Jasa, Harapan Dan Pengalaman

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Jasa, Harapan Dan Pengalaman"

Transkripsi

1 Jasa, Harapan Dan Pengalaman Abstrak Pembentukan perilaku konsumen khususnya terhadap produk jasa, setidaknya melalui tiga tahap, yaitu tahap sebelum pembelian ( the prepurchase stage), tahap konsumsi ( the consumption stage), tahap evaluasi setelah pembelian ( postpurchase evaluation). Pada seorang konsumen baru, harapan konsumen dianggap sebagai suatu prediksi terhadap berbagai kemungkinan kejadian selama transaksi di masa mendatang. Pengalaman berikutnya adalah hasil evaluasi yang didasarkan pada perbandingan antara harapan dengan kenyataan kinerja sebenarnya dari pelayanan tersebut. Jarot Prasetyo Staf Pengajar Universitas Widya Dharma Klaten Keywords Jasa, kualitas jasa, harapan konsumen jasa, perilaku konsumen jasa, pengalaman konsumen produk jasa. 35

2 Pendahuluan Kecenderungan setiap orang untuk membelanjakan lebih banyak uangnya terhadap produk jasa, sebagai cerminan peningkatan kemakmuran akibat pertumbuhan ekonomi dunia serta didukung adanya pertumbuhan teknologi baru dalam setiap bidang, secara umum telah memacu pertumbuhan industri sektor jasa. Peningkatan kemakmuran dan teknologi baru membuka kemungkinan setiap orang untuk lebih sering memanfaatkan kekuatan jasa sebagai cara memudahkan kehidupannya, sekali pun dengan konsekuensi dana lebih besar. Faktanya memang menunjukkan bahwa dalam setiap aspek kehidupan seseorang tidak pernah terlepas dari ketersinggungan, untuk tidak mengatakan ketergantungan (kondisi tertentu yang secara spesifik dialami seseorang tidak menyebabkannya sampai pada taraf ketergantungan terhadap jasa tertentu), terhadap produk yang disebut jasa tersebut. Jasa transportasi, restauran, hotel, listrik, telepon, pos, perawatan kesehatan, bantuan hukum dan sebagainya merupakan bentuk-bentuk jasa yang membuat hidup seseorang semakin mudah dan potensial menciptakan perubahan tertentu pada perilaku konsumsinya. Kalau sebelum itu hampir semua kegiatan dilakukan sendiri, maka sekarang dengan tersedianya berbagai macam produk jasa, orang akan semakin mengandalkan pihak lain (penyedia jasa) untuk memenuhi hajat hidupnya, harapanharapannya terhadap ketersediaan jasa, kualitas jasa dan sebagainya, bahkan sampai pada efek yang diciptakannya, seperti kesediaan seseorang membelanjakan sebagian besar uangnya demi segenggam gengsi untuk menaikkan citra diri; sampai pada batas kemampuannya menyediakan dana untuk jasa tersebut karena jasa yang dikonsumsi tidak gratis. Hal itu semata-mata semakin mencerminkan bahwa jasa sebagai produk industri yang kapitalistik intensif bersifat ekonomis serta kukuhnya naluri purba manusia yang selalu mengejar kemudahan, kesenangan dan berbagai ragam implementasi hedonistik prinsip-prinsip ekonomi yang melekat, yang tanpa disadari juga telah secara eksesif merubah perilaku manusia sebagai konsumen ke luar wilayah perilaku ekonomis normatifnya. Pembahasan ini memang tidak membicarakan secara khusus posisi perubahan hedonistik eksesif perilaku konsumtif para konsumen terhadap jasa, tetapi sedikit latar belakang yang menyinggung sifat dasar manusia dalam kaitannya dengan perilaku konsumtifnya akan memberikan nuansa kesadaran relatif bahwa pembahasan mengenai apa pun dalam setiap momennya seharusnya tidak terlepas sama sekali dengan kenyataan bahwa arus besarnya adalah berujung pada upaya menghindari dehumanisasi. Dengan demikian implisit ada beberapa asumsi pendahuluan yang menjadi pengarah pembahasan ini. Pertama, produk jasa yang ditawarkan adalah bersifat standar artinya secara umum orang bisa menikmatinya tanpa melalui persyaratan khusus dan banyak ditawarkan oleh penyedia jasa sehingga posisi persaingan antar satu perusahaan jasa dengan perusahaan lain berimbang. Kedua, konsep tentang jasa bisa berlaku di negara maju mau pun negara sedang berkembang kendati berbagai konsep tentang jasa sering kali berasal dari negara barat makmur (misal, Amerika Serikat). Jasa Sesungguhnya sangat sulit untuk menentukan apakah suatu produk sepenuhnya disebut barang ( goods) atau jasa ( services). Sebab, produk barang belum tentu terbebas dari peranan elemen jasa dalam proses produksinya maupun dalam proses pemasarannya. Demikian juga dalam pelayanan jasa, tidak mungkin tidak memanfaatkan peranan barang dalam proses produksi dan pemasarannya. Bahkan perusahaan jasa yang ingin tampil beda, sering memanfaatkan fungsi tertentu dari 36

3 suatu barang sebagai tambahan pelayanan jasanya. Menurut pendapat Mills dan Moberg (1982), ada dua faktor acuan yang membedakan barang dan jasa, yaitu perbedaan prosesnya dan perbedaan outputnya. Sementara itu John L. Schorr, wakil presiden pemasaran Holiday Inns, menjelaskan ada garis pemisah antara barang dan jasa, tergantung kepada tempatnya dan jenis perusahaannya. Lebih jauh dikatakan bahwa produk adalah sesuatu yang dibeli dan kemudian dibawa untuk dikonsumsi atau untuk digunakan oleh konsumen. Jika produk tersebut tidak bersifat fisik, atau bukan sesuatu yang bisa dibawa atau dikonsumsi, maka produk tersebut disebut jasa (Gary Knisely, 1979). Contoh dikotomistis antara pengertian barang dan jasa dapat diwakili oleh Pizza Hut yang menjual pizza sekaligus mengantarkannya ke rumah atau tempat pemesan berada. Pertanyaannya adalah apakah konsumen membeli jasa (pengiriman pizza) atau barang (pizza)? Konsep pemasaran harus mempertimbangkan kenyataan bahwa ternyata setiap pelayanan jasa merupakan campuran antara produk jasa dan produk barang (John E. Bateson). Pembicaraan selanjutnya tentang jasa menggunakan pengertian bahwa suatu produk disebut jasa jika manfaat yang diterima dari konsumen lebih dirasakan sebagai jasa dari pada sebagai barang (John E. Bateson). Tiga Tahap Model Perilaku Konsumen Jasa John E. Bateson dalam bukunya Managing Services Marketing (1995) menyebutkan tiga tahap model perilaku konsumen jasa, yaitu tahap sebelum pembelian ( the prepurchase stage), tahap konsumsi ( the consumption stage), tahap evaluasi setelah pembelian ( postpurchase evaluation). 1. Tahap Sebelum Pembelian Tahap ini merupakan tahap dimana seluruh kegiatan konsumen terjadi sebelum jasa diterima atau diserahkan, dimulai sejak konsumen menyadari adanya suatu kebutuhan atau adanya masalah. Jalan keluar untuk mengatasi kebutuhan atau masalah tersebut potensial menimbulkan tindakan pembelian. Konsumen kemudian mencari informasi yang relevan dari sumber internal maupun eksternal sampai ditemukan jalan keluarnya dan akhirnya melakukan pemilihan cara penyelesaian yang paling memuaskan. Konsumen biasanya jarang sekali menggunakan setiap alternatif keputusan yang ada pada saat pengambilan keputusannya, karena pilihan yang ada terbatas hanya pada pilihan yang pernah mereka lakukan di masa lalu berdasarkan pengalaman, kebiasaan dan pengetahuannya. Pada tahap ini bentuk harapan konsumen adalah apa yang akan mereka terima dan apa yang akan mereka rasakan secara nyata dari jasa yang dikonsumsi (Sasser, Olsen, Wyckoff 1978; Gronroos 1982; Lehtinen and Lehtinen 1982; Parasuraman, Zeithaml, and Berry 1985, 1988; Brown and Swartz 1989 dalam John E. Bateson, Managing Services Marketing, hal. 47). Pada tahap ini pula perusahaan jasa memainkan peranan penting dalam kegiatan konsumsi seorang konsumen sebab jasa diproduksi dan dikonsumsi secara bersamaan. Dengan kata lain, kualitas jasa yang dirasakan dipandang sebagai tingkat dan arah ketidaksesuaian di antara persepsi dan keinginan para konsumen. 2. Tahap Konsumsi Tahap ini terdiri dari kegiatan pembelian, penggunaan dan "pembuangan" (disposing) yang disertai dengan adanya seperangkat harapan terhadap kinerja produk. Ke tiga aktivitas itu disebut the consumption process. Terhadap produk jasa, tahap ini merupakan tahap yang lebih kompleks sebab manfaat jasa yang dibeli konsumen mengandung unsur pengalaman yang diperoleh melalui proses interaksi personal sebelumnya antara konsumen, penyedia jasa serta fasilitas pendukungnya. 3. Tahap Evaluasi Setelah Konsumsi 37

4 Pada tahap ini konsumen mengevaluasi jasa dengan cara membandingkan jasa yang telah dirasakan dengan harapan yang terbentuk sebelumnya. Jika jasa yang dirasakan sama atau bahkan lebih baik dari pada harapannya, maka mereka merasa puas. Tahap ini merupakan akhir dari proses pemanfaatan suatu jasa oleh seorang konsumen dan potensial menjadi sumber penularan pengalaman seorang konsumen terhadap calon konsumen lainnya (word-ofmouth recommendation) sehingga merangsang keinginan pembelian selanjutnya. Harapan Dan Pengalaman Berbagai literatur mengenai produk jasa sering membahas hubungan antara harapan konsumen terhadap kualitas jasa yang ingin diterimanya dengan pengalaman konsumen. Di antaranya adalah Olson dan Dover (1979) dalam buku John E. Bateson, Managing Services Marketing, hal. 47 mengatakan: "Customer expectation are pretrial beliefs about a product that serve as standards or reference points againts which product performance is judged". Dalam buku yang sama disebutkan oleh Parasuraman, Zeithaml, and Berry (1985, 1988) mengenai Gaps Model of service quality:"customer assessments of service quality result from a comparison of service expectations with actual performance". Kedua pernyataan tersebut sebagai bagian dari banyak pernyataan lain yang intinya menghubungkan pengalaman konsumen mengkonsumsi suatu produk jasa dengan harapan konsumen terhadap kualitas jasa yang ditawarkan. Hubungan yang terjadi dalam hal ini adalah hubungan sebab akibat, yaitu pengalaman digunakan sebagai dasar pembentukan harapan konsumen. Tetapi tidak pernah dijelaskan bahwa adanya variabel pengalaman berarti konsumen tersebut adalah konsumen yang pernah mengkonsumsi jasa yang ditawarkan. Bagaimana dengan pembentukan harapan bagi konsumen baru yang belum memiliki pengalaman mengkonsumsi jasa? Apakah mungkin harapan konsumen timbul terlebih dahulu sebelum jasa dikonsumsi ataukah terbentuknya harapan konsumen timbul setelah konsumen mengalami pengalaman menggunakan jasa yang ditawarkan. Bias ini, akan mempengaruhi implementasi selanjutnya dalam strategi pemasaran produk jasa, terutama bagi perusahaan jasa yang baru berdiri atau perusahaan jasa yang akan mencari pasar baru. Saya menggunakan asumsi bahwa jasa yang dimaksudkan adalah jasa standar yang baru ditawarkan (produk baru) sedangkan konsumen dalam hal ini adalah konsumen baru yaitu konsumen yang baru pertama kali mengkonsumsi jasa standar yang ditawarkan dan tidak memiliki pengetahuan dan pengalaman sama sekali mengenai jasa tersebut. Jasa standar adalah kualitas jasa yang secara minimum seharusnya dirasakan oleh konsumen. Walaupun konsumen berharap memperoleh kualitas jasa seperti yang mereka inginkan, mereka menyadari bahwa hal tersebut tidak selalu tercapai. Maka mereka memasang tingkat harapannya pada tingkat yang lebih rendah sebagai patokan kualitas jasa minimum yang harus mereka peroleh. Zeithaml, Berry and Parasuraman menyebutnya sebagai adequate service. Artikel ini merupakan suatu tinjauan teoritis mengenai pengertian dan pembentukan harapan konsumen, dilanjutkan pengertian teoritis tentang pengalaman konsumen jasa. Di akhir artikel saya mencoba menggabungkan kedua pengertian tersebut untuk menjawab pertanyaan apakah harapan konsumen timbul terlebih dahulu sebelum jasa dikonsumsi ataukah terbentuknya harapan konsumen timbul setelah konsumen mengalami pengalaman menggunakan jasa yang ditawarkan. Serta sedikit disinggung implementasinya bagi perusaahan jasa baru mau pun lama. Sebagian besar sumber bacaan adalah artikel hasil penelitian Zeithaml, Berry and Parasuraman (1993): The Nature and Determinants of Customer Expectations of Service, yang dimuat dalam 38

5 buku John E. Bateson, Managing Services Marketing (1995) halaman Harapan Konsumen Sebagai Standar Prediksi Harapan konsumen dianggap sebagai suatu prediksi terhadap berbagai kemungkinan kejadian selama transaksi di masa mendatang. Menurut pendapat Oliver (1981)"...expectations are consumerdefined probabilities of the occurrence of positive and negative events if the consumers engages in some behaviour". Miller (1977) menyebutnya sebagai standar yang diharapkan (expected standard), yaitu suatu perhitungan obyektif mengenai kemungkinan kinerja (kualitas jasa). Swan dan Trawick (1980) serta Prakash (1984) menyebutnya sebagai predictive expectations, yaitu estimasi terhadap tingkat kinerja (kualitas jasa) yang sudah diantisipasi. Ketiga definisi tersebut mengandung suatu dimensi pengertian bahwa konsumen belum mengetahui secara persis seberapa tinggi kualitas jasa yang akan diperolehnya sehingga konsumen belum memiliki dasar untuk menetapkan tingkat harapannya. Hal ini bersumber dari penggunaan kata-kata probabilitas, prediksi dan estimasi yang bersifat pendugaan kemungkinan yang akan terjadi. Apabila dalam hal ini jasa yang dimaksud adalah jasa yang bersifat standar, maka jasa dan konsumen yang dimaksudkan adalah jasa dan konsumen baru. Seorang konsumen yang baru pertama kali merasakan jasa standar belum memiliki pengetahuan dan pengalaman mengkonsumsinya. Tetapi jika pada masa berikutnya konsumen tersebut mengkonsumsi jasa yang sama (standar) maka ia telah memiliki pengetahuan dan pengalaman yang sama dengan yang sebelumnya sehingga harapannya terhadap kualitas jasa tersebut sudah terbentuk secara tepat, bukan lagi bersifat prediksi atau estimasi. Demikian pula halnya terhadap jasa sebagai produk baru, konsumen belum memiliki pengetahuan dan pengalaman yang memadai untuk menentukan tingkat harapannya (asumsi). Alasan tersebut menjadi dasar bagi saya untuk membuat kesimpulan sementara bahwa pengertian prediksi dan estimasi lebih tepat sebagai gambaran untuk menunjukkan harapan konsumen baru terhadap produk jasa standar. Artinya bahwa pembentukan tingkat harapan konsumen jasa standar timbul setelah konsumen memiliki pengetahuan dan pengalaman mengkonsumsi jasa yang sama. Sementara itu, jika yang dimaksudkan adalah jasa customized, maka pengetahuan dan pengalaman yang dimiliki konsumen tidak relevan sebagai dasar penentuan tingkat harapannya sebab jasa customized bersifat berubah-ubah tergantung situasi dan kondisi yang ada atau pesanan konsumen. Konsumen hanya bisa berharap sesuai dengan yang diinginkannya dan ini bisa tercapai dalam batas-batas tertentu yaitu jasa standar (menurut pemahaman, jasa yang bersifat customized terdiri dari jasa standar dan jasa yang disesuaikan dengan pesanan atau jasa khusus atau mungkin bisa disebut jasa tambahan). Sehingga harapan konsumen terhadap kualitas jasa customized tidak bisa diperoleh secara tepat. Maka pengetahuan dan pengalaman yang dimiliki konsumen jasa ini tidak relevan sebagai dasar penentuan tingkat harapan konsumen terhadap kualitas jasa customized. Kesimpulan sementara adalah pengetahuan dan pengalaman konsumen bukan sebagai sumber pembentukan tingkat harapan konsumen terhadap jasa customized. Harapan Konsumen Sebagai Standar Ideal Miller (1977) mengajukan pendapatnya bahwa harapan ideal ( ideal expectations) merupakan tingkat kinerja (kualitas) jasa yang diinginkan atau diharapkan (wished for). Swan dan Trawick (1980) menawarkan suatu standar yang disebut harapan yang diinginkan ( desired expectations) sebagai suatu tingkat kinerja 39

6 (kualitas jasa) yang diharapkan dari suatu produk. Prakash (1984) merumuskan harapan normatif ( normative expectations) yaitu bagaimana seharusnya suatu jasa dilaksanakan sehingga konsumen terpuaskan. Peneliti lain juga menawarkan pengertian yang memiliki arti yang sama dengan pengertian tentang jasa di atas. Semuanya mengarah kepada suatu bayangan harapan tertentu suatu tingkat kualitas jasa yang seharusnya diterima oleh konsumen. Karena, seperti asumsi yang diajukan di bagian pendahuluan, produk jasa disini adalah produk baru dan konsumen adalah konsumen baru maka dalam pandangan semua rumusan tersebut menyiratkan adanya suatu dimensi pengertian bahwa pembentukan harapan konsumen bukan berdasarkan pengalaman dan pengetahuan konsumen terhadap jasa tersebut, tetapi lebih karena faktor lain. Hal ini dikarenakan konsumen baru belum memiliki pengalaman mengkonsumsi produk yang ditawarkan atau jika yang ditawarkan adalah produk baru maka atribut-atribut yang ada pada produk baru tersebut belum dikenal oleh calon konsumen. Faktor lain tersebut mungkin adalah kebutuhan dan keinginan (needs dan wants) konsumen terhadap jasa yang timbul pada saat konsumen menghadapi masalah tertentu. Seorang konsumen baru yang sedang menghadapi masalah dengan kebutuhannya membayangkan suatu kinerja jasa pada tingkat tertentu yang mampu membantu mengatasi masalahnya. Pada tahap ini timbul suatu harapan terhadap suatu jasa. Karena ia seorang konsumen baru yang belum mempunyai pengalaman apapun maka harapan yang timbul adalah sangat mendasar yaitu sesuai dengan tingkat kebutuhan dan keinginannya pada saat itu. Sehingga untuk sementara dapat disimpulkan bahwa harapan yang timbul pada seorang konsumen baru adalah bukan didasarkan pada pengalaman tetapi lebih kepada kebutuhan dan keinginannya agar masalahnya segera terpecahkan. Faktor lainnya mungkin adalah usaha perusahaan jasa membentuk kesan tertentu yang menempel dalam produknya sehingga menimbulkan tingkat harapan tertentu akan kualitas jasa yang diinginkan konsumen. Pertanyaannya adalah bagaimana mungkin seorang konsumen yang belum pernah mengkonsumsi jasa tersebut memiliki bayangan tingkat tertentu kualitas jasa yang seharusnya diterimanya? Semestinya harapan tentang jasa yang diinginkannya bersumber dari pengalaman yang pernah dialaminya berkaitan dengan konsumsi jasa tersebut. Kesimpulan Setidaknya ada tiga tahap pembentukan perilaku konsumen, khususnya terhadap produk jasa yang meliputi harapan, konsumsi dan akhirnya evaluasi. Dari ketiga tahap pembentukan itu disimpulkan bahwa pengalaman konsumen perupakan sebentuk keyakinan awal terhadap manfaat yang diberikan sebuah produk jasa yang kemudian akan dianggap sebagai standar atau titik referensi untuk menilai manfaat produk jasa itu sendiri di masa mendatang. Pada tahap berikutnya pengukuran yang dilakukan oleh seorang konsumen terhadap kualitas pelayanan suatu produk jasa dihasilkan dari perbandingan antara harapan terhadap kualitas pelayanan suatu produk jasa dengan kinerja sebenarnya dari pelayanan tersebut. 40

7 Daftar Pustaka Bateson, John E.G., 1995, Managing Services Marketing, The Dryden Press. Brown, Stephen W. and Teresa A. Swartz, 1989, A Dyadic Evaluation of the Professional Services Encounter, Journal of Marketing, 53 (April): Gary Knisely, interviewing James L. Schorr in Advertising Age, January 15, Gronroos, Christian,1982, Strategic Management and Marketing in the Service Sector. Helsingfors: Swedish School of Economics and Business Administration. Lehtinen, Uolevi, and Jarmo R. Lehtinen, 1982, Service Quality: A Study of Quality Dimensions, Unpublished working paper. Helsinki, Finland OY: Service Management Institute. Miller, John A., 1977, Studying Satisfaction, Modifying Models, Eliciting Expectations, Posing Problems, and Making Meaningful Measurements, in Conceptualization and Measurements of Consumer Satisfaction and Dissatisfaction. Ed., H. Keith Hunt. Bloomington: School of Business, Indiana University, Mills, Peter K., Dennis J. Moberg, 1982, Perspectives on the Technology of Services Operations, Academy of Management Review, Vol. 7, no. 3: Olson, Jerry C. and Philip Dover, 1979, Disconfirmation of Consumer Expectations through Product Trial, Journal of Applied Psychology, 64 (April); Oliver, Richard L., 1981, What is Consumer Satisfaction? The Wharton Magazine, 5 (Spring): Prakash, Ved, 1984, Validity and Reliability of the Confirmation of Expectations Paradigm as a Determinant of Consumer Satifaction, Journal of the Academy of Marketing Science, 12 (Fall): Sasser, W. Earl, Jr., R. Paul Olsen, and D. Daryl Wickoff, 1978, Management of Service Operations: Text and Cases, Boston: Allyn & Bacon. Swan, John E. and I. Frederick Trawik, 1980, Satisfaction Related to Predictive vs. Desired Expectations, in Refining Concepts and Measures of Consumer Satisfaction and Complaining Behaviour. Eds., H. Keith Hunt and Ralp L. Day. Bloomington: School of Business, Indiana University, Zeithaml, Valerie A., Leonard L. Berry, A. Parasuraman, 1993, The Nature and Determinants of Customer Expectations of Service, Journal of the Academy of Marketing Science, Volume 21, Number 1, pages Zeithaml, Valerie A., Leonard L. Berry, A. Parasuraman, 1988, Communication and Control Processes in the Delivery of Service Quality, Journal of Marketing, 52 (April): Zeithaml, Valerie A., Leonard L. Berry, A. Parasuraman, 1985, Problems and Strategies in Service Marketing, Journal of Marketing, 49 (Spring):

Ekuilibrium : Jurnal Ilmiah Bidang Ilmu Ekonomi P-ISSN X Volume 11, No 2, September 2016 E-ISSN

Ekuilibrium : Jurnal Ilmiah Bidang Ilmu Ekonomi P-ISSN X Volume 11, No 2, September 2016 E-ISSN EKSPEKTASI DAN PERSEPSI MAHASISWA TERHADAP KUALITAS PENDIDIKAN PADA UNIVERSITAS SOERJO NGAWI Rozalina Novianty 1 Lina Sugiyanto 2 Istiana Wijayanti Mala 3 Universitas Soerjo Ngawi Korespondensi : roza_nov@yahoo.com

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Konsumen 2.2 Kepuasan Konsumen

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Konsumen 2.2 Kepuasan Konsumen II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Konsumen Konsumen adalah setiap orang pemakai barang dan/atau jasa yang tersedia dalam masyarakat, baik bagi kepentingan diri sendiri, keluarga, orang lain, maupun makhluk

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pelayanan Pelayanan adalah suatu aktivitas ekonomi yang menciptakan nilai lebih (value) dan memberikan manfaat bagi para pelanggan pada tempat dan waktu yang spesifik, dengan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. manusia, proses dan lingkungan yang memenuhi atau melebihi harapan (Goets et al,

BAB 2 LANDASAN TEORI. manusia, proses dan lingkungan yang memenuhi atau melebihi harapan (Goets et al, BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Kualitas Pelayanan Kualitas merupakan suatu kondisi dinamis yang berhubungan dengan produk, jasa manusia, proses dan lingkungan yang memenuhi atau melebihi harapan (Goets et al,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Perkembangan industri jasa di Indonesia memberikan kontribusi yang cukup

BAB 1 PENDAHULUAN. Perkembangan industri jasa di Indonesia memberikan kontribusi yang cukup BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perkembangan industri jasa di Indonesia memberikan kontribusi yang cukup berarti, dikarenakan begitu kayanya alam Indonesia dengan keindahan yang tiada habisnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Persaingan di dunia bisnis telah semakin ketat. Setiap perusahaan saling

BAB I PENDAHULUAN. Persaingan di dunia bisnis telah semakin ketat. Setiap perusahaan saling 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Persaingan di dunia bisnis telah semakin ketat. Setiap perusahaan saling bersaing satu sama lain dalam merebut simpati pelanggannya. Di sisi lain, kondisi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Di negara manapun di dunia ini termasuk di Indonesia apabila perekonomian bangsa dikelola secara jujur, adil dan profesional, maka pertumbuhan ekonomi akan

Lebih terperinci

MEMBANGUN KESETIAAN PELANGGAN MELALUI KEPUASAN PELANGGAN. Dewi Fatmasari Jurusan Administrasi Niaga FISIP Universitas Pandanaran ABSTRACT

MEMBANGUN KESETIAAN PELANGGAN MELALUI KEPUASAN PELANGGAN. Dewi Fatmasari Jurusan Administrasi Niaga FISIP Universitas Pandanaran ABSTRACT MEMBANGUN KESETIAAN PELANGGAN MELALUI KEPUASAN PELANGGAN Dewi Fatmasari Jurusan Administrasi Niaga FISIP Universitas Pandanaran ABSTRACT At this moment, consumer flood any product which they buy. Consumer

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pemasaran 2.1.1 Pengertian Pemasaran Pemasaran adalah suatu fungsi organisasi dan seperangkat proses untuk menciptakan, mengkomunikasikan, dan menyerahkan nilai kepada pelanggan

Lebih terperinci

KUALITAS PELAYANAN TERKAIT DENGAN KEPUASAN KONSUMEN DALAM INDUSTRI JASA

KUALITAS PELAYANAN TERKAIT DENGAN KEPUASAN KONSUMEN DALAM INDUSTRI JASA KUALITAS PELAYANAN TERKAIT DENGAN KEPUASAN KONSUMEN DALAM INDUSTRI JASA Yenli Megawati Dosen, Universitas Bunda Mulia, Jakarta Abstrak Dengan semakin berkembangnya dunia bisnis menyebabkan kebutuhan terhadap

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Pada bab ini merupakan bagian akhir dari rangkaian proses penelitian, yang memuat kesimpulan dan saran untuk mutu layanan Aya Travel dan untuk penelitian selanjutnya. V.1 Kesimpulan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian (Rahmi, 2012:1 ) (Rahman, 2005:1)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian (Rahmi, 2012:1 ) (Rahman, 2005:1) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dalam situasi perekonomian yang semakin meningkat, perusahaanperusahaan berupaya untuk menunjukan kemampuan dan kualitas diri diantara para pesaingnya. Perusahaan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Uraian Teoritis 2.1.1 Pengertian Kualitas Pelayanan Dewasa ini konsep kualitas telah menjadi faktor yang sangat dominan terhadap keberhasilan suatu organisasi. Kualitas menjadi

Lebih terperinci

MAKALAH MANAJEMEN KUALITAS DALAM PERUSAHAAN JASA. Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Manajemen Mutu Dosen Pengampu: Drs. Ketut Sudharma, M.

MAKALAH MANAJEMEN KUALITAS DALAM PERUSAHAAN JASA. Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Manajemen Mutu Dosen Pengampu: Drs. Ketut Sudharma, M. MAKALAH MANAJEMEN KUALITAS DALAM PERUSAHAAN JASA Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Manajemen Mutu Dosen Pengampu: Drs. Ketut Sudharma, M.Si Oleh: Eko Sandhi Purnomo 7101406059 Fariza Budi Murtiawan

Lebih terperinci

II. LANDASAN TEORI. penjualan, tetapi dipahami dalam pemahaman modern yaitu memuaskan

II. LANDASAN TEORI. penjualan, tetapi dipahami dalam pemahaman modern yaitu memuaskan 14 II. LANDASAN TEORI 2.1 Definisi Pemasaran Saat ini pemasaran harus dipahami tidak dalam pengertian kuno sebagai pembuat penjualan, tetapi dipahami dalam pemahaman modern yaitu memuaskan kebutuhan pelanggan.

Lebih terperinci

PENGARUH KUALITAS PELAYANAN TERHADAP INTENSI PEMBELIAN ULANG DI TOKO BUKU GRAMEDIA MERDEKA BANDUNG. Nur Hayati ABSTRAK

PENGARUH KUALITAS PELAYANAN TERHADAP INTENSI PEMBELIAN ULANG DI TOKO BUKU GRAMEDIA MERDEKA BANDUNG. Nur Hayati ABSTRAK PENGARUH KUALITAS PELAYANAN TERHADAP INTENSI PEMBELIAN ULANG DI TOKO BUKU GRAMEDIA MERDEKA BANDUNG ABSTRAK Konsumen yang melakukan pembelian ulang atas produk dan jasa yang dihasilkan oleh perusahaan adalah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Pemasaran Menurut Brech, pemasaran adalah proses menentukan permintaan konsumen atas sebuah produk atau jasa, memotivasi penjualan produk atau jasa tersebut dan mendistribusikannya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang word of mouth

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang word of mouth BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Dalam era pasar bebas saat ini, persaingan dunia usaha yang semakin ketat menuntut perusahaan agar dapat lebih melakukan inovasi dalam melakukan usahanya. Perusahaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan sektor jasa di seluruh dunia dewasa ini telah mengalami

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan sektor jasa di seluruh dunia dewasa ini telah mengalami BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan sektor jasa di seluruh dunia dewasa ini telah mengalami peningkatan yang cukup pesat. Dinamika yang terjadi pada sektor jasa terlihat dari perkembangan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. revolusi mutu melalui pendekatan manajemen mutu terpadu menjadi tuntutan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. revolusi mutu melalui pendekatan manajemen mutu terpadu menjadi tuntutan BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kualitas Pelayanan Kualitas merupakan inti kelangsungan hidup sebuah lembaga. Gerakan revolusi mutu melalui pendekatan manajemen mutu terpadu menjadi tuntutan yang tidak boleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan tingginya penjualan mobil ditahun 2010 sebesar 763,751 unit. Bahkan,

BAB I PENDAHULUAN. dengan tingginya penjualan mobil ditahun 2010 sebesar 763,751 unit. Bahkan, BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Saat ini Indonesia masih dianggap sebagai pasar potensial bagi pemasaran kendaraan bermotor khususnya kendaraan roda empat. Hal tersebut dibuktikan dengan tingginya

Lebih terperinci

Mengukur Kualitas Layanan Dengan SERVQUAL

Mengukur Kualitas Layanan Dengan SERVQUAL Mengukur Kualitas Layanan Dengan SERVQUAL Ali Rokhman hhtp://arokhman.blog.unsoed.ac.d Sumber utama: Tjptono, Fandy (2008), Service Management, Penerbit ANDI, Yogyakarta Dasar Singkatan Service Quality

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Era globalisasi sekarang ini, menuntut Badan Usaha Milik Negara (BUMN)

BAB I PENDAHULUAN. Era globalisasi sekarang ini, menuntut Badan Usaha Milik Negara (BUMN) BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Era globalisasi sekarang ini, menuntut Badan Usaha Milik Negara (BUMN) untuk meningkatkan pelayanan secara profesional sesuai dengan bidangnya masing-masing.

Lebih terperinci

II. LANDASAN TEORI. Untuk definisi manajerial, pemasaran sering digambarkan sebagai seni menjual

II. LANDASAN TEORI. Untuk definisi manajerial, pemasaran sering digambarkan sebagai seni menjual 13 II. LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Pemasaran Menurut Kotler dan Keller (2009:6) Pemasaran adalah merupakan proses sosial baik oleh individu maupun kelompok dalam memperoleh apa yang mereka inginkan dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sektor jasa dewasa ini telah mengalami peningkatan yang cukup pesat. Dinamika

BAB I PENDAHULUAN. Sektor jasa dewasa ini telah mengalami peningkatan yang cukup pesat. Dinamika BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sektor jasa dewasa ini telah mengalami peningkatan yang cukup pesat. Dinamika yang terjadi pada sektor jasa terlihat dari perkembangan berbagai industri jasa

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA TENTANG KEPUASAN PELANGGAN, KUALITAS PELAYANAN, PENGARUH DIMENSI KUALITAS PELAYANAN TERHADAP

BAB II TINJAUAN PUSTAKA TENTANG KEPUASAN PELANGGAN, KUALITAS PELAYANAN, PENGARUH DIMENSI KUALITAS PELAYANAN TERHADAP 25 BAB II TINJAUAN PUSTAKA TENTANG KEPUASAN PELANGGAN, KUALITAS PELAYANAN, PENGARUH DIMENSI KUALITAS PELAYANAN TERHADAP KEPUASAN ANGGOTA KOPSYAKARDOS UNISBA A. Kepuasan Pelanggan Peluang usaha di Indonesia

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Pemasaran Pemasaran adalah proses mengelola hubungan pelanggan yang menguntungkan. Dua sasaran pemasaran adalah menarik pelanggan baru dengan menjanjikan keunggulan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. oleh pelanggan atau tidak. Lovelock (2008:5) mendefinisikan jasa (service) adalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA. oleh pelanggan atau tidak. Lovelock (2008:5) mendefinisikan jasa (service) adalah BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kualitas Jasa Keunggulan suatu jasa akan sangat ditentukan oleh kualitas, keunikan dan manfaat yang diberikan oleh jasa tersebut, apakah sesuai dengan yang diharapkan oleh pelanggan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kelompok mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan inginkan melalui. Kotler, 2000) dalam bukunya (Tjiptono, 2007:2)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kelompok mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan inginkan melalui. Kotler, 2000) dalam bukunya (Tjiptono, 2007:2) BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Pemasaran Pemasaran adalah proses sosial dan manajerial dimana individu dan kelompok mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan inginkan melalui penciptaan dan pertukaran

Lebih terperinci

BAB 2. LANDASAN TEORI dan KERANGKA PEMIKIRAN

BAB 2. LANDASAN TEORI dan KERANGKA PEMIKIRAN BAB 2 LANDASAN TEORI dan KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Customer Satisfaction 2.1.1.1 Pengertian Customer Menurut Griffin (2005, p31) definisi Customer (pelanggan) dari kata Custom yang didefenisikan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. rangka teoritis untuk menjelaskan kepuasan pelanggan. pelanggan memang berkaitan dengan penilaian kualitas jasa yang dirasakan oleh

I. PENDAHULUAN. rangka teoritis untuk menjelaskan kepuasan pelanggan. pelanggan memang berkaitan dengan penilaian kualitas jasa yang dirasakan oleh I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada dasarnya tujuan sebuah bisnis adalah menciptakan para pelanggan yang puas. Sejalan dengan itu berbagai upaya telah dilakukan untuk menyusun rangka teoritis untuk

Lebih terperinci

yang akan datang (Anderson et al.,1994). Menurut Hoffman dan Bateson (1997) kepuasan pelanggan dipengaruhi oleh kualitas layanan dari suatu

yang akan datang (Anderson et al.,1994). Menurut Hoffman dan Bateson (1997) kepuasan pelanggan dipengaruhi oleh kualitas layanan dari suatu Bab 1. Pendahuluan Tingginya tingkat persaingan telah membawa pengaruh yang signifikan dalam dunia usaha. Persaingan tidak hanya mengandalkan segi kualitas tetapi juga mengutamakan segi pelayanan. Parasuraman

Lebih terperinci

Model Kualitas Pelayanan (SERVQUAL) Parasuraman et al. By Jacobus Rico Kuntag on August 25, 2012

Model Kualitas Pelayanan (SERVQUAL) Parasuraman et al. By Jacobus Rico Kuntag on August 25, 2012 Model Kualitas Pelayanan (SERVQUAL) Parasuraman et al. By Jacobus Rico Kuntag on August 25, 2012 Analisis Kualitas Pelayanan (Service Quality) akronimnya SERVQUAL merupakan suatu metode desktiptif guna

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada saat ini baik dunia usaha maupun dunia teknologi sedang memasuki era

BAB I PENDAHULUAN. Pada saat ini baik dunia usaha maupun dunia teknologi sedang memasuki era BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada saat ini baik dunia usaha maupun dunia teknologi sedang memasuki era baru yang dikenal sebagai era globalisasi. Perkembangan dunia usaha maupun dunia teknologi

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Pemasaran sangat berperan penting terhadap penjualan produk. Pernyataan ini

BAB II LANDASAN TEORI. Pemasaran sangat berperan penting terhadap penjualan produk. Pernyataan ini 8 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Pemasaran Pemasaran sangat berperan penting terhadap penjualan produk. Pernyataan ini berarti pemasaran berperan sebagai penghubung antara kebutuhan-kebutuhan masyarakat

Lebih terperinci

MEMBANGUN KEPUASAN KONSUMEN INTERNAL MELALUI PENCIPTAAN KUALITAS PELAYANAN DI BIDANG JASA PENDIDIKAN

MEMBANGUN KEPUASAN KONSUMEN INTERNAL MELALUI PENCIPTAAN KUALITAS PELAYANAN DI BIDANG JASA PENDIDIKAN MEMBANGUN KEPUASAN KONSUMEN INTERNAL MELALUI PENCIPTAAN KUALITAS PELAYANAN DI BIDANG JASA PENDIDIKAN Purnama Andri Murdapa Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi (STIE) IEU Yogyakarta Abstrak Membangun kepuasan konsumen

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS A. Kualitas Pelayanan ( Service Quality) Service Quality adalah skala berbagai item secara singkat dengan keandalan dan validitas baik yang dapat digunakan oleh pengecer

Lebih terperinci

II. LANDASAN TEORI. Menurut Phillip Kotler (2002:9): Pemasaran adalah suatu proses sosial yang di

II. LANDASAN TEORI. Menurut Phillip Kotler (2002:9): Pemasaran adalah suatu proses sosial yang di II. LANDASAN TEORI A. Strategi Pemasaran 1. Pengertian Manajemen Pemasaran Menurut Phillip Kotler (2002:9): Pemasaran adalah suatu proses sosial yang di dalamnya individu dan kelompok mendapatkan apa yang

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. mempengaruhi segala aspek perusahaan. Tanpa pemasaran tidak ada satupun

BAB II LANDASAN TEORI. mempengaruhi segala aspek perusahaan. Tanpa pemasaran tidak ada satupun 21 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Pemasaran Kegiatan pemasaran merupakan suatu fungsi yang luas dan dalam, yang mempengaruhi segala aspek perusahaan. Tanpa pemasaran tidak ada satupun perusahaan

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA TEORITIS. Webster s 1928 Dictionary, dalam Lupiyoadi (2013), menyatakan bahwa

BAB II KERANGKA TEORITIS. Webster s 1928 Dictionary, dalam Lupiyoadi (2013), menyatakan bahwa BAB II KERANGKA TEORITIS 2.1. Teori Tentang Kepuasan Pelanggan 2.1.1. Pengertian Kepuasan Pelanggan Webster s 1928 Dictionary, dalam Lupiyoadi (2013), menyatakan bahwa pelanggan adalah seseorang yang beberapa

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. KONSEP DAN DEFINISI JASA Keanekaragaman makna dalam hal pemakaian istilah service dijumpai dalam literatur manajemen. Namun demikian, secara garis besar konsep service mengacu

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. PT. BIKA SOLUSI PERDANA adalah perusahaan yang bergerak. pelanggan dan pihak yang berkepentingan lainnya (stakeholder), PT.

BAB IV PEMBAHASAN. PT. BIKA SOLUSI PERDANA adalah perusahaan yang bergerak. pelanggan dan pihak yang berkepentingan lainnya (stakeholder), PT. BAB IV PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Perusahaan PT. BIKA SOLUSI PERDANA adalah perusahaan yang bergerak dibidang jasa konsultasi dan pelatihan sistem manajemen dan teknologi. Perusahaan ini beroperasi dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam situasi apapun baik dalam kondisi normal maupun kritis, kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam situasi apapun baik dalam kondisi normal maupun kritis, kebutuhan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Masalah Dalam situasi apapun baik dalam kondisi normal maupun kritis, kebutuhan dan keinginan masyarakat pada umumnya relative sangat bervariasi tidak terkecuali kebutuhan

Lebih terperinci

ABSTRAK ABSTRACT. Pendahuluan

ABSTRAK ABSTRACT. Pendahuluan Analisis Tingkat Kepuasan Konsumen Terhadap Kualitas Pelayanan Jasa dengan Pendekatan Metode Servqual (Studi Kasus pada Pusat Pelatihan Bahasa dan Budaya CILACS UII, Yogyakarta) Hendy Ahmad Febrian 1,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. seseorang atau badan hukum koperasi dengan melandaskan kegiatannya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. seseorang atau badan hukum koperasi dengan melandaskan kegiatannya 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Koperasi Koperasi merupakan suatu badan usaha yang beranggotakan orang atau seseorang atau badan hukum koperasi dengan melandaskan kegiatannya

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Kepuasan konsumen merupakan hal penting bagi suatu perusahaan. Maka

BAB II LANDASAN TEORI. Kepuasan konsumen merupakan hal penting bagi suatu perusahaan. Maka 11 BAB II LANDASAN TEORI A. Kepuasan konsumen Kepuasan konsumen merupakan hal penting bagi suatu perusahaan. Maka sering terlihat slogan-slogan Pelanggan adalah raja. Kata kepuasan (satisfaction) berasal

Lebih terperinci

3. Private label adalah produk yang hanya menanggung nama pengecer. 4. Sub merek sendiri membawa nama pengecer tapi produk yang memiliki posisi yang

3. Private label adalah produk yang hanya menanggung nama pengecer. 4. Sub merek sendiri membawa nama pengecer tapi produk yang memiliki posisi yang BAB 4 SIMPULAN Berdasarkan pada pembahasan pada bab sebelumnya dapat dikatakan bahwa arsitektur merek pengecer merupakan pengembangan dari arsitektur merek yang dikembangkan oleh Esbjerg, et al (2004)

Lebih terperinci

BAB II URAIAN TEORITIS

BAB II URAIAN TEORITIS BAB II URAIAN TEORITIS A. Penelitian Terdahulu Penelitian tentang perilaku berpindah merek telah dilakukan oleh Purwanto Waluyo dan Pamungkas dan Agus Pamungkas (2003) dengan judul Analisis Perilaku Brand

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Jasa Jasa sering dipandang sebagai suatu fenomena yang rumit. Kata jasa itu sendiri mempunyai banyak arti, dari mulai pelayanan personal sampai jasa sebagai suatu produk. Sejauh

Lebih terperinci

relationship marketing terhadap nilai nasabah menunjukkan nilai CR sebesar

relationship marketing terhadap nilai nasabah menunjukkan nilai CR sebesar BAB V PEMBAHASAN A. Pengaruh Customer Shariah Relationship Marketing terhadap Nilai Nasabah Bank Syariah Mandiri Kantor Kas Ponpes Attanwir Parameter estimasi untuk pengujian pengaruh customer shariah

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Keputusan merupakan suatu pemecahan masalah sebagai suatu hukum situasi

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Keputusan merupakan suatu pemecahan masalah sebagai suatu hukum situasi BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Keputusan Pembelian Keputusan merupakan suatu pemecahan masalah sebagai suatu hukum situasi yang dilakukan melalui pemilihan satu

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Kepuasan Konsumen 1. Pengertian Kepuasan Konsumen Kepuasan konsumen adalah sejauh mana manfaat sebuah produk dirasakan (perceived) sesuai dengan apa yang diharapkan pelanggan (Amir,

Lebih terperinci

1.1 Latar Belakang Masalah

1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dewasa ini persaingan semakin ketat diantara perusahaan. Hal ini menyebabkan kalangan bisnis maupun pihak-pihak lain yang berkepentingan selalu dituntut bergerak

Lebih terperinci

Adanya perubahan gaya hidup dan mobilitas yang semakin tinggi menyebabkan masyarakat lebih menyukai makanan yang praktis tetapi memiliki nilai gizi

Adanya perubahan gaya hidup dan mobilitas yang semakin tinggi menyebabkan masyarakat lebih menyukai makanan yang praktis tetapi memiliki nilai gizi BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Usaha kecil menengah (UKM) adalah salah satu motor penggerak perekonomian di negara kita. Usaha kecil, dan menengah (UKM) merupakan tulang punggung perekonomian di

Lebih terperinci

BAB5 SIMPULAN DAN SARAN. Setelah melakukan analisis dan pembahasan dari hasil perhitungan dengan

BAB5 SIMPULAN DAN SARAN. Setelah melakukan analisis dan pembahasan dari hasil perhitungan dengan BAB5 SIMPULAN DAN SARAN 5.1. Simpuian Setelah melakukan analisis dan pembahasan dari hasil perhitungan dengan program SpSS 7.5 yang digunakan untuk menjawab permasalahan tentang pengaruh dan hubungan variabel

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era persaingan global yang berkembang saat ini, muncul berbagai

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era persaingan global yang berkembang saat ini, muncul berbagai BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG MASALAH Dalam era persaingan global yang berkembang saat ini, muncul berbagai industri jasa seperti pelayanan jasa transportasi, kesehatan, konsultasi, dan jasa perbankan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada saat ini kualitas pelayanan (service quality) dipandang sebagai salah satu alat

BAB I PENDAHULUAN. Pada saat ini kualitas pelayanan (service quality) dipandang sebagai salah satu alat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada saat ini kualitas pelayanan (service quality) dipandang sebagai salah satu alat untuk tetap berkompetisi secara kompetitif dalam pemasaran jasa (Lassar

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. usahanya, umumnya mempunyai visi untuk menjadi perusahaan yang terbaik

BAB II LANDASAN TEORI. usahanya, umumnya mempunyai visi untuk menjadi perusahaan yang terbaik 6 BAB II LANDASAN TEORI A. Customer Orientation Setiap perusahaan dalam menjalankan aktivitas bisnis atau kegiatan usahanya, umumnya mempunyai visi untuk menjadi perusahaan yang terbaik atau terkenal.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. JASA 1. Pengertian Jasa Jasa adalah setiap kegiatan atau manfaat yang ditawarkan oleh suatu pihak lain dan pada dasarnya tidak berwujud serta tidak menghasilkan kepemilikan sesuatu.

Lebih terperinci

Evaluasi Kepuasan Konsumen terhadap Pelayanan (Farida Baroroh) 135

Evaluasi Kepuasan Konsumen terhadap Pelayanan (Farida Baroroh) 135 Evaluasi Kepuasan Konsumen terhadap Pelayanan (Farida Baroroh) 135 EVALUASI KEPUASAN KONSUMEN TERHADAP PELAYANAN KEFARMASIAN DI APOTEK KOTA YOGYAKARTA EVALUATION OF COSTUMER SATISFACTION WITH PHARMACEUTICAL

Lebih terperinci

USULAN PERBAIKAN KUALITAS LAYANAN MENGGUNAKAN METODE SERVICE QUALITY

USULAN PERBAIKAN KUALITAS LAYANAN MENGGUNAKAN METODE SERVICE QUALITY USULAN PERBAIKAN KUALITAS LAYANAN MENGGUNAKAN METODE SERVICE QUALITY Dwi Novirani 1), Hendang Setyo R 2), Ali Muchtar 3) Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknologi Industri, Institut Teknologi Nasional

Lebih terperinci

PERILAKU KONSUMEN. Jenis-Jenis Pembelajaran. SUGI HANTORO, S.Sos, M.IKom. Modul ke: Fakultas ILMU KOMUNIKASI

PERILAKU KONSUMEN. Jenis-Jenis Pembelajaran. SUGI HANTORO, S.Sos, M.IKom. Modul ke: Fakultas ILMU KOMUNIKASI Modul ke: PERILAKU KONSUMEN Jenis-Jenis Pembelajaran Fakultas ILMU KOMUNIKASI SUGI HANTORO, S.Sos, M.IKom. Program Studi MARKETING COMMUNICATIONS & ADVERTISING www.mercubuana.ac.id TEORI-TEORI PEMBELAJARAN

Lebih terperinci

Bisma, Vol 1, No. 6, Oktober 2016 SERVICE PERFORMANCE PADA HOTEL GRAND MAHKOTA PONTIANAK

Bisma, Vol 1, No. 6, Oktober 2016 SERVICE PERFORMANCE PADA HOTEL GRAND MAHKOTA PONTIANAK SERVICE PERFORMANCE PADA HOTEL GRAND MAHKOTA PONTIANAK ABSTRAK Jimmy Email: jimmymannuel@gmail.com Program Studi Manajemen STIE Widya Dharma Pontianak Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui Service

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI RELATIONSHIP MARKETING SEBAGAI STRATEGI MEMPERTAHANKAN LOYALITAS PELANGGAN

IMPLEMENTASI RELATIONSHIP MARKETING SEBAGAI STRATEGI MEMPERTAHANKAN LOYALITAS PELANGGAN IMPLEMENTASI RELATIONSHIP MARKETING SEBAGAI STRATEGI MEMPERTAHANKAN LOYALITAS PELANGGAN Indri Hastuti Listyawati Akademi Manajemen Administrasi (AMA) YPK Yogyakarta ABSTRAK Strategi mempertahankan kesetiaan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Pelanggan Pelanggan adalah orang yang menjadi pembeli produk yang telah dibuat dan dipasarkan oleh sebuah perusahaan, dimana orang ini bukan hanya sekali membeli produk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. peta dunia karena berada di jalur yang ramai, hal ini dikarenakan letak geografis

BAB I PENDAHULUAN. peta dunia karena berada di jalur yang ramai, hal ini dikarenakan letak geografis BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Indonesia merupakan suatu negara besar dengan letak yang strategis dalam peta dunia karena berada di jalur yang ramai, hal ini dikarenakan letak geografis

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pada dasarnya tidak berwujud dan tidak mengakibatkan perpindahan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pada dasarnya tidak berwujud dan tidak mengakibatkan perpindahan BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori 1. Jasa (Pelayanan) Menurut Kotler (2008) Jasa atau pelayanan adalah setiap tindakan atau kegiatan yang dapat ditawarkan oleh satu pihak kepada pihak lain, pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menghasilkan produk dengan kualitas tinggi (quality), di samping harga yang

BAB I PENDAHULUAN. menghasilkan produk dengan kualitas tinggi (quality), di samping harga yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Keunggulan sebuah organisasi terletak pada kemampuannya untuk menghasilkan produk dengan kualitas tinggi (quality), di samping harga yang murah (price), dan

Lebih terperinci

loyalitas pelanggan secara tidak langsung melalui kepuasan (Caruana, 2002). Service quality atau kualitas layanan menurut Zeithaml (1990:19) kualitas

loyalitas pelanggan secara tidak langsung melalui kepuasan (Caruana, 2002). Service quality atau kualitas layanan menurut Zeithaml (1990:19) kualitas BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Iklim kompetisi dalam dunia perdagangan saat ini semakin keras. Terlebih lagi dalam menghadapi perdagangan bebas saat ini. Menurut Dick dan Basu (1994), salah satu

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pasar dan Pemasaran Sebelum memahami apa yang disebut sebagai manajemen pemasaran, kita harus lebih dahulu mengetahui definisi dari kata pasar terlebih dahulu. Secara tradisional,

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Pemasaran Pengertian pemasaran secara konseptual kerap mengalami perkembangan seiring dengan berjalannya waktu. Berikut disajikan definisi pemasaran awal versi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. semakin ketat. Dalam menghadapi situasi tersebut, maka perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. semakin ketat. Dalam menghadapi situasi tersebut, maka perusahaan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan teknologi telekomunikasi dan informasi yang semakin canggih mengakibatkan perubahan dan kemajuan disegala bidang serta menentukan peran aktif dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan yang bergerak di bidang jasa restoran harus cermat dalam menentukan

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan yang bergerak di bidang jasa restoran harus cermat dalam menentukan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Industri yang bergerak di bidang jasa seperti restoran memiliki persaingan yang ketat sedari awal berdirinya perusahaan tersebut, oleh karena itu setiap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan setiap manusia, terdapat moment-moment khusus yang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan setiap manusia, terdapat moment-moment khusus yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam kehidupan setiap manusia, terdapat moment-moment khusus yang dirasakan memiliki arti dan makna mendalam, sehingga manusia menggelar acara acara untuk merayakan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Dalam mengembangkan sebuah program untuk mencapai pasar yang diinginkan,

TINJAUAN PUSTAKA. Dalam mengembangkan sebuah program untuk mencapai pasar yang diinginkan, II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Produk 2.1.1. Pengertian Produk Dalam mengembangkan sebuah program untuk mencapai pasar yang diinginkan, sebuah perusahaan harus memulai dengan produk atau jasa yang dirancang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Perilaku Konsumen Perilaku konsumen menjelaskan tindakan konsumen dalam mengkonsumsi barang-barang, dengan pendapatan tertentu dan harga barang tertentu pula sedemikian

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Konsep Kualitas layanan (Stemvelt 2004) menyatakan bahwa konsep kualitas layanan adalah suatu persepsi tentang revolusi kualitas secara menyeluruh yang terpikirkan dan menjadi

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Layanan Layanan dapat diartikan sebagai sejumlah tindakan yang diberikan oleh satu pihak kepada yang lain dalam bentuk tak berwujud, serta tidak menunjukkan adanya kepemilikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada saat ini perubahan teknologi informasi berlangsung dan berkembang

BAB I PENDAHULUAN. Pada saat ini perubahan teknologi informasi berlangsung dan berkembang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada saat ini perubahan teknologi informasi berlangsung dan berkembang secara cepat, sehingga pengelolaan informasi akan lebih mudah diolah dan disalurkan kepada

Lebih terperinci

4. Bagaimana pengaruh perceived quality atas produk Pertamax di SPBU Pertamina Pasteur terhadap tingkat kepuasan konsumen? Berdasarkan hasil analisa r

4. Bagaimana pengaruh perceived quality atas produk Pertamax di SPBU Pertamina Pasteur terhadap tingkat kepuasan konsumen? Berdasarkan hasil analisa r BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah dijelaskan dalam bab sebelumnya, maka dapat dijelaskan jawaban dari pertanyaan-pertanyaan penelitian yaitu sebagai berikut

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA TEORI. Menurut Stanton dalam Angipora (2002:152) produk mempunyai definisi

BAB II KERANGKA TEORI. Menurut Stanton dalam Angipora (2002:152) produk mempunyai definisi BAB II KERANGKA TEORI 2.1 Kualitas Produk 2.1.1 Pengertian Produk dan Klasifikasi Produk Menurut Stanton dalam Angipora (2002:152) produk mempunyai definisi yang sempit dan luas yaitu : 1. Definisi sempit

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA TEORI. pengertian atau teori-teori dari pemikiran-pemikiran para ahli untuk mendukung

BAB II KERANGKA TEORI. pengertian atau teori-teori dari pemikiran-pemikiran para ahli untuk mendukung BAB II KERANGKA TEORI 2.1. Kerangka Teori Sebagai landasan untuk menerangkan pengaruh produk dan pelayanan terhadap kepuasan pelanggan, maka penulis menyusun dan mengutip beberapa pengertian atau teori-teori

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. 2.1 Tinjauan Pustaka. kesan positif ataukah sebaliknya. Interaksi ini disebut sebagai a moment of truth,

BAB II LANDASAN TEORI. 2.1 Tinjauan Pustaka. kesan positif ataukah sebaliknya. Interaksi ini disebut sebagai a moment of truth, BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Pustaka Quality service encounter Service Encounter menurut Jasfar (2003: 96) merupakan suatu interaksi langsung antara pelanggan dengan karyawan termasuk fasilitas fisik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pengembangan sektor pariwisata merupakan salah satu upaya yang

BAB I PENDAHULUAN. Pengembangan sektor pariwisata merupakan salah satu upaya yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengembangan sektor pariwisata merupakan salah satu upaya yang diharapkan dapat memberikan kontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi, dengan meningkatkan sumber daya

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Pengertian Service menurut Gronroos (1990). A SERVICE IS AN ACTIVITY OR SERIES OF ACTIVITY OF MORE OR LESS INTANGIBLE

BAB II LANDASAN TEORI. Pengertian Service menurut Gronroos (1990). A SERVICE IS AN ACTIVITY OR SERIES OF ACTIVITY OF MORE OR LESS INTANGIBLE BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Service (jasa) Pengertian Service menurut Gronroos (1990). A SERVICE IS AN ACTIVITY OR SERIES OF ACTIVITY OF MORE OR LESS INTANGIBLE NATURE THAT NORMALLY, BUT NOT NECESSARILY,

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 5 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Teori Sistem Informasi Sebuah sistem terdiri dari bagian-bagian yang saling terkait yang beroperasi bersama-sama untuk mencapai suatu sasaran atau suatu maksud. Hal ini berarti

Lebih terperinci

Manajemen Pemasaran. Endang Suryana, M.M

Manajemen Pemasaran. Endang Suryana, M.M Manajemen Pemasaran Endang Suryana, M.M Silabus Perkuliahan Deskripsi Mata Kuliah Manajemen Pemasaran Mata kuliah Manajemen Pemasaran menjelaskan tentang berbagai hal yang berkaitan dengan pemahaman dasar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Customer loyalty atau kesetiaan pelanggan merupakan faktor yang harus

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Customer loyalty atau kesetiaan pelanggan merupakan faktor yang harus BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Customer loyalty atau kesetiaan pelanggan merupakan faktor yang harus dipertimbangkan oleh setiap perusahaan, terutama perusahaan yang bergerak dalam bidang jasa,

Lebih terperinci

BAB V SIMP ULAN DAN SARAN

BAB V SIMP ULAN DAN SARAN BAB V SIMP ULAN DAN SARAN BAB5 SIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan analisis data dan pengujian hipotesis terhadap harapan dan persepsi konsumen, maka diambil simpulan dan saran yang dapat digunakan sebagai

Lebih terperinci

II. LANDASAN TEORI. disebabkan karena manusia dapat memenuhi kebutuhannya melalui kegiatan pemasaran

II. LANDASAN TEORI. disebabkan karena manusia dapat memenuhi kebutuhannya melalui kegiatan pemasaran II. LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Pemasaran dan Konsep Pemasaran 2..1.1 Pengetian Pemasaran Kegiatan pemasaran memainkan peranan penting dalam kehidupan manusia, hal ini disebabkan karena manusia dapat

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS. Menurut Kotler & Keller (2012 : 41) :

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS. Menurut Kotler & Keller (2012 : 41) : BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS 2.1 Pengertian Pemasaran Pemasaran mengandung arti luas karena membahas mengenai masalah yang terdapat dalam perusahaan dan hubungannya dengan perdagangan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. juga layanan internet banking serta telephone banking (Hart dan Smith,1998).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. juga layanan internet banking serta telephone banking (Hart dan Smith,1998). BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teoritis Perbankan adalah industri yang tidak hanya melakukan kegiatan simpan pinjam tetapi juga terkait dengan jasa misalnya memberikan saran tentang investasi dan

Lebih terperinci

BAB II TELAAH PUSTAKA

BAB II TELAAH PUSTAKA BAB II TELAAH PUSTAKA 2.1 Telaah Pustaka dan Pengembangan Hipotesis 2.1.1 Repetitive Buying Dalam memperhatikan posisi dalam suatu industri, minat beli ulang dari pelanggan merupakan salah satu faktor

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Kecenderungan perubahan life style dalam kehidupan menjadi sesuatu hal yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Kecenderungan perubahan life style dalam kehidupan menjadi sesuatu hal yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kecenderungan perubahan life style dalam kehidupan menjadi sesuatu hal yang tidak bisa diprediksi (unpredictable). Life style yang semakin berubah pesat tidak

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Pemasaran dan Manajemen Pemasaran Pengertian pemasaran menurut Philip khotler (2000) adalah suatu proses sosial yang di dalamnya individu dan kelompok mendapatkan apa

Lebih terperinci

#13 KEPUASAN PELANGGAN

#13 KEPUASAN PELANGGAN #13 KEPUASAN PELANGGAN Manusia pasti tidak terlepas dengan segala sesuatu yang mereka butuhkan dalam kehidupan sehari-hari. Menurut Kotler (2000), kebutuhan adalah deskripsi mengenai kehendak dasar manusia.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan Iptek dan informasi yang semakin pesat dan mengglobal dewasa ini

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan Iptek dan informasi yang semakin pesat dan mengglobal dewasa ini BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Kemajuan Iptek dan informasi yang semakin pesat dan mengglobal dewasa ini merupakan tantangan besar bagi setiap perusahaan, baik perusahaan besar maupun

Lebih terperinci

KEPUASAN PELANGGAN #12

KEPUASAN PELANGGAN #12 #12 KEPUASAN PELANGGAN Manusia pasti tidak terlepas dengan segala sesuatu yang mereka butuhkan dalam kehidupan sehari-hari. Menurut Kotler (2000), kebutuhan adalah deskripsi mengenai kehendak dasar manusia.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Esa Unggul

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Esa Unggul BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perkembangan dunia logistik di Indonesia saat ini cukup pesat. Banyaknya perusahaan logistik yang beberapa tahun lalu masih merupakan perusahaan yang belum

Lebih terperinci