PENGARUH PEMBERIAN INFUS TAPAK DARA (Vinca sp) PERORAL TERHADAP GAMBARAN HISTOPATOLOGIK DAN BERAT HEPAR MENCIT BETINA (Mus musculus)

Transkripsi

1 PENGARUH PEMBERIAN INFUS TAPAK DARA (Vinca sp) PERORAL TERHADAP GAMBARAN HISTOPATOLOGIK DAN BERAT HEPAR MENCIT BETINA (Mus musculus) THE EFFECT OF PER ORAL APPLICATION OF TAPAK DARA (Vinca sp.) INFUS ON LIVER HISTOPATOLOGICAL PRE PARATION AND WEIGHT OF FEMALE MICE (Mus musculus) Oleh Agustina Dwi Wijayanti

2 PENGARUH PEMBERIAN INFUS TAPAK DARA (Vinca sp) PERORAL TERHADAP GAMBARAN HISTOPATOLOGIK DAN BERAT HEPAR MENCIT BETINA (Mus musculus) THE EFFECT OF PER ORAL APPLICATION OF TAPAK DARA (Vinca sp.) INFUS ON LIVER HISTOPATOLOGICAL PRE PARATION AND WEIGHT OF FEMALE MICE (Mus musculus) Agustina Dwi Wijayanti* Abstract This research carried out to knowing some effects of per oral aplication tapak dara infus toward histological preparation of mice liver and it s weight. The research used 32 of female mice (mus musculus) and devided on three groups of treatment and a group for control. Tapak dara infus given per oral 0,25 ml 25 % to group I, 0,25 ml 15 % to group II, 0,25 ml 25 % to group III and 0,25 ml of aquades to control group, every day on 30 days. The histopathological preparation showed degenerated, mitosis and nekrosis of liver from the treatment. The statistical calculation used CRD method results no significant changes on liver weight between the group of treatment and control. PENDAHULUAN Pengobatan tradisional telah lama dikenal dan dipraktekakan oleh masyarakat kita, terutama bahan-bahan dari tanaman. Tanaman tapak dara ( Vinca sp ), telah dikenal memiliki berbagai khasiat dalam mengobati batuk, obat pereda, peluruh haid,

3 pembersih darah, pengelat, penurun tekanan darah (Anonimus, 1985), sebagai obat malaria, obat sembelit dan obat kencing manis (Syamsuhidayat dan Hutapea, 1991) serta dikenal pula sebagai bahan pengobatan kanker (Umiati, 1991). Menurut Tyler et. al. (1988), lebih dari 70 alkaloid telah diisolasi dari tanaman ini meliputi vinkristin, vinblastin, ajmalisin, vincamin, serpentin, reserpin dan 1 kolkisin. Selain memiliki efek terapi ternyata tapak dara juga bersifat neurotoksik, menyebabkan gangguan hepar dan ginjal dan pada dosis tertentu meracuni organ-organ. Gilman dan Goodman (1985) menyebutkan sebagian besar alkaloid tapak dara diekskresikan lewat hati menuju sistem empedu dan kurang dari 5 % diekskresikan lewat urin. Adanya efek toksik ini telah mendorong dilakukannya penelitian ini yaitu terhadap gambaran histopatologik dan perubahan berat hepar sebagai salah satu organ tubuh yang penting. METODE Penelitian ini menggunakan 32 ekor mencit betina (Mus musculus) berumur 30 hari dan berat badan berkisar 25 gram. Mencit dibagi menjadi satu kelompok kontrol (kelompok I) dan tiga kelompok perlakuan (kelompok I, II, dan III). Infus dibuat dengan mencampur simplisia tapak dara dengan air secukupnya dan dipanaskan 90 0 C 1 Lab. Diagnostik klinik dan Radiologi

4 selama 15 menit dengan konsentrasi 5 %, 15 % dan 25 %. Pemberian infus dilakukan setiap hari sebanyak 0,25 ml selama 30 hari secara oral dengan spuit berkanul. Untuk kontrol diberikan akuades sebanyak 0,25 ml. Pada hari ke 31 mencit dibunuh, hepar ditimbang kemudian dibuat preparat histopatologi. Hasil dan Pembahasan Hasil penimbangan menunjukkan berat hepar rata-rata kelompok I adalah 1,1625 gr, kelompok II 1,125 gr, kelompok III 1,1 gr dan kelompok kontrol 0,9875 gr (tabel 1). Perhitungan dengan metode CRD (Completely Randomized Design) memperoleh hasil analisa varians berat hepar tidak menunjukkan perbedaan yang nyata, sehingga tidak ada perbedaan berat hepar diantara mencit perlakuan dan kontrol terhadap pemberian infus tapak dara.

5 Tabel 1. Perhitungan CRD terhadap hasil berat hepar mencit yang diberi infus tapak dara per oral kelompok kontrol (0%), I (5%), II (15%), III (25%). No. 0% 5% 15% 25% total 1. 1,1 1,2 1,2 1,0 2. 1,0 1,4 1,6 1,1 3. 0,9 1,0 1,0 1,0 4. 0,9 1,1 1,2 1,3 5. 1,4 1,3 1,4 1,3 6. 1,0 1,3 1,1 0,8 7. 0,8 0,9 1,2 1,1 8. 0,8 1,1 1,1 1,2 jumlah : 7,9 9,3 9,8 8,8 35,8 mean : ,1625 1,225 1,1 1,11875 St. dev : 0,198 0,168 0,218 0,730 Tabel 2. Hasil analisa varians dengan CRD Sb variasi df SS MS F Hitung F tabel 5% 1% perlakuan 3 0,241 0,08 2,66 2,94 4,578 error 28 0,928 0,03 ns : non signifikan (P<0,05). Hasil pemeriksaan preparat histopatologik menunjukkan adanya piknosis pada kelompok perlakuan II, mitosis pada kelompok III dan nekrosis dan mitosis pada kelompok IV.

6 Tabel 3. Gambaran histopatologik hepar mencit yang diberi infus tapak dara peroral No. 0 % 5% 15% 25% mitosis 2. - piknosis - mitosis, degenerasi 3. - piknosis deg.melemak piknosis degenerasi nekrosis mitosis mitosis degenerasi mitosis,degenerasi, nekrosis 8. - piknosis mitosis degenerasi Secara normal hepatosit mengalami proliferasi dalam tingkat rendah pada hewan yang masih muda. Proliferasi patologis dapat terjadi karena pemberian senyawa yang bersifat toksik. Bentuk pertama berupa degenerasi, yaitu membangun kembali masa hepar yang rusak karena pemberian zat-zat kimia yang mengakibatkan nekrosis. Bentuk kedua terjadi karena pemberian senyawa kimia yang menginduksi hiperplasia (Haschek dan Rosseaux, 1991). Terjadinya mitosis pada hepar mencit dapat dijelaskan sebagai respon terhadap senyawa yang dikandung tapak dara. Menurut Mutschler (1991), senyawa tanin dalam akar tapak dara dapat menyebabkan kerusakan hepar, sementara itu kolkisin merupakan racun mitosis yang merusak hepar dan ginjal. Gilman dan Goodman (1985) menyebutkan toksisitas pemakaian senyawa alkaloid vinkristin pada hepar adalah petekie hemoragi, hepatitis, degenerasi, proliferasi dan nekrosis hepar. Gambaran mitosis dan nekrosis yang terjadi pada

7 perlakuan III dan IV diakibatkan oleh tanin dan beberapa alkaloid tapak dara yang menginduksi kerusakan dan nekrosis hepar seperti vinkristin dan kolkisin. Kesimpulan Hasil pembahasan gambaran histopatologik hepar menunjukkan bahwa pemberian infus tapak dara per oral pada mencit betina dengan kadar tertentu dapat menyebabkan terjadinya mitosis, piknosis dan nekrosis pada sel-sel hepar. Sedangkan pengujian berat hepar terhadap pengaruh infus tapak dara memberikan hasil non signifikan yang berarti bahwa tidak ada perubahan berat hepar akibat pemeberian infus tapak dara. Daftar Pustaka Anonimus, Tanaman Obat Indonesia. Jilid I. Departemen Kesehatan Republik Indonesia.p.79. Gilman,A.G. and Goodman L.S.,1985. Pharmakological Basis of Theraupetics. Seventh ed. Macmillan Publishing New York.p Hascheck, W.M. and Rousseaux C.G.,1991. Handbook of Toxicology Pathology. Academic Press Inc.pp Mutschler,E.,1991. Dinamika Obat. Edisi ke-5. ITB Bandung.pp Stanley,H. Pine, Hendrickson, J.B., Cram,D.J., dan Hammond, G.S., Kimia Organik II. Edisi ke-4. ITB Bandung. P.744. Syamsuhidayat, S.S. Dan Hutapea J.R., Inventaris Tanaman Obat Indonesia I. Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. P.

8 Umiati, N.S., Pola-Pola Pengobatan Tradisional Daerah Jawa Timur. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Direktorat Jenderal Kebudayaan. Direktorat Sejarah dan Nilai Tradisional. Proyek Inventaris dan Pembinaan Nilai-Nilai Tradisional. P.69.