GLUKOSA OKSIDASE TERAMOBIL GLUTARALDEHIDA PADA ELEKTRODA PASTA KARBON TERMODIFIKASI NANOSERAT POLIANILIN SEBAGAI BIOSENSOR GLUKOSA RINI KURNIASIH

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "GLUKOSA OKSIDASE TERAMOBIL GLUTARALDEHIDA PADA ELEKTRODA PASTA KARBON TERMODIFIKASI NANOSERAT POLIANILIN SEBAGAI BIOSENSOR GLUKOSA RINI KURNIASIH"

Transkripsi

1 GLUKOSA OKSIDASE TERAMOBIL GLUTARALDEHIDA PADA ELEKTRODA PASTA KARBON TERMODIFIKASI NANOSERAT POLIANILIN SEBAGAI BIOSENSOR GLUKOSA RINI KURNIASIH DEPARTEMEN BIOKIMIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2014

2

3 PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA* Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Glukosa Oksidase Teramobil Glutaraldehida pada Elektroda Pasta Karbon Termodifikasi Nanoserat Polianilin sebagai Biosensor Glukosa adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, Mei 2014 Rini Kurniasih NIM G

4 ABSTRAK RINI KURNIASIH. Glukosa Oksidase Teramobil Glutaraldehida pada Elektroda Pasta Karbon Termodifikasi Nanoserat Polianilin sebagai Biosensor Glukosa. Dibimbing oleh LAKSMI AMBARSARI dan AKHIRUDDIN MADDU. Enzim glukosa oksidase (GOD) sedang banyak dikembangkan dalam aplikasi sensor glukosa salah satunya untuk mengukur kadar glukosa darah, karena sifatnya yang spesifik terhadap oksidasi glukosa. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan kondisi optimum dan parameter kinetika aktivitas enzim glukosa oksidase secara voltametri sebagai biosensor glukosa. Enzim GOD diamobilisasi dengan glutaraldehida secara cross linking pada elektroda pasta karbon termodifikasi polianilin. Polianilin disintesis dengan metode polimerisasi interfasial, menghasilkan morfologi berupa nanoserat berukuran nm, dan memiliki konduktivitas yang baik. Kinerja elektroda pasta karbon termodifikasi (EPKT) polianilin lebih baik dibandingkan elektroda pasta karbon (EPK). Pengaruh ph dan suhu pada kinerja elektroda GOD/EPKT dianalisis secara voltametri, yang menunjukkan kinerja optimum GOD pada ph 4.5 bufer asetat konsentrasi 0.1 M dan pada suhu 65 0 C. Parameter kinetika enzim diukur pada kondisi ph optimum, diperoleh nilai K m dan I maks masing-masing sebesar 0.70 mm dan 4.24 ma dengan sensitivitas sebesar 1.81 mamm -1. Kata kunci: glukosa oksidase, polianilin, glutaraldehida, elektroda karbon pasta, biosensor ABSTRACT RINI KURNIASIH. Glucose Oxidase immobilizied with Glutaraldehyde on Modified Carbon Paste Electrode by Polyaniline Nanofiber as Biosensor of Glucose. Supervised by LAKSMI AMBARSARI and AKHIRUDDIN MADDU. Glucose oxidase (GOD) is being developed in many applications such as glucose sensor to measure blood glucose levels, due to the specific activities of the oxidation of glucose. The purpose of this research is to determine optimum and kinetic parameters of glucose oxidase activity as biosensor by voltametry. GOD immobilized by cross linking with glutaraldehyde on polyaniline modified carbon paste electrode. Polyaniline synthesized by interfacial polymerization method, produces morphological form of nanofibers nm, and has a good conductivity. The performance of modified carbon paste electrode (EPKT) polyaniline is better than carbon paste electrode (EPK). Effect of ph and temperature on the GOD electrode performance analyzed by voltametry, which showed optimum performance at ph M acetate and at 65 0 C. Enzyme kinetic parameters were measured at optimum ph conditions, and the K m values obtained I maks respectively 0.70 mm and 4.24 ma with a sensitivity of 1.81 mamm -1. Keywords: glucose oxidase, polyaniline, glutaraldehyde, carbon paste electrode, biosensor.

5 GLUKOSA OKSIDASE TERAMOBIL GLUTARALDEHIDA PADA ELEKTRODA PASTA KARBON TERMODIFIKASI NANOSERAT POLIANILIN SEBAGAI BIOSENSOR GLUKOSA RINI KURNIASIH Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sains pada Departemen Biokimia DEPARTEMEN BIOKIMIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2014

6

7 Judul Nama NIM : Glukosa Oksidase Teramobil Glutaraldehida pada Elektroda Pasta Karbon Termodifikasi Nanoserat Polianilin sebagai Biosensor Glukosa : Rini Kurniasih : G Disetujui oleh Dr Laksmi Ambarsari, MS Pembimbing I Dr Akhiruddin Maddu, MSi Pembimbing II Diketahui oleh Dr Ir I Made Artika, MAppSc Ketua Departemen Biokimia Tanggal Lulus :

8 PRAKATA Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas rahmat dan karunia-nya sehingga penelitian yang berjudul Glukosa Oksidase Teramobil Glutaraldehida pada Elektroda Pasta Karbon Termodifikasi Nanoserat Polianilin sebagai Biosensor Glukosa dapat diselesaikan. Shalawat serta salam selalu tercurah kepada Nabi Muhammad SAW, keluarga, sahabat, dan para pengikutnya hingga akhir zaman. Penelitian ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana sains pada Departemen Biokimia, yang dilaksanakan mulai bulan Januari hingga Mei 2014 di Laboratorium Biokimia, Laboratorium Bersama Departemen Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Pertanian Bogor, dan Laboratorium Pengujian Hasil Hutan, Balai Penelitian Kehutanan, Bogor. Penulis mengucapkan terima kasih kepada Dr. Laksmi Ambarsari, MS dan Dr. Akhiruddin Maddu, MSi selaku pembimbing yang telah memberikan saran, kritik, bantuan dan bimbingannya selama penelitian berlangsung. Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada keluarga atas doa, bantuan serta dukungan moril yang telah diberikan selama masa perkuliahan hingga tugas akhir ini. Terima kasih juga penulis sampaikan kepada seluruh staf laboratorium dan staf komisi pendidikan Departemen Biokimia IPB, Kepala laboratorium bersama Dr. Henny Purwaningsih, SSi MSi dan staf laboratorium bersama departemen Kimia IPB atas pemberian izin menggunakan Potentiostat selama penelitian ini berlangsung. Penulis juga menyampaikan terima kasih kepada Surianty, MSi atas bantuan, dukungan serta saran untuk penelitian ini, teman-teman Biokimia 47 atas dukungan yang telah diberikan, teman-teman Kimia 47 atas kerja samanya dalam penggunaan Potentiostat, serta semua pihak yang telah membantu baik secara langsung maupun tidak langsung dalam penelitian ini. Karya ilmiah ini masih terdapat kekurangan, oleh karena itu penulis menerima kritik dan saran sehingga tercapai hasil yang lebih baik dalam penelitian berikutnya. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat bagi penulis, masyarakat, serta negara. Bogor, Mei 2014 Rini Kurniasih NIM G

9 DAFTAR ISI DAFTAR GAMBAR vii DAFTAR LAMPIRAN vii PENDAHULUAN 1 METODE 2 Bahan dan Alat 2 Prosedur Penelitian 3 HASIL 5 Hasil Sintesis dan Morfologi Nanoserat Polianilin 5 Voltamogram Siklik EPK dan EPKT 6 ph Optimum Kinerja Elektroda GOD/EPKT 8 Suhu Optimum Kinerja Elektroda GOD/EPKT 9 Parameter Kinetika Enzim 11 PEMBAHASAN 14 Hasil Sintesis dan Morfologi Nanoserat Polianilin 14 Kinerja Elektroda Pasta Karbon (EPK) dan EPK Termodifikasi (EPKT) 15 ph Optimum Kinerja Elektroda GOD/EPKT 17 Suhu Optimum Kinerja Elektroda GOD/EPKT 19 Parameter Kinetika Enzim 20 SIMPULAN DAN SARAN 22 Simpulan 22 Saran 23 DAFTAR PUSTAKA 23 LAMPIRAN 26 RIWAYAT HIDUP 30

10 DAFTAR GAMBAR 1 Proses polimerisasi interfasial pada sintesis polianilin 6 2 Morfologi polianilin 6 3 Voltamogram siklik EPKdan EPKT 7 4 Voltamogram siklik GOD/EPKT pada pengaruh ph 8 5 Kurva pengaruh ph terhadap kinerja elektroda GOD/EPKT 9 6 Voltamogram siklik GOD/EPKT pada pengaruh suhu 10 7 Kurva pengaruh suhu terhadap kinerja elektroda GOD/EPKT 11 8 Hubungan ln I dan 1/T 11 9 Voltamogram siklik GOD/ EPKT terhadap konsentrasi glukosa Kurva pengaruh konsentrasi glukosa terhadap kinerja GOD/ EPKT Linieritas antara konsentrasi glukosa dan kinerja GOD/ EPKT Kurva Lineweaver-Burk Reaksi sintesis polianilin 15 DAFTAR LAMPIRAN 1 Alur penelitian 26 2 Nilai arus oksidasi glukosa pada pengaruh ph 27 3 Nilai arus oksidasi glukosa pada pengaruh suhu 27 4 Hubungan ln I dan 1/T 27 5 Nilai arus oksidasi glukosa pada pengaruh konsentrasi glukosa 27 6 Nilai arus oksidasi glukosa pada daerah linieritas 28 7 Persamaan Lineweaver-Burk 28 8 Perhitungan sensitifitas elektroda GOD/EPKT 28 9 Dokumentasi 28

11 PENDAHULUAN Diabetes melitus (DM) merupakan salah satu penyakit degeneratif yang menjadi permasalahan di berbagai negara, termasuk Indonesia. Menurut data WHO, Indonesia menempati urutan ke-4 terbesar dalam jumlah penderita DM di dunia. Prevalansi DM termasuk tinggi di Indonesia yaitu mencapai 7.5% pada tahun 2001 dan 10.4% pada tahun DM menyebabkan 4.2% kematian pada kelompok umur tahun di daerah perkotaan dan merupakan penyebab kematian tertinggi ke-6. Selain itu, DM juga merupakan penyebab kematian tertinggi ke-2 pada kelompok umur tahun di perkotaan (14.7%) dan tertinggi ke-6 di daerah perdesaan (5.8%). Pada tahun 2010, penderita DM tercatat 88.48% diderita oleh perempuan, lebih banyak dibandingkan penderita DM pada laki-laki sebesar 11.52% (Ditjen Bina Upaya Kesehatan, Kemenkes RI 2012). Agar dapat menekan tingginya prevalensi DM di Indonesia, tindakan pencegahan dan diagnosa dini merupakan langkah awal yang sangat penting untuk dilakukan. Namun hal ini mengalami kendala dikarenakan teknik diagnosa yang umum digunakan memiliki beberapa kekurangan, sehingga belum bisa dimanfaatkan oleh sebagian besar masyarakat. Teknik tersebut diantaranya adalah penggunaan kit diagnostik yang harganya tinggi karena merupakan produk impor. Hal ini mengakibatkan sebagian besar masyarakat maupun penderita Diabetes tidak dapat melakukan tindakan pencegahan maupun diagnosa dini. Selain itu, terdapat salah satu terapi yang paling banyak dilakukan oleh penderita DM yaitu dengan penyuntikan hormon insulin. Penyuntikan insulin harus dilakukan dengan hati-hati, karena jika berlebihan dapat menyebabkan hiperinsulin. Oleh karena itu dibutuhkan suatu alat pengukur kadar glukosa darah yang memiliki sensitifitas yang tinggi serta harga yang ekonomis. Sensor berbasis enzim merupakan salah satu jenis biosensor, yakni sebagai suatu perangkat sensor yang menggabungkan senyawa hayati dengan suatu tranduser (Wang et al. 2007). Peranan enzim begitu penting dalam biosensor, terutama enzim glukosa oksidase (GOD) yang bersifat sensitif terhadap glukosa dan memiliki kemampuan mengoksidasi glukosa dalam darah menjadi asam glukonat dan hidrogen peroksida, dengan menggunakan molekul oksigen sebagai penerima elektron (Simpson et al. 2007). Kemampuan tersebut menjadikan enzim glukosa oksidase sangat berpotensi digunakan sebagai sensor dalam deteksi kadar glukosa darah. Proses amobilisasi enzim dapat meningkatkan kinerja biosensor karena kelebihan yang dimiliki enzim amobil dibandingkan enzim dalam kondisi bebas, yaitu dapat digunakan secara berulang dan berkesinambungan, memudahkan pemisahan enzim dengan produk dan larutan reaksi, serta meningkatkan kestabilan enzim. Sifat-sifat tersebut sangat diperlukan dalam kinerja enzim sebagai biosensor (Shuler dan Kargi 2012). Sensor berbasis enzim umumnya menggunakan elektroda pasta karbon sebagai media dalam transfer elektron yang dihasilkan oleh reaksi enzimatis dengan pengukurannya menggunakan metode voltametri, amperometri, maupun potentiometri. Namun, penggunaan elektroda pasta karbon dalam biosensor berbasis enzim memiliki kelemahan dalam proses penghantaran elektron hasil reaksi enzimatis. Oleh karena itu diperlukan senyawa lain yang memiliki kemampuan meningkatkan sifat konduktivitas elektroda biosensor berbasis enzim.

12 2 Polianilin (PANI) merupakan polimer konduktif yang mempunyai ikatan rantai terkonjugasi yang terbuat dari monomer anilin. Polianilin sangat berpotensi diaplikasikan dalam biosensor sebagai konduktor dalam reaksi enzimatis maupun matriks penjerap enzim, karena sifatnya yang mudah disintesis, monomernya murah dan memiliki kestabilan konduktivitas yang lebih baik dibandingkan polimer konduktif lainnya. Polianilin yang berukuran nano memberikan luas permukaan yang memungkinkan untuk bereaksi lebih besar dengan senyawa lain seperti enzim maupun substrat, sehingga polianilin dapat digunakan sebagai media massa elektron karena kemampuannya untuk mentransfer elektron yang dihasilkan oleh reaksi reduksi-oksidasi dari analat sehingga terbaca pada potensiometer (Gospodinova dan Terlemezyan 1998). Proses amobilisasi enzim menggunakan glutaraldehida secara cross linking, yaitu senyawa penjerap yang umum digunakan dalam teknik amobilisasi. Berdasarkan informasi yang menyatakan bahwa penderita Diabetes Melitus semakin meningkat dari waktu ke waktu, namun upaya pencegahan dan diagnosa dini belum efektif dan optimal yang dikarenakan terdapat kekurangan dalam teknik diagnosa yang ada, maka penelitian mengenai pengembangan glukosa oksidase sebagai biosensor glukosa ini dilakukan. Tujuan penelitian ini adalah menentukan kondisi optimum (ph dan suhu) dan parameter kinetika aktivitas enzim glukosa oksidase sebagai elektroda enzim secara voltametri. Melalui penelitian ini, diharapkan dapat memberikan informasi mengenai kondisi optimum serta parameter kinetika dari kinerja elektroda GOD/EPKT tersebut, sehingga dapat menghasilkan kinerja yang lebih baik lagi sebagai biosensor pada penelitian berikutnya, sehingga dapat diaplikasikan dalam beberapa bidang seperti biomedis berupa biosensor glukosa yang memiliki kinerja sensor yang baik dan harga yang ekonomis untuk masyarakat luas. Penelitian ini dilaksanakan selama 5 bulan (Januari hingga Mei 2014). Adapun tempat penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Biokimia, Laboratorium bersama Departemen Kimia IPB, serta Laboratorium Pengujian Hasil Hutan Puslitbang Keteknikan Kehutanan dan Pengolahan Hasil Hutan Bogor. METODE Bahan dan Alat Bahan-bahan yang diperlukan dalam penelitian ini, antara lain enzim Glukosa Oksidase (EC dimurnikan dari Aspergillus niger SIGMA, aktivitas 5204,3 Unit/mL), anilin 1 M, Amonium peroxidisulfat ((NH) 4 )S 2 O 8 ), HCl 1 M, toluena, akuabides, parafin, serbuk grafit, glutaraldehida 2.5%, bufer asetat 0.1 M, glukosa, KCl 0.1 M, kalium ferisianida (Fe(CN) 6 ), akuades, elektroda tembaga, elektroda Pt dan elektroda Ag/AgCl. Peralatan yang digunakan antara lain alat-alat gelas, neraca analitik, tabung sentrifus, sentrifus (Beckman USA Mode J2-21), kertas membran, kain nilon, pipa kaca (ukuran panjang 4 cm dan 1 cm), tabung Teflon, kawat tembaga, pipet mikro,

13 pipet volumetrik, mortar, parafilm, Potentiostat, desikator, ph meter (HANNA ph 21 ph/mv meter), mikroskop elektron (SEM), thermometer, penangas dan stirrer. Prosedur Penelitian Sintesis dan Karakterisasi Nanoserat Polianilin (Modifikasi Maddu et al 2008) Nanoserat polianilin disintesis dengan metode polimerisasi interfasial sistem dua fasa larutan organik/air. Fasa organik terdiri dari larutan anilin 1 M dalam toluena sebagai pelarutnya dengan volume total 50 ml. Fase air terdiri dari larutan HCl 1 M sebanyak 50 ml ditambahkan 0.6 gram ammonium peroxydisulfhide ((NH) 4 S 2 O 8 ). Kedua larutan fasa tersebut dicampurkan ke dalam satu botol, tanpa diaduk. Campuran larutan tersebut diinkubasi sepanjang malam agar proses polimerisasi berlangsung sempurna. Endapan yang terbentuk dari proses polimerisasi kemudian dicuci melalui sentrifugasi menggunakan akuabides. Pencucian endapan tersebut dilakukan hingga tujuh kali. Selanjutnya, endapan dikeringkan dalam desikator. Karakterisasi yang dilakukan meliputi uji morfologi dengan SEM (Scanning Electron Microscopy), yang dilakukan di Laboratorium Pengujian Hasil Hutan Puslitbang Keteknikan Kehutanan dan Pengolahan Hasil Hutan Bogor. 3 Pengukuran Voltamogram Siklik Elektroda Pasta Karbon (EPK) dan Elektroda Pasta Karbon Termodifikasi (EPKT) (Colak et al 2012) Preparasi EPK dan EPKT. Elektroda Pasta Karbon (EPK) disiapkan dengan 100 µl parafin dicampur dengan 0,15 gram serbuk grafit di dalam mortar. Lalu, tabung elektroda yang telah disiapkan dari teflon (diameter 0,8 cm, panjang 3 cm) diisi dengan karbon pasta tersebut. Campuran parafin dan serbuk grafit dibuat tiga kali untuk dimasukkan ke dalam elektroda karbon pasta hingga tinggi karbon pasta dalam tabung sekitar 0,7 cm. Permukaan elektroda dihaluskan dengan kertas minyak hingga licin. Kontak listrik dibuat dari plat tembaga. Elektroda Pasta Karbon Termodifikasi (EPKT) disiapkan dengan 2 mg polianilin dicampur dalam mortar dengan 100 µl parafin dicampur dengan 0,15 gram serbuk grafit. Campuran parafin, polianilin dan serbuk grafit dalam EPKT juga dibuat tiga kali. Pengukuran Voltamogram Siklik Kinerja EPK dan EPKT. Pengukuran elektrokimia dilakukan dengan menggunakan seperangkat alat edaq potensiostat-galvanostat yang dilengkapi perangkat lunak Echem v Elektroda yang digunakan ialah elektroda Ag/AgCl sebagai elektroda pembanding, elektroda platina sebagai elektroda bantu, dan EPK serta EPKT sebagai elektroda kerja. Larutan KCl 3 M sebanyak 3 ml ditambahkan ke dalam sel elektrokimia. Elektroda EPK, Pt, dan Ag/AgCl dimasukkan ke dalam sel elektrokimia tersebut dan voltamogram siklik yang terbentuk diamati. Elektroda EPKT juga diukur voltamogram sikliknya dengan cara yang sama seperti elektroda EPK.

14 4 Uji Akitivas Glukosa Oksidase sebagai Elektroda pada EPKT Preparasi Elektroda Enzim (GOD/EPKT) (Colak et al 2012). Sebanyak 50 µl enzim glukosa oksidase (5204,3 Unit/Ml), 1 mg bovine serum albumin (BSA), 50 µl 0,1 M bufer asetat pada variasi ph yang diuji (4.0 hingga 6.0), dan 30 µl 2,5% glutaraldehida dicampurkan dalam tabung eppendorf dan dikocok perlahan. Kemudian campuran tersebut diteteskan di atas permukaan EPKT. Elektroda GOD/EPKT tersebut dikeringkan pada suhu -4 0 C. Setelah elektroda GOD/EPKT kering, lalu dicuci beberapa kali dengan bufer asetat pada masingmasing ph yang diuji untuk menghilangkan enzim maupun glutaraldehida yang tidak teramobilisasi. Elektroda disimpan dalam lemari pendingin refrigerator pada suhu 4 0 C dalam bufer asetat 0.1 M sesuai ph ketika tidak sedang digunakan. Penentuan ph Optimum pada Kinerja Elektroda GOD/EPKT. Penentuan ph optimum dilakukan secara elektrokimia seperti pengukuran aktivitas EPK dan EPKT. Sebanyak 1 ml larutan bufer asetat 0.1 M pada masingmasing ph yang diuji, larutan kalium ferisianida 0.1 M, dan 180 µl glukosa 0.25 M ditambahkan ke dalam sel elektrokimia. Elektroda GOD/EPKT, Pt, dan Ag/AgCl dimasukkan ke dalam sel elektrokimia tersebut, kemudian voltamogram siklik yang terbentuk diamati. Penentuan Suhu Optimum pada Kinerja Elektroda GOD/EPKT. Penentuan suhu optimum dilakukan secara elektrokimia seperti pengukuran aktivitas ph optimum. Penetuan suhu optimum tersebut dilakukan pada kondisi ph optimum yang telah diketahui dari penentuan ph optimum sebelumnya. Sebanyak 1 ml larutan bufer asetat 0.1 M ph 4.0, larutan kalium ferisianida 0.1 M, dan 180 µl glukosa 0.2 mm ditambahkan ke dalam sel elektrokimia, lalu diukur aktivitasnya pada variasi suhu yang diuji yaitu 20 0 C, 35 0 C, 45 0 C, 55 0 C, 65 0 C, dan 75 0 C. Suhu diatur dengan dipanaskannya larutan uji pada penangas yang terus diamati melalui thermometer. Elektroda GOD/EPKT, Pt, dan Ag/AgCl dimasukkan ke dalam sel elektrokimia tersebut, kemudian voltamogram siklik yang terbentuk diamati. Penentuan Parameter Kinetika. Penentuan parameter kinetika enzim ditentukan dengan penentuan aktivitas enzim pada variasi konsentrasi substrat, dan ph optimum yang telah diketahui. Larutan glukosa digunakan sebagai substrat. Larutan glukosa dibuat dengan beberapa konsentrasi berbeda, yaitu konsentrasi mm. Larutan glukosa yang telah dibuat kemudian didiamkan semalam agar terjadi proses mutarotasi, yaitu perubahan glukosa dari α-d-glukosa menjadi β-d-glukosa. Masing-masing larutan glukosa tersebut kemudian diuji pengaruhnya terhadap aktivitas enzim glukosa oksidase secara elektrokimia. Sebanyak 180 µl larutan glukosa, ditambah 1 ml bufer asetat 0.1 M ph 4.5 dan 1 ml kalium ferisianida sebagai mediatornya dimasukkan ke dalam sel elektrokimia. Elektroda Pt dan Ag/AgCl juga digunakan sebagai elektroda pembantu dan pembanding. Voltamogram siklik yang terbentuk kemudian diamati dan dibuat kurva hubungan antara konsentrasi glukosa dan arus yang dihasilkan., yang disebut dengan kurva Michaelis-Menten.

15 Penentuan parameter kinetika elektroda GOD/EPKT ditentukan dengan terlebih dahulu dibuat kurva linieritas dari kurva Michaelis-Menten, lalu daerah linieritas yang diperoleh kemudian dibuat plot Lineweaver-Burk, kemudian ditentukan nilai K m dan I maks. 5 HASIL Hasil Sintesis dan Morfologi Nanoserat Polianilin Sintesis polianilin bertujuan untuk memperoleh polianilin yang memiliki morfologi yang baik untuk digunakan sebagai bahan modifikasi dalam elektroda pasta karbon (EPK) yang dapat meningkatkan kinerja elektroda. Polianilin disintesis melalui metode polimerisasi interfasial yang mengacu pada penelitian Maddu et al. (2008), yaitu suatu metode sintesis polianilin dalam dua larutan fasa yang berbeda. Proses polimerisasi tersebut berlangsung diantara batas dua fasa larutan, yaitu fasa organik yang terdiri atas monomer anilin dalam larutan toluena sebagai pelarut dan fasa air yang terdiri atas Amonium peroxidisulfat dan HCl. Toluena dipilih sebagai pelarut dalam fasa organik, dikarenakan anilin merupakan senyawa organik aromatik dengan rumus molekul C 6 H 7 N yang larut dalam senyawa organik. Selain toluena juga dapat menggunakan senyawa organik lain seperti benzena, heksan, karbon tetraklorida, dietil eter, metilen klorida, karbon disulfida, dan kloroform (Huang dan Kaner 2003). Jenis senyawa organik yang digunakan sebagai pelarut dalam sintesis polianilin menurut Huang dan Kaner (2003) tidak terlalu berpengaruh terhadap bentuk dan ukuran polianilin yang dihasilkan. Sesaat setelah pencampuran kedua fasa tersebut, terjadi pemisahan larutan karena perbedaan fasa. Hal ini dapat dilihat pada Gambar 1, fasa organik berada pada lapisan atas (berwarna oranye) dan fasa air berada pada lapisan bawah (berwarna putih). Proses polimerisasi dicirikan dengan terbentuknya endapan halus berwarna hijau kebiruan diantara batas lapisan fasa tersebut, yang kemudian secara perlahan bermigrasi menuju fasa air. Proses tersebut dapat dilihat pada Gambar 1. Polimerisasi dibiarkan selama 24 jam. Semakin lama waktu polimerisasi, endapan yang terbentuk diantara dua fasa menjadi berwarna hijau kehitaman, dengan jumlah yang semakin banyak pada fasa air. Hal ini menunjukkan bahwa reaksi polimerisasi telah berlangsung sempurna. Endapan tersebut merupakan polianilin yang dihasilkan dari proses polimerisasi interfasial. Setelah dilakukan proses pencucian beberapa kali dengan akuabides melalui sentrifugasi untuk menghilangkan pengotor pada endapan polianilin dan pengeringan dalam desikator, diperoleh endapan polianilin sebanyak 0.4 gram pada setiap pembuatan polianilin. Morfologi polianilin yang disintesis secara polimerisasi interfasial tersebut diamati dengan menggunakan mikroskop elektron (SEM). Morfologi permukaan polianilin diambil menggunakan SEM dengan perbesaran 500 kali dan 7500 kali. Morfologi permukaan polianilin ditunjukkan pada Gambar 2. Pada Gambar 2A permukaan polianilin terlihat berongga dan berserat. Morfologi polianilin dapat lebih jelas terlihat dengan perbesaran 7500 kali yang ditunjukkan pada Gambar 2B. Struktur polianilin yang terlihat berbentuk nanoserat dengan ukuran sekitar

16 nm. Polianilin tersebut saling berikatan satu sama lain, sehingga membentuk pori dan serat. Morfologi polianilin yang diperoleh pada penelitian ini cukup baik untuk digunakan dalam elektroda GOD. Gambar 1 Proses polimerisasi interfasial polianilin A B Gambar 2 Morfologi polianilin. (a) perbesaran 500 kali, (b) perbesaran 7500 kali Voltamogram Siklik Elektroda Pasta Karbon (EPK) dan Elektroda Pasta Karbon Termodifikasi (EPKT) Pengukuran voltamogram siklik Elektroda Pasta Karbon (EPK) dan Elektroda Pasta Karbon Termodifikasi (EPKT) diperlukan untuk mengetahui kinerja elektroda dalam mendeteksi reaksi oksidasi-reduksi yang terjadi dalam teknik sensor. Voltamogram siklik merupakan suatu siklik yang menggambarkan pergerakan elektron yang dihasilkan dari suatu reaksi redoks yang terjadi pada permukaan elektroda kerja, seperti elektroda pasta karbon (EPK) dan elektroda pasta karbon termodifikasi (EPKT) (Zhang et al. 2014). Pengukuran voltamogram siklik (VC) EPK dan EPKT dilakukan secara siklik voltametri, yaitu suatu metode pengukuran arus pada elektroda kerja sebagai fungsi dari potensial yang dioperasikan. Voltamogram EPK dan EPKT berupa kurva nilai arus terhadap tegangan pada reaksi oksidasi larutan elektrolit, KCl 3 M. Voltamogram siklik yang terbentuk dari EPK dan EPKT menunjukkan kinerja dari kedua elektroda tersebut terhadap larutan KCl 3 M dengan scan rate

17 I (A) dan elektroda bantu serta elektroda referensi yang sama. Voltamogram siklik yang terbentuk dari kinerja EPKT memiliki luas daerah siklik yang lebih besar dibandingkan voltamogram siklik EPK, yang dapat dilihat pada Gambar 3. Pada voltamogram siklik EPKT tersebut terbentuk puncak oksidasi yang lebih tinggi dibandingkan puncak oksidasi yang dihasilkan dari kinerja EPK. Berdasarkan voltamogram siklik yang terbentuk, dapat diketahui nilai arus oksidasi pada puncak oksidasi yang dihasilkan dari kinerja kedua elektroda yang dapat dilihat pada Tabel 1, diketahui bahwa nilai arus oksidasi pada puncak anoda dari EPK diperoleh sebesar 2.76 x 10-5 A pada tegangan sebesar V, sedangkan nilai arus oksidasi pada puncak anoda dari EPKT lebih besar dibandingkan EPK yaitu sebesar x 10-5 A pada tegangan sebesar V. Terjadi peningkatan arus serta pergeseran nilai tegangan dari reaksi oksidasi pada EPK ketika dimodifikasi dengan penambahan nanoserat polianilin (EPKT). Peningkatan arus serta pergeseran nilai tegangan dari kedua elektroda karbon pasta tersebut jelas terlihat pada Gambar 3. Peningkatan arus pada EPKT tersebut menunjukkan bahwa kinerja EPKT dalam reaksi oksidasi suatu senyawa elektrolit lebih baik dibandingkan EPK. Hal ini dikarenakan pengaruh polianilin yang terdapat dalam EPKT sebagai bahan modifikasi, yang dapat meningkatkan kinerja elektroda. Tabel 1 Arus oksidasi puncak anoda EPK dan EPKT Sampel Potensial maksimum (V) Arus maksimum (A) EPK x 10-5 EPKT x CPE MCPE E (V) Gambar 3 Voltamogram siklik kinerja EPK dan EPKT pada laju pemayaran 100 mvs -1, potensial 1 V, Initial E 0 mv, final E 0 mv, upper E 1000 mv dan lower E -500 mv. E = tegangan, I = arus, EPK, EPKT

18 I (A) 8 ph Optimum Kinerja Elektroda GOD/EPKT Penentuan ph optimum dari aktivitas enzim Glukosa Oksidase (GOD) sebagai elektroda enzim dalam deteksi glukosa merupakan salah satu hal penting untuk mengetahui karakteristik dari enzim tersebut, agar dapat dikembangkan lebih lanjut dalam aplikasinya sebagai biosensor glukosa. Kinerja elektroda GOD/EPKT dapat dipengaruhi oleh faktor lingkungan seperti kondisi ph dalam suatu reaksi. Penentuan ph optimum dalam kinerja elektroda GOD/EPKT dilakukan secara siklik voltametri dengan larutan kalium ferisianida sebagai mediator dalam reaksi elektrokimia tersebut, serta penggunaan elektroda Pt sebagai elektroda bantu dan Ag/AgCl sebagai elektroda referensi. Pengaruh ph pada kinerja elektroda GOD/EPKT ditentukan pada bufer asetat konsentrasi 0.1 M dengan rentang ph Berdasarkan nilai ph yang diuji (4.0, 4.5, 5.0, 5.5, dan 6.0), hasil voltamogram siklik yang diperoleh dari penentuan ph optimum tersebut menunjukkan terjadi reaksi oksidasi-reduksi dari elektroda GOD/EPKT yang dapat dilihat pada Gambar 4. Reaksi oksidasi lebih mudah diamati dibandingkan reaksi reduksi, melalui puncak oksidasi yang terbentuk pada voltamogram siklik. Berlangsungnya reaksi oksidasi pada elektroda GOD/EPKT ditandai dengan peningkatan arus pada puncak oksidasi pada voltamogram siklik. Semakin baik kinerja elektroda GOD/EPKT terhadap substrat glukosa konsentrasi 0.25 M, maka puncak oksidasi yang terbentuk semakin tinggi. Berdasarkan hasil voltamogram siklik yang diperoleh, kinerja elektroda GOD/EPKT pada pengaruh ph yang diuji menunjukkan kinerja optimum pada kondisi ph 4.5 yang ditandai dengan terbentuknya puncak oksidasi tertinggi E (V) Gambar 4 Voltamogram siklik elektroda GOD/EPKT pada pengaruh ph bufer asetat konsentrasi 0.1 M dengan laju pemayaran 100 mvs -1, potensial 5 V, Initial E -500 mv, final E -500 mv, upper E 2000 mv dan lower E -500 mv. E = tegangan, I = arus, bufer Asetat ph 4.0, ph 4.5, ph 5.0, ph 5.5, ph 6.0

19 I (ma) Nilai arus oksidasi pada voltamogram siklik tersebut kemudian dibuat kurva yang menghubungkan pengaruh ph terhadap nilai arus yang dihasilkan dari kinerja elektroda GOD/EPKT, yang dapat dilihat pada Gambar 5. Kurva tersebut menunjukkan bahwa reaksi enzim pada ph di bawah dan di atas 4.5 menghasilkan nilai arus yang rendah, sedangkan reaksi pada ph 4.5 menghasilkan arus tertinggi. Hal ini menunjukkan bahwa ph 4.5 merupakan ph optimum untuk aktivitas GOD sebagai biosensor yang diamobil oleh glutaraldehida pada elektroda pasta karbon termodifikasi nanoserat polianilin secara elektrokimia ph Gambar 5 Pengaruh ph terhadap kinerja elektroda GOD/EPKT dalam glukosa konsentrasi 0.25 M Suhu Optimum Kinerja Elektroda GOD/EPKT Penentuan suhu optimum dari aktivitas enzim Glukosa Oksidase (GOD) sebagai elektroda enzim dalam deteksi glukosa juga merupakan salah satu hal penting untuk mengetahui karakteristik dari enzim tersebut selain ph, karena ph dan suhu merupakan faktor penting yang mempengaruhi aktivitas suatu enzim. Penentuan suhu optimum dalam kinerja elektroda GOD/EPKT dilakukan secara siklik voltametri dengan larutan kalium ferisianida sebagai mediator dalam reaksi elektrokimia tersebut, serta penggunaan sistem tiga elektroda meliputi elektroda Pt sebagai elektroda bantu dan Ag/AgCl sebagai elektroda referensi. Penentuan suhu optimum tersebut dilakukan pada kondisi ph optimum yang telah diperoleh dari pengujian sebelumnya, yaitu dalam bufer asetat ph 4.5 konsentrasi 0.1 M. Variasi suhu yang diuji untuk mengetahui kondisi optimum kinerja elektroda GOD/EPKT yaitu 20 0 C, 35 0 C, 45 0 C, 55 0 C, 65 0 C, dan 75 0 C diuji pada konsentrasi glukosa 0.2 mm. Berdasarkan hasil pengujian pengaruh suhu tersebut, voltamogram siklik yang terbentuk menunjukkan terjadi perbedaan kinerja elektroda GOD/EPKT pada tiap variasi suhu yang diuji. Puncak oksidasi pada voltamogram siklik yang terbentuk menunjukkan kinerja elektroda GOD/EPKT dalam mengoksidasi glukosa yang dinyatakan dalam nilai arus. Puncak oksidasi yang terbentuk pada

20 I (A) 10 voltamogram siklik semakin tinggi dengan nilai arus yan semakin besar seiring tercapaikan suhu yang optimum untuk akitivitas enzim GOD (Gambar 6) E (V) Gambar 6 Voltamogram siklik kinerja elektroda GOD/EPKT terhadap pengaruh suhu. Glukosa 0.2 mm C, 35 0 C, 45 0 C, 55 0 C, 65 0 C, 75 0 C Nilai arus oksidasi pada voltamogram siklik tersebut kemudian dibuat kurva yang menghubungkan pengaruh suhu terhadap nilai arus yang dihasilkan dari kinerja elektroda GOD/EPKT, yang dapat dilihat pada Gambar 7. Kurva tersebut menunjukkan bahwa kinerja elektroda GOD/EPKT optimum pada suhu 65 0 C dengan menghasilkan nilai arus oksidasi tertinggi yaitu sebesar ma. Hal ini menunjukkan bahwa enzim glukosa oksidase yang teramobil oleh glutaraldehid pada elektroda pasta karbon termodifikasi nanoserat polianilin bersifat termostabil, yakni dapat bertahan pada suhu tinggi. Proses amobilisasi menunjukkan dapat meningkatkan kestabilan enzim terhadap faktor lingkungan yang menentukan kinerja enzim tersebut. Pada pengujian pengaruh suhu ini selain dapat mengetahui suhu optimum kinerja enzim glukosa oksidase sebagai elektroda enzim, juga dapat mengetahui besarnya energi aktivasi reaksi oksidasi glukosa dengan katalis enzim glukosa oksidase tersebut. Energi aktivasi tersebut dapat diperoleh dari slope pada persamaan kurva (Gambar 8) yang menghubungkan ln I dan 1/T, mengikuti persamaan Arhenius : ln I = ln I 0 Ea/RT Berdasarkan persamaan tersebut, elektroda GOD/EPKT memiliki energi aktivasi reaksi oksidasi glukosa (Ea) sebesar kj/mol. Energi aktivasi oksidasi glukosa dalam katalis enzim GOD sebagai elektroda pada penelitian ini termasuk energy aktivasi yang cukup kecil dibandingkan penelitian lain, sehingga dapat dikatakan bahwa kinerja GOD sebagai katalis reaksi oksidasi memiliki kinerja yang cukup baik yang ditunjukkan dengan rendahnya energi aktivasi yang

21 ln I I (ma) ditimbulkannya, dapat menurunkan energi aktivasi oksidasi glukosa dengan sangat besar Suhu ( 0 C) Gambar 7 Pengaruh suhu terhadap kinerja elektroda GOD/EPKT dalam glukosa konsentrasi 0.2 mm y = x R² = /T Gambar 8 Hubungan ln I dan 1/T Parameter Kinetika Enzim Penentuan parameter kinetika enzim GOD diperlukan untuk mengetahui karakteristik dari aktivitas GOD tersebut sebagai elektroda enzim, yang dapat digunakan sebagai informasi dasar untuk pengembangan elektorda GOD tersebut selanjutnya. Parameter kinetika GOD yaitu nilai K m dan I maks ditentukan berdasarkan hasil dari uji kinerja GOD/EPKT terhadap konsentrasi substrat glukosa yang divariasikan pada rentang konsentrasi Mm secara siklik

22 I (A) 12 voltametri. Voltamogram siklik yang dihasilkan dari kinerja GOD/EPKT terhadap variasi konsentrasi glukosa yang diuji dapat dilihat pada Gambar 9. Voltamogram siklik tersebut menunjukkan terbentuknya puncak oksidasi dari elektroda tersebut E (V) Gambar 9 Voltamogram siklik elektroda GOD/EPKT pada pengaruh konsentrasi glukosa. 0.2 mm, 0.4 mm, 0.6 mm, 0.8 mm, 1.0 mm, 1.2 mm, 1.4 mm, 1.6 mm, 1.8 mm, 2.0 mm, 4.0 mm, 6.0 mm, 8.0 mm Puncak oksidasi pada voltamogram siklik tersebut menunjukkan terdapat reaksi oksidasi glukosa oleh enzim GOD. Berdasarkan puncak oksidasi pada voltamogram siklik tersebut, dapat diketahui nilai arus oksidasi yang dihasilkan dari reaksi oksidasi glukosa pada setiap konsentrasi. Dalam penentuan parameter kinetika, terlebih dahulu ditentukan kurva Michaelis-Menten dan kurva linieritas hubungan antara konsentrasi glukosa dan nilai arus oksidasi elektroda GOD/EPKT. Kurva Michaelis-Menten diperoleh dengan menghubungkan nilai arus yang dihasilkan pada puncak oksidasi dalam voltamogram siklik elektroda GOD/EPKT terhadap konsentrasi substrat glukosa yang diuji. Berdasarkan kurva Michaelis-Menten yang dapat dilihat pada Gambar 10, ketika konsentrasi glukosa di bawah 4 mm, kinerja elektroda GOD/EPKT terhadap substrat terus mengalami peningkatan seiring dengan peningkatan konsentrasi glukosa, aktivitas enzim meningkat seiring dengan peningkatan konsentrasi substrat. Namun, ketika konsentrasi glukosa mencapai 4 mm aktivitas GOD mulai mencapai maksimum, sehingga peningkatan konsentrasi glukosa yang lebih tinggi dari 4 mm tidak memberi pengaruh yang signifikan terhadap nilai arus oksidasi yang dihasilkan oleh elektroda GOD/EPKT. Kurva linieritas antara konsentrasi substrat glukosa terhadap nilai arus elektroda GOD/EPKT ditentukan berdasarkan kurva Michaelis-Menten (Gambar 10). Daerah linier dari kinerja elektroda GOD/EPKT berada pada rentang konsentrasi mm, dengai nilai regresi (R 2 ) sebesar (Gambar 11). Persamaan Lineweaver-Burk dalam penentuan nilai K m dan I maks ditentukan berdasarkan kurva linieritas yang diperoleh (Gambar 12). Berdasarkan persamaan

23 I (ma) I (ma) tersebut, diketahui bahwa nilai K m dan I maks untuk aktivitas Glukosa oksidase dalam elektroda pasta karbon termodifikasi nanoserat polianilin sebagai biosensor glukosa masing-masing sebesar 0.70 mm dan 4.24 ma. Berdasarkan nilai arus dan konsentrasi pada kurva linieritas tersebut juga ditentukan nilai sensitivitasnya, diperoleh sensitivitas untuk kinerja elektroda GOD/EPKT terhadap oksidasi glukosa pada penelitian ini sebesar 1.18 mamm y = ln(x) R² = Konsentrasi glukosa (mm) Gambar 10 Pengaruh konsentrasi substrat glukosa terhadap nilai arus elektroda GOD/EPKT y = x R² = [Glukosa] (mm) Gambar 11 Linieritas antara konsentrasi substrat glukosa dan aktivitas GOD/EPKT

24 1/I (ma -1 ) y = x R² = /[Glukosa] (mm -1 ) Gambar 12 Kurva Lineweaver-Burk dalam penentuan parameter kinetika PEMBAHASAN Hasil Sintesis dan Morfologi Nanoserat Polianilin Polianilin yang disintesis pada penelitian ini dengan metode polimerisasi interfasial, merupakan polianilin dalam bentuk garam emeraldin, yang bersifat hidrofilik (Maddu et al. 2008). Sifat hidrofilik tersebut menyebabkan endapan polianilin yang terbentuk berdifusi secara reaktif ke dalam fasa air (Virji et al. 2009; Huang dan Kaner 2004) Sintesis polianilin dengan metode polimerisasi interfasial berhasil membentuk nanopartikel polianilin dengan morfologi yang menunjukkan berbentuk serat, berpori, dan berukuran sekitar nm. Ukuran nanoserat polianilin yang dihasilkan pada penelitian ini berbeda dengan hasil penelitian Huang dan Karen (2003), yang berukuran rata-rata 30 nm. Hal ini dapat dikarenakan rasio konsentrasi Amonium peroksidisulfat sebagai oksidan dan anilin yang digunakan berbeda. Namun, menurut Huang dan Karen (2003), faktor utama yang mempengaruhi bentuk serta ukuran polianilin adalah tingkat polimerisasi polianilin. Semakin tinggi tingkat polimerisasi, maka polianilin yang terbentuk memiliki struktur yang semakin berserat dan berukuran semakin kecil. Tingkat polimerisasi tersebut dipengaruhi oleh konsentrasi asam yang digunakan, yang berperan penting dalam proses protonasi yang merupakan salah satu tahap dari polimerisasi polianilin. Protonasi tersebut adalah penambahan proton oleh asam kuat terhadap gugus nitrogen imina pada basa emeraldin atau anilin. Gugus imina lebih mudah terserang oleh proton dari asam kuat tersebut (Song dan Choi 2013). Semakin tinggi konsentrasi asam, maka semakin tinggi pula konsentrasi proton yang ditambahkan dalam tahap protonasi tersebut, sehingga semakin banyak terbentuknya radikal aktif kation. Radikal aktif kation mempermudah terjadinya

25 ikatan antara monomer anilin melalui ikatan head-to-tail. Hal ini menyebabkan meningkatnya proses polimerisasi (Li et al. 2008). Proses polimerisasi yang meningkat, akan meningkatkan pembentukan serat, sehingga polianilin yang dihasilkan memiliki struktur nanoserat yang baik dengan ukuran nano (Nishio et al. 1995; Li et al. 2008). Faktor lain seperti jenis oksidan, suhu, serta metode polimerisasi tidak terlalu berpengaruh besar terhadap sifat dari polianilin (Huang dan Kaner 2003). Sintesis polianilin dengan metode polimerisasi interfasial dapat dilihat pada Gambar 13, yang terdiri dari tahap protonasi dan oksidasi yang bersifat reversibel. Polianilin berukuran nano memiliki luas daerah permukaan yang lebih luas dibandingkan polianilin berukuran makro (Virji et al. 2009). Luas daerah permukaan yang lebih luas tersebut meningkatkan interaksi antara polianilin dengan senyawa molekul lain, seperti glukosa oksidase (Virji et al. 2009). Glukosa oksidase dapat terikat lebih banyak pada permukaan polianilin tersebut karena permukaannya yang lebih luas, sehingga dapat meningkatkan kinerja elektroda GOD/EPKT dalam mengoksidasi glukosa. Berdasarkan sifat polianilin tersebut, morfologi polianilin yang baik yakni berserat dan berukuran nano merupakan salah satu faktor penting yang diperlukan dalam peningkatan kinerja elektroda, terutama kinerja elektroda GOD/EPKT pada penelitian ini. Selain itu polimer dengan ukuran nano juga memiliki sifat mekanik, katalitik, magnetik, dan optik yang lebih baik dibandingkan polimer dalam bentuk makromolekul (Geneis et al. 1985). 15 Pernigranilin HX (NH 4 ) 2 S 2 O 8 NH 3. H 2 O Reduksi Oksidasi deprotonasi Garam Emeraldin HX protonasi Basa Emeraldin Reduksi Oksidasi Leukoemeraldin Gambar 13 Sintesis polianilin secara polimerisasi interfasial. Reaksi reversible garam/basa, protonasi/deprotonasi, dan redoks polimerisasi polianilin (Huang dan Karen 2005) Kinerja Elektroda Pasta Karbon (EPK) dan Elektroda Pasta Karbon Termodifikasi (EPKT) Aplikasi glukosa oksidase (GOD) sebagai biosensor untuk deteksi kadar glukosa dilakukan dengan metode elektrokimia voltametri. Dalam pengukuran

26 16 aktivitas GOD sebagai biosensor secara elektrokimia tersebut diperlukan suatu elektroda kerja dengan sifat konduktivitas, kestabilan dan respon yang baik terhadap reaksi elektrokimia yang dihasilkan. Oleh karena itu perlu dilakukan pengukuran kinerja elektroda pasta karbon (EPK) dan elektroda pasta karbon termodifikasi (EPKT) sebelum digunakan sebagai elektroda GOD. Pengukuran kinerja kedua elektroda tersebut dilakukan dengan metode siklik voltametri, dan terbentuk voltamogram siklik yang menggambarkan kinerja elektroda tersebut. Voltamogram siklik hasil dari pengukuran kinerja kedua elektroda tersebut menunjukkan kinerja yang berbeda antar kedua elektroda. Besar arus yang dihasilkan oleh EPK pada puncak oksidasi sebesar x 10-5 A pada tegangan V. Nilai tegangan dari reaksi oksidasi pada kinerja EPK yang dihasilkan pada penelitian ini sedikit berbeda dari tegangan yang terukur dalam penelitian Maddu et al. (2013) sebesar -0.2 V, dan nilai tegangan pada penelitian ini juga berada diluar range tegangan berdasarkan literatur, yang menyatakan bahwa range tegangan untuk EPK dalam larutan netral (KCl merupakan larutan yang bersifat netral) yaitu -1.3 V dan 1.4 V. Perbedaan nilai tegangan reaksi oksidasi EPK dapat dikarenakan permukaan elektroda yang kurang halus saat preparasi elektroda, maupun pengisian pasta karbon yang kurang padat pada elektroda, sehingga dapat mempengaruhi kinerja elektroda tersebut. Selain itu, jenis karbon yang digunakan juga dapat menghasilkan kinerja elektroda yang berbeda (McCreery 2008). Berdasarkan voltamogram siklik tersebut, dapat dikatakan bahwa EPK yang digunakan memiliki sifat konduktivitas yang cukup baik, namun perlu dilakukan modifikasi dengan penambahan polimer konduktif untuk meningkatkan aktivitasnya. EPK yang telah diketahui sifat konduktivitasnya tersebut kemudian dimodifikasi dengan penambahan polimer konduktif berupa nanoserat polianilin yang telah disintesis dan diketahui sifat morfologinya, menjadi elektroda pasta karbon termodifikasi (EPKT). Terjadi peningkatan arus oksidasi dari kinerja EPKT dibandingkan EPK, yaitu sebesar x 10-5 A pada tegangan sebesar V. Peningkatan arus oksidasi yang terjadi pada kinerja EPKT tersebut merupakan pengaruh dari polianilin dalam elektroda. Polianilin merupakan polimer konduktif, yang memiliki sifat konduktivitas elektrik yang sangat baik akibat pengaruh dari proses protonasi oleh asam kuat pada proses polimerisasinya (Reda dan Al Ghannam 2012). Konduktivitas polianilin tersebut dipengaruhi oleh konsentrasi asam kuat dalam proses protonasi. Semakin tinggi konsentrasi asam kuat, sifat konduktivitas polianilin semakin baik. Hal ini dikarenakan pentransferan proton meningkat dalam proses protonasi, sehingga semakin banyak jumlah H + yang terkandung dalam struktur polianilin tersebut, yang dapat meningkatkan sifat konduktivitasnya. Berdasarkan kandungan H + yang terdapat dalam polianilin tersebut, maka polianilin disebut sebagai konduktor positif atau proton konduktor yaitu konduktor yang bermuatan positif, dimana proton tersebut yang berperan dalam penghantaran sinyal listrik atau elektron yang dihasilkan dari suatu reaksi elektrokimia menuju pasta karbon untuk kemudian dideteksi oleh elektroda (Maddu et al. 2013). Peningkatan konduktivitas polianilin yang dipengaruhi konsentrasi asam kuat tersebut memiliki batas konsentrasi optimum. Menurut Stejskal (2002), pada konsentrasi asam kuat yaitu HCl 1 M, polimerisasi polianilin berlangsung lebih cepat dan menghasilkan konduktivitas yang tinggi.

27 Namun pada konsentrasi HCl lebih dari 2 M konduktivitas polianilin yang dihasilkan menurun. Pengaruh polianilin terhadap kinerja EPKT selain dikarenakan memiliki konduktivitas yang baik, juga dikarenakan sifat morfologi polianilin tersebut yang berserat dengan ukuran nano serta memiliki luas daerah permukaan yang besar. Polianilin yang berserat memiliki kemampuan penghantaran listrik yang lebih baik dibandingkan polianilin dengan bentuk globular. Polianilin yang berukuran nano dan luas permukaan polianilin yang besar akan mempengaruhi luas permukaan elektroda. Penambahan polianilin pada elektroda akan meningkatkan luas permukaan elektroda tersebut. Menurut Zhu (2012), elektroda pasta karbon grafit memiliki luas permukaan yang rendah yaitu sebesar m 2 /g, setelah penambahan polianilin luas permukaan elektroda meningkat secara signifikan menjadi m 2 /g. Hal ini menunjukkan bahwa polianilin yang berukuran nano dapat meningkatkan luas permukaan elektroda, yang berpengaruh terhadap kinerja elektroda tersebut. Semakin luas permukaan suatu elektroda, maka semakin banyak terjadi interaksi antara larutan elektrolit terhadap permukaan elektroda (Virji et al. 2009). Interaksi tersebut berupa peningkatan difusi ion elektrolit ke dalam bahan elektroda, sehingga terjadi peningkatan efisiensi transfer ion dalam elektroda. Hal ini ditunjukkan dengan arus oksidasi yang dihasilkan pada EPKT lebih besar dibandingkan EPK (Maddu et al. 2013). Oleh karena itu EPKT lebih potensial digunakan sebagai elektroda glukosa oksidase dalam aplikasinya sebagai biosensor glukosa, karena memiliki kinerja yang lebih baik dibandingkan kinerja EPK. ph Optimum Kinerja Elektroda GOD/EPKT Aktivitas enzim dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah satu faktor penting yang dapat mempengaruhi aktivitas enzim adalah kondisi ph lingkungan atau larutan uji pada reaksi enzimatis. Setiap enzim memiliki kondisi ph optimum dalam aktivitasnya (Fabiano et al. 2002). Berdasarkan hasil pengujian pengaruh ph pada kinerja elektroda GOD/EPKT yang dapat dilihat pada Gambar 5, diperoleh bahwa ph optimum untuk kinerja elektroda GOD/EPKT pada penelitian ini adalah ph 4.5, yang ditunjukkan dengan nilai arus oksidasi yang dihasilkan pada ph tersebut merupakan nilai arus terbesar diantara ph yang diuji lainnya. Perubahan ph larutan uji tersebut dapat mempengaruhi struktur, bentuk, dan ionisasi asam amino suatu enzim, selain itu juga menyebabkan perubahan pada bentuk dan muatan substrat (Fabiano et al. 2002). Hal ini dapat mempengaruhi aktivitas enzim tersebut. Jika kondisi lingkungan reaksi enzimatis berada pada ph optimum aktivitas enzim, maka enzim akan mengalami ionisasi pada asam-asam amino yang berperan penting dalam aktivitas katalitiknya. Tahap ionisiasi pada ph optimum tersebut meningkatkan interaksi enzim untuk mengikat substrat dan membentuk kompleks enzim-substart (ES), sehingga pembentukan kompleks ES dapat berlangsung lebih cepat dan menyebabkan peningkatan laju pembentukan produk. Jika terjadi perubahan ph dari ph optimumnya, maka akan terjadi perubahan ionisiasi dari asam amino tersebut. Perubahan tersebut dapat 17

28 18 mengurangi interaksi enzim dalam mengikat substrat, sehingga mekanisme enzim terhadap substrat meliputi mekanisme induced fit maupun lock and key sulit tercapai dengan baik. Hal ini dikarenakan antara sisi aktif enzim dan substrat tidak dapat bersesuaian dengan baik untuk terikat membentuk kompleks enzim-substrat (ES), sehingga laju pembentukkan kompleks ES menurun. Berkurangnya laju pembentukkan kompleks ES tersebut menyebabkan laju reaksi pembentukan produk pun berlangsung lambat, terjadi penurunan aktivitas enzim. Hal ini memungkinkan enzim akan kehilangan aktivitasnya yang disebabkan struktur enzim terdenaturasi secara irreversible pada kondisi ph ekstrim (Price dan Stevens 1988). ph optimum kinerja elektroda GOD/EPKT yang diperoleh pada penelitian ini berbeda dengan literatur yang menjadi acuan dalam penelitian ini, dimana menurut Colak et al. (2012), ph optimum kinerja elektroda GOD/EPKT yaitu pada ph 5.0 bufer fosfat konsentrasi 0.1 M. Perbedaan ph optimum tersebut dapat dikarenakan berbedanya jenis bufer yang digunakan. Terdapat faktor lain yang mempengaruhi perubahan ph optimum suatu enzim, yaitu kondisi lingkungan dari polimer konduktif, yaitu suatu polimer yang digunakan dalam modifikasi elektroda enzim dengan sifatnya yang dapat meningkatkan kinerja elektroda. Pada penelitian ini polimer konduktif yang digunakan adalah nanoserat polianilin. Pada enzim yang diamobil dalam elektroda yang terdapat suatu matriks polimer konduktif, molekul enzim dapat dipengaruhi oleh kondisi lingkungan dari pori-pori matriks polimer tersebut. Muatan yang terkandung pada permukaan matriks polimer dapat menyebabkan perubahan ph optimum untuk aktivitas enzim. ph optimum suatu enzim dapat menjadi lebih tinggi atau lebih rendah dari ph optimum sebenarnya (Fabiano et al. 2002). Suatu polimer yang mengandung banyak muatan positif (H + ) dalam strukturnya menyebabkan lingkungan sekitar elektroda enzim menjadi kaya akan H + tersebut, sehingga hanya perlu sedikit tambahan H + agar kondisi lingkungan elektroda enzim mencapai kondisi ph optimum bagi aktivitasnya. Hal ini menyebabkan nilai ph optimum yang tercatat pada aktivitas elektroda enzim tersebut meningkat dari kondisi optimum sebenarnya. Namun, jika muatan H + dalam polimer jumlahnya terbatas, maka perlu tambahan H + yang lebih banyak untuk mencapai kondisi ph optimum bagi aktivitas enzim, sehingga nilai ph optimum yang tercatat pada pengujian aktivitas elektroda enzim menjadi lebih rendah (Fabiano et al. 2002). Jika dilihat dari pengaruh kondisi lingkungan matriks polimer pada penelitian ini yaitu polianilin, yang merupakan konduktor positif, maka nilai ph optimum kinerja elektroda GOD/EPKT pada penelitian ini menjadi lebih rendah dibandingkan dengan ph optimum kinerja elektroda GOD/EPKT menurut Colak et al. (2012). Hal ini dapat dikarenakan perbedaan jumlah muatan positif dari polianilin yang digunakan. Perbedaan jumlah muatan positif pada struktur polianilin dapat dikarenakan perbedaan jenis asam kuat yang digunakan dalam proses protonasi saat sintesis polianilin. Pada penelitian Keyhanpour et al. (2012), polianilin yang digunakan dalam elektroda GOD disintesis secara elektrokimia menggunakan H 2 SO 4 sebagai asam kuat dalam proses protonasinya. Pada penelitian tersebut, menunjukkan bahwa kondisi ph optimum untuk kinerja elektroda GOD yaitu pada ph 7.0. Nilai ph optimum yang dihasilkan lebih besar dibandingkan kondisi optimum untuk

29 elektroda GOD pada umumnya, yaitu sekitar 5.0 hingga 6.0 (Bankar et al. 2009). Hal ini dapat dikarenakan jumlah muatan positif (H + ) yang terbentuk dari proses protonasi menggunakan H 2 SO 4 cukup tinggi, sehingga hanya perlu tambahan sedikit H + untuk membentuk lingkungan reaksi mencapai kondisi ph optimum aktivitas enzim. Hal ini membuat nilai ph optimum yang tercatat dari hasil pengujian tersebut lebih tinggi. Sedangkan kinerja elektroda GOD/EPKT pada penelitian ini menggunakan polianilin yang disintesis menggunakan HCl sebagai asam kuat pada proses protonasinya. ph optimum yang diperoleh dari kinerja elektroda tersebut lebih rendah yaitu ph 4,5. Hal ini dapat dikarenakan jumlah muatan positif (H + ) yang terbentuk oleh HCl saat protonasi lebih sedikit pada struktur polianilin, sehingga diperlukan lebih banyak tambahan H + agar lingkungan reaksi mencapai ph optimum. Hal ini menunjukkan bahwa jenis asam kuat yang berbeda dapat menghasilkan sifat elektrik polianilin yang berbed, yang dapat mempengaruhi kinerja elektroda enzim, yaitu terjadi perubahan kondisi optimum kinerja elektroda tersebut. Suhu Optimum Kinerja Elektroda GOD/EPKT Suhu merupakan salah satu faktor utama yang mempengaruhi aktivitas atau laju reaksi enzim selain kondisi ph lingkungan. Oleh karena itu, pengujian pengaruh suhu terhadap laju reaksi enzim perlu dilakukan untuk mengetahui suhu optimum yang dapat menghasilkan laju reaksi enzim yang tinggi. Berdasarkan hasil pengujian pengaruh suhu terhadap kinerja elektroda GOD/EPKT, kinerja elektroda GOD/EPKT tersebut menunjukkan optimum pada suhu 65 0 C yang ditunjukkan dengan nilai arus oksidasi glukosa yang dihasilkan paling besar dibandingkan suhu lainnya. Suhu optimum kinerja elektroda GOD/EPKT pada penelitian ini sama dengan suhu optimum kinerja elektroda GOD/EPKT pada penelitian Colak et al. (2012) yaitu pada suhu 65 0 C dengan penggunaan polianilin sebagai modifikasi dalam elektroda enzim pada bufer yang berbeda, yaitu bufer fosfat. Proses amobilisasi pada enzim glukosa oksidase terlihat dapat meningkatkan kestabilan aktivitas enzim, yang ditunjukkan dengan aktivitas enzim glukosa oksidase menjadi lebih stabil pada suhu tinggi dengan aktivitas yang optimum dibandingkan enzim dalam kondisi bebas yang optimum pada suhu sekitar C (Simpson et al.2007). Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa enzim glukosa oksidase yang teramobil glutaraldehida pada elektroda pasta karbon termodifikasi polianilin bersifat termostabil, yaitu dapat bertahan dan memiliki aktivitas yang baik pada suhu tinggi. Suhu berpengaruh secara langsung terhadap energi kinetik enzim dan pergerakan molekul. Semakin tinggi suhu reaksi enzimatis, maka akan menghasilkan energi kinetik yang lebih tinggi yang menyebabkan semakin besarnya peluang bagi enzim untuk bertumbukan dengan molekul lain seperti substrat. Pergerakan molekul enzim dan substrat semakin meningkat yang dapat meningkatkan terbentuknya kompleks enzim-substrat, sehingga laju reaksi pembentukan produk meningkat. Suhu yang lebih tinggi lagi dapat menyebabkan enzim kehilangan aktivitasnya karena enzim telah terdenaturasi (Keyhanpour et al. 2012). 19

30 20 Pada pengujian pengaruh suhu terhadap kinerja enzim glukosa oksidase sebagai elektroda enzim, selain dapat mengetahui suhu optimum untuk kinerja enzim tersebut juga dapat mengetahui besarnya energi aktivasi reaksi oksidasi glukosa dengan katalis enzim GOD/EPKT. Energi aktivasi merupakan energi bebas yang diperlukan dalam reaksi oksidasi glukosa membentuk produk berupa asam glukonat. Energi aktivasi (energy bebas) sangat tinggi pada reaksi tanpa katalis enzim. Enzim akan menurunkan energi aktivasi tersebut, sehingga reaksi oksidasi glukosa berlangsung lebih cepat, laju reaksi meningkat. Energi aktivasi reaksi oksidasi glukosa dibawah katalis enzim GOD dalam polianilin pada penelitian ini sebesar kj/mol. Energi aktivasi reaksi oksidasi glukosa dibawah katalis enzim GOD dalam elektroda termodifikasi polianilin pada penelitian ini lebih kecil dibandingkan energi aktivasi reaksi oksidasi glukosa dibawah katalis yang sama yaitu GOD pada penelitian Keyhanpour et al. (2012) yaitu sebesar 49.5 kj/mol. Sehingga dapat dikatakan bahwa elektroda GOD/EPKT pada penelitian ini memiliki kinerja sebagai katalis yang lebih baik. Walaupun elektroda GOD/EPKT pada penelitian ini memiliki kinerja optimum pada suhu tinggi dengan nilai energi aktivasi yang cukup baik, elektroda GOD/EPKT tersebut tetap memiliki aktivitas yang cukup baik pada suhu C yang merupakan suhu yang lebih sesuai untuk aplikasi elektroda GOD/EPKT sebagai biosensor glukosa. Hal ini dikarenakan cukup sulit jika mengaplikasikan elektroda GOD/EPKT pada kondisi suhu tinggi sesuai suhu optimumnya. Parameter Kinetika Enzim Karakteristik aktivitas GOD dapat diketahui melalui penentuan parameter kinetiknya, yaitu nilai K m dan I maks. Parameter kinetik tersebut ditentukan melalui pengujian pengaruh konsentrasi substrat terhadap kinerja elektroda GOD/EPKT yang diamati secara elektrokimia siklik voltametri. Aktivitas GOD sangat memungkinkan untuk diamati secara elektrokimia karena terdapat reaksi reduksi oksidasi yang dikatalisis oleh GOD tersebut, melibatkan transfer elektron sebagai sinyal yang merupakan faktor penting dalam teknik sensor. Sinyal berupa elektron tersebut terdeteksi secara elektrokimia dalam bentuk arus yang tercatat dalam bentuk voltamogram siklik. Nilai arus menggambarkan laju reaksi katalis enzim terhadap glukosa. Laju reaksi sebenarnya bergantung pada jumlah total enzim yang berada dalam bentuk kompleks enzim-substrat (ES). Terdapat tiga keadaan pengaruh konsentrasi substrat terhadap kinerja elektroda GOD/EPKT. Pertama, Pada konsentrasi substrat yang rendah ([S] < K m ), jumlah enzim dalam bentuk kompleks ES sedikit dan sebagian besar enzim dalam kondisi bebas. Hal ini menyebabkan laju reaksi pembentukan produk berlangsung lambat, yang ditunjukkan dengan nilai arus yang diperoleh kecil (Gilbert 2000; Fadhilah 2013). Seiring peningkatan konsentrasi substrat, maka jumlah kompleks ES yang terbentuk meningkat, yang menyebabkan terjadi peningkatan laju reaksi pembentukan produk, sehingga nilai arus yang diperoleh semakin besar. Namun, pada konsentrasi substrat yang tinggi ([S] > K m ), peningkatan konsentrasi glukosa tidak akan meningkatkan laju reaksi secara signifikan. Hal ini karena pada konsentrasi tinggi, hampir sebagian besar enzim telah berada dalam bentuk kompleks ES, dan laju reaksi telah mencapai maksimum (V maks ). Sehingga

31 peningkatan konsentrasi substrat yang lebih tinggi lagi tidak akan menghasilkan peningkatan nilai arus yang signifikan. Dalam kondisi tersebut enzim telah mencapai kondisi jenuh (Gilbert 2000; Fadhilah 2013). Kurva Michaelis-Menten pada Gambar 10 menggambarkan ketiga keadaan tersebut sebagai pengaruh dari konsentrasi substrat terhadap kinerja elektroda GOD/EPKT, yang menunjukkan bahwa terjadi peningkatan nilai arus yang dihasilkan seiring dengan peningkatan konsentrasi substrat. Hal ini berarti terjadi peningkatan kompleks ES, sehingga laju reaksi enzim masih meningkat. Namun, pada konsentrasi glukosa diatas 4 mm tidak terjadi peningkatan arus yang signifikan, yang berarti laju reaksi telah mencapai maksimum. Hal ini menunjukkan bahwa aktivitas GOD sebagai elektroda enzim mencapai keadaan jenuh saat konsentrasi glukosa sebesar 4 mm. Berdasarkan kurva Michaelis-Menten tersebut dapat ditentukan nilai K m dari kinerja elektroda GOD/EPKT. Namun, penentukan K m dari kurva Michaelis- Menten tersebut memiliki kelemahan yaitu kemungkinan terjadi distorsi dari hiperbola pada kurva tesebut, sehingga nilai K m yang diperoleh dapat sepuluh kali lebih rendah atau sepuluh kali lebih besar dari nilai K m yang sebenarnya (Fadhilah 2013). Oleh karena itu, penentuan nilai K m dan I maks berdasarkan daerah linier pada kurva Michaelis-Menten tersebut. Sehingga dapat diperoleh nilai K m dan I maks yang lebih akurat. Daerah linier tersebut berada pada rentang mm dengan nilai regresi (r 2 ) sebesar Daerah linier tersebut kemudian dikonversi ke dalam kurva Lineweaver- Burk (. Nilai K m dan I maks yang diperoleh berdasarkan analisis persamaan Lineweaver-Burk, masing-masing sebesar 0.70 mm dan 4.24 ma. Nilai K m dari elektroda GOD pada penelitian ini sedikit lebih besar dengan nilai K m dari elektroda GOD pada penelitian Colak et al. (2012) yaitu sebesar 0.61 mm. Nilai I maks yang diperoleh pada penelitian ini juga lebih besar dibandingkan nilai I maks yang diperoleh Colak et al. (2012) yang sebesar 1.22 µa/min. Hal ini menunjukkan bahwa kinerja elektroda GOD/EPKT pada penelitian ini cukup lebih baik, karena walaupun nilai K m yang sedikit lebih tinggi, tetapi dapat menghasilkan nilai arus atau laju reaksi maksimum yang lebih besar, yang cukup penting dalam teknik sensor. Nilai K m merupakan konsentrasi substrat yang diperlukan untuk mencapai setengah dari laju reaksi maksimum aktivitas enzim terhadap substrat tersebut. Jika nilai K m suatu enzim tinggi, maka diperlukan konsentrasi substrat yang tinggi untuk mencapai setengah laju reaksi maksimum. Hal ini berarti bahwa enzim tersebut memiliki afinitas atau kemampuan untuk terikat substrat yang rendah, sehingga kurang efisien jika diaplikasikan dalam teknologi sensor. Namun, jika nilai K m suatu enzim rendah, maka dengan konsentrasi substrat yang kecil, reaksi sudah dapat mencapai setengah laju reaksi maksimum. Hal ini menunjukkan enzim memiliki respon yang lebih cepat dan afinitas yang kuat terhadap substrat (Gilbert 2000; Brown et al. 2010; Gibson et al. 1964), sehingga enzim tersebut berpotensi untuk diaplikasikan dalam teknologi sensor. Nilai K m pada penelitian ini cukup rendah dengan I maks yang lebih besar dibandingkan niai K m dan I maks yang diperoleh pada beberapa penelitian lain, meliputi mm dan 650 mv (Gaikwad et al. 2006), 46.5 mm dan 300 µa (Keyhanpour et al. 2012), dan 16.9 mm dan 68 µa (Shirale et al. 2006), sehingga 21

32 22 elektroda GOD/EPKT pada penelitian ini cukup berpotensi untuk diaplikasikan sebagai biosensor glukosa. Parameter kinetika pada enzim dapat berbeda-beda. Hal ini dapat dikarenakan perbedaan pada sifat morfologi (ukuran, keseragaman, dan bentuk) dan konduktivitas dari polimer, serta perbedaan jenis polimer konduktif yang digunakan, yang mempengaruhi interaksi enzim pada permukaan elektroda dengan molekul substrat. Perbedaan jenis bufer yang digunakan juga dapat menghasilkan nilai K m yang berbeda dalam suatu elektroda enzim. Kinerja elektroda enzim dalam bufer asetat menghasilkan nilai K m yang lebih besar dibandingkan nilai K m dari elektroda enzim dalam bufer fosfat (Gaikwad et al. 2006; Shirale et al. 2006; Keyhanpour et al. 2012). Terdapat penelitian lain yang menunjukkan nilai K m yang lebih rendah dan I maks yang lebih tinggi dibandingkan penelitian ini, yaitu sebesar 0.3 mm dan 0.78 V (Gvozdenovic et al. 2011). Hal ini menunjukkan bahwa elektroda GOD/EPKT pada penelitian ini masih dapat dikembangkan lebih baik lagi untuk menghasilkan kinerja yang lebih baik dalam deteksi konsentrasi glukosa, sehingga dapat diaplikasikan dengan baik dalam sensor glukosa. Nilai K m pada penelitian ini dikonversi ke dalam satuan mg/dl dan diperoleh nilai K m sebesar 12.6 mg/dl. Jika elektroda GOD/EPKT tersebut akan diaplikasikan sebagai biosensor glukosa dalam bidang medis seperti pengukuran kadar glukosa darah, maka elektroda ini cukup berpotensi. Hal ini dikarenakan nilai K m nya cukup kecil. Berdasarkan nilai K m tersebut, elektroda GOD/EPKT potensial untuk dapat mendeteksi kadar glukosa darah dalam kondisi normal, hiperglikemia, hingga kondisi hipoglikemia. Kadar glukosa darah normal manusia sekitar mg/dl, dan kondisi glukosa darah dikatakan dalam keadaan hipoglikemia jika kadar glukosa dibawah 60 mg/dl dan dalam keadaan hiperglikemia jika kadar glukosa diatas 270 mg/dl. Kinerja elektroda berbasis enzim pada elektroda GOD/EPKT, selain ditinjau dari kondisi optimum dan parameter kinetikanya, juga perlu diketahui sensitivitasnya dalam kinerjanya sebagai biosensor glukosa. Sensitivitas merupakan rasio selisih nilai arus oksidasi glukosa tertinggi dan terendah yang dihasilkan terhadap selisih konsentrasi glukosa tertinggi dan terendah. Sensitivitas kinerja elektroda GOD/EPKT pada penelitian ini diperoleh sebesar 1.81 mamm -1. Hal ini berarti setiap kenaikan 1 mm konsentrasi glukosa, menghasilkan peningkatan nilai arus oksidasi sebesar 1.81 ma. Semakin tinggi nilai sensitivitas suatu elektroda, maka semakin bagus kinerja elektroda tersebut sebagai sensor. SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Nanoserat polianilin dapat meningkatkan aktivitas enzim GOD sebagai elektroda enzim dalam deteksi konsentrasi glukosa yang berperan sebagai matriks amobilisasi enzim GOD dan polimer konduktif. Elektroda GOD/EPKT menunjukkan kinerja yang paling baik atau optimum pada kondisi ph 4.5 bufer

33 asetat koonsentrasi 0.1 M dan pada suhu 65 0 C. Daerah linier kinerja elektroda GOD/EPKT yaitu antara mm. Elektroda enzim GOD/EPKT memilki nilai K m dan I maks masing-masing sebesar 0.70 mm dan 4.24 ma dengan nilai sensitifitas sebesar 1.81 mamm -1 Saran Penelitian lanjutan untuk mengetahui pengaruh konsentrasi enzim terhadap kinerja enzim, serta penentuan respon time, dan stabilitas enzim sebagai elektroda enzim perlu dilakukan untuk menghasilkan elektroda GOD/EPKT yang memiliki kinerja yang baik dalam deteksi glukosa. Sehingga dapat diaplikasikan sebagai elektroda sensor glukosa berbasis enzim yang dapat diterapkan dalam berbagai bidang seperti bidang medis. 23 DAFTAR PUSTAKA Bankar SB, Bule MV, Singhal RS, Ananthanarayan L Glucose oxidase. Biotechnology advances. 27: doi: /j.biotechadv Brown S, Muhamad N, Simcock DC Estimating enzyme kinetic parameters from apperent Km and Vmax. Int J Chem and Bio Engineering. 3(4): Colak O, Arslan H, Zengin H, Zengin G Amperometric detection of glucose by polyaniline-activated carbon composite carbon paste electrode. Int J Electrochem Sci. 7: Ditjen Bina Upaya Kesehatan, Kemenkes RI Profil Kesehatan Indonesia Tahun Jakarta (ID): Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. Du XS, Xiao M, Meng YZ Synthesis and characterization of polyaniline/graphite conducting nanocomposites. Journal of Polymer Science Part B:Polymer Physics. 42: doi: /polb Fabiano S, Minh CT, Piro B, Dang LA, Pham C, Vittori O Poly 3,4- ethylenedioxythiophene as an entrapment support for amperometric enzyme sensor. Materials Science and Engineering C. 21(1-2): doi: /s (02) Fadhilah R Biosensor Glukosa Menggunakan GDH-FAD yang Diimobilisasi pada Nanopartikel Zeolit secara Elektrokimia [Tesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Gaikwad PD, Shirale DJ, Gade VK, Savale PA, Kharat HJ, Kakde KP, Shirsat MD Immobilization of GOD on electrochemically synthesized PANI films by cross-linking via glutaraldehyde for determination of glucose. Int J Electrochem Sci. 1: Geneis EM, Syed AA, Tsintavis C Electrochemical study of polyaniline in aqueous and organic medium. Redox and kinetic properties. Molecular Crystals and Liquid Crystals. 121: doi: /

34 24 Gibson QH, Bennett, Swoboda EP, Massey V J Biol Chem. 239(11): Gilbert HF Basic Concepts in Biochemistry. Edisi ke-2. New York (NY): McGraw-Hill. Gospodinova N, Terlemezyan L Conducting polymers prepared by oxidative polymerization : polyaniline. Prog. Polym. Sci. 23: doi:s (98) Gvozdenovic MM, Jugovic BZ, Bezbradica DI, Antov MG, Knezevic ZD, Grgur BN. Food Chemistry. 124: doi: /j.foodchem Huang J, Kaner RB A general chemical route to polyaniline nanofibers. J.Am.Chem.Soc. 126(3): doi: /ja Huang J, Kaner RB Nanofiber formation in the chemical polymerization of aniline: a mechanistic study. Angewandte Chemie. 43: doi: /anie Huang J, Kaner RB The intrinsic nanofibrillar morphology of polyaniline. Chemistry Community doi: /b510956f. Keyhanpour A, Mohammad S, Mohaghegh S, Jamshidi A Glucose oxidase modified electrodes of polyaniline and poly (aniline-co-2-anilinoethanol) as a biosensor : a comparative study. Journal of Biosensor and Bioelectronics. 3(1):1-7. doi: / Li XG, Li A, Huang MR Facile high-yield synthesis of polyaniline nanosticks with intrinsic stability and electrical conductivity. Chemistry a European Journal. 14: doi: /chem Maddu A, Wahyudi ST, Kurniati M Sintesis dan karakterisasi nanoserat polianilin. J. Nano Saintek. 1(2). McCreery RL Advanced carbon electrode materials for molecular electrochemistry. Chemical reviews. 108(7): doi: /cr068076m. Nishio K, Fujimoto M, Yoshinaga N, Ando O, Ono H Electrochemical characteristics of polyaniline synthesized by various method. Journal of Power Source. 56: doi: (95) Price NC, Stevens L Fundamentals of Enzymology. New York (NY): Oxford University Pr. Reda SM, Al-Ghannam SM Synthesis and electrical properties of polyaniline composite with silver nanoparticles. Advances in Materials Physics and Chemistry. 2: doi: /ampc Shirale DJ, Gade VK, Gaikwad PD, Savale PA, Kharat HJ, Kakde KP, Pathan AJ, Shirsat MD Studies of immobilized glucose oxidase on galvanostatically synthesized poly(n-metylpyrrole) film with PVS-NaNO 3 composite dopant. Int J Electrochem Sci. 1: Shuler ML, Kargi F Bioprocess Engineering : Basic Concepts. Ed ke-2. Prentice Hall PTR : Upper Saddle River. Simpson C, Jordaan J, Gardiner NS, Whiteley C Isolation, purification and characterization of novel glucose oxidase from Penicillium sp. CBS optimally active at neutral Ph. Protein Expression and Purification.51 : doi: /j.pep

35 Song E, Choi JW Conducting polyaniline nanowire and its applications in chemiresistive sensing. Nanomaterials. 3: doi: /nano Stejskal Polylanilin, preparation of conductor polymer. Pure Appl Chem. 74: Virji S, Kojima R, Fowler JD, Villanueva JG, Kaner RB, Weiller BH Polyaniline nanofiber composite with amines: novel materials for phosgene detection. Nano Res. 2: doi: /s Wang HJ, Zhou CM, Peng F, Yu H Glucose biosensor based on platinum nanoparticles supported sulfonated-carbon nanotubes modified glassy carbon electrode. Int J Electrochem Sci. 2: Zhang H, Wang J, Gao X, Wang Z, Wang S The electrochemical activity of polyaniline : an important issue on its use in electrochemical energy storage devices. Synthetic Metals. 187: doi: /j.synthmet Zhu J, Chen M, Qu H, Zhang X, Huige W, Luo Z, Colorado HA, Wei S, Guo Z Interfacial polymerized polyaniline/graphite oxide nanocomposites toward electrochemical energy storage. Polymer. 53: doi: /j.polymer

36 26 Lampiran 1 Alur penelitian Pembuatan nanoserat polianilin Karakterisasi nanoserat polianilin Morfologi PANI dengan SEM Uji kinerja elektroda pasta karbon (EPK) dan elektroda pasta karbon termodifikasi (EPKT) Amobilisasi GOD pada elektroda pasta karbon termodifikasi melalui cross-linking dengan glutaraldehida Uji kinerja GOD/EPKT terhadap pengaruh ph ( ) bufer asetat 0.1 M secara elektrokimia voltametri Uji kinerja GOD/EPKT terhadap pengaruh konsentrasi glukosa ( mm) pada ph optimum secara elektrokimia voltametri Penentuan parameter kinetika enzim

37 27 Lampiran 2 Nilai arus oksidasi glukosa oleh elektroda GOD/EPKT pada pengaruh ph bufer asetat 0.1 M ph Arus (ma) Lampiran 3 Nilai arus oksidasi glukosa oleh elektroda GOD/EPKT pada pengaruh suhu Suhu ( 0 C) Arus (ma) Lampiran 4 Hubungan ln I dan 1/T ln I 1/T (K -1 ) x x x x x x 10-2 Lampiran 5 Nilai arus oksidasi glukosa oleh elektroda GOD/EPKT pada variasi konsentrasi glukosa [glukosa] (mm) Arus terukur (ma) Arus blanko (ma) Arus terkoreksi (ma)

38 28 Lampiran 6 Nilai arus pada linieritas antara konsentrasi glukosa dan kinerja elektroda GOD/EPKT [glukosa] (mm) Arus (ma) Lampiran 7 Persamaan Lineweaver-Burk [glukosa] (mm) Arus (ma) 1/[glukosa] 1/I Lampiran 8 Perhitungan Sensitifitas Elektroda Nilai arus dan konsentrasi glukosa diambil dari kurva linieritas pada Lampiran 4 Sensitifitas = (I tertinggi I Terendah ) ([S] Tertinggi [S] Terendah ) = ( ) ( ) = 1.81 ma/mm Lampiran 9 Dokumentasi Amobilisasi enzim glukosa oksidase Serbuk Nanoserat Polianilin

39 29 Analisis kinerja elektroda GOD/EPKT secara voltametri dengan Potentiostat Pengujian pengaruh suhu Pengujian kinerja EPKT Elektroda Pasta Karbon Termodifikasi Polianilin (EPKT)

3 METODOLOGI PENELITIAN

3 METODOLOGI PENELITIAN 3 METODOLOGI PENELITIAN Penelitian ini bertujuan untuk modifikasi elektroda pasta karbon menggunakan zeolit, serbuk kayu, serta mediator tertentu. Modifikasi tersebut diharapkan mampu menunjukkan sifat

Lebih terperinci

2 TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Voltametri

2 TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Voltametri 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Voltametri Voltametri merupakan salah satu teknik elektroanalitik dengan prinsip dasar elektrolisis. Elektroanalisis merupakan suatu teknik yang berfokus pada hubungan antara besaran

Lebih terperinci

3 Metodologi Penelitian

3 Metodologi Penelitian 3 Metodologi Penelitian 3.1 Tahapan Penelitian Penelitian ini bertujuan mengembangkan metoda analisis menggunaan elektroda pasta karbon untuk penentuan p-nitofenol Secara umum penelitian ini dibagi menjadi

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Bahan dan alat Metode Penumbuhan sel Deinococcus radiodurans dan ekstraksi enzim SOD

BAHAN DAN METODE Bahan dan alat  Metode Penumbuhan sel Deinococcus radiodurans dan ekstraksi enzim SOD BAHAN DAN METODE Bahan dan alat Alat dan instrumen yang akan digunakan adalah edaq Potensiostat Galvanostat yang dilengkapi perangkat lunak Echem v2.1.0, laminar air flow, inkubator, High Speed Refrigated

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Penelitian Program Studi

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Penelitian Program Studi 34 BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.1.1 Lokasi Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Penelitian Program Studi Magister Kimia Terapan Universitas Udayana. 4.1.2 Waktu Penelitian

Lebih terperinci

2 Tinjauan Pustaka. 2.1 Teknik Voltametri

2 Tinjauan Pustaka. 2.1 Teknik Voltametri 2 Tinjauan Pustaka 2.1 Teknik Voltametri Teknik voltametri adalah salah satu teknik analisis yang sering digunakan di bidang kimia analitik. Pada teknik ini, arus dari elektroda kerja diukur sebagai fungsi

Lebih terperinci

Metodologi Penelitian

Metodologi Penelitian Bab III Metodologi Penelitian III.1. Tahapan Penelitian Penelitian ini dibagi menjadi 3 tahapan. Pertama adalah pembuatan elektroda pasta karbon termodifikasi diikuti dengan karakterisasi elektroda yang

Lebih terperinci

2 Tinjauan Pustaka. 2.1 Teknik Voltametri dan Modifikasi Elektroda

2 Tinjauan Pustaka. 2.1 Teknik Voltametri dan Modifikasi Elektroda 2 Tinjauan Pustaka 2.1 Teknik Voltametri dan Modifikasi Elektroda Teknik elektrometri telah dikenal luas sebagai salah satu jenis teknik analisis. Jenis teknik elektrometri yang sering digunakan untuk

Lebih terperinci

BIOSENSOR H2O2 MENGGUNAKAN HORSERADISH PEROKSIDASE TERAMOBILISASI DENGAN GLUTARALDEHID PADA KOMPOSIT KARBON-NANOSERAT POLIANILIN RIZARULLAH

BIOSENSOR H2O2 MENGGUNAKAN HORSERADISH PEROKSIDASE TERAMOBILISASI DENGAN GLUTARALDEHID PADA KOMPOSIT KARBON-NANOSERAT POLIANILIN RIZARULLAH BIOSENSOR H2O2 MENGGUNAKAN HORSERADISH PEROKSIDASE TERAMOBILISASI DENGAN GLUTARALDEHID PADA KOMPOSIT KARBON-NANOSERAT POLIANILIN RIZARULLAH SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2015 PERNYATAAN

Lebih terperinci

KARAKTERISASI BIOKIMIA DAN AMOBILISASI GLUKOSA OKSIDASE DARI ASPERGILLUS NIGER IPBCC PADA ELEKTRODA PASTA KARBON TERMODIFIKASI TITI ROHMAYANTI

KARAKTERISASI BIOKIMIA DAN AMOBILISASI GLUKOSA OKSIDASE DARI ASPERGILLUS NIGER IPBCC PADA ELEKTRODA PASTA KARBON TERMODIFIKASI TITI ROHMAYANTI KARAKTERISASI BIOKIMIA DAN AMOBILISASI GLUKOSA OKSIDASE DARI ASPERGILLUS NIGER IPBCC.08.610 PADA ELEKTRODA PASTA KARBON TERMODIFIKASI TITI ROHMAYANTI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan teknologi dan industri pada berbagai bidang aplikasi seperti pengawasan produk makanan, pertanian, dan medis membutuhkan perangkat yang dapat digunakan

Lebih terperinci

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4 HASIL DAN PEMBAHASAN Secara garis besar, penelitian ini terdiri dari tiga tahapan. Tahap yang pertama adalah pembuatan elektroda dan karakterisasi elektroda. Karakterisasi elektroda ini meliputi penentuan

Lebih terperinci

3 Metodologi Penelitian

3 Metodologi Penelitian 3 Metodologi Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan metoda analisis dengan menggunakan elektroda yang telah dimodifikasi dengan buah pisang dan buah alpukat untuk menentukan kadar parasetamol.

Lebih terperinci

BIOSENSOR KOLESTEROL BERBASIS AMOBILISASI KOLESTEROL OKSIDASE PADA PASTA KARBON TERMODIFIKASI NANOSERAT POLIANILIN ANDREA FAADILLAH ARGADANAH

BIOSENSOR KOLESTEROL BERBASIS AMOBILISASI KOLESTEROL OKSIDASE PADA PASTA KARBON TERMODIFIKASI NANOSERAT POLIANILIN ANDREA FAADILLAH ARGADANAH BIOSENSOR KOLESTEROL BERBASIS AMOBILISASI KOLESTEROL OKSIDASE PADA PASTA KARBON TERMODIFIKASI NANOSERAT POLIANILIN ANDREA FAADILLAH ARGADANAH DEPARTEMEN BIOKIMIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April 2012 sampai Januari 2013 di

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April 2012 sampai Januari 2013 di 27 III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Pelaksanaan Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April 2012 sampai Januari 2013 di Laboratorium Kimia Organik Jurusan Kimia Fakultas MIPA Universitas Lampung.

Lebih terperinci

STUDI ELEKTROKIMIA POLIANILIN KOMPOSIT ELEKTRODA PASTA KARBON

STUDI ELEKTROKIMIA POLIANILIN KOMPOSIT ELEKTRODA PASTA KARBON Jurnal Biofisika 9 (2): 45-53. STUDI ELEKTROKIMIA POLIANILIN KOMPOSIT ELEKTRODA PASTA KARBON Surianty 1, Akhiruddin 1*, Laksmi Ambarsari 2 1) Bagian biofisika, Departemen Fisika, FMIPA-IPB. 2) Laboratorium

Lebih terperinci

PENYUSUN : 1. Eka Yuli Astuti ( ) 2. Lia Ariesta Ifron ( ) PEMBIMBING : Prof. Dr. Ir. Heru Setyawan, M.Eng

PENYUSUN : 1. Eka Yuli Astuti ( ) 2. Lia Ariesta Ifron ( ) PEMBIMBING : Prof. Dr. Ir. Heru Setyawan, M.Eng PENYUSUN : 1. Eka Yuli Astuti (2307 100 078) 2. Lia Ariesta Ifron (2307 100 106) PEMBIMBING : Prof. Dr. Ir. Heru Setyawan, M.Eng LABORATORIUM ELEKTROKIMIA dan KOROSI JURUSAN TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNOLOGI

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambar 2 Skema Pembuatan elektrode pasta karbon.

HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambar 2 Skema Pembuatan elektrode pasta karbon. 3 Pasta dimasukkan ke ujung tabung hingga penuh dan padat. Permukaan elektrode dihaluskan menggunakan ampelas halus dan kertas minyak hingga licin dan berkilau (Gambar 2). Gambar 2 Skema Pembuatan elektrode

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN Karakterisasi Elektroda Pembanding Ag/AgCl

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN Karakterisasi Elektroda Pembanding Ag/AgCl BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Karakterisasi Elektroda Pembanding Ag/AgCl Elektroda pembanding Ag/AgCl yang telah dibuat ditampilkan seperti pada Gambar 5.1. Gambar 5.1 Elektroda pembanding Ag/AgCl Voltamogram

Lebih terperinci

PERAKITAN DAN KARAKTERISASI ENZYMATIC FUEL CELL BERBASIS GLUKOSA OKSIDASE DAN HORSERADISH PEROKSIDASE BAYU CAKRA BUANA

PERAKITAN DAN KARAKTERISASI ENZYMATIC FUEL CELL BERBASIS GLUKOSA OKSIDASE DAN HORSERADISH PEROKSIDASE BAYU CAKRA BUANA i PERAKITAN DAN KARAKTERISASI ENZYMATIC FUEL CELL BERBASIS GLUKOSA OKSIDASE DAN HORSERADISH PEROKSIDASE BAYU CAKRA BUANA DEPARTEMEN BIOKIMIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

ChOx. Cholesterol + O 2 3one. 4-cholesten- + H 2 O 2. H 2 O 2 O 2 + 2H + + 2e - Gambar 14 Mekanisme reaksi katalisis enzimtik pada kolesterol [37]

ChOx. Cholesterol + O 2 3one. 4-cholesten- + H 2 O 2. H 2 O 2 O 2 + 2H + + 2e - Gambar 14 Mekanisme reaksi katalisis enzimtik pada kolesterol [37] Cholesterol + O 2 3one ChOx H 2 O 2 O 2 + 2H + + 2e - + H 2 O 2 4-cholesten- Gambar 14 Mekanisme reaksi katalisis enzimtik pada kolesterol [37] Karakterisasi SEM Morfologi permukaan elektroda kerja diobservasi

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Karakterisasi Elektroda di Larutan Elektrolit Pendukung Elektroda pasta karbon lapis tipis bismut yang dimodifikasi dengan silika dikarakterisasi di larutan elektrolit pendukung

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. karakterisasi elektroda pembanding Ag/AgCl. 2) Pembuatan EPK tanpa

BAB IV METODE PENELITIAN. karakterisasi elektroda pembanding Ag/AgCl. 2) Pembuatan EPK tanpa BAB IV METODE PENELITIAN 4.1. Rancangan Penelitian Penelitian ini dibagi empat tahap yang meliputi: 1) Pembuatan dan karakterisasi elektroda pembanding Ag/AgCl. 2) Pembuatan EPK tanpa modifikasi dan optimasi

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. dengan mengukur potensial campuran elektrolit K 3 Fe(CN) 6 dan K 4 Fe(CN) 6

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. dengan mengukur potensial campuran elektrolit K 3 Fe(CN) 6 dan K 4 Fe(CN) 6 45 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Karakterisasi Elektroda Ag/AgCl Karakterisasi elektroda Ag/AgCl dilakukan untuk mengetahui apakah elektroda yang akan digunakan layak untuk pengukuran. Pengukuran dilakukan

Lebih terperinci

4 Hasil dan Pembahasan

4 Hasil dan Pembahasan 4 Hasil dan Pembahasan Hasil dan pembahasan dari penelitian ini terdiri dari tiga bagian, yaitu karakterisasi elektroda, tahap pengukuran, dan uji keakuratan analisis. Karakterisasi elektroda terdiri dari

Lebih terperinci

3 Metodologi Percobaan

3 Metodologi Percobaan 3 Metodologi Percobaan 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian tugas akhir ini dilakukan di Laboratorium Penelitian Kimia Analitik, Program Studi Kimia, FMIPA Institut Teknologi Bandung. Waktu penelitian

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.2 DATA HASIL ARANG TEMPURUNG KELAPA SETELAH DILAKUKAN AKTIVASI

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.2 DATA HASIL ARANG TEMPURUNG KELAPA SETELAH DILAKUKAN AKTIVASI 39 BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1 PENDAHULUAN Hasil eksperimen akan ditampilkan pada bab ini. Hasil eksperimen akan didiskusikan untuk mengetahui keoptimalan arang aktif tempurung kelapa lokal pada

Lebih terperinci

Untuk mengetahui pengaruh ph medium terhadap profil disolusi. atenolol dari matriks KPI, uji disolusi juga dilakukan dalam medium asam

Untuk mengetahui pengaruh ph medium terhadap profil disolusi. atenolol dari matriks KPI, uji disolusi juga dilakukan dalam medium asam Untuk mengetahui pengaruh ph medium terhadap profil disolusi atenolol dari matriks KPI, uji disolusi juga dilakukan dalam medium asam klorida 0,1 N. Prosedur uji disolusi dalam asam dilakukan dengan cara

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE III. BAHAN DAN METODE 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan dari bulan November 2006 sampai dengan Januari 2008. Penelitian bertempat di Laboratorium Mikrobiologi, Departemen Biologi,

Lebih terperinci

PEMBUATAN ELEKTRODA PASTA KARBON TERMODIFIKASI ZEOLIT UNTUK ANALISIS LOGAM

PEMBUATAN ELEKTRODA PASTA KARBON TERMODIFIKASI ZEOLIT UNTUK ANALISIS LOGAM PEMBUATAN ELEKTRODA PASTA KARBON TERMODIFIKASI ZEOLIT UNTUK ANALISIS LOGAM Fe(II) DENGAN ION PENGGANGGU Zn(II) DAN Cd(II) SECARA CYCLIC STRIPPING VOLTAMMETRY MANUFACTURE OF ZEOLITE MODIFIED CARBON PASTE

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Enzim α-amilase dari Bacillus Subtilis ITBCCB148 diperoleh dengan

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Enzim α-amilase dari Bacillus Subtilis ITBCCB148 diperoleh dengan IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Isolasi Enzim α-amilase Enzim α-amilase dari Bacillus Subtilis ITBCCB148 diperoleh dengan menanam isolat bakteri dalam media inokulum selama 24 jam. Media inokulum tersebut

Lebih terperinci

Metode Pengukuran Spektrofotometri (Bergmeyer et al. 1974) Pembuatan Media Heterotrof Media Heterotrof Padat. Pengaruh ph, Suhu, Konsentrasi dan

Metode Pengukuran Spektrofotometri (Bergmeyer et al. 1974) Pembuatan Media Heterotrof Media Heterotrof Padat. Pengaruh ph, Suhu, Konsentrasi dan 4 Metode Penelitian ini dilakukan pada beberapa tahap yaitu, pembuatan media, pengujian aktivitas urikase secara kualitatif, pertumbuhan dan pemanenan bakteri, pengukuran aktivitas urikase, pengaruh ph,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teknik Voltametri Teknik voltametri digunakan untuk menganalisis analit berdasarkan pengukuran arus sebagai fungsi potensial. Hubungan antara arus terhadap potensial divisualisasikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Urea adalah senyawa kimia yang dapat terbentuk secara biologis dalam tubuh makhluk hidup, baik manusia, hewan maupun tumbuhan (Khairi, 2003). Dalam tubuh manusia

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 29 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan selama bulan februari sampai Agustus 2015 di Laboratorium Kimia Material dan Hayati FPMIPA Universitas Pendidikan Indonesia,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari hingga Juli 2013 di Laboratorium Kimia Riset Makanan dan Material Jurusan Pendidikan Kimia FMIPA Universitas

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian mengenai penggunaan aluminium sebagai sacrificial electrode

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian mengenai penggunaan aluminium sebagai sacrificial electrode BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Deskripsi Penelitian Penelitian mengenai penggunaan aluminium sebagai sacrificial electrode dalam proses elektrokoagulasi larutan yang mengandung pewarna tekstil hitam ini

Lebih terperinci

Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan

Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan Bab IV asil Penelitian dan Pembahasan IV.1 Pelapisan Elektrode dengan Polipirol Dalam penelitian ini dibuat elektrode kawat emas terlapis polipirol dengan tiga jenis ionofor untuk penentuan surfaktan ads,

Lebih terperinci

BAB III METODA PENELITIAN. Secara umum, proses penelitian ini terdiri dari tiga tahap. Tahap pertama

BAB III METODA PENELITIAN. Secara umum, proses penelitian ini terdiri dari tiga tahap. Tahap pertama BAB III METODA PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Secara umum, proses penelitian ini terdiri dari tiga tahap. Tahap pertama adalah mengekstrak polipeptida dari ampas kecap melalui cara pengendapan dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam memainkan peranan sebagai neurotransmiter yang dapat mempengaruhi

BAB I PENDAHULUAN. dalam memainkan peranan sebagai neurotransmiter yang dapat mempengaruhi 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dopamin adalah salah satu senyawa katekolamin yang paling signifikan dalam memainkan peranan sebagai neurotransmiter yang dapat mempengaruhi fungsi otak (Deng, 2011).

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Isolat Actinomycetes Amilolitik Terpilih 1. Isolat Actinomycetes Terpilih Peremajaan isolat actinomycetes dilakukan dengan tujuan sebagai pemeliharaan isolat actinomycetes agar

Lebih terperinci

MODUL I SIFAT KOLIGATIF LARUTAN Penurunan Titik Beku Larutan

MODUL I SIFAT KOLIGATIF LARUTAN Penurunan Titik Beku Larutan MODUL I SIFAT KOLIGATIF LARUTAN Penurunan Titik Beku Larutan - Siswa mampu membuktikan penurunan titik beku larutan akibat penambahan zat terlarut. - Siswa mampu membedakan titik beku larutan elektrolit

Lebih terperinci

Elektropolimerisasi Film Polianilin dengan Metode Galvanostatik dan Pengukuran Laju Pertumbuhannya

Elektropolimerisasi Film Polianilin dengan Metode Galvanostatik dan Pengukuran Laju Pertumbuhannya JURNAL FISIKA DAN APLIKASINYA VOLUME 8, NOMOR 1 JANUARI 2012 Elektropolimerisasi Film Polianilin dengan Metode Galvanostatik dan Pengukuran Laju Pertumbuhannya Rakhmat Hidayat Wibawanto dan Darminto Jurusan

Lebih terperinci

ENZYMATIC FUEL CELL (EFC) MENGGUNAKAN BIOANODA KOMPOSIT KARBON-NANOPARTIKEL POLIANILIN YANG TERAMOBILISASI Glucose Oxidase (GOD) SURIANTY

ENZYMATIC FUEL CELL (EFC) MENGGUNAKAN BIOANODA KOMPOSIT KARBON-NANOPARTIKEL POLIANILIN YANG TERAMOBILISASI Glucose Oxidase (GOD) SURIANTY ENZYMATIC FUEL CELL (EFC) MENGGUNAKAN BIOANODA KOMPOSIT KARBON-NANOPARTIKEL POLIANILIN YANG TERAMOBILISASI Glucose Oxidase (GOD) SURIANTY SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014 PERNYATAAN

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian studi voltametri siklik asam urat dengan menggunakan elektroda nikel sebagai elektroda kerja ini bertujuan untuk mengetahui berbagai pengaruh dari parameter yang ada

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian dilaksanakan dari bulan Juni tahun 2012 Januari 2013 di Laboratorium Riset Kimia dan Laboratorium Kimia Analitik Instrumen Jurusan Pendidikan

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN 18 BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Alat-Alat yang Digunakan 1. Kaca arloji 2. Spatula 3. Sendok sungu 4. Gelas beker 250 ml 5. Gelas beker 100 ml 6. Labu takar 250 ml 7. Labu takar 100 ml 8. Labu takar 25

Lebih terperinci

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Isolasi enzim fibrinolitik Cacing tanah P. excavatus merupakan jenis cacing tanah yang agresif dan tahan akan kondisi pemeliharaan yang ekstrim. Pemeliharaan P. excavatus dilakukan

Lebih terperinci

Studi Awal Pemanfaatan Puncak Oksidasi dari Produk Reduksi p-nitrofenol untuk Analisis p-nitrofenol secara Voltametri. Skripsi

Studi Awal Pemanfaatan Puncak Oksidasi dari Produk Reduksi p-nitrofenol untuk Analisis p-nitrofenol secara Voltametri. Skripsi Studi Awal Pemanfaatan Puncak Oksidasi dari Produk Reduksi p-nitrofenol untuk Analisis p-nitrofenol secara Voltametri Skripsi ROKHMATURROKHMAN NIM : 10500013 PROGRAM STUDI KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tahapan Penelitian 3.2 Alat dan Bahan 3.2.1 Alat Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini meliputi peralatan gelas yang umum digunakan dalam analisis. Selain itu digunakan

Lebih terperinci

PERBANDINGAN METODE POTENSIOMETRI MENGGUNAKAN BIOSENSOR UREA DENGAN METODE SPEKTROFOTOMETRI UNTUK PENENTUAN UREA

PERBANDINGAN METODE POTENSIOMETRI MENGGUNAKAN BIOSENSOR UREA DENGAN METODE SPEKTROFOTOMETRI UNTUK PENENTUAN UREA PERBANDINGAN METODE POTENSIOMETRI MENGGUNAKAN BIOSENSOR UREA DENGAN METODE SPEKTROFOTOMETRI UNTUK PENENTUAN UREA Abstrak Khairi Jurusan Kimia FMIPA Unsyiah Banda Aceh, 23111 Telah dilakukan analisis urea

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai Agustus 2014 di

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai Agustus 2014 di 23 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai Agustus 2014 di Laboratorium Kimia Analitik FMIPA Universitas Lampung. B. Alat dan Bahan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 33 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 PENDAHULUAN Pada bab ini akan dijelaskan mengenai hasil pengujian dari elektroda Ag/AgCl yang telah dibuat dengan memvariasikan konsentrasi larutan dan waktu pembuatan.

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN SENSOR OKSIGEN TERLARUT MENGGUNAKAN ELEKTRODA KERJA KARBON-PALADIUM (C-Pd) SECARA VOLTAMMETRI SIKLIK SKRIPSI

PENGEMBANGAN SENSOR OKSIGEN TERLARUT MENGGUNAKAN ELEKTRODA KERJA KARBON-PALADIUM (C-Pd) SECARA VOLTAMMETRI SIKLIK SKRIPSI PENGEMBANGAN SENSOR OKSIGEN TERLARUT MENGGUNAKAN ELEKTRODA KERJA KARBON-PALADIUM (C-Pd) SECARA VOLTAMMETRI SIKLIK SKRIPSI Oleh Mohamad Bayu Setiawan NIM 101810301041 JURUSAN KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN

Lebih terperinci

Lampiran 1. Kriteria penilaian beberapa sifat kimia tanah

Lampiran 1. Kriteria penilaian beberapa sifat kimia tanah 30 LAMPIRAN 31 Lampiran 1. Kriteria penilaian beberapa sifat kimia tanah No. Sifat Tanah Sangat Rendah Rendah Sedang Tinggi Sangat Tinggi 1. C (%) < 1.00 1.00-2.00 2.01-3.00 3.01-5.00 > 5.0 2. N (%)

Lebih terperinci

ANALISIS LOGAM Fe(II) DALAM SAMPEL AIR SUNGAI X DENGAN ELEKTRODA PASTA KARBON TERMODIFIKASI ZEOLIT SECARA CYCLIC STRIPPING VOLTAMMETRY STANDAR ADISI

ANALISIS LOGAM Fe(II) DALAM SAMPEL AIR SUNGAI X DENGAN ELEKTRODA PASTA KARBON TERMODIFIKASI ZEOLIT SECARA CYCLIC STRIPPING VOLTAMMETRY STANDAR ADISI ANALISIS LOGAM Fe(II) DALAM SAMPEL AIR SUNGAI X DENGAN ELEKTRODA PASTA KARBON TERMODIFIKASI ZEOLIT SECARA CYCLIC STRIPPING VOLTAMMETRY STANDAR ADISI ANALYSIS OF Fe(II) IN THE RIVER WATER SAMPLES X WITH

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PELAKSANAAN

BAB III METODOLOGI PELAKSANAAN 30 BAB III METODOLOGI PELAKSANAAN 3.1 PENDAHULUAN Baterai seng udara merupakan salah satu bentuk sumber energi secara elektrokimia yang memiliki peluang sangat besar untuk aplikasi sumber energi masa depan.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset Kimia dan Laboratorium

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset Kimia dan Laboratorium BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi Penelitian dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset Kimia dan Laboratorium Kimia Lingkungan Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA UPI yang beralamat

Lebih terperinci

Senin, 26 Maret Anita Muji Rahayu Pembimbing : Dr. rer. nat. Fredy Kurniawan, M.Si

Senin, 26 Maret Anita Muji Rahayu Pembimbing : Dr. rer. nat. Fredy Kurniawan, M.Si Senin, 26 Maret 2012 Anita Muji Rahayu 1408100073 Pembimbing : Dr. rer. nat. Fredy Kurniawan, M.Si Sistematika Pendahuluan Metodologi Hasil dan Pembahasan Kesimpulan PENDAHULUAN Kromium Pencemaran Logam

Lebih terperinci

METODA AKTIVASI ZEOLIT ALAM DAN APLIKASINYA SEBAGAI MEDIA AMOBILISASI ENZIM α-amilase. Skripsi Sarjana Kimia. Oleh WENI ASTUTI

METODA AKTIVASI ZEOLIT ALAM DAN APLIKASINYA SEBAGAI MEDIA AMOBILISASI ENZIM α-amilase. Skripsi Sarjana Kimia. Oleh WENI ASTUTI METODA AKTIVASI ZEOLIT ALAM DAN APLIKASINYA SEBAGAI MEDIA AMOBILISASI ENZIM α-amilase Skripsi Sarjana Kimia Oleh WENI ASTUTI 07132011 JURUSAN KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Pelaksanaan penelitian dimulai sejak Februari sampai dengan Juli 2010.

BAB III METODE PENELITIAN. Pelaksanaan penelitian dimulai sejak Februari sampai dengan Juli 2010. BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Pelaksanaan penelitian dimulai sejak Februari sampai dengan Juli 2010. Sintesis cairan ionik, sulfonasi kitosan, impregnasi cairan ionik, analisis

Lebih terperinci

III. METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei-November 2013 di Laboratorium

III. METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei-November 2013 di Laboratorium 24 III. METODELOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei-November 2013 di Laboratorium Biokimia dan Laboratorium Instrumentasi Jurusan Kimia Fakultas Matematika

Lebih terperinci

BAB I PENDAH ULUAN 1.1.Latar Belakang

BAB I PENDAH ULUAN 1.1.Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Polimer secara umum merupakan bahan dengan kemampuan menghantarkan listrik yang rendah dan tidak memiliki respon terhadap adanya medan magnet dari luar. Tetapi melalui

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan November 2011 sampai dengan Maret 2012 di

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan November 2011 sampai dengan Maret 2012 di 23 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan pada bulan November 2011 sampai dengan Maret 2012 di Laboratorium Kimia Analitik dan Laboratorium Kimia Anorganik Jurusan

Lebih terperinci

Hasil dan Pembahasan

Hasil dan Pembahasan Bab 4 Hasil dan Pembahasan 4.1 Sintesis Polimer Benzilkitosan Somorin (1978), pernah melakukan sintesis polimer benzilkitin tanpa pemanasan. Agen pembenzilasi yang digunakan adalah benzilklorida. Adapun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Urea merupakan molekul dari amonia yang dibentuk pada proses deaminasi asam amino dalam hati (Khairi, 2005). Urea juga dikenal dalam istilah carbamide. Pada

Lebih terperinci

BAB II KOROSI dan MICHAELIS MENTEN

BAB II KOROSI dan MICHAELIS MENTEN BAB II : MEKANISME KOROSI dan MICHAELIS MENTEN 4 BAB II KOROSI dan MICHAELIS MENTEN Di alam bebas, kebanyakan logam ditemukan dalam keadaan tergabung secara kimia dan disebut bijih. Oleh karena keberadaan

Lebih terperinci

III. METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari - April 2015 di Laboratorium

III. METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari - April 2015 di Laboratorium 28 III. METODE A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari - April 2015 di Laboratorium Biokimia Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Bahan dan Alat

BAHAN DAN METODE. Bahan dan Alat BAHAN DAN METODE Bahan dan Alat Bahan yang digunakan adalah daun salam, daun jati belanda, daun jambu biji yang diperoleh dari Pusat Studi Biofarmaka (PSB) LPPM-IPB Bogor. Bahan yang digunakan untuk uji

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Voltametri adalah salah satu metode elektroanalitik dimana informasi mengenai analit diperoleh dari pengukuran arus sebagai fungsi dari potensial yang diterapkan.

Lebih terperinci

4 Hasil dan Pembahasan

4 Hasil dan Pembahasan 4 Hasil dan Pembahasan Bab ini terdiri dari 6 bagian, yaitu optimasi pembuatan membran PMMA, uji kinerja membran terhadap air, uji kedapat-ulangan pembuatan membran menggunakan uji Q Dixon, pengujian aktivitas

Lebih terperinci

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Sintesis dan Karakterisasi Karboksimetil Kitosan Spektrum FT-IR kitosan yang digunakan untuk mensintesis karboksimetil kitosan (KMK) dapat dilihat pada Gambar 8 dan terlihat

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. didalamnya dilakukan karakterisasi XRD. 20%, 30%, 40%, dan 50%. Kemudian larutan yang dihasilkan diendapkan

HASIL DAN PEMBAHASAN. didalamnya dilakukan karakterisasi XRD. 20%, 30%, 40%, dan 50%. Kemudian larutan yang dihasilkan diendapkan 6 didalamnya dilakukan karakterisasi XRD. 3.3.3 Sintesis Kalsium Fosfat Sintesis kalsium fosfat dalam penelitian ini menggunakan metode sol gel. Senyawa kalsium fosfat diperoleh dengan mencampurkan serbuk

Lebih terperinci

POLIMERISASI PIROL, TIOFEN, 3-METILTIOFEN DAN 3-HEKSILTIOFEN SECARA ELEKTROKIMIA

POLIMERISASI PIROL, TIOFEN, 3-METILTIOFEN DAN 3-HEKSILTIOFEN SECARA ELEKTROKIMIA TUGAS AKHIR SK 1512 POLIMERISASI PIROL, TIOFEN, 3-METILTIOFEN DAN 3-HEKSILTIOFEN SECARA ELEKTROKIMIA I WAYAN TANJUNG ARYASA NRP 1405 100 062 Dosen Pembimbing SUPRAPTO, M.Si, Ph.D JURUSAN KIMIA FAKULTAS

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 21 III. METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus 2010 - Juni 2011 di Laboratorium Biofisika dan Laboratorium Fisika Lanjut, Departemen Fisika IPB.

Lebih terperinci

METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini akan dilakukan pada bulan Mei-November 2013 di Laboraturium

METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini akan dilakukan pada bulan Mei-November 2013 di Laboraturium 28 III. METODELOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini akan dilakukan pada bulan Mei-November 2013 di Laboraturium Biokimia Jurusan Kimia, Laboraturium Instrumentasi Jurusan Kimia

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN A. Bahan dan Alat Bahan utama yang digunakan dalam penelitian ini adalah teh hitam yang diperoleh dari PT Perkebunan Nusantara VIII Gunung Mas Bogor grade BP1 (Broken Pekoe 1).

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian BAB III METODE PENELITIAN Penelitian dilaksanakan sejak bulan Februari hingga Agustus 2015. Ekstraksi hemin dan konversinya menjadi protoporfirin dilakukan di Laboratorium

Lebih terperinci

PENGARUH KONSENTRSI CaCO 3 TERHADAP SIFAT KOROSI BAJA ST.37 DENGAN COATING PANi (HCl) CaCO 3

PENGARUH KONSENTRSI CaCO 3 TERHADAP SIFAT KOROSI BAJA ST.37 DENGAN COATING PANi (HCl) CaCO 3 Tugas Akhir PENGARUH KONSENTRSI CaCO 3 TERHADAP SIFAT KOROSI BAJA ST.37 DENGAN COATING PANi (HCl) CaCO 3 Oleh: Ahmad Hijazi 1106 100 018 Pembimbing: Drs. Suminar Pratapa, M.Sc., ph.d. JURUSAN FISIKA FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian tentang konversi biomassa kulit durian menjadi HMF dalam larutan ZnCl 2 berlangsung selama 7 bulan, Januari-Agustus 2014, yang berlokasi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Kegiatan penelitian ini dilaksanakan selama 6 bulan, dimulai dari bulan

BAB III METODE PENELITIAN. Kegiatan penelitian ini dilaksanakan selama 6 bulan, dimulai dari bulan 25 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Kegiatan penelitian ini dilaksanakan selama 6 bulan, dimulai dari bulan Januari 2011. Penelitian dilakukan di Laboratorium Fisika Material jurusan

Lebih terperinci

PEMBUATAN DAN KARAKTERISASI ELEKTRODA Ag/AgCl MENGGUNAKAN LARUTAN KCl

PEMBUATAN DAN KARAKTERISASI ELEKTRODA Ag/AgCl MENGGUNAKAN LARUTAN KCl PEMBUATAN DAN KARAKTERISASI ELEKTRODA Ag/AgCl MENGGUNAKAN LARUTAN KCl FAISAL RAHMAN NIM : 41312120083 PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS MERCU BUANA JAKARTA 2017 LAPORAN TUGAS AKHIR

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober 2011 sampai Maret 2012 di laboratorium

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober 2011 sampai Maret 2012 di laboratorium III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober 2011 sampai Maret 2012 di laboratorium Kimia Analitik dan laboratorium Kimia Anorganik Fakultas

Lebih terperinci

BAB III. BAHAN DAN METODE

BAB III. BAHAN DAN METODE 10 BAB III. BAHAN DAN METODE 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Pelaksanaan penelitian dilakukan dari bulan Februari dan berakhir pada bulan Agustus 2011. Proses pembuatan dan pengujian arang aktif dilakukan

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan I.1 Deskripsi Topik Penelitian dan Latar Belakang

Bab I Pendahuluan I.1 Deskripsi Topik Penelitian dan Latar Belakang Bab I Pendahuluan I.1 Deskripsi Topik Penelitian dan Latar Belakang Setiap tahun produksi dan penggunaan surfaktan di dunia mencapai beberapa juta ton, 70% di antaranya adalah surfaktan anionik yang digunakan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. 3. Bahan baku dengan mutu pro analisis yang berasal dari Merck (kloroform,

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. 3. Bahan baku dengan mutu pro analisis yang berasal dari Merck (kloroform, BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. BAHAN 1. Standar DHA murni (Sigma-Aldrich) 2. Standar DHA oil (Tama Biochemical Co., Ltd.) 3. Bahan baku dengan mutu pro analisis yang berasal dari Merck (kloroform, metanol,

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Waktu penelitian dilakukan pada bulan Februari Oktober. penelitian dilakukan di Laboratorium Biokimia Universitas Lampung.

III. METODE PENELITIAN. Waktu penelitian dilakukan pada bulan Februari Oktober. penelitian dilakukan di Laboratorium Biokimia Universitas Lampung. 28 III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Waktu penelitian dilakukan pada bulan Februari Oktober 2015 dan tempat penelitian dilakukan di Laboratorium Biokimia Universitas Lampung. B. Alat dan Bahan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilakukan di Laboratorium Kimia Farmasi Analisis Kuantitatif

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilakukan di Laboratorium Kimia Farmasi Analisis Kuantitatif BAB III METODOLOGI PENELITIAN Penelitian dilakukan di Laboratorium Kimia Farmasi Analisis Kuantitatif Departemen Farmasi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, Depok, pada

Lebih terperinci

D. 2 dan 3 E. 2 dan 5

D. 2 dan 3 E. 2 dan 5 1. Pada suhu dan tekanan sama, 40 ml P 2 tepat habis bereaksi dengan 100 ml, Q 2 menghasilkan 40 ml gas PxOy. Harga x dan y adalah... A. 1 dan 2 B. 1 dan 3 C. 1 dan 5 Kunci : E D. 2 dan 3 E. 2 dan 5 Persamaan

Lebih terperinci

Bab III Metodologi. III.1 Alat dan Bahan. III.1.1 Alat-alat

Bab III Metodologi. III.1 Alat dan Bahan. III.1.1 Alat-alat Bab III Metodologi Penelitian ini dibagi menjadi 2 bagian yaitu isolasi selulosa dari serbuk gergaji kayu dan asetilasi selulosa hasil isolasi dengan variasi waktu. Kemudian selulosa hasil isolasi dan

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan dari bulan November 2014 sampai Mei 2015,

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan dari bulan November 2014 sampai Mei 2015, 43 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan dari bulan November 2014 sampai Mei 2015, dengan tahapan kegiatan, yaitu: proses deasetilasi bertingkat, penentuan derajat

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Struktur Karbon Hasil Karbonisasi Hidrotermal (HTC)

HASIL DAN PEMBAHASAN. Struktur Karbon Hasil Karbonisasi Hidrotermal (HTC) 39 HASIL DAN PEMBAHASAN Struktur Karbon Hasil Karbonisasi Hidrotermal (HTC) Hasil karakterisasi dengan Difraksi Sinar-X (XRD) dilakukan untuk mengetahui jenis material yang dihasilkan disamping menentukan

Lebih terperinci

Hasil Penelitian dan Pembahasan

Hasil Penelitian dan Pembahasan Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan IV.1 Pengaruh Arus Listrik Terhadap Hasil Elektrolisis Elektrolisis merupakan reaksi yang tidak spontan. Untuk dapat berlangsungnya reaksi elektrolisis digunakan

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi mulai abad 20, memberikan dampak positif dalam hal kemudahan akses disegala bidang serta dampak negatif berkaitan dengan menurunnya kualitas lingkungan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4:1, MEJ 5:1, MEJ 9:1, MEJ 10:1, MEJ 12:1, dan MEJ 20:1 berturut-turut

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4:1, MEJ 5:1, MEJ 9:1, MEJ 10:1, MEJ 12:1, dan MEJ 20:1 berturut-turut BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. HASIL 5. Reaksi Transesterifikasi Minyak Jelantah Persentase konversi metil ester dari minyak jelantah pada sampel MEJ 4:1, MEJ 5:1, MEJ 9:1, MEJ 10:1, MEJ 12:1, dan MEJ

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA. Penentuan Kadar Glukosa Darah

LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA. Penentuan Kadar Glukosa Darah LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA Penentuan Kadar Glukosa Darah Oleh : Kelompok 4 - Offering C Desy Ratna Sugiarti (130331614749) Rita Nurdiana (130331614740)* Sikya Hiswara (130331614743) Yuslim Nasru S. (130331614748)

Lebih terperinci

Metodologi Penelitian

Metodologi Penelitian 16 Bab III Metodologi Penelitian Penelitian dilakukan dengan menggunakan metode titrasi redoks dengan menggunakan beberapa oksidator (K 2 Cr 2 O 7, KMnO 4 dan KBrO 3 ) dengan konsentrasi masing-masing

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Membran adalah sebuah penghalang selektif antara dua fase. Membran memiliki ketebalan yang berbeda- beda, ada yang tebal dan ada juga yang tipis. Ditinjau dari bahannya,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Graphene merupakan susunan atom-atom karbon monolayer dua dimensi yang membentuk struktur kristal heksagonal menyerupai sarang lebah. Graphene memiliki sifat

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini akan dilakukan pada bulan Mei sampai dengan Agustus 2014, yang

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini akan dilakukan pada bulan Mei sampai dengan Agustus 2014, yang 32 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini akan dilakukan pada bulan Mei sampai dengan Agustus 2014, yang dilakukan di Laboratorium Kimia Organik Jurusan Kimia Fakultas

Lebih terperinci