PEMODELAN POLA ALIRAN UDARA, SUHU, DAN RH DENGAN TEKNIK COMPUTATIONAL FLUID DYNAMICS

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PEMODELAN POLA ALIRAN UDARA, SUHU, DAN RH DENGAN TEKNIK COMPUTATIONAL FLUID DYNAMICS"

Transkripsi

1 SKRIPSI PEMODELAN POLA ALIRAN UDARA, SUHU, DAN RH DENGAN TEKNIK COMPUTATIONAL FLUID DYNAMICS (CFD) PADA RUMAH TRADISIONAL BADUY DAN MODERN DI DESA KANEKES, KABUPATEN LEBAK, BANTEN Oleh : ANDHINI F DEPARTEMEN TEKNIK PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2 PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini menyatakan bahwa Skripsi yang berjudul Pemodelan Pola Aliran Udara, Suhu, dan RH dengan Teknik Computational Fluid Dynamics (CFD pada Rumah Tradisional Baduy dan Modern di Desa Kanekes, Kabupaten Lebak, Banten adalah karya saya sendiri dengan arahan dosen pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber baik yang dikutip maupun dirujuk dari karya ilmiah yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan telah saya nyatakan dengan benar dan dicantumkan di bagian akhir skripsi ini. Bogor, Februari 2010 Andhini F

3 Andhini. F The Model of Air Flow Pattern, Temperature, and RH with Computational Fluid Dynamics (CFD) Technique on Baduy s Traditional House and Modern House in Kanekes Village, Lebak Regency, Province of Banten. Supervised by guidance of Ir. Meiske Widyarti, M.Eng and Dr. Ahmad Indra Siswantara. ABSTRAC The house was the place for sheltering and living for human. Material election to build a house was depended by weather in the local area, social status, availability, and the economic capacity. As the changing of the time, people now more prefer to choose the material for their buildings by using bricks or concrete. This was caused people s paradigm in this time where the building conception in sub-urban area by using bricks or concrete as the material had social status and economic more higher than only use natural material. In fact, on the theory, building materials which contain difficult mass will save heat energy in large amount and release it in long time than light buildings material. The goal of this research was comparing the number of temperature, relative humidity, and airflow velocity inside Baduy s traditional house and modern house and simulates it with Computational Fluid Dynamics (CFD) technique. From the simulation result, we can compare the result between both of them. And the result of grating eventually compared with the level of comfort in both of those buildings. The steps of this research were taking data in field (temperature, RH, air velocity, and solar radiation) by condition in 1 st scenario, 2 nd scenario, and 3 rd scenario. The 1 st scenario was done with condition the back s door closed and the other door was open. It was measured on am, am, and the next one hour until pm. The 2 nd scenario was done on am, am, and the next one hour until pm. And the last, the 3 rd scenario was done on pm until am every one hour. As the measurement result which refer by the maximum standard of comfort temperature in tropical area based through CEP Brookes (Karyono 2001), in Modern house the temperature number which more than 29.4 o C started from am until pm and in Baduy s house from pm until pm. The highest temperature in Modern and Baduy s house was o C and o C and it was happened at 1.30 pm. The error number for temperature from the result of CFD simulation in Baduy s and Modern house is 11.88% and 12.31% then the error for RH is 10.09% and Simulation result showed that the highest temperature inside buildings at pm. That was because the highest number of radiation at that time. Keywords : Baduy, Modern, CFD.

4 Andhini. F Pemodelan Pola Aliran Udara, Suhu, dan RH, dengan Teknik Computational Fluid Dynamics (CFD pada Rumah Tradisional Baduy dan Modern di Desa Kanekes, Kabupaten Lebak, Banten. Dibawah bimbingan Ir. Meiske Widyarti, M.Eng dan Dr. Ahmad Indra Siswantara. RINGKASAN Rumah merupakan tempat tinggal untuk manusia. Pemilihan desain dan material rumah yang dibangun sangat di tentukan oleh iklim setempat, status sosial, ketersediaan, dan kemampuan ekonomi. Seiring dengan perkembangan jaman, masyarakat saat ini lebih cenderung untuk memilih material untuk bangunan dengan bahan bata atau beton karena paradigma saat ini bangunan berbahan bata atau beton memiliki status sosial dan ekonomi yang lebih tinggi terlebih bagi masyarakat kawasan sub-urban. Padahal berdasarkan teori yang ada, bahan bangunan dengan massa yang berat akan menyimpan kalor dalam jumlah yang lebih besar dan melepasnya dalam waktu yang cukup lama dibandingkan bahan bermassa ringan. Penelitian ini dilakukan dengan membandingkan iklim di dalam rumah Baduy dan rumah modern kemudian disimulasikan dengan teknik Computational Fluid Dynamics (CFD). Berdasarkan hasil simulasi akan dapat dibandingkan pola aliran udara, suhu, dan RH pada kedua bangunan tersebut. Hasil pengukuran nantinya akan dapat diketahui tingkat kenyamanan pada kedua bangunan tersebut. Tahapan penelitian ini adalah pengambilan data di lapang (suhu, RH, kecepatan angin, dan irradiasi matahari) dengan kondisi skenario 1, 2,dan 3. Skenario 1 dilakukan dengan kondisi pintu belakang tertutup dan pintu yang lainnya terbuka diukur pada pukul dengan pengukuran setiap kelipatan 1 jam. Skenario 2 dilakukan dengan kondisi semua pintu terbuka diukur pada pukul dengan pengukuran setiap kelipatan 1 jam. Skenario 3 dilakukan dengan menutup semua pintu dan dilakukan pada pukul dengan kelipatan setiap 1 jam. Hasil pengukuran suhu dengan mengacu pada standart suhu nyaman maksimum untuk wilayah tropis berdasarkan CEP Brookes (Karyono 2001), pada rumah Modern suhu di atas 29.4 o C mulai pukul dan pada rumah tradisional Baduy dimulai dari pukul Suhu tertinggi pada rumah Modern dan Baduy adalah o C dan o C pada pukul Hasil simulasi CFD pada rumah tradisional Baduy dan Modern didapatkan error untuk simulasi suhu sebesar 11.88% dan 12.31% sedangkan untuk RH sebesar 10.09% dan 8.66%. Hasil simulasi rata-rata menunjukkan besaran suhu tertinggi dalam bangunan pada pukul dikarenakan pancaran radiasi tertinggi pada saat itu. Kata kunci : Baduy, Modern, CFD.

5 PEMODELAN POLA ALIRAN UDARA, SUHU, DAN RH DENGAN TEKNIK COMPUTATIONAL FLUID DYNAMICS (CFD) PADA RUMAH TRADISIONAL BADUY DAN MODERN DI DESA KANEKES, KABUPATEN LEBAK, BANTEN Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar SARJANA TEKNOLOGI PERTANIAN Pada Departemen Teknik Pertanian Fakultas Teknologi Pertanian Institut Pertanian Bogor Oleh : ANDHINI F DEPARTEMEN TEKNIK PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

6 Judul Skripsi Nama NIM : Pemodelan Pola Aliran Udara, Suhu, dan RH dengan Teknik Computational Fluid Dynamics (CFD pada Rumah Tradisional Baduy dan Modern di Desa Kanekes, Kabupaten Lebak, Banten : Andhini : F Menyetujui, Bogor, Februari 2010 Pembimbing 1 Pembimbing 2 Ir. Meiske Widyarti, M.Eng Dr. Ahmad Indra Siswantara NIP NIP Mengetahui, Ketua Deptemen Teknik Pertanian Dr. Ir. Desrial, M.Eng NIP Tanggal Lulus :

7 RIWAYAT HIDUP Andhini dilahirkan di Jakarta, DKI Jakarta pada tanggal 22 Agustus 1987 sebagai anak ke 2 dari pasangan Kadari Iwan Susanto dan Rahmayanti. Pada tahun 1999 penulis menyelesaikan pendidikan dasar di SD Tarsisius Vireta, Tangerang. Penulis melanjutkan pendidikan ke sekolah menengah pertama di SLTP Tarsisius Vireta, Tangerang dan lulus pada tahun Setelah melanjukkan ke sekolah menengah pertama penulis melanjutkan ke sekolah menengah umum di SMU Karya Iman, Cikarang, lulus tahun 2005 dan melanjutkan ke tingkat perguruan tinggi di Institut Pertanian Bogor melalui jalur Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB) pada tahun Penulis di terima di IPB pada Departemen Teknik Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian. Penulis mengambil bagian Lingkungan dan Bangunan Pertanian. Selama di IPB penulis mengikuti salah satu Unit Kerja Mahasiswa (UKM) Agriaswara sebagai penyanyi sopran ( ). Dan pada Departemen Teknik Pertanian sendiri, penulis aktif di Himpunan Mahasiswa Teknik Pertanian ( ) sebagai staf Perekonomian. Penulis juga aktif sebagai divisi humas Ikatan Mahasiswa Teknik Pertanian Indonesia ( ). Tahun 2009 penulis terdaftar sebagai anggota dari Forum Anggota Muda Persatuan Insinyur Indonesia (FAM PII) divisi Tata Ruang dan Wilayah. Dalam menyelesaikan program studi, penulis juga pernah menjadi asisten untuk mata kuliah Statika dan Dinamika ( ) dan Konstruksi Bangunan Lanskap ( ). Pada tahun 2008 penulis melakukan praktek lapang dengan judul ASPEK KETEKNIKAN PERTANIAN PADA BUDIDAYA KRISAN POTONG DI PT. ALAM INDAH BUNGA NUSANTARA, CIPANAS, JAWA BARAT. Pada tahun 2010 penulis menyelesaikan pendidikan sarjana di IPB dengan judul tugas akhir PEMODELAN POLA ALIRAN UDARA, SUHU, DAN RH DENGAN TEKNIK COMPUTATIONAL FLUID DYNAMICS (CFD) PADA RUMAH TRADISIONAL BADUY DAN MODERN DI DESA KANEKES, KABUPATEN LEBAK, BANTEN.

8 KATA PENGANTAR Alhamdulillah, puji syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT atas rahmat dan hidayah-nya yang berlimpah sehingga penulisa dapat menyelesaikan skripsi dengan judul Analisis Pola Aliran Udara, Suhu, RH dengan Teknik Computational Fluid Dynamics (CFD), dan Tingkat Kenyamanan pada Rumah Tradisional Baduy dan Modern di Desa Kanekes, Kabupaten Lebak, Banten dapat terselesaikan. Laporan ini tersusun atas bimbingan dan kerjasama dari berbagai pihak selama penulisan skripsi. Pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada: 1. Ir. Meiske Widyarti, M.Eng selaku dosen pembimbing pertama atas bimbingan, saran, dan arahannya selama ini hingga skripsi ini dapat terselesaikan. 2. Dr. Ahmad Indra Siswantara, selaku dosen pembimbing kedua atas bimbingan, saran, masukan, motivasi dan segala kebaikan, puji syukur terhadap Allah karena telah memberikan hamba kesempatan untuk bertemu dan berinteraksi dengan bapak. 3. Ir. Sri Mudiastuti, M.Eng, sebagai penguji skripsi atas saran serta kesediaanya menguji pada ujian skripsi. 4. Ayah, ibu, dan Dicky Ramanda untuk semua pertolongan, dorongan semangat, ridho, doa tertulus dan tahajud di setiap malam. 5. Abah, Emak, Bu Tiwi, dan Tante Mendes atas tumpangannya selama ini. 6. Robby Rusdy Gedung, alm, terimakasih untuk semua kenangan dan kebaikan dan karena telah menjadi lilin kecil yang tak pernah padam. 7. Bintang Hellen Fisher untuk semua semangat yang telah diberikan dan untuk teori zero gravity-nya. I ll make my own gravity beyond your gravity. Absolutely! 8. Hendri Rosas, Pandu Gunawan, Astiti Puriwigati, Sri Harnani, Ahmad Jamhuri, Fandra Wiratama, Genazis Wikanta, Aries, Rizma Hudayya, Shanty Kusumawardhani, Tetty Mardyatul, Dewi Fatima, Mayrita, Qatrunnada Andrajusi, Inka Devana, Nia Kurniaty, Hapsari Kusuma

9 Nigrum, Septhanty D.B.W, Masyita Ramadhani, Lenny Apriliani, Jati Pratiwi, Muthia Gardena, Listia Budiarti, Anggriyan, Suhartoyo Budi Utomo, Fery Hermawan, Betty Nurbaety, Annisa N. I, Pretty (kucing kostan), anak-anak asuh ragunan, Oktafil Ulya, Hasbi Mubarok, Ifah Latifah, Emma Pratiwi, Mbak Yuyun, Mas Ayip, Angga Panji Kesuma, Teman-teman 43 dan 44 Sabrina, dan Agus Gustam Ni am atas pertolongannya, atas semangat, motivasi, tempat mengeluh, menangis dan menyeka air mata yang jatuh, atas softwarenya, atas diskusi-diskusi, atas kecerian yang kalian berikan, atas senyum terikhlas yang pernah kalian tunjukkan, atas kesediaannya sebagai tempat untuk meluapkan emosi, untuk setiap pedih yang pernah dialami bersama, dan atas kesediaannya untuk menjadi teman, sahabat, dan saudara dari seseorang yang sangat biasa. Maafkan jikalau perhargaan tertinggi yang dapat diberikan pada saat ini hanyalah ucapan terima kasih. Maha Besar Allah karena telah menjodohkan untuk bertemu dengan orang-orang hebat seperti kalian. 9. Ibu Dyah Wulandari atas konsultasi dan diskusinya. 10. Rekan-rekan sesama lab Lingkungan dan Bangunan Pertanian. 11. Teman-teman Teknik Pertanian Institut Pertanian Bogor angkatan Teman-teman Teknik Mesin Universitas Indonesia angkatan Adik-adik asisten Landskap 44 atas keceriannya, hari senin tiada berarti tanpa kalian. 14. Para teknisi laboratorium Pak Ahmad, Pak Tris, dan Mas Firman atas bantuannya. 15. Semua pihak yang telah mendukung hingga skripsi ini dapat terselesaikan juga. Penulis menyadari bahwa dalam pembuatan skripsi ini tidak lepas dari kesalahan. Oleh karena itu saran dan kritik pembaca sangatlah berharga untuk perbaikan di masa mendatang. Semoga skripsi ini dapat berguna dan bermanfaat bagi kita semua. Bogor, Januari 2010 Andhini

10 DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR. i DAFTAR ISI... iii DAFTAR GAMBAR.. vi DAFTAR TABEL.. viii DAFTAR LAMPIRAN... ix DAFTAR ISTILAH DAN SIMBOL xi BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Tujuan 2 BAB II TINJAUAN PUSTAKA Kondisi Umum Lokasi Keadaan Geografis Iklim Lokasi Pemukiman Baduy Rumah di Indonesia Rumah Tradisional dan Modern Rumah Tradisional Jawa Barat Kenyamanan Termal Faktor yang Mempengaruhi Kenyamanan Termal Suhu dan Kelembaban (RH) Pergerakan Udara Laju Metabolisme Jenis/Tahanan Panas Pakaian (Clothing Insulation, clo) Ventilasi Alami Pindah Panas Computational Fluid Dynamics (CFD).. 12

11 Komponen Utama CFD.. 12 BAB III PENDEKATAN TEORITIK Pindah Panas Hukum Bernoulli BAB IV METODELOGI PENELITIAN Waktu dan Tempat Alat dan Bahan Parameter Pengukuran Metode BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Pengukuran Nilai Konduktivitas Struktural dan Fungsional Bangunan Rumah Tradisional Baduy Rumah Modern Kondisi Lingkungan Luar Bangunan Suhu Udara RH Udara Irradiasi Matahari Tekanan Udara Kecepatan Udara Kondisi Dalam Bangunan Suhu RH Udara Simulasi CFD Penggambaran Geometri Masukan simulasi Validasi Analisis Hasil Simulasi Rumah Baduy Rumah Modern Analisis Aliran Udara dalam Bangunan. 46 BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 59

12 6.1 Kesimpulan Saran DAFTAR PUSTAKA.. 61 LAMPIRAN. 63

13 DAFTAR GAMBAR Gambar Halaman 1 Tata ruang rumah tradisional dengan Modern 5 2 Bagian yang terkena matahari 5 3 Daerah kenyamanan (Frick 2007) PMV vs PPD 8 5 Aliran fluida dalam pipa Rumah Modern (a) dan rumah tradisional Baduy (b) di Desa Kanekes, Provinsi Banten Diagram alir proses pembuatan geometri 21 8 Diagram alir proses simulasi 22 9 Posisi objek pengamatan rumah Baduy di Kampung Kaduketug Denah rumah tradisional Baduy Posisi rumah Modern di Desa Kanekes Denah rumah Modern Grafik rata-rata suhu lingkungan sekitar bangunan Grafik rata-rata RH di lingkungan sekitar bangunan Grafik rata-rata irradiasi matahari di lingkungan sekitar bangunan Grafik rata-rata tekanan udara di lingkungan sekitar bangunan Grafik kecepatan angin di lingkungan sekitar bangunan Grafik perbandingan suhu pada rumah tradisional Baduy dengan Lingkungan di sekitar bangunan Grafik perbandingan suhu pada rumah Modern dengan lingkungan sekitar bangunan Geometri rumah Baduy (a) dan rumah Modern (b) Geometri rumah Baduy dengan penghalang Distribusi aliran udara rata-rata pada rumah tradisional Baduy pukul (a), (b), (c), dan (d) Distribusi suhu rata-rata di dalam rumah tradisional Baduy pukul (a), pukul (b), pukul (c) dan pukul (d). 42

14 24 Distribusi RH rata-rata di dalam rumah tradisional Baduy untuk pukul (a), pukul (b), pukul (c), dan pukul (d) Distribusi aliran udara rata-rata pada rumah Modern pukul (a), (b), (c), dan (d) Distribusi suhu rata-rata pada rumah Modern untuk simulasi pukul (a), pukul (b), pukul (c), dan pukul (d) Distribusi RH rata-rata di dalam rumah Modern pukul (a), pukul (b), pukul (c), dan pukul (d) Gambar piktorial distribusi suhu pada dinding luar rumah Modern pada pukul (a) dan dinding rumah bagian Timur (b) Gambar piktorial distribusi suhu pada dinding luar rumah Modern Pada pukul (a) dan dinding rumah bagian Barat (b) Vektor angin Distribusi tekanan Distribusi dan vektor aliran udara Simulasi kecepatan angin hari ke-1 pukul (skenario 1) pada rumah Modern Simulasi kecepatan angin hari ke-2 pukul (skenario 2) pada rumah Baduy Simulasi kecepatan angin hari ke-2 pukul (skenario 2) pada rumah Modern Simulasi kecepatan angin hari ke-2 pukul (skenario 1) pada rumah Baduy Simulasi kecepatan angin hari ke-2 pukul (skenario 1) pada rumah Modern. 57

15 DAFTAR TABEL Tabel Halaman 1 Hubungan antara PMV, PPD, dan sensasi Kecepatan angin Ukuran celah-celah pada lantai rumah baduy dan panjang papan bambu per papan Fungsi ruangan-ruangan pada rumah tradisonal Baduy Fungsi ruangan-ruangan pada rumah Modern Rata-rata suhu di dalam bangunan pada waktu-waktu tertentu 35 7 Rata-rata RH di dalam bangunan pada waktu tertentu 36 8 Masukan rata-rata data untuk simulasi CFD dalam rumah Baduy Masukan rata-rata data untuk simulasi CFD dalam rumah Modern NIlai error suhu untuk rumah Baduy dan Modern Nilai error RH untuk rumah Baduy dan Modern Inputan data kecepatan angin untuk rumah Baduy dan Modern untuk beberapa arah aliran udara Debit udara masuk dan keluar hasil simulasi CFD pada rumah Modern untuk arah aliran angin menuju Tenggara Perbandingan suhu, RH, dan kecepatan angin hasil simulasi CFD. 57

16 DAFTAR LAMPIRAN Lampiran Halaman 1 Data Cuaca pada Lingkungan Selama Pengukuran 63 2 Data Skenario 1 (Pintu Belakang Tertutup dan Pintu yang Lain Terbuka) Data Skenario 2 (Pintu Belakang dan Pintu yang Lain Terbuka) 66 4 Data Skenario 3 (Semua Pintu Tertutup) 67 5 Karakteristik Fisik dari Material Bangunan pada Temperatur Rata-rata 24 o C Suhu Permukaan Dinding Hasil Kalkulasi Contoh Perhitungan Suhu Dinding Grafik iklim di Lingkungan Selama Pengukuran 3 Hari Grafik Skenario 1 Rata-rata Suhu dalam Rumah Modern dan Baduy Grafik Skenario 2 Rata-rata Suhu dalam Rumah Modern dan Baduy Grafik Skenario 3 Rata-rata Suhu dalam Rumah Modern dan Baduy Inputan dalam Flow Simulation Gambar Tampak Depan Rumah Modern Gambar Tampak Belakang Rumah Modern Gambar Tampak Samping Rumah Modern Gambar Denah Rumah Modern Gambar Detail Jendela Depan Gambar Detail Jendela Depan Gambar Detail Jendela Belakang Gambar Detail Pintu Gambar Potongan Rumah Modern Gambar Tampak Depan Rumah Baduy Gambar Tampak Samping Rumah Baduy Gambar Tampak Belakang Rumah Baduy.. 87

17 25 Gambar Denah Rumah Baduy. 88

18 DAFTAR ISTILAH DAN SIMBOL Simbol Satuan BT Bujur Timur g Gravitasi (9.81) m/s H Laju produksi kalor internal penghuni persatuan luas tubuh Watt/m 2 h Konduktansi permukaan. Aliran panas dari suatu permukaan ke udara atau dari udara ke permukaan Watt/m o C h D Konduktansi permukaan dalam Watt/m o C h L Konduktansi permukaan luar Watt/m o C k Konduktivitas material bahan W/m o C LS Lintang Selatan PMV Predicted Mean Vote PPD Predicted Percentage of Dissatisfied % q Laju pindah panas Watt RH Relative Humidity/Kelembaban Relatif % T Perbedaan temperature T Suhu T D T L To Temparatur udara di dalam bangunan Temperatur udara di luar bangunan Temperatur operasional U Transmitansi termal Watt/m o C v Kecepatan angin m/s x Tebal bahan m X Koordinat sumbu X Y Koordinat sumbu Y Z Koordinat sumbu Z ε Emisifitas ρ Massa jenis kg/m 3 σ Konstanta Stefan-Boltzman (5.67 x 10-8 ) W/m 2 / o C 4 o C o C o C o C o C

19 BAB I. PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Setiap manusia membutuhkan naungan sebagai tempat tinggalnya yang biasanya disebut dengan rumah. Rumah memiliki fungsi sebagai tempat bernaung manusia oleh karena itu rumah harus mampu melindungi manusia dari cuaca yang tidak diinginkan di luar dan mampu memberikan kenyamanan bagi yang menempatinya. Desain dan pemilihan material rumah sangatlah berpengaruh pada lingkungan di dalam rumah nantinya. Pada zaman dahulu manusia dalam membangun rumah sangat memperhatikan lingkungannya. Seiring dengan perkembangan jaman, teknologi, dan modernisasi yang semakin merambah ke desa, mengubah pola-pola dan kebiasaan dari para petani yang berada di wilayah pedesaan. Salah satunya pada rumah petani tradisional, terutama di wilayah sub-urban. Saat ini terlihat jelas kecenderungan para petani cenderung merubah bentuk rumah yang awalnya berbentuk tradisional menjadi lebih modern dan desain rumah pada umumnya tidak memperhatikan faktor lingkungan. Indonesia merupakan wilayah beriklim tropika basah yang memiliki ciri khas suhu udara tahunan dan kelembaban relatif yang tinggi yaitu lebih dari 60%. Menurut Fanger dalam Priyanto (2002), kombinasi suhu udara dan kelembaban mempunyai pengaruh yang kuat terhadap kualitas udara dalam ruangan, sehingga aliran udara dalam ruangan merupakan hal yang sangat berpengaruh dan menjadi salah satu metode yang murah untuk mencapai kenyamanan termal. Prediksi kinerja ventilasi alamiah pada suatu bangunan yang mengestimasikan aliran udara yang diinduksi oleh angin di dalam ruangan diperlukan. Besarnya aliran udara di dalam ruangan tidak hanya tergantung dari kecepatan dan arah udara di luar tetapi juga ditentukan oleh elemen-elemen lain seperti desain posisi dan orientasi bangunan, bentuk atap, banyaknya bukaan/ventilasi dan jendela, susunan ruang dalam rumah, dan perletakan furniture (Priyanto 2002). Berdasarkan standart kenyamanan termal dari Internasional Standart, menyatakan bahwa sensasi manusia terhadap suhu merupakan fungsi dari empat faktor iklim yaitu suhu udara, suhu radiasi, kelembaban udara, dan kecepatan

20 angin, serta dua faktor individu yakni tingkat kegiatan yang berkaitan dengan metabolisme tubuh, serta jenis pakaian yang dikenakan (Karyono 2001). Computational Fluid Dynamic (CFD) merupakan salah satu teknik simulasi aliran udara yang dipergunakan untuk memprediksi pola aliran udara, distribusi panas, dan kelembaban udara di dalam ruangan. Simulasi dengan teknik CFD akan dapat mengetahui sebaran dari aliran udara sehingga tingkat kenyamanan dapat diprediksi. Dengan menggunakan metode ini, kondisi-kondisi bangunan dan elemennya dapat diketahui untuk mencapai tingkat kenyamanan yang diinginkan. 1.2 TUJUAN Adapun tujuan dilaksanakan penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Mengetahui ruang-ruang yang ada pada rumah Baduy dan Modern serta fungsinya. 2. Menganalisis iklim mikro dan mensimulasikan secara kuantitatif parameterparameter yang berhubungan dengan kenyamanan bangun

21 BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 KONDISI UMUM LOKASI Keadaan Geografis Desa Kanekes merupakan salah satu desa di Kecamatan Leuwidamar, kabupaten daerah tingkat II Lebak yang berada di Provinsi Banten. Desa ini terletak pada posisi 6 o o LS dan 106 o o 16 1 BT. Desa Kanekes merupakan desa terluas di Kecamatan Leuwidamar, yaitu mencapai Ha. Jenis tanah pada sebagian besar wilayah tersebut merupakan jenis tanah latosol cokelat. Jenis tanah ini sangat rentan terhadap pembukaan vegetasi (penutup lahan). Apabila vegetasi tersebut ditebang maka sangat rawan timbulnya erosi tanah (Solihin 2003, diacu dalam Septiawan 2008) Iklim Curah hujan rata-rata tahunan di wilayah Baduy umumnya mencapai mm/tahun. Daerah Baduy memiliki curah hujan tertinggi dibandingkan dengan daerah-daerah lain di Kecamatan Leuwidamar. Sedangkan musim kemarau terjadi pada bulan Juni-September dan bulan Oktober-Mei terjadi musim hujan. Pada daerah tersebut juga terdapat bulan-bulan kering dengan curah hujan kurang dari 60 mm dan suhu rata-rata bulanan lebih besar dari 18 o C (Purnomohadi 1985, diacu dalam Septiawan 2008). 2.2 LOKASI PEMUKIMAN BADUY Pemukiman masyarakat Baduy di Desa Kanekes dibedakan menjadi dua kelompok, yaitu Baduy Dalam yang terdiri dari Kampung Cibeo, Kampung Cikertawan, dan Kampung Cikeusik, sedangkan Baduy Luar terdiri dari 59 kampung yang terletak di sekeliling wilayah Baduy Dalam. Sebagian besar wilayah Baduy merupakan wilayah perbukitan dengan kemiringan lahan yang cukup curam. Letak pemukiman masyarakat Baduy biasanya berada di daerah datar di lembah-lembah bukit. Hal ini dimaksudkan supaya terlindung dari angin ketika terjadi badai. Disamping itu, sebagian besar pemukiman dekat dengan

22 aliran sungai sehingga memudahkan untuk memenuhi kebutuhan air (Solihin 2003, diacu dalam Septiawan 2008). Beberapa meter dari wilayah pemukiman biasanya dibangun leuit atau lumbung padi yang jumlahnya dapat mencapai ratusan buah. Leuit ini merupakan milik masing-masing pribadi penduduk yang diwariskan secara turun temurun. Letak leuit agak berjauhan dengan pemukiman dengan maksud apabila terdapat musibah kebakaran di pemukiman tidak akan sampai menghabiskan leuit (Septiawan 2008). 2.3 RUMAH DI INDONESIA Kondisi iklim merupakan salah satu faktor penentu untuk bentuk bangunan. Masalah utama untuk bangunan di Indonesia adalah pada radiasi matahari yang berlebih sehingga temperatur di dalam bangunan tinggi. Penentuan jenis material dan arah orientasi bangunan yang tepat akan dapat mengatasi masalah tersebut. Orientasi bangunan yang tepat adalah Utara-Selatan (Surjamanto 2000). Beberapa daerah di Indonesia memiliki curah hujan dan kelembaban yang tinggi yang berpengaruh terhadap bangunan. Menurut Surjamanto (2000), kelembaban yang tinggi biasanya diatasi dengan meninggikan lantai rumah seperti pada rumah-rumah di Sumatera (makin ke daerah Timur, lantai semakin turun). Curah hujan yang tinggi diatasi dengan model atap yang curam sehingga air hujan dapat cepat turun dan tidak sempat meresap. Pada rumah di daerah tropis basah, dinding perlu memiliki lubang agar udara dapat mengalir dan mengurangi kelembaban udara dalam ruangan, sehingga mempermudah penguapan. Pentingnya lubang pada bangunan agar udara dapat mengalir di dalam seluruh ruangan minimal setinggi badan manusia. 2.4 RUMAH TRADISIONAL DAN MODERN Rumah tradisional dan Modern walaupun memiliki fungsi yang sama sebagai naungan namun terdapat beberapa perbedaan dilihat dari segi penggunaan bentuk, material bangunan, dan penataan denah. Rumah tradisional merupakan rumah dengan bentuk dan konstruksi yang telah diwariskan secara turun temurun.

23 Material yang dipergunakan pada rumah tradisional adalah material yang berasal dari alam dengan konstruksi ringan yang kapasitas panasnya rendah. Pada rumah Modern material yang digunakan umumnya adalah batu dan semen (Surjamanto 2000). Tata ruangan untuk rumah tradisional memiliki bentuk menyebar sedangkan rumah Modern tersusun rapih dengan jarak antar rumah yang saling berdekatan. Bentuk tatanan rumah yang acak menjamin kecepatan angin pada rumah di bagian akhir akan tidak mengalami pengurangan. Pada tatanan rumah Modern yang disusun berbaris akan menghalangi aliran angin (Surjamanto 2000). Gambar 1. Tata ruang rumah tradisional dengan Modern. Rumah tradisional memiliki serambi yang lebar sehingga areal vertikal rumah yang terekspose lebih sedikit. Pada rumah Modern sinar matahari masuk secara langsung (Surjamanto 2000). Gambar 2. Bagian yang terkena matahari.

24 2.5 RUMAH TRADISIONAL JAWA BARAT Orang Sunda merupakan masyarakat yang umumnya berdomisili di daerah Jawa Barat. Daerah asal orang Sunda tersebut biasa juga sebut dengan sebutan Tanah Pasundan. Umumnya pemukiman untuk masyarakat Jawa Barat ada yang menyebar dan ada pula yang berkelompok. Secara tradisional rumah orang Sunda berbentuk panggung yang tingginya meter atau 1 meter di atas permukaan tanah. Pada rumah-rumah yang sudah tua usianya, tinggi kolong ada yang mencapai 1.8 meter, karena digunakan untuk tempat mengikat binatang-binatang peliharaan seperti sapi, kuda atau untuk menyimpan alat-alat pertanian seperti cangkul, bajak, garu dan sebagainya. Untuk menaiki rumah disediakan tangga yang disebut Golodog terbuat dari kayu atau bambu, biasanya tidak lebih dari tiga anak tangga. Golodog berfungsi pula untuk membersihkan kaki sebelum naik ke dalam rumah (Halimah 2007). Rumah-rumah orang Sunda memiliki nama yang berbeda-beda tergantung pada bentuk atap dan pintu rumahnya. Secara tradisional ada atap yang bernama suhunan jolopong, tagong anjing, badak heuay, perahu kemureb dan jubleg nangkub dan buka pongpok. Ruangan-ruangan yang ada pada bangunan rumah tradisional pada umumnya terdiri atas : 1. Tepas (ruang depan) 2. Tengah imah (ruang tengah/ruang keluarga) 3. Pangkeng (kamar tidur) 4. Pawon (dapur) 5. Goah/padaringan (tempat menyimpan beras) 6. Kamar cai (kamar mandi). 2.6 KENYAMANAN TERMAL Kenyamanan dikategorikan dalam tiga bentuk yaitu kenyamanan termal, kenyaman visual, dan kenyamanan audio (Surjamanto 2000). Fanger (1972) diacu dalam Heerwagen (2004) menyatakan bahwa kenyamanan termal adalah suatu kondisi yang menyatakan kepuasan terhadap lingkungan termal di sekitar. Yaglou (1968) diacu dalam Heerwagen (2004) menyatakan bahwa kenyamanan termal

25 adalah kondisi udara yang nyaman dimana seseorang dapat mengatur keseimbangan yang normal antara produksi dan kehilangan panas (heat loss), pada suhu tubuh yang normal tanpa mengeluarkan keringat. Kenyamanan termal erat kaitannya dengan kenyamanan fisiologis manusia. Menurut Priyono (2001), ketidaknyamanan fisiologis yang dirasakan setiap orang sangatlah kualitatif dan relatif. Parameter-parameter yang mempengaruhi kenyamanan termal adalah faktor lingkungan (suhu, kelembaban, tingkat radiasi, dan angin) dan faktor pribadi (aktivitas, jenis pakaian, jenis kelamin, bobot badan) (Heerwagen 2004). Gambar 3. Daerah kenyamanan (Frick 2007). Standart-standart Internasional yang berhubungan dengan kenyamanan termal adalah ISO/TC 159 SC5 mengenai Ergonomics of the Physical Environment: Summary of work. Standart kenyamanan termal utamanya adalah ISO 7730 yang berdasarkan pada Predicted Mean Vote (PMV) dan Predicted Percentage of Dissatisfied (PPD). PMV merupakan index yang dikenalkan oleh Professor Fanger dari University of Denmark yang mengindikasikan sensasi dingin (cold) dan hangat (warm) yang dirasakan oleh manusia pada skala +3 sampai -3. PMV berhubungan dengan 6 parameter dan merupakan nilai rata-rata yang menggambarkan bagaimana yang dirasakan oleh orang banyak mengenai cold dan warm. Perbedaan individual dihubungkan dengan hubungan antara PMV dan PPD (Predicted Percentage of Dissatisfied) (Anonim 2008).

26 Tabel 1. Hubungan antara PMV, PPD, dan sensasi Sumber : Anonim, Gambar 4. PMV vs PPD. Nilai PPD sebesar 0% secara teoritis tidak akan tercapai mengingat adanya variasi individu dalam kelompok seperti halnya kurus, gemuk, dan sebagainya (Sutanto 2007). 2.7 FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KENYAMAN TERMAL Kenyamanan termal saat ini dikembangan melalui dua pendekatan yaitu pendekatan statik dan pendekatan adaptif Suhu dan Kelembaban (RH) Suhu udara dibedakan menjadi dua macam yaitu suhu udara biasa (air temperature) dan suhu radiasi. Kelembaban udara adalah kandungan uap air di dalam udara. Persentase yang menunjukkan besar kelembaban udara didapat dari

27 perbandingan antara keadaan kenyataan uap air dan jumlah maksimum uap air yang dapat dikandung oleh udara pada kondisi ruang dan suhu yang sama (Frick 2007). Manusia merupakan makhluk berdarah panas yang suhu tubuhnya akan selalu tetap dalam kondisi lingkungan yang berubah-ubah. Panas tubuh manusia harus tetap dijaga pada suhu 37 o C (Priyono 2004). Di daerah subtropics menurut Neufert suhu ruangan yang paling nyaman bagi manusia dalam posisi istirahat ialah antara o C dan pada waktu bekerja antara o C sesuai dengan gerakannya. Kelembaban yang nyaman bagi manusia antara 50-60%. Menurut Frick (2007) kelembaban udara yang nyaman bagi manusia adalah 30%-70%. Kelembaban udara dalam ruangan yang terlalu tinggi akan menimbulkan pembentukan air keringat, benih penyakit, jamur, dan pengalihan dingin pembusukan. Standart kenyamanan termal di Indonesia yang berpedoman pada standar Amerika [ANSI/ASHRAE ] merekomendasikan suhu nyaman o C pada suhu operasi (To), atau disederhanakan menjadi 24 o C + 2 o C To, atau rentang antara 22 o C To hingga 26 o C To (Karyono 2001). Surjamanto (2000) menyatakan bahwa suhu yang nyaman untuk orang Indonesia ialah antara o C. Berdasarkan penelitian CEP Brookes dikutip oleh Olgyay dalam Karyono (2001) menyatakan bahwa masyarakat yang tinggal di kawasan tropis mencapai tingkat nyaman pada suhu udara 23.4 o C-29.4 o C, dan pada kelembaban 30-70%. Suhu udara dalam ruangan yang panas dan lembab menyebabkan keringat tidak dapat berevaporasi, kulit tubuh tetap basah, dan panas tubuh meningkat. Kondisi seperti ini dirasakan sebagai bentuk ketidaknyamanan (discomfort). Tanda-tanda ketidaknyamanan terjadi secara bertahap, antara lain: tubuh akan merasa gerah karena kulit basah oleh keringat, terjadi stress, tubuh lesu, penurunan gairah kerja, dan timbulnya perasaan jengkel (Priyono 2004) Pergerakan Udara Pergerakan udara merupakan aspek penting untuk kenyamanan termal, terlebih di daerah panas, seperti di daerah tropis. Di daerah dingin pergerakan udara tidak terlalu berpengaruh. Pergerakan udara atau angin yang menyapu permukaan kulit mempercepat pelepasan panas secara konveksi (Frick 2007).

28 Pergerakan udara di dalam ruangan dapat diakibatkan oleh angin ataupun oleh perbedaan suhu pada bagian yang terkena matahari dengan bagian yang ternaungi. Angin dan penyegaran udara silang (cross-ventilation) merupakan udara bergerak yang menghasilkan penyegaran terbaik. Proses penyegaran tersebut dapat menurunkan suhu pada kulit manusia (Frick 2007). Tabel 2. Kecepatan angin Kecepatan Angin (m/detik) Pengaruh Atas Kenyamanan Efek Penyegaran (Pada Suhu 30 o C) < 0.25 Tidak dapat dirasakan 0 o C Paling nyaman o C Masih nyaman, tetapi gerakan udara dapat dirasakan o C Kecepatan maksimal o C Kurang nyaman, berangin o C > 2 Kesehatan penghuni terpengaruhi oleh kecepatan angin yang tinggi o C Sumber : Frick, Laju Metabolisme Laju metabolisme untuk tiap individu bervariasi tergantung dari jenis aktivitas yang dilakukannya, jenis kelamin, tinggi dan berat badan. Laju metabolisme dinyatakan dalam satuan met (metabolic rate atau laju metabolisme), yang didefinisikan sebagai laju metabolisme per satuan luas tubuh manusia dalam keadaan istirahat (duduk dan diam). Nilai 1 met setara dengan W/m 2 permukaan tubuh dan luas permukaan tubuh untuk orang dewasa normalnya adalah 1.7 m 2 (Heerwagen 2004) Jenis/Tahanan Panas Pakaian (Clothing Insulation, clo) Jenis pakaian yang dipakai seseorang akan berpengaruh pada pertukaran panas pada tubuh dengan lingkungan. Pakaian yang dikenakan akan menghambat proses pelepasan panas dari tubuh ke lingkungan sekitar. 2.8 VENTILASI ALAMIAH

29 Ventilasi merupakan salah satu dari beberapa metode yang digunakan untuk mengontrol lingkungan di dalam bangunan yang mencakup dua fungsi utama yaitu mengkontrol temperatur dan kelembaban di dalam bangunan. Ventilasi sangatlah penting untuk mengatur kecukupan oksigen dan untuk memindahkan gas-gas lain, debu, dan bau (Bengtsson 1986). Ventilasi alamiah merupakan pergerakan udara melalui lubang bangunan yang terbuka oleh penggunaan gaya alamiah yang dihasilkan oleh angin dan perbedaan suhu. Kesederhanaan sistem, biaya awal yang murah dan biaya energi yang rendah merupakan faktor utama yang membuat tipe ventilasi ini sering digunakan. Bagaimanapun juga, ventilasi yang tergantung gaya alamiah ini memiliki sifat yang berbeda-beda dan memiliki banyak keterbatasan. Faktor yang berpengaruh adalah cuaca, lokasi geografis, daerah, penghalang angin, persyaratan lingkungan, dan lainnya yang harus diperhatikan dalam perancangan sistem ventilasi alamiah dan pengaturan-pengaturan selanjutnya (Hellickson 1983). Ventilasi alam seperti bukaan pada dinding sangatlah diperlukan untuk memperlancar angin dan pengudaraan ruangan. Ventilasi untuk memenuhi kebutuhan kesehatan tidak tergantung dari keadaan cuaca. Hal ini akan dipengaruhi perancangan lubang ventilasi dimana diperlukan lubang ventilasi yang harus mutlak harus ada untuk memenuhi kebutuhan kesehatan, dan lubang ventilasi yang bukaanya dapat diatur sesuai kondisi diluar ruangan untuk membantu memenuhi kebutuhan kenyamanan termal. Dalam iklim tropis lembab pada siang hari sering terjadi laju aliran udara yang melebihi kebutuhan ventilasi untuk kesehatan, tetapi meskipun demikian tidak mampu untuk memenuhi kebutuhan kenyamanan termal karena terlalu banyaknya panas yang harus dipindahkan ke luar ruangan (Soegijanto 1999). Pada hakekatnya ventilasi memliki tiga fungsi yaitu (Sangkertadi 1999): 1) Fungsi kesehatan : untuk memenuhi kebutuhan pergantian udara bersih pada suatu ruangan (terdapat ketentuan WHO yang mensyaratkan angka pergantian udara minimal pada setiap tipe ruangan). 2) Fungsi pendinginan ruang : diharapkan bahwa udara segar dan bersuhu lebih rendah dari pada suhu udara dalam ruang, dapat menghambat naiknya suhu udara dalam ruang melalui proses konveksi.

30 3) Fungsi kenyamanan aerotermal : melalui hembusan angin pada kulit manusia, diharapkan adanya peningkatan kenyamanan melalui proses evaporasi keringat pada kulit manusia. 2.9 PINDAH PANAS Pindah panas merupakan proses perpindahan energi ketika dua buah sistem atau lebih dengan temperatur yang berbeda mengalami kontak. Hal ini berdasarkan pada hukum pertama termodinamika energi tidak dapat diciptakan atau dihancurkan melainkan hanya berubah dari satu bentuk kebentuk lainnya. Proses pindah panas dapat dibedakan menjadi 3 macam yaitu konveksi, konduksi, dan radiasi (Kreith 1976) COMPUTATIONAL FLUID DYNAMICS (CFD) Computational Fluid Dynamics (CFD) adalah suatu sistem analisis yang meliputi aliran fluida, pindah panas dan massa, serta fenomena lain seperti reaksi kimia dengan menggunakan simulasi berbasis komputer. CFD telah digunakan sejak tahun 1960 untuk mendesain mesin jet dan aircraft. CFD merupakan pemanfaatan komputer untuk memprediksi secara kuantitatif apa yang terjadi pada saat fluida mengalir sehingga prediksi aliran fluida pada berbagai sistem dapat dilakukan dengan biaya murah dan waktu relatif singkat dibandingkan dengan metode eksperimen. Program CFD harus dapat menyelesaikan persamaan yang mengatur aliran fluida untuk memprediksi aliran fluida pada kondisi tertentu sehingga pemahaman tentang sifat-sifat dasar aliran fluida sangat penting. Metode CFD menggunakan analisis numerik yang terdiri atas persamaan keseimbangan massa, momentum dan energi, sehingga penyelesaian persamaan untuk benda dua atau tiga dimensi lebih cepat dan dapat dilakukan secara simultan/bersamaan Komponen Utama CFD CFD mengandung tiga komponen utama, yaitu: pre-processor, solver, dan post-processor. 1) Pre-processor

31 Pre-processing merupakan tahapan awal dalam membangun dan menganalisa dengan menggunakan teknik CFD. Pada tahapan ini dilakukan pendefinisian masalah dengan membentuk geometri. Hal-hal yang dilakukan pada tahap ini meliputi: a. Mendefinisikan geometri dari daerah yang dianalisis b. Penentuan jenis aliran (eksternal atau internal) c. Pemilihan fenomena kimia dan fisik yang diperlukan seperti gravitasi, kecepatan angin, jenis material, dan sebagainya. d. Menentukan sifat-sifat fluida (konduktivitas, viskositas, massa jenis, panas jenis, dan sebagainya) e. Penentuan mesh f. Penentuan domain g. Menentukan kondisi batas yang sesuai h. Menentukan goal atau keluaran yang ingin dicapai Pemecahan masalah aliran (kecepatan, tekanan, temperatur, dan lain-lain) didefinisikan pada titik (nodal) di dalam tiga sel. Ketepatan CFD dibentuk oleh sejumlah sel dalam grid. Secara umum semakin besar jumlah sel maka ketelitian hasil pemecahan akan semakin baik. (Tuakia 2008, diacu dalam Ni am 2008). 2) Solver Proses pada solver merupakan proses pemecahan dalam CFD secara matematika melalui analisis numerik tiga dimensi dengan metode volume melalui pemisalan variabel-variabel aliran yang belum diketahui ke dalam fungsi-fungsi sederhana, diskretisasi dengan cara menggantikan pemisalan tadi menjadi persamaan aliran atur dan menguraikan persamaan matematis tersebut dan menyelesaikan persamaan matematis tersebut dengan metode iterasi (membuat sebuah tebakan nilai variabel-variabel dan terus dilakukan sampai selisih antara ruas kiri dengan ruas kanan persamaan mendekati nol (konvergen)). Solution adalah tahap penyelesaian masalah berupa proses iterasi hingga mencapai harga yang diinginkan atau mendekati nol (konvergen). 3) Post-processor Tahapan terakhir adalah menampilkan dalam post-processing seluruh hasil dimana dilakukan pada tahapan sebelumnya yang meliputi:

32 a. Tampilan geometri domain dan grid b. Plot vektor c. Plot permukaan 2D dan 3D d. Tracking partikel e. Manipulasi pandangan f. Output berwarna

33 BAB III. PENDEKATAN TEORITIK 3.1 PINDAH PANAS Pindah panas merupakan proses penghantaran suatu energi dari satu tempat ke tempat lain. Prosen pindah panas sendiri dibedakan menjadi 3 macam yaitu konveksi, konduksi, dan radiasi. Konveksi merupakan proses perpindahan energi yang merupakan gabungan dari konduksi panas, penyimpan energi, gerakan pencampuran. Konveksi merupakan mekanisme yang penting pada pindah panas antara benda padat dengan fluida atau gas (Kreith 1976) Konduksi merupakan proses dimana aliran panas dari daerah yang temperaturnya lebih panas ke daerah yang temperaturnya lebih rendah pada suatu media (padat, cair, atau gas) atau antara media yang berbeda pada kontak fisik secara langsung (Kreith 1976).. 2 Radiasi adalah proses perpindahan energi dalam bentuk gelombang elektromagnetik karena perubahan konvigurasi elektronik dari atom-atom atau molekul-molekul. Proses ini dapat terjadi walaupun dalam kondisi hampa udara dan inilah cara matahari hingga cahayanya dapat mencapai bumi. ).. 3 Nilai σ merupakan konstanta Stefan-Boltzmann yang bernilai 5.67 x 10-8 W/m 2. K 4 atau x 10-8 Btu/h. ft 2. R 4. Permukaan yang dapat memancarkan radiasi dengan nilai emisifitas maksimum disebut dengan black body. Nilai emisifitas permukaan berkisar 0 ε 1 (Cengel 2003). Transmitansi panas merupakan besar laju aliran panas yang melalui suatu bahan dan dapat dinyatakan dengan persamaan:

34 3.2 HUKUM BERNOULLI Hukum Bernoulli menyatakan bahwa dimana kecepatan aliran fluida tinggi, tekanan fluida tersebut menjadi rendah. Sebaliknya jika kecepatan aliran fluida rendah, tekanannya menjadi tinggi. Persamaan Bernoulli diturunkan dengan menerapkan teorema usaha dan energi pada fluida dalam daerah tabung alir. Karena diturunkan berdasarkan prinsip usaha dan energi maka merupakan suatu bentuk hukum kekekalan energi. Gambar 5. Aliran fluida dalam pipa. Warna buram dalam tabung alir pada Gambar 7 menunjukkan aliran fluida sedangkan warna putih menunjukkan tidak ada fluida. Fluida pada luas penampang 1 (bagian kiri) mengalir sejauh L 1 dan memaksa fluida pada penampang 2 (bagian kanan) untuk berpindah sejauh L 2. Karena luas penampang 2 di bagian kanan lebih kecil, maka laju aliran fluida pada bagian kanan tabung alir lebih besar, ini sesuai dengan prinsip kontinuitas yaitu: Perbedaan luas penampang permukaan ini menyebabkan perbedaan tekanan antara penampang 2 (bagian kanan tabung alir) dan penampang 1 (bagian kiri tabung alir). Fluida yang berada di sebelah kiri penampang 1 memberikan tekanan P 1 pada fluida di sebelah kanannya dan melakukan usaha sebesar : Karena Sehingga

35 pada fluida adalah : Pada penampang 2 (bagian kanan tabung alir), usaha yang dilakukan Tanda negatif menunjukkan bahwa gaya yang diberikan berlawanan dengan arah gerak. Jadi fluida melakukan usaha di sebelah kanan penampang 2. Di samping itu, gaya gravitasi juga melakukan usaha pada fluida. Pada kasus di atas, sejumlah massa fluida dipindahkan dari penampang 1 sejauh L 1 ke penampang 2 sejauh L 2, di mana volume fluida pada penampang 1 (A 1 L 1 ) sama dengan volume fluida pada penampang 2 (A 2 L 2 ). Usaha yang dilakukan oleh gravitasi adalah : Tanda negatif disebabkan karena fluida mengalir ke atas, berlawanan dengan arah gaya gravitasi. Dengan demikian, usaha total yang dilakukan pada fluida sesuai dengan gambar di atas adalah : Teorema usaha-energi menyatakan bahwa usaha total yang dilakukan pada suatu sistem sama dengan perubahan energi kinetiknya. Dengan demikian, Usaha (W) dapat digantikan dengan perubahan energi kinetik (Ek 2 Ek 1 ). Sehingga persamaan di atas menjadi: Berdasarkan hukum kekekalan massa dimana massa fluida yang mengalir sejauh L 1 pada penampang A 1 sama dengan massa fluida yang mengalir sejauh L 2 (penampang A 2 ). Sejumlah massa fluida itu, sebut saja m, mempunyai volume sebesar A 1 L 1 dan A 2 L 2, di mana A 1 L 1 = A 2 L 2 (L 2 lebih panjang dari L 1 ). Maka massa fluida dapat ditulis menjadi: Sehingga

36 Dan didapat persamaan Bernoulli sebagai berikut: 6

37 BAB IV. METODOLOGI PENELITIAN 4.1 WAKTU DAN TEMPAT Penelitian dilaksanakan selama 3 hari terhitung mulai dari tanggal 4 Juni 2009 sampai dengan 7 Juni Bertempat disalah satu rumah petani modern dan salah satu rumah Baduy Luar di Desa Kanekes, Kabupaten Lebak, Banten. 4.2 ALAT DAN BAHAN 1) Rumah petani tradisional (Baduy) dan Modern (a) (b) Gambar 6. Rumah Modern (a) dan rumah tradisional Baduy (b) di Desa Kanekes, Provinsi Banten. 2) Termometer air raksa 3) Hot wire anemometer 4) Personal computer (PC) 5) Meteran dan jangka sorong 6) Luxmeter 7) Baling-baling 8) Barometer 9) Kompas 10) Phyranometer 11) Kemterm

38 4.3 PARAMETER PENGUKURAN 1) Irradiasi matahari Pengukuran irradiasi matahari di lapang dilakukan dengan mengunakan lux meter. Pengukuran dilakukan mulai dari pukul 6.30 sampai dengan 16.30, selama 3 hari dan pengambilan data tiap 30 menit. 2) Suhu Pengukuran suhu meliputi pengukuran suhu udara di lingkungan dan pengukuran suhu udara dalam bangunan. Pengukuran suhu dilakukan dengan mempergunakan termometer air raksa. Pengukuran pada rumah tradisional dilakukan pada 3 titik pada ketinggian 1 meter dari lantai. Pengukuran pada rumah petani modern dilakukan pada 3 titik dan pada ketinggian 1 meter dan 0.25 meter dari lantai. 3) RH udara RH udara didapatkan dari hasil pengukuran suhu di dalam dan di luar bangunan dengan melihat suhu bola basah (T bb ) dan suhu bola kering (T bk ). Nilai T bb dan T bk yang didapat nantinya akan dipergunakan untuk mencari RH dengan bantuan software psychometric chart. 4) Kecepatan angin Kecepatan angin di lingkungan diukur dengan hotwire anemometer 5) Arah angin Untuk mengetahui arah angin yang datang dilakukan dengan menggunakan baling-baling dan kompas. 6) Tekanan udara Tekanan udara yang diukur pada pengukuran adalah tekanan udara di lingkungan. Alat yang dipergunakan adalah barometer. 7) Dimensi bangunan Pengukuran dimensi bangunan dilakukan dengan menggunakan meteran pita 30 meter, meteran besi 5 meter, dan jangka sorong. Jangka sorong berfungsi untuk mengukur celah-celah pada bangunan.

39 4.4 METODE 1) Metode Percobaan Penempatan alat-alat yang dipergunakan untuk mengukur parameterparameter suhu, RH, kecepatan aliran udara, dan arah angin. Pengukuran dilakukan secara bersamaan dengan kondisi radiasi yang sama di kedua tempat selama 72 jam dan pada ketinggian yang relatif sama. Pengambilan data untuk pukul dilakukan setiap 30 menit dan untuk pukul dilakukan setiap 1 jam. Untuk metode ini dilakukan 3 skenario, yaitu: a) Skenario 1: dilakukan setiap pukul tiap kelipatan 1 jam sampai pukul Pengkondisian untuk bukaan pada skenario ini adalah pintu depan dibuka dan pintu belakang ditutup dengan bukaan yang lainnya (jendela) dikondisikan seperti pada keadaan sehari-hari pada umumnya. b) Skenario 2: dilakukan setiap pukul tiap kelipatan 1 jam sampai pukul Pengkondisian untuk bukaan pada skenario ini adalah pintu depan dibuka dan pintu belakang dibuka dengan bukaan yang lainnya (jendela) dikondisikan seperti pada keadaan sehari-hari pada umumnya. c) Skenario 3: dilakukan setiap pukul 18.00, 19.00, dan seterusnya hingga pukul Pengkondisian untuk bukaan pada skenario ini adalah semua bukaan (pintu dan jendela) ditutup. 2) Metode Pengamatan Hal yang diamati adalah aktivitas para penghuninya sehingga tiap-tiap kegiatan yang dilakukan dapat diinventarisir dan diketahui fungsi-fungsi tiap ruangan di dalam rumah. 3) Metode Pengukuran dan Penggambaran Geometri Pengukuran dilakukan pada keseluruhan bagian bangunan. Hasil pengukuran tersebut lalu dibuat geometrinya menggunakan Solid Work 2009.

40 Gambar 7. Diagram alir proses pembutan geometri. 4) Metode Uji Laboratorium Pengujian lab ini dilakukan untuk mengetahui nilai konduktivitas termal dari atap rumbia. Pengujian ini dilakukan sebanyak 3 kali pengulangan. Alat yang dipakai untuk pengujian ini adalah kemterm. 5) Metode Pengkalibrasian Pada tahap ini dilakukan pengkalibrasian alat yaitu lux meter dengan phyranometer. Teknik pengkalibrasian dilakukan dengan cara mengambil data secara bersamaan dengan menggunakan lux meter dan phyranometer. Pengambilan data dimulai pukul sampai dengan pukul setiap 1 jam sekali di laboratorium surya. 6) Metode Simulasi CFD Tahap pertama dalam simulasi CFD adalah pembuatan geometri bangunan dengan menggunakan Solid Work Hasil penggambaran geometri ini kemudian disimulasikan dengan Flow Simulation pada Solid Work 2009.

41 Gambar 8. Diagram alir proses simulasi. 7) Metode Verifikasi Data-data yang didapat dari percobaan dan hasil simulasi CFD lalu dilakukan verifikasi dengan literatur.

42 8) Metode Validasi Validasi dipergunakan untuk membandingkan hasil keluaran dari program dengan pengukuran langsung di lapang. Hal ini dilakukan untuk melihat seberapa akurat pengukuran di lapangan dibandingkan dengan penggunaan program.

43 BAB V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 HASIL PENGUKURAN NILAI KONDUKTIVITAS Nilai konduktivitas yang diukur adalah nilai konduktivitas pada daun rumbia yang digunakan sebagai material penyusun atap pada rumah tradisional Baduy. Pengukuran dilakukan dengan menggunakan Thermal Conductivity Meter (Kemtherm QTM-D3) sebanyak 3 kali pengulangan dengan besar heater yang digunakan adalah 0.5. Nilai konduktivitas termal rata-rata dari hasil pengujian adalah W/mK. 5.2 STRUKTURAL DAN FUNGSIONAL BANGUNAN Rumah Tradisional Baduy Masyarakat Baduy merupakan sekelompok masyarakat dengan mata pencarian utamanya adalah bertani. Rumah Baduy merupakan rumah tradisional Jawa Barat yang dicirikan berlantai panggung. Material utama untuk menyusun struktur bangunan ini adalah kayu dan bambu. Bangunan yang dipergunakan sebagai objek penelitian memiliki orientasi ke Barat. Di sebelah Timur rumah terdapat tebing bervegetasi, di sebelah Utara rumah terdapat rumah penduduk Baduy lainnya, dan di sebelah Selatan rumah terdapat tebing bervegetasi dan rumah penduduk Baduy lainnya. Gambar 9. Posisi objek pengamatan rumah Baduy di Kampung Kaduketug.

44 Luas bangunan yang dipergunakan adalah 6.2 x 9 m 2. Penelitian ini dilakukan pada kampung terluar dari wilayah Baduy yaitu Kampung Kaduketug. Rumah-rumah tradisional yang terdapat di Kampung Kaduketug ukurannya cukup variatif. Semakin ke dalam wilayah desa Kanekes, ukuran dari rumah-rumah tersebut semakin seragam. Pemilihan kampung terluar sebagai lokasi penelitian agar beda latitut dan altitut antara kedua rumah yang dibandingkan tidak begitu jauh. Komponen-komponen penyusun struktur bangunan pada rumah Baduy terdiri dari pondasi, lantai, dinding, dan atap. Pondasi pada rumah Baduy hanya berupa batu kali yang diletakkan di bagian bawah tiang-tiang. Agar bangunan dapat berdiri dengan kokoh maka tiang-tiang yang berfungsi sebagai penyokong beban memiliki jumlah yang cukup banyak dan sesuai dengan kaidah konstruksi bangunan. Pondasi ini bertujuan agar rangka-rangka kayu penyusun struktur bangunan tidak secara langsung menyentuh tanah karena dapat menyebabkan kebusukan pada kayu. Lantai dan dinding untuk rumah Baduy terbuat dari bahan bambu. Lantai rumah Baduy ini memiliki celah-celah dan rata-rata ukuran celah pada lantai adalah mm untuk setiap cm lebar papan bambu lantai seperti pada Tabel 3. Tabel 3. Ukuran celah-celah pada lantai rumah Baduy dan panjang papan bambu per papan Titik Ukuran Celah Panjang Papan Titik (mm) (cm) Rata-Rata Rata-rata Penutup bagian atap mempergunakan daun rumbia dan dilapisi lagi dengan ijuk pada bagian paling atas. Kuda-kuda penyangga atap pada rumah Baduy terbuat dari kayu dan bambu. Sambungan antara bagian-bagian konstruksi

45 bangunan, untuk Baduy luar menggunakan tali dan paku. Seluruh material penyusun bangunan tersebut berasal dari daerah setempat. Bagian-bagian dari rumah tradisional Baduy terdiri dari beranda depan, ruang tamu, ruang keluarga, ruang tidur, ruang penyimpanan kain, dapur, dan beranda belakang. Ruang penyimpanan kain pada rumah tradisional Baduy berfungsi untuk menyimpan benang-benang untuk ditenun dan kain hasil tenunan. Perbeda antara rumah tradisional Baduy dengan Modern adalah pada bagian dapur dan kamar mandi. Dapur pada rumah tradisional Baduy terdapat 2 yaitu pada bagian dalam rumah dan di luar rumah. Letak dapur yang diluar rumah dekat dengan beranda belakang. Dapur bagian luar ini biasanya difungsikan jikalau ada acara-acara besar seperti upacara pernikahan. Kamar mandi rumah tradisional Baduy tidak menyatu dengan rumah melainkan berada di luar rumah. Tabel 4. Fungsi ruangan-ruangan pada rumah tradisonal Baduy Kegiatan Ruangan Makan Mandi Masak Cuci Jemur Jahit/Tenun Membaca Beranda depan Beranda belakang Ruang tengah/keluarga Ruang tidur Kamar mandi/wc Dapur Duduk Santai Belajar Menerima Tamu Nonton TV Simpanan Alat Buang Air Tidur Bermain Simpan Hasil Pertanian

46 Gambar 10. Denah rumah tradisional Baduy. Tabel 4 merupakan tabel yang menunjukkan ruang-ruang yang terdapat pada rumah tradisional Baduy dan fungsinya. Satu ruangan pada rumah Baduy dapat difungsikan untuk lebih dari satu fungsi. Misalnya saja pada ruang keluarga, selain berfungsi sebagai tempat untuk berkumpul dengan keluarga ruangan ini difungsikan juga untuk kegiatan makan. Hal ini dikarenakan rumah tradisional Baduy tidak memiliki ruang makan. Selain itu ruang keluarga ini juga difungsikan untuk tidur dan menyimpan hasil-hasil pertanian. Kondisi ini menunjukkan rumah Baduy sangat effisien dan memilki ruangan yang multi fungsi. Pada Tabel 4 terlihat bahwa hasil pertanian juga disimpan di dalam rumah. Umumnya hasil pertanian yang disimpan pada ruang keluarga adalah madu. Bagian yang diberi warna abu-abu pada Tabel 4 menunjukkan kegiatan yang tidak dilakukan oleh masyaakat Baduy seperti membaca, belajar, dan menonton TV. Kegiatan belajar tidaklah dilakukan karena masyarakat Baduy dilarang untuk bersekolah dan kegiatan menonton TV tidak dilakukan karena wilayah tersebut tidak diizinkan di masuki aliran listrik. Masyarakat Baduy akan keluar wilayah Baduy jikalau mereka ingin menonton TV Rumah Modern Rumah Modern yang diteliti memiliki ukuran 7.46 x 7.46 m 2. Elemenelemen bangunan utamanya adalah pondasi, lantai, dinding, dan atap. Rumah ini memiliki orientasi ke arah Utara. Di sebelah Timur, Barat, dan Utara terdapat

47 rumah penduduk berdinding bata. Elemen-elemen bangunan utamanya adalah pondasi, lantai, dinding, dan atap. U Gambar 11. Posisi rumah Modern di Desa Kanekes. Pondasi pada rumah Modern terbuat dari batu kali yang dikubur di dalam tanah. Lantai untuk rumah Modern sebagian adalah adukan semen yang telah dilapisi dengan keramik dan sebagian lagi belum dilapisi. Pada bagian dinding material penyusunnya adalah batu bata. Dan sebagai penutup untuk atap menggunakan genteng dari tanah liat. Material yang menyusun kuda-kuda, gording, dan reng untuk atap adalah kayu. Dan untuk kaso sebagai konstruksi atap adalah bambu. Bagian-bagian rumah petani dengan bentuk Modern terdiri dari beranda depan, ruang tamu, ruang tengah, ruang tidur, ruang makan, dapur, dan kamar mandi. Tebal tembok penyusun dinding rumah Modern adalah 13 cm dan tebal atap genting tanah liat adalah 9 mm. Kegiatan Ruang Beranda depan Tabel 5. Fungsi ruangan-ruangan pada rumah Modern Makan Mandi Masak Cuci Jemur Jahit/Tenun Membaca Duduk Santai Belajar Menerima Tamu Nonton TV Simpanan Alat Buang Air Tidur Ruang tamu Ruang tengah/keluarga Ruang makan Bermain Ruang tidur Kamar mandi/wc Dapur

48 Gambar 12. Denah rumah Modern. Hasil-hasil bertani dalam bentuk gabah biasanya tidak dibawa ke rumah untuk dijemur di dekat rumah. Hasil-hasil tersebut setelah panen biasanya langsung dibawa ke penggilingan dan hanya dibawa sebagian saja untuk keperluan sehari-hari. Hasil pertanian dalam bentuk beras yang dibawa ke rumah disimpan dalam tempayan di dapur. Untuk kegiatan simpanan alat pada Tabel 4 dan 5 adalah kegiatan penyimpanan alat-alat pertanian yang biasa dipergunakan untuk kegiatan bertani. 5.3 KONDISI LINGKUNGAN LUAR BANGUNAN Suhu Udara Suhu udara lingkungan merupakan faktor yang berpengaruh besar nantinya terhadap kondisi suhu udara di dalam bangunan. Indonesia yang beriklim tropis tentunya memiliki suhu udara yang lebih hangat dibandingkan dengan wilayah di daerah sub tropis dan fluktuasi suhu hariannya relatif kecil.

49 40 Grafik Rata-rata Suhu di Lingkungan oc :00 4:48 9:36 14:24 19:12 0:00 Pukul Gambar 13. Grafik rata-rata suhu di lingkungan sekitar bangunan. Hasil rata-rata suhu lingkungan dapat terlihat pada Gambar 13 dengan grafik berbentuk parabola. Suhu tertinggi untuk rata-rata suhu di lingkungan terjadi pada pukul sebesar o C. Suhu terendah ditunjukkan pada pukul yaitu 22.3 o C. Menurut Lippsmeier (1997), panas tertinggi dicapai kira-kira 1-2 jam setelah tengah hari, karena pada saat itu radiasi matahari langsung bergabung dengan temperatur udara yang sudah tinggi sedangkan temperatur terendah sekitar sekitar 1-2 jam sebelum matahari terbit. Rata-rata suhu lingkungan akan mengalami penurunan mulai dari pukul sampai pukul dan suhu akan meningkat kembali secara bertahap RH Udara Kelembaban relatif merupakan perbandingan antara tekanan udara dengan tekanan udara jenuh yang dinyatakan dalam persen. Kelembaban relatif dipengaruhi oleh suhu dan kecepatan udara. % Grafik Rata-rata RH di Lingkungan 0:00 4:48 9:36 14:24 19:12 0:00 Pukul Gambar 14. Grafik rata-rata RH di lingkungan sekitar bangunan.

50 Gambar 14 menjelaskan bahwa RH akan mengalami penurunan pada waktu siang hari dimana suhu udara pada saat itu tinggi. Menurut Lippsmeier (1997), titik jenuh akan naik dengan meningkatnya temperatur sehingga menyebabkan RH menurun. Kelembaban udara lingkungan rata-rata tertinggi pada saat pukul yaitu 95.67%. Sedangkan kelembaban udara lingkungan rata-rata terendah pada pukul yaitu 68.8%. RH akan mengalami penurunan mulai dari pukul dan akan meningkat kembali mulai dari pukul RH akan menjadi konstan dan tidak banyak mengalami perubahan mulai dari pukul sampai pukul pagi. Kelembaban udara relatif pada malam hari cenderung konstan dan pada siang hari terdapat fruktuasi. Ini dikarenakan pada malam hari kecepatan angin di lingkungan konstan sedangkan pada siang hari kecepatan angin berubah-ubah Irradiasi Matahari Besarnya radiasi matahari sangat dipengaruhi oleh letak lintang dari suatu daerah atau wilayah. Indonesia yang dilewati oleh garis lintang 0 o atau khatulistiwa tentunya akan mendapatkan radiasi matahari lebih besar. Selain letak lintang, besarnya nilai radiasi juga dipengaruhi oleh penutupan awan dan sudut datangnya matahari. W/m Grafik Rata-rata Irradiasi Matahari 6:00 10:48 15:36 Pukul Gambar 15. Grafik rata-rata irradiasi matahari di lingkungan sekitar bangunan. Gambar 15 menunjukkan rata-rata radiasi matahari dimana dari hasil ratarata nilai radiasi terendah pada daerah tersebut adalah W/m 2 pada pukul dan nilai radiasi tertinggi adalah W/m 2 pada pukul Dari grafik terlihat besar irradiasi akan mengalami kenaikan secara signifikan pada pukul

51 Pada pukul dan besar irradiasi matahari mengalami penurunan yang signifikan Tekanan Udara Tekanan udara di lingkungan dipengaruhi oleh ketinggian lokasi dari atas permukaan laut. Semakin tinggi suatu dataran dari atas permukaan laut maka akan semakin rendah atau kurang dari 1 atmosfir. Gambar 16. Grafik rata-rata tekanan udara di lingkungan sekitar bangunan. Gambar 16 menggambarkan grafik dengan kurva negatif. Pada grafik ini terlihat bahwa nilai tekanan udara terendah ditunjukkan pada pukul yaitu kpa. Mulai dari pukul tekanan udara akan mengalami peningkatan. Nilai rata-rata tekanan tertinggi ditunjukkan pada pukul dan sebesar kpa. Jika dibandingkan dengan hasil rata-rata RH pada Gambar 14 dan tekanan udara pada Gambar 16 maka ketika RH turun, tekanan udara akan turun juga. kpa Kecepatan Udara Grafik Rata-rata Tekanan Udara di Lingkungan 0:00 4:48 9:36 14:24 19:12 0:00 Pukul Kecepatan udara di lingkungan merupakan faktor yang sangat penting karena sangat mempengaruhi kondisi iklim di dalam bangunan. Gerakan udara ini dapat menimbulkan pelepasan panas dari permukaan kulit oleh penguapan.

52 m/s Grafik Rata-rata Kecepatan Angin di Lingkungan :00 4:48 9:36 14:24 19:12 0:00 Pukul Gambar 17. Grafik kecepatan angin di lingkungan sekitar bangunan. Dari Gambar 17 terlihat bahwa gerakan udara pada waktu siang hari lebih dapat dirasakan dibandingkan pada waktu malam hari. Rata-rata kecepatan angin tertinggi ditunjukkan pada pukul sebesar 0.87 m/s. Rata-rata kecepatan angin dapat dirasakan (>0.5 m/s) mulai dari pukul sampai pukul Untuk arah datangnya angin cenderung berubah-ubah pada wilayah tersebut. Namun berdasarkan data pada Lampiran 1 terlihat bahwa udara bergerak rata-rata kearah Utara dan Timur Laut. Sehingga ini sangatlah menguntungkan bagi rumah yang berorientasi ke arah Utara-Selatan karena selain pengudaraan di dalam bangunan akan lebih baik juga dapat mengurangi panas di dalam rumah. 5.4 KONDISI DALAM BANGUNAN Suhu Suhu merupakan parameter utama yang berpengaruh dalam penentuan kenyamanan suatu bangunan. Permasalahan utama yang umumnya dihadapi di daerah tropis adalah suhu udara yang tinggi. Suhu udara yang terlalu tinggi akan menyebabkan ketidaknyamanan. Berdasarkan penelitian CEP Brookes dikutip oleh Olgyay dalam Karyono (2001) menyatakan bahwa masyarakat yang tinggal di kawasan tropis mencapai tingkat nyaman pada suhu udara 23.4 o C hingga 29.4 o C.

53 o C Perbandingan Suhu dalam Rumah Baduy pada Ketinggian 100 m dengan Lingkungan Lingkungan Depan Tengah Dapur Pukul Gambar 18. Grafik perbandingan suhu pada rumah tradisional Baduy dengan lingkungan di sekitar bangunan. o C Perbandingan Suhu dalam Rumah Modern pada Ketinggian 100 cm dengan Lingkungan Lingkungan Depan Tengah Dapur Pukul Gambar 19. Grafik perbandingan suhu pada rumah Modern dengan lingkungan sekitar bangunan. Terlihat pada Gambar 18 dan 19 suhu di dalam rumah tradisional Baduy akan lebih rendah ]dibandingkan dengan lingkungan mulai dari pukul sampai dengan (10.5 jam). Rata-rata suhu lingkungan pada pukul adalah o C dan suhu bagian depan rumah Baduy sebesar 24.5 o C. Suhu lingkungan pukul sebesar o C dan suhu bagian depan rumah o C. Suhu di dalam rumah Modern akan lebih rendah dari suhu lingkungan sekitarnya mulai dari pukul sampai (8.5 jam). Suhu lingkungan pada pukul sebesar o C dan bagian depan rumah 26.2 o C. Suhu pada pukul sebesar 28.1 o C dan suhu bagian depan rumah sebear 28.1 o C. Ini juga terlihat pada Lampiran 10 dan 11 dimana perbedaan suhu dengan lingkungan yang lebih besar pada rumah Baduy dibandingkan dengan rumah Modern.

54 Pada Gambar 18 terlihat bahwa suhu di dalam rumah Baduy pada malam hari tidak jauh berbeda dengan lingkungan. Sedangkan pada Gambar 19 terlihat bahwa suhu pada malam hari di dalam rumah Modern di atas suhu lingkungan. Lampiran 12 memperlihatkan bahwa pada malam hari mulai dari pukul sampai dengan pukul semua suhu bagian depan rumah Modern memiliki suhu yang lebih tinggi dari 25 o C sedangkan pada rumah Baduy suhu bagian depan rumah yang lebih tinggi dari 25 o C hanya dari pukul sampai Ini dikarenakan pancaran radiasi dari dinding rumah Modern hasil akumulasi panas pada siang hari. Tabel 6. Rataan suhu di dalam bangunan pada waktu-waktu tertentu Pukul Baduy, Z=100 cm ( o C) Modern, Z=25cm ( o C) Modern, Z=100 cm ( o C) Depan Tengah Dapur Depan Tengah Dapur Depan Tengah Dapur Max Min Pada Tabel 6 tampak bahwa suhu udara di dalam bangunan untuk rumah tradisional Baduy lebih rendah dibandingkan dengan rumah Modern. Namun untuk suhu udara pada bagian tengah rumah tradisional di bandingkan dengan Modern pada ketinggian 1 meter di atas pukul perbedaan suhu yang terjadi tidaklah telalu jauh. Hal ini dikarenakan rumah Modern yang dipakai untuk pengukuran memiliki atap yang tinggi. Dengan atap yang tinggi ini jarak untuk perpindahan panas secara konveksi dari atap akan semakin besar. Pada rumah Modern, suhu udara pada ketinggian 25 cm lebih rendah dibandingkan suhu udara pada ketinggian 100 cm. Misalkan saja pada pukul bagian depan rumah, pada Tabel 6 suhu pada ketinggian 25 cm sebesar 25.5 o C dan pada ketinggian 1 meter sebesar 26.7 o C. Ini dikarenakan efek buoyancy yang terjadi pada udara. Dimana udara panas akan naik ke atas

55 dikarenakan massa jenisnya yang berkurang dan berganti dengan udara dingin yang turun ke bawah dikarenakan gravitasi bumi. Namun perbedaan suhu pada ketinggian 25 cm dan 100 tidaklah berbeda nyata. Suhu tertinggi dalam bangunan baik pada rumah tradisional Baduy ataupun Modern terjadi pada pukul 13.30, hal ini dikarenakan panas yang diterima oleh bangunan tidak langsung disalurkan tetapi mengalami pengakumulasian panas pada material bangunan terlebih dahulu. Rata-rata suhu pada pukul untuk bagian depan, tengah, dan dapur rumah Baduy sebesar o C, o C, dan o C. Sedangkan rata-rata suhu bagian depan, tengah, dan dapur pada pukul sebesar o C, o C, dan 28 o C. Dengan mengacu pada standard kenyamanan untuk daerah tropis yang berdasarkan penelitian CEP Brookes, dapat dilihat bahwa rumah tradisional lebih nyaman dibandingkan dengan rumah Modern karena suhu pada rumah Modern yang lebih besar dari 29.4 o C mulai dari pukul sedangkan pada rumah Baduy mulai dari pukul RH Udara Kelembaban merupakan faktor terpenting kedua setelah suhu. Kelembaban udara yang terlalu tinggi ataupun terlalu rendah nantinya akan berpengaruh terhadap respon kenyamanan dalam rumah. Tabel 7. Rataan RH di dalam bangunan pada waktu-waktu tertentu Pukul Baduy, Z=100 cm (%) Modern, Z=25cm (%) Modern, Z=100 cm (%) Depan Tengah Dapur Depan Tengah Dapur Depan Tengah Dapur Max Min

56 Berdasarkan hasil pengukuran, kelembaban relatif di dalam rumah tradisional Baduy pada ketinggian 1 meter dari lantai berkisar 67.52% %. Kelembaban relatif di rumah Modern pada ketinggian 1 m dari permukaan tanah berkisar 67.98% %. Berdasarkan Tabel 7 dengan merujuk Lampiran 2, nilai kelembaban tertinggi ditunjukkan pada dapur rumah Modern pada pukul sebesar 97.04%. Kelembaban terendah ditunjukkan pada bagian tengah rumah tradisional Baduy sebesar 67.52%. Walaupun kelembaban tidaklah berpengaruh nyata terhadap kenyamanan namun kelembaban yang tinggi ini tidaklah sesuai dengan standart kenyamanan yang ada terutama pada bagian dapur. Oleh karena itu perlu sekali penambahan atau perbesaran ventilasi yang telah ada pada bagian dapur dengan mempertimbangkan kecenderungan arah angin yang datang sehingga udara yang bergerak dapat masuk lebih banyak dan mengurangi kelembaban di dalam ruangan. 5.5 SIMULASI CFD Penggambaran Geometri Pemodelan simulasi dilakukan dengan menggunakan software SolidWork Model yang telah digambarkan kemudian disimulasikan dengan Flow Simulation. Mesh yang dipergunakan dalam pensimulasian adalah mesh 3 (Gambar 20) dan masukan untuk simulasi CFD pada Tabel 9 dan 10. S U S U S a b Gambar 20. Geometri rumah Baduy (a) dan rumah Modern (b).

57 S U S Gambar 21. Geometri rumah Baduy dengan penghalang. Gambar 21 merupakan model pensimulasian aliran udara untuk inputan data pada pengukuran hari ke-1 pukul dimana aliran angin menuju Tenggara. Mesh yang dipergunakan adalah mesh 4. Masukan dalam simulasi CFD untuk smulasi Gambar 21 hanyalah kecepatan udara. Masukan lainnya seperti suhu, tekanan, dan suhu material menggunakan default dari software solidwork Masukan Pensimulasian Tabel 8. Masukan rata-rata data untuk simulasi CFD dalam rumah Baduy Masukan Suhu lingkungan ( o C) Suhu material padat ( o C) Kecepatan angin (m/s) Arah X X Z X RH (%) Material Dinding Bambu (x = 2.3 mm) Lantai Bambu (x = 7.5 mm) Atap Rumbia (x = 6.4 mm) Radiasi matahari Lokasi dan Waktu Letak geografis 06 o 35 Lintang Selatan Waktu 06:00:00 08:00:00 11:30:00 14:30:00 Arah zenith Sumbu Y pada koordinat global (Y axis of Global Coordinate) Besar sudut dari Utara (Angle measured from North) Sumbu X pada koordinat global (X axis of Global Coordinate) Sudut Lama pensimulasian (time dependent) 180 o 1800 detik 3600 detik 1800 detik 1800 detik

58 Tabel 9. Masukan rata-rata data untuk simulasi CFD dalam rumah Modern Masukan Suhu lingkungan ( o C) Suhu material padat ( o C) Kecepatan angin (m/s) Arah Z Z X Z RH (%) Material Dinding Batu bata (x = 13cm) Jenis kaca Kaca Radiasi Matahari Lokasi dan Waktu Letak geografis 06 o 35 Lintang Selatan Waktu 06:00:00 08:30:00 11:30:00 14:30:00 Arah zenith Sumbu Y pada koordinat global (Y axis of Global Coordinate) Besar sudut dari Utara (Angle measured from North) Sumbu Z pada koordinat global (Z axis of Global Coordinate) Sudut 0 o Lama pensimulasian (time dependent) 1800 detik Tabel 8 dan 9 merupakan data-data yang dimasukkan untuk simulasi CFD. Masukan data pada Tabel 8 dan 9 merupakan hasil rata-rata pengukuran selama 3 hari. Pensimulasian untuk masukan pada Tabel 8 dan 9 dilakukan untuk mengetahui distribusi suhu, RH, dan kecepatan angin pada ketinggian 1 m dengan kondisi pintu bagian belakang tertutup (skenario 1). Kondisi pensimulasian adalah tidak terdapat sumber panas dari alat-alat mekanis di dalam bangunan sehingga pengasumsian kondisi dalam bangunan adalah bangunan kosong. Sumber panas yang digunakan adalah hanya pancaran radiasi matahari dengan kondisi cerah (tidak berawan). Nilai intensitas radiasi menggunakan default berdasarkan dari letak lintang dan tanggal pemasukan dalam CFD. Pemilihan pensimulasian pada skenario 1 dikarenakan pada skenario 1 bagian belakang dari kedua bangunan tertutup sehingga bukaan pada bangunan berkurang dan dapat berpengaruh terhadap sirkulasi aliran udara.

59 5.5.3 Validasi Tabel 10. Nilai error suhu untuk rumah Baduy dan Modern Tempat Waktu Titik Pengukuran ( o C) Simulasi ( o C) Error (%) Pengukuran Baduy Depan Tengah Dapur Depan Tengah Dapur Depan Tengah Dapur Depan Tengah Dapur Rata-rata Modern Depan Tengah Dapur Depan Tengah Dapur Depan Tengah Dapur Depan Tengah Dapur Rata-rata Tabel 11. Nilai error RH untuk rumah Baduy dan Modern Tempat Waktu Titik Pengukuran (%) Simulasi (%) Error (%) Pengukuran Baduy Depan Tengah Dapur Depan Tengah Dapur Depan Tengah Dapur Depan Tengah Dapur Rata-rata Modern Depan Tengah Dapur Depan Tengah Dapur Depan Tengah Dapur Depan Tengah Dapur Rata-rata 8.66

60 Hasil simulasi untuk suhu dan RH dapat terbilang cukup valid. Besarnya error hasil simulasi untuk distribusi suhu adalah 11.88% untuk rumah Baduy dan 12.31% untuk rumah Modern dapat terbilang cukup valid. Nilai error untuk hasil simulasi RH pada rumah Baduy sebesar 10.09% dan pada rumah Modern sebesar 8.66%. Validasi kecepatan udara dalam ruangan hasil simulasi dilakukan berdasarkan teori yang telah ada. Dimana untuk menunjukkan valid atau tidaknya hasil simulasi bedasarkan pada teori Bernoulli dan selanjutnya aliran udara hasil simulasi disesuaikan apakah sudah sesuai dengan standart kenyamanan udara di dalam bangunan (Frick 2007) Analisis Hasil Simulasi Rumah Baduy U a b c d Gambar 22. Distribusi aliran udara rata-rata pada rumah tradisional Baduy pukul (a), (b), (c), dan (d).

61 U a b Pukul c d Gambar 23. Distribusi suhu rata-rata di dalam rumah tradisional Baduy pukul (a), pukul (b), pukul (c), dan pukul (d). U a b Pukul c d Gambar 24. Distribusi RH rata-rata di dalam rumah tradisional Baduy untuk pukul (a), pukul (b), pukul (c), dan pukul (d).

62 Kecepatan Udara Hasil Simulasi Rumah Baduy Gambar 22 merupakan pola aliran udara pada pukul dengan skala m/s untuk rumah Baduy dan didapatkan kecepatan udara hasil simulasi bagian depan, tengah dan dapur sebesar 0.07 m/detik, 0.08 m/detik, dan 0.06 m/detik. Hasil simulasi pukul dengan skala m/detik didapatkan kecepatan udara bagian depan, tengah dan dapur rumah Baduy sebesar 0.08 m/detik, 0.20 m/detik, 0.29 m/detik. Kecepatan udara pukul dengan skala 0-1 m/s didapatkan bagian depan, tengah, dan dapur rumah Baduy sebesar 0.31 m/detik, 0.35 m/detik, 0.58 m/detik. Simulasi pada pukul dengan skala skala m/detik. menunjukkan kecepatan angin pada bagian depan, tengah, dan dapur sebesar 0.05 m/detik, 0.05 m/detik, dan 0.14 m/detik. Bagian ruang tidur umumnya memiliki keceptan angin yang lebih tinggi dibandingkan dengan bagian lain Analisis Temperatur dan Pengaruh Radiasi Gambar 23 merupakan distribusi suhu di dalam rumah tradisional Baduy untuk simulasi pada pukul (a), (b), (c), dan (d). Skala hasil pensimulasian untuk pukul berkisar dari o C dan didapatkan nilai suhu pada bagian depan o C, bagian tengah o C, dan bagian dapur o C. Untuk Gambar 23 (b) skala hasil pensimulasian dimulai dari o C dan didapatkan hasil untuk suhu pada bagian depan rumah sebesar o C, bagian tengah o C, dan bagian dapur o C. Pada simulasi pukul didapatkan nilai suhu pada bagian depan sebesar o C, bagian tengah o C, dan bagian dapur o C dengan skala hasil simulasi o C. Dan untuk pukul didapatkan besarnya suhu pada bagian depan dengan skala hasil simulasi antara o C sebesar o C, bagian tengah o C, dan bagian dapur o C. Suhu rumah Baduy pada ruang tidur memiliki suhu yang lebih rendah karena kecepatan udara yang tinggi pada ruang tidur. Suhu tertinggi hasil simulasi ditunjukkan pada pukul bagian dapur rumah yaitu o C. Dan suhu terendah hasil simulasi ditunjukkan pada pukul bagian depan rumah o C. Ini dikarenakan kondisi skenario 1 dimana pintu belakang rumah tertutup dan aliran udara yang didominasi dari arah X

63 (aliran angin menuju utara) sehingga panas menjadi terjebak dan sulit untuk keluar. Pada pukul dimana besar irradiasi matahari masih kecil dan belum memiliki pengaruh besar terhadap pemanasan, terlihat bagian belakang rumah memiliki suhu yang lebih panas. Ini dikarenakan bagian pintu belakang rumah tertututup dan kecepatan bagian belakang rumah kecil (Gambar 22-a) sehingga panas terjebak. Simulasi pukul dimana matahari yang berada di sebelah Timur sudah mengalami kenaikan nilai irradiasi dan rata-rata radiasi pada pengukuran saat itu sebesar W/m 2. Terlihat pada Gambar 23 matahari yang berada di Timur semakin memanasi bagian Timur bangunan (bagian dapur) sehingga pada sebaran suhu terlihat area yang berwarna merah pada bagian belakang semakin banyak. Dan bagian depan terdapat daerah yang memiliki temperatur yang tinggi. Ini dikarenakan aliran udara pada wilayah tersebut memiliki kecepatan yang rendah (Gambar 22-b). Bagian tengah rumah memiliki suhu yang lebih rendah ini dikarenakan bagian tengah dekat dengan bukaan. Pada pukul ketika matahari berada di puncak dimana nilai radiasi umumnya mencapai nilai maksimum. Bagian Utara rumah akan terpanasi. Ini terjadi dikarenakan inputan yang dimasukkan pada simulasi CFD adalah pada bulan Juni. Pada bulan Juni matahari berada di lintang Utara bumi sehingga posisi matahari akan sedikit bergeser ke Utara. Pukul 15.00, ketika matahari sudah bergerak ke arah Barat, dari hasil simulasi bagian barat bagunan (bagian depan) akan terpanasi. Bagian belakang rumah tetap memiliki suhu yang tinggi. Ini dikarenakan sisa panas yang belum keluar dari waktu-waktu sebelumnya selain itu panas juga terkumpul karena pintu belakang tertutup. Dari hasil CFD untuk rumah Baduy pada pukul 09.00, dan sangat berbeda dengan hasil yang didapatkan pada pengukuran. Dimana hasil pengukuran menunjukkan bahwa suhu di dalam bangunan pada siang hari akan di bawah suhu lingkungan, namun berdasarkan hasil simulasi suhu di dalam rumah Baduy mendekati suhu lingkungan. Ini dikarenakan bagian Utara dan Selatan bangunan yang terhalang bangunan lain dan tebing bervegetasi pada bagian belakang rumah sehingga dapat memberikan efek teduh. Pendefinisian suhu

64 dinding yang hanya dengan perhitungan pindah panas (Lampiran 7) juga menjadi salah satu faktor yang berpengaruh Analisis Kelembaban Relatif (RH) Gambar 24 merupakan distribusi RH di dalam rumah tradisional Baduy untuk simulasi pada pukul (a), (b), (c), dan (d). Simulasi pukul dengan skala hasil simulasi 85-94% didapatkan nilai RH pada bagian depan sebesar 90.19%, pada bagian tengah 89.08%, bagian dapur 87.57%. Untuk hasil simulasi pada pukul mulai dari skala % didapatkan RH untuk bagian depan rumah sebesar 78.03%, bagian tengah 77.58%, bagian dapur sebesar 77.40%. Simulasi pukul ditampilkan simulasi dengan skala 60-70% didapatkan RH bagian depan sebesar 68.34%, bagian tengah 67.73%, dan bagian dapur 65.17%. Dan untuk pensimulasian pukul dengan skala RH nilai RH untuk bagian depan sebesar 71.68%, bagian tengah 74.43%, bagian dapur 74.01%. Kondisi ini berbeda dengan hasil pengukuran dimana RH pada bagian dapur dari hasil pengukuran selalu lebih tinggi dibandingkan bagian lainnya karena bagian dapur pada rumah Baduy terdapat hasil-hasil pertanian, dekat dengan tebing, dan mengingat fungsi dari dapur sendiri yaitu sebagai tempat memasak sehingga memungkinkan adanya sisa-sisa uap air yang masih terjebak. Keadaan hasil simulasi ini terbilang wajar karena kondisi pensimulasian diasumsikan kering dan tidak terdapat sumber-sumber yang dapat meningkatkan nilai RH dalam ruangan itu sendiri.

65 Rumah Modern U a b c d Gambar 25. Distribusi aliran udara rata-rata pada rumah Modern pukul (a), (b), (c), dan (d). U a b c d Gambar 26. Distribusi suhu rata-rata pada rumah Modern untuk simulasi pukul (a), pukul (b), pukul (c), dan pukul (d).

66 U a b c d Gambar 27. Distribusi RH rata-rata di dalam rumah Modern pukul (a), pukul (b), pukul (c), dan pukul (d) Kecepatan Udara Hasil Simulasi Rumah Modern Kecepatan udara hasil simulasi pukul dengan skala m/s pada rumah Modern untuk bagian depan, tengah, dan dapur sebesar 0.01 m/detik, 0.02 m/detik, dan 0.04 m/detik. Hasil simulasi pukul dengan skala m/detik pada rumah Modern ditunjukkan pada Gambar 25-b. Hasil simulasi CFD pada rumah Modern pada bagian depan, tengah, dan dapur didapatkan sebesar 0.01 m/detik, 0.02 m/detik, dan 0.1 m/detik. Simulasi pukul pada rumah Modern dengan skala 0-1 m/s didapatkan bagian depan, tengah, dan dapur sebesar 0.02 m/detik, 0.01 m/detik, m/detik. Gambar 25-d merupakan simulasi pada rumah Modern dengan skala m/detikdan kecepatan angin dalam rumah bagian depan, tengah, dan dapur sebesar m/detik, m/detik, dan m/detik. Jika Gambar 22 dan 25 dibandingkan maka kecepatan angin tertinggi di dalam rumah Baduy ditunjukkan pada pukul bagian dapur sebesar 0.58 m/detik (Gambar 22). Kecepatan tertinggi di dalam rumah Modern ditunjukkan pada hasil simulasi pukul bagian dapur sebesar 0.1 m/detik (Gambar 25).

67 Kecepatan minimum hasil simulasi rumah Modern ditunjukkan pada pukul Dari simulasi untuk waktu 06.00, 09.00, dan terlihat bahwa pola aliran udara pada rumah Baduy lebih baik dikarenakan rumah Baduy memiliki celah-celah pada bagian lantai yang cukup banyak dan dengan strukturnya yang panggung sehingga memungkinkan udara masuk melalui celah-celah tersebut Analisis Temperatur Udara dan Pengaruh Radiasi Gambar 26 (a) merupakan distribusi suhu dalam rumah Modern untuk simulasi pukul dengan skala hasil simulasi o C. Hasil simulasi didapatkan suhu pada bagian depan sebesar o C, bagian tengah o C, dan bagian dapur o C. Untuk pukul dengan skala hasil pensimulasian o C didapatkan suhu pada bagian depan rumah sebesar o C, o C, dan o C. Simulasi distribusi suhu dalam rumah Modern untuk pukul yang ditunjukkan pada Gambar 26 (c) memakai skala pensimulasian o C. Hasil simulasi didapatkan suhu pada bagian depan sebesar o C, bagian tengah sebesar o C, dan bagian dapur sebesar o C. Dan simulasi pada pukul dengan skala suhu o C didapatkan besar suhu pada bagian depan rumah sebesar o C, bagian tengah o C, dan bagian dapur sebesar o C. Berdasarkan Gambar 26 hasil simulasi untuk rumah Modern didapatkan suhu tertinggi pada pukul bagian dapur rumah sebesar o C. Dan suhu terendah ditunjukkan pada pukul bagian tengah rumah sebesar o C. Simulasi untuk pukul menunjukkan bahwa suhu di dalam bangunan lebih rendah dibandingkan di luar. Pada Gambar 26 (d) simulasi pukul terlihat bahwa suhu di dalam bangunan lebih tinggi dari pada lingkungan. Suhu di dalam bangunan lebih tinggi dibandingkan dengan di lingkungan dikarenakan pancaran panas dari dinding karena akumulasi panas dari radiasi matahari yang diserap oleh dinding. Dari Gambar 26 terlihat bahwa bagian depan rumah yang dekat dengan kaca lebih panas. Hal ini dikarenakan kaca memiliki nilai transmisivitas lebih besar dibandingkan dengan dinding dari batu-bata. Pukul wilayah bagian Timur rumah belum terpanasi ini dikarenakan intensitas matahari yang masih kecil selain itu karena ketebalan dan massa dinding batu bata yang besar sehingga panas matahari dengan intensitas matahari

68 yang kecil perlu waktu yang cukup lama untuk dapat memanasi material tersebut. Bagian belakang rumah memiliki suhu yang lebih tinggi dikarenakan pintu bagian belakang rumah tertutup. Pada bagian dapur rumah terdapat area yang mengalami penurunan suhu, ini dikarenakan pada area tersebut memiliki kecepatan angin yang tinggi (Gambar 25-a). Simulasi pukul dimana intensitas matahari di bagian Timur sudah meningkat dan dari hasil simulasi terlihat bahwa area sebelah Timur bangunan kenaikan suhu tidak terlalu signifikan. Ini di karenakan ketebalan dinding bangunan sendiri. Secara umum suhu didalam rumah akan mendekati lingkungan. Pada bagian kamar mandi memiliki suhu yang lebih rendah karena pada bagian tersebut terdapat bak penampung air. Air memiliki massa jenis yang lebih tinggi dibandingkan udara sehingga akan lebih sulit untuk terpanaskan dibandingkan udara. Untuk pukul dimana matahari pada simulasi berada pada intensitas tertinggi terlihat kecendrungan suhu udara dalam bangunan akan lebih rendah dari suhu lingkungan. Ini dikarenakan panas masih tertahan dalam dinding rumah dan karena massanya yang besar sehingga sulit untuk melepas energi walaupun konduktivitasnya lebih tinggi dibandingkan dengan material bambu. Ketika pukul dimana matahari sudah bergerak ke arah Barat dan dapat terlihat bagian sebelah Barat bangunan memiliki suhu yang lebih tinggi. Selain karena pemanasan matahari yang telah bergerak ke Barat, suhu yang lebih panas ini juga dikarenakan bagian belakang yang tertutup sehingga panas tidak dapat keluar dan karena radiasi yang sedikit demi sedikit terpancar. Berdasarkan Gambar 23 dan 26, suhu tertinggi dalam bangunan hasil simulasi yang mencapai nilai 36 o C pada rumah Baduy dan 34 o C pada rumah Modern tidaklah sesuai dengan standart kenyamanan dalam bangunan yaitu 23.4 o C sampai 29.4 o C.

69 S U a b Gambar 28. Gambar piktorial distribusi suhu pada dinding luar rumah Modern pada pukul (a) dan dinding rumah bagian Timur (b). a b Gambar 29. Gambar piktorial distribusi suhu pada dinding luar rumah Modern pada pukul (a) dan dinding rumah bagian Barat (b). Gambar 28 merupakan gambar distribusi suhu hasil simulasi CFD pada dinding bagian luar rumah Modern untuk pukul Suhu dinding pada dinding sebelah Timur lebih tinggi dibandingkan dengan dinding sebelah Barat. Kondisi

70 ini terjadi karena pada pukul posisi matahari masih berada di bagian Timur. Suhu tertinggi pada permukaan dinding terluar rumah adalah 30.9 o C. Berdasarkan hasil perhitungan suhu dinding pada Lampiran 6, suhu dinding luar pada pukul adalah o C. Sehingga error yang didapat adalah 1.11%. Gambar 29 menunjukkan bahwa matahari sudah bergerak ke arah Barat sehingga dinding sebelah Barat suhunya akan lebih tinggi dibandingkan dengan suhu pada dinding sebelah Timur. Suhu dinding tertinggi pada dinding terluar sebelah Barat rumah adalah 32 o C. Suhu dinding terluar hasil perhitungan pada Lampiran 10 adalah o C. Sehingga error yang didapat adalah 7.05% Analisis Kelembaban Relatif (RH) Gambar 27 merupakan hasil simulasi CFD pada rumah Modern untuk sebaran RH di dalam rumah pada pukul 06.00, 09.00, 12.00, dan Untuk hasil simulasi pada pukul mulai dari skala % dan didapat RH pada bagian depan rumah sebesar 91.23%, bagian tengah 91.25%, dan bagian dapur sebesar 90.88%. Untuk hasil CFD pada pukul skala hasil pensimulasian berkisar antara 78-81% dengan hasil RH bagian depan rumah 79.71%, bagian tengah 79.61%, bagian dapur sebesar 79.18%. Skala sebaran RH untuk simulasi pukul adalah 69-75% dengan nilai RH pada bagian depan 73.60%, bagian tengah 73.70%, dan bagian dapur 74.42%. Dan hasil simulasi CFD pada rumah Modern untuk pukul dengan skala % didapatkan RH bagian depan rumah sebesar 75.95%, bagian tengah sebesar 76.00%, dan bagian dapur sebesar 75.73%. Jika Gambar 24 dan 27 dibandingakan dengan hasil simulasi untuk distribusi suhu pada kedua banguan tersebut (Gambar 23 dan 26) maka pada wilayah yang memiliki suhu yang tinggi maka RH-nya akan menurun. Hasil simulasi untuk distribusi RH pada rumah Baduy ataupun rumah Modern umumnya lebih besar dari 70% yang mana merupakan standart maksimum RH untuk kenyamanan dalam bangunan menurut Frick (2003).

71 Analisis Aliran Udara dalam Bangunan Tabel 12. Inputan data kecepatan angin untuk rumah Baduy dan Modern untuk beberapa arah aliran udara Input H1-Pukul H2-Pukul H2-Pukul Arah angin pengukuran Tenggara Timur Laut Utara Lokasi Baduy Kecepatan angin (m/s) Arah X Z X Z X Modern Kecepatan angin (m/s) Arah X Z X Z Z Tabel 12 merupakan data yang menjadi masukan pensimulasian CFD. Masukan untuk simulasi merupakan data pada hari ke-1 pukul 12.00, hari ke-2 pukul dan V timur = V selatan = V tenggara cos 45 o = 0.8 x = 0.57 m/s Gambar 30. Vektor angin. Untuk mendapatkan arah Tenggara dan Timur Laut pada pensimulasian maka besaran nilai kecepatan angin harus divektorkan terlebih dahulu agar diketahui nilai masukan nilai X, Y dan Z untuk kecepatan angin pada simulasi CFD. Simulasi untuk aliran udara yang menuju arah Tenggara dilakukan dengan mesh 4 sedangkan untuk simulasi arah aliran udara menuju Utara dan Timur Laut menggunakan mesh 3.

72 U Gambar 31. Distribusi tekanan. Gambar 32. Distribusi dan vektor aliran udara. Gambar 31 dan 32 merupakan hasil simulasi distribusi tekanan dan aliran udara hari ke-1 pukul dengan arah aliran udara menuju Tenggara dengan menggunakan mesh 3. Simulasi dilakukan dengan memakai penghalang berupa rumah Baduy lainnya dan tebing pada bagian belakang rumah. Pada kedua gambar yang diberi lingkaran merah terlihat bahwa aliran udara mengalami stagnasi dikarenakan aliran udara menabrak suatu benda sehingga pada titik tersebut tekanan udara menjadi tinggi dan kecepatan aliran udara menjadi rendah. Bagian yang diberikan lingkaran hitam menunjukkan bahwa area yang memiliki tekanan yang tinggi memliki kecepatan yang rendah sehingga kondisi ini sesuai dengan teori Bernoulli. Berdasarkan hasil simulasi aliran udara didapatkan nilai kecepatan udara hasil simulasi rumah Baduy pada bagian depan, tengah dan dapur sebesar 0.26 m/s, 0.13 m/s, 0.18 m/s.

73 Gambar 33. Simulasi kecepatan angin hari ke-1 pukul (skenario 1) pada rumah Modern. Hasil simulasi untuk kecepatan angin hari pertama pada pukul dapat terlihat pada Gambar 33 dimana nilai kecepatan angin untuk bagian depan, tengah, dan dapur rumah sebesar 0.23 m/s, 0.22 m/detik, dan 0.14 m/detik. Pola aliran udara di dalam rumah Baduy dan Modern berdasarkan Gambar 32 dan 33 terlihat bahwa aliran udara di dalam rumah Baduy lebih merata dibandingkan pada rumah Modern. Hasil simulasi aliran udara pada rumah Baduy dan Modern tidak jauh berbeda sehingga menunjukkan bahwa sistem ventilasi di rumah Modern cukup baik walaupun rumah Modern tidak memiliki celah-celah pada lantai seperti pada rumah Baduy. Hal ini dikarenakan posisi rumah yang menghadap Utara dan bukaan pada Utara dan Selatan dan untuk wilayah Desa Kanekes dimana wilayah berada di 6 o LU dan mendekati garis ekuator sehingga faktor koreolis diabaikan dan menyebabkan arah angin yang berhembus umumnya menuju arah Utara dan Selatan. Tabel 13. Debit udara masuk dan keluar hasil simulasi CFD pada rumah Modern untuk arah aliran angin menuju Tenggara Goal Name Unit Mesh 3 Mesh 4 Averaged Value Averaged Value SG Inlet Volume Flow Rate 1 [m 3 /s] SG Outlet Volume Flow Rate 1 [m 3 /s] SG Inlet Volume Flow Rate of Air 1 [m 3 /s] SG Outlet Volume Flow Rate of Air 1 [m 3 /s] Tabel 13 hasil keluaran surface goal dimana merupakan hasil pensimulasian aliran udara untuk inputan hari ke-1 pukul dimana arah

74 aliran yang datang menuju Tenggara. Hasil goal pada simulasi terlihat bahwa debit aliran udara yang masuk sebesar 1.58 m3/s dan debit udara yang keluar sebesar 1.58 m3/s. Hasil yang didapat menyatakan bahwa nilai debit udara yang masuk sama dengan debit udara yang keluar dan ini sesuai dengan prinsip kontinuitas. Tabel 14 menunjukkan bahwa hasil dengan mesh 4 akan lebih teliti dibandingkan dengan mesh 3. Ini dikarenakan mesh 4 memiliki mesh yang lebih rapat dan jumlah yang lebih banyak dibandingkan mesh 3 sehingga hasil perhitungan yang dikeluarkan akan lebih teliti. Gambar 34. Simulasi kecepatan angin hari ke-2 pukul (skenario 2) pada rumah Baduy Gambar 35. Simulasi kecepatan angin hari ke-2 pukul (skenario 2) pada rumah Modern. Gambar 34 dan 35 merupakan simulasi hari ke-2 pukul (skenario 2) dimana merupakan kondisi terburuk selama pengukuran pada siang hari. Simulasi dilakukan dengan membuka pintu depan dan bagian belakang terbuka. Pada

75 Gambar 34 kecepatan angin di dalam rumah Baduy cenderung lebih seragam dibandingkan dengan rumah Modern. Gambar 35 aliran angin di dalam rumah menjadi lebih baik terutama pada bagian dapur. Jika dibandingkan antara Gambar 34 dan 35 maka pola aliran udara hasil simulasi tidak jauh berbeda. Gambar 36. Simulasi kecepatan angin hari ke-2 pukul (skenario 1) pada rumah Baduy. Gambar 37. Simulasi kecepatan angin hari ke-2 pukul (skenario 1) pada rumah Modern. Gambar 36 dan 37 merupakan simulasi pada hari ke-2 pukul dimana merupakan kondisi terburuk selama pengukuran pada siang hari untuk skenario 1 (pintu belakang tertutup). Gambar 37 menunjukan jeleknya aliran udara dalam rumah Modern. Dari hasil simulasi CFD terlihat bahwa untuk kondisi terburuk dengan arah angin menuju Utara terlihat bahwa aliran udara dalam rumah Modern lebih rendah dibandingkan dengan rumah Baduy. Ini dikarenakan banyaknya celah-

BAB IV. METODOLOGI PENELITIAN. 4.2 ALAT DAN BAHAN 1) Rumah petani tradisional (Baduy) dan Modern

BAB IV. METODOLOGI PENELITIAN. 4.2 ALAT DAN BAHAN 1) Rumah petani tradisional (Baduy) dan Modern BAB IV. METODOLOGI PENELITIAN 4.1 WAKTU DAN TEMPAT Penelitian dilaksanakan selama 3 hari terhitung mulai dari tanggal 4 Juni 2009 sampai dengan 7 Juni 2009. Bertempat disalah satu rumah petani modern dan

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Suhu Udara Hasil pengukuran suhu udara di dalam rumah tanaman pada beberapa titik dapat dilihat pada Gambar 6. Grafik suhu udara di dalam rumah tanaman menyerupai bentuk parabola

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Kaum Petani dengan kultur agraris khas pedesaan Indonesia bermukim di perumahan dengan bentuk bangunan yang mempunyai tata ruang dan tata letak sederhana. Hampir seluruh

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN UMUM

BAB V KESIMPULAN UMUM 177 BAB V KESIMPULAN UMUM Kesimpulan 1 Perilaku termal dalam bangunan percobaan menunjukan suhu pukul 07.00 WIB sebesar 24.1 o C,, pukul 13.00 WIB suhu mencapai 28.4 o C, pada pukul 18.00 WIB suhu mencapai

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN METODOLOGI PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada musim kemarau yaitu bulan Mei sampai Juli 2007 berlokasi di Laboratorium Lapangan Bagian Ternak Perah, Departemen Ilmu

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. RADIASI MATAHARI DAN SH DARA DI DALAM RMAH TANAMAN Radiasi matahari mempunyai nilai fluktuatif setiap waktu, tetapi akan meningkat dan mencapai nilai maksimumnya pada siang

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Iklim Mikro Rumah Tanaman Daerah Tropika Basah

TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Iklim Mikro Rumah Tanaman Daerah Tropika Basah II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Iklim Mikro Rumah Tanaman Daerah Tropika Basah Iklim merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi perancangan bangunan. Sebuah bangunan seharusnya dapat mengurangi pengaruh iklim

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 25 HASIL DAN PEMBAHASAN Profil Iklim Mikro Rumah Tanaman Tipe Standard Peak Selama 24 jam Struktur rumah tanaman berinteraksi dengan parameter lingkungan di sekitarnya menghasilkan iklim mikro yang khas.

Lebih terperinci

ANALISIS PERBANDINGAN KENYAMANAN TERMAL GEDUNG KULIAH B1, FEM IPB DENGAN MENGGUNAKAN ATAP BETON DAN GREEN ROOF (TANAMAN HIAS) YUNIANTI

ANALISIS PERBANDINGAN KENYAMANAN TERMAL GEDUNG KULIAH B1, FEM IPB DENGAN MENGGUNAKAN ATAP BETON DAN GREEN ROOF (TANAMAN HIAS) YUNIANTI ANALISIS PERBANDINGAN KENYAMANAN TERMAL GEDUNG KULIAH B, FEM IPB DENGAN MENGGUNAKAN ATAP BETON DAN GREEN ROOF (TANAMAN HIAS) YUNIANTI DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL DAN LINGKUNGAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bagian ini terdiri dari latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, batasan masalah dan sistematika penulisan.

BAB I PENDAHULUAN. Bagian ini terdiri dari latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, batasan masalah dan sistematika penulisan. BAB I PENDAHULUAN Bagian ini terdiri dari latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, batasan masalah dan sistematika penulisan. 1.1 Latar Belakang Perusahaan pada umumnya memiliki tujuan

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Rumah tanaman yang digunakan terletak di Laboratorium Lapangan Siswadhi Soepardjo Leuwikopo, Departemen Teknik Mesin dan Biosistem, Fakultas Teknologi Pertanian,

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA Nutrient Film Technique (NFT) 2.2. Greenhouse

II. TINJAUAN PUSTAKA Nutrient Film Technique (NFT) 2.2. Greenhouse II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Nutrient Film Technique (NFT) Nutrient film technique (NFT) merupakan salah satu tipe spesial dalam hidroponik yang dikembangkan pertama kali oleh Dr. A.J Cooper di Glasshouse

Lebih terperinci

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Pada umumnya apartemen menggunakan sistem pengondisian udara untuk memberikan kenyamanan termal bagi penghuni dalam ruangan. Namun, keterbatasan luas ruangan dalam

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di laboratorium Energi dan Elektrifikasi Pertanian serta di dalam rumah tanaman yang berada di laboratorium Lapangan Leuwikopo,

Lebih terperinci

Identifikasi Pengaruh Material Bangunan Terhadap Kenyamanan Termal (Studi kasus bangunan dengan material bambu dan bata merah di Mojokerto)

Identifikasi Pengaruh Material Bangunan Terhadap Kenyamanan Termal (Studi kasus bangunan dengan material bambu dan bata merah di Mojokerto) Identifikasi Pengaruh Material Bangunan Terhadap Kenyamanan Termal (Studi kasus bangunan dengan material bambu dan bata merah di Mojokerto) Damalia Enesty Purnama 1, Agung Murti Nugroho 2, Ir. Bambang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Annis & McConville (1996) dan Manuaba (1999) dalam Tarwaka (2004)

BAB I PENDAHULUAN. Annis & McConville (1996) dan Manuaba (1999) dalam Tarwaka (2004) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Annis & McConville (1996) dan Manuaba (1999) dalam Tarwaka (2004) menyatakan bahwa ergonomi adalah kemampuan untuk menerapkan informasi menurut karakter, kapasitas

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL

BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL Pada bab ini diuraikan mengenai analisis dan interpretasi hasil perhitungan dan pengolahan data yang telah dilakukan pada bab IV. Analisis dan interpretasi hasil akan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA Rumah Tanaman (Greenhouse)

II. TINJAUAN PUSTAKA Rumah Tanaman (Greenhouse) II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Rumah Tanaman (Greenhouse) Menurut Nelson (1978) dalam Suhardiyanto (2009) mendefinisikan rumah tanaman sebagai suatu bangunan untuk budidaya tanaman yang memiliki struktur atap

Lebih terperinci

ANALISIS TEMPERATUR DAN ALIRAN UDARA PADA SISTEM TATA UDARA DI GERBONG KERETA API PENUMPANG KELAS EKONOMI DENGAN VARIASI BUKAAN JENDELA

ANALISIS TEMPERATUR DAN ALIRAN UDARA PADA SISTEM TATA UDARA DI GERBONG KERETA API PENUMPANG KELAS EKONOMI DENGAN VARIASI BUKAAN JENDELA JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-6 1 ANALISIS TEMPERATUR DAN ALIRAN UDARA PADA SISTEM TATA UDARA DI GERBONG KERETA API PENUMPANG KELAS EKONOMI DENGAN VARIASI BUKAAN JENDELA Lustyyah Ulfa, Ridho

Lebih terperinci

BAB III PERMASALAHAN DAN METODOLOGI PENELITIAN. menurunkan nilai koefisien kecepatan udara (blocking effect) dalam ruang

BAB III PERMASALAHAN DAN METODOLOGI PENELITIAN. menurunkan nilai koefisien kecepatan udara (blocking effect) dalam ruang BAB III PERMASALAHAN DAN METODOLOGI PENELITIAN A. Permasalahan Kindangen (2005: 172) menulis penghalang di depan bangunan menurunkan nilai koefisien kecepatan udara (blocking effect) dalam ruang dibanding

Lebih terperinci

KAJIAN SUHU DAN ALIRAN UDARA DALAM KEMASAN BERVENTILASI MENGGUNAKAN TEKNIK COMPUTATIONAL DYNAMIC (CFD) Emmy Darmawati 1), Yudik Adhinata 2)

KAJIAN SUHU DAN ALIRAN UDARA DALAM KEMASAN BERVENTILASI MENGGUNAKAN TEKNIK COMPUTATIONAL DYNAMIC (CFD) Emmy Darmawati 1), Yudik Adhinata 2) KAJIAN SUHU DAN ALIRAN UDARA DALAM KEMASAN BERVENTILASI MENGGUNAKAN TEKNIK COMPUTATIONAL DYNAMIC (CFD) Emmy Darmawati 1), Yudik Adhinata 2) Departemen Teknik Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, Institut

Lebih terperinci

STUDI NUMERIK DISTRIBUSI TEMPERATUR DAN KECEPATAN UDARA PADA RUANG KEDATANGAN TERMINAL 2 BANDAR UDARA INTERNASIONAL JUANDA SURABAYA

STUDI NUMERIK DISTRIBUSI TEMPERATUR DAN KECEPATAN UDARA PADA RUANG KEDATANGAN TERMINAL 2 BANDAR UDARA INTERNASIONAL JUANDA SURABAYA STUDI NUMERIK DISTRIBUSI TEMPERATUR DAN KECEPATAN UDARA PADA RUANG KEDATANGAN TERMINAL 2 BANDAR UDARA INTERNASIONAL JUANDA SURABAYA Disusun Oleh: Erni Zulfa Arini NRP. 2110 100 036 Dosen Pembimbing: Nur

Lebih terperinci

STUDI TINGKAT KENYAMANAN TERMAL RUANG TAMU KOMPLEK PERUMAHAN SERDANG RESIDENCE MEDAN SKRIPSI OLEH HENDRA

STUDI TINGKAT KENYAMANAN TERMAL RUANG TAMU KOMPLEK PERUMAHAN SERDANG RESIDENCE MEDAN SKRIPSI OLEH HENDRA STUDI TINGKAT KENYAMANAN TERMAL RUANG TAMU KOMPLEK PERUMAHAN SERDANG RESIDENCE MEDAN SKRIPSI OLEH HENDRA 100406077 DEPARTEMEN ARSITEKTUR FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2014 STUDI TINGKAT

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian

METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian 34 METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Desa Kanekes, Kecamatan Leuwidamar, Kabupaten Lebak, Provinsi Banten, Jawa Barat (Gambar 2). Pemilihan kampung untuk lokasi

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Simulasi Distribusi Suhu Kolektor Surya 1. Domain 3 Dimensi Kolektor Surya Bentuk geometri 3 dimensi kolektor surya diperoleh dari proses pembentukan ruang kolektor menggunakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Tinjauan tentang aplikasi sistem pengabutan air di iklim kering

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Tinjauan tentang aplikasi sistem pengabutan air di iklim kering 15 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Pustaka 2.1.1. Tinjauan tentang aplikasi sistem pengabutan air di iklim kering Sebuah penelitian dilakukan oleh Pearlmutter dkk (1996) untuk mengembangkan model

Lebih terperinci

ANALISIS DESAIN FUNGSIONAL, STRUKTURAL DAN KONDISI IKLLM MIKRO PADA LUMBUNG PAD1 TRADISIONAL. Oleh : BUD1 SEPTIAWAN F

ANALISIS DESAIN FUNGSIONAL, STRUKTURAL DAN KONDISI IKLLM MIKRO PADA LUMBUNG PAD1 TRADISIONAL. Oleh : BUD1 SEPTIAWAN F /33 ANALISIS DESAIN FUNGSIONAL, STRUKTURAL DAN KONDISI IKLLM MIKRO PADA LUMBUNG PAD1 TRADISIONAL (LEUIT) MASYARAKAT BADW LUAR DI PROPWSI BANTEN Oleh : BUD1 SEPTIAWAN F14104038 2008 DEPARTEMEN TEKNIK PERTANIAN

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Distribusi Suhu dan Kelembaban Udara pada Kandang Sapi Perah

HASIL DAN PEMBAHASAN Distribusi Suhu dan Kelembaban Udara pada Kandang Sapi Perah HASIL DAN PEMBAHASAN Distribusi Suhu dan Kelembaban Udara pada Kandang Sapi Perah Analisis distribusi suhu dan kelembaban udara dilakukan pada saat kandang tidak diisi sapi (kandang kosong). Karakteristik

Lebih terperinci

Pathologi Bangunan dan Gas Radon Salah satu faktor paling populer penyebab terganggunya kesehatan manusia yang berdiam

Pathologi Bangunan dan Gas Radon Salah satu faktor paling populer penyebab terganggunya kesehatan manusia yang berdiam PATHOLOGI BANGUNAN DAN KENYAMANAN TERMAL Tri Harso Karyono Majalah Konstruksi, April 1997 Dalam ilmu bahasa, pathologi berarti ilmu tentang penyakit, dengan pengertian ini, ilmu tersebut dianggap tidak

Lebih terperinci

SIMULASI ALIRAN FLUIDA PADA POMPA HIDRAM DENGAN VARIASI PANJANG PIPA PEMASUKAN DAN VARIASI TINGGI TABUNG UDARA MENGGUNAKAN CFD

SIMULASI ALIRAN FLUIDA PADA POMPA HIDRAM DENGAN VARIASI PANJANG PIPA PEMASUKAN DAN VARIASI TINGGI TABUNG UDARA MENGGUNAKAN CFD SIMULASI ALIRAN FLUIDA PADA POMPA HIDRAM DENGAN VARIASI PANJANG PIPA PEMASUKAN DAN VARIASI TINGGI TABUNG UDARA MENGGUNAKAN CFD SKRIPSI Skripsi Yang Diajukan Untuk Melengkapi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana

Lebih terperinci

IV. PEMBAHASAN A. Distribusi Suhu dan Pola Aliran Udara Hasil Simulasi CFD

IV. PEMBAHASAN A. Distribusi Suhu dan Pola Aliran Udara Hasil Simulasi CFD IV. PEMBAHASAN A. Distribusi Suhu dan Pola Aliran Udara Hasil Simulasi CFD Simulasi distribusi pola aliran udara dan suhu dilakukan pada saat ayam produksi sehingga dalam simulasi terdapat inisialisasi

Lebih terperinci

V. PERCOBAAN. alat pengering hasil rancangan, berapa jenis alat ukur dan produk gabah sebagai

V. PERCOBAAN. alat pengering hasil rancangan, berapa jenis alat ukur dan produk gabah sebagai BAB V PERCOBAAN V. PERCOBAAN 5.1. Bahan dan alat Bahan dan peralatan yang digunakan dalam percobaan ini terdiri dari model alat pengering hasil rancangan, berapa jenis alat ukur dan produk gabah sebagai

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 ALAT PENGKONDISIAN UDARA Alat pengkondisian udara merupakan sebuah mesin yang secara termodinamika dapat memindahkan energi dari area bertemperatur rendah (media yang akan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Menurut ASHRAE (American Society of Heating, Refrigerating and

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Menurut ASHRAE (American Society of Heating, Refrigerating and BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Menurut ASHRAE (American Society of Heating, Refrigerating and Airconditioning Engineers, 1989), kenyamanan termal merupakan perasaan dimana seseorang merasa nyaman dengan keadaan

Lebih terperinci

ESTIMASI NILAI TPW (TOTAL PRECIPITABLE WATER) DI ATAS DAERAH PADANG DAN BIAK BERDASARKAN HASIL ANALISIS DATA RADIOSONDE IRE PRATIWI

ESTIMASI NILAI TPW (TOTAL PRECIPITABLE WATER) DI ATAS DAERAH PADANG DAN BIAK BERDASARKAN HASIL ANALISIS DATA RADIOSONDE IRE PRATIWI ESTIMASI NILAI TPW (TOTAL PRECIPITABLE WATER) DI ATAS DAERAH PADANG DAN BIAK BERDASARKAN HASIL ANALISIS DATA RADIOSONDE IRE PRATIWI DEPARTEMEN GEOFISIKA DAN METEOROLOGI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN

Lebih terperinci

SKRIPSI PERANCANGAN DAN UJI ALAT PENUKAR PANAS (HEAT EXCHANGER) TIPE COUNTER FLOW

SKRIPSI PERANCANGAN DAN UJI ALAT PENUKAR PANAS (HEAT EXCHANGER) TIPE COUNTER FLOW SKRIPSI PERANCANGAN DAN UJI ALAT PENUKAR PANAS (HEAT EXCHANGER) TIPE COUNTER FLOW Oleh : Ai Rukmini F14101071 2006 DEPATEMEN TEKNIK PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR PERANCANGAN

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Analisis Perubahan Rasio Hutan Sebelum membahas hasil simulasi model REMO, dilakukan analisis perubahan rasio hutan pada masing-masing simulasi yang dibuat. Dalam model

Lebih terperinci

Seminar Nasional IENACO ISSN:

Seminar Nasional IENACO ISSN: INVESTIGASI HEAT STRESS PADA PEKERJA WIRING HARNESS BERDASARKAN PREDICTED MEAN VOTE (PMV) INDEX MENGGUNAKAN CFD SIMULATION Sugiono 1*), Dwi H. Sulistyarini 2), Suluh E. Swara 3), Khairan A. Mahadika 4)

Lebih terperinci

Investigasi Ventilasi Gaya-Angin Rumah Tradisional Indonesia dengan Simulasi CFD

Investigasi Ventilasi Gaya-Angin Rumah Tradisional Indonesia dengan Simulasi CFD TEMU ILMIAH IPLBI 2016 Investigasi Ventilasi Gaya-Angin Rumah Tradisional Indonesia dengan Simulasi CFD Suhendri, M. Donny Koerniawan KK Teknologi Bangunan, Program Studi Arsitektur, Sekolah Arsitektur

Lebih terperinci

PERPINDAHAN PANAS DAN MASSA

PERPINDAHAN PANAS DAN MASSA DIKTAT KULIAH PERPINDAHAN PANAS DAN MASSA JURUSAN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DARMA PERSADA 009 DIKTAT KULIAH PERPINDAHAN PANAS DAN MASSA Disusun : ASYARI DARAMI YUNUS Jurusan Teknik Mesin,

Lebih terperinci

V. HASIL UJI UNJUK KERJA

V. HASIL UJI UNJUK KERJA V. HASIL UJI UNJUK KERJA A. KAPASITAS ALAT PEMBAKAR SAMPAH (INCINERATOR) Pada uji unjuk kerja dilakukan 4 percobaan untuk melihat kinerja dari alat pembakar sampah yang telah didesain. Dalam percobaan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 10 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 PSIKROMETRI Psikrometri adalah ilmu yang mengkaji mengenai sifat-sifat campuran udara dan uap air yang memiliki peranan penting dalam menentukan sistem pengkondisian udara.

Lebih terperinci

RESORT DENGAN FASILITAS MEDITASI ARSITEKTUR TROPIS BAB III TINJAUAN KHUSUS. 3.1 Latar Belakang Pemilihan Tema. 3.2 Penjelasan Tema

RESORT DENGAN FASILITAS MEDITASI ARSITEKTUR TROPIS BAB III TINJAUAN KHUSUS. 3.1 Latar Belakang Pemilihan Tema. 3.2 Penjelasan Tema BAB III TINJAUAN KHUSUS 3.1 Latar Belakang Pemilihan Tema Tema yang diusung dalam pengerjaan proyek Resort Dengan Fasilitas Meditasi ini adalah Arsitektur Tropis yang ramah lingkungan. Beberapa alasan

Lebih terperinci

9/17/ KALOR 1

9/17/ KALOR 1 9. KALOR 1 1 KALOR SEBAGAI TRANSFER ENERGI Satuan kalor adalah kalori (kal) Definisi kalori: Kalor yang dibutuhkan untuk menaikkan temperatur 1 gram air sebesar 1 derajat Celcius. Satuan yang lebih sering

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kenyamanan Termal 2.1.1 Definisi Kenyamanan Termal Kenyamanan termal merupakan suatu kondisi dari pikiran manusia yang menunjukkan kepuasan dengan lingkungan termal (Nugroho,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN I.1. LATAR BELAKANG Cahaya merupakan kebutuhan dasar manusia dalam menghayati ruang dan melakukan berbagai kegiatan dalam ruang pada bangunan serta sebagai prasyarat bagi penglihatan

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1 PERAN ENERGI DALAM ARSITEKTUR

LAMPIRAN 1 PERAN ENERGI DALAM ARSITEKTUR LAMPIRAN 1 PERAN ENERGI DALAM ARSITEKTUR Prasato Satwiko. Arsitektur Sadar Energi tahun 2005 Dengan memfokuskan permasalahan, strategi penataan energi bangunan dapat dikembangkan dengan lebih terarah.strategi

Lebih terperinci

B A B 1 P E N D A H U L U A N

B A B 1 P E N D A H U L U A N B A B 1 P E N D A H U L U A N A. Latar Belakang Fungsi utama dari arsitektur adalah mampu menciptakan lingkungan hidup yang lebih baik. Hal ini dapat dilakukan dengan memanfaatkan unsurunsur iklim yang

Lebih terperinci

SIMULASI PERPINDAHAN PANAS KOLEKTOR SURYA TIPE TABUNG PLAT DATAR MENGGUNAKAN PERANGKAT LUNAK CFD

SIMULASI PERPINDAHAN PANAS KOLEKTOR SURYA TIPE TABUNG PLAT DATAR MENGGUNAKAN PERANGKAT LUNAK CFD SIMULASI PERPINDAHAN PANAS KOLEKTOR SURYA TIPE TABUNG PLAT DATAR MENGGUNAKAN PERANGKAT LUNAK CFD IIS WIDIYANTO NIM: 41312110073 PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS MERCU BUANA JAKARTA

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK TEMPERATUR DAN ALIRAN LARUTAN NUTRISI TANAMAN TOMAT (Lycopersicum esculentum Mill) PADA SISTEM HIDROPONIK NUTRIENT FILM TECHNIQUE (NFT)

KARAKTERISTIK TEMPERATUR DAN ALIRAN LARUTAN NUTRISI TANAMAN TOMAT (Lycopersicum esculentum Mill) PADA SISTEM HIDROPONIK NUTRIENT FILM TECHNIQUE (NFT) KARAKTERISTIK TEMPERATUR DAN ALIRAN LARUTAN NUTRISI TANAMAN TOMAT (Lycopersicum esculentum Mill) PADA SISTEM HIDROPONIK NUTRIENT FILM TECHNIQUE (NFT) OLEH : DEWI NURNA WAHYUNININGSIH F14103055 2007 DEPARTEMEN

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORITIS. Kenyamanan dan perasaan nyaman adalah penilaian komprehensif

BAB II LANDASAN TEORITIS. Kenyamanan dan perasaan nyaman adalah penilaian komprehensif BAB II LANDASAN TEORITIS 2.1. Kajian Pustaka 2.1.1. Definisi Kenyamanan Kenyamanan dan perasaan nyaman adalah penilaian komprehensif seseorang terhadap lingkungannya. Kenyamanan tidak dapat diwakili oleh

Lebih terperinci

III. METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini berlangsung dalam 2 (dua) tahap pelaksanaan. Tahap pertama

III. METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini berlangsung dalam 2 (dua) tahap pelaksanaan. Tahap pertama 38 III. METODELOGI PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini berlangsung dalam 2 (dua) tahap pelaksanaan. Tahap pertama adalah pembuatan alat yang dilaksanakan di Laboratorium Mekanisasi

Lebih terperinci

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Rumah Tanaman

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Rumah Tanaman II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Rumah Tanaman Rumah tanaman merupakan suatu tempat tanaman untuk tumbuh dan berkembang dengan kondisi lingkungan mikro yang telah diatur agar mendekati kondisi yang optimum. Khusunya

Lebih terperinci

Bab 14 Kenyamanan Termal. Kenyaman termal

Bab 14 Kenyamanan Termal. Kenyaman termal Bab 14 Kenyamanan Termal Dr. Yeffry Handoko Putra, S.T, M.T E-mail: yeffry@unikom.ac.id 172 Kenyaman termal Kenyaman termal adalah suatu kondisi yang dinikmati oleh manusia. Faktor-faktor kenyamanan termal

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. PENGERINGAN Pengeringan adalah proses pengurangan kelebihan air yang (kelembaban) sederhana untuk mencapai standar spesifikasi kandungan kelembaban dari suatu bahan. Pengeringan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Tangerang, 24 September Penulis

KATA PENGANTAR. Tangerang, 24 September Penulis KATA PENGANTAR Puji serta syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah SWT, karena dengan rahmat dan ridhonya kami bisa menyelesaikan makalah yang kami beri judul suhu dan kalor ini tepat pada waktu yang

Lebih terperinci

Studi Eksperimental Sistem Pengering Tenaga Surya Menggunakan Tipe Greenhouse dengan Kotak Kaca

Studi Eksperimental Sistem Pengering Tenaga Surya Menggunakan Tipe Greenhouse dengan Kotak Kaca JURNAL TEKNIK POMITS Vol.,, (03) ISSN: 337-3539 (30-97 Print) B-30 Studi Eksperimental Sistem Pengering Tenaga Surya Menggunakan Tipe Greenhouse dengan Kotak Kaca Indriyati Fanani Putri, Ridho Hantoro,

Lebih terperinci

SIDANG TUGAS AKHIR FITRI SETYOWATI Dosen Pembimbing: NUR IKHWAN, ST., M.ENG.

SIDANG TUGAS AKHIR FITRI SETYOWATI Dosen Pembimbing: NUR IKHWAN, ST., M.ENG. SIDANG TUGAS AKHIR STUDI NUMERIK DISTRIBUSI TEMPERATUR DAN KECEPATAN UDARA PADA RUANG KEBERANGKATAN TERMINAL 2 BANDAR UDARA INTERNASIONAL JUANDA SURABAYA FITRI SETYOWATI 2110 100 077 Dosen Pembimbing:

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA STUDI KASUS

BAB IV ANALISA STUDI KASUS BAB IV ANALISA STUDI KASUS IV.1 GOR Bulungan IV.1.1 Analisa Aliran Udara GOR Bulungan terletak pada daerah perkotaan sehingga memiliki variasi dalam batas-batas lingkungannya. Angin yang menerpa GOR Bulungan

Lebih terperinci

IRVAN DARMAWAN X

IRVAN DARMAWAN X OPTIMASI DESAIN PEMBAGI ALIRAN UDARA DAN ANALISIS ALIRAN UDARA MELALUI PEMBAGI ALIRAN UDARA SERTA INTEGRASI KEDALAM SISTEM INTEGRATED CIRCULAR HOVERCRAFT PROTO X-1 SKRIPSI Oleh IRVAN DARMAWAN 04 04 02

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI Perencanaan pengkondisian udara dalam suatu gedung diperlukan suatu perhitungan beban kalor dan kebutuhan ventilasi udara, perhitungan kalor ini tidak lepas dari prinsip perpindahan

Lebih terperinci

MARDIANA LADAYNA TAWALANI M.K.

MARDIANA LADAYNA TAWALANI M.K. KALOR Dosen : Syafa at Ariful Huda, M.Pd MAKALAH Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat pemenuhan nilai tugas OLEH : MARDIANA 20148300573 LADAYNA TAWALANI M.K. 20148300575 Program Studi Pendidikan Matematika

Lebih terperinci

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 3, No. 2, (2014) ISSN: ( Print) B-192

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 3, No. 2, (2014) ISSN: ( Print) B-192 JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 3, No. 2, (2014) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) B-192 Studi Numerik Pengaruh Baffle Inclination pada Alat Penukar Kalor Tipe Shell and Tube terhadap Aliran Fluida dan Perpindahan

Lebih terperinci

PEMANASAN BUMI BAB. Suhu dan Perpindahan Panas. Skala Suhu

PEMANASAN BUMI BAB. Suhu dan Perpindahan Panas. Skala Suhu BAB 2 PEMANASAN BUMI S alah satu kemampuan bahasa pemrograman adalah untuk melakukan kontrol struktur perulangan. Hal ini disebabkan di dalam komputasi numerik, proses perulangan sering digunakan terutama

Lebih terperinci

INFO TEKNIK Volume 9 No. 1, Juli 2008 (36-42)

INFO TEKNIK Volume 9 No. 1, Juli 2008 (36-42) INFO TEKNIK Volume 9 No. 1, Juli 2008 (36-42) ANALISIS TINGKAT KENYAMANAN THERMAL WEBB DI RUMAH TINGGAL T-45 PADA MUSIM KEMARAU Studi Kasus: Rumah Tinggal di Komplek HKSN Permai Banjarmasin M. Tharziansyah

Lebih terperinci

PEMILIHAN BAHAN BAKAR DALAM PEMBUATAN DAPUR CRUCIBLE UNTUK PELEBURAN ALUMINIUM BERKAPASITAS 50KG MENGGUNAKAN BAHAN BAKAR BATU BARA

PEMILIHAN BAHAN BAKAR DALAM PEMBUATAN DAPUR CRUCIBLE UNTUK PELEBURAN ALUMINIUM BERKAPASITAS 50KG MENGGUNAKAN BAHAN BAKAR BATU BARA PEMILIHAN BAHAN BAKAR DALAM PEMBUATAN DAPUR CRUCIBLE UNTUK PELEBURAN ALUMINIUM BERKAPASITAS 50KG MENGGUNAKAN BAHAN BAKAR BATU BARA SKRIPSI Skripsi Yang Diajukan Untuk Melengkapi Syarat Memperoleh Gelar

Lebih terperinci

KARAKTER KENYAMANAN THERMAL PADA BANGUNAN IBADAH DI KAWASAN KOTA LAMA, SEMARANG

KARAKTER KENYAMANAN THERMAL PADA BANGUNAN IBADAH DI KAWASAN KOTA LAMA, SEMARANG KARAKTER KENYAMANAN THERMAL PADA BANGUNAN IBADAH DI KAWASAN KOTA LAMA, SEMARANG Adela Carera * dan Eddy Prianto Laboratorium Teknologi Bangunan, Departemen Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro

Lebih terperinci

SIMULASI PERPINDAHAN PANAS GEOMETRI FIN DATAR PADA HEAT EXCHANGER DENGAN ANSYS FLUENT

SIMULASI PERPINDAHAN PANAS GEOMETRI FIN DATAR PADA HEAT EXCHANGER DENGAN ANSYS FLUENT SIMULASI PERPINDAHAN PANAS GEOMETRI FIN DATAR PADA HEAT EXCHANGER DENGAN ANSYS FLUENT Gian Karlos Rhamadiafran Program Studi Teknik Mesin, Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret, Surakarta, Indonesia

Lebih terperinci

WATER TO WATER HEAT EXCHANGER BENCH BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Tujuan Pengujian

WATER TO WATER HEAT EXCHANGER BENCH BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Tujuan Pengujian 1.1 Tujuan Pengujian WATER TO WATER HEAT EXCHANGER BENCH BAB I PENDAHULUAN a) Mempelajari formulasi dasar dari heat exchanger sederhana. b) Perhitungan keseimbangan panas pada heat exchanger. c) Pengukuran

Lebih terperinci

ANALISIS SUDUT DATANG RADIASI MATAHARI PADA ATAP GELOMBANG DAN PENDUGAAN TEMPERATUR UDARA DALAM GREENHOUSE

ANALISIS SUDUT DATANG RADIASI MATAHARI PADA ATAP GELOMBANG DAN PENDUGAAN TEMPERATUR UDARA DALAM GREENHOUSE ANALISIS SUDUT DATANG RADIASI MATAHARI PADA ATAP GELOMBANG DAN PENDUGAAN TEMPERATUR UDARA DALAM GREENHOUSE MENGGUNAKAN PRINSIP PINDAH PANAS DAN ARTIFICIAL NEURAL NETWORK SKRIPSI Oleh : MURNIWATY F 14103131

Lebih terperinci

UJI PERFORMANSI ALAT PENGERING EFEK RUMAH KACA (ERK) TIPE RAK DENGAN PEMANAS TAMBAHAN PADA PENGERINGAN KERUPUK UYEL

UJI PERFORMANSI ALAT PENGERING EFEK RUMAH KACA (ERK) TIPE RAK DENGAN PEMANAS TAMBAHAN PADA PENGERINGAN KERUPUK UYEL UJI PERFORMANSI ALAT PENGERING EFEK RUMAH KACA (ERK) TIPE RAK DENGAN PEMANAS TAMBAHAN PADA PENGERINGAN KERUPUK UYEL Oleh : DEWI RUBAEATUL ADAWIYAH F14103089 2007 DEPARTEMEN TEKNIK PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI

Lebih terperinci

STRUKTUR BUMI. Bumi, Tata Surya dan Angkasa Luar

STRUKTUR BUMI. Bumi, Tata Surya dan Angkasa Luar STRUKTUR BUMI 1. Skalu 1978 Jika bumi tidak mempunyai atmosfir, maka warna langit adalah A. hitam C. kuning E. putih B. biru D. merah Jawab : A Warna biru langit terjadi karena sinar matahari yang menuju

Lebih terperinci

BIOFISIKA 2 BIOENERGETIKA

BIOFISIKA 2 BIOENERGETIKA BIOFISIKA 2 BIOENERGETIKA 1. KONSEP ENERGI Energi sering menjadi pokok bahasan setiap hari, namun tak banyak orang yang memahami konsep dasar energi. Energi dapat ditinjau dari 3 sudut pandang, yaitu :

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 27 HASIL DAN PEMBAHASAN Titik Fokus Letak Pemasakan Titik fokus pemasakan pada oven surya berdasarkan model yang dibuat merupakan suatu bidang. Pada posisi oven surya tegak lurus dengan sinar surya, lokasi

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Analisis Radiasi Matahari IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Jansen (1995) menyatakan bahwa posisi matahari diperlukan untuk menentukan radaisi surya yang diteruskan melalui kaca dan bahan transparan lain, dimana

Lebih terperinci

SOLUSI VENTILASI VERTIKAL DALAM MENDUKUNG KENYAMANAN TERMAL PADA RUMAH DI PERKOTAAN

SOLUSI VENTILASI VERTIKAL DALAM MENDUKUNG KENYAMANAN TERMAL PADA RUMAH DI PERKOTAAN SOLUSI VENTILASI VERTIKAL DALAM MENDUKUNG KENYAMANAN TERMAL PADA RUMAH DI PERKOTAAN Ronim Azizah, Qomarun Program Studi Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Surakarta Jl. A. Yani Tromol

Lebih terperinci

besarnya energi panas yang dapat dimanfaatkan atau dihasilkan oleh sistem tungku tersebut. Disamping itu rancangan tungku juga akan dapat menentukan

besarnya energi panas yang dapat dimanfaatkan atau dihasilkan oleh sistem tungku tersebut. Disamping itu rancangan tungku juga akan dapat menentukan TINJAUAN PUSTAKA A. Pengeringan Tipe Efek Rumah Kaca (ERK) Pengeringan merupakan salah satu proses pasca panen yang umum dilakukan pada berbagai produk pertanian yang ditujukan untuk menurunkan kadar air

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rumah merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia. Dimana permasalahan utama yang dihadapi oleh negara-negara berkembang termasuk indonesia adalah Pertumbuhan penduduk

Lebih terperinci

PMV (PREDICTED MEAN VOTE) SEBAGAI THERMAL INDEX

PMV (PREDICTED MEAN VOTE) SEBAGAI THERMAL INDEX PMV (PREDICTED MEAN VOTE) SEBAGAI THERMAL INDEX THERMAL COMFORT Professor Fanger dari Technical University of Denmark beranggapan bahwa thermal comfort didefinisikan sebagai istilah keadaan fisik tubuh

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Kegiatan penelitian dilaksanakan mulai bulan Februari 2012 sampai dengan Juni 2012 di Lab. Surya Departemen Teknik Mesin dan Biosistem, Fakultas Teknologi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Bagian ini memaparkan pendahuluan dari penelitian yang dilakukan. Pendahuluan ini terdiri dari latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, batasan masalah dan sistematis

Lebih terperinci

BAB 9. PENGKONDISIAN UDARA

BAB 9. PENGKONDISIAN UDARA BAB 9. PENGKONDISIAN UDARA Tujuan Instruksional Khusus Mmahasiswa mampu melakukan perhitungan dan analisis pengkondisian udara. Cakupan dari pokok bahasan ini adalah prinsip pengkondisian udara, penggunaan

Lebih terperinci

Cut Nuraini/Institut Teknologi Medan/

Cut Nuraini/Institut Teknologi Medan/ Cut Nuraini/Institut Teknologi Medan/16-09-2014 APA ITU ARSITEKTUR TROPIS? TROPIS tropikos artinya : Garis Balik Garis lintang utara 23 0 27 adalah garis balik cancer dan matahari pada tanggal 27 Juni

Lebih terperinci

PENGUJIAN KOLEKTOR SURYA PLAT DATAR UNTUK PEMANAS AIR LAUT DENGAN MEMBANDINGKAN PERFORMANSI KACA SATU DENGAN KACA BERLAPIS KETEBALAN 5MM SKRIPSI

PENGUJIAN KOLEKTOR SURYA PLAT DATAR UNTUK PEMANAS AIR LAUT DENGAN MEMBANDINGKAN PERFORMANSI KACA SATU DENGAN KACA BERLAPIS KETEBALAN 5MM SKRIPSI PENGUJIAN KOLEKTOR SURYA PLAT DATAR UNTUK PEMANAS AIR LAUT DENGAN MEMBANDINGKAN PERFORMANSI KACA SATU DENGAN KACA BERLAPIS KETEBALAN 5MM SKRIPSI Skripsi Yang Diajukan Untuk Melengkapi Syarat Memperoleh

Lebih terperinci

Studi Numerik Distribusi Temperatur dan Kecepatan Udara pada Ruang Kedatangan Terminal 2 Bandar Udara Internasional Juanda Surabaya

Studi Numerik Distribusi Temperatur dan Kecepatan Udara pada Ruang Kedatangan Terminal 2 Bandar Udara Internasional Juanda Surabaya JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 2, (2012) ISSN: 2301-9271 1 Studi Numerik Distribusi Temperatur dan Kecepatan Udara pada Ruang Kedatangan Terminal 2 Bandar Udara Internasional Juanda Surabaya Erni Zulfa

Lebih terperinci

PENGALIRAN UDARA UNTUK KENYAMANAN TERMAL RUANG KELAS DENGAN METODE SIMULASI COMPUTATIONAL FLUID DYNAMICS

PENGALIRAN UDARA UNTUK KENYAMANAN TERMAL RUANG KELAS DENGAN METODE SIMULASI COMPUTATIONAL FLUID DYNAMICS 209 PENGALIRAN UDARA UNTUK KENYAMANAN TERMAL RUANG KELAS DENGAN METODE SIMULASI COMPUTATIONAL FLUID DYNAMICS Sahabuddin 1, Baharuddin Hamzah 2, Ihsan 2 1 Jurusan Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas

Lebih terperinci

PEMILIHAN MATERIAL DALAM PEMBUATAN DAPUR CRUSIBLE PELEBUR ALUMINIUM BERKAPASITAS 50KG DENGAN BAHAN BAKAR PADAT

PEMILIHAN MATERIAL DALAM PEMBUATAN DAPUR CRUSIBLE PELEBUR ALUMINIUM BERKAPASITAS 50KG DENGAN BAHAN BAKAR PADAT PEMILIHAN MATERIAL DALAM PEMBUATAN DAPUR CRUSIBLE PELEBUR ALUMINIUM BERKAPASITAS 50KG DENGAN BAHAN BAKAR PADAT SKRIPSI Skripsi Yang Diajukan Untuk Melengkapi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik M. ROLAN

Lebih terperinci

SISTEM PEMANFAATAN ENERGI SURYA UNTUK PEMANAS AIR DENGAN MENGGUNAKAN KOLEKTOR PALUNGAN. Fatmawati, Maksi Ginting, Walfred Tambunan

SISTEM PEMANFAATAN ENERGI SURYA UNTUK PEMANAS AIR DENGAN MENGGUNAKAN KOLEKTOR PALUNGAN. Fatmawati, Maksi Ginting, Walfred Tambunan SISTEM PEMANFAATAN ENERGI SURYA UNTUK PEMANAS AIR DENGAN MENGGUNAKAN KOLEKTOR PALUNGAN Fatmawati, Maksi Ginting, Walfred Tambunan Mahasiswa Program S1 Fisika Bidang Fisika Energi Jurusan Fisika Fakultas

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengeringan Pengeringan adalah proses mengurangi kadar air dari suatu bahan [1]. Dasar dari proses pengeringan adalah terjadinya penguapan air ke udara karena perbedaan kandungan

Lebih terperinci

Iklim, karakternya dan Energi. Dian P.E. Laksmiyanti, S.T, M.T

Iklim, karakternya dan Energi. Dian P.E. Laksmiyanti, S.T, M.T Iklim, karakternya dan Energi Dian P.E. Laksmiyanti, S.T, M.T Cuaca Cuaca terdiri dari seluruh fenomena yang terjadi di atmosfer atau planet lainnya. Cuaca biasanya merupakan sebuah aktivitas fenomena

Lebih terperinci

1. Dr. Ridho Hantoro, ST, MT 2. Dyah Sawitri, ST, MT

1. Dr. Ridho Hantoro, ST, MT 2. Dyah Sawitri, ST, MT PENGARUH JENIS DAN KETEBALAN MATERIAL TERHADAP DISTRIBUSI TEMPERATUR DINDING TUNGKU DENGAN PENDEKATAN CFD (STUDI KASUS DI INDUSTRI TEMPE KECAMATAN TENGGILIS MEJOYO SURABAYA) 1. Dr. Ridho Hantoro, ST, MT

Lebih terperinci

BAB IV HASIL YANG DICAPAI DAN POTENSI KHUSUS

BAB IV HASIL YANG DICAPAI DAN POTENSI KHUSUS 47 BAB IV HASIL YANG DICAPAI DAN POTENSI KHUSUS 4.1 PENDAHULUAN Bab ini menampilkan hasil penelitian dan pembahasan berdasarkan masing-masing variabel yang telah ditetapkan dalam penelitian. Hasil pengukuran

Lebih terperinci

PENGHAWAAN DALAM BANGUNAN. Erick kurniawan Harun cahyono Muhammad faris Roby ardian ipin

PENGHAWAAN DALAM BANGUNAN. Erick kurniawan Harun cahyono Muhammad faris Roby ardian ipin PENGHAWAAN DALAM BANGUNAN Erick kurniawan Harun cahyono Muhammad faris Roby ardian ipin PENGHAWAAN Penghawaan adalah aliran udara di dalam rumah, yaitu proses pertukaran udara kotor dan udara bersih Diagram

Lebih terperinci

Skripsi Yang Diajukan Untuk Melengkapi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik TAMBA GURNING NIM SKRIPSI

Skripsi Yang Diajukan Untuk Melengkapi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik TAMBA GURNING NIM SKRIPSI KAJIAN EKSPERIMENTAL PENGARUH INTENSITAS CAHAYA DAN LAJU ALIRAN TERHADAP EFISIENSI TERMAL DENGAN MENGGUNAKAN SOLAR ENERGY DEMONSTRATION TYPE LS-17055-2 DOUBLE SPOT LIGHT SKRIPSI Skripsi Yang Diajukan Untuk

Lebih terperinci

Kajian Termis pada Beberapa Material Dinding untuk Ruang Bawah Tanah. I G B Wijaya Kusuma 1)

Kajian Termis pada Beberapa Material Dinding untuk Ruang Bawah Tanah. I G B Wijaya Kusuma 1) Kusuma Vol. 10 No. 2 April 2003 urnal TEKNIK SIPIL Kajian Termis pada Beberapa Material Dinding untuk Ruang Bawah Tanah I G B Wijaya Kusuma 1) Abstrak Karena terbatasnya lahan yang tersedia di kodya Denpasar,

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Kondisi Lingkungan Mengetahui kondisi lingkungan tempat percobaan sangat penting diketahui karena diharapkan faktor-faktor luar yang berpengaruh terhadap percobaan dapat diketahui.

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Penentuan parameter. perancangan. Perancangan fungsional dan struktural. Pembuatan Alat. pengujian. Pengujian unjuk kerja alat

METODE PENELITIAN. Penentuan parameter. perancangan. Perancangan fungsional dan struktural. Pembuatan Alat. pengujian. Pengujian unjuk kerja alat III. METODE PENELITIAN A. TAHAPAN PENELITIAN Pada penelitian kali ini akan dilakukan perancangan dengan sistem tetap (batch). Kemudian akan dialukan perancangan fungsional dan struktural sebelum dibuat

Lebih terperinci

Seminar Nasional IENACO ISSN:

Seminar Nasional IENACO ISSN: INVESTIGASI SETING AIR CONDITIONING (AC) PADA USAHA PENINGKATAN KENYAMANAN THERMAL DAN HEMAT ENERGI DI KELAS Sugiono* 1, Ishardita P.Tama 2,Wisnu W 3, Lydia D.R. Suweda 4 Jurusan Teknik Industri, Universitas

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Pengujian Tanpa Beban Untuk mengetahui profil sebaran suhu dalam mesin pengering ERK hibrid tipe bak yang diuji dilakukan dua kali percobaan tanpa beban yang dilakukan pada

Lebih terperinci

BAB III Metode Penelitian

BAB III Metode Penelitian BAB III Metode Penelitian Bab ini menguraikan mengenai kerangka pemikiran dari studi ini, metode dan pelaksanaan penelitian, Penetapan lokasi penelitian, rumah uji, penentuan variable penelitian, Pengujian

Lebih terperinci