PENGARUH PEMBERIAN RBM5 TERHADAP KOKSIDIOSIS PADA AYAM BROILER

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PENGARUH PEMBERIAN RBM5 TERHADAP KOKSIDIOSIS PADA AYAM BROILER"

Transkripsi

1 PENGARUH PEMBERIAN RBM5 TERHADAP KOKSIDIOSIS PADA AYAM BROILER (Use of RBM 5 as Natural Coccidiostat Against Coccidiosis in Broiler Chicken) TOLIBIN ISKANDAR 1, DIDIK T. SUBEKTI 1 dan TONI SUIBU 2 1 Balai Penelitian Veteriner, Jl. R.E. Martadinata No. 30, Bogor CV Raja Benua Mas, Jl. Tanjung Morawa, Medan ABSTRACT The purpose of this study was to a commercial whether of RBM5 powder can be used as coccidiostat in feed of broiler chicken. RBM5 powder was tradisional coccidiostat product. Seventy five DOC broiler chicken strain Hybro were reared up to 4 weeks, free coccidian parasites prior to the experiment. Chickens were divided randomly into 5 groups. Group I was of normal control (It was not given oocystes and without RBM5), Group II, III, IV infected orally with oocyst of Eimeria sp. Group III + RBM5 in feed respectively in each 3 days. Group IV + RBM5 in feed respectively in each a day. The results show that RBM5 with dose 1 : 50 in feed can reduce clinical coccidiosis cases, and increase feed conversion rate compared to normal control. Key Words: RBM5, Broiler Chicken, Coccidiosis ABSTRAK RBM5 merupakan salah satu obat tradisional komersial yang dinyatakan mampu mengendalikan beberapa penyakit pada unggas khususnya ayam broiler (pedaging). Salah satu penyakit yang dinyatakan dapat dicegah atau diobati adalah koksidiosis pada ayam. Koksidiosis merupakan penyakit parasiter saluran pencernaan ayam yang disebabkan oleh Eimeria sp. Manisfestasi klinis koksdiosis sangat bervariasi dari gangguan ferforma ayam, meningkatnya biaya produksi yang dapat dilihat dari buruknya konversi pakan sampai terjadi kematian. Efektifitas RBM5 dalam pengobatan koksidiosis perlu diuji secara in vivo. Hal ini sesuai dengan keinginan perusahaan untuk melakukan pengujian secara independen dan obyektif. Ayam broiler sebanyak 75 ekor dibagi dalam 5 kelompok dengan replikasi masing-masing 15 ekor. Kelompok I tidak diinfeksi dan tidak diberi RBM 5, Kelompok II, III, IV diinfeksi dengan dosis masing-masing ookista/ekor. Kelompok III + RBM5 dicampur dalam pakan dengan dosis 1 : 50 setiap 3 hari sekali. Kelompok IV + RBM5 dicampur dalam pakan dengan dosis 1 : 50 dilakukan setiap hari. Hasil penelitian pemberian RBM5 dapat mereduksi tingkat keparahan infeksi pada kasus koksidiosis klinis dan dapat mengakibatkan peningkatan nilai konversi pakan dibandingkan dengan tanpa pemberian RBM5. Kata Kunci: RBM5, Ayam Pedaging, Koksidiosis PENDAHULUAN Koksidiosis atau penyakit berak darah merupakan penyakit penting pada ayam di Indonesia maupun di luar negeri karena sering menimbulkan masalah dan menyebabkan kerugian yang cukup besar pada usaha peternakan ayam. Kerugian yang ditimbulkan meliputi kematian, morbiditas yang cukup tinggi, penurunan efisiensi pakan, pertumbuhan terhambat, penurunan bobot hidup, terlambatnya masa produksi telur, produksi menurun dan biaya pengobatan yang tinggi (TAMPUBOLON, 1996). Sebagian besar penduduk Indonesia tinggal di pedesaan, karena itu masalah distribusi, komunikasi yang kurang lancar menyebabkan daerah tersebut sukar dijangkau oleh obat moderen dan tenaga veteriner. Disamping itu karena daya beli yang relatif rendah, banyak masyarakat pedesaan yang menggunakan obat tradisional (RAHAYU et al., 1970; ISKANDAR et 749

2 al., 2000; ISKANDAR dan HUSEIN, 2003). Oleh karena itu perlu dilakukan penelitian-penelitian sehingga penggunaan obat tradisional dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah. Salah satu diantaranya adalah RBM5 dinyatakan mampu mengendalikan beberapa penyakit pada unggas khususnya ayam pedaging. Salah satu penyakit yang dinyatakan dapat dicegah atau diobati adalah koksidiosis pada ayam. Efektifitas RBM5 dalam pengobatan koksidiosis perlu diuji secara in vivo. Hal yang sangat diperlukan ini bertujuan untuk mengevaluasi dan membuktikan efektivitasnya. Pengujian antikoksidial secara in vivo merupakan standar awal sebelum dilakukan uji lapang. Oleh karena itu sebagai bagian dari upaya pembuktian daya antikoksidia dari RBM5, maka pengujian secara in vivo di laboratorium perlu dilakukan. Apalagi hal demikian sejalan dengan keinginan perusahaan untuk melakukan pengujian secara independent dan obyektif. Tujuan yang hendak dicapai dalam pengujian adalah membuktikan daya antikoksidial dari RBM5 pada ayam pedaging. Adapun manfaat yang diperoleh adalah dapat diketahui deskripsi awal efektivitas antikoksidial RBM5 dan kemampuannya untuk mempengaruhi perubahan performa ayam pedaging. Hal tersebut esensial untuk berbagai indikasi dalam proses produksi budidaya ayam pedaging. MATERI DAN METODE Perbanyakan koksidia dan infeksi Ookista Eimeria sp yang digunakan berasal dari stok di Kelti Parasitologi Balai Penelitian Veteriner, Bogor. Ookista dibersihkan dari berbagai debris dan larutan penyangga (buffer) dengan cara setrifugasi berulang pada kecepatan 3000 rpm selama 15 menit pada temperature 4 o C. Endapan yang diperoleh dilarutkan dalam aquades yang mengandung NaN3 dan antibiotika. Total ookista yang bersporulasi dihitung jumlahnya dalam setiap volume satu milliliter. Ookista infektif yang telah diperoleh diinfeksikan pada ayam pedaging pada umur sekitar 1 minggu. Infeksi dilakukan secara oral dan diamati sampai 2 minggu pascainfeksi dengan fokus utama menguji aktivitas antikoksidial. Dosis infeksi yang digunakan ookista bersporulasi per milliliter untuk setiap ekor ayam. Perlakuan, hewan percobaan dan pakan Ayam pedaging galur Hybro sebanyak 75 ekor dibagi 5 kelompok masing-masing 15 ekor. Kelompok I sampai kelompok IV merupakan kelompok pengujian utama. Kelompok V merupakan kelompok konfirmasi dan kontrol. Kelompok I merupakan kontrol yang tidak diinfeksi dan tidak diberi RBM5 dalam pakan. Kelompok V merupakan kontrol yang tidak diinfeksi tetapi diberi RBM5 setiap 3 hari sekali sejak hari ketiga dalam dosis 1 : 50 dalam pakan. Kelompok II, III dan IV diinfeksi dengan dosis masing-masing ookista diikuti dengan atau tanpa pemberian RBM5 dalam pakan. Kelompok III dan IV diikuti pemberian RBM 5 dengan cara yang berbeda. Pada kelompok III pemberian RBM5 dicampur dalam pakan dengan dosis 1 : 50 setiap 3 hari sekali. Sedangkan kelompok IV diberi RBM5 dalam pakan dengan dosis 1 : 50 dilakukan setiap hari. Pakan yang digunakan pakan komersial stater Indofeed tanpa antikoksidia. Pakan yang diberikan dan sisa pakan ditimbang secara rutin. Ayam yang digunakan tidak diikuti dengan pemberian vitamin, mineral bahkan vaksinasi apapun. Pengamatan Pengamatan dilakukan sejak umur sehari (DOC) sampai masa panen diakhir penelitian. Variabel yang diamati adalah gejala klinis, skor luka usus atau skor jumlah ookista, ookista dalam feses atau liter, pertambahan bobot badan dan pakan yang dikonsumsi. Pakan yang diberikan dan dikonsumsi diamati dan ditimbang setiap hari. Sementara itu, bobot badan ditimbang seminggu sekali. Pada hari ke-7 (5 ekor) dan ke-14 (10 ekor) ayam dibunuh dan diperiksa pada permukaan mukosa usus. Tingkat keparahan luka pada permukaan usus dapat dibedakan dengan metode skoring (HOFSTAD et al., 1972). Pada saat yang bersamaan, juga dilakukan scraping 750

3 (pengerokan) pada mukosa dan submukosa usus untuk mengetahui tingkat infeksi berdasarkan adanya ookista. Tingkat infeksi berdasarkan jumlah ookista dalam mukosa dan submukosa ditentukan berdasarkan skoring (DAUGSCHIES et al., 1998; JOHNSON dan REID, 1970). Sampel liter atau feses diambil secara periodik untuk dihitung jumlah ookista yang terkandung di dalamnya. Setiap 3 g sampel dilarutkan dalam aquadest-larutan gula Sheater sampai volume total 60 ml. selanjutnya disentrifus dan diambil cairan supernatant (sekitar 0,5 ml) untuk diperiksa dan dihitung jumlah ookista yang ada di dalam cairan tersebut. Penghitungan dengan menggunakan Whitlock chamber dan diperiksa di bawah mikroskop cahaya dengan pembesaran 200 x. HASIL DAN PEMBAHASAN Gejala klinis dan kematian Hasil pengamatan gejala klinis pada kelompok terinfeksi adalah lemah, lesu dan nafsu makan menurun. Pada beberapa ekor terlihat berak darah. Kematian terlihat setelah dua minggu setelah infeksi pada kelompok yang diinfeksi tanpa pengobatan maupun yang diobati terus menerus. Karena angka kematian kecil (masing-masing seekor) maka kondisi tersebut tidak memberikan deskripsi yang nyata antara keparahan dan efektifitas pengobatan. Kematian tersebut bersifat individual sebagai respon tiap individu terhadap infeksi dan bukan secara kelompok sebagai representasi efek pemberian RBM5 pada infeksi. Skor luka intestin (SLI) Infeksi oleh Eimeria sp sebagai penyebab koksidiosis akan senantiasa berimplikasi pada keruksakan sel epitel pada jaringan usus khususnya pada bagian mukosa dan submukosa. Kerusakan tersebut terjadi sebagai akibat keluarnya merozoit dari dalam sel yang menyebabkan terjadinya rupture. Oleh sebab itu tingkat kerusakan sel epitel mukosa usus sangat berkaitan secara linear dengan tingkat keparahan infeksi dan perkembangan koksidiosis dalam saluran usus. Semakin banyak sel epitel yang rusak berarti semakin parah infeksinya. Hal tersebut menunjukkan bahwa aden infeksi (merozoit) berkembang secara cepat dan berkesinambungan tanpa terkendali. Tingkat keparahan luka pada permukaan mukosa usus dapat dideterminasi dengan skoring. Skor 0 berarti kondisi permukaan saluran usus terlihat normal secara anatomis. Jika 4 menunjukkan tingkat kerusakan permukaan usus semakin parah. Kerusakan usus yang dinyatakan sebagai akibat koksidiosis harus diklarifikasi dengan pemeriksaan mikroskopis pada kerokan mukosa usus. Apabila pada kerokan mukosa usus tidak ditemukan ookista atau gamon maka kerusakan tersebut bersifat dubius karena mungkin disebabkan oleh agen infeksi lain. Sebaliknya apabila pada kerokan mukosa usus ditemukan salah satu bentuk tersebut maka kerusakan mukosa usus berkaitan dengan koksidiosis. Hasil pengamatan selama 2 minggu menunjukkan bahwa pada minggu pertama kelompok control masih tetap normal sedangkan kelompok ITR (diinfeksi tanpa diikuti pemberian RBM5) semuanya (dari 5 ekor sampel yang diambil dan dibunuh) mulai menunjukkan kerusakan sel epitel usus ringan. Sebaliknya pada IR1 (diinfeksi dan diikuti RBM5 setiap 3 hari sekali) dan IR2 (diinfeksi dengan diikuti pemberian RBM5 setiap hari) mulai terlihat adanya kerusakan mukosa saluran usus ringan (). Berdasar atas Gambar 1, terlihat beberapa perbedaan mendasar yang terkait dengan distribusi atau persentase ayam yamg mengalami kerusakan mukosa usus ringan (). Pada kelompok yang diinfeksi tetapi tidak diikuti dengan pemberian RBM5 ternyata semua sampel yang diamati menunjukkan semua mengalami kerusakan mukosa usus ringan (10). Tetapi pada IR1 dan IR2 tidak seluruhnya mengalami kerusakan mukosa usus secara patologi anatomis. Pemberian RBM5 secara kontiniu pada koksidiosis awal infeksi ternyata secara relatif mampu mengurangi atau mereduksi tingkat kerusakan mukosa saluran usus. Pemberian kontinyu tersebut berdasar hasil pengamatan dalam penelitian ini mampu mengurangi resiko sampai sekitar 3 terdeskripsi dalam Gambar 1 A dan B. Hal tersebut terlihat dari perbedaan persentase ayam yang menderita kerusakan mukosa 751

4 saluran usus ringan sebesar 50 5 pada IR1 dan hanya 2 pada IR 2. Kondisi yang serupa juga terlihat pada 2 minggu setelah infeksi (14 hari setelah infeksi). Walaupun persentase masing-masing tingkat kerusakan mukosa usus pada setiap kelompok perlakuan bervariatif, namun secara keseluruhan pemberian RBM5 dapat mereduksi tingkat kerusakan mukosa usus yang diderita. Rata-rata skor lesi pada ITR yaitu 3 sedangkan rata-rata skor pada IR1 maupun IR2 adalah 1,7. Pada ITR, persentase yang menderita kerusakan usus yang parah ( 4) sebesar 64%, kerusakan usus sedang sebesar 27% dan kerusakan usus ringan 9%. Apabila dibandingkan dengan IR1, terlihat adanya reduksi pada persentase ayam yang menderita kerusakan usus dengan -4 menjadi sekitar 4. Tetapi jika dibandingkan dengan IR2 maka persentase ayam yang menderita kerusakan mukosa usus yang parah ( 4) hanya sebesar 2. Skor Jumlah Ookista Skor jumlah ookista (SJO) pada lapisan mukosa dan submukosa bias dilihat pada Gambar 3. Berdasarkan pada Gambar 3. terlihat bahwa IR1 dan IR2 ditemukan SJO dengan sedangkan pada ITR tidak ditemukan meskipun sekitar 75% menunjukkan. Hal ini ada keterkaitan dengan Gambar 1, dimana semua sampel (10) pada ITR menunjukkan SLU (skor luka usus) 1 sedangkan IR1 dan IR2 masih belum semuanya. Kondisi demikian memperlihatkan IR1 dan IR2 sedang dalam proses menuju perlukaan yang lebih parah dengan adanya skor ookista yang meningkat pada waktu berikutnya dengan kejadian infeksi. Hal serupa terjadi pada pada ITR yang lebih dahulu mengalami perlukaan dan reinfeksi yang progresif dibandingkan IR1 dan IR2. A ILS/7 dpi/ir1 B ILS/7 dpi/ir C ILS/7 dpi/itr D ILS/7 dpi/kontrol Gambar 1. Persentasi skor luka intestinal pada masing-masing kelompok A. IR1 (Infeksi + RBM5 setiap hari) B. IR2 (Infeksi + RBM5 tiga hari sekali) C. ITR (Infeksi tanpa RBM5) D. Kontrol (tidak diinfeksi dan tanpa RBM5) 752

5 A ILS/14 dpi/kontrol B 9% ILS/14 dpi/itr 27% 46% 10 18% C 2 ILS/14 dpi/ir D 1 ILS/14 dpi/ir Gambar 2. Persentase Skor luka intestinal pada masing-masing kelompok A. Kontrol (tidak diineksi dan tanpa RBM5) B. ITR (Infeksi tanpa RBM5) C. IR1 (Infeksi + RBM5 setiap hari) D. IR2 (Infeksi + RBM5 tiga hari sekali) A OCS/7 dpi/kontrol B OCS/7 dpi/itr Skor 5 Skor 4 Skor 3 Skor 2 Skor 1 Skor 0 25% 75% Skor 5 Skor 4 Skor 3 Skor 2 Skor 1 Skor 0 10 C OCS/7 dpi/ir1 D OCS/7 dpi/ir2 25% 25% 5 Skor 5 Skor 4 Skor 3 Skor 2 Skor 1 Skor Skor 5 Skor 4 Skor 3 Skor 2 Skor 1 Skor 0 6 Gambar 3. Persentase skor jumlah ookista dalam mukosa saluran usus A. Kontrol (tidak diineksi dan tanpa RBM5) B. ITR (Infeksi tanpa RBM5) C. IR1 (Infeksi + RBM5 setiap hari) D. IR2 (Infeksi + RBM5 tiga hari sekali) 753

6 Pada fase tersebut tidak dapat dikatakan bahwa pemberian RBM5 tidak memberikan pengaruh nyata pada produksi ookista. Hal ini disebabkan pada fase 1 minggu paska infeksi, Eimeria sp. Sementara itu, dalam tahap siklus perkembangan pertama efek reduksi belum telihat dari pembentukan ookista. Dampak yang nyata akan ditentukan pada fase seminggu berikutnya (2 minggu setelah infeksi) karena parasit akan memasuki siklus kedua melalui reinfeksi dari ltter yang akan berdampak multi plikatif pada kerusakan usus. Jumlah ookista yang dihasilkan dalam mukosa saluran usus tidak hanya ditentukan oleh besarnya reinfeksi tetapi juga sangat tergantung pada tingkat kerusakan sel epitel. Semakin parah kerusakannya semakin tipis dan berkurang sel-sel epitel dalam mukosa sehingga kemungkinan besar tempat pembentukan ookista juga berkurang. Akibatnya adalah penemuan jumlah ookista akan berkurang sehingga menyebabkan seolaholah skor ookista menurun. Berdasar pada Gambar 4, terlihat bahwa terjadi perubahan distribusi dan persentase skor jumlah ookista pada masing-masing kelompok perlakuan. Pada ITR jumlah kumulatif dan 3 sebesar 64% sedangkan pada kelompok IR1 dan IR2 masing-masing sebesar 3 hanya dan 3 hanya. Reduksi skor juga terlihat dari rata-rata skor diantara ketiga perlakuan tersebut. Pada ITR memiliki rata-rata,64 sedangkan IR1 dan IR2 masing-masing memiliki nilai rata-rata,2 dan 1,7. Hal tersebut menunjukkan reduksi skor jumlah ookista sebesar 16,67% (IR1) dan 35,61% (IR2). Ookista dalam litter Ookista pada litter bukan merupakan alat diagnostik yang tepat untuk menggambarkan tingkat infeksi, seperti dengan ditemukan ookista dalam litter berarti kandang tersebut telah terkontaminasi ookista dan akan terjadi infeksi oleh ookista yang bersporulasi sehinggga kemungkinan kearah kasus koksidiosis sangat potensial terjadi. Tingkat kontaminasi ookisya dalam litter tinggi dan peluang terjadinya infeksi terjadi sangat besar baik dari segi jumlah ookista yang menginfeksi maupun peluang infeksi terhadap keseluruhan populasi ayam dalam kandang tersebut. Pengukuran dan pengamatan ookista. A OCS/14 dpi/kontrol B OCS/14 dpi/itr 27% 9% 27% 10 37% C OCS/14 dpi/ir 1 D OCS/14 dpi/ir Gambar 4. Persentase skor jumlah ookista dalam mukosa saluran usus E. Kontrol (tidak diineksi dan tanpa RBM5) F. ITR (Infeksi tanpa RBM5) G. IR1 (Infeksi + RBM5 setiap hari) H. IR2 (Infeksi + RBM5 tiga hari sekali) 754

7 Hasil pemeriksaan jumlah oookista dalam litter seperti pada Gambar 5. Berdasar pada Gambar 5 terlihat pada 2 minggu terakhir, produksi ookista pada kelompok ITR cenderung akan mengalami peningkatan sedangkan pada IR1 dan IR2 cenderung stabil atau mendatar. Implikasi dari dinamika produksi ookista tersebut adalah ada kemungkinan bahwa kelompok ITR reinfeksi akan kembali terjadi dengan tingkat infeksi yang akan meningkat pada periode berikutnya. Hal demikian akan melestarikan kasus koksidiosis dalam kandang tersebut dan akan memperparah kerusakan mukosa saluran usus ayam yang sebelumnya telah terinfeksi dan menunjukkan gejala klinis nyata. Tetapi pada kelompok IR1 maupun IR2 kemungkinan akan terjadi proses penyembuhan karena tingkat tantangan yang ringan atau setidaknya akan terjadi reinfeksi ringan diharapkan pada waktu berikutnya produksi ookista akan mengalami penurunan. Pertambahan bobot badan dan konsumsi pakan Kasus koksidiosis berpengaruh terhadap efisiensi pakan dan pertambahan bobot badan. Infeksi oleh Eimeria sp. Pada umumnya akan menyebabkan kematian dan hambatan pertumbuhan pada ayam muda maupun hambatan pertambahan bobot badan harian maupun mingguan yang ireversibel pada ayam tua. Ada hambatan pertambahan bobot badan tersebut secara langsung akan terkait dengan efisiensi pakan yang seringkali dinyatakan dengan konversi pakan. Pada infeksi awal koksidiosis jumlah pakan yang dikonsumsi secara relatif tidak banyak mengalami penurunan, kecuali jika kasus koksidiosis yang terjadi sudah sangat parah sekali dan umumnya akan segera diikuti dengan kematian ayam yang bersangkutan. Dampak langsung dari hambatan pertambahan bobot badan terhadap efisiensi pakan adalah semakin meningkat nilai konversi pakannya. Hal ini menunjukkan bahwa efisiensi penggunaan pakan untuk pertambahan bobot badan harian atau mingguan semakin berkurang sehingga berdampak pada peningkatan biaya produksi. Gambaran mengenai perbandingan pertambahan bobot badan dan nilai konversi pakan dari masing-masing kelompok dapat dilihat pada Gambar 6 dan ITR IR1 IR dpi 12dpi 13dpi 14dpi Gambar 5. Dinamika produksi ookista dalam litter (ookista/gram litter) 755

8 Gambar 6. Pertambahan Bobot badan mingguan (g) Infeksi dilakukan pada minggu ke-1 3 FCR 2,5 2 1,5 1 0, Kontrol 1 Kontrol 2 ITR IR 1 IR 2 Gambar 7. Perbandingan nilai Konversi Pakan (FCR) pada masing-masing kelompok 0 = minggu ke 0; 1 = minggu ke-1; 2 = minggu ke-2; 3 = minggu ke-3 Interpretasi dan implikasi umum Pemberian RBM5 pada penelitian ini mampu untuk mereduksi kasus koksidiosis yang terjadi pada ayam pedaging yang diinfeksi secara buatan dengan ookista bersporulasi dengan dosis per ekor. Walaupun pemberian RBM5 dapat mereduksi kasus koksidiosis namun masih belum dapat dinyatakan sebagai antikoksidia dengan beberapa pertimbangan. 1. Masih ditemukan kasus koksidiosis berat ( dan 4 untuk SLU) pada kelompok IR1 (4) dan IR2 (2). Jumlah tersebut masih cukup tinggi sehingga RBM5 hanya dapat dinyatakan memiliki potensi sebagai antikoksidia. Kondisi demikian kemungkinan besar sangat terkait dengan komponen bahan aktif dari produk yang 756

9 belum dideterminasi secara jelas dan belum diketahui konsentrasi bahan aktifnya. 2. Pemberian RBM5 ternyata menyebabkan peningkatan nilai konversi pakan dibandingkan tanpa RBM5. Kondisi tersebut selaras dengan 3 perlakuan dimana pemberian RBM5 juga tidak mampu memberikan dampak positif terhadap perubahan nilai konversi pantara IR1, IR2 dibanding dengan ITR. Hal demikian memberikan implikasi yang kurang menguntungkan dari sisi biaya produksi. Salah satu kemungkinan adalah tidak murni produk yang digunakan. Artinya di dalam produk tersebut kemungkinan masih terdapat beberapa bahan yang menghambat efisiensi pakan oleh ayam yang belum teridentifikasi. Pemurnian produk lebih lanjut dalam beberapa tahap diharapkan akan dapat memberikan pemecahan yang lebih baik. KESIMPULAN Pengujian dari RBM5 dapat disimpulkan: 1. Pemberian RBM5 (dosis 1 : 50 dalam pakan) dapat mereduksi tingkat keparahan infeksi oleh Eimeria sp. Pada kasus koksidiosis klinis, baik berdasarkan skor lesi usus maupun skor jumlah ookista. 2. Pemberian RBM5 secara kontinyu pada kasus koksidiosis memberikan hasil reduksi terbesar dibandingkan dengan pemberian periodical setiap tiga hari sekali. 3. Pemberian RBM5 dengan dosis 1 : 50 dalam pakan dapat mengakibatkan peningkatan nilai konversi pakan dibandingkan tanpa pemberian RBM5. 4. RBM5 memiliki potensi untuk diproses lebih lanjut secaratepat menjadi antikoksidia. SARAN bahan aktif disertai dengan penentuan konsentrasi yang efektif diharapkan akan mampu memberikan nilai tambah berupa peningkatan daya antikoksidia dan menurunkan atau mengurangi faktor-faktor yang mengakibatkan peningkatan nilai konversi pakan. RBM sudah dipakai di masyarakat terutama di Medan, Sumatera Utara. DAFTAR PUSTAKA DAUGSCHIES, A., U. GASSLEIN and M. ROMMEL Comparative Efficacy of Anticoccidial Under the Conditions of Commercial Broiler Production and in battery trials. Veterinery Parasitol. 76: HOFSTAD, M.S., B.W. CALNEK, C.F. HELMBOLDT, W.M. REID and H.W. YODER Diseases of Poultry. The Iowa State University Press. JOHNSON, J. and W.R. REID Anticoccidial drugs lesion scoring techniques In battery floor pen experiment with chickens. Experimental Parasitol. 28: ISKANDAR, T., T.B. MURDIATI dan D.T. SUBEKTI Pengaruh pemberian infuse jahe merah (Zingiber officinale var Rubra) terhadap koksidiosis sekum pada ayam pedaging. Pros. Seminar Nasional Peternakan dan Veteriner. Bogor, September Puslitbang Peternakan, Bogor. hlm ISKANDAR, T. dan A. HUSEIN Pemberian campuran serbuk jahe merah (Zingiber officinale var Rubra) pada ayam petelur untuk penanggulangan koksidiosis. Pros. Seminar Teknologi Peternakan dan Veteriner. Bogor, September Puslitbang Peternakan, Bogor. hlm RAHAYU, R.D., H. MINDARTI dan CHAIRUL Pengaruh penambahan minyak atsiri jahe merah terhadap pertumbuhan Eryciplas sp. Pros. Simposium Penelitian Bahan Obat Alam VIII. Bogor hlm TAMPUBOLON, M.P Protozoologi. Pusat Antar Universitas Ilmu Hayat Institut Pertanian Bogor. hlm Disarankan pemurnian lebih lanjut produk RBM5 dan identifikasi secara jelas komponen 757

10 DISKUSI Pertanyaan: 1. Apakah RBM Itu? 2. Bagaimana komposisinya? 3. Selain untuk koksisiasis apa ada yang digunakan untuk penyakit lain? 4. Berapa harganya? Jawaban: 1. RBM adalah obat tradisional berupa serbuk herbal 2. Komposisinya belum diketahui karena merupakan penelitian kemitraan. 3. Sementara ini baru untuk penyakit koksidiasis pada ayam. 4. Harganya Rp. 7500/kg. 758

Upaya Peningkatan Kekebalan Broiler terhadap Penyakit Koksidiosis melalui Infeksi Simultan Ookista

Upaya Peningkatan Kekebalan Broiler terhadap Penyakit Koksidiosis melalui Infeksi Simultan Ookista Upaya Peningkatan Kekebalan Broiler terhadap Penyakit Koksidiosis melalui Infeksi Simultan Ookista (Oocyst Simultaneous Infection to Increase Broiler Immunity from Coccidiosis) S.J.A. Setyawati dan Endro

Lebih terperinci

PENGARUH PEMBERIAN VITAMIN A TERHADAP NILAI PERLUKAAN SEKUM WAKTU SPORULASI DAN PRODUKSI OOKISTA Eimeria tenella PADA AYAM ARAB

PENGARUH PEMBERIAN VITAMIN A TERHADAP NILAI PERLUKAAN SEKUM WAKTU SPORULASI DAN PRODUKSI OOKISTA Eimeria tenella PADA AYAM ARAB PENGARUH PEMBERIAN VITAMIN A TERHADAP NILAI PERLUKAAN SEKUM WAKTU SPORULASI DAN PRODUKSI OOKISTA Eimeria tenella PADA AYAM ARAB (The Effect of Vitamin A on Caecum Lesion Score Sporulation Time and Oocyst

Lebih terperinci

PENGARUH PEMBERIAN INFUS JAHE MERAH (ZINGIBER OFFICINALLE VAS RUBRA) TERHADAP KOKSIDIOSIS SEKUM PADA AYAM PEDAGING

PENGARUH PEMBERIAN INFUS JAHE MERAH (ZINGIBER OFFICINALLE VAS RUBRA) TERHADAP KOKSIDIOSIS SEKUM PADA AYAM PEDAGING Seminar Nasional Pelernakan dan Veteriner 2000 PENGARUH PEMBERIAN INFUS JAHE MERAH (ZINGIBER OFFICINALLE VAS RUBRA) TERHADAP KOKSIDIOSIS SEKUM PADA AYAM PEDAGING ToLtsiN IsKANDAR, T. B. MuRmAu, dan DiDiK

Lebih terperinci

STUDI PATOGENISITAS EIMERIA TENELLA PADA AYAM BURRS DI KALIMANTAN SELATAN

STUDI PATOGENISITAS EIMERIA TENELLA PADA AYAM BURRS DI KALIMANTAN SELATAN STUDI PATOGENISITAS EIMERIA TENELLA PADA AYAM BURRS DI KALIMANTAN SELATAN SALFINA, A. HAMDAN, dan D.D. SISWANSYAH Instalasi Penelitian dan Pengkajian Teknologi Pertanian Jalan Panglima BaturNo.4, Banjarbaru,

Lebih terperinci

PERFORMAN PRODUKSI AYAM PEDAGING UMUR HARI YANG DIBERI EKSTRAK KULIT BUAH NAGA MERAH (Hylocereus costaricensis)

PERFORMAN PRODUKSI AYAM PEDAGING UMUR HARI YANG DIBERI EKSTRAK KULIT BUAH NAGA MERAH (Hylocereus costaricensis) SKRIPSI PERFORMAN PRODUKSI AYAM PEDAGING UMUR 15-35 HARI YANG DIBERI EKSTRAK KULIT BUAH NAGA MERAH (Hylocereus costaricensis) OLEH : MERZA CHANDRA 10881003149 JURUSAN ILMU PETERNAKAN FAKULTAS PERTANIAN

Lebih terperinci

V. PEMANFAATAN HERBAL UNTUK MENINGKATKAN DAYA TAHAN TUBUH AYAM KUB

V. PEMANFAATAN HERBAL UNTUK MENINGKATKAN DAYA TAHAN TUBUH AYAM KUB Pemanfaatan Herbal untuk Meningkatkan Daya Tahan V. PEMANFAATAN HERBAL UNTUK MENINGKATKAN DAYA TAHAN TUBUH AYAM KUB A. Latar belakang dan dasar pertimbangan Indonesia dikenal sebagai negara dengan kekayaan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Waktu dan Tempat. Materi

METODE PENELITIAN. Waktu dan Tempat. Materi METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian dilaksanakan pada bulan Februari hingga Mei 2011. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Lapang Kandang C, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor.

Lebih terperinci

BAB III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN

BAB III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN 8 BAB III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan selama dua bulan mulai Juli sampai dengan Agustus 2010. Pemeliharaan ayam broiler dimulai dari Day Old Chick (DOC)

Lebih terperinci

Penampilan Produksi Anak Ayam Buras yang Dipelihara pada Kandang Lantai Bambu dan Litter

Penampilan Produksi Anak Ayam Buras yang Dipelihara pada Kandang Lantai Bambu dan Litter Penampilan Produksi Anak Ayam Buras yang Dipelihara pada Kandang Lantai Abdul Azis, Anie Insulistyowati, Pudji Rahaju dan Afriani 1 Intisari Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penampilan produksi

Lebih terperinci

I Peternakan Ayam Broiler

I Peternakan Ayam Broiler I Peternakan Ayam Broiler A. Pemeliharaan Ayam Broiler Ayam broiler merupakan ras ayam pedaging yang memiliki produktivitas tinggi. Ayam broiler mampu menghasilkan daging dalam waktu 5 7 minggu (Suci dan

Lebih terperinci

SKRIPSI. PERFORMAN AYAM ARAB YANG DIBERI EKSTRAK PEGAGAN (Centella asiatica (L.) Urban) PADA UMUR 8-13 MINGGU. Oleh: Ardianto

SKRIPSI. PERFORMAN AYAM ARAB YANG DIBERI EKSTRAK PEGAGAN (Centella asiatica (L.) Urban) PADA UMUR 8-13 MINGGU. Oleh: Ardianto SKRIPSI PERFORMAN AYAM ARAB YANG DIBERI EKSTRAK PEGAGAN (Centella asiatica (L.) Urban) PADA UMUR 8-13 MINGGU Oleh: Ardianto 11081102877 PROGRAM STUDI PETERNAKAN FAKULTAS PERTANIAN DAN PETERNAKAN UNIVERSITAS

Lebih terperinci

PENGARUH PEMBERIAN FEED ADDITIVE RI.1 DAN JENIS PAKAN YANG BERBEDA TERHADAP PENAMPILAN AYAM BROILER SKRIPSI ATA RIFQI

PENGARUH PEMBERIAN FEED ADDITIVE RI.1 DAN JENIS PAKAN YANG BERBEDA TERHADAP PENAMPILAN AYAM BROILER SKRIPSI ATA RIFQI PENGARUH PEMBERIAN FEED ADDITIVE RI.1 DAN JENIS PAKAN YANG BERBEDA TERHADAP PENAMPILAN AYAM BROILER SKRIPSI ATA RIFQI PROGRAM STUDI ILMU NUTRISI DAN MAKANAN TERNAK FAKULTAS PETERNAKAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

MANAJEMEN PEMBERIAN PAKAN AYAM BROILER

MANAJEMEN PEMBERIAN PAKAN AYAM BROILER MANAJEMEN PEMBERIAN PAKAN AYAM BROILER Apakah Broiler Itu? Broiler adalah ayam tipe pedaging jantan/betina umur muda (4-5 minggu), daging empuk Asal kata : to broil = dipanggang di atas api Keunggulan

Lebih terperinci

RESPON TITER ANTIBODI PASCAVAKSINASI AVIAN INFLUENZA PADA AYAM YANG DIBERI EKSTRAK TEMULAWAK (Curcuma xanthorriza Roxb.)

RESPON TITER ANTIBODI PASCAVAKSINASI AVIAN INFLUENZA PADA AYAM YANG DIBERI EKSTRAK TEMULAWAK (Curcuma xanthorriza Roxb.) SKRIPSI RESPON TITER ANTIBODI PASCAVAKSINASI AVIAN INFLUENZA PADA AYAM YANG DIBERI EKSTRAK TEMULAWAK (Curcuma xanthorriza Roxb.) OLEH: RIA EFITA 11081200238 JURUSAN ILMU PETERNAKAN FAKULTAS PERTANIAN DAN

Lebih terperinci

DENY HERMAWAN. SKRIPSI sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Hewan pada Fakultas Kedokteran Hewan

DENY HERMAWAN. SKRIPSI sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Hewan pada Fakultas Kedokteran Hewan ii EFEKTIFITAS EKSTRAK SAMBILOTO (Andrographis paniculata Nees) DENGAN PELARUT AIR HANGAT TANPA EVAPORASI DAN KAJIAN DIFFERENSIAL LEUKOSIT PADA AYAM YANG DIINFEKSI DENGAN Eimeria tenella DENY HERMAWAN

Lebih terperinci

EFEKTIFITAS PEMBERIAN INFUS DAN BUBUK TEMULAWAK

EFEKTIFITAS PEMBERIAN INFUS DAN BUBUK TEMULAWAK EFEKTIFITAS PEMBERIAN INFUS DAN BUBUK TEMULAWAK (Curcuma xanthorrhiza ROXB.) TERHADAP PENAMPILAN DAN KAJIAN EKONOMI AYAM PEDAGING YANG DIINFEKSI Eimeria maxima AGUNG ADI CANDRA SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT

Lebih terperinci

MENINGKATKAN KONVERSI PAKAN TERHADAP PRODUK TERNAK AYAM MENGGUNAKAN NOPKOR PSO DAN PREMIKS DI DESA SRIWULAN, KECAMATAN LIMBANGAN, KABUPATEN KENDAL

MENINGKATKAN KONVERSI PAKAN TERHADAP PRODUK TERNAK AYAM MENGGUNAKAN NOPKOR PSO DAN PREMIKS DI DESA SRIWULAN, KECAMATAN LIMBANGAN, KABUPATEN KENDAL MENINGKATKAN KONVERSI PAKAN TERHADAP PRODUK TERNAK AYAM MENGGUNAKAN NOPKOR PSO DAN PREMIKS DI DESA SRIWULAN, KECAMATAN LIMBANGAN, KABUPATEN KENDAL Adi Triono dan Glompong Wicaksana Jurusan Teknik Kimia,

Lebih terperinci

ISOLASI, PEMURNIAN DAN STERILISASI Oosista Eimeria tenella DENGAN Sodium hypochlorite 13%

ISOLASI, PEMURNIAN DAN STERILISASI Oosista Eimeria tenella DENGAN Sodium hypochlorite 13% ISOLASI, PEMURNIAN DAN STERILISASI Oosista Eimeria tenella DENGAN Sodium hypochlorite 13% ( ISOLATION, PURIFICATION AND STERILIZATION OF Eimeria tenella USING Sodium hypochlorite 13% ) Oleh : AAN AWALUDIN

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat Penelitian Kandang Hewan Coba Laboratorium Histopatologi

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat Penelitian Kandang Hewan Coba Laboratorium Histopatologi BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian ini dilakukan pada bulan Juli 2010 sampai April 2011 bertempat di Kandang Hewan Laboratorium dan Laboratorium Histopatologi, Departemen Klinik, Reproduksi,

Lebih terperinci

EFEKTIVITAS PEMBERIAN TEPUNG KENCUR

EFEKTIVITAS PEMBERIAN TEPUNG KENCUR EFEKTIVITAS PEMBERIAN TEPUNG KENCUR (Kaempferia galanga Linn) PADA RANSUM AYAM BROILER RENDAH ENERGI DAN PROTEIN TERHADAP PERFORMAN AYAM BROILER, KADAR KOLESTROL, PERSENTASE HATI DAN BURSA FABRISIUS SKRIPSI

Lebih terperinci

PENGARUH DOSIS EM-4 (EFFECTIVE MICROORGANISMS-4) DALAM AIR MINUM TERHADAP BERAT BADAN AYAM BURAS

PENGARUH DOSIS EM-4 (EFFECTIVE MICROORGANISMS-4) DALAM AIR MINUM TERHADAP BERAT BADAN AYAM BURAS PENGARUH DOSIS EM-4 (EFFECTIVE MICROORGANISMS-4) DALAM AIR MINUM TERHADAP BERAT BADAN AYAM BURAS EFFECT OF EM-4 (EFFECTIVE MICROORGANISMS-4) DOSAGE ADDED IN DRINKING WATER ON BODY WEIGHT OF LOCAL CHICKEN

Lebih terperinci

UJI TANTANG DENGAN VIRUS IBD ISOLAT LAPANG PADA AYAM YANG MENDAPATKAN VAKSIN IBD AKTIF DAN INAKTIF KOMERSIL

UJI TANTANG DENGAN VIRUS IBD ISOLAT LAPANG PADA AYAM YANG MENDAPATKAN VAKSIN IBD AKTIF DAN INAKTIF KOMERSIL UJI TANTANG DENGAN VIRUS IBD ISOLAT LAPANG PADA AYAM YANG MENDAPATKAN VAKSIN IBD AKTIF DAN INAKTIF KOMERSIL NATIVE VIRUS CHALLENGE TEST AGAINST VACCINATED CHICKENS WITH COMMERCIAL ACTIVE AND INACTIVE IBD

Lebih terperinci

Pemberian Pakan Ayam KUB Berbasis Bahan Pakan Lokal

Pemberian Pakan Ayam KUB Berbasis Bahan Pakan Lokal Pemberian Pakan Ayam KUB Berbasis Bahan Pakan Lokal Pemberian Pakan Ayam KUB Berbasis Bahan Pakan Lokal Penyusun: Arnold P Sinurat Sofjan Iskandar Desmayati Zainuddin Heti Resnawati Maijon Purba BADAN

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 36 HASIL DAN PEMBAHASAN Isolat Campylobacter jejuni yang diuji dalam penelitian ini berasal dari wilayah Demak dan Kudus. Berdasarkan hasil pengujian secara in vitro terdapat perbedaan karakter pola resistensi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. pembangunan kesehatan dan kecerdasan bangsa. Permintaan masyarakat akan

I. PENDAHULUAN. pembangunan kesehatan dan kecerdasan bangsa. Permintaan masyarakat akan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Perunggasan merupakan komoditi yang secara nyata mampu berperan dalam pembangunan nasional, sebagai penyedia protein hewani yang diperlukan dalam pembangunan

Lebih terperinci

PERFORMA AYAM BROILER YANG DIBERI RANSUM BERBASIS JAGUNG DAN BUNGKIL KEDELAI DENGAN SUPLEMENTASI DL-METIONIN SKRIPSI HANI AH

PERFORMA AYAM BROILER YANG DIBERI RANSUM BERBASIS JAGUNG DAN BUNGKIL KEDELAI DENGAN SUPLEMENTASI DL-METIONIN SKRIPSI HANI AH PERFORMA AYAM BROILER YANG DIBERI RANSUM BERBASIS JAGUNG DAN BUNGKIL KEDELAI DENGAN SUPLEMENTASI DL-METIONIN SKRIPSI HANI AH PROGRAM STUDI ILMU NUTRISI DAN MAKANAN TERNAK FAKULTAS PETERNAKAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Tabel 1. Standar Performa Mingguan Ayam Broiler CP 707

TINJAUAN PUSTAKA. Tabel 1. Standar Performa Mingguan Ayam Broiler CP 707 TINJAUAN PUSTAKA Ayam Broiler Ayam broiler adalah istilah yang biasa digunakan untuk menyebutkan ayam hasil budidaya teknologi peternakan dengan menyilangkan sesama jenisnya. Karekteristik ekonomi dari

Lebih terperinci

KOKSIVET SUPRA '95 Vaksin Koksidiosis Poliphalent Iradiasi Aktif

KOKSIVET SUPRA '95 Vaksin Koksidiosis Poliphalent Iradiasi Aktif KOKSIVET SUPRA '95 Vaksin Koksidiosis Poliphalent Iradiasi Aktif PENDAHULUAN Bertepatan dengan ulang tahun ke 50 Kemerdekaan Indonesia, atau Tahun Indonesia Emas 1995, satu lagi karya monumental bangsa

Lebih terperinci

Efektifitas Berbagai Probiotik Kemasan Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Burung Puyuh (Coturnix coturnix japonica)

Efektifitas Berbagai Probiotik Kemasan Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Burung Puyuh (Coturnix coturnix japonica) Efektifitas Berbagai Probiotik Kemasan Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Burung Puyuh (Coturnix coturnix japonica) Effectiveness of Various Probiotics Product on the Growth and Production of Quail (Coturnix

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Ayam Pedaging dan Konversi Pakan ini merupakan penelitian penelitian. ransum yang digunakan yaitu 0%, 10%, 15% dan 20%.

BAB III METODE PENELITIAN. Ayam Pedaging dan Konversi Pakan ini merupakan penelitian penelitian. ransum yang digunakan yaitu 0%, 10%, 15% dan 20%. BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Rancangan Penelitian Penelitian tentang Pengaruh Penggunaan Onggok Kering Terfermentasi Probiotik dalam Ransum Terhadap Konsumsi Pakan, Pertambahan Bobot Badan Ayam

Lebih terperinci

PATOGENITAS AKIBAT INOKULASI Eimeria mivati PADA AYAM PEDAGING

PATOGENITAS AKIBAT INOKULASI Eimeria mivati PADA AYAM PEDAGING PATOGENITAS AKIBAT INOKULASI Eimeria mivati PADA AYAM PEDAGING Pathogenicity of Eimeria mivati Inoculation in Broiler Chicken J. Ked. Hewan Vol. 3 No. 1 Maret 2009 M. Hasan Laboratorium Klinik Fakultas

Lebih terperinci

PERFORMAN PRODUKSI AYAM PEDAGING YANGDITAMBAH DENGAN TEPUNG BUAH KURMA (Phoenix dactylifera) DALAM RANSUM KOMERSIAL

PERFORMAN PRODUKSI AYAM PEDAGING YANGDITAMBAH DENGAN TEPUNG BUAH KURMA (Phoenix dactylifera) DALAM RANSUM KOMERSIAL SKRIPSI PERFORMAN PRODUKSI AYAM PEDAGING YANGDITAMBAH DENGAN TEPUNG BUAH KURMA (Phoenix dactylifera) DALAM RANSUM KOMERSIAL Oleh: Hermansyah 11181103870 PROGRAM STUDIPETERNAKAN FAKULTAS PERTANIAN DAN PETERNAKAN

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Peubah* Konsumsi Ekstrak Daun Konsumsi Saponin

HASIL DAN PEMBAHASAN. Peubah* Konsumsi Ekstrak Daun Konsumsi Saponin HASIL DAN PEMBAHASAN Konsumsi Ekstrak Daun Mengkudu dan Saponin Dosis pemberian ekstrak daun mengkudu meningkat setiap minggunya, sebanding dengan bobot badan ayam broiler setiap minggu. Rataan konsumsi

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Perusahaan penetasan final stock ayam petelur selalu mendapatkan hasil samping

II. TINJAUAN PUSTAKA. Perusahaan penetasan final stock ayam petelur selalu mendapatkan hasil samping II. TINJAUAN PUSTAKA A. Ayam Jantan Tipe Medium Perusahaan penetasan final stock ayam petelur selalu mendapatkan hasil samping (by product) berupa anak ayam jantan petelur. Biasanya, satu hari setelah

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Perlakuan terhadap Konsumsi Ransum. Tabel 8. Rataan Konsumsi Ransum Per Ekor Puyuh Selama Penelitian

HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Perlakuan terhadap Konsumsi Ransum. Tabel 8. Rataan Konsumsi Ransum Per Ekor Puyuh Selama Penelitian 26 IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengaruh Perlakuan terhadap Konsumsi Ransum Konsumsi ransum adalah banyaknya ransum yang dikonsumsi oleh setiap ekor puyuh selama penelitian. Rataan konsumsi ransum per ekor

Lebih terperinci

PENGARUH PEMBERIAN FEED SUPPLEMENT VITERNA PADA AIR MINUM TERHADAP PENAMPILAN AYAM PEDAGING

PENGARUH PEMBERIAN FEED SUPPLEMENT VITERNA PADA AIR MINUM TERHADAP PENAMPILAN AYAM PEDAGING PENGARUH PEMBERIAN FEED SUPPLEMENT VITERNA PADA AIR MINUM TERHADAP PENAMPILAN AYAM PEDAGING Bayu Sutomo 1), M. Nur Ihsan 2), Adelina Ari Hamiyanti 2) 1) Mahasiswa Fakultas Peternakan, Universitas Brawijaya,

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. ayam yang umumnya dikenal dikalangan peternak, yaitu ayam tipe ringan

II. TINJAUAN PUSTAKA. ayam yang umumnya dikenal dikalangan peternak, yaitu ayam tipe ringan 7 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Ayam Jantan Tipe Medium Berdasarkan bobot maksimum yang dapat dicapai oleh ayam terdapat tiga tipe ayam yang umumnya dikenal dikalangan peternak, yaitu ayam tipe ringan (Babcock,

Lebih terperinci

ANALISIS EKONOMI PERLAKUAN SEDIAAN ENROFLOKSASIN TERHADAP KOLIBASILOSIS PADA AYAM PEDAGING STRAIN COBB

ANALISIS EKONOMI PERLAKUAN SEDIAAN ENROFLOKSASIN TERHADAP KOLIBASILOSIS PADA AYAM PEDAGING STRAIN COBB ANALISIS EKONOMI PERLAKUAN SEDIAAN ENROFLOKSASIN TERHADAP KOLIBASILOSIS PADA AYAM PEDAGING STRAIN COBB UNANG PATRIANA Balai Besar Pengujian Mutu dan Sertifikasi Obat Hewan Gunungsindur, Bogor 16340 Abstrak

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. umur 4 5 minggu. Sifat pertumbuhan yang sangat cepat ini dicerminkan dari. modern mencapai di bawah dua (Amrullah, 2004).

I. PENDAHULUAN. umur 4 5 minggu. Sifat pertumbuhan yang sangat cepat ini dicerminkan dari. modern mencapai di bawah dua (Amrullah, 2004). I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Ayam broiler modern tumbuh sangat cepat sehingga dapat di panen pada umur 4 5 minggu. Sifat pertumbuhan yang sangat cepat ini dicerminkan dari tingkah laku makannya yang

Lebih terperinci

KOKSIDIOSIS PAD A SAPI YANG DlSEBABKAN EIMERIA ZUERNII (RIVOLTA, 1887)

KOKSIDIOSIS PAD A SAPI YANG DlSEBABKAN EIMERIA ZUERNII (RIVOLTA, 1887) KOKSIDIOSIS PAD A SAPI YANG DlSEBABKAN EIMERIA ZUERNII (RIVOLTA, 1887) SKRIPSI Ole h DESY SUGESTI B. 190046 FAKUL TAS KEDOKTERAN HEWAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 1 988 RINGKASAN Koksidia merupakan paras

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Agroindustri adalah usaha untuk mengolah bahan baku hasil pertanian menjadi berbagai produk yang dibutuhkan konsumen (Austin 1981). Bidang agroindustri pertanian dalam

Lebih terperinci

PRODUKSI AMMONIA DAN HIDROGEN SULFIDA EKSKRETA AYAM BROILER YANG DIBERI TEPUNG KEMANGI (Ocimum basilicum) DALAM PAKAN SKRIPSI RINI HIDAYATUN

PRODUKSI AMMONIA DAN HIDROGEN SULFIDA EKSKRETA AYAM BROILER YANG DIBERI TEPUNG KEMANGI (Ocimum basilicum) DALAM PAKAN SKRIPSI RINI HIDAYATUN PRODUKSI AMMONIA DAN HIDROGEN SULFIDA EKSKRETA AYAM BROILER YANG DIBERI TEPUNG KEMANGI (Ocimum basilicum) DALAM PAKAN SKRIPSI RINI HIDAYATUN PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PRODUKSI TERNAK FAKULTAS PETERNAKAN

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN Analisis proksimat dilakukan di Laboratorium Nutrisi dan Makanan Ternak

BAB III METODE PENELITIAN Analisis proksimat dilakukan di Laboratorium Nutrisi dan Makanan Ternak BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di kandang peternakan ayam broiler Desa Ploso Kecamatan Selopuro Kabupaten Blitar pada bulan Februari sampai Mei 2014.

Lebih terperinci

PERFORMAN PRODUKSI AYAM PEDAGING YANG DIBERI PENAMBAHAN TEPUNG KUNYIT (Curcuma domestica Val.) DALAM RANSUM

PERFORMAN PRODUKSI AYAM PEDAGING YANG DIBERI PENAMBAHAN TEPUNG KUNYIT (Curcuma domestica Val.) DALAM RANSUM SKRIPSI PERFORMAN PRODUKSI AYAM PEDAGING YANG DIBERI PENAMBAHAN TEPUNG KUNYIT (Curcuma domestica Val.) DALAM RANSUM OLEH: HIKMI RIYANTI 11081203597 JURUSAN ILMU PETERNAKAN FAKULTAS PERTANIAN DAN PETERNAKAN

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAFTAR ISI RIWAYAT HIDUP... i ABSTRAK... ii ABSTRACT... iii UCAPAN TERIMA KASIH... iv DAFTAR ISI... vi DAFTAR TABEL... viii DAFTAR GAMBAR... ix BAB I PENDAHULUAN... 1 1.1 Latar Belakang... 1 1.2 Rumusan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Protein hewani memegang peran penting bagi pemenuhan gizi masyarakat. Untuk

I. PENDAHULUAN. Protein hewani memegang peran penting bagi pemenuhan gizi masyarakat. Untuk I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Protein hewani memegang peran penting bagi pemenuhan gizi masyarakat. Untuk memenuhi kebutuhan gizi tersebut, masyarakat akan cenderung mengonsumsi daging unggas

Lebih terperinci

KOMBINASI AZOLLA MICROPHYLLA DENGAN DEDAK PADI SEBAGAI ALTERNATIF SUMBER BAHAN PAKAN LOKAL AYAM PEDAGING

KOMBINASI AZOLLA MICROPHYLLA DENGAN DEDAK PADI SEBAGAI ALTERNATIF SUMBER BAHAN PAKAN LOKAL AYAM PEDAGING Seminar Nasional Hasil Penelitian, 2016 KOMBINASI AZOLLA MICROPHYLLA DENGAN DEDAK PADI SEBAGAI ALTERNATIF SUMBER BAHAN PAKAN LOKAL AYAM PEDAGING Aju Tjatur Nugroho Krisnaningsih, Mardhiyah Hayati Universitas

Lebih terperinci

PERFORMAN AYAM BROILER JANTAN YANG DISUPLEMENTASI EKSTRAK KULIT MANGGIS DALAM RANSUM

PERFORMAN AYAM BROILER JANTAN YANG DISUPLEMENTASI EKSTRAK KULIT MANGGIS DALAM RANSUM PERFORMAN AYAM BROILER JANTAN YANG DISUPLEMENTASI EKSTRAK KULIT MANGGIS DALAM RANSUM Jurusan/Program Studi Peternakan Oleh : ALI MAKSUM H0508004 FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2013

Lebih terperinci

PERBANDINGAN KECEPATAN PENYEMBUHAN LUKA INSISI DENGAN PEMBERIAN VITAMIN C DAN EKSTRAK BUAH MORINDA CITRIFOLIA

PERBANDINGAN KECEPATAN PENYEMBUHAN LUKA INSISI DENGAN PEMBERIAN VITAMIN C DAN EKSTRAK BUAH MORINDA CITRIFOLIA ABSTRAK PERBANDINGAN KECEPATAN PENYEMBUHAN LUKA INSISI DENGAN PEMBERIAN VITAMIN C DAN EKSTRAK BUAH MORINDA CITRIFOLIA L. (MENGKUDU) SECARA ORAL PADA MUKOSA LABIAL TIKUS WISTAR Luka adalah hal yang wajar

Lebih terperinci

ANALISIS PERFORMA PRODUKSI DAN PENDAPATAN PETERNAK AYAM BROILER DENGAN SISTEM PEMELIHARAAN CLOSED HOUSE

ANALISIS PERFORMA PRODUKSI DAN PENDAPATAN PETERNAK AYAM BROILER DENGAN SISTEM PEMELIHARAAN CLOSED HOUSE ANALISIS PERFORMA PRODUKSI DAN PENDAPATAN PETERNAK AYAM BROILER DENGAN SISTEM PEMELIHARAAN CLOSED HOUSE POLA KEMITRAAN (Studi Kasus di Peternakan Plasma Sri Budi Ratini, Desa Candikusuma, Kecamatan Melaya,

Lebih terperinci

PERFORMA DAN NILAI EKONOMIS AYAM BROILER YANG DIBERI FEED ADDITIVE "SIGI LNDAH" DALAM AIR MINUM SKRIPSI TITISARI

PERFORMA DAN NILAI EKONOMIS AYAM BROILER YANG DIBERI FEED ADDITIVE SIGI LNDAH DALAM AIR MINUM SKRIPSI TITISARI PERFORMA DAN NILAI EKONOMIS AYAM BROILER YANG DIBERI FEED ADDITIVE "SIGI LNDAH" DALAM AIR MINUM SKRIPSI TITISARI PROGRAM STUD1 NUTRISI DAN MAKANAN TERNAK FAKULTAS PETERNAKAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2006

Lebih terperinci

: Minyak Buah Merah, Panjang Badan Janin, Mencit

: Minyak Buah Merah, Panjang Badan Janin, Mencit ABSTRAK MINYAK BUAH MERAH ( Pandanus conoideus Lam. ) TERHADAP PENURUNAN PANJANG JANIN MENCIT Balb/C Febriana Kurniasari, 2011. Pembimbing I : Sri Utami Sugeng, Dra., Mkes. Pembimbing II : Sijani Prahastuti,

Lebih terperinci

Pengaruh Lanjutan Substitusi Ampas Tahu pada Pakan Basal (BR-2) Terhadap Penampilan Ayam Broiler Umur 4-6 Minggu (Fase Finisher)

Pengaruh Lanjutan Substitusi Ampas Tahu pada Pakan Basal (BR-2) Terhadap Penampilan Ayam Broiler Umur 4-6 Minggu (Fase Finisher) Pengaruh Lanjutan Substitusi Ampas Tahu pada Pakan Basal (BR-2) Terhadap Penampilan Ayam Broiler Umur 4-6 Minggu (Fase Finisher) The Effect of Continued Substitution of Tofu on Basal Feed (BR-2) on The

Lebih terperinci

Pengaruh Pengaturan Waktu Pemberian Air Minum yang Berbeda Temperatur terhadap Performan Ayam Petelur Periode Grower.

Pengaruh Pengaturan Waktu Pemberian Air Minum yang Berbeda Temperatur terhadap Performan Ayam Petelur Periode Grower. Sains Peternakan Vol. 9 (2), September 2011: 77-81 ISSN 1693-8828 Pengaruh Pengaturan Waktu Pemberian Air Minum yang Berbeda Temperatur terhadap Performan Ayam Petelur Periode Grower Dede Risnajati Jurusan

Lebih terperinci

VII. ANALISIS PENDAPATAN

VII. ANALISIS PENDAPATAN VII. ANALISIS PENDAPATAN 7.1. Biaya Produksi Usahatani dianalisis dengan cara mengidentifikasikan penggunaan sarana produksi (input). Sarana produksi yang digunakan antara peternak mitra dan peternak non

Lebih terperinci

PERSENTASE BOBOT KARKAS DAN LEMAK ABDOMINAL AYAM PEDAGING YANG DIBERI TEPUNG KUNYIT (Curcuma domestica Val.) DALAM RANSUM KOMERSIAL

PERSENTASE BOBOT KARKAS DAN LEMAK ABDOMINAL AYAM PEDAGING YANG DIBERI TEPUNG KUNYIT (Curcuma domestica Val.) DALAM RANSUM KOMERSIAL SKRIPSI PERSENTASE BOBOT KARKAS DAN LEMAK ABDOMINAL AYAM PEDAGING YANG DIBERI TEPUNG KUNYIT (Curcuma domestica Val.) DALAM RANSUM KOMERSIAL OLEH: ANDIKA 11081100619 JURUSAN ILMU PETERNAKAN FAKULTAS PERTANIAN

Lebih terperinci

ABSTRAK. Stefany C.K, Pembimbing I : Laella Kinghua Liana, dr., Sp.PA, M.Kes. Pembimbing II: Endang Evacuasiany, Dra., MS., AFK.

ABSTRAK. Stefany C.K, Pembimbing I : Laella Kinghua Liana, dr., Sp.PA, M.Kes. Pembimbing II: Endang Evacuasiany, Dra., MS., AFK. ABSTRAK EFEK EKSTRAK RIMPANG JAHE MERAH (Zingiber officinale Linn. Var. rubrum) TERHADAP GAMBARAN HISTOPATOLOGI ULKUS GASTER PADA MENCIT GALUR Swiss Webster JANTAN YANG DIINDUKSI ASETOSAL Stefany C.K,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ternak babi merupakan salah satu jenis ternak yang memiliki banyak

BAB I PENDAHULUAN. Ternak babi merupakan salah satu jenis ternak yang memiliki banyak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Ternak babi merupakan salah satu jenis ternak yang memiliki banyak keunggulan dibandingkan ternak lain, yaitu laju pertumbuhan yang cepat, mudah dikembangbiakkan,

Lebih terperinci

Pengaruh Jenis Alat Pemanas Kandang Indukan terhadap Performan Layer Periode Starter

Pengaruh Jenis Alat Pemanas Kandang Indukan terhadap Performan Layer Periode Starter Sains Peternakan Vol. 9 (1), Maret 2011: 20-24 ISSN 1693-8828 Pengaruh Jenis Alat Pemanas Kandang Indukan terhadap Performan Layer Periode Starter Dede Risnajati Jurusan Produksi Ternak, Fakultas Pertanian,

Lebih terperinci

SUBSITUSI DEDAK DENGAN POD KAKAO YANG DIFERMENTASI DENGAN Aspergillus niger TERHADAP PERFORMANS BROILER UMUR 6 MINGGU

SUBSITUSI DEDAK DENGAN POD KAKAO YANG DIFERMENTASI DENGAN Aspergillus niger TERHADAP PERFORMANS BROILER UMUR 6 MINGGU SUBSITUSI DEDAK DENGAN POD KAKAO YANG DIFERMENTASI DENGAN Aspergillus niger TERHADAP PERFORMANS BROILER UMUR 6 MINGGU SKRIPSI ELJUNE R.P HABEAHAN 080306013 PROGRAM STUDI PETERNAKAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS

Lebih terperinci

GAMBARAN HISTOPATOLOGI USUS HALUS DAN SEKAL TONSIL PADA AYAM BROILER YANG TERINFEKSI MAREK DAN PENGARUH PEMBERIAN ZINK, BAWANG PUTIH DAN KUNYIT

GAMBARAN HISTOPATOLOGI USUS HALUS DAN SEKAL TONSIL PADA AYAM BROILER YANG TERINFEKSI MAREK DAN PENGARUH PEMBERIAN ZINK, BAWANG PUTIH DAN KUNYIT GAMBARAN HISTOPATOLOGI USUS HALUS DAN SEKAL TONSIL PADA AYAM BROILER YANG TERINFEKSI MAREK DAN PENGARUH PEMBERIAN ZINK, BAWANG PUTIH DAN KUNYIT SRI ULINA BR TUMANGGOR FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN INSTITUT

Lebih terperinci

PEMANFAATAN JAMU AYAM SEBAGAI FEED SUPLEMENT TERHADAP PENINGKATAN PRODUKSI AYAM BURAS DI DESA GARESSI, KECAMATAN TANETE RILAU, KABUPATEN BARRU

PEMANFAATAN JAMU AYAM SEBAGAI FEED SUPLEMENT TERHADAP PENINGKATAN PRODUKSI AYAM BURAS DI DESA GARESSI, KECAMATAN TANETE RILAU, KABUPATEN BARRU PEMANFAATAN JAMU AYAM SEBAGAI FEED SUPLEMENT TERHADAP PENINGKATAN PRODUKSI AYAM BURAS DI DESA GARESSI, KECAMATAN TANETE RILAU, KABUPATEN BARRU UTILIZATION OF HERBS AS CHICKEN FEED SUPPLEMENT TO INCREASING

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menjadi kendala pada peternak disebabkan mahalnya harga bahan baku, sehingga

BAB I PENDAHULUAN. menjadi kendala pada peternak disebabkan mahalnya harga bahan baku, sehingga 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keberhasilan usaha ternak ayam sangat ditentukan oleh penyediaan pakan yang memadai baik kuantitas maupun kualitas, karena pakan merupakan unsur utama dalam pertumbuhan

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata Kunci : Bursa Fabrisius, Infectious Bursal Disease (IBD), Ayam pedaging

ABSTRAK. Kata Kunci : Bursa Fabrisius, Infectious Bursal Disease (IBD), Ayam pedaging ABSTRAK Bursa Fabrisius merupakan target organ virus Infectious Bursal Disease (IBD) ketika terjadi infeksi, yang sering kali mengalami kerusakan setelah ayam divaksinasi IBD baik menggunakan vaksin aktif

Lebih terperinci

PENGARUH PERENDAMAN NaOH DAN PEREBUSAN BIJI SORGHUM TERHADAP KINERJA BROILER

PENGARUH PERENDAMAN NaOH DAN PEREBUSAN BIJI SORGHUM TERHADAP KINERJA BROILER PENGARUH PERENDAMAN NaOH DAN PEREBUSAN BIJI SORGHUM TERHADAP KINERJA BROILER Niken Astuti Prodi Peternakan, Fak. Agroindustri, Univ. Mercu Buana Yogyakarta ABSTRACT This research was conducted to investigate

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN. Tempat dan Waktu Penelitian. Bahan dan Alat Penelitian

METODOLOGI PENELITIAN. Tempat dan Waktu Penelitian. Bahan dan Alat Penelitian 14 METODOLOGI PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian Tempat penelitian dilakukan di Laboratorium Unit Pelayanan Mikrobiologi Terpadu, Bagian Mikrobiologi Kesehatan, Departemen Ilmu Penyakit Hewan dan Kesehatan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Permintaan masyarakat terhadap sumber protein hewani seperti daging, susu, dan

I. PENDAHULUAN. Permintaan masyarakat terhadap sumber protein hewani seperti daging, susu, dan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Permintaan masyarakat terhadap sumber protein hewani seperti daging, susu, dan telur terus meningkat sejalan dengan peningkatan jumlah penduduk. Untuk memenuhi

Lebih terperinci

PENAMPILAN PRODUKSI AYAM BROILER YANG DIBERI TEPUNG GAMBIR (Uncaria Gambir Roxb) SEBAGAI FEED ADDITIVE DALAM PAKAN.

PENAMPILAN PRODUKSI AYAM BROILER YANG DIBERI TEPUNG GAMBIR (Uncaria Gambir Roxb) SEBAGAI FEED ADDITIVE DALAM PAKAN. PENAMPILAN PRODUKSI AYAM BROILER YANG DIBERI TEPUNG GAMBIR (Uncaria Gambir Roxb) SEBAGAI FEED ADDITIVE DALAM PAKAN Wa Ode Rosmiati 1, Natsir Sandiah 2, dan Rahim Aka 2 1 Mahasiswa Fakultas Peternakan,

Lebih terperinci

PRODUKTIVITAS ULAT TEPUNG (Tenebrio molitor L.) PADA FASE LARVA DENGAN MEDIA MENGANDUNG ONGGOK SKRIPSI ACHMAD RIZAL

PRODUKTIVITAS ULAT TEPUNG (Tenebrio molitor L.) PADA FASE LARVA DENGAN MEDIA MENGANDUNG ONGGOK SKRIPSI ACHMAD RIZAL PRODUKTIVITAS ULAT TEPUNG (Tenebrio molitor L.) PADA FASE LARVA DENGAN MEDIA MENGANDUNG ONGGOK SKRIPSI ACHMAD RIZAL PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PRODUKSI TERNAK FAKULTAS PETERNAKAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 17 HASIL DAN PEMBAHASAN Bobot Badan Ayam yang Diinfeksi C. jejuni Asal Kudus dan Demak Bobot badan merupakan salah satu parameter yang digunakan untuk mengukur pertumbuhan. Bobot badan ayam yang diinfeksi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian tentang pengaruh penggunaan ampas kecap sebagai subsitusi

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian tentang pengaruh penggunaan ampas kecap sebagai subsitusi BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Rancangan Penelitian Penelitian tentang pengaruh penggunaan ampas kecap sebagai subsitusi bungkil kedelai dalam ransum terhadap persentase karkas, kadar lemak daging,

Lebih terperinci

Animal Agriculture Journal 3(3): , Oktober 2014 On Line at :

Animal Agriculture Journal 3(3): , Oktober 2014 On Line at : On Line at : http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/aaj ANALISIS BREAK EVEN POINT (BEP) DAN EFISIENSI EKONOMIS PEMELIHARAAN AYAM BROILER JANTAN YANG DIBERI RANSUM MENGANDUNG Salvinia molesta RAWA PENING

Lebih terperinci

ANALISIS DAMPAK PERUBAHAN HARGA BAHAN BAKAR MINYAK (BBM) TERHADAP BIAYA INPUT DAN OUTPUT USAHATANI AYAM BROILER DI KABUPATEN DELI SERDANG

ANALISIS DAMPAK PERUBAHAN HARGA BAHAN BAKAR MINYAK (BBM) TERHADAP BIAYA INPUT DAN OUTPUT USAHATANI AYAM BROILER DI KABUPATEN DELI SERDANG ANALISIS DAMPAK PERUBAHAN HARGA BAHAN BAKAR MINYAK (BBM) TERHADAP BIAYA INPUT DAN OUTPUT USAHATANI AYAM BROILER DI KABUPATEN DELI SERDANG Nidya Diani *), Iskandarini **), Luhut Sihombing ***) *) Alumni

Lebih terperinci

ABSTRAK. PENGARUH PEMBERIAN INFUSA Musa paradisiaca.linn (Musaceae) TERHADAP TUKAK LAMBUNG PADA TIKUS GALUR WISTAR YANG DIINDUKSI ASETOSAL

ABSTRAK. PENGARUH PEMBERIAN INFUSA Musa paradisiaca.linn (Musaceae) TERHADAP TUKAK LAMBUNG PADA TIKUS GALUR WISTAR YANG DIINDUKSI ASETOSAL ABSTRAK PENGARUH PEMBERIAN INFUSA Musa paradisiaca.linn (Musaceae) TERHADAP TUKAK LAMBUNG PADA TIKUS GALUR WISTAR YANG DIINDUKSI ASETOSAL Adi Suryadinata Krisetya, 2007, Pembimbing I : Endang Evacuasiany,

Lebih terperinci

DEPARTEMEN PETERNAKAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2010

DEPARTEMEN PETERNAKAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2010 PENGARUH PEMBERIAN BUNGKIL INTI SAWIT (BIS) TERMODIFIKASI DENGAN ENZIM HEMICELL DALAM RANSUM TERHADAP PERFORMANS AYAM PEDAGING UMUR 1 5 MINGGU YANG DI UJI TANTANG E. Coli SKRIPSI OLEH HARDI FRANSISCO SIAHAAN

Lebih terperinci

TERHADAP MOTILITAS USUS PADA MENCIT GALUR SWISS WEBSTER

TERHADAP MOTILITAS USUS PADA MENCIT GALUR SWISS WEBSTER ABSTRAK EFEK INFUSA Rhizoma Curcuma domestica Val ( Rimpang Kunyit) dan Zingiber officinale Rosc (Rimpang Kunyit) TERHADAP MOTILITAS USUS PADA MENCIT GALUR SWISS WEBSTER MENGGUNAKAN METODE TRANSIT INTESTINAL

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian tentang pengaruh penggunaan ampas kecap dalam ransum

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian tentang pengaruh penggunaan ampas kecap dalam ransum BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Rancangan Penelitian Penelitian tentang pengaruh penggunaan ampas kecap dalam ransum sebagai substitusi bungkil kedelai terhadap konsumsi pakan, pertambahan bobot

Lebih terperinci

Ekstrak Daun Gedi (Abelmoschus manihot) pada Ayam Broiler

Ekstrak Daun Gedi (Abelmoschus manihot) pada Ayam Broiler Prosiding Seminar Nasional Pengembangan Teknologi Pertanian Politeknik Negeri Lampung 08 September 2016 ISBN 978-602-70530-4-5 halaman 281-285 Ekstrak Daun Gedi (Abelmoschus manihot) pada Ayam Broiler

Lebih terperinci

RECORDING (PENCATATAN)

RECORDING (PENCATATAN) RECORDING (PENCATATAN) DATA PEMELIHARAAN AYAM BROILER Umur pemeliharaan Jumlah ayam aktual pada minggu tersebut Pemeliharaan minggu ke- Hari Tanggal Jumlah ayam Suhu ( o C) kelembaban Pakan pemberian pakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ayam ayam lokal (Marconah, 2012). Ayam ras petelur sangat diminati karena

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ayam ayam lokal (Marconah, 2012). Ayam ras petelur sangat diminati karena 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ayam Petelur Ayam petelur dikenal oleh sebagian masyarakat dengan nama ayam negeri yang mempunyai kemampuan bertelur jauh lebih tinggi jika dibandingkan dengan ayam ayam

Lebih terperinci

EVALUASI PENGGUNAAN BUBUK BAWANG PUTIH (Allium sativum) TERHADAP KANDUNGAN LEMAK DARAH AYAM KAMPUNG YANG DIINFEKSI CACING Ascaridia galli

EVALUASI PENGGUNAAN BUBUK BAWANG PUTIH (Allium sativum) TERHADAP KANDUNGAN LEMAK DARAH AYAM KAMPUNG YANG DIINFEKSI CACING Ascaridia galli EVALUASI PENGGUNAAN BUBUK BAWANG PUTIH (Allium sativum) TERHADAP KANDUNGAN LEMAK DARAH AYAM KAMPUNG YANG DIINFEKSI CACING Ascaridia galli SKRIPSI PUTRI MULYA SARI PROGRAM STUDI ILMU NUTRISI DAN MAKANAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengandung protein dan zat-zat lainnya seperti lemak, mineral, vitamin yang

BAB I PENDAHULUAN. mengandung protein dan zat-zat lainnya seperti lemak, mineral, vitamin yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Daging ayam merupakan salah satu daging yang memegang peranan cukup penting dalam pemenuhan kebutuhan gizi masyarakat, karena banyak mengandung protein dan zat-zat

Lebih terperinci

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Infeksi Trichuris trichiura adalah salah satu penyakit cacingan yang banyak

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Infeksi Trichuris trichiura adalah salah satu penyakit cacingan yang banyak BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Trichuris trichiura Infeksi Trichuris trichiura adalah salah satu penyakit cacingan yang banyak terdapat pada manusia. Diperkirakan sekitar 900 juta orang pernah terinfeksi

Lebih terperinci

Lampiran 1 Hasil analisis SDS-PAGE protein rekombinan hormon pertumbuhan ikan gurami (roggh), ikan mas (rccgh) dan ikan kerapu kertang (relgh).

Lampiran 1 Hasil analisis SDS-PAGE protein rekombinan hormon pertumbuhan ikan gurami (roggh), ikan mas (rccgh) dan ikan kerapu kertang (relgh). Lampiran 1 Hasil analisis SDS-PAGE protein rekombinan hormon pertumbuhan ikan gurami (roggh), ikan mas (rccgh) dan ikan kerapu kertang (relgh). Keterangan : M = Marker 1 = protein rekombinan hormon pertumbuhan

Lebih terperinci

I. JUDUL Prospek Budidaya Burung Puyuh

I. JUDUL Prospek Budidaya Burung Puyuh I. JUDUL Prospek Budidaya Burung Puyuh II. ABSTRAKS Persaingan dunia bisnis semakin merajalela, mulai dari sektor peternakan, material, bahkan hingga teknologi. Indonesia adalah salah satu negara yang

Lebih terperinci

PERSENTASE KARKAS AYAM PEDAGING YANG DIBERI TEPUNG CACING TANAH SEBAGAI SUPLEMEN PAKAN PENGGANTI ANTIBIOTIK

PERSENTASE KARKAS AYAM PEDAGING YANG DIBERI TEPUNG CACING TANAH SEBAGAI SUPLEMEN PAKAN PENGGANTI ANTIBIOTIK PERSENTASE KARKAS AYAM PEDAGING YANG DIBERI TEPUNG CACING TANAH SEBAGAI SUPLEMEN PAKAN PENGGANTI ANTIBIOTIK (The Percentages of Broiler Carcas Fed on Earthworm Meal as Feed Supplement for Antibiotic Substitution)

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. tingkat konsumsi ayam dan telur penduduk Indonesia tinggi. Menurut Badan

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. tingkat konsumsi ayam dan telur penduduk Indonesia tinggi. Menurut Badan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ayam dan telur bukanlah jenis makanan yang asing bagi penduduk indonesia. Kedua jenis makanan tersebut sangat mudah dijumpai dalam kehidupan masyarakat sehari-hari. Bahkan

Lebih terperinci

Pengaruh Lumpur Sawit Fermentasi dalam Ransum Terhadap Performa Ayam Kampung Periode Grower

Pengaruh Lumpur Sawit Fermentasi dalam Ransum Terhadap Performa Ayam Kampung Periode Grower Jurnal Peternakan Sriwijaya Vol. 4, No. 2, Desember 2015, pp. 41-47 ISSN 2303 1093 Pengaruh Lumpur Sawit Fermentasi dalam Ransum Terhadap Performa Ayam Kampung Periode Grower F.N.L. Lubis 1*, S. Sandi

Lebih terperinci

PENGARUH PENAMBAHAN TEPUNG TEMU KUNCI (Boesenbergia pandurata ROXB.) DALAM RANSUM TERHADAP PERFORMANS PADA AYAM BROILER SKRIPSI.

PENGARUH PENAMBAHAN TEPUNG TEMU KUNCI (Boesenbergia pandurata ROXB.) DALAM RANSUM TERHADAP PERFORMANS PADA AYAM BROILER SKRIPSI. PENGARUH PENAMBAHAN TEPUNG TEMU KUNCI (Boesenbergia pandurata ROXB.) DALAM RANSUM TERHADAP PERFORMANS PADA AYAM BROILER SKRIPSI Oleh ERISKI DIAN ARTANTO FAKULTAS PETERNAKAN DAN PERTANIAN UNIVERSITAS DIPONEGORO

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian menggunakan rancangan eksperimental dengan Post Test Only

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian menggunakan rancangan eksperimental dengan Post Test Only 32 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian menggunakan rancangan eksperimental dengan Post Test Only Control Group Design. Melibatkan dua kelompok subyek, dimana salah satu kelompok

Lebih terperinci

MATERI DAN METODA. Materi

MATERI DAN METODA. Materi MATERI DAN METODA Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan selama 6 bulan di Laboratorium Biokimia Fisiologi Mikrobiologi Nutrisi Fakultas Peternakan, Laboratorium Biologi Hewan Pusat Penelitian Sumberdaya

Lebih terperinci

PENGARUH SUPLEMENTASI ASAM AMINO DL-METIONIN DAN L-LISIN KADALUARSA DALAM PAKAN TERHADAP PERFORMAN AYAM BROILER

PENGARUH SUPLEMENTASI ASAM AMINO DL-METIONIN DAN L-LISIN KADALUARSA DALAM PAKAN TERHADAP PERFORMAN AYAM BROILER PENGARUH SUPLEMENTASI ASAM AMINO DL-METIONIN DAN L-LISIN KADALUARSA DALAM PAKAN TERHADAP PERFORMAN AYAM BROILER Oleh : 2005/187249/PT/04996 SKRIPSI Diserahkan guna memenuhi sebagian syarat yang diperlukan

Lebih terperinci

SURYA AGRITAMA Volume 4 Nomor 1 Maret 2015

SURYA AGRITAMA Volume 4 Nomor 1 Maret 2015 PENGARUH PENAMBAHAN SARI JAHE (Zingiber Officinale Rocs) DAN KUNYIT (Curcumae Domestical Val) PADA AIR MINUM TERHADAP KONSUMSI PAKAN, KONVERSI PAKAN DAN KONSUMSI AIR MINUM PADA AYAM BROILER Geger Destiawan,

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Rancangan penelitian dalam penelitian ini menggunakan rancangan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Rancangan penelitian dalam penelitian ini menggunakan rancangan 33 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Rancangan penelitian dalam penelitian ini menggunakan rancangan eksperimental dengan Post Test Only Control Group Design. Desain ini menggunakan

Lebih terperinci

Lokakarya Fungsional Non Peneiti 1997 Sistem Perkandangan 1. Dari umur sehari sampai dengan umur 2 mingggu digunakan kandang triplek + kawat ukuran 1

Lokakarya Fungsional Non Peneiti 1997 Sistem Perkandangan 1. Dari umur sehari sampai dengan umur 2 mingggu digunakan kandang triplek + kawat ukuran 1 ANALISA USAHA PENGGEMUKAN AYAM BURAS DENGAN SISTEM PEMELIHARAAN SECARA INTENSIF Erwanto Balai Penelitian Ternak Ciawi, P.O. Box 221, Bogor 16002 Bahan PENDAHULUAN Ayam buras merupakan ayam lokal yang banyak

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 2. Hasil Evaluasi Karakteristik Semen Ayam Arab pada Frekuensi Penampungan yang Berbeda

HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 2. Hasil Evaluasi Karakteristik Semen Ayam Arab pada Frekuensi Penampungan yang Berbeda HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil evaluasi semen secara makroskopis (warna, konsistensi, ph, dan volume semen) dan mikroskopis (gerakan massa, motilitas, abnormalitas, konsentrasi, dan jumlah spermatozoa per

Lebih terperinci

Efektivitas Suplemen Herbal Terhadap Pertumbuhan dan Kululushidupan Benih Ikan Lele (Clarias sp.)

Efektivitas Suplemen Herbal Terhadap Pertumbuhan dan Kululushidupan Benih Ikan Lele (Clarias sp.) Efektivitas Suplemen Herbal Terhadap Pertumbuhan dan Kululushidupan Benih Ikan Lele (Clarias sp.) Dian Puspitasari Program studi Budidaya Perairan, Fakultas pertanian, Universitas Asahan Email: di_dianri@yahoo.com

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian dengan rancangan eksperimental dengan (Post Test Only

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian dengan rancangan eksperimental dengan (Post Test Only BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Rancangan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian dengan rancangan eksperimental dengan (Post Test Only Control Group Design).

Lebih terperinci

Pengaruh Imbangan Energi dan Protein Ransum terhadap Energi Metabolis dan Retensi Nitrogen Ayam Broiler

Pengaruh Imbangan Energi dan Protein Ransum terhadap Energi Metabolis dan Retensi Nitrogen Ayam Broiler Pengaruh Imbangan Energi dan Protein Ransum terhadap Energi Metabolis dan Retensi Nitrogen Ayam Broiler Tampubolon, Bintang, P.P. Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran e-mail : ktgmusical@yahoo.co.id

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. pengetahuan masyarakat tentang gizi yang meningkat. Penduduk Indonesia

I. PENDAHULUAN. pengetahuan masyarakat tentang gizi yang meningkat. Penduduk Indonesia I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permintaan terhadap protein hewani terus meningkat yang disebabkan oleh jumlah penduduk yang pesat, pendapatan masyarakat dan perkembangan pengetahuan masyarakat tentang

Lebih terperinci