SIMBOLISME SHINBUTSU SHŪGŌ DALAM BONEKA DARUMA MAKALAH NON SEMINAR. Fitri Haryanti Harsono Saidil Anwar
|
|
- Glenna Johan
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 UNIVERSITAS INDONESIA SIMBOLISME SHINBUTSU SHŪGŌ DALAM BONEKA DARUMA MAKALAH NON SEMINAR Oleh: Fitri Haryanti Harsono Saidil Anwar FAKULTAS ILMU PENGETAHUAN BUDAYA PROGRAM STUDI JEPANG DEPOK JANUARI
2 2
3 3
4 SIMBOLISME SHINBUTSU SHŪGŌ DALAM BONEKA DARUMA Fitri Haryanti Harsono Saidil Anwar, Etty Nurhayati Anwar Program Studi Jepang, Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya, Universitas Indonesia, Depok, 16424, Indonesia Abstrak Jepang sebagai salah satu negara maju di kawasan Asia Timur memiliki kebudayaan dan tradisi kuat mempertahankan nilai-nilai tradisional, terutama pemaknaan terhadap Shinto dan Buddha yang diwujudkan dalam karya seni. Perpaduan Shinto dan Buddha (shinbutsu shūgō) mulai berkembang di Jepang pada zaman Heian ( ) tecermin dalam boneka Daruma. Model boneka Daruma merupakan salah satu perwujudan dari pendeta Bodhidharma yang sedang melakukan posisi meditasi. Kepercayaan terhadap Daruma merupakan perwujudan dari perpaduan Shinto dan Buddha. Daruma sebagai simbol keberuntungan dan simbol kesuksesan. Daruma dianggap benda yang bersifat magis. Daruma bukan sebagai benda pemujaan, akan tetapi lambang (simbol) yang memiliki simbolisme Shinto dan Buddha. Kata kunci: Bodhidharma; Daruma; Shinbutsu shūgō; Simbolisme SHINBUTSU SHŪGŌ SYMBOLISM IN DARUMA DOLL Abstract Japan as one of the the progress countries in East Asia with strong tradition of maintaining the culture and traditional values, especially against the Shinto and Buddhist meanings embodied in works of art. The combination of Shinto and Buddhism (shinbutsu shūgō) began in Japan on Heian period ( ) which its reflected in Daruma doll. Daruma doll is a model priest Bodhidharma who sitting in the meditation position. The faith of Daruma is combination of Shinto and Buddhist. Daruma as a lucky symbol and success symbol. The character of Daruma is attributed to magic. Daruma does not an objects of worship, but the emblem (symbol) for symbolism Shinto and Buddhist. Keywords: Bodhidharma; Daruma; Shinbutsu shūgō; Symbolism Pengantar Manusia dalam kehidupan sehari-harinya tidak bisa lepas dari simbol, khususnya dalam kehidupan spiritual. Penciptaan simbol dalam kehidupan spiritual manusia menandakan adanya kepercayaan dan keyakinan terhadap sesuatu yang bersifat abstrak sekaligus wujud ekspresi terhadap kepercayaan pribadi terhadap yang didewakan. Daya imajinasi yang melampaui logika diungkapkan secara simbolis melalui berbagai perwujudan yang nyata, 4
5 namun di balik perwujudan bentuk tersimpan suatu keyakinan mendalam. Kenyataan memang berupa fakta-fakta, terkadang menyimpan makna psikis sebab fakta-fakta tersebut berupa simbol (Cassirer, 1994:23). Kata simbol berasal dari bahasa Yunani, yaitu symbolos atau symballo berarti suatu benda ingatan atau tanda pengingat. Simbol adalah semacam tanda yang mengandung maksud tertentu berupa objek, kejadian, bunyi bicara atau bentuk-bentuk tertulis yang diberi makna oleh manusia. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008), simbol adalah lambang. Lambang bertujuan merepresentasikan sesuatu hal yang bersifat abstrak. Penggunaan mengenai simbol dalam kehidupan dinamakan simbolisme. Berdasarkan kamus Webster (2008), simbolisme adalah representasi terhadap sesuatu atas penggunaan simbol, terutama lingkup seni dan literatur. Pemahaman terhadap makna dari simbol menunjukkan keyakinan seseorang. Jepang sebagai salah satu negara maju di kawasan Asia Timur memiliki kebudayaan dan tradisi kuat mempertahankan nilai-nilai tradisional, khususnya kepercayaan terhadap sesuatu yang abstrak, yang bersifat supernatural, yaitu di luar akal manusia. Di Jepang kekuatan supernatural tersebut didasari Shinto yang dianut orang Jepang seperti kepercayaan yang bersifat animisme, antara lain kepercayaan terhadap arwah dan roh leluhur, khususnya dalam cerita-cerita mitologi yang dianggap memberikan dasar terhadap budaya spiritual orang Jepang. Kata Shinto berasal dari dua karakter huruf China, yaitu shin yang berarti kekuatan spiritual yang luar biasa, manusia luar biasa atau dewa seperti alam atau benda tertentu, serta do atau to yang berarti jalan atau ajaran (Joseph M. Kitagawa, 1987:139). Shinto telah menjadi pandangan hidup bagi orang Jepang. Shinto pun berkembang terkait pemujaan terhadap alam yang menganggap semua benda hidup dan benda mati memiliki jiwa dan kekuatan. Selain itu, dalam perkembangannya simbol-simbol keyakinan terhadap segala sesuatu yang hidup dan benda mati dimunculkan dalam bidang seni, misal burung bangau di Jepang sebagai simbol kemakmuran dan panjang umur. Simbolisme akan burung bangau diungkapkan melalui origami (seni melipat kertas) berbentuk burung bangau. Dalam hal ini burung bangau dianggap sebagai burung keagungan atau kemuliaan, di mana dapat dijadikan teman dalam kehidupan dan akan sangat setia kepada pendamping hidupnya (Meghan Krane, 2007). Kepercayaan terhadap burung bangau sebagai simbol kemakmuran dan panjang umur yang dimunculkan melalui origami berbentuk burung bangau merupakan pengaruh dari pemikiran Shinto. Begitu pula agama Buddha sebagai new religion (agama baru) dianggap sebagai sesuatu yang baru dan menarik yang mempunyai makna 5
6 simbolisme. Misalnya, penyebutan Bodhidharma sebagai tokoh penyebar agama Buddha di Jepang direpresentasikan dalam bentuk boneka Daruma. Penyebutan Daruma lebih merefleksikan budaya Jepang sesuai karakteristik perwujudan orang Jepang. Tanpa disadari, budaya Jepang telah terpengaruh Buddhisme yang menyebar melalui Korea sekitar abad ke-6. Orang Jepang yang bergelut dalam bidang seni pun memasukkan berbagai pemikiran Buddhisme kedalam karya-karyanya. Simbolisme merupakan pengekspresian gagasan tertentu. Oleh karena itu, Daruma merupakan salah satu hasil pengekspresian seni orang Jepang, selain seni lukisan, patung, ukiran, pahatan, dan sebagainya. Figur boneka Daruma ada yang mencerminkan pendeta Buddha laki-laki, tetapi ada juga boneka Daruma perempuan yang disebut ehime daruma atau princess daruma (Buddha Channel ). Simbolisme Bodhidharma dalam boneka Daruma yang merambah bidang seni digambarkan sebagai simbol akan sosok Bodhidharma yang bermeditasi untuk mencapai pencerahan. Simbolisme dalam boneka Daruma menunjukkan keyakinan orang Jepang terhadap berbagai pengharapan yang baik dalam kehidupan di dunia. Gambar 1. Ehime Daruma atau princess Daruma (sumber: Daruma Dolls-Okiagari Koboshi Offer for New Year a Daruma Doll! diambil 16 Januari 2014 dari 6
7 Bagi orang Jepang, boneka Daruma sebagai simbol yang biasanya digunakan untuk pemberian hadiah ulang tahun dan perayaan tahun baru. Perayaan boneka Daruma diselenggarakan pada bulan Februari yang digelar di Daruma Hall (Aula Daruma). Setiap perayaan tahun baru orang Jepang melakukan ritual di kuil-kuil Buddha, kemudian membeli Daruma yang dijual di kuil tersebut. Boneka Daruma dipercayai sebagai simbol pengharapan dan kesuksesan sepanjang tahun bagi orang Jepang. Daruma berasal dari kata Dharma yang berarti kebaikan. Hal tersebut menjadi tanda pengingat akan ajaran Buddha untuk menanamkan ajaran-ajaran kebaikan dalam kehidupan. Pada awalnya, Daruma diekspresikan dalam bentuk karikatur kartun pada abad ke-15 (H. Neil McFarland. 1987). Daruma mengajarkan nilai-nilai humanis berupa kebaikan dan kelembutan, serta nilai riil dalam berbagai perspektif kehidupan. Daruma sebagai representasi praktik dan pengalaman; ketekunan dan kegembiraan; dan hadir secara luar biasa dalam kehidupan orang Jepang dengan pencitraan yang baik, penyokong bidang seni, objek dari humor yang baik, dan menjadi bagian dari permainan anak-anak. Nilai-nilai kebaikan dalam figur boneka Daruma ditanamkan kepada anak-anak sejak dini. Ada berbagai macam bentuk boneka Daruma yang tanpa lengan dan tanpa kaki dikenal dengan nama okiagari 起き上がりatau okiagari koboshi 起き上がり小法師 berupa Tumbler Doll. Daruma memiliki bobot yang berat di bagian bawahnya. Bobot berat di bagian bawah menggambarkan posisi meditasi Bodhidharma dengan cara duduk bersila. Ketika boneka Daruma digulingkan, jatuh, atau disenggol, maka akan langsung kembali ke posisinya semula. Bentuk boneka Daruma yang tanpa lengan dan tanpa kaki merupakan gaya Bodhidharma saat melakukan meditasi (zazen). Daruma dengan mata yang membelalak atau tanpa mata, jenggot yang tebal, hidung yang menonjol, dan roman muka yang terlihat bengis begitu menarik perhatian dan menyolok mata. Fungsi Daruma dapat dikatakan sebagai ikon, objek seni, jimat, mainan, dekorasi maupun hasil karya yang baru berupa kombinasi (H. Neil McFarland, 1987:11). Kombinasi-kombinasi yang ditunjukkan berupa makna figur dan kepercayaan terhadap Daruma. Sebagaimana telah diungkapkan di atas, pemaknaan terhadap Daruma mengidentifikasikan adanya perpaduan Shinto dan Buddha. Perpaduan Shinto dan Buddha dinamakan shinbutsu shūgō 神仏習合, suatu pemikiran yang berkembang pada zaman Heian ( ). Menurut Ishida Ichiro, shinbutsu shūgō menunjuk pada persentuhan, perpaduan pemikiran pemujaan kami (dewa) yang ada sejak zaman kuno, yang merupakan kepercayaan asli setempat, dengan pemikiran Buddha yang masuk ke Jepang melalui negara yang lebih 7
8 dahulu maju seperti China dan Korea. Shinbutsu shūgō dikembangkan kedua tokoh aliran Buddha Jepang, yaitu Saicho (aliran Tendai) dan Kukai (aliran Shingon). Berdasarkan Joseph M. Kitagawa dalam buku On Understanding Japanese Religion, Saicho dan Kukai memadukan ajaran Buddha dengan pemujaan kami dalam konsep honjishuijaku yang berarti hotoke (dewa Buddha) merupakan perwujudan dari kami (dewa Shinto) dan kami (dewa Shinto) merupakan perwujudan hotoke (dewa Buddha). Saicho yang mengembangkan aliran Buddha Jepang Tendai mempelajari ajaran mikkyou di China, yang mempunyai pengertian ajaran rahasia, lebih dikenal dengan sebutan himitsu bukkyou atau Buddha yang bersifat rahasia. Dalam aliran Tendai terdapat aliran Tiantai yang berfokus pada meditasi. Perkembangan pesat aliran Buddha Jepang Tendai ini menjadi cikal bakal lahirnya istilah kokka bukkkyou (agama Buddha negara) di Jepang. Daruma dianggap perwujudan Bodhidharma yang berkaitan dengan Shinto yang menitikberatkan pada kepercayaan terhadap semua benda mati dan benda hidup. Daruma mendeskripsikan simbol kesuksesan dan simbol keberuntungan, dan penanaman nilai-nilai kebaikan Buddha terwujud dalam boneka Daruma. Oleh karena itu, boneka Daruma dapat dikatakan hasil akulturasi Shinto dan Buddha yang mempunyai pemaknaan simbolisme pada bentuk fisiknya. Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam penulisan jurnal ilmiah ini adalah metode deskriptif analisis yang memberi penjelasan tentang keterangan pada data. Data-data dihimpun melalui buku, artikel, dan jurnal sebagai bahan referensi. Pengumpulan data dengan studi kepustakaan yang menjadi fokus utama adalah simbolisme dalam boneka Daruma. Pemaknaan terhadap bentuk tubuh dan warna pada Daruma begitu sarat akan makna. Daftar referensi yang menjadi acuan utama dalam jurnal ilmiah ini tentang simbolisme, agama Buddha, dan boneka Daruma. Media internet menjadi pelengkap dan pendukung pengumpulan data yang diperlukan terkait topik boneka Daruma. Data-data yang telah dibaca, dipahami, diklasifikasi, dianalisis, lalu dituangkan dalam tulisan sesuai permasalahan yang ada, yaitu simbolisme shinbutsu shūgō dalam boneka Daruma. Legenda Daruma Legenda Daruma termasuk unik dan menarik. Dalam buku We Japanese karya Frederic de Garis dan Atsuharu Sakai ada dua pendapat yang mengungkapkan asal usul 8
9 Bodhidharma yang menjadi model perwujudan dalam bentuk Daruma. Pertama, Bodhidharma merupakan putra ketiga dari Raja Cochin di India. Ia belajar Buddhisme selama empat puluh tahun dari seorang pendeta Buddha bernama Prejnatara, kemudian berkunjung ke China pada tahun 520 dan bertemu Kaisar Wu dari Dinasti Liang. Meditasi yang dilakukan Bodhidharma di Kuil Shaolin (Shorinji) melahirkan sebuah ajaran Dhyana, yaitu metode penenangan diri tubuh dan pikiran melalui meditasi. Dhyana inilah yang dikenal di Jepang dengan sebutan Zen. Kedua, menurut Dr. Junjiro Takakusu, seorang ahli Buddhisme menegaskan Daruma bukan merepresentasikan Bodhidharma yang berasal dari putra ketiga Raja Cochin, tetapi representasi dari Pendeta Dhyana-bhara yang dikenal dengan sebutan Sunyadsya atau di Jepang dikenal dengan Pendeta Shikuh. Ia adalah putra dari Raja Makada, India lalu pergi ke Tibet, China, dan Korea. Ada pandangan lain yang mengemukakan bahwa ajaran agama Buddha pertama kali masuk dan menyebar di India, kemudian agama Buddha masuk China lalu ke Jepang melalui Korea sekitar abad ke-6. Ajaran Buddha yang masuk ke Jepang adalah aliran Mahayana. Dari ajaran Buddha Mahayana lahir salah satu aliran Buddha, yaitu Zen Buddhisme. Diana dan Richard St. Ruth dalam buku The Simple Guide to Zen Buddhism mengemukakan Bodhidharma masuk ke China melalui India. Ia bertemu Kaisar Wu, pendiri Dinasti Liang sekaligus penganut Buddhisme. Selama berkunjung di China, Bodhidharma tinggal di Cina tepatnya di Kuil Shaolin yang berlokasi di sebelah timur Luo-yang, Provinsi He-nan. Berdasarkan dokumen sejarah Cina, Bodhidharma adalah anak ketiga dari raja India bagian selatan. Bodhidharma melakukan meditasi selama sembilan tahun di Gunung Suuzan, Kuil Shaolin Berdasarkan Takasaki Daruma dalam Japam Atlas, Zen ( 禅 ) merupakan salah satu bentuk Buddhisme yang lebih populer dikenal luas di dunia. Zen diperkenalkan di Jepang pada awal periode Kamakura ( ). Zen Buddhisme mengajarkan bentuk ajaran secara lembut dan halus. Figur Daruma dalam bentuk boneka sebagai tanda pengingat atau simbol akan Bodhidharma yang tengah melakukan meditasi untuk mencapai pencerahan. Gaya meditasi (zazen) Bodhidharma dengan cara duduk bersila dan menutup mata, lalu mengumpulkan energi dari alam dan membangunnya di dalam hara (perut) yang merupakan pusat konsentrasi sesungguhnya dalam meditasi. Fokus konsentrasi melalui meditasi bertujuan mencapai pencerahan, Buddhahood. Nyogen Senzaki dan Ruth Strout McCandless dalam tulisan Notes on Meditation pada buku Buddhism and Zen mengemukakan: 9
10 Bodhidharma once said, If you wish to see the Buddha, you must look into your own inner-nature; this nature is the Buddha himself By thinking the Buddha, your meritorious deed will bear fruit Terjemahan: Suatu ketika Bodhidharma berkata, Jika kamu berharap melihat Buddha, kamu harus melihat ke dasar inti pribadi sendiri; sifat dasar ini adalah Buddha sendiri Dengan memikirkan Buddha, kamu mengabdi atas perbuatan yang akan menghasilkan buah Perkataan Bodhidharma di atas dapat disimpulkan bahwa pencerahan, Buddhahood dicapai melalui upaya kesabaran dan fokus pada konsentrasi. Pencerahan diperoleh atas niat pribadi menyatukan hati dan pikiran dengan persiapan sungguh-sungguh. Hal itu dilatarbelakangi Bodhidharma seringkali jatuh akibat kantuk saat bermeditasi. Sosok Bodhidharma dalam bermeditasi dimunculkan kedalam seni oleh para seniman Jepang, salah satunya bentuk boneka Daruma dikenal dengan sebutan Daruma Daishi atau Daruma san. Japan Atlas memaparkan boneka Daruma dibuat pertama kali di kota Takasaki, tepatnya di Kuil Shorinzan pada akhir abad ke-17 untuk meringankan kehidupan para petani yang menderita kelaparan. Ini merupakan jalan keluar atau ide untuk melepaskan keadaan dari derita kelaparan dengan cara menyuruh para petani membuat boneka-boneka dari kertas minyak untuk memperoleh penghasilan tambahan. Orang yang pertama kali membuat Daruma adalah seorang biksu yang bernama Shinetsu. Shinetsu juga mendirikan Kuil Daruma di Takasaki, Perfektur Gunma, Jepang pada tahun Sejak saat itu, produksi boneka Daruma dari kota Takasaki kian populer di pasaran. Pada umumnya figur Daruma dibentuk tanpa mata, tanpa kedua lengan, tanpa kaki, serta berbentuk bulat dengan bobot lebih berat pada bagian bawahnya. Daruma sebagai Simbol Simbolisme dalam boneka Daruma diwujudkan melalui pemaknaan Daruma yang diyakini. Bagi orang Jepang, simbol Daruma mencerminkan keberuntungan yang diaplikasikan terhadap kesuksesan sebagai objek keberuntungan (engi mono 縁起物 ) dan bersifat magic (gaib) atau ekspektasi religius. Okiagari Daruma termasuk contoh daruma 10
11 sebagai dewa keberuntungan (engi no kami). Okiagari Daruma dianggap memiliki kekuatan supernatural (kekuatan gaib). Misal, melindungi anak-anak dari sakit, khususnya dari rasa takut akan cacar. Gambar 2. Boneka Daruma di Kuil Daruma, Takasaki, Perfektur Gunma, Jepang (sumber: Buddha Channel diambil 12 Januari 2014 dari Pada awalnya, Daruma digunakan para petani untuk mempertinggi harga tanah milik mereka melalui doa-doa dan ritual lain yang dipanjatkan dengan harapan hasil panen yang berlimpah. Figur Daruma mulai berkembang dalam segi kehidupan lain seiring berjalannya waktu, antara lain pada saat pernikahan, kelahiran bayi, kesembuhan sakit, jimat ujian sekolah, pengharapan yang baik bagi perusahaan, keamanan mengemudi, keamanan pekerjaan industri, kelancaran bisnis, serta pemilihan politik, dan lain-lain. Pemaknaan orang Jepang terhadap figur boneka Daruma berbagai macam, baik terhadap bentuk tubuh, mata, serta figur Daruma yang tidak memiliki tangan dan tidak memiliki kaki berbeda-beda tergantung pemahaman dan keyakinan masing-masing. Bentuk boneka Daruma yang bulat dan berat di bagian bawah diciptakan sebagai penopang dapat menjadi kokoh sehingga mampu mengembalikan posisi boneka Daruma tatkala digulingkan, 11
12 dijatuhkan ataupun disenggol. Pembuatan bagian bawah boneka Daruma yang lebih berat merupakan simbol Budhidharma tidak pantang menyerah atas dedikasi selama sembilan tahun lamanya untuk meditasi. Hal tersebut pada awalnya dimaksudkan oleh si pencipta boneka Daruma agar setiap individu tidak pantang menyerah dalam menjalani kehidupan. Menurut H. Neil McFarland dalam buku Daruma, The Founder of Zen in Japanese Art and Popular Culture, kebulatan tekad yang terkandung dalam boneka Daruma ditandai dengan peribahasa, nana korobi ya oki 七転びやおきyang berarti tujuh kali jatuh, delapan kali bangkit. Kehidupan yang penuh perjuangan berupa tantangan dan hambatan harus dihadapi dengan semangat dan daya tahan pribadi yang kuat. Kesuksesan yang dicapai secara maksimal membutuhkan tekad, niat, dan usaha yang besar. Ajaran kebulatan tekad menekankan setiap individu harus bangkit lagi dan terus mencoba berbagai upaya agar memperoleh kesuksesan dan hasil yang baik mengutamakan nilai kebaikan agar tidak mudah menyerah dapat membentuk kepribadian seseorang yang kuat dan tahan mental. Peribahasa tersebut mempertimbangkan dengan hati-hati pembuatan figur boneka Daruma (okiagari Daruma) sebagai simbol kehidupan yang kontras dalam mengarungi kehidupan ini. Kehidupan seseorang yang jatuh dan bangun; sukses dan gagal; serta kedudukan individu di atas dan di bawah. Tidak selamanya manusia hidup di atas dengan kedudukan tinggi, ada waktunya ketika manusia tidak merasakan kedudukan tinggi tersebut. Bentuk tubuh boneka Daruma juga mengandung nilai-nilai keseimbangan yang terletak pada pusat tubuh. Keunggulan meditasi yang luar biasa bahwa konsentrasi terbentuk melalui pusat tubuh dengan kekuatan diri sendiri. Selain itu, boneka Daruma mengandung nilai keseimbangan dan ketahanan daya Budhidharma dalam bemeditasi. Keseimbangan menahan jatuh ataupun dijatuhkan, lalu kembali pada posisi semula dengan cepat. Boneka Daruma dikenal sebagai boneka dengan gambar lelaki tua yang tidak pernah jatuh, istilah dalam bahasa Jepang, yaitu futo-o. Warna dan figur boneka Daruma menyimbolkan kemuliaan akan usia tua dan harapan hidup panjang. Karakteristik dua simbol dalam boneka Daruma berasal dari nilai-nilai China. Mata boneka Daruma ada yang memiliki mata dan tidak memiliki mata. Daruma yang memiliki mata terbagi atas kedua mata berbentuk sempurna (bulatan hitam sepenuhnya pada bola mata) dan hanya bola mata kiri yang terbentuk, sedangkan mata kanan berupa garis lingkaran hitam dengan warna putih pada bola matanya. Perbedaan lukisan pada bola mata Daruma yang tanpa mata dan memiliki mata dikenal dengan istilah me-nashi 目無しdan meire 目入れ. Lukisan dan gambar boneka Daruma yang memiliki mata mengandung nilai 12
13 harapan atau doa kepada setiap individu. Boneka Daruma yang biasanya dijual berupa tanpa mata untuk memberikan kesempatan bagi pembeli melukis bola mata sesuai pengharapan masing-masing. Gambar 3. Boneka Daruma dalam berbagai ukuran dengan bentuk tanpa mata dan memiliki mata yang membelalak (sumber: Daruma information diambil 9 September 2013 dari PDF File) Gambar 4. Daruma dengan bola mata kiri (sumber: Daruma Doll diambil 16 Januari 2014 dari 13
14 Ukuran bola mata Daruma yang dilukis menandakan kemakmuran dan harapan akan hidup. Daruma yang memiliki bola mata merupakan adaptasi tata cara tradisional Buddha yang dikenal dengan sebutan kaigen kuyou 開眼供養, tata cara Buddha dengan mata terbuka sebagai pandangan baru Buddha yang suci. Namun, seiring zaman yang berubah, para seniman telah mengubah karakteristik boneka Daruma dengan tidak membuat bola mata. Mereka memandang hormat sebagai suatu simbol yang mempunyai kekuatan mistik dalam membuat Daruma. Daruma yang tidak memiliki bola mata mengandung nilai-nilai Buddha yang direpresentasikan dari Bodhidharma saat melakukan meditasi selama sembilan tahun di Gunung Suuzan, Kuil Shourinji (Shaolin). Ia tidak dapat menahan kantuk sehingga jatuh berkali-kali. Konsentrasi bermeditasi yang terganggu menyebabkan ia memotong kelopak matanya. Kedua kelopak mata yang dipotong mengandung nilai Bodhidharma yang menggunakan mata batin untuk mencapai pencerahan secara sempurna. Ciri fisik boneka Daruma yang tidak memiliki tangan dan kaki merupakan representasi Bodhidharma saat melakukan meditasi selama sembilan tahun lamanya. Praktik meditasi Bodhidharma yang disebut zazen (gaya meditasi) dengan duduk bersila menyebabkan lengan dan kakinya tidak dapat berfungsi selamanya. Gaya tersebut untuk memperoleh pencerahan dengan semangat tidak menyerah dan tidak berkeluh kesah. Gambar 5. Daruma yang tidak memiliki bola mata, tidak memiliki tangan, dan kaki (sumber: Daruma diambil 12 Januari 2014 dari Warna boneka Daruma yang mencolok mata dengan warna hitam, putih, merah, hijau, dan biru, yang dikenal dengan sebutan go-shiki 五色 (lima warna). Kelima warna boneka Daruma memberikan kesan bermakna yang dikaitkan dalam filosofi Buddha. Filosofi tersebut ditunjukkan bahwa kelima warna tersebut merupakan simbol akan pemberian lima warna 14
15 sutra yang diserahkan kepada dewa-dewa Shinto dan mewakilkan lima warna dasar yang dicelupkan pada sutra. Bagi orang Jepang, Daruma memiliki keistimewaan karakter, antara lain karakter yang mencerminkan disiplin, ketekunan, kerajinan, dan loyalitas. Warna merah pada boneka Daruma bertujuan memberikan ketenangan kepada anak-anak akan penyakit cacar oleh dewa cacar (hoosou no kami). Warna merah juga memiliki kemampuan kekuatan gaib untuk menghilangkan penyakit cacar. Warna merah termasuk warna favorit anak-anak. Selain itu, boneka Daruma berwarna hitam bermakna keuntungan dalam perniagaan dan menjauhkan dari roh-roh jahat; warna putih melambangkan keberkatan dan kemenangan; warna hijau melambangkan kesehatan (panjang umur); serta warna biru sebagai lambang kesuksesan. Gambar 6. Go-shiki Daruma (lima warna Daruma) meliputi warna hitam, putih, merah, biru, dan hijau (sumber: Daruma Japanya dan Daruma Green diambil 16 Januari 2014 dari dan ) Penutup Daruma sebagai simbol memiliki makna ajaran kebaikan bagi orang Jepang. Simbolisme tersebut salah satunya terwujud dalam boneka Daruma. Daruma yang berasal dari kata Dharma berarti kebaikan dibuat berdasarkan ciri-ciri fisik Bodhidharma, pendeta pembawa dan penyebar agama Buddha di Jepang. Simbolisme pada boneka Daruma merupakan kepercayaan dan keyakinan orang Jepang terhadap pemaknaan bentuk dan ciri-ciri fisik Daruma. Bentuk Daruma yang merefleksikan pendeta Bodhidharma menjadi sebuah tanda pengingat (simbol) terhadap Bodhidharma yang tengah bermeditasi untuk mencapai pencerahan. Melalui meditasi lahir Zen Buddhisme yang mengajarkan ketenangan diri serta penyatuan pikiran dan hati telah mempengaruhi kehidupan orang Jepang. Perwujudan terhadap ajaran Dharma dimasukkan kedalam bidang seni, yaitu pembuatan boneka Daruma. Pertama kali Daruma diciptakan oleh Shinetsu, seorang biksu yang juga mendirikan Kuil 15
16 Daruma di Takasaki, Perfektur Gunma, Jepang pada tahun Shinetsu menghasilkan pemikiran orang Jepang yang tidak ada di negara lain. Dalam arti hal ini termasuk ciri khas dari orang Jepang, yaitu Shinetsu berhasil menciptakan boneka Daruma yang merupakan perwujudan dari perpaduan Shinto dan Buddha. Perpaduan Shinto dan Buddha ini dinamakan shinbutsu shūgō. Melalui boneka Daruma tecermin karakteristik kehidupan orang Jepang sehari-hari yang memiliki keyakinan terhadap daya magis dari Daruma. Daruma dianggap sebagai benda yang bersifat magis dan tidak bisa dilepaskan dari kehidupan spiritual orang Jepang. Pemaknaan atau simbolisme shinbutsu shūgō dalam boneka Daruma, antara lain sebagai simbol pengharapan, pemberi semangat, serta simbol pembawa keberuntungan melekat kuat dalam pemikiran orang Jepang. Hal tersebut ditandai dengan Daruma yang dibuat para seniman Jepang tidak memiliki mata, kemudian orang Jepang yang membeli Daruma melukiskan bola mata hitam. Bola mata hitam yang dilukis sendiri oleh pembeli mengungkapkan berbagai harapan yang positif dalam pencapaian kehidupan yang sukses. Perwujudan Daruma dari perpaduan Shinto dan Buddha mengungkapkan sifat orang Jepang yang tidak mudah menyerah dan berusaha untuk terus bergerak maju meraih keberhasilan dalam kehidupan yang dijalani. Simbolisme tersebut dapat dilihat dari dari bentuk badan boneka Daruma yang bulat dan berat di bagian bawah yang dimaknai sebagai pemberi semangat dan pantang menyerah atas tantangan-tantangan dalam kehidupan bagi pemilik Daruma. Keseimbangan dalam kehidupan perlu dijaga dan harus dihadapi dengan jiwa yang kuat. Daftar Acuan Buku Anesaki, Masaharu. (1930). History of Japanese Religion with Special Reference to The Social and Moral Life of The Nation. London: Kegan Paul, Trench and Trubner. Conze, Edward. (1951). Buddhism, Its Essence and Development. New York: Philosophical Library. Dayal, Har. (1932). The Bodhisattva Doctrine in Buddhist Sanskrit Literature. London: Motital Banarsadass. De Bary, William Theodore (ed.).(1972). The Buddhist Tradition In India, China and Japan. New York: Vintage Books. 16
17 De Garis, Frederic dan Atsuharu Sakai. (2002). We Japanese, The Customs, Manners, Ceremonies, Festivals, Arts and Crafts of Japan. Routledge: New York. Eliot, Sir Charles. (1935). Japanese Buddhism. London: Arnold. Humphreys, C. (1957). Zen Buddhism. London: Allen and Unwin. Imaizumi, Jitsuhei. (1982). Nihon no Daruma. Tokyo: Takuma Shoten. Introduction to Zen Buddhism. (1934). Eastern Buddhist Society. Kyoto. Kitagawa, Joseph M. (1987). On Understanding Japanese Religion. Manual of Zen Buddhism, D.T Suzuki, Grove Press, McFarland, H Neill. (1987). Daruma, The Founder of Zen in Japanese Art and Popular Culture. Tokyo dan New York: Kodansha International. Nyogen Senzaki and Paul Reps. 101 Zen Stories. David McKay Company, Philadelphia. Ruth, Diana dan Richard St (ed.). (1998). The Simple Guide to Zen Buddhism. England: Global Books LTD. Saunders, E. Dale. (1964). Buddhism in Japan, With an Outline of Its Origins in India. Philadelphia: University of Pennsylvania Press. Senzaki, Nyogen dan Ruth Strout McCandless. (1953). Buddhism and Zen. New York: Philosphical Library. The Zen Teaching of Bodhidharma, Red Pine (trans.), North Point Press, Takakasu, Junjiro. (1947). The Essentials of Buddhist Philosophy. Honolulu: University of Hawaii Press. Thomas, Edward J. (1956). The Life of Buddha as Legend and History. London: Routledge and Kegan Paul. Kamus Pusat Bahasa. (Ed IV). (2008). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Susilawati, Daru dan Lyndon Saputra. (2008). Webster s Kamus Lengkap Inggris-Indonesia: Indonesia-Inggris. Karisma Publishing Group. Artikel Online Buddha Channel. (2008). Daruma Dolls-Okiagari Koboshi Offer for New Year a Daruma Doll! Diambil 12 Januari 2014 dari 17
18 Buddhist Temple Jin De Yuan Jakarta. (2013). Tat Mo Cu Su, Patriach Bodhi Dharma. Diambil 12 Januari 2014 dari Daruma Green. Diambil 16 Januari 2014 dari Daruma Japanya. Diambil 16 Januari 2014 dari Dhammacitta. (2010). Jubah Para Bhikkhu/ni. Diambil 12 Januari 2014 dari Heian Periods. Diambil 12 Januari 2014 dari Shintō Guidebook, Shintōism & Shintō Statuary, Native Animistic Religion of Japan. Diambil 12 Januari 2014 dari Pusdiklat Buddhis Bodhidharma. (2013). Bodhidharma (Ta Mo Chu Tse; Daruma Daishi). Diambil 12 Januari 2014 dari Schumacher, Mark. Early Japanese Buddhism, Spread of Buddhism in Asuka, Nara, and Surya Mandiri. (2010). Daruma. Diambil 12 Januari 2014 dari The Editors of Encyclopaedia Britannica. Shinbutsu shūgō. Diambil 12 Januari 2014 dari Dokumen dari Database Allen Memorial Art Museum. (2005). Daruma Dolls. Diambil 2 September 2013 dari PDF File. Aranha, Joseph. (2011). Bodhidharma from Myth to Reality. Dari seminar internasional Contributions of Tamils to The Composite Culture of Asia di Chennai, India. Diambil 2 September 2013 dari PDF File. Pine, Red (trans). (1987). The Zen Teachings of Bodhidharma. Diambil 2 September 2013 dari PDF File. Tsutomu Kambe. (2008). Bodhidharma, A Collection of Stories from Chinese Literature. Tokyo, Jepang. Diambil 2 September 2013 dari PDF File. Wilson, Wendell E. (2010). Biography Bodhidharma. Dalam Essays on Martial Arts diambil pada 2 September 2013 dari PDF File. 18
ABSTRAK FUNGSI BONEKA DARUMA BAGI MASYARAKAT JEPANG
ABSTRAK FUNGSI BONEKA DARUMA BAGI MASYARAKAT JEPANG Boneka merupakan salah satu simbol anak-anak yang dijadikan mainan dan dibuat untuk menemani anak-anak hingga pada akhirnya boneka juga dianggap sebagai
Lebih terperinciPENGARUH AGAMA BUDDHA PADA EKSISTENSI BONEKA DARUMA DALAM DUNIA POLITIK JEPANG
PENGARUH AGAMA BUDDHA PADA EKSISTENSI BONEKA DARUMA DALAM DUNIA POLITIK JEPANG Skripsi Diajukan sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan Program Strata 1 Jurusan Sastra Jepang Oleh Ester Veronika
Lebih terperinciBab 5. Ringkasan Skripsi. yang pesat dalam dunia industri, serta eksistensi agama Buddha menjadi salah satu
Bab 5 Ringkasan Skripsi Jepang adalah salah satu negara maju di dunia dengan pertumbuhan ekonomi yang pesat dalam dunia industri, serta eksistensi agama Buddha menjadi salah satu faktor penting yang menyertai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Japanese Art and Popular Culture menyebutkan bahwa daruma adalah salah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut McFarland dalam bukunya Daruma, The Founder of Zen in Japanese Art and Popular Culture menyebutkan bahwa daruma adalah salah satu kunci penting untuk memahami
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tradisi Jepang ada satu tradisi yang dapat mengangkat pamor pariwisata negeri
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Negara Jepang merupakan salah satu negara maju di Asia dan kaya akan kebudayaan. Seiring dengan perkembangan teknologi yang sangat pesat dan kemajuan media informasi,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. gagasan yang terdapat dalam pikiran manusia, sehingga dalam kehidupan seharihari
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kebudayaan merupakan sistem pengetahuan yang meliputi sistem ide atau gagasan yang terdapat dalam pikiran manusia, sehingga dalam kehidupan seharihari kebudayaan itu
Lebih terperinci4. Simbol dan makna tari
4. Simbol dan makna tari Pernahkah Anda mengalami kondisi, melihat tari dari awal sampai akhir, tetapi tidak dapat mengerti maksud dari tari yang Anda amati?. Kondisi tersebut dapat terjadi karena dua
Lebih terperinciBab 5. Ringkasan. Sudah sejak berabad-abad yang lalu berbagai kebudayaan asing masuk ke Jepang,
Bab 5 Ringkasan Sudah sejak berabad-abad yang lalu berbagai kebudayaan asing masuk ke Jepang, dan tidak ada satu pun dari kebudayaan asing tersebut ditolak oleh kerajaan Jepang. Semua kebudayaan asing
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. terhadap suatu olahraga. Dapat dibuktikan jika kita membaca komik dan juga
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Di Jepang terdapat bermacam-macam budaya, salah satunya adalah olahraga. Jepang merupakan salah satu negara yang memiliki ketertarikan tinggi terhadap suatu olahraga.
Lebih terperinciBab 1. Pendahuluan. menjadi pemimpin bagi negara-negara lain di sekitarnya dalam berbagai bidang
Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Negara Jepang merupakan salah satu negara maju dan modern di kawasan Asia yang menjadi pemimpin bagi negara-negara lain di sekitarnya dalam berbagai bidang kehidupan.
Lebih terperinciBab 1. Pendahuluan. (ikebana, origami, ukiyo-e), kerajinan tangan (pahatan, tembikar), persembahan (boneka
Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Jepang memiliki berbagai macam budaya yang orisinil dan unik seperti dalam seni (ikebana, origami, ukiyo-e), kerajinan tangan (pahatan, tembikar), persembahan (boneka
Lebih terperinciBab 1. Pendahuluan. kepulauan di Asia Timur dengan ibukota Tokyo. Jepang merupakan salah satu negara
Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Permasalahan Jepang atau disebut juga dengan 日本 (Nippon/Nihon) adalah sebuah negara kepulauan di Asia Timur dengan ibukota Tokyo. Jepang merupakan salah satu negara
Lebih terperinciBab 5. Ringkasan. Jepang dikenal sebagai negara yang kaya akan nilai-nilai kebudayaan yang tinggi.
Bab 5 Ringkasan Jepang dikenal sebagai negara yang kaya akan nilai-nilai kebudayaan yang tinggi. Walaupun Jepang merupakan negara yang maju tetapi masyarakatnya tetap berpegang teguh pada tradisi budaya.
Lebih terperinciBab 1. Pendahuluan. Jepang merupakan sebuah negara yang minim sumber daya alamnya, tetapi Jepang
Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Jepang merupakan sebuah negara yang minim sumber daya alamnya, tetapi Jepang memiliki kekayaan teknologi yang berkembang pesat dikarenakan adanya sumber daya manusia
Lebih terperinciBab 5. Ringkasan. menyajikan teh untuk tamu. Chanoyu dilihat dari karakter huruf kanjinya terdiri dari
Bab 5 Ringkasan Upacara minum teh atau chanoyu ( 茶の湯 ) adalah ritual tradisional Jepang dalam menyajikan teh untuk tamu. Chanoyu dilihat dari karakter huruf kanjinya terdiri dari huruf-huruf sebagai berikut
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Di dunia ini banyak hal yang tidak terbaca karena selalu ada sesuatu
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di dunia ini banyak hal yang tidak terbaca karena selalu ada sesuatu yang tidak bisa terungkap secara kasat mata. Untuk mengungkapkan sesuatu kadang tabu untuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Jepang bangga akan kebudayaan yang mereka miliki. Permainan-permainan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Jepang merupakan salah satu negara yang memiliki beragam budaya, diantaranya keberagaman dalam bentuk tarian, makanan, budaya, olahraga, dan banyak hal yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Jepang telah menyerap banyak gagasan dari negara-negara lain yaitu teknologi, adat-istiadat, dan bentuk-bentuk pengungkapan kebudayaan. Jepang telah mengembangkan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. negara yang wilayahnya terdiri dari pulau-pulau (Kodansha, 1993: ). Barisan
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Jepang yang oleh penduduknya sendiri disebut Nippon atau Nihon merupakan negara yang wilayahnya terdiri dari pulau-pulau (Kodansha, 1993: 649-658). Barisan pulau-pulau
Lebih terperinciBab 1. Pendahuluan Latar Belakang Untuk dapat memahami makna dari suatu ukiyo-e (seni lukisan kuno Jepang) tidak
Bab 1 Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Untuk dapat memahami makna dari suatu ukiyo-e (seni lukisan kuno Jepang) tidak akan cukup dengan melihat gambar atau lukisannya saja, tetapi harus mengetahui pula
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dari segi sosialnya, Jepang merupakan negara yang maju dan. moderen. Walaupun demikian, negara tersebut memiliki banyak
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dari segi sosialnya, Jepang merupakan negara yang maju dan moderen. Walaupun demikian, negara tersebut memiliki banyak keanekaragaman budaya tradisional termasuk
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG
1 I. PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG 1. Batasan Masalah Karya seni mempunyai pengertian sangat luas sehingga setiap individu dapat mengartikannya secara berbeda. Menurut kamus besar bahasa Indonesia, karya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Jepang merupakan salah satu negara maju di Asia yang sebagian besar
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jepang merupakan salah satu negara maju di Asia yang sebagian besar masyarakatnya tidak memeluk suatu agama atau kepercayaan tertentu. Namun, bukan berarti kehidupan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang cukup unik. Uniknya kebudayaan-kebudayaan yang ada di Jepang biasanya
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Jepang merupakan salah satu negara yang memiliki banyak kebudayaan yang cukup unik. Uniknya kebudayaan-kebudayaan yang ada di Jepang biasanya dipengaruhi pula
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menyebut dirinya dengan istilah Hokkian, Tiochiu, dan Hakka. Kedatangan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Suku bangsa Tionghoa merupakan salah satu etnik di Indonesia. Mereka menyebut dirinya dengan istilah Hokkian, Tiochiu, dan Hakka. Kedatangan leluhur orang Tionghoa
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Kimono merupakan pakaian tradisional sekaligus pakaian nasional Jepang.
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kimono merupakan pakaian tradisional sekaligus pakaian nasional Jepang. Perkembangan Jepang yang begitu pesat dalam berbagai bidang, salah satunya bidang fashion,
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. dalam masyarakat Jepang. Sadō yang disebut juga Cha no yu adalah etika
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penciptaan Sadō merupakan salah satu kesenian yang masih menjadi tradisi dalam masyarakat Jepang. Sadō yang disebut juga Cha no yu adalah etika tradisional dalam menyajikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Musik dipergunakan untuk memuja dewa-dewi yang mereka percaya sebagai. acara-acara besar dan hiburan untuk kerajaan.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berbicara tentang musik tidak akan pernah ada habisnya, karena musik begitu melekat, begitu dekat dengan kehidupan manusia. Musik telah ada sejak sebelum Masehi,
Lebih terperinciMenurut kamus bahasa Indonesia, Karakter memiliki arti sifat-sifat. Negara dan bangsa akan maju jika ada prinsip kejujuran. Salah satu bangsa yang
BAB II GAMBARAN UMUM PRODUKTIFITAS ORANG JEPANG 2.1 Pengertian Karakter Menurut kamus bahasa Indonesia, Karakter memiliki arti sifat-sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang membedakan seseorang dari
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jepang adalah sebuah negara maju yang berada di Asia Timur. Dalam Hal keyakinan, Jepang merupakan negara yang membebaskan warga negaranya dalam beragama, seperti yang
Lebih terperinciBab 5. Ringkasan. Negara Jepang adalah negara yang kaya akan kebudayaan dan banyak terdapat
Bab 5 Ringkasan Negara Jepang adalah negara yang kaya akan kebudayaan dan banyak terdapat perayaan-perayaan ataupun festival yang diadakan setiap tahunnya. Pada dasarnya, perayaan-perayaan yang ada di
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. nenek moyang kita telah memperkaya khazanah kebudayaan nasional sebagai aset
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Kebudayaan dalam perspektif klasik pernah didefinisikan oleh Koentjaraningrat sebagai keseluruhan sistem gagasan, tindakan, dan hasil karya manusia dalam
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. Latar belakang..., Ardhanariswari, FIB UI, 2009
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Novel Shitsurakuen karya Watanabe Jun ichi adalah sebuah karya yang relatif baru dalam dunia kesusastraan Jepang. Meskipun dianggap sebagai novel yang kontroversial,
Lebih terperinciSeni Rupa. (Sumber: Dok. Kemdikbud)
Seni Rupa Bab 1 Pembelajaran Menggambar Flora, Fauna, dan Alam Benda Kompetensi Inti KI 1 : Menghargai dan menghayati ajaran agama yang dianutnya KI 2 : Menghargai dan menghayati perilaku jujur, disiplin,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Negara Jepang dikenal dengan kepercayaan Shintonya. Walaupun ada
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Negara Jepang dikenal dengan kepercayaan Shintonya. Walaupun ada beberapa aliran kepercayaan dan agama yang berkembang di sana, masyarakat Jepang modern justru cenderung
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Arni Febriani, 2013
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Jepang adalah sebuah negara kepulauan di Asia Timur. Letaknya di ujung barat Samudra Pasifik, di sebelah timur Laut Jepang, dan bertetangga dengan Republik
Lebih terperinciBab 1. Pendahuluan. tertentu. Seperti halnya tanabata (festival bintang), hinamatsuri (festival anak
Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Di Jepang banyak terdapat perayaan, festival, maupun ritual-ritual yang dilakukan setiap tahunnya. Biasanya setiap perayaan tersebut memiliki suatu makna tertentu.
Lebih terperinciBab 1. Pendahuluan. Kebudayaan Jepang merupakan kebudayaan yang sangat erat dengan alam.
Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Kebudayaan Jepang merupakan kebudayaan yang sangat erat dengan alam. Kebudayaan tersebut diaplikasikan secara langung melalui karya seni. Kebudayaan yang dihasilkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bangsa Indonesia. Agama ini pernah berkembang pesat dan menjadi bagian
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Agama Buddha tidak pernah bisa dilepaskan dari perkembangan sejarah bangsa Indonesia. Agama ini pernah berkembang pesat dan menjadi bagian kehidupan masyarakat Indonesia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sehari-hari orang Jawa. Keyakinan adanya tuhan, dewa-dewa, utusan, malaikat, setan,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masuknya berbagai agama sebelum kedatangan Islam di pulau Jawa berpengaruh besar pada adat istiadat, tata cara hidup, maupun praktik keagamaan sehari-hari orang Jawa.
Lebih terperincidiciptakan oleh desainer game Barat umumnya mengadopsi dari cerita mitologi yang terdapat di Di dalam sebuah game karakter memiliki
ABSTRACT Wimba, Di dalam sebuah game karakter memiliki menjadi daya tarik utama dalam sebuah game, menjadi teman bagi pemain, juga dapat berperan sebagai atau dari sebuah game sekaligus menjadi elemen
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Alasan Pemilihan Judul. Jepang adalah sebuah bangsa yang menyimpan keunikan pada hal
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Alasan Pemilihan Judul Jepang adalah sebuah bangsa yang menyimpan keunikan pada hal kebudayaan. Kebudayaan Jepang dipengaruhi oleh karakteristik geografis negaranya serta adanya
Lebih terperinciBAB II GAMBARAN UMUM TENTANG BIWA. pada masa itu sangat antusias mempelajari musik dari benua Asia. Musik
BAB II GAMBARAN UMUM TENTANG BIWA 2.1 Sejarah Biwa Musik dikenal masyarakat Jepang pada abad ke tujuh. Masyarakat Jepang pada masa itu sangat antusias mempelajari musik dari benua Asia. Musik tradisional
Lebih terperinciBab 5. Ringkasan. Temari adalah simbol perfeksionisme di Jepang. Temari kerap diberikan sebagai
Bab 5 Ringkasan Temari adalah simbol perfeksionisme di Jepang. Temari kerap diberikan sebagai hadiah yang diberikan saat berbahagia. Dahulu temari juga dikenal sebagai bola kesayangan para ibu. Di sekitar
Lebih terperinciBab 1. Pendahuluan. masyarakat Jepang yang pada perayaan shougatsu terdapat berbagai macam jenis
Bab 1 Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Oshougatsu atau lebih dikenal dengan shougatsu adalah perayaan tahun baru masyarakat Jepang yang pada perayaan shougatsu terdapat berbagai macam jenis dekorasi-dekorasi
Lebih terperinciBab 1. Pendahuluan. Karakteristik geografis suatu negara senantiasa mempunyai pengaruh terhadap
Bab 1 Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Karakteristik geografis suatu negara senantiasa mempunyai pengaruh terhadap kehidupan bangsanya. Hal ini dapat dilihat pada sejarah, tabiat dan watak bangsa tersebut.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Asia yang menjadi pemimpin bagi negara-negara lain disekitarnya dalam berbagai
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Negara Jepang merupakan salah satu negara maju dan modern di kawasan Asia yang menjadi pemimpin bagi negara-negara lain disekitarnya dalam berbagai bidang kehidupan.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bukan sekedar jumlah penduduk saja, melainkan sebagai suatu system yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Menurut pandangan yang popular, masyarakat dilihat sebagai kekuatan impersonal yang mempengaruhi, mengekang dan juga menentukan tingkah laku anggota-anggotanya.
Lebih terperinciBab 5. Ringkasan. mengikuti perkembangan di zaman modern sekarang ini. Selain menjalankan kehidupan
Bab 5 Ringkasan Jepang merupakan salah satu negara maju di kawasan Asia yang berkembang pesat mengikuti perkembangan di zaman modern sekarang ini. Selain menjalankan kehidupan yang serba modern, masyarakat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dalam periodesasinya disebut seni prasejarah indonesia. Seni prasejarah disebut
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa perkembangan seni rupa Indonesia dimulai sejak zaman prasejarah. Dalam periodesasinya disebut seni prasejarah indonesia. Seni prasejarah disebut juga seni primitif.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dengan Konfusianisme adalah konsep bakti terhadap orang tua.
BAB I PENDAHULUAN 1 Latar Belakang Kematian bagi masyarakat Tionghoa (yang tetap berpegang pada tradisi) masih sangat tabu untuk dibicarakan, sebab mereka percaya bahwa kematian merupakan sumber malapetaka
Lebih terperinciBab 1. Pendahuluan. Untuk dapat berkomunikasi dengan sesama manusia dan saling mengerti apa dari
Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Untuk dapat berkomunikasi dengan sesama manusia dan saling mengerti apa dari maksud yang ingin disampaikan, semua manusia memerlukan sebuah bahasa. Bahasa mengandung
Lebih terperinciBab 3. Analisis Data. Dalam bab ini, saya akan menganalisis pengaruh konsep Shinto yang terdapat
Bab 3 Analisis Data Dalam bab ini, saya akan menganalisis pengaruh konsep Shinto yang terdapat dalam Jidai matsuri, berdasarkan empat unsur penting dalam matsuri yang sesuai dengan konsep Shinto. Empat
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI RELIGI DI JEPANG. Dalam kehidupan manusia kegiatan religi akan selalu dilaksanakan. Ada
BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI RELIGI DI JEPANG 2.1 Pengertian Religi Dalam kehidupan manusia kegiatan religi akan selalu dilaksanakan. Ada yang melakukan secara sungguh-sungguh, namun tidak orang yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Third New International (seperti dikutip Al Ichsan, 2013: 4), origami merupakan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Seni melipat kertas, atau yang sering disebut origami, merupakan salah satu seni yang populer di kalangan masyarakat Jepang. Menurut kamus webster s Third New
Lebih terperinciBAB II KONSEP, TINJAUAN PUSTAKA, DAN LANDASAN TEORI
BAB II KONSEP, TINJAUAN PUSTAKA, DAN LANDASAN TEORI 2.1 Konsep Konsep adalah suatu abstraksi untuk menggambarkan ciri-ciri umum sekelompok objek, peristiwa atau fenomena lainnya. Kamus Besar Bahasa Indonesia
Lebih terperinciIII. PROSES PENCIPTAAN
III. PROSES PENCIPTAAN A. Implementasi Teoritik 1. Tematik Dunia virtual dalam media sosial memang amat menarik untuk dibahas, hal ini pulalah yang membuat penulis melakukan sebuah pengamatan, perenungan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Jepang adalah Negara yang kaya dengan keaneka ragaman kebudayaannya. Di era globalisasi sekarang ini negara Jepang termasuk dalam urutan-urutan Negara dengan modernisasi
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Di dunia ini Tuhan menciptakan mahkluk hidup saling berdampingan.
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di dunia ini Tuhan menciptakan mahkluk hidup saling berdampingan. Tidak hanya manusia dengan manusia ataupun hewan dengan hewan, namun tidak ada juga manusia yang hidup
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam gambaran penulis, Jepang adalah sebuah negara maju dalam berbagai hal seperti ilmu pengetahuan, teknologi, ekonomi dan lain-lain. Namun demikian, ada
Lebih terperinciDAFTAR PUSTAKA. Anesaki, Masaharu History of Japanese Religion. Tokyo: Charles E
DAFTAR PUSTAKA Anesaki, Masaharu. 1963. History of Japanese Religion. Tokyo: Charles E Tuttle Company Aoki, Eiichi. 1994. JAPAN, Profile of A Nation. Tokyo: Kodansha International Ltd Bellah, Robert N.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. lainnya memiliki nilai spiritual. Anggapan ini membuat hewan, tumbuhan, dan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Hubungan manusia dengan hewan, tumbuhan, dan beberapa benda alam lainnya memiliki nilai spiritual. Anggapan ini membuat hewan, tumbuhan, dan beberapa benda
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Bangsa Indonesia adalah bangsa yang besar yang terdiri dari
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia adalah bangsa yang besar yang terdiri dari berbagai suku yang tersebar di seluruh pelosok tanah air. Setiap suku memiliki kebudayaan, tradisi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN I. 1. Latar Belakang Universitas Sumatera Utara
BAB I PENDAHULUAN I. 1. Latar Belakang Salah satu kebebasan yang paling utama dimiliki tiap manusia adalah kebebasan beragama. Melalui agama, manusia mengerti arti dan tujuan hidup yang sebenarnya. Agama
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. lain-lain. Dalam semua kebudayaan, manusia mempunyai kepercayaan atau
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap masyarakat memiliki kebudayaan, kebudayaan ini tersusun karena adanya tingkat pengetahuan dan sebuah ide, keduanya akan menghasilkan sebuah perwujudan budaya
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA KONSEP DAN PENDEKATAN
BAB II TINJAUAN PUSTAKA KONSEP DAN PENDEKATAN Pada bab ini peneliti akan membahas tentang tinjauan pustaka yaitu membahas tentang peneliti peneliti sebelumnya yang pernah meneliti yang berhubungan dengan
Lebih terperinciBab 3. Analisis Data. 3.1 Analisis Pengaruh Buddha Pada Boneka Daruma. di Jepang diadakan perayaan boneka Daruma di Daruma Hall ( Aula Daruma ) di
Bab 3 Analisis Data 3.1 Analisis Pengaruh Buddha Pada Boneka Daruma Bagi masyarakat Jepang, pemakaian boneka Daruma dalam kehidupan mereka sudah menjadi hal yang umum dilihat setiap tahunnya. Pada bulan
Lebih terperinciBAB I PEDAHULUAN. Jika melihat negara Cina sekarang, kita akan melihat negara yang maju.
BAB I PEDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Jika melihat negara Cina sekarang, kita akan melihat negara yang maju. Kemajuan negara Cina tentu tidak terjadi begitu saja, ada suatu proses yang cukup panjang untuk
Lebih terperinciBAB II GAMBARAN UMUM TENTANG KIRIGAMI. di masyarakat luas. Seni kerajinan ini berasal dari Negeri Matahari, Jepang.
BAB II GAMBARAN UMUM TENTANG KIRIGAMI 2.1 Sejarah Kirigami Seni kerajinan kertas kirigami merupakan salah satu varian dari kerajinan origami. Origami merupakan kerajinan kertas lipat yang terlebih dahulu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Agama memiliki hubungan yang erat dengan kebudayaan. Banyak
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Agama memiliki hubungan yang erat dengan kebudayaan. Banyak bangunan-bangunan megah yang sengaja dibangun oleh tangan-tangan manusia sebagai wujud berdiamnya Allah di
Lebih terperinciWritten by Administrator Wednesday, 25 January :43 - Last Updated Saturday, 28 January :28
Ven. Ajahn Karuniko (Christopher John Woodfine) dilahirkan pada tahun 1953 dekat wilayah Manchester di Inggris. Beliau adalah lulusan Universitas Sheffield dengan gelar kehormatan di bidang Teknik Elektronika
Lebih terperinciBAB III ETOS KERJA ORANG JEPANG. Tidak ada memungkiri bahwa kerja keras merupakan kata kunci untuk
BAB III ETOS KERJA ORANG JEPANG 3.1 Prinsip orang Jepang Tidak ada memungkiri bahwa kerja keras merupakan kata kunci untuk meraih kesuksesan. Sebaliknya, malas kerja merupakan biang keladi utama seseorang
Lebih terperinciDISKRIPSI KARYA. Pameran Keragaman Seni Budaya Sebagai Pemersatu Bangsa Judul Karya: Keharmonisan
Pameran Keragaman Seni Budaya Sebagai Pemersatu Bangsa 2009 Judul Karya: Keharmonisan Dalam kehidupan bermasyarakat kita harus saling berdampingan dan menghormati, memiliki rasa toleransi yang tinggi dan
Lebih terperinciNama : Charnan A/L Murliah COUSE CODE: MPU 2323.(G2) LECTURER S NAME: ENCIK AHMAD TARMIZI BIN ZAKARIA. SUBJECT: AGAMA-AGAMA DI MALAYSIA.
Nama : Charnan A/L Murliah COUSE CODE: MPU 2323.(G2) LECTURER S NAME: ENCIK AHMAD TARMIZI BIN ZAKARIA. SUBJECT: AGAMA-AGAMA DI MALAYSIA. DATE OF SUBMISSION: 5/4/2016 TOKONG BUDHHA DAN CINA CHARNAN MURLIAH
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN UKDW
BAB I PENDAHULUAN I.1. LATAR BELAKANG MASALAH Indonesia merupakan negara yang memiliki berbagai macam budaya. Setiap daerah di Kepulauan Indonesia memiliki budayanya sendiri. Bahkan di setiap kota/kabupaten
Lebih terperinciBAB II GAMBARAN UMUM
BAB II GAMBARAN UMUM 2.1. Jepang Pasca Perang Dunia II Pada saat Perang Dunia II, Jepang sebagai negara penyerang menduduki negara Asia, terutama Cina dan Korea. Berakhirnya Perang Dunia II merupakan kesempatan
Lebih terperinciVictorious Living #3 - Hidup Berkemenangan #3 MAKING A CHANGE IN YOUR LIFE MENGUBAH HIDUP ANDA
Victorious Living #3 - Hidup Berkemenangan #3 MAKING A CHANGE IN YOUR LIFE MENGUBAH HIDUP ANDA PEMBUKAAN: Hari ini kita akan melanjutkan seri khotbah Victorious Living bagian 3, yaitu: Making a Change
Lebih terperinciBab 2. Landasan Teori. dasar negara. Eksistensi agama pada suatu negara dapat mempengaruhi kebudayaan
Bab 2 Landasan Teori 2.1 Konsep Kepercayaan Masyarakat Jepang Agama merupakan salah satu faktor penting di dalam kehidupan manusia. Setiap negara di dunia ini mengakui eksistensi agama, bahkan ada yang
Lebih terperinciBAB 4 KONSEP DESAIN. 4.1 Landasan Teori/Metode Teori membuat Komik. Dalam bukunya, Scott McCloud mengatakan bahwa komik adalah
14 BAB 4 KONSEP DESAIN 4.1 Landasan Teori/Metode 4.1.1 Teori membuat Komik Dalam bukunya, Scott McCloud mengatakan bahwa komik adalah Gambar-gambar dan lambing-lambang yang terjukstaposisi dalam turutan
Lebih terperinciTARI ADI MERDANGGA SIWA NATA RAJA LINGGA
DESKRIPSI TARI ADI MERDANGGA SIWA NATA RAJA LINGGA Produksi ISI Denpasar pada Pembukaan Pesta Kesenian Bali XXXI di Depan Banjar Kayumas Denpasar Tahun 2009 OLEH : I Gede Oka Surya Negara,SST.,M.Sn INSTITUT
Lebih terperinciPENJELASAN DARI ODAIMOKU NAMU MYOHO RENGE KYO
1 PENJELASAN DARI ODAIMOKU NAMU MYOHO RENGE KYO Oleh : Rev.Shoryo Tarabini (Kepala Kuil Nichiren Shu London Inggris ) Perhimpunan Buddhis Nichiren Shu Indonesia Nichiren Shu Indonesia Buddhist Association
Lebih terperinciPerkembangan Bentuk Dan Fungsi Arca-Arca Leluhur Pada Tiga Pura Di Desa Keramas Blahbatuh Gianyar Suatu Kajian Etnoarkeologi
Perkembangan Bentuk Dan Fungsi Arca-Arca Leluhur Pada Tiga Pura Di Desa Keramas Blahbatuh Gianyar Suatu Kajian Etnoarkeologi Made Reisa Anggarini 1, I Wayan Redig 2, Rochtri Agung Bawono 3 123 Program
Lebih terperincipribadi pada masa remaja, tentang kebiasaan berkumpul di kamar tidur salah seorang teman
DESKRIPSI KARYA SENI LUKIS BERJUDUL: THREE GIRLS IN THE BEDROOM Judul : Three Girls in the Bedroom Ukuran : 100x100 cm Tahun : 2006 Media : Oil on canvas Dipamerkan pada acara: Pameran Seni Rupa dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kota Bandung, dengan julukan Paris Van Java mempunyai pesona yang begitu luar biasa mulai dari kuliner, budaya sundanya, peninggalan bersejarah dan tujuan wisata. Salah
Lebih terperinciGambar: 5. 5a. Pasar Bali
Kelompok lukisan yang secara utuh mengalami pembaharuan pada bidang tema, proporsi, anatomi plastis, pewarnaan, dan sinar bayangan dalam lukis Pita Maha Oleh: Drs. I Dewa Made Pastika a. Judul lukisan
Lebih terperinciHati ke Hati Andreas Pratama
1 book 2 SERI DHARMA PUTRA INDONESIA 6 Hati ke Hati Andreas Pratama Anda boleh mengunduh, mencetak, menyalin, dan membagi buku ini selama tidak dijual. Hati ke Hati Penulis Andreas Pratama Penggambar Andreas
Lebih terperinciBAB II GAMBARAN UMUM NEGARA JEPANG. Kepulauan Jepang yang terletak lepas pantai timur benua Asia,
BAB II GAMBARAN UMUM NEGARA JEPANG 2.1. Letak Geografis Kepulauan Jepang yang terletak lepas pantai timur benua Asia, membentang seperti busur yang ramping sepanjang 3.800 KM. Luas totalnya adalah 377.815
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dilakukan oleh berbagai kalangan, mulai dari anak-anak, remaja, hingga dewasa.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kehidupan manusia tidak bisa terlepas dari permainan. Permainan dapat dilakukan oleh berbagai kalangan, mulai dari anak-anak, remaja, hingga dewasa. Permainan dapat
Lebih terperinciBEELAJAR MENCIPTAKAN RUANG MELALUI GAMBAR ANAK-ANAK Oleh: Taswadi. Abstrak
BEELAJAR MENCIPTAKAN RUANG MELALUI GAMBAR ANAK-ANAK Oleh: Taswadi Abstrak Anak-anak memiliki dunianya sendiri yang berbeda dengan dunia orang dewasa. Usia anak-anak sering disebut dengan masa bermain.
Lebih terperinciBAB II KAJIAN TEORITIS
BAB II KAJIAN TEORITIS Pada BAB ini akan menjelaskan mengenai pengenalan totem yang dipakai berdasarkan pemahaman dari Emile Durkheim dan Mircea Eliade. Pemahaman mereka mengenai totem beserta dengan fungsinya,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pengaruh kuat dari Negara Cina baik dari segi pengetahuan, pemerintahan,
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Alasan Pemilihan Judul Jepang adalah sebuah Negara di bagian Asia Timur yang memiliki keunikan diantara Negara-negara lainnya. Dalam perkembangan sejarahnya, Jepang mendapat pengaruh
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Budaya lokal menjadi media komunikasi di suatu daerah yang dapat
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Budaya lokal menjadi media komunikasi di suatu daerah yang dapat mempersatukan dan mempertahankan spiritualitas hingga nilai-nilai moral yang menjadi ciri
Lebih terperinciBAB III CELENG SEBAGAI TEMA DALAM KARYA SENI LUKIS. A. Implementasi Teoritis
BAB III CELENG SEBAGAI TEMA DALAM KARYA SENI LUKIS A. Implementasi Teoritis Istilah kata celeng berasal dari sebagian masyarakat Jawa berarti babi liar. Jika dilihat dari namanya saja, sudah nampak bahwa
Lebih terperinciPenerapan Konsep Rekursifitas pada Karya Seni Nesting Dolls
Penerapan Konsep Rekursifitas pada Karya Seni Nesting Dolls Diki Ardian Wirasandi - 13515092 Program Studi Teknik Informatika Sekolah Teknik Elektro dan Informatika Institut Teknologi Bandung, Jl. Ganesha
Lebih terperinciB A B P E N D A H U L U A N
B A B P E N D A H U L U A N I 1.1 Latar Belakang Masalah Makanan merupakan kebutuhan utama manusia. Dalam perspektif teologis, makanan bahkan merupakan salah satu casus belli (faktor utama) yang menentukan
Lebih terperinciBAB VI KESIMPULAN. kesenian yang khas. Konsep akan yang indah (beauty) itu sendiri seiring waktu
BAB VI KESIMPULAN A. Simpulan Keindahan dalam beragam pemaknaannya melahirkan ekspresi-ekspresi kesenian yang khas. Konsep akan yang indah (beauty) itu sendiri seiring waktu bertransformasi secara ideal
Lebih terperinciBAB V PENUTUP. Berdasarkan hasil analisis setiap gambar yang dipilih dari video mapping
BAB V PENUTUP 5.1 Simpulan Berdasarkan hasil analisis setiap gambar yang dipilih dari video mapping Revitalisasi Kota Tua Jakarta pembahasan yang didasarkan pemikiran yang menggunakan semiotika signifikasi
Lebih terperinciPROSES BERARSITEKTUR DALAM TELAAH ANTROPOLOGI: Revolusi Gaya Arsitektur dalam Evolusi Kebudayaan
PROSES BERARSITEKTUR DALAM TELAAH ANTROPOLOGI: Revolusi Gaya Arsitektur dalam Evolusi Kebudayaan Mashuri Staf Pengajar Fakultas Teknik, Jurusan Teknik Arsitektur- Universitas Tadulako Abstrak Salah satu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. untuk dipelajari. Dari segi sejarah, agama, kepercayaan, budaya, bahkan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Korea Selatan termasuk salah satu negara yang sangat unik dan menarik untuk dipelajari. Dari segi sejarah, agama, kepercayaan, budaya, bahkan kehidupan bermasyarakatnya
Lebih terperinciBab 1. Pendahuluan. tinggi. Walaupun Jepang merupakan negara yang maju, tetapi masyarakatnya tetap
Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Jepang dikenal sebagai negara yang kaya akan nilai-nilai kebudayaannya yang tinggi. Walaupun Jepang merupakan negara yang maju, tetapi masyarakatnya tetap berpegang
Lebih terperinci