya diwakili oleh kepala kampung dan aparatnya, serta Panitia Pengembangan Kampung yang dibentuk untuk mengelola dana pengembangan kampung yang diberikan perusahaan sebesar Rp ,- per tahun selama kurun waktu sepuluh tahun. Hal ini membuat banyak warga masyarakat yang lebih cenderung menunjukkan sikap malas tahu sehingga mereka lebih memilih melakukan aktivitas mereka sehari-hari sebagai nelayan dari pada membahas program kerja bersama perusahaan. Menurut Hamad (2005), dalam proses komunikasi, para partisipan dalam komunikasi harus dapat dilibatkan sehingga merasa menjadi bagian dari komunitas dan merasa saling memiliki dari komunitas tersebut.

4 Berdasarkan hasil wawancara dengan ketua community Development distrik Weriagar, Hengky Soroat mengatakan aktivitas komunikasi oleh perusahaan yang dilakukan di kedua kampung penelitian ini tidak membatasi warga masyarakat atau diwakili oleh kepala kampung dan aparatnya saja tetapi dalam bentuk komunikasi terbuka dengan melibatkan seluruh warga masyarakat kampung. Hanya saja proses penyampainnya tidak disampaikan secara langsung kepada seluruh warga masyarakat tetapi melewati kepala-kepala kampung. Hal ini menyebabkan terjadi miss communication antara perusahaan dengan warga masyarakat adat. Perusahaan menganggap seluruh warga masyarakat telah diundang sedangkan masyarakat menganggap mereka tidak diundang oleh perusahaan dan hanya diikuti oleh kepala-kepala kampung saja. Dengan demikian perusahaan harus merubah dan memilih saluran atau media komunikasi yang lebih efektif untuk meningkatkan partisipasi seluruh warga masyarakat dalam program CSR. Hamad (2005) menyatakan bahwa komunikasi jangan dianggap sebagai proses penyampaian pesan yang relatif lancar tanpa hambatan tetapi dalam pendistribusian pesan yang merata di tengah masyarakat (komuniktas), komunikator perlu memilih media yang sesuai dengan efek yang diingikan oleh komunikator, apakah itu efek kognitif, afektif atau efek konatif yaitu partisipasi masyarakat. Hanya sebagian kecil responden yang memiliki intensitas komunikasi tinggi dan cukup tinggi. Hal ini disebabkan oleh jenis pekerjaan atau kedudukan mereka di dalam pemerintahan kampung yang memiliki tugas dan urusan langsung berhubungan dengan perusahaan sehingga mempunyai peluang besar untuk berkomunikasi dengan perusahaan. Pada umumnya mereka adalah kepala

5 kampung dan aparatnya, masyarakat adat yang bekerja sebagai karyawan perusahaan BP dan termasuk di dalam Panitia Pengembangan Kampung. Terlihat pula dalam Tabel 14, sebagian besar responden dikategorikan menilai teknik komunikasi yang digunakan perusahaan pada keseluruhan kegiatan CSR tidak sesuai dan kurang sesuai. Hal ini disebabkan perusahaan kurang menggunakan saluran atau media komunikasi yang beragam dalam memberikan informasi atau pemahaman kepada masyarakat. Selain itu disebabkan juga oleh kondisi daerah yang jauh dari kota, sehingga komunikator susah untuk memperbanyak bahan ajar atau leaflet, brosur, dll sehingga materi yang dibagi hanya terbatas pada orang-orang tertentu saja, seperti ketua kelompok, sekertaris kelompok, aparat kampung, dll. Sutikno (2005) menyatakan penggunaan media yang tidak beragam dalam proses komunikasi tidak akan memperjelas makna materi sehingga tidak dapat dipahami oleh peserta, peserta akan lebih tidak menarik perhatian sehingga tidak menimbulkan motivasi serta peserta akan menjadi bosan. Oleh sebab itu, menurut Effendi (2002) bahwa salah satu komponen komunikasi yang perlu diperhatikan oleh komunikator supaya komunikasi efektif adalah saluran atau media komunikasi yang digunakan. Pemilihan media yang efektif oleh perusahaan dapat mempercepat tercapainya tujuan komunikasi publik dalam bidang-bidang CSR. Tetapi apabila pemilihan media komunikasi tidak efektif, maka masyarakat tidak akan memahami isi pesan dan cenderung berbeda penafsiran atau interpretasi tentang isi pesan tersebut.

6 Sebagian besar responden dikategorikan menilai model komunikasi yang digunakan perusahaan dalam menyampaikan pesan CSR secara keseluruhan tidak sesuai dan kurang sesuai. Hal ini disebabkan pada umumnya mereka ini tidak terlibat dalam proses komunikasi secara langsung (komunikasi tatap muka) dengan perusahaan. Tetapi ada juga responden yang pernah berkomunikasi dengan perusahaan dan menilai model komunikasi kurang sesuai, hal ini disebabkan perusahaan tidak menerapkan model komunikasi partisipatoris pada semua bidang tetapi hanya di bidang-bidang tertentu saja. Model komunikasi dua arah atau partisipatoris umumnya digunakan pada saat penyusunan program kegiatan di bidang kesehatan masyarakat, pendidikan dan pelatihan serta bidang pembangunan sarana prasarana. Dikatakan model komunikasi partisipatoris sebab semua masyarakat diundang untuk lebih berpartisipasi dalam proses komunikasi sampai dengan pengambilan keputusan, dilakukan secara lebih demokratis. Dalam proses komunikasi, tidak hanya ada sumber atau penerima saja. Sumber juga penerima, penerima juga sumber dalam kedudukan yang sama dan dalam level yang sederajat. Karena itu dalam komunikasi partisipatoris aktivitas komunikasi bukan kegiatan memberi dan menerima melainkan "berbagi" atau "berdialog". Isi komunikasi bukan lagi "Pesan" yang dirancang oleh sumber dari atas, melainkan fakta, kejadian, masalah, kebutuhan yang dimodifikasikan menjadi "Tema". Dan tema inilah yang disoroti, dibicarakan dan dianalisa. Semua suara didengar dan diperhatikan untuk dijadikan pertimbangan dalam pengambilan keputusan. Maka yang terlibat dalam model komunikasi ini bukan lagi "sumber dan penerima" melainkan partisipan" yang satu dengan yang lain.

7 Komunikasi partisipatori ini dalam istilah populer sebagai model komunikasi konvergen yang berarti berusaha menuju pengertian yang bersifat timbal balik diantara partisipan komunikasi dalam perhatian, pengertian dan kebutuhan (Dilla, 2007). Pendekatan ini sangat efektif dalam perencanaan pembangunan yang berbasis masyarakat, selain itu pendekatan ini akan meretes jalan tumbuhnya kreatifitas dan kompetensi masyarakat dalam mengkomunikasikan gagasannya. Hal ini didukung oleh pernyataan Amri dan Sarosa (2008) bahwa Aliran informasi dua arah antara masyarakat lokal dengan perusahaan merupakan hal penting dari proses pembangunan. Aliran informasi dua arah memperkuat kapasitas masyarakat dengan cara menyediakan media untuk berbagi dan bertukar pengetahuan dan ide. Model komunikasi partisipatori ini sudah sangat efektif digunakan oleh perusahaan BP LNG Tangguh, namun hanya sebagian masyarakat saja yang terlibat dalam proses komunikasi ini, sehingga perusahaan perlu memotivasi semua masyarakat untuk terlibat dalam proses komunikasi khususnya dalam penyusunan program CSR. Nursahid (2008) berpendapat bahwa program CSR atau pemberdayaan SDM yang dilakukan perusahaan akan dikatakan berhasil jika dalam penyusunan dan pelaksanaan program diikuti dengan keterlibatan masyarakat yang tinggi. Model komunikasi satu arah terjadi pada bidang kompensasi tanah adat dan demand tenaga kerja. Hal ini disebabkan belum ada feedback (umpan balik) dari perusahaan. Menurut Amri dan Sarosa (2008) aliran informasi satu arah akan menutup dialog yang terbuka untuk membangun hubungan perasaan sebagai suatu komunitas, sedangkan kerahasiaan hanya akan menghasilkan kecurigaan dan ketidakpercayaan.

8 Secara rinci, tingkat aktivitas komunikasi publik perusahaan melalui program tanggung jawab sosial perusahaan yang terdiri dari lima bidang aktivitas komunikasi, diuraikan sebagai berikut : Tingkat Aktivitas Komunikasi Publik Perusahaan Melalui Program CSR dalam Bidang Kompensasi Tanah Adat Aktivitas komunikasi publik perusahaan di bidang kompensasi tanah adat adalah suatu kegiatan penyampaian pesan-pesan di bidang kompensasi tanah adat atau ganti rugi tanah adat oleh perusahaan kepada masyarakat adat guna menjalin hubungan baik antara perusahaan dengan masyarakat adat terkena dampak langsung perusahaan demi menciptakan kredibilitas perusahaan, menumbuhkan semangat kebersamaan (solidaritas) sehingga menghindari konflik antara masyarakat masyarakat adat dengan perusahaan demi menjaga eksistensi perusahaan di masa akan datang. Unsur Pesan merupakan salah satu komponen komunikasi yang harus diperhatikan supaya aktivitas komunikasi dapat efektif. Pesan yang disampaikan perusahaan hendaknya harus dapat memperhatikan keinginan dan kebutuhan masyarakat, sehingga dapat diterima oleh masyarakat adat tersebut. Masyarakat adat terkena dampak langsung perusahaan BP LNG Tangguh umumnya menginginkan setiap perusahaan yang masuk dan beroperasi di wilayah kawasan adat mereka harus tunduk kepada hukum adat yang berlaku di dalam masyarakat, dengan landasan hukum yang dipegang adalah Undang-undang Otonomi Khusus No. 21 Tahun 2001, yang berisikan perlindungan hak-hak masyarakat adat yaitu pemerintah Provinsi Papua wajib mengakui, menghormati, melindungi, memberdayakan dan mengembangkan hak-hak masyarakat adat. Hak masyarakat

9 adat tersebut meliputi hak ulayat masyarakat hukum adat dan hak perorangan para warga masyarakat hukum adat yang bersangkutan. Sebagai implemantasinya, perusahaan yang hendak berinvestasi di wilayah Papua harus juga menghargai hak-hak adat dan memiliki tanggung jawab sosial terhadap masyarakat adat setempat. Keinginan masyarakat adat di daerah penelitian adalah setiap perusahaan yang beroperasi di wilayah adat mereka harus memberikan uang permisi kepada mereka. Hal ini disebabkan bagi mereka, kekayaan alam yang berada diatas tanah adat mereka merupakan pemberian Tuhan atas mereka untuk digunakan bagi kesejahteraan mereka, karena itu setiap tamu atau perusahaan yang mau mengambil dan mengelola sumber daya alam di wilayah adat mereka harus memohon ijin kepada masyarakat adat dengan memberikan uang permisi atau kompensasi tanah adat. Uang permisi yang diminta masyarakat adat di daerah penelitian adalah perusahaan harus membayar setiap sumur gas yang terdapat di daerah adat mereka sebesar 10 milyar per sumur. Pesan ini telah disampaikan oleh masyarakat adat kepada perusahaan BP LNG Tangguh pada saat mulai beroperasi atau melakukan sosialisai dengan masyarakat setempat pada tahun berupa proses penyusunan AMDAL. Namun sampai dengan penelitian ini dilaksanakan, mereka belum mendapat jawaban dari perusahaan tentang hal ini. Perusahaan hanya memberikan dana pengembangan kampung kepada setiap kampung yang terkena dampak langsung di bagian utara teluk Bintuni sebesar Rp ,- / tahun selama kurun waktu sepuluh tahun untuk digunakan bagi pembangunan dan pengembangan masyarakat kampung, selain itu pemberian dana ini sebagai akibat

10 dari munculnya konflik masyarakat di bagian utara teluk Bintuni dengan perusahaan karena meresa dianak tirikan atau tidak diperhatikan dalam hal pembangunan kampung sehingga terjadi perbedaan pembangunan kampung yang ada di daerah utara dengan selatan teluk Bintuni. Sedangkan bagi mereka, dana pengembangan kampung yang diberikan itu, bukan merupakan dana kompensasi tanah adat tetapi merupakan kewajiban bagi perusahaan untuk memperhatikan masyarakat di sekitar daerah yang terkena dampak langsung dari perusahaan. Aktivitas komunikasi publik dalam bidang kompensasi tanah adat sebagai proses penyampaian pesan perusahaan kepada masyarakat adat dapat dilihat dari intensitas komunikasi yang ada, teknik komunikasi dan model komunikasi yang digunakan, secara rinci tingkat aktivitas komunikasi publik dalam bidang kompensasi tanah adat di daerah penelitian di sajikan pada Tabel 15 di bawah ini Tabel 15. Tingkat Aktivitas Komunikasi Publik Perusahaan dalam Bidang Kompensasi Tanah Adat pada Daerah Penelitian. Aktivitas Komunikasi Publik di Bidang Kompensasi Tanah Adat Kategori Intensitas Komunikasi Teknik Komunikasi Model Komunikasi Aktivitas (%) Kategori Kategori Kategori Komunikasi (%) (%) (%) (Skor) (Skor) Skor) (Selang Skor) Sangat Tinggi Sangat Sesuai Sangat Sesuai Sangat Tinggi (5) (5) (5) (12,7 15) - Tinggi Sesuai Sesuai Tinggi (4) (4) (4) (10,3 12,6) - Cukup Tinggi Cukup Sesuai Cukup Sesuai Cukup Tinggi 5, (3) (3) (3) (7,9 10,2) - Kurang Kurang Sesuai Kurang Sesuai Kurang 18,33-8,33 (2) (2) (2) (5,5 7,8) - Rendah Tidak Sesuai Tidak Sesuai Rendah 76,67 100,00 91,67 (1) (1) (1) (3 5,4) 100 Total 100,00 100,00 100,00 100,00

11 Tabel 15 menunjukkan bahwa semua responden dikategorikan menilai kegiatan aktivitas komunikasi dalam bidang kompensasi tanah adat rendah. Hal ini disebabkan intensitas komunikasi tentang kompensasi tanah adat masih kurang bahkan sebagian besar masyarakat tidak pernah membicarakan masalah kompensasi tanah adat dengan perusahaan. Hanya sebagian kecil masyarakat adat yang menilai intensitas komunikasi cukup tinggi, hal ini disebabkan mereka ini memiliki pekerjaan yang langsung berhubungan dengan perusahaan sehingga lebih mempunyai waktu yang banyak untuk melakukan komunikasi tentang masalah kompensasi tanah adat dengan perusahaan BP LNG Tangguh. Pada umumnya mereka bekerja sebagai staf karyawan BP LNG Tangguh, kepala kampung dan aparat kampung serta kepala-kepala suku pada masing-masing kampung, namun sebagian besar dari mereka yang pernah berkomunikasi dengan perusahaan mengatakan bahwa intensitas komunikasi dalam bidang kompensasi tanah adat masih kurang atau tidak relevan dengan apa yang mereka harapkan. Semua responden yang pernah berkomunikasi dengan perusahaan mengenai kompensasi tanah adat dikategorikan menilai teknik komunikasi yang digunakan perusahaan tidak sesuai. Dalam bidang lain perusahaan menggunakan media komunikasi, tetapi di bidang kompensasi tanah adat perusahaan belum pernah menggunakan media seperti infokus, liefled, brosur atau surat sebagai saluran penyampaian pesan. Teknik komunikasi yang digunakan hanya berupa komunikasi tatap muka tanpa menggunakan media komunikasi. Komunikasi tatap muka memang memiliki keunggulan dibanding komunikasi dengan menggunakan media. Tetapi apabila tidak disertai dengan feedback terhadap pesan, maka komunikasi tersebut menjadi tidak efektif. Diisamping itu, komunikasi tatap

12 muka juga akan lebih baik jika dalam penyempaian pesan komunikator menggunakan perpaduan media komunikasi yang sesuai dengan kondisi sosial budaya komunikan sehingga pesan akan lebih mudah di terima dan dimengerti. Menurut pendapat Effendy (2002), bahwa salah satu komponen komunikasi yang perlu diperhatikan supaya komunikasi efektif adalah saluran atau media komunikasi yang digunakan. Penggunaan media komunikasi tentunya akan mempermudah masyarakat untuk mengerti isi pesan yang disampaikan oleh perusahaan. Penggunaan media yang sesuai juga dapat mempercepat tercapainya tujuan komunikasi publik dalam bidang kompensasi tanah adat. Tetapi apabila media komunikasi dalam penyampaian pesan di bidang kompensasi tanah adat tidak sesuai dengan karakteristik komunikan, maka masyarakat tidak akan memahami isi pesan yang disampaikan perusahaan dan cenderung berbeda penafsiran atau interpretasi tentang isi pesan tersebut, hal ini dapat menyebabkan masyarakat adat semakin kurang puas dengan isi pesan. Tabel 15 juga menunjukkan bahwa sebagian besar responden menyatakan bahwa model komunikasi yang digunakan dalam menyampaikan isi pesan di bidang kompensasi tanah adat dikategorikan tidak sesuai dan kurang sesuai. Hal ini disebabkan masyarakat adat kurang mempercayai unsur kebenaran pesan dan tidak ada umpan balik terhadap pesan. Model komunikasi yang digunakan oleh perusahaan adalah perusahaan melakukan pendekatan dengan masyarakat berkaitan dengan sosialisasi masuknya perusahaan BP LNG Tangguh dan mendengar aspirasi masyarakat, terdapat feedback masyarakat menyampaikan keinginan atau aspirasinya tentang kompensasi hak atas tanah adat, perusahaan belum memberikan umpan balik terhadap pesan yang disampaikan masyarakat

13 adat kepada perusahaan. Dengan demikian model komunikasi publik perusahaan dalam bidang kompensasi tanah adat masih bersifat satu arah. Artinya masyarakat adat hanya menyampaikan aspirasi atau keinginan mereka kepada perusahaan namun sampai dengan waktu diadakan penelitian ini, belum ada respon balik dari perusahaan tentang pemberian hak kompensasi tanah adat. Menurut Wursanto (2005), penggunaan model komunikasi satu arah ini berlangsung top - down, cepat dan efisien tetapi tidak memberikan kepuasan bagi komunikan. Pendapat ini didukung oleh Sutikno (2005) bahwa komunikasi yang baik merupakan komunikasi yang transaksional atau ada timbal balik antara komunikan dan komunikator. Menurut kepala suku di kampung Mogotira yang pernah bertanya hal ini kepada perusahaan mengatakan bahwa alasan yang dikemukakan oleh perusahaan adalah masa sekarang adalah masa konstruksi sehingga hak atas tanah adat belum dibayar sampai dengan masa produksi. Namun berdasarkan informasi yang diterima dari salah satu staf perusahaan BP LNG Tangguh bahwa perusahaan BP LNG Tangguh telah memasuki masa produksi dan penjualan hasil pertama pada bulan september tahun Jika tidak ada keterbukaan perusahaan kepada masyarakat, maka yang terjadi adalah ketidak-percayaan dan ketidak-puasan pada janji perusahaan sehingga dapat memacu terjadinya konflik terbuka maupun konflik laten yang menjurus pada terancamnya eksistensi perusahaan bersangkutan. Apalagi masalah kompensasi tanah adat merupakan salah satu masalah yang cukup memiliki potensi konflik yang tinggi di daerah penelitian, bahkan di Papua secara keseluruhan. Dilla (2007) mengemukakan dalam berkomunikasi kita perlu mengembangkan sikap terbuka sehingga dapat

14 menimbulkan rasa percaya (trust) dari penerima pesan, karena tanpa keterbukaan akan timbul sikap saling curiga Tingkat Aktivitas Komunikasi Publik Perusahaan Melalui Program CSR dalam Bidang Kesehatan Masyarakat Aktivitas komunikasi publik perusahaan di bidang kesehatan adalah suatu kegiatan penyampaian pesan-pesan di bidang kesehatan oleh perusahaan kepada masyarakat sehingga terjalin hubungan baik antara perusahaan dengan masyarakat luar perusahaan atau masyarakat adat terkena dampak langsung perusahaan. Aktivitas komunikasi publik dalam bidang kesehatan sebagai proses penyampaian pesan perusahaan kepada masyarakat adat, dapat dilihat dari intensitas komunikasi yang ada, teknik komunikasi dan model komunikasi yang digunakan dalam bidang kesehatan. Aktivitas komunikasi dalam bidang kesehatan yang biasanya dilakukan oleh perusahaan dalam penyusunan program kesehatan yang akan di laksanakan selama satu tahun berjalan di daerah penelitan, seperti penyuluhan kesehatan ibu dan anak, sanitasi dan MCK (mandi, cuci, kakus), pemeriksaan darah penyakit malaria yang paling banyak diderita responden, dll. Secara rinci tingkat aktivitas komunikasi publik dalam bidang kesehatan masyarakat di sajikan pada Tabel 16 di bawah ini Tabel 16. Tingkat Aktivitas Komunikasi Publik Perusahaan dalam Bidang Kesehatan Masyarakat Adat di Daerah Penelitian. Aktivitas Komunikasi Publik di Bidang Kesehatan Masyarakat Kategori Intensitas Komunikasi Teknik Komunikasi Model Komunikasi Aktivitas (%) Kategori Kategori Kategori Komunikasi (%) (%) (%) (Skor) (Skor) Skor) (Selang Skor) Sangat Tinggi - Sangat Sesuai - Sangat Sesuai 3,33 Sangat Tinggi -

15 (5) (5) (5) (12,7 15) Tinggi Sesuai Sesuai Tinggi 3,33-11,67 (4) (4) (4) (10,3 12,6) 3,33 Cukup Tinggi Cukup Sesuai Cukup Sesuai Cukup Tinggi 11,67 33,33 28,33 (3) (3) (3) (7,9 10,2) 25,00 Kurang Kurang Sesuai Kurang Sesuai Kurang 38,33 20,00 10,00 (2) (2) (2) (5,5 7,8) 25,00 Rendah Tidak Sesuai Tidak Sesuai Rendah 46,67 46,67 46,67 (1) (1) (1) (3 5,4) 46,67 Total 100,00 100,00 100,00 100,00 Tabel 16 menunjukkan bahwa sebagian besar responden dikategorikan memiliki aktivitas komunikasi di bidang kesehatan secara keseluhan rendah. Kategori inipun sama untuk intensitas komunikasi, teknik komunikasi dan model komunikasi. Hal ini disebabkan responden tidak pernah berkomunikasi dengan perusahaan khususnya dalam bidang kesehatan. Menurut mereka perusahaan melakukan komunikasi dalam penyusunan program kesehatan dengan masyarakat adat hanyalah dengan orang-orang tertentu saja. Biasanya mereka tidak dilibatkan dalam penyusunan program tetapi ada juga sebagian dari mereka terlibat dalam pelaksanaan kegiatan karena diberitahukan oleh kepala kampung mereka. Kondisi diatas dapat menyebabkan program kesehatan yang diprogramkan tidak mewakili aspirasi dari sebagian besar masyarakat adat tetapi aspirasi sebagian kecil masyarakat. Sehingga masyarakat akan merasa tidak puas dan tidak terbeban melaksanakan pelaksanaan program kesehatan ataupun tidak sesuai dengan sebagian besar kebutuhan kesehatan masyarakat adat di daerah penelitian. Hal ini sesuai dengan pendapat Abe (2005), menyatakan bahwa keterlibatan masyarakat dalam proses komunikasi pembangunan sangat diperlukan serta akan membawa beberapa dampak penting, seperti (1) terhindar dari peluang terjadinya manipulasi. Keterlibatan akan memperjelas apa yang sebenarnya dikehendaki masyarakat, (2) memberi nilai tambah pada legitimasi rumusan perencanaan

16 program. Semakin banyak jumlah mereka yang terlibat akan semakin baik, (3) meningkatkan kesadaran dan keterampilan mengelurkan pendapat. Tabel 16 juga menunjukkan bahwa seperempat lebih responden yang pernah berkomunikasi dengan perusahaan dalam bidang kesehatan menyatakan intensitas komunikasi publik perusahaan dengan masyarakat adat masih tergolong kurang dan tidak relevan. Pertemuan dengan pihak perusahaan, biasanya hanya dilakukan dua sampai tiga kali dalam setahun, yaitu pada saat penyusunan program, pelaksanaan dan pembuatan laporan kegiatan. Padahal hubungan perusahaan dengan masyarakat adat akan semakin membaik jika intensitas komunikasi semakin ditingkatkan. Dilihat dari teknik komunikasi, seperempat lebih responden yang pernah berkomunikasi dengan perusahaan dalam bidang kesehatan menyatakan teknik komunikasi yang digunakan sudah cukup sesuai. Hal ini disebabkan oleh pesan komunikasi di bidang kesehatan yang dilaksanakan banyak bertujuan memberikan perubahan individu pada aspek kognitif melalui penyuluhan-penyuluhan kesehatan, sehingga lebih banyak menggunakan media komunikasi seperti bahan ajar, leafled, brosur, poster, yang lebih menarik perhatian dan mempermudahkan responden untuk mengerti isi pesan tersebut. Sedangkan ada juga sebagian kecil responden yang dikategorikan menilai teknik komunikasi kurang sesuai. Hal ini disebabkan terbatasnya media komunikasi yang di bagikan sehingga mereka hanya sebatas mendengarkan penyuluhan dan memberikan pertanyaan. Terbatasnya media komunikasi ini merupakan salah satu hambatan yang menyebabkan komunikasi tidak efektif.

17 Hasil penelitian tentang model komunikasi yang digunakan dalam bidang kesehatan masyarakat menunjukkan bahwa sebagian besar responden yang pernah berkomunikasi dengan perusahaan menyatakan model komunikasi yang digunakan dikategorikan cukup sesuai. Hal ini disebabkan masyarakat mempercayai kebenaran pesan atau pesan yang disampaikan dapat dipercaya dan bermanfaat bagi responden, serta model yang digunakan adalah model komunikasi dua arah dimana masyarakat diberikan kesempatan untuk menyusun programnya sendiri sesuai dengan kebutuhan masyarakat adat dan melakukan pelaksanaan program yang telah disusun sesuai dengan sumber dana pengembangan kampung. Model komunikasi ini disebut juga sebagai model komunikasi partisipatoris. Dimana perusahaan hanya memfasilitasi kegiatan komunikasi, sedangkan yang menyusun program, melaksanakan program dan menikmati program adalah masyarakat adat sendiri. Proses Aktivitas komunikasi yang terjadi dalam kegiatan penyuluhan kesehatan, umumnya responden memahami isi pesan dengan baik dan terjadi komunikasi dua arah dimana ada respon balik dalam proses komunikasi tersebut. Menurut Wursanto (2005), model komunikasi dua arah merupakan model yang sangat efektif dalam berkomunikasi. Model ini dapat memberi kepuasan bagi komunikan, mencegah timbulnya berbagi ketegangan atau pertentangan karena adanya kesalah-pahaman atau ketidak-jelasan sehingga dapat menimbulkan situasi yang akrap penuh kekeluargaan dan demokratis Tingkat Aktivitas Komunikasi Publik Perusahaan Melalui Program CSR dalam Bidang Pendidikan dan Pelatihan

18 Aktivitas komunikasi publik perusahaan di bidang pendidikan dan pelatihan adalah suatu kegiatan penyampaian pesan-pesan oleh perusahaan yang berkaitkan dengan kegiatan pendidikan dan pelatihan atau pengembangan SDM masyarakat adat guna menjalin hubungan baik antara perusahaan dengan masyarakat luar perusahaan atau masyarakat adat terkena dampak langsung perusahaan. Aktivitas komunikasi publik dalam bidang pendidikan dan pelatihan sebagai proses penyampaian pesan perusahaan kepada masyarakat adat, dapat dilihat dari intensitas komunikasi yang ada, teknik komunikasi dan model komunikasi yang digunakan dalam bidang pendidikan dan pelatihan. Kegiatankegiatan yang dilakukan seperti pelatihan pembuatan ikan asin, pembuatan media tumbuh dan pembedengan sayur, praktek pembuatan kue dan memasak, pertukangan kayu dan beton, pengenalan dan pengeoperasian mesin katinting (sejenis mesin parut kelapa yang digunakan pada perahu kecil untuk pencarian ikan atau udang atau sebagai sarana transportasi antar kampung). Komunikasi sangat berperan penting dalam bidang pendidikan dan pelatihan. Pendidikan memerlukan komunikasi, tanpa komunikasi tujuan pendidikan dan pelatihan tidak dapat tercapai. Secara rinci tingkat aktivitas komunikasi dalam bidang pendidikan dan pelatihan di sajikan pada Tabel 17 di bawah ini Tabel 17. Tingkat Aktivitas Komunikasi Publik Perusahaan dalam Bidang Pendidikan dan Pelatihan Masyarakat Adat di Daerah Penelitan Aktivitas Komunikasi Publik di Bidang Pendidikan & Pelatihan Intensitas Komunikasi Teknik Komunikasi Model Komunikasi Kategori Kategori Kategori (%) (%) (Skor) (Skor) Skor) (%) Sangat Tinggi - Sangat Sesuai - Sangat Sesuai (5) (5) (5) Kategori Aktivitas Komunikasi (Selang Skor) 5,00 Sangat Tinggi (12,7 15) (%) -

19 Tinggi 3,33 Sesuai - Sesuai 10,00 Tinggi (4) (4) (4) (10,3 12,6) 1.67 Cukup Tinggi 15,00 Cukup Sesuai 40,00 Cukup Sesuai 31,67 Cukup Tinggi (3) (3) (3) (7,9 10,2) 38,33 Kurang 36,67 Kurang Sesuai 11,67 Kurang Sesuai 833 Kurang (2) (2) (2) (5,5 7,8) 11,67 Rendah 45,00 Tidak Sesuai 48,33 Tidak Sesuai 45,00 Rendah (1) (1) (1) (3 5,4) 48,33 Total 100,00 100,00 100,00 100,00 Secara keseluruhan aktivitas komunikasi publik dalam bidang pendidikan dan pelatihan di daerah penelitian dikategorikan rendah. Hal ini disebabkan karena intensitas komunikasi yang dilakukan hampir tidak pernah terjadi, sehingga mempengaruhi pada besarnya nilai persentase dari intensitas komunikasi, teknik komunikasi dan model komunikasi yang rendah dalam proses aktivitas komunikasi. Terlihat pula bahwa terdapat seperempat lebih responden yang menilai aktivitas komunikasi yang dilakukan dalam bidang pendidikan dan pelatihan dikategorikan cukup tinggi, diikuti dengan kurang dan tinggi. Mereka ini pada umumnya pernah melakukan aktivitas komunikasi dengan perusahaan dalam bidang pendidikan dan pelatihan, sehingga dapat menilai keefektifan dari teknik komunikasi dan model komunikasi yang digunakan perusahaan dalam penyampaian pesan di bidang pendidikan dan pelatihan.

20 Tabel 17 menunjukkan bahwa sebagian besar responden memiliki intensitas komunikasi di bidang pendidikan dan penelitian rendah. Hal ini disebabkan mereka tidak pernah terlibat dalam proses komunikasi dengan perusahaan. Alasan yang dikemukakan adalah biasanya pertemuan untuk menyusun program di bidang pendidikan dan pelatihan berkaitan dengan pencairan dana.pengembangan kampung hanya diwakili oleh kepala kampung dan aparatnya serta panitia yang mengelola dana tersebut. Menurut Abe, keterlibatan seluruh masyarakat akan sangat penting dalam perencanaan program (khususnya bidang pendidikan dan pelatihan), dan merupakan penjamin bagi suatu proses perencanaan yang baik dan benar. Tetapi apabila masyarakat tidak dilibatkan, maka yang terjadi adalah ketidak-jelasan program apa yang dihendaki masyarakat sehingga memberikan peluang terjadinya manipulasi dalam perencanaan program yang berbasis masyarakat. Selain itu, terdapat seperempat lebih responden atau sebagian besar responden yang pernah berkomunikasi dengan perusahaan di bidang pendidikan dan pelatihan dikategorikan memiliki intensitas komunikasi kurang. Hal ini disebabkan oleh komunikasi yang dilakukan dengan perusahaan dalam setahun hanya satu atau dua kali. Responden yang dikategorikan memiliki intensitas komunikasi cukup tinggi dan tinggi adalah mereka yang banyak terlibat dalam kegiatan komunikasi bidang pendidikan dan pelatihan berupa pembahasan program kerja, pelatihan cara pengelolaan mesin katinting, pelatihan sebagai tukang kayu atau beton, pelatihan pembuatan ikan asin, penyuluhan kekerasan dalam rumah tangga, bantuan beasiswa sekolah bagi anak dan lain-lain.

21 Tabel 17 juga menunjukkan bahwa sebagian besar responden yang pernah berkomunikasi dengan perusahaan menilai teknik komunikasi publik perusahaan dalam bidang pendidikan dan pelatihan dikategorikan cukup sesuai. Hal ini disebabkan perusahaan melakukan komunikasi dengan menggunakan beragam media komunikasi sehingga mempermudah pemahaman dan pengertian terhadap isi pesan yang ada. Hal ini sejalan dengan pendapat Sutikno (2005), bahwa penggunaan media yang beragam dalam proses penyuluhan akan memperjelas makna materi penyuluhan sehingga lebih dapat dipahami oleh peserta, peserta akan lebih menarik perhatian sehingga menimbulkan motivasi serta peserta tidak bosan dalam kegiatan penyuluhan. Media yang digunakan antara lain, penggunaan infokus, pembagian modul atau bahan ajar, leafled, brosur dan lainlain. Sedangkan hanya sebagian kecil responden yang menilai teknik komunikasi dikategorikan kurang sesuai. hal ini disebabkan kegiatan komunikasi yang dilakukan hanyalah sebatas pada penyusunan program, sehingga media komunikasi yang digunakan hanya satu alat yaitu infokus. Sebagian besar responden menyatakan model komunikasi dikategorikan tidak sesuai. Hal ini disebabkan responden tidak diundang atau diberitahukan dan hanya diwakili oleh orang-orang tertentu saja. Selain itu, dilihat dari responden yang pernah berkomunikasi dengan perusahaan, sebagian besar menilai model komunikasi yang digunakan di bidang pendidikan dan pelatihan dikategorikan cukup sesuai, sesuai dan sangat sesuai. Hal ini disebabkan perusahaan sangat memperhatikan unsur kebenaran pesan, terjadi feedback dalam proses komunikasi, penggunaan saluran atau media yang dapat memberikan pengertian dan pemahaman serta perusahaan tidak membedakan posisi publik dimana semua

22 audiens diberikan kesempatan untuk berbicara, memberikan ide, dan membuat program kerja di bidang pendidikan dan pelatihan. Sutikno (2005) menyatakan bahwa komunikasi yang baik dalam proses penyuluhan merupakan komunikasi yang menggunakan model transaksional atau ada timbal balik dan model ini merupakan salah satu alternatif dalam proses pembelajaran yang efektif Tingkat Aktivitas Komunikasi Publik Perusahaan Melalui Program CSR dalam Bidang Demand Tenaga Kerja Aktivitas komunikasi publik perusahaan di bidang demand tenaga kerja adalah suatu kegiatan penyampaian pesan-pesan oleh perusahaan yang berkaitkan dengan proses requitmen masyarakat adat sebagai tenaga kerja atau karyawan pada perusahaan BP LNG Tangguh guna menjalin hubungan baik antara perusahaan dengan masyarakat luar perusahaan atau masyarakat adat terkena dampak langsung perusahaan, demi menciptakan kredibilitas perusahaan, menumbuhkan semangat kebersamaan (solidaritas) sehingga menghindari konflik antara masyarakat masyarakat adat dengan perusahaan demi menjaga eksistensi perusahaan di masa akan datang. Efektif atau tidak efektifnya aktivitas komunikasi publik dalam bidang demand tenaga kerja dapat dilihat dari intensitas komunikasi yang ada, teknik komunikasi dan model komunikasi yang digunakan dalam merekrut tenaga kerja masyarakat adat di daerah penelitian. Bidang demand tenaga kerja merupakan salah satu bidang yang jika tidak ditangani dengan baik, khususunya dalam memberikan informasi seringkali dapat menyebabkan konflik. Karena itu, bidang ini memerlukan aktivitas komunikasi yang baik dalam merekuit tenaga kerja.

23 Secara rinci tingkat aktivitas komunikasi di bidang demand tenaga kerja di sajikan pada tabel Tabel 18 di bawah ini Tabel 18. Tingkat Aktivitas Komunikasi Publik Perusahaan di Bidang Demand Tenaga Keja pada Masyarakat Adat di Daerah Penelitian Aktivitas Komunikasi Publik di Bidang Demand Tenaga Kerja Kategori Intensitas Komunikasi Teknik Komunikasi Model Komunikasi Aktivitas (%) Kategori Kategori Kategori Komunikasi (%) (%) (%) (Skor) (Skor) Skor) (Selang Skor) Sangat Tinggi - Sangat Sesuai - Sangat Sesuai 3,33 Sangat Tinggi (5) (5) (5) (12,7 15) - Tinggi 3,33 Sesuai - Sesuai 10,00 Tinggi (4) (4) (4) (10,3 12,6) - Cukup Tinggi 11,67 Cukup Sesuai 15,00 Cukup Sesuai 23,33 Cukup Tinggi (3) (3) (3) (7,9 10,2) 20,00 Kurang 23,33 Kurang Sesuai 23,33 Kurang Sesuai 1,67 Kurang (2) (2) (2) (5,5 7,8) 16,67 Rendah 61,67 Tidak Sesuai 61,67 Tidak Sesuai 61,67 Rendah (1) (1) (1) (3 5,4) 63,33 Total 100,00 100,00 100,00 100,00 Tabel 18 menunjukkan bahwa sebagian besar responden menilai secara keseluruhan proses aktivitas komunikasi publik perusahaan dalam bidang demand tenaga kerja dikategorikan rendah atau tidak efektif. Hal ini disebabkan tingkat intensitas komunikasi, teknik komunikasi dan model komunikasi yang digunakan perusahaan dikategorikan rendah atau tidak sesuai. Besarnya angka persentase ketidak-efektifan ini disebabkan karena mereka tidak pernah terlibat dalam aktivitas komunikasi di bidang demand tenaga kerja. Sebagian besar dari responden ini mengatakan bahwa sumber informasi mengenai permintaan tenaga kerja hanya disampaikan perusahaan melewati kepala kampung, sehingga ada peluang kepala kampung hanya memilih kerabat dekatnya saja yang dimasukkan sebagai tenaga kerja pada perusahaan BP LNG Tangguh (sikap nepotisme). Dalam ilmu komunikasi, menurut Vardiansyah (2004), proses komunikasi seperti diatas artinya melibatkan manusia sebagai medium. Hal ini berarti kepala kampung dan aparatnya ditempatkan sebagai unsur komunikasi medium penyampaian pesan, namun medium yang digunakan

24 tidak efektif, maka pesan demand tenaga kerja yang disampaikan tidak sampai kepada semua masyarakat dan telah terjadi proses komunikasi bermedia atau tanpa tatap muka (non face to face). Keadaan seperti ini akan menimbulkan kecemburuan yang dapat memicu konflik-konflik antara perusahaan maupun dengan aparat kampung. Bila kondisi ini terus terjadi maka tujuan aktivitas komunikasi publik perusahaan pada suatu daerah tidak akan tercapai, apalagi jika semua masyarakat tidak terlibat dalam proses komunikasi. Dengan demikian perusahaan harus dapat merubah dan memilih saluran atau media komunikasi yang lebih efektif untuk meningkatkan partisipasi seluruh warga masyarakat dalam program CSR. Hamad (2005) menyatakan bahwa komunikasi jangan dianggap sebagai proses penyampaian pesan yang relatif lancar tanpa hambatan tetapi dalam pendistribusian pesan yang merata di tengah masyarakat (komuniktas), komunikator perlu memilih media yang sesuai dengan efek yang diingikan oleh komunikator, apakah itu efek kognitif, afektif atau efek konatif yaitu partisipasi masyarakat. Tabel 18 juga menunjukkan bahwa sebagian besar responden yang pernah berkomunikasi dengan perusahaan dalam bidang demand tenaga kerja menilai intensitas komunikasi dan teknik komunikasi dikategorikan kurang sesuai. Hal ini disebabkan perusahaan hanya berkomunikasi dengan responden jika ada permintaan tenaga kerja saja, selain itu responden yang tidak termasuk aparat kampung, biasanya akan hadir dalam pertemuan apabila diberitahukan oleh kepala kampung. Teknik komunikasi yang kurang efektif disebabkan oleh penggunaan media saat pertemuan hanya dalam bentuk surat yang disampaikan kepada kepala kampung. Sutikno (2005), menyatakan bahwa penggunaan media

25 yang tidak tepat akan membawa akibat pada pencapaian tujuan komunikasi yang kurang efektif dan efisien. Oleh sebab itu, komunikator harus terampil dalam memilih dan menggunakan media untuk mempermudah tercapainya tujuan komunikasi khususnya di bidang demand tenaga kerja. Terlihat pula bahwa terdapat responden yang menilai model komunikasi dan teknik komunikasi cukup sesuai. Hal ini disebabkan mereka ini umumnya adalah aparat kampung dan karyawan perusahaan BP LNG Tangguh sehingga lebih memiliki peluang untuk melakukan hubungan komunikasi interpersonal dengan perusahaanpun cukup tinggi. Mereka ini lebih cenderung untuk mendapatkan informasi demand tenaga kerja terlebih dahulu dibandingkan masyarakat lain di daerah penelitian. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa perusahaan tidak transparan dalam memberikan informasi tentang permintaan tenaga kerja kepada seluruh masyarakat kampung, tetapi hanya melewati para kepala kampung dan aparatnya. Anwar (1984) menyatakan bahwa transparansi merupakan alat motivasi untuk tumbuhya peren serta masyarakat, dengan transparansi masyarakat tidak akan prajudise curang terhadap pelaksanaan kegiatan. Dalam berkomunikasi kita perlu mengembangkan sikap terbuka (tidak ada yang ditutupi atau disembunyikan), tanpa keterbukaan akan timbul sikap saling curiga sehingga dapat menimbulkan rasa percaya (trust) dari komunikan. Secara umum model komunikasi yang digunakan dalam bidang demand tenaga kerja adalah bersifat satu arah serta tanpa tatap muka, artinya hanya menggunakan kepala kampung sebagai medium penyampaian pesan kepada masyarakat sehingga tidak terdapat feedback dari sebagian besar masyarakat adat. Model komunikasi dalam bidang demand tenaga kerja di daerah penelitian jika

26 digambarkan menurut model Model Komunikasi Shannon Weaver dapat digambarkan sebagai berikut; Perusahaan (Medium) P Kepala Kampung S SYD Aparat Kampung & Keluarga Dekat Partisipasi Rendah Sumber Noise (sikap nepotisme) Keterangan : S : Sinyal SYD : Sinyal Yang diterima P : Pesan Gambar 8. Model Komunikasi di Bidang Demand Tenaga Kerja Menurut Model Komunikasi Shannon Weaver Menurut Wursanto (2005), penggunaan model komunikasi satu arah tidak memberi kepuasan bagi komunikan, menimbulkan berbagi ketegangan atau pertentangan karena adanya kesalah-pahaman atau ketidak-jelasan sehingga tidak terdapat situasi yang akrap penuh kekeluargaan dan demokratis.widjaja (2000) menyatakan bahwa dengan adanya umpan balik sebuah pesan dapat diketahui tingkat akurasinya, tetapi tanpa adanya umpan balik kerancuan dapat timbul sebagai akibat penafsiran yang salah atau keliru. Selain itu, Winarso (2005) menegaskan bahwa komunikasi yang efektif berkaitan dengan kemampuan komunikator untuk menanggapi umpan balik secara tepat. Kondisi aktivitas komunikasi yang demikian akan meningkatkan rasa ketidak-puasan kepada perusahaan BP LNG Tangguh, sehingga tidak mengherankan jika bidang demand tenaga kerja merupakan salah satu bidang yang paling banyak memicu konflik-konflik laten pada masyarakat adat Tingkat Aktivitas Komunikasi Publik Perusahaan Melalui Program CSR dalam Bidang Pembangunan Sarana Prasarana

27 Aktivitas komunikasi publik perusahaan di bidang pembangunan sarana prasarana adalah suatu kegiatan penyampaian pesan-pesan oleh perusahaan yang berkaitkan dengan kegiatan di bidang pembangunan sarana prasarana guna menjalin hubungan baik antara perusahaan dengan masyarakat luar perusahaan atau masyarakat adat terkena dampak langsung perusahaan. Pembangunan di bidang sarana prasarana merupakan ukuran fisik yang dapat diukur dengan menilai hasil nyata dari pelayanan perusahaan BP LNG Tangguh. Kegiatan komunikasi di bidang pembangunan sarana prasarana di daerah penelitian dilakukan dalam bentuk kegiatan penyusunan program kegiatan bidang pembangunan sarana prasarana. Kegiatan yang telah dilakukan seperti pembuatan jalan kayu sebagai penghubung rumah-rumah warga masyarakat, pembangunan sarana air bersih dengan mengadakan penyediaan media penampung air hujan, pembangunan rumah-rumah masyarakat, dll. Aktivitas komunikasi publik dalam bidang pembangunan sarana prasarana sebagai proses penyampaian pesan perusahaan kepada masyarakat adat, dapat dilihat berdasarkan intensitas komunikasi yang ada, teknik komunikasi dan model komunikasi yang digunakan. Tingkat aktivitas komunikasi publik dalam bidang pembangunan sarana prasarana secara rinci di sajikan pada Tabel 19 di bawah ini. Tabel 19. Tingkat Aktivitas Komunikasi Publik Perusahaan di Bidang Pembangunan Sarana Prasarana di Daerah Penelitian Aktivitas Komunikasi Publik di Bidang Pembangunan Sarana Prasarana Kategori Intensitas Komunikasi Teknik Komunikasi Model Komunikasi Aktivitas Kategori Kategori Kategori Komunikasi (%) (%) (%) (Skor) (Skor) Skor) (Selang Skor) Sangat Tinggi - Sangat Sesuai - Sangat Sesuai 3,33 Sangat Tinggi (5) (5) (5) (12,7 15) Tinggi 3,33 Sesuai - Sesuai 11,67 Tinggi (4) (4) (4) (10,3 12,6) Cukup Tinggi 8,34 Cukup Sesuai 6,67 Cukup Sesuai 21,67 Cukup Tinggi (3) (3) (3) (7,9 10,2) (%) ,33

28 Kurang (2) 28,33 Kurang Sesuai (2) 60,00 Tidak Sesuai (1) 28,33 Kurang Sesuai (2) 3.33 Kurang (5,5 7,8) Rendah 65,0 Tidak Sesuai 60,00 Rendah 61,67 (1) (1) (3 5,4) Total 100,00 100,00 100,00 100,00 15,00 Tabel 19 menunjukkan bahwa sebagian besar responden menilai tingkat aktivitas komunikasi di bidang pembangunan sarana prasarana dikategorikan rendah, demikian pula dengan intensitas komunikasi, teknik komunikasi dan model komunikasi, hal ini disebabkan oleh ketidak-terlibatan responden dalam proses aktivitas komunikasi dengan perusahaan khususnya dalam membahas program kerja di bidang pembangunan sarana prasarana selama satu tahun berjalan. Pada umumnya alasan yang dikemukakan responden adalah karena tidak ada pemberitahuan dari pihak perusahaan langsung kepada mereka atau dari pihak aparat kampung dan panitia pengelola dana. Mereka ini umumnya tidak terlibat dalam proses penyusunan program, tetapi biasanya terlibat dalam proses pelaksanaan program kerja. Akan tetapi menurut beberapa responden, dalam proses pelaksanaan program kerja, pihak perusahaan tidak terlibat di dalamnya sehingga tidak ada aktivitas komunikasi dalam proses pelaksanaan program dengan pihak perusahaan. Tabel 19 juga menunjukkan bahwa sebagian besar dari responden yang pernah terlibat dalam kegiatan komunikasi di bidang pembangunan sarana prasarana menilai intensitas komunikasi dan teknik komunikasi dikategorikan kurang sesuai. Walaupun mereka terlibat dalam proses komunikasi dengan perusahaan, namun intensitas komunikasi dirasakan relatif kurang dan harus dapat ditingkatkan. Selain itu, teknik komunikasi dalam hal penggunaan media penyampaian pesan juga perlu bervariasi. Khususnya dalam bidang pembangunan

29 sarana prasarana, perusahaan kurang menggunakan media komunikasi yang beragam seperti, leaflet, brosur, majalah atau pemutaran film. Hal ini disebabkan komunikasi di bidang pembangunan sarana prasana lebih bertujuan untuk membentuk perilaku masyarakat untuk mau terlibat dalam pelaksanaan program kerja saja, kecuali dalam bidang pendidikan dan pelatihan atau kesehatan masyarakat yang biasanya banyak menggunakan media komunikasi karena tujuannya adalah untuk menambah pengetahuan responden. Terlihat pula dalam tabel 19, sebagian besar responden yang pernah terlibat dalam aktivitas komunikasi di bidang sarana prasarana menilai model komunikasi yang digunakan perusahaan dikategorikan cukup sesuai. Hal ini disebabkan perusahaan hanya sebagai fasilisator dalam proses komunikasi, sedangkan masyarakatlah yang menyusun program kerja sesuai dengan kebutuhan yang diperlukan dalam bidang sarana prasarana. Selain itu, pesan yang disampaikan lebih kredibel dan dapat dipercaya karena berasal dari masyarakat sendiri dan posisi publik lebih diperhatikan dalam proses komunikasi. Dengan demikian model yang digunakan dalam proses komunikasi di bidang sarana parasana lebih bersifat partisipatoris atau model komunikasi konvergen. Model ini sudah cukup efektif untuk menyusun program-program kerja berbasis masyarakat, tetapi alangkah lebih efektif lagi apabila semua masyarakat kampung terlibat di dalamnya sehingga tidak menyebabkan program yang diturunkan tidak mewakili sebagian kecil masyarakat kampung yang hadir, tetapi memang benar-benar berasal dari seluruah masyarakat kampung. Menurut Hamad (2005), dalam proses komunikasi, para partisipan dalam komunikasi harus

30 dapat dilibatkan sehingga merasa menjadi bagian dari komunitas dan merasa saling memiliki dari komunitas tersebut Tingkat Kepuasan Publik Perusahaan. Kepuasan publik adalah tingkat perasaan senang atau kecewa seseorang setelah membandingkan pelayanan yang diberikan atau hasil yang dirasakan dengan yang diharapankan. Tingkat kepuasan publik perusahaan terhadap pelayanan perusahaan disajikan dalam Tabel 20 di bawah ini. Tabel 20. Tingkat Kepuasan Publik Terhadap Perusahaan BP LNG Tangguh di Daerah Penelitian Kepuasan Publik Kategori Kepuasan Jumlah (KK) Nisbah (%) Sangat Puas 4 6,67 Puas 6 10,00 Cukup Puas 32 53,33 Kurang Puas 18 30,00 Tidak Puas - - Total ,00

31 Tabel 20 menunjukkan bahwa sebagian besar responden memiliki tingkat kepuasan terhadap pelayanan perusahaan dikategorikan cukup puas. Artinya masyarakat merasa puas terhadap pelayanan perusahaan karena mereka merasa output (hasil pekerjaan) dan pelayanan yang diperoleh sudah sesuai dengan harapan. Faktor pertama yang menyebabkan kepuasan masyarakat adat terhadap pelayanan perusahaan adalah kemampuan perusahaan melaksanakan program yang dapat menambah pengetahuan dan keterampilan publik khususnya dalam bidang pendidikan dan pelatihan serta bidang kesehatan masyarakat. Hal ini disebabkan pesan yang disampaikan pada kedua bidang tersebut dapat dipercaya dan sangat bermanfaat bagi responden untuk menambah pengetahuan dan keterampilan mereka. Hal ini bisa terlihat pada karakteristik responden dimana sebagian besar responden hanya berpendidikan SD, sehingga mereka sangat membutuhkan informasi atau pesan yang dapat menambah pengetahuan dan keterampilan mereka. Faktor kedua adalah kemampuan source atau perusahaan tentang pengetahuan dan informasi terhadap suatu program yang ditawarkan atau dilaksanakan. Faktor ketiga adalah keterampilan teknik dalam melaksankan suatu program. Hal ini disebabkan responden percaya bahwa source atau komunikator merupakan seseorang yang ahli dalam bidangnya sehingga masyarakat lebih mempercayai isi kebenaran pesan. Serta faktor keempat adalah masyarakat puas akan keramahan dan kesopanan petugas perusahaan kepada masyarakat.

32 Terlihat pula bahwa seperempat lebih responden menilai kepuasan terhadap pelayanan perusahaan dikategorikan kurang puas, hal ini disebabkan hasil yang diperoleh dalam pelayanan perusahaan kurang sesuai dengan harapan yang diinginkan. Sebagian besar masyarakat merasa kurang puas karena perusahaan kurang menepati janji sesuai dengan waktu yang disepakati, hal ini umumnya terjadi pada bidang kompensasi tanah adat dimana hampir sebagian besar masyarakat adat masih menunggu janji perusahaan bahwa akan membayar biaya kompensasi tanah adat. Faktor ketidak-puasan kedua disebabkan masyarakat menilai perusahaan kurang jujur dalam memberikan informasi (transparansi). Ketidak-transparansi perusahaan ini umumnya dinilai dari kurang adanya keterbukaan tentang informasi demand tenaga kerja. Faktor ketidak-puasan ketiga yaitu kurangnya ketersediaan bangunan fisik (sarana prasarana) berdasarkan kesepakatan. Menurut masyarakat, dana pengembangan kampung untuk setiap kampung Rp ,-/thn sangatlah kurang cukup untuk digunakan pada beberapa bidang kegiatan, sehingga dana yang tersedia untuk pembangunan sarana prasarana belum tercukupi, hal ini menyebabkan pembangunan sarana prasarana yang sudah direncanakan kadang kala mencapai hasil yang kurang memuaskan karena sebagian pekerjaan terselesaikan tetapi sebagian lagi belum terselesaikan. Pembangunan sarana prasana yang belum terselesaikan seperti pembangunan rumah masyarakat, pembangunan wood way (jalan kayu) dan sarana air bersih.

33 Faktor ketidak-puasan keempat adalah ketidakkesigapan perusahaan untuk cepat tanggap terhadap keluhan yang disampaikan masih kurang. Faktor-faktor ketidak-puasan ini sangat bermanfaat bagi perusahaan BP LNG Tangguh untuk melakukan evaluasi dan menyusun strategi pelayanan yang sesuai dengan harapan masyarakat adat guna mencapai kepuasan, sehingga dapat mencegah resistensiresistensi yang terjadi antara masyarakat adat dengan perusahaan demi keberlanjutan dan kehidupan perusahaan di atas tanah adat mereka. Ketidak-puasan dapat menyebabkan hubungan sosial antara perusahaan dengan masyarakat menjadi renggang. Atau dengan kata lain tujuan komunikasi publik untuk membangun hubungan sosial yang baik antara masyarakat dengan perusahaan tidak tercapai. Menurut Amri dan Sarosa (2008), hubungan sosial yang bermasalah antara berbagai-bagai komponen masyarakat yang ada di sekitar perusahaan juga mengalami berbagai masalah dan kerugian. Oleh sebab itu, perusahaan perlu mengetahui faktor-faktor yang menyebabkan ketidak-puasan masyarakat adat sehingga dapat menjadi suatu bahan informasi untuk mengevaluasi pelayanan mereka dalam kegiatan CSR sehingga program yang dilaksanakan dapat meningkatkan kepuasan masyarakat adat Tingkat Perilaku Konflik Masyarakat Adat dengan Perusahaan BP LNG Tangguh Konflik adalah suatu bentuk pertentangan karena ada perbedaan dalam kebutuhan, nilai, motivasi perilaku yang terlibat di dalamnya. Selain itu konflik juga merupakan hubungan pertentangan antara dua pihak atau lebih yang memiliki atau merasa memiliki sasaran-sasaran tertentu namun diliputi pemikiran, perasaan atau perbuatan yang tidak sejalan (Liliweri, 2005). Pada umumnya

34 orang beranggapan bahwa konflik itu selalu menimbulkan dampak negatif, menunjukkan isyarat bahwa ada sesuatu yang tidak beres dalam mengelola perusahaan. Namun sesuai dengan adanya perkembangan ilmu perilaku, pandangan itu mulai bergeser. Ternyata ada konflik-konflik tertentu dalam suatu perusahaan yang jika dikelola dengan baik, dapat membawa perubahan dan pengembangan bagi perusahaan bersangkutan dan perusahaan tanpa konflik juga akan menghambat perubahan kearah yang lebih baik (Winardi, 1994) Konflik dalam penelitian ini terbagi atas konflik laten dan konflik terbuka. Konflik laten adalah jenis konflik yang sifatnya tersembunyi dan untuk penanganannya perlu diangkat ke permukaan, agar lebih efektif. Konflik laten jika tidak ditangani dengan baik dapat memicu konflik-konflik terbuka yang lebih besar lagi. Sedangkan konflik terbuka adalah konflik dimana pihak-pihak yang berselisih secara aktif terlibat dalam perselisihan yang terjadi. Konflik terbuka merupakan konflik yang dapat terlihat secara langsung bagaimana pihak-pihak yang bertikai saling menunjukkan perilaku agresifnya. Secara rinci, tingkat perilaku konflik masyarakat adat dengan perusahaan disajikan pada Tabel 21. Tabel 21. Tingkat Perilaku Konflik Masyarakat Adat dengan Perusahaan BP LNG Tangguh di Daerah Penelitian Perilaku Konflik Konflik Terbuka Konflik Laten Kategori N % N % N % Sangat Tinggi ,67 Tinggi 5 8, ,00 Cukup Tinggi 21 35,00 1 1, ,33 Kurang 18 30, , ,00 Tanpa Konflik 16 26, ,33 3 5,00 Total , , ,00

35 Tabel 21 menunjukkan bahwa sebagian besar responden tidak pernah melakukan konflik terbuka. Sedangkan pada konflik laten, sebagian besar responden mempunyai konflik laten yang sangat tinggi, tinggi dan cukup tinggi Beracuan pada tabel diatas, seharusnya tingginya konflik laten akan menyebabkan tingginya konflik terbuka. Namun hal ini sangat berbeda, konflik laten yang terjadi dengan perusahaan sangat tinggi, namun perilaku yang ditunjukkan dalam bentuk konflik terbuka tidak ditunjukan. Hal ini lebih disebabkan perilaku manusia yang berbeda-beda dalam menanggapi sesuatu, tergantung pada karakter biologis orang tersebut. Ada manusia yang langsung menunjukkan ekspresi ketidak-sukaan dia terhadap sesuatu dan ada juga yang masih bisa menahan diri untuk tidak melakukan perilaku-perilaku agresif atau konflik terbuka. Menurut Rakhmat, (2004) perilaku demikian cenderung disebabkan oleh faktor disposisi atau bawaan atau keperibadian (nature). Hanya sebagian kecil responden yang pernah melakukan konflik terbuka dengan intensitas cukup tinggi. Hal ini disebabkan rasa ketidak-terimaan dan ketidak-adilan atas pelayanan yang diberikan perusahaan sehingga memunculkan perilaku konflik dengan adanya perselisihan atau aksi fisik atau perkelahian dengan karyawan perusahaan bahkan melakukan aksi demo pada DPR Provinsi Papua Barat. Sumber konflik yang sering menyebabkan adanya aksi konflik antara lain aturan pelayanan speed boad atau transportasi laut yang menurut responden dibeda-bedakan, masalah kompensasi tanah adat yang belum terselesaikan dan masalah tenaga kerja serta masalah pembangunan sarana prasarana. Tabel 21 juga menunjukkan bahwa sebagian besar responden memiliki

36 konflik laten atau konflik-konflik dipermukaan dengan perusahaan BP LNG Tangguh dikategorikan tinggi. Konflik ini tidak diekspresikan langsung kepada perusahaan, tetapi cenderung untuk disimpan dalam hati sehingga menimbulkan rasa tidak suka kepada perusahaan BP LNG Tangguh. Sumber konflik laten pada masyarakat adat berbeda-beda, namun sebagian besar disebabkan kompensasi tanah adat yang belum terselesaikan, permintaan tenaga kerja yang tidak transparan dan hanya disampaikan kepada kepala-kepala kampung sehingga mempunyai peluang untuk memilih kerabat atau sanak saudaranya saja, masyarakat adat yang sudah bekerja sebagai karyawan perusahaan pada umumnya hanya ditempatkan sebagai security (keamanan), pekerja kasar, padahal mereka menginginkan di berikan pelatihan untuk dipromosikan ke tempat-tempat kerja yang lebih baik atau di dalam kantor (bagian administrasi), aturan penggunaan transportasi laut yang ketat, seperti tidak boleh membawa anak kecil atau ibu hamil, padahal pada saat-saat tertentu atau darurat karena sakit dan diberikan rujukkan ke rumah sakit di ibu kota kabupaten, mereka sangat memerlukan bantuan transportasi laut milik perusahaan tetapi tidak diizinkan dengan alasan sudah merupakan aturan yang telah ditetapkan perusahaan bagi pengguna jasa transportasi laut milik perusahaan. Kasus tersebut diatas juga ditemukan oleh peneliti pada saat peneliti berada di lapangan atau daerah penelitian, dimana ada seorang warga masyarakat yang menunjukkan perilaku konflik dengan menahan speed boad milik perusahaan karena aturan bagi pengguna speed boad yang melarang membawa anak kecil walaupun dalam kondisi sakit, walaupun warga tersebut sudah memberikan surat permohonan kepada perusahaan namun belum ditanggapi juga.

37 Padahal letak daerah penelitian ini sangat jauh dari kota dan susahnya mendapatkan transportasi umum yang datang ke daerah ini sehingga pada saatsaat darurat, mereka hanya berharap transportasi laut milik perusahaan bisa membantu mereka. Sumber-sumber konflik laten ini jika tidak ditangani dengan baik oleh perusahaan, dapat menyebabkan gejolak konflik terbuka yang lebih besar lagi. Namun sumber konflik laten ini perlu diangkat ke permukaan sehingga proses penyelesaiannya bisa diatasi dengan baik dan berguna bagi pengembangan perusahaan BP LNG Tangguh khususnya dalam melaksanakan program CSR agar lebih efektif lagi Hubungan Aktivitas Komunikasi Publik Perusahaan Melalui Program CSR dengan Kepuasan Publik. Secara teoritis, aktivitas komunikasi publik perusahaan melalui program CSR memiliki hubungan dengan kepuasan publik perusahaan (Wursanto, 2005). Perusahaan BP LNG menyadari bahwa faktanya, kemampuan perusahaan untuk bersaing dan tetap eksis sangat tergantung pada keadaan lokasi dimana perusahaan itu beroperasi termasuk masyarakat sekitarnya. Oleh karena itu perusahaan telah mengembangkan suatu piramida tanggung jawab sosial perusahaan yang harus dipahami sebagai suatu kesatuan. Sebab tanggung jawab sosial perusahaan merupakan kepedulian perusahaan yang didasari tiga prinsip dasar yaitu perusahaan tetap harus berorientasi untuk mencari keuntungan ekonomi yang memungkinkan untuk terus beroperasi dan berkembang, perusahaan harus memiliki kepedulian terhadap kesejahteraan manusia dan

38 perusahaan peduli terhadap lingkungan hidup dan keberlanjutan keragaman hayati. Perusahaan BP LNG Tangguh mengakui bahwa banyak fakta yang mendukung bahwa perusahaan yang tidak melakukan tanggung jawab sosial dan hanya semata-mata mencari keuntungan selalu terjadi masalah sosial dengan masyarakat sekitar perusahaan seperti terjadinya konflik akibat rasa ketidakpuasan atas pelayanan perusahaan. Karena itu Perusahaan BP LNG Tangguh telah melakukan tanggung jawab sosial perusahaan dengan baik, namun indikator sosial dari keberhasilannya adalah tingkat kualitas hubungan sosial antara perusahaan dengan masyarakat yang membaik dan tingkat kepuasan masyarakat. Apabila indikator tersebut kurang dicapai maka dapat dikatakan bahwa program CSR oleh perusahaan BP LNG Tangguh belum berhasil. Untuk mencapai indikator tersebut, salah satunya diperlukan komunikasi yang efektif dalam menurunkan program CSR ke masyarakat. Hal ini disebabkan komunikasi yang beroperasi pada konteks sosial mempunyai fungsi sosial yaitu berkomunikasi untuk menciptakan dan memupuk hubungan baik dengan orang lain. Hubungan yang membaik, menunjukkan komunikasi yang dilakukan efektif tetapi jika hubungan dengan perusahaan kurang baik yang diukur dengan tingkat kepuasan terhadap program CSR yang rendah maka CSR bisa dikatakan tidak berhasil dan komunikasi tidak berfungsi dengan baik dalam menyalurkan pesan CSR. Hasil penelitian tentang hubungan aktivitas komunikasi publik melalui program CSR secara keseluruhan dengan kepuasan publik di daerah penelitian dapat dilihat pada Gambar 9 di bawah ini.

39 Gambar 9. Diagram Kontingensi Aktivitas Komunikasi Publik Perusahaan melalui Program CSR Dengan Kepuasan Publik Perusahaan Gambar diagram diatas menunjukkan bahwa sebagian besar responden dengan aktivitas komunikasi dikategorikan rendah dan kurang memiliki tingkat kepuasan terhadap perusahaan cukup puas dan puas, demikian pula sebaliknya bahwa terdapat sebagian kecil responden yang memiliki aktivitas komunikasi cukup tinggi tetapi memiliki tingkat kepuasan yang rendah. Dengan demikian secara deskriptif hal ini menunjukkan tidak terdapat kecenderungan tinggi rendahnya aktivitas komunikasi publik perusahaan akan menentukan tinggi rendahnya kepuasan publik. Hal menunjukkan bahwa ketidak-puasan dan kepuasan publik umumnya bukan disebabkan oleh proses aktivitas komunikasi yang terjadi dalam program CSR, tetapi karena hasil yang diinginkan dari program kegiatan CSR pada lima bidang kegiatan tidak sesuai dengan yang diharapkan. Hal ini sesuai dengan teori kepuasan yaitu teori ketidak-sesuaian yang dikemukakan Locke (1969) dalam kutipan Kennett N. Wexley dan Gary A. Yukl (1993), kepuasan atau ketidak-puasan dengan aspek pekerjaan tergantung pada

40 selisih (discrepancy) antara apa yang dianggap telah didapatkan dengan apa yang diinginkan, jika ada selisih jauh antara kekurangan atau keinginan hasil yang didapatkan dari program kegiatan CSR pada setiap bidang kegiatan dengan kenyataan hasil yang diperoleh dari kegiatan CSR, maka orang menjadi tidak puas. Tetapi jika hasil yang diinginkan dan kekurangan yang ingin dipenuhi ternyata sesuai dengan kenyataan yang didapat dalam program CSR maka ia akan puas. Disisi lain, gambar diagram diatas menunjukkan hasil yang berbeda, sebagian kecil responden dengan aktivitas komunikasi dikategorikan tinggi ternyata memiliki tingkat kepuasan yang dikategorikan sangat puas terhadap perusahaan. Selain itu juga terdapat seperempat lebih responden dengan aktivitas komunikasi dikategorikan rendah dan kurang tetapi memiliki tingkat kepuasan terhadap perusahaan tergolong kurang puas. Dengan demikian hal ini menunjukkan bahwa secara deskriptif terdapat kecenderungan hubungan tinggi rendahnya aktivitas komunikasi menentukan tinggi rendahnya tingkat kepuasan publik atau masyarakat adat terhadap pelayanan perusahaan BP LNG Tangguh. Hasil ini didukung dengan hasil uji statistik korelasi rank spearman antara aktivitas komunikasi publik melalui program CSR dengan kepuasan publik yang ditampilkan pada Tabel 22 di bawah ini Tabel 22. Hasil Uji Statistik Korelasi Rank Spearman antara Aktivitas Komunikasi Publik Perusahaan dalam Program CSR dengan Kepuasan Publik Kepuasan Publik Aktivitas Komunikasi Correlation Sig. (2-tailed) Coefficient 1. Intensitas Komunikasi 0,256* 0, Teknik Komunikasi 0,267* 0, Model Komunikasi 0,263* 0,042

41 Keseluruhan Aktivitas Komunikasi 0,262* 0,043 Tabel 22 menunjukkan bahwa korelasi rank spearman (rs) antara variabel aktivitas komunikasi publik perusahaan dengan kepuasan publik adalah sebesar 0,262 dengan arah positif. Tingkat keeratan berdasarkan kategori JP Guilford (dikutip Harun Al Rasyid, 2004), dikategorikan rendah tetapi signifikan. Hubungan antara kedua variabel tersebut signifikan karena nilai P sebesar sebesar 0,043 lebih kecil dari tingkat kesalahan 0,05. Hal ini berarti perubahan yang terjadi pada aktivitas komunikasi publik perusahaan melalui program CSR akan diikuti secara positif oleh kepuasan publik. Atau semakin tinggi aktivitas komunikasi akan menyebabkan semakin tinggi kepuasan publik Demikian sebaliknya, semakin rendah aktivitas komunikasi akan menyebabkan semakin rendah kepuasan publik. Hasil ini sesuai dengan pendapat Wursanto (2005), bahwa aktivitas komunikasi publik perusahaan melalui program CSR memiliki hubungan dengan kepuasan publik perusahaan. Selain itu, Muhammad (2004) menyebutkan ada dua hal yang mungkin menyebabkan orang tidak puas dengan pelayanan yang diberikan. Hal pertama, apabila orang tersebut tidak mendapatkan informasi yang dibutuhkan. Yang kedua, apabila hubungan sesama kurang baik. Atau dengan kata lain ketidak-puasan dan kepuasan ini berhubungan dengan masalah komunikasi. Tjiptono (2002) juga mengemukakan bahwa kepuasan publik sangat tergantung pada harapan publik. Oleh karena itu, strategi kepuasan publik haruslah didahului dengan pengetahuan yang detail dan akurat terhadap harapan publik. Dengan kata lain untuk mengetahui harapan publik diperlukan adanya komunikasi yang efektif.

42 Jika dilihat dari setiap item aktivitas komunikasi, maka tabel 22 menunjukkan bahwa intensitas komunikasi, teknik komunikasi dan media komunikasi memiliki hubungan signifikan dengan kepuasan publik, namun hubungan tersebut memiliki tingkat keeratan yang lemah atau dengan kata lain, kedua faktor tersebut hampir tidak terlalu berhubungan dengan kepuasan publik sehingga tidak dapat dijadikan sebagai dasar dalam proses pengambilan keputusan oleh perusahaan khususnya dalam meningkatkan kepuasan masyarakat adat terhadap pelayanan perusahaan. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat faktor lain yang lebih memiliki hubungan yang kuat dengan kepuasan publik. Berdasarkan hasil penelitian di lapangan, ternyata bahwa masyarakat cenderung mengukur kepuasan mereka dengan hasil nyata atau bukti fisik yang mereka dapatkan dari perusahaan dan bukan disebabkan karena proses komunikasi yang terjadi antara perusahaan dengan mereka. Untuk mengefektifkan aktivitas komunikasi publik perusahaan melalui kegiatan CSR secara keseluruhan sehingga dapat meningkatkan kepuasan publik terhadap perusahaan, perusahaan perlu melihat dan mengefektifkan aktivitas komunikasi publik perusahaan pada setiap bidang CSR dengan melihat bidangbidang mana yang paling berhubungan dengan kepuasan publik perusahaan. Secara rinci akan dijelaskan hubungan aktivitas komunikasi publik perusahaan pada setiap bidang kegiatan CSR dengan kepuasan publik sebagai berikut: Hubungan Aktivitas Komunikasi Publik Perusahaan Melalui Program CSR dalam Bidang Kompensasi Tanah Adat dengan Kepuasan Publik Perusahaan Masalah kompensasi tanah adat di daerah penelitian bahkan keseluruhan daerah Papua merupakan salah satu masalah yang sangat krusial yang harus

43 ditangani karena merupakan salah satu potensi yang menyebabkan ketidak-puasan masyarakat Adat. Banyak rasa ketidak-puasan yang timbul pada masyarakat adat di daerah Papua terhadap perusahaan-perusahaan besar yang mengeksploitasi sumber daya alam masyarakat adat tanpa memperhatikan hak budaya atau hak adat masyarakat setempat. Sebagai contoh kasus adalah sering timbulnya resistensi-resistensi yang terjadi antara masyarakat adat dengan perusahaan PT Freeport Indonesia. Karena itu, peran komunikasi publik perusahaan untuk meningkatkan kepuasan masyarakat adat dalam bidang kompensasi tanah adat di Papua bahkan lebih khusus daerah penelitian sangat cukup memegang peranan penting. Komunikasi yang efektif dalam bidang kompensasi tanah adat tentu akan berhubungan dengan kepuasan masyarakat adat terhadap perusahaan yang ingin mengeksploitasi sumber daya alam di atas tanah adat mereka. Tetapi apabila komunikasi publik perusahaan tidak efektif, maka perusahaan tidak akan pernah mengetahui apa sesungguhnya yang menjadi harapan masyarakat adat. Sehingga program yang dilaksanakan tidak dapat menyentuh kebutuhan dan harapan masyarakat, maka yang terjadi adalah ketidak-puasan terhadap program dan perusahaan yang melaksanakan program tersebut. Hubungan komunikasi publik dalam bidang kompensasi tanah adat dengan kepuasan masyarakat adat terhadap perusahan BP LNG Tangguh akan disajikan pada Gambar diagram 10 di bawah ini.

44 Gambar 10. Diagram Kontingensi Aktivitas Komunikasi Publik Perusahaan dalam Bidang Kompensasi Tanah Adat dengan Kepuasan Publik Perusahaan Gambar 10 menunjukkan bahwa seluruh responden menilai aktivitas komunikasi di bidang kompensasi tanah adat dikategorikan rendah atau tidak efektif. Hal ini disebabkan intensitas komunikasi dengan perusahaan tentang kompensasi tanah adat jarang dilakukan bahkan perusahaan belum memberi jawaban atas keinginan atau aspirasi masyarakat adat tentang kompensasi tanah adat yang harus diberikan oleh perusahaan kepada masyarakat adat yang dalam istilah bahasa lokal disebut sebagai uang permisi atau uang ketok pintu. Hal ini tentu memberikan peluang besar bagi terciptanya rasa ketidak-puasan masyarakat adat dalam bidang kompensasi tanah adat. Gambar 10 Juga menunjukkan hasil penelitian yang berbeda, ternyata sebagian besar responden yang aktivitas komunikasinya dikategorikan rendah atau tidak efektif memiliki tingkat kepuasan cukup tinggi atau cukup puas terhadap perusahaan. Hal ini berarti, rendahnya aktivitas komunikasi bukan

45 merupakan faktor yang menyebabkan ketidakkepuasan masyarakat adat terhadap perusahaan. Faktor kepuasan masyarakat lebih ditekankan pada penilain terhadap pelayanan perusahaan seperti kesopanan dan keramahan petugas perusahaan, kemampuan perusahaan untuk memberikan hal-hal yang menambah pengetahuan masyarakat, dll. Sedangkan dilihat dari aspek ketepatan dan kesesuai perusahaan memenuhi janji sesuai dengan waktu yang ditentukan, maka sebagian besar dari responden yang memiliki kepuasan cukup puas menilai kurang puas dari aspek ketepatan perusahaan memenuhi janji. Di sisi lain, pada Gambar 10 ternyata menunjukkan hasil yang berbeda juga, dimana terdapat seperempat lebih responden memiliki aktivitas komunikasi rendah, memiliki tingkat kepuasan dikategorikan kurang puas terhadap pelayanaan perusahaan. Hal ini berarti rendahnya aktivitas komunikasi ikut juga menentukan ketidak-puasan responden terhadap perusahaan. Gambar 10 juga terlihat bahwa secara deskritif untuk melihat hubungan tinggi rendahnya aktivitas komunikasi apakah ikut menentukan tinggi rendahnya kepuasan publik sangat sulit untuk ditentukan karena penyebaran data responden yang homogen hanya pada aktivitas komunikasi rendah atau tidak efektif. Sehingga untuk melihat terdapatnya hubungan aktivitas komunikasi publik dalam bidang kompensasi tanah adat dengan kepuasan publik dilakukan uji statistik rank spearman yang ditunjukkan pada Tabel 23 di bawah ini. Tabel 23. Hasil Uji Statistik Korelasi Rank Spearman antara Aktivitas Komunikasi Publik Perusahaan pada Lima Bidang Aktivitas Komunikasi dalam Program CSR dengan Kepuasan Publik Kepuasan Publik Bidang Aktivitas Komunikasi dalam No. Correlation Sig. (2- Program CSR Coefficient tailed) 1. Bidang Kompensasi Tanah Adat 0,346 ** 0,007

46 2. Bidang Kesehatan 0,319 * 0, Bidang Pendidikan dan Pelatihan 0,210 0, Bidang Demand Tenaga Kerja 0,331 ** 0, Bidang Sarana Prasarana 0,328 * 0,011 Tabel 23 menunjukkan bahwa terdapat korelasi rank spearman (rs) antara variabel aktivitas komunikasi publik perusahaan di bidang kompensasi tanah adat dengan kepuasan publik adalah sebesar 0,346 dengan arah positif. Tingkat keeratan berdasarkan kategori JP Guilford yang dikutip Harun Al Rasyid, (2004), dikategorikan rendah tetapi sangat signifikan. Hubungan antara kedua variabel tersebut sangat signifikan karena nilai P sebesar sebesar 0,007 lebih kecil dari tingkat kesalahan 0,01. Artinya perubahan yang terjadi pada aktivitas komunikasi publik perusahaan di bidang kompensasi tanah adat akan diikuti secara positif oleh kepuasan publik. Atau semakin tinggi aktivitas komunikasi di bidang kompensasi tanah adat akan berhubungan dengan semakin tinggi kepuasan publik. Demikian sebaliknya, semakin rendah aktivitas komunikasi di bidang kompensasi tanah adat akan berhubungan dengan semakin rendah kepuasan publik. Hal ini disebabkan faktor komunikasi dalam hal keterbukaan komunikasi, intensitas komunikasi dan model komunikasi yang digunakan dalam bidang kompensasi tanah adat merupakan penyebab ketidak-puasan dan kepuasan masyarakat terhadap perusahaan. Wursanto (2005), menyatakan penggunaan model komunikasi satu arah tidak memberikan kepuasan bagi komunikan demikian pula sebalikknya penggunaan model komunikasi dua arah akan memberikan kepuasan bagi komunikan. Hal ini disebabkan terdapatnya feedback dari komunikan, sehingga komunikator akan lebih mengetahui harapan-harapan dari komunikan dan dapat

47 memberikan program-program yang sesuai dengan harapan komunikan sehingga membawa dampak kepuasan bagi komunikan. Dengan demikian untuk meningkatkan kepuasan publik perusahaan BP LNG Tangguh maka perusahaan perlu mengefektifkan dan meningkatkan aktivitas komunikasi publik memalui program CSR dalam bidang kompensasi tanah adat dengan memperhatikan intensitas komunikasi, teknik komunikasi dan model komunikasi yang digunakan Hubungan Aktivitas Komunikasi Publik Perusahaan Melalui Program CSR dalam Bidang Kesehatan Masyarakat dengan Kepuasan Publik Perusahaan Rusahid (2008) menyatakan pendekatan CSR pada PT Freeport Indonesia bahkan lebih luas di daerah Papua perlu pendekatan khusus untuk dapat meningkatkan derajat pelayanan kesehatan dan kesadaran masyarakat akan kesehatan mereka sendiri. Untuk itu, dibutuhkan kesabaran dan perhatian ekstra keras dari para pekerja medis untuk dapat sukses bertugas di Papua. Hal ini tidak terlepas dari peran motivasi yang kuat dari dalam diri para pelayan kesehatan untuk membantu masyarakat. Dalam memberikan pelayanan kesehatan harus selalu meyesuaikan tingkat kebutuhan kesehatan umum untuk masyarakat. Faktor komunikasi antara masyarakat dengan perusahaan dalam hal ini petugas medis memegang peranan penting untuk mengetahui kebutuhan kesehatan umum masyarkat, dan untuk memberikan kesadaran masyarakat akan kesehatan mereka sendiri. Tanpa komunikasi, kebutuhan kesehatan tidak bisa diketahui secara akurat bahkan perusahaan atau petugas medis tidak dapat memberikan kesadaran masyarakat akan kesehatan.

48 Tujuan progam CSR pada suatu perusahaan tidak akan berhasil jika program yang dilakukan tidak-sesuai dengan kebutuhan masyarakat, justru yang terjadi adalah timbulnya ketidak-puasan masyarakat karena program yang telah dilaksanakan tidak sesuai dengan harapan dan kebutuhan masyarakat tersebut. Karena itu diperlukan komunikasi yang efektif untuk menggali atau mengkaji kebutuhan masyarakat khususnya di bidang kesehatan masyarakat sehingga program CSR yang dilakukan dalam bidang kesehatan masyarakat dapat efektif mencapai tujuan. Dengan demikian dapat diperkirakan bahwa aktivitas komunikasi dalam bidang kesehatan memiliki hubungan dengan kepuasan publik terhadap perusahaan. Aktivitas komunikasi bidang kesehatan meliputi aktivitas dalam penyusunan program kegiatan dalam satu tahun berjalan serta aktivitas komunikasi dalam penyuluhan kesehatan. Hasil penelitian tentang hubungan aktivitas komunikasi publik perusahaan dalam bidang kesehatan masyarakat dengan kepuasan publik disajikan pada Gambar 11 di bawah ini

49 Gambar 11. Diagram Kontingensi Aktivitas Komunikasi Publik Perusahaan dalam Bidang Kesehatan Masyarakat dengan Kepuasan Publik Perusahaan Gambar 11 menujukkan bahwa semua responden dengan aktivitas komunikasi di bidang kesehatan masyarakat dikategorikan tinggi dan sebagian besar responden dengan aktivitas komunikasi cukup tinggi memiliki tingkat kepuasan yang cukup tinggi atau cukup puas terhadap pelayanan perusahaan. Demikian pula dengan aktivitas komunikasi rendah, dimana seperempat lebih responden yang menilai kurang puas dengan pelayanan perusahaan. Hal ini menunjukkan terdapat hubungan tinggi rendahnya aktivitas komunikasi di bidang kesehatan masyarakat akan menyebabkan tinggi rendahnya kepuasan publik terhadap perusahaan. Gambar 11 juga menunjukkan hasil yang berbeda, dimana tidak terdapat kecenderungan hubungan antara aktivitas komunikasi di bidang kesehatan masyarakat dengan kepuasan publik perusahaan. Hal ini ditunjukkan dengan terdapatnya sebagian besar responden dengan aktivitas komunikasi di bidang kesehatan masyarakat dikategorikan rendah dan kurang namun memiliki tingkat kepuasan yang cukup tinggi atau cukup puas terhadap perusahaan. Hal ini dikarenakan sekalipun masyarakat kurang terlibat dalam aktivitas komunikasi di bidang kesehatan masyarakat tetapi mereka merasa puas dengan informasi yang diperoleh karena menambah pengetahuan mereka di bidang kesehatan. Demikian pula sebaliknya terdapat seperempat lebih responden dengan aktivitas komunikasi di bidang kesehatan masyarakat dikategorikan cukup tinggi namun merasa kurang puas dengan pelayanan perusahaan. Hal ini disebabkan hasil kegiatan di bidang

50 kesehatan masyarakat yang kurang sesuai dengan yang diharapkan dan bukan disebabkan karena proses komunikasi yang terjadi dalam bidang kesehatan masyarakat. Untuk lebih mengetahui dan memperkuat terdapat atau tidak terdapatnya hubungan antara aktivitas komunikasi publik dalam bidang kesehatan masyarakat dengan kepuasan publik perusahaan dilakukan uji statistik dengan menggunakan uji korelasi rank sperman, yang hasil dapat dilihat pada tabel 23, menunjukkan bahwa terdapat korelasi rank spearman (rs) antara variabel aktivitas komunikasi publik perusahaan di bidang kesehatan masyarakat dengan kepuasan publik adalah sebesar 0,319 dengan arah positif. Tingkat keeratan berdasarkan kategori JP Guilford (dikutip Harun Al Rasyid, 2004), dikategorikan rendah tetapi signifikan. Hubungan antara kedua variabel tersebut signifikan karena nilai P sebesar sebesar 0,013 lebih kecil dari tingkat kesalahan 0,05. Artinya perubahan yang terjadi pada aktivitas komunikasi publik perusahaan di bidang kesehatan masyarakat akan diikuti secara positif oleh kepuasan publik. Atau semakin tinggi aktivitas komunikasi di bidang kesehatan masyarakat berhubungan dengan semakin tinggi kepuasan publik. Demikian sebaliknya, semakin rendah aktivitas komunikasi di bidang kesehatan masyarakat akan berhubungan dengan semakin rendah kepuasan publik. Terdapatnya hubungan antar variabel tersebut disebabkan faktor komunikasi merupakan salah satu faktor penting yang memberikan kepuasan kepada masyarakat berkaitan dengan unsur pesan di bidang kesehatan yang dirasakan bermanfaat bagi responden dan dapat menambah pengetahuan. Sebagaimana terlihat pada karakteristik responden dimana sebagian besar hanya

51 berpendidikan SD yang memiliki pengetahuan tentang kesehatan yang terbatas, sehingga aktivitas komunikasi di bidang kesehatan seperti penyuluhan kesehatan dirasa sangat penting dan bermanfaat bagi masyarakat sehingga berhubungan dengan kepuasan masyarakat terhadap perusahaan. Suprapto (2011) menyatakan audience akan lebih menerima pesan yang disampaikan komunikator jika pesan yang disampaikan menguntungkan atau bermanfaat bagi target audience. Dengan demikian untuk lebih meningkatkan kepuasan publik perusahaan maka perusahaan BP LNG Tangguh perlu mengefektifkan dan meningkatkan aktivitas komunikasi publik CSR di bidang kesehatan masyarakat dengan memperhatikan intensitas komunikasi, teknik komunikasi dan model komunikasi yang digunakan Hubungan Aktivitas Komunikasi Publik Perusahaan Melalui Program CSR dalam Bidang Pendidikan dan Pelatihan dengan Kepuasan Publik Perusahaan Aktivitas komunikasi di bidang pendidikan dan pelatihan pada daerah penelitian meliputi aktivitas dalam penyusunan program kegiatan dalam satu tahun berjalan serta aktivitas komunikasi dalam kegiatan penyuluhan dan pelatihan masyarakat. Faktor komunikasi sangat berperan penting dalam proses penyusunan program berbasis masyarakat dan dalam proses pendidikan melalui penyuluhan dan pelatihan. Tanpa komunikasi yang efektif, kegiatan bidang pendidikan dan pelatihan tidak dapat mencapai tujuan secara efektif juga. Hasil penelitian tentang hubungan aktivitas komunikasi publik perusahaan dalam bidang pendidikan dan pelatihan dengan kepuasan publik disajikan pada Gambar 12 di bawah ini

52 Gambar 12. Diagram Kontingensi Aktivitas Komunikasi Publik Perusahaan dalam Bidang Pendidikan dan Pelatihan dengan Kepuasan Publik Perusahaan

53 Gambar 12 menujukkan bahwa semua responden dengan aktivitas komunikasi bidang pendidikan dan pelatihan dikategorikan tinggi dan sebagian besar responden dengan aktivitas komunikasi dikategorikan cukup tinggi memiliki tingkat kepuasan yang cukup tinggi atau cukup puas terhadap pelayanan perusahaan. Demikian pula dengan aktivitas komunikasi di bidang pendidikan dan pelatihan rendah, dimana seperempat lebih responden yang dikategorikan menilai kurang puas dengan pelayanan perusahaan. Hal ini menunjukkan secara deskriptif terdapat kecenderungan hubungan tinggi rendahnya aktivitas komunikasi di bidang pendidikan dan pelatihan akan menyebabkan tinggi rendahnya kepuasan publik terhadap perusahaan. Gambar 12 juga menunjukkan hasil yang berbeda, dimana tidak terdapat kecenderungan hubungan antara aktivitas komunikasi di bidang pendidikan dan pelatihan dengan kepuasan publik perusahaan. Hal ini ditunjukkan dengan terdapatnya sebagian besar responden dengan aktivitas komunikasi di bidang pendidikan dan pelatihan dikategorikan rendah dan kurang namun memiliki tingkat kepuasan yang dikategorikan cukup tinggi atau cukup puas. Hal ini menunjukkan sekalipun masyarakat kurang terlibat dalam aktivitas komunikasi di bidang pendidikan dan pelatihan, tetapi mereka merasa puas dengan informasi yang diperoleh karena menambah pengetahuan dan keterampilan yang bermanfaat bagi mereka. Demikian pula sebaliknya terdapat seperempat lebih responden dengan aktivitas komunikasi di bidang pendidikan dan pelatihan cukup tinggi namun merasa kurang puas dengan pelayanan perusahaan. Hal ini disebabkan hasil kegiatan di bidang pendidikan dan pelatihan yang kurang sesuai dengan yang

54 diharapkan, seperti yang ditemukan di lapangan bahwa terdapatnya responden yang diberikan pendidikan dan pelatihan peningkatan keterampilan namun tidak dapat mengembangkan keterampilan tersebut karena terbatasnya alat dan modal, karena itu menurut Nursahid (2008), pilihan-pilihan program CSR lebih khusus program pendidikan dan pelatihan yang dilakukan hendaknya didasarkan pada kemampuan masyarakat dan harus memperhatikan potensi daerah setempat sehingga program tersebut juga dapat memiliki manfaat jangka panjang dan berkesinambungan. Dengan demikian secara deskriptif faktor aktivitas komunikasi bukan merupakan salah satu faktor yang menyebabkan kepuasan masyarakat terhadap program CSR di bidang pendidikan dan pelatihan. Secara umum harapan masyarakat adat yang pernah mengikuti pendidikan dan pelatihan-pelatihan berharap hendaknya ilmu pengetahuan yang mereka dapatkan, dapat dikembangkan. Karena itu diharapkan perusahaan dapat menyediakan modal usaha atau peralatan yang bisa digunakan untuk pengembangan keterampilan mereka serta menyediakan lapangan pekerjaan sesuai dengan pelatihan-pelatihan yang sudah dilaksanakan. Selain itu, sebagian besar dari mereka berharap ada kejelasan informasi yang mereka peroleh saat mengikuti pelatihan bahwa mereka dijanjikan oleh perusahaan akan disediakan pekerjaan setelah mereka mendapatkan pelatihan. Untuk lebih mengetahui dan memperkuat terdapat atau tidak terdapatnya hubungan antara aktivitas komunikasi publik dalam bidang pendidikan dan pelatihan dengan kepuasan publik perusahaan, dilakukan uji statistik dengan menggunakan uji korelasi rank sperman, yang hasilnya ditampilkan pada tabel 23, menunjukkan bahwa tidak terdapat korelasi positif yang signifikan antara

55 aktivitas komunikasi di bidang pendidikan dan pelatihan dengan kepuasan publik pada taraf kepercayaan satu persen dan lima persen, artinya tinggi rendahnya aktivitas komunikasi dalam bidang pendidikan dan pelatihan tidak berhubungan dengan tinggi rendahnya tingkat kepuasan publik. Hal ini disebabkan kepuasan publik lebih cenderung disebabkan oleh faktor out put (hasil) dari kegiatan di bidang pendidikan dan pelatihan dan bukan disebabkan oleh proses komunikasi publik yang terjadi dalam bidang tersebut. Sehingga sekalipun proses komunikasi yang dilakukan sudah sangat efektif atau terjadi kesaman makna antara komunikan dengan komunikator, namun hasil nyata yang didapat dari kegiatan di bidang pendidikan dan pelatihan tidak sesuai dengan harapan publik maka yang terjadi adalah ketidak-puasan karena hasil program yang tidak sesuai dengan yang diinginkan. Dengan demikian untuk meningkatkan kepuasan publik perusahaan BP LNG Tangguh maka perusahaan perlu memberikan hasil nyata di bidang pendidikan dan pelatihan sesuai dengan harapan dan keinginan masyarakat adat Hubungan Aktivitas Komunikasi Publik Perusahaan Melalui Program CSR dalam Bidang Demand Tenaga Kerja dengan Kepuasan Publik Perusahaan Aktivitas komunikasi bidang demand tenaga kerja di daerah penelitian meliputi aktivitas dalam proses penyampaian pesan tentang permintaan tenaga kerja oleh perusahaan BP LNG Tangguh kepada masyarakat adat. Sedangkan kepuasan terhadap pelayanan perusahaan adalah selisih antara kondisi yang diinginkan dengan kondisi aktual (kenyataan), jika ada selisih jauh antara keinginan dan kekurangan yang ingin dipenuhi dengan kenyataan maka orang

56 menjadi tidak puas. Tetapi jika kondisi yang diinginkan dan kekurangan yang ingin dipenuhi ternyata sesuai dengan kenyataan yang didapat maka ia akan puas. Bidang demand tenaga kerja merupakan salah satu bidang yang sering memicu ketidak-puasan masyarakat sekitar dengan perusahaan karena berbagai hal. Salah satunya adalah faktor komunikasi. Dengan komunikasi, perusahaan dapat memperkecil ketidak-puasan dan meningkatkan kepuasan. Tanpa komunikasi, perusahaan tidak dapat menyusun program yang memberikan kepuasan kepada masyarakat secara efektif. Berikut ini adalah hubungan aktivitas komunikasi publik perusahaan di bidang demand tenaga kerja dengan kepuasan publik disajikan pada Gambar diagram 13 Gambar 13. Diagram Kontingensi Aktivitas Komunikasi Publik Perusahaan dalam Bidang Demand Tenaga Kerja dengan Kepuasan Publik Perusahaan Gambar 13 menujukkan bahwa semua responden dengan aktivitas komunikasi dikategorikan tinggi di bidang demand tenaga kerja dan sebagian besar responden dengan aktivitas komunikasi cukup tinggi memiliki tingkat kepuasan yang cukup tinggi atau cukup puas dengan pelayanan perusahaan.

57 Demikian pula dengan aktivitas komunikasi di bidang demand tenaga kerja yang dikategorikan rendah, dimana seperempat lebih responden dikategorikan menilai kurang puas dengan pelayanan perusahaan. Hal ini menunjukkan ada kecenderungan hubungan tinggi rendahnya aktivitas komunikasi di bidang demand tenaga kerja akan menentukan tinggi rendahnya kepuasan publik terhadap perusahaan. Gambar 13 juga menunjukkan hasil yang berbeda, dimana tidak terdapat kecenderungan hubungan antara aktivitas komunikasi di bidang demand tenaga kerja dengan kepuasan publik perusahaan. Hal ini ditunjukkan dengan terdapatnya sebagian besar responden dengan aktivitas komunikasi di bidang demand tenaga kerja yang rendah dan kurang namun memiliki tingkat kepuasan yang cukup tinggi atau cukup puas. Ini dikarenakan sekalipun masyarakat kurang terlibat dalam aktivitas komunikasi di bidang demand tenaga kerja, tetapi mereka merasa puas karena sebagian dari mereka sudah direkrut sebagai karyawan BP LNG Tangguh, oleh karena mereka memiliki hubungan kekerabatan yang dekat dengan kepala kampung dan aparatnya sehingga mereka ini lebih mendapat informasi langsung dari kepala kampung tentang adanya permintaan tenaga kerja.

58 Demikian pula sebaliknya terdapat seperempat responden dengan aktivitas komunikasi di bidang demand tenaga kerja dikategorikan cukup tinggi namun merasa kurang puas dengan pelayanan perusahaan. Hal ini disebabkan hasil kegiatan di bidang demand tenaga kerja yang kurang sesuai dengan yang diharapkan masyarakat adat, seperti yang ditemukan di lapangan bahwa terdapatnya responden yang telah mendapat pekerjaan sebagai karyawan PB LNG tetapi mereka merasa kurang puas karena hanya ditempatkan sebagai tenaga buruh kasar pada kegiatan konstruksi proyek Tangguh. Hasil temuan ini didukung dengan hasil penelitian Mayawati (2009) yang menemukan bahwa tenaga kerja lokal yang bekerja pada masa konstruksi perusahaan proyek Tangguh hanya ditempatkan pada pekerjaan dengan tingkat keterampilan rendah dan menegah seperti security, tenaga konstruksi, perbengkelan, sopir, tukang masak, cleaning service. Pada masa produksi perusahan proyek LNG Tangguh banyak tenaga kerja yang dikurangi. Dari 7000 tenaga kerja yang bekerja pada masa produksi, akan dikurangi menjadi 500 tenaga kerja ahli. Sehingga banyak dari mereka yang kurang memiliki keterampilan harus menerima kenyataan untuk tidak bekerja. Penempatan tenaga kerja lokal ini sesuai dengan karakteristik pendidikan formal responden yang menunjukan bahwa sebagian besar responden hanya berpendidikan SD sehingga lebih cenderung memiliki pengetahuan dan keterampilan yang rendah, sehingga tidak mengherankan jika perusahaan hanya menempatkan pekerja lokal pada pekerjaan dengan tingkat keterampilan rendah.

59 Harapan masyarakat adalah semoga ada keterbukaan komunikasi oleh perusahaan BP LNG Tangguh mengenai informasi tenaga kerja terutama menyangkut nasib mereka karena terjadi pengurangan tenaga kerja pada saat perusahaan meninggalkan masa konstruksi dan memasuki masa produksi. Bagi mereka yang memiliki keterampilan rendah, diharapkan perusahaan dapat memberikan pelatihan-pelatihan atau program pra magang beruba program peningkatan keterampilan atau peningkatan kapasitas pada mereka yang telah bekerja sebagai karyawan sehingga mereka juga bisa bekerja pada posisi-posisi kerja yang lebih baik dari apa yang mereka dapatkan sekarang. Untuk lebih mengetahui dan memperkuat terdapat atau tidak terdapatnya hubungan antara aktivitas komunikasi publik dalam bidang demand tenaga kerja dengan kepuasan publik, dilakukan uji statistik dengan menggunakan uji korelasi rank sperman, yang hasilnya pengujian ditampilkan pada tabel 23, menunjukkan bahwa terdapat korelasi rank spearman (rs) antara variabel aktivitas komunikasi publik perusahaan di bidang demand tenaga kerja dengan kepuasan publik adalah sebesar 0,331 dengan arah positif. Tingkat keeratan berdasarkan kategori JP Guilford (dikutip Harun Al Rasyid, 2004), dikategorikan rendah tetapi sangat signifikan. Hubungan antara kedua variabel tersebut sangat signifikan karena nilai P sebesar 0,010 lebih kecil dari tingkat kesalahan 0,01. Artinya perubahan yang terjadi pada aktivitas komunikasi publik perusahaan di bidang demand tenaga kerja akan diikuti secara positif oleh kepuasan publik. Atau semakin tinggi aktivitas komunikasi di bidang demand tenaga kerja berhubungan dengan semakin tinggi kepuasan publik Demikian sebaliknya, semakin rendah aktivitas komunikasi di bidang demand tenaga kerja akan berhubungan dengan semakin

60 rendah kepuasan publik. Hal ini disebabkan faktor komunikasi merupakan salah satu faktor penting yang memberikan kepuasan kepada masyarakat berkaitan dengan keterbukaan infomasi mengenai demand tenaga kerja, media yang digunakan dan model yang digunakan dalam proses aktivitas komunikasi. Dilla (2007) mengemukakan dalam berkomunikasi kita perlu mengembangkan sikap terbuka sehingga dapat menimbulkan rasa percaya (trust) dari penerima pesan, bahwa komunikator dapat membawa pesan yang memberikan kepuasan kepada penerima pesan. Dengan komunikasi yang efektif maka perusahaan akan mendapat pengetahuan yang detail tentang harapan masyarakat, sehingga mempermudah meningkatkan kepuasan masyarakat dalam bidang demand tenaga kerja, demikian pula sebaliknya komunikasi yang tidak efektif akan menutup pengetahuan perusahaan tentang harapan masyarakat di bidang demand tenaga kerja sehinga mengakibatkan ketidak-puasan masyarakat terhadap perusahaan khususnya dalam mengkomunikasikan program di bidang demand tenaga kerja. Dengan demikian berdasarkan hasil uji statistik diatas, maka untuk meningkatkan tingkat kepuasan masyarakat adat terhadap pelayanan perusahaan BP LNG Tangguh, maka perusahaan BP LNG Tangguh harus dapat mengefektifkan dan meningkatkan aktivitas komunikasi publik memalui program CSR dalam bidang demand tenaga kerja khususnya lebih transparan atau terbuka dalam mengkomunikasikan informasi di bidang tenaga kerja sehingga tidak terjadi miss komunikasi antara masyarakat dengan perusahan dan tidak terjadi rasa kurang percaya atau kecurigaan yang negatif perhadap perusahaan.

61 Hubungan Aktivitas Komunikasi Publik Perusahaan Melalui Program CSR dalam Bidang Pembangunan Sarana Prasarana dengan Kepuasan Publik Perusahaan Bidang pembangunan sarana prasarana merupakan salah satu bidang yang berpotensi menimbulkan rasa ketidak-puasan pada masyarakat adat di daerah penelitian. Kenyataan yang terjadi adalah timbulnya rasa ketidak-puasan masyarakat di daerah penelitian atau daerah sebelah utara teluk Bintuni pada perusahaan BP LNG Tangguh karena merasa didiskriminasi dengan pembangunan sarana prasarana yang lebih lengkap di daerah sebelah selatan teluk Bintuni, khususnya kampung Tanah Merah Baru. Kampung tanah merah baru ini merupakan kampung yang dipindahkan oleh perusahaan sebagai akibat adanya pembangunan kilang gas perusahan BP LNG Tangguh di kampung tanah merah lama. Namun pembangunan sarana prasarana yang begitu lengkap ini, disadari telah membuat kecemburuan sosial antara masyarakat adat pada daerah yang kampungnya terkena dampak langsung, khususnya wilayah sebelah utara teluk Bintuni. Karena itu, perusahaan telah melakukan pendekatan komunikasi dengan masyarakat di daerah utara teluk Bintuni untuk melaksanakan program CSR khususnya bidang pembangunan sarana prasarana. Dengan harapan pembangunan tersebut dapat menciptakan kepuasan masyarakat dan mengurangi kecemburuan sosial yang terjadi dengan masyarakat di sebelah selatan teluk Bintuni.

62 Kepuasan publik sangat tergantung pada harapan publik. Oleh karena itu, strategi kepuasan publik haruslah didahului dengan pengetahuan yang detail dan akurat terhadap harapan publik. Dengan kata lain untuk mengetahui harapan publik diperlukan adanya komunikasi. Dengan komunikasi perusahaan dapat membangun fasilitas sarana prasarana masyarakat yang sesuai dengan harapan publik. Apabila pembangunan sarana prasarana telah sesuai dengan harapan, maka akan muncul kepuasan dalam masyarakat adat. Dengan demikian secara teoritis, komunikasi memiliki hubungan dengan kepuasan. Namun hal ini bisa berbeda pada setiap daerah penelitian. Untuk lebih jelasnya akan ditampilkan hasil penelitian tentang hubungan komunikasi publik dalam bidang pembangunan sarana prasarana dengan kepuasan publik terhadap perusahan BP LNG Tangguh pada Gambar 14. Gambar 14. Diagram Kontingensi Aktivitas Komunikasi Publik Perusahaan dalam Bidang Pembangunan Sarana Prasarana dengan Kepuasan Publik Perusahaan

63 Gambar 14 menujukkan bahwa sebagian besar responden dengan aktivitas komunikasi kurang dan rendah memiliki tingkat kepuasan yang cukup tinggi atau cukup puas. Hal ini menujukkan sekalipun masyarakat kurang bahkan tidak pernah melakukan aktivitas komunikasi di bidang pembangunan sarana prasarana tetapi mereka cukup merasa puas dengan pelayanan yang diberikan dengan hasil pembangunan sarana prasarana yang disediakan. Demikian juga terdapat seperempat lebih responden dengan aktivitas komunikasi cukup tinggi tetapi memiliki tingkat kepuasan kurang puas. Hal ini disebabkan sekalipun mereka memiliki aktivitas komunikasi cukup tinggi tetapi mereka merasa kurang puas dengan hasil pembangunan sarana prasarana yang terealisasi tidak sesuai dengan program kerja yang direncanakan di bidang pembangunan sarana prasarana. Ini ditunjukkan dengan adanya fasilitas yang belum terselesaikan karena alokasi dana untuk bidang pembangunan sarana prasarana yang masih kurang. Hasil tersebut diatas menunjukkan bahwa tinggi rendahnya aktivitas komunikasi di bidang pembangunan sarana prasarana tidak menuntukan tinggi rendahnya tingkat kepuasan publik perusahaan. Meskipun demikian, Gambar 14 juga menunjukkan hasil yang berbeda, dimana ada kecenderungan terdapatnya hubungan positif antara aktivitas komunikasi dengan kepuasan publik perusahaan. Hal ini ditunjukkan dengan terdapatnya sebagian besar responden dengan aktivitas komunikasi di bidang pembangunan sarana prasarana sangat tinggi dan memiliki tingkat kepuasan yang sangat tinggi atau sangat puas juga. Demikian pula sebaliknya terdapat seperempat lebih responden dengan aktivitas komunikasi di bidang pembangunan sarana prasarana rendah dan memiliki tingkat kepuasan kurang puas. Dengan hasil

64 ini dapat dikatakan bahwa tinggi rendahnya aktivitas komunikasi bidang pembangunan sarana prasarana ikut menentukan tinggi rendahnya tingkat kepuasan publik pada perusahaan BP LNG Tangguh. Untuk lebih mengetahui dan memperkuat terdapat atau tidak terdapatnya hubungan antara aktivitas komunikasi publik dalam bidang pembangunan sarana prasana dengan kepuasan publik perusahaan, dilakukan uji statistik dengan menggunakan uji korelasi rank sperman, yang hasil ditampilkan pada tabel 23, menunjukkan bahwa terdapat korelasi rank spearman (rs) antara variabel aktivitas komunikasi publik perusahaan di bidang pembangunan sarana prasarana dengan kepuasan publik adalah sebesar 0,328 dengan arah positif. Tingkat keeratan berdasarkan kategori JP Guilford (dikutip Harun Al Rasyid, 2004), dikategorikan rendah tetapi signifikan. Hubungan antara kedua variabel tersebut signifikan karena nilai P sebesar sebesar 0,011 lebih kecil dari tingkat kesalahan 0,05. Artinya perubahan yang terjadi pada aktivitas komunikasi publik perusahaan di bidang pembangunan sarana prasarana akan diikuti secara positif oleh kepuasan publik. Atau semakin tinggi aktivitas komunikasi di bidang pembangunan sarana prasarana berhubungan dengan semakin tinggi kepuasan publik. Demikian sebaliknya, semakin rendah aktivitas komunikasi di bidang pembangunan sarana prasarana akan berhubungan dengan semakin rendah kepuasan publik. Hal ini disebabkan faktor komunikasi memegang peranan penting di dalam proses komunikasi untuk membahas program-program yang direncanakan sesuai dengan kebutuhan dan harapan masyarakat adat. Aktivitas komunikasi yang efektif akan menghasilkan program-program di bidang pembangunan sarana prasarana yang sesuai dengan harapan publik

65 sehingga memberikan kepuasan kepada masyarakat adat, demikian pula sebaliknya aktivitas komunikasi yang tidak efektif akan menghasilkan programprogram di bidang pembangunan sarana prasarana yang tidak sesuai dengan harapan publik sehingga memberikan ketidak-puasan masyarakat adat terhadap perusahaan. Dengan demikian untuk meningkatkan kepuasan publik perusahaan BP LNG Tangguh maka perusahaan perlu mengefektifkan dan meningkatkan aktivitas komunikasi publik CSR dalam bidang pembangunan sarana prasarana dengan memperhatikan intensitas komunikasi, teknik komunikasi dan model komunikasi yang digunakan Hubungan Aktivitas Komunikasi Publik Perusahaan Melalui Program CSR dengan Perilaku Konflik Masyarakat Adat Nursahid (2008) menyatakan pelaksanaan CSR yang berhasil akan membawa dampak pada kelangsungan operasi bisnis perusahaan, masyarakat yang merasa mendapatkan manfaat atau keuntungan dari keberadaan perusahaan dengan sendirinya akan turut menjaga keberadaan perusahaan sehingga tidak terjadinya konflik. Sebaliknya jika reputasi perusahaan buruk karena pelaksanaan CSR tidak terkelolah dengan baik, boleh jadi akan menghadapi masyarakat sekitarnya sebagai musuh utama. Dengan begitu operasi bisnisnya pun tidak pernah merasa aman karena setiap saat dapat saja menghadapi berbagai keluhan masyarakat yang pada gilirannya akan merugikan bisnis itu sendiri. Salah satu tolak ukur perusahaan dalam menjalankan program CSR agar efektif apabila tidak terjadi konflik-konflik publik dengan perusahaan, salah satu cara untuk

66 menghindari dan mencegah konflik dengan masyarakat adalah dengan melakukan komunikasi yang efektif. Komunikasi publik yang baik dapat membangun hubungan baik perusahaan dengan masyarakat. Program CSR bila diterapkan dengan menggunakan komunikasi yang efektif maka tujuan CSR dapat dicapai, yaitu membangunan hubungan baik perusahaan dengan masyarakat sehingga dapat menghindari konflik yang mengancam eksistensi dari suatu perusahaan. Karena itu, dapat diperkirakan komunikasi memiliki hubungan dengan perilaku konflik. Hasil penelitian tentang hubungan komunikasi publik perusahaan melalui program CSR dengan perilaku konflik masyarat adat dengan perusahaan BP LNG Tanguh disajikan pada Gambar 15 di bawah ini Gambar 15. Diagram Kontingensi Aktivitas Komunikasi Publik Perusahaan melalui Program CSR dengan Perilaku Konflik Masyarakat Adat

67 Gambar diagram diatas menunjukkan bahwa sebagian besar responden dengan aktivitas komunikasi dikategorikan rendah dan memiliki tingkat perilaku konflik terhadap perusahaan dikategorikan cukup tinggi. Demikian pula sebaliknya bahwa terdapat sebagian besar responden dengan aktivitas komunikasi publik dikategorikan cukup tinggi dan memiliki perilaku konflik yang dikategorikan rendah atau tanpa konflik. Hal ini berarti bahwa terdapat kecenderungan hubungan yang bersifat negatif antara aktivitas komunikasi dengan perilaku konflik masyarakat adat dengan perusahaan. Dengan kata lain, semakin rendah aktivitas komunikasi publik akan menyebabkan semakin tinggi perilaku konflik masyarakat adat dengan perusahaan. Demikian pula sebaliknya semakin tinggi aktivitas komunikasi publik perusahaan akan menentukan semakin rendah tingkat perilaku konflik masyarakat adat dengan perusahaan. Gambar 15 di atas juga memberikan hasil yang berbeda. Dimana tidak ada kecenderungan aktivitas komunikasi publik perusahaan berhubungan dengan perilaku konflik masyarakat adat. Hal ini ditunjukkan dengan terdapatnya sebagian besar responden dengan aktivitas komunikasi dikategorikan kurang tetapi memiliki tingkat perilaku konflik yang kurang juga, dan terdapatnya responden dengan aktivitas komunikasi cukup tinggi tetapi memiliki perilaku konflik terhadap perusahaan yang dikategorikan tinggi pula. Hal ini dikarenakan konflik-konflik yang terjadi dengan perusahaan bukan disebabkan oleh proses aktivitas komunikasi publik yang terjadi meliputi intensitas komunikasi, teknik komunikasi dan model komunikasi yang digunakan, tetapi lebih cenderung disebabkan karena hasil (out put) yang didapat dari tahap pelaksanaan setiap

68 kegiatan CSR yang bertentangan dengan yang diinginkan atau yang di harapan masyarakat. Untuk lebih mengetahui dan memperkuat terdapat atau tidak terdapatnya hubungan antara aktivitas komunikasi publik melalui seluruh bidang kegiatan CSR dengan perilaku konflik secara statistik dengan menggunakan uji rank spearman disajikan pada Tabel 24 di bawah ini. Tabel 24. Hasil Uji Statistik Korelasi Rank Spearman antara Aktivitas Komunikasi Publik Perusahaan dalam Program CSR dengan Perilaku Konflik Masyarakat Adat Perilaku Konflik Aktivitas Komunikasi Correlation Sig. (2-tailed) Coefficient 1. Intensitas Komunikasi - 0,346 ** 0, Teknik Komunikasi - 0,404 ** 0, Model Komunikasi - 0,412 ** 0,002 Keseluruhan Aktivitas Komunikasi - 0,364 ** 0,004 Tabel 24 menunjukkan bahwa korelasi rank spearman (rs) antara variabel aktivitas komunikasi publik perusahaan dalam program CSR dengan perilaku konflik masyarakat adat adalah sebesar -0,364 dengan arah negatif. Tingkat keeratan berdasarkan kategori JP Guilford (dikutip Harun Al Rasyid, 2004), dikategorikan rendah tetapi sangat signifikan. Hubungan antara kedua variabel tersebut sangat signifikan karena nilai P sebesar sebesar 0,004 lebih kecil dari tingkat kesalahan 0,01. Artinya perubahan yang terjadi pada aktivitas komunikasi publik perusahaan dalam program CSR akan diikuti secara negatif oleh perilaku konflik. Atau semakin tinggi aktivitas komunikasi publik perusahaan dalam program CSR akan menyebabkan semakin rendah perilaku konflik masyarakat adat dengan perusahaan. Demikian sebaliknya, semakin rendah aktivitas komunikasi publik perusahaan dalam program CSR akan menyebabkan semakin

69 tinggi perilaku konflik. Hasil penelitian ini mendukung penelitian yang dilakukan Muchsinah, 2006 yang dilakukan pada PT Semen Gresik bahwa efektivitas komunikasi manajer perusahaan memiliki hubungan yang sangat signifikan dengan dengan konflik. Hasil ini juga sesuai dengan pendapat Hajimoto (2001), adanya konflik adalah bukti bahwa ada kemacetan komunikasi antara berbagai golongan dalam masyarakat kita yang majemuk. Pertumbuhan konflik dalam proses komunikasi terjadi akibat pelemparan pesan yang tidak memuaskan antara komunikan dengan komunikator. Manusia berkomunikasi untuk mengatasi dan mencegah konflik, pertentangan antar manusia. Melalui komunikasi yang efektif, konflik dapat dihindari. Usman (2001), menyatakan bahwa suatu proses komunikasi untuk memberikan informasi yang benar akan menimbulkan suatu ketenangan dalam kehidupan masyarakat, tetapi apabila isu atau informasi yang dikembangkan orang dalam berinteraksi tidak seirama dengan apa yang terjadi maka timbulah konflik dalam setiap pertukaran pesan, baik yang bersifat individu, kelompok maupun masyarakat. Akibatnya benturan sosial tidak dapat dihindari, baik dalam bentuk fisik maupun penekanan setiap ide yang berkembang dalam setiap komponen kehidupan masyarakat. Tabel 24 juga terlihat bahwa berdasarkan item penyusun aktivitas komunikasi, maka intensitas komunikasi, teknik komunikasi dan model komunikasi juga memiliki hubungan korelasi yang sangat signifikan dengan perilaku konflik masyarakat adat, namun hanya teknik komunikasi dan model komunikasi yang memiliki tingkat hubungan keeratan yang cukup erat dengan perilaku konflik. Dengan demikian, teknik komunikasi dan model komunikasi

70 merupakan salah satu faktor yang dapat menyebabkan terjadinya perilaku konflik dengan perusahaan. Oleh sebab itu, perusahaan perlu mengefektifkan teknik komunikasi dan model komunikasi melalui program CSR secara keseluruhan untuk mencegah dan menghindari terjadinya konflik masyarakat adat dengan perusahaan. Namun untuk mengefektifkan aktivitas komunikasi publik perusahaan secara keseluruhan, khususnya teknik komunikasi dan model komunikasi, perusahaan BP LNG Tangguh perlu melihat dan mengefektifkan aktivitas komunikasi publik perusahaan pada setiap bidang CSR dengan memperhatikan bidang-bidang mana yang paling berhubungan dan tidak berhubungan dengan perilaku konflik masyarakat adat. Secara rinci akan dijelaskan hubungan aktivitas komunikasi publik perusahaan pada setiap bidang kegiatan CSR dengan perilaku konflik masyarakat sebagai berikut: Hubungan Aktivitas Komunikasi Publik Perusahaan Melalui Program CSR dalam Bidang Kompensasi Tanah Adat dengan Perilaku Konflik Masyarakat Adat Masalah kompensasi tanah adat merupakan salah satu potensi konflik yang sering terjadi antara perusahaan-perusahaan yang mengeksploitasi sumber daya alam di tanah Papua dengan masyarakat adat setempat. Tingginya resistensiresistensi tersebut akibat perusahaan kurang memperhatikan lingkungan sekitar perusahaan, baik lingkungan hidup maupun hak masyarakat adat setempat. Sehingga tidak menutup kemungkinan, kadangkala masyarakat sekitar melakukan perilaku agresif dengan menutup paksa, melakukan pencekalan, melakukan demonstrasi untuk menuntut ditutupinya perusahaan tersebut. Hal ini sesuai dengan pendapat Amri dan Sarosa (2008), selama ini konflik antara perusahaan

71 dengan masyarakat di Indonesia banyak dipicu oleh perilaku perusahaan yang cenderung bersifat eksploitatif terhadap masyarakat dan lingkungan dimana ia beroperasi, lebih lanjut dikemukakan bahwa biasanya konflik yang terjadi antara perusahaan dengan masyarakat terkait dengan isu tuntutan ganti rugi terhadap tanah atau aset masyarakat lain yang diambil atau digunakan perusahaan. Sebagai contoh kasus adalah sering timbulnya resistensi-resistensi yang terjadi antara masyarakat adat sekitar dengan perusahaan PT Freeport Indonesia, bahkan pada tanggal 24 Maret 2007 di kota Manokwari ibukota Propinsi Papua Barat, masyarakat adat yang berasal dari suku-suku di daerah penelitian (suku Sebyar Kembarano Dambando) pernah melakukan demontrasi di DPR Propinsi Papua Barat karena menuntut perusahaan BP LNG Tangguh berkewajiban memperhatikan hak-hak adat masyarakat setempat sesuai dengan Undang-undang Otonomi Khusus No. 21 Tahun 2001, yang berisikan perlindungan hak-hak masyarakat adat, yaitu pemerintah Provinsi Papua wajib mengakui, menghormati, melindungi, memberdayakan dan mengembangkan hak-hak masyarakat adat. Menurut Undang-undang tersebut, masyarakat adat merupakan suatu kesatuan masyarakat hukum adat yang secara turun temurun telah terikat dalam satu kesatuan sosial budaya dan adat istiadat dan diakui keberadaanya dengan segala hak kekayaan alam yang terkandung di dalamnya. Keberadaan Undang-undang ini juga merupakan salah satu pemicu konflik masyarakat adat dengan perusahaan yang hendak beroperasi di daerah adat mereka apabila tidak melakukan CSR dengan baik. Masalah kompensasi adat ini kalau tidak ditangani dengan baik oleh perusahaan maka akan mengancam eksistensi dan sustainability perusahaan bersangkutan. Untuk mengatasi hal

72 tersebut, salah satunya diperlukan adanya komunikasi yang efektif di bidang kompensasi tanah adat. Karena itu peran komunikasi publik perusahaan untuk mengelola, mengatasi dan mencegah terjadinya konflik masyarakat adat dalam bidang kompensasi tanah adat di Papua bahkan lebih khusus daerah penelitian sangat memegang peranan penting. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa komunikasi memiliki berhubungan dengan tinggi-rendahnya perilaku konflik. Berikut ini untuk melihat hubungan komunikasi publik dalam bidang kompensasi tanah adat dengan perilaku konflik masyarakat adat terhadap perusahan BP LNG Tangguh akan disajikan pada Gambar 16 di bawah ini. Gambar 16. Diagram Kontingensi Aktivitas Komunikasi Publik Perusahaan dalam Bidang Kompensasi Tanah Adat dengan Perilaku Konflik Masyarakat Adat Gambar 16 menunjukkan bahwa seluruh responden menilai aktivitas komunikasi di bidang kompensasi tanah adat rendah atau tidak efektif. Hal ini tentu memberikan peluang besar bagi terciptanya perilaku konflik masyarakat adat dengan perusahaan BP LNG Tangguh dalam bidang kompensasi tanah adat. Hasil ini didukung dengan hasil penelitian yang ditunjukkan pada Gambar 16 bahwa sebagian besar responden dengan aktivitas komunikasi dalam bidang

73 kompensasi tanah adat dikategorikan rendah atau tidak efektif memiliki tingkat perilaku konflik terhadap perusahaan BP LNG Tangguh cukup sering dan sering. Hal ini berarti, rendahnya aktivitas komunikasi ikut juga menentukan tingginya perilaku konflik masyarakat adat terhadap perusahaan. Namun disisi lain terdapat hasil yang berbeda, dimana terdapat seperempat lebih responden dengan aktivitas komunikasi rendah tetapi dikategorikan memiliki perilaku konflik dengan perusahaan BP LNG Tangguh kurang dan tidak pernah. Hal ini menunjukkan rendahnya faktor komunikasi publik bukan merupakan masalah yang serius untuk dijadikan sumber konflik dengan perusahaan. Dengan kata lain rendahnya aktivitas komunikasi di bidang kompensasi tanah adat belum tentu ikut menyebabkan tingginya perilaku konflik masyarakat adat dengan perusahaan. Gambar 16 juga terlihat bahwa secara deskriptif untuk melihat hubungan tinggi rendahnya aktivitas komunikasi dalam bidang kompensasi tanah adat apakah berhubungan dengan tinggi rendahnya perilaku konflik masyarakat adat sangat sulit untuk ditentukan karena penyebaran data responden yang homogen hanya pada aktivitas komunikasi rendah atau tidak efektif, sehingga untuk melihat terdapatnya hubungan aktivitas komunikasi publik dalam bidang kompensasi tanah adat dengan perilaku konflik masyarakat adat dilakukan uji statistik korelasi rank spearman yang ditunjukkan pada Tabel 25 di bawah ini. Tabel 25. Hasil Uji Statistik Korelasi Rank Spearman antara Aktivitas Komunikasi Publik Perusahaan pada Lima Bidang dalam Program CSR dengan Perilaku Konflik Perilaku Konflik Bidang Aktivitas Komunikasi dalam No. Correlation Sig. (2-tailed) Program CSR Coefficient 1. Bidang Kompensasi Tanah Adat 0,306 * 0,0017

74 2. Bidang Kesehatan 0,379 ** 0, Bidang Pendidikan dan Pelatihan 0,406 ** 0, Bidang Demand Tenaga Kerja 0,462 ** 0, Bidang Sarana Prasarana 0,475 ** 0,000 Tabel 25 menunjukkan bahwa terdapat korelasi rank spearman (rs) antara variabel aktivitas komunikasi publik perusahaan di bidang kompensasi tanah adat dengan perilaku konflik masyarakat adat adalah sebesar -0,306 dengan arah negatif. Tingkat keeratan berdasarkan kategori JP Guilford (dikutip Harun Al Rasyid, 2004), dikategorikan rendah tetapi signifikan. Hubungan antara kedua variabel tersebut signifikan karena nilai P sebesar sebesar 0,017 lebih kecil dari tingkat kesalahan 0,05. Artinya perubahan yang terjadi pada aktivitas komunikasi publik perusahaan di bidang kompensasi tanah adat akan diikuti secara negatif oleh perilaku konflik. Atau semakin tinggi aktivitas komunikasi publik perusahaan di bidang kompensasi tanah adat akan berhubungan dengan semakin rendah perilaku konflik masyarakat adat dengan perusahaan. Demikian sebaliknya, semakin rendah aktivitas komunikasi publik perusahaan di bidang kompensasi tanah adat akan berhubungan dengan semakin tinggi perilaku konflik masyarakat adat dengan perusahaan. Hal ini disebabkan sumber utama perilaku konflik masyarakat adat di bidang kompensasi tanah adat adalah tidak adanya feedback dalam komunikasi sehingga terkesan kurang adanya keterbukaan dalam berkomunikasi tentang kompensasi tanah adat, sehingga masyarakat adat cenderung untuk menuntut dan melakukan konflik dengan perusahaan. Usman (2001), menyatakan bahwa suatu proses komunikasi untuk memberikan informasi yang benar akan menimbulkan suatu ketenangan dalam kehidupan masyarakat, tetapi apabila isu atau informasi yang dikembangkan

75 orang dalam berinteraksi tidak seirama dengan apa yang terjadi maka timbulah konflik dalam setiap pertukaran pesan, baik yang bersifat individu, kelompok maupun masyarakat. Akibatnya benturan sosial tidak dapat dihindari, baik dalam bentuk fisik maupun penekanan setiap ide yang berkembang dalam setiap komponen kehidupan masyarakat. Menurut Amri dan Sarosa (2008), konflik disebabkan oleh hubungan sosial yang telah bermasalah antara berbagai-bagai komponen masyarakat yang ada di sekitar perusahaan juga akan mengalami berbagai masalah dan kerugian. Dengan demikian untuk meningkatkan mencegah dan mengatasi perilaku konflik masyarakat adat dengan perusahaan BP LNG Tangguh maka perusahaan perlu mengefektifkan dan meningkatkan aktivitas komunikasi publik memalui program CSR dalam bidang kompensasi tanah adat dengan memperhatikan intensitas komunikasi, teknik komunikasi dan model komunikasi yang digunakan.

76 Hubungan Aktivitas Komunikasi Publik Perusahaan Melalui Program CSR dalam Bidang Kesehatan Masyarakat dengan Perilaku Konflik Masyarakat Adat Aktivitas komunikasi di bidang kesehatan masyarakat meliputi aktivitas komunikasi dalam penyusunan program kerja bidang kesehatan yang akan dilaksanakan di daerah penelitian selama satu tahun, serta aktivitas komunikasi dalam kegiatan penyuluhan-penyuluhan kesehatan. Komunikasi yang efektif sangat diperlukan dalam penyusunan program yang sesuai dengan kebutuhan kesehatan masyarakat adat. Komunikasi dalam penyusunan program sangat diperlukan untuk mengangkat keinginan, harapan dan kebutuhan kesehatan masyarakat sehingga program kegiatan dapat sesuai dengan harapan masyarakat. Jika program kesehatan sesuai dengan harapan masyarakat maka dapat dipastikan tidak terjadi konflik dalam bidang kesehatan masyarakat. Demikian dengan kegiatan penyuluhan kesehatan. Penyuluhan kesehatan bertujuan memberikan pemahaman, pengetahuan tentang kesehatan sehingga diharapkan dapat merubah sikap dan perilaku yang salah kearah yang diinginkan dalam berkomunikasi. Agar responden dapat mengerti isi pesan yang disampaikan oleh komunikator maka diperlukan komunikasi yang efektif. Dengan demikian dapat diperkirakan bahwa aktivitas komunikasi dalam bidang kesehatan masyarakat memiliki hubungan dengan perilaku konflik masyarakat. Berikut ini akan disajikan hasil penelitian tentang hubungan komunikasi publik dalam bidang kesehatan masyarakat dengan perilaku konflik masyarakat adat dengan perusahan BP LNG Tangguh pada Gambar 17 di bawah ini.

77 Gambar 17. Diagram Kontingensi Aktivitas Komunikasi Publik Perusahaan dalam Bidang Kesehatan Masyarakat dengan Perilaku Konflik Masyarakat Adat Gambar 17 menunjukkan bahwa seluruh responden dengan aktivitas komunikasi dalam bidang kesehatan masyarakat dikategorikan tinggi memiliki tingkat perilaku konflik yang rendah atau tidak pernah melakukan konflik dengan perusahaan. Demikian juga dengan responden yang memiliki aktivitas komunikasi cukup tinggi, sebagian besar dari responden tersebut memiliki perilaku konflik rendah dan kurang terhadap perusahaan BP LNG Tangguh. Jika dibandingkan dengan responden yang memiliki aktivitas komunikasi di bidang kesehatan yang rendah, ternyata menunjukkan adanya hubungan negatif dimana sebagian besar responden memiliki perilaku konflik terhadap perusahaan yang cukup tinggi atau cukup sering. Hal ini berarti tinggi rendahnya aktivitas komunikasi publik di bidang kesehatan masyarakat ikut menentukan tinggi rendahnya perilaku konflik masyarakat adat dengan perusahaan. Dengan kata lain semakin tinggi aktivitas komunikasi di bidang kesehatan akan berhubungan negatif dengan semakin rendahnya perilaku konflik masyarakat adat terhadap

78 perusahaan. Demikian pula sebaliknya, semakin rendah aktivitas komunikasi di bidang kesehatan akan berhubungan negatif dengan semakin tingginya perilaku konflik masyarakat adat terhadap perusahaan Meskipun demikian, Gambar 17 juga menunjukkan hasil yang berbeda, dimana terdapat sebagian kecil dari responden dengan aktivitas komunikasi di bidang kesehatan masyarakat yang rendah dan kurang tetapi tidak pernah melakukan konflik dengan perusahaan BP LNG Tangguh. Hal ini menunjukkan rendahnya faktor komunikasi publik di bidang kesehatan masyarakat bukan merupakan masalah yang serius yang dapat dijadikan sumber konflik dengan perusahaan. Selain itu, bisa disebabkan karena faktor biologis atau psikologis dari responden tersebut. Sekalipun aktivitas komunikasi yang dilakukan rendah, tetapi mereka masih bisa menahan emosinya untuk tidak menunjukkan perilaku konflik dengan perusahaan BP LNG Tangguh. Untuk lebih mengetahui dan memperkuat terdapat atau tidak terdapatnya hubungan antara aktivitas komunikasi publik perusahaan dalam bidang kegiatan kesehatan masyarakat dengan perilaku konflik maka dilakukan uji secara statistik dengan menggunakan uji korelasi rank spearman yang hasil ujinya ditampilkan pada Tabel 25, menunjukkan bahwa terdapat korelasi rank spearman (rs) antara variabel aktivitas komunikasi publik perusahaan dalam bidang kesehatan masyarakat dengan perilaku konflik masyarakat adat adalah sebesar -0,379 dengan arah negatif. Tingkat keeratan berdasarkan kategori JP Guilford (dikutip Harun Al Rasyid, 2004), dikategorikan rendah tetapi sangat signifikan. Hubungan antara

79 kedua variabel tersebut sangat signifikan karena nilai P sebesar sebesar 0,003 lebih kecil dari tingkat kesalahan 0,01. Artinya perubahan yang terjadi pada aktivitas komunikasi publik perusahaan dalam bidang kesehatan masyarakat akan diikuti secara negatif oleh perilaku konflik. Atau semakin tinggi aktivitas komunikasi publik perusahaan dalam bidang kesehatan masyarakat berhubungan dengan semakin rendah perilaku konflik masyarakat adat dengan perusahaan. Demikian sebaliknya, semakin rendah aktivitas komunikasi publik perusahaan dalam bidang kesehatan masyarakat akan berhubungan dengan semakin tinggi perilaku konflik. Hal ini disebabkan faktor komunikasi berperan penting dalam penyusunan program kesehatan yang sesuai dengan keinginan, harapan dan kebutuhan kesehatan masyarakat, sehingga tidak terjadi konflik di bidang kesehatan. Demikian juga faktor komunikasi sangat penting untuk memberikan pemahaman terhadap isi pesan dengan baik sehingga dapat merubah sikap dan perilaku yang salah kearah yang diinginkan dalam berkomunikasi. Selain itu, faktor komunikasi pada unsur Pesan di bidang kesehatan dirasakan bermanfaat bagi responden dan dapat menambah pengetahuan. Sebagaimana terlihat pada karakteristik responden dimana sebagian besar hanya berpendidikan SD yang memiliki pengetahuan tentang kesehatan yang terbatas, sehingga aktivitas komunikasi di bidang kesehatan seperti penyuluhan kesehatan dirasa sangat penting dan bermanfaat bagi masyarakat adat. Suprapto (2011) menyatakan audience akan lebih menerima pesan yang disampaikan komunikator jika pesan yang disampaikan menguntungkan atau bermanfaat bagi target audience.

80 Berdasarkan hasil uji statistik diatas, maka untuk mengatasi dan mencegah terjadinya perilaku konflik masyarakat adat dengan perusahaan BP LNG Tangguh, maka perusahaan BP LNG Tangguh harus dapat mengefektifkan dan meningkatkan aktivitas komunikasi publik memalui program CSR dalam bidang kesehatan masyarakat dengan memperhatikan dan meningkatkan intensitas komunikasi, teknik komunikasi dan model komunikasi yang digunakan dalam melaksanakan program CSR di bidang kesehatan masyarakat Hubungan Aktivitas Komunikasi Publik Perusahaan Melalui Program CSR dalam Bidang Pendidikan dan Pelatihan dengan Perilaku Konflik Masyarakat Adat Aktivitas komunikasi dalam bidang pendidikan dan pelatihan meliputi aktivitas komunikasi dalam penyusunan program kerja dalam bidang pendidikan dan pelatihan selama setahun, serta aktivitas komunikasi yang dilakukan dalam kegiatan penyuluhan-penyuluhan atau pelatihan-pelatihan keterampilan masyarakat. Komunikasi memegang peranan penting untuk menciptakan program CSR di bidang pendidikan dan pelatihan yang efektif sesuai dengan keinginan dan kebutuhan masyarakat. Demikian juga dalam hal melakukan kegiatan-kegiatan penyuluhan dan pelatihan. Kegiatan penyuluhan dan pelatihan tidak dapat berjalan secara efektif untuk mencapai tujuan jika proses komunikasi yang terjadi tidak efektif dalam mencapai kesamaan makna antara komunikator dan komunikan. Pendidikan dan pelatihan sangat memerlukan komunikasi, sebagaimana tujuan komunikasi adalah untuk menambah pengetahuan, perubahan sikap dan tingkah laku.

81 Konflik terjadi karena adanya gep dalam komunikasi, artinya komunikasi untuk menyampaikan suatu pesan pendidikan maupun pelatihan bila dilakukan secara baik tentu tidak akan menimbulkan gep dalam komunikasi sehingga menyebabkan konflik yang merupakan efek dari komunikasi. Dengan demikian dapat diperkirakan bahwa komunikasi memiliki hubungan dengan perilaku konflik seseorang. Untuk lebih jelasnya, disajikan hasil penelitian hubungan komunikasi publik perusahaan dalam bidang pendidikan dan pelatihan dengan perilaku akonflik masyarakat adat dengan perusahan pada Gambar 18 di bawah ini. Gambar 18. Diagram Kontingensi Aktivitas Komunikasi Publik Perusahaan dalam Bidang Pendidikan dan Pelatihan dengan Perilaku Konflik Masyarakat Adat Gambar 18 menunjukkan bahwa seluruh responden yang dengan aktivitas komunikasi tinggi dalam bidang pendidikan dan pelatihan memiliki tingkat perilaku konflik terhadap perusahaan yang rendah atau tidak pernah melakukan konflik dengan perusahaan. Demikian juga dengan responden yang memiliki

82 aktivitas komunikasi cukup tinggi, sebagian besar dari responden tersebut memiliki perilaku konflik rendah dan kurang terhadap perusahaan BP LNG Tangguh. Demikian pula sebaliknya dengan responden yang memiliki aktivitas komunikasi di bidang pendidikan dan pelatihan yang rendah, sebagian besar responden memiliki perilaku konflik terhadap perusahaan yang cukup tinggi atau cukup sering dan tinggi atau sering Hal ini berarti terdapatnya hubungan antara aktivitas komunikasi di bidang pendidikan dan pelatihan dengan perilaku konflik masyarakat adat terhadap perusahaan. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa tinggi rendahnya aktivitas komunikasi publik di bidang pendidikan dan pelatihan ikut menentukan tinggi rendahnya perilaku konflik masyarakat adat dengan perusahaan. Meskipun demikian, Gambar 18 juga menunjukkan hasil yang berbeda, dimana terdapat juga sebagian kecil dari responden dengan aktivitas komunikasi di bidang pendidikan dan pelatihan rendah tetapi tidak pernah melakukan konflik dengan perusahaan BP LNG Tangguh. Hal ini bisa disebabkan faktor karakter atau psikologis dari responden tersebut. Sekalipun aktivitas komunikasi di bidang pendidikan dan pelatihan yang dilakukan rendah, tetapi mereka masih bisa menahan emosinya untuk tidak menunjukkan perilaku konflik dengan perusahaan BP LNG Tangguh. Demikian pula sebaliknya terdapat sebagian kecil responden dengan aktivitas komunikasi di bidang pendidikan dan pelatihan cukup tinggi tetapi memiliki perilaku konflik terhadap perusahaan yang cukup tinggi atau sering. Hal ini disebabkan karena perilaku konflik yang ditunjukkan bukan disebabkan proses aktivitas komunikasi yang menyangkut intensitas, teknik dan model komunikasi

83 yang digunakan dalam bidang pendidikan dan pelatihan tetapi perilaku tersebut lebih ditunjukan karena hasil pelaksanaan program kerja (out put) yang tidak sesuai dengan harapan atau keinginan responden. Dimana ditemukan kasus bahwa terdapat responden yang memiliki sertifikat keterampilan sebagai tukang bangunan, pelatihan meningkatkan kemampuan nelayanan tangkap, namun tidak dibekali dengan modal usaha dan peralatan sehingga pengetahuannya tidak bisa dikembangkan. Untuk lebih mengetahui dan memperkuat terdapat atau tidak terdapatnya hubungan antara aktivitas komunikasi publik perusahaan dalam bidang kegiatan pendidikan dan pelatihan dengan perilaku konflik maka dilakukan uji secara statistik dengan menggunakan uji korelasi rank spearman yang hasil ujinya ditampilkan pada Tabel 25, menunjukkan bahwa terdapat korelasi rank spearman (rs) antara variabel aktivitas komunikasi publik perusahaan dalam bidang pendidikan dan pelatihan dengan perilaku konflik masyarakat adat adalah sebesar -0,406 dengan arah negatif. Tingkat keeratan berdasarkan kategori JP Guilford (dikutip Harun Al Rasyid, 2004), dikategorikan cukup erat dan sangat signifikan. Hubungan antara kedua variabel tersebut sangat signifikan karena nilai P sebesar sebesar 0,001 lebih kecil dari tingkat kesalahan 0,01. Artinya perubahan yang terjadi pada aktivitas komunikasi publik perusahaan dalam bidang pendidikan dan pelatihan akan diikuti secara negatif oleh perilaku konflik. Atau semakin tinggi aktivitas komunikasi publik perusahaan dalam bidang pendidikan dan pelatihan akan berhubungan dengan semakin rendah perilaku konflik masyarakat adat dengan perusahaan. Demikian sebaliknya, semakin rendah aktivitas komunikasi publik

84 perusahaan dalam bidang pendidikan dan pelatihan berhubungan dengan semakin tinggi perilaku konflik. Hal ini disebabkan komunikasi yang efektif sangat penting untuk mencapai tujuan di bidang pendidikan dan pelatihan pada masyarakat adat. Selain itu faktor komunikasi memiliki peran penting dalam penyusunan perencanaan program pendidikan dan pelatihan yang berbasis masyarakat sehingga dapat mencegah dan menghindari terjadinya konflik. Berdasarkan hasil uji statistik diatas, terlihat juga bahwa faktor aktivitas komunikasi di bidang pendidikan dan pelatihan memiliki hubungan yang cukup erat dengan perilaku konflik sehingga faktor komunikasi dapat menjadi suatu dasar dalam pengambilan kebijakan perusahaan untuk menyelesaikan dan mencegah konflik-konflik masyarakat adat dengan perusahaan. Karena itu, perusahaan BP LNG Tangguh harus dapat mengefektifkan dan meningkatkan aktivitas komunikasi publik memalui program CSR dalam bidang pendidikan dan pelatihan dengan memperhatikan dan meningkatkan intensitas komunikasi, teknik komunikasi dan model komunikasi yang digunakan dalam bidang pendidikan dan pelatihan.

85 Hubungan Aktivitas Komunikasi Publik Perusahaan Melalui Program CSR dalam Bidang Demand Tenaga Kerja dengan Perilaku Konflik Masyarakat Adat Aktivitas komunikasi di bidang demend tenaga kerja merupakan proses penyampaian isi pesan tentang permintaan tenaga kerja yang akan diterima bekerja sebagai karyawan perusahaan BP LNG Tangguh. Masalah demand tenaga kerja pada kampung-kampung di daerah sekitar teluk Bintuni khususnya yang terkena dampak langsung perusahaan BP LNG Tangguh merupakan salah satu potensi konflik yang cukup tinggi apabila tidak ditangani dengan baik. Hal ini ditunjukkan dengan adanya menyampaian aspirasi masyarakat sebelah utara teluk Bintuni lewat demonstrasi yang disampaikan kepada Gubernur Propinsi Papua Barat, yang merasa adanya diskriminasi penerimaan tenaga kerja masyarakat adat sebelah selatan teluk Bintuni yang lebih banyak dibandingkan dengan daerah sebelah utara teluk Bintuni. Bagi mereka (masyarakat adat di sebelah utara teluk Bintuni), perusahaan harus lebih memperhatikan mereka dan mempekerjakan mereka sebagai karyawan BP LNG Tangguh, karena keberadaan sumber gas bumi atau sumur gas lebih banyak terdapat didaerah mereka yaitu daerah utara teluk Bintuni, sedangkan daerah selatan hanyalah pembangunan kilang saja, tetapi tidak menghasilkan gas bumi atau sumur gas (anon, 2007). Dengan demikian perusahaan harus menyadari bahwa masalah suplai tenaga kerja apabila tidak ditangani dengan komunikasi yang efektif tentu dapat menyebakan konflik yang lebih besar lagi. Konflik terjadi karena adanya gep dalam komunikasi, artinya komunikasi untuk menyampaikan suatu pesan demand tenaga kerja harus dikomunikasikan secara baik dan terbuka kepada masyarakat, sehingga dapat membangun hubungan baik, kepercayaan masyarakat terhadap

86 perusahaan BP LNG Tangguh sehingga tidak akan menimbulkan gep dalam komunikasi yang menyebabkan timbulnya resistensi-resistensi dalam masyarakat. Dengan demikian dapat diperkirakan bahwa komunikasi memiliki hubungan dengan perilaku konflik seseorang. Untuk lebih jelasnya, berikut ini akan disajikan hasil penelitian hubungan komunikasi publik dalam bidang demand tenaga kerja dengan perilaku konflik masyarakat adat terhadap perusahan BP LNG Tangguh pada gambar 19. Gambar 19. Diagram Kontingensi Aktivitas Komunikasi Publik Perusahaan dalam Bidang Demand Tenaga Kerja dengan Perilaku Konflik Masyarakat Adat Gambar 19 menunjukkan bahwa seluruh responden dengan aktivitas komunikasi tinggi dalam bidang demand tenaga kerja memiliki tingkat perilaku konflik terhadap perusahaan yang rendah atau tidak pernah melakukan konflik dengan perusahaan. Demikian juga dengan responden yang memiliki aktivitas komunikasi cukup tinggi, sebagian besar dari responden tersebut tidak pernah melakukan konflik dengan perusahaan BP LNG Tangguh. Demikian pula sebaliknya dengan responden yang memiliki aktivitas komunikasi di bidang

87 demand tenaga kerja yang rendah sebagian besar memiliki perilaku konflik terhadap perusahaan yang cukup tinggi atau cukup sering bahkan tinggi atau sering. Hal ini disebabkan karena kurang adanya keterbukaan komunikasi oleh perusahaan mengenai informasi tentang adanya penerimaan tenaga kerja kepada seluruh masyarakat, tetapi hanya sebatas pada kepala-kepala kampung saja, sehingga memberikan peluang bagi kepala kampung hanya memilih dan memberitahukan infomasi ini hanya pada sanak keluarganya saja. Hal ini berarti terdapatnya hubungan antara aktivitas komunikasi di bidang demand tenaga kerja dengan perilaku konflik masyarakat adat terhadap perusahaan. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa tinggi rendahnya aktivitas komunikasi publik di bidang demand tenaga kerja ikut menyebabkan tinggi rendahnya perilaku konflik masyarakat adat dengan perusahaan. Meskipun demikian, Gambar 19 juga menunjukkan hasil yang berbeda, dimana terdapat juga sebagian kecil dari responden dengan aktivitas komunikasi di bidang demand tenaga kerja rendah tetapi kurang bahkan tidak pernah melakukan konflik dengan perusahaan BP LNG Tangguh. Hal ini bisa disebabkan oleh faktor karakter biologis atau psikologis dari responden tersebut. Sekalipun aktivitas komunikasi di bidang demand tenaga kerja yang dilakukan rendah, dimana mereka kurang mendapat informasi yang terbuka mengenai demand tenaga kerja dan hanya diwakili oleh kepala-kepala kampung tetapi mereka masih bisa menahan emosinya untuk tidak menunjukkan perilaku konflik dengan perusahaan BP LNG Tangguh. Demikian pula sebaliknya terdapat sebagian kecil responden dengan aktivitas komunikasi cukup tinggi tetapi memiliki perilaku konflik terhadap perusahaan yang cukup tinggi atau sering. Mereka ini umumnya

88 pernah bekerja sebagai karyawan BP LNG Tangguh. Perilaku konflik yang ditunjukkan bukan disebabkan oleh proses aktivitas komunikasi yang menyangkut intensitas, teknik dan model komunikasi yang digunakan dalam bidang demand tenaga kerja tetapi perilaku tersebut lebih ditunjukan karena hasil kerja (out put) yang tidak sesuai dengan harapan responden. Ditemukan kasus bahwa terdapat beberapa responden yang menyimpan konflik laten dalam dirinya dimana mereka beranggapan perusahaan hanya menerima mereka sebagai tenaga kerja untuk menghindari konflik saja, tetapi sebagian besar dari mereka hanya ditempatkan sebagai pekerja-pekerja kasar dan security. Sedangkan bagi mereka, perusahan mempekerjakan anak-anak adat di daerah selatan teluk Bintuni lebih ditempatkan pada posisi yang lebih baik atau bukan pekerja kasar dibandingkan dengan mereka. Kondisi ini jika tidak ditangani dengan baik oleh perusahaan dan tidak ada keterbukaan komunikasi tentang informasi tenaga kerja, maka hal ini ibarat bom waktu yang pada waktu-waktu tertentu akan memunculkan konflik terbuka yang lebih besar terjadi antara perusahaan dengan masyarakat adat sebelah utara teluk Bintuni bahkan timbul kecemburuan sosial yang bisa menyebabkan konflik antara masyarakat adat sebelah utara teluk Bintuni dengan sebelah selatan teluk Bintuni. Untuk lebih mengetahui dan memperkuat terdapat atau tidak terdapatnya hubungan antara aktivitas komunikasi publik perusahaan dalam bidang demand tenaga kerja dengan perilaku konflik maka dilakukan uji secara statistik dengan menggunakan uji korelasi rank spearman yang hasil ujinya ditampilkan pada Tabel 25, menunjukkan bahwa terdapat korelasi rank spearman (rs) antara

89 variabel aktivitas komunikasi publik perusahaan dalam bidang demand tenaga kerja dengan perilaku konflik masyarakat adat adalah sebesar -0,462 dengan arah negatif. Tingkat keeratan berdasarkan kategori JP Guilford (dikutip Harun Al Rasyid, 2004), dikategorikan cukup erat dan sangat signifikan. Hubungan antara kedua variabel tersebut sangat signifikan karena nilai P sebesar sebesar 0,000 lebih kecil dari tingkat kesalahan 0,01. Artinya perubahan yang terjadi pada aktivitas komunikasi publik perusahaan dalam bidang demand tenaga kerja akan diikuti secara negatif oleh perilaku konflik. Atau semakin tinggi aktivitas komunikasi publik perusahaan dalam bidang demand tenaga kerja berhubungan dengan semakin rendah perilaku konflik masyarakat adat dengan perusahaan. Demikian sebaliknya, semakin rendah aktivitas komunikasi publik perusahaan dalam bidang demand tenaga kerja akan berhubungan dengan semakin tinggi perilaku konflik. Hal ini disebabkan perilaku konflik di bidang demand tenaga kerja umumnya disebabkan oleh kurangnya keterbukaan perusahaan dalam mengkomunikasikan informasi penerimaan tenaga kerja. Sehingga faktor komunikasi memiliki peranan penting dalam menentukan tinggi rendahnya konflik di bidang demand tenaga kerja.

90 Dengan demikian untuk mengatasi dan mencegah terjadinya perilaku konflik masyarakat adat dengan perusahaan BP LNG Tangguh, maka perusahaan BP LNG Tangguh harus dapat mengefektifkan dan meningkatkan aktivitas komunikasi publik memalui program CSR dalam bidang demand tenaga kerja khususnya lebih transparan dalam mengkomunikasikan informasi di bidang tenaga kerja. Menurut Nursahid (2008), pelaksanaan CSR yang berhasil akan membawa dampak pada kelangsungan operasi bisnis perusahaan, masyarakat yang merasa mendapatkan manfaat atau keuntungan dari keberadaan berusahaan dengan sendirinya akan turut menjaga keberadaan perusahaan sehingga tidak terjadinya konflik. Sebaliknya jika reputasi perusahaan buruk karena pelaksanaan CSR tidak terkelola dengan baik boleh jadi akan menghadapi masyarakat sekitarnya sebagai musuh utama. Karena itu, untuk menjaga eksistensi dan keberlanjutan kehidupan perusahaan hendaknya perlu melihat aspirasi masyarakat adat yang menjadi sumber konflik dengan masyarakat adat sehingga dapat menyusun strategi penyelesaian konflik khususnya di bidang demand tenaga kerja Hubungan Aktivitas Komunikasi Publik Perusahaan Melalui Program CSR dalam Bidang Pembangunan Sarana Prasarana dengan Perilaku Konflik Masyarakat Adat Masalah pembangunan sarana prasarana yang kurang merata di daerah penelitian bahkan lebih luas lagi daerah sebelah utara teluk Bintuni pernah menjadi sumber konflik dengan perusahaan BP LNG Tangguh. Hal ini ditunjukkan dengan adanya menyampaian aspirasi masyarakat sebelah utara teluk Bintuni lewat demonstrasi yang disampaikan kepada Gubernur Propinsi Papua Barat, yang merasa adanya ketimpangan pembangunan sarana prasarana oleh

91 perusahaan di daerah utara teluk Bintuni dengan daerah selatan teluk Bintuni, khususnya kampung Tanah Merah. (anon, 2007). Fasilitas sarana prasarana yang dibangun di kampung Tanah Merah Baru memang cukup lengkap, mulai dari perumahan masyarakat, pasar, sekolah, asrama bagi siswa-siswi, sarana ibadah umat muslim, kristen dan kalotik, pembangunan jalan aspal, dll. Hal ini disebabkan adanya pembangunan kilang perusahaan BP LNG Tangguh pada kampung lama mereka (Tanah Merah Lama) sehingga masyarakat tersebut harus dipindahkan pada kampung yang telah dibangunan oleh perusahaan dengan fasilitas yang cukup memadai yaitu kampung Tanah Merah Baru. Namun hal ini menimbulkan kecemburuan sosial pada masyarakat adat di daerah sebelah utara teluk Bintuni, sehingga hal ini juga merupakan potensi konflik yang besar dengan perusahaan. Perusahaan BP LNG Tangguh telah melihat hal itu sehingga dengan etikat baik, dan untuk mengurangi kecemburuan sosial pada masyarakat di daerah utara Teluk Bintuni, maka kampung-kampung di daerah tersebut diberi dana pengembangan kampung sebesar Rp ,- rupiah pertahun selama sepuluh tahun. Dana pengembangan kampung ini sudah dilaksanakan dari tahun Namun apabila perencanaan pembangunan kampung dalam bidang pembangunan sarana prasarana kurang efektif maka dapat terjadi terulangnya konflik masyarakat bagian utara teluk Bintuni dengan perusahaan. Untuk itu, dalam menyusun rencara kegiatan pembangunan sarana prasarana kampung yang sesuai dengan kebutuhan dan keinginan masyarakat diperlukan komunikasi yang efektif untuk menggali dan merangsang masyarakat adat untuk membuka suara menyampaikan informasi yang berkaitan dengan masalah yang menjadi

92 kebutuhan dan keinginan atau harapan dari masyarakat adat setempat sehingga kegiatan pembangunan dalam bidang sarana prasarana dapat lebih efektif. Aktivitas komunikasi bidang pembangunan sarana prasana yang dilakukan di daerah penelitian meliputi proses komunikasi untuk membahas program kegiatan dalam bidang pembangunan sarana prasarana yang akan dilaksanakan selama setahun dengan menggunakan dana pengembangan kampung yang diberikan perusahaan kepada masyarakat adat. Aktivitas komunikasi yang dilakukan sudah cukup baik dengan menggunakan model komunikasi partisipatori atau yang dikenal dengan model konvergen. Dimana masyarakatlah yang berpartisipasi menyusun program kegiatan sesuai dengan keinginan dan kebutuhan masyarakat, ikut berpartisipasi melaksanakan kegiatan tersebut dan ikut menikmati hasil tersebut. Model komunikasi ini jika dilaksanakan secara baik dalam berkomunikasi tentu tidak akan menciptakan konflik di bidang pembangunan sarana prasarana. Namun kenyataan masih saja terjadi konflik, terjadinya konflik merupakan efek dari komunikasi yang tidak efektif. Sehingga dapat dikatakan komunikasi memiliki hubungan dengan konflik. Untuk lebih jelasnya, berikut ini akan disajikan hasil penelitian hubungan komunikasi publik dalam bidang pembangunan sarana prasarana dengan perilaku konflik masyarakat adat terhadap perusahan BP LNG Tangguh pada gambar 20 di bawah ini.

93 Gambar 20. Diagram Kontingensi Aktivitas Komunikasi Publik Perusahaan dalam Bidang Pembangunan Sarana Prasarana dengan Perilaku Konflik Masyarakat Adat Gambar 20 menunjukkan bahwa sebagian besar responden dengan aktivitas komunikasi tinggi dalam bidang pembangunan sarana prasarana memiliki tingkat perilaku konflik terhadap perusahaan yang rendah atau tidak pernah melakukan konflik dengan perusahaan. Demikian pula sebaliknya dengan responden yang memiliki aktivitas komunikasi di bidang pembangunan sarana prasarana yang rendah sebagian besar responden memiliki perilaku konflik terhadap perusahaan yang cukup tinggi atau cukup sering bahkan tinggi atau sering Hal ini disebabkan sebagian dari mereka merasa tidak senang mereka tidak dilibatkan dalam aktivitas komunikasi penyusunan program kerja bidang pembangunan sarana prasarana tetapi dituntut untuk terlibat sebagai pekerja dalam proses pelaksanaan kegiatan saja. Sehingga dapat dikatakan terdapatnya hubungan antara aktivitas komunikasi di bidang pembangunan sarana prasarana dengan perilaku konflik masyarakat adat terhadap perusahaan. Dengan demikian tinggi

Afia E P Tahoba ABSTRAK

Afia E P Tahoba ABSTRAK STRATEGI KOMUNIKASI DALAM PROGRAM PENGEMBANGAN MASYARAKAT (COMMUNITY DEVELOPMENT): Kasus Program Community Development Pada Komunitas Adat Terkena Dampak Langsung Proyek LNG Tangguh Di Sekitar Teluk Bintuni

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. jauh sejak zaman Renaiscance (Brinton, 1981), yaitu munculnya pemikiranpemikiran

BAB I PENDAHULUAN. jauh sejak zaman Renaiscance (Brinton, 1981), yaitu munculnya pemikiranpemikiran BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Gagasan mengenai pembangunan mempunyai latar belakang pemikiran jauh sejak zaman Renaiscance (Brinton, 1981), yaitu munculnya pemikiranpemikiran maju yang melahirkan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Desain Penelitian Penelitian mengenai hubungan aktivitas komunikasi publik perusahaan melalui penerapan program CSR terhadap kepuasan publik dan perilaku konflik didesain

Lebih terperinci

BAB II PENDEKATAN TEORITIS

BAB II PENDEKATAN TEORITIS 6 BAB II PENDEKATAN TEORITIS 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Pengertian Komunikasi Komunikasi berasal dari bahasa latin communis yang maknanya adalah sama. Apabila dua orang sedang berkomunikasi berarti mereka

Lebih terperinci

KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS

KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS 35 KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS Kerangka Pemikiran Komunikasi merupakan proses penyampaian pesan yang berisi informasi dari satu pihak kepada pihak lainnya. Saat proses tersebut berlangsung, sumber

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Mengenai Komunikasi 2.1.1 Pengertian Komunikasi Secara estimologis istilah komunikasi berasal dari bahasa Latin yakni Communicare. Artinya berbicara, menyampaikan pesan,

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Pengembangan pertanian memiliki tantangan dalam ketersediaan sumberdaya lahan. Di samping itu, tingkat alih fungsi lahan pertanian ke non pertanian (perumahan, perkantoran,

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS POLA KOMUNIKASI ANTARBUDAYA ETNIS LAMPUNG DAN BALI DALAM MEMELIHARA KERUKUNAN HIDUP BERMASYARAKAT

BAB IV ANALISIS POLA KOMUNIKASI ANTARBUDAYA ETNIS LAMPUNG DAN BALI DALAM MEMELIHARA KERUKUNAN HIDUP BERMASYARAKAT BAB IV ANALISIS POLA KOMUNIKASI ANTARBUDAYA ETNIS LAMPUNG DAN BALI DALAM MEMELIHARA KERUKUNAN HIDUP BERMASYARAKAT Bagian ini menjelaskan hasil-hasil yang didapatkan dari penelitian dan mendiskusikannya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Komunikasi merupakan aktivitas dasar manusia, karena segala aktivitas

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Komunikasi merupakan aktivitas dasar manusia, karena segala aktivitas BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Komunikasi merupakan aktivitas dasar manusia, karena segala aktivitas yang manusia lakukan seperti di rumah, di sekolah, di tempat kerja, dan sebagainya, pastilah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. guna tercapainya visi dan misi perusahaan. Didalam komunikasi ada terbagi

BAB I PENDAHULUAN. guna tercapainya visi dan misi perusahaan. Didalam komunikasi ada terbagi 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Komunikasi sebagai penyampaian pesan searah dari seseorang (atau lembaga) kepada seseorang (sekelompok orang) lainnya, baik secara langsung (tatap muka)

Lebih terperinci

PENCETAKAN dan PENGGUNAAN POSTER DAN SPANDUK

PENCETAKAN dan PENGGUNAAN POSTER DAN SPANDUK PETUNJUK PENCETAKAN dan PENGGUNAAN POSTER DAN SPANDUK MEDIA SOSIALISASI PROGRAM PAMSIMAS TAHUN 2015 Petunjuk Pencetakan dan Penggunaan Poster dan Spanduk Media Sosialisasi PAMSIMAS II 1 DAFTAR ISI 1. Latar

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Komunikasi Pengertian komunikasi secara umum (Uchjana, 1992:3) dapat dilihat dari dua sebagai: 1. Pengertian komunikasi secara etimologis Komunikasi berasal dari

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. yang terlibat di dalamnya saling mempengaruhi (Sugiyo, 2005). Komunikasi antar

BAB II KAJIAN TEORI. yang terlibat di dalamnya saling mempengaruhi (Sugiyo, 2005). Komunikasi antar BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Komunikasi 2.1.1 Pengertian komunikasi antar pribadi Komunikasi antar pribadi merupakan proses sosial dimana individu-individu yang terlibat di dalamnya saling mempengaruhi (Sugiyo,

Lebih terperinci

HAND OUT PERKULIAHAN. Kelompok Mata Kuliah : M P B Nama Mata kuliah : Hubungan Internal dan Eksternal

HAND OUT PERKULIAHAN. Kelompok Mata Kuliah : M P B Nama Mata kuliah : Hubungan Internal dan Eksternal HAND OUT PERKULIAHAN Kelompok Mata Kuliah : M P B Nama Mata kuliah : Hubungan Internal dan Eksternal Pertemuan : II (Dua) Topik/Pokok Bahasan : Hubungan Internal Pokok-Pokok Perkuliahan : Pengertian Hubungan

Lebih terperinci

KOMUNIKASI DAN PENERAPAN BUDAYA KERJA ORGANISASI. Oleh: Muslikhah Dwihartanti

KOMUNIKASI DAN PENERAPAN BUDAYA KERJA ORGANISASI. Oleh: Muslikhah Dwihartanti KOMUNIKASI DAN PENERAPAN BUDAYA KERJA ORGANISASI Oleh: Muslikhah Dwihartanti Abstrak Lahirnya sebuah organisasi selalu didukung oleh tiga unsur yang saling berhubungan, yaitu manusia, kerjasama, dan tujuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perubahan sistem kerap muncul sebagai bentuk reformasi dari sistem sebelumnya.

BAB I PENDAHULUAN. perubahan sistem kerap muncul sebagai bentuk reformasi dari sistem sebelumnya. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Roda pemerintahan terus bergulir dan silih berganti. Kebijakan baru dan perubahan sistem kerap muncul sebagai bentuk reformasi dari sistem sebelumnya. Dampak

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. pusat sumber belajar untuk siswa Sekolah Dasar (SD). SDN ini terletak sangat

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. pusat sumber belajar untuk siswa Sekolah Dasar (SD). SDN ini terletak sangat BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Hasil Penelitian SDN Se Kecamatan Bokan Kepulauan merupakan salah satu lembaga atau pusat sumber belajar untuk siswa Sekolah Dasar (SD). SDN ini terletak

Lebih terperinci

Komunikasi Bisnis Kelompok 7 1

Komunikasi Bisnis Kelompok 7 1 1.1 Pengertian Komunikasi bisnis adalah komunikasi yang digunakan dalam dunia bisnis ynag mencakup berbagai macam bentuk komunikasi baik komunikasi verbal maupun non verbal. Berikut ini merupakan beberapa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Partisipasi merupakan proses pemberdayaan masyarakat, sehingga mampu menyelesaikan sendiri masalah yang mereka hadapi, melalui kemitraan, transparasi, kesetaraan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. (feedback) dan respon yang sesuai dengan keinginan atau tujuan komunikator.

PENDAHULUAN. (feedback) dan respon yang sesuai dengan keinginan atau tujuan komunikator. 1 I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Ilmu Komunikasi adalah seni menyampaikan pesan dari komunikator kepada komunikan melalui saluran-saluran dengan harapan mendapatkan umpan balik (feedback) dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memainkan strategi pemasaran yang cerdik untuk dapat bertahan dan terus

BAB I PENDAHULUAN. memainkan strategi pemasaran yang cerdik untuk dapat bertahan dan terus BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Komunikasi merupakan strategi yang paling handal untuk menghadapi perubahan era globalisasi, persaingan yang semakin ketat, konsumen semakin kritis, juga berbagai perubahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dipertemukan satu sama lainnya dalam suatu wadah baik formal maupun informal.

BAB I PENDAHULUAN. dipertemukan satu sama lainnya dalam suatu wadah baik formal maupun informal. BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah Manusia di dalam kehidupannya harus berkomunikasi, artinya memerlukan orang lain dan membutuhkan kelompok atau masyarakat untuk saling berinteraksi. Hal ini

Lebih terperinci

BAB IV INTERPRETASI HASIL PENELITIAN. dengan tujuan yang ditetapkan dalam penelitian. Hasil dari penelitian ini

BAB IV INTERPRETASI HASIL PENELITIAN. dengan tujuan yang ditetapkan dalam penelitian. Hasil dari penelitian ini BAB IV INTERPRETASI HASIL PENELITIAN A. Temuan Penelitian Dalam sebuah penelitian diharapkan akan memperoleh hasil sesuai dengan tujuan yang ditetapkan dalam penelitian. Hasil dari penelitian ini adalah

Lebih terperinci

KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS

KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS 48 KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS Kerangka Pemikiran Pembangunan merupakan suatu proses perubahan sosial dengan partisipatori yang luas dalam suatu masyarakat yang dimaksudkan untuk kemajuan sosial dan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Pelaksanaan Manajemen Humas dan Partisipasi Masyarakat Sekitar Sekolah di Madrasah Aliayah Mu allimin Mu allimat Rembang 1. Pelaksanaan manajemen humas di Madrasah

Lebih terperinci

2016 PENGARUH KOMUNIKASI HIPERPERSONAL TERHADAP PEMELIHARAAN HUBUNGAN JARAK JAUH (LONG DISTANCE RELATIONSHIP) MAHASISWA DI KOTA BANDUNG

2016 PENGARUH KOMUNIKASI HIPERPERSONAL TERHADAP PEMELIHARAAN HUBUNGAN JARAK JAUH (LONG DISTANCE RELATIONSHIP) MAHASISWA DI KOTA BANDUNG 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Komunikasi merupakan aktivitas manusia yang sangat mendasar untuk saling berinteraksi dengan lingkungannya. Melalui komunikasi, manusia menunjukkan kodratnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manajemen adalah suatu proses perencanaan, pengorganisasian, pengkoordinasian, dan pengontrolan sumber daya untuk mencapai tujuan. Proses dalam manajemen adalah

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Kata media berasal dari bahasa latin yaitu medium yang secara harfiah berarti

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Kata media berasal dari bahasa latin yaitu medium yang secara harfiah berarti BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Media Kartu Bergambar 2.1.1 Pengertian Media Kartu Bergambar Kata media berasal dari bahasa latin yaitu medium yang secara harfiah berarti perantara. Dengan demikian media dapat

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA DATA. 1. Komunikasi Organisasi Top Down Antara Pengurus Dan Anggota. Karang Taruna Setya Bhakti Dalam Membangun Solidaritas

BAB IV ANALISA DATA. 1. Komunikasi Organisasi Top Down Antara Pengurus Dan Anggota. Karang Taruna Setya Bhakti Dalam Membangun Solidaritas BAB IV ANALISA DATA A. Temuan Penelitian 1. Komunikasi Organisasi Top Down Antara Pengurus Dan Anggota Karang Taruna Setya Bhakti Dalam Membangun Solidaritas Dalam penelitian kualitatif, analisis data

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA. Dalam penelitian kualitatif analisis data merupakan proses mengatur

BAB IV ANALISIS DATA. Dalam penelitian kualitatif analisis data merupakan proses mengatur 73 BAB IV ANALISIS DATA Dalam penelitian kualitatif analisis data merupakan proses mengatur urutan data, mengorganisasikannya ke dalam suatu pola, kategori dan satu uraian dasar. Pada tahap ini data yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. garis keturunan berdasarkan garis bapak (patrilinial), sedangkan pada masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. garis keturunan berdasarkan garis bapak (patrilinial), sedangkan pada masyarakat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada umunmya sistem kekerabatan suku bangsa yang ada di Indonesia menarik garis keturunan berdasarkan garis bapak (patrilinial), sedangkan pada masyarakat Minangkabau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Stefanus&Saputra (2010)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Stefanus&Saputra (2010) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karyawan atau sumber daya manusia (SDM) merupakan satu-satunya aset perusahaan yang bernapas atau hidup disamping aset-aset lain yang tidak bernapas atau bersifat kebendaan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. suatu keputusan politik, pemerintahan atau kenegaraan. sebagai proses atau upaya penciptaan dari (1) lembaga -lembaga yang

I. PENDAHULUAN. suatu keputusan politik, pemerintahan atau kenegaraan. sebagai proses atau upaya penciptaan dari (1) lembaga -lembaga yang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pasca rezim orde baru tumbang disetiap kehidupan bangsa Indonesia hampir seluruhnya membicarakan dan mendiskusikan serta menjunjung tinggi demokrasi terutama pada nilai

Lebih terperinci

Iklim Komunikasi pada Badan Pelayanan Perizinan Terpadu (BPPT) Kota Bandung

Iklim Komunikasi pada Badan Pelayanan Perizinan Terpadu (BPPT) Kota Bandung Iklim Komunikasi pada Badan Pelayanan Perizinan Terpadu (BPPT) Kota Bandung Gandyar Afriandi Hidayat 1, Asep Suryana 2, Teddy Kurnia Wirakusumah 3 Jurusan Ilmu Manajemen Komunikasi Fakultas Ilmu Komunikasi

Lebih terperinci

BAB IV STRATEGI UNTUK KEBERLANJUTAN LAYANAN SANITASI KOTA

BAB IV STRATEGI UNTUK KEBERLANJUTAN LAYANAN SANITASI KOTA BAB IV STRATEGI UNTUK KEBERLANJUTAN LAYANAN SANITASI KOTA Pembahasan Strategi untuk keberlanjutan layanan sanitasi Kabupaten Lombok Timur tahun 2011-2015 menjadi penting karena akan menjadi acuan penetapan

Lebih terperinci

Komunikasi Interpersonal

Komunikasi Interpersonal Komunikasi Interpersonal Komunikasi interpersonal adalah komunikasi antar komunikator dengan komunikan, komunikasi jenis ini dianggap paling efektif dalam upaya mengubah sikap, pendapat atau perilaku seseorang,

Lebih terperinci

HUBUNGAN AKTIVITAS KOMUNIKASI PUBLIK PERUSAHAAN DALAM PROGRAM TANGGUNG JAWAB SOSIAL PERUSAHAAN DENGAN KEPUASAN PUBLIK DAN PERILAKU KONFLIK

HUBUNGAN AKTIVITAS KOMUNIKASI PUBLIK PERUSAHAAN DALAM PROGRAM TANGGUNG JAWAB SOSIAL PERUSAHAAN DENGAN KEPUASAN PUBLIK DAN PERILAKU KONFLIK HUBUNGAN AKTIVITAS KOMUNIKASI PUBLIK PERUSAHAAN DALAM PROGRAM TANGGUNG JAWAB SOSIAL PERUSAHAAN DENGAN KEPUASAN PUBLIK DAN PERILAKU KONFLIK (Kasus Konflik Perusahaan BP LNG Tangguh Dengan Masyarakat Adat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Konteks Penelitian. Dewasa ini, perkembangan perekonomian serta perubahan lingkungan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Konteks Penelitian. Dewasa ini, perkembangan perekonomian serta perubahan lingkungan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Penelitian Dewasa ini, perkembangan perekonomian serta perubahan lingkungan yang dihadapi dunia begitu cepat dan dinamis. Perkembangan ekonomi tentunya memberikan perubahan

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. perusahaan multinasional. Dulu lebih dikenal dengan comunity development.

BAB V PENUTUP. perusahaan multinasional. Dulu lebih dikenal dengan comunity development. BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Corporate Social Responsibility (CSR) telah lama diadakan di dunia usaha perusahaan multinasional. Dulu lebih dikenal dengan comunity development. CSR PT TIA Danone telah dirilis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia dalam kehidupannya sering dipertemukan satu sama lainnya dalam

BAB I PENDAHULUAN. Manusia dalam kehidupannya sering dipertemukan satu sama lainnya dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia dalam kehidupannya sering dipertemukan satu sama lainnya dalam suatu wadah baik formal maupun informal. Organisasi adalah sebuah sistem sosial yang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. komunikasi tersebut dilakukan, yaitu konteks komunikasi antarpribadi,

BAB 1 PENDAHULUAN. komunikasi tersebut dilakukan, yaitu konteks komunikasi antarpribadi, BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peran komunikasi sangat penting bagi manusia dalam kehidupan sehari-hari, sesuai dengan fungsi komunikasi yang bersifat: persuasif, edukatif dan informatif. Komunikasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada masa reformasi ini, Indonesia mengalami perubahan seperti munculnya tuntutan penyelenggaraan pemerintahan yang lebih baik. Hal itu merupakan jawaban terhadap

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Berbagi Pengetahuan Berbagi pengetahuan adalah kegiatan bekerjasama yang dilakukan untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan agar tercapai tujuan individu

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) adalah lembaga usaha desa yang dikelola

I. PENDAHULUAN. Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) adalah lembaga usaha desa yang dikelola I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) adalah lembaga usaha desa yang dikelola oleh masyarakat dan pemerintahan desa dalam upaya memperkuat perekonomian desa dan dibentuk

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. proses penyelenggaraan pemerintahan. Menurut Abdulkarim (2007:15), pemerintah yang berpegang pada demokrasi merupakan pemerintah yang

I. PENDAHULUAN. proses penyelenggaraan pemerintahan. Menurut Abdulkarim (2007:15), pemerintah yang berpegang pada demokrasi merupakan pemerintah yang 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Demokrasi dikenal dengan pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat. Sistem demokrasi rakyat memberikan kesempatan yang sama dalam proses penyelenggaraan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembukaaan Undang-Undang Dasar 1945 adalah memajukan kesejahteraan

BAB I PENDAHULUAN. Pembukaaan Undang-Undang Dasar 1945 adalah memajukan kesejahteraan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang masalah Salah satu tujuan Nasional Republik Indonesia yang ada pada Pembukaaan Undang-Undang Dasar 1945 adalah memajukan kesejahteraan umum. Namun dalam upaya mencapai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengalamannya dan menjadi pedoman tingkah lakunya. 1. J.P. Kotter and J.L. Hesket dalam bukunya Corporate Culture and

BAB I PENDAHULUAN. pengalamannya dan menjadi pedoman tingkah lakunya. 1. J.P. Kotter and J.L. Hesket dalam bukunya Corporate Culture and 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Budaya berasal dari kata Sanksekerta budhayah, yaitu bentuk dari akal budi atau akal. Banyak orang mengartikan kebudayaan dalam arti terbatas/sempit, yaitu

Lebih terperinci

yang penting di dalam dunia bisnis mall sehingga karyawan dapat memberikan kinerja yang maksimal dan dapat memberikan produktivitas yang tinggi. Sebua

yang penting di dalam dunia bisnis mall sehingga karyawan dapat memberikan kinerja yang maksimal dan dapat memberikan produktivitas yang tinggi. Sebua BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah Pusat perbelanjaan atau mall merupakan industri bisnis yang berkembang sangat cepat pada masa sekarang ini. Hal ini didukung dengan data yang mengatakan bahwa

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Komunikasi

II. TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Komunikasi 5 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Komunikasi Pengertian komunikasi menurut Himstreet and Baty dalam Purwanto (2003), komunikasi adalah suatu proses pertukaran informasi antar individu melalui suatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ide mengenai tanggung jawab sosial perusahaan atau yang dikenal sebagai

BAB I PENDAHULUAN. Ide mengenai tanggung jawab sosial perusahaan atau yang dikenal sebagai BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Ide mengenai tanggung jawab sosial perusahaan atau yang dikenal sebagai Corporate Social Responsibility (CSR) kini semakin diterima secara luas. Namun, sebagai

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Judi Perjudian adalah permainan di mana pemain bertaruh untuk memilih satu pilihan di antara beberapa pilihan dimana hanya satu pilihan saja yang benar dan menjadi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. PBL merupakan suatu pendekatan pembelajaran dimana mahasiswa

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. PBL merupakan suatu pendekatan pembelajaran dimana mahasiswa BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. PBL (Problem Based Learning) 1. Definisi PBL PBL merupakan suatu pendekatan pembelajaran dimana mahasiswa dihadapkan pada masalah autentik (nyata) sehingga diharapkan mahasiswa

Lebih terperinci

PROFESSIONAL IMAGE. Modul ke: Fakultas FIKOM. Program Studi Public Relations.

PROFESSIONAL IMAGE. Modul ke: Fakultas FIKOM. Program Studi Public Relations. Modul ke: PROFESSIONAL IMAGE Fakultas FIKOM Kompetensi komunikasi PR: Motivasi yang positif dan membangun komunikasi efektif dua arah dengan Tuhan, diri sendiri, orang lain. Syerli Haryati, S.S. M.Ikom

Lebih terperinci

KOMUNIKASI EFEKTIF EFEK KOGNISI EFEK KONASI UMPAN BALIK

KOMUNIKASI EFEKTIF EFEK KOGNISI EFEK KONASI UMPAN BALIK KOMUNIKASI EFEKTIF EFEK KOGNISI KOMUNIKATOR PESAN SALURAN KOMUNIKATE EFEK EFEK AFEKSI EFEK KONASI UMPAN BALIK POSITIF NETRAL NEGATIF 1 KOMUNIKASI SUATU PROSES DI MANA SUATU GAGASAN DIALIHKAN DARI SUMBER

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyuluhan pertanian didefinisikan sebagai suatu sistem pendidikan di luar sekolah untuk keluarga-keluarga tani di pedesaan, di mana mereka belajar sambil berbuat untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. di tempat bekerja, di pasar, dan sebagainya. Sejalan hal tersebut komunikasi

BAB I PENDAHULUAN. di tempat bekerja, di pasar, dan sebagainya. Sejalan hal tersebut komunikasi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Manusia setiap hari melakukan komunikasi mulai dari lingkungan keluarga, di tempat bekerja, di pasar, dan sebagainya. Sejalan hal tersebut komunikasi adalah

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA. bermanfaat untuk menelaah data yang telah di peroleh dari beberapa

BAB IV ANALISIS DATA. bermanfaat untuk menelaah data yang telah di peroleh dari beberapa 80 BAB IV ANALISIS DATA A. Temuan Penelitian Dalam penelitian kualitatif analisis data merupakan tahap yang bermanfaat untuk menelaah data yang telah di peroleh dari beberapa informan yang telah di pilih

Lebih terperinci

LAPORAN AKHIR PKM-M. Oleh:

LAPORAN AKHIR PKM-M. Oleh: LAPORAN AKHIR PKM-M COMMUNITY BASED RESOURCE MANAGEMENT : REVITALISASI PENGELOLAAN SUMBER MATA AIR UNTUK MENINGKATAN KEMANDIRIAN MASYARAKAT DESA CIHIDEUNG UDIK, KECAMATAN CIAMPEA, KABUPATEN BOGOR Oleh:

Lebih terperinci

BAB V KARAKTERISTIK RESPONDEN

BAB V KARAKTERISTIK RESPONDEN 50 BAB V KARAKTERISTIK RESPONDEN 5.1 Faktor Internal Faktor internal dalam penelitian ini merupakan karakteristik individu yang dimiliki responden yang berbeda satu sama lain. Responden dalam penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berdasarkan peraturan pemerintah (No.6/1960; No.7/1960) Sensus penduduk dilaksanakan setiap sepuluh tahun. Dalam pelaksanaannya, sensus penduduk menggunakan dua tahap,

Lebih terperinci

DAFTAR ISI ABSTRAK ABSTRACT KATA PENGANTAR DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR. 1.1 Latar Belakang Masalah Perumusan Masalah Tujuan Penelitian 7

DAFTAR ISI ABSTRAK ABSTRACT KATA PENGANTAR DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR. 1.1 Latar Belakang Masalah Perumusan Masalah Tujuan Penelitian 7 DAFTAR ISI ABSTRAK ABSTRACT KATA PENGANTAR DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR i ii iii vi x xvii BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah 1 1.2 Perumusan Masalah 7 1.3 Tujuan Penelitian 7 1.4 Manfaat

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. Pemkab Sragen, dalam hal ini Disparbudpor, telah melaksanakan komunikasi

BAB V PENUTUP. Pemkab Sragen, dalam hal ini Disparbudpor, telah melaksanakan komunikasi BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Dari uraian dan pembahasan yang telah peneliti lakukan maka beberapa kesimpulan dapat dibuat. Pertama, hasil temuan penelitian menunjukkan bahwa Pemkab Sragen, dalam hal ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Istilah komunikasi atau dalam bahasa Inggris communication berasal

BAB I PENDAHULUAN. Istilah komunikasi atau dalam bahasa Inggris communication berasal BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Komunikasi memiliki peran yang sangat penting bagi kehidupan manusia karena komunikasi merupakan alat manusia untuk saling berinteraksi satu sama lain. Manusia

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Komunikasi merupakan aktivitas penting serta mendasar dalam kehidupan manusia. Manusia mulai berkomunikasi sejak dia lahir hingga sepanjang hidupnya. Manusia normal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Bahasa memiliki peran sentral dalam perkembangan intelektual, sosial,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Bahasa memiliki peran sentral dalam perkembangan intelektual, sosial, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa memiliki peran sentral dalam perkembangan intelektual, sosial, dan emosional peserta didik dan merupakan penunjang keberhasilan dalam mempelajari semua

Lebih terperinci

KEBIJAKAN TATA KELOLA PERUSAHAAN

KEBIJAKAN TATA KELOLA PERUSAHAAN KEBIJAKAN TATA KELOLA PERUSAHAAN Pesan dari Pimpinan Indorama Ventures Public Company Limited ("Perusahaan") percaya bahwa tata kelola perusahaan adalah kunci untuk menciptakan kredibilitas bagi Perusahaan.

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA INTENSITAS KOMUNIKASI SUAMI ISTRI DENGAN KECENDERUNGAN BERSELINGKUH PADA ISTRI

HUBUNGAN ANTARA INTENSITAS KOMUNIKASI SUAMI ISTRI DENGAN KECENDERUNGAN BERSELINGKUH PADA ISTRI HUBUNGAN ANTARA INTENSITAS KOMUNIKASI SUAMI ISTRI DENGAN KECENDERUNGAN BERSELINGKUH PADA ISTRI SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan dalam Mencapai Derajat Sarjana-S1 Bidang Psikologi dan Fakultas

Lebih terperinci

MODUL PRAKTIKUM PENYULUHAN DAN KONSULTASI GIZI PANGAN

MODUL PRAKTIKUM PENYULUHAN DAN KONSULTASI GIZI PANGAN MODUL PRAKTIKUM PENYULUHAN DAN KONSULTASI GIZI PANGAN Disusun Oleh : Dr. Ir. Tri Dewanti Widyaningsih, M.Kes Jaya Mahar Maligan, STP. MP. PROGRAM STUDI ILMU DAN TEKNOLOGI PANGAN JURUSAN TEKNOLOGI HASIL

Lebih terperinci

BAB VI. HUBUNGAN FAKTOR INDIVIDU DAN FAKTOR LINGKUNGAN TERHADAP EFEKTIVITAS KOMUNIKASI PT. INDOCEMENT TUNGGAL PRAKARSA Tbk.

BAB VI. HUBUNGAN FAKTOR INDIVIDU DAN FAKTOR LINGKUNGAN TERHADAP EFEKTIVITAS KOMUNIKASI PT. INDOCEMENT TUNGGAL PRAKARSA Tbk. 45 BAB VI HUBUNGAN FAKTOR INDIVIDU DAN FAKTOR LINGKUNGAN TERHADAP EFEKTIVITAS KOMUNIKASI PT. INDOCEMENT TUNGGAL PRAKARSA Tbk. 6.1. Faktor Individu Responden Penelitian Faktor individu dalam penelitian

Lebih terperinci

Pengelolaan Keuangan Desa Dalam Kerangka Tata Pemerintahan Yang Baik

Pengelolaan Keuangan Desa Dalam Kerangka Tata Pemerintahan Yang Baik Pengelolaan Keuangan Desa Dalam Kerangka Tata Pemerintahan Yang Baik Keuangan desa adalah barang publik (public goods) yang sangat langka dan terbatas, tetapi uang sangat dibutuhkan untuk membiayai banyak

Lebih terperinci

perempuan di wilayah Babo lebih banyak dibandingkan dengan jumlah penduduk laki-laki yang ditunjukkan dengan angka rasio jenis kelamin sebesar 103,4.

perempuan di wilayah Babo lebih banyak dibandingkan dengan jumlah penduduk laki-laki yang ditunjukkan dengan angka rasio jenis kelamin sebesar 103,4. Executive Summary Masalah tingkat kesejahteraan masyarakat dan faktor penyebabnya di sekitar perusahaan BP menjadi isu yang krusial. Keberadaan BP Indonesia di Kawasan Teluk Bintuni selama satu dekade

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. efektifnya orang-orang bekerja sama dan mengkoordinasikan usaha-usaha mereka

BAB I PENDAHULUAN. efektifnya orang-orang bekerja sama dan mengkoordinasikan usaha-usaha mereka BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Komunikasi mempunyai peranan yang penting dalam menentukan betapa efektifnya orang-orang bekerja sama dan mengkoordinasikan usaha-usaha mereka untuk mencapai

Lebih terperinci

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan 156 KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Dari hasil dan pembahasan yang telah dilakukan, dari penelitian ini didapati kesimpulan dan temuan-temuan sebagai berikut: 1. Karakteristik fisik permukiman kampung

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. kelola pemerintahan yang bersih, efektif, demokratis, dan terpercaya Pemerintah

PENDAHULUAN. kelola pemerintahan yang bersih, efektif, demokratis, dan terpercaya Pemerintah PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pelayanan publik oleh Aparatur Pemerintah masih banyak dijumpai kekurangan-kekurangan sehingga belum dapat memenuhi harapan masyarakat. Hal ini ditandai dengan masih adanya

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Perkembangan Sosial 2.1.1 Pengertian Perkembangan Sosial Perkembangan sosial berarti perolehan kemampuan berprilaku yang sesuai dengan tuntutan sosial. Menjadi orang yang mampu

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 1992 TENTANG PERKOPERASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 1992 TENTANG PERKOPERASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 1992 TENTANG PERKOPERASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa Koperasi, baik sebagai gerakan ekonomi rakyat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memaksa manusia perlu berkomunikasi (Cangara, 1998). yang sangat fundamental bagi seseorang dalam hidup bermasyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. memaksa manusia perlu berkomunikasi (Cangara, 1998). yang sangat fundamental bagi seseorang dalam hidup bermasyarakat. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagai makhluk sosial, manusia senantiasa ingin berhubungan dengan manusia lainnya. Ia ingin mengetahui lingkungan sekitarnya, bahkan ingin mengetahui apa yang terjadi

Lebih terperinci

KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN digilib.uns.ac.id BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan data yang berhasil dikumpulkan di lapangan dan analisis yang telah dilakukan oleh peneliti, maka dapat ditarik suatu kesimpulan

Lebih terperinci

BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 11 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 11 TAHUN 2016 TENTANG SALINAN BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 11 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN UMUM PEMBANGUNAN KAWASAN PERDESAAN DI KABUPATEN PURBALINGGA DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN PURWOREJO

PEMERINTAH KABUPATEN PURWOREJO PEMERINTAH KABUPATEN PURWOREJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWOREJO NOMOR 13 TAHUN 2009 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PURWOREJO, Menimbang :

Lebih terperinci

BAB IV KOMUNIKASI ANTARBUDAYA DALAM MENINGKATKAN KERUKUNAN MASYARAKAT ISLAM PADA APARATUR KECAMATAN BEKRI KABUPATEN LAMPUNG TENGAH

BAB IV KOMUNIKASI ANTARBUDAYA DALAM MENINGKATKAN KERUKUNAN MASYARAKAT ISLAM PADA APARATUR KECAMATAN BEKRI KABUPATEN LAMPUNG TENGAH 81 BAB IV KOMUNIKASI ANTARBUDAYA DALAM MENINGKATKAN KERUKUNAN MASYARAKAT ISLAM PADA APARATUR KECAMATAN BEKRI KABUPATEN LAMPUNG TENGAH A. Bentuk Komunikasi Antarbudaya Dalam Meningkatkan Kerukunan Masyarakat

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian Pembangunan pertanian merupakan faktor penunjang ekonomi nasional. Program-program pembangunan yang dijalankan pada masa lalu bersifat linier dan cenderung bersifat

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Hasil analisis dan pembahasan tentang pengaruh stres terhadap motivasi

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Hasil analisis dan pembahasan tentang pengaruh stres terhadap motivasi BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan Hasil analisis dan pembahasan tentang pengaruh stres terhadap motivasi kerja dan dampaknya terhadap kinerja karyawan PT. BPRS PNM Al Ma soem yang didasarkan pada

Lebih terperinci

BAB II RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD)

BAB II RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) BAB II RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) Program kegiatan di lingkup BPMPT Provinsi Jawa Barat Tahun Anggaran 2016 mengacu pada Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Provinsi

Lebih terperinci

SOSIOLOGI KOMUNIKASI

SOSIOLOGI KOMUNIKASI Modul ke: 02 Dr. Fakultas ILMU KOMUNIKASI SOSIOLOGI KOMUNIKASI Komunikasi Sebagai Proses Interaksi Heri Budianto,M.Si Program Studi PUBLIC RELATIONS KOMUNIKASI SEBAGAI PROSES INTERAKSI Setiap manusia pasti

Lebih terperinci

KORPORASI USAHA PERDESAAN SALAH SATU ALTERNATIF PENGEMBANGAN EKONOMI DESA SESUAI NAFAS PANCASILA

KORPORASI USAHA PERDESAAN SALAH SATU ALTERNATIF PENGEMBANGAN EKONOMI DESA SESUAI NAFAS PANCASILA KORPORASI USAHA PERDESAAN SALAH SATU ALTERNATIF PENGEMBANGAN EKONOMI DESA SESUAI NAFAS PANCASILA Ascosenda Ika Rizqi Dosen, Universitas Merdeka Pasuruan, Jl. H. Juanda 68, Kota Pasuruan Abstrak Desa merupakan

Lebih terperinci

Membangun Insan dan Ekosistem Pendidikan dan Kebudayaan yang Berkarakter dan Dilandasi Semangat Gotong Royong

Membangun Insan dan Ekosistem Pendidikan dan Kebudayaan yang Berkarakter dan Dilandasi Semangat Gotong Royong Membangun Insan dan Ekosistem Pendidikan dan Kebudayaan yang Berkarakter dan Dilandasi Semangat Gotong Royong KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA PELIBATAN PUBLIK PAPARAN MENTERI PENDIDIKAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. maka hampir dipastikan semua sektor akan berdampak kemacetan, oleh sebab itu

BAB I PENDAHULUAN. maka hampir dipastikan semua sektor akan berdampak kemacetan, oleh sebab itu BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pelayanan publik merupakan salah satu tugas penting yang tidak dapat diabaikan oleh pemerintah daerah sebab jika komponen pelayanan terjadi stagnasi maka hampir

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Secara tidak disadari manusia dalam kehidupan sehari-harinya tidak bisa terlepas dari prinsip-prinsip dan ilmu manajemen, baik langsung maupun tidak langsung. Apalagi

Lebih terperinci

BAB III PEMBAHASAN. tahu, ingin maju dan berkembang, maka salah satu sarananya adalah komunikasi.

BAB III PEMBAHASAN. tahu, ingin maju dan berkembang, maka salah satu sarananya adalah komunikasi. BAB III PEMBAHASAN A. Pengertian Komunikasi Manusia sebagai mahluk individu maupun sosial memiliki dorongan ingin tahu, ingin maju dan berkembang, maka salah satu sarananya adalah komunikasi. Komunikasi

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 13 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Motivasi kerja 1. Pengertian motivasi kerja Menurut Anoraga (2009) motivasi kerja adalah sesuatu yang menimbulkan semangat atau dorongan kerja. Oleh sebab itu, motivasi kerja

Lebih terperinci

Kata Kunci : Evaluasi Kinerja, Protokol

Kata Kunci : Evaluasi Kinerja, Protokol SINOPSIS Kinerja organisasi mengisyaratkan bahwa penilaian kinerja sesungguhnya sangat penting untuk melihat sampai sejauh mana tujuan organisasi telah tercapai. Sejalan dengan sistem pemerintahan saat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. informasi telah menciptakan dunia yang tanpa batas. Sebuah artikel dalam Institut

BAB 1 PENDAHULUAN. informasi telah menciptakan dunia yang tanpa batas. Sebuah artikel dalam Institut BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Globalisasi sebagai dampak dari kemajuan teknologi komunikasi dan informasi telah menciptakan dunia yang tanpa batas. Sebuah artikel dalam Institut Media Baru Indonesia,

Lebih terperinci

BAB VI PARTISIPASI DALAM IMPLEMENTASI PROGRAM

BAB VI PARTISIPASI DALAM IMPLEMENTASI PROGRAM BAB VI PARTISIPASI DALAM IMPLEMENTASI PROGRAM Analisis mengenai tingkat partisipasi peserta dalam implementasi program pelatihan montir sepeda motor dan pelatihan membatik limbah kertas semen akan dijelaskan

Lebih terperinci

BAB V. STRATEGI PT. INDOCEMENT TUNGGAL PRAKARSA Tbk. DALAM MEMBANGUN KOMUNIKASI EFEKTIF

BAB V. STRATEGI PT. INDOCEMENT TUNGGAL PRAKARSA Tbk. DALAM MEMBANGUN KOMUNIKASI EFEKTIF 40 BAB V STRATEGI PT. INDOCEMENT TUNGGAL PRAKARSA Tbk. DALAM MEMBANGUN KOMUNIKASI EFEKTIF Perencanaan strategi dalam hubungan masyarakat melibatkan pengambilan keputusan tentang tujuan dan sasaran program,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menjadi sumber masalah produktivitas individu. Kepercayaan dalam hampir

BAB I PENDAHULUAN. menjadi sumber masalah produktivitas individu. Kepercayaan dalam hampir BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Fenomena yang terjadi saat ini menunjukan bahwa krisis kepercayaan menjadi sumber masalah produktivitas individu. Kepercayaan dalam hampir setiap lembaga masyarakat

Lebih terperinci

KOMUNIKASI BISNIS PENGANTAR & RUANG LINGKUP KOMUNIKASI BISNIS. Drs. Agung Sigit Santoso, Psi., M.Si.

KOMUNIKASI BISNIS PENGANTAR & RUANG LINGKUP KOMUNIKASI BISNIS. Drs. Agung Sigit Santoso, Psi., M.Si. KOMUNIKASI BISNIS PENGANTAR & Modul ke: 01 RUANG LINGKUP KOMUNIKASI BISNIS Drs. Agung Sigit Santoso, Psi., M.Si. FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS MERCU BUANA TUJUAN PEMBELAJARAN Tujuan Instruksional

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia, sebagaimana

BAB I PENDAHULUAN. yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia, sebagaimana BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur kesejahteraan yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia, sebagaimana dimaksud dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan hasil observasi dan wawancara awal yang telah dilakukan

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan hasil observasi dan wawancara awal yang telah dilakukan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berdasarkan hasil observasi dan wawancara awal yang telah dilakukan oleh penulis di kelas XII-A SMK 45 Lembang, baik wawancara dengan guru maupun siswa, diketahui bahwa

Lebih terperinci

Dr. I Gusti Bagus Rai Utama, SE., MA. Pertemuan 13: HUBUNGAN CSR DAN MARKETING

Dr. I Gusti Bagus Rai Utama, SE., MA. Pertemuan 13: HUBUNGAN CSR DAN MARKETING Dr. I Gusti Bagus Rai Utama, SE., MA. Corporate Sosial Responsibility (CSR) merupakan sebuah konsep atau strategi yang digunakan suatu perusahaan, agar bisnisnya bisa tetap tumbuh dan berkembang di tengah

Lebih terperinci