BAB 4 HASIL dan PEMBAHASAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB 4 HASIL dan PEMBAHASAN"

Transkripsi

1 BAB 4 HASIL dan PEMBAHASAN 4.1 Profile Perusahaan dan Responden Profile PT. Sumber Makmur PT Sumber Makmur atau yang lebih dikenal dengan Sumber Makmur Ban merupakan salah satu perusahaan yang berperan sebagai agen dalam melakukan penjualan serta bengkel ban dan velg mobil. Sumber Makmur Ban yang beralamat di Jalan Daan Mogot 119 blok B1-2, Jakarta telah memulai operasinya sejak akhir tahun 1985 dan merupakan salah satu authorized dealer atau TOMO (Toko Model) dari PT Bridgestone Tire Indonesia. TOMO diambil dari sebuah kata dalam bahasa Jepang, Tomodachi, yang berarti teman. Ide dari kata tersebut adalah dengan teman yang saling mendukung, maka perjuangan memenangkan persaingan bisnis yang amat ketat akan lebih mudah. Hingga kini, kata TOMO dipakai menjadi singkatan dari kata Toko Model. Pada awal pendiriannya, Sumber Makmur Ban hanya berstatus perusahaan kecil. Namun seiring dengan berjalannya waktu, pada tahun 1998 status badan hukum perusahaan berubah menjadi berbentuk PT (Perseroan Terbatas) yang berdiri berdasarkan akte notaris Akhmad Tolip dan disertai dengan surat lainnya, seperti adanya SIUP (Surat Izin Usaha Perdagangan) nomor 1729/0349/09-03/PK/ 85 dan TDUP (Tanda Daftar Usaha Perdagangan) nomor 0912/09-03/TDUP/IX/1998 yang diresmikan pada tanggal 10 September 1998 oleh Drs. J. Radjagoekgoek. Selama hampir 23 tahun berdiri, Sumber Makmur Ban tentu saja sudah memiliki konsumen yang loyal. Konsumennya mayoritas adalah perorangan, namun tak sedikit pula perusahaan-perusahaan, bengkel-bengkel, serta toko yang melakukan kerja sama dengannya.

2 51 Koleksi ban yang dimiliki oleh Sumber Makmur Ban cukup lengkap, mulai dari buatan lokal hingga impor. Tak hanya Bridgestone, merek lainnya seperti Goodyear, Dunlop, GT Radial, Achilles, Accelera, Toyo, Firenza, Michelin, Pirelli, Continental, Yokohama, dan lain sebagainya juga tersedia. Begitu juga dengan velg yang tersedia, sebut saja merek SSW, Autocouture, Fusion atau Fabulous yang rata-rata merupakan produksi Taiwan. Selain menjual produk ban dan velg (baik impor maupun lokal), Sumber Makmur Ban juga melakukan pelayanan jasa berupa bengkel ban. Berbagai pelayanan seperti spooring 3D computerized, balancing, finish balance, dan service velg racing dapat ditemui disana. Pada saat ini, PT. Sumber Makmur telah memiliki karyawan sebanyak 17 orang yang sangat efektif dalam pembagian dan pelaksanaan tugasnya. Berikut adalah struktur organisasi dari PT. Sumber Makmur : Pemilik Sekretaris Marketing/ Sales Finance/ Accounting Staff Pajak Kepala Mekanik Staff Penagihan S S S S S S S S S D D Sumber : PT. Sumber Makmur (2008) Gambar 4.1 Struktur Organisasi PT. Sumber Makmur

3 52 Keterangan : S = Staff pekerja (mekanik) D = Driver (Supir) Spesifikasi pekerjaan tersebut adalah sebagai berikut : Pemilik - Me-manage segala sesuatunya mulai dari hal yang kecil sampai hal yang besar. - Turun langsung ke lapangan untuk memantau dan melakukan pengawasan secara menyeluruh atas semua kegiatan yang terjadi. - Merumuskan dan menetapkan strategi perusahaan serta membuat perencanaan jangka panjang. - Bertanggung jawab secara umum atas kelancaran operasi perusahaan. Sekretaris - Menjadi wakil pemilik dan mewakili pemilik apabila pemilik sedang tidak ada di tempat. - Menyusun laporan pertanggungjawaban. - Memeriksa laporan keuangan. - Membuat undangan dan mengurusi berbagai surat. Marketing/ Sales - Bertanggung jawab dalam pembelian dan penjualan barang. - Memantau pembelian dan penjualan, kemudian melaporkannya kepada pemilik.

4 53 - Melakukan promosi untuk meningkatkan volume penjualan dan mencari informasi mengenai pasar. Finance/ Accounting - Memantau pengeluaran dan pemasukan, kemudian melaporkannya kepada pemilik. - Melakukan pencatatan atas segala kegiatan keluar masuknya arus keuangan. - Bertanggung jawab dalam penggunaan uang, pencatatan bukti transaksi sampai membuat laporan keuangan secara periodik. Staff Pajak - Mengurusi pembayaran pajak perusahaan dan berbagai administrasi mengenai perpajakan. - Menangani pajak yang bersangkutan dengan kegiatan perusahaan. Staff Penagihan - Menagih piutang dan mengurusi bagian utang piutang. - Melakukan penagihan terhadap konsumen yang melakukan hutang, kemudian melaporkan kepada bagian keuangan yang diteruskan langsung ke pemilik. Kepala Mekanik - Mengatur dan memberi tugas kepada staff pekerja. - Mengatur dan mengawasi pengiriman barang hingga tujuan. - Melakukan Quality Control bersama pemilik.

5 54 Staff Pekerja - Melaksanakan dan melaporkan setiap pekerjaan yang berasal dari kepala mekanik. Driver (Supir) - Mengantarkan dan mengambil barang Profile Responden Responden dalam penelitian ini adalah masyarakat yang bertempat tinggal di wilayah Jakarta Barat khususnya daerah Kebon Jeruk dan sekitarnya. Sedangkan sampelnya diambil dari responden yang memiliki kendaraan roda empat. Penyebaran kuesioner dilakukan secara door-to-door kepada responden, dimana alamat responden sebagian berasal dari database perusahaan, dan sebagian lainnya disebarkan secara acak kepada responden. Mayoritas sampel bertempat tinggal di kawasan Kebon Jeruk, Jalan Panjang, Puri Indah, Intercon, dan Meruya. Pembagian kuesioner dilakukan selama 6 hari, yang dimulai pada tanggal 17 Oktober 2008 hingga 22 Oktober 2008 dengan total sebanyak 97 responden. 4.2 Analisa Kondisi Pangsa Pasar Kondisi pasar dan perekonomian Indonesia memiliki pengaruh yang besar bagi usaha perdagangan. Secara umum kondisi ekonomi makro Indonesia pada tahun 2007 lebih baik dari tahun Hal tersebut ditandai dengan pertumbuhan ekonomi (GDP) yang melaju tinggi masing-masing pada level 5,97% (kwartal I), 6,1% (kwartal II), 6,4% (kwartal III),

6 55 dan 6,3% (kwartal IV) dan juga ekspor yang mengalami pertumbuhan 10,6% dengan nilai US$ 117 milyar. Dari sekian banyak sektor yang turut berpengaruh terhadap peningkatan pertumbuhan ekonomi nasional di tahun 2007, sektor pengangkutan dan komunikasi adalah sektor yang paling berpengaruh dibandingkan dengan sektor ekonomi lainnya, yaitu dengan pertumbuhan sebesar 11,90%. Pada tahun 2008 dimana terjadi ketidakstabilan ekonomi global dan melonjaknya harga minyak yang terus berlanjut mengakibatkan pertumbuhan ekonomi dunia mengalami perlambatan. Namun, dari sisi domestik, pemerintah sendiri memperkirakan ekonomi tahun 2008 tumbuh sebesar 6,8%. Industri otomotif pun diperkirakan akan lebih baik dari tahun Hal tersebut juga terlihat dari tingginya produksi dan penjualan kendaraan bermotor tahun 2007 dibandingkan dengan tahun 2006, walaupun belum dapat mencapai level produksi dan penjualan tahun Berikut adalah kinerja industri otomotif selama 3 tahun terakhir (dalam unit) : Tabel 4.1 Kinerja Industri Otomotif vs 06 (%) Mobil - Produksi Penjualan Domestik (%) Ekspor (CBU) Impor (CBU) Sumber : APBI (2008)

7 56 Tabel di atas menggambarkan kinerja industri otomotif yang mengalami peningkatan di tahun 2007, meski sempat mengalami penurunan di tahun Analisa Kondisi Pasar Industri Otomotif Industri otomotif (kendaraan bermotor) merupakan originated driven demand dan pasar potensial bagi tinggi rendahnya penjualan ban. Di tahun 2007 industri otomotif di Indonesia menunjukkan pertumbuhan yang cukup tinggi seiring dengan pulihnya kondisi ekonomi dan daya beli masyarakat setelah terpuruk pada tahun 2006, paska kenaikan harga BBM di akhir tahun Produksi mobil dalam tahun 2007 adalah unit, merupakan suatu peningkatan yang cukup tinggi yaitu 39.1% dari tahun 2006 (sebesar unit), walaupun belum kembali ke angka produksi tahun 2005 (sebesar unit). Sementara penjualan domestik juga mengalami peningkatan sebesar 35.9% dari unit tahun 2006 menjadi unit tahun Berikut adalah tabel mengenai data produksi dan penjualan mobil tahun 2007 dalam perbandingannya dengan tahun 2006 : Tabel 4.2 Produksi dan Penjualan Mobil Tahun Produksi Penjualan Domestik Kategori % (+/-) % (+/-) 1. Passenger (Sedan) (21.8) Passenger (MVP 4x2) Passenger (SUV 4x4) Commercial (Bus) Commercial (Truck/ Pickup) Commercial (Double Cabin) DOMESTIK

8 57 IMPORT (CBU) EXPORT (CBU) TOTAL Sumber : GAIKINDO (2008) Naiknya produksi mobil tahun 2007 mengakibatkan penjualan ban di pasar perakitan (OEM market) juga mengalami peningkatan di tahun 2007 sebesar 32.6% mencapai unit dari unit (tahun 2006). Dengan meningkatnya penjualan kendaraan bermotor di pasar dalam negeri akan mengakibatkan bertambahnya jumlah kendaraan bermotor di dalam negeri, yang tentunya akan menjadi pasar potensial bagi permintaan terhadap ban, baik di pasar perakitan (OEM market) dan di pasar umum (replacement market). Tingginya permintaan ban di pasar perakitan (OEM market) juga dapat dilihat dari jumlah produksi kendaraan bermotor di tahun berjalan, sedangkan jumlah mobil yang terdaftar di seluruh POLDA di Indonesia merupakan pasar potensial untuk tinggi rendahnya penjualan ban di pasar umum (replacement market). Berikut adalah data jumlah mobil terdaftar di Indonesia yang diperoleh dari Ditlantas POLRI melalui APBI, namun dari data berikut terlihat bahwa pertambahan jumlah mobil terdaftar sejak tahun 2002, jauh melebihi jumlah penjualan mobil tahunannya di pasar domestik. Tidak ada keterangan dari mana sisa tambahan mobil tersebut.

9 58 Tabel 4.3 Jumlah Mobil di Indonesia POSISI Pertambahan Penjualan Perkiraan Jumlah Tahun Awal Tahun Akhir Tahun Jumlah Mobil Mobil Domestik Mobil Terdaftar Akhir Tahun Sumber : APBI (2008) Menurut data Kepolisian yang dikutip oleh APBI, jumlah mobil terdaftar akhir tahun 2007 adalah sebanyak unit. Melihat jumlah mobil yang cukup signifikan tersebut, tentunya dapat membuat bisnis industri ban turut terdongkrak naik. Industri otomotif di tahun 2008 pun diperkirakan akan lebih baik dari tahun 2007 yang juga telah meningkat tinggi dari tahun 2006 setelah turun ± 25% dari tahun Menurut sumber dari Gaikindo (Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia) produksi dan penjualan mobil di tahun 2008 diperkirakan akan naik dari unit (2007) menjadi unit, dimana kenaikan yang terjadi sebesar ± 20%. Perkiraan ini dapat menjadi kenyataan bahkan dapat lebih tinggi lagi realisasinya apabila melihat realisasi penjualan domestik mobil pada Triwulan I/2008 yang mencapai

10 unit dibandingkan periode yang sama tahun 2007 sebesar unit (meningkat 59,2%). Peningkatan penjualan pun semakin tinggi pada bulan April dan Mei 2008, dengan penjualan bulanan rata-rata yang mencapai ± unit mobil. Meskipun terjadinya kenaikan BBM di akhir bulan Mei 2008 yang tentu saja memiliki pengaruh yang signifikan terhadap harga kebutuhan pokok dan penurunan daya beli, penurunan penjualan pun terkena dampaknya dalam 3 bulan pertama setelah kenaikan terjadi. Namun tingginya penjualan dalam 5 bulan pertama tahun 2008, rencana pertama penjualan mobil ( unit) sepertinya masih dapat dicapai Analisa Kondisi Pasar Industri Ban Pulihnya kegiatan ekonomi dan perdagangan mulai awal tahun 2007, secara berangsur-angsur meningkatkan permintaan ban di pasar. Produksi dan penjualan total ban mobil selama 10 tahun ( ) telah meningkat menjadi lebih dari dua kali lipat (213%). Dengan tahun 2007 sebagai dasar, ini berarti rata-rata pertumbuhannya 8-10% per tahun. Hal tersebut merupakan suatu pertumbuhan yang cukup baik. Namun apabila dilihat penjualan pada tiap segmen pasar yang pertumbuhannya konsisten pada tingkat yang tinggi yaitu 13-15% per tahun, adalah penjualan di pasar ekspor selama 10 tahun yang pada tahun 2007 sudah mencapai lebih dari 3 kali lipat (347%) dari posisi tahun Halaman berikut menggambarkan tabel penjualan ban untuk kendaraan roda empat selama 10 tahun terakhir.

11

12 61 Pertumbuhan di pasar Replacement sangat dipengaruhi oleh stabilitas perekonomian dan perdagangan serta daya beli masyarakat, walaupun tahun 2005, penjualan di Replacement market sudah mencapai 117% (atau 10 juta unit ban) dari level tahun 1997, namun tahun 2006 turun lagi ke posisi 87%, sedangkan tahun 2007 berada pada level 96%. Penjualan di pasar OEM pertumbuhannya lebih baik dengan makin kokohnya industri mobil nasional. Tahun 2005, penjualan di pasar OEM sudah mencapai 141% dari level tahun 1997, walaupun menurun lagi tahun 2006 ke posisi 88%, namun tahun 2007 sudah kembali naik ke posisi 117%. Berikut adalah tabel yang menjelaskan mengenai produksi dan penjualan ban mobil selama 2 tahun terakhir, yaitu tahun 2006 dan Tabel 4.5 Produksi dan penjualan ban mobil tahun Ban Mobil (Roda-4) (dalam 000 unit) Tahun 2006 Tahun vs 06 (%) Produksi Penjualan * Replacement Sales * OEM Sales * Export Sales Total Penjualan Sumber : APBI (2008) Pertumbuhan produksi dan penjualan ban tahun 2007 masih terus dirasakan saat memasuki awal tahun Permintaan ban di dalam negeri terus menguat baik di pasar Replacement maupun pasar OEM. Berdasarkan sumber dari APBI (Asosiasi Perusahaan Ban

13 62 Indonesia), kuatnya permintaan ban di pasar dalam negeri dapat dilihat dari data produksi dan penjualan ban selama empat bulan pertama tahun 2008 jika dibandingkan dengan tahun 2007 sebagai berikut : Tabel 4.6 Produksi dan penjualan ban mobil (Januari April 2007 dan 2008) Ban Mobil (Roda-4) (dalam 000 unit) Jan April 2007 Jan April vs 07 (%) Produksi Penjualan * Replacement Sales * OEM Sales * Export Sales Total Penjualan Sumber : APBI (2008) Dilihat dari tabel produksi dan penjualan di atas, penjualan di pasar dalam negeri (Replacement + OEM Market) naik 37,1% dari (Januari April 2007) menjadi unit (Januari April 2008), dimana hal ini merupakan kenaikan tertinggi dalam 5 tahun terakhir. Kenaikan ini juga dipicu oleh kenaikan penjualan di pasar OEM yang pada periode ini, naik 62,5% dari unit menjadi unit, seiring dengan pulihnya produksi industri otomotif, setelah mengalami penurunan ± 25% tahun Analisa Kondisi Pasar Lima Perusahaan Ban Terbaik Industri ban di Indonesia terdiri dari perusahaan-perusahaan ban yang mana mayoritas dari perusahaan-perusahaan tersebut tergabung dalam APBI. APBI yang adalah kependekan dari Asosiasi Perusahaan Ban Indonesia dan diketuai oleh Drs. A. Azis Pane,

14 63 MBA merupakan suatu perhimpunan atau asosiasi tempat perusahaan-perusahaan ban Indonesia berkumpul. Beberapa perusahaan yang tergabung ialah dalam APBI ini ialah : Merek Ban - PT. Goodyear Indonesia Goodyear - PT. Bridgestone Tire Indonesia Bridgestone - PT. Gajah Tunggal Tbk. Gajah Tunggal - PT. Industri Karet Deli Swallow - PT. Ariga Mira Rubber Works Aaron - PT. Sumi Rubber Indonesia Dunlop - PT. Suryaraya Rubberindo Industries Federal - PT. Elang Perdana Tyre Industry EPCO/ Accelera - PT. Banteng Pratama Mizzle - PT. Hung-A Indonesia Thunderbird - PT. United King Land Kingland - PT. Surabaya Kencana Tyre Industry Primax Seluruh perusahaan yang tergabung dalam APBI wajib melaporkan data produksi dan penjualan per tahunnya ke APBI. Berikut adalah data produksi dan penjualan perusahaan ban yang tergabung dalam APBI di tahun 2006 dan 2007 : Produksi ban roda-4 (PCR, Mini Truck, Light Truck & Truck/ Bus) Tabel 4.7 Produksi Ban Roda-4 (dalam unit) Tahun 2006 Tahun 2007 PT. Intirub PT. Goodyear Indonesia PT. Bridgestone Tire Indonesia

15 64 PT. Gajah Tunggal Tbk PT. Mega Safe Tyre Industry PT. Industri Karet Delli PT. Ariga Mira Rubber Works - - PT. Sumi Rubber Indonesia PT. Elang Perdana Tyre Industry TOTAL % 07 VS Sumber : APBI (2008) Penjualan Domestik (Replacement Sales & OEM Sales) tahun 2007 Tabel 4.8 Penjualan Domestik 2007 (dalam unit) Pasar Replacement Pasar OEM Total Domestik PT. Intirub PT. Goodyear Indonesia PT. Bridgestone Tire Indonesia PT. Gajah Tunggal Tbk PT. Mega Safe Tyre Industry PT. Industri Karet Delli PT. Ariga Mira Rubber Works PT. Sumi Rubber Indonesia PT. Elang Perdana Tyre Industry PT. Suryaraya Rubberindo Industries PT. Banteng Pratama - - -

16 65 PT. Hung-A Indonesia PT. King-Land TOTAL Tahun TOTAL Tahun % 07 VS Sumber : APBI (2008) Berdasarkan kedua tabel di atas, dapat diketahui bahwa terdapat 5 besar perusahaan ban, dimana pada kelima perusahaan tersebut akan dilakukan perhitungan pangsa pasar dan peralihan konsumen yang terjadi. Berikut adalah nama 5 perusahaan ban dengan tingkat produksi dan penjualan tertinggi : Tabel 4.9 Perusahaan Ban Nama Perusahaan Ban Merek Ban Lokasi Pabrik PT. Goodyear Indonesia Goodyear Bogor PT. Bridgestone Tire Indonesia Bridgestone Bekasi/ Karawang PT. Gajah Tunggal Tbk. Gajah Tunggal Tangerang PT. Sumi Rubber Indonesia Dunlop Cikampek PT. Elang Perdana Tyre Industry EPCO/ Accelera Bogor Sumber : APBI (2008) Kelima perusahaan tersebut tentunya sudah tidak asing lagi karena memang mayoritas perusahaan tersebut sudah ada sejak lama dan menghasilkan merek-merek ban yang telah mendunia. Berikut adalah penjelasan mengenai kelima perusahaan tersebut :

17 66 PT. Goodyear Indonesia PT. Goodyear Indonesia yang telah berdiri sejak tahun 1935 merupakan anak perusahaan dari The Goodyear Tire & Rubber Company yang berpusat di Amerika Serikat dan merupakan produsen pertama ban di Indonesia. Sejak awal kendaraan mulai massal, Goodyear telah bekerjasama dengan berbagai perusahaan mobil terkemuka di seluruh dunia untuk menyuplai ban Original Equipment (OE). Sampai saat ini hubungan kerjasama itu terus terjalin dengan pabrikpabrik mobil terkemuka di seluruh dunia seperti Toyota, Honda, Nissan, Suzuki, Volkswagen, Audi, Mercedes Benz, BMW, Citroen, Ford, dan General Motor. PT. Bridgestone Tire Indonesia PT. Bridgestone Tire Indonesia merupakan perusahaan patungan swasta Nasional Indonesia dengan swasta Jepang yang didirikan pada tanggal 8 September Dengan jaringan pemasaran yang luas mencakup domestik, penjualan ke agen (replacement), penjualan ke perusahaan perakit mobil kendaraan (OE/OEM) dan ekspor, PT. Bridgestone Tire Indonesia ini telah mendapatkan pengakuan mutu produknya oleh Bridgestone Corporation sehingga mendapat kepercayaan sebagai Export Bridgestone ke seluruh dunia. PT. Gajah Tunggal Tbk. Di awal berdirinya pada tahun 1951, PT. Gajah Tunggal Tbk. merupakan perusahaan yang memproduksi ban sepeda. Namun seiring dengan berjalannya waktu, perubahan produksi terjadi. Saat ini, Gajah Tunggal menjadi produsen ban terbesar di Asia Selatan di mana tidak hanya memproduksi ban sepeda, tetapi untuk seluruh kendaraan, seperti tabung ban untuk sepeda motor, mobil penumpang, komersial dan kendaraan alat berat.

18 67 PT. Sumi Rubber Indonesia PT. Sumi Rubber Indonesia didirikan pada tahun 1995 di Cikampek untuk menggantikan pabrik ban Sumitomo Rubber Industry (berpusat di Jepang) yang mengalami kerusakan hebat dan tidak dapat beroperasi kembali. PT. Sumi Rubber Indonesia yang memproduksi ban merek Dunlop ini memproduksi ban untuk truk, bus, mobil penumpang, dan motor. Perusahaan ini juga banyak menjalin kerja sama dengan perusahaan-perusahaan mobil untuk menyuplai ban OEM (Original Equipment Manufacturing). Toyota, Honda, Nissan, Daihatsu, dan Suzuki merupakan sebagian kecil perusahaan yang bekerja sama dengannya. PT. Elang Perdana Tyre Industry PT. Elang Perdana Tyre Industry adalah perusahaan yang memproduksi ban untuk kendaraan roda empat dan roda dua dengan mengandalkan teknologi dari Belanda. Perusahaan yang berdiri sejak tahun 1996 dan berlokasi di Citeureup, Bogor ini mengeluarkan ban dagang lokal dengan merek Accelera, Epco, dan Millenium. Kelima merek ban tersebut meraih penjualan tertinggi di antara perusahaan lainnya yang tergabung dalam APBI. Berikut adalah rincian data produksi dan penjualan ban roda-4 (PCR, Mini truck, Light truck & Truck/ bus) dalam bentuk unit selama 4 tahun terakhir dari lima merek ban tersebut.

19 68 Data produksi ban (PCR, Mini truck, Light truck & Truck/ bus) dalam bentuk unit : Tabel 4.10 Produksi Ban (dalam unit) Tahun Tahun Tahun Tahun PT. Goodyear Indonesia PT. Bridgestone Tire Indonesia PT. Gajah Tunggal Tbk PT. Sumi Rubber Indonesia PT. Elang Perdana Tyre Industry TOTAL Sumber : APBI (2008) Data penjualan domestik (Replacement Sales & OEM Sales) dalam satuan mata uang : Tabel 4.11 Penjualan Domestik (dalam jutaan rupiah) Tahun 2006 Tahun 2007 Pertumbuhan Pasar PT. Goodyear Indonesia % PT. Bridgestone Tire Indonesia % PT. Gajah Tunggal Tbk % PT. Sumi Rubber Indonesia % PT. Elang Perdana Tyre Industry % TOTAL Sumber : Hasil Pengolahan Data (2008)

20 69 Berdasarkan tabel penjualan kelima merek ban tersebut, maka dapat diketahui tingkat pertumbuhan pasar dari masing-masing merek dengan menggunakan rumus perhitungan : G m = R I + R L dimana : G m = % pertumbuhan pasar R I = kenaikan pendapatan tahun ini R L = pendapatan tahun lalu Berikut adalah pertumbuhan pasar kelima merek ban tersebut: PT. Goodyear Indonesia G m = 100% x 100% = 100% + 12,55% = 112,55% PT. Bridgestone Tire Indonesia G m = 100% x 100% = 100% + 22,43% = 122,43% PT. Gajah Tunggal, Tbk G m = 100% x 100%

21 70 = 100% + 22,04% = 122,04% PT. Sumi Rubber Indonesia G m = 100% x 100% = 100% + 40,16% = 140,16% PT. Elang Perdana Tyre Industry G m = 100% x 100% = 100% + 12,62% = 112,62% Dari hasil perhitungan tersebut dapat ditarik kesimpulan pertumbuhan pasar tertinggi diraih oleh PT. Sumi Rubber Indonesia (Dunlop) dengan kenaikan tingkat pertumbuhan sebesar 40,16%. Kemudian PT. Bridgestone Tire Indonesia (Bridgestone) mengalami tingkat pertumbuhan pasar sebesar 22,43%, PT. Gajah Tunggal, Tbk (GT Radial) mengalami tingkat pertumbuhan pasar sebesar 22,04%, PT. Elang Perdana Tyre Industry (Accelera) mengalami tingkat pertumbuhan pasar sebesar 12,62%, dan terakhir ialah PT. Goodyear Indonesia (Goodyear) dengan tingkat pertumbuhan pasar sebesar 12,55%.

22 71 Data penjualan domestik (Replacement Sales & OEM Sales) dalam bentuk unit : Tabel 4.12 Penjualan Domestik (dalam unit) Tahun Tahun Tahun Tahun PT. Goodyear Indonesia PT. Bridgestone Tire Indonesia PT. Gajah Tunggal Tbk PT. Sumi Rubber Indonesia PT. Elang Perdana Tyre Industry TOTAL Sumber : APBI (2008) Berdasarkan tabel penjualan kelima merek ban tersebut, maka perhitungan pangsa pasar yang dimiliki oleh masing-masing merek dapat dilakukan dengan menggunakan rumus: M s = S M t dimana : M s = pangsa pasar, dinyatakan dalam istilah persentase S = penjualan M t = total pasar

23 72 Berikut adalah pangsa pasar yang dimiliki oleh masing-masing merek di tahun 2007: PT. Goodyear Indonesia M s = = 0,0609 = 6,09 % PT. Bridgestone Tire Indonesia M s = = 0,3969 = 39,69 % PT. Gajah Tunggal, Tbk M s = = 0,2939 = 29,39 % PT. Sumi Rubber Indonesia M s = = 0,2084 = 20,84 % PT. Elang Perdana Tyre Industry M s = = 0,0399 = 3,99 % Dari hasil perhitungan tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa PT. Goodyear Indonesia (Goodyear) menguasai pangsa pasar sebanyak 6,09%, PT. Bridgestone Tire Indonesia (Bridgestone) sebanyak 39,69%, PT Gajah Tunggal, Tbk (GT Radial) sebanyak 29,39%, PT. Sumi Rubber Indonesia (Dunlop) sebanyak 20,84%, dan PT. Elang Perdana

24 73 Tyre Industry (Accelera) sebanyak 3,99%. Berikut adalah persentase pangsa pasar masing-masing merek ban tersebut dalam bentuk gambar (pie-chart) : Dunlop 21% Gajah Tunggal 29% Accelera 4% Bridgestone 40% Goodyear 6% Sumber : Hasil Pengolahan Data (2008) Gambar 4.2 Persentase Pangsa Pasar Lima Merek Ban Berdasarkan perhitungan di atas, berikut adalah tabel yang menggabungkan perbandingan antara pertumbuhan pasar dan pangsa pasar yang diperoleh masing-masing merek. Tabel 4.13 Pertumbuhan dan Pangsa Pasar Kelima Merek Ban Merek Ban Pertumbuhan Pasar (Market Growth) Pangsa Pasar (Market Share) Goodyear 112,55% 6,09% Bridgestone 122,43% 39,69% Gajah Tunggal 122,04% 29,39% Dunlop 140,16% 20,84% Accelera 112,62% 3,99% Sumber : Hasil Pengolahan Data (2008)

25 74 Dengan menggunakan grafik, maka akan lebih terlihat jelas perbandingan antara kelima merek ban dilihat dari segi pertumbuhan pasar (market growth) dan pangsa pasar (market share) GY BS GT DL AC GY BS GT DL AC Sumber : Hasil Pengolahan Data (2008) Gambar 4.3 Grafik Pertumbuhan Pasar Lima Merek Ban GY BS GT DL AC Sumber : Hasil Pengolahan Data (2008) GY BS GT DL AC Gambar 4.4 Grafik Pangsa Pasar Lima Merek Ban

26 75 Dari kedua grafik di atas, dapat terlihat bahwa Goodyear memiliki pertumbuhan pasar yang cukup baik (sebesar 12,55%), namun pangsa pasarnya kurang (sebesar 6,09%). Sementara itu, pertumbuhan pasar yang dialami Bridgestone cukup tinggi (sebesar 22,43%) dan menguasai pangsa pasar tertinggi di antara kelima merek lainnya yaitu sebesar 39,69%. Gajah Tunggal memiliki pertumbuhan pasar yang juga cukup tinggi (sebesar 22,04%) dengan pangsa pasar sebesar 29,39%. Pertumbuhan pasar tertinggi diperoleh Dunlop yaitu sebesar 40,16% dan menguasai pangsa pasar sebesar 20,84%. Sementara itu, Accelera memiliki pertumbuhan pasar yang relatif kecil (sebesar 12,62%) dan dengan pangsa pasar yang juga tidak terlalu besar, yaitu hanya sebesar 3,99% Analisa Kondisi Pasar Berdasarkan Hasil Kuesioner Berdasarkan hasil kuesioner yang telah diperoleh, maka dapat dilihat bahwa merek ban yang paling menguasai pasar ialah Bridgestone, diikuti oleh Dunlop, Goodyear, GT Radial, dan Accelera. Persentase pilihan pasar dapat dilihat pada tabel di bawah ini : Jenis ban yang terakhir/ saat ini digunakan oleh responden Tabel 4.14 Jenis Ban yang Digunakan No. Merek Ban Jumlah Pengguna Ban Persentase (%) Pengguna Ban 1 Bridgestone 39 40,206 % 2 GT Radial 6 6,186 % 3 Dunlop 30 30,928 % 4 Goodyear 12 12,371 % 5 Accelera 10 10,309 % TOTAL % Sumber : Hasil Kuesioner (2008)

27 76 Berdasarkan hasil kuesioner tersebut, dapat diketahui bahwa mayoritas masyarakat yang bertempat tinggal di daerah Jalan Panjang dan sekitarnya menggunakan ban Bridgestone (40,206%) sebagai ban yang digunakannya saat ini. Kemudian, 30,928% menggunakan ban Dunlop, 12,371% menggunakan ban Goodyear, 10,309% menggunakan ban Accelera, dan 6,186% menggunakan ban GT Radial. Urutan ban yang paling baik menurut responden Tabel 4.15 Urutan Ban Terbaik No. Merek Ban Jumlah Suara 1 Bridgestone Dunlop Goodyear GT Radial Accelera 158 TOTAL 1455 Sumber : Hasil Kuesioner (2008) Berdasarkan hasil kuesioner di atas, dapat diketahui bahwa mayoritas masyarakat yang bertempat tinggal di daerah Jalan Panjang dan sekitarnya menjawab Bridgestone sebagai ban terbaik, yang kemudian disusul oleh Dunlop, Goodyear, GT Radial, dan terakhir Accelera.

28 77 Jenis ban yang ingin dimiliki oleh konsumen Tabel 4.16 Jenis Ban yang Ingin Dimiliki Konsumen No. Merek Ban Jumlah Pengguna Ban Persentase (%) Pengguna Ban 1 Bridgestone 45 46,392 % 2 GT Radial 8 8,247 % 3 Dunlop 30 30,928 % 4 Goodyear 11 11,340 % 5 Accelera 3 3,093 % TOTAL % Sumber : Hasil Kuesioner (2008) Berdasarkan hasil kuesioner di atas, dapat disimpulkan bahwa mayoritas masyarakat yang bertempat tinggal di daerah Jalan Panjang dan sekitarnya ingin mengganti ban yang sekarang digunakannya dengan ban Bridgestone (sebanyak 46,392%). Kemudian sebanyak 30,928% ingin mengganti ban yang saat ini digunakan dengan ban Dunlop, 11,340% ingin mengganti ban yang saat ini digunakan dengan ban Goodyear, 8,247% ingin mengganti ban yang saat ini digunakan dengan ban GT Radial, dan sebanyak 3,093% yang ingin mengganti bannya menjadi ban Accelera. Dilihat dari keseluruhan hasil kuesioner, dapat disimpulkan bahwa kondisi pangsa pasar di Jalan Panjang cukup baik. Secara keseluruhan mayoritas masyarakat lebih memilih Bridgestone sebagai ban andalannya, yang kemudian diikuti oleh Dunlop, Goodyear, GT Radial, dan Accelera. Hal itu disebabkan karena di daerah tersebut sudah terdapat dua

29 78 authorized dealer dari Bridgestone yang telah berdiri cukup lama, yaitu Warna Warni Ban dan W&W Ban. 4.3 Analisa Peluang Bisnis Perusahaan dengan menggunakan Markov Chains Dalam menganalisa peluang bisnis yang dapat diraih perusahaan, penulis menggunakan Rantai Markov (Markov Chains) sebagai alat bantu dalam menentukan pangsa pasar dari masing-masing merek ban saat terjadi perpindahan konsumen dan pada saat kondisi ekuilibirum. Dalam menggunakan Markov Chains terdapat 3 prosedur yang harus dilakukan guna menentukan perpindahan konsumen yang terjadi, yaitu menyusun matriks probabilitas transisi, menghitung kemungkinan pangsa pasar di masa mendatang, dan menentukan kondisi ekuilibrium. # Prosedur 1 : Menyusun matriks probabilitas transisi Dalam menyusun matriks probabilitas transisi, perlu diketahui berapa probabilitas pengguna ban dari tiap-tiap merek. Berdasarkan hasil kuesioner, dapat diketahui berapa jumlah pengguna ban dari setiap mereknya. Hasil tersebut dapat dilihat pada tabel di bawah ini: Tabel 4.17 Jumlah Pengguna Ban Dari Setiap Merek No. Merek Ban Jumlah Pengguna Ban Persentase (%) Pengguna Ban 1 Bridgestone 39 40,206 % 2 GT Radial 6 6,186 % 3 Dunlop 30 30,928 % 4 Goodyear 12 12,371 %

30 79 5 Accelera 10 10,309 % TOTAL % Sumber : Hasil Kuesioner (2008) Berdasarkan hasil kuesioner di atas, maka dapat disimpulkan bahwa probabilitas dari satu orang yang menggunakan satu di antara kelima merek ban tersebut adalah : State 1 - Bridgestone 39/ 97 = 0,40206 = 40,206% State 2 - GT Radial 6/ 97 = 0,06186 = 6,186% State 3 - Dunlop 30/ 97 = 0,30928 = 30,928% State 4 - Goodyear 12/ 97 = 0,12371 = 12,371% State 5 - Accelera 10/ 97 = 0,10309 = 10,309% Jika probabilitas tersebut diletakkan dalam vektor probabilitas state maka akan menjadi : π (1) = (0,40206 ; 0,06186 ; 0,30928 ; 0,12371 ; 0,10309) di mana : π (1) = vektor probabilitas state kelima merek ban untuk periode 1 π 1 = 0,40206=probabilitas satu orang yang menggunakan merek ban Bridgestone,state 1 π 2 = 0,06186= probabilitas satu orang yang menggunakan merek ban GT Radial, state 2 π 3 = 0,30928= probabilitas satu orang yang menggunakan merek ban Dunlop, state 3 π 4 = 0,12371= probabilitas satu orang yang menggunakan merek ban Goodyear, state 4 π 5 = 0,10309= probabilitas satu orang yang menggunakan merek ban Accelera, state 5 Setelah mengetahui probabilitas saat ini dari setiap merek ban, maka perlu juga diketahui berapa persentase responden yang ingin berpindah merek. Berikut adalah tabel mengenai responden yang ingin mengganti merek bannya di kemudian hari :

31 80 Tabel 4.18 Merek Ban yang Ingin Dimiliki Konsumen No. Merek Ban Jumlah Pengguna Ban Persentase (%) Pengguna Ban 1 Bridgestone 45 46,392 % 2 GT Radial 8 8,247 % 3 Dunlop 30 30,928 % 4 Goodyear 11 11,340 % 5 Accelera 3 3,093 % TOTAL % Sumber : Hasil Kuesioner (2008) Berdasarkan data yang diperoleh di atas, maka perubahan pelanggan dapat dilihat pada tabel di bawah ini : Tabel 4.19 Pertukaran Pelanggan Merek Periode pertama Perubahan selama periode Periode kedua Jumlah pelanggan Mendapatkan Kehilangan Jumlah pelanggan Bridgestone GT Radial Dunlop Goodyear Accelera Sumber : Hasil Pengolahan Data (2008) Tabel di atas hanya menampilkan berapa jumlah kehilangan dan mendapatkan dari pesaing secara keseluruhan, tanpa diketahui dengan jelas dari mana dan ke mana

32 81 responden berpindah. Oleh karena itu, tabel berikut ini akan menguraikan lebih jelas, selain terdapat informasi tentang jumlah kehilangan ke merek para pesaing, terdapat juga informasi jumlah mendapatkan langganan dari merek-merek saingan. Tabel 4.20 Pergantian Merek Mendapatkan dan Kehilangan Merek Periode pertama jumlah pelanggan Mendapatkan dari Kehilangan ke Periode kedua jumlah pelanggan BS GT DL GY AC BS GT DL GY AC BS GT DL GY AC Sumber : Hasil Pengolahan Data (2008) Persentase perpindahan konsumen tersebut dapat lebih jelas terlihat pada tabel di bawah ini : Tabel 4.21 Pergantian Merek Ke Persentase perpindahan Ke Dari Bridgestone GT Radial Dunlop Goodyear Accelera Bridgestone GT Radial Dunlop Goodyear

33 82 Accelera Sumber : Hasil Pengolahan Data (2008) Keterangan : = Tetap dalam penguasaan (pemilikan) atau RETENTIONS Tabel 4.22 Pergantian Merek (persentase) Ke Persentase perpindahan Ke Dari Bridgestone GT Radial Dunlop Goodyear Accelera Bridgestone 0,7436 0,0769 0,1026 0, GT Radial 0,3333 0,3333 0,1667 0, Dunlop 0,3 0,0333 0, Goodyear 0,1667 0,1667 0,1667 0,5 0 Accelera 0,3 0 0,3 0,1 0,3 Sumber : Hasil Pengolahan Data (2008) Keterangan : = Tetap dalam penguasaan (pemilikan) atau RETENTIONS Tabel di atas menunjukkan adanya perpindahan konsumen dari merek ban yang satu ke merek ban lainnya. Sebesar 74,36% dari pengguna Bridgestone tetap menggunakan ban Bridgestone, 7,69% dari pengguna Bridgestone berpindah ke GT Radial, 10,26% pengguna Bridgestone berpindah ke Dunlop, 7,69% pengguna Bridgestone berpindah ke Goodyear. Untuk responden yang menggunakan ban GT Radial, sebesar 33,33% dari pengguna GT Radial tetap menggunakan ban GT, 33,33% dari pengguna GT berpindah ke Bridgestone, 16,67% pengguna GT berpindah ke Dunlop, dan 16,67% pengguna GT berpindah ke Goodyear.

34 83 Untuk responden yang menggunakan ban Dunlop, sebesar 66,67% dari pengguna Dunlop tetap menggunakan ban Dunlop, 30% dari pengguna Dunlop berpindah ke Bridgestone, dan 3,33% pengguna Dunlop berpindah ke GT Radial. Untuk responden yang menggunakan ban Goodyear, sebesar 50% dari pengguna Goodyear tetap menggunakan ban Goodyear, 16,67% dari pengguna Goodyear berpindah ke Bridgestone, 16,67% dari pengguna Goodyear berpindah ke GT Radial, dan 16,67% pengguna Goodyear berpindah ke Dunlop. Untuk responden yang menggunakan ban Accelera, sebesar 30% dari pengguna Accelera tetap menggunakan ban Accelera, 30% dari pengguna Accelera berpindah ke Bridgestone, 30% dari pengguna Accelera berpindah ke Dunlop, dan 10% pengguna Accelera berpindah ke Goodyear. Berdasarkan kalkulasi dari perpindahan konsumen di atas, dapat digambarkan dengan menggunakan diagram pohon seperti di bawah ini : Bridgestone #1 0,40206 # 1 # 2 # 3 # 4 # 5 0,40206 (0,7436) = 0,2990 0,40206 (0,0769) = 0,0309 0,40206 (0,1026) = 0,0413 0,40206 (0,0769) = 0,0309 0,40206 (0) = 0 GT Radial #2 0,06186 # 1 # 2 # 3 # 4 0,06186 (0,3333) = 0,0206 0,06186 (0,3333) = 0,0206 0,06186 (0,1667) = 0,0103 0,06186 (0,1667) = 0,0103 # 5 0,06186 (0) = 0

35 84 Dunlop #3 0,30928 # 1 # 2 # 3 # 4 # 5 0,30928 (0,3) = 0,0928 0,30928 (0,0333) = 0,0103 0,30928 (0,6667) = 0,2062 0,30928 (0) = 0 0,30928 (0) = 0 # 1 0,12371 (0,1667) = 0,0206 Goodyear #4 0,12371 # 2 # 3 # 4 # 5 0,12371 (0,1667) = 0,0206 0,12371 (0,1667) = 0,0206 0,12371 (0,5) = 0,0619 0,12371 (0) = 0 Accelera #5 0,10309 # 1 # 2 # 3 # 4 0,10309 (0,3) = 0,0309 0,10309 (0) = 0 0,10309 (0,3) = 0,0309 0,10309 (0,1) = 0,0103 # 5 0,10309 (0,3) = 0,0309 Sumber : Hasil Pengolahan Data (2008) Gambar 4.5 Diagram Pohon Perhitungan Markov

36 85 Berdasarkan data yang telah dijelaskan sebelumnya, matriks transisi probabilitasnya akan menjadi seperti berikut ini : Mempertahankan dan kehilangan 0,7436 0,0769 0,1026 0, ,3333 0,3333 0,1667 0, Mempertahankan dan P = 0,3 0,0333 0, memperoleh 0,1667 0,1667 0,1667 0,5 0 0,3 0 0,3 0,1 0,3 Matriks tersebut memperlihatkan bahwa ban merek Bridgestone mewakili state 1, GT Radial mewakili state 2, Dunlop mewakili state 3, Goodyear mewakili state 4, dan Accelera mewakili state 5. Arti dari probabilitas tersebut dapat digambarkan seperti berikut: Baris 1 0,7436 = P 11 = probabilitas pangsa pasar Bridgestone setelah sebelumnya merupakan pengguna Bridgestone 0,0769 = P 12 = probabilitas pangsa pasar GT Radial setelah sebelumnya merupakan pengguna Bridgestone 0,1026 = P 13 = probabilitas pangsa pasar Dunlop setelah sebelumnya merupakan pengguna Bridgestone 0,0769 = P 14 = probabilitas pangsa pasar Goodyear setelah sebelumnya merupakan pengguna Bridgestone 0 = P 15 = probabilitas pangsa pasar Accelera setelah sebelumnya merupakan pengguna Bridgestone

37 86 Baris 2 0,3333 = P 21 = probabilitas pangsa pasar Bridgestone setelah sebelumnya merupakan pengguna GT Radial 0,3333 = P 22 = probabilitas pangsa pasar GT Radial setelah sebelumnya merupakan pengguna GT Radial 0,1667 = P 23 = probabilitas pangsa pasar Dunlop setelah sebelumnya merupakan pengguna GT Radial 0,1667 = P 24 = probabilitas pangsa pasar Goodyear setelah sebelumnya merupakan pengguna GT Radial 0 = P 25 = probabilitas pangsa pasar Accelera setelah sebelumnya merupakan pengguna GT Radial Baris 3 0,3 = P 31 = probabilitas pangsa pasar Bridgestone setelah sebelumnya merupakan pengguna Dunlop 0,3333 = P 32 = probabilitas pangsa pasar GT Radial setelah sebelumnya merupakan pengguna Dunlop 0,6667 = P 33 = probabilitas pangsa pasar Dunlop setelah sebelumnya merupakan pengguna Dunlop 0 = P 34 = probabilitas pangsa pasar Goodyear setelah sebelumnya merupakan pengguna Dunlop 0 = P 35 = probabilitas pangsa pasar Accelera setelah sebelumnya merupakan pengguna Dunlop Baris 4 0,1667 = P 41 = probabilitas pangsa pasar Bridgestone setelah sebelumnya merupakan pengguna Goodyear

38 87 0,1667 = P 42 = probabilitas pangsa pasar GT Radial setelah sebelumnya merupakan pengguna Goodyear 0,1667 = P 43 = probabilitas pangsa pasar Dunlop setelah sebelumnya merupakan pengguna Goodyear 0,5 = P 44 = probabilitas pangsa pasar Goodyear setelah sebelumnya merupakan pengguna Goodyear 0 = P 45 = probabilitas pangsa pasar Accelera setelah sebelumnya merupakan pengguna Goodyear Baris 5 0,3 = P 51 = probabilitas pangsa pasar Bridgestone setelah sebelumnya merupakan pengguna Accelera 0 = P 52 = probabilitas pangsa pasar GT Radial setelah sebelumnya merupakan pengguna Accelera 0,3 = P 53 = probabilitas pangsa pasar Dunlop setelah sebelumnya merupakan pengguna Accelera 0,1 = P 54 = probabilitas pangsa pasar Goodyear setelah sebelumnya merupakan pengguna Accelera 0,3 = P 55 = probabilitas pangsa pasar Accelera setelah sebelumnya merupakan pengguna Accelera # Prosedur 2 : Menghitung kemungkinan pangsa pasar di waktu yang akan datang Untuk menghitung kemungkinan pangsa pasar di waktu yang akan datang (periode kedua) dapat dilakukan dengan perhitungan seperti di bawah ini :

39 88 π (2) = π (1) P K t(2) = P x K t (j-1) =(0,40206, 0,06186, 0,30928, 0,12371, 0,10309) 0,7436 0,0769 0,1026 0, ,3333 0,3333 0,1667 0, ,3 0,3333 0, ,1667 0,1667 0,1667 0,5 0 0,3 0 0,3 0,1 0,3 = [(0,40206)(0,7436) + (0,06186)(0,3333) + (0,30928)(0,3) + (0,12371)(0,1667) + (0,10309)(0,3), (0,40206)(0,0769) + (0,06186)(0,3333) + (0,30928)(0,0333) + (0,12371)(0,1667) + (0,10309)(0), (0,40206)(0,1026) + (0,06186)(0,1667) + (0,30928)(0,6667) + (0,12371)(0,1667) + (0,10309)(0,3), (0,40206)(0,0769) + (0,06186)(0,1667) + (0,30928)(0) + (0,12371)(0,5) + (0,10309)(0,1), (0,40206)(0) + (0,06186)(0) + (0,30928)(0) + (0,12371)(0) + (0,10309)(0,3)] = [(0, , , , ,0309), (0, , , , ), (0, , , , ,0309), (0, , , ,0103), ( ,0309)] = (0,4638; 0,0824; 0,3093; 0,1134; 0,0309) Berdasarkan perhitungan di atas, maka pada state kedua Bridgestone akan menguasai pasar sebesar 46,38%, GT Radial menguasai pasar sebesar 8,24%, Dunlop menguasai pasar sebesar 30,93%, Goodyear menguasai pasar sebesar 11,34%, dan Accelera menguasai pasar sebesar 3,09%.

40 89 Hal yang sama juga dilakukan untuk menghitung kemungkinan pangsa pasar di waktu berikutnya (periode ketiga). π (3)= π (2) P K t(3) = P x K t (j-1) = (0,4638, 0,0824, 0,3093, 0,1134, 0,0309) 0,7436 0,0769 0,1026 0, ,3333 0,3333 0,1667 0, ,3 0,0333 0, ,1667 0,1667 0,1667 0,5 0 0,3 0 0,3 0,1 0,3 = [(0,4638)(0,7436) + (0,0824)(0,3333) + (0,3093)(0,3) + (0,1134)(0,1667) + (0,0309)(0,3), (0,4638)(0,0769) + (0,0824)(0,3333) + (0,3093)(0,0333) + (0,1134)(0,1667) + (0,0309)(0), (0,4638)(0,1026) + (0,0824)(0,1667) + (0,3093)(0,6667) + (0,1134)(0,1667) + (0,0309)(0,3), (0,4638)(0,0769) + (0,0824)(0,1667) + (0,3093)(0) + (0,1134)(0,5) + (0,0309)(0,1), (0,4638)(0) + (0,0824)(0) + (0,3093)(0) + (0,1134)(0) + (0,0309)(0,3)] = [(0, , , , ,0093), (0, , , , ), (0, , , , ,0093), (0, , , ,0031), ( ,0093)] = (0,4934; 0,0924; 0,2957; 0,1089; 0,0093) Berdasarkan perhitungan di atas, maka pada state ketiga Bridgestone akan menguasai pasar sebesar 49,34%, GT Radial menguasai pasar sebesar 9,24%, Dunlop menguasai pasar sebesar 29,57%, Goodyear menguasai pasar sebesar 10,89%, dan Accelera menguasai pasar sebesar 0,93%.

41 90 # Prosedur 3 : Menentukan kondisi ekuilibrium Langkah selanjutnya ialah menentukan kondisi ekuilibrium pangsa pasar kelima merek ban tersebut. Mempertahankan dan kehilangan A B C D E A 0,7436 0,0769 0,1026 0, B 0,3333 0,3333 0,1667 0, Mempertahankan dan C 0,3 0,0333 0, memperoleh D 0,1667 0,1667 0,1667 0,5 0 E 0,3 0 0,3 0,1 0,3 Kondisi ekulibrium akan tercapai jika : K t(eq) = P x K t(eq) Dalam matriks tersebut diasumsikan Bridgestone (A), GT Radial (B), Dunlop (C), Goodyear (D), dan Accelera (E). Berdasarkan matriks tersebut, dapat dibentuk sebuah persamaan dan pangsa pasar A yang merupakan jumlah dari pangsa pasar A + pangsa pasar A yang berasal dari B + pangsa pasar A yang berasal dari C + pangsa pasar A yang berasal dari D + pangsa pasar A yang berasal dari E. Hal yang sama juga diterapkan untuk pangsa pasar B, C, D, dan E, sehingga jika dituliskan dalam bentuk persamaan matematika akan menjadi seperti berikut : A (eq) 0,7436 0,3333 0,3 0,1667 0,3 A (eq) B (eq) 0,0769 0,3333 0,3333 0, B (eq) C (eq) = 0,1026 0,1667 0,6667 0,1667 0,3 X C (eq) D (eq) 0,0769 0, ,5 0,1 D (eq) E (eq) ,3 E (eq)

42 91 A eq = 0,7436 A eq + 0,3333 B eq + 0,3 C eq + 0,1667 D eq + 0,3 E eq (1) B eq = 0,0769 A eq + 0,3333 B eq + 0,3333 C eq + 0,1667 D eq + 0 E eq (2) C eq = 0,1026 A eq + 0,1667 B eq + 0,6667 C eq + 0,1667 D eq + 0,3 E eq (3) D eq = 0,0769 A eq + 0,1667 B eq + 0 C eq + 0,5 D eq + 0,1 E eq (4) E eq = 0 A eq + 0 B eq + 0 C eq + 0 D eq + 0,3 E eq (5) 1 = A eq + B eq + C eq + D eq + E eq (6) Persamaan keenam digunakan untuk menunjukkan bahwa total kelima pangsa pasar yang baru adalah 1,0. Dari keenam persamaan tersebut, kemudian dilakukan perhitungan dengan menggunakan software QM for Windows, dimana hasilnya adalah sebagai berikut : Sumber : Hasil Pengolahan Data (2008) Gambar 4.6 Hasil Perhitungan Dengan Software QM for Windows Dari hasil perhitungan tersebut, maka pada kondisi ekuilibirium Bridgestone akan menguasai pasar sebesar 53,33%, GT Radial menguasai pasar sebesar 10,45%, Dunlop menguasai pasar sebesar 27,48%, Goodyear menguasai pasar sebesar 11,69%, dan

43 92 Accelera menguasai pasar sebesar 0%. Berikut adalah persentase pangsa pasar masingmasing merek ban tersebut dalam bentuk gambar (pie-chart) : Accelera Dunlop 0% 27% Gajah Tunggal 10% Goodyear 11% Bridgstone 52% Sumber : Hasil Pengolahan Data (2008) Gambar 4.7 Persentase Pangsa Pasar Lima Merek Ban Saat Kondisi Ekuilibrium Melihat hasil yang telah diperoleh di atas, maka dapat diketahui bahwa PT. Sumber Makmur masih memiliki peluang untuk mengembangkan bisnisnya di lokasi tersebut, yaitu di Jalan Panjang. 4.4 Rekomendasi Bagi Perusahaan Berdasarkan hasil yang telah diperoleh di atas, Bridgestone tetaplah menjadi market leader dimana Bridgestone dapat menguasai pasar sebesar 53,33% yang diikuti oleh Dunlop (27,48%), Goodyear (11,69%), GT Radial (10,45%), dan Accelera (0%). Melihat hasil yang telah diperoleh, penulis kembali mengkonfirmasikan kepada pihak perusahaan agar perusahaan dapat membuat pilihan berdasarkan pengolahan data yang telah dilakukan. Pada akhirnya, perusahaan menetapkan 2 kemungkinan pilihan, yaitu menjadi dealer Dunlop atau Gajah Tunggal. Memang pada awalnya PT. Sumber Makmur tetap ingin menjadi authorized dealer dari Bridgestone sama halnya seperti yang saat ini

44 93 dilakukan di bengkel yang berlokasi Daan Mogot. Namun mengingat di lokasi baru sekarang (Jalan Panjang) sudah terdapat authorized dealer Bridgestone lainnya, membuat PT. Sumber Makmur menjadi tidak dapat menggunakannya lagi. Hal tersebut terbentur dengan peraturan yang dikeluarkan oleh PT Bridgestone Tire Indonesia dimana tidak boleh membuka TOMO (sebutan dari Bridgestone untuk para authorized dealer nya) dengan jarak 3-5 km sesama TOMO. Di sekitar lokasi barunya, yaitu di Jalan Panjang No. 38, sudah terdapat dua authorized dealer Bridgestone, yaitu Warna Warni Ban dan W&W Ban. Warna Warni Ban hanya berjarak ± 150 meter dan W&W Ban berjarak ± 500 meter. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada peta lokasi berikut ini : Warna Warni Ban Sumber : W & W Ban Gambar 4.8 Lokasi Baru PT. Sumber Makmur

45 94 Dengan adanya kedua authorized dealer Bridgestone di sekitar lokasi barunya, PT. Sumber Makmur menjadi tidak mungkin menggunakan Bridgestone. Oleh karena itu, perusahaan menjatuhkan pilihannya pada Dunlop dan Gajah Tunggal (GT). Secara keseluruhan, produksi dan penjualan yang dihasilkan oleh kedua perusahaan ini tidak terlalu berbeda jauh. Hal tersebut dapat dilihat pada tabel berikut yang menggambarkan produksi dan penjualan ban yang telah diperoleh kedua merek ban tersebut di tahun Tabel 4.23 Produksi, Penjualan, dan Ekspor tahun 2007 Dunlop Gajah Tunggal (GT) Produksi Ban Roda Penjualan Domestik Pasar Replacement Pasar OEM Ekspor Sumber : APBI (2008) Dilihat dari tabel di atas, dapat diketahui bahwa produksi yang dilakukan Dunlop dan Gajah Tunggal (GT) tidak terlalu berbeda jauh. Hanya ada sedikit perbedaan dimana produksi Dunlop lebih tinggi dibandingkan GT. Dari segi penjualan domestik, Dunlop lebih tinggi menjual bannya ke pasar OEM, yaitu penjualan yang dilakukan ke perusahaan perakit mobil kendaraan. Di sisi lain, GT lebih tinggi menjual bannya ke pasar replacement, dimana penjualan dilakukan ke agen-agen. Dilihat dari segi ekspor, ban Dunlop juga lebih tinggi dalam melakukan penjualan secara ekspor dibandingkan dengan ban GT.

46 Analisa Ban Merek Dunlop Berikut adalah analisa yang dilakukan untuk merek ban Dunlop dilihat dari beberapa aspek, seperti kualitas produk, partner yang bekerja sama, serta jaringan yang dimiliki perusahaan Kualitas Produk (Ban) Dunlop Ban Dunlop yang merupakan produk dari PT. Sumi Rubber Indonesia telah hadir di Indonesia sejak tahun Sesuai dengan tagline yang dianut oleh Dunlop, driving to the future, PT. Sumi Rubber Indonesia selalu mengedepankan kepuasan pelanggan dan berkomitmen menjaga kualitas produknya, sehingga memungkinkan Dunlop untuk menjadi yang terbesar di pasar domestik di masa mendatang. Kualitas produk (ban) yang dihasilkan oleh Dunlop tersebut dapat dilihat dari berbagai aspek, yaitu : Material Ban Dalam membuat ban terdapat standar material yang akan digunakan. Dunlop pun juga menggunakan standar material dalam pembuatan ban nya. Berbagai jenis material yang digunakan untuk membuat struktur ban dapat dibagi secara garis besar sebagai berikut :

47 96 Karet alam (NR) Karet SBR BR IR IIR Karet sintetis lainnya Karet daur ulang Katun/ kapas Material Ban Benang Rayon Nylon Polyester Aramid Kawat baja Fiber glas Kawat Bead Kawat baja Karbon hitam Silica Bahan lainnya Bahan Campuran Karet Belerang Akselerator Bahan lainnya Anti oksidan Pengisi Pelembut Bahan lainnya Sumber : Data dari Perusahaan (2008) Gambar 4.9 Material Ban

48 97 Karet Ban Jenis-jenis karet terbagi menjadi 2, yaitu : Karet Alam Karet alam berasal dari getah pohon karet (lateks), yang kemudian ditambahkan bahan kimia lainnya. Berdasarkan cara pembuatannya, karet alam digolongkan menjadi RSS atau Ribbed Smoked Sheet (Lembaran karet yang diasap untuk menghindari pembusukan), ADS atau Air Dried Sheet (Lembaran karet yang dikeringkan dengan udara panas) dan ampas karet. Semua karet tersebut disebut dengan karet mentah, dan diklasifikasikan berdasarkan kelemahan dan kerusakannya agar sesuai dengan standar internasional. Karet alam mempunyai karakteristik yang merata di seluruh aspek, dapat dipakai untuk berbagai keperluan, serta mempunyai sifatsifat fisik (physical property) yang baik setelah menjadi kompon. Selain itu karet alam mempunyai tensile strength, ketahanan terhadap keretakan dan proses pengerjaan yang menguntungkan, mampu dikerjakan pada kondisi yang beragam hingga ke tingkat temperatur yang tinggi, selain itu membangkitkan panas rendah, dan ketahanan terhadap separation yang baik. Namun demikian ketahanan terhadap proses penuaan rendah, mulai berubah sifat fisiknya, serta bila dibandingkan dengan karet sintetis, karakteristik karet alam hanya sedikit lebih rendah dari segi ketahanan terhadap keausan dan daya cengkeram. Mengingat banyaknya peningkatan mutu karet sintetis, pemakaian karet alam menjadi cenderung berkurang, tapi akhir-akhir ini mengingat ban dengan steel radial banyak diproduksi, pemakaian karet

49 98 alam kembali meningkat karena daya rekat karet alam terhadap steel sangat baik. Berikut adalah penjelasan mengenai jenis-jenis karet alam beserta dengan penggunaannya : Tabel 4.24 Jenis-jenis Karet Alam Type Penampilan Pemakaian Ribbed Smoked Lembaran berlubang Jenis umum karet yang terbuat dari Sheet (RSS) berwarna coklat lateks, banyak digunakan untuk kekuning-kuningan. pembuatan ban serta barang industri lainnya. Diklasifikasikan menurut mutunya dari 1 hingga 5. Brown Crepe Berwarna coklat kekuning-kuningan seperti bentuk karpet. Karet berkelas rendah, murah dan mudah bocor dan merupakan karet lembaran yang tidak melalui proses TS Rubber (Karet Berbentuk blok dan pengasapan. Banyak dipakai untuk barang industri sepatu dan juga ban. Karet alam yang dihitung seberapa berspesifikasi berwarna coklat banyak penambahan karakteristik teknis) kekuning-kuningan. kerusakan karetnya. Cara pengemasan seperti karet sintetis, seberat kg. Sumber : Data dari Perusahaan (2008)

50 99 Karet Sintetis Pengembangan karet sintetis ditingkatkan seiring dengan pengembangan industri otomotif yang dimulai pada pertengahan tahun 1950, dan banyak membutuhkan ban yang tahan terhadap panas, kerusakan, keausan dan sebagainya. Oleh karenanya produksi karet sintetis sebagai pengganti karet alam menjadi berkembang pesat. Atas alasan ini, penggunaan karet sintetis yang memiliki karakteristik tertentu seperti ketahanan terhadap panas, keausan dan sebagainya, banyak dipakai hingga batas tertentu. Pada umumnya pemakaian karet sintetis pada ban tidak hanya satu jenis saja, tetapi mencampurkan 2 atau 3 jenis karet sintetis. Namun, setelah melalui proses riset dan pengembangan yang berkelanjutan, ditemukanlah IR (Isoprennen Rubber) yang sifat-sifat fisiknya hampir sama dengan karet alam, sehingga banyak digunakan. Pada pertengahan tahun 1970, pemakaian karet sintetis untuk proses pembuatan ban mencapai di atas 64%, namun seiring dengan pengembangan ban radial, terjadi kenaikan harga, sehingga sekali lagi pemakaian karet alam kembali dilirik dan mulai meningkat kembali pemakaiannya. Perbedaan karet alam dan karet sintetis secara garis besar ditampilkan pada tabel berikut yang menjelaskan mengenai sifat dan pemakaian tiap-tiap jenis karet :

51 100 Tabel 4.25 Sifat dan Pemakaian Karet Klasifikasi Jenis Karet Kemampuan Fisis Penggunaan pada umumnya Keuntungan Kerugian Karet alam NR Hampir merata di Mengingat hasil Tread dan casing (Karet Alam) seluruh terutama aspek, tensile alam, maka tercampurnya ban truk dan bus, casing ban strength, ketahanan benda asing pasti penumpang akan keretakan, serta terjadi, sehingga mudah dikerjakan variasi sifat fisis karet sulit dihindari Karet sintetis SBR Secara umum, Pembangkitan Semua jenis (Styrene- Butadiene ketahanan ausnya bagus serta mudah dikerjakan panas yang tinggi tread ban Rubber) BR Jika dibanding Tensile strength Tread ban yang (Butadiene Rubber) dengan SBR, elastisitas, ketahanan terhadap keausan dan ketahanan terhadap keretakan rendah, tidak cocok beroperasi jalan bagus di dan kelelahan, BR dipakai jalan kasar lebih baik IR Memiliki sifat fisis Proses Tread dan casing (Isoprene Rubber) yang sama dengan karet alam, sehingga disebut juga karet pengerjaannya sulit ban truk dan bus, casing ban penumpang alam sintetis EPT Mempunyai sifat fisis Proses vulkanisasi Sidewalls, inner (Ethylene Propylene yang unggul terutama tahan terhadap ozon, cuaca lambat serta bersifat lengket liner dan ban dalam Terpolymer) dan ketahanan

52 101 terhadap panas IIR Perembesan udara Proses Inner liner, ban (Isobutylene sangat rendah pengerjaannya sulit dalam Isoprene Rubber) Sumber : Data dari Perusahaan (2008) Selain dari jenis karet di atas, ada juga karet daur ulang, dimana sifat, proses kimia, vulkanisasi dan elastisitasnya sangat buruk. Benang Ban Secara garis besar berbagai serat pembuat ban dapat dilihat pada bagan berikut: Serat alami Kapas Serat buatan Synthetic Inorganic Rayon Nylon Polyester Aramid Kawat Baja Sumber : Data dari Perusahaan (2008) Gambar 4.10 Serat Pembuat Ban 1. Benang kapas Kapas adalah benang pertama yang digunakan sebagai rangka (casing) dari ban. Mengingat kekuatan dan hygroskopisitas (daya serap air) kapas yang buruk jika dibanding dengan serat yang lain, maka kapas tidak lagi digunakan sebagai benang ban.

53 Benang rayon Seperti halnya benang kapas, rayon mempunyai karakteristik yang kuat, tahan terhadap panas dan fatique (kelelahan), sehingga benang rayon menjadi bahan utama benang pembuat ban. Namun pemakaian benang rayon untuk sementara waktu menurun karena pemakaian serat sintetis yang lain. Dengan ditemukannya ban radial, pemakaian rayon kembali meningkat. Mengingat banyaknya benang rayon, kini benang tersebut banyak dipakai sebagai benang casing. 3. Benang nylon Nylon adalah benang yang sangat kuat dan elastis, spesifik gravity dan hygroskopisitas yang rendah, namun nylon akan mengerut pada saat dipanaskan. Meskipun demikian kini nylon banyak digunakan sebagai material benang ban bias seperti ban truk dan bus serta ban off the road. 4. Benang polyester Kekuatan polyester hampir menyamai benang nylon, namun polyester mempunyai kelebihan elastisitas dan tidak peka terhadap panas jika dibanding dengan nylon, maka polyester banyak digunakan sebagai benang casing dan belt dari ban penumpang radial maupun bias. 5. Benang aramid Aramid adalah benang yang terkuat di antara sintetis lainnya, tingkat kemulurannya sangat rendah. Pemakaian benang aramid sebagai material benang ban masih terbatas, sebab biaya pembuatannya sangat tinggi dan susah dalam proses pengerjaannya.

54 Kawat baja Pemakaian kawat baja meningkat tajam seiring dengan meningkatnya produksi ban radial. Hal ini disebabkan kawat baja memiliki ketahanan tarik yang tinggi serta sangat elastis, aspek yang dibutuhkan untuk membuat material belt pada ban radial. Kawat baja apabila dipilin akan menghasilkan karakteristik fleksibilitas dan ketahanan terhadap kelelahan yang tinggi, sehingga banyak digunakan sebagai casing dan belts dari ban truk dan bus radial, off the road dan belts ban penumpang radial. Berikut adalah grafik persentase kemuluran material benang ban 200 Steel 100 Polyester Rayon Nylon Sumber : Data dari Perusahaan (2008) Gambar 4.11 Grafik Persentase Kemuluran Material Benang Ban

55 104 Pemeliharaan tekanan angin Pada awalnya semua ban berjenis tube type. Namun demi keamanan, di Amerika telah ditemukan ban tubeless. Di berbagai negara kebutuhan akan ban tubeless terus bertambah seiring dengan pembangunan jalan tol. Permintaan meningkat tajam, karena pabrik mobil menggunakannya dan juga telah terjadi kecenderungan untuk mengganti ban tube type dengan ban tubeless. Berikut adalah gambar yang menunjukkan adanya perbedaan antara ban jenis tube type dan jenis tubeless : Sumber : Data dari Perusahaan (2008) Gambar 4.12 Perbedaan Ban Jenis Tube Type dan Tubeless Ban tube (ban dengan ban dalam T/T) adalah tipe ban dengan tube/ pipa dalam yang diisi dengan udara. Sedangkan, ban tubeless (ban tanpa ban dalam T/L) adalah tipe ban yang mempunyai lapisan karet spesial (lapisan dalam) dengan sedikit air permeability pada bagian dalam dan menggunakan material yang tahan bocor pada bagian bead sebagai pengganti tube. Ban jenis ini tidak akan mudah kempis bahkan ketika terkena paku saat digunakan.

56 105 ban tubeless : Berikut adalah tabel yang menjelaskan mengenai karakteristik kinerja Tabel 4.26 Karakterisktik Kinerja Ban Tubeless Karakteristik Deskripsi Kinerja Ban Tubeless Konstruksi 1. Lapisan karet (inner liner), seperti layaknya ban dalam pada ban jenis tube type, ditambahkan di sisi dalam ban tubeless yang berfungsi menampung tekanan udara. 2. Memakai rim valve. 3. Memiliki seal pada bagian bead nya. Kelebihan 1. Semua masalah karena tube (seperti : terlipat, terjepit) bisa dihindari. 2. Kebocoran yang mendadak akibat tertusuk paku bisa dicegah. 3. Kebocoran berjalan lambat, meski paku tertancap di telapak ban. 4. Karena tekanan udara kontak langsung dengan velg, pembuangan panasnya efisien. Kekurangan 1. Mengingat tekanan udara ditahan seal bead, apabila bead rusak, ban akan kehilangan tekanan angin bahkan rusak (separation). 2. Kebocoran mungkin terjadi, apabila velg/ flange velg bengkok, rusak, atau valve rimnya berkarat. Sumber : Data dari Perusahaan (2008)

57 106 Pola telapak (tread pattern) Seluruh jenis telapak ban tersedia dalam beragam jenis pola. Pola telapak tersebut dirancang agar mencapai karakteristik kinerja yang diinginkan dan sesuai dengan spesifikasi pemakaiannya. Mengingat penjualan ban sangat tergantung pada seberapa atraktifnya pola telapak ban, pola telapak yang modern pada ban penumpang menjadi faktor yang sangat penting. Oleh karena itu pembuat ban sangat menekankan pada peningkatan pola telapak. Pola telapak ban dapat diklasifikasikan secara umum sebagai berikut : 1. Rib Bentuk : Sebuah pola yang berbentuk alur bersambung di seluruh lingkaran ban, dan kadang juga disebut dengan pola telapak garis (cacing). Karakteristik : - Rolling resistance yang rendah. - Nyaman dikendarai. - Slip ke samping yang kecil dan kestabilan serta manuvernya baik. - Bunyi telapak yang rendah. Penggunaan : Banyak digunakan oleh semua tipe ban untuk kecepatan tinggi di jalan aspal seperti ban truk, bus, truk mini serta mobil penumpang. 2. Lug Bentuk : Pola telapak berbentuk alur yang melintang dan kadang sering disebut dengan pola telapak cross rib.

58 107 Karakteristik : - Gaya gerak dan pengereman yang bagus. - Traksi (daya dorong) yang sangat baik di jalan tak beraspal. Penggunaan : Sesuai untuk ban yang beroperasi di daerah dengan jalan tak beraspal, hampir semua kendaraan industri dan off the road menggunakan pola telapak jenis ini, mengingat daya dorongnya yang kuat. 3. Rib-Lug Bentuk : Bentuk pola telapak gabungan antara Rib dan Lug. Karakteristik : - Bentuk Rib di tengah-tengah telapak mencegah slip ke samping, serta menambah kestabilan dan kemampuan bermanuver. - Bentuk Lug yang berada di area shoulder memberikan daya dorong dan pengereman yang baik. Penggunaan : Sangat cocok untuk ban yang beroperasi di berbagai macam permukaan jalan, pola telapak seperti ini banyak digunakan oleh kendaraan truk dan truk mini. 4. Block Bentuk : Pola telapak yang terdiri atas bentuk blok-blok yang berdiri sendiri, kadang disebut juga dengan pola telapak kancing.

59 108 Karakteristik : - Daya gerak dan pengereman yang sangat baik. - Kemampuan bermanuver yang baik di permukaan jalan bersalju atau berlumpur. Penggunaan : Banyak digunakan oleh hampir seluruh ban yang beroperasi di daerah bersalju atau berlumpur, serta ban off the road. Pola telapak ini pun banyak digunakan pada ban penumpang radial, karena penampilannya yang dinamik. Berikut adalah tabel yang menggambarkan berbagai jenis pola telapak beserta keistimewaan dan pemakaiannya : Tabel 4.27 Jenis Pola Telapak Jenis Pola Telapak Keistimewaan Pemakaian Rib 1. Hambatan gulir rendah 2. Nyaman dikendarai 3. Slip ke samping kecil dan stabil 4. Suara telapak rendah - Jalan beraspal - Kecepatan tinggi Lug 1. Daya gerak dan pengereman sangat baik 2. Daya dorong sangat baik - Jenis jalan biasa - Jalan tidak beraspal, biasa untuk jalan tanah yang lunak

60 109 Rib-Lug Block Sumber : Data dari Perusahaan (2008) 1. Penyetiran stabil, mencegah slip ke samping 2. Pola lug meningkatkan daya pengereman dan traksi 1. Daya gerak dan pengereman baik sekali 2. Penyetiran yang stabil di jalan bersalju/ lumpur - Jenis jalan biasa - Jalan tidak beraspal rata, jalan berbatu, dan jalan tanah - Jenis jalan biasa - Jalan tidak beraspal (dapat digunakan untuk segala medan) Umur Ban Ban mengalami penurunan seiring dengan bertambahnya umur dan cara penggunaannya. Biasanya umur maksimal ban ialah 6 tahun, baik sudah ataupun belum pernah digunakan. Namun, banyak hal lain yang turut mempengaruhi umur ban, seperti tekanan angin dan kondisi beban atau muatan. Umur ban Dunlop diperkirakan cukup lama. Konsumen dapat menggunakan ban dunlop hingga mencapai jarak tempuh km. Penggunaan di atas angka tersebut sebaiknya mengganti ban dengan yang baru. Berdasarkan analisis yang dilakukan mengenai material yang digunakan, tekanan angin, pola telapak, serta umur ban, dapat disimpulkan bahwa kualitas ban Dunlop sangat baik. Dunlop menggunakan material-material dan memproduksi ban dengan tekanan angin yang sesuai dengan standar yang telah ditetapkan. Pola telapak yang digunakan ban Dunlop pun sangat bervariasi dan disesuaikan dengan jalan yang sering dilewati, entah jalanan beraspal, tidak beraspal, jalan tanah, hingga jalan bersalju dan berlumpur. Selain itu, umur ban Dunlop juga cukup lama dengan umur

61 110 penggunaan yang mencapai sekitar 4 5 tahun atau jarak tempuh mencapai km. Keunggulan lainnya dari ban Dunlop adalah ban nya yang relatif lebih empuk dibanding merek ban lainnya. Oleh karena itu, tak heran jika sampai saat ini Dunlop dipercaya oleh masyarakat sebagai ban yang memiliki mutu serta kualitas yang baik Partner Perusahaan Ban Dunlop banyak digunakan dalam OEM (Original Equiptment Manufacturing) mobil dimana penjualan dilakukan ke perusahaan perakit mobil kendaraan, seperti Toyota, Honda, Suzuki, Nissan, dan Daihatsu yang telah menjalin kerjasama dengannya. Sebut saja Suzuki Neo Baleno, Toyota Innova, Toyota Rush, Avanza, Honda New CRV, Nissan X-Trail yang merupakan sebagian mobil yang menggunakan Dunlop sebagai ban OEM nya. Melihat banyaknya hubungan kerja sama yang dilakukan Dunlop dengan berbagai perusahaan otomotif, tentunya membuat Dunlop lebih unggul dibanding pesaingnya. Dunlop banyak melakukan kerjasama dengan Toyota, Honda, Suzuki, Nissan, dan Daihatsu, dimana jika dilihat dari segi penjualannya, kelima merek mobil tersebut menempati posisi yang baik (peringkat 8 besar) dari keseluruhan mobil yang ada di Indonesia. Berikut adalah tabel yang menggambarkan posisi 8 besar pemain mobil di Indonesia. Tabel 4.28 Penjualan Mobil Bulan Agustus Oktober 2008 Agustus September Oktober 2008 Toyota Mitsubishi Daihatsu Suzuki Honda Nissan

62 111 Isuzu Mazda Lainnya TOTAL Sumber : (2008) Dari tabel di atas dapat disimpulkan bahwa Toyota menempati urutan pertama dengan total penjualan sampai bulan Oktober tahun 2008 mencapai unit, yang diikuti oleh Mitsubishi sebanyak unit dan Daihatsu sebanyak unit. Peringkat keempat diduduki oleh Suzuki dengan total penjualan sebanyak unit dan peringkat kelima oleh Honda sebanyak unit. Dunlop banyak melakukan kerja sama dengan Toyota, Honda, Nissan, Suzuki, dan Daihatsu. Melihat penjualan mobil dari kelima perusahaan mobil tersebut, dimana Toyota menempati urutan pertama, Daihatsu urutan ketiga, Suzuki urutan keempat, Honda urutan kelima, dan Nissan urutan keenam dari total perusahaan otomotif nasional, maka terbukti Dunlop memegang pasar dengan cukup kuat. Hal tersebut juga dapat dilihat dari pangsa pasar yang dicapai kelima merek mobil tersebut (dalam hal ini dibandingkan dengan merek mobil lainnya berdasarkan total penjualan otomotif nasional dari bulan Januari hingga Oktober 2008). Perhitungan pangsa pasar dilakukan dengan menggunakan rumus : M s = S M t di mana : M s = pangsa pasar, dinyatakan dalam istilah persentase S = penjualan M t = total pasar

63 112 Berikut adalah pangsa pasar yang dimiliki oleh masing-masing merek mobil dari bulan Januari hingga Oktober 2008 : - Pangsa pasar Toyota M s = = 0,3317 = 33,17 % Pangsa pasar Daihatsu M s = = 0,1303 = 13,03 % Pangsa pasar Suzuki M s = = 0,1258 = 12,58 % Pangsa pasar Honda M s = = 0,0912 = 9,12 % Pangsa pasar Nissan M s = = 0,0529 = 5,29 % Tabel 4.29 Pangsa Pasar Lima Merek Mobil Pangsa Pasar Toyota 33.17% Daihatsu 13.03% Suzuki 12.58% Honda 9.12% Nissan 5.29% Sumber : Hasil Pengolahan Data (2008)

64 113 Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui bahwa pangsa pasar dari kelima merek mobil tersebut cukup tinggi. Tak heran jika Dunlop banyak melakukan kerjasama dengan perusahaan otomotif tersebut dengan menjadi OEM-nya Jaringan (Network) Dunlop Jaringan yang dibangun oleh Dunlop sangat baik. Hal tersebut terbukti dengan banyaknya Dunlop Shops (authorized dealer dari PT. Sumi Rubber Indonesia) yang tersebar di seluruh kota di Indonesia. Di Jakarta terdapat 43 Dunlop Shops, dimana 9 diantaranya berada di Jakarta Barat. Berikut adalah daftar nama toko yang telah menjadi network dari Dunlop di Jakarta Barat : Tabel 4.30 Network Dunlop di Jakarta Barat Nama Usaha Lokasi Tipe Velindo Ban Daan Mogot D>SHOP Tubagus Ban Tubagus Angke D>SHOP Mudita/ Tetap Jaya Daan Mogot D>SHOP ExpressTyres Dunlop Mobile Service D>SHOP TS Ban Pecenongan D>SIGN Duta Motor Meruya D>SIGN Century Ban Kebon Jeruk D>SIGN Cemara Ban Meruya Ilir D>SIGN PT. Anugerah Lestari Eka Karya Kedoya D>SIGN Sumber : (2008) Dilihat dari tabel di atas dapat diketahui bahwa dari 9 dealer tersebut, terdapat 5 dealer yang hanya menggunakan Dunlop Sign dan 4 dealer lainnya merupakan

65 114 Dunlop Shops. Perbedaan di antara keduanya ialah penggunaan Dunlop Sign hanya sebagai tanda (sign board) saja bahwa di tempat tersebut juga tersedia ban Dunlop, sedangkan Dunlop Shops ialah authorized dealer dari Dunlop. Peluang usaha yang dapat dicapai oleh PT. Sumber Makmur Melihat hasil analisis yang telah dilakukan di atas, dapat disimpulkan bahwa peluang yang dapat diperoleh PT. Sumber Makmur cukup besar. Hal tersebut dapat terlihat dari segi pangsa pasar, kualitas produk yang dihasilkan, partner perusahaan, serta jaringan yang dimiliki Dunlop. Dilihat dari segi pangsa pasar, Dunlop cukup kuat memegang pasar di Indonesia. Dengan pangsa pasar kurang lebih sebesar 20,84% dari total kelima besar pemain ban di Indonesia, Dunlop menempati urutan ketiga setelah Bridgestone dan Gajah Tunggal. Pangsa pasar tersebut adalah pangsa pasar ban Dunlop secara keseluruhan di Indonesia. Untuk menentukan pangsa pasar ban Dunlop di Jakarta, yang khususnya adalah di daerah Jakarta Barat, penulis menggunakan kuesioner sebagai alat bantu dalam perhitungan pangsa pasar. Berdasarkan perhitungan pangsa pasar dengan menggunakan analisis Markov yang penulis lakukan untuk daerah Jakarta Barat, khususnya pada daerah Kebon Jeruk dan sekitarnya, terlihat bahwa Dunlop memegang pangsa pasar kurang lebih sebesar 30,928%, yang mana pada kondisi ekuilibirium Dunlop akan memegang pasar sebesar 27,48%. Berdasarkan perhitungan tersebut, dapat diketahui bahwa Dunlop menempati urutan kedua setelah Bridgestone. Dari segi kualitas, ban Dunlop memiliki kualitas yang baik dan sesuai dengan standar internasional. Memang dalam pembuatan ban sudah ada patokan atau standar tertentu dimana setiap perusahaan pembuat ban wajib mengikuti standar tersebut. Oleh karena itu, kualitas dari setiap merek ban tidak terlalu berbeda jauh. Namun,

66 115 kelebihan dari ban Dunlop ialah memiliki umur yang relatif lama, yaitu mencapai 4 5 tahun atau dengan jarak tempuh km. Selain itu, ban Dunlop cukup terkenal karena ban nya yang relatif lebih empuk dibandingkan merek ban lainnya. Pesaing utama dari Dunlop adalah Bridgestone, namun dengan kualitas yang hampir sama dan harga yang satu tingkat berada di bawah Bridgestone, membuat Dunlop semakin dilirik oleh konsumen. Hal ini tentunya memberi peluang yang cukup baik jika PT. Sumber Makmur menjadi authorized dealer dari Dunlop. Dari segi partnership atau hubungan kerja sama, Dunlop banyak melakukan kerja sama dengan perusahaan-perusahaan mobil yang cukup besar. Sebut saja Toyota, Honda, Suzuki, Nissan, dan Daihatsu yang menjalin kerja sama dengan Dunlop selama ini. Kelima merek mobil tersebut cukup dikenal oleh masyarakat. Hal tersebut juga dibuktikan dengan total pangsa pasar kelima merek mobil tersebut yang mencapai 73,19% dari total penjualan otomotif nasional secara keseluruhan di tahun 2008 ini. Dengan penjualan OEM Dunlop yang tinggi, tentunya akan meningkatkan peluang yang dapat diraih PT. Sumber Makmur. Alasannya ialah sebagian besar konsumen yang ingin membeli atau mengganti bannya cenderung ingin menggunakan ban yang sama seperti ban yang saat ini digunakan. Misalnya, jika pada kondisi awal yaitu saat konsumen membeli mobil baru, ban yang didapat dari mobil tersebut ialah Dunlop, maka jika ia ingin mengganti bannya kemungkinan besar akan memilih Dunlop lagi. Peluang usaha yang dapat dicapai oleh PT. Sumber Makmur juga terlihat dari segi jaringan yang dimiliki Dunlop. Saat ini, Dunlop memiliki cukup banyak Dunlop Shops yaitu sebanyak 43 yang tersebar di seluruh Jakarta, dimana 9 di antaranya berada di Jakarta Barat. Berdasarkan data yang diperoleh dari Dunlop, hingga saat ini belum ada Dunlop Shops yang berada di sekitar daerah Jalan Panjang, Kebon Jeruk dan sekitarnya, serta hanya ada 2 toko yang menggunakan Dunlop Sign di sekitar

67 116 daerah tersebut, yaitu di daerah Kebon Jeruk dan Meruya Ilir. Penggunaan Dunlop Sign ini hanyalah dengan menaruh tanda (sign board) bahwa di toko tersebut juga menjual ban Dunlop, namun mereka bukanlah authorized dealer dari Dunlop. Hal ini tentunya turut meningkatkan peluang yang dapat dicapai PT. Sumber Makmur, dimana yang diinginkan perusahaan ialah menjadi authorized dealer Dunlop atau yang disebut dengan Dunlop Shops. Berdasarkan analisis di atas dapat disimpulkan bahwa PT. Sumber Makmur memiliki peluang yang cukup besar jika menjadi authorized dealer dari Dunlop serta berpotensi untuk membuka Dunlop Shops di Jalan Panjang Analisa Ban Merek Gajah Tunggal (GT Radial) Setelah melakukan analisa untuk merek ban Dunlop, selanjutnya penulis menganalisa merek ban Gajah Tunggal. Berikut adalah analisa yang dilakukan untuk merek ban Gajah Tunggal dilihat dari beberapa aspek, seperti kualitas produk, partner yang bekerja sama, serta jaringan yang dimiliki perusahaan Kualitas Produk Ban Gajah Tunggal Gajah Tunggal merupakan produsen ban terbesar di Asia Selatan dan menempati urutan ke-20 terbesar di dunia. Perusahaan ini hadir pada tahun 1951 yang pada awalnya hanya memproduksi ban sepeda. Namun dengan pengembangan yang terus menerus terjadi, perusahaan telah meluaskan produksinya dengan memproduksi ban motor, ban mobil penumpang dan juga ban kendaraan lainnya. Kualitas menjadi hal yang terpenting untuk Gajah Tunggal. Bahkan, pada awal pendiriannya pun, Gajah Tunggal telah merancang tiga strategi bersaing, yaitu fokus kepada kualitas, memilih segmen ban yang murah namun berkualitas, dan harus menang di pasar ekspor. Hal tersebut akhirnya membuahkan hasil dengan

68 117 didapatkannya ISO 9002 di tahun 1995, ISO 9001 pada tahun 1997, ISO/TS di tahun 2004 dan berbagai penghargaan lainnya. Penghargaan yang didapat tak hanya berasal dari dalam negeri saja, tetapi juga berasal dari luar negeri, seperti Eropa, Jerman, Amerika Serikat, Filipina, Brazil, Kuwait, Saudi Arabia, dan Colombia. Bahkan, GT Radial menjadi ban nomor satu di Filipina. Kualitas produk (ban) yang dihasilkan oleh Gajah Tunggal tersebut dapat dilihat dari berbagai aspek, yaitu : Material Ban Sama seperti Dunlop, Gajah Tunggal juga menggunakan standar material dalam pembuatan ban nya. Berbagai jenis material yang digunakan untuk membuat struktur ban dapat dibagi secara garis besar sebagai berikut :

69 118 Karet alam (NR) Karet SBR BR IR IIR Karet sintetis lainnya Karet daur ulang Katun/ kapas Material Ban Benang Rayon Nylon Polyester Aramid Kawat baja Fiber glas Kawat Bead Kawat baja Karbon hitam Silica Bahan lainnya Bahan Campuran Karet Belerang Akselerator Bahan lainnya Anti oksidan Pengisi Pelembut Bahan lainnya Sumber : Data dari Perusahaan (2008) Gambar 4.13 Material Ban

70 119 Karet Ban Jenis-jenis karet terbagi menjadi 2, yaitu : Karet Alam Karet alam berasal dari getah pohon karet (lateks), yang kemudian ditambahkan bahan kimia lainnya. Berdasarkan cara pembuatannya, karet alam digolongkan menjadi RSS atau Ribbed Smoked Sheet (Lembaran karet yang diasap untuk menghindari pembusukan), ADS atau Air Dried Sheet (Lembaran karet yang dikeringkan dengan udara panas) dan ampas karet. Semua karet tersebut disebut dengan karet mentah, dan diklasifikasikan berdasarkan kelemahan dan kerusakannya agar sesuai dengan standar internasional. Karet alam mempunyai karakteristik yang merata di seluruh aspek, dapat dipakai untuk berbagai keperluan, serta mempunyai sifatsifat fisik (physical property) yang baik setelah menjadi kompon. Selain itu karet alam mempunyai tensile strength, ketahanan terhadap keretakan dan proses pengerjaan yang menguntungkan, mampu dikerjakan pada kondisi yang beragam hingga ke tingkat temperatur yang tinggi, selain itu membangkitkan panas rendah, dan ketahanan terhadap separation yang baik. Namun demikian ketahanan terhadap proses penuaan rendah, mulai berubah sifat fisiknya, serta bila dibandingkan dengan karet sintetis, karakteristik karet alam hanya sedikit lebih rendah dari segi ketahanan terhadap keausan dan daya cengkeram. Mengingat banyaknya peningkatan mutu karet sintetis, pemakaian karet alam menjadi cenderung berkurang, tapi akhir-akhir ini mengingat ban dengan steel radial banyak diproduksi, pemakaian karet

71 120 alam kembali meningkat karena daya rekat karet alam terhadap steel sangat baik. Berikut adalah penjelasan mengenai jenis-jenis karet alam beserta dengan penggunaannya : Tabel 4.31 Jenis-jenis Karet Alam Type Penampilan Pemakaian Ribbed Smoked Lembaran berlubang Jenis umum karet yang terbuat dari Sheet (RRS) berwarna coklat lateks, banyak digunakan untuk kekuning-kuningan. pembuatan ban serta barang industri lainnya. Diklasifikasikan menurut mutunya dari 1 hingga 5. Brown Crepe Berwarna coklat kekuning-kuningan seperti bentuk karpet. Karet berkelas rendah, murah dan mudah bocor dan merupakan karet lembaran yang tidak melalui proses TS Rubber (Karet Berbentuk blok dan pengasapan. Banyak dipakai untuk barang industri sepatu dan juga ban. Karet alam yang dihitung seberapa berspesifikasi berwarna coklat banyak penambahan karakteristik teknis) kekuning-kuningan. kerusakan karetnya. Cara pengemasan seperti karet sintetis, seberat kg. Sumber : Data dari Perusahaan (2008)

72 121 Karet Sintetis Pengembangan karet sintetis ditingkatkan seiring dengan pengembangan industri otomotif yang dimulai pada pertengahan tahun 1950, dan banyak membutuhkan ban yang tahan terhadap panas, kerusakan, keausan dan sebagainya. Oleh karenanya produksi karet sintetis sebagai pengganti karet alam menjadi berkembang pesat. Atas alasan ini, penggunaan karet sintetis yang memiliki karakteristik tertentu seperti ketahanan terhadap panas, keausan dan sebagainya, banyak dipakai hingga batas tertentu. Pada umumnya pemakaian karet sintetis pada ban tidak hanya satu jenis saja, tetapi mencampurkan 2 atau 3 jenis karet sintetis. Namun, setelah melalui proses riset dan pengembangan yang berkelanjutan, ditemukanlah IR (Isoprennen Rubber) yang sifat-sifat fisiknya hampir sama dengan karet alam, sehingga banyak digunakan. Pada pertengahan tahun 1970, pemakaian karet sintetis untuk proses pembuatan ban mencapai di atas 64%, namun seiring dengan pengembangan ban radial, terjadi kenaikan harga, sehingga sekali lagi pemakaian karet alam kembali dilirik dan mulai meningkat kembali pemakaiannya. Perbedaan karet alam dan karet sintetis secara garis besar ditampilkan pada tabel berikut yang menjelaskan mengenai sifat dan pemakaian tiap-tiap jenis karet :

73 122 Tabel 4.32 Sifat dan Pemakaian Karet Klasifikasi Jenis Karet Kemampuan Fisis Penggunaan pada umumnya Keuntungan Kerugian Karet alam NR Hampir merata di Mengingat hasil Tread dan casing (Karet Alam) seluruh terutama aspek, tensile alam, maka tercampurnya ban truk dan bus, casing ban strength, ketahanan benda asing pasti penumpang akan keretakan, serta terjadi, sehingga mudah dikerjakan variasi sifat fisis karet sulit dihindari Karet sintetis SBR Secara umum, Pembangkitan Semua jenis (Styrene- Butadiene ketahanan ausnya bagus serta mudah dikerjakan panas yang tinggi tread ban Rubber) BR Jika dibanding Tensile strength Tread ban yang (Butadiene Rubber) dengan SBR, elastisitas, ketahanan terhadap keausan dan ketahanan terhadap keretakan rendah, tidak cocok beroperasi jalan bagus di dan kelelahan, BR dipakai jalan kasar lebih baik IR Memiliki sifat fisis Proses Tread dan casing (Isoprene Rubber) yang sama dengan karet alam, sehingga disebut juga karet pengerjaannya sulit ban truk dan bus, casing ban penumpang alam sintetis EPT Mempunyai sifat fisis Proses vulkanisasi Sidewalls, inner (Ethylene Propylene yang unggul terutama tahan terhadap ozon, cuaca lambat serta bersifat lengket liner dan ban dalam Terpolymer) dan ketahanan

74 123 terhadap panas IIR Perembesan udara Proses Inner liner, ban (Isobutylene sangat rendah pengerjaannya sulit dalam Isoprene Rubber) Sumber : Data dari Perusahaan (2008) Selain dari jenis karet di atas, ada juga karet daur ulang, dimana sifat, proses kimia, vulkanisasi dan elastisitasnya sangat buruk. Benang Ban Secara garis besar berbagai serat pembuat ban dapat dilihat pada bagan berikut: Serat alami Kapas Serat buatan Synthetic Inorganic Rayon Nylon Polyester Aramid Kawat Baja Sumber : Data dari Perusahaan (2008) Gambar 4.14 Serat Pembuat Ban 1. Benang kapas Kapas adalah benang pertama yang digunakan sebagai rangka (casing) dari ban. Mengingat kekuatan dan hygroskopisitas (daya serap air) kapas yang buruk jika dibanding dengan serat yang lain, maka kapas tidak lagi digunakan sebagai benang ban.

75 Benang rayon Seperti halnya benang kapas, rayon mempunyai karakteristik yang kuat, tahan terhadap panas dan fatique (kelelahan), sehingga benang rayon menjadi bahan utama benang pembuat ban. Namun pemakaian benang rayon untuk sementara waktu menurun karena pemakaian serat sintetis yang lain. Dengan ditemukannya ban radial, pemakaian rayon kembali meningkat. Mengingat banyaknya benang rayon, kini benang tersebut banyak dipakai sebagai benang casing. 3. Benang nylon Nylon adalah benang yang sangat kuat dan elastis, spesifik gravity dan hygroskopisitas yang rendah, namun nylon akan mengerut pada saat dipanaskan. Meskipun demikian kini nylon banyak digunakan sebagai material benang ban bias seperti ban truk dan bus serta ban off the road. 4. Benang polyester Kekuatan polyester hampir menyamai benang nylon, namun polyester mempunyai kelebihan elastisitas dan tidak peka terhadap panas jika dibanding dengan nylon, maka polyester banyak digunakan sebagai benang casing dan belt dari ban penumpang radial maupun bias. 5. Benang aramid Aramid adalah benang yang terkuat di antara sintetis lainnya, tingkat kemulurannya sangat rendah. Pemakaian benang aramid sebagai material benang ban masih terbatas, sebab biaya pembuatannya sangat tinggi dan susah dalam proses pengerjaannya.

76 Kawat baja Pemakaian kawat baja meningkat tajam seiring dengan meningkatnya produksi ban radial. Hal ini disebabkan kawat baja memiliki ketahanan tarik yang tinggi serta sangat elastis, aspek yang dibutuhkan untuk membuat material belt pada ban radial. Kawat baja apabila dipilin akan menghasilkan karakteristik fleksibilitas dan ketahanan terhadap kelelahan yang tinggi, sehingga banyak digunakan sebagai casing dan belts dari ban truk dan bus radial, off the road dan belts ban penumpang radial. Berikut adalah grafik persentase kemuluran material benang ban : 200 Steel 100 Polyester Rayon Nylon Sumber : Data dari Perusahaan (2008) Gambar 4.15 Grafik Persentase Kemuluran Material Benang Ban

77 126 Ban Gajah Tunggal menggunakan seluruh material ban tersebut dengan perkiraan perincian bahan baku pada tahun 2007 dalam bentuk persentase sebagai berikut : Rincian Bahan Baku 35% 19% 14% Karet Alam Karet Sintetis Kain Ban Carbon Black Lainnya 20% 12% Sumber : (2008) Gambar 4.16 Rincian Bahan Baku Ban Gajah Tunggal Pemeliharaan tekanan angin Sama seperti ban Dunlop, ban Gajah Tunggal juga menggunakan dua jenis ban, yaitu ban jenis tube type dan ban jenis tubeless. Sejak ditemukannya ban jenis ini di Amerika, kebutuhan akan ban tubeless terus bertambah seiring dengan pembangunan jalan tol. Permintaan meningkat tajam, karena pabrik mobil menggunakannya dan juga telah terjadi kecenderungan untuk mengganti ban tube type dengan ban tubeless. Berikut adalah gambar yang menunjukkan adanya perbedaan antara ban jenis tube type dan jenis tubeless :

78 127 Sumber : Data dari Perusahaan (2008) Gambar 4.17 Perbedaan Ban Jenis Tube Type dan Tubeless Ban tube (ban dengan ban dalam T/T) adalah tipe ban dengan tube/ pipa dalam yang diisi dengan udara. Sedangkan, ban tubeless (ban tanpa ban dalam T/L) adalah tipe ban yang mempunyai lapisan karet spesial (lapisan dalam) dengan sedikit air permeability pada bagian dalam dan menggunakan material yang tahan bocor pada bagian bead sebagai pengganti tube. Ban jenis ini tidak akan mudah kempis bahkan ketika terkena paku saat digunakan. Berikut adalah tabel yang menjelaskan mengenai karakteristik kinerja ban tubeless : Tabel 4.33 Karakterisktik Kinerja Ban Tubeless Karakteristik Deskripsi Kinerja Ban Tubeless Konstruksi 1. Lapisan karet (inner liner), seperti layaknya ban dalam pada ban jenis tube type, ditambahkan di sisi dalam ban tubeless yang berfungsi menampung tekanan udara.

BAB 1 PENDAHULUAN. Di era globalisasi seperti sekarang ini, persaingan yang terjadi antar perusahaan

BAB 1 PENDAHULUAN. Di era globalisasi seperti sekarang ini, persaingan yang terjadi antar perusahaan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di era globalisasi seperti sekarang ini, persaingan yang terjadi antar perusahaan semakin ketat. Perusahaan dituntut untuk selalu dapat memuaskan keinginan konsumen

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. semakin kompetitif. Menuntut perusahaan untuk mampu menyusun sebuah strategi yang

BAB 1 PENDAHULUAN. semakin kompetitif. Menuntut perusahaan untuk mampu menyusun sebuah strategi yang 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada era globalisasi sekarang ini, dimana persaingan dalam dunia industri semakin kompetitif. Menuntut perusahaan untuk mampu menyusun sebuah strategi yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi, sedangkan maslaah internal mencakup kemampuan perusahaan dalam

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi, sedangkan maslaah internal mencakup kemampuan perusahaan dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di dalam melakukan aktivitas untuk memuaskan konsumen, perusahaan menghadapi masalah baik internal maupun masalah eksternal, masalah eksternal dapat berupa

Lebih terperinci

PERAMALAN PERMINTAAN BAN MOBIL PENUMPANG PT GOODYEAR INDONESIA TBK. Oleh RUDI AWALUDIN A

PERAMALAN PERMINTAAN BAN MOBIL PENUMPANG PT GOODYEAR INDONESIA TBK. Oleh RUDI AWALUDIN A PERAMALAN PERMINTAAN BAN MOBIL PENUMPANG PT GOODYEAR INDONESIA TBK Oleh RUDI AWALUDIN A 14102569 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2006 PERAMALAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Penjualan Mobil dan Sepeda Motor Indonesia. Sumber : APBI, Pefindo Divisi Valuasi Saham dan Indexing

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Penjualan Mobil dan Sepeda Motor Indonesia. Sumber : APBI, Pefindo Divisi Valuasi Saham dan Indexing BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Perusahaan yang mampu bersaing dalam pasar adalah perusahaan yang dapat menyediakan produk atau jasa berkualitas. Sehingga perusahaan dituntut untuk terus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dunia usaha mengalami persaingan baru (new competitive

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dunia usaha mengalami persaingan baru (new competitive BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan dunia usaha mengalami persaingan baru (new competitive landscape) yang semakin tajam. Pimpinan, manajemen perusahaan dan bahkan pemerintah sebagai pembuat

Lebih terperinci

KINERJA DAN POTENSI INDUSTRI BAN DALAM NEGERI

KINERJA DAN POTENSI INDUSTRI BAN DALAM NEGERI KINERJA DAN POTENSI INDUSTRI BAN DALAM NEGERI Nofi Erni Dosen Teknik Industri Universitas INDONUSA Esa Unggul, Jakarta nofi.erni@indonusa.ac.id Abstrak Tulisan ini merupakan hasil studi pustaka dalam rangka

Lebih terperinci

Lampiran 1. Pattern Ban Dunlop

Lampiran 1. Pattern Ban Dunlop L-1 Lampiran 1 Pattern Ban Dunlop Berikut adalah beberapa contoh pattern ban dari Dunlop : 1) Premium Sports (SP Sport FM 901) Ban radial performa tinggi dengan indeks kecepatan V & W. Ban ini memiliki

Lebih terperinci

Gambar 1. Penjualan Mobil dan Sepeda Motor Indonesia

Gambar 1. Penjualan Mobil dan Sepeda Motor Indonesia 92 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dunia otomotif semakin lama semakin marak dan mengalami kemajuan, hal ini dapat terlihat dengan bermunculannya inovasi-inovasi baru untuk menarik dan memenuhi kebutuhan

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Jenis dan metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan penelitian deskriptif dan penelitian kuantitatif, serta menggunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dan kemajuan teknologi yang semakin mengglobal

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dan kemajuan teknologi yang semakin mengglobal BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan dan kemajuan teknologi yang semakin mengglobal membawa dampak pada dunia usaha, perkembangan pesat industri otomotif di Indonesia membuat tingkat persaingannya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Setidaknya, dalam enam tahun terakhir penjualan mobil meningkat sekitar 334%,

BAB I PENDAHULUAN. Setidaknya, dalam enam tahun terakhir penjualan mobil meningkat sekitar 334%, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor otomotif memegang peranan penting dalam perekonomian Indonesia. Industri otomotif terus mengalami peningkatan yang cukup signifikan. Setidaknya, dalam enam tahun

Lebih terperinci

1 BAB 1 PENDAHULUAN. kompetitif. Banyaknya pemain baru bermunculan yang handal dan kompeten di

1 BAB 1 PENDAHULUAN. kompetitif. Banyaknya pemain baru bermunculan yang handal dan kompeten di 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam lima tahun terakhir persaingan di dunia otomotif semakin ramai dan kompetitif. Banyaknya pemain baru bermunculan yang handal dan kompeten di industri otomotif.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kondisi industri otomotif di benua Eropa sejak tahun 2009 mengalami

BAB I PENDAHULUAN. Kondisi industri otomotif di benua Eropa sejak tahun 2009 mengalami BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kondisi industri otomotif di benua Eropa sejak tahun 2009 mengalami penurunan yang signifikan. Krisis Eropa yang terjadi pada akhir tahun 2008 ini berakibat pada penurunan

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

1 PENDAHULUAN Latar Belakang 1 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi Indonesia terus menunjukkan tren yang positif. Menurut data Badan Pusat Statistik (2012), angka Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia pada tahun 2012

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Pertumbuhan penduduk Indonesia dari tahun ke tahun terus meningkat, dan Indonesia masih tetap menduduki urutan ke empat terbanyak di dunia setelah Cina,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perubahan di bidang pemasaran. Produsen yang dulunya berkonsep product

BAB I PENDAHULUAN. perubahan di bidang pemasaran. Produsen yang dulunya berkonsep product BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Perkembangan teknologi informasi dan era globalisasi telah membuat perubahan di bidang pemasaran. Produsen yang dulunya berkonsep product centric atau corporate

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. maka dibutuhkannya peranan negara dalam menyusun laju perekonomian

BAB I PENDAHULUAN. maka dibutuhkannya peranan negara dalam menyusun laju perekonomian BAB I PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG Perekonomian Indonesia disusun serta berorientasi pada ekonomi kerakyatan. Pasal 33 Undang-undang Dasar 1945 yang merupakan dasar acuan normatif menyusun kebijakan perekonomian

Lebih terperinci

1.1. Latar Belakang. dengan laju pertumbuhan sektor lainnya. Dengan menggunakan harga konstan 1973, dalam periode

1.1. Latar Belakang. dengan laju pertumbuhan sektor lainnya. Dengan menggunakan harga konstan 1973, dalam periode 1.1. Latar Belakang Pada umumnya perekonomian di negara-negara sedang berkembang lebih berorientasi kepada produksi bahan mentah sebagai saingan dari pada produksi hasil industri dan jasa, di mana bahan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam memasuki era globalisasi sekarang ini, persaingan bukanlah suatu hal yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam memasuki era globalisasi sekarang ini, persaingan bukanlah suatu hal yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam memasuki era globalisasi sekarang ini, persaingan bukanlah suatu hal yang asing lagi di dalam dunia bisnis, dimana pihak yang satu selalu berusaha memberikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era globalisasi sekarang ini dimana segala sesuatu dituntut serba cepat,

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era globalisasi sekarang ini dimana segala sesuatu dituntut serba cepat, BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam era globalisasi sekarang ini dimana segala sesuatu dituntut serba cepat, waktu merupakan suatu hal yang sangat berharga. Penggunaan waktu secara cermat dan baik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Industri otomotif di Indonesia mengalami pertumbuhan yang pesat pada beberapa tahun terakhir. Hal tersebut salah satunya terlihat dari total penjualan dalam

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR PENUNJANG KEBERHASILAN MENJADI EKSPORTIR BAN TERBESAR DARI INDONESIA

FAKTOR-FAKTOR PENUNJANG KEBERHASILAN MENJADI EKSPORTIR BAN TERBESAR DARI INDONESIA FAKTOR-FAKTOR PENUNJANG KEBERHASILAN MENJADI EKSPORTIR BAN TERBESAR DARI INDONESIA Presentasi dalam Rapat Kerja Tahunan Kementerian Perdagangan Indonesia Jakarta, 20 Februari 2017 Gajah Tunggal Saat Ini

Lebih terperinci

BAB 3 GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB 3 GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN BAB 3 GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 3.1 Sejarah Perusahaan PT. Akita Jaya Mobilindo berawal pada tahun 1974 dengan nama CV. Sumber Jaya Motor yang bergerak dalam bidang usaha jual beli kendaraan bermotor di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Menurut Kadir (2006), pembangunan ekonomi membutuhkan jasa

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Menurut Kadir (2006), pembangunan ekonomi membutuhkan jasa BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Menurut Kadir (2006), pembangunan ekonomi membutuhkan jasa transportasi yang cukup memadai. Tanpa adanya transportasi sebagai sarana pendukung tidak dapat diharapkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Bentuk Usaha PT. Karya Sarana Cipta Mandiri

BAB I PENDAHULUAN Bentuk Usaha PT. Karya Sarana Cipta Mandiri BAB I PENDAHULUAN 1.1 Bentuk, Bidang dan Perkembangan Usaha 1.1.1 Bentuk Usaha PT. Karya Sarana Cipta Mandiri PT. Karya Sarana Cipta Mandiri atau lebih dikenal dengan sebutan KSCM, berdiri sejak 14 Juni

Lebih terperinci

STRATEGI PEMASARAN PRODUK BAN SEPEDA MOTOR DENGAN TEORI PERMAINAN (GAME THEORY) UNTUK MENINGKATKAN MINAT KONSUMEN DI WILAYAH SURABAYA SELATAN SKRIPSI

STRATEGI PEMASARAN PRODUK BAN SEPEDA MOTOR DENGAN TEORI PERMAINAN (GAME THEORY) UNTUK MENINGKATKAN MINAT KONSUMEN DI WILAYAH SURABAYA SELATAN SKRIPSI STRATEGI PEMASARAN PRODUK BAN SEPEDA MOTOR DENGAN TEORI PERMAINAN (GAME THEORY) UNTUK MENINGKATKAN MINAT KONSUMEN DI WILAYAH SURABAYA SELATAN SKRIPSI Oleh : SYAHID ARDIANSYAH NPM : 0532010078 JURUSAN TEKNIK

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Produk Domestik Bruto (PDB) yang cukup besar, yaitu sekitar 14,43% pada tahun

BAB I PENDAHULUAN. Produk Domestik Bruto (PDB) yang cukup besar, yaitu sekitar 14,43% pada tahun BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian mempunyai peranan yang sangat penting dalam kegiatan perekonomian di Indonesia, hal ini dapat dilihat dari kontribusinya terhadap Produk Domestik Bruto

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pemulihan ekonomi ini juga memicu pertumbuhan industri otomotif baik untuk kendaraan jenis

BAB I PENDAHULUAN. pemulihan ekonomi ini juga memicu pertumbuhan industri otomotif baik untuk kendaraan jenis BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sejak awal pulihnya perekonomian Indonesia pada tahun 2000 akibat krisis moneter, pertumbuhan perekenomian di berbagai sektor secara perlahan mulai terlihat. Pergerakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UNIVERSITAS INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN UNIVERSITAS INDONESIA 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang PT. Multistrada Arah Sarana, Tbk (MASA) adalah perusahaan yang bergerak di bidang industri pembuatan ban kendaraan bermotor roda empat atau lebih. Beberapa produk

Lebih terperinci

LAMPIRAN WAWANCARA. 5. Keuntungan 3 tahun terakhir? Tahun. Net Income per Tahun (dalam juta) 2007 Rp Rp Rp 175.

LAMPIRAN WAWANCARA. 5. Keuntungan 3 tahun terakhir? Tahun. Net Income per Tahun (dalam juta) 2007 Rp Rp Rp 175. L1 LAMPIRAN WAWANCARA PT. Multistrada Arah Sarana (kantor perwakilan Jakarta) Alamat: WISMA ACHILLES, Jl. Raya Panjang No. 29, Kedoya Utara, Jakarta Barat Tanggal : 27 September 2010 Dengan Bpk. Glen Marketing

Lebih terperinci

LAMPIRAN. 1. Ibu Lita, bisa di ceritakan Sejarah berdirinya Cemara Ban ini? Cemara Ban berdiri pada tahun 1998 dan terletak pada Jln.

LAMPIRAN. 1. Ibu Lita, bisa di ceritakan Sejarah berdirinya Cemara Ban ini? Cemara Ban berdiri pada tahun 1998 dan terletak pada Jln. L.1 LAMPIRAN Wawancara Dengan Pemilik Cemara Ban 1. Ibu Lita, bisa di ceritakan Sejarah berdirinya Cemara Ban ini? Cemara Ban berdiri pada tahun 1998 dan terletak pada Jln. Meruya ilir raya No. 3c, Cemara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. besar terhadap industri otomotif, salah satu sektor industri yang saat ini

BAB I PENDAHULUAN. besar terhadap industri otomotif, salah satu sektor industri yang saat ini BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perkembangan teknologi yang semakin maju memberikan pengaruh yang besar terhadap industri otomotif, salah satu sektor industri yang saat ini mengalami pertumbuhan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN Penelitian ini bertujuan untuk memberikan suatu gambaran yang mendekati mengenai pengaruh negara asal (country of origin) terhadap kesan kualitas, data diperoleh dari jawaban

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memaksimalkan kapabilitas yang akan berujung pada kompetensi inti yang akan

BAB I PENDAHULUAN. memaksimalkan kapabilitas yang akan berujung pada kompetensi inti yang akan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perubahan keadaan ekonomi yang secara langsung mempengaruhi permintaan yang begitu cepat harus diantisipasi pihak perusahaan dengan menyusun strategi yang sesuai dengan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Jumlah kendaraan bermotor roda dua maupun roda empat tumbuh pesat didunia sejak tahun 1986. Akibatnya seperti yang terlihat dari hasil penelitian Word Auto

Lebih terperinci

1. BAB II 2. GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

1. BAB II 2. GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 1. BAB II 2. GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN Perusahaan Didirikan pada tahun 1951, PT. Gajah Tunggal Tbk. Memulai produksi bannya dengan ban sepeda. Sejak itu Perusahaan bertumbuh menjadi produsen ban terpadu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dunia bisnis otomotif khususnya mobil yang semakin

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dunia bisnis otomotif khususnya mobil yang semakin BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan dunia bisnis otomotif khususnya mobil yang semakin pesat telah memunculkan banyaknya pesaing-pesaing di perusahaan mobil yang membuat konsumen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pada tanggal 4 September 2003 yang beralamat di JL. Raya R.C Veteran no

BAB I PENDAHULUAN. pada tanggal 4 September 2003 yang beralamat di JL. Raya R.C Veteran no BAB I PENDAHULUAN 1.1 Bentuk, Bidang Dan Perkembangan Usaha 1.1.1 Bentuk Usaha PT Jaya Utama Motor adalah perusahaan perseroan terbatas yang bergerak dibidang otomotif dengan menjalankan usahanya berfokus

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pasar otomotif di Indonesia merupakan pasar yang sangat menjanjikan untuk melakukan sebuah bisnis. Perubahan pola konsumsi dan kebutuhan masyarakat akan sebuah kendaraan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Perkembangan Jumlah Kendaraan Bermotor Tahun Sumber : Badan Pusat Statistik

BAB 1 PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Perkembangan Jumlah Kendaraan Bermotor Tahun Sumber : Badan Pusat Statistik BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Persaingan industri otomotif saat ini sangat ketat. Banyaknya perusahaan otomotif mengharuskan setiap produsen untuk menerapkan strategi yang jitu dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. batas - batas negara. Perubahan terjadi pada tingkat yang semakin cepat

BAB I PENDAHULUAN. batas - batas negara. Perubahan terjadi pada tingkat yang semakin cepat 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Globalisasi ditandai dengan dimulainya era perdagangan yang tidak mengenal batas - batas negara. Perubahan terjadi pada tingkat yang semakin cepat dibandingkan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Merek merupakan asset tak berwujud yang dimiliki oleh sebuah perusahaan.

I. PENDAHULUAN. Merek merupakan asset tak berwujud yang dimiliki oleh sebuah perusahaan. 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Merek merupakan asset tak berwujud yang dimiliki oleh sebuah perusahaan. Merek perusahaan dapat membedakan produk barang atau jasa nya dengan produk lain

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ekonomi dewasa ini semakin mengarah pada persaingan ketat khususnya untuk

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ekonomi dewasa ini semakin mengarah pada persaingan ketat khususnya untuk 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan ekonomi dewasa ini semakin mengarah pada persaingan ketat khususnya untuk perusahaan sejenis. Mereka dituntut untuk memiliki suatu keunikan tersendiri

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. dengan menggunakan laporan keuangan. Analisis strategi memungkinkan peneliti untuk

BAB IV PEMBAHASAN. dengan menggunakan laporan keuangan. Analisis strategi memungkinkan peneliti untuk BAB IV PEMBAHASAN IV.1 Analisis Strategi Perusahaan Analisis strategi merupakan titik awal yang penting untuk penilaian bisnis dengan menggunakan laporan keuangan. Analisis strategi memungkinkan peneliti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sedang pada triwulan III-2012 sebesar 5,6% jika dibandingkan dengan periode. pertumbuhan industri kendaraan bermotor sebesar 29,7%.

BAB I PENDAHULUAN. sedang pada triwulan III-2012 sebesar 5,6% jika dibandingkan dengan periode. pertumbuhan industri kendaraan bermotor sebesar 29,7%. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Industri otomotif berkembang pesat di Indonesia, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat adanya kenaikan pertumbuhan industri manufaktur besar dan sedang pada

Lebih terperinci

Mitsubishi Fuso Incar 50% Pangsa Pasar Kendaraan Niaga di Tahun 2015

Mitsubishi Fuso Incar 50% Pangsa Pasar Kendaraan Niaga di Tahun 2015 Mitsubishi Fuso Incar 50% Pangsa Pasar Kendaraan Niaga di Tahun 2015 PT. Krama Yudha Tiga Berlian Motors (KTB), authorized distributor kendaraan Mitsubishi di Indonesia dari Mitsubishi Motors Corporation

Lebih terperinci

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 4.1 Data Umum Perusahaan 4.1.1. Sejarah Perusahaan PT. Astra Honda Motor merupakan pelopor industri sepeda motor di Indonesia. Didirikan pada tanggal 11 Juni 1971

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Rp14, per US$1 pada tanggal (31 september 2015) sumber

BAB I PENDAHULUAN. Rp14, per US$1 pada tanggal (31 september 2015) sumber BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Semakin turun nya Nilai tukar Rupiah terhadap Dolar yang mencapai Rp14,730.00 per US$1 pada tanggal (31 september 2015) sumber http://www.bi.go.id/id/moneter/informasi-kurs/referensi-jisdor/default.aspx.

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM KARET ALAM INDONESIA

IV. GAMBARAN UMUM KARET ALAM INDONESIA IV. GAMBARAN UMUM KARET ALAM INDONESIA 4.1 Sejarah Singkat Karet Alam Tahun 1943 Michele de Cuneo melakukan pelayaran ekspedisi ke Benua Amerika. Dalam perjalanan ini ditemukan sejenis pohon yang mengandung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dan peningkatan jasa layanan service suatu perusahaan sangat

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dan peningkatan jasa layanan service suatu perusahaan sangat 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan dan peningkatan jasa layanan service suatu perusahaan sangat menjadi perhatian khusus bagi perusahaan dan pelanggan dari tahun-ketahun, hal ini dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN PT Federal Motor merupakan salah satu anak perusahaan PT Astra International yang bergerak di bidang perakitan sepeda motor Honda. Pada 1990 PT Federal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan dunia usaha yang dinamis dan penuh persaingan menuntut

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan dunia usaha yang dinamis dan penuh persaingan menuntut BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan dunia usaha yang dinamis dan penuh persaingan menuntut perusahaan untuk melakukan perubahan orientasi terhadap cara mereka melayani konsumennya,

Lebih terperinci

BAB III Metodologi Penelitian

BAB III Metodologi Penelitian BAB III Metodologi Penelitian 3.1 Obyek Penelitian Obyek dari penelitian ini adalah PT Gajah Tunggal tbk. Didirikan pada tahun 1951, PT Gajah Tunggal Tbk. memulai produksi bannya dengan ban sepeda. Sejak

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. Seiring perkembangan negara Indonesia, laju pertumbuhan ekonomi yang

BAB I. PENDAHULUAN. Seiring perkembangan negara Indonesia, laju pertumbuhan ekonomi yang BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah. Seiring perkembangan negara Indonesia, laju pertumbuhan ekonomi yang signifikan tentu mempengaruhi pertumbuhan sektor bisnis lainnya. Pertumbuhan ekonomi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. mengalami kenaikan dari tahun ketahun, hal ini dapat dilihat pada Gambar 1.1

BAB 1 PENDAHULUAN. mengalami kenaikan dari tahun ketahun, hal ini dapat dilihat pada Gambar 1.1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan industri otomotif di Indonesia sangat signifikan memberikan pertumbuhan ekonomi sektor jasa. Grafik penjualan berbagai merek mobil mengalami kenaikan

Lebih terperinci

Gambar 1.1 Logo Rumah Warna

Gambar 1.1 Logo Rumah Warna BAB I PENDAHULUAN Setiap bisnis baru atau pengembangan bisnis membutuhkan penanaman modal yang disesuaikan dengan tujuan bisnis dan bentuk badan bisnisnya. Salah satu tujuan didirikannya bisnis adalah

Lebih terperinci

BAB III DAYA SAING INDUSTRI OTOMOTIF INDONESIA, PELUANG DAN TANTANGANYA

BAB III DAYA SAING INDUSTRI OTOMOTIF INDONESIA, PELUANG DAN TANTANGANYA BAB III DAYA SAING INDUSTRI OTOMOTIF INDONESIA, PELUANG DAN TANTANGANYA Pada bab yang ketiga ini akan membahas mengenai daya saing industi otomotif Indonesia. Daya saing ini akan dilihat dari sisi kekuatan

Lebih terperinci

ANALISIS PENGARUH KUALITAS PRODUK DAN HARGA TERHADAP KEPUASAN PELANGGAN BAN MOBIL BRIDGESTONE DI SURABAYA SKRIPSI. Oleh:

ANALISIS PENGARUH KUALITAS PRODUK DAN HARGA TERHADAP KEPUASAN PELANGGAN BAN MOBIL BRIDGESTONE DI SURABAYA SKRIPSI. Oleh: ANALISIS PENGARUH KUALITAS PRODUK DAN HARGA TERHADAP KEPUASAN PELANGGAN BAN MOBIL BRIDGESTONE DI SURABAYA SKRIPSI Oleh: Prischa Ayu Anugrahwati 0812010099 / FE /EM FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS PEMBANGUNAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pelemahan neraca posisi transaksi berjalan. Meskipun demikian, Bank Dunia

BAB I PENDAHULUAN. pelemahan neraca posisi transaksi berjalan. Meskipun demikian, Bank Dunia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini, krisis global yang sedang melanda berbagai negara membuat Indonesia terkena dampaknya. Sebelumnya, Bank Dunia membuat proyeksi pertumbuhan ekonomi di Indonesia

Lebih terperinci

Analisis Dampak Pelaksanaan Program Low Cost Green Car Terhadap Pendapatan Negara

Analisis Dampak Pelaksanaan Program Low Cost Green Car Terhadap Pendapatan Negara Analisis Dampak Pelaksanaan Program Low Cost Green Car Terhadap Pendapatan Negara Pendahuluan Program Low Cost Green Car (LCGC) merupakan program pengadaan mobil ramah lingkungan yang diproyeksikan memiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sarana transportasi yang mampu mempersingkat jarak dan waktu, salah satu

BAB I PENDAHULUAN. sarana transportasi yang mampu mempersingkat jarak dan waktu, salah satu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Semakin berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi menyebabkan perkembangan sarana transportasi yang semakin mempermudah dan memperlancar transportasi darat.

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. berkedudukan di Jepang dengan PT. Astra Honda Motor yang berkedudukan di

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. berkedudukan di Jepang dengan PT. Astra Honda Motor yang berkedudukan di 27 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Gambaran Umum Perusahaan PT. Showa Indonesia Manufacturing adalah perusahaan swasta asing (PMA) yang merupakan joint venture antara Showa Manufacturing Co.Ltd yang berkedudukan

Lebih terperinci

BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG BERJALAN. PT. TRIJAYA BAN adalah perusahaan yang bergerak dalam bidang

BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG BERJALAN. PT. TRIJAYA BAN adalah perusahaan yang bergerak dalam bidang BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG BERJALAN 3.1. Latar Belakang Perusahaan PT. TRIJAYA BAN adalah perusahaan yang bergerak dalam bidang perbengkelan, khususnya bengkel ban. PT. TRIJAYA BAN ini adalah salah satu

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. domestik (nasional) maupun internasional. Perkembangan pasar yang

BAB 1 PENDAHULUAN. domestik (nasional) maupun internasional. Perkembangan pasar yang 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan Dalam era globalisasi, persaingan bisnis menjadi semakin tajam baik di pasar domestik (nasional) maupun internasional. Perkembangan pasar yang hiperkompetitif,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Industri sepeda motor di Indonesia saat ini menunjukkan suatu

BAB I PENDAHULUAN. Industri sepeda motor di Indonesia saat ini menunjukkan suatu BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Industri sepeda motor di Indonesia saat ini menunjukkan suatu fenomena yang menarik. Saat perekonomian Indonesia terpuruk, industri sepeda motor ternyata menunjukkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Peluang ini membuat industri mobil di Negara-Negara maju seperti Negara

BAB I PENDAHULUAN. Peluang ini membuat industri mobil di Negara-Negara maju seperti Negara BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pada dunia otomotif, globalisasi dan adanya perkembangan keinginan konsumen menimbulkan juga persaingan yang sangat ketat, khususnya terhadap produk mobil,

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1 Sejarah Perusahaan PT Industri Karet Deli berada di Jalan K.L.Yos Sudarso, KM 8,3, Kecamatan Medan Labuhan, Tanjung Mulia, Medan, Sumatera Utara. PT. Industri Karet

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ban adalah bagian terpenting dari sebuah kendaraan, karena ban satu-satunya yang mempunyai kontak langsung dengan

BAB I PENDAHULUAN. Ban adalah bagian terpenting dari sebuah kendaraan, karena ban satu-satunya yang mempunyai kontak langsung dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ban adalah bagian terpenting dari sebuah kendaraan, karena ban satu-satunya yang mempunyai kontak langsung dengan permukaan jalan. Seiring berkembangnya jenis-jenis

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Seiring berkembangnya jumlah penduduk di Indonesia pada. umumnya dan di Propinsi Banten pada khususnya, serta kondisi geografis

I PENDAHULUAN. Seiring berkembangnya jumlah penduduk di Indonesia pada. umumnya dan di Propinsi Banten pada khususnya, serta kondisi geografis I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring berkembangnya jumlah penduduk di Indonesia pada umumnya dan di Propinsi Banten pada khususnya, serta kondisi geografis wilayah yang ada di Indonesia maka industri

Lebih terperinci

KEUNGGULAN KARET ALAM DIBANDING KARET SINTETIS. Oleh Administrator Senin, 23 September :16

KEUNGGULAN KARET ALAM DIBANDING KARET SINTETIS. Oleh Administrator Senin, 23 September :16 Karet alam merupakan salah satu komoditi perkebunan yang sangat penting peranannya dalam perekonomin Indonesia. Selain sebagai sumber pendapatan dan kesejahteraan masyarakat serta sebagai pendorong pertumbuhan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Industri otomotif di Indonesia mulai berkembang pada tahun Ketika itu Pemerintah

BAB 1 PENDAHULUAN. Industri otomotif di Indonesia mulai berkembang pada tahun Ketika itu Pemerintah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Industri otomotif di Indonesia mulai berkembang pada tahun 1970. Ketika itu Pemerintah Indonesia mengeluarkan beberapa kebijakan untuk mendukung industri otomotif di

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. pertama dan tertua di Indonesia. Goodyear Indonesia menjadi salah satu

BAB IV GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. pertama dan tertua di Indonesia. Goodyear Indonesia menjadi salah satu BAB IV GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 4.1. Sejarah Singkat Perusahaan Goodyear didirikan sejak tahun 1935 sebagai anak perusahaan The Goodyear Tire & Rubber Company, Goodyear Indonesia menjadi perusahaan ban

Lebih terperinci

BAB 4. ANALISIS dan HASIL PENELITIAN

BAB 4. ANALISIS dan HASIL PENELITIAN BAB 4 ANALISIS dan HASIL PENELITIAN 4.1 Pelaksanaan Kegiatan Distribusi Perusahaan Untuk melaksanakan kegiatan pemasarannya, PT. ANUGERAH IDEALESTARI telah menunjuk PT. ANUGERAH CENTRAL AUTOMOTIVE sebagai

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Gambar 1.1 Logo Toyota Toyota Motor Corporation (TMC) adalah sebuah pabrikan mobil yang berasal dari Jepang yang didirikan bulan September 1933. Saat

Lebih terperinci

VIII. KESIMPULAN DAN SARAN

VIII. KESIMPULAN DAN SARAN VIII. KESIMPULAN DAN SARAN KESIMPULAN I Dari hasil analisa yang dilakukan terhadap berbagai data dan informasi yang dikumpulkan, dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut : 1. Pangsa TSR Indonesia

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Adapun jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kualitatif. Dalam

BAB III METODE PENELITIAN. Adapun jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kualitatif. Dalam 27 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Data Adapun jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kualitatif. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan analisis kualitatif, karena analisis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kondisi perekonomian Indonesia yang terus tumbuh, termasuk di sektorsektor pertambangan, agribisnis, serta komoditas lainnya turut mendorong peningkatan kebutuhan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. yang saat ini mendominasi pasar otomotif di Indonesia. Kiprahnya di dunia otomotif

BAB 1 PENDAHULUAN. yang saat ini mendominasi pasar otomotif di Indonesia. Kiprahnya di dunia otomotif 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Toyota merupakan perusahaan manufaktur kendaran niaga dan penumpang yang saat ini mendominasi pasar otomotif di Indonesia. Kiprahnya di dunia otomotif Indonesia merupakan

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PERDAGANGAN INDONESIA- SAUDI ARABIA BULAN : JUNI 2015

PERKEMBANGAN PERDAGANGAN INDONESIA- SAUDI ARABIA BULAN : JUNI 2015 PERKEMBANGAN PERDAGANGAN INDONESIA- SAUDI ARABIA BULAN : JUNI 2015 A. Perkembangan Perekonomian Saudi Arabia. 1. Dana Moneter Internasional (IMF) menyatakan pertumbuhan ekonomi di Saudi Arabia diatur melambat

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Dengan mengucap puji syukur kepada Tuhan YME, karena hanya. dengan berkat dan rahmatnya, kami dapat melaksanakan penulisan

KATA PENGANTAR. Dengan mengucap puji syukur kepada Tuhan YME, karena hanya. dengan berkat dan rahmatnya, kami dapat melaksanakan penulisan KATA PENGANTAR Dengan mengucap puji syukur kepada Tuhan YME, karena hanya dengan berkat dan rahmatnya, kami dapat melaksanakan penulisan Market Brief perdagangan produk automotive parts di Hungaria. Tulisan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. grafik penjualannya nyaris tak pernah turun, tak terpengaruh tren kenaikan harga

BAB I PENDAHULUAN. grafik penjualannya nyaris tak pernah turun, tak terpengaruh tren kenaikan harga BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pada saat ini kendaraan sudah menjadi salah satu kebutuhan yang di anggap penting bagi setiap masyarakat di Indonesia, baik itu motor ataupun mobil. Apalagi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. konsumen tersebut telah membangun citra merek dalam mengiklankan suatu

BAB I PENDAHULUAN. konsumen tersebut telah membangun citra merek dalam mengiklankan suatu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Komunikasi lisan (Word of mouth) merupakan komunikasi yang dapat dilakukan tanpa sadar oleh konsumen yang secara tidak langsung memasarkan melalui perkataan dari satu

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam pertumbuhan industri otomotif di Indonesia, salah satunya adalah

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam pertumbuhan industri otomotif di Indonesia, salah satunya adalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pertumbuhan ekonomi Indonesia yang mulai membaik, berdampak pula dalam pertumbuhan industri otomotif di Indonesia, salah satunya adalah industri sepeda motor.

Lebih terperinci

Struktur Perusahaan PT. Astra Honda Motor

Struktur Perusahaan PT. Astra Honda Motor BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1 Sejarah Perusahaan PT. Astra Honda Motor merupakan pelopor industri sepeda motor di Indonesia. Didirikan pada 11 Juni 1971 dengan nama awal PT. Federal Motor yang sahamnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1 : Penjualan Kendaraan Domestik Kuartal I 2011

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1 : Penjualan Kendaraan Domestik Kuartal I 2011 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Memasuki tahun 2011 ini, perkembangan perekonomian Indonesia menunjukkan perkembangan. Hal ini ditandai dengan semakin kompetitifnya dunia bisnis di Indonesia.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tingkat persaingan dunia usaha pada era globalisasi sekarang ini

BAB I PENDAHULUAN. Tingkat persaingan dunia usaha pada era globalisasi sekarang ini BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Tingkat persaingan dunia usaha pada era globalisasi sekarang ini semakin ketat, dimana setiap perusahaan senantiasa selalu berusaha untuk meraih konsumen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. semakin ketat. Setiap perusahaan harus berusaha semaksimal mungkin untuk

BAB I PENDAHULUAN. semakin ketat. Setiap perusahaan harus berusaha semaksimal mungkin untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tingkat persaingan di dalam semua bidang industri kian hari dirasakan semakin ketat. Setiap perusahaan harus berusaha semaksimal mungkin untuk memenangkan persaingan

Lebih terperinci

BAB II DESKRIPSI OBYEK PENELITIAN. 2.1 Sejarah Industri Otomotif dan Komponen di Indonesia

BAB II DESKRIPSI OBYEK PENELITIAN. 2.1 Sejarah Industri Otomotif dan Komponen di Indonesia 12 BAB II DESKRIPSI OBYEK PENELITIAN 2.1 Sejarah Industri Otomotif dan Komponen di Indonesia Di Indonesia produksi mobil dimulai pada akhir 1920-an, yaitu ketika General Motors (GM) mendirikan pabrik perakitan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. langkah-langkah yang tepat dan sesuai dengan kondisi internal dan eksternal

BAB I PENDAHULUAN. langkah-langkah yang tepat dan sesuai dengan kondisi internal dan eksternal BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Setiap perusahaan akan menemukan peluang dan ancaman pada saat perusahaan tersebut ingin mengembangkan bisnisnya. Peluang dan ancaman tersebut mempengaruhi strategi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam perusahaan yang semakin berkembang, maka setiap aktivitas perusahaan dapat diawasi dan ditangani secara langsung oleh pimpinan perusahaan. Semakin besar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. konsumen terhadap mobil akan semakin tinggi. Sehingga persaingan antara

BAB I PENDAHULUAN. konsumen terhadap mobil akan semakin tinggi. Sehingga persaingan antara 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia dalam menjalankan aktivitas sehari-hari tidak akan terlepas dari kegiatan transportasi, sehingga sarana transportasi yang memadai dibutuhkan untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kemajuan, hal ini dapat terlihat dengan bermunculannya inovasi-inovasi baru

BAB I PENDAHULUAN. kemajuan, hal ini dapat terlihat dengan bermunculannya inovasi-inovasi baru BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dunia otomotif semakin lama semakin marak dan mengalami kemajuan, hal ini dapat terlihat dengan bermunculannya inovasi-inovasi baru untuk menarik dan memenuhi kebutuhan

Lebih terperinci

BAB II DESKRIPSI PERUSAHAAN 2.1. Sejarah Perusahaan:

BAB II DESKRIPSI PERUSAHAAN 2.1. Sejarah Perusahaan: BAB II DESKRIPSI PERUSAHAAN 2.1. Sejarah Perusahaan: Perusahaan XYZ adalah inisial perusahaan yang bergerak di bidang manufaktur yang memproduksi Ban Mobil ( Ligth Ttruck, Off The Road, Truck and Bus,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. ke tahun. Ini disebabkan karena pemerintah tidak menyediakan saran atransportasi

BAB 1 PENDAHULUAN. ke tahun. Ini disebabkan karena pemerintah tidak menyediakan saran atransportasi BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebutuhan masyarakat akan kendaraan pribadi semakin meningkat dari tahun ke tahun. Ini disebabkan karena pemerintah tidak menyediakan saran atransportasi umum yang

Lebih terperinci

BAB 1. Pendahuluan. berjuang untuk menjadi pemenang dalam memasarkan produknya. Sejalan dengan

BAB 1. Pendahuluan. berjuang untuk menjadi pemenang dalam memasarkan produknya. Sejalan dengan 13 BAB 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Pada saat seperti ini, kemajuan jaman dan adanya era globalisasi dunia usaha membuat persaingan semakin kompetitif sehingga setiap perusahaan berusaha berjuang untuk

Lebih terperinci

Hasil Wawancara. Narasumber : Suhardi Tedja Setiawan, Pemilik (Owner) yang juga berperan sebagai Direktur PT. Mekarindo Abadi Sejahtera

Hasil Wawancara. Narasumber : Suhardi Tedja Setiawan, Pemilik (Owner) yang juga berperan sebagai Direktur PT. Mekarindo Abadi Sejahtera L.1 Hasil Wawancara Wawancara I Tanggal : 28 September 2011 Narasumber : Suhardi Tedja Setiawan, Pemilik (Owner) yang juga berperan sebagai Direktur PT. Mekarindo Abadi Sejahtera 1. Struktur Organisasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. baik itu bidang kesehatan, teknologi, dan otomotif. Perkembangan tersebut dapat

BAB I PENDAHULUAN. baik itu bidang kesehatan, teknologi, dan otomotif. Perkembangan tersebut dapat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Era globalisasi telah membawa perubahan yang sangat pesat diberbagai bidang, baik itu bidang kesehatan, teknologi, dan otomotif. Perkembangan tersebut dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Dalam perkembangan dunia industri dewasa ini banyak mengalami kemajuan,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Dalam perkembangan dunia industri dewasa ini banyak mengalami kemajuan, 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dalam perkembangan dunia industri dewasa ini banyak mengalami kemajuan, hal ini dapat dilihat dari semakin bertambahnya jumlah persaingan yang ketat diantara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1. Total Produksi Kendaraan Bermotor Domestik dan Ekspor-Impor Kendaraan Bermotor di Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1. Total Produksi Kendaraan Bermotor Domestik dan Ekspor-Impor Kendaraan Bermotor di Indonesia. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Industri otomotif, khususnya mobil, di Indonesia berkembang sangat pesat. Persaingan antar perusahaan produsen mobil di Indonesia dewasa ini cukup ketat. Gabungan

Lebih terperinci