PERGESERAN BENTUK DAN MAKNA PADA JUDUL DAN SUBJUDUL NOVEL KRUISTOCHT IN SPIJKERBROEK (1973) MENJADI PERJALANAN MENEMBUS WAKTU (2005)

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PERGESERAN BENTUK DAN MAKNA PADA JUDUL DAN SUBJUDUL NOVEL KRUISTOCHT IN SPIJKERBROEK (1973) MENJADI PERJALANAN MENEMBUS WAKTU (2005)"

Transkripsi

1 PERGESERAN BENTUK DAN MAKNA PADA JUDUL DAN SUBJUDUL NOVEL KRUISTOCHT IN SPIJKERBROEK (1973) MENJADI PERJALANAN MENEMBUS WAKTU (2005) SUWANDAGNI KARTIKASARI ABSTRAK Ringkasan ini membahas transposisi dan modulasi pada judul dan subjudul dalam penerjemahan novel Kruistocht in spijkerbroek cetakan ke 71 (2003). Tujuannya untuk mendeskripsikan pergeseran bentuk dan makna dalam penerjemahan judul utama dan subjudul dari teks Belanda ke teks Indonesia. Penelitian kualitatif ini merupakan kajian bidang penerjemahan. Hasil penelitian menjelaskan pergeseran bentuk dan makna judul utama dan subjudul dalam penerjemahannya. KATA KUNCI Kruistocht in spijkerbroek; penerjemahan; transposisi dan modulasi ABSTRACT This undergraduate thesis discusses about transposition and modulation on the title and the subtitle of the translated novel entitled Kruistocht in spijkerbroek 71 st edition (2003). The aim of this thesis is to describe the shift in form and meaning on the novel s main title and subtitle which are translated from Dutch to Indonesia. This qualitative research is a translation study. The result of this research explains the shift in form and meaning on the main title and the subtitle in the translation of the novel. KEYWORDS Kruistocht in spijkerbroek; translation; transposition and modulation 1. PENDAHULUAN Penerjemahan adalah tindak komunikasi yang kesepadanan maknanya harus tetap terjaga agar pesan dalam bahasa sumber (BSu) tersampaikan dengan baik pada bahasa sasaran (BSa). Rochayah Machali (2000), mengutip pendapat Catford (1965) yang menyatakan bahwa kegiatan penerjemahan menggantikan teks dari bahasa sumber ke teks yang sepadan dalam bahasa sasaran. Newmark (1988) dalam buku Pedoman bagi Penerjemah (Machali, 2000:5), menambahkan bahwa kegiatan penerjemahan bertujuan mengalihkan makna suatu teks ke dalam bahasa lain sesuai dengan yang dimaksudkan oleh pengarang. 1

2 Tindak komunikasi pada kegiatan penerjemahan selalu memiliki maksud dan tujuan. Maksud tersebut dikemas dalam makna, sedangkan bentuknya dapat berubah-ubah tergantung dari tujuannya (Machali, 2000:23). Korpus penelitian yang digunakan adalah dua buku novel remaja yang bercerita tentang perjalanan menembus waktu ke masa perang salib yang dilakukan oleh tokoh Dolf Wega (ringkasan cerita ada dalam lampiran). Teks sumbernya adalah buku Kruistocht in spijkerbroek cetakan ke-71 (2003), karya Thea Beckman. Buku tersebut dialihkan ke dalam bahasa Indonesia, Perjalanan Menembus Waktu (2005) sebagai teks sasaran (TSa). Setiap bahasa memiliki struktur dan sistemnya, karena perbedaan inilah sering kali dalam penerjemahan dilakukan pergeseran bentuk dan makna. Ketika padanan suatu kata dalam bahasa sumber (BSa) tidak ditemukan dalam bahasa sasaran (BSa), maka penerjemah menyusun strategi untuk mengalihkan suatu teks. Dalam penelitian ini, penulis tertarik untuk mengkaji pengalihan judul utama dan subjudul pada teks sumber (TSu) Belanda ke dalam teks sasaran (TSa) Indonesia. Judul merupakan salah satu hal terpenting dalam sebuah cerita. Sebuah judul sebaiknya memberikan lukisan singkat suatu cerita atau disebut juga miniatur isi bahasan (Setyadi, 2012). Oleh karena itu, dari produk terjemahan judul dan subjudul dapat dikaji apakah miniatur isi bahasa pada TSu sudah teralihkan pada TSa. 2. TINJUAN TEORITIS Machali dalam Pedoman bagi Penerjemah (2000:5) mengatakan bahwa penerjemahan adalah upaya mengganti teks bahasa sumber dengan teks yang sepadan dalam BSa yang maknanya sesuai dengan yang dimaksudkan oleh pengarang. Ketika seseorang menerjemahkan sebuah teks, dia tidak hanya mengalihkan makna tetapi juga budaya (Syahrin, 2012). Pada hakekatnya, penerjemahan sudah memperkenalkan cara-cara untuk mengatasi masalah dalam penerjemahan. Menurut Newmark (1988:81) dalam buku Machali (2000:63), cara mengatasi masalah tersebut merupakan prosedur penerjemahan. Prosedur penerjemahan terkait dengan pergeseran bentuk (transposisi) dan pergeseran makna (modulasi). Terkait dengan yang terakhir, juga dibahas aspek makna. Dalam bidang penerjemahan, makna dibedakan menjadi empat (Machali, 2000:24), namun tiga diantaranya terkait dengan penelitian ini, yaitu makna leksikal dan makna gramatikal, kontekstual. Sementara itu dari bidang semantik diberikan penjelasan tentang perluasan dan penyempitan makna. Contoh-contoh kalimat yang dimunculkan dalam bab 2 ini berasal dari Kamus Van Dale (2003), Kamus Belanda-Indonesia (Moeimam & Steinhauer, 2005), 2

3 majalah Quest Belanda, dan Bahasa Belanda sebagai Bahasa Sumber (Riyanto, Mutiara, & Suratminto, 1998). Beberapa contoh kalimat sudah ada terjemahannya, untuk yang belum ada terjemahannya, penulis mencoba untuk mengalihkannya ke dalam Bahasa Indonesia. 2.1 PROSEDUR PENERJEMAHAN Dalam penerjemahan, terdapat beberapa prosedur (Machali, 2000:63), tetapi dua di antaranya terkait langsung dengan penulisan skripsi ini. Dua prosedur tersebut adalah prosedur terkait dengan pergeseran bentuk (transposisi) dan pergeseran makna (modulasi). Berikut dipaparkan dua teknik tersebut disertai contoh-contoh kalimat berbahasa Belanda dan terjemahannya dalam bahasa Indonesia TRANSPOSISI Transposisi adalah suatu prosedur penerjemahan yang melibatkan pengubahan bentuk gramatikal dari BSu ke dalam BSa (Machali, 2000:63). Machali memperlihatkan empat jenis transposisi, tetapi penulis hanya akan membahas transposisi yang bersifat wajib dan tidak wajib. Transposisi bersifat wajib dilakukan karena perbedaan sistem dan kaidah bahasa, seperti struktur gramatikal dalam BSu tidak ada dalam BSa. Sementara transposisi bersifat tidak wajib dilakukan karena alasan kewajaran ungkapan. Berikut adalah contoh transposisi yang bersifat wajib. (1) a. Twee grote huizen. Kata Bilangan Adj N b. Dua rumah besar. Kata Bilangan N Adj (Riyanto, Mutiara, & Suratminto, 1998:19) Pada contoh frase di atas, terlihat bahwa struktur gramatikal kedua frase berbeda. Dalam frase BSu (1a), adjektiva diletakkan sebelum nomina. Sementara dalam BSa (1b), adjektiva diletakkan setelah nomina. Kaidah dalam bahasa Belanda mengatur sebuah kata sifat mendahului kata benda yang diterangkan, biasanya hal ini disebut dengan sistem MD (Menerangkan-Diterangkan). Sedangkan dalam kaidah bahasa Indonesia sebuah kata benda mendahului kata sifat yang menerangkan, biasanya hal ini disebut sistem DM (Diterangkan- Menerangkan). Selain itu, bahasa Belanda mempunyai bentuk yang berbeda dalam 3

4 menyatakan jamak. Kata huizen (1a) tidak diterjemahkan menjadi rumah-rumah. Jenis transposisi ini bersifat wajib karena mengikuti kaidah tata BSa. Transposisi wajib lainnya terdapat pada struktur gramatikal yaitu pada bentuk partisipel. Contohnya terdapat kalimat di bawah ini. (2) a. Ik heb gewerkt. b. Saya (sudah) bekerja. (Riyanto, Mutiara, & Suratminto, 1998:15) Dalam kalimat bahasa Belanda (2a) ditemukan kata kerja kala lampau, sedangkan dalam bahasa Indonesia tidak ada. Kerumpangan tersebut diganti dengan adverbia sudah sebagai keterangan penunjuk waktu. Transposisi selanjutnya adalah pergeseran yang dilakukan karena alasan kewajaran ungkapan. (3) a. Laatste sneltrein op het hoofdrailnet. b. Kereta ekspres terakhir di jalur utama. (Treinreiziger.nl, 2012) Pada contoh di atas, sneltrein (3a) bukan diterjemahkan menjadi kereta cepat, melainkan kereta ekspres (3b). Hal ini terjadi karena terdapat perbedaan istilah dalam kedua bahasa. Selain itu perubahan dari kata menjadi frase, frase menjadi klausa dan sebaliknya, juga termasuk dalam transposisi tidak wajib MODULASI Prosedur transposisi sering kali membawa pergeseran makna karena perubahan perspektif (Machali, 2000:69). Pergeseran seperti ini oleh Machali disebut modulasi. Menurut Hoed (2006:74), modulasi dilakukan agar padanan yang secara semantik berbeda sudut pandang, tetap menyampaikan pesan atau maksud yang sama. Contoh berikut ini memperlihatkan modulasi. (4) a. Er wordt gedanst vannacht. b. Ada yang menari malam ini. (IMDb.com, 2012) 4

5 Pada contoh di atas kalimat pasif bahasa Belanda (4a) memiliki makna aktif, selanjutnya dalam bahasa Indonesia diterjemahkan menjadi kalimat aktif. Contoh kalimat ini merupakan modulasi yang disebabkan oleh transposisi. Selain itu, modulasi juga dapat terjadi saat makna yang tersirat dijadikan tersurat (Machali, 2000:70-71). (5) a. Verder in de volgende Quest:... b. Pada majalah Quest selanjutnya:... (Majalah Quest, 2011:122) Pada BSa terjadi eksplisitasi diperlihatkan dengan ada penambahan kata majalah. Hal ini diperlukan karena majalah Quest belum dikenal oleh pembaca BSa. 2.2 MAKNA DALAM PENERJEMAHAN Machali (2000:24) menggolongkan jenis-jenis makna menjadi empat, yaitu makna leksikal, gramatikal, kontekstual, dan sosiokultural. Namun hanya tiga diantaranya yang terkait dengan penulisan ini MAKNA LEKSIKAL Machali (2000:24) mengatakan bahwa makna leksikal adalah makna yang terdapat di dalam kamus, sebagai contoh hond memiliki makna leksikal anjing (Moeimam & Steinhauer, 2005:438). Makna jenis inilah yang menjadi patokan penerjemah pada tahap awal dalam mengalihkan sebuah teks. Makna leksikal ini juga dapat dipilah menjadi makna yang bersifat konkrit (rumah, kursi) dan abstrak (cinta, waktu). Makna leksikal ini merupakan makna yang masih mandiri, belum dikaitkan dengan konteks dan kaidah gramatika. Berikut satu contoh makna leksikal dalam kamus Belanda-Indonesia. (6) Verba vinden memiliki makna: a. menemukan b. menurut (Moeimam & Steinhauer, 2005:1143) Kata vinden yang masuk kategori makna leksikal ini memiliki empat padanan dalam bahasa Indonesia. Namun pada contoh di atas hanya diberikan dua padanan dari kategori makna leksikal. 5

6 2.2.2 MAKNA GRAMATIKAL Makna gramatikal adalah satuan kebahasaan yang baru dapat diketahui maknanya setelah satuan tersebut bergabung dengan satuan kebahasaan yang lain. Makna ini terbentuk akibat susunan kata-kata dalam frase, klausa, atau kalimat (Machali, 2000:24). Lebih jelasnya dapat dilihat dari contoh berikut. (7) a. Ik vind een baan als leraar. Saya mendapatkan pekerjaan sebagai guru. b. Zij vindt een baan als leraar. Dia mendapatkan pekerjaan sebagai guru. c. Ze vinden een baan als leraar. Mereka mendapatkan pekerjaan sebagai guru. (Van Dale, 2003:707) Verba vinden pada kalimat (7a), (7b), (7c) mempunyai bentuk yang berbeda-beda sesuai dengan subyeknya. Dalam bahasa Belanda, bentuk verba ditentukan oleh jumlah subyeknya. Menurut kaidah tata bahasa Belanda subyek dan verba saling berkonjugasi. Sedangkan dalam bahasa Indonesia, verba tidak ditentukan oleh jamak atau tunggalnya subyek MAKNA KONTEKSTUAL Makna kontekstual adalah makna dari sebuah kata yang muncul jika kata tersebut berada pada konteks tertentu. Berikut ini dua contoh kalimat dengan makna kata kerja vinden yang berkonteks. (8) a. Ik heb het boek gevonden. b. Saya telah menemukan buku itu. (9) a. Ik vind het boek leuk. b. Menurut saya buku itu menarik. (Van Dale, 2003:707) Pada kedua kalimat di atas, verba vind-vinden mempunyai dua makna yaitu menemukan dan berpendapat sesuai dengan konteks kalimat. Namun dalam konteks (9b) kata vinden dipadankan menjadi menurut bukan berpendapat, sesuai dengan kelazimannya dalam bahasa Indonesia. 6

7 2.3 PERUBAHAN MAKNA DALAM PENERJEMAHAN Perubahan makna dapat terjadi pada elemen-elemen bahasa yang masih hidup atau digunakan serta dikembangkan oleh para penuturnya. Elemen bahasa yang mudah berubah memiliki sifat terbuka dan yang tidak mudah berubah memiliki sifat tertutup (Wijana dan Rohmadi, 2008: ) PERUBAHAN MAKNA MELUAS Perubahan makna meluas disebut juga generalisasi, yaitu perubahan makna kata dari yang lebih khusus menjadi lebih umum. Berhubungan dengan berkembangnya bidang aktivitas kehidupan manusia, perubahan makna meluas tercipta karena kebutuhan akan konsep baru (Wijana dan Rohmadi, 2008:111). Sebagai contoh kata akar yang dahulu hanya bermakna bagian tumbuhan yang berfungsi untuk memperkokoh tumbuhan yang bersangkutan, namun sesuai dengan berkembangnya ilmu matematika, kata ini mendapat tambahan makna yakni penguraian pangkat (Wijana dan Rohmadi, 2008:112). Selain itu rendahnya frekuensi penggunaan sebuah kata juga berpengaruh dalam perluasan makna (Wijana dan Rohmadi, 2008:112). Contohnya kata mahasiswa sekarang tidak lagi hanya mengacu pada pelajar yang berjenis kelamin pria tetapi juga mengacu pada pelajar berjenis kelamin wanita. Hal tersebut berhubungan dengan rendahnya pemakaian kata mahasiswi. Terkait dengan adanya polisemi, kata kancil, buaya dan lain sebagainya juga tidak hanya mengacu pada binatang melainkan mengacu juga pada orang-orang yang memiliki sifat menonjol dari binatang-bintang tersebut baik secara alami maupun kultural PERUBAHAN MAKNA MENYEMPIT Perubahan makna menyempit disebut pula spesialisasi, yaitu penyempitan yang mengacu pada suatu perubahan yang mengakibatkan makna kata menjadi lebih khusus. Wijana dan Rohmadi (2008:113), mengungkapkan bahwa penyempitan makna biasa terjadi pada makna kata-kata asing yang dialihkan ke dalam bahasa sasarannya. Sebagai contoh adalah kata motor dalam bahasa Belanda merujuk pada semua alat penggerak. Dalam bahasa Indonesia kata ini mengalami penyempitan makna, hanya digunakan untuk merujuk sepeda motor. 3. PEMBAHASAN Setiap korpus yang berupa judul dan subjudul dalam buku Kruistocht in spijkerbroek akan dianalisis pergeseran bentuk (transposisi) dan pergeseran maknanya (modulasi). Dalam buku ini terdapat 24 judul dan subjudul. Namun hanya lima diantaranya yang mewakili seluruh pergeseran yang terjadi yang akan dibahas berikut ini. 7

8 3.1 KRUISTOCHT IN SPIJKERBROEK TRANSPOSISI Dalam penerjemahan judul ini, penerjemah memadankan Kruistocht in spijkerbroek pada BSu menjadi Perjalanan Menembus Waktu pada BSa. Pada pengalihan judul ini, terjadi pergeseran bentuk (transposisi). BSu: Kruistocht in spijkerbroek 1 BSa: Perjalanan Menembus Waktu Skema di atas menunjukkan bahwa ada perubahan dari frase pada BSu menjadi klausa pada BSa. Judul dalam BSu terdiri dari satu bagian frase nominal yang di dalamnya terkandung dua unsur. Unsur 1 merupakan frase nominal Kruistocht Unsur 2 merupakan frase preposisional in spijkerbroek Pengalihan ke dalam BSa menjadikan judul ini terdiri dari tiga bagian sebagai berikut. Bagian 1 merupakan sebuah subyek Perjalanan Bagian 2 merupakan sebuah predikat Menembus Bagian 3 merupakan sebuah obyek Waktu Adanya predikat pada BSa maka secara otomatis mengubah bentuk frase pada BSu menjadi klausa pada BSa. Dapat disimpulkan bahwa dalam hal ini terjadi transposisi tidak wajib MODULASI Kruistocht in spijkerbroek Perjalanan Menembus Waktu Kata majemuk Kruistocht memiliki makna leksikal Perang Salib (Moeimam & Steinhauer, 2005:550). Kata tersebut mengandung makna historis karena Perang Salib merujuk pada peristiwa yang terjadi pada abad ke-11. Perang Salib merupakan perang yang dilakukan umat Kristen dengan tujuan untuk merebut kekuasaan di kota suci Yerusalem, kota yang juga 8

9 merupakan tanah suci bagi umat Muslim. Perjalanan itu dilakukan pertama kali pada tahun 1095 oleh Paus Urban II (Nazril, 2010). Kata Kruistocht juga mengandung makna kontekstual, karena kata tersebut mengacu pada kegiatan perjalanan salib yang dilakukan oleh anak-anak di dalam cerita, pada tahun 1212 dengan mengenakan baju zirah. Secara leksikal, arti kata majemuk spijkerbroek adalah celana jeans (Moeimam & Steinhauer, 2005:948). Kata ini memiliki makna konkrit, merujuk pada celana berbahan jeans yang dikenakan oleh manusia sejak tahun 1873 (Het Huige Mode team, 2004). Hingga sekarang celana spijkerbroek masih dikenakan, dan bahan jeans sudah berkembang menjadi bahan dasar pembuatan jaket, tas, sepatu dan lainnya. Kata spijkerbroek juga mengandung makna kontekstual. Kata tersebut mengacu pada pakaian yang dikenakan oleh tokoh utama dalam cerita, yang menggunakan celana jeans ketika ia berpindah waktu ke tahun Arti kata Perjalanan adalah kepergian (perihal bepergian) dari suatu tempat ke tempat yang lain (KBBI, 2008:610). Kata Perjalanan dalam cerita ini mengacu pada kegiatan yang dilakukan oleh pasukan anak pelaku Perang Salib ke Yerusalem. Menembus mempunyai arti melewati (KBBI, 2008:1667), kata ini membawa makna abstrak jika dikaitkan dengan kata Waktu. Makna kata Waktu adalah seluruh rangkaian saat proses; perbuatan atau keadaan berada atau berlangsung (KBBI, 2008:1806). Frase ini mengandung makna kontekstual, karena mengacu pada perjalanan menembus dimensi waktu yang dialami tokoh utama dalam cerita. Pengalihan judul BSu ke dalam BSa, menyebabkan perubahan makna. Secara eksplisit judul BSu memperlihatkan pertentangan antara waktu lampau dengan masa modern. Sedangkan dalam judul BSa Perjalanan Menembus Waktu, pertentangan waktu tersebut disajikan secara implisit, yang dipaparkan hanya perpindahan dimensi waktunya saja. Jadi dapat disimpulkan bahwa dalam hal ini terjadi pergeseran dari makna sempit menjadi makna luas. Modulasi yang dilakukan adalah modulasi wajib. 3.2 DE KONING VAN JERUZALEM TRANSPOSISI Dalam penerjemahan subjudul ini, penerjemah memadankan De Koning van Jeruzalem pada BSu menjadi Raja Jerusalem pada BSa. 9

10 BSu: De Koning van Jeruzalem 1 BSa: Raja Jerusalem 1 Skema di atas menunjukkan bahwa tidak ada perubahan, frase nominal pada BSu tetap frase nominal pada BSa. Namun subjudul dalam BSu terdiri dari satu bagian yang mengandung satu unsur frase preposisional. Bagian 1 merupakan frase nominal De Koning van Jeruzalem Unsur frase preposisional van Jeruzalem Pengalihan ke dalam BSa menjadikan judul ini tetap terdiri dari satu bagian: Bagian 1 merupakan frase nominal Raja Jerusalem Dalam pengalihan subjudul di atas terjadi pergeseran bentuk pada ejaan dari Jeruzalem pada BSu menjadi Jerusalem pada BSa. Pergeseran ini wajib karena mengikuti sistem fonetis pada BSa bahasa Indonesia. Penghilangan artikel De dan preposisi van pada BSu ke dalam BSa juga merupakan transposisi. Artikel De pada BSu memberi aksentuasi pada kata Koning. Dalam BSa aksen tersebut hilang. Preposisi van pada BSu, ditujukan untuk menghubungkan nomina De Koning dengan nomina Jeruzalem. Penghilangan artikel dan preposisi pada BSa merupakan transposisi wajib terkait dengan kaidah dalam BSa MODULASI De Koning van Jeruzalem Raja Jerusalem Kata De Koning memiliki makna leksikal raja (Moeimam & Steinhauer, 2005:535). Kata van memiliki kata dari (Moeimam & Steinhauer, 2005:1083) dan Jeruzalem adalah nama kota di negara Israel. Kata-kata tersebut bersama-sama membentuk makna kontekstual, karena mengacu pada pernyataan teman dari tokoh utama yang akan mengangkat dirinya sendiri menjadi Raja Jerusalem. Secara leksikal, arti kata Raja adalah penguasa tertinggi dari suatu negara; orang yang mengepalai dan memerintah suatu bangsa dan negara (KBBI, 2008:1250) dan arti Jerusalem sama dengan arti dalam BSu. Frase ini juga mengandung makna kontekstual, 10

11 karena mengacu pada teman dari tokoh utama di dalam cerita. Dalam pengalihan subjudul ini tidak terjadi pergeseran makna yang berarti. 3.3 GEVAARLIJKE ZWIJNENJACHT TRANSPOSISI Dalam pengalihan judul ini, penerjemah memadankan Gevaarlijke zwijnenjacht pada BSu menjadi Perburuan Berbahaya pada BSa. Pada pengalihan ini terjadi pergeseran bentuk (transposisi). BSu: Gevaarlijke zwijnenjacht 1 BSa: Perburuan Berbahaya 1 Skema di atas menunjukkan bahwa tidak ada perubahan, dari frase nominal pada BSu tetap frase nominal pada BSa. Judul dalam BSu terdiri dari satu bagian frase nominal yang mengandung satu unsur frase nominal lagi di dalamnya. Bagian 1 merupakan frase nominal Gevaarlijke zwijnenjacht Unsur frase nominal zwijnenjacht Pengalihan ke dalam BSa menjadikan judul ini terdiri dari satu bagian. Bagian 1 merupakan frase nominal Perburuan (yang) Berbahaya Selain itu, mengikuti kaidah kebahasaan BSa, juga terjadi perubahan urutan kata pada Gevaarlijke zwijnenjacht (Menerangkan-Diterangkan) secara otomatis menjadi Perburuan Berbahaya (Diterangkan-Menerangkan). Terdapat juga penghilangan kata zwijnen pada BSa yang tidak muncul dalam BSu. Hal ini mungkin dikarenakan mayoritas dari pembaca sasaran adalah kaum muslim. Dalam hal ini terjadi pergeseran bentuk wajib MODULASI Gevaarlijke zwijnenjacht Perburuan Berbahaya Kata majemuk zwijnenjacht memiliki makna leksikal perburuan babi hutan (Moeimam & Steinhauer, 2005:1263 & 490). Zwijnen merupakan hewan sejenis babi, berwarna cokelat 11

12 kehitaman, memiliki moncong panjang, ekor berserabut, berbeda dengan varken yang berwarna merah muda, memiliki moncong pendek, berekor keriting (de Graaf, 2000). Subjudul BSu mempunyai makna yang bersifat khusus yaitu perburuan babi hutan yang berbahaya. Kata Gevaarlijke berasal dari kata sifat gevaarlijk yang bermakna leksikal (yang) berbahaya (Moeimam & Steinhauer, 2005:368). Frase pada BSu juga mengandung makna gramatikal dan kontekstual. Secara gramatikal, terdapat penambahan e dalam kata Gevaarlijke, karena kata sifat ini diletakkan sebelum kata benda zwijnenjacht. Secara konteksual, frase BSu mengacu pada kegiatan perburuan babi hutan yang berbahaya, dilakukan oleh tokoh utama dan pasukan anak lainnya dalam cerita. Kata Perburuan memiliki makna leksikal segala sesuatu mengenai berburu; hal berburu (KBBI, 2008:240). Kata tersebut memperlihatkan makna yang lebih umum karena kata zwijnen tidak dialihkan ke dalam subjudul BSa. Dengan membuat subjudul BSa menjadi umum, maka nuansa yang dikehendaki pada judul BSu barangkali hilang. Kata Berbahaya memiliki makna sesuatu yang (mungkin) mendatangkan kecelakaan (bencana, kesengsaraan, kerugian, dsb) (KBBI, 2008:117). Frase BSa ini mengandung makna kontekstual, karena mengacu pada perburuan yang dilakukan tokoh utama dan pasukan anak di dalam cerita. Dapat dikatakan bahwa pengalihan subjudul BSu ke dalam subjudul BSa mengalami pergeseran makna meluas, yaitu dari makna khusus ke umum. Pergeseran makna yang ditemukan adalah modulasi wajib. 3.4 HET WONDER VAN BRODEN TRANSPOSISI Dalam penerjemahan subjudul ini, penerjemah memadankan Het wonder van de broden pada BSu menjadi Keajaiban Roti pada BSa. BSu: Het wonder van de broden 1 BSa: Keajaiban Roti 1 Skema di atas menunjukkan bahwa tidak ada perubahan, frase nominal pada BSu tetap frase nominal pada BSa. Namun subjudul dalam BSu terdiri dari satu bagian yang mengandung satu unsur frase preposisional: 12

13 Bagian 1 merupakan frase nominal Het wonder van de broden Unsur frase preposisional van de broden Pengalihan ke dalam BSa menjadikan subjudul ini terdiri dari satu bagian frase nominal. Bagian 1 merupakan frase nominal Keajaiban Roti Dalam pengalihan subjudul di atas terdapat penghilangan artikel Het dan de pada BSu ke dalam BSa. Pada BSu, artikel Het ditujukan untuk memberi aksentuasi pada kata wonder. Artikel de memberi aksentuasi pada kata broden. Kedua aksentuasi tersebut hilang pada BSa. Pergeseran ini wajib dilakukan terkait dengan kaidah dalam BSa. Dalam penerjemahan subjudul ini, ditemukan pergeseran bentuk pada pengubahan nomina jamak broden pada BSu menjadi nomina tunggal Roti pada BSa. BSu Belanda mempunyai sufiks penanda jamak en, sedangkan dalam Bahasa Indonesia menggunakan pengulangan kata untuk penanda jamak MODULASI Het wonder van de broden Keajaiban Roti Kata Het wonder memiliki makna keajaiban; mirakel; mukjizat (Moeimam & Steinhauer, 2005:1225). Kata tersebut merujuk pada sesuatu yang jarang ada; tidak biasa; ganjil; aneh; mengherankan (KBBI, 2008:23). Kata van memiliki makna leksikal dari dan de broden berasal dari kata benda brood yang memiliki makna leksikal roti (Moeimam & Steinhauer, 2005:171). Kata broden merujuk pada roti dari bahan pokok tepung terigu (KBBI, 2008:1318). Frase Het wonder van de broden mengandung makna gramatikal dan kontekstual. Secara gramatikal, kata broden mengalami penambahan en penanda roti tersebut jumlahnya lebih dari satu. Secara kontekstual, frase tersebut mengacu pada roti-roti gandum yang dibuat oleh tokoh utama dan tukang roti dalam semalam, untuk dibagikan kepada pasukan anak. Makna leksikal dari kata Keajaiban adalah keganjilan, keanehan (KBBI, 2008:23). Arti kata Roti adalah makanan yang dibuat dari bahan pokok tepung terigu (KBBI, 2008:1318). Frase Keajaiban Roti mengandung makna gramatikal dan kontekstual. Secara gramatikal, kata Roti merupakan kata tunggal karena tidak mengalami pengulangan kata atau 13

14 penambahan kata sifat penanda jamak. Secara kontekstual, frase ini mengacu pada roti yang dibagikan kepada pasukan anak. Terjadi pergeseran makna pada perbedaan perspektif. 3.5 WIJ WILLEN NIET TERUG! TRANSPOSISI Dalam penerjemahan subjudul ini, penerjemah memadankan Wij willen niet terug! pada BSu menjadi Kami Tidak Ingin Kembali! pada BSa. BSu: Wij willen niet terug! BSa: Kami Tidak Ingin Kembali! Skema di atas menunjukkan bahwa tidak terjadi perubahan, dari klausa pada BSu tetap klausa pada BSa. Subjudul dalam BSu terdiri dari empat bagian. Bagian 1 merupakan subyek Wij Bagian 2 merupakan modalitas predikat willen Bagian 3 merupakan negasi niet Bagian 4 merupakan predikat terug Pengalihan ke dalam BSa menjadikan judul ini menjadi empat bagian. Bagian 1 merupakan subyek Kami Bagian 2 merupakan negasi Tidak Bagian 3 merupakan predikat Ingin Bagian 4 merupakan predikat Kembali Pada pengalihan subjudul di atas terjadi pergeseran pada tanda baca kutip. Pada subjudul BSu, menggunakan kutip satu untuk mewakili suatu kalimat langsung. Sedangkan pada subjudul BSa, menggunakan kutip dua untuk mewakili suatu kalimat langsung. Pergeseran ini dilakukan terkait dengan kaidah penulisan pada BSa MODULASI Wij willen niet terug! Kami Tidak Ingin Kembali! 14

15 Kata Wij memiliki makna leksikal kita; kami, kemudian kata willen adalah ingin; mau; menginginkan (Moeimam & Steinhauer, 2005:1216,1219). Arti leksikal dari kata niet adalah tidak dan kata terug adalah kembali (Moeimam & Steinhauer, 2005:672,1014). Klausa ini merupakan makna kontekstual, dan mengacu pada pernyataan pasukan anak kepada tokoh utama, bahwa mereka tidak ingin kembali pulang ke tempat tinggal mereka masing-masing. Arti leksikal dari kata Kami adalah kata ganti orang pertama jamak (lawan bicara tidak termasuk di dalamnya) (KBBI, 2008:669). Kemudian kata Tidak adalah partikel untuk menyatakan pengingkaran, penolakan, penyangkalan, kata Ingin adalah hendak; mau dan kata Kembali adalah balik ke tempat atau keadaan semula (KBBI, 2008:588,724). Frase pada BSa ini juga mengandung makna kontekstual, karena mengacu pada perkataan pasukan anak yang tidak ingin kembali pulang di dalam cerita. Pada pengalihan di atas terjadi pergeseran makna pada kata Wij menjadi Kami. Kata Wij pada BSu bersifat ambigu, tidak jelas menunjuk kepada kami atau kita, sedangkan pada BSa dialihkan menjadi Kami yang sudah bermakna jelas. Ditemukan pergeseran makna implisit pada BSu menjadi eksplisit pada BSa. Pergeseran ini tidak wajib untuk dilakukan. 4. SIMPULAN Berdasarkan analisis pergeseran yang dilakukan pada pengalihan judul dan subjudul dalam novel BSu Kruistocht in spijkerbroek (1973) ke novel BSa Perjalanan Menembus Waktu (2005), dapat ditarik beberapa kesimpulan seperti yang disarikan dalam dua tabel berikut ini. Dalam penerjemahan judul dan subjudul dari BSu ke dalam BSa ditemukan beberapa macam pergeseran bentuk (transposisi). Berikut adalah pergeseran yang terjadi. 1. Pergeseran bentuk yang mengubah frase menjadi klausa terjadi pada judul/subjudul: 1. Berdasarkan analisis, terdapat kecenderungan bahwa hal ini mungkin dilakukan untuk mengisi kesenjangan leksikal. 2. Pergeseran bentuk yang diperlihatkan dengan model penghilangan artikel, terjadi pada judul/subjudul: 2 dan 4. Pada BSu bahasa Belanda, artikel dibutuhkan untuk menunjukkan ketakrifan suatu kata. Terkait dengan kaidah BSa bahasa Indonesia, kata sandang tidak terlalu berperan penting. 3. Pergeseran bentuk pada penghilangan preposisi terjadi pada judul/subjudul: 2. Terkait dengan kaidah pada bahasa Indonesia, penghilangan preposisi pada BSa mungkin untuk membuat judul dan subjudul lebih efektif. 4. Terkait dengan sistem DM MD, pergeseran bentuk terjadi pada judul/subjudul: 3. 15

16 5. Terkait dengan sistem fonetis, pergeseran bentuk terjadi pada judul/subjudul: Pergeseran bentuk diperlihatkan dengan perubahan kata jamak menjadi tunggal, terjadi pada judul/subjudul: Terkait dengan kaidah tanda baca pada bahasa Indonesia, pergeseran bentuk terjadi pada judul/subjudul: 5. Dalam penerjemahan ini juga ditemukan pergeseran makna (modulasi). Berikut adalah pergeseran yang terjadi. 1. Pergeseran makna khusus menjadi umum terjadi pada judul/subjudul: 1. Pergeseran makna ini serupa dengan pergeseran makna menyempit dan meluas. Dapat dikatakan pergeseran terjadi karena kebutuhan agar sesuai dengan konteks. 2. Pergeseran makna ditunjukkan dengan perbedaan pada perspektif makna, terjadi pada judul/subjudul: Pergeseran makna eksplisit menjadi implisit terjadi pada judul/subjudul: Pergeseran makna implisit menjadi eksplisit terjadi pada judul/subjudul: 5. Semua pergeseran bentuk dan makna dalam bahasa Belanda ke dalam bahasa Indonesia bertujuan untuk membuat produk terjemahan dalam BSa menjadi terbaca, sehingga sesuai dengan kaidah penerjemahan sebagai tindak komunikasi. Kesimpulan yang telah dipaparkan di atas, menjawab permasalahan penelitian ini tentang bagaimana pergeseran bentuk dan makna dalam penerjemahan judul utama dan subjudul dari TSu ke TSa. 5. REFERENSI Korpus Beckman, Thea Kruistoch in Spijkerbroek. Rotterdam: Lemniscaat. Beckman, Thea Perjalanan Menembus Waktu (Amelia Burhan dan Ratih Kirana S.P., Penerjemah). Jakarta: Teraju-Novel. Referensi Acuan Hoed, Benny Hoedoro Penerjemahan dan Kebudayaan. Jakarta: Pustaka Jaya. Langeveld, Arthur Vertalen Wat Er Staat. Amsterdam: Uitgeverij De Arbeiderspers. 16

17 Machali, Rochayah Pedoman Bagi Penerjemah. Jakarta: Grasindo. Riyanto, Sugeng. Mutiara, Putri T. & Suratminto, Lilie Bahasa Belanda Sebagai Bahasa Sumber: Tata Bahasa Ringkas. Jakarta: Erasmus Taalcentrum. Wijana, I Dewa Putu & Rohmadi, Muhammad Semantik: Teori dan Analisis. Surakarta: Yuma Pustaka. Referensi Leksikografi Departemen Pendidikan Nasional Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Pusat Bahasa. Moeimam, Susi & Steinhauer, Hein. Kamus Belanda-Indonesia. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Verburg, Marja & Stumpel, Ruud Van Dale Pocketwoordenboek: Nederlands Als Tweede Taal (NT2). Utrecht - Antwerpen: Van Dale Lexicografie. Referensi Artikel Majalah Verder in de volgende Quest:... (2011). Quest, p Referensi Elektronik Akveld, Joukje NLPVF:: Thea Beckman: Crusade in Jeans (Kruistocht in spijkerbroek). Diunduh pada tanggal 18 Februari 2012, pukul WIB. Nazril Sejarah Perang Salib. perangsalib.html. Diunduh pada tanggal 13 Maret 2012, pukul 13:33 WIB. Het Huige Mode team De Geschiedenis van de Jeans. Diunduh pada tanggal 13 Maret 2012, pukul 18:57 WIB. Syahrin, Hasan Penerjemahan dan Budaya. Diunduh pada tanggal 10 Oktober 2012, pukul 01:10 WIB. De Graaf, Frannie Varkens en Wilde Zwijnen. Diunduh pada tanggal 28 November 2012, pukul 22:05 WIB. 17

18 Setyadi, Aditya Syarat judul yang Baik. Diunduh pada tanggal 23 November 2012, pukul 02:14 WIB. Diunduh pada tanggal 27 Desember 2012, pukul 11:06 WIB. Diunduh pada tanggal 27 Desember 2012, pukul 11:57 WIB. Diunduh pada tanggal 27 Desember 2012, pukul 12:15 WIB. 18

BAB 6 PENUTUP. Terjemahan yang baik memiliki tiga kriteria, yakni ketepatan, kejelasan, dan

BAB 6 PENUTUP. Terjemahan yang baik memiliki tiga kriteria, yakni ketepatan, kejelasan, dan 192 BAB 6 PENUTUP Terjemahan yang baik memiliki tiga kriteria, yakni ketepatan, kejelasan, dan kewajaran (Larson, 1989:53). Ketepatan berarti bahwa terjemahan harus menyampaikan pesan sesuai dengan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pesan yang disampaikan dapat melalui karya sastra.

BAB I PENDAHULUAN. Pesan yang disampaikan dapat melalui karya sastra. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Bahasa memiliki peranan penting dalam hal berkomunikasi. Fungsi penting dari bahasa adalah menyampaikan pesan dengan baik secara verbal atau tulisan. Pesan yang disampaikan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. berdasarkan hasil penelitian dan analisis data yang telah diperoleh pada bab-bab

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. berdasarkan hasil penelitian dan analisis data yang telah diperoleh pada bab-bab BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Pada bab ini, penulis akan memberikan kesimpulan serta saran berdasarkan hasil penelitian dan analisis data yang telah diperoleh pada bab-bab sebelumnya. 5.1 Kesimpulan 5.1.1

Lebih terperinci

Alat Sintaksis. Kata Tugas (Partikel) Intonasi. Peran. Alat SINTAKSIS. Bahasan dalam Sintaksis. Morfologi. Sintaksis URUTAN KATA 03/01/2015

Alat Sintaksis. Kata Tugas (Partikel) Intonasi. Peran. Alat SINTAKSIS. Bahasan dalam Sintaksis. Morfologi. Sintaksis URUTAN KATA 03/01/2015 SINTAKSIS Pengantar Linguistik Umum 26 November 2014 Morfologi Sintaksis Tata bahasa (gramatika) Bahasan dalam Sintaksis Morfologi Struktur intern kata Tata kata Satuan Fungsi Sintaksis Struktur antar

Lebih terperinci

BAB III KESIMPULAN. karena novel merupakan suatu upaya komunikasi kebahasaan karena teks novel

BAB III KESIMPULAN. karena novel merupakan suatu upaya komunikasi kebahasaan karena teks novel BAB III KESIMPULAN Skripsi ini membandingkan antara penataan informasi pada bahasa Prancis sebagai BSu dan bahasa Indonesia sebagai BSa yag bersumber dari dua novel berbahasa Prancis dan terjemahannya.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif. Bogdan and

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif. Bogdan and BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Rancangan Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif. Bogdan and Taylor (1975) menjelaskan definisi metode kualitatif yaitu: qualitative methodologies

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lainnya. Dewasa ini, bahasa semakin berkembang pesat. Oleh karena itu, manusia

BAB I PENDAHULUAN. lainnya. Dewasa ini, bahasa semakin berkembang pesat. Oleh karena itu, manusia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa adalah salah satu unsur penting dalam kehidupan manusia yaitu sebagai sarana dalam berkomunikasi antara individu yang satu dengan lainnya. Dewasa ini,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Hobi adalah kegemaran; kesenangan istimewa pada waktu senggang,

BAB I PENDAHULUAN. Hobi adalah kegemaran; kesenangan istimewa pada waktu senggang, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hobi adalah kegemaran; kesenangan istimewa pada waktu senggang, bukan pekerjaan utama. 1 Tujuan hobi adalah untuk memenuhi keinginan dan mendapatkan kesenangan. 2 Terdapat

Lebih terperinci

KALIMAT PASIF DALAM BAHASA BELANDA 1 Sugeng Riyanto (Fakultas Ilmu Budaya Universitas Padjadjaran)

KALIMAT PASIF DALAM BAHASA BELANDA 1 Sugeng Riyanto (Fakultas Ilmu Budaya Universitas Padjadjaran) KALIMAT PASIF DALAM BAHASA BELANDA 1 Sugeng Riyanto (Fakultas Ilmu Budaya Universitas Padjadjaran) Dari berbagai referensi kalimat pasif dalam bahasa Belanda dan juga bahasa Inggris dikuasai anak Belanda

Lebih terperinci

ANALISIS BUDAYA MATERIAL DALAM TERJEMAHAN KUMPULAN CERITA PENDEK MADEMOISELLE FIFI KARYA GUY DE MAUPASSANT

ANALISIS BUDAYA MATERIAL DALAM TERJEMAHAN KUMPULAN CERITA PENDEK MADEMOISELLE FIFI KARYA GUY DE MAUPASSANT BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam berinteraksi antara sesamanya, manusia menggunakan bahasa untuk menyampaikan informasi, gagasan, pendapat serta untuk mengekspresikan diri dan perasaan. Bahasa

Lebih terperinci

Contoh: (1) Tsu : A, a kibun onsenyado da ne korya. (CMCJ. Tsa Wah, nikmatnya scpcrti scdang berlibur ke pemandian air paiias saja (CMCI5:42)

Contoh: (1) Tsu : A, a kibun onsenyado da ne korya. (CMCJ. Tsa Wah, nikmatnya scpcrti scdang berlibur ke pemandian air paiias saja (CMCI5:42) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa menurut Koentjaraningrat merapakan salah satu dari tujuh unsur kebudayaan yang bersifat universal. Unsur-unsur yang lainnya adalah sistem pengetahuan,

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu metode penelitian deskriptif analitik. Metode deskriptif merupakan metode penelitian yang bertujuan untuk

Lebih terperinci

PENGGUNAAN DEIKSIS DALAM BAHASA INDONESIA

PENGGUNAAN DEIKSIS DALAM BAHASA INDONESIA PENGGUNAAN DEIKSIS DALAM BAHASA INDONESIA Roely Ardiansyah Fakultas Bahasa dan Sains, Universitas Wijaya Kusuma Surabaya Abstrak Deiksis dalam bahasa Indonesia merupakan cermin dari perilaku seseorang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Berbeda dengan sintaksis yang mempelajari bagaimana satuan bahasa terbentuk,

BAB I PENDAHULUAN. Berbeda dengan sintaksis yang mempelajari bagaimana satuan bahasa terbentuk, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam mempelajari bahasa Inggris terutama yang berkenaan dengan makna yang terkandung dalam setiap unsur suatu bahasa, semantik merupakan ilmu yang menjadi pengukur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam kehidupan manusia. Bahasa adalah satu-satunya milik manusia yang tidak. kegiatan manusia yang tidak disertai oleh bahasa.

BAB I PENDAHULUAN. dalam kehidupan manusia. Bahasa adalah satu-satunya milik manusia yang tidak. kegiatan manusia yang tidak disertai oleh bahasa. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam berkomunikasi antar manusia dibutuhkan bahasa yang disepakati oleh pengguna bahasa itu sendiri. Bahasa mempunyai keterikatan dan keterkaitan dalam kehidupan manusia.

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB V SIMPULAN DAN SARAN digilib.uns.ac.id BAB V SIMPULAN DAN SARAN Bab ini terdiri atas dua subbab yaitu simpulan dan saran. Bagian simpulan memaparkan tentang keseluruhan hasil penelitian secara garis besar yang meliputi strategi

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN KERANGKA TEORI. Berdasarkan data-data yang dikumpulkan baik berupa penelitian, jurnal

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN KERANGKA TEORI. Berdasarkan data-data yang dikumpulkan baik berupa penelitian, jurnal BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN KERANGKA TEORI 2.1 Kajian Pustaka Berdasarkan data-data yang dikumpulkan baik berupa penelitian, jurnal maupun hasil penelitian lainnya, ditemukan beberapa penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa adalah sesuatu yang bersifat universal karena tidak memedulikan

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa adalah sesuatu yang bersifat universal karena tidak memedulikan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Bahasa adalah sesuatu yang bersifat universal karena tidak memedulikan warna kulit, ras, agama, bangsa dan negara. Bahasa merupakan perwujudan suatu konsep

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sehingga bahasa merupakan sarana komunikasi yang utama. Bahasa adalah

BAB I PENDAHULUAN. sehingga bahasa merupakan sarana komunikasi yang utama. Bahasa adalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam kehidupan sehari-hari manusia selalu melakukan komunikasi antar sesamanya. Setiap anggota masyarakat selalu terlibat dalam komunikasi, baik dia berperan sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tinjauan sintak..., Vandra Risky, FIB UI, 2009

BAB I PENDAHULUAN. Tinjauan sintak..., Vandra Risky, FIB UI, 2009 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Pokok Bahasan Bahasa adalah sebuah perangkat yang digunakan oleh manusia untuk berkomunikasi. Adapun definisinya secara umum, adalah sistem tanda bunyi yang disepakati untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Buku cerita bilingual Kumpulan Cerita Anak Kreatif - Tales for Creative

BAB I PENDAHULUAN. Buku cerita bilingual Kumpulan Cerita Anak Kreatif - Tales for Creative BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Buku cerita bilingual Kumpulan Cerita Anak Kreatif - Tales for Creative Children merupakan buku cerita bilingual yang menggunakan dua bahasa yaitu bahasa Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Linguistik, merupakan sebuah ilmu yang mepelajari tentang bahasa secara

BAB I PENDAHULUAN. Linguistik, merupakan sebuah ilmu yang mepelajari tentang bahasa secara 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Linguistik, merupakan sebuah ilmu yang mepelajari tentang bahasa secara verbal. Tentunya ilmu bahasa atau sering disebut linguistik memiliki cabangcabang ilmu bahasa,

Lebih terperinci

Gramatika Ringkas Bahasa Belanda, oleh Dr. Sugeng Riyanto, M.A. Hak Cipta 2015 pada penulis

Gramatika Ringkas Bahasa Belanda, oleh Dr. Sugeng Riyanto, M.A. Hak Cipta 2015 pada penulis Gramatika Ringkas Bahasa Belanda, oleh Dr. Sugeng Riyanto, M.A. Hak Cipta 2015 pada penulis GRAHA ILMU Ruko Jambusari 7A Yogyakarta 55283 Telp: 0274-882262; 0274-889398; Fax: 0274-889057; E-mail: info@grahailmu.co.id

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB V SIMPULAN DAN SARAN 109 BAB V SIMPULAN DAN SARAN Bab ini akan dipaparkan tentang simpulan dan saran yang didapat setelah melakukan analisis data berupa majas ironi dan sarkasme dalam novel The Return of Sherlock Holmes dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Membaca buku bermanfaat bagi manusia, mulai dari anak-anak hingga

BAB I PENDAHULUAN. Membaca buku bermanfaat bagi manusia, mulai dari anak-anak hingga BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Membaca buku bermanfaat bagi manusia, mulai dari anak-anak hingga dewasa sekalipun. Manfaat yang dapat diperoleh antara lain sebagai hiburan, penghilang stres, dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diminati oleh masyarakat Indonesia terutama para remaja setelah merebaknya

BAB I PENDAHULUAN. diminati oleh masyarakat Indonesia terutama para remaja setelah merebaknya BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Akhir-akhir ini segala hal yang berkaitan dengan Korea menjadi begitu diminati oleh masyarakat Indonesia terutama para remaja setelah merebaknya Korean wave (Gelombang

Lebih terperinci

PENANDA KOHESI GRAMATIKAL KONJUNGSI ANTARKALIMAT DAN INTRAKALIMAT PADA TEKS PIDATO KENEGARAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PENANDA KOHESI GRAMATIKAL KONJUNGSI ANTARKALIMAT DAN INTRAKALIMAT PADA TEKS PIDATO KENEGARAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PENANDA KOHESI GRAMATIKAL KONJUNGSI ANTARKALIMAT DAN INTRAKALIMAT PADA TEKS PIDATO KENEGARAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NASKAH PUBLIKASI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana

Lebih terperinci

Bab 1. Pendahuluan. Bahasa adalah penggunaan kode yang merupakan gabungan fonem sehingga

Bab 1. Pendahuluan. Bahasa adalah penggunaan kode yang merupakan gabungan fonem sehingga Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Bahasa adalah penggunaan kode yang merupakan gabungan fonem sehingga membentuk kata dengan aturan sintaks untuk membentuk kalimat yang memiliki arti. Bahasa memiliki

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Pada bab ini akan dibahas mengenai metode penelitian, teknik pengumpulan data, instrumen penelitian, populasi dan sampel penelitian serta teknik pengolahan data. 3.1 Metode

Lebih terperinci

Bab 1. Pendahuluan. Bahasa merupakan alat untuk menyampaikan suatu ide, pikiran, hasrat, dan

Bab 1. Pendahuluan. Bahasa merupakan alat untuk menyampaikan suatu ide, pikiran, hasrat, dan Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Bahasa merupakan alat untuk menyampaikan suatu ide, pikiran, hasrat, dan keinginan kepada orang lain, sehingga bahasa menjadi sesuatu alat yang tidak dapat dipisahkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bahasa dari tingkat kata, frasa hingga teks untuk menyampaikan makna teks

BAB I PENDAHULUAN. bahasa dari tingkat kata, frasa hingga teks untuk menyampaikan makna teks BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada era kemajuan teknologi dewasa ini semakin banyak terjemahan bahasa dari tingkat kata, frasa hingga teks untuk menyampaikan makna teks bahasa sumber (TSu) ke dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penerjemahan kalimat pada suatu karya tulis biasanya diterjemahkan secara

BAB I PENDAHULUAN. Penerjemahan kalimat pada suatu karya tulis biasanya diterjemahkan secara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penerjemahan kalimat pada suatu karya tulis biasanya diterjemahkan secara semantik atau pragmatik. Kajian makna bahasa seharusnya tidak terlepas dari konteks mengingat

Lebih terperinci

PRONOMINA DALAM BAHASA BELANDA (HET VOORNAAMWOORD) 1 Sugeng Riyanto (Fakultas Ilmu Budaya Universitas Padjadjaran)

PRONOMINA DALAM BAHASA BELANDA (HET VOORNAAMWOORD) 1 Sugeng Riyanto (Fakultas Ilmu Budaya Universitas Padjadjaran) PRONOMINA DALAM BAHASA BELANDA (HET VOORNAAMWOORD) 1 Sugeng Riyanto (Fakultas Ilmu Budaya Universitas Padjadjaran) 1. Pronomina Persona (Kata Ganti Orang) (Het Persoonlijk Voornaamwoord) Objek/di belakang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat Indonesia yang masih belum mempunyai kemampuan untuk. kehidupan sehari-hari baik secara lisan maupun tulisan.

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat Indonesia yang masih belum mempunyai kemampuan untuk. kehidupan sehari-hari baik secara lisan maupun tulisan. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagian besar orang menggunakan bahasa Inggris sebagai alat komunikasi dengan Negara lain di seluruh dunia. Oleh karena itu, sangat penting bagi kita untuk mengerti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang dirasakannya melalui hasil karya tulisnya kepada para pembacanya. Banyak

BAB I PENDAHULUAN. yang dirasakannya melalui hasil karya tulisnya kepada para pembacanya. Banyak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Komik merupakan salah satu karya sastra. Dengan membaca karya sastra termasuk melakukan proses komunikasi antara pengarang dengan pembaca. Pengarang komik ingin menyampaikan

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN IMPLIKASI

BAB V SIMPULAN DAN IMPLIKASI 174 BAB V SIMPULAN DAN IMPLIKASI A. Simpulan Berdasarkan analisis data pada bab sebelumnya, pengungkapan modalitas desideratif BI dan BJ dapat disimpulkan seperti di bawah ini. 1. Bentuk-bentuk pegungkapan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Seorang anak yang sudah terbiasa dibacakan ataupun membaca buku cerita

BAB I PENDAHULUAN. Seorang anak yang sudah terbiasa dibacakan ataupun membaca buku cerita BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seorang anak yang sudah terbiasa dibacakan ataupun membaca buku cerita sendiri bisa menjadikannya sebagai sahabat. Buku cerita memberikan informasi kepada anak tentang

Lebih terperinci

BAB V TEKS ULASAN FILM/DRAMA

BAB V TEKS ULASAN FILM/DRAMA MODUL BAHASA INDONESIA KELAS XI SEMESTER 2 BAB V TEKS ULASAN FILM/DRAMA OLEH NI KADEK SRI WEDARI, S.Pd. A. Pengertian Teks Ulasan Film/Drama Teks ulasan yaitu teks yang berisi ulasan atau penilaian terhadap

Lebih terperinci

BASINDO Jurnal Kajian Bahasa, Sastra Indonesia, dan Pembelajarannya Vol 1 No 1 - April 2017 (14-24)

BASINDO Jurnal Kajian Bahasa, Sastra Indonesia, dan Pembelajarannya Vol 1 No 1 - April 2017 (14-24) BASINDO Jurnal Kajian Bahasa, Sastra Indonesia, dan Pembelajarannya Vol 1 No 1 - April 2017 (14-24) PERILAKU BENTUK VERBA DALAM KALIMAT BAHASA INDONESIA TULIS SISWA SEKOLAH ARUNSAT VITAYA, PATTANI, THAILAND

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. A. Bahasa Mandarin

BAB II LANDASAN TEORI. A. Bahasa Mandarin BAB II LANDASAN TEORI A. Bahasa Mandarin 1. Definisi Bahasa Mandarin Bahasa mandarin merupakan salah satu bahasa yang paling sering bei digunakan di dunia ini. Dalam pengertian luas, Mandarin berarti 北

Lebih terperinci

IDEOLOGI DALAM PENERJEMAHAN (Farida Amalia Universitas Pendidikan Indonesia)

IDEOLOGI DALAM PENERJEMAHAN (Farida Amalia Universitas Pendidikan Indonesia) IDEOLOGI DALAM PENERJEMAHAN (Farida Amalia Universitas Pendidikan Indonesia) A. Pendahuluam Penerjemahan adalah kegiatan mengalihkan secara tertulis pesan dari teks suatu bahasa ke dalam teks bahasa lain

Lebih terperinci

KAMUS KECIL INDONESIA - BELANDA; BELANDA - INDONESIA : Dr. Sugeng Riyanto, M.A. Dini Saraswati, S.S.

KAMUS KECIL INDONESIA - BELANDA; BELANDA - INDONESIA : Dr. Sugeng Riyanto, M.A. Dini Saraswati, S.S. KAMUS KECIL INDONESIA - BELANDA; BELANDA - INDONESIA oleh : Dr. Sugeng Riyanto, M.A. Dini Saraswati, S.S. Edisi Pertama Cetakan Pertama, 2013 Hak Cipta 2013 pada penulis, Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Lebih terperinci

TEKNIK PENERJEMAHAN BSu BSa

TEKNIK PENERJEMAHAN BSu BSa TEKNIK PENERJEMAHAN Teknik penerjemahan ialah cara yang digunakan untuk mengalihkan pesan dari ke, diterapkan pada tataran kata, frasa, klausa maupun kalimat. Menurut Molina dan Albir (2002), teknik penerjemahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan. Sejalan dengan itu, dalam pelaksanaan pembelajaran bahasa

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan. Sejalan dengan itu, dalam pelaksanaan pembelajaran bahasa 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kurikulum 2013 menempatkan bahasa Indonesia sebagai penghela ilmu pengetahuan. Sejalan dengan itu, dalam pelaksanaan pembelajaran bahasa Indonesis berbasis teks, beragam

Lebih terperinci

BAB II KONSEP,LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. ekstrinsik; unsur dan hubungan itu bersifat abstrak dan bebas dari isi yang

BAB II KONSEP,LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. ekstrinsik; unsur dan hubungan itu bersifat abstrak dan bebas dari isi yang BAB II KONSEP,LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Struktur adalah perangkat unsur yang di antaranya ada hubungan yang bersifat ekstrinsik; unsur dan hubungan itu bersifat abstrak dan bebas

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. di luar bahasa, dan yang dipergunakan akal budi untuk memahami hal-hal tersebut

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. di luar bahasa, dan yang dipergunakan akal budi untuk memahami hal-hal tersebut BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep adalah gambaran mental dari obyek, proses, atau apa pun yang ada di luar bahasa, dan yang dipergunakan akal budi untuk memahami hal-hal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya metafora adalah suatu bentuk kekreatifan makna dalam

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya metafora adalah suatu bentuk kekreatifan makna dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada dasarnya metafora adalah suatu bentuk kekreatifan makna dalam menggunakan bahasa saat berkomunikasi baik bahasa lisan maupun bahasa tulisan. Di dalam berbahasa,

Lebih terperinci

MAKNA PENERJEMAHAN IDIOM BAHASA JEPANG PADA KOMIK DORAEMON EDISI SEBELAS

MAKNA PENERJEMAHAN IDIOM BAHASA JEPANG PADA KOMIK DORAEMON EDISI SEBELAS MAKNA PENERJEMAHAN IDIOM BAHASA JEPANG PADA KOMIK DORAEMON EDISI SEBELAS Penulis : Nuraini 1 Anggota : 1. Nana Rahayu 2 2. Arza Aibonotika 3 Email: shinsetsu@ymail.com, hand: 082391098036 ABSTRACT This

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Linguistik, semantik adalah bidang yang fokus mempelajari tentang makna baik yang berupa text

BAB I PENDAHULUAN. Linguistik, semantik adalah bidang yang fokus mempelajari tentang makna baik yang berupa text BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa adalah alat komunikasi yang digunakan oleh manusia dalam kehidupan seharihari. Ketika berbahasa ada bentuk nyata dari pikiran yang ingin disampaikan kepada mitra

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dibandingkan komunikasi dalam bentuk tulisan. bahasa Indonesia ragam lisan atau omong.

BAB I PENDAHULUAN. dibandingkan komunikasi dalam bentuk tulisan. bahasa Indonesia ragam lisan atau omong. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia lebih banyak melakukan komunikasi lisan daripada komunikasi tulisan oleh sebab itu, komunikasi lisan dianggap lebih penting dibandingkan komunikasi dalam

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI Pada bab ini, penulis akan menjabarkan teori-teori yang digunakan penulis dalam menerjemahkan Komik Indonesia Nusantaranger karya Tim Nusantaranger. Agar dapat menerjemahkan komik

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Sebagai alat berkomunikasi, manusia menggunakan bahasa sebagai sarananya.

BAB 1 PENDAHULUAN. Sebagai alat berkomunikasi, manusia menggunakan bahasa sebagai sarananya. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sebagai alat berkomunikasi, manusia menggunakan bahasa sebagai sarananya. Bahasa adalah sistem lambang bunyi yang arbitrer, yang dipergunakan oleh para anggota suatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia selain musik, drama, anime dan lain-lain, untuk mempelajari dan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia selain musik, drama, anime dan lain-lain, untuk mempelajari dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Komik merupakan salah satu media bagi pembelajar bahasa Jepang di Indonesia selain musik, drama, anime dan lain-lain, untuk mempelajari dan memperdalam bahasa Jepang.

Lebih terperinci

PENERJEMAHAN INFORMASI IMPLISIT DARI BAHASA INGGRIS KE BAHASA INDONESIA DALAM NOVEL

PENERJEMAHAN INFORMASI IMPLISIT DARI BAHASA INGGRIS KE BAHASA INDONESIA DALAM NOVEL PENERJEMAHAN INFORMASI IMPLISIT DARI BAHASA INGGRIS KE BAHASA INDONESIA DALAM NOVEL Faurina Anastasia Dosen Tetap IAIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi Email: faurinaanastasia@gmail.com Abstract A good translation

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kemiripan makna dalam suatu bentuk kebahasaan dapat menimbulkan

BAB I PENDAHULUAN. Kemiripan makna dalam suatu bentuk kebahasaan dapat menimbulkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemiripan makna dalam suatu bentuk kebahasaan dapat menimbulkan kekacauan pada tindak berbahasa. Salah satu contoh penggunaan bentuk bersinonim yang dewasa ini sulit

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengusung permasalahan keilmuan. Materi yang dituangkan dalam tulisan ilmiah

BAB I PENDAHULUAN. mengusung permasalahan keilmuan. Materi yang dituangkan dalam tulisan ilmiah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karya ilmiah adalah karangan yang berisi gagasan ilmiah yang disajikan secara ilmiah serta menggunakan bentuk dan bahasa ilmiah. Karya tulis ilmiah mengusung permasalahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. atau sebuah konstruksi tata bahasa yang terdiri atas dua kata atau lebih.

BAB I PENDAHULUAN. atau sebuah konstruksi tata bahasa yang terdiri atas dua kata atau lebih. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Struktur bahasa terdiri atas beberapa tingkatan yaitu kata, frasa, klausa dan kalimat. Frasa merupakan satuan sintaksis yang satu tingkat berada di bawah satuan klausa,

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Konsep adalah gambaran mental dari obyek, proses atau apa pun yang ada di luar

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Konsep adalah gambaran mental dari obyek, proses atau apa pun yang ada di luar BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep adalah gambaran mental dari obyek, proses atau apa pun yang ada di luar bahasa, dan yang dipergunakan akal budi untuk memahami hal-hal

Lebih terperinci

PENERJEMAHAN INFORMASI IMPLISIT DARI BAHASA INGGRIS KE BAHASA INDONESIA DALAM KARYA FIKSI

PENERJEMAHAN INFORMASI IMPLISIT DARI BAHASA INGGRIS KE BAHASA INDONESIA DALAM KARYA FIKSI PENERJEMAHAN INFORMASI IMPLISIT DARI BAHASA INGGRIS KE BAHASA INDONESIA DALAM KARYA FIKSI Diana Chitra Hasan Universitas Bung Hatta Abstract A good translation must strive for dynamic equivalence, i.e.,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terjadi pergeseran makna pada BT, oleh sebab itu seorang penerjemah harus

BAB I PENDAHULUAN. terjadi pergeseran makna pada BT, oleh sebab itu seorang penerjemah harus BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penerjemahan adalah pengalihan makna dari bahasa sumber (BS) ke bahasa target (BT) dan makna BS harus dapat dipertahankan sehingga tidak terjadi pergeseran makna pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kridalaksana (1983: 107) menjelaskan modalitas memiliki beberapa arti.

BAB I PENDAHULUAN. Kridalaksana (1983: 107) menjelaskan modalitas memiliki beberapa arti. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kridalaksana (1983: 107) menjelaskan modalitas memiliki beberapa arti. Pertama, klasifikasi proposisi menurut hal yang menyungguhkan atau mengingkari kemungkinan atau

Lebih terperinci

ANALISIS KALIMAT PERINTAH PADA CERITA ANAK DALAM SURAT KABAR SOLOPOS EDISI OKTOBER-DESEMBER 2012

ANALISIS KALIMAT PERINTAH PADA CERITA ANAK DALAM SURAT KABAR SOLOPOS EDISI OKTOBER-DESEMBER 2012 ANALISIS KALIMAT PERINTAH PADA CERITA ANAK DALAM SURAT KABAR SOLOPOS EDISI OKTOBER-DESEMBER 2012 NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S-1 Program Pendidikan

Lebih terperinci

Bab 2. Landasan Teori. Pada bab ini Penulis akan menjabarkan tentang teori yang digunakan Penulis

Bab 2. Landasan Teori. Pada bab ini Penulis akan menjabarkan tentang teori yang digunakan Penulis Bab 2 Landasan Teori Pada bab ini Penulis akan menjabarkan tentang teori yang digunakan Penulis dalam menerjemahkan lirik lagu Sepasang Mata Bola karya Ismail Marzuki. Penerjemahan lirik lagu ini membutuhkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berhasil menerjemahkan suatu teks dari bahasa sumber ke bahasa sasaran jika ia

BAB I PENDAHULUAN. berhasil menerjemahkan suatu teks dari bahasa sumber ke bahasa sasaran jika ia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Proses penerjemahan bahasa sumber terhadap bahasa sasaran bukanlah merupakan suatu hal yang mudah untuk dilakukan. Seorang penerjemah dikatakan berhasil menerjemahkan

Lebih terperinci

04/10/2016. Dengan bangga, kami mempersembahkan KALIMAT. Pertemuan 6

04/10/2016. Dengan bangga, kami mempersembahkan KALIMAT. Pertemuan 6 Dengan bangga, kami mempersembahkan KALIMAT Pertemuan 6 1 Bahasan Identifikasi Aktualisasi Unsur-unsur Struktur Pengembangan Identifikasi Kalimat ialah satuan bahasa terkecil, dalam wujud lisan atau tulisan

Lebih terperinci

RELASI SUBJEK DAN PREDIKAT DALAM KLAUSA BAHASA GORONTALO SKRIPSI

RELASI SUBJEK DAN PREDIKAT DALAM KLAUSA BAHASA GORONTALO SKRIPSI RELASI SUBJEK DAN PREDIKAT DALAM KLAUSA BAHASA GORONTALO SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan dalam Wisuda Sarjana Pendidikan di Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Oleh NURMA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada era globalisasi pertukaran ilmu pengetahuan dan teknologi dari satu

BAB I PENDAHULUAN. Pada era globalisasi pertukaran ilmu pengetahuan dan teknologi dari satu 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada era globalisasi pertukaran ilmu pengetahuan dan teknologi dari satu negara ke negara yang lain semakin mudah dan berkembang pesat. Akan tetapi, ada satu hal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penerjemahan merupakan suatu kegiatan pengalihan makna atau pengungkapan

BAB I PENDAHULUAN. Penerjemahan merupakan suatu kegiatan pengalihan makna atau pengungkapan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Penerjemahan merupakan suatu kegiatan pengalihan makna atau pengungkapan kembali isi suatu teks ke bahasa lain. Mengalihkan dan memindahkan makna serta memilih

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Era globalisasi saat ini yang bercirikan keterbukaaan, persaingan, dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Era globalisasi saat ini yang bercirikan keterbukaaan, persaingan, dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Era globalisasi saat ini yang bercirikan keterbukaaan, persaingan, dan kesalingtergantungan antar bangsa serta derasnya arus informasi yang menembus batas-batas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dapat berupa tujuan jangka pendek, menengah, dan panjang. Dalam mata

BAB I PENDAHULUAN. dapat berupa tujuan jangka pendek, menengah, dan panjang. Dalam mata BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Peningkatan hasil belajar siswa merupakan tujuan yang ingin selalu dicapai oleh para pelaksana pendidikan dan peserta didik. Tujuan tersebut dapat berupa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Dalam memahami konsep mengenai teori kebahasaan, linguistik

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Dalam memahami konsep mengenai teori kebahasaan, linguistik BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dalam memahami konsep mengenai teori kebahasaan, linguistik sistemik fungsional berperan penting memberikan kontribusi dalam fungsi kebahasaan yang mencakup

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. fonologi, morfologi, sintaksis, maupun semantik (Tarigan dan

BAB 1 PENDAHULUAN. fonologi, morfologi, sintaksis, maupun semantik (Tarigan dan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Fungsi bahasa adalah sebagai alat komunikasi yang memungkinkan manusia dapat berkomunikasi dengan sesamanya baik secara lisan maupun tulisan. Komunikasi akan berlangsung

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kenali adalah surat perjanjian, sertifikat, buku ilmu pengetahuan bidang hukum

BAB 1 PENDAHULUAN. kenali adalah surat perjanjian, sertifikat, buku ilmu pengetahuan bidang hukum BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Teks hukum merupakan jenis teks yang bersifat sangat formal dan sangat terstruktur. Teks hukum ini sangat beragam macamnya, yang paling mudah kita kenali adalah surat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. penelitian ini, batasan masalah, rumusan masalah, tujuan, manfaat dan definisi

BAB 1 PENDAHULUAN. penelitian ini, batasan masalah, rumusan masalah, tujuan, manfaat dan definisi 1 BAB 1 PENDAHULUAN Pada bab 1, peneliti akan memaparkan hal-hal yang melatarbelakangi penelitian ini, batasan masalah, rumusan masalah, tujuan, manfaat dan definisi operasional. 1.1 Latar Belakang Masalah

Lebih terperinci

ANALISIS TRANSPOSISI DAN MODULASI PADA BUKU TEORI BUDAYA TERJEMAHAN DARI BUKU CULTURE THEORY

ANALISIS TRANSPOSISI DAN MODULASI PADA BUKU TEORI BUDAYA TERJEMAHAN DARI BUKU CULTURE THEORY ANALISIS TRANSPOSISI DAN MODULASI PADA BUKU TEORI BUDAYA TERJEMAHAN DARI BUKU CULTURE THEORY Johnny Prasetyo John Pras-isi@yahoo. com Institut Seni Indonesia Surakarta ABSTRACT This descriptive-qualitative

Lebih terperinci

II. KAJIAN PUSTAKA. mengungkapkan pikiran yang utuh (Alwi, 2003:311). Dalam wujud lisan, kalimat

II. KAJIAN PUSTAKA. mengungkapkan pikiran yang utuh (Alwi, 2003:311). Dalam wujud lisan, kalimat 9 II. KAJIAN PUSTAKA A. Kalimat Kalimat adalah satuan bahasa terkecil, dalam wujud lisan atau tulisan yang mengungkapkan pikiran yang utuh (Alwi, 2003:311). Dalam wujud lisan, kalimat ditandai dengan nada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan makhluk sosial yang selalu berinteraksi antara satu

BAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan makhluk sosial yang selalu berinteraksi antara satu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia merupakan makhluk sosial yang selalu berinteraksi antara satu dengan yang lainnya, yang kemudian disebut dengan komunikasi. Bahasa merupakan alat komunikasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penerjemahan bisa mencakup beberapa pengertian. Ahli linguistik telah

BAB I PENDAHULUAN. Penerjemahan bisa mencakup beberapa pengertian. Ahli linguistik telah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Penerjemahan bisa mencakup beberapa pengertian. Ahli linguistik telah memberi banyak definisi tentang penerjemahan, diantaranya: (1) bidang ilmu secara umum,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penerjemahan adalah kegiatan mengalihkan pesan secara tertulis dari teks suatu

BAB I PENDAHULUAN. Penerjemahan adalah kegiatan mengalihkan pesan secara tertulis dari teks suatu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penerjemahan adalah kegiatan mengalihkan pesan secara tertulis dari teks suatu bahasa ke bahasa yang lain. Teks yang diterjemahkan disebut Teks Sumber (Tsu) dan bahasanya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. gramatikal dalam bahasa berkaitan dengan telaah struktur bahasa yang berkaitan. dengan sistem kata, frasa, klausa, dan kalimat.

BAB I PENDAHULUAN. gramatikal dalam bahasa berkaitan dengan telaah struktur bahasa yang berkaitan. dengan sistem kata, frasa, klausa, dan kalimat. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian dalam bidang linguistik berkaitan dengan bahasa tulis dan bahasa lisan. Bahasa tulis memiliki hubungan dengan tataran gramatikal. Tataran gramatikal

Lebih terperinci

PENINGKATAN PROFESIONALISME WIDYAISWARA MELALUI PENGENALAN TEORI PENERJEMAHAN TEKS BAHASA INGGRIS (SEBUAH KAJIAN TEORITIS)

PENINGKATAN PROFESIONALISME WIDYAISWARA MELALUI PENGENALAN TEORI PENERJEMAHAN TEKS BAHASA INGGRIS (SEBUAH KAJIAN TEORITIS) 1 PENINGKATAN PROFESIONALISME WIDYAISWARA MELALUI PENGENALAN TEORI PENERJEMAHAN TEKS BAHASA INGGRIS (SEBUAH KAJIAN TEORITIS) Oleh : Muchamad Latief Fahmi,SS,MSE (Widyaiswara Muda Balai Diklat Industri

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Masuknya istilah-istilah asing, terutama dari bahasa Inggris ke dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. Masuknya istilah-istilah asing, terutama dari bahasa Inggris ke dalam BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masuknya istilah-istilah asing, terutama dari bahasa Inggris ke dalam bahasa Indonesia sudah tidak bisa ditahan lagi. Arus komunikasi kian global seiring berkembangnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai pembelajar bahasa asing pada pendidikan formal, sudah sewajarnya

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai pembelajar bahasa asing pada pendidikan formal, sudah sewajarnya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagai pembelajar bahasa asing pada pendidikan formal, sudah sewajarnya dituntut untuk memiliki kemampuan lebih baik dalam memahami bahasa asing tersebut dibandingkan

Lebih terperinci

Oleh Septia Sugiarsih

Oleh Septia Sugiarsih Oleh Septia Sugiarsih satuan kumpulan kata yang terkecil yang mengandung pikiran yang lengkap. Conth: Saya makan nasi. Definisi ini tidak universal karena ada kalimat yang hanya terdiri atas satu kata

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Buku Hukum The Concept of Law karya H.L.A Hart dan terjemahannya Konsep Hukum merupakan buku teori hukum atau jurisprudence, bukan merupakan hukum secara praktek.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sekunder yang akan mendukung penelitian, juga diperlukan untuk mengetahui sampai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sekunder yang akan mendukung penelitian, juga diperlukan untuk mengetahui sampai BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kepustakaan Yang Relevan Pengkajian teori tidak akan terlepas dari kajian pustaka atau studi pustaka karena teori secara nyata dapat dipeoleh melalui studi atau kajian kepustakaan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Apabila berbicara tentang Jepang, kita pasti langsung terbayang akan

BAB I PENDAHULUAN. Apabila berbicara tentang Jepang, kita pasti langsung terbayang akan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Apabila berbicara tentang Jepang, kita pasti langsung terbayang akan anime, manga, style orang-orang Jepang dan budaya Jepang yang lainnya. Jepang adalah sebuah negara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penerjemah tersebut adalah teks sastra berupa novel dengan judul Madame

BAB I PENDAHULUAN. penerjemah tersebut adalah teks sastra berupa novel dengan judul Madame BAB I PENDAHULUAN. LATAR BELAKANG Karya sastra terjemahan merupakan peluang yang menjanjikan di abad ke- ini. Varietas karya sastra terjemahan yang diminati oleh masyarakat Indonesia terdiri atas empat

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian penerjemahan yang bersifat deskriptif-kualitatif

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian penerjemahan yang bersifat deskriptif-kualitatif BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian penerjemahan yang bersifat deskriptif-kualitatif dengan studi kasus terpancang. Penelitian ini disebut penelitian kualitatif

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. diuraikan, diperlukan sejumlah teori yang menjadi kerangka landasan di dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. diuraikan, diperlukan sejumlah teori yang menjadi kerangka landasan di dalam BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A. Tinjauan Pustaka Untuk mencapai tujuan yang diinginkan dalam membahas masalah yang diuraikan, diperlukan sejumlah teori yang menjadi kerangka landasan di dalam

Lebih terperinci

Bab 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Bab 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bab 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa adalah suatu sistem lambang bunyi yang jika digabungkan menurut aturan tertentu menimbulkan arti yang dapat ditangkap oleh masyarakat yang berbicara dalam bahasa

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN KERANGKA TEORI. Pada kajian pustaka dicantumkan beberapa penelitian terdahulu yang

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN KERANGKA TEORI. Pada kajian pustaka dicantumkan beberapa penelitian terdahulu yang BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN KERANGKA TEORI 2.1 Kajian Pustaka Pada kajian pustaka dicantumkan beberapa penelitian terdahulu yang dijadikan referensi dalam penelitian ini. Penelitian-penelitian tersebut

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. Bab ini terdiri dari dua bagian, yaitu simpulan dan saran. Simpulan

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. Bab ini terdiri dari dua bagian, yaitu simpulan dan saran. Simpulan 282 BAB V SIMPULAN DAN SARAN Bab ini terdiri dari dua bagian, yaitu simpulan dan saran. Simpulan menyajikan keseluruhan hasil penelitian ini, yakni maksim prinsip kerjasama (cooperative principles) dalam

Lebih terperinci

JENIS, STRUKTUR, SERTA VARIASI TERJEMAHAN HATSUWA DAN DENTATSU NO MODARITI DALAM NOVEL KOGOERU KIBA KARYA ASA NONAMI

JENIS, STRUKTUR, SERTA VARIASI TERJEMAHAN HATSUWA DAN DENTATSU NO MODARITI DALAM NOVEL KOGOERU KIBA KARYA ASA NONAMI JENIS, STRUKTUR, SERTA VARIASI TERJEMAHAN HATSUWA DAN DENTATSU NO MODARITI DALAM NOVEL KOGOERU KIBA KARYA ASA NONAMI Sarah Mayung Sarungallo Program Studi Sastra Jepang Fakultas Sastra dan Budaya Universitas

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN TEORI

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN TEORI BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN TEORI 2.1 Kajian Pustaka Kajian pustaka memuat uraian sistematis tentang teori-teori dasar dan konsep atau hasil-hasil penelitian yang ditemukan oleh peneliti terdahulu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berbeda. Berbagai macam problematika pada proses komunikasi juga turut

BAB I PENDAHULUAN. berbeda. Berbagai macam problematika pada proses komunikasi juga turut 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan teknologi informasi yang semakin pesat mendukung terjalinnya komunikasi di antara semua orang dari berbagai belahan dunia yang berbeda. Berbagai macam

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam kehidupan manusia, untuk berinteraksi antara satu sama lain selalu dibutuhkan komunikasi. Bahasa adalah alat komunikasi yang dimiliki setiap orang untuk berinteraksi.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penerima dan bahasa menjadi media dalam penyampaian informasi tersebut.

BAB I PENDAHULUAN. penerima dan bahasa menjadi media dalam penyampaian informasi tersebut. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Komunikasi menjadi bagian yang tak terpisahkan dari kehidupan manusia. Komunikasi menjadi tali penghubung dalam hubungan antar manusia. Dalam berkomunikasi, dibutuhkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merupakan sistem lambang bunyi yang arbitrer, yang dipergunakan oleh

BAB I PENDAHULUAN. merupakan sistem lambang bunyi yang arbitrer, yang dipergunakan oleh BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan alat komunikasi yang penting bagi manusia, karena dalam kehidupannya manusia tidak terpisahkan dari pemakaian bahasa. Dengan bahasa, manusia

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Dalam penelitian ini, dijelaskan konsep bentuk, khususnya afiksasi, dan

BAB 2 LANDASAN TEORI. Dalam penelitian ini, dijelaskan konsep bentuk, khususnya afiksasi, dan BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengantar Dalam penelitian ini, dijelaskan konsep bentuk, khususnya afiksasi, dan makna gramatikal. Untuk menjelaskan konsep afiksasi dan makna, penulis memilih pendapat dari Kridalaksana

Lebih terperinci