KAJIAN PROSES PRODUKSI DAN PENGENDALIAN MUTU PROSES PENGEMASAN PUPUK UREA DI PT PUPUK KUJANG. Oleh YODIA ADMIRALDI H

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "KAJIAN PROSES PRODUKSI DAN PENGENDALIAN MUTU PROSES PENGEMASAN PUPUK UREA DI PT PUPUK KUJANG. Oleh YODIA ADMIRALDI H"

Transkripsi

1 KAJIAN PROSES PRODUKSI DAN PENGENDALIAN MUTU PROSES PENGEMASAN PUPUK UREA DI PT PUPUK KUJANG Oleh YODIA ADMIRALDI H DEPARTEMEN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2011

2 RINGKASAN Yodia Admiraldi. H Kajian Proses Produksi dan Pengendalian Mutu Proses Pengemasan Pupuk Urea di PT Pupuk Kujang. Di bawah bimbingan H. Musa Hubeis. Perusahaan perlu melaksanakan kendali mutu untuk menjaga kestabilan mutu, bahkan meningkatkan produk yang dihasilkan bagi pelanggan dalam mendapatkan kepuasan dan tetap loyal membeli produk yang dihasilkan, maka produsen harus peka dalam berbagai aspek yang mempengaruhi mutu, salah satunya dengan proses pengemasan yang baik. Penelitian ini bertujuan (1) Menganalisis pengendalian mutu pada proses produksi pengemasan pupuk urea PT Pupuk Kujang, (2) Mengidentifikasikan halhal yang memengaruhi mutu pengemasan pupuk urea PT Pupuk Kujang dan (3) Mengkaji pengendalian mutu pada proses produksi pengemasan tersebut terkendali atau tidak terkendali. Data yang dikumpulkan dalam penelitian meliputi data primer dan sekunder. Data primer diperoleh dari hasil wawancara dan data sekunder berupa studi literatur, data perusahaan dan publikasi elektronik. Pengambilan contoh dilakukan dengan perhitungan data rataan berat kemasan per shift (3 kali sehari) selama enam bulan (181 hari) dan analisis data dilakukan dengan menggunakan metode Statistical Quality Control, yaitu Diagram Pareto, Grafik Kendali dan Diagram Sebab-akibat yang diolah menggunakan Microsoft Excel. Dalam pengendalian proses pengemasan, perusahaan menerapkan sistem zero waste, dimana Urea tergolong produk reject akan disuling ulang melalui beberapa tahapan seperti sweeping, atau washing, disamping pembongkaran dan pemuatan ulang bila terjadi penyimpangan berat timbangan. Persentase kesalahan dalam ketidaksesuaian jumlah reject yang terjadi di divisi bagging pada bulan Januari - Juni 2011, yaitu 0,17 persen - 0,51 persen dengan jumlah maksimum reject 484,35 ton pada bulan Januari dan 88,20 ton pada bulan Juni sebagai titik kesalahan proses pengemasan terendah. Hal lainnya, faktor urea tercecer menjadi faktor utama, yaitu 789,25 ton lalu diikuti oleh faktor kesalahan pada saat loading truck 772,12 ton dan kesalahan pembongkaran gudang 145,43 ton selama 6 (enam) bulan terhitung dari bulan Januari Juni Permasalahan timbulnya beragam kesalahan tersebut, dapat dirinci dengan diagram tulang ikan atas faktor 4M (man, machine, method dan material) yaitu manusia (skill, konsentrasi, faktor internal dan kondisi fisik pekerja itu sendiri), mesin (umur, perbaikan, kerusakan dan kelebihan takaran mesin itu sendiri), metode (jam shift, jam istirahat dan efektifitas metode yang diterapkan) dan yang terakhir bahan baku (mutu karung yang dipakai). Sebagai ilustrasi jumlah produksi perusahaan per bulan dari urea kemasan 50 kg memiliki rataan produksi 50,1690 kg, dengan nilai maksimum 50,2167 kg dan minimum 50,0667 kg, serta proses pengemasan mutu pada unit bagging untuk kemasan 50 kg terkendali, karena masih di bawah batas atas toleransi yang diterapkan perusahaan dan proses pengemasan sama sekali tidak pernah menyentuh angka di bawah 50 kg (batas bawah 49,7 kg).

3 KAJIAN PROSES PRODUKSI DAN PENGENDALIAN MUTU PROSES PENGEMASAN PUPUK UREA DI PT PUPUK KUJANG Skripsi Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Pada Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor Oleh YODIA ADMIRALDI H DEPARTEMEN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2011

4 Judul Skripsi Nama NIM : Kajian Proses Produksi dan Pengendalian Mutu Proses Pengemasan Pupuk Urea di PT Pupuk Kujang : Yodia Admiraldi : H Menyetujui, Pembimbing Prof. Dr. Ir. H. Musa Hubeis, MS, Dipl. Ing., DEA NIP Mengetahui, Ketua Departemen Dr. Ir. Jono M. Munadar, MSc NIP Tanggal lulus :

5 RIWAYAT HIDUP Yodia Admiraldi Rizal lahir di Jakarta, 28 September 1989, putra pertama dari tiga bersaudara, pasangan Yosef Rizal, SE, Ak., MM dan drg. Adia Laksita. Pendidikan formal yang dilalui adalah SD Bina Insani Bogor lulus tahun 2001, kemudian dilanjutkan ke SMP Negeri 1 Bogor lulus tahun 2004 dan SMA Negeri 1 Bogor. Pada tahun 2007, lulus dari SMA Negeri 1 Bogor kemudian diterima di Institut Pertanian Bogor melalui jalur USMI (Undangan Seleksi Masuk IPB). Selanjutnya diterima di Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Semasa diperkuliahan aktif dalam beberapa kegiatan eksternal kampus seperti mengikuti kegiatan-kegiatan masyarakat dan sosial (bakti sosial lingkungan, donor darah, sunatan masal kampung Kukupu, buka puasa bersama panti asuhan At-Taubah dan lain-lain) serta aktif dalam kegiatan kemahasiswaan di internal kampus (debat Bussines Enterpreneurship, Bussines Plan) dan ikut ambil bagian dalam kepanitiaan kegiatan-kegiatan yang diadakan oleh Fakultas, maupun Departemen (Bank goes to campus, Extravaganza dan Espresso). Ikut serta dalam acara-acara olahraga (Sportakuler) dan seminar-seminar (Pengelolaan manajemen resiko dengan asuransi, pentingnya ISO bagi perusahaan dan lainlain) yang diadakan IPB maupun kampus lainnya. iii

6 KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Allah SWT penulis panjatkan karena berkat rahmat, karunia, hidayah, dan inayah-nya skripsi yang berjudul Kajian Proses Produksi Pupuk Urea dan Pengendalian Mutu Proses Pengemasan di PT Pupuk Kujang dapat diselesaikan dengan baik. Skripsi ini diajukan untuk melengkapi syarat memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Skripsi ini membahas pengendalian mutu yang terjadi dalam pengemasan produk dan melihat faktor-faktor apa yang mempengaruhinya. Metode yang digunakan adalah grafik Pareto, diagram Ishikawa dan grafik Kendali. Hasilnya dapat terlihat apakah pengendalian mutu tersebut terkendali atau tidaknya, sehingga perusahaan dapat menerapkan standarisasi yang bagus untuk menjaga kepercayaan konsumen terhadap produk yang dikeluarkan perusahaan. Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan pada skripsi ini. Oleh karena itu, saran dan kritik yang bersifat membangun diharapkan dariberbagai pihak, agar menjadi suatu pembelajaran bersama di kedepannya. Penulis juga memohon maaf atas kekurangan yang terdapat pada skripsi ini. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi kita semua. Amin. Bogor, September 2011 iv

7 UCAPAN TERIMA KASIH Puji syukur kehadirat Allah SWT penulis panjatkan karena berkat rahmat, karunia, hidayah, dan inayah-nya skripsi yang berjudul Kajian Proses Produksi Pupuk Urea dan Pengendalian Mutu Proses Pengemasan di PT Pupuk Kujang dapat diselesaikan dengan baik. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa penyelesaian skripsi ini tidak terlepas dari bantuan, motivasi dan kerjasama dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada: 1. Kedua orang tua tercinta, daddy Yosef Rizal, SE, Ak., MM dan mommy Drg. Adia Laksita, serta kedua adikku tersayang yaitu Yofadzka Akbar Rizal dan Yonanda Alvino Rizal yang selalu mendoakan, memberikan motivasi, bantuan moril dan materiil selama penyusunan skripsi. 2. Prof. Dr. Ir. H. Musa Hubeis, MS, Dipl. Ing., DEA sebagai pembimbing skripsi yang telah memberikan bimbingan, saran, motivasi dan pengarahan dengan penuh kesabaran kepada penulis. 3. Drs. Edward H Siregar, SE, MM dan Nurhadi Wijaya, S.Tp, MM selaku penguji sidang. 4. Dr. Ir. Jono Munandar, M.Sc. selaku Ketua Departemen Manajemen, FEM IPB. 5. Tanteku, bunda Dr. Ir. Delima Azahari, MSc yang membantu memberikan bantuan secara langsung dan tidak langsung kepada penulis agar mendapatkan kesempatan untuk dapat melakukan penelitian. 6. Pakde Dr. Ir. Bambang Drajad, Mec, yang mau melowongkan waktu untuk penulis dalam mengajarkan aspek-aspek didalam penelitian penulis. 7. Bapak Drs. A. Tossin Sutawikara, Ak. MM selaku Direktur Utama PT Pupuk Kujang dan Ir. Ade Suryanti, MM selaku Direktur SDM dan Umum PT Pupuk Kujang yang telah memberikan kesempatan penulis melakukan penelitiaan di PT Pupuk Kujang di Cikampek. 8. Bapak M. Saaf Husnu selaku Manajer PPSDM dan bapak Dadang Supriadi selaku Superintendent Bagian Rendal Produksi yang berkenan menjadi v

8 penanggung jawab lapangan, serta seluruh staf PPSDM yang telah membantu penulis dalam mengambil data lapangan maupun literatur setempat. 9. Seluruh staf Pendidik dan staf Kependidikan Departemen Manajemen FEM IPB yang sangat membantu terlaksananya perolehan ilmu dan penelitian. 10. Seluruh keluarga besar mommy dan daddy atas segala perhatian, doa dan dorongan semangat yang diberikan selama ini. 11. Arlan Adinata, SE. sahabatku semenjak TPB yang membantu dalam penyelesaian skripsi, pembelajaran di kelas dan tukar pikiran serta Adi Febrian, yang menjadi sahabat yang mendukung dalam suka-duka. 12. Sahabat-sahabatku para Lacoste (Badoq, Uki, Duta, Fiki, Edo, Arlan, Jawa, Mamat, Crist, Keken, Upeh, Celi, Una, Ira, Ima dan Anggi) yang menemani selama tiga tahun terakhir ini. 13. Teman-teman seperjuangan yang sudah lulus terlebih dahulu (Serly, Maria, Elis, Arlena, Ferlistya, Suci, Devi dan Arief) terima kasih atas dukungan dan semangatnya untuk bahu-membahu dalam penyelesaian tugas akhir. 14. Teman-teman Les Voitures yang saling berlomba untuk lulus, terutama dukungan dari Big G kepada penulis dalam tukar pikiran baik dalam hal skripsi maupun hal lainnya. 15. Seluruh teman-teman Manajemen 44 dan Mahasiswa IPB lain yang selalu mendoakan dan memberikan semangat. 16. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu. Semoga Allah membalas semua kebaikan yang telah diberikan oleh semua pihak baik yang tersebutkan maupun tidak sehingga skripsi ini selasai. Penulis menyadari masih banyaknya kekurangan dan kelemahan dalam penyusunan skripsi ini, semoga penelitian ini dapat memberikan manfaat bagi semua pihak yang memerlukannya. Bogor, September 2011 vi

9 DAFTAR ISI Halaman RINGKASAN RIWAYAT HIDUP... iii KATA PENGANTAR... iv UCAPAN TERIMA KASIH... v DAFTAR ISI... vii DAFTAR TABEL... ix DAFTAR GAMBAR... x DAFTAR LAMPIRAN... xi I. PENDAHULUAN II Latar Belakang Perumusan Masalah Tujuan Penelitian Ruang Lingkup Penelitian... 4 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pupuk Urea Proses Produksi Kemasan Manfaat Kemasan Jenis Kemasan Mutu Pengendalian Mutu Alat dan Teknik Pengendalian Mutu Statistical Quality Control Penelitian Terdahulu yang Relevan III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Penelitian Lokasi dan Waktu Penelitian Pengumpulan Data Pengolahan dan Analisis Data IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. GambaranUmumPerusahaan Tata Letak Peerusahaan Visi dan Misi Perusahaan Struktur Organisasi Perusahaan Kepegawaian Perusahaan Jam Kerja Karyawan Hak Karyawan Unit Produksi Perusahaan Unit Utilitas Unit Amonia... 28

10 4.2.3 Unit Urea Unit Bagging Alur Produksi Urea hingga Pengemasan Proses Produksi Urea di Pabrik 1B Proses Pengemasan Urea di Unit Bagging Hasil Analisis Pengolahan Data Pertama Pengolahan Data Kedua Pengolahan Data Ketiga Implikasi Manajerial KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN... 57

11 DAFTAR TABEL No. Halaman 1. Perbandingan filosofi mutu Proses pengumpulan data Intepretasi pola data sistematik Klasifikasi menurut jabatan Klasifikasi menurut lokasi Klasifikasi menurut pendidikan Alat pada Bulk Handling System Alat pada Bagging System Alat pada Bag Handling System Jumlah kesalahan dibanding total produksi Persentase kesalahan per bulan Jumlah masing-masing kesalahan per bulan... 40

12 DAFTAR GAMBAR No. Halaman 1. Kerangka pemikiran penelitian Alur produksi pupuk urea Proses sintesa Proses dekomposisi Proses recovery I Proses recovery II Proses kristalisasi Proses prilling Alur pengemasan terigu kemasan 50 kg di unit Bagging Histogram data Fluktuasi jumlah kesalahan total per bulan Grafik Pareto kesalahan di unit Bagging Fishbone diagram Batas atas dan batas bawah pengendalian perusahaan Pergerakan rataan produksi unit Bagging Berat rataan kemasan 50 kg per bulan Berat rataan yang dihasilkan per shift tiap bulan UCL dan LCL yang baru Control chart untuk Contimuous Improvement Control chart S... 52

13 DAFTAR LAMPIRAN No. Halaman 1. Uji normalitas Control chart X Control chart S Data rataan Min, max and average Data rataan kelebihan per bulan Daftar pertanyaan wawancara Struktur organisasi Tabel variasi Control Chart... 72

14 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Mutu merupakan faktor utama yang paling mempengaruhi pelanggan dalam memilih jasa atau produk suatu perusahaan. Berdasarkan hal tersebut, perusahaan perlu melaksanakan kendali mutu untuk menjaga kestabilan mutu, bahkan untuk meningkatkan produk atau jasa yang dihasilkan agar pelanggan mendapat kepuasan dan tetap loyal untuk membeli produk yang dihasilkan. Pada akhirnya tujuan dari perusahaan untuk mendapatkan keuntungan dapat terealisasi. Berawal pada tahun 1975, dengan SK Presiden No. 16 tahun 1975, pengalihan Proyek Pupuk Jatibarang ke Direktorat Jenderal Industri Kimia, Departemen Perindustrian, didirikanlah PT Pupuk Kujang tepatnya pada tanggal 9 Juni 1975 untuk pemenuhan kebutuhan pupuk urea di wilayah Jawa Barat dan sekitarnya. Pembangunan pabrik Pupuk Kujang pertama diberi nama Pabrik Kujang 1A dengan kapasitas produksi ton/tahun urea dan ton/tahun amoniak pembangunannya dilaksanakan oleh kontraktor utama Kellogg Overseas Corporation (USA) dan Toyo Engineering Corporation (Japan) yang diresmikan oleh Presiden Republik Indonesia pada tanggal 12 Desember Selanjutnya dilakukan pembangunan Pabrik Kujang 1B dengan kapasitas produksi ton/tahun urea dan ton/tahun amonia dilaksanakan oleh kontraktor utama Toyo Engineering Corporation (TEC) Jepang dan didukung oleh 2 (dua) kontraktor dalam negeri yaitu PT Rekayasa Industri dan PT Inti Karya Persada Teknik lalu diresmikan oleh Presiden Republik Indonesia pada tanggal 3 April 2006 ( 2011). Kinerja PT Pupuk Kujang pada tahun 2009 tercermin dari hasil produksi perusahaan yang berhasil memproduksi pupuk sebanyak ton atau 108,3% dibandingkan dengan produksi tahun 2008, hasil produksi tersebut terdiri dari pupuk urea ton, pupuk NPK ton dan pupuk organik ton ( 2011). 1

15 2 Pemerintah melalui Instruksi Presiden (Inpres) Nomor 2 tahun 2010 tanggal 13 April 2010 tentang Revitalisasi Industri Pupuk meminta Departemen, Badan dan Institusi terkait untuk mempercepat revitalisasi industri pupuk di Indonesia. Diharapkan adanya peningkatan daya saing industri pupuk pada tingkat nasional, regional dan global untuk pupuk jenis anorganik, organik serta pupuk hayati. Keinginan Pemerintah itu didorong dengan kenyataan yang dihadapi sekarang ini bahwa adanya kekurangan pasokan pupuk, distribusi antar daerah kurang lancar dan harga di tingkat petani sering melampaui harga eceran tertinggi (HET) yang ditetapkan Pemerintah. Menurut prediksi Kementerian Perindustrian, kebutuhan pupuk anorganik nasional di tahun 2011 adalah sebanyak 9,3 juta ton pupuk urea, 4,5 juta ton pupuk super phosphate (SP-36), 1,6 juta ton pupuk zulfur acid (ZA) dan 8,8 juta ton pupuk nitrogen phosphate kalium (NPK). Sementara proyeksi produksi nasional pada tahun yang sama adalah pupuk urea sebanyak 8,05 juta ton, pupuk SP-36 sebanyak 1,0 juta ton, pupuk ZA 0,65 juta ton dan pupuk NPK sebanyak 5,89 juta ton. Angka prediksi tersebut menunjukkan masih besarnya kesenjangan antara permintaan dan penawaran pasar terhadap pupuk di Indonesia ( 2011) Berdasarkan Nota Keuangan RAPBN TA 2011 Harga Eceran Tertinggi (HET) Pupuk seharusnya naik di kisaran 0-15,15 persen dari harga sebelumnya. Total volume pupuk bersubsidi pada tahun 2011 awalnya di rencanakan mencapai 11,2 juta ton. Namun dengan tidak naiknya HET pupuk, harga pupuk Urea Rp1.600 per kg, SP-36 Rp2.000 per kg, ZA Rp1.400 per kg dan NPK Rp2.300 per kg ( 2011). Dikarenakan biaya produksi pupuk urea yang tinggi dibandingkan HET yang dianjurkan oleh pemerintah, maka PT Pupuk Kujang diberikan subsidi oleh pemerintah sebagai bentuk kepedulian pemerintah terhadap penyediaan pupuk di kalangan masyarakat. PT Pupuk Kujang merupakan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang bergerak dibidang produksi dan

16 3 distribusi pupuk urea, sehingga PT Pupuk Kujang memberikan harga produk yang dijual menurut pemerintah sebagai bentuk subsidi pupuk Berdasarkan data di atas, dapat diketahui bahwa pangsa pasar pupuk sangat prospektif. Untuk itu, perusahaan dituntut mampu mempertahankan pangsa pasar yang telah didapatkan bahkan memperluas kemungkinan memperbesar ruang lingkup pangsa pasar yang baru demi memperkecil jarak suply-demand pupuk saat ini. Salah satu cara untuk mempertahankan pangsa pasar ini adalah dengan memperhatikan mutu produk. Subsidi yang diberikan pemerintah pada perusahaan PT Pupuk Kujang berupa amanat untuk memproduksi pupuk dengan mutu tinggi demi menjaga kepercayaan konsumen pada perusahaan dan pemerintah. Mutu merupakan faktor utama yang paling mempengaruhi pelanggan dalam memilih jasa atau produk suatu perusahaan. Berdasarkan hal tersebut, perusahaan perlu melaksanakan pengendalian mutu yang mencakup menjaga kestabilan mutu hingga meningkatkan mutu produk atau jasa yang dihasilkan agar pelanggan mendapat kepuasan. Penjagaan mutu suatu produk perlu diperhatikan beberapa unsur penting didalamnya. Salah satunya adalah proses pengemasan produk itu sendiri. Penampilan suatu produk mempunyai peran besar terhadap ketertarikan dan kepercayaan pelanggan terhadap produk tersebut Perumusan Masalah 1. Bagaimana pengendalian mutu pada proses pengemasan pupuk urea dilakukan? 2. Apakah yang paling mempengaruhi proses pengemasan pupuk urea PT Pupuk Kujang? 3. Apakah pengendalian mutu pada proses pengemasan produksi pupuk urea tersebut terkendali ataupun tidak terkendali? 1.3. Tujuan Penelitian 1. Menganalisis pengendalian mutu pada proses pengemasan pupuk urea di PT Pupuk Kujang.

17 4 2. Mengidentifikasikan hal-hal yang mempengaruhi mutu pengemasan pupuk urea PT Pupuk Kujang. 3. Mengkaji pengendalian mutu pada proses pengemasan tersebut terkendali atau tidak terkendali Ruang Lingkup Ruang lingkup penelitian ini terbatas pada kajian proses produksi pengemasan pupuk urea pada pabrik 1B Kujang dan pengendalian mutu yang diterapkan pada kegiatan pengemasan produk dalam kemasan 50 kg pada divisi Bagging, PT Pupuk Kujang.

18 II.TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pupuk Urea Pupuk adalah suatu bahan yang mengandung satu atau lebih unsur hara bagi tanaman. Bahan tersebut berupa mineral atau organik, dihasilkan oleh kegiatan alam atau diolah oleh manusia di pabrik. Unsur hara yang diperlukan oleh tanaman adalah C, H, O (ketersediaan di alam masih melimpah), N, P, K, Ca, Mg, S (hara makro, kadar dalam tanaman > 100 ppm), Fe, Mn, Cu, Zn, Cl, Mo, B (hara mikro, kadar dalam tanaman < 100 ppm). Ke-13 unsur hara tersebut sangat terbatas jumlahnya dan cenderung asupannya kurang di dalam tanah. Hal ini dapat diakibatkan karena sudah habis tersedot oleh tanaman saat diberlakukannya proses cocok tanam tanpa diimbangi dengan pemupukan (Marsono, 2001). Mutu pupuk atau grade fertilizer artinya angka yang menunjukkan kadar hara tanaman utama (N, P dan K) yang dikandung oleh pupuk yang dinyatakan dalam prosen N total, P2O5 dan K2O. Misalnya pupuk Rustika Yellow , berarti kadar N 15%, P2O5 10% dan K2O 12% ( 2011). Perbandingan pupuk atau ratio fertilizer ialah perbandingan unsur N, P dan K yang dinyatakan dalam N total, P2O5 dan K2O merupakan penyederhanaan dari grade fertilizer. Misalnya grade fertilizer berarti ratio fertilizer 4:3:5. Mixed ferilizer atau pupuk campur ialah pupuk yang berasal dari berbagai pupuk yang kemudian dicampur oleh pemakainya. Misalnya, pupuk Urea, TSP dan KCl dicampur menjadi satu dengan perbandingan tertentu sesuai dengan mutu yang diinginkan. Hal ini berbeda dengan pupuk majemuk yaitu pupuk yang mempunyai 2 (dua) atau lebih hara tanaman dibuat langsung dari pabriknya. Pupuk Urea adalah pupuk kimia yang mengandung Nitrogen (N) berkadar tinggi. Unsur nitrogen merupakan zat hara yang sangat diperlukan tanaman. Pupuk urea berbentuk butir-butir kristal berwarna putih, dengan rumus kimia NH 2 CONH 2, merupakan pupuk yang mudah larut dalam air dan sifatnya sangat mudah menghisap air (higroskopis), karena itu sebaiknya disimpan di tempat kering dan tertutup rapat dengan suhu ruangan. Pupuk 5

19 6 urea mengandung unsur hara N sebesar 46% dengan pengertian setiap 100 kg urea mengandung 46 kg Nitrogen. Unsur hara nitrogen yang terkandung dalam pupuk urea memiliki kegunaannya bagi tanaman yaitu, membuat daun lebih banyak mengandung butir hijau daun (chlorophyl), dapat mempercepat pertumbuhan tanaman, dapat menambah kandungan protein tanaman dan dapat dipakai untuk semua jenis tanaman, baik tanaman pangan, holtikultura, tanaman perkebunan, usaha peternakan dan usaha perikanan ( 2011) Proses Produksi Produksi merupakan suatu kegiatan yang dikerjakan untuk menambah nilai guna suatu benda atau menciptakan benda baru, sehingga lebih bermanfaat dalam memenuhi kebutuhan. Kegiatan menambah daya guna suatu benda tanpa mengubah bentuknya dinamakan produksi jasa. Sedangkan kegiatan menambah daya guna suatu benda dapat mengubah sifat dan bentuknya dinamakan produksi barang. Produksi bertujuan untuk memenuhi kebutuhan manusia untuk mencapai kemakmuran. Kemakmuran dapat tercapai, jika tersedia barang dan jasa dalam jumlah mencukupi. Salah satu yang dilakukan dalam proses produksi adalah menambah nilai guna suatu barang atau jasa. Dalam kegiatan menambah nilai guna barang atau jasa ini, dikenal 5 (lima) jenis kegunaan, yaitu guna bentuk, guna jasa, guna tempat, guna waktu dan guna milik. Sistem produksi adalah suatu gabungan dari komponen-komponen yang saling berhubungan dan saling mendukung untuk melaksanakan proses produksi dalam suatu perusahaan. Komponen atau unsur struktural yang membentuk sistem produksi terdiri dari bahan (material), mesin dan peralatan, tenaga kerja, modal, energi, informasi dan tanah. Sedangkan komponen atau unsur fungsional terdiri dari penyelia, perencanaan, pengendalian, koordinasi dan kepemimpinan yang semuanya berkaitan dengan manajemen dan organisasi. Jenis-jenis proses produksi ada berbagai macam bila ditinjau dari berbagai segi. Proses produksi dilihat dari wujudnya terbagi menjadi proses kimiawi, proses perubahan bentuk, proses assembling, proses transportasi dan

20 7 proses penciptaan jasa-jasa adminstrasi (Ahyari, 1986). Proses produksi dilihat dari arus atau flow bahan mentah sampai menjadi produk akhir, terbagi menjadi dua yaitu proses produksi terus-menerus (Continous processes) dan proses produksi silih berganti (Intermittent processes). Perusahaan menggunakan proses produksi terus-menerus apabila di dalam perusahaan terdapat urutan-urutan yang pasti sejak dari bahan mentah sampai proses produksi akhir. Proses produksi terputus-putus, apabila tidak terdapat urutan atau pola yang pasti dari bahan baku sampai dengan menjadi produk akhir atau urutan selalu berubah (Ahyari, 1986) Kemasan Kemasan adalah suatu komponen yang berfungsi untuk menempatkan suatu hasil pengolahan produk, sehingga mempunyai bentuk yang memudahkan dalam penyimpanan, pengangkutan dan pendistribusian dari produsen ke tangan konsumen serta dapat memberikan perlindungan terhadap mutu produk yang dikandungnya sekaligus melindungi bahan dan barang di dalamnya terhadap kontaminasi dari luar. Unsur-unsur yang terdapat pada kemasan, yaitu segala sesuatu yang tercantum pada suatu kemasan, baik yang terlihat seperti ukuran, desain, warna dan bahan maupun hal-hal yang terdapat dalam kemasan seperti komposisi, manfaat, tanggal kadaluarsa, harga, takaran, cara penggunaan dan sebagainya Manfaat Kemasan Pemberian kemasan pada suatu produk dapat memberikan tiga (3) manfaat (Kotler, 1997), yaitu: 1. Manfaat Komunikasi. Sebagai media pengungkapan informasi produk kepada konsumen (cara penggunaan produk, komposisi dan informasi khusus). 2. Manfaat Fungsional Sebagai pemastian peranan fungsional penting, seperti memberikan kemudahan, perlindungan dan penyimpanan.

21 8 3. Manfaat Perseptual Kemasan bermanfaat dalam menanamkan persepsi tertentu dalam benak konsumen Jenis Kemasan 2.4. Mutu Setidaknya ada beberapa jenis kemasan yang secara bentuk dan fungsinya berbeda-beda berdasarkan kebutuhannya. Menurut Kotler (1997). Kemasan dibagi tiga (3) tingkatan, yaitu: 1. Kemasan primer berfungsi sebagai wadah kemasan yang langsung menyentuh produk bersangkutan. 2. Kemasan sekunder mengacu pada bahan yang melindungi kemasan primer dan dibuang kalau produk tersebut hendak digunakan. 3. Kemasan pengiriman, mengacu pada kemasan yang diperlukan untuk menyimpan, identifikasi atau transportasi. Menurut beberapa tokoh manajemen mutu, definisi ataupun pengertian mutu dapat ditinjau dari beberapa aspek. Dari sekian banyak ahli yang terkenal, ada 3 (tiga) tokoh yang terkenal dalam perkembangan filosofi mutu, yaitu Edward Deming, Philip B. Crosby dan Joseph M. Juran. Perbandingan filosofi mutu masing-masing ahli akan dijelaskan dalam Tabel 1. Tabel 1. Perbandingan filisofi mutu No Keterangan Deming Crosby Juran 1 Definisi Mutu Keseragaman produk yang dapat diprediksi Kesesuaian dengan keperluan Kesesuaian produk dengan penggunaan 2 Tanggungjawab manajemen senior Menciptakan budaya mutu 3 Pendekatan strategik terhadap sistem mutu Perhatian untuk menciptakan sistem mutu secara menyeluruh Menciptakan struktur untuk perbaikan terusmenerus 4 Dasar perbaikan Secara terus-menerus untuk mengurangi penyimpangan 5 Pengukuran mutu Menghilangkan cacat dan menurunkan biaya mutu Perbaikan mutu secara terstruktur Perbaikan proses Menghilangkan cacat dan mutu bebas cacat Manajemen mendukung perencanaan, pengendalian dan perbaikan mutu Dewan mutu memberikan petunjuk untuk proses perbaikan terus-menerus Pendekatan proyek Mutu adalah mengukur berbagai penyimpangan

22 9 Lanjutan Tabel 1. No Keterangan Deming Crosby Juran 6 Perbaikan proses terusmenerus Continuous Quality Improvement 7 Pendidikan dan pelatihan 8 Menghilangkan penyebab masalah 9 Penyusunan tujuan atau sasaran 10 Rencana struktural Continuous Quality Improvement dengan P-D-C-A (Plan-Do- Check-Action) Mendukung pendidikan dan pelatihan dalam Deming s 14 Points Memisahkan penyebab umum (tidak dapat dihilangkan) dan penyebab khusus (dapat dihilangkan), serta digunakan teknik-teknik statistika untuk identifikasi Menekankan pada Continuous Quality Improvement dan tidak melihatnya sebagai sasaran jangka pendek Deming s 14 Points untuk Quality Improvement dan menekankan penggunaan alat statistik pada semua level 11 Kerja tim Partisipasi karyawan dalam pengambilan keputusan 12 Biaya mutu Tidak ada yang optimum, perbaikan terus-menerus dan berkesinambungan Mendukung pendidikan dan pelatihan dengan 8 (delapan) langkah mengenai pendidikan mutu Harus diambil tindakan perbaikan bila ada kesalahan Sasaran baru dapat dicapai setelah 30, 60 atau 90 tahun Menekankan pada perubahan budaya Tim quality improvement, dewan mutu Biaya ketidaksesuaian, mutu adalah bebas Continuous Quality Improvement dalam perencanaan, pengendalian dan perbaikan mutu Mendukung pendidikan dan pelatihan secara implisit dan eksplisit dalam langkahlangkah Juran Memisahkan penyebab umum (tidak dapat dihilangkan) dan penyebab khusus (dapat dihilangkan), serta digunakan teknik-teknik statistika untuk identifikasi Pendekatan yang sesuai dengan Management by Objective (MBO) Menekankan pada quality improvement dengan pendekatan proyek demi proyek Pendekatan tim dan gugus kendali mutu Mutu tidak bebas, ada suatu yang optimum Meskipun tidak ada definisi mutu yang diterima secara universal, namun dari ketiga (3) definisi di atas terdapat beberapa persamaan, yaitu unsur-unsur berikut (Ariani, 2002): 1. Mutu mencakup usaha memenuhi atau melebihi harapan pelanggan. 2. Mutu mencakup produk, tenaga kerja, proses dan lingkungan.

23 10 3. Mutu merupakan kondisi yang selalu berubah (misal apa yang dianggap merupakan mutu saat ini, mungkin dianggap kurang bermutu pada masa mendatang) Pengendalian Mutu Definisi pengendalian mutu adalah alat bagi manajemen untuk memperbaiki mutu produk bila diperlukan, mempertahankan mutu yang sudah tinggi dan mengurangi jumlah bahan yang rusak. Pengendalian mutu merupakan upaya mengurangi kerugian-kerugian akibat produk rusak dan banyaknya sisa produk atau scrap (Handoko, 2000). Pengendalian mutu merupakan alat penting bagi manajemen produksi pengemasan produk untuk menjaga, memelihara, memperbaiki dan mempertahankan mutu produk agar sesuai dengan standar yang telah ditetapkan. Pengendalian mutu harus dapat mengarahkan beberapa tujuan terpadu, sehingga konsumen puas menggunakan produk, baik barang atau jasa perusahaan. Faktor-faktor yang mempengaruhi mutu produksi menurut Handoko (2000), secara langsung dipengaruhi oleh sembilan bidang dasar yang dikenal sebagai 9M, yaitu market (pasar), money (uang) management (manajemen), man (manusia), motivation (motivasi), material (bahan), machines and mechanization (mesin dan mekanisme), modern information method (metode informasi mesin) dan mounting product requirements (persyaratan proses produk). Mutu produksi agar sesuai dengan yang direncanakan, maka perlu diperhatikan standar berikut (Prawirosentono, 2004): 1. Bahan baku Bahan baku merupakan salah satu faktor yang perlu ditentukan standarnya. Penetapan standar bahan baku ini dapat digunakan sebagai pedoman atas petunjuk bagi karyawan mesin yang langsung memproses bahan baku. Jadi mutu bahan baku akan sangat baik, apabila lebih dulu ditentukan standarnya. Mutu baik mempunyai hubungan kuat dengan proses dan mutu produk akhir perusahaan.

24 11 2. Tenaga kerja Tenaga Kerja merupakan salah satu faktor terpenting dalam proses produksi, karena menentukan tercapai tidaknya standar mutu produk yang telah ditetapkan. Perlu ditentukan atau diperhatikan mengenai standar jam kerja dan standar upah. 3. Peralatan Peralatan produksi atau mesin produksi dari suatu perusahaan sangat perlu untuk ditentukan standarnya. Hal ini terkait dengan operasi perusahaan, terutama dalam penentuan tingkat operasi yang optimal. Penggunaan peralatan produksi tanpa memperhatikan standar pemakaian maksimal dari masing-masing mesin akan menimbulkan berbagai macam kesulitan, yang pada akhirnya menyebabkan produk akhir perusahaan tidak sesuai dengan standar yang telah ditentukan. 4. Proses Proses produksi dapat mempengaruhi produk dan produktivitas perusahaan, maka perlu adanya standar proses produksi. Lama waktu proses dapat direncanakan dan perusahaan dapat memperkirakan waktu penyelesaian proses dengan baik. Ada 4 (empat) langkah dalam melakukan quality control (QC) (Ariani, 2002), yaitu: 1. Menetapkan standar mutu produk yang akan dibuat. Sebelum produk bermutu dibuat oleh perusahaan dan ada baiknya ditetapkan standar yang jelas batasannya untuk mempermudah pengendalian. 2. Menilai kesesuaian mutu yang dibuat dengan standar yang ditetapkan. Sebelum produk bermutu dibuat oleh perusahaan dan sebaiknya ditetapkan standar yang jelas batasannya untuk mempermudah pengendalian. 3. Mengambil tindakan korektif terhadap masalah dan penyebab yang terjadi, dimana hal itu mempengaruhi mutu produksi. 4. Merencanakan perbaikan untuk meningkatkan mutu, bila perusahaan ingin produknya berada dalam posisi pasar yang sangat menguntungkan, maka perlu diadakan perencanaan perbaikan.

25 Alat dan Teknik Pengendalian Mutu Ariani (2002) menyatakan bahwa teknik dan alat tersebut dapat berwujud (2) jenis, yaitu menggunakan data verbal atau kualitatif dan yang menggunakan data numerik atau kuantitatif. Teknik yang menggunakan data kualitatif adalah Flow chart, Brainstorming, Diagram sebab akibat, Affinity diagram dan Diagram pohon. Sedangkan yang menggunakan data kuantitatif, adalah Lembar periksa, Diagram Pareto, Histogram, Scatter diagram, Grafik kendali dan Run chart. 1. Flow Chart Flow chart skematik atau diagram skematik adalah yang menunjukkan seluruh langkah dalam suatu proses. Dalam diagram ini ditunjukkan bagaimana langkah itu saling berinteraksi satu sama lain. Flow chart digambarkan dengan simbol-simbol dan setiap orang yang bertanggungjawab untuk memperbaiki suatu proses harus mengetahui seluruh langkah dalam proses tersebut. 2. Brainstorming Brainstorming adalah cara untuk memacu pemikiran kreatif guna mengumpulkan ide-ide dari suatu kelompok dalam waktu yang relatif singkat. 3. Diagram Sebab Akibat (Cause and Effect Diagram) Diagram sebab akibat disebut Ishikawa diagram, karena dikembangkan oleh Dr. Kaoru Ishikawa. Diagram tersebut juga disebut Fishbone diagram, karena berbentuk seperti kerangka ikan. Diagram Sebab Akibat digunakan untuk mengidentifikasi kategori dan sub kategori sebab-sebab yang mempengaruhi suatu karakteristik mutu tertentu. 4. Affinity Diagram Affinity diagram menggunakan hasil brainstorming untuk mengorganisasikan informasi, sehingga mudah dipahami untuk perbaikan proses. Affinity diagram ini berguna untuk menyaring data yang berjumlah besar dan menciptakan pola pikir baru.

26 13 5. Diagram Pohon (Tree Diagram) Tree diagram atau diagram pohon adalah alat yang digunakan untuk menghubungkan tujuan yang harus ditempuh dengan tugas yang harus dilaksanakan untuk mencapai tujuan tersebut. 6. Lembar Periksa (Checksheet) Checksheet adalah alat yang sering digunakan untuk menghitung seberapa sering sesuatu itu terjadi dan sering digunakan dalam pengumpulan dan pencatatan data. Data yang sudah terkumpul tersebut kemudian dimasukkan kedalam grafik seperti diagram Pareto ataupun Histogram, untuk kemudian dilakukan analisis terhadapnya. Selain Checksheet, penggumpulan data dapat juga menggunakan datasheet. Pada datasheet, data khusus dicatat dalam ruangan pada lembar kerja. 7. Diagram Pareto (Pareto Diagram) Diagram ini digunakan untuk menentukan pentingnya atau prioritas kategori kejadian yang disusun menurut ukurannya atau sebab-sebab yang akan dianalisis, sehingga dapat memusatkan perhatian pada sebab-sebab yang mempunyai dampak terbesar. 8. Histogram Histogram adalah alat yang digunakan untuk menunjukkan variasi data pengukuran dan variasi setiap proses. Berbeda dengan Pareto chart yang penyusunannya menurut urutan yang memiliki proporsi terbesar kekiri hingga proporsi terkecil, maka histogram dalam penyusunannya tidak menggunakan urutan apapun. 9. Scatter Diagram Scatter diagram adalah gambaran yang menunjukkan kemungkinan hubungan (korelasi) antara pasangan 2 (dua) macam peubah dan menunjukkan keeratan hubungan antara 2 (dua) peubah tersebut yang sering diwujudkan sebagai koefisien korelasi. Diagram ini berupa titik yang menghubungkan paling tidak 2 (dua) peubah X dan Y yang menunjukkan keeratannya, sehingga dapat dilihat apakah suatu kesalahan dapat disebut berhubungan.

27 Run Chart Run chart adalah grafik yang menunjukkan variasi ukuran sepanjang waktu, kecenderungan, daur, dan pola pola lain dalam suatu proses dan membandingkan kinerja beberapa kelompok, tetapi tanpa menyebutkan sebab-sebab terjadinya kecenderungan, daur, atau pola-pola tersebut. 11. Grafik Kendali Grafik kendali adalah grafik yang digunakan untuk menentukan apakah suatu proses berada dalam keadaan in control atau out control. Batas pengendalian yang meliputi batas atas (upper control limit) dan batas bawah (lower control limit) dapat menggambarkan performansi yang diharapkan dari suatu proses konsisten Statistical Quality Control Perangkat ini merupakan teori peluang dalam pengujian atau pemeriksaan contoh Statistical Quality Control (SQC) dari metode statistik untuk mengumpulkan dan menganalisis data hasil pemeriksaan terhadap contoh dalam kegiatan pengawasan mutu produk. SQC dilakukan dengan pengambilan mutu dari populasi dan menarik kesimpulan berdasar karakteristik contoh tersebut secara statistik (statistical inference). SQC tidak menciptakan risiko, ataupun menghilangkan resiko. Tujuan SQC adalah menunjukkan tingkat reliabilitas contoh dan bagaimana cara mengawasi risiko (Handoko, 2000). Pengendalian mutu statistik (statistical quality control) secara garis besar digolongkan menjadi 2 (dua), yaitu pengendalian proses statistik (statistical process control) atau yang sering disebut control chart dan rencana penerimaan contoh produk atau yang sering dikenal dengan acceptance sampling (Ariani, 2002). Jadi SQC dapat digunakan sebagai alat untuk mencegah kerusakan dengan dengan cara menolak (reject) dan menerima (accept) berbagai produk yang dihasilkan mesin dalam proses produksi, sekaligus upaya efisiensi biaya yang dikeluarkan (Prawirosentono, 2004).

28 Penelitian Terdahulu yang Relevan Batarfie (2006), dengan penelitian berjudul Analisis Pengendalian Mutu pada Proses Produksi Air Minum dalam Kemasan (AMDK) SBQUA. Studi Kasus di PT Sinar Bogor QUA, Pajajaran, Bogor menyimpulkan bahwa pengendalian mutu pada PT SBQUA terbagi menjadi empat (4) tahap, yaitu pengendalian mutu bahan baku, pengendalian mutu dalam proses, pengendalian mutu produk jadi, dan pengendalian mutu kemasan. Dari diagram sebab akibat diperoleh faktor-faktor yang mempengaruhi mutu dari AMDK, yaitu bahan baku, mesin/alat, kemasan, lingkungan, metode, dan karyawan. Parameter yang diuji melalui bagan kendali X dan R, yaitu ph, turbidity (kekeruhan) dan total dissolved solid. Risiana (2007) dengan penelitian berjudul Analisis Pengendalian Mutu Pada Proses Produksi Pressure Tank PH 100 (Studi Kasus di CV Saga Multi Industri, Sukabumi), dengan menggunakan data SQC dan Analytical Hierarchy Process (AHP) mendapatkan hasil tentang proses produksi dan pelaksanaan manajemen mutu, mengidentifikasi penyebab kesalahan produksi, keterkendaliannya proses produksi dan rekomendasi-rekomendasi yang disarankan pada perusahaan.

29 III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Penelitian Produksi merupakan sebuah siklus yang dilakukan oleh perusahaan dalam penyediaan barang atau jasa yang akan ditawarkan kepada pasar demi keberlangsungan bisnis perusahaan tersebut. Begitu pula dengan PT. Pupuk Kujang yang memproduksi barang berupa berbagai jenis pupuk dan diversifikasi produk lainnya dalam beberapa bentuk dan ukuran. Konsumen tertarik membeli hasil produksi perusahaannya jika perusahaan menetapkan standarisasi dalam mengklasifikasi produk sesuai kebutuhan dan pangsa pasarnya. Mutu produk PT. Pupuk Kujang telah ditunjang manajemen yang handal berupa ISO 9001:2000, ISO 14001:2004, SMK3, GCG dan Manajemen Risiko yang otomatis membuat brand imaging perusahaan di masyarakat berkembang ke arah positif. Standarisasi dan metode pengendalian mutu yang digunakan perusahaan dapat diketahui pada Gambar 2 disajikan kerangka pemikiran penelitian yang dimaksud. PT Pupuk Kujang Proses Produksi Proses Pengemasan Produk Proses Pengendalian Mutu Grafik Kendali Diagram Pareto Diagram Sebab-Akibat Terkendali atau Tidak Terkendali Faktor yang Paling Mempengaruhi Mutu Penyebab Masalah Mempertahankan Grade Pengendalian Mutu Gambar 1. Kerangka pemikiran penelitian Umpan balik 16

30 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di PT Pupuk Kujang Jl. A. Yani no. 39, Cikampek , Jawa Barat. Waktu pelaksanaan penelitian selama dua (2) bulan, terhitung mulai tanggal 30 April 2011 sampai 31 Juli Pengumpulan Data Kegiatan pengumpulan data dilakukan dengan mengumpulkan data primer dan sekunder (Tabel 2). Data primer diperoleh dari wawancara dengan pihak manajemen perusahaan. Data sekunder berupa data gambaran umum perusahaan, data divisi produksi, data standar mutu, data hasil pengukuran yang berkaitan dengan standar mutu dan literatur-literatur perusahaan lainnya yang dibutuhkan dalam penelitian. Tabel 2. Proses pengumpulan data No Tujuan penelitian Sumber data 1 Mengetahui proses produksi pada pengemasan pupuk organik dan pelaksanaan manajemen pengendalian mutu di PT. Pupuk Kujang. 2 Mengidentifikasi permasalahan produksi dan penyebab dari permasalahan tersebut dalam proses pengemasan pupuk organik PT. Pupuk Kujang. Bagian produksi dan bagian quality control (QC) Bagian QC Data yang dibutuhkan 1. Proses produksi 2. Sistem pengendalian mutu 1.Jenis-jenis permasalahan 2.Penyebab timbulnya permasalahan Metode pengumpulan data 1. Pengamatan 2. Wawancara 3. Data sekunder 1. Wawancara 2. Data sekunder Metode analisis 1.Studi literatur perusahaan 2. Analisis deskriptif 1.Analisis Pareto 2.Analisis sebab akibat Arah analisis (output) 1.Mengetahui langkah produksi 2.Mengetahui pelaksanaan manajemen pengendalian mutu 1.Mengetahui masalah yang sering terjadi dalam proses produksi 2.Mengetahui akar penyebab masalah 3 Menganalisis keterkendalian proses produksi dalam pengemasan pupuk organik PT. Pupuk Kujang. Bagian QC Data hasil pengukuran yang berkaitan dengan standar mutu Data sekunder Analisis bagan kendali Mengetahui keterkendalian proses produksi, apakah in control atau out control 3.4. Pengolahan dan Analisis Data 1. Grafik Kendali Suatu proses dikatakan terkendali, apabila dalam proses tersebut hanya terdapat variasi penyebab umum dan proses dikatakan tidak terkendali, apabila terdapat penyebab khusus yang terjadi dalam proses tersebut.

31 18 Untuk menganalisis keterkendalian proses digunakan grafik kendali X dan R. Grafik ini digunakan untuk menentukan apakah suatu proses berada dalam keadaan in control atau out control. Batas pengendalian yang meliputi batas atas UCL (upper control limit) dan batas bawah LCL (lower control limit) dapat membantu untuk menggambarkan performansi yang diharapkan dari suatu proses, yang menunjukkan bahwa proses tersebut konsisten. Peta kendali standar deviasi digunakan untuk mengukur tingkat keakurasian suatu proses (X dan S). Langkah-langkah pembuatan peta kendali X dan S adalah sebagai berikut: 1. Tentukan ukuran contoh/subgrup (n > 10) 2. Kumpulkan banyaknya subgrup (k) sedikitnya sub-grup 3. Hitung nilai rataan dari setiap subgrup, yaitu x 4. Hitung nilai rataan dari seluruh x, yaitu x yang merupakan garis tengah (center line) dari Grafik Kendali x 5. Hitung simpangan baku dari setiap subgrup yaitu S S = å - 2 ( X i - X ) n (1) 6. Hitung nilai rataan dari seluruh s, yaitu S yang merupakan garis tengah dari Grafik Kendali S 7. Hitung batas kendali dari Grafik Kendali x : UCL = x + LCL = x dimana Sehingga : 3 C 4* 3.* S C4* 3.* S C4* n n n. (2)... (3) = A3. (4) UCL = x + (A3 * S). (5) LCL = x (A3 * S). (6)

32 19 8. Hitung batas kendali untuk peta kendali S : UCL = 3* S S + (1-C4) C4 (7) 3. (1 - C4) dimana 1+ = B4.. (8) C4 LCL = 3* S S - (1-C4) C4.. (9) 3. (1 - C4) dimana 1- = B3.. (10) C4 Sehingga : UCL = B4 * S.. (11) LCL = B3 * S.. (12) 9. Petakan data X dan S pada Grafik Kendali x dan S serta amati apakah data tersebut berada dalam pengendalian atau diluar pengendalian Suatu pola dikatakan tidak terkendali menurut Montgomery (1996) jika data terdapat beberapa faktor (Tabel 3) seperti berikut ini : 1. Satu atau beberapa titik diluar batas pengendali. 2. Suatu giliran dengan paling sedikit tujuh (7) atau delapan (8), dengan macam giliran dapat berbentuk giliran naik atau turun, giliran di atas atau di bawah garis tengah atau giliran di atas atau dibawah median. 3. Dua (2) atau tiga (3) titik yang berturutan di luar batas peringatan 2- sigma, tetapi masih dalam batas pengendali. 4. Empat (4) atau lima (5) titik yang berturutan di luar batas 1-sigma. 5. Pola tidak biasa atau tidak acak dalam data. 6. Satu (1) atau beberapa titik dekat satu batas peringatan. Tabel 3. Intepretasi pola data sistematik No Pola Keterangan 1 Perubahan mendadak Satu titik berada diluar kontrol secara mendadak. 2 Siklis atau periodisitas Adanya titik-titik yang menunjukan pola perubahan yang sama sepanjang interval sama.

33 20 Lanjutan Tabel 3. No Pola Keterangan 3 Campuran atau merangkul batas kendali Adanya titik-titik yang mendekati garis batas kendali. 4 Stratifikasi atau merangkul garis pusat Adanya titik-titik yang mendekati garis pusat. 5 Pergeseran dalam tingkat proses Adanya titik-titik yang cenderung bergeser dari garis pusat.. 6 Tren Adanya kenaikan atau penurunan secara kontinu, tepatnya 6 (enam) titik menurun atau meningkat 7 Pelarian Adanya titik yang cendrung terletak pada satu sisi saja dari garis median, bila pergeseran atau pelarian mempunyai 7 (tujuh) titik atau 8 (delapan) titik atau bila 10 keluar dari 11 titik. Sumber : Trisyulianti, dkk (2003) 2. Diagram Sebab-Akibat Diagram sebab akibat digunakan untuk menganalisis persoalan dan faktor-faktor yang menimbulkan persoalan. Dalam penelitian ini diagram sebab akibat digunakan untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi mutu produksi pupuk urea dapat dilihat dari faktor 9M. a. Dapatkan kesepakatan tentang masalah yang terjadi dan ungkapkan masalah itu sebagai suatu pertanyaan masalah. b. Temukan sekumpulan penyebab yang mungkin, dengan menggunakan teknik brainstorming atau membentuk anggota tim yang memiliki ide- ide yang berkaitan dengan masalah yang sedang dihadapi. c. Gambarkan diagram dengan pertanyaan mengenai masalah untuk ditempatkan pada sisi kanan (membentuk kepala ikan) dan kategori utama, seperti bahan baku, metode, manusia, mesin, pengukuran dan lingkungan ditempatkan pada cabang utama (membentuk tulang-

34 21 tulang besar dari ikan). Kategori utama dapat diubah sesuai kebutuhan. d. Tetapkan setiap penyebab dalam kategori utama yang sesuai dengan menempatkannya pada cabang yang sesuai. e. Untuk setiap penyebab yang mungkin, tanyakan mengapa untuk menemukan akar penyebab, kemudian tulislah akar-akar penyebab itu pada cabang-cabang yang sesuai dengan kategori utama (membentuk tulang-tulang kecil dari ikan). Untuk menemukan akar penyebab, kita dapat menggunakan teknik bertanya mengapa sampai lima (5) kali. f. Interpretasi atas diagram sebab akibat itu adalah dengan melihat penyebab-penyebab yang muncul secara berulang kemudian dapatkan kesepakatan melalui konsensus tentang penyebab tersebut. Selanjutnya, fokuskan perhatian pada penyebab yang dipilih melalui konsensus. g. Terapkan hasil analisis dengan menggunakan diagram sebab akibat dengan cara mengembangkan dan mengimplementasikan tindakan korektif, serta memonitor hasil- hasil. 3. Diagram Pareto (Pareto Diagram) Diagram Pareto sebagai alat yang digunakan untuk menentukan pentingnya atau prioritas kategori kejadian yang disusun menurut ukurannya atau sebab-sebab yang akan dianalisis, sehingga dapat memusatkan perhatian pada sebab-sebab yang mempunyai dampak terbesar terhadap kejadian tersebut (Ariani, 2002). Rincian pelaksanaan sebagai berikut: a. Menentukan metode atau arti dari pengklasifikasian data, misalnya berdasarkan masalah, penyebab, jenis ketidaksesuaian, dan sebagainya. b. Menentukan satuan yang digunakan untuk membuat urutan karakteristik-karakteristik tersebut. c. Mengumpulkan data sesuai dengan interval waktu yang telah ditentukan.

35 22 d. Merangkum data dan membuat rangking kategori data tersebut dari terbesar hingga terkecil. e. Menghitung frekuensi atau persentase kumulatif yang digunakan. f. Menggambar diagram batang, menunjukkan tingkat kepentingan relatif masing-masing masalah, dengan cara mengidentifikasi beberapa hal yang penting untuk mendapat perhatian Perhitungan dan pengurutan kesalahan dapat menggunakan grafik histogram terlebih dulu, sehingga dapat dilihat faktor manakah yang paling dominan dalam kesalahan suatu produksi.

36 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum Perusahaan Pabrik Pupuk Kujang IB merupakan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang berlokasi di Desa Dawuan, Kecamatan Cikampek Kabupaten Kerawang, Propinsi Jawa Barat. Pendirian Pabrik Pupuk Kujang IB bertujuan untuk meningkatkan kemampuan PT Pupuk Kujang dalam memasok kebutuhan pupuk di Jawa Barat. Wilayah distribusi pupuk bersubsidi dari pemerintah ke 20 Kota dan Kabupaten di Jawa Barat yang meliputi Kabupaten dan Kota Bogor, Kabupaten dan Kota Sukabumi, Kabupaten dan Kota Bandung, Kabupaten dan Kota Cirebon, Kabupaten dan Kota Bekasi, Kota Depok, Kota Cimahi, Kab. Cianjur, Kabupaten Bandung Barat, Kabupaten Garut, Kabupaten Sumedang, Kabupaten Indramayu, Kabupaten Subang, Kabupaten Purwakarta, Kabupaten Karawang. Pendistribusian di Provinsi Jawa Tengah meliputi 3 (tiga) Kabupaten dan Kota, yaitu Kabupaten dan Kota Tegal, Kabupaten Brebes dan Kota Tegal. PT Pupuk Kujang yang memproduksi beberapa produknya baik untuk dijual langsung berupa produk jadi ke lini-lini pemasarannya maupun diproduksi ulang oleh PT Pupuk Kujang itu sendiri maupun dengan anak perusahaan atau perusahaan affiliasinya yaitu PT Sintas Kurama Perdana, PT Kujang Sub-Chemie Catalyst, PT Peroksida Indonesia Pratama, PT Multi Nitrotama Kimia, PT Kawasan Industri Kujang Cikampek, PT BUMN Hijau Lestari. Jenis-jenis produk yang diproduksi PT Pupuk Kujang ada tiga, yaitu pupuk Urea, pupuk NPK dan pupuk Organik. Untuk itulah PT Pupuk Kujang tidak hanya menjaga reputasi perusahaan di mata konsumen, tetapi di mata perusahaan-perusahaan mitra lainnya. Dengan adanya penghargaan dan pengakuan baik secara nasional, maupun internasional, seperti ISO 9001:2008 (diaudit internal satu tahun sekali), ISO 14001:2004 (diaudit internal satu tahun sekali) dan SMK3 (sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja) yang diaudit tiga (3) 23

37 24 tahun sekali. PT Pupuk Kujang telah menjalankan kewajibannya sebagai perusahaan yang sadar akan perlindungan karyawannya dan lingkungan sekitarnya sebagaimana isu yang hangat beredar belakangan ini. Berdasarkan Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa PT Pupuk Kujang tanggal 25 Juli 1997 dan sesuai Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 1997, maka sejak tanggal tersebut PT Pupuk Kujang menjadi anak perusahaan PT Pupuk Sriwidjaja dan sesuai Akte Perubahan Notaris Imas Fatimah SH, Nomor 88 tahun 1998 tanggal 28 Maret 1998, disetujui penjualan 10 (sepuluh) lembar saham milik PT Pupuk Sriwidjaja pada PT Pupuk Kujang yang diwakili oleh Yayasan Kesejahteraan Warga Kujang (YKWK) Tata Letak Perusahaan Pabrik PT Pupuk Kujang terletak di Jalan Jenderal Ahmad Yani, Desa Dawuan, Kecamatan Cikampek, Kabupaten Karawang, Propinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi pabrik didasarkan pertimbangan berikut: 1. Dekat dengan sumber bahan baku gas alam di Cilamaya. 2. Dekat dengan sumber air tawar di Waduk Curug. 3. Dekat dengan sumber tenaga listrik di Jatiluhur. 4. Tersedianya jalur angkutan darat seperti jalan raya dan jalan tol. 5. Tersedianya sungai pembuangan di Cikaranggelam. Kawasan PT Pupuk Kujang memiliki luas area sekitar 727,5 Ha yang terdiri atas daerah pabrik seluas ± 60 Ha, daerah perumahan seluas ± 60 Ha, daerah perkantoran dan sarana penunjang lainnya seluas ± 230 Ha serta Kawasan Industri Kujang Cikampek (KIKC) seluas ± 377,5 Ha. Kawasan pabrik terdiri dari pabrik amonia, urea, utilitas dan pengantonggan yang saling tersusun berdasarkan keterkaitan proses. Tata letak dirancang agar air buangan yang keluar dari lingkungan pabrik dianggap tidak membahayakan lingkungan sekitarnya. Tata letak pabrik atau plant lay out perlu dirancang dengan tujuan berikut: 1. Pengelolaan produk dapat efisien. 2. Memudahkan penanggulangan bahaya yang mungkin terjadi.

38 25 3. Mencegah polusi gas maupun suara. 4. Memudahkan jalan keluar dan masuk kendaraan di area pabrik Visi dan Misi Perusahaan Visi perusahaan yaitu menjadi industri pendukung pertanian dan petrokimia yang efisien dan kompetitif di pasar global, sedangkan misi perusahaan dibagi menjadi 4 (empat) kriteria, yaitu: 1. Mendukung Program Ketahanan Pangan Nasional. 2. Mengembangkan Industri Agrokimia dan Petrokimia yang berbasis Sumber Daya Alam yang ramah lingkungan. 3. Memanfaatkan sumber daya tersedia untuk menghasilkan produk yang bermutu tinggi dan berdaya saing kuat. 4. Mendukung pengembangan perekonomian nasional dan perekonomian daerah melalui pemberdayaan masyarakat sekitar perusahaan Struktur Organisasi Perusahaan PT Pupuk Kujang merupakan BUMN di bawah Departemen Perindustrian dan Direktorat Industri Kimia Dasar yang seluruh modalnya adalah milik pemerintah. Struktur organisasi yang berlaku saat ini adalah berdasarkan Surat Keputusan Direksi No.014/SK/DU/X/2004, tanggal 18 Oktober Berdasarkan surat keputusan tersebut, struktur organisasi PT Pupuk Kujang dikepalai oleh Direktur Utama dan membawahi 3 (tiga) direktur lainnya, yaitu Direktur Produksi, Teknik dan Pegembangan, Direktur Sumber daya Manusia dan Umum, serta Direktur Komersil yang masing membawahi beberapa kompertemen terkait (keterangan lebih lanjut lihat Lampiran 8) Kepegawaian Perusahaan Jumlah tenaga kerja yang dimiliki PT Pupuk Kujang, terhitung bulan Mei 2011 adalah orang dengan rincian menurut klasifikasinya seperti dimuat pada Tabel 4. Sedangkan lokasi kantor dan klasifikasi pendidikan pegawai dapat dilihat pada Tabel 5 6.

39 26 Tabel 4. Klasifikasi menurut jabatan No Jabatan Tetap TR Honorer Jumlah orang A Direksi B Staf Ahli Ka. Kompartemen Staf Setingkat Ka. Biro/Divisi Staf Setingkat Ka. Bagian/Dinas Ass. Kepala Dinas Staf Setingkat Kepala Seksi/Bid Staf Setingkat Sekr Direksi/Komp Staf/Trainee I. Jumlah Pejabat Struktural II. Jumlah pejabat fungsional Jumlah Pejabat (I+II) 5.1 Pelaksana Utama/Senior 5.2 Pelaksana I Pelaksana II Pelaksana III Pekarya Sub Jumlah Jumlah Tabel 5. Klasifikasi menurut lokasi Lokasi Kantor Tetap TR Honorer Jumlah Pupuk Kujang Cikampek Karyawan alih tugas Pupuk Kujang Jakarta Jumlah Tabel 6. Klasifikasi menurut pendidikan No Pendidikan Jumlah 1 Pacsa Sarjana 38 2 Sarjana Sarjana Muda SMA (DI & DII) SMP 12 6 SD 11 Jumlah Jam Kerja Karyawan Berdasarkan waktu kerjanya, karyawan dapat dibedakan menjadi karyawan regular dan shift. Karyawan regular adalah mereka yang tidak terlibat langsung dalam kegiatan produksi maupun pengamatan pabrik dan biasanya karyawan tingkat staf ke atas. Jam kerja karyawan regular adalah :

40 27 1. Hari Senin sampai Kamis: jam Istirahat: jam Hari Jumat: jam Istirahat: jam Hari Sabtu dan Minggu libur Karyawan shift adalah yang terlibat langsung dalam kegiatan produksi dan pengamanan pabrik. Jam kerja shift dapat diatur sebagai berikut : 1. Shift pagi: jam Shift sore: jam Shift malam: jam Hak Karyawan Sistem penggajian yang diterapkan di PT Pupuk Kujang dibedakan menjadi 2 (dua), yaitu: 1. Karyawan tetap. Karyawan yang bekerja karena ikatan dinas maupun karyawan honorer, gaji diberikan akhir bulan. Gaji ini meliputi tunjangan isteri, anak, kesehatan, perumahan dan lain-lain. 2. Karyawan tenaga harian lepas, gaji diberikan dua (2) mingguan, yaitu setiap tanggal 5 dan 20. Besarnya gaji ini tergantung banyak sedikitnya jam kerja masing-masing karyawan. Selain gaji rutin seperti tersebut di atas, setiap karyawan akan mendapat bonus keuntungan yang besarnya tergantung kepada laju produksi. Masalah keselamatan kerja juga menjadi salah satu hak karyawan terutama pengoperasian pabrik, baik untuk melindungi keselamatan karyawan sendiri maupun demi keselamatan dan kelangsungan pabrik. Hal ini ditunjang dengan adanya Undang- Undang No. 1 tahun 1970 yang menetapkan bahwa setiap tenaga kerja berhak mendapat pekerjaan demi kesejahteraan hidup dan peningkatan produktivitas nasional.

41 Unit Produksi Perusahaan PT Pupuk Kujang memiliki empat (4) unit produksi yang masingmasing memiliki fungsi berbeda, namun tetap berhubungan antar satu dan yang lainnya, yaitu unit utilitas, unit amonia, unit urea dan unit bagging. Lokasi masing-masing unitnya terpisah-pisah dikarenakan proses kerjanya membutuhkan ruang yang berbeda antar satu dengan yang lainnya. PT Pupuk Kujang mengadakan PERTA (perbaikan tahunan) untuk menjaga kredibilitas mesin operasi dan kegunaan struktur penunjang fungsional pabrik-pabrik yang terus menerus beroprasi selama 24 jam. Perbaikan ± dilakukan selama 2 (dua) minggu Unit Utilitas Unit utilitas berfungsi untuk menyediakan bahan baku penunjang untuk kebutuhan proses produksi di seluruh pabrik PT. Pupuk Kujang IB dan pengolahan limbah pabrik. Unit ini mengelola dan menyediakan sarana untuk menunjang unit-unit lain dan berfungsi juga untuk mengawasi proses produksi suatu pabrik. Unit Utilitas ini terdiri dari 8 (delapan) unit utama, yaitu: 1. Unit water intake. 2. Unit pengolahan air. 3. Unit pembangkit steam. 4. Unit pembangkit listrik. 5. Unit pengolahan air pendingin (cooling water). 6. Unit pengolahan udara pabrik dan udara instrumen. 7. Unit gas metering system. 8. Unit pengolahan limbah (waste water treatment) Unit Amonia Pabrik amonia PT Pupuk Kujang menggunakan Low Process Energi yang dilisensi oleh Kellog Brown & Root, inc. Produk yang dihasilkan berupa amonia cair dengan kapasitas terpasang ton per hari. Unit produksi ini berfungsi untuk mengolah gas alam menjadi amonia dan karbondioksida (CO 2 ) yang akan digunakan sebagai bahan baku dalam pembuatan urea. Unit amonia menggunakan bahan baku

42 29 utama berupa gas alam, air, dan udara. Untuk gas alam diperoleh dari 3 (tiga) sumber, yaitu Offshore Arco, L. Parigi dan Mundu. Unit produksi amonia ini terdiri dari 8 (delapan) unit, yaitu: 1. Unit pemurnian gas alam. 2. Unit pembuatan gas sintesis. 3. Unit pemurnian gas sintesis. 4. Unit sintesis amonia. 5. Unit purifikasi dan refrigerasi amonia. 6. Unit ammonia recovery. 7. Unit hydrogen recovery dan purge gas recovery. 8. Unit process condensate stripping Unit Urea Unit urea adalah unit yang mengubah bahan baku dari unit amonia, seperti amonia cair dan gas karbondioksida yang akan menghasilkan urea, ammonium karbamat, biuret, air dan excess amonia. Proses yang digunakan adalah ACES 21, dengan kapasitas terpasang ton per hari. Produk urea yang dihasilkan memiliki kandungan nitrogen 46%. Unit ini terdiri dari 6 (enam) unit utama, yaitu: 1. Unit Synthesis Loop. 2. Unit Purification. 3. Unit Concentration. 4. Unit Prilling. 5. Unit Recovery. 6. Unit Process Condensate Treatmen Unit Bagging Unit yang terakhir adalah unit pengantongan yang berfungsi untuk mengelola butiran urea dari prilling tower lalu dikemas ke dalam karung plastik untuk kemudian dipasarkan atau disimpan di gudang. Unit ini terdiri dari 3 (tiga) unit utama, yaitu: 1. Unit Bulk handling System. 2. Unit Bagging System. 3. Unit Bag Handling System.

43 Alur Produksi Urea hingga Pengemasan Produksi dari urea hingga dikemas di dalam kemasan karung, ukuran 50 kg atau 1 (satu) ton, mengalami berbagai macam proses kimiawi, sehingga dari bahan baku urea berupa gas alam, air dan udara, menjadi pupuk urea yang berbentuk padat sehingga siap dijual ke konsumen atau perusahaan lain yang menjadikan pupuk urea sebagai bahan baku pembuat produk lainnya. Diagram alir produksi pupuk urea dilakukan di pabrik 1B, dengan menggunakan Process ACES 21, yaitu teknologi recyle larutan stripping yang terukur. Sedangkan pada proses pengemasan, unit bagging menggunakan 12 bin yang digunakan untuk mengemas urea ke dalam karung. Saat ini sebanyak 6 (enam) lini yang digunakan per produksi, dikarenakan lini yang lainnya diistirahatkan untuk dirotasi nantinya Proses Produksi Urea di Pabrik 1B Dalam proses produksi urea di pabrik 1B, terdapat 5 (lima) seksi yang bertugas untuk memproduksi urea, yaitu seksi Synthesis, seksi Purifikasi, seksi Konsentrasi dan Prilling, seksi Recovery dan yang terakhir seksi Process Condensate Treatment. Secara garis besarnya gambar alur produksi urea akan melewati kelima (5) tahapan seperti dimuat pada Gambar 2. Gambar 2. Alur produksi pupuk Urea

44 31 Beberapa seksi yang mencakup di dalam pabrik urea 1B untuk proses pembuatan pupuk urea adalah seksi synthesis, seksi purifikasi, seksi konsentrasi dan prilling, seksi recovery dan seksi process condensate recovery. 1. Tahap pertama Gambar 3. Proses sintesa Reaksi exothermis antara CO 2 dan NH 3 dimulai, dengan menggunakan ammonium carbonate partikel tersebut didehidrasi, sehingga proses pembentukan urea dimulai. Peralatan utama yang ada di seksi sintesa (Gambar 3) adalah: a. Reaktor. b. Ammonia Preheater No.1 dan 2. c. CO 2 Booster Compressor. d. CO 2 Compressor. e. Pompa karbamat Kondisi reaktor P = K ; T = 200 C Volume Reaktor = 115 M 3 Penggunaan bahan baku berupa: CO 2 Gas, NH 3 Cair dan Larutan Karbamat (Recycle solution).

45 32 2. Tahap kedua HP LP G FA- DC- EA- HPA LP EA- EA- EA- FA- FA- Gambar 4. Proses dekomposisi Tahap ini berfungsi untuk memisahkan gas-gas dari larutan Urea yang keluar dari Reaktor. Gas-gas itu, antara lain CO 2, NH 3 dan larutan karbamat yang telah terurai dengan jalan menurunkan tekanan dan menaikan suhu. Peralatan utama yang ada di seksi dekomposer (Gambar 4) adalah: a. High Perssure Decomposer, (HPD) b. Low Pressure Decomposer, (LPD) c. Gas Separator. d. Reboiler for HPD. e. Heat Exchaner For LPD. f. Reboiler For LPD. g. Kompressor Udara passivasi. h. Pompa Larutan Urea. Kondisi Operasi alat: a. P = 17 K ; T = C (HPD) b. P = 2,5 K ; T = 132 C (LPD) c. P = 0 0,3 K ; T = C (GS)

46 33 3. Tahap Ketiga Gambar 5. Proses recovery I Fungsi unit ini adalah menyerap gas-gas hasil penguraian dari unit dekomposisi dalam fase gas dengan menggunakan larutan karbamat dan steam condensate maupun ammonia selanjutnya dikirim kembali ke reaktor sebagai larutan recycle, Peralatan utama yang dipakai (Gambar 5) adalah: a. High Pressure Air Compressor (HPAC), High Pressure Air (HPA) dan Low Pressure Air (LPA). b. Off Gas Condenser. c. Off Gas Absorber Tank. d. Ogg Gas Absorber Final Cooler. e. Off Gas Absorber. f. Off Gas Absorber Cooler. Dengan kondisi operasi: P = Atm 17 K ; T = 35 ~ 100 C

47 34 4. Tahap keempat Gambar 6. Proses Recovery II Pada tahap ini, hampir keseluruhan exess ammonia dikondensasikan dan diserap, selanjutnya dikembalikan ke reaktor sebagai umpan bersama dengan ammonia segar dan berguna sebagai absorbent di HPA dan HPAC. Peralatan utama yang digunakan (Gambar 6) adalah: a. Ammonia condensor. b. Ammonia Reservoir. c. Ammonia Recovery Absorber. d. Pompa-pompa. Kondisi Operasi : P = 15.5 ~ 17 Kg/Cm 2 ; T = 30 ~ 37 C

48 35 5. Tahap kelima Gambar 7. Proses kristalisasi Dalam tahap ini terjadinya proses pembentukan kristal pada larutan urea yang berasal dari unit dekomposisi, kemudian memisahkan kristal dari larutannya pada centrifuges, selanjutnya dikirim ke unit prilling setelah dikeringkan kristalnya di fridizing driyer dengan menggunakan udara panas di fluidizing dryer. Peralatan utama yang digunakan (Gambar 7) adalah: a. Vacuum Concentrator. b. Crystallizer lower part. c. Vacum generator. d. Agitator. e. Centrifuges A ~ E. f. Mother Liquor Tank. g. Air heater for dryer. h. Fluidizing dryer. i. ID Fan for Dryer. j. Rake Dryer Kondisi Operasi : P = Atm Cm Hg abs. ; T : C

49 36 6. Tahap terakhir Gambar 8. Proses prilling Pada tahap terakhir ini kristal urea diubah dari unit kristalisasi menjadi urea dalam bentuk butiran atau prill dengan cara dilelehkan mencapai titik lelehnya kemudian diubah bentuknya menjadi urea prill dan selanjutnya dikirim ke unit pengantongan. Peralatan utamanya adalah : a. GB 302. b. GB A ~ F. c. GA A/B. d. Cyclone & Dust Box A ~ D. e. Dust Separator. f. Dust Chamber. g. Screw Conveyor. h. Melter. i. Head Tank. j. Distributor. k. Fluidizing Cooler. l. Trommel. m. Belt Scale conveyor. n. Air Heater. Kondisi Operasi : P = - 50 mm H 2 0 ; T 42 ~ 140 C

50 Proses Pengemasan Urea di Unit Bagging Urea yang sudah siap untuk dipasarkan, diterima oleh divisi bagging untuk dikemas menurut berat dan kemasan yang ada. PT Pupuk Urea membagi kemasan yang dijual menjadi 2 (dua) jenis, yaitu kemasan 50 kg dan kemasan kg (1 ton). Dalam pengemasannya dibagi menjadi 3 (tiga) sistem, yaitu: 1. Bulk Handling System. Bulk Handling System adalah suatu alat transfer untuk menangani butiran urea curah dari pabrik urea untuk dikirim ke pabrik pengantongan lalu kemudian dikemas dengan karung plastik dan dijahit. Peralatan yang digunakan disajikan pada Tabel 7. Tabel 7. Alat pada Bulk Handling System No Nama Alat No. Item Kujang 1A No. Item Kujang 1B 1 Transfer Conveyor 2801 VA S-JD Transfer Conveyor 2801 VB S-JD Surge Hopper 2801 FA S-FE Vibrating Feeder 2801 VC S-JF Travelling Tripper 2801 VE S-JD 3003B 6 Transfer Conveyor 2801 VD S-JD 3003A 7 Bin Storage 2802 FA-FF S-FE 3001 G-L Cara kerjanya sebagai berikut: a. Curahan butiran urea diterima oleh Transfer Conveyor. b. Butiran urea ditampung sementara dalam Surge Hopper, lalu digetarkan dengan menggunakan Vibrating Feeder. c. Setelah digetarkan, butiran akan dicurahkan melalui Transfer Conveyor. d. Selanjutnya butiran urea didistribusikan secara merata ke Bin Storage yang dioperasikan oleh Travelling Tripper. 2. Bagging System. Bagging System adalah suatu peralatan yang menangani butiran urea untuk dikemas dengan beban ± 50 kg/bag secara otomatis. Peralatan yang digunakan dimuat pada Tabel 8. Tabel 8. Alat pada Bagging System No Nama Alat No. Item Kujang 1A No. Item Kujang 1B 1 Bagging Machine 2805 LB-LF S-JH 3001 G-L 2 Bagging Line Conveyor 2802 VB-VF S-JD 3004 G-L 3 Sewing Machine 2806 LB-LF S-JH 3002 G-L

51 38 Cara kerjanya: a. Bagging Machine menakar butiran urea secara otomatis dengan berat ± 50 kg/karung lalu ditransfer dengan Bagging Line Conveyor. b. Karung dijahit menggunakan Sewing Machine. c. Karung yang telah dijahit ditransfer melalui Accumulator Conveyor untuk di-loading ke truk atau disimpan di gudang. 3. Bag Handling System. Bag Handling System adalah suatu peralatan untuk mentrasfer urea yang telah dikemas lalu dikirim untuk dimuat di truk ataupun disimpan di gudang melalui Conveyer yang ada. Peralatan yang digunakan dimuat pada Tabel 9. Tabel 9. Alat pada Bag Handling System No Nama Alat No. Item Kujang 1A No. Item Kujang 1B 1 Accumulator Conveyor 2803 VA-VF S-JD 3005 G-L 2 Short Conveyor 2806 VA-VF S-JD 3006 G-L 3 Floor Conveyor 2804 VA... S-JD Over Head Conveyor 2804 VA... S-JD Syacking Unit Conveyor 2809 VA Fork Lift Pallet - - Ketiga (3) sistem yang diterapkan oleh unit bagging dalam proses pengemasan pupuk urea yang dihasilkan pabrik, standar operating procedure (SOP) penggunaan mesin-mesin yang tersedia di unit bagging dan standarisasi pengemasan yang diberlakukan dalam prosesnya, maka secara garis besar alur proses pengemasan pupuk urea dapat dilihat pada Gambar 9. Gambar 9. Alur pengemasan terigu kemasan 50 kg di unit Bagging

52 Hasil Analisis Pengolahan Data Pertama Data perbandingan jumlah ketidaksesuaian proses pengemasan (reject) terhitung mulai bulan Januari 2011 Juni 2011 dapat dilihat pada Tabel 10. Tabel 10. Jumlah kesalahan dibanding total produksi Bulan Urea reject dalam pengemasan (ton) Total Produksi Urea (ton) Perbandingan jumlah reject dibandingkan terkemas (%) Jan 484, ,05 0,51 Feb 307, ,50 0,36 Mar 262, ,45 0,28 Apr 299, ,15 0,32 Mei 264, ,11 0,29 Jun 88, ,50 0,17 Jml 1.706, ,76 Data dalam Tabel 10, memperhatikan bahwa tingkat produk yang di reject unit Bagging berkisar 0,17 persen - 0,51 persen, masih dalam tahap wajar. Selain itu produk urea yang ditolak akan dikumpulkan kembali, lalu dibersihkan dengan proses tertentu, melawati tahap recycle ulang, sehingga pupuk tersebut layak atau siap untuk dijual ke pasar. Perusahaan menerapkan sistem zero waste, yaitu tidak adanya pembuangan produk reject maupun pemborosan sumber daya perusahaan. Namun perusahaan diharapkan dapat menekan jumlah atau persentase reject pengemasan produk apabila ingin lebih efisien dalam proses produksinya. Untuk itu perusahaan harus mengetahui hal-hal yang berpengaruh dalam proses pengemasan tersebut. Dari literatur buku setempat dan wawancara langsung terhadap operator mesin bagging, supervisor, buruh, staf dan manager bagging, didapatkan hasil-hasil yang biasa terjadi dalam proses pengemasan yang dapat menyebabkan produk reject, diantaranya: 1) Ceceran Urea Urea tercecer dalam proses pengemasan dikarenakan beberapa hal, yaitu kondisi mesin dan cara pekerja bekerja. 2) Loading Truck Loading truck merupakan alasan beberapa proses pengemasan tidak berjalan semestinya, dikarenakan faktor buruh angkut.

53 40 3) Pembongkaran Gudang Pembongkaran gudang menjadi faktor produk yang ditolak, dikarenakan manuver forklift, pemindahan manual dan pergerakan stacker. Berikut adalah persentase data kesalahaan dilihat dari jenis-jenis kesalahannya, seperti dimuat pada Tabel 11. Tabel 11. Persentase kesalahan per bulan Jumlah cacat dikonversikan dengan proporsi persentase cacat per kesalahan akan menjadi tabel jumlah total masing-masing kesalahan per bulan untuk periode Januari Juni 2011(penjelasan lebih lanjut dapat dilihat pada Lampiran 6), seperti dimuat pada Tabel 12. Tabel 12. Jumlah masing-masing kesalahan per bulan Bulan Total urea reject (ton) Ceceran Urea (%) Urea tercecer (ton) Pembongkaran Gudang (%) Kesalahan pembongkaran (ton) Loading Truck (%) Kesalahan Loading (ton) Jan 484,35 40,80 197,61 9,10 44,08 50,10 242,66 Feb 307,80 51,70 159,13 6,40 19,70 41,90 128,97 Mar 262,52 38,90 102,12 10,50 27,56 50,60 132,84 Apr 299,73 46,30 138,77 7,70 23,08 46,00 137,88 Mei 264,20 56,10 148,22 8,70 22,99 35,20 93,00 Jun 88,20 49,20 43,39 9,10 8,03 41,70 36,78 Total 1706,80 46,24 789,25 8,52 145,43 45,24 772,12 Berdasarkan data Tabel 12 dapat dibuat grafik histogram, sehingga terlihat faktor yang mendominasi dalam perhitungan kesalahan yang ada per bulannya untuk periode Januari Juni 2011 dalam proses pengemasan di divisi bagging.

54 41 300,00 250,00 200,00 150,00 100,00 Urea tercecer (ton) Kesalahan pembongkaran (ton) Kesalahan Loading (ton) 50,00 0,00 Jan Feb Mar Apr Mei Jun Gambar 10. Histogram data periode Januari Juni 2011 Histogram Gambar 10 dapat disimpulkan bahwa jumlah total produk reject pada bulan Januari adalah yang terbesar (484,35 ton), lalu pada bulan Februari berkurang menjadi 307,80 ton, disusul penurunan pada bulan Maret menjadi 262,52 ton. Namun anomali terjadi pada bulan April yang bertambah jumlah produk reject menjadi 299,73 ton, tetapi kemudian jumlah kesalahan pengemasan kembali turun menjadi 264,20 ton pada bulan Mei dan penurunan nyata terjadi pada bulan Juni yang melakukan kesalahan hanya 88,20 ton. Fluktuasi jumlah kesalahan dalam pengemasan dapat dilihat dalam Gambar Jan Feb Mar Apr Mei Jun Gambar 11. Fluktuasi kesalahan total per bulan selama periode Januari Juni 2011 Berdasarkan data tersebut dikembangkan lagi kemungkinan faktorfaktor penyebab utama yang timbul dalam proses pengemasan. Faktor urea tercecer dan kesalahan dalam loading truck dapat dikatakan sangat

55 42 berpengaruh dalam proses tersebut. Jumlah urea tercecer paling besar terjadi pada bulan Januari sebesar 197,61 ton dan jumlah kesalahan pada saat loading truck yang terbesar juga terjadi pada bulan Januari sebanyak 242,66 ton. Namun jika dilihat dari jumlah total kesalahan pada saat proses pengemasan per Januari-Juni 2011 di unit bagging, faktor urea tercecer menjadi faktor utama, yaitu dengan jumlah 789,25 ton lalu diikuti oleh faktor kesalahan pada saat loading truck dengan jumlah 772,12 ton, sedangkan kesalahan pembongkaran gudang 145,43 ton Jumlah kesalahan selama 6 bulan Urea tercecer Kesalahan Loading Kesalahan pembongkaran Jenis kesalahan yang ada Gambar 12. Grafik Pareto kesalahan di unit bagging Sebagaimana yang terlihat di grafik Pareto, berdasarkan perhitungan tersebut perlu diadakan peninjauan lebih spesifik mengenai permasalahan tersebut. Peninjauan akar masalah yang jelas dapat memperkecil peluang terjadinya kesalahan yang sama, agar mampu mempersiapkan hal-hal yang perlu diintrospeksi dan diperbaiki untuk kedepannya. Faktor kesalahan pada saat loading truck melibatkan pihak eksternal (dalam hal ini buruh angkut), maka pencarian akar masalah akan lebih difokuskan untuk hal-hal internal yang dapat dikaji secara lebih mendetail, baik secara langsung maupun tak langsung. Untuk dari itu penelitian menitikberatkan pada permasalahan urea tercecer Pengolahan Data Kedua Pemfokusan masalah pada permasalahan urea yang tercecer melibatkan banyak pihak sebagai sumber informasinya, diantaranya manager bagging dan supervisor lapangan. Menurut beberapa data dari

56 43 para ahli dapat dilihat pada diagram Ishikawa atau Tulang Ikan pada Gambar 13. Dalam gambar, sumber permasalahan eksternal (cuaca, suhu dan kelembaban pabrik) tidak dimasukan, karena hal-hal tersebut bersifat alamiah. Gambar 13. Diagram Fishbone Keterangan: = Permasalahan yang akan dikaji. = Sumber masalah utama (4M) = Akar penyebab masalah = Sub akar penyebab masalah Berdasarkan diagram Ishikawa di atas, dapat disimpulkan bahwa ada 4 (empat) faktor utama dalam permasalahan proses bagging yang menyebabkan tercecernya urea. Keempat (4) hal di atas dapat juga dikatakan bahwa faktor 4M dapat mempengaruhi mutu suatu proses produksi, empat (4) hal tersebut yaitu man (manusia atau pekerja), machine (mesin produksi atau mesin operator), method (metode yang digunakan atau SOP) dan material (bahan baku kemasan yang digunakan).

57 44 1. Man atau manusia yang mempengaruhi proses tersebut melibatkan 4 (empat) atribut, yaitu: a. Skill Skill atau kemampuan, baik dasar maupun yang sudah dipelajari terlebih dahulu melalui pendidikan atau pelatihan, sangat berpengaruh bagi proses produksi. Pendidikan terakhir pekerja mempengaruhi pola pikir dan pemahaman situasional yang dihadapi di tempat kerja. Pelatihan yang tepat bagi calon pekerja maupun pelatihan tiap beberapa periode tetap harus dilakukan oleh perusahaan demi menekan kesalahan di bidang pengemasan yang diakibatkan oleh kurangnya skill pekerja. b. Konsentrasi Konsentrasi pekerja di tempat kerja sangat diperlukan, mengingat proses produksi dilakukan secara terus menerus selama 24 jam lamanya. Pekerja bagian pengemasan memiliki waktu bekerja 8 (delapan) jam per shift, sehingga hal ini membutuhkan konsentrasi mengingat faktor kelalaian petugas dapat menyebabkan tidak efektifnya proses kerja di pabrik. c. Faktor Internal Faktor internal dapat mempengaruhi kondisi pekerja itu sendiri. Masalah keluarga, keuangan dan hal-hal yang bersifat pribadi yang dapat mempengaruhi kondisi psikis dan kondisi mental pekerja, sehingga kinerja di lapangan dapat menurun. Untuk itu, perlu adanya motivator bagi para pekerja yang membutuhkannya. d. Kondisi Fisik Kondisi fisik pekerja, meliputi umur, tenaga dan kualitas kesehatan pekerja itu sendiri. Kondisi inilah yang dapat dilihat secara langsung, untuk itu para supervisor pabrik pengemasan dituntut lebih jeli dalam memilih pekerjanya. 2. Machine atau mesin yang digunakan dalam proses pengemasan dipengaruhi oleh 4 (empat) atribut, yaitu:

58 45 a. Umur Mesin Beberapa mesin ada yang dibuat pada tahun 70-an, sehingga umur mesin sudah tergolong tua atau tidak modern, sehingga efektifitas kecepatan memproduksi dan efisiensi biaya penjalanan mesin (semakin tua mesin, maka akan semakin boros bahan bakar). Untuk itu perlu adanya penggantian atau penambahan mesin baru secara berkala demi peremajaan sistem produksi pengemasan di pabrik. b. Maintenance Maintenance atau pengecekan secara berkala dapat mengurangi resiko kerusakan mesin, penerapan kebijakan perusahaan dengan sistem PERTA (perbaikan tahunan) dan kebijakan unit bagging melakukan rotasi pada mesin dianggap sudah pas dengan standarisasi perusahaan. Dengan adanya pengecekan sebelum dan sesudah pemakaian alat, maka usaha pengurangan resiko kerusakan mesin akan menjadi lebih optimal. c. Kerusakan Kerusakan dipengaruhi faktor umur mesin, maka ada beberapa alat sudah mencapai tahap kerusakan, sebagai contoh di lini 1, lini 1 digunakan untuk pengemasan dengan skala 1 (satu) ton, namun dikarenakan tingkat kebocoran oli yang tinggi, yang dapat merusak mutu dan produk pupuknya itu sendiri, maka mesin lini 1 sangat jarang digunakan. Adanya perbaikan mesin di lini 1 dapat meningkatkan skala penjualan pupuk urea dengan berat 1 (satu) ton. Kesalahan bin tumpah diakibatkan kecepatan pengemasan belum sejalan dengan kecepatan pengiriman urea dari pabrik produksi urea, untuk mencapai keselarasan, perlu penghitungan dan pembuatan standar kecepatan pengemasan per karungnya agar tingkat presisi dapat dijaga. d. Kelebihan Takaran Persentase kelebihan takaran banyak terjadi dalam proses pengemasan, tetapi masih dalam skala kecil dan masih di bawah ambang batas standarisasi yang diterapkan perusahaan. Perusahaan

59 46 menerapkan batas toleransi untuk kemasan ukuran 50 kg ± 300 g. Perusahaan mampu menjaga kekonsistenan takaran di batas toleransi, sehingga mutu takaran kemasan dapat terjaga. Namun alangkah lebih baiknya, apabila perusahaan mampu menekan batas toleransi tersebut, sehingga perusahaan dapat memproduksi urea lebih efisien. 3. Method atau metode yang mempengaruhi proses tersebut melibatkan 3 (tiga) atribut, yaitu: a. Shift Shift yang diberlakukan untuk para pekerja pengemasan langsung (pekerja dan supervisor) selama 8 (delapan) jam per hari dengan waktu pengerjaan 24 jam terbilang bagus. Namun penempatan beberapa karyawan dalam suatu shift perlu diatur, agar lebih efektif, sebagai contoh penempatan karyawan shift pagi lebih banyak dibanding shift sore dan malam, dikarenakan jumlah pemroduksian pada saat pagi hari cendrung lebih banyak jumlahnya. b. Jam Istirahat Jam istirahat pekerja perlu diatur secara tepat, demi menghindari penumpukan jumlah pegawai yang menganggur atau kekurangan pekerja disaat jam sibuk. c. Efektivitas Pekerja Efektivitas pekerja dapat dilihat dari jumlah pekerja yang tersedia di satu lini, yaitu 4 (empat) orang, dengan rincian 1 (satu) orang bertugas sebagai bagger, 1 (satu) orang bertugas merapihkan posisi karung, 1 (satu) orang bertugas di mesin jahit dan 1 orang stand-by untuk menggantikan yang lainnya. Rotasi diantara keempat (4) pekerja tersebut harus dipastikan lebih jelas waktunya agar dapat menurunkan tingkat kejenuhan dan terbaginya waktu istirahat secara lebih jelas. 4. Materials atau bahan baku yang mempengaruhi proses tersebut melibatkan 1 (satu) atribut, yaitu:

60 47 Karung Dalam kasus bahan baku, PT Pupuk Kujang bekerjasama dengan beberapa penyuplai karung plastik yang digunakan dalam proses pengemasan, yaitu PT Polyplast (Surabaya), PT Sumongan (Semarang) dan PT Karper. Penyortiran karung-karung terlebih dahulu perlu dilakukan sebelum digunakan dalam proses pengemasan untuk penjagaan mutu karung sebagai kemasan pelindung pupuk urea Pengolahan Data Ketiga Dari keempat faktor-faktor penyebab kesalahan yang terjadi dalam proses pengemasan oleh divisi bagging, perusahaan memberi perhatian lebih dipermasalahan penakaran, karena masalah penakaran ini dapat memberikan dampak langsung kepada perusahaan. Menurut pengendalian mutu perusahaan, divisi bagging menyatakan titik toleransi dalam pengemasan ukuran 50 kg adalah ± 300 g. Jika melebihi batas toleransi itu, maka perusahaan akan mendapatkan 2 (dua) dampak, yaitu: 1. Jika melewati batas atas toleransi perusahaan, maka perusahaan merugi, karena perusahaan memproduksi lebih dari harga yang didapatkan. 2. Jika kurang dari batas bawah toleransi perusahaan, maka akan banyak konsumen memprotes. Konsumen mendapatkan produk lebih sedikit dari yang diharapkan. Dari data yang ada, pihak yang paling mendapatkan dampak yang signifikan adalah pihak perusahaan, karena perusahaan selalu memproduksi pupuk kisaran 50 kg ke atas, tidak pernah berada di bawah garis 50 kg. Hal ini berdampak pada jumlah kelebihan takaran perkemasan melebihi nilai 50 kg. Gambar 14 menunjukkan batas atas dan batas bawah yang diterapkan oleh quality control perusahaan.

61 48 Rataan berat kemasan (dalam kilogram) waktu produksi (hari) Gambar 14. Batas atas dan batas bawah pengendalian perusahaan Terlihat dari gambar di atas, batas atas toleransi perusahaan 50,30 kg dan batas bawahnya 49,70 kg. Garis yang berada di tengah merupakan berat produk ideal yang diinginkan oleh pihak PT. Pupuk Kujang selaku produsen dengan konsumen yang menggunakan produk urea kemasan 50 kg. Data yang diolah periode Januari Juni 2011 mengindikasikan bahwa rataan produksi pupuk urea PT Pupuk Kujang per bulan tidak pernah menyentuh angka 50 kg ke bawah. Hal ini menunjukan kepedulian PT Pupuk Kujang yang besar kepada para konsumennya, sehingga menjaga mutu kemasan yang diharapkan oleh konsumennya. Data tersebut dapat dilihat pada Gambar , ,3000 Rataan berat kemasan (kilogram) 50, , , , , , , Berat (kg) / kemasan LCL Rataan UCL Waktu produksi (hari) Gambar 15. Pergerakan rataan produki unit bagging

62 49 Data diperoleh dari jumlah produksi perusahaan per bulan (terhitung bulan Januari Juni 2011) dilihat dari urea kemasan 50 kg memiliki rataan produksi 50,1690 kg. Dengan nilai maksimum 50,2167 kg dan minimum 50,0667 kg pada total contoh proses pengemasan selama 6 (enam) bulan atau 181 hari. Jika ditinjau dari segi kesalahan total per bulan, maka grafik yang terjadi berdasarkan kurun waktu 6 (enam) bulan dimuat pada Gambar ,1800 Rataan berat kemasan (kilogram) 50, , , , , ,1500 Januari Februari Maret April Mei Juni Berat (kg) / kemasan Rata-rata Batas Atas Batas Bawah Waktu produksi (hari) Gambar 16. Berat rataan kemasan 50 kg per bulan Berdasarkan gambar 16 terlihat bahwa jumlah rataan kemasan > 50 kg paling tinggi di bulan Juni yang bernilai 50,1759 kg, diikuti bulan Februari sebesar 50,1739 kg, kemudian Januari 50,1722 kg, kemudian pada bulan Maret sebesar 50,1687 kg, bulan Mei 50,1627 kg dan urutan terakhir bulan April 50,1611 kg. Jika ditinjau dari kelebihan takaran per periode shift, yang terbagi 3 (tiga), yaitu shift malam, pagi dan sore, maka data Grafik Kendali seperti dimuat pada Gambar 17 (penjelasan lebih lanjut dapat dilihat pada Lampiran 2 dan Lampiran 5). 50, , ,1000 Rataan berat kemasan (kilogram) 50, , , , , malam pagi sore Waktu produksi (hari) Gambar 17. Berat rataan yang dihasilkan per shift tiap bulan

63 50 Pemantauan per shift seperti gambar yang telah dikemukakan, maka pengendalian mutu pada proses pengemasan dapat lebih terpantau dari segi penerapan standar mutu yang diterapkan oleh perusahaan. Rataan penyebaran terjadi diantara selang 50,2167 kg sebagai titik tertinggi kelebihan takaran dan 50,0667 kg sebagai rataan titik terendah kelebihan dalam penakaran. Jika dilihat dari rataan kesalahan per shift, maka shift pagi yang memiliki rataan kesalahan terbesar (50,1713), diikuti shift malam (50,1680) dan yang terakhir shift sore (50,1675). Menurut sifatnya pola data pengemasan pupuk urea dalam produksi unit bagging masih berada dalam batas kendali, karena produksi secara terus-menerus dan mesin bekerja secara otomatis, maka tidak ada garis atau titik di dalam Grafik Kendali yang menyimpang. Namun dengan pembuatan garis batas atas dan garis bawah baru (UCL dan LCL), maka akan diperoleh titik yang lebih optimum dalam pengendalian mutu dengan asumsi rataan per 6 (bulan). Dengan menggunakan Grafik Kendali x dan S, yaitu: Grafik kendali x : CL = X = 50,1689 N = 3 (observation in samples) Dengan A3 = 1,954 dan S = 0,0269 UCL = x + (A3 * S) = 50, ,954 (0,0269) = 50,2215 LCL = x (A3 * S) = 50,1689 1,954 (0,0269) = 50,1163 Grafik kendali S : CL = S = 0,0269 Dengan B4 = 2,568 dan B3 = 0 UCL = B4 * S

64 51 = 2,568 (0,0269) = 0,0691 LCL = B3 * S = 0 (0,0269) = 0 Rumus ini digunakan berdasarkan data rataan keseluruhan produksi dari bulan Januari Juni 2011, maka untuk mencari nilai tengah yang baru, dicari nilai rataan total, UCL dan LCL. Dilihat dari penyebaran data yang ada, maka Grafik Kendali x dan S dirasa sudah tepat untuk mencari nilai-nilai yang diperlukan, kemudian dengan menggunakan tabel yang tersedia, ditetapkan A3, B4 dan B3 (dapat dilihat pada Lampiran 9) berdasarkan total pengambilan contoh per hari, untuk mendapatkan UCL dan LCL baru (penjelasan lebih lanjut dapat dilihat pada Lampiran 4) seperti pada Gambar , , ,1500 Berat rataan (kilogram) 50, , , , , , Rataan Berat (kg) / kemasan LCL Batas nilai kemasan UCL Waktu produksi (hari) Gambar 18. UCL dan LCL yang baru Gambar 18 memperlihatkan bahwa pengendalian mutu pengemasan ditekan sampai angka 50,2215 kg 50,1163 kg. Untuk batas bawah pengendalian, garis LCL dapat ditarik hingga menyentuh angka 50 kg (sebagai titik optimum produksi pengemasan pupuk Urea).

65 52 Gambar data Continuous Improvement pada pengendalian mutu dapat dilakukan menjadi seperti dalam Gambar ,2500 Rataan berat kemasan (kilogram) 50, , , , , , , , Rataan berat (kg) / kemasan LCL UCL Waktu produksi (hari) Gambar 19. Control chart untuk Contimuous Improvement Untuk memastikan data dalam S bar telah diukur dengan sempurna, maka Grafik Kendali S (penjelasan lebih lanjut dapat dilihat pada Lampiran 3) dapat diperoleh dengan memasukan rumus perkalian nilai Tabel B3 dan B4 dengan nilai S yang ada. Grafik tersebut diimplementasikan melalui Gambar 20. 0,0800 0,0700 Standard deviasi berat / kemasan 0,0600 0,0500 0,0400 0,0300 0,0200 0,0100 0, StDev Berat (kg) / kemasan LCL UCL Waktu produksi (hari) Gambar 20. Control chart S

66 Implikasi Manajerial Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka kegiatan pengendalian produksi melalui QC sebagai alat penting bagi manajemen produksi dan pengemasan produk, karena QC berperan menjaga, memelihara, memperbaiki dan mempertahankan mutu produk agar sesuai dengan standar yang telah ditetapkan. Pengendalian mutu harus dapat mengarahkan beberapa tujuan terpadu, sehingga konsumen dapat puas menggunakan produk, baik barang atau jasa perusahaan. Untuk itu, langkahlangkah yang perlu dilakukan perusahaan yaitu, penetapan standar mutu produk yang akan dibuat, penilaian kesesuaian mutu yang dibuat dengan standar yang ditetapkan, pengambilan tindakan korektif terhadap masalah dan penyebab yang terjadi, serta terakhir perencanakan perbaikan untuk meningkatkan mutu. Standar yang dibuat harus memenuhi 2 (dua) aspek, yaitu efektifitas proses dan efisiensi biaya produksi. Untuk itu, perusahaan PT Pupuk Kujang perlu menitikberatkan pengendalian mutu sebagai aspek yang berpengaruh terhadap mutu produk yang dihasilkan dan nantinya berdampak pada tingkat loyalitas konsumen. Divisi Bagging karena merupakan salah satu divisi yang langsung berpengaruh dalam pengadaan output produk (pupuk urea) perusahaan. Untuk itu, manajemen produksi dan pengendalian mutu harus mengenali tugas, peran dan tanggungjawab yang diberikan perusahaan, sehingga dapat mengetahui implementasi yang dapat diterapkan untuk menghasilkan produk bermutu tinggi dengan tingkat reject relatif kecil. Dalam hal ini, perusahaan sebaiknya mengimplementasikan kegiatan QC dengan cara pemantauan kinerja pabrik dan dilakukan inspeksi atau pemeriksaan secara berkala agar continuous improvement dapat dikembangkan sampai titik optimal. Untuk itu, diperlukan komunikasi antar setiap pekerja, supervisor, manajer dan setiap orang yang terlibat dalam proses produksi tentang harus jelas mengenai visi, misi dan target perusahaan yang ada di divisi Bagging.

67 KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan Pengendalian proses pengemasan di perusahaan dengan menerapkan sistem zero waste, dimana Urea yang tergolong produk reject akan disuling ulang melalui beberapa tahapan seperti sweeping atau washing, disamping melakukan pembongkaran dan pemuatan ulang bila terjadi penyimpangan berat timbangan. Persentase kesalahan dalam ketidaksesuaian jumlah reject yang terjadi di divisi bagging pada bulan Januari Juni 2011 adalah 0,17 persen - 0,51 persen, dengan jumlah maksimum reject 484,35 ton pada bulan Januari dan 88,20 ton pada bulan Juni sebagai titik kesalahan proses pengemasan terendah perusahaan. Hal lainnya faktor urea tercecer menjadi faktor utama, (789,25 ton), diikuti oleh faktor kesalahan pada saat loading truck (772,12 ton) dan kesalahan pembongkaran gudang (145,43 ton) selama 6 (enam) bulan terhitung dari bulan Januari Juni Permasalahan yang menyebabkan timbulnya kesalahan-kesalahan tersebut, dirinci dengan diagram tulang ikan, atas faktor 4M seperti manusia (skill, konsentrasi, faktor internal dan kondisi fisik pekerja itu sendiri), mesin (umur, perbaikan, kerusakan dan kelebihan takaran mesin itu sendiri), metode (jam shift, jam istirahat dan efektivitas metode yang diterapkan) dan yang terakhir bahan baku (mutu karung yang dipakai). Jumlah produksi perusahaan per bulan dilihat dari urea kemasan 50 kg memiliki rataan produksi 50,1690 kg, dengan nilai maksimum 50,2167 kg dan minimum 50,0667 kg, serta proses pengemasan mutu pada unit bagging untuk kemasan 50 kg adalah terkendali, karena masih di bawah batas atas toleransi yang diterapkan perusahaan dan proses pengemasan sama sekali tidak pernah menyentuh angka di bawah 50 kg (asumsi batas bawah perusahaan 49,7 kg). 54

68 Saran a. Saran Praktis Perlu diberikan prioritas kepada permasalahan-permasalahan yang menjadi faktor penyebab reject, maka divisi unit bagging dapat memperkirakan kendala yang akan dihadapi ke depannya. Dalam hal ini faktor 4M dapat diproyeksikan sebagai penentu akar permasalahan hingga sub-akar permasalahan dalam memantau cara penanggulangan yang paling tepat pada setiap kesalahan yang terjadi. b. Saran Akademis Perlu dilakukan penelitian lanjutan untuk lebih menekankan Continuous Improvement per periode produksi pengemasan pada divisi bagging PT Pupuk Kujang, sehingga batas toleransi perusahaan dapat disesuaikan menurut kondisi pasar dan proses produksi produk pada saat tertentu, sehingga proses pengemasan dapat lebih terpantau dan akhirnya menghasilkan mutu kemasan yang semakin baik.

69 DAFTAR PUSTAKA Ahyari, A Manajemen Produksi 1 PPFE Universitas Gajah Mada, Yogyakarta. Ariani, D.W Manajemen Kualitas, Pendekatan Sisi Kualitatif. Depdiknas, Jakarta. Assauri, S Manajemen Produksi. Fakultas Ekonomi UI, Jakarta. Batarfie, M. U. A Analisis Pengendalian Mutu pada Proses Produksi Air Minum dalam Kemasan. Studi Kasus di PT Sinar Bogor QUA, Pajajaran, Bogor. Skripsi pada Fakultas Ekonomi dan Manajemen IPB. Bogor. Handoko, T. H Dasar-dasar Manajemen Produksi dan Operasi. BPFE, Yogyakarta. Juran, J.M A History of Managing for Quality, ASQS Quality Press, Milwukee, WI. Kotler, P Manajemen Pemasaran: Analisis, Perencanaan, Implementasi dan Kontrol, (Terjemahan), Airlangga, Jakarta. Marsono Petunjuk Penggunaan Pupuk. PT Penebar Swadaya, Jakarta. Montgomery, D. C Pengantar Pengendalian Kualitas Statistik, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Prawirosentono, S Filosofi Baru Tentang Manajemen Mutu Terpadu, Total Quality Management Abad 21 Studi Kasus Dan Analisis Kiat Membangun Bisnis Kompetitif Bernuansa "Market Leader". Bumi Aksara, Jakarta. Risiana, Y Analisis Pengendalian Mutu Pada Proses Produksi Pressure Tank PH 100 (Studi Kasus di CV Saga Multi Industri, Sukabumi), Skripsi pada Fakultas Ekonomi dan Manajemen IPB. Bogor. Trihendardi, C Statistik Six Sigma dengan Minitab. Andi, Yogyakarta. Trisyulianti, E. dkk Desain Sistem Pakar untuk Interpretasi Bagan Kendali Mutu Pakan, Jurnal Teknik Industri Pertanian: 15 ( l ) : (diakses tanggal 23 Juni 2011) (diakses tanggal 15 Juni 2011) (diakses tanggal 25 Juni 2011) (diakses tanggal 25 Agustus 2011) 56

70 LAMPIRAN

71 58 Lampiran 1. Uji normalitas NPar Tests One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test BeratKemasan N 181 Normal Parameters a Mean Std. Deviation Most Extreme Differences Absolute.083 Positive.076 Negative Kolmogorov-Smirnov Z Asymp. Sig. (2-tailed).168 a. Test distribution is Normal. Hipotesis yang diuji adalah : H 0 : data berdistribusi normal H 1 : data tidak berdistribusi normal Tolak Ho, jika Sig. < alpha 5% (0,05) Hasil perhitungan menunjukan taraf nyata pada alpha = 5% untuk Berat Kemasan adalah 0,168, maka data berdistribusi normal.

72 59 Lampiran 2. Control chart x Data rataan kelebihan pengemasan Hari Produksi Bulan malam pagi sore , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , ,1917 Januari tanggal Data rataan kelebihan pengemasan Hari shift Bulan tanggal Produksi malam pagi sore Rataan per hari , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , ,1917 Februari shift Rataan per hari

73 60 Lanjutan Lampiran 2. Data rataan kelebihan pengemasan Hari shift Bulan tanggal Produksi malam pagi sore Rataan per hari , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , ,1583 Maret Data rataan kelebihan pengemasan Hari shift Bulan tanggal Produksi malam pagi sore Rataan per hari , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , ,1722 April

74 61 Lanjutan Lampiran 2. Data rataan kelebihan pengemasan Hari shift Bulan tanggal Produksi malam pagi sore Rataan per hari , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , ,1917 Juni Mei Data rataan kelebihan pengemasan Hari shift Bulan tanggal Produksi malam pagi sore Rataan per hari , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , ,1583

75 62 Lampiran 3. Control chart S Control chart S Hari Bulan StDev Berat (kg) / kemasan LCL UCL 1 0, , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , ,0691 Januari Control chart S Hari Bulan StDev Berat (kg) / kemasan LCL UCL 32 0, , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , ,0691 Februari

76 63 Lanjutan Lampiran 3. Control chart S Hari Bulan StDev Berat (kg) / kemasan LCL UCL 60 0, , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , ,0691 Maret Control chart S Hari Bulan StDev Berat (kg) / kemasan LCL UCL 91 0, , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , ,0691 April

77 64 Lanjutan Lampiran 3. Control chart S Hari Bulan StDev Berat (kg) / kemasan LCL UCL 121 0, , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , ,0691 Mei Control chart S Hari Bulan StDev Berat (kg) / kemasan LCL UCL 152 0, , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , ,0691 Juni

78 65 Lampiran 4. Data rataan (x dan S chart) Data rataan kelebihan pengemasan Jumlah Observasi Bulan Hasil Pengukuran X S 1 50, , , ,1833 0, , , , ,1806 0, , , , ,1667 0, , , , ,1611 0, , , , ,1639 0, , , , ,1667 0, , , , ,1500 0, , , , ,1750 0, , , , ,1889 0, , , , ,1806 0, , , , ,1750 0, , , , ,1889 0, , , , ,1722 0, , , , ,1833 0, , , , ,1778 0, , , , ,1667 0, , , , ,1750 0, , , , ,1500 0, , , , ,1667 0, , , , ,1389 0, , , , ,1833 0, , , , ,1500 0, , , , ,1556 0, , , , ,1667 0, , , , ,1917 0, , , , ,1778 0, , , , ,1694 0, , , , ,1806 0, , , , ,1722 0, , , , ,1889 0, , , , ,1917 0,0144 Data rataan kelebihan pengemasan Jumlah Observasi Bulan Hasil Pengukuran X S 32 50, , , ,1833 0, , , , ,1833 0, , , , ,1639 0, , , , ,1722 0, , , , ,1750 0, , , , ,1633 0, , , , ,1667 0, , , , ,1722 0, , , , ,1850 0, , , , ,1750 0, , , , ,1667 0, , , , ,1750 0, , , , ,1583 0, , , , ,1750 0, , , , ,1750 0, , , , ,1667 0, , , , ,1667 0, , , , ,1857 0, , , , ,1917 0, , , , ,1889 0, , , , ,1889 0, , , , ,1667 0, , , , ,1722 0, , , , ,1667 0, , , , ,1694 0, , , , ,1750 0, , , , ,1500 0, , , , ,1917 0,0144 Januari Februari

79 66 Lanjutan Lampiran 4. Data rataan kelebihan pengemasan Jumlah Observasi Bulan Hasil Pengukuran X S 60 50, , , ,1722 0, , , , ,1500 0, , , , ,1694 0, , , , ,1667 0, , , , ,1611 0, , , , ,1472 0, , , , ,1694 0, , , , ,1695 0, , , , ,1583 0, , , , ,1778 0, , , , ,1833 0, , , , ,1833 0, , , , ,1917 0, , , , ,2000 0, , , , ,2000 0, , , , ,1722 0, , , , ,1722 0, , , , ,1583 0, , , , ,1917 0, , , , ,1833 0, , , , ,1806 0, , , , ,1444 0, , , , ,1639 0, , , , ,1667 0, , , , , , , , ,1583 0, , , , ,1667 0, , , , ,1583 0, , , , , , , , ,1560 0, , , , ,1583 0,0520 Data rataan kelebihan pengemasan Jumlah Observasi Bulan Hasil Pengukuran X S 91 50, , , ,1583 0, , , , ,1786 0, , , , ,1722 0, , , , ,1750 0, , , , ,1306 0, , , , ,1472 0, , , , ,1500 0, , , , ,1444 0, , , , ,1500 0, , , , ,1500 0, , , , ,1222 0, , , , ,1667 0, , , , ,1500 0, , , , ,1667 0, , , , ,1611 0, , , , ,1833 0, , , , ,1694 0, , , , ,1611 0, , , , ,1528 0, , , , ,1417 0, , , , ,1917 0, , , , ,1833 0, , , , ,1694 0, , , , ,1750 0, , , , ,1528 0, , , , ,1611 0, , , , ,1806 0, , , , ,1667 0, , , , ,1500 0, , , , ,1722 0,0255 Maret April

80 67 Lanjutan Lampiran 4. Data rataan kelebihan pengemasan Jumlah Observasi Bulan Hasil Pengukuran X S , , , ,1667 0, , , , ,1583 0, , , , ,1417 0, , , , ,1750 0, , , , ,1389 0, , , , ,1500 0, , , , ,1639 0, , , , ,1750 0, , , , ,1722 0, , , , ,1472 0, , , , ,1806 0, , , , ,1750 0, , , , ,1583 0, , , , ,1556 0, , , , ,1556 0, , , , ,1500 0, , , , ,1444 0, , , , ,1778 0, , , , ,1472 0, , , , ,1694 0, , , , ,1833 0, , , , ,1389 0, , , , ,1667 0, , , , ,1778 0, , , , ,1778 0, , , , ,1472 0, , , , ,1750 0, , , , ,1445 0, , , , ,1889 0, , , , ,1500 0, , , , ,1917 0,0144 Data rataan kelebihan pengemasan Jumlah Observasi Bulan Hasil Pengukuran X S , , , ,1917 0, , , , ,1722 0, , , , ,1556 0, , , , ,1611 0, , , , ,1722 0, , , , ,1833 0, , , , ,1833 0, , , , ,1500 0, , , , ,1917 0, , , , ,1500 0, , , , ,1583 0, , , , ,1583 0, , , , ,1833 0, , , , ,1722 0, , , , ,1889 0, , , , ,1556 0, , , , ,1889 0, , , , ,1722 0, , , , ,1583 0, , , , ,1833 0, , , , ,1750 0, , , , ,1833 0, , , , ,1750 0, , , , ,1833 0, , , , ,1917 0, , , , ,2000 0, , , , ,1917 0, , , , ,1750 0, , , , ,1917 0, , , , ,1583 0,0221 Jumlah Total 9.080,5745 4,8658 Rataan 50,1689 0,0269 Mei Juni

81 68 Lampiran 5 Max, min and average Hari Produksi shift malam pagi sore Rataan per hari max average min 50, , , , , , , , , , , ,1222 Batas Atas Rataan Batas Bawah 50, , , , , , , , , , , ,0667 Lampiran 6. Data rataan kelebihan per bulan Bulan Berat (kg) / kemasan Januari 50,1722 Februari 50,1739 Maret 50,1687 April 50,1611 Mei 50,1627 Juni 50,1752 Rata-rata 50,1690

82 69 Lampiran 7. Daftar pertanyaan wawancara Bagian Produksi Urea a. Apa saja jenis produk yang dihasilkan perusahaan? b. Berapa jumlah produksi pupuk urea periode Januari Juni 2011? c. Bagaimana cara produksi pupuk urea? d. Bagaimana proses alur produksi pupuk urea di pabrik 1B? e. Darimana sumber bahan baku untuk memproduksi? f. Apa bahan baku pembuat pupuk urea? g. Mesin apa yang digunakan dalam produksi urea? Bagian Pengemasan Urea a. Bagaimana proses pengemasan berlangsung? b. Mesin apa yang digunakan dalam proses pengemasan? c. Berapa umur mesin pengemasan yang ada? d. Berapa kapasitas terpasang dan kapasitas terpakai mesin? e. Berapa lama kapasitas livetime mesin pengemasan? f. Bagaimana proses maintenance mesin dilakukan? g. Apakah ada sisem rotasi mesin? h. Berapa lama mesin dapat beroperasi? i. Apa kriteria mesin layak beroperasi? j. Bagaimana penentuan posisi operator dan pekerja yang terlibat langsung dalam proses pengemasan? k. Darimana suplier karung yang digunakan sebagai kemasan? l. Berapa jumlah produksi pengemasan per bulannya? m. Bagaimana SOP yang digunakan? n. Berapa jumlah atau persentase kesalahan per produksi? o. Apa saja jenis-jenis kesalahan yang terjadi pada proses pengemasan? p. Dimana titik pada proses pengemasan yang sering terjadi kesalahan?

83 70 Lanjutan Lampiran 7. q. Apakah yang dilakukan pada produk yang diberi label cacat? r. Apa hal yang paling berpengaruh pada proses pengemasan? s. Apa saja tugas supervisor lapangan? t. Bagaimana sistem rotasi pekerjanya? u. Adakah pengaruh internal atau ekternal dalam proses pengemasan? Bagian SDM? a. Bagaimana struktur organisasi perusahaan? b. Bagaimana sistem jam kerja karyawan? c. Apa saja klasifikasi karyawan di perusahaan? d. Bagaimana sistem kepelatihan karyawan di perusahaan?

84 71 Lampiran 8. Struktur Organisasi PT Pupuk Kujang STRUKTUR ORGANISASI PT PUPUK KUJANG DIREKTUR U T A M A DIREKTUR PRODUKSI, TEKNIK &- PENGEMBANGAN DIREKTUR SUMBER DAYA MANUSIA &- UMUM DIREKTUR K O M E R S I L STAF SEKRETARIAT PERUSAHAAN SATUAN PENGAWASAN INTERN KOMPARTEMEN PRODUKSI KOMPARTEMEN TEKNIK &- PEMELIHARAAN STAF KOMPARTEMEN SUMBER DAYA MANUSIA KOMPARTEMEN UMUM STAF KOMPARTEMEN PEMASARAN KOMPARTEMEN ADMINISTRASI KEUANGAN STAF BIRO KOMUNIKASI BIRO PENGAWASAN OPERASIONAL DIVISI PRODUKSI-IA DIVISI PEMELIHARAAN MEKANIK BIRO RANCANG BANGUN BIRO PERENCANAAN &- PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA BIRO PELAYANAN INDUSTRI DIVISI PEMASARAN BIRO ANGGARAN BIRO HUKUM &- ADMINISTRASI PERUSAHAAN BIRO PENGAWASAN KEUANGAN DIVISI PRODUKSI-IB DIVISI PERENCANAAN &- PEMELIHARAAN LISTRIK, INTRUMEN BIRO PENGEMBANGAN BIRO SUMBER DAYA MANUSIA (SDM) BIRO PENGADAAN DIVISI SARANA PENJUALAN BIRO KEUANGAN KANTOR PUPUK KUJANG JAKARTA (PKJ) BIRO MANAJEMEN RISIKO &- REVIEW PROSEDUR BIRO PERENCANAAN &- PENGENDALIAN PROSES BIRO MATERIAL BIRO KESEHATAN BIRO PELAYANAN JASA DIVISI PENJUALAN BIRO AKUNTANSI BIRO KEMITRAAN &- BINA LINGKUNGAN BIRO KESELAMATAN,- KESEHATAN KERJA &- LINGKUNGAN HIDUP BIRO INSPEKSI BIRO MANAJEMEN BIRO U M U M BIRO TEKNOLOGI INFORMASI BIRO PENGAMANAN

85 72 Lampiran 9.

II.TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pupuk Urea

II.TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pupuk Urea II.TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pupuk Urea Pupuk adalah suatu bahan yang mengandung satu atau lebih unsur hara bagi tanaman. Bahan tersebut berupa mineral atau organik, dihasilkan oleh kegiatan alam atau diolah

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Penelitian Produksi merupakan sebuah siklus yang dilakukan oleh perusahaan dalam penyediaan barang atau jasa yang akan ditawarkan kepada pasar demi keberlangsungan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 8 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Dasar dari Kualitas Kata kualitas memiliki banyak definisi yang berbeda, dan bervariasi dari yang konvensional sampai yang lebih strategik. Definisi konvensional dari

Lebih terperinci

2. Pengawasan atas barang hasil yang telah diselesaikan. proses, tetapi hal ini tidak dapat menjamin bahwa tidak ada hasil yang

2. Pengawasan atas barang hasil yang telah diselesaikan. proses, tetapi hal ini tidak dapat menjamin bahwa tidak ada hasil yang 27 2. Pengawasan atas barang hasil yang telah diselesaikan Walaupun telah diadakan pengawasan kualitas dalam tingkat-tingkat proses, tetapi hal ini tidak dapat menjamin bahwa tidak ada hasil yang rusak

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 23 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Definisi mengenai Kualitas Saat kata kualitas digunakan, kita mengartikannya sebagai suatu produk atau jasa yang baik yang dapat memenuhi keinginan kita. Menurut ANSI/ASQC Standard

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Statistic Quality Control (SQC) Statistik merupakan teknik pengambilan keputusan tentang suatu proses atau populasi berdasarkan pada suatu analisa informasi yang terkandung di

Lebih terperinci

BAB III PROFIL PERUSAHAAN

BAB III PROFIL PERUSAHAAN 35 BAB III PROFIL PERUSAHAAN 3.1. Tinjauan Umum Perusahaan PT Pupuk Kujang didirikan pada tanggal 9 Juni 1975 dengan dana pinjaman dari Pemerintah Iran sebesar US$ 200 Juta, yang telah dilunasi pada tahun

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 35 A. Metode Dasar Penelitian III. METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan metode dasar analisis deskriptif analitis. Metode ini berkaitan dengan pengumpulan data yang berguna untuk memberikan gambaran

Lebih terperinci

BAB 3 LANGKAH PEMECAHAN MASALAH. PT. Citra Tunas Baru Gramindo adalah sebuah perusahaan garmen yang

BAB 3 LANGKAH PEMECAHAN MASALAH. PT. Citra Tunas Baru Gramindo adalah sebuah perusahaan garmen yang BAB 3 LANGKAH PEMECAHAN MASALAH 3.1 Penetapan Kriteria Optimasi PT. Citra Tunas Baru Gramindo adalah sebuah perusahaan garmen yang memproduksi kemeja pria dewasa dengan harga Rp. 41.000 Rp. 42.500 perkemeja.

Lebih terperinci

ANALISIS PENGENDALIAN MUTU PADA PROSES PRODUKSI PRESSURE TANK PH 100 (STUDI KASUS di CV. SAGA MULTI INDUSTRI, SUKABUMI) Oleh YAN RISIANA H

ANALISIS PENGENDALIAN MUTU PADA PROSES PRODUKSI PRESSURE TANK PH 100 (STUDI KASUS di CV. SAGA MULTI INDUSTRI, SUKABUMI) Oleh YAN RISIANA H ANALISIS PENGENDALIAN MUTU PADA PROSES PRODUKSI PRESSURE TANK PH 100 (STUDI KASUS di CV. SAGA MULTI INDUSTRI, SUKABUMI) Oleh YAN RISIANA H24103006 DEPARTEMEN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Pengertian Kualitas Dalam kehidupan sehari-hari seringkali kita mendengar orang membicarakan masalah kualitas, misalnya: mengenai kualitas sebagian besar produk buatan luar negeri

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. oleh para konsumen dalam memenuhi kebutuhannya. Kualitas yang baik

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. oleh para konsumen dalam memenuhi kebutuhannya. Kualitas yang baik BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Kualitas Kualitas merupakan aspek yang harus diperhatikan oleh perusahaan, karena kualitas merupakan aspek utama yang diperhatikan oleh para konsumen dalam memenuhi

Lebih terperinci

BAB III LANGKAH PEMECAHAN MASALAH

BAB III LANGKAH PEMECAHAN MASALAH BAB III LANGKAH PEMECAHAN MASALAH 3.1 Penetapan Kriteria Optimasi Setelah mengevaluasi berbagai data-data kegiatan produksi, penulis mengusulkan dasar evaluasi untuk mengoptimalkan sistem produksi produk

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel 3.1.1 Variabel Penelitian Variabel penelitian merupakan suatu atribut atau sifat yang mempunyai variasi tertentu yang

Lebih terperinci

V. METODOLOGI A. KERANGKA PEMIKIRAN B. TAHAP-TAHAP PENELITIAN. 1. Observasi Lapang. 2. Pengumpulan Data Kuantitatif

V. METODOLOGI A. KERANGKA PEMIKIRAN B. TAHAP-TAHAP PENELITIAN. 1. Observasi Lapang. 2. Pengumpulan Data Kuantitatif V. METODOLOGI A. KERANGKA PEMIKIRAN Kegiatan magang yang dilakukan di PT Kemang Food Industries dimaksudkan untuk mengevaluasi bobot bersih dan membandingkan kesesuaian antara data bobot bersih yang didapat

Lebih terperinci

7 Basic Quality Tools. 14 Oktober 2016

7 Basic Quality Tools. 14 Oktober 2016 7 Basic Quality Tools 14 Oktober 2016 Dr. Kaoru Ishikawa (1915 1989) Adalah seorang ahli pengendalian kualitas statistik dari Jepang. As much as 95% of quality related problems in the factory can be solved

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 6 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 PROSES PRODUKSI 2.1.1 Pengertian Proses Produksi Proses produksi adalah metode dan teknik untuk menciptakan atau menambah kegunaan suatu barang atau jasa dengan menggunakan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Travel Pariwisata ini sekarang menjelma menjadi industri yang disebut industri pariwisata, menghasilkan produk-produk wisata untuk dipasarkan. Guna meningkatkan pariwisata di

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 PENGERTIAN KUALITAS Kualitas merupakan faktor dasar yang mempengaruhi pilihan konsumen untuk berbagai jenis produk dan jasa yang berkembang pesat dewasa ini. Kualitas secara langsung

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Manajemen Operasi Untuk mengelola suatu perusahaan atau organisasi selalu dibutuhkan sistem manajemen agar tujuan dari perusahaan atau organisasi tersebut dapat tercapai.

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 6 BAB 2 LANDASAN TEORI Kualitas adalah segala sesuatu yang mampu memenuhi keinginan atau kebutuhan pelanggan (meeting the needs of customers) (Gasperz, 2006). Pengendalian kualitas secara statistik dengan

Lebih terperinci

PENGUKURAN KINERJA PADA PT BANK NEGARA INDONESIA (PERSERO) Tbk CABANG BOGOR DENGAN PENDEKATAN BALANCED SCORECARD. Oleh SITI CHOERIAH H

PENGUKURAN KINERJA PADA PT BANK NEGARA INDONESIA (PERSERO) Tbk CABANG BOGOR DENGAN PENDEKATAN BALANCED SCORECARD. Oleh SITI CHOERIAH H PENGUKURAN KINERJA PADA PT BANK NEGARA INDONESIA (PERSERO) Tbk CABANG BOGOR DENGAN PENDEKATAN BALANCED SCORECARD Oleh SITI CHOERIAH H24104026 DEPARTEMEN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Manajemen Operasi Dalam mengelolah suatu perusahaan atau organisasi dibutuhkan sistem manajemen agar tujuan dari perusahaan atau organisasi dapat tercapai. Manajemen

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Riset Operasi 2.1.1 Pengertian Riset Operasi Menurut Mulyono, riset adalah proses untuk mencari kebenaran suatu masalah atau hipotesa, sedangkan operasi didefinisikan sebagai penerapan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. dan juga produk jadi Crude Palm Oil (CPO) PT Kalimantan Sanggar Pusaka

BAB III METODE PENELITIAN. dan juga produk jadi Crude Palm Oil (CPO) PT Kalimantan Sanggar Pusaka BAB III METODE PENELITIAN A. Obyek/Subyek Penelitian 1. Obyek Penelitian. Penelitian ini akan dilakukan pada proses bahan baku, proses produksi, dan juga produk jadi Crude Palm Oil (CPO) PT Kalimantan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Metode penelitian adalah suatu ilmu pengetahuan yang memuat berbagai cara kerja di dalam melaksanakan penelitian dari awal hingga akhir. Metode penelitian juga merupakan suatu

Lebih terperinci

PENGUKURAN KINERJA DENGAN PENDEKATAN BALANCED SCORECARD PADA PT BANK SYARIAH MANDIRI CABANG BOGOR. Oleh : YULI HERNANTO H

PENGUKURAN KINERJA DENGAN PENDEKATAN BALANCED SCORECARD PADA PT BANK SYARIAH MANDIRI CABANG BOGOR. Oleh : YULI HERNANTO H PENGUKURAN KINERJA DENGAN PENDEKATAN BALANCED SCORECARD PADA PT BANK SYARIAH MANDIRI CABANG BOGOR Oleh : YULI HERNANTO H 24076139 DEPARTEMEN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

PENGENDALIAN KUALITAS PRODUK GARAM PADA PT. SUSANTI MEGAH SURABAYA

PENGENDALIAN KUALITAS PRODUK GARAM PADA PT. SUSANTI MEGAH SURABAYA PENGENDALIAN KUALITAS PRODUK GARAM PADA PT. SUSANTI MEGAH SURABAYA Retno Indriartiningtias Laboratorium Ergonomi dan APK Jurusan Teknik Industri Universitas Trunojoyo, Madura Email : artiningtias@yahoo.com

Lebih terperinci

KAJIAN PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN MUTU ISO 9001:2000 PADA PT. UNITEX Tbk, BOGOR. Oleh RETNA WULANDARI H

KAJIAN PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN MUTU ISO 9001:2000 PADA PT. UNITEX Tbk, BOGOR. Oleh RETNA WULANDARI H KAJIAN PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN MUTU ISO 9001:2000 PADA PT. UNITEX Tbk, BOGOR Oleh RETNA WULANDARI H24052635 DEPARTEMEN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009 ABSTRAK

Lebih terperinci

MEMPELAJARI PENGENDALIAN KUALITAS BERAT PUPUK UREA UKURAN KEMASAN 50KG PADA PT PUPUK KUJANG CIKAMPEK

MEMPELAJARI PENGENDALIAN KUALITAS BERAT PUPUK UREA UKURAN KEMASAN 50KG PADA PT PUPUK KUJANG CIKAMPEK MEMPELAJARI PENGENDALIAN KUALITAS BERAT PUPUK UREA UKURAN KEMASAN 50KG PADA PT PUPUK KUJANG CIKAMPEK Surya Saputra/36411951 Teknologi Industri Teknik Industri Latar Belakang. Pengendalian Kualitas SPC

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. persaingan ketat antar industri khususnya industri rumahan atau home industry.

BAB I PENDAHULUAN. persaingan ketat antar industri khususnya industri rumahan atau home industry. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Era globalisasi ini telah membawa banyak dampak ke semua negara, termasuk Indonesia khususnya karena banyak sekali industri baik yang berskala besar maupun

Lebih terperinci

SKRIPSI. Hak Cipta milik UPN "Veteran" Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

SKRIPSI. Hak Cipta milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. ANALISIS DEFECT PADA PROSES PRODUKSI DENGAN METODE QCC (QUALITY CONTROL CIRCLE) DAN SEVEN TOOLS DI PT. HILON SURABAYA (STUDI KASUS FINISHING PRODUK MATRAS) SKRIPSI Oleh : ANDRI HERMAWAN 0532010128 JURUSAN

Lebih terperinci

BAB 2 Landasan Teori 2.1 Total Quality Management

BAB 2 Landasan Teori 2.1 Total Quality Management BAB 2 Landasan Teori 2.1 Total Quality Management Total Quality Management (TQM) adalah suatu filosofi manajemen untuk meningkatkan kinerja bisnis perusahaan secara keseluruhan dimana pendekatan manajemen

Lebih terperinci

Prosiding Manajemen ISSN:

Prosiding Manajemen ISSN: Prosiding Manajemen ISSN: 2460-6545 Analisis Pengendalian Kualitas dengan Menggunakan Metode Statistical Quality Control (SQC) Produk Kue Astor untuk Meminimumkan Produk Rusak Pada PT. Prima Jaya A.M.

Lebih terperinci

UNIVERSITAS BINA NUSANTARA. Jurusan Teknik Industri Skripsi Sarjana Semester Genap tahun 2005/2006

UNIVERSITAS BINA NUSANTARA. Jurusan Teknik Industri Skripsi Sarjana Semester Genap tahun 2005/2006 UNIVERSITAS BINA NUSANTARA Jurusan Teknik Industri Skripsi Sarjana Semester Genap tahun 2005/2006 MENGATASI REJECT FACE KASAR CYLINDER COMP TYPE KTMK DAN KTLM PT. ASTRA HONDA MOTOR Suprapto NIM : 0800786691

Lebih terperinci

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian 3.1.1 Sejarah Perusahaan PT.Pupuk Sriwidjaya (PT.Pusri) merupakan perusahaan pupuk pertama di Indonesia resmi didirikan berdasarkan Akte Notaris

Lebih terperinci

ANALISIS PENGENDALIAN MUTU PADA PROSES PRODUKSI AIR MINUM DALAM KEMASAN (AMDK) SBQUA (STUDI KASUS di PT SINAR BOGOR QUA, PAJAJARAN - BOGOR)

ANALISIS PENGENDALIAN MUTU PADA PROSES PRODUKSI AIR MINUM DALAM KEMASAN (AMDK) SBQUA (STUDI KASUS di PT SINAR BOGOR QUA, PAJAJARAN - BOGOR) ANALISIS PENGENDALIAN MUTU PADA PROSES PRODUKSI AIR MINUM DALAM KEMASAN (AMDK) SBQUA (STUDI KASUS di PT SINAR BOGOR QUA, PAJAJARAN - BOGOR) Oleh MUTIA UMAR AHMAD BATARFIE H 24102074 DEPARTEMEN MANAJEMEN

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 34 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian Menurut Sugiyono (2009, hlm.38), menyatakan bahwa objek penelitian merupakan suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang, objek atau kegiatan yang mempunyai

Lebih terperinci

Sumber : PQM Consultant QC Tools Workshop module.

Sumber : PQM Consultant QC Tools Workshop module. Sumber : PQM Consultant. 2011. 7QC Tools Workshop module. 1. Diagram Pareto 2. Fish Bone Diagram 3. Stratifikasi 4. Check Sheet / Lembar Pengecekan 5. Scatter Diagram / Diagram sebar 6. Histogram 7. Control

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1. Desain Penelitian Penelitian dilakukan pada PT Tirta Agung Wijaya yang merupakan salah satu perusahaan yang memproduksi air minum dalam kemasan di area Jawa Tengah. Pengamatan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel 3.1.1 Variabel Penelitian Variabel penelitian merupakan suatu atribut atau sifat yang mempunyai variasi tertentu

Lebih terperinci

Statistical Process Control

Statistical Process Control Statistical Process Control Sachbudi Abbas Ras abbasras@yahoo.com Lembar 1 Flow Chart (dengan Stratifikasi): Grafik dari tahapan proses yang membedakan data berdasarkan sumbernya. Lembar Pengumpulan Data:

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Manajemen Operasional Menurut Heizer dan Render (2010:4) manajemen operasi (Operation Management) adalah serangkaian aktivitas yang menghasilkan nilai dalam bentuk barang dan jasa

Lebih terperinci

ANALISIS DAN PERANCANGAN ALAT PENGUKUR KINERJA DENGAN METODE BALANCED SCORECARD PADA SUB DIREKTORAT PROPERTY AND FACILITIES MANAGEMENT

ANALISIS DAN PERANCANGAN ALAT PENGUKUR KINERJA DENGAN METODE BALANCED SCORECARD PADA SUB DIREKTORAT PROPERTY AND FACILITIES MANAGEMENT ANALISIS DAN PERANCANGAN ALAT PENGUKUR KINERJA DENGAN METODE BALANCED SCORECARD PADA SUB DIREKTORAT PROPERTY AND FACILITIES MANAGEMENT PT. INDOSAT, Tbk. SKRIPSI Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh

Lebih terperinci

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK PT Djarum adalah salah satu perusahaan rokok terbesar di Indonesia. Untuk tetap mempertahankan predikatnya, PT Djarum berusaha untuk selalu memberikan produk yang bermutu dan memiliki karakteristik

Lebih terperinci

Statistical Process Control

Statistical Process Control Natasya Christy Mukuan 1701344251 LD21 Statistical Process Control Sejarah Statistical Process Control (SPC) Sebelum tahun 1900-an, industri AS umumnya memiliki karakteristik dengan banyaknya toko kecil

Lebih terperinci

ANALISIS POSITIONING INSTITUT PERTANIAN BOGOR BERDASARKAN PERSEPSI SISWA - SISWI SMU DI BOGOR. Oleh TUBAGUS M EIDRI H

ANALISIS POSITIONING INSTITUT PERTANIAN BOGOR BERDASARKAN PERSEPSI SISWA - SISWI SMU DI BOGOR. Oleh TUBAGUS M EIDRI H ANALISIS POSITIONING INSTITUT PERTANIAN BOGOR BERDASARKAN PERSEPSI SISWA - SISWI SMU DI BOGOR Oleh TUBAGUS M EIDRI H24104125 DEPARTEMEN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK Ketatnya persaingan dalam usaha textil akhir-akhir ini membuat banyak perusahaan textil bekerja keras untuk bertahan dalam persaingan. Faktor kualitas menjadi point yang paling diperhatikan agar

Lebih terperinci

Seminar Nasional IENACO 2014 ISSN

Seminar Nasional IENACO 2014 ISSN Seminar Nasional IENACO 204 ISSN 2337-4349 PENGENDALIAN KUALITAS PADA MESIN INJEKSI PLASTIK DENGAN METODE PETA KENDALI PETA P DI DIVISI TOSSA WORKSHOP Much. Djunaidi *, Rachmad Adi Nugroho 2,2 Jurusan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1 Kerangka Pemikiran Memasuki persaingan pasar global saat ini sangat dibutuhkan standarisasi pada sistem dan manajemen. Perusahaan hendaknya mempunyai suatu standar mutu tertentu

Lebih terperinci

1.1. GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN PROFIL PT. PUPUK KUJANG

1.1. GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN PROFIL PT. PUPUK KUJANG BAB I PENDAHULUAN 1.1. GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN 1.1.1. PROFIL PT. PUPUK KUJANG Pada tahun enam puluhan, pemerintah mencanangkan program peningkatan produksi pertanian di dalam usaha swasembada pangan.

Lebih terperinci

ANALISIS EFEKTIVITAS IKLAN PADA MEDIA TELEVISI (STUDI KASUS PADA PRODUK TEBS DI KOTA BOGOR) Oleh KURNIA DEWI H

ANALISIS EFEKTIVITAS IKLAN PADA MEDIA TELEVISI (STUDI KASUS PADA PRODUK TEBS DI KOTA BOGOR) Oleh KURNIA DEWI H ANALISIS EFEKTIVITAS IKLAN PADA MEDIA TELEVISI (STUDI KASUS PADA PRODUK TEBS DI KOTA BOGOR) Oleh KURNIA DEWI H24104097 DEPARTEMEN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Dewasa ini perkembangan bisnis meningkat semakin ketat meskipun

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Dewasa ini perkembangan bisnis meningkat semakin ketat meskipun BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dewasa ini perkembangan bisnis meningkat semakin ketat meskipun berada dalam kondisi perekonomian yang cenderung tidak stabil. Hal tersebut memberikan dampak

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR ANALISA PENGENDALIAN KUALITAS DENGAN METODE STATISTICAL PROCESS CONTROL PADA DEPARTEMENT PAINTING PRODUK FURNITURE DI PT.

TUGAS AKHIR ANALISA PENGENDALIAN KUALITAS DENGAN METODE STATISTICAL PROCESS CONTROL PADA DEPARTEMENT PAINTING PRODUK FURNITURE DI PT. TUGAS AKHIR ANALISA PENGENDALIAN KUALITAS DENGAN METODE STATISTICAL PROCESS CONTROL PADA DEPARTEMENT PAINTING PRODUK FURNITURE DI PT. SAPTA LAUTAN (Studi Kasus : PT Sapta Lautan) Diajukan guna melengkapi

Lebih terperinci

MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA. PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 06/Permentan/SR.130/2/2011 TENTANG

MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA. PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 06/Permentan/SR.130/2/2011 TENTANG MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 06/Permentan/SR.130/2/2011 TENTANG KEBUTUHAN DAN HARGA ECERAN TERTINGGI (HET) PUPUK BERSUBSIDI UNTUK SEKTOR PERTANIAN TAHUN ANGGARAN

Lebih terperinci

ANALISIS TINGKAT KEPUASAN KONSUMEN TERHADAP MUTU PRODUK DAN JASA PELAYANAN DI RESTORAN BURGER & GRILL - DEPOK. Oleh : EVA PUSPITASARI H

ANALISIS TINGKAT KEPUASAN KONSUMEN TERHADAP MUTU PRODUK DAN JASA PELAYANAN DI RESTORAN BURGER & GRILL - DEPOK. Oleh : EVA PUSPITASARI H ANALISIS TINGKAT KEPUASAN KONSUMEN TERHADAP MUTU PRODUK DAN JASA PELAYANAN DI RESTORAN BURGER & GRILL - DEPOK Oleh : EVA PUSPITASARI H24053915 DEPARTEMEN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian 3.1.1 Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di PT. PIMS Indonesia, Jl. Ciputat Raya No. 5, Kebayoran Lama, Jakarta Selatan, 12240, Indonesia.

Lebih terperinci

ANALISIS PORTOFOLIO KREDIT (KONSUMTIF DAN PRODUKTIF) DAN PENGARUHNYA TERHADAP LABA (STUDI KASUS PT BANK X Tbk) Oleh DIAH RISMAYANTI H

ANALISIS PORTOFOLIO KREDIT (KONSUMTIF DAN PRODUKTIF) DAN PENGARUHNYA TERHADAP LABA (STUDI KASUS PT BANK X Tbk) Oleh DIAH RISMAYANTI H 1 ANALISIS PORTOFOLIO KREDIT (KONSUMTIF DAN PRODUKTIF) DAN PENGARUHNYA TERHADAP LABA (STUDI KASUS PT BANK X Tbk) Oleh DIAH RISMAYANTI H24051975 DEPARTEMEN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Metode penelitian adalah suatu ilmu pengetahuan yang memuat berbagai cara kerja di dalam melaksanakan penelitian dari awal hingga akhir. Metode penelitian juga merupakan suatu

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM TEKNIK PENGUJIAN MUTU HASIL PERIKANAN STATISTICAL PROCESS CONTROL

LAPORAN PRAKTIKUM TEKNIK PENGUJIAN MUTU HASIL PERIKANAN STATISTICAL PROCESS CONTROL LAPORAN PRAKTIKUM TEKNIK PENGUJIAN MUTU HASIL PERIKANAN STATISTICAL PROCESS CONTROL Disusun oleh: Bekti Wulan Sari 11/318052/PN/12374 LABORATORIUM TEKNOLOGI IKAN JURUSAN PERIKANAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS

Lebih terperinci

ANALISIS EFEKTIVITAS SALURAN DISTRIBUSI FRUIT TEA DI WILAYAH BOGOR (STUDI KASUS PADA KANTOR PENJUALAN (KP) BOGOR PT. SINAR SOSRO)

ANALISIS EFEKTIVITAS SALURAN DISTRIBUSI FRUIT TEA DI WILAYAH BOGOR (STUDI KASUS PADA KANTOR PENJUALAN (KP) BOGOR PT. SINAR SOSRO) ANALISIS EFEKTIVITAS SALURAN DISTRIBUSI FRUIT TEA DI WILAYAH BOGOR (STUDI KASUS PADA KANTOR PENJUALAN (KP) BOGOR PT. SINAR SOSRO) Oleh ETTY NUR BAETI H24103062 DEPARTEMEN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pasar nasional negara lain. Dalam menjaga konsistensinya perusahaan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pasar nasional negara lain. Dalam menjaga konsistensinya perusahaan BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Kualitas Banyaknya perusahaan di era globalisasi memicu keberadaan produk lokal dan nasional tidak akan luput dari tuntutan persaingan, selain itu juga mempunyai peluang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam sebuah kegiatan usaha peranan manajemen sangatlah penting, karena

BAB I PENDAHULUAN. Dalam sebuah kegiatan usaha peranan manajemen sangatlah penting, karena BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam sebuah kegiatan usaha peranan manajemen sangatlah penting, karena berguna untuk membantu usaha tersebut untuk mencapai tujuannya yaitu memberikan keuntungan

Lebih terperinci

Oleh MELLY SILVIANI H

Oleh MELLY SILVIANI H ANALISIS EFEKTIVITAS KOMUNIKASI ATASAN DAN BAWAHAN PADA KANTOR POS BOGOR Oleh MELLY SILVIANI H24104063 s DEPARTEMEN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009 2 ANALISIS EFEKTIVITAS

Lebih terperinci

Imam Purwanto, Eti Suhaeti, dan Edi Sumantri Teknisi Litkaysa Penyelia Balitbangtan di Balai Penelitian Tanah

Imam Purwanto, Eti Suhaeti, dan Edi Sumantri Teknisi Litkaysa Penyelia Balitbangtan di Balai Penelitian Tanah 6. MENGHITUNG TAKARAN PUPUK UNTUK PERCOBAAN KESUBURAN TANAH Imam Purwanto, Eti Suhaeti, dan Edi Sumantri Teknisi Litkaysa Penyelia Balitbangtan di Balai Penelitian Tanah Pengertian Pupuk Pupuk adalah suatu

Lebih terperinci

ABSTRAK. iii. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. iii. Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK Dewasa ini tuntutan pelanggan terhadap kualitas produk semakin meningkat, sehingga perusahaan perlu memperhatikan kualitas produk yang dihasilkannya agar mampu bersaing di pasar dan mempertahankan

Lebih terperinci

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK Pengetahuan, teknologi dan pertumbuhan ekonomi pada sektor industri Pangan di Indonesia menyebabkan persaingan antara industri-industri yang menghasilkan produk sejenis harus lebih kreatif dan

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 505/Kpts/SR.130/12/2005 TENTANG

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 505/Kpts/SR.130/12/2005 TENTANG PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 505/Kpts/SR.130/12/2005 TENTANG KEBUTUHAN DAN HARGA ECERAN TERTINGGI (HET) PUPUK BERSUBSIDI UNTUK SEKTOR PERTANIAN TAHUN ANGGARAN 2006 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

ANALISIS MANAJEMEN KUALITAS PERSPEKTIF SIX SIGMA PADA DIVISI PRODUKSI BAGIAN FISH FILLET PT DHARMA SAMUDERA FISHING INDUSTRIES

ANALISIS MANAJEMEN KUALITAS PERSPEKTIF SIX SIGMA PADA DIVISI PRODUKSI BAGIAN FISH FILLET PT DHARMA SAMUDERA FISHING INDUSTRIES ANALISIS MANAJEMEN KUALITAS PERSPEKTIF SIX SIGMA PADA DIVISI PRODUKSI BAGIAN FISH FILLET PT DHARMA SAMUDERA FISHING INDUSTRIES Tbk TANJUNG PRIOK, JAKARTA UTARA INTAN IDUL FITHRI YUNINDARI SHOLICHIN PROGRAM

Lebih terperinci

BAB III PROFIL PERUSAHAAN

BAB III PROFIL PERUSAHAAN 13 BAB III PROFIL PERUSAHAAN 3.1. Sejarah Singkat PT Sintas Kurama Perdana Sejak tahun 1980 PT Pupuk Kujang (Persero) telah mulai memikirkan dan mengadakan upaya-upaya ke arah pengembangan industri yang

Lebih terperinci

Analisis Pengendalian Kualitas Coca-Cola Kaleng Menggunakan Statistical Process Control pada PT CCAI Central Java

Analisis Pengendalian Kualitas Coca-Cola Kaleng Menggunakan Statistical Process Control pada PT CCAI Central Java Analisis Pengendalian Kualitas Coca-Cola Kaleng Menggunakan Statistical Process Control pada PT CCAI Central Java Arkan Addien 1), Pringgo Widyo Laksono 2) 1,2) Program Studi Teknik Industri, Fakultas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mencegah dan berupaya memperbaiki faktor-faktor penyebab kerusakan. menemui atau mendapati produk yang rusak.

BAB I PENDAHULUAN. mencegah dan berupaya memperbaiki faktor-faktor penyebab kerusakan. menemui atau mendapati produk yang rusak. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Produk hasil pertanian, umumnya rawan akan kerusakan saat pengolahan maupun saat penanganan bahannya. Untuk menghindari hal tersebut, setiap perusahaan akan menerapkan

Lebih terperinci

Analisis Kualitas Tenun Sarung Menggunakan Metode Statistical Quality Control Di PT. PTI Pekalongan

Analisis Kualitas Tenun Sarung Menggunakan Metode Statistical Quality Control Di PT. PTI Pekalongan Analisis Kualitas Tenun Sarung Menggunakan Metode Statistical Quality Control Di PT. PTI Pekalongan Arief Hadi Prasetyo *1) dan Kariyam 2) 1) Statistika, FMIPA, Universitas Islam Indonesia, Jalan Kaliurang

Lebih terperinci

DWI PURNOMO FTIP - UNPAD

DWI PURNOMO FTIP - UNPAD Manajemen Mutu Terpadu DWI PURNOMO FTIP - UNPAD Biaya dan Pangsa Pasar Hasil yang diperoleh dari Pasar Perbaikan reputasi Peningkatan volume Peningkatan harga Perbaikan Mutu Peningkatan Laba Biaya yang

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR ANALISIS PENGENDALIAN KUALITAS BAHAN AGGREGATE DENGAN MENGGUNAKAN METODE STATISTICAL PROCESS CONTROL (SPC) DI PT.

TUGAS AKHIR ANALISIS PENGENDALIAN KUALITAS BAHAN AGGREGATE DENGAN MENGGUNAKAN METODE STATISTICAL PROCESS CONTROL (SPC) DI PT. TUGAS AKHIR ANALISIS PENGENDALIAN KUALITAS BAHAN AGGREGATE DENGAN MENGGUNAKAN METODE STATISTICAL PROCESS CONTROL (SPC) DI PT. HUTAMA PRIMA Diajukan Guna Melengkapi Sebagai Syarat Dalam Mencapai Gelar Sarjana

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Kualitas Globalisasi dan kemudahan untuk mengakses informasi dari seluruh dunia, membawa perubahan yang sangat besar dalam kehidupan manusia. Perubahan itu juga Mempengaruhi dunia

Lebih terperinci

Oleh BUDI HARTONO H DEPARTEMEN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Oleh BUDI HARTONO H DEPARTEMEN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 65 ANALISIS KINERJA PERUSAHAAN BERDASARKAN LAPORAN KEUANGAN DAN PROYEKSI KEBUTUHAN DANA UNTUK PERIODE YANG AKAN DATANG (Studi Kasus : PT. PLN (Persero) Distribusi Jakarta Raya Dan Tangerang Area Jaringan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. manusia, sehingga kecukupan pangan bagi tiap orang setiap keputusan tentang

I. PENDAHULUAN. manusia, sehingga kecukupan pangan bagi tiap orang setiap keputusan tentang 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pangan merupakan hal yang sangat penting karena merupakan kebutuhan dasar manusia, sehingga kecukupan pangan bagi tiap orang setiap keputusan tentang subsidi pupuk merupakan

Lebih terperinci

PENGARUH FAKTOR KOMUNIKASI PEMASARAN PERUSAHAAN TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN KONSUMEN

PENGARUH FAKTOR KOMUNIKASI PEMASARAN PERUSAHAAN TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN KONSUMEN PENGARUH FAKTOR KOMUNIKASI PEMASARAN PERUSAHAAN TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN KONSUMEN (Studi Kasus pada Wisatawan Domestik di Taman Safari Indonesia, Cisarua, Bogor) Oleh EKA TAMIA MAHAKAMI H24104056 DEPARTEMEN

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di PT. Agronesia Divisi Industri Plastik

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di PT. Agronesia Divisi Industri Plastik 47 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian Penelitian ini dilakukan di PT. Agronesia Divisi Industri Plastik (Agroplas). Variabel yang diteliti adalah metode pengendalian kualitas yang diterapkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pada era globalisasi ini semakin marak bemunculan perusahaan-perusahaan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pada era globalisasi ini semakin marak bemunculan perusahaan-perusahaan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Manajemen Operasi Pada era globalisasi ini semakin marak bemunculan perusahaan-perusahaan yang bergerak di bidang manufaktur maupun jasa. Perusahaan tersebut melakukan aktivitas

Lebih terperinci

ANALISIS PENGARUH DANA PIHAK KETIGA DAN KREDIT BERMASALAH TERHADAP LABA (STUDI KASUS PT BANK X Tbk) Oleh HENI ROHAENI H

ANALISIS PENGARUH DANA PIHAK KETIGA DAN KREDIT BERMASALAH TERHADAP LABA (STUDI KASUS PT BANK X Tbk) Oleh HENI ROHAENI H ANALISIS PENGARUH DANA PIHAK KETIGA DAN KREDIT BERMASALAH TERHADAP LABA (STUDI KASUS PT BANK X Tbk) Oleh HENI ROHAENI H24053163 DEPARTEMEN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

BUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 32 TAHUN 2011 TENTANG

BUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 32 TAHUN 2011 TENTANG 1 BUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 32 TAHUN 2011 TENTANG KEBUTUHAN DAN PENYALURAN SERTA HARGA ECERAN TERTINGGI (HET) PUPUK BERSUBSIDI UNTUK SEKTOR PERTANIAN KABUPATEN SITUBONDO TAHUN ANGGARAN

Lebih terperinci

Pengendalian Kualitas Statistik. Lely Riawati

Pengendalian Kualitas Statistik. Lely Riawati 1 Pengendalian Kualitas Statistik Lely Riawati 2 SQC DAN SPC SPC dan SQC bagian penting dari TQM (Total Quality Management) Ada beberapa pendapat : SPC merupakan bagian dari SQC Mayelett (1994) cakupan

Lebih terperinci

BUPATI SERUYAN PERATURAN BUPATI SERUYAN NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG

BUPATI SERUYAN PERATURAN BUPATI SERUYAN NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG SALINAN BUPATI SERUYAN PERATURAN BUPATI SERUYAN NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG KEBUTUHAN DAN HARGA ECERAN TERTINGGI (HET) PUPUK BERSUBSIDI UNTUK SEKTOR PERTANIAN TAHUN ANGGARAN 2014 BUPATI SERUYAN, Menimbang

Lebih terperinci

KAJIAN PERENCANAAN PRODUKSI AGREGAT (Studi Kasus pada PT Adi Putra Perkasa, Cicurug - Sukabumi) Oleh ASEP SOLEHUDIN H

KAJIAN PERENCANAAN PRODUKSI AGREGAT (Studi Kasus pada PT Adi Putra Perkasa, Cicurug - Sukabumi) Oleh ASEP SOLEHUDIN H KAJIAN PERENCANAAN PRODUKSI AGREGAT (Studi Kasus pada PT Adi Putra Perkasa, Cicurug - Sukabumi) Oleh ASEP SOLEHUDIN H24103066 DEPARTEMEN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

ANALISIS PENGENDALIAN KUALITAS PRODUK BAKERY BOX MENGGUNAKAN METODE STATISTICAL PROCESS CONTROL (STUDI KASUS PT. X)

ANALISIS PENGENDALIAN KUALITAS PRODUK BAKERY BOX MENGGUNAKAN METODE STATISTICAL PROCESS CONTROL (STUDI KASUS PT. X) ANALISIS PENGENDALIAN KUALITAS PRODUK BAKERY BOX MENGGUNAKAN METODE STATISTICAL PROCESS CONTROL (STUDI KASUS PT. X) Rika Gracia *), Arfan Bakhtiar Program Studi Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 15 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Plastik Plastik mencakup semua bahan sintetik organik yang berubah menjadi plastis setelah dipanaskan dan mampu dibentuk di bawah pengaruh tekanan. Bahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Pada kondisi saat ini, salah satu sektor pembangunan yang harus diperhatikan oleh suatu negara adalah perekonomian. Maka pertumbuhan industri sangatlah

Lebih terperinci

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 4.1 Pengumpulan Data Pengambilan data yang dilakukan penulis menggunakan data primer dan sekunder yang didapatkan pada Lini 2 bagian produksi Consumer Pack, yang

Lebih terperinci

ANALISIS STRATEGI PEMASARAN DOMESTIK PT. CIPTA TERAS ADI BUSANA, JAKARTA UTARA. Oleh EKO SUGENG HARAFI H

ANALISIS STRATEGI PEMASARAN DOMESTIK PT. CIPTA TERAS ADI BUSANA, JAKARTA UTARA. Oleh EKO SUGENG HARAFI H ANALISIS STRATEGI PEMASARAN DOMESTIK PT. CIPTA TERAS ADI BUSANA, JAKARTA UTARA Oleh EKO SUGENG HARAFI H24103082 DEPARTEMEN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2007 ABSTRAK

Lebih terperinci

3. BAB III METODOLOGI PENELITIAN

3. BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3. BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Lokasi Dan Waktu Penelitian Penelitian Tugas Akhir ini dilaksanakan di PT United Can Company Ltd. yang berlokasi di Jalan Daan Mogot Km. 17, Kalideres Jakarta Barat,

Lebih terperinci

Oleh : DHIKA YUDHA PERDANA H

Oleh : DHIKA YUDHA PERDANA H ANALISIS PENGUKURAN KINERJA PERUSAHAAN DENGAN MALCOLM BALDRIGE CRITERIA FOR PERFORMANCE EXCELLENCE 2007(STUDI KASUS PT. ASURANSI EKSPOR INDONESIA JAKARTA) Oleh : DHIKA YUDHA PERDANA H24104113 DEPARTEMEN

Lebih terperinci

BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN, DAN ANALISIS DATA

BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN, DAN ANALISIS DATA 23 BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN, DAN ANALISIS DATA 4.1 Sejarah Perusahaan Pertama berdirinya PT. Tri Tunggal Bangun Sejahtera di Tangerang adalah melalui tahapan yang begitu kecil. Dalam awal pendiriannya

Lebih terperinci

ANALISIS PENGENDALIAN KUALITAS PRODUK SEPATU DAN SANDAL WANITA DENGAN METODE SPC (STATISTICAL PROCESS CONTROL) PADA PT.

ANALISIS PENGENDALIAN KUALITAS PRODUK SEPATU DAN SANDAL WANITA DENGAN METODE SPC (STATISTICAL PROCESS CONTROL) PADA PT. ANALISIS PENGENDALIAN KUALITAS PRODUK SEPATU DAN SANDAL WANITA DENGAN METODE SPC (STATISTICAL PROCESS CONTROL) PADA PT. GRAMIDO SKRIPSI Oleh : Chrestella - 0900794800 Fakultas Ekonomi dan Bisnis Jurusan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Sejarah Pengendalian Kualitas Pada tahun 1924, W.A. Shewart dari Bell Telephone Laboratories mengembangkan diagram atau grafik statistik untuk mengendalikan

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KOTA BOGOR

BERITA DAERAH KOTA BOGOR BERITA DAERAH KOTA BOGOR TAHUN 2011 NOMOR 10 SERI E PERATURAN WALIKOTA BOGOR NOMOR 17 TAHUN 2011 TENTANG ALOKASI DAN HARGA ECERAN TERTINGGI (HET) PUPUK BERSUBSIDI UNTUK SEKTOR PERTANIAN DAN PERIKANAN DI

Lebih terperinci

PERSEPSI KARYAWAN TENTANG HUBUNGAN RESTRUKTURISASI ORGANISASI DENGAN KINERJA KARYAWAN. Oleh : DEVIANI PERTIWI H

PERSEPSI KARYAWAN TENTANG HUBUNGAN RESTRUKTURISASI ORGANISASI DENGAN KINERJA KARYAWAN. Oleh : DEVIANI PERTIWI H PERSEPSI KARYAWAN TENTANG HUBUNGAN RESTRUKTURISASI ORGANISASI DENGAN KINERJA KARYAWAN (Studi Kasus PD Pasar Jaya Unit Area 03 Pramuka, Jakarta Timur) Oleh : DEVIANI PERTIWI H24051693 DEPARTEMEN MANAJEMEN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Di zaman seperti sekarang ini dengan kemajuan industri yang didukung

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Di zaman seperti sekarang ini dengan kemajuan industri yang didukung BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di zaman seperti sekarang ini dengan kemajuan industri yang didukung dengan perkembangan teknologi yang pesat telah memberikan dampak terhadap persaingan industri pada

Lebih terperinci

ABSTRAK UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA

ABSTRAK UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA ABSTRAK PT Sahabat Buana adalah perusahaan yang memproduksi bijih-bijih plastik dimana terdapat banyak pesaing, untuk itu perusahaan harus mempertahankan dan meningkatkan kualitas produknya yang semakin

Lebih terperinci