ANALISIS PENGARUH MODERNISASI TERHADAP FENOMENA KOKUSAI KEKKON DI ANTARA PRIA JEPANG DAN WANITA INDONESIA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "ANALISIS PENGARUH MODERNISASI TERHADAP FENOMENA KOKUSAI KEKKON DI ANTARA PRIA JEPANG DAN WANITA INDONESIA"

Transkripsi

1 ANALISIS PENGARUH MODERNISASI TERHADAP FENOMENA KOKUSAI KEKKON DI ANTARA PRIA JEPANG DAN WANITA INDONESIA Michelle BINUS University, Jl. Kebon Jeruk Raya No. 27, (021) , Sri Dewi Adriani, S. S., M. Si BINUS University, Jl. Kebon Jeruk Raya No. 27, (021) ABSTRAK This research explains about the effect of modernization to Kokusai Kekkon phenomenon between Japanese men and Indonesian women. The applied research method is qualitative method. Analysis was done by relating the informants answer to the modernization concept by Inglehart and Welzel. The result of this analysis shows that modernization indeed affected Japan economy, and social and cultural norms in its society. Modernization is also played important roles to made society become more open and tolerate with new things happened, and become one of most important reason that caused increasing number of Kokusai Kekkon, especially for Japanese men. Some of those causes which can be identified through this analysis are, modernization caused Japanese women to choose to hold their marriage, it also caused more chances for Japanese men to go abroad and have further interaction with foreigner, so caused more chances for them to marry foreign women. One more important thing is, this openness in society also made nowadays people more able to accept and embrace new things in their surroundings ever than before and assume Kokusai Kekkon now is part of their society. This caused people more able to tend to choose Kokusai Kekkon decision without having to worry about social sanctions from society. Moreover, these Japanese men then thought that this Kokusai Kekkon with Indonesia women can be their solution to looking for their life partner and build a family. Keywords : Modernization, Kokusai Kekkon, Inglehart and Welzel, Marriage, Effect Penelitian ini menjelaskan mengenai pengaruh modernisasi terhadap fenomena Kokusai Kekkon di kalangan pria Jepang dan wanita Indonesia. Metode penelitian yang telah digunakan adalah kualitatif. Analisis dilakukan dengan menghubungkan jawaban informan dengan teori konsep modernisasi oleh Inglehart dan Welzel. Hasil analisis menunjukkan bahwa modernisasi mempengaruhi ekonomi dan norma norma budaya dan sosial masyarakat Jepang. Modernisasi juga memberikan pengaruh yang penting dalam sikap masyarakat yang menjadi lebih terbuka dan bertoleransi terhadap suatu hal yang baru, dan menjadi salah satu kunci penting yang menyebabkan terjadinya fenomena Kokusai Kekkon yang semakin meningkat, terutama pada para pria Jepang. Beberapa penyebab yang dapat teridentifikasi melalui penelitian ini adalah modernisasi mendorong para wanita Jepang lebih memilih menunda pernikahan, mendorong kesempatan lebih luas bagi para

2 pria Jepang untuk dapat pergi dan berinteraksi lebih jauh dengan orang asing, sehingga membuka lebih banyak peluang untuk menikahi wanita asing. Satu hal lagi yang juga penting adalah, sikap keterbukaan ini juga membuat masyarakat lebih dapat menerima hal hal baru di sekelilingnya, dan tidak lagi menganggap Kokusai Kekkon sebuah hal yang tidak wajar, sehingga para pasangan yang melakukan Kokusai Kekkon lebih dapat leluasa mengambil keputusan tersebut tanpa harus takut pada sanksi sosial dari masyarakat. Lebih lanjut lagi, para pria Jepang ini kemudian menganggap bahwa Kokusai Kekkon dengan wanita Indonesia ini menjadi salah satu solusi mereka untuk lebih mudah untuk mendapatkan pasangan dan membangun keluarga. Kata Kunci : Modernisasi, Kokusai Kekkon, Inglehart dan Welzel, Pernikahan, Efek Pendahuluan Melihat keadaan dunia sekarang ini, di mana peradaban manusia sudah sangat maju dan adanya kemajuan teknologi yang sangat canggih, seringkali disebutkan bahwa kita sekarang ini sedang hidup di jaman modern. Jaman di mana semua hal serba modern, efisien, dan up to date. Jika dilihat lebih jauh ke belakang, dunia saat ini merupakan hasil dari adanya berbagai macam proses perubahan, yang salah satunya adalah modernisasi. Modernisasi merupakan istilah yang digunakan untuk menjelaskan suatu proses yang terjadi dalam masyarakat, mengubah masyarakat yang dahulu bersifat tradisional, terbelakang, menjadi sebuah masyarakat yang lebih maju dan bersifat modern. Dengan adanya modernisasi ini, sejumlah nilai nilai dan norma sosial yang ada di dalam suatu masyarakat akan mulai bergeser, masyarakat akan lebih menjadi menghormati dan menghargai kebebasan suatu individu, dan mulai melihat berbagai hal dari berbagai sudut pandang, sehingga banyak tersedia alternatif pilihan dalam hidup mereka. Dalam menyangkut efek perubahannya pada masyarakat, modernisasi terutama sangat menjunjung tinggi kebebasan hak suatu individu, sehingga sistem sistem tradisi yang dianggap mengekang kebebasan hak suatu individu akan dianggap kuno, dan para pemuda lebih mendambakan kehidupan yang lebih bebas tersebut. Selain mempengaruhi tatanan sosial dalam masyarakat, modernisasi juga sangat berpengaruh pada perubahan perkembangan politik, ekonomi, dan kebijakan yang dimiliki suatu pemerintahan. Jepang kini merupakan salah satu negara anggota perkumpulan elit ekonomi dunia G-7 dan merupakan negara dengan kekuatan ekonomi nomor tiga terbesar saat ini di dunia, setelah Amerika Serikat dan China. Untuk menjadi negara maju dengan kekuatan ekonomi besar seperti sekarang ini, Jepang menjalani hal yang tidak mudah. Dimulai dengan berusaha bangkit dari keterpurukan setelah kalah dalam Perang Dunia Kedua, Jepang mulai mengejar ketertinggalannya dibantu oleh hubungan khusus yang dijalin dengan Amerika Serikat. Oleh karena adanya hubungan khusus ini, Jepang dibantu dan diberikan dukungan oleh pihak Amerika Serikat, sehingga Jepang saat itu sangat terpengaruh oleh modernisasi yang datang dari negara Amerika Serikat tersebut, dan akhirnya dapat merevitalisasi pembangunan negaranya. Hal ini dibuktikan selama periode , Jepang bukan hanya berhasil mencapai kembali pertumbuhan pendapatan negaranya ke angka sebelum masa keikutsertaannya dalam Perang Dunia Kedua, tetapi Jepang juga berhasil menjaga rata-rata pertumbuhan ekonominya tetap stabil di kisaran angka lebih dari 10% selama periode tersebut. Angka tersebut hampir tiga kali lebih tinggi daripada angka pertumbuhan ekonomi rata-rata negara Amerika Serikat di periode waktu yang sama (Pyle, 1996). Oleh karena kisaran angka pertumbuhan ekonomi yang tinggi tersebut pula, periode sering juga disebut sebagai periode pertumbuhan tertinggi negara Jepang. Selama periode pertumbuhan ekonomi yang tinggi inilah, arus modernisasi semakin masif melanda Jepang dan bidang teknologi berkembang dengan sangat pesat. Kedua hal tersebut membawa pengaruh yang sangat penting pada kondisi masyarakat, karena dengan semakin berkembangnya teknologi, media pun semakin berkembang, dan memungkinkan masyarakat Jepang untuk lebih banyak menerima berita dari luar negeri, serta perkembangan dunia terkini. Acuan pada negara negara Barat yang selama ini dianggap lebih maju juga ikut sedikit demi sedikit mengikis dan mengubah tatanan norma sosial dan budaya tradisional yang selama ini sudah mengakar di dalam masyarakat Jepang. Masyarakat Jepang, khususnya para pemuda pemudi menjadi mendambakan kebebasan yang selama ini sudah menjadi budaya di negara Barat. Dengan kebebasan yang semakin luas tersebut, para pemuda pemudi ini dapat lebih mengekspresikan diri mereka, baik secara pribadi, maupun di peranan dalam masyarakat. Di sisi lain, ternyata hal semakin tingginya tingkat pendidikan yang dapat diperoleh para wanita Jepang ini memunculkan fenomena sosial baru yang saat ini berkembang di Jepang. Fenomena sosial tersebut adalah maraknya penundaan pernikahan yang dilakukan oleh para wanita Jepang. Hal ini disebabkan antara lain oleh perubahan sikap perilaku dan pandangan masyarakat, khususnya wanita,

3 terhadap institusi pernikahan. Dengan semakin tingginya tingkat pendidikan seorang wanita Jepang, mereka semakin dapat merencanakan masa depannya secara matang. Para wanita kini dapat hidup lebih mandiri dan mengejar standar kehidupan yang tinggi, seperti misalnya membeli barang-barang tersier dan menjalani gaya hidup yang mewah. Menyadari bahwa semua kenyamanan, kebebasan, dan gaya hidup tersebut dapat berkurang atau bahkan hilang sama sekali, ketika mereka memutuskan untuk menjalani kehidupan pernikahan, maka pada akhirnya banyak dari para wanita ini menunda keputusan mereka untuk menikah dan ingin terlebih dulu menjalani kehidupan single mereka. Para pria Jepang pun kini menjadi tertekan karena wanita Jepang menjadi lebih mendominasi dan kesulitan untuk mencari pasangan hidup, karena mereka masih menginginkan wanita yang memiliki peran tradisional untuk mengutamakan diri untuk mengurus keluarga, dan ini tidak ditemukan pada wanita Jepang yang kini lebih memilih kehidupan berkarir. Namun, perubahan dan kesempatan yang lebih luas dalam mencari pasangan dan menjalani tujuan hidup baru tidak terbuka hanya pada wanita Jepang saja, hal serupa pun terjadi pada para pria Jepang. Dengan kini Kokusai Kekkon yang semakin dapat diterima oleh masyarakat, pria Jepang kini tidak hanya dapat memilih pasangan wanita Jepang, tetapi juga dapat memilih pasangan wanita dari luar Jepang, terutama dari negara negara tetangga di Asia. Ditambah dengan adanya peristiwa penundaan pernikahan oleh para wanita Jepang, dan adanya faktor marriage squeeze, kemudian mengarahkan pada munculnya fenomena sosial baru yang lain, yaitu semakin meningkatnya pernikahan internasional ( 国際結婚 Kokusai Kekkon) yang terjadi di dalam masyarakat Jepang, terutama pada pihak suami dari Jepang dengan istri dari asing/ luar negeri. Seperti yang dapat dikutip dalam jurnal International Marriage in Japan: An Exploration of Intimacy, Family, And Parenthood (Yamamoto, 2010), pada tahun 2009, dari jumlah Kokusai Kekkon yang terdaftar, 78% di antaranya merupakan antara pria Jepang dengan wanita asing. Kokusai Kekkon yang paling banyak dilakukan oleh para pria Jepang adalah dengan pasangan wanita asal Asia, terutama dengan wanita Korea Selatan, China, dan wilayah Asia Tenggara. Jika sebelumnya telah dilihat bahwa adanya perubahan perilaku dan pandangan akan pernikahan pada sisi wanita Jepang lebih banyak mendominasi latar belakang faktor terjadinya Kokusai Kekkon, pada skripsi ini, penulis akan mencari tahu faktor lainnya dari sisi pria yang juga berkontribusi pada latar belakang terjadinya fenomena Kokusai Kekkon di Jepang, yang antara lain disebabkan oleh adanya dampak pengaruh modernisasi yang kuat. Oleh karena adanya sisi lain yang menarik di balik fenomena Kokusai Kekkon ini, juga ditambah dengan adanya hubungan yang erat dengan wanita Indonesia, yang lumayan banyak jumlahnya yang menikah dengan pria Jepang, penulis merasa tertarik untuk meneliti lebih lanjut mengenai fenomena Kokusai Kekkon yang terjadi di antara pria Jepang dan wanita Indonesia tersebut. Penulis kemudian akan meneliti lebih lanjut adanya hubungan antara fenomena Kokusai Kekkon ini dengan adanya dampak pengaruh dari modernisasi yang semakin berkembang di Jepang. Tema mengenai pernikahan internasional yang terjadi di Jepang (Kokusai Kekkon) ini juga pernah dijadikan bahan penelitian oleh sejumlah akademisi, salah satunya oleh akademisi dari Osaka University, yaitu Viktoriya Kim, dalam jurnal ilmiahnya yang berjudul International Marriage As A Symbolic Exchange of Capitals: When Women From The Soviet Union Marry Japanese Men, yang diterbitkan pada tahun Di dalam jurnal ini, Kim meneliti pernikahan internasional yang terjadi pada wanita asal Uni Soviet dan pria asal Jepang merupakan sebuah pertukaran simbolis dari sebuah modal yang dimiliki oleh masing-masing pihak. Di saat banyak peneliti lain lebih memilih untuk melakukan penelitian mengenai pernikahan internasional dari sudut pandang wanita,yang melakukannya, pada jurnal ilmiah ini, Kim mencoba mengimbangi dengan mengambil juga sudut pandang dari pria yang melakukannya. Pertama-tama, Kim membahas mengenai asumsi bahwa di dalam penikahan internasional, ada tiga permasalahan utama yang mendorong terjadinya jenis pernikahan ini, yaitu masalah kemiskinan, norma sosial yang berlaku dalam masyarakat, dan keterbatasan yang terjadi dalam suatu negara, yang mengakibatkan para pria dan wanitanya mencari pasangan hidup di luar negara domisilinya. Kemudian Kim membahas lebih lanjut mengenai modal berbeda yang dimiliki oleh masing-masing wanita dan pria, lalu membandingkan kedua modal ini dalam konteks pria Jepang dan wanita Uni Soviet. Setelah membandingkannya, Kim menemukan bahwa Kokusai Kekkon yang terjadi di antara pria Jepang dan wanita Uni Soviet benar merupakan pertukaran simbolis antara modal yang masingmasing dimiliki oleh kedua pihak. Dan, kedua pihak masing-masing menemukan manfaat dalam Kokusai Kekkon yang dilakukan, salah satunya adalah sebagai cara untuk menaikkan derajat/ tingkatan status mereka di tengah masyarakat, ataupun dalam sebagai gaya hidup. Perumusan masalah yang akan dibahas adalah pengaruh modernisasi terhadap latar belakang terjadinya fenomena Kokusai Kekkon di antara pria Jepang dan wanita Indonesia, aspek kehidupan

4 yang terpengaruh, dan pengaruh modernisasi tersebut terhadap beberapa aspek dalam kehidupan pernikahan masing masing pasangan. Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini yaitu untuk membuktikan bahwa modernisasi membawa perngaruh terhadap fenomena Kokusai Kekkon yang terjadi di antara pria Jepang dan wanita Indonesia, menganalisis aspek kehidupan pernikahan apa saja yang terpengaruh dan apa saja pengaruh yang terjadi. Diharapkan penelitian ini dapat bermanfaat bagi masyarakat agar dapat lebih memahami sisi lain dari hubungan antara modernisasi dan fenomena Kokusai Kekkon tersebut. Metode Penelitian Metode pengumpulan data yang digunakan dalam analisis pengaruh modernisasi terhadap fenomena Kokusai Kekkon di antara pria Jepang dan wanita Indonesia ini adalah metode wawancara, dengan mengajak bicara langsung informan yang berada di Indonesia dan mengirim yang berupa pertanyaan kepada informan yang berada di Jepang. Sumber data didapatkan dari para informan, yang merupakan pria Jepang yang lahir setelah tahun 1960, menikah dengan wanita Indonesia, dan berdomisili di perkotaan Jepang. Hasil Dan Bahasan Latar Belakang Terjadinya Pernikahan Internasional Disebabkan adanya pengaruh dari modernisasi, para pemuda kini semakin mencari jangkauan yang lebih luas bukan hanya untuk mendapatkan pendidikan dan pekerjaan, tetapi juga dalam mencari calon pasangan hidup mereka. Oleh karena hal ini, kesempatan yang tercipta untuk keluar negeri dan menjalin kontak dengan manusia dari negara lain menjadi semakin banyak. Hal ini pula yang menjadi salah satu faktor penting yang mempengaruhi terjadinya pernikahan internasional. Pernyataan ini dibuktikan dengan jawaban ketiga informan, yang dua di antara mereka mengenal pasangan mereka ketika sedang berada di luar negeri. Informan 2 bertemu dengan istrinya ketika dulu sedang berwisata ke Danau Toba, sedangkan Informan 3 bertemu dengan istrinya di universitas tempat informan sedang melakukan program studi luar negeri di Indonesia. Kemudian ada Informan 1 yang bertemu dengan istrinya di Jepang, dikenalkan oleh teman informan saat istrinya tersebut sedang bekerja sebagai pekerja asing di Jepang sebagai pegawai toko roti. Situasi yang dialami ketiga informan tersebut sesuai dengan teori yang diungkapkan (Bystydzienski, 2011) mengenai adanya modernisasi dan kemajuan teknologi yang berkembang seiring jaman, yang menyebabkan pergerakan manusia di seluruh dunia menjadi lebih luas dan memungkinkan untuk menjalin kontak dengan manusia lain di belahan dunia lainnya. Pasangan berumah tangga yang terdiri dari berbagai etnis, ras, agama, atau latar belakang kewarganegaraan yang berbeda pun jumlahnya menjadi semakin meningkat sebagai konsekuensi dari arus modernisasi yang terjadi tersebut. Akibat dari pengaruh modernisasi yang dikatakan Valon (2013), kini para pemuda menjadi mencari dalam jangkauan yang lebih luas untuk mendapatkan bukan hanya pendidikan dan pekerjaan, tetapi juga untuk mencari pasangan hidup. Hal ini terutama sesuai dengan keadaan yang dialami istri Informan 1 yang mencari pekerjaan sampai ke luar negeri, yaitu ke Jepang. Sementara itu, situasi dari Informan 2 yang bertemu dengan istrinya ketika sedang berwisata di luar negeri ini sesuai dengan teori yang diungkapkan (Weiermair, 2006) yang menyebutkan pariwisata merupakan bagian dari ekspresi akan hiburan di era modern ini sebagai salah satu untuk menunjukan kemapanan dari seorang pria, yang waktu itu informan lakukan dan kemudian tanpa sengaja bertemu dengan calon istrinya ketika itu. Kemudian, situasi Informan 3 yang pada awalnya bertemu dengan istrinya di kampus yang sama ketika sedang melakukan studi luar negeri, menegaskan kembali pernyataan Mare yang dikutip oleh Shirahase dalam buku (Ishida, 2010), yakni individu yang menempuh pendidikan di universitas cenderung untuk menemukan pasangannya di dalam kampus, sebagai pengaruh dari modernisasi yang menyebabkan masyarakat kini mulai memilih pasangan yang mempunyai kesamaan tingkat pendidikan dengan dirinya. Semua jawaban para informan mengungkapkan satu persatu alasan pribadi mereka tertarik pada sang istri ini menunjukan adanya pengaruh modernisasi terhadap pemilihan pasangan hidup yang dikatakan (Tokuhiro, 2005), akibatnya para pemuda kini dapat lebih bebas menentukan siapa calon

5 pasangan hidupnya sendiri, dan mereka kini mencari pasangan yang lebih cocok dalam hal saling mencintai dan dapat memenuhi kebutuhan dan keinginan yang mereka inginkan dari pasangan tersebut, seperti yang diungkapkan (Oliker, 2006). Informan 2 menerangkan bahwa salah satu alasannya untuk menikahi istrinya adalah karena istrinya ini mempunyai kelebihan sebagai seorang wanita Indonesia jika dibandingkan dengan wanita Jepang, yang informan anggap penting. Informan menjawab bahwa wanita Indonesia lebih menganggap penting keluarga, berbeda dengan wanita Jepang yang kini cenderung telah lebih individualistis. Meskipun istri informan saat ini aktif dalam berbagai kegiatan organisasi, tapi istri informan tersebut masih dapat menyeimbangkan antara kehidupan organisasi dan rumah tangganya, sehingga Informan 2 tidak keberatan. Hal ini dituliskan oleh teori Parawansa dalam buku (Robinson, 2014) yang menyebutkan bahwa memang sudah menjadi prinsip dasar dari wanita Indonesia untuk menjadi seorang wanita yang mampu mengatur keluarga dan rumah tangganya agar tetap berjalan seimbang. Pandangan Informan 2 yang juga tidak keberatan istrinya tetap aktif dalam organisasi, asalkan tetap dapat menjaga tetap seimbang dengan urusan rumah tangga, meskipun telah menikah merupakan salah satu perubahan cara pandang terhadap peran tradisional seorang istri, yang (Lowy, 2007) dijelaskan dalam batasan sebagai istri yang baik, ibu yang bijaksana yang sebagian besar hanya mengurusi hal rumah tangga. Hal ini sesuai dengan peran modernisasi yang dijelaskan (Inglehart dan Welzel, 2005) yang mengemukakan perubahan keseimbangan antara modernisasi dan budaya memberikan pengaruh besar pada perubahan yang terjadi dalam masyarakat dan mengubah cara pandang yang baru terhadap dunia. Terhadap pertanyaan penyebab peningkatan internasional oleh para pria Jepang, Informan 1 menjawab bahwa penundaan pernikahan yang dilakukan oleh perempuan Jepanglah yang menjadi alasannya, disertai adanya kekurangan menantu perempuan di daerah dan area pertanian yang turut ambil andil dalam menyebabkan terjadinya peningkatan pernikahan internasional. Jawaban Informan 1 tersebut mendukung teori yang diungkapkan (Tokuhiro, 2005) yang menyebutkan bahwa sebagai konsekuensi adanya pengaruh modernisasi dalam gaya hidup individu sekarang ini, sikap dan ekspektasi mereka kepada intitusi pernikahan, kewajiban personal, dan ambisi pun ikut berubah, sehingga mengakibatkan jumlah penundaan pernikahan yang dilakukan oleh wanita meningkat secara tajam. Nakamatsu yang dikutip (Piper, 2004) membahas mengenai semakin berkurangnya minat para perempuan Jepang untuk masuk ke dalam rumah tangga para pelaku bidang pertanian menyebabkan peningkatan pernikahan internasional yang terjadi, terutama bertujuan untuk menyuplai para pengantin wanita ke dalam rumah tangga para pelaku bidang pertanian tersebut. Pandangan Informan 1 yang mengungkapkan alasan penundaan pernikahan yang dilakukan oleh wanita Jepang kini tersebut sebenarnya didasarkan pada perubahan pola pikir wanita Jepang yang berubah, diakibatkan oleh masuknya modernisasi yang menerpa Jepang di kala itu. Hal ini mencerminkan salah satu dari dampak modernisasi yang telah dikemukakan (Inglehart dan Welzel, 2005), yaitu adanya pembentukan ulang norma norma sosial dan peranan jender di dalam masyarakat. Para wanita ini kemudian berusaha keras untuk memperjuangkan peran mereka dalam masyarakat dan meningkatkan status mereka. Mereka jadi ingin lebih menikmati kebebasan hidup mereka dan menunda pernikahan, yang mereka anggap akan membatasi kebebasan berdikari mereka (Lowy, 2008). Informan 2 menjawab bahwa salah satu faktor yang menjadi penyebab meningkatnya pernikahan internasional di kalangan pria Jepang adalah karena semakin terbukanya kesempatan untuk melakukan hal tersebut. Banyak pria Jepang yang pergi ke luar negeri, seperti ke Indonesia atau Amerika karena urusan pekerjaan. Jika pada saat mereka melakukan kunjungan ke luar negeri tersebut mereka masih berstatus single, besar kemungkinan bagi mereka untuk kemudian bertemu, menjalin hubungan, dan menikah dengan wanita di tempat mereka ditugaskan tersebut. Hal ini sesuai dengan yang dikatakan (Romano, 2008), bahwa karena ada kemajuan dalam komunikasi dan travel, berpacaran kini menjadi semakin mudah meskipun terpisah oleh jarak yang jauh. Orang orang kini lebih leluasa bepergian, berwisata ke luar negeri, dan dapat bertemu calon pasangannya di sana. Selain itu, Informan 2 juga menerangkan bahwa ada kekuatan berbeda yang dimiliki setiap negara. Dalam ini, Jepang merupakan negara dengan kekuatan negara terbesar bila dibandingkan dengan negara negara Asia lainnya. Jadi, jika perempuan dari Indonesia-nya tidak kaya secara finansial, hal itu tidak menjadi masalah karena pria Jepang memiliki penghasilan yang lebih. Hal ini secara tidak langsung menegaskan kembali teori jakusha no wa yang diungkapkan oleh Yamashita dalam buku (Graburn, 2008) yang menjelaskan bahwa pria yang lemah selalu mencari wanita di luar negara mereka wanita yang lebih lemah. Di lain hal, teori jakusha no wa ini semakin menekankan adanya peranan modernisasi yang mengakibatkan terjadinya hal tersebut. Tanpa adanya pengaruh dari modernisasi, para wanita Jepang tidak akan terbuka pada kemungkinan mereka untuk hidup secara berdikari, dan mempunyai pilihan untuk memilih pria ideal di luar negara mereka. Begitu pun dengan

6 pihak pria Jepang yang tidak akan menemukan wanita di luar negera mereka jika tidak ada kontak internasional yang terjadi. Pergeseran pola pandang, perilaku, dan adanya kemampuan untuk memilih norma dan gaya hidup baru ini sesuai dengan akibat dari adanya pengaruh modernisasi (Inglehart dan Welzel, 2005). Informan 3 menjawab, salah satu faktor penunjang terjadinya peningkatan jumlah pernikahan internasional di kalangan pria Jepang saat ini disebabkan oleh sudah banyaknya orang orang lain yang juga melakukan pernikahan internasional tersebut. Pada jaman dahulu, jumlah pernikahan internasional belum sebanyak sekarang. Masyarakat pun belum terbiasa dengan fenomena ini dan masih menganggapnya ganjil. Akan tetapi, seiring berjalannya waktu, adanya pergeseran nilai budaya, pola pandang, dan lainnya akibat adanya modernisasi seperti yang dituliskan dalam buku (Inglehart dan Welzel, 2005), jumlah pernikahan internasional di Jepang semakin naik, terutama di kalangan para pria. Yamamoto (2005) dalam jurnalnya mengambil data dari Kementerian Kesehatan, Buruh, dan Kesejahteraan Jepang yang menunjukkan bahwa hanya ada 5546 kasus Kokusai Kekkon, tetapi kasus ini meningkat lebih dari enam kali lipat pada tahun 2009, yang mencatat ada sebanyak Kokusai Kekkon yang dilakukan di Jepang. Hal tersebut juga dibuktikan dari ketiga jawaban informan, yang semuanya mengatakan bahwa ada orang orang di sekitar mereka yang juga melakukan Kokusai Kekkon. Beberapa di antaranya adalah teman satu kantor, teman pergaulan, dan dari pihak keluarga. Hal ini kemudian membuat terjadinya pernikahan internasional ini menjadi hal yang biasa dalam masyarakat Jepang dan mendorong orang lain yang juga ingin melakukan pernikahan semacam ini menjadi lebih bebas dan tidak tertekan, tidak seperti dulu ketika jumlah pernikahan semacam ini masih jarang. Masyarakat Jepang pun menjadi semakin menerima keberadaan pernikahan internasional tersebut. Sikap keterbukaan masyarakat Jepang ini mencerminkan teori Smits yang dikutip Monaghan (2012) dalam jurnalnya yang menyebutkan bahwa seiring dengan berjalannya modernisasi, ada tren yang muncul di dalam masyarakat yang lebih memiliki keterbukaan sosial yang lebih besar sehingga menuju pada lebih terbukanya ruang untuk terjadinya pernikahan yang lebih tidak asortatif. Aspek Kehidupan Yang Penting Dalam Kokusai Kekkon Baik pihak Informan 1 dan Informan 3 menyatakan bahwa tidak ada masalah yang terlalu berarti selama pernikahannya dengan istrinya yang orang Indonesia berlangsung. Informan 1 mengatakan, meskipun tidak ada yg terlalu berarti, tetap ada masalah biasa yang pada umumnya terjadi pada pasangan suami istri, sedangkan Informan 3 meskipun tidak ada masalah, tetapi terkadang merasa kurang cocok pada praktek vegetarian yang dijalankan oleh istri informan. Berbeda dengan kedua informan lainnya, Informan 2 menjawab bahwa dalam menikahi istrinya yang orang Indonesia, pada awalnya menjadi masalah. Hal ini disebabkan ibu Informan 2 yang pada awalnya tidak setuju melihat informan menikah dengan perempuan asing. Lalu, seiring berjalannya pernikahan, terdapat berbagai perbedaan mengenai cara berpikir, mengenai pandangan terhadap agama yang dimiliki masing masing, dan kebiasaan cara hidup sehari hari, yang tidak jarang menimbulkan masalah di antara mereka. Situasi ketiga informan dan terutama pada Informan 2 sejalan dengan teori yang dijelaskan oleh (Clement, 2010) bahwa di jaman modern ini, keluarga mengalami banyak perubahan dan modifikasi yang besar, sehingga tidak jarang hal tersebut menimbulkan masalah. Pada suatu keluarga modern, permasalahan yang kerap muncul misalnya adalah penyesuaian berkelanjutan dalam hidup berdampingan di antara suami dan istri. Namun, adanya modernisasi menurut (Chow, 2002) juga turut mempengaruhi sikap masyarakat untuk lebih menghormati kebebasan individu, mempunyai rasa empati, dan lebih terbuka pada opini yang ada. Hubungan suami istri yang kini telah condong ke arah saling bekerja sama sebagai adanya pengaruh dari modernisasi, menyebabkan stabilitas keluarga hanya dapat tercapai bila dijaga dengan saling berperilaku baik, bersimpati, dan saling bekerja sama (Clement, 2010). Hal ini muncul pada cara yang diungkapkan Informan 2 yang berempati dan bersikap baik terhadap istrinya dalam menghadapi masalah yang muncul karena perbedaan, yaitu informan memang sudah sejak awal menyadari bahwa nantinya akan terjadi perbedaan dan menganggapnya hal yang biasa jika terjadi dan tidak begitu dibesar besarkan. Kemudian pada cara yang digunakan oleh Informan 3, informan mengatakan bahwa sebenarnya masalah yang ada bukan merupakan masalah yang besar, dan informan berempati dan bekerja sama dalam menyelesaikan masalah tersebut dengan menghargai keputusan istrinya yang seorang vegetarian, namun dengan tetap menyuarakan pendapat dan sarannya juga terhadap sang istri. Sikap kedua informan ini dalam menyelesaikan masalah mencerminkan juga pengaruh lain dari adanya modernisasi, yaitu dalam hal keduanya lebih dapat memahami perbedaan yang ada dan

7 menyelesaikan masalah dengan cara cara yang lebih toleran dan obyektif. Sikap dan perilaku yang lebih terbuka dan toleran ini sesuai dengan pernyataan (Inglehart dan Welzel, 2005) mengenai dampak yang ada pada diri manusia setelah terkena pengaruh modernisasi. Simpulan Dan Saran Simpulan Dari hasil analisis yang dilakukan terhadap korpus data yang berupa jawaban dari informan yang bersangkutan, penulis menyimpulkan bahwa modernisasi membawa pengaruh terhadap beberapa aspek kehidupan dalam fenomena Kokusai Kekkon di kalangan pria Jepang dan wanita Indonesia. Adapun berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan, beberapa aspek yang dipengaruhi modernisasi tersebut adalah: (1) Kesempatan untuk belajar dan dinas tugas di luar negeri bagi para pria Jepang menjadi semakin terbuka lebar. Adanya modernisasi yang semakin berkembang dalam masyarakat, menjadikan manusia untuk mencari pendidikan, pekerjaan, dan bahkan pasangan hidup ke luar jangkauan yang lebih luas, dengan cara melakukan wisata dan mencari pekerjaan ke luar negeri. Adanya kesempatan belajar di luar negeri juga digunakan untuk mencari pasangan hidup. Hal ini menjadi faktor utama bagi para pasangan Kokusai Kekkon untuk dapat bertemu dengan calon pasangan mereka yang berasal dari luar negaranya. Hal ini dapat dilihat pada dua dari tiga informan bertemu dengan istrinya di Indonesia, masing masing saat sedang melakukan perjalanan wisata dan saat sedang studi di luar negeri, sedangkan satu informan mengaku bertemu dengan istrinya, saat istrinya sedang bekerja mejadi pekerja asing di Jepang. Ketika mereka datang ke Indonesia dan masih berstatus single, mereka menemukan wanita Indonesia yang cocok dengan mereka, kemudian menjalin hubungan yang berlanjut sampai pernikahan. (2) Sikap para wanita Jepang terhadap institusi pernikahan dan ambisi pribadi mulai berubah. Akibat adanya pengaruh modernisasi, nilai nilai dan norma sosial dalam masyarakat menjadi ikut berubah. Fokus tujuan hidup para wanita Jepang kini sudah lebih bergeser ke arah menikmati hidup single mereka dan mengejar karir. Banyak wanita Jepang yang akhirnya menunda pernikahan karena jika menikah, kebebasan mereka tersebut akan hilang karena harus fokus mengurus keluarga. Hal ini menyebabkan ketiga informan pria Jepang lebih memilih wanita Indonesia sebagai pasangan, karena mereka merasa lebih cocok dengan istri mereka, yang masih memegang nilai tradisional sebagai seorang istri yang mengutamakan mengurus rumah tangga dengan baik. Meskipun modernisasi membuat pria Jepang menjadi lebih bebas dalam memilih pasangan, tetapi mereka juga masih memegang prinsip bahwa dalam mencari pasangan, pasangannya itu juga masih harus memegang nilai tradisional sebagai seorang istri, yang kemudian mereka temukan dalam diri istri mereka yang merupakan wanita Indonesia. Hal ini tidak dapat terpenuhi jika para pria Jepang ini mencari pasangan menikah dengan wanita Jepang, yang kini banyak menunda untuk menikah dan mempunyai keturunan, dan lebih mengutamakan menikmati kehidupan bebas dan berkarir. (3) Kokusai Kekkon kini menjadi semakin sering terjadi di Jepang, sehingga membuat Kokusai Kekkon menjadi sesuatu hal yang wajar atau sesuatu yang biasa terlihat di masyarakat dewasa ini. Hal ini disebabkan modernisasi membuat masyarakat Jepang sekarang menjadi lebih menghormati kebebasan pilihan individu. Modernisasi juga menyebabkan masyarakat menjadi lebih memiliki keterbukaan sosial yang lebih besar, sehingga pernikahan menjadi lebih tidak asortatif atau bebas. Oleh karena itu, masyarakat Jepang sekarang ini lebih leluasa melakukan Kokusai Kekkon jika dibandingkan dengan jaman dahulu, terutama pada para pria Jepang. Lebih lanjut lagi, terlepas dari adanya banyak aspek kehidupan yang jauh berbeda di dalam Kokusai Kekkon antara pria Jepang dan wanita Indonesia, seperti peran pria dan wanita, agama, tempat atau domisili, pihak keluarga pasangan, dan terutama aspek keadaan finansial dan bahasa dan komunikasi, pada akhirnya pria Jepang ini cenderung memilih untuk menikah dengan wanita Indonesia, disebabkan adanya toleransi, komitmen dalam berhubungan, dan keadaan yang saling membutuhkan.

8 Kebutuhan yang dimaksud adalah untuk memiliki kehidupan yang layak, bahagia, harmonis, dan terutama mendapatkan keturunan. Bagi para pria Jepang, Kokusai Kekkon dengan wanita Indonesia ini menjadi sebuah solusi bagi mereka untuk lebih mudah mencari pasangan dan membangun keluarga. Kedua hal yang semakin sulit diwujudkan jika mereka mencari pasangan dengan wanita Jepang saat ini, yang sangat selektif dalam memilih pasangan menikah. Saran Penulis menyarankan kepada peneliti selanjutnya yang tertarik untuk meneliti fenomena Kokusai Kekkon ini untuk meneliti lebih lanjut secara spesifik mengenai peningkatan jumlah Kokusai Kekkon dari sudut pandang adanya akibat dari pengaruh pola pandang wanita Jepang modern yang kini telah berubah. Hal ini disebabkan pola pengaruh tersebut cukup banyak terlihat dan masih bisa diteliti lebih lanjut pada latar belakang para pria Jepang dalam melakukan Kokusai Kekkon. Referensi Bachtiar, Aziz. (2004). Menikahlah, Maka Engkau Akan Bahagia. Jogjakarta: Saujana. Bystydzienki, Jill M.. (2011). Intercultural Couples: Crossing Boundaries, Negotiating Difference. New York: New York University Press. Chow, Peter. Y. (2002). Taiwan s Modernization in Global Perspective. Westport. Clement, I. (2010). Sociology For Nurses. Pearson Education India. Donovan, Sarah. (2004). Stress and Coping Techniques In Successful Intercultural Marriages. Thesis tidak diterbitkan. Hongkong: Philosophy at The University of Hong Kong. Fowler, Ana Carolina. (2007). Love and Marriage: Through the Lens of Sociological Theories. Human Architecture: Journal of the Sociology of Self-Knowledge. 5 (2): 61+. Inglehart, Ronald dan Welzel, Christian. (2005). Modernization, Cultural Change, and Democracy: The Human Development Sequence. New York: Cambridge University Press Ishida, Hiroshi dan Slater, David H. (2010). Social Class in Contemporary Japan: Structures, Sorting, and Strategies. Routledge. Ishikawa, Yoshitaka. (2010). Role of Matchmaking Agencies for International Marriage in Contemporary Japan. Geographical Review of Japan series B. 83 (1): Kim, Viktoriya. (2013). International Marriage as a Symbolic Exchange of Capitals: When women from the former Soviet Union marry Japanese men. Osaka University. Kingston, Jeff. (2004). Japan s Quiet Transformation: Social Change and Civil Society in the 21st Century. New York: Routledge. Kreiner, Josef. (2004). Modern Japanese Society. Boston: Brill. Kumagai, Fumie dan Keyser, Donna J. (2014). Unmasking Japan Today: The Impact of Traditional Values on Modern Japanese Society. USA: Praeger Frederick. Lowy, Dina. (2007). The Japanese New Woman : Images of Gender and Modernity. New Jersey: Rutgers University Press. Monaghan, David B. (2012). Inequality, Gender Parity, and Modernization. San Fransisco: Population Association of America 2012 Annual Meeting Program. Nakamatsu, Tomoko. (2004). International Marriage through Introduction Agencies: Social and Legal Realities of Asian Wives of Japanese Men. Dalam Piper (Eds.), Wife or Worker?: Asian Women and Migration; (hal. 181) Oliker, Stacy J. (2006). Best Friends And Marriage: Exchange Among Women. University of California Press.

9 Pyle, Kenneth B.. (1996). The Making of Modern Japan Second Edition. Cengage Learning. Robinson, Kathryn May. (2014). Women in Indonesia: Gender, Equity, and Development. Singapore: Institute of Southeast Asian Studies. Romano, Dugan. (2008). Intercultural Marriages: Promises and Pitfalls. Boston: Intercultural Press. Schlelkle, Waltraud. (2000). Paradigms of Social Change: Modernization, Development, Transformation, Evolution. Campus Verlag. Senda, Yuki. (2007). Kokusai Kekkon no Tanjou: Bunmeikoku Nippon e no Michi. Social Science Japan Journal. 10(2):1 Shah, Herman. (2011). The Production of Modernization: Daniel Lerner, Mass Media, and The Passing of Traditional Society. Philadelphia: Temple University Press. Suzuki, Michiko. (2010). Becoming Modern Women: Love and Female Identity in Prewar Japanese Literature and Culture. California: Stanford University Press Suzuki, Nobue. (2007). Marrying a Marilyn of the Tropics: Manhood and Nationhod in Filipina Japanese Marriages. Anthropological Quarterly. 80 (2): Tachibanaki, Toshiaki. (2010). The New Paradox for Japanese Women: Greater Choice, Greater Inequality. International House of Japan. Tokuhiro, Yoko. (2004). Delayed Marriage in Contemporary Japan: A Qualitative Study. Thesis tidak diterbitkan. Virginia: Faculty of the Virginia Polytechnic Institute and State University. Tokuhiro, Yoko. (2009). Marriage in Contemporary Japan. Taylor and Francis. Varon, Mary Felene D. (2013). Courtship and Marriage Patterns in the Phillippines. University of the Phillippines Visayas. Weiemair, Klaus. (2006). Time Shift, Leisure and Tourism: Impact of Time Allocation on Successful Product and Services. Erich Shmidt Verlag GmbH and Co KG. Yamamoto, B. A.. (2010). International Marriage in Japan: An Exploration of Intimacy, Family, And Parenthood. Asian Studies Association of Australia. Yamashita, Shinji. (2008). Transnational Migration of Women: Changing Boundaries of Contemporary Japan. Dalam Graburn, Nelson H. (Eds.), Multiculturalism in the New Japan: Crossing the Boundries Within. Berghahn Books (hal ) Riwayat Penulis Michelle lahir di kota Jakarta pada 28 November Penulis menamatkan pendidikan S1 di BINUS University dalam bidang Sastra Jepang pada tahun Penulis pernah aktif di Bina Nusantara English Club sebagai manajer proyek dan beberapa jabatan di proyek lain, dan di Himpunan Mahasiswa Sastra Jepang sebagai sekretaris.

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Melihat keadaan dunia sekarang ini, di mana peradaban manusia sudah sangat maju dan adanya kemajuan teknologi yang sangat canggih, seringkali disebutkan bahwa kita

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Konsep Modernisasi Inglehart dan Welzel (2005:3) menyatakan bahwa modernisasi membawa sedampak pengaruh bagi perubahan tatanan sosial di masyarakat: Socioeconomics modernization

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perkembangan teknologi dan komunikasi yang semakin pesat menjadikan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perkembangan teknologi dan komunikasi yang semakin pesat menjadikan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan teknologi dan komunikasi yang semakin pesat menjadikan interaksi antar budaya tanpa terbatas ruang dan waktu. Hal ini tentunya meningkatkan pula peluang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pasca kekalahannya dalam Perang Dunia II, Jepang berusaha untuk bangkit kembali menjadi salah satu kekuatan besar di dunia. Usaha Jepang untuk bangkit kembali dilakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. saling mengasihi, saling mengenal, dan juga merupakan sebuah aktifitas sosial dimana dua

BAB I PENDAHULUAN. saling mengasihi, saling mengenal, dan juga merupakan sebuah aktifitas sosial dimana dua BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pacaran merupakan sebuah konsep "membina" hubungan dengan orang lain dengan saling mengasihi, saling mengenal, dan juga merupakan sebuah aktifitas sosial dimana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kebutuhan mencari pasangan hidup untuk melanjutkan keturunan akan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kebutuhan mencari pasangan hidup untuk melanjutkan keturunan akan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kebutuhan mencari pasangan hidup untuk melanjutkan keturunan akan menjadi prioritas dalam hidup jika seseorang sudah berada di usia yang cukup matang dan mempunyai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. matang baik secara mental maupun secara finansial. mulai booming di kalangan anak muda perkotaan. Hal ini terjadi di

BAB I PENDAHULUAN. matang baik secara mental maupun secara finansial. mulai booming di kalangan anak muda perkotaan. Hal ini terjadi di BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pernikahan dini dapat didefinisikan sebagai sebuah pernikahan yang mengikat pria dan wanita yang masih remaja sebagai suami istri. Lazimnya sebuah pernikahan dilakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Abad 21 yang sedang berlangsung menjadikan kehidupan berubah dengan

BAB I PENDAHULUAN. Abad 21 yang sedang berlangsung menjadikan kehidupan berubah dengan BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Abad 21 yang sedang berlangsung menjadikan kehidupan berubah dengan sangat cepat. Perubahan yang terjadi dalam bidang teknologi, informasi dan juga ledakan populasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berkomunikasi dengan individu dari belahan dunia lain menjadi lebih mudah.

BAB I PENDAHULUAN. berkomunikasi dengan individu dari belahan dunia lain menjadi lebih mudah. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Era Globalisasi dan perkembangan teknologi saat ini telah membantu manusia dengan mudah untuk berinteraksi dengan masyarakat yang memiliki latar belakang budaya yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Dengan adanya kemajuan teknologi dan fenomena global village yang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Dengan adanya kemajuan teknologi dan fenomena global village yang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Dengan adanya kemajuan teknologi dan fenomena global village yang membuat hubungan antar manusia lebih terbuka, serta arus globalisasi membuat Indonesia,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tersebut memiliki pemerintah dan pemerintahan yang berjalan, hukum,

BAB I PENDAHULUAN. tersebut memiliki pemerintah dan pemerintahan yang berjalan, hukum, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Suatu wilayah baru dapat dikatakan sebagai negara apabila wilayah tersebut memiliki pemerintah dan pemerintahan yang berjalan, hukum, pengakuan dari negara lain, dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penting. Keputusan yang dibuat individu untuk menikah dan berada dalam

BAB I PENDAHULUAN. penting. Keputusan yang dibuat individu untuk menikah dan berada dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pernikahan bagi beberapa individu dapat menjadi hal yang istimewa dan penting. Keputusan yang dibuat individu untuk menikah dan berada dalam kehidupan yang

Lebih terperinci

PENGAMBILAN KEPUTUSAN DALAM MENENTUKAN PENDIDIKAN ANAK. (Studi Deskriptif Pada Keluarga Yang Suaminya Tidak Bekerja) SKRIPSI

PENGAMBILAN KEPUTUSAN DALAM MENENTUKAN PENDIDIKAN ANAK. (Studi Deskriptif Pada Keluarga Yang Suaminya Tidak Bekerja) SKRIPSI PENGAMBILAN KEPUTUSAN DALAM MENENTUKAN PENDIDIKAN ANAK (Studi Deskriptif Pada Keluarga Yang Suaminya Tidak Bekerja) SKRIPSI Disusun Oleh: DONNA AYU ANGGRAENY (NIM. 071114070) PROGRAM STUDI S1 SOSIOLOGI

Lebih terperinci

FENOMENA PERNIKAHAN LINTAS BANGSA*) Oleh Ahmad Dahidi

FENOMENA PERNIKAHAN LINTAS BANGSA*) Oleh Ahmad Dahidi FENOMENA PERNIKAHAN LINTAS BANGSA*) Oleh Ahmad Dahidi Pengantar Selama satu minggu ini, saya termasuk orang yang beruntung sebab dapat berkenalan dengan Prof. Yoshida Nori (Guru Besar pada Nihon University

Lebih terperinci

BAB 4 SIMPULAN DAN SARAN. nilai-nilai tradisionalnya. Sebelum Perang Dunia II, sistem keluarga Jepang didasarkan

BAB 4 SIMPULAN DAN SARAN. nilai-nilai tradisionalnya. Sebelum Perang Dunia II, sistem keluarga Jepang didasarkan BAB 4 SIMPULAN DAN SARAN 4.1 Simpulan Masyarakat Jepang di kenal sebagai suatu masyarakat yang memegang kuat nilai-nilai tradisionalnya. Sebelum Perang Dunia II, sistem keluarga Jepang didasarkan pada

Lebih terperinci

BAB 1. Pendahuluan Latar Belakang

BAB 1. Pendahuluan Latar Belakang BAB 1 Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Beberapa negara di dunia menganut konsep patriaki, menurut Bhasin (Kartika, 2014:2), Jepang juga termasuk sebagi negara kapitalis yang menganut konsep patriaki di

Lebih terperinci

2015 PERANAN PEREMPUAN DALAM POLITIK NASIONAL JEPANG TAHUN

2015 PERANAN PEREMPUAN DALAM POLITIK NASIONAL JEPANG TAHUN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Jepang merupakan negara maju yang terkenal dengan masyarakatnya yang giat bekerja dan juga dikenal sebagai negara yang penduduknya masih menjunjung tinggi

Lebih terperinci

ABSTRACT. Keywords: Hedonic Shopping Motivation. vii. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRACT. Keywords: Hedonic Shopping Motivation. vii. Universitas Kristen Maranatha ABSTRACT Along with the development of era, the current shopping concept has turned into a reflection of lifestyle and leisure among communities. Humans also have the motivation of a hedonist is a form

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring dengan berkembangnya zaman banyak perubahan yang terjadi, salah satunya adalah perubahan dalam pandangan orang dewasa mengenai pernikahan. Hal ini didukung

Lebih terperinci

PEDOMAN WAWANCARA. Untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi penyesuaian dengan

PEDOMAN WAWANCARA. Untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi penyesuaian dengan PEDOMAN WAWANCARA I. Judul Faktor-faktor yang mempengaruhi penyesuaian dengan pihak keluarga pasangan pada pria WNA yang menikahi wanita WNI. II. Tujuan Untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hubungan sosial yaitu hubungan berpacaran atau hubungan romantis.

BAB I PENDAHULUAN. hubungan sosial yaitu hubungan berpacaran atau hubungan romantis. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Komunikasi merupakan aktivitas manusia yang dasar, dengan berkomunikasi manusia melakukan hubungan karena manusia adalah makhluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri

Lebih terperinci

IDEAS CONDESCENDING WOMEN STATUS FOUND IN CAMPURSARI SONGS A THESIS

IDEAS CONDESCENDING WOMEN STATUS FOUND IN CAMPURSARI SONGS A THESIS IDEAS CONDESCENDING WOMEN STATUS FOUND IN CAMPURSARI SONGS A THESIS By Agustina Tri Heni Pujiastuti Student Number : 01.80.0047 ENGLISH LETTERS STUDY PROGRAMME FACULTY OF LETTERS SOEGIJAPRANATA CATHOLIC

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Permasalahan menurunnya angka kelahiran adalah permasalahan yang banyak dialami negara maju, salah satu negara yang mengalaminya adalah Jepang. Jepang telah

Lebih terperinci

BAB 5 RINGKASAN. Salah satu jenis perkawinan yang menjadi kebudayaan Jepang yaitu perkawinan

BAB 5 RINGKASAN. Salah satu jenis perkawinan yang menjadi kebudayaan Jepang yaitu perkawinan BAB 5 RINGKASAN Salah satu jenis perkawinan yang menjadi kebudayaan Jepang yaitu perkawinan yang berdasarkan pada perjodohan atau yang lebih dikenal dengan Omiai Kekkon. Miai memiliki dua pengertian diantaranya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (Duvall & Miller, 1985). Pernikahan merupakan awal terbentuknya sebuah

BAB I PENDAHULUAN. (Duvall & Miller, 1985). Pernikahan merupakan awal terbentuknya sebuah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pernikahan merupakan salah satu tujuan hidup seorang manusia (Duvall & Miller, 1985). Pernikahan merupakan awal terbentuknya sebuah keluarga (Blood & Blood,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia tidak dapat hidup seorang diri karena manusia merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Manusia tidak dapat hidup seorang diri karena manusia merupakan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Manusia tidak dapat hidup seorang diri karena manusia merupakan makhluk sosial yang membutuhkan kehadiran individu lain dalam kehidupannya. Tanpa kehadiran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Beberapa dekade lalu, orang tua sering menjodohkan anak mereka dengan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Beberapa dekade lalu, orang tua sering menjodohkan anak mereka dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Beberapa dekade lalu, orang tua sering menjodohkan anak mereka dengan anak kenalannya untuk dinikahkan. Pada proses penjodohan itu sendiri terkadang para anak tersebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pernikahan merupakan salah satu tahapan dalam kehidupan manusia. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pernikahan merupakan salah satu tahapan dalam kehidupan manusia. Hal ini 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pernikahan merupakan salah satu tahapan dalam kehidupan manusia. Hal ini sering terjadi di belahan bumi manapun dan terjadi kapanpun. Pernikahan itu sendiri

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Jepang merupakan suatu negara modern yang masih terikat kuat oleh nilainilai

BAB 1 PENDAHULUAN. Jepang merupakan suatu negara modern yang masih terikat kuat oleh nilainilai BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan Jepang merupakan suatu negara modern yang masih terikat kuat oleh nilainilai tradisional, terutama dalam hal perkawinan. Perkawinan Jepang berdasarkan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Era globalisasi menuntut adanya keterbukaan ekonomi yang semakin luas dari setiap negara di dunia, baik keterbukaan dalam perdagangan luar negeri (trade openness) maupun

Lebih terperinci

Pendidikan Kasih Sayang dalam Keluarga

Pendidikan Kasih Sayang dalam Keluarga Pendidikan Kasih Sayang dalam Keluarga Oleh : Ir. Rosemarie Sutjiati, M.M. Kasih adalah wujud perhatian dan kepedulian seseorang terhadap orang lain yang diwujudkan dengan pelayanan dan pengorbanan seseorang.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pemenuhan hasrat seksual, dan menjadi lebih matang. Pernikahan juga

BAB I PENDAHULUAN. pemenuhan hasrat seksual, dan menjadi lebih matang. Pernikahan juga BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pernikahan merupakan ikatan yang terbentuk antara pria dan wanita yang di dalamnya terdapat unsur keintiman, pertemanan, persahabatan, kasih sayang, pemenuhan hasrat

Lebih terperinci

Resensi Buku JADI KAYA DENGAN BERBISNIS DI RUMAH OLEH NETTI TINAPRILLA * FENOMENA WANITA * WANITA BERBISNIS : ANTARA KELUARGA DAN KARIR

Resensi Buku JADI KAYA DENGAN BERBISNIS DI RUMAH OLEH NETTI TINAPRILLA * FENOMENA WANITA * WANITA BERBISNIS : ANTARA KELUARGA DAN KARIR 69 Resensi Buku JADI KAYA DENGAN BERBISNIS DI RUMAH OLEH NETTI TINAPRILLA * FENOMENA WANITA * WANITA BERBISNIS : ANTARA KELUARGA DAN KARIR Feryanto W. K. 1 1 Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN

BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN Informan 1: MH san (46 tahun) MH san berdomisili di perfektur Niigata, tidak mempunyai pengalaman studi di luar negeri, lulusan sekolah kejurusan, berprofesi sebagai seorang

Lebih terperinci

Bab 1. Pendahuluan. Dalam menjalani kehidupan, manusia memiliki kodrat. Kodrat itu antara lain; lahir,

Bab 1. Pendahuluan. Dalam menjalani kehidupan, manusia memiliki kodrat. Kodrat itu antara lain; lahir, Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Dalam menjalani kehidupan, manusia memiliki kodrat. Kodrat itu antara lain; lahir, menikah dan meninggal dunia. Pada umumnya wanita menikah di usia yang lebih muda

Lebih terperinci

2015 PENGAMBILAN KEPUTUSAN MENUNDA MEMILIKI ANAK PADA PASANGAN YANG BEKERJA DI BANDUNG

2015 PENGAMBILAN KEPUTUSAN MENUNDA MEMILIKI ANAK PADA PASANGAN YANG BEKERJA DI BANDUNG BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Dalam budaya Indonesia, rumah tangga tidak lengkap tanpa kehadiran anak.bahkan, pada suku atau ras tertentu, memiliki anak berjenis kelamin pria itu wajib.ini jauh berbeda

Lebih terperinci

DAFTAR PUSTAKA. Fukutake Tadashi.1988.Masyarakat Jepang Dewasa Ini.Jakarta: Gramedia.

DAFTAR PUSTAKA. Fukutake Tadashi.1988.Masyarakat Jepang Dewasa Ini.Jakarta: Gramedia. DAFTAR PUSTAKA Fukutake Tadashi.1988.Masyarakat Jepang Dewasa Ini.Jakarta: Gramedia. Kusuma Aprilyna.2011.Dampak Perubahan Undang-Undang Tentang Pendidikan Wanita Terhadap Kemajuan Jepang.Skripsi Universitas

Lebih terperinci

MANAJEMEN KONFLIK ANTARPRIBADI PASANGAN SUAMI ISTRI BEDA AGAMA

MANAJEMEN KONFLIK ANTARPRIBADI PASANGAN SUAMI ISTRI BEDA AGAMA MANAJEMEN KONFLIK ANTARPRIBADI PASANGAN SUAMI ISTRI BEDA AGAMA Penyusun Nama : Asteria Agustin NIM : D2C 007 012 JURUSAN ILMU KOMUNIKASI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. jawab dalam kehidupan berumah tangga bagi suami istri (Astuty, 2011).

BAB I PENDAHULUAN. jawab dalam kehidupan berumah tangga bagi suami istri (Astuty, 2011). 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Dalam proses perkembangannya, manusia untuk meneruskan jenisnya membutuhkan pasangan hidup yang dapat memberikan keturunan sesuai dengan apa yang diinginkannya. Pernikahan

Lebih terperinci

FAKTOR PENDORONG ORANGTUA MENGIZINKAN ANAKNYA MELAKUKAN PERKAWINAN PADA USIA REMAJA DI DESA AGUNG JAYA KECAMATAN AIR MANJUTO KABUPATEN MUKOMUKO

FAKTOR PENDORONG ORANGTUA MENGIZINKAN ANAKNYA MELAKUKAN PERKAWINAN PADA USIA REMAJA DI DESA AGUNG JAYA KECAMATAN AIR MANJUTO KABUPATEN MUKOMUKO FAKTOR PENDORONG ORANGTUA MENGIZINKAN ANAKNYA MELAKUKAN PERKAWINAN PADA USIA REMAJA DI DESA AGUNG JAYA KECAMATAN AIR MANJUTO KABUPATEN MUKOMUKO ARTIKEL USWATUN KHASANAH NIM. 11070073 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN

Lebih terperinci

PENGARUH SISTEM SENIORITAS ATAU NENKOJORETSU TERHADAP PERKEMBANGAN KARIR KARYAWAN LOKAL BERPENDIDIKAN S1 DI PERUSAHAAN JEPANG DI INDONESIA

PENGARUH SISTEM SENIORITAS ATAU NENKOJORETSU TERHADAP PERKEMBANGAN KARIR KARYAWAN LOKAL BERPENDIDIKAN S1 DI PERUSAHAAN JEPANG DI INDONESIA PENGARUH SISTEM SENIORITAS ATAU NENKOJORETSU TERHADAP PERKEMBANGAN KARIR KARYAWAN LOKAL BERPENDIDIKAN S1 DI PERUSAHAAN JEPANG DI INDONESIA Elisa Carolina Marion, Ratna Handayani, Natsumi Koda Japanese

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masa dewasa awal, merupakan periode selanjutnya dari masa remaja. Sama

BAB I PENDAHULUAN. Masa dewasa awal, merupakan periode selanjutnya dari masa remaja. Sama BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Masa dewasa awal, merupakan periode selanjutnya dari masa remaja. Sama seperti halnya tahap-tahap perkembangan pada periode sebelumnya, pada periode ini, individu

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM TENTANG MASYARAKAT AGRARIS DAN INDUSTRI. dalam kode hukum sipil meiji ( ) ( Fukute, 1988:37 ).

BAB II GAMBARAN UMUM TENTANG MASYARAKAT AGRARIS DAN INDUSTRI. dalam kode hukum sipil meiji ( ) ( Fukute, 1988:37 ). BAB II GAMBARAN UMUM TENTANG MASYARAKAT AGRARIS DAN INDUSTRI 2.1. Masyarakat Agraris Sejak zaman tokugawa sampai akhir perang dunia II, sistem keluarga Jepang diatur oleh konsep Ie dan bahkan mendapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan mahluk sosial yang tidak pernah terlepas dari

BAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan mahluk sosial yang tidak pernah terlepas dari BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia merupakan mahluk sosial yang tidak pernah terlepas dari hubungannya dengan orang lain. Keberadaan orang lain dibutuhkan manusia untuk melakukan suatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perempuan di beberapa negara maju lebih memilih melajang atau berpasangan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perempuan di beberapa negara maju lebih memilih melajang atau berpasangan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan jaman dan era globalisasi menimbulkan banyak perubahan, terutama terkait dengan pola pikir perempuan usia produktif tentang pernikahan. Perempuan

Lebih terperinci

Bab 1. Pendahuluan. Setelah perang dunia II, Jepang mengalami kemajuan yang sangat pesat di bidang

Bab 1. Pendahuluan. Setelah perang dunia II, Jepang mengalami kemajuan yang sangat pesat di bidang Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Setelah perang dunia II, Jepang mengalami kemajuan yang sangat pesat di bidang industri. Dengan berkembangnya industri, maka muncullah kota-kota baru sebagai tempat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkawinan antar budaya telah menjadi fenomena dalam masyarakat modern, dengan WNA dari budaya barat (Sabon, 2005).

BAB I PENDAHULUAN. Perkawinan antar budaya telah menjadi fenomena dalam masyarakat modern, dengan WNA dari budaya barat (Sabon, 2005). BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkawinan antar budaya telah menjadi fenomena dalam masyarakat modern, terutama di kalangan masyarakat Indonesia, khususnya Jakarta. Menurut Faradila, berdasarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terlepas dari proses interaksi sosial. Soerjono Soekanto (1986) mengutip

BAB I PENDAHULUAN. terlepas dari proses interaksi sosial. Soerjono Soekanto (1986) mengutip 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap manusia dalam menjalani kehidupan sehari-hari tidak akan terlepas dari proses interaksi sosial. Soerjono Soekanto (1986) mengutip definisi Gillian dan

Lebih terperinci

Sebelumnya, mari mengenal apa itu aspirasi? Kita biasa menyebutkan dengan

Sebelumnya, mari mengenal apa itu aspirasi? Kita biasa menyebutkan dengan M engenal I m pian Peserta Jam bo re Sahabat Anak XV VI. Dear voluntir JSA XVI, Ada 1192 suara dari impian para peserta JSA XVI yang tertulis dalam spanduk dan kapsul harapan salah satu sesi dalam JSA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memiliki keinginan untuk mencintai dan dicintai oleh lawan jenis. menurut

BAB I PENDAHULUAN. memiliki keinginan untuk mencintai dan dicintai oleh lawan jenis. menurut BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di dalam kehidupan manusia terdapat berbagai bentuk hubungan sosial. Salah satunya adalah hubungan intim lawan jenis atau hubungan romantis. Hubungan ini dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menikah dan kuliah sama pentingnya, secara sederhana bisa digambarkan,

BAB I PENDAHULUAN. Menikah dan kuliah sama pentingnya, secara sederhana bisa digambarkan, BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Menikah dan kuliah sama pentingnya, secara sederhana bisa digambarkan, menikah jelas kaitannya dengan rumah tangga. Adapun kuliah hubungannya dengan ilmu pengetahuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penduduk besar. Jumlah penduduk yang besar ini telah membawa Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. penduduk besar. Jumlah penduduk yang besar ini telah membawa Indonesia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan salah satu negara yang mempunyai jumlah penduduk besar. Jumlah penduduk yang besar ini telah membawa Indonesia menduduki posisi ke-4 sebagai

Lebih terperinci

BAB IV KOMPARASI PANDANGAN MAJELIS ADAT ACEH (MAA) DAN MAJELIS PERMUSYAWARATAN ULAMA (MPU) KOTA LANGSA TERHADAP PENETAPAN EMAS SEBAGAI MAHAR

BAB IV KOMPARASI PANDANGAN MAJELIS ADAT ACEH (MAA) DAN MAJELIS PERMUSYAWARATAN ULAMA (MPU) KOTA LANGSA TERHADAP PENETAPAN EMAS SEBAGAI MAHAR BAB IV KOMPARASI PANDANGAN MAJELIS ADAT ACEH (MAA) DAN MAJELIS PERMUSYAWARATAN ULAMA (MPU) KOTA LANGSA TERHADAP PENETAPAN EMAS SEBAGAI MAHAR Setelah mempelajari lebih lanjut mengenai hal-hal yang terkandung

Lebih terperinci

Para filsuf Eropa menyebut istilah akhir sejarah bagi modernisasi yang kemudian diikuti dengan perubahan besar.

Para filsuf Eropa menyebut istilah akhir sejarah bagi modernisasi yang kemudian diikuti dengan perubahan besar. Tiga Gelombang Demokrasi Demokrasi modern ditandai dengan adanya perubahan pada bidang politik (perubahan dalam hubungan kekuasaan) dan bidang ekonomi (perubahan hubungan dalam perdagangan). Ciriciri utama

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. khususnya bila menghadapi ketidakpastian dan ancaman dari luar dirinya.

PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. khususnya bila menghadapi ketidakpastian dan ancaman dari luar dirinya. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia dalam kehidupannya senantiasa membutuhkan kehadiran orang lain untuk memenuhi kebutuhannya baik secara fisik maupun psikis. Kehadiran orang lain ini akan mampu

Lebih terperinci

2.9 Glosarium (daftar istilah) dibuat dan diletakkan di bagian tugas akhir, yaitu setelah daftar pustaka.

2.9 Glosarium (daftar istilah) dibuat dan diletakkan di bagian tugas akhir, yaitu setelah daftar pustaka. 2.9 Glosarium (daftar istilah) dibuat dan diletakkan di bagian tugas akhir, yaitu setelah daftar pustaka. xx BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berdasarkan klasifikasi populasi penduduk Jepang menurut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Jepang adalah salah satu negara yang menjadi bagian dari Perang Dunia II dan mengalami kekalahan. Kekalahan ini yang menyebabkan ekonomi Jepang memburuk, karena dua

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perempuan adalah tiang penyangga dalam rumah tangga. Istilah tersebut

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perempuan adalah tiang penyangga dalam rumah tangga. Istilah tersebut 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perempuan adalah tiang penyangga dalam rumah tangga. Istilah tersebut menunjukkan bahwa perempuan memiliki posisi vital di tengah-tengah keluarga dengan segala fungsi

Lebih terperinci

BAB 5 RINGKASAN. orang-orang dari negara lain. Perkawinan masyarakat Jepang didasarkan pada konsep ie.

BAB 5 RINGKASAN. orang-orang dari negara lain. Perkawinan masyarakat Jepang didasarkan pada konsep ie. BAB 5 RINGKASAN Sistem perkawinan pada masyarakat Jepang mungkin tampak tidak umum bagi orang-orang dari negara lain. Perkawinan masyarakat Jepang didasarkan pada konsep ie. Di dalam sistem ie ini wanita

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. keluarga yang harmonis. Dalam berumah tangga setiap pasang terkadang

PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. keluarga yang harmonis. Dalam berumah tangga setiap pasang terkadang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkawinan merupakan suatu tradisi dipersatukannya dua insan manusia dalam ikatan suci, dan keduanya ingin mencapai tujuan yang sama yaitu menjadi keluarga yang harmonis.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. komunikasi menjadi lebih mudah untuk dilakukan. Teknologi yang semakin

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. komunikasi menjadi lebih mudah untuk dilakukan. Teknologi yang semakin BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa ini perkembangan teknologi semakin canggih membuat komunikasi menjadi lebih mudah untuk dilakukan. Teknologi yang semakin canggih dan berbagai sosial

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perubahan dan menyelesaikan tugas-tugas perkembangan dari lahir, masa kanakkanak,

BAB I PENDAHULUAN. perubahan dan menyelesaikan tugas-tugas perkembangan dari lahir, masa kanakkanak, BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Setiap manusia dalam perkembangan hidupnya, akan mengalami banyak perubahan dan menyelesaikan tugas-tugas perkembangan dari lahir, masa kanakkanak, masa remaja, masa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN kunjungan, mengalami penurunan sebesar 3,56 persen dibandingkan

BAB I PENDAHULUAN kunjungan, mengalami penurunan sebesar 3,56 persen dibandingkan BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Jakarta merupakan kota yang terus berkembang di berbagai aspek.kondisi dunia pariwisata saat ini pun makin berkembang cepat sehingga kepariwisataan dapat digunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Setiap manusia dalam perkembangan hidupnya akan mengalami banyak perubahan di mana ia harus menyelesaikan tugastugas perkembangan, dari lahir, masa kanak-kanak, masa

Lebih terperinci

menjadi katalisator berbagai agenda ekonomi Cina dengan negara kawasan Indocina yang semuanya masuk dalam agenda kerja sama Cina-ASEAN.

menjadi katalisator berbagai agenda ekonomi Cina dengan negara kawasan Indocina yang semuanya masuk dalam agenda kerja sama Cina-ASEAN. BAB V KESIMPULAN Kebangkitan ekonomi Cina secara signifikan menguatkan kemampuan domestik yang mendorong kepercayaan diri Cina dalam kerangka kerja sama internasional. Manuver Cina dalam politik global

Lebih terperinci

SKRIPSI. Disusun oleh: Sulestyaningsih D.U

SKRIPSI. Disusun oleh: Sulestyaningsih D.U KETERBUKAAN DIRI DALAM MENJALIN HUBUNGAN ANTARA MENANTU DAN MERTUA (Studi Deskriptif tentang Keterbukaan Diri dalam Menjalin Hubungan antara Menantu Perempuan dengan Ibu Mertuanya yang Tinggal Serumah

Lebih terperinci

PELATIHAN KONSELING PERKAWINAN BERBASIS KOMUNITAS

PELATIHAN KONSELING PERKAWINAN BERBASIS KOMUNITAS Prosiding SNaPP2016 Kesehatan pissn 2477-2364 eissn 2477-2356 PELATIHAN KONSELING PERKAWINAN BERBASIS KOMUNITAS 1 Dyah Astorini Wulandari, 2 Suwarti 1,2 Fakultas Psikologi, Universitas Muhammadiyah Purwokerto

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memerlukan interaksi tersebut dalam berbagai bentuk. Manusia. malam harinya. Sebagai makhluk sosial, manusia memerlukan hubungan

BAB I PENDAHULUAN. memerlukan interaksi tersebut dalam berbagai bentuk. Manusia. malam harinya. Sebagai makhluk sosial, manusia memerlukan hubungan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sebagai makhluk sosial manusia memerlukan hubungan interpersonal dan manusia memerlukan interaksi tersebut dalam berbagai bentuk. Manusia merupakan makhluk

Lebih terperinci

PERNIKAHAN DILIHAT DARI SUDUT PANDANG ENAM PRIA SINGLE JEPANG DI JAKARTA

PERNIKAHAN DILIHAT DARI SUDUT PANDANG ENAM PRIA SINGLE JEPANG DI JAKARTA PERNIKAHAN DILIHAT DARI SUDUT PANDANG ENAM PRIA SINGLE JEPANG DI JAKARTA Nurul Indah Susanti Program Studi Sastra Jepang Fakultas Ilmu Budaya Universitas Airlangga Dharmawangsa Dalam Selatan Surabaya 60286

Lebih terperinci

STIGMA SOSIAL TERHADAP IBU RUMAH TANGGA PENYALAHGUNA NARKOBA DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN TANJUNG GUSTA MEDAN

STIGMA SOSIAL TERHADAP IBU RUMAH TANGGA PENYALAHGUNA NARKOBA DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN TANJUNG GUSTA MEDAN STIGMA SOSIAL TERHADAP IBU RUMAH TANGGA PENYALAHGUNA NARKOBA DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN TANJUNG GUSTA MEDAN SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Sosial Disusun Oleh

Lebih terperinci

Oleh : DEDI WIZANI NIM :

Oleh : DEDI WIZANI NIM : KELOMPOK WANITA TANI (STUDI KASUS PERAN PEREMPUAN DALAM PENGAMBILAN KEPUTUSAN DOMESTIK DAN KEGIATAN SOSIAL KEMASYARAKATAN DI KELURAHAN GUNUNG LENGKUAS KECAMATAN BINTAN TIMUR KABUPATEN BINTAN) NASKAH PUBLIKASI

Lebih terperinci

KEBAHAGIAAN DAN KETIDAKBAHAGIAAN PADA WANITA MENIKAH MUDA

KEBAHAGIAAN DAN KETIDAKBAHAGIAAN PADA WANITA MENIKAH MUDA KEBAHAGIAAN DAN KETIDAKBAHAGIAAN PADA WANITA MENIKAH MUDA NASKAH PUBLIKASI Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta Untuk Memenuhi Sebagaian Persyaratan Dalam Mencapai Derajat

Lebih terperinci

PENYESUAIAN PERKAWINAN DENGAN KECENDERUNGAN KESENJANGAN KONSEP PERAN SUAMI ISTRI

PENYESUAIAN PERKAWINAN DENGAN KECENDERUNGAN KESENJANGAN KONSEP PERAN SUAMI ISTRI 1 2 3 PENYESUAIAN PERKAWINAN DENGAN KECENDERUNGAN KESENJANGAN KONSEP PERAN SUAMI ISTRI Novi Qonitatin Fakultas Psikologi Universitas Dipoengoro qonitatin_novi@yahoo.co.id ABSTRAK Perkawinan merupakan kesepakatan

Lebih terperinci

The Influence of Shu s Invasion of Nanman towards the Region

The Influence of Shu s Invasion of Nanman towards the Region The Influence of Shu s Invasion of Nanman towards the Region Southeast Asia A Thesis Presented as a Partial Fulfillment of the Requirement to Obtain the Sarjana Degree in the English Linguistics Study

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. cinta, seiring dengan perkembangan dan pertumbuhan individu dewasa.

BAB I PENDAHULUAN. cinta, seiring dengan perkembangan dan pertumbuhan individu dewasa. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu tugas perkembangan individu dewasa adalah merasakan ketertarikan terhadap lawan jenis yang akan menimbulkan hubungan interpersonal sebagai bentuk interaksi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN 1.1. Konteks Masalah Emansipasi wanita telah memberikan semangat dan dorongan bagi kaum perempuan untuk tampil secara mandiri dalam mencapai segala impian, cita-cita dan memenuhi kebutuhan

Lebih terperinci

BAB III DAMPAK DAN USAHA MENGATASI FENOMENA SEKKUSU SHINAI SHOKOGUN DALAM KEHIDUPAN SOSIAL MASYARAKAT JEPANG

BAB III DAMPAK DAN USAHA MENGATASI FENOMENA SEKKUSU SHINAI SHOKOGUN DALAM KEHIDUPAN SOSIAL MASYARAKAT JEPANG BAB III DAMPAK DAN USAHA MENGATASI FENOMENA SEKKUSU SHINAI SHOKOGUN DALAM KEHIDUPAN SOSIAL MASYARAKAT JEPANG Seperti halnya masalah sosial lainnya, fenomena Sekkusu shinai shokogun ini turut memberi dampak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam pembangunan nasional. Sejak awal tahun 70-an, isu mengenai

BAB I PENDAHULUAN. dalam pembangunan nasional. Sejak awal tahun 70-an, isu mengenai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seiring dengan pekembangan zaman yang modern di Indonesia, semakin memberikan kesempatan pada setiap perempuan untuk berperan aktif dalam pembangunan nasional.

Lebih terperinci

Kesiapan menikah hasil identifikasi dari jawaban contoh mampu mengidentifikasi tujuh dari delapan faktor kesiapan menikah, yaitu kesiapan emosi,

Kesiapan menikah hasil identifikasi dari jawaban contoh mampu mengidentifikasi tujuh dari delapan faktor kesiapan menikah, yaitu kesiapan emosi, 61 PEMBAHASAN Hampir seluruh dewasa muda dalam penelitian ini belum siap untuk menikah, alasannya adalah karena usia yang dirasa masih terlalu muda. Padahal ketentuan dalam UU No.1 tahun 1974, seharusnya

Lebih terperinci

KEPUASAN PERNIKAHAN DITINJAU DARI KEMATANGAN PRIBADI DAN KUALITAS KOMUNIKASI

KEPUASAN PERNIKAHAN DITINJAU DARI KEMATANGAN PRIBADI DAN KUALITAS KOMUNIKASI KEPUASAN PERNIKAHAN DITINJAU DARI KEMATANGAN PRIBADI DAN KUALITAS KOMUNIKASI SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Dalam Mencapai Derajat Sarjana S-1 Diajukan Oleh : Dewi Sumpani F 100 010

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (laki-laki dan perempuan), secara alamiah mempunyai daya tarik menarik. perkawinan antara manusia yang berlaian jenis itu.

BAB I PENDAHULUAN. (laki-laki dan perempuan), secara alamiah mempunyai daya tarik menarik. perkawinan antara manusia yang berlaian jenis itu. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam kehidupan manusia di dunia yang berlainan jenis kelaminnya (laki-laki dan perempuan), secara alamiah mempunyai daya tarik menarik antara satu dengan yang lainnya

Lebih terperinci

BAB 5 SIMPULAN, DISKUSI, SARAN

BAB 5 SIMPULAN, DISKUSI, SARAN BAB 5 SIMPULAN, DISKUSI, SARAN Bab terakhir ini berisi kesimpulan hasil penelitian dan diskusi mengenai hasil yang diperoleh dalam penelitian, pembahasan tentang keterbatasan penelitian serta saran yang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Bagi seorang wanita Jepang yang masih tradisional, kebahagiaan bagi mereka adalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Bagi seorang wanita Jepang yang masih tradisional, kebahagiaan bagi mereka adalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bagi seorang wanita Jepang yang masih tradisional, kebahagiaan bagi mereka adalah berada diantara keluarga dan rumah. Pada era Meiji ada istilah ryousaikenbo wanita

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Berbicara terkait kasus-kasus Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Berbicara terkait kasus-kasus Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berbicara terkait kasus-kasus Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) di Indonesia, saat ini sudah tidak mengenal kata usai dan terus bertambah setiap tahunnya,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Ensiklopedia indonesia, perkataan perkawinan adalah nikah;

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Ensiklopedia indonesia, perkataan perkawinan adalah nikah; BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Perkawinan Menurut Ensiklopedia indonesia, perkataan perkawinan adalah nikah; sedangkan menurut Purwadarminta (1979), kawin adalah perjodohan laki-laki dan perempuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Serangan Sekutu di Asia Pasifik dimulai dan Jepang mencapai

BAB I PENDAHULUAN. Serangan Sekutu di Asia Pasifik dimulai dan Jepang mencapai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Serangan Sekutu di Asia Pasifik dimulai 1943-1945 dan Jepang mencapai puncak kekalahannya atas serangan Sekutu pada tahun 1945. Kerusakan dan kerugian di berbagai

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Pernikahan adalah salah satu proses penting dalam kehidupan sosial manusia. Pernikahan merupakan kunci bagi individu untuk memasuki dunia keluarga, yang di dalamnya terdapat

Lebih terperinci

2016 PENGARUH KOMUNIKASI HIPERPERSONAL TERHADAP PEMELIHARAAN HUBUNGAN JARAK JAUH (LONG DISTANCE RELATIONSHIP) MAHASISWA DI KOTA BANDUNG

2016 PENGARUH KOMUNIKASI HIPERPERSONAL TERHADAP PEMELIHARAAN HUBUNGAN JARAK JAUH (LONG DISTANCE RELATIONSHIP) MAHASISWA DI KOTA BANDUNG 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Komunikasi merupakan aktivitas manusia yang sangat mendasar untuk saling berinteraksi dengan lingkungannya. Melalui komunikasi, manusia menunjukkan kodratnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat majemuk yang memiliki

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat majemuk yang memiliki BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat majemuk yang memiliki berbagai kebudayaan yang berbeda-beda antara satu dengan yang lainnya, kebudayaan ini tersebar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. <http://www.japantimes.co.jp/news/2013/06/01/world/the-evolution-of-ticad-since-its-inception-in-1993/>, diakses 16 Juni 2016.

BAB I PENDAHULUAN. <http://www.japantimes.co.jp/news/2013/06/01/world/the-evolution-of-ticad-since-its-inception-in-1993/>, diakses 16 Juni 2016. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sejak kebijakan ODA Jepang mulai dijalankan pada tahun 1954 1, ODA pertama kali diberikan kepada benua Asia (khususnya Asia Tenggara) berupa pembayaran kerusakan akibat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Setiap manusia dalam perkembangan hidupnya akan mengalami banyak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Setiap manusia dalam perkembangan hidupnya akan mengalami banyak 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap manusia dalam perkembangan hidupnya akan mengalami banyak perubahan dimana ia harus menyelesaikan tugas-tugas perkembangan, dari lahir, masa kanak-kanak,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Seorang wanita yang memilih untuk menikah dengan prajurit TNI bukanlah hal yang mudah, wanita tersebut harus memiliki komitmen yang kuat dalam hubungan pernikahannya.

Lebih terperinci

KEPUTUSAN HIDUP MELAJANG PADA KARYAWAN DITINJAU DARI KEPUASAN HIDUP DAN KOMPETENSI INTERPERSONAL

KEPUTUSAN HIDUP MELAJANG PADA KARYAWAN DITINJAU DARI KEPUASAN HIDUP DAN KOMPETENSI INTERPERSONAL KEPUTUSAN HIDUP MELAJANG PADA KARYAWAN DITINJAU DARI KEPUASAN HIDUP DAN KOMPETENSI INTERPERSONAL SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lahir, menikah, dan meninggal. Pernikahan merupakan penyatuan dua jiwa

BAB I PENDAHULUAN. lahir, menikah, dan meninggal. Pernikahan merupakan penyatuan dua jiwa 1 A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN Dalam perjalanan hidup manusia, terdapat tiga saat yang penting, yakni lahir, menikah, dan meninggal. Pernikahan merupakan penyatuan dua jiwa menjadi satu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. melalui tahap intimacy vs isolation. Pada tahap ini, individu berusaha untuk

BAB I PENDAHULUAN. melalui tahap intimacy vs isolation. Pada tahap ini, individu berusaha untuk 1 BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Saat seseorang memasuki usia dewasa awal, ia mengalami perubahan dalam hidupnya. Pada usia ini merupakan transisi terpenting dalam hidup manusia, dimana remaja mulai

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Preferensi pemilihan pasangan A.1 Definisi Preferensi pemilihan pasangan Preferensi pemilihan pasangan merupakan salah satu topik yang sudah pernah diteliti oleh beberapa peneliti.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Perkawinan didefinisikan sebagai suatu ikatan hubungan yang diakui secara

I. PENDAHULUAN. Perkawinan didefinisikan sebagai suatu ikatan hubungan yang diakui secara I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Perkawinan didefinisikan sebagai suatu ikatan hubungan yang diakui secara agama dan sosial antara pria dan wanita. Dalam perkawinan terdapat hak dan kewajiban,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pernikahan merupakan suatu institusi sosial yang diakui disetiap kebudayaan

BAB I PENDAHULUAN. Pernikahan merupakan suatu institusi sosial yang diakui disetiap kebudayaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Pernikahan merupakan suatu institusi sosial yang diakui disetiap kebudayaan atau masyarakat. Sekalipun makna pernikahan berbeda-beda, tetapi praktekprakteknya pernikahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memaknai bahwa kebudayaan itu beragam. Keragamannya berdasarkan norma norma serta

BAB I PENDAHULUAN. memaknai bahwa kebudayaan itu beragam. Keragamannya berdasarkan norma norma serta BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Kebudayaan sebagai warisan leluhur yang dimiliki oleh masyarakat setempat, hal ini memaknai bahwa kebudayaan itu beragam. Keragamannya berdasarkan norma norma serta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. harus dilakukan sesuai dengan tahapan perkembangannya. Salah satu tugas

BAB I PENDAHULUAN. harus dilakukan sesuai dengan tahapan perkembangannya. Salah satu tugas BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Selama masa hidupnya, individu mempunyai tugas-tugas perkembangan yang harus dilakukan sesuai dengan tahapan perkembangannya. Salah satu tugas perkembangan yang

Lebih terperinci