MANUAL Konstruksi dan Bangunan No. 001 / BM / 2007 Pemeriksaan peralatan unit pencampur aspal

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "MANUAL Konstruksi dan Bangunan No. 001 / BM / 2007 Pemeriksaan peralatan unit pencampur aspal"

Transkripsi

1 Berikut ini adalah versi HTML dari file G o o g l e membuat versi HTML dari dokumen tersebut secara otomatis pada saat menelusuri web. MANUAL Konstruksi dan Bangunan 00 / BM / 007 Pemeriksaan peralatan unit pencampur aspal panas (Asphalt Mixing Plant) DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM DIREKTORAT JENDERAL BINA MARGA MANUAL Konstruksi dan Bangunan 00 / BM / 007 Pemeriksaan peralatan unit pencampur aspal panas (Asphalt Mixing Plant) DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM DIREKTORAT JENDERAL BINA MARGA Page Page iii Daftar gambar Gambar Bin Dingin Dengan Dinding Penyekat Gambar Pengisian Bin Dingin Memakai Wheel Loader Gambar Pintu Pengeluaran Agregat Dingin Sistem Pemeriksaan Kelayakan Tinggi Bukaan Gambar 4 Pintu Pengeluaran Agregat Dingin Dengan Sensor Timbangan Berat.. Page

2 6-8 Gambar 5 Pengangkutan Agregat Dingin Ke Dryer Gambar 6 Penumpahan Agregat Dingin ke Dalam Dryer Gambar7 Penumpahan Agregat Dingin ke Dalam Dryer (Conveyor Dengan Pelindung) Gambar 8 Alat Pengering (Dryer) 0-8 Gambar 9 Sudu-sudu (Lifting Flights) Dalam Ruang Pengering Gambar 0 Penyembur Api (Burner) Gambar Elevator Panas (Hot Elevator) Gambar Saringan Panas (Hot Screen) Gambar Tipikal Saringan Panas (Hot Screen) Dengan Pembagian Ruangan atau Compartment Dalam Bin Panas (Hot Bin) Gambar 4 Posisi Bin Panas (Hot Bin) dan Bin Penimbang (Weigh Bin) Gambar 5 Alat Timbangan Pada Bin Penimbang (Weigh Bin) Gambar 6 Mekanisme Alat Penimbang Pada Bin Penimbang (Weigh Bin) Gambar 7 Pedal Dengan Pedal Tip Dari Twin Shaft Pugmill Gambar 8 Mekanisme Pembukaan / Penutupan Pintu Pengeluaran dari Pugmill Gambar 9 Elevator Bahan Pengisi (Filler) Dengan Penimbangnya Gambar 0 Tangki Aspal Dengan Burner Pemanas Aspal Gambar Pemanasan Aspal Dengan Pemanas Oli atau Oil Heater

3 Gambar Alat Penimbang Aspal Panas Gambar Skema aliran pada pengumpul debu (dust collector) jenis basah atau wet type Gambar 4 Pengumpul debu (dust collector) Jenis Basah (wet type) terpasang pada AMP Tipe Batch Gambar 5 Ruang Pengendali atau Ruang Kontrol (Control Room) Gambar 6 Peralatan pencampur aspal panas tipe menerus (continuous type) 4-8 Gambar 7 Bagan alir pemeriksaan alat pencampur aspal panas Gambar 8 Bagan alir menghidupkan alat pencapur aspal panas Gambar 9 Bagan alir mematikan alat pencapur aspal panas Gambar 0 Vibrating Feeder Gambar Belt Conveyor Gambar Bucket Elevator Gambar Dryer Gambar 4 Dust Collection Sistem Gambar 5 Vibrating Screen Gambar 6 Weighing System Gambar 7 Mixer Gambar 8 Sistem Distribusi Asphalt Gambar 9

4 Fuel Distribution Sistem Gambar 40 Hot Oil Distribution Sistem Gambar 4 Sreew Feeder ii Daftar isi Prakata... i Daftar isi ii Daftar Gambar... iii Daftar Tabel... iv Pendahuluan v. Ruang lingkup Acuan normatif Istilah dan definisi Umum Fungsi dan cara kerja peralatan pencampur aspal panas Peralatan pencampur aspal panas tipe takaran (Batch type) Peralatan pencampur aspal panas tipe menerus (Continus type) Pemeriksaan kelaikan operasi peralatan pencampur aspal panas Tahap pemeriksaan Formulir pemeriksaan Petunjuk pengisian formulir pemeriksaan tahap I dan tahap II Petunjuk pengisian formulir pemeriksaan tahap III Pengoperasian dan perawatan peralatan pencampur aspal panas Pengoperasian Pemeriksaan kesiapan peralatan pencampur aspal panas (AMP) Page 4

5 6... Pengoperasian tingkat persiapan Pengoperasian (tahap operasi) Pengoperasian tahap mixing Penghentian operasi Emergency Pengoperasian komponen-komponen utama Perawatan peralatan pencampur aspal panas Lampiran A (normatif) : Penggolongan komponen berdasarkan fungsi dan kerja Lampiran B (normatif) : Formulir pemeriksaan tahap I Lampiran C (normatif) : Formulir pemeriksaan tahap II Lampiran D (normatif) : Formulir pemeriksaan tahap III Lampiran E (normatif) : Mengatasi gangguan (trouble shoot) Lampiran F (informatif) : Bibliografi iv Daftar tabel Tabel Penggolongan tanda-tanda kerusakan berdasarkan fungsi dan kerja komponen peralatan pencampur aspal panas atau AMP Tabel Perawatan Dryer Tabel Perawatan Burner Dryer Unit Tabel 4 Perawatan Dust Collector Tabel 5 Perawatan Hot Elevator Tabel 6 Perawatan Vibrating Screen Tabel 7 Perawatan Hot Bin Hopper Tabel 8 Page 5

6 Perawatan Weighing Scale Tabel 9 Perawatan Asphalt Weighing & Discharging System 56-8 Tabel 0 Perawatan Mixer Unit Tabel Perawatan Control System dari 8 Pemeriksaan peralatan unit pencampur aspal panas (asphalt mixing plant). Ruang lingkup Manual ini menjelaskan hal-hal yang berkaitan dengan peralatan unit pencampur aspal panas serta uraian fungsi dan cara kerja bagian-bagian atau komponen-komponen utamanya, pemeriksaan teknis kondisi dari bagian-bagian atau komponen-komponen utamanya guna mengetahui kondisi peralatan secara umum sebagai upaya dalam pelaksanaan pemeliharaan untuk menjaga agar peralatan selalu dalam kondisi baik dan laik operasi untuk menghasilkan produk yang memenuhi standar mutu yang dipersyaratkan.. Acuan normatif AASTHO Materials, Part I Specification, th Edition, 98. AASTHO Materials, Part II Test, th Edition, 98. AASTHO Designation = M (ASTM Designation = D 995 9), Standard Specification For Requirement For Mixing Plants For Hot Mixed, Hot Laid Bituminous Paving Mixtures. Pedoman pemeriksaan peralatan unit produksi campuran beraspal Dep. No : Pd B. Spesifikasi umum bidang Jalan Dan Jembatan.. Istilah dan definisi. amp merupakan seperangkat peralatan yang menghasilkan produk berupa campuran aspal panas. AMP singkatan dari Asphalt Mixing Plant. apron pemasok agregat dari bin dingin dengan menggunakan rantai sebagai alat penggerak dan pemasok. ban berjalan pemasok agregat dari bin dingin dengan menggunakan ban berjalan (belt conveyor) dari 8.4 bin dingin (cold bin) penampung beberapa fraksi agregat dingin Page 6 Page 7

7 .5 bin panas (hot bin) penampung beberapa fraksi agregat panas.6 campuran beraspal panas campuran yang terdiri dari kombinasi agregat yang dicampur dengan aspal. Pencampuran dilakukan sedemikian rupa sehingga permukaan agregat terselimuti aspal dengan seragam. Untuk mengeringkan agregat dan memperoleh kekentalan aspal yang mencukupi dalam mencampur dan mengerjakannya, maka kedua-duanya harus dipanaskan masing-masing pada temperatur tertentu.7 corong tuang (hopper) corong tuang untuk menimbang agregat panas.8 elevator dingin (cold elevator) mangkok berjalan pemasok agregat dingin.9 elevator panas (hot elevator) mangkok berjalan pemasok agregat panas.0 pemasok (feeder) unit pemasok agregat dari bin dingin ke alat pengering. penampung bahan pengisi (filler storage) bak yang digunakan untuk menampung bahan pengisi. pencampur (pugmill) pengaduk campuran agregat dan aspal dalam keadaan panas. pengapian (burner) alat yang digunakan untuk memanaskan dan mengeringkan agregat pada pengering.4 pengatur udara (air lock damper) alat pengatur udara yang berfungsi untuk mengatur udara saat pengapian dari 8.5 pengatur waktu (timer) alat untuk mengatur lama pencampuran kering dan basah campuran beraspal dalam alat pencampur.6 pengering (dryer) drum untuk pengering agregat.7 penggetar alat yang dapat bergetar yang ditempatkan dekat pintu bukaan bin dingin dan saringan panas.8 pengumpul debu (dust collector) unit pengumpul debu dari pengeringan agregat.9 Page 8

8 pintu bukaan bin dingin (cold bin gate) pintu bukaan untuk mengeluarkan agregat dari bin dingin.0 saringan (screen) ayakan untuk butiran agregat sesuai dengan kelompok ukuran (fraksi) masing-masing. saringan panas (hot screen) unit saringan agregat panas. weigh batcher bak penampung sebagai alat penimbang jumlah agregat panas. sudu-sudu (flights cup) potongan besi di dalam drum pengering yang terpasang pada dinding pengering dengan susunan tertentu.4 thermostat alat pengatur temperatur yang tidak menggunakan air raksa.5 timbangan alat untuk menimbang agregat panas, filer dan aspal panas.6 unit pengontrol aspal (asphalt control unit) alat yang terletak pada tangki timbangan aspal untuk mengontrol pemasokan aspal ke alat pencampur (pugmill) 4 dari 8 4. Umum 4.. Fungsi dan cara kerja peralatan unit pencampur aspal panas 4... Peralatan unit pencampur aspal panas tipe takaran (batch tipe) Pada tipe takaran atau batch tipe maka proses pencampurannya dilaksanakan tiap kali sesuai jumlah besaran takaran (batch type). Pencampuran agregat panas dengan aspal panas pada peralatan pencampur aspal panas (AMP) tipe batch terjadi di dalam pencampur atau pugmill setelah sejumlah agregat panas yang terdiri dari beberapa fraksi ataupun hanya satu fraksi yang sudah ditimbang dalam jumlah berat tertentu dituangkan ke dalam pugmill kemudian disemprotkan aspal panas ke dalamnya dalam jumlah tertentu sesuai formula yang direncanakan. Komponen utama yang penting pada peralatan pencampur aspal panas (AMP) jenis takaran (tipe batch) adalah :. Bin dingin (Cold Bin) Bin dingin atau Cold Bin ini adalah bak tempat menampung material agregat dari tiap-tiap fraksi mulai dari agregat halus sampai agregat kasar yang diperlukan dalam memproduksi campuran aspal panas atau hotmix tiap-tiap fraksi agregat ditampung dalam masing-masing bak sendiri-sendiri. Maksudnya adalah agar banyaknya agregat dari masing-masing fraksi yang diperlukan untuk produksi campuran aspal panas sesuai formula campuran kerja (Job Mix Formula) yang direncanakan sudah dapat diatur pada saat pengeluarannya dari bin dingin. Bin dingin ini berbentuk tirus dengan permukaan pengisian di sebelah atas lebih lebar dibanding permukaan pengeluaran di bagian bawahnya. Pemeriksaan kelayakan di bagian ini menyangkut : Page 9

9 a) Penyetelan bukaan pintu pengeluaran agregat dingin untuk memperoleh agregat dingin sejumlah tertentu sesuai yang sudah direncanakan dalam satu satuan waktu. Contoh : Untuk memproduksi satu jenis campuran aspal panas sejumlah 0 ton per jam, dengan campuran yang terdiri dari agregat kasar sebesar 60% dan agregat halus sebesar 5%, maka kebutuhan agregat kasarnya adalah sebesar 60% x 0 ton per jam = 8 ton per jam. Untuk contoh di atas ini maka perlu diperiksa atau dipemeriksaan kelayakan besar bukaan pintu bin agregat kasar pada kecepatan ban berjalan yang sudah disetel sebelumnya. Apabila pada satu kedudukan pintu bukaan sudah diukur jumlah agregat yang keluar dari pintu tersebut sama dengan yang diperlukan per jamnya, maka beri tanda pada pintu dan pada dinding bukaan bin yang menunjukkan bahwa pada penunjuk tersebut jumlah agregat yang keluar adalah 8 ton per jamnya. Demikian juga untuk bin dari agregat dingin lainnya (pada contoh ini agregat halus). b) Penyetelan kecepatan putaran motor listrik penggerak conveyor agregat. Biasanya terdapat pada peralatan pencampur aspal panas (AMP) dengan sistem kendali otomatis. Jadi banyak atau sedikitnya agregat yang keluar dari bin dan dibawa conveyor diatur dengan perubahan kecepatan putaran motor listrik penggerak conveyor. Pintu bukaan pengeluaran tidak dirubah. 5 dari 8 Gambar. Bin Dingin Dengan Dinding Penyekat Gambar. Pengisian Bin Dingin Memakai Wheel Loader 6 dari 8 Gambar. Pintu Pengeluaran Agregat Dingin Sistem Pemeriksaan kelayakan Tinggi Bukaan Gambar 4. Pintu Pengeluaran Agregat Dingin Dengan Sensor Timbangan Berat. Pengangkut agregat dingin Agregat dingin dari beberapa fraksi yang sudah ditampung pada ban berjalan kolektor (Collecting Belt Conveyor) selanjutnya dibawa untuk dituangkan ke dalam alat pengering atau dryer dengan cara dibawa oleh ban berjalan (belt conveyor) lainnya, atau dengan cara dibawa oleh elevator dingin (cold elevator). Elevator dingin atau cold elevator ini berupa mangkok-mangkok atau bucket-bucket kecil yag dipasang pada rantai yang berputar naik ke atas, di mana setelah sampai di atas agregat dingin yang berada dalam mangkok-mangkok tersebut akan tumpah dan masuk ke dalam alat pengering (dryer). 7 dari 8 Pengaliran agregat dingin dari bin dingin menuju ke dalam alat pengering atau dryer berjalan dalam udara terbuka. Hal ini dimaksudkan untuk memberikan kesempatan terjadinya penguapan air di dalam agregat dingin sehingga akan menurunkan kadar airnya. Kelancaran aliran agregat dingin akan memberikan pengaruh dalam produksi campuran panasnya. Hal-hal yang perlu diperhatikan adalah tercampurnya fraksi Page 0 Page Page

10 agregat yang berbeda di dalam bin dingin karena tidak ada pembatas antara pada mulut (bagian atas) bin dingin yang satu dengan yang lainnya, disamping itu kapasitas ban berjalan dan atau elevator dingin (cold elevator) harus cukup untuk membawa sejumlah agregat dingin setiap jamnya disesuaikan dengan rencana produksi yang sudah ditentukan (misalnya 0 TPH atau 50 TPH atau lainnya). Gambar 5. Pengangkutan Agregat Dingin Ke Dryer 8 dari 8 Gambar 6. Penumpahan Agregat Dingin Ke Dalam Dryer Gambar 7. Penumpahan Agregat Dingin Ke Dalam Dryer (Conveyor Dengan Pelindung) 9 dari 8. Pengering (Dryer) Pengering ini berbentuk silinder dengan panjang dan diameter tertentu berdasarkan kapasitas maksimum produksi yang direncanakan per jamnya. Peletakan silinder pengering di atas (dua) pasang bantalan rol putar, serta silinder pengering ini dalam proses pengeringan agregatnya bergerak berputar, melalui roda gigi sekeliling silinder yang dihubungkan dengan motor listrik. Di bagian dalam dinding silinder pengering ini dilas sudu-sudu yang terbuat dari pelat baja cekung atau biasa disebut lifting flights. Sudu-sudu ini ditempatkan sedemikian rupa sehingga dapat mengangkat agregat yang sedang dikeringkan ke atas dan sekaligus menjatuhkannya sehingga agregat yang jatuh tersebut dapat membentuk tirai. Pemanasan agregat di dalam silinder pengering (dryer) dilaksanakan dengan memakai alat penyembur api atau burner yang ditempatkan di muka ujung silinder pengering (dryer) tempat agregat panas keluar. Dengan tekanan yang cukup tinggi solar disemprotkan melalui nozzle pada burner ke dalam silinder pengering. Untuk kesempurnaan pengapian serta untuk mengatur jauh dekatnya semburan api dari burner tersebut, diperlukan tambahan tekanan udara yang diperoleh dari blower yang dipasang menyatu dengan burner. Penambahan tekanan solar serta tekanan angin dari blower tersebut akan menambahkan jumlah bahan bakar yang dikonsumsi dan jelas akan menambah kalori yang dihasilkan, serta menambah jauh jangkauan semburan apinya, sehingga dapat menambah panas agregat dan mempercepat penurunan kadar air agregat. Penyetelan api dari penyembur api atau burner ini tidak diperbolehkan terlalu tinggi sebab akan mempengaruhi karakteristik dari agregatnya, yaitu agregat menjadi rapuh dan pecah karena terlalu panas. Untuk melindungi panas dari api pada penyembur api (burner) ini, maka disekeliling nozzle dipasang dinding pelindung yang terbuat dari batu tahan api. Bentuk tirai dari agregat yang jatuh tersebut memberikan efisiensi dalam pemanasan dan pengeringan agregat secara merata. Alat pengering atau dryer ditempatkan dengan posisi miring, untuk memberikan kesempatan kepada agregat dingin yang dituangkan ke dalam pengering (dryer) dari ujung yang satu (yang letaknya lebih tinggi), dapat keluar lagi dari ujung yang lainnya (yang letaknya lebih rendah) setelah melalui proses pemanasan dan pengeringan selama waktu tertentu. Besar sudut kemiringan letak silinder pengering ini sudah ditentukan oleh pabrik berdasarkan rencana desain kapasitas produksi dan rencana desain mutu produksi yang ingin dihasilkan. Page Page 4

11 Makin besar sudut kemiringan (lebih besar dari sudut kemiringan yang telah ditentukan pabrik), akan mengakibatkan agregat yang masuk akan cepat keluar lagi, sehingga agregat dingin mengalami pemanasan yang pendek. Akibatnya adalah agregat yang keluar temperaturnya masih rendah serta kadar airnya masih cukup tinggi. Sebaliknya apabila kemiringannya lebih rendah, maka agregat terlalu lama dalam silinder yang berakibat temperatur agregat terlalu tinggi, namun kapasitas per jamnya rendah, sehingga silinder akan cepat penuh diisi agregat dingin. 0 dari 8 Kemiringan silinder pengering atau dryer rata-rata berkisar antara 0 sampai 50. Kapasitas temperatur alat pengering dryer adalah sampai Temperatur 000C, agregat hasil pengeringan tidak boleh fluktuasi 750C (+ 50C) dari temperatur pengeringnya yang ditargetkan. Gambar 8. Alat Pengering (Dryer) Gambar 9. Sudu-sudu (Lifting Flights) Dalam Ruang Pengering. dari 8 Gambar 0. Penyembur Api (Burner) 4. Elevator panas (Hot Elevator) Elevator panas atau hot elevator berfungsi sebagai pembawa agregat panas yang keluar dari silinder pengering atau dryer ke saringan (ayakan) panas atau hot screening unit untuk dipilah-pilah sesuai ukuran fraksi masing-masing. Elevator panas ini berupa mangkok-mangkok atau bucket-bucket kecil yang dipasang pada rantai yang berputar naik ke atas, di mana setelah sampai di atas agregat panas yang berada dalam mangkok-mangkok kecil tadi ditumpahkan ke atas ayakan panas untuk dipisah-pisah sesuai ukuran fraksinya. Elevator panas ini mempunyai penutup (rumah pelindung) yang berfungsi sebagai pelindung terhadap kehilangan panas dari agregat panas yang dibawanya sekaligus menjaga debudebu. dari 8 Gambar. Elevator Panas (Hot Elevator) Gambar. Saringan Panas (Hot Screen) 5. Bin panas (Hot Bin) Bin panas atau hot bin adalah tempat penampungan agregat panas setelah lolos dari saringan panas. Agregat panas yang lolos dari saringan panas tersebut masingmasing fraksinya akan mengisi ruangan sendiri-sendiri yang sudah terpisah di dalam dari 8 bin panas. Jadi di dalam bin panas ini ada dinding-dinding pemisah yang memisahkan tiap fraksi agregat panas. Pada umumnya untuk peralatan pencampur aspal panas (AMP) tipe takaran atau batch tipe bin panasnya terbagi menjadi 4 ruangan terpisah masing-masing diperuntukkan penampungan masing-masing fraksi agregat sendiri-sendiri hasil dari penyaringan. Page 5 Page 6 Page 7 Page 8

12 Kapasitas masing-masing ruangan (compartment) disesuaikan dengan persentase komposisi campuran agregat dalam campuran aspal panasnya, dikaitkan dengan kapasitas produksi peralatan pencampur aspal panas (AMP). Gambar. Tipikal Saringan Panas (Hot Screen) Dengan Pembagian Ruangan atau Compartment Dalam Bin Panas (Hot Bin) Gambar 4. Posisi Bin Panas (Hot Bin) dan Bin Penimbang (Weigh Bin) 4 dari 8 6. Bin penimbang (Weigh Bin) Bin penimbang atau weigh bin adalah bin tempat menampung sekaligus menimbang agregat dari setiap fraksi agregat yang dibutuhkan untuk tiap kali pencampuran atau batch sebelum dioperasikan bin penimbang harus dipemeriksaan kelayakan oleh jawatan meteorologi yang dibuktikan dengan sertifikat pemeriksaan kelayakan. Di bagian bawah bin terdapat pintu pengeluaran yang bisa dibuka dan ditutup secara manual atau secara otomatis. Pintu pengeluaran ini akan dibuka untuk mengeluarkan agregat panas yang ditampung di dalamnya setelah pencampur atau pugmill kosong (campuran yang diproses sebelumnya telah dikeluarkan). Gambar 5. Alat Timbangan Pada Bin Penimbang (Weigh Bin) Gambar 6. Mekanisme Alat Penimbang Pada Bin Penimbang (Weigh Bin) 5 dari 8 7. Pencampur (Pugmill) Di dalam pencampur atau pugmill ini semua material (dalam keadaan panas) yaitu agregat dan aspal dicampur untuk menghasilkan produk berupa campuran aspal panas atau hotmix. Semua material dalam keadaan panas dicampur (diaduk) di dalam pugmill dengan memakai lengan-lengan pengaduk atau pedal-pedal (paddle) dengan paddle tip di ujungnya yang dipasang pada poros berputar berlawanan arah (twin shaft). Poros tersebut diputar oleh motor listrik. Untuk dapat menghasilkan campuran yang baik, pedal dengan tipnya harus dalam keadaan baik, serta ruang bebas (clearance) antara ujung tip dengan dinding tidak lebih dari,5 kali ukuran agregat yang paling besar, atau tidak lebih besar dari cm, kecuali apabila ukuran nominal maksimum agregat yang digunakan lebih besar dari 5 cm. Proses pencampuran dapat dibagi menjadi jenis pencampuran, yaitu pencampuran kering dan pencampuran basah. Pencampuran kering dimaksud adalah pengadukan agregat dari berbagai fraksi yang dituangkan dari weigh bin. Pencampuran basah adalah pengadukan selama (setelah) dicampur dengan panas aspal. Waktu pengadukan pada umumnya tidak terlalu lama, ± 45 detik. Waktu pengadukan apabila terlalu cepat akan mengakibatkan pencampuran kurang sempurna, permukaan agregat ada yang tidak terselimuti aspal. Sedangkan apabila terlalu lama akan mengakibatkan penurunan temperatur campuran aspal panasnya disamping itu juga penurunan kapasitas produksinya. Bisa juga berakibat segregasi karena campuran butiran halusnya akan terkumpul pada bagian dasar pugmill. Hasil pencampuran berupa campuran aspal panas dari pugmill langsung dituangkan ke atas bak truck pengangkut. Page 9 Page 0

13 Temperatur dari agregat panas yang berada di dalam pugmill harus sekitar 750C. Kondisi ini diperlukan untuk dapat memperoleh temperatur campuran beraspal panas (hotmix) ± 500C, maksimum 650C. Temperatur agregat panas tidak boleh terlalu tinggi untuk mencegah aspal yang disemprotkan ke atas agregat terbakar. Untuk pembuatan campuran aspal panas pada umumnya diperlukan juga tambahan bahan pengisi atau filler. Bahan pengisi ini tidak dipanaskan (temperatur udara luar). 6 dari 8 Gambar 7. Pedal Dengan Pedal Tip Dari Twin Shaft Pugmill Gambar 8. Mekanisme Pembukaan/ Penutupan Pintu Pengeluaran dari Pugmill 8. Bahan pengisi atau filler Bahan pengisi atau filler dituangkan ke dalam pencampur atau pugmill melalui cara, yaitu melalui penimbangan bersama-sama agregat panas di dalam weigh bin atau ditimbang sendiri dan langsung dituangkan ke dalam pencampuran atau pugmill. Penuangan filler bisa secara mekanis, yaitu dialirkan memakai semacam ulir atau auger, atau secara pneumatik, yaitu dipompakan. Yang harus diperhatikan pada filler ini adalah jumlah filler yang dituangkan untuk tiap kali pengadukan atau batch. Terlalu banyak filler atau melebihi yang diperlukan akan 7 dari 8 menyebabkan campuran beraspal panasnya menjadi kaku, getas dan mudah retak. Sedangkan apabila kurang terjadi sebaliknya. Gambar 9. Elevator Bahan Pengisi (Filler) Dengan Penimbangnya 9. Pemasok aspal Aspal yang diperlukan untuk pencampuran disimpan di dalam bak penampung, bisa berbentuk bak kubikal atau bisa juga berbentuk silinder. Aspal yang disimpan di dalam bak penampung aspal dipanaskan untuk memperoleh tingkat keenceran yang cukup guna kemudahan dalam penyemprotan serta bentuk butiran-butiran aspal yang disemprotkan. Temperatur aspal dalam pemanasan maksimum 700C untuk aspal polimer atau aspal modifikasi, 600C untuk aspal keras pen 60 agar temperatur aspal panas disemprotkan ke atas agregat panas dalam pugmill masih dapat mencapai sekitar 450C 500C tergantung jenis aspal. Pada umumnya untuk mencegah penurunan temperatur aspal maka pipa-pipa penyalur ke arah penyemprot dibalut bahan penahan panas. Pamanasan aspal dalam penampung dapat dilaksanakan dengan cara, yaitu : Pemanasan langsung, yaitu panas dari api pemanas atau burner dialirkan ke dalam pipa yang melingkar-lingkar di dalam bak penampung di mana aspalnya tersimpan, sehingga aspal tersebut bersentuhan langsung dengan pipa-pipa yang panas tersebut. 8 dari 8 Pemanasan tidak langsung, yaitu pemanasan yang terjadi karena aspal yang bersentuhan dengan dinding-dinding pipa panas yang dialiri minyak (oli) panas yang sudah dipanaskan terlebih dahulu di tempat pemanasan minyak tersendiri. Aspal panas disemprotkan ke atas agregat panas pada temperatur 450C sampai Page Page Page

14 500C dengan memakai pompa aspal bertekanan cukup tinggi agar dapat membentuk semprotan aspal yang baik. Pada penyemprotan aspal ini dipasang alat penimbang jumlah aspal yang disemprotkan untuk tiap kali pencampuran (batch) serta alat pengukur temperatur aspal. Gambar 0. Tangki Aspal Dengan Burner Pemanas Aspal 9 dari 8 a) b) Gambar. Pemanasan Aspal Dengan Pemanas Oli atau Oil Heater Gambar. Alat Penimbang Aspal Panas 0. Pengumpul debu atau dust collector Pengumpul debu atau dust collector ini merupakan komponen yang selalu harus ada untuk menjaga kebersihan udara dan lingkungan dari debu-debu halus yang ditimbulkan selama proses AMP berjalan. 0 dari 8 Ada jenis pengumpul debu atau dust collector, yaitu : a) Jenis kering atau dry cyclone, dimana debu-debu dari buangan silinder pengering atau dryer dihisap ke dalam silo cyclone dan diputar sehingga partikel yang berat akan turun ke bawah sedangkan udara yang sudah tidak mengandung partikel debu lagi akan dikeluarkan melalui cerobong. Partikel yang berat tersebut sering dipakai sebagai filler juga. b) Jenis basah atau wet scruber, dimana pada jenis ini debu-debu yang terbawa udara buangan dari dryer dialirkan ke dalam suatu bak atau ruangan dan disemprot air, sehingga partikel-partikel debunya akan terbawa air turun dan ditampung dalam bak-bak penampung. Udara yang keluar sudah bersih dari debu-debu dan keluar melalui cerobong asap. Gambar. Skema aliran pada pengumpul debu (dust collector) jenis basah atau wet type Gambar 4. Pengumpul debu (dust collector) Jenis Basah (wet type) terpasang pada AMP Tipe Batch dari 8.Tenaga penggerak Untuk menjalankan semua bagian-bagian atau komponen-komponen AMP sumber tenaga utamanya adalah generator set atau gen set. Pada umumnya genset ini diputar oleh mesin diesel. Kekuatan atau kapasitas genset ini harus cukup untuk melayani kebutuhan motormotor listrik yang dipakai serta peralatan-peralatan lain yang memakai tenaga listrik dan untuk penerangan. Semua sambungan-sambungan aliran listrik harus tertutup untuk mencegah arus pendek serta untuk keamanan lingkungan.. Ruang pengendali pengontrol atau ruang pengontrol (control room) Seluruh kegiatan operasi unit peralatan pencampur aspal panas (AMP) dikendalikan dari ruang pengontrol atau control room ini. Ada cara pengendalian operasi yang dikenal; yaitu cara manual, cara semi Page 4 Page 5 Page 6

15 otomatis dan cara otomatis. Pada pengendalian operasi cara manual, pengaturan/pengoperasian komponen atau bagian-bagian peralatan pencampur aspal panas (AMP) dilakukan dengan mengatur sakelar atau tombol mengunakan tangan. Yaitu pengaturan pemasokan agregat, aspal, pembakaran pada burner, penimbangan, pencampuran serta pengeluaran campuran dari pencampur atau pugmill. Pengendalian secara semi otomatis, beberapa pengaturan pembukaan dan penimbangan masih dikontrol secara manual, termasuk bukaan pintu pengeluaran pugmill. Pengendalian operasi secara otomatis, maka semua operasinya sudah diatur secara otomatis dengan sistem komputerisasi, termasuk kontrol apabila ada kesalahankesalahan atau ketidakcocokan dan ketidaklancaran operasi dari satu atau beberapa bagian kegiatan/ operasi, misalnya temperatur agregat panas rendah maka terkontrol pada burnernya, misalnya ditingkatkan pemanasannya. Pada pengendalian operasi secara otomatis harus lebih teliti pengamatan alat-alat ukurnya serta hubungan-hubungan sirkuit dari peralatan pencampur aspal panas (AMP) ke ruang pengendalian, karena besaran-besaran yang sudah diprogram bisa saja bersalahan akibat sirkuit yang terganggu, sehingga kemungkinan produk akhir berada di luar spesifikasi yang sudah dirancang atau diformulasikan sebelumnya. dari 8 a) b) Gambar 5. Ruang Pengendali atau Ruang Kontrol (Control Room) 4... Peralatan unit pencampur aspal panas tipe menerus (continuous type) Pada tipe menerus (continuous type) baik type drum mix maupun pugmill mix proses pencampuran agregat panas dengan aspal panas terjadi terus menerus. Pada type drum mix aspal panasnya disemprotkan ke atas agregat panas di dalam alat pengering di bagian ujung dekat sebelum pengeluaran. Sedangkan pemanas agregat (burner) ditempatkan di bagian ujung pemasukan agregat dingin. dari 8 Pada type pugmill mix pencampuran agregat panas dengan aspal terjadi di dalam pugmill, dimana terjadi terus menerus pengadukan agregat panas dari beberapa fraksi atau hanya satu fraksi dengan aspal panas yang disemprotkan ke atas campuran agregat tersebut secara terus menerus juga. secara umum komponen-komponen utama yang penting pada peralatan pencampur aspal panas (AMP) tipe ini sama dengan pada AMP tipe batch, perbedaannya terletak pada proses pencampuran agregat panas dengan aspal panasnya, meskipun terjadi di dalam pugmill namun prosesnya terjadi terus menerus (pada tipe batch terjadi per batch), pengaliran agregat panas untuk tiap fraksinya terjadi terus menerus. Pengaturan jumlah tiap fraksi agregat panas per jam diatur menurut besar kecilnya bukaan pintu pengeluaran yang terdapat pada bin panas. Jadi pada AMP tipe menerus yang ini tidak ada bin penimbang atau weigh bin 4 dari 8 Gambar 6. peralatan pencampur aspal panas tipe menerus (continuous type) Page 7 Page 8 Page 9

16 5 dari 8 5. Pemeriksaan kelaikan operasi peralatan pencampur aspal panas 5.. Tahap pemeriksaan Pemeriksaan teknis peralatan dan pemeriksaan/ pengujian peralatan untuk pelaksanaan pemeriksaan kelayakan dan pemeriksaan kelaikan operasi peralatan pencampur aspal panas (AMP) dilakukan secara bertahap, yaitu melalui (tiga) tahapan pemeriksaan dan pengujian sebagai berikut : ) Pemeriksaan tahap I Pada pemeriksaan tahap I ini, pemeriksaan dilaksanakan terhadap kondisi teknis semua bagian atau komponen peralatan pencampur aspal panas (AMP), dimana peralatannya dalam keadaan tidak dihidupkan. Kondisi teknis dimaksud antara lain misalnya dinding hot elevator ada yang keropos, sobek atau berlubang, aus, patah, dial timbangan kacanya pecah, ada bagian yang tidak lengkap misalnya bucket elevator ada yang tidak terpasang atau sama sekali tidak ada, serta kerusakan-kerusakan lain sejenisnya. Apabila pada pemeriksaan tahap I masih terdapat kerusakan pada bagian atau komponennya, maka kerusakan tersebut harus segera diatasi (diperbaiki) sampai baik agar pemeriksaan bisa dilanjutkan ke pemeriksaan tahap II. Kondisi peralatan pencampur aspal panas secara umum dinyatakan baik (pada kesimpulan pemeriksaan peralatan pencampur aspal panas kondisi tidak dihidupkan) apabila hasil pemeriksaan pada semua komponen yang diperiksa telah dinyatakan hasilnya semua baik. ) Pemeriksaan tahap II Pemeriksaan tahap II dilaksanakan dalam keadaan peralatan dihidupkan, artinya semua bagian atau komponen yang bergerak atau bisa digerakkan apabila mesin penggerak dihidupkan dapat diperiksa atau diuji pergerakannya misalnya pintu pengeluaran pada pugmill, penutup pintu pada cold bin. Komponen-komponen yang bergerak atau hidup tersebut diperiksa apakah pergerakannya baik dan lancar (normal) atau tidak lancar (tidak normal), misalnya putaran rantai pada hot elevator. Ada kemungkinan juga sama sekali tidak bisa dihidupkan atau tidak bisa digerakan. Pemeriksaan tahap II ini dilaksanakan apabila pada pemeriksaan tahap I peralatan pencampur aspal panas tersebut telah dinyatakan kondisinya baik dan boleh dilanjutkan untuk pemeriksaan tahap II. Pada pemeriksaan tahap II ini peralatan pencampur aspal panas (AMP) dihidupkan sesuai dengan fungsinya. Apabila pada pemeriksaan tahap II terdapat bagian atau komponen yang tidak bisa dihidupkan atau digerakkan atau hidupnya/ gerakannya tidak lancar karena ada sesuatu yang tidak baik atau rusak, maka bagian atau komponen yang bersangkutan harus segera diperbaiki sampai bagian atau komponen tersebut bisa dihidupkan/ digerakkan dan difungsikan sebagaimana mestinya. Contohnya ban 6 dari 8 berjalan atau conveyor untuk agregat dingin tidak bisa berjalan karena rollnya tidak bisa diputar, dan kerusakan lain sejenisnya. Apabila semua komponen yang telah diperiksa telah dinyatakan baik/ lancar dan semua sumber daya cukup, maka pada kesimpulan pemeriksaan peralatan Page 0 Page

17 pencampur aspal panas (AMP) kondisi dihidupkan dapat disimpulkan cukup. ) Pemeriksaan tahap III Pemeriksaan tahap III dilaksanakan setelah pada pemeriksaan tahap II peralatan pencampur aspal panas atau AMP tersebut dinyatakan kondisinya baik dan dapat dilanjutkan untuk pemeriksaan tahap III, yaitu pemeriksaan kelayakan dan pemeriksaan kelaikan operasi untuk dapat menghasilkan produk sesuai fungsi peralatan pencampur aspal panas tersebut, yaitu campuran aspal panas (hot mix) yang memenuhi mutu/ spesifikasi yang disyaratkan. Pada pemeriksaan tahap III ini peralatan pencampur aspal panas (AMP) dihidupkan/ dioperasikan sesuai dengan fungsinya yaitu memproduksi campuran aspal panas. Peralatan pencampur aspal panas tersebut diberi beban muatan material (agregat) yang dipanaskan/ dikeringkan (di dalam dryer) dalam jumlah yang cukup (sesuai kapasitas per jamnya untuk pelaksanaan pengujian pemeriksaan kelayakan), selanjutnya ditambah dengan material lain yaitu filler (apabila diperlukan) kemudian dicampur dengan aspal panas di dalam komponen pencampur (pugmill). Pemeriksaan dan pengujian dilaksanakan pada peralatan pencampur aspal panas atau AMP, meliputi antara lain pengaturan bin dingin untuk mengalirkan agregat dingin untuk dikeringkan, kemampuan dryer untuk memanaskan agregat sampai mencapai temperatur yang diijinkan, mengukur temperatur hasil campuran, mengukur jarak pedal tip dengan dinding bagian dalam dari pugmill, waktu pencampuran (Mixing), temperatur aspal panas, keausan screen (saringan). Apabila hasil pemeriksaan, pengukuran serta pengujian pada pemeriksaan tahap III ini baik, artinya memenuhi ketentuan-ketentuan persyaratan mutu/ spesifikasi yang diizinkan, maka peralatan pencampur aspal panas tersebut dapat dinyatakan laik operasi. Sedangkan apabila masih ada yang belum memenuhi persyaratan maka harus segera diatasi dengan mencari kemungkinan-kemungkinan penyebabnya, dan segera dilaksanakan perbaikan/ penggantian komponen yang rusak, misalnya pedal tip, screen (Wire Net). Sebagai kesimpulan akhir pada pemeriksaan tahap III ini, maka penilaian hasil pengujian operasi peralatan pencampur panas dapat dinyatakan laik apabila kesimpulan pemeriksaan semua komponen yang diperiksa dan diuji telah menyatakan laik operasi. Pemeriksaan kembali ke tahap II apabila pada pemeriksaan tahap III masih ada yang belum memenuhi persyaratan, termasuk terjadinya kemacetan atau kerusakan komponen, pemeriksaan dilakukan terhadap komponen yang rusak dan tidak seluruh pemeriksaan pada tahap II. 7 dari 8 Gambar 7. Bagan alir pemeriksaan alat pencampur aspal panas 5.. Formulir pemeriksaan Pada pelaksanaan pemeriksaan kelayakan dan pemeriksaan kelaikan operasi peralatan pencampur aspal panas digunakan formulir-formulir sebagai berikut : ) Formulir pemeriksaan tahap I, pemeriksaan teknis komponen peralatan pencampur aspal panas (AMP). Kondisi tidak dihidupkan. (lihat lampiran B Formulir pemeriksaan tahap I). ) Formulir pemeriksaan tahap II. pemeriksaan teknis komponen peralatan pencampur aspal panas (AMP) kondisi dihidupkan. (lihat lampiran C Formulir pemeriksaan tahap II). Page

18 ) Formulir pemeriksaan tahap III. pemeriksaan kelayakan dan pemeriksaan kelaikan operasi peralatan pencampur aspal panas (AMP) kondisi produksi. (lihat lampiran D Formulir pemeriksaan tahap III). 5.. Petunjuk pengisian formulir pemeriksaan tahap I dan tahap II ) Pengisian secara umum Lokasi diisi nama jalan (jika ada) dan atau wilayah administratif lengkap (Desa/ Kelurahan, Kecamatan, Kabupaten, Provinsi) dimana lokasi peralatan pencampur aspal panas (AMP) yang diuji dan diperiksa kelaikannya berada. Merk/ Type diisi nama merek dagang dan type peralatan pencampur aspal panas (AMP) yang diuji dan diperiksa kelaikannya. PEMERIKSAAN TAHAP I PEMERIKSAAN TAHAP II PEMERIKSAAN TAHAP II PEMERIKSAAN TAHAP III - DIPERBAIKI - DIGANTI BAIK TIDAK BAIK TIDAK BAIK PERALATAN LAIK OPERASI TIDAK BAIK BAIK BAIK HA SIL - DIPERBAIKI - DIGANTI - DIATUR / DISETEL HA SIL HA SIL 8 dari 8 Tahun Pembuatan diisi tahun pembuatan peralatan pencampur aspal panas atau AMP yang diuji dan diperiksa kelaikannya. Jenis dipilih jenis peralatan pencampur aspal panas (AMP) yang diuji dan diperiksa kelaikannya (coret yang tidak perlu). Pejabat berwenang diisi nama perorangan dan atau badan usaha yang berkepentingan terhadap pemeriksaan kelayakan peralatan pencampur aspal panas (AMP) yang diuji dan diperiksa kelaikannya. Tanggal pemeriksaan diisi tanggal pada waktu peralatan dilakukan pemeriksaan dan pemeriksaan kelayakan. diisi oleh petugas pemeriksa/ pemeriksaan kelayakan diantaranya : keadaan dan uraian aktual kerusakan alat (mesin) dilapangan, nama bagian yang rusak, tanda-tanda penyebab kerusakan, cara mengatasi, catatan lain yang dianggap perlu dan berhubungan dengan alat tersebut. Page

19 5.4. Petunjuk pengisian formulir pemeriksaan tahap III. ) Pengisian secara Umum : Lokasi diisi nama jalan (jika ada) dan atau wilayah administratif lengkap (Desa/Kelurahan, Kecamatan, Kabupaten, Provinsi) dimana lokasi peralatan pencampur aspal panas (AMP) yang diuji dan diperiksa kelaikannya berada. Merk/ Type diisi nama merek dagang dan type peralatan pencampur aspal panas (AMP) yang diuji dan diperiksa kelaikannya. Tahun Pembuatan diisi tahun pembuatan peralatan pencampur aspal panas (AMP) yang diuji dan diperiksa kelaikannya. Jenis dipilih jenis peralatan pencampur aspal panas (AMP) yang diuji dan diperiksa kelaikannya (coret yang tidak perlu). Pejabat berwenang diisi nama perorangan dan atau badan usaha yang berkepentingan terhadap pemeriksaan kelayakan peralatan pencampur aspal panas (AMP) yang diuji dan diperiksa kelaikannya. harus diisi oleh pemeriksa/ petugas pemeriksaan kelayakan diantaranya : keadaan dan uraian aktual kerusakan alat (mesin) dilapangan, nama bagian yang rusak, indikasi penyebab kerusakan, cara mengatasi, catatan lain yang dianggap perlu dan berhubungan dengan alat tersebut. 9 dari 8 ) Pengisisan pemeriksaan komponen komponen utama AMP : Unit cold bin Laik operasi: bahwa unit bin dingin/ cold bin dapat digunakan untuk mempersiapkan, menampung sementara berbagai ukuran agregat dingin sehingga tidak terjadi pencampuran antar ukuran agregat dan dapat memberikan jumlah aliran yang tepat dengan mudah sesuai kebutuhan yang direncanakan. laik operasi: bahwa unit cold bin dapat digunakan sesuai dengan fungsinya tetapi terdapat tanda-tanda kerusakan (lihat petunjuk pengisian formulir pemeriksaan) sehingga tidak dapat memberikan jumlah agregat dengan mudah, benar dan sesuai dengan yang direncanakan. Hasil dari grafik hubungan bukaan pintu versus aliran agregat dan kecepatan konveyor versus aliran agregat digunakan untuk membandingkan dengan grafik yang telah dilakukan oleh petugas sebelumnya apakah masih sesuai atau tidak. Unit dryer Laik operasi: unit dryer dapat bekerja sesuai dengan fungsinya tanpa ada masalah/ indikasi kerusakan untuk memanaskan agregat sampai mencapai temperatur yang disyaratkan dalam spesifikasi yang berlaku. laik operasi: unit dryer dapat bekerja sesuai dengan fungsinya tetapi terdapat tanda-tanda kerusakan (lihat petunjuk pengisian formulir pemeriksaan) dan tidak dapat menghasilkan temperatur seperti yang disyaratkan dalam spesifikasi yang berlaku. Unit mixer/ pugmill Laik operasi: unit mixer/ pugmill dapat bekerja sesuai dengan fungsinya, tanpa ada masalah tanda-tanda kerusakan untuk menghasilkan campuran beraspal panas yang memenuhi dengan spesifikasi teknis yang disyaratkan, clearence dan jarak padle tip masih sesuai kecuali untuk agregate lebih besar 5 mm ruang bebas disetel agar agregat kasar tidak pecah selama pencampuran, temperatur hasil hot mix sesuai yang disyaratkan dalam Spesifikasi. Page 4

20 laik operasi: mixer/ pugmill tidak dapat bekerja sesuai dengan fungsinya karena terdapat tanda-tanda kerusakan (lihat petunjuk pengisian formulir pemeriksaan) dan tidak dapat menghasilkan hot mix sesuai spesifikasi, clearence dan jarak antar padle tip tidak dapat diatur. 0 dari 8 Unit pemasok aspal Laik operasi: unit pemasok aspal dapat bekerja sesuai dengan fungsinya tanpa ada masalah tanda-tanda kerusakan (lihat petunjuk pengisian formulir pemeriksaan) terutama yang mengakibatkan kebocoran, untuk memanaskan aspal sampai mencapai temperatur yang disyaratkan dalam spesifikasi. laik operasi: unit pemasok aspal dapat bekerja sesuai dengan fungsinya tetapi terdapat tanda-tanda kerusakan (lihat petunjuk pengisian formulir pemeriksaan) dan tidak dapat menghasilkan temperatur sesuai dengan persyaratan spesifikasi. Laik operasi: unit timbangan dapat bekerja sesuai dengan fungsinya tanpa ada masalah tanda-tanda kerusakan (tidak dapat terbaca secara akurat). laik operasi: unit timbangan tidak dapat bekerja sesuai dengan fungsinya karena terdapat tanda-tanda kerusakan (lihat petunjuk pengisian formulir pemeriksaan tahap I dan II). Pemeriksaan mutu produk : Jenis Produk Yang Diuji beri tanda pada kotak jenis campuran aspal yang diuji hasil trial mixnya. Contoh : bila yang diuji adalah mutu produk sampel Laston Base, beri tanda pada kotak Laston Base. Kolom Rekapitulasi a). Sub kolom Hasil Uji Lab RCK (Rencana Campuran Kerja) Diisi data hasil pengujian gradasi terhadap sampel formula RCK produk laboratorium yang memenuhi spesifikasi gradasi. Isian data pada kolom ini pada prinsipnya memindahkan data dari formulir hasil pengujian gradasi terhadap sampel formula RCK produk laboratorium. (lampirkan data hasil uji gradasi terhadap sampel formula RCK produk laboratorium). Contoh : bila yang diuji adalah mutu produk sampel Laston Base, maka sub kolom ini diisi dengan hasil uji gradasi terhadap sampel RCK Laston Base produk laboratorium yang memenuhi spesifikasi gradasi untuk Laston Base (lampirkan data hasil uji gradasi terhadap sampel formula RCK Laston Base produk laboratorium). b). Sub kolom Hasil Uji Lab Trial Mix Diisi data hasil pengujian gradasi terhadap sampel hasil uji coba/ trial mix di AMP berdasarkan formula RCK produk laboratorium. Isian data pada kolom ini pada prinsipnya memindahkan data dari formulir hasil pengujian gradasi terhadap sampel produk uji coba/ trial mix di AMP berdasarkan formula RCK produk laboratorium. (lampirkan data hasil uji lab terhadap sampel produk uji coba/ trial mix di AMP). dari 8 Contoh : bila yang diuji adalah mutu produk sampel Laston Base, maka sub kolom ini diisi dengan hasil uji gradasi terhadap sampel Laston Base produk uji coba/ trial mix di AMP (lampirkan data hasil uji gradasi terhadap sampel Laston Base produk uji coba /trial mix di AMP). Page 5 Page 6

21 Kolom Tinjauan Terhadap Spec a. Beri tanda pada sub kolom Sesuai dan tanda - pada sub kolom apabila data gradasi pada sub kolom hasil uji lab trial mix sesuai atau memenuhi spesifikasi gradasi. b. Beri tanda - pada sub kolom Sesuai dan tanda pada sub kolom apabila data gradasi pada sub kolom hasil uji lab trial mix tidak sesuai atau tidak memenuhi spesifikasi gradasi. Contoh : bila yang diuji adalah mutu produk sampel Laston Base, bandingkan nilai nilai gradasi pada sub kolom Hasil Uji Lab Trial Mix dengan spesifikasi teknis persyaratan gradasi untuk Laston Base, apabila memenuhi spesifikasi teknis persyaratan gradasi beri tanda pada sub kolom Sesuai dan tanda - pada sub kolom. Kolom Diisi dengan keterangan jenis uji lab yang dipakai. dari 8 Tabel. Penggolongan tanda-tanda kerusakan berdasarkan fungsi dan kerja komponen peralatan pencampur aspal panas atau AMP Kondisi Komponen Rusak Baik ada Yang bekerja saat mesin dihidupkan - Keropos, bocor, sobek, patah, tidak kokoh menyangga beban dan sejenisnya. - Jika gerakan tidak normal, oleng, goyang, tersendatsendat dan tidak lancar. - dapat diatur sesuai dengan kebutuhan. - Terdapat suara-suara yang aneh/ tidak normal. - Aus - lengkap. Konstruksi pendukung - Keropos, bocor, sobek, Page 7

22 patah, tidak kokoh menyangga beban dan sejenisnya. - Komponen-komponen tidak lengkap. Alat-alat bantu/ alat-alat ukur misalnya : - Termometer - Pressure meter - Skala meter - Timbangan - Flowmeter - Penunjukkan skala meter tidak tepat sesuai aktualnya. - Skala meter tidak dapat terbaca. - Jarum penunjuk tidak berfungsi. - Jarum penunjuk tidak dapat disetel untuk menjadi normal. - Komponen-komponen tidak lengkap. 4 Kelistrikan - Tegangan, arus, frekuensi (tidak stabill/ tidak memenuhi) - Jaringan kabel putus, sobek pelindungnya, terjadi hubungan singkat. terdapat tanda-tanda yang

23 menyatakan rusak Cukup jelas dari 8 6. Pengoperasian dan perawatan peralatan pencampur aspal panas 6.. Pengoperasian Didalam operasi untuk produksi, terdapat tiga hal utama yang perlu dipersiapkan, yaitu persiapan bahan baku, persiapan data-data pendukung, persiapan peralatan pendukung, dan kesiapan unit peralatan pencampur aspal panas (AMP) itu sendiri. ). Persiapan Bahan Baku Untuk pekerjaan Asphalt Mixing Plant, persiapan bahan baku meliputi jenis dan jumlah material yang diproses, yaitu aggregate, asphalt, dan filler (jika diperlukan). Unsur-unsur utama yang menentukan jenis dan jumlah kebutuhan bahan baku terutama adalah: a. Spesifikasi produk, yaitu hal-hal yang menyangkut : Tingkat homogenitas yang diharapkan. Jenis campuran produk berupa asphalt-aggregate atau asphalt-aggregatefiller. Kelas jalan yang akan di hot mix. b. Jumlah total kebutuhan produk. c. Kapasitas produk persatuan waktu. Apakah sesuai dengan kapasitas yang terpasang ). Persiapan Data-Data Pendukung Persiapan ini adalah untuk memperoleh data-data bahan baku yang biasanya didapat dari konsultan. Dengan diperolehnya data-data ini untuk mendapatkan jenis produk hot mix yang ditentukan, akan dapat disiapkan data persentase campuran dari masing-masing bahan baku aggregate,,, dan 4, asphlat, dan filler untuk setiap kali proses mixing. ). Persiapan Peralatan Pendukung Beberapa peralatan penunjang yang harus disiapkan untuk operasi Asphlat Mixing Plant, meliputi : Loader. Dump Truck. Peralatan perbaikan standar. 4 dari Pemeriksaan kesiapan peralatan pencampur aspal panas (AMP) ) Oli pelumas Periksa oli pelumas terhadap kualitas dan kuantitas oli yang digunakan. Isi jika kosong, tambahkan dengan jenis yang sama jika kurang, dan ganti dengan yang baru dan sama jenisnya jika sudah rusak/ encer. Komponen berpelumas oli meliputi : Gear motor. Vibrating screen. Air compressor. ) Grease pelumas Page 8 Page 9

24 Periksa grease pelumas terhadap kualitas dan kuantitas grease yang digunakan. Isi jika kosong, tambahkan dengan jenis yang sama jika kurang, dan ganti dengan yang baru dan jenis yang sama pula jika rusak. Komponen berpelumas grease meliputi : a. Bearing. b. Rantai/ chaine. c. Roda gigi/gear. d. Sprocket, dll. ) Sistem pemanas (Heater System) Periksa kondisi sistem pemanas yaitu meliputi : a. Kecukupan isi dan kualitas oli pemanas yang digunakan. b. Kesiapan kondisi peralatan pemanas/ heater equipment. 4) Bahan bakar (Fuel) Periksa isi bahan bakar pada fuel tank untuk pembakaran pada burner. Bahan bakar pada tangki bahan bakar harus cukup untuk operasi secara optimum dan tuntas. 5) Sistem operasi (Operating System) Periksa kondisi kerja sistem operasi (meliputi kondisi visual dan kebenaran kerja air compressor, air cylinder, dan sistem pemipaannya). 5 dari 8 6) Pipa saluran (Piping Lines) Periksa kondisi pipa-pipa saluran terhadap kebocoran yang mungkin terjadi, sambungan pipa, atau rumah oli, bahan bakar, asphalt, dan sebagainya. Sistem pemipaan pada AMP meliputi : a. Asphalt distribution system. b. Fuel distribution system. c. Oil distribution system (oil heater). d. Operating system (system pengoperasian air cylinder) 7) Baut pengikat Periksa kondisi baut-baut pengikat dari kemungkinan kendor, rusak, atau terlepas. Kencangkan jika kendor dan ganti dengan yang baru jika sudah rusak. Untuk diperhatikan, lihat keberadaan washer, dan untuk daerah yang bergetar adalah jenis spring washer. 8) Pemeriksaan menyeluruh Lakukan pemeriksaan secara menyeluruh terhadap plant, termasuk bagian-bagian yang saling berkaitan. Hal ini untuk menghindari timbulnya gangguan atau kerusakan-kerusakan yang mungkin terjadi selama produksi. 9) Bahan baku utama Lakukan pemeriksaan persediaan bahan baku utama aggregate,,, & 4, Asphalt, dan Filler dari kemungkinan kurang selama operasi. 6 dari 8 FILLER ELEVATOR DRYER JOIN CONVEYOR C TAHAP MIXING POMPA ASPHALT "ON" FILLER SCREW FEEDER ON Page 40 Page 4

25 GATE HOT BIN,, DAN 4- OPEN CYCLONE SCREEN FEEDER-ON GATE MIXER "ON" GATE AGGREGATE HOPPER-OPEN GATE FILLER HOPPER-OPEN -WAY VALE-ASPHALT (POSISI ISI HOPPER) DRYER BURNER LOWER CONVEYOR VIB. FEEDER B TAHAP OPERASI A TAHAP PERSIAPAN MENGHIDUPKAN HOT ELEVATOR COMPRESSOR VIB. SCREEN MIXER DIAL POSISI "NOL" EXHAUST FAN ASPHALT PUMP OIL HEATER ASPHALT BURNER OIL HEATER PUMP MAIN MCCB "ON" PLN GENSET "ON" Gambar 8 Bagan alir menghidupkan alat pencapur aspal panas 7 dari 8 VIBRATINGFEEDER. 0. FLUSHINGPIPAASPHALT LOWERCONVEYOR.. POMPASUPLAIASPHALT JOINCONV./COLTELEVATOR.. POMPADISTRIBUSIASPHALT DRYERBURNER.4. OILHEATER FUELPUMP.5 4. DRYER HOTELEVATOR.6 5. EXHAUSTFAN FILLERELEVATOR.7 6. CYCLONESCREWFEEDER FEELERSREWFEEDER.8 7. COMPRESSOR VIBRATINGSCREEN.9 8. MIXER MEMATIKAN AMP JIKA DENGAN WET CYCLONE MATIKAN EXHAUSET BLOWER MAIN MCCB JIKA GENSET GENSET "OFF" Gambar 9 Bagan alir mematikan alat pencapur aspal panas Page 4

26 8 dari Pengoperasian tingkat persiapan Pada tahap ini adalah pengoperasian beberapa bagian pendukung operasi utama peralatan pencampur aspal panas (AMP). Unit-unit ini harus benar-benar bekerja dalam keadaan baik. Urutan pengoperasian adalah sebagai berikut : ) Jika sumber listrik dari gen set, hidupkan gen set dan pastikan data power, arus, frekuensi, dan sebagainya benar (sesuai dengan kebutuhan). ) Periksa kesiapan operasi pada control room, sebagai berikut : a. Tombol power pada meja kontrol harus pada posisi off. b. Frekuensi yang masuk harus 50 hz. c. Pindahkan tombol power ke posisi on. d. Periksa kembali tegangan listrik pada volt meter. ) Hidupkan asphalt burner untuk proses pemanasan asphalt pada ketel : a. Temperatur kerja asphalt adalah berkisar antara C, tergantung jenis aspal b. Lama pemanasan ± 4 jam. 4) Hidupkan oil heater element, untuk pemanasan oli pada tanki asphalt. 5) Hidupkan pompa oli untuk mensirkulasikan oli panas (hot oil) ke seluruh jaringan. 6) Pastikan three way valve untuk distribusi asphalt pada posisi sirkulasi. 7) Hidupkan pompa suplai asphalt untuk mensirkulasikan asphalt. 8) Hidupkan air compressor untuk persiapan operasi sistem pneumatic. 9) Periksa dan pastikan jarum penunjuk seluruh timbangan asphalt, aggregate, dan filler pada dial gauge menunjuk pada angka/posisi NOL. Setelah pasti seluruh bagian ini beroperasi dengan baik, selanjutnya dapat dilakukan pengoperasian utama (mixing operation) Pengoperasian (Tahap Operasi) Tempatkan dump truck kosong dalam keadaan siap (standby) di bawah Mixer. Setelah seluruh bahan baku disiapkan - asphalt pada asphalt kettle dan aggregate pada cold bin dan operasi tingkat persiapan berjalan dengan baik, hidupkan peralatan-peralatan utama sebagai berikut : ) Mixer ) Vibrating screen ) Hot elevator 4) Exhaust fan 5) Dryer 6) Joint conveyor (Cold Elevator untuk produk alternatif-) 7) Filler elevator 8) Lower conveyor 9) Nyalakan dryer burner 0) Page 4

BAB III Produksi Asphalt Mixing Plant (AMP) Jenis Takaran

BAB III Produksi Asphalt Mixing Plant (AMP) Jenis Takaran BAB III Produksi Asphalt Mixing Plant (AMP) Jenis Takaran 3.1. Pengertian Asphalt Mixing Plant ( AMP ) Asphalt Mixing Plant (AMP) atau unit produksi campuran beraspal adalah seperangkat perlalatan mekanik

Lebih terperinci

BAB II ASPHALT MIXING PLANT. seperangkat peralatan mekanik dan elektronik dimana agregat dipanaskan, a) AMP jenis takaran (batch plant)

BAB II ASPHALT MIXING PLANT. seperangkat peralatan mekanik dan elektronik dimana agregat dipanaskan, a) AMP jenis takaran (batch plant) BAB II ASPHALT MIXING PLANT II.1. Umum Asphalt mixing plant/amp (unit produksi campuran beraspal) adalah seperangkat peralatan mekanik dan elektronik dimana agregat dipanaskan, dikeringkan dan dicampur

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Macam macam Asphalt Mixing Plant (AMP) Aspahlt mixing plant (AMP) merupakan seperangkat peralatan yang menghasilkan produkberupa campuran asphalt panas. Dilihat dari mobilitasnya,

Lebih terperinci

Pemeriksaan peralatan unit produksi campuran beraspal (asphalt mixing plant)

Pemeriksaan peralatan unit produksi campuran beraspal (asphalt mixing plant) Pemeriksaan peralatan unit produksi campuran beraspal (asphalt mixing plant) Pd. T-03-2005-B 1 Ruang lingkup Pedoman pemeriksaan peralatan unit produksi campuran beraspal ini menguraikan tentang tata cara

Lebih terperinci

DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM

DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM PEDOMAN Konstruksi dan Bangunan Pd T-03-2005-B Pemeriksaan peralatan unit produksi campuran beraspal (asphalt mixing plant) DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM Daftar isi Daftar isi... Daftar gambar... Prakata...

Lebih terperinci

Pd. T B. Prakata

Pd. T B. Prakata Prakata Pedoman pemeriksaan peralatan unit produksi campuran beraspal (asphalt mixing plant), dipersiapkan oleh Panitia Teknik Standardisasi Bidang Konstruksi dan Bangunan, melalui Gugus kerja Bidang Perkerasan

Lebih terperinci

Surat Edaran Menteri Pekerjaan Umum No. 07/SE/M/2009. tentang

Surat Edaran Menteri Pekerjaan Umum No. 07/SE/M/2009. tentang Surat Edaran Menteri Pekerjaan Umum No. 07/SE/M/2009 tentang Pemberlakukan Pedoman Pemeriksaan Peralatan Penghampar Campuran Beraspal (Asphalt Finisher) DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM 0 Jakarta, 10 Nopember

Lebih terperinci

MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI KONSTRUKSI SUB SEKTOR MEKANIKAL EDISI 2012 OPERATOR MESIN PENCAMPUR ASPAL KEGIATAN AKHIR PRODUKSI

MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI KONSTRUKSI SUB SEKTOR MEKANIKAL EDISI 2012 OPERATOR MESIN PENCAMPUR ASPAL KEGIATAN AKHIR PRODUKSI MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR MEKANIKAL EDISI 2012 OPERATOR MESIN PENCAMPUR ASPAL KEGIATAN AKHIR PRODUKSI NO. KODE : FKK.MP.02.006.01-I BUKU INFORMASI DAFTAR ISI DAFTAR

Lebih terperinci

TATA CARA PELAKSANAAN BETON ASPAL CAMPURAN DINGIN DENGAN ASPAL EMULSI UNTUK PERKERASAN JALAN

TATA CARA PELAKSANAAN BETON ASPAL CAMPURAN DINGIN DENGAN ASPAL EMULSI UNTUK PERKERASAN JALAN TATA CARA PELAKSANAAN BETON ASPAL CAMPURAN DINGIN DENGAN ASPAL EMULSI UNTUK PERKERASAN JALAN BAB I DESKRIPSI 1.1. Maksud dan Tujuan 1.1.1. Maksud Tata cara ini dimaksudkan sebagai acuan dan pegangan dalam

Lebih terperinci

S E L O S A K T I JL.RAYA NAROGONG KM 12,5 PANGKALAN 3 CIKIWUL, BANTAR GEBANG BEKASI

S E L O S A K T I JL.RAYA NAROGONG KM 12,5 PANGKALAN 3 CIKIWUL, BANTAR GEBANG BEKASI SELO SAKTI Selo Sakti adalah perusahaan yang bergerak dibidang usaha kontruksi, Perdagangan Umum dan Industry. Secara khusus lingkup usaha kami adalah manufaktur Asphalt Mixing Plant (AMP) merk SELO SAKTI.

Lebih terperinci

BAB III PROSES PRODUKSI ASPHALT MIXING PLANT

BAB III PROSES PRODUKSI ASPHALT MIXING PLANT BAB III PROSES PRODUKSI 3.1 Pengertian Asphalt Mixing Plant (AMP) Asphalt mixing plant/amp (unit produksi campuran beraspal) adalah seperangkat peralatan mekanik dan elektronik dimana agregat dipanaskan,dikeringkan

Lebih terperinci

LAPIS PONDASI AGREGAT SEMEN (CEMENT TREATED BASE / CTB)

LAPIS PONDASI AGREGAT SEMEN (CEMENT TREATED BASE / CTB) BAB V LAPIS PONDASI AGREGAT SEMEN (CEMENT TREATED BASE / CTB) 5.1. UMUM a. Lapis Pondasi Agregat Semen (Cement Treated Base / CTB) adalah Lapis Pondasi Agregat Kelas A atau Kelas B atau Kelas C yang diberi

Lebih terperinci

Cara uji viskositas aspal pada temperatur tinggi dengan alat saybolt furol

Cara uji viskositas aspal pada temperatur tinggi dengan alat saybolt furol Standar Nasional Indonesia SNI 7729:2011 Cara uji viskositas aspal pada temperatur tinggi dengan alat saybolt furol ICS 93.080.20; 19.060 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi... i Prakata...

Lebih terperinci

MODUL POWER THRESHER. Diklat Teknis Dalam Rangka Upaya Khusus (UPSUS) Peningkatan Produksi Pertanian dan BABINSA

MODUL POWER THRESHER. Diklat Teknis Dalam Rangka Upaya Khusus (UPSUS) Peningkatan Produksi Pertanian dan BABINSA MODUL POWER THRESHER Diklat Teknis Dalam Rangka Upaya Khusus (UPSUS) Peningkatan Produksi Pertanian dan BABINSA KEMENTERIAN PERTANIAN BADAN PENYULUHAN DAN PENGEMBANGAN SDM PERTANIAN 2015 Sesi Perontok

Lebih terperinci

1. EMISI GAS BUANG EURO2

1. EMISI GAS BUANG EURO2 1. EMISI GAS BUANG EURO2 b c a Kendaraan Anda menggunakan mesin spesifikasi Euro2, didukung oleh: a. Turbocharger 4J 4H Turbocharger mensuplai udara dalam jumlah yang besar ke dalam cylinder sehingga output

Lebih terperinci

Bab III CUT Pilot Plant

Bab III CUT Pilot Plant Bab III CUT Pilot Plant 3.1 Sistem CUT Pilot Plant Skema proses CUT Pilot Plant secara keseluruhan dapat dilihat pada Gambar 3.1. Pada gambar tersebut dapat dilihat bahwa sistem CUT dibagi menjadi beberapa

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. A. Bagan Alir Penelitian. Mulai. Studi Pustaka. Persiapan Alat dan Bahan. Pengujian Bahan

BAB IV METODE PENELITIAN. A. Bagan Alir Penelitian. Mulai. Studi Pustaka. Persiapan Alat dan Bahan. Pengujian Bahan BAB IV METODE PENELITIAN A. Bagan Alir Penelitian Pelaksanaan pengujian dalam penelitian ini meliputi beberapa tahapan, yaitu pengujian bahan seperti pengujian agregat dan aspal, penentuan gradasi campuran

Lebih terperinci

TURBOCHARGER BEBERAPA CARA UNTUK MENAMBAH TENAGA

TURBOCHARGER BEBERAPA CARA UNTUK MENAMBAH TENAGA TURBOCHARGER URAIAN Dalam merancang suatu mesin, harus diperhatikan keseimbangan antara besarnya tenaga dengan ukuran berat mesin, salah satu caranya adalah melengkapi mesin dengan turbocharger yang memungkinkan

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Inti Jalan Raya Fakultas Teknik

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Inti Jalan Raya Fakultas Teknik III. METODOLOGI PENELITIAN A. Umum Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Inti Jalan Raya Fakultas Teknik Universitas Lampung dengan dasar menggunakan amplop gradasi gabungan untuk campuran lapis aspal

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi Penelitian Penelitian dilakukan di Laboratorium Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Negeri Gorontalo. 3.2 Teknik Pengumpulan Data Pada penelitian ini semua data

Lebih terperinci

Cara uji kadar air total agregat dengan pengeringan

Cara uji kadar air total agregat dengan pengeringan Standar Nasional Indonesia Cara uji kadar air total agregat dengan pengeringan ICS 93.020 Badan Standardisasi Nasional BSN 2011 Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang menyalin atau menggandakan sebagian

Lebih terperinci

Lampiran 1: Mesin dan Peralatan

Lampiran 1: Mesin dan Peralatan Lampiran 1: Mesin dan Peralatan 1. Mesin Mesin yang dipakai pada proses produksi kernel palm oil umumnya menggunakan mesin semi otomatis. Tenaga manusia digunakan untuk mengawasi jalannya proses produksi.

Lebih terperinci

Program pemeliharaan. Laporan pemeliharaan

Program pemeliharaan. Laporan pemeliharaan 17 BAB IV PELAKSANAAN DAN PEMBAHASAN 4.1 PROSES KERJA PEMERIKSAAN DAN PEMELIHARAAN Berikut diagram alir proses perawatan dan pemeliharaan Jadwal pemeliharaan Program pemeliharaan Pemeliharaan Mingguan

Lebih terperinci

TUGAS INDUSTRI SEMEN SPESIFIKASI PERALATAN PABRIK SEMEN

TUGAS INDUSTRI SEMEN SPESIFIKASI PERALATAN PABRIK SEMEN TUGAS INDUSTRI SEMEN SPESIFIKASI PERALATAN PABRIK SEMEN KESNI SAVITRI 0807121210 1. ALAT UTAMA FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK KIMIA UNIVERSITAS RIAU 2010 2. BLENDING SILO ( Pencampuran dan Homogenisasi)

Lebih terperinci

Metode pengujian kuat lentur kayu konstruksi Berukuran struktural

Metode pengujian kuat lentur kayu konstruksi Berukuran struktural SNI 03-3975-1995 Standar Nasional Indonesia Metode pengujian kuat lentur kayu konstruksi Berukuran struktural ICS Badan Standardisasi Nasional DAFTAR ISI Daftar Isi... Halaman i BAB I DESKRIPSI... 1 1.1

Lebih terperinci

REVIEW PROSES PENCAMPURAN DI LAPANGAN MENGGUNAKAN ALAT ASPHALT MIXING PLANT

REVIEW PROSES PENCAMPURAN DI LAPANGAN MENGGUNAKAN ALAT ASPHALT MIXING PLANT REVIEW PROSES PENCAMPURAN DI LAPANGAN MENGGUNAKAN ALAT ASPHALT MIXING PLANT Tugas Akhir Untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat Sarjana S-1 Teknik Sipil Diajukan oleh : Riyanto NIM : D100

Lebih terperinci

BAB II PEMBAHASAN MATERI. digunakan untuk memindahkan muatan di lokasi atau area pabrik, lokasi

BAB II PEMBAHASAN MATERI. digunakan untuk memindahkan muatan di lokasi atau area pabrik, lokasi 5 BAB II PEMBAHASAN MATERI 2.1 Mesin Pemindah Bahan Mesin pemindah bahan merupakan satu diantara peralatan mesin yang digunakan untuk memindahkan muatan di lokasi atau area pabrik, lokasi konstruksi, tempat

Lebih terperinci

BAB II. LANDASAN TEORI

BAB II. LANDASAN TEORI BAB II. LANDASAN TEORI 2.1. Mengenal Motor Diesel Motor diesel merupakan salah satu tipe dari motor bakar, sedangkan tipe yang lainnya adalah motor bensin. Secara sederhana prinsip pembakaran pada motor

Lebih terperinci

BAB III PEMERIKSAAN DAN PEMELIHARAAN PADA MESIN KOMPRESOR

BAB III PEMERIKSAAN DAN PEMELIHARAAN PADA MESIN KOMPRESOR BAB III PEMERIKSAAN DAN PEMELIHARAAN PADA MESIN KOMPRESOR 3.1 Pemeriksaan Pada Operasi Harian Operasional kompresor memerlukan adanya perawatan tiap harinya, perawatan tersebut antara lain: a. Sediakan

Lebih terperinci

TINJAUAN BAHAN BANGUNAN DAN ALAT YANG DIGUNAKAN. tinggi dapat menghasilkan struktur yang memenuhi syarat kekuatan, ketahanan,

TINJAUAN BAHAN BANGUNAN DAN ALAT YANG DIGUNAKAN. tinggi dapat menghasilkan struktur yang memenuhi syarat kekuatan, ketahanan, BAB IV TINJAUAN BAHAN BANGUNAN DAN ALAT YANG 4.1. Tinjauan Bahan dan Material Bahan dan material bangunan merupakan elemen terpenting dari suatu proyek pembangunan, karena dari berbagai macam bahan dan

Lebih terperinci

Dua orang berkebangsaan Jerman mempatenkan engine pembakaran dalam pertama di tahun 1875.

Dua orang berkebangsaan Jerman mempatenkan engine pembakaran dalam pertama di tahun 1875. ABSIC ENGINE Dua orang berkebangsaan Jerman mempatenkan engine pembakaran dalam pertama di tahun 1875. Pada pertengahan era 30-an, Volvo menggunakan engine yang serupa dengan engine Diesel. Yaitu engine

Lebih terperinci

Cara uji titik lembek aspal dengan alat cincin dan bola (ring and ball)

Cara uji titik lembek aspal dengan alat cincin dan bola (ring and ball) Standar Nasional Indonesia Cara uji titik lembek aspal dengan alat cincin dan bola (ring and ball) ICS 93.080.20; 75.140 Badan Standardisasi Nasional Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang menyalin

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Inti Jalan Raya Fakultas Teknik. Jurusan Teknik Sipil Universitas Lampung.

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Inti Jalan Raya Fakultas Teknik. Jurusan Teknik Sipil Universitas Lampung. 31 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Inti Jalan Raya Fakultas Teknik Jurusan Teknik Sipil Universitas Lampung. B. Bahan Bahan yang digunakan dalam

Lebih terperinci

CAMPURAN BERASPAL PANAS

CAMPURAN BERASPAL PANAS MODUL B.1.1 CAMPURAN BERASPAL PANAS Diselenggarakan dalam rangka : SOSIALISASI NSPM, PEMBERIAN ADVISTEKNIKDANUJIKEANDALAN MUTU TAHUN 2003 DEPARTEMEN PERMUKIMAN DAN PRASARANA WILAYAH BADAN PENELITIAN DAN

Lebih terperinci

Penggunaan sistem Pneumatik antara lain sebagai berikut :

Penggunaan sistem Pneumatik antara lain sebagai berikut : SISTEM PNEUMATIK SISTEM PNEUMATIK Pneumatik berasal dari bahasa Yunani yang berarti udara atau angin. Semua sistem yang menggunakan tenaga yang disimpan dalam bentuk udara yang dimampatkan untuk menghasilkan

Lebih terperinci

I. BEBERAPA KIAT PENGOPERASIAN MESIN PERONTOK PADI

I. BEBERAPA KIAT PENGOPERASIAN MESIN PERONTOK PADI 1 I. BEBERAPA KIAT PENGOPERASIAN MESIN PERONTOK PADI Beberapa kiat pengoperasian mesin perontok padi yang akan diuraikan dibawah ini dimaksudkan untuk tujuan dari hasil perancangan mesin perontok tersebut.

Lebih terperinci

Cape Buton Seal (CBS)

Cape Buton Seal (CBS) Cape Buton Seal (CBS) 1 Umum Cape Buton Seal (CBS) ini pertama kali dikenalkan di Kabupaten Buton Utara, sama seperti Butur Seal Asbuton, pada tahun 2013. Cape Buton Seal adalah perpaduan aplikasi teknologi

Lebih terperinci

Spesifikasi lapis tipis aspal pasir (Latasir)

Spesifikasi lapis tipis aspal pasir (Latasir) Standar Nasional Indonesia Spesifikasi lapis tipis aspal pasir (Latasir) ICS 93.080.20 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi... I Prakata... II Pendahuluan... III 1 Ruang lingkup... 1 2 Acuan

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Inti Jalan Raya Fakultas Teknik Jurusan Teknik Sipil Universitas Lampung. B. Bahan Bahan yang digunakan

Lebih terperinci

BAGIAN-BAGIAN UTAMA MOTOR Bagian-bagian utama motor dibagi menjadi dua bagian yaitu : A. Bagian-bagian Motor Utama yang Tidak Bergerak

BAGIAN-BAGIAN UTAMA MOTOR Bagian-bagian utama motor dibagi menjadi dua bagian yaitu : A. Bagian-bagian Motor Utama yang Tidak Bergerak BAGIAN-BAGIAN UTAMA MOTOR Bagian-bagian utama motor dibagi menjadi dua bagian yaitu : A. Bagian-bagian Motor Utama yang Tidak Bergerak Tutup kepala silinder (cylinder head cup) kepala silinder (cylinder

Lebih terperinci

Cara uji penetrasi aspal

Cara uji penetrasi aspal SNI 2432:2011 Standar Nasional Indonesia Cara uji penetrasi aspal ICS 91.100.30 Badan Standardisasi Nasional Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang menyalin atau menggandakan sebagian atau seluruh

Lebih terperinci

PEMANFAATAN LIMBAH KAYU (BIOMASSA) UNTUK PEMBANGKIT LISTRIK. PT. Harjohn Timber. Penerima Penghargaan Energi Pratama Tahun 2011 S A R I

PEMANFAATAN LIMBAH KAYU (BIOMASSA) UNTUK PEMBANGKIT LISTRIK. PT. Harjohn Timber. Penerima Penghargaan Energi Pratama Tahun 2011 S A R I PEMANFAATAN LIMBAH KAYU (BIOMASSA) UNTUK PEMBANGKIT LISTRIK PT. Harjohn Timber Penerima Penghargaan Energi Pratama Tahun 2011 S A R I PT. Harjhon Timber adalah salah satu Penerima Penghargaan Energi Pratama

Lebih terperinci

PENINGKATAN KAPASITAS PRODUKSI PADA PABRIK PAKAN TERNAK DENGAN MENGGUNAKAN PRINSIP SYNCHRONOUS MANUFACTURING

PENINGKATAN KAPASITAS PRODUKSI PADA PABRIK PAKAN TERNAK DENGAN MENGGUNAKAN PRINSIP SYNCHRONOUS MANUFACTURING PENINGKATAN KAPASITAS PRODUKSI PADA PABRIK PAKAN TERNAK DENGAN MENGGUNAKAN PRINSIP SYNCHRONOUS MANUFACTURING Budi Christianto, Witantyo Program Studi Magister Manajemen Teknologi ITS Jl. Cokroaminoto 12A

Lebih terperinci

Cara uji berat jenis aspal keras

Cara uji berat jenis aspal keras Standar Nasional Indonesia Cara uji berat jenis aspal keras ICS 93.080.20; 75.140 Badan Standardisasi Nasional Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang menyalin atau menggandakan sebagian atau seluruh

Lebih terperinci

BAB III METODE PENGUJIAN DAN PEMBAHASAN PERHITUNGAN SERTA ANALISA

BAB III METODE PENGUJIAN DAN PEMBAHASAN PERHITUNGAN SERTA ANALISA BAB III METODE PENGUJIAN DAN PEMBAHASAN PERHITUNGAN SERTA ANALISA 3.1 Metode Pengujian 3.1.1 Pengujian Dual Fuel Proses pembakaran di dalam ruang silinder pada motor diesel menggunakan sistem injeksi langsung.

Lebih terperinci

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN BAB IV METODOLOGI PENELITIAN A. Bagan Alir Penelitian Sebelum melakukan suatu penelitian, maka perlu adanya perencanaan dalam penelitian. Pelaksanaan pengujian dilakukan secara bertahap, yaitu pemeriksaan

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Jurusan Teknik Sipil Universitas Lampung. Adapun bahan yang digunakan dalam penelitian ini :

III. METODOLOGI PENELITIAN. Jurusan Teknik Sipil Universitas Lampung. Adapun bahan yang digunakan dalam penelitian ini : III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Inti Jalan Raya Fakultas Teknik Jurusan Teknik Sipil Universitas Lampung. B. Bahan Adapun bahan yang digunakan

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN. untuk campuran lapis aspal beton Asphalt Concrete Binder Course (AC-

METODOLOGI PENELITIAN. untuk campuran lapis aspal beton Asphalt Concrete Binder Course (AC- 41 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Inti Jalan Raya Fakultas Teknik Universitas Lampung dengan dasar menggunakan amplop gradasi gabungan untuk campuran

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN. Jurusan Teknik Sipil Universitas Lampung. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain :

METODOLOGI PENELITIAN. Jurusan Teknik Sipil Universitas Lampung. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain : III. METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Inti Jalan Raya Fakultas Teknik Jurusan Teknik Sipil Universitas Lampung. B. Bahan Bahan yang digunakan dalam penelitian

Lebih terperinci

BAB II LINGKUP KERJA PRAKTEK

BAB II LINGKUP KERJA PRAKTEK BAB II LINGKUP KERJA PRAKTEK 2.1 Lingkup Kerja Praktek di PT. Safari Dharma Sakti Lingkup kerja praktek di PT.Safari Dharma Sakti pemeliharaan secara berkala kendaraan bus Mercedes Benz dan Hino meliputi

Lebih terperinci

BAB IV SISTEM BAHAN BAKAR MESIN DIESEL LOKOMOTIF

BAB IV SISTEM BAHAN BAKAR MESIN DIESEL LOKOMOTIF BAB IV SISTEM BAHAN BAKAR MESIN DIESEL LOKOMOTIF 4.1 Pengetahuan Dasar Tentang Bahan Bakar Bahan bakar adalah suatu pesawat tenaga yang dapat mengubah energi panas menjadi tenaga mekanik dengan jalan pembakaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bakar batubara untuk pemanas agregat adalah AMP yang umumnya menggunakan

BAB I PENDAHULUAN. bakar batubara untuk pemanas agregat adalah AMP yang umumnya menggunakan BAB I PENDAHULUAN I.1. Umum Unit Produksi Campuran Beraspal yang dikenal dengan nama AMP (Aspal Mixing Plant), merupakan tempat mencampur agregat, aspal, dan tanpa atau dengan bahan tambahan pada temperatur

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Inti Jalan Raya Fakultas Teknik Jurusan Teknik Sipil Universitas Lampung. B. Bahan Bahan yang digunakan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Studi Pustaka. Persiapan Dan Pengesetan Mesin. Kondisi Baik. Persiapan Pengujian. Pemasangan Alat Ukur

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Studi Pustaka. Persiapan Dan Pengesetan Mesin. Kondisi Baik. Persiapan Pengujian. Pemasangan Alat Ukur BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Diagram Alir Metodologi Penelitian Didalam melakukan pengujian diperlukan beberapa tahapan agar dapat berjalan lancar, sistematis dan sesuai dengan prosedur dan literatur

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI 3.1 Umum 3.2 Tahapan Penelitian

BAB III METODOLOGI 3.1 Umum 3.2 Tahapan Penelitian BAB III METODOLOGI 3.1 Umum Dalam penelitian ini tipe stone crusher yang digunakan adalah tipe stone crusher jaw to jaw yang banyak dan sering digunakan di lapangan dimana jaw pertama sebagai crusher primer

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Jurusan Teknik Sipil Universitas Lampung. Adapun bahan yang digunakan dalam penelitian ini :

III. METODOLOGI PENELITIAN. Jurusan Teknik Sipil Universitas Lampung. Adapun bahan yang digunakan dalam penelitian ini : III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Inti Jalan Raya Fakultas Teknik Jurusan Teknik Sipil Universitas Lampung. B. Bahan Adapun bahan yang digunakan

Lebih terperinci

BAB IV TINJAUAN BAHAN BANGUNAN DAN ALAT ALAT. Proyek Menara Sentraya dilakukan oleh PT. Pionir Beton Industri

BAB IV TINJAUAN BAHAN BANGUNAN DAN ALAT ALAT. Proyek Menara Sentraya dilakukan oleh PT. Pionir Beton Industri BAB IV TINJAUAN BAHAN BANGUNAN DAN ALAT ALAT 4.1 Bahan Bahan Yang Digunakan meliputi : Bahan-bahan yang digunakan dalam pelaksanaan pekerjaan konstruksi a. Beton Ready mix. Beton Ready mix adalah beton

Lebih terperinci

BAB III ELECTROSTATIC PRECIPITATOR

BAB III ELECTROSTATIC PRECIPITATOR BAB III ELECTROSTATIC PRECIPITATOR 3.1 Gambaran Umum Elektrostatik merupakan salah satu cabang ilmu fisika yang mempelajari tentang medan listrik statik. Elektrostatik diaplikasikan dalam dunia industri,

Lebih terperinci

BAB IV PENGENALAN BALL MILL

BAB IV PENGENALAN BALL MILL BAB IV PENGENALAN BALL MILL 4.1 DESKRIPSI BALL MILL Ball Mill adalah alat penting untuk grinding setelah bahan dilumatkan. Mesin penggiling ini adalah alat yang efisien untuk grinding berbagai bahan menjadi

Lebih terperinci

propinsi. Daerah tersebut merupakan jalur dengan arus lalu lintas yang padat

propinsi. Daerah tersebut merupakan jalur dengan arus lalu lintas yang padat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Umum 1.1.1 Latar Belakang Proyek peningkatan dan pelebaran jaian di jalur Klaten-Kartasura berlokasi di Kabupaten Klaten, Boyolali dan Sukoharjo. Proyek mi bertujuan untuk menata

Lebih terperinci

METODA PELAKSANAAN PEKERJAAN PAKET 34 (JALAN SERUNAI MALAM II, JALAN SERUNAI MALAM I, JALAN BERSAMA)

METODA PELAKSANAAN PEKERJAAN PAKET 34 (JALAN SERUNAI MALAM II, JALAN SERUNAI MALAM I, JALAN BERSAMA) METODA PELAKSANAAN PEKERJAAN PAKET 34 (JALAN SERUNAI MALAM II, JALAN SERUNAI MALAM I, JALAN BERSAMA) A. MOBILISASI & MANAGEMEN KESELAMATAN LALU LINTAS Mobilisasi adalah kegiatan yang diperlukan dalam kontrak

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR ENNY SUSLANY

TUGAS AKHIR ENNY SUSLANY ANALISIS PENGGUNAAN BATUBARA SEBAGAI BAHAN BAKAR ALTERNATIF PEMANAS AGREGAT PADA UNIT PRODUKSI CAMPURAN BERASPAL (AMP) (Literature Review) TUGAS AKHIR ENNY SUSLANY 050404090 BIDANG STUDI TRANSPORTASI DEPARTEMEN

Lebih terperinci

Gambar 4.1. Bagan Alir Penelitian

Gambar 4.1. Bagan Alir Penelitian BAB IV METODOLOGI PENELITIAN A. Bagan Alir Penelitian Bagan alir dibawah ini adalah tahapan penelitian di laboratorium secara umum untuk pemeriksaan bahan yang di gunakan pada penentuan uji Marshall. Mulai

Lebih terperinci

TATA CARA PEMBUATAN DAN PERAWATAN BENDA UJI KUAT TEKAN DAN LENTUR TANAH SEMEN DI LABORATORIUM

TATA CARA PEMBUATAN DAN PERAWATAN BENDA UJI KUAT TEKAN DAN LENTUR TANAH SEMEN DI LABORATORIUM TATA CARA PEMBUATAN DAN PERAWATAN BENDA UJI KUAT TEKAN DAN LENTUR TANAH SEMEN DI LABORATORIUM SNI 03-6798-2002 BAB I DESKRIPSI 1.1 Ruang Lingkup Tata cara ini meliputi prosedur pembuatan dan perawatan

Lebih terperinci

BAB II PEMBAHASAN MATERI. industri, tempat penyimpanan dan pembongkaran muatan dan sebagainya. Jumlah

BAB II PEMBAHASAN MATERI. industri, tempat penyimpanan dan pembongkaran muatan dan sebagainya. Jumlah BAB II PEMBAHASAN MATERI 2.1 Mesin Pemindah Bahan Mesin pemindahan bahan merupakan salah satu peralatan mesin yang dugunakan untuk memindahkan muatan dilokasi pabrik, lokasi konstruksi, lokasi industri,

Lebih terperinci

BAB IV MENGOPRASIKANKAN GENERATOR SET

BAB IV MENGOPRASIKANKAN GENERATOR SET BAB IV MENGOPRASIKANKAN GENERATOR SET 4.1 Menjalankan Mesin Baru Persiapan yang perlu diperhatikan sebelum menjalankan GENSET baru ada beberapa tahapan, sebagai berikut: 1. Periksalah semua skrup dan baut;

Lebih terperinci

SISTEM PEMANASAN AMP DENGAN BAHAN BAKAR BATUBARA TIDAK MEMPENGARUHI KINERJA CAMPURAN ASPAL. Sutoyo. PPK metropolitan Surabaya I

SISTEM PEMANASAN AMP DENGAN BAHAN BAKAR BATUBARA TIDAK MEMPENGARUHI KINERJA CAMPURAN ASPAL. Sutoyo. PPK metropolitan Surabaya I SISTEM PEMANASAN AMP DENGAN BAHAN BAKAR BATUBARA TIDAK MEMPENGARUHI KINERJA CAMPURAN ASPAL Sutoyo PPK metropolitan Surabaya I Staf DPU Bina Marga Prop. Jatim LATAR BELAKANG Terjadi kerusakan munculnya

Lebih terperinci

Seed Processing Indonesia

Seed Processing Indonesia Mesin Ayak / Air screen Cleaner (Seed Grading) SG/SPI-01 185 cm 110 cm Mesin ayak ini berbahan konstruksi besi, memiliki presisi tinggi dan membersihkan dengan sempurna untuk keperluan laboratorium. Mesin

Lebih terperinci

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN BAB IV METODOLOGI PENELITIAN 4.1. Umum Penelitian ini adalah menggunakan metode studi eksperimental yaitu dengan melakukan langsung percobaan di laboratorium. Penelitian dilakukan untuk mengetahui pengauh

Lebih terperinci

Jurnal Sipil Statik Vol.3 No.12 Desember 2015 ( ) ISSN:

Jurnal Sipil Statik Vol.3 No.12 Desember 2015 ( ) ISSN: PENGARUH JUMLAH KANDUNGAN FRAKSI BAHAN PENGISI TERHADAP KRITERIA MARSHALL PADA CAMPURAN BERASPAL PANAS JENIS LAPIS ASPAL BETON-LAPIS AUS BERGRADASI HALUS Windy J. Korua Oscar H. Kaseke, Lintong Elisabeth

Lebih terperinci

BAB IV HASIL ANALISIS. Ketinggian jatuh air merupakan tinggi vertikal dimana air mengalir dari atas

BAB IV HASIL ANALISIS. Ketinggian jatuh air merupakan tinggi vertikal dimana air mengalir dari atas BAB IV HASIL ANALISIS 4.1 Perhitungan Ketinggian (head) Ketinggian jatuh air merupakan tinggi vertikal dimana air mengalir dari atas ketinggian yang merupakan awal dari jatuhnya air horizontal bagian yang

Lebih terperinci

METODE PENGUJIAN KADAR RONGGA AGREGAT HALUS YANG TIDAK DIPADATKAN

METODE PENGUJIAN KADAR RONGGA AGREGAT HALUS YANG TIDAK DIPADATKAN METODE PENGUJIAN KADAR RONGGA AGREGAT HALUS YANG TIDAK DIPADATKAN SNI 03-6877-2002 1. Ruang Lingkup 1.1 Metoda pengujian ini adalah untuk menentukan kadar rongga agregat halus dalam keadaan lepas (tidak

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dengan Digester adalah suatu mesin yang digunakan untuk mengaduk atau

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dengan Digester adalah suatu mesin yang digunakan untuk mengaduk atau BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Digester Digester berasal dari kata Digest yang berarti aduk, jadi yang dimaksud dengan Digester adalah suatu mesin yang digunakan untuk mengaduk atau melumatkan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tinjauan Umum Variabel bebas yaitu variasi perbandingan agregat kasar, antara lain : Variasi I (1/1 : 1/2 : 2/3 = 3 : 1 : 2) Variasi II (1/1 : 1/2 : 2/3 = 5 : 1 : 3) Variasi

Lebih terperinci

Lampiran -1 : Spesifikasi Mesin dan Peralatan. 10 Pisau duduk. Gear Box no : 5 Zn 280. Ratio : 1 : 20. : Spc 400x4 & Spc 400x4

Lampiran -1 : Spesifikasi Mesin dan Peralatan. 10 Pisau duduk. Gear Box no : 5 Zn 280. Ratio : 1 : 20. : Spc 400x4 & Spc 400x4 Lampiran -1 : Spesifikasi Mesin dan Peralatan 1. Breaker Tahun Operasi : 1994 Produksi Spesifikasi : Lokal : 11 pisau putar 10 Pisau duduk Elektro Motor Putaran mesin : 140 Amp : 100 HP : 1460 RPM Cos

Lebih terperinci

Cara uji kemampuan penyelimutan dan ketahanan aspal emulsi terhadap air

Cara uji kemampuan penyelimutan dan ketahanan aspal emulsi terhadap air Standar Nasional Indonesia Cara uji kemampuan penyelimutan dan ketahanan aspal emulsi terhadap air ICS 75.140; 93.080.20 Badan Standardisasi Nasional BSN 2011 Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah : 1. Semen yang digunakan pada penelitian ini ialah semen PCC merek

III. METODOLOGI PENELITIAN. Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah : 1. Semen yang digunakan pada penelitian ini ialah semen PCC merek 25 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Bahan Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah : 1. Semen yang digunakan pada penelitian ini ialah semen PCC merek Holcim, didapatkan dari toko bahan bangunan

Lebih terperinci

MODUL POMPA AIR IRIGASI (Irrigation Pump)

MODUL POMPA AIR IRIGASI (Irrigation Pump) MODUL POMPA AIR IRIGASI (Irrigation Pump) Diklat Teknis Kedelai Bagi Penyuluh Dalam Rangka Upaya Khusus (UPSUS) Peningkatan Produksi Kedelai Pertanian dan BABINSA KEMENTERIAN PERTANIAN BADAN PENYULUHAN

Lebih terperinci

Gambar 3.1 Diagram alir metodologi pengujian

Gambar 3.1 Diagram alir metodologi pengujian BAB III METODOLOGI PENGUJIAN 3.1 Diagram Alir Metodologi Pengujian MULAI STUDI PUSTAKA PERSIAPAN MESIN UJI PEMERIKSAAN DAN PENGESETAN MESIN KONDISI MESIN VALIDASI ALAT UKUR PERSIAPAN PENGUJIAN PEMASANGAN

Lebih terperinci

EXECUTIVE SUMMARY KINERJA PERALATAN ASPHALT MIXING PLANT (AMP) UNTUK MENDUKUNG JARINGAN JALAN DI INDONESIA TAHUN ANGGARAN

EXECUTIVE SUMMARY KINERJA PERALATAN ASPHALT MIXING PLANT (AMP) UNTUK MENDUKUNG JARINGAN JALAN DI INDONESIA TAHUN ANGGARAN EXECUTIVE SUMMARY KINERJA PERALATAN ASPHALT MIXING PLANT (AMP) UNTUK MENDUKUNG JARINGAN JALAN DI INDONESIA TAHUN ANGGARAN 2016 I. LATAR BELAKANG Komitmen Pemerintah dalam rangka pemerataan pembangunan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Umum Penelitian ini dilakukan di laboratorium jalan raya UPT. Pengujian dan Pengendalian Mutu Dinas Bina Marga, Provinsi Sumatera Utara. Jalan Sakti Lubis No. 7 R Medan.

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN 31 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Inti Jalan Raya Fakultas Teknik Universitas Lampung. B. Bahan Bahan yang digunakan dalam penelitian ini agregat

Lebih terperinci

BATU BARA SEBAGAI ALTERNATIF PENGGANTI BAHAN BAKAR MINYAK PADA CAMPURAN ASPAL PANAS

BATU BARA SEBAGAI ALTERNATIF PENGGANTI BAHAN BAKAR MINYAK PADA CAMPURAN ASPAL PANAS BATU BARA SEBAGAI ALTERNATIF PENGGANTI BAHAN BAKAR MINYAK PADA CAMPURAN ASPAL PANAS Lintong Elisabeth Dosen Jurusan Sipil Fakultas Teknik Universitas Sam Ratulangi Manado Oscar H. Kaseke Dosen Jurusan

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI MOTOR DIESEL PERAWATAN MESIN DIESEL 1 SILINDER

LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI MOTOR DIESEL PERAWATAN MESIN DIESEL 1 SILINDER LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI MOTOR DIESEL PERAWATAN MESIN DIESEL 1 SILINDER Di susun oleh : Cahya Hurip B.W 11504244016 Pendidikan Teknik Otomotif Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta 2012 Dasar

Lebih terperinci

Cara uji berat jenis tanah

Cara uji berat jenis tanah Standar Nasional Indonesia Cara uji berat jenis tanah ICS 93.020 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi... i Prakata... ii Pendahuluan.. iii 1 Ruang lingkup.. 1 2 Acuan normatif. 1 3 Istilah

Lebih terperinci

LUBRICATING SYSTEM. Fungsi Pelumas Pada Engine: 1. Sebagai Pelumas ( Lubricant )

LUBRICATING SYSTEM. Fungsi Pelumas Pada Engine: 1. Sebagai Pelumas ( Lubricant ) LUBRICATING SYSTEM Adalah sistim pada engine diesel yang dapat merawat kerja diesel engine agar dapat berumur panjang, dengan memberikan pelumasan pada bagian-bagian engine yang saling bergerak/mengalami

Lebih terperinci

PEDOMAN. Penggunaan tailing untuk lapis pondasi dan lapis pondasi bawah DEPARTEMEN PERMUKIMAN DAN PRASARANA WILAYAH. Konstruksi dan Bangunan

PEDOMAN. Penggunaan tailing untuk lapis pondasi dan lapis pondasi bawah DEPARTEMEN PERMUKIMAN DAN PRASARANA WILAYAH. Konstruksi dan Bangunan PEDOMAN Konstruksi dan Bangunan Pd T-14-2004-B Penggunaan tailing untuk lapis pondasi dan lapis pondasi bawah DEPARTEMEN PERMUKIMAN DAN PRASARANA WILAYAH Daftar isi Daftar isi... i Daftar tabel... i Prakata...

Lebih terperinci

BAB IV ALAT DAN BAHAN PELAKSANAAN. Pada proyek Lexington Residences hampir semua item pekerjaan menggunakan

BAB IV ALAT DAN BAHAN PELAKSANAAN. Pada proyek Lexington Residences hampir semua item pekerjaan menggunakan BAB IV ALAT DAN BAHAN PELAKSANAAN 4.1 ALAT Pada proyek Lexington Residences hampir semua item pekerjaan menggunakan alat bantu untuk mempermudah pelaksanaan pekerjaan. Pada sub bab ini penulis akan membahas

Lebih terperinci

No. Nama Komponen Fungsi

No. Nama Komponen Fungsi Jobsheet Baterai / Aki PROSEDUR MELEPAS BATERAI 1. Matikan mesin atau putar kunci kontak pada posisi OFF. 2. Buka tutup tempat baterai atau body pada sepeda motor. 3. Kendorkan terminal baterai negatif

Lebih terperinci

BAB VII LAMPIRAN. Perhitungan Neraca Massa pada Proses Pengolahan Sari Buah Jambu Biji Merah:

BAB VII LAMPIRAN. Perhitungan Neraca Massa pada Proses Pengolahan Sari Buah Jambu Biji Merah: BAB VII LAMPIRAN Perhitungan Neraca Massa pada Proses Pengolahan Sari Buah Jambu Biji Merah: Ukuran buah jambu biji merah: - Diameter = + 10 cm - 1kg = 7-8 buah jambu biji merah (berdasarkan hasil pengukuran)

Lebih terperinci

Cara uji daktilitas aspal

Cara uji daktilitas aspal Standar Nasional Indonesia Cara uji daktilitas aspal ICS 93.080.20; 75.140 Badan Standardisasi Nasional Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang menyalin atau menggandakan sebagian atau seluruh isi

Lebih terperinci

Cara uji kepadatan ringan untuk tanah

Cara uji kepadatan ringan untuk tanah Standar Nasional Indonesia Cara uji kepadatan ringan untuk tanah ICS 93.020 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi...i Prakata...ii Pendahuluan... iii 1 Ruang lingkup... 1 2 Acuan normatif...

Lebih terperinci

Jurnal Sipil Statik Vol.3 No.4 April 2015 ( ) ISSN:

Jurnal Sipil Statik Vol.3 No.4 April 2015 ( ) ISSN: KAJIAN PERBEDAAN KINERJA CAMPURAN BERASPAL PANAS ANTARA JENIS LAPIS TIPIS ASPAL BETON-LAPIS AUS (HRS-WC) BERGRADASI SENJANG DENGAN YANG BERGRADASI SEMI SENJANG Giavanny Hermanus Oscar H. Kaseke, Freddy

Lebih terperinci

METODE PENGUJIAN TENTANG ANALISIS SARINGAN AGREGAT HALUS DAN KASAR SNI

METODE PENGUJIAN TENTANG ANALISIS SARINGAN AGREGAT HALUS DAN KASAR SNI METODE PENGUJIAN TENTANG ANALISIS SARINGAN AGREGAT HALUS DAN KASAR SNI 03-1968-1990 RUANG LINGKUP : Metode pengujian ini mencakup jumlah dan jenis-jenis tanah baik agregat halus maupun agregat kasar. RINGKASAN

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAAN 4.1 PENGERTIAN DAN FUNGSI KOPLING Kopling adalah satu bagian yang mutlak diperlukan pada truk dan jenis lainnya dimana penggerak utamanya diperoleh dari hasil pembakaran di dalam silinder

Lebih terperinci

BAB 12 INSTRUMEN DAN SISTEM PERINGATAN

BAB 12 INSTRUMEN DAN SISTEM PERINGATAN BAB 12 INSTRUMEN DAN SISTEM PERINGATAN 12.1. Pendahuluan Bab ini berisi sistem kelistrikan bodi yang berhubungan dengan suatu pengukur bagi pengemudi yang sebagian atau keseluruhannya berada pada panel

Lebih terperinci

BAB 9 MENGIDENTIFIKASI MESIN PENGGERAK UTAMA

BAB 9 MENGIDENTIFIKASI MESIN PENGGERAK UTAMA BAB 9 MENGIDENTIFIKASI MESIN PENGGERAK UTAMA 9.1. MESIN PENGGERAK UTAMA KAPAL PERIKANAN Mesin penggerak utama harus dalam kondisi yang prima apabila kapal perikanan akan memulai perjalanannya. Konstruksi

Lebih terperinci

TROUBLE SHOOTING SISTEM INJEKSI MESIN DIESEL MITSUBISHI L300 DAN CARA MENGATASINYA

TROUBLE SHOOTING SISTEM INJEKSI MESIN DIESEL MITSUBISHI L300 DAN CARA MENGATASINYA TROUBLE SHOOTING SISTEM INJEKSI MESIN DIESEL MITSUBISHI L300 DAN CARA MENGATASINYA Suprihadi Agus Program Studi D III Teknik Mesin Politeknik Harapan Bersama Jln. Mataram No. 09 Tegal Telp/Fax (0283) 352000

Lebih terperinci

PERBANDINGAN ASPHALT MIXING PLANT (AMP) BATU BARA DAN PERBANDINGAN ASPHALT MIXING PLANT (AMP) BBM

PERBANDINGAN ASPHALT MIXING PLANT (AMP) BATU BARA DAN PERBANDINGAN ASPHALT MIXING PLANT (AMP) BBM PERBANDINGAN ASPHALT MIXING PLANT (AMP) BATU BARA DAN PERBANDINGAN ASPHALT MIXING PLANT (AMP) BBM Harni Yusnita Fakultas Teknik Universitas Abdurrab, Pekanbaru, Indonesia harni_yusnita@yahoo.co.id Abstrak

Lebih terperinci

REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM DIREKTORAT JENDERAL BINA MARGA SPESIFIKASI KHUSUS INTERIM SEKSI 6.6

REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM DIREKTORAT JENDERAL BINA MARGA SPESIFIKASI KHUSUS INTERIM SEKSI 6.6 REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM DIREKTORAT JENDERAL BINA MARGA SPESIFIKASI KHUSUS INTERIM SEKSI 6.6 LAPIS MAKADAM ASBUTON LAWELE (SKh-3.6.6.1) SPESIFIKASI KHUSUS-3 INTERIM SEKSI 6.6.1 LAPIS

Lebih terperinci