BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang"

Transkripsi

1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Melihat keadaan dunia sekarang ini, di mana peradaban manusia sudah sangat maju dan adanya kemajuan teknologi yang sangat canggih, seringkali disebutkan bahwa kita sekarang ini sedang hidup di jaman modern. Jaman di mana semua hal serba modern, efisien, dan up to date. Jika dilihat lebih jauh ke belakang, dunia saat ini merupakan hasil dari adanya berbagai macam proses perubahan, yang salah satunya adalah modernisasi. Modernisasi merupakan istilah yang digunakan untuk menjelaskan suatu proses yang terjadi dalam masyarakat, mengubah masyarakat yang dahulu bersifat tradisional, terbelakang, menjadi sebuah masyarakat yang lebih maju dan bersifat modern. Masyarakat modern adalah masyarakat yang lebih kuat secara finansial, power, dan memiliki kebebasan untuk menikmati standar hidup yang lebih nyaman. Diyakini bahwa dengan seiring berjalannya waktu, modernisasi merupakan suatu hal yang pasti terjadi dan sulit untuk ditolak. Bahwa semua negara yang mengalami perkembangan dan mulai membangun industrinya, mau tidak mau akan merangkul modernisasi masuk ke dalam masyarakatnya. Dengan adanya modernisasi ini, sejumlah nilai nilai dan norma sosial yang ada di dalam suatu masyarakat akan mulai bergeser, masyarakat akan lebih menjadi menghormati dan menghargai kebebasan suatu individu, dan mulai melihat berbagai hal dari berbagai sudut pandang, sehingga banyak tersedia alternatif pilihan dalam hidup mereka. Dalam menyangkut efek perubahannya pada masyarakat, modernisasi terutama sangat menjunjung tinggi kebebasan hak suatu individu, sehingga sistem sistem tradisi yang dianggap mengekang kebebasan hak suatu individu akan dianggap kuno, dan para pemuda lebih mendambakan kehidupan yang lebih bebas tersebut. Selain mempengaruhi tatanan sosial dalam masyarakat, modernisasi juga sangat berpengaruh pada perubahan perkembangan politik, ekonomi, dan kebijakan yang dimiliki suatu pemerintahan. Dalam sejarah, pengaruh modernisasi lebih banyak dibawa oleh negara negara barat kepada negara negara di bagian timur. Hal ini disebabkan industrialisasi lebih dulu terjadi di Eropa, terutama di negara Inggris. Ada beberapa negara timur yang mempunyai sejarah modernisasi yang sangat signifikan, di antaranya adalah 1

2 2 Tiongkok, Jepang, dan negara negara di wilayah Asia Tenggara. Di dalam skripsi ini, penulis akan membahas lebih lanjut mengenai pengaruh modernisasi yang terjadi di negara Jepang. Jepang merupakan negara dengan efek modernisasi paling unik yang ada di dunia. Jika sebagian besar negara yang mengalami modernisasi akan menelan bulat bulat pengaruh modern dan dunia barat yang masuk, kemudian kehilangan nilai nilai tradisionalnya, hal demikian tidak terjadi pada Jepang. Jepang berhasil membuat modernisasi dan nilai nilai budaya negara mereka berjalan secara berdampingan dan harmonis. Hal ini berarti, meskipun masyarakat Jepang sangat modern dari berbagai sisi, mereka masih tetap memegang nilai nilai tradisional yang ada dalam budaya mereka, tidak semua budaya tradisional mereka seratus persen tergantikan dengan budaya yang lebih modern. Menurut sejarah, Jepang mengalami sedikitnya tiga gelombang besar modernisasi yang masuk ke dalam negara mereka. Pertama adalah orientalisasi oleh Tiongkok, eropanisasi oleh negara eropa barat, dan amerikanisasi oleh Amerika Serikat. Saat ini, pengaruh modernisasi yang diakibatkan oleh negara Amerika Serikat lebih banyak terlihat dalam masyarakat Jepang sehari hari. Jepang kini merupakan salah satu negara anggota perkumpulan elit ekonomi dunia G-7 dan merupakan negara dengan kekuatan ekonomi nomor tiga terbesar saat ini di dunia, setelah Amerika Serikat dan China. Untuk menjadi negara maju dengan kekuatan ekonomi besar seperti sekarang ini, Jepang menjalani hal yang tidak mudah. Dimulai dengan berusaha bangkit dari keterpurukan setelah kalah dalam Perang Dunia Kedua, Jepang mulai mengejar ketertinggalannya dibantu oleh hubungan khusus yang dijalin dengan Amerika Serikat. Oleh karena adanya hubungan khusus ini, Jepang dibantu dan diberikan dukungan oleh pihak Amerika Serikat, sehingga Jepang saat itu sangat terpengaruh oleh modernisasi yang datang dari negara Amerika Serikat tersebut, dan akhirnya dapat merevitalisasi pembangunan negaranya. Hal ini dibuktikan selama periode , Jepang bukan hanya berhasil mencapai kembali pertumbuhan pendapatan negaranya ke angka sebelum masa keikutsertaannya dalam Perang Dunia Kedua, tetapi Jepang juga berhasil menjaga rata-rata pertumbuhan ekonominya tetap stabil di kisaran angka lebih dari 10% selama periode tersebut. Angka tersebut hampir tiga kali lebih tinggi daripada angka pertumbuhan ekonomi rata-rata negara Amerika Serikat di periode waktu yang sama (Pyle, 1996). Oleh karena kisaran angka pertumbuhan

3 3 ekonomi yang tinggi tersebut pula, periode sering juga disebut sebagai periode pertumbuhan tertinggi negara Jepang. Selama periode pertumbuhan ekonomi yang tinggi inilah, arus modernisasi semakin masif melanda Jepang dan bidang teknologi berkembang dengan sangat pesat. Kedua hal tersebut membawa pengaruh yang sangat penting pada kondisi masyarakat, karena dengan semakin berkembangnya teknologi, media pun semakin berkembang, dan memungkinkan masyarakat Jepang untuk lebih banyak menerima berita dari luar negeri, serta perkembangan dunia terkini. Acuan pada negara negara Barat yang selama ini dianggap lebih maju juga ikut sedikit demi sedikit mengikis dan mengubah tatanan norma sosial dan budaya tradisional yang selama ini sudah mengakar di dalam masyarakat Jepang. Masyarakat Jepang, khususnya para pemuda pemudi menjadi mendambakan kebebasan yang selama ini sudah menjadi budaya di negara Barat. Dengan kebebasan yang semakin luas tersebut, para pemuda pemudi ini dapat lebih mengekspresikan diri mereka, baik secara pribadi, maupun di peranan dalam masyarakat. Contohnya, para pemuda kini menjadi lebih terbuka terhadap suatu hal yang baru, yang biasanya tidak lazim terjadi di dalam kehidupan masyarakat mereka. Para pemuda lalu mulai tertarik mencoba hal hal baru tersebut dan lama kelamaan menjadi suatu kebiasaan dan norma sosial baru yang berlaku dalam masyarakat. Masyarakat kini juga menjadi lebih konsumtif, terutama adanya pengaruh fashion dan gaya hidup baru yang kini mereka adopsi dari negara negara barat. Tetapi, modernisasi tidak hanya mengakibatkan terjadinya perubahan pada sistem sosial di dalam masyarakat, kebijakan pemerintah pun ikut berubah mengikuti jaman, dan semakin mendukung adanya kesetaraan akses akan kebijakan pemerintah ini di tingkat masyarakat. Salah satu kebijakan yang paling banyak berkembang adalah sistem pendidikan. Semenjak masa pertumbuhan ekonomi yang tinggi ini, sistem pendidikan di Jepang mengalami perkembangan yang intensif dan menjadi salah satu fokus utama pemerintah untuk digunakan merevitalisasi kembali dasar pembangunan bangsa dan negara Jepang semasa setelah perang. Diikuti oleh karena adanya persamaan hak yang merata bagi seluruh masyarakat Jepang untuk memperoleh kesempatan mengenyam pendidikan yang setinggi-tingginya yang diberikan pemerintah pada periode itu, melalui sarana pendidikan ini pulalah para masyarakat kelas menengah Jepang menggantungkan nasibnya agar bisa mencapai taraf hidup yang lebih baik. Dengan memiliki latar belakang pendidikan yang tinggi,

4 4 para pemuda Jepang dapat mendapatkan posisi pekerjaan yang bagus dengan gaji pendapatan yang tinggi, selain mereka dan keluarganya juga mendapatkan status sosial yang terpandang di kalangan masyarakat. Adanya persamaan hak kepada semua masyarakat untuk dapat mengakses pendidikan tersebut, termasuk juga kepada para wanita, mengakibatkan para wanita Jepang dapat dengan bebas bersekolah sampai jenjang tertinggi. Ditambah dengan semakin setaranya persamaan derajat antara pria dan wanita, menyebabkan para wanita juga mulai semakin banyak yang bekerja, untuk mengejar karir dan ikut andil menyokong perekonomian keluarga. Di sisi lain, ternyata hal semakin tingginya tingkat pendidikan yang dapat diperoleh para wanita Jepang ini memunculkan fenomena sosial baru yang saat ini berkembang di Jepang. Fenomena sosial tersebut adalah maraknya penundaan pernikahan yang dilakukan oleh para wanita Jepang. Hal ini disebabkan antara lain oleh perubahan sikap perilaku dan pandangan masyarakat, khususnya wanita, terhadap institusi pernikahan. Dengan semakin tingginya tingkat pendidikan seorang wanita Jepang, mereka semakin dapat merencanakan masa depannya secara matang. Ada beberapa alasan yang akhirnya menyebabkan para wanita ini menunda keputusan mereka untuk menikah. Yang pertama adalah, berbekal tingkat pendidikan yang tinggi dan skill yang mencukupi, para wanita Jepang kini sanggup untuk meniti karir dan memperoleh pendapatan yang tidak sedikit, dengan memperhitungkan juga bahwa wanita ini masih belum menikah dan tinggal di rumah kedua orang tuanya. Para wanita kini dapat hidup lebih mandiri dan mengejar standar kehidupan yang tinggi, seperti misalnya membeli barang-barang tersier dan menjalani gaya hidup yang mewah. Menyadari bahwa semua kenyamanan, kebebasan, dan gaya hidup tersebut dapat berkurang atau bahkan hilang sama sekali, ketika mereka memutuskan untuk menjalani kehidupan pernikahan, maka pada akhirnya banyak dari para wanita ini menunda keputusan mereka untuk menikah dan ingin terlebih dulu menjalani kehidupan single mereka. Selain alasan tersebut di atas, penyebab lainnya adalah, para wanita ini menyadari bahwa biaya hidup di Jepang, khususnya di daerah perkotaan, sangat tinggi, dan akan terus meningkat, terutama harga tanah dan biaya pendidikan. Hal ini dibuktikan dari sebuah survey tahun 2009 yang menyebutkan, bahwa dua dari kota besar di Jepang, yaitu Tokyo dan Osaka, masuk dalam daftar peringkat lima besar kota dunia yang memiliki biaya hidup paling tinggi di dunia, masing masing kota

5 5 menempati urutan pertama dan kedua (Forbes, 2009). Menghadapi fakta tersebut dengan penghasilan rata-rata para pemuda-pemudi Jepang, yang sebagian besar adalah karyawan perusahaan biasa, para wanita ini menganggap bahwa penghasilan mereka (suami mereka) nanti jika menikah, belum mencukupi standar hidup yang ideal untuk dapat berkeluarga. Standar hidup yang ideal di sini terutama adalah mampu mencukupi biaya kehidupan berkeluarga sehari-hari nanti di tengah kehidupan perkotaan yang semuanya serba mahal dan biaya pendidikan sang calon anak kelak yang relatif tinggi. Terlepas dari semua alasan para wanita Jepang tersebut untuk menunda keputusan mereka untuk menikah, para wanita ini sebenarnya tetap berkeinginan untuk menikah jika mereka sudah menemukan pasangan hidup yang tepat (Tachibanaki, 2010). Yang disebut pasangan hidup yang tepat di sini adalah pria yang mempunyai kecocokan dengan mereka, baik dalam hal hubungan emosional maupun dalam hal keadaan finansial yang stabil untuk berkeluarga nantinya. Di lain pihak, celakanya, kini pada setiap tahunnya rata-rata para pria Jepang yang dianggap oleh para wanita Jepang tidak memenuhi kriteria mereka sebagai pasangan yang tepat untuk dinikahi dan membangun sebuah keluarga bersama-sama mengalami peningkatan. Sama seperti penyebab para wanita menunda keputusannya untuk menikah, ada beberapa alasan yang menjadi penyebab mereka menganggap rata-rata para pria Jepang kini tidak memenuhi kriteria mereka untuk dinikahi. Salah satu alasannya adalah, para pria Jepang, seperti pada halnya dari jaman dahulu, sekarang pun mereka pada umumnya tetap menginginkan pendamping wanita yang menjalankan perannya dengan penuh sebagai ibu rumah tangga, yang menjaga dan mengatur masalah anak dan rumah tangga dengan baik. Padahal, dewasa kini, para wanita tidak sebatas lagi menginginkan hanya berada di rumah dan mengurus rumah tangga, melainkan juga menginginkan kebebasan untuk mengaktualisasikan dirinya secara penuh dengan mengambil peranan di dalam masyarakat. Mereka tetap ingin mandiri dalam menjalankan karirnya dan berbagi peran yang seimbang dengan suami dalam mengatur masalah rumah tangga. Alasan yang lainnya adalah, gaji para pemuda Jepang yang relatif rendah, sebagai dampak dari diberlakukannya sistem gaji berdasarkan senioritas yang diterapkan sebagian besar perusahaan Jepang (Tachibanaki, 2010). Oleh karena gaji yang relatif rendah ini, sedangkan gaji / pendapatan merupakan salah satu faktor vital bagi para wanita untuk menentukan pria pilihan mereka (Tachibanaki, 2010),

6 6 ditambah dengan adanya tekanan sosial untuk memilih salah satu saja antara mengurus rumah tangga setelah menikah atau tetap melanjutkan pendidikan atau karir, maka para wanita Jepang cenderung tidak tertarik untuk menikah dan membangun rumah tangga dengan para tipikal pemuda pekerja tersebut. Mereka lebih memilih mengaktualisasikan dirinya lewat mengejar pendidikan tinggi, membangun karir mereka sendiri, dan menikmati hidup. Para wanita Jepang saat ini sudah sampai pada titik menyadari bahwa tujuan hidup mereka bukan lagi hanya untuk menikah, tetapi ada tujuan hidup yang lain yang bisa mereka pilih untuk dijalani, dan pada akhirnya semakin menunda keputusan untuk segera menikah. Keadaan para wanita Jepang yang semakin menunda pernikahan mereka tersebut, ditambah dengan berbagai alasan di belakangnya inipun akhirnya mengakibatkan para pria Jepang kini kesulitan untuk menemukan pasangan menikah mereka di antara para wanita Jepang sekarang ini. Ditambah dengan adanya suatu situasi yang disebut dengan marriage squeeze, yaitu suatu keadaan di mana jumlah populasi suatu jender lebih banyak daripada jumlah populasi lawan jendernya. Dalam hal ini, di Jepang, pada sekitar tahun 1970, jumlah populasi pria Jepang lebih banyak daripada jumlah populasi wanita Jepang, dan membuat pria Jepang, secara jumlah, kesulitan menemukan pasangan (Kreiner, 2004). Namun, perubahan dan kesempatan yang lebih luas dalam mencari pasangan dan menjalani tujuan hidup baru tidak terbuka hanya pada wanita Jepang saja, hal serupa pun terjadi pada para pria Jepang. Dengan kini Kokusai Kekkon yang semakin dapat diterima oleh masyarakat, pria Jepang kini tidak hanya dapat memilih pasangan wanita Jepang, tetapi juga dapat memilih pasangan wanita dari luar Jepang, terutama dari negara negara tetangga di Asia. Ditambah dengan adanya peristiwa penundaan pernikahan oleh para wanita Jepang, dan adanya faktor marriage squeeze, kemudian mengarahkan pada munculnya fenomena sosial baru yang lain, yaitu semakin meningkatnya pernikahan internasional ( 国際結婚 Kokusai Kekkon) yang terjadi di dalam masyarakat Jepang, terutama pada pihak suami dari Jepang dengan istri dari asing/ luar negeri. Seperti yang dapat dikutip dalam jurnal International Marriage in Japan: An Exploration of Intimacy, Family, And Parenthood (Yamamoto, 2010), pada tahun 2009, dari jumlah Kokusai Kekkon yang terdaftar, 78% di antaranya merupakan antara pria Jepang dengan wanita asing. Kokusai Kekkon yang paling banyak dilakukan oleh para pria Jepang adalah dengan pasangan wanita asal Asia, terutama dengan wanita Korea Selatan, China, dan wilayah Asia

7 7 Tenggara. Jika sebelumnya telah dilihat bahwa adanya perubahan perilaku dan pandangan akan pernikahan pada sisi wanita Jepang dan adanya faktor eksternal, seperti marriage squeeze lebih banyak mendominasi latar belakang faktor terjadinya Kokusai Kekkon, pada skripsi ini, penulis akan mencari tahu faktor lainnya dari sisi pria yang juga berkontribusi pada latar belakang terjadinya fenomena Kokusai Kekkon di Jepang, yang antara lain disebabkan oleh adanya dampak pengaruh modernisasi yang kuat. Oleh karena adanya sisi lain yang menarik di balik fenomena Kokusai Kekkon ini, juga ditambah dengan adanya hubungan yang erat dengan wanita Indonesia, yang lumayan banyak jumlahnya yang menikah dengan pria Jepang, penulis merasa tertarik untuk meneliti lebih lanjut mengenai fenomena Kokusai Kekkon yang terjadi di antara pria Jepang dan wanita Indonesia tersebut. Penulis kemudian akan meneliti lebih lanjut adanya hubungan antara fenomena Kokusai Kekkon ini dengan adanya dampak pengaruh dari modernisasi yang semakin berkembang di Jepang. 1.2 Masalah Pokok Berdasarkan latar belakang yang telah disebutkan, penulis telah menetapkan pokok permasalahan yang sudah teridentifikasi untuk ditulis dalam laporan skripsi ini, yaitu: Analisis pengaruh modernisasi terhadap fenomena Kokusai Kekkon di antara pria Jepang dan wanita Indonesia. 1.3 Formulasi Masalah Formulasi masalah dalam laporan skripsi ini adalah: Analisis pengaruh modernisasi terhadap fenomena Kokusai Kekkon di antara pria Jepang dan wanita Indonesia, dilihat dari sudut pandang pria Jepang. 1.4 Ruang Lingkup Dalam laporan skripsi ini, penulis akan meneliti jawaban dari tiga pria Jepang yang melakukan Kokusai Kekkon dengan wanita Indonesia, hidup pada jaman setelah tahun 1960, dan berdomisili di Jepang. Penulis akan memakai korpus data berupa jawaban yang ditulis informan sebagai hasil dari wawancara dengan penulis untuk dijadikan bahan penelitian. 1.5 Tujuan dan Manfaat Penelitian

8 8 Tujuan dari penelitian ini adalah untuk membuktikan bahwa modernisasi membawa pengaruh terhadap fenomena Kokusai Kekkon yang terjadi di antara pria Jepang dan wanita Indonesia. Kemudian, penulis juga berharap agar hasil penelitian ini dapat memberikan manfaat bagi masyarakat agar dapat lebih memahami sisi lain dari fenomena Kokusai Kekkon di Jepang. 1.6 Tinjauan Pustaka Tema mengenai pernikahan internasional yang terjadi di Jepang (Kokusai Kekkon) ini pernah dijadikan bahan penelitian oleh sejumlah akademisi, salah satunya oleh akademisi dari Osaka University, yaitu Viktoriya Kim, dalam jurnal ilmiahnya yang berjudul International Marriage As A Symbolic Exchange of Capitals: When Women From The Soviet Union Marry Japanese Men, yang diterbitkan pada tahun Di dalam jurnal ini, Kim meneliti pernikahan internasional yang terjadi pada wanita asal Uni Soviet dan pria asal Jepang merupakan sebuah pertukaran simbolis dari sebuah modal yang dimiliki oleh masing-masing pihak. Di saat banyak peneliti lain lebih memilih untuk melakukan penelitian mengenai pernikahan internasional dari sudut pandang wanita,yang melakukannya, pada jurnal ilmiah ini, Kim mencoba mengimbangi dengan mengambil juga sudut pandang dari pria yang melakukannya. Hal lain yang melatarbelakangi Kim untuk melakukan penelitian ini juga diakibatkan oleh adanya peningkatan jumlah wanita Uni Soviet yang menikah dengan pria Jepang, namun sampai saat ini belum ada studi lebih lanjut yang meneliti fokus penyebab terjadinya fenomena tersebut secara komprehensif. Oleh karena itu Kim melakukan penelitian ini dengan tujuan agar penelitian ini dapat menutupi kekurangan tersebut dan lebih dapat mengungkap pengalaman pribadi dan ekspektasi yang diharapkan oleh kedua belah pihak pasangan yang diteliti. Kemudian, Kim juga akan membahas lebih lanjut mengenai faktor faktor mikro yang mempengaruhi wanita dan pria ini dalam memilih pasangan asing dan bagaimana modal modal simbolis seperti, umur, status sosial, dan stabilitas ekonomi; serta pandangan mengenai negara asal pasangan dan etnis / ras pasangan, sangat mempengaruhi pilihan mereka tersebut. Lalu, metode penelitian yang dipakai oleh Kim adalah metode wawancara yang dilakukan melalui surel, telepon atau media Skype, dan wawancara tatap muka, kepada empat puluh lima orang wanita Uni Soviet yang telah menikah dengan pria Jepang.

9 9 Kemudian dalam jurnalnya, Kim melanjutkan dengan membahas mengenai asumsi bahwa di dalam penikahan internasional, secara umum ada tiga permasalahan utama yang mendorong terjadinya jenis pernikahan ini, yaitu masalah kemiskinan, norma sosial yang berlaku dalam masyarakat, dan keterbatasan yang terjadi dalam suatu negara, yang mengakibatkan para pria dan wanitanya mencari pasangan hidup di luar negara domisilinya. Dalam kasus pernikahan antara pria Jepang dan wanita Filipina, ada tiga faktor yang membuat para pria ini menikahi wanita asing. Yang pertama adalah faktor ekonomi, dengan semakin majunya perekonomian Jepang, hal ini menarik arus buruh asing untuk datang ke Jepang sehingga masyarakat Jepang menjadi semakin memiliki kesempatan untuk bertemu dan berhubungan dengan orang asing. Di balik kekuatan ekonomi Jepang, para pria yang tidak bisa menikah dengan wanita dengan kewarganegaraan yang sama karena alasan ekonomi, akan mulai mencari wanita yang berasal dari negara yang perekonomiannya lebih lemah. Faktor kedua adalah keadaan sosioekonomi, reformasi sosial yang terjadi di Jepang telah menyebabkan para wanitanya untuk menunda untuk menikah dan lebih berfokus pada karir, sehingga para pria yang kesulitan menemukan pasangan akan cenderung mendekati para pekerja wanita asing. Faktor terakhir adalah faktor budaya, akan peran wanita Asia yang cenderung submisif, para pria ini menjadi senang dapat mendominasi wanita Filipina yang kebanyakan bekerja di pub, jika dibandingkan dengan wanita Jepang yang tangguh, wanita Filipina dipandang lebih patuh dan submisif. Sementara itu, jika dilihat dalam kasus wanita Uni Soviet yang menikah dengan pria asing, ada banyak faktor yang menjadi pertimbangan mereka. Yang pertama dan paling penting adalah faktor sosial, dengan menikahi pria yang status sosialnya sederajat atau lebih tinggi, wanita berharap mendapat kehidupan yang aman dan stabil. Faktor kedua, ada faktor demografi yang menyebabkan populasi wanita yang lebih banyak dari pada populasi pria di Uni Soviet, sehingga menimbulkan ketidakseimbangan demografi. Faktor lainnya adalah, psikologi, yang menyebutkan bahwa wanita tidak ingin bekerja ganda, bekerja di luar rumah dan bekerja di dalam rumah sebagai ibu rumah tangga, serta mengurus tidak hanya anak anak, tetapi juga suami yang kekanakkan. Kemudian, faktor terakhir adalah adanya faktor budaya mengenai wanita Rusia yang tidak terpengaruh gerakan feminism, sehingga selalu ada pria yang menginginkan mereka. Pria asing cenderung mencari wanita yang berorientasi pada keluarga dan siap menjadi seorang ibu rumah tangga. Namun,

10 10 pada kenyataannya, semuanya tidak berjalan seperti itu, alasan pernikahan kedua pasangan asing cenderung lebih rumit daripada yang bisa dibayangkan. Oleh karena itu, Kim melanjutkan penelitiannya dengan fokus pada tema mengenai pernikahan internasional sebagai pertukaran antar modal simbolis yang dimiliki. Berdasarkan penelitian yang Kim lakukan, ada beberapa bentuk modal yang mempengaruhi harapan suatu individu atas sebuah pernikahan internasional. Beberapa modal yang paling penting, adalah jender, usia, etnis / ras, stabilitas ekonomi, kewarganegaraan, dan kemampuan berbahasa. Sementara itu, dalam persiapan untuk memasuki kehidupan pernikahan dan berkeluarga, wanita dan pria juga menggunakan modal yang mereka miliki sejak lahir atau yang mereka dapatkan selama hidup, yaitu pendidikan, pekerjaan, lingkungan rumah, dan sebagainya. Dalam kasus pernikahan antara wanita Uni Soviet dengan pria Jepang, ada beberapa modal yang mereka saling pertukarkan, dan yang paling penting adalah modal jender dan usia. Untuk hal jender, wanita Uni Soviet, seperti halnya pria Jepang, juga kesulitan mencari pasangan di negara asalnya karena mereka menilai para pria Rusia yang kebanyakan sering keluyuran keluar rumah, pengangguran, pecandu alkohol dan narkoba tidak pantas untuk dijadikan pasangan. Oleh karena itu mereka lebih menyukai para pria Jepang yang mereka anggap lebih serius, bertanggung jawab, dapat diandalkan, dan merupakan ayah dan suami yang baik. Sama halnya dengan modal usia, lebih dari setengah wanita yang berpartisipasi dalam penelitian Kim menikah dengan pria Jepang yang berbeda umur sangat jauh, mulai dari perbedaan usia 10 tahun sampai dengan 34 tahun. Mereka menganggap pria yang lebih tua jauh lebih menarik karena mereka lebih mempunyai ketertarikan dalam membina keluarga dan anak anak, sedangkan bagi pria Jepang yang sudah tua, sangat sulit untuk mencari pasangan, sehingga mereka berpaling pada istri Uni Soviet mereka. Modal penting lainnya adalah mengenai stabilitas ekonomi dan status sosial. Para wanita Uni Soviet ini tertarik menikahi pria Jepang karena mereka menganggap suaminya tersebut dapat menopang kehidupan keluarga yang aman dan stabil, dan juga dengan menikahi pria yang status sosialnya lebih tinggi, mereka juga dapat ikut menikmati keuntungan. Meskipun mereka juga mengakui, faktor finansial bukan satu satunya alasan bagi mereka untuk menikahi suami mereka, melainkan juga karena para suami mereka perhatian, bertanggung jawab, dan maskulin di mata para wanita Uni Soviet ini.

11 11 Pada akhirnya, Kim mengambil kesimpulan bahwa pernikahan internasional yang berlangsung antara wanita Uni Soviet dan pria Jepang ini terjadi bukan hanya untuk menaikkan derajat/ tingkatan status mereka di tengah masyarakat, ataupun dalam sebagai gaya hidup, tetapi juga karena adanya pengalaman pribadi dan tujuan yang dimiliki dalam harapan kehidupan pernikahan. Kedua pihak juga merupakan pengambil keputusan yang aktif dalam hal memilih pasangan, mereka benar benar mencari pasangan yang sesuai dengan preferensi individu masing masing. Dan yang terakhir, pernikahan tidak terjadi karena keputusan dari satu pihak saja. Kedua pihak sama sama saling mempunyai harapan akan satu sama lain dan pernikahan menjadi suatu persetujuan simbolis bagi mereka, yang membawa beberapa modal yang mereka miliki untuk dapat masuk ke dalam kehidupan pernikahan. Secara umum, penelitian ini dimaksudkan untuk dapat memberikan pandangan baru terhadap teori mengenai pernikahan internasional yang cenderung menyebutkan bahwa pernikahan internasional semacam ini hanya dilakukan untuk menaikkan derajat sosial atau gaya hidup di tengah masyakarat semata.

12 12

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Jepang adalah salah satu negara yang menjadi bagian dari Perang Dunia II dan mengalami kekalahan. Kekalahan ini yang menyebabkan ekonomi Jepang memburuk, karena dua

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Bagi seorang wanita Jepang yang masih tradisional, kebahagiaan bagi mereka adalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Bagi seorang wanita Jepang yang masih tradisional, kebahagiaan bagi mereka adalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bagi seorang wanita Jepang yang masih tradisional, kebahagiaan bagi mereka adalah berada diantara keluarga dan rumah. Pada era Meiji ada istilah ryousaikenbo wanita

Lebih terperinci

Bab 1. Pendahuluan. Dalam menjalani kehidupan, manusia memiliki kodrat. Kodrat itu antara lain; lahir,

Bab 1. Pendahuluan. Dalam menjalani kehidupan, manusia memiliki kodrat. Kodrat itu antara lain; lahir, Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Dalam menjalani kehidupan, manusia memiliki kodrat. Kodrat itu antara lain; lahir, menikah dan meninggal dunia. Pada umumnya wanita menikah di usia yang lebih muda

Lebih terperinci

BAB 4 SIMPULAN DAN SARAN. nilai-nilai tradisionalnya. Sebelum Perang Dunia II, sistem keluarga Jepang didasarkan

BAB 4 SIMPULAN DAN SARAN. nilai-nilai tradisionalnya. Sebelum Perang Dunia II, sistem keluarga Jepang didasarkan BAB 4 SIMPULAN DAN SARAN 4.1 Simpulan Masyarakat Jepang di kenal sebagai suatu masyarakat yang memegang kuat nilai-nilai tradisionalnya. Sebelum Perang Dunia II, sistem keluarga Jepang didasarkan pada

Lebih terperinci

2015 PERANAN PEREMPUAN DALAM POLITIK NASIONAL JEPANG TAHUN

2015 PERANAN PEREMPUAN DALAM POLITIK NASIONAL JEPANG TAHUN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Jepang merupakan negara maju yang terkenal dengan masyarakatnya yang giat bekerja dan juga dikenal sebagai negara yang penduduknya masih menjunjung tinggi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. matang baik secara mental maupun secara finansial. mulai booming di kalangan anak muda perkotaan. Hal ini terjadi di

BAB I PENDAHULUAN. matang baik secara mental maupun secara finansial. mulai booming di kalangan anak muda perkotaan. Hal ini terjadi di BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pernikahan dini dapat didefinisikan sebagai sebuah pernikahan yang mengikat pria dan wanita yang masih remaja sebagai suami istri. Lazimnya sebuah pernikahan dilakukan

Lebih terperinci

ANALISIS PENGARUH MODERNISASI TERHADAP FENOMENA KOKUSAI KEKKON DI ANTARA PRIA JEPANG DAN WANITA INDONESIA

ANALISIS PENGARUH MODERNISASI TERHADAP FENOMENA KOKUSAI KEKKON DI ANTARA PRIA JEPANG DAN WANITA INDONESIA ANALISIS PENGARUH MODERNISASI TERHADAP FENOMENA KOKUSAI KEKKON DI ANTARA PRIA JEPANG DAN WANITA INDONESIA Michelle BINUS University, Jl. Kebon Jeruk Raya No. 27, (021) 53696969, michelle.latief@gmail.com

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Permasalahan menurunnya angka kelahiran adalah permasalahan yang banyak dialami negara maju, salah satu negara yang mengalaminya adalah Jepang. Jepang telah

Lebih terperinci

BAB 5 RINGKASAN. orang-orang dari negara lain. Perkawinan masyarakat Jepang didasarkan pada konsep ie.

BAB 5 RINGKASAN. orang-orang dari negara lain. Perkawinan masyarakat Jepang didasarkan pada konsep ie. BAB 5 RINGKASAN Sistem perkawinan pada masyarakat Jepang mungkin tampak tidak umum bagi orang-orang dari negara lain. Perkawinan masyarakat Jepang didasarkan pada konsep ie. Di dalam sistem ie ini wanita

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kebutuhan mencari pasangan hidup untuk melanjutkan keturunan akan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kebutuhan mencari pasangan hidup untuk melanjutkan keturunan akan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kebutuhan mencari pasangan hidup untuk melanjutkan keturunan akan menjadi prioritas dalam hidup jika seseorang sudah berada di usia yang cukup matang dan mempunyai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tersebut memiliki pemerintah dan pemerintahan yang berjalan, hukum,

BAB I PENDAHULUAN. tersebut memiliki pemerintah dan pemerintahan yang berjalan, hukum, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Suatu wilayah baru dapat dikatakan sebagai negara apabila wilayah tersebut memiliki pemerintah dan pemerintahan yang berjalan, hukum, pengakuan dari negara lain, dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia tidak dapat hidup seorang diri karena manusia merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Manusia tidak dapat hidup seorang diri karena manusia merupakan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Manusia tidak dapat hidup seorang diri karena manusia merupakan makhluk sosial yang membutuhkan kehadiran individu lain dalam kehidupannya. Tanpa kehadiran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. melalui tahap intimacy vs isolation. Pada tahap ini, individu berusaha untuk

BAB I PENDAHULUAN. melalui tahap intimacy vs isolation. Pada tahap ini, individu berusaha untuk 1 BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Saat seseorang memasuki usia dewasa awal, ia mengalami perubahan dalam hidupnya. Pada usia ini merupakan transisi terpenting dalam hidup manusia, dimana remaja mulai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan dan pertumbuhan ekonomi yang sangat pesat membuat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan dan pertumbuhan ekonomi yang sangat pesat membuat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan dan pertumbuhan ekonomi yang sangat pesat membuat banyak harga-harga kebutuhan rumah tangga, angkutan umum dan biaya rumah sakit semakin mahal,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rini Yuniati, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rini Yuniati, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia adalah makhluk sosial yang selalu membutuhkan orang lain dalam menjalani kehidupannya. Untuk membagi kedekatan emosional dan fisik serta berbagi bermacam tugas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. mengubah keadaan tertentu menjadi kondisi yang lebih baik. Perubahan itu harus

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. mengubah keadaan tertentu menjadi kondisi yang lebih baik. Perubahan itu harus 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan merupakan sebuah upaya multi dimensional untuk mengubah keadaan tertentu menjadi kondisi yang lebih baik. Perubahan itu harus disertai peningkatan harkat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perempuan di beberapa negara maju lebih memilih melajang atau berpasangan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perempuan di beberapa negara maju lebih memilih melajang atau berpasangan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan jaman dan era globalisasi menimbulkan banyak perubahan, terutama terkait dengan pola pikir perempuan usia produktif tentang pernikahan. Perempuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. cinta, seiring dengan perkembangan dan pertumbuhan individu dewasa.

BAB I PENDAHULUAN. cinta, seiring dengan perkembangan dan pertumbuhan individu dewasa. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu tugas perkembangan individu dewasa adalah merasakan ketertarikan terhadap lawan jenis yang akan menimbulkan hubungan interpersonal sebagai bentuk interaksi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bagi mahasiswa-mahasiswi sangat beragam. Mereka dapat memilih jurusan sesuai

BAB I PENDAHULUAN. bagi mahasiswa-mahasiswi sangat beragam. Mereka dapat memilih jurusan sesuai 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mahasiswi adalah sebutan bagi wanita yang menuntut ilmu di Perguruan Tinggi sebagai dasar pendidikan untuk mendapatkan pekerjaan yang dapat menopang kehidupan

Lebih terperinci

BAB IV INTERPRETASI TEORI PENGAMBILAN KEPUTUSAN DALAM MENENTUKAN PENDIDIKAN ANAK. dibahas dengan menggunakan perspektif teori pengambilan keputusan.

BAB IV INTERPRETASI TEORI PENGAMBILAN KEPUTUSAN DALAM MENENTUKAN PENDIDIKAN ANAK. dibahas dengan menggunakan perspektif teori pengambilan keputusan. BAB IV INTERPRETASI TEORI PENGAMBILAN KEPUTUSAN DALAM MENENTUKAN PENDIDIKAN ANAK Bab ini akan membahas tentang temuan data yang telah dipaparkan sebelumnya dengan analisis teori pengambilan keputusan.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Jepang merupakan suatu negara modern yang masih terikat kuat oleh nilainilai

BAB 1 PENDAHULUAN. Jepang merupakan suatu negara modern yang masih terikat kuat oleh nilainilai BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan Jepang merupakan suatu negara modern yang masih terikat kuat oleh nilainilai tradisional, terutama dalam hal perkawinan. Perkawinan Jepang berdasarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Abad 21 yang sedang berlangsung menjadikan kehidupan berubah dengan

BAB I PENDAHULUAN. Abad 21 yang sedang berlangsung menjadikan kehidupan berubah dengan BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Abad 21 yang sedang berlangsung menjadikan kehidupan berubah dengan sangat cepat. Perubahan yang terjadi dalam bidang teknologi, informasi dan juga ledakan populasi

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada tiga orang wanita karir

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada tiga orang wanita karir BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada tiga orang wanita karir dewasa madya tentang faktor penyebab menunda pernikahan, diperoleh kesimpulan bahwa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkawinan antar budaya telah menjadi fenomena dalam masyarakat modern, dengan WNA dari budaya barat (Sabon, 2005).

BAB I PENDAHULUAN. Perkawinan antar budaya telah menjadi fenomena dalam masyarakat modern, dengan WNA dari budaya barat (Sabon, 2005). BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkawinan antar budaya telah menjadi fenomena dalam masyarakat modern, terutama di kalangan masyarakat Indonesia, khususnya Jakarta. Menurut Faradila, berdasarkan

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM TENTANG MASYARAKAT AGRARIS DAN INDUSTRI. dalam kode hukum sipil meiji ( ) ( Fukute, 1988:37 ).

BAB II GAMBARAN UMUM TENTANG MASYARAKAT AGRARIS DAN INDUSTRI. dalam kode hukum sipil meiji ( ) ( Fukute, 1988:37 ). BAB II GAMBARAN UMUM TENTANG MASYARAKAT AGRARIS DAN INDUSTRI 2.1. Masyarakat Agraris Sejak zaman tokugawa sampai akhir perang dunia II, sistem keluarga Jepang diatur oleh konsep Ie dan bahkan mendapat

Lebih terperinci

BAB IV KOMPARASI PANDANGAN MAJELIS ADAT ACEH (MAA) DAN MAJELIS PERMUSYAWARATAN ULAMA (MPU) KOTA LANGSA TERHADAP PENETAPAN EMAS SEBAGAI MAHAR

BAB IV KOMPARASI PANDANGAN MAJELIS ADAT ACEH (MAA) DAN MAJELIS PERMUSYAWARATAN ULAMA (MPU) KOTA LANGSA TERHADAP PENETAPAN EMAS SEBAGAI MAHAR BAB IV KOMPARASI PANDANGAN MAJELIS ADAT ACEH (MAA) DAN MAJELIS PERMUSYAWARATAN ULAMA (MPU) KOTA LANGSA TERHADAP PENETAPAN EMAS SEBAGAI MAHAR Setelah mempelajari lebih lanjut mengenai hal-hal yang terkandung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Beberapa dekade lalu, orang tua sering menjodohkan anak mereka dengan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Beberapa dekade lalu, orang tua sering menjodohkan anak mereka dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Beberapa dekade lalu, orang tua sering menjodohkan anak mereka dengan anak kenalannya untuk dinikahkan. Pada proses penjodohan itu sendiri terkadang para anak tersebut

Lebih terperinci

PENERIMAAN DIRI PADA WANITA BEKERJA USIA DEWASA DINI DITINJAU DARI STATUS PERNIKAHAN

PENERIMAAN DIRI PADA WANITA BEKERJA USIA DEWASA DINI DITINJAU DARI STATUS PERNIKAHAN PENERIMAAN DIRI PADA WANITA BEKERJA USIA DEWASA DINI DITINJAU DARI STATUS PERNIKAHAN Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Memperoleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pasca kekalahannya dalam Perang Dunia II, Jepang berusaha untuk bangkit kembali menjadi salah satu kekuatan besar di dunia. Usaha Jepang untuk bangkit kembali dilakukan

Lebih terperinci

BAB 1. Pendahuluan Latar Belakang

BAB 1. Pendahuluan Latar Belakang BAB 1 Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Beberapa negara di dunia menganut konsep patriaki, menurut Bhasin (Kartika, 2014:2), Jepang juga termasuk sebagi negara kapitalis yang menganut konsep patriaki di

Lebih terperinci

2015 PENGAMBILAN KEPUTUSAN MENUNDA MEMILIKI ANAK PADA PASANGAN YANG BEKERJA DI BANDUNG

2015 PENGAMBILAN KEPUTUSAN MENUNDA MEMILIKI ANAK PADA PASANGAN YANG BEKERJA DI BANDUNG BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Dalam budaya Indonesia, rumah tangga tidak lengkap tanpa kehadiran anak.bahkan, pada suku atau ras tertentu, memiliki anak berjenis kelamin pria itu wajib.ini jauh berbeda

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan sehari-hari. Akan tetapi wanita sendiri juga memiliki tugas

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan sehari-hari. Akan tetapi wanita sendiri juga memiliki tugas BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di era modern ini peran wanita sangat dibutuhkan dalam membangun perkembangan ekonomi maupun sektor lain dalam kehidupan sehari-hari. Akan tetapi wanita sendiri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sebagai individu, bekerja merupakan salah satu aktivitas yang dilakukan oleh

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sebagai individu, bekerja merupakan salah satu aktivitas yang dilakukan oleh BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sebagai individu, bekerja merupakan salah satu aktivitas yang dilakukan oleh manusia dalam kehidupan sehari-hari. Untuk beberapa orang bekerja itu merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkawinan merupakan bersatunya seorang laki-laki dengan seorang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkawinan merupakan bersatunya seorang laki-laki dengan seorang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkawinan merupakan bersatunya seorang laki-laki dengan seorang perempuan sebagai suami istri untuk membentuk keluarga. Dahulu pembagian peran pasangan suami

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dilakukannya di kehidupan sehari-hari, sehingga akan terjadi beberapa masalah

BAB I PENDAHULUAN. dilakukannya di kehidupan sehari-hari, sehingga akan terjadi beberapa masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perempuan merupakan makhluk yang diciptakan dengan berbagai kelebihan, sehingga banyak topik yang diangkat dengan latar belakang perempuan. Kelebihan-kelebihan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. warung kopi modern sekelas Starbucks. Kebiasaan minum kopi dan. pertandingan sepak bola dunia, ruang pertemuan, live music dan lain

BAB I PENDAHULUAN. warung kopi modern sekelas Starbucks. Kebiasaan minum kopi dan. pertandingan sepak bola dunia, ruang pertemuan, live music dan lain BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Warung kopi adalah tempat yang mudah dijumpai hampir di seluruh wilayah belahan dunia, mulai dari warung kopi tradisional sampai kepada warung kopi modern

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Religiusitas erat kaitannya dengan keyakinan terhadap nilai-nilai keislaman dan selalu diidentikkan dengan keberagamaan. Religiusitas dalam kehidupan seseorang

Lebih terperinci

BAB 5 RINGKASAN. Salah satu jenis perkawinan yang menjadi kebudayaan Jepang yaitu perkawinan

BAB 5 RINGKASAN. Salah satu jenis perkawinan yang menjadi kebudayaan Jepang yaitu perkawinan BAB 5 RINGKASAN Salah satu jenis perkawinan yang menjadi kebudayaan Jepang yaitu perkawinan yang berdasarkan pada perjodohan atau yang lebih dikenal dengan Omiai Kekkon. Miai memiliki dua pengertian diantaranya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perkembangan teknologi dan komunikasi yang semakin pesat menjadikan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perkembangan teknologi dan komunikasi yang semakin pesat menjadikan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan teknologi dan komunikasi yang semakin pesat menjadikan interaksi antar budaya tanpa terbatas ruang dan waktu. Hal ini tentunya meningkatkan pula peluang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. suatu persamaan-persamaan dan berbeda dari bangsa-bangsa lainnya. Menurut Hayes

BAB I PENDAHULUAN. suatu persamaan-persamaan dan berbeda dari bangsa-bangsa lainnya. Menurut Hayes 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Nasionalisme adalah suatu konsep dimana suatu bangsa merasa memiliki suatu persamaan-persamaan dan berbeda dari bangsa-bangsa lainnya. Menurut Hayes (Chavan,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perempuan adalah tiang penyangga dalam rumah tangga. Istilah tersebut

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perempuan adalah tiang penyangga dalam rumah tangga. Istilah tersebut 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perempuan adalah tiang penyangga dalam rumah tangga. Istilah tersebut menunjukkan bahwa perempuan memiliki posisi vital di tengah-tengah keluarga dengan segala fungsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menimbulkan penderitaan bagi masyarakat Korea. Jepang melakukan eksploitasi

BAB I PENDAHULUAN. menimbulkan penderitaan bagi masyarakat Korea. Jepang melakukan eksploitasi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian Sejarah Korea yang pernah berada di bawah kolonial kekuasaan Jepang menimbulkan penderitaan bagi masyarakat Korea. Jepang melakukan eksploitasi sumber

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Peran Pekerjaan dan Keluarga Fenomena wanita bekerja di luar rumah oleh banyak pihak dianggap sebagai sesuatu yang relatif baru bagi masyarakat Indonesia. Kendati semakin lumrah,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berbagai macam alat teknologi seperti televisi, koran, majalah, dan telepon.

BAB I PENDAHULUAN. berbagai macam alat teknologi seperti televisi, koran, majalah, dan telepon. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sebagai makhluk sosial, manusia membutuhkan interaksi dengan sesamanya. Dalam interaksi, dibutuhkan komunikasi yang baik antara kedua belah pihak. Pada kenyataannya,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Keluarga memiliki tanggung jawab terbesar dalam pengaturan fungsi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Keluarga memiliki tanggung jawab terbesar dalam pengaturan fungsi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Keluarga memiliki tanggung jawab terbesar dalam pengaturan fungsi reproduksi dan memberikan perlindungan kepada anggota keluarga dalam masyarakat. Keluarga

Lebih terperinci

BAB III DAMPAK DAN USAHA MENGATASI FENOMENA SEKKUSU SHINAI SHOKOGUN DALAM KEHIDUPAN SOSIAL MASYARAKAT JEPANG

BAB III DAMPAK DAN USAHA MENGATASI FENOMENA SEKKUSU SHINAI SHOKOGUN DALAM KEHIDUPAN SOSIAL MASYARAKAT JEPANG BAB III DAMPAK DAN USAHA MENGATASI FENOMENA SEKKUSU SHINAI SHOKOGUN DALAM KEHIDUPAN SOSIAL MASYARAKAT JEPANG Seperti halnya masalah sosial lainnya, fenomena Sekkusu shinai shokogun ini turut memberi dampak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masa dewasa awal, merupakan periode selanjutnya dari masa remaja. Sama

BAB I PENDAHULUAN. Masa dewasa awal, merupakan periode selanjutnya dari masa remaja. Sama BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Masa dewasa awal, merupakan periode selanjutnya dari masa remaja. Sama seperti halnya tahap-tahap perkembangan pada periode sebelumnya, pada periode ini, individu

Lebih terperinci

Bab 1. Pendahuluan. Setelah perang dunia II, Jepang mengalami kemajuan yang sangat pesat di bidang

Bab 1. Pendahuluan. Setelah perang dunia II, Jepang mengalami kemajuan yang sangat pesat di bidang Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Setelah perang dunia II, Jepang mengalami kemajuan yang sangat pesat di bidang industri. Dengan berkembangnya industri, maka muncullah kota-kota baru sebagai tempat

Lebih terperinci

BAB 5 RINGKASAN. Peranan wanita bagi masyarakat Jepang pada era Meiji adalah sebagai seorang istri

BAB 5 RINGKASAN. Peranan wanita bagi masyarakat Jepang pada era Meiji adalah sebagai seorang istri BAB 5 RINGKASAN Peranan wanita bagi masyarakat Jepang pada era Meiji adalah sebagai seorang istri yang baik dan seorang ibu yang bijaksana ( ryousaikenbo ). Namun semenjak tahun 1986, setelah dideklarasikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diakhiri dengan buah karya yang dapat dinikmati oleh manusia yang bersangkutan

BAB I PENDAHULUAN. diakhiri dengan buah karya yang dapat dinikmati oleh manusia yang bersangkutan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bekerja bagi manusia sudah menjadi suatu kebutuhan, baik bagi pria maupun bagi wanita. Bekerja mengandung arti melaksanakan suatu tugas yang diakhiri dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Komersial) merupakan fenomena yang sudah tidak asing lagi dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. Komersial) merupakan fenomena yang sudah tidak asing lagi dalam kehidupan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Keberadaan wanita tuna susila atau sering disebut PSK (Pekerja Seks Komersial) merupakan fenomena yang sudah tidak asing lagi dalam kehidupan masyarakat Indonesia,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan mahluk sosial yang tidak pernah terlepas dari

BAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan mahluk sosial yang tidak pernah terlepas dari BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia merupakan mahluk sosial yang tidak pernah terlepas dari hubungannya dengan orang lain. Keberadaan orang lain dibutuhkan manusia untuk melakukan suatu

Lebih terperinci

DAFTAR PUSTAKA. Fukutake Tadashi.1988.Masyarakat Jepang Dewasa Ini.Jakarta: Gramedia.

DAFTAR PUSTAKA. Fukutake Tadashi.1988.Masyarakat Jepang Dewasa Ini.Jakarta: Gramedia. DAFTAR PUSTAKA Fukutake Tadashi.1988.Masyarakat Jepang Dewasa Ini.Jakarta: Gramedia. Kusuma Aprilyna.2011.Dampak Perubahan Undang-Undang Tentang Pendidikan Wanita Terhadap Kemajuan Jepang.Skripsi Universitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam pembangunan nasional. Sejak awal tahun 70-an, isu mengenai

BAB I PENDAHULUAN. dalam pembangunan nasional. Sejak awal tahun 70-an, isu mengenai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seiring dengan pekembangan zaman yang modern di Indonesia, semakin memberikan kesempatan pada setiap perempuan untuk berperan aktif dalam pembangunan nasional.

Lebih terperinci

FENOMENA PERNIKAHAN LINTAS BANGSA*) Oleh Ahmad Dahidi

FENOMENA PERNIKAHAN LINTAS BANGSA*) Oleh Ahmad Dahidi FENOMENA PERNIKAHAN LINTAS BANGSA*) Oleh Ahmad Dahidi Pengantar Selama satu minggu ini, saya termasuk orang yang beruntung sebab dapat berkenalan dengan Prof. Yoshida Nori (Guru Besar pada Nihon University

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pengasuhan anak merupakan kebutuhan pokok bagi orang tua dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pengasuhan anak merupakan kebutuhan pokok bagi orang tua dalam 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pengasuhan anak merupakan kebutuhan pokok bagi orang tua dalam memenuhi kewajiban maupun tanggung jawab kepada anak-anaknya. Pengasuhan dan pendidikan pertama

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORITIS

BAB II TINJAUAN TEORITIS BAB II TINJAUAN TEORITIS 2.1 Remaja 2.1.1 Definisi Remaja Masa remaja adalah periode transisi perkembangan antara masa kanak-kanak dengan masa dewasa, yang melibatkan perubahan biologis, kognitif, dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 104).Secara historis keluarga terbentuk paling tidak dari satuan yang merupakan

BAB I PENDAHULUAN. 104).Secara historis keluarga terbentuk paling tidak dari satuan yang merupakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keluarga merupakan suatu kelompok primer yang sangat erat. Yang dibentuk karena kebutuhan akan kasih sayang antara suami dan istri. (Khairuddin, 1985: 104).Secara historis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. ini. Globalisasi adalah ketergantungan dan keterkaitan antar manusia dan antar bangsa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. ini. Globalisasi adalah ketergantungan dan keterkaitan antar manusia dan antar bangsa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Era globalisasi merupakan era yang tengah berkembang dengan pesat pada zaman ini. Globalisasi adalah ketergantungan dan keterkaitan antar manusia dan antar bangsa

Lebih terperinci

BAB I. Pendahuluan. langsung akan berdampak pada adanya perubahan-perubahan di berbagai aspek

BAB I. Pendahuluan. langsung akan berdampak pada adanya perubahan-perubahan di berbagai aspek BAB I Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Dalam beberapa dekade ini perkembangan dan pertumbuhan ekonomi terjadi dengan sangat pesat. Berbagai permasalahan dalam bisnis dan ekonomi secara langsung akan berdampak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (laki-laki dan perempuan), secara alamiah mempunyai daya tarik menarik. perkawinan antara manusia yang berlaian jenis itu.

BAB I PENDAHULUAN. (laki-laki dan perempuan), secara alamiah mempunyai daya tarik menarik. perkawinan antara manusia yang berlaian jenis itu. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam kehidupan manusia di dunia yang berlainan jenis kelaminnya (laki-laki dan perempuan), secara alamiah mempunyai daya tarik menarik antara satu dengan yang lainnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. telah memiliki biaya menikah, baik mahar, nafkah maupun kesiapan

BAB I PENDAHULUAN. telah memiliki biaya menikah, baik mahar, nafkah maupun kesiapan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menikah adalah bagian dari ibadah, karena itu tidak ada sifat memperberat kepada orang yang akan melaksanakannya. Perkawinan atau pernikahan menurut Reiss (dalam

Lebih terperinci

Resensi Buku JADI KAYA DENGAN BERBISNIS DI RUMAH OLEH NETTI TINAPRILLA * FENOMENA WANITA * WANITA BERBISNIS : ANTARA KELUARGA DAN KARIR

Resensi Buku JADI KAYA DENGAN BERBISNIS DI RUMAH OLEH NETTI TINAPRILLA * FENOMENA WANITA * WANITA BERBISNIS : ANTARA KELUARGA DAN KARIR 69 Resensi Buku JADI KAYA DENGAN BERBISNIS DI RUMAH OLEH NETTI TINAPRILLA * FENOMENA WANITA * WANITA BERBISNIS : ANTARA KELUARGA DAN KARIR Feryanto W. K. 1 1 Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan

Lebih terperinci

Para filsuf Eropa menyebut istilah akhir sejarah bagi modernisasi yang kemudian diikuti dengan perubahan besar.

Para filsuf Eropa menyebut istilah akhir sejarah bagi modernisasi yang kemudian diikuti dengan perubahan besar. Tiga Gelombang Demokrasi Demokrasi modern ditandai dengan adanya perubahan pada bidang politik (perubahan dalam hubungan kekuasaan) dan bidang ekonomi (perubahan hubungan dalam perdagangan). Ciriciri utama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merupakan alternatif kesempatan kerja bagi daerah-daerah yang kekurangan

BAB I PENDAHULUAN. merupakan alternatif kesempatan kerja bagi daerah-daerah yang kekurangan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mencari kehidupan di negeri orang sebenarnya merupakan alternatif terakhir bagi seseorang, kecuali di sekitar tempat kediamannya tidak terdapat kesempatan kerja.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari waktu ke waktu pasar mengalami evolusi bentuk tempat dan cara

BAB I PENDAHULUAN. dari waktu ke waktu pasar mengalami evolusi bentuk tempat dan cara BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pasar sebagai suatu bentuk pelayanan umum tempat terjadinya transaksi jual beli barang bagi masyarakat, merupakan salah satu cerminan perekonomian dan sosial

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memaknai bahwa kebudayaan itu beragam. Keragamannya berdasarkan norma norma serta

BAB I PENDAHULUAN. memaknai bahwa kebudayaan itu beragam. Keragamannya berdasarkan norma norma serta BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Kebudayaan sebagai warisan leluhur yang dimiliki oleh masyarakat setempat, hal ini memaknai bahwa kebudayaan itu beragam. Keragamannya berdasarkan norma norma serta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. biologis, psikologis maupun secara sosial. Seseorang dengan melangsungkan

BAB I PENDAHULUAN. biologis, psikologis maupun secara sosial. Seseorang dengan melangsungkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pernikahan bagi manusia merupakan hal yang penting karena dengan pernikahan seseorang akan memperoleh keseimbangan hidup baik secara biologis, psikologis maupun secara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada rentang kehidupan manusia akan selalu terjadi proses perkembangan.

BAB I PENDAHULUAN. Pada rentang kehidupan manusia akan selalu terjadi proses perkembangan. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada rentang kehidupan manusia akan selalu terjadi proses perkembangan. Rentang kehidupan dapat dibagi menjadi sembilan periode, yaitu sebelum kelahiran, baru dilahirkan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tentang pernikahan menyatakan bahwa pernikahan adalah: berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa. (UU RI Nomor 1 Tahun 1974 Pasal 1

BAB I PENDAHULUAN. tentang pernikahan menyatakan bahwa pernikahan adalah: berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa. (UU RI Nomor 1 Tahun 1974 Pasal 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Undang-Undang Republik Indonesia (UU RI) Nomor 1 tahin 1974 pasal 1 tentang pernikahan menyatakan bahwa pernikahan adalah: Ikatan lahir dan batin antara seorang

Lebih terperinci

KEPUASAN PERNIKAHAN DITINJAU DARI KEMATANGAN PRIBADI DAN KUALITAS KOMUNIKASI

KEPUASAN PERNIKAHAN DITINJAU DARI KEMATANGAN PRIBADI DAN KUALITAS KOMUNIKASI KEPUASAN PERNIKAHAN DITINJAU DARI KEMATANGAN PRIBADI DAN KUALITAS KOMUNIKASI SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Dalam Mencapai Derajat Sarjana S-1 Diajukan Oleh : Dewi Sumpani F 100 010

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. perasaan positif yang dimiliki pasangan dalam perkawinan yang memiliki makna

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. perasaan positif yang dimiliki pasangan dalam perkawinan yang memiliki makna BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Istilah kepuasan perkawinan, ialah sesuatu yang merujuk pada sebuah perasaan positif yang dimiliki pasangan dalam perkawinan yang memiliki makna lebih luas daripada

Lebih terperinci

Bab 1. Pendahuluan. bangsa yang pernah jatuh pada titik nol akibat perang kemudian bangkit dan

Bab 1. Pendahuluan. bangsa yang pernah jatuh pada titik nol akibat perang kemudian bangkit dan Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Jepang adalah bangsa yang mendapatkan nilai plus di mata dunia, sebagai bangsa yang pernah jatuh pada titik nol akibat perang kemudian bangkit dan berjalan dengan sangat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. jawab dalam kehidupan berumah tangga bagi suami istri (Astuty, 2011).

BAB I PENDAHULUAN. jawab dalam kehidupan berumah tangga bagi suami istri (Astuty, 2011). 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Dalam proses perkembangannya, manusia untuk meneruskan jenisnya membutuhkan pasangan hidup yang dapat memberikan keturunan sesuai dengan apa yang diinginkannya. Pernikahan

Lebih terperinci

Korea Selatan: Pembangunan dan Kesiapan Mental

Korea Selatan: Pembangunan dan Kesiapan Mental Korea Selatan: Pembangunan dan Kesiapan Mental Arief Budiman * KALAU kita melihat pengalaman beberapa negara di Asia Timur, khususnya Korea Selatan dan Taiwan di satu pihak (yang mengambil jalan kapitalisme)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. saling mengasihi, saling mengenal, dan juga merupakan sebuah aktifitas sosial dimana dua

BAB I PENDAHULUAN. saling mengasihi, saling mengenal, dan juga merupakan sebuah aktifitas sosial dimana dua BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pacaran merupakan sebuah konsep "membina" hubungan dengan orang lain dengan saling mengasihi, saling mengenal, dan juga merupakan sebuah aktifitas sosial dimana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pernikahan merupakan salah satu tahapan dalam kehidupan manusia. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pernikahan merupakan salah satu tahapan dalam kehidupan manusia. Hal ini 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pernikahan merupakan salah satu tahapan dalam kehidupan manusia. Hal ini sering terjadi di belahan bumi manapun dan terjadi kapanpun. Pernikahan itu sendiri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam sepanjang hidupnya individu mempunyai tugas perkembangan yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam sepanjang hidupnya individu mempunyai tugas perkembangan yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam sepanjang hidupnya individu mempunyai tugas perkembangan yang berbeda pada masing-masing tahapannya, pada masa dewasa merupakan masa yang paling lama dialami

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. 1 Occupation of Japan : Policy and Progress (New York: Greenwood Prees,1969), hlm 38.

1. PENDAHULUAN. 1 Occupation of Japan : Policy and Progress (New York: Greenwood Prees,1969), hlm 38. 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kekalahan Jepang dalam Perang Dunia II menyebabkan negara ini kehilangan kedaulatannya dan dikuasai oleh Sekutu. Berdasarkan isi dari Deklarasi Potsdam, Sekutu sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terhadap keberhasilan pembangunan bangsa. Ahmadi (2004:173) menyatakan

BAB I PENDAHULUAN. terhadap keberhasilan pembangunan bangsa. Ahmadi (2004:173) menyatakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keluarga merupakan institusi terkecil dalam masyarakat yang berpengaruh terhadap keberhasilan pembangunan bangsa. Ahmadi (2004:173) menyatakan bahwa keluarga

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. khususnya bila menghadapi ketidakpastian dan ancaman dari luar dirinya.

PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. khususnya bila menghadapi ketidakpastian dan ancaman dari luar dirinya. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia dalam kehidupannya senantiasa membutuhkan kehadiran orang lain untuk memenuhi kebutuhannya baik secara fisik maupun psikis. Kehadiran orang lain ini akan mampu

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. Pada hakikatnya, tidak semua orang memilih untuk menikah di usia dini, banyak

BAB V PENUTUP. Pada hakikatnya, tidak semua orang memilih untuk menikah di usia dini, banyak BAB V PENUTUP Pada hakikatnya, tidak semua orang memilih untuk menikah di usia dini, banyak faktor yang menyebabkan orang memilih untuk menikah pada usia dini dan membentuk keluarga muda. Namun juga tidak

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Ensiklopedia indonesia, perkataan perkawinan adalah nikah;

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Ensiklopedia indonesia, perkataan perkawinan adalah nikah; BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Perkawinan Menurut Ensiklopedia indonesia, perkataan perkawinan adalah nikah; sedangkan menurut Purwadarminta (1979), kawin adalah perjodohan laki-laki dan perempuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Partisipasi pekerja perempuan di Indonesia setiap tahun semakin meningkat. Jika

BAB I PENDAHULUAN. Partisipasi pekerja perempuan di Indonesia setiap tahun semakin meningkat. Jika BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Partisipasi pekerja perempuan di Indonesia setiap tahun semakin meningkat. Jika dahulu dunia pekerjaan hanya didominasi oleh kaum laki-laki, sekarang fenomena tersebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hubungan sosial yaitu hubungan berpacaran atau hubungan romantis.

BAB I PENDAHULUAN. hubungan sosial yaitu hubungan berpacaran atau hubungan romantis. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Komunikasi merupakan aktivitas manusia yang dasar, dengan berkomunikasi manusia melakukan hubungan karena manusia adalah makhluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Peranan kaum perempuan pada tahap dewasa dini pada saat ini secara umum

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Peranan kaum perempuan pada tahap dewasa dini pada saat ini secara umum BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perempuan pada saat ini dihadapkan pada berbagai macam peran. Perempuan juga diharapkan dapat memilih dan bertanggung jawab atas peranan yang telah dipilihnya

Lebih terperinci

2016 WORK FAMILY CONFLICT - KONFLIK PERAN GANDA PADA PRAMUDI BIS WANITA

2016 WORK FAMILY CONFLICT - KONFLIK PERAN GANDA PADA PRAMUDI BIS WANITA BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bekerja bagi manusia sudah menjadi suatu kebutuhan, baik bagi pria maupun bagi wanita. Bekerja mengandung arti melaksanakan suatu tugas yang diakhiri dengan buah karya

Lebih terperinci

sebagai seratus persen aman, tetapi dalam beberapa dekade ini Asia Tenggara merupakan salah satu kawasan yang cenderung bebas perang.

sebagai seratus persen aman, tetapi dalam beberapa dekade ini Asia Tenggara merupakan salah satu kawasan yang cenderung bebas perang. BAB V KESIMPULAN Asia Tenggara merupakan kawasan yang memiliki potensi konflik di masa kini maupun akan datang. Konflik perbatasan seringkali mewarnai dinamika hubungan antarnegara di kawasan ini. Konflik

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 2.1 Faktor yang Mempengaruhi Wanita Bekerja. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Riyani, dkk (2001) mengenai

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 2.1 Faktor yang Mempengaruhi Wanita Bekerja. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Riyani, dkk (2001) mengenai BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Faktor yang Mempengaruhi Wanita Bekerja Dalam penelitian yang dilakukan oleh Riyani, dkk (2001) mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan wanita untuk bekerja adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untukmemenuhi berbagai kebutuhan manusia tersebut dalam kehidupan seharihari

BAB I PENDAHULUAN. untukmemenuhi berbagai kebutuhan manusia tersebut dalam kehidupan seharihari BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia yaitu makhluk yang tidak dapat dipisahkan dari berbagai macam kebutuhan pokok terutama dari kebutuhan pokok yang dapat digunakan sebagai alat tukar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bekerja. Tanggapan individu terhadap pekerjaan berbeda-beda dengan

BAB I PENDAHULUAN. bekerja. Tanggapan individu terhadap pekerjaan berbeda-beda dengan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hampir separuh dari seluruh kehidupan seseorang dilalui dengan bekerja. Tanggapan individu terhadap pekerjaan berbeda-beda dengan berbagai perasaan dan sikap. Saat ini,

Lebih terperinci

Bab 1 PENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah

Bab 1 PENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah Bab 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Keterbatasan kesempatan kerja di Indonesia secara umum membuat beberapa kelompok sosial dan masyarakat terpinggirkan karena minimnya pendapatan untuk memenuhi kebutuhan

Lebih terperinci

MEWUJUDKAN SDM BERKUALITAS MELALUI KELUARGA

MEWUJUDKAN SDM BERKUALITAS MELALUI KELUARGA Artikel: MEWUJUDKAN SDM BERKUALITAS MELALUI KELUARGA Tjondrorini dan Mardiya Dalam era global ini, bangsa Indonesia masih menghadapi masalah dan tantangan yang sangat kompleks. Di satu sisi, secara internal

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam waktu 10 tahun. Jumlah penduduk dunia tumbuh begitu cepat, dahulu untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam waktu 10 tahun. Jumlah penduduk dunia tumbuh begitu cepat, dahulu untuk BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Badan Kependudukan PBB (UNFPA), menyatakan bahwa jumlah penduduk dunia tahun 2010 telah mencapai 7 miliar jiwa atau bertambah 1 miliar jiwa hanya dalam waktu 10 tahun.

Lebih terperinci

Menurut Knox (1985) terdapat tiga faktor yang menentukan kesiapan menikah, yaitu usia menikah, pendidikan, dan rencana karir. Pada dasarnya usia

Menurut Knox (1985) terdapat tiga faktor yang menentukan kesiapan menikah, yaitu usia menikah, pendidikan, dan rencana karir. Pada dasarnya usia 57 PEMBAHASAN Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kesiapan menikah dan pelaksanaan tugas perkembangan keluarga dengan anak usia prasekolah. Penelitian ini dilakukan pada keluarga yang memiliki anak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bergaul, bersosialisasi seperti masyarakat pada umumnya. Tidak ada salahnya

BAB I PENDAHULUAN. bergaul, bersosialisasi seperti masyarakat pada umumnya. Tidak ada salahnya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Fenomena gay dan lesbi nampaknya sudah tidak asing lagi di masyarakat luas. Hal yang pada awalnya tabu untuk dibicarakan, kini menjadi seolah-olah bagian dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sama sekali belum pernah dimasuki kaum hawa. pernah melihat wanita sebagai penerbang, tetapi kini Indonesia memiliki

BAB I PENDAHULUAN. sama sekali belum pernah dimasuki kaum hawa. pernah melihat wanita sebagai penerbang, tetapi kini Indonesia memiliki BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan nasional yang kita laksanakan selama dua dasawarsa, selain telah menghasilkan banyak perubahan dan kemajuan di berbagai bidang dan sector kehidupan, juga

Lebih terperinci

A. LATAR BELAKANG PENELITIAN

A. LATAR BELAKANG PENELITIAN BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENELITIAN Keluarga adalah suatu lembaga paling kecil yang ada di masyarakat yang memiliki banyak fungsi untuk menjaga keberlangsungan hidup seseorang, karena dari keluarga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Partisipasi dari pekerja perempuan di Indonesia untuk setiap tahun semakin

BAB I PENDAHULUAN. Partisipasi dari pekerja perempuan di Indonesia untuk setiap tahun semakin BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Partisipasi dari pekerja perempuan di Indonesia untuk setiap tahun semakin meningkat. Jika dalu dalam dunia pekerjaan hanya didominasi oleh kaum laki-laki.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pernikahan merupakan langkah awal untuk membentuk suatu keluarga. Sangat penting bagi calon pasangan baru untuk memahami bahwa pernikahan merupakan suatu keputusan

Lebih terperinci