BAB 2 LANDASAN TEORI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB 2 LANDASAN TEORI"

Transkripsi

1 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Konsep Modernisasi Inglehart dan Welzel (2005:3) menyatakan bahwa modernisasi membawa sedampak pengaruh bagi perubahan tatanan sosial di masyarakat: Socioeconomics modernization brings the objective capabilities that enable people to base their lives on autonomous choices...emphasizes selfexpression values radiates into all major domains of life, helping to reshape sexual norms, gender roles, family values, religiosity, work motivations, Modernisasi dalam sosioekonomi membawa kemampuan obyektif yang membuat manusia menjalani hidup mereka berdasarkan pilihan individual. menekankan nilai nilai ekspresi diri yang kemudian menyebar ke hampir sebagian besar bidang kehidupan, membentuk ulang norma norma seksual, peran jender, nilai nilai keluarga, agama, motivasi dalam bekerja, Di dalam buku ini, Inglehart dan Welzel (2005:4,19,34) juga menjelaskan mengenai cara perubahan keseimbangan antara modernisasi dan budaya membentuk nilai nilai yang akan dipegang oleh manusia. Perkembangan sosioekonomi dalam peranannya lebih lanjut juga memberikan pengaruh besar pada perubahan yang terjadi dalam masyarakat, budaya, dan politik, karena memberikan cara pandang baru pada manusia dalam melihat dunia. Para generasi baru akan dihadapkan pada dua pilihan, antara norma dan gaya hidup yang lama dan yang baru, yang memberikan mereka alternatif pilihan untuk mereka pilih. Sampai saat ini, kecenderungan mereka adalah memilih yang baru dan kemudian mengadaptasinya, sehingga nilai nilai, gaya hidup, dan role model yang baru dapat secara bertahap menggantikan yang lama. Sementara itu, perkembangan sosioekonomi yang merupakan hal utama dari modernisasi ini awalnya bermula dari inovasi teknologi yang meningkatkan produktivitas buruh, lalu berefek lanjut pada adanya spesialisasi pekerjaan, peningkatan pendidikan dan peningkatan gaji. Jika perkembangan ini berlanjut dalam masa yang panjang, maka akan membawa perubahan pada budaya, seperti peran jender yang berganti, perubahan sikap pada otoritas dan norma seksual, tingkat kesuburan yang menurun, dan publik yang lebih mandiri dan kritis. 13

2 14 Schelkle (2001:33) menyebutkan bahwa modernisasi berawal dari sebuah tipe perubahan sosial yang terjadi di saat masa revolusi industri di Inggris dan di saat revolusi politik di Perancis. Lalu Chow (2002:3-8) menjelaskan bahwa modernisasi adalah sebuah proses multidimensional dalam perkembangan ekonomi, pelembagaan partisipasi publik dalam politik, dan pergerakan sosial yang dinamis bagi seorang individu dan sebuah masyarakat dalam satu kesatuan. Modernisasi ini juga bersifat berkelanjutan dan merupakan proses progresif yang tidak berujung. Seiring dengan setiap individu yang selalu maju ke depan, sistem politik dan sosioekonomi perlu dimodernisasi agar selalu sesuai dengan perubahan yang ada. Masyarakat yang telah menerima pengaruh dari modernisasi, selanjutnya akan disebut sebagai masyarakat modern. Ada ciri ciri yang dimiliki oleh setiap masyarakat modern, yaitu mempunyai pergerakan sosial dan perubahan dinamika sosial yang lebih besar, urbanisasi, keterbukaan yang lebih pada opini publik, dan lebih menghormati kebebasan individual. Selain itu, mereka juga memiliki tingkat literasi yang tinggi, ikut serta dalam partisipasi media, dan mempunyai rasa empati. Dengan mempunyai rasa empati, manusia menjadi lebih terbuka terhadap sesuatu, Monaghan (2012) dalam jurnalnya mengutip teori Smits yang menemukan bahwa seiring dengan adanya modernisasi, hal ini menyebabkan adanya tren sekular dalam masyarakat menuju keterbukaan sosial yang lebih besar, yang menuju pada pernikahan yang lebih tidak asortatif Pengaruh Modernisasi Terhadap Pernikahan Di lain pihak, selain banyak aspek kehidupan seperti sosiokenonomi dan politik, ternyata modernisasi juga membawa pengaruh pada proses terjadinya pernikahan. Dalam jurnal Valon (2013) yang berjudul Courtship and Marriage Patterns in the Philippines, proses dari adanya industrialisasi, urbanisasi, dan modernisasi, turut membawa perubahan yang besar pada struktur ekonomi dan sosial, yang mengubah jauh lingkungan budaya para pemuda. Dengan dibangunnya sekolah sekolah, perindustrian, dan gedung perkantoran, telah menyebabkan para pemuda untuk mencari jangkauan yang lebih luas bukan hanya untuk mendapatkan pendidikan dan pekerjaan, tetapi juga dalam mencari calon pasangan hidup mereka. Sebagai tambahan, Weiermair (2006:195) juga menyebutkan sektor pariwisata yang turut dianggap sebagai ekspresi akan industri hiburan di era modern kini yang diminati terutama oleh para pria sebagai perwujudan akan kemapanan.

3 15 Oliker pun (2006:2) menjelaskan bahwa seiring dengan adanya modernisasi dan pengaruhnya dalam bidang ekonomi, politik, demografi, dan perubahan ideologi - terutama dalam individualisme yang telah melemahkan struktur tradisional dari hubungan kekerabatan, memunculkan fenomena pasar bebas dalam pemilihan pernikahan. Dalam pengaruh hal tersebut, cinta, persahabatan, dan pemenuhan kebutuhan dan keinginan akan individu menjadi dasar bagi pria dan wanita untuk memilih pernikahan mereka secara bebas. Dengan adanya proses modernisasi dan industrialisasi yang berlangsung, Tokuhiro (2005:96-97) kebebasan para pemuda untuk memilih sendiri pasangan hidupnya semakin meningkat. Kebebasan ini muncul setelah terjadinya proses modernisasi dan industrialisasi karena sebelum ada proses tersebut, para orang tualah yang mengontrol dan memilih pasangan hidup untuk anaknya. Setelah modernisasi masuk, Jepang membuat konstitusi baru yang memperbolehkan adanya lebih banyak kebebasan pada suatu individu untuk dapat memilih pasangan hidupnya sendiri. Modernisasi juga berpengaruh pada hal lain, seperti pada situasi institusi pendidikan yang membuat kesempatan untuk pacaran di saat kuliah semakin meningkat. Hal yang sama juga diungkapkan oleh Shirahase dalam buku Ishida (2010:66) yang mengungkapkan bahwa di masyarakat yang modern, secara perlahan mulai mengarah pada memilih pasangan yang mempunyai kesamaan tingkat pendidikan. Oleh karena itu, Shirahase juga mengutip pernyataan Mare, yang menerangkan bahwa individu yang menempuh pendidikan di universitas cenderung untuk menemukan pasangannya di dalam kampus, sehingga tempat pendidikan juga mempunyai fungsi penting sebagai marriage market. Selain hal pendidikan, Tokuhiro (2005:97) menyebutkan, kebudayaan Jepang juga ikut terpengaruh besar oleh adanya perjalanan wisata keluar negeri, literatur, dan film dari Barat, dan pandangan para pemuda yang terutama menyetujui konsep individualis dan egalitarian. Di bawah pengaruh modernisasi tersebut, tujuan para pemuda untuk menikah kini juga menjadi berbeda. Jika sebelumnya tujuan menikah adalah di antaranya untuk meneruskan kelanjutan marga keluarga dan pemenuhan fungsi sosial, status, dan ekonomi dalam masyarakat, kini tujuan mereka menjadi untuk mendapatkan pernikahan yang berlandaskan kebahagiaan dan hubungan yang saling mencintai satu sama lain. Namun, Kumagai (2014:22) mengungkapkan meskipun pernikahan yang berdasarkan cinta menjadi semakin meningkat di kalangan pemuda, mereka juga

4 16 masih memegang beberapa nilai tradisional yang mereka anggap penting bagi pernikahan, yang menjadikan bukti akan struktur modernisasi dan tradisional berjalan berdampingan dalam dasar institusi sosial Jepang tersebut. Dengan semakin berubahnya gaya hidup modern, sikap masyarakat terhadap pernikahan, kewajiban personal, dan ambisi pun menjadi ikut berubah. Jumlah pemuda yang menunda pernikahannya meningkat secara tajam, dan fenomena bankonka (penundaan pernikahan) menjadi semakin marak dilakukan. Perubahan pola pernikahan ini disebabkan oleh adanya persepsi dan ekspektasi akan pernikahan yang juga ikut berubah, seperti yang dikatakan oleh Tokuhiro (2005:2) Sementara modernisasi membawa banyak pengaruh atas terjadinya suatu pernikahan, modernisasi juga berpengaruh pada adanya dinamika kehidupan pernikahan, salah satunya yakni dalam hal masalah yang dapat muncul di dalamnya. Clement (2010: ) mengatakan, di jaman modern ini suatu keluarga mengalami banyak perubahan dan modifikasi yang besar, dan seiring adanya perubahan, munculah juga masalah dalam keluarga tersebut. Di dalam suatu keluarga modern, permasalahan yang kerap muncul misalnya adalah penyesuaian berkelanjutan dalam hidup di antara suami dan istri dan adanya ketidaksesuaian ekspektasi awal pernikahan menyebabkan pasangan menjadi stres. Masyarakat yang modern berarti juga masyarakat yang individual, semua orang fokus untuk mencapai tujuannya masing masing dan akhirnya dapat menyebabkan benturan kepentingan dalam pernikahan. Lalu, dengan bergantinya dasar hubungan suami istri, dari yang sebelumnya didasari oleh dominansi pria, menjadi saling bekerja sama membuat stabilitas keluarga hanya dapat tercapai bila dijaga dengan saling berperilaku baik, bersimpati, dan bekerja sama. 2.2 Konsep Pernikahan Pernikahan merupakan pintu bagi bertemunya dua hati dalam naungan pergaulan hidup yang berlangsung dalam jangka waktu yang lama, yang di dalamnya terdapat berbagai hak dan kewajiban yang harus dilaksanakan oleh masing-masing pihak untuk mendapatkan kehidupan yang layak, bahagia, harmonis, serta mendapat keturunan. Pernikahan adalah ikatan yang kuat yang didasari oleh perasaan cinta yang sangat mendalam dari masing-masing pihak untuk hidup bergaul guna memelihara kelangsungan manusia di bumi (Bachtiar, 2004).

5 17 Menurut Fowler yang mengutip Cherlin (2007) dalam jurnalnya yang berjudul Love and Marriage, marriage came to be regarded as a means for selfdevelopment and emotional expression, rather than a vehicle for satisfaction in performing traditional roles of spouse and parent. pernikahan kini menjadi lebih bertujuan untuk pengembangan diri dan ekspresi perasaan, daripada untuk menjadi sarana pemenuhan tanggung jawab tradisional sebagai pasangan dan orang tua Pernikahan Internasional Menurut Kamoto (2007:11), syarat bagi pernikahan untuk secara sah diakui sebagai pernikahan internasional adalah the marriage must take place between one person who prior to the marriage holds national citizenship in a particular modern nation-state, and a second person who holds national citizenship in a foreign nationstate. pernikahan tersebut harus dilakukan di antara seorang yang sebelum melaksanakan pernikahan mempunyai warga kenegaraan di suatu negara modern, dengan seorang lainnya yang mempunyai warga kenegaraan di sebuah negara asing. 2.3 Latar Belakang Terjadinya Pernikahan Internasional (Kokusai Kekkon) The term international marriage denotes marriages registered in Japan between Japanese nationals and foreigners; it includes marriages to persons of other nationalities who are permanent residents of Japan. (Role of Matchmaking Agencies for International Marriage in Contemporary Japan. Ishikawa Istilah pernikahan internasional berarti mencakup seluruh pernikahan yang terdaftar di Jepang antara penduduk Jepang dan orang asing; juga mencakup pernikahan dengan warga kenegaraan lain yang sudah menjadi penduduk tetap di Jepang. Di sisi lain, pernikahan internasional menurut Kelsky (2001: 133) yang dikutip oleh Graburn (2008:109) adalah is that international marriage is a circle of the

6 18 weak [jakusha no wa]. The weak of the world always look for women outside their own country-weaker women pernikahan internasional adalah sebuah lingkaran para yang lemah. Mereka yang lemah akan selalu mencari wanita di luar negara mereka-wanita yang lebih lemah. Berhubungan dengan keadaan sosial dalam masyarakat Jepang kini, di dalam bukunya, Graburn (2008: 110) mengutip Yamashita yang beranggapan bahwa: that the majority of women had evolved too far to be content with average Japanese men and were forced to turn their thoughts toward romance and marriage with white men. Most Japanese men, by contrast, were only good enough for Southeast Asian and other Asian women. bahwa sebagian besar wanita telah berevolusi terlalu jauh untuk dapat puas dengan rata-rata para pria Jepang dan telah dipaksa untuk mengalihkan pandangan mereka pada romansa dan pernikahan dengan pria kulit putih. Di lain pihak, sebagian besar para pria Jepang, hanya cukup baik bagi para wanita dari Asia Tenggara dan Asia lainnya. Teori Nakamatsu yang dikutip dalam buku Piper (2004:181) semakin menguatkan analisis Yamashita, mengenai perempuan yang telah berevolusi terlalu jauh, yang menerangkan bahwa dimulai dari tahun 1980, para wanita Jepang sudah semakin berpikiran maju dan mulai mengejar ketertinggalan mereka dengan kaum pria untuk mengejar karir, yang menyebabkan semakin berkurangnya minat mereka untuk masuk ke dalam rumah tangga para pelaku pertanian. Begitu meresahkannya persoalan kekurangan menantu wanita di rumah tanggap pertanian ini, menjadikan persoalan tersebut sampai menarik pemerintah untuk ikut andil dalam menarik pengantin wanita dari luar negeri, terutama dari negara Asia lain yang tingkat perekonomiannya lebih rendah. Hal ini menyebabkan angka pernikahan internasional di masa itu sangat tinggi, sehingga menjadi satu-satunya alasan pada saat itu yang menyebabkan tren semakin banyaknya wanita Asia yang menikah dengan pria lokal Jepang.

7 19 Kemudian, Tokuhiro (2004) dalam jurnal ilmiahnya Delayed Marriage in Contemporary Japan: A Qualitative Study menambahkan lebih lanjut mengenai perilaku para wanita Jepang yang kini menunda pernikahan mereka. Para wanita Jepang tersebut kini lebih menikmati hidup single mewah mereka sebagai individual yang konsumtif. Mereka menghabiskan banyak uang untuk berbagai aktivitas bersenang senang, dari membeli barang barang dari merk terkenal sampai bepergian ke luar negeri. Lowy (2008:22) juga menambahkan, ada pula sebagian wanita Jepang modern yang kini telah berdikari secara ekonomi, sosial, politik, dan seksual menolak untuk tetap dalam batasan seorang istri yang baik, ibu yang bijaksana karena mereka ingin menikmati lebih jauh kebebasan yang dapat mereka dapatkan kini dan menunda pernikahan mereka. Hal ini pula yang lalu mengundang kecaman dari pihak pemerintah karena menganggap perilaku wanita Jepang yang terlampau modern dan mengesampingkan nilai nilai tradisional ini mengancam norma sosial yang telah ada dan membahayakan bagi masyarakat lain. Namun, Lowy (2007:8) dalam penjelasannya lebih lanjut mengenai wanita Jepang yang modern, mengemukakan: Progressive Japanese women contested their limited role in society and endeavored to improve their status and their opportunities. For the most part, they were well educated, young, and middle class. They pursued activities and careers that took them out of the home and into public spaces. They sought self-awareness and control over their own lives. However, most of them were also willing to work within the confines of good wife, wise mother. Wanita Jepang yang progresif memperjuangkan peran mereka yang terbatas dalam masyarakat dan berusaha keras untuk meningkatkan status dan kesempatan mereka. Untuk sebagian besar hal, mereka merupakan wanita yang berpendidikan baik, muda, dan berada dalam kelas sosial menengah. Mereka mengejar aktifitas dan karir yang membawa mereka keluar dari rumah dan terjun ke tempat tempat publik. Mereka mencari kesadaran diri dan kontrol atas hidup mereka sendiri. Tetapi, sebagian besar dari mereka juga bersedia pula untuk bekerja tetapi tetap dalam batasan seorang istri yang baik, ibu yang bijaksana. Karena, baik pemerintah dan masyarakat sama sama setuju bahwa: All told we must educate them as human beings, while at the same time not letting them forget that they are women. This opinion complied with the government-supported educational policy of good wife, wise mother. In

8 20 other words, Japan had the right idea: women could be modern but within limits. Semua mengatakan bahwa kita harus mendidik mereka layaknya seorang manusia, dan pada saat yang sama tidak membiarkan mereka lupa bahwa mereka adalah seorang wanita. Opini ini disetujui lebih jauh oleh pemerintah yang mendukung kebijakan istri yang baik, ibu yang bijaksana. Dengan kata lain, Jepang mempunyai ide yang tepat: wanita dapat menjadi modern, tetapi tetap berada dalam batasan. Wanita modern menginginkan pernikahan yang sesuai dengan diri mereka, antara lain memfasilitasi mereka untuk mengembangkan diri sendiri ke tahap yang lebih tinggi dan tercapainya sebuah hubungan pasangan yang egalitarian (adil), dan hal ini dengan gambling digambarkan oleh Suzuki (2007:66) di dalam bukunya. Mengenai pembahasan lebih lanjut tentang pernikahan internasional, Romano (2008:8) mengemukakan bahwa ada beberapa hal yang berubah dalam hal pernikahan internasional seiring dengan semakin berkembangnya jaman, yaitu: There is an ever-increasing frequency of intercultural marriages. People are moving, traveling, studying, working globally, and encountering potential partners from other lands. Courtship, which once was complicated because of geographic distances, has been streamlined because of improvements in technology and travel. Ada frekuensi pernikahan lintas budaya yang-selalu meningkat. Orang orang berpindah, berwisata, belajar, bekerja secara global, dan bertemu dengan calon pasangan dari negeri lain. Masa pendekatan/ pengenalan, yang dulu sulit akibat jarak geografis, kini telah lebih teratasi karena adanya peningkatan di bidang teknologi dan wisata. Bystydzienski (2011:1) dalam faktor yang berpengaruh dalam pertemuan antar pasangan pernikahan internasional, juga mengungkapkan bahwa: Cross-cultural, cross-racial, and international contacts have grown tremendously which expands the opportunity for meeting people of diverse backgrounds in the workplace, and by technological advances that make possible greater mobility and communication around the globe. A rapidly growing consequence of this increasing contact is intercultural couples: domestic partnerships comprised of partners from different ethnic, racial, religious, or national backgrounds.

9 21 Kontak lintas budaya, lintas ras, dan kontak internasional telah berkembang demikian pesatnya yang memperluas kemungkinan untuk bertemu dengan orang dari berbagai latar belakang di tempat kerja, dan dengan kemajuan teknologi yang ada membuat kemungkinan pergerakan dan komunikasi di seluruh dunia semakin besar. Konsekuensi yang berkembang dengan cepat dari adanya peningkatan kontak ini adalah pasangan lintas budaya: pasangan berumah tangga yang terdiri dari berbagai etnis, ras, agama, atau latar belakang kewarganegaraan yang berbeda. 2.4 Latar Belakang Pria Jepang Memilih Pasangan Dari Indonesia Dalam jurnal yang berjudul Marrying a Marilyn of the Tropics Manhood and Nationhood in Filipina Japanese Marriages Suzuki (2007), menyatakan bahwa para pria Jepang menyukai wanita yang: brightly (akaruku), warmly (atataku), and maintain traditional, close-knit family lives, which Japanese today have lost in the process of the "nuclearization of the family. ceria, hangat, dan menjaga ketradisionalan mereka, hubungan dekat dengan kehidupan keluarga, yang sudah tidak ada pada masyarakat Jepang kini dalam proses mereka membentuk keluarga nulir. Hal di atas sebanding pada beberapa sifat serupa yang dimiliki oleh para wanita Indonesia. Parawansa dalam buku Robinson (2014: 69) menyebutkan, di Indonesia dari jaman dahulu para wanita diajarkan dengan kukuh untuk mengikuti paham good wife and mother ; a good woman should be able to manage her family and home well. seorang wanita yang baik seharusnya mampu untuk mengatur keluarga dan rumah tangganya dengan seimbang. 2.5 Aspek Kehidupan Yang Penting Dalam Kokusai Kekkon Di dalam bukunya pada bagian yang membahas mengenai permasalahan yang terjadi pada pasangan internasional, Romano (2004:20) menyebutkan bahwa para pasangan akan mengalami tahap paling berat dalam pernikahannya ketika mereka memasuki tahap penyesuaian dalam awal hidup bersama. Dalam tahap ini,

10 22 mereka menyadari bahwa ada banyak aspek kehidupan di antara mereka yang sangat jauh berbeda dan menjadi tantangan tersendiri bagi mereka dalam menjalani kehidupan sehari hari secara bersama - sama. Mereka akan menilai kembali pasangannya tersebut dan kelanggengan rumah tangga mereka biasanya akan ditentukan dengan sebagaimana mereka dapat mengatasi tahap berat ini dengan baik. Kemudian, Romano (2008: 30) membahas lebih lanjut mengenai daftar aspek aspek penting yang sangat berpengaruh dalam kehidupan pernikahan yang suatu pernikahan internasional, yaitu: 1. Nilai Hidup 12. Agama 2. Makanan dan Minuman 13. Cara Mendidik Anak 3. Seks 14. Bahasa dan Komunikasi 4. Peran Pria dan Wanita 15. Respons Terhadap Stress 5. Waktu dan Konflik 6. Tempat atau Domisili 16. Penyakit dan Kesulitan 7. Politik 17. Kesukuan 8. Teman 18. Pasangan Ekspatriat 9. Keadaan Finansial 19. Hal Mengatasi Perceraian 10. Pihak Keluarga Pasangan dan Kematian 11. Kelas Sosial Sementara itu, Bystydzienski (2011:81) menyebutkan bahwa terdapat beberapa aspek yang sangat berpengaruh dalam suatu hubungan pernikahan lintas kultur. Beberapa faktor yang paling berpengaruh di antaranya adalah perbedaan akan latar belakang kelas sosial dan ekonomi, pandangan akan jender, budaya, ras, dan agama. Selain beberapa faktor di atas, ada beberapa faktor penunjang lain yang disebutkan dalam jurnal STRESS AND COPING TECHNIQUE IN SUCCESSFUL INTERCULTURAL MARRIAGE, Donovan (2004) yang di antara pasangan lintas kultural menjadi beberapa tantangan budaya yang berpotensi menimbulkan masalah, di antaranya adalah: 1. Ketidaksetujuan dari pihak keluarga 2. Halangan bahasa 3. Norma budaya 4. Penolakan dari lingkungan sosial 5. Kebutuhan logistik

11 23 6. Anak 7. Tradisi budaya Namun, Romano (2008: ) menjelaskan, selain beberapa aspek penting yang ada di atas tersebut, ada beberapa faktor lain yang juga berpengaruh dalam kemampuan pasangan tersebut untuk sampai sejauh mana merespon dan menjalani kehidupan pernikahan internasional mereka dengan positif, yaitu: 1. Komitmen dalam berhubungan 2. Kemampuan untuk berkomunikasi 3. Kepekaan pada kebutuhan masing masing 4. Kesukaan pada budaya / kultur pasangannya 5. Fleksibilitas 6. Solid, gambaran positif mengenai diri sendiri 7. Cinta sebagai dasar pernikahan 8. Kesamaan tujuan 9. Rasa petualangan 10. Rasa humor Di lain pihak, Bystydzienski (2011: ) dalam penelitiannya mengenai cara cara pasangan lintas kultur ini menyelesaikan masalahnya, ada beberapa faktor yang berpengaruh dalam kesuksesan mengatasi masalah mereka, yaitu: penyesuaian dan identitas relasional dan strategi untuk mengidentifikasi, mengatur, dan menyelesaikan konflik yang muncul. Lalu, satu faktor yang kemudian paling menentukan adalah, bahwa para pasangan ini sejak dari awal hubungan mereka sudah menyadari dan mengantisipasi bahwa nantinya pasti akan ada perbedaan perbedaan yang menjadi masalah bagi mereka, karena mereka berasal dari latar belakang yang berbeda. Sikap ini menjadikan mereka lebih toleran dalam menyikapi masalah yang timbul akibat perbedaan tersebut. Hampir setara dengan kedua penulis sebelumnya, di dalam jurnalnya STRESS AND COPING TECHNIQUE IN SUCCESSFUL INTERCULTURAL MARRIAGE, Donovan (2004), menyebutkan ada beberapa aspek yang dapat diusahakan untuk menjalani pernikahan lintas kultural lebih langgeng, di antaranya yaitu: 1. Humor

12 24 2. Mempelajari / mengenali lebih jauh mengenai budaya satu sama lain 3. Dukungan dari internal dan eksternal 4. Komunikasi 5. Berusaha untuk menuju tujuan yang sama bersama 6. Persiapan personal 7. Agama 8. Komitmen 9. Toleransi

13

ANALISIS PENGARUH MODERNISASI TERHADAP FENOMENA KOKUSAI KEKKON DI ANTARA PRIA JEPANG DAN WANITA INDONESIA

ANALISIS PENGARUH MODERNISASI TERHADAP FENOMENA KOKUSAI KEKKON DI ANTARA PRIA JEPANG DAN WANITA INDONESIA ANALISIS PENGARUH MODERNISASI TERHADAP FENOMENA KOKUSAI KEKKON DI ANTARA PRIA JEPANG DAN WANITA INDONESIA Michelle BINUS University, Jl. Kebon Jeruk Raya No. 27, (021) 53696969, michelle.latief@gmail.com

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Melihat keadaan dunia sekarang ini, di mana peradaban manusia sudah sangat maju dan adanya kemajuan teknologi yang sangat canggih, seringkali disebutkan bahwa kita

Lebih terperinci

Bab 1. Pendahuluan. Dalam menjalani kehidupan, manusia memiliki kodrat. Kodrat itu antara lain; lahir,

Bab 1. Pendahuluan. Dalam menjalani kehidupan, manusia memiliki kodrat. Kodrat itu antara lain; lahir, Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Dalam menjalani kehidupan, manusia memiliki kodrat. Kodrat itu antara lain; lahir, menikah dan meninggal dunia. Pada umumnya wanita menikah di usia yang lebih muda

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perubahan dan menyelesaikan tugas-tugas perkembangan dari lahir, masa kanakkanak,

BAB I PENDAHULUAN. perubahan dan menyelesaikan tugas-tugas perkembangan dari lahir, masa kanakkanak, BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Setiap manusia dalam perkembangan hidupnya, akan mengalami banyak perubahan dan menyelesaikan tugas-tugas perkembangan dari lahir, masa kanakkanak, masa remaja, masa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Permasalahan menurunnya angka kelahiran adalah permasalahan yang banyak dialami negara maju, salah satu negara yang mengalaminya adalah Jepang. Jepang telah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Peranan kaum perempuan pada tahap dewasa dini pada saat ini secara umum

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Peranan kaum perempuan pada tahap dewasa dini pada saat ini secara umum BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perempuan pada saat ini dihadapkan pada berbagai macam peran. Perempuan juga diharapkan dapat memilih dan bertanggung jawab atas peranan yang telah dipilihnya

Lebih terperinci

BAB 4 SIMPULAN DAN SARAN. nilai-nilai tradisionalnya. Sebelum Perang Dunia II, sistem keluarga Jepang didasarkan

BAB 4 SIMPULAN DAN SARAN. nilai-nilai tradisionalnya. Sebelum Perang Dunia II, sistem keluarga Jepang didasarkan BAB 4 SIMPULAN DAN SARAN 4.1 Simpulan Masyarakat Jepang di kenal sebagai suatu masyarakat yang memegang kuat nilai-nilai tradisionalnya. Sebelum Perang Dunia II, sistem keluarga Jepang didasarkan pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perkembangan teknologi dan komunikasi yang semakin pesat menjadikan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perkembangan teknologi dan komunikasi yang semakin pesat menjadikan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan teknologi dan komunikasi yang semakin pesat menjadikan interaksi antar budaya tanpa terbatas ruang dan waktu. Hal ini tentunya meningkatkan pula peluang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Jepang adalah salah satu negara yang menjadi bagian dari Perang Dunia II dan mengalami kekalahan. Kekalahan ini yang menyebabkan ekonomi Jepang memburuk, karena dua

Lebih terperinci

HUBUNGAN PERAN GANDA DENGAN PENGEMBANGAN KARIER WANITA (Kelurahan Menteng, Kecamatan Bogor Barat, Kota Bogor, Propinsi Jawa Barat)

HUBUNGAN PERAN GANDA DENGAN PENGEMBANGAN KARIER WANITA (Kelurahan Menteng, Kecamatan Bogor Barat, Kota Bogor, Propinsi Jawa Barat) HUBUNGAN PERAN GANDA DENGAN PENGEMBANGAN KARIER WANITA (Kelurahan Menteng, Kecamatan Bogor Barat, Kota Bogor, Propinsi Jawa Barat) PALUPI CIPTONINGRUM I34050807 SKRIPSI DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Darma Persada 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Darma Persada 1.1. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Seiring dengan berkembangnya jaman, Jepang mengalami globalisasi dan dengan berkembangnya globalisasi ini teknologi Jepang pun semain meningkat. Meningkatnya teknologi

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM TENTANG MASYARAKAT AGRARIS DAN INDUSTRI. dalam kode hukum sipil meiji ( ) ( Fukute, 1988:37 ).

BAB II GAMBARAN UMUM TENTANG MASYARAKAT AGRARIS DAN INDUSTRI. dalam kode hukum sipil meiji ( ) ( Fukute, 1988:37 ). BAB II GAMBARAN UMUM TENTANG MASYARAKAT AGRARIS DAN INDUSTRI 2.1. Masyarakat Agraris Sejak zaman tokugawa sampai akhir perang dunia II, sistem keluarga Jepang diatur oleh konsep Ie dan bahkan mendapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berkomunikasi dengan individu dari belahan dunia lain menjadi lebih mudah.

BAB I PENDAHULUAN. berkomunikasi dengan individu dari belahan dunia lain menjadi lebih mudah. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Era Globalisasi dan perkembangan teknologi saat ini telah membantu manusia dengan mudah untuk berinteraksi dengan masyarakat yang memiliki latar belakang budaya yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kebutuhan mencari pasangan hidup untuk melanjutkan keturunan akan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kebutuhan mencari pasangan hidup untuk melanjutkan keturunan akan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kebutuhan mencari pasangan hidup untuk melanjutkan keturunan akan menjadi prioritas dalam hidup jika seseorang sudah berada di usia yang cukup matang dan mempunyai

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Bagi seorang wanita Jepang yang masih tradisional, kebahagiaan bagi mereka adalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Bagi seorang wanita Jepang yang masih tradisional, kebahagiaan bagi mereka adalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bagi seorang wanita Jepang yang masih tradisional, kebahagiaan bagi mereka adalah berada diantara keluarga dan rumah. Pada era Meiji ada istilah ryousaikenbo wanita

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pernikahan merupakan salah satu tahapan dalam kehidupan manusia. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pernikahan merupakan salah satu tahapan dalam kehidupan manusia. Hal ini 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pernikahan merupakan salah satu tahapan dalam kehidupan manusia. Hal ini sering terjadi di belahan bumi manapun dan terjadi kapanpun. Pernikahan itu sendiri

Lebih terperinci

PEDOMAN WAWANCARA. Universitas Sumatera Utara

PEDOMAN WAWANCARA. Universitas Sumatera Utara 166 PEDOMAN WAWANCARA Untuk Suami Wawancara yang akan dilakukan pada penelitian ini meliputi: I. Pandangan responden terhadap pernikahan dengan pariban - Bagaimana pendapat responden terhadap pernikahan

Lebih terperinci

KEPUASAN PERNIKAHAN PADA ISTRI YANG MEMILIKI PASANGAN BEDA AGAMA. Diajukan untuk memenuhi persyaratan. Ujian Seminar Psikologi Perkembangan.

KEPUASAN PERNIKAHAN PADA ISTRI YANG MEMILIKI PASANGAN BEDA AGAMA. Diajukan untuk memenuhi persyaratan. Ujian Seminar Psikologi Perkembangan. KEPUASAN PERNIKAHAN PADA ISTRI YANG MEMILIKI PASANGAN BEDA AGAMA Diajukan untuk memenuhi persyaratan Ujian Seminar Psikologi Perkembangan Oleh DEWINA ULFAH NST 061301075 FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring dengan berkembangnya zaman banyak perubahan yang terjadi, salah satunya adalah perubahan dalam pandangan orang dewasa mengenai pernikahan. Hal ini didukung

Lebih terperinci

Bab 5. Ringkasan. Negara Jepang meskipun sekarang merupakan negara yang cukup maju

Bab 5. Ringkasan. Negara Jepang meskipun sekarang merupakan negara yang cukup maju Bab 5 Ringkasan Negara Jepang meskipun sekarang merupakan negara yang cukup maju namun Jepang pernah menjadi negara yang terisolasi dari masuknya unsur-unsur asing atau yang lebih dikenal dengan politik

Lebih terperinci

BAB 5 RINGKASAN. orang-orang dari negara lain. Perkawinan masyarakat Jepang didasarkan pada konsep ie.

BAB 5 RINGKASAN. orang-orang dari negara lain. Perkawinan masyarakat Jepang didasarkan pada konsep ie. BAB 5 RINGKASAN Sistem perkawinan pada masyarakat Jepang mungkin tampak tidak umum bagi orang-orang dari negara lain. Perkawinan masyarakat Jepang didasarkan pada konsep ie. Di dalam sistem ie ini wanita

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Setiap orang berhak membentuk keluarga dan melanjutkan keturunan melalui perkawinan yang sah. Itulah petikan pasal 28B ayat 1 Undang-Undang Dasar (UUD) 1945

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN SOSIO-EMOSIONAL PADA MASA DEWASA AWAL

PERKEMBANGAN SOSIO-EMOSIONAL PADA MASA DEWASA AWAL PSIKOLOGI PERKEMBANGAN DEWASA DAN LANSIA PERKEMBANGAN SOSIO-EMOSIONAL PADA MASA DEWASA AWAL Oleh: Dr. Rita Eka Izzaty, M.Si Yulia Ayriza, Ph.D STABILITAS DAN PERUBAHAN ANAK-DEWASA TEMPERAMEN Stabilitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perempuan di beberapa negara maju lebih memilih melajang atau berpasangan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perempuan di beberapa negara maju lebih memilih melajang atau berpasangan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan jaman dan era globalisasi menimbulkan banyak perubahan, terutama terkait dengan pola pikir perempuan usia produktif tentang pernikahan. Perempuan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Jepang merupakan suatu negara modern yang masih terikat kuat oleh nilainilai

BAB 1 PENDAHULUAN. Jepang merupakan suatu negara modern yang masih terikat kuat oleh nilainilai BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan Jepang merupakan suatu negara modern yang masih terikat kuat oleh nilainilai tradisional, terutama dalam hal perkawinan. Perkawinan Jepang berdasarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tersebut memiliki pemerintah dan pemerintahan yang berjalan, hukum,

BAB I PENDAHULUAN. tersebut memiliki pemerintah dan pemerintahan yang berjalan, hukum, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Suatu wilayah baru dapat dikatakan sebagai negara apabila wilayah tersebut memiliki pemerintah dan pemerintahan yang berjalan, hukum, pengakuan dari negara lain, dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sebagai kepala rumah tangga dan pencari nafkah membuat sebagian besar wanita ikut

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sebagai kepala rumah tangga dan pencari nafkah membuat sebagian besar wanita ikut BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan ekonomi di Indonesia yang semakin pesat membuat kebutuhan rumah tangga semakin meningkat. Kurangnya pendapatan yang dihasilkan suami sebagai kepala

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rini Yuniati, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rini Yuniati, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia adalah makhluk sosial yang selalu membutuhkan orang lain dalam menjalani kehidupannya. Untuk membagi kedekatan emosional dan fisik serta berbagi bermacam tugas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Abad 21 yang sedang berlangsung menjadikan kehidupan berubah dengan

BAB I PENDAHULUAN. Abad 21 yang sedang berlangsung menjadikan kehidupan berubah dengan BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Abad 21 yang sedang berlangsung menjadikan kehidupan berubah dengan sangat cepat. Perubahan yang terjadi dalam bidang teknologi, informasi dan juga ledakan populasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembagian tugas kerja di dalam rumah tangga. tua tunggal atau tinggal tanpa anak (Papalia, Olds, & Feldman, 2008).

BAB I PENDAHULUAN. pembagian tugas kerja di dalam rumah tangga. tua tunggal atau tinggal tanpa anak (Papalia, Olds, & Feldman, 2008). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pernikahan merupakan peristiwa penting dalam siklus kehidupan manusia. Setiap orang berkeinginan untuk membangun sebuah rumah tangga yang bahagia bersama orang

Lebih terperinci

2016 WORK FAMILY CONFLICT - KONFLIK PERAN GANDA PADA PRAMUDI BIS WANITA

2016 WORK FAMILY CONFLICT - KONFLIK PERAN GANDA PADA PRAMUDI BIS WANITA BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bekerja bagi manusia sudah menjadi suatu kebutuhan, baik bagi pria maupun bagi wanita. Bekerja mengandung arti melaksanakan suatu tugas yang diakhiri dengan buah karya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Bahasa merupakan sarana yang diperlukan untuk mengkomunikasikan suatu hal atau maksud-maksud tertentu antar manusia. Dalam fungsinya sebagai alat komunikasi, bahasa

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Perkawinan didefinisikan sebagai suatu ikatan hubungan yang diakui secara

I. PENDAHULUAN. Perkawinan didefinisikan sebagai suatu ikatan hubungan yang diakui secara I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Perkawinan didefinisikan sebagai suatu ikatan hubungan yang diakui secara agama dan sosial antara pria dan wanita. Dalam perkawinan terdapat hak dan kewajiban,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perempuan adalah tiang penyangga dalam rumah tangga. Istilah tersebut

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perempuan adalah tiang penyangga dalam rumah tangga. Istilah tersebut 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perempuan adalah tiang penyangga dalam rumah tangga. Istilah tersebut menunjukkan bahwa perempuan memiliki posisi vital di tengah-tengah keluarga dengan segala fungsi

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 174 BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. KESIMPULAN Berdasarkan penelitian dan analisis data yang dilakukan mengenai selfesteem dua wanita dewasa muda yan pernah melakukan hubungan seksual pranikah di Universitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diakhiri dengan buah karya yang dapat dinikmati oleh manusia yang bersangkutan

BAB I PENDAHULUAN. diakhiri dengan buah karya yang dapat dinikmati oleh manusia yang bersangkutan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bekerja bagi manusia sudah menjadi suatu kebutuhan, baik bagi pria maupun bagi wanita. Bekerja mengandung arti melaksanakan suatu tugas yang diakhiri dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Dengan adanya kemajuan teknologi dan fenomena global village yang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Dengan adanya kemajuan teknologi dan fenomena global village yang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Dengan adanya kemajuan teknologi dan fenomena global village yang membuat hubungan antar manusia lebih terbuka, serta arus globalisasi membuat Indonesia,

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Penulis bersyukur kepada Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-nya

KATA PENGANTAR. Penulis bersyukur kepada Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-nya KATA PENGANTAR Penulis bersyukur kepada Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-nya sehingga dimampukan untuk menyelesaikan skripsi ini sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik Arsitektur

Lebih terperinci

2015 PERANAN PEREMPUAN DALAM POLITIK NASIONAL JEPANG TAHUN

2015 PERANAN PEREMPUAN DALAM POLITIK NASIONAL JEPANG TAHUN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Jepang merupakan negara maju yang terkenal dengan masyarakatnya yang giat bekerja dan juga dikenal sebagai negara yang penduduknya masih menjunjung tinggi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. Seiring dengan berkembangnya zaman manusia untuk mempertahankan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. Seiring dengan berkembangnya zaman manusia untuk mempertahankan BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Seiring dengan berkembangnya zaman manusia untuk mempertahankan hidup adalah dengan peningkatan ekonomi. Didalam orang yang sudah berkeluarga tentunya mempunyai berbagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk mencapai tingkat produktifitas maksimal. Persaingan yang ketat juga

BAB I PENDAHULUAN. untuk mencapai tingkat produktifitas maksimal. Persaingan yang ketat juga BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dunia kini menghadapi percepatan pembangunan dalam bidang ekonomi, teknologi, dan infrastruktur. Industrialisasi bangkit dalam skala global dengan melibatkan segala

Lebih terperinci

PENERIMAAN DIRI PADA WANITA BEKERJA USIA DEWASA DINI DITINJAU DARI STATUS PERNIKAHAN

PENERIMAAN DIRI PADA WANITA BEKERJA USIA DEWASA DINI DITINJAU DARI STATUS PERNIKAHAN PENERIMAAN DIRI PADA WANITA BEKERJA USIA DEWASA DINI DITINJAU DARI STATUS PERNIKAHAN Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Memperoleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan dan pertumbuhan ekonomi yang sangat pesat membuat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan dan pertumbuhan ekonomi yang sangat pesat membuat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan dan pertumbuhan ekonomi yang sangat pesat membuat banyak harga-harga kebutuhan rumah tangga, angkutan umum dan biaya rumah sakit semakin mahal,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. cinta, seiring dengan perkembangan dan pertumbuhan individu dewasa.

BAB I PENDAHULUAN. cinta, seiring dengan perkembangan dan pertumbuhan individu dewasa. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu tugas perkembangan individu dewasa adalah merasakan ketertarikan terhadap lawan jenis yang akan menimbulkan hubungan interpersonal sebagai bentuk interaksi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sebagai individu, bekerja merupakan salah satu aktivitas yang dilakukan oleh

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sebagai individu, bekerja merupakan salah satu aktivitas yang dilakukan oleh BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sebagai individu, bekerja merupakan salah satu aktivitas yang dilakukan oleh manusia dalam kehidupan sehari-hari. Untuk beberapa orang bekerja itu merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tidak tinggal bersama (Long Distance Relationship) dalam satu rumah karena

BAB I PENDAHULUAN. tidak tinggal bersama (Long Distance Relationship) dalam satu rumah karena BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pernikahan adalah sebuah komitmen legal dengan ikatan emosional antara dua orang untuk saling berbagi keintiman fisik dan emosional, berbagi tanggung jawab,

Lebih terperinci

KEPUASAN PERNIKAHAN DITINJAU DARI KEMATANGAN PRIBADI DAN KUALITAS KOMUNIKASI

KEPUASAN PERNIKAHAN DITINJAU DARI KEMATANGAN PRIBADI DAN KUALITAS KOMUNIKASI KEPUASAN PERNIKAHAN DITINJAU DARI KEMATANGAN PRIBADI DAN KUALITAS KOMUNIKASI SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Dalam Mencapai Derajat Sarjana S-1 Diajukan Oleh : Dewi Sumpani F 100 010

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kaum perempuan di sektor publik. Tampak tidak ada sektor publik yang belum

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kaum perempuan di sektor publik. Tampak tidak ada sektor publik yang belum BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan di era globalisasi sekarang ini menimbulkan berbagai macam perubahan, salah satu dari perubahan tersebut ditandai dengan meningkatnya peran kaum

Lebih terperinci

PERKAWINAN CAMPURAN DALAM KAITANNYA DENGAN UNDANG-UNDANG NO. 6 TAHUN 2011 TENTANG KEIMIGRASIAN

PERKAWINAN CAMPURAN DALAM KAITANNYA DENGAN UNDANG-UNDANG NO. 6 TAHUN 2011 TENTANG KEIMIGRASIAN PERKAWINAN CAMPURAN DALAM KAITANNYA DENGAN UNDANG-UNDANG NO. 6 TAHUN 2011 TENTANG KEIMIGRASIAN Oleh Rafika Amalia Ni Ketut Supasti Darmawan Bagian Hukum Internasional Fakultas Hukum Universitas Udayana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (laki-laki dan perempuan), secara alamiah mempunyai daya tarik menarik. perkawinan antara manusia yang berlaian jenis itu.

BAB I PENDAHULUAN. (laki-laki dan perempuan), secara alamiah mempunyai daya tarik menarik. perkawinan antara manusia yang berlaian jenis itu. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam kehidupan manusia di dunia yang berlainan jenis kelaminnya (laki-laki dan perempuan), secara alamiah mempunyai daya tarik menarik antara satu dengan yang lainnya

Lebih terperinci

PENYESUAIAN PERKAWINAN DENGAN KECENDERUNGAN KESENJANGAN KONSEP PERAN SUAMI ISTRI

PENYESUAIAN PERKAWINAN DENGAN KECENDERUNGAN KESENJANGAN KONSEP PERAN SUAMI ISTRI 1 2 3 PENYESUAIAN PERKAWINAN DENGAN KECENDERUNGAN KESENJANGAN KONSEP PERAN SUAMI ISTRI Novi Qonitatin Fakultas Psikologi Universitas Dipoengoro qonitatin_novi@yahoo.co.id ABSTRAK Perkawinan merupakan kesepakatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN 1.1. Konteks Masalah Emansipasi wanita telah memberikan semangat dan dorongan bagi kaum perempuan untuk tampil secara mandiri dalam mencapai segala impian, cita-cita dan memenuhi kebutuhan

Lebih terperinci

SUSI RACHMAWATI F

SUSI RACHMAWATI F HUBUNGAN ANTARA PENYESUAIAN PERKAWINAN DENGAN KEHARMONISAN KELUARGA PADA AWAL PERKAWINAN PASANGAN BERSTATUS MAHASISWA SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Psikologi Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh

Lebih terperinci

PERILAKU MOBILITAS PENDUDUK SIRKULER DI DESA JAYASARI KECAMATAN LANGKAP LANCAR KABUPATEN PANGANDARAN

PERILAKU MOBILITAS PENDUDUK SIRKULER DI DESA JAYASARI KECAMATAN LANGKAP LANCAR KABUPATEN PANGANDARAN PERILAKU MOBILITAS PENDUDUK SIRKULER DI DESA JAYASARI KECAMATAN LANGKAP LANCAR KABUPATEN PANGANDARAN Ufik Taufik (ochenkgrabes@yahoo.co.id) H. Nandang Hendriawan (nandang.hendriawan@yahoo.com) Program

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seiring dengan perkembangan Indonesia kearah modernisasi maka semakin banyak peluang bagi perempuan untuk berperan dalam pembangunan. Tetapi berhubung masyarakat

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 12 BAB II LANDASAN TEORI Pada bab ini akan dijelaskan landasan teori yang akan digunakan dalam meneliti kepuasan berwirausaha single mother, teori ini juga yang akan membantu peneliti dalam meriset fenomena

Lebih terperinci

PERAN GANDA PEREMPUAN PEDAGANG SAYURAN DALAM KELUARGA (STUDI KASUS PASAR BENTENG KECAMATAN NUSANIWE KOTA AMBON)

PERAN GANDA PEREMPUAN PEDAGANG SAYURAN DALAM KELUARGA (STUDI KASUS PASAR BENTENG KECAMATAN NUSANIWE KOTA AMBON) VOLUME 2 No.3 Oktober 2014 63 PERAN GANDA PEREMPUAN PEDAGANG SAYURAN DALAM KELUARGA (STUDI KASUS PASAR BENTENG KECAMATAN NUSANIWE KOTA AMBON) MULTIPLE ROLES OF VEGETABLE TRADER WOMEN IN HOUSEHOLD (CASE

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan sehari-hari. Akan tetapi wanita sendiri juga memiliki tugas

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan sehari-hari. Akan tetapi wanita sendiri juga memiliki tugas BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di era modern ini peran wanita sangat dibutuhkan dalam membangun perkembangan ekonomi maupun sektor lain dalam kehidupan sehari-hari. Akan tetapi wanita sendiri

Lebih terperinci

FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA SALATIGA 2014

FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA SALATIGA 2014 PENYESUAIAN PERKAWINAN PADA WANITA YANG MENIKAH DI USIA REMAJA AWAL KARENA HAMIL SEBELUM MENIKAH Oleh Agnes Gustyanawati 802009036 TUGAS AKHIR Diajukan kepada Fakultas Psikologi guna memenuhi sebagian

Lebih terperinci

Oleh : DEDI WIZANI NIM :

Oleh : DEDI WIZANI NIM : KELOMPOK WANITA TANI (STUDI KASUS PERAN PEREMPUAN DALAM PENGAMBILAN KEPUTUSAN DOMESTIK DAN KEGIATAN SOSIAL KEMASYARAKATAN DI KELURAHAN GUNUNG LENGKUAS KECAMATAN BINTAN TIMUR KABUPATEN BINTAN) NASKAH PUBLIKASI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Demokrasi menjadi bagian bentuk atau mekanisme sistem pemerintahan suatu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Demokrasi menjadi bagian bentuk atau mekanisme sistem pemerintahan suatu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Demokrasi menjadi bagian bentuk atau mekanisme sistem pemerintahan suatu negara sebagai upaya untuk mewujudkan kekuasaan warga negara untuk dijalankan oleh pemerintahan

Lebih terperinci

FENOMENA PERNIKAHAN LINTAS BANGSA*) Oleh Ahmad Dahidi

FENOMENA PERNIKAHAN LINTAS BANGSA*) Oleh Ahmad Dahidi FENOMENA PERNIKAHAN LINTAS BANGSA*) Oleh Ahmad Dahidi Pengantar Selama satu minggu ini, saya termasuk orang yang beruntung sebab dapat berkenalan dengan Prof. Yoshida Nori (Guru Besar pada Nihon University

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam pembangunan nasional. Sejak awal tahun 70-an, isu mengenai

BAB I PENDAHULUAN. dalam pembangunan nasional. Sejak awal tahun 70-an, isu mengenai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seiring dengan pekembangan zaman yang modern di Indonesia, semakin memberikan kesempatan pada setiap perempuan untuk berperan aktif dalam pembangunan nasional.

Lebih terperinci

PENGAMBILAN KEPUTUSAN DALAM MENENTUKAN PENDIDIKAN ANAK. (Studi Deskriptif Pada Keluarga Yang Suaminya Tidak Bekerja) SKRIPSI

PENGAMBILAN KEPUTUSAN DALAM MENENTUKAN PENDIDIKAN ANAK. (Studi Deskriptif Pada Keluarga Yang Suaminya Tidak Bekerja) SKRIPSI PENGAMBILAN KEPUTUSAN DALAM MENENTUKAN PENDIDIKAN ANAK (Studi Deskriptif Pada Keluarga Yang Suaminya Tidak Bekerja) SKRIPSI Disusun Oleh: DONNA AYU ANGGRAENY (NIM. 071114070) PROGRAM STUDI S1 SOSIOLOGI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bayi, kanak-kanak, remaja, dewasa, hingga usia lanjut. Tahap yang paling panjang

BAB I PENDAHULUAN. bayi, kanak-kanak, remaja, dewasa, hingga usia lanjut. Tahap yang paling panjang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap manusia mengalami perkembangan seumur hidupnya. Perkembangan ini akan dilalui melalui beberapa tahap. Setiap tahap tersebut sangat penting dan kesuksesan di suatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. yang dapat dicapai oleh individu. Psychological well-being adalah konsep keberfungsian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. yang dapat dicapai oleh individu. Psychological well-being adalah konsep keberfungsian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Psychological well-being (kesejahteraan psikologis) merupakan suatu kondisi tertinggi yang dapat dicapai oleh individu. Psychological well-being adalah konsep keberfungsian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keluarga merupakan lembaga pendidikan pertama dan utama bagi anak, dalam keluarga terjadi proses pendidikan orang tua pada anak yang dapat membantu perkembangan anak.

Lebih terperinci

LAMPIRAN A PEDOMAN OBSERVASI DAN WAWANCARA

LAMPIRAN A PEDOMAN OBSERVASI DAN WAWANCARA 172 LAMPIRAN A PEDOMAN OBSERVASI DAN WAWANCARA 173 PEDOMAN OBSERVASI A. Keadaan fisik subyek : Penampilan B. Ekspresi wajah saat wawancara : Ceria, tidak suka, cemas, lemas, tertarik, bosan. C. Bahasa

Lebih terperinci

PROFIL KEHARMONISAN ORANG YANG MENIKAH DI USIA DINI DI KECAMATAN AIR DIKIT KABUPATEN MUKOMUKO JURNAL

PROFIL KEHARMONISAN ORANG YANG MENIKAH DI USIA DINI DI KECAMATAN AIR DIKIT KABUPATEN MUKOMUKO JURNAL PROFIL KEHARMONISAN ORANG YANG MENIKAH DI USIA DINI DI KECAMATAN AIR DIKIT KABUPATEN MUKOMUKO JURNAL Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (STRATA 1) Oleh: NELI LISNIATI

Lebih terperinci

Materi 6 Bisnis, Tujuan dan Fungsi Bisnis. Marheni Eka Saputri ST., MBA

Materi 6 Bisnis, Tujuan dan Fungsi Bisnis. Marheni Eka Saputri ST., MBA Materi 6 Bisnis, Tujuan dan Fungsi Bisnis Marheni Eka Saputri ST., MBA Contents 1 Bisnis 2 Sejarah Bisnis 3 Tujuan Bisnis 4 Fungsi Bisnis $ Bisnis $ Istilah bisnis menunjuk pada semua organisasi yang membuat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. bahasan dalam psikologi positif adalah terkait dengan subjective well being individu.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. bahasan dalam psikologi positif adalah terkait dengan subjective well being individu. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada umumnya, ilmu psikologi lebih menekankan kepada aspek pemecahan masalah yang dialami individu dan cenderung lebih memusatkan perhatian kepada sisi negatif perilaku

Lebih terperinci

PEMECAHAN MASALAH PADA WANITA SEBAGAI ORANG TUA TUNGGAL S K R I P S I

PEMECAHAN MASALAH PADA WANITA SEBAGAI ORANG TUA TUNGGAL S K R I P S I PEMECAHAN MASALAH PADA WANITA SEBAGAI ORANG TUA TUNGGAL S K R I P S I Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Dalam Mencapai Derajat Sarjana S-1 Psikologi Disusun oleh: ARTANTO RIDHO LAKSONO F 100

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori subjective well-being

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori subjective well-being BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Alasan Pemilihan Teori Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori subjective well-being menurut Diener (2005). Teori yang dipilih akan digunakan untuk meneliti gambaran

Lebih terperinci

PERKAWINAN CAMPURAN DAN AKIBAT HUKUMNYA. Oleh : Sasmiar 1 ABSTRACT

PERKAWINAN CAMPURAN DAN AKIBAT HUKUMNYA. Oleh : Sasmiar 1 ABSTRACT PERKAWINAN CAMPURAN DAN AKIBAT HUKUMNYA Oleh : Sasmiar 1 ABSTRACT Mixed marriage according to Nomor.1 Act of 1974 on Marriage is a marriage between Indonesian citizens with a foreign citizen (Article 57).

Lebih terperinci

BAB VI PENUTUP. menolak permohonan dispensasi nikah yang diajukan ke Pengandilan Agama pada

BAB VI PENUTUP. menolak permohonan dispensasi nikah yang diajukan ke Pengandilan Agama pada BAB VI PENUTUP VI.1. Kesimpulan Di Indonesia masalah pernikahan di bawah umur merupakan isu kependudukan yang sepatutnya menjadi perhatian pemerintah. Terutama dikarenakan pernikahan dibawah umur yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. melalui tahap intimacy vs isolation. Pada tahap ini, individu berusaha untuk

BAB I PENDAHULUAN. melalui tahap intimacy vs isolation. Pada tahap ini, individu berusaha untuk 1 BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Saat seseorang memasuki usia dewasa awal, ia mengalami perubahan dalam hidupnya. Pada usia ini merupakan transisi terpenting dalam hidup manusia, dimana remaja mulai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (Duvall & Miller, 1985). Pernikahan merupakan awal terbentuknya sebuah

BAB I PENDAHULUAN. (Duvall & Miller, 1985). Pernikahan merupakan awal terbentuknya sebuah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pernikahan merupakan salah satu tujuan hidup seorang manusia (Duvall & Miller, 1985). Pernikahan merupakan awal terbentuknya sebuah keluarga (Blood & Blood,

Lebih terperinci

Rumusan Isu Strategis dalam Draft RAN Kepemudaan PUSKAMUDA

Rumusan Isu Strategis dalam Draft RAN Kepemudaan PUSKAMUDA Rumusan Isu Strategis dalam Draft RAN Kepemudaan 2016 2019 PUSKAMUDA Isu Strategis dalam Kerangka Strategi Kebijakan 1. Penyadaran Pemuda Nasionalisme Bina Mental Spiritual Pelestarian Budaya Partisipasi

Lebih terperinci

1 Universitas Sumatera Utara. Universitas Sumatera Utara

1 Universitas Sumatera Utara. Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Masalah Globalisasi telah membawa dampak yang signifikan dan tidak bisa terelakkan lagi pada saat ini. Kita sering mendengar istilah era globalisasi yang merupakan manisfestasi

Lebih terperinci

PEDOMAN WAWANCARA. Untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi penyesuaian dengan

PEDOMAN WAWANCARA. Untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi penyesuaian dengan PEDOMAN WAWANCARA I. Judul Faktor-faktor yang mempengaruhi penyesuaian dengan pihak keluarga pasangan pada pria WNA yang menikahi wanita WNI. II. Tujuan Untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi

Lebih terperinci

ABSTRACT. Keywords: Hedonic Shopping Motivation. vii. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRACT. Keywords: Hedonic Shopping Motivation. vii. Universitas Kristen Maranatha ABSTRACT Along with the development of era, the current shopping concept has turned into a reflection of lifestyle and leisure among communities. Humans also have the motivation of a hedonist is a form

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tenaga kerja atau Sumber Daya Manusia merupakan sumber daya yang penting di dalam sebuah perusahaan atau organisasi, sehingga masalah sumber daya manusia menjadi hal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menempuh berbagai tahapan, antara lain pendekatan dengan seseorang atau

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menempuh berbagai tahapan, antara lain pendekatan dengan seseorang atau BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa awal adalah masa dimana seseorang memperoleh pasangan hidup, terutama bagi seorang perempuan. Hal ini sesuai dengan teori Hurlock (2002) bahwa tugas masa

Lebih terperinci

BAB IV KOMPARASI PANDANGAN MAJELIS ADAT ACEH (MAA) DAN MAJELIS PERMUSYAWARATAN ULAMA (MPU) KOTA LANGSA TERHADAP PENETAPAN EMAS SEBAGAI MAHAR

BAB IV KOMPARASI PANDANGAN MAJELIS ADAT ACEH (MAA) DAN MAJELIS PERMUSYAWARATAN ULAMA (MPU) KOTA LANGSA TERHADAP PENETAPAN EMAS SEBAGAI MAHAR BAB IV KOMPARASI PANDANGAN MAJELIS ADAT ACEH (MAA) DAN MAJELIS PERMUSYAWARATAN ULAMA (MPU) KOTA LANGSA TERHADAP PENETAPAN EMAS SEBAGAI MAHAR Setelah mempelajari lebih lanjut mengenai hal-hal yang terkandung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (Papalia, 2009). Menurut Undang-Undang Republik Indonesia nomor 1 pasal 1

BAB I PENDAHULUAN. (Papalia, 2009). Menurut Undang-Undang Republik Indonesia nomor 1 pasal 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pernikahan adalah salah satu tahap penting dalam siklus kehidupan individu di samping siklus kehidupan lainnya seperti kelahiran, perceraian, atau kematian

Lebih terperinci

Health and Human Rights Divisi Bioetika dan Medikolegal FK USU WHO Definition of Health Health is a state t of complete physical, mental and social well- being and not merely the absence of disease or

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Pembangunan kualitas sumberdaya manusia di Indonesia masih perlu mendapat prioritas dalam pembangunan nasional. Berdasarkan laporan United Nation for Development Programme

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara 14 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Masalah Komunikasi merupakan hal yang sangat penting bagi kehidupan manusia. Menurut Effendy (2009: 5), komunikasi adalah aktivitas makhluk sosial. Dalam praktik komunikasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Zaman modern seperti saat ini membawa masyarakat harus bisa beradaptasi dalam segala aspek kehidupan. Modernisasi pada dasarnya dapat membawa dampak positif dan negatif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bagi mahasiswa-mahasiswi sangat beragam. Mereka dapat memilih jurusan sesuai

BAB I PENDAHULUAN. bagi mahasiswa-mahasiswi sangat beragam. Mereka dapat memilih jurusan sesuai 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mahasiswi adalah sebutan bagi wanita yang menuntut ilmu di Perguruan Tinggi sebagai dasar pendidikan untuk mendapatkan pekerjaan yang dapat menopang kehidupan

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. menjadi tidak teratur atau terasa lebih menyakitkan. kebutuhan untuk menjadi orang tua dan menolak gaya hidup childfree dan juga

BAB V PENUTUP. menjadi tidak teratur atau terasa lebih menyakitkan. kebutuhan untuk menjadi orang tua dan menolak gaya hidup childfree dan juga BAB V PENUTUP 5.1. Kesimpulan Dari hasil penelitian maka dapat disimpulkan bahwa pada dasarnya seluruh subjek mengalami stres. Reaksi stres yang muncul pada subjek penelitian antara lain berupa reaksi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kompleks. Semakin maju peradaban manusia, maka masalah-masalah yang

BAB I PENDAHULUAN. kompleks. Semakin maju peradaban manusia, maka masalah-masalah yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa ini persoalan-persoalan yang dihadapi oleh umat muslim semakin kompleks. Semakin maju peradaban manusia, maka masalah-masalah yang dihadapi ataupun ditanggung

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Perubahan nilai-nilai sosial di dalam masyarakat menyebabkan tingkat perceraian semakin tinggi. Selain itu, akibat banyaknya wanita yang terjun ke dalam dunia pekerjaan menyebabkan

Lebih terperinci

MSDM INTERNASIONAL. Dosen : Drs. Heru Susilo, M.A. Detha Alfrian Fajri, S.AB., M.M. Disusun oleh : Abiyasa

MSDM INTERNASIONAL. Dosen : Drs. Heru Susilo, M.A. Detha Alfrian Fajri, S.AB., M.M. Disusun oleh : Abiyasa MSDM INTERNASIONAL (Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas matakuliah Manajemen Sumber Daya Manusia) Dosen : Drs. Heru Susilo, M.A Detha Alfrian Fajri, S.AB., M.M Disusun oleh : Abiyasa 145030801111002

Lebih terperinci

, 2015 GAMBARAN KONTROL DIRI PADA MAHASISWI YANG MELAKUKAN PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH

, 2015 GAMBARAN KONTROL DIRI PADA MAHASISWI YANG MELAKUKAN PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Meningkatnya perilaku seksual pranikah di kalangan generasi muda mulai mengancam masa depan bangsa Indonesia. Banyaknya remaja yang melakukan perilaku seksual pranikah

Lebih terperinci

BAB 5 RINGKASAN. Salah satu jenis perkawinan yang menjadi kebudayaan Jepang yaitu perkawinan

BAB 5 RINGKASAN. Salah satu jenis perkawinan yang menjadi kebudayaan Jepang yaitu perkawinan BAB 5 RINGKASAN Salah satu jenis perkawinan yang menjadi kebudayaan Jepang yaitu perkawinan yang berdasarkan pada perjodohan atau yang lebih dikenal dengan Omiai Kekkon. Miai memiliki dua pengertian diantaranya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pada saat ini tidak hanya suami saja yang harus bekerja untuk memenuhi

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pada saat ini tidak hanya suami saja yang harus bekerja untuk memenuhi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pada saat ini tidak hanya suami saja yang harus bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarganya, tetapi banyak istri yang bekerja juga. Wanita yang pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. jawab dalam kehidupan berumah tangga bagi suami istri (Astuty, 2011).

BAB I PENDAHULUAN. jawab dalam kehidupan berumah tangga bagi suami istri (Astuty, 2011). 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Dalam proses perkembangannya, manusia untuk meneruskan jenisnya membutuhkan pasangan hidup yang dapat memberikan keturunan sesuai dengan apa yang diinginkannya. Pernikahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keduanya merupakan peran bagi pria, sementara bagi wanita akan menjadi

BAB I PENDAHULUAN. keduanya merupakan peran bagi pria, sementara bagi wanita akan menjadi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kehidupan pekerjaan dan keluarga menjadi bagian yang akan dilalui oleh setiap individu dalam hidupnya. Memilih keduanya atau menjalani salah satu saja merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. Jakarta, seperti yang telah kita ketahui, merupakan kota dengan populasi

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. Jakarta, seperti yang telah kita ketahui, merupakan kota dengan populasi BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Jakarta, seperti yang telah kita ketahui, merupakan kota dengan populasi penduduk terpadat di Indonesia dan merupakan salah satu kota dengan penduduk terpadat di dunia.

Lebih terperinci