Abstrak. Kata Kunci: Optimasi, Pengadaan, Linear Programming, Time Series ARIMA, Regresi. ABSTRACT

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Abstrak. Kata Kunci: Optimasi, Pengadaan, Linear Programming, Time Series ARIMA, Regresi. ABSTRACT"

Transkripsi

1 OPTIMASI PENGADAAN DAN PENDISTRIBUSIAN BERAS DENGAN MENGGUNAKAN LINEAR PROGRAMMING DAN MEMPERTIMBANGKAN HASIL PANEN (STUDI KASUS: PERUM BULOG SUB DIVRE I SURABAYA UTARA) Sabrina Hudani dan Suparno Jurusan Teknik Industri Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya Kampus ITS Sukolilo Surabaya sabrinahudani@gmail.com ; suparno@ie.its.ac.id Abstrak Dalam memperkuat ketahanan pangan, dilakukan peningkatan ketersediaan pangan baik melalui proses produksi dalam negeri maupun impor. Oleh karena itu, pemerintah mendirikan suatu badan tersendiri yang menangani masalah pangan, yaitu Perum BULOG. Alokasi pengadaan beras pada Perum BULOG berdasarkan penggunaannya terdiri dari tiga bagian, yaitu Beras Miskin (RASKIN), Cadangan Beras Pemerintah (CBP), dan Operasi Pasar Murni (OPM). Untuk memenuhi kebutuhan pangan masyarakat Indonesia, BULOG perlu mengoptimalkan persediaan beras dalam gudangnya agar tidak terjadi stock out. Optimalisasi persediaan ini dapat dilakukan dengan mengaplikasikan salah satu metode optimasi, yaitu linear programming. Linear programming merupakan salah satu metode untuk menghasilkan solusi yang optimal. Dalam penelitian ini, linear programming bertujuan untuk memenuhi kebutuhan beras dan meminimalkan biaya distribusi. Selain itu, penelitian ini juga mempertimbangkan peramalan produksi padi dan kebutuhan beras di masa mendatang. Teknik peramalan dalam penelitian ini menggunakan metode regresi linier dan ARIMA. Dari hasil running LINGO didapatkan total biaya distribusi optimal selama tahun 2011 sebesar Rp ,00 dimana total biaya ini lebih rendah dibandingkan dengan pragnosa perusahaan. Kata Kunci: Optimasi, Pengadaan, Linear Programming, Time Series ARIMA, Regresi. ABSTRACT For strengthened of food endurance, we increase food ability by increasing the production process inside outside. Therefore, the goverment founding an institute that handle of the food problem, that is Perum BULOG. Allocation of rice procurement in Perum BULOG based on utility consist of three part, there are Poor Rice (RASKIN), Government Spare Rice (CBP), and pure market operation (OPM). To provide of Indonesian people food requirement, BULOG need to optimizing rice stock in the warehouse to avoid stock out. This stock optimalization can be made by aplicating one of optimization method, that is linear programming. Linear programming is one of many method that provide a optimal solution. In this research, linear programming method used for fulfillment of demand and minimize distribution cost. Beside that, this research is also consider about forcasting of rice production and rise demand in the future. Forcasting technique in this research is use linear regression method and ARIMA. Based on result of LINGO, the optimal distribution cost in 2011 is Rp ,00 which it lower than company s estimation. Keyword: Optimization, Procurement, Linear Programming, Time Series ARIMA, Regression. 1. Pendahuluan Kebutuhan hidup yang terpenting bagi manusia setelah udara dan air adalah kebutuhan pangan. Pangan merupakan kebutuhan pokok bagi manusia untuk bertahan hidup. Untuk bisa bertahan hidup, manusia perlu usaha untuk memenuhi segala kebutuhannya, termasuk kebutuhan pangan. Ketahanan pangan baik bagi individu, rumah tangga, maupun komunitas merupakan hak azasi manusia. Dalam ketahanan pangan terdapat aspek supply yang mencakup proses produksi dan distribusi. Kebutuhan pangan yang pokok bagi masyarakat Indonesia adalah nasi yang berasal dari beras. Ketersediaan beras erat kaitannya dengan produksi padi para petani. Jika cuaca mendukung, maka produksi padi yang dihasilkan akan baik dan berlimpah. Namun, jika cuaca tidak mendukung, bisa mengakibatkan gagal panen sehingga produksi

2 padi tidak maksimal. Jika dilihat pada Gambar 1.1, luas panen tidak menentu setiap tahunnya. Namun, luas panen total dari tahun 2007 sampai dengan 2010 cenderung naik sehingga diharapkan dapat memenuhi kebutuhan pangan masyarakat. Dengan demikian, perlu dilakukan pengendalian terhadap ketersediaan beras. Untuk meningkatkan ketahanan pangan, pemerintah mendirikan suatu lembaga, yaitu Perum BULOG. Perum BULOG merupakan satu-satunya Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang mempunyai wewenang untuk menangani kebutuhan pangan pokok dalam negeri untuk pemenuhan hajat hidup orang banyak. Tujuan didirikannya Perum BULOG yaitu untuk menyelenggarakan usaha logistik pangan pokok yang bermutu dan memadai bagi pemenuhan hajat hidup orang banyak. Inti bisnis Perum BULOG adalah usaha logistik pangan pokok, khususnya beras. Dalam menjalankan aktivitasnya, Perum BULOG harus mampu memberikan kontribusi dalam peningkatan efisiensi nasional hingga mengurangi beban pemerintah dalam pengelolaan pangan nasional. Tujuan dan tugas Perum BULOG dirancang mengacu ke konsep ketahanan pangan dan hak rakyat atas pangan sesuai UU No. 7 Tahun 1996 tentang pangan. Gambar 1.1 Luas Panen Padi (Ha) Bulanan Tahun (Sumber: Visi dari Perum BULOG yaitu Menjadi Lembaga Pangan yang Handal untuk Memantapkan Ketahanan Pangan. Dengan visi ini, Perum BULOG harus memiliki keunggulan daya saing dari segi kualitas komoditas, pelayanan, tingkat efisiensi, dan efektivitas yang tinggi dibandingkan institusi lainnya. Perum BULOG memiliki peran yang cukup penting dalam upaya mewujudkan dan memantapkan ketahanan pangan, baik dalam skala rumah tangga maupun nasional. Sedangkan untuk misi Perum BULOG yaitu: Menyelenggarakan tugas pelayanan publik untuk menunjang keberhasilan pelaksanaan kebijakan pangan nasional. Misi ini mengandung makna untuk meningkatkan kualitas pelayanan kepada konsumen dan produsen maupun internal BULOG sendiri. Menyelenggarakan kegiatan ekonomi di bidang pangan secara berkelanjutan serta memberikan manfaat kepada perekonomian nasional. Dengan misi ini, BULOG dapat berperan dalam berbagai kegiatan ekonomi, khususnya berkaitan dengan bidang pangan yang dapat memberi manfaat kepada stakeholders. Alur pengadaan gabah/beras dimulai dari petani sebagai produsen beras. Tim BULOG bagian pengadaan akan membeli gabah dari petani tersebut yang kemudian akan disalurkan kembali ke gudang BULOG. Pengadaan gabah/beras dalam negeri dapat dilakukan oleh lembaga berikut: a) Mitra Kerja Pengadaan gabah/beras dalam negeri b) Unit Pengelolaan Gabah Beras (UPGB) c) Satuan Tugas Operasional Pengadaan Gabah Dalam Negeri (SATGAS ADA DN) Pengadaan gabah dan beras dalam negeri berawal dari produksi petani. Dengan adanya harga pembelian pemerintah (HPP), petani menjadi aman dalam melaksanakan usaha tani padinya. Pengadaan dalam negeri menjadi jaminan harga dan sekaligus jaminan pasar atas hasil produksinya. Salah satu pilar ketahanan pangan yaitu ketersediaan dapat tercapai. Dengan adanya HPP, petani mempunyai perkiraan harga untuk melepas produksinya. Pilihan pasar yang terbuka antara BULOG dan pasar umum diharapkan akan memberikan daya tawar yang lebih baik bagi petani. Dengan HPP sebagai patokan harga jualnya, petani bisa memilih untuk menjual ke pasar umum atau ke BULOG. Sejak berdiri tahun 1967, BULOG tidak lepas dari kegiatan pelayanan publik yang harus dilaksanakan berkenaan dengan ketahanan pangan. Hal ini melatarbelakangi BULOG untuk memilih menjadi penjaga ketahanan rumah tangga dan nasional dengan mottonya Andalan 2

3 Ketahanan Pangan. Sawit, Djanuardi, dan Partini (2003) menjelaskan terdapat tiga alokasi beras yang digunakan, yaitu alokasi beras untuk RASKIN (Beras Miskin), Cadangan Beras Pemerintah (CBP), dan Operasi Pasar Murni (OPM). RASKIN ditujukan untuk masyarakat miskin berdasarkan data dari BPS. RASKIN merupakan alokasi beras yang digunakan customer yang berada pada tingkat ekonomi rendah. Pelaksanaan RASKIN bertujuan untuk memperkuat ketahanan pangan, terutama bagi rumah tangga miskin. Beberapa kendala dalam pelaksanaan RASKIN yaitu dalam pencapaian ketepatan indikator maupun ketersediaan anggaran. Sampai saat ini, jumlah beras yang akan disalurkan baru ditetapkan setelah anggaran tersedia. Hal ini akan menyulitkan dalam perencanaan pendanaan, penyimpanan stok, dan perhitungan biaya-biayanya. Ketepatan harga terkendala dengan hambatan geografis. Lokasi RTS yang jauh dari titik distribusi menyebabkan RTS harus membayar lebih untuk mendekatkan beras ke rumahnya. Selain itu, ketetapan jumlah RASKIN yang disediakan tidak selalu dilakukan pada awal tahun dan sering diadakan perubahan pada pertengahan tahun yang dikarenakan berbagai faktor. Hal ini akan menyulitkan dalam perencanaan persediaan beras dan perencanaan pendanaan (Divisi Gasar, 2009). Cadangan Beras Pemerintah (CBP) yang dikelola BULOG telah dimiliki Pemerintah sejak tahun Keberadaan CBP tang ditujukan untuk situasi darurat dan pasca bencana serta stabilisasi harga, dan telah tersebar di seluruh Indonesia memudahkan Pemerintah Pusat maupun Pemerintah Daerah untuk menggunakannya. CBP sudah teruji kemudahan dalam penggunaannya saat teradi bencana tsunami, gempa, kekeringan, dan lainlain. Kemudahan dan kecepatan akses terhadap beras CBP untuk kebutuhan darurat dalam rangka penguatan ketahanan pangan rumah tangga dan stabilisasi harga beras, menjadi awal kajian pengembangan CBP selanjutnya bukan hanya pada saat darurat, namun juga pada saat terjadi surplus produksi pada era swasembada (Divisi Gasar,2009). Selama dua puluh tahun terakhir, jumlah pengadaan berfluktuasi antara lain disesuaikan dengan perkembangan harga gabah dan beras di pasar, produksi padi nasional, dan juga dipengaruhi oleh jumlah penugasan Pemerintah untuk kebutuhan penyaluran. Pengadaan dalam negeri (beras lokal) umumnya kecil saat terjadi musim kemarau panjang. Pengadaan terkecil terjadi pada tahun 1998 saat harga beras melambung tinggi dan produksi turun. Krisis moneter mengakibatkan daya beli masyarakat menurun, harga sarana produksi terasa mahal bagi petani sehingga banyak tanaman padi yang tidak cukup pupuk dan mengakibatkan produktivitas menurun. Fluktuasi mengikuti produksi terus berlangsung sampai penugasan pengamanan Harga Dasar tidak lagi menjadi utama. Dengan penugasan yang lebih ditekankan kepada upaya stabilisasi harga, maka jumlah pengadaan beras lokal disesuaikan dengan jumlah penyaluran dengan tetap mempertimbangkan perkembangan harga gabah di tingkat produsen. Jumlah pengadaan terus meningkat sejak tahun 2006 sebagaimana peningkatan jumlah produksi dan penyaluran. Jumlah pengadaan tertinggi yang dicapai BULOG selama lembaga ini berdiri terealisasi pada tahun Oleh karena itu, maka diharapkan pengadaan beras untuk tahun selanjutnya dipertahankan dan ditingkatkan (Divisi Gasar). Usaha yang dilakukan untuk menanggulangi permasalahan tersebut adalah menggunakan metode Linear programming untuk mengetahui persediaan optimal beras sehingga perusahaan dapat mengurangi adanya impor beras. Untuk mendukung penggunaan metode tersebut, diperlukan data historis untuk melakukan peramalan kebutuhan beras dan peramalan produksi padi sehingga perusahaan dapat memperkirakan jumlah beras lokal yang ada untuk memenuhi seluruh alokasi kebutuhan beras. Dengan menggunakan metode tersebut, maka diharapkan perusahaan dapat mengantisipasi kekurangan stok beras untuk RASKIN, CBP dan OPM, serta dapat meminimalkan biaya distribusi. Adapun tujuan yang ingin dicapai penulis dari penelitian Tugas Akhir ini adalah sebagai berikut: 1. Mengetahui sistem eksisting perusahaan dalam pengadaan dan pendistribusian beras 2. Meramalkan jumlah produksi padi di wilayah Surabaya, Gresik, dan Sidoarjo selama tahun Mengaplikasikan metode Linear programming untuk pengadaan beras 3

4 yang optimal di wilayah Surabaya, Gresik, dan Sidoarjo 4. Memperoleh alternatif kebijakan pengadaan beras yang meminimumkan biaya distribusi untuk perusahaan amatan. Batasan yang digunakan dalam penelitian ini adalah: 1. Penelitian hanya dilakukan di Perum Bulog Sub Divisi Regional I Surabaya Utara 2. Objek yang diteliti hanya beras RASKIN, CBP, dan OPM 3. Wilayah yang diteliti hanya daerah Surabaya, Gresik, dan Sidoarjo 4. Data yang digunakan dalam penelitian adalah data produksi padi tahun 2005 sampai 2009 untuk wilayah Gresik dan Sidoarjo dan data produksi padi tahun 2006 sampai 2010 untuk wilayah Surabaya. Asumsi yang digunakan dalam penelitian ini adalah: 1. Beras petani yang memenuhi kualitas beras BULOG sebesar 40% dari hasil panen di masing-masing wilayah. 2. Perhitungan jarak yang digunakan dalam penentuan biaya distribusi adalah jarak total dari titik asal ke titik tujuan. 3. Harga pembelian beras tidak ikut diperhitungkan dalam pemodelan matematis karena perusahaan mempunyai ketentuan harga beli beras petani berdasarkan Inpres Tahun 2009 tentang Harga Pembelian Pemerintah (HPP). 4. Biaya yang terdapat di dalam gudang diabaikan. Manfaat yang didapatkan dari penelitian ini adalah : 1. Dapat mengoptimalkan persediaan beras dengan mempertimbangkan peramalan produksi padi dan kebutuhan beras di masa mendatang 2. Memberikan alternatif kebijakan pengadaan beras untuk perusahaan dalam mengoptimalkan persediaan beras lokal 2. Tinjauan Pustaka 2.1 Linear Programming (LP) Linear Programming (LP) adalah salah satu cara untuk menyelesaikan persoalan pengalokasian sumber-sumber yang terbatas di antara beberapa aktivitas yang berbeda dengan cara terbaik yang mungkin dapat dilakukan sehingga diperoleh keuntungan yang maksimum atau biaya yang minimum (Amalia, 2004). Keputusan yang diambil dalam program tersebut diambil dengan memilih dari beberapa alternatif yang ada. Suatu masalah LP merupakan suatu masalah optimasi yang berkaitan dengan meminimumkan atau memaksimalkan suatu fungsi linier yang dibatasi oleh konstrainkonstrain atau kendala-kendala yang berbentuk baik persamaan ataupun ketidaksamaan (Bazaraa et al, 2005). Hasil akhir dapat dikatakan optimal jika hasil tersebut dapat mencapai tujuan yang terbaik di antara seluruh alternatif feasible. Permasalahan LP dapat diformulasikan sebagai berikut. Minimize: Z = c 1 X 1 + c 2 X c n X n (1) Dengan batasan: X j 0 n j =1 a ij X j b i i = 1,2,3,... m j = 1,2,3,... n Keterangan: c 1 X 1 + c 2 X c n X n adalah fungsi tujuan yang harus diminimumkan atau dimaksimalkan dan dinotasikan dengan Z Koefisien c 1, c 2,... c j adalah koefisien cost yang diketahui X 1, X 2,... X j adalah variabel keputusan yang harus dicari Pertidaksamaan n j =1 a ij X j b i adalah konstrain ke-i Pertidaksamaan a ij untuk i = 1, 2,... m j = 1, 2,... n adalah parameter pembatas Konstrain X j 0adalah konstrain nonnegatif. Selain model LP seperti yang diformulasikan di atas, terdapat pula bentuk lain dari model LP, yaitu: Fungsi tujuan bukan minimasi, melainkan maksimasi 4

5 Beberapa konstrain fungsionalnya mempunyai bentuk ketidaksamaan dalam bentuk lebih kecil ( ) Beberapa konstrain lainnya mempunyai beberapa bentuk persamaan Menghilangkan konstrain non-negatif untuk beberapa variabel keputusan 2.2 Transportation Problem Permasalahan transportasi dikenal sebagai permasalahan yang dapat diformulasikan dan diselesaikan dengan linear programming berdasarkan struktur jaringan dari titik dan panah yang dihubungkan (Liu, 2003). Pada masalah transportasi terdapat m buah titik asal, dimana asal i mempunyai supply sebanyak s i unit dengan item tertentu. Di samping itu, terdapat juga n buah titik tujuan, dimana tujuan j membutuhkan d j unit dari item. Dengan mengasumsikan bahwa s i, d j > 0, maka menghubungkan masing-masing titik (i, j), dari asal i ke tujuan j, menimbulkan biaya per unit Cij untuk transportasi sehingga permasalahan yang diselesaikan adalah untuk menentukan sebuah pola pengiriman yang feasible dari titik asal ke titik tujuan dengan total biaya transportasi paling minimum, dengan x ij merupakan jumlah unit yang dikirimkan dari asal i ke tujuan j (Bazaraa et al, 2005). Selanjutnya dengan menggunakan asumsi bahwa permasalahan adalah seimbang, maka total supply sama dengan total demand. m i=1 Si = n j =1 Jika total supply melebihi total demand, maka model tujuan dapat dibuat dengan demand d n+1 = i s i - j d j dan c i, n+1 = 0 untuk i = 1,, m. Dengan mengasumsikan bahwa total supply sama dengan total demand, maka model LP untuk masalah transportasi adalah sebagai berikut. Minimize c 11 x c 1n x 1n + c 21 x c 2n x 2n + + c m1 x m1 + + c mn x mn (2) dj Subject to x x 1n = s 1 x x 2n = s 2 x m1 + + x mn = s m x 11 + x x m1 = d 1 x 1n + x 2n +. + x mn = d n x 11, x 1n, x 21, x 2n, x m1, x mn, 0 Berdasarkan asumsi bahwa total supply sama dengan total demand, maka masalah transportasi selalu mempunyai solusi yang feasible (Bazaraa et al, 2005). 3. Metodologi Penelitian Metodologi penelitian ini berisi tahapan-tahapan sistematis yang digunakan dalam melakukan penelitian tugas akhir. Urutan tahapan-tahapan dalam penelitian ini 3.1 Tahap Persiapan Sebagai tahap awal dalam penelitian ini adalah tahap persiapan. Pada tahap persiapan ini terdiri dari beberapa sub tahapan, yaitu identifikasi awal dan perumusan masalah, serta penetapan tujuan. 3.2 Tahap Pengumpulan Data Pada tahap pengumpulan data terdiri dari beberapa sub tahapan yang akan dilakukan, yaitu studi pustaka, studi lapangan, dan pengumpulan data. Data yang dikumpulkan dari Perum BULOG Sub Divisi Regional I Surabaya Utara yaitu: 1. Data kebutuhan Beras Miskin (RASKIN) untuk wilayah Surabaya, Gresik, dan Sidoarjo 2. Data kebutuhan Beras Miskin (RASKIN) selama tahun 2006 sampai Ketentuan jumlah Cadangan Beras Pemerintah (CBP) di wilayah Surabaya, Gresik, dan Sidoarjo. 4. Data kebutuhan Cadangan Beras Pemerintah (CBP) selama tahun 2006 sampai Data kebutuhan Operasi Pasar Murni (OPM) selama tahun 2006 sampai Data harga beras selama periode Januari 2009 sampai April Kebijakan pengadaan beras pada BULOG Sub Divisi Regional I Surabaya Utara Data yang diperoleh dari BPS Jawa Timur yaitu data luas panen (dalam satuan Ha) dan produksi padi (dalam satuan ton) selama periode Januari 2005 sampai Desember 2009 di wilayah Gresik. Data yang diperoleh dari Dinas Pertanian Surabaya yaitu data luas panen (dalam satuan Ha) dan produksi padi (dalam satuan ton) 5

6 selama periode Januari 2006 sampai Desember 2010 di wilayah Surabaya. 3.3 Tahap Pengolahan Data Setelah mendapatkan data ang sesuai dan dibutuhkan, maka langkah selanjutnya adalah penglahan data dengan metode-metode ang relevan dengan permasalaha yang dihadapi yang nantinya dapat membantu perusahaan dalam pengadaan beras. 3.4 Tahap Analisis dan Kesimpulan Tahap analisis dan kesimpulan merupakan tahap akhir dari penelitian ini. Tahap ini terdiri dari dua sub tahap, yaitu analisis dan interpretasi data, serta kesimpulan dan saran. 4. Pengolahan Data Pada subbab pengolahan data berisi tahapan-tahapan yang dilalui untuk memproses data yang telah diperoleh dari perusahaan. Tahapan tersebut diantaranya adalah peramalan produksi padi di wilayah Surabaya, Gresik, dan Sidoarjo, peramalan kebutuhan alokasi beras, serta formulasi model LP. 4.1 Peramalan Produksi Padi Peramalan produksi padi dilakukan dengan menggunakan kombinasi antara metode regresi dan times series ARIMA. Berikut ini merupakan hasil peramalan produksi padi di wilayah Surabaya, Gresik, dan Sidoarjo. Tabel 4.2 Hasil peramalan Produksi Padi di Gresik Tabel 4.3 Hasil peramalan Produksi Padi di Sidoarjo Tabel 4.1 Hasil peramalan Produksi Padi di Surabaya 4.2 Peramalan Alokasi Kebutuhan Beras Peramalan ini bertujuan untuk menentukan kebutuhan masing-masing alokasi beras. Namun, beras RASKIN dan CBP telah mempunyai ketentuan sehingga hanya kebutuhan beras OPM yang perlu diramalkan. 6

7 Tabel 1.4 Kebutuhan Beras Miskin (RASKIN) untuk Wilayah Surabaya, Gresik, dan Sidoarjo Kebutuhan beras OPM dipengaruhi oleh gejolak harga. Untuk menentukan kebutuhan beras OPM di periode selanjutnya, perlu dilakukan peramalan harga beras terlebih dahulu agar harga beras di periode selanjutnya diketahui. Tabel 4.5 Hasil Peramalan Harga 4.4 Formulasi Model Matematis LP Setelah diketahui total supply beras yang ada di gudang BULOG, maka dapat dibuat formulasi model LP dengan pola pengadaan dan penggunaan beras. i j k Beras Petani Surabaya (1) Beras Petani Gresik (2) Gudang BULOG I (1) RASKIN untuk Surabaya (1) RASKIN untuk Gresik (2) RASKIN untuk Sidoarjo (3) CBP untuk Surabaya (4) Beras Petani Sidoarjo (3) Gudang BULOG II (2) CBP untuk Gresik (5) 4.3 Perhitungan Supply Beras Produksi padi yang telah di-forecast masih berupa padi sehingga perlu dikonversikan ke dalam bentuk gabah kering giling (GKG) dan beras. Tabel 1.6 Perbandingan Berat Berdasarkan Bentuk Akhir Beras Movement (4) Sisa Beras Tahun Lalu (5) Gudang BULOG III (3) CBP untuk Sidoarjo (6) OPM untuk Surabaya (7) OPM untuk Gresik (8) OPM untuk Sidoarjo (9) Gambar 1.1 Pola Pengadaan dan Penggunaan Beras BULOG Biaya yang dikeluarkan BULOG untuk pengadaan beras dapat dilihat pada Tabel 4.8 dan Tabel 4.9. Tabel 1.8 Biaya Distribusi dari Supplier ke Gudang BULOG Nilai konversi padi beras = beras padi = 61,48 158,8 = 0,389 Dari masing-masing produksi padi tersebut, dikonversikan ke dalam bentuk beras dan diasumsikan hanya 40% dari beras petani di masing-masing wilayah yang dijual ke BULOG dan memenuhi standar kualitas BULOG. Tabel 1.7 Perhitungan Supply Beras BULOG Pada pendistribusian beras movement, perusahaan tidak mengeluarkan biaya karena biaya distribusi tersebut diatnggung oleh Divisi Regional Jawa Timur. Untuk sisa beras tahun 7

8 lalu tidak dilakukan pendistribusian sehingga idak ada biaya yang dikeluarkan. Tabel 1.9 Biaya Distribusi dari Gudang BULOG ke Titik Distribusi Jumlah beras dari asal i yang dikirim ke gudang BULOG j <= jumlah supply beras asal i 3 j =1 X ij dengan i = 1, 2, 3, 4, 5 Jumlah beras dari asal i yang masuk gudang BULOG j <= kapasitas gudang BULOG j 5 i=1 X ij S i b j dengan j = 1, 2, 3 Jumlah beras yang dikirim dari gudang BULOG j ke titik tujuan k <= jumlah beras dari asal i yang masuk ke gudang BULOG j 9 k=1 X jk 5 i=1 X ij Jumlah pengiriman beras dari gudang BULOG j ke titik tujuan k = jumlah kebutuhan beras di titik tujuan k 3 j =1 X jk = d k dengan k = 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9 Fungsi tujuan yang ingin diperoleh adalah optimasi pengadaan alokasi beras guna meminimalkan biaya distribusi. Biaya pengadaan yang dikeluarkan oleh BULOG meliputi semua biaya variabel dan biaya tetap yang berhubungan langsung dengan proses pengadaan beras. Minimize Z = 3 5 j =1 i=1 c ij X ij c jk X jk k=1 j =1 Penyelesaian model matematis tersebut dilakukan dengan LINGO. Dari perhitungan LINGO, akan menghasilkan jumlah beras yang dikirimkan dari titik asal ke titik tujuan serta menghasilkan total biaya distribusi yang optimal. Tabel 1.1 Hasil LINGO untuk Supply Beras Tahun 2011 dimana: Z = total biaya distribusi beras BULOG c ij = biaya pengangkutan beras dari asal i ke gudang BULOG j c jk = biaya penyaluran beras dari gudang BULOG j ke titik tujuan k X ij = jumlah beras yang diangkut dari asal i ke gudang BULOG j X jk = jumlah beras yang disalurkan dari gudang BULOG j titik tujuan k Fungsi pembatas pada permasalahan optimasi alokasi pengadaan beras adalah sebagai berikut. 8

9 Tabel 1.11 Hasil LINGO untuk Pengiriman Beras Tahun Analisis dan Interpretasi Hasil 5.1 Analisis Sistem Pengadaan Eksisting Perusahaan Data mengenai sistem pengadaan eksisting dan struktur organisasi perusahaan yang dilakukan untuk melakukan pendefinisian sistem yang ada di perusahaan sehingga dapat ditentukan dalam penelitian ini sesuai sengan kondisi eksisting perusahaan. Pada sistem pengadaan beras yang sekarang dimiliki perusahaan merupakan sistem pengadaan yang masih tergolong konvensional, dimana pengiriman beras tidak memperhitungkan jarak yang akan ditempuh. Sistem tersebut juga belum memiliki sistem manajemen yang cukup membantu karyawan dalam hal mengetahui jumlah movement yang lebih ekonomis sehingga perencanaan yang dilakukan terkadang melebihi ataupun kekurangan beras dari perencanaan awal yang telah ditetapkan. Hal ini mengakibatkan kondisi gudang menjadi kekurangan persediaan beras. Dengan model yang dikembangkan berupa optimasi pengadaan ini, maka akan dapat membantu perusahaan untuk lebih memiliki rujukan teori yang kuat dan ilmiah terhadap masalah pengadaaan beras. Dari hasil running LINGO untuk pemodelan LP nantinya diharapkan akan membantu perusahaan dalam mengetahui sistem pengadaan beras yang lebih baik dimana sistem tersebut bisa meminimasi biaya pengangkutan beras dari supplier beras (petani di masingmasing daerah) ke gudang BULOG dan dari gudang BULOG ke tempat tujuan (demand). 5.2 Analisis Hasil Peramalan Produksi Padi Peramalan produksi padi yang dilakukan dalam penelitian ini berdasarkan data historis yang berasal dari berbagai sumber. Untuk wilayah Surabaya, data historis yang digunakan berasal dari Dinas Pertanian Kota Surabaya. Untuk wilayah Gresik dan Sidoarjo, data yang digunakan berasal dari BPS Jawa Timur. Dalam peramalan produksi padi pada penelitian ini, hanya digunakan satu faktor yang mempengaruhi produksi padi, yaitu luas panen. Sebenarnya terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi produksi padi seperti faktor cuaca. Faktor cuaca sangat sulit untuk diprediksikan karena efek dari global warming yang menyebabkan perubahan iklim sehingga periode musim hujan dan musim kemarau tidak teratur seperti dulu. Oleh karena itu, penelitian ini hanya menggunakan satu faktor yang mempunyai pengaruh besar terhadap produksi padi. Analisis Peramalan Produksi Padi di Wilayah Surabaya Peramalan produksi padi wilayah Surabaya yang dilakukan dalam penelitian ini berdasarkan data historis yang berasal dari Dinas Pertanian Kota Surabaya. Data historis yang digunakan adalah data luas panen dan produksi padi selama bulan Januari 2006 sampai dengan bulan Desember Metode yang digunakan untuk meramalkan produksi padi di wilayah Surabaya adalah metode regresi. Metode regresi dipilih karena memiliki error yang paling kecil dibandingkan dengan metode peramalan lain. Perbandingan error tersebut ditunjukkan pada Tabel 5.1. Peramalan ini juga menggunakan bantuan software Minitab 14. Dari plot data produksi padi dan produksi padi, dapat dicari korelasinya antara luas panen dan produksi padi dengan menggunakan fungsi waktu. Luas panen merupakan variabel independen, sedangkan produksi padi merupakan variabel dependen. Berdasarkan proses trial and error yang telah dilakukan, variabel yang mempunyai korelasi terbaik dengan Y(t) adalah variabel X(t-12). Hal ini dikarenakan P-value dari variabel X(t-12) lebih kecil dari α. Dalam penelitian ini, α yang digunakan adalah 0,05. Persamaan regresi yang dihasilkan adalah Y(t) = ,30 X(t-12) dimana Y(t) adalah produksi padi pada bulan t, 9

10 sedangkan X(t-12) adalah produksi padi pada bulan t-12. Tabel 1.2 Perbandingan Error dari Beberapa Metode Peramalan Produksi Padi Wilayah Surabaya Persamaan regresi tersebut digunakan untuk peramalan produksi padi. Namun, untuk peramalan tersebut perlu diketahui prediksi luas panen sehingga dilakukan pula peramalan luas panen. Peramalan luas panen menggunakan metode ARIMA. Untuk uji identifikasi ACF dan PACF menunjukkan adanya lag yang signifikan. Lag yang signifikan pada PACF menjadi alternatif nilai AR, sedangkan lag yang signifikan pada ACF menjadi alternatif nilai MA. Dari proses trial and error dari model kombinasi yang dibuat.maka model yang memenuhi ketentuan ARIMA adalah AR(1) 12 dan MA(1) 12. AR(1) 12 merupakan model AR dengan seasonal watu 12 periode, sedangkan MA(1) 12 merupakan model MA dengan seasonal waktu 12 periode. Kedua model tersebut memenuhi dua parameter ARIMA yaitu signifikan terhadap model dan white-noise. Badan Pusat Statistik Jawa Timur. Data historis yang digunakan adalah data luas panen dan produksi padi selama bulan Januari 2005 sampai dengan bulan Desember Metode yang digunakan untuk meramalkan produksi padi di wilayah Gresik adalah metode regresi. Metode regresi dipilih karena mempunyai nilai error yang terkecil daripada metode yang lain, seperti yang ditunjukkan pada Tabel 5.3. Peramalan ini juga menggunakan bantuan software Minitab 14. Dari plot data produksi padi dan produksi padi, dapat dicari korelasinya antara luas panen dan produksi padi dengan menggunakan fungsi waktu. Luas panen merupakan variabel independen, sedangkan produksi padi merupakan variabel dependen. Berdasarkan proses trial and error yang telah dilakukan, variabel yang mempunyai korelasi terbaik dengan Y(t) adalah variabel X(t-12). Hal ini dikarenakan P-value dari variabel X(t-12) lebih kecil dari 0,05. Persamaan regresi yang dihasilkan adalah Y(t) = ,96 X(t-12) dimana Y(t) adalah produksi padi pada bulan t, sedangkan X(t-12) adalah produksi padi pada bulan t-12. Tabel 1.4 Perbandingan Error dari Beberapa Metode Peramalan Produksi Padi Wilayah Gresik Tabel 1.3 Perbandingan Error dari Beberapa Metode Peramalan Luas Panen Wilayah Surabaya Dari kedua model tersebut, akan dipilih satu model yang terbaik. Berdasarkan perbandingan hasil running Minitab 14, maka dipilih model AR(1) 12 karena mempunyai nilai error yang lebih kecil dibandingkan model MA(1) 12, yaitu Jika dibandingkan dengan metode time series yang lain, ARIMA menghasilkan error yang paling kecil seperti ditunjukkan pada Tabel 5.2. Analisis Peramalan Produksi Padi di Wilayah Gresik Peramalan produksi padi wilayah Gresik yang dilakukan dalam penelitian ini berdasarkan data historis yang berasal dari Persamaan regresi tersebut digunakan untuk peramalan produksi padi. Sama halnya dengan peramalan produksi padi di wilayah Surabaya, untuk peramalan produksi padi di wilayah Gresik perlu diketahui prediksi luas panen sehingga dilakukan pula peramalan luas panen. Peramalan luas panen menggunakan metode ARIMA. Dari proses trial and error dari model kombinasi yang dibuat.maka model yang memenuhi ketentuan ARIMA adalah dan MA(2) 12. MA(2) 12 merupakan model MA dengan seasonal waktu 24 periode. Kedua model tersebut memenuhi semua parameter ARIMA yaitu signifikan terhadap model, whitenoise dan berdistribusi normal, meskipun error yang dihasilkan besar, yaitu Namun, jika dibandingkan dengan metode time series lainnya, peramalan luas panen 10

11 mempunyai nilai error terkecil seperti yang ditunjukkan pada Tabel 5.4. Tabel 1.5 Perbandingan Error dari Beberapa Metode Peramalan Luas Panen Wilayah Gresik Analisis Peramalan Produksi Padi di Wilayah Sidoarjo Peramalan produksi padi wilayah Sidoarjo yang dilakukan dalam penelitian ini berdasarkan data historis yang berasal dari Badan Pusat Statistik Jawa Timur. Data historis yang digunakan adalah data luas panen dan produksi padi selama bulan Januari 2005 sampai dengan bulan Desember Metode yang digunakan untuk meramalkan produksi padi di wilayah Sidoarjo adalah metode regresi. Seperti yang ditunjukkan Tabel 5.5, metode regresi mempunyai nilai error terkecil jika dibandingkan dengan metode lainnya. Peramalan ini juga menggunakan bantuan software Minitab 14. Berdasarkan proses trial and error yang telah dilakukan, variabel yang mempunyai korelasi terbaik dengan Y(t) adalah variabel X(t). Hal ini dikarenakan P-value dari variabel X(t) lebih kecil dari α. Dalam penelitian ini, α yang digunakan adalah 0,05. Persamaan yang dihasilkan adalah Y(t) = ,69 X(t) dimana Y(t) adalah produksi padi pada bulan t dan X(t) adalah produksi padi pada bulan t. Persamaan regresi tersebut digunakan untuk peramalan produksi padi sehingga perlu dilakukan pula peramalan luas panen. Tabel 1.6 Perbandingan Error dari Beberapa Metode Peramalan Produksi Padi Wilayah Sidoarjo Peramalan luas panen ini menggunakan metode ARIMA karena mempunyai nilai error terkecil jika dibandingkan dengan metode time series lainnya. Perbandingan error ini ditunjukkan pada Tabel 5.6. Untuk uji identifikasi ACF dan PACF menunjukkan adanya lag yang signifikan. Dari lag yang signifikan tersebut, maka dapat dibuat kombinasi beberapa model. Dari proses trial and error dari model kombinasi yang dibuat tersebut, maka model yang memenuhi ketentuan adalah ARMA(1,1) 12. ARMA(1,1) 12 merupakan gabungan model AR dengan seasonal watu 12 periode dan MA dengan seasonal waktu 12 periode. Model tersebut merupakan model terbaik daripada kombinasi model lainnya karena signifikan terhadap parameter, whitenoise, dan berdistribusi normal. Model dikatakan signifikan terhadap parameter karena P-Value dari tiap parameter lebih kecil dari α, yaitu nol. Model dikatakan white-noise karena P-Value dari lag-lagnya lebih besar dari α, meskipun tidak pada semua lagnya. Model berdistribusi normal karena P-value lebih besar dari α. Dari hasil peramalan luas panen, maka produksi padi pun dapat diramalkan dengan bantuan Excel. Tabel 1.7 Perbandingan Error dari Beberapa Metode Peramalan Luas Panen Wilayah Sidoarjo 5.3 Analisis Hasil Peramalan Kebutuhan Alokasi Beras Pada peramalan kebutuhan alokasi beras, hanya beras untuk OPM saja yang diramalkan. Hal ini disebabkan oleh alokasi beras lain, yaitu RASKIN dan CBP telah mempunyai ketentuan sendiri dari Perum BULOG Sub Divisi Regional I Surabaya Utara. Kebutuhan beras untuk RASKIN ditentukan berdasarkan pagu dari Pemerintah Daerah yang berupa data jumlah kepala keluarga (KK) rumah tangga miskin. Berdasarkan Tabel 4.7, jumlah KK rumah tangga miskin di Surabaya adalah orang, jumlah KK rumah tangga miskin di Gresik adalah orang, dan jumlah KK rumah tangga miskin di Sidoarjo adalah orang. Masing-masing KK mendapatkan jatah 15 kg per bulan sehingga kebutuhan per bulan untuk RASKIN di Surabaya sebanyak kg, RASKIN di Gresik sebanyak kg, dan RASKIN di Sidoarjo sebanyak kg, sehingga total kebutuhan RASKIN per bulan adalah kg. Untuk mengetahui kebutuhan RASKIN per tahun di masing- 11

12 masing wilayah, maka kebutuhan RASKIN per bulan tersebut dikali 12 sehingga kebutuhan RASKIN per tahun untuk wilayah Surabaya adalah kg, untuk wilayah Gresik kg, dan untuk wilayah Sidoarjo kg. Beras CBP merupakan beras untuk keperluan darurat seperti bencana alam. Beras ini dikeluarkan BULOG jika terdapat bencana alam, sehingga kebutuhan untuk beras tersebut tidak dapat diramalkan karena bencana alam tidak dapat diramalkan. Namun, BULOG mempunyai ketentuan tersendiri berdasarkan Peraturan Pemerintah. Ketentuan beras CBP untuk pemerintah provinsi adalah maksimum 200 ton, sedangkan untuk pemerintah kota/kabupaten adalah maksimum 100 ton. Dengan demikian, kebutuhan beras untuk CBP di Surabaya, Gresik, dan Sidoarjo masingmasing dialokasikan sebanyak 100 ton. Kebutuhan beras OPM dipengaruhi oleh harga beras di pasar. Perum BULOG akan mengeluarkan beras OPM jika terjadi gejolak harga beras di pasar sehingga untuk menentukan kebutuhan beras OPM, perlu diketahui harga beras di pasar. Beras OPM dikeluarkan jika terdapat selisih harga Rp 600,00 dari periode atau bulan sebelum ke bulan selanjutnya. Untuk mengetahui harga beras di pasar pada bulanbulan selanjutnya, maka dilakukan peramalan harga beras. Peramalan dilakukan dengan beberapa metode melalui proses trial and error. Dengan perbandingan error dari beberapa metode yang digunakan, metode ARIMA memiliki nilai error yang terkecil. Berdasarkan Gambar 4.26 dan Gambar 4.27, dapat ditentukan kombinasi model ARIMA untuk peramalan harga beras. Setelah melakukan trial and error, didapatkan model AR(1) yang memenuhi ketentuan ARIMA. Model tersebut memenuhi ketentuan ARIMA karena signifikan dalam parameter yang ditunjukkan oleh nilai P-value < 0,05, whitenoise karena P-Value dari lag-lagnya > 0,05, dan berdistribusi normal karena P-value yang dihasilkan sebesar 0,112, yang berarti bahwa P- value > 0,05. Dari hasil peramalan dengan model AR(1), didapatkan peramalan harga beras pada bulan Mei samapi Desember 2011 yang ditunjukkan pada Tabel Analisis Optimasi Pengadaan Beras Pada penelitian ini, metode yang diajukan dalam optimasi pengadaan beras yaitu menggunakan metode linear programming dengan mempertimbangkan hasil panen di masing-masing wilayah yang ditangani oleh objek amatan. Pada metode ini, optimasi pengadaan beras termasuk dalam permasalahan transportasi. Dalam formulasi model transportasi penelitian ini, terdapat tiga variabel, yaitu supplier beras, gudang, dan titik tujuan (demand). Supplier beras dalam hal ini adalah beras petani di Surabaya, Gresik, dan Sidoarjo, beras dari sub divisi regional lain (movement), dan sisa beras tahun lalu. Gudang BULOG yang digunakan adalah gudang BULOG I yang terletak di Buduran, gudang BULOG II yang terletak di Rungkut, dan gudang BULOG III yang terletak di Sidoarjo. Pada perhitungan supply beras yang ditunjukkan Tabel 4.18, jumlah beras petani yang dipasok ke gudang BULOG adalah 40% dari total produksi padi di masing-masing wilayah, yang telah dikonversikan ke dalam bentuk beras. Hal tersebut dikarenakan Harga Pembelian Pokok (HPP) untuk beras, yang ditetapkan BULOG lebih rendah daripada harga beras di pasaran. Akibatnya petani lebih memilih untuk menjual berasnya ke pasar daripada menjual beras ke BULOG. Selain itu, BULOG juga mempunyai standar kualitas beras. Persyaratan kualitatif beras BULOG antara lain adalah bebas hama dan penyakit yang hidup, bebas bau busuk, bersih dari campuran dedal dan kabul, serta bebas dari tanda-tanda bahan kimia yang membahayakan baik secara visual maupun organoleptik. Untuk persyaratan kuantitatif merupakan komponen mutu yang terdiri dari derajat sosoh, kadar air, beras kepala, butir utuh, butir patah, butir menir butir merah, butir kuning atau rusak, butir mengapur, benda asing, butir gabah, dan campuran varietas lain. 5.5 Analisis Pemodelan Matematis Linear Programming Pada pemodelan Linear Programming (LP) ini perlu diketahui kapasitas gudang BULOG. Gudang BULOG I mampu menyimpan ton beras, gudang BULOG II mempu menyimpan ton beras, dan gudang BULOG III mampu menyimpan ton beras. Demand untuk masing-masing titik tujuan telah diketahui pada bab sebelumnya, yaitu kebutuhan beras RASKIN, CBP, dan OPM di wilayah Surabaya, Gresik, dan Sidoarjo. Pada pemodelan linear programming dalam penelitian ini terdapat 5 supplier beras, 3 gudang BULOG, 12

13 dan 9 titik distribusi. Fungsi tujuan dari pemodelan ini yaitu meminimumkan biaya transportasi berdasarkan jarak dari titik asal ke titik tujuan. Dengan demikian, perlu diketahui pula jarak dari titik asal ke titik tujuan agar dapat menentukan biaya distribusi yang dikeluarkan. Data mengenai jarak supplier ke gudang BULOG maupun jarak gudang BULOG ke titik tujuan (demand) didapatkan dari perusahaan amatan berdasarkan data dari Dinas Perhubungan Darat. Dari jarak tersebut, Perum BULOG dapat menentukan biaya distribusi yang dikeluarkan per tonnya berdasarkan daftar tarif angkutan darat barang BULOG untuk Jawa dan Bali. Pada Tabel 4.19, biaya distribusi dari supplier ke gudang BULOG berasal dari data perusahaan. Biaya distribusi tersebut berdasarkan jarak yang ditempuh. Untuk jarak dari supply beras petani merupakan jarak ratarata antara letak Satgas (Satuan Tugas) pengadaan di masing-masing wilayah dengan gudang BULOG dimana letak Satgas pengadaan dekat dari gudang BULOG. Untuk beras movement tidak dikenakan biaya distribusi karena biaya tersebut ditanggung oleh BULOG Divisi Regional, dalam hal ini Divisi Regional Jawa Timur. Beras movement tersebut berasal dari BULOG Sub Divisi Regional lain, diantaranya Mojokerto, Bojonegoro dan Banyuwangi. untuk sisa beras tahun lalu juga tidak dikenakan biaya distribusi karena beras tersebut terdapat di dalam gudang BULOG. Data biaya distribusi tersebut ditunjukkan pada Tabel Perhitungan biaya distribusi dari gudang BULOG ke titik tujuan (demand), khususnya RASKIN, terdapat pada lampiran A. Untuk beras RASKIN, terdapat beberapa kecamatan sebagai titik distribusi. Oleh karena kebutuhan RASKIN yang diketahui dalam lingkup kota atau kabupaten, maka perhitungan jarak diasumsikan dengan jarak dari masing-masing gudang BULOG ke titik distribusi dijumlahkan. Untuk beras CBP, jarak yang digunakan adalah jarak dari gudang BULOG ke Satuan Pelaksana Penanggulangan Bencana dan Pengungsi (Satlak PBP) di masing-masing wilayah. Data mengenai jarak ini berasal dari perusahaan amatan. Untuk beras OPM, jarak yang digunakan adalah jarak dari gudang BULOG ke Pasar Induk di masingmasing daerah. Data biaya distribusi tersebut ditunjukkan pada Tabel Biaya distribusi yang telah ditentukan sebelumnya, akan menjadi koefisien untuk fungsi tujuan dalam pemodelan ini. 5.6 Analisis Hasil Running Model dengan LINGO Berdasarkan hasil running model dengan menggunakan LINGO, untuk mendapatkan hasil optimal perlu dilakukan dengan 11 iterasi. Biaya distribusi optimal yang dihasilkan adalah Rp ,00 pada tahun Jika dibandingkan dengan pragnosa yang dilakukan BULOG, biaya distribusi dari pemodelan LINGO ini lebih kecil daripada biaya distribusi perkiraan BULOG, yaitu sebesar Rp ,00. Dengan demikian, sistem pengadaan dengan model LP dalam penelitian ini dapat disimpulkan lebih baik dari sistem pengadaan eksisting perusahaan amatan. Untuk jumlah beras yang didistribusikan, dapat dilihat pada Tabel 4.21 dan Tabel Dari Tabel 4.21, tidak ada beras yang masuk pada gudang BULOG I. Hal ini dapat dikarenakan oleh jarak yang ditempuh lebih jauh dibandingkan gudang BULOG lainnya dan biaya distribusi lebih tinggi. Akibatnya utilitas gudang BULOG I adalah 0. Utilitas gudang BULOG yang paling tinggi adalah gudang BULOG II yaitu 96 %. Utilitas gudang BULOG III sebesar 16%. Meskipun kecil, utilitas gudang BULOG III masih lebih baik daripada gudang BULOG I. Oleh karena tidak ada beras yang masuk dalam gudang BULOG I, maka tidak ada pengiriman beras ke titik tujuan yang berasal dari gudang BULOG I. Dari Tabel 4.22, diketahui bahwa total beras yang dikirimkan dari masing-masing gudang sama dengan total beras yang dibutuhkan. Kebutuhan beras RASKIN dipenuhi oleh gudang BULOG II dan gudang BULOG III, sedangkan kebutuhan beras CBP hanya dipenuhi oleh gudang BULOG III. Jumlah pengiriman beras untuk OPM di masing-masing wilayah bernilai nol karena berdasarkan hasil peramalan, tahun ini perusahaan amatan tidak mengeluarkan beras OPM. Dari hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa pemodelan LP dengan transportation problem dapat meminimumkan biaya distribusi, tetapi di sisi lain apabila model ini digunakan maka utilitas gudang tidak maksimum. Namun, pemodelan ini diharapkan dapat memberikan alternatif kebijakan bagi perusahaan karena dengan menggunakan pemodelan LP ini, 13

14 kebutuhan beras di masing-masing wilayah untuk masing-masing alokasi beras akan terpenuhi. 6. Kesimpulan dan Saran Bab ini menjelaskan tentang kesimpulan yang diambil selama proses penelitian yang telah dilakukan dan merupakan jawaban dari tujuan penelitian yang diharapkan. Kemudian akan diberikan saran-saran perbaikan untuk penelitian seperti ini dan kepada perusahaan. 6.1 Kesimpulan Dari pengolahan data dan analisis yang telah dilakukan sebelumnya, maka dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut: 1. Dalam penyaluran beras, perusahaan amatan tidak terlalu mempertimbangkan jarak antara letak supplier dengan gudang BULOG maupun jarak antara gudang BULOG dengan titik tujuan (demand). 2. Produksi padi di masing-masing wilayah dapat diramalkan dengan metode regresi, dengan luas panen sebagai independent variable dan produksi padi sebagai dependent variable. Luas panen sendiri dapat diramalkan dengan metode ARIMA, dengan model yang sesuai dengan ketentuan ARIMA. Jumlah produksi padi di masing-masing wilayah pada tahun 2011 adalah sebagai berikut. a. Jumlah produksi padi di wilayah Surabaya sebesar kg b. Jumlah produksi padi di wilayah Gresik sebesar kg. c. Jumlah produksi padi di wilayah Sidoarjo sebesar kg. 3. Dari hasil running LINGO, tidak ada beras yang masuk ke gudang BULOG I, jumlah supply beras yang masuk ke gudang BULOG II sebesar 9.678,61 ton dari beras petani Surabaya, ton dari beras movement, dan 9.936,929 ton dari sisa beras tahun lalu, sedangkan jumlah supply beras yang masuk ke gudang BULOG III sebesar ,78 ton dari beras petani Sidoarjo. Gudang BULOG II memenuhi kebutuhan RASKIN Surabaya dan RASKIN Gresik, sedangkan gudang BULOG III memenuhi kebutuhan RASKIN Sidoarjo dan kebutuhan OPM di Surabaya, Gresik, dan Sidoarjo. 4. Pemodelan LP menghasilkan total biaya distribusi sebesar Rp ,00. Nilai ini lebih rendah jika dibandingkan dengan total biaya distribusi berdasarkan pragnosa yang dilakukan perusahaan amatan, yaitu sebesar Rp ,00. Dengan pemodelan LP, kebutuhan beras dapat dipenuhi. Namun, di sisi lain utilitas gudang BULOG tidak maksimum. 6.2 Saran Adapun saran dari penelitian ini untuk penelitian selanjutnya antara lain: 1. Mempertimbangkan waktu pengiriman dari gudang ke titik tujuan (demand) 2. Mengembangkan penelitian mengenai optimasi pengadaan untuk multi product 7. Daftar Pustaka Amalia, Rizka Optimasi Komposisi Kuantum Produksi dengan Menggunakan Metode Linear Programming (Studi Kasus: PT. Petrokimia Gresik). Surabaya: Tugas Akhir Teknik Industri ITS, Institut Teknologi Sepuluh Nopember. Ballou, R. H Business Logistic Management. Prentice hall, Inc. USA. Bhattacharya, U. K A Chance Constraints Goal programming Model for The Advertising Planning Problem. European Journal of Operational Research vol. 192 pp Chafid, M., dkk Pemodelan Stok Gabah/Beras di Kabupaten Subang. Jurusan Statistik Institut Pertanian Bogor. Bogor. Divisi Gasar Perum BULOG Statistik Operasional dan Pendukung Operasional. Jakarta: Perum BULOG. Hillier, F. S. and Lieberman, G. J Introductions to Operations Research. McGraw-Hill, Inc. USA. Liu, Shiang-Tai The Total Cost Bounds of The Transportation Problem with Varying Demand and Supply. Omega vol. 31 pp Pujawan, I N. dan Mahendrawathi, ER Supply Chain Management edisi Kedua. Surabaya: Guna Widya. 14

15 Santosa, Budi dan Paul Willy Metoda Metaheuristik Konsep dan Implementasi. Surabaya: Guna Widya. Sawit, M. H., Djanuardi, B., dan Pertini, K BULOG Baru Menyelaraskan Kegiatan dan Memantapkan Tugas Nasional. Jakarta: Perum BULOG. Tersine, R. J Principles of Inventory and Materials Management. New Jersey: Prentice Hall, Inc. Walpole, R. E. and Myers, R. H Ilmu Peluang dan Statistika untuk Insinyur dan Ilmuwan. Bandung: ITB. diakses tanggal 23 Mei diakses tanggal 15 Mei Yun, J. I Predicting Regional Rice Production in South Korea Using Spatial Data and Crop-growth Modeling. Agricultural System vol. 77 pp

Sabrina Hudani Dosen Pembimbing: Prof. Dr. Ir. Suparno, MSIE. Your Ihr Logo

Sabrina Hudani Dosen Pembimbing: Prof. Dr. Ir. Suparno, MSIE. Your Ihr Logo Optimasi Pengadaan Beras dengan Menggunakan Linear Programming dan Mempertimbangkan Hasil Panen (Studi Kasus: Perum BULOG Sub Divisi Regional I Surabaya Utara) Sabrina Hudani 2507100056 Dosen Pembimbing:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Komoditas pangan masyarakat Indonesia yang dominan adalah beras yang

BAB I PENDAHULUAN. Komoditas pangan masyarakat Indonesia yang dominan adalah beras yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Komoditas pangan masyarakat Indonesia yang dominan adalah beras yang berfungsi sebagai makanan pokok sumber karbohidrat. Beras merupakan komoditi pangan yang memiliki

Lebih terperinci

KEBIJAKAN PERBERASAN DAN STABILISASI HARGA

KEBIJAKAN PERBERASAN DAN STABILISASI HARGA KEBIJAKAN PERBERASAN DAN STABILISASI HARGA Direktur Utama Perum BULOG Disampaikan pada Seminar & Pameran Pangan Nasional Pasok Dunia FEED THE WORLD Tema : Menuju Swasembada yang Kompetitif dan Berkelanjutan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pangan merupakan kebutuhan dasar utama bagi manusia yang harus dipenuhi

I. PENDAHULUAN. Pangan merupakan kebutuhan dasar utama bagi manusia yang harus dipenuhi I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pangan merupakan kebutuhan dasar utama bagi manusia yang harus dipenuhi setiap saat. Hak untuk memperoleh pangan merupakan salah satu hak asasi manusia, sebagaimana tersebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia menjadi komoditas pangan yang dapat mempengaruhi kebijakan politik

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia menjadi komoditas pangan yang dapat mempengaruhi kebijakan politik BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Beras merupakan makanan pokok di Indonesia. Beras bagi masyarakat Indonesia menjadi komoditas pangan yang dapat mempengaruhi kebijakan politik di negara ini. Gejolak

Lebih terperinci

KEBERADAAN BULOG DI MASA KRISIS

KEBERADAAN BULOG DI MASA KRISIS KEBERADAAN BULOG DI MASA KRISIS Strategi Operasional Bulog Awal Tahun Awal tahun 2007 dibuka dengan lembaran yang penuh kepedihan. Suasana iklim yang tidak menentu. Bencana demi bencana terjadi di hadapan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I-1

BAB I PENDAHULUAN I-1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BULOG adalah perusahaan umum milik negara yang bergerak di bidang logistik pangan. Ruang lingkup bisnis perusahaan meliputi usaha logistik/pergudangan, survei

Lebih terperinci

Andalan Ketahanan Pangan

Andalan Ketahanan Pangan Andalan Ketahanan Pangan Disampaikan pada Workshop Pemantauan Stok Gabah/Beras di Tingkat Penggilingan Surabaya, 4-6 Juli 2012 KETAHANAN PANGAN UU. N0.7/1996 Tentang Pangan Adalah kondisi terpenuhinya

Lebih terperinci

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2005 TENTANG KEBIJAKAN PERBERASAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2005 TENTANG KEBIJAKAN PERBERASAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2005 TENTANG KEBIJAKAN PERBERASAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Dalam rangka meningkatkan pendapatan petani dan untuk peningkatan ketahanan pangan serta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia dalam usaha pemenuhan kebutuhan hidupnya selalu berusaha mencari yang terbaik. Kebutuhan dasar manusia merupakan unsur-unsur yang dibutuhkan oleh manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pangan merupakan kebutuhan dasar utama bagi manusia yang harus

BAB I PENDAHULUAN. Pangan merupakan kebutuhan dasar utama bagi manusia yang harus BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pangan merupakan kebutuhan dasar utama bagi manusia yang harus dipenuhi setiap saat. Sebagai kebutuhan dasar dan hak asasi manusia, pangan mempunyai arti dan peran

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 927, ,10

I. PENDAHULUAN 927, ,10 I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Kebutuhan hidup yang terpenting bagi manusia setelah udara dan air adalah kebutuhan akan pangan. Pangan merupakan suatu kebutuhan pokok bagi manusia agar dapat melangsungkan

Lebih terperinci

Regulasi Penugasan Pemerintah kepada Perum BULOG 1

Regulasi Penugasan Pemerintah kepada Perum BULOG 1 Ringkasan Eksekutif Regulasi Penugasan Pemerintah kepada Perum BULOG 1 Perum Bulog didirikan berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 7 tahun 2003. Merujuk pada PP tersebut, sifat usaha, maksud, dan tujuan

Lebih terperinci

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2005 TENTANG KEBIJAKAN PERBERASAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2005 TENTANG KEBIJAKAN PERBERASAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2005 TENTANG KEBIJAKAN PERBERASAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa dalam rangka meningkatkan pendapatan petani, peningkatan ketahanan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada era globalisasi ini, proses distribusi menjadi salah satu aspek penting dalam sebuah badan usaha. Distribusi dapat diartikan sebagai bagian penghubung

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN A.

BAB I. PENDAHULUAN A. BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tanaman pangan yang sampai saat ini dianggap sebagai komoditi terpenting dan strategis bagi perekonomian adalah padi, karena selain merupakan tanaman pokok bagi sebagian

Lebih terperinci

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG KEBIJAKAN PENGADAAN GABAH/BERAS DAN PENYALURAN BERAS OLEH PEMERINTAH

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG KEBIJAKAN PENGADAAN GABAH/BERAS DAN PENYALURAN BERAS OLEH PEMERINTAH INSTRUKSI PRESIDEN NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG KEBIJAKAN PENGADAAN GABAH/BERAS DAN PENYALURAN BERAS OLEH PEMERINTAH PRESIDEN, Dalam rangka stabilisasi ekonomi nasional, melindungi tingkat pendapatan petani,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara agraris di dunia, dimana sektor

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara agraris di dunia, dimana sektor BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara agraris di dunia, dimana sektor pertanian masih menjadi mata pencaharian umum dari masyarakat Indonesia. Baik di sektor hulu seperti

Lebih terperinci

DAFTAR ISI.. DAFTAR GAMBAR.. DAFTAR LAMPIRAN.

DAFTAR ISI.. DAFTAR GAMBAR.. DAFTAR LAMPIRAN. DAFTAR ISI DAFTAR ISI.. DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR.. DAFTAR LAMPIRAN. iv viii xi xii I. PENDAHULUAN 1 1.1. Latar Belakang 1 1.2. Perumusan Masalah 9 1.3. Tujuan Penelitian 9 1.4. Manfaat Penelitian 10

Lebih terperinci

BUPATI BULUKUMBA PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN BUPATI BULUKUMBA NOMOR 42 TAHUN 2017 TENTANG

BUPATI BULUKUMBA PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN BUPATI BULUKUMBA NOMOR 42 TAHUN 2017 TENTANG BUPATI BULUKUMBA PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN BUPATI BULUKUMBA NOMOR 42 TAHUN 2017 TENTANG PENGELOLAAN CADANGAN PANGAN PEMERINTAH DAERAH DAN CADANGAN PANGAN MASYARAKAT KABUPATEN BULUKUMBA DENGAN

Lebih terperinci

MANAJEMEN KETAHANAN PANGAN ERA OTONOMI DAERAH DAN PERUM BULOG 1)

MANAJEMEN KETAHANAN PANGAN ERA OTONOMI DAERAH DAN PERUM BULOG 1) 56 Pengembangan Inovasi Pertanian 1(1), 2008: 56-65 Handewi P.S. Rachman et al. MANAJEMEN KETAHANAN PANGAN ERA OTONOMI DAERAH DAN PERUM BULOG 1) Handewi P.S. Rachman, A.Purwoto, dan G.S. Hardono Pusat

Lebih terperinci

OPTIMASI PENGADAAN BAHAN BAKU SEGAR DI PT. X DENGAN METODE LINEAR PROGRAMMING

OPTIMASI PENGADAAN BAHAN BAKU SEGAR DI PT. X DENGAN METODE LINEAR PROGRAMMING OPTIMASI PENGADAAN BAHAN BAKU SEGAR DI PT. X DENGAN METODE LINEAR PROGRAMMING Fransiscus Xaverius Aucky Wibisono dan Abdullah Shahab Program Studi Magister Manajemen Teknologi Institut Teknologi Sepuluh

Lebih terperinci

BUPATI BULUKUMBA PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN BUPATI BULUKUMBA NOMOR : 15 TAHUN 2015 TENTANG

BUPATI BULUKUMBA PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN BUPATI BULUKUMBA NOMOR : 15 TAHUN 2015 TENTANG BUPATI BULUKUMBA PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN BUPATI BULUKUMBA NOMOR : 15 TAHUN 2015 TENTANG PENGELOLAAN CADANGAN PANGAN PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN BULUKUMBA TAHUN 2015 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... HALAMAN PENGESAHAN... HALAMAN PERNYATAAN... KATA PENGANTAR. DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN.

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... HALAMAN PENGESAHAN... HALAMAN PERNYATAAN... KATA PENGANTAR. DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN. DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... HALAMAN PENGESAHAN... HALAMAN PERNYATAAN... KATA PENGANTAR. DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN. INTISARI. ABSTRACT. i iii iv v vii ix xi xii xiii xiv I. PENDAHULUAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan teknologi komputer dan internet dewasa ini berkembang pesat dan telah mendorong pertumbuhan diberbagai bidang teknologi informasi. Dengan teknologi tersebut

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 11 Latar Belakang Pendistribusian barang atau jasa merupakan salah satu bagian penting dari kegiatan sebuah instansi pemerintah ataupun perusahaan tertentu Masalah transportasi merupakan

Lebih terperinci

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2008 TENTANG KEBIJAKAN PERBERASAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2008 TENTANG KEBIJAKAN PERBERASAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, INSTRUKSI PRESIDEN NOMOR 1 TAHUN 2008 TENTANG KEBIJAKAN PERBERASAN PRESIDEN, Menimbang : a. bahwa dalam rangka stabilitas ekonomi nasional, meningkatkan pendapatan petani, peningkatan ketahanan pangan,

Lebih terperinci

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2008 TENTANG KEBIJAKAN PERBERASAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2008 TENTANG KEBIJAKAN PERBERASAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2008 TENTANG KEBIJAKAN PERBERASAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa dalam rangka stabilitas ekonomi nasional, meningkatkan pendapatan

Lebih terperinci

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2015 TENTANG KEBIJAKAN PENGADAAN GABAH/BERAS DAN PENYALURAN BERAS OLEH PEMERINTAH

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2015 TENTANG KEBIJAKAN PENGADAAN GABAH/BERAS DAN PENYALURAN BERAS OLEH PEMERINTAH INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2015 TENTANG KEBIJAKAN PENGADAAN GABAH/BERAS DAN PENYALURAN BERAS OLEH PEMERINTAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Dalam rangka stabilisasi ekonomi nasional,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Di dalam kehidupan sehari-hari manusia tidak terlepas dari 3 kebutuhan pokok yang saling berkaitan antara satu dengan yang lainnya, kebutuhan pokok tersebut

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Peramalan Peramalan digunakanan sebagai acuan pencegah yang mendasari suatu keputusan untuk yang akan datang dalam upaya meminimalis kendala atau memaksimalkan pengembangan baik

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. berasal dari sumber hayati produk pertanian, perkebunan, kehutanan, perikanan,

BAB I. PENDAHULUAN. berasal dari sumber hayati produk pertanian, perkebunan, kehutanan, perikanan, BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Menurut UU pangan no 18 tahun 2012 pangan adalah segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati produk pertanian, perkebunan, kehutanan, perikanan, peternakan, dan

Lebih terperinci

Optimasi Tata Letak Semi Dinamis Raw Material Fast Moving Pada Gudang Dengan Pendekatan Matematis

Optimasi Tata Letak Semi Dinamis Raw Material Fast Moving Pada Gudang Dengan Pendekatan Matematis JURNAL TEKNIK (2014) - 1 Optimasi Tata Letak Semi Dinamis Raw Material Fast Moving Pada Gudang Dengan Pendekatan Matematis Abdan Sakur Ad hani, Budi Santosa Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknologi

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Halaman. KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... iii DAFTAR TABEL... vi DAFTAR GAMBAR... viii

DAFTAR ISI. Halaman. KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... iii DAFTAR TABEL... vi DAFTAR GAMBAR... viii DAFTAR ISI KATA PENGANTAR..... i DAFTAR ISI... iii DAFTAR TABEL... vi DAFTAR GAMBAR... viii I. PENDAHULUAN... 1 1.1 Latar Belakang... 1 1.2 Perumusan Masalah... 8 1.3 Tujuan Penelitian... 9 1.4 Manfaat

Lebih terperinci

Oleh : Sri Emilia Mudiyanti Kepala Sub Divisi Regional Kedu Magelang, 20 Maret 2018

Oleh : Sri Emilia Mudiyanti Kepala Sub Divisi Regional Kedu Magelang, 20 Maret 2018 PENGADAAN, PENGELOLAAN DAN PENYIMPANAN CADANGAN PANGAN PERUM BULOG Oleh : Sri Emilia Mudiyanti Kepala Sub Divisi Regional Kedu Magelang, 20 Maret 2018 KETAHANAN PANGAN (UU. Pangan No 18 Tahun 2012) Ketahanan

Lebih terperinci

APLIKASI METODE TRANSPORTASI DALAM OPTIMASI BIAYA DISTRIBUSI BERAS MISKIN (RASKIN) PADA PERUM BULOG SUB DIVRE MEDAN SKRIPSI

APLIKASI METODE TRANSPORTASI DALAM OPTIMASI BIAYA DISTRIBUSI BERAS MISKIN (RASKIN) PADA PERUM BULOG SUB DIVRE MEDAN SKRIPSI APLIKASI METODE TRANSPORTASI DALAM OPTIMASI BIAYA DISTRIBUSI BERAS MISKIN (RASKIN) PADA PERUM BULOG SUB DIVRE MEDAN SKRIPSI LOLYTA DAMORA SIMBOLON 090803069 DEPARTEMEN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN

Lebih terperinci

OPTIMASI PERENCANAAN DAN PENGENDALIAN BAHAN BAKU DI PT. SIANTAR TOP TBK ABSTRAK

OPTIMASI PERENCANAAN DAN PENGENDALIAN BAHAN BAKU DI PT. SIANTAR TOP TBK ABSTRAK OPTIMASI PERENCANAAN DAN PENGENDALIAN BAHAN BAKU DI PT. SIANTAR TOP TBK Robby Hidayat, Moses L.Singih, Mahasiswa MMT ITS Manajemen Industri Email : Robbie_First@Yahoo.Com ABSTRAK PT. Siantar Top Tbk adalah

Lebih terperinci

Kebijakan Pangan, BULOG dan Ketahanan Pangan

Kebijakan Pangan, BULOG dan Ketahanan Pangan Kebijakan Pangan, BULOG dan Ketahanan Pangan Sutarto Alimoeso Direktur Utama Perum BULOG Disampaikan Dalam Diskusi Pembangunan Pertanian dan Pendidikan Tinggi Pertanian Lustrum XIII Fakultas Pertanian

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN

II. TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN II. TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Tinjauan Pustaka Beras merupakan bahan pangan pokok yang sampai saat ini masih dikonsumsi oleh sekitar 90% penduduk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Koordinasi antar jaringan distribusi dalam mengintegrasikan sistem logistik, merupakan kunci keberhasilan dari suatu sistem rantai pasok sebuah perusahaan.

Lebih terperinci

PENERAPAN METODE GOAL PROGRAMMING UNTUK MEMAKSIMALKAN PERSEDIAAN DAN MEMINIMUMKAN BIAYA PENDISTRIBUSIAN BERAS DI PERUM BULOG DIVRE PALU

PENERAPAN METODE GOAL PROGRAMMING UNTUK MEMAKSIMALKAN PERSEDIAAN DAN MEMINIMUMKAN BIAYA PENDISTRIBUSIAN BERAS DI PERUM BULOG DIVRE PALU JIMT Vol. 11 No. 1 Juni 2014 (Hal. 13 26) Jurnal Ilmiah Matematika dan Terapan ISSN : 2450 766X PENERAPAN METODE GOAL PROGRAMMING UNTUK MEMAKSIMALKAN PERSEDIAAN DAN MEMINIMUMKAN BIAYA PENDISTRIBUSIAN BERAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I - 1

BAB I PENDAHULUAN I - 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Jaringan pendistribusian merupakan salah satu kunci terpenting dalam sistem rantai pasok suatu perusahaan. Masalah yang sering dihadapi oleh perusahaan dengan

Lebih terperinci

Berkala Ilmiah AGRIDEVINA : Vol 5 No 2, Desember 2017 PENGADAAN BERAS KUALITAS MEDIUM DI PERUM BULOG SUB DIVISI REGIONAL SURABAYA UTARA

Berkala Ilmiah AGRIDEVINA : Vol 5 No 2, Desember 2017 PENGADAAN BERAS KUALITAS MEDIUM DI PERUM BULOG SUB DIVISI REGIONAL SURABAYA UTARA ISSN 2301-8607 Vol. 5 No. 2 PENGADAAN BERAS KUALITAS MEDIUM DI PERUM BULOG SUB DIVISI REGIONAL SURABAYA UTARA Faradillah Intan Ramadhani, Sudiyarto, Sumartono Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN PENDAHULUAN. daratan yang luas membentang maupun lautan yang mengeliling pulau-pulau nusantara.

BAB I PENDAHULUAN PENDAHULUAN. daratan yang luas membentang maupun lautan yang mengeliling pulau-pulau nusantara. BAB I PENDAHULUAN PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia adalah negara kepulauan yang memiliki berbagai sumber daya alam baik dari daratan yang luas membentang maupun lautan yang mengeliling pulau-pulau

Lebih terperinci

PERATURAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR : 95 TAHUN 2009 PENYEDIAAN DAN PENYALURAN CADANGAN PANGAN POKOK DI JAWA BARAT TAHUN 2009

PERATURAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR : 95 TAHUN 2009 PENYEDIAAN DAN PENYALURAN CADANGAN PANGAN POKOK DI JAWA BARAT TAHUN 2009 Gubernur Jawa Barat PERATURAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR : 95 TAHUN 2009 TEN TANG PENYEDIAAN DAN PENYALURAN CADANGAN PANGAN POKOK DI JAWA BARAT TAHUN 2009 Menimbang Mengingat : a. bahwa untuk mewujudkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. apa yang dibutuhkan untuk mendapatkan produk yang telah ditetapkan.

BAB I PENDAHULUAN. apa yang dibutuhkan untuk mendapatkan produk yang telah ditetapkan. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perencanaan produksi adalah suatu kegiatan yang berkenaan dengan penentuan apa yang harus diproduksi, berapa banyak diproduksi dan sumber daya apa yang dibutuhkan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Selama lebih dari 30 tahun Bulog telah melaksanakan penugasan dari

I. PENDAHULUAN. Selama lebih dari 30 tahun Bulog telah melaksanakan penugasan dari I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Selama lebih dari 30 tahun Bulog telah melaksanakan penugasan dari pemerintah untuk menangani bahan pangan pokok khususnya beras dalam rangka memperkuat ketahanan pangan

Lebih terperinci

OPTIMALISASI PENDISTRIBUSIAN BERAS DI PENGGILINGAN PADI KARDI JAYA UTAMA TOLAI DENGAN MENGGUNAKAN METODE GOAL PROGRAMMING

OPTIMALISASI PENDISTRIBUSIAN BERAS DI PENGGILINGAN PADI KARDI JAYA UTAMA TOLAI DENGAN MENGGUNAKAN METODE GOAL PROGRAMMING JIMT Vol. 13 No. 1 Juni 2016 (Hal. 38 48) Jurnal Ilmiah Matematika dan Terapan ISSN : 2450 766X OPTIMALISASI PENDISTRIBUSIAN BERAS DI PENGGILINGAN PADI KARDI JAYA UTAMA TOLAI DENGAN MENGGUNAKAN METODE

Lebih terperinci

OPTIMASI DISTRIBUSI BERAS MENGGUNAKAN METODE HUNGARIAN ( STUDI KASUS : PERUM BULOG DIVRE SULAWESI TENGAH )

OPTIMASI DISTRIBUSI BERAS MENGGUNAKAN METODE HUNGARIAN ( STUDI KASUS : PERUM BULOG DIVRE SULAWESI TENGAH ) JIMT Vol. 9 No. 1 Juni 2012 (Hal. 52-64) Jurnal Ilmiah Matematika dan Terapan ISSN : 2450 766X OPTIMASI DISTRIBUSI BERAS MENGGUNAKAN METODE HUNGARIAN ( STUDI KASUS : PERUM BULOG DIVRE SULAWESI TENGAH )

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang cocok digunakan untuk pertanian. Sedangkan berdasarkan letak astronominya,

BAB I PENDAHULUAN. yang cocok digunakan untuk pertanian. Sedangkan berdasarkan letak astronominya, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia berdasarkan letak geografisnya antara dua benua yaitu asia dan australia dan diantara dua samudera yaitu samudera hindia dan samudera pasifik, yang menyebabkan

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN MODEL OPTIMASI UNTUK TWO-STAGE SUPPLY CHAIN DENGAN MEMPERTIMBANGKAN BIAYA TETAP (FIXED CHARGE) Studi kasus: Perum Bulog

PENGEMBANGAN MODEL OPTIMASI UNTUK TWO-STAGE SUPPLY CHAIN DENGAN MEMPERTIMBANGKAN BIAYA TETAP (FIXED CHARGE) Studi kasus: Perum Bulog PENGEMBANGAN MODEL OPTIMASI UNTUK TWO-STAGE SUPPLY CHAIN DENGAN MEMPERTIMBANGKAN BIAYA TETAP (FIXED CHARGE) Studi kasus: Perum Bulog Soesilowati 1), Suparno 2), dan Erwin Widodo 3) 1) Program Studi Magister,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Perusahaan umum Bulog mempunyai misi yakni memenuhi kebutuhan pangan

I. PENDAHULUAN. Perusahaan umum Bulog mempunyai misi yakni memenuhi kebutuhan pangan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perusahaan umum Bulog mempunyai misi yakni memenuhi kebutuhan pangan pokok rakyat dan visi yaitu pangan cukup, aman dan terjangkau bagi rakyat. Penjabaran dari visi dimaksud

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Jumlah Produksi Beras Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Jumlah Produksi Beras Indonesia BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Indonesia adalah salah satu negara yang memproduksi beras terbanyak di dunia dan menggunakannya sebagai bahan makanan pokok utamanya. Beras yang dikonsumsi oleh setiap

Lebih terperinci

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2007 TENTANG KEBIJAKAN PERBERASAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2007 TENTANG KEBIJAKAN PERBERASAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2007 TENTANG KEBIJAKAN PERBERASAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa dalam rangka meningkatkan pendapatan petani, peningkatan ketahanan

Lebih terperinci

GUBERNUR KEPULAUAN BANG`KA BELITUNG PERATURAN GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG NOMOR 4 TAHUN 2017 TENTANG

GUBERNUR KEPULAUAN BANG`KA BELITUNG PERATURAN GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG NOMOR 4 TAHUN 2017 TENTANG 1 GUBERNUR KEPULAUAN BANG`KA BELITUNG PERATURAN GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG NOMOR 4 TAHUN 2017 TENTANG CADANGAN PANGAN PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Beras adalah salah satu sumber makanan pokok masyarakat Indonesia khususnya dan bangsa-bangsa di Asia pada umumnya. Tingkat komsumsi beras nasional relatif lebih tinggi

Lebih terperinci

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2007 TENTANG KEBIJAKAN PERBERASAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2007 TENTANG KEBIJAKAN PERBERASAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, INSTRUKSI PRESIDEN NOMOR 3 TAHUN 2007 TENTANG KEBIJAKAN PERBERASAN PRESIDEN, Menimbang : a. bahwa dalam rangka meningkatkan pendapatan petani, peningkatan ketahanan pangan, pengembangan ekonomi pedesaan,

Lebih terperinci

APLIKASI METODE TRANSPORTASI DALAM OPTIMASI BIAYA DISTRIBUSI BERAS SEJAHTERA PADA PERUM BULOG SUB-DIVRE SIDOARJO

APLIKASI METODE TRANSPORTASI DALAM OPTIMASI BIAYA DISTRIBUSI BERAS SEJAHTERA PADA PERUM BULOG SUB-DIVRE SIDOARJO --------------Jurnal Ilmiah : SOULMATH, Vol 6 (1), Maret 2018, Halaman 15-23-------------- APLIKASI METODE TRANSPORTASI DALAM OPTIMASI BIAYA DISTRIBUSI BERAS SEJAHTERA PADA PERUM BULOG SUB-DIVRE SIDOARJO

Lebih terperinci

KAJIAN PENURUNAN KUALITAS GABAH-BERAS DILUAR KUALITAS PENDAHULUAN

KAJIAN PENURUNAN KUALITAS GABAH-BERAS DILUAR KUALITAS PENDAHULUAN KAJIAN PENURUNAN KUALITAS GABAH-BERAS DILUAR KUALITAS PENDAHULUAN Latar Belakang Beras berperan besar dalam hidup dan kehidupan sebagian besar rakyat Indonesia, khususnya golongan menengah kebawah. Bahkan

Lebih terperinci

BUPATI BIMA PERATURAN BUPATI BIMA NOMOR TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN CADANGAN PANGAN PEMERINTAH KABUPATEN BIMA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI BIMA PERATURAN BUPATI BIMA NOMOR TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN CADANGAN PANGAN PEMERINTAH KABUPATEN BIMA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BIMA PERATURAN BUPATI BIMA NOMOR TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN CADANGAN PANGAN PEMERINTAH KABUPATEN BIMA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BIMA, Menimbang : a. bahwa berdasarkan ketentuan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di negara kita Indonesia, persoalan kelancaran urusan pangan ditangani oleh sebuah lembaga non-departemen yaitu Badan Urusan Logistik (Bulog). Bulog ini bertugas

Lebih terperinci

Jurnal String Vol. 2 No. 1 Agustus 2017 p-issn: e-issn:

Jurnal String Vol. 2 No. 1 Agustus 2017 p-issn: e-issn: ANALISIS PERENCANAAN DAN PENGENDALIAN PERSEDIAAN BERAS PADA PERUM BULOG DIVISI REGIONAL JAWA BARAT Irfan Ardiansah 1), Totok Pujianto 1), Gita Aprillia Putri 2) 1) Dosen Departemen Teknologi Industri Pertanian

Lebih terperinci

BAB V. PENUTUP. ketentuan peraturan Pemerintah (buffer stock policy) untuk pemenuhan kebutuhan

BAB V. PENUTUP. ketentuan peraturan Pemerintah (buffer stock policy) untuk pemenuhan kebutuhan BAB V. PENUTUP A. Kesimpulan Posisi Perum Bulog sebagai Instansi Pemerintah yang melaksanakan ketentuan peraturan Pemerintah (buffer stock policy) untuk pemenuhan kebutuhan masyarakat akan beras, disebut

Lebih terperinci

KAJIAN KEBIJAKAN HPP GABAH DAN HET PUPUK MENDUKUNG PENINGKATAN KETAHANAN PANGAN DAN PENDAPATAN PETANI

KAJIAN KEBIJAKAN HPP GABAH DAN HET PUPUK MENDUKUNG PENINGKATAN KETAHANAN PANGAN DAN PENDAPATAN PETANI KAJIAN KEBIJAKAN HPP GABAH DAN HET PUPUK MENDUKUNG PENINGKATAN KETAHANAN PANGAN DAN PENDAPATAN PETANI Pendahuluan 1. Situasi perberasan yang terjadi akhir-akhir ini (mulai Maret 2008) dicirikan dengan

Lebih terperinci

PERAMALAN KUNJUNGAN WISATA DENGAN PENDEKATAN MODEL SARIMA (STUDI KASUS : KUSUMA AGROWISATA)

PERAMALAN KUNJUNGAN WISATA DENGAN PENDEKATAN MODEL SARIMA (STUDI KASUS : KUSUMA AGROWISATA) PERAMALAN KUNJUNGAN WISATA DENGAN PENDEKATAN MODEL SARIMA (STUDI KASUS : KUSUMA AGROWISATA) Oleh : Nofinda Lestari 1208 100 039 JURUSAN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN Latar Belakang. Pangan merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia yang paling asasi.

I. PENDAHULUAN Latar Belakang. Pangan merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia yang paling asasi. I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pangan merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia yang paling asasi. Kecukupan, aksesibilitas dan kualitas pangan yang dapat dikonsumsi seluruh warga masyarakat, merupakan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. komponen dasar dalam mewujudkan sumber daya manusia yang berkualitas untuk

I. PENDAHULUAN. komponen dasar dalam mewujudkan sumber daya manusia yang berkualitas untuk I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pangan merupakan kebutuhan dasar manusia yang paling utama dan pemenuhannya merupakan bagian dari hak asasi manusia yang dijamin di dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik

Lebih terperinci

APLIKASI METODE TRANSPORTASI DALAM OPTIMASI BIAYA DISTRIBUSI BERAS MISKIN (RASKIN) PADA PERUM BULOG SUB DIVRE MEDAN

APLIKASI METODE TRANSPORTASI DALAM OPTIMASI BIAYA DISTRIBUSI BERAS MISKIN (RASKIN) PADA PERUM BULOG SUB DIVRE MEDAN Saintia Matematika ISSN: 2337-9197 Vol. 02, No. 03 (2014), pp. 299 311. APLIKASI METODE TRANSPORTASI DALAM OPTIMASI BIAYA DISTRIBUSI BERAS MISKIN (RASKIN) PADA PERUM BULOG SUB DIVRE MEDAN Lolyta Damora

Lebih terperinci

WALIKOTA PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN WALIKOTA PASURUAN NOMOR 18 TAHUN 2015 TENTANG

WALIKOTA PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN WALIKOTA PASURUAN NOMOR 18 TAHUN 2015 TENTANG WALIKOTA PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN WALIKOTA PASURUAN NOMOR 18 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN HARGA PEMBELIAN GABAH OLEH PEMERINTAH KOTA PASURUAN DARI PETANI/KELOMPOK TANI DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Selama beberapa dekade terakhir sektor pertanian masih menjadi tumpuan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Selama beberapa dekade terakhir sektor pertanian masih menjadi tumpuan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Selama beberapa dekade terakhir sektor pertanian masih menjadi tumpuan dalam pembangunan Indonesia, namun tidak selamanya sektor pertanian akan mampu menjadi

Lebih terperinci

Boks 2. Pembentukan Harga dan Rantai Distribusi Beras di Kota Palangka Raya

Boks 2. Pembentukan Harga dan Rantai Distribusi Beras di Kota Palangka Raya Boks Pola Pembentukan Harga dan Rantai Distribusi Beras di Kota Palangka Raya Pendahuluan Salah satu komoditas yang memiliki kontribusi besar bagi inflasi Kota Palangka Raya adalah beras. Konsumsi beras

Lebih terperinci

KEBIJAKAN PEMBANGUNAN KETAHANAN PANGAN NASIONAL Dalam Mendukung KEMANDIRIAN PANGAN DAERAH

KEBIJAKAN PEMBANGUNAN KETAHANAN PANGAN NASIONAL Dalam Mendukung KEMANDIRIAN PANGAN DAERAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN KETAHANAN PANGAN NASIONAL Dalam Mendukung KEMANDIRIAN PANGAN DAERAH Sekretariat Dewan Ketahanan Pangan Disampaikan dalam Rapat Koordinasi Dewan Ketahanan Pangan Provinsi Sumatera

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I-1

BAB I PENDAHULUAN I-1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Ketahanan pangan sangat penting bagi pembangunan suatu bangsa, karena sebagai pemenuhan hak asasi bagi manusia di bidang pangan, salah satu pilar dalam ketahanan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Dalam pembangunan pertanian, beras merupakan komoditas yang memegang posisi strategis. Beras dapat disebut komoditas politik karena menguasai hajat hidup rakyat Indonesia.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Indonesia merupakan negara agraris dimana pertanian memegang peranan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Indonesia merupakan negara agraris dimana pertanian memegang peranan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Indonesia merupakan negara agraris dimana pertanian memegang peranan penting pada perekonomian nasional. Untuk mengimbangi semakin pesatnya laju pertumbuhan

Lebih terperinci

PENDISTRIBUSIAN BBA DENGAN METODE PROGRAMA LINIER (PERSOALAN TRANSPORTASI) Oleh : Ratna Imanira Sofiani, S.Si Dosen Universitas Komputer Indonesia

PENDISTRIBUSIAN BBA DENGAN METODE PROGRAMA LINIER (PERSOALAN TRANSPORTASI) Oleh : Ratna Imanira Sofiani, S.Si Dosen Universitas Komputer Indonesia PENDISTRIBUSIAN BBA DENGAN METODE PROGRAMA LINIER (PERSOALAN TRANSPORTASI) Oleh : Ratna Imanira Sofiani, S.Si Dosen Universitas Komputer Indonesia ABSTRAK Tulisan ini memaparkan tentang penerapan Metode

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN. dari UD. Wingko Babat Pak Moel sebagai berikut: a. Data permintaan wingko pada tahun 2016.

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN. dari UD. Wingko Babat Pak Moel sebagai berikut: a. Data permintaan wingko pada tahun 2016. BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengumpulan dan Pengolahan Data Untuk menganalisi permasalahan pengoptimalan produksi, diperlukan data dari UD. Wingko Babat Pak Moel sebagai berikut: a. Data permintaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Beras merupakan bahan pangan pokok bagi sebagian besar penduduk

BAB I PENDAHULUAN. Beras merupakan bahan pangan pokok bagi sebagian besar penduduk BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Beras merupakan bahan pangan pokok bagi sebagian besar penduduk Indonesia yang memberikan energi dan zat gizi yang tinggi. Beras sebagai komoditas pangan pokok dikonsumsi

Lebih terperinci

PENENTUAN POLA PEMOTONGAN PELAT LEMBARAN UNTUK MEMINIMALKAN PELAT SISA PADA PT. X DENGAN METODE INTEGER LINEAR PROGRAMMING

PENENTUAN POLA PEMOTONGAN PELAT LEMBARAN UNTUK MEMINIMALKAN PELAT SISA PADA PT. X DENGAN METODE INTEGER LINEAR PROGRAMMING PENENTUAN POLA PEMOTONGAN PELAT LEMBARAN UNTUK MEMINIMALKAN PELAT SISA PADA PT. X DENGAN METODE INTEGER LINEAR PROGRAMMING Andri Sanjaya 1) dan Abdullah Shahab 2) 1) Program Studi Magister Manajemen Teknologi,

Lebih terperinci

PERANCANGAN KONFIGURASI JARINGAN DISTRIBUSI PRODUK BISKUIT MENGGUNAKAN METODE ALGORITMA GENETIKA (Studi Kasus: PT. EP)

PERANCANGAN KONFIGURASI JARINGAN DISTRIBUSI PRODUK BISKUIT MENGGUNAKAN METODE ALGORITMA GENETIKA (Studi Kasus: PT. EP) PERANCANGAN KONFIGURASI JARINGAN DISTRIBUSI PRODUK BISKUIT MENGGUNAKAN METODE ALGORITMA GENETIKA (Studi Kasus: PT. EP) Rezki Susan Ardyati dan Dida D. Damayanti Program Studi Teknik Industri Institut Teknologi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah bersama masyarakat. Dalam hal ini pemerintah menyelenggarakan pengaturan,

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah bersama masyarakat. Dalam hal ini pemerintah menyelenggarakan pengaturan, BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Masalah Seperti diketahui bersama, perwujudan ketahanan pangan merupakan tanggung jawab pemerintah bersama masyarakat. Dalam hal ini pemerintah menyelenggarakan pengaturan,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Program Raskin merupakan penyempurnaan dari Instrumen Operasi Pasar Murni (OPM) dan Operasi Pasar Khusus (OPK) karena penurunan daya beli sejak krisis ekonomi tahun 1997.

Lebih terperinci

Peramalan Deret Waktu Menggunakan S-Curve dan Quadratic Trend Model

Peramalan Deret Waktu Menggunakan S-Curve dan Quadratic Trend Model Konferensi Nasional Sistem & Informatika 2015 STMIK STIKOM Bali, 9 10 Oktober 2015 Peramalan Deret Waktu Menggunakan S-Curve dan Quadratic Trend Model Ni Kadek Sukerti STMIK STIKOM Bali Jl. Raya Puputan

Lebih terperinci

BUPATI TANAH BUMBU PERATURAN BUPATI TANAH BUMBU NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN CADANGAN PANGAN PEMERINTAH KABUPATEN TANAH BUMBU

BUPATI TANAH BUMBU PERATURAN BUPATI TANAH BUMBU NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN CADANGAN PANGAN PEMERINTAH KABUPATEN TANAH BUMBU BUPATI TANAH BUMBU PERATURAN BUPATI TANAH BUMBU NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN CADANGAN PANGAN PEMERINTAH KABUPATEN TANAH BUMBU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TANAH BUMBU, Menimbang:

Lebih terperinci

BAB II PROFIL PERUSAHAAN/INSTANSI. Mei 1967 berdasarkan keputusan presidium kabinet No.114/U/Kep/5/1967, dengan tujuan

BAB II PROFIL PERUSAHAAN/INSTANSI. Mei 1967 berdasarkan keputusan presidium kabinet No.114/U/Kep/5/1967, dengan tujuan BAB II PROFIL PERUSAHAAN/INSTANSI A. Sejarah Singkat Perusahaan Umum (Perum) BULOG Perjalanan Perum BULOG dimulai pada saat dibentuknya BULOG pada tanggal 10 Mei 1967 berdasarkan keputusan presidium kabinet

Lebih terperinci

KAJIAN KEBIJAKAN PERBERASAN

KAJIAN KEBIJAKAN PERBERASAN Pendahuluan KAJIAN KEBIJAKAN PERBERASAN 1. Dalam upaya mewujudkan stabilitas harga beras, salah satu instrumen kebijakan harga yang diterapkan pemerintah adalah kebijakan harga dasar dan harga maksimum,

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN, PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN NOMOR 019 TAHUN 2017 TENTANG PENYEDIAAN DAN PENYALURAN CADANGAN PANGAN POKOK PEMERINTAH DAERAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah, BULOG tetap melakukan kegiatan menjaga Harga Dasar. Tugas pokok BULOG sesuai Keputusan Presiden (Keppres) No 50 tahun

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah, BULOG tetap melakukan kegiatan menjaga Harga Dasar. Tugas pokok BULOG sesuai Keputusan Presiden (Keppres) No 50 tahun BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BULOG adalah perusahaan umum milik negara yang bergerak di bidang logistik pangan. Ruang lingkup bisnis perusahaan milik BUMN ini meliputi usaha logistik/pergudangan,

Lebih terperinci

PEMODELAN STOK GABAH/BERAS DI KABUPATEN SUBANG MOHAMAD CHAFID

PEMODELAN STOK GABAH/BERAS DI KABUPATEN SUBANG MOHAMAD CHAFID PEMODELAN STOK GABAH/BERAS DI KABUPATEN SUBANG MOHAMAD CHAFID SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2006 SURAT PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis yang berjudul : PEMODELAN STOK GABAH/BERAS

Lebih terperinci

Politeknik Negeri Sriwijaya BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

Politeknik Negeri Sriwijaya BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Program pendistribusian beras miskin atau yang lebih dikenal dengan sebutan raskin, sebagai salah satu program penanggulangan kemisikinan kluster 1. Termasuk Program

Lebih terperinci

OPTIMALISASI JADWAL KUNJUNGAN EKSEKUTIF PEMASARAN DENGAN GOAL PROGRAMMING

OPTIMALISASI JADWAL KUNJUNGAN EKSEKUTIF PEMASARAN DENGAN GOAL PROGRAMMING OPTIMALISASI JADWAL KUNJUNGAN EKSEKUTIF PEMASARAN DENGAN GOAL PROGRAMMING Abstrak Oleh : Sintha Yuli Puspandari 1206 100 054 Dosen Pembimbing : Drs. Sulistiyo, M.T Jurusan Matematika Fakultas Matematika

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pembangunan nasional merupakan rangkaian upaya pembangunan yang

I. PENDAHULUAN. Pembangunan nasional merupakan rangkaian upaya pembangunan yang 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Pembangunan nasional merupakan rangkaian upaya pembangunan yang berkesinambungan yang meliputi seluruh kehidupan masyarakat, bangsa, dan negara untuk melaksanakan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Riset Operasi Masalah Riset Operasi (Operation Research) pertama kali muncul di Inggris selama Perang Dunia II. Inggris mula-mula tertarik menggunakan metode kuantitatif dalam

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. perubahan harga yang dibayar konsumen atau masyarakat dari gaji atau upah yang

TINJAUAN PUSTAKA. perubahan harga yang dibayar konsumen atau masyarakat dari gaji atau upah yang II.. TINJAUAN PUSTAKA Indeks Harga Konsumen (IHK Menurut Monga (977 indeks harga konsumen adalah ukuran statistika dari perubahan harga yang dibayar konsumen atau masyarakat dari gaji atau upah yang didapatkan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dan perekonomian di Indonesia. Perum BULOG Divisi Regional Sumbar adalah salah satu perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dan perekonomian di Indonesia. Perum BULOG Divisi Regional Sumbar adalah salah satu perusahaan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perusahaan merupakan lembaga yang begitu penting bagi kehidupan karena dapat membuka lapangan kerja, sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan perekonomian

Lebih terperinci

Optimasi Persediaan Multi-item Fuzzy EOQ Di PT UWBM dengan Algoritma Genetika

Optimasi Persediaan Multi-item Fuzzy EOQ Di PT UWBM dengan Algoritma Genetika Optimasi Persediaan Multi-item Fuzzy EOQ Di PT UWBM dengan Algoritma Genetika Disusun Oleh : Ainy Mahmudah 1307 100 002 Pembimbing I Pembimbing II : Dr. Irhamah, S.Si., M.Si : Dra. Sri Mumpuni R, M.Si

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 38 III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Batasan Operasional Konsep dasar dan definisi opresional mencakup pengertian yang dipergunakan untuk mendapatkan dan menganalisis data sesuai dengan tujuan

Lebih terperinci

MODEL TRANSPORTASI UNTUK MASALAH PENDISTRIBUSIAN AIR MINUM (STUDI KASUS PDAM SURAKARTA) Abstrak

MODEL TRANSPORTASI UNTUK MASALAH PENDISTRIBUSIAN AIR MINUM (STUDI KASUS PDAM SURAKARTA) Abstrak MODEL TRANSPORTASI UNTUK MASALAH PENDISTRIBUSIAN AIR MINUM (STUDI KASUS PDAM SURAKARTA) Aridhanyati Arifin Jurusan Teknik Informatika, Fakultas Teknologi Industri Universitas Islam Indonesia aridhanyati@gmail.com

Lebih terperinci

LAPORAN AKHIR PENELITIAN TA 2006 ANALISIS KEBIJAKAN PENENTUAN HARGA PEMBELIAN GABAH

LAPORAN AKHIR PENELITIAN TA 2006 ANALISIS KEBIJAKAN PENENTUAN HARGA PEMBELIAN GABAH LAPORAN AKHIR PENELITIAN TA 2006 ANALISIS KEBIJAKAN PENENTUAN HARGA PEMBELIAN GABAH Oleh : Erizal Jamal Khairina M. Noekman Hendiarto Ening Ariningsih Andi Askin PUSAT ANALISIS SOSIAL EKONOMI DAN KEBIJAKAN

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Penelitian Pada dasarnya setiap perusahaan memiliki tujuan yang sama yaitu mendapatkan keuntungan untuk kelancaraan kontinuitas usahanya dan mampu bersaing

Lebih terperinci