PENDAHULUAN. APRIL H.WARDHANA 1, NURMAWATI 2, RAHMAWENI 2 dan C.B. JATMIKO 2 ABSTRACT

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PENDAHULUAN. APRIL H.WARDHANA 1, NURMAWATI 2, RAHMAWENI 2 dan C.B. JATMIKO 2 ABSTRACT"

Transkripsi

1 EFEK PEMBERIAN SEDIAAN PATIKAN KEBO (EUPHORBIA HIRTA L) TERHADAP SKOR PERLUKAAN DAN GAMBARAN HISTOPATOLOGIK SEKUM SERTA PERTAMBAHAN BOBOT HIDUP PADA AYAM YANG DIINFEKSI DENGAN EIMERIA TENELLA APRIL H.WARDHANA 1, NURMAWATI 2, RAHMAWENI 2 dan C.B. JATMIKO 2 1 Balai Penelitian Veteriner PO. Box 151, Bogor Fakultas Kedokteran Hewan, Universitas Airlangga, Surabaya, Indonesia ABSTRACT The Effect of Patikan Kebo (Euphorbia Hirta L) Preparations on Injured and Histopatologyc Caecum Scoring and Improvement of Weight of Chicken Infected with Eimeria Tenella. Patikan kebo (Euphorbia hirta L) is a medicinal plant mostly used to treat gastro-intestinal track empirically. The aim of this study was to determine the effect of patikan kebo (Euphorbia hirta L) preparations on injured and histopatologyc caecum scoring and improvement of weight of chicken infected with Eimeria tenella. Thirty six Hubbard strain broiler chicken raised from one-day-old until three-week-old were used for this study. A total of oocyst of E. tenella were infected into each chicken and the dose of Euphorbia hirta L was 500 mg/kg Wb. Treatment was carried out for 7 days after 12 hours infection. A completely randomized design was used and divided randomly into 4 groups: P 0 (control), P I (distillation treatment), P II (infusion treatment) and P III (extract treatment). Data of injured and histopatologyc caecum scoring were tested by Cruscall Wallis and then data of improvement of weight was analyzed by ANOVA. The results indicated that distillation, infusion and extract preparations of Euphorbia hirta L was not significant different on injured and histopatologyc caecum scoring and improvement of weight of chicken (p>0,05) but significant different compared to control group (p<0,05). Key words: Eimeria tenella, Euphorbia hirta L, caecum, weight body PENDAHULUAN Koksidiosis atau berak darah adalah salah satu penyakit protozoa unggas yang masih menjadi masalah di kalangan peternak. Penyakit ini bersifat hospes spesifik yaitu setiap induk semang mempunyai spesies agen penyakit tertentu dan pada ayam agen penyakit yang paling patogen adalah Eimeria tenella (SOULSBY, 1988). Pendapat ini didukung oleh SALFINA et al. (1992) dan SUPRIHATI et al. (1996) yang menyebutkan bahwa penyakit parasit yang angka kejadiannya cukup tinggi dan masih menjadi masalah pada peternakan unggas adalah koksidiosis. Eimeria tenella menyerang saluran pencernaan ayam di usus buntu (sekum). Unggas yang terserang akan menunjukkan tanda-tanda patologi anatomi yang menonjol yaitu adanya perdarahan sekum dengan timbulnya perkejuan yang mengeras serta terjadi pembengkakan dan pecahnya sekum, sehingga dapat berakibat kematian. Ayam juga akan mengalami penurunan bobot hidup, penurunan efisiensi pakan dan terlambatnya produksi telur (SOULSBY, 1988). Dalam usaha pencegahan dan pengobatan penyakit ini, para peternak cenderung menggunakan suatu obat secara terus menerus bahkan dalam jangka waktu yang lama tanpa memperhitungkan kemungkinan terjadinya pengaruh negatif seperti keracunan, penurunan bobot hidup dan produksi telur. Penggunaan antikoksidia dilaporkan dapat menimbulkan residu pada daging dan telur yang berakibat buruk bagi konsumen (TARMUDJI, 1984). Kondisi perekonomian yang belum stabil semakin membuat harga obat paten fluktuatif sehingga sulit dijangkau oleh peternak. Oleh karena itu, perlu kiranya dicari obat alternatif yang bersifat mematikan agen penyakit namun tidak menimbulkan residu dan terjangkau oleh peternak misalnya memanfaatkan tanaman obat. Tanaman patikan kebo (Euphorbia hirta L) adalah salah satu tanaman obat yang secara empiris digunakan untuk menyembuhkan gangguan pencernaan, enterik trikomonas, tipus abdominal, disentri basiler, diare, radang usus dan (SHOWU, 1979; HEYNE, 1987; WIJAYAKUSUMA et al., 1996). DUEZ et al. (1991) menyatakan bahwa ekstrak tanaman patikan kebo bersifat sitotoksitas terhadap Amoeba (parasitisid) sedangkan LANHERS et al. (1990) menyebutkan bahwa tanaman ini bersifat sedatif dan efektif untuk disentri karena Shigella sp. Pendapat di atas sesuai dengan GALVEZ et al. (1993) dan LORENTE et al. (1993) yang melaporkan bahwa beberapa jenis alkaloid yang terkandung dalam tanaman ini bersifat antidiare. 436 Puslitbang Peternakan, Bogor September 2003

2 Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner Keberadaan tanaman patikan kebo yang banyak dijumpai di sawah-sawah dan tempat terbuka sangat potensial apabila dimanfaatkan sebagai salah satu tanaman berkhasiat obat bagi kepentingan kesehatan baik untuk hewan ternak atau manusia. Hewan Percobaan MATERI DAN METODE Hewan percobaan yang digunakan adalah ayam pedaging jenis Hubbard jantan sebanyak 36 ekor dengan bobot hidup rata-rata 700 gram. Ayam-ayam tersebut dipelihara mulai umur satu hari dan diberi pakan ayam pedaging tanpa koksidiostat yang diperoleh dari poultry shop di Surabaya. Persiapan kandang Kandang yang digunakan dalam penelitian ini ada dua bentuk, yaitu bentuk indukan dan bentuk baterai yang masing-masing dilengkapi dengan tempat pakan dan minum. Kandang indukan berukuran 3 x 3 meter dan sebelum diisi dengan ayam, didesinfeksi serta difumigasi dengan kalium permanganat (KMnO 4 ) dan larutan formalin 40% dengan perbandingan 1 : 2. Setelah berumur dua minggu, ayam dipindahkan ke kandang baterai berukuran 40 x 40 x 30 cm. Ayam dipelihara sampai umur tiga minggu, untuk selanjutnya diinfeksi dengan E. tenella. Isolasi dan Sporulasi Ookista E. tenella Ookista E. tenella diperoleh dari Laboratorium Entomologi dan Protozoologi Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga. Ookista ini ditambah dengan kalium bikromat (K 2 Cr 2 O 7 ) dengan konsentrasi 2,5% dan dieramkan pada suhu kamar selama kurang lebih 3 hari dengan tutup cawan petri sedikit terbuka (LEVINE, 1995). Tiga hari kemudian diperkirakan sudah terjadi sporulasi secara sempurna (SALFINA et al., 1992). Penentuan dosis sediaan patikan kebo Menurut LANHERS et al. (1990), dosis patikan kebo yang digunakan untuk pengobatan berkisar 12,5 sampai 800 mg/kg bobot hidup. Berdasarkan literatur tersebut, maka pada penelitian ini digunakan dosis 500 mg/kg bobot hidup. Tanaman patikan kebo dengan bobot basah 100 g adalah setara dengan 20 g bobot kering. Ayam yang digunakan mempunyai bobot hidup rata-rata 700 g. Jadi dosis yang diberikan sebesar (700:1000) x 500 = 350 mg/bobot kering yang setara dengan (100:20) x 350 = mg/bobot basah sehingga tiap ekor ayam mendapatkan terapi tanaman patikan kebo sebanyak mg dalam bentuk segar. Pengolahan tanaman patikan kebo Bagian tanaman yang digunakan dalam penelitian ini adalah seluruh herba dengan kriteria tidak terlalu muda dan tidak kering. Tanaman ini dikumpulkan dari Kecamatan Gubeng, Surabaya, setiap hari selama masa perlakuan berlangsung. Tanaman ini diolah menjadi tiga bentuk sediaan, yaitu perasan, infusa dan ekstrak. Perasan Tanaman patikan kebo segar sebanyak 15,75 g (1,75 g x 9 ekor x 1 hari) dicuci bersih, dipotong-potong dan dimasukkan ke dalam cawan porselin untuk ditumbuk sampai lumat. Hasil tumbukan ditambahkan akuades steril sebanyak 22,5 ml, kemudian diperas dan disaring serta ditampung dalam gelas ukur (WIJAYAKUSUMA et al., 1996). Infusa Tanaman patikan kebo segar sebanyak 15,75 g (1,75 g x 9 ekor x 1 hari) dicuci bersih, dipotong-potong dan dimasukkan ke dalam gelas piala yang telah berisi 157,5 ml air, selanjutnya dipanaskan dalam penangas air selama 15 menit terhitung pada suhu 90 o C sambil sesekali diaduk. Hasil infusa disaring dan ditampung dalam labu Erlenmeyer (ANONIMUS, 1979). Ekstrak Tanaman patikan kebo segar sebanyak 110,25 g (1,75 g x 9 ekor x 7 hari) dicuci bersih, dianginanginkan tanpa terkena sinar matahari langsung kemudian digiling hingga menjadi serbuk. Sebanyak 2 liter alkohol 96% digunakan sebagai pelarut dan dimasukkan ke dalam mesin pengocok. Hasil kocokan disaring dan dilakukan proses ekstraksi. Ayam yang telah berumur tiga minggu diinfeksi dengan ookista E. tenella yang telah bersposrulasi secara oral menggunakan spuit kaca berjarum tumpul (SUPRIHATI et al., 1996). Setelah itu dilakukan pengacakan menjadi empat kelompok perlakuan dengan Puslitbang Peternakan, Bogor September

3 ulangan 9 ekor yaitu: kelompok kontrol (P0) perlakuan dengan pemberian akuades steril, kelompok I (PI): perlakuan dengan pemberian perasan tanaman patikan kebo, kelompok II (PII): perlakuan dengan pemberian infusa tanaman patikan kebo, kelompok III (PIII): perlakuan dengan pemberian ekstrak tanaman patikan kebo. Pemeriksaan Pemeriksaan nilai skor perlukaan dan gambaran histopatologik sekum berdasarkan JOHNSON dan REID (1970). Pemeriksaan bobot hidup diperoleh dengan cara penimbangan. Pertambahan bobot hidup ayam adalah selisih bobot hidup tujuh hari pasca infeksi dan bobot badan ayam saat dilakukan infeksi. Rancangan percobaan dan analisis data Rancangan percobaan yang digunakan adalah rancangan acak lengkap (RAL) dengan sumber keragaman berupa bentuk sediaan tanaman patikan kebo. Data skor perlukaan dan gambaran histopatologi sekum dianalisis dengan uji Kruskal Walls. Jika terdapat perbedaan yang nyata dilanjutkan dengan uji Z (SIEGEL, 1990). Data bobot hidup dianalisis dengan ANOVA yang dilanjutkan dengan uji Beda Nyata Terkecil (BNT) 5% (ROBERT dan JAMES, 1993). HASIL DAN PEMBAHASAN Dosis infeksi, daya kekebalan dan umur inang merupakan faktor-faktor yang berpengaruh terhadap derajat keparahan serangan penyakit berak darah (TRIANDARWATI, 1991). Ayam umur tiga minggu dilaporkan lebih peka daripada anak ayam umur sehari karena pada ayam yang lebih muda mempunyai eksitasi yang kurang baik akibat lemahnya dinding tembolok dan gerakan lambung otot sehingga pemecahan dinding ookista kurang sempurna. Selain itu, konsentrasi enzim tripsin yang dihasilkan juga kurang optimal. Keadaan ini berbeda dengan ayam berumur tiga minggu yang eksitasinya telah sempurna, sehingga E. tenella akan berkembang lebih baik (DORAN dan FARR dalam ASHADI, 1979). Oleh karena itu dalam penelitian ini digunakan ayam umur tiga minggu dengan harapan jumlah sel-sel epitel yang diinfeksi juga lebih banyak. Pada kelompok kontrol, berak darah terjadi pada hari kelima pascainfeksi (66,67%) dan total kejadian berak darah ada pada hari keenam sampai ke tujuh (100%). Kejadian ini sesuai dengan pendapat LEVINE (1995) yang menyatakan bahwa perdarahan terjadi pada hari kelima dan keenam pascainfeksi dan puncaknya terjadi pada hari ke tujuh sehingga pada penelitian ini terapi dilakukan selama satu minggu. Gejala berak darah ini terjadi akibat skizon generasi dua membesar dan pecah mengeluarkan merozoit generasi dua. Keluarnya merozoit menyebabkan kerusakan sel epitel sekum yang disertai perdarahan. Gejala berak darah juga terjadi pada kelompok perlakuan bentuk sediaan perasan (P I), infusa (P II), dan ekstrak (P III) namun tidak separah pada kelompok kontrol, terutama nafsu makan yang masih baik. Berak darah terjadi pada hari ketujuh dengan persentase yang berbeda-beda yaitu P I (50%), P II (33,3%) dan P III (33,3%). Bukti ini menunjukkan bahwa pemberian tanaman patikan kebo cukup mampu untuk mengurangi terjadinya berak darah. Skor perlukaan dan gambaran histopatologik sekum Ketahanan terhadap infeksi Eimeria tenella dapat diukur dengan melihat skor perlukaan dan gambaran histopatologik sekum serta pertambahan bobot hidup (LONG, 1980). Pernyataan di atas sesuai dengan pendapat RESSANG (1984) yang menyebutkan bahwa gambaran patologik yang khas pada unggas yang menderita berak darah adalah pembengkakan kantong sekum karena berisi gumpalan darah dan adanya lukaluka pada dinding sekum. Kasus berak darah sub akut pada ayam akan menunjukkan gejala: pucat, sayap menggantung, lesu, penurunan nafsu makan yang diikuti dengan penurunan bobot hidup (KOTPAL, 1980; URQUHART et al., 1994). Skor perlukaan sekum pada kelompok kontrol yang tertinggi adalah + 4 dan terendah +2 yang mengindikasikan adanya pembengkakan sekum dengan dinding sekum yang sangat merentang dan berisi bekuan darah atau telah terjadi proses pengapuran dengan daerah luka sangat luas. Kelompok perlakuan (P I, P II dan PIII) mempunyai skor tertinggi +3 dan terendah +1 yang mengindikasikan adanya bintik merah (ptechia) yang tersebar luas tetapi dinding sekum tidak mengalami penebalan dan isi sekum normal. Hasil analisis skor perlukaan sekum menunjukkan tidak adanya perbedaan antara kelompok perlakuan PI, PII dan PIII (P>0,05) tetapi menunjukkan perbedaan yang nyata jika dibandingkan dengan kelompok kontrol (P<0,05) (Tabel 1). Hasil ini membuktikan bahwa selama proses pembuatan bentuk sediaan diduga zat-zat yang terkandung dalam tanaman tersebut masih aktif dan tidak rusak. Selama pengamatan dijumpai ayam-ayam yang tidak menunjukkan gejala klinis tetapi setelah dibedah ditemukan adanya perlukaan pada sekumnya. Kelainan ini sesuai dengan pendapat LONG (1980) yang menyatakan bahwa sedikitnya ada tiga jenis kekebalan terhadap E. tenella yaitu a) ayam mungkin kebal secara total terhadap parasit dan tidak terjadi perkembangan dari parasit; b) ayam mempunyai kekebalan pada derajat tertentu dan ookista E. tenella mampu 438 Puslitbang Peternakan, Bogor September 2003

4 Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner menyelesaikan siklus hidupnya tetapi tidak terjadi perlukaan di sekum dan c) ayam tidak menunjukkan gejala klinis tetapi terjadi perlukaan pada sekumnya. Tabel 1. Nilai rata-rata dan simpangan baku skor perlukaan sekum ayam yang diobati dengan tanaman patikan kebo dalam berbagai bentuk sediaan P 0 P I P II P III Rata-rata dan simpangan baku 3,56 ± 0,53 a 2,33 ± 0,71 b 2,11 ± 0,78 b 1,89 ± 0,34 b Superskrip yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan adanya perbedaan yang nyata (P<0,05) Hasil analisis terhadap skor gambaran histopatologik sekum menunjukkan tidak adanya perbedaan yang bermakna diantara kelompok perlakuan PI, PII dan P III (P>0,05) tetapi berbeda dengan kelompok kontrol (P 0) (P<0,05). Perbedaan ini dapat dilihat pada Tabel 2. Persaamaan hasil dari ketiga perlakuan di atas (PI, P II dan P III) diduga karena terdapat bahan aktif yang serupa. Tabel 2. Nilai rata-rata dan simpangan baku skor gambaran histopatologik sekum ayam yang diobati dengan tanaman patikan kebo dalam berbagai bentuk sediaan P 0 P I P II P III Rata-rata dan simpangan baku 29,720 ± 5,363 a 17,055 ± 9,312 b 5,220 ± 9,176 b 12,000 ± 7,723 b Superskrip yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan adanya perbedaan yang nyata (P<0,05). Gambaran histopatologik pada kelompok kontrol mengindikasikan adanya perdarahan, degenarasi dan nekrosis sel serta keradangan sehingga tergolong pada katagori ke 3. Kondisi ini diduga karena adanya perkembangan parasit di dalam sel tersebut yang diikuti dengan timbulnya sel-sel radang. Gambaran histopatologik pada kelompok PI, P II dan P III juga menunjukkan adanya degenerasi, nekrosis sel dan keradangan tetapi sangat jarang dijumpai adanya perdarahan sehingga masuk dalam kataogeri skor 2. Kandungan patikan kebo yang diduga berpengaruh terhadap skor perlukaan dan gambaran histopatologik sekum adalah asam elogik yang berkhasiat mencegah perdarahan (hemostatik), Diterpenoid dan Triterpenoid yang berkhasiat sebagai anti radang. Selain itu, kandungan flavonoid tanaman ini diduga mampu memperbaiki kerapuhan kapiler dan bersifat anti radang (IKAN, 1968; MARTINDALLE, 1989; SCHUNACK et al., 1990). Ayam yang digunakan pada penelitian ini belum pernah terserang koksidiosis sehingga pada saat infeksi belum timbul suatu kekebalan yang bersifat spesifik (spesific acquired immunity) terhadap infeksi E. tenella sehingga yang berperan adalah kekebalan alam non spesifik (natural immunity) yang tingkat imunitasnya dapat berbeda-beda pada setiap ayam meskipun berasal dari galur yang sama (GIAMBRON, 1984). Pernyataan ini sesuai dengan hasil yang diperoleh pada penelitian ini yaitu adanya skor gambaran histopatologik yang bervariasi dalam suatu kelompok perlakuan. Pertambahan bobot hidup Ayam yang terserang berak darah akan menjadi lemah, diare dan pucat sehingga terjadi penurunan nafsu makan dan minum. Kondisi ini diperparah dengan adanya perlukaan dan keradangan usus sehingga semakin menghambat proses absorsi zat-zat makanan dan mengakibatkan penurunan berat badan. Apabila keadaan ini berlanjut maka akan menyebabkan dehidrasi, emasiasi (kekurusan) dan diikuti kematian. Oleh karena itu, pertambahan berat badan dapat dijadikan salah satu faktor untuk mengetahui ketahanan inang dalam menghadapi serangan penyakit berak darah. Hasil penelitian terhadap pertambahan bobot hidup menunjukkan adanya perbedaan yang bermakna (P<0,05) tetapi tidak menunjukkan adanya perbedaan yang bermakna diantara perlakuan PI, PII dan P III (P>0,05). Hasil ini membuktikan bahwa pemberian tanaman patikan kebo secara oral diduga dapat berpengaruh terhadap pertambahan bobot hidup ayam yang terserang berak darah ( Tabel 3, Gambar 1). Kandungan yang diduga berpengaruh pada pertumbuhan bobot hidup adalah quercitrin, diterpenoid, triterpenoid dan flavonoid. Quercitrin pada tanaman patikan kebo akan melemahkan gerakangerakan usus tetapi tidak mengubah transport cairan di dalam mukosa usus. Kandungan quercetin dalam quercitrin akan menambah jumlah cairan yang diabsorbsi oleh mukosa usus sehingga terjadinya diare dapat dicegah dan ayam tidak mengalami dehidrasi (GALVEZ et al., 1993). Diterpenoid, triterpenoid dan flavonoid yang berkhasiat sebagai anti radang akan memperbaiki kerusakan sel-sel epitel mukosa usus sehingga penyerapan zat-zat makanan menjadi lebih baik (IKAN, 1968). Menurut LANHERS et al. (1990) bahwa ekstrak tanaman patikan kebo bersifat sedatif, antistress dan tidak bersifat toksik. Keadaan stress pada ayam sangat berpengaruh terhadap pertambahan bobot hidup. Puslitbang Peternakan, Bogor September

5 Tabel 3. Nilai rata-rata dan simpangan baku pertambahan bobot hidup pada ayam yang diobati dengan tanaman patikan kebo dalam berbagai bentuk sediaan P 0 P I P II P III Rata-rata dan simpangan baku 260 ± 76,69 a 348 ± 74,74 b 378 ± 43,72 b 384 ± 68,58 b Superskrip yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan adanya perbedaan yang nyata (P<0,05) Zat-zat yang terkandung di dalam patikan kebo diduga bekerja secara sinergis sehingga gejala klinis berak darah dapat diminimalkan. Ayam yang diterapi dengan tanaman patikan kebo akan menyerap zat nutrisi yang lebih baik dibandingkan dengan kontrol sehingga berpengaruh terhadap pertambahan bobot hidup dan perbaikan kerusakan sel-sel epitel. Menurut ANSEL (1989) bahwa faktor - faktor yang mempengaruhi penetrasi obat yang diberikan secara oral yaitu sifat fisika dan kimiawi suatu zat, bahan farmasetik dan karakteristik bentuk sediaan, faktor fisiologis dan kondisi tubuh. Adanya persamaan hasil antara kelompok perlakuan P I, P II dan P III mengindikasikan bahwa zat aktif dalam patikan kebo bersifat termostabil, yaitu tidak rusak oleh pemanasan, tahan asam dan larut dalam alkohol KESIMPULAN DAN SARAN Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa pemberian tanaman patikan kebo dalam bentuk sediaan perasan, infusa dan ekstraksi diduga dapat meningkatkan memperbaiki sel-sel epitel dan mencegah terjadinya berak darah dan diare yang lebih parah sehingga penyerapan zat-zat nutrisi berjalan lebih baik. Bentuk sediaan yang digunakan pada penelitian ini tidak menunjukkan perbedaan yang bermakna terhadap skor perlukaan dan gambaran hsitopatologik sekum serta pertambahan bobot hidup. Walaupun terjadi perbedaan yang bermakna antara kontrol dan kelompok perlakuan namun perlu diteliti lebih lanjut tentang dosis optimal dan lama waktu pengobatannya dilanjutkan dengan uji toksisitas, farmakodinamik dan farmakinetik. Bobot badan (g) Bobot awal Bobot akhir 0 P 0 P I P II P III Gambar 1. Pertambahan bobot hidup ayam penderita berak darah yang diobati dengan tanaman patikan kebo dalam berbagai bentuk sediaan 440 Puslitbang Peternakan, Bogor September 2003

6 Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner DAFTAR PUSTAKA ANONIMUs, Materia Medika Indonesia III. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Jakarta. ANSEL, H.C Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi. Edisi 4. Universitas Indonesia. Jakarta. ASHADI, G Pengebalan Aktif terhadap Koksidiosis Sekum pada Anak Ayam di Indonesia. Disertasi. Fakultas Kedokteran Hewan. IPB. Bogor. DUEZ, P., A. LIVADITIS, P. I. EVISSON, P., M.SAWADOYO, AND M. HANOCQ Use of An Amoeba spp Model for in vitro Cytotoxicity Testing in Phytochemical Research Application to Euphorbia hirta Extract. J. Ethopharmacol. 34 (2-3): EVANS, W.C Trease and Evans Pharmacognosy Basis of Therapeutics. 4th Ed. W.B. Saunders. Bailliere. London. GALVES, J., M. C. CRESPO, J. JIMENEZ, A. SUAREZ, AND A. ZARZUELO Antidiarrhoea activity quercitin in mice and rats. J. Pharm. Pharmacol. 45 (2) : GIAMBRON, J.J Development of cell mediated immunity and resistance to clinical coccidiosis infection in chickens selected for resistance and suspectibility to Eimeria tenella. Pault. Sci. 63: HEYNE, K Tumbuhan Berguna II. Badan Litbang Departemen Kehutanan. Yayasan Sarana Waru Jaya. Jakarta. IKAN, R Natural Product A Laboratory Basic. Academic Press. Londo. New York. San Francisco. JOHNSON, J AND W. M. REID Anticoccidial Drug: Lesion Scoring Techniques in Batery and Floor Pen Experiment With Chickens. Exp. Parasitol. 28: KOTPAL, R. L Protozoa A Text Book for College and University Students. 10th Ed. Department of Zoology Meerut College LANHERS, M.C., J. FLEURENTIN, P, CABALIAN, A. ROLLAND, AND J. M. PELT Behavioral effects of Euphorbia hirta Linn: Sedative and anxiolytic properties; J. Ethnopharmacol. London. LEVINE, N.D Veterinary Protozoology. Iowa State University Press. Ames, Iowa, USA. LONG, P. L Eimeria tenella: Clinical effectsin partially immun and susceptible chicken. Poult. Sci. 59: LORENTE, M.D., M.A. OCETE, J. JIMINEZ, J. GALVEZ, A. ZARZEULO, AND M.E. CRESPO Antidiarrhoea activity of Euphorbia hirta extract and isolation of an active flavonoid constituent. Plant.Med. 59 (4): MARTINDALLE, L The Extra Pharmacopoeia. 19 th Ed. The Pharmaceutical Press. London. RESSANG Patologi Khusus Veteriner. Edisi II. Team Leader IFAD Project. Bali Cattle Disease Investigation Unit. Denpasar. ROBERT, G. D. S. dan JAMES, H. T Prinsip dan Prosedur Statistika Suatu Pendekatan Biometrik. PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. SALFINA., A. HAMDAN, dan TARMUDJI Koksidiosis Pada Ayam Buras di Kalimantan Selatan. Penyakit Hewan 24 (43): SHOWU-SAN, L Chinese Pharmaceutical Research. Hongkong. SOULSBY, E.J.L Helminth, Artropod and Protozoo of Domesticated Animals. 7 th Ed. William Clowes Ltd. London. SUPRIHATI, E., N.D.R. LASTUTI., M. YUNUS., KISMIYATI., dan MUFASIRIN Efektivitas Vaksin Koksivet Iradiasi Pencegahan Koksidiosis Pada Ayam Pedaging Berdasarkan Nilai Perlukaan Usus. Lembaga Penelitian Universitas Airlangga. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi. Universitas Airlangga. Surabaya. TARMUDJI Efek khronik sulfaquinoxaline (Noxal) pada ayam, gambaran klinik dan patologik. Penyakit Hewan 16 (27): TRIANDARWATI, B.S Gambaran Histopatologi Sekum Ayam Pedaging Akibat Infeksi Eimeria tenella. Fakultas Kedokteran Hewan. Universitas Airlangga. Surabaya. URQUHART, G. M., ARMOUR, J., DUNCAN, J.L., DUNN, A. M. dan JENNINGS, F. W Veterinary Parasitology. Department of Veterinary Parasitology. The Faculty of Veterinary Medicine. The University of Glassgow, Scotland WIJAYAKUSUMA, H., D. SETIAWAN, A. S. WIRIAN, dan W. WIBOWO Tanaman Obat Berkhasiat di Indonesia. Edisi V. Pustaka Kartini. Jakarta. Puslitbang Peternakan, Bogor September

7 DISKUSI Pertanyaan 1. Apakah di dalam proses ekstraksi masih mengandung alkohol? 2. Konsentrasi perasan, ifusa dan ekstrak tidak sama, bagaimana menjelaskan hasilnya?. Seharusnya konsentrasi sama atau pakai satu cara persiapan ekstrak tetapi berbeda konsentrasi?. 3. Persentase yang tertera dalam makalah ditinjau dari segi apa? Jumlah tingkat ayam yang diare atau tingkat beratnya diare? 4. Bagaimana membandingkan sediaan patikan kebo dengan konsentrasi yang berbeda? Jawab 1. Diduga di dalam hasil proses ekstraksi alcohol sudah tidak mengandung alkohol. Semua pelarut alkohol sudah menguap saat proses ekstraksi. Hasil ini bisa dilihat dari hasil ekstrak yang berbentuk pasta dan bukan cair. 2. Di dalam penelitian ini ditujukan untuk membandingkan bentuk sediaan yang efektif untuk memperbaiki kerusakan-kerusakan yang terjadi di dalam usus buntu (sekum) pada ayam pascainfeksi Eimeria tenella. Jadi dosis yang digunakan adalah sama yaitu 500mg/Kg BB tetapi dengan pengolahan yang berbeda-beda yaitu secara perasan (P I), infusa (P II) dan ekstrak.(p III) Metode yang diuji pada penelitian ini adalah metode standar untuk perasan, infusa dan ekstrak. Jika dalam hasil penelitian ini tidak terdapat perbedaan dalam metode pengolahannya maka metode yang termudah yang disarankan untuk diaplikasikan. Pada penelitian ini terbukti bahwa tidak ada perbedaan antara bentuk sediaan perasan, infusa dan ekstrak sehingga metode perasan dapat disarankan untuk diaplikasikan di lapangan karena mudah cara penyajiannya. 3. Presentase tersebut menjelaskan tentang kejadian berak darah yang terjadi pada masing-masing kelompok perlakuan. Berak darah terjadi pada hari ke tujuh dengan presentase yang berbeda-beda yaitu P I (50%), P II (33,3%) dan P III (33,3%). 4. Dosis yang digunakan dalam bentuk sediaan perasan, infusa dan ekstrak adalah sama yaitu 500 mg/kg BB (lihat materi metode). Bentuk sediaan infusa dan perasan dibuat setiap hari selama pengobatan sehingga dosisnya dikalikan satu hari (1,75 g x 9 ekor x 1 hari = 15,75 g). Bentuk sediaan dibuat sekaligus yaitu 7 hari sehingga diperoleh hasil 110,25 g (1,75 g x 9 ekor x 7 hari). Jadi dosis yang digunakan adalah sama tetapi diolah dengan berbagai metode standar untuk memperoleh metode yang paling mudah diaplikasikan di lapangan tetapi masih efektif. 442 Puslitbang Peternakan, Bogor September 2003

1 Balai Penelitian Veteriner

1 Balai Penelitian Veteriner PENGARUH PEMBERIAN SEDIAAN PATIKAN KEBO (EUPHORBIA HIRTA L) TERHADAP JUMLAH ERITROSIT, KADAR HEMOGLOBIN, DAN NILAI HEMATOKRIT PADA AYAM YANG DIINFEKSI DENGAN EIMERIA TENELLA APRIL H. WARDHANA 1, E. KENCANAWATI

Lebih terperinci

Upaya Peningkatan Kekebalan Broiler terhadap Penyakit Koksidiosis melalui Infeksi Simultan Ookista

Upaya Peningkatan Kekebalan Broiler terhadap Penyakit Koksidiosis melalui Infeksi Simultan Ookista Upaya Peningkatan Kekebalan Broiler terhadap Penyakit Koksidiosis melalui Infeksi Simultan Ookista (Oocyst Simultaneous Infection to Increase Broiler Immunity from Coccidiosis) S.J.A. Setyawati dan Endro

Lebih terperinci

PENGARUH PEMBERIAN VITAMIN A TERHADAP NILAI PERLUKAAN SEKUM WAKTU SPORULASI DAN PRODUKSI OOKISTA Eimeria tenella PADA AYAM ARAB

PENGARUH PEMBERIAN VITAMIN A TERHADAP NILAI PERLUKAAN SEKUM WAKTU SPORULASI DAN PRODUKSI OOKISTA Eimeria tenella PADA AYAM ARAB PENGARUH PEMBERIAN VITAMIN A TERHADAP NILAI PERLUKAAN SEKUM WAKTU SPORULASI DAN PRODUKSI OOKISTA Eimeria tenella PADA AYAM ARAB (The Effect of Vitamin A on Caecum Lesion Score Sporulation Time and Oocyst

Lebih terperinci

STUDI PATOGENISITAS EIMERIA TENELLA PADA AYAM BURRS DI KALIMANTAN SELATAN

STUDI PATOGENISITAS EIMERIA TENELLA PADA AYAM BURRS DI KALIMANTAN SELATAN STUDI PATOGENISITAS EIMERIA TENELLA PADA AYAM BURRS DI KALIMANTAN SELATAN SALFINA, A. HAMDAN, dan D.D. SISWANSYAH Instalasi Penelitian dan Pengkajian Teknologi Pertanian Jalan Panglima BaturNo.4, Banjarbaru,

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat Penelitian Kandang Hewan Coba Laboratorium Histopatologi

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat Penelitian Kandang Hewan Coba Laboratorium Histopatologi BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian ini dilakukan pada bulan Juli 2010 sampai April 2011 bertempat di Kandang Hewan Laboratorium dan Laboratorium Histopatologi, Departemen Klinik, Reproduksi,

Lebih terperinci

KOKSIVET SUPRA '95 Vaksin Koksidiosis Poliphalent Iradiasi Aktif

KOKSIVET SUPRA '95 Vaksin Koksidiosis Poliphalent Iradiasi Aktif KOKSIVET SUPRA '95 Vaksin Koksidiosis Poliphalent Iradiasi Aktif PENDAHULUAN Bertepatan dengan ulang tahun ke 50 Kemerdekaan Indonesia, atau Tahun Indonesia Emas 1995, satu lagi karya monumental bangsa

Lebih terperinci

PENGARUH DOSIS EM-4 (EFFECTIVE MICROORGANISMS-4) DALAM AIR MINUM TERHADAP BERAT BADAN AYAM BURAS

PENGARUH DOSIS EM-4 (EFFECTIVE MICROORGANISMS-4) DALAM AIR MINUM TERHADAP BERAT BADAN AYAM BURAS PENGARUH DOSIS EM-4 (EFFECTIVE MICROORGANISMS-4) DALAM AIR MINUM TERHADAP BERAT BADAN AYAM BURAS EFFECT OF EM-4 (EFFECTIVE MICROORGANISMS-4) DOSAGE ADDED IN DRINKING WATER ON BODY WEIGHT OF LOCAL CHICKEN

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE PENELITIAN

BAHAN DAN METODE PENELITIAN BAHAN DAN METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan mulai bulan Juni 2010 sampai dengan bulan Desember 2010 di kandang percobaan Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian

Lebih terperinci

ISOLASI, PEMURNIAN DAN STERILISASI Oosista Eimeria tenella DENGAN Sodium hypochlorite 13%

ISOLASI, PEMURNIAN DAN STERILISASI Oosista Eimeria tenella DENGAN Sodium hypochlorite 13% ISOLASI, PEMURNIAN DAN STERILISASI Oosista Eimeria tenella DENGAN Sodium hypochlorite 13% ( ISOLATION, PURIFICATION AND STERILIZATION OF Eimeria tenella USING Sodium hypochlorite 13% ) Oleh : AAN AWALUDIN

Lebih terperinci

PENGGUNAAN LIDAH BUAYA (Aloe vera) SEBAGAI PAKAN TAMBAHAN DALAM PAKAN KOMERSIAL TERHADAP KONSUMSI DAN EFISIENSI PAKAN AYAM PEDAGING

PENGGUNAAN LIDAH BUAYA (Aloe vera) SEBAGAI PAKAN TAMBAHAN DALAM PAKAN KOMERSIAL TERHADAP KONSUMSI DAN EFISIENSI PAKAN AYAM PEDAGING 145 PENGGUNAAN LIDAH BUAYA (Aloe vera) SEBAGAI PAKAN TAMBAHAN DALAM PAKAN KOMERSIAL TERHADAP KONSUMSI DAN EFISIENSI PAKAN AYAM PEDAGING Linda Dwi H. 1), Tri Nurhajati 2), Wurlina 3) 1)Mahasiswa, 2) Departemen

Lebih terperinci

ANALISIS EKONOMI PERLAKUAN SEDIAAN ENROFLOKSASIN TERHADAP KOLIBASILOSIS PADA AYAM PEDAGING STRAIN COBB

ANALISIS EKONOMI PERLAKUAN SEDIAAN ENROFLOKSASIN TERHADAP KOLIBASILOSIS PADA AYAM PEDAGING STRAIN COBB ANALISIS EKONOMI PERLAKUAN SEDIAAN ENROFLOKSASIN TERHADAP KOLIBASILOSIS PADA AYAM PEDAGING STRAIN COBB UNANG PATRIANA Balai Besar Pengujian Mutu dan Sertifikasi Obat Hewan Gunungsindur, Bogor 16340 Abstrak

Lebih terperinci

ABSTRAK. Pembimbing I : Dr. Meilinah Hidayat, dr., M.Kes Pembimbing II : Hartini Tiono, dr., M.Kes

ABSTRAK. Pembimbing I : Dr. Meilinah Hidayat, dr., M.Kes Pembimbing II : Hartini Tiono, dr., M.Kes ABSTRAK EFEK SAMPING EKSTRAK ETANOL KEDELAI (Glycine max L.merr) DETAM I, DAUN JATI BELANDA (Guazuma ulmifolia) DAN KOMBINASINYA TERHADAP PERUBAHAN GAMBARAN HISTOPATOLOGIK JEJUNUM TIKUS WISTAR JANTAN DENGAN

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Waktu dan Tempat. Materi

METODE PENELITIAN. Waktu dan Tempat. Materi METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian dilaksanakan pada bulan Februari hingga Mei 2011. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Lapang Kandang C, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor.

Lebih terperinci

BAB III BAHAN DAN CARA KERJA. Departemen Farmasi FMIPA UI dari Januari 2008 hingga Mei 2008.

BAB III BAHAN DAN CARA KERJA. Departemen Farmasi FMIPA UI dari Januari 2008 hingga Mei 2008. BAB III BAHAN DAN CARA KERJA A. LOKASI DAN WAKTU PENELITIAN Penelitian dilakukan di Laboratorium Fitokimia dan Farmakologi Departemen Farmasi FMIPA UI dari Januari 2008 hingga Mei 2008. B. BAHAN DAN ALAT

Lebih terperinci

Efektifitas Berbagai Probiotik Kemasan Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Burung Puyuh (Coturnix coturnix japonica)

Efektifitas Berbagai Probiotik Kemasan Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Burung Puyuh (Coturnix coturnix japonica) Efektifitas Berbagai Probiotik Kemasan Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Burung Puyuh (Coturnix coturnix japonica) Effectiveness of Various Probiotics Product on the Growth and Production of Quail (Coturnix

Lebih terperinci

PENGARUH PEMBERIAN RBM5 TERHADAP KOKSIDIOSIS PADA AYAM BROILER

PENGARUH PEMBERIAN RBM5 TERHADAP KOKSIDIOSIS PADA AYAM BROILER PENGARUH PEMBERIAN RBM5 TERHADAP KOKSIDIOSIS PADA AYAM BROILER (Use of RBM 5 as Natural Coccidiostat Against Coccidiosis in Broiler Chicken) TOLIBIN ISKANDAR 1, DIDIK T. SUBEKTI 1 dan TONI SUIBU 2 1 Balai

Lebih terperinci

PENGARUH PEMBERIAN INFUS TAPAK DARA (Vinca sp) PERORAL TERHADAP GAMBARAN HISTOPATOLOGIK DAN BERAT HEPAR MENCIT BETINA (Mus musculus)

PENGARUH PEMBERIAN INFUS TAPAK DARA (Vinca sp) PERORAL TERHADAP GAMBARAN HISTOPATOLOGIK DAN BERAT HEPAR MENCIT BETINA (Mus musculus) PENGARUH PEMBERIAN INFUS TAPAK DARA (Vinca sp) PERORAL TERHADAP GAMBARAN HISTOPATOLOGIK DAN BERAT HEPAR MENCIT BETINA (Mus musculus) THE EFFECT OF PER ORAL APPLICATION OF TAPAK DARA (Vinca sp.) INFUS ON

Lebih terperinci

PATOGENITAS AKIBAT INOKULASI Eimeria mivati PADA AYAM PEDAGING

PATOGENITAS AKIBAT INOKULASI Eimeria mivati PADA AYAM PEDAGING PATOGENITAS AKIBAT INOKULASI Eimeria mivati PADA AYAM PEDAGING Pathogenicity of Eimeria mivati Inoculation in Broiler Chicken J. Ked. Hewan Vol. 3 No. 1 Maret 2009 M. Hasan Laboratorium Klinik Fakultas

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian menggunakan rancangan eksperimental dengan Post Test Only

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian menggunakan rancangan eksperimental dengan Post Test Only 32 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian menggunakan rancangan eksperimental dengan Post Test Only Control Group Design. Melibatkan dua kelompok subyek, dimana salah satu kelompok

Lebih terperinci

Siklus kelamin poliestrus (birahi) g jantan dan betina

Siklus kelamin poliestrus (birahi) g jantan dan betina Lama bunting Kawin sesudah beranak Umur sapih Umur dewasa kelamin Umur dikawinkan Siklus kelamin poliestrus (birahi) Lama estrus Saat perkawinan Berat lahir Berat dewasa Jumlah anak perkelahiran Kecepatan

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN METODOLOGI PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan Juli 2007 sampai Juni 2008 di kandang percobaan Fakultas Peternakan dan di Bagian Patologi, Departemen Klinik Reproduksi

Lebih terperinci

ABSTRAK. Christina., Pembimbing: 1. Laella K. Liana, dr., Sp.PA, M.Kes 2. Endang Evacuasiany, Dra., MS., AFK., Apt

ABSTRAK. Christina., Pembimbing: 1. Laella K. Liana, dr., Sp.PA, M.Kes 2. Endang Evacuasiany, Dra., MS., AFK., Apt ABSTRAK EFEK EKSTRAK HERBA SAMBILOTO (Andrographis paniculata Ness) TERHADAP GAMBARAN HISTOPATOLOGI ULKUS GASTER PADA MENCIT SWISS WEBSTER JANTAN YANG DIINDUKSI ASETOSAL Christina., 0810149. Pembimbing:

Lebih terperinci

(Zingiber aromaticllmval~) TERHADAP PRODUKSI OOKISTA EilJleria spp P ADA AYAM

(Zingiber aromaticllmval~) TERHADAP PRODUKSI OOKISTA EilJleria spp P ADA AYAM PENGARUH LARUTAN LEMPUYANG WANGI (Zingiber aromaticllmval~) TERHADAP PRODUKSI OOKISTA EilJleria spp P ADA AYAM, > ' SKRIPSI Oleh: OSYE SYANITA ALAMSARI B01496142 FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

Pengaruh Lanjutan Substitusi Ampas Tahu pada Pakan Basal (BR-2) Terhadap Penampilan Ayam Broiler Umur 4-6 Minggu (Fase Finisher)

Pengaruh Lanjutan Substitusi Ampas Tahu pada Pakan Basal (BR-2) Terhadap Penampilan Ayam Broiler Umur 4-6 Minggu (Fase Finisher) Pengaruh Lanjutan Substitusi Ampas Tahu pada Pakan Basal (BR-2) Terhadap Penampilan Ayam Broiler Umur 4-6 Minggu (Fase Finisher) The Effect of Continued Substitution of Tofu on Basal Feed (BR-2) on The

Lebih terperinci

Maria Caroline Wojtyla P., Pembimbing : 1. Endang Evacuasiany, Dra., MS., AFK., Apt 2. Hartini Tiono, dr.

Maria Caroline Wojtyla P., Pembimbing : 1. Endang Evacuasiany, Dra., MS., AFK., Apt 2. Hartini Tiono, dr. ABSTRAK EFEK EKSTRAK RIMPANG KUNYIT (Curcuma domestica Val.) TERHADAP GAMBARAN HISTOPATOLOGIK MUKOSA LAMBUNG MENCIT MODEL GASTRITIS YANG DI INDUKSI ASETOSAL Maria Caroline Wojtyla P., 0710110. Pembimbing

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Peubah* Konsumsi Ekstrak Daun Konsumsi Saponin

HASIL DAN PEMBAHASAN. Peubah* Konsumsi Ekstrak Daun Konsumsi Saponin HASIL DAN PEMBAHASAN Konsumsi Ekstrak Daun Mengkudu dan Saponin Dosis pemberian ekstrak daun mengkudu meningkat setiap minggunya, sebanding dengan bobot badan ayam broiler setiap minggu. Rataan konsumsi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimental in vivo pada hewan. uji dengan posttest only control group design

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimental in vivo pada hewan. uji dengan posttest only control group design BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimental in vivo pada hewan uji dengan posttest only control group design B. Subjek Penelitian Hewan uji yang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN Analisis proksimat dilakukan di Laboratorium Nutrisi dan Makanan Ternak

BAB III METODE PENELITIAN Analisis proksimat dilakukan di Laboratorium Nutrisi dan Makanan Ternak BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di kandang peternakan ayam broiler Desa Ploso Kecamatan Selopuro Kabupaten Blitar pada bulan Februari sampai Mei 2014.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dilakukan merupakan penelitian eksperimen, karena

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dilakukan merupakan penelitian eksperimen, karena BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang dilakukan merupakan penelitian eksperimen, karena dalam penelitian ini dilakukan dengan mengadakan manipulasi terhadap objek penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian dengan rancangan eksperimental dengan (Post Test Only

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian dengan rancangan eksperimental dengan (Post Test Only BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Rancangan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian dengan rancangan eksperimental dengan (Post Test Only Control Group Design).

Lebih terperinci

ABSTRAK. Stefany C.K, Pembimbing I : Laella Kinghua Liana, dr., Sp.PA, M.Kes. Pembimbing II: Endang Evacuasiany, Dra., MS., AFK.

ABSTRAK. Stefany C.K, Pembimbing I : Laella Kinghua Liana, dr., Sp.PA, M.Kes. Pembimbing II: Endang Evacuasiany, Dra., MS., AFK. ABSTRAK EFEK EKSTRAK RIMPANG JAHE MERAH (Zingiber officinale Linn. Var. rubrum) TERHADAP GAMBARAN HISTOPATOLOGI ULKUS GASTER PADA MENCIT GALUR Swiss Webster JANTAN YANG DIINDUKSI ASETOSAL Stefany C.K,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 26 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian dasar dengan metode eksperimental karena adanya manipulasi terhadap objek penelitian dan adanya kontrol

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 14 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan melalui dua tahap selama bulan April-Oktober 2010. Tahap pertama adalah proses pencekokan serbuk buah kepel dan akuades dilakukan

Lebih terperinci

KADAR KOLESTEROL SERUM DARAH AYAM PETELUR YANG DIBERI AIR REBUSAN DAUN SIRIH SKRIPSI TEFI HARUMAN HANAFIAH

KADAR KOLESTEROL SERUM DARAH AYAM PETELUR YANG DIBERI AIR REBUSAN DAUN SIRIH SKRIPSI TEFI HARUMAN HANAFIAH KADAR KOLESTEROL SERUM DARAH AYAM PETELUR YANG DIBERI AIR REBUSAN DAUN SIRIH SKRIPSI TEFI HARUMAN HANAFIAH PROGRAM STUDI ILMU NUTRISI DAN MAKANAN TERNAK FAKULTAS PETERNAKAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009

Lebih terperinci

PENGARUH PERENDAMAN NaOH DAN PEREBUSAN BIJI SORGHUM TERHADAP KINERJA BROILER

PENGARUH PERENDAMAN NaOH DAN PEREBUSAN BIJI SORGHUM TERHADAP KINERJA BROILER PENGARUH PERENDAMAN NaOH DAN PEREBUSAN BIJI SORGHUM TERHADAP KINERJA BROILER Niken Astuti Prodi Peternakan, Fak. Agroindustri, Univ. Mercu Buana Yogyakarta ABSTRACT This research was conducted to investigate

Lebih terperinci

Anthony Wibowo K, 2011 Pembimbing Utama : Djusena, dr, AIF Pembimbing Pendamping : Dr. Sugiarto Puradisastra,dr, M.kes

Anthony Wibowo K, 2011 Pembimbing Utama : Djusena, dr, AIF Pembimbing Pendamping : Dr. Sugiarto Puradisastra,dr, M.kes ABSTRAK EFEK EKSTRAK ETANOL DAGING BUAH SALAK PONDOH (Salacca edulis Reinw.) SEBAGAI ANTIDIARE PADA MENCIT SWISS WEBSTER JANTAN YANG DIINDUKSI OLEUM RICINI Anthony Wibowo K, 2011 Pembimbing Utama : Djusena,

Lebih terperinci

Kombinasi Pemberian Starbio dan EM-4 Melalui Pakan dan Air Minum terhadap Performan Itik Lokal Umur 1-6 Minggu

Kombinasi Pemberian Starbio dan EM-4 Melalui Pakan dan Air Minum terhadap Performan Itik Lokal Umur 1-6 Minggu Kombinasi Pemberian Starbio dan EM-4 Melalui Pakan dan Air Minum terhadap Performan Itik Lokal Umur 1-6 Minggu Riswandi 1), Sofia Sandi 1) dan Fitra Yosi 1) 1) Program Studi Peternakan, Fakultas Pertanian,

Lebih terperinci

AGROVETERINER Vol.5, No.2 Juni 2017

AGROVETERINER Vol.5, No.2 Juni 2017 175 PEMANFAATAN CHLORELLA DALAM PAKAN YANG DISUBTITUSI TEPUNG ISI RUMEN TERHADAP PERSENTASE KARKAS AYAM PEDAGING Dhandy Koesoemo Wardhana 1), Mirni Lamid 2), Ngakan Made Rai W 3) 1)Departemen Kesehatan

Lebih terperinci

ABSTRAK. Pembimbing II: Lusiana Darsono, dr., M.Kes

ABSTRAK. Pembimbing II: Lusiana Darsono, dr., M.Kes ABSTRAK EFEK ANTIPIRETIK INFUSA CACING TANAH (Lumbrofebrin Lumbricus terrestris) TERHADAP MENCIT JANTAN GALUR Swiss Webster YANG DIINDUKSI VAKSIN CAMPAK Daniel Saputra, 2007; Pembimbing I : Meilinah Hidayat,

Lebih terperinci

BAB III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN

BAB III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN 8 BAB III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan selama dua bulan mulai Juli sampai dengan Agustus 2010. Pemeliharaan ayam broiler dimulai dari Day Old Chick (DOC)

Lebih terperinci

KINERJA AYAM KAMPUNG DENGAN RANSUM BERBASIS KONSENTRAT BROILER. Niken Astuti Prodi Peternakan, Fak. Agroindustri, Univ. Mercu Buana Yogyakarta

KINERJA AYAM KAMPUNG DENGAN RANSUM BERBASIS KONSENTRAT BROILER. Niken Astuti Prodi Peternakan, Fak. Agroindustri, Univ. Mercu Buana Yogyakarta KINERJA AYAM KAMPUNG DENGAN RANSUM BERBASIS KONSENTRAT BROILER Niken Astuti Prodi Peternakan, Fak. Agroindustri, Univ. Mercu Buana Yogyakarta ABSTRACT This research was conducted to investigate the effect

Lebih terperinci

EFEKTIVITAS PEMBERIAN TEPUNG KENCUR

EFEKTIVITAS PEMBERIAN TEPUNG KENCUR EFEKTIVITAS PEMBERIAN TEPUNG KENCUR (Kaempferia galanga Linn) PADA RANSUM AYAM BROILER RENDAH ENERGI DAN PROTEIN TERHADAP PERFORMAN AYAM BROILER, KADAR KOLESTROL, PERSENTASE HATI DAN BURSA FABRISIUS SKRIPSI

Lebih terperinci

EFEKTIFITAS PEMBERIAN INFUS DAN BUBUK TEMULAWAK

EFEKTIFITAS PEMBERIAN INFUS DAN BUBUK TEMULAWAK EFEKTIFITAS PEMBERIAN INFUS DAN BUBUK TEMULAWAK (Curcuma xanthorrhiza ROXB.) TERHADAP PENAMPILAN DAN KAJIAN EKONOMI AYAM PEDAGING YANG DIINFEKSI Eimeria maxima AGUNG ADI CANDRA SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT

Lebih terperinci

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup keilmuan penelitian ini adalah bidang Histologi, Patologi Anatomi, dan Farmakologi. 4.2 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian akan

Lebih terperinci

ABSTRAK. PENGARUH PEMBERIAN INFUSA Musa paradisiaca.linn (Musaceae) TERHADAP TUKAK LAMBUNG PADA TIKUS GALUR WISTAR YANG DIINDUKSI ASETOSAL

ABSTRAK. PENGARUH PEMBERIAN INFUSA Musa paradisiaca.linn (Musaceae) TERHADAP TUKAK LAMBUNG PADA TIKUS GALUR WISTAR YANG DIINDUKSI ASETOSAL ABSTRAK PENGARUH PEMBERIAN INFUSA Musa paradisiaca.linn (Musaceae) TERHADAP TUKAK LAMBUNG PADA TIKUS GALUR WISTAR YANG DIINDUKSI ASETOSAL Adi Suryadinata Krisetya, 2007, Pembimbing I : Endang Evacuasiany,

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Rancangan penelitian dalam penelitian ini menggunakan rancangan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Rancangan penelitian dalam penelitian ini menggunakan rancangan 33 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Rancangan penelitian dalam penelitian ini menggunakan rancangan eksperimental dengan Post Test Only Control Group Design. Desain ini menggunakan

Lebih terperinci

Penampilan Produksi Anak Ayam Buras yang Dipelihara pada Kandang Lantai Bambu dan Litter

Penampilan Produksi Anak Ayam Buras yang Dipelihara pada Kandang Lantai Bambu dan Litter Penampilan Produksi Anak Ayam Buras yang Dipelihara pada Kandang Lantai Abdul Azis, Anie Insulistyowati, Pudji Rahaju dan Afriani 1 Intisari Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penampilan produksi

Lebih terperinci

3 METODE PENELITIAN. Gambar 3 Garis besar jalannya penelitian

3 METODE PENELITIAN. Gambar 3 Garis besar jalannya penelitian 3 METODE PENELITIAN 3. 1 Waktu dan tempat penelitian Penelitian ini dilakukan di laboratorium Protozoologi, Bagian Parasitologi dan Entomologi Kesehatan, Departemen Ilmu Penyakit Hewan dan Kesehatan Masyarakat

Lebih terperinci

HASIL PENELITIAN UJI EFIKASI OBAT HERBAL UNTUK MENINGKATKAN KADAR HEMOGLOBIN, JUMLAH TROMBOSIT DAN ERITROSIT DALAM HEWAN UJI TIKUS PUTIH JANTAN

HASIL PENELITIAN UJI EFIKASI OBAT HERBAL UNTUK MENINGKATKAN KADAR HEMOGLOBIN, JUMLAH TROMBOSIT DAN ERITROSIT DALAM HEWAN UJI TIKUS PUTIH JANTAN HASIL PENELITIAN UJI EFIKASI OBAT HERBAL UNTUK MENINGKATKAN KADAR HEMOGLOBIN, JUMLAH TROMBOSIT DAN ERITROSIT DALAM HEWAN UJI TIKUS PUTIH JANTAN PUSAT STUDI OBAT BAHAN ALAM DEPARTEMEN FARMASI FAKULTAS MATEMATIKA

Lebih terperinci

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4. 1 Hasil Identifikasi Tanaman Identifikasi/determinasi dari bagian-bagian batang, daun, buah yang dilakukan oleh Bidang Botani, Puslit Biologi LIPI menyatakan tanaman ini memiliki

Lebih terperinci

PENAMPILAN PRODUKSI AYAM BROILER YANG DIBERI TEPUNG GAMBIR (Uncaria Gambir Roxb) SEBAGAI FEED ADDITIVE DALAM PAKAN.

PENAMPILAN PRODUKSI AYAM BROILER YANG DIBERI TEPUNG GAMBIR (Uncaria Gambir Roxb) SEBAGAI FEED ADDITIVE DALAM PAKAN. PENAMPILAN PRODUKSI AYAM BROILER YANG DIBERI TEPUNG GAMBIR (Uncaria Gambir Roxb) SEBAGAI FEED ADDITIVE DALAM PAKAN Wa Ode Rosmiati 1, Natsir Sandiah 2, dan Rahim Aka 2 1 Mahasiswa Fakultas Peternakan,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian tentang pengaruh penggunaan ampas kecap sebagai subsitusi

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian tentang pengaruh penggunaan ampas kecap sebagai subsitusi BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Rancangan Penelitian Penelitian tentang pengaruh penggunaan ampas kecap sebagai subsitusi bungkil kedelai dalam ransum terhadap persentase karkas, kadar lemak daging,

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian ini mencakup ruang ilmu Anestesiologi, Farmakologi, dan Patologi Klinik. 4.2 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan

Lebih terperinci

UJI TOKSISITAS SUBKRONIK PRODUK HERBAL X SECARA IN VIVO SKRIPSI

UJI TOKSISITAS SUBKRONIK PRODUK HERBAL X SECARA IN VIVO SKRIPSI UJI TOKSISITAS SUBKRONIK PRODUK HERBAL X SECARA IN VIVO SKRIPSI Skripsi digunakan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Farmasi (S. Farm.) Diajukan oleh DWI SULISTIYORINI 1108010113

Lebih terperinci

J. Ind. Soc. Integ. Chem., 2013, Volume 5, Nomor 2 UJI KESERAGAMAN VOLUME SUSPENSI AMOKSISILIN YANG DIREKONSTITUSI APOTEK DI KOTA JAMBI.

J. Ind. Soc. Integ. Chem., 2013, Volume 5, Nomor 2 UJI KESERAGAMAN VOLUME SUSPENSI AMOKSISILIN YANG DIREKONSTITUSI APOTEK DI KOTA JAMBI. UJI KESERAGAMAN VOLUME SUSPENSI AMOKSISILIN YANG DIREKONSTITUSI APOTEK DI KOTA JAMBI Helni Bagian Farmasi, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, Universitas Jambi, Jl. Letjen Soeprapto Telanaipura Jambi

Lebih terperinci

1. Penyakit Tetelo (ND=Newcastle Disease) Penyebab : Virus dari golongan paramyxoviru.

1. Penyakit Tetelo (ND=Newcastle Disease) Penyebab : Virus dari golongan paramyxoviru. Ayam kampong atau kita kenal dengan nama ayam buras (bukanras) merupakan salah satu potensi unggas lokal, yang mempunyai prospek dikembangkan terutama masyarakat di perdesaan. Ayam buras, selain memiliki

Lebih terperinci

Kata kunci: Penyembuhan luka, Ulserasi, Mukosa Oral, Sirih Merah

Kata kunci: Penyembuhan luka, Ulserasi, Mukosa Oral, Sirih Merah ABSTRAK Latar belakang Luka yang sering ditemukan didalam rongga mulut adalah luka ulserasi. Ulserasi adalah lesi berbentuk seperti kawah pada kulit atau mukosa mulut, ulser biasanya terasa sakit seringkali

Lebih terperinci

PENGARUH PEMBERIAN FEED ADDITIVE RI.1 DAN JENIS PAKAN YANG BERBEDA TERHADAP PENAMPILAN AYAM BROILER SKRIPSI ATA RIFQI

PENGARUH PEMBERIAN FEED ADDITIVE RI.1 DAN JENIS PAKAN YANG BERBEDA TERHADAP PENAMPILAN AYAM BROILER SKRIPSI ATA RIFQI PENGARUH PEMBERIAN FEED ADDITIVE RI.1 DAN JENIS PAKAN YANG BERBEDA TERHADAP PENAMPILAN AYAM BROILER SKRIPSI ATA RIFQI PROGRAM STUDI ILMU NUTRISI DAN MAKANAN TERNAK FAKULTAS PETERNAKAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Fisiologi Tumbuhan dan

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Fisiologi Tumbuhan dan 21 III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Fisiologi Tumbuhan dan Laboratorium Zoologi Jurusan Biologi FMIPA Universitas Lampung untuk pembuatan

Lebih terperinci

: Minyak Buah Merah, Panjang Badan Janin, Mencit

: Minyak Buah Merah, Panjang Badan Janin, Mencit ABSTRAK MINYAK BUAH MERAH ( Pandanus conoideus Lam. ) TERHADAP PENURUNAN PANJANG JANIN MENCIT Balb/C Febriana Kurniasari, 2011. Pembimbing I : Sri Utami Sugeng, Dra., Mkes. Pembimbing II : Sijani Prahastuti,

Lebih terperinci

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK Luka sering terjadi pada mukosa mulut dapat disebabkan oleh trauma maupun infeksi. Proses penyembuhan luka terbagi menjadi empat fase, yaitu fase hemostasis, inflamasi, proliferasi dan remodeling.

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Materi

MATERI DAN METODE. Materi MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Nutrisi Ternak Unggas, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Penelitian ini dilaksanakan selama 5 bulan. Pemeliharaan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian yang dilakukan adalah eksperimental laboratorik. B. Lokasi Penelitian Penelitian dilakukan di Laboratorium Histologi Fakultas Kedokteran Universitas

Lebih terperinci

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN BAB IV METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup keilmuan penelitian ini mencakup bidang Histologi, Patologi Anatomi, dan Farmakologi. 4.2 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. dengan rancangan post test only control group design. Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. dengan rancangan post test only control group design. Penelitian 22 BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan metode eksperimental laboratorium dengan rancangan post test only control group design. Penelitian dilakukan dengan beberapa

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Materi

MATERI DAN METODE. Materi MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian produksi telur ayam Arab dilaksanakan di Laboratorium Lapang Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor (Blok B), sedangkan penelitian kualitas internal

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental murni dengan rancangan post test control group design. B. Subjek Penelitian Subjek penelitian mencit (Mus

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gejala Klinis Ikan Nilem yang Terinfeksi Aeromonas hydrophila 4.1.1 Kerusakan Tubuh Berdasarkan hasil pengamatan, gejala klinis yang pertama kali terlihat setelah ikan diinfeksikan

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada 26 Agustus 2015 di Laboratorium Produksi dan

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada 26 Agustus 2015 di Laboratorium Produksi dan III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada 26 Agustus 2015 di Laboratorium Produksi dan Reproduksi Ternak, Jurusan Peternakan, Fakultas Pertanian,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode eksperimen kuantitatif. Penelitian eksperimen adalah penelitian yang dilakukan untuk mengetahui akibat

Lebih terperinci

EFEK ANTIDIARE EKSTRAK ETANOL DAUN PAPAYA ( Carica papaya L ) PADA MENCIT SWISS-WEBSTER JANTAN

EFEK ANTIDIARE EKSTRAK ETANOL DAUN PAPAYA ( Carica papaya L ) PADA MENCIT SWISS-WEBSTER JANTAN ABSTRAK EFEK ANTIDIARE EKSTRAK ETANOL DAUN PAPAYA ( Carica papaya L ) PADA MENCIT SWISS-WEBSTER JANTAN ANTIDIARRHEAL EFFECT EXTRACT ETANOL OF PAPAYA LEAF ( Carica papaya L) ON SWISS WEBSTER MALE MICE Guti

Lebih terperinci

PENGARUH PENGGUNAAN TEPUNG KETELA RAMBAT (Ipomea Batatas L) SEBAGAI SUMBER ENERGI TERHADAP PENAMPILAN PRODUKSI AYAM PEDAGING FASE FINISHER

PENGARUH PENGGUNAAN TEPUNG KETELA RAMBAT (Ipomea Batatas L) SEBAGAI SUMBER ENERGI TERHADAP PENAMPILAN PRODUKSI AYAM PEDAGING FASE FINISHER PENGARUH PENGGUNAAN TEPUNG KETELA RAMBAT (Ipomea Batatas L) SEBAGAI SUMBER ENERGI TERHADAP PENAMPILAN PRODUKSI AYAM PEDAGING FASE FINISHER Heli Tistiana dan Osfar Sjofjan Jurusan Nutrisi dan Pakan Ternak

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Juli Oktober Pembuatan ekstrak

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Juli Oktober Pembuatan ekstrak 20 III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan pada bulan Juli Oktober 2009. Pembuatan ekstrak rimpang rumput teki dilakukan di Laboratorium Kimia Organik Jurusan Kimia,

Lebih terperinci

ABSTRAK PENGARUH KALSIUM TERHADAP KADAR KOLESTEROL DARAH TIKUS WISTAR JANTAN YANG DIBERI DIET TINGGI LEMAK

ABSTRAK PENGARUH KALSIUM TERHADAP KADAR KOLESTEROL DARAH TIKUS WISTAR JANTAN YANG DIBERI DIET TINGGI LEMAK ABSTRAK PENGARUH KALSIUM TERHADAP KADAR KOLESTEROL DARAH TIKUS WISTAR JANTAN YANG DIBERI DIET TINGGI LEMAK Andry Setiawan Lim, 2012, Pembimbing I : Dr. Meilinah Hidayat, dr., M.Kes. Pembimbing II: Sijani

Lebih terperinci

EFEK CENDAWAN ULAT CINA

EFEK CENDAWAN ULAT CINA ABSTRAK EFEK CENDAWAN ULAT CINA (Cordyceps sinensis [Berk.] Sacc.) TERHADAP KADAR INTERLEUKIN 1 PADA MENCIT (Mus musculus L.) YANG DIINDUKSI PARASETAMOL Banu Kadgada Kalingga Murda, 2009. Pembimbing I

Lebih terperinci

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian dengan judul Pengaruh Pemberian Kapang R. Oryzae atau C.

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian dengan judul Pengaruh Pemberian Kapang R. Oryzae atau C. 12 BAB III MATERI DAN METODE Penelitian dengan judul Pengaruh Pemberian Kapang R. Oryzae atau C. Crassa terhadap Populasi Bakteri dalam Ileum Ayam Broiler yang dipelihara pada Kondisi Panas dilaksanakan

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan mulai dari Juni 2013 sampai dengan Agustus 2013.

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan mulai dari Juni 2013 sampai dengan Agustus 2013. 26 III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan mulai dari Juni 2013 sampai dengan Agustus 2013. Sampel daun nenas diperoleh dari PT. Great Giant Pineapple,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian Jenis penelitian ini adalah quasy-eksperiment dengan desain after only control group design yaitu mengamati variabel hasil pada saat yang sama

Lebih terperinci

Pengaruh Pengaturan Waktu Pemberian Air Minum yang Berbeda Temperatur terhadap Performan Ayam Petelur Periode Grower.

Pengaruh Pengaturan Waktu Pemberian Air Minum yang Berbeda Temperatur terhadap Performan Ayam Petelur Periode Grower. Sains Peternakan Vol. 9 (2), September 2011: 77-81 ISSN 1693-8828 Pengaruh Pengaturan Waktu Pemberian Air Minum yang Berbeda Temperatur terhadap Performan Ayam Petelur Periode Grower Dede Risnajati Jurusan

Lebih terperinci

ABSTRAK. EFEK GASTROPROTEKTIF AIR PERASAN DAUN PISANG (Musa paradisiaca L.) PADA TIKUS WISTAR JANTAN YANG DIINDUKSI ASPIRIN

ABSTRAK. EFEK GASTROPROTEKTIF AIR PERASAN DAUN PISANG (Musa paradisiaca L.) PADA TIKUS WISTAR JANTAN YANG DIINDUKSI ASPIRIN ABSTRAK EFEK GASTROPROTEKTIF AIR PERASAN DAUN PISANG (Musa paradisiaca L.) PADA TIKUS WISTAR JANTAN YANG DIINDUKSI ASPIRIN Melissa Chandra, 2014, Pembimbing I : Dr. Sugiarto Puradisastra, dr., M.Kes. Pembimbing

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. rancangan penelitian yang digunakan adalah acak lengkap dengan lima kelompok,

BAB III METODE PENELITIAN. rancangan penelitian yang digunakan adalah acak lengkap dengan lima kelompok, BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan dan Desain Penelitian Penelitian yang dilaksanakan merupakan penelitian eksperimen, rancangan penelitian yang digunakan adalah acak lengkap dengan lima kelompok,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menyerang hewan jenis unggas. Ascaridia galli merupakan cacing parasit yang

BAB I PENDAHULUAN. menyerang hewan jenis unggas. Ascaridia galli merupakan cacing parasit yang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Cacing gelang Ascaridia galli merupakan cacing parasit yang umum menyerang hewan jenis unggas. Ascaridia galli merupakan cacing parasit yang dalam kehidupannya mengalami

Lebih terperinci

ABSTRAK. PENGARUH EKSTRAK ETANOL RIMPANG KENCUR (Kaempferia galanga L.) TERHADAP MUKOSA GASTER PADA MODEL MENCIT SWISS WEBSTER YANG DIINDUKSI ASETOSAL

ABSTRAK. PENGARUH EKSTRAK ETANOL RIMPANG KENCUR (Kaempferia galanga L.) TERHADAP MUKOSA GASTER PADA MODEL MENCIT SWISS WEBSTER YANG DIINDUKSI ASETOSAL ABSTRAK PENGARUH EKSTRAK ETANOL RIMPANG KENCUR (Kaempferia galanga L.) TERHADAP MUKOSA GASTER PADA MODEL MENCIT SWISS WEBSTER YANG DIINDUKSI ASETOSAL Yan Nie, 0810167 Pembimbing : 1. Laella Kinghua Liana,

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Materi

MATERI DAN METODE. Materi MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Pemeliharaan ayam dan penampungan semen dilakukan di Kandang B, Laboratorium Lapang, Bagian Ilmu Produksi Ternak Unggas, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor.

Lebih terperinci

ABSTRAK. EFEK HIPNOTIK EKSTRAK ETANOL KANGKUNG (Ipomoea aquatica FORSK.) PADA MENCIT SWISS WEBSTER JANTAN YANG DIINDUKSI FENOBARBITAL

ABSTRAK. EFEK HIPNOTIK EKSTRAK ETANOL KANGKUNG (Ipomoea aquatica FORSK.) PADA MENCIT SWISS WEBSTER JANTAN YANG DIINDUKSI FENOBARBITAL ABSTRAK EFEK HIPNOTIK EKSTRAK ETANOL KANGKUNG (Ipomoea aquatica FORSK.) PADA MENCIT SWISS WEBSTER JANTAN YANG DIINDUKSI FENOBARBITAL Isept Setiawan, 2011, Pembimbing I : Dra. Endang Evacuasiany, MS., AFK.,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup keilmuan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Patologi Anatomi, Histologi, dan Farmakologi. 3.2 Tempat dan Waktu Penelitian 1)

Lebih terperinci

Key words: Phyllanthus buxifolius, Curcuma domestica, carcass, broiler

Key words: Phyllanthus buxifolius, Curcuma domestica, carcass, broiler POTENSI PEMBERIAN TEPUNG DAUN SELIGI (Phyllanthus buxifolius) DAN TEPUNG KUNYIT (Curcuma domestica) TERHADAP PERSENTASE KARKAS PADA AYAM BROILER JANTAN Dian Ayu Kusumaningrum 1), M. Yunus 2), Mirni Lamid

Lebih terperinci

KOKSIDIOSIS PAD A SAPI YANG DlSEBABKAN EIMERIA ZUERNII (RIVOLTA, 1887)

KOKSIDIOSIS PAD A SAPI YANG DlSEBABKAN EIMERIA ZUERNII (RIVOLTA, 1887) KOKSIDIOSIS PAD A SAPI YANG DlSEBABKAN EIMERIA ZUERNII (RIVOLTA, 1887) SKRIPSI Ole h DESY SUGESTI B. 190046 FAKUL TAS KEDOKTERAN HEWAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 1 988 RINGKASAN Koksidia merupakan paras

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. Tempat : Penelitian dilakukan di Laboratorium Biologi Universitas. Pemerintah Provinsi Jawa Tengah.

BAB IV METODE PENELITIAN. Tempat : Penelitian dilakukan di Laboratorium Biologi Universitas. Pemerintah Provinsi Jawa Tengah. BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini mencakup ruang ilmu Anestesiologi, Farmakologi, dan Patologi Klinik. 4.2 Tempat dan Waktu Penelitian Tempat : Penelitian dilakukan di

Lebih terperinci

V. PEMANFAATAN HERBAL UNTUK MENINGKATKAN DAYA TAHAN TUBUH AYAM KUB

V. PEMANFAATAN HERBAL UNTUK MENINGKATKAN DAYA TAHAN TUBUH AYAM KUB Pemanfaatan Herbal untuk Meningkatkan Daya Tahan V. PEMANFAATAN HERBAL UNTUK MENINGKATKAN DAYA TAHAN TUBUH AYAM KUB A. Latar belakang dan dasar pertimbangan Indonesia dikenal sebagai negara dengan kekayaan

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE PENELITIAN

BAHAN DAN METODE PENELITIAN BAHAN DAN METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Biologi Ternak Jln. Prof. Dr. A Sofyan No.3 Program Studi Peternakan Fakultas Pertanian. Penelitian ini berlangsung

Lebih terperinci

ABSTRAK. EFEKTIVITAS FRAKSI ETIL ASETAT KULIT MANGGIS TERHADAP PARASITEMIA PADA MENCIT YANG DINOKULASI Plasmodium berghei

ABSTRAK. EFEKTIVITAS FRAKSI ETIL ASETAT KULIT MANGGIS TERHADAP PARASITEMIA PADA MENCIT YANG DINOKULASI Plasmodium berghei ABSTRAK EFEKTIVITAS FRAKSI ETIL ASETAT KULIT MANGGIS TERHADAP PARASITEMIA PADA MENCIT YANG DINOKULASI Plasmodium berghei Yonathan Leonardo Vincensius Biantoro, 2014 Pembimbing I : Khie Khiong, dr., S.Si.,M.Si.,

Lebih terperinci

Identifikasi Ookista Isospora Spp. pada Feses Kucing di Denpasar

Identifikasi Ookista Isospora Spp. pada Feses Kucing di Denpasar Identifikasi Ookista Isospora Spp. pada Feses Kucing di Denpasar IDENTIFY OOCYST OF ISOSPORA SPP. IN FAECAL CATS AT DENPASAR Maria Mentari Ginting 1, Ida Ayu Pasti Apsari 2, dan I Made Dwinata 2 1. Mahasiswa

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. terkontrol. Menggunakan 25 ekor tikus putih ( Rattus norvegicus) jantan

BAB III METODE PENELITIAN. terkontrol. Menggunakan 25 ekor tikus putih ( Rattus norvegicus) jantan 1 BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan metode acak terkontrol. Menggunakan 25 ekor tikus putih ( Rattus norvegicus) jantan galur Sprague

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. dan Medikolegal, Ilmu Kejiwaan, dan Ilmu Farmakologi. Semarang (UNNES) untuk pengandangan hewan coba, ekstraksi bahan, dan

BAB IV METODE PENELITIAN. dan Medikolegal, Ilmu Kejiwaan, dan Ilmu Farmakologi. Semarang (UNNES) untuk pengandangan hewan coba, ekstraksi bahan, dan BAB IV METODE PENELITIAN 4.1. Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian ini adalah bidang Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal, Ilmu Kejiwaan, dan Ilmu Farmakologi. 4.2. Tempat dan Waktu Penelitian

Lebih terperinci

BAB 4 METODE PENELITIAN

BAB 4 METODE PENELITIAN BAB 4 METODE PENELITIAN 4.1 Ruang lingkup penelitian Ruang lingkup penelitian ini adalah Ilmu Kedokteran Forensik dan Ilmu Patologi Anatomi. 4.2 Tempat dan waktu penelitian Penelitian dilaksanakan selama

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ini telah dilakukan di Farm dan Laboratorium Fakultas Peternakan Universitas Jambi, pada tanggal 28 September sampai tanggal 28 November 2016.

Lebih terperinci

PENGARUH AKAR GINSENG ( Wild ginseng ) DALAM RANSUM MENCIT ( Mus musculus) TERHADAP JUMLAH ANAK DAN PERTUMBUHAN ANAK DARI LAHIR SAMPAI DENGAN SAPIH

PENGARUH AKAR GINSENG ( Wild ginseng ) DALAM RANSUM MENCIT ( Mus musculus) TERHADAP JUMLAH ANAK DAN PERTUMBUHAN ANAK DARI LAHIR SAMPAI DENGAN SAPIH PENGARUH AKAR GINSENG ( Wild ginseng ) DALAM RANSUM MENCIT ( Mus musculus) TERHADAP JUMLAH ANAK DAN PERTUMBUHAN ANAK DARI LAHIR SAMPAI DENGAN SAPIH KADARWATI D24102015 Skripsi ini merupakan salah satu

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata kunci : Prevalensi, Intensitas, Leucocytozoon sp., Ayam buras, Bukit Jimbaran.

ABSTRAK. Kata kunci : Prevalensi, Intensitas, Leucocytozoon sp., Ayam buras, Bukit Jimbaran. ABSTRAK Leucocytozoonosis merupakan salah satu penyakit yang sering menyebabkan kerugian berarti dalam industri peternakan. Kejadian penyakit Leucocytozoonosis dipengaruhi oleh berbagai faktor yaitu umur,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. ayam broiler terhadap kadar protein, lemak dan bobot telur ayam arab ini bersifat

BAB III METODE PENELITIAN. ayam broiler terhadap kadar protein, lemak dan bobot telur ayam arab ini bersifat BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Rancangan Percobaan Penelitian tentang peran pemberian metionin dan linoleat pada tepung kaki ayam broiler terhadap kadar protein, lemak dan bobot telur ayam arab

Lebih terperinci